analisis faktor-faktor yang mempengaruhi wajib pajak orang pribadi ...
FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN WAJIB PAJAK …
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN WAJIB PAJAK …
FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN
WAJIB PAJAK BADAN DALAM MEMILIH
TENAGA AHLI PERPAJAKAN
Oleh :
VANIA ISABELLA PAKPAHAN
NIM: 232011090
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
ii
iii
iv
v
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
JalanDiponegoro 52-60
Telp : (0298) 21212, 311881
Telex 22364 ukwsaia
Salatiga 50711 – Indonesia
Fax. (0298) 213433
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertandatangan di bawah ini
Nama : Vania Isabella Pakpahan
NIM : 232011090
Program Studi: AKUNTANSI
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen SatyaWacana
Salatiga
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi,
Judul : Faktor-faktor yang Dipertimbangkan Wajib Pajak Badan
dalam Memilih Tenaga Ahli Perpajakan
Pembimbing : Gustin Tanggulungan, SE., M.Ak
Tanggal diuji : 24 April 2015
Adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan
orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau simbol yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya
sendiri tanpa memberikan pengakuan tanpa penulis aslinya.
Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin
atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya
bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, termasuk pencabutan gelar
kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Salatiga, 1 April 2015
Yang memberi pernyataan
VANIA ISABELLA PAKPAHAN
vi
vii
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat
dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Faktor-faktor
yang Dipertimbangkan Wajib Pajak Badan dalam Memilih Tenaga Ahli
Perpajakan. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai dikarenakan
bantuan, petunjuk, fasilitas, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu,
penulis hendak mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Hari Sunarto, SE, MBA, PhD, selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
2. Bapak Dr. Usil Sis Sucahyo, SE, MBA, selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
3. Ibu Gustin Tanggulungan, SE., M.Ak., selaku dosen pembimbing, yang telah
bersedia menyisihkan waktu dan tenaga untuk membantu dan mendukung
penulis dalam penyelesaian skripsi.
4. Bapak Paskah Ika Nugroho, SE, Msi, selaku wali studi yang telah memberikan
pengarahan kepada penulis dalam menjalani perkuliahan di Fakultas
Ekonomika dan Bisnis.
5. Seluruh staf pengajar FEB-UKSW yang telah memberikan ilmu pengetahuan
kepada penulis selama menempuh studi.
6. Seluruh staf TU FEB-UKSW yang telah membantu penulis dalam
pengurusan persyaratan administrasi selama proses perkuliahan dan skripsi.
7. Keluarga penulis, Mama (Veronica Agus Diana) dan Papa (Denny Emyl
Pakpahan) yang telah bekerja keras agar anak-anaknya dapat memperoleh
gelar Sarjana. Nenek penulis, Yuliatini yang telah merawat sejak kecil dan
juga turut membiayai kebutuhan kuliah. Tidak lupa juga penulis ucapkan
terima kasih kepada adik, Tiopan. Terimakasih karena selalu mendoakan,
membimbing, mengarahkan, dan bersedia mendengar keluh kesah penulis
selama menempuh perkuliahan.
viii
8. Pihak-pihak yang terlibat dalam pengumpulan data, yakni 30 Wajib Pajak
Badan yang ada di Salatiga yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaga
untuk mengisi kuesioner.
9. Teman-teman penulis, terimakasih kepada seluruh teman-teman EGOAL 2011
atas kerjasama dan kebersamaannya selama hampir 4 tahun perkuliahan.
Penulis secara khusus mengucapkan terimakasih kepada Rianita Gabriel
Septiani, selaku teman seperjuangan penulis dalam menyelesaikan skripsi.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang
namanya tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas seluruh doa dan
bantuan yang diberikan kepada penulis baik secara langsung maupun tidak
langsung. Tuhan memberkati.
Salatiga, 1 April 2015
Penulis
ix
Kupersembahkan skripsi ini kepada:
Tuhan Yesus Kristus, atas berkat, kasih dan anugerahNya selama ini
Orangtua, nenek, dan adik penulis untuk doa dan dukungan selama ini
MOTTO
“But Jesus looked at them and said to them: “With men this is
impossible, but with God all things are possible.”
(Matthew 19:26)
“I can do all things through Christ who strengthens me.”
(Philippians 4:13)
“In the day when I cried out, You answered me, and made me bold with
strength in my soul.”
(Psalm 138:3)
x
KATA PENGANTAR
Judul skripsi yang diangkat oleh penulis yaitu Faktor-faktor yang
Dipertimbangkan Wajib Pajak Badan dalam Memilih Tenaga Ahli Perpajakan.
Dalam penelitian ini, penulis hendak meneliti faktor-faktor yang dipertimbangkan
Wajib Pajak Badan dalam memilih tenaga ahli perpajakan dan faktor apa yang
paling dominan dipertimbangkan per segmen. Penulis juga hendak membuktikan
bahwa penguasaan akuntansi termasuk salah satu faktor yang dipertimbangkan.
Objek penelitian adalah Wajib Pajak Badan di Salatiga yang menggunakan tenaga
ahli perpajakan. Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar sarjana jenjang strata
I Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen
Satya Wacana. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dlam skripsi
ini, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan penulisan di masa yang akan datang dari pembaca. Akhir kata, penulis
mengucapkan terimakasih, serta penulis berharap skripsi ini dapat memberi
manfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan.
Salatiga, 1 April 2015
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................. i
Pernyataan Keaslian Skripsi ............................................................................. ii
Halaman Persetujuan / Pengesahan .................................................................. iii
Ucapan Terima Kasih ....................................................................................... iv
Halaman Motto ................................................................................................ vi
Abstract ............................................................................................................ vii
Saripati ............................................................................................................. vii
Kata Pengantar ................................................................................................. viii
Daftar Isi .......................................................................................................... ix
Daftar Gambar .................................................................................................. x
Daftar Tabel .................................................................................................... x
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
TINJAUAN LITERATUR
Kewajiban Perpajakan Wajib Pajak Badan ............................................... 3
Tenaga Ahli Perpajakan di Indonesia ....................................................... 5
Pertimbangan Wajib Pajak Badan dalam Penggunaan Jasa Tenaga
Ahli Perpajakan ......................................................................................... 6
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel ................................................................................. 10
Pengukuran Konsep .................................................................................. 10
Jenis dan Teknik Analisis Data ................................................................. 11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden ........................................................................... 13
Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................................... 14
Analisis Faktor .......................................................................................... 15
Segmentasi ................................................................................................ 18
SIMPULAN, KETERBATASAN, IMPLIKASI TEORITIS DAN SARAN
Simpulan ................................................................................................... 22
Keterbatasan ............................................................................................. 23
Saran ......................................................................................................... 24
xii
Daftar Pustaka .................................................................................................. 25
Daftar Lampiran ............................................................................................... 27
Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... 31
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Component Plot in Rotated Space………………………………... 18
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Definisi Konsep dan Indikator Empirik ............................................. 10
Tabel 2. Karakteristik Reponden...................................................................... 14
Tabel 3. Uji Validitas ....................................................................................... 15
Tabel 4. Uji Reliabilitas ................................................................................... 15
Tabel 5. KMO and Bartlett’s Test .................................................................... 16
Tabel 6. Rotated Component Matrix ................................................................ 16
Tabel 7. Skor Faktor Berdasarkan Jenis Usaha ................................................ 18
Tabel 8. Skor Faktor Berdasarkan Status Usaha .............................................. 19
Tabel 9. Skor Faktor Berdasarkan Manajemen Usaha ..................................... 19
Tabel 10. Skor Faktor Berdasarkan Lama Usaha ............................................. 20
Tabel 11. Skor Faktor Berdasarkan Omzet Usaha per Tahun .......................... 21
Tabel 12. Skor Faktor Berdasarkan Jenis Kelamin Responden ....................... 21
Tabel 13. Skor Faktor Berdasarkan Umur Responden..................................... 22
1
PENDAHULUAN
Wajib Pajak Badan berkewajiban menyelenggarakan pembukuan dan
melaporkan SPT dilengkapi dengan laporan keuangan berupa neraca dan laporan
laba rugi (UU No. 28 Tahun 2007). Besarnya Pajak Penghasilan (PPh) terutang
yang harus dibayar oleh Wajib Pajak Badan yang melakukan pembukuan
diperoleh melalui rekonsiliasi fiskal terhadap laporan keuangan badan.
Rekonsiliasi terjadi karena perbedaan perhitungan menurut pajak dan badan, maka
saat Wajib Pajak melakukan rekonsiliasi fiskal diperlukan pemahaman mengenai
akuntansi pajak (Prabowo, 2013). Pentingnya pembukuan yang mencerminkan
kondisi Wajib Pajak Badan yang sebenarnya dan ketepatan akuntansi pajak dalam
mengisi dan menyampaikan SPT, maka dibutuhkan tenaga ahli perpajakan. Dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 22/PMK.03/2008 tentang Kuasa Pajak, yang
dimaksud tenaga ahli perpajakan ada dua macam yakni konsultan pajak dan
pegawai bidang perpajakan.
Saat Wajib Pajak Badan hendak mengambil keputusan memilih tenaga ahli
perpajakan, ada beberapa tahap yaitu pengenalan kebutuhan dan pencarian
informasi (Kotler dan Armstrong, 2008). Wajib Pajak Badan membutuhkan
tenaga ahli perpajakan yang memiliki sikap peka dan respon terhadap
permasalahan akuntansi dan perpajakan, berhati-hati dalam menghitung pajak,
mampu menjaga rahasia, dan bekerja sesuai kode etik. Selain itu, hasrat untuk
menunjuk tenaga ahli perpajakan dan biaya yang dikeluarkan tenaga ahli
perpajakan juga turut menjadi hal-hal yang dipertimbangkan Wajib Pajak Badan.
Untuk usaha beromzet tidak lebih dari Rp 2,4 Milyar, memilih tenaga ahli
perpajakan dapat didasari oleh motif-motif tertentu. Sedangkan untuk usaha
beromzet sama dengan lebih dari Rp 2,4 Milyar, sudah merupakan kewajiban1.
Menggunakan jasa tenaga ahli perpajakan selain muncul biaya ekstra, ada pula
risiko baru yang harus ditanggung Wajib Pajak Badan. Risiko bahwa tenaga ahli
perpajakan bisa saja tidak dapat bekerja sesuai harapan. Adanya risiko tersebut,
penting bagi perusahaan untuk memilih jasa tenaga ahli perpajakan yang memiliki
loyalitas tinggi.
1 Menteri Keuangan Republik Indonesia, PMK Nomor 22/PMK.03/2008 tentang Kuasa Pajak
2
Untuk menjaga loyalitas dan memperkecil risiko, Wajib Pajak Badan
sebagai konsumen pasti mencari informasi sebelum mengambil keputusan
pembelian. Informasi yang harus diketahui meliputi reputasi dan latar belakang
pendidikan. Tenaga ahli perpajakan yang terkenal memiliki reputasi bagus akan
kinerjanya serta memiliki latar belakang pendidikan dibidang akuntansi, memiliki
sertifikat brevet, dan telah lulus Ujian Sertifikasi Konsultan Pajak (USKP), tentu
akan lebih menarik Wajib Pajak Badan untuk mempekerjakan mereka.
Penggunaan jasa tenaga ahli perpajakan juga muncul dari dorongan untuk
mencari kepraktisan. Hal ini biasanya terjadi pada Wajib Pajak Badan yang sudah
menguasai akuntansi usahanya, namun ingin lebih mudah dalam mengurus
masalah perpajakan. Wajib Pajak Badan yang tidak terlalu pandai dalam akuntansi
akan menggunakan jasa tenaga ahli perpajakan untuk membantu mereka mengurus
masalah akuntansi dan perpajakan.
Latar belakang yang telah diuraikan diatas membuat peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang Faktor-faktor yang Dipertimbangkan Wajib Pajak
Badan dalam Memilih Tenaga Ahli Perpajakan. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Selly (2010) adalah peneliti
menambahkan segmentasi dalam penelitian ini untuk memasarkan jasa tenaga ahli
perpajakan secara tepat. Dalam penelitian sebelumnya, diketahui hasil kinerja
menjadi faktor yang dominan dipertimbangkan oleh Wajib Pajak. Data-data yang
diperoleh juga tidak melalui uji reliabilitas dan validitas. Dalam penelitian ini,
peneliti juga menambahkan pengetahuan akuntansi dan latar belakang pendidikan
sebagai indikator. Segmentasi Wajib Pajak Badan dibagi menjadi jenis usaha,
status usaha, manajemen usaha, lama usaha, dan omzet usaha. Hal ini dilakukan
untuk memperoleh faktor yang dominan dipertimbangkan untuk masing-masing
kelompok segmen.
Penelitian ini dilakukan karena peneliti melihat adanya hubungan erat
antara akuntansi dan perpajakan. Pengetahuan akuntansi yang dimiliki oleh Wajib
Pajak Badan menjadi salah satu faktor yang seharusnya dipertimbangkan
mengingat adanya kewajiban untuk melakukan pembukuan dan atau pencatatan
sesuai Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 pasal 28 ayat 11. Faktor lainnya
3
yang memiliki hubungan akuntansi dan perpajakan adalah latar belakang
pendidikan. Untuk menjadi jasa tenaga ahli perpajakan, syarat pendidikan formal
terakhir yang harus ditempuh adalah minimal Strata 1 (S-1) atau Diploma IV (D-
IV) dari jurusan perpajakan atau akuntansi. Persoalan yang ingin dibahas dalam
penelitian ini adalah faktor apakah yang dominan dipertimbangkan oleh masing-
masing segmen Wajib Pajak Badan di Salatiga. Selain itu, apakah akuntansi
terbukti menjadi salah satu hal yang dipertimbangkan?.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor yang dipertimbangkan
dan dominan dipertimbangkan oleh tiap-tiap segmen usaha Wajib Pajak Badan
dalam memilih tenaga ahli perpajakan. Wajib Pajak Badan di Salatiga ini akan
disegmentasi berdasarkan jenis usaha, status usaha, manajemen usaha, lama usaha,
dan omzet usaha. Selain itu, peneliti ingin mengetahui apakah akuntansi termasuk
faktor yang dipertimbangkan oleh Wajib Pajak Badan dalam memilih tenaga ahli
perpajakan. Wajib Pajak Badan di Salatiga menjadi objek penelitian karena belum
pernah ada penelitian mengenai faktor yang dipertimbangkan dalam memilih
tenaga ahli perpajakan dengan melakukan segmentasi.
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi peneliti
dengan memperoleh informasi mengenai faktor yang dipertimbangkan dan
dominan dipertimbangkan oleh Wajib Pajak Badan dalam memilih tenaga ahli
perpajakan. Bagi calon tenaga ahli perpajakan, diharapkan hasil penelitian ini
mampu menambah informasi agar dapat meningkatkan kompetensi di bidang
perpajakan sesuai segmentasi. Sehingga, para calon tenaga ahli perpajakan dapat
menawarkan jasa pada klien yang tepat. Hasil penelitian diharapkan mampu
memberi kontribusi pada lembaga pendidikan dalam menyusun materi untuk
mempersiapkan tenaga ahli perpajakan. Diharapkan pula agar akademisi dapat
menambah wawasan dan dapat mengembangkan penelitian ini.
TINJAUAN LITERATUR
Kewajiban Perpajakan Wajib Pajak Badan
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
4
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
(UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 angka 2). Badan adalah
sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Badan
Usaha Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi
koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan
lainnya, termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap (UU
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pasal 1 angka 3). Dari pengertian
diatas, dapat disimpulkan bahwa Wajib Pajak Badan merupakan sekumpulan
orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha
Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi koperasi,
dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi
sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya,
termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap, yang mempunyai hak
dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Menurut Prabowo (2013), Wajib Pajak memiliki kewajiban terkait
perpajakan yaitu: (1) mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak untuk
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), (2) menyelenggarakan
pembukuan yang diatur dalam Ketentuan Undang-undang Perpajakan (KUP) pasal
28 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007, (3) kewajiban membayar atau
menyetor pajak, (4) mengisi dan menyampaikan SPT, dan yang terakhir (5)
menaati pemeriksaan pajak. Kewajiban Wajib Pajak Badan bertambah dengan
keluarnya aturan baru Menteri Keuangan No. 22 tahun 2008 tentang Persyaratan
serta Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Seorang Kuasa Perpajakan. Aturan tersebut
menyebutkan bahwa Wajib Pajak Badan beromzet lebih dari Rp 2,4 milyar wajib
5
menggunakan jasa Konsultan Pajak resmi sebagai kuasa dalam melaksanakan hak
dan kewajiban perpajakan.
Tenaga Ahli Perpajakan di Indonesia
Tenaga ahli perpajakan yang berkompeten dan paham betul seluk-beluk
perpajakan semakin banyak dibutuhkan seiring perpajakan yang selalu
berkembang (Selly, 2010). Menurut Taslim (2007) dalam Sari (2010), terdapat dua
macam tenaga ahli perpajakan di Indonesia:
1. Konsultan Pajak
Konsultan Pajak adalah orang yang memberikan jasa konsultasi perpajakan
kepada Wajib Pajak dalam rangka melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban
perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan
(Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.03/2014 Pasal 1). Menurut Rozak
(2006) dalam Sari (2010), jasa-jasa yang diberikan Konsultan Pajak kepada Wajib
Pajak adalah: (1) jasa perencanaan pajak, (2) jasa konsultasi pajak, (3) jasa
pengisian SPT Perpajakan, (4) jasa pendamping pemeriksaan pajak, (5) jasa
penanganan kasus perpajakan, dan (6) jasa review catatan atau pembukuan.
Setiap orang perseorangan yang akan menjadi Konsultan Pajak harus
memenuhi persyaratan seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 111/PMK.03/2014 Pasal 2 tentang Persyaratan Konsultan Pajak. Untuk
menjadi seorang Konsultan Pajak, salah satu syaratnya adalah memiliki sertifikat
Konsultan Pajak. Untuk memperoleh sertifikat Konsultan Pajak, seseorang harus
(1) memiliki ijazah Strata 1 (S-1) atau Diploma IV (D-IV) program studi
perpajakan dari perguruan tinggi yang ditetapkan oleh Panitia Penyelenggara
Sertifikasi Konsultan Pajak; (2) lulus ujian Sertifikasi Konsultan Pajak; atau (3)
mengikuti kegiatan penyetaraan tingkat sertifikasi bagi pensiunan pegawai
Direktorat Jenderal Pajak. Seperti dikutip dari situs resmi Ikatan Konsultan Pajak
Indonesia (IKPI), untuk menjadi anggota IKPI pun juga diperlukan ijazah terakhir
dan brevet Konsultan Pajak atau piagam penghargaan bagi pensiunan Ditjen Pajak.
Konsultan Pajak diharuskan untuk selalu memberikan masukan mengenai
prinsip-prinsip dan perencanaan pajak kepada klien agar dapat mengoptimalkan
6
kepatuhan klien terhadap undang-undang dan peraturan pajak yang berlaku.
Konsultan Pajak merupakan profesi yang fee oriented, sehingga setiap
perkembangan, kegiatan, perencanaan, kasus, sengketa maupun dampak atas
perubahan kebijakan perpajakan yang terjadi dilakukan berdasarkan motif untuk
menghasilkan fee secara optimal. (Selly, 2010)
2. Pegawai Bidang Perpajakan
Pegawai bidang perpajakan dituntut memiliki keterampilan atau keahlian di
bidang akuntansi dan perpajakan. Profesi ini tidak hanya bertugas mengurusi
perpajakan saja, melainkan juga harus berhubungan dengan akuntansi (Sari, 2010).
Menurut Selly (2010), pegawai bidang perpajakan diharapkan memiliki kualifikasi
teknis tertentu untuk melaksanakan seluruh kewajiban dan kepatuhan perpajakan,
memberikan analisa atas setiap permasalahan perpajakan yang terjadi, serta
menginformasikan dampak dari setiap perubahan tersebut kepada perusahaan
tempat mereka bekerja. Latar belakang pendidikan seorang pegawai bidang
perpajakan tidak harus lulusan bidang perpajakan dan tidak diperlukan sertifikasi
khusus, namun tetap kompeten dalam mengelola pajak perusahaan.
Pertimbangan Wajib Pajak Badan dalam Penggunaan Jasa Tenaga Ahli
Perpajakan
Konsumen membeli jasa untuk memuaskan berbagai keinginan dan
kebutuhan mereka. Ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi mengapa
seseorang (konsumen) membeli suatu produk jasa untuk memenuhi keinginan dan
kebutuhannya (Kristianto, 2011). Selly (2010) meneliti sembilan faktor yang
diduga mempengaruhi Wajib Pajak dalam membuat keputusan menggunakan jasa
tenaga ahli pajak:
(1) Informasi tenaga ahli pajak
Ketika seorang Wajib Pajak memutuskan untuk menggunakan jasa tenaga ahli
perpajakan baik itu merupakan Konsultan Pajak maupun mengangkat pegawai
bidang perpajakan atau menggunakan jasa keduanya, seorang Wajib Pajak akan
mempertimbangkan keputusan berdasarkan rekomendasi orang lain yang juga
telah menggunakan jasa tenaga ahli perpajakan. Semakin banyak informasi yang
7
didapat dari rekomendasi orang lain tentang tenaga ahli pepajakan baik
kompetensi maupun reputasi, maka Wajib Pajak semakin mudah dalam
mempertimbangkan penggunaan jasa tenaga ahli perpajakan. Pengalaman yang
banyak akan membentuk keandalan atau kualitas dari tenaga ahli pajak.
Kompetensi, latar belakang pendidikan konsultan pajak yang diharuskan minimal
Strata 1 di bidang perpajakan (PMK Nomor 111/PMK.03/2014 Pasal 1) dan
wawasan akuntansi akan menjadi tolak ukur reputasi tenaga ahli pajak di mata
masyarakat.
(2) Motivasi Wajib Pajak
Menurut Kotler dan Armstrong (2008), motivasi terbentuk dari kebutuhan
dengan dorongan kuat untuk mencari kepuasan. Abraham Maslow
mengungkapkan sebuah hierarki kebutuhan manusia. Kebutuhan ini meliputi
kebutuhan fisiologis, keselamatan, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri.
Sebagai contoh, Wajib Pajak Badan memilki hasrat untuk menunjuk tenaga ahli
perpajakan dengan biaya sesuai kemampuan. Sehingga, perlu mencari informasi
mengenai reputasi tenaga ahli perpajakan. Wajib Pajak Badan juga butuh rasa
aman sehingga memilih tenaga ahli perpajakan yang memiliki sikap kepekaan dan
respon terhadap permasalahan, mampu bersikap hati-hati dan menjaga rahasia,
serta bekerja sesuai kode etik. Sedangkan menurut Selly (2010), motivasi terkuat
yang dimiliki oleh seorang Wajib Pajak dalam mempertimbangkan keputusan
menggunakan jasa tenaga ahli pajak untuk mengurusi masalah perpajakan. Biaya
merupakan faktor yang menjadi motif Wajib Pajak dalam pengambilan keputusan.
Wajib Pajak akan membandingkan antara biaya dengan hasil kinerja dari tenaga
ahli pajak.
(3) Persepsi Wajib Pajak
Persepsi menurut Kotler dan Armstrong (2008) adalah proses di mana orang
memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk
gambaran. Sedangkan, persepsi menurut Selly (2010) merupakan cara pandang
seseorang terhadap situasi yang dihadapinya. Pengalaman masa lalu, rangsangan
dari lingkungan sekitar dan kondisi seseorang mempengaruhi persepsi dalam
memutuskan yang menurut pribadi masing-masing baik adanya. Masyarakat pada
8
umumnya menilai bahwa pajak merupakan permasalahan yang kompleks dan sulit
untuk dihadapi. Saat ini, pajak masih dianggap sebagai suatu beban yang harus
dibayar dengan harga yang mahal oleh Wajib Pajak. Wajib Pajak menilai akan
lebih efektif jika perpajakan yang mereka anggap sebagai urusan yang kompleks
itu dikerjakan oleh orang yang benar-benar berkompeten di bidangnya.
(4) Pembelajaran Wajib Pajak
Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang yang
timbul dari pengalaman (Kotler dan Armstrong, 2008). Menurut Selly (2010),
belajar merupakan aktivitas yang dilakukan secara terus menerus dalam kehidupan
manusia. Perubahan aturan perpajakan yang ada menjadikan Wajib Pajak harus
selalu belajar hal baru dalam dunia perpajakan. Semakin Wajib Pajak memiliki
kemauan untuk belajar tentang perpajakan, maka akan semakin mengerti seluk-
beluk perpajakan itu sendiri dan tenaga ahli pajak dapat dijadikan wadah mereka
bertanya dan belajar perpajakan. Dengan demikian, semakin Wajib Pajak memiliki
pengetahuan dan penguasaan di bidang perpajakan dan akuntansi, maka akan
dengan mudah menunjuk tenaga ahli pajak yang akan digunakannya dalam
membantu menangani masalah perpajakannya.
(5) Kepribadian Wajib Pajak
Kepribadian setiap orang yang berbeda-beda mempengaruhi perilaku
pembeliannya (Kotler dan Armstrong, 2008). Wajib Pajak yang memiliki
kepribadian yang perfectionist dan memiliki kepribadian extrovert, mungkin akan
lebih memilih menggunakan Konsultan Pajak yang dinilai memiliki
profesionalitas yang tinggi. Sedangkan Wajib Pajak yang cenderung memiliki
pribadi lebih fleksibel dan introvert mungkin akan mengambil keputusan
penggunaan jasa tenaga ahli perpajakan sesuai kebutuhan dan situasi lingkungan
yang sedang dihadapi mereka (Selly, 2010).
(6) Tingkah laku Wajib Pajak
Tingkah laku merupakan sikap yang ditunjukkan seseorang ketika mereka
bertindak untuk memutuskan sesuatu dalam permasalahan yang dihadapi. Wajib
Pajak dalam menentukan keputusan penggunaan tenaga ahli perpajakan dapat
dikarenakan kecenderungan sikap manusia yang saat ini lebih memilih untuk lebih
9
instant atau mencari kepraktisan. Selain itu, banyaknya Wajib Pajak Badan yang
menggunakan jasa tenaga ahli perpajakan membentuk sebuah trend di dunia bisnis
dimana hal ini turut menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan.
(7) Kepercayaan dan komitmen
Kepercayaan dan komitmen merupakan dua pengertian yang saling terkait,
yang mempengaruhi hubungan antara pemasok dan pelanggan (Gounaris, 2005).
Hasil pembelajaran dan tindakan yang dilakukan oleh seseorang akan memperoleh
suatu kepercayaan dan akan mempengaruhi tingkah laku terhadap komitmen.
Wajib Pajak menilai bahwa tenaga ahli pajak khususnya konsultan pajak akan taat
pada kode etik dalam menjalankan pekerjaan mereka. Tenaga ahli pajak yang peka
adanya permasalahan perpajakan akan selalu bersikap hati-hati dalam
menyelesaikan urusan perpajakan Wajib Pajak. Kepercayaan yang diberikan oleh
Wajib Pajak tentu sudah semestinya digunakan oleh para tenaga ahli pajak untuk
bekerja secara baik sehingga memiliki komitmen profesionalisme yang tinggi
dalam memberikan jasa mereka. Secara tidak langsung, hal tersebut akan
berdampak pada loyalitas para tenaga ahli pajak. Loyalitas tenaga ahli perpajakan
kepada Wajib Pajak yang menggunakan jasa mereka akan menjadikan mereka
lebih menjaga rahasia klien, sehingga kepercayaan dan komitmen antara Wajib
Pajak dan tenaga ahli perpajakan akan semakin kuat. (Selly, 2010)
(8) Risiko
Risiko adalah dampak atau konsekuensi yang akan diperoleh dalam setiap
pengambilan keputusan. Risiko akan selalu dibuat seminimal mungkin unuk
menghindari dampak kerugian yang besar. Wajib Pajak pasti akan terlebih dahulu
mempertimbangkan risiko jika tenaga ahli pajak yang akan mereka gunakan tidak
mampu bekerja sesuai harapan. Risiko lain yang menjadi pertimbangan adalah
munculnya risiko pemeriksaan pajak.
(9) Hasil
Hasil merupakan output dari penggunaan jasa yang menunjukkan tingkat
kepuasan. Hasil akan dinilai dengan tingkat kesesuaian dengan apa yang
diharapkan. Hasil yang sesuai harapan akan mengarah pada perasaan netral, hasil
yang melebihi harapan akan mengarah pada kepuasan, sedangkan hasil yang tidak
10
sesuai harapan akan mengarah pada ketidakpuasan. Putusan Wajib Pajak akan
menggunakan jasa tenaga ahli perpajakan atau tidak akan dilihat dari hasil kinerja
tenaga ahli perpajakan.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Peneliti memperoleh informasi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Salatiga bahwa terdapat 5.382 populasi Wajib Pajak Badan terdaftar di KPP
Pratama Salatiga. Wajib Pajak Badan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
seluruh Badan baik yang beromzet kurang atau lebih dari Rp 2,4 Milyar. Jumlah
populasi Wajib Pajak Badan yang menggunakan jasa tenaga ahli perpajakan
sendiri tidak dapat diketahui oleh peneliti. Penentuan sampel dilakukan dengan
teknik accidental/convenience sampling, siapapun Wajib Pajak Badan di Salatiga
yang menggunakan tenaga ahli perpajakan secara kebetulan bertemu peneliti akan
dijadikan sampel dengan jumlah minimum 30.
Pengukuran Konsep
Pengukuran konsep dilakukan terhadap kesembilan konsep yang menjadi
faktor berpengaruh dalam memilih tenaga ahli perpajakan. Kesembilan konsep
tersebut akan diukur menggunakan skala Likert dari skala 1 (Sangat Tidak Setuju)
sampai 4 (Sangat Setuju). Peneliti menjabarkan kesembilan konsep tersebut dalam
tabel Definisi Konsep dan Indikator Empirik berikut:
Tabel 1. Definisi Konsep dan Indikator Empirik
Konsep Definisi Indikator empiris
Informasi
tenaga ahli
perpajakan
Keterangan yang diperoleh dari
berbagai sumber mengenai tenaga ahli
perpajakan yang digunakan wajib
pajak badan untuk pengambilan
keputusan apakah akan menggunakan
jasa tenaga ahli perpajakan tertentu
atau tidak. (Selly, 2010)
Reputasi tenaga ahli perpajakan.
Informasi kompetensi tenaga ahli perpajakan.
Pengalaman kerja tenaga ahli perpajakan.
Informasi kualitas kerja tenaga ahli perpajakan.
Keandalan tenaga ahli perpajakan.
Wawasan akuntansi tenaga ahli perpajakan.
Latar belakang pendidikan tenaga ahli perpajakan.
Motivasi
wajib pajak
Dasar yang menjadi alasan wajib pajak
badan baik berasal dari internal
maupun eksternal untuk mengambil
suatu tindakan. (Selly, 2010)
Kebutuhan dan keinginan wajib pajak badan saat
memilih tenaga ahli perpajakan.
Biaya yang akan dikeluarkan wajib pajak badan
untuk memperoleh jasa tenaga ahli perpajakan.
Keinginan membayar pajak serendah mungkin
11
Persepsi
wajib pajak
Gambaran yang dimiliki oleh wajib
pajak badan terkait dengan perpajakan
yang terbentuk dari pengalaman
mengurus perpajakan.
Pajak merupakan masalah yang kompleks dan sulit
Pajak merupakan hal yang menakutkan.
Pajak itu mahal dan menjadi beban
Pembelajaran
wajib pajak
Tindakan wajib pajak badan untuk
memahami dan menambah informasi
mengenai perpajakan dan akuntansi
akibat pengalaman terkait perpajakan.
Luasnya pengetahuan Wajib Pajak Badan terkait
perpajakan
Pengusasaan Wajib Pajak Badan mengenai
akuntansi
Kepribadian
wajib pajak
Sikap yang menjadi ciri khas wajib
pajak badan dalam menanggapi
permasalahan perpajakan.
Kesempurnaan hasil kinerja tenaga ahli perpajakan
Tingkah laku
wajib pajak
Perwujudan sikap wajib pajak badan
dalam menanggapi permasalahan
perpajakan. (Selly, 2010)
Kepraktisan dalam mengurus pajak jika
menggunakan tenaga ahli perpajakan.
Penggunaan tenaga ahli perpajakan hanya
mengikuti trend.
Kepercayaan
dan
komitmen
Kepercayaan dan komitmen merupakan
dua pengertian yang saling terkait,
yang mempengaruhi hubungan antara
tenaga ahli perpajakan dan Wajib Pajak
Badan (Gounaris, 2005).
Komitmen profesionalisme tenaga ahli perpajakan.
Loyalitas tenaga ahli perpajakan pada wajib pajak
badan
Ketaatan tenaga ahli perpajakan terhadap kode etik.
Kepekaan respon tenaga ahli perpajakan dalam
mengurus masalah
Kemampuan tenaga ahli perpajakan dalam menjaga
rahasia dan bersikap hati-hati
Risiko Konsekuensi yang akan diterima wajib
pajak badan saat pengambilan
keputusan untuk menggunakan jasa
tenaga ahli perpajakan. (Selly, 2010)
Kemampuan tenaga ahli perpajakan bekerja sesuai
harapan.
Risiko pemeriksaan pajak jika menggunakan jasa
tenaga ahli perpajakan.
Hasil
Output dari penggunaan jasa tenaga
ahli perpajakan yang menunjukkan
tingkat kepuasan. (Selly, 2010)
Faktor hasil yang diperoleh sesuai harapan.
Sumber. Dikembangkan dari berbagai sumber
Jenis dan Teknik Analisis Data
Kuesioner sebagai sumber data primer, akan digunakan dalam penelitian
dengan menyebar kuesioner ke Wajib Pajak Badan yang berada di Salatiga.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian merupakan pengembangan dari
kuesioner yang dibuat oleh Selly (2010).
Data primer kuantitatif yang diperoleh dari jawaban responden atas
kuesioner akan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Berikut
langkah-langkah analisis data:
1. Langkah pengumpulan data primer dilakukan dengan cara membuat kuesioner
yang telah dikembangkan dari penelitian terdahulu. Peneliti mendatangi satu-
satu perusahaan di Salatiga lalu menanyakan apakah mereka Wajib Pajak
Badan dan menggunakan jasa tenaga ahli perpajakan atau tidak. Jika mereka
12
adalah Wajib Pajak Badan dan menggunakan jasa tenaga ahli perpajakan,
kuesioner akan diberikan untuk diisi oleh responden. Jika tidak, maka kuesioner
tidak akan diberikan. Skor kuesioner menggunakan skala Likert dan terdapat
profil responden serta profil usaha.
a) Untuk menjawab profil responden dan profil usaha, responden diminta untuk
mengisi titik-titik yang ada dan memberi tanda silang (X) pada kotak yang
sesuai dengan keadaan responden maupun usaha.
b) Untuk pertanyaan berkaitan dengan faktor-faktor yang dipertimbangkan
Wajib Pajak Badan dalam memilih tenaga ahli perpajakan, opsi jawaban
sebagai berikut:
Skor 1 (Sangat Tidak Setuju)
Skor 2 (Tidak Setuju)
Skor 3 (Setuju)
Skor 4 (Sangat Setuju)
2. Pengembalian kuesioner sesuai dengan kesepakatan bersama antara pihak
peneliti dengan responden. Setelah kuesioner dikembalikan, dilanjutkan uji
kualitas data dengan menggunakan program SPSS 16.0:
a) Uji Validitas
Untuk mengetahui apakah alat ukur data valid atau tidak, perlu dilakukan uji
validitas (Arikunto, 2005). Uji validitas dilakukan terhadap seluruh item
pertanyaan. Validitas item diuji dengan menggunakan korelasi Corrected Item-
Total Correlation dengan bantuan program SPSS 16.0. Nilai r tabel ditentukan
dengan dF=n-2 dan α=5%. Jika besar skor Corrected Item-Total Correlation
tiap item lebih besar dari r tabel, maka item tersebut dinyatakan valid.
b) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan terhadap item yang telah lolos uji validitas, dengan
menggunakan Cronbach’s Alpha. Menurut Harrison dalam Zulganef (2006),
reliabilitas adalah ukuran yang menunjukkan bahwa alat ukur yang digunakan
dalam penelitian memiliki keandalan. Uji reliabilitas dibantu dengan
menggunakan program SPSS 16.0.
3. Analisis Faktor
Seluruh item yang valid dan reliabel selanjutnya dilakukan analisis faktor
dengan menggunakan program SPSS 16.0. Menurut Rangkuti (2011), analisis
13
faktor adalah metode statistik multivariabel yang digunakan untuk mereduksi
data. Analisis faktor dipergunakan dalam penelitian untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli suatu jasa.
4. Segmentasi
Faktor-faktor hasil reduksi yang diperoleh melalui analisis faktor selanjutnya
akan disegmentasi. Pengelompokan segmen mengenai faktor mana yang
dominan dipertimbangkan Wajib Pajak Badan berdasarkan jenis usaha, status
usaha, manajemen usaha, lama usaha, dan omzet usaha. Segmentasi dilakukan
dengan menggunakan metode rata-rata hitung dibantu program Microsoft Excel.
Besarnya rata-rata hitung ditentukan dengan rumus (Saleh, 2004 dalam Selly,
2010):
Keterangan:
µ = rata-rata hitung (mean)
Xi = penjumlahan nilai pada sampel
N = jumlah kelas sampel
Jika angka rata-rata dari setiap faktor menunjukkan angka kurang dari 3,00,
maka dapat dikatakan bahwa faktor tersebut kurang dipertimbangkan Wajib
Pajak Badan dalam memilih Konsultan Pajak. Sebaliknya, jika angka rata-rata
hitung menunjukkan angka rata-rata lebih dari 3,00, faktor tersebut termasuk
dipertimbangkan Wajib Pajak Badan dalam memilih tenaga ahli perpajakan
(Selly, 2010). Dari faktor-faktor yang memiliki skor lebih dari 3,00, dipilih
mana yang skornya tertinggi. Faktor dengan skor tertinggilah yang dapat
dikatakan dominan dipertimbangkan.
14
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini, peneliti menyebar sebanyak 40 kuesioner dengan
meninggalkan kuesioner dan diambil kembali dalam jangka waktu sesuai
kesepakatan. Kuesioner yang kembali pada peneliti hanya berjumlah 30. Jumlah
return rate dalam penelitian ini sebesar 75%. Return rate diatas 50% sudah
dianggap layak menurut Ray (2011). Sehingga, penelitian ini dapat dikatakan
memiliki return rate yang bagus. Profil responden diklasifikasi berdasarkan jenis
kelamin dan umur responden yang mengisi kuesioner, jenis usaha, status usaha,
manajemen usaha, lama usaha, serta omzet usaha. Karakteristik responden dapat
dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Karakteristik Responden
No Karakteristik Keterangan Jumlah Persentase (%)
1. Jenis Kelamin a. Pria 18 60
b. Wanita 12 40
2. Umur a. < 35 tahun 16 53,33
b. 36-45 tahun 11 36,67
c. 46-55 tahun 1 3,33
d. >56 tahun 2 6,67
3. Jenis Usaha a. Jasa 18 60
b. Dagang 9 30
c. Manufaktur 3 10
4. Status Usaha a. Induk 16 53,33
b. Cabang 14 46,67
c. Waralaba 0 0
5. Manajemen Usaha a. Sendiri/Pemilik 18 60
b. Terpisah 12 40
6. Lama Usaha a. Tidak diketahui 5 16,67
b. <15 tahun 10 33,33
c. 15-30 tahun 7 23,33
d. >30 tahun 8 26,67
7. Omzet Usaha a. Tidak diketahui 8 26,67
per Tahun b. <2,4 milyar 15 50
c. 2,4-4,8 milyar 2 6,67
d. >4,8 milyar 5 16,67
Sumber. Hasil Olahan Data Karakteristik Responden
Dari tabel 2 terlihat bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin pria
(60%) dengan mayoritas usia di bawah 35 tahun (53,33%). Usaha Wajib Pajak
Badan di Salatiga didominasi oleh jenis usaha jasa (60%) dan merupakan usaha
induk (53,33%). Sebagian besar usaha dikelola langsung oleh pemilik (60%).
15
Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa 33,33% usaha berusia di bawah 15
tahun dan 50% usaha beromzet tidak lebih dari Rp 2,4 milyar.
Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dilakukan terhadap 30 item pertanyaan mengenai faktor yang
dipertimbangkan Wajib Pajak Badan dalam memilih tenga ahli perpajakan.
Pengujian validitas instrumen penelitian dilakukan dengan menggunakan korelasi
Corrected Item-Total Correlation, diolah menggunakan program SPSS 16.0. Nilai
r tabel untuk n=30 dan alpha 5% sebesar 0,36. Pada tabel 3 ditampilkan item
pertanyaan yang valid dengan uji dua sisi dan taraf signifikansi 0,05.
Tabel 3. Uji Validitas Pertanyaan r Hitung r Tabel Keterangan
3 0,61 0,36 Valid
4 0,58 0,36 Valid
9 0,46 0,36 Valid
11 0,62 0,36 Valid
18 0,38 0,36 Valid
20 0,36 0,36 Valid
23 0,38 0,36 Valid
24 0,39 0,36 Valid
25 0,44 0,36 Valid
26 0,63 0,36 Valid
27 0,59 0,36 Valid
28 0,43 0,36 Valid
Sumber. Hasil Olahan Uji Validitas Data
Reliabilitas dilihat dari koefisien Cronbach’s Alpha pada item pertanyaan
yang valid. Sekaran dalam Zulganef (2006) menyatakan bahwa suatu instrumen
penelitian memiliki reliabilitas yang memadai jika koefisien Cronbach’s Alpha
lebih besar atau sama dengan 0,70. Berikut hasil uji reliabilitas terhadap 12 item
pertanyaan yang valid.
Tabel 4. Uji Reliabilitas
Cronbach’s
Alpha
Jumlah Item
0,832 12
Sumber. Hasil Olahan Uji Reliabilitas Data
16
Analisis Faktor
Dalam penelitian ini dilakukan analisis faktor terhadap 12 item pertanyaan
yang lolos uji validitas dan reliabilitas. Hal ini dilakukan agar peneliti memperoleh
faktor-faktor yang dapat menjelaskan korelasi dari item-item pertanyaan. Faktor-
faktor yang diperoleh dari analisis faktor inilah yang dipertimbangkan Wajib Pajak
Badan dalam memilih tenaga ahli perpajakan. Berikut hasil analisis faktor beserta
interpretasi per tabel.
Tabel 5. KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .703
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 117.381
df 66
Sig. .000
Sumber. Hasil Olahan Analisis Faktor
Dari tabel KMO and Bartlett’s Test diperoleh nilai KMO sebesar 0,703.
Menurut Kaiser dan Rice (1974) dalam Christiady dan Mussadun (2014),
pengukuran nilai KMO sebesar 0,9 adalah sangat bagus; 0,8 adalah bagus; 0,7
adalah cukup; 0,6 adalah kurang; 0,5 adalah jelek dan di bawah 0,5 tidak dapat
diterima. Hal ini berarti nilai KMO 0,703 yang diperoleh menunjukkan data sudah
cukup dan dapat digunakan dalam analisis selanjutnya.
Berdasarkan penentuan faktor, diperoleh empat faktor dengan 12 item.
Pengelompokan item-item terbagi sebagai berikut:
Faktor 1: item9 (biaya), item27 (rahasia), item11 (hasrat), item3 (reputasi),
item20 (praktis)
Faktor 2: item25 (kehati-hatian), item26 (peka), item4 (latar belakang pendidikan)
Faktor 3: item23 (loyalitas), item24 (kode etik)
Faktor 4: item28 (risiko), item18 (penguasaan akuntansi)
17
Item-item pernyataan yang tadinya berasal dari konsep-konsep tertentu
menjadi bercampur dengan item dari konsep lain dan membentuk sebuah konsep
baru. Sehingga, diperlukan redefinisi konsep untuk keempat faktor.
1. Faktor 1 dinamakan motivasi. Wajib Pajak Badan memiliki hasrat untuk
memilih tenaga ahli perpajakan demi kepraktisan dalam mengurus perpajakan
dengan biaya yang sesuai dengan kemampuan. Dalam memilih pun,
dipertimbangkan reputasi dan sikap tenaga ahli perpajakan yang mampu
menjaga rahasia.
2. Faktor 2 dinamakan profesional. Menurut Abeng (2002), profesional adalah
kemampuan menguasai ilmu pengetahuannya secara mendalam dan
menjunjung tinggi etika dan integritas profesi. Item4 (latar belakang
pendidikan) menunjukkan kemampuan dalam menguasai ilmu pengetahuan.
Etika dan integritas profesi ditunjukkan dalam item25 (kehati-hatian) dan
item26 (peka terhadap permasalahan).
3. Faktor 3 dinamakan komitmen. Item23 (loyalitas) dan item24 (kode etik)
termasuk dalam konsep (faktor) percaya dan komitmen. Komitmen terdiri dari
item komitmen profesionalisme, loyalitas, dan kode etik tenaga ahli perpajakan.
Dikarenakan komitmen profesionalisme tidak lolos uji validitas dan reliabilitas,
sehingga hanya tersisa loyalitas dan kode etik saja yang termasuk dalam faktor
Komitmen.
18
4. Faktor 4 dinamakan penguasaan akuntansi. Risiko tenaga ahli perpajakan
tidak mampu bekerja sesuai harapan (item28) dapat diminimalisir jika Wajib
Pajak Badan memiliki penguasaan akuntansi yang baik. Hubungan antara risiko
dan pemahaman akuntansi juga terdapat dalam Enterprise Risk Management,
dimana hal ini diturunkan dari konsepsi akuntansi pada pengendalian internal
(Power, 2009).
Hasil rotasi faktor juga dapat ditunjukkan dengan Component Plot in
Rotated Space. Dalam grafik tampak terjadi pengelompokan empat faktor dimana
setiap item terletak sangat berdekatan.
Segmentasi
Faktor-faktor yang diperoleh melalui analisis faktor kemudian diukur
seberapa dominan dipertimbangkannya faktor tersebut dalam beberapa segmen.
Segmentasi Wajib Pajak Badan berdasarkan jenis usaha, status usaha, manajemen
usaha, lama usaha, omzet usaha per tahun, jenis kelamin dan umur responden.
Hasil olah data menggunakan Microsoft Excel dapat dilihat pada tabel 7 hingga
tabel 13.
Tabel 7. Skor Faktor Berdasarkan Jenis Usaha Faktor / Jenis Usaha Jasa Dagang Manufaktur
Motivasi 2,92 2,80 3,13
Profesional 3,26 3,41 3,44
Komitmen 3,39 3,17 3,67
Penguasaan Akuntansi 3,06 3,17 2,67
19
Sumber. Hasil Olahan Rata-rata Hitung
Dalam tabel 7 terlihat bahwa faktor motivasi, profesional, dan komitmen
paling dominan dipertimbangkan oleh Wajib Pajak Badan yang bergerak di jenis
usaha manufaktur dengan masing-masing skor 3,13; 3,44; dan 3,67. Sedangkan
faktor penguasaan akuntansi dominan dipertimbangkan pada Wajib Pajak Badan
yang bergerak dalam usaha dagang dengan skor yang diperoleh 3,17. Pada Wajib
Pajak Badan yang bergerak di bidang jasa, faktor motivasi kurang
dipertimbangkan dengan skor hanya 2,92 dan komitmen menjadi faktor yang
dominan dipertimbangkan dengan skor 3,39. Wajib Pajak Badan yang bergerak di
bidang usaha dagang, faktor yang kurang dipertimbangkan adalah motivasi dengan
skor hanya 2,80 sedangkan faktor yang dominan dipertimbangkan adalah faktor
profesional dengan skor 3,41. Pada Wajib Pajak Badan yang usahanya bergerak di
bidang manufaktur, penguasaan akuntansi kurang dipertimbangkan dengan skor
hanya 2,67 dan komitmen menjadi yang dominan dipertimbangkan dengan skor
3,67.
Tabel 8. Skor Faktor Berdasarkan Status Usaha
Faktor / Status Usaha Induk Cabang
Motivasi 2,80 3,03
Profesional 3,42 3,21
Komitmen 3,19 3,54
Penguasaan Akuntansi 3,00 3,11
Sumber. Hasil Olahan Rata-rata Hitung
Pada tabel 8 terlihat bahwa Wajib Pajak Badan yang statusnya merupakan
usaha induk, faktor motivasi kurang dipertimbangkan dengan skor hanya 2,80.
Sebaliknya, faktor profesional dengan skor 3,42 menjadi faktor yang dominan
dipertimbangkan. Faktor komitmen menjadi yang dominan dipertimbangkan oleh
Wajib Pajak Badan yang status usahanya adalah cabang dengan skor 3,54. Tidak
ada faktor yang kurang dipertimbangkan pada Wajib Pajak Badan dengan status
usaha cabang, karena tidak ditemukan rata-rata dibawah 3,00. Jika dibandingkan
antara Wajib Pajak Badan yang berstatus usaha induk dengan cabang, faktor
motivasi; komitmen; dan penguasaan akuntansi lebih dominan dipertimbangkan
pada Wajib Pajak Badan dengan status cabang dengan masing-masing skor 3,03;
20
3,54; dan 3,11. Usaha dengan status usaha waralaba (franchise) tidak ditampilkan
pada tabel 8 karena tidak memiliki data.
Tabel 9. Skor Faktor Berdasarkan Manajemen Usaha
Faktor / Manajemen Usaha Sendiri (Pemilik) Terpisah
Motivasi 2,79 3,08
Profesional 3,31 3,33
Komitmen 3,25 3,50
Penguasaan Akuntansi 3,03 3,08
Sumber. Hasil Olahan Rata-rata Hitung
Berdasarkan faktor pada tabel 9, keempat faktor lebih dominan
dipertimbangkan pada Wajib Pajak Badan yang manajemen usahanya terpisah
dengan masing-masing skor 3,08; 3,33; 3,50; dan 3,08. Terpisah disini berarti
pemilik usaha merekrut profesional untuk mengelola usahanya (Hadi dan Chadhiq,
2008), dalam literatur akuntansi hal ini dikenal dengan agency theory. Sedangkan
berdasarkan manajemen usaha Wajib Pajak Badan, faktor komitmen menjadi
faktor yang dominan dipertimbangkan oleh Wajib Pajak Badan yang usahanya
dikelola sendiri dan terpisah dengan skor 3,25 dan 3,50. Faktor motivasi menjadi
faktor yang kurang dipertimbangkan oleh Wajib Pajak Badan yang mengelola
usahanya sendiri dengan skor 2,79. Pada Wajib Pajak Badan yang mengelola
usahanya secara terpisah semua faktor dipertimbangkan karena rata-rata keempat
faktor diatas 3,00.
Tabel 10. Skor Faktor Berdasarkan Lama Usaha
Faktor / Lama Usaha Tidak Diketahui <15 Tahun 15-30 Tahun >30 Tahun
Motivasi 3,20 2,76 2,89 2,93
Profesional 3,47 3,33 3,48 3,08
Komitmen 3,60 3,35 3,29 3,25
Penguasaan Akuntansi 3,30 3,10 3,14 2,75
Sumber. Hasil Olahan Rata-rata Hitung
Jika tabel 10 diinterpretasikan berdasarkan faktor, motivasi; komitmen; dan
penguasaan akuntansi adalah faktor yang dominan dipertimbangkan pada Wajib
Pajak Badan yang lama usahanya tidak diketahui dalam penelitian ini. Lama usaha
Wajib Pajak Badan tidak diketahui dikarenakan responden yang mengisi kuesioner
tidak mengetahui sudah berapa lama usahanya berjalan. Faktor profesional lebih
dominan dipertimbangkan pada usaha yang berada dalam rentang usia 15-30 tahun
dengan skor 3,48.
21
Jika diinterpretasikan berdasarkan lama usahanya, pada Wajib Pajak Badan
yang lama usahanya tidak diketahui faktor komitmen menjadi yang dominan
dipertimbangkan dengan skor 3,60. Tidak ada faktor yang kurang dipertimbangkan
pada Wajib Pajak Badan yang lama usahanya tidak diketahui. Pada Wajib Pajak
Badan yang lama usahanya belum lebih dari 15 tahun dan sudah lebih dari 30
tahun, faktor komitmen dominan dipertimbangkan dengan skor 3,35 dan 3,25.
Pada Wajib Pajak Badan dengan lama usaha antara 15-30 tahun, faktor profesional
dominan dipertimbangkan dengan skor 3,48. Wajib Pajak Badan lama usahanya
belum mencapai 15 tahun dan berada dalam rentang 15-30 tahun, faktor motivasi
kurang dipertimbangkan dengan skor 2,76 dan 2,89. Pada Wajib Pajak Badan yang
lama usahanya sudah lebih dari 30 tahun, faktor motivasi dan penguasaan
akuntansi kurang dipertimbangkan dengan skor masing-masing 2,93 dan 2,75.
Tabel 11. Skor Faktor Berdasarkan Omzet Usaha per Tahun
Faktor / Omzet per Tahun Tidak Diketahui <2,4 Milyar 2,4-4,8 Milyar >4,8 Milyar
Motivasi 3,18 2,77 3,10 2,80
Profesional 3,33 3,42 3,50 2,93
Komitmen 3,63 3,30 3,75 2,90
Penguasaan Akuntansi 3,19 3,13 2,75 2,70
Sumber. Hasil Olahan Rata-rata Hitung
Pada tabel 11, terlihat bahwa keempat faktor kurang dipertimbangkan oleh
Wajib Pajak Badan yang omzet usahanya lebih dari Rp 4,8 milyar, dengan skor
tiap faktor kurang dari 3,00. Pada usaha yang tidak berkenan mencantumkan
jumlah omzetnya per tahun, keempat faktor dipertimbangkan, namun faktor
komitmen yang lebih dominan dengan skor 3,63. Usaha beromzet kurang dari Rp
2,4 milyar lebih mempertimbangkan faktor profesional dengan skor 3,42, namun
kurang mempertimbangkan faktor motivasi dengan skor hanya 2,77. Faktor
penguasaan akuntansi kurang dipertimbangkan pada usaha beromzet Rp 2,4 milyar
sampai dengan Rp 4,8 milyar dengan skor hanya 2,75, sebaliknya faktor komitmen
menjadi yang dominan dipertimbangkan dengan skor 3,75.
Jika diinterpretasikan berdasarkan faktor, motivasi dan penguasaan
akuntansi lebih dominan dipertimbangkan pada usaha yang tidak berkenan
mencantumkan omzetnya dengan masing-masing skor 3,18 dan 3,19. Faktor
22
profesional dan komitmen lebih dominan dipertimbangkan pada usaha yang
memperoleh omzet Rp 2,4 milyar sampai dengan Rp 4,8 milyar per tahun dengan
skor 3,50 dan 3,75.
Tabel 12. Skor Faktor Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
Faktor / Jenis Kelamin Pria Wanita
Motivasi 2,89 2,93
Profesional 3,41 3,19
Komitmen 3,28 3,46
Penguasaan Akuntansi 3,06 3,04
Sumber. Hasil Olahan Rata-rata Hitung
Tabel 12 menunjukkan bahwa faktor motivasi kurang dipertimbangkan
oleh responden berjenis kelamin pria maupun wanita, dengan masing-masing skor
2,89 dan 2,93. Faktor profesional, komitmen, dan penguasaan akuntansi
dipertimbangkan oleh responden berjenis kelamin pria maupun wanita karena
seluruh skor diatas 3,00. Faktor yang dominan dipertimbangkan oleh responden
pria adalah profesional dengan skor 3,41, sedangkan responden wanita lebih
dominan mempertimbangkan faktor komitmen dengan skor 3,46.
Jika dilihat berdasarkan faktor, profesional dan penguasaan akuntansi lebih
dominan dipertimbangkan pada responden pria dengan masing-masing skor 3,41
dan 3,06. Sedangkan faktor komitmen lebih dominan dipertimbangkan oleh
responden wanita.
Tabel 13. Skor Faktor Berdasarkan Umur Responden
Faktor / Umur <36 Tahun 36-45 Tahun 46-55 Tahun >56 Tahun
Motivasi 2,89 2,96 2,80 2,87
Profesional 3,13 3,64 3,67 2,89
Komitmen 3,31 3,45 3,00 3,33
Penguasaan Akuntansi 3,09 2,95 3,50 3,00
Sumber. Hasil Olahan Rata-rata Hitung
Dilihat dari tabel 13, faktor motivasi kurang dipertimbangkan oleh
responden pada semua usia karena skor yang diperoleh dibawah 3,00. Faktor
profesional dan penguasaan akuntansi lebih dominan dipertimbangkan pada
responden berusia 46-55 tahun dengan skor 3,67 dan 3,50. Faktor komitmen lebih
dominan dipertimbangkan pada responden dalam rentang usia 36-45 tahun dengan
skor 3,45.
Responden yang berusia hingga 35 tahun, faktor komitmen lebih dominan
dipertimbangkan dengan skor 3,31. Pada responden dalam rentang usia 36-45
23
tahun dan 46-55 tahun, faktor profesional dominan dipertimbangkan dengan skor
3,64 dan 3,67. Responden yang berusia lebih dari 55 tahun dominan
mempertimbangkan faktor komitmen dari seorang tenaga ahli perpajakan dengan
skor 3,33.
SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
Simpulan
Dari pembahasan hasil penelitian mengenai Faktor-faktor yang
Dipertimbangkan Wajib Pajak Badan dalam Memilih Tenaga Ahli Perpajakan,
diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Terdapat empat faktor yang dipertimbangkan oleh Wajib Pajak Badan dalam
memilih tenaga ahli perpajakan, yaitu motivasi; profesional; komitmen; dan
penguasaan akuntansi.
2. Dari hasil segmentasi usaha Wajib Pajak Badan, faktor komitmen lebih
dominan dipertimbangkan oleh Wajib Pajak Badan yang usahanya bergerak di
bidang jasa dan manufaktur dengan status usaha cabang yang dikelola sendiri
oleh pemilik maupun terpisah. Wajib Pajak Badan yang lama usahanya tidak
diketahui, belum mencapai 15 tahun, dan sudah lebih dari 30 tahun juga lebih
dominan mempertimbangkan faktor komitmen. Faktor yang dominan
dipertimbangkan pada Wajib Pajak Badan yang omzet usaha per tahun tidak
diketahui dan yang omzetnya berada dalam rentang Rp 2,4 milyar sampai
dengan Rp 4,8 milyar pun sama, yaitu komitmen. Faktor profesional lebih
dominan dipertimbangkan oleh Wajib Pajak Badan yang usahanya bergerak
dalam bidang dagang dengan status usaha induk, lama usaha antara 15-30
tahun dan menghasilkan omzet kurang dari Rp 2,4 milyar per tahun.
3. Jika dilihat secara keseluruhan, penguasaan akuntansi termasuk faktor yang
dipertimbangkan pada hampir seluruh segmen usaha Wajib Pajak Badan.
Wajib Pajak Badan yang bergerak di bidang usaha jasa dan dagang, status
usahanya induk maupun cabang, serta yang usahanya dikelola secara terpisah
maupun oleh pemilik sendiri mempertimbangkan faktor penguasaan
akuntansi. Hal ini juga dipertimbangkan pula pada Wajib Pajak Badan yang
24
lama usahanya tidak diketahui, kurang dari 15 tahun, serta yang berada dalam
rentang 15-30 tahun. Wajib Pajak Badan yang menghasilkan omzet kurang
dari Rp 2,4 milyar dan yang tidak diketahui besaran omzetnya juga
mempertimbangkan faktor penguasaan akuntansi dalam memilih tenaga ahli
perpajakan.
Keterbatasan
Adapun keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya memperoleh 30 Wajib Pajak Badan di Salatiga yang
memiliki tenaga ahli perpajakan sebagai sampel. Hal ini dikarenakan
sensitifnya informasi terkait perpajakan dan tidak diperolehnya jumlah populasi
Wajib Pajak Badan di Salatiga yang menggunakan tenaga ahli perpajakan.
Sehingga, terdapat kemungkinan sampel maupun responden yang digunakan
tidak dapat merepresentasikan populasi dengan baik.
2. Terdapat kesalahan instrumen penelitian, sehingga hanya diperoleh empat
faktor yang dipertimbangkan Wajib Pajak Badan dalam memilih tenaga ahli
perpajakan. Penelitian terdahulu oleh Selly (2010) diperoleh sembilan faktor,
namun ternyata faktor tersebut belum melewati uji validitas dan reliabilitas.
Dari kuesioner yang berisi 30 item pertanyaan, hanya 12 item yang layak.
3. Konsep kepercayaan dan komitmen tidak seharusnya menjadi satu konsep,
begitu pula dengan loyalitas sebagai indikator. Kepercayaan, komitmen, dan
loyalitas sebenarnya merupakan tiga konsep yang berbeda.
4. Tidak semua item pertanyaan terkait profil usaha dalam kuesioner dijawab oleh
responden. Lama usaha dan omzet usaha per tahun menjadi dua pertanyaan
yang tidak semua responden bersedia menjawab.
5. Pertanyaan mengenai profil usaha dan responden yang kurang detail. Beberapa
hal yang luput menjadi pertanyaan peneliti mengenai apakah Wajib Pajak
Badan yang berstatus cabang tersebut mengurus perpajakannya sendiri atau
terpusat, dan jabatan responden yang mengisi kuesioner. Luputnya dua
pertanyaan tersebut dalam kuesioner menyebabkan data yang diperoleh kurang
merepresentasikan keadaan sebenarnya.
25
Saran
Diharapkan calon tenaga ahli perpajakan dapat lebih mengembangkan
kompetensinya sesuai keempat faktor yang dipertimbangkan Wajib Pajak Badan,
terutama faktor komitmen dan profesional yang lebih dominan dipertimbangkan
pada berbagai segmen usaha Wajib Pajak Badan. Konten pembelajaran yang
diberikan oleh lembaga pendidikan yang mempersiapkan calon tenaga ahli
perpajakan, dapat diperkaya mengenai keempat faktor yang dipertimbangkan
Wajib Pajak Badan. Selain itu, akademisi diharapkan dapat mengembangkan
penelitian dan menggali lebih banyak mengenai faktor yang dipertimbangkan.
DAFTAR PUSTAKA
________. 2007. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
________. 2008. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
22/PMK.03/2008 tentang Persyaratan Serta Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban Seorang Kuasa.
________. 2014. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
111/PMK.03/2014 tentang Konsultan Pajak.
Abeng, Tanri. 2002. Profesionalisme vs Politik: Tanri Abeng Menjawab. Jakarta:
Elex Media Komputindo.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Christiady, Gantira dan Mussadun. 2014. Faktor-faktor yang Menghambat Upaya
Pemerintah dalam Merevitalisasi Sungai Cikapundung Kota Bandung.
Jurnal Pembangunan Wilayah & Kota Vol. 10 (1). Biro Penerbit
Planologi Undip.
Gounaris, S.P. 2005. Trust and Commitment Influences on Customer Retention:
Insights from Business-to-business Services. Journal of Business
Research 58 (2005) 126-140). Elsevier.
26
Hadi, Nor dan Umar Chadhiq. 2008. Tawaran Extent of Disclosure Terhadap
Penciptaan Pareto Optimal pda Agency Problem. Among Makarti.
Vol.1. No.2. 1-16.
Ikatan Konsultan Pajak Indonesia. www.ikpi.or.id. Diakses tanggal 02 Oktober
2014.
Kaiser, H.F. dan J. Rice. 1974. Little Jippy, Mark IV, Educational and
Psychologycal Measurement. Vol. 34. No.1 (Spring): 111-117.
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi Ke-
12. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kristianto, Paulus Lilik. 2011. Psikologi Pemasaran: Integrasi Ilmu Psikologi
dalam Kegiatan Pemasaran. Yogyakarta: CAPS.
Power, M. 2009. The Risk Management of Nothing. Accounting, Organizations
and Society 34 849-855 , 2.
Prabowo, Sigit. 2013. Analisis Pengaruh Pemahaman Akuntansi Pajak,
Pemeriksaan Pajak, dan Pelayanan Perpajakan Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Badan di Purwokerto. Purwokerto: Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Rangkuti, Freddy. 2011. Dongkrak Penjualan Melalui Marketing Strategy &
Competitive Positioning: Mengukur Segmentasi, Targeting, dan
Positioning Menggunakan SPSS. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Ray, William J. 2011. Methods Toward a Science of Behavior and Experience.
Cengage Learning.
Sari, Anna Purwita. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan
Wajib Pajak terhadap Penggunaan Jasa Tenaga Ahli Perpajakan.
Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata.
Selly, Fransisca Mart. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wajib Pajak
Menggunakan Jasa Tenaga Ahli Pajak. Semarang: Universitas Katolik
Soegijapranata.
Zulganef. 2006. Pemodelan Persamaan Struktur dan Aplikasinya Menggunakan
AMOS 5. Bandung: Pustaka
27
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Vania Isabella Pakpahan
NIM : 232011090
Alamat Asal : Jl. Soekarno-Hatta Dukuh Sidoharjo Gang IV Nomor 9,
Salatiga
Judul Skripsi : Faktor-faktor yang Dipertimbangkan Wajib Pajak Badan
dalam Memilih Tenaga Ahli Perpajakan
Riwayat Pendidikan : Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
lulus tahun 2015
SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan lulus tahun 2011
SMP Negeri 1 Salatiga lulus tahun 2008
SD Kristen Satya Wacana Salatiga lulus tahun 2005
1
KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN WAJIB PAJAK
DALAM MEMILIH TENAGA AHLI PERPAJAKAN
IDENTITAS RESPONDEN: (Berikan tanda silang (X) pada salah satu kotak yang ada
dibawah)
1. Kategori Wajib Pajak : Orang Pribadi Badan
2. Jenis Kelamin Responden : Pria Wanita
3. Umur Responden : ........ tahun
PROFIL USAHA: (Berikan tanda silang (X) pada salah satu kotak yang ada dibawah)
1. Jenis Usaha : Jasa Dagang Manufaktur
2. Status Usaha : Induk Cabang Waralaba
3. Manajemen Usaha : Sendiri(pemilik) Manajemen terpisah
4. Lama Usaha : ........ tahun
5. Omzet Usaha : Rp ......................................... per tahun
Jawaban atas pertanyaan berikut ini dapat digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor
yang dipertimbangkan Wajib Pajak dalam memilih tenaga ahli perpajakan. Anda
dapat menyatakan pendapat dengan memberi tanda silang ( X ) pada salah satu nomor 1
sampai 4. Skala nomor menunjukkan seberapa dekat jawaban anda dengan kedua pilihan
jawaban yang tersedia :
1 = Sangat Tidak Setuju 3 = Setuju
2 = Tidak setuju 4 = Sangat setuju
No FAKTOR-FAKTOR PERTIMBANGAN 1 2 3 4
Informasi Tenaga Ahli Perpajakan
Hal-hal yang saya pertimbangkan dalam memilih tenaga ahli perpajakan:
1. Informasi tentang kompetensi yang dimiliki tenaga ahli
perpajakan.
1 2 3 4
2. Wawasan akuntansi yang dimiliki tenaga ahli perpajakan. 1 2 3 4
3. Reputasi yang dimiliki tenaga ahli perpajakan. 1 2 3 4
4. Latar belakang pendidikan tenaga ahli perpajakan. 1 2 3 4
5. Pengalaman kerja yang dimiliki tenaga ahli perpajakan. 1 2 3 4
6. Keandalan tenaga ahli perpajakan. 1 2 3 4
7. Kualitas jasa yang dimiliki tenaga ahli perpajakan. 1 2 3 4
2
Motivasi Wajib Pajak
Hal-hal yang saya pertimbangkan dalam memilih tenaga ahli perpajakan:
8. Kebutuhan ketika menggunakan jasa tenaga ahli
perpajakan
1 2 3 4
9. Biaya ketika menunjuk tenaga ahli perpajakan. 1 2 3 4
10. Keinginan untuk membayar pajak yang rendah. 1 2 3 4
11. Hasrat untuk menunjuk tenaga ahli perpajakan. 1 2 3 4
Persepsi Wajib Pajak
Saya memilih tenaga ahli perpajakan dipengaruh oleh persepsi saya sebagai berikut:
12. Persepsi bahwa pajak adalah masalah yang kompleks. 1 2 3 4
13. Persepsi bahwa pajak adalah hal yang menakutkan. 1 2 3 4
14. Persepsi bahwa pajak adalah masalah yang sulit. 1 2 3 4
15. Persepsi bahwa pajak itu mahal. 1 2 3 4
16. Persepsi bahwa pajak adalah beban. 1 2 3 4
Pembelajaran Wajib Pajak
17. Saya mempertimbangkan faktor pengetahuan saya di
bidang
perpajakan ketika saya menunjuk tenaga ahli perpajakan.
1 2 3 4
18. Saya mempertimbangkan faktor penguasaan saya di
bidang
akuntansi ketika saya menunjuk tenaga ahli perpajakan.
1 2 3 4
Kepribadian Wajib Pajak
19. Saya mempertimbangkan faktor keinginan saya terhadap
hasil kerja yang sempurna ketika saya menunjuk tenaga
ahli perpajakan.
1 2 3 4
Tingkah Laku Wajib Pajak
20. Saya mempertimbangkan faktor kepraktisan ketika
menunjuk tenaga ahli perpajakan.
1 2 3 4
21. Saya mempertimbangkan faktor kecenderungan Wajib
Pajak ketika menunjuk tenaga ahli perpajakan.
1 2 3 4
Percaya dan Komitmen
Hal-hal yang saya pertimbangkan dalam memilih tenaga ahli perpajakan:
22. Komitmen profesionalisme tenaga ahli perpajakan. 1 2 3 4
3
23. Loyalitas tenaga ahli perpajakan. 1 2 3 4
24. Kode etik tenaga ahli perpajakan. 1 2 3 4
25. Sikap kehati-hatian yang dimiliki oleh tenaga ahli
perpajakan.
1 2 3 4
26. Sikap kepekaan dan respon terhadap permasalahan yang
dimiliki oleh tenaga ahli perpajakan.
1 2 3 4
27. Sikap tenaga ahli perpajakan yang mampu menjaga
rahasia.
1 2 3 4
Risiko
28. Saya mempertimbangkan faktor risiko tenaga ahli
perpajakan
yang tidak mampu bekerja sesuai dengan harapan saya
ketika saya menunjuk tenaga ahli perpajakan.
1 2 3 4
29. Saya mempertimbangkan faktor risiko pemeriksaan pajak
ketika menunjuk tenaga ahli perpajakan.
1 2 3 4
Hasil
30. Saya mempertimbangkan faktor hasil yang saya dapat
dalam menunjuk tenaga ahli perpajakan.
1 2 3 4
Dari sekian aspek di kuesioner, menurut Bapak/Ibu faktor-faktor yang dipertimbangkan
dalam memilih tenaga ahli perpajakan diurutkan dari yang paling dipertimbangkan:
1. .............................................................
2. ............................................................
3. .............................................................
4. .............................................................
5. .............................................................
6. .............................................................
7. .............................................................
8. .............................................................
9. ............................................................
Atas bantuan, partisipasi Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya.
Ttd,
( Tanda Tangan / Nama Terang / Stempel Badan )
4
DAFTAR RESPONDEN WAJIB PAJAK BADAN DI SALATIGA
Terlampir merupakan daftar Wajib Pajak Badan di Salatiga yang menjadi
sampel dalam penelitian ini:
Responden
Wajib Pajak Badan
Jenis
Usaha Status Usaha
Manajemen
Usaha
Lama Usaha
(Tahun)
Omzet Usaha
per Tahun* (Rp)
1 Jasa Cabang Terpisah N/A N/A
2 Jasa Cabang Terpisah 69 12.072 T
3 Jasa Cabang Sendiri 6 400 Juta
4 Jasa Cabang Terpisah N/A N/A
5 Jasa Induk Terpisah N/A N/A
6 Jasa Cabang Terpisah 3 500-750 Juta
7 Jasa Cabang Terpisah 20 N/A
8 Jasa Cabang Terpisah N/A N/A
9 Jasa Induk Sendiri 65 3.5 M
10 Jasa Cabang Sendiri 10 18 M
11 Jasa Induk Sendiri 5 300 Juta
12 Dagang Induk Sendiri 30 1.2 M
13 Dagang Cabang Sendiri 45 36 M
14 Dagang Induk Terpisah 9 N/A
15 Dagang Induk Sendiri 10 500 juta
16 Dagang Induk Sendiri 12 800 juta
17 Jasa Cabang Sendiri 40 700 juta
18 Jasa Induk Terpisah 35 27 M
19 Jasa Cabang Sendiri 7 500 juta
20 Jasa Cabang Terpisah N/A N/A
21 Jasa Induk Sendiri 39 N/A
22 Jasa Induk Sendiri 20 1.9 M
23 Jasa Induk Terpisah 12 600 Juta
24 Dagang Induk Sendiri 15 650 Juta
25 Dagang Induk Sendiri 9 800 juta
26 Manufaktur Induk Terpisah 40 4.8 M
27 Manufaktur Cabang Sendiri 19 700 juta
28 Manufaktur Cabang Sendiri 54 3 M
29 Dagang Induk Sendiri 24 600 Juta
30 Dagang Induk Sendiri 20 850 Juta
Sumber. Profil usaha responden pada kuesioner