faktor demografi terhadap mortalitas dan morbiditas ibu dan anak
-
Upload
triana-novitasari -
Category
Documents
-
view
95 -
download
7
description
Transcript of faktor demografi terhadap mortalitas dan morbiditas ibu dan anak
HUBUNGAN FAKTOR DEMOGRAFI DENGAN TERJADINYA MORBIDITAS DAN MORTALITAS PADA
IBU DAN BAYI
1. Tingkat ekonomi
Kemiskinan biasanya disertai dengan pengangguran, kekurangan gizi, kebodohan, status
wanita yang rendah, rendahnya akses ke pelayanan sosial dan kesehatan, termasuk
pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana. Faktor-faktor ini memberikan
kontribusi terhadap tingginya fertilitas, morbiditas dan mortalitas, serta rendahnya
produktivitas. Kemiskinan juga mempunyai hubungan yang sangat erat dengan distribusi
penduduk yang tidak merata dan ketidakberlanjutan sumber-sumber alam yang tersedia,
seperti tanah dan air, dan terhadap kerusakan lingkungan yang serius.
Kemiskinan mengakibatkan rendahnya akses masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang besar pada
penggunaan tenaga kesehatan terlatih sebagai penolong persalinan menurut kelompok
ekonomi. Sebanyak 89,2% ibu dari kelompok ekonomi tinggi melahirkan dengan pertolongan
tenaga kesehatan, dibandingkan dengan 21,3% dari kelompok ekonomi rendah Hal ini
menggambarkan adanya ketimpangan dalam akses finansial untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan dasar dan dalam distribusi tenaga yang bermutu.
Hasil Audit Maternal Perinatal (AMP) menunjukkan bahwa salah satu penyebab kematian
ibu lebih banyak terjadi pada ibu dengan karakteristik kemampuan membayar biaya
pelayanan persalinan rendah dan melakukan persalinan di rumah.
Proses persalinan yang tidak ditolong oleh tenaga kesehatan menyebabkan keterlambatan-
keterlambatan sebagai berikut: (1)Terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil
keputusan untuk segera mencari pertolongan; (2)Terlambat mencapai fasilitas pelayanan
kesehatan yang mampu memberikan pertolongan persalinan; (3)Terlambat memperoleh
pertolongan yang memadai di fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Tingkat pendidikan
Faktor pendidikan terutama pendidikan ibu, berpengaruh sangat kuat terhadap
kelangsungan hidupnya. Dengan pendidikan tinggi, membuat ibu mampu memanfaatkan
dunia modern yaitu pengetahuan tentang fasilitas dan perawatan kesehatan modern, serta
mampu berkomunikasi dengan aparat para medis. Di samping itu pendidikan wanita dapat
mengubah keseimbangan kekuasaan tradisional di keluarga, karena budaya paternalistik
yang membenarkan dominasi laki-laki dalam pengambilan keputusan sering mengakibatkan
ibu hamil terlambat dibawa ke rumah sakit.
Tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan masyarakat menyebabkan
keterlambatan-keterlambatan sebagai berikut: (1)Terlambat mengenali tanda bahaya dan
mengambil keputusan untuk segera mencari pertolongan; (2)Terlambat mencapai fasilitas
pelayanan kesehatan yang mampu memberikan pertolongan persalinan; (3)Terlambat
memperoleh pertolongan yang memadai di fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Tempat tinggal
Tingkat kematian ibu di daerah perkotaan lebih rendah dibanding daerah pedesaan. Hal ini
didasari karena masyarakat kota pada umumnya mempunyai kondisi sosial ekonomi yang
lebih baik, pendidikan yang lebih tinggi, pendapatan yang lebih tinggi, serta penyediaan air
dan sanitasi yang lebih baik, demikian pula konsentrasi pelayanan kesehatan modern dan
tenaga kesehatan lebih besar di kota.
Pada daerah yang terpencil menyebabkan sulitnya akses pelayanan kesehatan yang
menyebabkan: (1)Terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan untuk
segera mencari pertolongan; (2)Terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan yang
mampu memberikan pertolongan persalinan; (3)Terlambat memperoleh pertolongan yang
memadai di fasilitas pelayanan kesehatan.
4. Sosial budaya
Baik masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan bayi sesungguhnya tidak terlepas
dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-
konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab-akibat antara makanan dan
kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif
maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, pacta dasarnya
adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini
terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu
hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran
terhadap beberapa makanan tertentu.
HUBUNGAN PERAWATAN ANTENATAL, INTRANATAL, DAN POSTNATAL DENGAN TERJADINYA
MORBIDITAS DAN MORTALITAS PADA IBU DAN BAYI
1. Antenatal
Menurut Andriaansz (2008), Tujuan dari Antenatal Care adalah :
1) Membangun rasa saling percaya antara ibu hamil dan petugas Kesehatan
2) Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya
3) Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya
4) Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan risiko tinggi
5) Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas kehamilan
6) Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan membahayakan
keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.
Jadi, tujuan dari antenatal care adalah untuk meyakinkan bahwa kehamilan ibu tidak
berkomplikasi sehingga dapat melahirkan bayi yang hidup dan dengan keadaan sehat. Jika
ternyata ditemukan risiko-risiko yang dapat membahayakan baik ibu maupun janinnya,
maka dapat segera ditindaklanjuti, sehingga dapat menurunkan angka kejadian morbiditas
dan mortalitas baik pada ibu dan bayi.
2. Intrapartum
Proses persalinan yang normal perlu memperoleh pemahanan yang baik, sehingga perlu
dilakukan perawatan serta dukungan yang optimal terhadap ibu bersalin serta mengenali
kejadian abnormal selama proses persalinan dan kelahiran sehingga dapat mengambil
tindakan antisipatif untuk mengatasi masalah yang ada guna untuk menurunkan angka
kejadian morbiditas dan mortalitas baik pada ibu dan bayi.
3. Postpartum
Pengawasan dan asuhan post partum masa nifas sangat diperlukan yang tujuannya adalah
menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis, melaksanakan sekrining
yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi
pada ibu maupun bayinya. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian immunisasi pada saat bayi sehat, memberikan
pelayanan KB.
Sehingga, setelah dilakukan pengawasan adaftasi fisiologis dan psikologis pada ibu
postpartum hal ini dapat menurunkan angka kejadian morbiditas dan mortalitas baik pada
ibu dan bayi. Karena kemungkinan ditemukan risiko-risiko yang dapat membahayakan baik
ibu maupun janinnya, dapat segera ditindaklanjuti.
Wiknjosastro, G.H., saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T. (2008), Ilmu Kebidanan, ed. 7, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta