FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan...

26
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA MENGIKUTI KEGIATAN BERORGANISASI PWRI KECAMATAN SAMBUNGMACAN SRAGEN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: Arba’ani J 210.140. 038 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan...

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan mengalami penuruan fungsi fisik dan psikis (Kushariyadi, 2010). Pada usia lanjut, ...

i

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN

LANSIA MENGIKUTI KEGIATAN BERORGANISASI PWRI

KECAMATAN SAMBUNGMACAN SRAGEN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

Arba’ani

J 210.140. 038

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan mengalami penuruan fungsi fisik dan psikis (Kushariyadi, 2010). Pada usia lanjut, ...

i

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan mengalami penuruan fungsi fisik dan psikis (Kushariyadi, 2010). Pada usia lanjut, ...

ii

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan mengalami penuruan fungsi fisik dan psikis (Kushariyadi, 2010). Pada usia lanjut, ...

iii

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan mengalami penuruan fungsi fisik dan psikis (Kushariyadi, 2010). Pada usia lanjut, ...

1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA

MENGIKUTI KEGIATAN BERORGANISASI PWRI KECAMATAN

SAMBUNGMACAN SRAGEN

Abstrak

Lanjut usia merupakan fase akhir kehidupan manusia dimana pada masa tersebut

secara umum manusia akan mengalami masa kemunduran baik dari segi fisik maupun

psikis. Lansia secara umum memiliki kelebihan berupa pengalaman dalam hidupnya

yang dapat berguna dalam masyarakat, sehingga lansia masih memiliki peran yang

penting dalam kehidupan masyarakat salah satunya dalam aktivitas sosial sesama

purna tugas atau pensiunan pegawai negeri sipil. Lansia yang kurang aktif dalam

kegiatan berorganisasi PWRI adalah sakit, faktor transportasi, dan faktor pekerjaan

sebelum pensiun. Tujuan untuk mengetahui karakteristik lansia dan faktor-faktor

yang mempengaruhi keaktifan lansia mengikuti kegiatan berorganisasi PWRI

Kecamatan Sambungmacan Sragen. Metode penelitian deskriptif dengan

menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah yang berjumlah

47 orang, sampel penelitian sebanyak 47 lansia dengan teknik total sampling.

Pengumpulan data penelitian menggunakan kuesioner dan dokumentasi absensi

kehadiran, sedangkan analisis data menggunakan uji regresi logistik. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan pekerjaan sebelum

pensiun (p 0.430) terdadap keaktifan lansia mengikuti kegiatan berorganisasi PWRI.

Sedangkan status fisik menunjukkan hasil (p 0.019) yang artinya terdapat pengaruh

terhadap keaktifan lansia mengikuti kegiatan berorganisasi PWRI. Kesimpulan

penelitian ini faktor status fisik yang berpengaruh sangat kuat terhadap keaktifan

lansia mengikuti kegiatan berorganisasi PWRI kabupaten Sragen. Perlu adanya

pemeriksaan terhadap lansia untuk mendapatkan hasil kesehatan fisik yang spesifik.

Kata kunci: status pekerjaan sebelum pensiun, status fisik, keaktifan

berorganisasi, lansia.

Abstract

Advanced age is the last phase of human life during which their general human will

experience a period of decline in terms of both physical and psychological, Seniors

generally have the advantage of experience in life that can be useful in society, so

that the elderly still have an important role in people's lives one social activity among

full duty or retired civil servants. Elderly who are less active in organizing activities

PWRI is sick, transport factors, and factors of work before retirement. Goals forknow

the characteristics of the elderly and the factors that affect the activity of the elderly

participated in PWRI organized Sambungmacan District of Sragen. Methods

descriptive study using cross sectional approach. The study population is numbering

47 people, the study sample as many as 47 elderly with a total sampling technique.

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan mengalami penuruan fungsi fisik dan psikis (Kushariyadi, 2010). Pada usia lanjut, ...

2

Data collection research using questionnaires and documentation attendance

attendance, while data analysis using logistic regression. The results showed that

there was no significant effect of work before retirement (p 0.430) terdadap liveliness

elderly doing PWRI organizing activities. While the physical status shows the results

(p 0.019), which means there is an influence on the activity of the elderly following

the PWRI organizing activities. The conclusion of this study the physical status factor

strongly influencing the activity of the elderly participated in PWRI organized

Sragen. There needs to be an examination of the elderly to get the specific physical

health.

Keywords: status of employment before retirement, physical status, active

organized, elderly.

1. PENDAHULUAN

Lanjut usia disebut juga fase akhir kehidupan yang akan dialami oleh

setiap manusia. Tahap ini merupakan tahap perkembangan normal dan tahap yang

wajar dialami oleh semua orang karena diberi karunia umur panjang oleh Tuhan

yang Maha Esa. Populasi lanjut usia di dunia yang berusia 60 tahun keatas saat

ini diperkirakan sudah mencapai 629 juta jiwa dan akan mencapai 1,2 milyar pada

tahun 2025 (Sunaryo, et al., 2016). Data demografi dari Pusat Data dan Informasi

KemenKes Republik Indonesia tahun 2016 menunjukkan, jumlah penduduk lanjut

usia di seluruh Indonesia dari kelompok usia non produktif ≥ 65 tahun kisaran

14.233.117 jiwa. Untuk laki-laki jumlahnya sekitar 6.474.979 jiwa dan

perempuan jumlahnya sekitar 7.758.138 jiwa. Penduduk kelompok usia lanjut ≥

60 tahun sekitar 22.630.882 jiwa, lansia perempuan berjumlah 11.908.658 jiwa

dan lansia laki-laki berjumlah 10.722.224 jiwa. Penduduk lanjut usia resiko tinggi

kelompok usia ≥ 70 tahun berjumlah 8.490.356 jiwa, laki-laki berjumlah

3.649.220 jiwa dan perempuan berjumlah 5.796.136 jiwa. Di Indonesia jumlah

lansia terbanyak berada di Daerah Istimewa Jogyakarta sebanyak 13% sedangkan

terendah berada pada provinsi Papua sebanyak 2,8% (Budijanto & Sutardjo,

2017).

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan mengalami penuruan fungsi fisik dan psikis (Kushariyadi, 2010). Pada usia lanjut, ...

3

Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 dalam Bab 1 ayat 2

tentang Kesejahteraan Lansia (lanjut usia), lanjut usia merupakan seseorang yang

mencapai usia enam puluh tahun keatas, baik pria maupun wanita. Pada tahap ini

merupakan tahap dimana individu akan mengalami penuruan fungsi fisik dan

psikis (Kushariyadi, 2010). Pada usia lanjut, banyak munculnya penyakit yang

tidak menular sehingga fungsi fisiologis lansia mengalami penurunan akibat

proses degeneratif (penuaan). Masalah lain pada lanjut usia yakni menurunnya

tahan daya tubuh, dapat mengakibatkan rentangnya terinfeksi penyakit yang

menular (Primadi, 2013). Semakin bertambahnya usia seseorang, maka akan

mengalami kemunduran pada kemampuan fisiknya, yang di akibatkan oleh

menurunnya peran sosial dan terganggunya kebutuhan dalam hidup sehingga

dapat meningkatkan ketergantungan dalam meminta bantuan orang lain. Selain

penurunan fisik, kondisi mental lansia juga berpengaruh dalam kesibukkan sosial,

yang berakibat berkurangnya integrasi lingkungan, yang berdampak pada

kebahagiaan seseorang (Padila, 2013).

Setelah memasuki lanjut usia seseorang akan dihadapi oleh penurunan

kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya

bekurang tenaga, enerji menurun, kulit yang semakin berkeriput, gigi yang mulai

rontok, tulang yang semakin rapuh, dan masih banyak lainnya. Hal tersebut dapat

menimbulkan gangguan fungsi psikologik, fisik, maupun sosial. Gangguan fungsi

seksual disebabkan oleh perubahan dalam kesehatan jiwa atau hormonalnya yang

mengakibatkan timbulnya cemas, depresi, pikun dan lain-lain(Padila, 2013).

Perubahan nilai sosial yang cendrung muncul karena kurang dihargainya lansia

mengakibatkan mereka merasa terisolasi dari kehidupan masyarakat (Nugroho,

2008). Terlebih lagi apabila lansia sudah mulai memasuki masa pensiun yang

dapat berperngaruh dalam kehidupannya. Masalah yang dapat terjadi di alami

oleh lansia yang pensiun adalah masalah ekonomi, sosial, kesehatan, dan

psikologis. Masalah ekonomi mengakibatkan penurunan produktivitas kerja di

karenakan pensiun atau berhenti untuk bekerja. Masalah sosial perubahan pada

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan mengalami penuruan fungsi fisik dan psikis (Kushariyadi, 2010). Pada usia lanjut, ...

4

nilai sosial yang mengarah tatanan masyarakat individualistik. Masalah kesehatan

yang terjadi pada seorang pensiunan yakni masa tua yang mengalami penuruna

fungsi fisik mengakibatkan mereka memiliki penyakit yang segera di beri layanan

kesehatan. Masalah psikologis yakni lansia yang mengalami kesepian, merasa

terasingi dari lingkungannya, ketidakberdayaan, pos power syndrome, dan

terlantar karena lansia tersebut miskin (Suardiman, 2011).

Pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) usia 50-55 tahun sedangkan untuk

pensiunan pegawai swasta usia 56 tahun (BBC, 2010). Orang-orang menolak

untuk pensiun beralasan karena berkerja kembali merupakan menunda masa

pensiun awal, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan kualitas hidup.

Setelah pensiun, lansia akan mengalami aktivitas yang tidak dapat dijalankan

kembali karena proses penuaan dan diganti dengan aktivitas yang biasa dilakukan

dan bermanfaat bagi lansia seperti mengikuti organisasi atau kegitan yang lainnya

(Sunaryo, et al., 2016). Organisasi berpengaruh kuat terhadap pembinaan lansia.

Wadah untuk berkomunikasi sesama lansia memberi nilai tambah bagi lansia.

Organisasi bagi lansia berkembang cukup pesat, baik di kota, kabupaten, maupun

di provinsi. Organisasi juga sebagai tempat koordinasi yang dapat meneliti

instrumen dan mengkaji perundang-undangan, memantau dan mengevaluasi

dalam penanganan lansia untuk bahan petimbangan dan saran dalam kebijakan

presiden di bidang lansia. Organisasi PWRI yang menghimpun para lansia

berdasarkan pensiunan dari pegawai negeri sipil (Sunaryo, et al., 2016).

Pentingnya organisasi PWRI bagi lansia pensiun selain untuk wadah

berkomunikasi sesama lansia juga dapat memeberikan perasaan senang terhadap

kegiatan tersebut, memiliki tambah pengalan atau saling tukar pikiran,

mempererat silaturahim sesama lansia, informasi tentang kesehatan dan informasi

baru bagi kemajuan lansia, memperbanyak teman dan berhak mendapatkan uang

pensiun dalam kelangsungan hidup lansia (Sunaryo, et al., 2016). Besarnya

tingkat aktivitas dan keterlibatan sesorang diusia lanjut, akan semakin besar

kepuasan hidupnya dan memperoleh dukungan yang kuat (Santrock, 2012).

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan mengalami penuruan fungsi fisik dan psikis (Kushariyadi, 2010). Pada usia lanjut, ...

5

Faktor yang dapat menentukan kinerja organisasi yang terlibat dalamnya adalah

faktor manusia. Faktor ini di bedakan oleh faktor interal yang terkait dengan

individu antaranya persepsi, sikap, nilai, motivasi, dan kepribadian. Dengan

lingkungan dari lingkungan fisik dan sosial seseorang yang berbeda (Handayani,

2010).

Perilaku organisasi (organizational bevavior) merupakan suatu bidang

studi yang dimiliki oleh individu, kelompok, dan struktur untuk menyelidiki

pengaruh terhadap perilaku dalam berorganisasi, tujuan organisasi adalah

menerapkan ilmu pengetahuan digunakan untuk meningkatkan keefektifan dalam

berorganisasi. Berdasarkan konstribusi dari sejumlah bidang ilmu terapan yang

berkaitan dengan perilaku adalah sosiologi, dan antropologi, psikologi dan

psikologi sosial. Hasil studi perilaku organisasional ilmu pengetahuan yang

berhubungan dengan perilaku psikologi kontribusi yakni keefektifan untuk

memimpin, kepribadian, pengetahuan, motivasi, pelatihan, persepsi, kepuasan

pekerjaan, membuat keputusan individual, penghargaan dalam bekerja, rancangan

kerja, ukuran sikap, emosi dan tekanan kerja unit analsis individual. Psikologi

sosial kontribusinya yakni perubahan terhadap perilaku, sikap, komunikasi,

proses kelompok, dan perubahan dalam membuat keputusan kelompok, unit

analisis kelompok. Sosiologi dibagi menjadi dua konstribusinya yakni

komunikasi, kekuatan konflik, perilaku kelompok termasuk unit analisi kelompok

dan teori organisasi formal, teknologi organisasi, perubahan organisasi, kultur

organisasi termasuk unit analisis sistem organisasi. Antropologi dibagi menjadi

dua konstribusi yakni sikap-sikap komparatif, nilai-nilai komparatif, analisis

lintas kultural termasuk unit analisis kelompok dan kultural organisasional,

lingkungan organisasional, kekuatan termasuk unit analisis sistem organisasi

(Robbins, 2008). Goal consistency organizational, inital supervision, works

experiences, job scope, merupakan faktor dari organisasi yang akan memunculkan

tanggung jawab (Sopiah, 2008).

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan mengalami penuruan fungsi fisik dan psikis (Kushariyadi, 2010). Pada usia lanjut, ...

6

Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 5 November 2017, diperoleh

jumlah lansia yang mengikuti kegiatan organisasi PWRI sebanyak 47 orang.

Setelah melakukan wawancara kepada 7 responden lansia mengikuti organisasi

PWRI di wilayah tersebut didapatkan hasilnya bahwa 6 responden mengatakan

pekerjaan masa lalu sebelum pensiun adalah sebagai guru dan 1 responden

mengatakan pekerjaannya sebagai penjahit karena keterkaiatannya jenis pekerjaan

juga dapat membawa dampak yang berarti terhadap kelangsunagn hidup lansia. 7

responden mengatakan jika kondisi fisik sangat buruk (sakit) dan tidak

memungkinkan untuk hadir mengikuti organisasi maka mereka akan tidak hadir

dan akan menitipkan uang saja untuk arisan karena kesehatan sangatlah penting

sebab dengan keadaan sehat kita dapat melakukan kegiatan dengan mudah. Lansia

yang tidak aktif dikarenakan beberapa alasan yakni malas mengikuti perkumpulan

karena sibuk mengasuh cucu, sudah tua mencari apa (masuk dalam

psikologisnya), ada acara keluarga, sakit, tetangga ada yang meninggal, usia, jenis

kelamin karena salah satu faktor yang mempengaruhi psikologi lansia, kurangnya

dukungan keluarga maupun dukungan sosial, faktor tidak memiliki kendaraan,

dan tidak ada yang mengingatkan dalam kegiatan tersebut. Dalam buku kehadiran

keaktifan lansia mengikuti organisasi PWRI mengalami naik turun per bulannya.

Hasil observasi kegiatan organisasi PWRI di desa Plumbon membahas tentang

masalah-masalah PWRI seperti pergantian anggota, laporan tentang anggota yang

sakit maupun keluar, kultum yang membahas tentang promosi kesehatan bagi

lansia dan berbagi informasi tentang kartu kesehatan, dan arisan yang mana

uangnya nanti akan dipakai untuk mereka yang akan memiliki hajatan dan yang

mengalami musibah seperti meninggal atau sedang sakit.

Berdasarkan masalah-masalah lansia yang terjadi pada desa Plumblon

Kecamatan Sambungmacan wilayah Barat Sragen tersebut peneliti sangat tertarik

ingin melakukan penelitian tentang faktor-faktor apa saja yang dapat

mempengaruhi lansia aktif untuk mengikuti kegiatan berorganisasi PWRI

Kecamatan Sambungmacan Sragen, karena ingin menyelidiki lebih lanjut dan

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan mengalami penuruan fungsi fisik dan psikis (Kushariyadi, 2010). Pada usia lanjut, ...

7

mendalam tentang kebiasaan lasian didaerah pedesaan dalam menyikapai

kegiatan beroganisasi PWRI yang mempengaruhi keaktifannya.

2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan

pendekatan retropektif. Populasi penelitian adalah seluruh lansia yang mengikuti

kegiatan organisasi PWRI di Kecamatan Sambungmacan wilayah Barat Sragen

yang berjumlah 47 orang, sedangkan sampel penelitian sebanyak 47 lansia dengan

teknik total sampling. Pengumpulan data penelitian menggunakan kuesioner dan

dokumentasi absensi kehadiran, sedangkan analisis data menggunakan uji regresi

logistik.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Responden

Tabel 1. Karakteristik Responden

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Umur

a. 60 – 74 tahun

b. 75 – 90 tahun

Total

39

8

47

83

17

100

Jenis kelamin

a. Perempuan

b. Laki-laki

Total

8

39

47

17

83

100

Agama

a. Islam

b. Kristen

total

46

1

47

98

2

100

Status pernikahan

a. Menikah

b. Janda/duda

Total

37

10

47

79

21

100

Pendidikan terakhir

a. SD

b. SMP

12

14

25

30

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan mengalami penuruan fungsi fisik dan psikis (Kushariyadi, 2010). Pada usia lanjut, ...

8

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

c. SMA

d. Diploma/sarjana

Total

8

13

46

17

28

100

Status tinggal

a. Bersama anak/cucu

b. Bersama suami/istri

c. Sendiri

Total

Pekerjaan sekarang

a. Momong cucu

b. Tidak bekerja

c. Petani

d. IRT

e. Pedagang

f. Rias manten

g. Peternak

Total

10

30

7

47

1

16

22

2

4

1

1

47

21

64

15

100

2

34

47

4

8

2

2

100

Karakteristik responden sebagaimana ditampilkan pada tabel diatas

menunjukkan distribusi umur responden sebagian besar adalah 39 responden

(83%) berusia 60 – 72 tahun dan sisanya 8 responden (17%) berusia 75 – 90

tahun. Karakteristik jenis kelamin menunjukkan distribusi tertinggi adalah

laki-laki sebanyak 39 responden (83%) dan sisanya perempuan sebanyak 8

responden (17%). Karakterisktik agama responden menunjukkan distribusi

tertinggi adalah agama islam sebanyak 46 responden (98%) dan sisanya

agama kristen sebanyak 1 responden (2%). Karakteristik status perkawinan

responden menunjukkan distribusi tertinggi adalah menikah atau masih

memiliki pasangan yaitu sebanyak 37 responden (79%) dan sisanya adalah

janda/duda sebanyak 10 responden (21%). Karakteristik tingkat pendidikan

menunjukkan distribusi tertinggi adalah SMP sebanyak 14 responden (30%)

dan distribusi terendah adalah SMA sebanyak 8 responden (17%).

Karakteristik status tinggal menunjukkan distribusi tertinggi adalah status

tinggal bersama suami/istri sebanyak 30 responden (64%) dan distribusi

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan mengalami penuruan fungsi fisik dan psikis (Kushariyadi, 2010). Pada usia lanjut, ...

9

terendah adalah status tinggal sendiri sebanyak 7 responden (15%).

Karakteristik pekerjaan sekarang menunjukkan distribusi tertinggi adalah

petani sebanyak 22 responden (47%) dan distribusi terendah adalah sebagai

momong cucu, perias pengantin dan berternak masing-masing sebanyak 1

responden (2%).

3.2 Analisis Univariat

3.2.1 Keaktifan Berorganisasi

Keaktifan berorganisasi pada lansia diukur berdasarkan

absensi kehadiran lansia pada kegiatan organisasi PWRI selama 1

tahun terakhir. Keaktifan beroganisasi dibagi dalam dua kategori yaitu

tidak aktif dan aktif. Selengkapnya distribusi frekuensi keaktifan

berorganisasi responden adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Distribusi Keaktifan Berorganisasi

Keaktifan Frekuensi Persentase (%)

Tidak aktif

Aktif

10

37

21

79

Total 47 100

Distribusi tingkat keaktifan berorganisasi pada responden

menunjukkan distribusi tertinggi adalah aktif yaitu sebanyak 37

responden (79%) dan sisanya tidak aktif yaitu sebanyak 10 responden

(21%).

3.2.2 Pekerjaan Sebelum Pensiun

Data tentang pekerjaan sebelum pensiun diperoleh melalui

dokumentasi yang diperoleh dari catatan PWRI di kecamatan

Sambungmacan wilayah Barat Sragen. Selengkapnya distribusi

frekuensi pekerjaan sebelum pensiun responden adalah sebagai

berikut.

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan mengalami penuruan fungsi fisik dan psikis (Kushariyadi, 2010). Pada usia lanjut, ...

10

Tabel 3. Distribusi Pekerjaan sebelum pensiun

Pekerjaan masa lalu Frekuensi Persentase (%)

Pendidikan

Non pendidikan

23

24

49

51

Total 47 100

Karakteristik pekerjaan sebelum pensiun responden

menunjukkan distribusi tertinggi adalah non pendidikan sebanyak 24

(51%) dan distribusi terendah adalah pendidikkan 23(49%).

3.2.3 Status Fisik

Data tentang status fisik responden diperoleh melalui jawaban

responden terhadap keluhan fisik sebanyak < 1 tergolong dalam

kategori sehat dan yang menjawab keluhan fisiknya > 2 tergolong

dalam kategori tidak sehat.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Status Fisik

Status fisik Frekuensi Persentase (%)

Tidak sehat

Sehat

27

20

57

43

Total 47 100

Distribusi frekuensi status fisik responden menunjukkan

distribusi status fisik yang tertinggi adalah yaitu mengalami keluhan >

2 tergolong dalam kategori tidak sehat sebanyak 57%, sedangkan

distribusi terendah adalah yang mengalami keluhan < 1 tergolong

dalam kategori sehat sebanyak 20 (43%).

3.3 Analisis Bivariat

3.3.1 Hubungan Pekerjaan Sebelum Pensiun Dengan Keaktifan

Tabel 5 Hubungan Pekerjaan Sebelum Pensiun Dengan Keaktifan

Faktor factor Kategori Keaktifan Ket

Aktif Tidak aktif

Pekerjaan

sebelum pension

Pendidikkan

Non pendidikan

17 (45.9%)

20 (54.1%)

6 (60.0%)

4 (40.0%)

P= 0.430

OR= 1.765

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan mengalami penuruan fungsi fisik dan psikis (Kushariyadi, 2010). Pada usia lanjut, ...

11

Berdasarkan tabel diatas memperlihatkan hasil bahwa

responden yang pekerjaan sebelum pensiun pendidikkan, 60.0% tidak

aktif terhadap keaktifan. Sedangkan responden dengan pekerjaan

sebelum pensiun non pendidikkan, 54.1%% responden aktif terhadap

keaktifan. Dengan hasil p=0.430 maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan sebelum pensiun

terhadap keaktifan lansia mengikuti kegiatan berorganisasi PWRI.

Dengan nilai odds ratio 1.7655 dapat diartikan bahwa responden yang

pekerjaan sebelum pensiun pendidikkan, 1 kali lebih aktif

dibandingkan dengan responden yang pekerjaan sebelum pensiun non

pendidikkan.

3.3.2 Hubungan Status Fisik Dengan Keaktifan

Tabel 6 Hubungan Status Fisik Dengan Keaktifan

Faktor

factor

Kategori Keaktifan Ket

Aktif Tidak aktif

Status

fisik

Sehat

Tidak sehat

19 (51.4%)

18 (48.6%)

1(10.0%)

9 (90.0%)

P= 0.019

OR=0.105

Berdasarkan tabel diatas memperlihatkan hasil bahwa

responden yang memiliki status fisik yang sehat, 51.4% aktif terhadap

keaktifan berorgansasi PWRI. Sedangkan responden yang memiliki

status fisik yang tidak sehat, 90.0% tidak aktif terhadap keaktifan

berorgansasi PWRI. Dengan hasil p=0.019 maka dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara ststus fisik terhadap

keaktifan lansia mengikuti kegiatan berorganisasi PWRI. Dengan nilai

odds ratio 0.105 dapat diartikan bahwa status fisik responden yang

tidak sehat lebih aktif dibandingkan dengan responden yang status

fisik yang sehat.

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan mengalami penuruan fungsi fisik dan psikis (Kushariyadi, 2010). Pada usia lanjut, ...

12

3.4 Analisis Multivariat

Tabel 7 Ringkasan Hasil Uji Regresi Logistik Pengaruh Faktor Pekerjaan

Sebelum Pensiun dan Status Fisik Terhadap Keaktifan Berorganisasi

No. Faktor- faktor P wald Exp (B)

1. Pekerjaan sebelum pensiun 0.433 1.765

2. Status fisik 0.041 0.105

Pada tabel diatas faktor yang berkontribusi terhadap keaktifan lanisa

dalam aktif dikegiatan berorganisasi PWRI adalah status fisik, dengan

koefisien p 0.019 dalam hasil analisis tersebut ddapat disampaikan juga

bahwa nialai ods ratio (Exp. B) bahwa responden yang status fisik sehat,

lebih aktif terhadap keaktifan kegiatan berorganisasi PWRI. Selain itu niai

Nagelkerke R square adalah 0.126 hal ini dapat diartikan adanya pengaruh

yang signifikan antara status fisik dengan keaktifan lasia mengikuti kegiatan

berorganisasi PWRI sebesar 12.6%, sisanya 87.4% dipengaruhi oleh variabel

yang lainnya misalnya jarak, dukungan keluarga, pengetahuan dan lain-lain.

3.5 Pembahasan

3.5.1 Analisis Univariat

3.5.1.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden sebagaimana ditampilkan pada

tabel diatas menunjukkan distribusi umur responden sebagian

besar adalah 60 – 74 tahun (83%) dan sisanya berusia 75 – 90

tahun. Terkait dengan penuaan pada lansia Juanita dan Safitri

(2016) mengemukakan bahwa peningkatan umur lansia

berdampak pada semakin menurunnya kemampuan fisiologis

tubuh lansia, sehingga berdampak pada munculnya penyakit-

penyakit baik yang ringan maupun kronis bahkan muncul pula

penyakit akut. Penyakit kronis yang terjadi pada lansia dapat

mempengaruhi pada terjadinya perubahan akan kualitas hidup

lansia serta berperan terhadap penurunan kemandirian lansia.

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan mengalami penuruan fungsi fisik dan psikis (Kushariyadi, 2010). Pada usia lanjut, ...

13

Berdasarkan pendapat tersebut, maka sebagian besar adalah

kelompok individu yang memiliki resiko terhadap penurunan

kualitas hidupnya.

Bertambahnya usia sesorang akan kemungkinan tidak

hadir dari pekerjaan disebabkan karena memiliki pengalaman

kerja, pengetahuan akan situasi kondisi organisasi/perusahan

(Pangarso, 2016). Seperti yang dikemukakan oleh Sopiah

(2008) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi

komitmen pegawai pada organisasi salah satunya adalah faktor

personal misal usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan

sebagainya.

Karakteristik jenis kelamin menunjukkan distribusi

tertinggi adalah laki-laki (83%) dan sisanya perempuan (17%).

Secara umum disebutkan bahwa proporsi lansia menurut jenis

kelamin di Indonesia, proporsi lansia wanita lebih tinggi

dibandingkan laki-laki. Dalam BPS (2014) dijelaskan bahwa

usia harapan hidup lansia perempuan memiliki jumlah

distribusi lebih tinggi dibandingkan lansia laki-laki. Sesuai

dengan teori, maka di Indonesia proporsi lansia perempuan

akan lebih tinggi daripada proporsi lansia laki-laki. Fenomena

ini juga diperkuat dengan bukti ditunjukkannya hasil Susenas

2014. Tingginya proporsi lansia perempuan pada tahun 2014

sebanyak 1,11% dibanding proporsi lansia laki-laki. Baik di

perkotaan maupun di perdesaan, menunjukkan lebih tingginya

proporsi lansia perempuan daripada proporsi lansia laki-laki

(BPS, 2014). Ketidakhadiran wanita lebih tinggi disebabakan

oleh wanita mengalami 3 hal umum yaitu siklus menstruasi,

rata-rata menikaah kemudian hamil, melahirkan dimana wanita

mengambil cuti kerja, hal ini yang memungkinkan wanita lebih

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan mengalami penuruan fungsi fisik dan psikis (Kushariyadi, 2010). Pada usia lanjut, ...

14

sering absen dibandingkan laki-laki (Pangarso, 2016). Seperti

yang dikemukakan oleh Sopiah (2008) mengemukakan bahwa

faktor yang mempengaruhi komitmen pegawai pada organisasi

salah satunya adalah faktor personal misal usia, jenis kelamin,

tingkat pendidikan dan sebaigainya.

Karakteristik agama responden menunjukkan sebagian

besar responden beragama Islam (98%) dan sisanya beragama

Kristen (2%). Secara umum Islam mengajarkan kepada

umatnya khususnya yang laki-laki untuk aktif dalam kegiatan

masyarakat, misalnya perintah untuk sholat wajib berjamaah di

masjid, serta perintah-perintah untuk bermasyarakat lainnya.

Hal tersebut sebagaimana juga ditunjukkan dalam Ummah

(2017) memerintah kaum muslim untuk mau membaca situasi

dalam masyarakat sehingga dapat turut membantu dalam

membenahi apabila terjadi kemudhorotan yang tentunya

mengharuskan umat Islam aktif dalam kegiatan kemasyarakat.

Karakteristik status perkawinan responden

menunjukkan distribusi tertinggi adalah menikah atau masih

memiliki pasangan (79%) dan sisanya adalah janda/duda

(21%). Aspek sosial merupakan salah satu aspek yang

seringkali mengalami perubahan. Perubahan sosial pada lansia

dapat mempengaruhi kesejahteraan lanjut usia secara umum,

dimana salah satu perubahan sosial yang dialami lansia adalah

hilangnya pasangan hidup. Papalia (2008) menjelaskan bahwa

pasangan hidup bagi lansia merupakan sumber pendukung

(supporting) terhadap keuangan, pemecahan masalah atau

problem solving, maupun pengasuhan. Sesorang yang telah

menikah lebih rendah tingkat ketidakhadiran, disebabkan oleh

sesorang tersebut memiliki tanggung jawab untuk memenuhi

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan mengalami penuruan fungsi fisik dan psikis (Kushariyadi, 2010). Pada usia lanjut, ...

15

kebutuhan keluarganya maka akan cendrung hadir. Adanya

dorongan untuk menaati peratuaran perusahaan/organisasi

terkait kehadiran agar memastikan setiap bulan meminimalkan

kebutuhan keluarga terpenuhi (Pangarso, 2016).

Karakteristik tingkat pendidikan menunjukkan

distribusi tertinggi adalah SMP (30%) dan distribusi terendah

adalah SMA (17%). Tingkat pendidikan lansia merupakan

sumber dari kemampuan lansia dalam memahami suatu

fenomena dalam kehidupannya, lingkunganya atau

kehidupannya dan menentukan cara terbaik dalam menghadapi

fenomena tersebut. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh

lansia membantu lansia dalam berpikir yang terbaik untuk

menentukan langkah di hari tuanya. Potter and Perry (2007)

menjelaskan bahwa adanya hubungan tingkat pendidikan

seseorang dengan kemampuan dirinya sendiri dalam menelaah

informasi menjadi suatu pengetahuan dasar terhadap tindakan

yang dilakukannya. Penelitian (Gani, Wahyuni, & Sismini,

2017) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang

berhubungan dengan keaktifan lansia dalam kegiatan sosial di

masyarakat adalah tingkat pengetahuan lansia. Dalam

penelitian ini, walaupun secara umum bahwa tingkat

pendidikan responden adalah merata, dari SD, SMP, SMA

hingga diploma atau sarjana, namun keberadaan mereka pada

instansi pekerjaan terdahulu membantu mereka dalam

memahami informasi-informasi tentang masa lansia.

Status tinggal responden pada saat ini menunjukkan

distribusi tertinggi adalah tinggal bersama suami/istri (64%).

Karakteristik status tinggal responden menunjukkan bahwa

sebagian besar responden masih memiliki pasangan hidup

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan mengalami penuruan fungsi fisik dan psikis (Kushariyadi, 2010). Pada usia lanjut, ...

16

yang berarti pula mereka masih memiliki support dari

pasangan hidupnya. Tamher dan Noorkasiani (2012)

mengemukakan bahwa adanya dukungan dari keluarga dan

pasangan hidup dapat membantu lansia dalam menghadapi

masalah, dukungan pasangan juga membantu lansia untuk

memiliki motivasi dan rasa percaya diri yang tinggi untuk

menghadapi masalah yang terjadi sehingga mampu meningkat

kemandirian lansia dengan sendirinya. Organisasi memiliki

faktor, baik ditimbulkan oleh diri sendiri antar lain orang tua

dan kepercayaan diri, sedangakan faktor yang berasal dari

orang lain anatara lain teman dan lingkungan yang

menimbulkan pengalaman oraganisasi yang dijadikan sebagai

pemebelajaran (Pradayu, 2017).

Karakteristik pekerjaan responden saat ini

menunjukkan distribusi tertinggi adalah sebagai petani (47%).

Karakteristik pekerjaan saat ini menunjukkan bahwa sebagian

besar lansia masih berstatus bekerja khususnya di bidang

pertanian. Status pekerjaan lansia juga berhubungan dengan

kemampuan lansia untuk melakukan aktivitas-aktivitas sosial

lainnya selain bekerja, misalnya mengikuti kegiatan posyandu

lansia, dimana terdapat hubungan status pekerjaan lansia

dengan keaktifan mengikuti kegiatan posyandu, dimana lanjut

usia yang masih bekerja lebih aktif dalam mengikuti kegiatan

di posyandu lansia (Findri, 2015). Penelitian terdahulu

mengemukkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi

keaktifan kader posyandu adalah pekerjaan. Hal tersebut

disebabkan oleh sebagian besar kader posyandu

mempunyaimata pencaharian tidak tetap misalnya sebagai

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan mengalami penuruan fungsi fisik dan psikis (Kushariyadi, 2010). Pada usia lanjut, ...

17

buruh tani dan pekerjaan tidak formal lainnya (Suhat &

Hasanah, 2014).

3.5.2 Analisis Bivariat

3.5.2.1 Pekerjaan Sebelum Pensiun

Karakteristik pekerjaan masa lalu responden

menunjukkan distribusi tertinggi adalah non pendidikkan 23

responden (51%) dan distribusi terendah pendidikkan 23

responden (49%). Jenis pekerjaan tertentu berhubungan dengan

gaya hidup pelakunya Rosdiana (2009) menjelaskan bahwa

jenis pekerjaan lansia yang pada dulunya banyak berhubungan

dengan pekerjaan berpikir, maka akan menjadikan lansia

memiliki gaya hidup yang mampu menjaga daya kognitifnya.

Penelitian terdahulu mengemukakan tidak ada hubungannya

pekerjaan dengan keaktifan lansia mengikuti kegiatan

posyandu. Pekerjaan merupakan kegiatan utama untuh

memenuhi kebutuhan hidup lansia sehingga lansia

mengabaikan ikut berpartisiapasi dalam kegiatan tersebut

(Anggraini, Zulpahiyana, & Mulyanti, 2015). Sopiah (2008)

mengemukanan faktor yang mempengaruhi komitmen

pegawai pada organisasi adalah ciri pribadi pegawai termasuk

jabatan dalam organisiasi, ciri pekerjaan sebagai identitas tugas

dan berkesempatan berinteraksi dengan rekan kerja dan

pengalaman kerja yakni keteladan organisasi di masa lampau.

Hasil penelitian terdahulu menunjukan bahwa faktor

psikososial merupakan faktor yang kuat mempengaruhi

kepuasan hidup lansia dan memiliki masalah multi-dimensi.

Kepuasan hidup adalah berbeda untuk beberapa faktor pribadi,

termasuk jenis kelamin dan tingkat pekerjaan. Pertimbangan

pendapat juga dapat mempengaruhi kepuasan hidup bagi lansia

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan mengalami penuruan fungsi fisik dan psikis (Kushariyadi, 2010). Pada usia lanjut, ...

18

dan proses penuaan sehingga lansia mampu menerima proses

penuaan tersebut dengan baik (Supratman & Priambodo,

2016).

3.5.2.2 Status Fisik

Status fisik responden menunjukkan distribusi status

fisik yang tertinggi adalah yaitu tidak sehat sebanyak 51% dan

distribusi terendah adalah kategori sehat sebanyak 43%.

Seseorpang yang telah melalui 3 tahap kehidupan yaitu anak,

dewasa, dan tua dalam suatu peristiwa alamiah disebut proses

menuanya manusia. Tiga tahap tersebut memiliki berbeda

yaitu, baik secara psikologis maupun biologis (Mubarok,

2010). Depkes RI (2013) menyebutkan bahwa penyebab proses

penuaan seseorang adalah perubahan dari fisiologis, anatomis,

dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi

kemampuan tubuh dan fungsi secara keseluruhan. Perubahan-

perubahan ini sebagai akibat proses menua (aging process),

meliputi mental, spiritual, perubahan fisik, dan psikososial

(Azizah, 2011).

Potter dan Perry (2007) menjelaskan terdapat 3

perubahan yang terjadi pada seorang lanjut usia, yaitu

perubahan fisiologis, perilaku psikososial dan kognitif.

Penurunan fungsi sel otak saat usia lanjut dapat menyebabkan

penurunan daya ingat jangka pendek, melambatnya proses

informasi, sulitnya berkonsentrasi, sehingga dapat

mengakibatkan kesulitan berkomunikasi (Mubarok, 2010).

Keluhan-keluhan fisik yang dialami responden pada penelitian

ini antara lain adalah gangguan penglihatan, perasaan dingin

dan kesemutan pada anggota tubuh, mudah lelah dan nyeri

pinggang atau punggung. Sebagaimana dikemukakan oleh

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan mengalami penuruan fungsi fisik dan psikis (Kushariyadi, 2010). Pada usia lanjut, ...

19

Maryam (2008) tentang keluhan-keluhan fisik pada lansia

menunjukkan bahwa masalah fisik yang dialami lanjut usia

antara lain mudah terjatuh, cepat lelah, nyeri bagian dada dan

berdebar-debar, sesak nafas saat aktivitas, bengkak pada kaki

bawah, nyeri pinggang, sulit tidur dan pusing, berat badan

menurun, gangguan pancaindra.

3.5.3 Analisis Multivariat

Hasil uji regresi logistik untuk mengetahui semua hasil yang

memiliki hubungan dengan keaktifan lansia mengikuti kegiatan

berorganisasi PWRI. Hasil uji variabel status fisik memiliki hubungan

terhadap keaktifan berorganisasi PWRI. Penelitian terdahulu

menunjukkan bahwa lansia yang memiliki keluhan fisik sedang

berpengaruh terhadap keaktifan lansia mengikuti kegiatan Posyandu

(Suseno, Muhlisin, & Maliya, 2012). Suardiman (2011) menjelaskan

bahwa masalah yang dapat terjadi di alami oleh lansia yang pensiun

sala satunya adalah masalah terhadap kesehatan dan masalah

psikologis. Masalah kesehatan yang terjadi pada seorang pensiunan

yakni masa tua yang mengalami penuruna fungsi fisik mengakibatkan

mereka memiliki penyakit yang segera di beri layanan kesehatan.

Masalah psikologis yakni lansia yang mengalami kesepian, merasa

terasingi dari lingkungannya, ketidakberdayaan, pos power syndrome,

dan terlantar karena lansia tersebut miskin. Penelitian Nurhalimah

(2016) menjelaskan bahwa terdapat hubungan status kesehatan lansia

dengan kemandirian lansia, dimana salah satu dari indikator

kemandirian lansia adalah keaktifan dalam kegiatan di masyarakat.

Penelitian lain dilakukan oleh Wong et.al (2017) yang meneliti

pengalaman psikologis lansia dalam dalam perspektif sosial, studi

kualitatif hubungan lansia dan kehidupan sosial. Penelitian ini

menunjukkan bahwa kehidupan sosial membantu lansia mengatasi

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan mengalami penuruan fungsi fisik dan psikis (Kushariyadi, 2010). Pada usia lanjut, ...

20

permasalahan hidupnya baik munculnya stress, depresi serta masalah

kesehatan, sedangkan faktor-faktor yang mendorong lansia mau

beraktifitas dalam kemasyarakatan (society) adalah kondisi fisik lansia

serta dorongan-dorongan dari pihak lain misalnya dorongan keluarga

maupun dorongan sosial. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Pinto

and Neri (2017) yang meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan

rendahnya partisipasi sosial pada lansia di Brazil. Penelitian ini

menyimpulkan faktor kesehatan lansia merupakan salah satu faktor

yang signifikan berhubungan dengan rendahnya partisipasi sosial

lansia selain faktor budaya, sosial ekonomi dan dukungan sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, D., Zulpahiyana., & Mulyanti. (2015). Faktor Dominan Lansia Aktif

Mengikuti Kegiatan Posyandu. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia, Vol. 3,

No. 3, Tahun 2015, 150-155; ISSN2354-7642.

Azizah, M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

BBC, I. (2010). Berapa Usia Pensiunan Yang Ideal? Diambil 1 September 2015.

Budijanto, D., & Sutardjo, U. S. (2017). Data dan Informasi Profil Kesehatan

Indonesia 2016. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

BPS. (2014). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2013. Jakarta: BPS.

Findri., S. (2015). Hubungan Antara Karakteristik Individusi Status Pekerjaan dan

Dukungan Keluarga dengan Keaktifan Lansia dalam Menghadiri Kegiatan

Posyandu Lansia di Posyandu “Rahayu Widodo” Desa Bojongsari. Jurnal

Keperawatan. Purwokerto: Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Purwokerto.

Gani., Wahyuni T. W., dan Susmini. (2017). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan

Lansia dengan Keaktifan Lansia dalam Mengikuti Kegiatan Posyandu Lansia di

Dusun Bendungan Wilayah Kerja Puskesmas Wisata Dau Malang. Nursing

News. Volume 2, Nomor 3, 2017. Malang: Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuana Tunggadewi.

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan mengalami penuruan fungsi fisik dan psikis (Kushariyadi, 2010). Pada usia lanjut, ...

21

Handayani, A. (2010). Hubungan Kepuasan Kerja dan Dukungan Sosila dan Presepsi

Perubahan Organisasi. INSAN, Bol. 12, No. 03, Desember 2010.

Juanita., Safitri, C. P. (2016). Hubungan Basic Conditioning Factors dengan Kualitas

Hidup Lanjut Usia dengan Diabetes Melitus di RSUD Dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh. Vol. VII. No 1. Idea Nursing Jurnal. ISSN: 2087-2879. 2016.

Kushariyadi. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usi . Jakarta: Salemba

Medika.

Maryam. (2008). Mengenal Usia lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba

Medika.

Mubarok., W. I., Chayatin, N., & Santoso, B. A. (2010). Ilmu Keperawatan

Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. Jakarta: EGC.

Nurhalimah. (2016). Korelasi Peran Keluarga Terhadap Penyesuaian Diri Remaja.

Jurnal AL-Bayan / Vol. 22 NO.34 Juli – Desember 2016.

Padila. (2013). Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.

Pangarso, A. (2016). Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Deepublish.

Papalia. (2008). Human Development: Perkembangan Manusia. (Vol. 2). Jakarta:

Salemba Humanika.

Potter., and Perry. (2007). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,Proses dan

Praktik. (Vol. 1). Jakarta: EGC.

Pradayu, M. (2017). Pengaruh Aktivitas Organisasi Terhadap Prestasi Belajar (Studi

Kasus Pengurus BEM Universitas Riau Kabinet Inspirasi Periode 2016-2017).

JOM FISIP, Vol. 4 No. 2 hal. 1-12, Oktober 2017.

Pinto, J. M., and Neri, A. L. (2017). Factors Related To Low Social Participation In

Older Adults: Findings From The Fibra Study, Brazil. Original Article. DOI:

10.1590/1414-462X201700030300. Universidade Estadual de Campinas

(UNICAMP)-Campinas (SP), Brazil.

Primadi, O. (2013). Gambaran Kesehatan lanjut Usia di Indonesia. Buletin Jendela

Data & Informasi Kesehatan, Hal 1-32. ISSN 2088-270X.

Robbins, S. P. (2008). Perilaku Organisasi, Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat.

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA … · merupakan tahap dimana individu akan mengalami penuruan fungsi fisik dan psikis (Kushariyadi, 2010). Pada usia lanjut, ...

22

Rosdiana. (2009). Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di

Rumah Sakit Umum Kardinah Kota Tegal. Skripsi. Program Studi Ilmu

Keperawatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Santrock, J. (2012). Life-Span Development. Penerjemah; Benedictine Widyasinta.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sopiah. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: P.T Ghalia Indonesia.

Suardiman, S. P. (2011). Psikologi Usia Lanjut. Jogyakarta: Gajah Mada Universitas

Press.

Sunaryo., Wijayanti, R., Kuhu, M. M., Sumedi, T., Widayanti, E. D., Sykrillah, U.

A., et al. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV. ANDI

OFFSET (Penerbit ANDI Anggota IKAPI).

Suhat., & Hasanah, R. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan

Kader Dalam Kegiatan Posyandu. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10 (1) (2014)

73 - 79; ISSN 1858-1196.

Supratman., & Priambodo, G. (2016). Factors Affecting Life Satisfaction Of Elderly

In Sukoharjo Region, Indonesia. International Conference On Health And Well-

Being (ICHWB). Surakarta: Pusat Pengembangan Kesehatan Keperawatan,

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia.

Hal 364-370.

Suseno, D. M., Muhlisin, A., & Maliya, A. (2012). Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Keaktifan Lansia Dalam Mengikuti Kegiatan Posyandu Lansia

Di Desa Kauman Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten. Skripsi, hal 1-11.

Tamher, S., & Noorkasiani. (2012). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan

Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Humanika.

Ummah, S. R. (2017). Relevansi Perintah Iqra’ pada Wahyu Pertama bagi

Masyarakat Modern. Jurnal Studi Islam. Pancawahana, Vol 12 No 1 April

2017, ISSN: 2579-7131. Bangil: Sekolah Tinggi Agama Islam Pancawahana.

Wong, A., Chou, A. K. C., Fang, Y., and Woo, J. (2017). Illuminating the

Psychological Experience of Elderly Loneliness from a Societal Perspective: A

Qualitative Study of Alienation between Older People and Society.

Environmental Research and Public Health. Hongkong: Department of

Medicine & Therapeutics, The Chinese University of Hong Kong.