Faktor

6
Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi Pada Balita iklan1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan yang besar bagi pembangunan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Anonim, 1992). Banyak kendala dalam mencapai pembangunan kesehatan, sehingga perlu adanya program kesehatan yang menyentuh langsung ke sasaran. Kendala itu diantaranya adalah masalah gangguan gizi yang masih banyak terjadi di daerah-daerah. Salah satu gangguan gizi adalah gizi buruk. Penyebab utama gizi buruk pada balita adalah kemiskinan sehingga akses pangan anak terganggu. Namun masalah gizi buruk pada balita bukan hanya disebabkan oleh kemiskinan, (masalah struktural) tapi juga karena aspek sosial dan budaya hingga menyebabkan tindakan yang tidak menunjang tercapainya gizi yang memadai untuk balita (masalah individual dan keluarga). Risiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak yang jelek (http://www.koalisi.org/dokumen). Berdasarkan data Departemen Kesehatan (2004), pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5% (5 juta balita kurang gizi), 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%). Jumlah gizi buruk pada balita di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dari tahun 2005 jumlah kasus gizi buruk pada balita sebanyak 8.349 orang atau 8,8% dan pada tahun 2007 balita yang mengalami kasus gizi buruk meningkat menjadi 700.000. Sementara yang mendapat program makanan tambahan hanya 39 ribu anak. Di provinsi Jawa Barat tahun 2005 kasus yang menimpa anak-anak di bawah umur lima tahun (balita) rata-rata naik dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 6.687 orang yang dibedakan ke dalam kategori gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. Untuk balita yang memperoleh status gizi lebih yaitu sebanyak 213 orang atau sekitar 3,20%, untuk balita yang memperoleh status gizi baik sebanyak 5003 orang atau sekitar 74,80%, untuk balita yang memperoleh status gizi kurang yaitu sebanyak 108 orang atau sekitar 16,20%, untuk balita yang memperoleh status gizi buruk yaitu sebanyak 386 orang atau sekitar 5,8%. Di Kabupaten ............ tahun 2007 jumlah balita sebanyak 86.832 orang dengan jumlah balita ditimbang sebanyak 81.081 orang. Untuk balita yang memperoleh status gizi baik berdasarkan berat badan menurut umur yaitu sebanyak 69.397 orang atau sekitar 85,59%, untuk balita yang memperoleh status gizi lebih yaitu sebanyak 1.032 orang atau sekitar 1,273%, untuk balita yang

Transcript of Faktor

Page 1: Faktor

Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi Pada Balitaiklan1

BAB IPENDAHULUAN

1.1    Latar BelakangPembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan yang besar bagi pembangunan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Anonim, 1992).Banyak kendala dalam mencapai pembangunan kesehatan, sehingga perlu adanya program kesehatan yang menyentuh langsung ke sasaran. Kendala itu diantaranya adalah masalah gangguan gizi yang masih banyak terjadi di daerah-daerah. Salah satu gangguan gizi adalah gizi buruk.Penyebab utama gizi buruk pada balita adalah kemiskinan sehingga akses pangan anak terganggu. Namun masalah gizi buruk pada balita bukan hanya disebabkan oleh kemiskinan, (masalah struktural) tapi juga karena aspek sosial dan budaya hingga menyebabkan tindakan yang tidak menunjang tercapainya gizi yang memadai untuk balita (masalah individual dan keluarga).Risiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak yang jelek (http://www.koalisi.org/dokumen).Berdasarkan data Departemen Kesehatan (2004), pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5% (5 juta balita kurang gizi), 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%).Jumlah gizi buruk pada balita di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dari tahun 2005 jumlah kasus gizi buruk pada balita sebanyak 8.349 orang atau 8,8% dan pada tahun 2007 balita yang mengalami kasus gizi buruk meningkat menjadi 700.000. Sementara yang mendapat program makanan tambahan hanya 39 ribu anak.Di provinsi Jawa Barat tahun 2005 kasus yang menimpa anak-anak di bawah umur lima tahun (balita) rata-rata naik dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 6.687 orang yang dibedakan ke dalam kategori gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. Untuk balita yang memperoleh status gizi lebih yaitu sebanyak 213 orang atau sekitar 3,20%, untuk balita yang memperoleh status gizi baik  sebanyak 5003 orang atau sekitar 74,80%, untuk balita yang memperoleh status gizi kurang yaitu sebanyak 108 orang atau sekitar 16,20%, untuk balita yang memperoleh status gizi buruk yaitu sebanyak 386 orang atau sekitar 5,8%. Di Kabupaten ............ tahun 2007 jumlah balita sebanyak 86.832 orang dengan jumlah balita ditimbang sebanyak 81.081 orang. Untuk balita yang memperoleh status gizi baik berdasarkan berat badan menurut umur yaitu sebanyak 69.397 orang atau sekitar 85,59%, untuk balita yang memperoleh status gizi lebih yaitu sebanyak 1.032 orang atau sekitar 1,273%, untuk balita yang memperoleh status gizi kurang yaitu sebanyak 9.257 orang atau sekitar 11,417% dan untuk balita yang memperoleh status gizi buruk yaitu sebanyak 1.395 orang atau sekitar 1,6%. Meskipun rata-rata presentasi gizi buruk di Kabupaten lebih kecil dari provinsi namun bila dilihat lebih jauh menurut Puskesmas di wilayah ............ terdapat beberapa wilayah yang angkanya lebih besar dari rata-rata Kabupaten dan juga rata-rata Provinsi. Yaitu ........ 9,4%; Sumber Jaya 9,4%; Suka Mulya 3,8%; Lemah Sugih 3,5%.Adapun data Puskesmas ........ tahun 2007 berdasarkan data dari Dinkes Kabupaten ............ yaitu jumlah balita sebanyak 1.459 orang dengan jumlah balita yang ditimbang sebanyak 1.404 orang. Untuk balita yang memperoleh status gizi baik berdasarkan berat badan menurut  umur yaitu sebanyak 1.135 orang

Page 2: Faktor

atau sekitar 80,8%; untuk balita yang memperoleh status gizi lebih yaitu sebanyak 11 orang atau sekitar 0,8%; untuk balita yang memperoleh status gizi kurang yaitu sebanyak 127 orang atau sekitar 9% dan untuk balita yang memperoleh status gizi buruk yaitu sebanyak 131 orang atau sekitar 9,4%. 

1.2    Rumusan MasalahBerdasarkan rumusan di atas peneliti menemukan bahwa kejadian gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas ........ merupakan masalah dibandingkan dengan wilayah lain. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti faktor apa saja yang berhubungan dengan status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas .........

1.3    Tujuan Penelitian1.3.1    Tujuan UmumMengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas ........ tahun 2011.1.3.2    Tujuan Khusus1.3.2.1    Diketahuinya hubungan pengetahuan ibu terhadap status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas ........ tahun 20111.3.2.2    Diketahuinya hubungan pendidikan ibu terhadap status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas ........ tahun 20111.3.2.3    Diketahuinya hubungan sosial ekonomi terhadap status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas ........ tahun 2011 

1.4    Ruang LingkupPenelitian ini mencakup faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi  (pengetahuan ibu, pendidikan ibu, dan sosial ekonomi) di wilayah kerja Puskesmas ........ Tahun 2011.

1.5    Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi beberapa pihak antara lain:1.5.1    Bagi Penulis    Dapat dijadikan pengalaman dalam menerapkan ilmu yang didapat di lahan praktek dengan memperoleh pengetahuan luas tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada balita di Puskesmas .........1.5.2    Bagi Puskesmas        Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan mengenai status gizi di wilayah kerja Puskesmas .........1.5.3    Bagi Institusi PendidikanPenulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah kepustakaan tentang status gizi pada balita, khususnya bagi mahasiswa STIKes YPIB ............ dan pembaca pada umumnya.

Page 3: Faktor

ontoh proposal   kesehatan  banyak tersedia di katalog kami. Berikut ini kami sajikan

salah satu contoh proposal kesehatan yang sangat efektif digunakan sebagai referensi

penulisan proposal skripsi anda. Proposal kesehatan merupakan suatu karya ilmiha

yang digunakan sebagai prasyarat untuk mengajukan sebuah skripsi. Biasanya tema

proposal sangat berkaitan dengan sesuatu yang berhubungan dengan ilmu kesehatan

maupun ilmu kedokteran.

Saat ini program studi ilmu kesehatan masyarakat sangat digandrungi oleh kalangan

mahasiswa. Hal ini disebabkan oleh tingginya minat mahasiswa terhadap ilmu

kesehatan. Disamping itu, permintaan dalam dunia kesehatan baik itu di rumah sakit

ataupun badan kesehatan lainnya juga sangat tinggi sehingga ilmu kesehatan sangat

diminati oleh mahasiswa.

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal 3 menyebutkan bahwa

pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang optimal. Dalam Pasal 5 disebutkan bahwa setiap orang berkewajiban

untuk ikut serta dalam memelihara dan meingkatkan derajat kesehatan perseorangan,

keluarga dan lingkungannya. Sementara itu, undang-undang  Nomor 23 tahun 2002

tentang perlindungan anak menyatakan bahwa pemerintah didukung oleh peran serta

masyarakat wajib menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang

komprehensif bagi anak, agar setiap anak memperoleh derajat kesehatan yang

optimal.

Posyandu merupakan wujud peran serta masyarakat dalam peningkatan dan

pemeliharaan kesehatan ibu dan anak, peningkatan status gizi masyarakat, keluarga

berencana, imunisasi, dan penanggulangan diare serta penyakit menular lainnya.

Upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) ini dapat menjadi pusat kewaspadaan

dini dan pencegahan masalah kesehatan, melalui peningkatan surveilans gizi dan

penyakit serta penyehatan lingkungan oleh masyarakat sendiri yang selanjutnya tidak

perlu diulang lagi. Pembagian kriteria Posyandu dalam bentuk strata akan lebih

memudahkan petugas kesehatan dalam menilai status gizi balita di suatu wilayah,

kerena dalam pengelompokkan tersbut posyandu dikriteriakan berdasarkan cakupan

pelayanan, serta jenis kegiatan yang dilakukan. Berdasarkan stratanya Posyandu

dikriteriakan menjadi : 4 kategori, yaitu pertama, madya, purnama, mandiri. Dari 4

strata tersebut, strata terendah adalah pratama, dimana jumlah kadernya kurang dari

5, frekuensi penimbangan kurang dari 8 kali, sedangkan strata tertinggi adalah

mandiri, dengan jumlah kader lebih dari 5, kegiatannya secara rutin setiap bulan,

Page 4: Faktor

cakupan program utama lebih dari 50%, ada kegiatan program tambahan dan cakupan

dana sehat sudah melebihi dari 50% kepala keluarga. Pada Posyandu dengan strata

tinggi diharapkan sudah tidak ditemukan lagi adanya balita gizi buruk.

Berdasarkan data DEPKES RI, diketahui pravalensi balita gizi buruk pada tingkat

nasional sebanyak 1,88%, sedangkan berdasarkan data di Propinsi Jawa Tengah kasus

gizi buruk sebanyak 2,06%. Sementara itu di Kabupaten Purworejo pravalensi gizi

buruk sebanyak 0,80% (396 balita dari 49497 balita yang ada), angka ini dinilai relatif

tinggi. Berdasarkan pra survai peneliti bulan desember 2005 ditemukan pravalensi gizi

buruk di Puskesmas Mranti sebanyak 1,6% (42 balita da 2575 balita). Dari 42 balita

tersebut ternyata penyebarannya ada di semua strata posyandu, baik purnama, madya

maupun mandiri. Berdasarkan laporan bulanan diperoleh jumlah Posyandu di

Puskesmas Mranti Kabupaten Purworejo sebanyak 61 Posyandu, yang terdiri dari

Posyandu Pratama tidak ada, Posyandu Madya 33, Posyandu Purnama 17, Posyandu

Mandiri 11.

Sebenarnya keberadaan Posyandu memberikan langkah kontribusi terhadap

perhitungan status gizi, karena dalam Posyandu ada sejumlah kegiatan seperti; PMT

(Pemberian Makanan Tambahan) pada balita, pengawasan pertumbuhan balita,

penyuluhan gizi dan kesehatan, jumlah kader, pendidikan kader, lama menjadi kader,

status kader, promosi kesehatan. Akan tetapi berdasarkan data-data yang diperoleh

peneliti di dapatkan hasil gizi buruk menyebar di seluruh strata Posyandu.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada

hubungan strata Posyandu dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Mranti

Kabupaten Purworejo Jawa Tengah.

 

 B.     Perumusan Masalah

Apakah ada hubungan Strata Posyandu dengn Status Gizi Balita di wilayah kerja

Puskesmas Mranti Kabupaten Purworejo Jawa Tengah ?

 C.    Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan kepada Puskesmas Mranti Kabupaten Purworejo Jawa Tengah,

agar lebih meningkatkan mutu Posyandu, agar dapat mengurangi terjadinya gizi buruk

pada balita, khususnya balita yang berada di desa Mranti.

2. Untuk Akademik

Sebagai bahan sumbangan ilmu pengetahuan tentan Posyandu bagi Fakultas

Kesehatan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Page 5: Faktor

3. Untuk Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti tentang Posyandu dalam

meningkatkan status gizi pada balita.

D.    Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum penelitian ini adalah :

Mengetahui Hubungan Strata Posyandu dengan Status Gizi pada balita di wilayah

kerja Puskesmas Mranti Kabupaten Purworejo Jawa Tengah.

2. Tujuan Khusus penelitian ini adalah :

a. Mengetahui distribusi frekuensi strata Posyandu di wilayah kerja Puskesma Mranti

Kabupaten Purworejo Jawa Tengah

b. Mengetahui status gizi balita di Posyandu Puskesmas Mranti Kabupaten Purworejo

Jawa Tengah.

c. Mengetahui hubungan strata Posyandu dengan status gizi balita di wilayah kerja

Puskesmas Mranti Kabupaten Purworejo Jawa Tengah.