faktor risiko diabetes mellitus penduduk pualu gili ketapang.

19
1 FAKTOR RISIKO DIABETES MELLITUS PADA PENDUDUK PULAU GILI KETAPANG, DESA GILI KETAPANG, KECAMATAN SUMBERASIH, KABUPATEN PROBOLINGGO (ANALISIS DATA DETEKSI DINI PENYAKIT TIDAK MENULAR KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II PROBOLINGGO TAHUN 2012) Andika Fisma Prayoga Mahasiswa Peminatan Epidemiologi dan Biostatistika Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember ABSTRACT Diabetes Mellitus is a noninfectious disease characterized by high level of blood glucose. This disease become a public health problem because the increasing number of the prevalence all of the world. This was a cross sectional study using the secondary data of noninfectious disease early detection of Probolinggo Port Health Office to the find the associations between body mass index, waist circumference, physical activity, blood cholesterol level, systolic blood pressure, diastolic blood pressure, and family history of diabetes mellitus with diabetes mellitus among Gili Ketapang Island people. The result shown that body mass index (OR = 24,7), waist circumference (OR = 18,9), systolic blood pressure (OR = 8,3), and family history of diabetes mellitus (OR = 17,8) were significants with the presence of diabetes mellitus. In the other hand this study shown there were no significant associations between diastolic blood pressure, physical activity, and blood cholesterol level, with the presence of diabetes mellitus. Based on this research, it’s needed some actions to control this disease such as increasing number of health facilities and health workers in this island, giving information about diabetes mellitus and habituating health live style to the Gili Island people such as making physical exercise continuously, decreasing sugar consumption, decreasing body weight and making medical check up continuously to Gili Island people. Key Words: Diabetes Mellitus, Risk Factors, Body Mass Index, Waist Circumference, Systolic Blood Pressure

description

menghitung faktor risiko Diabetes Mellitus menggunakan data sekunder KKP kelas II Probolinggo

Transcript of faktor risiko diabetes mellitus penduduk pualu gili ketapang.

Page 1: faktor risiko diabetes mellitus penduduk pualu gili ketapang.

1

FAKTOR RISIKO DIABETES MELLITUS PADA PENDUDUK PULAU GILI KETAPANG, DESA GILI KETAPANG, KECAMATAN SUMBERASIH,

KABUPATEN PROBOLINGGO (ANALISIS DATA DETEKSI DINI PENYAKIT TIDAK MENULAR KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

KELAS II PROBOLINGGO TAHUN 2012)

Andika Fisma Prayoga

Mahasiswa Peminatan Epidemiologi dan Biostatistika Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember

ABSTRACT

Diabetes Mellitus is a noninfectious disease characterized by high level of blood glucose. This disease become a public health problem because the increasing number of the prevalence all of the world. This was a cross sectional study using the secondary data of noninfectious disease early detection of Probolinggo Port Health Office to the find the associations between body mass index, waist circumference, physical activity, blood cholesterol level, systolic blood pressure, diastolic blood pressure, and family history of diabetes mellitus with diabetes mellitus among Gili Ketapang Island people. The result shown that body mass index (OR = 24,7), waist circumference (OR = 18,9), systolic blood pressure (OR = 8,3), and family history of diabetes mellitus (OR = 17,8) were significants with the presence of diabetes mellitus. In the other hand this study shown there were no significant associations between diastolic blood pressure, physical activity, and blood cholesterol level, with the presence of diabetes mellitus. Based on this research, it’s needed some actions to control this disease such as increasing number of health facilities and health workers in this island, giving information about diabetes mellitus and habituating health live style to the Gili Island people such as making physical exercise continuously, decreasing sugar consumption, decreasing body weight and making medical check up continuously to Gili Island people.

Key Words: Diabetes Mellitus, Risk Factors, Body Mass Index, Waist Circumference, Systolic Blood Pressure

Page 2: faktor risiko diabetes mellitus penduduk pualu gili ketapang.

2

PENDAHULUAN

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu gangguan kesehatan berupa

kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah akibat

kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). Seseorang dikatakan menderita

DM apabila ditemukan adanya glukosa pada urin orang tersebut atau konsentrasi

glukosa darah dalam keadaan puasa ≥ 126 mg/dL atau ≥ 200 mg/dL sewaktu

diperiksa (Prasetyo, 2009). Terdapat empat jenis DM yakni DM tipe 1, DM tipe 2,

diabetes gestasional, dan diabetes tipe khusus. Berdasarkan keempat tipe tersebut,

DM tipe 2 yang paling tinggi prevalensinya hingga mencapai lebih dari 90% (Tapan,

2009), bahkan menjadi penyebab kematian kedelapan di negara maju dan salah satu

tiga titik segitiga raja penyakit bersama penyakit kardiovaskuler dan stroke (Bustan,

2007).

Diabetes Mellitus (DM) menjadi masalah kesehatan masyarakat karena

prevalensinya diperkirakan semakin meningkat. Oleh karena itu DM tercantum dalam

urutan keempat prioritas penelitian nasional untuk penyakit degeneratif setelah

penyakit kardiovaskuler, serebrovaskuler, dan geriatrik (Siagian dan Rimbawan,

2004). Menurut International Diabetes Federation (2006), penderita DM pada tahun

2004 adalah 240 juta orang di seluruh dunia dan diperkirakan meningkat menjadi 380

juta penderita pada tahun 2025 dengan 80% beban kesehatan di negara berkembang

dan negara miskin. Lebih dari 60% penderita DM berada di Asia dengan jumlah

penderita mencapai 110 juta di tahun 2007 dan prevalensinya diperkirakan akan

meningkat pesat sebagai akibat adanya globalisasi (Chan et al., 2009). Prevalensi DM

di Indonesia besarnya 1,2%-2,3% dari penduduk usia lebih dari 15 tahun dengan

jumlah mencapai 8.426.000 dan diproyeksikan mencapai 21.257.000 pada tahun

2030. Artinya terjadi kenaikan tiga kali lipat dalam waktu 30 tahun. Bahkan pada

tahun 2000 Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita DM terbesar kedua

di Asia setelah India (Bustan, 2007).

Page 3: faktor risiko diabetes mellitus penduduk pualu gili ketapang.

3

Secara umum faktor risiko DM ada dua macam yakni faktor risiko yang dapat

dikendalikan dan faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan. Faktor risiko DM yang

tidak dapat dikendalikan adalah usia, genetik, dan ras (Zhou et al., 2009; Maskarinec

et al., 2009). Sedangkan faktor risiko DM yang dapat dikendalikan adalah indeks

massa tubuh (IMT), lingkar pinggang, aktivitas fisik, kolesterol total dalam darah,

hipertensi sistolik, dan hipertensi diastolik (Al-Osaimi dan Al-Gelban, 2007; Longo-

Mbenza et al., 2010).

Berdasarkan penjelasan tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk 1)

mengkaji karakteristik geografis dan sosiodemografis Pulau Gili Ketapang, 2)

mengidentifikasi indeks massa tubuh, lingkar pinggang, aktivitas fisik, kadar

kolesterol total dalam darah, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, dan

kejadian Diabetes Mellitus di Pulau Gili Ketapang, 3) menganalisis hubungan antara

indeks massa tubuh, lingkar pinggang, aktivitas fisik, kadar kolesterol total dalam

darah, tekanan darah sistolik, dan tekanan darah diastolik dengan kejadian Diabetes

Mellitus di Pulau Gili Ketapang, 4) menganalisis faktor risiko yang paling

berpengaruh dengan kejadian Diabetes Mellitus di Pulau Gili Ketapang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan pendekatan cross

sectional. Penelitian dilakukan di Pulau Gili Ketapang pada bulan Maret – September

2012 yang mencakup persiapan penelitian, penyusunan proposal, pengambilan data,

analisis data, dan penyusunan hasil penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah

semua penduduk pulau Gili Ketapang berusia > 20 tahun sebanyak 9450 orang.

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara accidental sampling yaitu

mengambil sampel yang kebetulan ada pada saat dilakukan kegiatan Deteksi Dini

Penyakit Tidak Menular. Pengambilan sampel secara accidental sampling dilakukan

karena pada saat melakukan tersebut, mayoritas penduduk Pulau Gili Ketapang yang

berjenis kelamin laki-laki sedang bekerja. Sampel penelitian ini adalah penduduk

pulau Gili Ketapang berusia > 20 tahun yang mengikuti kegiatan Deteksi Dini

Page 4: faktor risiko diabetes mellitus penduduk pualu gili ketapang.

4

Penyakit Tidak Menular Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Probolinggo pada 20

Maret 2012 sebanyak 201orang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Sosial, Demografis dan Geografis Pulau Gili Ketapang

Pulau Gili Ketapang adalah sebuah pulau kecil yang hanya terdiri atas satu

desa yaitu desa Gili Ketapang. Pulau ini terletak di Selat Madura, tepatnya 8 km di

lepas pantai utara Probolinggo dengan posisi geografis 113° 14' Bujur Timur dan 5°

55' Lintang Selatan. Secara administratif, pulau seluas 68 hektar ini termasuk wilayah

Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Berdasarkan data

rekapitulasi penduduk bulan Mei 2012, jumlah penduduk Pulau ini sebanyak 9450

dengan 2306 kepala keluarga yang tersebar di delapan dusun (Data Rekapitulasi

Penduduk Desa Gili Ketapang Bulan Mei 2012). Fasilitas kesehatan dan pendidikan

di Pulau ini masih sangat terbatas. Di pulau ini hanya terdapat sebuah puskesmas

pembantu dengan tenaga kesehatan satu orang perawat dan satu orang bidan.

Sedangkan untuk fasilitas pendidikan, di pulau ini hanya terdapat satu TK, satu SD,

dan satu SMP sehingga masyarakat yang ingin melanjutkan studi ke jenjang SMA

harus mencari SMA di luar pulau. Selain itu listrik di pulau ini hanya menyala dari

pukul 17.00 hingga pukul 05.00 WIB sehingga akses informasi di Pulau ini sangat

terbatas. Kondisi ini diperparah dengan lemahnya sinyal handphone di pulau ini.

Pulau ini dihubungkan dengan Pulau Jawa dengan perahu motor melalui

Pelabuhan Tanjung Tembaga, Kota Probolinggo, dengan waktu tempuh sekitar 30-45

menit tergantung kondisi ombak. Kondisi tanah di pulau ini sangat tandus sehingga

tidak memungkinkan untuk dijadikan lahan pertanian. Dengan kondisi seperti ini

masyarakat Pulau Gili Ketapang harus mendatangkan sayuran dan buah-buahan dari

luar pulau yang diangkut ke Pulau Gili Ketapang dengan perahu motor. Selain itu

kondisi pulau ini yang sangat padat dengan pemukiman warga membuat hanya ada

sedikit lahan hijau yang kebanyakan ditumbuhi tumbuhan-tumbuhan yang tidak

Page 5: faktor risiko diabetes mellitus penduduk pualu gili ketapang.

5

memerlukan perawatan khusus seperti pohon sono dan rumput liar. Bahkan di pulau

ini sering ditemukan adanya tanah yang seperti batu karang.

Menurut legenda setempat, pulau ini dulunya menyatu dengan daratan Desa

Ketapang (Pulau Jawa), yang kemudian bergerak lamban ke tengah laut karena

gempa dahsyat akibat letusan Gunung Semeru. Nama Gili Ketapang berasal dari

bahasa Madura, gili yang artinya mengalir, dan Ketapang merupakan nama asal desa

tersebut. Hingga kini Pulau Gili Ketapang merupakan salah satu tujuan wisata alam di

Kabupaten Probolinggo dengan Goa Kucing sebagai objek wisata andalan

(www.probolinggokab.go.id, 2012).

Masyarakat pulau ini mayoritas suku Madura dan menggantungkan hidupnya

pada laut dengan berprofesi sebagai nelayan, dan pengemudi kapal penyeberangan.

Selain itu tingkat masyarakat yang buta huruf di pulau ini juga masih besar. Dari 201

responden penelitian, hanya 12 orang diantaranya yang tidak buta huruf dan

dibuktikan dengan tanda tangan yang mereka bubuhkan pada daftar hadir. Sedangkan

sisanya hanya membubuhkan cap jempol. Berdasarkan pengamatan peneliti,

masyarakat yang mampu berbahasa Indonesia juga hanya kalangan tertentu saja

seperti kepala desa, sekretaris desa dan perangkatnya. Sisanya hanya mampu

berbahasa Madura. Minimnya sarana hiburan membuat masyarakat pulau ini

memiliki semangat kebersamaan yang tinggi. Pada malam hari, banyak warga

kumpul-kumpul di balai desa sambil menonton televisi. Bahkan, mereka juga

mengadakan acara nonton bareng Euro 2012 di balai desa. Masyarakat pulau ini juga

sangat ramah dan terbuka dengan pengunjung dari luar pulau yang datang ke tempat

mereka.

2. Analisis Univariabel

Karakteristik responden penelitian berdasarkan Indeks Massa Tubuh, lingkar

pinggang, aktivitas fisik, kadar kolesterol darah, tekanan darah sistolik, tekanan darah

diastolik, riwayat keluarga, dan kejadian DM disajikan pada tabel berikut ini:

Page 6: faktor risiko diabetes mellitus penduduk pualu gili ketapang.

6

Tabel 1 Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Indeks Massa Tubuh, Lingkar Pinggang, Aktivitas Fisik, Kadar Kolesterol Darah, Tekanan Darah Sistolik, Tekanan Darah Diastolik, Riwayat Keluarga dan Kejadian DM

Karakteristik Responden Jumlah Persentase Indeks Massa Tubuh

Kekurangan Berat Badan Tingkat Berat 14 6,9% Kekurangan Berat Badan Tingkat Ringan 18 8,9% Normal 109 54,3% Kelebihan Berat Badan Tingkat Ringan 14 6,9% Kelebihan Berat Badan Tingkat Berat 46 22,9%

Lingkar Pinggang Normal 114 56,7% Lebih 87 43,3%

Aktivitas Fisik Ya 3 1,5% Tidak 198 98,5%

Kadar Kolesterol Darah Normal 150 74,6% Agak Tinggi 46 22,9% Tinggi 5 2,5%

Tekanan Darah Sistolik Hipertensi Sistolik 153 76,1% Normal 48 23,9%

Tekanan Darah Diastolik Hipertensi Diastolik 125 62,2% Normal 76 37,8%

Riwayat Keluarga Ada Keluarga yang Menderita DM 11 5,5% Tidak Ada Keluarga yang Menderita DM 190 94,5%

Kejadian DM Ya 24 11,9% Tidak 177 88,1%

Sumber: KKP Kelas II Probolinggo, 2012

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa lebih dari separuh responden

memiliki indeks massa tubuh normal, dan memiliki lingkar pinggang normal.

Mayoritas responden tidak beraktivitas fisik. Sebagian besar responden memiliki

kadar kolesterol normal, menderita hipertensi sistolik, dan hipertensi diastolik.

Mayoritas responden tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM. Berdasarkan

Data Deteksi Dini Penyakit Tidak Menular, 11,9% responden menderita DM.

3. Analisis Bivariabel

Berikut ini adalah hasil analisis bivariabel Indeks Massa Tubuh, lingkar

pinggang, aktivitas fisik, kadar kolesterol darah, tekanan darah sistolik, tekanan darah

Page 7: faktor risiko diabetes mellitus penduduk pualu gili ketapang.

7

diastolik, dan riwayat keluarga dengan kejadian Diabetes Mellitus. Analisis bivariabel

ini dilakukan dengan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).

Penarikan kesimpulan adalah dengan melihat p value. Jika p value ≥ α (0,05) maka

H0 diterima, namun jika p value < α (0,05) maka H0 ditolak.

Tabel 2 Analisis Bivariabel Indeks Massa Tubuh, Lingkar Pinggang, Aktivitas Fisik, Kadar Kolesterol Darah, Tekanan Darah Sistolik, Tekanan Darah Diastolik, dan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Diabetes Mellitus

Pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa IMT, lingkar pinggang, tekanan

darah sistolik, dan riwayat keluarga berhubungan dengan kejadian DM karena

memiliki nilai p value < 0,05. Keempat variabel tersebut dapat diikutkan dalam

analisis multivariabel karena memiliki p value < 0,025. Pada tabel 2 juga dilakukan

penggabungan kategori untuk variabel Indeks Massa Tubuh dan Kolesterol Darah.

DM p value

OR

Confidence Interval 95 %

Pearson Chi-

Square ya Tidak

n % n % IMT

<0,001

1 24,7

7,02 – 87,39

43,256 Normal dan Kurus 3 1,5 138 68,7

Obesitas 21 10,4 39 19,4 Lingkar Pinggang

25,989 Normal 2 1 112 55,7 <0,001 1 4,31 – 83,21 Lebih 22 11 65 32,3 18,9

Aktivitas Fisik 0,413 Ya 0 0 3 1,5 1,000 1 1,1 – 1,2

Tidak 24 11,9 174 86,6 1,1 Kolesterol Darah

0,207 Normal 17 8,5 133 66,2 0,837 1 0,48 – 3,19 Agak Tinggi dan Tinggi 7 3,5 44 21,9 1,2

Tekanan Darah Sistolik 5,827 Normal 1 0,5 47 23,4 0,013 1 1,1 – 63,296

Hipertensi Sistolik 23 11,4 130 64,7 8,3 Tekanan Darah Diastolik

0,001 Normal 9 4,5 67 33,3 1,000 1 0,42 – 2,45 Hipertensi Diastolik 15 7,5 110 54,7 1,1

Riwayat Keluarga Menderita DM 29,577 Tidak 17 8,5 173 86 <0,001 1 4,73 – 67,04

Ya 7 3,4 4 1,9 17,8

Page 8: faktor risiko diabetes mellitus penduduk pualu gili ketapang.

8

Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Diabetes Mellitus

Variabel Indeks Massa Tubuh sebelumnya dikategorikan menjadi 5 kategori

yakni kekurangan berat badan tingkat berat, kekurangan berat badan tingkat ringan,

normal, kelebihan berat badan tingkat ringan, dan kelebihan berat badan tingkat berat.

Namun, pengkategorian IMT menjadi 5 ini tidak memenuhi syarat uji chi square

karena adanya cell yang memiliki nilai expected count kurang dari 5. Agar memenuhi

syarat uji chi square, dilakukanlah penggabungan kategori IMT menjadi 2 macam

yakni < 25 kg/m2 (IMT kurus dan normal) dan ≥ 25 kg/m2 (obesitas). Pada tabel 4.3

diketahui bahwa dari 24 orang penderita DM, 21 orang diantaranya menderita

obesitas general. Sedangkan 177 orang yang tidak menderita DM, 39 orang menderita

obesitas general dengan 138 orang sisanya memiliki IMT normal. Berdasarkan

analisis bivariabel antara IMT dengan DM diperoleh hasil adanya hubungan

signifikan antara IMT dengan DM dengan p value sebesar < 0,001 dan odds ratio

(OR) sebesar 24,7. Ini menunjukkan bahwa seseorang yang menderita obesitas

general memiliki risiko 24,7 kali lebih besar untuk menderita DM daripada orang

IMT normal. Variabel IMT ini dapat diikutkan dalam analisis multivariabel karena

memiliki nilai p value < 0,25.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Okada et al. (2010) yang

menyebutkan adanya hubungan antara IMT dan DM. Giday et al. (2010) juga

menyebutkan bahwa orang dengan IMT lebih dari 25 kg/m2 berisiko 2,8 kali lebih

besar daripada orang dengan IMT kurang dari 25 kg/m2. Limbu et al. (2008) yang

membagi IMT menjadi lima yakni severe underweight mild underweight, normal,

mild overweight, dan severe overweight juga memperoleh hasil serupa. Berdasarkan

penelitian tersebut juga diperoleh hasil bahwa penderita severe overweight dan mild

underweight masing-masing berisiko 5,2 dan 3,1 kali lebih besar daripada orang

dengan IMT normal. Sedangkan penderita severe underweight, penderita mild

underweight orang dengan IMT normal memiliki risiko yang sama besar untuk

menderita DM.

Page 9: faktor risiko diabetes mellitus penduduk pualu gili ketapang.

9

Pada penderita obesitas general (memiliki IMT di atas normal) maupun

obesitas sentral (memiliki lingkar pinggang di atas normal), jaringan adiposa

melepaskan sejumlah besar asam lemak non ester, gliserol, hormon, dan pro

inflamatori sitokinin yang dapat meningkatkan resistensi insulin. Resistensi insulin

ini dapat berkembang menjadi pra diabetes yang apabila tidak segera ditangani juga

dapat berkembang menjadi DM (Khan et al., 2006). Peningkatan IMT juga

berhubungan dengan penyakit metabolik dan kardiovaskuler termasuk DM,

hipertensi, dan dislipidemia (Succuro et al., 2008).

Hubungan Lingkar Pinggang dengan Diabetes Mellitus

Pada tabel 2 diketahui bahwa dari 24 orang penderita DM, 22 orang

diantaranya juga menderita obesitas sentral. Berdasarkan analisis bivariabel diketahui

adanya hubungan signifikan antara lingkar pinggang dan DM. Pada analisis tersebut

juga ditemukan nilai odds ratio sebesar 18,9 dan p value sebesar < 0,001. Artinya

seseorang dengan lingkar pinggang lebih berisiko 18,9 kali lebih besar daripada orang

dengan lingkar pinggang normal untuk menderita DM. Variabel lingkar pinggang ini

dapat dimasukkan dalam analisis multivariabel karena memiliki nilai signifikansi <

0,25.

Hasil penelitian ini searah dengan hasil penelitian Zhou et al. (2009) yang

menyebutkan adanya hubungan antara lingkar pinggang dan DM. Dalam penelitian

tersebut diperoleh hasil bahwa penderita obesitas sentral berisiko 1,3 kali lebih besar

untuk menderita DM daripada bukan penderita obesitas sentral. Hasil penelitian ini

juga searah dengan penelitian Chhetri dan Chapman (2009) yang dilakukan di Nepal.

Lingkar pinggang dan IMT sebenarnya merupakan faktor risiko DM yang

berdiri sendiri-sendiri. Namun, lingkar pinggang merupakan indikator terbaik jika

dibandingkan dengan indikator obesitas lainnya seperti IMT maupun rasio lingkar

pinggang dan perut (Shah et al., 2009). Pada penderita obesitas sentral dan obesitas

general, jaringan adiposa melepaskan sejumlah besar asam lemak non ester, gliserol,

Page 10: faktor risiko diabetes mellitus penduduk pualu gili ketapang.

10

hormon, dan pro inflamatori sitokinin yang dapat meningkatkan resistensi insulin.

Resistensi insulin ini dapat berkembang menjadi pra diabetes yang apabila tidak

segera ditangani juga dapat berkembang menjadi DM (Khan et al., 2006).

Penderita obesitas sentral memiliki timbunan lemak di perut. Timbunan lemak

ini dapat menyebabkan profil aterogenik dan resistensi insulin (Wiklund et al., 2007).

Pada penderita obesitas sentral juga terjadi penurunan adiponektin. Adiponektin

merupakan protein yang dapat meningkatkan kepekaan sel-sel tubuh terhadap

aktivitas insulin sebagai pengatur keseimbangan kadar gula darah dalam tubuh.

Penurunan adiponektin ini juga menurunkan kepekaan sel-sel tubuh terhadap aktivitas

insulin sehingga meningkatkan resistensi insulin (Gotera dkk., 2006).

Hubungan Tekanan Darah Sistolik dengan Diabetes Mellitus

Analisis bivariabel menunjukkan adanya hubungan signifikan antara tekanan

darah sistolik dengan DM dengan p value = 0,013. Variabel ini dapat diikutkan dalam

analisis multivariabel karena memiliki p value < 0,25. Pada analisis bivariabel

tersebut juga diperoleh nilai odds ratio sebesar 8,3. Nilai odds ratio tersebut

menunjukkan bahwa penderita hipertensi sistolik berisiko 8,3 kali lebih besar untuk

menderita DM daripada bukan penderita hipertensi sistolik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Okada et al. (2010) yang

menyebutkan hanya hipertensi sistolik yang merupakan faktor risiko DM. Hipertensi

sistolik berhubungan dengan kejadian DM karena tekanan darah sistolik adalah

tekanan darah saat darah yang kaya oksigen meninggalkan jantung untuk dialirkan ke

seluruh organ dalam tubuh sehingga berpengaruh lebih besar terhadap organ-organ

tubuh daripada tekanan darah diastolik (Okada et al., 2010). Resistensi insulin dapat

mengakibatkan menurunnya elastisitas pembuluh arteri yang mengangkut darah dari

jantung ke seluruh tubuh. Menurunnya elastisitas arteri ini juga menyebabkan

menurunnya kemampuan arteri untuk berkontraksi guna menyesuaikan diameternya

agar darah yang mengalir di dalamnya dapat mengalir dengan lancar. Pada akhirnya

Page 11: faktor risiko diabetes mellitus penduduk pualu gili ketapang.

11

penurunan kemampuan berkontraksi pada arteri ini menyebabkan peningkatan

tekanan darah yang mengalir di dalamnya yang dapat berkembang menjadi hipertensi

apabila tidak segera ditangani. Hipertensi jenis ini disebut hipertensi sistolik karena

terjadi pada tekanan darah sistolik (tekanan darah saat darah meninggalkan jantung)

yang mengalir di dalam arteri (Govindarajan et al., 2006).

Hubungan antara hipertensi dengan DM sebenarnya sangat rumit dan

berhubungan dengan faktor-faktor lain seperti genetik, lingkungan, maupun gaya

hidup. Secara sederhana patofisiologi antara hipertensi dan DM melibatkan resistensi

insulin, peningkatan radang pada jaringan, dan produksi Reaktif Oksigen Spesies

(ROS) sebagai akibat disfungsi endothelial, peningkatan jaringan Renin Angiostensin

Aldosterone Sistem (RAAS) dan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik.

(Govindarajan et al., 2006). Adanya kandungan glukosa pada darah dapat

mengakibatkan penyumbatan aliran darah yang pada akhirnya dapat meningkatkan

tekanan darah (Grossman dan Messerli, 2008). Sehingga dapat disimpulkan bahwa

hipertensi dan DM saling mempengaruhi.

Hubungan Riwayat Keluarga dengan Diabetes Mellitus

Pada tabel 2 diketahui bahwa 7 dari 24 orang responden yang menderita DM

memiliki riwayat keluarga yang juga menderita DM. Pada tabel tersebut terdapat 11

responden yang memiliki riwayat keluarga menderita DM, namun 4 orang

diantaranya tidak menderita DM. Hasil analisis bivariabel memperoleh p value <

0,001 yang berarti terdapat hubungan signifikan antara riwayat keluarga dan DM.

Berdasarkan analisis bivariabel tersebut juga diketahui bahwa orang yang memiliki

riwayat keluarga menderita DM berisiko 17,8 kali lebih besar untuk menderita DM

daripada orang yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM.

Hasil penelitian ini searah dengan hasil penelitian Das (2006), On’Kin et al.

(2010), dan Sujaya (2009) yang sama-sama mendapatkan hasil bahwa orang dengan

Page 12: faktor risiko diabetes mellitus penduduk pualu gili ketapang.

12

riwayat keluarga DM berisiko lebih besar untuk terkena DM daripada orang tanpa

riwayat DM pada keluarga. Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang dapat

diturunkan secara genetik dengan melibatkan gen pembawa resistensi insulin. Gen

pembawa resistensi insulin akan terus berkembang seiring dengan peningkatan usia

dan dapat diperparah dengan pola makan tinggi glukosa, kurangnya aktivitas fisik,

obesitas, dan faktor-faktor lain (Das, 2006). Adanya riwayat keluarga penderita DM

juga dapat dilihat dengan adanya Poly Cystic Ovary Syndrome (PCOS) pada sel telur.

Seseorang yang memiliki riwayat keluarga DM memiliki PCOS yang lebih tinggi

daripada orang tanpa riwayat keluarga menderita DM. Perempuan yang memiliki

PCOS juga diketahui memiliki prevalensi obesitas, dan resistensi insulin lebih tinggi

daripada perempuan tanpa PCOS. PCOS dapat mengakibatkan rusaknya sel β

pankreas pada calon janin jika kelak janin tersebut lahir. Rusaknya sel β pankreas ini

merupakan awal terjadinya DM pada seseorang (Vrbikova et al., 2008).

4. Analisis Multivariabel

Berdasarkan analisis bivariabel, ada 4 variabel bebas yang dapat diikutkan

dalam analisis multivariabel karena memiliki p value < 0,25. Keempat variabel

tersebut adalah IMT, lingkar pinggang, tekanan darah sistolik, dan riwayat keluarga.

Keempat variabel tersebut kemudian dianalisis dengan regresi logistik metode

backward LR.

Berdasarkan hasil analisis multivariabel diketahui bahwa terdapat dua variabel

yang signifikan terhadap kejadian DM yaitu IMT dan riwayat keluarga. Hal ini

didasarkan pada nilai p value kedua variabel tersebut yang < 0,05. Variabel yang

paling kuat pengaruhnya terhadap kejadian DM adalah obesitas general dan riwayat

keluarga. Alternatif model yang dihasilkan dari analisis multivariabel adalah sebagai

berikut:

푔(푥) = 1푛 휋(푥)1 − 휋

=1

1 + 푒 ( , , ( ) , ( ))

Page 13: faktor risiko diabetes mellitus penduduk pualu gili ketapang.

13

Pada regresi logistik, nilai E(Y/X) akan selalu berada antara nol dan satu.

Nilai konstanta sebesar (1,451) menunjukkan jika tidak menderita obesitas general

dan tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM, maka kejadian DM sebesar

75,7%. Hal ini dapat dilihat dari hasil penghitungan berikut:

푃 = 퐸(푌 = 1ǀ푋1 = 푥1) =1

1 + 푒 ( , , ( ) , ( )) = 0,7573

Alternatif model regresi tersebut dapat digunakan untuk memprediksi kemungkinan

responden untuk menderita DM dengan cara memasukkan ke dalam model regresi

logistik berikut:

푃 = 퐸(푌 = 1ǀ푋1 = 푥1) =1

1 + 푒 ( , , ( ) , ( ))

Beberapa kemungkinan responden menderita DM:

a. Kemungkinan apabila responden menderita DM apabila menderita obesitas

general (memiliki IMT lebih dari 25 kg/m2) tetapi tidak memiliki riwayat keluarga

DM.

IMT = 1, riwayat keluarga = 0.

푃 = 퐸(푌 = 1ǀ푋1 = 푥1) =1

1 + 푒 ( , , ( ) , ( )) = 0,9886

Kemungkinan apabila responden menderita DM apabila menderita obesitas

general (memiliki IMT lebih dari 25 kg/m2) tetapi tidak memiliki riwayat keluarga

DM adalah sebesar 98,9%.

b. Kemungkinan apabila responden menderita DM apabila tidak menderita obesitas

general (memiliki IMT lebih dari 25 kg/m2) tetapi memiliki riwayat keluarga DM.

IMT = 0, riwayat keluarga = 1.

푃 = 퐸(푌 = 1ǀ푋1 = 푥1) =1

1 + 푒 ( , , ( ) , ( )) = 0,9847

Page 14: faktor risiko diabetes mellitus penduduk pualu gili ketapang.

14

Kemungkinan apabila responden menderita DM apabila tidak menderita obesitas

general (memiliki IMT lebih dari 25 kg/m2) tetapi memiliki riwayat keluarga DM

adalah sebesar 98,5%.

c. Kemungkinan apabila responden menderita DM apabila menderita obesitas

general (memiliki IMT lebih dari 25 kg/m2) dan memiliki riwayat keluarga DM.

IMT = 1, riwayat keluarga = 1.

푃 = 퐸(푌 = 1ǀ푋1 = 푥1) =1

1 + 푒 ( , , ( ) , ( )) = 0,9998

Kemungkinan apabila responden menderita DM apabila menderita obesitas

general (memiliki IMT lebih dari 25 kg/m2) dan memiliki riwayat keluarga DM

adalah sebesar 99,9%

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan analisis data deteksi dini penyakit tidak menular Kantor

Kesehatan Pelabuhan Kelas II Probolinggo dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Karakteristik Sosial Pulau Gili Ketapang adalah berpenduduk mayoritas suku

Madura. Karakteristik Demografi Pulau Gili Ketapang adalah kebanyakan

penduduk berprofesi sebagai nelayan, dan kebanyakan penduduk yang berusia

lanjut buta huruf. Karakteristik Demografis Pulau Gili Ketapang adalah sebuah

Pulau kecil yang berada di tengah Selat Madura dengan kondisi tanah yang tandus.

b. Lebih dari separuh responden memiliki IMT normal dan lingkar pinggang normal.

Mayoritas responden tidak melakukan aktivitas fisik. Kebanyakan responden

memiliki kadar kolesterol darah normal. Sebagian besar responden menderita

hipertensi baik hipertensi sistolik maupun hipertensi diastolik. Sebagian besar

responden yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM. Persentase DM

pada responden sebesar 11,9%.

Page 15: faktor risiko diabetes mellitus penduduk pualu gili ketapang.

15

c. Secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas general, obesitas

sentral, tekanan darah sistolik, dan riwayat keluarga terhadap kejadian DM. Akan

tetapi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik, dan kadar

kolesterol darah

d. Secara statistik faktor risiko yang paling berhubungan terhadap kejadian DM

adalah obesitas general dan riwayat keluarga.

Saran

a. Bagi Masyarakat Pulau Gili Ketapang

1) Masyarakat Pulau Gili Ketapang hendaknya berolahraga secara teratur dan

mengurangi berat badan bagi yang menderita obesitas serta mengurangi

konsumsi makanan berkadar gula tinggi untuk mencegah timbulnya DM.

2) Masyarakat Pulau Gili Ketapang hendaknya memeriksa kondisi gula darah

secara rutin untuk mendeteksi DM sedini mungkin.

3) Masyarakat Pulau Gili Ketapang yang menderita DM hendaknya

menghindari konsumsi makanan berkadar gula tinggi, melakukan

pemeriksaan gula darah secara teratur, dan melakukan upaya pengobatan agar

terjadi penurunan kadar gula darah dan tidak timbul komplikasi.

b. Bagi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Probolinggo

1) KKP Kelas II Probolinggo hendaknya memberikan informasi secara lengkap

mengenai DM beserta faktor risikonya kepada masyarakat Pulau Gili

Ketapang melalui penyuluhan kesehatan, pembagian leaflet, poster, maupun

media-media penyuluhan lainnya agar masyarakat pulau Gili Ketapang dapat

melakukan tindakan pencegahan DM sedini mungkin dan mencegah

timbulnya komplikasi DM.

Page 16: faktor risiko diabetes mellitus penduduk pualu gili ketapang.

16

2) KKP Kelas II Probolinggo hendaknya bekerja sama dengan instansi

kesehatan terkait, misalnya Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo, untuk

mencegah dan menanggulangi DM di Pulau Gili Ketapang.

c. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo

1) Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo hendaknya memperbanyak tenaga

kesehatan khususnya tenaga penyuluh untuk ditugaskan di Pulau Gili

Ketapang.

2) Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo hendaknya bekerja sama dengan

instansi kesehatan terkait, misalnya KKP Kelas II Probolinggo, untuk

mencegah dan menanggulangi DM di Pulau Gili Ketapang.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

1) Melakukan penelitian Diabetes Mellitus di Pulau Gili Ketapang yang

dikaitkan dengan faktor gizi dan pola konsumsi masyarakat pulau tersebut.

2) Melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian sebelum

melakukan penelitian.

Page 17: faktor risiko diabetes mellitus penduduk pualu gili ketapang.

17

DAFTAR PUSTAKA

Bustan, M. N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta. Chan, J. C. N., Malik, V., Jia, W., Kadowaki, T., Yajnik, C. S., Yoon, K. H., and Hu,

F. B. 2009. Diabetes in Asia; Epidemiology, Risk Factors, and Pathophysiology. Journal of American Medical Association. Vol. 301 (20).

Chhetri, M. R and Chapman, R. S. 2009. Prevalence and Determinants of Diabetes

Among the Elderly Population in the Kathmandu Valley of Nepal. Nepal Medical College Journal. Vol. 11 (1): 34-38.

Das, S. K. 2006. Genetic Epidemiology of Adult Onset Type 2 Diabetes in Asian

Indian Population: Past, Present and Future. International Journal of Human Genetics. Vol 6 (1): 1-13.

Data Rekapitulasi Penduduk Desa Gili Ketapang Bulan Mei 2012. Probolinggo. Giday, A., Wolde, M., and Yihdego, D. 2010. Hypertension, Obesity and Central

Obesity in Diabetics and Non Diabetics in Southern Ethiopia. Ethiop. J. Health Dev. Vol 24 (2).

Gotera, W., Aryana, S., Suastika, K., Santoso A., dan Kuswardhani, T. 2006.

Hubungan Antara Obesitas Sentral Dengan Adiponektin Pada Pasien Geriatri Dengan Penyakit Jantung Koroner. Ejournal Unud. Vol. 3 (2).

Grossman, E and Messerli, F. H. 2008. Hypertension and Diabetes. Cardiovascular

Diabetology: Clinical, Metabolic, and Inflammatory Facets. Vol. 45: 82-106. Govindarajan, G., Sowers, J., and Stump, C. S. 2006. Hypertension and Diabetes

Mellitus. European Cardiovascular Disease.Vol 10 (1): 1-7. International Diabetes Federation. 2006. Diabetes Atlas 3rd Edition. Brussels,

Belgium: International Diabetes Federation. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Probolinggo. 2012. Data Deteksi Dini Penyakit

Tidak Menular. Kantor Kesehatan Kelas II Probolinggo. Khan, S., Hull, R., and Utzschneider, K. 2006. Review Article Mechanism Linking

Obesity to Insulin Resistance and Type 2 Diabetes Mellitus. Nature. Vol 444: 840-846.

Page 18: faktor risiko diabetes mellitus penduduk pualu gili ketapang.

18

Limbu, Y. R., Ramesh, V. K., and Ono, L. 2008. Risk Factors of Diabetes Mellitus in Kashmir. Nepal Medical College Journal. Vol 10 (2): 163-170.

Okada, K., Furuyso, N., Sawayama, Y., Kanamoto, Y., Murata, M., and Hayashi, J.

2010. Prevalence and Risk Factors for Diabetes: A Ten Year Follow-up Study of the Yaeyama District of Okinawa. Fukuoka Acta Med. Vol. 101 (10): 215-224.

On’Kin, J. B. K. L., Longo-Mbenza, B., Okwe, N., Kabangu, N. K., Mpandamadi, S.

D., Wemankoy, O., and He, J. 2008. Prevalence and Risk Factors of Diabetes Mellitus in Kinshasa Hinterland. Int J Diabetes & Metabolism. Vol. 16: 97-106

Pemkab Probolinggo. 2012. Profil Pulau Gili Ketapang. [serial online]

http://www.probolinggokab.go.id/site/index.php?option=com_content&task=view&id=919&Itemid=92. [diakses 9 Juli 2012].

Prasetyo, R. 2009. Diktat Penatalaksanaan Kencing Manis di Puskesmas. Jember:

Laboratorium Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Jember.

Shah, A., Bhandary, S., Malik, S. L., and Koju, R. 2009. Waist Circumference and

Waist-Hip Ratio as Predictors of Type 2 Diabetes Mellitus in the Nepalese Population of Kavre District. Nepal Medical College Journal. Vol 11 (4): 261-267.

Siagian, A dan Rimbawan. 2004. Indeks Glikemik Pangan Cara Mudah Memilih

Pangan yang Menyehatkan. Jakarta: Penebar Swadaya. Succuro, E., Marini, M. A., Frontoni, S., Hribal, M. L., Andreozzi, F., Lauro, R.,

Pertlcone, F., and Sesti, G. 2008. Insulin Secretion in Metabolically Obese, but Normal Weight, and in Metabolically Healthy but Obese Individuals. Obesity Silver Spring. Vol. 16: 1881-1886.

Sujaya, I. N. 2009. Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali Sebagai Faktor Risiko

Diabetes Mellitus Tipe 2 di Tabanan. Jurnal Skala Husada. Vol. 6 (1): 75-81. Tapan, E. 2005. Penyakit Degeneratif. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Kelompok Gramedia

Page 19: faktor risiko diabetes mellitus penduduk pualu gili ketapang.

19

Vrbikova, J., Grimmichova, K., Dvorakova, K., Hill, M., Stanicka, S., and Vondra, K. 2008. Family History of Diabetes Mellitus Determines Insulin Sensitivity and β Cell Function in Poly Cystic Ovary Syndrome. Physiol Res. Vol 57: 547-553

Wiklund, P., Toss, F., Weinehall, L., Halimans, G., Franks, P., Nordstorm, A., and

Nordstorm, P. 2008. Abdominal and Gynoid Fat Mass are Associated with Cardiovascular Risk Factors in Men and Women. Jcem Endojournal. Vol 93 (11): 43-60.

Zhou, X., Ji, L., Luo, Y., Han, X., Zhang, X., Sun, X., Ren, Q., and Qiao, Q. 2009.

Risk Factors Associated with the Presence of Diabetes in Chinese Communities in Beijing. Diabetes Research and Clinical Practice. Vol. 86: 233-238.