FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN DI …repository.utu.ac.id/174/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9....
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN DI …repository.utu.ac.id/174/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9....
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEMISKINAN DI KABUPATEN
ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH
FENI AMAR
NIM : 07C20101061
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2013
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEMISKINAN DI KABUPATEN
ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH
FENI AMAR
NIM : 07C20101061
Skripsisebagai Salah SatuSyaratuntukMemperoleh GelarSarjanaEkonomi
PadaFakultasEkonomiUniversitasTeuku Umar Meulaboh
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2013
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan Nasional adalah menigkatkan kinerja
perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan
yang layak bagi seluruh rakyat yang pada gilirannya akan mewujudkan
kesejahteraan penduduk Indonesia. Salah satu sasaran pembangunan nasional
adalah menurunkan tingkat kemiskinan. Kemiskinan merupakan salah satu
penyakit dalam ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak
dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang
kompleks dan bersifat multidemensial. Oleh karena itu, upaya pengentasan
kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek
kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu (Nasir 2008,h.76).
Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak
mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai
kebutuhan minimal dan standar hidup tertentu. Dalam arti proper, kemiskinan
dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin
kelangsungan hidup (Suryawati 2005, h.28). Kemiskinan adalah suatu intergrated
concept yang memiliki lima dimensi, yaitu:
a. Kemiskinan (proper),
b. Ketidakberdayaan (powerless),
c. Kerentanan menghadapi situasi darurat (State of Emergency ),
d. Ketergantungan (Dependence), dan
e. Keterasingan (Isolation) baik secara geografis maupun sosiologis.
2
Periode tahun 2005 tingkat kemiskinan di Provinsi Aceh sebesar 32,57%
jiwa dampak dari terjadinya gempa dan tsunami, pada tahun 2006 tingkat
kemiskinan menurun menjadi 28,3% jiwa, tahun 2007 menurun sebesar 26,5%
jiwa, pada tahun 2008 menurun sebesar 24,35% jiwa, pada tahun 2009 menurun
sebesar 22,10% jiwa, pada tahun 2010 relatif menurun sebesar 20,98% jiwa (BPS
2010, h. 123). Dari uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa tingkat
kemiskinan di provinsi Aceh mengalami penurunan setiap tahunnya.
Usaha pemerintah dalam penanggulangan masalah kemiskinan sangatlah
serius, bahkan merupakan salah satu program prioritas, termasuk bagi pemerintah
Provinsi Aceh. Upaya penanggulangan kemiskinan di Provinsi Aceh dilaksanakan
melalui lima pilar yang disebut “Grand Strategy” . Pertama, perluasan
kesempatan kerja, ditujukan untuk menciptakan kondisi dan lingkungan ekonomi,
politik, dan sosial yang memungkinkan masyarakat miskin dapat memperoleh
kesempatan dalam pemenuhan hak-hak dasar dan peningkatan taraf hidup secara
berkelanjutan. Kedua, pemberdayaan masyarakat, dilakukan untuk mempercepat
kelembagaan sosial, politik, ekonomi, dan budaya masyarakat dan memperluas
partisipasi masyarakat miskin dalam pengambilan keputusan kebijakan publik
yang menjamin kehormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak dasar. Ketiga,
peningkatan kapasitas, dilakukan untuk pengembangan kemampuan dasar dan
kemampuan berusaha masyarakat miskin agar dapat memanfaatkan
perkembangan lingkungan. Keempat, perlindungan sosial, dilakukan untuk
memberikan perlindungan dan rasa aman bagi kelompok rentan dan masyarakat
miskin baik laki- laki maupun perempuan yang disebabkan antara lain oleh
bencana alam, dampak negatif krisis ekonomi, dan konflik sosial.
3
Kelima, kemitraan regional, dilakukan untuk pengembangan dan menata ulang
hubungan dan kerjasama lokal, regional, nasional, dan internasional guna
mendukung pelaksanaan ke empat strategi diatas (BPS 2007, h. 14).
Letak lokasi Aceh Barat berada di Provinsi Aceh bagian Barat Selatan.
Adapun secara geografis batas-batas Aceh Barat adalah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Aceh Pidie
b. Sebelah selatan berbatsan dengan Lautan India
c. Sebelah barat berbatsan dengan Aceh Jaya
d. Sebelah timur berbatasan dengan Nagan Raya
Berdasarkan BPS (Badan Pusat Statistik), kemiskinan di Aceh Barat relatif
mengalami penurunan. Pada tahun 2005 jumlah penduduk miskin tercatat 53.300
jiwa, pada tahun 2006 menurun menjadi 52.500 jiwa, tahun 2007 menurun sebesar
31,37 atau menjadi 48.200 jiwa, sedangkan 2 tahun selanjutnya terjadi
peningkatan dan penurunan dimana pada tahun 2008 penduduk miskin di
Kabupaten Aceh Barat mengalami kenaikan 63.460 jiwa, dan mengalami
penurunan lagi sebesar 58.970 jiwa pada tahun 2009, pada tahun 2010 menurun
menjadi 42.400 jiwa atau sebanyak 24,43% (BPS 2012, h. 8).
Jika melihat begitu besarnya pengaruh tingkat kemiskinan terhadap
kemakmuran masyarakat. berdasarkan Kemiskinan, Upah Minimum Regional,
Pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi yang telah dijelaskan diatas, dapat
penulis simpulkan bahwa perlu untuk memberikan perhatian lebih terhadap
masalah kemiskinan. Dengan cara mencermati kembali langkah- langkah yang
sebaiknya diambil untuk keluar dari masalah kemiskinan di Provinsi Aceh pada
umumnya dan Kabupaten Aceh Barat pada khususnya.
4
Berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa tertarik dan memerlukan
penelitian lebih lanjut dalam membuat suatu karya ilmiah dengan judul “Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat”, sehingga
dapat digunakan sebagai dasar kebijakan pemerintah dalam usaha mengatasi
kemiskinan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
a. Bagaimana pengaruh Upah Minimum Regional, Pengangguran dan
Pertumbuhan Ekonomi terhadap kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat?
b. Bagaimana perkembangan kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adala untuk menganalisis seberapa besar pengaruh Upah
Minimum Regional, Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten
Aceh Barat selama periode 2005-2012.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian
ini terbagi menjadi :
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Bagi Penulis/Peneliti
Manfaat penelitian bagi penulis adalah untuk menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan tentang pengaruh yang akan ditimbulkan oleh kenaikan UMR
5
terhadap tingkat konsumsi masyarakat, serta dapat melatih dan mengembangkan
motivasi bagi penulis, sehingga menjadi wacana baru kedepannya.
b. Bagi Lingkungan Akademik
Memberikan wawasan dan pengetahuan untuk pihak akademik, serta
sebagai bahan acuan bagi para Mahasiswa/i untuk melakukan penelitian yang
lebih mendalam lagi ke depannya. Sehingga memberikan kontribusi baik secara
langsung maupun tidak langsung bagi perpustakaan Fakultas Ekonomi dan
perpustakaan Universitas Teuku Umar.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi kepada:
a. Pengambil Kebijakan
Bagi pengambil kebijakan, penelitian ini di harapkan mampu memberikan
informasi yang berguna di dalam memahami faktor- faktor yang mempengaruhi
kemiskinan sehingga dapat di ketahui faktor- faktor yang perlu di pacu untuk
mengatasi masalah kemiskinan.
b. Ilmu Pengetahuan
Secara umum hasil penelitian ini di harapkan menambah khasanah ilmu
ekonomi khususnya ekonomi pembangunan. Manfaat khusus bagi ilmu
pengetahuan yakni dapat melengkapi kajian mengenai kemiskinan dengan
mengungkap secara empiris faktor- faktor yang mempengaruhinya.
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini bagian pertama merupakan pendahuluan yang
menguraikan tentang latar belakang masalah yang terdiri dari tingkat kemiskinan
6
di Kabupaten Aceh Barat, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta
sistematika penulisan.
Bagian kedua berisi tentang tinjauan pustaka dari penelitian yang berjudul
“Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat”
mengenai landasan teori tentang kemiskinan, pengertian pertumbuhan ekonomi,
hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan, teori upah minimum,
hubungan antara upah minimum dan kemiskinan, teori pengangguran, hubungan
antara pengangguran dan kemiskinan. Di samping itu pada bab ini juga terdapat
penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis yang dapat di ambil.
Bagian ketiga Metodologi Penelitian berisi tentang Ruang Lingkup
Penelitian, Data Penelitian yang didalamnya mengenai jenis dan sumber data
serta pengumpulan data, model analisis data, definisi operasional variabel, dan
pengujian hipotesis.
Bagian keempat Hasil dan Pembahasan berisikan statistik diskriptif,
variabel penelitian, hasil pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian.
Bagian kelima Simpulan dan Saran berisikan simpulan-simpulan yang
diambil dari keseluruhan hasil penelitian serta saran-saran.
Serta dalam skripsi ini dilengkapi dengan daftar pustaka yang penulis
gunakan dalam penyusunan skripsi ini.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan merupakan sebuah kondisi sosial yang kebutuhan dasarnya
tidak menutupi dari hari ke hari. Pangan yang sangat sulit dicapai, gizi yang tidak
memadai, air yang tidak sesuai dengan syarat kesehatan, sulitnya pemahaman,
rendahnya tingkat pendidikan, pengangguran, pelayanan-pelayanan yang tidak
memadai, tranportasi yang tidak lancar dan lain- lainnya (Siahaan 2004, h.81).
Kemiskinan dibagi dalam empat bentuk, yaitu:
a. Kemiskinan Absolut, kondisi dimana seseorang memiliki pendapatan di bawah
garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan,
sandang, papan, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang di butuhkan untuk
bisa hidup dan bekerja.
b. Kemiskinan Relatif, kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan
yang belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan
ketimpangan pada pendapatan.
c. Kemiskinan Kultural, mengacu pada persoalan sikap seseorang atau
masyarakat yang di sebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha
memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada
bantuan dari pihak luar.
d. Kemiskinan Struktural, situasi miskin yang di sebabkan oleh rendahnya akses
terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial
politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi sering kali
menyebabkan suburnya kemiskinan.
8
Menurut Agusprasetyo (2010, h. 36) dibawah batas kemiskinan, terdapat
tingkat kehidupan yang berada dalam keadaan melarat. Keadaan ini di tandai
dengan kebutuhan hidup yang sederhana dari hari ke hari.
Kemiskinan juga di bedakan menjadi dua jenis yaitu:
a. Kemiskinan alamiah, berkaitan dengan kelangkaan sumber daya alam dan
prasarana umum, serta keadaan tanah yang tandus.
b. Kemiskinan buatan, lebih banyak di akibatkan oleh sistem modernisasi atau
pembangunan yang membuat masyarakat tidak mendapat menguasai sumber
daya, sarana, dan fasilitas ekonomi yang ada secara merata.
Menurut Nasikun dalam Suryawati (2005 h.76), beberapa sumber dan
proses penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu:
a. Policy Induces Processes, yaitu proses pemiskinan yang di lestarikan, di
reproduksi melalui pelaksanaan suatu kebijakan, di antaranya adalah kebijakan
anti kemiskinan, tetapi realitanya justru melestarikan.
b. Socio-economic dualisme, negara bekas koloni mengalami kemiskinan karena
poal produksi kolonial, yaitu petani menjadi marjinal karena tanah yang paling
subur di sukai petani skala besar berorientasi ekspor.
c. Population growth, prespektif yang di dasari oleh teori Malthus, bahwa
pertambahan penduduk seperti deret ukur sedangkan pertambahan pangan
seperti deret hitung.
d. Resaurces management and the environment, adalah unsure mismanagement
sumber daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian yang asal
tebang akan menurunkan produktivitas.
e. Natural cycle and processes, kemiskinan terjadi karena siklus alam. Misalnya
tinggal di lahan kritis, di mana lahan itu jika turun hujan akan terjadi banjir,
9
akan tetapi jika musim kemarau kekurangan air, sehingga tidak memungkinkan
produktivitas yang maksimal dan terus-menerus.
f. The marginalization of woman, peminggiran kaum perempuan karena masih di
anggap sebagian golongan kelas kedua, sehingga akses dan penghargaan hasil
kerja yang lebih rendah dari laki- laki.
g. Cultural and ethnic factors, bekerjanya faktor budaya dan etnik yang
memelihara kemiskinan. Misalnya pada pola konsumtif pada petani dan
nelayan ketika panen raya, serta adat istiadat yang konsumtif saat upacara adat
atau keagamaan.
h. Exploatif inetrmediation, keberadaan penolong yang menjadi penodong, seperti
rentenir.
i. Internal political fragmentation and civil stratfe, suatu kebijakan yang di
terapkan pada suatu daerah yang fragmentasi politiknya kuat, dapat menjadi
penyebab kemiskinan.
j. International processe, bekerjanya sistem internasional (kolonialisme dan
kapitalisme) membuat banyak negara menjadi miskin
2.1.1 Ukuran Kemiskinan
Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), tingkat kemiskinan di dasarkan pada
jumlah rupiah konsumsi berupa makanan yaitu 2100 kalori per orang per hari
(dari 52 jenis komuditi yang di anggap mewakili pola konsumsi penduduk yang
berada pada lapisan bawah). Dan konsumsi non makanan (dari 45 jenis komuditi
makanan sesuai kesepakatan nasional dan tidak di bedakan antara wilayah
pedesaan dan perkotaan). Patokan kecukupan 2100 kalori ini berlaku untuk semua
umur, jenis kelamin, dan perkiraan tingkat kegiatan fisik, berat badan, serta
perkiraan status fisiologis penduduk, ukuran ini sering di sebut dengan garis
10
kemiskinan. Penduduk memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan di
katakan dalam kondisi miskin. Menurut Sayogyo, tingkat kemiskinan di dasarkan
jumlah rupiah pengeluaran rumah tangga yang di setarakan dengan jumlah
kilogram konsumsi beras per orang per tahun dan di bagi wilayah pedesaan dan
perkotaan (Suryawati 2005, h.98).
Daerah pedesaan:
a. Miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil dari 320 kg nilai tukar beras per
orang per tahun.
b. Miskin sekali, bila pengeluaran keluarga lebih kecil dari 240 kg nilai tukar
beras per orang per tahun.
c. Paling miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil dari 180 kg nilai tukar
beras per orang per tahun.
Daerah perkotaan:
a. Miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil dari 480 kg nilai tukar beras per
orang per tahun.
b. Miskin sekali, bila pengeluaran keluarga lebih kecil dari 380 kg nilai tukar
beras per orang per tahun.
c. Paling miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil dari 270 kg nilai tukar
beras per orang per tahun.Bank mengukur garis kemiskinan berdasarkan pada
pendapatan seseorang. Seseorang yang memiliki kurang dari U$ 1 per hari
masuk dalam katagori miskin (Suryawati 2005, h.125).
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengukur
kemiskinan berdasarkan dua kriteria (Suryawai 2005, h.128) yaitu:
a. Kriteria Keluaraga Pra Sejahtera (Pra KS) yaitu keluarga yang tidak
mempunyai kemampuan untuk menjalankan perintah agama dengan baik,
11
minimum makan dua kali sehari, membeli lebih dari satu stel per orang per
tahun, lantai rumah bersemen lebih dari 80%, dan berobat ke Pukesmas bila
sakit.
b. Kriteria Keluarga Sejahtera 1 (KS 1) yaitu keluarga yang tidak berkemampuan
untuk melaksanakan perintah agama dengan baik, min imal satu kali per
minggu makan daging/telor/ikan, membeli pakaian satu stel per tahun, rata-rata
luas lantai rumah 8 meter per segi per anggota keluarga, tidak ada anggota
keluarga umur 10 sampai 60 tahun yang buta huruf, semua anak berumur
antara 5 smpai 15 tahun bersekolah, satu dari anggota keluarga mempunyai
penghasilan rutin atau tetap, dan tidak ada yang sakit selama tiga bulan.
2.1.2 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan
Untuk itu perlu dicari faktor- faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
kemiskinan, sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha mengatasi
kemiskinan. Proses pembangunan memerlukan pendapatan nasional yang tinggi
dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Di banyak negara syarat utama bagi
terciptanya penurunan kemiskinan yang tetap adalah pertumbuhan ekonomi.
pertumbuhan ekonomi memang tidak cukup untuk mengentaskan kemiskinan
tetapi biasanya pertumbuhan ekonomi merupakan sesuatu yang dibutuhkan,
walaupun begitu pertumbuhan ekonomi yang bagus pun menjadi tidak akan
berarti bagi penurunan masyarakat miskin jika tidak diiringi dengan pemerataan
pendapatan.
Kebijakan upah minimum juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan.
Gagasan upah minimum yang sudah dimulai dan dikembangkan sejak awal tahun
1970-an bertujuan untuk mengusahakan agar dalam jangka panjang besarnya upah
minimum paling sedikit dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum (KHM),
12
sehingga diharapkan dapat menjamin tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan
hidup beserta keluarga dan sekaligus dapat mendorong peningkatan produktivitas
kerja dan kesejahteraan buruh.
Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan adalah
pengangguran. Salah satu unsur yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat
adalah tingkat pendapatan. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila
kondisi tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dapat terwujud. Pengangguran
akan menimbulkan efek mengurangi pendapatan masyarakat, dan itu akan
mengurangi tingkat kemakmuran yang telah tercapai. Semakin turunya tingkat
kemakmuran akan menimbulkan masalah lain yaitu kemiskinan.
(http://gudangmakalah.blogspot.com/2012/06/skripsi-analisis- faktor-faktor-
yang.tml di akses tanggal 20 september 2012).
2.2 Pengertian Upah
Upah pada dasarnya merupakan sumber utama penghasilan seseorang,
oleh karenanya upah harus cukup untuk memenuhi kebutuhan pekerja dan
keluarganya dengan wajar. Sebagai imbalan terhadap tenaga dan pikiran yang di
berikan pekerja kepada pengusaha, maka pengusaha akan memberikan kepada
pekerja dalam bentuk upah. Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari
pengusaha kepada karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan
dan dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan atas dasar suatu
persetujuan atau perundang-undangan serta dibayarkan atas dasar suatu perjanjian
kerja antara pengusaha dengan karyawan termasuk tunjangan, baik untuk
karywaan itu sendiri maupun untuk keluarga. Jadi upah berfungsi sebagai imbalan
atas usaha kerja yang diberikan seseoarang tersebut kepada pengusaha. Upah
13
dibayarkan oleh pengusaha sesuai atau sama dengan usaha kerja (produktivitas)
yang diberikan kepada pengusaha (Sumarsono 2003, h. 128).
Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada
pekerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan,
dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu
persetujuan atau peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu
perjanjian kerja antara pengusaha dengan pekerja termasuk tunjangan bagi pekerja
(Sumarsono 2003, h. 140). Berdasarkan uraian diatas maka penulis menyimpulkan
bahwa upah adalah imbalan atau balas jasa yang diberikan oleh pengusaha kepada
pekerja yang telah melakukan pekerjaan atau jasa yang dinilai dalam bentuk uang.
Upah merupakan salah satu unsur untuk menentukan harga pokok dalam
perusahaan, karena ketidaktepatan dalam menentukan besarnya upah akan sangat
merugikan perusahaan. Oleh karenanya ada beberapa faktor penting yang
mempengaruhi tinggi rendahnya upah sebagai berikut:
a. Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja
Untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi dan jumlah. Tenaga
kerjanya langka, maka upah cenderung tinggi, sedangkan untuk jabatan-jabatan
yang mempunyai penawaran yang melimpah, upahnya cenderung turun.
b. Organisasi Buruh
Ada tidaknya organisasi buruh serta kuat lemahnya organisasi buruh akan
mempengaruhi tingkat upah. Adanya serikat buruh yang kuat akan
meningkatkan tingkat upah demikian pula sebaliknya.
c. Kemampuan untuk membayar pemberian upah tergantung pada kemampuan
membayar dari perusahaan. Bagi perusahaan, upah merupakan salah satu
14
komponen biaya produksi, tingginya upah akan mengakibatkan tingginya biaya
produksi, yang pada akhirnya akan mengurangi keuntungan.
d. Produktifitas Kerja
Upah sebenarnya merupakan imbalan atas prestasi kerja karyawan. Semakin
tinggi prestasi kerja karyawan, maka semakin besar upah yang akan mereka
terima. Prestasi kerja ini dinyatakan sebagai produktivitas kerja.
e. Biaya Hidup
Di kota besar dimana biaya hidup tinggi, upah kerja cenderung tinggi. Biaya
hidup juga merupakan batas penerimaan upah dari karyawaan.
f. Pemerintah
Pemerintah dengan peraturan-peraturannya mempengaruhi tinggi rendahnya
upah. Peraturan tentang upah umumnya merupakan batas bawah dari tingkat
upah yang harus dibayar.
2.2.1 Teori Upah Minimum
Dalam pasar tenaga tenaga kerja sangat penting untuk menetapkan besarnya
upah yang harus dibayarkan perusahaan pada pekerjanya. Undang-undang upah
minimum menetapkan harga terendah tenaga kerja yang harus dibayarkan
(Mankiw 2006, hal 589). Teori Upah Menurut Nilai dan Pertentangan Kelas
merupakan ajaran Karl Max menyatakan bahwa hanya buruh yang merupakan
sumber nilai ekonomi. Nilai suatu barang tergantung nilai dari jasa buruh atau
jumlah waktu kerja yang dipergunakan untuk memproduksi barang tersebut.
Implikasi dari pandangan ini adalah :
a. Harga barang berbeda menurut jumlah jasa buruh yang dialokasikan untuk
seluruh proses produksi barang tersebut
15
b. Jumlah jam kerja yang dikorbankan untuk memproduksi suatu jenis barang
adalah hampir sama. Oleh sebab itu harganya dibeberapa tempat hampir sama
c. Seluruh pendapatan nasional diciptakan oleh buruh, jadi dengan demikian
hanya buruh (pekerja) yang berhak memperoleh seluruh pendapatan nasional
tersebut.
Sistem pengupahan menurut teori Karl Marx didasarkan pada teori nilai
dan azas pertentangan kelas. Pada dasarnya pendapat Karl Marx bahwa hanya
buruh yang merupakan sumber nilai dari jasa buruh atau jumlah waktu kerja yang
digunakan untuk memproduksi suatu barang. Sedangkan pendapat lain dari tori
Karl Marx adalah pertentangan kelas yang artinya bahwa kapitalis selalu berusaha
menciptakan barang-barang modal untuk mengurangi penggunaan buruh.
Akibatnya adalah adanya pengangguran besar-besaran sehingga menurunkan upah
(Sumarsono 2003, h. 137-138)
Upah minimum adalah usaha untuk mengangkat derajat penduduk
berpendapatan rendah, terutama pekerja miskin. Kebijakan upah minimum di
Indonesia tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Per-
01/men/1999 dan UU Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003. Upah minimum
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Per-
01/Men/1999 tentang Upah Minmum adalah bulanan terendah yang terdiri dari
upah pokok termasuk tunjangan tetap. Yang dimaksud dengan tunjangan tetap
adalah suatu jumlah imbalan yang diterima pekerja secara terap dan teratur
pembayarannya, yang tidak dikaitkan dengan kehadiran ataupun pencapaian
prestasi tertentu. Tujuan dari penetapan upah minimum adalah untuk mewujudkan
penghasilan yang layak bagi pekerja. Beberapa hal yang menjadi bahan
pertimbangan termasuk meningkatkan kesejahteraan para pekerja tanpa
16
menafikkan produktifitas perusahaan dan kemajuannya, termasuk juga
pertimbangan mengenai kondisi ekonomi secara umum.
Menurut Rachman (2005, h. 243), tujuan penetapan upah minimum dapat
dibedakan secara mikro dan makro.
Secara mikro tujuan penetapan upah minimum yaitu:
a. Sebagai jaringan pengaman agar upah tidak merosot.
b. Mengurangi kesenjangan antara upah terendah dan tertinggi di perusahaan
c. Meningkatkan penghasilan pekerja pada tingkat paling bawah.
Sedangkan secara makro, penetapan upah minimum bertujuan untuk
a. Pemerataan pendapatan,
b. Peningkatan daya beli pekerja dan perluasan kesempatan kerja,
c. Perubahan struktur biaya industri sektoral, peningkatan produktivitas kerja
nasional,
d. Peningkatan etos dan disiplin kerja, dan mempelancar komunikasi pekerja dan
pengusaha dalam rangka hubungan Bipartite.
Pada awalnya upah minimum ditentukan secara terpusat oleh Departemen
Tenaga Kerja untuk region atau wilayah-wilayah diseluruh Indonesia. Dalam
perkembangan otonomi daerah, kemudian mulai tahun 2001 upah minimum
ditetapkan oleh masing-masing Kabupaten.
Upah Minimum ini dapat dibedakan menjadi upah minimum regional dan
upah minimum sektoral yaitu:
1. Upah Minimum Regional
Upah minimum regional adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari
upah pokok dan tunjangan tetap bagi seorang pekerja tingkat paling bawah dan
bermasa kerja kurang dari satu tahun yang berlaku di suatu daerah tertentu. Upah
17
minimum adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada
karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan atau
dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan atas dasar suatu persetujuan atau
peraturan perundang-undangan serta dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja
antara pengusaha dengan karyawan termasuk tunjangan, baik untuk karyawan itu
sendiri maupun untuk keluarganya (Sumarsono 2003, h. 156)
Upah minimum pada dasarnya merupakan upah yang ditetapkan secara
minimum regional, sektoral regional maupun sub sektoral. Dalam hal ini upah
minimum adalah upah pokok dan tunjangan.
2. Upah Minimum Sektoral
Upah minimum sektoral adalah upah yang berlaku dalam suatu Provinsi
berdasarkan kemampuan sektor.
2.2.2 Hubungan Tingkat Kemiskinan Dengan Upah Minimum
Tujuan utama ditetapkan upah adalah memenuhi standar hidup minimum
seperti untuk kesehatan, efisiensi, dan kesejahteraan pekerja. Upah minimum
adalah usaha untuk mengangkat derajat penduduk berpendapatan rendah, terutama
pekerja miskin. Semakin meningkat tingkat upah minimum akan meningkatkan
pendapatan masyarakat sehingga kesejahteraan juga meningkat dan sehingga
terbebas dari kemiskinan (Agusprasetyo 2010, h. 50).
2.3 Pengertian Pengangguran
Pengangguran merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong
dalam kategori angkatan kerja (Labor Force) tidak memiliki pekerjaan dan secara
aktif sedang mencari pekerjaan (Nanga 2005, h.249). Sedangkan menurut
Sukirno (2007, h. 472) pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan
18
dalam angkatan kerja secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat
upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya.
Pengangguran pada prinsipnya mengandung arti hilangnya output (lost output)
dan kesengsaraan bagi yang tidak bekerja (Human Misery), dan merupakan suatu
bentuk pemborosan sumber daya ekonomi disamping memperkecil output,
pengangguran juga memacu pengeluaran pemerintah lebih tinggi untuk keperluan
kompensasi pengangguran dan kesejahteraan.
Jenis-jenis pengangguran:
a. Jenis-Jenis Pengangguran Berdasarkan Penyebabnya:
1. Pengangguran Alamiah
Pengangguran yang berlaku pada tingkat kesempatan kerja penuh.
Kesempatan kerja penuh adalah keadaan dimana sekitar 95 persen dari
angkatan kerja dalam suatu waktu sepenuhnya bekerja. Pengangguran
sebanyak lima persen inilah yang dinamakan sebagai pengangguran alamiah.
2. Pengangguran Friksional
Suatu jenis pengangguran yang disebabkan oleh tindakan seorang
pekerja untuk meningkatkan pekerjaannya dan mencari kerja yang lebih baik
atau lebih sesuai dengan keinginannya.
3. Pengangguran Struktural
Pengangguran yang diakibatkan oleh pertumbuhan ekonomi. Tiga
sumber utama yang menjadi penyebab berlakunya pengangguran struktural
adalah:
a. Perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang semakin maju
membuat permintaan barang dari industri yang memproduksi barang-
barang yang kuno menurun dan akhirnya tutup dan pekerja di industri ini
19
akan menganggur. Pengangguran ini disebut juga pengangguran
teknologi.
b. Kemunduran yang disebabkan oleh adanya persaingan dari luar negeri
atau daerah lain. Persaingan dari luar negeri yang mampu menghasilkan
produk yang lebih baik dan lebih murah akan membuat permintaan akan
barang lokal menurun. Industri lokal yang tidak mampu bersaing akan
gulung tikar sehingga timbul pengangguran.
c. Kemunduran perkembangan ekonomi suatu kawasan sebagai akibat dari
pertumbuhan yang pesat dikawasan lain.
4. Pengangguran Konjungtur
Pengangguran yang melebihi pengangguran alamiah. Pada umumnya
pengangguran konjungtur berlaku sebagai akibat pengurangan dalam
permintaan agregat. Penurunan permintaan agregat mengakibatkan
perusahaan mengurangi jumlah pekerja atau gulung tikar, sehingga muncul
pengangguran konjungtur.
Jika pengangguran ini terjadi maka tingkat kemiskinan sangat jelas
semakin meningkat. Maka dari itu sangat di butuhkan dukungan pemerintah
terhadap perusahaan yang membutuhkan modal.
b. Jenis-Jenis Pengangguran Berdasarkan Cirinya:
1. Pengangguran Terbuka
Pengangguran ini tercipta sebagai akibat penambahan pertumbuhan
kesempatan kerja yang lebih rendah dari pada pertumbuhan tenaga kerja,
akibatnya banyak tenaga kerja yang tidak memperoleh pekerjaan. Menurut
Badan Pusat Statistik (BPS), pengangguran terbuka adalah penduduk yang
telah masuk dalam angkatan kerja tetapi tidak memiliki pekerjaan dan sedang
20
mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, serta sudah memiliki pekerjaan
tetapi belum mulai bekerja.
2. Pengangguran Tersembunyi
Keadaan dimana suatu jenis kegiatan ekonomi dijalankan oleh tenaga
kerja yang jumlahnya melebihi dari yang diperlukan.
3. Pengangguran Musiman
Keadaan pengangguran pada masa-masa tertentu dalam satu tahun.
Pengangguran ini biasanya terjadi disektor pertanian. Petani akan menganggur
saat menunggu masa tanam dan saat jeda antara musim tanam dan musim
panen.
4. Setengah Menganggur
Keadaan dimana seseorang bekerja dibawah jam kerja normal. Menurut
Badan Pusat Statistik (BPS), DI Indonesia jam kerja normal adalah 35 jam
seminggu, jadi pekerja yang bekerja di bawah 35 jam seminggu masuk dalam
golongan setengah menganggur.
2.3.1 Dampak Pengangguran
Salah satu faktor penting yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat
adalah tingkat pendapatan. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila
tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dapat tercapai. Pengangguran berdampak
mengurangi pendapan masyarakat, sehingga akan menurunkan tingkat
kemakmuran yang mereka capai. Ditinjau dari sudut individu, pengangguran
menimbulkan berbagai masalah ekonomi dan sosial kepada yang mengalaminya.
Keadaan pendapatan menyebabkan para penganggur harus mengurangi
pengeluaran konsumsinya. Apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk,
kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk
21
bagi pada kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam
jangka panjang (Sukirno 2007, h. 344).
2.3.2 Hubungan Tingkat Kemiskinan Dengan Pengangguran
Menurut sukirno (2004, h. 361), efek dari pengangguran adalah
mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat
kemakmuran yang telah dicapai seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan
masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka
terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan.
2.4. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Setiap Negara di dunia ini sudah lama menjadikan pertumbuhan ekonomi
sebagai target ekonomi. Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi faktor yang paling
penting dalam keberhasilan perekonomian suatu Negara untuk jangka panjang.
Pertumbuahn ekonomi sangat dibutuhkan dan dianggap sebagai sumber
peningkatan standar hidup (standar of living) penduduk yang jumlahnya terus
meningkat. “ Economic Development is Growth plus change” yang bearti
pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh
perubahan-perubahan dalm struktur dan corak. Simon Kuznets mendefinisikan
pertumbuhan ekonomi sebagai suatu peningkatan bagi suatu Negara untuk
menyediakan barang-barang ekonomi bagi penduduknya, pertumbuhan
kemampuan ini disebabkan oleh kemajuan teknologi, kelembagaan, serta
penyesuian ideology yang dibutuhkan. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat
dipandang sebgai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang (Sukirno 2004,
h. 423)
22
Kemampuan suatu Negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan
meningkat dari satu periode ke perode lainnya. Kemampuan yang meningkat ini
disebabkan oleh faktor- faktor produksi yang selalu meningkat baik jumlah
maupun kualitasnya. Investasi akan menambah jumlah barang teknologi yang
digunakan berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat
perkembangan penduduk, dan pengalaman kerja dan pendidikan menambah
keterampilan mereka, secar khusus menjelaskan pengertian pertumbuhanekonomi
wialayah (daerah) sebagai pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di
wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang terjadi
di wilayah(daerah) tersebut. Pertambahan pendapatan ini diukur dalam nilai riil
(dinyatakan dalam harga konstan) (Tarigan 2005, h.46).
Berdasarkan definisi diatas disimpulkan bahwa pertumbuahan ekonomi
mengandung tiga aspek yaitu : pertama pertumbuhan ekonomi merupakan suatu
proses maksudnya bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari
waktu ke waktu, apakah terjadi kenaikan atau penurunan pertumbuhan ekonomi.
Kedua pertumbuhan ekonomi merupakan usaha dalam menaikan output total
menigkat, tetapi apabila disertai dengan pertumbuhan penduduk yang cukup besar
dari pertambahan output total, maka perekonomian dikatakan dalam keadaan tetap
atau tidak terjadi pertumbuhan ekonomi. Ketiga pertumbuhan ekonomi dilihat
dalam jangka waktu yang panjang maksudnya adalah dalam menganalisa naik
turunnya keadaan perekonomian suatu Negara harus dilihat dalam jangka waktu
yang panjang, karena pertumbuhan ekonomi sangat peka terhadap perubahan
faktor- faktor yang mempengaruhi suatu pertumbuhan ekonomi.
23
Jadi suatu prekonomian dapat dikatakan mengalami pertumbuhan apabila
tingkat kegiatan atau aktifitas ekonomi lebih tinggi dari pada yang dicapai pada
masa sebelumnya. Dengan perkataan lain perkembangan baru tercipta apabila
jumlah fisik barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian tersebut
menjadi bertambah besar pada tahun-tahun berikutnya.
2.4.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Menurut pendapat Schumpeter, pertambahan pendapatan Negara dari masa
kemasa perkembangan sangat tidak stabil kemungkinan untuk menjalankan
pembentukan modal yang menguntungkan yang dilakukan oleh para pengusaha.
Ketidakstabilan ini bearti bahwa dalam proses pembangunan ekonomi,
kemakmuran dan depresi akan timbul secara silih berganti. Pada suatu masa
tertentu perekonomian akan mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja yang
tinggi pada masa lainnya pengangguran yang serius mungkin terjadi. Schumpeter
berkeyakinan bahwa pembangunan ekonomi terutama diciptakan oleh inisiatif
dari golongan masyarakat yang mengorganisasikan dan menggabungkan faktor-
faktor produksi lainnya untuk menciptakan barang-barang yang diperlukan oleh
masyarakat (Sukirno 2004, h. 432)
Beberapa para ahli mengemukakan teori yang mengenai pertumbuhan
ekonomi yaitu (Sukirno 2004, h. 434-437):
1. Teori Harrod- Domar
Menurut harodd- Domar pertumbuhan ekonomi merupakan perluasan analisis
Keynes yang mengenai kegiatan ekonomi nasional dan masalah penggunaan
24
tenaga kerja. Teori tersebut pada intinya menganalisis persoalan pada
hakekatnya berusaha untuk menunjukkan syarat yang diperlukan agar
pertumbuhan yang mantap yang dapat didefinisikan sebagai pertumbuhan yang
akan selalu menciptakan penggunaan sepenuhnya barang-barang modal akan
selalu berlaku didalam suatu perekonomian pada suatu daerah.
2. Teori Pertumbuhan ekonomi neo- klasik
Teori pertumbuhan neo-klasik merupakan analisis yang didasarkan pada teori
klasik, sedangkan teori Harodd- Domar merupakan teori yang didasarkan pada
analisis Keynes, maka tidak mengherankan kalau diantara kedua teor i tersebut
permisalannya maupun analisanya sangat bertentang antara satu denagan
lainnya. Salah satu perbedaan natara teori Harodd- Domar dalam teori
pertumbuhan Neoklasik adalah permisalannya mencapai rasio modal produksi.
Dari analisis faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi dapat
disimpulkan bahwa tingkat laju pertumbuhan suatu perekonomian ditentukan oleh
4 (empat) faktor yaitu ( Sukirno 2004, h. 429-432) :
1. Luas tanah (dimana luas tanah termasuk kekayaan alam yang terkandung
didalamnya).
2. Jumlah dan perkembangan penduduk
3. Jumlah stok modal dan perkembangan dari tahun ketahun
4. Tingkat teknologi dan perbaikan dari tahun ketahun
Analisis teori-teori pertumbuhan ekonomi mengenai corak proses
menekankan kepada peramalnya akhir dari proses perkembangan ekonomi. Teori-
teori pertumbuhan sebelumya teori Neo- Klasik memberikan pandangan yang
sangat pesimis mengenai keadaan proses pembangunan didalam jangka panjang.
25
Todaro dan Smith (2003, h. 92) mengindentifikasikan bahwa terdapat tiga
faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa, yaitu :
1. Akumulasi modal
Modal (capital accumulation) terjadi apabila sebagian dari pendapatan
ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan
pendapatan dkemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin dan
peralatan dan bahan baku meningkatkan stok modal (capital stock) fisik suatu
Negara yakni total nilai riil netto atas seluruh barang modal produktif secara
fisik dan hal itu jelas memungkinkan terjadinya peningkatan output d i masa-
masa yang akan datang.
2. Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja
Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara tradisional
dianggap sebagai salah satu faktor positif yang dapat memacu pertumbuhan
ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar bearti akan meningkatkan
tenaga kerja produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar
bearti meningkatkan ukuran pasar domestiknya.
3. Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi bagi kebanyakan ekonom merupakan sumber
pertumbuhan ekonomi yang terpenting. Dalam pengertian yang paling
sederhana, kemajuan teknologi terjadi karena ditemukan cara baru atau
perbaikan atas cara-cara lama dalam menangani pekerjaan-pekerjaan
tradisional.
Kemajuan teknologi tersebut dapat beragam sifatnya, yaitu ; pertama ,
teknologi yang bersifat netral. Kemajuan teknologi yang netral terjadi apabila
teknologi tersebut memungkinkan kita mencapai tingkat produksi yang lebih
26
tinggi dengan menggunakan jumlah dan kombinasi faktor input yang sama.
Kedua, kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja, dan ketiga , kemajuan
teknologi hemat modal. di Negara-negara Dunia Ketiga yang melimpah tenaga
kerja tetapi langka modal, kemajuan teknologi hemat modal merupakan sesuatu
yang amat diperlukan. Kemajuan teknologi ini akan menghasilkan metode
produksi padat karya yang lebih efisien, kemajuan teknologi yang meningkatkan
pekerja. Ketiga faktor diatas juga menjadi diterminan penting dalam teori
pertumbuhan ekonomi yang dikenal sebagai model pertumbuhan Solow (Solow
Growth Model). Model ini dirancang untuk menunjukkan bagaimana
pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan
teknologi berinteraksi dalam perekonomian, serta bagaimana pengaruhnya
terhadap output barang dan jasa suatu Negara secara keseluruhan (Makiw 2003, h,
80).
2.4.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Kestabilan politik, kebijakan ekonomi pemerintah, kekayaan alam yang
dimiliki, jumlah dan kemampuan tenaga kerja,, tersedianya usahawan yang gigih
dan kemampuan mengembangkan dan menggunakan teknologi moderen adalah
beberapa faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Uaraian
didalam bagian ini menerangkan beberapa faktor yang telah lama dipandang oleh
ahli-ahli ekonomi sebagai sumber penting yang dapat mewujudkan pertumbuhan
ekonomi.
Ada 4 (empat) faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi yaitu
(Sukirno, h. 429-432) :
1. Tanah dan Kekayaan Alam Lainnya
27
Kekayan alam sesuatu Negara meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan
iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan dan hasil laut yang dapat
diperoleh, jumlah dan jenis kekayaan barang tambang yang terdapat.
Kekayaan alam akan dapat mempermudah usaha untuk mengembangkan
perekonomian suatu Negara, terutama pada masa-masa permulaan dari proses
pertumbuhan ekonomi. Didalam setiap Negara dimana pertumbuhan ekonomi
baru bermula terdapat banyak hambatan untuk mengembangkan berbagai
kegiatan ekonomi di luar sektor utama (pertanian dan pertambangan) yaitu
sektor di mana kekayaan alam terdapat. Kekurangan modal, kekurangan
tenaga ahli dan kekurangan pengetahuan para pengusaha untuk
mengembangkan kegiatan ekonomi moderen disatu pihak, dan terbatasnya
pasar bagi berbagai jenis kegiatan ekonomi (sebagai akibat dari pendapatan
masyarakat yang sangat rendah) dilain pihak, membatasi kemungkinan untuk
mengembangkan berbagai jenis kegiatan ekonomi. Apabila Negara tersebut
mempunyai kekayaan alam yang dapat diusahakan dengan menguntungkan,
hambatan yang baru saja dijelaskan akan dapat diatasi dan pertumbuhan
ekonomi dipercepat. Kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan tersebut
akan menarik pengusaha-pengusaha dari Negara yang lebih maju untuk
mengusahakan kekayaan alam tersebut. Modal yang cukuo, teknologi dan
teknik produksi yang moderen dan tenaga-tenaga ahli yang dibawah oleh
pengusaha-pengusaha tersebut dari luar memungkinkan kekayaan alam itu
diusahakan secara efisien dan menguntungkan. Peranan penanaman barang-
barang pertanian untuk ekspor dan industri pertambangan minyak di dalam
menjadi penggerak permulaan bagi pertumbuhan ekonomi di berapa Negara
Asia adalah suatu bukti yang nyata mengenai besarnya peranan kekayaan
28
alam pada tingkat permulaan pertumbuhan ekonomi. Peranan perkembangan
industri pertambangan minyak di dalam pertumbuhan ekonomi Negara-
negara Timur Tengah dan Brunai adalah suatu bukti dari besarnya peranan
pengembangan kekayaan alam didalam permulaan proses pembangunan.
2. Jumlah dan Mutu Dari Penduduk dan Tenaga Kerja
Penduduk yang bertambah dari waktu kewaktu dapat menjadi pendorong
maupun penghambat kepada perkembangan ekonomi. Penduduk yang
bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja, dan penambahan tersebut
memungkin Negara itu menambah produksi. Di samping itu sebagai akibat
pendidikan, latihan dan pengalaman kerja, keterampilan penduduk akan
selalu bertambah tinggi. Hal ini akan menyebabkan produktifitas bertambah
dan ini selanjutnya menimbulkan pertambahan produksi yang lebih cepat dari
pada pertambahan tenaga kerja. Selanjunya perlu diingat pula bahwa
pengusaha adalah sebagian dari penduduk. Maka luasnya kegiatan ekonomi
yang dilakukan suatu Negara juga juga bergantung pada jumlah pengusaha
dalam ekonomi. Apabila tersedianya pengusaha dalam sejumlah penduduk
tertentu adalah lebih banyak, lebih banyak kegiatan ekonomi yang dijalankan.
Dorongan lain yang timbul dari perkembangan penduduk terhadap
pertumbuhan ekonomi bersumber dari akibat pertambahan itu kepada luas
pasar dari barang-barang yang dihasilkan sektor perusahaan akan bertambah
pula. Karena peranannya ini maka perkembangan penduduk akan
menimbulkan dorongan kepada pertambahan dalam produksi nasional dan
tingkat kegiatan ekonomi. Akibat buruk dari pertambahan penduduk kepada
pertumbuhan ekonomi terutama dihadapi oleh masyarakat yang kemajuan
ekonominya belum tinggi tetapi telah menghadapi masalah kelebihan
29
penduduk. Sesuatu Negara dipandang menghadapi masalah kelebihan
penduduk apabila jumlah penduduk adalah tidak seimbang dengan faktor-
faktor produksi lain yang teredia, yaitu jumlah penduduk adalah jauh
berlebihan. Sebagai akibat dari ketidak seimbanagan ini produtifitas marjinal
penduduk adalah rendah. Ini bearti pertambahan penggunaan tenaga kerja
tidak akan menimbulkan pertambahan dalam produksi nasional, ataupun
kalau ia bertambah, pertambahan tersebut adalah terlalu lambat dan tidak
dapat mengimbangi pertambahan penduduk. Apabila dalam perekonomian
sudah berlaku keadaan di mana pertambahan tenaga kerja tidak dapat
menaikkan produksi nasional yang tingkatnya dalah lebih cepat dari tingkat
pertambahan penduduk, pendapatan perkapita akan menurun. Dengan
demikian penduduk yang berlebihan akan menyebabkan kemakmuran
masyarakat merosot.
3. Barang-barang Modal dan Tingkat Teknologi
Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi keefisienan
pertumbuhan ekonomi. Di dalam masyarakat yang sangat kurang maju
sekalipun barang-barang modal sangat besar peranannya dalam keiatan
ekonomi. Tampa adanya alat-alat untuk menangkap ikan itu berburu, alat-alat
untuk bercocok tanam dan mengambil hasil hutan, masyarakat yang kurang
maju akan menghadapi kesusahan yang lebih banyak lagi dalam mencari
makanannya sehari-hari. Pada masa kini pertumbuhan ekonomi dunia telah
mencapai tingkat yang tinggi, yaitu jauh lebih moderen dari pada kemajuan
yang dicapai oleh suatu masyarakat yang masih belum berkembang. Barang-
barang modal sangat bertambah jumlahnya dan teknologi yang telah menjadi
bertambah jumlahnya dan teknologi yang talah menjadi bertambah moderen
30
memegang peranan penting sekali dalam mewujudkan kemajuan ekonomi
yang tinggi itu. Apabila barang-barang modal saja yang bertambah,
sedangkan tingkat teknologi tidak mengalami perkembangan, kemajuan yang
akan tercapai adalah jauh lebih rendah dari pada yang dicapai pada masa kini.
Tanpa adanya perkembangan teknologi, produktifitas barang-barang modal
tidak akan mengalami perubahan dan tetap berada pada tingkat yang sangat
rendah. Oleh karena itu pendapatan perkapita hanya mengalami
perkembangan yang sangat kecil. Kemajuan teknologi yang berlaku
diberbagai Negara terutama ditimbulkan oleh kemajuan teknologi. Kemajuan
teknologi menimbulkan beberapa efek positif dalam pertumbuhan ekonomi,
dan oleh kerenanya pertumbuhan ekonomi menjadi lebih pesat.
4. Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat
System sosisl dan sikap masyarakat penting peranannya dalam mewujudkan
pertumbuhan ekonomi. Di dalam menganalisis mengenai masalah-masalah
pembabgunan di Negara-nrgar berkembang ahli-ahli ekonomi telah
menunjukkan bahwa sistem sosial dan sikap masyarakat dapat menjadi
penghambat yang serius kepada pembangunan. Adat istiadat yang tradisional
dapat menghambat masyarakat untuk menggunakan cara produksi yang
moderen dan produktifitas yang tinggi. Oleh karenanya pertumbuhan
ekonomi tidak dapat dipercepat juga di dalam sistem sosial di mana sebagian
besar tanah dimiliki oleh tuan-tuan tanah, atau di mana luas tanah yang
dimiliki adalah sangat kecil dan tidaak ekonomis, pembangunan ekonomi
tidak akan mencapai tingkat yang diharapkan.
31
2.5. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
a. Di duga Tingkat Upah Minimum Regional berpengaruh negatif terhadap
Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.
b. Di duga Tingkat Pengangguran berpengaruh positif terhadap Tingkat
Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.
c. Di duga pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif terhadap Kemiskinan di
Kabupaten Aceh Barat
III. METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh Upah Minimum Regioanal, Pengngguran, dan Pertumbuhan
Ekonomi terhadap Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat dari tahun 2005-2012
3.2 Data Penelitian
3.2.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yaitu data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun telah diolah,
baik dalam bentuk angka atau uraian. Dalam penelitian ini data-data sekunder
yang diperlukan antara lain: literature yang relavan dengan judul penelitian seperti
buku-buku, artikel, makalah, jurnal, waktu/periode petunjuk teknis dan lain- lain
yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.
Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini merupakan data sekunder
yaitu tingkat kemiskinan, tingkat upah minimum regional dan pengangguran yang
di ambil dari BPS dan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Dinsosnakertrans) di Kabupaten Aceh Barat dalam periode 2005-2012.
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik kuantitatif antara lain:
a. Studi pustaka;
Yaitu : Peneliti mendatangi Perpustakaan Universitas Teuku Umar,
Perpustakaan Daerah, Perpustakaan BPS dan Perpustakaan Dinsosnakertrans
Kabupaten Aceh Barat.
33
b. Penelitian Lapangan;
Yaitu : Peneliti mendatangi instansi- instansi yang relevan, kantor BPS
Aceh Barat dan Dinsosnakertrans Aceh Barat untuk memperoleh data yang
diolah dalam penelitian ini.
3.3 Model Analisis Data
Untuk menganalisis hubungan antar variabel dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis regresi berganda, Analisis korelasi, uji t, dan uji F.
mempermudah dan mengurangi kesalahan secara manual, pengolahan data dalam
analisis ini menggunakan alat bantu software pengolah data SPSS 19.0.
3.3.1 Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda adalah analisis besarnya hubungan dan pengaruh
variabel independen yang jumlahnya lebih dari 2 (dua) (Suharyadi&Purwanto
2004, h. 508). Adapun persamaan regresi berganda dituliskan :
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3+ e ...................................... (1)
Di mana :
Y = Variabel terikat (Tingkat kemiskinan) yang diukur dalam jiwa
X1 = Upah minimum regional (dalam jutaan rupiah)
X2 = Pengangguran (dalam jiwa)
X3 = Pertumbuhan Ekonomi (dalam persen)
a = Koefisien regresi
b1 = Koefisien regresi faktor X1
b2 = Koefisien regresi faktor X2
34
b3 = Koefisien regresi Faktor X3
e = error term (kesalahan pengganggu)
3.3.2. Uji t
Uji signifikasi parameter individual (uji t) dilakukan untuk melihat
signifikasi dari pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) secara
individual dengan rumus sebagai berikut (Ghozali 2005, h. 205)
t = ............................................................................................... (2)
Dimana :
n = jumlah tahun
r = koefisien korelasi
3.3.3. Uji F
Menurut Nachrowi dan Usman (2006, h. 16-17) uji hipotesis ini berguna
untuk memeriksa atau menguji apakah koefisien regresi yang didapat signifikan
atau tidak. Uji –F ini diperuntukkan guna melakukan uji hipotesis koefisien
regresi secara bersamaan yaitu antara X1, dan X2 terhadap Y. Dengan rumus
adalah sebagai berikut :
F = ....................................................................................... (3)
Dimana :
K = banyaknya variabel bebas.
R2 = koefisien determinasi.
35
3.4 Definisi Operasional Variabel
Agar tidak menimbulkan pengertian ganda tentang variabel-variabel utama
pada penelitian ini, maka akan dijelaskan definisi nasing-masing variabel sebagai
berikut :
a. Kemiskinan (Y) adalah kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Aceh Barat
yang diukur dalam jiwa periode 2005-2012.
b. Upah minimum regional (X1) adalah upah terendah yang ditentukan oleh
pemerintah dalam periode tertentu (1 tahun) dalam jumlah rupiah periode
2005-2012.
c. Pengangguran (X2) adalah Jumlah Penduduk yang menganggur yang terjadi
di Kabupaten Aceh Barat yang diukur dalam jiwa 2005-2012.
d. Pertumbuhan Ekonomi (X3) adalah Pertumbuhan Ekonomi yang terjadi di
Kabupaten Aceh Barat dalam persen 2005-2012.
3.5 Pengujian Hipotesis
Hipotesa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian 2
(dua) sisi yaitu:
a. H0 ; β = 0, Upah minimum regional, Penganguran dan Pertumbuhan
Ekonomi yang diteliti secara bersama-sama tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.
b. H1 ; β ≠ 0, Upah minimum regional, Pengangguran dan Pertumbuhan
Ekonomi yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan
terhadap kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.
Kriteria uji-t, hipotesa yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:
36
a. Apabila thitung > ttabel atau thitung < - ttabel maka H0 ditolak H1 diterima, artinya
secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara upah minimum
regional, pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap kemiskinan di
Kabupaten Aceh Barat.
b. Apabila -ttabel < ttabel < ttabel maka H0 diterima H1 ditolak, artinya secara parsial
tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara upah minimum regional,
pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap kemiskinan di Kabupaten
Aceh Barat.
Kriteria uji-F, hipotesa yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :
a. Apabila Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak H1 diterima, artinya secara bersamaan
terdapat pengaruh yang signifikan antara upah minimum regional,
pengangguran dan Pertumbuah ekonomi terhadap kemiskinan di Kabupaten
Aceh Barat.
b. Apabila Fhitung< Ftabel maka H0 diterima H1 ditolak, artinya secara bersamaan
tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara upah minimum regional,
pengangguran dan Pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan di Kabuapaten
Aceh Barat.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan perkembangan faktor- faktor yang menjadi
variabel penelitian dalam skripsi ini yaitu Jumlah Kemiskinan di Kabupaten Aceh
Barat, Upah Minimum Regional, Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi
kurun waktu 2005 hingga 2012.
4.1.1 Perkembangan Upah Minimum Regional Kabupaten Aceh Barat
Kenaikan upah merupakan suatu hal yang sangat dinanti-nantikan oleh
para pekerjaan, karena dengan kenaikan upah tersebut diharapkan dapat
menaikkan taraf hidupnya. Namun demikian terkadang kenaikan tersebut masih
belum membuat para pekerja merasa senang, ini terjadi karena para pekerja
merasa kenaikan tersebut sangat kecil. Sehingga tidak memberi pengaruh yang
besar terhadap kesejahteraan hidup pekerja.
Upah Minimum Regional (UMR) di Aceh Barat pada saat ini mengikuti
Upah Minimum Provinsi (UMP). Pada tahun 2012 UMP yaitu sebesar Rp
1.400.000,-, Upah tersebut setiap tahunnya mengalami kenaikan yang berbeda-
beda disetiap Provinsi, kenaikan ini sangat tergantung kepada tingkat
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi yang bersangkutan.
Adapun Upah Minimum Regional di Kabupaten Aceh Barat selama kurun
waktu 2005 hingga 2012 dapat diamati pada tabel dibawah ini :
38
Tabel 1
Upah Minimum Regional di Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2005-2012
No Tahun Jumlah UMR (Rp)
1 2005 780.000
2 2006 800.000
3 2007 820.000
4 2008 850.000
5 2009 1.000.000
6 2010 1.200.000
7 2011 1.300.000
8 2012 1.400.000
Sumber : Kantor Dinas Sosial, Tenaga Ke rja dan Trasmigrasi (Data d iolah Juli 2013)
Berdasarkan tabel 1 di atas maka penulis dapat menjelaskan bahwa pada
tahun 2005 upah minimum regional sebesar 780.000 tahun 2006 upah minimum
regional sebesar Rp 800.000,-, selanjutnya pada tahun 2007 mengalami kenaikan
sebesar Rp 820.000,- pada tahun berikutnya Upah Minimum Regional (UMR) di
Aceh Barat sebesar Rp 850.000,- dan pada tahun 2009 naik sebesar
Rp1.000.000,- sementara pada tahun 2010 naik menjadi Rp 1.200.000,-, kemudian
pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp 1.300.000,- dan pada tahun terakhir yaitu tahun
2012 mengalami kenaikan sebesar 1.400.000,-.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Upah
Minimum Regional (UMR) di Aceh Barat pada setiap tahunnya selalu mengalami
kenaikan, ini dapat diartikan bahwa para pengambil kebijakan selalu berupaya
untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat khususnya masyarakat yang
bekerja atau tenaga kerja di Kabupaten Aceh Barat dan kenaikan Upah Minimum
Regional (UMR) tersebut juga berupa penyesuaian dari para pengambil kebijakan
39
terhadap situasi atau keadaan perekonomian pada setiap tahunnya. Serta adanya
tuntutan-tuntutan para pekerja yang terus-menerus ingin upah tersebut dinaikkan,
ini tentu saja para pekerja merasa upah yang telah ada tidak dapat lagi memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dan dengan kenaikan upah tersebut diharapkan dapat
mengurangi Kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Aceh Barat.
4.1.2 Perkembangan Pengangguran di Kabupaten Aceh Barat
Dalam perekonomian, tidak akan pernah terlepas dari pengangguran.
Pengangguran itu sendiri adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam
angkatan kerja yang secara aktif , yang tidak bekerja atau sedang mencari
pekerjaan. Pengangguran merupakan penyakit ekonomi yang harus ditekan dan
dihilangkan agar kegiatan perekonomian berjalan dengan baik dan lancar. Jumlah
penganguran yang tercatat di Kabupaten Aceh Barat setiap tahunnya selalu
mengalami fluktuasi. Akibat dari peluang usaha yang sulit serta kesempatan kerja
yang juga sulit menyebabkan kesempatan warga yang ingin memperoleh
pekerjaan guna bertahan hidup kini semakin sulit. Keadaan Fluktuasi tersebut
disebabkan minimnya lembaga usaha yang mampu menampung tenaga kerja guna
memberikan pekerjaan.
Adapun perkembangan Pengangguran di Kabupaten Aceh Barat selama
kurun waktu 2005 hingga 2012 terus mengalami fluktuasi. Perkembangan
Pengangguran tersebut dapat diamati pada tabel dibawah ini :
40
Tabel 2
Perkembangan Pengangguran di Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2005-2012
No. Tahun Penganguran ( Jiwa)
1 2005 13.266
2 2006 7818
3 2007 7810
4 2008 7789
5 2009 8061
6 2010 7651
7 2011 7568
8 2012 7430
Sumber : Kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Trasmigrasi (Data d iolah Juli 2013)
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa pengangguran di Kabupaten Aceh
Barat setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Pada tahun 2005 jumlah
pengangguran di Kabupaten Aceh Barat sebesar 13.266 jiwa tahun 2006 jumlah
pengangguran di Kabupaten Aceh Barat adalah 7818 jiwa. Pada tahun 2007
adalah 7810 jiwa. Terlihat bahwa perekonomian di Kabupaten Aceh Barat
mengalami kenaikan. Terbukti dengan adanya penurunan tingkat pengangguran
dari tahun sebelumnya, meskipun jumlah penurunannya kecil. Dari akibat jumlah
pengangangguran yang berkurang dapat mengurangi jumlah tingkat kemiskinan
yang pada tahun 2006 berjumlah 16.317 jiwa turun menjadi 15.259 jiwa.
Pada tahun 2008 jumlah pengangguran adalah 7789 jiwa, hal ini
menggambarkan semakin membaiknya perekonomian di Kabupaten Aceh Barat.
Namun, pada tahun 2009, pengangguran di Aceh Barat meningkat sebesar 272
jiwa menjadi 8061 jiwa. Dikarenakan pada tahun 2009 National Government
Organitation (NGO) yang melakukan kegiatan di Aceh Barat telah selesai dan
41
kembali kenegara masing-masing sehingga banyak pekerja yang kehilangan
pekerjaannya dan akhirnya menambah jumlah pengangguran yang ada di
Kabupaten Aceh Barat.
Pada tahun berikutnya, yaitu tahun 2010 angka pengangguran mengalami
penurunan menjadi 7.651 jiwa. Hal ini menandakan perekonomian semakin stabil,
keadaan tersebut selalu terjadi pada tahun-tahun berikutnya yaitu pengangguran
mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 pengangguran di
Kabupaten Aceh Barat sebesar 7.568 jiwa, dan pada tahun 2012 turun menjadi
7.430 jiwa.
4.1.3. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Aceh Barat
Pertumbuhan Ekonomi merupakan salah satu bagian yang dapat mengatasi
masalah perekonomian seperti kemiskinan , akan tetapi jika pertumbuhan
ekonomi dari tahun ketahun mengalami penurunan maka kemiskinan dapat
teratasi. Untuk melihat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat yaitu
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3 Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2005-2012
No Tahun Pertumbuhan Ekonomi (persen)
1 2005 1.79
2 2006 10.59
3 2007 11.95
4 2008 5.46
5 2009 5.49
6 2010 5.21
7 2011 5.24
8 2012 5.20 Sumber : Kantor Badan Pusat Statistik kabupaten Aceh Barat (Data dio lah Juli 2013)
42
Berdasarkan table diatas bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Aceh Barat sangat bervariasi pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi sebesar 1.79
persen, dikarenakan pada saat itu masih dalam masa rehabilitasi pasca tsunami,
kemudian pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi sebesar 10.59 persen dan pada
tahun 2007 pertumbuhan ekonomi sebesar 11.95 persen, dikarenakan pada tahun
2006-2007 masuk dalam tahap rekontruksi NGO dan LSM masuk ke daerah
dalam misi kemanusiaan dan pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 5.46.
persen pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi sebesar 5.43 persen ini
dikarenakan sudah berkurangnya lapangan kerja yang tersedia untuk masyarakat
dan pada tahun 2010 sebesar 5.21 persen dan pada tahun 2011 pertumbuhan
ekonomi sebesar 5.24 persen dan pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Aceh Barat sebesar 5.20 persen.
4.1.4. Perkembangan Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat
Kemiskinan merupakan salah satu penyakit ekonomi, seperti halnya
pengangguran. Kemiskinan juga harus dapat dikurangi dan ditekan agar lajunya
dapat berkurang tiap tahunnya serta kegiatan perekonomian dapat berjalan lancar,
kesejahteraan masyarakat dapat dicapai dan dirasakan oleh semua lapisan
masyarakat. Kabupaten Aceh Barat yang sebagian besar penduduknya bekerja
disektor pertanian sehingga masyarakatnya berada dalam kondisi menengah
kebawah. Bahkan Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat masih tergolong tinggi.
Adapun perkembangan Jumlah Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat
selama kurun waktu 2006 hingga 2012 dapat diamati pada tabel dibawah ini :
43
Tabel 4
Perkembangan jumlah Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2005-2012
No. Tahun Jumlah Kemiskinan (jiwa)
1 2005 14.671
2 2006 16.371
3 2007 15.259
4 2008 14.812
5 2009 14.586
6 2010 13.545
7 2011 12.353
8 2012 11.588
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat (Data diolah Juli 2013)
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa Kemiskinan di Kabupaten Aceh
Barat pada tahun 2005 sebesar 14.671 jiwa pada tahun 2006 sebesar 16.317 jiwa.
Merupakan Kemiskinan yang paling besar di Kabupaten tersebut pada kurun
waktu 2006 hingga 2012. Pada tahun 2007, Kemiskinan turun sehingga besarnya
adalah 15.259 jiwa. Tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 14.812 jiwa. Pada
tahun 2009, Kemiskinan juga mengalami penuruan yaitu sebesar 226 jiwa, hingga
menjadi 14.586 jiwa.
Kondisi penurunan juga terjadi pada tahun-tahun berikutnya. Pada tahun
2010 , Tingkat Kemiskinan sebesar 13.545. Untuk tahun 2011 juga mengalami
penurunan sebesar 8,80 persen menjadi 12.353 jiwa. Dan pada tahun 2012 juga
mengalami penurunan dan merupakan angka terkecil Tingkat Kemiskinan di
Kabupaten Aceh Barat selama kurun waktu 2006 hingga 2012 yaitu sebesar
11.588 jiwa.
44
Penurunan yang terus terjadi pada tingkat Kemiskinan di Kabupaten Aceh
Barat merupakan bentuk keberhasilan pemerintah dalam melakukan pembenahan
dalam bidang perekonomian. Pertumbuhan perekonomian merupakan indikator
untuk melihat keberhasilan pembangunan dan merupakan syarat keharusan bagi
pengurangan tingkat kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi yang menyebar disetiap
golongan pendapatan, termasuk golongan miskin. Serta pemerintah yang telah
berhasil mendistribusikan manfaat pertumbuhan itu sendiri.
4.2 Hasil Pengujian Hipotesis
Bagian ini penulis akan membahas tentang pengaruh yang ditimbulkan
oleh Upah Minimum Regional, Tingkat Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi
terhadap Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat yang akan dianalisis dengan
menggunakan model analisis regresi berganda yang akan diolah melalui Program
Statistik SPSS 19. Dari hasil penelitian diperoleh hasil akhirnya sebagai berikut:
Tabel 5
Standar Deviasi Rata-rata dan Observasi
No. Variabel Rata-rata Std. deviasi Observasi
1 Kemiskinan 18.976,7500 13.955,50335 8
2 Upah_Minimum 10.188,36 2.479,8835 8
3 Pengangguran 8.424,1250 1.965,505,78 8
4 P. Ekonomi 6.348,750 330.281,02 8
Sumber : Hasil Regresi (data dio lah Juli 2013)
Pada tabel diatas peneliti dapat menjelaskan bahwa Rata-rata variabel
Kemiskinan (Y) di Kabupaten Aceh Barat Selama kurun waktu 2005-2012 adalah
18.976,7500 dengan standar deviasi 13.955,50335 Untuk variabel Upah
Minimum Regional (X1) rata-rata adalah 10.188,36 dengan Standar deviasi
45
2.479,8835. Untuk Pengangguran (X2) rata-ratanya adalah 8.424,1250 dengan
standar deviasi 1.965,505,78. Untuk Pertumbuhan Ekonomi (X3) rata-ratanya
adalah 634.750. dengan standar deviasi 330.281,02 Dengan N menyatakan
jumlah observasi yang berjumlah 8 (delapan) tahun.
4.2.1 Uji Regresi Linear Berganda
Tabel 7 Regresi linear Berganda
Model Diatas Standar Koefisien
Standar
Koefisien
B Std. Error Beta Sig
1 (Konstan) -4.3049,683 6338,213 .002
Upah_Minimum Regional
-.000 .003 -.007 0,880
Pengangguran
P. Ekonomi
7.250
2.139
.358
2.005
1.021
.050
.000
.349
Sumbe:Hasil Regresi ( Data diolah juli 2013)
Berdasarkan hasil penelitian ini maka diperoleh persamaan regresi linear
berganda akhir estimasi sebagai berikut :
Y = a – b1 x1 + b2x2 + b3x3 + e
Y = -4.3049,683 – 0.000X1 + 7.250X2 + 2.139X3 + e
Persamaan regresi linear berganda diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Konstanta
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai konstanta sebesar
19.706,487 nilai konstanta ini menyatakan apabila semua variabel bebas ( Upah
Minimum Regional, Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi ) sama dengan
nol, maka Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat sebesar 4.3049
b. Koefisien regresi dari variabel Upah Minimum Regional (X1)
46
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien variabel Upah
Minimum Regional (X1) bernilai negatif adalah 0 .000 Hal ini menyatakan bahwa
setiap kenaikan Upah Minimum Regional (X1) sebesar 1 persen akan
mengakibatkan Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat turun sebesar 0,000 persen.
c. Koefisien regresi dari variabel Pengangguran (X2)
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien variabel
Pengangguran (X2) bernilai positif adalah 7.250. Hal ini menyatakan bahwa setiap
kenaikan pengangguran (X2) sebesar 1 persen, akan mengakibatkan Kemiskinan
di Kabupaten Aceh Barat naik sebesar 7.250 persen.
d. Koefisien regresi dari variabel Pertumbuhan Ekonomi (X3)
Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa nilai koefisien variabel
pertumbuhan Ekonomi (X3) bernilai positif adalah 2.139. Hal ini menyatakan
bahwa setiap kenaikan Pertumbuhan Ekonomi (X3) sebesar 1 persen akan
mengakibatkan Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat menurun sebesar 2.139
persen.
47
4.2.2 Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi
Tabel 8
Hasil Koefisien Korelasi dan Determinasi
No. Variabel Kemiskinan
Upah
Minimum
Regional
Pengangguran
Pertumbuhan
Ekonomi
1 Pearson Korelasi
a. Kemiskinan
b. Upah_Minimum Regional
c. Pengangguran
d. Pertumbuhan Ekonomi
1000
-.486
.997
-.495
-.486
1.000
-.453
-.306
.997
-.453
1.000
-.536
-.495
-.306
-.536
1.000
2 Model
a. Koefesien Korelasi (R)
b. KoefesienDeterminasi
Adjusted
c. Koefesien Determinasi (R2)
0,999
0,997
0,995
Sumber : Hasil Regresi ( data dio lah Juli 2013)
Berdasarkan tabel 8 diatas peneliti dapat menjelaskan bahwa Koefesien
korelasi variabel bebas (Upah Minimum Regional, Pengangguran dan
Pertumbuhan Ekonomi ) diperoleh R = 0,999 secara positif menjelaskan terdapat
hubungan yang kuat antara Upah Minimum Regional (X1), Pengangguran (X2),
dan Pertumbuhan Ekonomi (X3) terhadap Kemiskinan (Y) dengan keeratan
hubungan 99,9 persen, dari hasil R tersebut apabila Upah Minimum Regional (X1)
mengalami peningkatan maka Kemiskinan akan mengalami penurunan, dan
ketika Pengangguran (X2) mengalami peningkatan, maka Kemiskinan akan
mengalami peningkatan pula dan apabila Pertumbuhan Ekonomi (X3) mengalami
peningkatan maka Kemiskinan akan mengalami Penurunanan,berbanding terbalik
dengan hubungan antara Upah Minimum Regional ( X1 ) dengan Kemiskinan ( Y
), keeratan peningkatan tersebut kuat, sehingga pengaruh yang ditimbulkan juga
kuat.
48
Berdasarkan hasil pengujian ini maka dapat diketahui pengaruh Upah
Minimum Regional (X1), Pengangguran (X2) dan Pertumbuhan Ekonomi (X3)
terhadap Kemiskinan (Y) di Kabupaten Aceh Barat. Koefisien determinasi dalam
penelitian ini dapat diketahui dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai
berikut :
Koefesien determinasi = r2 x 100%
Koefesien determinasi = 0,995 x 100%
Koefesien determinasi = 99,5%
Berdasarkan perhitungan diatas peneliti dapat menjelaskan bahwa nilai
koefesien determinasi Adjusted bernilai 99,5 persen. Pada penelitian ini
menggunakan tiga variabel bebas sehingga yang digunakan untuk menjelaskan
adalah Koefisien Diterminasi. Hal ini berarti 99,5 persen dapat dijelaskan oleh
variabel Upah Minimum Regional, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi
sedangkan sisanya sebesar 0,5 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
Hal ini memberikan petunjuk bahwa variabel bebas yang terdiri dari Upah
Minimum Regional, Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi tepat untuk
menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap Kemiskinan di Kabupaten Aceh
Barat.
4.2.3 Uji t (Uji parsial/individual)
Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antar
variabel bebas Upah Minimum Regional (X1), dan Pengangguran (X2) dan
Pertumbuhan (X3) terhadap Kemiskinan (Y) secara individual dengan tingkat
kepercayaan (level of confidence 95%) yaitu:
49
Tabel 9
Hasil Perhitungan nilai t-hitung
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
T Sig.
95,0% Confidence Interval
for B
B Std. Error Beta
Lower
Bound
Upper
Bound
1.(Constant)
UMR
Pengangguran
P. Ekonomi
(Con -43049,653 6338,213 -6,792 ,002 -60647,353 -25451,952
UMR ,000 ,003 -,007 -,161 ,880 -,007 ,007
7,250 ,358 1,021 20,256 ,000 6,256 8,244
2,139 2,005 ,050 1,067 ,346 -3,428 7,705
Sumber : Hasil Regresi ( Data diolah Juli 2013)
Berdasarkan tabel diatas nilai thitung dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Upah Minimum Regional (X1)
Dari tabel 8 diatas dapat terlihat bahwa untuk variabel Upah Minimum
Regional nilai thitung < ttabel (-161 < -2,132), atau nilai signifikan lebih kecil dari α
0,05. Yaitu 0,880 > 0,05, karena menggunakan sisi kiri, berarti H0 diterima H1
ditolak, sehingga secara individual variabel Upah Minimum Regional tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.
b. Pengangguran (X2)
Dari tabel diatas terlihat bahwa untuk variabel Pengangguran nilai thitung >
ttabel (20,256 > 2,132) atau karena nilai signifikan lebih besar dari α 0,05. Yaitu
0,000 < 0,05, dengan menggunakan sisi kanan maka H0 ditolak H1 diterima,
sehingga secara individual variabel Pengangguran berpengaruh secara signifikan
terhadap Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.
50
c. Pertumbuhan Ekonomi (X3)
Berdasarkan tabel diatas bahwa untuk variabel pertumbuhan ekonomi nilai
thitung < ttabel (1.067 < 2,132) atau karena nilai signifikan lebih besar dari α 0,05.
Yaitu 0,346 > 0,05, dengan menggunakan sisi kanan maka H0 diterima dan H1
ditolak, sehingga secara invidual variabel Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh
secara signifikan terhadap kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.
4.2.4 Uji F (Uji Simultan)
Uji F digunakan untuk menguji keberartian semua variabel bebas yaitu
Upah Minimum Regional (X1), Pengangguran (X2), Pertumbuhan Ekonomi (X3)
secara bersama-sama terhadap variabel terikat Kemiskinan (Y). Hasil perhitungan
nilai F hitung dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 10
Hasil Regresi : Uji F
ANOVAb
Model
Total Kuadrat Df
Rata-rata
Kuadarat F Sig.
1 Regression 1,35939 3 4,53138 448,056 ,000a
Residual 4044877,859 4 1011219,465
Total 1,36339 7
Sumber : Hasil Regresi (dio lah Juli 2013)
Berdasarkan tabel diatas nilai Fhitung sebesar 448,056 > Ftabel 6,94 artinya
Upah Minimum Regional (X1), Pengangguran (X2), dan Pertumbuhan Ekonomi
(X3) H0 ditolak H1 secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.
51
4.3 Pembahasan Hasil
Berdasarkan hasil output dari penelitian diatas variabel Upah Minimum
Regional mempunyai hubungan secara negatif yang signifikan terhadap
Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat yaitu nilai thitung < ttabel ((-161 < 2,132).
Kenaikan Upah Minimum setiap tahunnya tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap Kemiskinan terbukti dengan nilai signifikan yang lebih besar
dari α 0,05 yaitu sebesar 0,880. Untuk Pengangguran, mempunyai hubungan
secara positif yang tidak signifikan terhadap Kemiskinan di Kabupaten Aceh
Barat yaitu nilai thitung > ttabel (20,256 > 2,132) dengan menggunakan sisi kanan,
artinya apabila Pengangguran naik maka Kemiskinan akan mengalami kenaikan
pula, namun dikarenakan signifikan maka kenaikan Kemiskinana di Kabupaten
Aceh Barat dipengaruhi banyaknya jumlah Pengangguran. Hal ini dibuktikan
dengan nilai signifikan yang lebih kecil dari α 0,05 yaitu sebesar . 0,000. Untuk
Petumbuhan ekonomi mempunyai hubungan secara positif yang tidak signifikan
terhadap Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat yaitu nilai thitung > ttabel (1.067 <
2,132) dengan menggunakan sisi kanan, artinya apabila Pertumbuhan naik maka
Kemiskinan menurun namun dikarenakan tidak signifikan maka kenaikan
Kemiskinana di Kabupaten Aceh Barat tidak hanya dipengaruhi oleh
Pertumbuhan Ekonomi tetapi ada faktor-faktor lain. Hal ini dibuktikan dengan
nilai signifikan yang lebih besar dari α 0,05 yaitu sebesar 0,346.
Dengan mendapatkan hasil yang demikian hasil yang diperoleh sama
dengan asumsi yang telah ada. Secara teori untuk Upah Minimum Regional (X1)
tidak berpengaruh terhadap Kemiskinan. Dan setelah dilakukan penelitian, hasil
yang diperoleh signifikan yaitu berpengaruh secara negatif. Meskipun jumlah
52
observasi yang sedikit namun karena nilai pengaruhnya ( R Adjusted) kuat maka
hasil yang diperoleh setelah melakukan penelitian adalah signifikan terhadap
teori.
Dari pengujian hipotesis secara bersama-sama menunjukkan bahwa nilai
Fhitung > Ftabel (448,056 > 6,94). Hal ini berarti variabel Upah Minimum,
Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi secara bersama-sama berpengaruh
secara signifikan terhadap Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat. Serta nilai
signifikan yang lebih kecil dari α 0,05 yaitu sebesar 0.000.
Untuk Koefesien korelasi variabel bebas secara positif menjelaskan
terdapat hubungan yang kuat antara Upah Minimum Regional (X1),
Pengangguran (X2) dan Pertumbuhan Ekonomi (X3) terhadap Kemiskinan (Y)
dengan keeratan hubungan 97,2 persen dari hasil R tersebut apabila Upah
Minimum Regional (X1) mengalami peningkatan maka Kemiskinan akan
mengalami penurunan, Pengangguran (X2) mengalami peningkatan maka
Kemiskinan akan mengalami peningkatan pula, dan apabila Pertumbuhan
Ekonomi (X3) mengalami Peningkatan maka Kemiskinan akan mengalami
penurunan, keeratan peningkatan dan penurunannya tersebut kuat, sehingga
pengaruh yang ditimbulkan juga kuat.
Sedangkan jika dilihat dari nilai koefisien determinasi Adjusted
menunjukkan bahwa sumbangan yang diberikan oleh variabel Upah Minimum
Regional dan Pengangguran dalam mempengaruhi Kemiskinan di Kabupaten
Aceh Barat sebesar 94,6 persen sedangkan sisanya sebesar 5,4 persen dijelaskan
oleh variabel-variabel lain diluar model. Hal ini menjelaskan bahwa variabel
bebas yang terdiri dari Upah Minimum Regional, Pengangguran dan Pertumbuhan
53
Ekonomi sudah tepat untuk menjelaskan sumbangan kedua variabel bebas tersebut
terhadap Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat. Untuk dapat menjelaskan lebih
tepat lagi dan hasil yang didapatkan memiliki sumbangan yang sangat kuat
(mendekati 100%) tidak membatasi pada faktor- faktor ekonomi saja, namun pada
faktor non ekonomi pula misalnya Keamanan politik, pertumbuhan ekonomi,
tingkat pendidikan dan etos kerja dari masyarakat itu sendiri.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan dari hasil pengujian dan analisis yang dilakukan dalam
penelitian ini, yaitu di Kabupaten Aceh Barat dapat disimpulkan bahwa Upah
Minimum Regional berpengaruh secara signifikan, Pengangguran tidak
berpengaruh secara signifikan dan Pertumbuhan Ekonomi juga tidak berpengaru
secara signifikan terhadap Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat. Hal tersebut
berdasarkan pada tingkat kepercayaan (confidence interval 95%). Sedangkan
sisanya 0,05 persen dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian ini.
Yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Rata-rata Kemiskinan dalam kurun waktu 2005-2012 di Kabupaten Aceh
Barat sebesar jiwa. 18.976 jiwa Rata-rata Upah Minimum Regional dalam
kurun waktu 2005-2012 di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp , 10.188,36
sedangkan jumlah rata-rata untuk Pengangguran dalam kurun waktu 2005-
2012 di Kabupaten Aceh Barat sebesar 8.424 jiwa. Dan Pertumbuhan dalam
kurun waktu 2005-2012 di Kabupaten Aceh Barat sebesar 6.348 persen
Dengan jumlah observasi 8 tahun.
b. Koefesien korelasi Kemiskinan diperoleh R = 0,999 secara positif menjelaskan
terdapat hubungan yang kuat antara Upah Minimum Regional (X1)
Pengangguran (X2) dan Pertumbuhan Ekonomi (X3) terhadap Kemiskinan (Y)
dengan keeratan hubungan 99,9 persen. Sedangkan Koefesien determinasi
Adjusted menunjukkan bahwa Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat
memperoleh nilai tinggi yaitu 99,5 persen yang disumbangkan oleh faktor
55
Upah Minimum Regional (X1) Pengangguran (X2) dan Pertumbuhan Ekonomi
(X3) sedangkan sisanya sebesar 0,5 persen yang akan dijelaskan oleh variabel
lain di luar model.
c. Hasil yang diperoleh untuk variabel Upah Minimum Regional nilai thitung < ttabel
((-161 < -2,132) dikarenakan nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05
(derajat signifikan), yaitu 0,880 > 0,05, berarti H0 diterima H1 ditolak maka,
secara parsial Upah Minimum Regional tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat dan hipotesa
diterima. Sedangkan hasil yang diperoleh untuk variabel Pengangguran nilai
thitung < ttabel (20,256 > 2,132) dikarenakan nilai probabilitasnya lebih kecil dari
0,05 (derajat signifikan), yaitu 0,000 > 0,05, berarti H0 ditolak H1 diterima
maka, secara parsial Pengangguran mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat dan hipotesa diterima,
sedangkan untuk Pertumbuhan Ekonomi nilai thitung< ttabel (1.067 < 2,132)
dikarenakan nilai probilitas lebih besar dari 0,05 (derajat signifikan), yaitu
0,346 >0,05, beari H0 diterima H1 ditolak.
d. Dari pengujian hipotesis secara bersama-sama menunjukkan bahwa nilai Fhitung
> Ftabel (448,056 > 6,94). Hal ini berarti variabel Upah Minimum Regional ,
Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi secara bersama-sama (simultan)
berpengaruh secara signifikan terhadap Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.
5.2 Saran-Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka penulis
akan mengajukan beberapa saran untuk pihak-pihak yang terkait, sehingga dapat
56
mencerminkan kenaikan upah yang baik, pengangguran dapat dikurangi serta
kemikinan dapat dikurangi :
a. Bagi pemerintah
1. Diharapkan pemerintah dapat mempertimbangkan lagi kenaikan upah pada
tiap tahunnya serta harus sesuai dengan kinerja para sumberdaya-sumberdaya
manusia sehingga terciptanya kesejahteraan masyarakat khususnya
masyarakat yang bekerja pada sektor informal.
2. Pemerintah juga diharapkan dapat memberikan tindakan yang tegas atau
sanksi yang kuat bagi para pengusaha agar dapat menetapkan upah sesuai
dengan standar upah yang telah diakukan sehingga para pengusaha tidak
semena-mena memberikan upah kepada pekerja karena masih banyak sekali
para pelaku-pelaku industri pada saat sekarang ini yakni khususnya di
Kabupaten Aceh Barat yang belum menetapkan upah sesuai dengan yang
telah ditentukan, ini salah satunya dikarenakan kurang tegasnya sanksi yang
diberikan oleh para pembuat peraturan.
3. Memperhatikan kondisi perekonomian Aceh Barat terutama adalah
pengangguran dan peluang kerja, pemerintah harus dapat membuka lapangan
kerja baru. Tingkat pengangguran berpengaruh positif terhadap tingkat
kemiskinan. Untuk menurunkan kemiskinan, maka pengangguran juga harus
diturunkan, dengan mempermudah ijin pendirian usaha agar kesempatan
kerja semakin besar, sehingga banyak tenaga kerja yang terserap., sehingga
pertumbuhan ekonomi terjadi dan tingkat kemiskinan dapat ditekan bahkan
dapat dihilangkan di Kabupaten Aceh Barat sehingga kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat terwujud.
57
b. Bagi peneliti selanjutnya
Penulis menyadari dalam penulisan karya ilmiah ini masih banyak
kekurangan-kekurangan maka diharapkan bagi peneliti selanjutnya :
1. Diharapkan bagi penulis yang ingin meneliti lebih lanjut lagi agar dapat
menggunakan variabel-variabel yang lain yang dapat mempengaruhi tingkat
Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat atau bahkan menggunakan beberapa
variabel yang dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan tersebut sehingga
hubungan dan pengaruhnya bisa lebih terlihat dan lebih besar dari yang
sebelumnya serta dapat menambah jumlah observasinya sehingga
mendapatkan hasil yang dapat menggambarkan kenyataan.
2. Diharapkan penulis selanjutnya dapat menggunakan metode lain lagi dalam
menganalisis sehingga hasilnya dapat dibandingkan dengan penelitian yang
memakai metode dalam karya ilmiah ini serta kekurangan-kekurangan yang
lainnya dapat diperbaiki.
3. Dan dapat menggunakan objek yang lebih luas lagi bukan hanya saja di
Kabupaten melainkan di Provinsi-provinsi bahkan perbandingan antara
provinsi yang satu dengan provinsi yang lainnya di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Agusprasetyo, Adit. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Indonesia. Skripsi UNDIP. Semarang
Badan Pusat Statistik. 2010. Berita Resmi Statistik Aceh Barat.
. 2010. Aceh Dalam Angka. Provinsi Aceh
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. BP UNDIP. Semarang
Hasanuddin, Rachman. 2005. Pengaruh Pengupahan Sebagai Langkah strategis stabilitasDalam Hubungan Indrustrial. Rineka Cipta. Jakarta.
Jhingan, M.L.2007. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Mankiw, Gregory. 2006. Pengantar Ekonomi Mikro, Edisi Ketiga, Penerjemah
Chriswan Sungkono. Salemba Empat. Jakarat. M. Muh. Nasir, Saichudin dan Maulizar. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kemiskinan Rumah Tangga Di Kabupaten Purworejo. Jurnal Eksekutif. Vol. 5 No. 4, Agustus 2008. Lipi. Jakarta.
Nanga, Muana. 2005. Makro Ekonomi “Teori, Masalah dan Kebijakan”. PT.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Nachrowi dan Usman. 2006. Pendekatan Populer dan Prakti Ekonometrika.
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Nurba, Diswandi. et. al. 2010. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir.
Universitas Teuku Umar. Meulaboh.
Suharyadi dan Purwanto. 2004. Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Salemba Empat. Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2004. Pengantar Ekonomi Makro. Edisi-3. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
. 2007. Teori Makro Ekonomi Modern “Perkembangan Pemikiran
dari Klasik Hingga Keynesian Baru”. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
. 2006. Makro Ekonomi “Teori Pengantar”. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
59
. 2010. Pengantar Teori Makroekonomi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan
Ketenagakerjaan. Penerbit Graha Ilmu. Jakarta.
Suryawati, Criswardani. 2005. Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional. Rineka Cipta. Jakarta.
Tarigan. 2005. Ekonomi Regional “Teori Aplikasi“. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
http:pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/PROS_2008_MAK3.pdf. di akses tanggal 10 April 2012.
http://www.id.wikipedia.org./wiki// Diakses 04 Oktober 2012.
http://www.jurnal-sdmku.blogspot.com/2010/12/teori-preferensi- likuiditas-tingkat.html//. Diakses tanggal 24 September2012.
http://gudangmakalah.blogspot.com/2012/06/skripsi-analisis-faktor- faktor-yang.html. Diakses tanggal 20 september 2012.