FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INTENSI MAHASISWA ...repository.ub.ac.id/3990/1/ST ANANDA...
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INTENSI MAHASISWA ...repository.ub.ac.id/3990/1/ST ANANDA...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INTENSI
MAHASISWA BERWIRAUSAHA MENGGUNAKAN
STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM) DENGAN
PENDEKATAN WarpPLS
(Studi Kasus Pada Mahasiswa FIA dan FMIPA Universitas
Brawijaya)
SKRIPSI
oleh:
ST ANANDA YUKARINA
135090501111023
PROGRAM STUDI STATISTIKA
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
i
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INTENSI
MAHASISWA BERWIRAUSAHA MENGGUNAKAN
STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM) DENGAN
PENDEKATAN WarpPLS
(Studi Kasus Pada Mahasiswa FIA dan FMIPA Universitas
Brawijaya)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
dalam bidang Statistika
oleh:
ST ANANDA YUKARINA
135090501111023
PROGRAM STUDI STATISTIKA
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INTENSI
MAHASISWA BERWIRAUSAHA MENGGUNAKAN
STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM) DENGAN
PENDEKATAN WarpPLS
(Studi Kasus Pada Mahasiswa FIA dan FMIPA Universitas
Brawijaya)
oleh:
ST ANANDA YUKARINA
135090501111023
Setelah dipertahankan di depan Majelis Penguji
Pada tanggal 21 Juli 2017
Dan dinyatakan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains dalam bidang Statistika
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Solimun, MS
NIP. 196112151987031002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Matematika
Fakultas MIPA
Universitas Brawijaya
Ratno Bagus Edy Wibowo, S.Si, M.Si, Ph.D.
NIP. 197509082000031003
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ST ANANDA YUKARINA
NIM : 135090501111023
Jurusan : MATEMATIKA
Program Studi : STATISTIKA
Skripsi berjudul :
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INTENSI
MAHASISWA BERWIRAUSAHA MENGGUNAKAN
STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM) DENGAN
PENDEKATAN WarpPLS
(Studi Kasus Pada Mahasiswa FIA dan FMIPA Universitas
Brawijaya)
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya
sendiri dan tidak menjiplak karya orang lain, selain nama-
nama yang termaktub di isi dan tertulis di daftar pustaka
dalam skripsi ini.
2. Apabila di kemudian hari ternyata skripsi yang saya tulis
terbukti hasil jiplakan, maka saya akan bersedia
menanggung segala resiko yang akan saya terima.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan segala kesadaran.
Malang, 21 Juli 2017
Yang menyatakan,
ST ANANDA YUKARINA
135090501111023
iv
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INTENSI
MAHASISWA BERWIRAUSAHA MENGGUNAKAN
STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM) DENGAN
PENDEKATAN WarpPLS
ABSTRAK
Tingkat pengangguran intelektual di Indonesia, pengangguran yang
merupakan lulusan institut, universitas atau akademi, masih sangat
tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia membutuhkan job
creator bukan job seeker. Salah satu cara untuk menjadi seorang job
creator adalah dengan berwirausaha. Oleh karena itu, ingin diketahui
faktor-faktor apa saja yang memengaruhi intensi mahasiswa dalam
berwirausaha. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Attitude, Dukungan, Role Model, dan Intensi Berwirausaha. Dalam
hal ini, variabel Dukungan dan Role Model berperan sebagai variabel
moderasi untuk variabel Attitude. Mempertimbangkan sifat indikator
dan adanya variabel moderasi maka analisis yang digunakan adalah
Structural Equation Model (SEM) dengan pendekatan WarpPLS.
Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya terdapat satu hubungan
yang berpengaruh yaitu Attitude terhadap Intensi Berwirausaha.
Pengaruh yang diberikan yaitu positif, semakin baik attitude seorang
mahasiswa akan meningkatkan intensi mahasiswa tersebut dalam
berwirausaha. Variabel Dukungan dan Role Model sebagai moderasi
dari Attitude tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap
intensi berwirausaha seorang mahasiswa. Model struktural yang
didapat yaitu model struktural pengaruh Attitude terhadap intensi
berwirausaha dengan model seperti berikut : . Model
yang terbentuk mampu menjelaskan intensi berwirausaha sebesar
63.9% dengan sisanya 36.1% dijelaskan oleh variabel lain yang
belum masuk ke dalam model dan error.
Kata Kunci : intensi, warpPLS, PLS, SEM, kewirausahaan
v
FACTORS THAT AFFECTING STUDENT INTENTION TO DO
ENTREPRENEURSHIP BY USING STRUCTURAL EQUATION
MODEL (SEM) WITH WarpPLS APPROACH
(Case Study on Student of FIA and FMIPA, Brawijaya University)
ABSTRACT
The unemployment rate in Indonesia, intellectual unemployment
which is graduate of the institute, university or academy, is still very
high. This indicated that Indonesia needs more job creator not a job
seeker. A way to be a job creator is with entrepreneurship.
Therefore, like to note any factors that influence students in
entrepreneurship intention. The variables used in this study is the
Attitude, Support, Role Models, and Intention of Entrepreneurships.
In this regard, Support and serve as Role Models as moderation for
Attitude. Considering the nature of the indicators and the existence
of variables moderation then used is the analysis of Structural
Equation Model (SEM) wtith WarpPLS approach. The result of the
analysis show that there is only one influential relationship, Attitude
towards Intention of Entrepreneurship. Given the influence that is
positive, the better the attitude of a student will increase the student’s
intention of entrepreneurship. Structural model of the influence
attitude towards entrepreneurship such as the following
. The model was able to explain that formed intention of
entrepreneurships of 63.9% with the remaining 36.1% explained by
other variables that have not been used in the model and error.
Keywords : intention, warpPLS, PLS, SEM, entrepreneurship
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji hanyalah milik Allah SWT, Dzat yang telah
melimpahkan berbagai kenikmatan dan karunia, khususnya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad SAW,
juga segenap keluarga, sahabat, serta umat beliau hingga akhir
zaman. Amin Ya Robbal Alamin.
Skipsi ini berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Intensi Mahasiswa Berwirausaha Menggunakan Structural Equation
Model (SEM) dengan Pendekatan WarpPLS yang bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi intensi
mahasiswa berwirausaha dalam penelitian ini studi kasus dilakukan
pada mahasiswa FIA dan FMIPA Universitas Brawijaya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan hingga
penulisan skripsi telah mendapatkan banyak bantuan dan dukungan.
Oleh sebab itu penulis mengucapkan banyak terima kasih dan rasa
hormat kepada:
1. Dr. Ir. Solimun, MS. selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan banyak waktu dan selalu sabar dalam membimbing
dan memberikan saran pada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Adji Achmad Rinaldo Fernandes, S.Si., M.Sc selaku dosen
penguji 1 yang telah membimbing dan memberikan saran pada
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3. Nurjannah, S.Si., M.Phil., PhD selaku dosen penguji 2 yang telah
membimbing dan memberikan saran pada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Ratno Bagus E.W., S.Si, M.Si, Ph.D selaku Ketua Jurusan
Matematika.
5. Ayah dan Mami yang selalu pengertian, memberikan dukungan
dan kasih sayang yang tidak dapat dibandingkan dengan apapun.
6. Joseph Maison Sidin, St Antikira Novichaka, dan St Aisah
Anayuka yang telah memberikan dukungan, kasih sayang dan
selalu mengingatkan untuk menyusun skripsi ini.
7. Teman-teman Statistika 2012, 2013, 2014 atas kebersamaan,
perjuangan, bantuan dan dukungan yang selama ini diberikan.
8. Nailah Marirah, Dita RKP, Afifah Savitri, Gracia Krisantiana,
Malinda Ayu, Fariz Agyan, Effrihan, dan Tri Antono yang telah
vii
memberikan kenangan baik maupun aneh, dukungan, saling
mengingatkan, dan menemani dalam suka maupun duka.
9. Inggar Rayi Arbani, Yucky Anggun, Bunga Apriyanti, Gabreilla
Diah, Falachudin Akbar, Febriko Fajar yang selalu memberikan
semangat.
10. Nol Derajat Film UB dan Malang Youth Generation yang telah
memberikan pengalaman, pelajaran, dan kenangan-kenangan
indah.
11. Seluruh jajaran dosen, staff, dan karyawan Jurusan Matematika
Universitas Brawijaya yang telah membantu proses penyelesaian
skripsi.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini
masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, diharapkan
saran dan kritik yang membangun agar penulis dapat menyusun
laporan yang lebih baik di lain kesempatan. Semoga skripsi ini
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Malang, 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN....................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................. x
DAFTAR TABEL ...................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 3
1.3 Batasan Masalah.................................................................. 3
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................ 3
1.5 Manfaat Penelitian............................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................. 5
2.1 Structural Equation Model (SEM) ...................................... 5
2.1.1 SEM dengan Pendekatan WarpPLS ............................... 5
2.1.2 Asumsi SEM dengan Pendekatan WarpPLS .................. 6
2.1.3 Model Struktural dan Model Pengukuran ...................... 7
2.1.4 Diagram Jalur dan Notasi yang Digunakan .................... 7
2.1.5 Spesifikasi Model .......................................................... 8
2.1.6 Pendugaan Model ........................................................ 10
2.1.7 Evaluasi Model ............................................................ 11
2.1.8 Pengujian Hipotesis ..................................................... 13
2.2 Variabel dan Pengukuran Variabel Penelitian ................... 14
2.3 Pemeriksaan Instrumen Penelitian ..................................... 15
2.3.1 Validitas Instrumen Penelitian ..................................... 15
2.3.2 Reliabilitas Instrumen Penelitian ................................. 15
2.4 Data Variabel Laten .......................................................... 16
2.5 Variabel Moderasi ............................................................. 18
2.6 Kewirausahaan .................................................................. 19
2.7 Intensi Berwirausaha ......................................................... 19
ix
2.8 Theory of Planned Behaviour ............................................ 20
2.9 Attitude (Sikap) ................................................................. 21
2.10 Dukungan ........................................................................ 22
2.11 Role Model ...................................................................... 22
2.12 Kerangka Konsep ............................................................ 22
BAB III METODE PENELITIAN ............................................ 25
3.1 Data ................................................................................... 25
3.2 Variabel Penelitian ............................................................ 25
3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ......... 27
3.4 Instrumen Penelitian .......................................................... 29
3.5 Uji Coba Instrumen Penelitian .......................................... 32
3.6 Metode Langkah Analisis Data ......................................... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................... 39
4.1 Penskalaan Data ................................................................ 39
4.2 Analisis SEM dengan Pendekatan WarpPLS .................... 39
4.2.1 Uji Asumsi Linieritas (Inner Model) ............................ 40
4.2.2 Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model) ................ 40
4.2.3 Evaluasi Model Struktural (Inner Model) .................... 42
4.2.4 Pengujian Hipotesis ..................................................... 43
4.2.5 Pengaruh Antar Variabel Penelitian ............................. 46
4.2.6 Pemodelan Intensi Berwirausaha ................................. 46
4.3 Pembahasan ....................................................................... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................... 49
5.1 Kesimpulan ....................................................................... 49
5.2 Saran ................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 53
LAMPIRAN ................................................................................ 55
x
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Diagram Jalur Partial Least Square ............................ 8
Gambar 2.2 Variabel Laten dengan Indikator Reflektif ................ 17
Gambar 2.3 Variabel Laten dengan Indikator Formatif ................ 17
Gambar 2.4 Variabel Moderasi .................................................... 18
Gambar 2.5 Theory of Planned Behavior ..................................... 21
Gambar 2.6 Diagram Jalur dengan Variabel Moderasi ................. 24
Gambar 3.1 Diagram Alir ............................................................. 36
Gambar 4.1 Diagram Jalur Hasil Pengujian Hipotesis.................. 45
xi
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ................................. 30
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Pertama 33
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Kedua .. 33
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Ketiga .. 34
Tabel 4.1 Perhitungan Skala untuk Item 1 .................................. 39
Tabel 4.2 Hasil Uji Linieritas ..................................................... 40
Tabel 4.3 Nilai Loading.............................................................. 40
Tabel 4.4 Nilai AVE................................................................... 41
Tabel 4.5 Nilai Composite Reliability ........................................ 42
Tabel 4.6 Nilai Weight................................................................ 42
Tabel 4.7 Model Fit and Quality Indices .................................... 43
Tabel 4.8 Nilai p-value dari Uji Hipotesis pada Outer Model .... 44
Tabel 4.9 Nilai p-value dari Uji Hipotesis pada Inner Model ..... 44
Tabel 4.10 Pengaruh Antar Variabel Laten ................................. 46
xii
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ................................................. 55
Lampiran 2. Model Struktural ....................................................... 58
Lampiran 3. Data Uji Coba Instrumen Penelitian Pertama ............ 59
Lampiran 4. Data Uji Coba Instrumen Penelitian Kedua ............... 60
Lampiran 5. Data Uji Coba Instrumen Penelitian Ketiga............... 61
Lampiran 6. Data Penelitian (Skor) ............................................... 62
Lampiran 7. Data Penelitian (Transformasi Skor ke Skala) ........... 63
Lampiran 8. Hasil Analisis Menggunakan SPSS ........................... 64
Lampiran 9. Hasil Analisis Menggunakan WarpPLS .................... 65
Lampiran10. Model Struktural Analisis.......................................... 71
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proyeksi yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
mengenai jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2016 mencapai
255,4 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, diketahui jumlah angkatan
kerja di Indonesia juga tinggi hingga mencapai 127,6 juta jiwa pada
bulan Februari 2016. Sedangkan ketersediaan lapangan kerja masih
sangat kurang sehingga mengakibatkan peningkatan pengangguran di
Indonesia. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) per Agustus 2016
mencapai 5,61%. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 0,11%
dibandingkan pada Februari 2016.
BPS juga mencatat bahwa dari 7,024 juta jiwa total
pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2016, terdapat
908,6 ribu jiwa yang merupakan “pengangguran intelektual” atau
dari kalangan lulusan universitas. Dari 908,6 ribu jiwa pengangguran
intelektual tersebut, 249,3 ribu jiwa adalah lulusan akademi maupun
diploma. Sementara 695,3 ribu jiwa lainnya merupakan lulusan
universitas. Peningkatan tingkat pengangguran di Indonesia dari
tahun ke tahun semakin didominasi oleh pengangguran intelektual.
Pertambahan lulusan sarjana yang mencari lapangan pekerjaan setiap
tahunnya tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan kerja yang
ada. Masalah ini mengindikasikan bahwa Indonesia lebih
membutuhkan job creator daripada job seeker terutama dari
kalangan mahasiswa baik lulusan sarjana maupun diploma. Salah
satu cara untuk menjadi seorang job creator adalah dengan
berwirausaha.
Proses kreativitas dan inovasi yang memiliki risiko tinggi
dalam menghasilkan nilai tambah bagi produk yang bermanfaat
untuk masyarakat dan mendatangkan keuntungan bagi wirausahawan
adalah pengertian sederhana dari kewirausahaan (Adhitama, 2014).
Wirausaha terbagi menjadi 2 bentuk berdasarkan hasilnya, yaitu
usaha yang menghasilkan produk berupa barang dan usaha yang
menghasilkan produk berupa jasa. Menurut McClelland (1976),
apabila sebuah negara ingin dikatakan sebagai negara makmur,
minimal sejumlah 2% dari presentasi keseluruhan penduduk di
2
negara tersebut adalah wirausahawan. Sedangkan Bahlil Lahadalia,
Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia (BPP HIPMI) mengatakan bahwa hingga 2016 Indonesia
baru memiliki 1,5% pengusaha dari sekitar 252 juta penduduk tanah
air sedangkan di negara ASEAN lainnya seperti Singapura tercatat
sebanyak 7%, Malaysia sebanyak 5%, dan Thailand sebanyak 4,5%
pengusahanya (dikutip dalam Suara.com).
Kegiatan berwirausaha di Indonesia telah mendapatkan
dukungan khusus dari berbagai kalangan. Adanya Perpres No. 27
Tahun 2013 tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha merupakan
salah satu dukungan dari pemerintah. Dalam sarana pendidikan di
Indonesia baik melalui akademi maupun perguruan tinggi sudah
banyak program-program kewirausahaan yang dicanangkan.
Program-program seperti pengenalan kewirausahaan, seminar
kewirausahaan dengan mendatangkan tokoh-tokoh wirausahawan
yang sukses, hingga memasukkan kewirausahaan sebagai mata
kuliah wajib di dalam kurikulum pendidikan. Begitu juga dengan
Universitas Brawijaya (UB) yang berkomitmen untuk menjadi
Entrepreneurial University. Universitas Brawijaya juga telah banyak
melaksanakan program-program yang bisa meningkatkan intensi
mahasiswa brawijaya untuk berwirausaha. Program-program tersebut
diharapkan dapat mencetak wirausahawan muda dari lulusan
perguruan tinggi maupun akademi yang mempunyai kreativitas,
inovasi tinggi, dan membawa perubahan yang lebih baik untuk
Indonesia.
Walaupun begitu, tingginya tingkat pengangguran intelektual
menjadi salah satu bukti bahwa intensi mahasiswa untuk
berwirausaha masih rendah. Oleh karena itu, ingin diketahui hal-hal
apa saja yang memengaruhi intensi mahasiswa untuk berwirausaha.
Intensi berwirausaha pada mahasiswa dipengaruhi oleh banyak
faktor. Dalam penelitian ini, menggunakan 4 variabel yaitu Attitude
(sikap), Dukungan, Role Model (model peran) dan Intensi
Berwirausaha.
Berdasarkan uraian di atas, variabel-variabel tersebut tidak
dapat diukur secara langsung atau biasa disebut dengan variabel laten
sehingga diperlukan alat ukur yang tepat yaitu dengan menggunakan
kuesioner. Analisis yang digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut adalah Structural Equation Model (SEM)
dengan pendekatan WarpPLS.
3
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah
1. Bagaimana penerapan Structural Equation Model (SEM)
dengan pendekatan WarpPLS dalam mengetahui faktor-faktor
yang memengaruhi intensi berwirausaha mahasiswa? (Studi
pada mahasiswa FIA dan FMIPA di Universitas Brawijaya)
2. Bagaimana pemodelan faktor-faktor yang memengaruhi
intensi berwirausaha mahasiswa menggunakan Structural
Equation Model (SEM) dengan pendekatan WarpPLS? (Studi
pada mahasiswa FIA dan FMIPA di Universitas Brawijaya)
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah sampel penelitian
yang digunakan adalah mahasiswa aktif dari salah satu fakultas
bidang studi sosial dan fakultas bidang studi eksakta, dengan kriteria
pada fakultas tersebut masih kurang diberikan pemahaman, tekanan,
maupun sarana dan prasarana untuk berwirausaha. Dalam hal ini
adalah mahasiswa aktif dari Fakultas Ilmu Administrasi dan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah mengikuti mata
kuliah kewirausahaan.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah yaitu :
1. Untuk mengetahui penerapan Structural Equation Model
(SEM) dengan pendekatan WarpPLS dalam mengetahui
faktor-faktor yang memengaruhi intensi berwirausaha
mahasiswa (Studi pada mahasiswa FIA dan FMIPA di
Universitas Brawijaya).
2. Untuk mengetahui pemodelan faktor-faktor yang
memengaruhi intensi berwirausaha mahasiswa menggunakan
Structural Equation Model (SEM) dengan pendekatan
WarpPLS (Studi pada mahasiswa FIA dan FMIPA di
Universitas Brawijaya).
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai informasi dan evaluasi
faktor-faktor yang memengaruhi intensi berwirausaha mahasiswa di
Universitas Brawijaya. Dengan mengetahui faktor-faktor yang
tersebut diharapkan pemerintah dan perguruan tinggi terutama
4
Universitas Brawijaya dapat memberikan solusi atau program lain
yang bisa meningkatkan intensi mahasiswa dalam berwirausaha.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Structural Equation Model (SEM)
Structural Equation Model (SEM) termasuk salah satu jenis
analisis multivariat dalam bidang ilmu sosial. SEM biasanya
digunakan untuk mempelajari hubungan kausalitas antara variabel
yang bersifat laten. SEM mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam
menggabungkan teori dan pengetahuan empiris dengan memodelkan
error dalam pengamatan, menggabungkan antara teori dan empiris
dalam analisis, mengkonfirmasikan teori dengan data (hypothesis
testing) serta mengembangkan teori dan data (theory building)
(Fornell, 1982). SEM merupakan pendekatan terintegrasi antara
analisis faktor, model struktural dan analisis jalur. Maksimum
Likelihood adalah metode pendugaan yang biasanya digunakan
dalam SEM. Pendugaan parameter dengan metode maksimum
likelihood membutuhkan beberapa asumsi seperti ukuran sampel
minimal 10 kali banyaknya indikator atau lebih dari 100 unit
pengamatan, data menyebar mengikuti sebaran normal multivariat.
Pemodelan struktural indikator dalam SEM hanya dimungkinkan
bersifat reflektif.
2.1.1 SEM dengan Pendekatan WarpPLS
Analisis WarpPLS merupakan pengembangan dari analisis
Partial Least Square (PLS). Herman Wold, guru dari Karl Joreskog
(pengembang SEM), adalah orang yang pertama kali
mengembangkan PLS. PLS dikembangkan sebagai alternatif untuk
penelitian dengan dasar teori yang lemah atau indikator yang tidak
memenuhi model pengukuran reflektif. Dalam PLS dimungkinkan
melakukan pemodelan struktural menggunakan indikator bersifat
reflektif maupun formatif. PLS dapat diterapkan pada semua skala
data, tidak membutuhkan banyak asumsi, dan dapat digunakan pada
ukuran sampel kecil sehingga merupakan analisis yang powerful
(Solimun, 2010). PLS biasanya digunakan sebagai konfirmasi teori
(pengujian hipotesis) tetapi dapat juga digunakan untuk pengujian
proposisi.
PLS dikembangkan untuk mengurangi kelemahan yang
terdapat dalam SEM, sehingga PLS merupakan penggabungan dari
6
analisis jalur dengan analisis faktor atau komponen utama. PLS biasa
disebut dengan SEM berbasis varians. Jika terdapat suatu
permasalahan dengan landasan teori yang lemah, maka PLS
merupakan pendekatan yang lebih tepat karena untuk tujuan prediksi.
Fokus analisis pada pendekatan PLS bergeser dari hanya
estimasi dan pendugaan parameter menjadi validitas dan akurasi
prediksi karena didasari oleh pergeseran analisis dari pendugaan
parameter model menjadi penduga parameter yang relevan. Terdapat
dua sifat indikator pada PLS, yaitu indikator reflektif dan indikator
formatif.
Bilamana model struktural yang akan dianalisis bersifat tidak
rekursif dan variabel laten memiliki indikator yang bersifat formatif,
reflektif, atau campuran, maka salah satu metode yang tepat
diterapkan adalah WarpPLS (Solimun, 2017). WarpPLS merupakan
metode dan software aplikasi paket program yang dikembangkan
oleh Ned Kock untuk menganalisis model SEM yang berbasis varian
atau PLS. Software WarpPLS juga dilengkapi dengan analisis
variabel moderasi dengan pendekatan variabel interaksi.
2.1.2 Asumsi SEM dengan Pendekatan WarpPLS
Asumsi dalam SEM dengan pendekatan WarpPLS sama
dengan asumsi PLS, tidak diperlukan asumsi data berdistribusi
normal. Hal ini dikarenakan pada saat pengujian hipotesis telah
melibatkan pendekatan resampling.
Jika pada Partial Least Square (PLS), asumsi hanya terkait
dengan pemodelan persamaan struktural. Menurut Solimun (2010)
terdapat dua asumsi PLS, yaitu :
1. Hubungan antar variabel dalam inner model adalah linier.
Diagram pencar (Scatter Plot) dapat digunakan untuk
memerika asumsi linieritas, akan tetap hasilnya akan bersifat
subyektif. Cara lain untuk memerika asumsi linieritas adalah dengan
menggunakan curve fit dan menetapkan prinsip parsimony.
2. Model struktural bersifat rekursif.
Asumsi model rekursif adalah antar 𝜀𝑖 saling bebas dan antar
𝜀𝑖 dengan Xi saling bebas sehingga variabel endogen tidak bersifat
resiprokal.
Perbedaan asumsi PLS dan WarpPLS ada pada sifat model
struktural. Pada WarpPLS model struktural dapat bersifat tidak
rekursif. Asumsi linieritas dapat diperiksa menggunakan diagram
7
pencar (scatter diagram), namun hasilnya bersifat subyektif. Dalam
penelitian ini, uji linieritas menggunakan Test for Linearity yaitu
dengan cara membandingkan nilai rata-rata.
2.1.3 Model Struktural dan Model Pengukuran
Rumusan masalah atau hipotesis penelitian merupakan dasar
dalam merancang model struktural hubungan antar variabel laten
pada WarpPLS. Menurut Solimun (2017), dasar perancangan model
struktural dalam PLS berupa :
1. Norma finalitas (kitab suci)
2. Aksioma
3. Teori (jika ada)
4. Hasil penelitian empiris
5. Adopsi (hubungan antar variabel pada bidang ilmu yang lain)
6. Normatif nonfinalitas (misal, peraturan pemerintah, undang-
undang, dan sebagainya)
7. Kondisi empiris (rasional)
Dasar perancangan model struktural dalam WarpPLS sama dengan
PLS. WarpPLS dapat melakukan eksplorasi hubungan antar variabel
laten.
Untuk mengidentifikasi sifat indikator apakah reflektif atau
formatif dapat menggunakan perancangan model pengukuran. Hasil
analisis dengan tingkat kebenaran yang rendah (bias) dapat
disebabkan oleh kesalahan dalam menentukan model pengukuran.
Teori dan penelitian empiris sebelumnya atau jika belum ada
rasionalisasi merupakan dasar dari perancangan model pengukuran.
Jarangnya teori atau hasil penelitian empiris dapat merujuk pada
definisi konseptual dan operasional variabel yang diharapkan dapat
mengidentifikasi sifat indikatornya.
2.1.4 Diagram Jalur dan Notasi yang Digunakan
Model struktural dan model pengukuran akan lebih mudah
dimengerti jika dinyatakan dalam bentuk diagram jalur. Notasi yang
digunakan dalam WarpPLS sama dengan notasi yang digunakan
pada PLS. Diagram jalur hasil perancangan model struktural (inner
model) dan model pengukuran (outer model) dapat dilihat pada
Gambar 2.1
8
λy1 λy2 λy3 λy4 λy5
γ1 β1 λy λy7 λy8 λy9
γ2
λx1 λx2 λx3 λx4 λx5
Gambar 2.1 Diagram Jalur Partial Least Square
Keterangan :
ξ : variabel laten eksogen
η : variabel laten endogen
λx : loading faktor variabel eksogen
λy : loading faktor variabel endogen
β : koefisien pengaruh variabel laten endogen terhadap variabel
laten endogen
γ : koefisien pengaruh variabel laten eksogen terhadap variabel
laten endogen
ζ : galat model
δ : galat pengukuran pada variabel manifes untuk variabel laten
eksogen
ε : galat pengukuran pada variabel manifes untuk variabel laten
endogen
2.1.5 Spesifikasi Model
Menurut Solimun (2010), terdapat tiga hubungan pada model
analisis jalur dalam PLS, yaitu inner model, outer model, dan weight
relation. Adapun penjelasan ketiga hubungan tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Inner Model
Inner relation atau yang biasa disebut inner model adalah
spesifikasi hubungan antar variabel laten. Variabel laten dan
indikator atau variabel manifest dapat distandarisasi tanpa
menghilangkan sifat umumnya. Hal tersebut dilakukan agar
parameter konstanta dapat dihilangkan dari model. Model
persamaannya adalah sebagai berikut :
X1 X2 X3 X4 X5
δ1 ξ1
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5
η 1
ζ 1
ε1 ε2 ε3 ε4
Y6 Y7 Y8 Y9
η 2
9
η = ηβ + ξ𝚪 + ζ (2.1)
Keterangan :
η : vektor variabel laten endogen
ξ : vektor variabel laten eksogen
𝛇 : vektor galat inner model
β dan 𝚪 : matriks koefisien jalur
Berdasarkan Gambar 2.1 Model Partial Least Square dapat
dituliskan sebagai berikut:
𝛈𝟏 = γ1𝛏𝟏 + 𝛇𝟏 (2.2)
𝛈𝟐 = 𝜷𝟏𝛈𝟏 + γ2𝛏𝟏 + 𝛇𝟐 (2.3)
2. Outer Model
Outer relation atau yang biasa disebut outer model adalah
spesifikasi hubungan antara variabel laten dengan indikatornya, yang
mendefinisikan karakteristik konstruk dengan variabel manifesnya.
Terdapat dua sifat indikator pada model persamaan. Berikut
persamaan model indikator reflektif :
X = Λxξ + εx (2.4)
Y = Λyη + εy (2.5)
Sedangkan persamaan model indikator formatif adalah sebagai
berikut :
ξ = ΠξXi + δξ (2.6)
η = ΠηYi + δη (2.7)
Keterangan:
X : indikator untuk variabel laten eksogen (ξ)
Y : indikator untuk variabel laten endogen (η)
Λx : matriks loading untuk variabel laten eksogen
Λy : matriks loading untuk variabel laten endogen
Πξ : koefisien regresi berganda untuk variabel laten eksogen
Πη : koefisien regresi berganda untuk variabel laten eksogen
εx dan δξ: galat untuk variabel laten eksogen
εy dan δη: galat untuk variabel laten endogen
Berdasarkan Gambar 2.1 Model PLS dapat dituliskan sebagai
berikut:
a. Variabel laten endogen 1 bersifat formatif
η1 = λy1Y1 + λy2Y2 + λy3Y3 + λy4Y4 + λy5Y5 + δ3 (2.8)
Variabel laten endogen 2 bersifat reflektif
y6 = λy6η2 + ε6 (2.9)
y7 = λy7η2 + ε7 (2.10)
10
y8 = λy8η2 + ε8 (2.11)
y9 = λy9η2 + ε9 (2.12)
b. Variabel laten eksogen 1 bersifat formatif
ξ1 = λx1X1 + λx2X2 + λx3X3 + λx4X4 + λx5X5 + δ1 (2.13)
3. Weight Relation
Weight relation merupakan pendugaan nilai variabel laten.
Nilai variabel laten yang diduga adalah sebagai berikut :
ξb = ∑kbwkbxkb (2.14)
ηi = ∑kiwkixki (2.15)
Keterangan:
k : banyaknya variabel manifes (item)
wkb dan wki : k weight yang digunakan untuk membentuk
pendugaan variabel laten ξb dan ηi
2.1.6 Pendugaan Model
Pada pendugaan inner model, metode dan proses perhitungan
koefisien hubungan antar variabel laten adalah algoritma analisis
inner model. Pendugaan parameter pada WarpPLS mirip dengan
pendugaan parameter pada PLS. Pendugaan parameter di dalam PLS
meliputi 3 kategori (Solimun, 2010) yaitu :
1. Weight estimate, yang digunakan untuk menghitung data variabel
laten.
2. Path estimate, yang menghubungkan antar variabel laten
(koefisien jalur) dan antara variabel laten dengan indikatornya
(loading).
3. means dan lokasi parameter, untuk indikator dan variabel laten.
Proses perhitungan dilakukan dengan cara iterasi.
Menurut Solimun (2017), pada software WarpPLS algoritma ini
meliputi :
1. Linier, model hubungan antara variabel laten adalah linier.
2. Warp2, hubungan antar variabel laten berbentuk kurva U.
3. Warp3, hubungan antar variabel laten berbentuk kurva S.
Pada dasarnya proses perhitungan data variabel laten yang
bersumber dari data indikator adalah algoritma analisis outer model.
Pada software WarpPLS terdapat 5 algoritma outer model, yaitu :
1. PLS Regression, yaitu inner model tidak mempengaruhi outer
model.
2. PLS Mode M, yaitu inner model mempengaruhi outer model.
3. PLS Mode A, untuk model indikator reflektif.
11
4. PLS Mode B, untuk model indikator formatif.
5. Robust Path Analysis, yaitu data variabel laten berupa rata-rata
skor indikator.
Penelitian ini menggunakan algoritma Linier dengan analisis
outer model menggunakan Robust Path Analysis dikarenakan nilai
variabel laten didapatkan berdasarkan hasil perhitungan rata-rata
skor indikator.
2.1.7 Evaluasi Model
Pengukuran prediksi yang mempunyai sifat nonparametrik
merupakan dasar model evaluasi PLS. Terdapat 2 evaluasi model
yaitu :
1. Outer Model
Outer model berkaitan dengan pengujian validitas dan
reliabilitas instrumen penelitian. Validitas konvergen dan validitas
diskriminan dari indikatornya digunakan untuk mengevaluasi model
pengukuran dengan indikator reflektif, sedangkan composite
reliability untuk semua indikator. Untuk outer model dengan
indikator formatif dievaluasi berdasarkan pada substantive content-
nya yaitu dengan membandingkan besarnya relatif weight dan
melihat signifikansi dari ukuran weight tersebut (Solimun, 2010).
1) Validitas Konvergen
Menurut Solimun (2010), pada validitas konvergen pengujian
didasarkan pada korelasi antara skor indikator reflekt if dengan skor
variabel latennya. Kriteria yang sering digunakan pada banyaknya
indikator setiap variabel laten berkisar antara 3 sampai dengan 7
indikator adalah nilai loading sebesar 0.5 sampai dengan 0.6 maka
dianggap cukup valid.
2) Validitas Diskriminan
Validitas diskriminan digunakan untuk mengukur indikator
reflektif yang didasarkan pada cross loading dengan variabel
latennya. Dikatakan valid apabila nilai cross loading setiap indikator
pada variabel bersangkutan lebih besar dibandingkan dengan cross
loading variabel laten lainnya. Terdapat juga metode lain, yaitu
dengan cara membandingkan nilai square root of average variance
extracted (AVE) setiap variabel laten dengan korelasi antar variabel
laten lainnya dalam model. Jika AVE variabel laten lebih besar dari
korelasi dengan seluruh variabel laten lainnya maka dikatakan
12
memiliki validitas diskriminan yang baik. Perhitungan AVE dapat
dilakukan dengan rumus:
𝐴𝑉𝐸 =∑ λi
2𝑘𝑖=1
(∑ λi2𝑘
𝑖=1 )+∑ var(εi)𝑘𝑖=1
(2.16)
Keterangan:
λi : loading faktor
εi : galat pengukuran pada variabel manifes
3) Composite Reliability
Indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
dapat dipercaya untuk diandalkan adalah composite reliability.
Reliabilitas menunjukkan suatu konsistensi alat pengukur untuk
gejala yang sama. Nilai reliabilitas composite (pc) dari peubah laten
adalah nilai yang mengukur kestabilan dan kekonsistenan dari
pengukuran reliabilitas gabungan. Perhitungan pc dapat dilakukan
dengan rumus:
𝑝𝑐 =∑ λi
2𝑘𝑖=1
(∑ λi )𝑘𝑖=1
2+∑ var(εi)𝑘
𝑖=1
(2.17)
keterangan:
λi : loading faktor
εi : galat pengukuran pada variabel manifes
Jika nilai komposit variabel ≥ 0.7 maka kelompok indikator yang
mengukur sebuah variabel memiliki reliabilitas komposit yang baik
meskipun bukan merupakan standar absolut (Solimun, 2010).
2. Inner Model
Model struktural dievaluasi dengan melihat nilai Goodness of
Fit Model. Goodness of Fit Model yang dimaksud merupakan indeks
dan ukuran kebaikan hubungan antar variabel laten. Salah satu cara
untuk mengetahui nilai Goodness of Fit Model adalah dengan
melihat persentase varians yang dijelaskan, yaitu dengan melihat R2
untuk konstruk laten dependen. Q-square predictive relevance untuk
model struktural, mengukur seberapa baik nilai observasi yang
dihasilkan oleh model dan juga pendugaan parameternya. Nilai Q-
square > 0 menunjukkan model memiliki predictive relevance,
sebaliknya jika nilai Q-square ≤ 0 menunjukkan model kurang
memiliki predictive relevance. Perhitungan Q-square dilakukan
dengan rumus:
Q2 = 1 – ( 1 – R12) ( 1 – R2
2 ) ... ( 1- Rp2 ) (2.18)
keterangan:
13
a. R12 , R2
2 ... Rp2 adalah R-square variabel endogen dalam model.
b. Interpretasi Q2 sama dengan koefisien determinasi total pada
analisis jalur.
c. Besaran Q2 memiliki rentang nilai 0 < Q2 < 1, dimana semakin
mendekati 1 berarti model semakin baik. Besaran Q2 ini setara
dengan koefisien determinasi total.
2.1.8 Pengujian Hipotesis
Metode resampling bootstrap yang dikembangkan oleh
Geisser & Stone digunakan untuk pengujian hipotesis. Penggunaan
metode resampling agar data bebas distribusi sehingga tidak
memerlukan asumsi data berdistribusi normal dan tidak memerlukan
sampe yang besar. Pengujian dilakukan menggunakan uji t, dengan
statistik uji t sebagai berikut (Walpole, 1995):
t =x̅−μs
√n⁄ (2.19)
Keterangan:
x̅ : rata-rata
μ : nilai yang dihipotesiskan
s : standar deviasi sampel
n : banyak sampel
dan hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis statistik untuk outer model
H0 : λi = 0 vs. H1 : λi ≠ 0
2. Hipotesis statistik untuk inner model
Pengaruh variabel laten eksogen terhadap endogen
H0 : γ i = 0 vs. H1 : γ i ≠ 0
Pengaruh variabel laten endogen terhadap endogen
H0 : βi = 0 vs. H1 : βi ≠ 0
kriteria penarikan keputusan pada α = 0.05 adalah sebagai berikut:
Jika nilai 2𝑥 |𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑑𝑓,𝛼 2⁄ |, maka tolak H0 (signifikan)
Jika nilai-p ≤ 0.05 maka tolak H0 (signifikan)
Apabila pada outer model hasil pengujian adalah signifikan berarti
indikator dipandang dapat digunakan sebagai instrumen pengukur
variabel laten. Sedangkan pada inner model hasil pengujian
signifikan berarti bahwa terdapat pengaruh yang bermakna variabel
laten satu dengan variabel laten lainnya.
14
2.2 Variabel dan Pengukuran Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2012) variabel adalah suatu atribut atau
sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan jenis pengukuran
variabel dibagi menjadi dua (Santoso, 2011), yaitu:
1. Variabel manifes (observed) merupakan variabel yang dapat
diukur secara langsung.
2. Variabel laten (unobserved) merupakan variabel yang tidak dapat
diukur secara langsung sehingga harus menggunakan indikator
tertentu.
Variabel laten seringkali digunakan untuk mengukur
permasalahan dalam penelitian di bidang sosial. Untuk mengukur
variabel laten harus menggunakan skala pengukuran. Skala sikap
adalah skala pengukuran yang paling sering digunakan. Menurut
Riduwan (2009), terdapat lima macam skala sikap, yaitu:
1. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang terhadap gejala sosial. Skala likert bersifat
bipolar, artinya terdapat jawaban yang bersifat positif dan negatif.
Skala likert biasa digunakan untuk melihat taraf kesetujuan dan
ketidaksetujuan seseorang (Simamora, 2005).
2. Skala Guttman digunakan untuk mengukur satu dimensi dengan
jawaban yang bersifat jelas, tegas, dan konsisten. Skala Guttman
bersifat dikotom, atinya hanya terdapat dua jawaban yang pasti.
Contoh : Ya – Tidak, Benar – Salah, dan lain-lain.
3. Skala Diferensial Semantik, digunakan untuk mengukur sikap dan
persepsi seseorang terhadap gejala sosial. Skala diferensial
semantik berupa garis yang bersifat kontinyu di mana kutub
paling kanan bersifat positif dan kutub paling kiri bersifat negatif.
4. Rating Scale, responden diminta untuk memberikan rating
terhadap pernyataan yang disajikan di mana data yang diperoleh
berupa angka yang kemudian ditafsirkan kedalam bentuk
kualitatif.
5. Skala Thurstone, digunakan untuk mengukur variabel dengan
skala interval. Skala thurstone hampir sama dengan skala likert,
namun setiap pada pernyataan diberi bobot yang berbeda.
Penelitian ini menggunakan skala likert karena ingin diketahui
taraf kesetujuan atau ketidaksetujuan mahasiswa dalam menjawab
instrumen pernyataan.
15
2.3 Pemeriksaan Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang baik harus melewati dua tahap uji,
yaitu uji validitas dan uji reliabilitas.
2.3.1 Validitas Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dikatakan baik apabila dapat
menghasilkan data yang benar-benar mencerminkan variabel
penelitiannya. Untuk dapat dikatakan baik, suatu instrumen
penelitian harus di uji validitas terlebih dahulu. Dalam penelitian ini,
pemeriksaan validitas instrumen penelitian menggunakan corrected
item total correlation sebagai indikator uji validitas, dengan rumus
sebagai berikut (Azwar, 2012):
ri(x-i)=rixsx-si
√(sx2+si
2-2rixsisx
(2.20)
Keterangan:
ri(x-i) : koefisien korelasi dari item ke-i dengan total skor (kecuali
item ke-i)
rix : koefisien korelasi dari item ke-i dengan total skor
sx : standar deviasi total skor
si : standar deviasi item ke-i
dengan kriteria pengujian validitas, yaitu item akan dianggap
valid apabila nilai corrected item total correlation positif dan ≥ 0.3.
Setelah melakukan uji validitas dilanjutkan dengan uji reliabilitas.
Apabila pada uji coba pertama didapatkan item yang tidak
valid, maka dapat dilakukan uji coba kedua menggunakan
confirmatory factor analysis.
2.3.2 Reliabilitas Instrumen Penelitian
Menurut Gronlund dan Linn (1990), reliabilitas adalah
ketepatan hasil yang diperoleh dari suatu pengukuran. Sedangkan
menurut Anastasia dan Susana (1997), reliabilitas adalah sesuatu
yang merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang
sama ketika mereka diuji ulang dengan tes yang sama pada
kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat item yang
berbeda di bawah kondisi pengujian yang berbeda. Sehingga dapat
dikatakan bahwa reliabilitas adalah ukuran suatu kestabilan dan
kekonsistenan responden dalam memberikan jawaban pernyataan
dalam kuesioner. Reliabilitas instrumen penelitian dapat dilihat
16
berdasarkan perhitungan koefisien Alpha Cronbach dengan rumus
sebagai berikut:
α=k
k-1(1-
∑ si2n
i=1
sx2 ) (2.21)
Keterangan:
𝛼 : koefisien Alpha Cronbach
𝑘 : banyaknya item
𝑠𝑖2 : ragam skor item
𝑠𝑥2 : ragam skor total item
Jika nilai 𝛼 > 0.6 maka instrumen penelitian dapat dikatakan
sudah reliabel. Instrumen penelitian yang sudah dianggap valid dan
reliabel dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.
2.4 Data Variabel Laten
Variabel laten atau unobservable adalah variabel yang tidak
dapat diukur secara langsung. Variabel laten seringkali digunakan
untuk penelitian di bidang ilmu sosial seperti ekonomi, manajemen,
pendidikan dan sebagainya. Untuk mengukur variabel laten dapat
menggunakan instrumen penelitian berupa angket maupun kuesioner.
Menurut Solimun (2017), untuk memperoleh data dari variabel laten
dapat dilakukan dengan lima cara yaitu :
1. Metode Total Skor, yaitu dengan cara menjumlahkan skor semua
indikator sehingga diperoleh data total skor variabel laten yang
bersangkutan.
2. Metode Rata-Rata Skor, yaitu dengan cara menggunakan rata-
rata skor indikator.
3. Metode Rescoring, yaitu dengan cara mengubah total skor
menjadi skala awal, yaitu 1 sampai 5.
4. Metode Skor Faktor, menggunakan analisis faktor sehingga
menghasilkan skor faktor yang kemudian dijadikan data untuk
variabel laten. Bobot pada masing-masing indikator berbeda dan
tidak semua informasi terkandung jika menggunakan metode skor
faktor. Variabel laten pada analisis faktor merupakan refleksi dari
sejumlah indikator.
17
Gambar 2.2. Variabel Laten dengan Indikator Reflektif
Ciri-ciri model indikator reflektif adalah sebagai berikut:
a. Arah hubungan kausalitas seolah-olah dari variabel laten ke
indikator, maksudnya adalah variabel laten mencerminkan
atau merefleksikan indikator-indikator.
b. Antar indikator diasumsikan saling berkorelasi.
c. Menghilangkan satu indikator dari model pengukuran tidak
akan merubah makna dan arti variabel laten.
d. Kesalahan pengukuran pada setiap indikator. 5. Metode Skor Komponen Utama, menggunakan analisis
komponen utama sehingga menghasilkan skor komponen utama
yang kemudian dijadikan data untuk variabel laten. Bobot pada
masing-masing indikator berbeda dan tidak semua informasi
terkandung jika menggunakan metode skor komponen utama. Variabel laten pada analisis komponen utama dibentuk (formasi)
dari sejumlah indikator.
Gambar 2.3. Variabel Laten dengan Indikator Formatif
Ciri-ciri model indikator formatif adalah sebagai berikut:
a. Arah hubungan kausalitas seolah-olah dari indikator ke
variabel laten, maksudnya adalah variabel laten yang
dibentuk atau disusun oleh indikator-indikator.
b. Antar indikator diasumsikan tidak berkorelasi.
c. Menghilangkan satu indikator merubah makna dari variabel
laten.
Indikator 1
Indikator 2
Indikator 3
Laten 1
Indikator 1
Indikator 2
Indikator 3
Laten 1
18
d. Kesalahan pengukuran diletakkan pada tingkat variabel laten.
Dalam penelitian ini menggunakan metode skor faktor dan
skor komponen utama, dengan skor yang telah ditransformasikan ke
skala menggunakan Summated Rating Scale.
2.5 Variabel Moderasi
Variabel yang mempunyai sifat memperkuat atau
memperlemah pengaruh variabel prediktor terhadap variabel respon
disebut variabel moderasi. Variabel penjelas tidak mempengaruhi
variabel moderasi.
Gambar 2.4. Variabel Moderasi
Terdapat empat klasifikasi variabel moderasi, yaitu:
1. Variabel moderasi murni merupakan variabel yang memoderasi
hubungan antara variabel prediktor dan variabel respon di mana
variabel moderasi murni berinteraksi dengan variabel prediktor
tanpa menjadi variabel prediktor.
2. Variabel moderasi semu merupakan variabel yang memoderasi
hubungan antara variabel prediktor dan variabel respon di mana
variabel moderasi semu berinteraksi dengan variabel prediktor
sekaligus berperan sebagai variabel prediktor.
3. Variabel moderasi potensial merupakan variabel yang
mempunyai potensi menjadi variabel moderasi yang
mempengaruhi kekuatan hubungan antara variabel prediktor dan
variabel prediktor.Variabel ini tidak berinteraksi dengan variabel
prediktor dan tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan
variabel respon.
4. Variabel prediktor moderasi hanya berperan sebagai variabel
prediktor dalam model hubungan yang dibentuk.
Variabel
penjelas
Variabel
terikat
Variabel
moderasi
19
2.6 Kewirausahaan
Kewirausahaan merupakan sebuah cara berfikir tanpa batas
terhadap suatu bisnis baik berupa produk maupun jasa. Menurut
(Adhitama, 2014) pengertian sederhana dari kewirausahaan adalah
proses kreativitas dan inovasi yang memiliki risiko tinggi dalam
menghasilkan nilai tambah bagi produk yang bermanfaat untuk
masyarakat dan mendatangkan keuntungan bagi wirausahawan.
Wirausahawan sendiri adalah orang kreatif dan inovatif yang
berani mengambil risiko dan dapat meningkatkan kesejahteraan diri,
masyarakat, dan lingkungan sekitarnya. Kreatif disini adalah orang
yang memiliki kemampuan untuk menciptakan suatu hal baru yang
belum pernah ada. Seseorang dikatakan inovatif jika dapat
mengembangkan sesuatu yang sudah ada menjadi lebih berbeda yang
memiliki nilai tambah dan daya saing.
Kewirausahaan memiliki manfaat yang luas baik untuk diri
sendiri maupun orang lain. Berikut ini adalah manfaat kewirausahaan
menurut pendapat Zimmerer dan Scarborough (2008) :
a) Peluang untuk menentukan nasib sendiri.
b) Peluang untuk melakukan perubahan.
c) Peluang untuk mencapai potensi sepenuhnya.
d) Peluang untuk meraih keuntungan yang menakjubkan.
e) Peluang untuk berperan dalam masyarakat dan mendapatkan
pengakuan atas usaha.
f) Peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai dan bersenang-
senang dalam mengerjakannya.
2.7 Intensi Berwirausaha
Intensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah perangkat atribut atau ciri yang menjelaskan sesuatu yang
dapat diacu dengan kata tertentu. Sedangkan Chaplin (2004)
mendefinisikan intensi sebagai satu perjuangan guna mencapai satu
tujuan. Intensi merupakan komponen dalam diri individu yang
mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu.
(Fishbein dan Azjen, 1975). Menurut Eagly dan Chaiken (1993)
intensi merupakan kunci utama untuk memprediksi perilaku manusia
dan sebagai sebuah konstruk psikologis yang menunjukkan kekuatan
motivasi seseorang dalam hal perencanaan yang sadar dalam usaha
untuk menghasilkan perilaku yang dimaksud. Intensi merupakan
faktor motivasional yang mempengaruhi tingkah laku. Sehingga
20
dapat dikatakan intensi adalah keinginan atau niat seseorang dalam
melakukan sesuatu guna mencapai satu tujuan.
Intensi kewirausahaan adalah keinginan atau niat seseorang
untuk melakukan atau mencapai manfaat kewirausahaan. Secara
umum, semakin kuat intensi seseorang dalam mencapai tujuan yang
ingin dicapai, maka usaha yang dilakukan akan semakin baik.
Seseorang dengan intensi untuk memulai usaha akan memiliki
kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam usaha yang dijalankan
dibandingkan seseorang tanpa intensi untuk memulai usaha.
2.8 Theory of Planned Behavior
Theory of reasoned action yang dikemukakan oleh Fishbein
dan Ajzen pada tahun 1967 telah disempurnakan melalui Theory of
Planned Behaviour (TPB) yang dikembangkan oleh Ajzen pada
tahun 1991. Kedua teori tersebut masih membahas fokus utama yang
sama yaitu mengenai intensi individu untuk melakukan perilaku
tertentu. Faktor-faktor motivasi apa saja yang mempengaruhi
perilaku dapat diketahui melalui intensi. Seberapa besar keinginan
seseorang melakukan suatu perilaku dapat diindikasikan oleh intensi.
Perilaku tidak akan terjadi tanpa adanya intensi.
Dalam theory of reasoned action terdapat dua faktor penentu
dasar intensi yaitu perilaku yang berhubungan dengan sikap
(attitudes towards behaviour) dan perilaku yang berhubungan
dengan norma subjektif (subjective norms). Menurut Ajzen (2005)
theory of reasoned action masih belum dapat menjelaskan intensi
seseorang dalam melakukan suatu perilaku. Dalam theory of planned
behavior Azjen menambahkan satu faktor yang dapat menjelaskan
intensi yaitu perceived behavorial control. Sehingga faktor-faktor
yang dapat memprediksi intensi individu dalam melakukan suatu
perilaku menurut Ajzen (2005) yaitu :
1) Attitude toward behavior
2) Subjective norms
3) Perceived behavior control
21
Gambar 2.5 Theory of Planned Behavior
2.9 Attitude (Sikap)
Menurut Ahmadi (2007) sikap adalah kesiapan merespon yang
bersifat positif atau negatif tehadap objek atau situasi secara
konsisten. Sedangkan menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey
(1962), sikap adalah organisasi yang tetap dari proses motivasi,
persepsi, atau pengamatan atas suatu aspek dari kehidupan individu.
Sehingga dapat dikatakan bahwa sikap adalah hal yang
menggerakkan seseorang untuk bertindak dalam suatu keadaan dan
kesiapan untuk merespon masalah yang bersifat positif atau negative
terhadap obyek atau situasi.
Sikap seseorang dalam memandang kegiatan berwirausaha
dipercayai akan membentuk niat kewirausahaan. Adapun dimensi
dari Attitude (Sikap) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Autonomy and Authority
2. Economic Opportunity and Challenge
3. Security and Workload
4. Responsibility
5. Self Realization and Participation
6. Perceived Confidence
Attitude
Towards
Behavior
Subjective
Norms
Perceived
Behavorial
Control
Intensi Perilaku
22
2. 10 Dukungan
Dukungan memiliki peran yang sangat penting dalam
pengambilan keputusan seseorang. Menurut Chaplin (2004),
dukungan dapat diartikan sebagai memberikan dorongan/motivasi
atau semangat dan nasihat kepada orang lain dalam situasi pembuat
keputusan. Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan
orang lain dalam menjalani kehidupan. Dukungan dapat berupa
perhatian, hiburan, peringatan, finansial, dan lain-lain.
Dalam penelitian ini, dukungan memiliki peran dalam
mempengaruhi intensi mahasiswa untuk berwirausaha. Adapun
dimensi dari variabel dukungan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Dukungan Pendidikan
2. Dukungan Sosial
3. Dukungan Lingkungan
2.11 Role Model
Role Model dalam Bahasa Indonesia adalah panutan. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, panutan adalah teladan atau sesuatu
yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh (tentang kelakuan,
perbuatan, sifat, dan sebagainya). Role Model atau model peran
memiliki andil dalam keputusan seseorang untuk menjadi seorang
wirausahawan. Hasil dari beberapa penelitian terdahulu
mengindikasikan bahwa model peran berpengaruh terhadap intensi
berwirausaha. Menurut Efrata (2016) berikut merupakan indikator-
indikator dari variabel role model yang akan digunakan dalam
penelitian ini :
1. Model peran sebagai sumber inspirasi
2. Model peran sebagai tolak ukur kemampuan diri
3. Model peran sebagai tuntunan berperilaku
4. Model peran sebagai motivator untuk mencapai tujuan
2.12 Kerangka Konsep
1. Hubungan Attitude dengan Intensi Berwirausaha
Intensi berwirausaha seorang mahasiswa dapat terbentuk dari
sikap yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut. Attitude merupakan
salah satu hal yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan suatu
tindakan, dalam hal ini intensi berwirausaha oleh mahasiswa. Jika
seorang mahasiswa menunjukkan sikap yang sesuai dengan seorang
23
wirausahawan maka hal tersebut akan menimbulkan intensi
berwirausaha yang tinggi pada mahasiswa tersebut, begitupun
sebaliknya jika sikap mahasiswa tersebut tidak menunjukkan sikap
seorang wirausahawan maka intensi berwirausaha mahasiswa
tersebut akan rendah.
2. Hubungan Attitude, Dukungan, Role Model dan Intensi
Berwirausaha
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, dapat dinyatakan
bahwa intensi berwirausaha dipengaruhi oleh sikap, dukungan dan
model peran. Dukungan dan model peran sebagai variabel moderasi
antara sikap dan intensi berwirausaha. Selain itu, terdapat variabel
mediasi yaitu Attitude. Oleh karena itu, dapat dibentuk diagram jalur
seperti Gambar 2.6
24
Gambar 2.6 Diagram Jalur dengan Variabel Moderasi
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Data
Penelitian ini menggunakan data primer. Instrumen penelitian
yang digunakan berupa kuesioner yang disebarkan kepada
mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi sebagai perwakilan dari
bidang studi sosial dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam sebagai perwakilan dari bidang eksakta yang telah mengikuti
mata kuliah Kewirausahaan. Penyebaran kuesioner ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung
faktor-faktor yang memengaruhi intensi mahasiswa dalam
berwirausaha.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini meliputi Attitude (sikap),
Dukungan, Role Model (model peran) dan Intensi Berwirausaha.
Berikut merupakan penjelasan variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian ini :
1. Attitude (Sikap)
Sikap dapat digunakan untuk mengkaji dan menduga suatu
tindakan atau tingkah laku dari seseorang. Sikap juga dapat
mempengaruhi intensi atau keinginan seseorang dalam
melakukan perilaku dan tindakan. Adapun dalam penelitian ini
dimensi yang digunakan dalam Attitude (sikap) menurut
gabungan beberapa teori adalah sebagai berikut :
a. Autonomy and Authority, yaitu kemampuan untuk mandiri dan
kekuasaan yang resmi untuk bertindak dan memerintah orang
lain. Hal ini meliputi kepemimpinan dan keinginan menjadi
seorang bos.
b. Economic Opportunity and Challenge, yaitu kemampuan
dalam mengidentifikasi peluang ekonomi dan menghadapi
tantangan. Hal ini meliputi tantangan, pengembangan potensi
diri, dan ekspektasi pendapatan.
c. Security and Workload, yaitu sikap atau tingkah laku dalam
mencari pekerjaan yang aman dan tetap, kemampuan
menghadapi resiko dan beban kerja. Hal ini meliputi
Kesediaan menanggung resiko dan keinginan stabilitas
pekerjaan.
26
d. Responsibility, yaitu sikap yang ada secara alamiah hampir
terdapat pada semua orang jika dihadapkan atau sedang
melakukan sesuatu. Kebebasan dalam bekerja merupakan
indikator yang dapat menjelaskan dimensi ini.
e. Self Realization and Participation, yaitu sikap atau tingkah
laku untuk merealisasikan diri dan keinginan berpartisipasi.
Hal ini meliputi pemikiran yang kreatif dan inovatif.
f. Perceived Confidence, yaitu persepsi individu terhadap
kepercayaan dirinya sendiri. Hal ini meliputi status sosial, dan
kepercayaan diri.
Variabel Attitude memiliki indikator yang bersifat reflektif
karena variabel attitude dicerminkan atau direfleksikan oleh
indikator-indikator yang ada.
2. Dukungan
Selain Attitude (sikap), hal yang mempengaruhi intensi
mahasiswa dalam berwirausaha adalah dukungan. Dukungan
diartikan sebagai kesediaan atau bantuan. Dukungan juga dapat
dikatakan sebagai dorongan/motivasi. Adapun dimensi dari
dukungan adalah sebagai berikut :
a. Dukungan pendidikan, yaitu ketersediaan, bantuan atau
dorongan motivasi dari bidang pendidikan terhadap individu
untuk melakukan suatu tindakan. Dalam penelitian ini meliputi
pendidikan kewirausahaan, seminar kewirausahaan, dan
praktik kewirausahaan.
b. Dukungan sosial, yaitu ketersediaan, bantuan atau dorongan
motivasi dari sosial sekitar individu seperti keluarga dan
teman terdekat.
c. Dukungan lingkungan, yaitu ketersediaan, bantuan atau
dorongan motivasi dari lingkungan sekitar individu yang
mempermudah atau mempersulit untuk memulai melakukan
suatu tindakan.
Variabel Dukungan memiliki indikator yang bersifat reflektif
karena variabel dukungan dicerminkan atau direfleksikan oleh
indikator-indikator yang ada.
3. Role Model (Model Peran)
Role Model atau bisa dikatakan sebagai model peran atau
panutan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau
pengambilan keputusan. Hasil dari beberapa penelitian terdahulu
mengindikasikan bahwa model peran berpengaruh terhadap intensi
27
berwirausaha. Menurut Efrata (2016) berikut merupakan indikator-
indikator dari variabel role model yang akan digunakan dalam
penelitian ini :
a. Model peran sebagai sumber inspirasi
b. Model peran sebagai tolak ukur kemampuan diri
c. Model peran sebagai tuntunan berperilaku
d. Model peran sebagai motivator untuk mencapai tujuan
Variabel Role model memiliki indikator yang bersifat reflektif
karena variabel Role model dicerminkan atau direfleksikan oleh
indikator-indikator yang ada.
4. Intensi Berwirausaha
Intensi berwirausaha adalah keinginan atau niat seseorang
untuk melakukan atau mencapai manfaat kewirausahaan. Adapun
indikator minat mahasiswa dalam berwirausaha adalah sebagai
berikut :
a. Keinginan untuk berwirausaha
b. Kemampuan untuk mengidentifikasi peluang wirausaha
c. Kemampuan untuk memanfaatkan peluang wirausaha
d. Keinginan untuk mulai berwirausaha dalam waktu dekat
e. Keinginan untuk membuka lapangan kerja.
Variabel Intensi memiliki indikator yang bersifat formatif karena
variabel intensi dibangun atau tersusun oleh indikator-indikator yang
ada.
3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif yang
sedang menempuh Strata 1 di Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) dan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
Universitas Brawijaya yang telah mengikuti mata kuliah
Kewirausahaan. Universitas Brawijaya sebagai Entrepreneurial
University telah banyak memberikan fasilitas pendidikan
kewirausahaan dengan harapan dapat menghasilkan banyak
wirausahawan muda dengan kreativitas, inovasi tinggi dan bisa
membawa perubahan yang lebih baik untuk Indonesia.
Kriteria populasi yang dijadikan responden dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1) Aktif sebagai mahasiswa Strata 1 FIA dan FMIPA.
2) Telah mengikuti mata kuliah Kewirausahaan.
28
Metode pengambilan sampel terdiri dari dua jenis yaitu sampel
probabilitas dan sampel non-probabilitas. Metode probabilitas
memungkinan untuk setiap anggota populasi untuk menjadi anggota
sampel sedangkan metode non-probabilitas tidak memberikan
kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Metode sampel non-probabilitas adalah
pengambilan sampel berdasarkan atas pertimbangan-pertimbangan
tertentu yang diberikan oleh peneliti. Terdapat beberapa jenis
penarikan sampel secara non-probabilitas.
Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik Judgment
Sampling. Judgment sampling adalah penarikan sampel secara
judgmental atau dengan memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik
yang telah sebelumnya telah ditetapkan oleh peneliti dalam populasi.
Penentuan besar sampel minimal jika banyaknya populasi tidak
diketahui dapat dihitung menggunakan rumus seperti berikut (Akdon
dan Riduwan, 2005):
𝑛 = (𝑍𝛼/2𝜎
𝑒)
2 (3.1)
Keterangan :
𝑛 : banyak sampel
𝑍𝛼/2 : titik kritis dengan α=0.05
𝜎2 : standar deviasi populasi (0.25) mengikuti sebaran Bernoulli
𝑒 : kesalahan penarikan sampel (0.1)
Menurut Levy dan Lemeshow (1999) jika ukuran sampel
dimana lebih dari 20 maka perhitungan 𝜎2 dengan rumus sebagai
berikut :
𝜎2 = 𝑝𝑥(1 − 𝑝𝑥) (3.2)
dengan perhitungan seperti berikut :
𝑝𝑥 x (1 − 𝑝𝑥)
0.1 𝑥 0.9 = 0.09
0.2 𝑥 0.8 = 0.16
0.3 𝑥 0.7 = 0.21
0.4 𝑥 0.6 = 0.24
0.5 𝑥 0.5 = 0.25
Dari hasil perhitungan tersebut dipilih kemungkinan sampel terbesar
hal ini dikarenakan tidak diketahuinya populasi dalam penelitian ini.
Melalui persamaan (3.1) didapatkan banyak sampel dalam penelitian
ini adalah
29
𝑛 = (1.96 𝑥 0.5
0.01)
2
= (0.98
0.01)
2
= 9.82
= 96.04 ≈ 97
Banyaknya responden dalam penelitian ini berdasarkan hasil
perhitungan adalah 97 responden.
3.4 Instrumen Penelitian
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala likert. Skala likert umum digunakan dalam kuesioner dan riset
berupa survei. Dengan menggunakan skala likert diharapkan
responden dapat memberikan persepsi mengenai sikap, dukungan
dan model peran terhadap intensi mahasiswa berwirausaha. Dalam
hal ini sampel penelitian adalah mahasiswa aktif Strata 1 FIA dan
FMIPA Universitas Brawijaya yang telah mengikuti mata kuliah
kewirausahaan. Berikut merupakan lima pilihan jawaban beserta skor
penilaian pada skala likert :
1. Sangat Tidak Setuju (STS) artinya responden menyatakan sangat
tidak setuju terhadap pernyataan dalam kuesioner. Jika responden
memilih STS maka diberi skor 1.
2. Tidak Setuju (TS) artinya responden menyatakan ketidaksetujuan
terhadap pernyataan dalam kuesioner. Jika responden memilih TS
maka diberi skor 2.
3. Netral (N) artinya responden tidak memiliki kecenderungan
jawaban terhadap pernyataan dalam kuesioner. Jika responden
memilih N maka diberi skor 3.
4. Setuju (S) artinya responden menyatakan kesetujuan terhadap
pernyataan dalam kuesioner. Jika responden memilih S maka
diberi skor 4.
5. Sangat Setuju (SS) artinya responden menyatakan sangat setuju
terhadap pernyataan dalam kuesioner. Jika responden memilih SS
maka diberi skor 5.
Dalam pembuatan pernyataan kuesioner sebaiknya bervariasi
atau memiliki pernyataan positif dan pernyataan negatif. Hal ini
digunakan untuk memberikan perbedaan dan menghindari responden
yang bosan dengan pernyataan yang monoton. Pada pernyataan
negatif, pemberian skor dibalik sehingga jika responden memilih
Sangat Tidak Setuju (STS) maka diberi skor 5, Tidak Setuju (TS)
30
diberi skor 4, Netral (N) diberi skor 3, Setuju (S) diberi skor 2, dan
Sangat Setuju (SS) diberi skor 1. Berikut kisi-kisi instrumen
penelitian ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Item
Attitude
(Sikap)
Autonomy
and Authority
Kepemimpinan
Mendapatkan
kepercayaan
Insting
pengambilan
keputusan
Kontrol diri
Keinginan
menjadi bos
Memiliki
karyawan
Mempunyai usaha
sendiri
Economic
Opportunity
and
Challenge
Tantangan
Cepat
mempelajari hal
baru
Pekerjaan yang
unik
Pekerjaan yang
menantang
Pengembangan
potensi diri
Potensi diri
Realisasi diri
Mengembangkan
Potensi diri
Ekspektasi
pendapatan
Memperoleh
pendapatan sendiri
Memiliki
penghasilan yang
besar
Security and
Workload
Kesedian
menanggung
resiko
Pengambilan
resiko
Menghadapi
resiko
Keinginan
stabilitas
pekerjaan
Pekerjaan yang
stabil
Pekerjaan yang
aman
31
Tabel 3.1 Lanjutan Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Responsibility Kebebasan
dalam bekerja
Tanggungjawab
Tidak suka diatur
Tidak suka terikat
Self
Realization
and
Participation
Kreatif
Pola pikir
Kreativitas
Pemanfaatan daya
kreativitas
Inovasi
Menciptakan
Berbeda dari
orang lain
Perceived
Confidence
Status Sosial
Dihargai orang
lain
Pengakuan orang
lain
Kepercayaan
diri
Memiliki usaha
sendiri
Dukungan
Pendidikan
Pendidikan
kewirausahaan
Karakter
wirausahawan
Cara memulai
usaha
Menjadi
wirausahawan
Memulai suatu
usaha
Seminar
kewirausahaan
Rencana bisnis
Menjadi
wirausahawan
Praktik
kewirausahaan
Praktik
kewirausahaan
Pengelolaan usaha
Sosial Dukungan
sosial
Keinginan
berwirausaha
Moril
Finansial
Lingkungan Dukungan
lingkungan
Finansial
Mendapat
informasi
32
Tabel 3.1 Lanjutan Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Role Model
Sumber inspirasi
Tolak ukur
kemampuan diri
Tuntunan
berperilaku
Motivator untuk
mencapai tujuan
Intensi
Berwirausaha
Memilih untuk
berwirausaha
Mengidentifikasi
peluang
wirausaha
Memanfaatkan
peluang
wirausaha
Memulai untuk
berwirausaha
Membuka
lapangan kerja
3.5 Uji Coba Instrumen Penelitian
Uji coba (try out) instrumen penelitian dilakukan untuk
mengetahui apakah instrumen penelitian yang telah dibuat sudah
valid dan reliabel sebelum digunakan untuk mengukur persepsi
responden sesungguhnya. Dua hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan uji coba instrumen penelitan yaitu,
1) Untuk menjamin hasil yang memadai, karakteristik responden
yang digunakan untuk uji coba instrumen penelitian harus
benar-benar mencerminkan karakteristik subjek sesungguhnya
yang menjadi target penelitian.
2) Banyaknya responden untuk uji coba instrumen penelitian
sekurang-kurangnya 30 responden.
Uji coba instrumen penelitian pertama dilakukan pada 30
mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di
Universitas Brawijaya. Apabila terdapat item yang tidak valid, maka
akan dilakukan perbaikan kuesioner dengan cara memperbaiki
kalimat pernyataan atau menghapus kalimat pernyataan yang
dianggap tidak dapat menjelaskan indikator.
33
a. Pada uji coba instrumen penelitian yang pertama, terdapat
beberapa item yang tidak valid. Hasil uji coba instrumen penelitian
pertama dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Pertama
Variabel Item Valid Item Tidak Valid
Nilai
Cronbach’s
Alpha
Attitude 1,2,5,7,10,12,13,14,
15,19,23,24,25,26,33
3,4,6,9,11,16,
17,18,20,21,22,27,
28,29,30,31,32,34
0.800
Dukungan
35,36,37,38,39
,40,41,42,43,46,47,
48,49,50,
44,45,51,52,53,54 0.758
Role Model 55,56,57,58 - 0.893
Intensi
Berwirausaha 59,60,61,62,63 - 0.827
b. Pada uji coba instrumen penelitian yang pertama masih
terdapat item yang tidak valid yaitu item pada variabel Attitude dan
Dukungan. Hasil uji coba instrumen penelitian kedua dapat dilihat
pada Tabel 3.3
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Kedua
Variabel Item Valid Item Tidak Valid
Nilai
Cronbach’s
Alpha
Attitude
2,5,6,7,8,9,10,11,
12,13,14,15,19,20,
21,22,23,24,25,26,27,
29,30
1,3,4,16,17,18,28 0.871
Dukungan 31,32,33,34,35,36,37,38,
39,40,41,43 42,45,46 0.816
c. Pada uji coba instrumen penelitian yang kedua masih terdapat
item yang tidak valid sehingga dilakukan uji coba ketiga. Hasil uji
coba instrumen penelitian tiga dapat dilihat pada Tabel 3.4
34
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Ketiga
Variabel Item Valid
Item
Tidak
Valid
Nilai
Cronbach’s
Alpha
Sikap
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,
16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,
28,29,30
- 0.953
Dukungan 31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,
41,42,43,44,45 - 0.885
3.6 Metode Langkah Analisis Data
Langkah-langkah penelitian sebagai berikut :
1) Menentukan teori yang digunakan untuk menentukan variabel
yang digunakan dalam penelitian
2) Membuat kisi-kisi instrumen penelitian dan kuesioner penelitian
yang dapat dilihat pada Tabel 3.1.
3) Menentukan populasi dan sampel yang digunakan sebagai obyek
penelitian. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan sebagai
obyek penelitian sebanyak 97 responden.
4) Uji coba (try out) instrumen penelitian.
5) Pemeriksaan validitas dan reliabilitas pada uji coba instrumen
penelitian.
6) Penyebaran instrumen penelitian (kuesioner) yang sudah valid
dan reliabel.
7) Structural Equation Model (SEM) dengan pendekatan WarpPLS
Langkah-langkah Structural Equation Model (SEM) dengan
pendekatan WarpPLS adalah sebagai berikut :
1) Merancang model struktural (inner model).
2) Merancang model pengukuran (outer model).
3) Membuat konstruksi diagram jalur.
4) Konversi diagram jalur ke sistem persamaan.
5) Pengujian asumsi.
6) Estimasi outer model dan inner model
7) Evaluasi model (Goodness of Fit).
8) Pengujian hipotesis.
9) Interprestasi.
35
3.7 Diagram Alir
Diagram alir langkah-langkah penelitian dan langkah-langkah
Structural Equation Model (SEM) dengan pendekatan WarpPLS
terdapat pada Gambar 3.1
36
Ya
Gambar 3.1 Diagram Alir
Mulai
Menentukan teori
Membuat instrumen
penelitian
Menentukan populasi dan
sampel penelitian
Uji coba instrumen
penelitian
Mengumpulkan data
A
Perbaikan
kuisioner
Uji validitas dan
reliabilitas instrumen penelitian Tidak
Ya
37
Gambar 3.1 Lanjutan Diagram Alir
A
Merancang Model Struktural
(inner model) dan Model
Pengukuran (outer model)
Data
Mengkontruksi Diagram Jalur
Estimasi :Outer model dan Inner
model
Evaluasi Model
Selesai
Konversi Diagram Jalur ke Sistem
Persamaan
Pengujian Asumsi
Pengujian Hipotesis
38
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penskalaan Data
Data yang diperoleh menggunakan instrumen penelitian seperti
kuesioner masih merupakan data respon atau data skor yang tidak
memberikan arti yang signifikan. Hal ini dikarenakan data respon atau
data skor tersebut hanya menunjukkan sikap terhadap obyek yang
diukur. Seperti pada penelitian ini menggunakan model skala likert
dengan lima respon yaitu Sangat Tidak Setuju (STS) = 1, Tidak Setuju
(TS) = 2, Netral (N) = 3, Setuju (S) = 4, dan Sangat Setuju (SS) = 5.
Oleh karena itu, diperlukan penskalaan agar dapat dilakukan analisis
statisik dengan hasil yang diperoleh dapat memberikan arti terhadap
obyek yang diukur.
Perhitungan penskalaan menggunakan Summated Ratings Scale
untuk item 1 dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Perhitungan Skala untuk Item 1
Kategori 1 2 3 4 5
Frekuensi 1 8 47 38 3
Proporsi 0.0103 0.0824 0.4845 0.3917 0.0311
Proporsi
Kumulatif 0.0103 0.0927 0.5772 0.9689 1
MPK 0.0051 0.0515 0.3350 0.7731 0.9845
Z -2.5652 -1.6300 -0.4260 0.7494 2.158
Skala 0 0.9352 2.1392 3.3146 4.7232
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa transformasi dari
skor ke skala dengan pembulatan 2 angka di belakang koma seperti
pada item 1 skor 1 berubah menjadi 0, skor 2 berubah menjadi 0.94,
skor 3 berubah menjadi 2.14, skor 4 berubah menjadi 3.31, dan skor 5
berubah menjadi 4.72. Perhitungan penskalaan ini dilakukan pada
tiap-tiap item. Tahap perhitungan penskalaan untuk item 2 sampai
item 54. Data penelitian yang telah ditransformasi ke dalam bentuk
skala secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.
4.2 Analisis SEM dengan Pendekatan WarpPLS
Data yang digunakan untuk analisis berupa data hasil
penskalaan dari data kuesioner yang merupakan transformasi skor ke
40
skala menggunakan metode Summated Ratings Scale. Berikut hasil
analisis SEM dengan pendekatan WarpPLS :
4.2.1 Uji Asumsi Linieritas Inner Model
Analisis SEM dengan pendekatan WarpPLS memiliki
persamaan dengan PLS yaitu tidak memiliki asumsi yang ketat.
Asumsi hanya terkait dengan inner model, yaitu inner model harus
linier sehingga diperlukan uji linieritas inner model terlebih dahulu.
Hasil uji linieritas inner model dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2 Hasil Uji Linieritas
Variabel p-value Keterangan
Attitude → Intensi
Berwirausaha 0.00 Signifikan
Dukungan → Intensi
Berwirausaha 0.00 Signifikan
Role Model → Intensi
Berwirausaha 0.00 Signifikan
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa semua p-value
memiliki nilai < 0.05 sehingga hubungan antara variabel Attitude
terhadap Intensi Berwirausaha, Dukungan terhadap Intensi
Berwirausaha, dan Role Model terhadap Intensi Berwirausaha adalah
linier.
4.2.2 Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model)
1. Evaluasi outer model dengan indikator bersifat reflektif
Agar didapatkan model yang spesifik dengan standar loading
factor, jika terdapat loading factor < 0.5 maka sebaiknya dihilangkan.
Dalam melakukan spesifikasi model ulang dapat dilakukan dengan
cara mengeleminasi indikator-indikator dari model.
a. Validitas Konvergen
Nilai loading untuk variabel intensi berwirausaha pada masing-
masing konstruk terdapat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Nilai Loading
Indikator Nilai Loading p-value Keterangan
X1.1 0.618 <0.001 Valid
X1.2 0.677 <0.001 Valid
X1.3 0.799 <0.001 Valid
X1.4 0.794 <0.001 Valid
X1.5 0.674 <0.001 Valid
41
Tabel 4.3 Lanjutan
X1.6 0.740 <0.001 Valid X1.7 0.213 0.003 Valid X1.8 0.631 <0.001 Valid X1.9 0.798 <0.001 Valid X1.10 0.834 <0.001 Valid X1.11 0.620 <0.001 Valid X1.12 0.782 <0.001 Valid X2.1 0.829 <0.001 Valid X2.2 0.799 <0.001 Valid X2.3 0.744 <0.001 Valid X2.4 0.739 <0.001 Valid X2.5 0.418 <0.001 Valid X3.1 0.901 <0.001 Valid X3.2 0.829 <0.001 Valid X3.3 0.920 <0.001 Valid X3.4 0.908 <0.001 Valid
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa semua variabel
dengan indikator bersifat reflektif diperoleh hasil yang valid. Jadi
pengujian variabel laten terhadap indikator dalam penelitian ini
mampu dipahami dengan baik.
b. Validitas Diskriminan
Pengujian validitas diskriminan dapat dilihat dari nilai AVE.
Nilai AVE berdasarkan persamaan 2.16 diperoleh hasil seperti pada
Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Nilai AVE
Variabel Sifat
Indikator AVE Keterangan
Attitude Reflektif 0.490 Tidak Valid
Dukungan Reflektif 0.520 Valid
Role Model Reflektif 0.792 Valid
Intensi
Berwirausaha Formatif - -
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai AVE ≥ 0.5,
hal ini menunjukkan bahwa indikator pada variabel Dukungan dan
Role Model mampu menjelaskan variabel laten Intensi Berwirausaha
dengan baik, sedangkan variabel Attitude diketahui kurang baik dalam
menjelaskan variabel Intensi Berwirausaha.
42
c. Composite Reliability
Nilai composite reliability untuk variabel intensi berwirausaha
berdasarkan persamaan 2.17 dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut
Tabel 4.5 Nilai Composite Reliability
Variabel Sifat Indikator Composite
Reliability
Attitude Reflektif 0.916
Dukungan Reflektif 0.839
Role Model Reflektif 0.938
Intensi
Berwirausaha Formatif -
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai composite
reliability ≥ 0.7, hal ini menunjukkan bahwa semua indikator memiliki
reliabilitas yang baik terhadap variabel latennya.
2. Evaluasi outer model dengan indikator bersifat formatif
Evaluasi outer model dengan indikator yang bersifat formatif
dievaluasi berdasarkan nilai pembobotnya (weight). Nilai pembobot
untuk variabel yang bersifat formatif dapat dilihat pada Tabel 4.6
Tabel 4.6 Nilai Weight
Variabel Indikator Weight P-value
Intensi
Berwirausaha
Y1.1 0.237 <0.001
Y1.2 0.237 <0.001
Y1.3 0.237 <0.001
Y1.4 0.237 <0.001
Y1.5 0.237 <0.001
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pada variabel Intensi
Berwirausaha terdapat 5 indikator dan dari ke-5 indikator tersebut
semua indikator memiliki dominansi yang sama dalam membentu
variabel Intensi Berwirausaha.
4.2.3 Evaluasi Model Struktural (Inner Model)
Inner Model dievaluasi dengan melihat nilai Goodness of Fit
Model. Nilai Goodness of Fit Model dapat dilihat pada Tabel 4.7
berikut :
43
Tabel 4.7 Model Fit and Quality Indices
Model Fit and Quality
Indices Kriteria Fit Nilai
Average R-squared (ARS) p-value < 0.05 0.639, P<0.001
Average Ajusted R-Squared
(AARS) p-value < 0.05 0.628, P<0.001
Q Square p-value < 0.05 0.643, P<0.001
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai ARS sebesar
0.639, hal ini menunjukkan bahwa model cukup baik, yaitu mampu
menjelaskan Intensi Berwirausaha mahasiswa sebesar 63,9%.
Sedangkan sisanya 36,1% dijelaskan oleh variabel lain yang belum
masuk ke dalam model dan error. Sedangkan nilai Q square sebesar
0.643 menunjukkan bahwa model memiliki prediksi yang relevan
baik.
4.2.4 Pengujian Hipotesis
1. Outer Model
Pengujian dilakukan menggunakan uji t, dengan hipotesis
statistik sebagai berikut :
H0 : λi = 0 vs. H1 : λi ≠ 0
Berdasarkan persamaan 2.18 diperoleh hasil seperti pada Tabel
4.8 berikut :
Tabel 4.8 Nilai p-value dari Uji Hipotesis pada Outer Model
Variabel Indikator Loadings P-value
Attitude
X1.1 0.618 <0.001
X1.2 0.677 <0.001
X1.3 0.799 <0.001
X1.4 0.794 <0.001
X1.5 0.674 <0.001
X1.6 0.740 <0.001
X1.7 0.213 0.003
X1.8 0.631 <0.001
X1.9 0.798 <0.001
X1.10 0.834 <0.001
X1.11 0.620 <0.001
X1.12 0.782 <0.001
44
Tabel 4.8 Lanjutan
Dukungan
X2.1 0.829 <0.001
X2.2 0.799 <0.001
X2.3 0.744 <0.001
X2.4 0.739 <0.001
X2.5 0.418 <0.001
Role Model
X3.1 0.901 <0.001
X3.2 0.829 <0.001
X3.3 0.920 <0.001
X3.4 0.908 <0.001
Intensi
Berwirausaha
Y1 0.768 <0.001
Y2 0.855 <0.001
Y3 0.919 <0.001
Y4 0.826 <0.001
Y5 0.846 <0.001
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa semua indikator
memiliki p-value ≤ 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa semua indikator
dipandang dapat digunakan sebagai instrumen pengukur variabel
laten.
2. Inner Model
Hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut :
Pengaruh variabel laten eksogen terhadap endogen
H0 : γ i = 0 vs. H1 : γ i ≠ 0
Pengaruh variabel laten endogen terhadap endogen
H0 : βi = 0 vs. H1 : βi ≠ 0
Hasil pengujian hipotesis pada inner model dapat dilihat pada Tabel
4.9 berikut :
Tabel 4.9 Nilai p-value dari Uji Hipotesis pada Inner Model
Path Coefficient p-value
Attitude → Intensi
Berwirausaha 0.812 <0.001
Dukungan*Attitude →
Intensi Berwirausaha -0.048 0.374
Role Model*Attitude →
Intensi Berwirausaha 0.064 0.334
Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh hasil pengujian hipotesis
sebagai berikut :
1. Pengaruh variabel Attitude terhadap variabel Intensi
Berwirausaha mempunyai koefisien jalur sebesar 0.812 dengan
45
p-value < 0.001. Dapat dikatakan bahwa hipotesis variabel
Attitude berpengaruh terhadap variabel Intensi Berwirausaha
diterima atau terverifikasi secara empiris. Koefisien jalur
bertanda positif, menunjukkan bahwa semakin baik Attitude
maka Intensi Berwirausaha mahasiswa akan meningkat.
2. Variabel Dukungan sebagai moderasi pengaruh Attitude
terhadap Intensi Berwirausaha mempunyai koefisien jalur
sebesar -0.048 dengan p-value = 0.374. Dapat disimpulkan
bahwa nilai koefisien jalur pengaruh interaksi
(Dukungan*Attitude) adalah tidak signifikan.
3. Variabel Role Model sebagai moderasi pengaruh Attitude
terhadap Intensi Berwirausaha mempunyai koefisien jalur
sebesar 0.064 dengan p-value = 0.334. Dapat disimpulkan
bahwa nilai koefisien jalur pengaruh interaksi (Role
Model*Attitude) adalah tidak signifikan.
Hasil Pengujian hipotesis juga dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.1 Diagram Jalur Hasil Pengujian Hipotesis
Gambar tersebut menunjukkan bahwa variabel Attitude
berpengaruh signifikan terhadap Intensi Berwirausaha. Sedangkan
variabel Dukungan dan Role Model sebagai moderasi cenderung tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Intensi
Berwirausaha memberikan makna bahwa sikap walaupun telah
diiringi oleh dukungan dan adanya seseorang sebagai role model
belum bisa meningkatkan intensi berwirausaha seorang mahasiswa.
X2
X1
X3
Y 0.812
(P<.001)
-0.048
(P=0.374)
0.064
(P=0.334
) R2=0.64
46
4.2.5 Pengaruh Antar Variabel Penelitian
Hubungan langsung yang terjadi antara variabel laten eksogen
dan variabel laten endogen secara lengkap dapat dilihat pada tabel
4.10 berikut :
Tabel 4.10 Pengaruh Antar Variabel Laten
Variabel Laten Pengaruh
Langsung p-value
Attitude → Intensi Berwirausaha 0.812 <0.001
Dukungan*Attitude → Intensi
Berwirausaha -0.048 0.374
Role Model*Attitude → Intensi
Berwirausaha 0.064 0.334
Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa Attitude
memberikan pengaruh langsung terhadap Intensi Berwirausaha
sebesar 0.812. Sedangkan variabel Dukungan dan Role Model sebagai
moderasi memberikan pengaruh langsung yang tidak signifikan
dengan tanda negatif sebesar -0.048 dan 0.064.
4.2.6 Pemodelan Intensi Berwirausaha
Pada penelitian ini pemodelan intensi berwirausaha dibentuk
berdasarkan hasil analisis indikator-indikator yang valid digunakan
pada model pengukuran dan variabel-variabel laten yang signifikan
berpengaruh pada model struktural. Berdasarkan hasil evaluasi model
pengukuran, terdapat satu indikator yang tidak valid sehingga tidak
dapat dimasukkan ke dalam model pengukuran. Sedangkan hasil
evaluasi model struktural variabel Dukungan dan Role Model sebagai
moderasi variabel Atitude terhadap Intensi Berwirausaha tidak
memiliki pengaruh yang signifikan.
Dalam penelitian ini model intensi berwirausaha berupa data
yang telah distandarisasi dilambangkan dengan Z yang dibentuk
berdasarkan
a. Model pengukuran variabel laten Attitude (X1) bersifat reflektif ZX1.1 = 0.618X1
ZX1.2 = 0.677X1
ZX1.3 = 0.799X1
ZX1.4 = 0.794X1
ZX1.5 = 0.674X1
ZX1.6 = 0.740X1
ZX1.7 = 0.213X1
47
ZX1.8 = 0.631X1
𝑍X1.9 = 0798X1
ZX1.10 = 0.834X1
ZX1.11 = 0.620X1
ZX1.12 = 0.782X1
keterangan :
X1.1 : kepemimpinan
X1.2 : keinginan menjadi bos
X1.3 : tantangan
X1.4 : pengembangan potensi diri
X1.5 : ekspektasi pendapatan
X1.6 : kesedian menanggung resiko
X1.8 : kebebasan dalam bekerja
X1.9 : kreatif
X1.10 : inovasi
X1.11 : status sosial
X1.12 : kepercayaan diri
b. Model pengukuran variabel laten Dukungan (X2) bersifat reflektif ZX2.1 = 0.829X2
ZX2.2 = 0.799X2
ZX2.3 = 0.744X2
ZX2.4 = 0.739X2
ZX2.5 = 0.418X2
keterangan :
X2.1 : pendidikan kewirausahaan
X2.2 : seminar kewirausahaan
X2.3 : praktik kewirausahaan
X2.4 : dukungan sosial
X2.5 : dukungan lingkungan
c. Model pengukuran variabel laten Role Model (X3) bersifat reflektif ZX3.1 = 0.901X3
ZX3.2 = 0.829X3
ZX3.3 = 0.920X3
ZX3.4 = 0.908X3
keterangan :
X3.1 : sumber inspirasi
X3.2 : tolak ukur kemampuan diri
X3.3 : tuntunan berperilaku
X3.4 : motivator untuk mencapai tujuan
48
d. Model pengukuran variabel laten Intensi Berwirausaha (Y) bersifat
formatif Y = 0.768ZY1 + 0.855ZY2 + 0.919ZY3 + 0.846ZY4 + 0.846ZY5
keterangan :
Y1 : memilih untuk berwirausaha
Y2 : mengidentifikasi peluang wirausaha
Y3 : memanfaatkan peluang wirausaha
Y4 : memulai untuk berwirausaha
Y5 : membuka lapangan kerja
e. Model struktural pengaruh Attitude terhadap Intensi Berwirausaha Y = 0,812 X1
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis SEM dengan pendekatan WarpPLS
menggunakan data hasil transformasi skor ke skala, dari keempat
variabel laten yang digunakan, yaitu Attitude, Dukungan dan Role
Model sebagai moderasi, dan Intensi Berwirausaha hanya terdapat
satu hubungan yang bermakna antar variabel. Hubungan tersebut
menunjukkan hubungan yang bersifat positif, hal ini diperkuat oleh
koefisien jalur yang bernilai positif.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa Attitude akan
meningkatkan Intensi Berwirausaha seorang mahasiswa. Hal ini
sesuai dengan teori yang digunakan karena sikap dari seseorang akan
sangat mempengaruhi intensi atau keinginan seseorang dalam
melakukan suatu perilaku. Sedangkan Dukungan dan Role Model
sebagai moderasi dari Attitude terhadap Intensi Berwirausaha tidak
menunjukkan pengaruh yang signifikan. Hal tersebut tidak sesuai
dengan teori yang digunakan. Dukungan baik melalui dukungan
pendidikan, sosial maupun lingkungan disertai dengan adanya sikap
seharusnya dapat meningkatkan intensi mahasiswa dalam
berwirausaha. Begitu pun dengan Role Model, dengan adanya
seseorang yang menjadi panutan disertai dengan sikap seharusnya
dapat meningkatkan intensi seorang mahasiswa dalam berwirausaha.
Tetapi dalam hasil analisis mengatakan sebaliknya, jadi dapat
dikatakan bahwa Dukungan dan Role Model sebagai moderasi dari
variabel Attitude tidak semerta mampu meningkatkan intensi seorang
mahasiswa dalam berwirausaha.
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya terdapat satu
hubungan yang bermakna antar variabel. Variabel Attitude
memberikan pengaruh langsung terhadap Intensi Berwirausaha
dengan pengaruh bersifat positif dan sebesar 0.812. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin baik Attitude seorang mahasiwa
dapat meningkatkan intensi ahasiwa tersebut dalam
berwirausaha. Sedangkan variabel Dukungan dan Role Model
sebagai moderasi dari Attitude tidak memberikan pengaruh yang
bermakna terhadap Intensi Berwirausaha. Sehingga dalam
analisis penelitian ini, sikap seorang mahasiswa disertai dengan
dukungan yang besar dan besarnya role model tidak semerta
dapat meningkatkan intensi mahasiswa tersebut dalam
berwirausaha.
2. Pemodelan yang didapatkan dari hasil analisis data penskalaan
terbentuk satu model struktural, yaitu model struktural pengaruh
variabel laten Attitude terhadap Intensi Berwirausaha. Berikut
adalah model struktural yang didapat :
5.2 Saran
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah
Structural Equation Model (SEM) dengan pendekatan WarpPLS
untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi intensi
berwirausaha. Saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu dapat
menambahkan variabel laten lain yang mempengaruhi intensi
berwirausaha, seperti perceived desirability, perceived feasibility,
dan sebagainya. Selain itu juga dapat memodifikasi model yang telah
ada dalam penelitian ini yaitu dengan menjadikan moderasi sebagai
mediasi. Saran lain untuk penelitian selanjutnya juga dapat
menggunakan analisis SEM lainnya seperti Generalized Structured
Component Analysis (GSCA).
50
51
DAFTAR PUSTAKA
Adhitama, P.P. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat
Berwirausaha (Studi Kasus Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UNDIP Semarang). Skripsi.
Ahmadi, A. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta.
Ajzen, I. 2005. Attitudes, Personality and Behavior. New York. USA:
Open University Press
Akdon dan Riduwan. 2005. Rumus dan Data dalam Aplikasi
Statistika. Bandung : Alfabeta.
Anastasi, A. dan Susana, U. 1997. Psychological Testing. New Jersey
: Prentice Hall Inc.
Azwar, S. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Badan Pusat Statistik. 2016.
Chaplin, J.P. 2004. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Eagly, A. H. dan Chaiken, S. 1993. The Psychology of Attitudes. Fort
Worth. TX: Harcout Brace Jovanovitch.
Efrata, T. 2016. Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Minat
Berwirausaha : Mediasi Perceived Desirability, Mediasi
Perceived Feasibility dan Moderasi Model Peran. Disertasi.
Program Doktor Ilmu Manajemen Pascasarjana Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.
Fishbein dan Ajzen. 1975. Belief, Attitude, Intentions and Behavior:
an introduction to theory and research. California: Addison-
Wesley Publishing Company, Inc.
52
Fornell, C. dan Bookstein, F. 1982. Two Structural Equation Models
: LISREL and PLS Applied to Consumer Exit-Voice Theory.
Journal Marketing Research.
Gronlund, N.E. and Linn, R.L. 1990. Measurement and Evaluation in
Teaching 6th Edition. New York : Macmillan Publishing
Company.
Krech, D. Crutchfield, R. S. dan Ballachey, E. 1962. Individual in
Society. a Textbook of Social Psycology. San Fransisco : Mc
Graww Hill Book Company.
Levy, P.S. dan Lemeshow, S. 1999. Sampling of Populations:
Methods and Applications, 4th Edition. WILEY.
McClelland, D. 1976. The Achievement Motive. Irvington : Publisher,
Inc. New York.
Riduwan. 2009. Dasar-dasar Statistika. Bandung : ALFABETA.
Santoso, S. 2010. Statistik Non Parametrik Konsep dan Aplikasi
dengan SPSS. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo
Simamora, B. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Umum.
Solimun. 2010. Analisis Multivariat Pemodelan Struktural Metode
Partial Least Square-PLS. Malang : CV Citra.
Solimun. 2017. Penguatan Confirmatory Research Pemodelan
Persamaan Struktural dengan Pendekatan WarpPLS. Malang :
Laboraturium Statistika UB.
Suara.com. 2016. Jumlah Pengusaha di Indonesia Baru 15% dari
Total Penduduk.
http://www.suara.com/bisnis/2016/05/09/133306/jumlah-
pengusaha-di-indonesia-baru-15-persen-dari-total-penduduk
Diakses tanggal 23 Februari 2017.
53
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kuantitatif. Bandung :
ALFABETA
Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistik Edisi 3 Alih Bahasa:
Bambang Sumantri. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Zimmerer, T.W. dan Scarborough, N..M. 2008. Kewirausahaan dan
Manajemen Usaha Kecil. Jakarta : Salemba Empat.
54