FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN …/Faktor... · KEBERHASILAN PENGEMBANGAN SDM...
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN …/Faktor... · KEBERHASILAN PENGEMBANGAN SDM...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
DI SPP-SPMA TANJUNGSARI, JAWA BARAT
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Penyuluhan Pembangunan
Minat Utama Manajemen Pengembangan Masyarakat
Oleh:
Detia Tri Yunandar
S620907003
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
ii
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
DI SPP-SPMA TANJUNGSARI, JAWA BARAT
Disusun oleh:
Detia Tri Yunandar
S620907003
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Dr. Zaini Rohmad, M.Pd
NIP. 131 566 687
.......................
.......................
Pembimbing II Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si
NIP. 132 046 621
.......................
.......................
Mengetahui,
Ketua Program Studi Penyuluhan Pembangunan
Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS
NIP. 130 935 732
iii
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
DI SPP-SPMA TANJUNGSARI, JAWA BARAT
Disusun oleh:
Detia Tri Yunandar
S620907003
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Dr. Ir. Hj. Suprapti Supardi, MP
NIP. 130 604 188
.......................
....................
Sekretaris Dr. Ir. Eny Lestari, M.Si
NIP. 131 570 297
.......................
....................
Anggota Penguji 1. Dr. Zaini Rohmad, M.Pd
NIP. 131 566 687
2. Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si
NIP. 132 046 621
.......................
.......................
....................
....................
Mengetahui
Ketua Program
Studi Penyuluhan
Pembangunan
Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS
NIP. 130 935 732
.......................
....................
Prof. Drs. Suranto T., M.Sc., Ph.D. Direktur Program
Pascasarjana NIP. 131 472 192 ....................... ....................
iv
PERNYATAAN
Nama : Detia Tri Yunandar
NIM : S620907003
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis ini yang berjudul Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pengembangan SDM Pertanian di
SPP-SPMA Tanjungsari, Jawa Barat, adalah benar-benar karya sendiri. Hal-hal
yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam
daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis ini.
Surakarta, 28 Mei 2009
Yang membuat pernyataan,
Detia Tri Yunandar
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bandung pada tanggal 5 Juni 1980, sebagai putera ketiga
dari Bapak Mukhromin dan Ibu Ida Rosida Tresnasari.
Pendidikan dasar dan menengah penulis ditempuh di SD Negeri
Cihampelas III Bandung, SMP Negeri 15 Bandung, dan SMU Negeri 6 Bandung,
masing-masing lulus pada tahun 1992, 1995, dan 1998. Penulis menyelesaikan
pendidikan S-1 di Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung, pada tahun 2003.
Penulis merupakan pegawai Badan Pengembangan SDM Pertanian,
Departemen Pertanian, dan ditugaskan sebagai dosen di Sekolah Tinggi
Penyuluhan Pertanian Manokwari dari tahun 2003 sampai dengan sekarang.
Sejak tahun 2007 penulis mengikuti pendidikan jenjang magister pada
Program Studi Penyuluhan Pembangunan, Minat Utama Manajemen
Pengembangan Masyarakat, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret
(UNS) Surakarta.
vi
Dan DiaDan DiaDan DiaDan Dia----lah Maha Pemberi Keputusanlah Maha Pemberi Keputusanlah Maha Pemberi Keputusanlah Maha Pemberi Keputusan lagi Maha Mengetahuilagi Maha Mengetahuilagi Maha Mengetahuilagi Maha Mengetahui
(Saba’:26)(Saba’:26)(Saba’:26)(Saba’:26)
vii
untuk Ibundauntuk Ibundauntuk Ibundauntuk Ibunda Ida Rosida Tresnasari Ida Rosida Tresnasari Ida Rosida Tresnasari Ida Rosida Tresnasari dan Ayahanda Mukhromindan Ayahanda Mukhromindan Ayahanda Mukhromindan Ayahanda Mukhromin
sebagai ungkapan cinta dan baktisebagai ungkapan cinta dan baktisebagai ungkapan cinta dan baktisebagai ungkapan cinta dan bakti----kukukuku
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirabbil’aalamiin. Puji dan syukur bagi Allah swt, karena
atas rahmat-Nya, tesis ini yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keberhasilan Pengembangan SDM Pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari, Jawa
Barat, dapat diselesaikan oleh penulis.
Tesis ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan
pada bulan Januari sampai dengan Februari 2009, di SPP-SPMA Tanjungsari,
Sumedang, Jawa Barat.
Banyak pihak yang telah mendukung penulis selama penyelesaian studi,
penelitian, dan penyusunan tesis. Berkaitan dengan itu, penulis menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Direktur Program Pascasarjana, Ketua dan Sekretaris Program Studi, yang
telah mengizinkan penulis untuk mengikuti pendidikan jenjang magister pada
Program Studi Penyuluhan Pembangunan, Minat Utama Manajemen
Pengembangan Masyarakat, Program Pascasarjana UNS.
2. Kepala Badan Pengembangan SDM Pertanian, Kepala Pusat Pengembangan
Pendidikan Pertanian, dan Ketua STPP Manokwari, yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2.
3. Prof. Dr. Ir. Edi Purwanto, M.Sc, yang telah banyak membantu penulis selama
melaksanakan pendidikan di Program Pascasarjana UNS.
4. Dr. Zaini Rohmad, M.Pd. dan Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si., masing-masing
sebagai pembimbing pertama dan pembimbing kedua, sekaligus sebagai
anggota tim penguji.
ix
5. Dr. Ir. Hj. Suprapti Supardi, MP dan Dr. Ir. Eny Lestari, M.Si, masing-masing
sebagai ketua dan sekretaris tim penguji.
6. Kepala SPP-SPMA Tanjungsari, yang telah mengizinkan penulis untuk
melaksanakan penelitian di lembaga pendidikan yang dipimpinnya.
7. Kepala Tata Usaha dan Kasie Program Pengajaran SPP-SPMA Tanjungsari,
yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.
8. Drs. Waridi Hendrosaputro, Ir. Subagyo, MM., Ir. Eko Septaningsih,
Bambang Agus Rinanto, SP., O’eng Anwarudin, S.Pt., dr. Aprilia Theresia,
dan teman-teman, yang telah banyak membantu dan bekerja sama selama
penulis mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana UNS.
9. Yan Makabori, SP, M.Si., Aswandi, S.Pt, MP., drh. Samuel Ndahawali,
Aminudin, S.TP., Benang Purwanto, SP., Nelfie Sopacua, SP., Nurliana
Harahap, SP., Yudi Rustandi, S.ST, Linda Tri Wira Astuti, SP., dan teman-
teman di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, yang telah memberikan
bantuan dan dorongan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program
Pascasarjana UNS.
10. Rudi Rusdiana, SP., yang telah banyak membantu penulis selama
melaksanakan penelitian di SPP-SPMA Tanjungsari.
11. Siswa-siswa tingkat III SPP-SPMA Tanjungsari T.A. 2008/2009, yang telah
membantu penulis dalam pengumpulan data penelitian.
12. Kakak-kakak dan adik tercinta, a Ola, a Yandhi, dan Dewi; keponakan-
keponakan, Shafa, Eriel, dan Keysha; serta wa Dadang, yang telah banyak
memberikan dukungan moril dan bantuan kepada penulis.
x
13. Seluruh pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Ibunda Ida Rosida Tresnasari dan Ayahanda Mukhromin atas perjuangan
dan doanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi pada jenjang S2.
Akhirnya, semoga tesis ini dapat bermanfaat terutama dalam
pengembangan SDM pertanian untuk pemberdayaan masyarakat dan
pembangunan pertanian.
Surakarta, Mei 2009
Penulis.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvi
ABSTRAK ............................................................................................... xviii
ABSTRACT ...............................................................................................
xix
I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B Perumusan Masalah ................................................................ 12
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 13
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 14
1. Manfaat Teoritis ............................................................ 14
2. Manfaat Praktis .............................................................. 14
II. KAJIAN TEORI .............................................................................. 15
A. Tinjauan Pustaka .................................................................... 15
1. Pengembangan Masyarakat (Community Development) .. 15
2. Pemberdayaan (Empowerment) sebagai Esensi dari
Pengembangan Masyarakat ...........................................
21
3. Pendidikan sebagai Proses Pemberdayaan .................... 23
4. Peranan Pendidikan dalam Pemberdayaan Masyarakat
Petani Melalui Pengembangan SDM Pertanian ............
30
5. Pre-Service Training, Salah Satu Bentuk Pendidikan
dalam Arti Sempit untuk Pengembangan SDM
Pertanian ........................................................................
32
6. Keberhasilan Pengembangan SDM Pertanian Melalui
Strategi Pre-Service Training ........................................
33
xii
DAFTAR ISI (Lanjutan)
Halaman
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan
Pengembangan SDM Pertanian Melalui Strategi Pre-
Service Training ............................................................
35
8. Penelitian yang Relevan ................................................ 55
B. Kerangka Berpikir .................................................................. 56
C. Hipotesis ................................................................................. 61
III. METODE PENELITIAN ................................................................ 62
A. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 62
B. Desain Penelitian .................................................................... 63
C. Populasi dan Sampel ............................................................... 64
D. Teknik Penarikan Sampel ....................................................... 64
E. Data dan Sumber Data ............................................................ 65
F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ............ 66
1. Teknik Pengumpulan Data ............................................ 66
2. Instrumen Penelitian ...................................................... 67
G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...................................... 67
H. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional ...................... 69
I. Teknik Analisis Data .............................................................. 78
1. Analisis Statistik Deskriptif ........................................... 78
2. Uji Prasyarat Analisis .................................................... 79
3. Analisis Regresi Linear Berganda ................................. 80
4. Analisis Koefisien Determinasi (R2) ............................. 83
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 85
A. Hasil dan Analisis Data Penelitian ......................................... 85
1. Gambaran Umum SPP-SPMA Tanjungsari .................. 85
2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ...... 96
3. Deskripsi Data Penelitian .............................................. 102
xiii
DAFTAR ISI (Lanjutan)
Halaman
4. Uji Prasyarat Analisis .................................................... 128
5. Uji Hipotesis dengan Teknik Analisis Regresi Linear
Berganda ........................................................................
131
6. Analisis Koefisien Determinasi (R2) ............................. 140
B. Pembahasan ............................................................................ 142
1. Pengaruh Faktor Peserta Didik, Tenaga Kependidikan,
Kurikulum, Sarana dan Prasarana, Lingkungan Keluarga,
dan Lingkungan Masyarakat terhadap Keberhasilan
Pengembangan SDM Pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari ....................................................................
142
2. Faktor yang Paling Berpengaruh terhadap Keberhasilan
Pengembangan SDM Pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari ....................................................................
183
V. PENUTUP ....................................................................................... 187
A. Kesimpulan ............................................................................. 187
B. Implikasi ................................................................................. 189
C. Saran ....................................................................................... 190
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 192
LAMPIRAN ............................................................................................. 198
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
1.
Perkembangan Rumah Tangga Petani Berdasarkan Sensus Pertanian
Tahun 2003 ......................................................................................
6
2.
Data dan Sumber Data ..................................................................... 66
3.
Kriteria dan Bobot Nilai Rata-Rata Hasil Belajar ............................ 76
4.
Kriteria dan Bobot Tingkat Kehadiran ............................................ 77
5.
Kriteria dan Bobot Status Keanggotaan dalam Organisasi .............. 77
6.
Keadaan SDM di SPP-SPMA Tanjungsari pada Tahun Ajaran
2008/2009 ........................................................................................
88
7.
Kurikulum SPP-SPMA Tanjungsari ................................................ 89
8.
Interpretasi Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian untuk Variabel
X1, X2, X3, X4, X5, dan X6 dengan Statistik Korelasi Butir-Total
Menggunakan Rumus Korelasi Product Moment ............................
97
9.
Interpretasi Hasil Uji Reliabilias Instrumen Penelitian untuk Variabel
X1, X2, X3, X4, X5, dan X6 dengan Statistik Alpha Cronbach .........
102
10.
Keadaan Pendaftar dan Peserta Didik di SPP-SPMA Tanjungsari .. 104
11.
Keadaan Peserta Didik per Program Studi pada T.A. 2008/2009 .... 104
12.
Keadaan SDM Guru di SPP-SPMA Tanjungsari pada T.A.
2008/2009 ........................................................................................
108
13.
Interpretasi Hasil Uji Normalitas Data X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan Y
dengan Statistik Anderson-Darling Test pada Taraf Signifikansi 5%
(α = 0,05) .........................................................................................
129
14.
Hasil Uji Asumsi Multicollinearity dengan Analisis Statistik VIF .. 136
15.
Daftar ANAVA Variabel X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan Y ................. 138
16.
Daftar Hasil Uji t pada Taraf Signifikansi 5% ................................. 139
17.
Hasil Analisis Koefsien Determinasi (R2) Berganda ....................... 140
18.
Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R2) Parsial .......................... 142
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Pendidikan sebagai Sistem ............................................................... 36
2. Kerangka Berpikir Penelitian ........................................................... 60
3. Kecenderungan Nilai Faktor Peserta Didik (X1) ............................. 105
4. Kecenderungan Nilai Faktor Tenaga Kependidikan (X2) ................ 109
5. Kecenderungan Nilai Faktor Kurikulum (X3) .................................. 112
6. Kecenderungan Nilai Faktor Sarana dan Prasarana (X4) ................. 116
7. Kecenderungan Nilai Faktor Lingkungan Keluarga (X5) ................ 119
8. Kecenderungan Nilai Faktor Lingkungan Masyarakat (X6) ............ 121
9.
Kecenderungan Nilai Keberhasilan Pengembangan SDM Pertanian
di SPP-SPMA Tanjungsari (Y) ........................................................
125
10.
Hasil Uji Asumsi Linearitas Model Regresi Ŷ = - 8,68 + 0,181 X1 +
0,310 X2 + 0,196 X3 + 0,129 X4 + 0,257 X5 + 0,216 X6 .........................
133
11. Hasil Uji Asumsi Normalitas Residual ............................................ 134
12. Hasil Uji Asumsi Homoskedastisitas Residual ................................ 135
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Jadwal Penelitian ............................................................................. 198
2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ......................................................... 199
3. Kuesioner pada Uji Instrumen ......................................................... 202
4. Kuesioner Penelitian ........................................................................ 207
5. Perhitungan untuk Penentuan Kriteria Nilai Variabel ..................... 214
6. Daftar Peserta dan Hasil Uji Instrumen ........................................... 215
7.
Contoh Output Program Statistik Minitab 15 untuk Uji Validitas
Instrumen Variabel X1 dengan Analisis Korelasi Product Moment
dari Pearson pada α = 0,05 ..............................................................
222
8.
Output Program Statistik SPSS 16 untuk Uji Reliabilitas Instrumen
dengan Metode Alpha Cronbach .....................................................
223
9. Daftar Nama Responden Penelitian ................................................. 225
10. Data Karateristik Sosial-Ekonomi Responden ................................ 226
11.
Sebaran Data, Kecenderungan dan Rata-Rata Nilai Faktor Peserta
Didik (X1) ........................................................................................
229
12.
Sebaran Data, Kecenderungan dan Rata-Rata Nilai Faktor Tenaga
Kependidikan (X2) ...........................................................................
232
13.
Sebaran Data, Kecenderungan dan Rata-Rata Nilai Faktor
Kurikulum (X3) ................................................................................
235
14.
Sebaran Data, Kecenderungan dan Rata-Rata Nilai Faktor Sarana
dan Prasarana (X4) ...........................................................................
238
15.
Sebaran Data, Kecenderungan dan Rata-Rata Nilai Faktor
Lingkungan Keluarga (X5) ...............................................................
241
16.
Sebaran Data, Kecenderungan dan Rata-Rata Nilai Faktor
Lingkungan Masyarakat (X6) ...........................................................
244
17.
Sebaran Data, Kecenderungan dan Rata-Rata Nilai Keberhasilan
Pengembangan SDM Pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari (Y) .....
247
18.
Hasil Uji Normalitas Data X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan Y dengan
Statistik Anderson-Darling Test pada α=0,05 dengan Menggunakan
Alat Bantu Program Minitab 15 .......................................................
252
xvii
DAFTAR LAMPIRAN (Lanjutan)
Halaman
19.
Hasil Uji Homogenitas Data X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan Y dengan
Statistik Barlett’s Test pada α=0,05 dengan Menggunakan Alat
Bantu Program Statistik Minitab 15 ................................................
256
20.
Output Program Statistik Minitab 15 untuk Analisis Regresi Linear
Berganda Y Atas X1, X2, X3, X4, X5, dan X6 ...................................
257
21.
Output Program Statistik SPSS 16 untuk Analisis Koefisien Korelasi
Parsial dan Koefisien Determinasi (R2) Parsial ...............................
258
xviii
ABSTRAK
Detia Tri Yunandar, S620907003. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keberhasilan Pengembangan SDM Pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari,
Jawa Barat. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Permasalahan rendahnya kualitas SDM pertanian masih menjadi kendala
utama dalam pembangunan pertanian di Indonesia. Oleh karena itu, perlu terus
ditingkatkan upaya pengembangan SDM pertanian.
Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh faktor peserta didik,
tenaga kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana, lingkungan keluarga, dan
lingkungan masyarakat terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian di
SPP-SPMA Tanjungsari. Penelitian telah dilaksanakan di SPP-SPMA
Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat, mulai bulan Januari
sampai dengan Februari 2009.
Jenis penelitian yaitu penelitian survai. Populasi penelitian adalah peserta
didik tingkat III SPP-SPMA Tanjungsari pada tiga program studi yang seluruhnya
berjumlah 164 peserta didik. Sampel penelitian ditentukan sebanyak 82 peserta
didik responden dengan menggunakan teknik cluster proportional random
sampling. Variabel penelitian meliputi variabel independen yang terdiri dari:
faktor peserta didik (X1), tenaga kependidikan (X2), kurikulum (X3), sarana dan
prasarana (X4), lingkungan keluarga (X5), dan lingkungan masyarakat (X6); dan
variabel dependen yaitu keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-
SPMA Tanjungsari (Y). Pada penelitian digunakan instrumen jenis Rating Scale.
Uji validitas dan reliabilitas instrumen telah dilaksanakan terhadap 26 peserta
didik non-responden. Teknik analisis data meliputi analisis statistik deskriptif
untuk mendeskripsikan data penelitian, analisis regresi linear berganda untuk
memprediksi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan
analisis koefisien determinasi untuk menentukan derajat pengaruhnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor peserta didik, tenaga
kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana, lingkungan keluarga, dan
lingkungan masyarakat, baik secara bersama-sama maupun parsial, berpengaruh
positif dan signifikan terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian di
SPP-SPMA Tanjungsari. Hasil penelitian tersebut ditunjukkan oleh nilai
Fhit = 134,02 yang lebih besar dari F0,05(6,75) = 2,21; nilai thit untuk X1 = 5,20,
X2 = 8,44, X3 = 4,48, X4 = 4,03, X5 = 7,18, dan X6 = 5,93, yang seluruhnya lebih
besar dari t0,05(75) = 1,67; serta koefisien regresi yang berkaitan dengan X1 = 0,181,
X2 = 0,310, X3 = 0,196, X4 = 0,129, X5 = 0,257, dan X6 = 0,216 yang semuanya
bernilai positif. Hasil analisis koefisien determinasi menunjukkan bahwa derajat
pengaruh faktor-faktor yang diamati secara bersama-sama adalah sebesar 91,5%,
sedangkan secara parsial berturut-turut adalah 26,5%, 48,7%, 21,2%, 17,8%,
40,7%, dan 31,9%. Faktor yang paling berpengaruh yaitu faktor tenaga
kependidikan.
xix
ABSTRACT
Detia Tri Yunandar, S620907003. 2009. The Factors Influencing the Success
of Agriculture Human Resource Development in SPP-SPMA Tanjungsari, West
Java. Thesis: Post Graduate Program of Sebelas Maret University.
Problem of low quality of agriculture human resource still become the
main constraint in agriculture development in Indonesia. Therefore, it is very
important to improve the efforts of agriculture human resource development
continuously.
The goals of the study was to description the influence of student, teacher,
curriculum, facilities and basic facilities, family environment, and society
environment factors, toward the success of agriculture human resource
development in SPP-SPMA Tanjungsari. The study was performed in SPP-SPMA
Tanjungsari, Sumedang sub-district, West Java province, from January until
February 2009.
The type of study was a survey research. Population of study was 164
students at level III in SPP-SPMA Tanjungsari. There are 3 sources of varieties on
population. Sample of study determined 82 students as responder by using cluster
proportional random sampling technique. The variables of study were include
independent variables which consist of 6 factors that covered student (X1), teacher
(X2), curriculum (X3), facilities and basic facilities (X4), family environment (X5),
and society environment (X6) factors; and dependent variable that covered the
success of agriculture human resource development in SPP-SPMA Tanjungsari
(Y). The instrument of study was Rating Scale type. Instrument validity and
reliability tests were conducted to 26 non-responder students. The analysis tools
were descriptive analysis to describe the data of study, multiple regression linear
analysis to predict the influence of the independent variables toward the
dependent variable, and determination coefficient analysis to determine degree of
the influence.
Result of study indicated that student, teacher, curriculum, facilities and
basic facilities, family environment, and society environment factors either
together and also partial have positive and significant influences toward the
success of agriculture human resource development in SPP-SPMA Tanjungsari.
The result of study shown by value of Fcount = 134,02 which more higher than
F0,05(6,75) = 2,21; value of tcount for X1 = 5,20, X2 = 8,44, X3 = 4,48, X4 = 4,03,
X5 = 7,18, and X6 = 5,93, which entirely more higher than t0,05(75) = 1,67; and also
coefficient of regression related to X1 = 0,181, X2 = 0,310, X3 = 0,196,
X4 = 0,129, X5 = 0,257, and X6 = 0,216, which all of them were positive. Analysis
of coefficient determination showed that degree of the influences as together equal
to 91,5%, while as partial successively equal to 26,5%, 48,7%, 21,2%, 17,8%,
40,7%, and 31,9%. The factor with dominant influence was teacher factor.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya
memiliki mata pencaharian di sektor pertanian. Mardikanto (1993:7-8),
mengemukakan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia masih hidup di sektor
pertanian, atau menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian.
Berdasarkan data BPS tahun 2006, diketahui bahwa sekitar 40-50 persen tenaga
kerja Indonesia memiliki mata pencaharian di sektor pertanian (Departemen
Pertanian, 2006a:1).
Pertanian memiliki arti dan peran penting bagi seluruh rakyat dan bangsa
Indonesia. Menurut Krisnamurthi (2006:6-7), arti penting pertanian dapat dilihat
secara proporsional dan kontekstual. Secara proporsional pertanian memiliki arti
penting dalam posisinya bersama dengan bidang dan sektor lain dilihat dari
perannya bagi kesejahteraan dan berbagai dimensi kehidupan masyarakat. Arti
penting secara proporsional tidak dimaksudkan untuk menjadikan bidang dan
sektor lain menjadi lebih tidak penting, tetapi justru menekankan keterkaitan,
saling ketergantungan, dan sinergi.
Arti penting pertanian juga dapat dilihat secara kontekstual sesuai
perkembangan masyarakat. Pertanian tidak dipentingkan hanya karena
pertimbangan masa lalu saja, tetapi terutama karena pemahaman atas kondisi saat
ini dan antisipasi masa depan dalam masyarakat yang mengglobal, semakin
modern, dan menghadapi persaingan yang semakin ketat. Salah satu contohnya
2
2
adalah peningkatan kesadaran adanya kebutuhan akan energi terbarukan antara
lain melalui biofuel, atau peningkatan permintaan akan makanan yang segar dan
sehat, peningkatan kebutuhan bio-medicine, kebutuhan sandang dan papan,
lingkungan pemukiman yang hijau dan segar, dan berbagai prospek lain
menunjukkan bahwa pertanian akan tetap, bahkan semakin penting di masa yang
akan datang. Pentingnya pertanian justru datang dari konteks yang sangat aktual
dan modern dan sama sekali bukan karena keadaan masa lalu.
Berkaitan dengan peran pentingnya, sektor pertanian di Indonesia
memiliki peran langsung dan tidak langsung dalam perekonomian nasional. Peran
langsung sektor pertanian adalah melalui pembentukan PDB, penyediaan sumber
devisa melalui ekspor, penyediaan pangan dan bahan baku industri, pengentasan
kemiskinan, penyediaan lapangan kerja dan perbaikan pendapatan masyarakat. Di
sisi lain, peran tidak langsung sektor pertanian adalah melalui efek pengganda
(multiplier effect) berupa keterkaitan input-output antar industri, konsumsi dan
investasi (Departemen Pertanian, 2006a:1).
Sektor pertanian juga telah berperan dalam mempertahankan dan
menstabilkan perekonomian nasional. Sebagai contoh pada saat terjadi krisis
ekonomi di penghujung tahun 90-an. Ketika ekonomi nasional mengalami
kontraksi (negatif) sebesar 13,68 persen pada saat itu, sektor pertanian tetap
tumbuh positif sebesar 0,22 persen. Krisis ekonomi tahun 1997 menunjukkan
bahwa sektor pertanian tidak hanya terbukti tangguh menghadapi gejolak
ekonomi, tetapi juga dapat berfungsi sebagai basis landasan perekonomian
nasional, antara lain melalui perannya dalam penyerapan tenaga kerja dan
3
3
penerimaan devisa. Selama terjadinya krisis ekonomi, penyerapan tenaga kerja
secara nasional mengalami penurunan sebanyak 6,4 juta orang atau sekitar 2,13
persen, tetapi sektor pertanian mampu menciptakan lapangan kerja baru sebanyak
432.350 orang. Dalam penerimaan devisa, peningkatan ekspor pertanian selama
masa krisis ekonomi (1997-1998) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata
peningkatan ekspor pertanian sebelum krisis (1982-1997). Selama periode 1982-
1997, ekspor pertanian rata-rata hanya sebesar 4,5 persen per tahun, sementara
ekspor pertanian tahun 1998 naik sebesar 26,5 persen dibandingkan ekspor
pertanian tahun 1997. Peningkatan ekspor pertanian tersebut terutama berasal dari
produk agroindustri yang berbasis sumber daya lokal, seperti minyak atsiri, asam
lemak, dan barang anyaman. Petani di beberapa wilayah Indonesia, di saat krisis
ekonomi tahun 1997 bahkan dapat menikmati harga yang tinggi dari berbagai
komoditas perkebunan seperti coklat, kopi dan kelapa sawit (Departemen
Pertanian, 2006a:2-5). Setelah krisis ekonomi pada tahun 1998-1999, hanya petani
yang mampu secara konsisten melakukan investasi dan peningkatan produksi
pertanian (Yapadi, 2006:2).
Menyadari akan arti dan peran penting pertanian tersebut, maka
pemerintah telah mencanangkan Revitalisasi Pertanian pada tanggal 11 Juni 2005
di Jatiluhur, Jawa Barat. Krisnamurthi (2006:3-5) mengatakan bahwa revitalisasi
pertanian berawal dari lahirnya sebuah kesadaran mengenai pentingnya pertanian
bagi kehidupan seluruh rakyat dan bangsa Indonesia, kesadaran bahwa Indonesia
justru akan menjadi negara besar jika mampu mendayagunakan pertaniannya.
4
4
Revitalisasi pertanian merupakan kesadaran untuk menempatkan kembali
arti penting (re-vital-isasi) pertanian secara proporsional dan kontekstual.
Revitalisasi pertanian juga diartikan sebagai usaha, proses, dan kebijakan untuk
menyegarkan kembali daya hidup pertanian, memberdayakan kemampuannya,
membangun daya saingnya, meningkatkan kinerjanya, serta menyejahterakan
pelakunya, terutama petani, peternak, nelayan, dan petani hutan; sebagai bagian
dari usaha untuk menyejahterakan seluruh rakyat (Krisnamurthi, 2006:6-7).
Revitalisasi pertanian telah ditetapkan sebagai salah satu prioritas dalam
Agenda dan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2004-2009. Revitalisasi
Pertanian diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan sebagian besar rakyat dan
meletakkan landasan yang kokoh bagi pembangunan perekonomian nasional
(Departemen Pertanian, 2006b:38).
Implementasi dari revitalisasi pertanian adalah pembangunan pertanian
secara optimal dan berkualitas. Dalam hal ini, pembangunan pertanian harus terus
dipacu produktivitasnya, baik kuantitas maupun kualitasnya, dengan selalu
menerapkan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan.
Pengoptimalan pembangunan pertanian yang berkualitas menuntut
dukungan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas pula. Namun, pada
kenyataannya hingga saat ini pembangunan pertanian di Indonesia masih
menghadapi permasalahan rendahnya kualitas SDM pertanian, khususnya petani.
Petani di Indonesia identik dengan masyarakat yang lemah dalam hal
tingkat perekonomian dan pendidikannya. Krisnamurthi (2006:10)
mengungkapkan bahwa pada tahun 2002, dari 38,4 juta orang miskin di Indonesia,
5
5
65,4 persen di antaranya berada di pedesaan, dan 53,9 persen adalah petani. Tahun
2003, dari 24,3 juta rumah tangga petani (yang berbasis lahan/land-base farmers),
20,1 juta atau sekitar 82,7 persen di antaranya dapat dikategorikan miskin.
Sensus pertanian 2003 juga memberikan gambaran serupa tentang
seriusnya masalah kemiskinan dan ketidaksejahteraan petani. Tabel 1
menunjukkan bahwa sejak tahun 1993 jumlah petani di Indonesia telah bertambah
dari sekitar 20,8 juta menjadi 25,4 juta rumah tangga tahun 2003, atau dengan laju
pertambahan sekitar 2,2 persen per tahun. Dari pertambahan tersebut, jumlah
petani gurem yaitu petani dengan luas lahan kurang dari 0,5 hektar, bertambah
dari sekitar 10,8 juta atau sekitar 52,7 persen dari total rumah tangga petani pada
tahun 1993 menjadi 13,7 juta pada tahun 2003 atau sekitar 56,5 persen.
Pertambahan petani gurem ini mencapai 2,6 persen per tahun, atau lebih besar dari
pertambahan jumlah petani. Artinya, petani yang bertambah di Indonesia adalah
petani yang (lebih) gurem, yang jelas mengindikasikan permasalahan kemiskinan
yang serius di pertanian (Krisnamurthi, 2006:10-11).
Keadaan pendidikan petani tidak jauh berbeda dengan keadaan
perekonomiannya. Tingkat pendidikan petani/peternak pada umumnya rendah,
yaitu 81,7 % tidak tamat dan tamat SD (Departemen Pertanian, 2006a:22).
Berdasarkan data BPS, pada tahun 1992, 50 persen tenaga kerja di sektor
pertanian tidak tamat SD, 39 persen tamat SD, sedangkan yang tamat SLTP hanya
8 persen. Tahun 2002, yang tidak tamat SD menjadi 35 persen, tamat SD 46
persen, dan tamat SLTP 13 persen. Data tersebut menunjukkan bahwa selama 10
6
6
tahun terakhir, kemajuan pendidikan relatif berjalan lambat (Departemen
Pertanian, 2006b:26).
Tabel 1. Perkembangan Rumah Tangga Petani Berdasarkan Sensus Pertanian
Tahun 2003
1993 2003 Pertambahan
Jumlah Rumah Tangga Petani (juta RTP) 20,8 25,4 2,2 % per tahun
Jumlah Petani ’Gurem’ (juta RTP) 10,8 13,7 2,6 % per tahun
Porsi Petani ’Gurem’ 52,7 % 56,5 % -
Porsi Petani ’Gurem’ di Jawa 69,8 % 74,9 % -
Sumber: BPS, dalam Krisnamurthi (2006:11).
Lemahnya perekonomian dan pendidikan masyarakat petani menyebabkan
rendahnya kualitas, mentalitas, dan keterampilan petani. Rendahnya kualitas
petani terkait dengan rendahnya tingkat pendidikan. Sedangkan rendahnya
mentalitas petani antara lain dicirikan oleh usaha pertanian yang berorientasi
jangka pendek, mengejar keuntungan sesaat, serta belum memiliki wawasan bisnis
luas. Selain itu, banyak petani menjadi sangat tergantung pada bantuan/pemberian
pemerintah. Keterampilan petani yang rendah juga terkait dengan rendahnya
pendidikan dan kurang dikembangkannya kearifan lokal atau indigenous
knowledge (Departemen Pertanian, 2006b:26).
Permasalahan rendahnya kualitas SDM pertanian merupakan kendala yang
serius dalam pembangunan pertanian. Menurut Fatah (2006:392-396), kualitas
SDM merupakan penentu keberhasilan pembangunan, karena manusia merupakan
penggerak atau pelaku utama dalam pembangunan. Keberhasilan pembangunan
akan sangat ditentukan oleh ketersediaan SDM dalam kualitas dan kuantitas yang
7
7
memadai. Artinya, tanpa didukung oleh SDM pertanian yang berkualitas, maka
pembangunan pertanian untuk mewujudkan tujuan revitalisasi pertanian tidak
mungkin dapat tercapai.
Berkaitan dengan arti penting pertanian dan kenyataan rendahnya kualitas
SDM pertanian khususnya petani, maka sudah seharusnya upaya pengembangan
SDM pertanian menjadi prioritas dalam pembangunan pertanian. Melalui upaya
pengembangan SDM, maka akan dihasilkan SDM pertanian berkualitas yang
mampu mendukung pembangunan pertanian dan revitalisasi pertanian.
Pengembangan SDM pertanian dapat dilaksanakan melalui strategi
pendidikan. Fatah (2006:398-399) mengemukakan bahwa esensi pendidikan
adalah untuk mengembangkan sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya
manusia yang bertumpu pada pendidikan ini, pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan kerja manusianya dan sekaligus untuk meningkatkan
taraf hidup manusianya.
Pengembangan SDM pertanian melalui pendidikan merupakan salah satu
bentuk pemberdayaan masyarakat petani. Menurut Ife (2002:60) dan Zubaedi
(2007:45), pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui tiga strategi, yaitu
perencanaan dan kebijakan, aksi sosial dan politik, pendidikan dan penumbuhan
kesadaran. Pemberdayaan melalui pendidikan dilakukan dengan proses
pendidikan dalam berbagai aspek yang cukup luas. Strategi pemberdayaan melalui
pendidikan menekankan pentingnya proses pendidikan untuk mempersiapkan
masyarakat agar mampu meningkatkan keberdayaannya. Dalam hal ini, upaya
pemberdayaan melalui pendidikan mengarah pada pengembangan SDM dalam
8
8
rangka mempersiapkan masyarakat pertanian untuk dapat meningkatkan
keberdayaannya. Kemudian Kartasasmita (1996), dalam Zubaedi (2007:103),
mengemukakan bahwa upaya pemberdayaan masyarakat harus dilakukan melalui
tiga arah. Pertama, menciptakan suasana iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang (enabling). Kedua, memperkuat potensi atau daya yang
dimiliki masyarakat (empowering). Dan ketiga, melindungi masyarakat
(protection). Pemberdayaan melalui upaya memperkuat potensi atau daya yang
dimiliki masyarakat (empowering strategy), mengandung arti bahwa langkah
pemberdayaan harus diupayakan melalui aksi-aksi nyata di antaranya yaitu
pendidikan.
Pengembangan SDM pertanian dengan strategi pendidikan dapat
dilaksanakan melalui proses pendidikan dalam arti yang sempit, salah satunya
yaitu melalui pre-service training di Sekolah Pembangunan Pertanian – Sekolah
Pertanian Menengah Atas (SPP-SPMA) Tanjungsari.
SPP-SPMA Tanjungsari merupakan lembaga pendidikan yang
melaksanakan pendidikan dan pelatihan bidang pertanian. SPP-SPMA ini dikelola
oleh Yayasan Darmaloka, yaitu yayasan milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat
yang bergerak di bidang pendidikan.
Pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari diasumsikan sebagai kegiatan pre-
service training, karena selain memiliki Program Studi Penyuluhan Pertanian
yang bertujuan menyiapkan SDM penyuluh pertanian, secara umum proses
pembelajaran di SPP-SPMA Tanjungsari lebih mengarahkan peserta didiknya
untuk menjadi penyuluh atau pemberdaya masyarakat petani yang berkualitas.
9
9
Dalam hal ini, SPP-SPMA Tanjungsari dapat dikatakan melaksanakan proses
pendidikan untuk menyiapkan SDM penyuluh atau pemberdaya masyarakat petani
yang berkualitas, yang mampu melakukan pekerjaan atau tugas seorang penyuluh
atau pemberdaya petani secara profesional. Kemudian, kurikulum yang diterapkan
di SPP-SPMA Tanjungsari tidak terdiri dari mata pelajaran – mata pelajaran
sebagaimana kurikulum sekolah pada umumnya, tetapi meliputi sejumlah
Program Diklat yang dikelompokkan menjadi Program Normatif, Adaptif, dan
Produktif. Untuk Program Produktif, bobot materi terdiri dari 30 persen teori dan
70 persen praktik. Kurikulum demikian telah mengadopsi kurikulum program
pendidikan dan pelatihan (training). Di samping itu, SPP-SPMA Tanjungsari juga
berusaha menghasilkan SDM pertanian yang tersertifikasi. Menurut SIL
International (1999:1), salah satu tujuan pre-service training adalah agar
seseorang tersertifikasi terlebih dahulu sebelum dapat memulai melaksanakan
tugas atau pekerjaan.
SPP-SPMA Tanjungsari memiliki peranan nyata dalam pengembangan
SDM pertanian. Di SPP-SPMA ini, setiap harinya selama lebih dari delapan jam,
kepada sekitar 500 peserta didik diberikan pendidikan dan pelatihan pertanian
modern. SPP-SPMA Tanjungsari telah menerapkan kurikulum lokal dalam proses
pembelajarannya, sehingga dapat menghasilkan SDM pertanian yang memiliki
kompetensi sesuai dengan kebutuhan daerah. Selain itu, peserta didik juga dilatih
agar mampu menjadi petani mandiri melalui pendidikan dan pelatihan
kewirausahaan.
10
10
Pada dasarnya, pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari
sangat relevan dengan upaya pemecahan permasalahan rendahnya kualitas SDM
pertanian khususnya petani. Pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari lebih diarahkan untuk menghasilkan SDM penyuluh atau pemberdaya
masyarakat petani yang berkualitas melalui kegiatan pre-service training.
Sehingga jelas bahwa pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari
secara nyata dapat turut mendukung upaya peningkatan kualitas masyarakat
petani, yaitu melalui penyuluhan atau pemberdayaan masyarakat petani.
Adanya kontribusi nyata dari pengembangan SDM pertanian di SPP-
SPMA Tanjungsari terhadap upaya pemecahan permasalahan rendahnya kualitas
SDM pertanian yang merupakan permasalahan pokok dalam pembangunan
pertanian saat ini, telah menunjukkan pentingnya upaya pengembangan SDM
pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari, sehingga perlu adanya tindakan-tindakan
konkrit untuk mendukung keberhasilannya.
Keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari
akan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sehubungan dengan pengembangan SDM
pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari ditempuh melalui strategi pre-service
training yang juga merupakan salah satu bentuk pendidikan, maka faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari dapat ditentukan di antaranya berdasarkan komponen-komponen
pendidikan yang berpengaruh terhadap keberhasilan proses pendidikan. Dalam hal
ini, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan SDM
pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari dapat terdiri dari faktor peserta didik, tenaga
11
11
kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana, serta lingkungan keluarga dan
masyarakat. Soedijarto (1997:87) mengemukakan bahwa mutu hasil pendidikan
pada hakekatnya adalah fungsi dari berinteraksinya: peserta didik dengan latar
belakang sosial ekonomi kultural, kemampuan dasar kognitif, dan motivasinya;
tenaga kependidikan (guru); sistem kurikulum dengan materi kurikulum yang
direncanakan, proses belajar-mengajar, sistem evaluasi, dan manajemen
kurikulumnya; waktu belajar, fasilitas dan lingkungan keluarga dan masyarakat.
Berkaitan dengan terdapatnya beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari, maka
dalam upaya mendukung keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-
SPMA Tanjungsari, perlu dilakukan penelitian untuk memahami bagaimana
sebenarnya pengaruh faktor-faktor yang dimaksud tersebut terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari. Penelitian ini penting,
karena dengan dipahaminya bagaimana pengaruh faktor peserta didik, tenaga
kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana, lingkungan keluarga, dan
lingkungan masyarakat, maka perencanaan dan pelaksanaan pengembangan SDM
pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari akan menjadi efektif dan efisien. Dan pada
akhirnya, penelitian akan memberikan manfaat dalam mendukung upaya
pemecahan permasalahan rendahnya kualitas SDM pertanian, yang artinya juga
turut mendukung keberhasilan pembangunan pertanian untuk mewujudkan tujuan
revitalisasi pertanian.
12
12
B. Perumusan Masalah
Pembangunan pertanian masih menghadapi permasalahan utama berupa
rendahnya kualitas SDM pertanian. Oleh karena itu, perlu terus ditingkatkan
upaya pengembangan SDM pertanian, baik kuantitas maupun kualitasnya.
SPP-SPMA Tanjungsari memiliki peranan nyata dalam pengembangan
SDM pertanian. Dalam rangka membantu mengatasi permasalahan kualitas SDM
pertanian yang rendah untuk mewujudkan keberhasilan pembangunan pertanian
secara umum, maka penting untuk mendukung keberhasilan pengembangan SDM
pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari.
Berdasarkan uraian latar belakang diketahui bahwa keberhasilan
pengembangan sumber daya manusia yang ditempuh dengan strategi pendidikan,
termasuk pre-service training, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana, lingkungan
keluarga, dan lingkungan masyarakat. Berkaitan dengan itu, dapat dirumuskan
permasalahan penelitian, yaitu secara umum apakah faktor-faktor tersebut
berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari. Secara rinci, dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah faktor peserta didik berpengaruh terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari?
2. Apakah faktor tenaga kependidikan berpengaruh terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari?
3. Apakah faktor kurikulum berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan
SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari?
13
13
4. Apakah faktor sarana dan prasarana berpengaruh terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari?
5. Apakah faktor lingkungan keluarga berpengaruh terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari?
6. Apakah faktor lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktor-
faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-
SPMA Tanjungsari. Secara rinci, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan pengaruh faktor peserta didik terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari.
2. Untuk mendeskripsikan pengaruh faktor tenaga kependidikan terhadap
keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari.
3. Untuk mendeskripsikan pengaruh faktor kurikulum terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari.
4. Untuk mendeskripsikan pengaruh faktor sarana dan prasarana terhadap
keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari.
5. Untuk mendeskripsikan pengaruh faktor lingkungan keluarga terhadap
keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari.
6. Untuk mendeskripsikan pengaruh faktor lingkungan masyarakat terhadap
keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari.
14
14
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian terdiri dari manfaat praktis
dan manfaat teoritis.
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis penelitian yaitu memberikan gambaran yang sebenarnya
di lapangan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pengembangan SDM pertanian yang dilaksanakan dengan strategi pendidikan,
dalam hal ini melalui kegiatan pre-service training, sehingga dapat dijadikan
bahan dalam pengembangan teori yang berkaitan dengan pemberdayaan
masyarakat petani dan pengembangan SDM pertanian.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian dapat digunakan oleh SPP-SPMA Tanjungsari dan SPP-
SPMA lainnya, Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan pemerintah provinsi atau
kota/kabupaten lainnya yang mengelola SPP-SPMA, dan juga Badan
Pengembangan SDM Pertanian Departemen Pertanian yang masih mengelola tiga
SPP-SPMA, sebagai bahan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA.
Secara umum, hasil penelitian dapat bermanfaat dalam upaya
pemberdayaan masyarakat petani melalui pengembangan SDM pertanian, dalam
rangka mendukung keberhasilan pembangunan pertanian dan revitalisasi
pertanian.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengembangan Masyarakat (Community Development)
Perserikatan Bangsa-Bangsa mendefinisikan pengembangan masyarakat
atau community development sebagai berikut:
as the process by which the efforts of the people themselves are united
with those of governmental authorities to improve the economic, social
and cultural conditions of communities, to integrade these communities
into the life of the nations, and to enable them to contribute fully to
national progress.
Definisi tersebut menekankan bahwa pembangunan masyarakat
merupakan suatu proses pengintegrasian usaha-usaha atau potensi-potensi yang
dimiliki masyarakat dengan sumber daya yang dimiliki pemerintah, untuk
memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, dan budaya, dan mengintegrasikan
masyarakat di dalam konteks kehidupan berbangsa, serta memberdayakan mereka
agar mampu memberikan kontribusi secara penuh untuk mencapai kemajuan pada
level nasional (Tiyanto dkk., 2006:90).
Community development merupakan bentuk pendekatan pembangunan
partisipatoris. Menurut Mikkelsen (2003:72), organisasi yang menganut
paradigma partisipatoris sangat sering adalah organisasi non pemerintah (NGO).
Secara filosofis, pendekatan community development memang seharusnya
diselenggarakan oleh organisasi non pemerintah. Hal ini sesuai dengan salah satu
prinsipnya yaitu meminimalisasi ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah
16
16
atau bentuk kekuasaan lainnya di luar masyarakat. Substansi filosofi dari
community development adalah terjadinya perubahan sosial oleh dan untuk
masyarakat. Tetapi, dewasa ini telah terjadi pergeseran filosofi community
development sebagai implikasi dari perubahan paradigma pembangunan. Sejak
diterapkannya pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan,
pemerintah pun mulai melaksanakan berbagai program yang berbasis community
development.
Ife (2002:200-225), mengemukakan 26 prinsip community development
yang dikelompokkan ke dalam prinsip ekologis, prinsip keadilan sosial, prinsip
menghargai lokal, prinsip proses, serta prinsip global dan lokal, sebagai berikut:
a. Prinsip-prinsip ekologis (ecological principles), terdiri dari:
- Holisme (Holism) atau menyeluruh. Prinsip ini diterapkan pada seluruh
aspek community development, yaitu pada tahap analisis dan praktik. Pada
tahap analisis penting untuk mengambil perspektif sistemik, pada tahap
praktik menekankan pentingnya ripple effect atau efek riakan air.
- Keberlanjutan (sustainability). Community development memerlukan
penggunaan sumber daya tidak dapat diperbaharui dan yang menimbulkan
efek negatif secara minimal, atau bahkan dihindarkan.
- Diversitas atau keberagaman (diversity). Masyarakat memiliki keragaman
baik di dalam masyarakat itu sendiri maupun antar masyarakat. Berkaitan
dengan itu, proses community development harus memahami dan
menghargai keberagaman tersebut.
17
17
- Pembangunan bersifat organik (organic development). Masyarakat bersifat
organik, sehingga harus dipahami bahwa community development
merupakan proses yang kompleks dan dinamis.
- Pembangunan yang seimbang (balanced development), artinya harus
meliputi seluruh aspek dalam masyarakat, meliputi dimensi sosial,
ekonomi, politik, budaya, lingkungan, dan pribadi/spiritual.
b. Prinsip keadilan sosial (social justice principles), terdiri dari:
- Memusatkan perhatian pada keadaan struktur yang merugikan (addressing
structural disadvantage). Aktivitas community development harus selalu
melawan dan mengatasi keadaan ketertindasan kelas, gender, dan
ras/etnik.
- Memusatkan perhatian pada wacana yang merugikan (addressing
discourses of disadvantage). Aktivitas community development harus
dapat mempengaruhi wacana-wacana penguasa untuk menghindari suatu
kekuasaan secara efektif mengistimewakan sebagian orang, dan
memarginalkan sebagian orang yang lainnya.
- Pemberdayaan (empowerment). Pemberdayaan harus menjadi tujuan dari
semua community development.
- Mendefinisikan kebutuhan (need definition). Community development
harus membangun kesepakatan di antara pendefinisi kebutuhan tentang
kebutuhan masyarakat. Namun yang terpenting adalah mendefinisikan
kebutuhan masyarakat itu sendiri.
18
18
- Hak asasi manusia (human rights). Community development harus
memahami dan berkomitmen akan hak dasar manusia.
c. Prinsip menghargai lokal (valuing the local principles), terdiri dari:
- Menghargai pengetahuan lokal (valuing local knowledge), artinya
pengetahuan dan keahlian lokal harus menjadi yang paling dihargai dalam
community development, dan pengetahuan serta keahlian lokal harus dapat
diidentifikasi dan diakui.
- Menghargai kebudayaan lokal (valuing local culture). Prinsip ini menuntut
adanya perhatian terhadap kebudayaan lokal, serta proses dan tradisi
kebudayaan lokal harus diakui dan didukung, menjadi bagian dari proses
community development.
- Menghargai sumber daya lokal (valuing local resources). Community
development harus memiliki tujuan untuk memperkuat ketergantungan
masyarakat pada dirinya sendiri (self reliance) selama memungkinkan.
- Menghargai keahlian lokal (valuing local skills). Seorang community
worker harus selalu menyatakan bahwa anggota masyarakat memiliki
keahlian yang penting, dan keahliannya tersebut akan mengendalikan
proses community development.
- Menghargai proses lokal (valuing local processes). Pendekatan community
development tidak dapat dipaksakan, tetapi harus terbangun dengan
sendirinya dalam komunitas, dengan cara yang sesuai dengan konteks
spesifik dan sensitif terhadap kebudayaan masyarakat lokal, tradisi dan
lingkungan.
19
19
d. Prinsip proses (process principles), terdiri dari:
- Proses, hasil, dan visi (process, outcome and vision). Proses dan hasil
adalah terintegrasi. Dalam community development penting untuk
memadukan visi dalam setiap pertimbangan proses, dan visi menyediakan
tujuan bagi proses.
- Keterpaduan proses (the integrity of process). Hasil dan tujuan dalam
community development adalah untuk membangun proses komunitas yang
berdaya. Karena itu, proses harus disesuaikan dengan harapan dari visi dan
tujuan.
- Meningkatkan kesadaran (consciousness raising). Terdapat empat aspek
dalam meningkatkan kesadaran: mengkaitkan pribadi dan politik,
membangun hubungan dialogis, berbagi pengalaman penindasan, dan
membuka kemungkinan untuk aksi.
- Partisipasi (participation). Community development harus memaksimalkan
partisipasi, dengan tujuan menjadikan setiap orang dalam komunitas ikut
serta secara aktif dalam proses dan aktivitas komunitas, dan untuk
menciptakan kembali masa depan individu dan komunitas.
- Kerjasama dan konsensus (cooperation and consensus). Community
development harus bertujuan mendirikan struktur dan proses alternatif,
yang memiliki dasar pemikiran pada kerjasama, bukan konflik. Konsensus
dalam pengambilan keputusan merupakan satu di antaranya.
- Gerak pembangunan (the pace of development). Komunitas harus
memutuskan sendiri gerak atau langkah pembangunan yang akan
20
20
dilaksanakan. Dan community development yang sukses akan bergerak
dengan langkah komunitas itu sendiri.
- Damai dan tanpa kekerasan (peace and non-violence). Penting bagi
community development untuk merubah struktur kekerasan dan melakukan
sesuatu dengan cara yang tanpa kekerasan.
- Inklusif atau keterbukaan (inclusiveness). Prinsip inklusif pada community
development menuntut perlunya proses yang selalu mengajak masyarakat.
- Membangun masyarakat (community building). Proses community
development harus selalu mengajak komunitas bersama, untuk
memperkuat ikatan di antara anggota komunitas, dan untuk menekankan
gagasan saling ketergantungan satu sama lain.
e. Prinsip lokal dan global (global and local principles), terdiri dari:
- Mengkaitkan lokal dan global (linking the global and the local). Dalam
memahami suatu komunitas, seorang worker harus mampu memahami
global sebagaimana memahami lokal, dan bagaimana keduanya
berinteraksi.
- Praktik anti penjajah (anti-colonialist practice). Community development
harus selalu menghindari praktik penjajahan, artinya bertindak benar-benar
untuk kepentingan masyarakat, tanpa ada usaha mengeksplorasi
masyarakat.
21
21
2. Pemberdayaan (Empowerment) sebagai Esensi dari Pengembangan
Masyarakat
Pemberdayaan adalah salah satu kajian penting dari community
development. Menurut Taruna (2000), yang dikaji dalam community development
meliputi: (i) perubahan sosial (social change); (ii) organisasi masyarakat
(community organization); (iii) penyuluhan masyarakat (extension education);
(iv) pengembangan perdesaan (rural development); dan (v) pemberdayaan
masyarakat (community empowering).
Konsep pemberdayaan menjadi basis utama dalam pembangunan
masyarakat (community development). Pemberdayaan atau empowerment
memiliki makna membangkitkan sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan
keterampilan masyarakat untuk meningkatkan kapasitas dalam menentukan masa
depan mereka (Suparjan dan Suyatno, 2003:37). Menurut Hikmat (2006:3),
konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu
dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja, dan keadilan.
Pemberdayaan secara singkat dapat diartikan sebagai upaya untuk
memberikan kesempatan dan kemampuan kepada masyarakat untuk mampu dan
berani bersuara, serta kemampuan dan keberanian untuk memilih alternatif
perbaikan kehidupan yang terbaik (Mardikanto, 2007:100).
Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat individu
dan sosial (Hikmat, 2006:3). Dalam Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007:178),
dikatakan para pakar teori pemberdayaan menyatakan bahwa konsep
pemberdayaan berlaku tidak hanya bagi individu sebagai kelompok, organisasi,
dan masyarakat, namun juga bagi individu itu sendiri.
22
22
Pemberdayaan masyarakat pada intinya adalah mengupayakan
pengembangan terhadap klien (individu, kelompok atau masyarakat umum) dari
kondisi yang tidak berdaya menjadi kondisi yang berdaya untuk mencapai taraf
kehidupan yang lebih baik (Tiyanto dkk., 2006:103). Pemberdayaan pada
hakekatnya mencakup dua aspek yaitu to give or authority to dan to give ability to
or enable. Dalam pengertian pertama, pemberdayaan memiliki makna memberi
kekuasaan, mengalihkan kekuasaan dan mendelegasikan otoritas ke pihak lain.
Sedangkan dalam pengertian kedua, pemberdayaan diartikan sebagai upaya untuk
memberi kemampuan atau keberdayaan (Suparjan dan Suyatno, 2003:43).
Menurut Tiyanto dkk. (2006:105-106), pemberdayaan yang komprehensif,
meliputi :
a. Pemberdayaan politik, yaitu untuk meningkatkan kesadaran kritis masyarakat,
sehingga dapat lebih tanggap terhadap persoalan ataupun kebijakan yang
sebenarnya merugikan mereka, melalui proses demokratisasi.
b. Pemberdayaan ekonomi, yaitu pengelolaan sumber daya lokal yang berbasis
masyarakat haruslah dijadikan agenda penting dalam kebijakan ekonomi.
c. Pemberdayaan sosial, perlindungan masyarakat dari dampak negatif
neoliberalisme, melalui keterlibatan negara, seperti perlindungan dan jaminan
sosial terhadap buruh. Memperkuat modal sosial seperti solidaritas sosial dan
gotong royong.
d. Pemberdayaan budaya, melalui perlindungan, pelestarian, dan penghargaan
terhadap kultur lokal, kultur asli, komunitas asli, multikulturisme dan kultur
partisipasi.
23
23
3. Pendidikan sebagai Proses Pemberdayaan
a. Pengertian Pendidikan
Berakar dari bahasa Latin ’educare’, pendidikan dapat diartikan sebagai
pembimbingan secara berkelanjutan (to lead forth). Suhartono (2008:43-50)
mengartikan pendidikan dari sudut pandang yang luas dan sempit.
Menurut sudut pandang yang luas, pendidikan adalah segala jenis
pengalaman kehidupan yang mendorong timbulnya minat belajar untuk
mengetahui dan kemudian bisa mengerjakan sesuatu hal yang telah diketahui itu.
Keadaan seperti itu berlangsung di dalam segala jenis dan bentuk lingkungan
sosial sepanjang kehidupan. Selanjutnya, setiap jenis dan bentuk lingkungan itu
mempengaruhi pertumbuhan individu dalam hal potensi-potensi fisik, spiritual,
individual, sosial, dan religius, sehingga menjadi manusia seutuhnya, manusia
yang menyatu dengan jenis dan sifat khusus lingkungan setempat.
Menurut pendekatan dari sudut sempit, pendidikan merupakan seluruh
kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan secara teratur dan terarah di
lembaga pendidikan sekolah. Pendidikan diartikan sebagai sistem persekolahan.
Dalam hal ini, pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana yang
diselenggarakan oleh institusi persekolahan (school education) untuk
membimbing dan melatih peserta didik agar tumbuh kesadaran tentang eksistensi
dan kemampuan menyelesaikan setiap persoalan kehidupan yang muncul.
Berdasarkan arti pendidikan, baik menurut sudut pandang yang luas
maupun sempit tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan
kegiatan simultan di seluruh aspek kehidupan manusia, yang berlangsung di
24
24
segala lingkungan di mana ia berada, di segala waktu, dan merupakan hak dan
kewajiban bagi siapa pun, serta terlepas dari diskriminasi apa pun.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sa’ud dan Makmun (2006:6-8) mengemukakan bahwa pendidikan
merupakan upaya yang dapat mempercepat pengembangan potensi manusia untuk
mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya. Pendidikan dapat
mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional, moral, serta keimanan dan
ketakwaan manusia. Menurut Suryono (2008:16-17), pendidikan dikatakan
sebagai proses sadar pengembangan kecakapan manusia. Dalam pengertian ini
pendidikan berfungsi untuk mengembangkan semua potensi manusia yang
dimilikinya secara individual.
Pendidikan merupakan aktivitas dan usaha manusia guna meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi pribadinya yaitu jasmani dan
rohani. Pendidikan dapat berarti juga lembaga yang bertanggung jawab
menetapkan cita-cita pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan
(Sudargono, 2003:15). Selanjutnya van den Ban dan Hawkins (1999:340)
mengatakan bahwa pendidikan biasanya merupakan suatu proses belajar di dalam
struktur lembaga sosial yang formal, yang khusus diusahakan untuk tujuan ini,
25
25
misalnya sekolah. Ada definisi yang lebih luas dan mencakup pendidikan non
formal atau proses belajar di luar struktur kelembagaan tersebut misalnya dari
program radio.
Pendidikan dapat dinyatakan sebagai suatu sistem dengan komponen yang
saling berhubungan dan mempengaruhi, minimal sebagai berikut (Sa’ud dan
Makmun, 2006:6-8):
- Individu peserta didik yang memiliki potensi dan kemauan untuk berkembang
dan dikembangkan semaksimal mungkin.
- Individu peserta didik yang mewakili unsur upaya sengaja, terencana, efektif,
efisien, produktif, dan kreatif.
- Hubungan antara pendidik dan peserta didik yang dapat dinyatakan sebagai
situasi pendidikan yang menjadi landasan tempat berpijak, tindakan yang
dapat digolongkan sebagai tindakan pendidikan.
- Struktur sosiokultural yang mewakili lingkungan (environment), di antaranya
berupa norma yang bersumber dari alam, budaya atau religi.
- Tujuan yang disepakati bersama yang mengejawantah karena hubungan antara
pendidik dan peserta didik dan tidak bertentangan dengan tuntutan normatif
sosiokultural masyarakat.
b. Ruang Lingkup Pendidikan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menjelaskan ruang lingkup pendidikan berdasarkan jalur, jenjang, dan
jenisnya. Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan
26
26
tujuan pendidikan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan
kemampuan yang dikembangkan. Jenis pendidikan adalah kelompok yang
didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.
Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal
yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan formal adalah jalur
pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur
pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur
dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan.
Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum,
kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.
Jalur pendidikan non-formal merupakan salah satu kajian penting dalam
studi pemberdayaan masyarakat. Bentuk pendidikan non-formal dapat meliputi
(Triyadi, 2006:5):
- Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)
- Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
- Pendidikan Keaksaraan
- Pendidikan Kesetaraan
- Pendidikan Keterampilan dan Pelatihan Kerja
- Pendidikan Pemberdayaan Perempuan
27
27
- Pendidikan Kepemudaan
Salah satu kajian utama pendidikan non-formal adalah pelatihan (training).
Berdasarkan bentuknya, pelatihan dapat meliputi on-job service training, in-
service training, dan pre-service training. On-job service training yaitu pelatihan
bagi orang yang sudah bekerja, berkaitan dengan pekerjaan orang yang
bersangkutan saat ini. In-service training yaitu pelatihan bagi orang yang sudah
bekerja, berkaitan dengan pengayaan pengetahuan dan keterampilan orang yang
bersangkutan untuk mendukung pekerjaannya saat ini. Sedangkan pre-service
training yaitu pelatihan bagi calon pekerja, pelatih, penyuluh, dan sejenisnya.
McKay et al. (1998:1-2) mengemukakan pengertian in-service training dan pre-
service training dalam konteks pelatihan di perusahaan, yaitu bahwa in-service
training adalah pelatihan yang diberikan kepada anggota pada saat mereka berada
dalam masa kerja. Sedangkan pre-service training adalah pelatihan yang
diberikan sebelum anggota memulai pekerjaan mereka, atau pelatihan yang
diberikan kepada anggota pada awal mereka bekerja.
c. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendidikan
Pemberdayaan berarti menyediakan sumber daya, kesempatan,
pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat, untuk meningkatkan kemampuan
mereka, dalam menentukan masa depannya sendiri dan dalam berpartisipasi serta
mempengaruhi kehidupan masyarakatnya (Ife, 2002:208).
Pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga strategi, yaitu perencanaan
dan kebijakan, aksi sosial dan politik, pendidikan dan penumbuhan kesadaran.
28
28
Pemberdayaan melalui perencanaan dan kebijakan dilaksanakan dengan
membangun atau mengubah struktur dan lembaga agar dapat memberikan akses
yang lebih baik kepada masyarakat dalam hal sumber daya, pelayanan, dan
kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat. Pemberdayaan melalui
aksi sosial dan politik dilakukan dengan perjuangan politik dan gerakan dalam
rangka membangun kekuasaan yang efektif. Sedangkan pemberdayaan melalui
pendidikan dan penumbuhan kesadaran dilakukan dengan proses pendidikan
dalam berbagai aspek yang cukup luas. Strategi pemberdayaan melalui pendidikan
dan penumbuhan kesadaran menekankan pentingnya proses pendidikan untuk
mempersiapkan masyarakat agar mampu meningkatkan keberdayaannya (Ife,
2002:60; Zubaedi, 2007:45).
Kartasasmita (1996), dalam Zubaedi (2007:103), menyatakan bahwa
upaya pemberdayaan masyarakat harus dilakukan melalui tiga arah. Pertama,
menciptakan suasana iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang
(enabling). Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat
(empowering). Dan ketiga, melindungi masyarakat (protection). Pemberdayaan
melalui upaya memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat
(empowering strategy), mengandung arti bahwa langkah pemberdayaan harus
diupayakan melalui aksi-aksi nyata, seperti pendidikan.
Berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat petani, Fatah (2006:430)
mengemukakan bahwa kerangka pemikiran upaya pemberdayaan petani secara
konseptual harus memperhatikan setidaknya 6 (enam) faktor atau komponen yang
meliputi : (i) akses sumber daya (lahan); (ii) modernisasi pertanian; (iii) sistem
29
29
usaha pertanian; (iv) pembiayaan pertanian; (v) pengembangan lembaga keuangan
pedesaan; dan (vi) investasi dan pembentukan model pertanian. Dari kerangka
pemikiran ini, salah satu faktornya, yaitu modernisasi pertanian, mencakup
komponen SDM, yang berarti bahwa proses pemberdayaan tidak dapat terlepas
dari pengembangan SDM. Selanjutnya dikatakan pula bahwa salah satu upaya
pengembangan SDM adalah melalui pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu cara yang penting dalam upaya
pengembangan SDM untuk peningkatan kualitas SDM. Dalam hal ini, upaya
pengembangan SDM menjangkau dimensi yang lebih luas dari sekedar
membentuk manusia profesional dan terampil yang sesuai dengan kebutuhan
sistem untuk dapat memberikan kontribusinya di dalam proses pembangunan,
tetapi lebih menekankan pentingnya pemampuan (empowerment) manusia,
termasuk kemampuan untuk mengaktualisasikan segala potensinya sebagai
manusia (Tjokrowinoto, 1996:29, dalam Soetomo, 2006:13). Menurut Suryono
(2008:55), pendidikan dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan penting
dalam pengembangan SDM, baik dalam arti pengembangan kualitas manusia
secara individual maupun pemberdayaan masyarakat secara makro sebagai bentuk
dimensi dan pendekatan sosialistis dari institusi pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan
merupakan proses pemberdayaan, yaitu penguatan potensi atau daya masyarakat
melalui pengembangan kualitas SDM-nya.
30
30
4. Peranan Pendidikan dalam Pemberdayaan Masyarakat Petani Melalui
Pengembangan SDM Pertanian
Tilaar (1997), dalam Suryono (2008:20), memosisikan pentingnya
pendidikan sebagai institusi yang bertanggung jawab untuk mengembangkan
manusia dan masyarakat. Menurut Fatah (2006:398-399), esensi pendidikan
adalah untuk mengembangkan sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya
manusia yang bertumpu pada pendidikan ini, pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan kerja manusianya dan sekaligus untuk meningkatkan
taraf hidup manusianya.
Pendidikan dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan penting dalam
pengembangan sumber daya manusia, baik dalam arti pengembangan kualitas
manusia secara individual maupun pemberdayaan masyarakat secara makro
sebagai bentuk dimensi dan pendekatan sosialistis dari institusi pendidikan
(Suryono, 2008:55).
Berdasarkan beberapa pengertian dan tujuan pendidikan tersebut, maka
pada dasarnya pendidikan memiliki arah dan tujuan untuk pengembangan sumber
daya manusia. Muhadjir (1988), dalam Suryono (2008:16), mendeskripsikan
pengembangan sumber daya manusia sebagai peningkatan kualitas manusia dalam
makna fisik maupun mental. Kualitas manusia ditempatkan sebagai objek
pengembangan sumber daya manusia dengan menggunakan dua indikator, yaitu
indikator instrumental dan substansial. Indikator substansial memiliki tujuh aspek
yang mencakup sosial, politik, ekonomi, budaya, agama, ilmu, dan fisik.
Sedangkan indikator instrumental disebutnya sebagai kreativitas, kebebasan,
tanggung jawab, dan kemampuan produktif. Indikator instrumental dan
31
31
substansial dapat digunakan untuk melihat keberhasilan pengembangan kualitas
manusia secara bersamaan. Secara substansial keberhasilan pengembangan
kualitas manusia ini ditunjukkan dalam bentuk pendapatan atau penghasilan,
pendidikan, kesehatan, keimanan, ketangguhan fisik, ketangguhan mental, dan
tingkat budaya atau seni.
Pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan sumber daya
manusia pertanian, termasuk sumber daya petani yang berkualitas. Pusbangdiktan
(2007:27) menyatakan bahwa pendidikan pertanian merupakan salah satu upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia pertanian. Menurut Krisnamurthi
(2006:26-27), pendidikan pertanian menjadi agenda operasional yang sangat
penting dalam meningkatkan keberdayaan pertanian. Hal ini dapat berarti bahwa
pendidikan pertanian sangat penting dalam upaya penguatan daya pertanian
karena melalui pendidikan dapat dihasilkan SDM pertanian yang berkualitas, yang
mampu meningkatkan keberdayaan masyarakat petani.
Fatah (2006:394) mengemukakan bahwa pengembangan sumber daya
manusia pertanian dicapai melalui peningkatan daya nalar dan produktivitas
kerjanya. Dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia pertanian ini fokus
utama diarahkan pada: (i) peningkatan kualitas penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi pertanian; dan (ii) kualitas penguasaan keterampilan disertai dengan
pembinaan semangat kerja, disiplin dan sikap profesional. Peningkatan kualitas
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian antara lain dilaksanakan
melalui peningkatan efektivitas pendidikan. Dalam hal ini jelas bahwa pendidikan
32
32
memiliki peranan dalam pencapaian upaya pengembangan sumber daya manusia
pertanian, termasuk petani.
5. Pre-Service Training, Salah Satu Bentuk Pendidikan dalam Arti Sempit
untuk Pengembangan SDM Pertanian
Pre-service training, sebagaimana telah dikemukakan di atas, merupakan
salah satu bentuk pelatihan dan termasuk dalam kajian pendidikan non-formal.
Triyadi (2006:8) menjelaskan bahwa pre-service training merupakan salah satu
bentuk atau jenis pendidikan berkelanjutan dan kecakapan hidup (life skills),
sebagai bagian dari proses pendidikan sepanjang hayat untuk menghasilkan SDM
berakhlak mulia, cerdas, terampil, dan mandiri.
Pre-service training diartikan sebagai pembelajaran yang diberikan
sebelum seseorang memulai melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas (SIL
International, 1999:1). McKay et al. (1998:1-2) mengemukakan pengertian pre-
service training dalam konteks pelatihan di perusahaan, yaitu pelatihan yang
diberikan sebelum anggota/karyawan memulai pekerjaan mereka, atau pelatihan
yang diberikan kepada anggota pada awal mereka bekerja.
Terdapat banyak alasan atau situasi sehingga pre-service training perlu
untuk dilaksanakan. Berikut ini beberapa situasi yang memerlukan pre-service
training (SIL International, 1999:1):
- Seseorang tidak dapat mengerjakan tugas atau pekerjaan tanpa mengikuti
pelatihan terlebih dahulu.
- Seseorang harus tersertifikasi terlebih dahulu sebelum dapat memulai
melaksanakan tugas atau pekerjaan.
33
33
- Seseorang tidak diizinkan komunitas (masyarakat, perusahaan, dan lain-lain)
untuk mengerjakan tugas atau pekerjaan yang diberikan kecuali telah
mengikuti pelatihan yang sesuai.
Pre-service training dapat dikatakan sebagai proses pendidikan atau
pembelajaran untuk menyiapkan SDM agar mampu melaksanakan suatu
pekerjaan. Berkaitan dengan pengembangan SDM pertanian, pre-service training
perlu dilaksanakan bagi calon-calon SDM pertanian, terutama yang memerlukan
keterampilan khusus seperti penyuluh pertanian atau pengendali organisme
pengganggu tanaman, sehingga pre-service training dalam hal ini dapat berperan
dalam pengembangan SDM pertanian.
6. Keberhasilan Pengembangan SDM Pertanian Melalui Strategi Pre-
Service Training
Pendidikan menempati kedudukan strategis dalam proses peningkatan
kualitas sumber daya manusia (Soedijarto, 1997:81). Hal ini dapat bermakna
bahwa tujuan dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia,
sehingga dapat disimpulkan bahwa keberhasilan pengembangan SDM pertanian
melalui strategi pendidikan, termasuk pre-service training, dapat diindikasikan
oleh kualitas dari SDM pertanian yang mengikuti pendidikan.
Muhadjir (1988) dalam Suryono (2008) mendeskripsikan pengembangan
SDM sebagai peningkatan kualitas fisik dan mental. Selanjutnya Soedijarto
(1997:83-84) mengemukakan bahwa karakteristik dari suatu hasil pendidikan
yang bermutu yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
34
34
sehat jasmani dan rohaninya, berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Rumusan karakteristik tersebut
memperjelas makna kepribadian yang mantap dan mandiri, rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan, memiliki pengetahuan dan keterampilan dengan
tekanan seperti profesional, etos kerja, disiplin dan kreatif.
Wuryanto (2007:57-58) mengemukakan bahwa kualitas SDM peserta
didik yang dihasilkan oleh pendidikan nonformal diukur dari tingkat pengetahuan,
sikap/mental, keterampilan, kemandirian, dan kedisiplinan peserta didik.
Berdasarkan beberapa karakteristik hasil proses pendidikan seperti
dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keberhasilan pengembangan
SDM pertanian melalui strategi pendidikan dalam arti sempit, yaitu pre-service
training, dapat diukur dari kualitas peserta didik yang meliputi aspek:
- Tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kemandirian peserta didik.
Indikator ini dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik, karena hasil belajar
peserta didik menunjukkan hasil pencapaian peserta didik dalam hal
pemahaman dan penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan juga
kemandirian yang diberikan selama proses pembelajaran berlangsung.
- Kedisiplinan selama mengikuti proses pendidikan. Kedisiplinan yang tinggi
menunjukkan motivasi belajar yang tinggi, sikap yang bertanggung jawab, dan
sudah tentu mengindikasikan peserta didik berhasil dalam pembelajaran budi
pekerti.
35
35
- Partisipasi dalam organisasi kesiswaan. Indikator ini juga menunjukkan
kualitas peserta didik karena berkaitan dengan potensi peserta didik dalam
berorganisasi dan bermasyarakat.
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pengembangan SDM
Pertanian Melalui Strategi Pre-Service Training
Keberhasilan pengembangan SDM pertanian melalui strategi pre-service
training akan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sehubungan dengan pre-service
training merupakan salah satu bentuk pendidikan dalam arti sempit, maka faktor-
faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan SDM pertanian yang
ditempuh dengan strategi pre-service training dapat ditentukan di antaranya
berdasarkan komponen-komponen pendidikan yang berpengaruh terhadap
keberhasilan proses pendidikan. Komponen-komponen pendidikan tersebut dapat
diidentifikasi dengan memahami konsep pendidikan sebagai sistem.
Pendidikan sebagai sistem memiliki komponen-komponen yang saling
berinteraksi, saling tergantung dalam kesatuan fungsional. Komponen-komponen
itu antara lain: pendidik, lingkungan pendidikan, alat pendidikan, tujuan
pendidikan, dan sebagainya (Hadi, 2005:35). Menurut Tirtarahardja dan La Sula
(2000:233), komponen pendidikan terdiri dari peserta didik, tenaga kependidikan,
kurikulum, sarana pembelajaran, dan masyarakat.
Direktorat Pendidikan Luar Biasa (2006) mengemukakan bahwa
pendidikan terdiri dari komponen-komponen: (a) peserta didik sebagai input;
(b) proses belajar-mengajar, meliputi kurikulum, tenaga kependidikan, sarana-
36
36
prasarana, dana, lingkungan, kegiatan belajar-mengajar; dan (c) lulusan sebagai
output.
Pendidikan sebagai sistem secara lebih lengkap dan menyeluruh dapat
dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Pendidikan sebagai Sistem
(Tirtarahardja dan La Sula, 2000:61; Hadi, 2005:35).
Komponen-komponen dalam sistem pendidikan seperti terlihat pada
Gambar 1, akan mempengaruhi keberhasilan proses pendidikan. Artinya,
komponen peserta didik, guru, administrasi, kurikulum, anggaran, sarana-
prasarana, sosial-budaya, keamanan, kependudukan, ekonomi, politik, dan
lulusan, dapat menjadi faktor penentu keberhasilan proses pendidikan. Soedijarto
(1997:87) mengemukakan bahwa mutu hasil pendidikan pada hakekatnya adalah
fungsi dari berinteraksinya: peserta didik dengan latar belakang sosial ekonomi
Proses Pendidikan
Tenaga
Guru
Administrasi
Kurikulum
Anggaran
Sarana-
Prasarana
Sosial
Budaya
Keamanan
Kependudukan
Ekonomi
Politik
Lulusan Siswa Baru
37
37
kultural, kemampuan dasar kognitif, dan motivasinya; tenaga kependidikan
(guru); sistem kurikulum dengan materi kurikulum yang direncanakan, proses
belajar-mengajar, sistem evaluasi, dan manajemen kurikulumnya; waktu belajar,
fasilitas dan lingkungan keluarga dan masyarakat.
Selanjutnya, menurut Wuryanto (2007:57-58), terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi upaya menghasilkan SDM berkualitas melalui pendidikan
nonformal, yaitu input yang berupa peserta didik dengan latar belakang
pendidikan, jumlah keluarga, pendapatan keluarga, motivasi, dan prestasi yang
berbeda; proses yang mencakup status lembaga pendidikan, proses pembelajaran,
lingkungan organisasi, dan SDM organisasi; serta output berupa kualitas SDM
peserta didik yang dihasilkan diukur dari tingkat pengetahuan, sikap/mental,
keterampilan, kemandirian, dan kedisiplinan peserta didik. Faktor-faktor yang
dikemukakan ini pada dasarnya merupakan komponen dari pendidikan yang dapat
mempengaruhi keberhasilan proses pendidikan.
Dengan demikian, berdasarkan pemahaman pendidikan sebagai sistem,
dapat diketahui bahwa terdapat komponen-komponen pendidikan yang akan
mempengaruhi keberhasilan proses pendidikan, di antaranya yaitu: peserta didik,
tenaga kependidikan (guru), kurikulum, sarana dan prasarana, lingkungan
keluarga, dan lingkungan masyarakat. Selanjutnya, komponen-komponen
pendidikan tersebut dapat menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pengembangan SDM pertanian melalui strategi pendidikan dalam arti sempit,
yaitu pre-service training.
38
38
a. Peserta didik
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Soedijarto (1997:87) mengemukakan bahwa salah satu komponen penentu
keberhasilan proses pendidikan adalah peserta didik dengan latar belakang sosial
ekonomi kultural, kemampuan dasar kognitif, dan motivasinya. Wuryanto
(2007:57-58) berdasarkan hasil penelitiannya mengemukakan bahwa faktor yang
mempengaruhi upaya menghasilkan SDM berkualitas melalui pendidikan
nonformal salah satunya yaitu input yang berupa peserta didik dengan latar
belakang pendidikan, jumlah keluarga, pendapatan keluarga, motivasi, dan
prestasi yang berbeda.
Berkaitan dengan itu, faktor peserta didik yang mempengaruhi
keberhasilan proses pendidikan, dapat diukur dari:
- Karakteristik sosial-ekonomi, dilihat dari pendapatan orang tua dan tingkat
pendidikan orang tua.
Peserta didik yang berasal dari keluarga dengan tingkat kesejahteraan dan
pendidikan yang lebih baik cenderung berperilaku lebih baik di sekolah
daripada peserta yang berasal dari keluarga yang keadaan sosial-ekonominya
lebih rendah (Good dan Brophy (1986), Ornstein (1991), dalam Crowl et al.,
1997:365). Jones dan Jones (2001:8) menyatakan bahwa faktor sosial
mempengaruhi perilaku peserta didik. Pernyataan-pernyataan tersebut jelas
39
39
menunjukkan adanya pengaruh keadaan sosial-ekonomi, termasuk tingkat
pendidikan orang tua, terhadap perilaku peserta didik. Artinya, keadaan sosial-
ekonomi akan mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam mengikuti
proses pendidikan.
Selanjutnya Jordan dan Porath (2006:185-186) mengemukakan bahwa
terdapat hubungan antara karakteristik ekonomi, budaya, agama, dan etnik
dengan komitmennya pada pendidikan. Selain itu, Jordan dan Porath
(2006:189) juga mengatakan bahwa pada umumnya terdapat suatu hubungan
antara pendapatan yang rendah atau kemiskinan dengan pendidikan.
Kemiskinan pada anak berpengaruh pada interaksi sosial, perilaku, dan hasil
akademisnya. Peserta didik dari keluarga ekonomi lemah menunjukkan
kemampuan sosial kurang baik dan menampilkan lebih banyak perilaku
bermasalah. Pendapat-pendapat Jordan dan Porath tersebut juga telah
menyatakan adanya pengaruh faktor sosial-ekonomi terhadap perilaku peserta
didik. Faktor sosial-ekonomi yang lebih baik akan menghasilkan peserta didik
yang berperilaku lebih baik pula. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
karakter sosial-ekonomi akan mempengaruhi keberhasilan proses pendidikan.
- Kemampuan dasar, dilihat dari pengalaman prestasi sebelum mengikuti
pendidikan.
Gagne et al. (1988:114) menyatakan bahwa karakteristik pembelajar yang
mempengaruhi kemampuannya dalam menerima pelajaran meliputi:
kapabilitas intelektual, kemampuan kognitif, kemampuan verbal, sikap,
kemampuan motorik. Pernyataan ini menunjukkan bahwa kemampuan dasar,
40
40
di antaranya kemampuan pengetahuan dan intelektual, akan mempengaruhi
kemampuan peserta dalam mengikuti pembelajaran, sehingga pada akhirnya
tentu akan mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam mengikuti proses
pendidikan.
- Motivasi diukur dari alasan dan minat mengikuti pendidikan.
Motivasi adalah sebuah konsep yang menjelaskan mengapa orang bertindak
seperti apa yang mereka lakukan (Weiner, 1980, dalam Wlodkowski, 1991:1).
Lahey (1995), mengatakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi internal yang
mengarahkan pikiran, perasaan, dan tindakan kita (Crowl et al., 1997:231).
Motivasi meliputi konsep-konsep seperti kebutuhan untuk berprestasi,
kebutuhan berafiliasi, insentif (reward and punishment), kebiasaan,
diskrepansi, dan kecurigaan (Good dan Brophy, 1990:360). Susan Harter
(1981) membagi motivasi belajar ke dalam dua dimensi, yaitu motivasional
dan informasional kognitif. Dimensi motivasional meliputi tantangan,
ketertarikan, dan penguasaan. Dimensi informasional kognitif difokuskan pada
apakah peserta didik tahu tentang sekolah dan dasar alasan kenapa mereka
mengambil keputusan untuk bersekolah di sekolahnya (Jordan dan Porath,
2006:255). Menurut Wlodkowski (1991:4), motivasi penting karena
merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi pembelajaran, dalam
hal ini motivasi memediasi pembelajaran dan tahapan pembelajaran sehingga
berlangsung dengan baik. Berkaitan dengan itu, motivasi peserta didik,
termasuk alasan ikut pendidikan sebagaimana dikemukakan Susan Harter di
41
41
atas, akan mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran atau pendidikan
peserta didik.
b. Tenaga Kependidikan (Guru)
Tenaga kependidikan dalam hal ini adalah guru. Guru dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
pendidikan menengah.
Guru merupakan salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan
proses pendidikan. Guru dalam hal ini dituntut untuk memiliki kemampuan
memberdayakan segala sumber daya yang ada, dalam rangka menciptakan proses
belajar yang intensif, dinamis, dan optimal dalam mendayagunakan segala
fasilitas yang ada (Soedijarto, 1997:87).
Karsidi (2007:75-77) mengemukakan bahwa kualitas proses dan hasil
pembelajaran akan dipengaruhi oleh unsur-unsur yang secara langsung berkaitan
dengan berlangsungnya proses pembelajaran tersebut, yaitu guru, siswa,
kurikulum, sarana, dan faktor lain yang sifatnya kontekstual. Di antara unsur-
unsur tersebut, guru merupakan satu-satunya unsur yang mampu mengubah unsur-
unsur lain menjadi bervariasi. Sebaliknya unsur-unsur yang lain tidak dapat
mengubah guru menjadi bervariasi. Sehubungan dengan itu, guru merupakan
unsur yang mempunyai peran amat penting bagi terwujudnya pembelajaran
menurut kualitas yang dikehendaki.
42
42
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditentukan bahwa keberhasilan
proses pendidikan atau pembelajaran akan dipengaruhi oleh faktor tenaga
kependidikan, dalam hal ini guru, diukur dari:
- Kompetensi, dilihat dari keahlian dan penguasaan guru dalam hal materi
pelajaran yang diajarkan.
Heyneman dan Losely (1983) melaporkan bahwa peserta didik yang
memberikan hasil akademis lebih baik memiliki guru yang lebih baik daripada
peserta didik yang kurang baik hasil akademisnya (Crowl et al., 1997:365).
Cole dan Chan (1994:20) mengatakan bahwa guru harus memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang materi yang diajarkan.
Menurut Crowl et al. (1997:14), guru yang efektif: (i) Memiliki komitmen
pada peserta didik dan kegiatan pembelajaran; (ii) Memahami mata pelajaran
yang diajarkan dan bagaimana mengajarkannya; (iii) Bertanggung jawab
untuk mengatur dan mengawasi pembelajaran siswa; (iv) Berfikir sistematis
berkaitan dengan praktik mengajarnya dan belajar dari pengalaman;
(v) Merupakan anggota dari komunitas atau organisasi profesional pengajar.
Hasil penelitian dan pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan bahwa guru
memiliki pengaruh terhadap keberhasilan akademis peserta didik. Dalam hal
ini, pengetahuan dan pemahaman serta penguasaan guru dalam hal materi
yang diajarkan akan mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran peserta
didik.
43
43
- Kemampuan mengajar, dilihat dari kejelasan dalam memberikan materi
pelajaran, dan ketepatan dalam pemilihan dan penggunaan metode dan teknik
mengajar.
Dembo dan Hillman (1976) meyakinkan bahwa mengajar yang baik
memerlukan penguasaan terhadap 3 aspek: (i) pengetahuan dan keterampilan
konseptual; (ii) keterampilan mengajar; (iii) kemampuan mengambil
keputusan (Good dan Brophy, 1990:8). Penguasaan keterampilan mengajar
sebagai syarat bagi praktik mengajar yang baik, dapat bermakna bahwa guru
agar dapat melakukan pengajaran secara baik dan efektif, salah satunya harus
menguasai keterampilan mengajar, termasuk kejelasan mengajar dan
ketepatan dalam pemilihan dan penggunaan metode dan teknik mengajar.
Sehubungan dengan itu, pengaruh guru terhadap keberhasilan proses
pendidikan, dapat diukur berdasarkan keterampilan atau kemampuan mengajar
guru.
- Kedisiplinan, dilihat dari kehadiran dan ketepatan waktu mengajar.
Crowl et al. (1997:14) mengemukakan bahwa guru yang efektif salah satunya
syaratnya adalah harus memiliki komitmen pada peserta didik dan kegiatan
pembelajaran. Komitmen dalam hal ini dapat mengandung makna
kesungguhan, keseriusan, motivasi, dan usaha optimal untuk melakukan yang
terbaik bagi peserta didik dan kegiatan pembelajaran. Komitmen pada peserta
didik dan kegiatan pembelajaran dapat ditunjukkan salah satunya oleh
kedisiplinan guru dalam mengajar, karena pada saat guru memiliki
kedisiplinan yang tinggi dalam hal mengajar, maka guru yang bersangkutan
44
44
secara nyata telah menunjukkan komitmennya pada peserta didik dan kegiatan
pembelajaran. Kedisiplinan guru dalam mengajar selanjutnya akan
meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar, sehingga pada akhirnya
akan mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran peserta didik.
c. Kurikulum
Kurikulum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Menurut Tyler dalam Atmowirio (2002), dalam Nuraeni dan
Suwandi (2005:3.1), kurikulum adalah seluruh pelajaran siswa yang direncanakan
dan diarahkan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan
menurut Saylor dan Alexander dalam Atmowirio (2002), dalam Nuraeni dan
Suwandi (2005:3.1), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk pengadaan
sekumpulan pelajaran dalam rangka pencapaian tujuan umum yang terkait dengan
tujuan khusus, agar dapat mengidentifikasi populasi yang disiapkan oleh sekolah.
Kurikulum dalam sistem pendidikan nasional mencakup kurikulum
nasional dan kurikulum muatan lokal. Kurikulum nasional merupakan standar
nasional yang dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan
kurikulum muatan lokal merupakan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan
dan kebutuhan lingkungan, yang disusun oleh Dinas Pendidikan Provinsi dan/atau
Kabupaten/Kota.
45
45
Tirtarahardja dan La Sula (2000:51-52) mengemukakan bahwa proses
pendidikan banyak melibatkan hal yaitu: peserta didik, pendidik, interaksi
edukatif (interaksi antara peserta didik dengan pendidik), tujuan pendidikan,
materi pendidikan, alat dan metode, lingkungan pendidikan. Dalam hal ini materi
atau isi pendidikan dirumuskan dalam kurikulum. Selanjutnya menurut Soedijarto
(1997:87), mutu hasil pendidikan pada hakekatnya dipengaruhi oleh beberapa
komponen, salah satunya adalah sistem kurikulum dengan materi kurikulum yang
direncanakan, proses belajar-mengajar, sistem evaluasi, dan manajemen
kurikulumnya.
Berkaitan dengan itu, keberhasilan proses pendidikan akan ditentukan
salah satunya oleh faktor kurikulum, yang dapat diukur dari:
- Mata pelajaran, terutama menyangkut kesesuaian mata pelajaran dengan
kompetensi yang dibutuhkan peserta didik.
Pembelajar (peserta didik) termotivasi untuk belajar, salah satunya oleh karena
adanya kebutuhan (Wlodkowski, 1991:58-62). Kebutuhan peserta didik dalam
mengikuti pendidikan atau pembelajaran di antaranya yaitu penguasaan
terhadap kompetensi tertentu. Berkaitan dengan itu, pemenuhan kebutuhan
peserta didik tersebut dalam suatu proses pendidikan, dapat diwujudkan
dengan diberikannya mata pelajaran – mata pelajaran yang relevan dengan
kompetensi yang dibutuhkan oleh peserta didik. Jika mata pelajaran yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik, maka motivasi peserta didik
untuk belajar akan meningkat, sehingga dapat mendukung keberhasilan proses
46
46
pembelajaran peserta didik. Hal ini menjelaskan bagaimana pengaruh mata
pelajaran terhadap keberhasilan proses pendidikan.
- Proses belajar-mengajar, dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
belajar-mengajar.
Upaya pengembangan motivasi pada proses pengajaran dapat berjalan efektif
jika peserta didik diberi informasi tentang tujuan pembelajaran. Ini
dimaksudkan untuk memberikan harapan-harapan pada peserta didik tentang
kemampuan apa yang akan diperoleh dari proses pembelajaran. Rothkopf dan
Kaplan (1972) menyatakan bahwa menginformasikan tujuan belajar kepada
pembelajar (peserta didik), jelas memberikan efek terhadap pencapaian
prestasi (Gagne, 1976:291). Menyampaikan tujuan pembelajaran berkaitan
dengan menginformasikan rencana pembelajaran kepada peserta didik.
Hickerson dan Middleton (1975:239) mendefinisikan rencana pembelajaran
sebagai deskripsi tertulis kegiatan pembelajaran yang akan diberikan dalam
rangka pencapaian tujuan belajar. Komponen penting dalam rencana
pembelajaran adalah tujuan-tujuan belajar yang akan dicapai oleh peserta
didik, serta kegiatan-kegiatan (termasuk materi, latihan, dan sebagainya) apa
saja yang akan diberikan untuk mencapai tujuan-tujuan belajar tersebut.
Pemberian informasi mengenai tujuan dan rencana pembelajaran kepada
peserta didik akan mempersiapkan dan meningkatkan motivasi peserta didik
untuk belajar.
Pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar akan ditentukan oleh perencanaannya.
Perencanaan yang baik, tentu akan mendukung pelaksanaan proses
47
47
pembelajaran yang baik pula. Dalam hal ini perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran akan mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, perlu dibuat rencana pembelajaran yang baik,
dan sebagaimana telah dikemukakan, penting untuk disampaikan kepada
peserta didik terutama berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Selain itu,
kegiatan pembelajaran juga perlu dilaksanakan secara efektif.
- Sistem evaluasi yang diterapkan, terutama berkaitan dengan pengaruhnya
terhadap motivasi peserta didik. Keberhasilan pendidikan akan dipengaruhi
oleh beberapa komponen, salah satunya adalah sistem evaluasi. Menurut
Soedijarto (1997:90), sistem evaluasi perlu dipandang sebagai alat ukur
kemajuan belajar dan sekaligus alat pendidikan. Sebagai alat pendidikan,
sistem evaluasi memiliki kedudukan sebagai bagian dari strategi penguatan
belajar (reinforcement strategy). Mengenai kedudukan sistem evaluasi sebagai
alat pendidikan, dipandang sebagai alat yang menentukan kualitas proses
belajar dan mutu hasil pendidikan.
d. Sarana dan Prasarana
Sarana pendidikan yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat
pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan. Sarana pendidikan berbentuk buku
dan bahan bacaan, alat bantu belajar dan mengajar, alat kerja bidang pendidikan,
dan juga teknologi pendidikan. Sedangkan prasarana pendidikan yakni segala hal
yang merupakan penunjang terselenggaranya proses transformasi dalam sistem
pendidikan. Prasarana pendidikan berbentuk benda atau barang, seperti tanah,
48
48
bangunan sekolah, jalan dan transportasi, lapangan olah raga, dan sebagainya
(Suhartono, 2008:111).
Sarana dan prasarana merupakan salah satu komponen pendidikan yang
akan mempengaruhi keberhasilan proses pendidikan. Karsidi (2007:75-77)
mengemukakan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran akan dipengaruhi
oleh unsur-unsur yang secara langsung berkaitan dengan berlangsungnya proses
pembelajaran tersebut, yaitu guru, siswa, kurikulum, sarana, dan faktor lain yang
sifatnya kontekstual.
Sarana dan prasarana akan mempengaruhi keberhasilan proses
pembelajaran, baik praktik maupun teori. Berkaitan dengan itu, faktor sarana dan
prasarana yang mempengaruhi keberhasilan proses pendidikan dapat diukur dari:
- Ketersediaan sarana dan prasarana, dapat dilihat berdasarkan keadaan kualitas
dan kuantitas sarana dan prasarana dalam mendukung proses pembelajaran
teori dan praktik.
Suhartono (2008:111-114) mengemukakan bahwa sarana dan prasarana
pendidikan berfungsi untuk membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi
proses transformasi edukatif. Proses transformasi edukatif merupakan
perubahan perilaku peserta didik dalam aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Proses ini berbentuk: (i) Pengajaran, yaitu proses perubahan
perilaku yang terutama tertuju pada pengembangan kemampuan intelektual
dan penggunaannya dalam kehidupan; (ii) Bimbingan, yaitu proses perubahan
perilaku terutama tertuju pada pengembangan kemampuan pribadi yang
mampu memecahkan sendiri persoalan belajar dan sosial yang dihadapi;
49
49
(iii) Latihan, yaitu proses perubahan perilaku yang terutama tertuju pada
pengembangan kinerja intelektual, emosional, dan psikomotorik.
Selanjutnya Crowl et al. (1997:245) menyatakan bahwa lingkungan kelas
mempengaruhi level motivasi peserta didik. Menurut Djamarah (2005:46),
lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana kelas yang pengap,
meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang kurang tersedia,
menyebabkan peserta didik malas belajar. Dick dan Reiser (1989:89)
mengatakan penggunaan media pembelajaran untuk memperoleh/menarik
perhatian peserta didik pada akhirnya dapat memotivasi peserta didik.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa keadaan
sarana dan prasarana sangat mempengaruhi motivasi dan hasil belajar peserta
didik. Keadaan sarana dan prasarana dalam hal ini meliputi kualitas dan
kuantitas sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses pembelajaran.
- Teknologi, terutama berkaitan dengan ketersediaan teknologi komputer dan
internet dalam mendukung proses pembelajaran.
Teknologi dalam pendidikan adalah penting dalam menentukan hasil sekolah.
Ihde (1979) menyatakan bahwa teknologi dalam pendidikan perlu dipahami
baik konteks maupun tujuannya. Perbedaan alat dan teknologi yang digunakan
akan memberikan perbedaan hasil transformasi pengetahuan (Seemann,
2003:30-36). Berkaitan dengan itu, dapat disimpulkan bahwa teknologi dalam
proses pendidikan akan mempengaruhi hasil atau keberhasilan proses
pendidikan.
50
50
e. Lingkungan Keluarga
Lingkungan pendidikan mencakup lingkungan fisik dan sosial, merupakan
latar tempat berlangsungnya pendidikan khususnya pada tiga lingkungan utama
pendidikan yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat (Tirtarahardja dan La Sula,
2000:56). Menurut Mudjiman (2008:47-48), faktor karakteristik lingkungan dapat
mempengaruhi motivasi belajar peserta didik. Hal ini berarti bahwa faktor
lingkungan akan mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam mengikuti
proses pendidikan, karena faktor lingkungan dapat mempengaruhi motivasi
belajar, dan motivasi belajar akan sangat mempengaruhi keberhasilan peserta
didik mengikuti pendidikan. Selanjutnya dikatakan bahwa yang dimaksud
karakteristik lingkungan adalah karakteristik keluarga, masyarakat, kelembagaan,
dan lingkungan fisik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor
lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan proses pendidikan dapat terdiri dari
karakeristik lingkungan keluarga dan karakteristik lingkungan masyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat ditentukan bahwa faktor
lingkungan keluarga dapat mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Faktor
lingkungan keluarga tersebut dapat diukur dari:
- Karakteristik lingkungan keluarga dalam mendukung proses pendidikan
peserta didik.
Jordan dan Porath (2006:185-186) menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara karakteristik budaya dan agama dengan komitmen pada pendidikan.
Karakteristik budaya dan agama pada lingkungan keluarga sangat dipengaruhi
oleh karakteristik lingkungan keluarga yang bersangkutan. Sebagai contoh,
51
51
keluarga petani subsisten akan berbeda karakteristik budaya dan agamanya
apabila dibandingkan dengan keluarga non petani di perkotaan. Sebagaimana
telah dijelaskan sebelumnya, bahwa komitmen pada pendidikan akan
berkaitan dengan keseriusan dan motivasi terhadap proses pendidikan.
Komitmen yang tinggi terhadap pendidikan, tentu akan mendukung
keberhasilan proses pendidikan. Berkaitan dengan itu, maka dapat dipahami
bahwa karakteristik lingkungan keluarga akan mempengaruhi keberhasilan
proses pendidikan.
- Partisipasi keluarga, dilihat berdasarkan partisipasi keluarga dalam membayar
biaya pendidikan, pertemuan sekolah, dan pengembangan motivasi belajar
peserta didik.
Situasi interaksi edukatif tidak bisa terlepas dari pengaruh latar belakang
kehidupan anak didik (Djamarah, 2005:53), dalam hal ini termasuk
lingkungan keluarganya. Jones dan Jones (2001:10) menyatakan bahwa
tekanan keluarga secara jelas berdampak pada kemampuan siswa untuk
berfungsi secara efektif di sekolah. Partisipasi keluarga di dalam mendukung
proses pendidikan peserta didik akan sangat mempengaruhi keberhasilan
peserta didik dalam mengikuti proses pembelajarannya. Lingkungan keluarga
yang tidak mendukung, misalkan ditunjukkan dengan partisipasi yang rendah
dalam mendukung pelaksanaan pendidikan peserta didik, tentu akan
berdampak negatif pada peserta didik. Mungkin secara psikologis peserta
didik merasa tidak diperhatikan keluarganya sehingga menjadi tidak
bersemangat untuk berprestasi baik. Tekanan-tekanan dari lingkungan
52
52
keluarga, misalkan permasalahan keluarga yang berakibat terlupakannya
kewajiban biaya pendidikan peserta didik, tentu akan mempengaruhi
keefektifan peserta didik dalam mengikuti proses pendidikan. Karena belum
membayar biaya pendidikan, peserta didik bisa jadi akan merasa malu, atau
bahkan mendapat sanksi dari sekolah, sehingga peserta didik tidak mau atau
tidak dapat mengikuti beberapa sesi dari proses pembelajaran.
f. Lingkungan Masyarakat
Seperti telah dikemukakan bahwa faktor lingkungan yang mempengaruhi
keberhasilan proses pendidikan dapat terdiri dari karakteristik lingkungan
keluarga dan karakteristik lingkungan masyarakat.
Pengaruh lingkungan masyarakat terhadap keberhasilan proses pendidikan
dapat diukur dari:
- Karakteristik lingkungan masyarakat, yaitu karakteristik lingkungan
masyarakat di mana peserta didik tinggal, dan karakteristik lingkungan
masyarakat di sekitar sekolah.
Karakteristik lingkungan, termasuk karakteristik keluarga dan masyarakat,
dapat mempengaruhi motivasi belajar peserta didik (Mudjiman, 2008:47-48).
Djamarah (2005:53) mengemukakan bahwa situasi interaksi edukatif tidak
bisa terlepas dari pengaruh latar belakang kehidupan anak didik, dalam hal ini
karakteristik pribadi dan lingkungan. Sebagai contoh, peserta didik yang
berasal dari daerah di mana masyarakatnya hampir seluruhnya
bermatapencaharian di sektor pertanian dan memiliki perekonomian baik,
cenderung akan memiliki motivasi yang lebih tinggi dalam mengikuti
53
53
pendidikan bidang pertanian, dibandingkan dengan peserta didik yang berasal
dari lingkungan masyarakat non-pertanian. Motivasi belajar yang lebih tinggi
tersebut selanjutnya tentu akan memacu semangat belajar dan pada akhirnya
dapat memberikan hasil akademis yang lebih baik. Kemudian peserta didik
yang berasal dari lingkungan yang masyarakatnya terpencil dan miskin,
mungkin akan menampilkan kemampuan interaksi sosial yang kurang baik di
sekolah karena rasa tidak percaya diri, sehingga akan mempengaruhi interaksi
edukatifnya. Contoh lain, jika masyarakat di sekitar sekolah pertanian adalah
masyarakat pertanian, maka sangat dimungkinkan masyarakat sekolah akan
mendukung proses pendidikan di sekolah yang bersangkutan, sehingga terjalin
hubungan yang harmonis antara sekolah (beserta seluruh komponennya)
dengan masyarakat sekitar sekolah, dan pada akhirnya akan membantu
peningkatan motivasi belajar karena peserta didik merasa senang belajar di
lingkungan yang harmonis. Berdasarkan uraian tersebut, jelas bahwa
karakteristik lingkungan masyarakat di mana peserta didik tinggal atau
berasal, dan masyarakat di sekitar tempat pendidikan, akan mempengaruhi
keberhasilan proses pendidikan.
- Partisipasi masyarakat, meliputi partisipasi masyarakat dalam menjaga
kenyamanan lingkungan pendidikan, dan dalam pelaksanaan pembelajaran di
lapangan.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran
dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan.
54
54
Tirtarahardja dan La Sula (2000:179) mengemukakan bahwa kaitan antara
masyarakat dan pendidikan yaitu dalam masyarakat tersedia berbagai sumber
belajar baik yang dirancang (by design) maupun yang dimanfaatkan (utility).
Menurut Senge et al. (2000:460), peserta didik memerlukan masyarakat
sebagai tempat mereka belajar dan menjadi lebih dewasa. Pernyataan-
pernyataan tersebut menunjukkan bahwa peserta didik memerlukan
masyarakat sebagai sumber belajar. Pada saat masyarakat mendukung dengan
cara berpartisipasi dalam penyediaan sumber belajar dan membantu
pelaksanaan pembelajaran di lapangan, maka proses pendidikan atau
pembelajaran yang berlangsung akan lebih berkualitas sehingga akan sangat
mendukung keberhasilan proses pembelajaran. Dalam hal ini dapat dipahami
adanya pengaruh partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan
terhadap keberhasilan proses pendidikan itu sendiri.
Selanjutnya Jordan dan Porath (2006:208) mengatakan bahwa lingkungan
sekolah yang baik meningkatkan prestasi dan rasa memiliki. Lingkungan
sekolah yang baik dapat berarti nyaman, berfasilitas memuaskan dan
terpelihara, serta berada di tengah-tengah masyarakat yang harmonis.
Lingkungan sekolah seperti ini hanya dapat terwujud apabila masyarakat
sekitar sekolah turut berpartisipasi dalam menjaga kenyamanan, keamanan,
dan keharmonisan lingkungan pendidikan di sekolah yang bersangkutan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam menjaga
kenyamanan lingkungan pendidikan akan mempengaruhi prestasi belajar
peserta didik.
55
55
8. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang berjudul: Peranan Lembaga Pendidikan Non Formal dalam
Menghasilkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas di Surakarta (Kasus di
Lembaga Pendidikan Non Formal Surakarta), telah dilaksanakan oleh Tri
Wuryanto pada bulan April sampai dengan Juni 2007. Penelitian ini relevan
dengan penelitian yang dilakukan karena berkaitan dengan pengembangan
kualitas SDM melalui strategi pendidikan.
Penelitian Tri Wuryanto pada dasarnya melihat hubungan antara input dan
proses dengan output dari lembaga pendidikan non formal. Input yang menjadi
variabel penelitian diukur dari karakteristik individu peserta didik meliputi latar
belakang pendidikan, jumlah keluarga, pendapatan keluarga, motivasi, dan
pengalaman prestasi. Proses diukur dari keragaan dan peranan lembaga
pendidikan non formal. Dan output diukur dari kualitas SDM peserta didik yang
meliputi aspek tingkat pengetahuan, sikap/mental, keterampilan, kemandirian, dan
kedisiplinan.
Penelitian Tri Wuryanto tersebut memberikan hasil di antaranya:
(i) Terdapat hubungan antara karakteristik individu peserta didik dengan kualitas
SDM peserta didik; (ii) Terdapat hubungan antara keragaan lembaga pendidikan
non formal dengan kualitas SDM peserta didik; dan (iii) Terdapat hubungan
antara peranan lembaga pendidikan non formal dengan kualitas SDM peserta
didik.
Kesamaan penelitian Tri Wuryanto dengan penelitian yang dilakukan yaitu
sama-sama melihat keterkaitan antara input dan proses pendidikan dengan hasil
56
56
pendidikan. Beberapa variabel penelitian dapat dikatakan hampir sama, yaitu
karakter peserta didik dan kualitas peserta didik.
Aspek yang membedakan antara penelitian Tri Wuryanto dengan
penelitian yang dilakukan yaitu:
- Penelitian yang dilakukan tidak untuk melihat hubungan interaktif antara input
dan proses pendidikan dengan ouputnya, tetapi lebih menekankan pada tujuan
untuk melihat pengaruh input dan proses pendidikan terhadap ouputnya.
- Variabel penelitian tidak mencakup aspek peranan dan keragaan lembaga,
tetapi meliputi komponen-komponen proses pendidikan yang ditentukan
berdasarkan teori pendidikan sebagai sistem.
B. Kerangka Berpikir
Permasalahan rendahnya kualitas SDM pertanian masih menjadi kendala
utama dalam pembangunan pertanian di Indonesia. Oleh karena itu, perlu terus
ditingkatkan upaya pengembangan SDM pertanian, baik kuantitas maupun
kualitasnya.
SPP-SPMA Tanjungsari memiliki peranan nyata dalam pengembangan
SDM pertanian. Dalam rangka membantu mengatasi permasalahan kualitas SDM
pertanian yang rendah untuk mewujudkan keberhasilan pembangunan pertanian
secara umum, maka penting untuk mendukung keberhasilan pengembangan SDM
pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari.
Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka, dapat disimpulkan bahwa
keberhasilan pengembangan SDM pertanian dengan strategi pre-service training,
57
57
akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu peserta didik, tenaga kependidikan,
kurikulum, sarana dan prasarana, lingkungan keluarga, dan lingkungan
masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari ditempuh dengan srategi pendidikan dalam arti sempit, yaitu pre-
service training, maka faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari.
Faktor peserta didik yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari dapat diukur dari:
(i) Karakteristik sosial-ekonomi, dilihat dari pendapatan orang tua dan tingkat
pendidikan orang tua; (ii) Kemampuan dasar, dilihat dari pengalaman prestasi
sebelum mengikuti pendidikan; dan (iii) Motivasi diukur dari alasan dan minat
mengikuti pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari.
Faktor tenaga kependidikan, dalam hal ini guru, diukur dari:
(i) Kompetensi, dilihat dari keahlian dan penguasaan guru dalam hal materi
pelajaran yang diajarkan; (ii) Kemampuan mengajar, dilihat dari kejelasan dalam
memberikan materi pelajaran, dan ketepatan dalam pemilihan dan penggunaan
metode dan teknik mengajar; (iii) Kedisiplinan, dilihat dari kehadiran dan
ketepatan waktu mengajar.
Faktor kurikulum dapat diukur dari: (i) Mata pelajaran, terutama
menyangkut kesesuaian mata pelajaran dengan pengetahuan dan keterampilan di
bidang pertanian (kesesuaiannya dengan kompetensi yang dibutuhkan peserta
didik); (ii) Proses belajar-mengajar, dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan
58
58
kegiatan belajar-mengajar; dan (iii) Sistem evaluasi yang diterapkan, terutama
berkaitan dengan pengaruhnya terhadap motivasi belajar peserta didik.
Faktor sarana dan prasarana yang mempengaruhi keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari dapat diukur dari:
(i) Ketersediaan sarana dan prasarana, dapat dilihat berdasarkan keadaan kualitas
dan kuantitas sarana dan prasarana dalam mendukung proses pembelajaran teori
dan praktik; dan (ii) Teknologi, terutama berkaitan dengan ketersediaan teknologi
komputer dan internet dalam mendukung proses pembelajaran.
Faktor lingkungan keluarga diukur dari: (i) Karakteristik lingkungan
keluarga dalam mendukung proses pendidikan peserta didik; dan (ii) Partisipasi
keluarga, dilihat berdasarkan partisipasi keluarga dalam membayar biaya
pendidikan, pertemuan sekolah, dan pengembangan motivasi belajar peserta didik.
Pengaruh faktor lingkungan masyarakat terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari, dapat diukur dari:
(i) Karakteristik lingkungan masyarakat, yaitu karakteristik lingkungan
masyarakat di mana peserta didik tinggal, dan karakteristik lingkungan
masyarakat di sekitar sekolah; dan (ii) Partisipasi masyarakat, meliputi partisipasi
masyarakat di sekitar sekolah dalam menjaga kenyamanan lingkungan
pendidikan, dan masyarakat di luar sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran di
lapangan.
Selanjutnya, keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari dapat diukur dari kualitas peserta didik yang meliputi aspek:
(i) Tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan kemandirian peserta didik;
59
59
(ii) Kedisiplinan selama mengikuti proses pendidikan; dan (iii) Partisipasi dalam
organisasi kesiswaan.
Faktor peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana dan
prasarana, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat tersebut
mempengaruhi keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari, baik secara bersama-sama maupun mandiri. Kerangka berpikir
penelitian dirumuskan secara skematis seperti terlihat pada Gambar 2.
60
60
Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian.
Keberhasilan
Pengembangan SDM
Pertanian di SPP-
SPMA Tanjungsari
• Pengetahuan,
keterampilan, sikap
dan kemandirian
• Kedisiplinan
• Partisipasi dalam
organisasi kesiswaan
Peserta Didik
• Karakteristik sosial-
ekonomi
• Kemampuan dasar
• Motivasi
Tenaga
Kependidikan
• Kompetensi
• Kemampuan mengajar
• Kedisiplinan
Kurikulum
• Mata pelajaran
• Proses belajar-
mengajar (perencana-
an dan pelaksanaan)
• Evaluasi
Sarana dan
Prasarana
• Ketersediaan Sarpras
• Teknologi
Lingkungan
Keluarga
• Karakteristik
lingkungan keluarga
• Partisipasi
Lingkungan
Masyarakat
• Karakteristik ling-
kungan masyarakat
• Partisipasi
F
A
K
T
O
R
-
F
A
K
T
O
R
Y
A
N
G
M
E
M
P
E
N
G
A
R
U
H
I
61
61
C. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir penelitian, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian, sebagai berikut:
1. Hipotesis mayor: Faktor peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum,
sarana dan prasarana, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat,
berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-
SPMA Tanjungsari.
2. Hipotesis minor:
- Faktor peserta didik berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan
SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari.
- Faktor tenaga kependidikan berpengaruh terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari.
- Faktor kurikulum berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan SDM
pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari.
- Faktor sarana dan prasarana berpengaruh terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari.
- Faktor lingkungan keluarga berpengaruh terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari.
- Faktor lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di SPP-SPMA Tanjungsari, Jalan Raya
Bandung-Sumedang KM 29, Sumedang, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian
didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
1. SPP-SPMA Tanjungsari merupakan salah satu dari dua SPP-SPMA yang
dikelola oleh Yayasan Darmaloka, yaitu yayasan milik Pemerintah Provinsi
Jawa Barat yang bergerak di bidang pendidikan, dan bertujuan salah satunya
untuk membantu menyediakan sarana pendidikan dalam memperluas
kesempatan belajar bagi masyarakat.
2. SPP-SPMA Tanjungsari merupakan SPP-SPMA unggulan dan sebagai
percontohan bagi sekolah-sekolah pertanian lainnya di Jawa Barat.
3. Visi SPP-SPMA Tanjungsari yaitu: “Terwujudnya sumber daya manusia
pertanian yang profesional, berkarakter, berkinerja tinggi, berjiwa wirausaha,
berdaya saing, dan berperan sebagai petani masa depan yang berwawasan
agribisnis”. Visi tersebut relevan dengan penelitian, yaitu tentang
pemberdayaan masyarakat petani melalui pengembangan SDM pertanian.
4. Pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari dapat diasumsikan sebagai pre-service
training, dengan dasar asumsi yaitu:
a. Selain memiliki Program Studi Penyuluhan Pertanian, secara umum pada
proses pembelajarannya peserta didik lebih diarahkan untuk menjadi
penyuluh pertanian.
63
63
b. Kurikulum yang diterapkan meliputi sejumlah Program Diklat yang
dikelompokkan menjadi Program Normatif, Adaptif, dan Produktif. Untuk
Program Produktif, bobot materi terdiri dari 30% teori dan 70% praktik.
c. Setiap peserta didik harus mengikuti uji kompetensi. Bila lulus, kepada
peserta didik yang bersangkutan diberikan Sertifikat Kompetensi sebagai
bekal pada saat mereka akan bekerja. Dalam hal ini SPP-SPMA
Tanjungsari telah berusaha menghasilkan SDM pertanian yang
tersertifikasi. Menurut SIL International (1999:1), salah satu tujuan pre-
service training adalah agar seseorang tersertifikasi terlebih dahulu
sebelum dapat memulai melaksanakan tugas atau pekerjaan.
Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Februari 2009.
Jadwal penelitian yang telah dilaksanakan dapat dilihat pada Lampiran 1.
B. Desain Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian survai, yaitu penelitian yang dilakukan
untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), dan
peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan
mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur, dan sebagainya (Sugiyono,
2008:12).
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, karena penelitian
dilakukan pada sampel tertentu, teknik pengambilan sampel dilakukan secara
acak, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, dan analisis data
bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
64
64
C. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah peserta didik di SPP-SPMA Tanjungsari yang
telah berada di tingkat III pada tahun ajaran 2008-2009. Dasar penentuan populasi
penelitian demikian yaitu peserta didik di tingkat III telah mengikuti proses
pembelajaran selama dua tahun, sehingga diasumsikan telah memahami
keseluruhan proses pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari. Populasi penelitian
terdiri dari peserta didik pada Program Studi Tanaman Pangan dan Hortikultura
(TPH), Budidaya Perikanan (BP), dan Penyuluhan Pertanian (PP). Dengan
demikian, terdapat tiga keragaman karakteristik dalam populasi penelitian.
Populasi penelitian meliputi 81 peserta didik pada Program Studi TPH, 40 peserta
didik pada Program Studi BP, dan 43 peserta didik pada Program Studi PP,
sehingga seluruhnya berjumlah 164 peserta didik.
Sampel penelitian ditentukan sebanyak 50% dari populasi penelitian, yaitu
82 peserta didik responden. Dasar penentuan jumlah sampel penelitian tersebut
yaitu jumlah sampel sebanyak 82 peserta didik dipandang telah mewakili
keseluruhan sumber keragaman dalam populasi penelitian. Sampel penelitian
meliputi sampel dari kelompok peserta didik pada Program Studi TPH sebanyak
40 peserta didik responden, BP sebanyak 20 peserta didik responden, dan PP
sebanyak 22 peserta didik responden.
D. Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan pada penelitian adalah teknik
cluster proportional random sampling. Dengan teknik penarikan sampel
65
65
demikian, pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara proporsional dari
masing-masing kelompok keragaman (cluster) dalam populasi, yaitu program
studi. Kemudian, pengambilan sampel dari masing-masing kelompok keragaman
program studi tersebut dilakukan secara acak (random), dengan pertimbangan
bahwa setiap peserta didik pada masing-masing kelompok keragaman program
studi mendapat perlakuan yang sama, yaitu pendidikan dan pelatihan berdasarkan
kurikulum masing-masing program studi.
E. Data dan Sumber Data
Data penelitian meliputi data pokok dan data penunjang. Data pokok
merupakan data yang mengacu pada kerangka berpikir penelitian (Gambar 2) dan
definisi variabel (terdapat pada Subbab H), terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data penelitian yang termasuk data pokok yaitu data variabel
independen (faktor-faktor yang mempengaruhi) dan variabel dependen. Data
penunjang berupa data primer dan sekunder, merupakan data pendukung meliputi
keadaan umum SPP-SPMA Tanjungsari.
Sumber data meliputi peserta didik responden, manajemen SPP-SPMA
Tanjungsari, serta dokumen yang relevan dengan permasalahan penelitian.
Rincian data dan sumber data tercantum pada Tabel 2.
66
66
Tabel 2. Data dan Sumber Data
Sifat Data Data yang Diperlukan
Pr Sk Kn Kl Sumber Data
Data Pokok :
1. Peserta Didik 1)
√ √
Responden
2. Tenaga Kependidikan 2)
√ √
Responden
3. Kurikulum 2)
√ √
Responden
4. Sarana dan Prasarana 2)
√ √
Responden
5. Lingkungan Keluarga 2)
√ √
Responden
6. Lingkungan Masyarakat 2)
√ √
Responeden
7. Kualitas Peserta Didik
√ √ √ √ Dokumen/Arsip
Data Penunjang :
Keadaan umum SPP-SPMA
√ √
√
√
• Manajemen SPP-
SPMA
• Dokumen
Keterangan:
Pr = Data primer.
Sk = Data sekunder.
Kn = Data kuantitatif.
Kl = Data kualitatif. 1)
= Data berupa penilaian faktor peserta didik berdasarkan self report dari peserta
didik responden. 2)
= Data berupa penilaian peserta didik responden terhadap faktor tenaga
kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana, lingkungan keluarga, dan
lingkungan masyarakat, berdasarkan persepsinya masing-masing.
F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.
Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan beberapa cara, yaitu :
- Pengumpulan data menggunakan kuesioner, yaitu untuk data pokok.
- Pengumpulan data dengan wawancara, yaitu untuk data penunjang.
- Pengumpulan data dengan observasi, yaitu untuk data penunjang.
67
67
- Pengumpulan data dengan mencatat dan merekam dokumen atau arsip, yaitu
untuk data pokok dan penunjang.
2. Instrumen Penelitian
Pada penelitian digunakan instrumen jenis Rating Scale. Menurut
Sugiyono (2008:141), instrumen Rating Scale akan menghasilkan data mentah
berupa data kuantitatif. Instrumen jenis ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk
pengukuran sikap saja, tetapi juga untuk mengukur persepsi responden terhadap
fenomena lainnya, seperti untuk mengukur status sosial-ekonomi, kelembagaan,
pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan, dan lain-lain.
Kisi-kisi instrumen penelitian dan kuesioner penelitian dapat dilihat pada
Lampiran 2, 3 dan 4.
G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilaksanakan untuk mengetahui
apakah instrumen penelitian yang digunakan memenuhi persyaratan valid dan
reliabel atau tidak. Instrumen yang valid berarti instrumen dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliabel berarti instrumen
bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2008:173).
Uji validitas instrumen penelitian dilakukan melalui pengujian validitas
konstruk (construct validity) dan validitas isi (content validity). Pada pengujian
validitas dengan construct validity, instrumen disusun dengan cara menjabarkan
konsep teori, variabel penelitian beserta indikator-indikator dan deskriptornya,
68
68
serta butir-butir pernyataan. Dalam hal ini, variabel penelitian beserta indikator-
indikator dan deskriptornya dijabarkan berdasarkan konsep teori yang sesuai, dan
butir-butir pernyataan dijabarkan dari indikator-indikator yang telah ditentukan.
Selanjutnya, pada pengujian validitas dengan content validity, instrumen yang
telah disusun dikonsultasikan dengan ahli untuk dinilai kesesuaian antara variabel,
indikator dan deskriptor dengan konsep teorinya, dan juga kesesuaian antara butir-
butir pernyataan dalam instrumen dengan indikator dari setiap variabel penelitian.
Pada penelitian ini, ahli adalah kedua dosen pembimbing peneliti. Untuk
mempermudah pengujian construct validity dan content validity instrumen, maka
dibuat kisi-kisi instrumen seperti terlihat pada Lampiran 2.
Instrumen penelitian terdiri dari butir-butir pernyataan. Untuk menguji
validitas butir-butir instrumen lebih lanjut, maka setelah diuji dengan construct
validity dan content validity, instrumen selanjutnya diujicobakan dan hasilnya
dianalisis dengan metode analisis korelasi butir dengan total (Purwanto,
2007:125-131). Perhitungan korelasi butir dengan total tersebut dilakukan dengan
menggunakan alat bantu program statistik Minitab 15.
Uji reliabilitas instrumen penelitian dilakukan secara internal (internal
consistency) dengan menggunakan metode Alpha Cronbach, dengan rumus
sebagai berikut (Purwanto, 2007:181-183):
Keterangan:
n = jumlah butir
−
−=
∑∑
2
2
11 11
t
i
s
s
n
nr
69
69
si2 = variansi butir
st2 = variansi total
Perhitungan statistik Alpha Cronbach untuk uji reliabilitas instrumen
penelitian dilakukan dengan menggunakan alat bantu program Minitab15.
H. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional
Berdasarkan kerangka berpikir penelitian (Gambar 2) dapat diidentifikasi
variabel penelitian, yaitu meliputi variabel independen dan variabel dependen.
Variabel independen terdiri dari faktor peserta didik (X1), tenaga kependidikan
(X2), kurikulum (X3), sarana dan prasarana (X4), lingkungan keluarga (X5), dan
lingkungan masyarakat (X6). Sedangkan variabel dependennya adalah
keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari (Y).
Beberapa konsep dan variabel penelitian perlu untuk didefinisikan secara
jelas, sebagai berikut:
1. Pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari merupakan proses
pendidikan yang dilaksanakan di SPP-SPMA Tanjungsari, yang bertujuan
untuk menghasilkan SDM pertanian yang profesional, berkarakter, berkinerja
tinggi, berjiwa wirausaha, berdaya saing, dan berperan sebagai petani masa
depan yang berwawasan agribisnis. Pada penelitian ini, proses pendidikan di
SPP-SPMA Tanjungsari diasumsikan sebagai pre-service training, dengan
dasar asumsi yaitu:
70
70
- Selain memiliki Program Studi Penyuluhan Pertanian, secara umum pada
proses pembelajarannya peserta didik lebih diarahkan untuk menjadi calon
penyuluh pertanian.
- Kurikulum yang diterapkan meliputi sejumlah Program Diklat yang
dikelompokkan menjadi Program Normatif, Adaptif, dan Produktif. Untuk
Program Produktif, bobot materi terdiri dari 30% teori dan 70% praktik.
- Setiap peserta didik harus mengikuti uji kompetensi. Bila lulus, kepada
peserta didik yang bersangkutan diberikan Sertifikat Kompetensi sebagai
bekal pada saat mereka akan bekerja. Dalam hal ini SPP-SPMA
Tanjungsari telah berusaha menghasilkan SDM pertanian yang
tersertifikasi. Menurut SIL International (1999:1), salah satu tujuan pre-
service training adalah agar seseorang tersertifikasi terlebih dahulu
sebelum dapat memulai melaksanakan tugas atau pekerjaan.
Dengan demikian, pada penelitian ini yang dimaksud dengan pengembangan
SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari adalah pre-service training di SPP-
SPMA Tanjungsari, yang bertujuan untuk menghasilkan calon penyuluh atau
pemberdaya masyarakat petani yang berkualitas. Berkaitan dengan itu pula,
secara umum proses pendidikan atau pembelajaran pada penelitian ini lebih
ditekankan sebagai proses pendidikan atau pembelajaran dalam arti yang
sempit, yaitu sebagai proses pre-service training.
2. SDM pertanian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peserta didik di
SPP-SPMA Tanjungsari, dengan asumsi bahwa peserta didik di SPP-SPMA
71
71
Tanjungsari merupakan calon penyuluh pertanian atau pemberdaya
masyarakat petani yang mengikuti pre-service training di SPP-SPMA
Tanjungsari.
3. Variabel penelitian yang merupakan variabel independen, terdiri dari:
- Faktor peserta didik (X1). Peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Yang dimaksud peserta didik dalam penelitian ini adalah peserta didik di
tingkat III SPP-SPMA Tanjungsari pada saat penelitian berlangsung.
Faktor peserta didik diukur dari:
• Penilaian peserta didik responden terhadap karakteristik sosial-
ekonomi peserta didik yang bersangkutan, meliputi pendapatan orang
tua dan tingkat pendidikan orang tua, dalam mendukung keberhasilan
proses pendidikannya di SPP-SPMA Tanjungsari.
• Penilaian peserta didik responden terhadap kemampuan dasar yang
dimilikinya dalam mendukung keberhasilan pendidikannya di SPP-
SPMA Tanjungsari. Kemampuan dasar yang dimaksud dilihat dari
pengalaman prestasi peserta didik sebelum ikut pendidikan di SPP-
SPMA Tanjungsari.
• Penilaian peserta didik responden terhadap motivasi dirinya dalam
mendukung keberhasilan pendidikannya di SPP-SPMA Tanjungsari.
Motivasi diri dalam hal ini dilihat dari alasan dan minat peserta didik
ikut pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari.
72
72
- Faktor tenaga kependidikan (X2), dalam hal ini yaitu guru. Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, pendidikan menengah.
Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan tenaga kependidikan atau guru
adalah pengajar yang diasumsikan sebagai pelatih dalam pre-service
training di SPP-SPMA Tanjungsari. Faktor tenaga kependidikan diukur
dengan:
• Penilaian peserta didik responden terhadap kompetensi guru, yaitu
keahlian dan penguasaan materi yang diajarkan.
• Penilaian peserta didik responden terhadap kemampuan mengajar
guru, yaitu kejelasan dalam mengajar/memberikan materi pelajaran
dan ketepatan dalam pemilihan dan penggunaan metode dan teknik
mengajar.
• Penilaian peserta didik responden terhadap kedisiplinan guru, yaitu
kehadiran mengajar dan ketepatan waktu mengajar.
- Faktor kurikulum (X3). Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pada penelitian ini yang
dimaksud dengan kurikulum yaitu mata pelajaran, perencanaan dan
73
73
pelaksanaan proses belajar-mengajar, serta evaluasi yang diterapkan di
SPP-SPMA Tanjungsari, diukur dari:
• Penilaian peserta didik responden terhadap mata pelajaran, yaitu
kesesuaian mata pelajaran dengan pengetahuan dan keterampilan di
bidang pertanian.
• Penilaian peserta didik responden terhadap proses belajar-mengajar
yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar
yang dilaksanakan di SPP-SPMA Tanjungsari..
• Penilaian peserta didik responden terhadap evaluasi belajar, yaitu
bagaimana pengaruh proses evaluasi terhadap motivasi belajar peserta
didik yang bersangkutan.
- Faktor sarana dan prasarana (X4). Sarana pendidikan yaitu segala sesuatu
yang dapat digunakan sebagai alat pendidikan dalam mencapai tujuan
pendidikan. Prasarana pendidikan yakni segala hal yang merupakan
penunjang terselenggaranya proses transformasi dalam sistem pendidikan.
Yang dimaksud faktor sarana dan prasarana dalam penelitian ini yaitu
keadaan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana yang digunakan dalam
proses pembelajaran teori dan praktik di SPP-SPMA Tanjungsari, diukur
dari:
• Penilaian peserta didik responden terhadap ketersediaan sarana dan
prasarana, yaitu keadaan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana
dalam mendukung proses pembelajaran teori dan praktik.
74
74
• Penilaian peserta didik responden terhadap teknologi yang digunakan
dalam proses pembelajaran, yaitu ketersediaan teknologi komputer dan
internet dalam mendukung proses pembelajaran.
- Faktor lingkungan keluarga (X5). Lingkungan keluarga yaitu karakteristik
lingkungan keluarga peserta didik. Pada penelitian ini yang dimaksud
faktor lingkungan keluarga yaitu karakteristik lingkungan keluarga dan
partisipasi keluarga peserta didik dalam mendukung proses pendidikan
peserta didik yang bersangkutan di SPP-SPMA Tanjungsari, diukur dari:
• Penilaian peserta didik responden terhadap karakteristik lingkungan
keluarga dalam mendukung pendidikan peserta didik yang
bersangkutan di SPP-SPMA Tanjungsari.
• Penilaian peserta didik responden terhadap partisipasi keluarganya,
yaitu dalam hal membayar biaya pendidikan, mengikuti pertemuan
sekolah, dan dalam pengembangan motivasi belajar peserta didik yang
bersangkutan.
- Faktor lingkungan masyarakat (X6). Lingkungan masyarakat yaitu
karakteristik lingkungan masyarakat tempat di mana peserta didik tinggal,
dan masyarakat di sekitar tempat pendidikan. Pada penelitian ini yang
dimaksud faktor lingkungan masyarakat yaitu karakteristik lingkungan
masyarakat dan partisipasi masyarakat dalam mendukung proses
pendidikan peserta didik di SPP-SPMA Tanjungsari, diukur dengan:
75
75
• Penilaian peserta didik responden terhadap karakteristik lingkungan
masyarakat, yaitu masyarakat di mana peserta didik tinggal dan
masyarakat di sekitar sekolah, dalam mendukung proses pendidikan
peserta didik yang bersangkutan.
• Penilaian peserta didik responden terhadap partisipasi masyarakat
dalam menciptakan kenyamanan lingkungan pendidikan, dan dalam
pelaksanaan pembelajaran di lapangan.
4. Variabel dependen, yaitu keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-
SPMA Tanjungsari (Y). Pada penelitian ini keberhasilan pengembangan SDM
pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari didekati dengan mengukur penampilan
atau performance kualitas peserta didik yang telah mengikuti pendidikan di
SPP-SPMA Tanjungsari, dalam hal ini peserta didik yang telah berada di
tingkat III pada saat penelitian berlangsung, meliputi:
- Tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan kemandirian peserta didik
responden di bidang pertanian, dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar (nilai
rapor).
- Kedisplinan peserta didik responden, dilihat dari tingkat kehadiran.
- Partisipasi peserta didik responden dalam organisasi kesiswaan, dilihat
dari keikutsertaan peserta didik dalam organisasi kesiswaan.
5. Variabel X1, X2, X3, X4, X5, dan X6 beserta indikator-indikatornya tersebut
diukur dengan menggunakan instrumen jenis Rating Scale (Lampiran 4),
dengan interval nilai jawaban adalah: 2, 3, 4, dan 5. Semakin tinggi nilai yang
76
76
diberikan responden berarti semakin tinggi pula penilaian responden terhadap
variabel independen. Pengukuran dengan instrumen jenis rating scale ini akan
menghasilkan data berskala interval (Sugiyono, 2008:133-144; Riduwan,
2008:11-22; Purwanto 2007:62).
6. Variabel Y diukur dari nilai hasil belajar dan tingkat kehadiran (berdasarkan
rapor) serta data pengalaman organisasi peserta didik, sebagai berikut:
- Tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kemandirian di bidang
pertanian, diukur dari nilai rata-rata hasil belajar (nilai rapor) peserta didik
responden pada semester III, IV, dan V. Nilai rata-rata hasil belajar peserta
didik diberi bobot berdasarkan 4 kriteria nilai, seperti tercantum pada
Tabel 3.
Tabel 3. Kriteria dan Bobot Nilai Rata-Rata Hasil Belajar
Kriteria Nilai Bobot
Sangat Rendah 2
Rendah 3
Baik 4
Sangat Baik 5
Penentuan kriteria nilai dilakukan dengan membuat 4 kelas nilai rata-rata,
yang interval kelasnya ditentukan dengan rumus:
4
terkecilbelajarhasilnilaiterbesarbelajarhasilnilaiKelasInterval
−=
77
77
- Kedisiplinan, diukur dari tingkat kehadiran peserta didik responden pada
semester III, IV, dan V. Tingkat kehadiran peserta didik diberi bobot
berdasarkan 4 kriteria tingkat kehadiran (Tabel 4).
Tabel 4. Kriteria dan Bobot Tingkat Kehadiran
Kriteria Tingkat Kehadiran Bobot
Sangat Rendah 2
Rendah 3
Tinggi 4
Sangat Tinggi 5
Penentuan kriteria tingkat kehadiran dilakukan dengan membuat 4 kelas
tingkat kehadiran, yang interval kelasnya ditentukan dengan rumus:
- Partisipasi dalam organisasi kesiswaan, diukur dari keikutsertaan peserta
didik responden dalam organisasi kesiswaan pada semester III, IV, dan V.
Keikutsertaan peserta didik dalam organisasi kesiswaan diberi bobot
berdasarkan 4 kriteria status keanggotaan dalam organisasi, sebagaimana
dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Kriteria dan Bobot Status Keanggotaan dalam Organisasi
Status Keanggotaan Bobot
Anggota Pasif 2
Anggota Aktif 3
Pengurus Inti 4
Ketua 5
4
terendahkehadirantingkattertinggikehadirantingkatKelasInterval
−=
78
78
Selanjutnya bobot nilai hasil pengukuran masing-masing indikator dari
variabel Y tersebut diakumulasikan, sehingga akan diperoleh data variabel Y
berupa nilai keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari yang berskala interval.
I. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis statistik deskriptif, analisis regresi linear berganda dan analisis koefisien
determinasi
Analisis regresi berganda dan analisis koefisien determinasi yang
merupakan teknik analisis statistik parametris, memerlukan beberapa asumsi yang
harus dipenuhi, yaitu data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal dan
memiliki variansi homogen (Sugiyono, 2008:210-211). Berkaitan dengan itu,
analisis regresi berganda dan analisis koefisien determinasi akan didahului dengan
melakukan uji prasyarat analisis.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan faktor
peserta didik (X1), tenaga kependidikan (X2), kurikulum (X3), sarana dan
prasarana (X4), lingkungan keluarga (X5), lingkungan masyarakat (X6), dan
keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari (Y),
berdasarkan data penelitian. Sebagaimana telah dikemukakan, data penelitian
terdiri dari data variabel independen dan variabel dependen. Data variabel
independen diinterpretasikan sebagai penilaian responden terhadap variabel
79
79
independen. Sedangkan data variabel dependen merupakan nilai keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari.
Analisis statistik deskriptif dilaksanakan dengan tahapan:
a. Penyajian data variabel X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan Y, dengan metode tabulasi.
b. Penentuan kecenderungan nilai faktor peserta didik, tenaga kependidikan,
kurikulum, sarana dan prasarana, lingkungan keluarga, lingkungan
masyarakat, dan keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari, berdasarkan 4 kriteria nilai, yaitu sangat rendah, rendah, tinggi,
dan sangat tinggi. Penentuan kriteria nilai tersebut dilakukan dengan membuat
4 kelas kriteria nilai, yang interval kelasnya ditentukan dengan rumus:
Perhitungan untuk penentuan interval kelas kriteria nilai terdapat pada
Lampiran 5.
c. Perhitungan rata-rata (mean) X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan Y, dan
mengklasifikannya berdasarkan kriteria nilai pada point b di atas (Lampiran
5).
2. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis dilakukan untuk memenuhi asumsi-asumsi yang
harus dipenuhi dalam analisis statistik parametris. Uji yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
4
terendahnilaitertingginilaiKelasInterval
−=
80
80
a. Uji normalitas data, yaitu pengujian untuk memenuhi asumsi data yang akan
dianalisis berdistribusi normal. Uji normalitas data dilakukan dengan statistik
Anderson-Darling Test pada taraf signifikansi 5%, menggunakan alat bantu
program statistik Minitab15.
b. Uji homogenitas variansi, yaitu pengujian untuk memenuhi asumsi data
memiliki variansi homogen. Uji homogenitas variansi dilakukan dengan
statistik Barlett’s Test pada taraf signifikansi 5%, menggunakan alat bantu
program statistik Minitab15.
3. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda pada analisis data penelitian ini bertujuan
untuk memprediksi pengaruh faktor peserta didik (X1), tenaga kependidikan (X2),
kurikulum (X3), sarana dan prasarana (X4), lingkungan keluarga (X5), dan
lingkungan masyarakat (X6), terhadap keberhasilan pengembangan SDM
pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari (Y), yang dinyatakan dengan persamaan
model regresi linear berganda Y atas X1, X2, X3, X4, X5, X6, sebagai berikut:
Keterangan:
Ŷ = Y yang diperoleh dari regresi
b0 = konstanta, yaitu nilai Y ketika nilai X1, X2, X3, X4, X5, X6 = 0
b1 = koefisien regresi yang bertalian dengan X1, menunjukkan
perubahan rata-rata untuk Y bagi setiap perubahan satuan X1
apabila X2, X3, X4, X5, X6 dianggap tetap/ dikendalikan
ε+++++++= 6655443322110ˆ XbXbXbXbXbXbbY
81
81
b2 = koefisien regresi yang bertalian dengan X2, menunjukkan
perubahan rata-rata untuk Y bagi setiap perubahan satuan X2
apabila X1, X3, X4, X5, X6 dianggap tetap/ dikendalikan
b3 = koefisien regresi yang bertalian dengan X3, menunjukkan
perubahan rata-rata untuk Y bagi setiap perubahan satuan X3
apabila X1, X2, X4, X5, X6 dianggap tetap/ dikendalikan
b4 = koefisien regresi yang bertalian dengan X4, menunjukkan
perubahan rata-rata untuk Y bagi setiap perubahan satuan X4
apabila X1, X2, X3, X5, X6 dianggap tetap/ dikendalikan
b5 = koefisien regresi yang bertalian dengan X5, menunjukkan
perubahan rata-rata untuk Y bagi setiap perubahan satuan X5
apabila X1, X2, X3, X4, X6 dianggap tetap/ dikendalikan
b6 = koefisien regresi yang bertalian dengan X6, menunjukkan
perubahan rata-rata untuk Y bagi setiap perubahan satuan X6
apabila X1, X2, X3, X4, X5 dianggap tetap/ dikendalikan
ε = error atau residual
Analisis regresi linear berganda Y atas X1, X2, X3, X4, X5, X6 dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut:
a. Menentukan model regresi linear berganda Ŷ = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4
+ b5X5 + b6X6.
b. Melakukan uji asumsi klasik model regresi linear berganda, yaitu serangkaian
pengujian asumsi yang harus dipenuhi untuk analisis regresi linear berganda,
sehingga model regresi linear berganda yang diperoleh dapat digunakan untuk
82
82
membuat kesimpulan-kesimpulan. Uji asumsi klasik model regresi linear
berganda yang dilakukan terdiri dari:
- Uji asumsi linearitas model regresi, yaitu pengujian untuk memenuhi
asumsi model regresi adalah linear (Sudjana, 2003:33). Uji asumsi
linearitas model regresi dilakukan melalui pendekatan grafis, yaitu dengan
metode scatterplot.
- Uji asumsi normalitas residual, yaitu pengujian untuk memenuhi asumsi
residual (ε = Y – Ŷ) berdistribusi normal (Sudjana, 2003:23). Uji asumsi
normalitas residual dilakukan dengan statistik Anderson-Darling Test pada
taraf signifikansi 5%.
- Uji asumsi homoskedastisitas residual, yaitu pengujian untuk memenuhi
asumsi variansi residual berharga konstan (Sudjana, 2003:23). Uji asumsi
homoskedastisitas residual dilakukan bersama-sama dengan uji asumsi
linearitas model regresi, yaitu melalui pendekatan grafis dengan metode
scatterplot.
- Uji asumsi independensi residual, yaitu pengujian untuk memenuhi asumsi
residual tidak berkorelasi satu dengan yang lainnya, atau tidak terjadi
autokorelasi residual (Sudjana, 2003:90). Uji asumsi independensi residual
dilakukan dengan statistik Durbin-Watson.
- Uji asumsi multicollinearity, yaitu pengujian untuk memenuhi asumsi
tidak terjadinya korelasi yang tinggi di antara variabel independen
(Sudjana, 2003:98). Uji asumsi multicollinearity dilakukan dengan
statistik Variance Inflation Factor (VIF).
83
83
c. Uji signifikansi model regresi linear berganda, yaitu pengujian
keberartian/signifikansi model regresi linear berganda yang diperoleh. Uji ini
bertujuan untuk menentukan apakah variabel X1, X2, X3, X4, X5, dan X6 secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel Y. Uji signifikansi
model regresi linear berganda dilakukan dengan uji F pada taraf signifikansi
5%.
d. Uji signifikansi koefisien regresi linear berganda, yaitu pengujian untuk
menentukan apakah variabel X1, X2, X3, X4, X5, dan X6 secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap variabel Y. Sudjana (2003:96) menyatakan
bahwa setiap koefisien dalam regresi linear berganda hanya memberikan
gambaran parsial apa yang terjadi pada Y untuk perubahan X yang
berhubungan dengan koefisien itu, sehingga koefisien-koefisien dalam regresi
linear berganda dinamakan koefisien regresi parsial.
Uji signifikansi koefisien regresi linear berganda dilakukan dengan uji t (t-
test) pada taraf signifikansi 5%.
Seluruh tahapan analisis regresi linear berganda tersebut dilakukan dengan
menggunakan alat bantu berupa program Minitab15.
4. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Analisis koefisien determinasi dilakukan untuk menentukan derajat atau
besarnya pengaruh variabel X1, X2, X3, X4, X5, dan X6 terhadap variabel Y, baik
secara bersama-sama maupun parsial. Berkaitan dengan itu, maka pada analisis
84
84
data penelitian dilakukan analisis koefisien determinasi berganda dan analisis
koefisien determinasi parsial.
Analisis koefisien determinasi berganda dilakukan untuk mengukur derajat
atau besarnya pengaruh variabel X1, X2, X3, X4, X5, dan X6 secara bersama-sama
terhadap variabel Y. Analisis koefisien determinasi parsial dilakukan untuk
mengukur derajat atau besarnya pengaruh salah satu variabel independen terhadap
variabel dependen, dengan menganggap variabel independen lainnya
tetap/dikendalikan, atau dengan kata lain untuk mengukur derajat atau besarnya
pengaruh variabel X1, X2, X3, X4, X5, dan X6 secara parsial terhadap variabel Y
(Sudjana, 2005:382-387). Analisis koefisien determinasi parsial juga dilakukan
untuk menentukan variabel independen yang paling berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Analisis koefisien determinasi dilakukan dengan menggunakan alat bantu
berupa program statistik Minitab15 dan SPSS 16.0.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Analisis Data Penelitian
1. Gambaran Umum SPP-SPMA Tanjungsari
SPP-SPMA Tanjungsari merupakan lembaga pendidikan yang
melaksanakan pendidikan di bidang pertanian. SPP-SPMA Tanjungsari berlokasi
di Jalan Raya Bandung-Sumedang KM 29, Sumedang, Jawa Barat.
Saat ini SPP-SPMA Tanjungsari dikelola Yayasan Darmaloka, yaitu
yayasan milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang bergerak di bidang
pendidikan, dan bertujuan salah satunya untuk membantu menyediakan sarana
pendidikan dalam memperluas kesempatan belajar bagi masyarakat.
SPP-SPMA Tanjungsari menyelenggarakan tiga program studi, yaitu:
- Program Studi Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH)
- Program Studi Budidaya Perikanan (BP)
- Program Studi Penyuluhan Pertanian (PP)
a. Sejarah Singkat
Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat merupakan daerah yang
perekonomian masyarakatnya berbasis pertanian. Berdasarkan pemikiran perlunya
pengelolaan potensi sektor pertanian di wilayah Sumedang, maka atas prakarsa
Bupati Sumedang R. A. Soeriaatmadja, pada tanggal 14 Maret 1914 didirikan
Lembaga Pendidikan Pertanian di wilayah Tanjungsari dengan nama Land Bouw
Bedriftj School. Lembaga Pendidikan Pertanian tersebut pada awalnya bertugas
86
86
untuk melatih petani setempat dan daerah sekitarnya di Jawa Barat, agar memiliki
kemampuan untuk mengelola potensi daerah bagi peningkatan taraf hidup dan
kesejahteraannya.
Pada tahun 1926, pengelolaan Lembaga Pendidikan Pertanian Land Bouw
Bedriftj School diserahkan oleh Pemerintah Kabupaten Sumedang kepada
Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 1960 berganti nama menjadi SPMA
Tanjungsari sekaligus berubah dari berskala lokal menjadi regional, berdasarkan
Surat Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 24/UP/VIII-C/E/60
tentang Pendirian Sekolah Pertanian dengan nama Sekolah Pertanian Menengah
Atas (SPMA) Tanjungsari. Pada saat itu, SPMA Tanjungsari berfungsi untuk
menghasilkan tenaga aparatur Pemerintah Daerah di bidang pertanian. Memasuki
abad 21, fungsi sekolah bergeser sesuai dengan tuntutan perkembangan sektor
pertanian dan masyarakat pada umumnya.
b. Mandat
Mandat berdirinya SPP-SPMA Tanjungsari adalah sebagai berikut:
- Membentuk manusia Indonesia yang berjiwa Pancasila, berdisiplin tinggi dan
mempunyai rasa tanggung jawab terhadap peningkatan kesejahteraan bangsa
dan negara, khususnya masyarakat tani dan nelayan.
- Menghasilkan tenaga-tenaga berkemampuan dalam memantapkan karir,
berkompetensi dan mengembangkan sikap profesional di bidang pertanian.
- Mengisi peluang pengadaan sumberdaya manusia berkualitas sebagai
wirausahawan dan teknisi menengah untuk kebutuhan pengembangan
agribisnis pada khususnya dan pembangunan pertanian pada umumnya.
87
87
- Mendidik calon teknisi menengah pertanian yang berkualitas dan mampu
mandiri dalam semua aspek dunia usaha di bidang pertanian.
- Menjadi salah satu pusat pengembangan pertanian di wilayah di mana sekolah
itu berada.
c. Visi dan Misi
Visi SPP-SPMA Tanjungsari yaitu: “Terwujudnya sumber daya manusia
pertanian yang profesional, berkarakter, berkinerja tinggi, berjiwa wirausaha,
berdaya saing, dan berperan sebagai petani masa depan yang berwawasan
agribisnis”.
Berdasarkan visi tersebut, SPP-SPMA Tanjungsari memiliki misi sebagai
berikut:
- Menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan merencanakan, mengelola
dan mengembangkan agribisnis.
- Menciptakan tenaga teknis menengah pertanian untuk mengisi pasar tenaga
kerja pertanian yang terampil.
- Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengembangkan SDM pertanian.
- Melaksanakan pengkajian untuk pengembangan informasi dan SDM
pertanian.
- Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan menengah pertanian.
- Meningkatkan kualitas ketenagaan dan fasilitas pendidikan menengah
pertanian.
- Meningkatkan kerja sama pendidikan menengah pertanian.
88
88
- Menciptakan lulusan SPP-SPMA Jawa Barat yang berstandar dan
berkompetensi.
d. Keadaan SDM
SDM di SPP-SPMA Tanjungsari senantiasa diupayakan peningkatan
kualitasnya, terutama tenaga guru, yaitu dengan menyelenggarakan Pendidikan
Guru Pertanian secara khusus, agar dapat memenuhi kebutuhan nyata di lapangan.
SDM di SPP-SPMA Tanjungsari terdiri dari SDM pendidik, non-pendidik, dan
peserta didik. Keadaan SDM di SPP-SPMA Tanjungsari secara lengkap dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Keadaan SDM di SPP-SPMA Tanjungsari pada Tahun Ajaran 2008/2009
Tingkat Pendidikan Komponen SDM
S3 S2 S1 D3 SLTA SLTP Jumlah
Pendidik
- Guru Tetap 0 3 24 2 11 - 40
- Guru Honorer 1 1 13 5 5 - 25
Total 65
Non-Pendidik
- Administrasi dan
Lapangan - - - - 3 13 16
Total 16
Peserta Didik
- Tingkat I - 206
- Tingkat II - 166
- Tingkat III - 164
Total 536
Sumber: Profil SPP-SPMA Tanjungsari Tahun 2008.
Keadaan SDM pendidik terdiri dari guru tetap dan guru honorer. Pada
Tabel 6 terlihat adanya guru, baik tetap maupun honorer, yang memiliki tingkat
pendidikan SLTA, dan guru honorer dengan tingkat pendidikan S3. Guru dengan
89
89
tingkat pendidikan SLTA seluruhnya merupakan instruktur lapangan yang
bertugas membantu proses pembelajaran praktik di lapangan. Sedangkan guru
honorer dengan tingkat pendidikan S3 merupakan guru yang berasal dari Fakultas
Pertanian, Universitas Winaya Mukti (UNWIM), yaitu lembaga pendidikan tinggi
yang juga dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
e. Kurikulum
Kurikulum yang diterapkan di SPP-SPMA Tanjungsari lebih menekankan
pada pembelajaran praktik daripada teori. Berbeda dengan kurikulum sekolah
pada umumnya, kurikulum SPP-SPMA Tanjungsari tidak meliputi beberapa mata
pelajaran, tetapi terdiri dari sejumlah Program Diklat yang dikelompokkan
menjadi Program Normatif, Adaptif, dan Produktif. Untuk Program Produktif,
bobot materi terdiri dari 30% teori dan 70% praktik. Kurikulum SPP-SPMA
Tanjungsari tercantum pada Tabel 7.
Tabel 7. Kurikulum SPP-SPMA Tanjungsari
Program Diklat Program
Studi Program Normatif
(16%)
Program Adaptif
(16%)
Program Produktif
(68%)
TPH - PPKn
- Pendidikan
Agama
- Bahasa dan
Sastra Indonesia
- Sejarah Nasional
dan Sejarah
Umum
- Matematika
- Bahasa Inggris
- Teknik
Komunikasi
- IPA Terpadu
(Kimia, Fisika,
Biologi)
- Manajemen Agribisnis
- Tanah dan Pemupukan
- Klimatologi
- Perlindungan Tanaman
- Teknologi Produksi
Tanaman Pangan
- Teknologi Produksi
Hortikultura
- Teknologi Pasca Panen
- Swakarya Wirausaha
- Permodalan
90
90
Tabel 7. (Lanjutan)
Program Diklat Program
Studi Program Normatif
(16%)
Program Adaptif
(16%)
Program Produktif
(68%)
- Alat dan Mesin
Pertanian
- Pertamanan
- Kapita Selekta
- PKU (Praktik Kerja
Usaha)
BP - PPKn
- Pendidikan
Agama
- Bahasa dan
Sastra Indonesia
- Sejarah Nasional
dan Sejarah
Umum
- Matematika
- Bahasa Inggris
- Teknik
Komunikasi
- IPA Terpadu
(Kimia, Fisika,
Biologi)
- Biologi Perikanan
- Keteknikan Budidaya
Perikanan
- Alsin Budidaya
Perikanan
- Pengelolaan Kualitas
Air
- Teknik Pembenihan
- Teknik Pemeliharaan
- Teknologi Pakan
- Kesehatan Ikan
- Teknologi Pasca Panen
- Swakarya Wirausaha
- Manajemen Agribisnis
- Permodalan/Koperasi
Kredit
- Kapita Selekta
- PKU (Praktik Kerja
Usaha)
PP - PPKn
- Pendidikan
Agama
- Bahasa dan
Sastra Indonesia
- Sejarah Nasional
dan Sejarah
Umum
- Matematika
- Bahasa Inggris
- Teknik
Komunikasi
- IPA Terpadu
(Kimia, Fisika,
Biologi)
Teknis Pertanian
- Budidaya Tanaman
Pangan
- Budidaya Tanaman
Hortikultura
- Budidaya Tanaman
Perkebunan
- Budidaya Ruminansia
- Budidaya Non
Ruminansia
- Budidaya Ikan
- Mekanisasi Pertanian
- Agroklimatologi
- Teknologi Pasca Panen
91
91
Tabel 7. (Lanjutan)
Program Diklat Program
Studi Program Normatif
(16%)
Program Adaptif
(16%)
Program Produktif
(68%)
- Manajemen Agribisnis
- Praktik Kerja Agribisnis
Penyuluhan
- Teknik Komunikasi dan
Dasar Penyuluhan
Pertanian
- Program dan Evaluasi
Penyuluhan Pertanian
- Metode, Media dan
Teknik Penyuluhan
Pertanian
- Sosiologi Pedesaan dan
Pembangunan
Masyarakat Desa
- Praktik dan Uji
Kompetensi Penyuluhan
Pertanian
- Kapita Selekta
f. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran di SPP-SPMA Tanjungsari meliputi dua kegiatan,
yaitu kegiatan kurikuler dan ekstra-kurikuler.
- Kegiatan Kurikuler
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa kurikulum di SPP-SPMA
Tanjungsari terdiri dari Program Normatif, Adaptif, dan Produktif. Untuk
Program Produktif, bobot materi terdiri dari 30% teori dan 70% praktik.
Kurikulum tersebut memberikan penekanan yang lebih besar pada proses
pembelajaran praktik daripada pembelajaran teori. Pembelajaran praktik
92
92
dilaksanakan di lahan praktik, laboratorium, greenhouse, dan masyarakat.
Sedangkan pembelajaran teori pada umumnya dilaksanakan di dalam kelas.
Peserta didik dibekali dengan keterampilan wirausaha melalui Praktik
Swakarya Wirausaha dan Praktik Kerja Usaha (PKU). Praktik Swakarya
Wirausaha dilakukan secara perorangan maupun kelompok, dimulai dari
pengumpulan informasi pasar, penentuan jenis usaha, penyusunan Rencana
Kegiatan Usaha (Proposal), pelaksanaan usaha, dan penyusunan laporan. Selama
menempuh pembelajaran di SPP-SPMA Tanjungsari, peserta didik harus
melaksanakan praktik Swakarya Wirausaha minimal tiga siklus usaha yang
tersebar pada masing-masing tingkat, yaitu pada tingkat I minimal satu siklus
usaha, tingkat II minimal satu siklus usaha, dan tingkat III minimal satu siklus
usaha. Berkaitan dengan praktik Swakarya Wirausaha ini, peserta didik
melaksanakan aktivitas praktik selain pada jam pelajaran, juga di luar jam
pelajaran. Khusus untuk aktivitas di luar jam pelajaran, peserta didik akan
memulai aktivitas setelah selesai jam pelajaran, yaitu sekitar pukul dua siang, dan
mengakhirinya sekitar pukul lima sore. Peserta didik melaksanakan aktivitas
praktik di luar jam pelajaran ini dengan maupun tanpa disertai guru pendamping.
Aktivitas seperti ini telah menjadi kebiasaan (habit) peserta didik di SPP-SPMA
Tanjungsari, sehingga secara tidak langsung telah mendukung proses peningkatan
perilaku dan kompetensi peserta didik.
PKU diselenggarakan di tingkat I, II, dan III. PKU di tingkat I dan II
masing-masing dilaksanakan selama 100 jam, sedangkan PKU di tingkat III
dilaksanakan selama 900 jam atau satu semester, yaitu pada semester V (lima).
93
93
Pelaksanaan kegiatan PKU diarahkan di luar kampus, yaitu di perusahaan
pertanian, petani maju, dan instansi/lembaga milik pemerintah maupun swasta.
PKU yang dilaksanakan peserta didik harus meliputi kegiatan Kerja Pengalaman
(KP), serta Integrasi dan Partisipasi dengan Masyarakat (IPM).
Evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan di SPP-SPMA Tanjungsari terdiri
dari Ujian Formatif, Ujian Tengah Semester (Sub Sumatif), Ujian Semester
(Sumatif), Ujian Akhir (meliputi Ujian Regional dan Nasional), dan Ujian
Kompetensi.
Ujian Kompetensi dilakukan untuk mengukur keterampilan yang dicapai
oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan Swakarya Wirausaha, PKU, dan
magang. Bila peserta didik lulus Ujian Kompetensi, maka peserta didik yang
bersangkutan akan memperoleh Sertifikat Kompetensi yang dapat digunakan pada
saat mereka bekerja. Selama mengikuti pembelajaran di SPP-SPMA Tanjungsari,
seorang peserta didik minimal memperoleh satu Sertifikat Kompetensi, sehingga
setelah lulus peserta didik akan memperoleh ijazah dan beberapa (atau minimal
satu) Sertifikat Kompetensi.
- Kegiatan Ekstra-Kurikuler
Kegiatan ekstra-kurikuler terdiri dari kegiatan wajib (keagamaan,
kepramukaan, lingkungan hidup, keolahragaan) dan kegiatan pilihan (kesenian,
beladiri, Paskibra, Ispertala, dan Isperma). Kegiatan ekstra-kurikuler ini
dilaksanakan antara lain untuk mengembangkan kepribadian, kepemimpinan, dan
kemampuan manajemen organisasi peserta didik.
94
94
g. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari antara lain
adalah:
- Lahan seluas 15,389 hektar, dengan peruntukkan sebagai berikut:
• Sawah
• Kolam
• Lahan darat, meliputi: kebun praktik, kebun koleksi, kebun induk, kebun
unit produksi, bangunan, jalan, halaman kantor, dan sarana olahraga.
- Bangunan dan gedung, terdiri dari: kantor, hatchery, ruang pelatihan, asrama
putri, asrama pelatihan, ruang kelas, aula, rumah kaca, laboratorium kimia,
laboratorium fisika, laboratorium biologi, laboratorium bahasa, laboratorium
komputer, perpustakaan, ruang kerohanian, ruang pasca panen, bengkel latih,
gudang hasil/benih, ruang koperasi, kandang ternak, rumah dinas, rumah jaga,
dan pos satpam.
- Barang non teknis kantor, seperti alat-alat elektronik, alat pertanian, alat
bengkel, alat klimatologi, dan lain sebagainya yang merupakan pendukung
proses pembelajaran.
SPP-SPMA Tanjungsari memiliki perpustakaan dengan sarana dan
prasarana yang memenuhi standar. Perpustakaan dikelola oleh pustakawan, dan
menerapkan sistem pelayanan self service dengan dukungan katalog. Koleksi
buku yang tersedia di antaranya yaitu: kepustakaan umum, manajemen, agribisnis,
agroindustri, kewirausahaan, jurnal, tabloid, koran, leaflet, dan majalah.
95
95
h. Prestasi
SPP-SPMA Tanjungsari telah meraih beberapa prestasi, baik lembaganya
maupun peserta didiknya.
- Prestasi yang diraih lembaga SPP-SPMA Tanjungsari:
• Akademik
1) Terjalin kerjasama luar negeri dengan Fukui Norin High School
Jepang.
2) Menerima Piagam Penghargaan Abdi Bhakti Tani tahun 2002 dari
Menteri Pertanian.
3) Menerima Plakat Penghargaan Abdi Bhakti Tani tahun 2003 dari
Menteri Pertanian.
• Non Akademik
1) Peserta Terbaik Festival Seni dan Budaya Internasional di Kanagawa-
Jepang tahun 2003.
2) Ketua Asosiasi Sekolah Pertanian Republik Indonesia (ASPRI).
3) Pembina Harian/Koordinator SPP-SPMA se-Jawa Barat tahun 1993
sampai dengan sekarang.
4) Penghargaan Citra Pelayanan Prima bagi UPTD berprestasi Provinsi
Jawa Barat tahun 2003.
- Peserta Didik
• Akademik
96
96
1) Program magang bagi siswa berprestasi di Fukui Norin High School
Jepang sejak tahun 2001 sampai dengan sekarang, sebanyak 2 orang
setiap tahun.
2) Menerima Bea Siswa Supersemar sebanyak 70 orang setiap tahun,
sejak tahun 2000.
• Non Akademik
1) Juara I Peserta Terbaik Festival Seni dan Budaya Internasional di
Kanagawa – Jepang tahun 2003.
2) Juara I Lomba antar SLTA Tingkat Provinsi Jawa Barat tahun 2003.
3) Juara II Lomba Lintas Lembah dan Bukit antar SLTA Regional Jawa
Barat, yang diselenggarakan Fakultas Pertanian – UNWIM 2003.
4) Juara Harapan I Lomba Lintas Alam Pemuda I antar SLTA se-
Bandung Raya 2004.
5) Juara Umum Temukarya Siswa Tingkat Nasional Tahun 2005
(Kontingen Jawa Barat).
6) Juara I Putri Lomba Lintas Alam SLTA se-Jawa Tahun 2006.
7) Juara I Asah Terampil untuk Tiga Provinsi yaitu DKI Jakarta, Banten,
dan Jawa Barat Tahun 2006.
2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Uji instrumen penelitian meliputi uji validitas instrumen penelitian dan uji
reliabilitas instrumen penelitian. Uji instrumen dilakukan terhadap 26 orang
peserta didik tingkat III SPP-SPMA Tanjungsari yang bukan merupakan
97
97
responden penelitian. Daftar nama peserta dan hasil uji instrumen penelitian dapat
dilihat pada Lampiran 6.
a. Uji Validitas Instrumen Penelitian
Uji validitas instrumen penelitian dilakukan dengan pengujian validitas
konstruk dan validitas isi, kemudian dilanjutkan dengan ujicoba instrumen yang
hasilnya dianalisis dengan teknik analisis korelasi butir-total, dengan
menggunakan rumus Korelasi Product Moment. Perhitungan dilakukan dengan
menggunakan alat bantu program statistik Minitab 15 (Lampiran 6 dan 7).
Interpretasi hasil uji validitas instrumen penelitian dengan teknik analisis korelasi
butir-total disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Interpretasi Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian untuk Variabel X1,
X2, X3, X4, X5, dan X6 dengan Statistik Korelasi Butir-Total
Menggunakan Rumus Korelasi Product Moment
Variabel No. Butir ry 1)
rtabel 2)
Interpretasi
1 0,502 0,388 Valid
2 0,642 0,388 Valid
3 0,562 0,388 Valid
4 0,426 0,388 Valid
5 0,701 0,388 Valid
6 0,593 0,388 Valid
7 0,231 0,388 Tidak Valid
8 0,398 0,388 Valid
X1
9 0,422 0,388 Valid
1 0,684 0,388 Valid
2 0,751 0,388 Valid
3 0,708 0,388 Valid
4 0,796 0,388 Valid
5 0,762 0,388 Valid
X2
6 0,628 0,388 Valid
98
98
Tabel 8. (Lanjutan)
Variabel No. Butir ry 1)
rtabel 2)
Interpretasi
7 0,805 0,388 Valid
8 0,633 0,388 Valid X2
9 0,533 0,388 Valid
1 0,644 0,388 Valid
2 0,505 0,388 Valid
3 0,747 0,388 Valid
4 0,606 0,388 Valid
5 0,345 0,388 Tidak Valid
6 0,604 0,388 Valid
7 0,478 0,388 Valid
8 0,612 0,388 Valid
X3
9 0,519 0,388 Valid
1 0,797 0,388 Valid
2 0,830 0,388 Valid
3 0,722 0,388 Valid
4 0,589 0,388 Valid
5 0,683 0,388 Valid
6 0,592 0,388 Valid
7 0,470 0,388 Valid
8 0,597 0,388 Valid
X4
9 0,672 0,388 Valid
1 0,639 0,388 Valid
2 0,636 0,388 Valid
3 0,758 0,388 Valid
4 0,613 0,388 Valid
5 0,411 0,388 Valid
6 0,557 0,388 Valid
X5
7 0,635 0,388 Valid
8 0,573 0,388 Valid
9 0,563 0,388 Valid
1 0,684 0,388 Valid
2 0,757 0,388 Valid
3 0,749 0,388 Valid
4 0,508 0,388 Valid
5 0,690 0,388 Valid
6 0,694 0,388 Valid
X6
7
0,735
0,388
Valid
99
99
Tabel 8. (Lanjutan)
Variabel No. Butir ry 1)
rtabel 2)
Interpretasi
8 0,558 0,388 Valid X6
9 0,710 0,388 Valid
Keterangan: 1) ry = korelasi butir-total dihitung menggunakan rumus Korelasi Product Moment dengan
alat bantu program statistik Minitab 15. 2) rtabel pada α = 0,05 dan N = 26.
Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa butir nomor 7 pada instrumen variabel
X1 dan butir nomor 5 pada instrumen variabel X3, berdasarkan hasil analisis
korelasi butir-total dinyatakan tidak valid. Dengan demikian, kedua butir tersebut
dihilangkan/dieliminir (Sugiyono, 2008:179), dengan dasar pertimbangan sebagai
berikut:
- Pada instrumen variabel X1, butir nomor 7 mewakili indikator motivasi
peserta didik. Sedangkan indikator motivasi peserta didik itu sendiri, selain
diwakili oleh butir nomor 7, juga diwakili oleh butir nomor 8 dan 9 (Lampiran
2). Oleh karena indikator motivasi peserta didik diwakili dengan 3 butir
pertanyaan, yaitu butir nomor 7, 8, dan 9, maka butir nomor 7 yang
dinyatakan tidak valid dipandang tidak perlu diperbaiki atau diganti,
melainkan dapat dieliminir atau dihilangkan.
- Pada instrumen variabel X3 juga terjadi hal yang sama. Butir nomor 5
mewakili indikator pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. Sedangkan
indikator tersebut, selain diwakili oleh butir nomor 5, juga diwakili oleh butir
nomor 6 dan 7 (Lampiran 2). Dalam hal ini, karena indikator pelaksanaan
kegiatan belajar-mengajar diwakili oleh 3 butir pertanyaan yaitu butir nomor
100
100
5, 6, dan 7, maka butir nomor 5 yang dinyatakan tidak valid dapat
dieliminirkan.
Dengan dieliminirnya butir-butir yang tidak valid, maka pada instrumen
variabel X1 yang digunakan dalam penelitian adalah butir nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8,
dan 9. Sedangkan pada instrumen variabel X3 yang digunakan dalam penelitian
yaitu butir nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, dan 9. Sehubungan dengan itu, instrumen
untuk kedua variabel tersebut masing-masing menjadi terdiri dari 8 butir
pertanyaan.
Selanjutnya, untuk menyamakan bobot nilai dari masing-masing variabel,
pada instrumen variabel X2, X4, X5, dan X6, juga dieliminir satu butir pertanyaan
untuk setiap instrumen variabel, sehingga instrumen variabel X1, X2, X3, X4, X5,
dan X6, masing-masing menjadi terdiri dari 8 butir pertanyaan yang digunakan
dalam penelitian. Butir yang dieliminir dari instrumen variabel X2, X4, X5, dan X6,
masing-masing adalah sebagai berikut:
- Pada instrumen variabel X2, dieliminir butir nomor 2, dengan pertimbangan
bahwa butir nomor 2 mewakili indikator kompetensi guru, sedangkan
indikator kompetensi guru itu sendiri selain diwakili oleh butir nomor 2, juga
telah diwakili oleh butir nomor 1 dan 3.
- Pada instrumen variabel X4, dieliminir butir nomor 2, dengan pertimbangan
bahwa butir nomor 2 mewakili indikator kualitas sarana dan prasarana
pendukung proses pembelajaran, sedangkan indikator kualitas sarana dan
prasarana pendukung proses pembelajaran itu sendiri, selain diwakili oleh
butir nomor 2, juga telah diwakili oleh butir nomor 1, 3 dan 4.
101
101
- Pada instrumen variabel X5, dieliminir butir nomor 3, dengan pertimbangan
bahwa butir nomor 3 mewakili indikator karakteristik lingkungan keluarga,
sedangkan indikator karakteristik lingkungan keluarga itu sendiri selain
diwakili oleh butir nomor 3, juga telah diwakili oleh butir nomor 1 dan 2.
- Pada instrumen variabel X6, dieliminir butir nomor 9, dengan pertimbangan
bahwa butir nomor 9 mewakili indikator partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan pembelajaran di lapangan, sedangkan indikator tersebut selain
diwakili oleh butir nomor 9, juga telah diwakili oleh butir nomor 7 dan 8.
Berdasarkan proses pengujian validitas instrumen penelitian di atas, maka
keseluruhan instrumen penelitian yang digunakan telah memenuhi persyaratan
valid. Artinya, instrumen telah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
Instrumen yang digunakan pada pengujian validitas instrumen dapat dilihat pada
Lampiran 3. Sedangkan instrumen penelitian setelah dilakukan pengurangan satu
butir pernyataan per variabel, tersaji pada Lampiran 4. Instrumen yang telah
dikurangi satu butir pernyataan per variabel tersebut merupakan intrumen yang
digunakan pada proses pengumpulan data penelitian.
b. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Uji reliabilitas instrumen penelitian dilaksanakan dengan metode Alpha
Cronbach. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan alat bantu program
statistik SPSS 16 (Lampiran 6 dan 8). Interpretasi hasil uji reliabilitas instrumen
penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.
102
102
Tabel 9. Interpretasi Hasil Uji Reliabilias Instrumen Penelitian untuk Variabel X1,
X2, X3, X4, X5, dan X6 dengan Statistik Alpha Cronbach
Variabel Statistik
Alpha Cronbach rtabel Interpretasi
X1 0,628 0,388 Reliabel
X2 0,868 0,388 Reliabel
X3 0,715 0,388 Reliabel
X4 0,833 0,388 Reliabel
X5 0,768 0,388 Reliabel
X6 0,852 0,388 Reliabel
Keterangan: rtabel pada α = 0,05 dan N = 26.
Tabel 9 menunjukkan bahwa instrumen penelitian untuk variabel X1, X2,
X3, X4, X5, dan X6 seluruhnya reliabel, karena masing-masing nilai statistik Alpha
Cronbach yang diperoleh dari perhitungan lebih besar dari rtabel. Dengan
demikian, instrumen penelitian telah memenuhi persyaratan reliabel, yang berarti
bahwa instrumen bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama,
akan menghasilkan data yang sama.
3. Deskripsi Data Penelitian
Data penelitian dikumpulkan dari 82 orang responden. Daftar nama
responden terdapat pada Lampiran 9. Sedangkan data karakteristik sosial-ekonomi
responden tersaji pada Lampiran 10. Data karakteristik sosial-ekonomi responden
tersebut dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner karakteristik pribadi
responden yang disertakan bersama-sama dengan kuesioner untuk pengukuran
variabel (Lampiran 4).
103
103
a. Data Faktor Peserta Didik
Peserta didik di SPP-SPMA Tanjungsari walaupun tidak semuanya berasal
dari keluarga petani, namun pada umumnya berasal dari lingkungan pertanian.
Hal tersebut dikarenakan sebagian besar peserta didik berdomisili di sekitar
wilayah Sumedang yang merupakan daerah pertanian. Keadaan ini menjadi faktor
pendorong tingginya minat peserta didik terhadap pertanian dan pendidikan
pertanian.
Rata-rata tingkat sosial-ekonomi peserta didik di SPP-SPMA Tanjungsari
relatif tidak terlalu tinggi. Pada umumnya perekonomian dan juga keadaan sosial
peserta didik dapat dikatakan termasuk dalam kriteria menengah ke bawah. Untuk
menggambarkan keadaan sosial-ekonomi peserta didik di SPP-SPMA
Tanjungsari, pada Lampiran 10 disajikan data keadaan sosial-ekonomi peserta
didik responden. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa sebagian besar orang
tua peserta didik memiliki pendapatan rendah dengan tingkat pendidikan SLTA ke
bawah.
Keadaan pendaftar dan peserta didik di SPP-SPMA Tanjungsari
jumlahnya terus meningkat dari tahun ajaran 2006/2007 sampai dengan
2008/2009. Jumlah peserta didik pada tahun ajaran 2006/2007 adalah 164 orang,
kemudian pada tahun 2007/2008 meningkat menjadi 166 orang. Demikian pula
pada tahun 2008/2009, jumlah peserta didik meningkat dari tahun sebelumnya
menjadi 206 orang. Untuk pendaftar calon peserta didik, pada tahun ajaran
2006/2007 berjumlah 173 orang, tahun ajaran 2007/2008 meningkat menjadi 189
104
104
orang, dan tahun 2008/2009 juga meningkat menjadi 310 orang. Data keadaan
pendaftar dan peserta didik di SPP-SPMA Tanjungsari terdapat pada Tabel 10.
Tabel 10. Keadaan Pendaftar dan Peserta Didik di SPP-SPMA Tanjungsari
Tahun Ajaran Jumlah Pendaftar Jumlah Peserta Didik
2006/2007 173 164
2007/2008 189 166
2008/2009 310 206
Peserta didik di SPP-SPMA Tanjungsari terdiri dari peserta didik pada
Program Studi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Budidaya Perikanan, dan
Penyuluhan Pertanian. Keadaan peserta didik setiap program studi pada tahun
ajaran 2008/2009 dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Keadaan Peserta Didik per Program Studi pada T.A. 2008/2009
Jumlah Peserta Didik Program Studi Tingkat
I
Tingkat
II
Tingkat
III Jumlah
Tanaman Pangan dan Hortikultura 118 76 81 275
Budidaya Perikanan 41 46 40 127
Penyuluhan Pertanian 47 44 43 134
Jumlah 206 166 164 536
Pada Tabel 11 terlihat bahwa peserta didik pada tahun ajaran 2008/2009
sebagian besar terdapat pada Program Studi Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Data tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya peserta didik lebih berminat
untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi Tanaman Pangan dan
Hortikultura dibandingkan dengan dua program studi lainnya. Hal ini dapat
dijelaskan oleh karena wilayah Tanjungsari dan Sumedang merupakan salah satu
105
105
sentra tanaman pangan dan hortikultura, sehingga dimungkinkan peserta didik
berpandangan bahwa kompetensi yang diperoleh dari proses pendidikan pada
Program Studi Tanaman Pangan dan Hortikultura lebih dibutuhkan di daerahnya.
Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian, diperoleh data faktor
peserta didik (variabel X1), yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11.
Berdasarkan kriteria nilai masing-masing variabel seperti terdapat pada Lampiran
5, dapat ditentukan kecenderungan nilai faktor peserta didik yang disajikan pada
Gambar 3 (Lampiran 11).
Gambar 3. Kecenderungan Nilai Faktor Peserta Didik (X1).
Faktor peserta didik terdiri dari keadaan sosial-ekonomi, kemampuan
dasar, dan motivasi peserta didik. Soedijarto (1997:87) mengemukakan bahwa
salah satu komponen penentu keberhasilan proses pendidikan adalah peserta didik
0.00
19.51
60.98
19.51
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
(%)
X1
FAKTOR PESERTA DIDIK
Sangat Rendah
Rendah
Tinggi
Sangat Tinggi
106
106
dengan latar belakang sosial ekonomi kultural, kemampuan dasar kognitif, dan
motivasinya.
Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa sebanyak 60,98% responden
memberikan nilai faktor peserta didik yang tinggi (Lampiran 11). Demikian pula
dengan rata-rata nilai faktor peserta didik, seperti terdapat pada Lampiran 11,
yaitu sebesar 31,21 termasuk dalam kriteria tinggi. Data tersebut menunjukkan
responden cenderung berpendapat atau menilai bahwa keadaan sosial-ekonomi,
kemampuan dasar, dan motivasi mereka dalam mendukung proses pendidikan di
SPP-SPMA Tanjungsari adalah tinggi. Berkaitan dengan itu, dapat dikemukakan
beberapa hal, yaitu:
- Keadaan sosial-ekonomi peserta didik mampu mendukung proses pendidikan
mereka di SPP-SPMA Tanjungsari. Biaya pendidikan (SPP) di SPP-SPMA
Tanjungsari relatif tidak mahal, yaitu Rp.10.000 per bulan. Selain itu,
sebanyak 70 peserta didik di SPP-SPMA Tanjungsari setiap tahunnya
memperoleh beasiswa. Berkaitan dengan itu, sangat dimungkinkan peserta
didik relatif tidak mengalami permasalahan kesulitan biaya pendidikan.
Artinya, walaupun keadaan sosial-ekonominya tidak terlalu tinggi (Lampiran
10), namun menurut peserta didik tetap mampu mendukung proses pendidikan
di SPP-SPMA Tanjungsari.
- Kemampuan dasar peserta didik yang dilihat dari pengalaman prestasi, dapat
mendukung proses pendidikan mereka di SPP-SPMA Tanjungsari. Sebelum
peserta didik diterima untuk belajar di SPP-SPMA Tanjungsari, mereka
terlebih dahulu harus lulus dalam ujian tertulis dan wawancara. Ujian tertulis
107
107
dan wawancara tersebut dilaksanakan untuk menilai apakah peserta didik
memiliki kemampuan dasar standar untuk dapat belajar di SPP-SPMA
Tanjungsari. Berkaitan dengan itu, peserta didik yang telah memenuhi
persyaratan lulus ujian tertulis dan wawancara tersebut, dapat dikatakan
bahwa pada saat mereka memulai pendidikan, mereka telah memiliki
kemampuan dasar yang dapat mendukung proses pendidikannya di SPP-
SPMA Tanjungsari.
- Rata-rata peserta didik mengikuti pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari oleh
karena keinginan sendiri dan ketertarikannya pada pendidikan pertanian. Hal
ini dimungkinkan karena sebagian besar peserta didik berasal dari lingkungan
masyarakat pertanian, sehingga mereka memiliki motivasi yang lebih tinggi
untuk mengikuti pendidikan bidang pertanian. Tingginya motivasi terebut
merupakan nilai tambah dalam mendukung keberhasilan mereka. Menurut
Wlodkowski (1991:4), motivasi penting karena merupakan salah satu faktor
utama yang mempengaruhi pembelajaran. Motivasi yang tinggi akan semakin
mendorong semangat dan kemampuan belajar, sehingga pada akhirnya
semakin mendukung keberhasilan proses pendidikan.
b. Data Faktor Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan dalam penelitian ini adalah guru. SDM guru di SPP-
SPMA Tanjungsari terdiri dari guru tetap sebanyak 40 orang dan guru honorer
sebanyak 25 orang. Keadaan SDM guru di SPP-SPMA Tanjungsari tercantum
pada Tabel 12.
108
108
Tabel 12. Keadaan SDM Guru di SPP-SPMA Tanjungsari pada T.A. 2008/2009
Tingkat Pendidikan Komponen SDM
S3 S2 S1 D3 SLTA Jumlah
Pendidik
- Guru Tetap 0 3 24 2 11 40
- Guru Honorer 1 1 13 5 5 25
Total 1 4 37 7 16 65
Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa sebagian besar SDM guru,
yaitu sebanyak 42 orang atau 64,62%, memiliki tingkat pendidikan S1 ke atas.
Keadaan SDM guru tersebut memungkinkan untuk dapat mendukung proses
pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari. Di samping itu, SDM guru di SPP-SPMA
Tanjungsari senantiasa diupayakan peningkatan kualitasnya, yaitu dengan
menyelenggarakan Pendidikan Guru Pertanian secara khusus, agar dapat
memenuhi kebutuhan nyata di lapangan.
Pada Tabel 12 juga terlihat adanya guru, baik tetap maupun honorer, yang
memiliki tingkat pendidikan SLTA, dan guru honorer dengan tingkat pendidikan
S3. Guru dengan tingkat pendidikan SLTA seluruhnya merupakan instruktur
lapangan yang bertugas membantu proses pembelajaran praktik di lapangan.
Sedangkan guru honorer dengan tingkat pendidikan S3 merupakan guru yang
berasal dari Fakultas Pertanian, Universitas Winaya Mukti (UNWIM), yaitu
lembaga pendidikan tinggi yang juga dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa
Barat.
Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian, diperoleh data faktor
tenaga kependidikan (variabel X2) yang terdapat pada Lampiran 12.
Kecenderungan nilai faktor tenaga kependidikan dapat dilihat pada Gambar 4.
109
109
Faktor tenaga kependidikan meliputi kompetensi, kemampuan mengajar,
dan kedisiplinan guru. Crowl et al. (1997:14) menyatakan bahwa guru yang
efektif di antaranya harus memiliki komitmen pada kegiatan pembelajaran, dan
memahami mata pelajaran yang diajarkan serta bagaimana mengajarkannya.
Komitmen pada pembelajaran dapat ditunjukkan dengan tingkat kedisiplinan
guru, sedangkan pemahaman mata pelajaran yang diajarkan dan bagaimana
mengajarkannya dapat dilihat dari kompetensi dan kemampuan mengajar.
Gambar 4. Kecenderungan Nilai Faktor Tenaga Kependidikan (X2).
Gambar 4 menunjukkan bahwa sebanyak 56,10% responden memberikan
nilai faktor tenaga kependidikan yang tinggi (Lampiran 12). Rata-rata nilai faktor
tenaga kependidikan, seperti terdapat pada Lampiran 12, yaitu sebesar 29,65
termasuk dalam kriteria tinggi. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa sebagian
2.44
32.93
56.10
8.54
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
(%)
X2
FAKTOR TENAGA KEPENDIDIKAN
Sangat Rendah
Rendah
Tinggi
Sangat Tinggi
110
110
besar responden menilai bahwa kompetensi, kemampuan mengajar, dan
kedisiplinan guru mereka termasuk tinggi.
Nilai faktor tenaga kependidikan yang tinggi dapat dijelaskan oleh
keadaan SDM guru di SPP-SPMA Tanjungsari yang sebagian besar, bahkan
hampir seluruhnya, telah berpendidikan S1 (Tabel 6). Usman (2002), dalam
Karsidi (2007:71), mengatakan bahwa salah satu syarat agar guru dapat
melaksanakan tugasnya adalah memiliki tingkat pendidikan yang memadai.
Tingkat pendidikan guru tentu akan berhubungan dengan kompetensinya. Guru
dengan pendidikan S1 sangat dimungkinkan telah memiliki kompetensi yang
diperlukan untuk proses pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari. Selain itu, SPP-
SPMA Tanjungsari juga telah berupaya untuk senantiasa meningkatkan kualitas
tenaga guru melalui penyelenggaraan Pendidikan Guru Pertanian secara khusus,
sehingga mendukung terwujudnya guru yang memiliki kompetensi, kemampuan
mengajar, dan kedisiplinan sesuai harapan peserta didik.
c. Data Faktor Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Saat ini telah dikembangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
KBK merupakan kurikulum dengan pendekatan kompetensi. Dalam hal
ini, kompetensi merupakan indikator yang menunjuk pada perbuatan yang dapat
diamati, dan sebagai konsep yang mencakup aspek perilaku, serta tahap-tahap
111
111
pelaksanaannya secara utuh. Berbeda dengan pendekatan lainnya, pendekatan
kompetensi lebih menekankan pada kemampuan melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan pekerjaan. KBK memfokuskan pada penguasaan
kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum ini
mencakup sejumlah kompetensi, dan seperangkat tujuan pembelajaran yang
dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk
perilaku peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan (Mulyasa, 2006:39-
40,69).
KTSP merupakan tindak lanjut dari pembaruan KBK. KTSP adalah
kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap
satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan dengan memperhatikan dan
berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berlaku. Sebagaimana
halnya pada KBK, pengembangan KTSP memfokuskan pada kompetensi tertentu,
berupa perilaku yang utuh (logical sequence) dan terpadu (integrative), serta dapat
didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud hasil belajar (Mulyasa, 2007:8-16,
146).
SPP-SPMA Tanjungsari menerapkan kurikulum dengan pendekatan
kompetensi (Tabel 7). Hal ini dapat dijelaskan dengan proses pembelajaran
praktik dengan bobot 70%, yang sebelumnya didahului dengan pembelajaran teori
dengan bobot 30%. Proses pembelajaran telah dilaksanakan dengan menekankan
pada penguasaan kompetensi-kompetensi tertentu di bidang pertanian oleh peserta
didik, berupa pengetahuan dan keterampilan bidang pertanian yang dapat
112
112
didemonstrasikan peserta didik dengan tahap-tahap pelaksanaan yang utuh dan
terpadu.
Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian, diperoleh data faktor
kurikulum (variabel X3) yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 13.
Kecenderungan nilai faktor kurikulum disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Kecenderungan Nilai Faktor Kurikulum (X3).
Faktor kurikulum terdiri dari kesesuaian mata pelajaran dengan
kompetensi yang dibutuhkan, proses belajar-mengajar, dan evaluasi yang
diterapkan di SPP-SPMA Tanjungsari. Menurut Soedijarto (1997:87), mutu hasil
pendidikan pada hakekatnya dipengaruhi oleh beberapa komponen, salah satunya
adalah sistem kurikulum dengan materi kurikulum yang direncanakan (mata
pelajaran), proses belajar-mengajar, dan sistem evaluasi.
0.00 1.22
59.76
39.02
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
(%)
X3
FAKTOR KURIKULUM
Sangat Rendah
Rendah
Tinggi
Sangat Tinggi
113
113
Dari Gambar 5 dapat diketahui bahwa sebanyak 59,76% responden
memberikan nilai faktor kurikulum yang tinggi dan 39,02% lainnya memberikan
nilai faktor kurikulum sangat tinggi (Lampiran 13). Rata-rata nilai faktor
kurikulum yaitu sebesar 33,66 (Lampiran 13) termasuk dalam kriteria tinggi. Hal
tersebut menunjukkan responden cenderung berpendapat atau menilai bahwa
tingkat kesesuaian mata pelajaran dengan kompetensi yang dibutuhkan, proses
belajar-mengajar yang dilaksanakan, dan sistem evaluasi yang diterapkan,
tergolong tinggi.
Rata-rata nilai faktor kurikulum yang termasuk kriteria tinggi (33,66),
dimungkinkan disebabkan oleh karena beberapa karakteristik kurikulum di SPP-
SPMA Tanjungsari, sebagai berikut:
- Mata pelajaran yang diberikan relevan dengan pencapaian kompetensi di
bidang pertanian (Tabel 7).
- Pelaksanaan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan praktik daripada
teori, sehingga peserta didik dapat menguasai keterampilan bidang pertanian
secara lebih baik.
- Sistem evaluasi yang diterapkan di antaranya adalah Uji Kompetensi yang
memungkinkan peserta didik memperoleh Sertifikat Kompetensi yang dapat
digunakan pada saat bekerja.
Karakteristik kurikulum tersebut telah memenuhi kebutuhan peserta didik
berupa kompetensi bidang pertanian beserta sertifikasinya. Wlodkowski (1991:58-
62) mengemukakan bahwa pembelajar (peserta didik) termotivasi untuk belajar,
salah satunya oleh karena adanya kebutuhan. Artinya, kepuasan peserta didik
114
114
terhadap proses pembelajaran, tercapai pada saat kebutuhan peserta didik dapat
terpenuhi.
d. Data Faktor Sarana dan Prasarana
SPP-SPMA Tanjungsari telah memiliki sarana dan prasarana pendukung
proses pembelajaran, baik teori maupun praktik. Sarana dan prasarana tersebut
antara lain: ruang pelatihan, asrama putri, asrama pelatihan, ruang kelas, aula,
rumah kaca, laboratorium kimia, laboratorium fisika, laboratorium biologi,
laboratorium bahasa, laboratorium komputer, perpustakaan, ruang kerohanian,
ruang pasca panen, bengkel latih, gudang hasil/benih, ruang koperasi, kandang
ternak, rumah dinas, rumah jaga, dan pos satpam.
Perpustakaan di SPP-SPMA Tanjungsari telah didukung oleh sarana dan
prasarana yang memenuhi standar. Perpustakaan dikelola oleh pustakawan, dan
menerapkan sistem pelayanan self service dengan dukungan katalog. Koleksi
buku yang tersedia di antaranya yaitu: kepustakaan umum, manajemen, agribisnis,
agroindustri, kewirausahaan, jurnal, tabloid, koran, leaflet, dan majalah.
Khusus untuk pembelajaran praktik, SPP-SPMA Tanjungsari juga
mempunyai lahan seluas 15,389 hektar, yang terdiri dari: sawah; kolam; lahan
darat, meliputi: kebun praktik, kebun koleksi, kebun induk, dan kebun unit
produksi.
Selain itu, SPP-SPMA Tanjungsari juga telah didukung oleh sarana olah
raga, pelayanan kesehatan, jalan, dan barang non teknis kantor seperti alat-alat
elektronik, alat pertanian, alat bengkel, alat klimatologi, dan lain sebagainya yang
merupakan pendukung proses pembelajaran.
115
115
Secara umum sarana dan prasarana pendukung proses pembelajaran
praktik sudah memadai, baik kuantitas maupun kualitasnya. Namun, untuk proses
pembelajaran teori masih belum didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana
yang optimal. Hal ini terlihat dari keadaan ruang kelas yang kurang baik dalam
hal pencahayaan, ventilasi, kebersihan, dan keteraturan ruangan; serta
ketersediaan alat, media dan teknologi pengajaran yang masih belum memadai.
Faktor sarana dan prasarana pada penelitian meliputi ketersediaan sarana
dan prasarana, baik kualitas maupun kuantitasnya, dalam mendukung proses
pembelajaran teori dan praktik, serta teknologi yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran
akan mampu meningkatkan motivasi belajar dan efektivitas pembelajaran.
Demikian pula dengan teknologi yang digunakan dalam pembelajaran. Ihde
(1979) menyatakan bahwa teknologi dalam pendidikan perlu dipahami baik
konteks maupun tujuannya. Perbedaan alat dan teknologi yang digunakan akan
memberikan perbedaan hasil transformasi pengetahuan (Seemann, 2003:30-36).
Pernyataan tersebut bermakna bahwa teknologi dapat menentukan efektivitas
pendidikan.
Sebaran data faktor sarana dan prasarana (variabel X4) secara lengkap
terdapat pada Lampiran 14. Kecenderungan nilai faktor sarana dan prasarana
dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 menunjukkan bahwa sebanyak 58,54% responden, memberikan
nilai faktor sarana dan prasarana yang tinggi (Lampiran 14). Demikian pula
dengan rata-rata nilai faktor sarana dan prasarana, yaitu sebesar 29,93, termasuk
116
116
pada kriteria tinggi (Lampiran 14). Hal tersebut menunjukkan responden
cenderung berpendapat atau menilai bahwa tingkat ketersediaan sarana dan
prasarana serta teknologi dalam mendukung proses pembelajaran adalah tinggi.
Gambar 6. Kecenderungan Nilai Faktor Sarana dan Prasarana (X4).
Keadaan sarana dan prasarana di SPP-SPMA Tanjungsari, khususnya
untuk mendukung proses pembelajaran praktik dapat dikatakan baik (subbab
A.1.g). Lahan praktik meliputi sawah, kolam, dan lahan darat, serta sarana dan
prasarana lainnya seperti rumah kaca, laboratorium, bengkel latih, dan lain
sebagainya telah mendukung proses pembelajaran. Selain itu, pada saat praktik
peserta didik difasilitasi dengan alat-alat praktik yang disediakan oleh sekolah.
Begitu pula dengan teknologi, terutama komputer, SPP-SPMA Tanjungsari telah
memiliki instalasi laboratorium komputer. Ketersediaan sarana dan prasarana
yang baik khususnya yang mendukung pembelajaran praktik tersebut, tidak
1.22
31.71
58.54
8.54
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
(%)
X4
FAKTOR SARANA DAN PRASARANA
Sangat Rendah
Rendah
Tinggi
Sangat Tinggi
117
117
terlepas dari status SPP-SPMA Tanjungsari sebagai SPP-SPMA unggulan dan
percontohan di Provinsi Jawa Barat.
Beberapa kelemahan yang ditemukan di lapangan, yang dimungkinkan
memberi pengaruh negatif terhadap penilaian peserta didik berkaitan dengan
faktor sarana dan prasarana, di antaranya yaitu: (i) Keadaan ruang kelas yang
belum memadai, seperti kurang pencahayaan dan ventilasi udara, serta kebersihan
yang belum secara berkelanjutan terpelihara dengan baik; dan (ii) Belum
mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran di kelas, seperti Over Head
Projector atau LCD Projector. Berkaitan dengan kelemahan point ii, pada
dasarnya pemilihan dan penggunaan media pembelajaran harus disesuaikan di
antaranya dengan keadaan peserta didik, keterampilan guru/pelatih, budaya
organisasi, fasilitas yang tersedia, dan prinsip-prinsip pembelajaran (Davies,
2005:124). Artinya, penggunaan media pembelajaran yang modern mungkin tidak
tepat diterapkan pada suatu proses pembelajaran. Namun demikian, perlu
dipertimbangkan juga bahwa penggunaan media pembelajaran, termasuk
teknologi, akan mempengaruhi motivasi belajar peserta didik, sebagaimana
dikemukakan Dick dan Reiser (1989:89), penggunaan media pembelajaran akan
menarik perhatian peserta didik dan pada akhirnya memotivasi mereka.
e. Data Faktor Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga peserta didik di SPP-SPMA Tanjungsari tidak
seluruhnya memiliki karakteristik lingkungan pertanian. Sebagai gambaran, pada
lingkungan keluarga peserta didik responden, dari 82 orang peserta didik
responden, hanya 17 orang atau 20,7% peserta didik yang keluarganya
118
118
bermatapencaharian di sektor pertanian. Namun demikian, hampir seluruh
keluarga peserta didik berasal dari daerah Kabupaten Sumedang yang berarti
berasal dari lingkungan masyarakat pertanian, sehingga pada kenyataannya
lingkungan keluarga peserta didik secara umum karakteristiknya telah dipengaruhi
oleh lingkungan masyarakatnya yang merupakan lingkungan masyarakat
pertanian.
Dari hasil pengumpulan data penelitian diperoleh data faktor lingkungan
keluarga (variabel X5) seperti tersaji pada Lampiran 15. Kecenderungan nilai
faktor lingkungan keluarga ditampilkan pada Gambar 7.
Faktor lingkungan keluarga meliputi karakteristik lingkungan keluarga
dalam mendukung pendidikan peserta didik dan partisipasi keluarga dalam
membayar biaya pendidikan, mengikuti pertemuan sekolah, dan dalam
pengembangan motivasi belajar peserta didik. Jordan dan Porath (2006:185-186)
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik budaya dan agama
dengan komitmen pada pendidikan. Karakteristik budaya dan agama pada
lingkungan keluarga sangat dipengaruhi oleh karakteristik lingkungan dari
keluarga yang bersangkutan. Selanjutnya, Mudjiman (2007:48-49)
mengemukakan bahwa lingkungan keluarga menunjang pembangunan motivasi
peserta didik, yang antara lain dalam bentuk dukungan seperti partisipasi dalam
membayar biaya pendidikan.
Pada Gambar 7 terlihat bahwa 63,41% responden memberikan nilai faktor
lingkungan keluarga yang tinggi (Lampiran 15). Rata-rata nilai faktor lingkungan
keluarga, seperti terdapat pada Lampiran 15, yaitu sebesar 31,12 termasuk dalam
119
119
kriteria tinggi. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
menilai tingkat dukungan karakteristik lingkungan keluarga dan partisipasi
keluarga dalam proses pendidikan mereka termasuk tinggi.
Gambar 7. Kecenderungan Nilai Faktor Lingkungan Keluarga (X5).
Tingginya rata-rata nilai faktor lingkungan keluarga dapat dijelaskan
terutama oleh karena tingginya dorongan/dukungan dan partisipasi lingkungan
keluarga dalam proses pendidikan peserta didik di SPP-SPMA Tanjungsari.
Tingginya dorongan dan partisipasi lingkungan keluarga tersebut berhubungan
dengan karakteristik lingkungan di mana keluarga peserta didik tinggal, yaitu
bahwa hampir seluruh keluarga peserta didik tinggal di lingkungan pertanian.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa SPP-SPMA Tanjungsari
berada di wilayah Kabupaten Sumedang yang perekonomiannya berbasiskan
sektor pertanian. Berkaitan dengan itu, lingkungan keluarga yang berada di
0.00
21.95
63.41
14.63
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
(%)
X5
FAKTOR LINGKUNGAN KELUARGA
Sangat Rendah
Rendah
Tinggi
Sangat Tinggi
120
120
lingkungan pertanian dimungkinkan telah menjadi faktor pendorong keluarga
peserta didik untuk memberikan dukungan kepada peserta didik agar mereka
dapat melaksanakan dan menyelesaikan pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari
dengan baik.
Sedangkan untuk karakteristik lingkungan keluarga, berdasarkan temuan
di lapangan diketahui bahwa hanya sebagian kecil peserta didik yang berasal dari
keluarga petani (Lampiran 10). Namun demikian, sebagian besar karakteristik
keluarga peserta didik memiliki kaitan yang erat dengan karakteristik lingkungan
pertanian, seperti misalkan ada keluarga peserta didik yang orang tuanya bekerja
sebagai pegawai pemerintah di instansi yang berkaitan dengan sektor pertanian
(Dinas Pertanian, BPP, dan lain sebagainya). Hal tersebut telah menyebabkan
peserta didik tetap menilai bahwa karakteristik lingkungan keluarganya telah
mendukung pendidikannya di SPP-SPMA Tanjungsari.
f. Data Faktor Lingkungan Masyarakat
SPP-SPMA Tanjungsari berada di wilayah Tanjungsari, Sumedang.
Sumedang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat dan berbatasan
langsung dengan ibu kota provinsi, Bandung. Seperti halnya kabupaten lain,
kabupaten yang memiliki luas wilayah 153.124 hektar dan jumlah penduduk
hampir 1 juta jiwa ini, juga menyimpan cukup banyak potensi di sektor pertanian,
peternakan, dan kehutanan. Beberapa komoditi unggulan Kabupaten Sumedang
antara lain ubi Cilembu, salak Cipondoh, pisang, dan singkong. Sedangkan
Tanjungsari merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sumedang.
Perekonomian masyarakat di kecamatan ini berbasis sektor pertanian. Komoditi
121
121
unggulan daerah ini terutama sayuran dan buah-buahan (hortikultura), ubi-ubian
(pangan), serta susu sapi (peternakan).
Berkaitan dengan masyarakat di wilayah Sumedang, khususnya
Tanjungsari yang sebagian besar perekonomiannya berbasis sektor pertanian,
menunjukkan bahwa lingkungan masyarakat di mana SPP-SPMA Tanjungsari
berada, memiliki karakteristik lingkungan masyarakat pertanian. Karakteristik
lingkungan demikian telah mendukung proses pendidikan dan juga pelatihan
pertanian yang diselenggarakan oleh SPP-SPMA Tanjungsari.
Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian, diperoleh data faktor
lingkungan masyarakat (variabel X6) yang secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 16. Kecenderungan nilai faktor lingkungan masyarakat disajikan pada
Gambar 8 (Lampiran 16).
Gambar 8. Kecenderungan Nilai Faktor Lingkungan Masyarakat (X6).
1.22
20.73
67.07
10.98
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
(%)
X6
FAKTOR LINGKUNGAN MASYARAKAT
Sangat Rendah
Rendah
Tinggi
Sangat Tinggi
122
122
Faktor lingkungan masyarakat terdiri dari karakteristik lingkungan
masyarakat di mana peserta didik tinggal dan masyarakat di sekitar sekolah, serta
partisipasi masyarakat dalam mendukung pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari.
Menurut Mudjiman (2008:47-48), karakteristik lingkungan, termasuk karakteristik
keluarga dan masyarakat, dapat mempengaruhi motivasi belajar peserta didik.
Selanjutnya di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa peran serta masyarakat dalam pendidikan
meliputi peran dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan
pendidikan. Dalam hal ini termasuk peran serta atau partisipasi masyarakat dalam
mendukung proses pendidikan.
Berdasarkan Gambar 8 dapat diketahui bahwa sebanyak 67,07%
responden memberikan nilai faktor lingkungan masyarakat yang tinggi (Lampiran
16). Demikian pula dengan rata-rata nilai faktor lingkungan masyarakat, yaitu
sebesar 30,45 termasuk dalam kriteria tinggi (Lampiran 16). Hal tersebut
menunjukkan responden cenderung berpendapat atau menilai bahwa karakteristik
lingkungan masyarakat di mana peserta didik tinggal dan masyarakat di sekitar
sekolah, serta partisipasi masyarakat dalam mendukung proses pendidikan, adalah
tinggi.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa basis perekonomian
masyarakat di Kabupaten Sumedang, termasuk di wilayah Tanjungsari, adalah
sektor pertanian. Artinya, karakteristik lingkungan masyarakat di wilayah tersebut
adalah masyarakat pertanian. Keadaan demikian tentu akan mendukung proses
pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari. Selain itu, peserta didik yang berada di
123
123
dalam lingkungan masyarakat pertanian akan memiliki motivasi yang lebih tinggi
untuk mengikuti proses pendidikan pertanian, karena mereka akan berkeyakinan
bahwa kompetensi yang diperolehnya dari proses pendidikan akan sangat berguna
pada saat mereka berada di lingkungan masyarakatnya. Jordan dan Porath
(2006:185-186) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik budaya
dan agama dengan komitmen pada pendidikan. Karakteristik budaya dan agama
pada lingkungan masyarakat dalam hal ini ditentukan oleh karakteristik
lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan komitmen akan berkaitan
dengan dukungan masyarakat pada proses pendidikan atau pembelajaran.
Proses pendidikan memerlukan dukungan lingkungan masyarakat, dalam
hal penyediaan lingkungan belajar yang kondusif, dukungan, dan sumber belajar.
Senge et al. (2000:460) mengemukakan bahwa peserta didik memerlukan
masyarakat sebagai tempat mereka belajar. Berkaitan dengan karakteristik
lingkungannya sebagai masyarakat pertanian, maka sangat dimungkinkan
tingginya partisipasi masyarakat dalam proses pendidikan di SPP-SPMA
Tanjungsari, baik berupa partisipasi dalam menjaga kenyamanan lingkungan
pendidikan, maupun dalam pelaksanaan pembelajaran di lapangan.
g. Data Keberhasilan Pengembangan SDM Pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari
Pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari telah
memperlihatkan keberhasilannya yang ditunjukkan dengan diperolehnya beberapa
prestasi baik akademik maupun non-akademik, yaitu: terjalin kerjasama luar
negeri dengan Fukui Norin High School Jepang, dalam bentuk program magang
124
124
bagi siswa berprestasi di Fukui Norin High School Jepang sejak tahun 2001
sampai dengan sekarang sebanyak 2 orang setiap tahun.; menerima Piagam
Penghargaan Abdi Bhakti Tani tahun 2002 dari Menteri Pertanian; menerima
Plakat Penghargaan Abdi Bhakti Tani tahun 2003 dari Menteri Pertanian; Peserta
Terbaik Festival Seni dan Budaya Internasional di Kanagawa-Jepang tahun 2003;
Ketua Asosiasi Sekolah Pertanian Republik Indonesia (ASPRI); pembina harian/
koordinator SPP-SPMA se-Jawa Barat tahun 1993 sampai dengan sekarang;
memperoleh penghargaan Citra Pelayanan Prima bagi UPTD berprestasi Provinsi
Jawa Barat tahun 2003; menerima beasiswa Supersemar sebanyak 70 orang setiap
tahun, sejak tahun 2000 hingga saat ini; Juara I Peserta Terbaik Festival Seni dan
Budaya Internasional di Kanagawa – Jepang tahun 2003; Juara I Lomba antar
SLTA Tingkat Provinsi Jawa Barat tahun 2003; Juara II Lomba Lintas Lembah
dan Bukit antar SLTA Regional Jawa Barat, yang diselenggarakan Fakultas
Pertanian – UNWIM 2003; Juara Harapan I Lomba Lintas Alam Pemuda I antar
SLTA se-Bandung Raya 2004; Juara Umum Temukarya Siswa Tingkat Nasional
tahun 2005 (Kontingen Jawa Barat); Juara I Putri Lomba Lintas Alam SLTA se-
Jawa tahun 2006; dan Juara I Asah Terampil untuk 3 provinsi yaitu DKI Jakarta,
Banten, dan Jawa Barat tahun 2006.
Selain ditunjukkan oleh prestasi tersebut, terdapat beberapa fakta yang
dapat menunjukkan keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari, di antaranya yaitu: pada saat ini seluruh kepala BPP yang berada di
Kabupaten Sumedang merupakan lulusan dari SPP-SPMA Tanjungsari; lulusan
memiliki Sertifikat Kompetensi; dan SPP-SPMA Tanjungsari sebagai SPP-SPMA
125
125
unggulan dan percontohan bagi sekolah pertanian di seluruh wilayah Jawa Barat
dan Banten.
Keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari
pada penelitian ini mencakup kualitas peserta didik yang terdiri dari: tingkat
pengetahuan, keterampilan, sikap dan kemandirian; kedisplinan; dan partisipasi
peserta didik dalam organisasi kesiswaan. Wuryanto (2007:57-58)
mengemukakan bahwa kualitas SDM peserta didik yang dihasilkan oleh
pendidikan nonformal dapat diukur dari tingkat pengetahuan, sikap/mental,
keterampilan, kemandirian, dan kedisiplinan peserta didik.
Gambar 9. Kecenderungan Nilai Keberhasilan Pengembangan SDM Pertanian di
SPP-SPMA Tanjungsari (Y).
Data keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari (variabel Y) secara lengkap terdapat pada Lampiran 17.
0.00
14.63
73.17
12.20
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
(%)
Y
KEBERHASILAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
DI SPP-SPMA TANJUNGSARI
Sangat Rendah
Rendah
Tinggi
Sangat Tinggi
126
126
Kecenderungan nilai keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari terdapat pada Gambar 9.
Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa sebanyak 73,17% responden
memberikan nilai keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari yang tinggi (Lampiran 17). Demikian pula dengan rata-rata nilai
keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari, yaitu
sebesar 31,20 (Lampiran 17), termasuk pada kriteria tinggi. Hal tersebut
menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan,
keterampilan, sikap dan kemandirian; kedisplinan; dan partisipasi peserta didik
dalam organisasi kesiswaan yang tinggi.
Kecenderungan nilai dan rata-rata nilai keberhasilan pengembangan SDM
pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari yang tinggi tersebut, yang diukur dari
tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan kemandirian; kedisplinan; dan
partisipasi peserta didik dalam organisasi kesiswaan, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
- Nilai rata-rata hasil belajar lebih besar dari 7 (Lampiran 17), yang menurut
kriteria penilaian di SPP-SPMA Tanjungsari, termasuk dalam kisaran lebih
dari cukup sampai dengan baik. Sistem penilaian di SPP-SPMA Tanjungsari
terdiri dari 2 komponen nilai, yaitu praktik dan teori, dengan pembobotan
lebih besar pada nilai praktik (70%). Berdasarkan temuan di lapangan,
diketahui bahwa nilai hasil belajar peserta didik rata-rata lebih unggul pada
komponen nilai praktik. Hal ini dimungkinkan karena proses pembelajaran
yang diterapkannya pun lebih menekankan pada kegiatan praktik. Sehubungan
127
127
dengan itu, nilai hasil belajar yang lebih unggul pada komponen nilai praktik,
dan bobot komponen nilai praktik yang lebih tinggi dalam sistem penilaian
yang diterapkan, sangat relevan dengan hasil nilai rata-rata yang termasuk
pada kriteria lebih dari cukup sampai dengan baik.
- SPP-SPMA Tanjungsari telah menerapkan beberapa upaya untuk memberikan
pembelajaran kedisiplinan kepada peserta didik. Di antaranya yaitu:
(i) Menerapkan aturan batas minimal kehadiran yang harus dipenuhi agar
dapat lulus dalam pembelajaran setiap Program Diklat (mata pelajaran);
(ii) Memberlakukan kebiasaan mengecek kehadiran peserta didik setiap guru
mengajar teori maupun praktik: (iii) Menerapkan sistem punishment yang
mendidik, sebagai contoh pada saat peserta didik terlambat mengikuti kegiatan
upacara bendera, kepada peserta didik yang bersangkutan diberikan sanksi
berupa tugas-tugas yang bermanfaat seperti mengisi polybag, melakukan
perawatan terhadap pertanaman atau lahan praktik, dan lain sebagainya.
Penerapan sistem pembelajaran kedisiplinan demikian telah mampu
membentuk perilaku peserta didik yang baik terutama dalam hal kedisiplinan.
- Partisipasi peserta didik dalam organisasi kesiswaan termasuk tinggi, terutama
pada tingkat I dan II. Hal tersebut dimungkinkan karena di SPP-SPMA
Tanjungsari dilaksanakan kegiatan ekstra-kurikuler yang terdiri dari kegiatan
wajib (keagamaan, kepramukaan, lingkungan hidup, keolahragaan) dan
kegiatan pilihan (kesenian, beladiri, paskibra, Ispertala, dan Isperma).
Kegiatan ekstra-kurikuler ini dilaksanakan antara lain untuk mengembangkan
128
128
kepribadian, kepemimpinan, dan kemampuan manajemen organisasi peserta
didik.
- Proses pembelajaran di SPP-SPMA Tanjungsari padat dengan pembelajaran
budi pekerti. Guru selain memberikan materi pelajaran sesuai dengan
kurikulum, juga banyak menyampaikan materi tentang nilai-nilai agama Islam
pada setiap proses pembelajarannya. Selain itu, perilaku sehari-hari peserta
didik di SPP-SPMA Tanjungsari juga diarahkan untuk sesuai dengan ajaran
agama Islam. Ini dibuktikan dengan tertanamnya kebiasaan mengucapkan
salam jika saling bertemu baik dalam suasana formal maupun tidak formal,
dan juga pakaian peserta didik perempuan yang disesuaikan dengan ajaran
agama Islam. Proses pembelajaran demikian secara nyata telah membentuk
peserta didik yang berkepribadian baik, sehingga memberikan pengaruh
positif terhadap perilaku peserta didik.
4. Uji Prasyarat Analisis
Sebelum data dianalisis dengan statistik regresi linear berganda dan
koefisien determinasi, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis terhadap
data penelitian. Uji prasyarat analisis yang dilakukan terdiri dari uji normalitas
data dan uji homogenitas variansi.
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas menguji hipotesis berikut:
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
129
129
Pengujian dilakukan dengan statistik Anderson-Darling Test pada taraf
signifikansi 5% (α = 0,05), menggunakan alat bantu program Minitab15.
Kriteria H0 ditolak atau tidak ditolak:
- Jika titik-titik nilai data variabel pada grafik normal probability plot terletak
mengikuti pola garis lurus, dan atau nilai P-value ≥ α , maka H0 tidak ditolak.
- Jika titik-titik nilai data variabel pada grafik normal probability plot terletak
tidak mengikuti pola garis lurus, dan atau nilai P-value < α , maka H0 ditolak.
Hasil uji normalitas data faktor peserta didik (X1), tenaga kependidikan
(X2), kurikulum (X3), sarana dan prasarana (X4), lingkungan keluarga (X5),
lingkungan masyarakat (X6), dan keberhasilan pengembangan SDM pertanian di
SPP-SPMA Tanjungsari (Y) dapat dilihat pada Lampiran 18. Sedangkan
interpretasi hasil uji normalitas data tersebut disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Interpretasi Hasil Uji Normalitas Data X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan Y
dengan Statistik Anderson-Darling Test pada Taraf Signifikansi 5%
(α = 0,05)
Hasil Uji Normalitas Data
Variabel Normal Probability Plot P-value
Keputusan
terhadap
H0
Interpretasi
X1
Titik-titik nilai data pada
grafik terletak mengikuti
pola garis lurus
0,075
(P-value >α)
H0 tidak
ditolak
Data
berdistribusi
normal
X2 Titik-titik nilai data pada
grafik terletak mengikuti
pola garis lurus
0,085
(P-value >α)
H0 tidak
ditolak
Data
berdistribusi
normal
X3 Titik-titik nilai data pada
grafik terletak mengikuti
pola garis lurus
0,050
(P-value ≥α)
H0 tidak
ditolak
Data
berdistribusi
normal
130
130
Tabel 13. (Lanjutan)
Hasil Uji Normalitas Data
Variabel Normal Probability Plot P-value
Keputusan
terhadap
H0
Interpretasi
X4
Titik-titik nilai data pada
grafik terletak mengikuti
pola garis lurus
0,307
(P-value >α)
H0 tidak
ditolak
Data
berdistribusi
normal
X5 Titik-titik nilai data pada
grafik terletak mengikuti
pola garis lurus 2
0,156
(P-value >α)
H0 tidak
ditolak
Data
berdistribusi
normal
X6 Titik-titik nilai data pada
grafik terletak mengikuti
pola garis lurus
0,055
(P-value >α)
H0 tidak
ditolak
Data
berdistribusi
normal
Y Titik-titik nilai data pada
grafik terletak mengikuti
pola garis lurus
0,105
(P-value >α)
H0 tidak
ditolak
Data
berdistribusi
normal
Tabel 13 menunjukkan bahwa data variabel penelitian, yaitu data X1, X2,
X3, X4, X5, X6, dan Y, seluruhnya berdistribusi normal. Dengan demikian, asumsi
normalitas data untuk melakukan analisis regresi linear berganda dan koefisien
determinasi telah terpenuhi.
b. Uji Homogenitas Variansi
Hipotesis yang diuji pada uji homogenitas variansi yaitu:
H0 : Variansi homogen
H1 : Variansi tidak homogen
Uji homogenitas variansi dilakukan dengan statistik Barlett’s Test pada
taraf signifikansi 5% (α = 0,05), menggunakan alat bantu program Minitab15.
Kriteria H0 ditolak atau tidak ditolak:
131
131
- Jika nilai P-value ≥ α , maka H0 tidak ditolak.
- Jika nilai P-value < α , maka H0 ditolak.
Hasil uji homogenitas variansi untuk data faktor peserta didik (X1), tenaga
kependidikan (X2), kurikulum (X3), sarana dan prasarana (X4), lingkungan
keluarga (X5), lingkungan masyarakat (X6), dan keberhasilan pengembangan
SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari (Y) terdapat pada Lampiran 19.
Hasil statistik Barlett’s Test pada taraf signifikansi 5% untuk data X1, X2,
X3, X4, X5, X6, dan Y, menunjukkan P-value = 0,102. Oleh karena P-value > α
(0,102 > 0,05), maka H0 tidak ditolak, yang berarti variansi data variabel X1, X2,
X3, X4, X5, X6 dan Y adalah homogen. Berkaitan dengan itu, asumsi homogenitas
variansi untuk data variabel X1, X2, X3, X4, X5, X6 dan Y dapat dipenuhi, sehingga
analisis regresi linear berganda dan koefisien determinasi dapat dilakukan.
5. Uji Hipotesis dengan Teknik Analisis Regresi Linear Berganda
Seluruh tahapan pengujian hipotesis dengan analisis regresi linear
berganda dilakukan dengan menggunakan alat bantu program statistik Minitab15.
a. Model Regresi Linear Berganda
Berdasarkan analisis data dengan teknik analisis regresi linear berganda
menggunakan alat bantu program statistik Minitab15 (Lampiran 20), diperoleh
hasil model regresi linear berganda Y atas X1, X2, X3, X4, X5, X6 sebagai berikut:
Ŷ = - 8,68 + 0,181 X1 + 0,310 X2 + 0,196 X3 + 0,129 X4 + 0,257 X5 + 0,216 X6.
132
132
b. Uji Asumsi Klasik Model Regresi Linear Berganda
Uji asumsi klasik yang harus dipenuhi agar model regresi linear berganda
Ŷ = - 8,68 + 0,181 X1 + 0,310 X2 + 0,196 X3 + 0,129 X4 + 0,257 X5 + 0,216 X6 dapat
digunakan untuk membuat kesimpulan terdiri dari uji asumsi linearitas model
regresi, normalitas residual, homoskedastisitas residual, independensi residual,
dan multicollinearity.
- Uji Asumsi Linearitas Model Regresi
Uji asumsi linearitas model regresi dilakukan melalui pendekatan grafis,
yaitu dengan metode scatterplot menggunakan alat bantu program statistik
Minitab15. Jika grafik scatterplot tidak berpola, maka dapat disimpulkan bahwa
pada model regresi tidak terjadi miss-specification fungsi garis regresi, atau
dengan kata lain model regresi adalah linear.
Hasil uji asumsi linearitas model regresi Ŷ = - 8,68 + 0,181 X1 + 0,310 X2 +
0,196 X3 + 0,129 X4 + 0,257 X5 + 0,216 X6 disajikan pada Gambar 10.
Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa hasil uji menunjukkan grafik
scatterplot yang dihasilkan tidak membentuk suatu pola tertentu yang teratur.
Berdasarkan hasil uji tersebut, maka dapat diasumsikan bahwa pada model regresi
Ŷ = - 8,68 + 0,181 X1 + 0,310 X2 + 0,196 X3 + 0,129 X4 + 0,257 X5 + 0,216 X6, tidak
terjadi miss-specification fungsi garis regresi, atau model regresi adalah linear.
133
133
Gambar 10. Hasil Uji Asumsi Linearitas Model Regresi Ŷ = - 8,68 + 0,181 X1 +
0,310 X2 + 0,196 X3 + 0,129 X4 + 0,257 X5 + 0,216 X6.
- Uji Asumsi Normalitas Residual
Uji asumsi normalitas residual dilakukan dengan statistik Anderson-
Darling Test pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05), menggunakan alat bantu
program statistik Minitab15. Jika titik-titik nilai residual pada grafik normal
probability plot terletak mengikuti pola garis lurus, dan atau nilai P-value ≥ α ,
maka nilai residual terdistribusi normal.
Hasil uji asumsi normalitas residual dengan Statistik Anderson-Darling
Test pada taraf signifikansi 5% dapat dilihat pada Gambar 11.
Berdasarkan hasil uji seperti terlihat pada Gambar 11, dapat diketahui
bahwa nilai statistik Anderson-Darling Test yang diperoleh adalah sebesar 0,386
dengan P-value = 0,382 (P-value > α). Grafik normal probability plot of residual
37.535.032.530.027.525.0
2
1
0
-1
-2
-3
Y-TOPI
RESIDU
Scatterplot of RESIDU vs Y-TOPI
134
134
memperlihatkan bahwa titik-titik nilai residual terletak mengikuti pola garis lurus.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai residual dari model regresi
linear berganda Ŷ = - 8,68 + 0,181 X1 + 0,310 X2 + 0,196 X3 + 0,129 X4 + 0,257 X5 +
0,216 X6 terdistribusi normal.
Gambar 11. Hasil Uji Asumsi Normalitas Residual.
- Uji Asumsi Homoskedastisitas Residual
Uji asumsi homoskedastisitas residual dilakukan melalui pendekatan
grafis, yaitu dengan metode scatterplot menggunakan alat bantu program statistik
Minitab15. Jika grafik scatterplot tidak berpola, maka dapat disimpulkan bahwa
variansi residual pada model regresi adalah konstan atau terjadi homoscedasticity
(Uyanto, 2009:253).
3210-1-2-3
99.9
99
95
90
80
7060504030
20
10
5
1
0.1
RESI1
Percent
Mean 8.101920E-15
StDev 0.8177
N 82
AD 0.386
P-Value 0.382
UJI NORMALITAS RESIDUALNormal
135
135
Hasil uji asumsi homoskedastisitas residual untuk model regresi linear
berganda Ŷ = - 8,68 + 0,181 X1 + 0,310 X2 + 0,196 X3 + 0,129 X4 + 0,257 X5 + 0,216 X6
terdapat pada Gambar 12.
Gambar 12. Hasil Uji Asumsi Homoskedastisitas Residual.
Pada Gambar 12 dapat dilihat bahwa grafik scatterplot tidak berpola,
sehingga variansi residual pada model regresi linear berganda Ŷ = - 8,68 + 0,181 X1
+ 0,310 X2 + 0,196 X3 + 0,129 X4 + 0,257 X5 + 0,216 X6 dapat diasumsikan konstan
(terjadi homoscedasticity).
- Uji Asumsi Independensi Residual
Uji asumsi independensi residual dilakukan dengan uji statistik Durbin-
Watson menggunakan alat bantu program statistik Minitab15. Jika nilai uji
37.535.032.530.027.525.0
2
1
0
-1
-2
-3
Y-TOPI
RESIDU
Scatterplot of RESIDU vs Y-TOPI
136
136
statistik Durbin-Watson lebih kecil dari satu atau lebih besar dari tiga, maka dapat
disimpulkan bahwa residual tidak bersifat independen atau terjadi autocorrelation
(Uyanto, 2009:248).
Hasil uji menunjukkan bahwa nilai statistik Durbin-Watson adalah
1,73383 (Lampiran 20). Nilai tersebut lebih besar dari 1 dan kurang dari 3,
sehingga dapat disimpulkan pada model regresi linear berganda Ŷ = - 8,68 + 0,181
X1 + 0,310 X2 + 0,196 X3 + 0,129 X4 + 0,257 X5 + 0,216 X6, nilai residual bersifat
independen atau tidak terjadi autocorrelation antar nilai residual.
- Uji Asumsi Multicollinearity
Uji asumsi multicollinearity dilakukan dengan analisis statistik Variance
Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF kurang dari 5, maka dapat disimpulkan
bahwa dalam model regresi tidak terjadi multicollinearity (Iriawan dan Astuti,
2006:235). Hasil uji asumsi multicollinearity terdapat pada Tabel 14.
Tabel 14. Hasil Uji Asumsi Multicollinearity dengan Analisis Statistik VIF
Variabel
Independen VIF
X1 1,345
X2 1,895
X3 1,581
X4 1,455
X5 1,348
X6 1,391
Keterangan: Hasil analisis berdasarkan output program Minitab15 (Lampiran 20).
Hasil uji pada Tabel 14 menunjukkan nilai VIF seluruh variabel
independen lebih kecil dari 5 (Lampiran 20). Dengan demikian, dapat dikatakan
137
137
bahwa tidak terjadi multicollinearity dalam model regresi linear berganda Ŷ = -
8,68 + 0,181 X1 + 0,310 X2 + 0,196 X3 + 0,129 X4 + 0,257 X5 + 0,216 X6.
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik sebagaimana telah diuraikan di atas,
maka model regresi linear berganda Ŷ = - 8,68 + 0,181 X1 + 0,310 X2 + 0,196 X3 +
0,129 X4 + 0,257 X5 + 0,216 X6 telah memenuhi seluruh asumsi yang harus dipenuhi
sehingga model tersebut dapat digunakan untuk membuat kesimpulan-kesimpulan.
c. Uji Signifikansi Model Regresi Linear Berganda
Hipotesis yang diuji:
H0 : Model regresi linear berganda tidak signifikan atau berarti
H1 : Model regresi linear berganda signifikan atau berarti
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F pada taraf signifikansi 5%
(α=0,05), menggunakan alat bantu program statistik Minitab15. Kriteria untuk
menolak atau tidak menolak H0 adalah:
- Jika Fhit < Ftabel atau P-value ≥ α , maka H0 tidak ditolak
- Jika Fhit > Ftabel atau P-value < α , maka H0 ditolak
Ftabel diperoleh dari tabel distribusi F pada α=0,05 dengan dk (derajat
kebebasan) pembilang = k = 6, dan dk penyebut = jumlah responden – jumlah
variabel independen – 1 = n-k-1 = 82-6-1 = 75. Dari daftar distribusi F, diketahui
Ftabel = 2,21.
Hasil uji F disusun dalam daftar ANAVA variabel X1, X2, X3, X4, X5, X6,
dan Y, seperti terdapat pada Tabel 15.
138
138
Tabel 15. Daftar ANAVA Variabel X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan Y
Source DF SS MS F P-value
Regression 6 580,716 96,786 134,02 0,000
Residual Error 75 54,162 0,722
Total 81 634,878
Keterangan: Hasil analisis berdasarkan output program Minitab15 (Lampiran 20).
Pada Tabel 15 terlihat bahwa hasil uji F menunjukkan nilai Fhit = 134,02
dan P-value = 0,000. Oleh karena Fhit > Ftabel dan P-value < α, maka H0 ditolak.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model regresi linear berganda
Ŷ = - 8,68 + 0,181 X1 + 0,310 X2 + 0,196 X3 + 0,129 X4 + 0,257 X5 + 0,216 X6
signifikan pada taraf signifikansi 5%. Artinya, model regresi tersebut secara
signifikan dapat digunakan untuk memprediksi rata-rata Y apabila X1, X2, X3, X4,
X5, dan X6 diketahui, atau dengan kata lain X1, X2, X3, X4, X5, dan X6 secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Y, yang dinyatakan dengan model
regresi linear berganda Ŷ = - 8,68 + 0,181 X1 + 0,310 X2 + 0,196 X3 + 0,129 X4 +
0,257 X5 + 0,216 X6.
d. Uji Signifikansi Koefisien Regresi Linear Berganda
Pada uji signifikansi koefisien regresi linear berganda diuji hipotesis
sebagai berikut:
H0 : Koefisien regresi linear berganda untuk X1, X2, X3, X4, X5, dan X6,
bernilai nol (θ1 = θ2 = θ3 = θ4 = θ5 = θ6 = 0)
H1 : Koefisien regresi linear berganda untuk X1, X2, X3, X4, X5, dan X6,
tidak bernilai nol (θ1, θ2, θ3, θ4, θ5, θ6 ≠ 0)
139
139
Pengujian hipotesis dilakukan dengan statistik uji-t (t-test) pada taraf
signifikansi 5% (α=0,05), menggunakan alat bantu program statistik Minitab15.
Kriteria untuk menolak atau tidak menolak H0 adalah:
- Jika thit < ttabel atau P-value ≥ α , maka H0 tidak ditolak
- Jika thit > ttabel atau P-value < α , maka H0 ditolak
Nilai ttabel diperoleh dari tabel distribusi t dengan α=0,05 dan dk (derajat
kebebasan) = jumlah responden – jumlah variabel independen – 1 = n-k-1 = 82-6-
1 = 75. Dari daftar distribusi t, diketahui nilai ttabel = 1,67.
Hasil uji-t pada taraf signifikansi 5% terdapat pada Tabel 16.
Tabel 16. Daftar Hasil Uji t pada Taraf Signifikansi 5%
Predictor Coef SE Coef t P-value
Constant -8,675 1,514 -5,73 0,000
X1 0,18142 0,03491 5,20 0,000
X2 0,30976 0,03672 8,44 0,000
X3 0,19571 0,04368 4,48 0,000
X4 0,12869 0,03194 4,03 0,000
X5 0,25725 0,03582 7,18 0,000
X6 0,21612 0,03644 5,93 0,000
Keterangan: Hasil analisis berdasarkan output program Minitab15 (Lampiran 20).
Hasil uji t (Tabel 16) menunjukkan thit untuk masing-masing koefisien
regresi linear berganda (θ1, θ2, θ3, θ4, θ5, dan θ6) nilainya lebih besar dari nilai
ttabel (thit > ttabel). Selain itu, P-value yang diperoleh untuk setiap koefisien regresi
linear nilainya lebih kecil dari 0,05 (P-value < α). Dengan demikian, H0 ditolak.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
140
140
koefisien regresi untuk X1, X2, X3, X4, X5, X6, pada model regresi linear berganda
Ŷ = - 8,68 + 0,181 X1 + 0,310 X2 + 0,196 X3 + 0,129 X4 + 0,257 X5 + 0,216 X6
signifikan pada taraf signifikansi 5%, yang berarti faktor peserta didik, tenaga
kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana, lingkungan keluarga, dan
lingkungan masyarakat, secara parsial memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari.
6. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Analisis koefisien determinasi dilakukan untuk menentukan derajat atau
besarnya pengaruh variabel X1, X2, X3, X4, X5, dan X6 terhadap variabel Y, baik
secara bersama-sama maupun parsial. Berkaitan dengan itu, dilakukan analisis
koefisien determinasi berganda dan koefisien determinasi parsial.
a. Analisis Koefisien Determinasi Berganda
Hasil analisis koefisien determinasi berganda dari model regresi linear
berganda Ŷ = - 8,68 + 0,181 X1 + 0,310 X2 + 0,196 X3 + 0,129 X4 + 0,257 X5 + 0,216
X6 dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Hasil Analisis Koefsien Determinasi (R2) Berganda
SSR SST Koefisien Determinasi
(R2)
R2
(adjusted)
580,716 634,878 0,915 0,908
Keterangan:
- Hasil analisis berdasarkan output program Minitab15 (Lampiran 20)
- SSR = Regression Sum of Squares =
- SST = Total Sum of Squares =
( )∑ −2
ˆ YYi
( )∑ −2
YYi
141
141
Pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi (R2)
berganda adalah sebesar 0,915. Artinya, 91,5% variasi variabel keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari (Y) dapat dijelaskan
oleh variasi dari variabel peserta didik (X1), tenaga kependidikan (X2), kurikulum
(X3), sarana dan prasarana (X4), lingkungan keluarga (X5), dan lingkungan
masyarakat (X6). Sedangkan 8,5% lainnya ditentukan oleh faktor unik yang tidak
dapat dijelaskan dengan penelitian.
Dengan demikian, dapat ditentukan bahwa derajat atau besarnya pengaruh
faktor peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana,
lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat, secara bersama-sama terhadap
keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA, adalah sebesar
91,5%.
b. Analisis Koefisien Determinasi Parsial
Nilai koefisien determinasi (R2) parsial diperoleh dengan cara
mengkuadratkan nilai koefisien korelasi parsial (r). Analisis koefisien korelasi
parsial dilakukan dengan menggunakan alat bantu program statistik SPSS 16.0.
Hasil analisis koefisien determinasi (R2) parsial dari model regresi linear
berganda Ŷ = - 8,68 + 0,181 X1 + 0,310 X2 + 0,196 X3 + 0,129 X4 + 0,257 X5 + 0,216
X6 tercantum pada Tabel 18.
Tabel 18 memperlihatkan bahwa nilai koefisien determinasi parsial yang
terbesar adalah R2 parsial untuk ry2.13456, yaitu 0,487. Artinya, variabel X2
memberikan derajat atau besarnya pengaruh yang terbesar terhadap variabel Y,
pada saat variabel independen lainnya tetap/dikendalikan.
142
142
Tabel 18. Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R2) Parsial
Koefisien Korelasi Parsial
(r)
Koefisien Determinasi
(R2) Parsial
P-value
ry1.23456 0,515 0,265 0,000
ry2.13456 0,698 0,487 0,000
ry3.12456 0,460 0,212 0,000
ry4.12356 0,422 0,178 0,000
ry5.12346 0,638 0,407 0,000
ry6.12345 0,565 0,319 0,000
Keterangan: Hasil analisis berdasarkan output program SPSS 16.0 (Lampiran 21).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor tenaga kependidikan,
dalam hal ini guru, memberikan pengaruh terbesar terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari, pada saat faktor-faktor
lainnya dianggap tetap atau dikendalikan. Besarnya pengaruh faktor tenaga
kependidikan tersebut yaitu sebesar 48,7%.
B. Pembahasan
1. Pengaruh Faktor Peserta Didik, Tenaga Kependidikan, Kurikulum,
Sarana dan Prasarana, Lingkungan Keluarga, dan Lingkungan
Masyarakat terhadap Keberhasilan Pengembangan SDM Pertanian di
SPP-SPMA Tanjungsari
Peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana,
lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat, merupakan faktor-faktor yang
menentukan keberhasilan suatu proses pendidikan.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dengan teknik analisis regresi
linear berganda, sebagaimana telah disajikan pada subbab terdahulu, diketahui
bahwa faktor peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana dan
prasarana, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat, secara bersama-sama
143
143
berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian di
SPP-SPMA Tanjungsari, yang dinyatakan dengan model regresi linear berganda
Ŷ = - 8,68 + 0,181 X1 + 0,310 X2 + 0,196 X3 + 0,129 X4 + 0,257 X5 + 0,216 X6.
Pada model regresi linear berganda yang diperoleh tersebut, dapat dilihat
bahwa koefisien regresi yang berkaitan dengan X1, X2, X3, X4, X5, dan X6,
seluruhnya bernilai positif. Ini menunjukkan setiap penambahan nilai faktor
peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana, lingkungan
keluarga, dan lingkungan masyarakat, akan memberikan penambahan nilai
keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari. Jika
ditinjau dari faktor peserta didik, nilai keberhasilan pengembangan SDM
pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari diperkirakan meningkat sebesar 0,181 untuk
peningkatan satu nilai faktor peserta didik. Jika ditinjau dari faktor tenaga
kependidikan, nilai keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari diperkirakan meningkat sebesar 0,310 untuk peningkatan satu nilai
faktor tenaga kependidikan. Jika ditinjau dari faktor kurikulum, nilai keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari diperkirakan
meningkat sebesar 0,196 untuk peningkatan satu nilai faktor kurikulum.
Selanjutnya, jika ditinjau dari faktor sarana dan prasarana, nilai
keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari
diperkirakan meningkat sebesar 0,129 untuk peningkatan satu nilai faktor sarana
dan prasarana. Jika ditinjau dari faktor lingkungan keluarga, nilai keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari diperkirakan
meningkat sebesar 0,257 untuk peningkatan satu nilai faktor lingkungan keluarga.
144
144
Dan jika ditinjau dari faktor lingkungan masyarakat, nilai keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari diperkirakan
meningkat sebesar 0,216 untuk peningkatan satu nilai faktor lingkungan
masyarakat.
Analisis koefisien determinasi berganda memberikan nilai R2 sebesar
0,915 (Tabel 17). Nilai tersebut bermakna bahwa faktor peserta didik, tenaga
kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana, lingkungan keluarga, dan
lingkungan masyarakat, secara bersama-sama memberikan pengaruh yang kuat
terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari,
yaitu sebesar 91,5%. Hasil penelitian demikian telah memperkuat pernyataan
Soedijarto (1997:87), bahwa mutu hasil pendidikan pada hakekatnya adalah
fungsi dari berinteraksinya: peserta didik dengan latar belakang sosial ekonomi
kultural, kemampuan dasar kognitif, dan motivasinya; tenaga kependidikan
(guru); sistem kurikulum dengan materi kurikulum yang direncanakan, proses
belajar-mengajar, sistem evaluasi, dan manajemen kurikulumnya; waktu belajar,
fasilitas dan lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam hal ini, pernyataan
tersebut menegaskan bahwa faktor peserta didik, tenaga kependidikan, sistem
kurikulum, fasilitas (sarana dan prasarana), serta lingkungan keluarga dan
masyarakat, akan menentukan keberhasilan suatu proses pendidikan atau
pembelajaran.
Adanya pengaruh faktor peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum,
sarana dan prasarana, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat, secara
bersama-sama terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-
145
145
SPMA Tanjungsari, menunjukkan bahwa keseluruhan faktor yang mempengaruhi
tersebut telah mendukung proses pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari, sehingga
pada akhirnya turut mendukung keberhasilan proses pendidikan di SPP-SPMA
Tanjungsari. Pengaruh masing-masing faktor tersebut dibahas di subsubbab
selanjutnya. Sedangkan pengaruh secara bersama-sama faktor-faktor tersebut
dapat dijelaskan oleh karena pada dasarnya pengembangan SDM pertanian di
SPP-SPMA Tanjungsari dapat dipahami sebagai sebuah sistem pendidikan dan
pelatihan. Patrick (1992:109-110) mengatakan bahwa sebuah sistem dapat dipecah
menjadi subsistem-subsistem dan hubungan antara subsistem-subsistem tersebut.
Setiap subsistem memiliki fungsi berbeda yang mendukung sistem untuk
mencapai tujuannya.
Berkaitan dengan itu, pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari sebagai sistem, akan terdiri dari komponen atau subsistem di
antaranya peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana,
lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat. Masing-masing komponen
tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Artinya, antara komponen yang satu dengan
yang lainnya akan saling berinteraksi, bergantung, dan mendukung untuk
tercapainya tujuan dari pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari. Sebagai contoh, tenaga kependidikan (guru) tidak dapat menjalankan
fungsinya tanpa adanya peserta didik, begitu pula peserta didik tidak dapat
melakukan proses pendidikan secara optimal tanpa didukung oleh guru.
Kemudian kurikulum tidak dapat terlaksana tanpa adanya peserta didik, guru, dan
dukungan sarana dan prasarana, demikian pula peserta didik dan guru tidak dapat
146
146
melakukan proses pendidikan yang bermutu tanpa adanya kurikulum dan
dukungan sarana dan prasarana yang berkualitas. Contoh lain, proses pendidikan
tidak akan berlangsung dengan baik apabila lingkungan keluarga dan masyarakat
tidak mendukung, dan sebaliknya, lingkungan keluarga dan masyarakat akan sulit
berkembang tanpa didukung oleh suatu proses pendidikan. Dari sini jelas bahwa
keseluruhan komponen peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana dan
prasarana, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat akan menentukan
keberhasilan proses pendidikan. Pada saat seluruh komponen dapat berfungsi
dengan baik, saling berinteraksi, bergantung, dan mendukung, maka proses
pendidikan akan berlangsung dengan baik serta memberikan hasil yang baik pula.
Tetapi pada saat salah satu atau sebagian komponen tidak berfungsi secara
optimal, maka fungsi sebagian komponen lainnya akan terganggu, sehingga pada
akhirnya akan mempengaruhi hasil dari proses pendidikan.
Dengan demikian, berdasarkan pemahaman pengembangan SDM
pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari sebagai sebuah sistem tersebut, maka dapat
dipahami pula bagaimana faktor peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum,
sarana dan prasarana, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat,
seluruhnya secara bersama-sama memberikan pengaruh terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari.
Hasil penelitian yang menunjukkan faktor peserta didik, tenaga
kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana, lingkungan keluarga, dan
lingkungan masyarakat, secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap
keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari, menuntut
147
147
perlunya usaha-usaha peningkatan keberhasilan pengembangan SDM pertanian di
SPP-SPMA Tanjungsari, dilakukan secara seimbang, menyeluruh (holistik) dan
sinergis, serta berkelanjutan. Usaha yang seimbang, menyeluruh dan sinergis
bermakna bahwa strategi pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari tidak bisa hanya dilakukan melalui rekayasa satu atau sebagian
komponen/faktor saja dan mengabaikan sebagian komponen/faktor lainnya,
melainkan harus menyentuh keseluruhan dan dilaksanakan secara bersama-sama,
sehingga setiap komponen/faktor dapat berfungsi optimal dan mampu saling
mendukung untuk tercapainya tujuan keberhasilan pengembangan SDM pertanian
di SPP-SPMA Tanjungsari. Sedangkan usaha yang berkelanjutan mengarah pada
upaya pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari harus
berlangsung di setiap waktu, secara terus-menerus dan dinamis.
a. Pengaruh Faktor Peserta Didik terhadap Keberhasilan Pengembangan
SDM Pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari
Soedijarto (1997:87) mengemukakan bahwa salah satu komponen penentu
keberhasilan proses pendidikan adalah peserta didik dengan latar belakang sosial
ekonomi kultural, kemampuan dasar kognitif, dan motivasinya. Pernyataan
tersebut dapat berarti bahwa peserta didik memiliki pengaruh terhadap
keberhasilan suatu proses pendidikan atau pembelajaran. Sehubungan dengan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari dilaksanakan dengan
strategi pendidikan yang diasumsikan sebagai pre-service training, maka dapat
dikatakan bahwa peserta didik dengan latar belakang sosial-ekonomi, kemampuan
dasar, dan motivasinya, dapat menjadi faktor yang mempengaruhi keberhasilan
148
148
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari. Hal ini telah
dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh signifikan
faktor peserta didik terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-
SPMA Tanjungsari.
Pengaruh faktor peserta didik terhadap keberhasilan pengembangan SDM
pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari, bila faktor tenaga kependidikan, kurikulum,
sarana dan prasarana, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat
dikendalikan, atau dengan kata lain pengaruh faktor peserta didik secara parsial
terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari,
dapat dilihat pada model regresi linear berganda yang diperoleh dari hasil analisis
data penelitian, yaitu Ŷ = - 8,68 + 0,181 X1 + 0,310 X2 + 0,196 X3 + 0,129 X4 + 0,257
X5 + 0,216 X6. Berdasarkan model tersebut, dapat diketahui bahwa pengaruh faktor
peserta didik terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari bersifat positif, yaitu setiap penambahan satu nilai faktor peserta
didik sedangkan faktor-faktor lainnya dikendalikan, diperkirakan akan
memberikan penambahan nilai keberhasilan pengembangan SDM pertanian di
SPP-SPMA Tanjungsari sebesar 0,181.
Derajat pengaruh faktor peserta didik secara parsial terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari ditunjukkan oleh nilai
koefisien determinasi (R2) parsial faktor peserta didik sebesar 26,5% (Tabel 18).
Pada penelitian ini, faktor peserta didik diindikasikan dengan karakteristik
sosial-ekonomi, kemampuan dasar, dan motivasi. Berdasarkan hasil penelitian
dapat dikatakan bahwa indikator-indikator dari faktor peserta didik tersebut telah
149
149
memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan pengembangan
SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari.
Hasil penelitian yang menunjukkan karakteristik sosial-ekonomi peserta
didik mempengaruhi keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari, sesuai dengan pendapat beberapa ahli, di antaranya yaitu Jones dan
Jones (2001:8) yang mengemukakan bahwa faktor sosial mempengaruhi perilaku
peserta didik, dan juga Good dan Brophy (1986) serta Ornstein (1991), dalam
Crowl et al. (1997:365) yang mengatakan bahwa peserta didik yang berasal dari
keluarga dengan tingkat kesejahteraan dan pendidikan yang lebih baik cenderung
berperilaku lebih baik di sekolah, daripada peserta didik yang berasal dari
keluarga yang keadaan sosial ekonominya lebih rendah. Pendapat-pendapat
tersebut menyatakan adanya pengaruh positif keadaan sosial-ekonomi terhadap
perilaku peserta didik, dan perilaku peserta didik merupakan salah satu indikator
utama yang menunjukkan tingkat keberhasilan suatu proses pendidikan. Pendapat
senada juga dikemukakan Jordan dan Porath (2006:189), yaitu bahwa pada
umumnya terdapat suatu hubungan antara pendapatan yang rendah atau
kemiskinan dengan pendidikan. Kemiskinan pada anak berpengaruh pada
interaksi sosial, perilaku, dan hasil akademisnya. Peserta didik dari keluarga
ekonomi lemah menunjukkan kemampuan sosial kurang baik dan menampilkan
lebih banyak perilaku bermasalah.
Adanya pengaruh karakteristik sosial-ekonomi peserta didik terhadap
keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari,
menunjukkan bahwa karakteristik sosial-ekonomi peserta didik telah mampu
150
150
mendukung proses pendidikan peserta didik, sehingga pada akhirnya dapat
mendukung keberhasilan proses pendidikan peserta didik.
Terdapat temuan yang menarik di lapangan (Lampiran 10), yaitu diketahui
bahwa ternyata keadaan sosial-ekonomi peserta didik dapat dikatakan termasuk
kriteria menengah ke bawah (sebagai gambaran diketahui rata-rata pendapatannya
berada pada kisaran Rp.9.849,-/orang/hari), namun pada kenyataannya,
sebagaimana juga telah dibuktikan dengan hasil penelitian, keadaan sosial-
ekonomi peserta didik tetap mampu mendukung keberhasilan proses pendidikan
peserta didik. Keadaan tersebut dapat dijelaskan bahwa SPP-SPMA Tanjungsari
telah menerapkan program pendidikan murah, yang dibuktikan dengan biaya
pendidikan (SPP) sebesar Rp. 10.000,- per bulan; fasilitasi alat-alat praktik oleh
sekolah; dan program beasiswa bagi 70 peserta didik per tahun. Berkaitan dengan
itu, keadaan sosial-ekonomi yang tidak terlalu tinggi, tidak menjadi penghambat
proses pendidikan peserta didik. Artinya, meskipun keadaan sosial-ekonomi
peserta didik dapat dikatakan termasuk dalam kriteria menengah ke bawah, namun
cenderung tetap dapat mendukung keefektifan proses pendidikannya di SPP-
SPMA Tanjungsari.
Teori yang menyatakan bahwa keadaan sosial-ekonomi yang lemah
memberikan perilaku peserta didik yang kurang baik, di antaranya dapat berarti
dengan keadaan sosial-ekonomi yang lemah, peserta didik akan mengalami
permasalahan berupa kesulitan dalam pembiayaan pendidikan, sehingga pada
akhirnya mengganggu keefektifan proses pembelajarannya. Misalkan, karena
tidak mampu membayar biaya pendidikan, peserta didik menjadi sering tidak
151
151
masuk sekolah karena malu atau mendapat sanksi dari sekolah, dan pada akhirnya
memperlihatkan perilaku yang kurang baik. Keadaan seperti ini tidak terjadi di
SPP-SPMA Tanjungsari, karena sebagaimana telah dikemukakan, SPP-SPMA
Tanjungsari telah mampu mengantisipasi permasalahan ketidakefektifan proses
pembelajaran peserta didik yang disebabkan oleh hambatan keadaan sosial-
ekonominya yang kurang memadai.
Berkaitan dengan kemampuan dasar peserta didik yang berdasarkan hasil
penelitian telah mempengaruhi keberhasilan pengembangan SDM pertanian di
SPP-SPMA Tanjungsari, dapat dijelaskan bahwa kemampuan dasar akan
menentukan kemampuan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran,
termasuk kemampuannya dalam menerima pembelajaran. Pada saat peserta didik
memiliki kemampuan menerima pembelajaran yang baik, tentu akan memberikan
hasil pembelajaran yang baik pula. Kemampuan peserta didik dalam hal ini dapat
meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Gagne et al. (1988:114)
mengemukakan bahwa karakteristik pembelajar yang mempengaruhi
kemampuannya menerima pelajaran adalah kapabilitas intelektual, kemampuan
kognitif, kemampuan verbal, sikap, dan kemampuan motorik. Peserta didik
sebelum diterima di SPP-SPMA Tanjungsari terlebih dahulu harus lulus dalam
ujian tertulis dan wawancara. Ujian tertulis dan wawancara tersebut dilaksanakan
untuk menilai apakah peserta didik memiliki kemampuan dasar standar untuk
dapat belajar di SPP-SPMA Tanjungsari. Sehubungan dengan itu, peserta didik
yang telah memenuhi persyaratan lulus ujian tertulis dan wawancara tersebut,
dapat dikatakan bahwa pada saat mereka memulai pendidikan, mereka telah
152
152
memiliki kemampuan dasar yang dapat mendukung proses pendidikannya di SPP-
SPMA Tanjungsari.
Selain itu, kemampuan dasar yang dalam penelitian ini diukur dari
pengalaman prestasi peserta didik sebelum mengikuti pendidikan di SPP-SPMA
Tanjungsari, berkaitan dengan pengalaman pembelajaran peserta didik pada saat
berada di tingkat SLTP. Greener (2008:251) mengatakan bahwa motivasi belajar
akan selalu dipengaruhi oleh pengalaman belajar peserta didik di masa lalu dan
keadaan pribadi saat ini. Data faktor peserta didik memperlihatkan bahwa rata-rata
peserta didik memiliki nilai pengalaman prestasi yang baik selama di tingkat
SLTP. Hasil tersebut menunjukkan bahwa peserta didik memiliki pengalaman
belajar yang baik pada masa itu, sehingga pada akhirnya dapat mendukung
motivasi belajarnya ketika mengikuti pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari.
Motivasi belajar yang tinggi dalam hal ini sudah tentu dapat menunjang
keberhasilan peserta didik dalam proses pendidikannya.
Faktor peserta didik yang berpengaruh terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari juga berkaitan dengan
motivasi peserta didik. Motivasi penting karena merupakan salah satu faktor
utama yang mempengaruhi pembelajaran, dalam hal ini motivasi memediasi
pembelajaran dan tahapan pembelajaran sehingga berlangsung dengan baik
(Wlodkowski, 1991:4). Brewster dan Fager (2000), dalam Jensen dan Burr
(2006:6-7) mengemukakan bahwa peserta didik yang memiliki motivasi instrinsik
diketahui lebih memungkinkan untuk berhasil. Selanjutnya menurut Mudjiman
(2008:38), faktor pendorong motivasi intrinsik yang utama adalah emosi, rasa
153
153
senang, dan minat. Hasil penelitian yang menunjukkan motivasi peserta didik
telah mempengaruhi keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari, dapat dijelaskan oleh karena adanya motivasi intrinsik peserta didik
yang tinggi untuk mengikuti proses pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari. Dari
temuan di lapangan dapat diketahui bahwa rata-rata motif peserta didik mengikuti
pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari adalah atas dasar keinginan sendiri dan
ketertarikan atau minatnya pada pendidikan pertanian. Hal tersebut dimungkinkan
karena sebagian besar peserta didik berasal dari lingkungan masyarakat pertanian,
sehingga mereka memiliki motivasi yang lebih tinggi untuk mengikuti pendidikan
bidang pertanian.
Faktor peserta didik yang berpengaruh positif terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari, mengindikasikan
pentingnya upaya peningkatan faktor peserta didik dalam rangka mewujudkan
keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari secara
lebih baik. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, perlu untuk dipahami
bahwa upaya yang dilakukan harus seimbang, menyeluruh, dan sinergis, dalam
arti rekayasa faktor peserta didik dalam hal ini harus dilakukan secara sinergis
bersama-sama dengan rekayasa faktor-faktor lainnya. Peningkatan faktor peserta
didik perlu ditempuh melalui peningkatan faktor karakteristik sosial-ekonomi,
kemampuan dasar, dan motivasi peserta didik.
Peningkatan faktor karakteristik sosial-ekonomi peserta didik dapat
dikaitkan dengan adanya peranan SPP-SPMA Tanjungsari dalam mengantisipasi
permasalahan ketidakefektifan proses pembelajaran akibat keadaan sosial-
154
154
ekonomi yang kurang memadai, yaitu berupa penerapan program pendidikan
murah. Berkaitan dengan itu, upaya peningkatan faktor peserta didik khususnya
untuk karakteristik sosial-ekonomi dapat dilakukan dengan beberapa strategi.
Pertama, perlu mempertahankan pendidikan yang murah dan berkualitas.
Pendidikan yang murah dapat terwujud hanya jika memperoleh dukungan
berbagai stakeholders, terutama Yayasan Darmaloka dan Pemerintah Provinsi
Jawa Barat sebagai pengelola dan pensubsidi SPP-SPMA Tanjungsari. Dalam hal
ini perlu dipertahankan biaya pendidikan pada level yang tidak memberatkan
peserta didik. Sedangkan pendidikan yang berkualitas dicapai dengan
meningkatkan kualitas seluruh komponen atau faktor dalam pengembangan SDM
pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari. Kedua, perlu juga ditingkatkan program
beasiswa bagi peserta didik, yang ditujukan selain untuk membantu peserta didik
yang kurang mampu secara ekonomi, juga untuk memacu prestasi peserta didik di
SPP-SPMA Tanjungsari.
Peningkatan faktor kemampuan dasar dapat dilakukan dengan strategi
seleksi penerimaan peserta didik, yaitu persyaratan seleksi (terutama berkaitan
dengan kemampuan dasar kognitif, afektif, dan psikomotorik) perlu benar-benar
mempertimbangkan standar kemampuan yang harus dipenuhi oleh peserta didik
agar dapat mengikuti proses pendidikan dengan baik. Ini berarti bahwa
penerimaan peserta didik tidak didasarkan pada pencapaian target jumlah peserta
didik sebanyak-banyaknya, tetapi lebih pada pertimbangan berdasarkan
pemenuhan syarat kualitas kemampuan dasarnya yang dapat mendukung
pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari.
155
155
Sedangkan peningkatan faktor motivasi peserta didik dapat dilakukan
dengan peningkatan kualitas penyelenggaraan dan lulusan SPP-SPMA
Tanjungsari, atau secara sederhana dapat dikatakan dengan senantiasa
meningkatkan citra SPP-SPMA Tanjungsari. Ini juga dapat dicapai jika
keseluruhan komponen atau faktor dalam pengembangan SDM pertanian di SPP-
SPMA Tanjungsari ditingkatkan kinerjanya secara seimbang, menyeluruh dan
sinergis, serta berkelanjutan.
b. Pengaruh Faktor Tenaga Kependidikan terhadap Keberhasilan
Pengembangan SDM Pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari
Faktor tenaga kependidikan pada penelitian ini yaitu faktor guru. Guru,
dalam pengertian sederhana, adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan
kepada anak didik (Karsidi, 2007:63). Sedangkan guru dalam pandangan
masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat
tertentu, tidak harus di lembaga pendidikan formal (Djamarah, 2005:31).
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh faktor tenaga
kependidikan secara parsial terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian
di SPP-SPMA Tanjungsari. Pengaruh tersebut dapat dilihat pada model regresi
linear berganda yang diperoleh dari analisis data penelitian, yaitu Ŷ = - 8,68 +
0,181 X1 + 0,310 X2 + 0,196 X3 + 0,129 X4 + 0,257 X5 + 0,216 X6. Berdasarkan model
tersebut, dapat diketahui bahwa faktor tenaga kependidikan memberikan pengaruh
positif, artinya setiap penambahan satu nilai faktor tenaga kependidikan
sedangkan faktor-faktor lainnya dikendalikan, akan memberikan penambahan
156
156
nilai keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari
sebesar 0,310.
Analisis koefisien determinasi parsial menunjukkan nilai R2 parsial faktor
tenaga kependidikan sebesar 0,487 (Tabel 18). Dari nilai tersebut dapat diketahui
bahwa derajat pengaruh faktor tenaga kependidikan secara parsial terhadap
keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari adalah
sebesar 48,7%.
Adanya pengaruh positif faktor tenaga kependidikan terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari tersebut, telah
membuktikan pernyataan Heyneman dan Losely (1983), dalam Crowl et al.
(1997:365), bahwa peserta didik yang memberikan hasil akademis lebih baik,
memiliki guru yang lebih baik daripada peserta didik yang kurang baik hasil
akademisnya. Dalam hal ini, guru yang baik memberikan pengaruh yang baik pula
terhadap hasil akademis peserta didiknya.
Hasil penelitian Brewer dan Burgess (2005:42-43) menunjukkan bahwa
kualitas pribadi guru telah memotivasi peserta didik untuk mengikuti
pembelajaran di kelas. Kualitas pribadi yang dimaksud di antaranya yaitu
berpandangan terbuka, ramah, bersemangat, dan memiliki perhatian terhadap
peserta didiknya. Kemudian, sikap guru di kelas sangat penting dalam
menentukan keberhasilan penerapan kurikulum yang inovatif (Hargreaves, 1994;
Sarason, 1991, dalam Barnes, 2005:7). Pernyataan-pernyataan tersebut telah
secara jelas menunjukkan bahwa guru dapat menentukan keberhasilan proses
pembelajaran peserta didik.
157
157
Faktor tenaga kependidikan diindikasikan oleh: kompetensi guru, meliputi
keahlian dan penguasaan guru dalam hal materi pelajaran yang diajarkan;
kemampuan mengajar meliputi kejelasan dalam memberikan materi pelajaran, dan
ketepatan dalam pemilihan dan penggunaan metode dan teknik mengajar; dan
kedisiplinan guru mencakup kehadiran dan ketepatan waktu mengajar.
Sehubungan dengan itu, adanya pengaruh faktor tenaga kependidikan terhadap
keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari
mengindikasikan adanya pengaruh kompetensi, kemampuan mengajar, dan
kedisiplinan guru terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-
SPMA Tanjungsari.
Cole dan Chan (1994:20) mengatakan bahwa guru harus memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang materi yang diajarkan. Terdapat
beberapa karakteristik guru yang efektif, di antaranya yaitu memahami mata
pelajaran yang diajarkan dan bagaimana mengajarkannya (Crowl et al., 1997:14).
Selanjutnya Dembo dan Hillman (1976), dalam Good dan Brophy (1990:8),
meyakinkan bahwa mengajar yang baik memerlukan penguasaan terhadap 3
aspek: (i) pengetahuan dan keterampilan konseptual; (ii) keterampilan mengajar;
(iii) kemampuan mengambil keputusan. Penguasaan keterampilan mengajar
sebagai syarat bagi praktik mengajar yang efektif, dapat bermakna bahwa guru
agar dapat melakukan pengajaran secara baik dan efektif, salah satunya harus
menguasai keterampilan mengajar, termasuk kejelasan mengajar dan ketepatan
dalam pemilihan dan penggunaan metode dan teknik mengajar.
158
158
Pernyataan-pernyataan tersebut menegaskan bahwa guru agar dapat
mengajar secara efektif harus memiliki keahlian dan penguasaan yang baik
tentang materi pelajaran yang diajarkan, kemudian mampu mengajarkannya. Dari
sini dapat dipahami bahwa keahlian dan penguasaan guru tentang materi
pelajaran, serta kemampuan guru mengajarkan materi pelajaran, akan menentukan
keefektifan kegiatan pembelajaran, yang berarti dapat mempengaruhi keberhasilan
proses pendidikan secara keseluruhan. Ini sejalan dengan hasil penelitian yang
menunjukkan adanya pengaruh faktor tenaga kependidikan, di antaranya
kompetensi guru dan kemampuan mengajarnya, terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari.
Hasil penelitian juga telah memperkuat pernyataan Crowl et al. (1997:14)
yang mengemukakan bahwa guru yang efektif harus memiliki komitmen pada
peserta didik dan kegiatan pembelajaran. Komitmen dalam hal ini dapat
mengandung makna kesungguhan, keseriusan, motivasi, dan usaha optimal untuk
melakukan yang terbaik bagi peserta didik dan kegiatan pembelajaran. Komitmen
pada peserta didik dan kegiatan pembelajaran dapat ditunjukkan salah satunya
oleh kedisiplinan guru dalam mengajar, karena pada saat guru memiliki
kedisiplinan yang tinggi dalam hal mengajar, maka guru yang bersangkutan secara
nyata telah menunjukkan komitmennya pada peserta didik dan kegiatan
pembelajaran. Berkaitan dengan itu, maka dapat dikatakan bahwa kedisiplinan
guru berpengaruh terhadap keefektifan guru dalam mengajar, yang juga berarti
bahwa kedisiplinan guru akan mempengaruhi keberhasilan proses pendidikan.
159
159
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa faktor tenaga kependidikan
telah mempengaruhi keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari, mengindikasikan faktor tenaga kependidikan telah turut mendukung
keberhasilan proses pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa keadaan SDM guru di SPP-SPMA Tanjungsari, sebagian besar,
bahkan hampir seluruhnya, telah berpendidikan S1 (Tabel 6). Usman (2002),
dalam Karsidi (2007:71), mengatakan bahwa salah satu syarat agar guru dapat
melaksanakan tugasnya adalah memiliki tingkat pendidikan yang memadai.
Tingkat pendidikan guru tentu akan berhubungan dengan kompetensinya. Guru
dengan pendidikan S1 sangat dimungkinkan telah memiliki kompetensi yang
diperlukan untuk proses pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari. Selain itu, SPP-
SPMA Tanjungsari juga telah berupaya untuk senantiasa meningkatkan kualitas
tenaga guru melalui penyelenggaraan Pendidikan Guru Pertanian secara khusus,
sehingga SDM guru di SPP-SPMA Tanjungsari dapat memberikan kompetensi,
kemampuan mengajar, dan kedisiplinan yang mampu mendukung keberhasilan
proses pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari.
Pengaruh positif dan signifikan dari faktor tenaga kependidikan terhadap
keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari,
menunjukkan bahwa dalam upaya pencapaian keberhasilan pengembangan SDM
pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari secara lebih baik, dipandang sangat penting
dilakukan usaha-usaha pengoptimalan faktor tenaga kependidikan (guru). Dalam
hal ini, pengoptimalan faktor tersebut dilaksanakan bersama-sama secara sinergis
dengan faktor-faktor lainnya.
160
160
Usaha-usaha pengoptimalan faktor tenaga kependidikan dapat dilakukan
melalui strategi pengembangan SDM guru. Sebagaimana tujuan dari
pengembangan SDM yaitu untuk peningkatan kualitas manusia (Muhadjir, 1988,
dalam Suryono, 2008:16), maka pengembangan SDM guru dalam hal ini
berorientasi pada peningkatan kualitas guru terutama yang berkaitan dengan
kompetensi, kemampuan mengajar, dan kedisiplinan, secara dinamis dan
berkelanjutan. Dinamis dan berkelanjutan di sini berarti bahwa usaha-usaha
peningkatan kualitas guru harus senantiasa dilaksanakan secara terus-menerus,
mengikuti perkembangan masyarakat dan pertanian beserta kebutuhannya.
Peningkatan kualitas guru dalam upaya pengembangan SDM guru dapat
ditempuh dengan berbagai cara, salah satunya yaitu melalui program pendidikan
dan pelatihan (educational and training programs) bagi guru. Peningkatan
kualitas guru perlu ditekankan pada penguasaan tiga kompetensi yaitu kompetensi
profesional, personal, dan sosial (Joni dalam Karsidi, 2007:74-75). Kompetensi
profesional artinya bahwa guru harus memiliki pengetahuan yang luas serta
mendalam tentang bidang studi yang akan diajarkan, serta penguasaan
metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritis, mampu memilih
metode yang tepat, serta mampu menggunakannya dalam proses belajar-mengajar.
Kompetensi personal, artinya bahwa guru harus memiliki sikap kepribadian yang
mantap, sehingga mampu menjadi sumber intensifikasi bagi subjek. Sedangkan
kompetensi sosial artinya bahwa guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi
sosial.
161
161
c. Pengaruh Faktor Kurikulum terhadap Keberhasilan Pengembangan
SDM Pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari
Istilah kurikulum sering digunakan untuk menunjukkan suatu program
untuk memberikan materi pelajaran dan nilainya, suatu program untuk mata
pelajaran yang diberikan dalam siklus studi, atau seluruh program untuk mata
pelajaran-mata pelajaran yang berbeda dalam siklus. Istilah kurikulum kadang-
kadang digunakan dalam pengertian yang luas, yaitu mencakup aktivitas
pendidikan yang bervariasi, penyampaian materi, serta penggunaan bahan dan
metode (Renē Ochs, 1974, dalam Lewy, 1977:6).
Oliva (1982:5-6) mengemukakan bahwa kurikulum dapat dipahami baik
dalam pengertian secara sempit, yaitu kurikulum sebagai mata pelajaran yang
diberikan, maupun secara luas, yaitu kurikulum sebagai semua pengalaman
pembelajar yang diarahkan oleh sekolah, yang diberikan di dalam ataupun di luar
sekolah. Kurikulum akan berkaitan dengan kegiatan pendidikan dan juga
pelatihan. Kurikulum dapat meliputi materi kurikulum yang direncanakan (mata
pelajaran), proses belajar-mengajar, dan sistem evaluasi (Soedijarto, 1997:87).
Hasil penelitian menunjukkan terdapatnya pengaruh faktor kurikulum
secara parsial terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-
SPMA Tanjungsari, yang dinyatakan dengan model regresi linear berganda
Ŷ = - 8,68 + 0,181 X1 + 0,310 X2 + 0,196 X3 + 0,129 X4 + 0,257 X5 + 0,216 X6. Dari
model regresi linear berganda tersebut, dapat diketahui bahwa setiap penambahan
satu nilai faktor kurikulum sedangkan faktor-faktor lainnya dikendalikan, akan
memberikan penambahan nilai keberhasilan pengembangan SDM pertanian di
SPP-SPMA Tanjungsari sebesar 0,196.
162
162
Derajat pengaruh faktor kurikulum secara parsial terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari ditunjukkan oleh nilai
koefisien determinasi (R2) parsial faktor kurikulum sebesar 21,2% (Tabel 18).
Adanya pengaruh faktor kurikulum terhadap keberhasilan pengembangan
SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari telah memperkuat pernyataan Karsidi
(2007:76), bahwa kurikulum akan menentukan kualitas pembelajaran, dan juga
Soedijarto (1997:87) yang mengatakan bahwa mutu hasil pendidikan pada
hakekatnya dipengaruhi oleh beberapa komponen, salah satunya adalah sistem
kurikulum. Hasil penelitian juga sejalan dengan apa yang dikemukakan Palmer
(1995), dalam Erekson dan Shumway (2006:28-29), yaitu bahwa kurikulum yang
terintegrasi dapat meningkatkan efektivitas pendidikan. Kurikulum yang
terintegrasi di sini dimaksudkan sebagai kurikulum yang tersusun dari gabungan
berbagai disiplin ilmu atau mata pelajaran.
Kurikulum pada dasarnya merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Dari pengertian kurikulum tersebut, jelas kurikulum akan
mempengaruhi keberhasilan suatu proses pendidikan.
Kurikulum dalam penelitian ini diindikasikan oleh mata pelajaran, proses
belajar-mengajar, dan evaluasi yang diterapkan di SPP-SPMA Tanjungsari. Mata
pelajaran terutama menyangkut kesesuaian mata pelajaran dengan pengetahuan
dan keterampilan di bidang pertanian (kesesuaiannya dengan kompetensi yang
dibutuhkan peserta didik), proses belajar-mengajar berkaitan dengan perencanaan
163
163
dan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, sedangkan evaluasi berhubungan
dengan pengaruhnya terhadap motivasi belajar peserta didik.
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mata pelajaran telah
mempengaruhi keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari, dapat dijelaskan oleh karena mata pelajaran yang diberikan sangat
relevan dengan pencapaian kompetensi di bidang pertanian. Mata pelajaran di
SPP-SPMA Tanjungsari berbentuk Program Diklat, yang memberikan
konsekuensi logis pada penerapannya yaitu tidak terlalu banyak menekankan
pengajaran teoritis, tetapi lebih pada pembelajaran praktis. Selanjutnya pada Tabel
7 terlihat sebanyak 68% Program Diklat yang diberikan merupakan Program
Produktif yang berkaitan langsung dengan kompetensi bidang pertanian,
sedangkan 32% dapat dikatakan sebagai program penunjang. Penerapan Program
Diklat yang sebagian besarnya memiliki relevansi langsung dengan kompetensi
bidang pertanian tersebut jelas akan mampu mendukung pencapaian tujuan
penguasaan kompetensi bidang pertanian oleh peserta didik secara efektif.
Kemudian, dengan tercapainya tujuan penguasaan kompetensi bidang pertanian
tersebut maka dapat berarti kebutuhan peserta didik pun dapat terpenuhi, sehingga
tentu ini akan mendorong pengembangan motivasi belajar peserta didik. Dengan
demikian, dapat dipahami bahwa mata pelajaran yang diberikan di SPP-SPMA
Tanjungsari mampu mendukung pencapaian tujuan pembelajaran dan peningkatan
motivasi belajar peserta didik, sehingga secara nyata dapat memberikan pengaruh
positif terhadap keberhasilan proses pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari.
164
164
Adanya pengaruh proses belajar-mengajar yang meliputi perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar terhadap keberhasilan pengembangan
SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari, menunjukkan bahwa proses belajar-
mengajar yang telah dilaksanakan di SPP-SPMA Tanjungsari telah turut
mendukung tercapainya keberhasilan proses pendidikan. Hal tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
- Perencanaan pembelajaran berkaitan dengan tujuan pembelajaran dan
bagaimana mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Berdasarkan temuan di
lapangan dapat diketahui bahwa di awal kegiatan belajar-mengajar, guru
terlebih dahulu menyampaikan garis besar (silabi) materi yang akan
disampaikan beserta tujuan-tujuannya. Rothkopf dan Kaplan (1972), dalam
Gagne (1976:291), mengatakan bahwa menginformasikan tujuan belajar
kepada pembelajar, jelas memberikan efek terhadap pencapaian prestasi.
Upaya pengembangan motivasi pada proses pengajaran dapat berjalan efektif
jika pembelajar diberi informasi tentang tujuan pembelajaran. Ini
dimaksudkan untuk memberikan harapan-harapan pada pembelajar tentang
kemampuan apa yang akan diperoleh dari proses pembelajaran. Berkaitan
dengan itu, bahwa penyampaian materi dan tujuan pembelajaran oleh guru di
SPP-SPMA Tanjungsari di awal kegiatan pembelajaran akan dapat
mengembangkan motivasi belajar peserta didik, sehingga pada akhirnya akan
memberikan pengaruh terhadap pencapaian keberhasilan pembelajaran.
- Pelaksanaan pembelajaran di SPP-SPMA Tanjungsari lebih menekankan pada
kegiatan praktik daripada teori, yang ditunjukkan dengan pelaksanaan
165
165
Program Adaptif yang berbobot 70% praktik dan 30% teori, serta pelaksanaan
Swakarya Wirausaha dan PKU di setiap tingkat. Pada konteks pendidikan
orang dewasa, pembelajaran demikian dapat mengembangkan motivasi belajar
pembelajar. Laird (1985:125) mengemukakan ciri-ciri belajar orang dewasa
salah satunya yaitu belajar harus dengan berbuat, tidak cukup hanya dengan
mendengarkan dan menyerap. Artinya, belajar harus dengan praktik, dan pada
saat ini dilaksanakan maka akan dapat mengembangkan motivasi belajar
pembelajar. Pelaksanaan pembelajaran dengan penekanan pada kegiatan
praktik juga dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih efektif,
terutama untuk penguasaan keterampilan bidang pertanian oleh peserta didik.
Ini dibuktikan bahwa dari hasil temuan di lapangan, diketahui bahwa peserta
didik cenderung memberikan nilai yang lebih baik pada komponen praktik
daripada teori. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa
pelaksanaan pembelajaran di SPP-SPMA Tanjungsari dapat mempengaruhi
keberhasilan proses pendidikan secara keseluruhan.
Berkaitan dengan sistem evaluasi yang mempengaruhi keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari, dapat dijelaskan
bahwa salah satu bentuk evaluasi yang diterapkan di SPP-SPMA Tanjungsari
adalah Uji Kompetensi yang memungkinkan peserta didik memperoleh Sertifikat
Kompetensi yang dapat digunakan pada saat bekerja. SIL International (1999:1)
mengemukakan bahwa salah satu kondisi yang menjadikan pre-service training
perlu dilaksanakan adalah seseorang harus tersertifikasi terlebih dahulu sebelum
dapat memulai melaksanakan tugas atau pekerjaan. Dewasa ini telah diketahui
166
166
bersama bahwa terdapat banyak situasi yang menuntut seseorang harus
tersertifikasi sebelum memulai bekerja. Berkaitan dengan itu, peserta didik yang
memperoleh Sertifikat Kompetensi akan menjadi lebih siap untuk bekerja.
Adanya Uji Kompetensi yang memungkinkan peserta didik memperoleh
Sertifikat Kompetensi, jelas akan mampu meningkatkan motivasi belajar peserta
didik. Dalam hal ini, peserta didik akan berusaha belajar dengan keras untuk lulus
Uji Kompetensi sehingga mereka dapat memperoleh Sertifikat Kompetensi. Efek
positif dari motivasi belajar yang tinggi ini adalah selain peserta didik dapat lulus
Uji Kompetensi, juga peserta didik dapat mencapai keberhasilan pendidikan
secara umum. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dipahami bagaimana sistem
evaluasi di SPP-SPMA Tanjungsari mempengaruhi keberhasilan proses
pendidikannya.
Hasil penelitian yang menunjukkan faktor kurikulum berpengaruh positif
dan signifikan terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-
SPMA Tanjungsari, menuntut perlunya peningkatan faktor kurikulum dalam
upaya pencapaian keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari secara lebih baik. Peningkatan faktor ini dilaksanakan bersama-sama
secara sinergis dengan faktor-faktor lainnya.
Langkah awal yang perlu ditempuh dalam upaya peningkatan faktor
kurikulum adalah dengan menerapkan kurikulum yang saat ini digunakan di SPP-
SPMA Tanjungsari secara optimal, kemudian mengembangkannya agar menjadi
lebih bermutu. Ini berkaitan dengan hasil penelitian yang dengan jelas
167
167
menunjukkan kurikulum yang diterapkan saat ini secara nyata telah
mempengaruhi keberhasilan proses pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari.
Pengembangan kurikulum dalam rangka peningkatan faktor kurikulum,
perlu direncanakan dan dirumuskan secara tepat dan efektif, di antaranya penting
untuk mempertimbangkan beberapa strategi. Pertama, perlu pengembangan
kurikulum ke arah pemenuhan kebutuhan lokal. Artinya, kurikulum harus
dirancang untuk penguasaan kompetensi yang dibutuhkan daerah. Kedua, perlu
pengembangan kurikulum ke arah pemenuhan kebutuhan perkembangan
masyarakat dan sektor pertanian. Sebagai contoh, perubahan masyarakat yang
semakin menuntut pemanfaatan biofuel memberikan peluang bagi sektor pertanian
untuk mengembangkan teknologi bahan bakar nabati. Dalam hal ini, kurikulum
harus mampu memenuhi tuntutan perkembangan masyarakat dan sektor pertanian
tersebut.
Berkaitan dengan Uji Kompetensi, perlu adanya kerjasama dengan seluruh
stakeholders, guna menganalisis kebutuhan kompetensi dan standar yang harus
dipenuhi, sehingga Sertifikat Kompetensi yang diperoleh peserta didik mendapat
pengakuan stakeholders secara lebih luas lagi.
d. Pengaruh Faktor Sarana dan Prasarana terhadap Keberhasilan
Pengembangan SDM Pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari
Suhartono (2008:111-114) mengemukakan bahwa sarana dan prasarana
pendidikan berfungsi untuk membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi
proses transformasi edukatif. Proses transformasi edukatif merupakan perubahan
168
168
perilaku peserta didik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Proses ini
berbentuk:
- Pengajaran, yaitu proses perubahan perilaku yang terutama tertuju pada
pengembangan kemampuan intelektual dan penggunaannya dalam kehidupan.
- Bimbingan, yaitu proses perubahan perilaku terutama tertuju pada
pengembangan kemampuan pribadi yang mampu memecahkan sendiri
persoalan belajar dan sosial yang dihadapi.
- Latihan, yaitu proses perubahan perilaku yang terutama tertuju pada
pengembangan kinerja intelektual, emosional, dan psikomotorik.
Berdasarkan fungsi dari sarana dan prasarana yaitu untuk membantu
meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses transformasi edukatif tersebut, maka
sarana dan prasarana pada dasarnya dapat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi
proses pendidikan atau pembelajaran. Selanjutnya, Karsidi (2007:75-77)
mengatakan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran akan dipengaruhi oleh
unsur-unsur yang secara langsung berkaitan dengan berlangsungnya proses
pembelajaran tersebut, salah satunya yaitu sarana. Dalam hal ini tentu termasuk
prasarananya. Pernyataan-pernyataan tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa faktor sarana dan prasarana secara parsial
mempengaruhi keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari, yang dinyatakan dengan model regresi linear berganda Ŷ = - 8,68 +
0,181 X1 + 0,310 X2 + 0,196 X3 + 0,129 X4 + 0,257 X5 + 0,216 X6. Dari model tersebut,
dapat diketahui bahwa setiap penambahan satu nilai faktor sarana dan prasarana
sedangkan faktor-faktor lainnya dikendalikan, akan memberikan penambahan
169
169
nilai keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari
sebesar 0,129.
Analisis koefisien determinasi parsial memberikan nilai R2 parsial faktor
sarana dan prasarana sebesar 0,178 (Tabel 18). Dari nilai tersebut dapat diketahui
bahwa derajat pengaruh faktor sarana dan prasarana terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari adalah sebesar 17,8%.
Faktor sarana dan prasarana pada penelitian ini diindikasikan dengan
ketersediaan sarana dan prasarana dalam mendukung proses pembelajaran teori
dan praktik, serta teknologi dalam mendukung proses pembelajaran. Hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa faktor sarana dan prasarana mempengaruhi
keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari dapat
dijelaskan sebagai berikut:
- SPP-SPMA Tanjungsari telah memiliki sarana dan prasarana yang mampu
mendukung proses pembelajaran praktik. Ini dibuktikan dengan ketersediaan
lahan seluas 15,389 hektar, dengan peruntukkan terutama sebagai sawah,
kolam, kebun praktik, kebun koleksi, kebun induk, dan kebun unit produksi.
Selain itu, terdapat pula ruang pelatihan, rumah kaca, laboratorium kimia,
laboratorium fisika, laboratorium biologi, laboratorium bahasa, laboratorium
komputer, perpustakaan, ruang pasca panen, bengkel latih, gudang hasil/benih,
dan kandang ternak. Kemudian tersedia juga alat pertanian, alat bengkel, alat
klimatologi, dan alat pendukung kegiatan praktik lainnya. Ketersediaan sarana
dan prasarana yang mampu mendukung proses pembelajaran praktik tersebut,
secara nyata telah mempengaruhi kualitas proses dan hasil pembelajarannya.
170
170
Hal ini dibuktikan dengan hasil temuan di lapangan yang menunjukkan bahwa
peserta didik cenderung memberikan nilai hasil belajar yang lebih baik pada
komponen nilai praktik daripada teori.
- Berkaitan dengan sarana dan prasarana pendukung proses pembelajaran teori
dan juga teknologi komputer dan internet, dari temuan di lapangan dapat
diketahui bahwa keadaannya dapat dikatakan masih belum baik, sehingga
telah mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran peserta didik. Hal
tersebut dibuktikan dengan komponen nilai teori peserta didik yang relatif
masih belum memuaskan. Selain itu, hasil penelitian juga telah membuktikan
bahwa derajat pengaruh faktor sarana dan prasarana terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari sebesar 17,8%
menunjukkan nilai derajat pengaruh yang paling rendah dibandingkan dengan
faktor-faktor lainnya (Tabel 18). Berikut ini beberapa gambaran keadaan
sarana dan prasarana pendukung pembelajaran teori serta teknologi komputer
dan internet yang belum memadai tersebut, beserta pengaruhnya terhadap
proses belajar peserta didik:
• Keadaan ruang kelas (khususnya untuk tingkat III) belum memadai,
seperti kurang pencahayaan dan ventilasi udara, serta kebersihan yang
belum secara berkelanjutan terpelihara dengan baik. Djamarah (2005:46)
mengemukakan bahwa lingkungan belajar yang tidak menyenangkan,
suasana kelas yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas
belajar yang kurang tersedia, menyebabkan peserta didik malas belajar.
Pernyataan tersebut menegaskan pentingnya keadaan lingkungan belajar,
171
171
termasuk kelas, yang mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
Pada saat lingkungan belajar tidak memadai, maka pengaruhnya terhadap
keberhasilan proses pembelajaran pun menjadi tidak optimal.
• Belum mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran di kelas, seperti
Over Head Projector atau LCD Projector, dan penerapan teknologi
komputer dan internet. Pada dasarnya pemilihan dan penggunaan media
pembelajaran memang harus disesuaikan di antaranya dengan keadaan
peserta didik, keterampilan guru/pelatih, budaya organisasi, fasilitas yang
tersedia, dan prinsip-prinsip pembelajaran (Davies, 2005:124). Artinya,
penggunaan media pembelajaran yang modern mungkin tidak tepat
diterapkan pada suatu proses pembelajaran. Namun demikian, perlu
dipertimbangkan juga bahwa penggunaan media pembelajaran, termasuk
teknologi, akan mempengaruhi motivasi belajar peserta didik,
sebagaimana dikemukakan Dick dan Reiser (1989:89), penggunaan media
pembelajaran akan menarik perhatian peserta didik dan pada akhirnya
memotivasi mereka.
Hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan
faktor sarana dan prasarana terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian
di SPP-SPMA Tanjungsari, mengindikasikan bahwa pencapaian keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari secara lebih baik dapat
diwujudkan melalui peningkatan faktor sarana dan prasarana, dengan tetap pada
pemahaman bahwa usaha-usaha dilakukan secara sinergis bersama faktor-faktor
lainnya.
172
172
Fakta bahwa pengaruh faktor sarana dan prasarana terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari adalah yang terendah
dibandingkan faktor-faktor lainnya (ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi
sebesar 0,129 dan koefisien determinasi sebesar 17,8%), menuntut peningkatan
faktor sarana dan prasarana secara optimal. Berkaitan dengan itu, perlu ditempuh
beberapa strategi. Pertama, pengoptimalan pemanfaatan sarana dan prasarana oleh
seluruh komponen di SPP-SPMA Tanjungsari, terutama guru, sehingga mampu
mendukung keberhasilan proses pembelajaran secara lebih efektif dan efisien.
Kedua, peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pendukung
pembelajaran teori dan praktik. Dalam hal ini penting untuk senantiasa memahami
bahwa pelaksanaan pembelajaran teori dan praktik harus sama berkualitasnya.
Walaupun bobot proses pembelajaran lebih besar pada pembelajaran praktik,
namun kedua komponen pembelajaran (teori dan praktik) harus didukung oleh
ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. Berkaitan dengan itu, perlu
peningkatan media pembelajaran ke arah pengembangan motivasi belajar peserta
didik, dan pengoptimalan penerapan teknologi komputer dan internet. Strategi
pengoptimalan penerapan teknologi komputer dan internet dalam proses
pembelajaran penting karena perkembangan masyarakat, termasuk sektor
pertanian, telah menuntut penerapan teknologi tersebut. Selain itu, strategi ini juga
penting untuk meningkatkan keberdayaan peserta didik pada saat lulus nantinya,
yaitu berupa penguasaan teknologi dan peningkatan kemampuan mengakses
informasi.
173
173
Strategi ketiga, perlu pengembangan sarana dan prasarana ke arah
pemenuhan standar terbaik (bukan sekedar pada pemenuhan standar minimal)
bagi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bidang pertanian yang berkualitas.
Strategi ini penting, karena SDM guru yang berkualitas tidak dapat berfungsi
optimal tanpa ketersediaan sarana dan prasarana yang berkualitas pula.
e. Pengaruh Faktor Lingkungan Keluarga terhadap Keberhasilan
Pengembangan SDM Pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari
Faktor lingkungan keluarga dapat mempengaruhi motivasi belajar, dan
motivasi belajar akan sangat mempengaruhi keberhasilan peserta didik mengikuti
pendidikan. Faktor lingkungan keluarga juga akan menentukan keefektifan proses
pendidikan peserta didik. Pada penelitian ini, faktor lingkungan keluarga
diindikasikan dengan karakteristik lingkungan keluarga dan partisipasi dalam
mendukung pendidikan peserta didik di SPP-SPMA Tanjungsari.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh faktor lingkungan
keluarga secara parsial terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian di
SPP-SPMA Tanjungsari, yang dinyatakan dengan model regresi linear berganda
Ŷ = - 8,68 + 0,181 X1 + 0,310 X2 + 0,196 X3 + 0,129 X4 + 0,257 X5 + 0,216 X6.
Berdasarkan model regresi linear berganda tersebut, dapat diketahui bahwa setiap
penambahan satu nilai faktor lingkungan keluarga sedangkan faktor-faktor lainnya
dikendalikan, akan memberikan penambahan nilai keberhasilan pengembangan
SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari sebesar 0,257.
Derajat pengaruh faktor lingkungan keluarga secara parsial terhadap
keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari
174
174
ditunjukkan oleh nilai R2 parsial faktor lingkungan keluarga sebesar 40,7% (Tabel
18).
Adanya pengaruh faktor lingkungan keluarga terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari, sebagaimana yang
dibuktikan oleh hasil penelitian, memperkuat pendapat Mudjiman (2007:48-49),
bahwa lingkungan keluarga menunjang pembangunan motivasi peserta didik,
yang antara lain dalam bentuk dukungan seperti partisipasi dalam membayar
biaya pendidikan. Semakin tinggi dukungan lingkungan keluarga, akan semakin
berkembang motivasi belajar peserta didik, dan pada akhirnya akan
mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam proses pendidikannya.
Faktor lingkungan keluarga yang mempengaruhi keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari, dapat dijelaskan
sebagai berikut:
- Berdasarkan temuan di lapangan diketahui bahwa hanya sebagian kecil peserta
didik yang berasal dari keluarga petani (Lampiran 10). Namun demikian,
sebagian besar karakteristik keluarga peserta didik memiliki kaitan yang erat
dengan karakteristik lingkungan pertanian, seperti misalkan terdapat keluarga
peserta didik yang orang tuanya bekerja sebagai pegawai pemerintah di
instansi yang berkaitan dengan sektor pertanian (Dinas Pertanian, BPP, dan
lain sebagainya). Karakteristik lingkungan keluarga yang erat kaitannya
dengan karakteristik lingkungan pertanian tersebut dapat menumbuhkan
penilaian positif lingkungan keluarga terhadap pendidikan pertanian, sehingga
pada akhirnya keluarga menjadi terdorong untuk memberikan dukungan
175
175
kepada peserta didik untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikannya di
SPP-SPMA Tanjungsari.
- Karakteristik lingkungan keluarga yang pada umumnya erat kaitannya dengan
karakteristik lingkungan pertanian, juga telah mendorong motivasi belajar dan
perilaku peserta didik. Berdasarkan temuan di lapangan diketahui bahwa
sebagian besar peserta didik termotivasi untuk berprestasi karena adanya
dorongan dari lingkungan keluarga. Djamarah (2005:53) mengatakan bahwa
situasi interaksi edukatif tidak bisa terlepas dari pengaruh latar belakang
kehidupan anak didik, termasuk karakteristik lingkungan keluarganya.
Karateristik lingkungan keluarga yang mendukung pendidikan peserta didik di
SPP-SPMA Tanjungsari dapat meningkatkan motivasi belajar dan perilaku
peserta didik, sehingga interaksi edukatif peserta didik pun dapat berlangsung
secara lebih baik.
- Partisipasi keluarga dalam mendukung proses pendidikan peserta didik di
SPP-SPMA Tanjungsari dapat dikatakan tinggi. Hal ini dapat diketahui dari
temuan di lapangan yang menunjukkan tingginya partisipasi keluarga dalam
membayar biaya pendidikan, menghadiri pertemuan sekolah, dan
pengembangan motivasi belajar peserta didik. Partisipasi keluarga yang tinggi
dalam mendukung proses pendidikan peserta didik tersebut secara nyata telah
mempengaruhi keberhasilan proses pendidikan peserta didik. Lingkungan
keluarga yang tidak mendukung, misalkan ditunjukkan dengan partisipasi
yang rendah dalam mendukung pelaksanaan pendidikan peserta didik, tentu
akan berdampak negatif pada peserta didik. Mungkin secara psikologis peserta
176
176
didik merasa tidak diperhatikan oleh lingkungan keluarganya sehingga
menjadi tidak bersemangat untuk berprestasi baik. Tekanan-tekanan dari
lingkungan keluarga, misalkan permasalahan keluarga yang berakibat
terlupakannya kewajiban biaya pendidikan peserta didik, tentu akan
mempengaruhi keefektifan peserta didik dalam mengikuti proses
pembelajaran. Karena belum membayar biaya pendidikan, peserta didik bisa
jadi akan merasa malu, atau bahkan mendapat sanksi dari sekolah, sehingga
peserta didik tidak mau atau tidak dapat mengikuti beberapa sesi dari proses
pembelajaran. Jones dan Jones (2001:10) menyatakan bahwa tekanan keluarga
secara jelas berdampak pada kemampuan peserta didik untuk berfungsi secara
efektif di sekolah. Selanjutnya partisipasi keluarga dengan memberikan
dukungan emosional (moril) juga penting untuk mendukung keberhasilan
pendidikan peserta didik. Cole dan Chan (1994:8) melaporkan bahwa terdapat
faktor-faktor yang berpengaruh negatif terhadap perilaku peserta didik, di
antaranya yaitu tidak ada dukungan sosial dan tidak mendapat dukungan
emosional dari keluarga. Dalam hal ini, adanya dukungan emosional dari
keluarga dapat mengembangkan motivasi dan meningkatkan perilaku peserta
didik.
Hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan
faktor lingkungan keluarga terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian
di SPP-SPMA Tanjungsari, mengindikasikan bahwa upaya pengoptimalan
keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari, dapat
177
177
dilakukan melalui peningkatan faktor lingkungan keluarga, yang disinergiskan
dengan peningkatan faktor-faktor lainnya.
Peningkatan faktor lingkungan keluarga perlu meliputi beberapa strategi.
Pertama, peningkatan kualitas lulusan. Strategi ini penting untuk meningkatkan
penilaian positif lingkungan keluarga terhadap SPP-SPMA Tanjungsari. Adanya
penilaian yang positif dapat meningkatkan dukungan lingkungan keluarga
terhadap proses pendidikan, walaupun karakteristik lingkungan keluarga tidak
berkaitan dengan karakteristik lingkungan pertanian. Kedua, peningkatan
partisipasi keluarga, terutama kesempatan berpartisipasi. Usaha-usaha ini penting
dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan peserta didik. Bentuk nyata dari
strategi ini di antaranya yaitu pelibatan keluarga peserta didik secara lebih luas
lagi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi proses pembelajaran. Sebagai
contoh, mungkin perlu dilakukan kegiatan analisis kebutuhan belajar dan praktik
peserta didik yang menyertakan keluarga peserta didik, karena pada
kenyataannya, selain guru, keluarga adalah pihak yang juga sangat memahami
karakteristik peserta didik. Contoh lain, adalah evaluasi peserta didik yang
melibatkan keluarga. Akan lebih komprehensif hasil evaluasi belajar peserta didik
sekiranya mencakup komponen penilaian perilaku peserta didik di lingkungan
keluarga.
f. Pengaruh Faktor Lingkungan Masyarakat terhadap Keberhasilan
Pengembangan SDM Pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari
Sekolah (atau penyelenggara pendidikan dan pelatihan lainnya) sebagai
sistem sosial merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu
178
178
masyarakat (Mulyasa, 2005:50). Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan
yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif
dan efisien. Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain:
- Memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan anak.
- Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat
- Menggairahkan masyarakat untuk menjamin hubungan dengan sekolah.
Penjelasan tersebut menggambarkan bahwa masyarakat akan
mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan proses pendidikan atau
pembelajaran. Sebagai bagian dari masyarakat, keberhasilan pengembangan SDM
pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari tidak dapat terlepas dari dukungan
lingkungan masyarakat. Dalam hal ini, keberhasilan pengembangan SDM
pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan
masyarakatnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor lingkungan masyarakat secara
parsial mempengaruhi keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari, yang dinyatakan dengan model regresi linear berganda Ŷ = - 8,68 +
0,181 X1 + 0,310 X2 + 0,196 X3 + 0,129 X4 + 0,257 X5 + 0,216 X6. Dari model regresi
linear berganda tersebut, dapat diketahui bahwa setiap penambahan satu nilai
faktor lingkungan masyarakat sedangkan faktor-faktor lainnya dikendalikan, akan
memberikan penambahan nilai keberhasilan pengembangan SDM pertanian di
SPP-SPMA Tanjungsari sebesar 0,216.
Derajat pengaruh faktor lingkungan masyarakat secara parsial terhadap
keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari
179
179
ditunjukkan oleh nilai R2 parsial faktor lingkungan masyarakat sebesar 31,9%
(Tabel 18).
Pada penelitian ini, faktor lingkungan diindikasikan dengan karakteristik
lingkungan masyarakat dan partisipasi masyarakat dalam mendukung proses
pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari. Berpengaruhnya faktor lingkungan
masyarakat terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari menunjukkan bahwa karakteristik lingkungan masyarakat dan
partisipasi masyarakat telah mendukung keberhasilan proses pendidikan di SPP-
SPMA Tanjungsari. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Masyarakat di mana SPP-SPMA Tanjungsari berada adalah masyarakat
pertanian, sehingga karakteristik lingkungan masyarakatnya pun adalah
karakteristik lingkungan masyarakat pertanian. Demikian pula dengan
masyarakat di mana peserta didik tinggal, sangat erat dengan karakteristik
lingkungan masyarakat pertanian. Keadaan demikian tentu telah mendukung
proses pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari. Selain itu, peserta didik yang
berada di dalam lingkungan masyarakat pertanian akan memiliki motivasi
yang lebih tinggi untuk mengikuti proses pendidikan pertanian, karena mereka
akan berkeyakinan bahwa kompetensi yang diperolehnya dari proses
pendidikan akan sangat berguna pada saat mereka berada di lingkungan
masyarakatnya. Mudjiman (2008:47-48) mengemukakan bahwa karakteristik
lingkungan, termasuk karakteristik keluarga dan masyarakat, dapat
mempengaruhi motivasi belajar peserta didik. Pada saat karakteristik
lingkungan masyarakat mendukung proses pendidikan, maka motivasi belajar
180
180
peserta didik dapat berkembang, dan pada akhirnya dapat mempengaruhi
keberhasilan proses pendidikannya.
- Partisipasi masyarakat dalam meciptakan lingkungan pendidikan yang
harmonis, dan partisipasi masyarakat dalam mendukung proses pendidikan
khususnya pelaksanaan praktik di lapangan, berdasarkan temuan di lapangan
diketahui relatif tinggi. Hal ini terlihat di antaranya dari suasana lingkungan
sekitar yang harmonis dan terlaksananya kegiatan-kegiatan pembelajaran di
lapangan secara lancar serta mendapat dukungan dari masyarakat. Partisipasi
masyarakat dalam menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif
telah mempengaruhi keberhasilan pendidikan peserta didik di SPP-SPMA
Tanjungsari. Lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif tentu akan
meningkatkan motivasi belajar peserta didik, sehingga pada akhirnya
mempengaruhi keberhasilan proses pendidikannya. Jordan dan Porath
(2006:208) mengatakan bahwa lingkungan sekolah dan kelas yang baik
meningkatkan prestasi dan rasa memiliki. Lingkungan sekolah yang baik
dalam hal ini hanya dapat diwujudkan jika masyarakat turut berpartisipasi
untuk memelihara keamanan, ketertiban, dan kenyamanan lingkungan
sekolah. Selanjutnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembelajaran
terutama praktik di lapangan, dalam hal ini penyediaan tempat/sumber belajar,
juga telah mempengaruhi keberhasilan proses pendidikan peserta didik di
SPP-SPMA Tanjungsari. Senge et al. (2000:460) mengemukakan bahwa
peserta didik memerlukan masyarakat sebagai tempat mereka belajar.
Kemudian Tirtarahardja dan La Sula (2000:179) juga menyatakan bahwa
181
181
kaitan antara masyarakat dan pendidikan yaitu dalam masyarakat tersedia
berbagai sumber belajar baik yang dirancang (by design) maupun yang
dimanfaatkan (utility). Pada saat masyarakat turut berpartisipasi dalam
penyediaan sumber belajar, khususnya untuk kegiatan praktik di lapangan,
maka pembelajaran di lapangan akan dapat terlaksana secara lebih baik dan
berkualitas, dan pada akhirnya mampu mendukung keberhasilan proses
pendidikan secara keseluruhan.
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa faktor lingkungan masyarakat
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan pengembangan SDM
pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari, mengindikasikan bahwa untuk
mengoptimalkan keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari, perlu dilakukan usaha-usaha peningkatan faktor masyarakat, yang
disinergiskan dengan peningkatan faktor-faktor lainnya. Peningkatan faktor
lingkungan masyarakat harus diarahkan pada penguatan hubungan sinergis antara
SPP-SPMA Tanjungsari dengan masyarakat, yang dapat dicapai melalui beberapa
strategi.
Pertama, penguatan kerjasama, dalam arti perlu peningkatan kuantitas dan
kualitas kerjasama dengan berbagai stakeholders. Pada saat SPP-SPMA
Tanjungsari mampu membangun networking yang luas dan kuat, dukungan
terhadap proses pendidikan akan semakin besar, dan lulusan pun akan semakin
mudah terserap lapangan pekerjaan.
Kedua, pemenuhan kebutuhan masyarakat lokal. Strategi ini penting
karena berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat lokal. SPP-SPMA
182
182
Tanjungsari harus melakukan usaha-usaha pemenuhan kebutuhan lokal, dalam
upaya meningkatkan keberdayaan masyarakat lokal. Sebagaimana telah
dikemukakan bahwa karakteristik masyarakat di wilayah Sumedang dan
Tanjungsari adalah masyarakat pertanian, maka sudah tentu SPP-SPMA
Tanjungsari mempunyai tanggung jawab dan peranan strategis dalam
mengembangkan dan memberdayakan masyarakat sekitar. Salah satu upaya
konkrit adalah melalui pemenuhan kompetensi yang menjadi kebutuhan
masyarakat lokal.
Ketiga, peningkatan partisipasi. Partisipasi adalah proses aktif dan inisiatif
yang muncul dari masyarakat serta akan terwujud sebagai suatu kegiatan nyata
apabila terpenuhi oleh tiga faktor pendukungnya, yaitu: (i) adanya kemauan; (ii)
adanya kemampuan; dan (iii) adanya kesempatan untuk berpartisipasi (Slamet,
dalam Karsidi, 2007:221). Kemauan dan kemampuan berpartisipasi berasal dari
yang bersangkutan (warga atau kelompok masyarakat), sedangkan kesempatan
berpartisipasi datang dari pihak luar yang memberi kesempatan. Partisipasi
masyarakat dalam pengembangan pendidikan, perlu ditumbuhkan adanya
kemauan dan kemampuan keluarga/warga atau kelompok masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pengembangan pendidikan. Sebaliknya, juga pihak
penyelenggara negara atau pemerintahan perlu memberikan ruang dan atau
kesempatan dalam hal lingkup apa, seluas mana, melalui cara bagaimana,
seintensif mana, dan dengan mekanisme bagaimana partisipasi masyarakat itu
dapat dilakukan (Karsidi, 2007:222). Dengan demikian, strategi peningkatan
partisipasi masyarakat harus dilaksanakan dua arah, yaitu pada SPP-SPMA
183
183
Tanjungsari dan masyarakatnya. SPP-SPMA Tanjungsari harus membuka ruang
partisipasi masyarakat yang lebih luas, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
monitoring, evaluasi, hingga pemanfaatan hasil proses pendidikan. Peningkatan
kemauan dan kemampuan masyarakat dapat ditempuh dengan memberikan
stimulan, misalkan melalui lulusan yang terjamin kualitasnya.
2. Faktor yang Paling Berpengaruh terhadap Keberhasilan Pengembangan
SDM Pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari
Kualitas hasil pendidikan pada dasarnya merupakan fungsi dari
berinteraksinya: peserta didik dengan latar belakang sosial ekonomi kultural,
kemampuan dasar kognitif, dan motivasinya; tenaga kependidikan (guru); sistem
kurikulum dengan materi kurikulum yang direncanakan, proses belajar-mengajar,
sistem evaluasi, dan manajemen kurikulumnya; waktu belajar, fasilitas dan
lingkungan keluarga dan masyarakat (Soedijarto, 1997:87)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor peserta didik, tenaga
kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana, lingkungan keluarga, dan
lingkungan masyarakat secara bersama-sama mempengaruhi keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari, yang dinyatakan oleh
model regresi linear berganda Ŷ = - 8,68 + 0,181 X1 + 0,310 X2 + 0,196 X3 + 0,129
X4 + 0,257 X5 + 0,216 X6, dengan derajat pengaruh sebesar 91,5% (Tabel 17).
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda (Lampiran 20) dan analisis
koefisien determinasi (R2) parsial (Tabel 18), diketahui bahwa faktor tenaga
kependidikan memberikan pengaruh yang terbesar terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari, yaitu ditunjukkan
184
184
dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,310 dan koefisien determinasi sebesar
48,7%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa faktor tenaga kependidikan, dalam hal
ini guru, merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari.
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa faktor tenaga kependidikan
paling berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-
SPMA Tanjungsari, dapat dijelaskan oleh karena dalam proses pendidikan secara
umum, guru memiliki peranan yang strategis. Demikian pula dengan proses
pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari, guru sangat berperan dan menentukan
keberhasilan proses pendidikan atau pembelajaran. Karsidi (2007:75-77)
mengemukakan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran akan dipengaruhi
oleh unsur-unsur yang secara langsung berkaitan dengan berlangsungnya proses
pembelajaran tersebut, yaitu guru, peserta didik, kurikulum, sarana, dan faktor lain
yang sifatnya kontekstual. Di antara unsur-unsur tersebut, guru merupakan satu-
satunya unsur yang mampu mengubah unsur-unsur lain menjadi bervariasi.
Sebaliknya unsur-unsur yang lain tidak dapat mengubah guru menjadi bervariasi.
Sehubungan dengan itu, guru merupakan unsur yang mempunyai peran amat
penting bagi terwujudnya pendidikan menurut kualitas yang dikehendaki. Jones
dan Jones (2001:11) menyatakan bahwa guru mempunyai kendali terhadap
berbagai faktor yang mempengaruhi prestasi dan perilaku peserta didik. Dalam hal
ini guru memiliki pengaruh yang besar terhadap prestasi dan perilaku peserta
didik. Dick dan Reiser (1989:1) mengemukakan bahwa guru akan menjalankan
fungsi kontrol, mengajarkan materi yang telah ditentukan, membuat peserta didik
185
185
tertarik dengan materi, memperhitungkan level pengajaran berdasarkan perbedaan
kemampuan di antara peserta didik, dan memperlihatkan hasil pengukuran yang
membuktikan bahwa peserta didik menampilkan hasil yang memuaskan.
Selanjutnya, dalam konteks pelatihan, Hickerson dan Middleton
(1975:261) mengatakan bahwa walaupun pembelajar (peserta didik) adalah yang
terpenting, namun selama proses pelatihan (pendidikan) berlangsung, pelatih atau
pengajar (guru) memiliki posisi dan peranan penting, bahkan mungkin paling
penting, di mata pembelajar. Dalam hal ini, pelatih atau pengajar dapat menjadi
model bagi pembelajar. Kemudian berkaitan dengan guru sebagai model bagi
pembelajar, Swanson dan Henderson (1977), dalam Crowl et al. (1997:39),
mengemukakan bahwa peserta didik belajar banyak hal di dalam kelas dengan
mengamati bagaimana guru mereka berperilaku, dan peserta didik yang diajar
oleh guru yang telah mendapat pelatihan teknik mengajar, memberikan hasil
akademis yang lebih baik daripada peserta didik yang diajar oleh guru yang belum
mendapat pelatihan teknik mengajar. Dengan mengamati guru, peserta didik tidak
hanya belajar keterampilan akademis, tetapi juga berbagai perilaku non akademis
yang penting. Peserta didik mungkin belajar keterampilan berinteraksi dengan
cara mengamati bagaimana guru berinteraksi dengan peserta didik atau dengan
guru lainnya. Mereka juga mungkin mengadopsi sikap guru terhadap berbagai
macam topik, baik yang berkaitan maupun tidak berkaitan dengan pendidikan dan
sekolah mereka. Peserta didik mungkin meniru apa yang dipakai atau digunakan
oleh guru.
186
186
Guru yang baik harus menjadi model yang efektif bagi peserta didik.
Dalam hal ini, guru harus menyadari bahwa perilaku mereka, baik yang disengaja
maupun tidak, akan sangat mempengaruhi apa yang peserta didik pelajari. Di atas
semuanya, guru yang baik memahami bagaimana memotivasi peserta didik untuk
belajar. Tanggung jawab guru tidak hanya menyampaikan mata pelajaran; guru
adalah model bagi peserta didiknya dan akan sangat mempengaruhi sikap,
kepercayaan, dan perilaku peserta didik.
Faktor tenaga kependidikan yang memberikan pengaruh terbesar terhadap
keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari,
memberikan implikasi bahwa upaya pengembangan SDM guru di SPP-SPMA
Tanjungsari akan secara efektif mampu meningkatkan keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari. Berkaitan dengan hal
tersebut, penting untuk dilakukan beberapa strategi, di antaranya pendidikan dan
pelatihan bagi guru secara lebih intensif dan berkualitas.
Selain itu, guru juga harus lebih aktif untuk berusaha mengembangkan
diri. Dalam hal ini, penting bagi guru untuk terus meningkatkan kompetensinya,
sehingga dapat memenuhi tiga kompetensi utama seorang guru, yaitu kompetensi
profesional, personal, dan sosial (Joni dalam Karsidi, 2007:74-75).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Faktor peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana,
lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat, secara bersama-sama
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan pengembangan SDM
pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari. Adanya pengaruh positif tersebut
menunjukkan bahwa setiap penambahan nilai faktor-faktor yang
mempengaruhi tersebut, akan memberikan penambahan nilai keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari. Derajat pengaruh
faktor peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana,
lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat, secara bersama-sama
terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari, yaitu sebesar 91,5 persen.
2. Faktor peserta didik secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari. Hasil
penelitian demikian menunjukkan bahwa peningkatan faktor peserta didik
akan menyebabkan peningkatan keberhasilan pengembangan SDM pertanian
di SPP-SPMA Tanjungsari. Derajat pengaruh faktor peserta didik terhadap
keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari
adalah sebesar 26,5 persen.
188
188
3. Faktor tenaga kependidikan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari. Hasil penelitian demikian menunjukkan bahwa peningkatan
faktor tenaga kependidikan akan menyebabkan peningkatan keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari. Derajat pengaruh
faktor tenaga kependidikan terhadap keberhasilan pengembangan SDM
pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari adalah sebesar 48,7 persen.
4. Faktor kurikulum secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari. Hasil
penelitian demikian menunjukkan bahwa peningkatan faktor kurikulum akan
menyebabkan peningkatan keberhasilan pengembangan SDM pertanian di
SPP-SPMA Tanjungsari. Derajat pengaruh faktor kurikulum terhadap
keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari
adalah sebesar 21,2 persen.
5. Faktor sarana dan prasarana secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari. Hasil penelitian demikian menunjukkan bahwa peningkatan
faktor sarana dan prasarana akan menyebabkan peningkatan keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari. Derajat pengaruh
faktor sarana dan prasarana terhadap keberhasilan pengembangan SDM
pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari adalah sebesar 17,8 persen.
6. Faktor lingkungan keluarga secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
189
189
Tanjungsari. Hasil penelitian demikian menunjukkan bahwa peningkatan
faktor lingkungan keluarga akan menyebabkan peningkatan keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari. Derajat pengaruh
faktor lingkungan keluarga terhadap keberhasilan pengembangan SDM
pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari adalah sebesar 40,7 persen.
7. Faktor lingkungan masyarakat secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-
SPMA Tanjungsari. Hasil penelitian demikian menunjukkan bahwa
peningkatan faktor lingkungan masyarakat akan menyebabkan peningkatan
keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari.
Derajat pengaruh faktor lingkungan masyarakat terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari adalah sebesar 31,9
persen.
B. Implikasi
Implikasi dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1. Keberhasilan pengembangan SDM pertanian melalui strategi pendidikan,
termasuk pre-service training, dipengaruhi oleh faktor peserta didik, tenaga
kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana, lingkungan keluarga, dan
lingkungan masyarakat.
2. Faktor sarana dan prasarana memberikan pengaruh yang terendah
dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya. Keadaan tersebut terutama
disebabkan oleh belum memadainya kuantitas dan kualitas sarana dan
190
190
prasarana pendukung pembelajaran teori, sehingga berimplikasi pada
rendahnya kemampuan kognitif peserta didik yang ditunjukkan oleh rata-rata
nilai komponen teori yang kurang memuaskan. Selain itu, rendahnya pengaruh
faktor sarana dan prasarana juga disebabkan oleh belum diterapkannya secara
optimal teknologi pendidikan, khususnya komputer dan internet, sehingga
dapat memberikan implikasi rendahnya penguasaan teknologi komputer dan
internet oleh peserta didik, serta lemahnya kemampuan peserta didik dalam
mengakses informasi melalui fasilitas teknologi informasi.
3. Faktor tenaga kependidikan yang memberikan pengaruh terbesar memberikan
implikasi bahwa keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA
Tanjungsari yang optimal dapat secara efektif dan efisien dicapai melalui
peningkatan faktor tenaga kependidikan (guru).
C. Saran
Saran yang dapat diajukan yaitu:
1. Perlu pengembangan penelitian sejenis, yaitu penelitian dengan variabel yang
lebih luas dan mendalam, dalam arti mencakup komponen manajemen
pengembangan SDM pertanian (planning, organizing, leading/directing, and
controlling), termasuk aspek kelembagaannya. Selain itu, perlu dicoba
variabel penelitian dengan indikator yang lebih detail.
2. Perlu perhatian yang lebih baik dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan
seluruh stakeholders terhadap SPP-SPMA Tanjungsari, berkaitan dengan
191
191
peranan SPP-SPMA Tanjungsari yang strategis dalam pemberdayaan
masyarakat lokal melalui pengembangan SDM pertanian.
3. SPP-SPMA Tanjungsari dan seluruh stakeholders perlu mengoptimalkan
faktor peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana,
lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat, secara seimbang,
menyeluruh (holistik) dan sinergis, serta berkelanjutan, dan ditempuh melalui
strategi yang efektif dan efisien, di antaranya yaitu:
- Pengembangan SDM guru secara lebih bermutu, intensif, dan
berkelanjutan.
- Pengembangan program pendidikan murah dan berkualitas.
- Pengembangan kurikulum yang telah ada ke arah pemenuhan kebutuhan
lokal dan kebutuhan perkembangan masyarakat serta sektor pertanian.
- Peningkatan kualitas Uji Kompetensi ke arah pengakuan Sertifikat
Kompetensi secara lebih luas oleh stakeholders.
- Pengembangan sarana dan prasarana ke arah pemenuhan standar terbaik
(bukan sekedar pada pemenuhan standar minimal) bagi penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan bidang pertanian yang lebih berkualitas.
- Peningkatan partisipasi keluarga dan masyarakat yang dilaksanakan dua
arah, yaitu peningkatan kesempatan berpartisipasi oleh SPP-SPMA
Tanjungsari, dan peningkatan kemauan dan kemampuan keluarga dan
masyarakat untuk berpartisipasi.
DAFTAR PUSTAKA
Barnes, R. 2005. Moving towards Technology Education: Factors That
Facilitated Teachers’ Implementation of a Technology Curriculum.
Journal of Technology Education Vol. 17, No. 1, Fall 2005. Blacksburg,
Virginia: Council of Technology Teacher Education and the International
Technology Education Association. p.6-18.
Brewer, E. W. dan D. N. Burgess. 2005. Professor’s Role in Motivating Students
to Attend Class. Journal of Industrial Teacher Education Vol. 42, No. 3,
2005. p.23-47.
Cole, P. G. dan L. Chan. 1994. Teaching Principles and Practice. Second Edition.
Sidney: Prentice Hall.
Crowl, T., S. Kaminsky, dan D. M. Podell. 1997. Educational Psychology:
Windows on Teaching. Dubuque: Brown & Benchmark Publisher.
Davies, E. 2005. Buku Wajib bagi Para Manajer Bagaimana Menyelenggarakan
Training (Edisi terjemahan oleh Ramelan). Jakarta: PT. Bhuana Ilmu
Populer.
Departemen Pertanian. 2006a. Program dan Kegiatan Departemen Pertanian
Tahun 2007. Jakarta: Departemen Pertanian.
__________________. 2006b. Rencana Pembangunan Pertanian 2005-2009.
Jakarta: Departemen Pertanian.
Dick, W. dan R. A. Reiser. 1989. Planning Effective Instruction. Boston: Allyn
and Bacon.
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. 2006. Manajemen Sekolah dalam
Pendidikan Inklusif. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.
Djamarah, S.B. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta.
Erekson, T. dan S. Shumway. 2006. Integrating the Study of Technology into the
Curriculum: A Consulting Teacher Model. Journal of Technology
Education Vol. 18 No. 1, Fall 2006. Blacksburg, Virginia: Council of
Technology Teacher Education and the International Technology
Education Association. p.27-38.
193
193
DAFTAR PUSTAKA (Lanjutan)
Fatah, L. 2006. Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Banjarbaru:
Jurusan Sosek Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat dan
Pustaka Buana.
Gagne, R. M. 1976. The Conditions of Learning. Third Edition. New York: Holt,
Rinehart and Winston.
Gagne, R. M., L. J. Briggs, W. W. Wager. 1988. Principles of Instructional
Design. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Good, T.L. dan J.E. Brophy. 1990. Educational Psychology: A Realistic
Approach. Fourth Edition. New York: Longman.
Greener, S. L. 2008. Selfaware and Selfdirected: Student Conceptions of Blended
Learning. Merlot Journal of Online Learning and Teaching Vol. 4, No. 2,
Juni 2008. p.243-253.
Hadi, A.S. 2005. Pendidikan: Suatu Pengantar. Surakarta: Lembaga
Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan
Pencetakan UNS (UNS Press).
Hickerson, F. J. dan J. Middleton. 1975. Helping People Learn: A Module for
Training Trainers. Honolulu: East West Center, East West
Communication Institute.
Hikmat, H. 2006. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora
Utama Press.
Ife, J. 2002. Community Development : Community-based alternatives in an age
of globalization. New South Wales: Pearson Education Australia Pty
Limited.
Iriawan, N. dan S. P. Astuti. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah
Menggunakan Minitab 14. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Jensen, S. V. dan K. L. Burr. 2006. Participation and Learning Relationships: A
Service-Learning Case Study. Journal of Industrial Teacher Education Vol.
43, No. 3, 2006. p.6-28.
Jones, V. F. dan L. S. Jones. 2001. Comprehensive Classroom Management:
Creating Communities of Support and Solving Problems. Boston: Allyn &
Bacon.
194
194
DAFTAR PUSTAKA (Lanjutan)
Jordan, E.A. dan M. J. Porath. 2006. Educational Psychology: A Problem – Based
Approach. Boston: Pearson Education, Inc.
Karsidi, R. 2007. Sosiologi Pendidikan. Cetakan I Edisi II. Surakarta: LPP UNS
dan UNS Press.
Krisnamurthi, B. 2006. “Revitalisasi Pertanian: Sebuah Konsekuensi Sejarah dan
Tuntutan Masa Depan” dalam Revitalisasi Pertanian dan Dialog
Peradaban. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Laird, D. 1985. Approaches to Training and Development. Second Edition.
Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company.
Lewy, A. 1977. Handbook of Curriculum Evaluation. Paris: Unesco.
Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas
Maret University Press.
____________. 2007. Dasar-Dasar Penyuluhan Pertanian. Surakarta: Pusat
Pengembangan Agrobisnis dan Perhutanan Sosial.
McKay, E. G., D. Cabrales, dan V. J. Borrego. 1998. Starting Strong: A Guide to
Pre-Service Training. Washington, DC: MOSAICA, The Center for
Nonprofit Development and Pluralism.
Mikkelsen, B. 2003. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya – Upaya
Pemberdayaan : sebuah buku pegangan bagi para praktisi lapangan
(Edisi terjemahan oleh Matheos Nalle). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Mudjiman, H. 2007. Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Cetakan 2.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
___________. 2008. Belajar Mandiri. Cetakan 2. Surakarta: LPP UNS dan UNS
Press.
Mulyasa, E. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
__________. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik,
Implementasi, dan Inovasi. Cetakan 9. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
195
195
DAFTAR PUSTAKA (Lanjutan)
__________. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Sebuah Panduan
Praktis. Cetakan 3. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nuraeni, I. dan A. Suwandi. 2005. Manajemen Pelatihan. Jakarta: Penerbit
Universitas Terbuka.
Oliva, P. F. 1982. Developing the Curriculum. Boston: Little, Brown and
Company.
Patrick, J. 1992. Training: Research and Practice. London: Academic Press
Limited.
Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan: Pengembangan dan
Pemanfaatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pusbangdiktan. 2007. Reorientasi Pendidikan Pertanian Tahun 2007. Rakernas
BPSDMP Tahun 2007. Ciawi, 5-7 Februari 2007.
Riduwan. 2008. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Sa’ud, U. S. dan A. S. Makmun. 2006. Perencanaan Pendidikan: Suatu
pendekatan komprehensif. Bandung: Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia dan PT Remaja Rosdakarya.
Seemann, K. 2003. Basic Principles in Holistic Technology Education. Journal of
Technology Education Vol. 14 No. 2, Spring 2003. Blacksburg, Virginia:
Council of Technology Teacher Education and the International
Technology Education Association. p.28-39.
Senge, P. M., N. Cambron-McCabe, T. Lucas, B. Smith, J. Dutton, dan A.
Kleiner. 2000. Schools That Learn: A Fifth Discipline Fieldbook for
Educators, Parents, and Everyone Who Cares About Education. New
York: Doubleday.
SIL International. 1999. What is Preservice Training. Summer Institute of
Linguistics. http://www.sil.org/lingualinks/literacy/referencematerials/
GlossaryOfLiteracyTerms/WhatIsPreserviceTraining.htm. Diakses pada
17 Maret 2009.
196
196
DAFTAR PUSTAKA (Lanjutan)
Soedijarto. 1997. Memantapkan Kinerja Sistem Pendidikan Nasional dalam
Menyiapkan Manusia Indonesia Memasuki Abad ke-21. Jakarta: Proyek
Perencanaan Terpadu dan Ketenagaan Diklusepora.
Soetomo. 2006. Strategi – Strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sudargono. 2003. Hubungan antara Lingkungan Sosial Budaya, Informasi
Limbah dan Tingkat Pendidikan dengan Sikap Petani dalam Pemanfaatan
Limbah Cair Mono Sodium Glutamat (MSG) untuk Irigasi dan Padi
Sawah di Desa Ngringo. [Thesis]. Surakarta: Program Studi Ilmu
Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret.
Sudjana. 2003. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi bagi para Peneliti. Edisi
Ketiga Cetakan Ketiga. Bandung: Tarsito.
_______. 2005. Metoda Statistika. Edisi Keenam Cetakan Ketiga. Bandung:
Tarsito.
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
_______. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Suhartono, S. 2008. Wawasan Pendidikan: Sebuah Pengantar Pendidikan.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Suparjan dan H. Suyatno. 2003. Pengembangan Masyarakat: dari Pembangunan
sampai Pemberdayaan. Yogyakarta: Aditya Media.
Suryono, Y. 2008. Pengembangan Sumber Daya Manusia: Pendekatan Strategis
dan Pendidikan. Yogyakarta: Gama Media.
Taruna, T. 2000. Teknik Pemberdayaan Masyarakat. Makalah disampaikan pada
Pelatihan Participatory Rural Appraisal (PRA). LPPSP. Semarang, 15-16
Januari 2000.
Tirtarahardja, U. dan La Sula. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Kerjasama
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan PT.
Rineka Cipta.
197
197
DAFTAR PUSTAKA (Lanjutan)
Tiyanto, L. Kristianto, A. Catur, dan B. Himawanti. 2006. Mengubah dari yang
Kecil (Perspektif, Konsepsi dan Metode Membangun Komunitas).
Surakarta: Lindu Pustaka.
Triyadi. 2006. Eksistensi Pendidikan Non Formal dalam Peningkatan Kapasitas
Masyarakat Sekitar Hutan dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan. Jakarta: Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan, Direktorat
Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Departemen Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia.
Uyanto, S. S. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Edisi Ketiga.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
van den Ban, A.W. dan H.S. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian (Edisi
terjemahan oleh A. Dwina Herdiasti). Yogyakarta: Kanisius.
Wlodkowski, R. J. 1991. Enhancing Adult Motivation to Learn. San Francisco:
Jossey – Bass Inc, Publishers.
Wrihatnolo, R. R. dan R. N. Dwidjowijoto. 2007. Manajemen Pembangunan
Indonesia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Wuryanto, T. 2007. Peranan Lembaga Pendidikan Non Formal dalam
Menghasilkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas di Surakarta
(Kasus di Lembaga Pendidikan Non Formal Surakarta). [Thesis].
Surakarta: Program Studi Penyuluhan Pembangunan, Program
Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret.
Yapadi. 2006. Membalik Arus, Menuai Kemandirian Petani. Prodising Seminar
Membalik Arus Menuai Revitalisasi Pertanian dan Pedesaan. Bogor 24
Mei 2006. Jakarta: Yayasan Padi Indonesia.
Zubaedi. 2007. Wacana Pembangunan Alternatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
198
198
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
JADWAL PENELITIAN
Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pengembangan SDM Pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari
Lokasi : SPP-SPMA Tanjungsari, Jalan Raya Bandung-Sumedang KM 29, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat
Waktu : November 2008 – Mei 2009
Tahun 2008 Tahun 2009
November Desember Januari Februari Maret April Mei No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan usulan penelitian
2 Seminar usulan penelitian 1)
3 Perbaikan usulan penelitian
4 Ujian komprehensif 1)
5 Pengurusan izin penelitian
6 Pengujian instrumen
7
Pengumpulan data pokok dan
penunjang 2)
8 Analisis data 2)
9
Penyusunan laporan hasil penelitian
dalam bentuk draft Tesis
10 Seminar hasil penelitian 3)
11 Perbaikan draft Tesis
12 Ujian Tesis 3)
Keterangan: 1) Seminar usulan penelitian telah dilaksanakan pada Jum’at, 28 November 2008; Ujian komprehensif telah dilaksanakan pada Senin, 22 Desember 2008. 2) Tahapan penelitian di lapangan, telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Februari 2009. 3)
Seminar hasil penelitian telah dilaksanakan pada Kamis, 7 Mei 2009; Ujian Tesis telah dilaksanakan pada Kamis, 28 Mei 2009.
199
199
Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
KISI – KISI INSTRUMEN PENELITIAN
Nomor Butir Konsep Variabel Indikator Deskriptor Kuesioner
Uji Instrumen Kuesioner
Penelitian
Peserta Didik 2. Karakteristik
sosial-ekonomi
3. Kemampuan dasar
4. Motivasi
- Pendapatan orang tua dalam mendukung pendidikan
peserta didik
- Tingkat pendidikan orang tua dalam mempengaruhi
dukungannya terhadap pendidikan peserta didik
- Pengalaman prestasi peserta didik sebelum ikut
pendidikan
- Motif atau alasan dan minat peserta didik ikut
pendidikan
A1, A2
A3, A4
A5, A6
A7, A8, A9
A1, A2
A3, A4
A5, A6
A7, A8
Pendidikan
sebagai sistem
Tenaga
Kependidikan
• Kompetensi
• Kemampuan
mengajar
• Kedisiplinan
- Keahlian dan penguasaan materi yang diajarkan
- Kejelasan dalam mengajar/memberikan materi
pelajaran
- Ketepatan dalam pemilihan dan penggunaan metode
dan teknik mengajar
- Kehadiran mengajar
- Ketepatan waktu mengajar
B1, B2, B3
B4, B5
B6, B7
B8
B9
B1, B2
B3, B4
B5, B6
B7
B8
200
200
Lampiran 2. (Lanjutan)
Nomor Butir Konsep Variabel Indikator Deskriptor Kuesioner
Uji Instrumen Kuesioner
Penelitian
Kurikulum 1. Mata pelajaran
2. Proses belajar-
mengajar
3. Evaluasi
- Kesesuaian mata pelajaran dengan pengetahuan dan
keterampilan bidang pertanian
- Perencanaan kegiatan belajar-mengajar
- Pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar
- Pengaruh proses evaluasi terhadap motivasi belajar
C1, C2
C3, C4
C5, C6, C7
C8, C9
C1, C2
C3, C4
C5, C6
C7, C8
Sarana dan
Prasarana 1. Ketersediaan
sarana dan
prasarana
2. Teknologi
- Keadaan kualitas sarana dan prasarana dalam
mendukung proses pembelajaran teori dan praktik
- Keadaan kuantitas sarana dan prasarana dalam
mendukung proses pembelajaran teori dan praktik
- Ketersediaan teknologi komputer dan internet dalam
mendukung proses pembelajaran
D1, D2, D3,
D4
D5, D6, D7
D8, D9
D1, D2, D3,
D4, D5, D6
D7, D8
Pendidikan
sebagai sistem
Lingkungan
Keluarga 1. Karakteristik
lingkungan
keluarga
2. Partisipasi
keluarga
- Karakteristik lingkungan keluarga dalam mendukung
pendidikan peserta didik
- Partisipasi keluarga dalam membayar biaya
pendidikan
- Partisipasi keluarga dalam pertemuan sekolah
- Partisipasi keluarga dalam pengembangan motivasi
belajar peserta didik
E1, E2, E3
E4, E5
E6, E7
E8, E9
E1, E2
E3, E4
E5, E6
E7, E8
201
201
Lampiran 2. (Lanjutan)
Nomor Butir Konsep Variabel Indikator Deskriptor Kuesioner
Uji Instrumen Kuesioner
Penelitian
Pendidikan
sebagai sistem
Lingkungan
Masyarakat 1. Karakteristik
lingkungan
masyarakat
2. Partisipasi
masyarakat
- Karakteristik lingkungan masyarakat di mana peserta
didik tinggal dan di sekitar sekolah dalam
mendukung proses pendidikan
- Partisipasi masyarakat di sekitar sekolah dalam
menjaga kenyamanan lingkungan pendidikan
- Partisipasi masyarakat di luar sekolah dalam
pelaksanaan pembelajaran di lapangan
F1, F2, F3, F4
F5, F6
F7, F8, F9
F1, F2, F3, F4
F5, F6
F7, F8
• Pengembangan
SDM
• Pemberdayaan
melalui
pendidikan
dalam arti luas
(pre-service
training)
Keberhasilan
Pengembangan
SDM Pertanian di
SPP-SPMA
Tanjungsari
1. Kualitas dan
potensi peserta
didik
- Tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
kemandirian peserta didik, diukur dari nilai hasil
belajar pada semester III, IV dan V
- Kedisiplinan, diukur dari tingkat kehadiran pada
semester III, IV dan V
- Partisipasi dalam organisasi kesiswaan pada semester
III, IV, dan V
- Diukur dari
hasil belajar
(rapor) dan
data pengalam-
an organisasi
peserta didik
Keterangan:
- Kuesioner yang digunakan pada uji instrumen terdapat pada Lampiran 3.
- Kuesioner yang digunakan pada penelitian (pengumpulan data) terdapat pada Lampiran 4.
202
202
Lampiran 3. Kuesioner pada Uji Instrumen
KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN
PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
DI SPP-SPMA TANJUNGSARI, JAWA BARAT
PETUNJUK:
1. Mohon Saudara/i memberikan nilai terhadap pernyataan-pernyataan yang
tersedia di bawah ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dengan cara
memberi tanda silang (X) pada salah satu nilai dari empat pilihan nilai yang
tersedia. Semakin tinggi nilai yang dipilih, berarti Saudara/i semakin
mendukung/setuju terhadap pernyataan yang dimaksud.
2. Perlu diketahui bahwa hasil pengisian kuesioner ini tidak berpengaruh pada
nilai hasil belajar, sehingga Saudara/i tidak perlu ragu untuk mengisi
kuesioner secara jujur sesuai keadaan yang sebenarnya. Penelitian ini akan
menjamin kerahasiaan identitas Saudara/i.
203
203
Lampiran 3. (Lanjutan)
Nama : .................................................
Kelas : .................................................
No Pernyataan Nilai
A. Variabel Faktor Peserta Didik
1
Pendapatan orang tua saya sangat mendukung pendidikan
saya di sekolah ini
5 4 3 2
2
Orang tua saya tidak pernah mengalami kesulitan dalam
membiayai sekolah saya
5 4 3 2
3
Orang tua sangat mendukung saya untuk menyelesaikan
pendidikan di sekolah ini karena mereka pun memiliki
tingkat pendidikan yang cukup tinggi
5 4 3 2
4
Orang tua saya memiliki tingkat pendidikan yang cukup
tinggi sehingga mendukung pendidikan saya
5 4 3 2
5
Saya selalu memperoleh nilai hasil belajar yang baik selama
bersekolah di SMP
5 4 3 2
6
Sewaktu di SMP, saya termasuk siswa yang memiliki
prestasi baik
5 4 3 2
7
Orang tua saya tidak pernah memaksa saya untuk masuk ke
sekolah ini
5 4 3 2
8
Saya mengikuti pendidikan di sekolah ini karena keinginan
sendiri
5 4 3 2
9
Saya sangat berminat mengikuti pendidikan pertanian
5 4 3 2
B. Variabel Faktor Tenaga Kependidikan
1
Mata pelajaran yang diajarkan di sekolah ini diberikan oleh
guru yang memiliki keahlian sesuai mata pelajaran yang
diajarkannya
5 4 3 2
2
Guru yang mengajar saya sangat ahli di bidangnya
5 4 3 2
3
Di sekolah ini, saya selalu diajar oleh guru yang sangat
menguasai seluruh materi pelajaran yang diberikan
5 4 3 2
4
Apabila ibu/bapak guru mengajar/memberikan praktik, saya
dengan mudah dapat memahami dan menguasai materi
pelajaran/praktik yang diberikan
5 4 3 2
5
Bapak/ibu guru saya selalu menyampaikan materi pelajaran
di kelas dan di lapangan secara baik dan jelas
5 4 3 2
204
204
Lampiran 3. (Lanjutan)
No Pernyataan Nilai
B. Lanjutan
6
Saya senang dengan cara mengajar yang diterapkan
bapak/ibu guru di sekolah ini
5 4 3 2
7
Cara mengajar bapak/ibu guru di sekolah ini tidak membuat
saya bosan dan jenuh ketika belajar di kelas maupun di
lapangan
5 4 3 2
8
Pada setiap jam pelajaran, guru selalu hadir tepat pada
waktunya
5 4 3 2
9
Lama mengajar setiap guru selalu sesuai dengan jadwal
yang telah ditetapkan
5 4 3 2
C. Variabel Faktor Kurikulum
1
Mata pelajaran (Program Diklat) yang diberikan di sekolah
ini mendukung pengembangan pengetahuan dan
keterampilan saya di bidang pertanian
5 4 3 2
2
Pengetahuan dan keterampilan saya di bidang pertanian
bertambah setelah mengikuti setiap mata pelajaran (Program
Diklat) yang diberikan
5 4 3 2
3
Rencana dan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan
selalu dijelaskan terlebih dahulu oleh guru sebelum kegiatan
belajar-mengajar dimulai
5 4 3 2
4
Sebelum pelajaran dimulai, ibu/bapak guru menyampaikan
rencana materi pelajaran yang akan diberikan dan
menjelaskan tujuan pembelajaran
5 4 3 2
5
Banyaknya kegiatan praktik di sekolah ini telah menjadikan
saya menguasai banyak keterampilan yang bermanfaat di
bidang pertanian
5 4 3 2
6
Saya senang dan puas dengan proses belajar-mengajar di
sekolah ini karena lebih banyak praktiknya daripada
teorinya
5 4 3 2
7
Saya dapat memahami dan menguasai mata pelajaran yang
diajarkan setelah mengikuti proses belajar-mengajar di kelas
dan di lapangan
5 4 3 2
8
Saya selalu belajar untuk mempersiapkan diri menghadapi
ujian/tes
5 4 3 2
9
Dengan adanya ujian kompetensi yang diberikan di sekolah
ini membuat saya harus selalu belajar dengan keras agar
dapat memperoleh sertifikat kompetensi
5 4
3 2
205
205
Lampiran 3. (Lanjutan)
D. Variabel Faktor Sarana dan Prasarana
1
Sekolah ini dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang
mendukung kegiatan belajar-mengajar di kelas, seperti
ruangan kelas yang nyaman dan alat bantu belajar yang
lengkap dan baik keadaannya
5 4 3 2
2
Saya bersemangat ketika belajar di kelas karena selalu
didukung oleh sarana dan prasarana belajar yang baik
5 4 3 2
3
Saya sangat senang ketika praktik di lapangan atau
laboratorium, karena kegiatan praktik selalu didukung oleh
ketersediaan alat-alat yang lengkap dan baik kondisinya
5 4 3 2
4
Sarana dan prasarana praktik di sekolah ini selalu tersedia
dalam keadaan baik
5 4 3 2
5
Kegiatan belajar di kelas tidak pernah terhambat oleh
permasalahan kekurangan sarana dan prasarana belajar,
misalkan kekurangan kursi, meja, spidol, kapur tulis, atau
bahkan ruangan kelas
5 4 3 2
6
Setiap praktik di lapangan atau laboratorium, alat-alat
(seperti cangkul, arit, dsb) selalu disediakan oleh sekolah
dalam jumlah yang sesuai dengan jumlah siswa
5 4 3 2
7
Luas lahan praktik di sekolah ini dapat mendukung
kelancaran pelaksanaan praktik
5 4 3 2
8
Sekolah ini dilengkapi fasilitas teknologi komputer secara
memadai
5 4 3 2
9
Saya senang belajar di sekolah ini karena saya dapat belajar
internet, dan saya dapat langsung praktik karena sekolah
menyediakan fasilitasnya secara lengkap
5 4 3 2
E. Variabel Faktor Lingkungan Keluarga
1
Saya tertarik pada pengetahuan dan keterampilan pertanian
karena saya berasal dari keluarga petani
5 4 3 2
2
Pengetahuan dan keterampilan yang saya peroleh dari
sekolah ini sangat mendukung usaha/mata pencaharian
keluarga saya
5 4 3 2
3
Pendidikan saya sangat relevan (sesuai) dengan bidang
pekerjaan keluarga saya
5 4 3 2
4
Saya tidak pernah menunggak uang sekolah karena orang
tua selalu membayarnya tepat pada waktunya
5 4 3 2
206
206
Lampiran 3. (Lanjutan)
No Pernyataan Nilai
E. Lanjutan
5
Jika sekolah mengajukan permohonan sumbangan kepada
orang tua siswa untuk keperluan pembangunan atau kegiatan
sekolah, orang tua saya selalu turut berpartisipasi
memberikan sumbangan
5 4 3 2
6
Orang tua saya selalu hadir jika diundang oleh pihak sekolah
5 4 3 2
7
Orang tua saya sering diundang untuk mengikuti pertemuan
di sekolah
5 4 3 2
8
Saya termotivasi untuk dapat berprestasi di sekolah ini
karena adanya dorongan moral/emosional dari lingkungan
keluarga
5 4 3 2
9
Lingkungan keluarga mendukung saya untuk dapat
menyelesaikan studi di sekolah ini
5 4 3 2
F. Variabel Faktor Lingkungan Masyarakat
1
Saya tertarik pada pengetahuan dan keterampilan pertanian
karena saya berasal dari daerah yang sebagian besar
penduduknya bermatapencaharian di bidang pertanian
5 4 3 2
2
Pengetahuan dan keterampilan yang saya peroleh dari
sekolah ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat di sekitar
tempat tinggal saya
5 4 3 2
3
Sekolah saya berada di daerah yang mayoritas
masyarakatnya bekerja di sektor pertanian
5 4 3 2
4
Masyarakat di sekitar sekolah sangat mendukung proses
pendidikan di sekolah ini, karena sekolah ini berada di
lingkungan masyarakat pertanian
5 4 3 2
5
Lingkungan di sekitar sekolah termasuk aman dan tertib
5 4 3 2
6
Saya senang sekolah di sini karena didukung oleh
lingkungan sekitar yang nyaman dan masyarakat yang
ramah
5 4 3 2
7
Saya senang jika praktik lapangan langsung di masyarakat
(misalkan PKU dan magang), karena mereka selalu
membantu saya dengan sepenuh hati
5 4 3 2
8
Masyarakat selalu membantu jika saya sedang
melaksanakan PKU dan magang
5 4 3 2
9
Kegiatan belajar di lapangan yang dilaksanakan langsung di
masyarakat (misal PKU, magang karyawisata, dan
sebagainya) selalu berjalan lancar karena mendapat
dukungan masyarakat
5 4 3 2
207
207
Lampiran 4. Kuesioner Penelitian
KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN
PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
DI SPP-SPMA TANJUNGSARI, JAWA BARAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
208
208
Lampiran 4. (Lanjutan)
PETUNJUK:
3. Mohon Saudara/i memberikan nilai terhadap pernyataan-pernyataan yang
tersedia di bawah ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dengan cara
memberi tanda silang (X) pada salah satu nilai dari empat pilihan nilai yang
tersedia. Semakin tinggi nilai yang dipilih, berarti Saudara/i semakin
mendukung/setuju terhadap pernyataan yang dimaksud.
4. Perlu diketahui bahwa hasil pengisian kuesioner ini tidak berpengaruh pada
nilai hasil belajar, sehingga Saudara/i tidak perlu ragu untuk mengisi
kuesioner secara jujur sesuai keadaan yang sebenarnya. Penelitian ini akan
menjamin kerahasiaan identitas Saudara/i.
No Pernyataan Nilai
G. Variabel Faktor Peserta Didik
1
Pendapatan orang tua saya sangat mendukung pendidikan
saya di sekolah ini
5 4 3 2
2
Orang tua saya tidak pernah mengalami kesulitan dalam
membiayai sekolah saya
5 4 3 2
3
Orang tua sangat mendukung saya untuk menyelesaikan
pendidikan di sekolah ini karena mereka pun memiliki
tingkat pendidikan yang cukup tinggi
5 4 3 2
4
Orang tua saya memiliki tingkat pendidikan yang cukup
tinggi sehingga mendukung pendidikan saya
5 4 3 2
5
Saya selalu memperoleh nilai hasil belajar yang baik selama
bersekolah di SMP
5 4 3 2
6
Sewaktu di SMP, saya termasuk siswa yang memiliki
prestasi baik
5 4 3 2
7
Saya mengikuti pendidikan di sekolah ini karena keinginan
sendiri
5 4 3 2
8
Saya sangat berminat mengikuti pendidikan pertanian
5 4 3 2
209
209
Lampiran 4. (Lanjutan)
No Pernyataan Nilai
H. Variabel Faktor Tenaga Kependidikan (Guru)
1
Mata pelajaran yang diajarkan di sekolah ini diberikan oleh
guru yang memiliki keahlian sesuai mata pelajaran yang
diajarkannya
5 4 3 2
2
Di sekolah ini, saya selalu diajar oleh guru yang sangat
menguasai seluruh materi pelajaran yang diberikan
5 4 3 2
3
Apabila ibu/bapak guru mengajar/memberikan praktik, saya
dengan mudah dapat memahami dan menguasai materi
pelajaran/praktik yang diberikan
5 4 3 2
4
Bapak/ibu guru saya selalu menyampaikan materi pelajaran
di kelas dan di lapangan secara baik dan jelas
5 4 3 2
5
Saya senang dengan cara mengajar yang diterapkan
bapak/ibu guru di sekolah ini
5 4 3 2
6
Cara mengajar bapak/ibu guru di sekolah ini tidak membuat
saya bosan dan jenuh ketika belajar di kelas maupun di
lapangan
5 4 3 2
7
Pada setiap jam pelajaran, guru selalu hadir tepat pada
waktunya
5 4 3 2
8
Lama mengajar setiap guru selalu sesuai dengan jadwal
yang telah ditetapkan
5 4 3 2
I. Variabel Faktor Kurikulum
1
Mata pelajaran (Program Diklat) yang diberikan di sekolah
ini mendukung pengembangan pengetahuan dan
keterampilan saya di bidang pertanian
5 4 3 2
2
Pengetahuan dan keterampilan saya di bidang pertanian
bertambah setelah mengikuti setiap mata pelajaran (Program
Diklat) yang diberikan
5 4 3 2
3
Rencana dan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan
selalu dijelaskan terlebih dahulu oleh guru sebelum kegiatan
belajar-mengajar dimulai
5 4 3 2
4
Sebelum pelajaran dimulai, ibu/bapak guru menyampaikan
rencana materi pelajaran yang akan diberikan dan
menjelaskan tujuan pembelajaran
5 4 3 2
5
Saya senang dan puas dengan proses belajar-mengajar di
sekolah ini karena lebih banyak praktiknya daripada
teorinya
5 4 3 2
6
Saya dapat memahami dan menguasai mata pelajaran yang
diajarkan setelah mengikuti proses belajar-mengajar di kelas
dan di lapangan
5 4 3 2
210
210
Lampiran 4. (Lanjutan)
No Pernyataan Nilai
C. Lanjutan
7
Saya selalu belajar untuk mempersiapkan diri menghadapi
ujian/tes
5 4 3 2
8
Dengan adanya uji kompetensi yang diberikan di sekolah ini
membuat saya harus selalu belajar dengan keras agar dapat
memperoleh sertifikat kompetensi
5 4 3 2
J. Variabel Faktor Sarana dan Prasarana
1
Sekolah ini dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang
mendukung kegiatan belajar-mengajar di kelas, seperti
ruangan kelas yang nyaman dan alat bantu belajar yang
lengkap dan baik keadaannya
5 4 3 2
2
Saya sangat senang ketika praktik di lapangan atau
laboratorium, karena kegiatan praktik selalu didukung oleh
ketersediaan alat-alat yang lengkap dan baik kondisinya
5 4 3 2
3
Sarana dan prasarana praktik di sekolah ini selalu tersedia
dalam keadaan baik
5 4 3 2
4
Kegiatan belajar di kelas tidak pernah terhambat oleh
permasalahan kekurangan sarana dan prasarana belajar,
misalkan kekurangan kursi, meja, spidol, kapur tulis, atau
bahkan ruangan kelas
5 4 3 2
5
Setiap praktik di lapangan atau laboratorium, alat-alat
(seperti cangkul, arit, dsb) selalu disediakan oleh sekolah
dalam jumlah yang sesuai dengan jumlah siswa
5 4 3 2
6
Luas lahan praktik di sekolah ini dapat mendukung
kelancaran pelaksanaan praktik
5 4 3 2
7
Sekolah ini dilengkapi fasilitas teknologi komputer secara
memadai
5 4 3 2
8
Saya senang belajar di sekolah ini karena saya dapat belajar
internet, dan saya dapat langsung praktik karena sekolah
menyediakan fasilitasnya secara lengkap
5 4 3 2
K. Variabel Faktor Lingkungan Keluarga
1
Saya tertarik pada pengetahuan dan keterampilan pertanian
karena saya berasal dari keluarga petani
5 4 3 2
2
Pengetahuan dan keterampilan yang saya peroleh dari
sekolah ini sangat mendukung usaha/mata pencaharian
keluarga saya
5 4 3 2
3
Saya tidak pernah menunggak uang sekolah karena orang
tua selalu membayarnya tepat pada waktunya
5 4 3 2
211
211
Lampiran 4. (Lanjutan)
No Pernyataan Nilai
E. Lanjutan
4
Jika sekolah mengajukan permohonan sumbangan kepada
orang tua siswa untuk keperluan pembangunan atau kegiatan
sekolah, orang tua saya selalu turut berpartisipasi
memberikan sumbangan
5 4 3 2
5
Orang tua saya selalu hadir jika diundang oleh pihak sekolah
5 4 3 2
6
Orang tua saya sering diundang untuk mengikuti pertemuan
di sekolah
5 4 3 2
7
Saya termotivasi untuk dapat berprestasi di sekolah ini
karena adanya dorongan moral/emosional dari lingkungan
keluarga
5 4 3 2
8
Lingkungan keluarga mendukung saya untuk dapat
menyelesaikan studi di sekolah ini
5 4 3 2
L. Variabel Faktor Lingkungan Masyarakat
1
Saya tertarik pada pengetahuan dan keterampilan pertanian
karena saya berasal dari daerah yang sebagian besar
penduduknya bermatapencaharian di bidang pertanian
5 4 3 2
2
Pengetahuan dan keterampilan yang saya peroleh dari
sekolah ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat di sekitar
tempat tinggal saya
5 4 3 2
3
Sekolah saya berada di daerah yang mayoritas
masyarakatnya bekerja di sektor pertanian
5 4 3 2
4
Masyarakat di sekitar sekolah sangat mendukung proses
pendidikan di sekolah ini, karena sekolah ini berada di
lingkungan masyarakat pertanian
5 4 3 2
5
Lingkungan di sekitar sekolah termasuk aman dan tertib
5 4 3 2
6
Saya senang sekolah di sini karena didukung oleh
lingkungan sekitar yang nyaman dan masyarakat yang
ramah
5 4 3 2
7
Saya senang jika praktik lapangan langsung di masyarakat
(misalkan PKU dan magang), karena mereka selalu
membantu saya dengan sepenuh hati
5 4 3 2
8
Masyarakat selalu membantu jika saya sedang
melaksanakan PKU dan magang
5 4 3 2
212
212
Lampiran 4. (Lanjutan)
IDENTITAS RESPONDEN
Nama : .........................................................................................
Jenis Kelamin : .........................................................................................
PETUNJUK:
Mohon diisi setiap kolom kosong di bawah ini, sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
Keadaan Keluarga
No. Nama Status di
Keluarga Umur
Tingkat
Pendidikan Pekerjaan
Keterangan:
• Kolom Status di Keluarga diisi dengan: Ayah/Ibu/Kakak/Adik.
Pekerjaan dan Penghasilan Orang Tua
No. Jenis Pekerjaan Jumlah Penghasilan
(Rp)
I. Ayah
II. Ibu
III. Lain-Lain
Keterangan:
• Kolom Jenis Pekerjaan diisi misalkan dengan: Petani, peternak, buruh tani, pedagang, PNS,
pegawai swasta, dan lain-lain (boleh lebih dari satu jenis pekerjaan).
• Isian pada kolom Jumlah Penghasilan diberi keterangan: per bulan, atau per minggu, atau per
hari.
213
213
Lampiran 4. (Lanjutan)
Pengalaman Organisasi di SPP-SPMA
No. Organisasi Jabatan
Tingkat II
Tingkat III
Keterangan:
• Kolom Organisasi diisi misalkan dengan: OSIS / Pramuka / PMR / DKM / dan lain sebagainya.
• Kolom Jabatan diisi dengan: Ketua / Bendahara / Sekretaris / Anggota aktif / Anggota pasif
(atau jabatan lainnya).
Kuesioner ini telah diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Tanjungsari, .............................. 2009
(............................................)
214
214
Lampiran 5. Perhitungan untuk Penentuan Kriteria Nilai Variabel
Kriteria nilai digunakan untuk penentuan kriteria kecenderungan dan rata-
rata nilai variabel X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan Y, berdasarkan 4 kelas kriteria,
yaitu: sangat rendah, rendah, tinggi, dan sangat tinggi. Langkah-langkah
perhitungan untuk penentuan kriteria nilai variabel adalah sebagai berikut:
• Menentukan nilai tertinggi dan terendah per variabel:
• Menentukan interval kelas kriteria nilai variabel:
• Menentukan kelas kriteria nilai variabel:
Interval Nilai Variabel Kriteria Nilai Variabel
16-22 Sangat Rendah
> 22-28 Rendah
> 28-34 Tinggi
> 34-40 Sangat Tinggi
iabelperbutirjumlahbutirpertertingginilaitertinggiNilai var×=
4085 =×=tertinggiNilai
iabelperbutirjumlahbutirperterendahnilaiterendahNilai var×=
1682 =×=tertinggiNilai
4
terendahnilaitertingginilaiKelasInterval
−=
64
1640=
−=KelasInterval
215
Lampiran 6. Daftar Peserta dan Hasil Uji Instrumen
I. Daftar Peserta Uji Instrumen
Peserta uji instrumen adalah peserta didik tingkat III SPP-SPMA
Tanjungsari pada Tahun Ajaran 2008/2009 dan bukan merupakan responden
penelitian. Daftar peserta uji instrumen adalah sebagai berikut:
No. Peserta Nama Jenis Kelamin
1 Rikeu Fatimah P
2 Epan Purnama L
3 Silvi Achyani P
4 Ayu Octavia Merianti P
5 Deden Saepudin L
6 Ganjar Riswanda L
7 Ahmad Jaelani L
8 Sri Wahyuni P
9 Eka Kartika Apriliyanti P
10 Titin Maesaroh P
11 Iik Taufik L
12 Irpan Abdurrohman L
13 Septian L
14 Wisnu Hamdani L
15 M. Noor Ganenda L
16 Anggie Nugraha P
17 Dadan Hamdani L
18 Dede Sunarya L
19 Chandra Daniswara L
20 Abdul Rohim L
21 Roni Suwanto L
22 Rizal Ardianto L
23 Soni Suherman L
24 Rizki Yayang Mauldyana L
25 Rudi Irawan L
26 Junisadar Gea P
216
Lampiran 6. (Lanjutan)
II. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
2.1. Validitas dan Reliabilitas Instrumen untuk Pengukuran Variabel X1
Nilai untuk Butir No.: No.
Peserta 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nilai
Total
1 5 5 5 5 4 4 4 4 4 40
2 4 5 4 4 3 3 5 5 5 38
3 5 5 5 4 4 4 4 4 4 39
4 5 5 5 5 4 4 4 3 3 38
5 4 2 4 2 3 2 5 4 5 31
6 5 4 5 3 4 3 5 5 5 39
7 4 4 4 3 3 3 4 5 5 35
8 5 5 5 4 4 4 4 5 5 41
9 5 3 4 3 3 4 5 5 5 37
10 4 4 4 3 3 3 4 4 4 33
11 5 3 4 3 3 3 5 5 4 35
12 3 3 3 3 3 3 5 5 5 33
13 4 4 4 3 4 4 5 5 4 37
14 4 4 4 3 3 2 4 4 3 31
15 3 4 5 4 5 4 4 4 5 38
16 4 3 4 3 3 3 4 4 4 32
17 4 4 4 3 3 4 5 5 5 37
18 4 4 4 3 4 4 5 5 5 38
19 4 4 4 3 3 4 4 3 3 32
20 4 4 5 3 4 3 5 5 5 38
21 4 4 4 4 4 3 4 4 4 35
22 5 3 3 3 4 5 5 4 5 37
23 4 4 4 3 4 4 5 5 5 38
24 4 3 4 4 3 3 4 4 3 32
25 5 4 5 3 4 3 5 5 5 39
26 5 4 4 3 5 4 5 5 4 39
rxy1) 0,502 0,642 0,562 0,426 0,701 0,593 0,231 0,398 0,422
rtabel2) 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388
Validitas Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak
Valid Valid Valid
Alpha
Cronbach 0,628
Reliabilitas3)
Reliabel
Keterangan:
1) rxy dihitung dengan rumus Korelasi Product Moment
2) rtabel pada α = 0,05 dan N = 26.
3) Reliabel jika Nilai Alpha Cronbach > rtabel (Alpha > 0,388).
217
Lampiran 6. (Lanjutan)
2.2. Validitas dan Reliabilitas Instrumen untuk Pengukuran Variabel X2
Nilai untuk Butir No.: No.
Peserta 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nilai
Total
1 5 4 4 4 4 4 4 3 4 36
2 3 3 3 4 3 4 4 3 3 30
3 5 4 4 5 5 4 4 3 4 38
4 5 4 3 3 3 3 3 2 3 29
5 4 4 3 3 4 3 3 3 3 30
6 5 4 4 4 4 5 4 3 3 36
7 3 3 3 3 3 4 2 3 3 27
8 5 4 4 3 4 3 3 3 3 32
9 5 4 3 5 4 4 4 5 5 39
10 4 4 4 4 4 3 3 3 3 32
11 3 4 4 4 4 4 4 3 3 33
12 4 4 4 3 3 3 3 3 4 31
13 4 4 4 3 4 4 4 3 3 33
14 5 5 4 4 5 4 4 3 4 38
15 3 2 3 3 3 3 3 2 4 26
16 4 4 3 4 3 4 3 3 3 31
17 4 4 3 4 4 4 4 4 4 35
18 3 4 4 4 4 4 4 4 4 35
19 4 4 3 4 4 4 3 3 4 33
20 5 5 5 5 4 5 5 4 4 42
21 4 4 5 4 4 4 4 3 4 36
22 5 5 4 3 4 5 4 2 5 37
23 4 4 4 3 4 4 3 3 3 32
24 3 3 3 3 4 3 3 3 4 29
25 5 5 5 5 5 4 4 4 4 41
26 5 4 5 5 5 4 4 5 4 41
rxy1) 0,684 0,751 0,708 0,796 0,762 0,628 0,805 0,633 0,533
rtabel2) 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388
Validitas Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Alpha
Cronbach 0,868
Reliabilitas3)
Reliabel
Keterangan:
1) rxy dihitung dengan rumus Korelasi Product Moment
2) rtabel pada α = 0,05 dan N = 26.
3) Reliabel jika Nilai Alpha Cronbach > rtabel (Alpha > 0,388).
218
Lampiran 6. (Lanjutan)
2.3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen untuk Pengukuran Variabel X3
Nilai untuk Butir No.: No.
Peserta 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nilai
Total
1 4 4 5 4 4 4 4 5 4 38
2 5 5 5 5 4 4 4 4 4 40
3 5 5 5 5 4 5 4 4 5 42
4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 36
5 5 4 5 5 3 4 4 5 5 40
6 5 5 5 5 4 5 5 4 4 42
7 4 4 4 3 3 3 4 4 4 33
8 4 4 5 5 3 5 4 4 5 39
9 5 5 5 5 3 4 5 5 5 42
10 4 4 4 4 3 3 4 3 3 32
11 5 4 4 4 4 4 4 4 4 37
12 5 5 4 3 4 4 5 4 3 37
13 5 5 4 4 4 4 4 4 2 36
14 5 5 4 5 4 4 5 4 3 39
15 4 5 3 4 4 4 4 3 3 34
16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
17 4 4 4 5 4 5 4 4 3 37
18 5 5 5 5 4 4 4 4 3 39
19 5 5 5 4 4 5 5 4 4 41
20 5 5 5 5 5 5 5 5 4 44
21 4 4 4 5 3 5 4 4 3 36
22 5 5 5 5 3 4 4 4 5 40
23 5 5 4 4 4 4 4 4 5 39
24 4 4 4 4 4 4 4 3 4 35
25 5 4 4 4 5 4 4 5 5 40
26 4 4 4 4 4 4 5 5 4 38
rxy1) 0,644 0,505 0,747 0,606 0,345 0,604 0,478 0,612 0,519
rtabel2) 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388
Validitas Valid Valid Valid Valid Tidak
Valid Valid Valid Valid Valid
Alpha
Cronbach 0,715
Reliabilitas3)
Reliabel
Keterangan:
1) rxy dihitung dengan rumus Korelasi Product Moment
2) rtabel pada α = 0,05 dan N = 26.
3) Reliabel jika Nilai Alpha Cronbach > rtabel (Alpha > 0,388).
219
Lampiran 6. (Lanjutan)
2.4. Validitas dan Reliabilitas Instrumen untuk Pengukuran Variabel X4
Nilai untuk Butir No.: No.
Peserta 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nilai
Total
1 5 5 4 4 5 5 5 4 3 40
2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 30
3 4 4 4 3 5 4 5 4 3 36
4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 27
5 3 3 3 3 3 4 5 3 3 30
6 4 4 4 4 5 5 5 5 4 40
7 4 4 4 3 4 3 4 4 3 33
8 4 4 3 3 3 4 5 5 4 35
9 4 3 3 4 4 5 5 2 2 32
10 4 4 3 3 4 3 4 4 3 32
11 3 3 4 4 3 4 5 4 4 34
12 3 3 3 3 4 3 5 3 2 29
13 3 3 4 4 4 4 4 4 2 32
14 4 4 4 4 5 5 5 2 2 35
15 3 3 3 4 2 4 4 2 2 27
16 4 4 4 3 4 3 4 4 4 34
17 4 4 4 3 4 5 4 3 3 34
18 4 4 4 4 4 4 5 5 3 37
19 4 4 4 4 5 5 5 4 4 39
20 5 5 5 5 5 5 5 5 4 44
21 3 4 5 4 3 4 4 4 3 34
22 5 4 4 3 3 4 5 5 4 37
23 4 4 4 3 4 3 5 4 2 33
24 3 3 3 3 3 4 4 4 3 30
25 4 4 5 4 4 4 5 4 4 38
26 5 4 4 5 4 5 4 4 4 39
rxy1) 0,797 0,830 0,722 0,589 0,683 0,592 0,470 0,597 0,672
rtabel2) 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388
Validitas Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Alpha
Cronbach 0,833
Reliabilitas3)
Reliabel
Keterangan:
1) rxy dihitung dengan rumus Korelasi Product Moment
2) rtabel pada α = 0,05 dan N = 26.
3) Reliabel jika Nilai Alpha Cronbach > rtabel (Alpha > 0,388).
220
Lampiran 6. (Lanjutan)
2.5. Validitas dan Reliabilitas Instrumen untuk Pengukuran Variabel X5
Nilai untuk Butir No.: No.
Peserta 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nilai
Total
1 3 3 4 5 5 5 5 5 5 40
2 4 4 5 5 4 5 5 5 5 42
3 3 3 4 4 4 5 5 5 5 38
4 3 3 3 4 4 4 4 4 5 34
5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 41
6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45
7 4 3 3 4 4 4 3 4 4 33
8 3 3 3 5 5 5 5 4 5 38
9 5 5 4 4 2 5 3 4 5 37
10 3 3 3 4 4 3 4 3 3 30
11 5 4 4 4 3 4 4 4 5 37
12 3 3 3 4 4 4 3 4 5 33
13 2 2 3 4 4 4 3 4 4 30
14 2 2 2 4 4 5 3 4 5 31
15 3 4 3 4 3 3 4 5 5 34
16 4 4 3 4 4 4 4 4 4 35
17 5 4 5 4 4 4 3 4 4 37
18 3 3 3 4 4 4 4 4 5 34
19 4 3 4 4 5 5 5 4 5 39
20 5 5 5 5 5 4 4 4 5 42
21 4 4 4 4 3 4 3 3 4 33
22 3 3 3 5 4 5 4 5 5 37
23 4 3 4 4 5 5 4 5 5 39
24 4 4 4 3 4 4 3 5 4 35
25 5 5 4 4 4 5 4 5 5 41
26 4 3 4 4 3 4 4 5 4 35
rxy1) 0,639 0,636 0,758 0,613 0,411 0,557 0,635 0,573 0,563
rtabel2) 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388
Validitas Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Alpha
Cronbach 0,768
Reliabilitas3)
Reliabel
Keterangan:
1) rxy dihitung dengan rumus Korelasi Product Moment
2) rtabel pada α = 0,05 dan N = 26.
3) Reliabel jika Nilai Alpha Cronbach > rtabel (Alpha > 0,388).
221
Lampiran 6. (Lanjutan)
2.6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen untuk Pengukuran Variabel X6
Nilai untuk Butir No.: No.
Peserta 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nilai
Total
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
2 5 5 4 4 4 4 4 4 4 38
3 4 4 4 4 4 5 5 3 5 38
4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 29
5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 41
6 5 5 5 5 4 5 5 4 5 43
7 3 3 3 3 2 3 3 2 3 25
8 3 3 3 5 4 5 4 3 3 33
9 5 5 5 5 5 2 2 2 4 35
10 4 3 4 4 3 3 3 3 3 30
11 5 4 4 3 3 4 4 2 4 33
12 3 4 3 4 3 3 3 3 4 30
13 4 4 4 4 4 4 4 3 4 35
14 4 5 5 4 3 4 4 4 5 38
15 4 4 3 4 2 2 3 3 2 27
16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
17 4 5 4 5 3 4 5 3 5 38
18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
19 4 4 4 4 4 3 3 3 4 33
20 5 5 5 5 5 4 5 3 4 41
21 4 4 3 5 4 4 4 5 4 37
22 4 5 4 5 4 4 3 3 4 36
23 5 5 4 4 4 5 4 4 5 40
24 5 5 4 4 3 3 3 4 4 35
25 5 5 5 4 4 5 5 4 4 41
26 4 4 4 5 4 4 4 3 4 36
rxy1) 0,684 0,757 0,749 0,508 0,690 0,694 0,735 0,558 0,710
rtabel2) 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388
Validitas Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Alpha
Cronbach 0,852
Reliabilitas3)
Reliabel
Keterangan:
1) rxy dihitung dengan rumus Korelasi Product Moment
2) rtabel pada α = 0,05 dan N = 26.
3) Reliabel jika Nilai Alpha Cronbach > rtabel (Alpha > 0,388).
222
Lampiran 7. Contoh Output Program Statistik Minitab 15 untuk Uji Validitas
Instrumen Variabel X1 dengan Analisis Korelasi Product Moment
dari Pearson pada α = 0,05
————— 4/5/2009 3:19:33 PM ———————————————————— Welcome to Minitab, press F1 for help.
Correlations: X1-1, X1-Total Pearson correlation of X1-1 and X1-Total = 0.502
P-Value = 0.009
Correlations: X1-2, X1-Total Pearson correlation of X1-2 and X1-Total = 0.642
P-Value = 0.000
Correlations: X1-3, X1-Total Pearson correlation of X1-3 and X1-Total = 0.562
P-Value = 0.003
Correlations: X1-4, X1-Total Pearson correlation of X1-4 and X1-Total = 0.426
P-Value = 0.030
Correlations: X1-5, X1-Total Pearson correlation of X1-5 and X1-Total = 0.701
P-Value = 0.000
Correlations: X1-6, X1-Total Pearson correlation of X1-6 and X1-Total = 0.593
P-Value = 0.001
Correlations: X1-7, X1-Total Pearson correlation of X1-7 and X1-Total = 0.231
P-Value = 0.256
Correlations: X1-8, X1-Total Pearson correlation of X1-8 and X1-Total = 0.398
P-Value = 0.044
Correlations: X1-9, X1-Total Pearson correlation of X1-9 and X1-Total = 0.422
P-Value = 0.032
223
Lampiran 8. Output Program Statistik SPSS 16 untuk Uji Reliabilitas Instrumen
dengan Metode Alpha Cronbach
Reliability
Case Processing Summary
N %
Valid 26 100.0
Excludeda 0 .0
Cases
Total 26 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Scale: UJI RELIABILITAS INSTRUMEN X1
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.628 9
Scale: UJI RELIABILITAS INSTRUMEN X2
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.868 9
Scale: UJI RELIABILITAS INSTRUMEN X3
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.715 9
Scale: UJI RELIABILITAS INSTRUMEN X4
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.833 9
224
Lampiran 8. (Lanjutan)
Scale: UJI RELIABILITAS INSTRUMEN X5
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.768 9
Scale: UJI RELIABILITAS INSTRUMEN X6
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.852 9
225
Lampiran 9. Daftar Nama Responden Penelitian
No.1)
Nama Responden L/P No.1)
Nama Responden L/P
1 Astari Oktaviani Gianti P 42 Asep Jaenudin L
2 Enung Rina Eriyanti P 43 Triwiguna Abadi L
3 Sri Arsini P 44 Eri Siti Nurmala P
4 Lusiana Dewi P 45 Derry Ryansyah L
5 Gina Solihatuddiniyah P 46 Lilis Aisah Widiayanti P
6 Dini Martha Fitrialova P 47 Yuni Fazriah P
7 Cefi Nugraha L 48 Karmina P
8 Winwin Wartini P 49 Fitri Nurmala Dewi P
9 Syefi Febriansyah P 50 Eti Karwati P
10 Deni Supriadi L 51 Achmad Fauzan L
11 Euis Z P 52 Yani P
12 Yendi Rudiana L 53 Asep Ahmad Mubarok L
13 Indra Wahidin Sidik L 54 Asep Yayan S. L
14 Angga Budi Permana L 55 Nia Yuniarani P
15 Rhevianisa Oktavanny P 56 Maulana Yusup L
16 Agus Wahyudin L 57 Citriani Pela P
17 Muhammad Ridha L 58 Kadarusman L
18 Otih Nurhayati P 59 Yayat Tajudin L
19 Agus Tantan S L 60 Farika Wandina P
20 Nurhayati Anggraeni P 61 Chicko Primadasha L
21 Sobarna L 62 Ahmad Budiono L
22 Wenti Frebianti P 63 Gun Gun Gunadi L
23 Insan Firmansyah L 64 Nuni Aini N P
24 Radiyan Febrinusa S L 65 Eneng Sulastri P
25 Alfis Silmi Azizah P 66 Ika Rosmayanti P
26 Jaman Kartiwa L 67 Achmad Syafei L
27 Denis Januar Try P L 68 Tiana Nopianita P
28 Tita Rosmala P 69 Wulan Diansari P
29 Bayu Permana L 70 Deni Karyadi L
30 Yuni Marliani P 71 Pipin Suhendar L
31 Yuli Hartati P 72 Anisa Kusminar P
32 Syarif Hidayat L 73 Winata Hidayat L
33 Rani Anggraeni P 74 Ramdani L
34 Tia Ristiani P 75 Ade Nandang Suriadi L
35 Elis Nurhayati P 76 Asep Sutisna L
36 Indra Nurdiana L 77 Irpan Iryanto L
37 Sri Nurlatipah Mustika Sari P 78 Elis Holisoh P
38 Eka Widiyanti P 79 Junaedi Asep S. L
39 Dika Wanandi Lukito L 80 Kamalludin L
40 Aat Rohaeti P 81 Irwan Wiguna L
41 Ai Suryati P 82 Yusup Supriyadi L
Keterangan:
1) No. = Nomor Responden
226
Lampiran 10. Data Karateristik Sosial-Ekonomi Responden
Pekerjaan
Orang Tua
Tingkat
Pendidikan
Orang Tua
No.
Resp.1)
Ayah Ibu
Pendapatan
Orang Tua
per Hari2)
(Rp) Ayah Ibu
Jumlah
Anggota
Keluarga3)
1 Buruh Ibu rumah tangga 16.666,67 SLTA SD 4
2 Pegawai swasta Ibu rumah tangga 28.333,33 SLTA SLTA 6
3 Wiraswasta Ibu rumah tangga 33.333,33 SLTP SLTP 3
4 Wiraswasta Ibu rumah tangga 40.000,00 SLTP SLTP 3
5 Wiraswast, petani Ibu rumah tangga 36.666,67 SLTA SLTA 5
6 Purn., petani Ibu rumah tangga 38.333,33 SLTA SLTA 4
7 Wiraswasta Ibu rumah tangga 25.000,00 D-III SLTP 5
8 Petani Ibu rumah tangga 25.000,00 SD SLTP 3
9 Wiraswasta Ibu rumah tangga 33.333,33 SLTA SLTA 5
10 Wiraswasta Ibu rumah tangga 46.666,67 SD SD 3
11 PNS Ibu rumah tangga 50.000,00 S1 SLTA 5
12 Petani Pedagang 45.000,00 SLTP SD 3
13 PNS Ibu rumah tangga 50.000,00 SLTP SD 5
14 Wiraswasta Wiraswasta 33.333,33 SLTA SLTA 3
15 Wiraswasta Wiraswasta 183.333,33 S-1 Akdm 4
16 Buruh Ibu rumah tangga 32.666,67 SD SD 4
17 Wiraswasta Ibu rumah tangga 26.666,67 Akdm SLTA 3
18 Buruh Ibu rumah tangga 20.000,00 SD SLTP 5
19 Petani, peternak Ibu rumah tangga 25.000,00 SD SLTA 5
20 Wiraswasta Ibu rumah tangga 40.000,00 SLTA SD 5
21 Wiraswasta Ibu rumah tangga 15.000,00 SD - 3
22 Swasta Ibu rumah tangga 40.000,00 S1 SLTA 5
23 Wiraswasta Ibu rumah tangga 66.666,67 SLTA SLTP 5
24 Serabutan Ibu rumah tangga tidak ada data SLTA SLTP 4
25 - - tidak ada data S1 SLTP 6
26 Wiraswasta Ibu rumah tangga 30.000,00 SD SD 3
27 Karyawan swasta Ibu rumah tangga 50.000,00 SD SLTP 4
28 Pensiunan PNS Ibu rumah tangga 33.333,33 SD SD 3
29 Pengacara Ibu rumah tangga 50.000,00 S1 - 5
30 PNS Ibu rumah tangga 83.333,33 D-III SLTA 3
31 Wiraswast, petani Ibu rumah tangga 28.333,33 SD SD 3
32 PNS Ibu rumah tangga 83.333,33 D-IV SLTA 5
33 Buruh Ibu rumah tangga tidak ada data SD SLTP 6
34 Wiraswasta Ibu rumah tangga 40.000,00 SD SLTP 6
35 Petani, pedagang Ibu rumah tangga 50.000,00 SD SD 4
36 Wiraswast ternak Ibu rumah tangga 23.333,33 SLTA SD 5
37 Karyawan Ibu rumah tangga tidak ada data STM S1 4
38 PPL PNS Ibu rumah tangga 86.666,67 S1 SLTP 5
39 Kepala Dusun Guru MDA 36.666,67 STM SLTA 5
227
Lampiran 10. (Lanjutan)
Pekerjaan
Orang Tua
Tingkat
Pendidikan
Orang Tua
No.
Resp.1)
Ayah Ibu
Pendapatan
Orang Tua
per Hari2)
(Rp) Ayah Ibu
Jumlah
Anggota
Keluarga3)
40 Wiraswasta Ibu rumah tangga 20.000,00 SLTP SD 4
41 Petani Ibu rumah tangga 33.333,33 SD SD 3
42 Wiraswasta Wiraswasta 45.000,00 SLTP SD 5
43 Karyawan Ibu rumah tangga 66.666,67 SD SD 5
44 Swasta Ibu rumah tangga 16.666,67 SLTA SLTP 4
45 Wiraswasta Ibu rumah tangga 66.666,67 SD SD 5
46 Pegawai swasta Ibu rumah tangga 50.000,00 SD SD 4
47 PNS Ibu rumah tangga 66.666,67 D-III SLTA 3
48 Petani, pedagang Ibu rumah tangga 50.000,00 SD SD 4
49 Wiraswasta Ibu rumah tangga 40.000,00 SD SD 5
50 Petani Ibu rumah tangga 30.000,00 SD SD 4
51 PNS Ibu rumah tangga 66.666,67 SLTA SLTA 6
52 Petani Ibu rumah tangga 20.000,00 SLTP SD 5
53 PNS Ibu rumah tangga 83.333,33 S-1 SLTP 5
54 - - tidak ada data - SD 6
55 PNS Ibu rumah tangga 56.666,67 SLTA SLTA 3
56 Petani Pedagang tidak ada data SD SD 5
57 PNS Ibu rumah tangga 83.333,33 D-I SD 4
58 Wiraswasta Ibu rumah tangga 16.666,67 SD SLTP 6
59 Wiraswasta Ibu rumah tangga 10.000,00 SD SD 3
60 Pegawai swasta Pedagang tidak ada data SLTA SLTA 4
61 Swasta Ibu rumah tangga 33.333,33 Akdm SLTA 5
62 PNS Ibu rumah tangga 56.666,67 SLTA SD 4
63 Swasta Ibu rumah tangga 26.666,67 SD SLTA 4
64 PNS Ibu rumah tangga 96.666,67 S1 SLTA 6
65 PNS Ibu rumah tangga 66.666,67 SLTA SD 4
66 Wiraswasta PNS 63.333,33 SD D-II 3
67 Wiraswasta Ibu rumah tangga 10.000,00 SD SD 4
68 Pensiunan Ibu rumah tangga 65.466,67 SLTA SLTA 3
69 Wiraswasta Ibu rumah tangga 40.000,00 SD SLTP 4
70 Karyawan swasta Ibu rumah tangga 30.000,00 SLTA SD 4
71 Petani Ibu rumah tangga 13.333,33 SD SD 4
72 Swasta Ibu rumah tangga 25.000,00 SLTA - 5
73 Petani Pedagang 38.888,89 SD SMP 3
74 Buruh Buruh 8.333,33 SD SD 3
75 Pedagang Ibu rumah tangga 16.666,67 SLTP SD 4
76 Petani Ibu rumah tangga 25.000,00 SMP SD 4
77 Petani Ibu rumah tangga 23.333,33 SD SD 4
78 Wiraswasta Ibu rumah tangga 23.333,33 SD SD 5
79 Purnabakti Ibu rumah tangga 38.333,33 SD SD 3
228
Lampiran 10. (Lanjutan)
Pekerjaan
Orang Tua
Tingkat
Pendidikan
Orang Tua
No.
Resp.1)
Ayah Ibu
Pendapatan
Orang Tua
per Hari2)
(Rp) Ayah Ibu
Jumlah
Anggota
Keluarga3)
80 Petani Ibu rumah tangga 4.444,44 SD SD 4
81 Wiraswasta Ibu rumah tangga 40.000,00 SLTP SD 5
82 Buruh Karyawan 41.200,00 SD SD 5
Jumlah Total 3.154.333,33 - - 350
Rata-Rata 42.057,784)
- - 4,275)
Keterangan: 1) Nomor Responden
2) Pendapatan gabungan ayah dan ibu
3) Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan orang tua, termasuk kedua orang
tua
4) Jumlah data = 75
5) Jumlah data = 82
• Rata-rata pendapatan per hari per orang:
Rata-Rata Pendapatan
per Hari per Keluarga
(Rp)
Rata-Rata Jumlah
Anggota Keluarga
Rata-Rata Pendapatan per Hari
per Orang
(Rp)
42.057,78 4,27 9.849,60
229
Lampiran 11. Sebaran Data, Kecenderungan dan Rata-Rata Nilai Faktor Peserta
Didik (X1)
I. Sebaran Data Faktor Peserta Didik (X1)
Nilai Faktor Peserta Didik (X1) No.
Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8
Total
X1
1 3 3 4 4 4 4 5 5 32
2 5 5 4 4 4 4 5 4 35
3 5 4 5 4 3 3 4 4 32
4 5 4 4 4 3 4 4 4 32
5 4 4 5 4 5 5 4 5 36
6 5 5 5 5 4 4 5 5 38
7 5 4 4 3 4 3 4 4 31
8 3 4 4 3 3 3 5 5 30
9 3 3 3 5 3 3 4 5 29
10 3 3 5 4 4 4 5 5 33
11 4 4 4 3 4 3 4 4 30
12 4 3 5 3 4 4 3 4 30
13 5 4 5 3 2 3 5 5 32
14 4 4 4 5 2 2 3 2 26
15 3 3 4 3 5 4 5 5 32
16 5 3 4 3 3 4 5 5 32
17 4 4 5 4 3 3 4 5 32
18 5 5 4 3 4 4 5 5 35
19 3 3 3 3 4 4 4 4 28
20 5 4 4 4 4 4 5 5 35
21 4 2 3 2 3 3 4 3 24
22 5 4 4 5 4 4 5 5 36
23 4 3 3 3 3 3 4 4 27
24 4 4 4 4 3 3 5 5 32
25 4 5 5 2 3 2 5 5 31
26 5 4 5 3 4 4 5 5 35
27 4 4 4 3 3 3 5 5 31
28 4 4 5 5 4 4 4 5 35
29 4 4 5 4 4 4 4 4 33
30 4 3 4 4 4 4 5 5 33
31 4 4 4 3 4 4 5 5 33
32 4 4 5 3 4 4 5 2 31
33 2 4 4 3 5 5 3 3 29
34 4 3 4 3 4 3 3 3 27
35 4 4 5 3 4 3 5 5 33
36 4 4 4 3 3 4 4 4 30
37 3 3 4 2 2 2 5 4 25
38 4 4 5 4 2 2 5 5 31
39 4 3 4 4 3 4 3 4 29
40 4 4 4 3 3 4 5 5 32
41 3 3 3 4 4 4 5 5 31
230
Lampiran 11. (Lanjutan)
Nilai Faktor Peserta Didik (X1) No.
Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8
Total
X1
42 4 4 5 3 3 4 3 5 31
43 4 4 4 3 4 3 5 5 32
44 4 4 3 3 4 3 4 4 29
45 4 3 4 4 2 2 3 4 26
46 4 3 4 3 4 3 4 5 30
47 4 4 4 5 4 4 4 4 33
48 5 5 5 4 5 3 5 5 37
49 4 4 4 5 4 4 5 5 35
50 5 4 5 3 4 4 5 5 35
51 4 3 4 4 3 3 5 5 31
52 4 3 4 3 4 4 5 5 32
53 4 3 4 4 3 3 4 5 30
54 3 3 4 3 3 3 4 4 27
55 4 4 5 3 3 4 4 4 31
56 4 4 5 4 3 4 5 5 34
57 4 4 4 4 4 4 5 5 34
58 4 4 5 5 5 4 5 5 37
59 2 3 4 2 3 3 3 5 25
60 4 4 4 4 4 4 4 4 32
61 4 4 5 4 4 4 5 5 35
62 4 4 5 3 3 4 2 4 29
63 4 4 3 2 2 3 5 3 26
64 3 3 3 3 4 4 4 4 28
65 3 3 3 2 3 3 5 5 27
66 4 4 4 3 4 4 4 4 31
67 4 3 4 3 4 3 5 5 31
68 4 4 5 5 4 4 5 5 36
69 4 4 5 4 4 5 4 5 35
70 5 4 5 3 4 4 5 5 35
71 5 4 4 3 5 4 4 4 33
72 4 4 4 3 4 3 5 3 30
73 4 3 3 2 3 3 5 4 27
74 4 4 3 3 3 3 4 4 28
75 4 4 5 4 4 4 4 5 34
76 4 4 4 3 4 4 4 5 32
77 4 4 4 3 3 3 5 4 30
78 5 3 4 3 4 4 4 4 31
79 4 4 3 3 3 3 5 5 30
80 5 3 3 2 3 3 4 3 26
81 4 4 4 5 3 3 2 2 27
82 4 4 4 4 3 3 3 4 29
Jumlah Total 2559
Rata-Rata 31,21
231
Lampiran 11. (Lanjutan)
II. Kecenderungan Nilai Faktor Peserta Didik (X1)
Kriteria Nilai
Faktor Peserta Didik (X1) *)
N
(Responden) Persentase (%)
Sangat Rendah 0 0,00
Rendah 16 19,51
Tinggi 50 60,98
Sangat Tinggi 16 19,51
Jumlah 82 100
Keterangan: *)
Kriteria nilai berdasarkan perhitungan pada Lampiran 5.
III. Rata-Rata Nilai Faktor Peserta Didik (X1)
Jumlah Total Nilai 2559
Jumlah Responden 82
Rata-Rata Nilai 31,21
Kriteria Nilai *) Tinggi
Keterangan: *) Kriteria nilai berdasarkan perhitungan pada Lampiran 5.
232
Lampiran 12. Sebaran Data, Kecenderungan dan Rata-Rata Nilai Faktor Tenaga
Kependidikan (X2)
I. Sebaran Data Faktor Tenaga Kependidikan (X2)
Nilai Faktor Tenaga Kependidikan (X2) No.
Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8
Total
X2
1 5 4 4 4 4 4 3 3 31
2 4 5 4 5 4 5 3 4 34
3 5 5 4 4 3 4 3 3 31
4 3 3 4 4 4 3 3 4 28
5 4 3 4 4 5 4 4 5 33
6 5 5 4 4 4 5 4 4 35
7 3 4 4 5 5 4 5 3 33
8 5 4 4 5 5 4 4 5 36
9 4 4 4 4 3 4 3 4 30
10 4 4 4 4 5 4 4 4 33
11 4 3 4 4 3 3 3 3 27
12 3 3 3 4 4 3 2 2 24
13 5 4 4 4 4 4 4 4 33
14 2 3 2 2 2 3 2 2 18
15 5 4 4 4 4 3 3 3 30
16 4 4 4 4 4 3 3 3 29
17 4 4 4 5 5 4 4 4 34
18 4 5 4 4 4 4 3 4 32
19 5 4 4 4 4 3 3 3 30
20 4 4 4 4 4 4 3 3 30
21 5 4 4 5 4 4 4 4 34
22 5 4 5 4 4 4 4 4 34
23 3 3 4 3 3 3 2 3 24
24 4 3 3 4 4 2 2 2 24
25 4 4 4 4 4 4 3 3 30
26 2 2 5 3 3 3 2 3 23
27 4 4 5 4 3 4 3 3 30
28 4 3 3 3 3 3 3 3 25
29 4 4 4 4 4 4 4 4 32
30 4 3 4 4 4 4 3 3 29
31 5 4 4 4 4 3 3 4 31
32 5 4 5 4 5 4 4 4 35
33 4 3 4 4 4 4 3 3 29
34 5 4 4 4 4 3 3 3 30
35 4 4 4 4 4 3 3 4 30
36 3 3 4 3 3 2 2 2 22
37 4 3 4 3 3 3 2 3 25
38 4 3 3 3 4 4 3 2 26
39 4 3 4 4 4 4 3 3 29
40 4 4 3 4 3 3 2 3 26
41 4 4 4 3 4 3 3 4 29
233
Lampiran 12. (Lanjutan)
Nilai Faktor Tenaga Kependidikan (X2) No.
Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8
Total
X2
42 5 4 4 4 3 3 2 3 28
43 5 4 4 4 4 4 3 4 32
44 4 4 5 4 4 3 3 3 30
45 3 3 4 4 4 4 2 4 28
46 4 4 4 4 5 4 4 4 33
47 4 3 4 4 3 3 3 4 28
48 4 5 4 4 4 3 3 3 30
49 4 5 4 5 4 4 4 5 35
50 4 4 4 4 4 5 4 4 33
51 5 4 3 4 4 3 2 3 28
52 4 4 4 4 4 3 3 4 30
53 5 3 4 4 4 3 4 4 31
54 4 4 4 3 3 3 3 3 27
55 5 5 4 4 5 4 4 4 35
56 4 4 4 4 5 4 3 4 32
57 4 3 3 4 4 3 3 3 27
58 5 5 5 5 5 4 3 3 35
59 4 3 3 4 4 3 3 4 28
60 5 4 4 4 4 4 3 4 32
61 5 4 4 4 4 4 4 4 33
62 4 4 3 4 4 3 3 3 28
63 3 5 3 3 3 5 3 4 29
64 5 4 4 4 4 4 4 4 33
65 4 3 4 3 4 3 3 4 28
66 4 4 4 4 4 4 3 3 30
67 4 3 3 4 4 4 3 3 28
68 5 5 4 4 4 3 4 4 33
69 4 4 4 4 3 3 4 3 29
70 5 5 4 4 4 3 3 4 32
71 3 3 3 3 4 3 2 3 24
72 4 4 4 4 4 2 4 4 30
73 4 4 4 4 4 2 3 4 29
74 3 2 3 4 4 5 4 4 29
75 4 5 4 4 4 4 4 5 34
76 3 3 4 4 4 3 3 3 27
77 5 4 4 5 4 5 4 4 35
78 4 3 3 3 4 3 3 3 26
79 4 4 3 3 3 3 3 3 26
80 4 4 3 4 4 3 2 3 27
81 2 3 3 4 3 4 2 3 24
82 3 3 3 4 4 3 3 4 27
Jumlah Total 2431
Rata-Rata 29,65
234
Lampiran 12. (Lanjutan)
II. Kecenderungan Nilai Faktor Tenaga Kependidikan (X2)
Kriteria Nilai
Faktor Tenaga Kependidikan (X2) *)
N
(Responden) Persentase (%)
Sangat Rendah 2 2,44
Rendah 27 32,93
Tinggi 46 56,10
Sangat Tinggi 7 8,54
Jumlah 82 100
Keterangan: *)
Kriteria nilai berdasarkan perhitungan pada Lampiran 5.
III. Rata-Rata Nilai Faktor Tenaga Kependidikan (X2)
Jumlah Total Nilai 2431
Jumlah Responden 82
Rata-Rata Nilai 29,65
Kriteria Nilai *) Tinggi
Keterangan: *) Kriteria nilai berdasarkan perhitungan pada Lampiran 5.
235
Lampiran 13. Sebaran Data, Kecenderungan dan Rata-Rata Nilai Faktor
Kurikulum (X3)
I. Sebaran Data Faktor Kurikulum (X3)
Nilai Faktor Kurikulum (X3) No.
Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8
Total
X3
1 4 4 4 4 4 4 4 4 32
2 5 5 5 5 4 5 4 4 37
3 5 5 4 5 5 4 3 4 35
4 4 4 4 4 4 4 4 4 32
5 4 5 5 5 4 4 5 4 36
6 5 5 5 5 5 4 4 5 38
7 5 5 5 5 4 5 4 3 36
8 5 5 4 4 4 5 3 5 35
9 4 5 4 4 3 5 4 4 33
10 5 5 5 5 5 5 4 5 39
11 4 4 4 4 4 4 4 3 31
12 5 4 5 5 4 4 3 3 33
13 5 5 5 4 5 5 4 5 38
14 4 4 3 3 4 4 5 4 31
15 4 5 5 5 4 5 5 5 38
16 5 5 5 5 4 5 3 4 36
17 5 5 5 5 5 5 5 4 39
18 4 4 4 4 4 4 3 4 31
19 4 4 4 4 4 5 5 4 34
20 4 4 5 4 4 4 4 4 33
21 5 5 5 5 3 4 4 4 35
22 5 4 5 5 5 5 4 4 37
23 4 4 3 3 4 4 3 3 28
24 5 5 4 4 3 3 4 3 31
25 5 4 3 3 4 3 4 3 29
26 3 5 4 5 5 5 4 5 36
27 5 5 4 3 5 5 4 4 35
28 4 4 5 4 3 3 4 3 30
29 4 4 4 5 4 5 4 4 34
30 4 5 5 3 3 4 5 4 33
31 4 4 4 4 4 4 4 4 32
32 4 4 4 4 5 5 4 4 34
33 4 4 4 4 5 4 5 4 34
34 4 4 4 5 5 5 5 5 37
35 5 5 5 4 4 3 4 5 35
36 4 4 4 4 4 4 4 3 31
37 5 4 4 4 4 4 3 3 31
38 5 4 5 4 5 4 4 4 35
39 5 4 4 5 5 5 5 5 38
40 4 4 4 4 4 4 4 4 32
41 4 4 3 4 3 3 4 4 29
236
Lampiran 13. (Lanjutan)
Nilai Faktor Kurikulum (X3) No.
Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8
Total
X3
42 5 4 4 4 4 5 3 5 34
43 4 5 4 4 4 5 4 5 35
44 4 4 4 4 3 4 4 4 31
45 4 4 4 4 4 4 4 4 32
46 5 4 5 4 5 5 4 5 37
47 3 4 4 4 4 4 5 5 33
48 4 4 5 5 5 4 4 4 35
49 5 5 4 4 4 5 5 4 36
50 5 5 5 5 5 5 5 4 39
51 5 5 4 5 5 5 4 4 37
52 4 4 4 4 4 4 3 3 30
53 4 4 4 4 3 4 4 4 31
54 5 5 4 4 3 4 4 4 33
55 5 5 5 5 4 4 5 5 38
56 5 4 4 4 5 5 4 3 34
57 4 4 4 3 4 4 4 4 31
58 5 5 5 5 4 5 5 5 39
59 5 4 4 4 5 4 3 4 33
60 4 4 4 4 3 4 4 4 31
61 4 4 5 4 4 5 5 4 35
62 5 5 4 4 4 5 4 3 34
63 3 3 3 3 5 5 3 4 29
64 5 4 4 4 3 4 4 4 32
65 5 5 5 3 5 4 4 4 35
66 4 4 4 4 4 4 4 3 31
67 5 5 4 5 4 3 4 3 33
68 4 5 4 4 5 5 4 4 35
69 4 5 5 3 4 4 4 3 32
70 5 4 5 4 5 4 4 4 35
71 4 4 3 3 4 4 4 4 30
72 4 4 4 4 4 4 5 4 33
73 3 4 4 4 5 4 4 5 33
74 4 4 5 5 3 4 4 3 32
75 5 4 5 4 4 4 4 3 33
76 4 4 4 4 4 4 4 4 32
77 4 5 5 5 4 4 4 4 35
78 5 4 3 4 4 4 4 4 32
79 5 5 4 4 4 5 3 4 34
80 5 5 5 4 3 5 4 3 34
81 4 4 4 4 4 3 4 3 30
82 4 4 4 4 4 3 3 3 29
Jumlah Total 2760
Rata-Rata 33,66
237
Lampiran 13. (Lanjutan)
II. Kecenderungan Nilai Faktor Kurikulum (X3)
Kriteria Nilai
Faktor Kurikulum (X3) *)
N
(Responden) Persentase (%)
Sangat Rendah 0 0,00
Rendah 1 1,22
Tinggi 49 59,76
Sangat Tinggi 32 39,02
Jumlah 82 100
Keterangan: *)
Kriteria nilai berdasarkan perhitungan pada Lampiran 5.
III. Rata-Rata Nilai Faktor Kurikulum (X3)
Jumlah Total Nilai 2760
Jumlah Responden 82
Rata-Rata Nilai 33,66
Kriteria Nilai *) Tinggi
Keterangan: *) Kriteria nilai berdasarkan perhitungan pada Lampiran 5.
238
Lampiran 14. Sebaran Data, Kecenderungan dan Rata-Rata Nilai Faktor Sarana
dan Prasarana (X4)
I. Sebaran Data Faktor Sarana dan Prasarana (X4)
Nilai Faktor Sarana dan Prasarana (X4) No.
Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8
Total
X4
1 3 4 4 4 4 4 3 3 29
2 4 4 4 5 4 4 3 4 32
3 3 4 3 4 5 4 4 2 29
4 3 4 4 3 4 4 3 2 27
5 4 4 4 3 4 4 4 3 30
6 4 4 4 4 4 5 4 3 32
7 3 3 4 2 3 5 3 2 25
8 3 4 4 4 5 5 4 3 32
9 4 4 4 4 4 5 4 3 32
10 4 4 3 5 5 5 4 4 34
11 4 4 4 4 3 4 3 3 29
12 4 3 3 4 5 4 3 2 28
13 4 5 5 5 5 4 4 2 34
14 5 4 3 5 3 5 3 2 30
15 3 4 4 4 5 5 4 4 33
16 4 4 3 5 5 4 3 3 31
17 4 4 4 4 5 5 4 3 33
18 4 4 3 5 4 4 4 3 31
19 3 3 3 4 4 5 5 3 30
20 4 4 3 3 4 4 5 4 31
21 3 4 3 4 5 5 4 4 32
22 5 5 4 4 5 5 5 4 37
23 3 4 3 3 3 4 3 3 26
24 3 4 3 4 4 5 4 3 30
25 4 4 3 4 3 5 4 3 30
26 2 3 2 3 2 4 2 2 20
27 3 4 3 4 3 4 3 3 27
28 3 3 3 5 4 5 4 2 29
29 3 4 3 4 3 5 4 3 29
30 4 4 3 3 3 4 3 2 26
31 3 3 3 4 4 4 3 3 27
32 4 4 4 5 5 5 4 3 34
33 4 5 4 4 5 5 5 2 34
34 4 4 3 4 4 4 4 3 30
35 4 3 4 4 3 5 3 3 29
36 4 4 4 4 3 5 4 2 30
37 3 4 3 4 4 5 4 4 31
38 3 4 3 4 2 5 3 2 26
39 4 4 4 5 4 5 4 3 33
40 3 3 4 4 3 4 4 3 28
41 3 3 3 3 2 5 3 2 24
239
Lampiran 14. (Lanjutan)
Nilai Faktor Sarana dan Prasarana (X4) No.
Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8
Total
X4
42 2 4 4 4 5 4 3 2 28
43 4 4 3 3 3 5 3 3 28
44 4 3 3 4 4 5 4 3 30
45 3 3 3 4 3 5 4 3 28
46 5 4 4 5 5 5 5 4 37
47 3 3 4 5 5 5 4 3 32
48 5 4 4 5 5 5 4 3 35
49 5 5 5 5 5 5 5 4 39
50 5 4 4 4 5 5 4 3 34
51 3 3 3 2 4 4 2 2 23
52 3 3 3 4 3 4 4 3 27
53 3 4 4 4 4 5 4 3 31
54 3 3 3 3 3 4 3 3 25
55 5 5 5 5 4 5 4 4 37
56 5 5 4 5 4 5 5 3 36
57 3 3 3 3 4 4 3 3 26
58 4 4 5 4 5 5 4 3 34
59 3 4 3 4 3 4 3 3 27
60 4 4 4 3 4 4 4 3 30
61 4 4 3 4 4 5 4 2 30
62 4 4 3 3 3 4 3 2 26
63 2 3 3 4 3 5 3 3 26
64 3 3 3 3 5 4 3 2 26
65 3 3 3 3 3 4 4 2 25
66 4 4 4 4 4 4 4 3 31
67 4 4 3 4 4 5 5 2 31
68 4 3 3 4 4 5 4 5 32
69 3 3 3 4 4 5 5 2 29
70 3 5 4 4 5 5 4 3 33
71 3 4 3 4 4 5 3 2 28
72 4 5 4 4 4 4 3 3 31
73 4 4 4 4 4 4 4 3 31
74 4 4 3 3 4 5 4 3 30
75 3 4 3 4 5 5 5 4 33
76 3 4 4 4 4 4 3 3 29
77 4 4 4 3 4 4 4 3 30
78 3 4 4 4 4 5 4 3 31
79 3 3 3 3 3 4 4 3 26
80 4 5 5 5 5 5 4 3 36
81 2 3 3 4 3 5 2 2 24
82 3 3 3 3 3 4 3 3 25
Jumlah Total 2454
Rata-Rata 29,93
240
Lampiran 14. (Lanjutan)
II. Kecenderungan Nilai Faktor Sarana dan Prasarana (X4)
Kriteria Nilai
Faktor Sarana dan Prasarana (X4) *)
N
(Responden) Persentase (%)
Sangat Rendah 1 1,22
Rendah 26 31,71
Tinggi 48 58,54
Sangat Tinggi 7 8,54
Jumlah 82 100
Keterangan: *)
Kriteria nilai berdasarkan perhitungan pada Lampiran 5.
III. Rata-Rata Nilai Faktor Sarana dan Prasarana (X4)
Jumlah Total Nilai 2454
Jumlah Responden 82
Rata-Rata Nilai 29,93
Kriteria Nilai *) Tinggi
Keterangan: *) Kriteria nilai berdasarkan perhitungan pada Lampiran 5.
241
Lampiran 15. Sebaran Data, Kecenderungan dan Rata-Rata Nilai Faktor
Lingkungan Keluarga (X5)
I. Sebaran Data Faktor Lingkungan Keluarga (X5)
Nilai Faktor Lingkungan Keluarga (X5) No.
Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8
Total
X5
1 3 3 3 3 4 3 4 4 27
2 4 3 4 4 4 4 5 5 33
3 4 4 3 4 5 5 4 5 34
4 2 2 4 4 4 3 4 4 27
5 4 3 5 3 4 4 4 4 31
6 4 4 5 4 5 4 4 5 35
7 5 5 3 3 4 2 5 5 32
8 2 2 2 3 4 3 4 4 24
9 3 3 4 4 5 5 5 5 34
10 2 2 2 3 5 4 5 5 28
11 3 3 4 4 5 4 4 5 32
12 4 4 3 4 5 3 5 5 33
13 4 4 4 4 5 2 4 3 30
14 5 3 3 3 4 2 4 5 29
15 4 4 3 4 4 3 5 5 32
16 4 4 3 4 5 4 3 4 31
17 3 3 4 2 4 4 5 5 30
18 5 4 5 4 4 4 4 5 35
19 4 4 3 3 3 3 4 3 27
20 3 3 5 4 4 4 5 5 33
21 4 4 2 3 4 2 4 4 27
22 4 2 3 4 4 3 4 5 29
23 4 3 3 4 3 3 4 4 28
24 3 3 5 4 5 3 5 5 33
25 3 3 4 4 5 3 4 4 30
26 3 3 4 4 3 3 5 5 30
27 3 3 4 4 5 4 4 4 31
28 2 2 5 4 4 4 5 5 31
29 5 4 4 4 5 5 5 5 37
30 3 2 4 4 3 3 5 5 29
31 4 3 4 4 4 4 5 5 33
32 3 4 4 2 5 5 2 5 30
33 3 3 3 2 5 5 5 4 30
34 4 4 4 4 4 4 4 4 32
35 5 5 5 5 5 4 5 5 39
36 4 3 3 4 4 4 5 5 32
37 5 4 2 2 4 3 4 5 29
38 3 3 4 4 3 4 5 5 31
39 4 4 5 5 5 5 4 5 37
40 3 4 4 4 4 3 5 4 31
41 5 4 3 3 4 3 5 4 31
242
Lampiran 15. (Lanjutan)
Nilai Faktor Lingkungan Keluarga (X5) No.
Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8
Total
X5
42 3 3 3 5 5 3 5 5 32
43 3 4 3 4 5 5 4 5 33
44 5 4 3 3 4 4 4 4 31
45 4 4 3 3 5 4 4 4 31
46 5 4 3 4 4 5 4 5 34
47 4 4 4 5 5 4 4 5 35
48 3 3 3 5 5 3 5 4 31
49 3 3 4 3 4 4 4 4 29
50 3 3 5 2 5 3 5 5 31
51 3 3 5 4 3 3 5 5 31
52 3 3 4 4 4 3 3 4 28
53 5 5 4 3 4 3 4 4 32
54 5 5 4 4 4 3 4 5 34
55 5 5 5 4 5 4 5 5 38
56 3 3 4 4 3 3 3 4 27
57 5 5 4 4 5 5 4 4 36
58 2 2 3 4 4 4 4 5 28
59 3 3 4 3 4 4 3 4 28
60 3 3 3 4 4 3 4 4 28
61 2 4 4 5 5 5 4 4 33
62 5 4 3 4 3 3 5 5 32
63 3 4 3 3 3 3 2 3 24
64 5 3 3 4 4 3 4 5 31
65 2 2 3 3 3 4 5 5 27
66 4 4 4 4 3 4 4 4 31
67 5 4 3 3 5 3 4 5 32
68 2 4 3 4 4 4 5 5 31
69 2 2 4 4 4 4 5 5 30
70 5 5 4 4 5 3 4 5 35
71 5 4 5 4 4 4 4 4 34
72 4 4 4 4 5 4 4 4 33
73 3 3 3 4 3 3 4 4 27
74 3 3 3 3 3 3 4 4 26
75 4 5 4 4 5 4 4 5 35
76 4 5 5 5 4 4 4 5 36
77 4 4 4 3 3 3 3 4 28
78 5 4 5 4 4 4 4 5 35
79 4 4 4 4 4 4 4 4 32
80 3 3 4 4 3 3 4 5 29
81 2 2 4 4 4 4 4 4 28
82 4 4 3 3 4 3 4 4 29
Jumlah Total 2552
Rata-Rata 31,12
243
Lampiran 15. (Lanjutan)
II. Kecenderungan Nilai Faktor Lingkungan Keluarga (X5)
Kriteria Nilai
Faktor Lingkungan Keluarga (X5) *)
N
(Responden) Persentase (%)
Sangat Rendah 0 0,00
Rendah 18 21,95
Tinggi 52 63,41
Sangat Tinggi 12 14,63
Jumlah 82 100
Keterangan: *)
Kriteria nilai berdasarkan perhitungan pada Lampiran 5.
III. Rata-Rata Nilai Faktor Lingkungan Keluarga (X5)
Jumlah Total Nilai 2552
Jumlah Responden 82
Rata-Rata Nilai 31,12
Kriteria Nilai *) Tinggi
Keterangan: *) Kriteria nilai berdasarkan perhitungan pada Lampiran 5.
244
Lampiran 16. Sebaran Data, Kecenderungan dan Rata-Rata Nilai Faktor
Lingkungan Masyarakat (X6)
I. Sebaran Data Faktor Lingkungan Masyarakat (X6)
Nilai Faktor Lingkungan Masyarakat (X6) No.
Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8
Total
X6
1 3 3 5 3 4 4 4 3 29
2 4 5 5 4 4 4 5 5 36
3 5 5 5 4 3 4 2 3 31
4 3 4 4 5 4 4 4 3 31
5 3 4 3 4 4 4 4 4 30
6 5 4 4 3 4 4 4 4 32
7 5 5 4 4 3 3 3 2 29
8 4 4 5 5 5 4 5 4 36
9 4 5 5 5 4 4 3 3 33
10 3 5 3 5 3 5 5 5 34
11 3 3 3 4 3 3 4 3 26
12 4 4 4 4 4 4 4 3 31
13 4 4 4 4 5 4 3 2 30
14 5 5 5 3 2 2 2 2 26
15 5 5 4 3 3 3 4 2 29
16 4 5 4 4 3 4 4 3 31
17 3 3 3 5 4 4 4 4 30
18 4 5 3 4 4 4 3 3 30
19 4 4 4 3 3 3 3 3 27
20 4 4 4 4 4 4 5 3 32
21 4 4 4 4 4 4 4 4 32
22 5 5 5 4 4 4 4 4 35
23 4 4 4 3 3 3 3 3 27
24 3 3 3 3 4 4 5 4 29
25 4 5 5 3 4 4 4 4 33
26 5 5 5 3 2 2 4 3 29
27 3 5 4 4 4 4 4 4 32
28 4 4 3 4 3 3 4 3 28
29 5 4 5 4 3 4 4 3 32
30 4 5 5 3 4 3 3 3 30
31 5 4 4 4 4 4 4 4 33
32 3 3 4 4 4 4 5 5 32
33 4 5 4 3 3 4 5 2 30
34 5 4 4 5 4 4 4 3 33
35 5 5 5 5 5 5 5 2 37
36 5 4 4 4 2 2 4 3 28
37 4 4 4 5 3 4 5 3 32
38 4 4 4 3 2 4 4 2 27
39 4 5 5 5 3 5 4 4 35
40 3 3 4 3 4 4 3 3 27
41 5 4 5 5 3 3 3 3 31
245
Lampiran 16. (Lanjutan)
Nilai Faktor Lingkungan Masyarakat (X6) No.
Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8
Total
X6
42 2 3 4 4 4 3 3 2 25
43 3 4 3 5 4 3 4 3 29
44 5 5 4 3 3 4 3 3 30
45 4 4 4 4 2 4 3 3 28
46 4 4 4 4 3 4 4 3 30
47 5 5 5 4 3 4 4 3 33
48 4 4 4 4 4 4 4 4 32
49 3 3 4 5 4 5 4 4 32
50 5 5 5 4 4 4 5 4 36
51 4 4 3 4 3 5 4 3 30
52 4 4 4 5 3 3 4 3 30
53 3 3 4 3 3 4 3 3 26
54 5 5 5 4 4 4 4 4 35
55 5 4 5 5 4 5 5 4 37
56 4 4 4 5 4 4 4 3 32
57 5 4 5 5 4 4 5 4 36
58 2 3 3 4 4 5 4 4 29
59 3 4 4 4 4 4 4 3 30
60 4 4 4 4 4 4 4 3 31
61 2 2 3 3 3 4 2 2 21
62 4 4 5 5 3 3 3 4 31
63 3 3 3 3 2 3 3 3 23
64 4 4 4 5 4 4 4 4 33
65 3 4 4 4 3 3 3 3 27
66 4 4 4 3 4 4 3 3 29
67 5 4 5 5 3 4 4 3 33
68 4 4 4 3 2 4 4 4 29
69 3 2 4 4 4 4 4 4 29
70 5 4 5 5 5 4 2 2 32
71 5 5 3 3 2 3 3 3 27
72 4 4 4 4 3 4 3 3 29
73 3 3 3 4 4 4 3 3 27
74 3 3 4 4 3 3 3 3 26
75 4 5 5 4 3 4 4 4 33
76 5 4 4 4 4 4 4 3 32
77 4 4 4 4 3 4 4 3 30
78 5 4 4 4 3 4 4 4 32
79 4 4 4 4 3 4 4 3 30
80 5 3 4 5 3 4 3 3 30
81 2 4 5 4 4 4 3 2 28
82 4 4 4 4 4 4 3 3 30
Jumlah Total 2497
Rata-Rata 30,45
246
Lampiran 16. (Lanjutan)
II. Kecenderungan Nilai Faktor Lingkungan Masyarakat (X6)
Kriteria Nilai
Faktor Lingkungan Masyarakat (X6) *)
N
(Responden) Persentase (%)
Sangat Rendah 1 1,22
Rendah 17 20,73
Tinggi 55 67,07
Sangat Tinggi 9 10,98
Jumlah 82 100
Keterangan: *)
Kriteria nilai berdasarkan perhitungan pada Lampiran 5.
III. Rata-Rata Nilai Faktor Lingkungan Masyarakat (X6)
Jumlah Total Nilai 2497
Jumlah Responden 82
Rata-Rata Nilai 30,45
Kriteria Nilai *) Tinggi
Keterangan: *) Kriteria nilai berdasarkan perhitungan pada Lampiran 5.
247
247
Lampiran 17. Sebaran Data, Kecenderungan dan Rata-Rata Nilai Keberhasilan Pengembangan SDM Pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari (Y)
I. Sebaran Data Nilai Keberhasilan Pengembangan SDM Pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari (Y)
Tingkat Pengetahuan, Keterampilan, Sikap,
dan Kemandirian di Bidang Pertanian Kedisiplinan
Partisipasi dalam Organisasi
Kesiswaan
Rata-Rata Nilai Hasil Hasil Belajar Tingkat Kehadiran Keikutsertaan dalam
Organisasi Kesiswaan
No.
Resp.
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Y11 Y12 Y13 Y14 Y15 Y16
Total
Y
1 7,23 4 7,30 4 7,96 5 98,95 5 99,23 5 96,73 4 AP 2 AP 2 31
2 7,24 4 7,21 4 7,25 4 97,63 5 98,27 5 99,23 5 KET 5 KET 5 37
3 7,05 3 7,17 4 7,75 5 98,42 5 98,85 5 99,81 5 AK 3 AK 3 33
4 6,90 3 6,93 3 7,27 4 98,42 5 98,85 5 100,00 5 AP 2 AP 2 29
5 7,17 4 7,37 4 7,53 4 100,00 5 100,00 5 100,00 5 AK 3 AK 3 33
6 7,71 5 8,08 5 8,17 5 99,74 5 99,81 5 99,62 5 AK 3 AK 3 36
7 7,26 4 7,28 4 8,24 5 97,89 5 98,46 5 99,23 5 AP 2 AP 2 32
8 6,75 3 7,29 4 7,79 5 98,95 5 99,23 5 99,81 5 AK 3 AK 3 33
9 7,15 3 7,51 4 8,13 5 100,00 5 100,00 5 99,42 5 AK 3 AK 3 33
10 7,01 3 7,16 4 8,25 5 99,47 5 99,62 5 100,00 5 KET 5 AK 3 35
11 6,78 3 6,81 3 7,93 5 99,47 5 99,62 5 96,92 4 AP 2 AP 2 29
12 7,21 4 6,98 3 7,96 5 96,32 4 97,31 5 96,54 4 AP 2 AP 2 29
13 6,96 3 6,83 3 8,08 5 96,58 4 97,50 5 99,23 5 KET 5 AK 3 33
14 6,13 2 6,30 2 6,86 3 90,00 2 92,69 3 97,88 5 PE 4 AK 3 24
15 7,46 4 7,39 4 7,93 5 100,00 5 100,00 5 100,00 5 AK 3 AP 2 33
16 7,12 3 7,29 4 7,72 5 100,00 5 100,00 5 97,69 5 AK 3 AK 3 33
17 7,37 4 7,42 4 7,74 5 100,00 5 100,00 5 100,00 5 AK 3 AK 3 34
18 7,06 3 7,34 4 7,66 4 98,95 5 99,23 5 99,23 5 AK 3 AK 3 32
19 6,76 3 6,95 3 7,43 4 94,74 4 96,15 4 99,04 5 AK 3 AK 3 29
20 7,37 4 7,32 4 7,76 5 100,00 5 100,00 5 100,00 5 AK 3 AP 2 33
21 6,92 3 6,94 3 7,27 4 99,74 5 99,81 5 99,23 5 PE 4 AK 3 32
248
248
Lampiran 17. (Lanjutan)
Tingkat Pengetahuan, Keterampilan, Sikap,
dan Kemandirian di Bidang Pertanian Kedisiplinan
Partisipasi dalam Organisasi
Kesiswaan
Rata-Rata Nilai Hasil Hasil Belajar Tingkat Kehadiran Keikutsertaan dalam
Organisasi Kesiswaan
No.
Resp.
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Y11 Y12 Y13 Y14 Y15 Y16
Total
Y
22 7,85 5 7,12 3 8,23 5 98,42 5 98,85 5 100,00 5 BE 4 BE 4 36
23 6,07 2 6,83 3 7,50 4 87,89 2 91,15 3 99,62 5 AK 3 AK 3 25
24 6,59 2 6,93 3 7,81 5 98,42 5 98,85 5 98,08 5 AK 3 AP 2 30
25 7,08 3 7,13 3 7,54 4 98,68 5 99,04 5 99,42 5 PE 4 AK 3 32
26 6,77 3 6,94 3 6,86 3 95,79 4 96,92 4 98.85 5 PE 4 AK 3 29
27 6,90 3 6,91 3 7,65 4 98,42 5 98,85 5 99,62 5 AK 3 AK 3 31
28 6,90 2 7,16 4 7,11 3 100,00 5 100,00 5 99,62 5 AK 3 AK 3 30
29 7,14 3 7,07 3 7,49 4 99,74 5 99,81 5 100,00 5 KET 5 PE 4 34
30 7,09 3 7,22 4 6,98 3 100,00 5 100,00 5 99,42 5 AK 3 AP 2 30
31 7,63 4 7,67 4 7,72 5 99,47 5 99,62 5 99,04 5 AP 2 AP 2 32
32 7,07 3 7,28 4 7,64 4 98,95 5 99,23 5 98,08 5 PE 4 AK 3 33
33 7,00 3 7,13 3 7,82 5 96,05 4 97,12 5 100,00 5 AK 3 AK 3 31
34 7,16 4 6,95 3 7,46 4 99,21 5 99,42 5 100,00 5 AK 3 AK 3 32
35 7,19 4 7,43 4 8,06 5 100,00 5 100,00 5 98,46 5 PE 4 AK 3 35
36 6,47 2 6,69 3 7,64 4 95,53 4 96,73 4 99,23 5 AK 3 AK 3 28
37 6,56 2 7,12 3 7,22 4 93,95 4 95,58 4 100,00 5 AK 3 AP 2 27
38 6,88 3 6,71 3 6,85 3 99,47 5 99,62 5 96,73 4 AP 2 AP 2 27
39 7,24 4 7,76 5 8,00 5 97,63 5 98,27 5 96,73 4 AK 3 PE 4 35
40 6,91 3 6,95 3 7,13 3 99,21 5 99,42 5 100,00 5 AK 3 AP 2 29
41 6,88 3 7,01 3 7,15 3 99,47 5 99,62 5 100,00 5 AK 3 AP 2 29
42 6,96 3 6,94 3 7,03 3 98,42 5 98,85 5 99,42 5 PE 4 AP 2 30
43 6,85 3 7,17 4 7,60 4 94,47 4 95,96 4 99,42 5 PE 4 AK 3 31
44 7,48 4 7,69 4 6,88 3 99,74 5 99,81 5 96,92 4 AK 3 AP 2 30
249
249
Lampiran 17. (Lanjutan)
Tingkat Pengetahuan, Keterampilan, Sikap,
dan Kemandirian di Bidang Pertanian Kedisiplinan
Partisipasi dalam Organisasi
Kesiswaan
Rata-Rata Nilai Hasil Hasil Belajar Tingkat Kehadiran Keikutsertaan dalam
Organisasi Kesiswaan
No.
Resp.
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Y11 Y12 Y13 Y14 Y15 Y16
Total
Y
45 7,06 3 6,92 3 6,77 3 100,00 5 100,00 5 99,04 5 AK 3 AP 2 29
46 6,95 3 7,15 3 7,85 5 97,11 5 97,88 5 99,62 5 PE 4 PE 4 34
47 7,51 4 7,40 4 7,33 4 96,58 4 97,50 5 100,00 5 AK 3 AK 3 32
48 6,84 3 7,00 3 7,25 4 98,16 5 98,65 5 99,62 5 AK 3 AK 3 31
49 7,18 4 7,11 3 7,75 5 98,68 5 99,04 5 99,62 5 KET 5 AP 2 34
50 8,00 5 8,02 5 8,23 5 100,00 5 100,00 5 99,23 5 PE 4 AP 2 36
51 6,77 3 6,73 3 7,45 4 96,58 4 97,50 5 99,62 5 AK 3 AK 3 30
52 6,91 3 6,74 3 7,10 3 100,00 5 100,00 5 99,23 5 AK 3 AK 3 30
53 6,94 3 6,86 3 7,97 5 100,00 5 100,00 5 99.04 5 AP 2 AP 2 30
54 6,24 2 6,79 3 7,17 4 97,11 5 97,88 5 99.23 5 AK 3 AK 3 30
55 7,88 5 7,89 5 7,82 5 99,74 5 99,81 5 100,00 5 PE 4 PE 4 38
56 7,14 3 7,14 3 7,52 4 98,68 5 99,04 5 100,00 5 AK 3 AK 3 31
57 6,87 3 6,96 3 7,68 4 98,95 5 99,23 5 100,00 5 AK 3 AK 3 31
58 6,79 3 7,19 4 7,85 5 97,89 5 99,62 5 100,00 5 PE 4 PE 4 35
59 7,04 3 7,09 3 7,53 4 100,00 5 100,00 5 96,92 4 AP 2 AP 2 28
60 7,31 4 7,14 3 7,78 5 98,68 5 99,04 5 96,73 4 AK 3 AP 2 31
61 7,24 4 7,29 4 8,00 5 100,00 5 100,00 5 99,81 5 AP 2 AP 2 32
62 7,32 4 7,41 4 7,76 5 98,95 5 99,23 5 96,35 4 AP 2 AP 2 31
63 6,06 2 6,55 2 6,85 3 89,21 2 92,12 3 98,85 5 PE 4 PE 4 25
64 7,08 3 7,16 4 7,46 4 95,79 4 96,92 4 100,00 5 KET 5 AK 3 32
65 7,05 3 6,91 3 6,93 3 98,42 5 98,85 5 96,73 4 AP 2 AP 2 27
66 6,94 3 7,13 3 7,85 5 99,21 5 99,42 5 99,42 5 AK 3 AK 3 32
67 6,90 3 6,72 3 7,93 5 99,74 5 99,81 5 99,42 5 AK 3 AP 2 31
250
250
Lampiran 17. (Lanjutan)
Tingkat Pengetahuan, Keterampilan, Sikap,
dan Kemandirian di Bidang Pertanian Kedisiplinan
Partisipasi dalam Organisasi
Kesiswaan
Rata-Rata Nilai Hasil Hasil Belajar Tingkat Kehadiran Keikutsertaan dalam
Organisasi Kesiswaan
No.
Resp.
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Y11 Y12 Y13 Y14 Y15 Y16
Total
Y
68 7,71 5 7,80 5 7,20 4 98,16 5 98,65 5 99,62 5 AK 3 AP 2 34
69 7,37 4 7,26 4 7,40 4 98,42 5 98,85 5 99,04 5 AK 3 AP 2 32
70 7,11 3 6,91 3 7,96 5 98,42 5 98,85 5 97,88 5 PE 4 PE 4 34
71 7,38 4 7,67 4 8,00 5 97,89 5 98,46 5 96,35 4 AP 2 AP 2 31
72 6,95 3 7,08 3 7,35 4 99,21 5 99,42 5 99,42 5 AK 3 AK 3 31
73 7,11 3 6,63 3 7,52 4 94,21 4 95,77 4 98,85 5 AK 3 AP 2 28
74 6,44 2 6,45 2 7,02 3 94,74 4 96,15 4 98,65 5 AK 3 AK 3 26
75 7,50 4 7,81 5 8,00 5 96,58 4 97,50 5 99,23 5 KET 5 AP 2 35
76 7,20 4 7,20 4 7,26 4 97,89 5 98,46 5 96,92 4 AK 3 AP 2 31
77 6,97 3 6,83 3 7,83 5 99,47 5 99,62 5 100,00 5 AK 3 AP 2 31
78 6,95 3 6,82 3 7,44 4 98,68 5 99,04 5 98,85 5 AK 3 AK 3 31
79 7,07 3 7,34 4 7,86 5 100,00 5 100,00 5 96,92 4 AP 2 AP 2 30
80 7,03 3 6,89 3 7,42 4 100,00 5 100,00 5 99,62 5 AK 3 AK 3 31
81 6,66 3 6,68 3 7,27 4 90,53 2 93,08 3 98,46 5 AK 3 AK 3 26
82 6,64 3 6,54 2 7,61 4 97,37 5 98,08 5 96,54 4 AK 3 AP 2 28
Keterangan:
Y1 : Rata-rata nilai hasil belajar pada semester III Y5 : Rata-rata nilai PKU pada semester V
Y2 : Skor Y1 Y6 : Skor Y5
Y3 : Rata-rata nilai hasil belajar pada semester IV Y7 : Tingkat kehadiran pada semester III (%)
Y4 : Skor Y3 Y8 : Skor Y7
251
251
Lampiran 17. (Lanjutan)
Keterangan (Lanjutan):
Y9 : Tingkat kehadiran pada semester IV (%) KET : Ketua
Y10 : Skor Y9 PE : Pengurus Inti
Y11 : Tingkat kehadiran pada semester V (%) AK : Anggota Aktif
Y12 : Skor Y11 AP : Anggota Pasif
Y13 : Keikutsertaan dalam organisasi kesiswaan pada tingkat II Total Y : Jumlah dari Y2, Y4, Y6, Y8, Y10, Y12, Y14, dan Y16
Y14 : Skor Y13
Y15 : Keikutsertaan dalam organisasi kesiswaan pada tingkat III
Y16 : Skor Y15
Skor rata-rata nilai hasil belajar berdasarkan kelompok interval rata-rata nilai yang berjarak 0,55 sebagai berikut:
- interval > 6,05-6,60 diberi skor 2
- interval > 6,60-7,15 diberi skor 3
- interval > 7,15-7,70 diberi skor 4
- interval > 7,70-8,25 diberi skor 5
Skor tingkat kehadiran berdasarkan kelompok interval tingkat kehadiran yang berjarak 3,03 sebagai berikut:
- Interval > 87,88-90,91 diberi skor 2
- interval > 90,91-93,94 diberi skor 3
- interval > 93,94-96,97 diberi skor 4
- interval > 96,97-100,00 diberi skor 5
252
252
Lampiran 18. Hasil Uji Normalitas Data X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan Y dengan
Statistik Anderson-Darling Test pada α=0,05 dengan
Menggunakan Alat Bantu Program Minitab 15
• Hasil Uji Normalitas Data Faktor Peserta Didik (X1)
• Hasil Uji Normalitas Data Faktor Tenaga Kependidikan (X2)
4035302520
99.9
99
95
90
80
7060504030
20
10
5
1
0.1
X1
Percent
Mean 31.21
StDev 3.138
N 82
AD 0.676
P-Value 0.075
Probability Plot of X1Normal
4035302520
99.9
99
95
90
80
7060504030
20
10
5
1
0.1
X2
Percent
Mean 29.65
StDev 3.539
N 82
AD 0.654
P-Value 0.085
Probability Plot of X2Normal
253
253
Lampiran 18. (Lanjutan)
• Hasil Uji Normalitas Data Faktor Kurikulum (X3)
• Hasil Uji Normalitas Data Variabel Sarana dan Prasarana (X4)
4035302520
99.9
99
95
90
80
7060504030
20
10
5
1
0.1
X4
Percent
Mean 29.93
StDev 3.565
N 82
AD 0.427
P-Value 0.307
Probability Plot of X4Normal
42.540.037.535.032.530.027.525.0
99.9
99
95
90
80
7060504030
20
10
5
1
0.1
X3
Percent
Mean 33.66
StDev 2.718
N 82
AD 0.745
P-Value 0.050
Probability Plot of X3Normal
254
254
Lampiran 18. (Lanjutan)
• Hasil Uji Normalitas Data Variabel Lingkungan Keluarga (X5)
• Hasil Uji Normalitas Data Variabel Lingkungan Masyarakat (X6)
4035302520
99.9
99
95
90
80
7060504030
20
10
5
1
0.1
X5
Percent
Mean 31.12
StDev 3.061
N 82
AD 0.546
P-Value 0.156
Probability Plot of X5Normal
4035302520
99.9
99
95
90
80
7060504030
20
10
5
1
0.1
X6
Percent
Mean 30.45
StDev 3.056
N 82
AD 0.729
P-Value 0.055
Probability Plot of X6Normal
255
255
Lampiran 18. (Lanjutan)
• Hasil Uji Normalitas Data Variabel Y
4035302520
99.9
99
95
90
80
7060504030
20
10
5
1
0.1
Y
Percent
Mean 31.20
StDev 2.800
N 82
AD 0.617
P-Value 0.105
Probability Plot of YNormal
256
256
Lampiran 19. Hasil Uji Homogenitas Data X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan Y dengan
Statistik Barlett’s Test pada α=0,05 dengan Menggunakan Alat
Bantu Program Statistik Minitab 15
• Hasil Uji Homogenitas Data X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan Y dengan Statistik
Barlett’s Test pada αααα=0,05 dengan Menggunakan Alat Bantu Program
Statistik Minitab 15
7
6
5
4
3
2
1
4.54.03.53.02.52.0
C1
95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
Test Statistic 10.59
P-Value 0.102
Test Statistic 1.30
P-Value 0.256
Bartlett's Test
Levene's Test
Test for Equal Variances for C2
257
Lampiran 20. Output Program Statistik Minitab 15 untuk Analisis Regresi Linear
Berganda Y Atas X1, X2, X3, X4, X5, dan X6
————— 2/26/2009 7:57:01 AM —————————————————— Welcome to Minitab, press F1 for help.
Regression Analysis: Y versus X1, X2, X3, X4, X5, X6 The regression equation is
Y = - 8.68 + 0.181 X1 + 0.310 X2 + 0.196 X3 + 0.129 X4 +
0.257 X5 + 0.216 X6
Predictor Coef SE Coef T P VIF
Constant -8.675 1.514 -5.73 0.000
X1 0.18142 0.03491 5.20 0.000 1.345
X2 0.30976 0.03672 8.44 0.000 1.895
X3 0.19571 0.04368 4.48 0.000 1.581
X4 0.12869 0.03194 4.03 0.000 1.455
X5 0.25725 0.03582 7.18 0.000 1.348
X6 0.21612 0.03644 5.93 0.000 1.391
S = 0.849798 R-Sq = 91.5% R-Sq(adj) = 90.8%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 6 580.716 96.786 134.02 0.000
Residual Error 75 54.162 0.722
Total 81 634.878
Durbin-Watson statistic = 1.73383
258
Lampiran 21. Output Program Statistik SPSS 16 untuk Analisis Koefisien
Korelasi Parsial dan Koefisien Determinasi (R2) Parsial
• ry1.23456
Partial Corr Correlations
Control Variables Y X1
Correlation 1.000 .515
Significance (2-tailed) . .000
Y
Df 0 75
Correlation .515 1.000
Significance (2-tailed) .000 .
X4 & X5 & X6 & X2 & X3
X1
Df 75 0
• ry2.13456
Partial Corr Correlations
Control Variables Y X2
Correlation 1.000 .698
Significance (2-tailed) . .000
Y
Df 0 75
Correlation .698 1.000
Significance (2-tailed) .000 .
X4 & X5 & X6 & X3 & X1
X2
Df 75 0
• ry3.12456 Partial Corr
Correlations
Control Variables Y X3
Correlation 1.000 .460
Significance (2-tailed) . .000
Y
Df 0 75
Correlation .460 1.000
Significance (2-tailed) .000 .
X4 & X5 & X6 & X1 & X2
X3
Df 75 0
259
Lampiran 21. (Lanjutan)
• ry4.12356 Partial Corr
Correlations
Control Variables Y X4
Correlation 1.000 .422
Significance (2-tailed) . .000
Y
Df 0 75
Correlation .422 1.000
Significance (2-tailed) .000 .
X5 & X6 & X1 & X2 & X3
X4
Df 75 0
• ry5.12346 Partial Corr
Correlations
Control Variables Y X5
Correlation 1.000 .638
Significance (2-tailed) . .000
Y
Df 0 75
Correlation .638 1.000
Significance (2-tailed) .000 .
X6 & X1 & X2 & X3 & X4
X5
Df 75 0
• ry6.12345 Partial Corr
Correlations
Control Variables Y X6
Correlation 1.000 .565
Significance (2-tailed) . .000
Y
Df 0 75
Correlation .565 1.000
Significance (2-tailed) .000 .
X1 & X2 & X3 & X4 & X5
X6
Df 75 0