FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PERBANKAN YANG …repository.uinjambi.ac.id/6688/1/Tesis Atika...
Transcript of FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PERBANKAN YANG …repository.uinjambi.ac.id/6688/1/Tesis Atika...
i
FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PERBANKAN YANG
MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN BERMASALAH
BERDASARKAN JENIS PENGGUNAAN AKAD
PADA PERBANKAN SYARIAH INDONESIA
TAHUN 2015-2019
TESIS
Oleh:
ATIKA RAHMANIAH
NIM: MLK 182942
PRODI EKONOMI SYARIAH
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN 2021
ii
iii
iv
v
MOTTO
vi
PERSEMBAHAN
Bismillahirohmannirrohim
Seiring dengan rasa syukur yang teramat dalam atas karunia-Mu Yaa
Allah, dengan penuh kerendahan hati kupersembahakan karya tulis ini
Teruntuk yang tercinta :
Baba M. Hayat dan Ummi Nurul Hilal
Terima kasih atas
Segala jerih payah dan upaya serta kesabaran Baba serta Ummi yang
telah mendidik dan menyekolahkan peneliti hingga mencapai Magister.
Terima kasih juga atas bentuk kasih sayang yang tiadaputus-putusnya
sepanjang masa yang sampai kapan pun tak kan mampu tergantikan
serta semangat, dorongan dan doa untuk peneliti, sehingga bisa
menyelesaikan tesis ini.
Semua keluarga terima kasih atas kasih sayang, semangat, doa,
dorongan dan bantuan serta dukungan yang diberikan.
Tak lupa pula untuk
Pembimbing I, Prof. Dr. H. Ahmad Syukri, SS., MA
Pembimbing II, Dr. Novi Mubyarto, ME
yang telah membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.
Saya ucapkan terima kasih yang tak terhingga
Untuk sahabat-sahabatku yang terdekat terima kasih atas kesetiaan,
ketulusan dan kasih saying dan perhatianya serta motivasi, semangat dan
dorongan.
Untuk sahabat-sahabatku yang selalu memberikan keceriaan, dukungan
dan semangat yang takkan terlupakan
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan taufik dan hidayahnya serta telah memberi kekuatan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat beriring salam
penulis limpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang
telah memberikan cahaya kepada kita semua dengan ajaran Islam.
Karya tulis ini dimaksudkan untuk sebagai persyaratan guna
memperoleh gelar Magister Ekonomi Syariah konsentrasi Perbankan dan
Lembaga Keuangan Syariah pada Pascasarjana UIN STS Jambi. Penulis
menyadari dalam penulisan tesis ini masih belum sempurna, baik secara
metodologi maupun secara analisis. Untuk itu penulis mengharapkan
masukan dan saran konstruktif dari pembaca.
Selama proses penulisan tesis ini, banyak yang telah memberikan
konstribusi baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena i tu, pada
kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada pihak-pihak tersebut. Ucapan terima kasih yang
terutama penulis khususkan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi, MA., Ph.D, sebagai Rektor UIN STS Jambi
2. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Syukri, S.S, sebagai Direktur Pascasarjana
UIN STS Jambi
3. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Syukri, S.S, M.Si dan Dr. Novi Mubyarto,
ME, sebagai pembimbing tesis yang banyak memberikan arahan dalam
menyelesaikan tesis ini
4. Bapak Ibu dosen dan segenap civitas akademik Pascasarjana UIN STS
Jambi yang telah menjadi pembimbing serta pengampu mata kuliah
dan membantu dalam birokrasi pengurus selama penulis menempuh
pendidikan di program Pascasarjana UIN STS Jambi
viii
5. Kepada keluarga terutama Baba, Umi, serta saudara-saudara penulis
yang selalu memberi dorongan untuk menyelesaikan pendidikan di
Pascasarjana UIN STS Jambi
Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis berserah diri. Semoga
tesis ini dapat bermanfaat dan berdaya guna khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca sekalian.
Jambi, Januari 2021
Penulis
Atika Rahmaniah MLK. 182942
ix
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor internal dan faktor
eksternal yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah (NPF) di
perbankan syariah Indonesia. Metode analisis data menggunakan regresi
jenis data time series, objek penelitian adalah variabel atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian. Objek penelitian ini adalah CAR,
ROA, BOPO, PDB, Inflasi, dan Nilai Tukar. Subjek penelitian ini adalah
laporan statistik Perbankan Syariah Indonesia dari Bank Indonesia.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Badan Pusat Statistik, dalam periode
waktu Januari 2015 sampai dengan Desember 2019. Uji analisis dilakukan
dengan menggunakan uji normalitas, heterokendastisitas, autokolerasi,
dan multikolinieritas. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan
analisis regresi dengan model time series. Berdasarkan hasil penelitian
CAR dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap NPF murabahah,
CAR berpengaruh negatif signifikan terhadap NPF mudharabah, PDB
berpengaruh positif terhadap NPF murabahah, PDB berpengaruh negatif
signifikan terhadap NPF musyarakah, PDB berpengaruh signifikan negatif
terhadap NPF mudharabah pada Perbankan Syariah Di Indonesia.
Kata Kunci : Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA),
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Produk
Domestik Bruto, Inflasi, Nilai Tukar, Non Performing Financing (NPF).
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................... ii
NOTA DINAS ............................................................................................ iii
LEMBARAN PENGESAHAN ................................................................ iv
MOTTO ...................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ..................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Batasan Masalah Penelitian ....................................................... 11
C. Rumusan Masalah Penelitian ...................................................... 11
D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 12
E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 13
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Landasan Teori ............................................................................. 13
B. Kerangka Konseptual Penelitian ................................................ 38
C. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 39
D. Penelitian Terdahulu .................................................................... 44
xi
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .......................................................................... 46
B. Populasi dan Sampel ................................................................... 46
C. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 46
D. Jenis dan Sumber Data ............................................................... 48
E. Teknik Analisis Data ..................................................................... 48
F. Analisis Regresi Liniear Berganda.............................................. 52
G. Uji Hipotesis ................................................................................... 53
BAB IV DESKRIPSI LOKASI, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ......................................................... 55
B. Hasil dan Pembahasan Penelitian .............................................. 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 111
B. Implikasi ......................................................................................... 113
C. Keterbatas Penelitian ................................................................... 119
D. Saran .............................................................................................. 119
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xviii
CURRICULUM VITE ............................................................................... xxxii
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pembiayaan dan NPF Berdasarkan Jenis Akad – Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Tahun 2015-2019 .......... 7
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ...............................................................24
Tabel 1.3 Definisi Operasional ................................................................. 28
Tabel 4.1.1 Regrei Linier Berganda NPF Murabahah ................................ 72
Tabel 4.1.2 Regrei Linier Berganda NPF Musyarakah ............................... 73
Tabel 4.1.3 Regrei Linier Berganda NPF Mudharabah ................................ 74
Tabel 4.3.1 Hasil Uji Glesjer Faktor Internal NPF Murabahah .................... 83
Tabel 4.3.2 Hasil Uji Glesjer Faktor Internal NPF Musyarakah ................. 84
Tabel 4.3.3 Hasil Uji Glesjer Faktor Internal NPF Mudharabah .................. 85
Tabel 4.3.4 Hasil Uji Glesjer Faktor Eksternal NPF Murabahah ................. 86
Tabel 4.3.5 Hasil Uji Glesjer Faktor Eksternal NPF Musyarakah .............. 87
Tabel 4.3.6 Hasil Uji Glesjer Faktor Eksternal NPF Mudharabah ............... 88
Tabel 4.4.1 Nilai Durbin Waston Faktor Internal NPF Murabahah ............ 89
Tabel 4.4.2 Nilai Durbin Waston Faktor Internal NPF Musyarakah .......... 89
Tabel 4.4.3 Nilai Durbin Waston Faktor Internal NPF Mudharabah .......... 90
Tabel 4.4.4 Nilai Durbin Waston Faktor Eksternal NPF Murabahah ......... 91
Tabel 4.4.5 Nilai Durbin Waston Faktor Eksternal NPF Musyarakah ......... 91
Tabel 4.4.6 Nilai Durbin Waston Faktor Eksternal NPF Murabahah ......... 92
Tabel 4.5.1 Nilai Multikolerasi Faktor Internal NPF Murabahah ............... 94
Tabel 4.5.2 Nilai Multikolerasi Faktor Internal NPF Musyarakah ............... 94
Tabel 4.5.3 Nilai Multikolerasi Faktor Internal NPF Mudharabah ............. 95
Tabel 4.5.4 Nilai Multikolerasi Faktor Eksternal NPF Murabahah ............ 95
Tabel 4.5.5 Nilai Multikolerasi Faktor Eksternal NPF Musyarakah ........... 96
Tabel 4.5.6 Nilai Multikolerasi Faktor Eksternal NPF Mudharabah .......... 96
Tabel 4.6.1 Hasil Uji F Faktor Internal NPF Murabahah ............................ 97
Tabel 4.6.2 Hasil Uji F Faktor Internal NPF Musyarakah ............................ 98
Tabel 4.6.3 Hasil Uji F Faktor Internal NPF Mudharabah .......................... 98
Tabel 4.6.4 Hasil Uji F Faktor Eksternal NPF Murabahah ......................... 99
Tabel 4.6.5 Hasil Uji F Faktor Eksternal NPF Musyarakah ......................... 99
xiii
Tabel 4.6.6 Hasil Uji F Faktor Eksternal NPF Mudharabah ....................... 100
Tabel 4.7.1 Hasil Uji T Faktor Internal NPF Murabahah ........................... 100
Tabel 4.7.2 Hasil Uji T Faktor Internal NPF Musyarakah .......................... 102
Tabel 4.7.3 Hasil Uji T Faktor Internal NPF Mudharabah ......................... 104
Tabel 4.7.4 Hasil Uji T Faktor Eksternal NPF Murabahah .......................... 106
Tabel 4.7.5 Hasil Uji T Faktor Eksternal NPF Musyarakah ......................... 108
Tabel 4.7.6 Hasil Uji T Faktor Eksternal NPF Mudharabah ........................ 110
Tabel 4.7.4 Hasil Uji T Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal NPF Bank Syariah
Indonesia 2015-2019 .................................................................. 112
Tabel 4.8.1 Hasil Uji Determinasi Faktor Internal NPF Murabahah ............ 116
Tabel 4.8.2 Hasil Uji Determinasi Faktor Internal NPF Musyarakah .......... 117
Tabel 4.8.3 Hasil Uji Determinasi Faktor Internal NPF Mudharabah .......... 117
Tabel 4.8.4 Hasil Uji Determinasi Faktor Eksternal NPF Murabahah ......... 118
Tabel 4.8.5 Hasil Uji Determinasi Faktor Eksternal NPF Musyarakah ........ 118
Tabel 4.8.6 Hasil Uji Determinasi Faktor Eksternal NPF Mudharabah ....... 119
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik 1.1 ................................................................................. 8
Gambar 3.1 Kerangka Konseptuan Penelitian ............................................ 41
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bank Indonesia .......................................... 66
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Otoritas Jasa Keuangan ........................... 68
Gambar 4.3 Struktur Organisasi Badan Pusat Statistika ............................. 71
Gambar 4.2.1 Grafik Histogram Faktor Internal NPF Murabahah ............... 76
Gambar 4.2.2 Grafik Histogram Faktor Internal NPF Musyarakah.............. 77
Gambar 4.2.3 Grafik Histogram Faktor Internal NPF Mudharabah ........... 78
Gambar 4.2.4 Grafik Histogram Faktor Eksternal NPF Murabahah ............ 79
Gambar 4.2.4 Grafik Histogram Faktor Eksternal NPF Musyarakah ........... 80
Gambar 4.2.4 Grafik Histogram Faktor Eksternal NPF Mudharabah ......... 81
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era yang serba digital ini Islam tidak lagi dapat dianggap
sebagai model yang usang atau kuno, dalam perekonomian suatu
Negara sistem keuangan perbankan akan berperan penting dalam
perkembangannya kondisi ini yang membuat institusi-institusi
keuangan Islam lebih beragam dan inovatif dalam
perkembangannya. Hal tersebut menyebabkan keuangan Islam
dengan kondisi seperti ini layak untuk dijalankan dalam
perekonomian global.
Sebagai lembaga keuangan, bank mempunyai tanggung jawab
yang besar dalam memberikan kontribusi yang besar dalam
kelancaran perekonomian sebuah negara, dan tentu saja
bertanggung jawab untuk menjaga kestabilan nilai uang, dan
memperluas kesempatan kerja. Sebagai lembaga yang bertugas
penerima simpanan uang, meminjamkan uang seta melayani jasa
pengiriman uang yang telah dikenal sejak zaman Rasulullah, fungsi
utama dari perbankan syariah boleh dilaksanakan, kecuali dalam
pelaksanaannya perbankan syariah melakukan penyelewengan dana
yang dilarang oleh ajaran Islam.1
Pada prinsipnya perbankan konvensional dalam bisnisnya
mengutamakan keuntungan yang dipeoleh dari selisih bunga
simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan kredit atau
bunga pinjaman yang diberikan. Tidak berlaku untuk bank syariah,
prinsip perbankan syariah tidak mengenal adanya bunga dalam jasa
penyimpanan maupun pinjaman.2 Perbankan syariah menggunakan
1 Veithzal Rivai, Arviyan Arifin, Islamic Bank ing: Sebuah Teori, Konsep, dan
Aplikasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2010, hlm. 53 2 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Rajawali Pers, Jakarta, 2014,
hlm. 25-26
konsep profit loss sharing atau dikenal dengan bagi hasil. Yang
bebas dari kegiatan perjudian (maysir), yang tidak membiayai usaha
yang tidak jelas dan meragukan (gharar), dan berprinsip keadilan.
Islam tidak hanya semata mengajarkan umat nya untuk berhubungan
antara makhluk dengan sang Khalik saja, akan tetapi Islam juga
menjelaskan tentang dasar-dasar kegiatan bermuamalah. Dimana
muamalah yang dimaksud adalah kaitan tata hubungan antar
manusia dengan manusia serta lingkungannya, termasuk juga
dengan kegiatan ekonomi yang meliputi keuangan dan perbankan.3
Yang dimana tujuan akhir dari perbankan syariah ini adalah falah,
yaitu pencapaian kesuksesan ataupun kesejahteraan dunia dan
akhirat.
Begitu pula dengan perbankan Syariah yang menjadi suatu
Lembaga Syariah yang berpegang teguh dengan prinsip syariah.
Perbankan syariah memiliki perbedaan dengan perbankan
konvensional. Pertama, dari segi akad dan aspek legalitas,
perbankan syariah pada praktiknya memiliki pengaruh terhadap
dunia dan akhirat, karna akad yang dilaksanakan pada perbankan
syariah berdasarkan hukum syari’at Islam yang berpedoman dengan
Al-Qur’an dan Hadist. Kedua, dari segi struktur organisasi, dalam
operasionalnya perbankan syariah diawasi oleh Dewan Pengawas
Syariah (DPS). Ketiga, dalam menyalurkan pembiayaannya
perbankan syariah membiayai bisnis dan usaha yang kegiatannya
harus dengan usaha yang halal. Keempat, etika atau pun akhlak,
sifat jujur, serta rasa tanggung jawab, cerdas dan ramah menjadi
poin utama dalam lingkungan kerja dan budaya di perbankan
syariah.4
3 Darsono, Ali Sakti, Ascarya, Dkk, Perbakna Syariah Di Indonesia Kelembagaan
dan Kebijakan serta Tantangan ke Depan, Rajawali Pers, Jakarta, 2017, hlm. 31 4 Veithzal Rivai, Arviyan Arifin, Islamic Bank ing: Sebuah Teori, Konsep, dan
Aplikasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2010, hlm. 30
Allah SWT. dengan tegas dan jelas sudah menjelaskan
mengharamkan segala jenis tambahan yang berlebihan dari
pinjaman, sebagaimana Allah telah berfirman dalam Al-Quran Surah
Al-Baqarah, ayat 278-279.5
Dengan hadirnya perbankan syariah menjadi pilihan bagi
nasabah untuk berinvestasi ataupun mendapatkan pinjaman yang
sesuai dengan hukum islam yang artinya terhindar dari riba, adil, dan
halal. Tujuan utama berdirinya perbankan syariah adalah untuk
menyebarkan kemakmuran ataupun kesejahteraan ekonomi dengan
struktur Islam dan mengembangkan serta mempromosikan prinsip
islam di dunia bisnis.6 Dalam prinsipnya perbankan syariah tidak
mengijinkan pembayaran dan penerimaan bunga tetapi dikenal
dengan keadilan dan pembagian keuntungan dan kerugian, yang
melarang riba atau bunga.7 Adapun fungsi dari bank syarah adalah
sebagai pengumpul dana serta penyalur dana, kegiatan yang
5 Q.S., Al-Baqarah (2), 278-279
6 Veithzal Rivai, Arviyan Arifin, Islamic Bank ing: Sebuah Teori, Konsep, dan
Aplikasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2010, hlm. 33 7 Veithzal Rivai, Arviyan Arifin, Islamic Bank ing: Sebuah Teori, Konsep, dan
Aplikasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2010, hlm. 36
dilakukan bank syariah memberikan pembiayaan kepada peminjan
yang membutuhkan, baik itu untuk modal usahanya maupun untuk
konsumsi peminjam.8
Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada tahun 2018
yang terdaftar di Bank Indonesia ada 13 Bank Umum Syariah (BUS),
21 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 168 Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) .
Pada perbankan syariah kata pinjam-meminjam kurang tepat
digunakan. Pertama, pinjaman adalah salah satu metode hubungan
finansial dalam Islam, masih banyak metode yang lain seperti jual
beli, bagi hasil, sewa, dan lainnya yang sesuai dengan syariat Islam
selain pinjaman. Kedua, pinjam-meminjam diketahui dalam Islam
adalah akad sosial, bukan akad komersial. Maksudnya, jika
seseorang meminjam, ia tidak diperbolehkan memberikan syarat
tambahan atas pinjaman pokoknya. Berdasarkan hadist Nabi saw.
yang menjelaskan bahwa setiap pinjaman yang menghasilkan
manfaat adalah riba.9
Berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992, “Perbankan
di Indonesia menggunakan dual banking system (sistem ganda),
yakni antara perbankan konvensional dan perbankan syariah
bersama-sama bertujuan untuk melayani dan memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam menyediakan produk dan jasa perbankan, untuk
ikut serta dalam membangun pembiayaan bagi sektor-sektor
perekonomian nasional.” Sedangkan untuk praktik perbankan
syraiah menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, “Dalam praktiknya di Indonesia mengalami
perkembangan yang pesat dan dalam secara umum mengikuti best
8 Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, UPP AMPYKPN, Yogyakarta, 2005, hlm
303 9 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik , Gema Insani,
Jakarta, 2001, hlm. 170
practices internasional yang mengikuti kondisi masyarakat
Indonesia.”10
Dalam praktik pembiayaannya perbankan syariah di Indonesia
mengalami peningkatan dalam petumbuhannya dari tahun ke tahun,
walaupun mengalami keterlambatan pertumbuhannya di tahun 2009.
Selama sembilan tahun (2005-2013), pembiayaan yang mengalami
peningkatan sembilan kali yang awalnya dari 8 triliun rupiah yang
meningkat menjadi 71.6 teiliun rupiah adalah pembiayaan modal
kerjanya. Sedangkan untuk pembiayaan konsumsi meningkat empat
belas kali dari awalnya 3 triliun rupiah hingga mencapai 43 triliun
rupiah dengan pertumbuhan yang naik mencapai 87.9% dari tahun
2007 sampai dengan tahun 2011.11
Dendawijaya mengemukakan bahwa Non Performing Finance
(NPF) merupakan “kegagalan dalam memenuhi kewajibannya untuk
membayar angsuran pinjamannya dengan ketetapan waktu yang
yang sudah disepakati diawal oleh seorang peminjam atau debitur.”12
Dalam penyalurannya pembiayaan tidak dikateorikan pembiayaan
sehat, karena masih mempunyai kualitas buruk atau bemasalah.
Pembiayaan bermasalah ini menjadi fenomena utama yang sering
sekali terjadi di dunia perbankan syariah dalam penyaluran
pembiayaannya.13
Manfaat dari pembiayaan yang diberikan oleh perbankan tidak
hanya dirasakan oleh internal bank saja, akan tetapi juga dirasakan
manfaatnya sebagai perkembangan suatu Negara. Pada umumnya
negara berkembang masih bergantung dengan penyaluran
10
Darsono, Ali Sakti, Ascarya, Dkk, Perbakna Syariah Di Indonesia Kelembagaan dan Kebijakan serta Tantangan ke Depan, Rajawali Pers, Jakarta, 2017, hlm. 189
11
Darsono, Ali Sakti, Ascarya, Dkk, Perbakna Syariah Di Indonesia Kelembagaan dan Kebijakan serta Tantangan ke Depan, Rajawali Pers, Jakarta, 2017, hlm. 217
12 Dendawijaya, Manajemen Perbankan. Jakarta, 2005: Ghalia Indonesia, hlm. 45
13 Herni Hernawati, Oktaviani Rita Puspasari, Pengaruh Faktor Makroekonomi
terhadap Pembiayaan Bermasalah, Journal of Islamic Finance and Accounting, Vol. 1
No. 1 Januari-Mei 2018, hlm. 29
pembiayaan perbankan yang mengharapkan kemajuan dari
pertumbuhan ekonomi dinegara tersebut. Yang artinya penyaluran
pembiayaan ini memiliki peran yang penting bagi pertumbuhan
ekonomi negara. Tetapi dalam penyaluran pembiayaan ini
mengalami dampak negatif terharap pertumbuhan suatu negara jika
tidak dikelola dengan baik atau sebagaimana mestinya.14 dari
kejadian subprime mortage di tahun 2008 membuat kita belajar akan
kegagalan perbankan yang disebabkan oleh kredit macet yang lebih
terlihat mendominasi berdampak terhadap kegiatan perekonomian
Negara Amerika Serikat, tidak hanya di Amerika namun juga
termasuk Negara-negara lainnya di Eropa maupun di Asia. Dari
peristiwa ini Non Performing Loans (NPL) yang merupakan “indikator
dari kredit macet menjadi ukuran penting untuk menjadi tolak ukur
kinerja suatu perbankan, kegiatan ekonomi, dan kestabilan uang
nasional yang sehat.”15 Yang dikenal dalam perbankan syariah ialah
Non Performing Financing (NPF) yang merupakan indikator dari
pembiayaan bermasalah yang perlu diamati karna mempunyai sifat
yang tidak pasti dan fluktuatif yang menjadi perhatian khusus untuk
dipantau.16
Dalam praktiknya dari total pembiayaan yang disalurkan di
masyarakat termasuk pembiayaan yang tidak sehat, karena
mempunyai kualitas yang buruk atau bermasalah, dimana dalam
penyalurannya pembiayaan sering terjadi nasabah tidak lancar
dalam pembayarannya, untuk persyaratannya debitur tidak sesuai
dengan perjanjian, dan pembayaran yang tidak sesuai dengan
14
Amalia Eka Purnamasari, Musdholifah, Analisis Faktor Eksternal Dan Internal Bank Terhadap Risiko Pembiayaan Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2012-2015, Isma – Bisnis Dan Manajemen, Volume 9 No. 1 Oktober 2016, hlm. 14
15 Amalia Eka Purnamasari, Musdholifah, Analisis Faktor Eksternal Dan Internal
Bank Terhadap Risiko Pembiayaan Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2012-2015, Isma – Bisnis Dan Manajemen, Volume 9 No. 1 Oktober 2016, hlm. 14
16 Amalia Eka Purnamasari, Musdholifah, Analisis Faktor Eksternal Dan Internal
Bank Terhadap Risiko Pembiayaan Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2012-
2015, Isma – Bisnis Dan Manajemen –Volume 9 No. 1 Oktober 2016, hlm 14
jadwal angsuran. Hal ini yang membuat dampak negatif bagi kedua
pihak yakni debitur dan kreditur.
Kegiatan opersional perbankan dalam melakukan penyaluran
dana memiliki resiko yang dapat menimbulkan kerugian pada bank
jika tidak di olah denga baik dan benar. Pembiayaan atau kredit
merupakan salah satu resiko yang selalu dihadapi oleh setiap
lembaga keuangan termasuk juga di perbankan, dalam perbankan
syariah dikenal dengan pembiayaan bermasalah atau non
performing financing. NPF merupakan salah satu resiko utama yang
membuat bank mengalami kemungkinan pada kerugian saat
penyaluran dana oleh pihak bank. Tingginya nilai NPF akan
membuat bank mengalami penurunan pada pendapatannya, karena
ini akan berpengaruh terhadap menurunan modal yang bank miliki.
Dilihat dari akad pembiayaannya, bank syariah memiliki
beberapa variasi dalam akadnya, namun dalam praktiknya hanya
lima yang digunakan perbankan syariah dalam menyalurkan
pembiayaannya, yaitu mudharabah, murabahah, musyarakah, qardh,
istishna, dan ijarah.17
Tabel 1.1 Pembiayaan dan NPF berdasarkan Jenis Akad - Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah di Indonesia tahun 2015-2019 (milyar rupiah)
Sumber : Statistik Perbankan Syariah OJK 2020 (diolah)
17
Darsono, Ali Sakti, Ascarya, Dkk, Perbakna Syariah Di Indonesia Kelembagaan
dan Kebijakan serta Tantangan ke Depan, Rajawali Pers, Jakarta, 2017, hlm. 219-220
Akad 2015 2016 2017 2018 2019
Pembiayaan NPF NPF (%)
Pembiayaan NPF NPF (%)
Pembiayaan NPF NPF (%)
Pembiayaan NPF NPF (%)
Pembiayaan NPF NPF (%)
Mudharabah 14.820 323 0,02 15.292 401 0,03 17.090 327 0,02 15.866 359 0,02 13.779 481 0,03
Musyarakah 60.713 3.414 0,06 78.421 3.272 0,04 101.561 3.847 0,04 129.641 3.845 0,03 157.491 5.109 0,03
Murabahah 122.111 5.502 0,05 139.539 6.258 0,04 150.276 6.588 0,04 154.805 4.489 0,03 160.654 4.688 0,03
Salam 0 0 0,00 0 0 0,00 0 0 0,00 0 0 0,00 0 0 0
Istishna 770 20 0,03 878 16 0,02 1.189 14 0,01 1.609 24 0,01 2.097 35 0,02
Ijarah 10.631 191 0,02 9.150 661 0,07 9.230 181 0,02 10.597 215 0,02 10.589 412 0,04
Qardh 3.951 121 0,03 4.731 90 0,02 6.349 96 0,02 7.674 199 0,03 10.572 304 0,03
Jumlah 212.996 9.571 0 248.011 10.698 0 285.695 11.053 0 320.192 9.131 0 355.182 11.029 0
Berdasarkan tabel 1.1 total pembiayaan meningkat dari
212.996 milyar rupiah pada tahun 2015 menjadi 355.182 milyar
rupiah pada tahun 2019. Dapat dilihat dari 7 akad yang ada pada
tabel 1.1 dari tahun 2015 hingga 2019 pembiayaan dengan akad
Murabahah, Musyarakah, dan Mudharabah masih menjadi incaran
nasabah dalam mengambil pembiayaan. Karena itu tingkat
kemungkinan terjadinya pembiayaan bermasalah besar jika tidak
dikelola dengan baik. Maka dari itu penelitian ini terfokus meneliti 3
akad yang mendominasi yaitu akad Murabahah, Musyarakah, dan
Mudharabah.
Grafik 1.1
Perkembangan pembiayaan berdasarkan jenis penggunaan akad periode 2015-2019
Sumber : Statistik Perbankan Syariah OJK 2018 (diolah)
Berdasarkan grafik 1.1 pembiayaan jenis penggunaan akad
murabahah, musyarakah dan mudharabah menunjukkan tren
pertumbuhan positif mengalami peningkatan disetiap tahunnya.
Dapat kita lihat bahwa pembiayaan Murabahah mempunyai
pergerakan yang meningkat dari tahun 2015-2018 dengan nilai
122.111 milyar menjadi 160.654 milyar, searah dengan pergerakan
nilai NPF yang setiap tahunnya mengalami peningkatan yang positif
60,713
78,421
101,561
129,641
157,491
14,820 15,292 17,090 15,866 13,779
122,111
139,539 150,276 154,805
160,654
3,414 3,272
3,847 3,845
5,109
323 401 327 359 481
5,502
6,258 6,588
4,489 4,688
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
2015 2016 2017 2018 2019Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan Murabahah
NPF Musyarakah NPF Mudharabah NPF Murabahah
dari tahun 2014-2017, tetapi tidak pada nilai NPFnya di tahun 2018
mengalami penurunan dari 6.588 ditahun 2017 menjadi 4.489
ditahun 2018. Untuk pembiayaan Musyarakah mempunyai
pergerakan yang meningkat dari tahun 2015-2019 dengan nilai
60.713 milyar menjadi 157.491 milyar, namun tidak searah dengan
pergerakan nilai NPF yang setiap tahunnya mengalami naik-turun
dari tahun 2015-2019. Dan untuk pembiayaan Mudharabah
mempunyai pergerakan yang meningkat dari tahun 2015-2017 hanya
saja mengalami pergerakan menurun ditahun 2018 sampai 2019,
dari 17.090 milyar ditahun 2017 menjadi 15.866 milyar ditahun 2018
dan menurun kembali ditahun 2019 menjadi 13. 779, namun tidak
searah dengan pergerakan nilai NPF yang setiap tahunnya
mengalami turun-naik atau ketidakstabilan dari tahun 2015-2019.
Untuk menilai kinerja fungsi bank salah satu indikatonya adalah
NPF, dimana tingginya tingkat NPF maka akan menunjukkan
rendhnya kesehatan bank tersebut, yang dalam kegiatan operasional
dalam penyaluran dananya banyak terjadi pembiayaan bermasalah
dibank tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat NPF
diantaranya adalah faktor internal bank maupun faktor eksternal
bank. Adapun pengaruh dari faktor internal bank adalah faktor yang
beasal dari kegiatan operasional keuangan yang terjadi dalam
perbankan tersebut. Untuk mengukur kinerja keuangan suatu
perbakan dapat dilihat dari rasio keuangannya yang merupakan
indikator penting dalam menganalisis keuntungan yang didapatkan.
Dari laporan keuangannya mencerminkan keadaan keuangan suatu
perbankan yang bisa dianalisis tingkat NPF suatu perbankan syariah.
Penyebab pembiayaan bermasalah dari faktor internalnya bisa dilihat
dari faktor capital adequacy ratio (CAR) yang merupakan kecukupan
modal bank, return on asset (ROA) yang menentukan kondisi dari
resiko pembiayaan dalam perbankan, dan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang merupakan rasio
kemampuan dalam mengukur kemampuan dalam mengendalikan
biaya. Sedangkan untuk faktor eksternal bank dapat dilihat dari
pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang merupakan
indikator untuk mengukur kestabilan prerkonomian negara, inflasi
yang memilki pengaruh dalam kegiatan ekonomi baik secara mikro
maupun makro dalam aktivitas pembiayaan, dan nilai tukar karena
saat nilai tukar berfluktuasi maka bank akan lebih memilih dalam
penyaluran dana pada pembiayaannya.
Bank yang memiliki nilai NPF yang tinggi menunjukkan bahwa
bank tersebut memiliki penilaian yang buruk terhadap aspek
pembiayaannya, yang mengakibatkan investor atau nasabah merasa
kurang percaya untuk melakukan investasi dana yang ia punya
dibank tersebut.
Penelitian mengenai pembiayaan bermasalah telah banyak
dilakukan oleh peneliti terdahulu namun dari hasil penelitian tersebut
tidak menunjukkan hasil yang signifikan terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi pembiayaan bermasalah, seperti Amalia Eka
Purnamasari yang meneliti faktor eksternal dan internal berpengaruh
secara simultan, namun secara persial menunjukkan beberapa faktor
yang tidak berpengaruh yaitu dilihat dari faktor inflasi, nilai tukar, dan
PDB, sementara dalam penelitiannya faktor internal menunjukan
CAR dan BOPO tidak memiliki pengaruh terhadap NPF. Sedangkan
menurut penelitian Siti Nur Zaidah Chasanah mengatakan
pertumbuhan PDB dan nilai tukar mempunyai pengaruh positif
terhadap NPF, inflasi mempunyai pengaruh negatif terhadap NPF.
Dalam penelitian Elsa Pradika Putri menunjukan FDR, CAR, PDB,
inflasi dan BI rate secara simultan mempengaruhi kredit bermasalah
pada bank konvensional dan pembiayaan macet pada bank syariah.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pengaruh CAR, ROA, BOPO, PDB, Inflasi, dan Nilai
Tukar akan berpengaruh terhadap pembiayaan bermasalah yang
dilihat dari rasio Non Perfotming Financing (NPF) di perbankan
syariah Indonesia secara simultan maupun persial. Dimana jika
tingkat NPF / kredit bermasalah tinggi maka profitabilitas akan
menurun, sedangkan jika level tersebut rendah maka profitabilitas
NPF akan meningkat. Dari latar belakang masalah, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dan menyusun tesis ini dengan
judul “ Faktor internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Non
Performing Financing Berdasarkan Jenis Penggunaan Akad
pada Perbankan Syariah Indonesia Tahun 2015-2019”
B. Batasan Masalah
Supaya penelitian ini terarah dan mencapai sasaran yang
diinginkan dalam penulisan tesis ini, maka penulis membatasi
permasalahan peneliti, penelitian ini mencakup analisis mengenai
faktor internal perbankan (CAR, ROA, dan BOPO) dan eksternal
perbankan (PDB, Inflasi, dan Nilai tukar) yang memengaruhi NPF
pada Bank Umum Syariah. Penelitian ini terdiri dari dua bagian,
pertama menganalisis mengenai tingkat perkembangan NPF
berdasarkan jenis penggunaan akad pembiayaan (Murabahah,
Musyarakah dan Mudharabah). Selanjutnya menganalisis faktor-
faktor yang memengaruhi tingkat NPF berdasarkan jenis
penggunaan akad pembiayaan (Murabahah, Musyarakah dan
Mudharabah) pada periode 2015 sampai 2019. Perbankan yang
menjadi objek dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah dan
Unti Usaha Syariah di Indonesia yang terdata di OJK (Otoritas Jasa
Keuangan).
C. Rumusan Masalah Penelitian
Dari latar belakang masalah diatas, agar lebih fokus dan
sistematis maka permaslaahan yang dapat penulis rumuskan adalah
1. Apa saja faktor yang akan mempengaruhi CAR, ROA, BOPO,
PDB, inflasi, dan nilai tukar terhadap pembiayaan bermasalah
berdasarkan jenis penggunaan akad pada perbankan syariah
Indonesia Tahun 2015-2019?
2. Manakah faktor yang mendominasi CAR, ROA, BOPO, PDB,
inflasi, dan nilai tukar terhadap pembiayaan bermasalah
berdasarkan jenis penggunaan akad pada perbankan syariah
Indonesia Tahun 2015-2019?
D. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang telah disusun di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah untuk:
1. Menganalisis faktor CAR, ROA, BOPO, PDB, inflasi, dan nilai
tukar faktor apa saja yang mempengaruhi NPF yang ditinjau dari
penggunaan akad pada perbankan syariah Indonesia
2. Menganalisis faktor-faktor yang mendominasi dari CAR, ROA,
BOPO, PDB, inflasi dan nilai tukar yang mempengaruhi NPF
yang ditinjau dari penggunaan akad pada perbankan syariah
Indonesia
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat antara
lain:
1. Bagi Otoritas Jasa Keuangan, dapat digunakan sebagai referensi
dalam menjaga stabilitas perbankan agar tingkat NPF tidak
melebihi ambang batas yang telah ditetapkan.
2. Bagi akademisi, memberikan informasi terkait penelitian
mendalam tentnag perbankan.
3. Bagi industri perbankan, dapat dijadikan bahan evaluasi dalam
menetapkan kebijakan penyaluran pembiayaan dan
mengantisipasi potenssi peningkatan NPF di masa mendatang
14
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Landasan Teori
a. Bank Syariah
Fungsi utama bank adalah sebagai wadah atay lembaga
keuanga yang memiliki aktivitas sebagai perantara keuangan atau
financial intermediary.18 Sebagai lembaga perantara maka bank yang
pada umumnya berfungsi sebagai pemberi keuntungan kepada
nasabah begitu juga sebaliknya, maksudnya perbankan syariah ialah
lembaga yang menganut prinsip sesuai dengan kaidah syariah yang
mempunyai fungsi sebagai penghimpun dana seta penyalur dana,
dana yang diperoleh pun dari dan untuk masyarakat. Dilihat dari
operasionalnya perbankan syariah melaksanakan kegiatannya baik
itu dilihat dari penghimpunan dana maupun dalam penyaluran dana
ke masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, yaitu prinsip
wadiah yad dhamanah (akad penitipan uang) dan prinsip
mudharabah mutlaqah (bentuk kerja sama antara pemilik dana
dengan pegelola dana). Untuk menyalurkan dananya perbankan
syariah menggunakan tiga pola prinsip yaitu dengan prinsip jual beli,
bagi hasil, dan ujroh (sewa).19
Perbankan Syariah ialah segala sesuatu yang berkaitan
dengan Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, yang mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, bahkan cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya sesuai dengan pasal 1 angka 1
18
Heri Hernawati, Oktaviani Rita Puspasari, Pengaruh Faktor Makroekonomi terhadap Pembiayan Bermasalah, Journal of Islamic Finance Accounting, Vol. 1 No. 1
Januari-Mei 2018, hlm. 29 19
Heri Hernawati, Oktaviani Rita Puspasari, Pengaruh Faktor Makroekonomi terhadap Pembiayan Bermasalah, Journal of Islamic Finance Accounting, Vol. 1 No. 1
Januari-Mei 2018, hlm. 29
UU No. 21 Tahun 2009.20 Sedangkan menurut Pasal 1 angka 7 UU
Perbankan Syariah, bank syariah merupakan bank yang dalam
kegiatannya menjalankan usahanya berdasarkan dengan prinsip
syariah yang berdasarkan dengan Al-Quran dan As-Sunnah. 21
Pada tahun 1980-an aktivis muda Islam sudah mengkaji prihal
perbankan syariah di Indonesia, dalam kajiannya membahas tentang
ekonomi syariah, merekomendasikan urgensi Perbankan Syariah,
selain itu juga mempraktikkannya dalam skala yang terbatas, melalui
bait a-Tamwil Salman, Bandung.22
Bank Muamalat Indonesia berdiri pada tahun 1992 merupakan
bank syariah pertama di Indonesia bahkan satu-satunya unit Bank
Syariah sejak priode 1992-1998 yang mengalami keterlambatan
dalam perkembangannya dibandingkan dengan negara-negara
muslim lainnya. Namun pada tahun 2005 perkembangan Bank
Syariah di Indonesia memiliki prospek yang cukup baik dalam
perkembangannya, karena bank syariah kian bertambah menjadi 20
unit, yang terdiri dari 3 bank umum syariah, dan 17 unit usaha
syariah.23
Berdasarkan konsep operasinya bank syariah merupakan suatu
lembaga keuangan yang memiliki fungsi sebagai mekanisme yang
memperlancarkan ekonomi riil dengan mengan aktivitasnya seperti
investasi atau jual beli, dan juga bank syariah berfunsi sebagai
wadah untuk pelayanan jasa simpanan atau perbankan bagi para
nasabah.24 Ditinjau dari prinsip syariah, dalam melaksanakan
kegiatan bank syariah sebagai penyimpan dana ataupun sebagai
20
Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syariah: Titik Temu Hukum Isalam dan Hukum Nasional, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, hlm. 4
21 Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syariah: Titik Temu Hukum Isalam
dan Hukum Nasional, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, hlm. 5 22
Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syariah : Titik Temu Hukum Islam,
Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 9. 23
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan,PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta, 2011, hlm. 25
24 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta : Rajawali Pers, 2013, hlm. 30.
pembiayaan usaha maupun kegiatan yang lainnya, yang sesuai
dengan nilai-nilai Syariah baik itu bersifat makro ataupun mikro.25
Yang dimaksud dengan nilai makro ialah maslahah, keadilan, system
zakat, bebas dari riba, terhindar dari maysir (perjudian), terhindar
dari kegiatan gharar (hal yang meragukan), terhindar dari hal-hal
berupa bathil (kerusakan atau tidak sah), serta menjadikan uang
sebagai nilai tukar. Sedangkan nilai-nilai makro sebagai pelaku
perbankan syariah mempunyai akhlak yang mulia sebagaimana
panutan kita Rasulullah Saw. yang mempunyai sifat shiddiq (jujur),
amanah (dipercaya), tabligh (menyampaikan), dan fatonah (cerdas)26
Dalam perbankan syariah produk-produk yang ditawarkan pada
dasarnya dibagi menjadi 3, produk penyaluran dana, produk
penghimpunan dana, dan produk jasa.27 Dalam menyalurkan dana
perbankan syariah mempunyai kategori dalam penggunaannya,
yaitu:
1. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli, berfungsi untuk memiliki
barang
2. Pembiayaan dengan prinsip sewa, berfungsi untuk mendapatkan
jasa
3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, ditunjukan untuk usaha
kerja sama yang berguna untuk mempunyai barang dan jasa
sekaligus.
4. Pembiayaan dengan akad pelengkap.28
Bank syariah merupakan bank yang menerapkan prinsip
syaraih yang melarang aktivitas riba, gharar dan maysir serta
melarang pembiayaan yang berkaitan dengan hal-hal yang
diharamkan oleh ajaran agama Islam seperti jual beli narkoba,
25
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta : Rajawali Pers, 2013, hlm. 30. 26
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta : Rajawali Pers, 2013, hlm. 30. 27
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan,PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta, 2011, hlm. 97
28 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan,PT. Raja
Grafindo Persada : Jakarta, 2011, hlm. 97-98
perjudian, alcohol, dan lain sebagainya. Dalam menyalurkan dana
perbankan syariah menggunaka prinsip jual beli, sewa, dan bagi
hasil. Dalam kegiatan intermediasi bank syariah maupun bank
konvensional dalam penambahan pendapatan yang melalui
penyediaan jasa keuangan yang mempunyai tujuan untuk
meningkatkan profitabilitas bank, serta dapat menambahkan jumlah
nasabah serta dapat mengurangi kredit macet atau pembiayaan
bermasalah. Yang membedakan secara mendasar bank syariah dan
bank konvensional dilihat dari aspek kepemilikan komoditi yang
dibiayai dalam hal jual beli serta sewa. Sebagai pemegang saham
bank syariah berperan dalam proses investasi, bank syariah sebagai
penerima dana dari masyarakat yang dapat menerima dana berupa
titipan maupun investasi dan berperan sebagai manajer investasu
yang memiliki peran untuk saling mengingatkan net asset value dari
dana yang dikelolanya. Dilihat dari segi penyaluran dananya bank
syariah dapat melakukan aktivitas jual beli komoditas, aktivitas sewa
menyewa, serta kegiatan investasi. Selain itu juga, bank syariah
dapat menjadi perantara pembayaran transfer dan penarik dana
serta dapat melaksanakan jual beli valuta asing secara spot.29
Sistem keuangan syariah yang menyediakan serangkaian
untuk kontrak atau akad (kontrak intermediasi) yang menjadi fasilitas
dalam melaksanakan kontrak pembiayaan dan transaksi secara
transparan dan efisien. Dalam perbankan syariah akad yang
digunakan memiliki tanggung jawab yang besar bukan hanya
bertanggung jawab di dunia tapi juga bertanggung jawab hingga
akhirat yang berdasarkan syariah Islam.30 Transaksi atau akad yang
digunakan di bank syariah dalam aktivitasnya bertujuan sebagai
29
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta : Rajawali Pers, 2013, hlm. 2. 30
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik , Gema Insani,
Jakarta, 2001, hlm. 29
mencari keuntungan (tijarah) serta saling tolong-menolong
(tabarru’).31
Sebagaimana Allah telah menghalalkan kegiatan jual beli atau
perniagaan (Al-Bai’) yang mengharamkan unsur riba, sebagaimana
Allah berfirman pada surah Al-Baqarah ayat 27532
Artinya :
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainka seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tertekan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli
itu sama dengan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum dating
larangan), dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang
kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka, mereka kekal di dalamnya”. (Al-Baqarah : 275)
Perbankan syariah dalam melaksanakan aktivitas
pembiayaannya tidak terlepas dari saringan syariah, usaha dan
bisnis yang dibiayai tidak mengandung hal-hal yang diharamkan oleh
ajaran islam.33 Dalam pembiayaan jumlah yang ditawarkan oleh bank
31
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta : Rajawali Pers, 2013, hlm. 37 32
Q.S., Al-Baqarah (2), 278-279 33
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik , Gema Insani,
Jakarta, 2001, hlm. 33
kepada penerima pembiayaan pada hakikatnya tidak terbatas, hanya
saja dalam jumlahnya bank memberikan sesuai dengan kebutuhan
dan kelayakan dari usaha yang dibiayai serta dilihat dari kemampuan
bank itu sendiri, selain itu dalam penentuan jumlah pembiayaan
biasaya dilihat dari jumlah dana yang disediakan sendiri (self
financing) oleh penerima pembiayaan. Maksudnya agar nasabah
bias memiliki rasa tanggung jawab atas risiko pembiayaan yang
diberikan serta merasa ikut andil dalam proyek/investasi yang di
jalankan.34
Dalam skema pembiayaan dari penyaluran di perbakan syariah
yang terdiri atas pembiayaan yang berupa sewa-menyewa, pinjam-
meminjam, bagi hadil dan jual beli. Ditinjau dari data statistic
perbankan syariah di Indonesia, perbankan syariah lebih banyak
melakukan transaksi dengan akad dalam bentuk investasi dengan
adanya bagi hasil dan jual beli.35
Sebagai penjamin intermediary bank syariag berfungsi
menjadikan Bank Indonesia sebagai satu ukuran kinerja bank
syariah dengan rasio Financing to Deposits Ratio (FDR), yang mana
rasio ini mampu mengukur seberapa besar penyaluran dana yang
bias membandingkan penyaluran dananya kepada nasabah dengan
besaran dana yang dihimpun di perbankan syariah.
b. Pembiayaan Bank Syariah
Di Indonesia dalam aktivitas penyaluran pembiayaanya bank
syariah maupun bank konvensional saling berdampingan dalam
operasionalnya sama-sama mempunyai rentan terhadap risiko yang
melekat pada setiap pembiayaannya. Namun pada perbankan
34
Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah,
Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 15 35
Rosyid Nur Anggara Putra, Karakteristik Pembiayaan dan Non Performing Finance Perbankan Syariah 2015-2018, Malia: Jurnal of Islamic banking and Finance,
Vol. 3 No. 1, 2009, hlm. 1.
syariah memiliki ciri tersendiri yang timbul dari komposisi aset dan
liabilitasnya. Keunikan yang dimiliki bank syariah ini dakam bentuk
asset, investasi dalam bentuk reksadana yang berbasis syariah,
yang dilakukan dalam bentuk mudharabah dan musyarakah (bagi
hasil), dan pendapatan tetap yakni pembiayaan murabahah.36
Dalam artian yang luas pembiayaan atau financing merupakan
pendanaan yang disalurkan untuk mendukung kegiatan investasi
yang sudah memiliki rencana yang baik untuk dilakukan sendiri
maupun dijalankan oleh orang lain. Sedangkan dalam artian
sempitnya, pembiayaan merupakan definisi dari aktivitas penyaluran
dana oleh lembaga pembiayaan contohnya bank syariah kepada
nasabah.37
Pembiayaan merupakan pendanaan yang diberikan oleh suatu
pihak kepada pihak lain sebagai penunjang investasi yang sudah
direncanakan, baik dicoba sendiri maupun lembaga untuk investasi
yang sudah direncanakan.38
Pembiayaan merupakan suatu kegiatan didalam perbankan
syariah yang harus di jaga kualitasnya dengan prinsi- kehati-hatian,
karena sebagian besar dari asset bank syariah adalah pembiayaan,
maksud yang terkandung dari kehati-hatian ini berarti bank syariah
harus mempunyai tujuan dalam mewujudkan perbankan syariah
yang sehat serta efisien yang berdasarkan ketentuan peraturan
undang-undang. Perinsip dari kehati-hatian ini dijalankan saat
menganalisis dari kelayakan calon nasabah sebagai penerima
36
Rosyid Nur Anggara Putra, Karakteristik Pembiayaan dan Non Performing
Finance Perbankan Syariah 2015-2018, Malia: Jurnal of Islamic banking and Finance, Vol. 3 No. 1, 2009, hlm. 2
37 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, UPP AMP YKPN, Yogyakarta : 2004,
hlm. 4 38
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta : Rajawali Pers, 2014, hlm. 85.
fasilitas dari bank syariah, dari fasilitas yang disedikan ini nasabah
harus mampu melunasi kewajibannya dengan tepat waktu.39
Berdasaarkan Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 dan UU
No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Syariah yang dimaksud
dengan pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
dengan jangka waktu yang sudah ditentukan dengan imbalan atau
bagi hasil.40
Perbankan Syariah menawarkan beberapa produk-produk yang
menarik dan bervariasi dalam pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan usaha maupun pribadi. Adapun produk-produk yang
ditawarkan seperti produk pembiayaan yang sebagian banyak nya
menggunakan akad Murabahah, Musyarakah, dan Mudharaba.
Untuk akad Salam banyak digunakan untuk pembiayaan pertanian,
sedangkan akad Istishna digunakan dalam pembiayaan yang berupa
pesanan barang-barang manufaktr.41
Tugas pokok dari perbankan ialah pembiayaan, sebagaimana
tugasnya pembiayaan memberikan fasilitas penyediaan dana untuk
memenuhi kebutuhan nasabah.42 Dilihat dari sifat penggunaannya,
tujuan dari pembiayaan memiliki 2 fungsi yaitu:
1. Pembiayaan produktif, artinya pembiayaan yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan produksi, seperti pembiayaan untuk
39
Budi Kolistiawan, Tinjauan Syariah Tentang Pembiayaan Bermasalah Di Perbankan Syariah, IAIN Tulungagung, An-Nisbah, Vol. 01. No.01, Oktober 2014, hlm.
206 40
Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 64-65
41 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta : Rajawali Pers, 2013, hlm.
243 42
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik ,Gema Insani,
Jakarta : 2001, hlm. 160.
meningkatkan usaha, usaha meliputi usaha prduksi, perdagangan,
hingga investasi.
2. Pembiayaan konsumtif, artinya pembiayaan yang berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang bersifat habis pakai untuk
memenuhi kebutuhan.43
Dalam menyalurkan dana perbankan syariah dikenal dengan
pembiayaan sedangkan dalam perbankan konvensional dikenal
dengan sebutan kredit yang menggunakan beberapa system.
Berdasarkan surat keputusan Direksi Bank Indonesia No.
32/34/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 Bab VI Pasal 28 tentang
kegiatan usahanya sebagai berikut:44
1. Menghimpun dana dari masyarakat seperti simpanan seperti:
a. Tabungan berdasarkan prinsip mudharabah atau wadiah
b. Deposito yang berjangka dengan menggunakan prinsip
mudharabah
c. Giro dengan menggunakan prinsip wadiah
d. Bentuk lainnya yang menggunakan prinsip mudharabah atau
wadiah
2. Dalam menyalurkan dana melalui :
a. Istisna
b. Murabahah
c. Salam
d. Ijarah
e. Serta jual beli lainnya
3. Pembiayaan bagi hasil yang menggunakan beberapa prinsip:
a. Musyarakah
b. Mudharabah
c. Serta bagi hasil lainnya
43
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik ,Gema Insani, Jakarta : 2001, hlm. 160.
44 Amir Mu’allim, Praktek Pembiayaan Bank Syariah dan Problematikanya, Al-
Mawardi Edisi XI Tahun 2004, hlm. 48-49
4. Pembiayaan lainnya menggunakan prinsip:
a. Qard
b. Hilawah
c. Rahn
Diperbankan syariah maupun perbankan konvensional risiko
utama yang dihadapi setiap bank adalah risiko kredit, risiko kredit ini
muncul karena nasabah gagal bayar yang menyebabkan rasio
pembiayaan bermasalah atau non performing finance (NPF)
meningkat.45 Terjadinya risiko pembiayaan diakibatkan karena
kegagalan nasabah dalam memenuhi kewajiban bayarnya yang
sudah disepakati antara kedua pihak, risiko ini disebut dengan risiko
gagal bayar, risiko penurunan rating, risiko pembiayaan dan risiko
penyelesaian.
Dalam penyaluran dana, bank syariah memberikan
pembiayaan kepada nasabah dengan harapan pembiayaan dibayar
dengan lancer, dengan perjanjian di awal dengan akad nasabah
mematuhi dengan membayar lunas dengan jangka waktu yang telah
disepakati diawal pada saat akad perjanjian. Tetapi pada saat
pembayaran ada saja nasabah yang tidak mampu membayar yang
mengalami kesulitan sedangkan waktu yang disepakati diawal sudah
jatuh tempo yang membuat bank syariah mengalami kerugian.46
Prinsip-prinsip penilaian dalam pembiayaan yang perlu
diperhatiakan yaitu:
1. Character, yaitu watak atau sifat dari nasabah, yang diniali dalam
kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Penilain ini
diperhatikan untuk mengetahui nasabah sejauh mana
45
Rosyid Nur Anggara Putra, Karakteristik Pembiayaan dan Non Performing Finance Perbankan Syariah 2015-2018, Malia: Jurnal of Islamic banking and Finance,
Vol. 3 No. 1, 2009, hlm. 2 46
Budi Kolistiawan, Tinjauan Syariah Tentang Pembiayaan Bermasalah Di Perbankan Syariah, IAIN Tulungagung, An-Nisbah, Vol. 01. No.01, Oktober 2014, hlm.
194.
kemampuannya untuk memenuhi kewajibannya yang telah
disepakati diawal perjanjian
2. Capacity, yaitu kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam
menjalankan usahanya untuk memperoleh keuntungan atau laba
yang diharapkan dan dapat mengembaikan pinjamannya.
3. Capital, yaitu jumlah dana atau modal yang dibutuhkan peminjam
atau nasabah.
4. Collateral, untuk menghindari risiko nasabah harusnya
mempunyai jaminan yang dimiliki diberikan kepada bank.
5. Condition, yaitu kondisi usaha nasabah apakah mempengaruhi
kelancaran saat pembayaran
6. Constraint, yaitu hambatan-hambatan yang mempengaruhi
kegiatan usaha.47
Bagi bank syariah, jika jumlah pembiayaan yang diberikan
besar maka memiliki risiko yang harus ditanggung oleh bank syariah
semakin besar. Non performing financing (NPF) merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengatasi
risiko gagal bayar oleh debitur. Jika nilaii NPF tinggi maka semakin
besar pula risikopembiayaan yang ditanggung oleh pihak bank, yang
akhirnya mengakibatkan modal bank ikut menurun, karena untuk
besaran modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi
pembiayaan, tinggi nya nilai NPF akan menjadi salah satu penyebab
sulitnya perbankan dalam menyalurkan dana pembiayaanya.
c. Non Performing Financing (NPF) atau Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermasalah merupakan pembiayaan yang dalam
prakteknya tidak memenuhi target yang diinginkan oleh pihak bank,
contohnya pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermasalah,
pembiayaan yang mengalami kemungkinan terjadinya risiko gagal
47
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, UPP AMP YKPN, Yogyakarta : 2004,
hlm. 305
bayar dikemudian hari oleh nasabah yang akan menyebabkan risiko
bagi bank, pembiayaan yang memiliki atau tergolong
denganperhatian khusus, yang diragukan, dan macet sehingga
berpotensi akan penunggakan dalam pengembalian dananya. 48
Pembiayaan meruapakan tugas pokok dalam perbankan, yang
mana dalam menyalurkan dananya bank menyediakan fasilitas untuk
memenuhi kebutuhan nasabah. Pada perbankan syariah, jika melihat
dari tingkatan pembiayaan yang diberikan maka risiko yang akan
dihadapi dalam pembiayaan juga semakin besar, karena bank harus
memiliki tanggung jawab yang lebih besar dari pembiayaan tersebut.
Adapun rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam
menanggulangi risiko pembiayaan ini disebut dengan non performing
financing (NPF). Besarnya NPF akan menjadi penyebab sulitnya
penyaluran dana dalam perbankan.
Risiko utama yang dialami dalam dunia perbankan adalah risiko
kredit atau pembiayaan bermasalah. Risiko pembiayaan bermasalah
ini muncul karena terjadinya gagal bayar oleh nasabah pembiayaan,
risiko gagal bayar ini yang menyebabkan rasio pembiayaan
bermasalah atau non performing financing (NPF) akan
meningkat.jika rasio NPF meningkat kan berdampak kepada kualitas
dari pembiayaan. Masalah dari kualitas pembiayaan akan
menyebabkan perbankan mengalami kebangkrutan atau modal bank
akan berkurang serta kekayaan bersih yang signifikan. Jadi akan
menjadi perhitungan dalam analisisnya yang tepat bagi bank syariah
dalam menyalurkan dana pembiayaan kepada nasabah.49
NPF merupakan rasio pembiayaan bermasalah yang akan
mempengaruhi penurunanan tingkat profitabilitas, jika rasio NPF
48
Debbi Chtntia Ovami, Pengaruh Non Performing Financing Terhadap Pembiayaan Musyarakah, Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis Vol. 17 No. 2 September
2017, hlm. 3 49
Rosyid Nur Anggara Putra, Karakteristik Pembiayaan dan Non Performing Finance Perbankan Syariah 2015-2018, Malia: Jurnal of Islamic banking and Finance,
Vol. 3 No. 1, 2009, hlm. 2
tinggi maka tingkat profitabilitasnya rendah, yang akan menyebabkan
kesehatan bank tidak baik. Non performing financing menunukkan
kolektabilitas sebuah bank dalam mengumpulkan kembali
pembiayaan yang dikeluarkan oleh bank sampai lunas.
Pembiayaan yang berkualitas menunjukkan pembiayaan yang
tidak ataupun memiliki risiko rendah menjadi bermasalah, sedangkan
pembiayaan yang tidak berkualitas adalah pembiayaan yang
memiliki risiko yang tinggi untuk menjadi pembiayaan bermasalah.
Pembiayaan bermasalah menjadi salah satu risiko yang menakutkan
bagi perbankan, karena dalam praktiknya pembiayaan bermasalah
ini mengakibatkan krisis ekonomi yang membuat kinerja pada
perbankan buruk atau tidak sehat.
Non performing financing merupakan indikator untuk mengukur
tingkat kualitas dari pembiayaan atau penyaluran dana, berdasarkan
ketentuan Bank Indonesia Kategori dalam kolektabilitas pembiayaan
bermasalah atau kredit yaitu: kredit lancer, kredit dengan perhatian
khusus, kredit kurang lancer, kredit diragukan, dan kredit macet.
Tingkat pembiayaan bermasalah tercermin dalam rasio NPL atau
NPF yang merupakan formulasi :
Rasio NPL atau NPF =
x 100 %
Sesuai dengan surat edaran Bank Indonesia No. 17/19/DPUM
Tahun 2015, untuk tingkat rasio NPF atau NPL dalam Bank
Indonesia memiliki batas resiko maksimal kurang dari 5% untuk
melihat tingkat kesehatan bank tersebut.50
Dalam operasionalnya perbankan syariah mempunyai keunikan
dalam sifatnya, strategi yang digunakan bank syariah yang lebih baik
50
Rosyid Nur Anggara Putra, Karakteristik Pembiayaan dan Non Performing Finance Perbankan Syariah 2015-2018, Malia: Jurnal of Islamic banking and Finance,
Vol. 3 No. 1, 2009, hlm. 6.
dalam mengembankan identifikasi dan harus mempunyai sistem
manajemen risiko yang ketat.51
Tujuan dari NPF adalah sebagai pengukur tingkat
permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank, jika rasio NPF
ini tinggi, maka akan menunjukkan kualitas dari pembiayaan yang
semakin buruk. Dalam menilai kriteria NPF dapat dilihat dari
tingkatannya, jika NPF lebih kecil dari 2% menunjukkan peringkat 1,
jika tingkat NPF berkisaran 2% sampai dengan 5% maka
menunjukkan peringkat 2, jika tingkat NPF berada diantar 5% sampai
8% maka menunjukkan peringkat 3, jika NPF berada diantara 8%
sampai 12% maka menunjukkan peringkat 4, dan peringkat 5
merupakan tingkat yang paling buruk dengan menunjukkan NPF
lebih besar dari 12%.52
Pembiayaan bermasalah terjadi karena dalam pembayarannya
nasabah mengalami pembayaran yang tidak lancar, sering terjadi
dalam pembiayaannya nasabah tidak memenuhi syarat yang sudah
dijanjikan di awal perjanjian, dan pembayarannya mengalami tidak
tepat waktu sesuai penjadwalan angsuran. Yang akan berdampak
negatif bagi debitur dan kreditur.53
Sebagai indikator dalam menilai kinerja fungsi bank, NPF juga
berfungsi sebagai lembaga intermediary. Jika tingkat NPF terjadi
tinggi maka kesehatan bank akan rendah, karena banyak terjadinya
pembiayaan bermasalah didalam aktifitas perbankan tersebut.
Tingkat NPF akan menununjukan bagaimana kinerja dalam
perbankan syariah. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
51
Rosyid Nur Anggara Putra, Karakteristik Pembiayaan dan Non Performing Finance Perbankan Syariah 2015-2018, Malia: Jurnal of Islamic banking and Finance, Vol. 3 No. 1, 2009, hlm. 6.
52 Surat Edaran No. 9/24/DPbs Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah, Lampiran 1b. 53
Herni Hernawati, Oktaviani Rita Puspasari, Pengaruh Faktor Makroekonomi terhadap Pembiayaan Bermasalah, Journal of Islamic Finance and Accounting, Vol. 1
No. 1 Januari-Mei 2018, hlm. 30.
tingkat NPF ini dapat dilihat dari faktor internal dan faktor eksternal
perbankan.
Jika suatu bank mengalami permasalahan pembiayaan yang
artinya bank benar-benar tidak mampu untuk menghadapi risiko
kerugian yang disebabkan oleh pihak peminjam tidak mampu atau
tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk membayar atau
mengembalikan dana yang sudah dipinjamnya secara penuh saat
jatuh tempo atau sesudahnya maka itu dikatakan dengan
pembiayaan bermasalah.54
Besar atau kecilnya nilai NPF akan menunjukkan kinerja suatu
bank dalam mengelola dana yang disalurkan. Jika porsi dalam
pembiayaan bermasalah besar, maka hal ini menunjukkan turunnya
besar pendapatan yang diperoleh oleh bank. Sehingga akan
mempengaruhi tingkat profitabilitas bank syariah.55
Untuk melihat profesional bank dalam pengelolaan
pembiayaannya bank dapat dilihat dari tingkat NPF nya, jika nilai
NPF dalam suatu bank tinggi maka semakin tinggi juga pemberian
pembiayaan bank yang akan menunjukkan indikasi tingkat risiko
yang cukup tinggi pula, sehingga bank kurang likuid jika
dibandingkan dengan bank yang nilai rasionya lebih rendah.
1. Risiko Dalam Pembiayaan Akad Murabahah
Dalam istilah fiqih klasik murabahah adalah suatu bentuk jual
beli tertentu ketika penjual menyetujui keuntungan yang diingginkan
dari harga atau biaya perolehan barang (al-tsaman al-awwal).56
Murabahah ialah akad yang digunakan jual beli atas barang tertentu
54
Amalia Eka Purnamasari, Musdhalifah, Analisis Faktor Eksternal dan Internal Bank Terhadap Risiko Pembiayaan Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2012-
2015, Isma – Bisnis dan Manajemen – Vol. 9, No. 1 , Oktober 2016, hlm. 15 55
Ahmad Dahlan, Bank Syariah : Teoritik, Praktik, Kritik, (Yogyakarta : Teras, 2012), hlm. 153
56 Azharuddin Lathif, Konsep dan Aplikasi Akad Mudharabah Pada Perbankan
Syariah Di Indonesia, Ahkam: Vol. XII No. 2, Juli 2012, hlm. 70
yang harga asalnya ditambah dengan keuntungan yang sudah
disepakati pada perjanjian awal oleh bank dan nasabah.57 Dalam
praktiknya pihak bank syariah sebagai penyedia dana yang
menyediakan dana sesuai dengan kebutuhan nasabag untuk
membeli barang yang dibutuhkan dengan harga jual yang ditambah
dengan biaya transportasi, pajak, dan lainnya ditambah dengan
keuntungan atau margin yang sudah disepakati, pihak bank (penjual)
telah memberitahu kepada nasabah (pembeli) tentang ketetapan
harga beli produk tersebut dan menyebutkan keuntungan yang
diperoleh dari harga tersebut.58
Salah satu akad kerjasama yang melibatkan dua pihak dalam
transaksinya, kesepakatan yang dilakukan dua orang atau lebih dari
dua yang, salah atu diantaranya bersepakat menyediakan modal
atau dana, dan pihak yang lainnya memiliki keahlian dalam
menjalankan manajemen usaha bisnis seperti barang maupun jasa,
yang memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan yang disepakati
di perjanjian awal disebut dengan akad mudharabah.
Sebagaimana firman Allah SWT Q.S. An-Nisa : 29 59
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama-suka diantara kamu. Dan janganlah
57
Dewi Wulan Sari, Mohamad Yusak Anshori, Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Istishna, Mudharabah dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Bank Syariah Di Indonesia Periode Maret 2015-Agustus 2016), Accounting and Management Journal,
Vol. 1, No. 1, Juli 2017, hlm. 3 58
Amir Mua’allim, Praktik Pembiayaan Bank Syariah dan Problematikanya, Al-Mawardi Edisi XI, Tahun 2004, hlm. 49
59 Q.S. An-Nisa : 29
kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Masa
Penyayang kepadamu”. (An-Nisa : 29)
Pada umumnya akad murabahah digunakan dalam transaksi
jual beli barang investasi atau barang yang digunakan untuk pribadi,
contohnya rumah, peralatan kesehatan, kendaraan, mesin produksi,
dan lain sebagainya. Akad murabahah ini termasuk dalam akad
konsumtif dan investasi.60
Sebagai akad yang paling dominan di lembaga keuangan
syariah akad murabahah memiliki risiko gagal yang tinggi pula,
karena pada skema akad berbasis utang potensi kerugian yang akan
dialami bank adalah kegagalan atau ketidak mampuan nasabah
dalam membayar kewajiban mengembalikan modal yang telah
diberikan oleh bank. Gagalnya nasabah dalam mengembalikan
kewajiban modal bank tentu saja akan membuat pihak bank
merasakan kerugian.61
Alasan akad murabahah menjadi dominan dibandingkan akad-
akad pembiayaan lainnya di perbankan syariah, yaitu:
1. Dalam pembayarannya akad murabahah dilakukan dengan
tangguh antara pihak bank dan nasabah, bank dan nasabah
mempunyai hubungan sebagai hutang piutang, maksudnya dalam
keadaan apapun nasabah diwajibkan tetap membayar hutang
barang yang telah di perjual belikan, dengan waktu jatuh tempo
yang telah disepakati.
2. Dalam transaksi murabahah, bank syariah mampu memprediksi
pendapatan yang diperoleh oleh nasabah, karena harga jual
merupakan transaksi murabahah hutang nasabah, sedangkan
60
Dewi Wulan Sari, Mohamad Yusak Anshori, Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Istishna, Mudharabah dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Bank Syariah Di Indonesia Periode Maret 2015-Agustus 2016), Accounting and Management Journal,
Vol. 1, No. 1, Juli 2017, hlm. 3 61
Yulya Aryani, Faktor Internal Perbankan dan Makroekonomi yang Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah Berdasarkan Jenis Penggunakaan Akad Pada
Perbankan Syariah Indonesia, Tesis IPB, hlm. 11
untuk harga jual memiliki porsi pokok dan porsi keuntungan. Yang
membuat bank mampu memprediksi seberapa banyak
pendapatan atau keuntungan yang akan diperoleh.
3. Dalam implementasinya atau praktiknya pembiayaan murabahah
ini mudah untuk dipahami, karena pembiayaan murabahah ini
dalam perbankan syariah sama saja dengan kredit investasi
konsumtif.62
2. Resiko Dalam Pembiayaan Musyarakah
Akad musyarakah merupakan akad kerjasama yang dilakukan
antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu yang mana
masing-masing saling berkontribusi dana dengan kesepkatan bahwa
keuntungan serta risiko akan ditanggung secara bersama-sama
sesuai dengan kesepakatan.63 Jika dalam pelaksanaannya usaha
tersebut mengalami laba atau untung, maka pendapatan atau
keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan atau perjanjian yang
sudah dibuat diawal. Begitu juga sebaliknya, ketika dalam usalanya
mengalami kerugian maka kerugian akan dibagi berdasarkan
kontribusi dana kesepakatan diawal.64
Penyaluran dana di perbankan syariah berdasarkan akad
musyarakah ini banyak digunakan untuk pembiayan modal kerja ,
pihak bank yang menjadi mitra pasif dalam pembiayaannya yang
memberikan tugas untuk mengelola dana oleh nasabah yang mana
sebagai mitra aktif. Setiap mitra berhak mendapatkan keuntungan
berdasarkan porsi yang ditetapkan di awal akad. Namun, jika dalam
usahanya mengalami kerugian maka ketentuannya pun berdasarkan
dengan porsi yang telah ditetapkan diawal perjanjian. Dimana dalam
62
Sofyan Safri Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbankan,
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi (LPEE) Universitas Trisakti, Jakarta, 2010, hlm. 118.
63 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik , Gema Insani,
Jakarta : 2001, hlm. 90 64
Debbi Chyntia Ovami, Pengaruh Non Performing Financing Terhadap Pembiayaan Musyarakah, Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis, Vol. 17 No. 2, September
2017, hlm. 1
siste, perbankan syariah transaksi yang dilakukan menanggung
risiko secara bersama-sama dengan pihak yang terlibat didalam
usahanya.65
3. Risiko Dalam Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah adalah akad kerjasama antara dua
pihak, yakni pihak pertama (shahibul maal) penyedia dana, dan
pihak kedua (mudharib) pengelola yang bertanggung jawas atas
usaha. Keuntungan dari hasil usaha akan dibagi sesuai dengan
nisbah porsi bagi hasil yang sudah disepakati bersama saat awal
kontrak, jika terjadi kerugian maka shahibul maal (pemilik modal)
akan menanggung kerugiannya dengan catatan kerugian bukan
akibat dari kelalaian si pengelola (mudharib), jika kerugian ini
diakibatkan dari keteledoran atau kecurangan dari pengelola maka si
pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.66
Risiko yang akan dihadapi pembiayaan mudharabah ialah:
a. Industry risk, yakni risiko yang disebabkan dari karakteristik serta
kinerja keuangan masing-masing usaha yang bersangkutan,
seperti halnya kondisi internal perusahaan nasabah.
b. Business risk, merupakan risiko yang dapat dipengaruhi oleh
faktor yang negatif lainnya, yang akan mempengaruhi kinerja dari
perusahaan nasabah. Risiko bisnis ini terjadi karena penurunan
omset perusahaan dikarenakan harga barang produksi yang
meningkat.
c. Character risk, risiko yang terjadi dikarenakan kelalaian dari
nasabah, kelalaian ini berupa pelanggaran peraturan yang sudah
disepakati di awal perjanjian, operasioanal yang dikelola internal
perusahaan tidak professional sesuai dengan standard
65
Rosyid Nur Anggara Putra, Karakteristik Pembiayaan Dan Non Performing Finance Perbankan Syariah 2015–2018, Malia: Journal Of Islamic Banking And
Finance (2019, Vol. 3 No.1), hlm. 5. 66
Novi Fadhila, Analisis Pembiayaan Mudharabah dan Murabahah Terhadap Laba Bank Syariah Mandiri, Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis, Vol. 15, No. 1, Maret: 2015, hlm
66
pengelolaan yang telah disepakati antar nasabah dan bank yang
akan menyebabkan kerugian.67
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah
atau Non Performing Financing (NPF)
Faktor penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah ini bisa
disebabkan dari faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor
internal adalah faktor yang berasal dari aktivitas operasional di dalam
perbankan syariah tersebut yang berasal dari kinerja keuangan
perbankan. Laporan keuangan suatu bank syariah dapat
memprediksi indikator kesehatan dan sebagai alat analisis untuk
melihat keuntungan yang didapatkan. Dalam menganalisis laporan
keuangan dapat dilihat dari rasio Capital Adequacy Ratio (CAR),
Return On Asset (ROA), dan Biaya Operasional Terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO).68
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital adequacy ratio (CAR) merupakan rasio kecukupan
modal, sejak priode krisis sampai saat ini CAR menjadi tujuan
terpenting dalam menentukan kesehatan bank. Semakin tinggi nilai
CAR menyatakan keadaan bank yang sudah mempunyai modal
yang cukup baik dalam menunjang serta mampu bertanggung jawab
terhadap risiko-risiko yang akan muncul salah satunya risiko kredit
atau pembiayaan.69 Untuk menjaga kemungkinan terjadinya risiko
kerugian modal bank menjadi alat untuk melihat pergerakan aktiva
bank sebagai financial intermediary. Tingkat kepercayaan
67
Yulya Aryani, Faktor Internal Perbankan dan Makroekonomi yang Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah Berdasarkan Jenis Penggunakaan Akad Pada Perbankan Syariah Indonesia, Tesis IPB, hlm. 11-12
68 Mia Maraya Auliani, Syaichu, Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal
Terhadap Tingkat Pembiayaan Bermasalah Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Priode Tahun 2010-2014, Diponegoro Jurnal Of Management, Vol. 5, No. 3 Tahun 2016,
hlm. 2 69
Arditya Prayudi, Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), BOPO, Return On Asset (ROA) dan Net Interest Margin (NIM) terhadap Loan to
Deposit Ratio (LDR), hlm. 2
masyarakat terhadap kinerja bank dapat dilihat dari seberapa besar
modal yang dimiliki bank.70
Capital adequacy ratio (CAR) sebagai rasio untuk melihat
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko baik itu
risiko dari pembiayaan atau kredit, penyeratan, surat berharga, serta
tagihan pada bank lain yang dibiayai dari dana modal bank sendiri,
disamping memperoleh dana-dana dan sumber diluar bank, seperti
dana masyarakat, maupun pinjaman atau ytang dan lainnya.
Menurut Bank For International Settlement (BIS) besarnnya minimum
kebutuhan modal CAR dalam suatu bank ditentukan sebesar 8%
dihitung berdasarkan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).71
Aktiva dalam perhitungan risiko mencakup baik itu aktiva yang
tercantum dalam naraca maupun aktiva yang bersifat administratif
sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat
kontingen dan/atau komitmen yang disediakan oleh pihak ketiga.
Dari rasio CAR ini akan diketahui kemampuan dalam menyanggah
aktiva bank terutama kredit yang disalurkan dengan sejumlah modal
bank. Semakin tinggi CAR menyatakan bahwa bank syariah tersebut
mampu dalam membiayai seluruh kegiatan operasionalnya dan siap
untuk menyalurkan dana untuk pembiayaan kepdaa masyarakat.
Sebaliknya jika CAR rendah itu artinya bak tersebut tidak mampu
membiayai seluruh kegiatan operasionalnya dan tidak mampu
menyalurkan pembiayaannya kepada masyarakat. Untuk
menghitung Capital adequacy ratio (CAR) menggunakan rumus :
CAR =
Untuk melihat kecukupan modal bank harus memastikan
apakah mampu menyerap kerugian yang akan muncul, bank harus
mempunyai jaminan bahwa kecukupan untuk modal minimum yang
70
Yulya Aryani, Faktor Internal Perbankan dan Makroekonomi yang Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah Berdasarkan Jenis Penggunakaan Akad Pada
Perbankan Syariah Indonesia, Tesis IPB, hlm. 15 71
Hasibuan, Dasar-Dasar….., hlm. 58.
dimiliki harus sesuai dengan ketetapan Bank Indonesia sebesar 8%.
Karena sebagai dasar minimum CAR juga berfungsi untuk
memberikan pembiayaan, jika kualitas aktiva produktif semakin
besar maka tingkat NPF akan berpengaruh menurun.72
Semakin tinggi CAR menunjukkan semakin besar pula sumber
daya finansial yang dapat digunakan untuk mengantisipasi potensi
kerugian yang diakibatkan dari penyaluran pembiayaan. Dengan
kata lain semakin tinggi rasio CAR akan meningkatkan pula
kepercayaan diri pada perbankan dalam menyalurkan
pembiayaannya. Jika CAR berada diatas 20% maka perbankan akan
memacu pertumbuhan pembiayaannya hingga 20%-25%
pertahunnya. Jadi dapat disimpulkan CAR akan menunjang
kemampuan bank dalam mengantisipasi kerugian aktiva produktif
dalam pembiayaan yang disalurkan.
Untuk melihat kecukupan modal bank harus memastikan
apakah mampu menyerap.kerugian,yang.akan.muncul, bank.harus
mempunyai jaminan bahwa kecukupan untuk modal minimum yang
dimiliki harus sesuai dengan ketetapan Bank Indonesia sebesar 8%.
Karena sebagai dasar minimum CAR juga berfungsi untuk
memberikan pembiayaan, jika kualitas aktiva produktif semakin
besar maka tingkat NPF akan berpengaruh menurun.73
Berdasarkan teori nya CAR mempunyai perbandingan lurus
dengan ROA, jika rasio CAR meningkat maka akan mempengaruhi
tingkat ROA yang akan mengalami peningkatan pula.
72
Haifa, Dedi Wibowo, Pengaruh Faktor Internal Bank dan Makro Ekonomi Terhadap Non Performing Financing Perbankan Syariah : Periode 2010-2014, Jurnal
Nisbah Vol. 1, No, 2 : 2015, hlm. 76 73
Haifa, Dedi Wibowo, Pengaruh Faktor Internal Bank dan Makro Ekonomi Terhadap Non Performing Financing Perbankan Syariah : Periode 2010-2014, Jurnal
Nisbah Vol. 1, No, 2 : 2015, hlm. 76
2. Rerurn On Asset (ROA)
Indikator untuk menilai kinerja suatu bank yang paling tepat
untuk melihat rasio profitabilitas bank adalah return on asset (ROA).
Yang dimaksud dengan profitabilitas adalah dasar dari adanya
keterkaitan antara efisiensi operasional dengan kualitas jasa yang
dihasilkan oleh suatu bank. Fungsi dari ROA adalah untuk mengukur
seberapa efektifnya perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dengan mengandalkan aktiva yang dimilikinya untuk mendapatkan
net income. Semakin tinggi nilai ROA akan menjelaskan kinerja dari
perbankan akan semakin baik, karena return semakin besar pula.74
Rasio on asset ini melihat sejauh mana investasi yang telah
ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai
dengan yang diharapkan.
Laba merupakan tujuan utama yang ingin dicapai dalam
sebuah usaha, termasuk juga bagi usaha perbankan. Alasan dari
pencapaian laba perbankan tersebut dapat berupa kecukupan dalam
memenuhi kewajiban terhadap pemegang saham, penilaian atas
kinerja pemimpin, dan meningkatkan daya tarik investor untuk
menawarkan modalnya. Laba yang tinggi membuat bank medapat
kepercayaan dari masyarakat yang memungkinkan bank untuk
menghimpun modal yang lebih baik sehingga bank memperoleh
kesempatan meminjam dengan luas.75
Menurut Bambang Susanto, kelebihan dan kelemahan Return
on Asset (ROA) diaturannya sebagai berikut :
a. Kelebihan Return on Asset (ROA)
1. Rasio ini mudah untuk dipahami dan dihitung
74
Yulya Aryani, Faktor Internal Perbankan dan Makroekonomi yang
Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah Berdasarkan Jenis Penggunakaan Akad Pada Perbankan Syariah Indonesia, Tesis IPB, hlm. 15
75 Simongkir, Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank, (Jakarta :
Ghalia Indonesia, 2004), hal. 144.
2. Merupakan alat pengukur prestasi manajemen yang sensitif
terhaap setiap pengaruh keadaan keuangan perusahaan
3. Manajemen menitikberatkan perhatiannya pada perolehan laba
yang maksimal
4. Sebagai tolak ukur prestasi manajemen dalam memanfaatkan
aset yang dimiliki perusaha untuk memperoleh keuntungan atau
laba.
5. Mendorong tercapainya tujuan perusahaan
6. Sebagai alat mengevaluasi atas penerapan kebijakan-kebijakan
manajemen.
b. Kelemahan Return on Asset (ROA)
1. Kurang mendorong mnajemen untuk menambah aset apabila
nilai ROA yang diharapkan ternyata terlalu tinggi
2. Manajemen cendrung fokus pada tujuan jangka pendek bukan
pada tujuan jangka panjang, sehingga cendrung mengambil
keputusan jangka pendek yang lebih menguntungkan tetapi
berakibat negatif dalam jangka panjang.76
Semakin tinggi rasio ROA maka semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank tersebut dari segi pengamatan asset,
laba yang tinggi membuat bank mendapat kepercayaan dari
masyarakat yang memungkinkan bank untuk menghimpun modal
yang lebih banyak sehingga bank memperoleh kesempatan
menyalurkan dana dengan luas. Untuk standar ROA yang baik
menurut ketentuan Bank Indonesia adalah sebesar 1,5% namun
bukan sebagai keharusan.77
76
Bambang Susanto, Manajemen Akuntansi, (Jakarta: Sansu Moiti, 2005), hlm. 45.
77 Dendawijaya, Manajemen Perbankan ….., hlm. 68
3. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO adalah rasio yang efisiensi yang berfungsi untuk
mengukur kemampuan perbankan dalam mengendalikan biaya
operasional terhadap pendapatan operasional secara efisien.78
Sebagai perantara bank mempunyai kegiatan utamanya yaitu
menghimpun dana serta menylurkan dana, dimana pendapatan dan
biaya operasional bank di dominasi dengan biaya bunga dan beban
hasil bunga, yang dalam perbankan syariah disebut sebagai biaua
dan pendapayan dari aktivitas bagi hasil.
Sebagai rasio rentabilitas yang berfungsi sebagai alat ukur
kemampuan perbankan dalam mengendalikan biaya atau dikenal
dengan rasio efisiensi perbankan, karena BOPO adalah rasio untuk
mengukur efektivitas dan efisiensi operasional suatu perusahaan.
Jika rasio tingkat BOPO meningkat tinggi maka dalam
pengelolaan bank akan semakin tidak efisien, karena akan
berdampak kepada meningkatnya risiko pada pembiayaan (NPF).
Sebab beban operasional yang ditanggung oleh perbankan semakin
meningkat juga, yang berdampak kepada pendapatan yang
berkurang diperbankan tersebut. Biaya operasional bank syriah yang
tinggi membuat pendapatan bank syariah untung, namun jika
pendapatan syariah tinggi dengan biaya operasional yang rendah
membuat penekanan pada rasio BOPO yang menjadikan posisi
perbankan syariah tersebut dalam posisi sehat, dimana pembiayaan
bermasalah pun akan rendah.79 Biaya operasional dapat dihitung
dari besarnya jumlah total beban bunga dan total beban operasional
lainnya.
78
Mia Maraya Auliani, Syaichu, Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal
Terhadap Tingkat Pembiayaan Bermasalah Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Priode Tahun 2010-2014, Diponegoro Jurnal Of Management, Vol. 5, No. 3 Tahun 2016, hlm. 2
79 Mia Maraya Auliani, Syaichu, Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal
Terhadap Tingkat Pembiayaan Bermasalah Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Priode Tahun 2010-2014, Diponegoro Jurnal Of Management, Vol. 5, No. 3 Tahun 2016,
hlm. 3
Biaya operasional pendapatan operasional digunakan untuk
mengukur kemampuan dalam maemanajemen bank untuk
mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan
operasional.80 Biaya operasional dapat dihitung dari besarnya jumlah
total beban bunga dan total beban operasional lainnya.
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar aktivitas
operasional di dalam perbankan syariah tersebut Menurut Silvia
faktor-faktor yang menyebabkan pembiayaan bermasalah dapat
dilihat dari pertumbuhan produk domestic bruto (PDB), tingkat inflasi,
dan nilai tukar.
1. Produk Domestik Bruto (PDB)
Yang dimaksud dengan produk domestic bruto (PDB) ialah nilai
barang dan jasa yang diproduski pada suatu negara dalam priode
waktu tertentu. Indikator dalam menjaga kestabilan perekonomian
suatu negara adalah PDB, dimana kapasitas keluaran yang dapat
dihasilkan perekonomian dengan pemanfaatan sumber daya yang
ada dalam perekonomian. Kemampuan nasabah dalam
mengembalikan pinjamannya akan dipengaruhi dari tingkat
pendapatan masyarakat. Jika semakin tinggi total dari pendapatan
masyarakan yang dalam hal ini seperti PDB, maka kemungkinan
terjadinya pembiayaan bermasalah akan mengecil karena
masyarakat mampu untuk memenuhi kewajiban atas pinjamannya.
PDB menjadi indikator yang mengukur kinerja pertumbuhan
ekonomi yang penting, sebagai pelaku ekonomi yang menyediakan
barang dan jasa termasuk di industri perbankan.
2. Inflasi
Yang dimaksud dengan inflasi adalah proses kenaikan harga-
harga secara terus menerus yang akan mengakibatkan perubahan
daya beli pada masyarakat karena pendapatan yang diperoleh
80
Haryani, Restrukturisasi dan Penghapusan….., hal. 54
masyarakat mengalami penurunan dengan asumsi tingkat
pendapatan konstan. Saat terjadinya inflasi membuat masyarakat
mengalami keresahan karena beban hidup yang semakin tinggi
untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, sedangkan pendapatan
akan mengalami penurunan atau tetap. 81
Jika terjadi inflasi maka kegiatan ekonomi akan berpengaruh,
karena secara nyata akan menyebabkan daya beli masyarakat akan
mengalami penurunan. Masyarakat lebih memilih memenuhi
kebutuhan sehari-harinya yang lebih penting. Jika konsumsi akan
barang dan jasa menurun itu artinya permintaan akan barang dan
jasa pun ikut menurun juga. Hal ini tentu saja aka mempengaruhi
kapasitas nasabah dalam mengembalikan pinjamannya kepada
bank, yang akan menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah.
3. Nilai Tukar
Salah satu indikator dalam keuangan dan makroekonomi yang
mempengaruhi timbulnya fluktuasi ekonomi adalah nilai tukar,
dimana nilai tukar merupakan harga mata uang suatu Negara
terhadap mata uang Negara lain. Salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya krisis ekonomi adalah nilai tukar, karena
fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar terjadi ketika depresiasi
yang meningkat menyebabkan biaya produksi dan pembiayaan
impor yang mengalami penurunan pendapatan, hal ini akan
dirasakan bagi perusahaan yang bergerak di bidang ekspor-impor,
yang mana bahan baku dari perusahaan ini berasal dari luar negeri.
B. Kerangka Konseptual Penelitian
Dalam peneltian ini variable terdapat 2 variabel yaitu, variable
bebas (independent) dan variable terikat (dependent). Model yang
digunakan dalam penelitian ini menggambarkan faktor-faktor yang
81
Silvia Eka Febrianti, Analisis Pengaruh Pertumbuhan GDP, Inflasi, BI Rate dan Nilai Tukar Terhadap Kredit Bermasaah Pada Bank Konvensional dan Bank Syariah,
hlm. 5
mempengaruhi (CAR, ROA, BOPO, PDB, Inflasi dan Nilai Tukar)
sebagai variable bebas, dan untuk variable terikatnya adalah
pembiayaan bermasalah berdasarkan jenis penggunaan akad (NPF
murabahah, NPF musyarakah, dan NPF mudharabah).
Berdasarkan landasan teori dapat dijelaskan kerangka
konseptual dalam penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, tujuan penelitian, rumusan
masalah, sera penelitian terdahulu maka hipotesis dalam penelitian
ini sebagai berikut :
1. Pengaruh CAR Terhadap Pembiayaan Bermasalah
Sebagai rasio untuk mengukur permodalan serta cadangan
penghapusan dalam menanggung perkreditan yang fungsinya
Variabel Internal
CAR (X1), ROA(X2),
dan BOPO (X3)
Variabel Eksternal
PDB (X4), Inflasi (X5),
dan Nilai tukar (X6)
Pembiayaan Bermasalah atau NPF (Y)
PENGGUNAAN AKAD ( Murabahah, Musyarakah, Mudharabah )
sebagai penampung risiko kerugian yang akan dihadapi oleh bank
CAR menjdikan rasio yang terpenting dalam menentukan kesehatan
bank. Karena semakin tinggi nilai CAR menyatakan keadaan bank
yang sudah mempunyai modal yang cukup baik dalam menunjang
serta mampu bertanggung jawab terhadap risiko-risiko yang akan
muncul salah satunya risiko kredit atau pembiayaan.82 Untuk
menjaga kemungkinan terjadinya risiko kerugian modal bank menjadi
alat untuk melihat pergerakan aktiva bank sebagai financial
intermediary. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank
dapat dilihat dari seberapa besar modal yang dimiliki bank.83
Semakin tinggi rasio CAR maka meningkatkan kepercayaan
dari bank dalam penyaluran pembiayaan. Yang akan menyebabkan
potensi risiko pembiayaan bermasalah pun meningkat, risiko yang
dihadapi oleh bank berupa keterlambatan dan penunggakan
pembayaran yang akan menyebabkan meningkatnya pembiayaan
bermasalah.
Hipotesis : H0 : b1 = 0 Tidak ada pengaruh antara Capital Adequacy Ratio (CAR), secara persial terhadap Non
Performing Financing Ha : b1 ≠ ada pengaruh antara Capital Adequacy Ratio (CAR), secara persial terhadap Non
Performing Financing
2. Pengaruh ROA Terhadap Pembiayaan Bermasalah
Rasio untuk mengukur efektivitas manajemen dalam mengelola
investasi untuk memperoleh keuntungan adalah Return on Assets
(ROA).84 Salah satu tujuan dari perbankan adalah untuk memperoleh
keuntungan atau laba, karena laba yang tinggi menyebabkan
82
Arditya Prayudi, Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan
(NPL), BOPO, Return On Asset (ROA) dan Net Interest Margin (NIM) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR), hlm. 2
83 Yulya Aryani, Faktor Internal Perbankan dan Makroekonomi yang
Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah Berdasarkan Jenis Penggunakaan Akad Pada Perbankan Syariah Indonesia, Tesis IPB, hlm. 15
84 Cep Jandi Anwar, Sunaenah, Pengaruh ROA dan CAR Terhadap Kredit Macet
(NPL) pada Bank Umum Di Indonesia, Jurnal Ekonomi-Qu, Vol. 6, No. 2, Oktober 2016,
kepercayaan yang timbul dari nasabah yang memungkinkan para
nasabah untuk mengumpulkan modal yang lebih banyak sehingga
memberikan kesempatan lebih nayak lagi dalam penyaluran
pembiayaannya. Semakin tinggi nilai ROA dari suatu bank maka
semakin besar juga tingkat keuntungan bank yang dicapai, artinya
jika tingkat keuntungan tinggi maka pembiayaan bermasalah akan
semakin kecil. Karena nasabah mampu dalam membayar
kewajibannya atas pinjaman tersebut.
Hipotesis : H0 : b1 = 0 Tidak ada pengaruh antara Return in Assetes (ROA), secara persial terhadap Non
Performing Financing Ha : b1 ≠ ada pengaruh antara Return in Assetes
(ROA), secara persial terhadap Non Performing
Financing
3. Pengaruh BOPO Terhadap Pembiayaan Bermasalah
BOPO merupakan rasio untuk mengukur kegiatan operasional
bank syariah, sebagai penghimpun dana dan penyaluran dana. Di
bank syariah jika biaya operasional terlalu tinggi tidak akan
mendapat keuntungan bagi bank, pendapatan bank yang tinggi
dengan biaya operasional yang rendah akan menekan rasio BOPO
yang menjelaskan bank syariah dalam keadaan baik atau sehat,
dimana untuk terjadinya pembiayaan bermasalah pun rendah.85
Hipotesis : H0 : b1 = 0 Tidak ada pengaruh antara Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasioanal (BOPO), secara persial terhadap Non Performing
Financing Ha : b1 ≠ ada pengaruh antara Biaya Operasional
Terhadap Pendapatan Operasioanal (BOPO), secara persial terhadap Non Performing Financing
85
Mia Maraya Auliani, Syaichu, Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Tingkat Pembiayaan Bermasalah Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Priode Tahun 2010-2014, Diponegoro Jurnal Of Management, Vol. 5, No. 3 Tahun 2016,
hlm. 3
4. Pengaruh PDB Terhadap Pembiayaan Bermasalah
Kemampuan nasabah dalam membayar kewajibannya kepada
bank dipengaruhi dari pendapatan masyarakat yang dicerminkan
oleh PDB, maka kemungkinan untuk terjadinya pembiayaan
bermasalah ini akan sedikit karena masyarakat bisa bahkan mampu
untuk membayar kewajibannya kepada bank. Semakin tinggi tingkat
PDB pada suatu wilayah menjelaskan bahwa perekonomian disuatu
daerah tersebut dalam kondisi baik. Maka nasabah yang melakukan
peminjaman kepada bank mampu untuk membayar kewajibannya
terhadap bank. Sehingga tingkat pembiayaan bermasalah menjadi
menurun. Saat perekonomian tumbuh, maka pendapatan yang
dihasilkan oleh perusahaan maupun non perusahaan akan
meningkat pula dan mereka mampu untuk membayar setoran
peminjamannya pada bank. Sehingga kontribus terhadap rasio
pembiayaan bermasalah menurun.
Hipotesis : H0 : b1 = 0 Tidak ada pengaruh antara Produk
Domestik Bruto (PDB), secara persial terhadap Non
Performing Financing Ha : b1 ≠ ada pengaruh antara Produk Domestik
Bruto (PDB)secara persial terhadap Non Performing
Financing
5. Pengaruh Inflasi Terhadap Pembiayaan Bermasalah
Inflasi akan berpengaruh terhadap pembiayaan bermasalah,
karena inflasi yang tinggi dan tidak stabil akan memberikan dampak
yang negative terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Inflasi
yang tinggi membuat penapatan riil masyarakat menurun yang
membuat standard hidup masyarakat ikut mengalami penurunan
pula. Dengan meningkatnya inflasi akan mengakibatkan kemampuan
nasabah dalam membayar cicilan terganggu, sehingga membuat
terjadinya pembiayaan bermasalah.86
Sebelum terjadinya inflasi nasabah dianggap mampu untuk
membayar angsuran pinjamannya, akan tetapi setelah terjadinya
inflasi harga-harga mengalami kenaikan yang cukup tinggi namun
penghasilan nasabah tidak mengalami peningkatan, maka yang
terjadi nasabah tidak mampu dalam membayar angsurannya, karena
sebagian besar pendapatannya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-harinya akibat dari kenaikan dari harga-harga.
Semakin tinggi tingkat inflasi dalam suatu Negara maka akan
menyebabkan pembiayaan bermasalah meningkat.87
Hipotesis : H0 : b1 = 0 Tidak ada pengaruh antara Inflasi, secara persial terhadap Non Performing Financing
Ha : b1 ≠ ada pengaruh antara Inflasi secara persial terhadap Non Performing Financing
6. Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Pembiayaan Bermasalah
Jika nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (mata uang
domestic nilainya turun terhadap mata uang asing) maka
perusahaan yang bergerak dalam bidang impor akan mengalami
dampak dari perubahan nilai tukar ini dan akan sangat berpengaruh
terhadap kelancaran usaha, jika nasabah menggunakan bahan
impor dalam usahanya, hal ini sangat berpengaruh terhadap
tingginya tingkat pembiayaan bermasalah pada perbankan syariah
dalam jangka waktu panjang, nasabah tidak mampu membayar
kewajibannya kepada bank.88
86
Haifa, Dedi Wibowo, Pengaruh Faktor Internal Bank dan Makro Ekonomi Terhadap Non Performing Financing Perbankan Syariah : Periode 2010-2014, Jurnal
Nisbah Vol. 1, No, 2 : 2015, hlm. 77 87
Herni Hernawati, Oktaviani Rita Puspasari, Pengaruh Faktor Makroekonomi terhadap Pembiayaan Bermasalah, Journal of Islamic Finance and Accounting, Vol. 1
No. 1 Januari-Mei 2018, hlm. 31 88
Haifa, Dedi Wibowo, Pengaruh Faktor Internal Bank dan Makro Ekonomi Terhadap Non Performing Financing Perbankan Syariah : Periode 2010-2014, Jurnal
Nisbah Vol. 1, No, 2 : 2015, hlm. 77
Hipotesis : H0 : b1 = 0 Tidak ada pengaruh antara Inflasi, secara
persial terhadap Non Performing Financing Ha : b1 ≠ ada pengaruh antara Inflasi secara persial terhadap Non Performing Financing
D. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama (Tahun) Judul Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
1. Yulya Aryani
(2016)
“Faktor Internal
Perbankan dan
Makroekonomiyang
Memengaruhi
Pembiayaan
Bermasalah
Berdasarkan Jenis
Penggunaan Akad
pada Perbankan
Syariah Indonesia”
CAR, FDR,
NIM, Bank
size, biaya
overhead,
SBIS rate,
KAP, dan
NPF
Dari hasil penelitian ini
menyatakan bahwa CAR,
Bank size, biaya overhead
dan SBIS rate memiliki efek
negative signifikan pada
NPF, sedangkan FDR, NIM,
KAP, dan Bi rate memiliki
efek positif signifikan
terhadap NPF
2. Cep Jandi
Anwar,
Sunaenah
(2016)
“Pengaruh ROA
dan CAR Terhadap
Kredit Macet (NPL)
pada Bank Umum
Di Indonesia”
ROA, CAR,
dan NPF
Dari hasil penelitiannya
menjelaskan bahwa ROA
mempunyai pengaruh positif
dan signifikan terhadap
NPL, sedangkan CAR
mempunyai pengaruh
negarif dan signidikan
terhadap NPL.
Secara simultan kedua ROA
dan CAR mempunyai
pengaruh yang signifikan
terhadap NPL.
3. Nova Shenni
Purba, Ari
darmawan
(2018)
“Pengaruh
Pertumbuhan
Produk Domestik
Bruto dan Inflasi
Terhadap Non
Performing Finance
Bank Syariah (Studi
pada Bank Umum
Syariah Di
Indonesia Periode
2014-2016”
GDP, Inflasi,
dan NPF
Dari hasil penelitiannya
menjelaskan bahwa secara
persial GDP berpengaruh
tidak signifikan terhadap
NPF, sedangkan inflasi
berpengaruh secara
signifikan terhadap NPF.
Secara simultan, GDP dan
Inflasi berpengaruh secara
signifikan terhadap NPF
bank umum syariah.
4. Rindang Nuri
Isnaini
Nugrohowati,
dan Syafrildha
Bimo
“Analisis Pengaruh
Faktor Internal dan
Eksternal terhadap
Non Performing
Financing (NPF)
pada Bank
Perkresitan Rakyat
Syariah DI
Indonesia”
Total Asset,
CAR, ROA,
BOPO, BI
rate, PDRB,
Inflasi,
pengangguran
dan NPF
Dari hasil penelitiannya
menjelaskan bahwa Total
Asset tidak berpengaruh
signifikan terhadap NPF,
variable CAR dan ROA
memiliki pengaruh negative
dan signifikan terhadap
NPF, sedangkan BI rate dan
PDRB memiliki pengaruh
positif dan signifikan
terhadap NPF, dan variable
inflasi dan pengangguran
tidak memiliki pengaruh
terhadap NPF pada BPRS di
Indonesia
5. Jaenal Effendi,
Usy Thiarany,
dan Tita
“Factor influencing
Non Performing
FinancingI (NPF) at
RR, ROA,
Inflasi, CAR,
PDB, BOPO,
Dari hasil penelitiannya
menjelaskan bahwa rasio
pembiayaan bagi hasil (RR),
Nursyamsiah
(2017)
Sharia Banking” dan NPF ROA, inflasi, CAR
berpengaruh negatife
signifikan terhadap NPF.
sedangkan PDB, dan BOPO
berpengaruh positif
signifikan.
Dari penelitian-penlitian terdahulu yang telah disajikan diatas
memiliki kemiripan dengan penelitian yang diajukan peneliti, yaitu
sama fokusnya tentang analisis faktor internal dan eksternal
terhadap NPF. Tetapi peneliti-peneliti diatas lebih menekankan faktor
internal dan eksternal terhadap NPF saja, sedangkan penelitian ini
lebih menekankan kepada faktor internal (CAR, ROA, dan BOPO)
dan eksternal perbankan (PDB, Inflasi dan Nilai Tukar) yang
mempengaruhi pembiayaan bermasalah (NPF) berdasarkan jenis
penggunaan akad pada perbankan Syariah Indonesia tahun 2015-
2019.
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini akan dijadikan dasar oleh peneliti dalam
melakukan penelitian. Berdasarkan data dan jenis data yang
diperoleh, dalam penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian
kuantitatif, dimana penelitian ini menggunakan angka serta bilangan,
yang memiliki sifat asosiatif kuasalitas, maksudnya dalam penelitian
ini mencari pengaruh atau hubungan sebab akibat dari variabel
independen atau variabel yang mempengaruhi (X) terhadap variabel
dependen atau variabel yang dipengaruhi (Y).
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Perbankan Syariah
Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan selama periode
2015-2019. Sehingga data yang dibutuhkan oleh peneliti adalah
data perbankan Syariah di Indonesia dari tahun 2015-2019.
Pengambilan sampel pada penelitian ini, menggunakan pendekatan
“non-probability”, dengan metode purposive sampling. Dengan
kriteria sebagai berikut:
a. Memiliki data 5 tahun terakhir
b. Terdaftar di OJK dan IDX
c. Bukan bagian dari bank daerah
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dengan data
sekunder yang diperoleh dari laporan pada website Bank Indonesia,
Otoritas Jasa Keuangan, dan Badan Pusat Statistik periode 2015
hingga 2019 sebagai data yang akan diolah untuk digunakan dalam
penelitian ini, selanjutnya dari keseluruhan data yang digunakan
merupakan data triwulan selama 5 tahun dalam kurun waktu 2015-
2019.
1. Data Sekunder
Pengumpulan data diambil dari data laporan keuangan Bank
Umum Syariah yang dijadikan sampel pada penelitian ini. Data-
data sekunder yang digunakan oleh penulis adalah sebagai
berikut :
a. Data Capital Adequacy Ratio (CAR) setiap triwulan selama
periode triwulan I Maret 2015 sampai dengan triwulan IV
Desember 2019 diperoleh dari laporan keuangan triwulan
distribusi bagi hasil pada website Bank Indonesia dan website
Otoritas Jasa Keuangan.
b. Data Return on Asset (ROA) setiap triwulan selama periode
triwulan I Maret 2015 sampai dengan triwulan IV Desember
2019 diperoleh dari laporan keuangan triwulan distribusi bagi
hasil pada website Bank Indonesia dan website Otoritas Jasa
Keuangan.
c. Data Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
setiap triwulan selama periode triwulan I Maret 2015 sampai
dengan triwulan IV Desember 2019 diperoleh dari laporan
keuangan triwulan distribusi bagi hasil pada website Bank
Indonesia dan website Otoritas Jasa Keuangan.
d. Data Produk Domestik Bruto (PDB) setiap triwulan selama
periode triwulan I Maret 2015 sampai dengan triwulan IV
Desember 2019 diperoleh dari laporan triwulan pada website
Bank Indonesia dan website Badan Pusat Statistik.
e. Data Inflasi setiap triwulan selama periode triwulan I Maret
2015 sampai dengan triwulan IV Desember 2019 diperoleh
dari laporan triwulan pada website Bank Indonesia dan
website Badan Pusat Statistik.
f. Data Nilai Tukar setiap triwulan selama periode triwulan I
Maret 2015 sampai dengan triwulan IV Desember 2019
diperoleh dari laporan triwulan pada website Bank Indonesia
dan website Badan Pusat Statistik.
2. Studi Kepustakaan (Library Research)
Penulis mengadakan penelitian kepustakaan untuk
mendapatkan teori dan konsep yang kuat agar dapat
memecahkan permasalahan. Studi kepustakaan dilakukan dengan
mengumpulkan literatur-literatur ilmiah, buku-buku, jurnal-jurnal,
artikel, serta majalah yang berkaitan dengan penelitian ini.
3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Variabel Dependen (terikat)
Yaitu variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel independen, variabel dependen dalam penelitian ini
menggunakan rasio Non Performing Financing (NPF)
berdasarkan jenis penggunaan akad
a. Non Performing Financing Murabahah
Salah satu akad kerjasama yang melibatkan dua pihak
dalam transaksinya, kesepakatan yang dilakukan dua orang
atau lebih dari dua yang, salah atu diantaranya bersepakat
menyediakan modal atau dana, dan pihak yang lainnya
memiliki keahlian dalam menjalankan manajemen usaha bisnis
seperti barang maupun jasa, yang memiliki tujuan untuk
memperoleh keuntungan yang disepakati di perjanjian awal
disebut dengan akad mudharabah.
Sebagai akad yang paling dominan di lembaga keuangan
syariah akad murabahah memiliki risiko gagal yang tinggi pula,
karena pada skema akad berbasis utang potensi kerugian yang
akan dialami bank adalah kegagalan atau ketidak mampuan
nasabah dalam membayar kewajiban mengembalikan modal
yang telah diberikan oleh bank. Gagalnya nasabah dalam
mengembalikan kewajiban modal bank tentu saja akan
membuat pihak bank merasakan kerugian.89
b. Non Performing Financing Musyarakah
Akad musyarakah merupakan akad kerjasama yang
dilakukan antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu yang mana masing-masing saling berkontribusi dana
dengan kesepkatan bahwa keuntungan serta risiko akan
ditanggung secara bersama-sama sesuai dengan
kesepakatan.90 Jika dalam pelaksanaannya usaha tersebut
mengalami laba atau untung, maka pendapatan atau
keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan atau perjanjian
yang sudah dibuat diawal. Begitu juga sebaliknya, ketika dalam
usalanya mengalami kerugian maka kerugian akan dibagi
berdasarkan kontribusi dana kesepakatan diawal.91
c. Non Performing Financing Mudharabah
Pembiayaan mudharabah adalah akad kerjasama antara
dua pihak, yakni pihak pertama (shahibul maal) penyedia dana,
dan pihak kedua (mudharib) pengelola yang bertanggung jawas
atas usaha. Keuntungan dari hasil usaha akan dibagi sesuai
dengan nisbah porsi bagi hasil yang sudah disepakati bersama
saat awal kontrak, jika terjadi kerugian maka shahibul maal
(pemilik modal) akan menanggung kerugiannya dengan catatan
kerugian bukan akibat dari kelalaian si pengelola (mudharib),
jika kerugian ini diakibatkan dari keteledoran atau kecurangan
89
Yulya Aryani, Faktor Internal Perbankan dan Makroekonomi yang
Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah Berdasarkan Jenis Penggunakaan Akad Pada Perbankan Syariah Indonesia, Tesis IPB, hlm. 11
90 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik , Gema Insani,
Jakarta : 2001, hlm. 90 91
Debbi Chyntia Ovami, Pengaruh Non Performing Financing Terhadap Pembiayaan Musyarakah, Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis, Vol. 17 No. 2, September
2017, hlm. 1
dari pengelola maka si pengelola harus bertanggung jawab
atas kerugian tersebut.92
2) Variabel Independen (bebas)
Yaitu variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Variabel-bvariabel independen yang akan diuji dalam
penelitian ini adalah :
a. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) ini merupakan rasio untuk
menentukan kecukupan modal, rasio ini juga menjadi tujuan
terpenting dalam menentukan kesehatan bank. Semakin tinggi
nilai CAR menyatakan keadaan bank yang sudah mempunyai
modal yang cukup baik dalam menunjang serta mampu
bertanggung jawab terhadap risiko-risiko yang akan muncul
salah satunya risiko kredit atau pembiayaan.93 Untuk menjaga
kemungkinan terjadinya risiko kerugian modal bank menjadi
alat untuk melihat pergerakan aktiva bank sebagai financial
intermediary.
Menurut Bank For International Settlement (BIS)
besarnnya minimum kebutuhan modal CAR dalam suatu bank
ditentukan sebesar 8% dihitung berdasarkan aktiva tertimbang
menurut risiko (ATMR).94 Semakin tinggi CAR menyatakan
bahwa bank syariah tersebut mampu dalam membiayai seluruh
kegiatan operasionalnya dan siap untuk menyalurkan dana
untuk pembiayaan kepdaa masyarakat. Sebaliknya jika CAR
rendah itu artinya bak tersebut tidak mampu membiayai seluruh
92
Novi Fadhila, Analisis Pembiayaan Mudharabah dan Murabahah Terhadap Laba Bank Syariah Mandiri, Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis, Vol. 15, No. 1, Maret: 2015, hlm
66 93
Arditya Prayudi, Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), BOPO, Return On Asset (ROA) dan Net Interest Margin (NIM) terhadap Loan to
Deposit Ratio (LDR), hlm. 2 94
Hasibuan, Dasar-Dasar….., hlm. 58.
kegiatan operasionalnya dan tidak mampu menyalurkan
pembiayaannya kepada masyarakat
b. Return on Asset (ROA)
Rerurn On Asset adalah rasio yang menunjukkan
perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total aset
bank, rasio ini menunjukkan timgkat efisiensi pengelolaan aset
yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan.95 Fungsi dari
ROA adalah untuk mengukur seberapa efektifnya perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan dengan mengandalkan aktiva
yang dimilikinya untuk mendapatkan net income. Semakin
tinggi nilai ROA akan menjelaskan kinerja dari perbankan akan
semakin baik, karena return semakin besar pula.96
Semakin tinggi rasio ROA maka semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dari segi
pengamatan asset, laba yang tinggi membuat bank mendapat
kepercayaan dari masyarakat yang memungkinkan bank untuk
menghimpun modal yang lebih banyak sehingga bank
memperoleh kesempatan menyalurkan dana dengan luas.
Untuk standar ROA yang baik menurut ketentuan Bank
Indonesia adalah sebesar 1,5% namun bukan sebagai
keharusan.97
c. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO adalah rasio yang efisiensi yang berfungsi untuk
mengukur kemampuan perbankan dalam mengendalikan biaya
operasional terhadap pendapatan operasional secara efisien.98
95
Kasmir, Analisis Laporan …., hlm. 202 96
Yulya Aryani, Faktor Internal Perbankan dan Makroekonomi yang
Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah Berdasarkan Jenis Penggunakaan Akad Pada Perbankan Syariah Indonesia, Tesis IPB, hlm. 15
97 Dendawijaya, Manajemen Perbankan ….., hlm. 68
98 Mia Maraya Auliani, Syaichu, Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal
Terhadap Tingkat Pembiayaan Bermasalah Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Priode Tahun 2010-2014, Diponegoro Jurnal Of Management, Vol. 5, No. 3 Tahun 2016,
hlm. 2
Jika rasio tingkat BOPO meningkat tinggi maka dalam
pengelolaan bank akan semakin tidak efisien, karena akan
berdampak kepada meningkatnya risiko pada pembiayaan
(NPF). Sebab beban operasional yang ditanggung oleh
perbankan semakin meningkat juga, yang berdampak kepada
pendapatan yang berkurang diperbankan tersebut. Biaya
operasional bank syriah yang tinggi membuat pendapatan bank
syariah untung, namun jika pendapatan syariah tinggi dengan
biaya operasional yang rendah membuat penekanan pada rasio
BOPO yang menjadikan posisi perbankan syariah tersebut
dalam posisi sehat, dimana pembiayaan bermasalah pun akan
rendah.99
d. Produk Domestik Bruto (PDB)
Indikator dalam menjaga kestabilan perekonomian suatu
negara adalah PDB, dimana kapasitas keluaran yang dapat
dihasilkan perekonomian dengan pemanfaatan sumber daya
yang ada dalam perekonomian. PDB menjadi indikator yang
mengukur kinerja pertumbuhan ekonomi yang penting, sebagai
pelaku ekonomi yang menyediakan barang dan jasa termasuk
di industri perbankan.
e. Inflasi
Saat terjadinya inflasi membuat masyarakat mengalami
keresahan karena beban hidup yang semakin tinggi untuk
memenuhi kehidupan sehari-hari, sedangkan pendapatan akan
mengalami penurunan atau tetap. 100 Masyarakat lebih memilih
memenuhi kebutuhan sehari-harinya yang lebih penting. Jika
99
Mia Maraya Auliani, Syaichu, Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Tingkat Pembiayaan Bermasalah Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Priode Tahun 2010-2014, Diponegoro Jurnal Of Management, Vol. 5, No. 3 Tahun 2016,
hlm. 3 100
Silvia Eka Febrianti, Analisis Pengaruh Pertumbuhan GDP, Inflasi, BI Rate dan Nilai Tukar Terhadap Kredit Bermasaah Pada Bank Konvensional dan Bank Syariah,
hlm. 5
konsumsi akan barang dan jasa menurun itu artinya permintaan
akan barang dan jasa pun ikut menurun juga. Hal ini tentu saja
aka mempengaruhi kapasitas nasabah dalam mengembalikan
pinjamannya kepada bank, yang akan menyebabkan terjadinya
pembiayaan bermasalah.
f. Nilai Tukar
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya krisis
ekonomi adalah nilai tukar, karena fluktuasi nilai tukar rupiah
terhadap dollar terjadi ketika depresiasi yang meningkat
menyebabkan biaya produksi dan pembiayaan impor yang
mengalami penurunan pendapatan, hal ini akan dirasakan bagi
perusahaan yang bergerak di bidang ekspor-impor, yang mana
bahan baku dari perusahaan ini berasal dari luar negeri.
D. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini menggunakan jenis data yang bersifat time
series (runtun waktu) yang dimulai dari Januari 2015 sampai
Desember 2019. Penelitian ini menggunakan data non-eksperimen
berupa data sekunder. Data sekunder yang diperoleh dan diolah
merupakan data yang berasal dari laporan keuangan tahunan Bank
Syariah di Indonesia. Laporan keuangan tersebut merupakan
laporan keuangan yang telah dipubliskan oleh Bank Indonesia,
Otoritas Jasa Keuangan, dan Badan Pusat Statistik di website
statistik perbankan syariah OJK dimulai dari tahun 2015-2019.
E. Teknik Analisis Data
Dalam analisis data penulis menggunakan metode analisis
regresi linier berganda. Data yang dianalisis akan diolah
menggunakan softwere E-Views8, kemudian data-data tersebut
dianalisis menggunakan metode uji asumsi klasik dan uji hipotesis.
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali101 uji normalitas memiliki tujuan untuk
menguji apakah model regresi pada variable pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal. Untuk uji t dan uji f
menyatakan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.
Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistic menjadi tidak valid
untuk jumlah sampel kecil.
Untuk mengetahui normalitas residual dengan cara
analisis grafik (Histogram dan Normal P-Plot) yaitu dengan
melihat grafik Histogram dan grafik P-Plot yang
membandingkan distribusi komulatid dari distribusi normal, dan
dasar pengembilan keputusan, dan analisis statistik
(Kolmogorov – Smimov) yaitu melalui uji Kolmogorov – Smirnov
dimana bila asymp sig (2 tailed) dibawah 0.05 maka dalam
penelitian ini telah berdistribusi secara normal.
Jika dalam penelitian ini ditemukan data yang tidak
berdistribusi normal, maka yang akan dilakukan adalah
transformasi agar data terdistribusi dengan normal. Untuk
menormalkan data sebelumnya harus mengetahu terlebih
dahulu bagaimana bentuk histogram dari data yang ada.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas merupakan uji yang digunakan
untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varian dari
residual untuk semua pengamatan pada model regresi linear.
Uji ini merupakan salah satu dari uji asumsi klasik yang harus
dilakukan pada regresi linear. Apabila asumsi
heteroskedastisitas tidak terpenuhi, maka model regresi yang
101
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Progrm SPSS,
Semarang: Universitas Diponegoro, 2011, hal. 160.
digunakan dinyatakan tidak valid sebagai alat peramalan.
masalah heterokedastisitas ini dapat disembuhkan dengan
menggunakan weight least square yang ada pada Generalized
Least Square (GLS) yang memberikan pembobotan pada
variasi data yang digunakan.
Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas, yaitu dengan cara:
a. Dapat dilihat dari grafil plot antara nilai prediksi variabel
terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID. Untuk mendeteksi ada atau tidak
heteroskredastisitas dapat dilihat ada atau tidak pola grafik
scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y
adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual
(Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized.
Dasar analisis :
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu yang beraturan (bergelombang,
melebar kemudian menyempit) maka mengidentifikasikan
telah teradi heteroskedastisitas,
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik tidak
menyebar diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y,
maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas adalah uji yang digunakan untuk
menaksir apakah terdapat hubungan intercorelation atau
korelasi antar variabel bebas. Multikolinieritas dapat diatasi
dengan pemberian pembootan (cross section weight) atau
GLS. Selain itu multikolinieritas biasanya terjadi ketika data
yang digunakan berupa data deret waktu sehingga dengan
mengkombinasikan data tersebut dengan data cross section
secara teknis dapat mengurangi masalah multikolinieritas.
Uji ini juga bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan kolerasi antara variabel bebas (indeoenden).
Untuk model regresi yang baik seharusnya menunjukkan tidak
terjadi korelasi antara variabel independen. Jika terjadi korelasi
maka terdapat masalah multikolerasi sehingga model regresi
tersebt tidak dapat digunakan. Untuk melihat hasil uji ini dapat
dilihat melalui nilai Variance Inflation Faktor (VIF) dengan
ketenuan sebagai berikut:102
a. Variance Inflation Faktor (VIF) ≥ 10 maka terdapat masalah
multikolinieritas diantara variabel bebas tersebut.
b. Variance Inflation Faktor (VIF) ≤ 10 maka tidak terdapat
masalah multikolinieritas diantara variabel bebas tersebut.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi uji yang digunakan untuk melihat apakah
terdapat korelasi yang muncul karena data waktu berkaitan
satu sama lain. Uji autokorelasi ini dapat dilakukan dengan
menggunakan uji Durbin Watson dimana, Autokorelasi dapat
dideteksi dengan cara membandingkan antara DW statistik
dengan DW tabel.
Autokorelasi muncul karena adanya obsevasi yang
berurutan sepanjang waktu yang berkaitan antara satu sama
lainnya. Masalah autokorelasi ini terjadi karena residual
(kesalahan penganggu) tidak bebas dari satu observasi ke
observasi lainnya. Model regresi dikatakan baik jika regresinya
bebas dari autokorelasi. Cara yng dapat digunakan untuk
102
Imam Ghozali, Aplikasi analisis Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang : Universitas Diponegoro, 2011), hlm. 160
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini
yaitu dengan uji Durbin-Waston.
Cara untuk melihat ada atau tidaknya masalah
autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Waston dengan
ketentuannya, yaitu :
1. Terjadinya autokolerasi positif, jika nilai DW , dL
2. Tanpa kesimpilan, jika dL < nilai DW < dU
3. Tidak ada autokorelasi, jika dU < nilai DW , 4-dU
4. Tanpa kesimpulan, jika 4-dU < nilai DW < 4-dL
5. Terjadi autokolerasi negatife, jika nilai DW > 4dL
E. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linier berganda adalah analisis terkait
hubungan antara dua atau lebih variabel independen terhadap
variabel dependen. Adapun persamaan regresi berganda
dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
Y : Non Performing Financing (NPF)
β1 : Koefisien regresi dari variabel X1
β2 : Koefisien regresi dari variabel X2
β3 : Koefisien regresi dari variabel X3
β4 : Koefisien regresi dari variabel X4
β5 : Koefisien regresi dari variabel X5
β6 : Koefisien regresi dari variabel X6
α : Konstanta.
X1 : Capital Adequacy Ratio (CAR)
X2 : Return on Asset (ROA)
X3 : Biaya Operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO)
X4 : Produk Domestik Bruto (PDB)
X5 : Inflasi
X6 : Nilai tukar
E : Error
F. Uji Hipotesis
Metode pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan
secara parsial (uji t) dan pengujian secara simultan (uji F) serta
analisis koefisien determinasi (R2), pengujian hipotesis tersebut
sebagai berikut:103
1. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)
Uji f simultan digunakan untuk menunjukkan secara
bersama-sama apakah variabel x yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh terhadap variabel y. Pengampilan
keputusannya yaitu apabila fhitung > ftabel maka dapat disimpulkan
bahwa variabel x berpengaruh terhadap variabel y di model.
a. H0 : β1, β2, β3, β4, β5, β6 = 0, variabel independen tidak
berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel.
b. H1 : β1, β2, β3, β4, β5, β6 ≠ 0, variabel independen
berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen.
Aturan pengembalian keputusan adalah sebagai berikut :
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
2. Uji Parsial (Uji-t)
Uji t persial yang digunakan untuk mengestimasi apakah
dalam metode persamaan regresi variabel x berpengaruh
terhadap variabel y secara persial. Pengampilan keputusannya
yaitu apabila thitung > ttabel maka dapat disimpulkan bahwa variabel
103
Imam Ghozali, Aplikasi analisis Multivariate dengan Program SPSS, hlm.
98.
x berpengaruh terhadap variabel y di model. Tingkat kepercayaan
yang digunakan dalam uji t ini adalah 95% tay tarah signifikan 5%
(a = 0,05). Untuk aturan pengambilan keputusannya adalah
sebagai berikut :
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima
3. Koefisien Determinasi (R²)
Tujuan dari uji determinasi ini adalah untuk menguji tingkat
keeratan atau keterkaitan antara variabel dependen dengan
variabel independen yang bisa dilihat dari besarnya nilai koefisien
determinasi (Adjusted R-Square). Yang dimaksud dari Adjusted R-
Square ia,ah suatu indikator yang digunakan untuk mengetahu
pengaruh penambahan suatu variabel independen ke dalam suatu
persamaan regresi.
Uji R2 yang digunakan untuk menguji tingkat keterkaitan
antara variabel x dengan variabel yang dilihat dari besarnya nilai
koefisien determinasi (R2) yang menggunakan adjusted R Square
untuk mengetahui indikator yang mempengaruhi penambagan
suatu variabel x ke dalam suatu persamaan regresi. Apabila nilai
Adjusted R-Square semakin mendekati 1, maka tingkat
keeratannya juga semakin tinggi.
63
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki
beragam suku, bahasa, dan agama dengan jumlah penduduk 260
juta jiwa. Indonesia dengan mayoritas masyarakat beragama Muslim,
pastinya membutuhkan layanan perbankan yang sesuai dengan
prinsip syariah. Bank syariah di Indonesia berdiri pada tahun 1992,
berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 tentang
perbankan telah memberi kesempatan luas untuk pengembangan
jaringan perbankan syariah. Bank syariah ialah bank yang
melaksankan kegiatan usahanya berdasarkan dengan prinsip
syariah baik itu dalam memberikan jasa maupun dalam lalu lintas
pembayarannya, sebagaimana telah di jelaskan di Undang-undang
Nomor 10 Tahun 1998.
Dari undang-undang tersebut menjelaskan dasar hukum
penerapan dual banking sistem di Indonesia, maksudnya
terselenggaranya dua sistem perbankan (koonebsional maupun
syariah) secara berdampingan, yang kegitan operasionalnya diatur
dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hadirnya bank syariah ditengah-tengah perbankan konvensional
adalah untuk menawarkan sistem perbankan alternatif bagi umat
Islam.
1. Bank Indonesia
a. Sejarah Bank Indonesia
Bank Indonesia merupakan bank sentral yang bersifat
independen sebagaimana yang telah dijelaskan di Undang-Undang
Republik Indonesia No. 6 Tahun 2009, dalam menjalankan tugas
serta wewenangnya, yang bebas dari campur tangan pemerintah
dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal yang lainnya yang telah diatur
di undang-undang. Pihak luar dari Bank Indonesia tidak berkenan
untuk mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank
Indonesia juga berkewajiban untuk menolak serta mengabaikan
intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun pula. Hal ini
dikarenakan agar Bank Indonesia menjalankan perannya serta
fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien.
Pada era baru tahun 1999 Bank Indonesia berperan sebagai
bank sentral independen yang mempunyai tugas serta wewenang
untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah,
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang No. 23
Tahun 1999.
Bank Indonesia juga diakui sebagai badan hukum publik
maupun hukum perdata, produk dari Bank Indonesia sebagai badan
hukum public berupa aturan-aturan hukum yang mengikat atas dasar
pelaksanaan undang-undang yang berlaku bagi seluruh masyarakat.
Sebagai badan hukum perdata, Bank Indoneisa juga berperan dalam
tindakan untuk dan atas nama sendiri di pengadilan maupun diluar
pengadilan.
b. Visi, Misi, dan Nilai Strategis Bank Indonesia
Visi
Menjadikan bank sentral digital terdepan dan berkontribusi nyata
terhadap perekonomian nasional dan terbaik di antara Negara
emerhing markets untuk Indonesia maju.
Misi
1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai rupiah melalui
efektivitas kebijakan moneter dan bauran kebijakan Bank
Indonesia
2. Turut menjaga stabilitas system keuangan melalui efektivitas
kebijakan makroprudensial Bank Indonesia dan sinergi dengan
kebijakan mikroprudensial Otoritas Jasa Keuangan
3. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital melalui
penguatan kebijakan system pembayaran Bank Indonesia dan
sinergi dengan kebijakan Pemerintah serta strategi lain
4. Turut mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan melalui sinergi bauran Kebijakan
Bank Indonesia dengan kebijakan fiscal dan reformasi structural
Pemerintah serta kebijakan mitra strategis lain
5. Turut meningkatkan pendalaman pasar keuangan untuk
memperkuat efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan
mendukung pembiayaan ekonomi nasional
6. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah ditingkat
nasional hingga ditingkat daerah
7. Mewujudkan bank sentral berbasis digital dalam kebijakan dan
kelembagaan melalui penguatan organisasi, sumber daya
manusia, tata kelola dan system informasi yang handal, serta
peran internasional yang proaktif.
Nilai-Nilai Strategis
Nilai-nilai strategis Bank Indonesia adalah:
1. Kejujuran dan integritas (trust and integrity)
2. Profesionalisme (professionalism)
3. Keunggulan (excellence)
4. Mengutamakan kepentingan umum (public interest)
5. Koordinasi dan kerja sama tim (coordination and teamwork) yang
berdasarkan keluruhan nilai-nilai agama (religi)
c. Struktur Organisasi Bank Indonesia
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Bank Indonesia
Sumber : bi.go.id
2. Otoritas Jasa Keuangan
a. Sejarah Bank Indonesia
Otoritas jasa keuangan atau di singkat dengan OJK dibentuk
atas dasar Undang-undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas
Jasa Keuangan. OJK merupakan lembaga yang bersifat independen
yang memiliki fungsi, tugas dan wewenang pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan. Upaya pemerintah
Republik Indonesia dalam pembentukan Otoritas Jasa Keuangan ini
merupakan untuk menghadirkan lembaga yang mampu dalam
menyelenggarakan system peraturan dan pengawasan terhadap
keseluruhan kegiatan sector keuangan, baik itu perbankan maupun
lembaga keuangan non-bank.
Fungsi dari lembaga Otoritas Jasa Keuangan adalah sebagai
pengganti tugas dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bappepam-LK) serta mengambil alih tugas Bank
Indonesia dalam hal pengawasan perbankan. Setelah Undang-
Undang No. 21 tahun 2011 disahkan, Susilo Bambang Yudhoyono
selaku Presiden Republik Indonesia saat itu, menetapkan Sembilan
anggota dewan komisioner Otoritas Jasa Keuangan, termasuk dua
anggota komisioner ex-officio dari Kementrian Keuangan dan Bank
Indonesia.
b. Visi, Misi, Nilai Strategis Otoritas Jasa Keuangan
Visi Otoritas Jasa Keuangan
Menjadi lembaga pengawas industry jasa keuangan yang
terpercaya, melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat,
dan mampu mewujudkan industry jasa keuangan menjadi pilat
perekonomian nasional yang berdaya saing global serta dapat
memajukan kesejahteraan umum.
Misi Otoritas Jasa Keuangan
1. Mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sector
jasa keuangan secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel
2. Mewujudkan system keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil
3. Melindungi kepentingan konsumen dan masyarkat
Nilai-Nilai Strategis Otoritas Jasa Keuangan
1. Integritas, bertindak objektif, adil, dan konsisten sesuai dengan
kode etik dan kebijakan organisasi dengan menjunjung tinggi
kejujuran dan komitmen
2. Profesionalisme, bekerja dengan penuh tanggung jawab
berdasarkan kompetensi yang tinggi untuk mencapai kinerja
terbaik
3. Sinergis, berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan
baik internal maupun eksternal secara produktif dan berkualitas
4. Inklusif, terbuka dan menerima keberagaman pemangku
kepentingan serta memperluas kesempatan dan akses
masyarakat terhadap industry keuangan
5. Visioner, memiliki wawasan yang luas dan mampu melihat
kedepan (Forward Looking) serta dapat berpikir di luar
kebiasaan (Out of The Box Thinking)
c. Struktur Organisasi Otoritas Jasa Keuangan
Gambar 4.2
Struktur Organisasi Otoritas Jasa Keuangan
Sumber : ojk.go.id
3. Badan Pusat Statistik
a. Sejarah Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik (BPS) adalah Lembaga Pemerintahan
Non Kementrian yang bertanggung jawab langsung kepada
Presiden. BPS dibentuk berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 1960
Tentang Sensus dan UU Nomor 7 Tahun 1960 Tentang Statistik,
yang sebelumnya BPS ini dikenal dengan Biso Pusat Statistik.
Sebagai pengganti kedua UU tersebut ditetapkan UU Nomor 16
Tahun 1997 tentang statistik. Tindak lanjut akan UU ini diatur dengan
peraturan perundangan dibawagnya, scara formal nama Biro Pusat
Statistik ini pun diganti dengan Badan Pusat Statsitik.
Menteri yang merupakan muatan baru dalam UU Nomor 16
Tahun 1997, antara lain :
1. Jenis statistik berdasarkan tujuan pemanfaatannya terdiri atas
statistk dasar yang sepenuhnya diselenggarakan oleh BPS,
statistic sektoral yang dilaksanakan oleh instansi Pemerintah
secara mandiri atau bersama dengan BPS, serta statistic khusus
yang diselenggarakan oleh lembaga, organisasi, perorangan, dan
atau unsur masyarakat lainnya secara mandiri atau bersama
dengan BPS.
2. Hasil statistic yang diselenggarakan oleh BPS di umumkan dalam
Berita Resmi Statistik (BRS) secara teratur dan transparan agar
masyarakat dengan mudah mengetahui dan atau mendapatkan
data yang diperlukan
3. Sistem Statistik Nasional yang andal, efektif, dan efisien.
4. Dibentuknya Form Masyarakat Statistik sebagai wadah untuk
menampung aspirasi masyarakat statistic, yang bertugas
memberikan saran dan pertimbangan kepada BPS.
Berdasarkan undang-undang yang telah disebutkan diatas,
peran yang harus dijalankan oleh BPS adala sebagai berikut:
1. Menyediakan kebutuhan data bagi pemerintah dan masyarakat.
Data ini didapatkan dari sensus atau survey yang dilakukan
sendiri dan juga dari depatermen atau lembaga pemerintahan
lainnya sebagai data sekunder.
2. Membantu kegiatan statistik di kementrian, lembaga pemerintah
atau institusi lainnya, dalam membangun sistem perstatistikan
nasional.
3. Mengembangkan dan mempromosikan standar teknik dan
metodologi statistic, dan menyediakan pelayanan pada bidang
pendidikan dan pelatihan statistik
4. Membangun kerjasama dengan institusi internasional dan Negara
lain untuk kepentingan perkembangan statistic Indonesia.
b. Visi, Misi Badan Pusat Statistik
Visi Badan Pusat Statistik
“Penyedia Data Statistik Berkualitas untuk Indonesia Maju”
Maksud dari visi ini bearti BPS berperan dalam menyediakan data
statistic nasional maupun internasional, untuk menghasilkan statistic
yang mempunyai kebenaran akurat dan menggambarkan keadaan
yang sebenarnya, dalam rangka mendukung Indonesia Maju.
Dengan visi ini eksistensi BPS sebagai penyedia data dan informasi
statistic akan menjadi semakin penting, karena memegang peran
yang penting dan berpengaruh sentral dalam menyediakan statistic
yang berkualitas, tidak hanya di Indonesia, melainkan juga ditingkat
dunia. Dengan visi ini juga menjadikan BPS semakin menguatkan
perannya sebagai Pembina data statistic.
Misi Badan Pusat Statistik
Misi dari Bdan Pusat Statistik dirumuskan dengan memperhatikan
fungsi dan kewenangan BPS, visi BPS serta melaksanakan Misi
Presiden dan Wakil Presiden yaitu
1. Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia
2. Struktur Ekonomi yangProduktif, Mandiri, dan Berdaya Saing
3. Pembangunan yang merata dan berkeadilan, dengan uraian
sebagai berikut
a. Meneydikan statistik berkualitas yang berstandan nasional
dan internasional
b. Membina K/L/D/I melalui Sistem Statistik Nasional yang
berkesinambungan
c. Mewujudkan pelayanan prima dibidang statistic untuk
terwujudnya Sistem Statistik Nasional
d. Membangun SDM yang unggul dan adaptif berlandaskan nilai
profesionalisme, integritas dan amanah
c. Struktur Organisasi Badan Pusat Statistik
Gambar 4.3
Struktur Organisasi Badan Pusat Statistik
Sumber : bps.go.id
B. Hasil dan Pembahasan Penelitian
1. Regresi Data Time Series
Dalam penelitian ini menggunakan jenis data yang bersifat time
series (runtun waktu) yang dimulai dari Januari 2015 sampai
Desember 2019. Penelitian ini menggunakan data non-eksperimen
berupa data sekunder. Data yang diolah merupakan data yang
berasal dari laporan keuangan tahunan Bank Syariah di Indonesia.
Laporan keuangan tersebut merupakan laporan keuangan yang telah
dipubliskan oleh Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan di
website statistik perbankan syariah OJK dimulai dari tahun 2015-
2019.
Tabel 4.1.1
Regresi Linier Berganda NPF Murabahah
Dependent Variable: LOG(NPF MURABAHAH) Method: Least Squares Date: 11/11/20 Time: 07:39
Sample: 2015Q1 2019Q4 Included observations: 20
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 64.04304 54.19131 1.181795 0.2585
LOG(CAR) -2.023059 1.725471 -1.172468 0.2620 LOG(ROA) 0.014275 0.142874 0.099910 0.9219
LOG(BOPO) -11.11753 4.356720 -2.551813 0.0241 LOG(PDB) 0.196770 2.727343 0.072147 0.9436
LOG(INFLASI) 0.397535 0.389211 1.021387 0.3257
LOG(NILAI_TUKAR) -1.097336 2.817156 -0.389519 0.7032
R-squared 0.533784 Mean dependent var 1.013617 Adjusted R-squared 0.318607 S.D. dependent var 0.363427
S.E. of regression 0.299996 Akaike info criterion 0.699123 Sum squared resid 1.169970 Schwarz criterion 1.047630 Log likelihood 0.008767 Hannan-Quinn criter. 0.767155
F-statistic 2.480674 Durbin-Watson stat 1.563832 Prob(F-statistic) 0.080035
Sumber: Data di olah (E-Views8)
Berdasarkan dari hasil analisis regresi linier berganda dapat
dilihat bahwa variabel bebas (CAR, ROA, BOPO, PDB, Inflasi dan
Nilai Tukar) terhadap variable terikat (NPF Murabahah) yang
digunakan dalam penelitian ini yang berpengaruh signifikan berada
pada variable BOPO sebesar 0.0241 lebih kecil dari nilai tingkat
signifikan 0.05 (5%), sedangkan untuk variable bebas yang lainnya
tidak bernilai signifikan seperti variable CAR yang nilai signifikannya
sebesar 0.2585 lebih besar dari nilai tingkat signifikan 0.05, variable
ROA dengan nilai signifikan 0.9219 lebih besar dari nilai tingkat
signifikan 0.05, variable PDB dengan nilai signifikan 0.9436 lebih
besar dari nilai tingkat signifikan 0.05, variable inflasi dengan nilai
signifikan 0.3257 lebih besar dari nilai signifikan 0.05, dan variable
nilai tukar dengan nilai 0.7032 lebih besar dari nilai signifikan 0,05.
Tabel 4.1.2 Regresi Linier Berganda NPF Musyarakah
Dependent Variable: LOG(NPF MUSYARAKAH)
Method: Least Squares Date: 11/11/20 Time: 07:46 Sample: 2015Q1 2019Q4
Included observations: 20 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 20.73088 24.12303 0.859381 0.4057
LOG(CAR) -0.506372 0.768086 -0.659264 0.5212 LOG(ROA) -0.011813 0.063600 -0.185740 0.8555
LOG(BOPO) 0.294429 1.939376 0.151816 0.8817
LOG(PDB) -1.938750 1.214065 -1.596908 0.1343 LOG(INFLASI) -0.032363 0.173256 -0.186792 0.8547
LOG(NILAI_TUKAR) 0.979207 1.254045 0.780839 0.4489
R-squared 0.776105 Mean dependent var 1.366003
Adjusted R-squared 0.672769 S.D. dependent var 0.233448 S.E. of regression 0.133542 Akaike info criterion -0.919584
Sum squared resid 0.231835 Schwarz criterion -0.571077 Log likelihood 16.19584 Hannan-Quinn criter. -0.851551 F-statistic 7.510500 Durbin-Watson stat 0.836152 Prob(F-statistic) 0.001235
Sumber : Data diolah (Eviews8)
Berdasarkan dari hasil analisis regresi linier berganda dapat
dilihat bahwa variabel bebas (CAR, ROA, BOPO, PDB, Inflasi dan
Nilai Tukar) terhadap variable terikat (NPF Musyarakah) yang
digunakan dalam penelitian ini yang tidak berpengaruh signifikan
karna nilai probabilitas masing-masing variabel lebih besar dari
tingkat signifikan 0.05, variabel CAR nilai probabilitas sebesar
0.5212 lebih besar dari nilai tingkat signifikan 0.05, variabel ROA nilai
probabilitas sebesar 0.8555 lebih besar dari nilai tingkat signifikan
0.05, variabel BOPO nilai probabilitas sebesar 0.8817 lebih besar
dari nilai tingkat signifikan 0.05, variabel PDB nilai probabilitas
sebesar 0.1343 lebih besar dari nilai tingkat signifikan 0.05, variabel
inflasi nilai probabilitas sebesar 0.8547 lebih besar dari nilai tingkat
signifikan 0.05, dan variabel nilai tukar nilai probabilitas sebesar
0.4489 lebih besar dari nilai signifikan 0,05.
Tabel 4.1.3
Regresi Linier Berganda Mudharabah
Dependent Variable: LOG(NPF MUDHARABAH) Method: Least Squares Date: 11/11/20 Time: 08:07
Sample: 2015Q1 2019Q4 Included observations: 20
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -5.017936 17.01600 -0.294895 0.7727
LOG(CAR) -0.808609 0.541796 -1.492461 0.1594 LOG(ROA) 0.067256 0.044862 1.499168 0.1577
LOG(BOPO) 2.272991 1.368005 1.661537 0.1205 LOG(PDB) 0.304260 0.856382 0.355286 0.7281
LOG(INFLASI) 0.102289 0.122212 0.836984 0.4177
LOG(NILAI_TUKAR) -0.643776 0.884584 -0.727773 0.4797 R-squared 0.862131 Mean dependent var 1.415066
Adjusted R-squared 0.798499 S.D. dependent var 0.209848
S.E. of regression 0.094198 Akaike info criterion -1.617609 Sum squared resid 0.115353 Schwarz criterion -1.269103 Log likelihood 23.17609 Hannan-Quinn criter. -1.549577
F-statistic 13.54868 Durbin-Watson stat 1.637800 Prob(F-statistic) 0.000063
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan dari hasil analisis regresi linier berganda dapat
dilihat bahwa variabel bebas (CAR, ROA, BOPO, PDB, Inflasi dan
Nilai Tukar) terhadap variable terikat (NPF Mudharabah) yang
digunakan dalam penelitian ini yang tidak berpengaruh signifikan
karna nilai probabilitas masing-masing variabel lebih besar dari
tingkat signifikan 0.05, variabel CAR nilai probabilitas sebesar
0.1594 lebih besar dari nilai tingkat signifikan 0.05, variabel ROA nilai
probabilitas sebesar 0.1577 lebih besar dari nilai tingkat signifikan
0.05, variabel BOPO nilai probabilitas sebesar 0.1205 lebih besar
dari nilai tingkat signifikan 0.05, variabel PDB nilai probabilitas
sebesar 0.7281 lebih besar dari nilai tingkat signifikan 0.05, variabel
inflasi nilai probabilitas sebesar 0.4177 lebih besar dari nilai tingkat
signifikan 0.05, dan variabel nilai tukar nilai probabilitas sebesar
0.4797 lebih besar dari nilai signifikan 0,05.
Hal ini bisa terjadi karena bentuk data dari masing-masing
variable yang tidak sama, dan data yang tersedia terbatas. Maka dari
itu peneliti melakukan pemisahan analisis berdasarkan faktor internal
dan faktor eksternal secara terpisah.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas untuk menguji bagaimana residual
memiliki distribusi dengan model regresi. Untuk menguji apakah
distribusi data normal atau tidak, ada dua cara untuk
mendeteksinya, yang pertama dengan analisis grafik dan yang
kedua dengan uji statistik. Analisis grafik yakni cara yang
termudah untuk melihat normalitas residual dengan melihat grafik
histogram yang membandingkan antara data observasi dengan
distribusi yang mendekati distribusi normal.
Seperti yang diketahui bahwa uji t serta uji F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal,
jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi valid untuk
jumlah sampel kecil. Untuk mengetahui normalitas residual
dengan cara analisis grafik (histogram dan normal P-Plot), dan
analisis statistic (Kolmogorov – Smirnov). Analisis grafik, yaitu
dengan melihat grafik Histogram dan grafik P-Plot yang
membandingkan distribusi komulatif dari distribusi normal, dasar
pengambilan keputusan:
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
Apabila ditemukan data yang tidak berdistribusi normal,
maka data perlu ditransformasi agar data terdistribusi normal.
Untuk menormalkan data sebelumnya harus mengetahui terlebih
dahulu bagaimana bentuk histogram dari data yang ada. Berikut
ini bentuk-bentuk histogram yang akan dijadikan acuan sebelum
menentukan jenis transformasi data yang tepat.
a) Faktor Internal Perbankan yang Mempengaruhi Non
Performing Financing Berdasarkan Jenis Penggunaan Akad
1) NPF Berdasarkan Jenis Penggunaan Murabahah
Gambar 4.2.1
Grafik Histogram NPF Murabahah
0
1
2
3
4
-0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
Series: ResidualsSample 2015Q1 2019Q4Observations 20
Mean 7.48e-15Median -0.023194Maximum 0.420483Minimum -0.346935Std. Dev. 0.258426Skewness 0.198368Kurtosis 1.726400
Jarque-Bera 1.482880Probability 0.476427
Sumber : Data diolah (Eviews8)
Dari grafik diatas dapat dilihat menunjukkan pola distribusi
normal dan pad aplikasi eviews ini, uji normalitas yang bias kita
lakukan mebbgunakan metode jarque bera dengan hipotesis:
H0 = Data berdistribusi normal
H1 = data tidak berdistribusi normal
Probabilitas < Alpha (0,05) H0 ditolak, H1 diterima
Probabilitas > Alpha (0,05), H1 ditolak, H0 diterima
Dimana hasil uji normalitas residual diatas adalah: nilai jarque
bera sebesar 1.482880 dengan p value sebesar 0.476427 dimana
> 0.05 sehingga terima H0 atau yang berarti residual berdistribusi
normal
2) NPF Berdasarkan Jenis Penggunaan Musyarakah
Gambar 4.2.2
Grafik Histogram NPF Musyarakah
0
1
2
3
4
5
-0.25 -0.20 -0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20
Series: ResidualsSample 2015Q1 2019Q4Observations 20
Mean 1.42e-15Median 0.033848Maximum 0.165695Minimum -0.249830Std. Dev. 0.124206Skewness -0.629527Kurtosis 2.432376
Jarque-Bera 1.589512Probability 0.451691
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Dari grafik diatas dapat dilihat menunjukkan pola distribusi
normal dan pad aplikasi eviews ini, uji normalitas yang bias kita
lakukan mebbgunakan metode jarque bera dengan hipotesis:
H0 = Data berdistribusi normal
H1 = data tidak berdistribusi normal
Probabilitas < Alpha (0,05) H0 ditolak, H1 diterima
Probabilitas > Alpha (0,05), H1 ditolak, H0 diterima
Dimana hasil uji normalitas residual diatas adalah: nilai jarque
bera sebesar 1.589512 dengan p value sebesar 0.451691 dimana
> 0.05 sehingga terima H0 atau yang berarti residual berdistribusi
normal.
3) NPF Berdasarkan Jenis Penggunaan Mudharabah
Gambar 4.2.3
Grafik Histogram NPF Mudharabah
0
1
2
3
4
5
6
-0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10
Series: ResidualsSample 2015Q1 2019Q4Observations 20
Mean 3.55e-16Median 0.012762Maximum 0.110691Minimum -0.150850Std. Dev. 0.080604Skewness -0.367759Kurtosis 1.874975
Jarque-Bera 1.505557Probability 0.471056
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Dari grafik diatas dapat dilihat menunjukkan pola distribusi
normal dan pad aplikasi eviews ini, uji normalitas yang bias kita
lakukan mebbgunakan metode jarque bera dengan hipotesis:
H0 = Data berdistribusi normal
H1 = Data tidak berdistribusi normal
Probabilitas < Alpha (0,05) H0 ditolak, H1 diterima
Probabilitas > Alpha (0,05), H1 ditolak, H0 diterima
Dimana hasil uji normalitas residual diatas adalah: nilai jarque
bera sebesar 1.505557 dengan p value sebesar 0.471056 dimana
> 0.05 sehingga terima H0 atau yang berarti residual berdistribusi
normal
b) Faktor Eksternal Perbankan yang Mempengaruhi Non
Performing Financing Berdasarkan Jenis Penggunaan Akad
1) NPF Berdasarkan Jenis Penggunaan Murabahah
Gambar 4.2.4
Grafik Histogram NPF Murabahah
0
1
2
3
4
-0.5 -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Series: ResidualsSample 2015Q1 2019Q4Observations 20
Mean -9.94e-15Median 0.001360Maximum 0.596039Minimum -0.454442Std. Dev. 0.312363Skewness 0.281848Kurtosis 1.966045
Jarque-Bera 1.155680Probability 0.561109
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Dari grafik diatas dapat dilihat menunjukkan pola distribusi
normal dan pad aplikasi eviews ini, uji normalitas yang bias kita
lakukan menggunakan metode jarque bera dengan hipotesis:
H0 = Data berdistribusi normal
H1 = data tidak berdistribusi normal
Probabilitas < Alpha (0,05) H0 ditolak, H1 diterima
Probabilitas > Alpha (0,05), H1 ditolak, H0 diterima
Dimana hasil uji normalitas residual diatas adalah: nilai jarque
bera sebesar 1.155680 dengan p value sebesar 0.561109 dimana
> 0.05 sehingga terima H0 atau yang berarti residual berdistribusi
normal.
2) NPF Berdasarkan Jenis Penggunaan Musyarakah
Gambar 4.2.5
Grafik Histogram NPF Musyarakah
0
1
2
3
4
5
6
-0.25 -0.20 -0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20
Series: ResidualsSample 2015Q1 2019Q4Observations 20
Mean 1.18e-14Median 0.024643Maximum 0.168021Minimum -0.228582Std. Dev. 0.114132Skewness -0.676230Kurtosis 2.549265
Jarque-Bera 1.693592Probability 0.428787
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Dari grafik diatas dapat dilihat menunjukkan pola distribusi
normal dan pad aplikasi eviews ini, uji normalitas yang bias kita
lakukan menggunakan metode jarque bera dengan hipotesis:
H0 = Data berdistribusi normal
H1 = data tidak berdistribusi normal
Probabilitas < Alpha (0,05) H0 ditolak, H1 diterima
Probabilitas > Alpha (0,05), H1 ditolak, H0 diterima
Dimana hasil uji normalitas residual diatas adalah: nilai jarque
bera sebesar 1.693592 dengan p value sebesar 0.428787 dimana
> 0.05 sehingga terima H0 atau yang berarti residual berdistribusi
normal.
3) NPF Berdasarkan Jenis Penggunaan Mudharabah
Gambar 4.2.6
Grafik Histogram NPF Mudharabah
0
1
2
3
4
5
6
-0.20 -0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20
Series: ResidualsSample 2015Q1 2019Q4Observations 20
Mean 4.88e-15Median 0.005120Maximum 0.159723Minimum -0.190551Std. Dev. 0.100748Skewness -0.126331Kurtosis 2.254853
Jarque-Bera 0.515901Probability 0.772633
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Dari grafik diatas dapat dilihat menunjukkan pola distribusi
normal dan pad aplikasi eviews ini, uji normalitas yang bias kita
lakukan menggunakan metode jarque bera dengan hipotesis:
H0 = Data berdistribusi normal
H1 = data tidak berdistribusi normal
Probabilitas < Alpha (0,05) H0 ditolak, H1 diterima
Probabilitas > Alpha (0,05), H1 ditolak, H0 diterima
Dimana hasil uji normalitas residual diatas adalah: nilai jarque
bera sebesar 0.515901 dengan p value sebesar 0.772633 dimana
> 0.05 sehingga terima H0 atau yang berarti residual berdistribusi
normal.
b. Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas merupakan uji yang digunakan untuk
melihat apakah terdapat ketidaksamaan varian dari residual untuk
semua pengamatan pada model regresi linear. Uji ini merupakan
salah satu dari uji asumsi klasik yang harus dilakukan pada
regresi linear. Apabila asumsi heteroskedastisitas tidak terpenuhi,
maka model regresi yang digunakan dinyatakan tidak valid
sebagai alat peramalan. masalah heterokedastisitas ini dapat
disembuhkan dengan menggunakan weight least square yang ada
pada Generalized Least Square (GLS) yang memberikan
pembobotan pada variasi data yang digunakan. Model regresi
yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi
heterokedastisitas. Untuk menguji masalah heteroskedastisitas,
penelitian menggunakan uji glesjer, ialah uji yang membuat
persamaan regresi dengan cara menggantikan variabel dependen
dengan residual nilai absolut. Apabila probabilitas yang ada
bernilai diatas 0.05 yang berarti tidak signifikan, maka model
regresi diasumsikan terbebas dari masalah heteroskedastisitas
atau model regresi bersifat homokedastisitas. Berikut ini adalah
hasil uji glesjer yang dilakukan pada model regresi dalam
penelitian ini:
a) Faktor Internal Perbankan yang Mempengaruhi Non
Performing Financing Berdasarkan Jenis Penggunaan Akad
1) NPF Berdasarkan Jenis Penggunaan Murabahah
Tabel 4.3.1
Hasil Uji Glesjer Faktor Internal NPF Murabahah
Heteroskedasticity Test: Glejser
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 10.59322 6.688138 1.583881 0.1328
LOG(CAR) -0.532158 0.399428 -1.332301 0.2014
LOG(ROA) 0.071587 0.046978 1.523849 0.1471
LOG(BOPO) -1.958110 1.274431 -1.536458 0.1440
R-squared 0.380431 Mean dependent var 0.219307
Adjusted R-squared 0.264262 S.D. dependent var 0.127112
S.E. of regression 0.109030 Akaike info criterion -1.417523
Sum squared resid 0.190202 Schwarz criterion -1.218376
Log likelihood 18.17523 Hannan-Quinn criter. -1.378647
F-statistic 3.274807 Durbin-Watson stat 2.344016
Prob(F-statistic) 0.048481
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan hasil uji glesjer diatas dapat dilihat bahwa
variable bebas yang digunakan dalam penelitian ini berada pada
tingkat probabilitas diatas 0.05 dengan rincian variabel CAR
memiliki probabilitas sebesar 0.2014, probabilitas ROA sebesar
0.1471, dan probabilitas BOPO sebesar 0.1440. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa regresi data panel dalam penelitian ini
terbebas dari masalah heterokedastisitas.
2) NPF Berdasarkan Jenis Penggunaan Musyarakah
Tabel 4.3.2
Hasil Uji Glesjer Faktor Internal NPF Musyarakah
Heteroskedasticity Test: Glejser
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 4.920007 3.715149 1.324309 0.2040
LOG(CAR) -0.555488 0.221875 -2.503606 0.0235
LOG(ROA) 0.062027 0.026095 2.376913 0.0303
LOG(BOPO) -0.714576 0.707925 -1.009394 0.3278
R-squared 0.389183 Mean dependent var 0.099255
Adjusted R-squared 0.274655 S.D. dependent var 0.071113
S.E. of regression 0.060565 Akaike info criterion -2.593356
Sum squared resid 0.058689 Schwarz criterion -2.394210
Log likelihood 29.93356 Hannan-Quinn criter. -2.554481
F-statistic 3.398143 Durbin-Watson stat 0.954939
Prob(F-statistic) 0.043644
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan hasil uji glesjer diatas dapat dilihat bahwa
variable bebas yang digunakan dalam penelitian ini berada pada
tingkat probabilitas diatas 0.05 dengan rincian variabel CAR
memiliki probabilitas sebesar 0.0235, probabilitas ROA sebesar
0.0303, dan probabilitas BOPO sebesar 0.3278. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa regresi data panel dalam penelitian ini
dari masalah heterokedastisitas.
3) NPF Berdasarkan Jenis Penggunaan Mudharabah
Tabel 4.3.3
Hasil Uji Glesjer Faktor Internal NPF Mudharabah
Heteroskedasticity Test: Glejser Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -4.627716 2.370705 -1.952042 0.0687
LOG(CAR) 0.238948 0.141583 1.687693 0.1109
LOG(ROA) 0.020324 0.016652 1.220544 0.2399
LOG(BOPO) 0.889507 0.451740 1.969068 0.0665
R-squared 0.246085 Mean dependent var 0.067729
Adjusted R-squared 0.104726 S.D. dependent var 0.040845
S.E. of regression 0.038647 Akaike info criterion -3.491819
Sum squared resid 0.023898 Schwarz criterion -3.292673
Log likelihood 38.91819 Hannan-Quinn criter. -3.452944
F-statistic 1.740854 Durbin-Watson stat 2.298668
Prob(F-statistic) 0.198960
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan hasil uji glesjer diatas dapat dilihat bahwa
variable bebas yang digunakan dalam penelitian ini berada pada
tingkat probabilitas diatas 0.05 dengan rincian variabel CAR
memiliki probabilitas sebesar 0.1109, probabilitas ROA sebesar
0.2399, dan probabilitas BOPO sebesar 0.0665. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa regresi data panel dalam penelitian ini
terbebas dari masalah heterokedastisitas.
b) Faktor Eksternal Perbankan yang Mempengaruhi Non
Performing Financing Berdasarkan Jenis Penggunaan Akad
1) NPF Berdasarkan Jenis Penggunaan Murabahah
Tabel 4.3.4
Hasil Uji Glesjer Faktor Eksternal NPF Murabahah Heteroskedasticity Test: Glejser
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -12.44396 10.95250 -1.136176 0.2726
LOG(PDB) 1.083779 0.838091 1.293151 0.2143
LOG(INFLASI) 0.015570 0.180330 0.086340 0.9323
LOG(NILAI_TUKAR) -0.343787 1.190468 -0.288783 0.7765
R-squared 0.186462 Mean dependent var 0.256773
Adjusted R-squared 0.033924 S.D. dependent var 0.167833
S.E. of regression 0.164962 Akaike info criterion -0.589350
Sum squared resid 0.435398 Schwarz criterion -0.390204
Log likelihood 9.893503 Hannan-Quinn criter. -0.550475
F-statistic 1.222397 Durbin-Watson stat 1.956922
Prob(F-statistic) 0.333882
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan hasil uji glesjer diatas dapat dilihat bahwa
variable bebas yang digunakan dalam penelitian ini berada pada
tingkat probabilitas diatas 0.05 dengan rincian variabel PDB
memiliki probabilitas sebesar 0.2143, probabilitas Inflasi sebesar
0.9323, dan probabilitas Nilai tukar sebesar 0.7765. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa regresi data panel dalam
penelitian ini terbebas dari masalah heterokedastisitas.
2) NPF Berdasarkan Jenis Penggunaan Musyarakah
Tabel 4.3.5
Hasil Uji Glesjer Faktor Eksternal NPF Musyarakah
Heteroskedasticity Test: Glejser
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 7.201651 4.206160 1.712168 0.1062
LOG(PDB) 0.182970 0.321858 0.568482 0.5776
LOG(INFLASI) -0.039560 0.069253 -0.571242 0.5758
LOG(NILAI_TUKAR) -1.023637 0.457183 -2.239009 0.0397
R-squared 0.283686 Mean dependent var 0.088840
Adjusted R-squared 0.149378 S.D. dependent var 0.068689
S.E. of regression 0.063351 Akaike info criterion -2.503385
Sum squared resid 0.064214 Schwarz criterion -2.304239
Log likelihood 29.03385 Hannan-Quinn criter. -2.464510
F-statistic 2.112195 Durbin-Watson stat 1.548961
Prob(F-statistic) 0.138867
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan hasil uji glesjer diatas dapat dilihat bahwa
variable bebas yang digunakan dalam penelitian ini berada pada
tingkat probabilitas diatas 0.05 dengan rincian variabel PDB
memiliki probabilitas sebesar 0.5776, probabilitas Inflasi sebesar
0.5758, dan probabilitas Nilai tukar sebesar 0.0397. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa regresi data panel dalam
penelitian ini terbebas dari masalah heterokedastisitas.
3) NPF Berdasarkan Jenis Penggunaan Mudharabah
Tabel 4.3.6
Hasil Uji Glesjer Faktor Eksternal NPF Mudharabah
Heteroskedasticity Test: Glejser
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -2.875419 4.291986 -0.669951 0.5124
LOG(PDB) 0.070858 0.328425 0.215752 0.8319
LOG(INFLASI) 0.073792 0.070666 1.044231 0.3119
LOG(NILAI_TUKAR) 0.190227 0.466512 0.407764 0.6889
R-squared 0.094184 Mean dependent var 0.077149
Adjusted R-squared -0.075656 S.D. dependent var 0.062329
S.E. of regression 0.064644 Akaike info criterion -2.462987
Sum squared resid 0.066862 Schwarz criterion -2.263840
Log likelihood 28.62987 Hannan-Quinn criter. -2.424111
F-statistic 0.554545 Durbin-Watson stat 1.860334
Prob(F-statistic) 0.652491
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan hasil uji glesjer diatas dapat dilihat bahwa
variable bebas yang digunakan dalam penelitian ini berada pada
tingkat probabilitas diatas 0.05 dengan rincian variabel PDB
memiliki probabilitas sebesar 0.8319, probabilitas Inflasi sebesar
0.3119, dan probabilitas Nilai tukar sebesar 0.6889. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa regresi data panel dalam
penelitian ini terbebas dari masalah heterokedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
a) Faktor Internal Perbankan yang Mempengaruhi Non
Performing Financing Berdasarkan Jenis Penggunaan Akad
1) NPF Berdasarkan Jenis Penggunaan Murabahah
Tabel 4.4.1
Nilai Durbin Watson Faktor Internal NPF Murabahah
R-squared 0.494362 Mean dependent var 1.013617
Adjusted R-squared 0.399555 S.D. dependent var 0.363427
S.E. of regression 0.281614 Akaike info criterion 0.480295 Sum squared resid 1.268899 Schwarz criterion 0.679441 Log likelihood -0.802946 Hannan-Quinn criter. 0.519170
F-statistic 5.214395 Durbin-Watson stat 1.677162 Prob(F-statistic) 0.010574
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan hasil uji regresi diperoleh nilai Durbin-Waston
sebesar 1.677162. Sedangkan pada table Durbin Waston pada
a=5%, n=40 dan k=3, maka dipeoleh nilai dL=0.9976 dan
dU=1.6763, dengan demikian nilai 4-dL = 3.0024 dan 4-dU =
2.3237. dilihat dari table klasifikasi nilai DW, maka nilai Dw berada
diantara dU dan 4dU (4-dU < DW > dU), dapat disimpulkan bahwa
pada model regresi ini tidak terjadi autokorelasi.
2) NPF Berdasarkan Jenis Penggunaan Musyarakah
Tabel 4.4.2
Nilai Durbin Watson Faktor Internal NPF Musyarakah
R-squared 0.716926 Mean dependent var 1.366003
Adjusted R-squared 0.663849 S.D. dependent var 0.233448 S.E. of regression 0.135350 Akaike info criterion -0.985050
Sum squared resid 0.293114 Schwarz criterion -0.785904 Log likelihood 13.85050 Hannan-Quinn criter. -0.946175 F-statistic 13.50742 Durbin-Watson stat 0.811627
Prob(F-statistic) 0.000119 Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan hasil uji regresi diperoleh nilai Durbin-Waston
sebesar 0.811627. Sedangkan pada table Durbin Waston pada
a=5%, n=40 dan k=3, maka dipeoleh nilai dL=0.9976 dan
dU=1.6763, dengan demikian nilai 4-dL = 3.0024 dan 4-dU =
2.3237. dilihat dari table klasifikasi nilai DW, maka nilai Dw berada
diantara dU dan 4dU (4-dU < DW > dU), dapat disimpulkan bahwa
pada model regresi ini tidak terjadi autokorelasi.
3) NPF Berdasarkan Jenis Penggunaan Mudharabah
Tabel 4.4.3
Nilai Durbin Watson Faktor Internal NPF Mudharabah
R-squared 0.852463 Mean dependent var 1.415066
Adjusted R-squared 0.824799 S.D. dependent var 0.209848 S.E. of regression 0.087836 Akaike info criterion -1.849835
Sum squared resid 0.123443 Schwarz criterion -1.650688 Log likelihood 22.49835 Hannan-Quinn criter. -1.810959 F-statistic 30.81569 Durbin-Watson stat 1.433807
Prob(F-statistic) 0.000001
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan hasil uji regresi diperoleh nilai Durbin-Waston
sebesar 1.433807. Sedangkan pada table Durbin Waston pada
a=5%, n=40 dan k=3, maka dipeoleh nilai dL=0.9976 dan
dU=1.6763, dengan demikian nilai 4-dL = 3.0024 dan 4-dU =
2.3237. Dilihat dari table klasifikasi nilai DW, maka nilai DW
berada diantara dU dan 4dU (4-dU < DW > dU), dapat
disimpulkan bahwa pada model regresi ini tidak terjadi
autokorelasi.
b) Faktor Eksternal Perbankan yang Mempengaruhi Non
Performing Financing Berdasarkan Jenis Penggunaan Akad
1) NPF Berdasarkan Jenis Penggunaan Murabahah
Tabel 4.4.4
Nilai Durbin Watson Faktor Eksternal NPF Murabahah
R-squared 0.261273 Mean dependent var 1.013617
Adjusted R-squared 0.122761 S.D. dependent var 0.363427 S.E. of regression 0.340389 Akaike info criterion 0.859402 Sum squared resid 1.853837 Schwarz criterion 1.058549
Log likelihood -4.594022 Hannan-Quinn criter. 0.898278 F-statistic 1.886291 Durbin-Watson stat 1.059514 Prob(F-statistic) 0.172604
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan hasil uji regresi diperoleh nilai Durbin-Waston
sebesar 1.059514. Sedangkan pada table Durbin Waston pada
a=5%, n=40 dan k=3, maka dipeoleh nilai dL=0.9976 dan
dU=1.6763, dengan demikian nilai 4-dL = 3.0024 dan 4-dU =
2.3237. Dilihat dari table klasifikasi nilai DW, maka nilai DW
berada diantara dU dan 4dU (4-dU < DW > dU), dapat
disimpulkan bahwa pada model regresi ini tidak terjadi
autokorelasi.
2) NPF Berdasarkan Jenis Penggunaan Musyarakah
Tabel 4.4.5
Nilai Durbin Watson Faktor Eksternal NPF Musyarakah
R-squared 0.760981 Mean dependent var 1.366003
Adjusted R-squared 0.716165 S.D. dependent var 0.233448 S.E. of regression 0.124372 Akaike info criterion -1.154215 Sum squared resid 0.247496 Schwarz criterion -0.955069
Log likelihood 15.54215 Hannan-Quinn criter. -1.115340 F-statistic 16.98007 Durbin-Watson stat 0.790688 Prob(F-statistic) 0.000032
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan hasil uji regresi diperoleh nilai Durbin-Waston
sebesar 0.790688. Sedangkan pada table Durbin Waston pada
a=5%, n=40 dan k=3, maka dipeoleh nilai dL=0.9976 dan
dU=1.6763, dengan demikian nilai 4-dL = 3.0024 dan 4-dU =
2.3237. Dilihat dari table klasifikasi nilai DW, maka nilai DW
berada diantara dU dan 4dU (4-dU < DW > dU), dapat
disimpulkan bahwa pada model regresi ini tidak terjadi
autokorelasi.
3) NPF Berdasarkan Jenis Penggunaan Mudharabah
Tabel 4.4.6
Nilai Durbin Watson Faktor Eksternal NPF Mudharabah
R-squared 0.769504 Mean dependent var 1.415066
Adjusted R-squared 0.726286 S.D. dependent var 0.209848 S.E. of regression 0.109788 Akaike info criterion -1.403682
Sum squared resid 0.192853 Schwarz criterion -1.204536 Log likelihood 18.03682 Hannan-Quinn criter. -1.364807 F-statistic 17.80516 Durbin-Watson stat 1.369681
Prob(F-statistic) 0.000024 Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan hasil uji regresi diperoleh nilai Durbin-Waston
sebesar 1.369681. Sedangkan pada table Durbin Waston pada
a=5%, n=40 dan k=3, maka dipeoleh nilai dL=0.9976 dan
dU=1.6763, dengan demikian nilai 4-dL = 3.0024 dan 4-dU =
2.3237. Dilihat dari table klasifikasi nilai DW, maka nilai DW
berada diantara dU dan 4dU (4-dU < DW > dU), dapat
disimpulkan bahwa pada model regresi ini tidak terjadi
autokorelasi.
d. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas adalah uji yang digunakan untuk
menaksir apakah terdapat hubungan intercorelation atau korelasi
antar variabel bebas. Multikolinieritas dapat diatasi dengan
pemberian pembootan (cross section weight) atau GLS. Selain itu
multikolinieritas biasanya terjadi ketika data yang digunakan
berupa data deret waktu sehingga dengan mengkombinasikan
data tersebut dengan data cross section secara teknis dapat
mengurangi masalah multikolinieritas.
Multikolinearitas dapat dideteksi diantaranya melalui :
a. R² tinggi, tetapi tak satupun atau sangat sedikit sekali koefisien
regresi parsial yang secara individual penting secara statistic
berdasarkan uji t
b. Korelasi derajat nol tinggi antar peubah bebas, tetapi korelasi
parsialnya relative rendah
c. Lakukan uji auxiliary dengan cara regresikan tiap Xi dengan
sisa peubah X dan uji nilai F nya. Jika nilai F nya lebih besar
dari F table, maka Xi tadi kolinear dengan X lainnya.
d. Metode deteksi Klien: bandingkan koefisien determinasi
auxiliary (Rj²) dengan koefisien determinasi regresi aslinya (R²).
sebagai rule of thumb uji Klien ini. Jika Rj² lebih besar
dibandingkan dengan R², maka model mengandung
multikolinearitas
e. Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance (TOL). Jika nilai
VIF lebih besar 10, maka ada multikolinearitas. Demikian juga,
jika tolerance mendekati 0 menunjukkan adanya
multikolinearitas.
a) Faktor Internal Perbankan yang Mempengaruhi Non
Performing Financing Berdasarkan Jenis Penggunaan Akad
1) NPF Berdasarkan Jenis Penggunaan Murabahah
Tabel 4.5.1
Nilai Multikolerasi Faktor Internal NPF Murabahah
Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF C 298.4160 75256.66 NA
LOG(CAR) 1.064359 2181.623 5.161623 LOG(ROA) 0.014723 2.268765 2.157818
LOG(BOPO) 10.83539 55776.21 5.507182
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat nilai VIF antara
variabel independen dibawah 10, dengan demikian data dalam
penelitian ini tidak terjadi masalah multikolinearitas.
2) NPF Berdasarkan Jenis Penggunaan Musyarakah
Tabel 4.5.2
Nilai Multikolerasi Faktor Internal NPF Murabahah
Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF
C 68.93360 75256.66 NA
LOG(CAR) 0.245865 2181.623 5.161623
LOG(ROA)
0.003401
2.268765 2.157818 LOG(BOPO) 2.502956 55776.21 5.507182
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat nilai VIF antara
variabel independen dibawah 10, dengan demikian data dalam
penelitian ini tidak terjadi masalah multikolinearitas.
3) NPF Berdasarkan Jenis Penggunaan Mudharabah
Tabel 4.5.3
Nilai Multikolerasi Faktor Internal NPF Mudharabah
Coefficient
Uncentere
d Centered Variable Variance VIF VIF
C 29.03086 75256.66 NA
LOG(CAR) 0.103544 2181.623 5.161623 LOG(ROA) 0.001432 2.268765 2.157818
LOG(BOPO) 1.054101 55776.21 5.507182 Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat nilai VIF antara
variabel independen dibawah 10, dengan demikian data dalam
penelitian ini tidak terjadi masalah multikolinearitas.
b) Faktor Eksternal Perbankan yang Mempengaruhi Non
Performing Financing Berdasarkan Jenis Penggunaan Akad
1) NPF Berdasarkan Jenis Penggunaan Murabahah
Tabel 4.5.4
Nilai Multikolerasi Faktor Eksternal NPF Murabahah
Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF C 510.7539 88163.78 NA
LOG(PDB) 2.990666 111906.5 2.887214 LOG(INFLASI) 0.138458 42.89641 2.013205
LOG(NILAI_TUKAR) 6.034211 94594.36 1.640189
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat nilai VIF antara
variabel independen dibawah 10, dengan demikian data dalam
penelitian ini tidak terjadi masalah multikolinearitas.
2) NPF Berdasarkan Jenis Penggunaan Musyarakah
Tabel 4.5.5
Nilai Multikolerasi Faktor Eksternal NPF Musyarakah
Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF C 68.18811 88163.78 NA
LOG(PDB) 0.399268 111906.5 2.887214 LOG(INFLASI) 0.018485 42.89641 2.013205
LOG(NILAI_TUKAR) 0.805596 94594.36 1.640189
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat nilai VIF antara
variabel independen dibawah 10, dengan demikian data dalam
penelitian ini tidak terjadi masalah multikolinearitas.
3) NPF Berdasarkan Jenis Penggunaan Mudharabah
Tabel 4.5.6
Nilai Multikolerasi Faktor Eksternal NPF Murabahah
Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF C 53.13328 88163.78 NA
LOG(PDB) 0.311116 111906.5 2.887214
LOG(INFLASI) 0.014404 42.89641 2.013205 LOG(NILAI_TUKAR) 0.627734 94594.36 1.640189
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat nilai VIF antara
variabel independen dibawah 10, dengan demikian data dalam
penelitian ini tidak terjadi masalah multikolinearitas.
3. Uji Hipotesis
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Tujuan dari uji simultan ialah untuk mengetahui apakah
variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependennya. Uji ini dilakukan dengan membandingkan Fhitung
dengan Ftabel. Jika hasil statistic pada Fhitung > Ftabel artinya H0
ditolak atau semua variabel bebas yang digunakan dalam model
regresi secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap
variabel bebasnya. Tetapi sebaliknya jika Fhitung < Ftabel artinya Ho
diterima atau dengan kata lain semua variabel bebas tidak
berpengaruh secara simultan terhadap variabel bebasnya. Nilai
Fhitung diperoleh dari hasil nilai Fstatistik yang diperoleh dari uji model
regresi data panel yang terpilih.
Table 4.6.1
Hasil Uji F Faktor Internal NPF Murabahah
R-squared 0.494362 Mean dependent var 1.013617
Adjusted R-squared 0.399555 S.D. dependent var 0.363427 S.E. of regression 0.281614 Akaike info criterion 0.480295
Sum squared resid 1.268899 Schwarz criterion 0.679441 Log likelihood -0.802946 Hannan-Quinn criter. 0.519170 F-statistic 5.214395 Durbin-Watson stat 1.677162
Prob(F-statistic) 0.010574 Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan hasi F statistik yang diperoleh dari model yaitu
Fhitung sebesar 5.214395. sementara dengan n = 20 dan k = 3, nilai
pada Ftabel diperoleh nilai 3.10. dengan demikian Fhitung 5.214395 >
Ftabel 3.10 dengan nilai signifikan 0.010574 < 0.05, maka Ho ditolak
dan H1 diterima yang bearti nilai koefisien regresi tidak sama
dengan nol, maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebasnya
secara bersamaan dapat menerangkan variabel terikat.
Table 4.6.2
Hasil Uji F Faktor Internal NPF Musyarakah
R-squared 0.716926 Mean dependent var 1.366003
Adjusted R-squared 0.663849 S.D. dependent var 0.233448 S.E. of regression 0.135350 Akaike info criterion -0.985050
Sum squared resid 0.293114 Schwarz criterion -0.785904 Log likelihood 13.85050 Hannan-Quinn criter. -0.946175 F-statistic 13.50742 Durbin-Watson stat 0.811627
Prob(F-statistic) 0.000119 Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan hasi F statistik yang diperoleh dari model yaitu
Fhitung sebesar 12.50742. sementara dengan n = 20 dan k = 3, nilai
pada Ftabel diperoleh nilai 3.10. dengan demikian Fhitung 12.50742 >
Ftabel 3.10 dengan nilai signifikan 0.000 < 0.05, maka Ho ditolak dan
H1 diterima yang bearti nilai koefisien regresi tidak sama dengan
nol, maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebasnya secara
bersamaan dapat menerangkan variabel terikat.
Table 4.6.3
Hasil Uji F Faktor Internal NPF Mudharabah
R-squared 0.852463 Mean dependent var 1.415066
Adjusted R-squared 0.824799 S.D. dependent var 0.209848 S.E. of regression 0.087836 Akaike info criterion -1.849835
Sum squared resid 0.123443 Schwarz criterion -1.650688 Log likelihood 22.49835 Hannan-Quinn criter. -1.810959 F-statistic 30.81569 Durbin-Watson stat 1.433807
Prob(F-statistic) 0.000001 Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan hasi F statistik yang diperoleh dari model yaitu
Fhitung sebesar 30.81569. sementara dengan n = 20 dan k = 3, nilai
pada Ftabel diperoleh nilai 3.10. dengan demikian Fhitung 30.81569 >
Ftabel 3.10 dengan nilai signifikan 0.000 < 0.05, maka Ho ditolak dan
H1 diterima yang bearti nilai koefisien regresi tidak sama dengan
nol, maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebasnya secara
bersamaan dapat menerangkan variabel terikat.
Table 4.6.4
Hasil Uji F Faktor Eksternal NPF Murabahah
R-squared 0.261273 Mean dependent var 1.013617
Adjusted R-squared 0.122761 S.D. dependent var 0.363427 S.E. of regression 0.340389 Akaike info criterion 0.859402 Sum squared resid 1.853837 Schwarz criterion 1.058549
Log likelihood -4.594022 Hannan-Quinn criter. 0.898278 F-statistic 1.886291 Durbin-Watson stat 1.059514 Prob(F-statistic) 0.172604
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan hasi F statistik yang diperoleh dari model yaitu
Fhitung sebesar 1.8869291. sementara dengan n = 20 dan k = 3,
nilai pada Ftabel diperoleh nilai 3.10. dengan demikian Fhitung
1.8869291 < Ftabel 3.10 dengan nilai signifikan 0.172604 > 0.05,
maka Ho diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak ada pengaruh
yang signifikan antara variabel independen secara bersama-sama
terhadap variabel dependen.
Table 4.6.5
Hasil Uji F Faktor Eksternal NPF Musyarakah
R-squared 0.760981 Mean dependent var 1.366003
Adjusted R-squared 0.716165 S.D. dependent var 0.233448
S.E. of regression 0.124372 Akaike info criterion -1.154215 Sum squared resid 0.247496 Schwarz criterion -0.955069 Log likelihood 15.54215 Hannan-Quinn criter. -1.115340
F-statistic 16.98007 Durbin-Watson stat 0.790688 Prob(F-statistic) 0.000032
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan hasi F statistik yang diperoleh dari model yaitu
Fhitung sebesar 16.98007. sementara dengan n = 20 dan k = 3, nilai
pada Ftabel diperoleh nilai 3.10. dengan demikian Fhitung 16.98007 >
Ftabel 3.10 dengan nilai signifikan 0.000 < 0.05, maka Ho ditolak dan
H1 diterima yang bearti nilai koefisien regresi tidak sama dengan
nol, maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebasnya secara
bersamaan dapat menerangkan variabel terikat.
Table 4.6.6
Hasil Uji F Faktor Eksternal NPF Mudharabah
R-squared 0.769504 Mean dependent var 1.415066
Adjusted R-squared 0.726286 S.D. dependent var 0.209848 S.E. of regression 0.109788 Akaike info criterion -1.403682 Sum squared resid 0.192853 Schwarz criterion -1.204536
Log likelihood 18.03682 Hannan-Quinn criter. -1.364807 F-statistic 17.80516 Durbin-Watson stat 1.369681 Prob(F-statistic) 0.000024
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan hasil F statistik yang diperoleh dari model yaitu
Fhitung sebesar 17.80516. sementara dengan n = 20 dan k = 3, nilai
pada Ftabel diperoleh nilai 3.10. dengan demikian Fhitung 17.80516 >
Ftabel 3.10 dengan nilai signifikan 0.000 < 0.05, maka Ho ditolak dan
H1 diterima yang bearti nilai koefisien regresi tidak sama dengan
nol, maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebasnya secara
bersamaan dapat menerangkan variabel terikat.
b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Table 4.7.1
Hasil Uji T Faktor Internal NPF Murabahah
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 63.49579 17.27472 3.675648 0.0020
LOG(CAR) -2.776073 1.031678 -2.690834 0.0161 LOG(ROA) -0.041871 0.121339 -0.345073 0.7345
LOG(BOPO) -12.08229 3.291715 -3.670516 0.0021 Sumber : Data diolah (E-Views8)
Dengan membandingkan nilai Thitung dengan Ttabel dapat
melihat nilai probabilitas masing-masing variabel independen,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Variabel Independen yang Mendominan Terhadap NPF
Murabahah
Untuk mengetahui variabel bebas manakah yang paling
berpengaruh terhadap NPF murabahah dapat dilihat pada
table 4.29 dari hasil tersebut uji thitung masing-masing variabel
bebasnya. Nilai thitung dari variabel CAR sebesar -2.690834,
variabel ROA sebesar 0.345073, dan variabel BOPO sebesar
-3.670516. Berdasarkan nilai tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa variabel BOPO yang mempunyai nilai thitung paling
besar diantara variabel lainnya dan dengan profiabilitasnya
0.0021 yang artinya BOPO memiliki pengaruh yang paling
dominan terhadap NPF Murabahah.
2) Uji t terhadap CAR
Dari hasil uji analisis regresi data time series diatas
menunjukkan, hasil uji thitung untuk variable CAR sebesar -
2.690834 sementara nilai ttabel dengan a = 5% dan df (n-k) 20-
3 = 17 adalah sebesar 1.739 yang bearti bahwa thitung lebih
besar dari nilai ttabel (-2.690834 > 1.739) sedangkan
probability sebesar 0.0161 atau lebih kecil dari alfa 0.05
(0.0161 < 0.05) artinya secara persial CAR berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap NPF Murabahah. Berdasarkan
hasil tersebut maka Ho ditolak sehingga disimpulkan bahwa
variabel CAR secara independen berpengaruh signifikan
terhadap NPF Murabahah.
3) Uji t terhadap ROA
Dari hasil uji analisis regresi data time series diatas
menunjukkan, hasil uji thitung untuk variable ROA sebesar -
0.34507, sementara nilai ttabel dengan a = 5% dan df (n-k) 20-3
= 17 adalah sebesar 1.739 yang bearti bahwa thitung lebih kecil
dari nilai ttabel (-0.345073 < 1.739) sedangkan probability
sebesar 0.7345 atau lebih besar dari alfa 0.05 (0.7345 > 0.05)
artinya secara persial ROA berpengaruh signifikan terhadap
NPF Murabahah. Berdasarkan hasil tersebut maka Ho terima
sehingga disimpulkan bahwa variabel ROA secara independen
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu
variabel NPF Murabahah.
4) Uji t terhadap BOPO
Dari hasil uji analisis regresi data time series diatas
menunjukkan, hasil uji thitung untuk variable BOPO sebesar -
3.670516, sementara nilai ttabel dengan a = 5% dan df (n-k) 20-3
= 17 adalah sebesar 1.739 yang bearti bahwa thitung lebih besar
dari nilai ttabel (-3.670516 > 1.739) sedangkan probability
sebesar 0.0021 atau lebih kecil dari alfa 0.05 (0.0021 > 0.05)
artinya secara persial BOPO berpengaruh signifikan terhadap
NPF Murabahah. Berdasarkan hasil tersebut maka Ho di tolak
sehingga disimpulkan bahwa variabel inflasi secara independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu
variabel NPF Murabahah.
Table 4.7.2
Hasil Uji T Faktor Internal NPF Musyarakah
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -6.572009 8.302626 -0.791558 0.4402
LOG(CAR) -0.679345 0.495848 -1.370068 0.1896 LOG(ROA) -0.009751 0.058318 -0.167207 0.8693
LOG(BOPO) 2.184905 1.582073 1.381039 0.1863
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Dengan membandingkan nilai Thitung dengan Ttabel dapat
melihat nilai probabilitas masing-masing variabel independen,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Variabel Independen yang Mendominan Terhadap NPF
Musyarakah
Untuk mengetahui variabel bebas manakah yang paling
berpengaruh terhadap NPF musyarakah dapat dilihat pada
table 4.30 dari hasil tersebut uji thitung masing-masing variabel
bebasnya. Nilai thitung dari variabel CAR sebesar -1,370068,
variabel ROA sebesar -0.167207, dan variabel BOPO sebesar
1.381039. Berdasarkan nilai tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa variabel BOPO yang mempunyai nilai thitung paling
besar diantara variabel lainnya dan dengan profiabilitasnya
0.1863 yang artinya BOPO memiliki pengaruh yang paling
dominan terhadap NPF Murabahah.
2) Uji t terhadap CAR
Dari hasil uji analisis regresi data time series diatas
menunjukkan, hasil uji thitung untuk variable CAR sebesar -
1.370068 sementara nilai ttabel dengan a = 5% dan df (n-k) 20-
3 = 17 adalah sebesar 1.739 yang bearti bahwa thitung lebih
kecil dari nilai ttabel (-1.370068 < 1.739) sedangkan probability
sebesar 0.1896 atau lebih besar dari alfa 0.05 (0.1896 < 0.05)
artinya secara persial CAR tidak berpengaruh signifikan
terhadap NPF Musyarakah. Berdasarkan hasil tersebut maka
Ho diterima sehingga disimpulkan bahwa variabel CAR secara
independen tidak berpengaruh signifikan terhadap NPF
Musyarakah.
3) Uji t terhadap ROA
Dari hasil uji analisis regresi data time series diatas
menunjukkan, hasil uji thitung untuk variable ROA sebesar
0.8693, sementara nilai ttabel dengan a = 5% dan df (n-k) 20-3 =
17 adalah sebesar 1.739 yang bearti bahwa thitung lebih kecil
dari nilai ttabel (-0.167207 < 1.739) sedangkan probability
sebesar 0.8693 atau lebih besar dari alfa 0.05 (0.8693 > 0.05)
artinya secara persial ROA tidak berpengaruh signifikan
terhadap NPF Mursyarakah. Berdasarkan hasil tersebut maka
Ho terima sehingga disimpulkan bahwa variabel ROA secara
independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen yaitu variabel NPF Musyarakah.
4) Uji t terhadap BOPO
Dari hasil uji analisis regresi data time series diatas
menunjukkan, hasil uji thitung untuk variable BOPO sebesar
1.381039, sementara nilai ttabel dengan a = 5% dan df (n-k) 20-3
= 17 adalah sebesar 1.739 yang bearti bahwa thitung lebih besar
dari nilai ttabel (1.381039 < 1.739) sedangkan probability
sebesar 0.1863 atau lebih besar dari alfa 0.05 (0.1863 > 0.05)
artinya secara persial BOPO tidak berpengaruh signifikan
terhadap NPF Musyarakah. Berdasarkan hasil tersebut maka
Ho di terima sehingga disimpulkan bahwa variabel BOPO
secara independen tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen yaitu variabel NPF Musyarakah.
Table 4.7.3
Hasil Uji T Faktor Internal NPF Mudharabah
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -3.228744 5.388029 -0.599244 0.5574
LOG(CAR) -1.055436 0.321783 -3.279963 0.0047
LOG(ROA) 0.055190 0.037846 1.458278 0.1641
LOG(BOPO) 1.695268 1.026694 1.651191 0.1182
S Sumber : Data diolah (E-Views8)
Dengan membandingkan nilai Thitung dengan Ttabel dapat melihat
nilai probabilitas masing-masing variabel independen, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1) Variabel Independen yang Mendominan Terhadap NPF
Mudharabah
Untuk mengetahui variabel bebas manakah yang paling
berpengaruh terhadap NPF mudharabah dapat dilihat pada
table 4.31 dari hasil tersebut uji thitung masing-masing variabel
bebasnya. Nilai thitung dari variabel CAR sebesar -3.279963,
variabel ROA sebesar 1.458278 dan variabel BOPO sebesar
1.651191. Berdasarkan nilai tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa variabel CAR yang mempunyai nilai thitung paling besar
diantara variabel lainnya dan dengan profiabilitasnya 0.0047
yang artinya CAR memiliki pengaruh yang paling dominan.
2) Uji t terhadap CAR
Dari hasil uji analisis regresi data time series diatas
menunjukkan, hasil uji thitung untuk variable CAR sebesar -
3.279963 sementara nilai ttabel dengan a = 5% dan df (n-k) 20-
3 = 17 adalah sebesar 1.739 yang bearti bahwa thitung lebih
besar dari nilai ttabel (-3.279963 > 1.739) sedangkan
probability sebesar 0.0047 atau lebih kecil dari alfa 0.05
(0.0047 < 0.05) artinya secara persial CAR berpengaruh
signifikan terhadap NPF Mudharabah. Berdasarkan hasil
tersebut maka Ho di tolak sehingga disimpulkan bahwa
variabel CAR secara independen berpengaruh signifikan
terhadap NPF Mudharabah.
3) Uji t terhadap ROA
Dari hasil uji analisis regresi data time series diatas
menunjukkan, hasil uji thitung untuk variable ROA sebesar
1.458278, sementara nilai ttabel dengan a = 5% dan df (n-k) 20-3
= 17 adalah sebesar 1.739 yang bearti bahwa thitung lebih kecil
dari nilai ttabel (1.458278 < 1.739) sedangkan probability sebesar
0.1641 atau lebih besar dari alfa 0.05 (0.1641 > 0.05) artinya
secara persial ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap NPF
Mudharabah. Berdasarkan hasil tersebut maka Ho terima
sehingga disimpulkan bahwa variabel ROA secara independen
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu
variabel NPF Mudharabah.
4) Uji t terhadap BOPO
Dari hasil uji analisis regresi data time series diatas
menunjukkan, hasil uji thitung untuk variable BOPO sebesar
1.651191, sementara nilai ttabel dengan a = 5% dan df (n-k) 20-3
= 17 adalah sebesar 1.739 yang bearti bahwa thitung lebih besar
dari nilai ttabel (1.651191 < 1.739) sedangkan probability
sebesar 0.1182 atau lebih besar dari alfa 0.05 (0.1182 > 0.05)
artinya secara persial BOPO tidak berpengaruh signifikan
terhadap NPF Mudharabah. Berdasarkan hasil tersebut maka
Ho di terima sehingga disimpulkan bahwa variabel BOPO
secara independen tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen yaitu variabel NPF Mudharabah.
Table 4.7.4
Hasil Uji T Faktor Eksternal NPF Murabahah
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -29.01826 22.59987 -1.284001 0.2174
LOG(PDB) 4.108712 1.729354 2.375865 0.0303
LOG(INFLASI) 0.581868 0.372100 1.563740 0.1374 LOG(NILAI_TUKAR) -3.276288 2.456463 -1.333742 0.2010
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Dengan membandingkan nilai Thitung dengan Ttabel dapat
melihat nilai probabilitas masing-masing variabel independen,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Variabel Independen yang Mendominan Terhadap NPF
Murabahah
Untuk mengetahui variabel bebas manakah yang paling
berpengaruh terhadap NPF murabahah dapat dilihat pada
table 4.32 dari hasil tersebut uji thitung masing-masing variabel
bebasnya. Nilai thitung dari variabel PDB sebesar 2.375865,
variabel inflasi sebesar 1.563740, dan variabel nilai tukar
sebesar -1.333742. Berdasarkan nilai tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa variabel PDB yang mempunyai nilai thitung
paling besar diantara variabel lainnya dan dengan
profiabilitasnya 0.0303 yang artinya PDB memiliki pengaruh
yang paling dominan terhadap NPF Murabahah.
2) Uji t terhadap PDB
Dari hasil uji analisis regresi data time series diatas
menunjukkan, hasil uji thitung untuk variable PDB sebesar
2.375865, sementara nilai ttabel dengan a = 5% dan df (n-k) 20-3
=17 adalah sebesar 1.739 yang bearti bahwa thitung lebih besar
dari nilai ttabel (2.375865 > 1.739) sedangkan probability
sebesar 0.0303 atau lebih kecil dari alfa 0.05 (0.0005 < 0.05)
artinya secara persial PDB berpengaruh positif dan signifikan
terhadap NPF Mudharabah. Berdasarkan hasil tersebut maka
Ho ditolak sehingga disimpulkan bahwa variabel PDB secara
independen berpengaruh signifikan terhadap NPF Murabahah.
3) Uji t terhadap Inflasi
Dari hasil uji analisis regresi data time series diatas
menunjukkan, hasil uji thitung untuk variable Inflasi sebesar
1.56374, sementara nilai ttabel dengan a = 5% dan df (n-k) 20-3
= 17 adalah sebesar 1.739 yang bearti bahwa thitung lebih kecil
dari nilai ttabel (01.56374 < 1.739) sedangkan probability
sebesar 0.1374 atau lebih besar dari alfa 0.05 (0.1374 > 0.05)
artinya secara persial Inflasi tidak berpengaruh signifikan
terhadap NPF Murabahah. Berdasarkan hasil tersebut maka Ho
diterima sehingga disimpulkan bahwa variabel inflasi secara
independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen yaitu variabel NPF Murabahah.
4) Uji t terhadap Nilai Tukar
Dari hasil uji analisis regresi data time series diatas
menunjukkan, hasil uji thitung untuk variable nilai tukar sebesar -
1.333742, sementara nilai ttabel dengan a = 5% dan df (n-k) 20-3
=17 adalah sebesar 1.739 yang bearti bahwa thitung lebih besar
dari nilai ttabel (-1.333742 > 1.739) sedangkan probability
sebesar 0.2010 atau lebih besarl dari alfa 0.05 (0.2010 > 0.05).
artinya secara persial nilai tukar tidak berpengaruh signifikan
terhadap NPF Murabahah. Berdasarkan hasil tersebut maka Ho
diterima sehingga disimpulkan bahwa variabel nilai tukar secara
independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen yaitu variabel NPF Murabahah.
Table 4.7.5
Hasil Uji T Faktor Eksternal NPF Musyarakah
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 37.36679 8.257609 4.525135 0.0003
LOG(PDB) -2.734223 0.631877 -4.327145 0.0005
LOG(INFLASI) 0.019382 0.135959 0.142556 0.8884 LOG(NILAI_TUKAR) 0.443881 0.897550 0.494547 0.6276
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Dengan membandingkan nilai Thitung dengan Ttabel dapat
melihat nilai probabilitas masing-masing variabel independen,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
5) Variabel Independen yang Mendominan Terhadap NPF
Musyarakah
Untuk mengetahui variabel bebas manakah yang paling
berpengaruh terhadap NPF musyarakah dapat dilihat pada
table 4.33 dari hasil tersebut uji thitung masing-masing variabel
bebasnya. Nilai thitung dari variabel PDB sebesar -4.327145,
variabel inflasi sebesar 0.142556, dan nilai tukar sebesar
0.494547. Berdasarkan nilai tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa variabel PDB yang mempunyai nilai thitung paling besar
diantara variabel lainnya dan dengan profiabilitasnya 0.00005
yang artinya PDB memiliki pengaruh yang paling dominan
terhadap kinerja profitabilitas yang diproksikan kedalam NPF
Musyarakah.
6) Uji t terhadap PDB
Dari hasil uji analisis regresi data time series diatas
menunjukkan, hasil uji thitung untuk variable PDB sebesar -
4.32714, sementara nilai ttabel dengan a = 5% dan df (n-k) 20-3
=17 adalah sebesar 1.739 yang bearti bahwa thitung lebih besar
dari nilai ttabel (-4.3271 > 1.739) sedangkan probability sebesar
0.0005 atau lebih kecil dari alfa 0.05 (0.0005 < 0.05) artinya
secara persial PDB berpengaruh negatife dan signifikan
terhadap NPF Mudharabah. Berdasarkan hasil tersebut maka
Ho ditolak sehingga disimpulkan bahwa variabel PDB secara
independen berpengaruh signifikan terhadap NPF Musyarakah.
7) Uji t terhadap Inflasi
Dari hasil uji analisis regresi data time series diatas
menunjukkan, hasil uji thitung untuk variable Inflasi sebesar 0.6
393219 , sementara nilai ttabel dengan a = 5% dan df (n-k) 20-3
= 17 adalah sebesar 1.739 yang bearti bahwa thitung lebih kecil
dari nilai ttabel (0.6393219 < 1.739) sedangkan probability
sebesar 0.4981 atau lebih besar dari alfa 0.05 (0.4981 > 0.05)
artinya secara persial Inflasi tidak berpengaruh signifikan
terhadap NPF Mudharabah. Berdasarkan hasil tersebut maka
Ho diterima sehingga disimpulkan bahwa variabel inflasi secara
independen tidak berpengarug signifikan terhadap variabel
dependen yaitu variabel NPF Musyarakah.
8) Uji t terhadap Nilai Tukar
Dari hasil uji analisis regresi data time series diatas
menunjukkan, hasil uji thitung untuk variable nilai tukar sebesar -
1.392499, sementara nilai ttabel dengan a = 5% dan df (n-k) 20-3
=17 adalah sebesar 1.739 yang bearti bahwa thitung lebih besar
dari nilai ttabel (-1.392499 > 1.739) sedangkan probability
sebesar 0.0979 atau lebih besarl dari alfa 0.05 (0.0979 > 0.05).
artinya secara persial PDB berpengaruh negatife namun tidak
signifikan terhadap NPF Mudharabah.
Table 4.7.6
Hasil Uji T Faktor Eksternal NPF Mudharabah
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 39.09298 7.289258 5.363095 0.0001
LOG(PDB) -1.665183 0.557778 -2.985387 0.0087
LOG(INFLASI) 0.083197 0.120015 0.693219 0.4981 LOG(NILAI_TUKAR) -1.392499 0.792296 -1.757547 0.0979
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Dengan membandingkan nilai Thitung dengan Ttabel dapat
melihat nilai probabilitas masing-masing variabel independen,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Variabel Independen yang Mendominan Terhadap NPF
Mudharabah
Untuk mengetahui variabel bebas manakah yang paling
berpengaruh terhadap NPF Mudharabah dapat dilihat pada
table 4.34 dari hasil tersebut uji thitung masing-masing variabel
bebasnya. Nilai thitung dari variabel PDB sebesar -2.985387,
variabel inflasi sebesar 0.693219, dan variabel nilai tukar
sebesar -1.757547. Berdasarkan nilai tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa variabel PDB yang mempunyai nilai thitung
paling besar diantara variabel lainnya dan dengan
profiabilitasnya 0.0087 yang artinya PDB memiliki pengaruh
yang paling dominan terhadap kinerja profitabilitas yang
diproksikan kedalam NPF Mudharabah.
2) Uji t terhadap PDB
Dari hasil uji analisis regresi data time series diatas
menunjukkan, hasil uji thitung untuk variable PDB sebesar -
2.985387, sementara nilai ttabel dengan a = 5% dan df (n-k) 20-3
=17 adalah sebesar 1.739 yang bearti bahwa thitung lebih besar
dari nilai ttabel (-2.985387 > 1.739) sedangkan probability
sebesar 0.0087 atau lebih kecil dari alfa 0.05 (0.0087 < 0.05).
artinya secara persial PDB berpengaruh negatife dan signifikan
terhadap NPF Mudharabah. Atau dengan kata lain, setiap
kenaikan PDB sebesar 1 Milyar akan direspon oleh
peningkatan.
3) Uji t terhadap Inflasi
Dari hasil uji analisis regresi data time series diatas
menunjukkan, hasil uji thitung untuk variable Inflasi sebesar
0.6393219 , sementara nilai ttabel dengan a = 5% dan df (n-k)
20-3 = 17 adalah sebesar 1.739 yang bearti bahwa thitung lebih
kecil dari nilai ttabel (0.6393219 < 1.739) sedangkan probability
sebesar 0.4981 atau lebih besar dari alfa 0.05 (0.4981 > 0.05)
artinya secara persial Inflasi tidak berpengaruh signifikan
terhadap NPF Mudharabah.
4) Uji t terhadap Nilai Tukar
Dari hasil uji analisis regresi data time series diatas
menunjukkan, hasil uji thitung untuk variable nilai tukar sebesar -
1.392499, sementara nilai ttabel dengan a = 5% dan df (n-k) 20-3
=17 adalah sebesar 1.739 yang bearti bahwa thitung lebih besar
dari nilai ttabel (-1.392499 > 1.739) sedangkan probability
sebesar 0.0979 atau lebih besarl dari alfa 0.05 (0.0979 > 0.05).
artinya secara persial PDB berpengaruh negatife namun tidak
signifikan terhadap NPF Mudharabah.
c. Hasil Uji T Berdasarkan Penjelasan Ekonomi
Dari hasil uji T dapat diketahui variabel bebas (X) apa saja yang
berpengauh signifikan terhadap variabel terikat (Y). Hasil ini dapat
membandingkan antara penjelasan ekonomi dengan kesesuaian
logika.
Tabel 4.7.8
Hasil Uji T Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap
NPF Bank Syariah Indonesia 2015-2019
Variabel Terikat Variabel bebas Thitung Prob.
NPF Murabahah
CAR -2.690834 0.0161
ROA 0.345073 0.7345
BOPO -3.670516 0.0021
PDB 2.375865 0.0303
Inflasi 1.563740 0.1374
Nilai Tukar -1.33742 0.2010
NPF Musyarakah
CAR -1.370068 0.1896
ROA -0.167207 0.8693
BOPO 1.381039 0.1863
PDB -4.327146 0.0005
Inflasi 0.142566 0.8884
Nilai Tukar 0.49457 0.6276
NPF Mudharabah
CAR -3.279963 0.0047
ROA 1.458278 0.1641
BOPO 1.651191 0.1182
PDB -2.985387 0.0087
Inflasi 0.63219 0.4981
Nilai Tukar -1.757547 0.0979
Sumber : Data diolah (E-Views8)
1. Pengaruh CAR Terhadap Pembiayaan Bermasalah
Berdasarkan hasil Uji T table 4.7.8 menjelaskan CAR memiliki
pengaruh negative signifikan terhadap NPF murabahah dan NPF
mudharabah, dengan masing-masing thitung -2.690834 dan -3.279963
yang probabilitasnya masing-masing 0.0161 dan 0.0047, namun
tidak berpengaruh terhadap NPF musyarakah. Ketika CAR
mengalami penurunan sebsesar 1% maka rasio NPF murabahah
mengalami penurunan 0.01% dengan asumsi variable lainnya.
Begitu pula dengan NPF murdharabah ketika CAR mengalami
penurunan sebesar 1% maka rasio NPF mudharabah akan
mengalami penurunan sebesar 0.004% Hasil ini sesuai dengan
hipotesis awal menyatakan bahwa CAR berpengaruh negative dan
signifikan terhadap NPF. Hasil ini didukung dengan penelitian
Rindang Nuri Isnaini Nugrohowati dan Syafrildha Bimo (2019),
dengan hasil penelitian CAR berpengaruh negative dan signifikan
terhadap pemberian kredit. Hal ini menyatakan bahwa modal
memiliki peran penting dalam mengatasi risiko pembiayaan
bermasalah, artinya jika rasio CAR semakin tinggi maka bank
mampu dalam mengelola dananya dengan sangat baik, sehingga
menyebabkan rasio NPF akan menurun. Karena modal bank mampu
untuk mengatasi risiko tersebut, dengan menggunakan modal untuk
menutupi tingkat pengembalian yang tidak sesuai harapan yang
akan menghambat aktivitas operasional bank.
Untuk angka ideal CAR perbankan di Indonesia beriksar
minimal 8% sesuai dengan surat Keputusan Direksi Bank Indoesia
No. 23/67/Kep/Dir tanggal 28 Februaru 1991. Ketentuan minimal
CAR 8% ini harus benar-benar diperhatikan, karena untuk mengukur
kesehatan bank. Dengan demikian CAR adalah faktor yang penting
dalam mengurangi risiko yang dialami dari pembiayaan bermasalah.
2. Pengaruh ROA Terhadap Pembiayaan Bermasalah
Berdasarkan hasil Uji T table 4.7.8 menjelaskan ROA tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap NPF murabahah, NPF
musyarakah dan NPF mudharabah, dengan masing-masing nilai
thitung 0.345073, 0.167207, dan 1.358278 lebih kecil dari ttabel senilai
1.739. karena rasio ROA adalah rasio untuk mengukur kemampuan
bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan, jika rasio
ROA positif itu artinya asset pada perbankan yang manfaatnya
sebagai pembiayaan untuk memberikan keuntungan pada bank
tersebut. Tingginya rasio ROA akan menurunkan rasio NPF, karena
keuntungan yang tinggi menunjukkan pembiayaan yang cendrung
lancer, sehingga kemampuan nasabah dalam membayar
kewajibannya cendrung lebih baik dan lancar.
3. Pengaruh BOPO Terhadap Pembiayaan Bermasalah
Berdasarkan hasil Uji T table 4.7.8 menjelaskan BOPO memiliki
pengaruh negative signifikan terhadap NPF murabahah dengan nilai
thitung -3.670516 dengan nilai probabilitasnya 0.0021, namun tidak
berpengaruh terhadap NPF musyarakah dan NPF mudharabah.
Ketika BOPO mengalami penurunan sebsesar 1% maka rasio NPF
murabahah mengalami penurunan 0.0021% dengan asumsi variable
lainnya. Hasil ini sesuai dengan hipotesis awal menyatakan bahwa
BOPO berpengaruh negative dan signifikan terhadap NPF.
hubungan negative tersebut disebabkan karena BOPO merupakan
biaya operasional perbankan dalam kegiatan sehari-hari. Hal ini
menyatakan bahwa semakin tinggi BOPO maka kegiatan
operasional bank menjadi kurang efisien karna meningkatnya biaya
akan mempengaruhi ROA pada bank tersebut. Nilai ROA yang
menurun mengakibatan dana yang disalurkan dalam bentuk
pembiayaan akan menurun sehingga kemungkinan terjadinya risiko
pembiayaan bermasalah juga turun. Selain itu BOPO juga termasuk
ke dalam monitoring cost yang artinya semakin tinggi BOPO maka
tingkat kemungkinanan gagal baya bisa ditekan.
4. Pengaruh PDB Terhadap Pembiayaan Bermasalah
Berdasarkan hasil Uji T table 4.7.8 menjelaskan PDB memiliki
pengaruh signifikan terhadap NPF murabahah, NPF musyarakah,
dan NPF mudharabah dengan masing-masing nilai thitung 2.375865, -
4.327146, -2.985387 dengan nilai probabilitasnya masing-masing
0.0303, 0.0005, dan 0.0087. Ketika PDB mengalami penurunan
sebsesar 1% maka rasio NPF murabahah mengalami penurunan
0.03%, untuk rasio NPF musyarakah mengalami penurunan sebesar
0.0005%, dan untuk rasio NPF mudharabah mengalami penurunan
sebesar 0.008% dengan asumsi variable lainnya. Hasil ini sesuai
dengan hipotesis awal menyatakan bahwa PDB berpengaruh
signifikan terhadap NPF. PDB mencerminkan pertumbuhan ekonomi
suatu daerah, semakin tinggi PDB pada suatu wilayah maka
menyatakan perekonomian pada daerah tersebut dalam kondisi yang
baik, oleh karena itu nasabah mampu untuk memenuhi kewajibannya
dalam hal pembiayaan, yang membuat pembiayaan bermasalah
menjadi menurun. Hal ini sesuai dengan penelitian Rindang Nuri
Isnaini Nugrohowati dan Syafrildha Bimo (2019), dimana hasil dalam
penelitiannya menyatakan PDRB memiliki pengaruh positif terhadap
NPF pada BPRS di Indonesia. Dalam penelitiannya menjelaskan
saat ekonomi mengalami pertumbuhan maka pendapatan yang akan
dihasilkan dari sector perusahaan maupun non perusahaan juga
akan meningkat dan nasabah mampu dalam membayar pinjamannya
kepada bank, yang artinya kontribusi terhadap pembiayaan
bermasalah menjadi menurun.
5. Pengaruh Inflasi Terhadap Pembiayaan Bermasalah
Berdasarkan hasil Uji T table 4.7.8 menjelaskan inflasi tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap NPF murabahah, NPF
musyarakah, dan NPF mudharabah dengan masing-masing nilai
thitung 1.563740, 0.142566, dan 0.63219 lebih kecil dari ttabel senilai
1.739.
Inflasi terjadi karena pertumbuhan jumlah uang yang melebihi
pertumbuhan sector riil yang menyebabkan daya beli pada
masyarakan menjadi menurun. Dalam penelitian ini faktor inflasi
tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan bermasalah
ddalam perbankan syariah di Indonesia. Hasil ini didukung dengan
penelitian Rindang Nuri Isnaini Nugrohowati dan Syafrildha Bimo
(2019) yang menyatakan variable inflasi tidak memiliki pengaruh
terhadap NPF. Karena pada perbankan syariah tingginya inflasi tidak
membuat nasabah mengesampingkan kewajibannya dalam melunasi
pinjamannya.
6. Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Pembiayaan Bermasalah
Berdasarkan hasil Uji T table 4.7.8 menjelaskan Nilai tukari
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap NPF murabahah, NPF
musyarakah, dan NPF mudharabah dengan masing-masing nilai
thitung 1.33742, 0.49457, dan -1.757547 lebih kecil dari ttabel senilai
1.739. Hal ini didukung dari penelitian Silvia Eka Febrianti (2015)
yang menyatakan nilai tukar berpengaruh tidak signifikan terhadap
NPF bank syariah. Karena pembiayaan dalam valas pada perbankan
syariah nilai rat0ratanya berkisar 5% dari total pembiayaan yang
disalurkan, yang artinya perubahan dari nilai tukar tidak akan
berdampak pada NPF bank syariah.
d. Uji Koefisien Determinasi
Table 4.8.1
Hasil Uji Determinasi Faktor Internal NPF Murabahah
R-squared 0.494362 Mean dependent var 1.013617
Adjusted R-squared 0.399555 S.D. dependent var 0.363427
S.E. of regression 0.281614 Akaike info criterion 0.480295 Sum squared resid 1.268899 Schwarz criterion 0.679441 Log likelihood -0.802946 Hannan-Quinn criter. 0.519170
F-statistic 5.214395 Durbin-Watson stat 1.677162 Prob(F-statistic) 0.010574
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan hasil uji regresi diatas dapat dilihat perolehan nilai
Adjusted R-Squaerd sebesar 0.399555. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan variabel independen (CAR, ROA, dan BOPO) dalam
menjelaskan variabel dependen (NPF murabahah) sebesar 39.95%.
Sisanya sebesar 60.05% dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya yang
tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
Table 4.8.2
Hasil Uji Determinasi Faktor Internal NPF Musyarakah
R-squared 0.716926 Mean dependent var 1.366003
Adjusted R-squared 0.663849 S.D. dependent var 0.233448 S.E. of regression 0.135350 Akaike info criterion -0.985050 Sum squared resid 0.293114 Schwarz criterion -0.785904
Log likelihood 13.85050 Hannan-Quinn criter. -0.946175 F-statistic 13.50742 Durbin-Watson stat 0.811627 Prob(F-statistic) 0.000119
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan hasil uji regresi diatas dapat dilihat perolehan nilai
Adjusted R-Squaerd sebesar 0.663849. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan variabel independen (CAR, ROA, dan BOPO) dalam
menjelaskan variabel dependen (NPF musyarakah) sebesar 66.38%.
Sisanya sebesar 33,62% dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya yang
tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
Table 4.8.3
Hasil Uji Determinasi Faktor Internal NPF Mudharabah
R-squared 0.852463 Mean dependent var 1.415066
Adjusted R-squared 0.824799 S.D. dependent var 0.209848
S.E. of regression 0.087836 Akaike info criterion -1.849835 Sum squared resid 0.123443 Schwarz criterion -1.650688 Log likelihood 22.49835 Hannan-Quinn criter. -1.810959
F-statistic 30.81569 Durbin-Watson stat 1.433807 Prob(F-statistic) 0.000001
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan hasil uji regresi diatas dapat dilihat perolehan nilai
Adjusted R-Squaerd sebesar 0.842799. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan variabel independen (CAR, ROA, dan BOPO) dalam
menjelaskan variabel dependen (NPF musyarakah) sebesar 84.27%.
Sisanya sebesar 15.73% dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya yang
tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
Table 4.8.4
Hasil Uji Determinasi Faktor Eksternal NPF Murabahah
R-squared 0.261273 Mean dependent var 1.013617
Adjusted R-squared 0.122761 S.D. dependent var 0.363427 S.E. of regression 0.340389 Akaike info criterion 0.859402 Sum squared resid 1.853837 Schwarz criterion 1.058549
Log likelihood -4.594022 Hannan-Quinn criter. 0.898278 F-statistic 1.886291 Durbin-Watson stat 1.059514 Prob(F-statistic) 0.172604
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan hasil uji regresi diatas dapat dilihat perolehan nilai
Adjusted R-Squaerd sebesar 0.122761. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan variabel independen (PDB, Inflasi, dan Nilai Tukar)
dalam menjelaskan variabel dependen (NPF murabahah) sebesar
12.27%. Sisanya sebesar 87.73% dijelaskan oleh faktor-faktor
lainnya yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
Table 4.8.5
Hasil Uji Determinasi Faktor Eksternal NPF Musyarakah
R-squared 0.760981 Mean dependent var 1.366003
Adjusted R-squared 0.716165 S.D. dependent var 0.233448 S.E. of regression 0.124372 Akaike info criterion -1.154215 Sum squared resid 0.247496 Schwarz criterion -0.955069
Log likelihood 15.54215 Hannan-Quinn criter. -1.115340 F-statistic 16.98007 Durbin-Watson stat 0.790688 Prob(F-statistic) 0.000032
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan hasil uji regresi diatas dapat dilihat perolehan nilai
Adjusted R-Squaerd sebesar 0.716165. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan variabel independen (PDB, Inflasi, dan Nilai Tukar)
dalam menjelaskan variabel dependen (NPF musyarakah) sebesar
71.61%. Sisanya sebesar 28.39% dijelaskan oleh faktor-faktor
lainnya yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
Table 4.8.6
Hasil Uji Determinasi Faktor Eksternal NPF Mudharabah
R-squared 0.769504 Mean dependent var 1.415066
Adjusted R-squared 0.726286 S.D. dependent var 0.209848 S.E. of regression 0.109788 Akaike info criterion -1.403682 Sum squared resid 0.192853 Schwarz criterion -1.204536
Log likelihood 18.03682 Hannan-Quinn criter. -1.364807 F-statistic 17.80516 Durbin-Watson stat 1.369681 Prob(F-statistic) 0.000024
Sumber : Data diolah (E-Views8)
Berdasarkan hasil uji regresi diatas dapat dilihat perolehan nilai
Adjusted R-Squaerd sebesar 0.726286. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan variabel independen (PDB, Inflasi, dan Nilai Tukar)
dalam menjelaskan variabel dependen (NPF mudharabah) sebesar
72.62%. Sisanya sebesar 27.38% dijelaskan oleh faktor-faktor
lainnya yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian ini diharapkan dapat melihat bagaimana
pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap pembiayaan
bermasalah berdasarkan jenis penggunaan akad. Berdasarkan hasil
analisis yang dilakukan terdapat variable-variabel yang berpengaruh
signifikan dan adapula yang tidak berpengaruh signifikan.
Adapun hasil analisis sebagai berikut:
1. Dari variabel CAR memiliki pengaruh negatife signifikan terhadap
NPF murabahah dan NPF mudharabah secara persial. CAR
sebagai rasio untuk melihat kecukupan modal bank seharusnya
memastikan apakah bank tersebut mampu menyerap kerugian
yang akan muncul, bank juga harus mempunyai jaminan bahwa
kecukupan untuk modal minimum yang harus dimiliki sesuai
ketetapan Bank Indonesia sebesar 8%. Semakin tinggi nilai CAR
menyatakan keadaan bank yang sudah mempunyai modal yang
cukup baik dalam menunjang serta mampu bertanggung jawab
terhadap risiko-risiko yang muncul, salah satunya risiko dari
pembiayaan. Jika rasio CAR semakin tinggi maka bank mampu
dalam mengelola dananya dengan sangat baik, sehingga
menyebabkan rasio NPF menurun. Karena modal bank mampu
untuk menutupi risiko dari pembiayaan bermasalah.
2. Dari variabel ROA tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
NPF murabahah, NPF musyarakah dan NPF mudharabah secara
persial. Hal ini menyatakan bahwa tingginya rasio ROA akan
menurunkan rasio NPF, karena keuntungan yang tinggi
menunjukkan pembiayaan yang cendrung lancer, sehingga
kemampuan nasabah dalam membayar kewajiban
pembiayaannya cendrung lancer dan lebih baik untuk kesehatan
bank.
3. Dari variabel BOPO memiliki pengaruh negatife signifikan
terhadap NPF murabahah secara persial. Karena BOPO
merupakan biaya operasional perbankan dalam kegiatan sehari-
hari, yang menyatakan semakin tinggi BOPO maka aktivitas
operasional bank menjadi kurang efisien karna meningkatnya
biaya akan mempengaruhi ROA pada bank tersebut. ROA yang
turun mengakibatan dana yang disalurkan dalam bentuk
pembiayaan akan menurun sehingga kemungkinan terjadinya
risiko pembiayaan bermasalah juga turun. Selain itu BOPO juga
termasuk ke dalam monitoring cost yang artinya semakin tinggi
BOPO maka tingkat kemungkinanan gagal baya bisa ditekan.
4. Dari variabel PDB memiliki pengaruh signifikan terhadap NPF
murabahah, NPF musyarakah, dan NPF mudharabah secara
persial. Saat ekonomi mengalami pertumbuhan maka pendapatan
yang akan dihasilkan dari sector perusahaan maupun non
perusahaan juga akan meningkat dan nasabah mampu dalam
membayar pinjamannya kepada bank, yang artinya kontribusi
terhadap pembiayaan bermasalah menjadi menurun.
5. Dari variabel inflasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
NPF murabahah, NPF musyarakah, dan NPF mudharabah secara
persial. Karena pada perbankan syariah tingginya inflasi tidak
membuat nasabah mengesampingkan kewajibannya dalam
melunisi pinjamannya.
6. Dari variable nilai tukar tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap NPF murabahah, NPF musyarakah, dan NPF
mudharabah secara persial. Karena pembiayaan dalam valas
pada perbankan syariah nilai rat0ratanya berkisar 5% dari total
pembiayaan yang disalurkan, yang artinya perubahan dari nilai
tukar tidak akan berdampak pada NPF bank syariah.
Dari hasil penelitian ini juga terlihat variabel yang mendominasi
merupakan pada faktor internal bank syariah di Indonesia pada
tahun 2015-2019 ialah variabel BOPO terhadap NPF murabahah dan
NPF musyarakah. Namun terhadap NPF mudharabah variabel CAR
yang menjadi dominasi pada bank syariah di Indonesia tahun 2015-
2019. Sedangkan berdasarkan faktor eksternal bank syariah di
Indonesia pada tahun 2015-2019 ialah variabel PDB terhadap NPF
murabahah, NPF musyarakah, dan NPF mudharabah
B. Implikasi
Analisis regresi yang telah dilakukan bertujuan untuk
mengetahui pengaruh faktor internal (CAR, ROA, dan BOPO) dan
faktor eksternal (PDB, Inflasi, dan Nilai Tukar) terhadap pembiayaan
bermasalah berdasarkan jenis penggunaan akad (NPF murabahah,
NPF musyarakah, dan NPF mudharabah). Berdasarkan model yang
dilakukan, maka persamaan regresi yang terbentuk adalah:
1. Faktor Internal
NPF Murabahah = 63.49579 – 2.690834CAR – 0.325073ROA –
3.670516BOPO + e
NPF Musyarakah = -6.572009 – 1.370068CAR – 0.167207ROA
+ 1.381039BOPO + e
NPF Mudharabah = -3.228744 – 3.279963CAR + 1.458278ROA
+ 1.651191BOPO + e
2. Faktor Eksternal
NPF Murabahah = -29.01826 + 2.375865PDB +
1.563740Inflasi – 1.333742Nilai_Tukar + e
NPF Musyarakah = 37.36679 -4.327145PDB + 0.142556Inflasi
+ 0.14556Nilai_Tukar + e
NPF Mudharabah = 39.09298 – 2.985387PDB +
0.693219Inflasi – 1.757547Nilai_Tukar + e
Berikut ini adalah hasil uji signifikasi dan analisis hipotesis
hubungan setiap variable independen yang signifikan dengan
variable pembiayaan bermasalah (NPF)
1. Konstanta
a. Faktor Internal
Berdasarkan persamaan regresi data time series diatas
diperoleh nilai konstan faktor internal pada variable NPF
murabahah sebesar 63.49579. Hal ini menyatakan bahwa jika
ketiga variable independem bernilai = 0 maka variable NPF
murabahah bernilai sebesar 63.49579.
Untuk variable NPF musyarakah nilai konstan sebesar -
6.572009 Hal ini menyatakan bahwa jika ketiga variable
independem bernilai = 0 maka variable NPF murabahah bernilai
sebesar -6.572009.
Untuk variable NPF mudharabah nilai konstan sebesar -
3.228744 Hal ini menyatakan bahwa jika ketiga variable
independem bernilai = 0 maka variable NPF murabahah bernilai
sebesar -3.228744
b. Faktor Eksternal
Berdasarkan persamaan regresi data time series diatas
diperoleh nilai konstan faktor eksternal pada variable NPF
murabahah sebesar -29.01826. Hal ini menyatakan bahwa jika
ketiga variable independem bernilai = 0 maka variable NPF
murabahah bernilai sebesar -29.01826.
Untuk variable NPF musyarakah nilai konstan sebesar
37.36679 Hal ini menyatakan bahwa jika ketiga variable
independem bernilai = 0 maka variable NPF murabahah bernilai
sebesar 37.36679.
Untuk variable NPF mudharabah nilai konstan sebesar
39.09298 Hal ini menyatakan bahwa jika ketiga variable
independem bernilai = 0 maka variable NPF murabahah bernilai
sebesar 39.09298
2. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Berdasarkan hasil analisis regresi data time series pada uji
persial dan signifikan variable CAR pada NPF murabahah,
hasilnya adalah H0 ditolak, artinya CAR berpengaruh signifikan
negatife terhadap NPF murabahah. Nilai probabilitas pada
variable CAR sebesar 0.0161 yang bearti lebih kecil dari nilai
signifikan 0.05 ( 0.0161 < 0.05 ). Untuk variable CAR terhadap
NPF Musyarakah hasilnya H0 diterima, artinya CAR tidak
berpengaruh signifikan negatife terhadap NPF musyarakah nilai
probabilitasnya pada variable CAR sebesar 0.1896 yang bearti
lebih besar dari nilai signifikan 0.05 ( 0.1896 > 0.05 ). Untuk
variable CAR terhadap NPF mudharabah hasilnya H0 ditolak
artinya CAR berpengaruh signifikan negative terhadap NPF
mudharabah dengan nilai probabilitasnya sebesar 0.0047 yang
bearti lebih kecil dari nilai signifikan 0.05 ( 0.0047 < 0.05 ).
Hal ini sejalan dengan penelitian Rindang Nuri Isnaini
Nugrohowati dan Syafrildha Bimo yang menyatakan bahwa modal
memiliki peran yang penting dalam mengatasi risiko pembiayaan
bermasalah.
3. Return on Assets (ROA)
Berdasarkan hasil analisis regresi data time series pada uji
persial dan signifikan variable ROA pada NPF murabahah,
hasilnya adalah H0 diterima, artinya ROA tidak berpengaruh
signifikan negatife terhadap NPF murabahah. Nilai probabilitas
pada variable ROA sebesar 0.7345 yang bearti lebih besar dari
nilai signifikan 0.05 ( 0.7345 > 0.05 ). Untuk variable ROA
terhadap NPF Musyarakah hasilnya H0 diterima, artinya ROA
tidak berpengaruh signifikan negatife terhadap NPF musyarakah
nilai probabilitasnya pada variable ROA sebesar 0.8693 yang
bearti lebih besar dari nilai signifikan 0.05 ( 0.8693 > 0.05 ). Untuk
variable ROA terhadap NPF mudharabah hasilnya H0 ditterima
artinya ROA berpengaruh signifikan positif terhadap NPF
mudharabah dengan nilai probabilitasnya sebesar 0.1641 yang
bearti lebih besar dari nilai signifikan 0.05 ( 0.1641 > 0.05 ).
Hal ini menyatakan tingginya rasio ROA akan menurunkan
rasio NPF, karena keuntungan yang tinggi menunjukkan
pembiayaan yang cendrung lancar, sehingga kemampuan
nasabah dalam membayar kewajiban cendrung baik dan lancar.
4. Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO)
Berdasarkan hasil analisis regresi data time series pada uji
persial dan signifikan variable BOPO pada NPF murabahah,
hasilnya adalah H0 ditolak, artinya BOPO berpengaruh signifikan
negatife terhadap NPF murabahah. Nilai probabilitas pada
variable BOPO sebesar 0.0021 yang bearti lebih kecil dari nilai
signifikan 0.05 ( 0.0021 > 0.05 ). Untuk variable BOPO terhadap
NPF Musyarakah hasilnya H0 diterima, artinya BOPO tidak
berpengaruh signifikan positif terhadap NPF musyarakah nilai
probabilitasnya pada variable BOPO sebesar 0.1863 yang bearti
lebih besar dari nilai signifikan 0.05 ( 0.1863 > 0.05 ). Untuk
variable BOPO terhadap NPF mudharabah hasilnya H0 diterima
artinya BOPO tidak berpengaruh signifikan positif terhadap NPF
mudharabah dengan nilai probabilitasnya sebesar 0.1182 yang
bearti lebih besar dari nilai signifikan 0.05 ( 0.1182 > 0.05 ).
Hal ini menyatakan bahwa semakin tinggi BOPO maka
kegiatan operasional bank menjadi kurang efisien karna
meningkatnya biaya akan mempengaruhi ROA pada bank
tersebut. Nilai ROA yang menurun mengakibatan dana yang
disalurkan dalam bentuk pembiayaan akan menurun sehingga
kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan bermasalah juga turun.
Selain itu BOPO juga termasuk ke dalam monitoring cost yang
artinya semakin tinggi BOPO maka tingkat kemungkinanan gagal
baya bisa ditekan.
5. Produk Domestik Bruto (PDB)
Berdasarkan hasil analisis regresi data time series pada uji
persial dan signifikan variable PDB pada NPF murabahah,
hasilnya adalah H0 ditolak, artinya PDB berpengaruh signifikan
positif terhadap NPF murabahah. Nilai probabilitas pada variable
PDB sebesar 0.0303 yang bearti lebih kecil dari nilai signifikan
0.05 ( 0.0303 > 0.05 ). Untuk variable PDB terhadap NPF
Musyarakah hasilnya H0 ditolak, artinya PDB berpengaruh
signifikan negative terhadap NPF musyarakah nilai probabilitasnya
pada variable BOPO sebesar 0.0005 yang bearti lebih kecil dari
nilai signifikan 0.05 ( 0.0005 > 0.05 ). Untuk variable PDB
terhadap NPF mudharabah hasilnya H0 ditolak artinya PDB
berpengaruh signifikan negative terhadap NPF mudharabah
dengan nilai probabilitasnya sebesar 0.0087 yang bearti lebih kecil
dari nilai signifikan 0.05 (0.0087 > 0.05).
Hal ini sesuai dengan penelitian Rindang Nuri Isnaini
Nugrohowati dan Syafrildha Bimo (2019), dimana hasil dalam
penelitiannya menyatakan PDRB memiliki pengaruh positif
terhadap NPF pada BPRS di Indonesia. Dalam penelitiannya
menjelaskan saat ekonomi mengalami pertumbuhan maka
pendapatan yang akan dihasilkan dari sector perusahaan maupun
non perusahaan juga akan meningkat dan nasabah mampu dalam
membayar pinjamannya kepada bank, yang artinya kontribusi
terhadap pembiayaan bermasalah menjadi menurun.
6. Inflasi
Berdasarkan hasil analisis regresi data time series pada uji
persial dan signifikan variable Inflasi pada NPF murabahah,
hasilnya adalah H0 diterima, artinya Inflasi tidak berpengaruh
signifikan positif terhadap NPF murabahah. Nilai probabilitas pada
variable Inflasi sebesar 0.1374 yang bearti lebih besar dari nilai
signifikan 0.05 ( 0.1374 > 0.05 ). Untuk variable Inflasi terhadap
NPF Musyarakah hasilnya H0 diterima, artinya Inflasi tidak
berpengaruh signifikan positif terhadap NPF musyarakah nilai
probabilitasnya pada variable Inflasi sebesar 0.8884 yang bearti
lebih besar dari nilai signifikan 0.05 ( 0.8884 > 0.05 ). Untuk
variable Inflasi terhadap NPF mudharabah hasilnya H0 diterima
artinya Inflasi tidak berpengaruh signifikan positif terhadap NPF
mudharabah dengan nilai probabilitasnya sebesar 0.4981 yang
bearti lebih besar dari nilai signifikan 0.05 (0.4981 > 0.05).
Hasil ini didukung dengan penelitian Rindang Nuri Isnaini
Nugrohowati dan Syafrildha Bimo (2019) yang menyatakan
variable inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap NPF. Karena
pada perbankan syariah tingginya inflasi tidak membuat nasabah
mengesampingkan kewajibannya dalam melunasi pinjamannya.
7. Nilai Tukar
Berdasarkan hasil analisis regresi data time series pada uji
persial dan signifikan variable Nilai Tukar pada NPF murabahah,
hasilnya adalah H0 diterima, artinya Nilai Tukar tidak berpengaruh
signifikan negative terhadap NPF murabahah. Nilai probabilitas
pada variable Nilai tukar sebesar 0.2010 yang bearti lebih besar
dari nilai signifikan 0.05 (0.2010 > 0.05). Untuk variable Nilai Tukar
terhadap NPF Musyarakah hasilnya H0 diterima, artinya Nilai
Tukar tidak berpengaruh signifikan positif terhadap NPF
musyarakah nilai probabilitasnya pada variable Nilai Tukar
sebesar 0.6276 yang bearti lebih besar dari nilai signifikan 0.05
(0.6276 > 0.05). Untuk variable Tukar terhadap NPF mudharabah
hasilnya H0 diterima artinya Nilai Tukar tidak berpengaruh
signifikan positif terhadap NPF mudharabah dengan nilai
probabilitasnya sebesar 0.0979 yang bearti lebih besar dari nilai
signifikan 0.05 (0.0979 > 0.05).
Hal ini didukung dari penelitian Silvia Eka Febrianti (2015)
yang menyatakan nilai tukar berpengaruh tidak signifikan terhadap
NPF bank syariah. Karena pembiayaan dalam valas pada
perbankan syariah nilai rat0ratanya berkisar 5% dari total
pembiayaan yang disalurkan, yang artinya perubahan dari nilai
tukar tidak akan berdampak pada NPF bank syariah.
C. Keterbatasan Penelitian
1. Sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini
mencakup seluruh Perbankan Syariah yang ada di Indonesia.
2. Periode pengamatan yang digunakan didalam penelitian ini
relative singkat yakni hanya 5 tahun, yaitu 2015 sampai dengan
2019.
D. Saran
1. bagi bank-bank syariah yang diteliti dalam penelitian ini
diharapkan untuk terus miningkatkan kinerja keuangannya,
dengan memperhatikan faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi pembiayaan bermasalah. Karena dengan
semakin baik kinerja sebuah bank syariah maka semakin sehat
perbankan syariah Indonesia sehingga dapat bersaing dengan
perbankan konvensional.
2. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan variable-variabelnya lebih
bervariasi agar model yang diformulasikan lebih baik lagi.
xvi
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan,PT. Raja
Grafindo Persada : Jakarta, 2011.
Amalia Eka Purnamasari, Musdholifah, Analisis Faktor Eksternal Dan
Internal Bank Terhadap Risiko Pembiayaan Bank Umum Syariah Di
Indonesia Periode 2012-2015, Isma – Bisnis Dan Manajemen –
Volume 9 No. 1 Oktober 2016.
Amir Mu’allim, Praktek Pembiayaan Bank Syariah dan Problematikanya,
Al-Mawardi Edisi XI Tahun 2004.
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta : Rajawali Pers, 2013.
Azharuddin Lathif, Konsep dan Aplikasi Akad Mudharabah Pada
Perbankan Syariah Di Indonesia, Ahkam: Vol. XII No. 2, Juli 2012
Budi Kolistiawan, Tinjauan Syariah Tentang Pembiayaan Bermasalah Di
Perbankan Syariah, IAIN Tulungagung, An-Nisbah, Vol. 01. No.01,
Oktober 2014.
Darsono, Ali Sakti, Ascarya, Dkk, Perbakna Syariah Di Indonesia
Kelembagaan dan Kebijakan serta Tantangan ke Depan, Rajawali
Pers, Jakarta, 2017
Debbi Chtntia Ovami, Pengaruh Non Performing Financing Terhadap
Pembiayaan Musyarakah, Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis Vol. 17
No. 2 September 2017.
Dendawijaya, Manajemen Perbankan. Jakarta, 2005: Ghalia Indonesia.
Dewi Wulan Sari, Mohamad Yusak Anshori, Pengaruh Pembiayaan
Murabahah, Istishna, Mudharabah dan Musyarakah Terhadap
Profitabilitas (Studi Pada Bank Syariah Di Indonesia Periode Maret
2015-Agustus 2016), Accounting and Management Journal, Vol. 1,
No. 1, Juli 2017.
Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank
Syariah, Sinar Grafika, Jakarta, 2012.
Finance Perbankan Syariah 2015–2018, Malia: Journal Of Islamic Banking
And Finance (2019, Vol. 3 No.1).
Heri Hernawati, Oktaviani Rita Puspasari, Pengaruh Faktor
Makroekonomi terhadap Pembiayan Bermasalah, Journal of Islamic
Finance Accounting, Vol. 1 No. 1 Januari-Mei 2018.
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Rajawali Pers, Jakarta,
2014.
Mia Maraya Auliani, Syaichu, Analisis Pengaruh Faktor Internal dan
Eksternal Terhadap Tingkat Pembiayaan Bermasalah Pada Bank
Umum Syariah Di Indonesia Priode Tahun 2010-2014, Diponegoro
Jurnal Of Management, Vol. 5, No. 3 Tahun 2016.
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik,Gema
Insani, Jakarta : 2001.
Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, UPP AMPYKPN, Yogyakarta,
2005.
Q.S., Al-Baqarah (2), 278-279
Rosyid Nur Anggara Putra, Karakteristik Pembiayaan dan Non Performing
Finance Perbankan Syariah 2015-2018, Malia: Jurnal of Islamic
banking and Finance, Vol. 3 No. 1, 2009.
Rosyid Nur Anggara Putra, Karakteristik Pembiayaan dan Non Performing
Finance Perbankan Syariah 2015-2018, Malia: Jurnal of Islamic
banking and Finance, Vol. 3 No. 1, 2009.
Sofyan Safri Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbankan,
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi (LPFE) Universitas Trisakti,
Jakarta, 2010.
Veithzal Rivai, Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan
Aplikasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2010.
Yulya Aryani, Faktor Internal Perbankan dan Makroekonomi Yang
Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah Berdasarkan Jenis
Penggunakaan Akad Pada Perbanka Syariah Indonesia, Tesis IPB
Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syariah : Titik Temu Hukum
Islam, Rajawali Pers, Jakarta.