FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP … · pengalaman usaha, tujuan pembiayaan, pendapatan per...
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP … · pengalaman usaha, tujuan pembiayaan, pendapatan per...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP
PEMBIAYAAN MIKRO IB HASANAH DAN POTENSI RISIKO
PADA BANK BNI SYARIAH CABANG PEMBANTU MIKRO
DEPOK
Oleh
ARYS AGUSMAN
H24104088
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP
PEMBIAYAAN MIKRO IB HASANAH DAN POTENSI RISIKO
PADA BANK BNI SYARIAH CABANG PEMBANTU MIKRO
DEPOK
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
ARYS AGUSMAN
H24104088
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
i
Judul Skripsi : Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pembiayaan
Mikro Ib Hasanah Dan Potensi Risiko Pada Bank Bni
Syariah Cabang Pembantu Mikro Depok
Nama : Arys Agusman
NIM : H24104088
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Ir. Budi Purwanto, ME
NIP. 19630705 199403 1 003
Mengetahui,
Ketua Departemen,
Dr. Mukhamad Najib, STP, MM
NIP. 19760623 200604 1 001
Tanggal Lulus:
ii
RINGKASAN
ARYS AGUSMAN. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pembiayaan
Mikro Ib Hasanah Dan Potensi Risiko Pada Bank Bni Syariah Cabang Pembantu
Mikro Depok. Di bawah bimbingan BUDI PURWANTO.
BNI Syariah KCPM Depok mulai berjalan pada Januari 2012 dengan
realisasi pembiayaan sebesar Rp 33.000.000,- dan sampai dengan akhir Agustus
2012 sebesar Rp 1.727.600.000,-. Target yang tercapai hanya 18,00% dari target
yang ada. Berdasarkan data dari industri dan perdagangan pemerintahan kota
Depok, sektor UMKM yang terdapat di kota ini cukup beragam. Sedangkan data
pasar modern, pasar tradisional dan pergudangan yang terdapat di kota Depok
terdapat 23 pasar, jumlah pasar tersebut merupakan potensi UMKM yang besar
bagi BNI Syariah KCPM Depok. UMKM dan pasar yang tersebar seharusnya
prospek yang cukup bagus dalam realisasi pembiayaan oleh BNI Syariah. Oleh
karena itu, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi pembiayaan Mikro
iB Hasanah di BNI Syariah KCPM Depok dan Bagaimana metode penilaian yang
dipertimbangkan dalam menganalisis potensi risiko nasabah pembiayaan Mikro
iB Hasanah di BNI Syariah KCPM Depok perlu dirumuskan untuk mengkaji
penelitian ini. Penelitian ini bertujuan (1) Menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi realisasi pembiayaan. (2) Menganalisis potensi risiko nasabah
pembiayaan Mikro iB Hasanah berdasarkan konsep 5C di BNI Syariah KCPM
Depok.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari hasil
laporan realisasi pembiayaan kurun waktu bulan januari sampai dengan agustus
tahun 2012, yaitu analisa realisasi pembiayaan hasil dari sistem Eletronic
Financing Origanizationi (EFO) pada BNI Syariah. Data penelitian ini juga
dilengkapi dengan wawancara kepada bagian terkait sebagai pelengkap dari data
EFO serta data sekunder dari studi pustaka, dan data dari perusahaan. Analisis
kuantitatif menggunakan regresi linear berganda dengan alat pengolah data SPSS
15 serta analisis deskriptif.
Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi realisasi pembiayaan dari metode 3C adalah faktor usia,
pengalaman usaha, tujuan pembiayaan, pendapatan per bulan, jangka waktu
pembiayaan, sisa tanggungan pinjaman di tempat lain dan asset usaha dan
keluarga. Hasil dari uji-F menunjukkan semua variabel X ini berpengaruh nyata
terhadap Y. Sedangkan hasil dari uji-t, variabel yang berpengaruh nyata secara
positif adalah pengalaman usaha dan jangka waktu pembiayaan, variabel yang
tidak berpengaruh nyata adalah usia, tujuan pembiayaan, pendapatan per bulan,
sisa tanggungan pinjaman di tempat lain dan asset usaha dan keluarga.
Hasil analisis selanjutnya menunjukan dalam potensi risiko nasabah
pembiayaan iB Hasanah terdapat beberapa tingkatan yaitu berisiko tinggi dan
berisiko rendah, dimana risiko yang sangat diperhatikan adalah potensi gagal
bayar dan setelah berjalan dari awal 2012 sampai akhir 2013, BNI Syariah KCPM
Depok terdapat pembiayaan macet (NPF) sebesar 1.5% dan nasabah dengan
kolektibilitas 1 (lancar) sebesar 97.5%.
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Dumai, provinsi Riau pada hari kamis, tanggal 18
Agustus 1988. 25 tahun silam. Anak pertama dari empat bersaudara dengan dua
laki-laki dan dua perempuan dari orang tua yang bernama Arman M.Y, S.E dan
Yetty Roswita. Penulis melanjutkan sekolah menengah di SMA Negeri 114
Jakarta Utara pada tahun 2003 dan lulus melalui jalur ilmu pengetahuan alam
(IPA), setamat sekolah menengah pada tahun 2006 penulis diterima melalui jalur
USMI di Institut Pertanian Bogor pada program diploma program keahlian
manajemen agribisnis dan lulus dengan memuaskan pada tahun 2009 dengan gelar
A.Md. Setelah lulus penulis diterima bekerja pada PT Telekomunikasi Selular
(Telkomsel) selama enam bulan. Setelah itu penulis melanjutkan program sarjana
pada program sarjana alih jenis, departemen manajemen, fakultas ekonomi dan
manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010. Selama kuliah di IPB
penulis aktif dalam organisasi termasuk seminar dan menghadiri forum-forum
nasional. Saat program diploma penulis diutus mewakili IPB pada tahun 2008
untuk menghadiri Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus Nasional
(FSLDK) di Universitas Negeri Lampung, Bandar Lampung.
Penulis juga beberapa kali mengikuti kompetisi dan seminar saat di program
PSAJM IPB, diantaranya : seminar bulanan masyarakat ekonomi syariah (MES)
selama tahun 2011, seminar Indonesia Tanpa Kemiskinan 2011 di FE UI Depok,
seminar karir World Bank dan Kementerian Keuangan di FE UI Depok pada tahun
2011, forum dan seminar “Indonesian Young Leaders Forum” di Ritz Carlton
Hotel, Jakarta pada tahun 2011, forum dan seminar “National Leadership Camp
2011” selama tiga hari di Nurul Fikri, Depok, forum dan seminar StudentxCEO‟s
Forum 2011 di ITB Bandung. Penulis ikut berkompetisi ide bisnis dan sosial yang
diadakan oleh StudentxCEO‟s dan masuk dalam 50 ide terbaik dan juga ikut
dalam lomba ide bisnis kedaerahan yang diadakan oleh Kementerian Riset dan
Teknologi Indonesia bersama organisasi Promuda Depok. Pada tahun yang sama
penulis juga bekerja freelance sebagai Financial Consultant di PT AXA Financial
Indonesia, kemudian pada bulan september 2011 mulai bekerja di Bank BNI
Syariah sampai sekarang.
Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pembiayaan
Mikro Ib Hasanah Dan Potensi Risiko Pada Bank Bni
Syariah Cabang Pembantu Mikro Depok _-ama Arys Agusman
H24104088
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
# Ir. Budi Purwanto, ME
NIP. 19630705 199403 1 003
Mengetahui,
TanggaI Lulus: 1 aMAR 2014
iv
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta‟ala atas
segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2012 adalah
kebijakan hutang dengan judul analisis faktor yang mempengaruhi kebijakan
hutang emiten pertanian di Bursa Efek Indonesia.
Penghargaan dan terima kasih penulis sampaikan kepada Ayah, Ibu,
keluarga, dan seluruh pihak atas segala support yang diberikan baik materil, do‟a,
perhatian dan kasih sayangnya. Penghormatan dan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada bapak Ir. Budi Purwanto, ME selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah banyak membantu dalam mengarahkan dan memberikan saran dalam
penyempurnaan penulisan skripsi.
Sebagaimana kodrat seorang manusia yang terlahir dengan segala kelebihan
dan kekurangannya, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan,
maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi skripsi
yang lebih baik. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat untuk orang
lain sebagai sarana referensi ilmu pengetahuan dan referensi penelitian
selanjutnya.
Bogor, Maret 2014
Penulis
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Segenap kerendahan hati, penulis menyadari penyusunan skripsi ini tidak
lepas dari sentuhan dan iringan do‟a berbagai pihak yang senantiasa menuntun
penulis dalam membuat laporan. Dalam kesempatan ini, izinkan penulis untuk
menyampaikan kata terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua berserta keluarga yang tak henti memberikan dukungannnya,
baik secara moral, materil, maupun spiritual,
2. Bapak Ir. Budi Purwanto, ME selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan saran, arahan, serta bimbingannya dalam menyusun skripsi,
3. Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc dan bapak M. Syaefudin
Andriyanto, STP, M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan
saran, arahan, serta bimbingannya dalam menyusun skripsi,
4. Seluruh dosen Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB beserta seluruh pegawai
dan staf,
5. Kantor Cabang Pembantu Bank BNI Syariah Depok yang telah memberikan
kesempatan untuk bergabung dan pengaplikasikan ilmu,
6. Sahabat seperjuangan mahasiswa Program Sarjana Alih Jenis Manajemen,
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, dan
7. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu-persatu.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP...………………………………………………………….. iii
KATA PENGANTAR……....….……………………………………………… iv
UCAPAN TERIMA KASIH...………………………………………………… v
DAFTAR ISI ..…………………………………………………………………. vi
DAFTAR TABEL ..…………………………………………………………… viii
DAFTAR GAMBAR ..………………………………………………………... viii
DAFTAR LAMPIRAN ..……………………………………………………… viii
I. PENDAHULUAN ………………………………………………………... 1
1.1. Latar Belakang ………………………………………………………... 1
1.2. Rumusan Masalah …………………………………………………….. 3
1.3. Tujuan Penelitian ……………………………………………………... 4
1.4. Manfaat Penelitian ……………………………………………………. 4
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………………. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………. 5
2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)….…………………....... 5
2.1.1. Definisi UMKM 5
2.1.2. Karateristik Pembiayaan UMKM 6
2.2. Microfinance ………………………………………………..……………… 7
2.2.1. Definisi Microfinance…………………………………………... 7
2.2.2. Bentuk Kelembagaan Microfinance di Indonesia………………. 8
2.2.2. Prinsip Dasar Islamic Microfinance…………………………….. 8
2.3. Bank …………………………………………………………............... 10
2.3.1. Definisi Bank………………………………………………….... 10
2.3.2. Sejarah Bank Syariah di Indonesia……………………………... 10
2.4. Pembiayaan Syariah…………………………………………………… 11
2.4.1. Pengertian Pembiayaan Syariah……………………………….... 11
2.4.2. Sistem Pembiayaan Syariah...…………………………………... 11
2.4.3. Jenis-jenis Pembiayaan Syariah...………………………………. 12
2.5. Risiko Kredit/Pembiayaan…………………………………………….. 13
2.6. Metode Analisis 5C……………………………………………………. 17
2.7. Penelitian Terdahulu…………………………………………………... 19
III. METODE PENELITIAN ……………………………………………….. 20
3.1. Kerangka Pemikiran …………………………………………………... 20
3.1.1 Kerangka Teoritis……………………………………………….. 20
3.1.2 Kerangka Operasional……………………………….………….. 23
3.2. Lokasi Penelitian….…………………………………………………… 25
3.3. Prosedur Analisis Data ...……………………………………………… 35
vii
3.3.1 Metode dan Teknik Pengambilan Sampel….…………………… 25
3.3.2 Metode Pengumpulan Data..…………………………………… 26
3.3.3 Metode Pengolahan Data………………………………………. 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………….. 28
4.1. Sejarah Bank BNI Syariah.……………………………………………. 28
4.2. Pembiayaan Mikro iB Hasanah..………………………………………. 29
4.3. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas………………………………… 31
4.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan….………... 32
4.5. Potensi Risiko Nasabah Pembiayaan Mikro iB Hasanah……………... 37
4.6. Implikasi Manajerial............................................................................... 39
KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………………. 41
1. Kesimpulan …………………………………………………………… 41
2. Saran …………………………………………………………………... 41
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 42
LAMPIRAN …………………………………………………………………… 44
viii
DAFTAR TABEL
No Halaman
1 Realisasi pembiayaan BNI Syariah KCPM Depok…............................. 2
2 Lembaga keuangan mikro berdasarkan aspek sosial.............................. 8
3 Lembaga keuangan mikro berdasarkan aspek segmentasi pasar…..…... 9
4 Hasil Pengujian Statistik Deskriptif...…………….…………………… 32
5 Hasil pengujian model regresi linear berganda.......………………….... 33
6 Potensi Risiko Nasabah Pembiayaan Mikro iB Hasanah…..………….. 39
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1 Grafik realisasi pembiayaan vs outstanding
KCP Mikro Depok ........……………………………………………….
2
2 Bagan kerangka pemikiran......………………………………………... 22
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1 UKM Depok berdasarkan komoditi…..………………………………. 45
2 Data pasar modern, pasar tradisional, dan pergudangan.................….. 46
3 Persyaratan umum dan persyaratan khusus nasabah............................... 47
4 Struktur organisasi bank BNI Syariah KCP Mikro…....……………… 49
5 Uraian jabatan kantor cabang pembantu mikro BNI Syariah (sesuai
mapping)................................................ ………………………………
49
6 Alur proses pembiayaan..........................................…………………… 54
7 Ringkasan hasil penelitian terdahulu........…………………………… 58
I.PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor usaha kecil dan menengah masih menjadi prioritas utama
perbankan syariah dalam penyaluran dana perbankan syariah baik itu ditujukan
untuk modal kerja maupun investasi. Penyaluran dana ini pada umumnya bersifat
personal atau pribadi, sektor ini merupakan sektor padat karya namun minim
modal yang memberikan potensi besar dalam penyaluran dana perbankan syariah.
Dalam kurun waktu 2009-2010 saja, sektor UMKM meningkat pesat dari 19,86
persen (yoy) pada September 2009 menjadi 44,81 persen per September 2010.
BNI Syariah Cabang Mikro Bogor merupakan pilot project untuk ekspansi
di bisnis pembiayaan mikro. Bank BNI Syariah Cabang Mikro Bogor saat ini
telah memiliki lima Kantor Cabang Pembantu Mikro dan satu Kantor Cabang
Kedung Halang, antara lain : KCP Mikro Pasar Grosir Bogor, KCP Mikro Pasar
Cibinong, KCP Mikro Pasar Citereup, KCP Mikro Pasar Cileungsi, KCP Mikro
Depok Citayam. Lokasi outlet yang bertaraf KCP ini terletak di pasar dan dekat
pasar agar mudah terjangkau oleh calon-calon nasabah pembiayaan Mikro iB
Hasanah.
BNI Syariah KCPM Depok mulai berjalan pada Januari 2012 dengan
realisasi pembiayaan sebesar Rp 33.000.000,- dan sampai dengan akhir Agustus
2012 sebesar Rp 1.727.600.000,-. Target yang tercapai hanya 18,00% dari target
yang ada (Lihat Tabel 1). Berdasarkan data dari industri dan perdagangan
pemerintahan kota Depok, sektor UMKM yang terdapat di kota ini cukup
beragam. UKM kota Depok berdasarkan komoditinya yaitu : batuan, bahan
bangunan, furniture, jasa, ikan konsumsi, perdagangan umum dan sembako serta
kerajinan khas kota Depok, dapat dilihat lengkap pada Lampiran 4. Sedangkan
data pasar modern, pasar tradisional dan pergudangan yang terdapat di kota
Depok terdapat 23 pasar, jumlah pasar tersebut merupakan potensi UMKM yang
besar bagi BNI Syariah KCPM Depok. Oleh karena itu, UMKM dan pasar yang
tersebar seharusnya prospek yang cukup bagus dalam realisasi pembiayaan oleh
BNI Syariah. Selengkapnya dapat dilihat lengkap pada Lampiran 5.
2
Tabel 1. Realisasi pembiayaan BNI Syariah KCPM Depok
No Periode
2012
Target KCP
Mikro (dalam
rupiah)
Realisasi Target
Pencairan
(dalam rupiah)
Tingkat
Pertumbuhan
1 Januari 1.200.000.000 33.000.000 2,75%
2 Februari 1.200.000.000 135.500.000 11,29%
3 Maret 1.200.000.000 150.100.000 12,51%
4 April 1.200.000.000 198.000.000 16,50%
5 Mei 1.200.000.000 246.000.000 20,50%
6 Juni 1.200.000.000 343.000.000 28,58%
7 Juli 1.200.000.000 302.000.000 25,17%
8 Agustus 1.200.000.000 320.000.000 26,67%
Total 9.600.000.000 1.727.600.000 18,00%
Sumber : Bank BNI Syariah KCPM Depok (Data diolah) (2012)
Gambar 1. Grafik realisasi pembiayaan vs outstanding KCPM Depok
Sumber : Bank BNI Syariah KCPM Depok (Data diolah) (2012)
Berdasarkan Gambar 1, terlihat bahwa BNI Syariah KCP Mikro Depok
terus mengalami pertumbuhan, namun tidak begitu signifikan terhadap target.
Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa dari sisi realisasi pembiayaan setiap
bulannya hanya mampu dicapai pada angka 371 juta rupiah di bulan ke-7, masih
jauh dari target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 1,2 milyar rupiah per bulan.
Namun, outstanding pembiayaan terus mengalami peningkatkan yang dapat
3
disimpulkan bahwa KCPM Depok mampu memantau dan menjaga hubungan
dengan nasabah eksisting dengan baik.
Sebelum merealisasikan pembiayaan Mikro iB Hasanah calon nasabah yang
mengajukan pembiayaan kepada BNI Syariah KCPM Depok terlebih dahulu
dilakukan analisa oleh beberapa pihak, mulai dari Asisten Pemasaran, Analisis
Pembiayaan dan terakhir Pimpinan Cabang/Cabang Pembantu. Hal pertama yang
dilakukan oleh Analis Pembiayaan untuk menilai layak atau tidaknya calon
nasabah tersebut adalah mengecek riwayat pembiayaan calon nasabah di Bank
Indonesia melalui BI Checking. Pada tahap ini, lanjut atau tidaknya pada tahap
penilaian berikutnya sangat penting sekali. Jika calon nasabah memiliki riwayat
pembiayaan dibawah tingkat kolektibilitas II, maka calon nasabah tersebut akan
langsung dinyatakan gagal untuk tahap selanjutnya. Hal ini menjadi penyebab
pertama dalam realisasi pembiayaan sehingga KCPM Depok belum mencapai
target. Namun, BI Checking merupakan bagian penting yang tidak bisa digantikan
karena peranannya dalam menyaring nasabah berkualitas baik atau buruk.
Di dalam metode penilaian bank secara umum kepada calon nasabah
pembiayaan umumnya menggunakan metode 5C (Character, Capacity, Capital,
Collateral, Condition Of Economy ). Metode inipun juga digunakan di Bank
Mikro, khususnya Bank BNI Syariah KCPM Depok. Namun, berdasarkan
informasi dari bagian Analis Pembiayaan bahwa konsep yang diterapkan dari
metode 5C hanya 3C saja yaitu (Character, Capacity dan Collateral) yang biasa
digunakan di Bank Mikro. Melalui 3C ini, Analis Pembiayaan Mikro melakukan
analisa risiko pembiayaan terhadap calon debitur dari sisi kualitas karakternya,
kemampuan membayar angsuran juga kesesuaian nilai jaminan dengan nominal
pembiayaan yang akan diajukan. Hal tersebut menjadi dasar pemikiran peneliti
untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang
Berpengaruh Terhadap Pembiayaan Mikro Ib Hasanah Dan Potensi Risiko
Pada Bank Bni Syariah Cabang Pembantu Mikro Depok”.
4
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi pembiayaan Mikro
iB Hasanah di BNI Syariah KCPM Depok ?
2. Bagaimana metode penilaian yang dipertimbangkan dalam menganalisis
potensi risiko nasabah pembiayaan Mikro iB Hasanah di BNI Syariah
KCPM Depok ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan.
2. Menganalisis potensi risiko nasabah pembiayaan Mikro iB Hasanah
berdasarkan konsep 5C di BNI Syariah KCPM Depok.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Membuktikan faktor-faktor realisasi pembiayaan dari konsep 5C yang
sesuai dengan konsep pembiayaan perbankan syariah mikro khususnya
untuk BNI Syariah KCPM Depok,
2. Memberikan informasi kepada BNI Syariah KCPM Depok mengenai
karakter calon debitur pembiayaan mikro secara umum dan khusus
dalam realisasi pembiayaan,
3. Memberikan informasi kepada BNI Syariah KCPM Depok dan Bank
Syariah Mikro yang lain mengenai potensi risiko pembiayaan dilihat dari
sektor usaha yang dijalankan calon debitur agar menjadi pertimbangan
dalam realisasi pembiayaan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini terbatas hanya pada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
realisasi pembiayaan Mikro iB Hasanah periode Januari s/d Agustus 2012,
karenapada periode ini merupakan tahap penilaian dan evaluasi. dengan
menggunakanpendekatan konsep 5C, analisis regresi linier berganda.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
2.1.1. Definisi UMKM
Usaha mikro kecil menengah merupakan usaha produktif milik keluarga
atau perorangan Warga Negara Indonesia. Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia No.20 Tahun 2008 mendefinisikan kriteria Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) sebagai berikut:
1. Kriteria usaha mikro adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah.
2. Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah).
3. Kriteria usaha menengah adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha.
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00
(lima puluh milyar rupiah).
6
2.1.2. Karateristik Pembiayaan UMKM
Usaha mikro, kecil dan menengah mampu memberikan kontribusi bagi
perekonomian nasional. Ada beberapa acuan definisi yang digunakan oleh
berbagai instansi di Indonesia, yaitu:
a. Undang-Undang No.9 tahun 1995 tentang usaha kecil, mengatur kriteria
usaha kecil berdasarkan nilai aset tetap (di luar tanah dan bangunan) paling
besar Rp 200 juta dengan omzet per tahun maksimal Rp 1 milyar.
Sementara itu berdasarkan Inpres No.10 tahun 1999 tentang usaha
menengah, batasan aset tetap (di luar tanah dan bangunan) untuk usaha
menengah adalah Rp 200 juta hingga Rp 10 milyar.
b. Kementrian Koperasi dan UKM menggolongkan suatu usaha sebagai
usaha kecil jika memiliki omset kurang dari Rp 1 milyar per tahun. Untuk
usaha menengah, batasannya adalah usaha yang memiliki omset antara Rp
1 sampai dengan Rp 50 milyar per tahun.
c. Departemen Perindustrian dan Perdagangan menetapkan bahwa industri
kecil dan menengah adalah industri yang memiliki nilai investasi sampai
dengan Rp 5 milyar. Sementara itu, usaha kecil di bidang perdagangan dan
industri juga dikategorikan sebagai usaha yang memiliki aset tetap kurang
dari Rp 200 juta dan omzet per tahun kurang dari Rp 1 miliar (sesuai UU
No. 9 tahun 1995).
d. Bank Indonesia menggolongkan UK dengan merujuk pada UU No.
9/1995, sedangkan untuk usaha menengah, BI menentukan sendiri kriteria
aset tetapnya dengan besaran yang dibedakan antara industri manufaktur
(Rp 200 juta s/d Rp 5 miliar) dan non manufaktur (Rp 200 – 600 juta).
e. Badan Pusat Statistik (BPS) menggolongkan suatu usaha berdasarkan
jumlah tenaga kerja. Usaha kecil adalah usaha yang memiliki pekerja 1-19
orang; usaha menengah memiliki pekerja 20-99 orang; dan usaha besar
memiliki pekerja sekurang-kurangnya 100 orang.
f. Karakteristik usaha kecil, diantaranya (Suharto, 2008) :
7
1. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap
tidak gampang berubah;
2. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-
pindah;
3. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau
masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan
dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha;
4. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP;
5. Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam
berwiraswasta;
6. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;
7. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan
baik seperti business planning.
g. Contoh usaha kecil, yaitu (Suharto, 2008) :
1. Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga
kerja;
2. Pedagang di pasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya;
3. Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu
dan rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan
industri kerajinan tangan;
4. Peternakan ayam, itik dan perikanan;
5. Koperasi berskala kecil.
2.2. Microfinance
2.2.1. Definisi Microfinance
Gonzalez-Vega dan Chavez dari Aryo (2011) menyatakan bahwa Indonesia
adalah laboratorium dunia untuk keuangan mikro. Namun lebih dari sekedar
laboratorium, menurut Klaas Kuiper (2003) dan L. Schmit dari Aryo (2011)
'revolusi' microfinance telah terjadi di Indonesia lebih dari 100 tahun yang lalu
pada tahun 1895 ketika Raden Wiriamadya membentuk sebuah lembaga keuangan
8
mikro untuk membantu para pegawai bumiputera yang terlilit hutang. Cikal bakal
inilah yang terus berkembang pada era kolonial smapai kemerdekaan Indonesia
dengan wujudnya yang sekarang adalah Bank Rakyat Indonesia.
Robinson dari Aryo (2011) dalam bukunya The Microfinance Revolution,
Volume 1: Sustanaible Finance for the Poor, menyatakan bahwa kredit dapat
menjadi sarana yang powerful untuk penanggulangan kemiskinan bila digunakan
secara efektif kepada economically active poor dan creditworthy.
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Sebstad dan Cohen dari Aryo
(2011) bahwa penerima kredit mikro berada di sekitar garis kemiskinan.
Sedangkan untuk extreme poor, program-program kemiskinan yang bersifat
subsidi lebih tepat untuk mengangkat mereka ke atas garis kemiskinan.
Fundamental filosofi dari microfinance menurut mouhiuddin dari aryo (2011)
adalah mengubah lingkaran „setan‟ kemiskinan „low income, no savings, no
investments, lower income‟, menjadi spiral kesehjateraan yaitu „an expanding
system of low income, acces to credit, investment, higher income, small savings,
and still more credit lendings to even higher income‟.
2.2.2. Bentuk Kelembagaan Microfinance di Indonesia
Berdasarkan penelitian Tika Arundina dan Yusuf Wibisono (2011), secara
umum lembaga keuangan mikro (LKM) di Indonesia terdiri dari : (i) LKM
berbentuk bank, yaitu Bank Perkreditan Rakyat (BPR), BPR Syariah, dan Unit
Mikro dari Bank Umum seperti BRI Unit Desa dan Danamon Simpan Pinjam; (ii)
LKM berbentuk koperasi, yaitu Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Unit Simpan
Pinjam (USP), Koperasi Jasa Keuangan Syariah (UJKS); dan (iii) LKM bukan
bank bukan koperasi, yaitu Badan Kredit Desa (BKD), Lembaga Dana dan Kredit
Pedesaan (LDKP), dan Baitul Maal Tamwiil (BMT).
Sedangkan dilihat dari aspek operasional-nya, LKM di Indonesia terdiri
dari: (i) saving-led microfinance, yang bertumpu pada mobilisasi dana tabungan
dari nasabah dengan system keanggotaan; (ii) credit-led microfinance, yang
bertumpu pada penyaluran kredit mikro dengan tidak mengandalkan dana dari
tabungan namun dari sumber pendanaan lain; (iii) micro-banking, yaitu perbankan
umum yang didesain untuk melakukan jasa keuangan mikro; dan (iv) linkage
9
model, yaitu linkage lembaga keuangan yang lebih besar dengan LKM seperti
linkage bank umum dengan BPR.
2.2.3. Prinsip Dasar Islamic Microfinance (Lembaga Keuangan Mikro
Islam)
Menurut Kaleem dan Ahmed dari Ascarya (2011) perbedaan prinsip dasar
dari Islamic Microfinance dan Conventional Microfinance dengan pendekatan
Charity-Based Microfinance (lembaga keuangan mikro berdasarkan pendekatan
aspek sosial) adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Lembaga keuangan mikro berdasarkan aspek sosial
Lembaga Keuangan Mikro
Konvensional
Lembaga Keuangan Mikro
Islam
Sumber dana Bantuan internasional
Filantropi lokal (zakat,
infaq, sedekah, dan dana
wakaf)
Penggunaan
dana Peroleh keuntungan
Pemberdayaan social
ekonomi
Jenis biaya Berbasis bunga Bebas bunga
Sifat dana Hutang Sosial
Sifat
pemulihan
Dipaksa pemulihan melauli
tekanan per grup Tekanan masyarakat
Jenis
kontributor Bukan relawan Relawan
Jenis
pemberdayaan Wanita Keluarga atau perorangan
Jenis motivasi Komersial Persaudaraan
Tingkat
partisipasi
Beberapa anggota wajib oleh
setiap anggota masyarakat
Beberapa anggota wajib oleh
setiap anggota masyarakat
Sumber : Kaleem dan Ahmed dari Ascarya (2011) (diterjemahkan).
Berdasarkan pendekatan tersebut, perbedaan paling mendasar antara
Conventional Microfinance dan Islamic Microfinance terdapat pada filosofi
sistem yang menjadi panduan dalam menjalankan bisnisnya. Namun, keduanya
10
memiliki pedekatan yang mirip yaitu pada social community untuk pemberdayaan
masyarakat dan peningkatan kesehjateraan masyarakat.
Sedangkan menurut Mazher dari Ascarya (2011) perbedaan prinsip dasar
dari Islamic Microfinance dan Conventional Microfinance dengan pendekatan
Market-Based Microfinance (lembaga keuangan mikro berdasarkan pendekatan
pasar) adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Lembaga keuangan mikro berdasarkan aspek pasar
Lembaga Keuangan Mikro
Konvensional
Lembaga Keuangan Mikro
Islam
Sumber Dana Bantuan internasional, Dana
pihak ketiga
Bantuan internasional, Dana
pihak ketiga
Model
pembiayaan/kre
dit
Berbasis bunga Berbasis prinsip islam
Pembiayaan
orang miskin Tidak termasuk Termasuk
Bentuk dana Tunai Barang
Biaya-biaya Biaya-biaya keanggotaan
dipotong di awal Tidak ada potongan di awal
Kelompok
target Wanita Keluarga
Sasaran Pemberdayaan wanita Kemudahan dan ketersediaan
pembiayaan
Kewajiban
pinjaman atau
pembiayaan
penerima (wanita) Penerima dan istri (keluarga)
Insentif pekerja Moneter Moneter dan keagamaan
Pelayanan
dalam kasus
yang terjadi
Kelompok/pemusatan tekanan
dan pelayanan
Kelompok/pemusatan/istri
Program
pengembangan
sosial
Sekuler (non-Islam): perilaku,
etika dan pengembangan sosial
Keagamaan (Islami): perilaku,
etika dan pengembangan
sosial
Sumber : Kaleem dan Ahmed dari Ascarya (2011) (diterjemahkan).
Berdasarkan pendekatan tersebut, perbedaan paling mendasar antara
Conventional Microfinance dan Islamic Microfinance terdapat pada tujuan,
dimana Conventional Microfinance lebih fokus pada pemberdayaan wanita
11
sedangkan Islamic Microfinance lebih fokus pada kemudahan dan penggunaan
dari pembiayaan yang disalurkan. Namun, keduanya memiliki pedekatan yang
mirip yaitu pada kelompok atau grup dalam mengelola dan peningkatan
kesehjateraan.
2.3. Bank
2.3.1. Definisi Bank
Pengertian bank dalam pasal 1 Undang-undang No.10 tahun 1998 yaitu: ”
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
bentuk-bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak
(Kasmir, 2008).
2.3.2. Sejarah Bank Syariah di Indonesia
Kehadiran bank yang berdasarkan syariah di Indonesia masih relatif baru,
yaitu baru pada awal tahun 1990-an, meskipun masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat Muslim terbesar di dunia. Prakarsa untuk mendirikan Bank Syariah di
Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18 – 20
Agustus 1990. Namun, diskusi tentang Bank Syariah sebagai basis ekonomi Islam
sudah mulai dilakukan pada awal tahun 1980.
Bank Syariah pertama di Indonesia merupakan hasil kerja tim perbankan
MUI, yaitu dengan dibentuknya PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang akte
pendiriannya ditandatangani tanggal 1 November 1991. Bank ini ternyata
berkembang cukup pesat sehingga saat ini BMI sudah memiliki puluhan cabang
yang tersebar di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung,
Makasar, dan kota lainnya. (Kasmir,2008).
2.4. Pembiayaan Syariah
2.4.1. Pengertian Pembiayaan Syariah
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, Pengertian
pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan yang atau
12
tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
(Kasmir,2008).
2.4.2 Sistem Pembiayaan Syariah
Bank syariah menunjukan pertumbuhan yang meningkat. Ini didorong oleh
makin tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk memilih produk yang halal.
Karena jumlah penduduk muslim di Indonesia yang paling banyak di dunia,
merupakan potensi bagi keuangan syariah untuk menjadi bagian dalam
pembiayaan ekonomi masyarakat. Prinsip pembiayaan syariah yang mendasar
adalah Bank Indonesia (2007) :
1. Keadilan, pembiayaan saling menguntungkan baik pihak yang
menggunakan dana maupun pihak yang menyediakan dana.
2. Kepercayaan, merupakan landasan dalam menentukan persetujuan
pembiayaan maupun dalam menghitung margin keuntungan maupun bagi
hasil yang menyertai pembiayaan tersebut. Untuk mendukung prinsip –
prinsip tersebut agar dapat berjalan jauh dari prasangka, manipulasi,
korupsi dan kolusi maka dibutuhkan informasi yang memadai. Informasi
ini menjadi data pendukung yang dapat digunakan untuk mengambil
keputusan yang proporsional. Jenis informasi yang dimaksud antara lain:
a. Informasi dasar nasabah
b. Informasi data penjualan/pembelian/penyewaan riil
c. Proyeksi laporan keuangan
d. Akad pembiayaan
2.4.3 Jenis-jenis Pembiayaan Syariah
Menurut Karim (2009). Jenis-jenis pembiaayan pada bank syariah terdapat
enam macam yaitu pembiayaan modal kerja syariah, pembiayaan investasi
syariah, pembiayaan konsumtif syariah, pembiayaan sindikasi, pembiayaan
berdasarkan Take Over, pembiayaan Letter Of Credit (L/C), berikut
penjelasannya:
13
1. Pembiayaan Modal Kerja Syariah
Pembiayaan modal kerja syariah adalah pembiayaan jangka pendek yang
diberikan kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja usahanya
berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Jangka waktu pembiayaan modal kerja
maksimum 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan.
Fasilitas PMK dapat diberikan kepada seluruh sektor/subsektor ekonomi
yang dinilai prospek, tidak bertentangan dengan syariat islam dan tidak dilarang
oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta yang dinyatakan jenuh
olwh Bank Indonesia. Pemberian fasilitas pembiayaan modal kerja kepada
debitur/calon debitur dengan tujuan untuk mengeliminasi risiko dan
mengoptimalkan keuntungan Bank.
2. Pembiayaan Investasi Syariah
Pembiayaan investasi adalah pembiayaan jangka menengah atau jangka
panjang untuk pembelian barang-barang modal yang diperlukan untuk:
a. Pendirian proyek baru
b. Rehabilitasi
c. Modernisasi
d. Ekspansi
e. Relokasi proyek yang sudah ada
3. Pembiayaan Konsumtif Syariah
Secara definitif, konsumtif adalah kebutuhan individual meliputi kebutuhan
baik barang maupun jasa yang tidak dipergunakan untuk tujuan usaha. Dengan
demikian yang dimaksud pembiayaan konsumtif adalah jenis pembiayaan yang
diberikan untuk tujuan di luar usaha dan umumnya bersifat perorangan.
4. Pembiayaan Sindikasi
Pembiayaan sindikasi adalah pembiayaan yang diberikan oleh lebih dari
satu lembaga keuangan bank untuk satu objek pembiayaan tertentu. Pada
umumnya, pembiayaan ini diberikan bank kepada nasabah korporasi yang
memiliki nilai transaksi yang sangat besar.
5. Pembiayaan Berdasarkan Take Over
Salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan bank syariah adalah membantu
masyarakat untuk mengalihkan transaksi nonsyariah yang telah berjalan menajdi
transaksi yang sesuai dengan syariah. Dalam hal ini, atas permintaan nasabah,
14
bank syariah melakukan pengambilalihan hutang nasabah di bank konvensional
dengan cara memberikan jasa hiwalah atau dapat juga menggunakan qard,
disesuaikan dengan ada atau tidaknya unsur bunga dalam hutang nasabah kepada
bank konvensional. Setelah nasabah melunasi kewajibannya kepada bank
konvensional, transaksi yang terjadi adalah transaksi antara nasabah dengan bank
syariah. Dengan demikian, yang dimaksud dengan pembiayaan berdasarkan take
over adalah pembiayaan yang timbul sebagai akibat dari take over terhadap
transaksi nonsyariah yang telah berjalan yang dilakukan oleh bank syariah atas
permintaan nasabah.
6. Pembiayaan Letter Of Credit (L/C)
Secara definit, yang dimaksud dengan pembiayaan Letter Of Credit (L/C)
adalah pembiayaan yang diberikan dalam rangka memfasilitasi transaksi impor
atau ekspor nasabah. Pada umumnya pembiayaan L/C dapat menggunakan
beberapa akad, yaitu pembiayaan L/C Impor dan pembiayaan L/C Ekspor.
2.5. Risiko Kredit / Pembiayaan
Menurut Karim (2009). Risiko pembiayaan adalah risiko yang disebabkan
oleh adanya kegagalan counterparty dalam memenuhi kewajibannya. Dalam bank
syariah, risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan risiko terkait
pembiayaan korporasi.
1. Risiko Terkait Produk
a. Risiko Terkait Pembiayaan berbasis Natural Certainty Contracts
(NCC)
Yang dimaksud dengan Analisis Risiko Pembiayaan Berbasis Natural
Certainty Contracts adalah mengidentifikasi dan menganalisis dampak dari
seluruh risiko nasabah sehingga kepurusan pembiayaan yang diambil sudah
memperhitungkan risiko yang ada dari pembiayaan berbasis Natural Certainty
Contracts, seperti murabahah, ijarah, ijarah muntahia bit tamlik, salam, istishna‟.
Penilaian risiko ini mencakup 2 (dua) aspek, yaitu sebagai berikut :
1) Default Risk (risiko kebangkrutan) yakni risiko yang terjadi pada
First Way Out, dipengaruhi oleh hal-hal berikut ini.
2) Industry Risk yaitu risiko yang terjadi pada jenis usaha yang
dipengaruhi oleh hal-hal berikut :
15
Karakteristik masing-masing jenis usaha yang bersangkutan.
Riwayat eksposur pembiayaan yang bersangkutan di bank
konvensional dan pembiayaan yag bersangkutan di bank
syariah, terutama perkembangan Non Performing Financing
jenis usaha yang bersangkutan.
Kinerja keuangan jenis usaha yang bersangkutan (industry
financial standard).
b. Kondisi internal perusahaan nasabah, seperti manajemen, organisasi,
pemasaran, teknis produksi, dan keuangan.
c. Faktor negatif lainnya yang mempengaruhi perusahaan nasabah,
seperti kondisi grup usaha, keadaan force majeure, permasalahan
hukum, pemogokan, kewajiban off balance sheet (L/C import, bank
garansi), market risk (forex risk, interest risk, security risk), riwayat
pembayaran (tunggakan kewajiban) dan restruktrisasi pembiayaan.
3) Recovery Risk (risiko jaminan) yakni risiko yang terjadi pada
Second Way Out dipengaruhi oleh hal-hal berikut.
a. Kesempurnaan pengikatan jaminan
b. Nilai jual kembali jaminan
c. Faktor negatif lainnya, misalnya tuntutan hukum pihak lain
atas jaminan, lamanya taksasi ulang jaminan.
d. Kredibilitas penjamin (jika ada).
2. Risiko Terkait Pembiayaan Korporasi
Kompleksitas dan volume pembiayaan korporasi menimbulkan risiko
tambahan selain risiko yang terkait dengan produk. Oleh karena itu, analisisnya
harus lebih komprehensif. Analisis tersebut meliputi:
a. Analisis sales cost, profits, assets and liabilities
b. Analisis cash flow
Risiko tambahan yang harus diantisipasi antara lain :
1) Risiko yang timbul dari perubahan kondisi bisnis nasabah setelah
pencairan pembiayaan.
2) Risiko yang timbul dari komitmen kapital yang berlebihan.
3) Risiko yang timbul dari lemahnya analisis bank.
16
Menurut Khan dan Ahmed (2008). Risiko kredit merupakan risiko yang
paling krusial dalam dunia perbankan. Hal ini dikarenakan, kegagalan bank dalam
mengelola risiko ini, dapat memicu munculnya risiko likuiditas, suku bunga,
penurunan kualitas aset dan risiko-risiko lainnya. Tingkat risiko kredit yang
dimiliki bank, memiliki efek negatif bagi kualitas aset yang diinvestasikan.
Apakah bank syariah menghadapi risikio kredit yang lebih besar atau lebih kecil
jika dibandingkan dengan bank konvensional? Jawaban atas pertanyaan ini,
bergantung pada beberapa faktor berikut ini.
a. Karakteristik risiko kredit yang secara umum melekat pada
pembiayaan syariah.
b. Karakteristik risiko yang secara khusus melekat pada model
pembiayaan syariah yang relatif berbeda.
c. Akurasi dalam menghitung kemungkinan kerugian kredit.
d. Ketersediaan teknik mitigasi risiko.
Karim (2009) juga menyatakan bahwa risiko pembiayaan terkait dengan
produk pembiayaan. Risiko-risiko yang terkait pada produk pembiayaan adalah :
1. Risiko pada murabahah adalah bagi hasil kepada dana pihak ketiga
menjadi tidak bersaing karena terlalu panjangnya jangka waktu
pengembalian pembiayaan.
2. Risiko pada Ijarah adalah rusaknya barang oleh nasabah di luar
pemakaian normal.
3. Risiko pada IMBT terjadi saat pembayaran dilakukan dengan metode
balloon payment, yakni pembayaran angsuran dalam jumlah besar di akhir
periode.
4. Risiko Salam dan Istishna ada dua yaitu risiko gagal menyerahkan barang
dan risiko jatuhnya harga barang.
5. Risiko pada Mudharabah dan Musyarakah meliputi tiga aspek yaitu,
Business risk (risiko bisnis yang akan dibiayai), Shrinking risk (risiko
berkurangnya nilai pembiayaan mudharabah dan musyarakah), Character
risk (risiko karakter buruk mudharib)
Menurut Rivai dan Veithzal (2008). Di dalam pembiayaan, berbagai risiko
yang perlu menjadi perhatian, antara lain:
17
a. Risiko Politik
Banyak penyaluran pembiayaan yang gagal sebagai akibat tidak adanya
kebijakan politik yang jelas. Politik yang stabil merupakan faktor yang sangat
menentukan dalam keberhasilan kegiatan usaha/customer. Suatu negara yangs
edang bergejolak seperti Indonesia pada kurun waktu 1997 – 2003 dan sendi-sendi
perekonomian jancur, maka banyak usaha yang hancur berantakan, macet, dan
bahkan sulit untuk kembali bangkit seperti sebelum terjadi krisis moneter pada
pertengahan tahun 1997. Akibat krisis moneter ini, banyak perusahaan yang
terpaksa gulung tikar da akhirnya merefleksi hancurnya bisnis perbankan yang
berakhir dengan likuidasi beberapa bank.
b. Risiko Sifat Usaha
Setiap jenis usaha mempunyai risiko sesuai karakter usahanya, bahkan
antarusaha yang sejenis pun memiliki risiko yang berbeda pula. Oleh karena itu,
ketika akan membiayai suatu jenis usaha customer perlu diketahui secara baik
kemungkinan risiko yang akan dihadapi di kemudian hari, sehingga dapat
diantisipasi sebelum risiko tersebut benar-benar terjadi. Cara terbaik untuk
menghadapinya adalah dengan tidak menyamakan setiap jenis usaha, dan
penyaluran pembiayaan tetap perlu melihatnya kasus per kasus.
c. Risiko Geografis
Risiko geografis ini dimungkinkan timbul karena kesalahan memilih tempat
lokasi usaha, sebagai akibat kurang cermatnya memilih lokasi yang tepat dan
aman. Pembiayaan usaha customer yang berlokasi di daerah rawan gempa, daerah
gunung berapi, daerah rawan banjir, daerah rawan longsor, daerah yang
sesungguhnya tidak cocok untuk bisnis yang dimohon oleh customer.
d. Risiko Persaingan
Bisnis apa pun yang ingin dimasuki/digeluti oleh customer tidak akan
terlepas dari akan terjadinya persaingan bisnis. Persaingan ini dapat terjadi antara
customer dengan usaha yang senjenis, atau dapat pula antarbank yang ingin sama-
sama membiayai proyek sejenis atau bahkan pada proyek yang sama.
e. Risiko Ketidakpastian Usaha
18
Ketidakmampuan memprediksi/meramal kondisi yang akan datang
berakibat fatal bagi bisnis. Akibatnya banyak usaha yang dilakukan secara
spekulasi dan bukan didasarkan pada perhitungan yang akurat.
2.6. Metode Analisis 5 C
Menurut Kasmir (2008). Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta
aspek penilaiannya tetap sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang
ditetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap bank, biasanya kriteria
penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang
benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5 C, Adapun penjelasan
untuk analisis dengan 5 C Pembiayaan adalah sebagai berikut.
1. Character (Karakter)
Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan
diberikan pembiayaan benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar
belakang si pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti : cara hidup atau gaya
hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hoby dan sosial standingnya. Ini semua
merupakan ukuran “kemauan” membayar.
2. Capacity (Kapasitas)
Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang
dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan
kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah.
Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini.
Pada akhiratnya akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan
pembiayaan yang disalurkan.
3. Capital (Modal)
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan
(neraca dam laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi
likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat
dari sumber mana saja modal yang sekarang ini.
4. Collateral (Jaminan)
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik
maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah pembiayaan yang
diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu
19
masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat
mungkin.
5. Condition Of Economy (Kondisi Ekonomi)
Dalam melihat pembiayaan hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan
politik sekarang dan di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing serta
prospek usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik
sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.
Menurut Wisnaldi (2003), pada bisnis mikro karena karakteristik bisnisnya
berbeda maka yang lebih diandalkan adalah factor 2C yaitu Character dan
Capacity. Pertimbangan Character dan Capacity sebagai faktor utama dalam
pertimbangan pemberian kredit mikro terutama karena 2C tersebut merupaan first
way-out (jalan keluar pertama) dalam penyelesaian kredit serta keterbatasan
debitur mikro dalam memenuhi persyaratan jaminan (Collateral) yang merupakan
second way-out (jalan keluar kedua) dalam penyelesaian kredit.
Sedangkan menurut Wiyono (2003), untuk mikro banking karena situasi dan
kondisi yang ada, maka collateral, capital, condition of economy dapat
dihilangkan. Masyarakat sektor informal sudah jelas tidak akan memiliki jaminan
tambahan yang bisa diandalkan, apalagi permodalannya. Namun mampu bertahan
pada krisis ekonomi (dalam kondisi yang sulit). Oleh karena itu faktor-faktor yang
perlu diperhatikan pada calon debitur mikro adalah character dan capacity (2C).
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian-
penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian
terdahulu adalah hasil penelitian terdahulu belum ada yang membahas tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan di Bank Syariah Mikro.
Selain itu, penulis mengambil lokasi penelitian pada Bank BNI Syariah KCP
Mikro Depok. Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya
adalah dari beberapa variabel-variabel yang di analisis oleh Mulyarto (2009) dan
Febrio (2010) yaitu lama usaha, pendapatan, jumlah sisa tanggungan pinjaman,
usia dan jenis kelamin. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini juga
menggunakan analisis regresi linier berganda dengan alat analisis SPSS 15.
Ringkasan hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada Lampiran 4.
20
III. METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran
3.1.1 Kerangka Teoritis
Secara umum bank memiliki peran dalam pelayanan jasa keuangan di
masyarakat baik itu pembiayaan maupun pendanaan. Bank Syariah memiliki
peran yang sama dengan Bank Konvensional tetapi memiliki prinsip dasar yang
berbeda antara keduanya, dimana Bank Syariah berdasarkan prinsip islam
sedangkan Bank Konvensional beradasarkan prinsip bunga.
Pembiayaan memiliki peran penting dalam Bank Syariah, secara sederhana
meliputi pembiayaan konsumtif dan pembiayaan produktif. Pembiayaan
konsumtif biasanya meliputi investasi sedangkan pembiayaan produktif meliputi
modal kerja. Perbedaan mendasar pada dua jenis pembiayaan ini untuk
mengidentifikasi kebutuhan nasabah pada tujuan pembiayaan yang diberikan.
Dalam proses realisasi pembiayaan, metode umum yang dilakukan oleh
bank untuk mitigasi risiko yang kemungkinan akan timbul pasca realisasi
pembiayaan adalah dengan prinsip 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral,
dan Condition Of Economy). Prinsip ini diadopsi dari perbankan konvensional,
karena pada praktiknya dalam mitigasi risiko hampir sama antara Bank Syariah
dan Bank Konvensional. Lihat Gambar 4.
Bank Syariah Mikro dan sejenisnya juga mengadopsi metode yang sama,
hanya saja dalam praktiknya dari prinsip 5C tersebut yang biasa digunakan hanya
3C (Character, Capacity dan Collateral), hal ini dapat dilihat pada penelitian-
penelitian terdahulu. Prinsip-prinsip ini sangat mempengaruhi realisasi
pembiayaan, dimana penjelasannya sebagai berikut :
1. Character
Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan
diberikan pembiayaan benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar
belakang si pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti : cara hidup atau gaya
hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan sosial standingnya. Ini semua
merupakan ukuran “kemauan” membayar.
21
Dalam penelitian ini usia, pegalaman usaha dan tujuan pembiayaan menjadi
faktor yang mempengaruhi dalam penilaian nasabah dari sisi karakternya. Usia
menjadi cerminan bagaimana tingkat kedewasaan dan sikap tanggung jawab calon
debitur terhadap penggunaan dan kesadaran membayar angsuran.
Pengalaman usaha menjadi tolak ukur bagaimana stabilitas usaha yang
dijalankan, karena dalam persyaratan calon debitur di BNI Syariah sendiri
minimal pengalaman suaha calon debitur adalah dua tahun lamanya. Sedangkan
tujuan pembiayaan berpengaruh dalam kesesuaian tujuan awal nasabah
mengambil pembiayaan di BNI Syariah dengan penggunaan setelah pembiayaan
terealisasi, dalam akad di bank syariah kesesuain tujuan awal pengajuan
pembiayaan dengan penggunaan pembiayaan setelahnya sangat diperhatikan.
2. Capacity
Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang
dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan
kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah.
Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya dan dalam
mengembalikan pembiayaan yang disalurkan.
Pendapatan per bulan, jangka waktu pembiayaan dan sisa tanggungan
pinjaman di tempat lain merupakan faktor-faktor yang berpengaruh dalam
penilaian kapasitas calon debitur. Pendapatan per bulan calon debitur sangat
mempengaruhi bagaimana calon debitur mampu membayar angsuran setiap jatuh
tempo tanpa terkendala, sehingga risiko gagal bayar dapat dicegah dari awal.
Jangka waktu pembiayaan juga mempengaruhi untuk penialaian kapasitas
calon debitur, karena jangka waktu ini akan mempengaruhi besar angsuran yang
disesuaikan dengan kemampuan calon debitur untuk membayar angsuran baik itu
harian, mingguan juga bulanan.
Sisa tanggungan pinjaman di tempat lain calon debitur juga menjadi
penilaian dari sisi kapasitas/kemampuan mengembalikan pembiayaan yang
disalurkan. Hal ini dapat dilihat melalui BI Checking dengan tujuan untuk melihat
kewajiban angsuran yang sudah dimiliki, mengurangi sisa pendapatan dan juga
melihat kualitas pinjaman calon debitur.
22
3. Collateral
Jaminan hendaknya melebihi jumlah pembiayaan yang diberikan. Jaminan
juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah, maka
jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Jaminan
merupakan penilaian akhir sebelum pembiayaan direalisasikan dan hal ini juga
cukup berpengaruh juga merupakan berupa asset berharga yang dimiliki oleh
calon debitur baik itu asset tetap dan asset bergerak. Contoh asset tetap yaitu tanah
dan bangunan baik berupa tanah kosong, tanah dan rumah diatasnya, ruko atau
kios. Sedangkan contoh asset bergerak yaitu kendaraan bermotor.
Gambar 2. Bagan kerangka pemikiran
Kondisi
Ekonomi
Modal
Jaminan
Asset Usaha dan Keluarga
Variabel teori (Capital dan Condition Of Economy tidak
digunakan untuk penelitian ini berdasarkan penelitian Wisnaldi
(2003), Teguh Wiyono (2003), Eko Putro Mulyarto (2009), )
dan Robbi Febrio (2010)Teguh Wiyono (2003)
Karakter
Usia
Pengalaman
Usaha
Tujuan
Pembiayaan
Kapasitas
Pendapatan Per
Bulan
Jangka Waktu
Pembiayaan
Sisa Tanggungan
Pinjaman Di Tempat
Lain
Permasalahan :
Faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan Mikro iB
Hasanah
Metode penilaian yang dipertimbangkan dalam menganalisis faktor-
faktor risiko nasabah pembiayaan Mikro iB Hasanah
Bank BNI Syariah KCP Mikro Depok
Proses Realisasi Pembiayaan Mikro iB Hasanah
23
3.1.2. Kerangka Operasional
Analisis regresi berhubungan dengan studi ketergantungan satu variabel
(variabel tidak bebas) pada satu atau lebih variabel lain (variabel yang
menjelaskan) dengan maksud meramalkan nilai rata-rata hitung atau rata-rata
variabel tidak bebas, dipandang dari segi nilai yang diketahui atau tetap (dalam
pengambilan sampel berulang) .
Menurut (Gujarati, 2006). Apabila yang dipelajari adalah ketergantungan
satu variabel pada lebih dari satu variabel yang menjelaskan dikenal sebagai
analisis regresi majemuk (multiple regression) atau analisis regresi linier
berganda. Variabel-variabel yang telah dianalisis menggunakan regresi linier dan
diuji dengan uji t kemudian dibuat sebuah interpretasi mengenai data tersebut
yang diterjemahkan secara deskriptif apakah variabel-variabel bebas tersebut
berpengaruh terhadap besarnya realisasi pembiayaan mikro iB Hasanah di Bank
BNI Syariah KCP Mikro Depok Citayam.
Evaluasi model pendugaan bertujuan untuk mengetahui apakah model yang
diduga terpenuhi secara statistik. Dalam membuat suatu keputusan ada atau
tidaknya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) secara
bersama-sama (simultan), sedangkan uji t digunakan untuk melihat pengaruh
setiap variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) dalam penelitian ini.
Secara matematis dan empiris rumusannya sebagai berikut :
Y = f (C1, C2, C3)…………………………………………………………(1)
Dimana :
C1 (Character) = dapat diukur dengan usia (X1), Pengalaman usaha (X2), tujuan
pembiayaan (X3),
C2 (Capacity) = dapat dikur dengan pendapatan per bulan (X4), jangka waktu
pembiayaan (X5),
C3 (Collateral) = dapat diukur dengan sisa tanggungan pinjaman di tempat lain
(X6), asset usaha dan keluarga (X7).
Secara matematis :
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + εi.................(2)
Dimana:
Y = Realisasi Pembiayaan
X1 = Usia
X2 = Pengalaman Usaha
24
X3 = Tujuan Pembiayaan
X4 = Pendapatan Per Bulan
X5 = Jangka Waktu Pembiayaan
X6 = Sisa Tanggungan Pinjaman Di Tempat Lain
X7 = Asset Usaha dan Keluarga
εi = Error
Dan secara Empiris rumusannya sebagai berikut :
Ῡ = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 + b7x7 + ei........................(3)
Dimana:
Ῡ = Realisasi Pembiayaan
X1 = Usia
X2 = Pengalaman Usaha
X3 = Tujuan Pembiayaan
X4 = Pendapatan Per Bulan
X5 = Jangka Waktu Pembiayaan
X6 = Sisa Tanggungan Pinjaman Di Tempat Lain
X7 = Asset Usaha dan Keluarga
Ei = Error
Perumusan hipotesa dari faktor-faktor yang diduga mempengaruhi realisasi
pembiayaan mikro iB Hasanah adalah sebagai berikut:
1. Usia
Ho : Usia tidak berpengaruh nyata terhadap realisasi pembiayaan
H1 : Usia berpengaruh nyata positif terhadap realisasi pembiayaan
2. Pengalaman usaha
Ho : Pengalaman usaha tidak berpengaruh nyata terhadap realisasi pembiayaan
H1 : Pengalaman usaha berpengaruh nyata positif terhadap realisasi pembiayaan
3. Tujuan pembiayaan
Ho : Tujuan pembiayaan tidak berpengaruh nyata terhadap realisasi pembiayaan
H1 : Tujuan pembiayaan berpengaruh nyata terhadap realisasi pembiayaan
4. Pendapatan per bulan
Ho : Pendapatan per bulan tidak berpengaruh nyata terhadap realisasi pembiayaan
H1 : Pendapatan per Bulan berpengaruh nyata positif terhadap realisasi
pembiayaan
5. Jangka waktu pembiayaan
Ho : Jangka waktu pembiayaan tidak berpengaruh nyata terhadap realisasi
pembiayaan
H1 : Jangka waktu pembiayaan berpengaruh nyata positif terhadap realisasi
pembiayaan
6. Sisa tanggungan pinjaman di tempat lain
25
Ho : Sisa tanggungan pinjaman di tempat lain tidak berpengaruh nyata terhadap
realisasi pembiayaan
H1 : Sisa tanggungan pinjaman di tempat lain berpengaruh nyata positif terhadap
realisasi pembiayaan
7. Asset usaha dan keluarga
Ho : Asset usaha dan keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap realisasi
pembiayaan
H1 : Asset usaha dan keluarga berpengaruh nyata positif terhadap realisasi
pembiayaan
Keputusan pengujiannya adalah:
1. Terima Ho, jika t hitung < t tabel artinya, variabel-variabel bebas tidak
berpengaruh nyata terhadap realisasi pembiayaan.
2. Tolak Ho, jika t hitung > t tabel artinya, variabel-variabel bebas yang diuji
berpengaruh nyata terhadap realisasi pembiayaan Mikro iB Hasanah.
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Bank BNI Syariah KCPM Depok yang beralamat di
jalan Margonda Raya No. 222 E, Depok, 16423. Penelitian dilakukan di BNI
Syariah cabang pembantu mikro Depok karena BNI Syariah cabang pembantu
mikro Depok tidak mencapai target realisasi pembiayaan yang telah ditetapkan
pada semester pertama tahun awal mulai melayani pembiayaan.
3.3. Prosedur Analisis Data
3.3.1. Metode dan Teknik Pengambilan Sampel
Metode dan teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu metode non
probability sampling dengan menggunakan teknik convenience sampling.
Pengambilan sampel dengan non acak dilakukan jika semua elemen populasi
belum tentu memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel,
misalnya terdapat bagian populasi yang dengan sengaja tidak dijadikan anggota
sampel yang mewakili populasi. Cara Dipermudah (Convinience Sampling), yaitu
peneliti memiliki kebebasan untuk memilih siapa yang akan dijadikan sampel atau
yang akan ditemui sebagai responden (Umar, 1996).
Gay dan Diehl dari Idrus (2009) berpendapat bahwa sampel haruslah
sebesar-besarnya. Pendapat Gay dan Diehl ini mengasumsikan bahwa semakin
banyak sampel yang diambil maka akan semakin representatif dan hasilnya dapat
26
digenelisir. Namun ukuran sampel yang diterima akan sangat bergantung pada
jenis penelitiannya.
1. Jika penelitiannya bersifat deskriptf, maka sampel minimumnya adalah
10% dari populasi
2. Jika penelitianya korelasional, sampel minimumnya adalah 30 subjek
3. Apabila penelitian kausal perbandingan, sampelnya sebanyak 30 subjek
per group
4. Apabila penelitian eksperimental, sampel minimumnya adalah 15 subjek
per group
Jumlah nasabah pembiayaan Bank BNI Syariah KCP Mikro Depok sejak
live mulai Januari sampai Agustus 2012 sebanyak 56 orang. Dari pendapat (Gay
dan Diehl), yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah nasabah
pembiayaan BNI Syariah KCP Mikro Depok Citayam dengan jumlah sampel yang
diambil adalah 35 nasabah pembiayaan yang sudah terealisasi pencairannya baik
itu masih berjalan ataupun sudah lunas.
3.3.2. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah dengan wawancara
dan dokumentasi. Model wawancara yang dapat dilakukan melipui wawancara tak
berencana yang berfokus dan wawancara sambil lau. Wawancara tak berencana
berfokus adalah pertanyaan yang diajukan secara tidak terstruktur, namun selalu
berpusat pada satu pokok masalah tertentu. Wawancara sambil lalu adalah
wawancara yang tertuju kepada orang-orang yang dipilih tanpa melalui seleksi
terlebih dahulu secara teliti, tetapi dijumpai secara kebetulan (Koentjaraningrat,
1986, Danandjaja, 1988 dalam Idrus).
Wawancara tidak terstruktur adalah jenis wawancara yang lebih sesuai
dalam penelitian kualitatif sebab jenis wawancara tidak terstruktur ini memberi
peluang kepada peneliti untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan (idrus,
2009). Wawancara pada penelitian ini hanya pelengkap dengan wawancara
langsung pada bagian yang terkait, seperti ; analis pembiayaan mikro dan juga
kordinator analis pembiayaan, terhadap aktivitas proses realisasi pembiayaan
Mikro iB Hasanah.
Sedangkan, Dokumentasi merupakan pengumpulan data dengan cara
mengambil data yang sudah disediakan (data sekunder) oleh pihak-pihak terkait,
27
misalnya data di Kantor BPS, Kantor Instansi Pemerintah, Perusahaan, dan lain-
lain (bukan merupakan data langsung dari masyarakat). Dokumentasi yang
didapatkan adalah laporan internal perusahaan yang meliputi laporan realisasi
pembiayaan kurun waktu bulan januari sampai dengan agustus tahun 2012, analisa
realisasi pembiayaan hasil dari sistem Eletronic Financing Origanizationi (EFO)
pada BNI Syariah, dan profil perusahaan serta literatur-literatur perusahaan yang
terkait dalam kebutuhan data penelitian. Sebagai data penunjang, dikumpulkan
pula data-data yang telah diolah pada instansi-instansi terkait, seperti BI, BNI
Syariah serta berbagai literatur lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
3.3.3 Metode Pengolahan Data
Analisis regresi linear berganda ialah suatu alat analisis peramalan nilai
pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat untuk
membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal antara dua
variabel bebas atau lebih (X1), (X2), (X3),......(Xn) dengan satu variabel terikat
(Natawiria dan Riduwan,2010). Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu
hubungan atau pengaruh 5C terhadap realisasi pembiayaan Mikro iB Hasanah
pada bank BNI Syariah KCPM Depok, dari pengertian tersebut maka penelitian
ini menggunakan analisis regresi linear berganda dan analisis deskriptif.
Data yang diperoleh merupakan data kualitatif dan kuantitatif. Sebelum
diolah dan dianalisa, dilakukan beberapa prosedur pendahuluan terhadap data
yang diperoleh yaitu membuat pengkodean dan penggolongan beberapa kategori
jawaban. Pengolahan data menggunakan program komputer microsoft excel dan
software SPSS 15. Data dibuat terlebih dahulu dalam tabel pada microsoft excel,
kemudian diuji regresi berganda dengan bantuan SPSS 15.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Bank BNI Syariah
Sistem Syariah yang terbukti dapat bertahan dalam tempaan krisis moneter
1997, meyakinkan masyarakat bahwa sistem tersebut kokoh dan mampu
menjawab kebutuhan perbankan yang transparan. Berdasarkan hal itu dan
mengacu pada UU no 10 Tahun 1998, mulailah PT Bank Negara Indonesia
(Persero) merintis Divisi Usaha Syariah.
Berawal dari 5 kantor Cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara
dan Banjarmasin yang mulai beroperasi tanggal 29 April 2000, kini BNI Syariah
memiliki lebih dari 27 Cabang di seluruh Indonesia. Untuk memperluas layanan
pada masyarakat, masing-masing kantor cabang utama tersebut membuka kantor-
kantor cabang pembantu syariah (KCPS).
Selanjutnya berlandaskan peraturan Bank Indonesia No 8/3/ PBI/2006
tentang pemberian ijin bagi kantor cabang Bank konvensional yang memiliki
KCPM usaha syariah untuk melayani pembukaan rekening produk dana syariah,
BNI Syariah merespon ketentuan ini dengan cara bersinergi dengan cabang
konvensional guna melakukan “office channelling”. Hingga saat ini outlet layanan
syariah pada kantor cabang konvensional berjumlah 636 outlet.
Saat ini PT. BANK BNI Syariah telah Spin Off sejak 19 Juni 2010. BNI
Syariah saat ini didukung oleh sistem Informasi Teknologi yang modern dan
jaringan transaksi yang sangat luas di seluruh Indonesia dengan memanfaatkan
jaringan Kantor Cabang BNI. Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI
Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah. Hal ini
dibuktikan dengan penghargaan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun
2004 sebagai Perbankan Syariah Terbaik.
Dengan dukungan teknologi, BNI Syariah bersinergi dengan cabang-cabang
BNI konvensional untuk memberikan layanan pembukaan rekening syariah.
Cabang-cabang BNI tersebut dinamakan Syariah Chanelling Outlet (SCO). Saat
ini seluruh cabang BNI di Jabodetabek telah dilengkapi dengan layanan
pembukaan rekening syariah. Sehingga masyarakat yang menghendaki untuk
29
melakukan investasi mudharabah melalui deposito syariah, tabungan syariah atau
menitipkan dana melalui giro syariah dan tabungan titipan (wadiah), atau bahkan
menghendaki mempersiapkan dana haji melalui tabungan iB (dibaca aibi, =
islamic Banking) Haji, dan juga tabungan perencanaan iB Tapenas, maka nasabah
dapat mengunjungi cabang BNI terdekat.
Secara nasional cabang BNI yang sudah dapat melayani pembukaan
rekening syariah berjumlah lebih dari 600, dan dari waktu ke waktu jumlah ini
terus meningkat sesuai dengan misi untuk memaksimalkan layanan dan kinerja
sehingga menjadi bank syariah kebanggaan anak negeri. BNI Syariah
menjalankan operasional bank berdasarkan prinsip syariah, seperti jual beli dan
bagi hasil serta memiliki beragam produk dan jasa perbankan yang mampu
memenuhi berbagai kebutuhan nasabah.
4.2 Pembiayaan Mikro iB Hasanah
BNI Syariah menyadari bahwa masyarakat yang menghendaki layanan
syariah tidak terbatas pada masyarakat tertentu namun juga dibutuhkan oleh
seluruh golongan masyarakat yang menghendaki layanan dan fasilitas perbankan
yang nyaman, adil, dan modern. Kemudian pada awal 2012 BNI Syariah secara
resmi melakukan ekspansi bisnisnya untuk pembiayaan mikro dengan brand
produk “Mikro iB Hasanah” dan juga dibuka Kantor Cabang juga Kantor Cabang
Pembantu Mikro di seluruh Indonesia dengan jumlah outlet sebanyak 60 buah,
dimana Bank BNI Syariah KCPM Depok merupakan pilot project untuk divisi
bisnis mikro BNI Syariah.
Dimana ketentuan umum dan khusus pembiayaan Mikro iB Hasanah adalah
sebagai berikut :
Ketentuan Umum:
A. Latar Belakang
1. Sektor mikro terbukti mampu bertahan terhadap gejolak maupun krisis
ekonomi.
2. Sebagai upaya meningkatkan komposisi penyaluran pembiayaan ke
sektor produktif, terutama kepada segmen mikro.
3. Meningkatkan akses mikro terhadap bank syariah untuk memperoleh
pembiayaan dengan persyaratan lebih mudah dan proses cepat.
30
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
a. Memberikan layanan perbankan pada segmen bisnis mikro
berbasis komunitas (community) yang artinya dalam pengelolaan
pembiayaan segmen ini mampu memahami karakter dan mengenal
nasabah pembiayaan/calon nasabah pembiayaan lebih mendalam
serta melakukan komunikasi secara intensif agar dalam
pemantauan pembiayaan dapat dilakukan dengan efektif dan
efisien.
b. Memberikan pilihan dan kemudahan layanan perbankan kepada
nasabah pembiayaan/ calon nasabah pembiayaan dalam
memperoleh fasilitas pembiayaan syariah dengan persyaratan lebih
mudah dan proses lebih cepat serta mengutamakan prinsip kehati-
hatian berdasarkan penilaian karakter nasabah pembiayaan,
kelayakan usaha dan agunan.
2. Tujuan
a. Meningkatkan portofolio pembiayaan produktif dan konsumtif
syariah, terutama di segmen mikro
b. Meningkatkan profitabilitas pembiayaan BNI Syariah.
C. Sasaran Pembiayaan
1. Kepada nasabah pembiayaan/calon nasabah pembiayaan yang
berusaha di seluruh sektor ekonomi segmen mikro, nelayan, petani dan
pekerja sektor ekonomi mikro lainnya (mass market).
2. Tujuan Pemberian Pembiayaan sbb:
a. Pemberian pembiayaan untuk tujuan produktif lainnya baik untuk
penggunaan tambahan modal kerja maupun pengembangan usaha
(investasi) serta keperluan pembelian barang lainnya (konsumtif).
b. Pemberian pembiayaan baru (penetrasi), memelihara dan
mengembangkan fasilitas pembiayaan nasabah pembiayaan
existing (retensi)
c. Pengambilalihan/take over pembiayaan dari bank lain (non syariah)
31
3. Pemberian pembiayaan dibatasi dengan radius (jarak lokasi usaha
nasabah/calon nasabah pembiayaan dengan unit operasional) maksimal
10 (sepuluh) km.
Ketentuan Khusus :
A. Tujuan penggunaan pembiayaan adalah untuk modal kerja, investasi,dan
konsumtif (kebutuhan pembelian barang lainnya) yang tidak bertentangan
dengan syariah dan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
B. Bentuk Pembiayaan dan Akad Pembiayaan
Bentuk pembiayaan non revolving dengan angsuran tetap, Akad pembiayaan
yang digunakan adalah Murabahah dengan Wakalah.
C. Produk Pembiayaan Mikro
1. Mikro 1 iB Hasanah (sudah tidak dipasarkan)
2. Mikro 2 iB Hasanah
3. Mikro 3 iB Hasanah
4. Rahn Mikro iB Hasanah
Berdasarkan ketentuan umum dan khusus tersebut, terdapat beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi bagi calon debitur. Persyaratan-persyaratannya
adalah sebagai berikut : kewarganegaraan Indonesia yang berumur 18-65 tahun,
info BI calon debitur dengan status semua fasilitas kondisi 6 bulan terakhir lancar
(kolektibilitas 1) ,memiliki karakter baik dan telah menjalankan usahanya minimal
2 tahun juga memiliki jaminan serta tidak masuk dalam daftar DHN (Daftar
Hitam Nasional). Jenis usaha yang dijalankan oleh calon debitur adalah sektor
UMKM yang biasanya berada di lingkungan pasar maupun pertokoan sepanjang
jalan yang beradius ± 10 km dari kantor cabang/ cabang pembantu BNI Syariah
Mikro berada. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
4.3 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas
BNI Syariah KCP Mikro Depok dipimpin oleh seorang Pimpinan Cabang
Pembantu Mikro yang memiliki kewenangan dalam memutuskan realisasi
pembiayaan dengan membawahi beberapa bagian, yaitu bagian pelayanan nasabah
dipimpin oleh penyelia layanan mikro yang membawahi seorang Customer
Service/ Asisten Rahn dan dua Teller. Bagian berikunya adalah bagian pemasaran
dipimpin oleh penyelia pemasaran yang membawahi enam asisten pemasaran
32
dengan tugas sebagai ujung tombak dalam memenuhi target pembiayaan Mikro iB
Hasanah di KCP Mikro Depok. Serta bagian terakhir yang sangat independen
yaitu bagian risk dengan jabatan analis pembiayaan mikro sebagai filter dari
aplikasi-aplikasi calon nasabah pembiayaan yang diajukan oleh bagian pemasaran
untuk selanjutnya direkomendasikan kepada pimpinan cabang pembantu untuk
disetujui atau tidak.
Berdasarkan struktur dari kantor pusat seharusnya terdapat bagian Asisten
Collection (bagian penagih) yang berfungsi untuk penagih apabila terdapat
nasabah yang telat membayar angsuran maupun mulai macet dalam
perjalanannya. Hanya saja sampai sekarang belum ada bagian tersebut, struktur
lengkap dapat dililhat pada Lampiran 3.
4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan
Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan di
Bank BNI Syariah KCPM Depok dapat dimodelkan dalam suatu fungsi
permintaan. Pada penelitian ini, terdapat tujuh faktor yang diduga mempengaruhi
realisasi pembiayaan, yaitu : usia(X1), pengalaman usaha(X2), tujuan
pembiayaan(X3), pendapatan per bulan(X4), jangka waktu pembiayaan(X5), sisa
tanggungan pinjaman di tempat lain(X6) dan asset usaha dan keluarga(X7).
Kemudian untuk bisa diregresikan variabel-variabel tersebut diubah menjadi skala
yang sesuai. Pada pembuatan model persamaan regresi linear berganda juga
diperlukan beberapa asumsi mendasar diantaranya yakni normalitas, homogenitas
dan multikolinearitas.
Pada penelitian ini yang menjadi variabel tak bebas (Y) adalah pembiayaan
yang direalisasikan oleh pihak Bank BNI Syariah KCPM Depok. Berdasarkan
hasil kajian, besaran realisasi pembiayaan pada program sangat beragam, yang
terkecil sebesar Rp 5.000.000 dan terbesar adalah Rp 500.000.000. Variabel bebas
(x) adalah faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan. Berikut
penjelasannya :
33
Tabel 4. Hasil pengujian statistik deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation Variance
Realisasi Pembiayaan (juta rupiah)
35 3 210 45,49 48,151 2318,492
Usia (tahun) 35 25 60 42,66 10,616 112,703
Pengalaman Usaha (tahun)
35 2 27 10,31 8,256 68,163
Tujuan Pembiayaan 35 1 3 2,03 ,857 ,734
Pendapatan Per Bulan (juta rupiah)
35 1 300 53,74 73,078 5340,432
Jangka Waktu Pembiayaan (bulan)
35 3 36 27,17 9,895 97,911
Sisa Tanggungan Pinjaman Di Tempat Lain (juta rupiah)
18 1 157 40,06 43,991 1935,232
Asset Usaha dan Keluarga (1= Ruko;0=Tanah)
35 0 1 ,71 ,458 ,210
Valid N (listwise) 18
Output SPSS ini menunjukkan bahwa nilai realisasi pembiayaan dari 35
dokumentasi hasil EFO atas sampel pada bank BNI Syariah KCPM Depok
memiliki nilai terendah Rp. 3.000.000,- dan nilai tertinggi Rp. 210.000.000,- dan
rata-rata realisasi pembiayaan Rp. 45.490.000,-. Sedangkan usia memiliki nilai
terendah 25 tahun dan nilai tertinggi 60 tahun dan rata-rata usia 43 tahun
(pembulatan). Pengalaman usaha memiliki nilai teredah 2 tahun dan nilai tertinggi
27 tahun dan rata-rata pengalaman usaha 11 tahun (pembulatan). Tujuan
pembiayaan memiliki nilai terendah 1 (konsumtif) dan nilai tertinggi 3 (investasi)
dan rata-rata tujuan pembiayaan 2 (modal kerja). Pendapatan per bulan memiliki
nilai terendah Rp. 1.000.000,- dan nilai tertinggi Rp. 300.000.000,- dan rata-rata
pendapatan per bulan Rp 53.740.000,-. Jangka waktu pembiayaan memiliki nilai
terendah 3 bulan dan memiliki nilai tertinggi 36 bulan dan rata-rata jangka waktu
pembiayaan 27,17 bulan. Sisa tanggungan pinjaman di tempat lain memiliki nilai
terendah Rp. 1000.000,- dan nilai tertinggi Rp. 157.000.000,- dan rata-rata sisa
tanggungan pinjaman di tempat lain Rp. 40.060.000,-. Asset usaha dan keluarga
memiliki nilai terendah 0 (rumah) dan nilai tertinggi 1 (tanah kosong) dan rata-
rata asset usaha dan keluarga 1 (pembulatan/tanah kosong).
34
Tabel 5. Hasil pengujian model regresi linear berganda
Variable B Std. Error t nilai-p VIF
(Constant) -59.55 40.05 -1.49 0.15
X1 0.34 0.68 0.50 0.62 1.38
X2 2.19 0.90 2.45 0.02 1.45
X3 2.66 8.50 0.31 0.76 1.41
X4 0.13 0.12 1.04 0.31 2.17
X5 1.60 0.69 2.31 0.03 1.26
X6 0.23 0.23 0.98 0.34 2.00
X7 10.43 17.05 0.61 0.55 1.63
R-square = 56.23% Adjusted R-square = 44.88%
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 44317.15065 7 6331.022 4.954209 0.001061
Residual 34503.50478 27 1277.908
Total 78820.65543 34
Hasil dari model regresi linear berganda adalah sebagai berikut :
Ῡ = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 + b7x7 + ei
Y = -59.55 + 0.34 (usia) + 2.19 (pengalaman usaha) + 2.66 (tujuan
pembiayaan) + 0.13 (pendapatan per bulan) + 1.60 (jangka waktu
pembiayaan) + 0.23 (sisa tanggungan pinjaman di tempat lain) + 10.43
(asset usaha dan keluarga).
Dari hasil model regresi ini, jika x1,x2,x3,x4,x5,x6,x7 bertambah 1 satuan
maka Y akan berkurang sebesar 41.97 satuan. Sehingga jika terjadi penambahan 1
satuan pada salah satu variabel atau semuanya akan mengurangi/menambah
realisasi pembiayaan sebesar 41.97 satuan.
Variabel Bebas dan tidak bebas
Keterangan Satuan
Y Pembiayaan yang direalisasikan (dalam ribuan) rupiah
X1 Usia tahun
X2 Pengalaman Usaha tahun
X3 Tujuan Pembiayaan Tidak ada
X4 Pendapatan Per Bulan (dalam ribuan) rupiah
X5 Jangka Waktu Pembiayaan tahun
X6 Sisa Tanggungan Pinjaman Di Tempat Lain (dalam ribuan)
rupiah
X7 Asset Usaha dan Keluarga Tidak ada
35
R-square (Koefisien Determinasi)
R-square = 56.23% artinya keragaman yang mampu dijelaskan oleh faktor-
faktor dalam model sebesar 56.23% sedangkan sisanya 43.77% dijelaskan oleh
faktor lain diluar model.
Uji-F (Uji model secara keseluruhan)
H0 : Secara bersama-sama semua peubah X tidak berpengaruh nyata terhadap Y
H1 : Secara bersama-sama semua peubah X berpengaruh nyata terhadap Y
Dari hasil uji-F diatas diperoleh F-hitung = 4.954209 dengan nilai-
p(0.001061) < alpha 5% maka tolak H0 artinya secara bersama-sama semua
peubah X berpengaruh nyata terhadap Y.
Uji-t (Menguji pengaruh masing-masing peubah X terhadap Y)
a. Usia. Faktor usia digunakan untuk melihat karakter dari seorang calon
debitur, kedewasaan dan tanggung jawab pembayaran angsuran. Dari hasil
uji-t diatas diperoleh nilai t-hitung(0.50) dengan nilai-p(0.62)>alpha 5% maka
terima H0 Artinya apabila nilai signifikasi lebih besar dari nilai taraf nyata
maka variabel tersebut tidak memiliki pengaruh nyata.
b. Pengalaman Usaha. Lama usaha merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi realisasi pembiayaan, karena lamanya suatu usaha akan
menunjukkan perkembangan dan eksistensi dari usaha tersebut. Dari hasil uji-
t diatas diperoleh nilai t-hitung(2.45) dengan nilai-p(0.02)<alpha 5% maka
tolak H0, pengalaman usaha berpengaruh nyata secara postif. Setiap kenaikan
pengalaman usaha 1 tahun maka akan meningkatkan realisasi pembiayaan
sebesar 2.19 juta rupiah dengan asumsi cateris paribus.
c. Tujuan Pembiayaan. Terdapat tiga tujuan pembiayaan untuk produk Mikro
iB Hasanah yaitu modal kerja, investasi dan konsumtif. Modal kerja untuk
membiayai modal kerja jangka pendek (persediaan barang dan piutang),
investasi untuk rencana pembangunan, perbaikan, renovasi bangunan dengan
rencana anggaran biaya (RAB) , pembelian mesin, kendaraan, perlengkapan,
lainnya dengan nominal tertentu. Sedangkan pembiayaan konsumtif untuk
pembiayaan kebutuhan yang bukan bersifat produktif, seperti untuk
pembelian rumah tinggal, kendaraan bermotor, peralatan rumah tangga
(durable goods), dan sebagainya. Dari hasil uji diperoleh nilai t-hitung(0.30)
36
dengan nilai-p(0.72)>alpha 5% maka terima H0 artinya X3 tidak berpengaruh
nyata terhadap Y.
d. Pendapatan Per Bulan. Pendapatan adalah keseluruhan penerimaan yang
diperoleh sebelum dikurangi biaya operasional. Dari hasil kajian diperoleh
pendapatan nasabah antara Rp 1.278.000. - Rp 300.000.000. per bulan. Dari
hasil uji-t diatas diperoleh nilai t-hitung(1.04) dengan nilai-p(0.31)>alpha 5%
maka terima H0 artinya X4 tidak berpengaruh nyata terhadap Y.
e. Jangka Waktu Pembiayaan. Jangka waktu pembiayaan minimal 6 bulan
dan maksimal 60 bulan, mikro 2 iB Hasanah dengan plafond Rp 5.000.000-
Rp 50.000.000 : 6-36 bulan. Sedangkan Mikro 3 iB Hasanah dengan plafond
>Rp 50.000.000-Rp 500.000.000 : (a). Plafond 50 juta rupiah sampai 100 juta
rupiah : 6-36 bulan (untuk investasi, barang modal kerja dan konsumtif
lainnya), (b) Plafond > 100 juta rupiah sampai 500 juta rupiah : 6-36 bulan
(untuk barang modal kerja dan konsumtif lainnya), (c) Plafond > 100 juta
rupiah sampai 500 juta rupiah : 12-60 bulan (tujuan investasi produktif,
konsumtif untuk pembelian rumah dan renovasi). Dari hasil uji diperoleh nilai
t-hitung (2.31) dengan nilai-p (0.03)<alpha 5% maka tolak H0 artinya X5
berpengaruh nyata positif terhadap Y. Dimana setiap kenaikan jangka waktu
pembiayaan 1 tahun maka akan meningkatkan realisasi pembiayaan sebesar
1.6 juta rupiah dengan asumsi cateris paribus.
f. Sisa Tanggungan Pinjaman di Tempat Lain. Sisa tanggungan pinjaman di
tempat lain adalah kewajiban dari nasabah atau calon debitur yang masih
memiliki tanggungan berupa angsuran dari pembiayaan yang telah dilakukan
sebelumnya, baik itu di Bank BNI Syariah maupun di Bank lain. Variabel ini
tidak berpengaruh terhadap realisasi pembiayaan. Hal ini dibuktikan dari hasil
uji-t diatas diperoleh nilai t-hitung(0.98) dengan nilai-p (0.34)>alpha 5%
maka terima H0. Artinya apabila nilai signifikasi lebih besar dari nilai taraf
nyata maka variabel tersebut tidak memiliki pengaruh nyata.
g. Asset Usaha dan Keluarga. Asset usaha dan keluarga merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan. Namun, Faktor ini tidak
berpengaruh nyata terhadap realisasi pembiayaan, Dari hasil uji-t diatas
37
diperoleh nilai t-hitung (0.61) dengan nilai-p(0.55)>alpha 5% maka terima
H0 artinya X7 tidak berpengaruh nyata terhadap Y.
Uji-t dalam analisis regresi linier berganda bertujuan untuk melihat pengaruh
masing-masing peubah X terhadap Y, setelah dilakukan pengujian terdapat dua
variabel X yang berpengaruh nyata positif terhadap Y dan lima variabel X yang
tidak berpengaruh nyata terhadap Y. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi KCPM
Depok dengan data yang diuji periode awal berlangsungnya realisasi pembiayaan
lebih memperhatikan variabel tujuan pembiayaan dan jangka waktu pembiayaan
yang mewakili faktor kapasitas dari 3C.
4.5 Potensi Risiko Nasabah Pembiayaan Mikro iB Hasanah
Dalam 3C terdapat variabel-variabel yang mempengaruhi dalam realisasi
pembiayaan, Faktor Character dipengaruhi oleh variabel usia, pengalaman usaha,
dan tujuan pembiayaan. Faktor Capacity dipengaruhi oleh variabel pendapatan per
bulan, jangka waktu pembiayaan dan sisa tanggungan pinjaman di tempat lain.
Sedangkan variabel Collateral dipengaruhi oleh variabel asset usaha dan keluarga.
Variabel-variabel tersebut menjadi faktor penilai dalam mencegah potensi risiko
pembiayaan yang akan terjadi di masa mendatang. Potensi risiko yang akan
timbul dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Faktor Karakter. Usia berpengaruh pada asuransi yang akan melindungi
debitur dan keluarga jika debitur meninggal. Oleh karena itu, usia yang
dipersyaratkan antara 18-65 tahun, usia 18 tahun dianggap sudah
bertanggung jawab dan terlindungi oleh asuransi. Sedangkan usia 65 tahun
maksimal terlindungi oleh asuransi, jika kurang dari 18 tahun dan lebih dari
65 tahun, asuransi tidak akan bisa melindungi jika terjadi kematian pada
debitur. Pengalaman usaha nasabah cukup beragam, antara 2-27 tahun.
Nasabah-nasabah dengan pengalaman usaha 2-10 tahun hanya terealisasi
Mikro 2 iB Hasanah, sedangkan nasabah-nasabah dengan pengalaman usaha
lebih dari 10 tahun terealisasi Mikro 3 iB Hasanah. Hal ini menunjukkan,
bahwa bank sangat berhati-hati dalam menilai kualitas usaha nasabah.
Risiko yang akan timbul yaitu usaha nasabah bangkrut dan sedang turun
omset akan sulit membayar angsuran sehingga berujung pada pembiayaan
macet. Sedangkan tujuan pembiayaan, potensi risiko yang timbul adalah
38
ketidaksesuain penggunaan pembiayaan dengan akad awal atau tujuan
pembiayaan yang telah disepakati dengan bank. Jika hal ini terjadi, maka
akan terjadi pelanggaran syariah dan berpotensi pembiayaan macet.
b. Faktor Kapasitas. Pendapatan diukur melalui Investment Disposible
Income Ratio (IDIR), maksimal IDIR yang diterima oleh BNI Syariah
adalah 80% dimana pendapatan yang dimiliki oleh calon debitur maksimal
80% untuk pengeluaran biaya hidup dan hutang. Sedangkan 20%
merupakan dana yang mampu ditabung oleh calon debitur. Oleh karena itu,
semakin kecil tingkat IDIR maka semakin bagus penilaian bank. Jika
angsuran tidak sesuai dengan kapasitas calon debitur berpotensi pembiayaan
macet. Sedangkan jangka waktu pembiayaan, jika tidak sesuai dengan besar
plafon dan tujuan penggunaan akan menyebabkan ketidakmampuan
pembayaran angsuran, sehingga memberatkan nasabah dan berakibat pada
pembiayaan macet. Sisa tanggungan pinjaman di tempat lain harus sangat
diperhatikan, jika calon debitur sulit membayar angsuran di tempat lain,
juga akan sulit membayar angsuran di BNI Syariah.
c. Faktor Jaminan. Asset ini memberikan garansi bagi bank jika suatu saat
terjadi gagal bayar dari pihak nasabah, oleh karena itu pihak bank telah
menetapkan bahwa jaminan untuk tanah dan bangunan maksimal dinilai
80% dari harga pasar, sedangkan tanah kosong dan kendaraan bermotor
maksimal 70% dan untuk deposito di BNI Syariah sebesar 95%. Agunan
atau jaminan selain deposito di BNI Syariah harus menggunakan data
pembanding, sehingga tidak akan ditipu oleh nasabah. Jika suatu saat terjadi
gagal bayar, nilai jaminan dapat menutupi pembiayaan yang belum
terbayarkan dan bank pun tidak mengalami kerugian maupun melakukan
pencadangan aktiva tak tertagih yang merupakan beban bagi bank.
Berdasarkan penjelasan tersebut, potensi risiko berdasarkan metode 5C yang
dalam penerapannya menjadi 3C dapat digolongkan menjadi dua level
potensi risiko, yaitu berisiko tinggi dan berisiko rendah. (Lihat Tabel 6).
39
Tabel 6. Potensi risiko nasabah pembiayaan Mikro iB Hasanah
Faktor/Level Risiko Berisiko tinggi Berisiko rendah
Karakter :
- Usia 18-25 tahun ≥ 25-60 tahun
- Pengalaman usaha 2-10 tahun ≥ 10 tahun
- Tujuan pembiayaan Ketidaksesuaian
penggunaan dengan
akad pembiayaan
Kesesuaian
penggunaan dengan
akad pembiayaan
Kapasitas :
- Pendapatan ≤ Rp 1,278,000
Rp 53,637,210 - Rp
300,000,000
- Jangka waktu pembiayaan ≥ 24 bulan 3-24 bulan
- Sisa tanggungan pinjaman di
tempat lain
≤ Rp 25,000,000 ≥ Rp 25,000,000
Jaminan :
- Asset usaha dan keluarga Tidak ada Rumah dan ruko
Setelah berjalan dari awal 2012 sampai akhir 2013, BNI Syariah KCPM
Depok terdapat pembiayaan macet (NPF) sebesar 1.5% dan nasabah dengan
kolektibilitas 1 (lancar) sebesar 97.5%. Hal ini menunjukkan dalam realisasi
pembiayaan terdapat potensi risiko yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, peran
dari metode 3C dalam mitigasi sangat penting dilakukan dengan baik oleh para
pemutus pembiayaan mulai dari asisten pemasaran, analis pembiayaan dan
pimpinan cabang pembantu yang mempunyai kewenangan dalam memutuskan
realisasi pembiayaan.
4.6 Implikasi Manajerial
Berdsasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka implikasi manajerial
yang dapat direkomendasikan untuk diterapkan pada BNI Syariah KCP Mikro
Depok adalah sebagai berikut:
1. Beragamnya model UMKM memerlukan pemahaman dalam memasarkan
dan mitigasi risiko pembiayaan. Oleh karena itu, diperlukan pembinaan dan
pelatihan kepada bankir mikro BNI Syariah mengenai potensi risiko setiap
sektor UMKM, sehingga memahami risiko pembiayaan yang akan muncul,
2. Meningkatkan penjualan bekerjasama dengan pejabat pasar sehingga lebih
mudah mensosialisasikan Mikro iB Hasanah dan fokus pada beberapa pasar
40
besar di Depok, karena karakter pedagang di pasar akan mau meminjam ke
bank jika teman sesama pedagang sudah meminjam terlebih dulu,
3. Banyaknya permainan/penipuan pembiayaan di lapangan mengharuskan
analisis lebih mendalam dengan memeriksa langsung jaminan, usaha dan
tempat tinggal juga verifikasi dengan pejabat setempat. Agar bank terhindar
dari kecurangan calon debitur seperti merekayasa laporan keuangan, laporan
usaha, dan jaminan,
4. Potensi risiko yang sangat tinggi terhadap tingkat pengembalian (return
rate) pada pembiayaan >Rp 50 juta, penjagaan dan pengawasan penggunaan
pembiayaan juga pembayaran angsuran perlu dipantau dengan ketat. Untuk
pembayaran angsuran melalui layanan pengambilan uang angsuran (PUAN)
yang sudah ada diutamakan PUAN harian dan mingguan, dikarenakan
keuntungan UMKM per hari siklusnya.
41
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Beberapa variabel yang mempengaruhi realisasi pembiayaan yaitu usia,
pengalaman usaha, tujuan pembiayaan, pendapatan per bulan, jangka
waktu pembiayaan, sisa tanggungan pinjaman di tempat lain, asset usaha
dan keluarga, dari ketujuh variabel tersebut hanya variabel pengalaman
usaha dan jangka waktu pembiayaan yang berpengaruh nyata positif
terhadap realisasi pembiayaan,
b. Dari Metode penilaian yang dipertimbangkan dalam realisasi pembiayaan
pada umumnya menggunakan konsep 5C. Namun, dalam konsep Bank
Mikro hanya 3C saja yang biasa digunakan pada umumnnya, yaitu
(Character, Capaciy dan Collateral),
c. Potensi risiko nasabah pembiayaan dapat dipilah berdasarkan 3C dari teori
5C, yaitu : faktor character, capacity, dan collateral. Potensi risiko dari
3C berujung pada pembiayaan macet yang bisa merugikan bank.
2. Saran
a. Bank BNI Syariah KCP Mikro Depok diharapkan lebih memfokuskan
pada pengalaman usaha calon debitur dan jangka waktu pembiayaan
sebelum realisasi pembiayaan Mikro iB Hasanah guna mendapatkan calon
nasabah dengan kualifikasi yang baik,
b. Bank BNI Syariah KCP Mikro Depok diharapkan meningkatkan daya
serap Mikro iB Hasanah bagi nasabah dengan melakukan kegiatan
pembinaan dan sosialisasi bekerjasama dengan pejabat pasar atau
komunitas UMKM sehingga realisasi pembiayaan meningkat,
c. Pemberian pelatihan secara berkala kepada bankir mikro BNI Syariah
mengenai potensi-potensi risiko pembiayaan sektor-sektor UMKM,
d. Layanan PUAN berkala diharuskan dan dipertegas kepada nasabah,
terutama nasabah pembiayaan di atas 50 juta rupiah dengan jangka waktu
lebih dari dua tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Aryo. 2011. Is it the magic bullet? Microfinance untuk Penanggulangan
Kemiskinan [makalah]. Depok(ID): Universitas Indonesia.
Ascarya. 2011. The Prospect of Islamic Microfinance in Agriculture.[makalah].
Center for Central Banking Education and Studies – Bank Indonesia.
Bogor(ID): IPB Pr.
[BNIS] BNI Syariah. 2012, Pedoman Pembiayaan Mikro iB Hasanah. Jakarta
(ID): BNIS Pr.
[BNIS] BNI Syariah. 2012, Pedoman Buku Operasi Kebijakan Kredit Mikro iB
Hasanah. Jakarta (ID): BNIS Pr.
[BI] Bank Indonesia. 2007. Perbankan Syariah (IB). Jakarta (ID): BI Pr.
[BI] Bank Indonesia. 2010. Outlook Perbankan Syariah 2011. Jakarta (ID): BI Pr.
Febrio R. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit
Solusi Modal (SM) di Bank Danamon Simpan Pinjam Unit Cibinong
Kabupaten Bogor. [skipsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Gujarati DN. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika Jilid 2. Ed ke-3. Jakarta(ID):
Erlangga Pr.
Harahap. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Pembiayaan dan Efektivitas Pembiayaan Syariah di Sektor Perdagangan
BMT Ibadurrahman Bogor. [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Idrus M. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta(ID): Erlangga Pr.
Karim AA. 2009. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Ed ke-3. Jakarta(ID):
Rajawali Pr.
Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Ed ke-6. Jakarta(ID): Raja
Grafindo Persada Pr.
Khan T, Ahmed H. 2008. Risiko Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta(ID): Bumi
Aksara Pr.
[KEMEN KUM] Kementerian Negara Koperasi dan UMKM Republik Indonesia.
2007. Indikator Makro Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta(ID): KNKU.
Mulyati. 2011. Faktor yang Mempengaruhi Penetapan margin Murabahah pada
BMT Khairu Ummah Leuwiliyang. [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian
Bogor.
Mulyarto EP. 2009. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Realisasi Kredit Usaha
Rakyat (KUR) Di Bank Rakyat Indonesia Unit Leuwiliang, Kabupaten
Bogor. [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Rivai V. 2008. Islamic Financial Management. Jakarta(ID): Rajawali Pers.
Suharto S. 2008. Peran Permodalan BMT dalam Pemberdayaan Sektor UMKM
[Internet].[diunduh 2013 Des 12]. Tersedia pada:
http:/hndwibowo.blogspot.com/2008/06/peranan-permodalan-bmt lam.html.
Sulistya. 2007. Strategi Pemberian fasilitas Modal Kerja kepada Pengusaha
Indusrti Kecil Menengah Berorientasi Ekspor (kasus di bni jakarta). [tesis].
Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Umar H. 1996. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Berbasis Bisnis. Ed ke-
1. Jakarta(ID): Rajawali Pr.
43
Wati YD. 2008. Kajian Program Penyaluran Kredit Usaha Kecil Melalui Program
Kemitraan (Kasus PT BNI dengan Lembaga Pendamping IPB).
[tesis].Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Wibisono,Arundina. 2011. Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia, Indonesia
Tanpa Kemiskinan. [makalah] Depok (ID): Universitas Indonesia.
Wisnaldi. 2003. Analisis Terhadap Pembiayaan “Kredit Mikro Bank XYZ”
Kepada Debitur Usaha Kecil Menengah. [tesis]. Bogor(ID): Institut Pertanian
Bogor.
Wiyono T. 2003. Analisa Strategi Pola Pembiayaan Kredit Mikro pada Bank
BNI : Solusi Pemenuhan Permodalan Bagi Usaha Kecil . [tesis]. Bogor(ID):
Institut Pertanian Bogor.
Sulistya YI. 2007. Strategi Pemberian Fasilitas Kredit Modal Kerja Kepada
Pengusaha Industri Kecil Menengah Berorientasi Ekspor (Kasus di
BNI Jakarta). [tesis]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
44
LAMPIRAN
45
NO NAMA PERUSAHAAN A L A M A T SKALA USAHA TEN.KERJA JENIS USAHA
1 TB.SUMBER JAYA II JL.RAYA PASIR PUTIH MENENGAH 2BAHAN-BAHAN
BANGUNAN
NO NAMA PERUSAHAAN A L A M A T SKALA USAHA TEN.KERJA JENIS USAHA
1 KIOS PA MUMINKIOS PSR BARU,JL.RINJANI I
NO.273KECIL 3 SEMBAKO
2 KANTIN SD PSKD JL.TETA RAYA NO.19 MENENGAH 4PERDAGANGAN
UMUM
3 WARUNG PA KARSUT JL.RINJANI II NO.144 KECIL 3PERDAGANGAN
UMUM
4 TAMBAR JL.KESARA III NO.40 RT 02/01 KECIL 7 PEMPEK
5 DANI JAYAJL.ABDUL WAHAB NO.1 RT
03/03MENENGAH 4 KERUPUK OTAK
6 TOKO ARFAH JL.RAYA MUHTAR RT 03/01 MENENGAH 2 SEMBAKO
7 AMSORI JL.MASJID LIO NO.29 MENENGAH 2PENGRAJIN
TEMPE
8 CARIDIJL.MASJID LIO KLIKIR RT
05/04MENENGAH 2
PENGRAJIN
TEMPE
9 TARMIDI JL.MASJID LIO KLIKIR KECIL 1PENGRAJIN
TEMPE
10 SOBIDINJL.MASJID LIO KLIKIR, KP
CIPAYUNGMENENGAH 2
PENGRAJIN
TEMPE
11 PURNOMO JL.MASJID LIO KLIKIR MENENGAH 2PENGRAJIN
TEMPE
12 ALFIAHJL.BELIMBING SAWAH RT
02/03MENENGAH 0
PENGRAJIN
TEMPE
13 CASONOJL.MASJID LIO KLIKIR RT
05/21 CIPAYUNGMENENGAH 1
PENGRAJIN
TEMPE
14 KUSWOROJL.MASJID LIO KLIKIR,
CIPAYUNGMENENGAH 2
PENGRAJIN
TEMPE
15 DUA IKANJL.ABDUL WAHAB NO.17 RT
03/09MENENGAH 2 KERUPUK
16 PENGRAJIN TEMPEJL.MASJID LIO RT 05/21,
CIPAYUNGMENENGAH 2 TEMPE
17 KERUPUK LINDAASR DIVIF I NO.16 RT 03/06,
CILODONGMENENGAH 7 KERUPUK
18 TOKO DAN WARTEL AINKP.JEMBLONGAN SWADAYA
RT 01/12MENENGAH 2
SEMBAKO DAN
WARTEL
19 SUPONO JL.PIPIT RAYA NO.137 KECIL 2PERDAGANGAN
UMUM
20 LESTARI CATERINGPERUM DEPOK MULYA III
BLOK A 6/20MENENGAH 3
MAKANAN DAN
MINUMAN
21 PD.PANCORAN MAS JAYARAYA SAWANGAN PERMAI
NO.50B RT 02/09MENENGAH 13 RUMPUT LAUT
22 YAHYA HOME INDUSTRI JL.KESADARAN III NO.33 KECIL 2KUE TAMBANG
& PASTEL
23 UD.AL HIKMAHKP.BOJONG LIO NO.41 RT
01/09MENENGAH 3 TELOR ASIN
24 SUPRIJL.MASJID LIO KLIKIR,
CIPAYUNGMENENGAH 2
PENGRAJIN
TEMPE
NO NAMA PERUSAHAAN A L A M A T SKALA USAHA TEN.KERJA JENIS USAHA
1 SARI BINA MANDIRI JL.ARJUNA II NO.228 RT 09/20 KECIL 3KERAJINAN
WAYANG GOLEK
2 RAJUT JL.CILODONG RT 03/06 KECIL 7 SWEATER
3 ANUGRAH JAYAJL.RENI JAYA LAMA NO.28
RT 02/02 PD PETIRMENENGAH 10 BUBUT KAYU
4 CV.ASRI BAROKAH ASRAMA CILODONG RT 03/06 KECIL 6 SWEATER
5 ABBI JL.ALIANDONG RT 02/09 KECIL 3KERAJINAN
TASBEH
6 LUSIANA BHAKTI JL.ALIANDONG MENENGAH 4 SOUVENIR
7 CV.SOBARI JAYAJL.RAYA CILODONG NO.24
RT 03/05MENENGAH 3 SWEATER
8 CV.DWI SARTIKAJL.RAYA CILODONG NO.1 RT
01/05MENENGAH 20 SWEATER
9 ELITA AQUARIUM DUREN MEKAR RT 05/06 MENENGAH 1 SANDAL KULIT
10 CV.MODAL JUJUR JL.M.NATSIR NO.26 RT 05/01 MENENGAH 10 SWEATER KAOS
11 CITRAJL.GARUDA III NO.6, KOMP
SAWANGAN PERMAIMENENGAH 5 HANDYCRAFT
12 PD.PANGKALAN BAMBUJL.RAYA LIMO RT 02/05 BLOK
KRAMATKECIL 4
KERAJINAN
BAMBU
13 CV.KHARISMA GARMENTJL.RAYA ABDUL GANI
NO.94AMENENGAH 0
RAJUTAN /
SWEATER
14 KA-Q PRODUCTIONJL.RAYA
MUHTAR,GG.MASJID RT 01/08MENENGAH 4
SANDAL
ENCENG
GONDOK
15 SANGGAR PRIMITIFJL.RAYA MUHTAR GG
GANDARIA RT 04/02KECIL 3 SENI PAHAT
UKM DEPOK BERDASARKAN KOMODITI
KOMODITI : BAHAN BANGUNAN
UKM DEPOK BERDASARKAN KOMODITI
KOMODITI : PERDAGANGAN UMUM DAN MAKANAN/SEMBAKO
UKM DEPOK BERDASARKAN KOMODITI
KOMODITI : KERAJINAN
Lampiran 1. UKM Depok berdasarkan komoditi
Sumber : http://www.slideshare.net/ifa09/data-indag-kota-depok
46
TRADISIONAL MODERN
Pasar Kemirimuka
Kel.Kemirimuka, Kec.Beji
Pasar Cisalak
Kel.Cisalak Pasar, Kec.Cimanggis
Pasar Tugu
Jl.Raya Jakarta - Bogor Km.30
Kel.Tugu, Kec.Cimanggis
Pasar Sukatani
Kel.Sukatani, Kec.Cimanggis
Pasar Musi
Kel.Abadijaya, Kec.Sukmajaya
Pasar Reni Jaya
Kel.Pondok Petir, Kec.Sawangan
Pasar Agung
Jl.Proklamasi
Kel.Depok Jaya, Kec.Pancoran Mas
Pasar Depok Jaya
Jl.Raya Nusantara
Kel.Depok Jaya, Kec.Pancoran Mas
Pusat Belanja Masyarakat Sukamaju
Jl.BBM
Kel.Sukamaju, Kec.Sukmajaya
Pasar Gandul
Kel.Gandul, Kec.Limo
Pasar Pondok Pucung
Kel.Jatimulya, Kec.Sukmajaya
Pasar Cinere
Jl.Raya Cinere
Kel.Cinere, Kec. Limo
13 Depok Town Square (Detos)
Jl.Margonda Raya
Kel.Pondokcina, Kec.Beji
Margocity
Jl.Margonda Raya
Kel.Kemirimuka, Kec.Beji
Mall Depok
Jl.Margonda Raya
Kel.Kemirimuka, Kec.Beji
Plaza Depok
Jl.Margonda Raya
Kel.Depok, Kec.Pancoran Mas
ITC Depok
Jl.Margonda Raya
Kel.Depok, Kec.Pancoran Mas
Kel.Pangkalan Jati, Kec.Limo
Depok Town Square
Jl.Raya Sawangan
Kel.Rangkapanjaya, Kec.Pancoran Mas
Mall Cinere
Jl.Raya Cinere
Kel.Pangkalan Jati, Kec.Limo
Mall Cimanggis
Jl.Raya Jakarta-Bogor Km.30
Tip Top
Jl.Tole Iskandar
Kel.Mekarjaya, Kec.Sukmajaya
Pujasari
Jl.Raya Parung Ciputat
Kel.Bojongsari, Kec.Sawangan
Alfa Retailindo (Gudang Rabat)
Jl.Dewi Sartika
Kel.Depok, Kec.Pancoran Mas
-
-
-
GUDANG
-
-
-
-
-
-
-
1997
- -
- -
2001
2003
1996
2006
2006
1998
2005
1996
2004
-
-
2005
1994
-
-
1982
1986
2002
-
1990
1993
1992
1990
-
-
HYPERMART
SUPERMARKET
SUPERMARKET
SUPERMARKET
SUPERMARKET
SUPERMARKET
PASAR DESA
HYPERMART
HYPERMART
SUPERMARKET
SUPERMARKET
HYPERMART
PASAR KOTA
PASAR KOTA
PASAR KOTA
PASAR DESA
PASAR DESA
PASAR DESA
26.000 / ........ M2 PASAR KOTA
PASAR KOTA
PASAR KOTA
PASAR KOTA
PASAR KOTA
10.674,98 / ...... M2
1.500 / 1.000 M2
10.000 / 7.475 M2
2.892 / 1.112 M2
1.890 / 1.280 M2
18.650 / 771 M2
97.479,50 M2
-
-
-
-
5.026 / 2.332,80 M2
7.600 M2
40.000 M2
87.570 M2
23.496 M2
41.000 M2
77.819 M2
- - 1.618 M2
77.819 M2
5.410,5 M2
--
-
- -
- -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
V
-
-
-
-
-
V
-
-
-
-
- -
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
-
16
V
V
V
V
V
V
V
V
V
12
14
15
23
22
21
20
19
18
17
6
7
8
9
10
11
1
2
3
4
5
PASAR
JENIS
DATA PASAR MODERN, PASAR TRADISIONAL DAN PERGUDANGAN
DI KOTA DEPOK
NO NAMA / ALAMAT LUAS TANAH / KATEGORI BERDIRI KET
Lampiran 2. Data pasar modern, pasar tradisional, dan pergudangan
Sumber : http://www.slideshare.net/diyahperwitosari/pasar-14486964
47
Lampiran 3. Persyaratan umum dan persyaratan khusus nasabah
1.Warga Negara Pemilik usaha/individu dengan status warga negara indonesia yanganesia
yang berdomisili di Indonesia.
2. Umur Minimum 21 tahun atau 18 tahun jika telah menikah.
Maksimum 65 tahun pada saat akhir jangka waktu
pembiayaan.
3. Karakter Tidak ada informasi negatif mengenai nasabah dari komunitas
setempat seperti: penjudi, pemabuk, berkarakter atau reputasi
buruk lainnya.
4. Usaha Pengusaha:
a. Calon nasabah bukan sebagai pemula di bidang usaha yang
akan dibiayai.
b. Usaha yang akan dibiayai adalah merupakan usaha yang
halal.
c. Lama mengelola usaha minimum 2 (dua) tahun.
d. Bilamana pengalaman usaha dari calon nasabah kurang dari
kriteria pada butir (c) di atas, wajib diajukan persetujuan
khusus ke Kantor Pusat DBM Bagian Risk Management dan
Collection serta wajib memenuhi persyaratan sbb :
1) Jika usaha calon nasabah berada di dalam lingkungan pasar
(pedagang) maka wajib ada:
a) Persetujuan dari anggota keluarga (anak kandung/ suami/
istri/ orang tua kandung) yang telah mempunyai pengalaman
dibidang usaha yang sama (dimana lama usaha yg
bersangkutan > 2(dua) tahun) dengan menandatangani
Borgtoch (personal guarantee)
b) Persetujuan dari Kepala Dinas Pasar berupa Surat
keterangan dari kepala dinas pasar di tempat lama.
2) Jika usaha calon nasabah berada diluar lingkungan pasar
(bukan pedagang) dan masih dalam radius 10 km dari kantor
KCP/KCM Mikro :
a) Dimintakan persetujuan dari anggota keluarga calon
nasabah yang telah mempunyai pengalaman dibidang usaha
48
yang sama (dimana lama usaha yg bersangkutan > 2 (dua)
tahun) dengan menanda tangani Borgtoch (personal
guarantee)
5.Informasi aktivitas
perbankan calon
nasabah
a. Tidak terdaftar dalam DHN – BI, (calon nasabah dan
pasangan)
b. Bukan merupakan nasabah macet di BPR/S/ Koperasi/
Bank atau lembaga keuangan lain melalui temuan formal atau
informal.
c. BI checking wajib dilakukan untuk semua jenis produk,
dengan hasil riwayat pembiayaan yang baik / lancar selama 6
bulan terakhir (kolektibilitas 1).
6.Tujuan
Pembiayaan
Tujuan pembiayaan wajib dicantumkan di aplikasi
permohonan pembiayaan dan MAP.
7.Status tempat usaha
dan jaminan
Untuk pembiayaan ≥ Rp. 50.000.000, jika tempat usaha sewa/
kontrak dan jaminan merupakan kendaraan bermotor (barang
bergerak), maka tempat tinggal harus milik Nasabah atau
keluarga.
8.Pembelian objek
barang Murabahah
Wajib memastikan bahwa objek barang murabahah yang akan
dibeli sesuai dengan prinsip syariah. Pembelian objek
Murabahah dilakukan setelah adanya penandatanganan
wakalah
Sumber : Bank BNI Syariah Divisi Bisnis Mikro (2012).
Lanjutan Lampiran 3.
49
Lampiran 4. Struktur organisasi bank BNI Syariah KCP MIKRO
Sumber : Bank BNI Syariah Divisi Bisnis Mikro (2012).
Lampiran 5. Uraian Jabatan kantor cabang pembantu mikro BNI Syariah (sesuai
mapping)
Wakil Pemimpin Cabang/Pimpinan Cabang Pembantu (Wapinca/Pincapem)
1. Memimpin dan bertanggung jawab penuh atas aktifitas Kantor Cabang Mikro
(KCM) dan Kantor Cabang Pembantu Mikro (KCPM) terutama dalam hal
meningkatkan kualitas asset dan liabilitis, mutu layanan yg unggul,
pengembangan dan pengendalian usaha dan mengelola administrasi cabang
sehingga dapat memberikan kontribusi laba yang nyata.
2. Bertanggung jawab sepenuhnya membina kepegawaian
3. Menetapkan rencana kerja dan anggaran, sasaran usaha, tujuan yang akan
dicapai, strategi dan rencana program pelaksanaannya dengan tetap
berkoordinasi dengan Kantor Pusat DBM.
4. Membuat perencanaan dan melakukan koordinasi perihal penentuan KCP Mikro
yang akan dibuka dan berada di wilayahnya.
5. Menyelia (mengarahkan, mengendalikan dan mengawasi) secara langsung unit-
unit kerja menurut bidang tugasnya (pelayanan nasabah, pengembangan dan
pengendalian usaha serta pengelolaan operasional dan administrasi) di area
/wilayah kerjanya sejalan dengan sistem dan prosedur yang berlaku.
6. Memutus pembiayaan produktif maupun konsumtif baru/tambahan Cabang
sesuai kewenangannya.
Pimpinan Cabang Pembantu
Penyelia Layanan Mikro Penyelia Pemasaran Analis Pembiayaan
Customer Service/Asisten
Rahn
Teller Asisten
Pemasaran
Asisten
Collection
50
7. Memutus pembiayaan produktif maupun konsumtif bermasalah (NPF) Cabang
sesuai kewenangannya.
8. Otorisasi transaksi sesuai kewenangannya (transaksi s/d Rp. 500.000.000)
9. Merubah kewenangan user icons
10. Menyelia & berpartisipasi aktif terhadap aktivitas Pincapem/Wapinca dalam
usaha :
a. Melakukan penelitian potensi ekonomi daerah dan menyusun peta bisnis.
b. Membuat pemetaan Aspem, dan membagi zona penjualan ke masing-
masing Aspem.
c. Mendiskusikan zona penjualan ke masing-masing Aspem untuk
menetapkan target penjualan. Zona penjualan ini digunakan untuk
mengenal potensi Calon Nasabah.
d. Memimpin, membina, mengembangkan dan bertanggung jawab penuh
atas seluruh aktivitas pelayanan nasabah di KCM dan KCPM dengan
mengupayakan pelayanan yang optimal sesuai prosedur yang berlaku.
e. Memimpin dan mengelola seluruh aktivitas tim pemasaran serta proses
permohonan pembiayaan dan Rahn sesuai kewenangannya.
11. Menyelia & berpartisipasi aktif terhadap aktivitas KAP dalam usaha :
Melakukan review terhadap proposal pembiayaanmikro
a. Memastikan semua permintaan pembiayaan telah diregister dalam
aplikasi EFO Mikro
b. Memastikan semua usulan pembiayaan menggunakan system EFO dan
telah sesuai dengan kebijakan, prosedur dan pedoman pembiayaan mikro
serta prinsip-prinsip syariah
c. Melakukan penilaian jaminan dengan cara OTS dan melakukan verifikasi
atas keabsahan dokumen jaminan
Koodinator Analis Pembiayaan
1. Melakukan review terhadap proposal pembiayaan mikro
2. Memastikan semua permintaan pembiayaan telah diregister dalam aplikasi EFO
Mikro.
3. Memastikan semua usulan pembiayaan menggunakan system EFO dan telah
sesuai dengan kebijakan, prosedur dan pedoman pembiayaan mikro serta
prinsipprinsipmSyariah.
Lanjutan Lampiran 5.
51
4. Melakukan penilaian jaminan dengan cara OTS dan melakukan verifikasi atas
keabsahan dokumen jaminan.
Analis Pembiayaan
1. Memasarkan produk pembiayaan
2. Memproses permohonan pembiayaan produktif
3. Mengelola pemantauan nasabah pembiayaan kolektibiliti 1 dan 2.
4. Melakukan kerjasama dengan institusi/aliansi bisnis dalam rangka pemasaran
produk pembiayaan.
5. Melakukan kegiatan cross selling untuk produk-produk Bank BNI Syariah
lainnya
Penyelia Field Collection
1. Mengelola kebijakan NPF pembiayaan mikro & target penyelesaian
2. Mengelola kebijakan limit ekspansi pembiayaan mikro
3. Mengelola kebijakan discount pelunasan NPF (Komite Kebijakan Risiko)
Penyelia Pemasaran
1. Menyelia langsung seluruh produk pembiayaan
2. Menyelia langsung dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan memeriksa
kelengkapan dokumen permohonan pembiayaan
3. Menyelia langsung dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan memproses
permohonan pembiayaan
4. Menyelia langsung dan berpartisipasi aktif dalam memproses proses pembiayaan
5. Menyelia langsung dan berpartisipasi aktif kegiatan kerjasama dengan
institusi/aliansi bisnis (developer, dealer, instansi pemerintah, perusahaan
penyedia jasa sales, dsb) dalam rangka pemasaran produk pembiayaan
6. Menyelia langsung dan berpartisipasi aktif dalam rangka kegiatan penelitian
potensi ekonomi daerah dan menyusun peta bisnis pembiayaan.
7. Menyelia langsung dan berpartisipasi aktif dalam mengkoordinasikan tim
pemasaran pembiayaan konsumer
Asisten Collection
1. Memantau saldo rekening afiliasi nasabah kolektbiliti 1 & 2 (early warning
system)
2. Menghubungi nasabah melalui telepon (call dan atau sms) sebagai reminder atas
kewajiban nasabah pembiayaan kolektibiliti 1 & 2.
3. Memproses permohonan Pelunasan Sebelum Jatuh Tempo (PSJT).
Lanjutan Lampiran 5.
52
4. Mengawasi pola perilaku nasabah konsumer skoring sebagai dasar dalam
melakukan reminder call.
Asisten Customer Service dan Rahn
1. Memberikan informasi mengenai produk dan jasa Bank BNI Syariah, syarat-
syarat pembukaan rekening dan melayani pertanyaan nasabah mengenai
penyelesaian transaksi atau informasi saldo.
2. Mengadministrasikan dan membagikan rekening koran nasabah secara langsung
atau lewat kurir/pos.
3. Mengadministrasikan permintaan dan pemberian buku Cek/ Giro Bilyet,
mengelola formulir dan produk jasa Bank BNI Syariah.
4. Mengelola dan mengadministrasikan pelayanan pembukaan, perubahan dan
penutupan rekening Giro iB, Tabungan iB dan Deposito iB.
5. Menyiapkan formulir aplikasi pembukaan rekening serta Kartu Contoh Tanda
Tangan.
6. Mengecek dan memeriksa kebenaran bukti diri nasabah dan memantau
perkembangan rekening-rekening nasabah.
7. Melakukan Scanning Kartu Contoh Tanda Tangan (KCT) ke SVS.
8. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan produk dana Bank BNI
Syariah
9. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan penjualan melalui Cross Selling
10. Melakukan proses pengkinian data Nasabah dan memastikan bahwa pengkinian
data tersebut sejalan dengan Laporan Rencana Kegiatan Pengkinian Data yang
telah disampaikan kepada Bank Indonesia
11. Memasarkan dan mengelola permohonan rahn.
12. Mengelola portepel rahn dan penyimpanan titipan rahn.
13. Membuka/merubah/menutup master data nasabah (CIF) dengan aplikasi
maintenance
Asisten Pemasaran
1. Bersama pengelola pembiayaan konsumer membantu dalam memasarkan produk
pembiayaan.
2. Memproses permohonan pembiayaan.
3. Memeriksa kelengkapan dokumen permohonan pembiayaan.
4. Melakukan kegiatan cross selling untuk produk-produk Bank BNI Syariah
lainnya
Lanjutan Lampiran 5.
53
Teller
1. Melayani transaksi setoran, penutupan, penarikan dan pemindahan rekening.
2. Melakukan transaksi Outgoing Transfer (OTR) baik secara tunai, pemindahan
dan kliring.
3. Melakukan pembayaran Incoming Transfer (ITR) baik secara tunai, pemindahan
maupun kliring.
4. Menyelesaikan transaksi rekening suspence yang ada di KCPMnya. Rekening
suspence meliputi antara lain rekening Pos-pos debet dalam penyelesaian, pos
kredit dalam penyelesaian, rekening persekot, biaya-biaya kantor yang akan
dibayar (Yadib), rekening simpanan sementara, pos-pos perantara system,
dll
5. Mengelola Kas kecil Cabang/Cabang pembantu sesuai dengan kewenangannya.
6. Membantu pengelolaan kas Kantor Cabang / Kantor Cabang Pembantu,
melakukan pencatatan mutasi kas besar (laporan harian)
7. Melayani kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan produk jasa/transaksi yang
dikelola oleh Kantor Pusat atau pihak ketiga lainnya (Cash Pick Up/PUAN)
8. Melakukan rekonsiliasi (pencocokan) serta memastikan semua transaksi sesuai
dengan bukti transaksi
9. Membuat proofsheet atas rekening perantara yang terbuka (open item)
Lanjutan Lampiran 5.
54
Lampiran 6. Alur proses pembiayaan
Mulai
Menerima Walk In Customer baru yang
mengajukan pembiayaan
1b Ass. Pemasaran
Melakukan prospek terhadap calon nasabah
baru
1 Ass. Pemasaran
Melakukan verifikasi karakter dan analisa usaha
terhadap calon nasabah
2 Ass. Pemasaran
Memberikan aplikasi permohonan pembiayaan
untuk diisi lengkap oleh calon nasabah dan
ditandatangani berikut menginformasikan
persyaratan copy dokumen pembiayaan yang
harus dilengkapi
3 Ass. Pemasaran
Menerima aplikasi permohonan pembiayaan
dan calon nasabah yang telah diisi lengkap dan
ditandatangani copy dokumen pembiayaan dan
membuat DCL untuk memeriksa kelengkapan
dokumen persyaratan serta menandatanganinya
4 Ass. Pemasaran
APU memastikan
kelengkapan dokumen
proposal pembiayaan dan
melakukan dedupe calon
nasabah pada register
pemiayaan
Meregistrasi aplikasi permohonan pembiayaan
pada registrasi dan memberik nomor pada
aplikasi tersebut
5a APU
A
Pastikan apakah tempat
calon nasabah usaha masuk
dalam radius area 5km dari
kantor unit
Ke Proses 2
Tolak/Selesai
Menerima form aplikasi Penambahan fasilitas
yang telah diisi lengkap oleh nasabah dan
ditandatangani berikut dokumen yang
disyaratkan
1c Ass. Pemasaran
Ketentuan Top
UP/Penambahan
Fasilitas
Tdk
Ya
Sumber : Bank BNI Syariah Divisi Bisnis Mikro (2012).
55
B
Tdk
Ya
A
Mengajukan permohonan BI Checking ke
SPOM dan setelah mendapatkan hasil
dilengkapi pada berkas aplikasi permohonan
pembiayaan
6 APU
Dokumen abash, BI
Checking dan Daftar
Hitam BI Clear ?
Melakukan verifikasi atas keabsahan dokumen
persyaratan verifikasi hasil BI Checking dan
Daftar Hitam BI
7 APU
Melakukan OTS ke calon nasabah untuk check
karakter, trade checking dan atau penilaian
8 APU
Hasil OTS OK ?
Membuat FKS, BATJ dan MAP serta
menandatanganinya
9 APU
Ya
Melakukan OTS untuk verifikasi karakter calon
nasabah dan kondisi usaha
10 PUM
Hasil OTS OK ?
Membuat FKS Ka, PUM menandatangani FKS,
BATJ dan MAP
11 PUM
Ya
Registrasi status aplikasi Reject dan aplikasi
disimpan ditempat yang aman
5b APU
Menerima status aplikasi yang ditolak dan
informasikan ke calon nasabah
5c Ass. Pemasaran
SELESAI
Tdk
Tdk
Sumber : Bank BNI Syariah Divisi Bisnis Mikro (2012).
Lanjutan Lampiran 6. Alur proses pembiayaan
56
C
Tdk
B
Persetujuan
sesuai limit KPP
Mikro?
Ya
Melakukan review terhadap proposal
pembiayaan
12 KAA/AM/KP
Registrasi status proposal yang disetujui,
membuat SKP dan memberikan kepada Ass.
Pemasaran.
14 APU
Menginformasikan ke calon nasabah bahwa
status permohonan telah disetujui dan
memberikan SKP untuk ditandatangani oleh
calon nasabah
15 APU
Menerima SKP yang telah ditandatangani oleh
nasabah, serta order notaries jika akad harus
dengan notaris
Membuat Akad Perjanjian Pembiayaan,
Pengikatan Jaminan dan Surat Bukti Serah
terima Dokumentasi/Jaminan (BSTJ)
17 APU
Menyerahkan dokumen asli, Jaminan asli (jika
ada jaminan) dan menerima Surat Bukti Serah
terima Dokemen/Jaminan Asli (BSTJ)
18 Nasabah
Menerima, memverifikasi dokumen
pembiayaan dan jaminan asli untuk memastikan
dokumen yang diberikan sesuai dengan kondisi
pada saat verfikasi awal, kemudian melengkapi
DCL sesuai kelengkapan fisik dokumen dan
menandatanganinya serta menandatanganinya
BSTJ bersama PUM
19 APU
Menandatangani akad pembiayaan dan atau
pengikatan jaminan
20a Nasabah, APU, PUM dan Notaris
Menandatangani MAP sesuai limit KPP
13 KAA/AM/KP
Hasil review
OK ?
Ya
Ke Proses
5b dan 5c
Tdk
Nasabah membuka rekening Tabungan
20b Nasabah
Create CIF dan membuka rekening Tabungan
untuk hasil realisasi pendebetan biaya-biaya
dan pembayaran angsuran
20c Teller
Menerima salinan Akad Pembiayaan
Pengikatan Jaminan, Bukti Serah Terima
Jaminan yang telah ditandatangani oleh kedua
belah pihak
20d Nasabah
Sumber : Bank BNI Syariah Divisi Bisnis Mikro (2012).
Lanjutan Lampiran 6. Alur proses pembiayaan
57
Sumber : Bank BNI Syariah Divisi Bisnis Mikro (2012).
D
C
Menyusun dokumen pembiayaan sesuai dengan
ketentuan dan melengkapi DCL
21b APU
Mengirimkan berita MP dan DCL yang telah
ditandatangani oleh APU, PUM da PLM ke
SOPM melalui email dan facsimile
24 PLM
Membuat MP sudah sesuai kondisi yang ada
pada MAP dan menandatanganinya
21a APU
Memastikan MP sesuai kondisi yang ada pada
MAP serta kelengkapan dokumen pembiayaan
sesuai DCL dan menandatangani MP dan DCL
22 PUM
Memastikan isi MP sudah sesuai dengan MAP,
kelengkapan dokumen asli (dokumen
pembiayaan dan jaminan) sesuai dengan DCL
serta ketentuan dan menandatangani MP
tersebut
23 PLM
Memastikan kelengkapan pengisian MP,
verifikasi tandatangan pejabat yang ada pada
MP dibandingkan specimen, Kode Test Key
dan Kelengkapan pengisian DCL apakah sesuai
ketentuan
25 SOPM
MP OK?
Melakukan pembentukan rekening pembiayaan
serta melakukan pengkreditan realisasi
pembiayaan ke rekening tabungan dan
pembiayaan ke pihak e 3
26 SOPM
Ke Proses 23
Mengirimkan dokumen asli pembiayaan ke
APD maksimal 7 hari kerja dan hari pencairan
21c APU
Mengirimkan informasi ke SOPM unit-unit
yang tidak mengirimkan dokumen asli lebih
dari 7 hari kerja
21d APU
Akan menghentikan sementara pencairan
pembiayaan atas unit yang belum mengirimkan
dokumen dan pembiayaan lebih dari 7 hari
kerja dan akan mencairkan kembali jika unit
terus telah mengirimkan dokumen asli
pembiayaan yang terhutang
21e SOPM
Tdk
Ya
Lanjutan Lampiran 6. Alur proses pembiayaan
58
Lampiran 7. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu
N
No
Peneliti/Ta
hun
Judul Hasil Metode
Penelitian
1
1
Harahap
(2012)
mengenai analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan pembiayaan dan
efektivitas pembiayaan syariah di sektor
perdagangan pada BMT Ibadurrahman
Bogor
Faktor yang yang paling besar pengaruhnya terhadap besarnya
permintaan pembiayaan adalah biaya administrasi. Sedangkan
besarnya pendapatan usaha anggota setelah pembiayaan dipengaruhi
kuat oleh besarnya pembiayaan yang diajukan.
analisis
regresi linear
berganda
2
2
Mulyati
(2011)
faktor yang mempengaruhi penetapan
margin murabahah pada BMT Khairu
Ummah Leuwiliang
pembiayaan yang disalurkan terbagi kepada beberapa sektor usaha,
diantaranya : perdagangan, jasa, pertanian, industri kecil, pendidikan,
konsumtif, dan lainnya. Sektor perdagangan merupakan sektor
unggulan karena memiliki resiko yang lebih kecil dengan turn over
yang cepat. Sedangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan
penetapan tingkat margin pembiayaan murabahah cenderung tergolong
faktor syariah.
analisis
regresi linear
berganda
3
3
Mulyarto
(2009)
faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi
kredit usaha rakyat (KUR) di bank rakyat
indonesia unit leuwiliang kabupaten bogor
faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR di BRI Unit
Leuwiliang adalah jumlah pendapatan atau penghasilan, pengalaman
pengambilan kredit, lama usaha dan modal usaha.
analisis
regresi linear
berganda
4
4
Febrio
(2010)
analis faktor-faktor yang mempengaruhi
realisasi kredit solusi modal (SM) di bank
danamon simpan pinjam unit cibinong
kabupaten bogor
yang mempengaruhi realisasi kredit solusi modal di bank danamon
simpan pinjam unit cibinong kabupaten bogor, yaitu tingkat
pendapatan per bulan, pengalaman usaha, waktu perealisasian,
frekuensi pinjaman, jumlah sisa tanggungan pinjaman, usia dan jenis
kelamin.
analisis
regresi linear
berganda
5
5
Wati
(2008)
kajian program penyaluran kredit usaha kecil
melalui program kemitraan (Kasus PT BNI
dengan Lembaga Pendamping IPB)
proses penyaluran dan pengembalian kredit KKB (Kredit Kemitraan
BUMN) bank BNI pada dasarnya hanya dipengaruhi oleh Character,
Capacity dan Condition of economic (3C) yang memadai karena pada
Analisis khi
quadrat
59
umumnya UKM tidak memiliki Capital (modal) dan Collateral
(jaminan). Dari hasil kajian tersebut juga diperoleh bahwa faktor
internal yang mempengaruhi program KKB adalah prosedur
pengajuan yang tidak berbelit dan syarat pengajuan yang mudah.
Faktor eksternal yang mempengaruhi program KKB adalah potensi
pasar UKM yang masih besar dan banyaknya pesaing dari bank sejenis
baik BUMN maupun swasta.
6
6
Sulistya
(2007)
strategi pemberian fasilitas kredit modal
kerja kepada pengusaha industri kecil
menengah berorientasi ekspor (kasus di bni
jakarta)
hambatan-hambatan yang terjadi didalam pelaksanaan pemberian
kredit modal kerja terutama ditemui pada diri debitur, baik perorangan
maupun perusahaan, antara lain diantaranya masalah legalitas
perusahaan UKM, sistem administrasi yang sangat sederhana di
perusahaan UKM, adanya penilaian yang negatif terhadap pengusaha
UKM, dan resiko kredit macet yang akan timbul dikemudian hari serta
besarnya jaminan yang ditetapkan oleh bank yang memberatkan
pengusaha UKM.
Tabulasi
silang dan
analisis khi
quadrat
7
7
Agusman
(2014)
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pembiayaan mikro ib hasanah dan potensi
risiko pada bank bni syariah cabang
pembantu mikro depok
faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi mikro ib hasanah di BNI
Syariah KCPM Depok adalah usia, pengalaman usaha, tujuan
pembiayaan, pendapatan per bulan, jangka waktu pembiayaan, sisa
tanggungan pinjaman di tempat lain, asset usaha dan keluarga.
Sedangkan potensi risiko nasabah terbagi dalam dua tingkatan yaitu
berisiko tinggi dan berisiko rendah.
analisis
regresi linear
berganda
Lanjutan Lampiran 7. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu