FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari,...

82
i FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM MELAKUKAN PENGOLAHAN FERMENTASI JERAMI SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI POTONG DI DESA MATTIROBULU KECAMATAN LIBURENG KABUPATEN BONE SKRIPSI SARTIKA SARI I111 13 539 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Transcript of FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari,...

Page 1: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

i

FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM MELAKUKAN PENGOLAHAN

FERMENTASI JERAMI SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI POTONG DI DESA

MATTIROBULU KECAMATAN LIBURENG KABUPATEN BONE

SKRIPSI

SARTIKA SARI

I111 13 539

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 2: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

ii

FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM MELAKUKAN PENGOLAHAN

FERMENTASI JERAMI SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI POTONG DI

DESA MATTIROBULU KECAMATAN LIBURENG KABUPATEN BONE

Oleh :

SARTIKA SARI

I111 13 539

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

Makassar

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS

HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 3: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

iii

Page 4: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

iv

Page 5: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

v

ABSTRAK

Sartika Sari (I111 13 539). Faktor-Faktor Peternak Belum Melakukan

Pengolahan Fermentasi Jerami Sebagai Pakan Ternak Sapi Potong Di Desa

Mattirobulu Kecamatan Libureng Kabupaten Bone. Dibawah Bimbingan Dr. Ir.

Hj. St. Rohani M.Si sebagai pembimbing utama dan Dr. Sitti Nurani

Sirajuddin, S.Pt, M.Si Sebagai pembimbing anggota.

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui “Faktor-Faktor Peternak

Belum Melakukan Pengolahan Fermentasi Jerami Sebagai Pakan Ternak

Sapi Potong Di Desa Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone”.

Dilakukan pada bulan Maret sampai April Tahun 2017 di Desa Mattirobulu

Kecamatan Libureng Labupaten Bone. Jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian deskriptif yaitu suatu jenis penelitian yang mendeskriptifkan atau

menggambarkan variabel atau fenomena penelitian apa adanya atau membahas

satu variabel tanpa melihat hubungan antara variabel satu dengan yang lain. Jenis

data kualitatif dan data kuantitatif. Sumber data primer data sekunder. Metode

pengumpulan data observasi, wawancara dan kuisioner.

Populasi penelitian adalah seluruh peternak yang belum melakukan

pengolahan fermentasi jerami ssebanyak 147 dan jumlah sampel yang diambil

dari rumus slovin sebanyak 34 peternak dengan penarikan sampel yaitu simple

random sampling. Analisis data statistik deskriptif dengan menggunakan alat

mettode Delphi. Hasil penelitian menunjukkah bahwa faktor-faktor peternak

belum melakukan pengolahan fermentasi jerami sebagai pakan ternak sapi potong

di Desa Mattirobulu Kecamatan Libureng Kabupaten Bone yaitu intensitas

penyuluhan, tingkat pendidikan dan motivasi.

Kata Kunci : Pendidikan, Motivasi, dan Intensitas Penyuluhan,

Page 6: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

vi

ABSTRACT

Sartika Sari (I111 13 539) Factors of Breeders Have not Performed Fermented

Straw Processing as Beef Cattle Feed In Mattirobulu Village, Libureng Sub-

district, Bone District. Under the Guidance of Dr. Ir. Hj. St. Rohani M.Si as

Main Supervisor and Dr. Sitti Nurani Sirajuddin, S.Pt, M.Si as supervisor

member.

Research has been done to find out "Factors of Breeders Not Doing Straw

Fermentation Processing as Beef Cattel Feed In Mattirobulu Village, Sub

Libureng, Bone Regency ". Conducted on March until April 2017 in Mattirobulu

Village, Libureng District Bone District. The type of research used is descriptive

research that is a type of research that describes or describe the variable or

phenomenon of research is or discuss one variable without looking at the

relationship between variables one with another. Types of qualitative data and

quantitative data. Primary data source secondary data. Methods of collecting

observation data, interviews and questionnaires.

The research population is all farmers who have not done the processing of

straw fermentation ssebanyak 147 and the number of samples taken from slovin

formula as many as 34 breeders with sampling that is simple random sampling.

Analysis of descriptive statistical data using Delphi methode method. The result

of the research shows that the factors of breeder have not been done the

fermentation of straw as feed of beef cattle in Mattirobulu Village, Libureng

Subdistrict of Bone Regency, that is intensity of counseling, education level and

motivation.

Keywords: Education, Motivation, and Counseling Intensity,

Page 7: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah

mengaruniakan berkah dan kasih sayang-Nya, shalawat beserta salam senantiasa

tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi yang berjudul “Faktor-faktor peternak belum melakukan

pengolahan fermentasi jerami sebagai pakan ternak sapi potong di Desa

Mattirobulu Kecamatan Libureng Kabupaten Bone“ sebagai salah satu syarat

untuk menyelesaikan studi di Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.

Terima kasih tak terhingga kepada kedua orang tuaku tercinta Ayah

A.Mappabeta atas cinta, doa, motivasi, dukungan moral maupun materilnya yang

diberikan kepada penulis dan Ibu A.Saturi yang telah melahirkan, membesarkan,

mendidik dan mengiringi setiap langkah penulis dengan doa restu yang tulus serta

tak henti- hentinya memberikan dukungan baik secara moril maupun materil. Tak

lupa juga mengucapkan terima kasih kepada A. H. Syamsuddin, A. Angke, A.

Beta, A. Lebbi, dan A.Benteng yang menjadi orang tua keduaku atas doa dan

motivasinya selama ini. Penulis juga menghaturkan terima kasih kepada ketiga

kakakku tercinta A.Sarmayanto, A.Sarmayanti, A.Sugianto, sepupu tercinta

A.Suryani dan kakak iparku tersayang Inggit Garnasi dan Suryani Dewandari

yang selalu memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis dan telah

menjadi inspirasi dalam hidup penulis hingga selalu termotivasi untuk terus

belajar hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Serta kedua keponakanku tersayang

Page 8: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

viii

A.Muh. Alif AL-Maulid S. dan A.Muh Yusuf Adzan S. yang selalu menghibur

penulis disaat sedih, susah dan selalu menghadirkan senyum dan Terima kasih

kepada keluarga besar penulis yang selalu memberikan doa, motivasi dan

nasehatnya.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan banyak terima kasih

dengan segala keikhlasan kepada:

Ibu Dr. Ir. Hj. St. Rohani M.Si selaku pembimbing utama dan

pembimbing akademik sekaligus kakak sepupu yang senantiasa

memberikan motivasi, semangat dan selalu menyempatkan waktunya

untuk memberi arahan ,memberikan nasehat, dan bimbingannya mulai

awal kuliahdari penyusunan sampai saat ini.

Ibu Dr. Sitti Nurani Sirajuddin, S.Pt, M.Si selaku pembimbing kedua

yang berkenaan meluangkan tenaga, waktu dan pikirannya untuk

memberikan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Bapak Dr. Ir. Sofyan Nurdin Kasim, MS, Ibu Dr. Ir. Hastang, M.Si

dan Bapak Ir. Muhammad Aminawar, MM selaku penguji yang telah

berkenan mengarahkan dan memberi saran kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu, M.A, selaku Rektor Universitas

Hasanuddin.

Prof. Dr. Ir. Sudirman Baco, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin.

Page 9: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

ix

Dosen Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang

telah banyak memberi ilmu yang sangat bernilai bagi penulis.

Seluruh Staf dalam lingkungan Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin, yang selama ini telah banyak membantu dan melayani

penulis selama menjalani kuliah hingga selesai.

Kepada Sekdes Mattirobulu “A.Adli” yang telah banyak membantu dalam

pengambilan data selama penulis melakukan penelitian.

Kakanda Muh.Darwis , Muh. Erik, Saediman, S.Pt., dan Eko

Syamsuharlin terima kasih telah banyak membantu penulis selama kuliah

hingga menyelesaikan skripsi.

Sahabat-sahabatku tercinta “Beb Rempong” Hasriani, Ernawati Kadir,

Fitri Endang R. Dan Syahidah S.Pt, Abdul Ramli dan Prasetyo Terima

kasih guys atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. Kalian saudara

seperjuangan yang sangat the best.

Terima kasih kepada Si Buncit “ Agus Salim” yang setia mendampingi

dan membantu selama ini.

Sahabat-sahabatku tercinta dan tersayang “3SIBI” Arniati,A.Faradillah

Agus, dan Siska Sri Wahyuningsi. terima kasih atas kebersamaan,

bantuannya dan telah menjadi bagian hidup penulis.

Teman-Teman “Pondoh Himalayah” Hasriani, Nur Agustina Ahmad,

dan Wiwin Elfiyanti dan “Pondoh Sahra” winda dan Icha Terima

kasih doa, dukungan dan masukannya selama ini.

Page 10: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

x

Teman-teman “Srikandi Rempong” Arni, Nur, Tika, Titin, Idda dan

Aso terima kasih motivasi dan bantuannya selama ini.

Terima kasih Girls Squad Syahidah S.Pt, Kharisma S.Pt, Diana Clara

Achmad, Rari Ardianty Rauf, S.Pt., A. Jeniwari Elvina, S.Pt., Nabila

Chaerunnisa, Nur Hasnah, Fitria Ananda Ep. Ar., Chairunnisa Idrus

Assegaf, Hasriani, Mirnatul Qinayyah , Ratu Arikha, Iin Mutmainnah

dan Charles Ta’bi Karurukan terimakasih atas perhatian dan curahan

waktunya selama ini dalam membantu dan meyemangati penulis

menyelesaikan skripsi.

Teman-Teman “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi,

Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan

masukannya selama ini.

Sahabat Oportunitas , Larfa 13, D’Sembarangmo dan Himsena kalian

keluarga yang tak akan pernah penulis lupakan, terima kasih untuk semua

kenangan indah yang mengantarkan penulis meraih gelar sarjana.

Semua pihak yang tidak dapat penulis cantumkan satu per satu, terima kasih

atas doanya. Penulis menyadari meskipun dalam penyelesaian tulisan skripsi ini

masih perlu masukan dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun

agar penulisan berikutnya senantiasa lebih baik lagi. Akhir kata penulis ucapkan

banyak terima kasih dan menitip harapan semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi

kita semua. Amin ya robbal alamin.

Makassar, Mei 2017

Sartika Sari

Page 11: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv

ABSTRAK ..................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................. vii

DAFTAR ISI ................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

Latar Belakang ...................................................................................... 1

Rumusan Masalah ................................................................................. 5

Tujuan Penelitian .................................................................................. 5

Kegunaan Penelitian ............................................................................. 5

TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 6

Tinjauan Umum Sapi Potong ............................................................... 7

Tinjauan Umum Fermentasi Jerami ..................................................... 8

Faktor-faktor peternak dalam melakukan pengolahan fermentasi

jerami sebagai pakan ternak sapi potong .............................................. 12

Tingkat Pendidikan .......................................................................... 12

Motivasi ........................................................................................... 13

Intensitas Penyuluhan ...................................................................... 14

Faktor Ekonomi ............................................................................... 15

Pengalaman Beternak....................................................................... 16

METODDOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat ................................................................................ 18

Jenis Penelitian ..................................................................................... 18

Page 12: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

xii

Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 18

Metode Pengumpulan Data .................................................................. 19

Populasi dan Sample ............................................................................. 19

Analisis Data ......................................................................................... 20

Konsep Operasional .............................................................................. 23

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Keadaan Geografis ............................................................................... 24

Penduduk .............................................................................................. 24

Pendidikan ............................................................................................ 25

Kondisi Sosial Ekonomi ....................................................................... 25

Penggunaan Lahan ................................................................................ 27

Potensi Peternak ................................................................................... 28

HASIL DAN PEMBAHASAN

Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur ........................................... 29

Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............................. 30

Klasifikasi Responden Berdasarkan Pekerjaan .................................... 30

Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..................... 31

Klasifikasi Responden Berdasarkan Kepemilikan Ternak Sapi Potong 32

Klasifikasi Responden Berdasarkan Pengalaman Beternak ................. 33

Klasifikasi Responden Berdasarkan Intensitas Penyuluhan ................. 34

Kepemilikan Lahan ............................................................................... 35

Faktor-Faktor Peternak Belum Melakukan Pengolahan Fermentasi

Jerami Seabagai Pakan Ternak Sapi Potong Di Desa Mattirobulu

Kecamatan Libureng Kabupaten Bone ................................................. 36

PENUTUP

Kesimpulan ........................................................................................... 47

Saran ..................................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 48

Lampiran` ....................................................................................................... 53

Dokumentasi

Riwayat Hidup

Page 13: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

xiii

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Populasi Ternak di Desa Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten

Bone ........................................................................................................... 2

2. Jumlah Penduduk berdasarkan Dusun dan Jenis Kelamin di Desa

Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone ............................... 24

3. Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa

Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone ............................... 25

4. Jumlah penduduk berdasarkan Pekerjaan/Mata Pencaharian di Desa

Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone. .............................. 26

5. Sarana dan Prasarana Masyarakat di Desa Mattirobulu, Kecamatan

Libureng, Kabupaten Bone ........................................................................ 27

6. Luas Tanah/Lahan Berdasarkan Pola Penggunaanya di Desa Mattirobulu,

Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone. .................................................... 28

7. Potensi Ternak Besar dan Kecil di Desa Mattirobulu, Kecamatan Libureng,

Kabupaten Bone ........................................................................................ 29

8. Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur di Desa Mattirobulu,

Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone. ................................................... 30

9. Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Mattirobulu,

Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone. .................................................... 31

10. Klasifikasi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa Mattirobulu,

Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone. ................................................... 32

11. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa

Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone ............................... 33

12. Klasifikasi Responden Berdasarkan Kepemilikan Ternak Sapi Potong

di Desa Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bon .................... 33

13. Klasifikasi Responden Berdasarkan Pengalaman Beternak di Desa

Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone. .............................. 34

14. Klasifikasi Responden Berdasarkan Intensitas Penyuluhan di Desa

Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone. .............................. 35

Page 14: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

xiv

15. Klasifikasi Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan di Desa

Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone. .............................. 36

16. Penilaian Faktor-Faktor Peternak Belum Melakukan Pengolahan

Fermentasi Menjadi Pakan Ternak Sapi Potong di Desa Mattirobulu,

Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone. .................................................. 42

17. Skor Penilaian Faktor-Faktor Peternak Belum Melakukan Pengolahan

Fermentasi Menjadi Pakan Ternak Sapi Potong di Desa Mattirobulu,

Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone. .................................................. 45

Page 15: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Tahapan Kegiatan Penelitian ............................................................. 53

2. Kuesioner Penelitian Tahap Pertama ................................................. 54

3. Kuesioner Penelitian Tahap Kedua .................................................... 56

4. Kuesioner Penelitian Tahap Ketiga .................................................... 57

5. Identitas Responden ........................................................................... 58

6. Hasil Jawaban Kuesioner Tahap Pertama .......................................... 59

7. Hasil Penilaian Kuisioner Tahap Kedua ............................................ 61

8. Hasil Penilaian Kuisioner Tahap Ketiga ............................................ 61

9. Hasil Kuesioner Penelitian Tahap Kedua .......................................... 63

10. Hasil Kuesioner Penelitian Tahap Ketiga .......................................... 64

Page 16: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengembangan sapi potong perlu mendapat perhatian serius mengingat

permintaan daging tidak dapat dipenuhi di dalam negeri. Salah satu kendala yang

sering dijumpai adalah rendahnya produktivitas ternak karena kualitas pakan

rendah. Di lain pihak, potensi bahan baku pakan lokal seperti limbah pertanian

dan perkebunan belum dimanfaatkan secara optimal (Wahyono dan Hardianto

2004).

Ketersediaan bahan pakan hijauan sangat melimpah pada musim tertentu

seperti pada musim penghujan akan tetapi pada musim kemarau ketersediaan

sangat terbatas. Untuk mengatasi hal terebut di peternakan terdapat realitas berupa

pemanfaatan jerami padi secara langsung atau dengan cara pengelolahaan jerami

fermentasi (Soeparno, 1994).

Syamsu, dkk (2010) menyatakan bahwa potensi jerami sebagai sumber

pakan ternak memiliki produksi yang melimpah khususnya dipedesaan. Walaupun

produksi jerami melimpah namun peternak yang memanfaatkan teknologi pakan

jerami padi sebagai pakan ternak masih sangat kurang sehingga tingkat adopsi

teknologi pakan jerami padi rendah. Keterbatasan kapasitas dan kemampuan yang

dimiliki oleh peternak seperti keterbatasan dalam hal pengetahuan, keterampilan,

modal/biaya atas penggunaan teknologi, keuntungan nilai tambah yang diperoleh

peternak relatif kurang bila teknologi itu diadopsi, adalah merupakan beberapa

penyebab rendahnya adopsi teknologi peternakan oleh peternak.

Page 17: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

2

Menurut BP3K Kecamatan Libureng di Desa Mattirobulu merupakan

salah satu daerah yang memiliki populasi ternak sapi potong yang besar di

Kabupaten Bone. Adapun populasi ternak di Desa Mattirobulu dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Populasi Ternak di Desa Mattirobulu, Kecamatan Libureng,

Kabupaten Bone.

No Nama populasi Jumlah (Ekor)

1 Sapi (Ekor) 1056

2 Ayam Kampung (Ekor) 324

3 Itik (Ekor) 31

4 Kuda (Ekor) 5

Total 1416

Sumber : Data Sekunder, Desa Mattirobulu, 2017

Pada Tabel 1. Terlihat bahwa populasi tertinggi yaitu ternak sapi potong

dengan populasi 1056 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa ternak sapi potong

berpotensi sebagai usaha peternakan. Populasi yang besar membutuhkan pakan

yang banyak sedangkan padang pengembalaan/rumput di Desa Mattirobulu hanya

18 Ha. Dengan ini perlu dilakukan pengolahan fermentasi jerami sebagai pakan

ternak untuk memenuhi pakan ternak. Namun sampai saat ini teknologi pakan

belum diterapkan oleh masyarakat.

Penerapan teknologi tak terkecuali teknologi pakan harus dipandang

sebagai mekanisme perubahan sosial di masyarakat. Dengan penerapan teknologi

akan mendorong terjadinya perubahan yaitu pertama, teknologi memberikan

alternatif bagi manusia. Kedua, teknologi mengubah pola-pola interaksi dalam

masyarakat sehingga akan terjadi pergeseran yang dianut oleh teknologi itu

sendiri. Ketiga, mengapa teknologi mempengaruhi perubahan, karena

perkembangan teknologi berkecenderungan menimbulkan masalah baru dalam

Page 18: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

3

masyarakat. Melalui inovasi teknologi pakan, khususnya limbah pertanian dan

industri dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak yang potensial berbasis

bahan baku lokal. Pengolahan dapat dilakukan melalui proses fisik, biologis dan

kimiawi dengan teknik hidrolisis, fermentasi dan amoniasi (Fadillah, 2001).

Menurut Rogers (2003) bahwa kecepatan adopsi dipengaruhi oleh faktor

eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal berasal dari lingkungan luar

peternak, sedangkan faktor internal berasal dari dalam diri peternak. Faktor

internal yang mempengaruhi kecepatan adopsi adalah karakteristik peternak,

meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, intensitas

penyuluhan yang diterima, serta keberanian mengambil resiko, sedangkan faktor

eksternal berasal dari lingkungan luar peternak tersebut.

Selain faktor internal dan eksternak ada pula pendapat lain. Menurut

Tondok, dkk. (2011) bahwa motivasi berhubungan sangat nyata dengan tingkat

penerapan teknologi, semakin tinggi motivasi petani semakin tinggi tingkat

penerapan teknologi. Namun juga Sheeder dan Lynne (2009) dalam Mzoughi

(2010) berpendapat bahwa faktor ekonomi sebagai pendorong utama orang

mengadopsi teknologi.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan bahwa pengalaman

beternak juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi peternak dalam

mengadopsi dimana petani yang berpengalaman lebih cepat mengadopsi teknologi

dibandingkan dengan petani yang belum atau kurang berpengalaman

(Soekartawi, 1994).

Page 19: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

4

Survei awal yang dilakukan bahwa di desa Mattirobulu merupakan daerah

yang potensi jerami merupakan sumber pakan yang melimpah namun belum d

manfaatkan secara optimal. Di desa Mattirobulu dilakukan penyuluhan pertanian

atau peternakan oleh tim penyuluh sebanyak 2 kali dalam setahun. Selain itu tim

IbW (Iptek bagi Wilayah) juga pernah pengadakan penyuluhan mengenai

pengolahan fermentasi jerami atau pakan komplit namun sampai saat ini peternak

belum melakukan pengolahan fermentasi jerami menjadi pakan ternak. Untuk

masalah ada di lapangan maka perlu dilakukan penelitian tentang Faktor- Faktor

Peternak Belum Melakukan Pengolahan Fermentasi Jerami Sebagai Pakan

Ternak Di Desa Mattirobulu Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone.

Page 20: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

5

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah

yaitu faktor-faktor apa saja sehingga peternak belum melakukan pengolahan

fermentasi jerami sebagai pakan ternak sapi potong di Desa Mattirobulu,

Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone ?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor peternak

belum melakukan pengolahan fermentasi jerami sebagai pakan ternak sapi potong

di Desa Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informai dan pertimbangan masyarakat mengenai pengolahan

fermentasi jerami sebagai pakan ternak

2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah serta pambaca mengenai faktor-

faktor peternak belum melakukan pengolahan fermentasi jerami sebagai pakan

ternak

3. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi peneliti dan pembaca sekaligus

prasyarat untuk meraih gelar sarjana pada Program Studi Sosial Ekonomi

Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin.

Page 21: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

6

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Sapi Potong

Sapi potong merupakan penyumbang daging terbesar dari kelompok

ruminansia terhadap produksi daging nasional sehingga usaha ternak ini

berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha yang menguntungkan. Sapi potong

telah lama dipelihara oleh sebagian masyarakat sebagai tabungan dan tenaga kerja

untuk mengolah tanah dengan manajemen pemeliharaan secara tradisional

(Suryana, 2009).

Ternak sapi potong sebagai salah satu sumber protein berupa daging,

produktivitasnya masih sangat memprihatinkan karena volumenya masih jauh dari

target yang diperlukan konsumen. Permasalahan ini disebabkan oleh produksi

daging masih rendah. Beberapa faktor yang menyebabkan volume produksi

daging masih rendah antara lain populasi dan produksi rendah ( Aisyah dkk,

2015).

Pembangunan pertanian berbasis sektor peternakan dalam rangka

peningkatan pendapatan petani peternak, pemerataan kesempatan kerja,

perekonomian dan pemenuhan kebutuhan protein hewani dalam rangka

pembangunan nasional pada umumnya merupakan program strategis yang perlu

dikembangkan dalam bidang agribisnis melalui pola sistem pertanian terpadu

(integrated farming system). Pada kenyataannya sektor pertanian dan sektor

peternakan merupakan satu kesatuan yang terintegrasi dimana keduanya tidak

akan terlepas dan saling melengkapi. Melihat potensi negara Indonesia yang

memiliki sumber daya alam yang sangat mendukung merupakan peluang yang

Page 22: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

7

luas dalam melakukan usaha agribisnis pertanian dan peternakan (Masngut,

2003).

Usaha ternak sapi potong di Indonesia sebagian besar masih merupakan

usaha peternakan rakyat yang dipelihara secara tradisional bersama tanaman

pangan. Pemeliharaannya dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu pemeliharaan

sebagai pembibitan dan pemeliharaan sapi bakalan untuk digemukan.Ciri-ciri

pemeliharaan dengan pola tradisional yaitu kandang dekat bahkan menyatu

dengan rumah, dan produktivitas rendah. Sudarmono (2008), menyatakan bahwa

ternak potong merupakan salah satu penghasil daging yang memiliki nilai

ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan masyrakat.

Langkah untuk membangun program perbaikan peternakan sapi potong

berkelanjutan dibutuhkan kajian mengenai sistim produksi sapi potong beserta

hambatan dan mengidentifikasi tujuannya serta tingkat produktivitasnya.

Dokumentasi karakteristik sistim produksi peternakan sapi potong beserta capaian

produktivitasnya pada masing-masing daerah sangat bermanfaat dalam

menentukan strategi pengembangan di pedesaan sekaligus upaya mendukung

program nasional Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS)

(Sudiq dan Budiono, 2012).

Tinjauan Umum Fermentasi Jerami

Pengembangan subsektor agribisnis hulu seperti industri pakan merupakan

salah satu pendukung dalam pengembangan sapi potong yang secara langsung

akan membantu memecahkan permasalahan para peternak dalam hal sapronak.

Kenyataan di lapangan menunjukkan masih banyak peternak yang memberikan

Page 23: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

8

pakan seadanya tanpa memperhatikan persyaratan kualitas, kuantitas dan efisiensi

pemberiannya. Akibatnya, produktivitas ternak tidak optimal, bahkan banyak

diantara para peternak yang mengalami kerugian akibat pakan yang tidak

memadai. Disamping pengaruhnya yang besar terhadap produktivitas ternak,

pakan juga merupakan biaya produksi yang cukup besar dalam usaha ternak.

Dengan demikian, memproduksi pakan tidak hanya dituntut kelayakan dari aspek

kualitas dan kecukupan nutrisi, tetapi juga bagaimana memproduksi pakan yang

ekonomis, murah dan terjangkau oleh kemampuan para peternak (Wahyono dan

Haryono, 2004).

Pengembangan pakan seharusnya mengembangkan potensi sumberdaya

pakan lokal dengan teknologi yang sesuai. Kesediaan dan harga jenis pakan

sangat tergantung pada musim. Jika musim kemarau atau musim hujan terlalu

panjang, maka para peternak akan kesulitan mencari bahan pakan untuk ternaknya

dan harga rumput sangat tinggi pada musim kemarau karena kelangkaannya,

sedangkan pada musim penghujan ketersediaanya sangat melimpah dan harganya

murah. Sementara untuk limbah pertanian dan industri pertanian, secara umum

keberadaannya masih melimpah dan pemanfaatan masih belum optimal, maka

perlu adanya sebuah teknologi untuk mengolah maupun mengawetkan sumber

pakan baik yang berasal dari limbah maupun hijauan. Teknologi pengolahan

pakan sebagai sebuah teknologi pendukung untuk usaha ternak, relatif sudah

dikembangkan untuk peternakan unggas, namun belum banyak untuk ruminansia

(Abdullah, 2009).

Page 24: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

9

Untuk meningkatkan nilai gizi jerami padi ini diperlukan input teknologi

yang sampai saat ini terus dikembangkan dan dikenalkan pada peternak. Ada

beberapa cara yang lazim digunakan dalam pengolahan limbah pertanian

diantaranya melaui perlakuan fisik, kimia dan biologi. Peningkatan manfaat

limbah pertanian dilakukan dengan peningkatan nilai kecernaanya dan salah satu

metoda yang dapat dilakukan untuk tujuan tersebut adalah pengolahan secara

biologis dengan memanfaatkan mikroorganisme (Dirjen Peternakan, 2007).

Peternakan disuatu daaerah dapat memanfaatkan sumber daya lokal sebagai

pakan ternak. Rumput sebagai pakan ternak yang baik dari padang rumput yang

melimpah pada musim tertentu seperti musim hujan namun pada musim kemarau

memiliki stok yang terbatas. Limbah pertanian adalah pilihan terbaik pada musim

kemarau seperti jerami padi yang mudah di dapat, murah, ekonomis dan tidak

bersaing dengan kebutuhan manusia (Sirajuddin, dkk. 2016).

Dalam memanfaatkan limbah pertanian yang melimpah dapat dilakukan

pengolahan dengan cara fermentasi. Pengolaaahan secara fermentasi yang dapat

dimanfaatkan seperti jerami padi, jerami jagung dan jerami kacang tanah.

1.) Jerami Padi

Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang potensial sebagai

sumber energi yang dapat dimanfaatkan bagi ternak ruminansia. Jerami padi

adalah hijauan dari tanaman padi (Oryza sativa Linn) setelah biji atau bulirnya

dipetik untuk kepentingan manusia dan telah dipisahkan dari akarnya. Menurut

Doyle et al. (1986).

Page 25: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

10

Laconi (1992) menyatakan bahwa jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai

sumber energi bagi ternak ruminansia, namun menyebabkan penampilan

produksinya kurang memuaskan akibat adanya lignoselulosa yang tinggi. Sutardi

(1980) menambahkan bahwa jerami padi sebagai pakan ternak masih terbatas

sekali pemanfaatannya, karena hanya berperan sebagai bulk dan menggantikan

tidak lebih dari 25% kebutuhan ternak akan rumput. Jerami padi mengandung

serat kasar dan silika yang tinggi disertai kadar protein, pati dan lemak yang

rendah (Doyle et al., 1986). Kandungan jerami padi menurut Sutardi (1981)

adalah BK = 87,5 %, abu = 19,9 %, protein kasar = 4,15 %, lemak kasar = 1,47 %,

serat kasar = 32,5 % dan Beta-N = 45 %.

2.) Jerami Jagung

Jerami jagung merupakan limbah yang ditinggalkan setelah jagung dipanen

yang berupa daun dan batang. Jerami padi sudah banyak digunakan sebagai pakan

ternak terutama sebagai pengganti sumber serat atau mengganti 50% dari rumput

dan hijauan tetapi jerami jagung memiliki kecernaan dan kadar protein yang

rendah. Jerami jagung juga memiliki sifat yang voluminous. Jerami jagung

merupakan bahan makanan yang memiliki kualitas yang rendah dan tidak akan

mencukupi untuk kebutuhan ternak kecuali jika diberi tambahan suplemen pada

pakannya. Kandungan bahan kering jerami jagung 28%, protein 8,2% dan TDN

48% (Sukria dan Krisnan, 2009).

Sebelum digunakan sebagai pakan ternak sebaiknya jerami jagung diolah

terlebih dahulu. Pengolahan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas jerami dan

daya simpan jerami jagung. Pengolahan jerami jagung dapat dilakukan dengan

Page 26: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

11

menjadikan jerami jagung sebagai hay atau silase. Pembuatan silase sebaiknya

dilakukan segera setelah panen agar kadar air masih cukup untuk proses

pembuatan silase (Parakkasi, 1999).

3.) Jerami Kacang tanah

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) secara ekonomi merupakan tanaman

kacang-kacangan yang menduduki urutan kedua setelah kedelai, sehingga

berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi tinggi dan

peluang pasar dalam negeri yang cukup besar. Biji kacang tanah dapat digunakan

langsung untuk pangan dalam bentuk sayur, digoreng atau direbus, dan sebagai

bahan baku industri seperti keju, sabun dan minyak, serta brangkasannya untuk

pakan ternak dan pupuk (Marzuki, 2007).

Melihat potensi dan daya dukung jerami kacang tanah sebagai pakan

nampaknya dapat memenuhi kebutuhan dalam penyediaan pakan bagi sejumlah

populasi ternak ruminansia. Namun disisi lain, penggunaan limbah tanaman

pangan sebagai pakan memiliki berbagai kendala yang disebabkan oleh nilai

nutrisinya yang amat beragam tergantung dari spesies, waktu penen serta adanya

perlakuan pasca penen (Soentanto, 2001). Dengan nilai nutrisi yang rendah seperti

kandungan protein yang rendah dan serat kasar yang tinggi menyebabkan limbah

pertanian terbatas untuk digunakan sebagai pakan (Syamsu, 2007).

Upaya untuk meningkatkan nilai gizi limbah pertanian dengan

menggunakan teknologi pakan telah diterapkan di masyarakat seperti perlakuan

fisik, kimiawi serta biologis. Ditingkat peternak penerapan teknologi peningkatan

kualitas limbah pertanian memiliki hambatan dengan berbagai alasan seperti

Page 27: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

12

jumlah limbah yang dapat dikumpulkan oleh peternak relatif sedikit karena

kurangnya fasilitas untuk penyimpanan dan terjadinya penambahan beban biaya

dan tenaga kerja bagi peternak dengan melakukan teknologi tersebut

(Djajanegara, 1999). Untuk itu dibutuhkan teknologi pakan yang sederhana,

murah dan mudah diadopsi oleh peternak.

Fakto-Faktor Peternak dalam Melakukan Pengolahan Fermentasi Jerami

Sebagai Pakan Ternak Sapi Potong

Hambatan utama petani peternak khususnya dalam memenuhi kebutuhan

pakan ternak yaitu tidak dimanfaatkannya limbah pertanian secara optimal. Begitu

juga dengan peternak yang ada di kecamatan libureng. Limbah pertanian tidak

dimanfaatkan secara optimal karena mereka hanya memanfaatkan limbah tersebut

hanya setelah panen sedangkan limbah tersebut kebanyakan ditumpuk atau

dibakar.

Menurut Rogers (2003) bahwa kecepatan adopsi dipengaruhi oleh faktor

eksternal dan faKtor internal. Namun Tondok, dkk. (2011) juga menyatakan

bahwa motivasi berhubungan sangat nyata dengan tingkat penerapan teknologi.

Namun juga Sheeder dan Lynne (2009) dalam Mzoughi (2010) berpendapat

bahwa faktor ekonomi sebagai pendorong utama orang mengadopsi teknologi.

Soekartawi (1994) menyatakan bahwa pengalaman beternak juga merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi peternak dalam mengadopsi.

1. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk

mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran

pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Tingkat pendidikan turut pula menentukan

Page 28: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

13

mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka

peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik

pula pengetahuanya (Kartiwi, 2016).

Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin besar probabilitas

anggota keluarga yang bekerja. Payaman (1985) menjelaskan semakin tinggi

pendidikan maka akan menjadikan waktu yang dimiliki menjadi mahal, dan

keinginan untuk bekerja semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah tingkat

pendidikan, maka akses pekerjaan pun sangat terbatas.

Menurut Hamalik (1999) bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk

menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan

bagi peranannya di masa yang akan datang. Pendidikan merupakan proses

mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin

dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan

dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi dalam kehidupan masyarakat.

Pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan seorang petani dalam

mengadopsi suatu teknologi. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani, maka

dalam memahami suatu teknologi semakin mudah. Pendidikan menunjukkan

tingkat intelegensi yang berhubungan dengan daya pikir seseorang. Semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin luas pula pengetahuannya

(Soekartawi, 2005).

2. Motivasi

Motivasi adalah hal yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu

usaha yang ingin dicapai (Mardikanto, 1993). Subagiyo dan Sekarningsih (2005),

Page 29: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

14

bahwa salah satu faktor internal motivasi petani sangat berpengaruh terhadap

adopsi inovasi.

Motivasi petani merupakan gambaran respon maupun sikap dari keuletan,

percaya diri, bersaing minat konsentrasi serta keinginan (Sadirman, 2001).

Motivasi memiliki hubungan sangat nyata dengan penerapan teknologi, hal ini

dikarenakan motivasi berhubungan dengan kecepatan menerapkan inovasi

teknologi. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian Tondok, dkk (2011),

bahwa motivasi berhubungan sangat nyata dengan tingkat penerapan teknologi,

semakin tinggi motivasi petani semakin tinggi tingkat penerapan teknologi.

Menurut Subagiyo dan Sekarningsih (2005), bahwa ciri dari motivasi tinggi

terhadap teknologi di antaranya: (1) sangat ingin mengikuti penyuluhan atau

pertemuan kelompok tani, (2) berkeinginan menerapkan teknologi, (3) rela

meninggalkan tugas atau pekerjaan lain saat dilaksanakan pembinaan/penyuluhan,

(4) selalu mengikuti pertemuan atau pembinaan, (5) tidak keberatan menyiapkan

modal untuk menerapkan teknologi.

3. Intensitas penyuluhan

Menurut Leeuwis (2009), penyuluhan merupakan suatu pelayanan atau

sistem yang membantu orang bertani, melalui prosedur yang bersifat mendidik,

dalam meningkatkan metode dan teknik berusahatani, meningkatkan efisiensi dan

pendapatan, meningkatkan tingkat kehidupan mereka, dan menaikkan standar

sosial dan pendidikan. Menurut Mardikanto dan Sri (1982) dalam Prabayanti

(2010), penyuluhan pertanian adalah usaha penerus atau penyampaian sesuatu

pesan atau amanat (message) kepada orang-orang (masyarakat) supaya mereka

Page 30: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

15

menjadi tahu dan sadar akan adanya sesuatu. Tujuan penyuluhan pertanian

sebagai salah satu sistem komunikasi pada dasarnya adalah menyampaikan

informasi tentang ide-ide (inovasi) baru sedemikian rupa sehingga komunikan

menjadi berubah perilakunya dan kemudian dengan kesadarannya sendiri bersedia

menerapkan atau mempraktekkan ide-ide atau inovasi tersebut di dalam

kegiatannya sehari-hari.

Intensitas penyuluhan merupakan frekuensi peternak mendapatkan

informasi yang dibutuhkannya. Intensitas penyuluhan sangat berperan dalam

peningkatan pengetahuan peternak. Oleh karena itu, peran peternak secara

partisipatif dan penyuluh haruslah bersinergi dengan baik, sehingga dampak dari

penyuluhan itu sendiri dapat terlihat secara maksimal (Setyarini, 2009).

Intensitas penyuluhan sangat penting dalam proses adopsi teknologi.

Semakin tinggi mengikuti frekuensi penyuluhan, maka keberhasilan penyuluhan

pertanian yang disampaikan semakin tinggi pula. Frekuensi petani dalam

mengikuti penyuluhan yang meningkat disebabkan karena penyampaian yang

menarik dan tidak membosankan serta yang disampaikan benar-benar bermanfaat

bagi petani untuk usaha taninya (Sumbayak, 2006).

4. Faktor ekonomi

Ekonom berpendapat bahwa faktor ekonomi sebagai pendorong utama

orang mengadopsi teknologi (Sheeder dan Lynne, 2009 dalam Mzoughi, 2010).

Cary dan Wilkinson (1997) dalam Mzoughi (2010), juga berpendapat bahwa

pengelolaan sumber daya secara maksimal dan benar dapat menguntungkan secara

ekonomi. Chouinard et al., (2008) dalam Mzoughi (2010), berpendapat bahwa

Page 31: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

16

peningkatan keuntungan dan kekayaan menjadi salah satu alasan orang

mengadopsi teknologi. Sheeder dan Lynne (2009) dalam Mzoughi (2010), juga

berpendapat bahwa, "Bahkan ketika menghadapi kesulitan, banyak produsen

pertanian yang menjadikan pertanian dan peternakan sebagai pola hidup dan

bukan usaha untuk memaksimalkan keuntungan".

Menurut Pranadji (1984) yang menyatakan bahwa petani akan mengadopsi

suatu teknologi jika teknologi itu sudah pernah dicoba oleh orang lain dan

berhasil. Petani tidak akan mengadopsi suatu teknologi jika masih harus

menanggung resiko kegagalan.

5. Pengalaman Beternak

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu

cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman

pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal

ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoadmojo, 2002).

Selain faktor pendidikan yang dapat berpengaruh terhadap tingkat

produktivitas dan kemampuan kerja seseorang, faktor pengalaman kerja juga

merupakan salah satu indikator yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan

menjalankan pekerjaan. Pengalaman kerja seeorang dapat dilihat dari lamanya

seseorang tersebut menggeluti usaha atau pekerjaan tersebut (Nitisemito dan

Burhan, 2004).

Pengalaman beternak sangat mendukung dalam pengembangan usaha

peternakan, karena dengan pengalaman yang cukup lama peternak akan

Page 32: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

17

mengetahui masalah-masalah dalam pengembangan usahanya. Hal ini sesuai

dengan pendapat Sarwono (1990), semakin lama peternak beternak semakin

banyak belajar dari kegagalan yang dialami yang akan menjadi cambuk pemicu

usaha peternak dalam beternak dimasa yang akan datang.

Pengalaman dapat menunjukkan pengetahuan yang mendalam tentang

usaha yang dikelola selama ini, sehingga akan berfikir untuk mempermudah

pekerjaan yang selama ini digelutinya atau berfikir untuk meningkatkan

produktivitas usahanya dengan sumberdaya yang dimilikinya. Masyarakat yang

berpola pikir seperti ini cenderung mencari teknologi sedangkan masyarakat yang

selama ini merasa aman dengan pola usaha memiliki kecenderungan apatis

terhadap sebuah teknologi (Prabowo, 2012).

Page 33: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

18

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2017 dengan rincian

kegiatan yang terlampir pada jadwal penelitian . Penelitian ini dilaksanakan di

Desa Mattirobulu Kecamatan Libureng Kabupaten Bone dengan pertimbangan

bahwa di Desa Mattirobulu merupakan daerah yang memiliki limbah pertanian

(jerami) yang melimpah dan peternak setempat tidak memanfaatkan limbah

tersebut.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu suatu

jenis penelitian yang mendeskriptifkan atau menggambarkan variabel atau

fenomena penelitian apa adanya atau membahas satu variabel tanpa melihat

hubungan antara variabel satu dengan yang lain.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kualitatif dan

data kuantitatif. Data kualitatif yaitu data yang terdiri dari tanggapan peternak

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi peternak belum melakukan pengolahan

fermentasi jerami sebagai pakan ternak sapi potong. Sedangkan data kuantitatif

yaitu data yang berbentuk angka atau data yang diangkakan berdasarkan

kuesioner yang berhubungan dengan penelitian.

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data primer data

sekunder. Data primer adalah data yang bersumber dari wawancara langsung

dengan peternak sapi potong dengan menggunakan kuisioner. Data sekunder

Page 34: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

19

adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait penelitian tersebut

seperti populasi ternak.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu sbagai berikut:

1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap usaha peternakan

sapi potong di Desa Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone.

2. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung

dengan responden yakni peternak sapi potong di Desa Mattirobulu.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan peternak sapi potong yang

belum melakukan pengolahan fermentasi jerami sebagai pakan ternak sapi potong

di Desa Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone yaitu sebanyak 147

peternak berhubung jumlah populasi banyak maka dilakukan pengambilan

sampel. Untuk mengukur besarnya sampel maka dilakukan dengan statistik

deskriptif dengan rumus Slovin (umar, 2001) sebagai berikut :

Dimana : n = Jumlah Sampel

N = Jumlah populasi

E = Tingkat Kelonggaran (15%)

Sehingga di dapatkan hasil sebagai berikut :

Page 35: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

20

dibulatkan menjadi 34 sampel

Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Probability

sampling (pengambilan acak) melalui Simple Random Sampling. dimana untuk

masing -masing kelompok diambil sampel secara random.

Analisis Data

Alat analisa yang digunakan adalah statistik deskreptif yang didasarkan

pada penilaian masyarakat tentang faktor-faktor peternak belum melakukan

pengolahan fermentasi jerami sebagai pakan ternak sapi potong di Desa

Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone.

Untuk mengetahui pendapat masyarakat, dalam hal ini orang-orang yang

mengetahui isu dan permasalahan serta kondisi di lapangan yang sebenarnya

dilakukan dengan menggunakan metode Delphi. Delphi merupakan teknik

mengidentifikasian masalah ataupun kebutuhan masyarakat secara kuantitatif.

Metode ini menggunakan serangkaian kuisioner. Kuisioner pertama dalam format

yang terbuka dan terarah, responden diberi kebebasan untuk menuliskan faktor-

faktor peternak belum melakukan pengolahan fermentasi jerami menjadi pakan

ternak sapi potong. Kuisioner kedua dilakukan secara resmi terbuka yaitu

responden hanya diberi kesempatan untuk memilih jawaban yang telah disiapkan

berdasarkan jawaban-jawaban dari kuisioner pertama yang telah dikelompokkan

dalam beberapa kategori. Serta informan menentukan jawaban faktor mana yang

paling mempengaruhi sampai tidak mempengaruhi dengan memberi skor serta

Page 36: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

21

memberikan komentar terhadap kategori tersebut. Hal ini sama untuk kuisioner

ketiga (Adi, 2008).

Pengamatan pada semua peramalan Delphi menunjukkan bahwa satu titik

penambahan yang semakin menurun tercapai setelah beberapa putaran. Pada

umumnya tiga putaran cukup membuktikan untuk memperoleh jawaban yang

stabil. Putaran selebihnya cenderung menunjukkan perubahan yang sangat kecil

dan pengulangan yang terlalu banyak tidak dapat diterima responden. Tahapan

dalam Metode Delphi adalah sebagai berikut ( Rahayu 2008) :

a. Spesifikasi isu, analis harus menentukan isu apa yang harus dikomentari

narasumber.

b. Menyeleksi narasumber, para narasumber sebisa mungkin berbeda, tidak

hanya dalam posisi mereka tetapi juga pengaruh relatifnya.

c. Membuat kuesioner, Metode Delphi dilakukan dengan dua putaran atau lebih,

sehingga analis menentukan item-item yang harus diajukan pada setiap

putarannya. Pada putaran pertama lebih banyak pertanyaan terbuka dan

kurang terstruktur. Kuesioner kedua menunggu hasil analisis dari putaran

pertama.

d. Peneliti melakukan analisis atau penelusuran faktor-faktor yang

mempengaruhi peternak belum melakukan pengolahan fermentasi jerami

sebagai pakan ternak sapi potong. Setelah pengkategorian dari hasil analisis

putaran pertama dibuat lagi kuesioner untuk tahap kedua.

e. Kuesioner kedua dalam format semi terbuka. Hasil identifikasi putaran kedua

diberikan nilai. Nilai yang paling berpengaruh yakni nilai (5), berpengaruh

Page 37: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

22

yakni nilai (4), cukup berpengaruh yakni nilai (3), sedikit berpengaruh yakni

nilai (2) dan sampai nilai yang tidak berpengaruh yakni nilai (1). Dari kelima

faktor yang telah di identifikasi, dipilih 3 faktor utama yang di anggap

berpengaruh kemudian dibuat kuisioner ketiga.

f. Kuisioner ketiga dipilih 3 kategori jawaban tersebut. Hasil identifiksdi kedua

diberi nilai. Nilai yang tidak berpengaruh yakni nilai (1), sampai nilai yang

sangat berpengaruh yakni nilai (3). Dari Ketiga faktor tersebut kemudian

diberi rangking. Pemberian rangking berdasarkan pada tinggi rendahnya skor.

g. Setelah membandingkan hasil yang didapatkan pada putaran kedua dan

ketiga.

h. Hasil pilihan terakhir dijumlahkan guna mendapatkan faktor yang paling

mempengaruhi peternak belum melakukan pengolahan fermentasi jerami

menjadi pakan ternak sapi potong di Desa Mattirobulu Kecamatan Libureng

Kabupaten Bone.

i. Menyiapkan laporan akhir, mencakup ulasan tentang berbagai isu dan pilihan

yang mengemukakan dan mejelaskan apa adanya semua posisi konflik dan

argument yang melandasi.

Konsep Operasional

Konsep operasional pada penelitian mengenai faktor-faktor peternak belum

melakukan pengolahan fermentasi jerami padi menjadi pakan ternak sapi potong

di Desa Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone sebagai berikut :

1. Jerami adalah hujauan dari tanaman (padi, jagung, dan kacang tanah ) yang

ditinggalkan setelah biji atau bulirnya dipisahkan dari akar , daun dan batang.

Page 38: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

23

2. Pengolahan fermentasi jerami adalah cara yang dilakukan dalam pengolahan

pada jerami untuk menjadi pakan ternak dengan menggunakan teknologi.

3. Pendidikan yaitu lamanya peternak menempuh jenjang pendidikan formal

mulai dari tingkat SD, SMP, SMA/sederajatnya, dan sarjana.

4. Intensitas Penyuluhan adalah frekuensi peternak dalam mengikuti kegiatan

penyuluhan, melakukan kontak dengan penyuluh, dan pertemuan dengan

kelompok tani atau orang-orang yang memberikan informasi tentang

pengolahan fermentasi jerami padi menjadi pakan ternak sapi potong.

5. Motivasi peternak adalah dorongan dalam menggerakkan seseorang/peternak

dalam melakukan pengolahan fermentasi jerami di Desa Mattirobulu.

6. Faktor ekonomi adalah tanggapan peternak tentang biaya atau keuntungan pada

fermentasi jerami.

7. Pengalaman peternak artinya lamanya peternak dalam melakukan usaha

peternakan di Desa Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone.

Page 39: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

24

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Geografis dan Demografi

Desa Mattirobulu adalah salah satu desa administratif di Kecamatan

Libureng, Kabupaten Bone yang terdiri dari 3 lingkungan atau dusun yaitu : dusun

Daue, Lappadata, dan Tea, dengan luas wilayah secara keseluruhan 15,23 km2

,

dengan batas wilayah yaitu :

Sebelah barat batasan dengan desa Mattirowalie

Sebelah selatan batasan dengan desa Ceppaga

Sebelah utara batasan dengan desa Mallinrung

Sebelah timur batasan dengan Kecamatan Patimpeng

Keadaan tofografi Desa Mattirobulu adalah tanah datar yang terletak pada

ketinggian 13.900 m diatas permukaan laut, merupakan topologi desa terisolasi

dengan jumlah penduduk sebesar 1.045 jiwa. Seluruh penduduk Desa Mattirobulu

terhimpun dalam keluarga (rumah tangga) dengan jumlah sebanyak 271 KK.

Penduduk

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Desa Mattirobulu, Kecamatan

Libureng, Kabupaten Bone, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penduduk berdasarkan Dusun dan Jenis Kelamin di Desa

Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone.

Dusun Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

1. Daue 297 297 594

2. Lappadata 148 136 284

3. Tea 82 85 167

Total 527 518 1.045

Sumber : Data Sekunder, Desa Mattirobulu, 2017

Page 40: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

25

Berdasarkan Tabel 2. Menunjukkah bahwa jumlah penduduk tertinggi di

Desa Mattirobulu adalah di dusun Daue yaitu sebanyak 594 dan terendah di dusun

Tea yaitu sebanyak 167.

Pendidikan

Data pada tahun 2017, bahwa penduduk memiliki tingkat pendidikan yang

relatif bervariasi yaitu mulai dari tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) sampai

dengan tingkat Sarjana (S1-S2). Adapun tingkat pendidikan penduduk di Desa

Mattirobulu Kecamatan Libureng Kabupaten Bone dapat diliat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa

Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone.

No Tingkat

Pendidikan

Dusun

Daue

Dusun

Lappadata Dusun Tea

Jumlah

L P L P L P

1. SD / sederajat 83 83 37 34 18 24 279

2. SMP / sederajat 42 55 10 14 2 3 126

3. SMA / sederajat 62 34 1 - 1 2 100

4. Diploma 1 5 2 2 - - 10

5. Sarjana (S1 –

S2) 6 9 1 - - - 16

Total 194 186 51 50 21 29 531

Sumber : Data Sekunder, Desa Mattirobulu, 2017.

Tabel 3. Menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Desa Mattirobulu

cukup bervariasi, mulai dari tingkat SD/sederajat sampai dengan tingkat Sarjana

(S1 – S2). Jumlah penduduk terbanyak yaitu dengan tingkat pendidikan

SD/sederajat sebanyak 279 orang dan yang terendah adala penduduk dengan

tingkat Diploma sebanyak 10 orang.

Kondisi Sosial Ekonomi

Potensi ekonomi Desa Mattirobulu yang paling menonjol adalah

petani/peternak. Pekerjaan beternak di Desa Mattirobulu bukan merupakan suatu

Page 41: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

26

mata pencaharian yang berdiri sendiri, tetapi pekerjaan yang juga dilakukan secara

bersamaan oleh masyarakat yang bekerja sebagai petani dan pekerjaan lainnya

yang dilakukan di Desa Mattirobulu.

Tabel 4. Jumlah penduduk berdasarkan Pekerjaan/Mata Pencaharian di

Desa Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone.

No. Jenis Pekerjaan Dusun

Daue

Dusun

Lappadata

Dusun

Tea Jumlah

1. Petani/Peternak 133 172 86 391

2. Pedagang/Wiraswasta 18 - - 18

3. PNS/TNI/POLRI 5 1 - 6

4. Karyawan Perusahaan/

swasta 10 - - 10

5. Nelayan - 1 - 1

6. Tenaga

Kontrak/Sukarela 8 1 - 9

7. Buruh/Tenaga Lepas 4 1 - 5

8. Pensiunan 3 - - 3

9. Belum/Tidak Bekerja 320 34 53 407

Total 501 210 139 850

Sumber : Data Sekunder, Desa Mattirobulu, 2017

Berdasarkan Tabel 4. Total masyarakat yang memiliki mata pencaharian

850. Sementara penduduk Desa Mattirobulu yang tidak bekerja atau tidak

memiliki pekerjaan sebanyak 407 karena ada yang masih di bawah usia sekolah,

masih dalam usia sekolah dan sudah usia lanjut. Melihat tabel diatas maka dapat

kita ketahui bahwa ada sebagian besar penduduk Desa Mattirobulu belum/tidak

bekerja.

Sarana dan Prasarana

Perkembangan dan kemajuan suatu daerah dapat dilihat dengan adanya

pebangunan sarana dan prasarana yang dapat membantu aktivitas masyarakat

setempat. Sarana dan prasarana umum yang perlu dikembangkan di suatu daerah

Page 42: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

27

yaitu sarana pendidikan, kesehatan, sarana peribadaan dan lain-lain. Adapun jenis

sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Maattirobulu yaitu sarana pendidikan,

kesehatan, peribadatan dan sarana sosial, meskipun keberadaan sarana dan

prasarana tersebut masih terbilang kurang. Sarana dan Prasarana yang terdapatdi

Desa Mattirobulu dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Sarana dan Prasarana Masyarakat di Desa Mattirobulu,

Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone.

No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 SD/MI 1

2 SMP/MTs 1

3 Polindes 1

4 Posyandu 1

5 Kader Posyandu 10

6 Bidan Desa/Perawat 1

7 Mesjid 7

8 Kantor Desa 1

Sumber : Data Sekunder, Desa Mattirobulu, 2017

Berdasarkan Tabel 5. Sarana dan prasarana di Desa Mattirobulu dari aspek

pendidikan, kesehatan dan keagamaan sudah memenuhi kebutuhan masyarakat.

Di Desa Mattirobulu Prasarana yang terbanyak yaitu kader posyandu. Meskipun

kondisi sarana masih ada yang perlu diperbaiki dan kelengkapannya masih

terbatas.

Penggunaan Lahan

Desa Mattirobulu merupakan salah satu wilayah di Kecamatan Libureng

Kabupaten Bone, dengan luas lahan/tanah tercatat 1.523 Ha. Pada lahan sawah

tadah hujan yaitu padi dan palawija, untuk daerah pegunungan adalah tanaman

cengkeh, kakao, kemiri dan pohon jati, sedangkan pada lahan kering komoditas

Page 43: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

28

tanaman yang diusahakan adalah kacang tanah, jagung, kedelai dan sayuran.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Luas Tanah/Lahan Berdasarkan Pola Penggunaanya di Desa

Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone.

No Pola Penggunaan Lahan Total (Ha)

1 Sawah tadah hujan 250

2 Tegalan/kebun 132

3 Perkebunan 299

4 Padang pengembalaan/rumput 18

5 Jalan pemukiman dan perkantoran 491

6 Lahan hutan pemerintah 276

7 Rawa-rawa (tidak ditanami) 7

8 Sementara tidak diusahakan 50

Total 1523

Sumber : Data Sekunder, Desa Mattirobulu, 2017

Dari Tabel 6. Dapat diketahui bahwa Desa Mattirobulu merupakan

wilayah yang luas dengan lahan 1.523 Ha. Dapat juga dilihat bahwa sebagian

besar lahan di Desa Mattirobulu digunakan sebagai jalan pemukiman dan

perkantoran dengan luas lahan sebanyak 491 Ha.

Potensi Peternakan

Sebagian besar masyarakat di Desa Mattirobulu menjadikan usaha

peternakan sebagai pekerjaan sampingan dan sebagian lainnya menjadikannya

pekerjaan pokok. Desa Mattirobulu berpotendi untuk pengembangan peternakan,

terutama sapi Bali. Jenis ternak yang banyak dipelihara di DesaMattirobulu yaitu

sapi, ayam kampung, itik , kuda dan kerbau. Untuk lebih jelasnya potensi

peternakan di Desa Mattirobulu disajikan pada tabel 7.

Page 44: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

29

Tabel 7. Potensi Ternak Besar dan Kecil di Desa Mattirobulu, Kecamatan

Libureng, Kabupaten Bone.

No Nama populasi Jumlah (Ekor)

1 Sapi (Ekor) 1056

2 Ayam Kampung (Ekor) 324

3 Itik (Ekor) 31

4 Kuda (Ekor) 5

Total 1416

Sumber : Data Sekunder, Desa Mattirobulu, 2017

Dari Tabel 7. Menunjukkan bahwa bahwa jumlah ternak di Desa

Mattirobulu sebanyak 1416 ekor. Dapat juga dilihat bahwa dari segi jumlah ternak

yang paling banyak adalah ternak sapi yaitu 1056 ekor. Sedangkan jumlah ternak

yang sedikit adalah kuda yaitu 5 ekor.

Di Desa Mattirobulu populasi sapi 1056 ekor dengan potensi lahan padang

pengembalaan/rumput sebanyak 18 Ha. Hal ini disebabkan karena peternak di

Desa Mattirobulu ternaknya hanya dilepaskan/gembalakan disekitaran

kebun/sawah sehingga hanya sebagian kecil peternak menggembalakan ternaknya

dipadak pangembalaan/rumput.

Page 45: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

30

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Umum Responden

Umur

Umur merupakan salah satu indikator yang menunjukkan kemampuan

fisik seseorang. Orang yang memiliki umur yang lebih tua fisiknya lebih lemah

dibandingkan dengan orang yang berumur lebih muda. Umur seorang peternak

dapat berpengaruh pada produktifitas kerja mereka dalam kegiatan usaha

peternakan dan memanfaatkan teknologi. Umur juga erat kaitannya dengan pola

fikir peternak dalam menentukan sistem manajemen yang akan di terapkan dalam

kegiatan usaha peternakan. Menurut Badan Pusat Statistika (BPS), berdasarkan

komposisi penduduk, usia penduduk dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

Usia ≤ 14 tahun : dinamakan usia muda / usia belum produktif

Usia 15-64 tahun : dinamakan usia dewasa / usia kerja / usia produktif

Usia ≥ 65 tahun : dinamakan usia / usia tidak produktif / usia jompo

Tabel 8. Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur di Desa Mattirobulu,

Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone.

No. Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 15-64 33 97 %

2. ≥ 65 1 3 %

Jumlah 34 100%

Sumber : Data primer yang telah diolah, 2017.

Klasifikasi responden berdasarkan tingkat umur menunjukkan bahwa

responden yang tergolong usia produkrif dengan kisaran usian 15-64 tahun

sebanyak 33 orang (97%) dan tergolong usia tidak produktif dengan kisaran umur

≥ 65 tahun sebanyak 1 orang (3%). Kondisi tersebut memberikan gambaran

bahwa sebagian besar responden tergolong usia produktif. Sesuai dengan

Page 46: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

31

pendapat Swastha (1997) dalam Saediman (2011) bahwa tingkat produktifitas

kerja seseorang akan mengalami peningkatan sesuai dengan pertambahan umur

kemudian akan menurun kembali menjelang usia tua.

Jenis Kelamin

Jenis kelamin seseorang merupakan kondisi alamiah dan kodrat dari

pencipta. Perbedaan jenis kelamin dengan ciri masing-masing menjadi gambaran

tingkat kesulitan dari pekerjaan yang digeluti oleh seseorang. Adanya perbedaan

kekuatan fisik yang dimiliki antara laki-laki dan perempuan biasanya memberikan

dampak perbedaan pada hasil kerja mereka. Klasifikasi responden berdasarkan

jenis kelamin yang terdapat di Desa Mattirobulu, Kecamatan Libureng,

Kabupaten Bone dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa

Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone.

No. Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Laki-laki 28 82,4 %

2. Perempuan 6 17,6 %

Jumlah 34 100 %

Sumber : Data primer yang telah diolah, 2017.

Pada Tabel 9. Terlihat jumlah responden berdasarkan jenis kelamin yaitu

jumlah responden laki-laki lebih dominan dari pada perempuan. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Swastha dan Sukotjo (1997) bahwa hampir semua laki-

laki yang telah mencapai usia kerja terlibat dalam kegiatan ekonomi karena laki-

laki merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga.

Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu kebutuhan hidup masyarakat dalam

menunjang kehidupannya sehari-hari agar dapat membiayai segala kehidupan baik

Page 47: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

32

sandang, pangan, maupun papan. Adapun pekerjaan masyarakat di Desa

Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone.

Klasifikasi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa Mattirobulu,

Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Klasifikasi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa

Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone.

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Peternak 26 76,5 %

2. Pensiunan 1 2,9 %

3. Wiraswasta 1 2,9 %

4. IRT 6 17,7 %

Jumlah 34 100 %

Sumber : Data primer yang telah diolah, 2017

Berdasarkan Tabel 10. Dapat dilihat bahwa mata pencaharian terbanyak

masyarakat di Desa Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone bekerja

sebagai petertnak yang berjumlah 26 orang (76,5%) . Hal ini sesuai pendapat

Mauluddin (2009) yang menyatakan bahwa selain dari bertani mereka juga

beternak untuk membiayai kehidupan anggota keluarga. Kehidupan seperti ini

sudah sejak lama di tekuni oleh masyarakat setempat. Mata pencaharian sebagai

petani/peternak ini juga di dukung oleh keadaan wilayah setempat.

Tingkat Pendidikan

Dalam usaha peternakan faktor pendidikan diharapkan dapat membantu

masyarakat dalam upaya peningkatan produksi dan produktifitas ternak yang

dipelihara. Tingkat pendidikan yang memadai akan berdampak pada peningkatan

kinerja dan kemampuan manajemen usaha peternakan yang dijalankan. Klasifikasi

responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Mattirobulu, Kecamatan

Libureng, Kabupaten Bone dapat dilihat pada Tabel 11.

Page 48: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

33

Tabel 11. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa

Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Tidak Pernah Sekolah 4 11,7 %

2 SD/Sederajat 18 53 %

3 SMP / Sederajat 8 23,5 %

4 SMA / Sederajat 4 11,8 %

Jumlah 34 100 %

Sumber : Data primer yang telah diolah, 2017

Tabel 11. Menunjukkan klasifikasi responden berdasarkan tingkat

pendidikan maka diperoleh hasil bahwa tingkat pendidikan responden di Desa

Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone yaitu pada tingkat SD yang

paling banyak yaitu dengan jumlah 18 orang (53%). Hal ini sesuai dengan

pendapat Reksowardoyo (1983) bahwa dengan pendidikan akan menambah

pengetahuan, mengembangkan sikap dan menumbuhkan kepentingan peternak

terutama dalam menghadapi perubahan.

Kepemilikan Ternak Sapi Potong

Skala kepemilikan menggambarkan besarnya ternak yang dimiliki oleh

peternak. Adapun klasifikasi responden berdasarkan kepemilikan ternak sapi

potong di Desa Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone dapat dilihat

pada Tabel 12.

Tabel 12. Klasifikasi Responden Berdasarkan Kepemilikan Ternak Sapi

Potong di Desa Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten

Bone.

No. Kepemilikan Sapi Potong Jumlahh (orang) Persentase (%)

1 1-4 17 50 %

2 5-8 15 44 %

3 9-12 2 6 %

Jumlah 34 % 100 %

Sumber : Data primer yang telah diolah, 2017.

Page 49: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

34

Berdasarkan Tabel 12. Terlihat bahwa jumlah kepemilikan ternak sapi

potong sebagian besar peternak memelihara sapi pada skala 1-4 ekor (50%) dan

yang paling rendah yaitu 9-12 ekor (6%). Hal ini menandakan bahwa skala usaha

peternakan sapi potong yang memiliki masyarakat masih tergolong rendah. Hal

ini disebabkan karena sebagian besar peternak menjadikan usaha peternakan sapi

potong sebagai usaha sembilan bukan merupakan usaha pokok. Skala kepemilikan

ternak akan mempengaruhi hasil yang di dapatkan dimana semakin tinggi

usahanya maka akan semakin mendekati usaha pokok yang digelutinya dan akan

semakin tinggi pendapatan yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nukra

(2005) bahwa besar pendapatan yangdiperoleh petani peternak mengalami

peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah ternak yang dimiliki.

Pengalaman Beternak

Pengalaman beternak merupakan lamanya peternak sapi potong dalam

melakukan usaha peternakan. Klasifikasi pengalaman beternak para peternak sapi

potong di Desa Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone dapat dilihat

pada Tabel 13.

Tabel 13. Klasifikasi Responden Berdasarkan Pengalaman Beternak di

Desa Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone.

No. Lama Beternak (Tahun) Jumla (Orang) Persentase (%)

1 ≤5 14 41,1 %

2 6-19 12 35,3 %

3 ≥20 8 24 ,6%

Jumlah 34 100 %

Sumber : Data primer yang telah diolah, 2017

Tabel 13. Menunjukkan bahwa pengalaman beternak yang tinggi yaitu 5

tahun kebawah sebanyak 14 orang (41,1%). Secara umum responden telah

memiliki pengalaman dalam mengolah usahanya sehingga dengan pengalaman

Page 50: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

35

tersebut, responden mampu mengatasi masalah yang terjadi. Hal ini sesuai

pendapat Handoko (1999) bahwa pengalaman merupakan suatu faktor yang

mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menjalankan usahanya.

Intensitas Penyuluhan

Intensitas penyuluhan yang diterima merupakan salah satu faktor peternak

belum melakukan pengolahan fermentasi jerami sebagai pakan ternak. Intensitas

penyuluhan yang diterima oleh responden di Desa Mattirobulu, Kecamatan

Libureng, Kabupaten Bone dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Klasifikasi Responden Berdasarkan Intensitas Penyuluhan di

Desa Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone.

No. Intensitas Penyuluan Jumlah Responden Persentase (%)

1 Tidak Pernah 24 70,6 %

2 1 Kali 9 26,5 %

3 2 Kali 1 2,9 %

Jumlah 34 100 %

Sumber : Data primer yang telah diolah, 2017

Tabel 14. Menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak pernah

mengikuti penyuluhan yaitu sebanyak 24 responden (70,6 %), sedangkan yang

mengikuti penyuluhan minimal 1 kali dalam setahun berjumlah 9 orang dengan

persentase 26,5 % dan yang mengikuti penyuluhan 2 kali dalam setahun

berjumlah 1 responden dengan persentase 2,9%. Hal ini menunjukkan bahwa

intensitas penyuluhan yang diterima peternak di Desa Mattirobulu, Kecamatan

Libureng, Kabupaten Bone, masih sangat rendah hal ini dikarenakan kurangnya

tenaga penyuluh di Desa tersebut. Intensitas penyuluhan dapat mempengaruhi

pengetahuan peternak dalam memanfaatkan limbah pertanian seperti jerami padi

dan jerami jagung sebagai pakan ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat

Sumbayak (2006) bahwa semakin tinggi mengikuti frekuensi penyuluhan maka

Page 51: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

36

keberhasilan penyuluhan pertanian yang disampaikan semakin tinggi pula.

Frekuensi petani atau peternak dalam mengikuti penyuluhan yang meningkat

disebabkan karena penyampaian yang menarik dan tidak membosankan serta yang

disampaikan benar-benar bermanfaat bagi petani untuk usaha taninya.

Kepemilikan Lahan

Lahan merupakan salah satu faktor yang mendukung dari usaha yang

dilakukan dimana luas lahan akan mempengaruhi produksi utama maupun limbah

yang dihasilkan yang akan di gunakan untuk pakan sapi potong. Adapun luas

lahan yang dimiliki oleh petani peternak di Desa Mattirobulu Kecamatan

Libureng Kabupaten Bone dapat dilihat di Tabel 15.

Tabel 15. Klasifikasi Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan di Desa

Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone.

No. Luas Lahan (Ha) Jumlah Orang) Persentase (%)

1 <0,50 13 38,2 %

2 0,50-1,00 18 53 %

3 >1,00 3 8,8 %

Jumlah 34 100 %

Sumber : Data primer yang telah diolah, 2017

Pada Tabel 15, dapat dilihat bahwa responden yang memiliki lahan untuk

tanaman semusim yaitu pada skala < 0,5 Ha sebanyak 13 orang (38,2 %), pada

skla 0,50-1,00 Ha sebanyak 18 orang (53%) dan skala luas lahan > 1 Ha (8,8 %)

sebanyak 3 orang. Hal ini dikarenakan kepemilikan lahan untuk tanaman semusim

yaitu dari sawah. Sedangkan masyarakat kebanyakan luas lahannya berasal dari

kebun yang ditanami tumbuhan-tumbuhan jangka menengah dan panjang seperti

coklat, cengkeh, merica, dll. Menurut Hutagalung, (2007 : 33) bahwa usaha tani

yang dimaksud dibagi atas tiga bagian yaitu lahan sempit yaitu petani yang

mengusahakan lahan dengan luas lebih kecil dari 0,5 Ha, lahan sedang yaitu

Page 52: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

37

petani yang mengusahakan lahan dengan luas 0,5-1 Ha, dan lahan luas adalah

petani yang mengusahakan lahan lebih dari 1 Ha.

Faktor-Faktor Peternak Belum Melakukan Pengolahan Fermentasi Jerami

Sebagai Pakan Ternak Sapi Potong Di Desa Mattirobulu Kecamatan

Libureng Kabupaten Bone

Untuk mengetahui faktor-faktor peternak belum melakukan pengolahan

fermentasi jerami sebagai pakan ternak sapi potong, dilakukan beberapa tahap

identifikasi dengan jumlah tahapan yang dilakukan sebanyak 3 tahap pengambilan

data, dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Tahap Pertama

Pada tahapan pertama, pengambilan data dengan menggunakan kuisioner

memakai format pertanyaan yang terbuka dan terarah, dimana responden diberi

kebebasan untuk menuliskan faktor-faktor peternak sehingga belum melakukan

pengolahan jerami fermentasi sebagai pakan ternak sapi potong.

Berdasarkan lampiran 2. Pada tahapan pertama diketahui hasil penelitian

terdapat 5 kategori jawaban yaitu:

1. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

peternak dalam mengadopsi inovasi baru. Rendahnya tingkat pendidikan dapat

menyebabkan kurangnya pengetahuan yang dapat mempengaruhi keberlanjutan

suatu usaha. Hal ini disebabkan karena sebagian besar peternak menyelesaikan

pendidikan sampai tingkat Sekolah Dasar dan hanya sebagian kecil peternak yang

menyelesaikan pendidikan sampai jenjang yang lebih tinggi. Peternak yang

memiliki pengetahuan yang rendah sehingga tidak mudah mengadopsi teknologi

Page 53: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

38

dan menerima inovasi baru. Hal ini sesuai dengan pendapat Mardikanto (1993)

yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan, maka semakin

mudah melakukan adopsi terhadap inovasi baru. Kurangnya pengetahuan

dikalangan petani menyebabkan rendahnya tingkat produktivitas serta membatasi

untuk mengadakan inovasi baru.

Di lokasi penelitian bahwa peternak disana sebagian besar hanya

menyelasaikan pendidikan sampai tingkat Sekolah Dasar (SD). Peternak hanya

menyelesaikan pendidikan sampai tingkat sekolah dasar sehingga belum

melakukan pengolahan fermentasi sebagai pakan ternak karena peternak tidak

mudah menerapkanya yang disebabkan kurangnya pengetahuan atau pemahaman.

Tingkat pendidikan mempengaruhi peternak yang ada di Desa Mattirobulu dalam

mengadopsi pengolahan fermentasi jerami sebagai pakan sapi potong.

2. Motivasi

Motivasi yang tinggi dapat mendorong peternak dalam mengadopsi

inovasi baru. Peternak yang tidak memiliki dorongan dari dalam diri dan

pemerintah atau masyarakat sehingga tidak ada keinginan untuk mengadopsi

teknologi. Peternak melihat disekitar mereka bahwa ada tidaknya masyarakat

yang telah mengadopsi teknologi sehingga dapat membuat peternak terdorong

untuk mengadopsi teknologi. Dorongan dari pemerintah merupakan faktor utama

dalam menerima inovasi baru.

Peternak di Desa Mattirobulu belum melakukan pengolahan fermentasi

jerami sebagai pakan ternak karena kurangnya dorongan dari dalam diri dan

lingkungan. Peternak di daerah tersebut akan melakukan pengolahan fermentasi

Page 54: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

39

jerami sebagai pakan ternak sapi potong jika mendapatkan dorongan atau

dukungan dari pemerintah setempat atau motivasi dari peternak lainnya. Peternak

menyatakan bahwa tidak ada keinginan untuk melakukan pengolahan fermentasi

jikan tanpa ada bantuan dan pembinaan pada saat melakukan pengolahan.

3. Intensitas Penyuluhan

Intensitas penyuluhan merupakan salah satu faktor yang sangat

mempengaruhi dalam mengadopsi teknologi. Intensitas penyuluhan yang rendah

dapat mempengaruhi pengetahuan peternak dalam mengadopsi teknologi

dikarenakan kurangnya informasi yang diterima. Peternak hanya memperoleh

informasi dari sesama peternak dan berdasarkan pengalaman. Selain itu

kurangnya informasi mengenai cara beternak yang baik dari pihak pemerintah

dalam hal ini penyuluh yang bertugas di wilayah setempat juga menjadi pemicu

hal tersebut. Penyuluh dalam memberikan informasi kepada peternak hanya

berupa pemberian penyuluhan usaha sektor pertanian dan hanya diadakan sekali

setahun yang diikuti hanya orang-orang tertentu yang hanya mendapatkan

undangan atau panggilan, sehingga banyak peternak belum pernah mendapatkan

informasi yang memadai. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumbayak (2006)

menyatakan bahwa intensitas penyuluhan sangat penting dalam proses adopsi

teknologi. Semakin tinggi mengikuti frekuensi penyuluhan, maka keberhasilan

penyuluhan pertanian yang disampaikan semakin tinggi pula.

Peternak di daerah tersebut menyatakan bahwa mereka belum melakukan

pengolahan fermentasi jerami sebagai pakan ternak sapi potong karena peternak

jarang hingga tidak pernak mengikuti penyuluhan mengenai pengolahan

Page 55: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

40

fermentasi. Penyuluhan pengolahan fermentasi jerami sebagai pakan ternak

memang pernah di adakan namun hanya sebagian peternak mengikutinya namun

juga belum melakukan pengolahan fermentasi kerena disebabkan peternak belum

terlalu memahaminya jika hanya sekali mendapatkan penyuluhan. Selain peternak

tidak mengikuti penyuhan memang di wilayah tersebut jarangan diadakan

penyuluhan hany sekali setahun.

4. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi dapat memicu peternak tidak mengadopsi teknologi.

Melihat keadaan ekonomi peternak di wilayah tersebut yang hanya usaha

peternakan kecil sehingga tidak mendorong untuk melakukan pengolahan

fermentasi jerami menjadi pakan ternak sapi potong. Peternak sebagian besar

hanya bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Selain itu peternak yang ingin

mengadopsi suatu teknologi pertama memikirkan biaya yang akan digunakan dan

keuntungan yang diperoleh. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Sheeder dan

Lynne, (2009) dalam Mzoughi,(2010) bahwa Ekonom berpendapat bahwa faktor

ekonomi sebagai pendorong utama orang mengadopsi teknologi. Selain itu

Chouinard et al., (2008) dalam Mzoughi (2010), berpendapat bahwa peningkatan

keuntungan dan kekayaan menjadi salah satu alasan orang mengadopsi teknologi.

Peternak di Desa Mattirobulu belum melakukan pengolahan fermentasi

karena memikirkan biaya yang akan digunakan untuk bahan dan alat. Jika aada

bantuan biaya dan alat dari pemerintah atau tim penyuluhan makan pernak akan

mencobanya. Sebagian peternak menyatakan bahwa mereka pernah ingin

mencoba untuk melakukan pengolahan fermentasi jerami sebagai pakan ternak

Page 56: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

41

sapi potong namun terkendalan karena peralatan yang tidak memadai. Peternak

lebih mudah jika jerami langsung diberikan ke ternaknya karena tidak memakan

biaya.

5. Pengalaman Beternak

Pengalaman beternak merupakan salah satu faktor peternak belum

mengadopsi teknologi. Hal ini disebabkan karena sebagian besar peternak

mengadosi teknologi jika pernah melihat peternak lain melakukan atau

pengalaman yang diperoleh mengenai teknologi tersebut. Pengalaman peternak

yang dapat mempengaruhi pengetahuan yang mendorong peternak atau mudah

menerima inovasi baru.

Dengan pengalaman yang diperoleh dapat membuat peternak mudah

dalam melakukan pengolahan fermentasi menjadi pakan ternak sapi potong.

Semakin lama pengalaman yang dimiliki peternak dalam beternak atau semakin

lama peternak berada dalam lingkungan beternak maka keterampilan dan rasa

memiliki terhadap lingkungan tersebut akan semakin bagus sehingga partisipasi

peternak dalam melaksanakan kegiatan akan terlihat jelas.

Peternak di Desa Mattirobulu hanya beberapa orang yang pernah

mendapatkan pengalaman mengenai pengolahan fermentasi menjadi pakan ternak

sapi potong. Pengalaman mereka dapatkan dari peternak daerah lain namun juga

belum melakukan pengolahan fermentasi karena belum memahami cara

pengolahannya.

Page 57: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

42

b. Tahap Kedua

Pada tahap sebelumnya telah diperoleh beberapa jawaban dari responden.

Setelah tahap pertama selesai, maka dilakukan tahap selanjutnya yaitu tahap

kedua. Pada tahap ini, responden diberi kesempatan untuk memberikan skor pada

5 kategori jawaban yang telah disediakan. Pemberian skor didasarkan pada

penilian peternak terhadap masing-masing faktor, selanjutnya dari skor tersebut

diberi ranking. Pemberian ranking didasari oleh tinggi rendahnya skor yang

diperoleh. Dengan kategori jawaban yang paling berpengaruh diberi skor (5) dan

jawaban yang tidak berpengaruh diberi skor (1).

Tabel 16. Penilaian Faktor-Faktor Peternak Belum Melakukan Pengolahan

Fermentasi Menjadi Pakan Ternak Sapi Potong di Desa

Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone.

Tahapan

No. Identifikasi Faktor Skor Ranking

1 Intensitas Penyuluhan 151 1

2 Tingkat Pendidikan 117 2

3 Motivasi 105 3

4 Pengalaman beternak 74 4

5 Faktor Ekonomi 60 5

Sumber : Data Primer yang telah diolah, tahun 2017.

Berdasarkan Tabel 16. Diketahui hasil seleksi penentuan jawaban pada

tahapan II. Diperoleh 3 kategori jawaban tertinggi yang dinilai responden sebagai

jawaban faktor-faktor yang berpengaruh dari 5 jawaban tahap pertama, yaitu :

intensitas penyuluhan, tingkat pendidikan, motivasi, faktor ekonomi, dan

pengalaman peternak.

Intensitas penyuluhan merupakan faktor utama peternak belum melakukan

pengolahan fermentasi jerami sebagai pakan sapi potong dengan skor 151. Skor

yang tertinggi yaitu peternak yang tidak pernah ikut penyuluhan. peternak yang

Page 58: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

43

mengikuti penyuluhan 1 sampai 2 kali hanya 10 responden . Hal ini sesuai dengan

pendapat Satryarini (2009) yang menyatakan bahwa intensitas penyuluhan

merupakan frekuensi peternak mendapatkan informasi yang dibutuhkannya.

Intensitas penyuluhan sangat berperan dalam peningkatan pengetahuan peternak.

Hal ini juga sesuai dengan pendapat Sumbayak (2006) menyatakan bahwa

intensitas penyuluhan sangat penting dalam proses adopsi teknologi. Semakin

tinggi mengikuti frekuensi penyuluhan, maka keberhasilan penyuluhan pertanian

yang disampaikan semakin tinggi pula.

Faktor kedua adalah tingkat pendidikan dengan skor 117. Peternak dengan

tingkat pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi pengetahuan, dengan

pengetahuan yang rendah dapat menyebabkan peternak tidak mudah mengadopsi

suatu teknologi. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (2005) yang

menyatakan pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan seorang petani dalam

mengadopsi suatu teknologi, semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka

dalam memahami suatu teknologi semakin mudah. Pendidikan menunjukkan

tingkat intelegensi yang berhubungan dengan daya pikir seseorang, semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang semakin luas pula pengetahuannya.

Faktor ketiga adalah motivasi dengan skor 105. Motivasi yang rendah

menyebabkan peternak tidak berkeinginan untuk melakukan sesuatu hal baru,

yang disebabkan karena tidak adanya dorongan dari dalam diri atau lingkungan.

Hal ini sesuai dengan pandapat Mardikanto (1993) menyatakan bahwa motivasi

adalah hal yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu usaha yang ingin

Page 59: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

44

dicapai. Sesuai dengan pendapat Subagiyo dan Sekarningsih (2005), bahwa salah

satu faktor internal motivasi petani sangat berpengaruh terhadap adopsi inovasi.

Faktor keempat adalah faktor ekonomi dengan skor 74. Peternak yang

ingin melakukan suatu inovasi baru pertama peternak memperkirakan biaya yang

digunakan dan keuntungan yang diperoleh Hal ini sesuai dengan pendapat

Mzoughi (2010), menyatakan bahwa peningkatan keuntungan dan kekayaan

menjadi salah satu alasan orang mengadopsi teknologi. Hal ini juga sesuai dengan

pendapat Pranadji (1984) yang menyatakan bahwa petani akan mengadopsi suatu

teknologi jika teknologi itu sudah pernah dicoba oleh orang lain dan berhasil.

Petani tidak akan mengadopsi suatu teknologi jika masih harus menanggung

resiko kegagalan.

Faktor kelima dalah pengalaman beternak dengan skor 60. Peternak yang

memiliki pengalaman selama beternak sehingga mudah mengadopsi inovasi baru

karena pengalaman dapat memperoleh pengetahuan. Pengalaman beternak sangat

mendukung dalam pengembangan usaha peternakan, karena dengan pengalaman

yang cukup lama peternak akan mengetahui masalah-masalah dalam

pengembangan usahanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmojo

(2002)yang mengatakan bahwa Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau

pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

c. Tahap Ketiga

Setelah tahap kedua dilakukan, maka diperoleh beberapa jawaban sebanyak

3 dari 5 faktor utama yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Hasil kuisioner

tahap ketiga menggambarkan bagaimana responden memberikan penilaian 3

Page 60: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

45

kategori jawaban tersebut. Pada penilaian ini untuk kategori jawaban yang sangat

berpengaruh diberi skor (3) dan untuk kategori jawaban yang tidak berpengaruh

diberi nilai (1). Untuk mengetahui hasil penelitian pada tahapan kuisioner ketiga,

dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17.Skor Penilaian Faktor-Faktor Peternak Belum Melakukan

Pengolahan Fermentasi Menjadi Pakan Ternak Sapi Potong di

Desa Mattirobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone.

Tahapan

No. Identifikasi Faktor Skor Ranking

1 Intensitas Penyuluhan 86 1

2 Tingkat Pendidikan 59 2

3 Motivasi 53 3

Sumber : Data Primer yang telah diolah, tahun 2017.

Berdasarkan Tabel 17. Dapat dilihat bahwa, intensitas penyuluhan

merupakan faktor utama peternak tidak melakukan pengolahan fermentasi jerami

menjadi pakan ternak sapi potong dengan skor 86. Dimana peternak yang hanya

sekali atau bahkan tidak pernah mengikuti penyuluhan sehingga peternak kurang

informasi yang dapat menyebabkan peternak tidak mengadopsi suatu teknologi.

Hal ini juga sesuai dengan pendapat Sumbayak (2006) menyatakan bahwa

intensitas penyuluhan sangat penting dalam proses adopsi teknologi. Semakin

tinggi mengikuti frekuensi penyuluhan, maka keberhasilan penyuluhan pertanian

yang disampaikan semakin tinggi pula.

Faktor kedua adalah tingkat pendidikan dengan skor 59. Peternak dengan

tingkat pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi pengetahuan, dengan

pengetahuan yang rendah dapat menyebabkan peternak tidak mudah mengadopsi

suatu teknologi. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (2005) yang

Page 61: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

46

menyatakan pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan seorang petani dalam

mengadopsi suatu teknologi, semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka

dalam memahami suatu teknologi semakin mudah.

Faktor ketiga adalah motivasi dengan skor 53. Motivasi yang baik dapat

mendorong peternak untuk melakukan suatu inovasi baru. Hal ini sesuai dengan

pandapat Mardikanto (1993) menyatakan bahwa motivasi adalah hal yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu usaha yang ingin dicapai. Sesuai

dengan pendapat Subagiyo dan Sekarningsih (2005), bahwa salah satu faktor

internal motivasi petani sangat berpengaruh terhadap adopsi inovasi.

Page 62: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

47

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa faktor-faktor peternak belum melakukan pengolahan fermentasi jerami

sebagai pakan ternak sapi potong di Desa Mattirobulu, Kecamata Libureng,

Kabupaten Bone yaitu intensitas penyuluhan, tingkat pendidikan dan motivasi.

Saran

Adapun saran dari penulis yaitu Sebaiknya peternak selalu ikut serta jika

diakan penyuluhan dan mencari informasi lebih banyak lagi tentang

pengolahan fermentasi jerami, Penyuluh sebaiknya lebih sering mengadakan

penyuluhan dan menginformasikan kepeternak jika ingin mengadakan

penyuluhan dan pemerintah sebaiknya memberikan dorongan kepada

peternak untuk melakukan suatu inovasi baru dan ikut serta dalam kegiatan

penyuluhan.

Page 63: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

48

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. 2008. Peranan Penyuluhan dan Kelompok Tani Ternak untuk

Meningkatkan Adopsi Teknologi dalam Peternakan Sapi Potong.

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Sapi Potong Menuju

Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi Nasional. Jurusan

Peternakan Universitas Tadulako dan Dinas Peternakan Prop.Sulawesi

Tengah. Palu, 24 Nopember 2008. hal.188-195.ISBN 979-970-3701-68-

5.

Adi, I.S. 2008. Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya

Pemberdayaan Masyarakat. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Aisyah,D.; Nugroho B.A. dan F. zainal. 2015. Analisis Profitabilitas Usaha

Penggemukan Peternakan Sapi Potong. penelitian di UD Hadi Putra

desa Ngijo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. Fakultas

Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang.

Arman. 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Peternak

Sapi Perah Di Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai. Skripsi.

Fakultas Pternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Badan Pusat Statistik. 2013. Kabupaten Barru dalam Angka. Badan Pusat

Statistik. Barru.

Dirjen Peternakan. 2007. Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Dwiguna dan

Ayam Sembawa.Dapertemen Pertanian. Sumatera Selatan.

Djajanegara, A. 1999. Local Livestock Feed Resources. Didalam : Livestock

Industries of Indonesia Prior to the Asian Financial Crisis.RAP

Publiation 1999/37. Bangkok : FAO Regional Office for Asia and the

Pasific. Hlm 29-39.

Doyle, P. T., C. Devendra and G. R. Pearce. 1986. Rice Straw as a Feed for

Ruminant. International Development Program of Australian

Universities and Collages Limited. Canbera..

Fadillah, M. 2001. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan

Stabat Kabupaten Langkat. Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Handoko, T.H. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. BPFE. Yogyakarta

Hutagalung,M. 2007. Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Tingkat

Kesejahteraan Petani pada Beberapa Strata Luas lahan. Skripsi.

Departemen Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara. Medan.

Page 64: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

49

Hamalik, O. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi aksara, Jakarta.

Kartiwi,A. N. 2016. Pengaruh Pengetahuan dan Motivasi Peternak Sapi Potong

Terhadap Adopsi Teknologi Biogas di Desa Bumiayu Kecamatan

Wonomulyo Kabupaten Polman: Studi Kasus Kecamatan Kota

Kabupaten Polman. Skripsi.Universitas Hasanuddin. Makassar.

Laconi, E. B. 1992. Pemanfaatan manure ayam sebagai suplemen non protein

nitrogen (NPN) dalam pembuatan silase jerami padi untuk ternak

kerbau. Tesis. Fakultas Pascasajana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Universitas Negeri

Sebelas Maret Surakarta Press. Surakarta.

Marzuki , H.A.R. 2007. Bertanam Kacang Tanah. Edisi Revisi. Jakarta : Penebar

Swadaya, 43 Hal.

Masngut I.S.H. 2003. Strategi Usaha Pengembangan Peternakan Yang

Berkesinambungan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan

Veteriner. Praktisi Bidang Peternakan dan Pertanian, Blitar, Jawa Timur.

Mauludin. A.M. 2009. Peranan Peternak Sapi Perah DalamPengelolaan

Lingkungan Yang Adaptif (Kasus Peternakan Sapi Perah Di Jawa

Barat).Artikel Ilmiah. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.

Bandung.

Mzoughi, N. 2010. Farmers adoption of integrated crop protection and organic

farming: Do moral and social concerns matter?. Jurnal INRA, UR 767

Ecodéveloppement, Domaine Saint-Paul, France. ECOLEC-03919; No of

Pages 10.

Nitsemito dan Burhan. 2004. Wawasan Studi Kelayakan dan Evaluasi Proyek.

Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Notoatmodjo.2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Yogyakarta.

Nukra. 2005. Kontribusi Usaha Pemeliharaan Ternak Sapi Potong Terhadap

Total Penerimaan Petani Peternak Di Desa Manuju Kecamatan

Parangloe Kabupaten Gowa. Skripsi.Fakultas Pternakan Universitas

Hasanuddin. Makassar.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Indonesia

University Press. Jakarta.

Payaman, J. S. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. BPFE UI,

Jakarta.

Prabowo,Y. 2012. Faktor-Faktor yang Memppengaruhi Adopsi. Skripsi.UI Press.

Jakarta.

Page 65: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

50

Prabayanti, H. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi Biopestisida oleh

Petani di Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar.Skripsi

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Pranadji, T. 1984. Partisipasi Petani dalam Program Pengembangan Teknologi

Tanaman Pangan. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Pusat Penelitian

Agro Ekonomi. Pusat Penelitian Agro Ekonomi. Bogor.

Rahayu, A. 2008. Kabupaten Gunung Kidul: Sebuah Kajian Wilayah Yang

Kurang Berkembang. Semarang. Program Pasca Sarjana Magister Teknik

Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro.

Reksowardoyo. 1983. Hubungan berbagai karakteristik warga

masyarakat Desa Sarampad Kabupaten Cianjur dan persepsi mereka

tentang ternak kelinci. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Reksowardoyo. 1983. Hubungan berbagai karakteristik warga masyarakat Desa

Sarampad Kabupaten Cianjur dan persepsi mereka tentang ternak

kelinci. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Rogers E. 2003. Diffusion of Innovations Fifth edition. New York: The Free Press.

Saad, U. 2001. Pengaruh Intensitas Penyuluhan terhadap Tingkat Partisipasi

Masyarakat dalam Program Penghijauan Kota. Studi Kasus Kecamatan

Kota Kabupaten Wajo. Skripsi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Sadirman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Penerbit CV.

Grafindo. Jakarta.

Sarwono, B. 1990. Psikologi Sosial. Penebar Swadaya, Jakarta.

Setyarini, D . 2009. Pengaruh Intensitas Penyuluhan terhadap Tingkat Partisipasi

Masyarakat dalam Program Penghijauan Kota:Studi Kasus Kecamatan

Kota Kabupaten Wajo. Skripsi .Universitas Indonesia. Jakarta.

Sirajuddin, S.N., Asnawi, A., Syawal, S., Dan Jamal, M.2016. Response of Cattle

Breeders Silage in Soppeng Regency,South Sulawesi Province.

American-Eurasian Journal Of Sustainable Agriculture. ISSN: 1995-

0748, EISSN: 1998-1074 2016, 10(3): (33-3)

Siregar, N.W. P,. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Usaha Ternak Sapi

Potong Di Desa Mangkai Lama Kecamatan Lima Puluh Kabupeten

Batubara Provinsi Sumatera Utara. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Sodiq, A dan M. Budiono. 2012. Produktivitas sapi potong pada kelompok tani di

pedesaan. Agripet, 12(1) : 28-33.

Page 66: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

51

Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta (ID): UI Press.

Soentanto. 2001.Pengolahan Singkong. Jakarta: Balai Pustaka dan Media Wijata.

Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan Pertama. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press..

Subagiyo, R. dan Sekarningsih, R. 2005. Kajian faktor-faktor sosial yang

berpengaruh terhadap adopsi inovasi usaha perikanan laut di Desa

Pantai Selatan Kabupaten Bantul, DIY. Pengkajian dan Pengembangan

Teknologi Pertanian. 8(2): 1-7.

Sudarmono, A.S dan Sugeng, Y.B. 2008. Sapi Potong. Penebar Swadaya; Jakarta

Sukria, H. A. dan R. Krisnan. 2009. Sumber dan Ketersediaan Bahan Baku

Pakan di Indonesia . IPB Press, Bogor.

Subagiyo, R. dan Sekarningsih, R. 2005. Kajian faktor-faktor sosial yang

berpengaruh terhadap adopsi inovasi usaha perikanan laut di Desa

Pantai Selatan Kabupaten Bantul, DIY. Pengkajian dan Pengembangan

Teknologi Pertanian. 8(2): 1-7.

Sumbayak, J. B. 2006. Materi, Metode, dan Media Penyuluhan. Fakultas

Pertanian. Universitas Sumatra Utara. Medan.

Suryana. 2009. Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Berorientasi

Agribisnis Dengan Pola Kemitraan. Jurnal Litbang Pertanian, 28(1).

Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan.

Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Makanan Ternak.

Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sutardi, T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Departemen Ilmu

Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Swastha, B dan Sukartjo,I. 1993. Pengantar Bisnis Modern, Pengantar Ekonomi

Perusahaan Modern. Edisi III. Liberty, Yogyakarta.

Swastha dan Sukotjo. 1997. Pengantar Bisnis Modern. Erlangga. Jakarta.

Syamsu, J. A. Hikmah, M.A. dan Abdullah, A. 2010. Rekayasa Model Adopsi

Teknologi Pakan Jerami Padi untuk Meningkatkan Produktivitas Usaha

Sapi Potong pada Peternakan Rakyat Di Kabupaten Bulukumba

Sulawesi Selatan. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Universitas Hasaanuddin. Makassar.

Syamsu, J.A. 2007. Potensi Jerami Kacang Tanah Sebagai Sumber Pakan

Ruminansia Di Sulawesi Selatan. Seminar Nasional Teknologi dan

Veteriner. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin. Makassar.

Page 67: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

52

Tondok, A.R. Mappigau, P. dan Kaimuddin. 2011. Pengaruh Motivasi, Modal

Sosial, dan Peran Model Terhadap Adopsi Teknologi PTT Cabai di

Kabupaten Maros. Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Makassar.

Umar. 2001. Metode Penelitian. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Wahyono dan Hardianto. 2004. Pemanfaatan sumberdaya pakan lokal untuk

pengembangan usaha sapi potong. Pros. Lokakarya Nasional Sapi

Potong. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 66 – 76.

Page 68: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

53

Lampiran 1. Tahapan Kegiatan Penelitian

Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke-

No Uraian Bulan

februari Bulan Maret Bulan April Bulan Mei

I II III IV I II III IV I II III I

V I II III IV

1 Seminar

Proposal v

2 Perbaikan

Proposal v v v v

3 Pengambilan

Data v v

4

Pengolahan

Data dan

Konsultasi

Hasil

v v v v

5 Seminar

Hasil v

Page 69: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

54

Lampiran 2.

Kuesioner Penelitian Tahap Pertama

Faktor-Faktor Peternak Belum Melakukan Fermentasi Jerami Seabagai

Pakan Ternak Sapi Potong Di Desa Mattirobulu

Kecamatan Libureng Kabupaten Bone

Oleh :

SARTIKA SARI ( I 111 13 539 )

Kepada yang Terhormat Bapak/Ibu/Sdr (i) diharapkan untuk memberikan jawaban

terhadap pertanyaan yang diajukan guna mendukung validitas data yang diperlukan.

Baik tidaknya penilaian ini tergantung dari kejujuran dan ketepatan yang digunakan

dalam menilai faktor-faktor peternak belum melakukan pengolahan fermentasi jerami

sebagai pakan ternak sapi potong .

Identitas Responden

Nama :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

Umur :

Pendidikan :

Jumlah Kepemilikan Ternak :

Lama Beternak :

Pendapatan :

Jumlah Sawah :

Intensitas Penyuluhan :

Page 70: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

55

Kuesioner Penelitian

Faktor-Faktor Peternak Belum Melakukan Fermentasi Jerami

SebagaiPakan Ternak Sapi Potong Di Desa Mattirobulu

Kecamatan Libureng Kabupaten Bone

Oleh :

SARTIKA SARI ( I 111 13 539 )

Kuesioner I (Pertama)

Tolong tuliskan pada lembar isian (form) yang telah disediakan faktor-faktor apa

saja peternak belum melakukan pengolahan fermentasi jerami sebagai pakan ternak

?

Jawab :.....................................................................................................................

.......................................................................................................................................

.......................................................................................................................................

.......................................................................................................................................

.......................................................................................................................................

.......................................................................................................................................

.......................................................................................................................................

.......................................................................................................................................

....................................................................................................................................

Page 71: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

56

Lampiran 3

Kuesioner Penelitian Tahap Kedua

Faktor-Faktor Peternak Belum Melakukan Fermentasi Jerami

SebagaiPakan Ternak Sapi Potong Di Desa Mattirobulu

Kecamatan Libureng Kabupaten Bone

Oleh :

SARTIKA SARI ( I 111 13 539 )

Kuesioner II (Dua)

Berdasarkan hasil jawaban kuisioner terdahulu kami telah mendapatkan …..jawaban.

dari ke …. Kategori jawaban tersebut didapatkan …..yang tertinggi, dan kami

mengharapkan bapak/ibu memberikan nilai dari….kategori tersebut sebagai faktor-

faktor peternak belum melakukan pengolahan fermentasi jerami sebagai pakan

ternak sapi potong di Desa Mattirobulu Kecamatan Libureng Kabupaten Bone,

dengan memberikan nilai untuk yang tidak berpengaruh yakni nilai (1), sampai paling

berpengaruh yakni nilai (5)

No. Kategori Jawaban Nilai

1 Tingkat Pendidikan

2 Motivasi

3 Intensitas Penyuluhan

4 Faktor Ekonomi

5 Pangalaman Beternak

Page 72: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

57

Lampiran 4.

Kuesioner Penelitian Tahap Ketiga

Faktor-Faktor Peternak Belum Melakukan Fermentasi Jerami Sebagai

Pakan Ternak Sapi Potong Di Desa Mattirobulu

Kecamatan Libureng Kabupaten Bone

Oleh :

SARTIKA SARI ( I 111 13 539 )

Kuesioner III (Tiga)

Berdasarkan hasil jawaban kuisioner terdahulu kami telah mendapatkan .... jawaban.

dari ke …. Kategori jawaban tersebut didapatkan 3 yang tertinggi, dan kami

mengharapkan bapak/ibu memberikan nilai dari….kategori tersebut sebagai faktor-

faktor peternak belum melakukan pengolahan fermentasi jerami sebagai pakan

ternak sapi potong di Desa Mattirobulu Kecamatan Libureng Kabupaten Bone,

dengan memberikan nilai untuk yang tidak berpengaruh yakni nilai (1) sampai paling

berpengaruh yakni nilai (3)

No. Kategori Jawaban Nilai

1 Intensitas Penyuluhan

2 Tingkat Pendidikan

3 Motivasi

Page 73: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

58

Lampiran 5.

Identitas Responden

No Nama

Responden Umur

Jenis

Kelamin

(L/P)

Pendidikan

Jumlah

ternak

(Ekor)

Pengalama

n beternak

1 Ramli 60 L - 8 10

2. Maswanna 45 L SMP 5 10

3. Makasau 43 L SMP 6 7

4. Wahyuddin 26 L SLTP 5 2

5. Akbar 46 L SMA 5 7

6. Wildan 43 P SD 4 8

7. Abdul Wakib 40 L SD 3 2

8. Hasni 36 P SD 5 3

9. Syamsir 35 L SD 3 20

10. Hasnah 34 P SMP 3 20

11. Hardono 45 L SMA 5 20

12. Rosdiana 47 P SD 7 20

13. Firman 40 L SMP 4 8

14. Erna 35 P SMP 2 8

15. Rustang 30 L SD 2 1

16. A.Muhar 55 L SD 4 2

17. Dawing 69 L - 3 50

18. Saharuddin 31 L SMP 5 10

19. Marsuki 35 L SD 6 5

20. Anto 23 L SMP 4 4

21. Baharuddin 39 L SD 8 4

22. Nurdin 57 L - 5 15

23. Ilyas 42 L SD 8 20

24. Ridwan 32 L SD 3 5

25. Sumardi 34 L SD 2 5

26. Legimin 36 L SLTA 3 3

27. Jahidin 48 L SD 6 5

28. H.A.Syamdu

ddin 61 L SLTA 10 25

29. Arsak 34 L SD 5 4

30. Yusan 62 L - 6 20

31. Salama 37 L SD 3 10

32. Jumriah 29 P SD 4 4

33. Suardi 46 L SD 3 3

34. Sakka 62 L SD 3 25

Page 74: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

59

Lampiran 6.

Hasil Jawaban Kuesioner Tahap Pertama

No. Nama Responden Jawaban

1. RAMLI - Kurangnya pengetahuan mengenai

fermentasi jerami

- Rendahnya intensitas penyuluhan

- Faktor ekonomi/biaya

2. Maswanna - Kurangnya pengetahuan

- Kurangnya intensitas penyuluhan

3. Makasau - Rendahnya intensitas penyuluhan

- Kurangnya pengetahuan

- Kurang motivasi

4. Wahyuddin - Rendahnya intensitas penyuluhan

- Rendahnya pengetahuan

- Tidak ada motivasi

5. Akbar - Kurangnya intesitas penyuluha

- Kurangnya motivasi

6. Wildan - Rendahnya intensitas penyuluhan

- Kurangnya pengetahuan

7. Abdul Wakib - Faktoer ekonomi

- Kurangnya pengalaman peternak

8. Hasni - Faktor ekonomi

- Rendahnya intensitas penyuluhan

- Kurangnya motivasi

9. Syamsir - Faktor ekonomi

- Rendahnya pengetahuan

10. Hasnah - Faktor ekonomi

11. Hardono - Kurangnya pengetahuan

- Intensitas penyuluhan

12. Rosdiana - Rendahnya intensitas penyuluhan

- Rendahnya pengetahuan

13. Firman - Rendahnya intensitas penyuluhan

14. Erna - Rendahnya intensitas penyuluhan

- Faktor ekonomi

- Kurangnya motivasi

15. Rustang - Faktor Ekonomi

- Kurangnya pengalaman peternak

16. A.Muhar - Rendahnya intensitas penyuluhan

- Rendahnya pengetahuan

17. Dawing - Rendahnya intensitas penyuluhan

- Rendahnya pengetahuan

18. Saharuddin - Rendahnya intensitas penyuluhan

- Kurangnya motivasi

19. Marsuki - Rendahnya intensitas penyuluhan

- Rendahnya pengetahuan

Page 75: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

60

20. Anto - Rendahnya intensitas penyuluhan

21. Baharuddin - Kurangnya pengalaman peternak

- Rendahnya intensitas penyuluhan

22. Nurdin - Rendahnya intensitas penyuluhan

- Kurangnya pengalaman peternak

- Rendahnya pengetahuan

23. Ilyas - Rendahnya intensitas penyuluhan

- Kurangnya pengalaman peternak

- Rendahnya pengetahuan

24. Ridwan - Rendahnya intensitas penyuluhan

- Kurangnya motivasi

25. Sumardi - Rendahnya intensitas penyuluhan

- Faktor ekonomi

26. Legimin - Rendahnya intensitas penyuluhan

- Rendahnya pengetahuan

27. Jahidin - Faktor ekonomi

- Rendahnya pengetahuan

28. H.A.Syamduddin - Rendahnya intensitas penyuluhan

- Rendahnya pengetahuan

29. Arsak - Faktor ekonomi

- Kurangnya motivasi

30. Yusan - Rendahnya intensitas penyuluhan

31. Salama - Rendahnya intensitas penyuluhan

- Rendahnya pengetahuan

- Faktor ekonomi

32. Jumriah - Rendahnya intensitas penyuluhan

- Rendahnya pengetahuan

- Faktor ekonomi

33. Suardi - Rendahnya intensitas penyuluhan

- Kurangnya motivasi

34. Sakka - Kurangnya pengalaman peternak

- Faktor ekonomi

- Kurangnya motivasi

Page 76: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

61

Lampiran 7.

Hasil Penilaian Kuisioner Tahap Kedua

faktor-faktor peternak belum melakukan pengolahan fermentasi jerami

sebagai pakan ternak sapi potong

Responden Tingkat

pendidikan Motivasi

Intensitas

Penyuluhan

Faaktor

Ekonomi Pengalaman Beternak

1 2 1 5 3 4

2 3 2 5 1 4

3 3 2 5 1 4

4 2 4 5 1 3

5 4 3 5 1 2

6 3 4 5 2 1

7 3 4 5 1 2

8 4 3 5 2 1

9 2 4 3 5 1

10 2 4 3 5 1

11 5 1 4 2 3

12 4 3 5 1 2

13 3 2 5 4 1

14 1 5 3 4 1

15 4 3 5 1 2

16 2 4 5 1 2

17 2 4 3 1 5

18 2 3 5 4 1

19 3 2 5 4 1

20 3 4 5 1 2

21 4 3 5 1 2

22 3 2 5 1 4

23 5 3 4 1 2

24 5 3 3 1 2

25 3 2 5 1 4

26 4 3 5 1 2

27 3 4 5 1 2

28 3 5 4 1 2

29 3 5 4 1 2

30 3 5 4 1 2

31 3 5 4 1 2

32 3 5 4 1 2

33 3 5 4 2 1

34 3 5 4 1 2

Total 105 117 151 60 74

Rangking 3 2 1 5 4

Page 77: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

62

Lampiran 8.

Hasil Penilaian Kuisioner Tahap Ketiga

faktor-faktor peternak belum melakukan pengolahan fermentasi jerami

sebagai pakan ternak sapi potong

Responden Tingkat

pendidikan Motivasi Intensitas Penyuluhan

1 1 2 3

2 2 1 3

3 1 2 3

4 3 1 2

5 1 3 2

6 2 1 3

7 2 1 3

8 1 3 5

9 1 2 3

10 1 3 2

11 2 1 3

12 3 2 1

13 1 3 2

14 2 1 3

15 1 2 3

16 2 1 3

17 1 2 3

18 2 1 3

19 1 3 2

20 1 2 3

21 1 2 3

22 3 2 1

23 3 1 2

24 2 1 3

25 2 1 3

26 2 1 3

27 2 1 3

28 1 3 2

29 1 3 2

30 1 2 3

31 1 2 3

32 1 3 2

33 2 1 3

34 3 1 2

Total 59 53 86

Rangking 2 3 1

Page 78: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

63

Lampiran 9.

Hasil Kuesioner Penelitian Tahap Kedua

Faktor-Faktor Peternak Belum Melakukan Fermentasi Jerami Sebagai

Pakan Ternak Sapi Potong Di Desa Mattirobulu

Kecamatan Libureng Kabupaten Bone

Oleh :

SARTIKA SARI ( I 111 13 539 )

Kuesioner II (Dua)

Berdasarkan hasil jawaban kuisioner terdahulu kami telah mendapatkan …..jawaban.

dari ke …. Kategori jawaban tersebut didapatkan …..yang tertinggi, dan kami

mengharapkan bapak/ibu memberikan nilai dari….kategori tersebut sebagai faktor-

faktor peternak belum melakukan pengolahan fermentasi jerami sebagai pakan

ternak sapi potong di Desa Mattirobulu Kecamatan Libureng Kabupaten Bone,

dengan memberikan nilai untuk yang tidak berpengaruh yakni nilai (1), sampai paling

berpengaruh yakni nilai (5)

No. Kategori Jawaban Nilai

1 Tingkat Pendidikan 151

2 Motivasi 117

3 Intensitas Penyuluhan 105

4 Faktor Ekonomi 74

5 Pangalaman Beternak 60

Page 79: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

64

Lampiran 10.

Hasil Kuesioner Penelitian

Faktor-Faktor Peternak Belum Melakukan Fermentasi Jerami Sebagai

Pakan Ternak Sapi Potong Di Desa Mattirobulu

Kecamatan Libureng Kabupaten Bone

Oleh :

SARTIKA SARI ( I 111 13 539 )

Kuesioner III (Tiga)

Berdasarkan hasil jawaban kuisioner terdahulu kami telah mendapatkan 5 jawaban.

dari ke …. Kategori jawaban tersebut didapatkan 3 yang tertinggi, dan kami

mengharapkan bapak/ibu memberikan nilai dari….kategori tersebut sebagai faktor-

faktor peternak belum melakukan pengolahan fermentasi jerami sebagai pakan

ternak sapi potong di Desa Mattirobulu Kecamatan Libureng Kabupaten Bone,

dengan memberikan nilai untuk yang tidak berpengaruh yakni nilai (1) sampai paling

berpengaruh yakni nilai (3).

No. Kategori Jawaban Nilai

1 Intensitas Penyuluhan 86

2 Tingkat Pendidikan 59

3 Motivasi 53

Page 80: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

65

DOKUMENTASI

Page 81: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

66

Page 82: FAKTOR-FAKTOR PETERNAK BELUM … “KKN Gel.93 Kel.Labakkang” Afni, Vika, Muti, Awi, Yusra, Ari, Catun, dan Fikri Terima kasih atas doa, dukungan dan masukannya selama ini. ...

67