FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS ...
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS ...
1
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS
IMMINENS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KOTA PADANGSIDIMPUAN
T E S I S
OLEH
LAYLA FADHILAH RANGKUTI
157032077
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
2
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS
IMMINENS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KOTA PADANGSIDIMPUAN
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Peminatan Kesehatan Reproduksi
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
LAYLA FADHILAH RANGKUTI
157032077
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
Universitas Sumatera Utara
3
Judul Tesis : Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kejadian Abortus
Imminens Di Rumah Sakit Umum Daerahkota
Padangsidimpuan
Nama Mahasiswa : Layla Fadhilah Rangkuti
Nomor Induk Mahasiswa : 157032077
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Peminatan : Kesehatan Reproduksi
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Prof. dr. Delfi Lutan.,M.Sc., Sp.OG(K) Sri Rahayu Sanusi., S.K.M., M.Kes., Ph.D Ketua Anggota
Ketua Program Studi S2 Dekan
( Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D) (Prof. Dr. Dra Ida Yustina., M.Si)
Tanggal Lulus: 21 Agustus 2017
Universitas Sumatera Utara
4
Telah diuji
Pada tanggal : 21 Agustus 2017
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. dr. Delfi Lutan., M.Sc., Sp.OG (K)
Anggota : 1. Sri Rahayu Sanusi., S.K.M., M.Kes., Ph.D
2. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M
3. Dr. Drs. R Kintoko Rochadi, M.K.M
Universitas Sumatera Utara
5
PERNYATAAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS
IMMINENS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KOTA PADANGSIDIMPUAN
T E S I S
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 21 Agustus 2017
(Layla Fadhilah Rangkuti)
Universitas Sumatera Utara
6
ABSTRAK
Abortus imminens adalah abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman
terjadinya abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan
hasil konsepsi masih baik dalam kandungan. Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per
jam. Sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus antara 15-20 % dari semua
kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati 50%.
Komplikasi abortus imminens berupa perdarahan atau infeksi yang dapat
menyebabkan kematian.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Kejadian Abortus Imminens di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Padangsidimpuan. Jenis penelitian ini bersifat studi analitik observasional dengan
desain penelitian case control. Sampel kasus dan kontrol dalam penelitian ini
berjumlah 100 dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan. Metode
analisis data yang digunakan meliputi analisis univariat, analisis bivariat dengan chi-
square dan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik.
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa secara signifikan kejadian abortus
imminens dipengaruhi oleh umur ibu, paritas, dan penyakit Ibu. Hasil analisis regresi
logistik menunjukkan faktor yang memiliki pengaruh paling dominan dengan
kejadian abortus imminens yaitu umur ibu dengan nilai OR 3,791, paritas dengan
nilai OR 6,304, dan penyakit Ibu dengan nilai OR 27,936.
Untuk mencegah terjadinya abortus imminens diharapakan kepada petugas
kesehatan khususnya bidan agar lebih meningkatkan ilmu dan keterampilan agar
dapat mendeteksi sedini mungkin terjadinya abortus imminens sehingga komplikasi
dapat diatasi dengan baik dan dapat memberikan penyuluhan atau konseling kepada
ibu hamil mengenai abortus imminens.
Kata Kunci : Ibu Hamil, Abortus Imminens
i
Universitas Sumatera Utara
7
ABSTRACT
Imminent abortion is the first stage abortion which becomes a threat. It is
identified by bleeding in the vagina, closed uterine ostium, and conception in the
womb is good. On the average, there are 114 cases of abortion per hour. Most of the
studies state that the incidence of abortion is 15-20% of all pregnancies. In reality,
however, it can be close to 50%. Complication in imminent abortion is bleeding or
infection which can cause death.
The objective of this research was to analyze some factors which influence the
incidence of imminent abortion in the Regional General Hospital, Padangsidimpuan.
The research used observational analytic study with case-control design. The samples
were 100 with inclusion and exclusion criteria. The data were analyzed by using
univariate analysis, bivariate analysis with chi square test, and multivariate analysis
with logistic regression test.
The result of the research showed that there was significant influence of
women’s age, parity, and illness on the incidence of abortion. The result of logistic
regression test showed that the variables which had dominant influence were age
(OR-value = 3.791, parity (OR-value = 6.304), and illness (OR-value = 27.936).
It is recommended that health care providers, particularly midwives, increase
their knowledge and skill in early detection of the incidence of abortion so that
complication can be handled properly. They should also provide counseling for
pregnant women about imminent abortion.
Keywords: Pregnant Women, Imminent Abortion
ii
Universitas Sumatera Utara
8
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, dan segala puji
bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis dengan judul “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kejadian
Abortus Imminens Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan”
Tesis ini dapat selesai dengan baik berkat limpahan rahmat dan karunia Allah
SWT, namun dalam penulisan tesis ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin megucapkan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu., S.H., M. Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra Ida Yustina., M.Si selaku Dekan Fakulatas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Ir. Etti Sudaryati., M.K.M., Ph.D selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
4. Destanul Aulia., S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D selaku Sekretaris Program
Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
iii
Universitas Sumatera Utara
9
5. Prof. dr. Delfi Lutan.,M.Sc., Sp.OG(K) selaku ketua komisi pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu dan perhatian serta dorongan moril dalam
membimbing penulis menyelesaikan tesis ini.
6. Sri Rahayu Sanusi., S.K.M., M.Kes., Ph.D selaku anggota komisi
pembimbing sekaligus inspirator penulis yang juga telah banyak meluangkan
waktu dan perhatian serta dorongan moril dalam membimbing penulis
menyelesaikan tesis ini.
7. DR. dr. Taufik Ashar., M.K.M selaku ketua komisi penguji yang telah
memberikan perhatian, bimbingan, dan saran perbaikan dalam penulisan tesis.
8. Dr. Drs. R Kintoko Rochadi., M.K.M selaku anggota komisi penguji yang
juga telah memberikan perhatian, bimbingan, dan saran untuk perbaikan tesis
yang lebih baik.
9. Seluruh dosen Program Studi Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan ilmu pengetahuan yang sangat membantu penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
10. Seluruh karyawan administrasi Program Studi Pascasarjanan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang
telah membantu kelancaran administrasi yang dibutuhkan penulis sampai
penyelesaian tesis.
iv
Universitas Sumatera Utara
10
11. dr. H. Aminuddin selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Padangsidimpuan dan dr. Irma Suluwanti Harahap selaku Wakil Direktur
Komite Klinik Dan Diklat yang membantu kelancaran pembuatan tesis ini.
12. Seluruh Karyawan dan Staf Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Padangsidimpuan yang juga telah banyak membantu dalam proses
pelaksanaan penelitian di lapangan.
13. Ucapan terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada Mama Hj. Duma
Sari Hasibuan dan Ayah Drs. H. Asmuni Rangkuti yang penulis banggakan
dan cintai yang telah banyak memberikan kasih sayang, dukungan, motivasi,
do’a dan pengorbanan baik secara moril maupun materil sehingga penulis
dapat menyelesaikan studi dengan baik.
14. Ucapan terima kasih yang tulus juga penulis ucapkan kepada Bunda
Dermayun Hasibuan, Adek Nisa Aulia Nur Fadhilah, dan calon suami
Mustamin Tanjung., SST yang telah memberikan support dan motivasi serta
kesabaran dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan studi
dengan baik.
15. Teman-teman seperjuangan, Elvina, Anni Mardiah Pohan, Lisna Khairani
Nasution, Nindya Anggiani Sembiring, Nurma Junita dan seluruh teman-
teman Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Univeristas Sumatera
Utara, khususnya Minat Studi Kesehatan Reproduksi (Kespro B) atas bantuan
dan semangatnya dalam penyusunan tesis ini.
v
Universitas Sumatera Utara
11
16. Semua pihak yang telah turut serta membantu pembuatan tesis ini yang tidak
dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.
Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya. Penulis menyadari bahwa
tesis ini tidak lepas dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekurangan, oleh
karena itu penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam isi maupun
penulisan. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin Ya Robbal
‘Alamiin...
Medan, 21 Agustus 2017
Penulis
Layla Fadhilah Rangkuti
157032077
vi
Universitas Sumatera Utara
12
RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
Nama : Layla Fadhilah Rangkuti
Tempat Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 17 Mei 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Mandailing/ Indonesia
Anak ke : 1 (Satu)
Alamat : Jl. Sutan Soripada Mulia Gg. Melati 4 No. 8D,
Padangsidimpuan Utara, Kota Padangsidimpuan
II. DATA ORANG TUA
Nama Ayah : Drs. H. Asmuni Rangkuti
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Nama Ibu : Hj. Duma Sari Hasibuan, BA
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Sutan Soripada Mulia Gg. Melati 4 No. 8D,
Padangsidimpuan Utara, Kota Padangsidimpuan
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
1997-1998 : TK Kartika Candra Kirana 1-49 Padangsidimpuan
1998 – 2004 : SD Negeri 200117 Padangsidimpuan
2004 – 2007 : MTs Negeri 1 Model Padangsidimpuan
2007 – 2010 : MA Negeri 2 Model Padangsidimpuan
2010 – 2013 : Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Program
Studi Diploma III Kebidanan Padangsidimpuan
2013 – 2014 : STIKes Haji Sumatera Utara Program Studi
Diploma IV Bidan Pendidik
2015- 2017 : Universitas Sumatera Utara Program Studi
Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan
Reproduksi
vii
Universitas Sumatera Utara
13
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB 1: PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 10
1.4 Hipotesis .................................................................................. 10
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................. 11
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 12
2.1. Abortus ................................................................................... 12
2.1.1. Defenisi ......................................................................... 12
2.1.2. Etiologi ......................................................................... 13
2.1.3. Frekuensi ...................................................................... 16
2.1.4. Patofisiologis ................................................................ 17
2.1.5. Klasifikasi .................................................................... 18
2.1.6. Komplikasi ................................................................... 21
2.1.7. Penanganan .................................................................. 22
2.1.8. Dampak Psikologis Pada Ibu ....................................... 23
2.2. Abortus Imminens .................................................................. 24
2.2.1. Defenisi ......................................................................... 24
2.2.2. Etiologi ......................................................................... 25
2.2.3. Tanda Dan Gejala ......................................................... 32
2.2.4. Diagnosis ...................................................................... 32
2.2.5. Pemeriksaan Penunjang ................................................ 33
2.2.6. Pencegahan ................................................................... 34
2.2.7. Penanganan ................................................................... 36
2.3. Landasan Teori ...................................................................... 38
viii
Universitas Sumatera Utara
14
2.4. Kerangka Konsep .................................................................. 41
BAB 3: METODE PENELITIAN ........................................................... 42
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ..................................................... 42
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................... 43
3.3. Populasi dan Sampel .............................................................. 43
3.3.1 Populasi ......................................................................... 43
3.3.2 Sampel ........................................................................... 43
3.3.3 Besar Sampel ................................................................. 44
3.3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ........................................ 46
3.4. Metode Pengumpulan Data ................................................... 47
3.5. Variabel Dan Defenisi Operasional ....................................... 47
3.5.1 Variabel Dependent ....................................................... 48
3.5.2 Variabel Independent .................................................... 48
3.6. Metode Pengukuran................................................................ 49
3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Dependent .................. 49
3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Independent ................ 50
3.7. Metode Analisis Data ............................................................. 52
3.7.1. Analisis Univariat......................................................... 52
3.7.2. Analisis Bivariat ........................................................... 52
3.7.3. Analisis Multivariat ...................................................... 54
BAB 4: HASIL PENELITIAN ................................................................ 56
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................... 56
4.2. Hasil Analisis ......................................................................... 57
4.2.1. Analisis Univariat......................................................... 58
4.2.2. Analisis Bivariat ........................................................... 60
4.2.2.1. Pengaruh Umur terhadap Kejadian Abortus
Imminens ........................................................ 61
4.2.2.2. Pengaruh Usia Kehamilan terhadap Kejadian
Abortus Imminens .......................................... 61
4.2.2.3. Pengaruh Paritas terhadap Kejadian Abortus
Imminens ........................................................ 62
4.2.2.4. Pengaruh Riwayat Abortus terhadap Kejadian
Abortus Immines ............................................ 62
4.2.2.5. Pengaruh Penyakit terhadap Kejadian Abortus
Imminens ........................................................ 62
4.2.3. Analisis Multivariat ...................................................... 63
ix
Universitas Sumatera Utara
15
BAB 5: PEMBAHASAN .......................................................................... 66
5.1. Pengaruh Umur terhadap Kejadian Abortus Imminens ......... 66
5.2. Pengaruh Usia Kehamilan terhadap Kejadian Abortus
Imminens ................................................................................ .. 69
5.3. Pengaruh Paritas terhadap Kejadian Abortus Imminens ........ .. 71
5.4. Pengaruh Riwayat Abortus terhadap Kejadian Abortus
Imminens ................................................................................... 74
5.5. Pengaruh Penyakit Ibu terhadap Kejadian Abortus
Imminens ................................................................................ .. 78
5.6. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 81
BAB 6: KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 82
6.1. Kesimpulan................................................................................ 82
6.2. Saran .......................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 85
LAMPIRAN
x
Universitas Sumatera Utara
16
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1.1. Data Kejadian Abortus Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Padangsidimpuan Tahun 2013-2016 ................................................ 7
3.3.3 Nilai Odd Rasio Untuk Setiap Variabel ........................................... 45
3.6. Aspek Pengukuran Variabel Dependent dan Variabel
Independent ...................................................................................... 50
4.2.1 Karakteristik Ibu Hamil Dengan Abortus Imminens di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan ................................... 58
4.2.2.1 Distribusi Pengaruh Umur Ibu, Usia Kehamilan, Paritas,
Riwayat Abortus, dan Penyakit Ibu terhadap Kejadian Abortus
Imminens di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan . 60
4.2.3 Hasil Uji Regresi Logistik Ganda Untuk Identifikasi Variabel
yang Akan Masuk Dalam Model .................................................... 63
xii
Universitas Sumatera Utara
17
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
2.3. Kerangka Teori ....................................................................................... 40
2.4. Kerangka Konsep.................................................................................... 41
3.1. Skema Dasar Studi Kasus-Kontrol ......................................................... 42
xiii
Universitas Sumatera Utara
18
DAFTAR ISTILAH
Abortus : Keguguran
AKI : Angka Kematian Ibu
Amenorea : Tidak terjadinya haid minimal 3 bulan berturut-turut
Antibiotika : Segolongan Molekul, baik alami maupun efek menekan atau
menghentikan suatu proses biokimia didalam organisme,
khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri
Alfibrinogenia : Kelainan Sistem Pembekuan darah
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Dilatasi dan Kuretase : Operasi rahim untuk wanita dengan masalah menstruasi,
hamil, keguguran, atau polip
Fetus : Janin
hCG : Human Chorionic Gonadotropin yaitu hormon yang
diproduksi pada masa kehamilan
Hemorrhage : Perdarahan
HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir
IUGR : Intrauterine Growth Restriction
KPD : Ketuban Pecah Dini
O2 : Oksigen
Pb : Lambang dari unsur kimia Timbal
Pneumonia : Radang Paru-Paru
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
Serviks : Leher rahim
SDKI : Survey Demografi Kesehatan Indonesia
Stolsel : Darah beku
Syok : Merupakan kondisi medis yang mengancam nyawa yang
terjadi ketika tubuh tidak mendapat cukup aliran darah
Syok Hemoragik : Syok yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak
USG : Ultrasonografi
Uterotonika : Obat-obat yang memberikan pengaruh kontraksi pada rahim
Uterus : Rahim
V.T : Vagina Toucher (Pemeriksan Dalam Pada Vagina)
WHO : World Health Organization
Zigot : Sel yang terbentuk sebagai hasil bersatunya dua sel kelamin
xiv
Universitas Sumatera Utara
19
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Studi Pendahuluan
Lampiran 2 Surat Balasan Studi Pendahuluan
Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 4 Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 5 Lembar Kesediaan Komisi Pembimbing
Lampiran 6 SK Pengangkatan Komisi Pembimbing Tesis Mahasiswa
Lampiran 7 Lembar Instrumen Penelitian
Lampiran 8 Lembar Status Resume Medis Pasien RSUD Kota Padangsidimpuan
Lampiran 9 Lembar Status Kebidanan Dan Kandungan Pasien RSUD Kota
Padangsidimpuan
Lampiran 10 Data Kasus
Lampiran 11 Data Kontrol
Lampiran 12 Master Data
Lampiran 13 Lembar SPSS Univariat
Lampiran 14 Lembar SPSS Analisis Bivariat
Lampiran 15 Lembar SPSS Analisis Multivariat
xv
Universitas Sumatera Utara
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan masalah penting yang tengah dihadapi oleh
masyarakat saat ini, apalagi yang tengah menimpa kaum wanita. Kesehatan
reproduksi wanita adalah hal yang sangat perlu diperhatikan menimbang bahwa
wanita adalah makhluk yang unik. Wanita dalam siklus hidupnya mengalami tahap-
tahap kehidupan, diantaranya dapat hamil dan melahirkan.
Menurut World Health Organization (WHO), lima penyebab kematian ibu
terbesar yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, partus lama/macet,
dan abortus. Kematian ibu di Indonesia masih di dominasi oleh tiga penyebab utama
kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, dan infeksi.
Pada siklus hidupnya, wanita mengalami tahap-tahap kehidupan di antaranya
dapat hamil dan melahirkan. Beberapa kehamilan berakhir dengan kelahiran tapi
tidak jarang yang mengalami abortus. Abortus didefenisikan sebagai keluarnya hasil
konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari
1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu (Rukiyah, 2010).
Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah ancaman
atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram (Prawirohardjo, 2014).
1
Universitas Sumatera Utara
2
Abortus Imminens adalah terjadinya perdarahan bercak yang menunjukan
ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini
kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan, ditandai dengan perdarahan
bercak hingga sedang, serviks tertutup (karena pada saat pemeriksaan dalam belum
ada pembukaan), uterus sesuai usia gestasi, kram perut bawah, nyeri memilin karena
kontraksi tidak ada atau sedikit sekali, tidak ditemukan kelainan pada serviks
(Rukiyah, 2010).
Abortus imminens merupakan komplikasi kehamilan tersering dan
menyebabkan beban emosional serius, terjadi satu dari lima kasus dan meningkatkan
risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi berat badan lahir rendah (BBLR),
kematian perinatal, perdarahan antepartum, dan ketuban pecah dini (KPD) namun
tidak ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Diagnosis abortus imminens
ditentukan karena terjadi perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri
eksternum, disertai nyeri perut sedikit atau tidak sama sekali, serviks tertutup, dan
janin masih hidup (Prawirohardjo, 2014).
Risiko abortus imminens semakin tinggi dengan bertambahnya paritas dan
semakin bertambahnya usia ibu dengan asumsi bahwa semakin tinggi paritas maka
semakin tinggi angka kejadian abortus dan semakin rendah paritas
maka angka kejadian abortus akan semakin rendah. Komplikasi yang berbahaya pada
abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi dan syok. Selain risiko secara fisik, wanita
yang mengalami abortus juga akan mengalami risiko psikologis seperti adanya
konflik dalam pengambilan keputusan, bersikap mendua dan ragu-ragu dalam
Universitas Sumatera Utara
3
membuat keputusan, merasa ditekan atau dipaksa, merasa tidak kuasa memutuskan
atau merasa berhak memilih (Rukiyah, 2010).
Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi menyatakan
kejadian abortus antara 15-20 % dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh
kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati 50%. Hal ini dikarenakan tingginya
angka chemical pregnancy loss yang tidak diketahui pada 2-4 minggu setelah
konsepsi. Sebagian besar kegagalan kehamilan ini dikarenakan kegagalan gamet,
misalnya sperma dan disfungsi oosit (Prawirohardjo, 2014).
WHO memperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahun di Asia
Tenggara, dengan perincian 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura, antara
750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia, antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina dan
antara 300.000 sampai 900.000 di Thailand.
Di Amerika Serikat, angka kejadian abortus secara nasional berkisar antara
10–20%. Menurut Depkes RI di Indonesia abortus menempati urutan kedua penyebab
AKI yaitu sebanyak 26%, di Indonesia terdapat 43 kasus abortus per 100 ribu
kelahiran hidup. Kejadian abortus di Indonesia paling tinggi di Asia Tenggara, yaitu
sebesar dua juta dari 4,2 juta kasus.
Di Indonesia angka kematian Ibu (AKI) menurut survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012 meningkat menjadi 359 kematian per 100 000 kelahiran
hidup. Kejadian abortus di Indonesia setiap tahun terjadi 2 juta kasus. Ini artinya
terdapat 43 kasus abortus per 100 kelahiran hidup.
Universitas Sumatera Utara
4
Menurut BKKBN dari laporan Australian Consortium For In Country
Indonesian Studies (2013) menunjukkan hasil penelitian di 10 kota besar dan 6
kabupaten di Indonesia terjadi 43% aborsi per 100 kelahiran hidup. Aborsi tersebut
dilakukan oleh perempuan di perkotaan sebesar 78% dan perempuan di pedesaan
sebesar 40%. Perempuan yang melakukan aborsi di daerah perkotaan besar di
Indonesia umumnya berusia remaja dari 15 tahun hingga 19 tahun. Umumnya aborsi
tersebut dilakukan akibat kecelakaan atau kehamilan yang tidak diinginkan
(Kusumawati, 2014).
Data kejadian abortus imminens di Klinik Bersalin Elvina Tanjung Sari
Medan diperoleh pada tahun 2011 sebanyak 10 orang, pada tahun 2012 sebanyak 25
orang, dan pada tahun 2013 sebanyak 23 orang. Data abortus imminens yang berakhir
menjadi abortus yang tidak dapat dipertahankan lagi pada tahun 2012-2013 adalah
sebanyak 12 orang (Mariana, 2011).
Hasil penelitian Hamidah di Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo
tahun 2011 diperoleh usia, paritas, usia kehamilan, dan riwayat abortus berhubungan
dengan abortus imminens. Variabel pendidikan tidak berhubungan dengan kejadian
abortus imminens. Analisis multivariate menyatakan bahwa paritas > 3 berisiko 6,9
kali lebih besar dibandingkan paritas 1-3. Usia < 20 dan > 35 tahun berisiko 4 kali
lebih besar dibandingkan usia 20-35 tahun, riwayat abortus berisiko 4,2 kali lebih
besar dari ibu yang tidak memiliki riwayat abortus. Paritas merupakan faktor risiko
yang dominan terhadap kejadian abortus imminens.
Universitas Sumatera Utara
5
Hasil penelitian Mursyida (2011), didapatkan Ada hubungan bermakna antara
umur ibu dengan kejadian abortus imminens dari uji statistik didapatkan ρ value =
0,01, Ada hubungan bermakna antara usia kehamilan dengan kejadian abortus
imminens dari uji statistik didapatkan ρ value = 0,03, Ada hubungan bermakna antara
paritas dengan kejadian abortus imminens dari uji statistik didapatkan ρ value =
0,002 di Instalasi Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
Berdasarkan hasil penelitian Yakistiran, dkk dengan meneliti 493 pasien
dengan diagnosis abortus imminens yang dirawat di Departemen Ginekologi dan
Obstetri Fakultas Kedokteran Universitas Ankara Turki antara tahun 2007 sampai
2015 didapatkan ada pengaruh yang merugikan dari usia ibu dan riwayat abortus
dengan abortus imminens dan berisiko terjadinya persalinan prematur, abortus, bayi
berat badan lahir rendah dan ketuban pecah dini pada kelompok abortus imminens.
Berdasarkan variabel penelitian terdahulu, ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan kejadian abortus imminens, yaitu umur ibu, usia kehamilan,
paritas dan riwayat abortus. Namun peneliti tertarik untuk menambahkan variabel
penyakit ibu karena pada penelitian sebelumnya belum ada yang meneliti tentang
hubungan penyakit ibu dengan kejadian abortus imminens.
Penyakit-penyakit ibu seperti penyakit infeksi yang menyebabkan demam
tinggi karena pneumonia, tifoid, pielitis, rubella, demam malta, dan sebagainya;
Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus
pada fetus; Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan lain-lain, ibu yang asfeksia
seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat, anemi gravis; Malnutrisi,
Universitas Sumatera Utara
6
avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan vitamin A, C, atau
E, dan diabetes melitus juga merupakan faktor penyebab terjadinya abortus imminens
(Mochtar, 2011).
Hampir 50% dari kehamilan berakhir dengan keguguran, jika kehamilan
berlanjut janin yang dilahirkan oleh ibu akan berakibat buruk seperti kelahiran
prematur, ketuban pecah dini, preeklamsia, solusio plasenta dan Intrauterine Growth
Restriction (IUGR) dapat terjadi. Hal ini juga diketahui bahwa usia ibu, penyakit
sistemik seperti diabetes mellitus, hipotiroidisme, pengobatan infertilitas, trombofilia,
berat badan ibu dan struktur rahim yang abnormal meningkatkan risiko abortus
imminens (Yakistiran dkk, 2016).
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Padangsidimpuan merupakan
salah satu fasilitas kesehatan terbesar di Kota Padangsidimpuan. Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Padangsdimpuan juga merupakan rumah sakit rujukan dari segala
daerah yang berada disekitar Pemerintahan Kota Padangsidimpuan seperti Pemkab
Mandailing Natal, Pemkab Tapanuli Selatan, Pemkab Padang Lawas, Pemkab Padang
Lawas Utara, Pemkab Tapanuli Tengah dan Pemko Sibolga. Data kejadian Abortus
Imminens yang didapatkan dari studi pendahuluan di ruang Rekam Medik Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan periode tahun 2013-2016 disajikan pada
tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
7
Tabel 1.1. Data Kejadian Abortus Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Padangsdimpuan Tahun 2013-2016
Tahun
Abortus
Inkomplitus Imminens Komplitus Missed Insipiens Provo
katus Jumlah
2013 57 12 4 2 - 1 76
2014 56 15 8 3 2 - 84
2015 50 21 2 1 3 - 78
2016 81 29 1 3 - - 114
Dari data di atas menunjukan terjadinya peningkatan jumlah kasus abortus
imminens dari tahun ke tahun di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota
Padangsidimpuan.
Berbeda dengan data yang didapatkan dari Ruang Kebidanan Rumah Sakit
Umum Daerah di sekitar Pemerintahan Kota Padangsidimpuan, seperti di Rumah
Sakit Umum Daerah Panyabungan, jumlah kasus abortus imminens periode 1 Januari
- 31 Desember 2016 sebanyak 13 kasus. Di Rumah Sakit Umum Daerah Sipirok
jumlah kasus abortus imminens periode 1 Januari – 31 Desember sebanyak 3 kasus.
Data di Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan jumlah kasus abortus imminens
periode 1 Januari – 31 Desember sebanyak 11 kasus. Dan data di Rumah Sakit Umum
Daerah Gunung Tua jumlah kasus abortus imminens periode 1 Januari – 31
Desember sebanyak 7 kasus. Sedangkan data yang diperoleh dari Rekam Medik
Rumah Sakit Haji Medan, kejadian abortus imminens periode 1 Januari – 31
Desember hanya sebanyak 9 kasus. Dengan demikian, karena angka kasus kejadian
abortus imminens tertinggi adalah di Rumah Sakit Umum Daerah Padangsidimpuan
Universitas Sumatera Utara
8
dan belum pernah ada penelitian sebelumnya disana sehingga peneliti menetapkan
lokus penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Padangsidimpuan.
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman dalam kehamilan,
persalinan dan kelahiran yaitu 20-34 tahun. Frekuensi abortus yang secara klinis
bertambah 12% pada wanita yang berusia kurang dari 20 tahun dan menjadi 26%
pada wanita yang berumur diatas 40 tahun. Risiko abortus juga meningkat seiring
dengan paritas. Paritas lebih dari 3 termasuk risiko tinggi terjadinya abortus
(Cunningham dkk, 2014).
Abortus dapat dialami oleh semua ibu hamil, faktor risikonya meliputi usia
dan riwayat abortus berulang. Usia dapat mempengaruhi kejadian abortus berulang
karena pada usia kurang dari 20 tahun belum matangnya alat reproduksi untuk hamil
sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan
janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia lebih dari 35 tahun disebabkan
berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada kromosom dan penyakit kronis
(Manuaba, 2013).
Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan,
infeksi, dan eklamsia namun sebenarnya abortus juga merupakan penyebab kematian
ibu, hanya saja muncul dalam bentuk perdarahan dan sepsis. Meskipun secara umum
diakui bahwa kematian ibu yang disebabkan oleh komplikasi abortus sering tidak
muncul dalam laporan kematian dalam sistem statistik vital di Amerika Serikat akan
tetapi ada hampir 200 negara di mana prosedur abortus dilegalkan dan diperkirakan
hampir 45-50 juta kasus dilaporkan setiap tahun di seluruh dunia, tetapi tidak ada
Universitas Sumatera Utara
9
negara yang melaporkan komplikasi aborsi tersebut sebagai kematian. Semakin
tingginya angka kejadian abortus dapat meningkatkatkan angka morbiditas ibu
bahkan angka mortalitas ibu (Studnicki dkk, 2016).
Abortus imminens merupakan komplikasi kehamilan tersering dan
menyebabkan beban emosional serius, yang dapat meningkatkan risiko keguguran,
kelahiran prematur, bayi berat badan lahir rendah (BBLR), kematian perinatal,
perdarahan antepartum, dan ketuban pecah dini (KPD). Apabila Abortus Imminens
tidak diberi penanganan yang tepat dan sesuai dengan prosedur maka akan terjadi
komplikasi yang menyebabkan meningkatnya angka morbiditas ibu. Dan apabila
komplikasi tersebut tidak juga diberi penangan yang tepat maka bisa saja terjadi
kematian pada ibu yang akan meningkatkan angka mortalitas ibu. Terlalu sedikit
informasi yang di dapat oleh ibu baik di praktek umum maupun di fasilitas kesehatan
lainnya mengenai alasan mengapa abortus terjadi serta akibatnya pada kehamilan
yang akan datang.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Abortus Imminens di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dilihat bahwa adanya peningkatan
kejadian abortus imminens periode 2015-2016. Hal ini akan menjadi penyebab
tingginya angka morbiditas pada ibu yang mengalami abortus. Berdasarkan rumusan
Universitas Sumatera Utara
10
masalah di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Faktor-Faktor
apakah yang memengaruhi Kejadian Abortus Imminens di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Padangsidimpuan.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Kejadian Abortus Imminens di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Padangsidimpuan.
1.4. Hipotesis
1. Ada pengaruh umur ibu dengan Kejadian Abortus Imminens di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan.
2. Ada pengaruh usia kehamilan dengan Kejadian Abortus Imminens di
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan.
3. Ada pengaruh paritas dengan Kejadian Abortus Imminens di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Padangsidimpuan.
4. Ada pengaruh riwayat abortus dengan Kejadian Abortus Imminens di
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan.
5. Ada pengaruh penyakit dengan Kejadian Abortus Imminens di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan.
Universitas Sumatera Utara
11
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini menjadi sumber informasi bagi masyarakat terutama kalangan
wanita dan para ibu hamil mengenai Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian
Abortus khususnya abortus Imminens dan dapat mencegah agar kejadian abortus
tidak terjadi atau terulang lagi pada kehamilan berikutnya dan nantinya diharapkan
anak akan lahir dengan selamat, sehat serta diharapkan dapat menurunkan angka
kejadian abortus.
Universitas Sumatera Utara
12
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Abortus
2.1.1 Defenisi
Abortus didefenisikan sebagai keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu
hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur
kehamilan kurang dari 28 minggu (Rukiyah, 2010). Sedangkan menurut
Prawirohardjo (2014) Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan. Di bawah ini dikemukakan beberapa defenisi para ahli tentang
abortus :
1. Eastman : Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana
fetus belum sanggup hidup sendiri diluar uterus. Belum sanggup diartikan
apabila fetus ini belum terletak antara 400-1000gr atau usia kehamilan
kurang dari minggu.
2. Jeffcoat : Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia
kehamilan 28 minggu yaitu fetus belum berkembang (variable by law)
3. Hoimer : Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16
dimana proses plantasi belum selesai (Mochtar, 2011).
12
Universitas Sumatera Utara
13
Abortus atau keguguran adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat
bertahan hidup, yaitu sebelum kehamilan berusia 22 minggu atau berat janin belum
mencapai 500 gram. Abortus biasanya ditandai dengan terjadinya perdarahan pada
wanita yang sedang hamil, dengan adanya peralatan USG sekarang dapat diketahui
bahwa abortus dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yang pertama adalah abortus karena
kegagalan perkembangan janin dimana gambaran USG menunjukkan kantong
kehamilan yang kosong. Sedangkan jenis yang kedua adalah abortus karena kematian
janin, dimana janin tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti denyut jantung
atau pergerakan yang sesuai dengan usia kehamilan (Rukiyah, 2010)
2.1.2 Etiologi
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan abortus antara lain :
1. Kelainan Ovum
Menurut HERTIG dkk pertumbuhan abnormal dari fetus sering
menyebakan abortus spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari 1000
abortus spontan, maka 48,9 disebabkan karena ovum yang patologis; 3,2
% disebabkan oleh kelainan letak embrio; dan 9,6% disebabkan karena
plasenta yang abnormal.
Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili.
Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum
berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan,
Universitas Sumatera Utara
14
artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar
kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50-80%)
2. Kelainan Genitalia Ibu
Misalnya pada ibu yang menderita:
• Anomali kongenital (Hipoplasia uteri, uterus bikornis, dan lain-lain)
• Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata
• Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum
yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau esterogen,
endometritis mioma submukosa
• Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola)
• Distorsio uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis.
3. Gangguan Sirkulasi Plasenta
Kita jumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi,
toksemia gravidarum, anomali plasenta, dan endarteritis karena lues.
4. Penyakit-Penyakit Ibu
Misalnya pada:
• Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi karena pneumonia,
tifoid, pielitis, rubella, demam malta, dan sebagainya. Kematian fetus
dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus
pada fetus.
• Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan lain-lain
Universitas Sumatera Utara
15
• Ibu yang asfeksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru
berat, anemi gravis.
• Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid,
kekurangan vitamin A, C, atau E, diabetes melitus.
5. Antagonis Rhesus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah
fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya
fetus.
6. Terlalu Cepatnya Korpus Luteum Menjadi Atrofis; atau faktor serviks,
yaitu inkompetensi serviks, sevisitis.
7. Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi
Misalnya sangat terkejut, obat-obatan uterotonika, ketakutan, laparotomi,
dan lain-lain. Atau dapat juga karena trauma langsung terhadap fetus:
selaput janin rusak langsung atau karena instrumen, benda, dan obat-
obatan.
8. Penyakit Bapak
Umur lanjut, penyakit kronis seperti: TBC, anemi, dekompensasis kordis,
malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alkohol, nikotin, Pb, dan lain-lain)
sinar rontgen, avitaminosis. (Mochtar, 2011)
Universitas Sumatera Utara
16
2.1.3 Frekuensi
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak
yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Abortus spontan dan
tidak jelas umur kehamilannya, hanya sedikit memberikan gejala atau tanda sehingga
biasanya ibu tidak melapor atau berobat. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui,
15-20% merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari
pasangan yang mencoba hamil akan mengalami 2 keguguran yang berurutan, dan
sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran yang berurutan
(Prawirohardjo, 2014).
Menurut SIEGLER dan EASTMAN, abortus terjadi pada 10% kehamilan.
Rumah Sakit Pirngadi Medan juga mendapati angka 10% dari seluruh kehamilan.
Menurut EASTMAN 80% dari abortus terjadi pada bulan ke 2-3 kehamilan,
sementara SIMENS mendapatkan angka 76% (Mochtar, 2011).
Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi menyatakan
kejadian abortus antara 15-20 % dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh
kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati 50%. Hal ini dikarenakan tingginya
angka chemical pregnancy loss yang tidak diketahui pada 2-4 minggu setelah
konsepsi. Sebagian besar kegagalan kehamilan ini dikarenakan kegagalan gamet,
misalnya sperma dan disfungsi oosit. Pada tahun 1988 Wilcox dan kawan-kawan
melakukan studi terhadap 221 perempuan yang diikuti selama 707 siklus haid total.
Didapatkan total 198 kehamilan, dimana 43 (22%) mengalami abortus sebelum saat
haid berikutnya (Prawirohardjo, 2014).
Universitas Sumatera Utara
17
2.1.4 Patofisiologis
Pada permulaan, terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh
nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas.
Karena dianggap benda asing, maka uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya.
Pada kehamilan dibawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena
villi korealis belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan pada kehamilan 8-
14 minggu telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan
tertinggal, karena itu akan banyak terjadi perdarahan (Mochtar, 2011).
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, ada
kalanya kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk
yang jelas (bleghted ovum), mungkin pula janin telah mati lama (missed aborted).
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singka, maka ia dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah. Ini dinamakan mola krenta, bentuk ini menjadi
mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dalam sisinya terjadi organisasi,
sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberosa dalam
hal ini amnion tampak ber benjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan
khorion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
modifikasi janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang karena diserap.
Ia menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis
(Rukiyah, 2010).
Universitas Sumatera Utara
18
2.1.5 Klasifikasi
Abortus dapat dibagi atas dua golongan:
1. Abortus Spontan, adalah abortus yang terjadi tidak didahului faktor-faktor
mekanik atau medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah
(20% dari semua abortus). Klinis Abortus Spontan dapat dibagi atas:
a) Abortus Kompletus (Keguguran Lengkap), artinya seluruh hasil
konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rongga rahim
kosong. Terapi hanya dengan uterotonika
b) Abortus Inkompletus (Keguguran Bersisa), hanya sebagian dari
hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua
atau plasenta.
Gejala: Didapati antara lain adalah amenorea, sakit perut, dan
mulas-mulas; perdarahan yang bisa sedikit atau banyak, dan
biasanya berupa stolsel (darah beku); suadah ada keluar fetus atau
jaringan; pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus
provokatus yang dilakukan oleh orang yang tidak ahli, sering
terjadi infeksi, pada pemeriksaan dalam (V.T.) untuk abortus yang
baru terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba
sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri, serta
uterus yang berukuran lebih kecil dari seharusnya.
Terapi: Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan
pemberian cairan dan transfusi darah. Kemudian keluarkan
Universitas Sumatera Utara
19
jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase.
Setelah itu beri obat-obat uterotonika dan antibiotika.
c) Abortus Insipiens (Keguguran sedang berlangsung), adalah abortus
yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan
ketuban teraba. Kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi. Terapi
seperti abortus inkompletus
d) Abortus Imminens (Keguguran membakat), keguguran membakat
dan akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat
dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan
antispasmodika serta istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa
minggu masih ada, maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih
baik atau tidak. Kalau reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut
negatif, maka sebaiknya uterus dikosongkan (kuret)
e) Missed Abortion, adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi
tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan
atau lebih. Fetus yang meninggal ini bisa keluar dengan sendirinya
dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati; bisa diresorbsi kembali
sehingga hilang; bisa terjadi mengering dan menipis yang disebut
fetus papyraceus; atau bisa jadi mola karnosa dimana fetus yang
sudah mati 1 minggu akan mengalami degenerasi dan air
ketubannya diresorbsi.
Universitas Sumatera Utara
20
Gejala: dijumpai amenorea; perdarahan sedikit-sedikit yang
berulang pada permulaannya, serta selama observasi fundus tidak
bertambah tinggi, malahan tambah rendah. Kalau tadinya ada
gejala-gejala kehamilan belakangan menghilang, diiringi dengan
reaksi kehamilan yang menjadi negatif pada 2-3 minggu sesudah
fetus mati. Pada pemeriksaan dalam serviks tertutup dan ada darah
sedikit. Sekali-sekali pasien merasa perutnya dingin atau kosong.
Terapi: berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus
dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan
dilatasi dan kuretase. Dapat juga dilakukan histerotomia anterior.
Hendaknya pada penderita juga diberikan tonika dan antibiotika.
Komplikasi: bisa timbul hipo atau afibrinogenia. Fetus yang sudah
mati begitu melekatnya pada dinding rahim sehingga sulit sekali
untuk dilakukan kuretase.
f) Abortus Habitualis (Keguguran berulang), adalah keadaan dimana
penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
Menurut HERTIG abortus spontan terjadi 10% dari kehamilan dan
abortus habitualis 3,6-9,8% dari abortus spontan. Apabila seorang
penderita telah mengalami 2 kali abortus berturut-turut maka
optimisme untuk kehamilan berikutnya berjalan normal adalah
sekitar 63%. Apabila abortus 3 kali berturut-turut, maka
kemungkinan kehamilan ke-4 berjalan normal hanya 16%.
Universitas Sumatera Utara
21
g) Abortus Infeksiosus dan Abortus Septik, Abortus Infeksiosus
adalah keguguran yang disertai infeksi genital. Abortus septik
adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman
atau toksinnya kedalam peredaran darah atau peritoneum. Hal ini
sering ditemukan pada abortus inkompletus atau abortus buatan,
terutama yang kriminalis tanpa memperthatikan syarat-syarat
asepsis dan antisepsis. Bahkan pada keadaan tertentu dapat terjadi
perforasi rahim.
2. Abortus Provokatus (induced abortion), adalah abortus yang disengaja,
baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi
lagi menjadi:
a) Abortus Medisinalis (abortus therapeutica), adalah abortus karena
tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu
mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
b) Abortus Kriminalis, adalah yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
(Mochtar, 2011)
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi,
dan syok.
Universitas Sumatera Utara
22
1. Perdarahan (hemorrhage), dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari
sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.
Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak
diberikan pada waktunya.
2. Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hipertrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati
dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi
dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi/perlu histerektomi. Perforasi
uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan
persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula
terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan
atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan
untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-
tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.
3. Infeksi dalam uterus dan adexa dapat terjadi dalam setiap abortus, tetapi
biasanya didapatkan pada abortus inkomplitus yang berkaitan erat dengan
suatu abortus yang tidak aman (unsafe abortion).
4. Syok, pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
infeksi berat atau sepsis (syok septik atau endoseptik) (Rukiyah, 2010).
2.1.7 Penanganan
Secara umum penanganan dilakukan sebelum melakukan penanganan secara
khusus/spesifik lakukan penanganan awal terlebih dahulu antara lain:
Universitas Sumatera Utara
23
1. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk
tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernafasan, dan suhu).
2. Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan
sistolik kurang dari 90 mmHg, nadi lebih cepat lebih dari 112 kali/menit)
3. Jika dicurigai terjadi syok, segera mulai penanganan syok. Jika tidak
terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat
penolong melakukan evakuasi mengenai kondisi wanita karena kondisinya
dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk
memulai penanganan syok dengan segera.
4. Jika pasien dengan keadaan syok pikiran kemungkinan kehamilan ektopik
terganggu
5. Pasang infus dengan jarum besar (16 G atau lebih besar), berikan larutan
garam fidiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat (500 ml dalam 2
jam pertama). Kemudian setelah diketahui abortus apa yang terjadi segera
lakukan penanganan yang spesifik sesuai abortus yang terjadi.
2.1.8 Dampak Psikologis Pada Ibu
Selain risiko secara fisik, wanita yang mengalami abortus juga akan
mengalami risiko psikologis seperti adanya konflik dalam pengambilan keputusan,
bersikap mendua dan ragu-ragu dalam membuat keputusan, merasa ditekan atau
dipaksa, merasa tidak kuasa memutuskan (merasa berhak memilih).
Universitas Sumatera Utara
24
Oleh karena itu WHO pada tahun 1970, menyebutkan bahwa wanita yang
melakukan aborsi legal cenderung akan mengalami risiko tinggi gangguan kejiwaan
paska aborsi (post abortion syndrome) merupakan masalah kejiwaan yang terjadi
karena adanya sikap mendua dalam melakukan aborsi tetapi terlanjur dilakukan
sehingga akan menggunakan dua mekanisme pertahanan kejiwaan, yaitu represi dan
denial (pengingkaran diri).
Sehingga wanita yang mengalami post abortion syndrome akan mengalami
perasaan bersalah, merasa harga diri rendah, malu, insomnia, dan mimpi-mimpi
disertai mimpi buruk, sering melakukan kilas balik, adanya sikap permusuhan dan
pengarahan kesalahan pada pria, menjerit, berputus asa dan depresi (Rukiyah, 2010).
2.2 Abortus Imminens
2.2.1. Defenisi
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus,
ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih
baik dalam kandungan (Prawirohardjo, 2014).
Abortus imminens, yaitu terjadi perdarahan bercak yang menunjuk ancaman
terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi ini kehamilan masih
mungkin berlanjut atau dipertahankan, ditandai dengan perdarahan bercak hingga
sedang, serviks tertutup (karena pada saat pemeriksaan dalam belum ada
pembukaan), uterus sesuai usia gestasi, kram perut bawah karena kontraksi rahim
Universitas Sumatera Utara
25
kuat, akibat kontraksi uterus terjadi pembukaan, belum terjadi ekspulsi hasil konsepsi
(Rukiyah, 2010).
Abortus Imminens (Keguguran membakat), keguguran membakat dan akan
terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-
obat hormonal dan antispasmodika serta istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa
minggu masih ada, maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak.
Kalau reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut negatif, maka sebaiknya uterus
dikosongkan (Mochtar, 2011).
2.2.2. Etiologi
Menurut Cunningham (2014) hal-hal yang dapat menyebabkan abortus,
dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu :
1. Faktor Fetal
Temuan morfologis yang paling sering terjadi dalam abortus dini
spontan adalah kelainan perkembangan zigot, embrio fase awal janin, atau
kadang-kadang plasenta. Perkembangan janin yang abnormal, khususnya
dalam trimester pertama kehamilan, dapat diklasifikasikan menjadi
perkembangan janin dengan kromosom yang jumlahnya abnormal
(aneuploidi) atau perkembangan janin dengan komponen kromosom yang
normal (euploidi).
Laporan menyatakan bahwa abortus aneuploidi terjadi pada atau
sebelum kehamilan 8 minggu, sedangkan abortus euploidi mencapai
Universitas Sumatera Utara
26
puncaknya sekitar 13 minggu. Insiden abortus euploidi akan meningkat
secara dramatis setelah usia maternal 35 tahun. Namun sebab-sebab
terjadinya peristiwa tersebut belum diketahui secara pasti. Penyebab
abortus euploidi umumnya tidak diketahui,tetapi mungkin bisa disebabkan
oleh; kelainan genetik, berbagai faktor ibu, mungkin beberapa faktor ayah.
2. Faktor Maternal
1) Infeksi
Beberapa infeksi kronis pernah terlibat atau sangat dicurigai sebagai
penyebab abortus, diantaranya Listeria monocytogenes dan
Toxoplasma.
2) Penyakit kronik
Pada awal kehamilan, penyakit kronik yang menyebabkan
penyusutan tubuh, misalnya tuberculosis atau karsinomatosis jarang
menyebabkan abortus. Hipertensi jarang menyebabkan abortus di
bawah 20 minggu, tetapi dapat menyebabkan kematian janin dan
kelahiran preterm.
Penyakit ibu dapat secara langsung memengaruhi pertumbuhan
janin dalam kandungan melalui plasenta. Penyakit infeksi seperti
pneumonia, tifus abdominalis, malaria, dan sifilis. Anemia ibu melalui
gangguan nutrisi dan peredaran O2 menuju sirkulasi retroplasenta. Dan
penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati,
dan penyakit diabetes mellitus.
Universitas Sumatera Utara
27
3) Kelainan endokrin
Autoantibodi tiroid dilaporkan menyebabkan peningkatan insiden
abortus walaupun tidak terjadi hipertiroidisme yang nyata. Abortus
spontan dan malformasi kongenital mayor meningkat pada wanita
dengan diabetes mellitus. Risiko ini berkaitan dengan derajat kontrol
metabolik pada trimester pertama.
Defisiensi progesteron, karena kurangnya sekresi hormon
progesteron tersebut dari korpus luteum atau placenta, mempunyai
kaitan dengan insiden abortus.Karena progesteron berfungsi
mempertahankan desidua, defisiensi hormon tersebut secara teoritis
akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan berperan dalam
peristiwa kematian janin.
4) Nutrisi
Tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa defisiensi salah satu zat
gizi merupakan penyebab abortus.Mual dan muntah yang timbul agak
sering pada awal kehamilan, dan semua penyakit yang dipicunya,
jarang diikuti oleh abortus spontan.
5) Pemakaian obat dan faktor lingkungan
Berbagai zat dilaporkan berperan, tetapi belum dapat dipastikan
sebagai penyebab meningkatnya insidensi abortus seperti : tembakau,
alkohol, kafein, sinar radiasi, dll.
Universitas Sumatera Utara
28
6) Faktor imunologis
Ada dua mekanisme utama pada abnormalitas imunologis yang
berhubungan dengan abortus, yaitu :mekanisme autoimun (imunitas
terhadap tubuh sendiri) dan mekanisme aloimun (imunitas terhadap
orang lain).
7) Gamet yang menua
Baik umur sperma atau ovum dapat mempengaruhi angka insiden
abortus spontan. Gamet yang bertambah tua dalam traktus genitalis
wanita sebelum fertilisasi, dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya abortus.
8) Trauma fisik
Trauma yang tidak menyebabkan terhentinya kehamilan sering
dilupakan.Yang di ingat hanya kejadian tertentu yang tampaknya
mengakibatkan abortus.
9) Umur Ibu
Menurut Wiknjosastro (2010) umur adalah usia, masa dalam
perjalanan hidup manusia. Salah satu faktor risiko terjadinya
komplikasi kebidanan adalah usia < 20 tahun atau >35 tahun. Dalam
kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah usia 20 - 35 tahun.
Beberapa risiko yang bisa terjadi pada kehamilan di usia kurang
dari 20 tahun adalah dari segi biologis perkembangan alat-alat
Universitas Sumatera Utara
29
reproduksinya belum sepenuhnya optimal dikarenakan rahim belum
mampu memberikan perlindungan atau kondisi yang maksimal untuk
kehamilan sehingga dampaknya pertumbuhan janin terhambat dan
tidak sempurna, dari segi psikis belum matang dalam menghadapi
tuntutan beban moril, dan emosional yang berdampak pada perilaku
kurang merawat dan menjaga kehamilannya secara hati-hati, dan dari
segi medis sering mendapat gangguan akibat keadaan rahim yang
belum siap dan matang untuk pertumbuhan dan perkembangan janin
ditambah dengan tekanan stress, psikologi dan sosial sehingga
memudahkan terjadinya abortus. Sedangkan di usia lebih dari 35
tahun, sebagian wanita digolongkan pada kehamilan berisiko tinggi
dikarenakan pada usia ini kondisi tubuh dan kesehatan wanita
mengalami penurunan dan elastisitas dari otot-otot panggul dan
sekitarnya serta alat-alat reproduksi juga mengalami kemunduran
(Cunningham, 2014).
10) Usia Kehamilan
Menurut Wiknjosastro pada (2010) pada kehamilan kurang dari 8
minggu villi koriales belum menembus desidua secara mendalam
sehingga pada umumnya perdarahan tidak terlalu banyak. Pada
kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales menembus desidua lebih
dalam, sehingga umumnya dapat menyebabkan banyak perdarahan.
abortus imminens juga terjadi dapat pada usia kehamilan risiko rendah
Universitas Sumatera Utara
30
karena pada dasarnya setiap ibu hamil mempunyai risiko untuk terjadi
abortus imminens, bila tidak ditangani dan dicegah dengan asuhan
kebidanan yang lebih baik. Sedangkan perdarahan yang banyak dapat
terjadi pada usia kehamilan risiko tinggi dengan kejadian abortus
imminens. Perdarahan tersebut dapat diatasi dengan istirahat total
ditempat tidur sampai perdarahan berhenti dan kehamilan masih dalam
kondisi yang baik dan jika perdarahan telah berhenti ibu tidak boleh
melakukan pekerjaan yang berat selama hamil, menghindari hubungan
seksual yang berlebihan sewaktu hamil, dan lain-lain.
11) Paritas
Pada kehamilan, rahim ibu teregang oleh adanya janin. Bila terlalu
sering melahirkan, rahim ibu akan semakin lemah. Bila ibu telah
melahirkan 4 anak atau lebih, maka perlu diwaspadai adanya
gangguan pada waktu kehamilan, persalina, dan nifas. Risiko abortus
spontan meningkat seiring dengan paritas ibu (Cunningham, 2014).
Risiko abortus akan semakin meningkat dengan bertambahnya
paritas dan di samping semakin lanjutnya usia ibu. Pada multiparitas
lingkungan endometrium disekitar tempat implantasi kurang sempurna
dan dan tidak siap menerima hasil konsepsi sehingga pemberian nutrisi
dan oksigenisasi kepada hasil konsepsi kurang sempurna dan
mengakibatkan pertumbuhan hasil konsepsi akan terganggu (Azhari,
2011).
Universitas Sumatera Utara
31
12) Riwayat Abortus
Riwayat abortus pada penderita abortus merupakan predisposisi
terjadinya abortus berulang. Kejadiannya sekitar 3-5%. Data dari
beberapa studi menunjukkan bahwa setelah 1 kali abortus pasangan
punya risiko 15% untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila
pernah 2 kali, risikonya akan meningkat 25%. Beberapa studi
meramalkan bahwa risiko abortus setelah 3 kali abortus berurutan
adalah 30-45% (Prawirohardjo, 2014).
3. Faktor Paternal
Hanya sedikit yang diketahui tentang peranan faktor paternal dalam
proses timbulnya abortus spontan. Translokasi kromosom dalam sperma
dapat menimbulkan zigot yang mendapat bahan kromosom terlalu sedikit
atau terlalu banyak, sehingga terjadi abortus.
Jika penyebab gangguan ini tergolong parah dan tidak bisa diatasi serta dapat
mengancam keselamatan jiwa sang ibu serta si jabang bayi, maka kehamilan tidak
akan dilanjutkan. Sementara itu jika dipertahankan, selain adanya berbagai treatment
yang harus dilakukan, ada pula beberapa risiko yang mungkin terjadi, di antaranya
adalah kelahiran prematur, bayi dengan berat badan lahir yang rendah, pendarahan
antepartum, ketuban pecah dini hingga keguguran atau kematian janin. Karena itu,
jika setelah abortus imminens ini kehamilan masih dilanjutkan, pemeriksaan rutin,
istirahat yang cukup serta makanan bernutrisi tinggi menjadi kebutuhan yang harus
dipenuhi.
Universitas Sumatera Utara
32
2.2.3. Tanda dan Gejala
Adanya perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri eksternum,
disertai nyeri perut ringan atau tidak sama sekali. Adanya gejala nyeri perut dan
punggung belakang yang semakin hari bertambah buruk dengan atau tanpa
kelemahan dan uterus membesar sesuai usia kehamilan (Ilhaini, 2013).
2.2.4. Diagnosis
Diagnosis abortus imminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan
pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita mengeluh mulas
sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam. Ostium
uteri masih tertutup, besarnya uterus masih sesuai umur kehamilan dan tes kehamilan
urin masih positif. Untuk menentukan prognosis abortus imminens dapat dilakukan
dengan melihat kadar hormon hCG pada urin dengan cara melakukan tes urin
kehamilan menggunakan urin tanpa pengenceran dan pengenceran 1/10. Bila hasil tes
urin masih positif keduanya maka prognosisnya adalah baik. Pengelolaan penderita
ini sangat bergantung pada informed consent yang diberikan. Bila ibu ini masih
menghendaki kehamilan tersebut, maka pengelolaan harus maksimal untuk
mempertahankan kehamilan ini.
Pemeriksaan USG diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan janin yang ada
dan mengetahui keadaan plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau belum.
Diperhatikan ukuran biometri janin/kantong gestasi apakah sesuai dengan umur
kehamilan berdasarkan HPHT. Denyut jantung janin dan gerakan janin diperhatikan
Universitas Sumatera Utara
33
disamping tidak adanya hematoma retroplasenta atau pembukaan kanalis servikalis.
Pemeriksaan USG dapat dilakukan baik secara transabdominal maupun transvaginal.
Pada USG transabdominal jangan lupa pasien harus tahan kencing terlebih dahulu
untuk mendapatkan acoustic window yang baik agar rincian hasil USG dapat jelas
(Prawirohardjo, 2014).
2.2.5. Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi (USG) Transvaginal dan Observasi Denyut Jantung Janin.
Pemeriksaan USG transvaginal penting untuk menentukan apakah janin viabel atau
non viabel dan membedakan antara kehamilan intrauteri, ekstrauteri, mola, atau
missed abortion. Jika perdarahan berlanjut, ulangi pemeriksaan USG dalam tujuh hari
kemudian untuk mengetahui viabilitas janin. Jika hasil pemeriksaan meragukan,
pemeriksaan dapat diulang 1-2 minggu kemudian. USG dapat digunakan untuk
mengetahui prognosis. Pada umur kehamilan tujuh minggu, fetal pole dan aktifitas
jantung janin dapat terlihat. Aktivitas jantung seharusnya tampak dengan USG saat
panjang fetal pole minimal lima milimeter. Bila kantong gestasi terlihat, keguguran
dapat terjadi pada 11,5% pasien. Kantong gestasi kosong dengan diameter 15 mm
pada usia tujuh minggu dan 21 mm pada usia gestasi delapan minggu memiliki angka
keguguran 90,8%. Apabila terdapat yolk sac, angka keguguran 8,5%; dengan embrio
5 mm, angka keguguran adalah 7,2%; dengan embrio 6-10 mm angka keguguran
3,2%; dan apabila embrio 10mm, angka keguguran hanya 0,5%.
Universitas Sumatera Utara
34
Angka keguguran setelah kehamilan 14 minggu kurang lebih 2,0%.
Pemeriksaan ukuran kantong gestasi transvaginal berguna untuk menentukan
viabilitas kehamilan intrauteri. Diameter kantong rata-rata lebih dari 13 mm tanpa
yolk sac atau diameter rata-rata lebih dari 17 mm tanpa mudigah diprediksikan
nonviabilitas pada semua kasus dengan spesifi sitas dan nilai prediksi positif 100%.
Adanya hematoma subkorionik tidak berhubungan dengan prognosis buruk.
Bradikardia janin dan perbedaan antara usia kehamilan berdasarkan HPHT
dengan hasil pemeriksaan USG menunjukkan prognosis buruk. Data prospektif
menyebutkan, bahwa jika terdapat satu diantara tiga faktor risiko (bradikardia janin,
perbedaan antara kantung kehamilan dengan panjang crown to rump, dan perbedaan
antara usia kehamilan berdasarkan HPHT dan pemeriksaan USG lebih dari satu
minggu) meningkatkan presentase kejadian keguguran dari 6% menjadi 84%.
Penelitian prospektif pada umumnya menunjukkan presentase kejadian keguguran
3,4-5,5% jika perdarahan terjadi setelah jantung janin mulai beraktivitas, dan identifi
kasi aktivitas jantung janin dengan USG di pelayanan kesehatan primer memberikan
presentase berlanjutnya kehamilan hingga lebih dari 20 minggu sebesar 97% (Ilhaini,
2013).
2.2.6. Pencegahan
Adapun langkah-langkah praktis yang bisa dilakukan untuk memperkecil
risiko terjadinya abortus imminens adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
35
1. Rutin memeriksakan diri ke dokter, berkonsultasi dan menjalani test USG.
3 cara ini setidaknya dapat membuat ibu, mengetahui gejala kelainan
dalam kandungan sedini mungkin sehingga. Jika terjadi kelainan,
bisa cepat dilakukan tindakan penyelamatan untuk menghindari risiko
yang lebih tinggi.
2. Mempersiapkan kehamilan sebaik-baiknya, semisal mencukupi asupan
nutrisi ibu hamil, mempertebal daya tahan tubuh atau jika diperlukan,
melakukan terapi untuk mengobati penyakit akut (seperti typhus, malaria,
pielonefritis, pneumonia dan lain-lain) atau kronis (TBC, anemia berat,
laparatomi dan lain lain) baik yang diderita calon bapak maupun calon
ibu. Selain dapat menular pada bayi, penyakit-penyakit tertentu yang
diderita calon bapak/ibu juga dapat menghambat proses kehamilan.
3. Mengurangi aktivitas fisik sejak masa pra-kehamilan hingga kehamilan.
4. Selektif dalam mengkonsumsi obat dan berkonsultasi terlebih dahulu
apakah sebuah obat aman dikonsumsi ibu hamil atau tidak. Istirahat yang
cukup dan menenangkan pikiran. Salah satu sebab yang dapat memicu
terjadinya abortus imminens adalah tekanan psikologis seperti trauma,
keterkejutan yang sangat atau rasa ketakutan yang luar biasa. Karena itu,
ibu hamil harus mengkondisikan pikirannya agar sebisa mungkin rileks
dan santai. Peran dan dukungan dari orang-orang terdekat juga amat
diperlukan dalam upaya menciptakan keadaan kondusif
Universitas Sumatera Utara
36
5. Mengatur jarak kehamilan
6. Mengonsumsi vitamin dan nutrisi-nutrisi lain yang diperlukan tubuh
7. Antenatal care (ANC), disebut juga prenatal care, merupakan intervensi
lengkap pada wanita hamil yang bertujuan untuk mencegah atau
mengidentifi kasi dan mengobati kondisi yang mengancam kesehatan
fetus/bayi baru lahir dan/atau ibu, dan membantu wanita dalam
menghadapi kehamilan dan kelahiran sebagai pengalaman yang
menyenangkan. Penelitian observasional menunjukkan bahwa ANC
mencegah masalah kesehatan pada ibu dan bayi. Pada suatu penelitian
menunjukkan, kurangnya kunjungan rutin ibu hamil dengan risiko rendah
tidak meningkatkan risiko komplikasi kehamilan namun hanya
menurunkan kepuasan pasien. Perdarahan pada kehamilan disebabkan
oleh banyak faktor yang dapat didentifikasi dari riwayat kehamilan
terdahulu melalui konseling dan anamnesis. Pada penelitian Herbst, dkk
(2003), ibu hamil yang tidak melakukan ANC memiliki risiko dua kali
lipat untuk mengalami risiko kelahiran prematur (Prawirohardjo, 2014).
2.2.7. Penanganan
Pada ibu dengan kasus abortus imminens, biasanya tidak perlu pengobatan
khusus/medik, hanya dapat diberi sedativa, misalnya dengan luminal, codein dan
morfin (sesuai protap dan instruksi dokter). Keluarnya fetus masih dapat dicegah
Universitas Sumatera Utara
37
dengan memberi obat-obatan hormonal dan antispamodika dan untuk mengurangi
kerentanan otot-otot uterus, misal:gestanon (Rukiyah, 2010).
Penderita diminta untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan berhenti.
Bisa diberi spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi atau diberi tambahan hormon
progesteron atau derivatnya untuk mencegah terjadinya abortus. Obat-obatan ini
walaupun secara statistik kegunaannya tidak bermakna, tetapi efek psikologisnya
kepada penderit sangat menguntungkn. Penederita boleh dipulangkan setelah tidak
terjadi perdarahan dengan pesan khusus tidak boleh berhubungan seksual dulu sampai
lebih kurang 2 minggu (Prawirohardjo, 2014).
Jika perdarahan berhenti lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan
penilaian jika perdarahan terjadi lagi. Sementara jika perdarahn terus berlangsung
nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG), lakukan konfirmasi kemungkinan
adanya penyebab lain (hamil ektopik/mola) kemudian jika perdarahan setelah
beberapa minggu masih ada, maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik
atau tidak. Apabila reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut negatif maka sebaiknya
uterus dikosongkan.
Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya dilakukan
melalui ganjalan klinik dan hasil pemeriksaan; jika perdarahan yang disebabkan erosi,
maka erosi diberi nitras argentil 5-10 %. Apabila sebabnya polyp, maka polyp diputar
dengan cunam sampai tangkainya putus (Rukiyah, 2010).
Universitas Sumatera Utara
38
2.3. Landasan Teori
Abortus Imminens adalah keguguran membakat dan akan terjadi. Dalam hal ini
keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan
antispasmodika serta istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa minggu masih ada,
maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi
kehamilan 2 kali berturut-turut negatif, maka sebaiknya uterus dikosongkan
(Mochtar, 2011).
Tanda dan gejala abortus imminens adalah adanya perdarahan pada awal
kehamilan melalui ostium uteri eksternum, disertai nyeri perut ringan atau tidak sama
sekali. Adanya gejala nyeri perut dan punggung belakang yang semakin hari
bertambah buruk dengan atau tanpa kelemahan dan uterus membesar sesuai usia
kehamilan (Ilhaini, 2013).
Diagnosis abortus imminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan
pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita mengeluh mulas
sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam. Ostium
uteri masih tertutup, besarnya uterus masih sesuai umur kehamilan dan tes kehamilan
urin masih positif. Untuk menentukan prognosis abortus imminens dapat dilakukan
dengan melihat kadar hormon hCG pada urin dengan cara melakukan tes urin
kehamilan menggunakan urin tanpa pengenceran dan pengenceran 1/10
(Prawirohardjo, 2014).
Pada ibu dengan kasus abortus imminens, biasanya tidak perlu pengobatan
khusus/medik, hanya dapat diberi sedativa, misalnya dengan luminal, codein dan
Universitas Sumatera Utara
39
morfin (sesuai protap dan instruksi dokter). Keluarnya fetus masih dapat dicegah
dengan memberi obat-obatan hormonal dan antispamodika dan untuk mengurangi
kerentanan otot-otot uterus, misal:gestanon (Rukiyah, 2010).
Menurut Cunningham (2014) hal-hal yang dapat menyebabkan abortus
imminens terdiri dari faktor fetal, maternal, dan paternal. Namun dari seluruh faktor
yang dapat memengaruhi terjadinya abortus imminens hanya umur ibu, usia
kehamilan, paritas, riwayat abortus, dan penyakit ibu yang akan diteliti.
Universitas Sumatera Utara
40
Gambar 2.3. Kerangka Teori
Faktor Fetal:
Kelainan
genetik,
kelainan
perkembangan
zigot, embrio
fase awal
janin, dan
plasenta.
Faktor Maternal:
Infeksi, Penyakit
kronik, Kelainan
endokrin,
Nutrisi,
Pemakaian obat
dan faktor
lingkungan,
Faktor
imunologis,
Gamet yang
menua, Trauma
fisik.
Faktor
Paternal:
Faktor
dari
bapak
Abortus
Imminens
Umur ibu,
Usia
Kehamilan,
Paritas,
Riwayat
Abortus,
Penyakit Ibu
Faktor Fetal Faktor Maternal Faktor Paternal
Universitas Sumatera Utara
41
2.4. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.4. Kerangka Konsep
Umur Ibu
Usia Kehamilan
Paritas
Riwayat Abortus
Penyakit Ibu
Abortus
Imminens
Universitas Sumatera Utara
42
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi analitik observasional dengan
desain penelitian case control. Survey analitik adalah survey atau penelitian yang
mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.
Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor
risiko dengan faktor efek. Yang dimaksud faktor efek adalah suatu akibat dari adanya
faktor risiko, sedangkan faktor risiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan
terjadinya efek (pengaruh) (Notoadmojo, 2016).
Pada studi case control, penelitian dimulai dengan identifikasi pasien dengan
efek atau penyakit tertentu (yang disebut sebagai kasus) dan kelompok tanpa efek
(disebut kontrol). Kemudian secara retrospektif ditelusuri faktor risiko yang dapat
menerangkan mengapa kasus terkena efek, sedangkan kontrol tidak. Skema desain
studi kasus kontrol tampak pada gambar 3.1.
Gambar 3.1. Skema Dasar Studi Kasus-Kontrol
Faktor Risiko (+)
Faktor Risiko (-)
Faktor Risiko (+)
Faktor Risiko (+)
Abortus Imminens
Non Abortus
Imminens
42
Universitas Sumatera Utara
43
Penelitian ini akan menilai pengaruh faktor dengan kejadian abortus
menggunakan cara penentuan kelompok kasus dan kelompok kontrol, kemudian
mengukur besarnya risiko (frekuensi paparan) pada kedua kelompok tersebut.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Padangsidimpuan. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret-Juli 2017.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Dalam populasi di jelaskan secara spesifik tentang siapa atau golongan mana
yang menjadi sasaran penelitian tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
ibu yang mengalami abortus imminens dan dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Padangsidimpuan pada tahun 2015-2016 yaitu sebanyak 50 orang.
3.3.2. Sampel
Pemilihan sampel dengan cara mengumpulkan data ibu yang mengalami
Abortus Imminens dan dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Padangsidimpuan periode 1 Januari sampai 31 Desember 2015 dan 1 Januari sampai
31 Desember 2016. Untuk kelompok kasus adalah data ibu yang mengalami abortus
imminens dan dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan dan
kelompok kontrol adalah data ibu hamil yang tidak mengalami abortus imminens dan
dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan.
Universitas Sumatera Utara
44
3.3.3. Besar Sampel
Besarnya sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
(Lameshow,et.al,1997)
{ (Z1 - / 2[ 2P2 (1 – P2) ] + Z1- [ P1 (1 – P1) + P2 (1 – P2) ] } 2
n = ----------------------------------------------------------------------------
(P1 – P2)2
Keterangan :
n : besar sampel minimal
Z 1-α/2 : 1,96 pada derajat kepercayaan 95%
Z 1- : 0,84 pada kekuatan uji 80%
P1 : kelompok kasus yang terpapar
P2 : kelompok kontrol yang terpapar dengan tingkat kemaknaan 5%
Untuk mendapatkan jumlah sampel minimal dengan menggunakan rumus di
atas, maka terlebih dahulu dicari P1 dengan menggunakan rumus :
(OR) P2
P1 = ------------------------
(OR) P2 + (1 – P2)
Berdasarkan persamaan di atas dan didasarkan pada perhitungan P2 dan OR
hasil penelitian terdahulu. Berikut ini adalah hasil penelitian yang dilakukan peneliti
terdahulu sebagai dasar dalam perhitungan sampel.
Universitas Sumatera Utara
45
Tabel 3.3.3 Nilai Odd Rasio Untuk Setiap Variabel
Variabel Peneliti P1 P2 OR n
Umur Ibu Hamidah (2013) 0,876 0,481 7,683 23
Usia Kehamilan Mursyida (2011) 0,48 0,275 2,486 78
Paritas Mursyida (2011) 0,86 0,676 2,917 96
Riwayat Abortus Rahmani (2013) 0,27 0,140 2,188 128
Berdasarkan dari penyajian Tabel 3.3.3 diatas digunakan P2 dan OR dari hasil
penelitian Hamidah sebagai dasar perhitungan sampel minimal. Perhitungan variabel
Umur Ibu dengan P2 = 0,481, OR 7,683 dan n = 23
(OR) P2 (7,683)0,481 3,695 3,695
P1 = ------------------------ = -------------------------------- = ------------------ = ----------
(OR) P2 + (1 – P2) (7,683)0,481 + (1-0,481) 3,695+0,519 4,214
P1 = 0,876
{ (Z1 - / 2[ 2P2 (1 – P2) ] + Z1- [ P1 (1 – P1) + P2 (1 – P2) ] } 2
n = -----------------------------------------------------------------------------
(P1 – P2)2
{ (1,96 [ 2. 0,481 (1 – 0,481) ] + 0,84 [ 0,876 (1 – 0,876) + 0,481 (1 – 0,481) ] } 2
n = -----------------------------------------------------------------------------------------------------
(0,876 – 0,481)2
{ (1,96 [ 0,962 (0,519) ] + 0,84 [ 0,876 (0,124) + 0,481 (0,519) ] } 2
n = ---------------------------------------------------------------------------------------
(0,395)2
{ (1,96 0,499 + 0,84 (0,108=0,249) } 2
n = ---------------------------------------------------
(0,395)2
{ (1,96 (0,706) + 0,84 (0,597) } 2
n = ----------------------------------------
(0,395)2
Universitas Sumatera Utara
46
{ (1,383 + 0,501 } 2 (1,884)2 3,549
n = ---------------------- = ------------- = ------------ = 22,75 = 23
(0,395)2 (0,395)2 0,156
Berdasarkan perhitungan rumus besar sampel di atas dapat diketahui jumlah
sampel minimal sebanyak 23 ibu, maka jumlah sampel untuk kasus ditetapkan
sebanyak 50 orang dengan perbandingan kasus kontrol 1:1, sehingga jumlah sampel
kontrol sebanyak 50 orang. Dengan demikian jumlah sampel seluruhnya adalah 100
orang. Untuk pengambilan sampel kontrol dilakukan dengan cara sistematis random
sampling.
3.3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka sebelum
dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi maupun kriteria
eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Sedangkan kriteria eksklusi
adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel
(Notoadmojo, 2016).
A. Kriteria Inklusi
1. Kasus
a. Abortus Imminens usia kehamilan 4-20 minggu
b. Paritas <1 dan ≥3
c. Rekam medik lengkap
Universitas Sumatera Utara
47
2. Kontrol
a. Hamil normal usia kehamilan 4-20 minggu
b. Paritas <1 dan ≥3
c. Rekam medik lengkap
B. Kriteria Eksklusi
1. Kasus
a. Non Abortus Imminens
b. Rekam medik tidak lengkap
2. Kontrol
a. Ibu tidak hamil
b. Rekam medik tidak lengkap
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersumber dari catatan rekam medik ibu yang mengalami abortus imminens.
Pengambilan data mulai tahun 2015 sampai tahun 2016, dalam pengumpulan data
penulis dibantu oleh petugas rekam medik dan pegawai ruangan kebidanan yang ada
di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan.
3.5. Variabel dan Defenisi Operasional
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-
anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain.
Defenisi lain mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri,
Universitas Sumatera Utara
48
sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu
konsep pengertian tertentu. Variabel juga dapat diartikan sebagai konsep yang
mempunyai bermacam-macam nilai.
3.5.1. Variabel Dependent
Variabel dependent adalah variabel tergantung, terikat, akibat, terpengaruh
atau variabel yang dipengaruhi. Disebut variabel tergantung karena variabel ini
dipengaruhi oleh variabel bebas atau variabel independent. Variabel dependent pada
penelitian ini adalah Abortus Imminens.
Abortus Imminens adalah Abortus tingkat permulaan dan merupakan
ancaman terjadinya abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih
tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan (Prawirohardjo, 2014).
3.5.2. Variabel Independent
Variabel independent merupakan variabel risiko atau sebab dari variabel
dependent. Variabel independent pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Umur Ibu adalah lama hidup manusia sejak lahir hingga ulang tahun terakhir,
yaitu umur ibu pada saat mengalami abortus imminens yang tercatat di bagian
rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan periode
tahun 2015-2016.
b. Usia Kehamilan adalah Lama waktu kehamilan ibu sampai ibu mengalami
abortus imminens yang tercatat di bagian rekam medik Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Padangsidimpuan periode tahun 2015-2016
Universitas Sumatera Utara
49
c. Paritas adalah Jumlah anak yang dilahirkan ibu baik hidup maupun mati, lahir
tunggal maupun kembar sampai ibu mengalami abortus imminens yang
tercatat di bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Padangsidimpuan periode tahun 2015-2016.
d. Riwayat Abortus adalah Riwayat abortus yang pernah dialami oleh ibu sampai
ibu mengalami abortus imminens yang tercatat di bagian rekam medik Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan periode tahun 2015-2016.
e. Penyakit Ibu adalah Penyakit yang sedang atau riwayat penyakit yang pernah
diderita oleh ibu yang mengalami abortus imminens yang tercatat di bagian
rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan periode
tahun 2015-2016.
3.6. Metode Pengukuran
Pengukuran adalah kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur
dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan. Metode pengukuran adalah cara
yang digunakan untuk memperoleh data kuantitatif variabel dependent dan
independent. Metode pengukuran untuk masing-masing variabel dapat dijelaskan
sebagai berikut.
3.6.1. Metode Pengukuran Variabel Dependent
Pengukuran variabel dependen menggunakan skala pengukuran nominal,
dimana pengukurannya dilakukan dengan membagi 2 kategori yaitu abortus
Universitas Sumatera Utara
50
imminens dengan test kehamilan (+) dan abortus imminens dengan test kehamilan (-).
Penilaian kategori berdasarkan diagnosa dokter pada status pasien.
3.6.2. Metode Pengukuran Variabel Independent
Pengukuran variabel independent menggunakan skala nominal,
dimana pengukurannya dibagi menjadi 2 kategori yaitu kategori 0 yang tidak
memengaruhi kejadian abortus imminens dan kategori 1 yang memengaruhi kejadian
abortus imminens. Penilaian kategori tersebut berdasarkan catatan yang ada pada
status pasien sesuai dengan variabel yang diteliti.
Tabel 3.6. Aspek Pengukuran Variabel Dependent dan Variabel Independent
No. Variabel
Penelitian Defenisi Alat ukur Hasil ukur Skala
1 Abortus
Imminens
Keadaan dimana
ibu di diagnosis
mengalami
abortus imminens
oleh dokter ahli
Obstetri dan
Ginekologi yang
tercatat di bagian
rekam medik
Rumah Sakit
Umum Daerah
Kota
Padangsidimpuan
periode tahun
2015-2016
Melihat
Rekam
Medik
0. Test
Kehamilan
(+)
1. Test
Kehamilan
(-)
Nominal
2 Umur Ibu Lama hidup
manusia sejak
lahir hingga ulang
tahun terakhir,
Melihat
Rekam
Medik
0. Tidak
Berisiko =
20-35 tahun
Ordinal
Universitas Sumatera Utara
51
yaitu umur ibu
pada saat
mengalami
abortus imminens
yang tercatat di
bagian rekam
medik Rumah
Sakit Umum
Daerah Kota
Padangsidimpuan
periode tahun
2015-2016
1. Berisiko =
<20 tahun
dan >35
tahun
3 Usia
Kehamilan
Lama waktu
kehamilan ibu
sampai ibu
mengalami
abortus imminens
yang tercatat di
bagian rekam
medik Rumah
Sakit Umum
Daerah Kota
Padangsidimpuan
periode tahun
2015-2016
Melihat
Rekam
Medik
0. Tidak
berisiko =
>20 minggu
1. Berisiko =
<20 minggu
Ordinal
4 Paritas Jumlah anak yang
dilahirkan ibu
baik hidup
maupun mati,
lahir tunggal
maupun kembar
sampai ibu
mengalami
abortus imminens
yang tercatat di
bagian rekam
medik Rumah
Sakit Umum
Daerah Kota
Padangsidimpuan
periode tahun
Melihat
Rekam
Medik
0. Tidak
Berisiko =
1-3
1. Berisiko =
<1 dan ≥4
Ordinal
Universitas Sumatera Utara
52
2015-2016.
5 Riwayat
Abortus
Riwayat abortus
yang pernah
dialami oleh ibu
sampai ibu
mengalami
abortus imminens
yang tercatat di
bagian rekam
medik Rumah
Sakit Umum
Daerah Kota
Padangsidimpuan
periode tahun
2015-2016.
Melihat
Rekam
Medik
0. Tidak
Berisiko =
Tidak
Pernah
1. Berisiko =
Pernah
Ordinal
6 Penyakit
Ibu
Penyakit yang
sedang atau
riwayat penyakit
yang pernah
diderita oleh ibu
yang mengalami
abortus imminens
yang tercatat di
bagian rekam
medik Rumah
Sakit Umum
Daerah Kota
Padangsidimpuan
periode tahun
2015-2016.
Melihat
Rekam
Medik
0. Tidak
Berisiko =
Tidak Ada
1. Berisiko =
Ada
Ordinal
3.7. Metode Analisis Data
Data yang telah diolah baik pengolahan secara manual maupun menggunakan
bantuan komputer, tidak akan ada maknanya tanpa dianalisis. Menganalisis data tidak
sekadar mendeskripsikan dan menginterpretasikan data yang telah diolah. Keluaran
akhir dari analisis data kita harus memperoleh makna atau arti dari hasil penelitian
Universitas Sumatera Utara
53
tersebut. Interpretasi data mempunyai dua sisi, sisi yang sempit dan sisi yang luas.
Interpretasi data dari sisi yang sempit hanya sebatas pada masalah penelitian yang
akan dijawab melalui data yang diperoleh tersebut. Sedangkan dari sisi yang lebih
luas interpretasi data berarti mencari makna data hasil penelitian dengan cara tidak
hanya menjelaskan hasil penelitian tersebut, tetapi juga melakukan inferensi atau
generalisasi dari data yang diperoleh melalui penelitian tersebut (Notoadmojo, 2016).
3.7.1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariate tergantung dari
jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan
standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi
frekuensi dan persentase dari tiap variabel.
3.7.2. Analisis Bivariat
Apabila telah dilakukan analisis univariat tersebut di atas, hasilnya akan
diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat dilanjutkan analisis
bivariate. Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi. Dalam analisis bivariate ini dilakukan beberapa tahap,
antara lain:
a. Analisis proporsi atau presentase, dengan membandingkan distribusi
silang antara dua variabel yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
54
b. Analisis dari hasil uji statistik chi square test. Melihat dari hasil uji
statistik ini akan dapat disimpulkan adanya hubungan 2 variabel tersebut
bermakna atau tidak bermakna. Dari hasil uji statistik ini dapat terjadi,
misalnya antara dua variabel tersebut secara presentase berhubungan
tetapi secara statistik hubungan tersebut tidak bermkana.
c. Analisis keeratan hubungan antara dua variabel tersebut, dengan melihat
nilai Odd Ratio (OR). Besar kecilnya nilai OR menunjukkan besarnya
keeratan hubungan antara dua variabel yang diuji. Estimasi confidence
interval (CI) untuk OR ditetapkan pada tingkat kepercayaan 95%.
Interpretasinya adalah sebagai berikut :
a) Bila OR > 1 berarti sebagai faktor risiko menyebabkan terjadinya
outcome.
b) Bila OR = 1 berarti bukan sebagai faktor Risiko dengan kejadian
c) Bila OR < 1 berarti sebagai faktor proteksi atau pelindung
3.7.3. Analisis Multivariat
Analisis bivariat hanya akan menghasilkan hubungan antara dua variabel yang
bersangkutan (variabel independent dan variabel dependent). Untuk mengetahui
hubungan lebih dari satu variabel independent dengan satu variabel dependent, harus
dilanjutkan lagi dengan melakukan analisis multivariat.
Analisa ini diperlukan untuk melihat hubungan antara satu variabel dependen
dengan seluruh variabel independen, sehingga dapat diketahui variabel independen
Universitas Sumatera Utara
55
yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian abortus imminens dengan
menggunakan uji Regressi Logistik. Uji Regressi Logistik dilakukan melalui beberapa
tahapan untuk mendapatkan nilai p < 0,05 pada setiap variabel independen yang
berpengaruh terjadinya abortus imminens.
Universitas Sumatera Utara
56
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Padangsidimpuan merupakan
Rumah Sakit tipe B milik Pemerintah Kota Padangsidimpuan yang terletak di bagian
selatan Kota Padangsidimpuan tepatnya di Jalan Dr. F.L. Tobing No. 10
Padangsidimpuan Sumatera Utara.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Padangsidimpuan merupakan
rumah sakit tertua di Kota Padangsidimpuan yang didirikan pada tahun 1937. Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan didirikan diatas tanah seluas 32.206 m2
dan luas bangunan 5.292,5 m2. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota
Padangsidimpuan sudah mengalami banyak perubahan dan peningkatan mutu
pelayanan serta fasilitas. Walaupun masih terdapat sisa peninggalan bangunan lama
namun hampir seluruhnya sudah di renovasi dan sudah dibangun gedung unit baru.
Pelayanan dan Fasilitas di RSUD Kota Padangsidimpuan meliputi Instalasi
Gawat Darurat (IGD) 24 jam, Poly Penyakit Dalam, Poly Paru, Poly Mata, Poly Gigi,
Poly Anak, Poly Bedah, Poly Syaraf, Poly THT, Instalasi Farmasi, Ruangan
Radiologi, Ruangan Neonatus, Ruangan ICU, Ruang Jenazah, Ruang Bedah Central,
Ruang Hemodialisa, Ruangan Laboratorium, Ruang Rekam Medik, Ruangan Kelas I,
Kelas II, Kelas III, Ruangan VIP dan Super VIP. Sementara itu, Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Padangsidimpuan memiliki Rumah Sakit Bersalin sendiri yang terdiri
Universitas Sumatera Utara
57
dari Poly Kebidanan, Ruangan Bersalin, dan Ruangan Ibu dan Bayi. Peralatan seperti
Meja Operasi, Mesin Anastesi, Ventilator, Inkubator, Blue Light, USG, X-ray, CT
Scan, MRI, EEG, EKG, Defibrilator, Pelayanan Mata dan Autoclav sudah ada dan
berfungsi. Tenaga Medis seperti Dokter Umum dan Spesialis, Dokter Gigi dan
Spesialis, Perawat dan Spesialisnya, Kebidanan, Farmasi, Keteknisian Medis,
Kesehatan Masyarakat dan Tenaga Non Kesehatan (Administrasi, Jaminan
Kesehatan, Pelaporan, IT, Hukum, dll) sudah cukup dan memenuhi standar.
Visi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan adalah Rumah Sakit
Dambaan Masyarakat Yang Mampu Bersaing. Misi Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Padangsidimpuan adalah Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia pada
semua lini pelayanan di rumah sakit dalam pencapaian standar pelayanan minimal;
Mengembangan pembangunan gedung rumah sakit mengacu kepada master plan
secara bertahap, melengkapi peralatan medis dan non medis serta pengembangan
fasilitas-fasilitas umum rumah sakit; dan Mengembangkan pelayanan-pelayanan
unggulan yang mampu menjawab tuntutan masyarakat dan meningkatkan daya saing
minimal di wilayah pantai barat. Motto Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Padangsidimpuan adalah Ramah Dalam Pelayanan Profesional Dalam Tindakan.
4.2. Hasil Analisis
Hasil analisis penelitian disajikan dalam Analis Univariat, Analisa Bivariat
dan Analisa Multivariat berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
58
4.2.1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Data karakteristik responden dilihat dari segi
umur ibu, usia kehamilan, paritas, riwayat abortus, dan penyakit ibu dengan kejadian
abortus imminens pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.2.1
Karakteristik Ibu Hamil Dengan Abortus Imminens di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Padangsidimpuan
No Karakteristik Kasus Kontrol
(n=50) (%) (n=50) (%)
Umur Ibu
1. < 20 dan > 35 tahun 38 76,0 20 40,0
2. 20-35 tahun 12 24,0 30 60,0
Usia Kehamilan
1. < 20 minggu 30 60,0 14 22,0
2. > 20 minggu 20 40,0 36 72,0
Paritas
1. < 1 dan ≥4 37 74,0 17 34,0
2. 1 - 3 13 26,0 33 66,0
Riwayat Abortus
1. Ada
- 1 Kali
- 2 Kali
- ≥3 Kali
37 74,0 8 16,0
2. Tidak Ada 13 26,0 42 84,0
Penyakit Ibu
1. Ada
- Hipertensi
39
78,0 6 12,0
Universitas Sumatera Utara
59
- Diabetes Mellitus
- Anemia
- Dll (Tifus, Demam
berdarah, Asma,
Hepatitis,
Hiperemesis
Gravidarum)
2. Tidak Ada 11 22,0 44 88,0
Jumlah 50 100,0 50 100,0
Berdasarkan Tabel 4.2.1 diketahui pada kelompok kasus diketahui paling
banyak <20 tahun dan >35 tahun yaitu 38 orang (76%), usia kehamilan kurang dari
20 minggu sebanyak 30 orang (60%), Paritas <1 dan ≥4 yaitu sebanyak 37 orang
(74%). Ibu dengan adanya riwayat abortus sebanyak 37 orang (74%) dengan riwayat
abortus 1 kali sebanyak 17 orang, riwayat abortus 2 kali sebanyak 11 orang, dan
riwayat abortus ≥3 sebanyak 9 orang. Ibu dengan adanya riwayat penyakit sebanyak
39 orang (78%) dengan penyakit anemia sebanyak 7 orang, penyakit diabetes mellitus
sebanyak 9 orang, penyakit hipertensi sebanyak 11 orang, dan penyakit lainnya
seperti tifus, demam berdarah, hepatitis, asma, hiperemesis gravidarum sebanyak 12
orang.
Pada kelompok kontrol paling banyak dengan umur ibu 20-35 tahun yaitu 30
orang (60%), usia kehamilan >20 minggu sebanyak 36 orang (72%), Paritas 1-3 yaitu
33 orang (66%), Ibu dengan tidak memiliki riwayat abortus yaitu sebanyak 42 orang
(84%), dan ibu dengan tidak memiliki riwayat penyakit sebanyak 44 orang (88%).
Universitas Sumatera Utara
60
4.2.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan.
Hubungan umur ibu, usia kehamilan, paritas, riwayat abortus, dan penyakit ibu
dengan kejadian abortus imminens dengan penelitian ini dapat dilihat pada penjelasan
berikut ini :
Tabel 4.2.2
Distribusi Pengaruh Umur Ibu, Usia Kehamilan, Paritas, Riwayat Abortus, dan
Penyakit Ibu terhadap Kejadian Abortus Imminens di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Padangsidimpuan
Karakteristik
Kejadian Abortus
Imminens OR
(95%CI) χ2/ P value Kasus Kontrol
n % n %
Umur Ibu
< 20 dan > 35
tahun
38
76,0
20
40,0
4,750
(1,384-3,100)
11,864/
0,001 20-35 tahun 12 24,0 30 60,0
Usia
Kehamilan
< 20 minggu
30
60,0
14
28,0
3,85
(1,67-8,91)
9,131/
0,003 > 20 minggu 20 40,0 36 72,0
Paritas
< 1 dan ≥4
37
74,0
17
26,0
5,52
(2,33-13,07)
14,94
(5,57-40,02)
16,103/
0,0001
33,980/
0,0001
1 – 3 13 26,0 33 74,0
Riwayat
Abortus
Ada
37
74,0
8
16,0
Tidak ada 13 26,0 42 84,0
Universitas Sumatera Utara
61
Penyakit Ibu
Ada
39
78,0
6
12,0
26,0
(8,79-76,8)
41,374/
0,0001 Tidak ada 11 22,0 44 88,0
Total 50 100,0 50 100,0
4.2.2.1. Pengaruh Umur terhadap Kejadian Abortus Imminens
Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p < 0,05
diperoleh nilai χ2 hitung = 11,864 dengan nilai p (value) = 0,001 pada α = 0,05.
Karena nilai p (value) 0,001 < 0,05 yang berarti menunjukan ada pengaruh antara
umur ibu dengan kejadian abortus immenens. Nilai Odds Ratio diketahui sebesar
4,750, ini berarti bahwa umur ibu dalam kelompok kasus mempunyai peluang 4,7
kali lebih tinggi mengalami kejadian abortus Imminens dibandingkan dengan umur
ibu dalam kelompok kontrol.
4.2.2.2. Pengaruh Usia Kehamilan terhadap Kejadian Abortus Imminens
Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p < 0,05
diperoleh nilai χ2 hitung = 9,131 dengan nilai p (value) = 0,003 pada α = 0,05. Karena
nilai p (value) 0,003 < 0,05 yang berarti menunjukan ada pengaruh antara usia
kehamilan dengan kejadian abortus imminens. Nilai Odds Ratio diketahui sebesar
3,85, ini berarti bahwa usia kehamilan ibu dalam kelompok kasus mempunyai
peluang 3,8 kali lebih tinggi mengalami kejadian abortus imminens dibandingkan
usia kehamilan ibu dalam kelompok kontrol.
Universitas Sumatera Utara
62
4.2.2.3. Pengaruh Paritas terhadap Kejadian Abortus Imminens
Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p < 0,05
diperoleh nilai χ2 hitung = 16,103 dengan nilai p (value) = 0,0001 pada α = 0,05.
Karena nilai p (value) 0,0001 < 0,05 yang berarti menunjukan ada pengaruh antara
paritas dengan kejadian abortus imminens. Nilai Odds Ratio diketahui sebesar 5,52,
ini berarti bahwa paritas ibu dalam kelompok kasus mempunyai peluang 5,5 kali
lebih tinggi berisiko mengalami kejadian abortus imminens dibandingkan dengan
paritas ibu dalam kelompok kontrol.
4.2.2.4. Pengaruh Riwayat Abortus terhadap Kejadian Abortus Imminens
Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p < 0,05
diperoleh nilai χ2 hitung = 33,980 dengan nilai p (value) = 0,0001 pada α = 0,05.
Karena nilai p (value) 0,0001 < 0,05 yang berarti menunjukan ada pengaruh antara
riwayat abortus dengan kejadian abortus imminens. Nilai Odds Ratio diketahui
sebesar 14,94, ini berarti bahwa ibu pada kelompok kasus mempunyai peluang 14,9
kali lebih tinggi mengalami abortus imminens dibandingkan dengan ibu dalam
kelompok kontrol.
4.2.2.5. Pengaruh Penyakit Ibu terhadap Kejadian Abortus Imminens
Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p < 0,05
diperoleh nilai χ2 hitung = 41,374 dengan nilai p (value) = 0,0001 pada α = 0,05.
Karena nilai p (value) 0,0001 < 0,05 yang berarti menunjukan ada pengaruh antara
penyakit ibu dengan kejadian abortus imminens. Nilai Odds Ratio diketahui sebesar
Universitas Sumatera Utara
63
26,0, ini berarti bahwa ibu pada kelompok kasus berisiko mengalami kejadian
abortus imminens sebesar 26 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu pada
kelompok kontrol.
4.2.3. Analisis Multivariat
Dalam analisis multivariat diketahui seluruhnya variabel yang diduga
berpengaruh terhadap kejadian abortus imminens yaitu umur, paritas, usia kehamilan,
riwayat abortus dan penyakit ibu. Tahap selanjutnya seluruh variabel ini dimasukkan
sebagai kandidat untuk dilakukan analisis multivariat.
Analisis multivariat bertujuan untuk mendapatkan model yang terbaik dalam
menentukan variabel dominan yang berpengaruh terhadap kejadian abortus
imminens. Dalam pemodelan ini semua variabel yang memiliki nilai p < 0,025 pada
analisis bivariat akan dimasukkan ke dalam uji regresi logistik seperti pada Tabel
berikut ini :
Tabel 4.2.3
Hasil Uji Regresi Logistik Ganda Untuk Identifikasi Variabel
yang Akan Masuk Dalam Model
B S.E. Wald Df Sig. OR
Umur_Ibu 1,333 0,624 4,554 1 0,033 3,791
Usia_Kehamilan -0,012 0,658 0,000 1 0,985 0,988
Paritas 1,841 0,665 7,657 1 0,006 6,304
Riwayat_Abortus 0,194 0,971 0,040 1 0,842 1,214
Penyakit_Ibu 3,330 1,073 9,635 1 0,002 27,936
Constanta -3,104 0,699 19,695 1 0,000 0,045
Overall percentage : 81,0%
Universitas Sumatera Utara
64
* = dikeluarkan secara bertahap
Seluruh variabel dengan nilai p < 0,05 maka masuk sebagai kandidat model,
sehingga secara keseluruhan model ini dapat memprediksi besarnya pengaruh umur,
usia kehamilan, paritas, riwayat abortus, dan penyakit sebesar 50,0% (overall
percentage 81,0% sedangkan 19,0% dipengaruhi oleh faktor lainnya. Variabel yang
sangat berpengaruh terhadap kejadian abortus imminens adalah umur ibu, paritas dan
penyakit yang diketahui dari nilai koefisien B. Adapun persamaan regresi logistik
yang diperoleh sebagai berikut :
P (X) =1
𝟏 + 𝐞 (−𝟑, 𝟏𝟎𝟒 + 𝟏, 𝟑𝟑𝟑𝐗𝟏 − 𝟎, 𝟎𝟏𝟐𝐗𝟐 + 𝟏, 𝟖𝟒𝟏𝐗𝟑 + 𝟎, 𝟏𝟗𝟒𝐗𝟒 + 𝟑, 𝟑𝟑𝟎𝐗𝟓)
P(X) = 0,81
Keterangan :
X1 = Umur
X2 = Usia kehamilan
X3 = Paritas
X4 = Riwayat Abortus
X5 = Penyakit Ibu
Nilai P sebesar 0,810 artinya ibu hamil berpeluang mengalami kejadian
abortus imminens sebesar 0,81 atau 81,0 %. Persamaan regresi logistik tersebut untuk
memprediksikan besarnya pengaruh umur, usia kehamilan, paritas, riwayat abortus
dan penyakit ibu terhadap kejadian abortus imminens. Berdasarkan hasil uji regresi
logistik pada Tabel 4.2.3 dari 5 variabel (umur, usia kehamilan, paritas, riwayat
abortus dan penyakit ibu) ternyata tiga variabel yang berpengaruh yaitu umur, paritas
dan penyakit ibu. Diperoleh nilai OR untuk umur ibu sebesar 3,791 dengan p value
Universitas Sumatera Utara
65
0,033, ini berarti umur ibu berpeluang 3,7 kali berisiko untuk mengalami Abortus
Imminens. Nilai OR untuk paritas sebesar 6,304 dengan nilai p value 0,006, ini
berarti paritas berpeluang 6,3 kali berisiko untuk mengalami abortus imminens. Nilai
OR untuk penyakit sebesar 27,936 dengan nilai p value 0,002, ini artinya penyakit
berpeluang 27,9 kali berisiko untuk mengalami abortus imminens.
Universitas Sumatera Utara
66
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Umur terhadap Kejadian Abortus Imminens
Umur merupakan faktor predisposisi yang berpengaruh terhadap kejadian
abortus. Umur ibu hamil dengan abortus imminens diketahui paling banyak dibawah
20 tahun dan diatas 35 tahun yaitu 38 orang (76%). Danvers berpendapat bahwa
peningkatan umur ibu saat hamil berhubungan dengan peningkatan terjadinya
abnormalitas kromosom sehingga meningkatkan risiko terjadinya abortus. Penelitian
Maconochie dkk juga menunjukkan bahwa terjadinya abortus semakin meningkat
seiring dengan meningkatnya usia ibu. Kematian maternal pada wanita hamil dan
melahirkan yang terjadi pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi
dibandingkan yang terjadi pada usia 20-29 tahun.
Menurut Wiknjosastro (2010), bahwa wanita yang hamil pada umur muda
(<20 tahun) dari segi biologis perkembangan alat-alat reproduksinya belum
sepenuhnya optimal.dari segi psikis belum matang dalam menghadapi tuntutan beban
moril, dan emosional, dan dari segi medis sering mendapat gangguan, sedangkan
pada usia lebih dari 35 tahun, elastic dari otot-otot panggul dan sekitarnya serta alat-
alat reproduksinya mengalami kemunduran, juga wanita pada usia ini besar
kemungkinan mengalami komplikasi antenatal diantaranya abortus.
Menurut Cunningham (2014), bahwa risiko abortus spontan semakin
meningkat dengan bertambahnya usia ibu. Pada ibu usia dibawah 20 tahun risiko
66
Universitas Sumatera Utara
67
terjadinya abortus kurang dari 2%. Risiko meningkat 10% pada usia ibu lebih dari 35
tahun dan mencapai 50% pada usia ibu lebih dari 45 tahun. Peningkatan risiko
abortus ini diduga berhubungan dengan abnormalitas kromosom pada wanita usia
lanjut.
Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p < 0,05
diperoleh nilai χ2 hitung = 11,864 dengan nilai p (value) = 0,001 pada α = 0,05.
Karena nilai p (value) 0,001 < 0,05 yang berarti menunjukan ada pengaruh antara
umur ibu dengan kejadian abortus immenens. Nilai Odds Ratio diketahui sebesar
4,750, ini berarti bahwa umur ibu dalam kelompok kontrol mempunyai peluang 4,7
kali lebih tinggi mengalami kejadian abortus Imminens dibandingkan dengan umur
ibu dalam kelompok kontrol. Dan dari hasil analisa multivariat diperoleh nilai OR
untuk umur ibu sebesar 3,791 yang berarti ibu dalam kelompok umur berisiko
berpeluang sebesar 3,7 kali mengalami kejadian abortus imminens.
Ibu yang berada dibawah umur 20 tahun mengalami kejadian Abortus
Imminens karena ibu belum mempunyai kemampuan dalam mempersiapkan
kehamilannya dan masih terlalu muda. Selain itu ibu yang berumur muda kurang
memperhatikan kehamilannya termasuk kontrol kehamilannya, sehingga yang dapat
berdampak meningkatkan berbagai risiko. ibu yang berumur diatas 35 tahun akan
mengalami berbagai komplikasi dalam kehamilan, hal ini disebabkan karena
penurunan kemampuan fisik / daya tahan tubuh, karena terjadinya proses degeneratif
yang dapat mempengaruhi kondisi tubuh dan janin.
Universitas Sumatera Utara
68
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hamidah (2013) di RSUD Cipto
Mangunkusumo Jakarta, dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa ibu yang
berusia < 20 tahun dan > 35 tahun yang mengalami abortus imminens mempunyai
proporsi sebanyak 51,9 %, sedangkan 48,1 % lainnya tidak mengalami abortus
imminens. Setelah diuji dengan statistic chi square ternyata didapatkan nilai p <0,001
(nilai p <0,005) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna
antara usia ibu dengan kejadian abortus. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
Handayani (2014) di Rumah Sakit Daerah Ambarawa bahwa berdasarkan uji Chi
Square didapat p-value 0,026. Oleh karena p-value = 0,026 < α (0,05), disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan kejadian abortus di
Rumah Sakit Daerah Ambarawa Tahun 2014. Dan juga penelitian Winda Ricika
(2015) di RSU PKU Muhammadiyah Bantul bahwa ada hubungan antara umur
dengan kejadian abortus pada ibu primigravida dengan p-value = 0,041 (<0,05) dan
nilai OR 4,333 artinya Ibu primigravida dengan umur berisiko (<20 dan >35 tahun)
berpeluang 4,333 kali lebih besar mengalami abortus dibanding dengan ibu dengan
umur tidak berisiko (20 – 35 tahun).
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman dalam kehamilan,
persalinan dan kelahiran yaitu 20-34 tahun. Frekuensi abortus yang secara klinis
bertambah 12 % pada wanita yang berusia kurang dari 20 tahun dan menjadi 26 %
pada wanita yang berumur diatas 40 tahun. Risiko abortus juga meningkat seiring
dengan paritas. Paritas lebih dari 3 termasuk risiko tinggi terjadinya abortus
(Cunningham dkk, 2014).
Universitas Sumatera Utara
69
Menurut Wiki (2009) bahwa pada kehamilan di usia di bawah 20 tahun secara
biologis belum optimal emosionalnya, sehingga mudah mengalami keguncangan
yang menyebabkan kurangnya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan zat-zat gizi selama
kehamilan. Selain itu kehamilan di usia muda menyebabkan belum sempurnanya
perkembangan dinding rahim, dan menyebabkan terjadinya abortus.
Abortus dapat dialami oleh semua ibu hamil, faktor risikonya meliputi usia
dan riwayat abortus berulang. Usia dapat mempengaruhi kejadian abortus berulang
karena pada usia kurang dari 20 tahun belum matangnya alat reproduksi untuk hamil
sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan
janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia lebih dari 35 tahun disebabkan
berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada kromosom dan penyakit kronis
(Manuaba, 2013).
5.2. Pengaruh Usia Kehamilan terhadap Kejadian Abortus Imminens
Usia kehamilan pada Ibu Hamil dengan Abortus Imminens kurang dari 20
minggu sebanyak 30 orang (60%). Usia. Ibu yang usia kehamilan kurang dari 20
minggu kemungkinan janin yang dikandung masih lemah, sehingga apabila ibu
melakukan aktivitas yang berlebih atau banyak maka akan mudah mengalami abortus.
Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p < 0,05
diperoleh nilai χ2 hitung = 9,131 dengan nilai p (value) = 0,003 pada α = 0,05. Karena
nilai p (value) 0,003 < 0,05 yang berarti menunjukan ada pengaruh antara usia
kehamilan dengan kejadian abortus imminens. Nilai Odds Ratio diketahui sebesar
Universitas Sumatera Utara
70
3,85, ini berarti bahwa pada usia kehamilan ibu dalam kelompok kasus mempunyai
peluang 3,8 kali lebih tinggi mengalami kejadian abortus imminens dibandingkan ibu
dalam kelompok kontrol.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mursyida (2011) di Instalasi Rawat
Inap Kebidanan Rumah sakit Muhammadiyah Palembang dengan hasil analisis
bivariat usia kehamilan risiko tinggi dengan kejadian abortus imminens sebesar
48,5% lebih besar dari usia kehamilan risiko rendah sebesar 27,5 %. Hasil uji statistik
Chi-square dengan ρ value = 0,030 lebih kecil dari α = 0,05, ada hubungan bermakna
antara usia kehamilan dengan kejadian abortus imminens. Dan penelitian ini sejalan
juga dengan penelitian Surjadi di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung (2004)
dengan hasil uji statistik ρ value = 0,01 lebih kecil dari α = 0,05, ada hubungan
bermakna antara usia kehamilan dengan kejadian abortus di Rumah Sakit Dr. Hasan
Sadikin Bandung. Dari analisis ini nilai Odd Ratio (OR) 2,486, berarti responden usia
kehamilan risiko tinggi berpeluang 2,486 kali dari pada responden usia kehamilan
risiko rendah.
Penelitian Hamidah (2013) di RSUD Cipto Mangunkusumo Jakarta
didapatkan bahwa analisis data menunjukkan bahwa usia kehamilan pada ibu yang
mengalami abortus imminens lebih banyak terjadi pada usia 12-19 minggu. Setelah
diuji statistic dengan chi square, ternyata terdapat hubungan yang bermakna antara
usia kehamilan dengan kejadian abortus, yang ditandai dengan nilai p-value = 0,23.
Akan tetapi, hasil odds ratio menunjukkan bahwa risiko yang didapatkan 0,505 kali
lebih kecil pada ibu dengan usia kehamilan <12 minggu.
Universitas Sumatera Utara
71
Menurut Wiknjosastro pada (2010) pada kehamilan kurang dari 8 minggu villi
koriales belum menembus desidua secara mendalam sehingga pada umumnya
perdarahan tidak terlalu banyak. Pada kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales
menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya dapat menyebabkan banyak
perdarahan. abortus imminens juga terjadi dapat pada usia kehamilan risiko rendah
karena pada dasarnya setiap ibu hamil mempunyai risiko untuk terjadi abortus
imminens, bila tidak ditangani dan dicegah dengan asuhan kebidanan yang lebih baik.
Sedangkan perdarahan yang banyak dapat terjadi pada usia kehamilan risiko tinggi
dengan kejadian abortus imminens. Perdarahan tersebut dapat diatasi dengan istirahat
total ditempat tidur sampai perdarahan berhenti dan kehamilan masih dalam kondisi
yang baik dan jika perdarahan telah berhenti ibu tidak boleh melakukan pekerjaan
yang berat selama hamil, menghindari hubungan seksual yang berlebihan sewaktu
hamil, dan lain-lain.
5.3. Pengaruh Paritas terhadap Kejadian Abortus Imminens
Ibu Hamil Dengan Abortus Imminens dengan paritas <1 dan ≥4 yaitu 37
orang (74%) yang mengalami abortus imminens. Hal ini kemungkinan disebabkan
terlalu seringnya ibu hamil sehingga menyebabkan rahim ibu lemah dan rengang.
Bila ibu terlalu sering melahirkan, rahim ibu akan semakin lemah. Bila ibu telah
melahirkan 4 anak atau lebih, maka perlu diwaspadai adanya gangguan pada waktu
kehamilan, persalinan, dan nifas. Risiko abortus akan semakin meningkat dengan
bertambahnya paritas dan di samping semakin lanjutnya usia ibu. Pada multiparitas
Universitas Sumatera Utara
72
lingkungan endometrium disekitar tempat implantasi kurang sempurna dan dan tidak
siap menerima hasil konsepsi sehingga pemberian nutrisi dan oksigenisasi kepada
hasil konsepsi kurang sempurna dan mengakibatkan pertumbuhan hasil konsepsi akan
terganggu (Azhari, 2011) Hal ini juga sejalan dengan pendapat Meclicine (2004)
bahwa ibu dengan paritas tinggi (melahirkan lebih dari 3 kali cenderung mengalami
komplikasi dalam kehamilan dan akan berpengaruh pada persalinan.
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p <
0,05 diperoleh nilai χ2 hitung = 16,103 dengan nilai p (value) = 0,0001 pada α = 0,05.
Karena nilai p (value) 0,0001 < 0,05 yang berarti menunjukan ada pengaruh antara
paritas dengan kejadian abortus imminens. Nilai Odds Ratio diketahui sebesar 5,52,
ini berarti bahwa paritas ibu dalam kelompok kasus mempunyai peluang 5,5 kali
lebih tinggi berisiko mengalami kejadian abortus imminens dibandingkan dengan
paritas ibu dalam kelompok kontrol. Dan dari hasil analisa multivariat diperoleh nilai
OR untuk paritas sebesar 6,304 yang berarti ibu dalam kelompok paritas berisiko
mempunyai peluang sebesar 6,3 kali mengalami kejadian abortus imminens. Ibu
dengan paritas multipara akan sering mengalami gangguan pada perkembangan
janinnya, hal ini sehubungan dengan makin menurunya stamina ibu dan degeneratif
sel sel tubuh sehingga menyebabkan kondisi rahim ibu tidak kuat lagi seperti semula.
Risiko abortus imminens semakin tinggi dengan bertambahnya paritas dan
semakin bertambahnya usia ibu dengan asumsi bahwa semakin tinggi paritas maka
semakin tinggi angka kejadian abortus dan semakin rendah paritas
maka angka kejadian abortus akan semakin rendah. Komplikasi yang berbahaya pada
Universitas Sumatera Utara
73
abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi dan syok. Selain risiko secara fisik,
wanita yang mengalami abortus juga akan mengalami risiko psikologis seperti
adanya konflik dalam pengambilan keputusan, bersikap mendua dan ragu-ragu dalam
membuat keputusan, merasa ditekan atau dipaksa, merasa tidak kuasa memutuskan
atau merasa berhak memilih (Rukiyah, 2010).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hamidah (2013) di RSUD Cipto
Mangunkusumo Jakarta didapatkan bahwa ibu yang paritasnya <1 dan ≥3 pada
penderita abortus imminens mempunyai proporsi 13%. Setelah diuji dengan statistik
chi square ternyata didapatkan nilai p = 0,049 (nilai p <0,005) sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara paritas dengan kejadian
abortus imminens dan hasil analisis multivariat ibu yang memiliki paritas ≥3
memiliki risiko 6,9 kali lebih besar dibandingkan ibu yang memiliki paritas 1 - 3.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Mursyida (2011) di
Instalasi Rawat Inap Kebidanan Rumah sakit Muhammadiyah Palembang didapatkan
bahwa ρ value = 0,002 lebih kecil dari α = 0,05, ada hubungan bermakna antara
paritas dengan kejadian abortus imminens. Dan penelitian Hj. Husna (Poltekkes
Makasar) di RSUD Lamadukkelleng Sengkang Kabupaten Wajo pada tahun 2010, ρ
value = 0,000 lebih kecil dari α = 0,05, ada hubungan bermakna antara paritas dengan
kejadian abortus imminens di RSUD Lamadukkelleng Sengkang kabupaten Wajo.
Dari analisis ini nilai Odd Ratio (OR) 2,917, berarti responden paritas risiko tinggi
berpeluang 2,917 kali dari pada responden paritas risiko rendah.
Universitas Sumatera Utara
74
Menurut Wiknjosastro (2010) paritas adalah jumlah anak yang telah
dilahirkan ibu baik dalam keadaan hidup atau meninggal. Ibu yang mempunyai
paritas lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan perdarahan
saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3 merupakan
paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi
(lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi, lebih tinggi paritas
lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan
obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah
dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak
direncanakan.
Dalam hasil penelitian ini abortus imminens juga terjadi pada paritas risiko
rendah karena pada dasarnya setiap ibu hamil mempunyai risiko untuk terjadi abortus
imminens, bila tidak ditangani dan dicegah dengan asuhan kebidanan yang lebih baik.
Sedangkan paritas risiko tinggi primigravida dapat disebabkan oleh kurangnya asuhan
obstetric yang baik selama kehamilan. Tetapi jika dilakukan asuhan obstetric yang
lebih baik selama kehamilan, kehamilan akan dapat berlangsung sampai aterm.
Sedangkan paritas risiko tinggi hamil lebih dari atau sama dengan 4 kali dapat
disebabkan oleh menurunnya fungsi alat reproduksi dalam menerima buah kehamilan
dan dapat dikurangi atau dicegah dengan mengikuti program keluarga berencana.
5.4. Pengaruh Riwayat Abortus terhadap Kejadian Abortus Imminens
Ibu Hamil dengan Abortus Imminens paling banyak memiliki riwayat abortus
yaitu 37 orang (74%). Ibu Hamil dengan Abortus Imminens dengan riwayat abortus.
Universitas Sumatera Utara
75
Riwayat abortus pada penderita abortus merupakan predisposisi terjadinya abortus
berulang. Kejadiannya sekitar 3-5%. Data dari beberapa studi menunjukkan bahwa
setelah 1 kali abortus pasangan punya risiko 15% untuk mengalami keguguran lagi,
sedangkan bila pernah 2 kali, risikonya akan meningkat 25%. Beberapa studi
meramalkan bahwa risiko abortus setelah 3 kali abortus berurutan adalah 30-45%
(Prawirohardjo, 2014).
Abortus dapat dialami oleh semua ibu hamil, faktor risikonya meliputi usia
dan riwayat abortus berulang. Usia dapat mempengaruhi kejadian abortus berulang
karena pada usia kurang dari 20 tahun belum matangnya alat reproduksi untuk hamil
sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan
janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia lebih dari 35 tahun disebabkan
berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada kromosom dan penyakit kronis
(Manuaba, 2013).
Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p < 0,05
diperoleh nilai χ2 hitung = 33,980 dengan nilai p (value) = 0,0001 pada α = 0,05.
Karena nilai p (value) 0,0001 < 0,05 yang berarti menunjukan ada pengaruh antara
riwayat abortus dengan kejadian abortus imminens. Nilai Odds Ratio diketahui
sebesar 14,94, ini berarti bahwa ibu pada kelompok kasus mempunyai peluang 14,9
kali lebih tinggi mengalami abortus imminens dibandingkan dengan ibu dalam
kelompok kontrol. Hal ini disebabkan karena dengan adanya riwayat abortus, ibu
hamil akan berisiko mengalami abortus kembali. Ini juga terjadi karena faktor
Universitas Sumatera Utara
76
psikologis yang dapat menganggu ibu dalam menghadapi kehamilan, trauma pernah
mengalami abortus sebelumnya dapat memicu terjadinya abortus selanjutnya.
Ibu dengan riwayat sudah pernah mengalami abortus dua kali berturut-turut
maka kehamilan berikutnya hanya 63% berjalan normal, tetapi kehamilan keempat
berjalan normal hanya sekitar 16% (Mochtar, 2011). Menurut pendapat Danvers
(2010), semakin tinggi riwayat abortus, semakin besar pula risiko terjadinya abortus.
Penelitian Maconochie dkk (2011) juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara riwayat abortus dengan kejadian abortus.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Baba dkk (2010) di
Osaka, Jepang yang mendapatkan bahwa terdapat peningkatan risiko abortus pada
wanita yang memiliki riwayat abortus sebelumnya yang dibuktikan dengan hasil nilai
OR sebesar 1,98 pada wanita dengan riwayat abortus sebanyak 1 kali, nilai OR 2,36
pada wanita yang memiliki 2 kali riwayat abortus dan nilai OR 8,73 pada yang
pernah mengalami 3 atau lebih abortus sebelumnya.
Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan Lukitasari (2010) di RS
H.M Ryacudu Kotabumi Lampung Utara yang mendapatkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan (nilai p = 0,0001) antara riwayat abortus yang dimiliki ibu
dengan kejadian abortus. Penelitian lain menurut Wahyuni (2012) di wilayah
puskesmas Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat bahwa ada
hubungan (nilai p = 0,04) antara riwayat abortus dengan kejadian abortus. Selain itu
pasien yang pernah mengalami abortus akan cencerung mengalami abortus sebesar
2,8 kali dibandingkan pasien yang tidak pernah mengalami abortus. Penelitian
Universitas Sumatera Utara
77
Hamidah (2013) di RSUD Cipto Mangunkusumo Jakarta didapatkan bahwa hasil uji
statistic chi square ternyata didapatkan nilai p=0,004 (nilai p <0,005) sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara riwayat abortus dengan
kejadian abortus dengan OR 4,239. Faktor ini berisiko 4,2 kali lebih besar jika
dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki riwayat abortus.
Abortus Habitualis (Keguguran berulang), adalah keadaan dimana penderita
mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih. Menurut HERTIG abortus
spontan terjadi 10% dari kehamilan dan abortus habitualis 3,6-9,8% dari abortus
spontan. Apabila seorang penderita telah mengalami 2 kali abortus berturut-turut
maka optimisme untuk kehamilan berikutnya berjalan normal adalah sekitar 63%.
Apabila abortus 3 kali berturut-turut, maka kemungkinan kehamilan ke-4 berjalan
normal hanya 16 % (Mochtar, 2011).
Maconochie dkk (2011) juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara riwayat abortus dengan kejadian abortus. Maconochie berpendapat
bahwa kehamilan pertama mempunyai risiko abortus yang lebih tinggi daripada
kehamilan kedua dan ketiga. Akan tetapi, risiko abortus kembali meningkat setelah
kehamilan keempat. Penyebab kejadian ini belum dapat diketahui secara pasti.
Menurut Danvers (2010), risiko abortus akan semakin meningkat ketika riwayat
kehamilan ibu bertambah. Kehamilan lebih dari tiga kali mempunyai risiko
terjadinya serviks inkompeten sehingga dapat menyebabkan abortus.
Prawirohardjo (2014) mengemukakan bahwa wanita yang telah mengalami
keguguran 2 kali bahkan sampai 3 kali berturut-turut, mempunyai kemungkinan
Universitas Sumatera Utara
78
untuk kembali keguguran menjadi lebih besar. Menurut Malpas dan Eastman
kemungkinan terjadinya abortus lagi pada seorang wanita ialah 73% dan 83,6%.
Sedangkan, Warton dan Fraser dan Llewellyn Jones memberi prognosis yang lebih
baik, yaitu 25,9% dan 39% (Wiknjosastro, 2010). Kejadian abortus diduga
mempunyai efek terhadap kehamilan berikutnya, baik pada timbulnya penyulit
kehamilan maupun pada hasil kehamilan itu sendiri. Wanita dengan riwayat abortus
mempunyai risiko lebih tinggi untuk persalinan prematur, abortus berulang dan bayi
dengan berat badan lahir rendah (Cunningham, 2014).
Dan peneliti berpendapat bahwa kejadian abortus mempunyai efek terhadap
kehamilan berikutnya, baik pada timbulnya penyulit kehamilan maupun pada hasil
kehamilan itu sendiri. Wanita dengan riwayat abortus mempunyai risiko lebih tinggi
untuk abortus berulang.
5.5. Pengaruh Penyakit Ibu terhadap Kejadian Abortus Imminens
Ibu Hamil dengan Abortus Imminens memiliki penyakit sebanyak 39 orang
(78%). Ibu yang mempunyai penyakit maka fisiknya tidak akan siap dalam
menghadapi kehamilan. Penyakit yang diserita ibu hamil akan memperburuk risiko
janin yang dikandungnya, sebab kondisi janin akan bergantung pada kondisi
kesehatan ibu. Selain itu ibu yang mengalami kelainan plasenta, misalnya endarteritis
terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga
mengganggu pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini dapat terjadi sejak
kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
Universitas Sumatera Utara
79
Penyakit ibu dapat secara langsung memengaruhi pertumbuhan janin dalam
kandungan melalui plasenta. Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis,
malaria, dan sifilis. Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2 menuju
sirkulasi retroplasenta. Dan penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal,
penyakit hati, dan penyakit diabetes mellitus.
Penyakit-penyakit ibu seperti penyakit infeksi yang menyebabkan demam
tinggi karena pneumonia, tifoid, pielitis, rubella, demam malta, dan sebagainya;
Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus
pada fetus; Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan lain-lain, ibu yang asfeksia
seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat, anemi gravis; Malnutrisi,
avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan vitamin A, C, atau
E, dan diabetes melitus juga merupakan faktor penyebab terjadinya abortus imminens
(Mochtar, 2011).
Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p < 0,05
diperoleh nilai χ2 hitung = 41,374 dengan nilai p (value) = 0,0001 pada α = 0,05.
Karena nilai p (value) 0,0001 < 0,05 yang berarti menunjukan ada pengaruh antara
penyakit ibu dengan kejadian abortus imminens. Nilai Odds Ratio diketahui sebesar
26,0, ini berarti bahwa ibu pada kelompok kasus berisiko mengalami kejadian abortus
imminens sebesar 26 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu pada kelompok
kontrol. Dan dari hasil analisa multivariat diperoleh nilai OR untuk paritas sebesar
27,936 yang berarti ibu yang memiliki penyakit berisiko 27,9 kali mengalami
kejadian abortus imminens dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki penyakit.
Universitas Sumatera Utara
80
Hampir 50% dari kehamilan berakhir dengan keguguran, jika kehamilan
berlanjut janin yang dilahirkan oleh ibu akan berakibat buruk seperti kelahiran
prematur, ketuban pecah dini, preeklamsia, solusio plasenta dan Intrauterine Growth
Restriction (IUGR) dapat terjadi. Hal ini juga diketahui bahwa usia ibu, penyakit
sistemik seperti diabetes mellitus, hipotiroidisme, pengobatan infertilitas, trombofilia,
berat badan ibu dan struktur rahim yang abnormal meningkatkan risiko abortus
imminens (Yakistiran dkk, 2016).
Ibu yang menderita penyakit seperti pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria, dan lain-lain, maupun kronik seperti, anemia berat, keracunan,
laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun seperti brusellosis,
mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis, kemunginan akan mengalami abortus. Ibu
yang mempunyai penyakit kemungkinan akan mengalami beberapa risiko yang
menyebabkan abortus, kelahiran prematur, bayi dengan berat badan lahir yang
rendah, pendarahan antepartum, ketuban pecah dini hingga keguguran atau kematian
janin. Karena itu, jika setelah abortus imminens ini kehamilan masih dilanjutkan,
pemeriksaan rutin, istirahat yang cukup serta makanan bernutrisi tinggi menjadi
kebutuhan yang harus dipenuhi.
Bagi perempuan hamil yang memiliki kehamilan dengan risiko tinggi
sebaiknya memelihara kesehatan agar tidak sakit, melakukan kontrol kehamilan
secara teratur baik itu kepada bidan maupun kepada dokter kandungan dan
memeriksakan diri secara teratur setiap bulan agar dapat mencegah hal-hal yang
membahayakan bagi ibu dan bayi. Bidan ataupun dokter dapat mendeteksi dan
Universitas Sumatera Utara
81
memberikan perawatan sejak dini sehingga hal-hal yang dapat membahayakan ibu
dan bayi dapat diantisipasi sejak awal. Seorang perempuan hamil juga harus menjaga
asupan gizinya dengan makan makanan yang bergizi tinggi dengan diet seimbang dan
selalu menjaga berat badan ibu sehingga terkontrol dan tidak mengalami tekananan
darah tinggi. Seorang perempuan hamil juga sebaiknya tetap melakukan olahraga
ringan yang sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi seperti berenang dan berjalan kaki.
Perbanyaklah pengetahuan mengenai kehamilan dan risiko kehamilan tinggi sehingga
dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
5.6. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan. Adanya
beberapa keterbatasan yang dihadapi peneliti diantaranya adalah sulitnya membaca
beberapan tulisan di catatan rekam medik sehingga peneliti harus benar-benar
menyesuaikannya agar tidak ada kesalahan dalam data yang di dapat dari catatan
rekam medik. Banyaknya file catatan rekam medik membuat peneliti memerlukan
waktu lama untuk menemukan file catatan rekam medik pasien yang di diagnosa
Abortus Imminens.
Universitas Sumatera Utara
82
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian, dapat diambil
beberapa kesimpulan mengenai faktor-faktor yang paling memengaruhi (dominan)
terhadap kejadian abortus imminens di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Padangsidimpuan.
1. Umur ibu berpengaruh dengan kejadian abortus imminens dengan p-value
sebesar 0,033. Nilai Odds Ratio diketahui sebesar 4,750, ini berarti bahwa
umur ibu dalam kelompok kontrol mempunyai peluang 4,7 kali lebih tinggi
mengalami kejadian abortus Imminens dibandingkan dengan umur ibu dalam
kelompok kontrol.
2. Tidak ada pengaruh usia kehamilan dengan kejadian abortus imminens.
3. Paritas berpengaruh terhadap kejadian abortus imminens dengan p-value
sebesar 0,006. Nilai Odds Ratio diketahui sebesar 3,85, ini berarti bahwa usia
kehamilan ibu dalam kelompok kasus mempunyai peluang 3,8 kali lebih
tinggi mengalami kejadian abortus imminens dibandingkan usia kehamilan
ibu dalam kelompok kontrol.
4. Riwayat abortus tidak berpengaruh terhadap kejadian abortus imminens.
5. Penyakit Ibu berpengaruh terhadap kejadian abortus imminens dengan p-
value sebesar 0,006. Nilai Odds Ratio diketahui sebesar 26,0, ini berarti
82
Universitas Sumatera Utara
83
bahwa ibu pada kelompok kasus berisiko mengalami kejadian abortus
imminens sebesar 26 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu pada
kelompok kontrol.
6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas faktor yang paling memengaruhi (dominan)
terhadap kejadian abortus imminens di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Padangsidimpuan yaitu umur ibu, paritas, dan penyakit Ibu. Adapun saran-saran
adalah sebagai berikut
1. Bagi Ibu Hamil
Sebagai bahan informasi dan menambah pemahaman ibu hamil untuk
mengetahui faktor risiko dan komplikasi dalam kehamilan untuk meminimalkan
kejadian abortus imminens.
2. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan
Diharapkan kepada pihak rumah sakit agar lebih meningkatkan program di
ruangan kebidanan mengenai penyuluhan dan konseling tentang tanda bahaya
komplikasi kehamilan khususnya Abortus Imminens dan pemeriksaan deteksi
dini terhadap penyakit seperti Hipertensi, Anemia, Diabetes Mellitus, Hepatitis,
Demam Berdarah, dan penyakit lainnya kepada ibu hamil saat melakukan
kunjungan dan pemeriksaan kehamilan di poli kebidanan rumah sakit sehingga
ibu dapat mengetahui penyebab terjadinya abortus imminens dan apabila ada
riwayat penyakit ibu terdahulu ataupun penyakit ibu yang terdeteksi saat
Universitas Sumatera Utara
84
pemeriksaan dapat segera di antisipasi dan diberi penanganan yang tepat sesuai
dengan diagnosa yang didapatkan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi atau
bahan bacaan di perpustakaan dan dapat menambah ilmu pengetahuan sehingga
diharapkan dapat djadikan sumber pengetahuan dan pengalaman.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar menambah variabel, populasi
dan sampel serta melakukan penelitian di tempat yang berbeda. Semoga
penelitian ini bisa menjadi data yang dapat dipergunakan dan menjadi referensi
untuk penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
85
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2016. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Cunningham, F. Gary. 2014. Williams Obstetrics 24th Edition. United States:
McGraw-Hill Education.
Hamidah. 2013. Faktor Dominan yang Berhubungan Dengan Kejadian Abortus
Imminens. Jurnal Ilmu & Teknologi Ilmu Kesehatan, Jilid 1, Nomor 1,
September 2013 : 29-33.
Handayani, Popy. 2015. Hubungan Umur Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus di
RSUD Ambarawa Tahun 2014. Jurnal Gizi dan Kesehatan Vol 7 Nomor 15.
Universitas Ngudi Waluyo Ungaran.
Ilhaini, Nur. 2013. Abortus Imminens: Upaya Pencegahan, Pemeriksaan, dan
Penatalaksanaan. Majalah Cermin Dunia Kedokteran CDK-206/ vol. 40 no. 7
: 492-496
Kusumawati, Diah Utami. 2014. Tercatat Angka Aborsi Meningkat di Perkotaan.
Jakarta: CNN Indonesia Trans Media. Diakses 12 April 2017;
www.cnnindonesia.com/nasional/
Lemeshow, Stanley., Hosmer, D.W., Klar, J., Lwanga, S.K. 1997. Besar Sampel
Dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Manuaba, Ida Bagus Gde., Manuaba Ida Bagus Gde Fajar., Manuaba Ida Ayu
Chandranita. 2013. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: ECG
Mariana, Dina. 2016. Persepsi Ibu Hamil Mengenai Peran Bidan Dalam Memberikan
Pedidikan Kesehatan Tentang Abortus Imminens Di Klinik Bersalin Elvina
Tanjung Sari Medan Tahun 2014. Jurnal Gizi, Kesehatan Reproduksi dan
Epidemiologi Vol 1 No 1. Universitas Sumatera Utara Fakultas Kesehatan
Masyarakat.
Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
Jakarta: EGC
Universitas Sumatera Utara
86
Notoatmodjo, Soekidjo. 2016. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Rahmani, Silmi Lisani. 2014. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Abortus Di RS Prikasih
Jakarta Selatan Pada tahun 2013. Skripsi Publikasi. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kedokteran.
Ricika, Winda. 2015. Hubungan Umur Dengan Kejadian Abortus Pada Ibu
Primigravida Di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Tahun 2013-2014. Karya
Tulis Ilmiah Publikasi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta
Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik.
Studnicki, James., J. MacKinnon, Sharon., W. Fisher, John. 2016. Induced Abortion,
Mortality, and the Conduct of Science. Scientific Research Publishing, Open
Journal of Preventive Medicine, 2016, 6, 170-177. Diakses 23 Maret 2017;
http://dx.doi.org/10.4236/ojpm.2016.66016
Survey Demografi Dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012. 2013. Jakarta: Badan
Pusat Statistik
Wadud, Mursyida. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Abortus Imminens Di Instalasi Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang Tahun 2011. Poltekkes Kemenkes Palembang
Jurusan Kebidanan. Diakses 13 Februari 2017;
www.poltekkespalembang.ac.id
Rukiyah, Yeyeh Ai., Yulianti, Lia. 2010. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi Kebidanan).
Jakarta : Trans Info Medika
Yakıştıran, Betül., Yüce ,Tuncay., Söylemez, Feride. 2016. First Trimester
Bleeding and Pregnancy Outcomes: Case-Control Study. International
Journal of Women’s Health and Reproduction Sciences IJWHR Vol. 4, No. 1,
January 2016, 4–7. Diakses 22 Maret 2017; http://www.ijwhr.net
Universitas Sumatera Utara
87
Universitas Sumatera Utara
88
Universitas Sumatera Utara
89
Universitas Sumatera Utara
90
Universitas Sumatera Utara
1
DATA KASUS
No Umur Kategori Umur Usia
Kehamilan Kategori Usia
Kehamilan Paritas Kategori Paritas Riwayat Abortus Penyakit Kejadian Abortus
1 18 Berisiko 19 Berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif
2 18 Berisiko 22 Tidak berisiko 1 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Positif
3 37 Berisiko 24 Tidak berisiko 0 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Positif
4 39 Berisiko 23 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Positif
5 36 Berisiko 18 Berisiko 2 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Positif
6 19 Berisiko 17 Berisiko 4 Berisiko Berisiko Berisiko Positif
7 19 Berisiko 25 Tidak berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif
8 37 Berisiko 15 Berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Positif
9 40 Berisiko 13 Berisiko 2 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Positif
10 39 Berisiko 26 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Positif
11 20 Tidak berisiko 24 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Positif
12 19 Berisiko 27 Tidak berisiko 4 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Positif
13 18 Berisiko 12 Berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif
14 37 Berisiko 15 Berisiko 4 Berisiko Berisiko Berisiko Positif
15 33 Tidak berisiko 28 Tidak berisiko 0 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Positif
16 39 Berisiko 17 Berisiko 4 Berisiko Berisiko Berisiko Positif
17 19 Berisiko 29 Tidak berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif
18 40 Berisiko 19 Berisiko 4 Berisiko Berisiko Berisiko Positif
19 34 Tidak berisiko 15 Berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif
20 39 Berisiko 13 Berisiko 4 Berisiko Berisiko Berisiko Positif
21 41 Berisiko 17 Berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif
22 36 Berisiko 18 Berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif
23 30 Tidak berisiko 16 Berisiko 4 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Positif
24 29 Tidak berisiko 15 Berisiko 4 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Positif
25 27 Tidak berisiko 14 Berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif
26 38 Berisiko 12 Berisiko 4 Berisiko Berisiko Berisiko Positif
27 27 Tidak berisiko 28 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Positif
28 29 Tidak berisiko 15 Berisiko 2 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Positif
29 38 Berisiko 27 Tidak berisiko 0 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Positif
30 42 Berisiko 17 Berisiko 4 Berisiko Berisiko Berisiko Positif
Universitas Sumatera Utara
2
31 34 Tidak berisiko 19 Berisiko 3 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Positif
32 39 Berisiko 16 Berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif
33 38 Berisiko 27 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Positif
34 40 Berisiko 25 Tidak berisiko 4 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Positif
35 41 Berisiko 23 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Positif
36 39 Berisiko 19 Berisiko 3 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Positif
37 40 Berisiko 17 Berisiko 4 Berisiko Berisiko Berisiko Positif
38 19 Berisiko 27 Tidak berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif
39 38 Berisiko 16 Berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Berisiko Positif
40 36 Berisiko 19 Berisiko 2 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Positif
41 39 Berisiko 28 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Positif
42 34 Tidak berisiko 30 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Positif
43 17 Berisiko 27 Tidak berisiko 4 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Positif
44 19 Berisiko 19 Berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif
45 38 Berisiko 17 Berisiko 4 Berisiko Berisiko Berisiko Positif
46 34 Tidak berisiko 26 Tidak berisiko 4 Berisiko Tidak berisiko Berisiko Positif
47 39 Berisiko 18 Berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif
48 42 Berisiko 29 Tidak berisiko 4 Berisiko Berisiko Berisiko Positif
49 40 Berisiko 19 Berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif
50 33 Tidak berisiko 16 Berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif
Universitas Sumatera Utara
3
DATA KONTROL
No Umur Kategori Umur Usia
Kehamilan Kategori Usia
Kehamilan Paritas Kategori Paritas Riwayat Abortus Penyakit Kejadian Abortus
1 24 Tidak berisiko 23 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Negatif
2 36 Berisiko 25 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
3 20 Berisiko 30 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
4 19 Berisiko 27 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
5 33 Tidak berisiko 23 Tidak berisiko 1 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
6 19 Berisiko 18 Berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
7 28 Tidak berisiko 15 Berisiko 3 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Negatif
8 30 Tidak berisiko 12 Berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Berisiko Negatif
9 20 Tidak berisiko 10 Berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Berisiko Negatif
10 34 Tidak berisiko 18 Berisiko 1 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
11 29 Tidak berisiko 22 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
12 25 Tidak berisiko 19 Berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
13 18 Berisiko 15 Berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
14 36 Berisiko 21 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
15 27 Tidak berisiko 16 Berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
16 19 Berisiko 12 Berisiko 0 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
17 37 Berisiko 23 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
18 36 Berisiko 15 Berisiko 0 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
19 29 Tidak berisiko 26 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
20 33 Tidak berisiko 24 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
21 20 Tidak berisiko 12 Berisiko 1 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
22 26 Tidak berisiko 27 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
23 22 Tidak berisiko 26 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
24 25 Tidak berisiko 23 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
25 29 Tidak berisiko 22 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
26 20 Tidak berisiko 28 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
27 30 Tidak berisiko 25 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
28 34 Tidak berisiko 24 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
29 32 Tidak berisiko 22 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
30 36 Berisiko 29 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
Universitas Sumatera Utara
4
31 19 Berisiko 31 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
32 28 Tidak berisiko 30 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Negatif
33 38 Berisiko 32 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
34 36 Berisiko 29 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
35 19 Berisiko 26 Tidak berisiko 0 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
36 29 Tidak berisiko 28 Tidak berisiko 0 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
37 18 Berisiko 30 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
38 33 Tidak berisiko 33 Tidak berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Negatif
39 27 Tidak berisiko 34 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Berisiko Tidak berisiko Negatif
40 30 Tidak berisiko 37 Tidak berisiko 0 Berisiko Berisiko Tidak berisiko Negatif
41 31 Tidak berisiko 35 Tidak berisiko 0 Berisiko Berisiko Tidak berisiko Negatif
42 34 Tidak berisiko 38 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
43 33 Tidak berisiko 34 Tidak berisiko 0 Berisiko Berisiko Tidak berisiko Negatif
44 18 Berisiko 18 Berisiko 0 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
45 36 Berisiko 33 Tidak berisiko 0 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
46 37 Tidak berisiko 30 Tidak berisiko 0 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
47 19 Berisiko 19 Berisiko 0 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
48 18 Berisiko 32 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
49 38 Berisiko 20 Berisiko 0 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
50 35 Tidak berisiko 35 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif
Universitas Sumatera Utara
1
Master Data Kasus
No Umur Ibu Usia Kehamilan Paritas Riwayat Abortus Penyakit
1 1 1 1 1 1
2 1 0 0 1 1
3 1 0 1 0 0
4 1 0 0 1 1
5 1 1 0 1 1
6 1 1 1 1 1
7 1 0 1 1 1
8 1 1 0 0 0
9 1 1 0 1 1
10 1 0 0 1 1
11 0 0 0 0 0
12 1 0 1 0 0
13 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1
15 0 0 1 0 0
16 1 1 1 1 1
17 1 0 1 1 1
18 1 1 1 1 1
19 0 1 1 1 1
20 1 1 1 1 1
21 1 1 1 1 1
22 1 1 1 1 1
23 0 1 1 0 0
24 0 1 1 0 0
25 0 1 1 1 1
26 1 1 1 1 1
27 0 0 0 1 1
28 0 1 0 1 1
29 1 0 1 0 0
30 1 1 1 1 1
31 0 1 0 1 1
32 1 1 1 1 1
33 1 0 0 1 1
34 1 0 1 0 0
35 1 0 0 1 1
Universitas Sumatera Utara
2
36 1 1 0 1 1
37 1 1 1 1 1
38 1 0 1 1 1
39 1 1 0 0 1
40 1 1 0 1 1
41 1 0 0 1 1
42 0 0 0 0 0
43 1 0 1 0 0
44 1 1 1 1 1
45 1 1 1 1 1
46 0 0 1 0 1
47 1 1 1 1 1
48 1 0 1 1 1
49 1 1 1 1 1
50 0 1 1 1 1
Universitas Sumatera Utara
3
Master Data Kontrol
No Umur Ibu Usia Kehamilan Paritas Riwayat Abortus Penyakit
1 0 0 0 0 1
2 1 0 0 0 0
3 1 0 0 0 0
4 1 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0
6 1 1 0 0 1
7 0 1 0 1 1
8 0 1 0 0 1
9 0 1 0 0 0
10 0 1 0 0 0
11 0 0 0 0 0
12 0 1 0 0 0
13 1 1 0 0 0
14 1 0 0 0 0
15 0 1 0 0 0
16 1 1 1 0 0
17 1 0 0 0 0
18 1 1 1 0 0
19 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0
21 0 1 0 0 0
22 0 0 0 0 0
23 0 0 0 0 0
24 0 0 0 0 0
25 0 0 0 0 0
26 0 0 0 0 0
27 0 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0
29 0 0 0 0 0
30 1 0 0 0 0
31 1 0 0 0 0
32 0 0 0 1 1
33 1 0 0 0 0
34 1 0 0 0 0
35 1 0 1 0 0
Universitas Sumatera Utara
4
36 0 0 1 0 0
37 1 0 0 0 0
38 0 0 1 1 1
39 0 0 0 1 0
40 0 0 1 1 0
41 0 0 1 1 0
42 0 0 0 0 0
43 0 0 1 1 0
44 1 1 1 0 0
45 1 0 1 0 0
46 0 0 1 0 0
47 1 1 1 0 0
48 1 0 0 0 0
49 1 1 1 0 0
50 0 0 0 0 0
Universitas Sumatera Utara
5
ANALISA BIVARIAT
Crosstabs
Penyakit Ibu * Kejadian Abortus Imminens
Crosstab
Kejadian Abortus Imminens
Total - (Negatif) + (Positif)
Penyakit Ibu Tidak Ada Count 44 11 55
Expected Count 27.5 27.5 55.0
% within Kejadian Abortus Imminens
88.0% 22.0% 55.0%
Ada Count 6 39 45
Expected Count 22.5 22.5 45.0
% within Kejadian Abortus Imminens
12.0% 78.0% 45.0%
Total Count 50 50 100
Expected Count 50.0 50.0 100.0
% within Kejadian Abortus Imminens
100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 44.000a 1 .000
Continuity Correctionb 41.374 1 .000
Likelihood Ratio 48.244 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 43.560 1 .000
N of Valid Casesb 100
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Universitas Sumatera Utara
6
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Penyakit Ibu (Tidak berisiko / Berisiko)
26.000 8.793 76.876
For cohort Kejadian Abortus Imminens = - (Negatif)
6.000 2.816 12.785
For cohort Kejadian Abortus Imminens = + (Positif)
.231 .134 .396
N of Valid Cases 100
Riwayat Abortus * Kejadian Abortus Imminens
Crosstab
Kejadian Abortus Imminens
Total - (Negatif) + (Positif)
Riwayat Abortus Tidak Ada Count 42 13 55
Expected Count 27.5 27.5 55.0
% within Kejadian Abortus Imminens
84.0% 26.0% 55.0%
Ada Count 8 37 45
Expected Count 22.5 22.5 45.0
% within Kejadian Abortus Imminens
16.0% 74.0% 45.0%
Total Count 50 50 100
Expected Count 50.0 50.0 100.0
% within Kejadian Abortus Imminens
100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 33.980a 1 .000
Continuity Correctionb 31.677 1 .000
Likelihood Ratio 36.355 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 33.640 1 .000
N of Valid Casesb 100
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22.50.
Universitas Sumatera Utara
7
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 33.980a 1 .000
Continuity Correctionb 31.677 1 .000
Likelihood Ratio 36.355 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 33.640 1 .000
N of Valid Casesb 100
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Riwayat Abortus (Tidak berisiko / Berisiko)
14.942 5.578 40.028
For cohort Kejadian Abortus Imminens = - (Negatif)
4.295 2.253 8.190
For cohort Kejadian Abortus Imminens = + (Positif)
.287 .175 .471
N of Valid Cases 100
Paritas * Kejadian Abortus Imminens
Crosstab
Kejadian Abortus Imminens
Total - (Negatif) + (Positif)
Paritas 1-3 Count 33 13 46
Expected Count 27.0 23.0 46.0
% within Kejadian Abortus Imminens
66.0% 26.0% 46.0%
<1 dan ≥ 4 Count 17 37 54
Expected Count 23.0 27.0 54.0
% within Kejadian Abortus Imminens
26.0% 74.0% 54.0%
Total Count 50 50 100
Expected Count 50.0 50.0 100.0
Universitas Sumatera Utara
8
Crosstab
Kejadian Abortus Imminens
Total - (Negatif) + (Positif)
Paritas 1-3 Count 33 13 46
Expected Count 27.0 23.0 46.0
% within Kejadian Abortus Imminens
66.0% 26.0% 46.0%
<1 dan ≥ 4 Count 17 37 54
Expected Count 23.0 27.0 54.0
% within Kejadian Abortus Imminens
26.0% 74.0% 54.0%
Total Count 50 50 100
Expected Count 50.0 50.0 100.0
% within Kejadian Abortus Imminens
100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 16.103a 1 .000
Continuity Correctionb 14.533 1 .000
Likelihood Ratio 16.580 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 15.942 1 .000
N of Valid Casesb 100
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Paritas (Tidak berisiko / Berisiko)
5.525 2.335 13.072
For cohort Kejadian Abortus Imminens = - (Negatif)
2.425 1.478 3.976
For cohort Kejadian Abortus Imminens = + (Positif)
.439 .285 .677
N of Valid Cases 100
Universitas Sumatera Utara
9
Usia Kehamilan * Kejadian Abortus Imminens
Crosstab
Kejadian Abortus Imminens
Total - (Negatif) + (Positif)
Usia Kehamilan >20 minggu Count 36 20 56
Expected Count 28.0 28.0 56.0
% within Kejadian Abortus Imminens
72.0% 40.0% 56.0%
<20 minggu Count 14 30 44
Expected Count 22.0 22.0 44.0
% within Kejadian Abortus Imminens
28.0% 60.0% 44.0%
Total Count 50 50 100
Expected Count 50.0 50.0 100.0
% within Kejadian Abortus Imminens
100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 10.390a 1 .001
Continuity Correctionb 9.131 1 .003
Likelihood Ratio 10.589 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear Association 10.286 1 .001
N of Valid Casesb 100
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Usia Kehamilan (Tidak berisiko / Berisiko)
3.857 1.670 8.911
For cohort Kejadian Abortus Imminens = - (Negatif)
2.020 1.257 3.247
For cohort Kejadian Abortus Imminens = + (Positif)
.524 .349 .786
Universitas Sumatera Utara
10
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Usia Kehamilan (Tidak berisiko / Berisiko)
3.857 1.670 8.911
For cohort Kejadian Abortus Imminens = - (Negatif)
2.020 1.257 3.247
For cohort Kejadian Abortus Imminens = + (Positif)
.524 .349 .786
N of Valid Cases 100
Umur Ibu * Kejadian Abortus Imminens
Crosstab
Kejadian Abortus Imminens
Total - (Negatif) + (Positif)
Umur Ibu Tidak berisiko Count 30 12 42
Expected Count 21.0 21.0 42.0
% within Kejadian Abortus Imminens
60.0% 24.0% 42.0%
Berisiko Count 20 38 58
Expected Count 29.0 29.0 58.0
% within Kejadian Abortus Imminens
40.0% 76.0% 58.0%
Total Count 50 50 100
Expected Count 50.0 50.0 100.0
% within Kejadian Abortus Imminens
100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 13.300a 1 .000
Continuity Correctionb 11.864 1 .001
Likelihood Ratio 13.649 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear Association 13.167 1 .000
N of Valid Casesb 100
Universitas Sumatera Utara
11
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Umur Ibu (Tidak berisiko / Berisiko)
4.750 2.008 11.236
For cohort Kejadian Abortus Imminens = - (Negatif)
2.071 1.384 3.100
For cohort Kejadian Abortus Imminens = + (Positif)
.436 .261 .729
N of Valid Cases 100
Universitas Sumatera Utara
12
ANALISA UNIVARIAT
DATA KASUS Frequency Table
Umur Ibu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak berisiko 12 24.0 24.0 24.0
Berisiko 38 76.0 76.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Usia Kehamilan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak berisiko 20 40.0 40.0 40.0
Berisiko 30 60.0 60.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Paritas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak berisiko 13 26.0 34.0 34.0
Berisiko 37 74.0 66.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Riwayat Abortus
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak berisiko 13 26.0 26.0 26.0
Berisiko 37 74.0 74.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Penyakit
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak berisiko 11 22.0 22.0 22.0
Berisiko 39 78.0 78.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Universitas Sumatera Utara
13
Kejadian Abortus Imminens
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid + (Positif) 50 100.0 100.0 100.0
DATA KONTROL
Frequency Table
Umur Ibu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak berisiko 30 60.0 60.0 60.0
Berisiko 20 40.0 40.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Usia Kehamilan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak berisiko 36 72.0 72.0 72.0
Berisiko 14 28.0 28.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Paritas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak berisiko 33 66.0 74.0 74.0
Berisiko 17 34.0 26.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Riwayat Abortus
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak berisiko 42 84.0 84.0 84.0
Berisiko 8 16.0 16.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Universitas Sumatera Utara
14
Penyakit
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak berisiko 44 88.0 88.0 88.0
Berisiko 6 12.0 12.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Kejadian Abortus Imminens
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid - (Negatif) 50 100.0 100.0 100.0
Universitas Sumatera Utara
15
ANALISA MULTIVARIAT
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 100 98.0
Missing Cases 2 2.0
Total 102 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 102 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
- (Negatif) 0
+ (Positif) 1
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 65.684 6 .000
Block 65.684 6 .000
Model 65.684 6 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 72.946a .482 .642
a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.
Universitas Sumatera Utara
16
Classification Tablea
Observed
Predicted
Kejadian Abortus Imminens Percentage Correct - (Negatif) + (Positif)
Step 1 Kejadian Abortus Imminens - (Negatif) 37 13 74.0
+ (Positif) 6 44 88.0
Overall Percentage 81.0
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a Umur_Ibu 1.294 .899 2.074 1 .150 3.649
Riwayat_DM .052 .880 .004 1 .953 1.054
Usia_Kehamilan -.019 .666 .001 1 .978 .982
Paritas 1.850 .682 7.352 1 .007 6.360
Riwayat_Abortus .188 .977 .037 1 .847 1.207
Penyakit_Ibu 3.333 1.075 9.609 1 .002 28.029
Constant -3.103 .700 19.673 1 .000 .045
a. Variable(s) entered on step 1: Umur_Ibu, Riwayat_DM, Usia_Kehamilan, Paritas, Riwayat_Abortus, Penyakit_Ibu.
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
Kejadian Abortus Imminens Percentage Correct - (Negatif) + (Positif)
Step 0 Kejadian Abortus Imminens - (Negatif) 0 50 .0
+ (Positif) 0 50 100.0
Overall Percentage 50.0
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .000 .200 .000 1 1.000 1.000
Universitas Sumatera Utara
17
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables Umur_Ibu 13.300 1 .000
Riwayat_DM 11.602 1 .001
Usia_Kehamilan 10.390 1 .001
Paritas 16.103 1 .000
Riwayat_Abortus 33.980 1 .000
Penyakit_Ibu 44.000 1 .000
Overall Statistics 53.617 6 .000
LAMPIRAN MULTIVARIAT BERTAHAP
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 100 98.0
Missing Cases 2 2.0
Total 102 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 102 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
- (Negatif) 0
+ (Positif) 1
Universitas Sumatera Utara
18
Block 1: Method = Forward Stepwise (Conditional)
Iteration Historya,b,c,d,e,f
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant Penyakit_Ibu Paritas Umur_Ibu
Step 1 1 91.643 -1.200 2.667
2 90.399 -1.377 3.199
3 90.385 -1.386 3.257
4 90.385 -1.386 3.258
Step 2 1 82.422 -1.597 2.433 1.091
2 78.130 -2.171 3.174 1.751
3 77.806 -2.386 3.444 2.003
4 77.802 -2.413 3.476 2.033
5 77.802 -2.413 3.477 2.033
Step 3 1 79.174 -1.863 2.303 .947 .674
2 73.570 -2.676 3.072 1.546 1.104
3 73.004 -3.033 3.417 1.816 1.288
4 72.993 -3.090 3.474 1.859 1.315
5 72.993 -3.092 3.476 1.860 1.316
6 72.993 -3.092 3.476 1.860 1.316
a. Method: Forward Stepwise (Conditional)
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 138.629
d. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
e. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.
f. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 48.244 1 .000
Block 48.244 1 .000
Model 48.244 1 .000
Step 2 Step 12.583 1 .000
Block 60.827 2 .000
Model 60.827 2 .000
Universitas Sumatera Utara
19
Step 3 Step 4.809 1 .028
Block 65.636 3 .000
Model 65.636 3 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square Nagelkerke R
Square
1 90.385a .383 .510
2 77.802b .456 .608
3 72.993c .481 .642
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
b. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.
c. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 .000 0 .
2 .028 2 .986
3 8.342 6 .214
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Kejadian Abortus Imminens = - (Negatif)
Kejadian Abortus Imminens = + (Positif)
Total Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 44 44.000 11 11.000 55
2 6 6.000 39 39.000 45
Step 2 1 32 32.124 3 2.876 35
2 12 11.876 8 8.124 20
3 5 4.876 14 14.124 19
4 1 1.124 25 24.876 26
Step 3 1 19 20.087 2 .913 21
2 13 11.973 1 2.027 14
3 5 6.193 3 1.807 8
4 7 5.747 5 6.253 12
5 5 3.241 3 4.759 8
6 0 1.699 11 9.301 11
7 1 .479 4 4.521 5
8 0 .581 21 20.419 21
Universitas Sumatera Utara
20
Classification Tablea
Observed
Predicted
Kejadian Abortus Imminens Percentage
Correct - (Negatif) + (Positif)
Step 1 Kejadian Abortus Imminens - (Negatif) 44 6 88.0
+ (Positif) 11 39 78.0
Overall Percentage 83.0
Step 2 Kejadian Abortus Imminens - (Negatif) 44 6 88.0
+ (Positif) 11 39 78.0
Overall Percentage 83.0
Step 3 Kejadian Abortus Imminens - (Negatif) 37 13 74.0
+ (Positif) 6 44 88.0
Overall Percentage 81.0
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a Penyakit_Ibu 3.258 .553 34.697 1 .000 26.000
Constant -1.386 .337 16.912 1 .000 .250
Step 2b Paritas 2.033 .628 10.484 1 .001 7.641
Penyakit_Ibu 3.477 .645 29.092 1 .000 32.354
Constant -2.413 .547 19.493 1 .000 .090
Step 3c Umur_Ibu 1.316 .619 4.519 1 .034 3.727
Paritas 1.860 .646 8.300 1 .004 6.424
Penyakit_Ibu 3.476 .673 26.687 1 .000 32.322
Constant -3.092 .681 20.609 1 .000 .045
a. Variable(s) entered on step 1: Penyakit_Ibu.
b. Variable(s) entered on step 2: Paritas.
c. Variable(s) entered on step 3: Umur_Ibu.
Universitas Sumatera Utara
21
Correlation Matrix
Constant Penyakit_Ibu Paritas Umur_Ibu
Step 1 Constant 1.000 -.609
Penyakit_Ibu -.609 1.000
Step 2 Constant 1.000 -.682 -.743
Paritas -.743 .407 1.000
Penyakit_Ibu -.682 1.000 .407
Step 3 Constant 1.000 -.643 -.562 -.582
Umur_Ibu -.582 .179 -.053 1.000
Paritas -.562 .372 1.000 -.053
Penyakit_Ibu -.643 1.000 .372 .179
Model if Term Removeda
Variable Model Log Likelihood
Change in -2 Log Likelihood df
Sig. of the Change
Step 1 Penyakit_Ibu -69.702 49.019 1 .000
Step 2 Paritas -45.909 14.016 1 .000
Penyakit_Ibu -64.210 50.618 1 .000
Step 3 Umur_Ibu -38.985 4.977 1 .026
Paritas -41.708 10.422 1 .001
Penyakit_Ibu -60.112 47.231 1 .000
a. Based on conditional parameter estimates
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 1 Variables Umur_Ibu 7.870 1 .005
Usia_Kehamilan .510 1 .475
Paritas 12.653 1 .000
Riwayat_Abortus .438 1 .508
Overall Statistics 17.074 4 .002
Step 2 Variables Umur_Ibu 4.832 1 .028
Usia_Kehamilan .000 1 .994
Riwayat_Abortus .011 1 .918
Overall Statistics 4.891 3 .180
Step 3 Variables Usia_Kehamilan .005 1 .944
Riwayat_Abortus .045 1 .833
Overall Statistics .045 2 .978
Universitas Sumatera Utara
22
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 138.629 .000
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 138.629
c. Estimation terminated at iteration number 1 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
Kejadian Abortus Imminens Percentage
Correct - (Negatif) + (Positif)
Step 0 Kejadian Abortus Imminens - (Negatif) 0 50 .0
+ (Positif) 0 50 100.0
Overall Percentage 50.0
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .000 .200 .000 1 1.000 1.000
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables Umur_Ibu 13.300 1 .000
Usia_Kehamilan 10.390 1 .001
Paritas 16.103 1 .000
Riwayat_Abortus 33.980 1 .000
Penyakit_Ibu 44.000 1 .000
Overall Statistics 53.554 5 .000
Universitas Sumatera Utara