FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · pasca operasi laparatomi di Ruang Perawatan Bedah RSU...

16
FAKTOR-FAKTOR YA MOBILISASI DIN BANGSA MA Untuk Meme PROGR S ANG BERHUBUNGAN DENGAN PEL NI PADA PASIEN POST APPENDIKT AL ANGGREK RSUD dr.SOEDIRAN ANGUN SUMARSO WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI enuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh : Noerini Rachmawati NIM. ST14045 RAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 LAKSANAAN TOMI DI

Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · pasca operasi laparatomi di Ruang Perawatan Bedah RSU...

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · pasca operasi laparatomi di Ruang Perawatan Bedah RSU Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian lain dilakukan oleh Isrofi menemukan bahwa mobilisasi

FAKTOR-FAKTOR YANG

MOBILISASI DINI PADA PASIEN

BANGSAL ANGGREK RSUD dr

MANGUN SUMARSO WONOGIRI

Untuk Memenuhi

PROGRAM STUDI S

STIKES KUSUMA HUSADA

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN

MOBILISASI DINI PADA PASIEN POST APPENDIKTOMI DI

BANGSAL ANGGREK RSUD dr.SOEDIRAN

MANGUN SUMARSO WONOGIRI

NASKAH PUBLIKASI

emenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

Noerini Rachmawati

NIM. ST14045

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

PELAKSANAAN

KTOMI DI

.SOEDIRAN

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · pasca operasi laparatomi di Ruang Perawatan Bedah RSU Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian lain dilakukan oleh Isrofi menemukan bahwa mobilisasi
Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · pasca operasi laparatomi di Ruang Perawatan Bedah RSU Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian lain dilakukan oleh Isrofi menemukan bahwa mobilisasi

FAKTOR-FAKTOR YANG

MOBILISASI DINI PADA PASIEN

BANGSAL ANGGREK RSUD dr

MANGUN SUMARSO WONOGIRI

Untuk Memenuhi

PROGRAM STUDI S

STIKES KUSUMA HUSADA

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN

MOBILISASI DINI PADA PASIEN POST APPENDIKTOMI DI

BANGSAL ANGGREK RSUD dr.SOEDIRAN

MANGUN SUMARSO WONOGIRI

NASKAH PUBLIKASI

emenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

Noerini Rachmawati

NIM. ST14045

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

PELAKSANAAN

KTOMI DI

.SOEDIRAN

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · pasca operasi laparatomi di Ruang Perawatan Bedah RSU Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian lain dilakukan oleh Isrofi menemukan bahwa mobilisasi
Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · pasca operasi laparatomi di Ruang Perawatan Bedah RSU Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian lain dilakukan oleh Isrofi menemukan bahwa mobilisasi

1

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini

pada Pasien Post Appendiktomi di Bangsal Anggrek

RSUDdr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

Noerini Rachmawati1), Wahyu Rima Agustin2), Fakhrudin Nasrul Sani2)

1)Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2) Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Appendiksitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis dan merupakan

penyebab penyakit abdomen akut yang sering terjadi di negara berkembang. Hasil studi

pendahuluan yang dilakukan di RSUD Wonogiri didapatkan data bahwa 4 dari 5 pasien mengatakan takut untuk bergerak dalam waktu 1 x 24 jam setelah mengalami operasi

appendiksitis dikarena merasa nyeri, takut jahitannya lepas dan takut lukanya tidak

kunjung sembuh. Pelaksanaan mobilisasi dini sering tidak dihiraukan karena berbagai

faktor yang membuat seseorang tidak melakukannya. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pasien post appendiktomi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif populasi dalam penelitian ini adalah

pasien yang telah melakukan appendiktomi di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu 19

responden yang memenuhi kriteria inklusi. Analisa data dalam penelitian ini

menggunakan analisis deskriptif. Pada penelitian ini data yang disajikan adalah frekuensi dari karakteistik responden yang meliputi jenis kelamin, umur, dan faktor-faktor yang

mempengaruhi mobilisasi dini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor kondisi kesehatan (suhu, TD,

pernafasan, Hb, nyeri), pengetahuan dan dukungan sosial mempengaruhi pelaksanaan

mobilisasi dini. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan perawat dan tenaga medis

lainnya mampu memberikan motivasi terhadap pasien dan keluarga dalam latihan

mobilisasi dini.

Kata Kunci : Appendiksitis, Appendiktomi, Mobilisasi Dini Noerini Rachmawati

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · pasca operasi laparatomi di Ruang Perawatan Bedah RSU Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian lain dilakukan oleh Isrofi menemukan bahwa mobilisasi

2

Factors Associated with Early Mobilization of Patients Staying at Anggrek

Ward of dr. Soediran Mangun Sumarso Regional Public

Hospital of Wonogiri after Appendectomy

ABSTRACT

Appendicitis refers to inflammation of the vermiform appendix and is supposed to

be the cause of acute abdominal pain. This disease commonly occurs in developing

countries. A previous study conducted in Regional Public Hospital of Wonogiri indicates

that four of five patients were afraid of making movements in 1 x 24 hours after

undergoing appendectomy due to the pain, fear of surgical knot loosening, and that of

unrelieved pain. The implementation of early mobilization is often ignored because of

several factors. This research aims at investigating the factors influencing the early mobilization of patients after appendectomy.

This research belongs to descriptive research. The population includes all patients

who underwent appendectomy at dr. Soediran Mangun Sumarso Regional Public

Hospital of Wonogiri. Samples comprising 19 respondents meeting inclusion criteria

were selected using purposive sampling method. Descriptive analysis was applied to

analyze the data presenting frequencies of respondents’ characteristics including gender,

age, and other factors contributing to the early mobilization. The research findings demonstrate that factors of health conditions (temperature,

blood pressure, respiration, hemoglobin (Hb), and pain), knowledge, and social support

give influence to the implementation of the early mobilization. It is expected that nurses and other medical personnel give motivation to patients and their family when

implementing the early mobilization.

Keywords : appendicitis, appendectomy, early mobilization

PENDAHULUAN

Appendiksitis adalah peradangan

dari apendiks vermiformis dan

merupakan penyebab penyakit abdomen

akut yang sering terjadi di negara

berkembang, penyakit ini dapat mengenai

semua umur baik laki - laki maupun

perempuan, tetapi lebih sering

menyerang laki - laki berusia antara 10

sampai 30 tahun. Salah satu kelainan atau

penyakit yang terjadi dalam sistem

pencernaan yang membutuhkan

pembedahan secara khusus adalah

Appendiksitis (Primariawan, 2010).

Prevalensi tindakan operasi di

Amerika serikat tahun 2009 dari 27 juta

orang yang menjalani operasi setiap

pelayanan kesehatan, pasien dengan

infeksi pada daerah operasi abdomen

akan menjalani perawatan dua kali lebih

lama di rumah sakit daripada yang tidak

mengalami infeksi. Kurangnya mobilisasi

dini dapat menimbulkan lamanya hari

perawatan dari pasien dengan laparatomi,

selain itu kurangnya mobilisasi dini pada

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · pasca operasi laparatomi di Ruang Perawatan Bedah RSU Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian lain dilakukan oleh Isrofi menemukan bahwa mobilisasi

3

pasien pasca operasi laparatomi dapat

menimbulkan adanya infeksi (Jitowiyono

& Kristiyanasari, 2010). Penyakit

appendiksitis merupakan penyakit

dengan urutan keempat terbanyak pada

tahun 2006 di Indonesia. Data yang

dirilis oleh Departemen Kesehatan RI

pada tahun 2008 jumlah penderita

appendiksitis di indonesia mencapai

591.819 orang dan meningkat pada tahun

2009 sebesar 596.132 orang. Kelompok

usia yang umumnya mengalami

appendiksiitis yaitu pada usia antara 10 -

30 tahun. Insiden laki - laki lebih tinggi

dibandingkan perempuan (Eylin, 2009).

Laporan Departemen Kesehatan

(Depkes) mengenai kejadian laparatomi

atas indikasi appendiksitis meningkat

dari 162 pada tahun 2005 menjadi 983

kasus pada tahun 2006 dan 1.281 kasus

pada tahun 2007. Berdasarkan Data

Tabulasi Nasional Departemen

Kesehatan Republik Indonesia tahun

2009, tindakan bedah menempati urutan

ke 11 dari 50 pertama penyakit di rumah

sakit se-Indonesia dengan persentase

12,8% yang diperkirakan 32%

diantaranya merupakan tindakan bedah

laparatomi (Hajidah & Haskas, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh

Ambarwati dalam Hajidah & Haskas

(2014), menemukan bahwa ada

pengaruh mobilisasi dini dengan

pemulihan peristaltik usus pada klien

pasca operasi laparatomi di Ruang

Perawatan Bedah RSU Dr. Soetomo

Surabaya. Penelitian lain dilakukan oleh

Isrofi menemukan bahwa mobilisasi

dini 2 jam pasca operasi lebih efektif

dari pada mobilisasi 6 jam pasca

operasi terhadap pemulihan peristaltik

usus pasien pasca operasi apendictomy

dengan anastesi subarchnoid blok di RSI

Jemursari Surabaya.

Hasil studi pendahuluan yang

dilakukan di RSUD Wonogiri bulan Juni

2015 didapatkan data bahwa 4 dari 5

pasien mengatakan takut untuk bergerak

dalam waktu 1 x 24 jam setelah

mengalami operasi appendiksitis

dikarena merasa nyeri, takut jahitannya

lepas dan takut lukanya tidak kunjung

sembuh. Pelaksanaan mobilisasi dini

sering tidak dihiraukan karena berbagai

faktor yang membuat seseorang tidak

melakukannya sehingga peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul

“Faktor – faktor yang berhubungan

dengan pelaksanaan mobilisasi dini pada

pasien post Appendiktomi di bangsal

Anggrek RSUD dr. Soediran Mangun

Sumarso Wonogiri”

METODOLOGI

Jenis penelitian ini adalah

penelitian kuantitatif dengan desain

deskriptif observasional yaitu

mendiskripsikan (memaparkan)

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · pasca operasi laparatomi di Ruang Perawatan Bedah RSU Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian lain dilakukan oleh Isrofi menemukan bahwa mobilisasi

4

peristiwa-peristiwa penting yang terjadi

pada masa kini. Penelitian ini akan

mendiskripsikan tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi pelaksanaan

mobilisasi dini pada pasien post operasi

appendiktomi (Nursalam, 2014).Populasi

dalam penelitian ini adalah semua pasien

yang telah melakukan appendiktomi di

RSUD DR. Soediran Mangun Sumarso

Wonogiri. Hasil studi pendahuluan yang

dilakukan didapatkan data bahwa dalam

3 bulan diperkirakan terdapat 20 pasien

yang melakukan operasi

appediktomi.penelitian ini menggunakan

teknik pengambilan sampel purposive

sampling yaitu responden dipilih

berdasarkan atas kriteria yang ditetapkan

oleh peneliti sehingga didapatkan 19

responden.

Alat penelitan yang digunakan

meliputi kuesioner dan lembar

checklisttentang faktor-faktor yang

mempengaruhi mobilisasi dini.

Kuesioner faktor-faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi

dini di ambil dari penelitian yang

dilakukan oleh Yanti (2010) di RSUP H.

Adam Malik Medan dengan berpedoman

pada tinjauan pustaka. Kuesioner tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan mobilisasi dini responden

terdiri dari 24 pertanyaan dalam bentuk

pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak

(dikotomi), meliputi emosi (pernyataan

no. 1,5,9,13,17,21,24), gaya hidup

(pernyataan no. 2,6,10,14), dukungan

sosial (pernyataan no. 3,7,11,15,19),

pengetahuan (pernyataan no.

4,8,12,16,18,20,22,23). Kriteria

pernyataan negatif yaitu no.

1,10,14,19,24 untuk jawaban ya nilainya

0 dan jawaban tidak nilainya 1.

Sedangkan pertanyaan positif jawaban ya

nilainya 1 dan jawaban tidak nilainya 0.

Nilai terendah adalah 12 dan tertinggi

adalah 24.

Faktor kondisi kesehatan pasien

diidentifikasikan dengan 5 pemeriksaan

meliputi: suhu, tekanan darah, frekuensi

pernafasan Hb dengan kategori normal 2

dan abnormal 1, nyeri: kategori skala

nyeri 1-5 (tidak nyeri sampai dengan

nyeri sedang) adalah 2 dan skala nyeri 6-

10 (nyeri hebat sampai dengan paling

hebat) adalah 1. Untuk lembar checklist

pemeriksaan kondisi kesehatan terdapat 5

item setiap item masing-masing nilai

terendah diberi skor 1 dan nilai tertinggi

diberi skor 2 sehingga nilai tertinggi

adalah 10 dan nilai terendah adalah 1.

Pelaksanaan mobilisasi dini

diidentifikasi melalui lembar observasi

dengan 5 objek pengamatan (1-5) yang

dilakukan peneliti untuk mengamati

pelaksanaan mobilisasi dengan memilih

tanda checklist pada kolom “ya” jika

tahapan mobilisasi dilaksanakan dan

idak” jika tahapan mobilisasi tidak

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · pasca operasi laparatomi di Ruang Perawatan Bedah RSU Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian lain dilakukan oleh Isrofi menemukan bahwa mobilisasi

5

terlaksana. Nilai 1 untuk jawaban ya dan

nilai 0 untuk jawaban tidak, nilai

tertinggi adalah ≥ 3 dan terendah 0-2.Uji

realibilitas pada instrumen ini

sebelumnya sudah diujikan oleh Yanti

(2010) di RSUP H. Adam Malik Medan

yang diperoleh dengan cara menganalisis

data dari satu kali pengetasan. Untuk

faktor kondisi kesehatan pasien dan

kuesioner faktor emosi, gaya hidup,

dukungan sosial dan pengetahuan pasien

diuji dengan menggunakan Cronbach

Alpha. Untuk lembar checklist faktor

kondisi kesehatan pasien diperoleh hasil

0,737 dan untuk kuesioner emosi, gaya

hidup, dukungan sosial dan pengetahuan

hasil yang diperoleh 0,755 hasil ini

dinyatakan sudah reliabel dan layak

untuk dilakukan penelitian.

Analisis data Univariat penelitian

data disajikan dalam bentuk frekuensi

karakteristik responden yang meliputi

jenis kelamin, umur. Analisis bivariat

digunakan Uji chi-square, hal ini

dilakukan untuk mengetahui besarnya

proporsi faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan ambulasi dini pada masing-

masing variabel yang diteliti dengan

menggunakan program SPSS v.18 for

windows. Analisis Multivariat digunakan

untuk mengetahui faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap pelaksanaan

ambulasi dini pada pasien post operasi

appendiktomi dengan menggunakan

analisis statistik regresi linier. Analisis

regresi linier digunakan untuk melihat

pengaruh sejumlah variabel independen

terhadap variabel dependen yang berupa

variabel binominal atau juga untuk

memprediksi nilai suatu variabel

dependen (yang berupa nominal)

berdasarkan nilai-nilai variabel

independen (Dahlan, 2013).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden

Hasil penelitian yang telah

dilakukan didapatkan karakteristik

responden yang meliputi jenis

kelamin,umur, tingkat pendidikan,

mekanisme koping dalam bentuk tabel

serta deskripsi.

Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin,

Pendidikan dan Pekerjaan (n=19)

Kategori F %

1. Umur 12-16 Tahun

17-25 Tahun

26-35 Tahun

36-45 Tahun

2

6

8

3

10.5

31.6

42.1

15.8

2. Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan

10 9

52.6 47.4

3. Pendidikan Tidak Sekolah

SD

SLTP SLTA

Perguruan

Tinggi

4

1 6

5

3

21.1

5.3 31.6

26.3

15.8

4. Pekerjaan

Tidak Bekerja

Petani

Buruh

4

2

21.1

15.8

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · pasca operasi laparatomi di Ruang Perawatan Bedah RSU Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian lain dilakukan oleh Isrofi menemukan bahwa mobilisasi

6

Swasta

Karyawan

2

3 7

15.8

10.5 36.8

N=19

Distribusi responden

berdasarkan umur diketahui jumlah

paling sedikit berumur 12-16 tahun

sebanyak 2 responden (10%) dan

yang paling banyak berumur 26-35

tahun sebanyak 8 responden (42,1%).

Distribusi responden berdasarkan

jenis kelamin diketahui jumlah paling

sedikit berjenis kelamin perempuan

sebanyak 9 responden (47,4%) dan

paling banyak berjenis kelamin laki-

laki sebanyak 10 responden (52,6%).

Distribusi responden berdasakan

tingkat pendidikan diketahui jumlah

paling sedikit berpendidikan SD

sebanyak 1 responden (5,3%) dan

paling banyak berpendidikan SLTP

sebanyak 6 responden (31,6%).

Distribusi responden berdasarkan

pekerjaan diketahui jumlah paling

sedikit bekerja di swasta sebanyak 2

responden (10,5%) dan paling banyak

bekerja sebagai karyawan sebanyak 7

responden (36,8%).

2. Analisis Bivariat Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan Pelaksanaan

Mobilisasi Dini Pasien Post Operasi

Appendiktomi

a. Analisis Faktor Kondisi

Kesehatan Terhadap Pelaksanaan

Mobilisasi Dini

Tabel 2 Analisis Uji Chi-Square

Faktor Kondisi Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi

Dini

Kategori F % P-value

Normal 19 100.0 .000 Tidak

Normal

0

0

Total 19 100.0

Faktor kondisi kesehatan

(suhu, tekanan darah, pernafasan,

Hb, nyeri) terhadap pelaksanaan

mobilisasi dini diketahui 19

(100%) responden memiliki

kondisi kesehatan yang normal

dengan p-value 0,000 (p-value

<0,05).

Penelitian ini sesuai dengan

penelitian Yanti (2010) yang

memperlihatkan bahwa kondisi

kesehatan yang normal tidak

mempengaruhi pelaksanaan

ambulasi dini pasien paska operasi.

Pada penelitian ini mayoritas semua

responden tidak mengalami suhu

yang abnormal atau demam,

sehingga melihat dari kondisi

kesehatan pasien seharusnya

memungkinkan untuk melakukan

ambulasi dini. Dalam masa

hospitalisasi, pasien sering memilih

untuk tetap ditempat tidur sepanjang

hari, meskipun kondisi mereka

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · pasca operasi laparatomi di Ruang Perawatan Bedah RSU Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian lain dilakukan oleh Isrofi menemukan bahwa mobilisasi

7

mungkin membolehkan untuk

melakukan aktifitas pergerakan lain

(Berger & Williams, 1992 dalam

Yanti 2010).

Tekanan darah pasien juga

berpengaruh terhadap kondisi

kesehatannya. Memperhatikan

pusing sementara adalah tindakan

pencegahan yang penting saat

mempersiapkan pasien untuk

ambulasi. Bedrest jangka pendek,

terutama setelah cidera atau

tindakan pembedahan dapat disertai

dengan hipotensi. Hipotensi dapat

menyebabkan pasien kurang

melakukan aktivitas seperti ambulasi

(Perry & Potter, 2009). Tekanan

darah pada semua responden adalah

normal sehingga peneliti meyakini

bahwa mobilisasi dini dapat

dilakukan oleh semua responden.

Frekuensi pernafasan yang

abnormal misalkan pada pasien

dispnea selama latihan ambulasi

tidak akan tahan melakukan

ambulasi seperti pada pasien yang

tidak mengalaminya, pada pasien

lemah tidak mampu meneruskan

aktivitas latihan karena energi besar

diperlukan untuk menyelesaikan

latihan menyebabkan kelelahan dan

kelemahan yang menyeluruh. Hasil

penelitian rata-rata frekuensi

pernafasan responden berkisar

antara 12-20 x/mnt sehingga masih

dalam kondisi normal dan tidak ada

responden yang mengalami sesak

nafas.

Menurut pendapat Kozier &

Erb (2010) menyatakan bahwa

perubahan status kesehatan dapat

mempengaruhi sistem saraf berupa

penurunan koordinasi, perubahan

tersebut dapat disebabkan oleh

penyakit sehingga mengakibatkan

berkurangnya kemampuan

seseorang untuk melakukan aktivias

dan latihan. Hal ini juga sependapat

dengan Perry & Potter (2009) yang

menyatakan bahwa seseorang yang

mengalami sakit kepala ringan,

pusing, kelemahan, kelelahan,

kehilangan energi, dispnue dan

hampir pingsan kurang mampu

untuk melakukan aktivias seperti

ambulasi. Kelelahan yang

berlebihan bisa menyebabkan pasien

jatuh atau mengalami

ketidakseimbangan pada saat

latihan.

Nyeri yang dirasakan pada

responden berintensitas ringan

sampai sedang sehingga tidak

terdapat pengaruh yang signifikan

terhadap mobilisasi paska

appendiktomi. Menurut Brunner &

Suddarth (2002) yang menyatkan

kebanyakan pasien merasa takut

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · pasca operasi laparatomi di Ruang Perawatan Bedah RSU Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian lain dilakukan oleh Isrofi menemukan bahwa mobilisasi

8

untuk bergerak setelah paska

operasi karena merasa nyeri pada

luka bekas operasi. Menurut

Sjamsuhidajat & Jong (2005)

menyatakan bahwa pasien menjadi

ragu-ragu untuk melakukan batuk,

nafas dalam, mengganti posisi,

ambulasi atau melakukan latihan

yang diperlukan. Masalah lain

yang sering terjadi adalah ketika

pasien merasa terlalu sakit atau

nyeri, faktor lain yang

menyebabkan mereka tidak mau

melakukan mobilisasi dini dan

memilih untuk istirahat ditempat

tidur (Kozier & Erb, 2010). Pada

penelitian ini responden

mendapatkan terapi analgetik

setelah pembedahan untuk

mengurangi nyeri sehingga nyeri

yang dirasakan tidak berat.

Menurut Brunner & Suddarth

(2002) beberapa pasien

menyatakan bahwa nyerinya lebih

ringan dibanding sebelum

pembedahan dan hanya

memerlukan jumlah analgetik yang

sedikit, harus diupayakan segala

usaha untuk mengurangi nyeri dan

ketidaknyamanan.

b. Analisis Faktor Emosi Terhadap

Pelaksanaan Mobilisasi Dini

Tabel 3 Analisis Uji Chi-Square

Faktor Emosi Terhadap

Pelaksanaan Mobilisasi Dini

Kategori F % P-value

Tidak

Stabil

6 31.6 .342

Stabil 13 68.4

Total 19 100

Hasil penelitian faktor

emosi terhadap pelaksanaan

mobilisasi dini diketahui sebagian

besar responden emosinya stabil

sebanyak 13 responden (68,4%).

Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh yanti (2010)

yaitu tidak ada pengaruh antara

emosi dengan pelaksanaan

ambulasi dini pasien paska operasi.

Menurut Kozier & Erb (2010)

yang menyatakan bahwa kondisi

psikologis seseorang dapat

memudahkan perubahan perilaku

yang dapat menurunkan

kemampuan ambulasi yang baik,

seseorang yang mengalami

perasaan tidak nyaman, tidak

termotivasi dan harga diri yang

rendah akan mudah mengalami

perubahan dalam ambulasi.

Hal ini didukung Perry &

Potter (2009) menyatakan bahwa

pasien paska operasi tidak

bersemangat karena kurang

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · pasca operasi laparatomi di Ruang Perawatan Bedah RSU Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian lain dilakukan oleh Isrofi menemukan bahwa mobilisasi

9

motivasi untuk melaksanakan

ambulasi, penampilan luka,

balutan yang tebal akan

mengancam konsep diri pasien.

Efek pembedahan seperti jaringan

parut yang tidak beraturan dapat

menimbulkan perubahan citra diri

pasien secara permanen,

menimbulkan perasaan pasien

kurang sempurna sehingga pasien

merasa cemas dengan keadaannya

dan tidak termotivasi untuk

melakukan aktivitas latihan.

c. Analisis Gaya Hidup Terhadap

Pelaksanaan Mobilisasi Dini

Tabel 4 Analisis Uji Chi-Square

Gaya Hidup Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Dini

Kategori F % P-value

Negatif 4 21.1 .750

Positif 15 78.9

Total 19 100.0

Hasil penelitian faktor gaya

hidup terhadap pelaksanaan

mobilisasi dini diketahui sebagian

besar responden memiliki gaya

hidup positif sebanyak 15

responden (78,9%). Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan

oleh yanti (2010) yaitu tidak ada

pengaruh gaya hidup terhadap

pelaksanaan ambulasi dini pasien

paska operasi. Hal ini

menunjukkan bahwa dengan gaya

hidup yang positif tidak

mempunyai pengaruh signifikan

dengan pelaksanaan mobilisasi

karena dengan gaya hidup positif

belum tentu pasien merasa lebih

mudah untuk melakukan

mobilisasi dini. Gaya hidup juga

mempengaruhi mobilitas, tingkat

kesehatan seseorang dapat dilihat

dari gaya hidupnya dalam

melakukan aktivitas dan

mendefinisikan aktivitas sebagai

suatu yang mencakup kerja, pola

hidup yang positif seperti makan

yang teratur, latihan yang teratur,

istirahat yang cukup (Oldmeadow,

2006).

d. Analisis Faktor Dukungan Sosial

Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi

Dini

Tabel 5 Analisis Uji Chi-Square

Faktor Dukungan Sosial Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Dini

Kategori F % P-value

Ada 19 100.0 .002

Tidak

Ada

0

0

Total 19 100.0

Hasil penelitian faktor

dukungan sosial terhadap

pelaksanaan mobilisasi dini

diketahui semua responden

mendapatkan dukungan sosial

sebanyak 19 responden (100%).

Hal ini sesuai dengan pernyataan

Hoeman (2001), bahwa perlu

adanya keluarga, orang terdekat

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · pasca operasi laparatomi di Ruang Perawatan Bedah RSU Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian lain dilakukan oleh Isrofi menemukan bahwa mobilisasi

10

dan perawat yang memberikan

dukungan dan bantuan pada pasien

dalam melakukan latihan ambulasi

dini dapat memfasilitasi proses

penyembuhan. Hal ini diperkuat

dengan hasil penelitian

Oldmeadow et al (2006) yang

menyatakan bahwa dukungan

sosial yaitu keluarga, orang

terdekat dan perawat sangat

mempengaruhi untuk membantu

pasien melaksanakan latihan

mobilisasi.

e. Analisis Faktor Pengetahuan

Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi

Dini

Tabel 6 Analisis Uji Chi-Square Faktor Pengetahuan Terhadap

Pelaksanaan Mobilisasi Dini

Kategori F % P-

value

Pengetahuan

Baik

19 100 .001

Pengetahuan Kurang

0 0

Total 19 100

Hasil penelitian faktor

pengetahuan terhadap pelaksanaan

mobilisasi dini diketahui semua

responden berpengetahuan baik.

Menurut Brunner & Suddarth

(2002) menyatakan bahwa pasien

yang sudah diajarkan mengenai

gangguan muskuloskeletal

akanmengalami peningkatan

alternatif penanganan. Informasi

mengenai apa yang diharapkan

termasuk sensasi selama dan

setelah penanganan misalnya

adanya balutan dapat

memberanikan pasien untuk

berpartisipasi secara aktif dalam

pengembangan dan penerapan

perawatan. Pada penelitian ini

responden semua berpengetahuan

baik sehingga mobilisasi dini dapat

dilaksanakan dengan optimal.

3. Analisis Multivariat

Tabel 7 Analisis Uji Regression

Faktor Mobilisasi Dini (n=19)

Kategori Koefisien

Regresi

P-

value

Emosi .749 .063

Gaya hidup -1.208 .562

Dukungan

Sosial

Pengetahuan

1.429

.649

.002

001

Kondisi

Kesehatan

.650 .000

Constant 11.571 .259

Berdasarkan Tabel 4.7 faktor

mobilisasi dini diketahui yang

mempunyai pengaruh signifikan

yaitu faktor dukungan sosial,

pengetahuan dan kondisi kesehatan

karena memiliki p-value < 0,05

secara bertahap di dalam uji regresi

linier, maka didapatkan hanya 3

variabel yang masuk sebagai

prediktor yaitu faktor pengetahuan

sebesar (0.649), faktor kondisi

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · pasca operasi laparatomi di Ruang Perawatan Bedah RSU Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian lain dilakukan oleh Isrofi menemukan bahwa mobilisasi

11

kesehatan (suhu, tekanan darah,

pernafasan, Hb, nyeri) sebesar

(0.650) dan faktor yang paling

berpengaruh yaitu faktor dukungan

sosial sebesar (1.429).

SIMPULAN

1. Hasil uji statistik chi-square

tabulasi silang menunjukkan tidak

ada pengaruh signifikan antara

faktor emosi dan gaya hidup

terhadap pelaksanaan mobilisasi

dini dengan nilai p-value > 0,005.

Terdapat pengaruh yang signifikan

antara faktor kondisi kesehatan:

suhu, tekanan darah, pernafasan

dengan nilai p-value 0.000,

dukungan sosial dengan nilai p-

value 0.002 dan pengetahuan

dengan nilai p-value < 0,001.

Hasil uji statistik regresi linier

menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara

faktor kondisi kesehatan p-value

0.000 < 0.05, dukungan sosial

dengan nilai p-value 0.002 dan

pengetahuan dengan nilai p-value

< 0,001 terhadap mobilisasi dini

pasien post operasi appendiktomi.

Ketiga faktor yang berpengaruh

terdapat faktor yang paling

dominan terhadap mobilisasi dini

pasien post operasi appendiktomi

yaitu faktor dukungan sosial

dengan koefisien regresi sebesar

1.429. Dari beberapa faktor yang

diidentifikasi diketahui bahwa

tidak ada pengaruh signifikan

antara faktor emosi dan gaya hidup

terhadap pelaksanaan mobilisasi

dinipasien post operasi

appendiktomi.

DAFTAR PUSTAKA

Ajidah & yusran Haskas. (2014).

Pengaruh Mobilisasi Dini

Terhadap Peristaltik Usus pada

Pasien Pasca Operasi Laparatomi di Ruang Rawat Inap RSUP dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Jurnal KesehatanSTIKes Nani Hasanuddin Makassar. vol.3 no. 6

Tahun 2014 ISSN:2302-1721.

Craven F.R & Hirnle J.C. (2009).

Fundamental of Nursing Human,

Health and Function (edisi ke

6).USA: Lippincott william&

wilkins.

Dahlan, S. (2013). Statistik Untuk

Kedokteran dan Kesehatan.

Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A.A. (2006). Pengantar

Kebutuhan Dasar Manusia :

Aplikasi dan Proses Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika

Hoeman, S.P. (2011). Rehabilitation Nursing (Process Application &

out comes (3 th edition).United

States Of America : Mosby Inc.

Jitowiyono & Kristiyanasari. (2010).

Asuhan Keperawatan Post Operasi Pendekatan Nanda, NIC NOC.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · pasca operasi laparatomi di Ruang Perawatan Bedah RSU Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian lain dilakukan oleh Isrofi menemukan bahwa mobilisasi

12

Kozier. Erb, Berman. Snyder. (2010).

Buku Ajar Fondamental

Keperawatan :Konsep, Proses & Praktik, Volume : 1, Edisi : 7.

Jakarta: EGC.

Oldmeadow,B.L et al. (2006). No Rest for the Wounded: Early

Ambulation After Hip Surgery

Accelerates Recovery. http://

proquest. umi. com/

pqdweb?did=1682638771&Fmt=3

&clienttld=6392&RQT=309&Vna

me=PQD

Perry.GA & Potter A.P. (2006). Clinical

Nursing Skills & Techniques (edition 6). USA : Mosby.

Sjamsuhidayat & De Jong. (2005). Buku

Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta :

EGC.

Yanty, Nova Mega. (2009). Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan ambulasi dini pasien

paska operasi fraktur ekstremitas bawah di RINDU D3 RSUP

H.Adam Malik Medan. Skripsi.

Universitas Sumatra Utara