FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBIAYAAN SEKTOR...
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBIAYAAN SEKTOR...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBIAYAAN
SEKTOR KONTRUKSI PADA PERBANKAN SYARIAH
DI INDONESIA PERIODE 2012-2016
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Almira Putri W
NIM : 11140850000055
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Almira Putri W
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Oktober 1996
3. Alamat : Jl. Jati Mulya No. 106 Rt 003/006,
Kel. Pangkalan Jati, Kec. Cinere, Depok
4. Telepon : 087789314517
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SDIT Miftahul Ulum Tahun 2002-2008
2. Mts Pesantren Al-Hamidiyah Depok Tahun 2008-2011
3. MA Pesantren Al-Hamidiyah Depok Tahun 2011-2014
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014-2018
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota ISPAH (Ikatan Santri Pesantren Al-Hamidiyah) (2011)
2. Ketua MUSAN (Musyawarah Santri) (2013)
3. Anggota ISPAH (Ikatan Santri Pesantren Al-Hamidiyah) (2013)
4. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Perbankan Syariah
(2015-2016)
5. Kepanitian IBDAYS (Islamic Banking Days) Perbankan Syariah
(2015&2016)
IV. PENGALAMAN KERJA
1. Bank BNI Syariah KCP UIN Jakarta (Magang)
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Wigna Wignantri
2. Tempat, Tanggal Lahir : Magelang, 27 Desember 1965
3. Pekerjaan : Wiraswasta
4. Ibu : Haryati
5. Tempat, Tanggal Lahir : Magelang, 23 Februari 1969
6. Pekerjaan : Polri
vii
ABSTRACT
This study proves that there are factors that can affect the financing of Islamic
Banking Sector construction in Indonesia. As for some of the factors that analyzed
are inflation and the exchange rate as a representation of the monetary instruments,
Financing to Deposit Ratio (FDR), Non-Performing Financing Construction Sector
(NPFcs), and third-party Funds as a representation of the internal factor of Islamic
banking. The method of data analysis that used in this study is Vector Auto
Regression/Vector Error Correction models (VECM/VAR). The results showed, a
test based on short term VECM estimation , Financing only to Deposits Ratio
(FDR) who has the positive effect. In the long run inflation effect positive. While
Non-Performing Financing Construction Sector (NPFcs), and third-party Funds
have the negative effect. Only Financing to Deposit Ratio (FDR) that do not affect
the long term. Based on a test of IRF, shock that occurs in the exchange rate and
Financing to Deposit Ratio (FDR) responded tend to be positive. While the shock
is happened on inflation, Non Performing Financing Construction Sector (NPFcs)
and third-party Funds responded tends to be negative. FEVD test shows that the
variable Financing to Deposit Ratio (FDR) had the greatest contribution towards
the financing of the construction Sector.
Keywords : Construction Sector Financing, inflation, exchange rate, Financing
to Deposit Ratio (FDR), Non-Performing Financing Construction Sector
(NPFcs), third-party Funds, VECM
viii
ABSTRAK
Penelitian ini membuktikan bahwa ada faktor-faktor yang dapat memengaruhi
Pembiayaan Sektor Kontruksi Perbankan Syariah di Indonesia. Adapun beberapa
faktor yang dianalisis adalah Inflasi dan Kurs sebagai representasi dari faktor
instrumen moneter, Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing
Sektor Kontruksi (NPFsk), dan Dana Pihak Ketiga sebagai representasi dari faktor
internal Perbankan syariah. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode Vector Auto Regression/Vector Error Correction Model
(VAR/VECM). Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan uji estimasi VECM
dalam jangka pendek hanya Financing to Deposit Ratio (FDR) yang bepengaruh
positif. Dalam jangka panjang inflasi berpengaruh positif. Sedangkan kurs, Non
Performing Financing Sektor Kontruksi (NPFsk), dan Dana Pihak Ketiga
berpengaruh negatif. Hanya Financing to Deposit Ratio (FDR) yang tidak
berpengaruh jangka panjang. Berdasarkan uji IRF, shock yang terjadi pada kurs dan
Financing to Deposit Ratio (FDR) direspon cenderung positif. Sedangkan shock
yang terjadi pada inflasi, Non Performing Financing Sektor Kontruksi (NPFsk) dan
Dana Pihak Ketiga direspon cenderung negatif. Uji FEVD menunjukkan bahwa
variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) memiliki kontribusi paling besar
terhadap Pembiayaan Sektor Kontruksi.
Kata kunci : Pembiayaan Sektor Kontruksi, inflasi, Kurs, Financing to Deposit
Ratio (FDR), Non Performing Financing Sektor Kontruksi (NPFsk), Dana
Pihak Ketiga, VECM
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah dan nikmat-Nya kepada penulis serta menganugerahkan
kesehatan dan kemampuan berpikir sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi
ini yang berjudul “Faktor-faktor yang memengaruhi Pembiayaan Sektor
Kontruksi pada Perbankan Syariah Periode 2012 – 2016”. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya hingga akhir zaman.
Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
program sarjana (S1) Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan
terselesaikan dengan baik tanpa bimbingan, dukungan serta bantuan dari berbagai
pihak mulai dari awal perkuliahan sampai penulisan skripsi ini. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
berjasa dalam hidup penulis dan dalam penyusunan skripsi ini, khususnya :
1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, pertolongan, dan
kemudahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Terimakasih Allah, tidak
cukup hanya dengan kata-kata untuk mengungkapkan rasa syukur dan
terimakasih hamba-Mu yang tidak luput dari dosa ini.
2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. M.Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan, Bapak Dr. Amilin, SE,.
Ak., CA., QIA., BKP., selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Bapak Dr. Ade
Sofyan Mulazid, S.Ag., M.H., selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi
Umum, dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, M.A., selaku Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
x
4. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA. Selaku Ketua Jurusan dan Ibu Fitri
Damayanti, SE., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Perbankan Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan
wawasan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat kepada penulis.
5. Ibu Aini Masruroh SEI., MM selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktu, membimbing, memberikan arahan dan saran, memberikan motivasi, serta
memberikan banyak pengetahuan dan wawasan ilmu yang sangat bermanfaat
bagi penulis.
6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan
yang bermanfaat dan berharga serta motivasi dan dukungan bagi penulis selama
perkuliahan.
7. Seluruh Staff Tata Usaha dan Bagian Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam hal segala
kebutuhan administrasi dan lain-lain.
8. Ayahanda tercinta wigna dan Ibunda tercinta haryati, yang memberikan
semuanya baik materi maupun non materi sehingga dapat menempuh pendidikan
sampai sekarang, yang tidak pernah lelah mengasihi dan mencintai anaknya
lebih dari siapapun , yang telah memberikan segenap kasih sayang serta doanya
yang tidak pernah terputus kepada penulis, yang selalu memberikan nasihat,
motivasi, dan dukungan dalam menjalani kehidupan ini. Terima kasih ibu dan
bapak yang tidak terhingga atas segala ridha, doa, dan kerja keras yang telah
kalian berikan kepada anakmu ini.
9. Sahabat-sahabat yang selalu menemani penulis yakni Mala, Jasmine, dan Rizka
yang telah memberikan waktunya, motivasi, keceriaan, kehebohan, dukungan,
dan doa selama ini kepada penulis.
10. Kepada sahabat-sahabat yang selalu meminta Pertolongan Allah selama masa
perkuliahan yakni Vicka, Zulisa, Rahmi, Lita, Arinda, Luthfia, Lavena, Dewi,
dan Qisthi yang selalu memberikan keceriaan, motivasi, nasihat, dukungan,
pembelajaran, dan doa selama ini kepada penulis.
xi
11. Kepada Adit yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi, bantuan, dan doa
selama ini kepada penulis.
12. Teman-teman seperjuangan yakni Angkatan 2014 Perbankan Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada kalian semua karena sudah memberikan
banyak sekali pengalaman hidup yang bermacam, ilmu yang bermanfaat dan
berharga, motivasi, dukungan, kebahagiaan selama masa perkuliahan kepada
penulis.
Meskipun demikian, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Adapun segala kekurangan dan kesalahan pada skripsi ini sepenuhnya menjadi
tanggung jawab penulis. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
dapat menjadi amal bagi penulis.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 1 April 2018
Almira Putri W
xii
DAFTAR ISI
COVER .............................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...............................iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ...............................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .......................v
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................vi
ABSTRACT ......................................................................................................vii
ABSTRAK .........................................................................................................viii
KATA PENGANTAR ......................................................................................ix
DAFTAR ISI .....................................................................................................xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xvi
DAFTAR GRAFIK ...........................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................1
B. Identifikasi Masalah .........................................................................10
C. Batasan Masalah................................................................................10
D. Rumusan Masalah............................................................................ .11
E. Tujuan Penelitian .............................................................................11
F. Manfaat Penelitian ...........................................................................12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................13
A. Landasan Teori .................................................................................13
1. Perbankan Syariah
a. Bank Umum Syariah ............................................................13
b. Unit Usaha Syariah ..............................................................15
2. Pembiayaan
xiii
a. Pengertian Pembiayaan ........................................................18
b. Fungsi Pembiayaan ..............................................................19
c. Tujuan Pembiayaan ..............................................................19
d. Pembiayaan Berdasarkan Akad ...........................................21
e. Jenis-jenis Pembiayaan Bank Syariah ...................................26
3. Sektor Kontruksi di Indonesia.....................................................27
4. Pembiayaan Sektor Kontruksi Perbankan Syariah......................27
5. Inflasi ..........................................................................................29
6. Kurs ............................................................................................32
7. Financing to Deposit Ratio (FDR) ..............................................34
8. Non Performing Financing (NPF) ..............................................36
9. Dana pihak Ketiga .......................................................................41
B. Penelitian Terdahulu ........................................................................44
C. Keterkaitan Antar Variabel dan Pengembangan Hipotesis ...............48
D. Kerangka Pemikiran .........................................................................53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................53
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................54
B. Jenis dan Sumber Data .....................................................................54
C. Metode Penentuan Sampel ...............................................................55
D. Metode Pengumpulan Data ...............................................................55
E. Metode Analisis Data .......................................................................56
F. Operasional Variabel Penelitian .......................................................61
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................66
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .....................................66
B. Analisis Data dan Pembahasan ........................................................73
1. Uji Stasioneritas Data .................................................................73
2. Uji Lag Optimal ..........................................................................75
3. Uji Stabilitas VAR ......................................................................75
4. Uji Kointegrasi ...........................................................................76
5. Uji Kausalitas Granger ...............................................................77
xiv
6. Uji Vector Error Correction Model (VECM) .............................80
7. Uji Impulse Response Function (IRF).........................................84
8. Uji Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) ...............89
C. Interpretasi ........................................................................................92
BAB V PENUTUP ............................................................................................100
A. Kesimpulan ......................................................................................100
B. Saran ................................................................................................101
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................103
LAMPIRAN ......................................................................................................107
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Perjalanan Perbankan Syariah di Indonesia ..............3
Tabel 1.2 Pembiayaan BUS dan UUS berdasarkan Sektor Ekonomi ................4
Tabel 1.3 Pembiayaan Non-Lancar BUS dan UUS
berdasarkan Sektor Ekonomi .............................................................6
Tabel 1.4 Jumlah Pembiayaan Sektor Kontruksi, Pembiayaan total, dan
Persentase Rasio .................................................................................7
Tabel 1.5 Faktor-faktor yang Memengaruhi .......................................................9
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ...........................................................................45
Tabel 3.1 Variabel dan Sumber Data .................................................................55
Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian..........................................................64
Tabel 4.1 Hasil Uji Stasioneritas Tingkat Level ................................................74
Tabel 4.2 Hasil Uji Stasioneritas Tingkat First Difference ................................74
Tabel 4.3 Hasil Uji Lag Optimal ........................................................................75
Tabel 4.4 Hasil Uji Stabilitas VAR ....................................................................76
Tabel 4.5 Hasil Uji Kointegrasi .........................................................................77
Tabel 4.6 Hasil Uji Kausalitas Granger ..............................................................78
Tabel 4.7 Hasil Uji VECM ................................................................................81
Tabel 4.8 Hasil Uji FEVD ..................................................................................90
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Murabahah .....................................................22
Gambar 2.2 Skema Pembiayaan Salam .............................................................23
Gambar 2.3 Skema Pembiayaan Istishna ...........................................................23
Gambar 2.4 Skema Pembiayaan Ijarah Muntahiyyah Bittamlik ........................24
Gambar 2.5 Skema Pembiayaan Musyarakah ...................................................25
Gambar 2.6 Skema Pembiayaan Mudharabah ...................................................26
Gambar 2.7 Kerangka Pemikiran .......................................................................53
Gambar 4.1 Perkembangan Pembiayaan Sektor Kontruksi BUS dan UUS periode
2012-2016 .........................................................................................67
Gambar 4.2 Perkembangan Inflasi periode 2012-2016 ......................................68
Gambar 4.3 Perkembangan Kurs periode 2012-2016 ........................................69
Gambar 4.4 Perkembangan Financing to Deposit Ratio periode 2012-2016 ....70
Gambar 4.5 Perkembangan Non Performing Financing periode 2012-2016 ....71
Gambar 4.6 Perkembangan Dana Pihak Ketiga periode 2016-2016...................73
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.6 Hasil Uji IRF Inflasi ..........................................................................85
Grafik 4.7 Hasil Uji IRF Kurs ............................................................................86
Grafik 4.8 Hasil Uji IRF Financing to Deposit Ratio ........................................87
Grafik 4.9 Hasil Uji IRF Non Performing Financing ........................................88
Grafik 4.10 Hasil Uji IRF Dana Pihak Ketiga ...................................................89
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Variabel Penelitian .................................................................107
Lampiran 2 Hasil Uji Penelitian VAR/VECM ..................................................109
1. Uji Stasioneritas ....................................................................................109
2. Uji Lag Optimal .....................................................................................113
3. Uji Stabilitas VAR ..................................................................................113
4. Uji Kointegrasi ........................................................................................114
5. Uji Kausalitas Granger ............................................................................115
6. Uji Estimasi VECM ................................................................................116
7. Uji Impulse Response Function (IRF).....................................................118
8. Uji Variance Error Decomposition (FEVD)...........................................119
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang aktif
menjalankan kemajuan pada sektor ekonomi. Salah satu sektor ekonomi
adalah sektor kontruksi. Pengembangan sektor kontruksi memiliki peran
dalam pembangunan infrastruktur untuk penyediaan sarana dan prasarana.
Saat ini pembangunan sarana prasarana sedang marak dijalankan dan tidak
luput dari kerjasama dengan perusahaan sektor kontruksi. Perbankan syariah
juga terlibat sebagai penyedia modal dalam bentuk pembiayaan.
Pentingnya kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas peredaran
uang, jangan terlalu banyak dan jangan terlalu sedikit. Stabilitas uang
beredar berarti stabilitas ekonomi. Menjaga stabilitas ekonomi untuk
kebijakan moneter salah satunya adalah nilai tukar rupiah, nilai tukar rupiah
merupakan salah satu tanggung jawab Otoritas Moneter (Bank Indonesia)
karena bersama dengan stabilitas harga dan laju inflasi yang terkontrol
merupakan dua prasyarat penting bagi pencapaian kelangsungan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas perekonomian nasional. Besarnya
kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan ke masyarakat
merupakan komponen penting dari peningkatan suplai uang di dalam
ekonomi (Tambunan, 2012).
2
Menurut data Badan Pusat Statistika (BPS) 2012, sektor konstruksi
di Indonesia memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) yaitu sebesar 861 triliun rupiah pada tahun 2012. Sektor konstruksi
menyumbangkan 10,45 persen terhadap total PDB seluruh sektor yang
berjumlah 8.242 triliun rupiah.
Kusumawati (2013) mengemukakan, penyelenggaraan konstruksi
dan infrastruktur Indonesia perlu adanya perbaikan dan dikembangkan
untuk menghadapi persaingan dengan negara asing. Dengan adanya
program Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 dan Master Plan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2025, dimana
persaingan akan semakin bebas. Hal ini penting dilakukan mengingat
komitmen Indonesia dalam ASEAN Framework Agreement on Services
(AFAS) yang menitikberatkan pada kesiapan sektor jasa, seperti
infrastruktur dan konstruksi. Pencapaian kondisi pembangunan sektor
konstruksi yang optimal memerlukan kontribusi serta dukungan dari
seluruh masyarakat Indonesia beserta seluruh aspek kelembagaan. Salah
satunya lembaga keuangan khususnya perbankan maupun perbankan
syariah yang sangat diperlukan untuk membantu akses permodalan dalam
mendukung penyelenggaraan kegiatan konstruksi melalui penyaluran kredit
atau pembiayaan.
Perbankan syariah merupakan lembaga keuangan yang bergerak
sebagai lembaga intermediaries dimana sebagai perantara antara pihak yang
mempunyai dana dan pihak yang membutuhkan dana. Di indonesia, industri
3
perbankan syariah di prediksi masih akan berkembang dengan tingkat
pertumbuhan yang cukup tinggi dari lembaga keuangan syariah. Perbankan
syariah menerapkan sistem profit loss sharing dan tidak menerapkan prinsip
bunga tetapi menerapkan prinsip bagi hasil. Jenis perbankan mulai
diperkenalkan semenjak tahun 1992 melalui munculnya peraturan Undang-
Undang (UU) No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah (PP) No.72 tahun
1992 dan disempurnakan dengan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah.
Menurut statistik Bank Indonesia, perkembangan dan pertumbuhan
perbankan syariah di Indonesia setiap tahunnya cukup memuaskan, yaitu
tumbuh antara 40-45 persen pertahun. Sampai dengan tahun 2014, sudah
ada 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 bank syariah dalam bentuk Unit
Usaha Syariah (UUS), dan 163 BPRS. Pada tahun 2016, sudah ada 13 Bank
Umum Syariah (BUS), 21 bank syariah dalam bentuk Unit Usaha Syariah
(UUS), dan 166 BPRS, di tahun 2016 jumlah bank syariah dalam bentuk
Unit Usaha Syariah (UUS) mengalami penurunan dikarenakan berubah
menjadi Bank Umum Syariah (BUS).
Tabel 1.1
Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia
Sumber: Data Statistik Perbankan Syariah 2016
Indikator 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
BUS 3 5 6 11 11 11 11 12 12 13
UUS 26 27 25 23 24 24 23 22 22 21
BPRS 114 131 138 150 155 158 160 163 164 166
4
Berdasarkan tabel 1.1, dapat dilihat perkembangan perbankan
syariah di Indonesia pada tahun 2007 sampai 2016 mengalami peningkatan
dimana jumlah BUS, UUS dan BPRS. Hal ini menunjukkan bahwa
perbankan syariah banyak diminati dan terus mengalami pertumbuhan baik
setiap tahunya.
Kegiatan operasional di perbankan syariah adalah penghimpunan
dana, penyaluran dana, dan jasa perbankan. Dalam penyaluran dana,
perbankan syariah sudah ikut menyumbangkan pembiayaan pada sektor
ekonomi di Indonesia. Salah satunya adalah pembiayaan sektor kontruksi.
Tabel 1.2
Pembiayaan Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha
Syariah (UUS) berdasarkan Sektor Ekonomi (dalam Miliar Rupiah)
Sumber: Data Statistik Perbankan Syariah tahun 2016 diolah
Berdasarkan tabel 1.2, dapat dilihat perkembangan pembiayaan
pada sektor ekonomi yang dilakukan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Sektor Ekonomi 2012 2013 2014 2015 2016
Pertanian, kehutanan,
dan sarana pertanian
2.809 3.165 5.679 7.950 8.531
Pertambangan 2.094 3.018 4.597 6.145 6.604
Perindustrian 5.008 6.029 13.300 17.982 19.745
Listrik, gas, dan air 3.159 4.663 5.492 6.427 8.117
Kontruksi 7.142 8.086 11.669 11.193 14.435
Perdagangan, restoran,
dan hotel
12.624 14.314 24.287 28.094 33.362
Pengangkutan,
pergudangan, dan
komunikasi
4.321 5.387 12.192 11.072 10.921
Jasa dunia usaha 37.150 47.598 66.810 67.715 75.848
Jasa sosial/masyarakat 7.878 12.085 11.022 10.883 11.442
Lain-lain 65.319 79.778 44.282 45.535 59.002
Total 147.505 184.122 199.330 212.996 248.007
5
syariah pada setiap sektornya memiliki peningkatan dan penurunan. Pada
pembiayaan sektor kontruksi cenderung mengalami peningkatan dari tahun
2012 sebesar 7.124 miliar menjadi 11.669 miliar pada tahun 2014. Pada
tahun 2015 pembiayaan sektor kontruksi mengalami penurunan menjadi
11.193 miliar.
Pada pembiayaan perbankan syariah, semakin meningkatnya jumlah
pembiayaan, maka kemungkinan risiko untuk mengalami pembiayaan
bermasalah semakin besar. Pembiayaan merupakan aktivitas utama bank
dalam hal untuk menyalurkan dananya dan untuk mendapatkan keuntungan
bagi bank. Oleh karena itu BUS dan UUS harus lebih berhati-hati untuk
mengalokasikan dananya dalam bentuk pembiayaan.
Dalam LM-FEB UI (2016), Pemerintah Indonesia juga mendirikan
BUMN dibawah koordinasi Kementerian Keuangan Republik Indonesia
yang bernama PT. Sarana Multi Infrastruktur (Persero). BUMN ini
dimaksudkan untuk menjadi katalis dalam percepatan pembangunan
infrastruktur nasional. Sumber dana berasal dari deposito (dana jangka
pendek dari bank), pasar modal, pemerintah, investor, dll.
Keterbatasan modal dan ketergantungan pada sumber pendanaan
yang berasal dari pemerintah mengakibatkan PT. SMI belum berperan
optimal dalam memenuhi kebutuhan infrastruktur mengakibatkan
pemerintah menciptakan pembiayaan pembangunan melalui skema
Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS). Namun, alternatif tersebut belum
6
sukses kaena terkendala beberapa hal seperti kurangnya minat investor
swasta untuk masuk ke proyek-proyek dan kurangnya kelembagaan dan
regulasi yang mengatur kerjasama antara pemerintah dan perusahaan
swasta (LM-FEB UI, 2016).
Maka dari itu, perusahaan swasta masih perlu melakukan
pembiayaan melalui Perbankan Syariah dikarenakan regulasi dan
pengawasan yang lebih jelas dibandingkan dengan skema Kerjasama
Pemerintah Swasta (KPS) yang dimiliki pemerintah.
Tabel 1.3
Pembiayaan Non-lancar (NPF) Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit
Usaha Syariah (UUS) berdasarkan Sektor Ekonomi
(dalam Miliar Rupiah)
Sumber: Data Statistik Perbankan Syariah 2016
Berdasarkan tabel 1.3, dapat dilihat perkembangan pembiayaan non-
lancar (NPF) yang terjadi pada sektor ekonomi Bank Umum Syariah dan
Sektor Ekonomi 2012 2013 2014 2015 2016
Pertanian,
kehutanan, dan
sarana pertanian
103 166 404 431 380
Pertambangan 57 21 439 422 578
Perindustrian 122 256 524 876 1.336
Listrik, gas, dan air 16 10 395 835 901
Kontruksi 280 405 854 576 507
Perdagangan,
restoran, dan hotel
548 604 1.536 2.229 2.222
Pengangkutan,
pergudangan, dan
komunikasi
341 317 837 515 565
Jasa dunia usaha 788 1286 1.889 1.296 2.024
Jasa
sosial/masyarakat
124 205 585 419 308
Lain-lain 889 1.559 1.519 1.649 1.477
Total 3.269 4.828 8.632 9.248 10.298
7
Unit Usaha syariah pada setiap sektornya memiliki peningkatan dan
penurunan. Pada pembiayaan non-lancar (NPF) sektor kontruksi cenderung
mengalami peningkatan dari tahun 2012 sebesar 280 miliar menjadi 854
miliar pada tahun 2014. Sedangkan pada tahun 2014 sampai dengan 2016
mengalami penurunan. Jumlah pendapatan non lancar pada pembiayaan
sektor kontruksi cenderung besar karena pembiayaan yang dilakukan pada
sektor kontruksi mengalami peningkatan.
Tabel 1.4
Jumlah Pembiayaan Sektor Konstruksi, Pembiayaan Total,
dan Persentase Rasio
Tahun Pembiayaan Sektor
Kontruksi (dlm
miliar)
Pembiayaan
Total (dlm miliar)
Persentase
Rasio (dlm
persen)
2012 75.659 1.448.461 5,15
2013 92.164 2.037.300 4,52
2014 117.868 2.297.667 5,13
2015 139.409 2.455.758 5,67
2016 135.297 2.690.801 5,02
Sumber: Data Statistik Perbankan Syariah 2016 diolah
Berdasarkan tabel 1.3 dapat dilihat pembiayaan perbankan syariah
yang disalurkan untuk sembilan sektor, salah satunya adalah sektor
kontruksi dimana pembiayaan sektor kontruksi merupakan objek penelitian.
Pada tabel 1.4 dapat dilihat, besarnya pembiayaan sektor kontruksi yang
disalurkan BUS dan UUS mengalami peningkatan yang signifikan dari
tahun 2012 sampai dengan 2015. Namun pada tahun 2016 pembiayaan
sektor kontruksi mengalami penurunan. Rasio pembiayaan sektor kontruksi
terhadap total pembiayaan mengalami fluktuatif, dimana pada tahun 2012
8
sampai dengan 2013 walaupun pembiayaan sektor kontruksi mengalami
peningkatan namun rasio nya mengalami penurunan. Pada tahun 2014
sampai dengan 2015 rasio nya mengalami peningkatan. Pada tahun 2016
penurunan pembiayaan sektor kontruksi diikuti dengan penurunan rasio
pembiayaan sektor kontruksi terhadap pembiayaan total.
Penelitian tentang faktor penentu pembiayaan perbankan syariah di
Indonesia dilakukan oleh Nugroho (2009) menggunakan metode
VAR/VECM. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jumlah
DPK, Laba per Aset (LPA), NPF, Kredit Bank Umum (KBU), Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia (SWBI), Jakarta Islamic Index (JII), IPI. Dari
penelitian tersebut, memberikan penjelasan bahwa penetu pembiayaan yang
terjadi pada perbankan syariah di dasarkan pada faktor internal dan
eksternal perbankan syariah dan penelitian yang dilakukan oleh
Adzimatinur (2014) menggunakan metode VAR/VECM. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu Tingkat Bagi Hasil (TBH), Dana Pihak
Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit
Ratio (FDR), Return on Asset (ROA), dan Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO). Dari penelitian tersebut, menjelaskan
bahwa penentu pembiayaan yang terjadi pada perbankan syariah didasarkan
pada faktor internal Perbankan Syariah.
9
Tabel 1.5
Faktor-faktor yang Memengaruhi
Sumber: Data Statistik Perbankan Syariah dan BI 2016
Berdasarkan tabel 1.5, menjelaskan bahwa pada faktor- faktor yang
memengaruhi mengalami peningkatan dan fluktuatif setiap tahunya. Pada
NPF dan DPK mengalami kenaikan setiap tahun. Sedangkan FDR, inflasi,
dan Kurs mengalami fluktatif.
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan
sektor kontruksi pada perbankan syariah di Indonesia pernah dilakukan
sebelumnya dan dihasilkan kesimpulan bahwa pembiayaan sektor kontruksi
dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal dan internal perbankan syariah.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mencoba meneliti lebih
lanjut penelitian diatas dengan judul “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Pembiayaan Sektor Kontruksi pada Perbankan Syariah di Indonesia
Periode 2012-2016”
TAHUN
Faktor-faktor
Financing
to Deposit
Ratio
Non
Performing
Financingsk
(dalam miliar)
Dana Pihak
Ketiga
(dalam
miliar)
Inflasi Nilai Tukar Mata
Uang (dalam
rupiah)
2012 100,00% 280 147.512 4,30% 9.654,89
2013 100,32% 405 183.534 8,38% 12.087,1
2014 91,50% 854 217.858 8,36% 12.438,29
2015 96,45% 576 231.175 3,35% 13.854,6
2016 91,34% 507 279.335 3,02% 13.417,67
10
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka muncul permasalahan
yang dapat di identifikasikan sebagai berikut :
1. Di indonesia sedang dilakukan pembangunan khususnya pembangunan
infrastruktur yang merupakan komponen dalam sektor kontruksi dimana
Bank syariah membantu akses permodalan melalui penyaluran
pembiayaan padahal sudah disediakan lembaga pembiayaan infrastruktur
milik pemerintah.
2. Masih adanya kesenjangan dari hasil penelitian terdahulu mengenai
pengaruh faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan sektor ekonomi.
C. Batasan Masalah
Agar bahasan penelitian ini tidak menyimpang dari yang diharapkan,
maka peneliti memberikan batasan permasalahan. Adapun batasan masalah
pada penelitian ini adalah :
1. Objek dalam penelitian ini hanya di fokuskan pada Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah di Indonesia.
2. Periode yang diambil dalam penelitian ini selama 5 tahun, yaitu 2012,
2013, 2014, 2015, dan 2016.
3. Faktor yang difokuskan dalam penelitian ini adalah inflasi, kurs, Financing
to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Finance Sektor Kontruksi
(NPFsk), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap Pembiayaan Sektor Kontruksi pada Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah di Indonesia.
11
D. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap pembiayaan sektor kontruksi
pada perbankan syariah di Indonesia periode 2012-2016?
2. Bagaimana pengaruh Kurs terhadap pembiayaan sektor kontruksi pada
perbankan syariah di Indonesia periode 2012-2016?
3. Bagaimana pengaruh Financing to Deposit Ratio terhadap pembiayaan
sektor kontruksi pada perbankan syariah di Indonesia 2012-2016?
4. Bagaimana pengaruh Non Performing Finance terhadap pembiayaan
sektor kontruksi pada perbankan syariah di Indonesia 2012-2016?
5. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap pembiayaan sektor
kontruksi pada Perbankan Syariah di Indonesia periode 2012-2016?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah diatas maka
tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat memengaruhi pembiayaan
sektor kontruksi pada Perbankan Syariah di Indonesia periode 2012-2016
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh adalah :
1. Bagi pihak perbankan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam mengkaji dan
pengambilan keputusan terkait dengan penyaluran pembiayaan.
12
2. Bagi pihak akademisi
Penilitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan
referensi bagi peneliti selanjutnya dalam mengkaji penyaluran
pembiayaan.
3. Bagi pihak masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan menginformasikan
kepada masyarakat apabila ingin melakukan lebih lanjut mengenaik
penyaluran pembiayaan.
13
BAB II
Landasan Teori
A. Landasan Teori
1. Perbankan Syariah
a. Bank Umum Syariah
Menurut UU No. 21 Tahun 2008, Bank Umum Syariah adalah Bank
Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Bank Umum Syariah dapat melakukan penawaran umum efek
melalui pasar modal sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah
dan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Kegiatan usaha Bank Umum Syariah meliputi:
1) Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan,
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad
wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah
2) Menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito,
Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah
3) Menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad
mudharabah, Akad musyarakah, atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah
4) Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad
14
salam, Akad istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah
5) Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain
yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah
6) Menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak
bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli
dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah
7) Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau
Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah
8) Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah
9) Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga
pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan
Prinsip Syariah, antara lain, seperti Akad ijarah, musyarakah,
mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah
10) Membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang
diterbitkan oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia
11) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antar pihak ketiga
berdasarkan Prinsip Syariah
12) Melakukan Penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan
suatu Akad yang berdasarkan Prinsip Syariah
15
13) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
berdasarkan Prinsip Syariah
14) Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah
15) Melakukan fungsi sebagai Wali Amanat berdasarkan Akad wakalah
16) Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan
Prinsip Syariah
17) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan
dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah
dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BUS dapat berusaha menjadi bank devisa dan bank non devisa. Bank
devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau
yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan seperti
transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, pembukaan letter of credit, dan
sebagainya (Soemitra, 2014).
b. Unit Usaha Syariah
Menurut UU No. 21 Tahun 2008, Unit Usaha Syariah, yang
selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum
Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit
kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi
sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit
16
syariah. UUS dapat menjadi Bank Umum Syariah tersendiri setelah
mendapat izin dari Bank Indonesia.
Kegiatan usaha UUS meliputi:
1) Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan,
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad
wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah
2) Menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito,
Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah
3) Menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad
mudharabah, Akad musyarakah, atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah
4) Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad
salam, Akad istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah
5) Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain
yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah
6) Menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak
bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli
dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariahmelakukan pengambilalihan utang
17
berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain yang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah
7) Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah
8) Membeli dan menjual surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan
atas dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara lain,
seperti Akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah,
atau hawalah
9) Membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang
diterbitkan oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia.
10) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga
berdasarkan Prinsip Syariah
11) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
berdasarkan Prinsip Syariah
12) Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah
13) Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan
Prinsip Syariah
14) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan
dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
18
2. Pembiayaan
a. Pengertian Pembiayaan
Aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dana kepada pihak lain
selain bank berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana dalam bentuk
pembiayaan berdasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik
dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada penerima
dana, bahwa dana dalam bentuk pembiayaan yang diberikan pasti akan
terbayar. Penerima pembiayaan mendapat kepercayaan dari pemberi
pembiayaan, sehingga penerima pembiayaan berkewajiban untuk
mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya sesuai dengan
jangka waktu yang telah diperjanjikan dalam akad pembiayaan
(Ismail,2011)
Menurut UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berupa:
1) Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
2) Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli
dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik
3) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan
istishna’
4) Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh
5) Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk
transaksi multijasa
19
Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah
dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau
bagi hasil.
b. Fungsi pembiayaan
Pembiayaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
perekonomian. Secara garis besar fungsi pembiayaan di dalam
perekonomian, perdagangan, dan keuangan dapat dikemukakan sebagai
berikut :
1) Pembiayaan Dapat Meningkatkan Utility (daya guna) dari
Modal
2) Pembiayaan Meningkatkan Utility (daya guna) Suatu Barang
3) Pembiayaan Menimbulkan Kegairahan Berusaha
Masyarakat
4) Pembiayaan Sebagai Alat Stabilitas Ekonomi
c. Tujuan Pembiayaan
Dalam membahas tujuan pembiayaan , mencakup ruang lingkup
yang luas pada dasarnya terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari
pembiayaan yaitu (Rivai dan veitzhal, 2008) :
1) Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari
pembiayaan berupa keuntungan yang di raih dari bagi hasil yang
diperoleh dari hasil usaha yang dikelola bersama nasabah. Oleh
20
karena itu, bank hanya akan menyalurkan pembiayaan kepada usaha-
usaha nasabah yang diyakini mampu dan mau mengembalikan
pembiayaan yang telah diterimanya. Dalam faktor kemampuan dan
kemauan ini tersimpul unsur keamanan (safety) dan sekaligus juga
keuntungan (profitability) dari suatu pembiayaan sehingga kedua
unsur tersebut saling berkaitan. Dengan demikian, keuntungan
merupakan tujuan dari pemberi pembiayaan yang terjelma dalam
bentuk hasil yang diterima.
2) Safety, keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan
harus benar- benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat
benar-benar tercapai tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena
itu, dengan keamanan ini dimaksudkan agar prestasi yang
diberikan dalam bentuk modal, barang atau jasa itu betul-betul
terjamin pengembaliannya sehingga keuntungan (profitability)
yang diharapkan dapat menjadi kenyataan.
Menurut (Karim, 2010), Dalam menyalurkan dananya pada
nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi
kedalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan
penggunaannya, yaitu:
a) Pembiayaan dengan prinsip jual-beli
b) Pembiayaan dengan prinsip sewa
c) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
d) Pembiayaan dengan akad pelengkap
21
Pada kategori pertama dan kedua, tingkat keuntungan
banyak ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas barang
atau jasa yang dijual. Produk yang termasuk dalam kategori ini
adalah produk yang menggunakan prinsip jual-beli murabahah,
salam, dan istishna serta produk yang menggunakan prinsip sewa
atau ijarah. Sedangkan pada kategori ketiga, tingkat keuntungan
bank ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati di muka.
Produk perbankan yang masuk ke dalam kelompok ini adalah
musyarakah dan mudharabah.
Pada kategori ketiga, tingkat keuntungan bank ditentukan
dari besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil.
Pada produk bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil
yang disepakati di muka. Produk perbankan yang termasuk ke dalam
kelompok ini adalah musyarakah dan mudharabah. Sedangkan
pembiayaan dengan akad pelengkap ditujukan untuk memperlancar
pembiayaan dengan menggunakan tiga prinsip di atas.
d. Pembiayaan berdasarkan Akad
A. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli
Karim (2010) menyatakan, prinsip jual beli dilaksanakan
sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau
benda (transfer property). Tingkat keuntungan bank ditentukan di
depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual.
22
Transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk
pembayaranya dan waktu penyerahan barangnya, yakni sebagai
berikut (Karim, 2010) :
1. Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah transaksi jual beli dimana pihak
bankmenyebut jumlah keuntungan. Bank bertindak sebagai penjual,
sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli
bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin).
Gambar 2.1
Skema Pembiayaan Murabahah
2. Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang
diperjual belikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan
secara tangguh sementara pembayaran dilakukan runai. Bank
bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual.
Sekilas transi ini mirip jual beli ijon, namun dalam transaksi ini
SUPPLIER
BANK
NASABAH
1. Supplier menjual secara tunai
2. Bank membeli secara tunai
3. Menjual secara cicilan
4. membayar secara cicilan plus keuntungan
23
kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus
ditentukan secara pasti.
Gambar 2.2
Skema Pembiayaan Salam (Antonio, 2001)
3. Pembiayaan Istishna
Produk istishna menyerupai produk salam, tapi dalam
istishna pembayaranya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa
kali (termin) pembayaran. Skema istishna dalam bank syariah
umumnya di aplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan
kontruksi.
Gambar 2.3
Skema Pembiayaan Istishna (Antonio, 2001)
Nasabah
Penjual
Pembeli
Bank
4. kirim barang
Nasabah
Penjual
Pembeli
Bank
4. kirim barang
24
B. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi
pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi
perbedaanya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli
objek transaksinya adalah barang pada ijarah objek transaksinya
adalah jasa.
Pada masa akhir sewa, bank dapat saja menjual barang yang
disewakanya kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah
dikenal ijarah muntahhiyah bittamlik (sewa yang diikuti dengan
berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati
pada awal perjanjian.
Gambar 2.4
Skema Pembiayaan Ijarah Muntahhiyah Bittamlik (Antonio,2001)
Penjual
Objek sewa
Nasabah
Bank
A. Milik
B. Milik
25
C. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil
1. Pembiayaan Musyarakah
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah
(syirkah). Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para
pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka
miliki secara bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan
dua pihak atau lebih dimana mereka secara bersama-sama
memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud
maupun tidak berwujud.
Gambar 2.5
Skema Pembiayaan Musyarakah
2. Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerjasama anatara dua belah
pihak dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan
sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu
perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan
Nasabah
( pemilik dana dan
pelaksana usaha)
Usaha
Bank
(Pemilik dana)
Bagi hasil
usaha
Dana
Musyarakah
26
kerjasama dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari shahibul
maal dan keahlian dari mudharib
Gambar 2.6
Skema Pembiayaan Mudharabah
e. Jenis-jenis Pembiayaan Bank Syariah
Menurut sifat penggunaanya, pembiayaan dapat dapat dibagi
menjadi dua hal yaitu (Antonio, 2001) :
1. Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk
peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun
investasi.
Menurut keperluanya, pembiayaan produktif dapat
dibagi dua hal berikut :
a) pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk
memenuhi kebutuhan peningkatan produksi secara
kuantitatif dan kualitatif, dan untuk keperluan perdagangan
atau peningkatan utility of place dari suatu barang.
Bank
(Pemilik dana)
Bank
(Pemilik dana) Dana
Mudharabah
Bagi hasil
usaha
27
b) pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan untuk memenuhi
barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas yang
erat kaitanya dengan itu.
2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan
untuk memenuhi kebutuhan.
3. Sektor Kontruksi di Indonesia
Kontruksi adalah suatu kegiatan yang hasil akhirnya berupa
bangunan atau kontruksi yang menyatu dengan lahan tempat
kedudukanya. Kegiatan kontruksi melitputi perencanaan, persiapan,
pembuatan, pembongkaran, dan perbaikan/perombakan bangunan
(Badan Pusat Statistika 2015).
(Helmi, Sigit, dan Widiarno, 2008) mengemukakan, sektor
kontruksi di Indonesia adalah salah satu pilar utama bagi pembagunan
bangsa dan perekonomian. Di era globalisasi ini, sektor kontruksi
menghadapi tantangan berat dalam isu pendorong. Pendorong seperti
pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi, kecepatan perubahan
dalam teknologi komunikasi dan informasi menghasilkan isu yang
memberikan dampak berbeda dalam masyarakat, perusahaan, dan pada
berbagai sektor publik dan pemerintah.
Sektor kontruksi terlibat dalam berbagai sektor pembangunan :
1. bendungan, kanal, dan pekerjaan pembangkit tenaga air
2. jalan dan jalan kereta api
28
3. terowongan
4. jembatan
5. bangunan pantai
6. lapangan terbang
7. instalasi air bersih
8. industri bangunan (bangunan perkotaaan, sarana bangunan
komersial, sarana umum)
4. Pembiayaan Sektor Kontruksi Perbankan Syariah
Pembiayaan sektor kontruksi di Indonesia termasuk ke dalam
pembiayaan produktif yaitu pembiayaan investasi. Dimana pembiayaan
kontruksi digunakan untuk memodali pembangunan infrastruktur di
Indonesia.
Dalam perbankan konvensional, perhitungan kredit modal kerja
kontruksi (Plafond KMK Kontruksi) dapat dijabarkan sebagai berikut :
T = Termin pertama ( max 65%)
NP = Nilai Proyek ( Nilai awal/ Nilai Sisa Proyek)
P = Pajak ( Ppn 10%)
UM = Uang Muka Proyek (tergantung ketentuan umum
kontrak)
Antonio (2001) menyatakan, pada umumnya, pembiayaan investasi
diberikan dalam jumlah besar dan pengedapanya cukup lama. Oleh
(T ( NP - P – K) – ( % UM x NP ) )
29
karena itu, perlu disusun proyeksi arus kas (projected cash flow) yang
mencakup semua komponen biaya dan pendapatan sehingga akan dapat
diketahui berapa dana yang tersedia setelah semua kewajiban terpenuhi.
Setelah itu, barulah disusun jadwal amortisasi yang merupakan angsuran
pembiayaan. Pembiayaan investasi bank syariah biasanya menggunakan
skema musyarakah mutanaqishah.
Kusumawati (2013) mengemukakan bahwa, terdapat empat akad
utama yang mendasari pembiayaan sektor konstruksi pada perbankan
syariah yaitu akad Murabahah, Musyarakah, Mudharabah, Isthisna dan
Qard. Menurut data Statistik Perbankan Syariah pada Desember 2012,
pembiayaan sektor konstruksi dilihat dari sisi akad yang mendasari
didominasi oleh akad Murabahah yaitu sebesar 3.689 Miliar Rupiah,
kemudian diikuti oleh akad Musyarakah sebesar 3.209 Miliar Rupiah,
akad Mudharabah sebesar 201,8 Miliar Rupiah, akad Isthisna sebesar
34,71 Miliar Rupiah dan akad Qard yaitu sebesar 6,5 Miliar Rupiah.
5. Inflasi
Sukirno (2002) mengemukakan, Dalam berbagai literatur
disebutkan bahwa inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga secara
umum secara terus menerus dari suatu perekonomian. Inflasi adalah
gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan
berlangsung secara terus menerus. Inflasi yang berarti kenaikan harga
barang dan jasa terjadi karena permintaan pasar bertambah lebih besar
dibandingkan dengan penawaran barang di pasar. Dengan kata lain
30
terlalu banyak uang yang memburu barang terlalu sedikit. Secara umum
inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari
barang/komoditas dan jasa selama satu periode waktu tertentu. Inflasi
dapat dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan
nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu komoditas .
Inflasi diukur dengan tingkat inflasi (rate of inflation) yaitu tingkat
perubahan tingkat harga secara umum. Persamaanya adalah sebagai
berikut (Karim,2008) :
Dalam Karim (2008), menurut Paul A. Samuelson, seperti sebuah
penyakit, inflasi dapat digolongkan menurut tingkat keparahanya, yaitu
sebagai berikut :
1) Modern Inflation: karakteristiknya adalah kenaikan
tingkat harga yang lambat. Umumnya disebut sebagai
‘inflasi satu digit’
2) Galloping inflation: inflasi pada tingkat ini terjadi pada
tingkatan 20% sampai dengan 200% pertahun.
3) Hyper inflation: inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan
yang sangat tinggi yaitu jutaan sampai triliyunan persen
per tahun.
Selain itu,inflasi dapat digolongkan karena penyebab-
penyebabnya yaitu sebagai berikut :
Rate Of Inflation = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎𝑡−𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎𝑡−1
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎𝑡−1x100%
31
1) Natural Inflation dan Human Error Inflation: terjadi
karena sebab-sebab alamiah yang manusia tidak
mempunyai kekuasaan dalam mencegahnya. Sedangkan
human error inflation adalah inflasi yang terjadi karena
kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia itu
sendiri.
2) Actual/Anticipated/Expected Inflation dan Unanticipated
/Unexpected Inflation: pada expected inflation tingkat
suku bunga pinjaman riil akan sama dengan tingkat suku
bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi. Sedangkan
pada unexpected inflation tingkat suku bunga pinjaman
nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi
terhadap efek inflasi.
3) Demand Pull dan Cost Push Inflation: demand pull
inflation diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang
terjadi pada sisi permintaan agregat dari barang dan jasa
pada suatu perekonomian. Cost push inflation adalah
inflasi yang terjadi karena adanya perubahan-perubahan
pada sisi penawaran agregat barang dan jasa pada suatu
perekonomian.
4) Spiralling Inflation: inflasi yang diakibatkan oleh inflasi
yang terjadi sebelumnya yang mana inflasi yang
sebelumnya itu terjadi sebagai akibat dari ifnlasi yang
32
terjadi sebelumnya lagi dan begitu seterusnya.
5) Imported Inflation dan Domestic Inflation: imported
inflation bisa dikatakan adalah inflasi di negara lain yang
ikut dialami oleh suatu negara karena harus menjadi price
taker dalam pasar perdagangan internasional. Domestic
inflation bisa dikatakan inflasi yang hanya terjadi di
dalam negeri suatu negara yang tidak begitu
mempengaruhi negara-negara lainya.
6. Nilai Tukar Mata Uang/Kurs
Exchange Rate (nilai tukar uang) atau kurs mata uang adalah
catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga
mata uang domestic (domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu harga
mata uang domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar uang
merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata
uang yang lainya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain
transaksi perdagangan internasional, turisme, investasi internasional, dll
(Karim, 2008).
Menurut Mishkin (2011), harga dari satu mata uang dalam mata
uang yang lain disebut sebagai kurs. Kurs memengaruhi perekonomian
dan kehidupan kita sehari-hari karena ketika dollar AS menjadi lebih
berharga relatif terhadap mata uang asing, barang-barang luar negeri
menjadi lebih murah untuk orang amerika dan barang-barang amerika
menjadi lebih mahal. Begitu juga sebaliknya.
33
Ada dua macam transaksi kurs :
1. Transaksi spot/ tunai (spot transaction) meliputi pertukaran segera
(dua hari) dan deposito bank. Kurs spot (spot exchange rate) adalah
kurs untuk transaksi spot.
2. Transaksi forward (forward transaction) meliputi pertukaran
deposito bank untuk beberapa waktu ke depan yang ditentukan. Kurs
forward (forward exchange rate) adalah kurs untuk transaksi
forward.
Kebijakan moneter setiap negara pasti berbeda, sehingga antara
negara yang satu dengan negara lainya tidaklah menerapkan sistem kurs
yang sama. Sistem kurs terdiri dari (Hasibuan, 2002) :
a. Sistem Kurs Tetap
Sistem kurs tetap atau fixed exchange rate system merupakan suatu
sistem kurs apabila kurs yang diberlakukan adalah tetap antara uang
suatu negara terhadap mata uang negara asing, misalnya Dolar
Amerika (USD)
b. Sistem kurs megambang
Sistem kurs megambang atau floating exchange rate merupakan
kurs atau harga valuta asing yang terbentuk atas dasar kemampuan
pasar, karena dibiarkan bebas.
c. Sistem kurs mengambang terkendali
34
Sistem kurs mengambang terkendali atau managed floating
exchange rate system merupakan suatu sistem kurs yang dibiarkan
mengambang terhadap mata uang basing lainya, setelah nilai
tukarnya terhadap mata uang asing (misal USD) ditetapkan terlebih
dahulu.
7. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio merupakan rasio pembiayaan syariah
terhadap total DPK pada perbankan syariah di Indonesia. FDR
menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan
pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin besar
pemberian yang disalurkan bank maka pendapatan yang diperoleh bank
akan naik.
Menurut Muhammad (2014), FDR adalah perbandingan anatara
pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang
berhasil dikerahkan oleh bank. Rasio ini dipergunakan untuk mengukur
samapai sejauh mana dana pinjaman yang bersumber dari dana pihak
ketiga. Tinggi rendahnya rasio ini menunjukkan tingkat likuiditas bank
tersebut. Sehingga semakin tinggi angka FDR suatu bank, berarti
digambarkan sebagai bank yang kurang likuid dibanding dengan bank
yang mempunyai angka rasio lebih kecil.
35
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.26/5/BPPP tanggal
29 Mei 1993, besarnya Financing to Deposit Ratio yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia tidak boleh melebihi 110%, yang berarti bank boleh
memberikan kredit atau pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketiga
yang berhasil dihimpun asal tidak melebihi 110%. Rumus untuk
mengukur tingkat FDR yaitu :
Menurut Dendawijaya (2009), batas maksimum untuk Financing
to Deposit Ratio adalah sebesar 110%, dimana apabila melebihi batas
tersebut berarti likuiditas bank sudah termasuk kategori buruk, sebagian
praktisi perbankan menyepakati batas aman dari FDR adalah sebesar
80% dengan batas toleransi antara 85% - 100%.
Jika angka rasio Financing to Deposit Ratio suatu bank berada
pada angka dibawah 80% (misalkan 60%), maka dapat disimpulkan
bahwa bank tersebut hanya dapat menyalurkan sebesar 60% dari seluruh
dana yang dihimpun. Karena fungsi utama bank adalah sebagai
intermediasi (perantara) antara pihak yang memiliki kelebihan dana
dengan pihak yang kekurangan dana, maka dengan rasio Financing to
Deposit Ratio 60% berarti 40% dari seluruh dana yang dihimpun tidak
disalurkan kepada pihak yang membutuhkan, sehingga dapat dikatakan
bahwa bank tersebut tidak menjalankan fungsinya dengan baik. Namun,
apabila rasio FDR bank mencapai lebih dari 110%, berarti total
pembiayaan yang disalurkan oleh bank tersebut melebihi dana yang
FDR = Pembiayaan Yang Disalurkan
Dana Pihak Ketigax100%
36
dihimpun oleh bank tersebut, dikarenakan dana yang dihimpun dari
masyarakat jumlahnya sedikit. Oleh karena itu, bank dalam hal ini juga
dapat dikatakan tidak menjalankan fungsinya intermediasi dengan baik.
Semakin tinggi Financing to Deposit Ratio menunjukkan semakin
kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan pembiayaan. Apabila
rasio Financing to Deposit Ratio bank berada pada standar yang telah
ditentukan, maka keuntungan yang diperoleh bank tersebut akan
meningkat (Yuliany, 2014).
8. Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Finance (NPF) merupakan persentase jumlah
pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan perbankan syariah.
Besaran rasio Non Performing Financing / Non Performing Loan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia berdasarkan Peraturan BI Nomor
15/2/PBI/2013 adalah maksimal 5%. Jika melebihi 5% maka akan
mempengaruhi tingkat kesehatan bank yang bersangkutan. Berikut
merupakan rumus untuk mengukur tingkat Non Performing Financing
(Djamil, 2012) :
Bila risiko pembiayaan bermasalah meningkat, margin/bunga
kredit akan meningkat pula. Sementara itu, dalam ekonomi islam sektor
perbankan tidak mengenal instrument bunga, sistem keuangan islam
NPF = Pembiayaan Bermasalah
Total Pembiayaanx100%
37
menetapkan sistem pembagian keuntungan dan kerugian bukan kepada
tingkat bunga yang telah menetapkan tingkat keuntungan dimuka.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No 9/24/DPbS tanggal 30
Oktober 2007, Kriteria penilaian peringkat Non Performing Financing
(NPF) adalah sebagai berikut :
1) Peringkat 1, Nilai NPF <2%, Predikat Sangat Baik
2) Peringkat 2, Nilai 2% < NPF< 5%, Predikat Baik
3) Peringkat 3, Nilai 5% < NPF< 8%, Predikat Cukup Baik
4) Peringkat 4, Nilai 8% < NPF< 12%, Predikat Kurang Baik
5) Peringkat 5 NPF > 12%, Predikat Tidak Baik
Dari perspektif bank, terjadinya kredit bermasalah disebabkan
oleh berbagai faktor yang dapat dibedakan sebagai berikut (Siamat,
2004) :
1. Faktor Internal
Faktor internal kredit bermasalah berhubungan dengan
kebijakan dan strategi yang ditempuh pihak bank
a. Kebijakan perkreditan yang ekspansif
Bank yang memiliki kelebihan dana sering
menetapkan kebijakan perkreditan yang terlalu ekspansif
yang melebihi pertumbuhan kredit secara wajar yaitu dengan
menetapkan sejumlah target kredit yang harus dicapai untuk
kurun waktu tertentu cenderung pejabat kredit menempuh
38
langkah-langkah yang lebih agresif dalam penyaluran kredit
sehingga mengakibatkan tidak lagi selektif dalam memilih
calon debitur dan kurang menetapkan prinsip-prinsip
perkreditan yang sehat dalam menilai permohonan kredit
sebagaimana seharusnya.
b. Penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan
Pejabat bank sering tidak mengikuti dan kurang
disiplin dalam menerapkan prosedur perkreditan sesuai
dengan pedoman dan tata cara dalam suatu bank. Hal yang
sering terjadi bank tidak mewajibkan calon debitur membuat
studi kelayakan dan menyampaikan dan menyampaikan data
keuangan yang lengkap. Penyimpangan sistem dan prosedur
perkreditan tersebut bisa disebabkan karena jumlah dan
kualitas sumber daya manusia, khususnya yang menangani
masalah perkreditan belum memadai. Di samping itu salah
satu penyebab timbulnya kredit bermasalah tersebut dari sisi
intern bank adalah adanya pihak dalam bank yang sangat
dominan dalam pemutusan kredit atau pembiayaan.
c. Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit
Untuk mengukur kelemahan sistem administrasi dan
pengawasan kredit bank dapat dilihat dari dokumen kredit
yang seharusnya diminta dari debitur tapi tidak dilakukan
oleh bank berkas perkreditan tidak lengkap dan tidak teratur,
39
pemantauan terhadap usaha debitur tidak dilakukan secara
rutin, termasuk peninjauan langsung pada lokasi usaha
debitur secara periodic. Lemahnya sistem administrasi dan
pengawasan tersebut menyebabkan kredit yang secara
potensial akan mengalami masalah tidak dapat dilacak
secara dini sehingga bank terlambat melakukan langkah-
langkah pencegahan.
d. Lemahnya informasi kredit
Sistem informasi yang tidak berjalan sebagaimana
seharusnya akan memperlemah keakuratan pelaporan bank
yang pada gilirannya sulit melakukan deteksi dini. Hal
tersebut dapat menyebabkan terlambatnya pengambilan
langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah
terjadinya kredit bermasalah
e. Itikad kurang baik dari pihak bank
Pemilik atau pengurus bank seringkali
memanfaatkan keberadaan banknya untuk kepentingan
kelompok bisnisnya dengan sengaja melanggar ketentuan
kehati-hatian perbankan terutama legal lending limit.
Skenario lain adalah pemilik atau pengurus bank
memberikan kredit kepada debitur yang sebenarnya fiktif.
Padahal kredit tersebut digunakan untuk tujuan lain.
Skenario ini sering terjadi karena adanya kerja sama antara
40
pemilik dan pengurus bank yang memiliki itikad kurang
baik.
2. Faktor Ekstenal
Faktor eksternal ini sangat terkait dengan kegiatan usaha
debitur yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah antara
lain terdiri dari:
a. Penurunan kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga
kredit
Penurunan kegiatan ekonomi dapat disebabkan oleh
adanya kebijakan penyejukan ekonomi atau akibat kebijakan
pengetatan uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang
menyebabkan tingkat bunga naik dan pada gilirannya debitur
tidak lagi mampu membayar cicilan pokok dan bunga kredit.
b. Pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat
oleh debitur
Dalam kondisi persaingan yang tajam, sering bank
menjadi tidak rasional dalam pemberian kredit dan akan
diperburuk dengan keterbatasan kemampuan teknis dan
pengalaman petugas bank dalam pengelolaan kredit.
c. Kegagalan usaha debitur
Kegagalan usaha debitur dapat terjadi karena sifat
usaha debitur yang sensitive terhadap pengaruh eksternal.
41
Misalnya kegagalan dalam pemasaran produk karena
perubahan harga pasar.
d. Debitur mengalami musibah
Musibah bisa saja dapat terjadi pada debitur,
misalnya meninggan dunia lokasi usahanya mengalami
kebakaran atau kerusakan sementara usaha debitur tidak
dilindungi dengan asuransi.
3. Loan Review
Loan review dimaksudkan untuk memperkecil kemungkinan
terjadinya kerugian akibat tidak dibayarnya kembali kredit yang
akhirnya harus dihapuskan dari pembukuan bank. Tingginya
persentase terjadinya kredit bermasalah pada suatu bank sangat
ditentukan oleh penilaian kredit oleh pejabat kredit. Penilaian
kredit yang baik berdasarkan prinsip-prinsip analisis kredit yang
sehat akan dapat meminimalkan timbulnya kredit bermasalah.
9. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dendawijaya (2009) menyatakan, Bank berugas memberikan
pelayanan kepada masyarakat dan bertindak selaku perantara bagi
keuangan masyarakat. Oleh karena itu, bank harus selalu berada di
tengah masyarakat agar arus uang dari masyarakat yang kelebihan dana
dapat ditampung dan disalurkan kembali kepada masyarakat.
Kepercayaan masyarakat akan keberadaan bank dan keyakinan
masyarakat bahwa bank menyelesaikan permasalahan keuangan
42
dengan sebaik-baiknya merupakan suatu keadaan yang diharapkan oleh
semua bank. Untuk itu, bank selalu berusaha memberikan pelayanan
(service) yang dapat memuaskan masyarakat.
Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat ternyata merupakan
sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai
80%-90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank). Dana masyarakat
terdiri atas beberapa jenis. Yaitu sbagai berikut :
a. Simpanan Giro (Demand Deposit)
Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang
penarikanya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
cek, bilyet giro, dan surat perintah pembayaran lainya atau
dengan cara pemindahbukuan.
Dalam pelaksanaanya, giro ditatausahakan oleh bank dalam
suatu rekening yang disebut ‘rekening koran’. Jenis rekening
giro ini dapat berupa :
a) Rekening atas nama perorangan
b) Rekening atas nama suatu badan usaha/lembaga
c) Rekening bersama/gabungan
Menurut (Siamat, 1993), sifat sumber dana ini dapat
dikategorikan sangat labil, karena pemegang rekening giro dapat
menarik dananya setiap saat tanpa ada pemberitahuan terlebih
43
dulu kepada bank. Jenis simpanan masyarakat ini tidak memiliki
jatuh tempo.
b. Simpanan Deposito (Time Deposit)
Deposito atau simpanan berjangka adalah simpanan pihak
ketiga pada bank yang penarikanya hanya dapat dilakukan dalam
jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian.
Menurut (Siamat, 1993), dilihat dari sudut biaya dana, dana
bank yang bersumber dari simpanan dalam bentuk deposito
merupakan dana yang relatif mahal dibandingkan dengan sumber
dana lainya, misalnya giro atau tabungan. Kelebihan sumber dana
ini adalah sifatnya yang dapat dikategorikan sebagai sumber dana
semi tetap, karena penarikanya dapat diperkirakan dengan
berdasarkan tanggal jatuh temponya sehingga tingkat fluktuasinya
dapat diantisipasi.
Dana deposito akan mengendap di bank karena para
pemegangnya tertarik dengan tingkat suku bunga yang ditawarkan
oleh bank dan adanya keyakinan bahwa pada saat jatuh tempo
dananya dapat ditarik kembali. Terdapat berbagai jenis deposito,
yakni :
a) Deposito Berjangka
b) Sertifikat Deposito
c) Deposit On Call
44
c. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)
Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang
penarikanya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat
tertentu. Program tabungan yang pernah diperkenankan
pemerintah sejak tahun 1971 adalah tabanas, taska, tappelpram,
tabungan ongkos naik haji, dan lain-lain.
Selain tiga macam bentuk dana pihak ketiga diatas, masih terdapat
beberapa macam dana pihak ketiga lainya yang diterima bank. Akan
tetapi, dana-dana ini sebagian besar berbentuk dana sementara, seperti
uang titipan, uang transfer, setoran jaminan L/C, garansi bank dalam
proses temder suatu proyek pembangunan, dan lain-lain. Jenis dana pihak
ketiga semacam ini sukar disusun perencanaanya dan bersifat sementara.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan referensi bagi peneliti dalam melakukan
penelitian ini. Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena
penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Untuk mendukung
materi dalam penelitian ini, maka peneliti telah meringkas beberapa penelitian
terdahulu yang terkait, diantaranya adalah sebagai berikut:
45
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Penelitian
Persamaan Perbedaan
1
Nida Nazaahah
Kusumawati
(2013)
“Analisis
pembiayaan
sektor kontruksi
pada perbankan
syariah di
Indonesia”
Pada penelitian ini Nida
Nazaahah Kusumawati:
• Menggunakan
variabel inpenden
FDR, Inflasi, NPF,
dan DPK tetapi NPF
yang dipakai oleh
peneliti NPF secara
keselurahan.
• Variabel dependen
Pembiayaaan Sektor
Kontruksi di
Indonesia
• Menggunakan
metode
VAR/VECM
Pada penelitian ini Nida
Nazaahah Kusumawati:
• Tidak menggunakan
variabel independen
nilai tukar mata
uang/kurs dan NPF
Pembiayaan sektor
kontruksi.
• Data yang digunakan
tahun 2006-2012
2
Zakiah Noor
Nasution
(2016)
“Faktor-faktor
yang
memengaruhi
pembiayaan
bermasalah sektor
kontruksi pada
Bank Umum
Syariah dan Unit
Usaha Syariah di
Indonesia periode
2012-2015”
Pada penelitian ini Zakiah
Noor Nasution:
• Menggunakan
variabel independen
FDR
Pada penelitian ini Zakiah
Noor Nasution :
• Tidak menggunakan
variabel independen
Inflasi, Kurs, dan DPK
• Menggunakan variabel
dependen Pembiayaan
bermasalah Sektor
Kontruksi
• Data yang digunakan
tahun 2012-2015
• Metode OLS
46
No.
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Penelitian
Persamaan Perbedaan
3 Anisa
Kurniasih
Fauziyah
(2015)
“Pengaruh
variabel makro
ekonomi terhadap
pembiayaan
bermasalah sektor
industri
manufaktur pada
perbankan
syariah periode
2009-2013”
Pada penelitian ini Anisa
Kurniasih :
• Menggunakan
variabel independen
Inflasi
• Variabel
dependennya
pembiayaan dalam
sektor ekonomi
Pada penelitian ini Anisa
Kurniasih :
• Tidak menggunakan
variabel independen
Kurs, FDR, NPF, dan
DPK
• Data yang digunakan
tahun 2009-2013
• Menggunakan metode
OLS
4
Fauziyah
Adzimatinur
(2014)
“Faktor-faktor
yang
memengaruhi
besaran
pembiayaan
perbankan
syariah di
Indonesia tahun
2010-2013”
Pada penilitian ini
Fauziyah Adzimatinur :
• Menggunakan
variabel independen
DPK, dan FDR
• Menggunakan
metode
VAR/VECM
Pada penelitian ini Fauziyah
Adzimatinur :
• Tidak memakai
variabel independen
Kurs, NPFsk, dan
Inflasi
• Variabel dependen nya
pembiayaan perbankan
syariah secara
keseluruhan
• Data yang digunakan
tahun 2010-2013
5 Irfan Syauqi
Beik dan
Winda Nur
Aprianti
(2012)
Analisis Faktor-
faktor yang
memengaruhi
pembiayaan Bank
Syariah untuk
sektor pertanian
di Indonesia
Pada penilitian ini Irfan
Syauqi Beik dan Winda
Nur Aprianti :
• Menggunakan
variabel independen
Inflasi, dan NPF
tetapi NPF yang
dipakai oleh peneliti
NPF secara
keselurahan.
• Variabel dependen
nya termasuk dalam
pembiayaan sektor
ekonomi
• Metode yang
digunakan
VAR/VECM
pada penelitian ini Irfan
Syauqi Beik dan Winda Nur
Aprianti :
• Tidak memakai
variabel independen
Kurs, FDR, NPF sektor
kontruksi, dan DPK
• Data yang digunakan
Juli 2004-Desember
2010
47
No
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Penelitian
Persamaan Perbedaan
6. Muhammad
Fakhri
Nugraha
(2014)
Analisis faktor-
faktor yang
memengaruhi
pembiayaan
perbankan
syariah pada
sektor jasa dunia
usaha di
Indonesia
Pada penelitian ini
Muhammad Fakhri
Nugraha :
• Menggunakan
variabel independen
Inflasi, FDR, NPF,
dan DPK tetapi
NPF yang dipakai
oleh peneliti NPF
sektor jasa dunia
usaha.
• Variabel dependen
nya termasuk dalam
pembiayaan sektor
ekonomi
pada penelitian ini
Muhammad Fakhri Nugraha :
• Tidak menggunakan
variabel independen
Kurs dan NPF sektor
kontruksi.
• Data penelitin tahun
2009-2013
• Menggunakan metode
OLS
7.
Suprihatin
(2017)
Pengaruh Kurs,
inflasi, Dana
Pihak Ketiga
(DPK), dan
Pendapatan Bank
terhadap
Pembiayaan pada
Bank Umum
Syariah Devisa
periode 2014-
2016
Pada penelitian ini
Suprihatin :
• Menggunakan
variabel independen
Kurs, Inflasi, dan
DPK
• Variabel dependen
nya Pembiayaan
pada perbankan
syariah
Pada penelitian ini Suprihatin :
• Tidak menggunakan
variabel independen
DPK dan NPF sektor
kontruksi.
• Data penelitian tahun
2014-2016
• Menggunakan metode
OLS
48
C. Keterkaitan Antar Variabel dan Pengembangan Hipotesis
1) Hubungan inflasi dengan Pembiayaan Sektor Kontruksi
(Sukirno, 2002) mengemukakan, Dalam berbagai literatur disebutkan
bahwa inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga secara umum secara
terus menerus dari suatu perekonomian. Inflasi disebabkan oleh berbagai
faktor antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya
likuiditas di pasar yang memicu konsumsi bahkan spekulasi, sampai
termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Penelitian
yang dilakukan Nugraha (2014) mengatakan bahwa inflasi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap Pembiayaan Sektor Jasa Dunia
Usaha. Berdasarkan penelitian Beik dan Winda (2013) inflasi tidak
NO
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Penelitian
Persamaan Perbedaan
8.
Eva Hardini
Fauziah (2016)
Pengaruh DPK,
CAR, inflasi,
nilai tukar rupiah,
dan tingkat bagi
hasil terhadap
komposisi
pembiayaan
mudharabah
Pada penelitian ini Eva
Hardini Fauziah :
• Menggunakan
variabel independen
Nilai Tukar Rupiah,
Inflasi, dan DPK
• Variabel dependen
nya Pembiayaan
pada perbankan
syariah
Pada penelitian ini Eva
Hardini Fauziah :
• Tidak menggunakan
variabel independen
FDR dan NPF sektor
Kontruksi
• Variabel dependen nya
Pembiayaan pada
perbankan syariah
BPRS
• Menggunakan metode
OLS
• Data penelitian Juni
2009- Juni 2015
49
berpengaruh signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang
terhadap Pembiayaan Sektor Pertanian. Berdasarkan penelitian
Kusumawati (2013) inflasi berpengaruh signifikan positif dalam jangka
panjang terhadap Pembiayaan Sektor Kontruksi di Indonesia.
Berdasarkan uraian penelitian diatas, peneliti mencoba merumuskan
hipotesis sebagai berikut :
H0 : Tidak terdapat pengaruh inflasi terhadap pembiayaan sektor
kontruksi pada perbankan syariah di Indonesia.
H1 : Terdapat pengaruh inflasi terhadap pembiayaan sektor kontruksi
pada perbankan syariah di Indonesia
2) Hubungan KURS terhadap Pembiayaan Sektor Kontruksi
Menurut Karim (2008), Exchange Rate (nilai tukar uang) atau kurs
mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign
currency) dalam harga mata uang domestic (domestic currency) atau
resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang asing.
Berdasarkan penelitian (Pratiwi, 2015), apabila kurs mengalami perubahan,
bank akan mendapatkan keuntungan, namun di sisi lain, perubahan kurs
juga akan mengakibatkan perlikau masyarakat berubah. Jika kurs mata uang
asing (USD) mengalami fluktuasi, hal ini akan membuat minat masyarakat
untuk memiliki valas terutama dolar AS semakin besar dan dimungkinkan
mereka akan mengurangi saving bahkan mereka akan mengambil sebagian
dana simpananya di bank. Sehingga bank akan mengalami kekurangan dana
50
dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Dengan demikian apabila kurs
semakin tinggi, maka penyaluran dana Bank Syariah akan semakin rendah.
Berdasarkan uraian penelitian diatas, peneliti mencoba merumuskan
hipotesis sebagai berikut :
H0 : Tidak terdapat pengaruh kurs terhadap pembiayaan sektor
kontruksi pada perbankan syariah di Indonesia.
H2 : Terdapat pengaruh kurs terhadap pembiayaan sektor kontruksi
pada perbankan syariah di Indonesia
3) Hubungan FDR terhadap Pembiayaan Sektor Kontruksi
FDR adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh
bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. Rasio
ini digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana dana pinjaman yang
bersumber dari dana pihak ketiga (Muhammad, 2005). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Nida (2013) mengemukakan bahwa variabel
FDR berpengaruh positif jangka pendek dan berpengaruh jangka panjang
terhadap pembiayaan sektor kontruksi. Berdasarkan penelitian Fauziyah
(2014) mengemukakan bahwa variabel FDR berpengaruh negatif jangka
panjang terhadap besaran pembiayaan perbankan syariah di Indonesia.
Berdasarkan uraian penelitian diatas, peneliti mencoba merumuskan
hipotesis sebagai berikut :
51
H0 : Tidak terdapat pengaruh FDR terhadap pembiayaan sektor
kontruksi pada perbankan syariah di Indonesia.
H3 : Terdapat pengaruh FDR terhadap pembiayaan sektor kontruksi
pada perbankan syariah di Indonesia
4) Hubungan NPFsk terhadap Pembiayaan Sektor Kontruksi
Non Performing Finance (NPF) merupakan persentase jumlah
pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan perbankan syariah.
Besaran rasio Non Performing Financing / Non Performing Loan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia berdasarkan Peraturan BI Nomor
15/2/PBI/2013 adalah maksimal 5%. Jika melebihi 5% maka akan
mempengaruhi tingkat kesehatan bank yang bersangkutan. NPFsk disini
berarti pembiayaan bermasalah pada sektor kontruksi. Berdasarkan
penelitian Irfan dan Winda (2013) NPFsp atau pembiayaan bermasalah
sektor pertanian tidak berpengaruh signifikan dalam jangka pendek maupun
jangka panjang terhadap pembiayaan sektor pertanian. Berdasarkan
penelitian Muhammad (2014) NPFjdu atau pembiayaan bermasalah Jasa
Dunia Usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan Jasa Dunia
Usaha.
Berdasarkan uraian penelitian diatas, peneliti mencoba merumuskan
hipotesis sebagai berikut :
H0 : Tidak terdapat pengaruh NPFsk terhadap pembiayaan sektor
kontruksi pada perbankan syariah di Indonesia.
52
H4 : Terdapat pengaruh NPFsk terhadap pembiayaan sektor kontruksi
pada perbankan syariah di Indonesia
5) Hubungan DPK terhadap Pembiayaan Sektor Kontruksi
Dana pihak ketiga (DPK) adalah dana yang ebrasal dari masyarakat
atau nasabah yang terdiri dari giro, tabungan, dan simpanan berjangka,
sertifikat deposito dan kewajiban segera lainya (Slamet, 2006). Dalam
penelitian Nida (2013) DPK berpengaruh signifikan jangka panjang secara
negatif terhadap pembiayaan sektor kontruksi. Berdasarkan penelitian Irfan
(2013) DPK berpengaruh signifikan jangka pendek dan jangka panjang
secara negatif terhadap pembiayaan sektor pertanian. Dalam penelitian
Muhammad (2014) DPK berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan
sektor Jasa Dunia Usaha.
Berdasarkan uraian penelitian diatas, peneliti mencoba merumuskan
hipotesis sebagai berikut :
H0 : Tidak terdapat pengaruh DPK terhadap pembiayaan sektor
kontruksi pada perbankan syariah di Indonesia.
H5 : Terdapat pengaruh DPK terhadap pembiayaan sektor kontruksi
pada perbankan syariah di Indonesia
53
D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian teori dan penelitian terdahulu ysng telah diuraikan
diatas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan pada
gambar 2.7 dibawah ini :
Gambar 2.7
Kerangka Pemikiran
Analisis dan Kesimpulan
1. Inflasi (INF)
2. Nilai Tukar Mata Uang/KURS (Kurs)
3. Financing to Deposit Ratio (FDR)
4. Non Performing Finance (NPF)
5. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Analisis faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan sektor kontruksi dengan Vector
Auto Regression (VAR/VECM)
Pengumpulan Data Time Series
Uji Stasioneritas Data
Tidak Stasioner
Impulse Response dan
Variance Decomposition
-Uji lag optimal
-Uji Kausalitas Granger
-Uji Stabilitas VAR
VAR pada first difference/ second difference
Stasioner
VAR pada Level
Terkointegrasi Tidak Terkointegrasi
VECM VAR
Uji Kointegrasi
54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Secara umum penelitian hanya mencakup Perbankan Syariah di
Indonesia yaitu Bank Unit Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS).
Dengan ruang lingkup waktu yang digunakan adalah dari tahun 2012 sampai
dengan tahun 2016. Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah penelitian
kausalitas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh
antara dua variabel atau lebih.
Penelitian ini bersifat kuntitatif dengan menggunakan data time series.
Penelitian ini menguji pengaruh inflasi, kurs, Financing to Deposit Ratio,
Non Performing Financing Sektor Kontruksi, dan Dana Pihak Ketiga.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat data
sekunder yang berupa deret waktu (time series) per bulan. Periode penelitian
dimulai dari Januari 2012 hingga Desember 2016. Rincian data yang
digunakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
55
Tabel 3.1 Variabel dan Sumber Data
No. Variabel Sumber Data
1. Total Pembiayaan Sektor Kontruksi Statistik Perbankan
Syariah Otoritas Jasa
Keuangan (SPS-OJK)
2. Total Inflasi Bank Indonesia (BI)
3. Total Kurs Bank Indonesia (BI)
4. Total Financing to Deposit Ratio
(FDR)
Statistik Perbankan
Syariah Otoritas Jasa
Keuangan (SPS-OJK)
5. Non Performing Financing Sektor
Kontruksi (NPFsk)
Statistik Perbankan
Syariah Otoritas Jasa
Keuangan (SPS-OJK)
6. Total Dana Pihak Ketiga (DPK) Statistik Perbankan
Syariah Otoritas Jasa
Keuangan (SPS-OJK)
C. Metode Penentuan Sampel
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum
Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) periode 2012-2016 yang ada
di Indonesia. Untuk pengambilan sampel metode yang digunakan adalah non
probability sampling yaitu metode pengambilan sampel yang tidak
memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data yang dilakukan dengan cara:
1. Studi Kepustakaan, yaitu memperoleh berbagai data dari literatur,
jurnal-jurnal yang dipublikasikan, laporan penelitian sebelumnya, serta
56
berbagai sumber lainnya yang dianggap mempunyai hubungan dengan
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.
2. Data sekunder, sumber data yang diperoleh peneliti dari laporan-
laporan yang terpercaya. Sumber data tersebut diperoleh dari Laporan
Statistik Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (SPS-OJK) dan
Laporan Bank Indonesia (BI) yang dipublikasikan secara resmi oleh
Otoritas Jasa Keungan (OJK) (www.ojk.go.id) dan Bank Indonesia (BI)
(www.bi.go.id).
E. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah analisis Vector
Autoregressive (VAR)/Vector Error Correction Model (VECM) dan
sebagai alat analisis adalah program Eviews 9.
(Ariefianto, 2012) Vector Autoregression adalah pengembangan
dari model ADL. VAR melonggarkan asumsi variabel yang ebrsifat eksogen
pada ADL. Dalam kerangka VAR, dimungkinkan untuk melakukan estimasi
terhadap serangkaian variabel yang diduga mengalami endogenitas.
VECM merestriksi hubungan jangka panjang variabel endogen
agar konvergen ke dalam hubungan kointegrasinya, namun tetap
memberikan keadaan dinamisasi jangka pendek. Istilah kointegrasi juga
dikenal sebagai error karena adanya deviasi terhadap keseimbangan jangka
panjang dikoreksi secara bertahap melalui series parsial penyusunan jangka
57
pendek, persamaan matematis standar VECM yang didapat dari model VAR
adalah sebagai berikut (Rusydiana, 2009) :
П dan Γ adalah adalah fungsi dari Ai, matriks П dapat
didekomposisi ke dalam 2 matriks berdimensi (n × r) α dan β: П = αβT,
dimana α disebut matriks penyesuian dan β sebagai vektor kointegrasi dan
r adalah rank kointegrasi. Hal ini dapat diuji dengan menggunakan uji akar
unit. Saat tidak bisa ditemukan akar unit maka metode ekonometrik
tradisional dapat diterapkan.
[ ∆𝐼𝑁𝐹𝐿𝐴𝑆𝐼∆𝐾𝑈𝑅𝑆∆𝐹𝐷𝑅
∆𝑁𝑃𝐹𝑠𝑘∆𝐷𝑃𝐾 ]
𝑖𝑡
=
[ 𝛼0
𝛼1
𝛼2
𝛼3
𝛼4
𝛼5]
+ ∑ 𝜏𝑖𝑡
𝑘
𝑡−1
[ ∆𝐼𝑁𝐹𝐿𝐴𝑆𝐼∆𝐾𝑈𝑅𝑆∆𝐹𝐷𝑅
∆𝑁𝑃𝐹𝑠𝑘∆𝐷𝑃𝐾 ]
𝑖𝑡
+ 𝜋
[ ∆𝐼𝑁𝐹𝐿𝐴𝑆𝐼∆𝐾𝑈𝑅𝑆∆𝐹𝐷𝑅
∆𝑁𝑃𝐹𝑠𝑘∆𝐷𝑃𝐾 ]
𝑖𝑡−1
+
[ 𝑣0
𝑣1
𝑣2
𝑣3
𝑣4
𝑣5]
Dimana:
𝛼0 = Intersep
𝛼1 − 𝛼5 = Koefisien variable
𝐼𝑁𝐹𝐿𝐴𝑆𝐼𝑖𝑡 = Inflasi (persen)
𝐾𝑈𝑅𝑆𝑖𝑡 = Nilai Tukar Mata Uang (rupiah)
𝐹𝐷𝑅𝑖𝑡 = Financing to Deposit Ratio (persen)
58
𝑁𝑃𝐹𝑠𝑘𝑖𝑡 = Non Performing Financing Sektor Kontruksi
(persen)
𝐷𝑃𝐾𝑖𝑡 = Dana Pihak Ketiga (rupiah)
𝑣0 − 𝑣5 = Error term
a. Uji Stasioneritas
Dalam mengestimasi sebuah model yang akan digunakan, langkah
awal yang dilakukan adalah uji stasioneritas data atau disebut dengan unit
root test. Nilai yang mengandung unit root atau non-stasioner, apabila
digunakan dalam perhitungan statistik pada model regresi sederhana, maka
kemungkinan besar estimasi akan gagal mencapai nilai yang sebenarnya
atau disebut sebagai spourious estimation (Gujarati, 2003).
b. Pemilihan Lag Optimum
Langkah yang selanjutnya adalah penentuan jumlah lag yang
optimal yang digunakan dalam model. Pengujian lag ini dilakukan dengan
memanfaatkan beberapa informasi dengan menggunakan Akaike
Information Criterion (AIC) dan Schwarz Information Criterion (SC).
Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan lag optimal yang akan
digunakan dalam mngestimasi model.
c. Uji Stabilitas VAR
Sebelum dilakukan analisis Impulse Response Function (IRF) dan
Forecasting Error Variance Decomposition (FEVD), sistem persamaan
VAR ini harus diuji terlebih dahulu stabilitasnya melalui VAR stability
59
condition check. Uji stabilitas VAR dilakukan dengan menghitung akar-
akar dari fungsi polinomial. Model VAR tersebut dikatakan stabil, apabila
semua akar dari fungsi polinomial tersebut berada di dalam unit circle atau
jika nilai absolutnya lebih kecil dari satu sehingga IRF dan FEVD yang
dilakukan dianggap valid (Juanda dan Junaidi, 2012).
d. Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi bertujuan untuk menentukan apakah variabel-
variabel yang tidak stasioner terkointegrasi atau tidak. Pengujian
kointegrasi dilakukan untuk memperoleh hubungan jangka panjang antar
variabel yang telah memenuhi persyaratan selama proses integrasi yaitu
dimana semua variabel telah stasioner pada derajat yang sama yaitu derajat
satu (1). Hubungan kointegrasi dalam sebuah sistem persamaan
menandakan bahwa dalam sistem tersebut terdapat error correction model
yang mengambarkan adanya dinamisasi dalam jangka pendek secara
konsisten dengan hubungan jangka panjangnya (Sukmana dan Yusoff,
2005).
Setelah dilakukan uji kointegrasi, maka nilai trace statistic dan
critical value akan diperbandingkan pada taraf nyata 5 persen. Jika trace
statistic lebih besar dari critical value sebesar 5 persen maka terdapat
kointegrasi dalam sistem persamaan. Setelah melalui uji kointegrasi dan
didapatkan bahwa persamaan terkointegrasi, maka dilanjutkan pada analisis
VECM yang akan menghasilkan analisis jangka panjang dalam persamaan
tersebut.
60
e. Uji Kausalitas Granger
Uji kausalitas Granger dilakukan untuk melihat hubungan
kausalitas antara variabel-variabel yang terdapat dalam model (Juanda dan
Junaidi, 2012). Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa perilaku peubah
ekonomi tidak hanya mempunyai hubungan satu arah, namun juga memiliki
hubungan dua arah.
Ariefianto (2012) mengemukakan Granger Causality/ kausalitas
granger adalah murni suatu konsep statistik. Dalam konsep ini X dikatakan
menyebabkan Y jika realisasi X terjadi lebih dahulu daripada Y dan realisasi
Y tidak terjadi mendahului realisasi X. Dengan demikian secara empiris Uji
granger kausalitas dapat dilaukan dengan menggunakan model VAR.
f. Uji Estimasi VECM
Restricted VAR atau disebut juga VECM yaitu bentuk dari VAR
yang terestriksi karena data tidak stasioner namun terkointegrasi
(Liembono, 2013). VECM digunakan untuk menghitung hubungan jangka
panjang dan jangka pendek antarvariabelnya. Hasil VECM dikatakan
memiliki pengaruh jika nilai t-statistik lebih besar dari pada nilai t-tabel,
maka hasil tersebut dapat diktakan terdapat hubungan jangka panjang atau
jangka pendek antar variabel.
g. Impulse Response Function (IRF) dan Forecasting Error
Variance Decomposition (FEVD)
Untuk memperdalam estimasi VECM, digunakan analisis Impluse
Response Function (IRF). Analisis IRF merupakan salah satu alat analisis
61
penting di dalam sistem VAR yang mampu menangkap respon dari variabel
endogen akibat adanya goncangan (shock).
Selain IRF, juga digunakan analisis Forecasting Error Variance
Decomposition (FEVD). Analisis ini digunakan untuk mengukur seberapa
besar pengaruh acak guncangan dari variabel tertentu terhadap variabel
endogen. Dengan metode ini dapat diketahui kekuatan dan kelebihan
masing-masing variabel dalam memengaruhi variabel yang lainnya dalam
kurun waktu yang panjang (Juanda dan Junaidi, 2012).
F. Operasional Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, objek yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Ada dua jenis variabel
yang digunakan pada penelitian ini, yaitu variable bebas (independen) dan
variable terikat (dependen). Yang dimaksud dengan variabel independen
adalah suatu variabel yang ada atau terjadi mendahului variabel dependen
sementara itu, variabel dependen adalah variabel yang diakibatkan atau
yang dipengaruhi oleh variabel independen. Adapun variabel – variabel
yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Variabel Terikat (Dependent)
Variabel terikat pada penelitian ini pembiayaan sektor kontruksi
pada Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) dalam
periode waktu 2012 sampai dengan 2016. Pembiayaan sektor kontruksi
adalah sektor penting dalam mendukung proyek pembangunan/infrastruktur
62
di Indonesia. Pengembangan sektor konstruksi memerlukan peran sektor
perbankan untuk membantu akses permodalan melalui penyaluran
kredit/pembiayaan. Data Pembiayaan Sektor Kontruksi diambil dari OJK
berupa data bulanan Januari 2012 sampai dengan Desember 2016.
2) Variabel Bebas (Independen)
Ada lima variabel bebas pada penelitian ini yaitu Inflasi, Kurs,
Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Finance (NPF), dan
Dana Pihak Ketiga (DPK). Adapun penjambaranya adalah sebagai berikut:
a. Inflasi (X1)
Inflasi merupakan salah satu masalah dalam perekonomian yang
selalu dihadapi setiap negara dengan tingkat inflasi yang berbeda setiap
waktu. Oleh karena inflasi tidak dapat dihindari, maka dibutuhkan kebijakan
makro ekonomi dalam mengatasi inflasi yakni menstabilkan harga dan
memprediksikan terjadinya inflasi. Sehingga masyarakat mampu
mempersiapkan segala sesuatu dengan baik. Data inflasi di ambil dari
website Bank Indonesia berupa data bulanan mulai dari Januari 2012 sampai
dengan Desember 2016.
b. Kurs (X2)
Exchange Rate (nilai tukar uang) atau kurs mata uang adalah
catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga
mata uang domestic (domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu harga
mata uang domestik dalam mata uang asing. Penelitian ini menggunakan
63
nilai tukar rupiah Indonesia (Rp) terhadap Dolar AS (USD). Kurs mata uang
asing diukur dengan menggunakan kurs UKA tengah dolar terhadap rupiah.
Data kurs di ambil dari website Bank Indonesia berupa data bulanan mulai
dari Januari 2012 sampai dengan Desember 2016.
c. Financing to Deposit Ratio (X3)
Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio pembiayaan
syariah terhadap total DPK pada perbankan syariah di Indonesia. FDR
menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan
yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin besar pemberian
yang disalurkan bank maka pendapatan yang diperoleh bank akan naik. Data
FDR di ambil dari OJK berupa data bulanan mulai dari Januari 2012 sampai
dengan Desember 2016.
d. Non Performing Financing (X4)
Non Performing Financing (NPF) merupakan persentase jumlah
pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan perbankan syariah.
Besaran rasio Non Performing Financing / Non Performing Loan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia berdasarkan Peraturan BI Nomor
15/2/PBI/2013 adalah maksimal 5%. Jika melebihi 5% maka akan
mempengaruhi tingkat kesehatan bank yang bersangkutan. Penelitian ini
menggunakan Non Performing Financing Sektor Kontruksi(NPFsk). Data
64
NPFsk di ambil dari OJK berupa data bulanan mulai dari Januari 2012
sampai dengan Desember 2016.
e. Dana Pihak Ketiga (X5)
Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting dalam
kegiatan operasi suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika
mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Data mengenai total
DPK terdiri dari total tabungan mudharabah maupun wadiah, giro wadiah,
dan deposito mudharabah. Data DPK di ambil dari OJK berupa data
bulanan mulai dari Januari 2012 sampai dengan Desember 2016.
Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian
Variabel Definisi
Operasional
Pengukuran Skala
Pembiayaan
Sektor
Kontruksi
Pengembangan
sektor konstruksi
memerlukan peran
sektor perbankan
untuk membantu
akses permodalan
melalui penyaluran
kredit/pembiayaan.
Total Pembiayaan yang di Salurkan
pada Sektor Kontruksi
Rupiah
Inflasi Kenaikan harga
barang dan jasa yang
bersifat umum pada
periode tertentu
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎𝑡 − 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎𝑡−1
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎𝑡−1x100%
Rasio
Kurs Harga mata uang
Rupiah (IDR) yang
dinyatakan dalam
Dollar (USD)
𝑘𝑢𝑟𝑠 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ =𝑘𝑢𝑟𝑠 𝑗𝑢𝑎𝑙 + 𝑘𝑢𝑟𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑖
2
Rupiah
Financing to
Deposit Ratio
(FDR)
Rasio pembiayaan
syariah terhadap
total DPK pada
FDR= Pembiayaan Yang Disalurkan
Dana Pihak Ketigax100%
Rasio
65
Variabel Definisi
Operasional
Pengukuran Skala
perbankan syariah di
Indonesia
Pembiayaan
Bermasalah
Sektor
Kontruksi
(NPFsk)
Rasio perbandingan
pembiayaan
bermasalah sektor
kontruksi terhadap
total pembiayaan
sektor kontruksi
NPFsk = Pembiayaan Bermasalah SK
Total Pembiayaan SKx100%
Rasio
Dana Pihak
Ketiga (DPK)
Dana yang berhasil
dihimpun oleh bank
dari masyarakat
yang memiliki dana
Total Dana Pihak Ketiga yang
dihimpun pada BUS dan UUS
Rupiah
66
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Dalam bab ini penulis akan menganalisis data yang sudah
terkumpul. Data yang terkumpul diantaranya terdapat variabel independen
yaitu Inflasi, Kurs, Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing
Financing (NPF), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) sedangkan variabel
dependenya yaitu Pembiayaan Sektor Kontruksi. Berikut akan dijelaskan
mengenai perkembangan dari variabel-variabel yang sudah disebutkan
diatas :
1. Perkembangan Pembiayaan Sektor Kontruksi BUS dan UUS
periode 2012- 2016
Dalam menyalurkan dana pada nasabah, secara garis besar
produk pembiayaan syariah terbagi kedalam 6 kategori yang dibedakan
bedasarkan tujuan penggunaanya yaitu; pembiayaan bedasarkan pola
jual beli dengan akad murabahah, salam, atau istishna, pembiayaan bagi
hasil bedasarkan akad mudharabah atau musyarakah, pembiayaan
bedasarkan akad qardh, pembiayaan berdasarkan penyewaan barang
bedasarkan akad ijarah atau ijarah muntahiyya bittamlik, pengambil
alihan utang bedasarkan akad hawalah, dan pembiayaan multijasa
(Soemitra, 2014).
67
Menurut (Kusumawati, 2013) pembiayaan sektor konstruksi
dilihat dari sisi akad yang mendasari didominasi oleh akad Murabahah,
Musyarakah, akad Mudharabah, akad Isthisna dan akad Qardh.
Data untuk Pembiayaan Sektor Kontruksi pada Bank Umum
Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) dapat ditunjukkan oleh
gambar grafik berikut ini :
Gambar 4.1
Perkembangan Pembiayaan Sektor Kontruksi BUS dan UUS
periode 2012-2016
Sumber : Statistika Perbankan Syariah OJK yang telah diolah
Berdasarkan grafik diatas dapat dijelaskan bahwa selama periode
penelitian 2012-2016 perkembangan Pembiayaan Sektor Kontruksi
mengalami kenaikan dan penurunan secara fluktuatif. Tingkat
pembiayaan sektor kontruksi terjadi pada juli 2015 mengalami kenaikan
yang cukup besar yakin sebesar 11.983 Miliar dan tingkat Pembiayan
Sektor Kontruksi terendah terjadi pada bulan januari 2012 sebesar 5.610
Miliar.
5610 6269 64347926 7723
10919 11273 1198310816 10826
0
5000
10000
15000
Jan-12 Jul-12 Jan-13 Jul-13 Jan-14 Jul-14 Jan-15 Jul-15 Jan-16 Jul-16Dal
am M
ilyar
Ru
pia
h
Pembiayaan Sektor Kontruksi
Pembiayaan Sektor Kontruksi
68
2. Perkembangan Inflasi Periode 2012 – 2016
Inflasi dapat diartikan sebagai indikator untuk melihat tingkat
perubahan yang terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara
terus-menerus dan saling mempengaruhi. Inflasi digunakan untuk
peningkatan persediaan uang yang terkadang dilihat sebagai penyebab
meningkatnya harga di suatu negara. Di indonesia, inflasi selalu terjadi
setiap tahun.
Data untuk variabel Inflasi dapat ditunjukkan oleh gambar grafik
berikut ini :
Gambar 4.2
Perkembangan Inflasi periode 2012 – 2016
Sumber : Statistika Bank Indonesia yang telah diolah
Berdasarkan grafik diatas dapat dijelaskan bahwa selama
periode penelitian 2012-2016 perkembangan Inflasi mengalami
kenaikan dan penurunan secara fluktuatif. Tingkat Inflasi pada juli 2013
mengalami kenaikan yang cukup besar yakin sebesar 8,61% dan tingkat
Inflasi terendah terjadi pada bulan Juli 2016 sebesar 3,21%.
0,00%
2,00%
4,00%
6,00%
8,00%
10,00%
Jan
-12
Jul-
12
Jan
-13
Jul-
13
Jan
-14
Jul-
14
Jan
-15
Jul-
15
Jan
-16
Jul-
16
Dal
am P
erse
nta
se
INFLASI
INFLASI
69
Dari data diatas inflasi yang terjadi indonesia masih tergolong
inflasi ringan yaitu inflasi yang kurang dari 10% per tahun.
3. Perkembangan Kurs Periode 2012 – 2016
Kurs atau nilau tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata
uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestic
(domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik
dalam mata uang asing.
Gambar 4.3
Perkembangan Kurs periode 2012 – 2016
Sumber : Statistika Bank Indonesia yang telah diolah
Berdasarkan grafik diatas dapat dijelaskan bahwa selama
periode penelitian 2012-2016 perkembangan kurs mengalami kenaikan
dan penurunan secara fluktuatif. Tingkat Inflasi pada Januari 2014
mengalami kenaikan yang cukup besar yakin sebesar 12.179,65 dan
tingkat kurs terendah terjadi pada bulan Januari 2012 sebesar 9.109,14.
9109,149456,599687,3310073,39
12179,6511689,0712579,113374,7913889,0513118,82
0
5000
10000
15000
DA
LAM
RU
PIA
H
Kurs Mata Uang
Kurs Mata Uang
70
Data kurs yang digunakan adalah kurs tengah terhadap mata
uang dolar Amerika (USD).
4. Perkembangan Financing to Deposit Ratio BUS dan UUS Periode
2012 – 2016
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara seluruh
jumlah kredit/pembiayaan yang diberikan dengan dana yang diterima.
Tingginya laju pertumbuhan DPK yang lebih cepat dari
pertumbuhan pembiayaan mengakibatkan kondisi FDR mengarah
kepada kondisi lebih baik. Tingginya pertumbuhan DPK tersebut terkait
dengan return bank syariah yang cukup baik seiring dengan kebijakan
penurunan suku bunga di perbankan konvensional.
Gambar 4.4
Perkembangan Financing to Deposit Ratio periode 2012-2016
Sumber : Statistika Perbankan Syariah OJK yang telah diolah
Berdasarkan grafik diatas dapat dijelaskan bahwa selama
periode penelitian 2012-2016 perkembangan Financing to Deposit
87,27%99,91% 100,63%104,83%100,07% 99,89% 99,62% 100,07% 96,75% 93,13%
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
120,00%
Financing to Deposit Ratio
Financing to Deposit Ratio
71
Ratio mengalami kenaikan dan penurunan secara fluktuatif. Tingkat
FDR pada juli 2013 mengalami kenaikan yang cukup besar yakin
sebesar 104,83% dan tingkat FDR terendah terjadi pada bulan Januari
2012 sebesar 87,27%.
5. Perkembangan Non Performing Financing BUS dan UUS Periode
2012 – 2016
Menurut kamus Bank Indonesia, Non Performing Financing
(NPF) atau Non Performing Loan (NPL) adalah kredit bermasalah yang
terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang lancar, diragukan, dan
macet. Termin NPL diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan NPF
untuk bank syariah. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah Non
Performing Financing (NPF) yang terjadi pada pembiayaan sektor
kontruksi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS).
Gambar 4.5
Perkembangan Non Performing Financing periode 2012-2016
Sumber : Statistika Perbankan Syariah OJK yang telah diolah
Berdasarkan grafik diatas dapat dijelaskan bahwa selama periode
penelitian 2012-2016 perkembangan Non Performing Financing Sektor
0,62% 0,63% 0,47% 0,43% 0,34%0,54% 0,61% 0,56% 0,46% 0,49%
0,00%
0,20%
0,40%
0,60%
0,80%
NON PERFORMING FINANCE PSK
Non Performing Finance PSK
72
Kontruksi (NPFsk) Pembiayaan Sektor Kontruksi mengalami kenaikan
dan penurunan secara fluktuatif. Tingkat NPF PSK pada juli 2012
mengalami kenaikan yang cukup besar yakni sebesar 0,63% dan tingkat
NPFsk terendah terjadi pada bulan Januari 2014 sebesar 0,34%.
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 Tanggal
12 April 2004 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan Bank Umum
dan Bank Syariah, semakin tinggi nilai NPF (diatas 5%) maka bank
tersebut dinyatakan dalam kondisi tidak sehat. Namun pada grafik diatas
tingkat NPF PSK masih berada dibawah 5% bahkan dibawah 1% yang
berarti Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS)
dalam Pembiayaan Sektor Kontruksi mampu mengantisipasi risiko
untuk menjaga likuiditas dan profitabilitas.
6. Perkembangan Dana Pihak Ketiga BUS dan UUS Periode 2012 –
2016
Dalam UU perbankan RI No. 10 tahun 1998 tentang perbankan,
Dana Pihak Ketiga adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat
kepad abank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk
giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainya yang
dipersamakan dengan itu.
Komposisi DPK pada Perbankan Syariah sesuai dengan fungsinya
yaitu sebagai penghimpun dana dan sumber utama dalam kegiatan
operasional.
73
Gambar 4.6
Perkembangan Dana Pihak Ketiga periode 2012-2016
Sumber : Statistika Perbankan Syariah OJK yang telah diolah
Berdasarkan grafik diatas dapat dijelaskan bahwa selama
periode penelitian 2012-2016 perkembangan Dana Pihak Ketiga
mengalami kenaikan yang signifikan setiap tahun. Tingkat DPK pada
Juli 2016 mengalami kenaikan yang cukup besar yakin sebesar 243.184
Miliar dan tingkat DPK terendah terjadi pada bulan Januari 2012
sebesar 116.518 Miliar.
B. Analisis Data dan Pembahasan
1. Uji Stasioneritas Data
Metode yang digunakan pada uji stasioneritas data adalah Uji
Augmanted Dicey Fuller (ADF) dengan taraf nyata 5%. Jika nilai test
statistic dari ADF lebih kecil dari critical values (nilai kritis) atau jika
probabilitas test statistic dari ADF lebih kecil dari 0,05 maka dikatakan
bahwa data yang digunakan tidak terdapat unit root (akar unit) atau
sudah stasioner.
116518 121018 148751 166453 177930 194299 210761 216083 229034 243184
0
100000
200000
300000
DA
LAM
MIL
YAR
RU
PIA
H DANA PIHAK KETIGA
Dana Pihak Ketiga
74
Berdasarkan pengujian yang dilakukan dengan Uji ADF, tidak
ada data yang digunakan stasioner pada tingkat level dan pada tingkat
first difference semua data variabel stasioner pada taraf nyata 5%.
Tabel 4.1 Hasil Uji Stasioneritas Tingkat Level
Data Variabel
Level
ADF Statistic Critical
Value
Keterangan
Inflasi -2,071767 -2,912631 Tidak Stasioner
Kurs -1,1595667 -2,911730 Tidak Stasioner
FDR -2,790926 -2,911730 Tidak Stasioner
NPFsk -2,758850 -2,911730 Tidak Stasioner
LN_DPK -0,803877 -2,911730 Tidak Stasioner
Sumber: Output Eviews 9, data diolah
Tabel 4.2 Hasil Uji Stasioneritas Tingkat First Difference
Data Variabel
First Difference
ADF Statistic Critical
Value
Keterangan
Inflasi -5,676818 -2,912631 Stasioner
Kurs -6,114992 -2,912631 stasioner
FDR -6,429300 -2,913549 Stasioner
NPFsk -8,451636 -2,912631 Stasioner
LN_DPK -9,031233 -2,912631 Stasioner
Sumber: Output Eviews 9, data diolah
2. Uji Lag Optimal
Pada penelitian ini, penentuan lag optimal didasarkan pada nilai
Schwarz Information Criteriation (SC) dan Hannan Quinnon (HQ). Lag
75
dengan nilai Schwarz Information Criteriation (SC) dan Hannan
Quinnon (HQ) terendah menunjukkan lag optimal. Pada penelitian ini,
dilakukan pengujian panjang lag 1 hingga lag 5. Hasil pengujian ini
menunjukkan bahwa model dalam penelitian ini memiliki lag optimal
1. Dimana nilai Akaike Information Criterion (AIC) terendah yaitu
9,246786 pada lag 1, nilai Schwarz Information Criterion (SC) terendah
yaitu 10,77966 pada lag 1, dan nilai Hannan Quinnon (HQ) terendah
yaitu 9,839560 pada lag 1.
Tabel 4.3 Hasil Uji Lag Optimal
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 -527.7857 NA 10.83899 19.41039 19.62937 19.49507
1 -212.2866 550.6893 0.000421* 9.246786* 10.77966* 9.839560*
2 -185.4310 41.01593 0.000615 9.579307 12.42607 10.68017
3 -146.0457 51.55883* 0.000615 9.456208 13.61686 11.06517
4 -107.6886 41.84412 0.000727 9.370495 14.84504 11.48755
5 -75.93771 27.70989 0.001349 9.525007 16.31344 12.15015 Sumber: Output Eviews 9, data diolah
3. Uji Stabilitas VAR
Hasil dari estimasi persamaan VAR perlu di uji kestabilanya.
Dapat dikatakan stabil apabila nilai modulusnya lebih kecil atau kurang
dari 1. Pada penelitian ini, nilai modulus dari seluruh roots kurang dari
1 pada lag 1 dan menyebabkan model menjadi stabil pada lag tersebut.
Dengan kondisi ini dapat ditunjukkan bahwa hasil IRF dan FEVD
dinyatkan valid.
76
Tabel 4.4 Hasil Uji Stabilitas VAR
Root Modulus
0.989116 0.989116
0.900225 - 0.203399i 0.922918
0.900225 + 0.203399i 0.922918
0.813596 0.813596
0.634867 0.634867
0.415828 - 0.401797i 0.578233
0.415828 + 0.401797i 0.578233
0.100664 - 0.359028i 0.372873
0.100664 + 0.359028i 0.372873
-0.356397 0.356397
-0.177669 - 0.179267i 0.252394
-0.177669 + 0.179267i 0.252394
Sumber: Output Eviews 9, data diolah
4. Uji Kointegrasi
Menentukan keberadaan kointegrasi antar variabel untuk
menentukan metode apa yang akan digunakan perlu dilakukan Uji
Kointegrasi. Jika tidak kointegrasi, maka penelitian dilanjutkan dengan
metode VAR. Jika kointegrasi, maka penelitian dilanjutkan dengan
metode VECM untuk menganalisi hubungan jangka pendek dan jangka
pendek antar data variabel yang digunakan.
Uji kointegrasi penelitian ini menggunakan Johansen Trace
Statistic Test. Jika nilai Trace Statistic lebih besar dari Critical Value
(nilai kritis), dalam penelitian ini yang digunakan sebesar 5%. Maka ada
kointegrasi antar variabel. Hasil uji kointegrasi menunjukkan bahwa
77
terdapat satu persamaan. Hal ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh
jangka panjang pada penelitian ini, sehingga metode VECM adalah
metode yang digunakan pada penelitian ini.
Tabel 4.5 Hasil Uji Kointegrasi
Hypothesized Trace 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.649721 154.6636 95.75366 0.0000
At most 1 * 0.571447 94.86918 69.81889 0.0002
At most 2 0.267742 46.57072 47.85613 0.0657
At most 3 0.241681 28.80822 29.79707 0.0647
At most 4 0.181947 13.03913 15.49471 0.1134
At most 5 0.027542 1.591915 3.841466 0.2071
Sumber: Output Eviews 9, data diolah
5. Uji Kausalitas Granger
Uji kausalitas berfungsi untuk melihat hubungan antar variabel
satu dengan variabel lainya mempunyai hubungan satu arah, dua arah,
atau tidak ada hubungan antar variabelnya. Nilai kritis yang digunakan
adalah 5% atau 0,05. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari critical value
(nilai kritis), maka ada hubungan diantara variabel.
Tabel 4.6 Hasil Uji Kausalitas Granger
Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.
INFLASI does not Granger Cause LN_PSK 59 0.01650 0.8982
LN_PSK does not Granger Cause INFLASI 0.26817 0.6066
KURS does not Granger Cause LN_PSK 59 0.40976 0.5247
LN_PSK does not Granger Cause KURS 11.1577 0.0015
FDR does not Granger Cause LN_PSK 59 1.95131 0.1680
LN_PSK does not Granger Cause FDR 5.97730 0.0177
78
NPFSK does not Granger Cause LN_PSK 59 1.87837 0.1760
LN_PSK does not Granger Cause NPFSK 0.05330 0.8183
LN_DPK does not Granger Cause LN_PSK 59 2.81896 0.0987
LN_PSK does not Granger Cause LN_DPK 0.16328 0.6877
KURS does not Granger Cause INFLASI 59 3.29545 0.0748
INFLASI does not Granger Cause KURS 5.05639 0.0285
FDR does not Granger Cause INFLASI 59 1.56740 0.2158
INFLASI does not Granger Cause FDR 4.77769 0.0330
NPFSK does not Granger Cause INFLASI 59 0.83720 0.3641
INFLASI does not Granger Cause NPFSK 0.50653 0.4796
LN_DPK does not Granger Cause INFLASI 59 1.23189 0.2718
INFLASI does not Granger Cause LN_DPK 3.06658 0.0854
FDR does not Granger Cause KURS 59 1.32572 0.2545
KURS does not Granger Cause FDR 5.78281 0.0195
NPFSK does not Granger Cause KURS 59 0.92665 0.3399
KURS does not Granger Cause NPFSK 0.00999 0.9208
LN_DPK does not Granger Cause KURS 59 3.69504 0.0597
KURS does not Granger Cause LN_DPK 1.41157 0.2398
NPFSK does not Granger Cause FDR 59 0.07440 0.7860
FDR does not Granger Cause NPFSK 0.00926 0.9237
LN_DPK does not Granger Cause FDR 59 6.12883 0.0164
FDR does not Granger Cause LN_DPK 2.34460 0.1313
LN_DPK does not Granger Cause NPFSK 59 0.18045 0.6726
NPFSK does not Granger Cause LN_DPK 0.01864 0.8919
Sumber: Output Eviews 9, data diolah
Berdasarkan hasil Uji Kausalitas Granger diatas, pada penelitian
ini terdapat hubungan satu arah secara signifikan memengaruhi antara
variabel Pembiayaan Sektor Kontruksi (PSK) dan variabel Kurs yang
ditunjukkan oleh probabilitas lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,0015
yang signifikan pada taraf 5%.
79
Terdapat hubungan satu arah secara signifikan memengaruhi
antar variabel Pembiayaan Sektor Kontruksi (PSK) dan variabel FDR
yang ditunjukkan oleh probabilitas lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar
0,0177 yang signifikan pada taraf 5%.
Terdapat hubungan satu arah secara signifikan memengaruhi
antar variabel inflasi dan variabel kurs yang ditunjukkan oleh
probabilitas lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,0285 yang signifikan
pada taraf 5%.
Terdapat hubungan satu arah secara signifikan memengaruhi
antara variabel inflasi dan variabel FDR yang ditunjukkan oleh
probabilitas lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,0330 yang signifikan
pada taraf 5%.
Terdapat hubungan satu arah secara signifikan memengaruhi
antara variabel kurs dan variabel FDR yang ditunjukkan oleh
probabilitas lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,0195 yang isgnifikan
pada taraf 5%.
Dari semua variabel penelitian yang digunakan, semua variabel
hanya berhubungan satu arah secara signifikan.
6. Uji Vector Error Correction Model (VECM)
Hasil uji kointegrasi menunjukkan bahwa semua ada satu
persamaan yang terkointegrasi. Hal ini menyatakan bahwa model
yang tepat untuk menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka
80
panjang variabel inflasi, kurs, FDR, NPFsk, dan DPK terhadap
Pembiayaan Sektor Kontruksi (PSK) adalah dengan metode VECM.
Hasil uji VECM menyatakan signifikan dan mempunyai pengaruh
jangka pendek dan jangka panjang jika nilai t-statistik lebih besar dari
t-tabel yang telah ditetapkan yaitu 5% atau 0,05.
Tabel 4.7 Hasil Uji VECM
Variabel
Jangka Pendek
Koefisien T-Statistik Keterangan
ECT -0,000999 -0,02830 Tidak Signifikan
Inflasi (-1) 0,001891 1,61469 Tidak Signifikan
Kurs (-1) 3,000005 0,99412 Tidak Signifikan
FDR (-1) 0,012464 3,29078 Signifikan
NPFsk (-1) 0,084958 0,88441 Tidak Signifikan
LN_DPK (-1) -0,053819 -0,12981 Tidak Signifikan
Sumber: Output Eviews 9, data diolah
Variabel
Jangka Panjang
Koefisien T-Statistik Keterangan
Inflasi (-1) 0,100043 4,25036 Signifikan
Kurs (-1) -0,000205 -3,60738 Signifikan
FDR (-1) 0,13649 1,34636 Tidak signifikan
NPFsk (-1) 0,680769 -2,10736 Signifikan
LN_DPK (-1) -0,200841 -1,74526 Signifikan
Sumber: Output Eviews 9, data diolah
81
Error Correction Term (ECT) adalah residual yang diakibatkan
metode ECM. Jika koefisien ECT < 1 maka model yang digunakan
valid. Dari hasil penelitian diatas memperlihatkan bahwa ECT < 1 yaitu
sebesar -0,000999, maka dapat disimpulkan bahwa hasil dari penelitian
diatas valid. T-tabel yang digunakan pada 5% yaitu sebesar 1,67412,
dimana t-satistic harus lebih besar dari t-tabel untuk berpengaruh secara
signifikan.
Hasil penelitian diatas menunjukkan persamaan jangka pendek
pada model, hanya variabel FDR yang berpengaruh terhadap variabel
Pembiayaan Sektor Kontruksi (PSK) karena nilai t hitung variabel lebih
besar dari nilai t-tabel 5% yaitu sebesar 1,67412. Koefisien yang
diperoleh oleh FDR adalah 0,012464. Variabel inflasi, kurs, NPFsk, dan
DPK tidak berpengaruh signifikan terhadap Pembiayaan Sektor
Kontruksi secara jangka pendek.
Dalam persamaan jangka panjang pada model, ada empat
variabel yang berpengaruh terhadap Pembiayaan Sektor Kontruksi
(PSK) yaitu inflasi, kurs,NPFsk, dan DPK. Inflasi, kurs, NPFsk,dan
DPK memiliki nilai t hitung variabel lebih besar dari nilai t-tabel 5%
yaitu sebesar 1,67412 dimana inflasi bernilai positif sebesar 4,25036
dengan koefisien 0,100043, kurs bernilai negatif sebesar -3,60738
dengan koefisien -0,000205, NPFsk bernilai negatif sebesar -2,10736
dengan koefisien -0,680769, dan DPK bernilai negatif sebesar -1,74526
dengan koefisien -0,200841. Variabel FDR tidak berpengaruh
82
signifikan terhadap Pembiayaan Sektor Kontruksi secara jangka
panjang.
Berdasarkan hasil VECM tersebut, variabel inflasi memiliki
hubungan signifikan yang positif pada jangka panjang. Dengan
demikian, dalam penelitian ini menolak H0 yang menyatakan inflasi
tidah berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan sektor kontruksi.
Hasil uji ini, nilai koefisien inflasi sebesar 0,100043, ini menunjukkan
bahwa setiap adanya peningkatan inflasi sebesar 1% maka akan diikuti
dengan peningkatan rasio Pembiayaan Sektor Kontruksi sebesar
0,100043%.
Berdasarkan hasil VECM tersebut, variabel kurs atau nilai tukar
mata uang memiliki hubungan signifikan negatif pada jangka panjang.
Dengan demikian, dalam penelitian ini menolak H0 yang menyatakan
kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan sektor
kontruksi. Hasil uji ini, nilai koefisien kurs pada jangka panjang sebesar
-0,000205, ini menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan kurs
sebesar 1% maka akan diikuti dengan penurunan rasio Pembiayaan
Sektor Kontruksi sebesar 0,000205%.
Berdasarkan hasil VECM tersebut, variabel FDR memiliki
hubungan signifikan positif pada jangka pendek. Dengan demikian,
dalam penelitian ini menolak H0 yang menyatakan FDR tidak
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan sektor kontruksi. Hasil uji
83
ini, nilai koefisien FDR pada jangka pendek sebesar 0,013649, ini
menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan FDR sebesar 1% maka
akan diikuti dengan kenaikan rasio Pembiayaan Sektor Kontruksi
sebesar 0,013649%.
Berdasarkan hasil VECM tersebut, variabel NPFsk atau
pembiayaan bermasalah sektor kontruksi memiliki hubungan signifikan
negatif pada jangka panjang. Dengan demikian, dalam penelitian ini
menolak H0 yang menyatakan NPFsk tidak berpengaruh signifikan
terhadap pembiayaan sektor kontruksi. Hasil uji ini, nilai koefisien
NPFsk pada jangka panjang sebesar 0,680769, ini menunjukkan bahwa
setiap adanya peningkatan NPFsk sebesar 1% maka akan diikuti dengan
penurunan rasio Pembiayaan Sektor Kontruksi sebesar 0,680769%.
Berdasarkan hasil VECM tersebut, variabel DPK memiliki
hubungan signifikan terhadap Pembiayaan Sektor Kontruksi. Dengan
demikian, dalam penelitian ini menolak H0 yang menyatakan DPK
tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan sektor kontruksi.
Hasil uji ini, nilai koefisien DPK pada jangka panjang sebesar -
0,200841, ini menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan DPK
sebesar 1% maka akan diikuti dengan penurunan rasio Pembiayaan
Sektor Kontruksi sebesar 0,200841%.
84
7. Uji Impulse Response Function (IRF)
Uji Impulse Response Function (IRF) berfungsi untuk melihat
respon variabel pembiayaan sektor kontruksi akibat adanya
shock/guncangan dari variabel Inflasi, Kurs, FDR, NPFsk, dan DPK.
Garis horizontal menandakan waktu periode terjadinya
shock/guncangan dan garis vertikal merupakan respon yang dihasilkan
dari shock/guncangan dari satu variabel terhadap variabel yang lain.
Dari hasil IRF tersebut, akan diketahui respon dinamika jangka panjang
setiap variabel jika terdapat shock/guncangan sebesar satu standar error
dan dapat melihat berapa lama variabel merespon guncangan dari
variabel lain hingga variabel dapat stabil kembali.
Grafik 4.6 Hasil Uji IRF
-.04
.00
.04
.08
10 20 30 40 50 60
Response of LN_PSK to INFLASI
Sumber: Output Eviews 9, data diolah
Hasil penelitian ini, dapat dilihat bahwa adanya
shock/guncangan dari variabel inflasi dimana pada periode awal
85
direspon negatif dan pada periode akhir cenderung direspon negatif
oleh Pembiayaan Sektor Kontruksi. Pada periode ke- 1 belum direspon
oleh variabel PSK, memasuki periode ke- 2 variabel PSK merespon
secara negatif shock/guncangan yang diberikan oleh variabel inflasi
sebesar -0,005155%. Dan untuk periode selanjutnya mengalami trend
negatif yang ditunjukkan pada periode ke-60 sebesar -0,10048%.
Grafik 4.7 Hasil Uji IRF
-.04
.00
.04
.08
10 20 30 40 50 60
Response of LN_PSK to KURS
Sumber: Output Eviews 9, data diolah
Berbeda dengan shock/guncangan yang diberikan pada variabel
kurs, pada shock/guncangan yang diberikan variabel kurs terhadap
variabel PSK menunjukkan trend yang positif sejak awal periode
sampai dengan akhir periode. Dalam periode pertama, variabel PSK
merespon positif sebesar 0,009335%. Untuk periode selanjutnya
mengalami trend positif seperti yang ditunjukkan pada periode ke-2
sampai dengan periode ke -60 yaitu sebesar 0,006434%.
86
Grafik 4.8 Hasil uji IRF
-.04
.00
.04
.08
10 20 30 40 50 60
Response of LN_PSK to FDR
Sumber: Output Eviews 9, data diolah
Respon variabel PSK terhadap shock/guncangan yang diberikan
variabel FDR hampir sama dengan respon terhadap shock/guncangan
yang diberikan variabel kurs. Walapun direspon secara positif sejak
awal periode. Pada awal periode seperti yang ditunjukkan oleh periode
ke- 2 variabel PSK merespon positif sebesar 0,030955%. Untuk periode
selanjutnya mengalami trend positif yang mengalami peningkatan
seperti yang ditunjukkan dan pada periode ke-60 merespon positif
sebesar 0,039267%.
87
Grafik 4.9 Hasil Uji IRF
-.04
.00
.04
.08
10 20 30 40 50 60
Response of LN_PSK to NPFSK
Sumber: Output Eviews 9, data diolah
Hasil uji grafik diatas. respon variabel PSK terhadap
shock/guncangan yang diberikan variabel NPFsk berbanding terbalik
dengan respon terhadap shock/guncangan yang diberikan variabel
FDR. Shock/guncangan yang diberikan NPFsk direspon secara positif
pada awal periode sampai dengan periode ke-8 dan periode ke- 9
sampai dengan periode ke- 60. Pada awal periode seperti yang
ditunjukkan oleh variabel PSK merespon positif sebesar 0,006644%.
Untuk periode selanjutnya mengalami trend negatif seperti yang
ditunjukkan dan pada periode ke-60 sebesar -0,002586%.
88
Grafik 4.10 Hasil Uji IRF
-.04
.00
.04
.08
10 20 30 40 50 60
Response of LN_PSK to LN_DPK
Sumber: Output Eviews 9, data diolah
Hasil uji grafik diatas. respon variabel PSK terhadap
shock/guncangan yang diberikan variabel DPK berbanding terbalik
dengan respon terhadap shock/guncangan yang diberikan variabel
NPFsk. Shock/guncangan yang diberikan DPK cenderung direspon
secara negatif pada awal periode sampai dengan periode ke- 60. Pada
awal periode seperti yang ditunjukkan oleh variabel PSK merespon
negatif sebesar -0,000848%. Untuk periode selanjutnya mengalami
trend negatif seperti yang ditunjukkan dan pada periode ke-60 sebesar
-0,001207%.
8. Uji Forecast Error Variance Decomposition (FEVD)
Uji Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) berfungsi
untuk mengukur seberapa besar kontribusi pengaruh dari variabel-
variabel independen terhadap bariabel dependen. Metode tersebut dapat
89
mengetahui seberapa besar kontribusi variabel-variabel independen
memengaruhi variabel dependen dalam waktu jangka panjang.
Tabel 4.8 Hasil Uji FEVD
Period S.E. LN_PSK INFLASI KURS FDR NPFSK LN_DPK 1 0.052054 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.087002 88.37519 0.351104 0.141874 10.53920 0.583130 0.009506
3 0.112123 84.57824 0.229984 0.778605 13.96780 0.408363 0.037006
4 0.132695 82.40413 0.166250 1.298495 15.65925 0.411811 0.060064
5 0.151026 81.26492 0.139816 1.528207 16.61200 0.371180 0.083875
6 0.168164 80.51594 0.152069 1.583899 17.33834 0.320636 0.089114
7 0.184394 79.94896 0.192544 1.564712 17.93229 0.272308 0.089178
8 0.199835 79.48624 0.249358 1.517232 18.42852 0.232662 0.085993
9 0.214562 79.09691 0.313295 1.460844 18.84506 0.201829 0.082061
10 0.228643 78.76418 0.379291 1.403450 19.19680 0.178353 0.077927
11 0.242139 78.47638 0.444305 1.348477 19.49625 0.160627 0.073961
12 0.255102 78.22529 0.506620 1.297353 19.75319 0.147279 0.070268
13 0.267577 78.00473 0.565299 1.250547 19.97531 0.137218 0.066895
14 0.279604 77.80993 0.619925 1.208045 20.16865 0.129610 0.063839
15 0.291218 77.63709 0.670404 1.169605 20.33799 0.123830 0.061083
16 0.302452 77.48307 0.716835 1.134888 20.48719 0.119413 0.058601
17 0.313333 77.34529 0.759427 1.103528 20.61937 0.116014 0.056365
18 0.323888 77.22159 0.798447 1.075169 20.73707 0.113378 0.054347
19 0.334141 77.11012 0.834181 1.049479 20.84238 0.111317 0.052523
20 0.344112 77.00934 0.866916 1.026157 20.93703 0.109691 0.050869
21 0.353821 76.91791 0.896931 1.004935 21.02246 0.108395 0.049367
22 0.363284 76.83472 0.924484 0.985576 21.09987 0.107352 0.047998
23 0.372519 76.75877 0.949816 0.967870 21.17029 0.106504 0.046748
24 0.381540 76.68924 0.973145 0.951636 21.23457 0.105806 0.045603
25 0.390358 76.62541 0.994668 0.936713 21.29343 0.105226 0.044550
26 0.398988 76.56664 1.014562 0.922960 21.34752 0.104738 0.043581
27 0.407439 76.51239 1.032986 0.910256 21.39736 0.104323 0.042687
28 0.415722 76.46219 1.050083 0.898492 21.44341 0.103966 0.041859
29 0.423845 76.41562 1.065977 0.887573 21.48609 0.103656 0.041090
30 0.431818 76.37232 1.080784 0.877416 21.52573 0.103383 0.040376
31 0.439647 76.33197 1.094602 0.867949 21.56263 0.103142 0.039710
32 0.447341 76.29429 1.107522 0.859105 21.59707 0.102926 0.039088
33 0.454906 76.25903 1.119624 0.850828 21.62928 0.102731 0.038506
34 0.462348 76.22597 1.130980 0.843066 21.65946 0.102555 0.037961
35 0.469673 76.19493 1.141654 0.835775 21.68780 0.102393 0.037448
36 0.476886 76.16571 1.151703 0.828914 21.71446 0.102245 0.036966
37 0.483991 76.13818 1.161178 0.822447 21.73957 0.102108 0.036512
38 0.490994 76.11219 1.170126 0.816341 21.76328 0.101980 0.036083
39 0.497899 76.08762 1.178589 0.810568 21.78568 0.101861 0.035677
40 0.504710 76.06435 1.186604 0.805102 21.80690 0.101750 0.035293
41 0.511430 76.04229 1.194205 0.799919 21.82701 0.101645 0.034929
42 0.518063 76.02135 1.201423 0.794998 21.84610 0.101547 0.034583
43 0.524612 76.00144 1.208285 0.790320 21.86424 0.101454 0.034254
44 0.531081 75.98249 1.214817 0.785867 21.88151 0.101366 0.033941
90
45 0.537472 75.96444 1.221042 0.781624 21.89797 0.101282 0.033643
46 0.543787 75.94721 1.226981 0.777576 21.91367 0.101203 0.033359
47 0.550031 75.93076 1.232653 0.773711 21.92866 0.101127 0.033088
48 0.556204 75.91504 1.238075 0.770016 21.94299 0.101055 0.032828
49 0.562309 75.89999 1.243264 0.766480 21.95670 0.100986 0.032580
50 0.568349 75.88558 1.248233 0.763093 21.96983 0.100921 0.032342
51 0.574326 75.87177 1.252998 0.759847 21.98242 0.100858 0.032114
52 0.580240 75.85851 1.257569 0.756732 21.99449 0.100797 0.031895
53 0.586096 75.84579 1.261959 0.753740 22.00609 0.100739 0.031685
54 0.591893 75.83355 1.266178 0.750866 22.01724 0.100684 0.031483
55 0.597634 75.82179 1.270235 0.748101 22.02796 0.100630 0.031289
56 0.603320 75.81047 1.274141 0.745440 22.03827 0.100579 0.031102
57 0.608954 75.79956 1.277903 0.742876 22.04821 0.100529 0.030922
58 0.614535 75.78905 1.281528 0.740406 22.05779 0.100481 0.030748
59 0.620067 75.77891 1.285025 0.738023 22.06703 0.100435 0.030581
60 0.625549 75.76912 1.288400 0.735723 22.07594 0.100391 0.030419
Sumber: Output Eviews 9, data diolah
Berdasarkan hasil uji FEVD tersebut, diketahui bahwa awal
periode semua variabel berkontribusi secara bergantian. Namun dari
pertengahan periode sampai akhir periode terlihat bahwa variabel FDR
yang berkontribusi paling besar terhadap variabel Pembiayaan Sektor
Kontruksi kemudian diikuti dengan inflasi, diikuti dengan NPFsk, lalu
diikuti dengan kurs dan DPK memiliki kontribusi paling kecil terhadap
variabel Pembiayaan Sektor Kontruksi.
Pada periode pertama, fluktuasi Pembiayaan Sektor Kontruksi
masih dipengaruhi oleh variabel PSK itu sendiri. Namun, pada periode
akhir variabel PSK lebih banyak dipengaruhi oleh variabel FDR sebesar
22,07594% dan diikuti oleh variabel inflasi sebesar 1,288400% serta
selanjutnya diikuti oleh variabel DPK sebesar 0,100391%. Selanjutnya
diikuti variabel kurs sebesar 0,735723%. Varibel yang memiliki
kontribusi terkecil adalah NPFsk sebesar 0,030419%.
91
Dari hasil kontribusi pada akhir periode, Pembiayaan Sektor
Kontruksi masih memiliki kontribusi terbesar terhadap variabel PSK itu
sendiri, ini disebabkan karena masih banyak variabel lain diluar
variabel penelitian yang memengaruhi PSK itu sendiri. Diantara
variabel independen dalam penelitian ini variabel FDR memiliki
kontribusi terbesar sebesar 22,07594%, hal ini disebabkan jumlah DPK
dan jumlah pembiayaan total pada perbankan syariah di Indonesia yang
terus meningkat di setiap periodenya dimana salah satu rasio untuk
mengukur FDR adalah pembiayaan total dan pembiayaan sektor
kontruksi salah satu komponen dari pembiayaan total pada perbankan
syariah dan FDR merupakan rasio untuk menghitung likuiditas Bank
Syariah.
C. Interpretasi Hasil Penelitian
1. Pengaruh Inflasi terhadap Pembiayaan Sektor Kontruksi
Dari hasil penelitian pada uji VECM, inflasi berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan sektor kontruksi pada jangka panjang.
Maka penelitian ini menolak H0 yang menyatakan inflasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan sektor kontruksi. Hasil uji
estimasi VECM koefisien inflasi sebesar 4,25036. Ini menyatakan
bahwa inflasi berpengaruh signifikan positif terhadap pembiayaan
sektor kontruksi.
92
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nida Nazaahah K (2013), inflasi berpengaruh signifikan positif pada
jangka panjang terhadap pembiayaan sektor kontruksi. Hasil
menunjukkan hubungan inflasi dengan pembiayaan sesuai dengan teori
bahwa semakin tinggi inflasi menunjukkan semakin tinggi pula
pembiayaan yang disalurkan.
Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Irfan Syauqi B dan Winda Nur A (2013), inflasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan sektor pertanian dan juga tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Fakhri Nugraha
(2014), inflasi tidak bepengaruh signifikan terhadap pembiayaan sektor
jasa dunia usaha. Hal ini dikarenakan oleh karakter akad dalam
keuangan syariah yang seluruhnya berbasis pada sektor riil, sehingga
pembiayaan yang diberikan bank syariah akan mendorong terjadinya
keseimbangan antara sektor riil dan sektor keuangan.
Menurut analisis, ketika inflasi naik harga-harga barang juga
akan naik. Kebutuhan pun juga ikut meningkat sehingga pembiayaan
yang dibutuhkan nasabah mengalami peningkatan. Inflasi merupakan
proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus yang
disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya adalah konsumsi
masyarakat yang meningkat. Maka dari itu peningkatan pembiayaan
sektor kontruksi salah satu penyebab meningkatnya inflasi karena
pembiayaan adalah konsumsi masyarakat.
93
2. Pengaruh Kurs terhadap Pembiayaan Sektor Kontruksi
Dari hasil penelitian pada uji VECM, kurs berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan sektor kontruksi pada jangka panjang.
Maka penelitian ini menolak H0 yang menyatakan inflasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan sektor kontruksi. Hasil uji
estimasi VECM koefisien inflasi sebesar -3,60738. Ini menyatakan
bahwa inflasi berpengaruh signifikan negatif terhadap pembiayaan
sektor kontruksi.
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Suprihatin (2017), kurs berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan
pada Bank Umum Syariah Devisa di Indonesia dengan arah hubungan
negatif. Penelitian ini mendukung teori yang menyatakan jika kurs
semakin tinggi makan penyaluran dana Bank Syariah akan semakin
rendah. Hal ini disesabakan karena minat masyarakat untuk memiliki
mata uang asing terutama Dollar AS masih cukup tinggi,.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Eva Hardini Fauziah
(2013), kurs berpengaruh signifikan positif terhadap pembiayaan
mudharabah. Kurs selalu mengalami perubahan pada setiap waktunya.
Dengan menguatnya kurs rupiah terhadap Dollar AS, mencerminkan
perekonomian yang semakin mantap akan menurunkan risiko yang
pada akhirnya akan direspon oleh dunia usaha dengan meningkatnya
pembiayaan mudharabah.
94
Menurut analisis, kurs berpengaruh negatif terhadap
pembiayaan sektor kontruksi pada jangka panjang dikarenakan, data
yang didapat menyatakan bahwa kurs setiap tahun mengalami kenaikan
dan fluktuatif. Dengan meningkatnya kurs maka pembiayaan sektor
kontruksi mengalami penurunan. Hal ini mendukung teori dimana
ketika kurs meningkat minat masyarakat terhadap Dollar AS masih
cukup besar, sehingga masyarakat akan menarik dananya dari bank
yang menyebabkan bank akan mengalami kesulitan dalam
menyalurkan dana.
3. Pengaruh Financing to Deposit Ratio terhadap Pembiayaan Sektor
Kontruksi
Dari hasil penelitian pada uji VECM, FDR berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan sektor kontruksi pada jangka pendek.
Maka penelitian ini menolak H0 yang menyatakan FDR tidak
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan sektor kontruksi. Hasil uji
estimasi VECM koefisien FDR sebesar 0,012464. Ini menyatakan
bahwa FDR berpengaruh signifikan positif terhadap pembiayaan sektor
kontruksi.
Hasil ini serupa dengan penelitian sebelumnya yang
mengatakan bahwa FDR berpengaruh pada pembiayaan dikarenakan
FDR melihat perbandingan total pembiayaan yang disalurkan dengan
jumlah dana pihak ketiga, seperti hasil penelitian dari Nida Nazaahah
95
K (2013) yang menyatakan bahwa hasil FDR berpengaruh positif pada
jangka pendek dan berpengaruh negatif pada jangka panjang. FDR
merupakan perbandingan pembiayaan sektor kontruksi terhadap total
DPK. Ketika FDR sektor kontruksi meningkat maka akan
meningkatkan rasio pembiayaan untuk sektor kontruksi. Namun secara
FDR total dalam jangka panjang berpengaruh negatif dan ketika FDR
mengalami peningkatan maka terjadi penurunan rasio pembiayaan
sektor kontruksi.
Muhammad Fakhri N (2014) juga menambahkan, FDR
berpengaruh positif pada pembiayaan syariah sektor jasa dunia usaha
yang termasuk dalam pembiayaan sektor ekonomi. Ketika FDR
perbankan syariah naik, artinya kemampuan perbankan syariah untuk
melakukan pembiayaan juga semakin naik maka perbankan syariah
akan mengambil kebijakan menaikkan jumlah pembiayaan.
Menurut analisis, FDR juga membandingkan antara
pembiayaan dengan dana pihak ketiga. Hasil menunjukkan hubungan
FDR dengan pembiayaan sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi
FDR menunjukkan semakin tinggi pula pembiayaan yang disalurkan
dari dana pihak ketiga. FDR lebih fokus pada kewajiban jangka pendek
atau likuditas.
96
4. Pengaruh Non Performing Financing Sektor Kontruksi terhadap
Pembiayaan Sektor Kontruksi
Dari hasil penelitian pada uji VECM, NPFsk berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan sektor kontruksi pada jangka panjang.
Maka penelitian ini menolak H0 yang menyatakan NPFsk tidak
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan sektor kontruksi. Hasil uji
estimasi VECM koefisien NPFsk sebesar -2,10736. Ini menyatakan
bahwa NPFsk berpengaruh signifikan negatif terhadap pembiayaan
sektor kontruksi.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nida Nazaahah K (2013), NPF berpengaruh signifikan negatif pada
jangka pendek dan jangka panjang. Ketika terjadi peningkatan pada
NPF akan menurunkan rasio pembiayaan sektor kontruksi.
Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Muhammad Fakhri Nugraha (2014), NPFjdu atau pembiayaan
bermasalah jasa dunia usaha tidak berpengaruh signifikan pada
pembiayaan sektor jasa dunia usaha. NPFjdu lebih kecil daripada tiga
sektor lainya yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan NPFjdu
diabaikan. Penilitian Irfan syauqi B dan Winda Nur A (2013), NPFsp
atau pembiayaan bermasalah sektor pertanian tidak berpengaruh
signifikan pada pembiayaan sektor pertanian. Hal ini dikarenakan
97
bahwa fokus permasalahan sebenarnya lebih kepada belum tersedianya
skim pembiayaan yang tepat bagi sektor pertanian.
Menurut analisis, semakin tinggi NPFsk atau pembiayaan
bermasalah pembiayaan sektor kontruksi semakin rendah pembiayaan
sektor kontruksi. Hal ini menyebabkan dana perbankan syariah menjadi
tidak dapat berputar dari satu nasabah ke nasabah lain, karena terjadi
pembiayaan macet. Pembiayaan bermasalah yang tinggi akan
menurunkan minat bank syariah untuk menyalurkan pembiayaan pada
sektor kontruksi dan memberikan penyaluran dana pada sektor lain
yang memiliki NPF lebih rendah dari NPFsk.
5. Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Pembiayaan Sektor
Kontruksi
Dari hasil penelitian pada uji VECM, DPK berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan sektor kontruksi pada jangka panjang.
Maka penelitian ini menolak H0 yang menyatakan DPK tidak
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan sektor kontruksi. Hasil uji
estimasi VECM koefisien DPK sebesar -1,055977. Ini menyatakan
bahwa DPK berpengaruh signifikan negatif terhadap pembiayaan
sektor kontruksi.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Nida Nazaahah K
(2013), DPK berpengaruh signifikan secara negatif dalam jangka
panjang pada pembiayaan sektor kontruksi. Hasil ini sesuai dengan data
98
bahwa ketika DPK mengalami peningkatan namun rasio pembiayaan
sektor kontruksi justru mengalami penurunan.
Irfan Syauqi B dan Winda Nur A (2013), DPK berpengaruh
signifikan secara negatif dalam jangka pendek dan panjang pada
pembiayaan sektor pertanian. Hal ini terjadi karena keputusan internal
industri perbankan syariah yang mengalokasikan kenaikan jumlah DPK
untuk disalurkan pada sektor-sektor lain yang lebih menguntungkan,
sehingga kenaikan jumlah DPK tersebut tidak diikuti kenaikan
pembiayaan sektor pertanian.
Dalam penelitian Fauziyah Adzimatinur (2014), DPK
berpengaruh signifikan secara negatif pada jangka panjang pada
besaran pembiayaan perbankan syariah. Dana pihak ketiga merupakan
sumber dana bagi pembiayaan pada perbankan.
Menurut analisis, DPK berpengaruh negatif pada jangka panjang
disebabkan oleh penghimpunan dana dari DPK meningkat tetapi dana
yang dihimpun tidak dialokasikan hanya pada sektor kontruksi tetapi
untuk penyaluran dana lainya dan perbankan syariah belum
memfokuskan penghimpunan dana untuk sektor kontruksi. Kondisi ini
juga diperkuat dengan fakta yang terdapat pada grafik menggambarkan
penurunan pembiayaan sektor kontruksi ketika DPK mengalami
peningkatan.
99
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
pembiayaan sektor kontruksi. Faktor-faktornya adalah Inflasi, Kurs, FDR,
DPK, dan NPFsk atau pembiayaan bermasalah sektor kontruksi. Faktor-
faktor yang dipakai bukan hanya dari internal bank syariah, untuk
mendukung penelitian ini penulis menambahkan inflasi dan kurs agar
mendapat hasil yang lebih maksimal. Sedangkan Pembiayaan sektor
kontruksi adalah variabel dependen yang dipakai untuk di analisis.
1. Berdasarkan hasil uji VECM, Inflasi berpengaruh terhadap pembiayaan
sektor kontruksi dalam jangka panjang dengan koefisien 0,100043.
2. Berdasarkan hasil uji VECM, kurs berpengaruh negatif terhadap
pembiayaan sektor kontruksi dalam jangka panjang dnegan koefisien -
0,000205.
3. Berdasarkan hasil uji VECM, Financing to Deposit Ratio (FDR)
berpengaruh positif pada jangka pendek terhadap pembiayaan sektor
kontruksi dengan koefisien 0,012464.
4. Berdasarkan hasil uji VECM, NPFsk berpengaruh negatif jangka
panjang terhadap pembiayaan sektor kontruksi dengan koefisien
0,680769.
5. Berdasarkan hasil uji VECM, Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh
negatif terhadap pembiayaan sektor kontruksi dalam jangka panjang
100
dengan koefisien -0,200841.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat
menyampaikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Hasil dalam penelitian ini ada variabel inflasi yang memiliki
pengaruh positif jangka panjang, variabel kurs yang memiliki
pengaruh negatif jangka panjang, variabel FDR yang memiliki
pengaruh positif jangka pendek, variabel NPFsk memiliki pengaruh
negatif jangka panjang, dan variabel DPK yang memiliki pengaruh
negatif jangka panjang. Hal ini menunjukkan bahwa variabel DPK
belum memaksimalkan dan belum memfokuskan dana yang
dihimpun dari masyarakat untuk pembiayaan sektor kontruksi.
Sebaiknya, lebih difokuskan untuk penyaluran dana sektor kontruksi
dengan akad mudharabah muqayyadah karena akad tersebut
nasabah dapat menghimpun dana dan meminta penyaluran dana
yang telah dihimpun untuk sektor tertentu.
2. Penelitian ini hanya melihat pengaruh dari beberapa faktor yang
dipakai peneliti dalam memengaruhi Pembiayaan Sektor Kontruksi
(PSK). Disarankan untuk peneliti selanjutnya untuk menggunakan
variabel lainya yang mewakili faktor internal perbankan syariah
lainya atau faktor eksternal yang sekiranya memengaruhi
Pembiayaan Sektor Kontruksi agar terlihat perbandingan dan bisa
melihat variabel lain diluar penelitian yang lebih berpengaruh
101
terhadap pembiayaan sektor kontruksi pada perbankan syariah di
Indonesia.
102
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Antonio, Muhammad Syafi’i, “Bank Syariah : Dari Teori ke Praktek”,
Gema Insani Press, Jakarta, 2009.
Ariefianto, Moch. Doddy, “Ekonometrika”, Erlangga, Jakarta, 2012
Basri, Faisal, “Perekonomian Indonesia: Tantangan dan Harapan bagi
Kebangkitan Indonesia”, Erlangga, Jakarta, 2002
Basuki, Agus Tri dan Prawoto, Nano, “Analisis Regresi dalam Penelitian
Ekonomi & Bisnis: Dilengkapi dengan aplikasi SPSS & Eviews”,
PT. Raja Grafindo Persada, Depok, 2016
Case, Karl E dan Ray C Fair, “Prinsip-prinsip Ekonomi”, Erlangga, 2007
Dendawijaya, Lukman, “Manajemen Perbankan” , Ghalia Indonesia,
Jakarta, 2009
Ismail, “Perbankan Syariah”, Kencana, Jakarta, 2011
Juanda, Bambang dan Junaidi, “Ekonometrika Deret Waktu: Teori &
Aplikasi”, IPB Press, 2012
Karim, Adiwarman A, “Bank Islam, Analisis Fiqh dan Keuangan”,
Rajawali Pers Bank Indonesia, Jakarta, 2012
Karim, Adiwarman, “Ekonomi Makro Islami”, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2007
Mishkin, Frederic S, “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan”,
Salemba Empat, Jakarta, 2008
Muhammad, “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”, UPP.AMM, YKPN,
Yogyakarta, 2002.
103
Prathama, Rahardja, “Teori Ekonomi Makro: Suatu Pengantar”, Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2008
Rivai, Veithzal “Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi”,
Bumi aksara, Jakarta, 2007
Siamat, Dahlan, “Manajemen Lembaga Keuangan”, Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2004
Soemitra, Andri, “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”, Kharisma
Putra Utama, Jakarta, 2009
Sukirno, Sadono, “Makro Ekonomi Modern”, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2007
Widiarno, Bambang, dkk, “Kontruksi Indonesia : melintasi sejarah
menyongsong masa depan”, Departemen permukiman dan Prasarana
Wilayah, Jakarta, 2008
B. Penelitian / Jurnal
Annisa KF, “Pengaruh variabel makro ekonomi terhadap Pembiayaan
Bermasalah Sektor Industri Manufaktur pada Perbankan Syariah
periode 2019-2013”, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015
Adzimatinur, “Faktor-faktor yang memengaruhi Besaran Pembiayaan
Perbankan Syariah di Indonesia tahun 2010-2013”, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2014
Beik, Irfan Syauqi dan Aprianti, “Analisis Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Pembiayaan Bank Syariah untuk Sektor Pertanian di
Indonesia”, Jurnal Agro Ekonomi, Volume 31 No. 1, Bogor, 2013
Fauziah, Eva Hardini, “Pengaruh DPK, CAR, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah,
dan Tingkat Bagi Hasil terhadap Komposisi Pembiayaan”, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta, 2016
104
Kusumawati, Nida N, ”Analisis pembiayaan Sektor Kontruksi pada
Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal al-Muzara’ah, Vol I, No.
2, Bogor, 2013
Nugraha, Muhammad Fakhri, “Analisis Faktor-faktor yang memengaruhi
Pembiayaan Perbankan Syariah pada Sektor Jasa Dunia Usaha di
Indonesia”, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
Bogor, Bogor, 2014
Nugroho, Ris Yuwono Y, “Analisis Faktor-faktor Penentu Pembiayaan
Perbankan Syariah di Indonesi Aplikasi Model Vector Error
Correction”, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor,
2009
Sukmana, R dan R. M Yusoff., “Are Funds Deposited in Islamic Bank
Guided by Profit Motive? An Empirical Analysis on Malaysia” Oxford
University on Global Conference in Business and Economics, 2005
Suprihatin, “Pengaruh Kurs, Inflasi, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan
Pendapatan Bank terhadap Pembiayaan pada Bank Umum Syariah
Devisa periode 2014-2016”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri Surakarta, Surakarta, 2017
Suryadi, Geri, dkk, “Analisis Pembiayaan Sektor Perdagangan Hotel dan
Restoran pada Perbankan Syariah di Indonesia”. Jurnal Al-
Muzara’ah, Vol. 2, Nomor 2, Institut Pertanian Bogor, 2013
Widyastuti dan Anwar, “Penggunaan Variabel Instrument Moneter Syariah
untuk Menganalisis Kinerja Perbankan Syariah”, Jurnal
Akuntabilitas :102, Jakarta, 2009
Zakiah NN, “Faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah
sektor kontruksi pada Bank Umum Syariah(BUS) dan Unit Usaha
Syariah(UUS) periode 2012-2015”, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Jakarta, 2016
105
C. Laporan
Peraturan Bank Indonesia nomor 15/2/PBI/2013
Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP Tanggal 29 Mei 1993
Surat Edaran Bank Indonesia No 9/24/DPbS tanggal 30 Oktober 2007
Laporan Bank Indonesia
Laporan Statistika Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan
Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan
Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
106
LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Variabel Penelitian
VARIABEL DEPENDEN
VARIABEL INDEPENDEN
LN_PSK INFLASI KURS FDR NPFSK LN_DPK
8,632306 3,65 9109,14 87,27 0,62 11,6658
8,641532 3,56 9025,76 90,49 0,63 11,64934
8,639588 3,97 9165,33 87,13 0,62 11,69223
8,540324 4,5 9175,5 95,39 0,62 11,64936
8,679142 4,45 9290,24 97,95 0,65 11,65448
8,694837 4,53 9451,14 98,59 0,63 11,68922
8,743372 4,56 9456,59 99,91 0,63 11,70369
8,766394 4,58 9499,84 101,03 0,64 11,7254
8,810907 4,31 9566,35 102,1 0,59 11,75727
8,860641 4,61 9597,14 100,84 0,58 11,80897
8,87989 4,32 9627,95 101,19 0,56 11,83986
8,873748 4,3 9645,89 100 0,37 11,90166
8,769352 4,57 9687,33 100,63 0,47 11,91003
8,781709 5,31 9686,65 102,17 0,48 11,92368
8,840001 5,9 9709,42 102,62 0,5 11,9827
8,843759 5,57 9724,05 103,08 0,42 11,97363
8,964951 5,47 9760,91 102,08 0,45 12,00676
8,986947 5,9 9881,53 104,43 0,46 12,00741
8,977904 8,61 10073,39 104,83 0,43 12,02247
9,006141 8,76 10572,5 102,53 0,45 12,04486
9,030017 8,4 11346,24 103,27 0,46 12,05351
9,057655 8,32 11366,9 103,03 0,47 12,06691
9,042986 8,37 11613,1 102,58 0,49 12,0799
8,997889 8,38 12087,1 100,32 0,44 12,12016
8,951958 8,22 12179,65 100,07 0,34 12,08915
8,97221 7,75 11935,1 102,03 0,42 12,0904
8,995289 7,32 11427,05 102,22 0,37 12,10595
9,015298 7,25 11435,75 95,5 0,37 12,13085
8,911934 7,32 11525,94 99,43 0,33 12,15889
9,009936 6,7 11892,62 100,8 0,32 12,16249
9,29826 4,53 11689,06 99,89 0,54 12,17715
9,376194 3,99 11706,67 98,99 0,62 12,18566
9,396322 4,53 11890,77 99,71 0,55 12,19167
107
9,386308 4,83 12144,87 98,99 0,64 12,24106
9,393245 6,23 12158,3 94,62 0,85 12,25317
9,364691 8,36 12438,29 91,5 0,72 12,2916
9,330166 6,96 12579,1 99,62 0,61 12,25848
9,322508 6,29 12749,84 99,55 0,65 12,25628
9,355911 6,38 13066,82 100,36 0,63 12,26899
9,347054 6,79 12947,76 99,53 0,55 12,27361
9,357984 7,15 13140,53 99,84 0,55 12,27997
9,397649 7,26 13313,24 100,9 0,54 12,27129
9,391244 7,26 13374,79 100,07 0,56 12,28342
9,404096 7,18 13781,75 99,98 0,62 12,28468
9,381348 6,83 14396,1 99,26 0,56 12,29826
9,385805 6,25 13795,86 98,84 0,53 12,29887
9,320808 4,89 13672,57 99,59 0,6 12,30427
9,323133 3,35 13854,6 96,45 0,41 12,35093
9,288782 4,14 13889,05 96,75 0,46 12,34163
9,293578 4,42 13515,7 95,23 0,48 12,35371
9,313168 4,45 13193,14 96,04 0,66 12,35732
9,317489 3,6 13179,86 95,07 0,65 12,36226
9,298534 3,33 13419,65 93,19 0,67 12,38156
9,298534 3,45 13355,05 94,46 0,52 12,39395
9,289706 3,21 13118,82 93,13 0,49 12,40157
9,309824 2,79 13165 92,18 0,47 12,40837
9,310819 3,07 13118,24 92,04 0,49 12,48189
9,380252 3,31 13017,24 92,29 0,43 12,48627
9,416623 3,57 13310,5 91,43 0,42 12,50795
9,432123 3,02 13417,67 91,34 0,37 12,54017
108
Lampiran 2: Hasil Uji Penelitian VAR/VECM
1. Uji Stasioneritas
a) Tingkat Level
Null Hypothesis: INFLASI has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.071767 0.2566
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: LN_PSK has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.464937 0.5442
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: KURS has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.159566 0.6861
Test critical values: 1% level -3.546099
5% level -2.911730
10% level -2.593551 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
109
Null Hypothesis: FDR has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.790926 0.0657
Test critical values: 1% level -3.546099
5% level -2.911730
10% level -2.593551 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: NPFSK has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.758850 0.0705
Test critical values: 1% level -3.546099
5% level -2.911730
10% level -2.593551 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: LN_DPK has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.803877 0.8106
Test critical values: 1% level -3.546099
5% level -2.911730
10% level -2.593551 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
110
b) Tingkat First Difference
Null Hypothesis: D(INFLASI) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.676818 0.0000
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(KURS) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.114992 0.0000
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(LN_PSK) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.301763 0.0000
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
111
Null Hypothesis: D(FDR) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.429300 0.0000
Test critical values: 1% level -3.550396
5% level -2.913549
10% level -2.594521 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(NPFSK) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.451636 0.0000
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(LN_DPK) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.031233 0.0000
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
112
2. Uji Lag Optimal
3. Uji Stabilitas VAR
VAR Lag Order Selection Criteria
Endogenous variables: LN_PSK INFLASI KURS FDR NPFSK LN_DPK
Exogenous variables: C
Date: 03/18/18 Time: 12:43
Sample: 1 60
Included observations: 55
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
0 -527.7857 NA 10.83899 19.41039 19.62937 19.49507
1 -212.2866 550.6893 0.000421* 9.246786* 10.77966* 9.839560*
2 -185.4310 41.01593 0.000615 9.579307 12.42607 10.68017
3 -146.0457 51.55883* 0.000615 9.456208 13.61686 11.06517
4 -107.6886 41.84412 0.000727 9.370495 14.84504 11.48755
5 -75.93771 27.70989 0.001349 9.525007 16.31344 12.15015
* indicates lag order selected by the criterion
LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)
FPE: Final prediction error
AIC: Akaike information criterion
SC: Schwarz information criterion
HQ: Hannan-Quinn information criterion
Roots of Characteristic Polynomial
Endogenous variables: LN_PSK INFLASI KURS FDR NPFSK LN_DPK
Exogenous variables: C
Lag specification: 1 2
Date: 03/18/18 Time: 12:44 Root Modulus 0.989116 0.989116
0.900225 - 0.203399i 0.922918
0.900225 + 0.203399i 0.922918
0.813596 0.813596
0.634867 0.634867
0.415828 - 0.401797i 0.578233
0.415828 + 0.401797i 0.578233
0.100664 - 0.359028i 0.372873
113
4. Uji Kointegrasi
0.100664 + 0.359028i 0.372873
-0.356397 0.356397
-0.177669 - 0.179267i 0.252394
-0.177669 + 0.179267i 0.252394 No root lies outside the unit circle.
VAR satisfies the stability condition.
Date: 03/18/18 Time: 12:44
Sample (adjusted): 4 60
Included observations: 57 after adjustments
Trend assumption: Linear deterministic trend
Series: LN_PSK INFLASI KURS FDR NPFSK LN_DPK
Lags interval (in first differences): 1 to 2
Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)
Hypothesized Trace 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**
None * 0.649721 154.6636 95.75366 0.0000
At most 1 * 0.571447 94.86918 69.81889 0.0002
At most 2 0.267742 46.57072 47.85613 0.0657
At most 3 0.241681 28.80822 29.79707 0.0647
At most 4 0.181947 13.03913 15.49471 0.1134
At most 5 0.027542 1.591915 3.841466 0.2071 Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue)
Hypothesized Max-Eigen 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**
None * 0.649721 59.79444 40.07757 0.0001
At most 1 * 0.571447 48.29846 33.87687 0.0005
At most 2 0.267742 17.76251 27.58434 0.5150
At most 3 0.241681 15.76909 21.13162 0.2386
At most 4 0.181947 11.44722 14.26460 0.1332
At most 5 0.027542 1.591915 3.841466 0.2071 Max-eigenvalue test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
114
5. Uji Kausalitas Granger
Pairwise Granger Causality Tests
Date: 03/18/18 Time: 12:48
Sample: 1 60
Lags: 1 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. INFLASI does not Granger Cause LN_PSK 59 0.01650 0.8982
LN_PSK does not Granger Cause INFLASI 0.26817 0.6066 KURS does not Granger Cause LN_PSK 59 0.40976 0.5247
LN_PSK does not Granger Cause KURS 11.1577 0.0015 FDR does not Granger Cause LN_PSK 59 1.95131 0.1680
LN_PSK does not Granger Cause FDR 5.97730 0.0177 NPFSK does not Granger Cause LN_PSK 59 1.87837 0.1760
LN_PSK does not Granger Cause NPFSK 0.05330 0.8183 LN_DPK does not Granger Cause LN_PSK 59 2.81896 0.0987
LN_PSK does not Granger Cause LN_DPK 0.16328 0.6877 KURS does not Granger Cause INFLASI 59 3.29545 0.0748
INFLASI does not Granger Cause KURS 5.05639 0.0285 FDR does not Granger Cause INFLASI 59 1.56740 0.2158
INFLASI does not Granger Cause FDR 4.77769 0.0330 NPFSK does not Granger Cause INFLASI 59 0.83720 0.3641
INFLASI does not Granger Cause NPFSK 0.50653 0.4796 LN_DPK does not Granger Cause INFLASI 59 1.23189 0.2718
INFLASI does not Granger Cause LN_DPK 3.06658 0.0854 FDR does not Granger Cause KURS 59 1.32572 0.2545
KURS does not Granger Cause FDR 5.78281 0.0195 NPFSK does not Granger Cause KURS 59 0.92665 0.3399
KURS does not Granger Cause NPFSK 0.00999 0.9208 LN_DPK does not Granger Cause KURS 59 3.69504 0.0597
KURS does not Granger Cause LN_DPK 1.41157 0.2398 NPFSK does not Granger Cause FDR 59 0.07440 0.7860
FDR does not Granger Cause NPFSK 0.00926 0.9237 LN_DPK does not Granger Cause FDR 59 6.12883 0.0164
FDR does not Granger Cause LN_DPK 2.34460 0.1313 LN_DPK does not Granger Cause NPFSK 59 0.18045 0.6726
NPFSK does not Granger Cause LN_DPK 0.01864 0.8919
115
6. Uji Estimasi VECM ( T tabel = 1,67412)
Vector Error Correction Estimates
Date: 03/18/18 Time: 12:45
Sample (adjusted): 3 60
Included observations: 58 after adjustments
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]
Cointegrating Eq: CointEq1
LN_PSK(-1) 1.000000
INFLASI(-1) 0.100043
(0.02354)
[4.25036]
KURS(-1) -0.000205
(5.7E-05)
[-3.60738]
FDR(-1) 0.013649
(0.01014)
[ 1.34636]
NPFSK(-1) -0.680769
(0.32304)
[-2.10736]
LN_DPK(-1) -0.200841
(0.36834)
[-1.74526]
C -4.703250
Error Correction: D(LN_PSK) D(INFLASI) D(KURS) D(FDR) D(NPFSK) D(LN_DPK)
CointEq1 -0.000999 1.851037 162.0785 -0.106975 0.028227 0.047904
(0.03529) (0.43872) (164.667) (1.57013) (0.05353) (0.01345)
[-0.02830] [ 4.21921] [ 0.98428] [-0.06813] [ 0.52729] [ 3.56287]
D(LN_PSK(-1)) 0.239754 -3.472463 -140.4705 0.126136 0.277431 -0.037422
(0.14848) (1.84602) (692.885) (6.60678) (0.22525) (0.05657)
[ 1.61469] [-1.88105] [-0.20273] [ 0.01909] [ 1.23164] [-0.66146]
D(INFLASI(-1)) 0.001891 0.180077 48.93935 0.511413 -0.001410 -0.001303
(0.01010) (0.12561) (47.1462) (0.44955) (0.01533) (0.00385)
116
[ 0.18721] [ 1.43362] [ 1.03803] [ 1.13762] [-0.09200] [-0.33859]
D(KURS(-1)) 3.00E-05 0.000450 0.234525 0.001021 -1.82E-05 -2.37E-08
(3.0E-05) (0.00038) (0.14095) (0.00134) (4.6E-05) (1.2E-05)
[ 0.99412] [ 1.19746] [ 1.66394] [ 0.75944] [-0.39679] [-0.00206]
D(FDR(-1)) 0.012464 -0.095083 -7.766512 -0.156691 0.001179 -0.001194
(0.00379) (0.04709) (17.6740) (0.16852) (0.00575) (0.00144)
[ 3.29078] [-2.01926] [-0.43943] [-0.92978] [ 0.20522] [-0.82765]
D(NPFSK(-1)) 0.084958 2.044374 355.8769 -5.500938 -0.215164 0.036994
(0.09606) (1.19429) (448.263) (4.27427) (0.14573) (0.03660)
[ 0.88441] [ 1.71179] [ 0.79390] [-1.28699] [-1.47647] [ 1.01072]
D(LN_DPK(-1)) -0.053819 -6.382049 -1294.828 2.349055 -0.628687 -0.349511
(0.41459) (5.15437) (1934.64) (18.4471) (0.62894) (0.15796)
[-0.12981] [-1.23818] [-0.66929] [ 0.12734] [-0.99959] [-2.21259]
C 0.008397 0.111859 81.28626 -0.102116 0.001383 0.021153
(0.00947) (0.11777) (44.2034) (0.42149) (0.01437) (0.00361)
[ 0.88642] [ 0.94981] [ 1.83891] [-0.24228] [ 0.09621] [ 5.86081]
R-squared 0.296931 0.342514 0.098235 0.122561 0.102574 0.267423
Adj. R-squared 0.198501 0.250466 -0.028012 -0.000280 -0.023066 0.164862
Sum sq. resids 0.135482 20.94117 2950188. 268.2301 0.311797 0.019669
S.E. equation 0.052054 0.647166 242.9069 2.316161 0.078968 0.019834
F-statistic 3.016679 3.721036 0.778115 0.997719 0.816410 2.607454
Log likelihood 93.42296 -52.75539 -396.5696 -126.7091 69.25111 149.3877
Akaike AIC -2.945619 2.095013 13.95068 4.645141 -2.112107 -4.875439
Schwarz SC -2.661420 2.379212 14.23487 4.929340 -1.827908 -4.591240
Mean dependent 0.013631 -0.009310 75.72259 0.014655 -0.004483 0.015359
S.D. dependent 0.058144 0.747515 239.5746 2.315837 0.078073 0.021703
Determinant resid covariance (dof adj.) 0.000389
Determinant resid covariance 0.000160
Log likelihood -240.2883
Akaike information criterion 10.14787
Schwarz criterion 12.06622
117
7. Uji Impulse Response Function (IRF)
Respo
nse of LN_PS
K:
Period LN_PSK INFLASI KURS FDR NPFSK LN_DPK 1 0.052054 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.063086 -0.005155 0.003277 0.028244 0.006644 -0.000848
3 0.062797 -0.001529 0.009335 0.030955 0.002683 -0.001983
4 0.062264 -0.000600 0.011435 0.031643 0.004601 -0.002434
5 0.063451 -0.001618 0.010951 0.032121 0.003486 -0.002925
6 0.065066 -0.003334 0.009967 0.033378 0.002452 -0.002464
7 0.066440 -0.004740 0.009171 0.034555 0.001384 -0.002263
8 0.067517 -0.005841 0.008595 0.035526 0.000569 -0.002005
9 0.068349 -0.006682 0.008163 0.036282 -6.57E-05 -0.001854
10 0.069011 -0.007352 0.007821 0.036878 -0.000568 -0.001721
11 0.069540 -0.007888 0.007546 0.037354 -0.000969 -0.001620
12 0.069964 -0.008318 0.007325 0.037734 -0.001291 -0.001538
13 0.070304 -0.008663 0.007147 0.038040 -0.001549 -0.001472
14 0.070577 -0.008939 0.007005 0.038284 -0.001756 -0.001419
15 0.070795 -0.009160 0.006891 0.038480 -0.001921 -0.001377
16 0.070970 -0.009337 0.006800 0.038637 -0.002054 -0.001343
17 0.071110 -0.009479 0.006727 0.038763 -0.002160 -0.001316
18 0.071221 -0.009592 0.006669 0.038863 -0.002245 -0.001294
19 0.071311 -0.009683 0.006622 0.038944 -0.002313 -0.001277
20 0.071383 -0.009756 0.006585 0.039008 -0.002367 -0.001263
21 0.071440 -0.009814 0.006555 0.039060 -0.002411 -0.001252
22 0.071486 -0.009861 0.006531 0.039101 -0.002445 -0.001243
23 0.071523 -0.009898 0.006512 0.039134 -0.002473 -0.001235
24 0.071553 -0.009928 0.006496 0.039160 -0.002496 -0.001230
25 0.071576 -0.009952 0.006484 0.039182 -0.002514 -0.001225
26 0.071595 -0.009971 0.006474 0.039199 -0.002528 -0.001221
27 0.071610 -0.009986 0.006466 0.039212 -0.002539 -0.001219
28 0.071622 -0.009999 0.006460 0.039223 -0.002549 -0.001216
29 0.071632 -0.010009 0.006455 0.039232 -0.002556 -0.001214
30 0.071640 -0.010016 0.006451 0.039239 -0.002562 -0.001213
31 0.071646 -0.010023 0.006447 0.039244 -0.002567 -0.001212
32 0.071651 -0.010028 0.006445 0.039249 -0.002570 -0.001211
33 0.071655 -0.010032 0.006443 0.039252 -0.002573 -0.001210
34 0.071658 -0.010035 0.006441 0.039255 -0.002576 -0.001209
35 0.071661 -0.010038 0.006440 0.039258 -0.002578 -0.001209
36 0.071663 -0.010040 0.006439 0.039259 -0.002579 -0.001208
37 0.071665 -0.010041 0.006438 0.039261 -0.002581 -0.001208
38 0.071666 -0.010043 0.006437 0.039262 -0.002582 -0.001208
39 0.071667 -0.010044 0.006437 0.039263 -0.002582 -0.001208
40 0.071668 -0.010045 0.006436 0.039264 -0.002583 -0.001207
41 0.071668 -0.010045 0.006436 0.039264 -0.002584 -0.001207
42 0.071669 -0.010046 0.006436 0.039265 -0.002584 -0.001207
43 0.071669 -0.010046 0.006435 0.039265 -0.002584 -0.001207
44 0.071670 -0.010047 0.006435 0.039266 -0.002585 -0.001207
45 0.071670 -0.010047 0.006435 0.039266 -0.002585 -0.001207
46 0.071670 -0.010047 0.006435 0.039266 -0.002585 -0.001207
47 0.071670 -0.010047 0.006435 0.039266 -0.002585 -0.001207
118
48 0.071671 -0.010047 0.006435 0.039266 -0.002585 -0.001207
49 0.071671 -0.010048 0.006435 0.039266 -0.002585 -0.001207
50 0.071671 -0.010048 0.006435 0.039266 -0.002585 -0.001207
51 0.071671 -0.010048 0.006435 0.039267 -0.002585 -0.001207
52 0.071671 -0.010048 0.006435 0.039267 -0.002585 -0.001207
53 0.071671 -0.010048 0.006434 0.039267 -0.002585 -0.001207
54 0.071671 -0.010048 0.006434 0.039267 -0.002585 -0.001207
55 0.071671 -0.010048 0.006434 0.039267 -0.002585 -0.001207
56 0.071671 -0.010048 0.006434 0.039267 -0.002586 -0.001207
57 0.071671 -0.010048 0.006434 0.039267 -0.002586 -0.001207
58 0.071671 -0.010048 0.006434 0.039267 -0.002586 -0.001207
59 0.071671 -0.010048 0.006434 0.039267 -0.002586 -0.001207
60 0.071671 -0.010048 0.006434 0.039267 -0.002586 -0.001207
8. Uji Forecast Error Variance Decomposition (FEVD)
Varian
ce Decomposition
of LN_PS
K:
Period S.E. LN_PSK INFLASI KURS FDR NPFSK LN_DPK 1 0.052054 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.087002 88.37519 0.351104 0.141874 10.53920 0.583130 0.009506
3 0.112123 84.57824 0.229984 0.778605 13.96780 0.408363 0.037006
4 0.132695 82.40413 0.166250 1.298495 15.65925 0.411811 0.060064
5 0.151026 81.26492 0.139816 1.528207 16.61200 0.371180 0.083875
6 0.168164 80.51594 0.152069 1.583899 17.33834 0.320636 0.089114
7 0.184394 79.94896 0.192544 1.564712 17.93229 0.272308 0.089178
8 0.199835 79.48624 0.249358 1.517232 18.42852 0.232662 0.085993
9 0.214562 79.09691 0.313295 1.460844 18.84506 0.201829 0.082061
10 0.228643 78.76418 0.379291 1.403450 19.19680 0.178353 0.077927
11 0.242139 78.47638 0.444305 1.348477 19.49625 0.160627 0.073961
12 0.255102 78.22529 0.506620 1.297353 19.75319 0.147279 0.070268
13 0.267577 78.00473 0.565299 1.250547 19.97531 0.137218 0.066895
14 0.279604 77.80993 0.619925 1.208045 20.16865 0.129610 0.063839
15 0.291218 77.63709 0.670404 1.169605 20.33799 0.123830 0.061083
16 0.302452 77.48307 0.716835 1.134888 20.48719 0.119413 0.058601
17 0.313333 77.34529 0.759427 1.103528 20.61937 0.116014 0.056365
18 0.323888 77.22159 0.798447 1.075169 20.73707 0.113378 0.054347
19 0.334141 77.11012 0.834181 1.049479 20.84238 0.111317 0.052523
20 0.344112 77.00934 0.866916 1.026157 20.93703 0.109691 0.050869
21 0.353821 76.91791 0.896931 1.004935 21.02246 0.108395 0.049367
22 0.363284 76.83472 0.924484 0.985576 21.09987 0.107352 0.047998
23 0.372519 76.75877 0.949816 0.967870 21.17029 0.106504 0.046748
24 0.381540 76.68924 0.973145 0.951636 21.23457 0.105806 0.045603
25 0.390358 76.62541 0.994668 0.936713 21.29343 0.105226 0.044550
26 0.398988 76.56664 1.014562 0.922960 21.34752 0.104738 0.043581
27 0.407439 76.51239 1.032986 0.910256 21.39736 0.104323 0.042687
119
28 0.415722 76.46219 1.050083 0.898492 21.44341 0.103966 0.041859
29 0.423845 76.41562 1.065977 0.887573 21.48609 0.103656 0.041090
30 0.431818 76.37232 1.080784 0.877416 21.52573 0.103383 0.040376
31 0.439647 76.33197 1.094602 0.867949 21.56263 0.103142 0.039710
32 0.447341 76.29429 1.107522 0.859105 21.59707 0.102926 0.039088
33 0.454906 76.25903 1.119624 0.850828 21.62928 0.102731 0.038506
34 0.462348 76.22597 1.130980 0.843066 21.65946 0.102555 0.037961
35 0.469673 76.19493 1.141654 0.835775 21.68780 0.102393 0.037448
36 0.476886 76.16571 1.151703 0.828914 21.71446 0.102245 0.036966
37 0.483991 76.13818 1.161178 0.822447 21.73957 0.102108 0.036512
38 0.490994 76.11219 1.170126 0.816341 21.76328 0.101980 0.036083
39 0.497899 76.08762 1.178589 0.810568 21.78568 0.101861 0.035677
40 0.504710 76.06435 1.186604 0.805102 21.80690 0.101750 0.035293
41 0.511430 76.04229 1.194205 0.799919 21.82701 0.101645 0.034929
42 0.518063 76.02135 1.201423 0.794998 21.84610 0.101547 0.034583
43 0.524612 76.00144 1.208285 0.790320 21.86424 0.101454 0.034254
44 0.531081 75.98249 1.214817 0.785867 21.88151 0.101366 0.033941
45 0.537472 75.96444 1.221042 0.781624 21.89797 0.101282 0.033643
46 0.543787 75.94721 1.226981 0.777576 21.91367 0.101203 0.033359
47 0.550031 75.93076 1.232653 0.773711 21.92866 0.101127 0.033088
48 0.556204 75.91504 1.238075 0.770016 21.94299 0.101055 0.032828
49 0.562309 75.89999 1.243264 0.766480 21.95670 0.100986 0.032580
50 0.568349 75.88558 1.248233 0.763093 21.96983 0.100921 0.032342
51 0.574326 75.87177 1.252998 0.759847 21.98242 0.100858 0.032114
52 0.580240 75.85851 1.257569 0.756732 21.99449 0.100797 0.031895
53 0.586096 75.84579 1.261959 0.753740 22.00609 0.100739 0.031685
54 0.591893 75.83355 1.266178 0.750866 22.01724 0.100684 0.031483
55 0.597634 75.82179 1.270235 0.748101 22.02796 0.100630 0.031289
56 0.603320 75.81047 1.274141 0.745440 22.03827 0.100579 0.031102
57 0.608954 75.79956 1.277903 0.742876 22.04821 0.100529 0.030922
58 0.614535 75.78905 1.281528 0.740406 22.05779 0.100481 0.030748
59 0.620067 75.77891 1.285025 0.738023 22.06703 0.100435 0.030581
60 0.625549 75.76912 1.288400 0.735723 22.07594 0.100391 0.030419