factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

158
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat kenyataan yang terjadi pada krisis global tahun 2008, Bank Indonesia baru-baru ini juga telah mengeluarkan Surat Edaran kepada semua bank umum di Indonesia perihal tentang penerapan manajemen risiko pada bank yang melakukan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) pada 15 Maret 2012. Hal ini dilakukan sejalan dengan semakin meningkatnya permintaan KPR (Kredit Pemilikan Rumah) dan KKB (Kredit Kendaraan Bermotor) yang berpotensi menimbulkan berbagai risiko. Selain itu, pertumbuhan KPR yang terlalu tinggi juga dapat mendorong peningkatan harga aset property yang tidak mencerminkan harga sebenarnya (bubble) sehingga dapat meningkatkan risiko kredit bagi bank-bank dengan eksposur kredit properti yang besar (Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/10/DPNP). Hal ini menunjukkan bahwa KPR memiliki kemungkinan untuk menyumbang risiko kredit yang cukup tinggi dan mempengaruhi rasio NPL pada bank. Melihat pada kenyataan di atas, maka akan diamati naik turunnya tingkat NPL yang terjadi serta faktor-faktor apa saja yang berpeluang memperoleh andil dalam mempengaruhi tingkat NPL tersebut pada kurun waktu penelitian yaitu 2008-2013. Periode tersebut dipilih untuk mengetahui apakah kredit perumahan (KPR) di Indonesia bergejolak pada tahun terjadinya krisis global (2008) dan tahun-tahun setelah itu (2009-2011) dengan melihat rasio NPL pada tahun 2008- 2013.

Transcript of factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

Page 1: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Melihat kenyataan yang terjadi pada krisis global tahun 2008, Bank

Indonesia baru-baru ini juga telah mengeluarkan Surat Edaran kepada semua bank

umum di Indonesia perihal tentang penerapan manajemen risiko pada bank yang

melakukan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan

Bermotor (KKB) pada 15 Maret 2012. Hal ini dilakukan sejalan dengan semakin

meningkatnya permintaan KPR (Kredit Pemilikan Rumah) dan KKB (Kredit

Kendaraan Bermotor) yang berpotensi menimbulkan berbagai risiko. Selain itu,

pertumbuhan KPR yang terlalu tinggi juga dapat mendorong peningkatan harga

aset property yang tidak mencerminkan harga sebenarnya (bubble) sehingga dapat

meningkatkan risiko kredit bagi bank-bank dengan eksposur kredit properti yang

besar (Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/10/DPNP). Hal ini menunjukkan

bahwa KPR memiliki kemungkinan untuk menyumbang risiko kredit yang cukup

tinggi dan mempengaruhi rasio NPL pada bank.

Melihat pada kenyataan di atas, maka akan diamati naik turunnya tingkat

NPL yang terjadi serta faktor-faktor apa saja yang berpeluang memperoleh andil

dalam mempengaruhi tingkat NPL tersebut pada kurun waktu penelitian yaitu

2008-2013. Periode tersebut dipilih untuk mengetahui apakah kredit perumahan

(KPR) di Indonesia bergejolak pada tahun terjadinya krisis global (2008) dan

tahun-tahun setelah itu (2009-2011) dengan melihat rasio NPL pada tahun 2008-

2013.

Page 2: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

2

Selain itu, kita juga melihat fakor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi

terjadinya kenaikan rasio NPL karena dengan mengetahui faktor-faktor yang

dapat memicu kemungkinan naiknya tingkat NPL maka bank akan dapat

melakukan antisipasi terlebih dahulu dalam mempersiapkan kebijakan-kebijakan

kredit yang akan dikeluarkan agar tetap memberikan keuntungan dan pendapatan

yang maksimal bagi bank tanpa memperbesar kemungkinan naiknya angka NPL.

Semakin tinggi tingkat NPL maka akan sangat mempengaruhi tingkat kesehatan

bank yang akan menjalar pada tingkat kepercayaan masyarakat yang ingin

menyimpan kelebihan dananya pada bank tersebut.

Di era globalisasi ini persaingan dalam bisnis perbankan sangat ketat.

Berkembangnya lembaga-lembaga keuangan non bank di pedesaan sangat

membantu masyarakat desa untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian

desa. Pelayanan jasa keuangan masyarakat di desa dilakukan oleh lembaga-

lembaga, seperti Bank Perkreditan Rakyat (BPR), koperasi dan pegadaian

(Damayanthi, 2011). Persaingan bisnis di bidang perbankan yang nampak akhir-

akhir ini adalah persaingan dalam penyaluran kredit, khususnya dalam

pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). UMKM menempati jumlah

mayoritas dari total unit usaha yang ada. Akan tetapi kebanyakan dari para

pengusaha UMKM masih mengalami kesulitan dalam menjalankan usaha, dan

secara garis besar kesulitan yang dihadapi berkisar masalah permodalan, dan

persaingan pasar. Permodalan nampaknya menjadi alasan yang klasik yang

menghadang perkembangan UMKM. Kebanyakan pelaku bisnis memutar

usahanya dengan mengandalkan usahanya dengan modal sendiri. Ada pula

Page 3: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

3

sebagian kecil yang berusaha menambah modalnya dengan melakukan pinjaman

ke bank atau lembaga non bank (Saptono dan Widiyatmanta, 2007).

Kehadiran LPD pada awalnya dicetuskan berdasarkan SK Gubernur No.

972 tahun 1984, kemudian diganti dengan Peraturan Gubernur Bali No 11 Tahun

2013. LPD berfungsi sebagai salah satu wadah kekayaan desa yang berupa uang

atau surat-surat, menjalankan fungsinya dalam bentuk usaha-usaha kearah

peningkatan taraf hidup krama desa dan dalam kegiatan usahanya banyak

menunjang pembangunan desa. Peran LPD disini sangat penting dalam upaya

mewujudkan pembangunan desa, meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

mewujudkan kehidupan masyarakat yang mandiri serta mewujudkan pertumbuhan

usaha mikro dalam wilayah pedesaan. LPD sebagai lembaga keuangan yang

melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat beroperasi

pada suatu wilayah adminitrasi desa adat dengan dasar kekeluargaan antarwarga

desa. Dalam praktiknya pelaksanaan manajemen LPD sering menemukan

berbagai kendala. Latar belakang badan pengawas yang ex offisio diketuai oleh

Bendesa Adat acap kali tidak dapat melakukan pengawasan secara intensif yang

disebabkan oleh beberapa hal, seperti perangkapan tugas pengawasan dengan

tugas-tugas lainnya sebagai bendesa adat. Di samping itu, pengalaman di bidang

pengawasan lembaga keuangan biasanya jarang dimiliki oleh seorang Bendesa

Adat. Demikian juga pengalaman pengurus yang rata-rata terbatas di bidang

lembaga keuangan sebelum mereka menjadi pengurus LPD. Selain hal disebutkan

diatas, hal yang banyak terjadi yaitu petugas di bagian kredit kurang selektif

dalam menyeleksi nasabah yang mengajukan kredit ke LPD sehingga kredit cukup

Page 4: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

4

mudah dicairkan. Hal ini menandakan bahwa prosedur kredit yang seharusnya

dilaksanakan secara baik dan benar tersebut malah dilaksanakan dengan seadanya

saja. Dalam hal ini sistem pengendalian intern yang baik sangat dibutuhkan untuk

menekan NPL.

Sejak awal didirikannya LPD di Bali, telah memiliki beberapa tujuan

mulia antara lain (Mantra, 1998), : Pertama, untuk mendorong pembangunan

ekonomi masyarakat desa melalui tabungan yang terarah serta penyaluran modal

efektif. Kedua, membrantas sistem ijon, gadai gelap dan lain-lain yang bisa

disamakan dengan itu di daerah pedesaan, yang pada saat itu masih banyak ada di

daerah Bali. Ketiga, menciptakan pemerataan dan kesempatan kerja bagi warga

pedesaan, baik yang bisa ditampung secara langsung di LPD, maupun yang bisa

ditampung oleh usaha-usaha produktif masyarakat yang dibiayai oleh LPD.

Keempat, menciptakan daya beli dan melancarkan lalu lintas pembayaran dan

pertukaran di desa.

Sebagaimana terurai dalam tujuannya, dari sejak awal berdirinya LPD

diharapkan mampu mendorong pembangunan ekonomi masyarakat di daerah Bali

melalui tabungan yang terarah serta penyaluran modal yang efektif. LPD juga

diharapkan membrantas system ijon, gadai gelap dan lain-lain yang bisa

disamakan dengan itu di daerah pedesaan. Disamping itu, LPD juga mengemban

tugas menciptakan pemerataan dan kesempatan kerja bagi warga pedesaan, baik

yang bisa ditampung secara langsung di LPD, maupun yang bisa ditampung oleh

usaha-usaha produktif masyarakat yang dibiayai oleh LPD. Menciptakan daya beli

Page 5: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

5

dan melancarkan lalu lintas pembayaran dan pertukaran di desa, juga menjadi

tugas pokok LPD.

Apabila tugas-tugas tersebut dikaitkan dengan indikator ekonomi makro,

maka apa yang ingin dicapai oleh LPD adalah selaras dengan tujuan ekonomi

makro. Ada empat tujuan yang biasanya ingin dicapai dalam kebijakan ekonomi

makro, yaitu; Pertama, mengupayakan peningkatan pendapatan nasional secara

terus menerus. Kedua, mengurangi kemiskinan melalui penyediaan kesempatan

bekerja yang seluas-luasnya dan menekan angka pengangguran. Ketiga, menjaga

stabilitas harga-harga atau menekan angka inflasi. Keempat memperkuat

perdagangan internasional dengan menjaga keseimbangan nilai ekspor yang

minimal sama dengan nilai impor dan terdapat kurs valuta asing yang stabil.

Jadi jelas dalam peraturan Desa Pekraman mengatur bahwa a) Pengurus

LPD dipilih oleh Rapat Desa Pekraman dengan masa jabatan 4 tahun dan dapat

dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan. b) Pengurus LPD wajib memberikan

laporan setiap tahun kepada Rapat Desa Pekraman. c) Pengurus wajib diperiksa

oleh pengawas atau pemeriksa LPD yang juga dipilih dan dibentuk oleh Rapat

Desa Pekraman setiap 4 tahun dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa

jabatan.

Nampaknya kearifan-kearifan lokal ini yang lebih berkontribusi terhadap

kemajuan LPD, dari pada kemampuan manajemen dan kekuatan-kekuatan internal

lain yang dimilikinya selama ini. Suatu hal yang mesti disyukuri memang,

disamping tetap berupaya untuk melakukan pembenahan-pembenahan di bidang

yang lain, termasuk pada bidang tata kelola usaha yang baik (Good Corporate

Page 6: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

6

Governance). LPD di Bali merupakan sistem Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan

(LDKP) di Indonesia, walaupun terdapat kompetisi yang kuat di tingkat lokal dari

banyaknya lembaga formal dan informal (Bedson, 2009). Indikator kinerja dan

sustainabilitas LDKP dengan melihat perbedaan kinerja antara LDKP yang

didominasi oleh industri kerajinan dan jasa dengan LDKP yang berada di daerah

yang didominasi oleh pertanian. Indikator keuangan meliputi : kualitas portopolio,

leverage, Capital Adequency Ratio (CAR), produktivitas, efisiensi, profitabilitas

dan kelayakan keuangan. Indikator jangkauan meliputi: jangkauan nasabah dan

staf, jangkauan pinjaman dan jangkauan tabungan/deposito. Keunggulan LPD,

salah satunya ditunjukkan oleh LPD di Kabupaten Gianyar pada beberapa

indikator kinerja dan sustainabilitas LDKP adalah:

1) Indikator sosial-ekonomi

Kabupaten Gianyar merupakan salah satu kabupaten di Bali dengan PDRB

tinggi yaitu 6,422 milyar atas dasar harga berlaku pada tahun 2009, dan

pertumbuhan ekonomi yang stabil. Hal ini diakibatkan oleh perekonomian

lokal yang didominasi industri kecil (industri kerajinan) dan sektor-sektor

pariwisata yang tidak terpengaruh oleh ekonomi domestik. Ada tiga sektor

utama yang mendominasi perekonomian Gianyar, yaitu sektor manufaktur,

pertanian, perdagangan dan hotel dan restoran yang menyumbang 65 persen

PDRB.

2) Pertumbuhan LPD di Gianyar yang terjadi salah satunya pada LPD Manukaya

dengan pertumbuhan tercepat diakibatkan oleh meningkatnya permintaan

masyarakat terhadap lembaga keuangan pedesaan. Pertumbuhan LPD ini

Page 7: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

7

ditunjang oleh perkembangan aset yang hampir 2,5 kali dari Rp.58 milyar

menjadi Rp.125 milyar. Ekuitas juga meningkat dari Rp.10,9 milyar di tahun

1999 menjadi Rp.25,4 milyar di tahun 2001. Kegiatan utama LPD adalah

simpan pinjam, terutama bagi wirausahawan kecil, pedagang kecil dan petani.

Ada lima alasan untuk menjelaskan perkembangan LPD di Gianyar yang

berpengaruh positif bagi pembangunan perekonomian desa :

a) rasio deposan dan penabung terhadap peminjam sangat tinggi;

b) masyarakat dapat mengakses LPD dengan mudah;

c) LPD menggunakan prosedur yang sederhana dan mudah;

d) kompetisi diantara lembaga keuangan tidaklah ketat; dan

e) pertumbuhan LPD tersebut diakibatkan oleh pertumbuhan ekonomi yang

stabil dan terus meningkat.

3) Kualitas portopolio

Kualitas portopolio ditentukan dengan dua indikator yaitu tingkat

pengembalian pinjaman (repayment rate) dan rasio peminjam yang tidak mau

membayar (delinquent borrower ratio). LPD Gianyar memiliki kualitas

portopolio yang bagus, yang direfleksikan oleh kualitas pengembalian

pinjaman yang tinggi dan rendahnya rasio peminjam yang tidak membayar.

Pada tahun 1999 tingkat pengembalian pinjaman 95 persen dan meningkat

menjadi 97 persen pada tahun 2001.

4) Leverage

Leverage dihitung menggunakan DER (Debt to Equity Ratio). LPD di Gianyar

memiliki DER yang tinggi, lebih besar dari 200 persen. Berdasarkan rasio

Page 8: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

8

kecukupan modal, LPD di Gianyar juga menunjukkan kinerja yang baik, naik

dari 31 persen di tahun 1999 menjadi 61 persen pada tahun 2001.

5) Produktivitas dan efisiensi

LPD di Gianyar menunjukkan produktivitas yang baik, ditunjukkan dengan

peningkatan indikator produktivitas. Produktivitas staf meningkat dari 108

menjadi 125 penabung per staf, jumlah tabungan dan deposito berjangka per

staf juga meningkat dari 31 juta per tahun pada 1999 menjadi lebih dari 50

juta per tahun pada tahun 2001.

Efisiensi LPD diukur dengan dua indikator, yaitu rasio biaya operasional yang

merupakan biaya operasional dibanding rata-rata peminjam yang tersalurkan,

serta gaji sebagai bentuk persentase rata-rata peminjam yang disalurkan.

Berdasarkan indikator tersebut LPD di Gianyar efisien, dimana rasio biaya

operasionalnya naik dari 20 persen pada tahun 1999 menjadi 22 persen pada

tahun 2001. Rasio gaji yang sangat rendah yakni 0,7 persen.

6) Profitabilitas dan kelayakan keuangan

Profitabilitas dapat dilihat dari tingkat pengembalian aset (Return on Assets)

atau ROA yang disesuaikan pada tingkat pengembalian ROE. ROA meningkat

10 persen pada tahun 1999 menjadi 13,5 persen pada tahun 2001. ROE

meningkat dari 23 persen pada tahun 1999 menjadi 51 persen pada tahun

2001.

7) Jangkauan (outreach)

LPD di Gianyar mengalami tren kenaikan untuk indikator jangkauan. Besar

jangkauan dilihat dari jumlah nasabah yang dilayani dan volume pinjaman

Page 9: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

9

yang disalurkan serta tabungan, tumbuh secara signifikan pada tahun 1999

total peminjam 36.454 sementara jumlah total penabung dan deposan 87.998.

Pada tahun 2001 meningkat masing-masing 49.593 untuk peminjam dan

122.942 untuk penabung dan deposan. (Sumber: htt: \\ mujiburrahman85blog

spot.com).

LPD dipandang sebagai entitas yang menguntungkan, di mana bergantung

pada tabungan dan deposito sebagai sumber pendanaan. LPD didirikan sejak

tahun 1984 sebagai lembaga keuangan pedesaan yang memiliki peran ekonomi

dan sosial di komunitas tersebut. LPD berbeda dengan LDKP yang dikontrol oleh

pemerintah daerah yaitu mereka dimiliki oleh organisasi komunitas lokal.

Keanggotaan berdasarkan Banjar, merupakan unit terpenting dari organisasi sosial

di masyarakat Bali. Solidaritas sosial yang mengakar ini merupakan syarat penting

keberhasilan dari LPD. Pada pertengahan tahun 1999, dari 910 LPD melayani

545.000 nasabah. Ini berarti lebih dari 80 persen dari penduduk Bali dapat

dijangkau oleh LPD (Bedson, 2009).

Undang-Undang (UU) Nomor 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan

Mikro, dimana dalam UU ini keberadaan LPD diakui sebagai lembaga keuangan

yang bersifat khusus sehingga pengaturannya dikecualikan dari UU tersebut. Hal

ini ditegaskan dalam Bab XIII Ketentuan Peralihan pasal 39 ayat 3 yang berbunyi:

“LPD dan Lumbung Pitih Nagari serta lembaga sejenis yang telah ada sebelum

Undang-Undang ini berlaku, dinyatakan diakui keberadaannya berdasarkan

hukum adat dan tidak tunduk pada ini”. Pasal 39 ayat 3 dalam UU LKM itu

menegaskan dua hal penting dalam kaitannya dengan kedudukan LPD: (1) LPD

Page 10: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

10

memang bukan LKM sehingga tidak tunduk pada UU LKM, serta (2) LPD

merupakan lembaga adat karena diatur berdasarkan hukum adat. Dengan begitu,

semestinya tidak perlu ada keragu-raguan lagi bagi prajuru (pengurus) desa

pakraman, pengurus LPD, krama (warga) desa pakraman, termasuk pemerintah

dan pemangku kepentingan (stakeholders) bahwa LPD memang bukan LKM dan

LPD sebagai lembaga adat milik (duwe) desa pakraman yang diberikan fungsi

khusus mengelola keuangan dan perekonomian di desa pakraman. LPD juga

bukan koperasi, bank atau pun badan usaha milik desa.

Desa adat merupakan salah satu lembaga organisasi sosial yang bersifat

tradisional di Bali. Desa adat memiliki beberapa hak otonomi, salah satunya

adalah otonomi dalam sosial ekonomi yang merupakan kekuasaan untuk mengatur

hubungan antar kelompok masyarakat serta mengelola kekayaan desa adat.

Pemerintah Provinsi Bali mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2002

tentang Lembaga Perkreditan Desa, sebagaimana diubah dengan Peraturan Daerah

Nomor 3 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun

2002. Peraturan daerah ini menggariskan bahwa LPD merupakan badan usaha

keuangan milik desa yang melaksanakan kegiatan usaha di lingkungan desa dan

untuk krama desa. Secara yuridis, desa pakraman diakui eksistensinya dalam

UUD 1945 pasal 18 huruf I yang menegaskan bahwa Negara mengakui dan

melindungi kesatuan masyarakat hukum adat.

Adanya UU No 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro patut

segera disikapi dengan langkah strategis dan konkret dari desa pakraman selaku

pemilik LPD maupun pengurus LPD selaku pelaksana pengelolaan LPD. Berikut

Page 11: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

11

beberapa langkah-langkah yang diambil pengurus LPD dan desa pakraman selaku

pemilik LPD (Madra, 2013).

1) Memasukkan LPD ke dalam awig-awig atau dibuatkan perarem khusus

yang mengatur keberadaan LPD di desa pakraman. Dalam awig-awig atau

perarem itu mesti ditegaskan LPD sebagai duwe (milik penuh) desa

pakraman. Awig-awig atau perarem itu akan menjadi landasan hukum

secara adat bagi keberadaan dan operasional LPD di desa pakraman.

Perarem adalah kesepakatan di Desa Adat tentang pengelolaan LPD yang

meliputi tentang menghimpun dana dari masyarakat dan pinjaman kepada

masyarakat (kredit).

2) Untuk mempertegas LPD sebagai lembaga adat duwe desa pakraman yang

mengemban fungsi keuangan dan perekonomian di desa pakraman, nama

LPD juga perlu disesuaikan. Nama LPD mungkin tetap bisa dipertahankan

karena itu sudah dikenal. Akan tetapi, kepanjangan LPD yang selama ini

sebagai lembaga perkreditan desa disesuaikan agar mampu

merepresentasikan identitasnya sebagai lembaga adat. Hasil keputusan

pesamuan agung Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP) III pada 15

Oktober 2010 yakni Labda Pacingkreman Desa layak dipertimbangkan.

Nama itu mencerminkan LPD sebagai lembaga yang berakar pada tradisi

pacingkreman di banjar atau sekaa yang sudah dilaksanakan masyarakat

Bali sejak zaman dulu.

Landasan hukum kepengurusan LPD, juga berkaitan erat dengan peraturan

(Awig-Awig) setiap Desa Pekraman yang ada di Bali. Dalam peraturan Desa

Page 12: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

12

Pekraman mengatur bahwa a) Pengurus LPD dipilih oleh Rapat Desa Pekraman

dengan masa jabatan 4 tahun dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa

jabatan, b) Pengurus LPD wajib memberikan laporan setiap tahun kepada Rapat

Desa Pekraman, dan c) Pengurus wajib diperiksa oleh pengawas atau pemeriksa

LPD yang juga dipilih dan dibentuk oleh Rapat Desa Pekraman setiap 4 tahun dan

dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan.

Ada empat faktor yang menyebabkan pertumbuhan LPD di Bali

meningkat dengan cepat yaitu (Mujiburrahman, 2013).

1) Adanya political will dari pemerintah daerah Bali untuk menyediakan kredit

bagi masyarakat melalui pendirian LPD;

2) LPD sesuai dengan dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Bali, terutama

di daerah pedesaan;

3) LPD beroperasi hanya dalam kawasan desa adat yang wilayahnya relatif

kecil;

4) LPD telah mampu berperan sebagai lembaga keuangan seperti halnya bank

karena tidak hanya sebagai lembaga peminjam uang, akan tetapi sebagai

lembaga tabungan. (Sumber : http:\\mujiburrahman85.blogspot.com).

Perkembangan LPD di Bali sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2013

ditunjukkan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa cakupan LPD atas desa adat di Bali mencapai 95,7

persen, sehingga dapat dikatakan hampir seluruh desa adat di Bali memiliki LPD

untuk menunjang perekonomian krama desa adat. Kalau diperhatikan kondisi

dana yang berhasil dihimpun serta kredit yang disalurkan, nampaknya di samping

Page 13: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

13

tetap mempertahankan hubungan dengan awig-awig desa adat, bagi

perkembangan LPD ke depan, perlu segera diterapkan manajemen terpadu yang

dapat menjaga kesehatan dan kemandiriannya secara berkesinambungan.

Tabel 1.1

Perkembangan Lembaga Perkreditan Desa di Provinsi Bali

Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2013

Indikator 2010 2011 2012 2013

Jumlah LPD (unit) 1.393 1.399 1.406 1.418 % Cakupan Desa Adat 61,90 66,50 92,20 95,70

Aset Total (juta Rp.) 4.567.000 5.786.550 7.500.300 8.289.000

Aset rata-rata (juta Rp./LPD) 3.500 4.300 5.350 6.065

Total Loan Portfolio (juta Rp.) 75.000 216.000 1.262.000 3.120.000

Jumlah Rekening Pinjaman (.000) n.a. 204,8 333,8 404,8

Total Deposit (Juta Rp.) 70.000 258.000 1.346.000 3.412.000

Jumlah Rekening Deposito (.000) n.a 611,5 1.022,0 1.330,2

NPL Ratio (%) 14,5 9,8 10,6 10,3

Persen LPD kurang/tidak sehat+LPD

tidak aktif (%)

26,00

15,80

17,60

15,90

Sumber : Promotion of Small Financial Institutions (http://www.profi.or.id)

Dengan kondisi yang lebih sehat, stabil dan mandiri diharapkan

kepercayaan masyarakat terhadap LPD dapat meningkat pada masa-masa yang

akan datang sehingga LPD dapat bersaing ataupun bersinergi dengan lembaga

keuangan lain yang sejenis. Perkembangan perekonomian nasional dan perubahan

lingkungan strategis yang dihadapi dunia usaha termasuk LPD dan usaha kecil

menengah saat ini sangat cepat dan dinamis. LPD sebagai badan usaha senantiasa

harus diarahkan dan didorong untuk ikut berperan secara nyata meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat agar mampu mengatasi ketimpangan

ekonomi dan kesenjangan sosial, sehingga lebih mampu berperan sebagai wadah

kegiatan ekonomi rakyat. Oleh karena itu sudah saatnya untuk menempatkan

sektor informal (seperti petani kecil di pedesaan, pedagang di pasar-pasar

Page 14: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

14

tradisional, penjual rokok dan pedagang warung kelontong) di barisan terdepan

dalam penetapan kebijakan Bank Indonesia.

Mengingat pentingnya peran LPD bagi kehidupan masyarakat Bali, maka

sangat penting untuk menjaga stabilitas LPD. Salah satu faktor untuk menilai

kesehatan suatu lembaga keuangan adalah dengan melihat rasio NPL, dihitung

dari total kredit yang masuk kategori tidak lancar, dibagi total kredit yang

diberikan. Rasio NPL maksimal yang ditentukan oleh Bank Indonesia, yaitu 5

persen sehingga bila suatu lembaga keuangan memiliki rasio NPL diatas 5 persen

maka dapat dianggap bahwa terjadi kegagalan penerapan strategi pemberian kredit

yang efisien dan efektif. Tabel 1.1 menunjukkan bahwa pada akhir tahun 2010

angka NPL 14,5 persen dan pada tahun 2013 menurun menjadi 10,30 persen

(Bisnis Bali, 27 Januari 2013). Angka tersebut melebihi batas ambang atas rasio

NPL yang ditetapkan BI, sehingga dapat dikatakan bahwa penilaian pemberian

kredit yang diterapkan LPD di Bali belum efektif dan efisien.

Kabupaten Gianyar sebagai lokasi penelitian ini, karena jumlah Usaha

Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang ada di Kabupaten Gianyar paling banyak

di Bali. Populasi adalah seluruh LPD di Kabupaten Gianyar yang berjumlah 269

unit, atau 18,91 persen dari LPD di Bali. Berdasarkan data Pemerintah Provinsi

Bali, populasi LPD di wilayah Provinsi Bali terdiri dari 1.421 unit yang tersebar

pada delapan kabupaten dan satu kota madya di Bali sebagaimana Tabel 1.2.

Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 11 Tahun 2013, Dana

Perlindungan LPD adalah dana yang secara khusus dibentuk untuk dapat dipinjam

LPD sebagai upaya menyehatkan LPD agar dapat terus berkembang.

Page 15: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

15

Tabel 1.2

Jumlah Lembaga Perkreditan Desa

Pada Kota/Kabupaten se-Bali Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014

No. Wilayah Kerja Jumlah LPD

2010 2011 2012 2013 2014

1 Kabupaten Buleleng 162 162 164 166 169

2 Kabupaten Jembrana 64 64 64 64 64

3 Kabupaten Tabanan 302 302 303 307 307

4 Kabupaten Badung 122 122 122 122 122

5 Kota Denpasar 33 34 34 35 35

6 Kabupaten Gianyar 267 267 269 269 269

7 Kabupaten Bangli 164 166 167 158 158

8 Kabupaten Klungkung 96 98 99 107 107

9 Kabupaten Karangasem 183 184 184 190 190

Prov. Bali 1.393 1.399 1.406 1.418 1.421

Sumber : Biro Ekbang Setda Provinsi Bali, 2014

Pinjaman yang diberikan atau kredit adalah penyediaan uang atau tagihan

yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan kesepakatan pinjam-meminjam

antara LPD dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam untuk

melunasi pinjamannya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

LPD harus melaksanakan klasifikasi pinjaman yang diberikan. Klasifikasi

pinjaman yang diberikan digunakan sebagai dasar untuk melakukan tindakan

manajemen perkreditan. Kualitas pinjaman yang diberikan diklasifikasikan dalam

4 (empat) kategori, yaitu : Lancar, Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.

Penilaian terhadap Aktiva Produktif dalam bentuk kredit pada prinsipnya

didasarkan pada ketepatan pembayaran kembali pokok dan bunga dan/atau

kemampuan peminjam ditinjau dari kondisi usaha yang bersangkutan.

Page 16: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

16

Tabel 1.3

Laporan Kolektabilitas Kredit Lembaga Perkreditan Desa

di Kabupaten Gianyar (Per 31 Desember 2013)

Kecamatan

Jumlah Kredit Tidak

Lancar Jumlah Kredit NPL

(Dalam Ribuan Rp.) (Dalam Ribuan Rp.) (persen)

Gianyar 27.794.939 324.865.072 8,56

Blahbatuh 12.273.067 75.038.713 16,36

Sukawati 8.011.092 169.535.752 4,73

Payangan 6.463.367 47.578.702 13,58

Tampaksiring 10.164.638 57.521.734 17,67

Tegallalang 14.345.132 160.836.450 8,92

Ubud 18.876.847 257.408.503 7,33

Rata-rata 13.989.868 156.112.132 11,02

Sumber : Bagian Ekonomi Setda Kabupaten Gianyar, 2014

Upaya yang berkesinambungan dalam menangani pinjaman bermasalah

NPL terus dilakukan terutama dari segi pemberian kredit, baik oleh manajemen

LPD maupun oleh Pembina Lembaga Perkreditan Desa Kabupaten (PLPDK)

Gianyar. Bank Indonesia menetapkan tingkat NPL gross maksimal 5 persen

sebagai angka toleransi bagi kesehatan suatu lembaga keuangan. Pinjaman pada

LPD di Kabupaten Gianyar memiliki nilai NPL diatas 10 persen dan nilai

tersebut berada di atas rata-rata NPL LPD di Provinsi Bali.

Kredit berkembang menjadi bermasalah (default risk) dapat disebabkan

oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Rivai (2006)

kredit berkembang menjadi bermasalah dapat disebabkan oleh berbagai hal yang

berasal dari pihak LPD, kreditur dan kondisi eksternal (environment). Sedangkan

kredit bermasalah diindikasikan dengan NPL, dimana semakin tinggi rasio NPL

suatu bank maka akan mengurangi pendapatan suatu bank dikarenakan banyaknya

debitur yang menunggak pembayaran kredit.

Page 17: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

17

Dalam menentukan strategi, perusahaan perlu memperhatikan kondisi baik

kondisi internal maupun kondisi eksternal perusahaan. Langkah yang harus

dilakukan adalah mengumpulkan data eksternal dan internal perusahaan tersebut

(Antiningrum, 2003). Kondisi internal LPD diukur melalui indeks kesehatan LPD,

sehingga suatu LPD dapat digolongkan sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak

sehat. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Pembangunan Daerah (BPD)

Bali Nomor 0303.102.2004.2, penilaian tingkat kesehatan LPD di Bali dengan

menggunakan konsep CAEL (Capital / permodalan, Asset quality / kualitas aktiva

produktif, Earning / keuntungan/rentabilitas, dan Liquidity / likuiditas) Menurut

Dwijandono (1994), faktor eksternal yang mempengaruhi pemberian suatu kredit

adalah lingkungan perekonomian seperti terjadinya musibah, serta persaingan

antar bank atau lembaga keuangan lain. Kondisi internal memberikan gambaran

kekuatan dan kelemahan sedangkan kondisi eksternal memberikan gambaran

peluang dan ancaman bagi perusahaan (Antiningrum, 2003).

Karena itu dalam upaya mengatasi tingginya NPL LPD dalam penyaluran

kredit tersebut perlu diperhatikan berbagai hal terkait pemberian kredit. Informasi

tentang calon nasabah debitur merupakan faktor krusial dalam menentukan tingkat

risiko yang bakal dihadapi LPD. Penentuan eligible atau bankable tidaknya

seseorang atau suatu perusahaan tergantung seberapa banyak informasi akurat

yang dimiliki LPD tentang calon debitur. Selain itu adalah peningkatan mutu dari

SDM pihak LPD yang menunjang strategi pemberian kredit LPD di Kabupaten

Gianyar.

Page 18: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

18

Faktor penyebab ketidakberhasilan sebuah LPD milik desa adat di Bali

diakibatkan beberapa faktor penting di antaranya : (1) lebih banyak diakibatkan

masalah intern LPD itu sendiri. Pengelola, pengurus, pengawas termasuk

didalamnya bendesa adat belum professional dan tidak memiliki sistem

operasional prosedur (SOP) mengelola keuangan LPD. Walaupun di antara LPD

sudah memiliki SOP, akan tetapi kebanyakan dilanggar atau ada di antara oknum-

oknum di LPD melanggar SOP, sehingga tidak sedikit jumlah LPD mengalami

kerugian. Untuk mengatasi persoalan tersebut, harus ada pemikiran dalam

operasional prosedur LPD yang benar, baik dan terarah, (2) masalah eksternal

yaitu menurunnya aktivitas perekonomian yang kemudian mempengaruhi bisnis

para pengusaha maupun usaha UMKM. Daya beli mereka semakin rendah

sehingga kesulitan untuk melakukan pembayaran angsuran, (3) selain itu ada pula

LPD yang mengejar target pengucuran kredit sehingga melakukan ekspansi

berlebihan dalam menyalurkan dananya ke nasabah. Bisa juga disebabkan

kurangnya pengawasan terhadap perkembangan kinerja debitur (Batubara, 2000).

Oleh karena itu, perlu diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya

NPL pada LPD, terutama tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian

kredit. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut, perumusan ketentuan dan

penilaian dalam pemberian kredit manajemen akan lebih efektif dan efisien

sehingga dapat mengarahkan LPD dalam menekan NPLyang saat ini cukup tinggi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini

adalah:

Page 19: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

19

1) Bagaimanakah pengaruh faktor kondisi internal LPD terhadap pemberian

kredit pada LPD di Kabupaten Gianyar?

2) Bagaimanakah pengaruh faktor kondisi calon debitur LPD terhadap pemberian

kredit pada LPD di Kabupaten Gianyar?

3) Bagaimanakah pengaruh faktor kondisi eksternal LPD terhadap pemberian

kredit pada LPD di Kabupaten Gianyar?

4) Bagaimanakah pengaruh pemberian kredit terhadap NPL pada LPD di

Kabupaten Gianyar?

1.3 Tujuan Penelitian

Berkenaan dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka yang

menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1) Untuk menganalisis pengaruh faktor kondisi internal LPD terhadap pemberian

kredit pada LPD di Kabupaten Gianyar.

2) Untuk menganalisis pengaruh faktor kondisi calon debitur LPD terhadap

pemberian kredit pada LPD di Kabupaten Gianyar.

3) Untuk menganalisis pengaruh faktor kondisi eksternal LPD terhadap

pemberian kredit pada LPD di Kabupaten Gianyar.

4) Untuk menganalisis pengaruh pemberian kredit terhadap NPL pada LPD di

Kabupaten Gianyar.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat dibedakan

menjadi dua yaitu manfaat secara praktis maupun teoritis.

Page 20: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

20

1) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan

ilmupengetahuan khususnya manajemen keuangan, terutama bagi para

akademisiyang ingin menganalisis pengaruh penilaian pemberian kredit

terhadap NPL.

2) Secara praktis merupakan masukkan dan evaluasi bagi LPD di Kabupaten

Gianyar tentang strategi pemberian kredit sebagai landasan dalam mengambil

langkah dalam memperbaiki NPL.

Page 21: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Lembaga Perkreditan Desa

Prinsip otonomi daerah memberi kewenangan kepada daerah untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa

sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Desa sebagai struktur pemerintahan terendah memiliki kewenangan

untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan

asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan

negara dan berada di daerah kota/kabupaten.

Desa di Bali mempunyai tatanan yang khas, sebagaimana diatur dalam

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa Pakraman.

Desa dapat memiliki badan usaha, untuk itu pada desa-desa di Bali telah didirikan

LPD. Pendirian LPD sejalan dengan upaya pemerintah dalam rangka

pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional terutama

pengusaha kecil, menengah dan koperasi termasuk LPD di dalamnya dengan

berbasiskan ekonomi kerakyatan. Seibel (2008) menyebutkan bahwa : LPD is a

financial institution with two unique characteristics: (a) as an institution owned

and governed by the customary village (desa adat, desa pakraman), it is fully

integrated into Balinese culture; (b) like no other financial institution, it is

inclusive in outreach, covering almost all customary villages of Bali and the vast

majority of its population.

Page 22: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

22

LPD adalah lembaga keuangan dengan dua karakteristik unik : (a) sebagai

lembaga yang dimiliki dan diatur oleh desa adat, adalah sepenuhnya terintegrasi

ke dalam budaya Bali, (b) tidak seperti lembaga keuangan lain, adalah inklusif,

meliputi hampir semua desa adat Bali dan sebagian besar penduduknya. Menurut

Pasal 2 ayat (1) Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002, LPD

merupakan badan usaha keuangan milik Desa yang melaksanakan kegiatan usaha

di lingkungan Desa dan untuk Krama Desa. Lebih lanjut Pasal 17 Peraturan

Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 menyebutkan bahwa lapangan usaha

LPD mencakup :

1) Menerima/menghimpun dana dari Krama Desa dalam bentuk tabungan dan

deposito;

2) Memberikan pinjaman hanya kepada Krama Desa;

3) Menerima pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan maksimum sebesar 100

persen dari jumlah modal, termasuk cadangan dan laba ditahan, kecuali

batasan lain dalam jumlah pinjaman atau dukungan/bantuan dana;

4) Menyimpan kelebihan likuiditasnya pada BPD (Bank Pembangunan Daerah

Bali) dengan imbalan bunga bersaing dan pelayanan yang memadai.

Organisasi LPD tediri dari pengurus dan pengawas LPD. Pengurus LPD

terdiri dari Kepala, Tata Usaha dan Kasir. Sedangkan pengawas LPD terdiri dari

Ketua dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota LPD. Ketua pengawas

dijabat oleh Bendesa Adat karena jabatannya.

Page 23: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

23

Sesuai dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 16 Tahun 2008 tentang

Pengurus dan Pengawas Internal Lembaga Perkreditan Desa, tugas pengurus LPD

masing-masing adalah sebagai berikut :

1) Kepala mempunyai tugas :

a. mengkoordinir pengelolaan LPD;

b. bertanggung jawab ke dalam dan keluar, yakni bertanggung jawab atas

perkembangan pengelolaan LPD dan bertanggung jawab mewakili LPD

baik di dalam maupun di luar pengadilan;

c. mengadakan perjanjian-perjanjian kepada nasabah/kepada pihak ketiga;

d. menyusun Rencana Kerja (RK) dan Rencana Anggaran Pendapatan dan

Belanja (RAPB);

e. menentukan kebijakan operasional LPD; dan

f. menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan.

2) Tata Usaha mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi umum.

3) Kasir mempunyai tugas :

a. melaksanakan transaksi keuangan;

b. membuat berita acara uang kas; dan

c. menyimpan dan menarik dana yang ditempatkan di PT. Bank BPD Bali.

Setiap Kota/Kabupaten membentuk PLPDK (Pembina Lembaga

Perkreditan Desa Kota/Kabupaten). Di Kabupaten Gianyar terdapat dua PLPDK,

yaitu :

1) PLPDK Wilayah Gianyar Kota, meliputi wilayah Kecamatan Gianyar,

Kecamatan Blahbatuh dan Kecamatan Sukawati;

Page 24: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

24

2) PLPDK Wilayah Tegallalang, meliputi wilayah Kecamatan Tegallalang,

Kecamatan Payangan, Kecamatan Ubud, dan Kecamatan Tampaksiring.

Kedudukan LPD dalam sistem perbankan di Indonesia dijelaskan oleh

Darsana (2010) sebagai berikut : Sesuai dengan Pasal 58 dalam ketentuan

peralihan Undang Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 yang telah dirubah

dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dinyatakan sebagai berikut : Bank

Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Lumbung Putih Negeri (LPN), Lembaga

Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Kredit Usaha Rakyat Kecil

(KURK), Badan Kredit Kecamatan (BKK), Bank Karya Produk Desa (BKPD)

dan lembaga-lembaga yang disamakan dengan itu diberi status sebagai Bank

Perkreditan Rakyat.

Status LPD disamakan dengan BPR, yang berperan sebagai lembaga

mediasi, namun ada beberapa hal mendasar yang membedakan LPD dengan

lembaga keuangan lainnya, yaitu dalam pembagian keuntungan. Sesuai dengan

ketentuan Pasal 22 Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002,

pembagian keuntungan bersih LPD pada akhir tahun pembukuan ditetapkan

sebagai berikut :

1) Cadangan modal (60 persen);

2) Dana pembangunan desa (20 persen);

3) Jasa produksi (10 persen);

4) Dana pembinaan, pengawasan dan perlindungan (5 persen); dan

5) Dana sosial (5 persen).

Page 25: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

25

Selain berbeda dalam pembagian keuntungan, perbedaan lainnya adalah

adanya sanksi adat yang lainnya dikenakan kepada para nasabah (debitur) yang

menunggak. Dengan adanya sanksi adat tersebut diharapkan kesetiaan awarga

yang meminjam kredit tetap terjaga sehingga mereka membayar kredit tepat pada

waktunya. Sanksi adat tersebut umumnya disesuaikan dengan kondisi dan

keadaan sosial masing-masing desa adat (Darsana, 2010).

LPD sebagai salah satu wadah kekayaan desa, menjalankan fungsinya

dalam bentuk usaha-usaha kearah peningkatan taraf hidup krama desa dan dalam

kegiatannya banyak menunjang pembangunan desa. Usaha-usaha LPD dilakukan

dengan tujuan:

1) mendorong pembangunan ekonomi masyarakatdesa melalui kegiatan

menghimpun tabungan dan deposito dari krama desa;

2) memberantas ijon, gadai gelap dan tain-lain yang dapat dipersamakan dengan

itu;

3) menciptakan pemerataan kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan

kerja bagi kramadesa;

4) meningkatkan daya beli dan melancarkan lalu lintas pembayaran dan

peredaran uang di desa.

2.1.1 Landasan Hukum LPD

Landasan hukum pertama LPD di Bali adalah Keputusan Gubernur Kepala

Daerah Tingkat I Bali No. 972 Tahun 1984 tentang Pendirian Lembaga

Perkreditan Desa tertanggal 1 November 1984. Keputusan tersebut mengatur

ketentuan umum, pendirian, status, fungsi, tujuan, usaha, organisasi, modal,

Page 26: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

26

tanggung jawab dan ganti rugi, pembinaan dan pengawasan, serta rencana kerja

perhitungan tahunan dan penetapan penggunaan laba LPD. Landasan hukum

berikutnya adalah Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali No. 2 Tahun

1988 tentang Lembaga Perkreditan Desa yang isinya memuat hal-hal yang lebih

terperinci mencakup apa yang telah diatur dalam SK. Gubernur No. 972. Kalau

dalam peraturan sebelumnya, ditetapkan pembagian dan penggunaan laba LPD

untuk pemupukan modal setelah diadakan pembebanan-pembebanan tertentu yang

akan ditetapkan kemudian. Dalam Perda No.2 telah diperinci bahwa pembagian

laba bersih pada akhir tahun ditetapkan untuk; a) Cadangan Umum/Modal 40

persen b) Cadangan Tujuan 20 persen c) Dana Pembangunan Desa 20 persen

d) Jasa Produksi 10 persen e) Dana Pembinaan LPD 5 persen dan f) Dana Sosial

5 persen.

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 180 Tahun 1989

kemudian mengatur tentang Pendirian Pusat Lembaga Perkreditan Desa

Kecamatan (PLPDK) di Propinsi Daerah Tingkat I Bali. PLPDK bertugas

membina dan mengawasi kegiatan operasional LPD yang ada dalam wilayah

kerjanya. Dalam melaksanakan tugasnya PLPDK bertanggung jawab secara tehnis

operasional kepada BPD Bali dan secara administratif kepada tim Pembina LPD

Tingkat II dan Tingkat I Bali. Setiap bulan PLPDK menyampaikan laporan

perkembangan LPD kepada Gubernur, Ketua Bappeda, Bupati, BPD Bali, BPD

Cabang setempat dan Camat setempat. Segala biaya yang timbul sebagai akibat

penetapan keputusan mengenai PLPDK ini dibantu/dibebankan pada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Tingkat I Bali.

Page 27: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

27

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 344 Tahun 1993

mengatur penunjukan BPD Bali sebagai Pembina Teknis LPD di Bali. Dalam

keputusan ini, BPD diberi tugas untuk membina LPD, baik secara aktif maupun

secara pasif. Pembinaan aktif dilakukan dengan cara mengadakan pembinaan

langsung ke lapangan untuk mengetahui perkembangan masing-masing LPD.

Sedangkan pembinaan pasif dilakukan dengan cara mengadakan analisa terhadap

laporan keuangan yang disampaikan oleh masing-masing LPD. BPD juga

diwajibkan untuk menyampaikan laporan setiap triwulan kepada Gubernur Bali.

Segala biaya yang timbul sebagai akibat dari keputusan ini, juga dibebankan pada

APBD Propinsi Daerah Tingkat I Bali.

Keputusan-keputusan Gubernur berikutnya juga masih banyak lagi

dikeluarkan, yang pada dasarnya ditujukan untuk menyempurnakan kelembagaan

LPD. Seperti Keputusan Gubernur No. 401 Tahun 1997 tentang Pembentukan dan

Susunan Keanggotaan Badan Pembina LPD, Keputusan Gubernur No. 491 Tahun

1998 tentang Ketentuan Pembentukan, Pengangkatan dan Pemberhentian Badan

Pengawas LPD dan Keputusan Gubernur No. 13 Tahun 1999 tentang Pembagian

dan Penggunaan Keuntungan Bersih LPD. Peraturan-peraturan tersebut kemudian

selalu disempurnakan dan disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan. Peraturan

umum LPD sempat berubah dengan diberlakukannya Perda No. 8 Tahun 2002

yang disusul dengan SK. Gubernur No. 3, No. 4, No. 7, No. 8, No. 95/01-

C/HK/2003 dan No. 12 Tahun 2003.

Disamping diatur oleh peraturan-peraturan daerah di tingkat provinsi, LPD

juga diatur oleh peraturan-peraturan di tingkat kabupaten dan kota. Di Kabupaten

Page 28: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

28

Badung misalnya terdapat Perda Kabupaten Badung No. 19 Tahun 2001 tentang

LPD, SK. Bupati Badung No. 238 Tahun 2003 tentang Pembentukan Badan

Pembina LPD Kabupaten dan Kecamatan, SK Bupati Badung No. 774 dan No.

789 Tahun 2003 tentang PLPDK di Kabupaten Badung, SK. Bupati Badung No.

909 Tahun 2003 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Dana Bergulir LPD.

Sekretaris Daerah Kabupaten juga mengeluarkan beberapa Surat Edaran

menyangkut batas maksimum usia pengurus, Rencana Kerja dan Anggaran

Pendapatan, serta pedoman Petunjuk Teknis Operasional LPD.

Secara positif berbagai peraturan yang ada, memang telah memberikan

landasan hukum yang kuat bagi kelembagaan dan operasional LPD. Namun

sayangnya, masih ada beberapa peraturan yang menyangkut LPD terasa selit

untuk diterapkan dan tumpang tindih antara yang dikeluarkan oleh Pemerintah

Provinsi dengan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten. Pada awal tahun

2007 misalnya para legislator di Renon, mempermasalahkan tidak tersetornya

dana pembinaan LPD di Kabupaten Badung ke Bank Pembangunan Daerah Bali

dengan menggunakan Perda Kabupaten sebagai acuan. Setelah melalui

perundingan panjang, khususnya dengan Kabupaten Badung, Perda Provinsi No.8

Tahun 2002 Tentang LPD akhirnya direvisi pada tanggal 13 Maret 2007.

2.1.2 Konsep Dasar LPD

Filosofi yang menjadi konsep dasar dari LPD adalah konsep Tri Hita

Karana. Tri Hita Karana adalah konsep dari ajaran agama Hindu dimana dalam

konsepnya mengajarkan mengenai keseimbangan antara manusia dengan Tuhan,

manusia dengan manusia, serta manusia dengan alam (Madra, 2013).

Page 29: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

29

a) Parahyangan (Hubungan manusia dengan Tuhan)

Parahyangan merupakan konsep pertama dari filosofi Tri Hita Karana,

Parahyangan berarti hubungan manusia dengan Tuhan, dalam ajaran

Parahyangan manusia diajarkan akan keseimbangan antara rasa puji syukur

kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan) karena telah memberikan segala

karunianya kepada manusia, dan dalam ajaran ini manusia dituntun agar

menunaikan kewajibannya sebagai mahluk ciptannya sebagai timbal balik atas

kenikmatan yang diberikannya (Widana, 2002).

b) Pawongan (Hubungan manusia dengan manusia)

Pawongan adalah konsep kedua dari filosofi Tri Hita Karana, dalam ajaran

pawongan manusia diajak untuk bersikap harmonis antara manusia satu dengan

manusia lainnya. Bagi penganut agama Hindu terdapat keyakinan bahwa

semua manusia memiliki harkat dan martabat yang sama dan perbedaan antar

manusia terletak pada karmanya. Ajaran Karma Yoga menekankan bahwa

hanya dengan bekerja (karma) manusia dapat mencapai tujuan dan hakekat

hidup (Gunawan, 2011).

c) Palemahan (Hubungan manusia dengan alam)

Palemahan adalah konsep ketiga dari filosofi Tri Hita Karana, dalam konsep

Palemahan diajarkan untuk menghargai alam sebagai sumber dimana semua

mahluk hidup mendapat penghidupan. LPD sebagai suatu organisasi yang

berperan untuk mensejahterakan masyarakat desa pakraman tentunya tak lepas

juga dari pengaruh alam sebagai sumber penghidupannya. Fungsi alam yang

sangat penting sebagai sumber penghidupan manusia tersebut sangat

Page 30: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

30

berpengaruh terhadap pembentukan sikap dan prilaku manusia dalam

kehidupannya baik secara individual maupun organisasi, sehingga sebagai

manusia harus selalu dijaga kelestariannya. Karena SDM dapat menunjang

keberhasilan dari LPD itu sendiri.

2.1.3 Faktor Kondisi Internal LPD

Kredit merupakan produk suatu lembaga keuangan di mana hingga saat ini

masih merupakan aktiva produktif yang memberikan pendapatan utama kegagalan

sebuah LPD karena mengandung risiko tinggi yang dapat mempengaruhi tingkat

kesehatan dan kelangsungan hidup suatu lembaga keuangan. Jika dibandingkan

dengan lembaga keuangan lain, hanya LPD yang belum secara menyeluruh dan

teratur menerapkan standar kesehatan yang baku sebagaimana telah diterapkan

pada BPR dan usaha simpan pinjam koperasi. Padahal, untuk menerapkan standar

yang serupa diperlukan waktu yang cukup panjang, baik dalam perancangan

konsep maupun dalam implementasinya.

Standar kesehatan setiap lembaga perantara keuangan di Indonesia selalu

mengacu pada konsep CAMEL (Capital / permodalan, Asset quality / kualitas

aktiva produktif, Management / manajemen, Earning / keuntungan/rentabilitas,

dan Liquidity / likuiditas). Konsep terpadu ini telah teruji kemampuannya di

seluruh dunia karena konsep ini sesungguhnya diadopsi dari BIS (Bank for

International Settlements).

Dalam implementasi konsep CAMEL pada usaha perbankan tentu berbeda

dengan CAMEL pada usaha simpan pinjam oleh koperasi. Demikian pula kalau

diterapkan pada usaha LPD, tentu diperlukan penyesuaian-penyesuaian agar

Page 31: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

31

sejalan dengan kelembagaan, misi dan fungsi LPD. Namun, apapun penyesuaian

yang diperlukan, komponen kesehatan LPD tidak boleh lepas dari hal-hal pokok

yang diatur dalam konsep CAMEL tersebut. Penilaian faktor-faktor CAMEL dan

bobotnya pada LPD disajikan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Faktor-faktor Yang Dinilai Untuk Mengukur Kesehatan LPD dan Bobotnya

Faktor yang Dinilai Komponen Bobot

1. Capital

(Permodalan)

Rasio modal terhadap aktiva

tertimbang menurut resiko

30%

2. Asset Quality

(Kualitas Aktiva

Produktif)

a. Rasio aktiva yang diklasifikasikan

terhadap aktiva produktif

30%

b. Rasio penyisihan penghapusan

aktiva produktif yang dibentuk LPD

terhadap penyisihan wajib dibentuk

10%

3. Management

(Manajemen)

a. Manajemen Umum 0 %

b. Manajemen Resiko 0 %

4. Earnings

(Rentabilitas)

a. Rasio laba terhadap total aset 10%

b. Rasio biaya operasional terhadap

pendapatan operasional

10%

5. Liquidity

(Likuiditas)

a. Rasio alat likuid terhadap hutang

lancar

5%

b. Rasio kredit terhadap dana yang

diterima

5%

Sumber : Lembaga Pengembangan dan Pelatihan LPD (LPP-LPD), 2013

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Pembangunan Daerah (BPD)

Bali Nomor 0303.102.2004.2, penilaian tingkat kesehatan LPD di Bali dengan

menggunakan konsep CAMEL. Unsur manajemen tidak memiliki bobot penilaian

karena penilaian terhadap tingkat kesehatan LPD dilakukan oleh LPD

bersangkutan dengan laporan keuangan LPD sebagai dasarnya, sehingga LPD

dianggap belum mampu menilai pelaksanaan manajemen LPD bersangkutan.

Untuk lebih jelasnya penilaian unsur CAEL pada LPD adalah sebagai berikut :

1) Capital (Permodalan)

Page 32: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

32

Penilaian terhadap faktor permodalan pada lembaga keuangan

biasanya didasarkan pada rasio modal terhadap Aktiva Produktif Menurut

Risiko (ATMR). Modal merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi

LPD dalam rangka mengembangkan usaha serta untuk menjaga kemungkinan

risiko kerugian, perlindungan terhadap dana nasabah, dan risiko kredit macet.

Rasio umum yang diwajibkan untuk tingkat kecukupan modal (Capital

Adequency Ratio/CAR), dengan rumus :

CAR = ATMR

PelengkapModalIntiModal x 100% ………………………………..(1)

2) Assets (Aktiva)

Penyaluran dana kepada masyarakat dalam jumlah yang cukup dan

terjamin kelancaran pengembaliannya merupakan hal yang pokok untuk

mendukung kesehatan LPD. Keterkaitan sistem dan prosedur pengembalian

pinjaman dengan hukum adat (awig-awig) tidak akan banyak artinya bagi

kualitas aktiva produktif bila manajemen LPD tidak dapat menjalankan hukum

tersebut sampai pada tataran implementasi. Karenanya, diperlukan ketegasan

dan ketegaran segala peraturan yang telah ditetapkan tanpa pandang bulu

terhadap seluruh nasabahnya. Dana cadangan penghapusan yang dibentuk

minimal sama dengan pinjaman macet dan sebagian pinjaman macet periode

sebelumnya, harus dapat ditarik pada periode berjalan.

Rasio yang digunakan untuk mengukur kualitas aktiva produktif

adalah rasio aktiva yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif, dengan

rumus :

Page 33: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

33

KAP1 = Aktiva Produktif yang diklasifikasikan x 100 % ……………... (2)

Aktiva Produktif

Selain rasio tersebut, diukur juga dengan rasio cadangan penyisihan

penghapusan aktiva produktif yang dibentuk terhadap cadangan penghapusan

aktiva produktif yang wajib dibentuk, dengan rumus :

KAP2 = CPRR yang dibentuk x 100 % ………………………………(3)

CPRR wajib dibentuk

Keterangan : CPRR = Cadangan Pinjaman Ragu-Ragu

3) Earnings (Rentabilitas)

Keuntungan atau kemampulabaan sangat berguna bagi kemampuan

LPD untuk memberikan balas jasa terhadap masyarakat yang telah bersedia

menyetorkan modal digunakan untuk mengembangkan usaha dan

menyalurkan dana sosial kepada lingkungannya. Sangat tidak sehar bila LPD

mengeluarkan dana sosial, tetapi dana tersebut berasal dari tabungan

masyarakat atau peminjam LPD pada lembaga lainnya. Karenanya, paling

tidak ada tiga aspek yang harus dijaga pada kesehatan laba LPD. Pertama,

terdapat rasio yang wajar antara laba dengan pendapatan operasional. Kedua,

terdapat rasio yang wajar antara laba dengan total kekayaan yang digunakan

untuk memperoleh laba tersebut. Ketiga, rasio positif yang wajar antara

pendapatan operasional dengan biaya operasional.

Penilaian terhadap rentabilitas LPD dilakukan dengan rasio laba tahun

buku berjalan terhadap rata-rata volume usaha/aset, dengan rumus :

ROA = AsetrataRata

BerjalanBukuTahunLaba

x 100%.......................................................(4)

Page 34: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

34

Selanjutnya diukur juga dengan rasio biaya operasional tahun buku

berjalan terhadap pendapatan operasional dalam periode yang sama, dengan

rumus :

BOPO = BerjalanBukuTahunlOperasionaPendapa

BerjalanBukuTahunlOperasionaBiaya

tanx 100%....................(5)

4) Liquidity

Sebagai lembaga keuangan yang sangat membutuhkan kepercayaan

masyarakat, LPD seharusnya sangat pantang terhadap kesulitan likuiditas.

Kesulitan likuiditas adalah “tumor ganas” bagi kesehatan LPD. Likuiditas

menunjukkan perbandingan antara kekayaan lancar dan utang lancar. Bagi

LPD, likuiditas yang penting adalah adanya rasio yang wajar antara pinjaman

yang diberikan dengan dana yang diterima (Loan to Deposit Ratio/LDR).

Sangat tidak wajar apabila LPD sampai menyalurkan dana melebihi dana yang

diterimanya pada setiap tahun.

Rasio yang digunakan untuk menilai likuiditas LPD adalah rasio alat

likuiditas terhadap hutang lancar (rasio likuiditas) dan rasio pinjaman yang

diberikan terhadap dana yang diterima (Rasio LDR), masing-masing dengan

rumus sebagai berikut:

Cash Ratio = )(

tan

segerakewajibanLancarPassiva

bankdiPenempaKas x 100 %........................(6)

LDR = ialditerimaDana

diberikanyangPinjaman

intmodx 100 %..............................................(7)

Page 35: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

35

2.1.4 Faktor Kondisi Eksternal LPD

Menurut Djiwandono (1994), faktor eksternal yang mempengaruhi

pemberian suatu kredit adalah lingkungan perekonomian, serta persaingan antar

bank atau lembaga keuangan lain. Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara

dapat mempengaruhi iklim usaha. Semakin buruk perekonomian maka akan

berdampak pada semakin terpuruknya kegiatan usaha. Oleh karena itu, perlu

diperhatikan faktor-faktor ekonomi yang memberikan pengaruh terhadap kegiatan

usaha maupun pengembangannya seperti siklus bisnis, suku bunga, tingkat inflasi

dan investasi.

Peningkatan gaya hidup masyarakat di era globalisasi juga memicu

munculnya beragam lembaga keuangan yang menawarkan berbagai produk,

terutama kredit. Selain lembaga keuangan bank umum, ada juga Bank Perkreditan

Rakyat (BPR), serta Koperasi. Oleh karena itu, terjadilan persaingan antar

lembaga keuangan dalam memperoleh nasabah.

2.2 Pemberian Kredit

Pemberian kredit merupakan salah satu kegiatan LPD dalam usahanya

sebagai lembaga yang dipercaya untuk berperan dalam mendorong pertumbuhan

ekonomi rakyat. Dalam hal ini, LPD memberikan bantuan modal kepada

masyarakat desa adat untuk memenuhi kebutuhannya terutama kebutuhan modal

kerja melalui sarana kredit.

2.2.1 Pengertian Kredit

Menurut asal mulanya, kata “kredit” berasal dari Bahasa Yunani

“Credereí” yang artinya kepercayaan (trust of faith), atau dalam bahasa Latin

Page 36: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

36

“Creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Karena itu dasar dari

pemberian kredit ialah kepercayaan. Seseorang atau suatu badan yang

memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa si penerima kredit (debitur) akan

sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan pada masa yang akan

datang. Apa yang telah dijanjikan itu dapat berupa barang, uang atau jasa.

Di dalam pemberian kredit terdapat dua belah pihak yang berkepentingan

dan terlibat secara langsung. Pihak pertama yaitu pihak yang berkelebihan uang

atau surplus dana yang disebut sebagai pihak pemberi kredit (kreditur), dan pihak

yang kedua adalah pihak yang kekurangan dana atau defisit dana yang disebut

sebagai pihak penerima kredit (debitur). Bilamana terjadi pemberian kredit berarti

pihak yang berkelebihan dana memberikan dananya (prestasi) kepada pihak yang

memerlukan dana dan pihak yang memerlukan dana berjanji akan mengembalikan

dana tersebut disuatu waktu tertentu di masa yang akan datang.

Menurut Eric L. Kohler seperti yang dikutip dari Silaen (1994), pengertian

kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan

suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan atau

ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati. Sinungan (1998)

mendefinisikan kredit sebagai suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak lain dan

prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa yang akan datang disertai

dengan suatu kontraprestasi berupa bunga.

Pengertian kredit dalam arti ekonomi adalah suatu penundaan pembayaran

dari prestasi yang diberikan seseorang, baik dalam bentuk barang, uang maupun

jasa. Artinya uang atau barang diterima sekarang dan dikembalikan pada masa

Page 37: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

37

yang akan datang. Kredit erat kaitannya dengan pengadaan modal suatu badan

usaha, dimana dalam menjalankan usahanya pihak manajemen berusaha untuk

memperoleh tambahan modal dari berbagai sumber, termasuk diantaranya melalui

kredit. Menurut Pasal 1 butir 11 Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998, kredit

adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan

pihak lain, yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah

jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil

keuntungan.

Kredit adalah penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan

sekarang, baik dalam bentuk barang, uang maupun jasa keuntungan atau bunga

yang diperoleh dari pemberi kredit untuk memelihara kelangsungan usaha dan

memperluas usahanya (Tohar, 2000). Berdasarkan pengertian kredit di atas, dapat

dilihat bahwa unsur kredit yang utama adalah kepercayaan dan waktu.

Kepercayaan dalam hal ini adalah bahwa pemberi kredit berkeyakinan bahwa

prestasi (uang, jasa atau barang) yang diberikannya kepada debitur akan benar-

benar diterimanya kembali di masa yang akan datang. Unsur waktu adalah bahwa

antara pemberian kredit dan pengembaliannya dibatasi oleh waktu tertentu.

Menurut Suyatno (1997), bahwa ada empat unsur-unsur kredit, yaitu unsur

kepercayaan, waktu, degree of risk dan prestasi. Kepercayaan adalah suatu

keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam

jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. Waktu adalah suatu masa yang

memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima

Page 38: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

38

pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu, terkandung pengertian nilai

agio yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan

diterima pada masa yang akan datang.

Unsur degree of risk merupakan suatu tingkat risiko yang akan dihadapi

sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian

prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama

kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat risikonya. Dengan adanya unsur

risiko ini, maka timbulah jaminan dalam pemberian kredit. Prestasi atau objek

kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dalam bentuk barang

atau jasa. Namun karenakehidupan modern sekarang ini didasarkan kepada uang,

maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering dijumpai

dalam praktek perkreditan.

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kredit

mengandung (Suyatno,1997).

1) Adanya penyerahan uang atau tagihan atau dapat juga berupa barang yang

menimbulkan suatu tagihan kepada pihak lain.

2) Adanya rasa saling mempercayai antara kedua belah pihak bahwa masing-

masing pihak akan mematuhi kewajibannya seperti yang tertera dalam

perjanjian.

3) Adanya kesepakatan bersama mengenai jangka waktu pelunasan hutang dan

bunga.

4) Adanya harapan akan suatu tambahan nilai dari pokok pinjaman berupa bunga

sebagai pendapatan bagi lembaga keuangan yang bersangkutan.

Page 39: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

39

2.2.2 Unsur-unsur Kredit

Berdasarkan pengertian kredit yang ada dapat diketahui bahwa kredit

diberikan atas dasar kepercayaan. Dengan demikian suatu lembaga kredit hanya

bersedia memberikan prestasi apabila lembaga tersebut benar-benar yakin bahwa

penerima kredit akan mampu mengembalikannya sesuai dengan jangka waktu dan

syarat-syarat yang telah disetujui bersama. Tanpa keyakinan itu maka lembaga

kredit tidak akan meneruskan simpanan masyarakat yang diterimanya.

Unsur-unsur yang terdapat dalam kredit adalah :

1) Kepercayaan

Kepercayaan adalah suatu keyakinan pemberi kredit bahwa prestasi yang

diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa, akan benar-benar

diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

2) Waktu

Waktu ialah suatu masa yang memisahkan antara waktu pemberian prestasi

dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.

Jangka waktu kredit dapat kita bagi atas tiga kategori :

a. Jangka pendek : < 1 tahun

b. Jangka menengah : 1 – 3 tahun

c. Jangka panjang : > 3 tahun

3) Degree of Risk

Degree of Risk yakni suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat

dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian kredit dengan

kontra prestasi yang akan diterima di kemudian hari. Risiko timbul bagi si

Page 40: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

40

pemberi kredit karena uang/barang/jasa telah lepas kepada orang lain.

Semakin lama kredit diberikan, maka semakin tinggi pula tingkat risikonya.

Dengan adanya risiko ini maka timbulah jaminan dalam pemberian kredit.

4) Prestasi dan Kontraprestasi

Prestasi merupakan objek kredit yang diberikan krditur kepada debitur, tidak

hanya dalam bentuk uang tetapi juga dalam bentuk barang atau jasa.

Sedangkan kontraprestasi merupakan imbalan berupa bunga yang dibayarkan

oleh debitur kepada kreditur sebagai akibat dari penggunaan fasilitas kredit

dimana bunga kredit ini merupakan pendapatan utama bagi kreditur.

5) Kreditur

Kreditur adalah orang atau badan yang memiliki uang, barang atau jasa, yang

bersedia meminjamkannya kepada pihak lain.

6) Debitur

Debitur merupakan orang atau badan yang berfungsi sebagai pihak yang

memerlukan atau meminjam uang, barang atau jasa.

7) Jaminan

Jaminan adalah barang atau aktiva berwujud yang diberikan debitur kepada

bank sebagai usaha dalam mengantisipasi berbagai risiko yang mungkin

timbul akibat dari pemberian kredit. Nilai jaminan ini selalu lebih besar

daripada jumlah kredit yang diberikan. Tujuannya ialah agar apabila debitur

tidak sanggup melunasi kreditnya maka pihak kreditur dapat menyita jaminan

tersebut sebagai pembayaran sisa kredit yang tidak sanggup dilunasi. Berbeda

dengan lembaga keuangan lain, LPD merupakan lembaga keuangan yang

Page 41: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

41

tidak memerlukan jaminan, karena sanksi bagi debitur yang tidak melunasi

kredit lebih cenderung pada sanksi adat.

2.2.3 Prinsip-prinsip Pemberian Kredit

Sebelum suatu kredit dikucurkan, terlebih dahulu suatu lembaga keuangan

akan melakukan penilaian melalui suatu prosedur terhadap nasabah yang

memohon kredit untuk memperoleh keyakinan bahwa kredit yang disalurkan pasti

akan kembali. Penilaian tersebut mencakup kriteria-kriteria tertentu dan

mempunyai ukuran-ukuran yang menjadi standar setiap bank. Penilaian oleh

lembaga keuangan adalah untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak,

dilakukan melalui analisis 5C dan 7P (Rahman, 1995).

Penilaian dengan analisis 5C adalah sebagai berikut:

a) Character

Character merupakan sifat atau watak calon debitur (nasabah) yang dilihat

dari latar belakang pekerjaan ataupun yang bersifat pribadi seperti gaya hidup,

keadaan keluarga, hobby dan jiwa sosial nasabah. Berdasarkan sifat dan watak

tersebut diambil suatu kesimpulan tentang kemampuan nasabah untuk

membayar kredit.

b) Capital

Untuk mengetahui apakah penggunaan modal usaha oleh nasabah sudah

efektif atau tidak, hal ini dilihat dari laporan keuangan nasabah, serta melihat

sumber-sumber modal nasabah berapa persen modal sendiri dan modal

pinjaman.

Page 42: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

42

c) Capacity

Capacity merupakan analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah untuk

membayar kredit. Kemampuan ini dilihat dari kemauan nasabah dalam

mengelola bisnis yang didasarkan pada latar belakang pendidikan dan

pengalaman dalam mengelola usahanya.

d) Condition

Suatu penilaian untuk memprediksi kondisi ekonomi, sosial, politik untuk

masa yang akan datang, juga menilai prospek di bidang usaha yang akan

dibiayai apakah benar-benar baik sehingga kemungkinan kredit untuk macet

relatif kecil.

e) Collateral

Merupakan jaminan yang diberikan calon debitur, baik yang bersifat fisik

maupun non fisik. Biasanya nilai jaminan lebih besar dari jumlah kredit yang

diberikan. Jaminan juga perlu diteliti keabsahannya sehingga bila terjadi

masalah, suatu jaminan tersebut dapat dipergunakan secepat mungkin.

Penilaian 7P terdiri dari :

a) Personality

Penilaian nasabah dari segi kepribadiannya berdasarkan tingkah laku sehari-

hari maupun kepribadiannya masa lalu.

b) Party

Mengklasifikasikan nasabah kedalam golongan-golongan tertentu berdasarkan

modal, loyalitas serta karakternya. Nasabah yang diklasifikasikan ke dalam

golongan tertentu akan memperoleh fasilitas yang berbeda dari bank.

Page 43: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

43

c) Purpose

Penelitian untuk mengetahui tujuan nasabah untuk mengambil kredit,

termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan nasabah mengajukan

kredit dapat bermacam-macam, misalnya untuk investasi, modal kerja,

konsumsi, produksi dan lain-lain.

d) Prospect

Menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah menguntungkan atau

tidak.

e) Payment

Merupakan ukuran kemampuan nasabah untuk mengembalikan kredit yang

telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit.

Semakin banyak sumber penghasilan nasabah semakin baik, sehingga apabila

salah satu usahanya rugi dapat ditutupi dengan pendapatan dari usaha lainnya.

f) Profitability

Untuk menganalisa bagaimana kemampuan nasabah dalam memperoleh laba.

Profitability diukur dari periode ke periode apakah tetap sama atau semakin

meningkat.

g) Protection

Tujuannya adalah bagaimana untuk menjaga agar kredit yang diberikan

mendapat jaminan perlindungan sehingga kredit yang diberikan benar-benar

aman. Jaminan perlindungan yang diberikan nasabah dapat berupa jaminan

barang, jaminan orang atau jaminan asuransi.

Page 44: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

44

2.3 Kredit Bermasalah

2.3.1 Pengertian Kredit Bermasalah

Perkembangan pemberian kredit yang paling tidak menggembirakan bagi

pihak bank adalah apabila kredit yang diberikannya ternyata menjadi kredit

bermasalah. Hal ini terutama disebabkan oleh kegagalan pihak debitur memenuhi

kewajibannya untuk membayar angsuran (cicilan) pokok kredit beserta bunga

yang telah disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian kredit. (Lukman, 2001).

Ada beberapa pengertian kredit bermasalah (Veitzal, 2005), yaitu :

1) Kredit yang di dalam pelaksanaannya belum mencapai/memenuhi terget yang

diinginkan oleh pihak kreditur;

2) Kredit yang memiliki kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari bagi

kreditur dalam arti luas;

3) Mengalami kesulitan di dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya, baik

dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya dan atau pembayaran bunga,

denda keterlambatan serta ongkos-ongkos kreditur yang menjadi beban

nasabah yang bersangkutan;

4) Kredit dimana pembayaran kembalinya dalam bahaya, terutama apabila

sumber-sumber pembayaran kembali yang diharapkan diperkirakan tidak

cukup untuk membayar kembali kredit sehingga belum mencapai/memenuhi

target yang diinginkan oleh kreditur;

5) Kredit dimana terjadi cidera janji dalam pembayaran kembali sesuai

perjanjian, sehingga terdapat tunggakan, atau ada potensi kerugian di

Page 45: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

45

perusahaan nasabah sehingga memiliki kemungkinan timbulnya resiko di

kemudian hari bagi kreditur dalam arti luas;

6) Mengalami kesulitan di dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya terhadap

kreditur, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya, pembayaran

bunga, pembayaran ongkos-ongkos kreditur yang menjadi beban nasabah yang

bersangkutan;

7) Kredit golongan perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet serta

golongan lancar yang berpotensi menunggak.

2.3.2 Penggolongan Kredit Bermasalah

Kredit bermasalah menggambarkan suatu situasi dimana persetujuan

pengembalian kredit mengalami resiko kegagalan, bahkan menunjukkan kepada

kreditur akan memperoleh rugi yang potensial.

Ada beberapa penggolongan kredit bermasalah yaitu:

1) Kredit bermasalah yang masih mempunyai prospek

Kredit bermasalah yang masih mempunyai prospek adalah kredit yang

diberikan kepada nasabah yang sedang mengalami kesulitan yang setelah

diidentifikasi dan dievaluasi permasalahannya disimpulkan bahwa nasabah

masih mempunyai harapan untuk memperbaiki kolektabilitas kreditnya.

2) Kredit bermasalah yang sudah tidak mempunyai prospek

Kredit bermasalah yang sudah tidak mempunyai prospek adalah kredit yang

diberikan kepada nasabah yang mengalami kesulitan yang setelah

diidentifikasi dan dievaluasi permasalahannya disimpulkan bahwa nasabah

sudah tidak ada harapan lagi untuk memperbaiki kolektabilitas kreditnya dan

Page 46: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

46

sumber pelunasan kreditnya hanya diharapkan dari usaha lain atau menjual

jaminan/kekayaan perusahaan.

2.3.3 Sebab-sebab Terjadinya Kredit Bermasalah

Pada kenyataannya tidak semua kredit yang diberikan kepada debitur

memberikan keuntungan atau laba pada LPD. Hal ini disebabkan dimana kredit

yang telah diberikan menjadi macet. Kredit macet ini merupakan beban bagi LPD

karena akan mempengaruhi kelangsungan usaha dan tingkat kesehatan LPD. Ada

berbagai faktor yang dapat menyebabkan kredit menjadi macet, secara garis besar

dapat dibedakan atas faktor kondisi eksternal (Sutojo, 2000), yakni:

a) Calon debitur

Kredit juga bisa menjadi macet karena kesalahan calon debitur di dalam

mengelola keuangannya seperti terlalu banyak berinvestasi, terlalu terburu-

buru dalam melakukan ekspansi usaha, atau dalam usaha perdagangan terlalu

banyak menimbun stok barang tanpa memperhitungkan kelancaran perputaran

barang dagangannya. Hal ini bisa menyebabkan modal yang diberikan

mengendap pada pembelian barang tersebut, sementara pendistribusian atau

permintaan pasar berkurang bahkan tidak ada sama sekali. Tentu saja dengan

kondisi seperti ini tidak akan menguntungkan pengusaha dan akhirnya

menyebabkan ketidakmampuan mengembalikan pinjaman LPD.

Demikian juga kredit macet pada jenis kredit konsumsi atau costumer loan

bisa terjadi karena adanya pemutusan hubungan kerja kepada karyawan,

sehingga gaji ataupun sumber pembayaran pinjaman kepada bank sudah tidak

ada lagi.

Page 47: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

47

b) Faktor dari kreditur

Berbagai ketentuan perundang-undangan yang menjadi koridor bagi LPD

dalam melakukan kegiatan usaha penyaluran dana. Seperti ketentuan

mengenai batas maksimum pemberian kredit (BMPK), rasio pemberian kredit

dilihat dari nilai jaminan yang diberikan dan berbagai aturan lainnya. Namun

kadang kala petugas dan pengambil keputusan pemberian kredit tidak

memperhatikan hal tersebut.

c) Faktor dari luar debitur dan kreditur (ekstern)

Kredit macet bisa terjadi karena faktor diluar dari pihak debitur maupun

kreditur. Faktor eksternal ini misalnya karena terjadinya krisis moneter,

kerusuhan massal, terjadinya bencana seperti gempa bumi, banjir, kebakaran

dan kejadian-kejadian lainnya.

Menurut Siamat (2001) ada beberapa indikasi yang dapat digunakan untuk

mendeteksi awal kredit yang mengalami masalah. Indikasi kemungkinan

terjadinya kredit bermasalah dapat dibedakan dari dua sumber, indikasi internal

dan eksternal.

1) Indikasi internal, terdiri atas :

a. Perkembangan kondisi keuangan yang cenderung berlawanan dari

proyeksi yang diharapkan.

b. Terjadi penundaan pembayaran cicilan pokok dan bunga.

c. Ada anggota eksekutif perusahaan yang mengundurkan diri.

d. Meningkatnya penggunaan fasilitas overdraft.

Page 48: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

48

e. Permintaan penambahan kredit tanpa menyertakan data-data keuangan

yang lengkap dan mutahir.

f. Permohonan perpanjangan atau penjadwalan ulang.

g. Usaha nasabah terlalu ekspansif.

h. Debitur menghindari penyampaian informasi keuangan pada saat diminta

2) Indikasi eksternal, terdiri dari :

a. Adanya penyelidikan dari lembaga keuangan lain.

b. Kreditur lain melakukan tindakan proteksi, misalnya penambahan dan

pengikatan barang jaminan secara normal.

c. Kegagalan perusahaan membayar pajak.

d. Pemogokan buruh (pekerja) secara terorganisasi.

e. Peluncuran produk baru oleh pesaing.

2.3.4 Penyelamatan Kredit Bermasalah

Sekalipun usaha-usaha pencegahan telah dilakukan agar kredit tidak macet

atau bermasalah tidak mustahil bahwa kemacetan kredit tetap terjadi karena

alasan-alasan tertentu. Bila kredit sudah bermasalah maka pertama-tama bank

akan memikirkan dan mencari upaya penyelesaian kredit sesuai dengan jalur

hukum.

Upaya-upaya penyelamatan kredit bermasalah menurut lembaga keuangan

secara umum dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

1) Rescheduling (Peninjauan kembali)

Page 49: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

49

Rescheduling yaitu melakukan perubahan syarat-syarat perjanjian kredit atau

jangka waktu kredit, termasuk masa tenggang, baik perubahan angsuran

maupun tidak.

2) Reconditioning (Persyaratan kembali)

Reconditioning yaitu melakukan perubahan atas sebagian atau seluruh syarat-

syarat perjanjian kredit yang tidak terbatas hanya pada perubahan jadwal

angsuran ataupun jangka waktu kreditnya, perubahan ini tanpa tambahan

kredit.

3) Restructuring (Penataan kembali)

Restructuring yaitu melakukan perubahan syarat-syarat perjanjian kredit,

dapat berupa pemberian tambahan kredit atau melakukan penjadwalan atas

seluruh atau sebagian dari tunggakan bunga.

Upaya represif ini hanya mungkin dilaksanakan jika debitur masih bersifat

kooperatif, dalam arti masih ada niat debitur untuk menyelesaikan kredit, namun

terbentur pada kemampuannya untuk dapat menyelesaikan dalam waktu singkat

sebagaimana disepakati dalam perjanjian kredit.

Upaya-upaya penyelamatan kredit bermasalah menurut LPD dapat

dilakukan dengan cara : pemanggilan pelaku kredit macet yang kemudian di bawa

ke Paruman Desa untuk melakukan musyawarah dan penentuan sanksi yang

dihadiri oleh Bendesa Pakraman, Kelian Banjar, Kepala Desa dinas. Kebanyakan

kredit macet yang terjadi di LPD disebabkanoleh kelalaian yang dilakukan oleh

pengurus LPD yang memberikan kredit kepada krama di luar desa pakraman.

Cara penjatuhan sanksi kepada oknum pengurus LPD yang telah terbukti bersalah

Page 50: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

50

telah memberikan kredit kepada nasabah di luar desa pakraman merupakan

konsekuensi yang harus diterima oleh oknum pengurus tersebut sebagai

tanggungjawab pengurus, karena untuk nasabah di luar desa pakraman tidak

mungkin dilakukan penjatuhan sanksi adat. Kondisi ini dikarenakan otonomi yang

dimilikinya, sanksi adat hanya bersifat lokalitas, artinya hanya dapat diterapkan

kepada seluruh krama desa pakraman yang telah melakukan kesalahan, sehingga

pertanggungjawabannya harus dipikul oleh oknum pengurus yang telah

melakukan kesalahan. Penjatuhan sanksi adat oleh prajuru pakraman melalui

paruman desa kepada warganya yang telah melakukan kesalahan seperti pada

kasus kredit macet.

2.3.5 Dampak Kredit Bermasalah

Menurut Siamat (2001:174) dampak negatif dari kredit bermasalah yang

sangat berpengaruh terhadap kesehatan operasi bisnis adalah sebagai berikut.

1) Menurunkan profitabilitas usaha

Kredit bermasalah merupakan harta operasional LPD yang tidak produktif,

tidak menghasilkan bunga dan penghasilan lain. Apabila tidak dikelola dengan

baik akan menimbulkan kerugian. LPD yang dirongrong kredit bermasalah

akan turun profitabilitasnya, akibatnya citra kesehatan operasi mereka di

masyarakat, dunia perbankan, dan di mata bank sentral dapat menurun.

2) Menambah beban biaya operasional

Peraturan Gubernur Bali Nomor 11 tahun 2013 LPD mengklasifikasikan

kredit bermasalah sebagai aktiva produktif LPD yang diragukan

kolektabilitasnya. Untuk menjaga agar para deposan tidak ikut merugi karena

Page 51: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

51

aktiva itu tidak dapat ditagih lagi, setiap LPD harus memenuhi kecukupan

modal minimum 12 persen (dua belas persen). Kecukupan modal

sebagaimana dimaksud ditentukan berdasarkan perbandingan antara modal

LPD dengan ATMR.

3) Menurunkan persentase Capital Adequency Ratio (CAR)

Seperti halnya terjadi pada setiap jenis perusahaan, kerugian akan mengurang

jumlah modal sendiri. Hanya saja pada bank umum kerugian itu akan

membawa dampak yang lain, yaitu menurunkan persentase CAR. Apabila

CAR turun sampai dibawah ketentuan pemerintah, bank yang bersangkutan

harus menambah dana cair untuk menaikkan modal kerja sendiri mereka.

Bilamana mereka tidak dapat melakukan hal itu, peringkat kesehatan operasi

bisnis mereka di mata bank sentral akan mengalami penurunan.

2.3.6 Kolektabilitas Kredit dan Non Performing Loan (NPL)

Perkreditan memainkan peranan penting dalam dunia perbankan serta

dapat pula dijadikan indikator dalam menentukan tingkat kesehatan suatu lembaga

keuangan yang bersangkutan. Mengapa demikian? Karena apabila kredit yang

disalurkan mengalami kemacetan dalam pengembaliannya akan membawa efek

pendapatan LPD yang menurun, turunnya kepercayaan masyarakat terhadap

kemampuan manajemen LPD tersebut serta turunnya kesehatan LPD.

Kolektabilitas menurut Abdullah (2005), merupakan penggolongan kredit

berdasarkan kategori tertentu guna memantau kelancaran pembayaran kembali

(angsuran) oleh debitur. Kolektabilitas adalah penggolongan kredit atau pinjaman

dengan membagi atau memisah-misahkan kredit atau pinjaman berdasarkan

Page 52: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

52

kelancaran atau ketidaklancaran pengembalian kredit atau pinjaman tersebut baik

pokok maupun bunganya (Silaen, 1994). Maksud dari ketentuan penggolongan

kredit berdasarkan kolektabilitas ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan

gambaran yang nyata tentang keadaan dan kondisi kredit atau pinjaman yang telah

diberikan kepada masyarakat sebagai pemakai dana tersebut. Di samping itu juga

dapat diketahui apakah LPD yang bersangkutan memang dengan serius

menangani perkreditannya atau hanya bersikap pasif.

Kolektabilitas Kredit atau Kualitas Aktiva Produktif dalam bentuk Kredit

dalam penelitian ini ditetapkan dalam 4 (empat) golongan sesuai dengan Peraturan

Gubernur Bali, tanggal 7 Maret 2013, yaitu : Lancar, Kurang Lancar, Diragukan

dan Macet.

Menurut Silaen (1994) tujuan penggolongan kredit berdasarkan

Kolektabilitasnya adalah :

1) untuk memungkinkan LPD mengetahui dan mempunyai gambaran tentang

keadaan distribusi kredit yang diberikannya;

2) untuk memungkinkan LPD menilai sendiri solvabilitasnya;

3) untuk menentukan besarnya cadangan piutang ragu-ragu; dan

4) sebagai informasi bagi masyarakat desa adat setempat.

Menurut Tangkilisan (2003) berdasarkan kolektabilitasnya, kredit dapat

dikelompokkan ke dalam 5 (lima) golongan, yaitu :

1) Lancar (pass), apabila memenuhi kriteria :

a. Angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; dan

b. memiliki mutasi rekening yang aktif; atau

Page 53: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

53

c. bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash sollateral)

2) Dalam perhatian khusus (special mention), apabila memenuhi kriteria :

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum

melampaui 90 hari; atau

b. kadang-kadang terjadi cerukan; atau

c. mutasi rekening relatif aktif; atau

d. jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang telah diperjanjikan; atau

e. didukung oleh pinjaman baru.

3) Kurang lancar (sub standard), apabila memenuhi kriteria :

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui

90 hari; atau

b. sering terjadi cerukan; atau

c. frekuensi mutasi rekening relatif rendah; atau

d. tejadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari;

atau

e. terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; atau

f. dokumentasi pinjaman yang lembah.

4) Diragukan (doubtful), apabila memenuhi kriteria :

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui

180 hari; atau

b. terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau

c. terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau

d. terjadi kapitalisasi bunga; atau

Page 54: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

54

e. dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun

pengikatan jaminan.

5) Macet (loss), apabila memenuhi kriteria :

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui

270 hari; atau

b. kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau

c. dari segi hukum maupun kondisi pasar jaminan tidak dapat dicairkan pada

nilai wajar.

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia (Surat Keputusan Direksi BI

No.7/2/PBI), kualitas kredit berdasarkan kolektabilitas tersebut dibagi dalam dua

kelompok, yaitu :

1) NPL (Non Performing Loan), dikatakan baik dengan syarat maksimal 5

persen dari total kredit (NPL ≤ 5 persen)

2) PL (Performance Loan), dikatakan baik dengan syarat minimal 95 persen dari

total kredit (PL > 95 persen)

Berikut ini rumus perhitungan persentase NPL dan PL :

NPL = KreditTotal

MacetKreditDiragukanKreditLancarKurangKredit x100%.......(8)

PL = KreditTotal

khususperhatiandalamKreditLancarKredit x 100%..........................(9)

Dalam penelitian ini, kredit dalam perhatian khusus digolongkan dalam

kredit lancar, sehingga kredit yang diberikan oleh LPD terdiri atas kredit lancar,

kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet. Bramantyo dan Ronny

(2007) melakukan penelitian terhadap 223 BPR dan 917 nasabah sampel yang

Page 55: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

55

tersebar di tujuh wilayah di Indonesia yaitu Jabotabek, Jawa Barat, Jawa Tengah,

Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat

dengan tujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya NPL

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan

terdapat 12 penyebab terjadinya NPL baik dari kondisi internal BPR maupun dari

kondisi eksternal BPR. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:

1) Integritas pemilik, pengurus dan pegawai BPR berupa intervensi yang

bersumber pada tiga hal: ketidakjelasan prosedur, ketidakdisiplinan pencatatan,

dan kurangnya perhatian dan pengawasan pemilik.

2) Kompetensi pemilik dan pengurus, baik terhadap ketentuan Bank Indonesia

maupun dalam menjalankan proses bisnis BPR.

3) Pergantian direksi BPR yang dapat menyebabkan perpindahan nasabah

dengan Kolektabilitas yang lancar.

4) Kompetensi pegawai BPR dalam menerapkan prosedur, penerapan 5C,

pengawasan dan penanganan kredit bermasalah, dan administrasi.

5) Pembayaran dengan pemotongan gaji dari tabungan, sekalipun efektif tetapi

menimbulkan potensi penyimpangan.

6) Pembayaran kredit dengan jemputan dapat berdampak negatif.

7) Strategi pemasaran BPR yang masih lemah dan perlu mendapat perhatian.

8) Perlunya peningkatan penggunaan analisis pemberian kredit yang lebih baik

dan konsisten.

9) Pengikatan agunan yang tidak hati-hati.

10) Tidak mempertimbangkan kondisi nasabah

Page 56: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

56

11) Kerjasama pemberian kredit dengan pihak luar.

12) Sistem dan mekanisme pengawasan dan program recovery kredit.

Untuk mampu berperan sebagai badan usaha yang tangguh dan mandiri,

BPR melalui usaha pemberian kreditnya harus mampu meningkatkan efektivitas

strategi pemberian kredit dan berusaha sebaik mungkin mengurangi risiko

kegagalan kredit. Jika diteliti lebih dalam, kegagalan pemberian kredit, dilihat dari

tingginya NPL terutama disebabkan oleh kurang efektif dan efisiennya strategi

yang digunakan.

2.4 Hubungan Antara Faktor Internal LPD dengan pemberian kredit di

LPD

Kredit yang diberikan kepada debitur tidak seluruhnya merupakan kredit

lancar. Pada kenyataannya sering terjadi kasus kredit tidak lancar atau kredit

macet yang akan meningkatkan NPL suatu lembaga keuangan penyedia kredit.

Menurut Sutojo (2000), dalam kaitannya dengan NPL yang merupakan indikator

kredit macet, faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian kredit adalah faktor

internal kreditur, faktor debitur, dan faktor eksternal. Kosmidou (2008)

berpendapat bahwa keadaan internal LPD dapat dinilai dari tingkat kesehatan

LPD. Semakin baik tingkat kesehatan suatu LPD maka akan menopang

kemampuan suatu LPD dalam memberikan kredit. Tingkat kesehatan LPD

menggambarkan kondisi keuangan dan seberapa baik LPD tersebut melakukan

manajemen.

Page 57: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

57

2.5 Hubungan Antara Kondisi Eksternal LPD dengan pemberian kredit dan

NPL

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali

Nomor 0303.102.2004.2, penilaian tingkat kesehatan LPD di Bali dengan

menggunakan konsep CAEL, yang meliputi unsur Capital (Permodalan), Asset

Quality (Kualitas Aktiva Produktif), Earnings (Rentabilitas), dan Liquidity

(Likuiditas). Faktor debitur juga memegang peran penting dalam pemberian

kredit. Menurut Rachman (1995), penilaian terhadap kelayakan calon nasabah

dilakukan melalui analisis 5C (Character, Capital, Capacity, Condition,

Collateral), namun pada LPD, tidak dilakukan analisis terhadap collateral, karena

mengajukan kredit di LPD tidak memerlukan jaminan.

Menurut Djiwandono (1994), faktor eksternal yang mempengaruhi

pemberian suatu kredit adalah lingkungan perekonomian, faktor alam, serta

persaingan antar bank atau lembaga keuangan lain. Bila kondisi faktor eksternal

semakin baik dapat dikatakan perekonomian masyarakat juga membaik.

Kosmidou (2008) berpendapat bahwa bila tingkat kemakmuran masyarakat

meningkat, maka diharapkan akan semakin tinggi permintaan dan penawaran akan

pinjaman dan tabungan dari masyarakat kepada LPD. Tingginya tingkat

permintaan dan penawaran akan pinjaman dan tabungan memiliki pengaruh yang

positif terhadap pemberian kredit.

Penilaian dalam pemberian kredit harus dilakukan dengan baik karena

akan menentukan kolektabilitas kredit yang diberikan. Bila penilaian dalam

pemberian kredit tidak dilakukan dengan baik, maka kredit macet akan meningkat

diindakasikan dengan NPL tinggi, demikian juga sebaliknya bila penilaian dalam

Page 58: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

58

pemberian kredit dilakukan secara tidak cermat, maka angka kredit macet akan

mengalami penurunan dan NPL juga rendah.

2.6 Keaslian Penelitian

Hasil penelitian terdahulu sangat penting sebagai bahan perbandingan dan

referensi dalam suatu penulisan. Adapun studi empirik terdahulu yang mendukung

terhadap penelitian yang akan dilakukan terdapat empat topik penelitian, yaitu

hubungan antara kondisi internal BPR dan pemberian kredit, kondisi calon debitur

BPR dan pemberian kredit, kondisi eksternal BPR dan pemberian kredit serta

pemberian kredit dan NPL. Dalam penelitian ini, objek yang penulis teliti adalah

pada Lembaga Perkreditan Rakyat (LPD) yang juga merupakan suatu lembaga

keuangan yang menyediakan kredit. Adapun uraian mengenai 4 topik tersebut

adalah sebagai berikut :

1) Penelitian tentang pengaruh kondisi internal terhadap pemberian kredit

a. Penelitian yang dilakukan oleh Voordeckers dan Steijvers (2003) dengan

metode analisis model continuation-ratio logit justru menunjukkan bahwa

pada usaha kecil dan menengah di Belgia kondisi internal yang ada di

dalam perusahaan berpengaruh positif terhadap terbentuknya strategi yang

ada di bagian kredit. Fedorenko, Schäfer, dan Talaveran (2007) juga

mengungkapkan di Taiwan sistem-sistem internal yang digunakan oleh

bank dalam memberikan kreditnya berpengaruh positif terhadap jangka

waktu dalam pemberian kredit. Penelitian ini menggunakan analisis model

empiris.

Page 59: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

59

b. Ono dan Uesugi (2005) meneliti usaha peminjaman uang berskala kecil

dan menengah di Jepang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kondisi

internal perusahaan berpengaruh negatif terhadap strategi pemberian

kredit, dimana terlalu banyak campur tangan dari pemilik / pengelola

dalam menjalankan strategi yang dijalankan sehingga banyak strategi yang

dibuat untuk kepentingan pribadi. Hal tersebut didukung pula oleh

penelitian yang dilakukan oleh Leora Klapper (2001). Kedua penelitian

tersebut menggunakan analisa regresi linear.

2) Penelitian tentang pengaruh kondisi calon debitur terhadap pemberian kredit

a. Hasil penelitian Jiménez, Lopez, dan Saurina (2007), kondisi calon debitur

seperti kondisi spesifik calon debitur turut mempengaruhi manajemen

dalam menentukan strategi yang akan dijalankan oleh suatu lembaga

keuangan. Hasil tersebut diperoleh dari penelitian yang dilakukan di

Spanyol. Demikian juga yang diungkapkan oleh Kyaw (2008) yang

melakukan penelitian pada lembaga keuangan yang melakukan

pembiayaan pada sektor usaha kecil dan menengah di Myanmar dengan

menggunakan analisis deskriptif kuantitatif.

b. Elsas dan Krahnen (2002) dengan analisis model empiris mendapatkan

hasil bahwa kondisi calon debitur berpengaruh negatif terhadap pemberian

kredit, yang justru mempunyai pengaruh adalah kondisi internal atau

kondisi yang ada di perusahaan tersebut. Selain itu, yang bisa mengetahui

kondisi pasti suatu bank adalah pihak internalnya sendiri, sehingga mampu

menyusun strategi-starategi untuk memaksimalkan kinerjanya, sehingga

Page 60: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

60

dapat dikatakan strategi yang dijalankan suatu bank harus berdasarkan

sistem yang ada dalam bank tersebut. Hal tersebut didukung pula oleh

penelitian yang dilakukan oleh Takang Felix Achou dan Ntui Claudine

Tenguh (2008). Penelitian tersebut menggunakan analisis regresi linear.

3) Penelitian tentang hubungan antara kondisi eksternal terhadap pemberian

kredit

a. Dengan metode analisis empiris Jiménez, Lopez, dan Saurina (2007),

kondisi eksternal seperti kondisi pasar secara umum turut mempengaruhi

manajemen dalam menentukan strategi yang akan dijalankan oleh suatu

lembaga keuangan. Hasil tersebut diperoleh dari penelitian yang dilakukan

di Spanyol. Hasil yang sama diperoleh juga dari penelitian yang dilakukan

oleh Leora Klapper (2001) dengan menggunakan analisa regresi linear.

b. Voordeckers dan Steijvers (2003) dengan metode analisis model

continuation-ratio logit justru menunjukkan bahwa pada usaha kecil dan

menengah di Belgia kondisi lingkungan di luar perusahaan berpengaruh

negative terhadap terbentuknya strategi yang ada di bagian kredit. Hal

tersebut didukung pula oleh penelitian yang dilakukan oleh Takang Felix

Achou dan Ntui Claudine Tenguh (2008). Penelitian tersebut

menggunakan analisa regresi linear.

4) Penelitian tentang hubungan antara pemberian kredit dan NPL

a. Penelitian di lembaga keuangan di Amerika oleh Manove, Padilla, dan

Pagano (2001) dengan menggunakan data equilibrium menunjukkan

bahwa strategi pemberian kredit justru meningkatkan rasio NPL. Hal

Page 61: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

61

tersebut juga diungkapakan oleh Jessica Petersson dan Isac Wadman

(2004) yang meneliti pasar kredit di Italia dan Swedia dengan

menggunakan media interview. Dari dua penelitian di atas terungkap

bahwa NPL lebih dipengaruhi oleh faktor di luar manajemen, seperti

keadaan pasar yang terlambat diantisipasi oleh strategi yang dibuat oleh

manajemen dalam memaksimalkan kinerja perusahaan, terutama menekan

rasio NPL.

b. Menurut Chen (2003), yang meneliti perilaku lembaga keuangan di Cina,

strategi pemberian kredit justru mempunyai pengaruh negatif terhadap

NPL. Dimana strategi pemberian kredit yang baik dinilai mampu membuat

nilai menurunkan nilai NPL, dalam hal ini strategi pemberian kredit dan

NPL mempunyai arah yang berlawanan. Demkian juga yang diungkapkan

oleh Hwang dan Wu (2006) yang melakukan penelitian di Taiwan. Kedua

penelitian ini sama-sama menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Penelitian lain terkait LPD oleh Candraningsih (2005) dengan mengambil

sampel sebanyak 30 LPD di Kabupaten Badung menunjukkan hanya 3 (tiga) LPD,

yaitu LPD Angantaka, LPD Sibang Kaja, dan LPD Lukluk yang kualitas aktiva

produktifnya memenuhi persyaratan sehat. Sebaliknya 27 LPD yang kualitas

aktiva produktifnya kurang sehat yang lebih banyak diakibatkan oleh

kolektabilitas kreditnya terlalu banyak berkateori kurang lancar, diragukan dan

macet.

Page 62: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

62

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

LPD merupakan lembaga keuangan lokal masyarakat hukum adat Bali

yang memberikan kemudahan kepada komunitasnya. Peran LPD dalam memenuhi

beban kehidupan masyarakat sangat penting, sebab masyarakat hukum adat tidak

tersentuh dalam program-program keuangan pemerintah pusat. Perkembangan

LPD di Bali sepanjang tahun 2010 memang cukup meyakinkan. Berdasarkan data

Bank Indonesia, perkembangan LPD mampu mengungguli BPR. Hanya sepanjang

tahun 2010 angka kredit macet atau NPL bergerak mendekati 10 persen.

Berdasarkan data BI akhir tahun lalu angka NPL LPD mencapai 9,64 persen. Saat

ini ambang toleransi terhadap kredit macet dari Bank Indonesia mencapai lima

persen (Bisnis Bali, 27 Januari 2011).

Kendati LPD dianggap lembaga non bank, namun tingginya angka kredit

macet tetap mengundang kekhawatiran. Secara aturan perbankan, LPD tidak akan

dikenakan sanksi apabila angka kredit macet di atas angka kredit macet perbankan

nasional, namun angka tersebut sangat berbahaya bagi penyaluran kredit, karena

akan membuat LPD yang bersangkutan kesulitan memperoleh permodalan.

Struktur permodalan LPD berbeda dengan struktur permodalan bank umum

maupun BPR. Bank secara berkala selalu diberikan bantuan permodalan oleh

pemilik modal untuk penguatan struktur perbankan. Sedangkan LPD tidak

ada yang membantu permodalan, sehingga penyaluran kredit oleh LPD menjadi

lebih riskan. Jika LPD memiliki angka kredit macetnya cukup tinggi dan tidak

Page 63: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

63

mendapat penguatan modal, maka LPD tersebut terancam tutup dengan

sendirinya. Untuk itulah maka strategi pemberian kredit LPD merupakan suatu hal

yang penting untuk dikaji mengingat dampak kredit macet sangat penting bagi

keberlangsungan suatu LPD. Untuk lebih jelasnya tentang kerangka berpikir

dalam penelitian ini pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1

Kerangka Berpikir Penelitian Analisis Pengaruh Faktor Internal dan

Eksternal terhadap Jumlah Kredit dan Dampaknya Terhadap Non

Performing Loan (NPL) Pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) – Desa Adat

di Kabupaten Gianyar

Berdasarkan Gambar 3.1 dapat dijelaskan hubungan tentang keberadaan

LPD yang berperan penting dalam kehidupan masyarakat di Bali sebagai salah

satu lembaga keuangan yang memberikan kredit. Pemberian kredit dipengaruhi

oleh kondisi internal LPD, kondisi calon debitur LPD serta kondisi eksternal LPD.

Pemberian kredit juga akan berpengaruh terhadap nilai NPL. Kredit macet sendiri

Faktor Internal

Kondisi Internal LPD

(X!)

Faktor Eksternal 1

Kondisi Calon Debitur LPD

Keberadaan LPD

sebagai lembaga

keuangan lokal

Non Performing Loan

(NPL)

(X

Memberikan

Layanan Kredit

Pemberian Kredit

(X

Faktor Eksternal 2

Kondisi Eksternal

LPD

Tingkat

Kesehatan LPD

Page 64: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

64

akan ikut menentukan tingkat kesehatan LPD, sehingga menentukan keberadaan

LPD.

3.2 Konsep Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka, pemberian kredit suatu lembaga keuangan

(dalam hal ini LPD) dipengaruhi secara langsung oleh kondisi internal LPD,

kondisi calon debitur LPD, dan kondisi eksternal LPD tersebut dan secara tidak

langsung berdampak terhadap NPL yang dicapai suatu LPD.

Kondisi internal LPD terdiri atas : permodalan, kualitas aktiva produktif,

rentabilitas dan likuiditas. Kondisi calon debitur LPD dapat dilihat dari :

character, capital, capacity dan condition calon debitur. Kondisi eksternal LPD

terdiri atas : faktor alam, perkembangan perekonomian, dan faktor persaingan

usaha. Faktor-faktor pemberian kredit meliputi unsur : kepercayaan, jangka

waktu, degree of risk, dan kontra prestasi. NPL merupakan rasio yang

dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengukur resiko

kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. Kredit yang diminta atau yang

disalurkan masyarakat akan cenderung menurun jika sebuah bank melihat ada

indikasi bahwa tingkat resiko NPL terlalu tinggi karena pada dasarnya bank tidak

atau berhati-hati dalam menanggung resiko yang terjadi di kemudian harinya.

Untuk lebih jelasnya kerangka konsep dalam penelitian ini dijelaskan pada

Gambar 3.2.

Gambar 3.2 menunjukkan indikator-indikator dari faktor kondisi internal

LPD, kondisi calon debitur LPD, kondisi eksternal LPD, dan pemberian kredit.

Pemberian kredit dipengaruhi oleh faktor kondisi internal LPD, kondisi calon

Page 65: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

65

debitur LPD, dan kondisi eksternal LPD. Selanjutya pemberian kredit

mempengaruhi NPL.

Gambar 3.2

Kerangka Konsep Penelitian Analisis Pengaruh Faktor Internal dan

Eksternal terhadap Jumlah Kredit dan Dampaknya Terhadap Non

Performing Loan (NPL) Pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) – Desa Adat

di Kabupaten Gianyar

Faktor Internal

Kondisi Internal LPD

(X1)

Permodalan

(x1.1)

Rentabilitas

(x1.3)

Aktiva Produktif

(x1.2)

Likuiditas

(x1.4)

Faktor Eksternal 1

Kondisi Calon

Debitur LPD

(X2)

Character

(x2.1)

Capacity

(x2.3)

Capital

(x2.2)

Condition

(x2.4)

Faktor Eksternal 2

Kondisi Eksternal LPD

(X3)

Perkembangan

Perekonomian

(x3.1)

Faktor

Persaingan

Usaha

(x32)

Pemberian

Kredit

(X4)

Kepercayaan

(x4.1)

Jangka Waktu

(x4.2)

Degree of risk

(x4.3)

Kontra Prestasi

(x4.4)

Non

Performing

Loan/NPL

(Y)

Page 66: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

66

3.3 Hipotesis

Chandra Dewi (2009) menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi

strategi pemberian kredit dan dampaknya terhadap NPL pada BPR di Provinsi

Jawa Tengah, hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pemberian kredit

sangat berpengaruh signifikan terhadap NPL. Semakin baik strategi yang

digunakan, maka semakin rendah rasio NPL. Dalam penelitian ini akan dianalisis

hubungan antara kondisi internal LPD, kondisi calon debitur LPD, kondisi

eksternal LPD dengan pemberian kredit serta dampaknya terhadap NPL LPD.

Rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1) Faktor kondisi internal LPD berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pemberian kredit pada LPD di Kabupaten Gianyar.

2) Faktor kondisi calon debitur LPD berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pemberian kredit pada LPD di Kabupaten Gianyar.

3) Faktor kondisi eksternal LPD berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pemberian kredit pada LPD di Kabupaten Gianyar.

4) Pemberian kredit berpengaruh positif dan signifikan terhadap NPL pada LPD

di Kabupaten Gianyar.

Page 67: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

67

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Adapun rancangan penelitian yang akan dilaksanakan dapat dilihat dalam

Gambar 4.1.

Gambar 4.1

Rancangan Penelitian Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal terhadap

Jumlah Kredit dan Dampaknya Terhadap Non Performing Loan (NPL) Pada

Lembaga Perkreditan Desa (LPD) – Desa Adat di Kabupaten Gianyar

Simpulan

Metode Analisis Data

Dengan menggunakan analisis SEM (dengan AMOS). Uji data meliputi uji normalitas; uji

outliers; dan kovarians. Uji model meliputi : Goodness of fit test dan uji pengaruh.

Metode Pengumpulan Data

1) Metode Dokumentasi

2) Wawancara terstruktur (kuesioner)

Sumber Data Data Primer : Melalui Wawancara dan

Kuesioner

Data Sekunder : Laporan LPD

Prosedur Pengumpulan Data

Variabel Penelitian 1. VariabeI kondisi internal LPD, dengan indikator: Capital, Assets, Earnings, Liquidity

2. Variabel kondisi eksternal debitur LPD, dengan indikator: Character, Capital, Capacity,

Condition

3. Variabel kondisi eksternal LPD, dengan indikator: perkembangan perekonomian; dan faktor

persaingan usaha.

4. Variabel pemberian kredit, dengan indikator: kepercayaan, jangka waktu, degree of risk,

kontra prestasi.

5. Non Performing Loan

Hipotesis

1. Kondisi faktor internal LPD berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemberian kredit.

2. Kondisi faktor eksternal debitur LPD berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemberian kredit.

3. Kondisi faktor eksternal LPD berpengaruh positif dan signifikan terhadap penilaian pemberian kredit.

4. Pemberian kredit berpengaruh positif dan signifikan terhadap NPL pada LPD di Kabupaten Gianyar.

Peraturan Daerah No 3 tahun 2007 tentang Lembaga Perkreditan Rakyat

(LPD)

Page 68: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

68

Variabel pengumpulan data dilakukan dengan menentukan sumber data

serta metode pengumpulan data. Selanjutnya data yang dikumpulkan dianalisis

untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan sehingga diperoleh simpulan dalam

penelitian ini.

4.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Gianyar dengan alasan bahwa

Kabupaten Gianyar memiliki 18,1 persen dari jumlah LPD di seluruh Bali. Rata-

rata nilai NPL LPD Kabupaten Gianyar per 31 Desember 2013 juga di atas 5

persen, yaitu 10,3 persen. Selain itu di Kabupaten Gianyar terdapat LPD dengan

kondisi yang heterogen, dimana terdapat LPD yang sangat baik dengan aset

mencapai Rp 93,75 Milyar hingga LPD yang hanya memiliki aset senilai Rp

15.500.000,00. Dengan beragamnya kondisi LPD diharapkan penelitian dapat

mewakili LPD dalam berbagai kondisi.

4.3 Penentuan Sumber Data

4.3.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang berasal langsung dari data yang

dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung dengan permasalahan

yang diteliti (Indriantoro dan Supomo, 2002). Data primer diperoleh melalui

kuesioner yang disebarkan dimana kuesioner tersebut berisi pertanyan-pertanyan

yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian yaitu kondisi internal LPD,

kondisi calon debitur LPD, kondisi eksternal LPD, pemberian kredit, serta NPL.

Page 69: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

69

Data sekunder adalah data yang ada kaitannya dengan masalah yang

diteliti, dimana data ini akan mendukung sumber-sumber yang mendukung

penelitian (Indriantoro dan Supomo, 2002). Data sekunder diperoleh dari data

internal LPD yang terdapat dalam dokumen laporan LPD. (PLPDK Gianyar Kota

dan PLPDK Kecamatan Payangan), publikasi terbatas yang terkait, hasil temuan

lapangan serta data dokumen-dokumen yang diperlukan untuk penyusunan

penelitian dan mendukung terhadap permasalahan yang diteliti, seperti laporan

neraca LPD, laporan laba rugi LPD, laporan kesehatan LPD dan laporan

klasifikasi pinjaman LPD.

4.3.2 Populasi dan Sampel

Indriantoro dan Supomo (2002) mengatakan bahwa populasi adalah

kumpulan individu atau proyek penelitian yang memiliki kualitas-kualitas serta

ciri-ciri yang telah ditetapkan. Berdasarkan kualitas dan ciri tersebut, populasi

dapat dipahami sebagai kelompok individu atau obyek pengamatan yang minimal

memiliki satu persamaan karakteristik. Populasi yang akan diteliti dalam

penelitian ini adalah seluruh LPD di Kabupaten Gianyar pada tahun 2013, yaitu

sebanyak 269 unit, namun 5 (lima) LPD tidak beroperasi lagi, sehingga populasi

penelitian ini sebanyak 264 unit LPD. Sampel diambil sebanyak 118 unit LPD.

Berdasarkan penilaian atas kinerja LPD di Gianyar, dari 264 LPD di Gianyar telah

dikelompokkan berdasarkan 4 (empat) kategori yang terdiri dari 193 LPD

berkategori sehat, 27 LPD berkategori cukup sehat, 24 LPD berkategori kurang

sehat dan 20 LPD berkategori tidak sehat. Data selengkapnya disajikan dalam

Tabel 4.1.

Page 70: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

70

Tabel 4.1

Jumlah Populasi Penelitian Berdasarkan Wilayah Kecamatan dan Kategori

(Keadaan Per Desember 2013)

No. Kecamatan Jumlah

LPD

Populasi

LPD Berdasarkan Kategori

Sehat

Cukup

Sehat

Kurang

Sehat

Tidak

Sehat

1. Gianyar 38 33 3 - 2

2. Blahbatuh 34 30 3 - 1

3. Sukawati 32 27 2 1 2

4. Payangan 48 24 10 10 4

5. Tampaksiring 36 24 6 6 -

6. Tegallalang 44 29 1 7 7

7. Ubud 32 26 2 - 4

Jumlah 264 193 27 24 20

Sumber : Bagian Ekonomi Setda Kabupaten Gianyar, 2014

Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang

relatif sama dan dianggap bisa mewakili populasi (Sutrisno, 1993). Penelitian

survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan

menggunakan daftar pertanyaan sebagai alat mengumpulkan data (Singarimbun,

1989).

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala

LPD dan Ketua Pengawas LPD di Kabupaten Gianyar. Sesuai dengan alat analisis

yang digunakan yaitu SEM, maka penentuan jumlah sampel yang representatif

menurut Hair dalam Ferdinand (2002) adalah tergantung pada jumlah indikator

dikalikan dengan 5-10. Sedangkan untuk teknik Maximum Likelihood (ML)

Estimation, jumlah sampel yang representatif berkisar antara 100-200 sampel.

Jumlah sampel yang terlalu besar justru akan menyulitkan untuk mendapat model

yang cocok. Jumlah indikator dalam penelitian ini adalah 15, sehingga sampel

yang representatif sejumlah 80-160.

Page 71: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

71

Dalam hal ini sampel yang diambil secara purposive sebagai responden penelitian

merupakan pengurus dan pengawas LPD di Kabupaten Giayar. Jadi, jumlah

sampel dalam penelitian ini adalah 118 LPD di Kabupaten Gianyar. Pada masing-

masing LPD yang akan diteliti adalah dua orang yaitu, satu orang pengurus selaku

kepala LPD, dan satu orang krama desa selaku ketua pengawas LPD. Jumlah LPD

yang akan diteliti di setiap kota/kabupaten ditentukan dengan kuota tertentu, atau

dipilih dengan purposive sampling dengan mempertimbangkan jumlah LPD yang

tergolong berhasil dan kurang/tidak berhasil di masing-masing kabupaten/kota.

Dengan demikian jumlah seluruh responden dalam penelitian ini berjumlah 236

responden, yang masing-masing dua orang responden yaitu pengurus selaku

kepala LPD dan krame desa selaku ketua pengawas LPD. Metode pengambilan

sampel baik untuk responden pengurus selaku kepala LPD, dan ketua pengawas

LPD akan dipilih dengan menggunakan non probability sampling yaitu

accidental sampling. Dengan demikian dalam penelitian ini teknik sampling yang

digunakan adalah kombinasi antara purposive sampling dan accidental sampling

baik untuk dua jenis responden tersebut maupun informan yang dibutuhkan guna

melengkapi informasi yang diperlukan.

Strata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi kesehatan LPD

(sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat). Sampel diambil secara

proporsional pada setiap strata, sehingga sebaran sampel dalam penelitian ini

dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Page 72: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

72

Tabel 4.2

Jumlah Sampel Penelitian Berdasarkan Kategori (Strata)

No. Kecamatan Jumlah

LPD

Sampel

LPD Berdasarkan Kategori

Sehat

Cukup

Sehat

Kurang

Sehat

Tidak

Sehat

1. Blahbatuh 34 30 3 - 1

2. Payangan 48 24 10 10 4

3. Tampaksiring 36 24 6 6 -

Jumlah 118 78 19 16 5

Sumber : Data Tabel 4.1 yang diolah, 2014

4.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010).

Penelitian ini menggunakan model persamaan struktural atau SEM. SEM

merupakan teknik-tehnik statistika yang memungkinkan pengujian suatu

rangkaian hubungan yang relatif kompleks secara simultan dan berjenjang.

Hubungan yang kompleks dapat dibangun antara satu atau beberapa variabel

dependen dengan satu atau beberapa variabel independen. Mungkin juga terdapat

suatu variabel yang berperan ganda yaitu sebagai variabel independen pada suatu

hubungan, namun menjadi variabel dependen pada hubungan lain mengingat

adanya hubungan kausalitas yang berjenjang.

Di dalam SEM ada dua jenis variabel yaitu variabel laten (latent/construct

variable) dan variabel indikator (indicator variable). Variabel laten adalah

variabel yang tidak bisa diukur secara langsung (unobservable), sedangkan

variabel indikator bisa diukur secara langsung (observable). Variabel indikator ini

Page 73: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

73

merupakan pembentuk variabel laten. Variabel laten dan variabel indikator dalam

penelitian ini sesuai pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3

Variabel Penelitian

No. Variabel Laten Konsep Variabel Indikator Notasi

1. Kondisi Internal

LPD

(X1)

Kondisi internal LPD

ditunjukkan oleh kondisi

kesehatan LPD. Menurut SK

Direksi BPD Bali, tingkat

kesehatan LPD diukur

dengan unsur CAEL

Permodalan (capital) X1.1

Kualitas aktiva produktif

(assets) X1.2

Rentabilitas (earning) X1.3

Likuiditas (liquidity) X1.4

2. Kondisi Calon

Debitur LPD

(X2)

Sebelum memberikan kredit,

LPD melakukan penilaian

terhadap calon debitur

melalui analisis 5C

Character X2.1

Capital X2.2

Capacity X2.3

Condition X2.4

3. Kondisi

Eksternal LPD

(X3)

Menurut Djiwandono (1994),

faktor ekstenal yang

mempengaruhi pemberian

kredit adalah lingkungan

perekonomian serta

persaingan usaha

Perkembangan

perekonomian X3.1

Faktor persaingan usaha X3.2

4. Pemberian Kredit

(X4)

Menurut Suyatno (1997),

dalam pemberian kredit ada

empat unsur kredit, yaitu

kepercayaan, waktu, degree

of risk dan prestasi

Kepercayaan X4.1

Jangka Waktu X4.2

Degree of Risk X4.3

Kontra Prestasi X4.4

5. NPL

(Y)

NPL merupakan persentase

kredit bermasalah terhadap

total kredit yang disalurkan

Non Performing

Loan/NPL Y

Sumber : Djiwandono (1994), Suyatno (1997)

Variabel laten dapat dibedakan atas variabel laten dependen dan variabel

laten independen. Variabel laten dependen adalah variabel laten yang dipengaruhi

oleh variabel laten lainnya, sedangkan variabel laten independen adalah variabel

laten yang mempengaruhi variabel laten lainnya. Variabel laten independen dalam

penelitian ini adalah variabel kondisi internal LPD, kondisi calon debitur LPD dan

kondisi eksternal LPD. Sedangkan variabel laten dependen dalam penelitian ini

Page 74: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

74

adalah pemberian kredit. Variabel NPL merupakan variabel terukur dengan

membandingkan nilai total kredit tidak lancar dengan nilai total kredit yang

disalurkan pada periode tertentu.

Definisi masing-masing variabel indikator secara lebih jelasnya adalah

sebagai berikut.

1. Permodalan (X1.1)

Aspek permodalan adalah menilai permodalan yang dimiliki LPD didasarkan

kepada kewajiban penyediaan modal minimum LPD.

2. Aktiva Produktif (X1.2)

Aktiva produktif atau productive assets atau sering disebut dengan earning

asset adalah semua aktiva yang dimiliki oleh LPD dengan maksud untuk dapat

memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya.

3. Rentabilitas (X1.3)

Keuntungan atau kemampulabaan sangat berguna bagi kemampuan LPD

untuk memberikan balas jasa terhadap masyarakat yang telah bersedia

menyetorkan modal digunakan untuk mengembangkan usaha dan

menyalurkan dana sosial kepada lingkungannya.

4. Likuiditas (X1.4)

Likuiditas menunjukkan perbandingan antara kekayaan lancar dan utang

lancar. Bagi LPD, likuiditas yang penting adalah adanya rasio yang wajar

antara pinjaman yang diberikan dengan dana yang diterima (Loan to Deposit

Ratio/LDR).

Page 75: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

75

5. Character (X2.1)

Character merupakan sifat atau watak calon debitur (nasabah) yang dilihat

dari latar belakang pekerjaan ataupun yang bersifat pribadi seperti gaya hidup,

keadaan keluarga, hobby dan jiwa sosial nasabah. Berdasarkan sifat dan watak

tersebut diambil suatu kesimpulan tentang kemampuan nasabah untuk

membayar kredit.

6. Capital (X2.2)

Untuk mengetahui apakah penggunaan modal usaha oleh nasabah sudah

efektif atau tidak, hal ini dilihat dari laporan keuangan nasabah, serta melihat

sumber-sumber modal nasabah berapa persen modal sendiri dan modal

pinjaman.

7. Capacity (X2.3)

Capacity merupakan analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah untuk

membayar kredit. Kemampuan ini dilihat dari kemauan nasabah dalam

mengelola bisnis yang didasarkan pada latar belakang pendidikan dan

pengalaman dalam mengelola usahanya.

8. Condition (X2.4)

Suatu penilaian untuk memprediksi kondisi ekonomi, sosial, politik untuk

masa yang akan datang, juga menilai prospek di bidang usaha yang akan

dibiayai apakah benar-benar baik sehingga kemungkinan kredit untuk macet

relatif kecil.

9. Perkembangan perekonomian (X3.1)

Page 76: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

76

Perkembangan perekonomian seperti pertumbuhan ekonomi suatu kabupaten,

akan mempengaruhi iklim usaha sehingga berpengaruh juga terhadap

pengajuan kredit.

10. Faktor persaingan usaha (X3.2)

Persaingan usaha yang dimaksud adalah persaingan usaha antar lembaga

keuangan yang menyediakan kredit, seperti bank maupun koperasi.

11. Kepercayaan (X4.1)

Kepercayaan adalah suatu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi

yang diberikannya baik dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan

datang.

12. Jangka waktu (X4.2)

Jangka waktu kredit adalah suatu masa yang memisahkan antara pemberian

prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan

datang.

13. Degree of risk (X4.3)

Unsur degree of risk merupakan suatu tingkat risiko yang akan dihadapi

sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian

prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima di kemudian hari. Semakin

lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat risikonya.

14. Kontra prestasi (X4.4)

Kontra prestasi kredit pada umumnya disebut bunga kredit, tidak saja

diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dalam bentuk barang atau jasa.

Namun karena kehidupan modern sekarang ini didasarkan kepada uang, maka

Page 77: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

77

transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering dijumpai

dalam praktek perkreditan.

15. Non Performing Loan /NPL (Y)

Menurut SK Dir. BI Nomor 31/147/KEP/DIR Tahun 1998, NPL merupakan

persentase kredit bermasalah dengan kriteria kurang lancar, diragukan dan

macet terhadap total kredit yang disalurkan.

4.5 Instrumen Penelitian

Sugiyono (2010) memaparkan bahwa instrumen penelitian digunakan

untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini instrumen yang

digunakan berupa daftar pertanyaan. Instrumen penelitian yang digunakan ada 2

jenis yaitu untuk responden kepala LPD, dan ketua pengawas LPD. Kedua jenis

instrumen tersebut berbeda satu dengan yang lainnya sesuai dengan tujuan

penelitian yang telah dirumuskan. Alat atau instrumen penelitian yang digunakan

untuk mengumpulkan data yang berupa kuesioner atau daftar pertanyaan,

informasi atau jawabannya dicarikan dari responden. Pengujian validitas dan

reliabilitas dari instrumen tersebut terlebih dahulu dilakukan sebelum kuesioner

digunakan untuk mengumpulkan data. Jika instrumen sudah valid dan reliabel,

maka barulah akan digunakan untuk pengumpulan data. Uji validitas yang akan

digunakan adalah validitas isi, dan validitas konstruk, sedangkan uji reliabilitas

akan menggunakan internal consistency dengan menggunakan alpha cronbach.

4.5.1 Uji Validitas

Uji validitas daftar pertanyaan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

kehandalan angket. Kehandalan angket mempunyai arti bahwa angket mampu

Page 78: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

78

mengukur apa yang seharusnya diukur. Terdapat tiga jenis validitas yang dapat

diterima secara umum yaitu validitas isi, validitas konstruk dan validitas yang

berkaitan dengan kriteria. Dalam penelitian ini uji validitas yang digunakan

adalah uji validitas konstruk yang mengkorelasikan skor masing-masing item

pertanyaandengan skor totalnya.

Pengukuran validitas dalam penelitian ini menunjukkan jumlah varians

dari indikator yang diekstraksi oleh konstruk/variable laten yang dikembangkan.

NilaiVariance Extract yang dapat diterima adalah minimal 0,50. Ada

kemungkinan pernyataan angket kurang baik susunan kata-kata ataukalimatnya,

sehingga menimbulkan penafsiran yang berbeda. Untuk item-itematau pernyataan

yang tidak valid maka akan dikeluarkan dan tidak dianalisis,sedangkan pernyataan

yang valid diteruskan ke tahap pengujian kehandalan (uji reliabilitas).

4.5.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan uji kehandalan yang bertujuan untuk

mengetahuiseberapa jauh suatu alat ukur dapat diandalkan atau dipercaya.

Kehandalanberkaitan dengan estimasi sejauh mana suatu alat ukur dilihat dari

stabilitas ataukonsistensi internal dari informasi, jawaban atau pernyataan, jika

pengukurandilakukan atau pengamatan dilakukan berulang. Apabila suatu alat

ukurdigunakan berulang dan hasil yang diperoleh relatif konsisten maka alat ukur

tersebut dianggap handal (reliabel). Uji reliabilitas menunjukkan sejauh mana

suatu alat ukur dapat memberikan hasil yang relatif sama apabila dilakukan

pengukuran kembali pada obyek yang sama. Nilai reliabilitas minimum dan

Page 79: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

79

dimensi/indikator pembentuk variable laten yang dapat diterima adalah sebesar

0,70.

4.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menunjukan aktivitas

ilmiah yang sistematis adalah dengan :

1) Metode Angket

Metode ini dilakukan dengan jalan memberikan pertanyaan (kuesioner)

kepada para responden. Setelah diberi kesempatan dalam jangka waktu

tertentu untuk mengisi daftar pertanyaan tersebut, kemudian ditarikkembali

oleh peneliti untuk dijadikan data primer bagi peneliti. SedangkanSutrisno

(1993) menganggap bahwa asumsi yang digunakan dalammenggunakan

metode ini adalah bahwa subyek penelitian merupakan orang yang paling tahu

tentang dirinya dan pernyataan subyek yang diberikan adalah benar dan dapat

dipercaya. Pengumpulan data penelitianini menggunakan 2 (dua) macam

angket :

a. Pertanyaan Terbuka, berisi beberapa pertanyaan tentang data pribadi

responden seperti nama, alamat, pekerjaan dan lain-lain. Angket ini

digunakan untuk memilih responden yang memenuhi kriteria sebagai

responden penelitian ini.

b. Pertanyaan Tertutup, angket ini digunakan untuk mendapatkan data

tentang dimensi-dimensi variabel yang mempengaruhi strategi pemberian

kredit, sistem pemberian kredit dan NPL. Dalam pengukurannya, setiap

responden diminta pendapatnya mengenai suatu pernyataan, dengan skala

Page 80: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

80

penilaian dari 1 sampai dengan 4. Tanggapan positif (maksimal) diberi

nilai paling besar (4) dan tanggapan negatif (minimal) diberi nilai paling

kecil (1).

2) Observasi

Pengamatan pada obyek-obyek penelitian secara langsung

sehinggamendapatkan masukan untuk menyempurnakan penelitian.

3) Wawancara mendalam

Wawancara mendalam merupakan proses mencari informasi secara

mendalam, terbuka, bebas dengan masalah yang difokuskan dalam penelitian.

Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang

sebelumnya telah disusun untuk ditanyakan kepada informan sebagai acuan

dan sifatnya tidak mengikat sehingga banyak pertanyaan baru yang muncul

pada saat wawancara. Informan yang dimaksudkan antara lain tokoh-tokoh

masyarakat, masyarakat, yang memiliki kemampuan untuk menjelaskan

tentang pokok permasalahan yang dicari.

4.7 Analisis Data

4.7.1 Analisis Faktor

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif.

Variabel-variabel laten (konstruk) yang ada diwujudkan dalam variabel manifest

(indikator) dan dijabarkan lagi menjadi item-item pertanyaan. Jawaban pertanyaan

responden ini diukur dengan suatu skala sehingga hasilnya berbentuk angka

(skor). Selanjutnya skor ini diolah dengan metode statistik. Dari berbagai macam

Page 81: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

81

alat analisis peneliti menentukan beberapa alat yang sesuai dengan kebutuhan

guna pembuktian hipotesa penelitian.

Alat-alat analisis yang akan dipakai dalam penelitian ini ada dua jenis

yaitu untuk menguji data dan yang kedua untuk menguji model.

1) Uji Data

a. Uji Normalitas Univariat/Multivariat

b. Uji Outliers Univariat/Multivariat

c. Pola Korelasi/Kovarians

2) Uji Model

a. Goodness of Fit Test

b. Uji pengaruh (Regression Weight)

Untuk melakukan menganalisis data pada penelitian ini menggunakan

teknik analisis Model Persamaan Struktural atau Structural Equation Model

(SEM) dari paket software statistik Analysis of Moment Structure (AMOS), yaitu

dalam pembentukan model danpengujian hipotesis. SEM merupakan kombinasi

dari analisis faktor dan analisis regresi. Teknik SEM memungkinkan seorang

peneliti menguji beberapa variabel dependen sekaligus, dengan beberapa variabel

independen. SEM merupakan sekumpulan teknik statistik yang dapat digunakan

untuk menganalisis permasalahan penelitian yang memiliki rangkaian hubungan

yang relatif “rumit” dengan pengujian statistik secara simultan (Ferdinand, 2002).

Penggunaan program AMOS dikarenakan sesuai untuk menganalisis

masalah yang sifatnya struktural, dan digunakan untuk menganalisis dan menguji

model hipotesis, sebab program AMOS dapat digunakan :

Page 82: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

82

1) Mengestimasi koefisien yang tidak diketahui dari persamaan linier struktural;

mengakomodasi model yang meliputi latent variable; mengakomodasi

pengukuran error baik dependen maupun independen; mengakomodasi

permasalahan sebab akibat, simultan dan saling ketergantungan.

2) Kelebihan SEM adalah dapat menganalisa multivariat secara bersamaan.

Gambar 4.2

Diagram Alur

X1.1

e1

Faktor Internal

Kondisi Internal LPD

(X1)

X1.2 X1.3 X1.4

e2 e3 e4

44

44

4

X2.1

e5

e21

1

Faktor Eksternal 1

Kondisi Calon

Debitur LPD

(X2)

X2.2 X2.3 X2.4

e6

e7

e8

44

44

4

X3.1

e9

9

Faktor Eksternal 2

Kondisi Eksternal LPD

(X3)

X3.2

e10

Pemberian

Kredit (X4)

e15

X4.1 X4.4

X4.3 X4.2

e12

e13

e14

e11

NPL (Y)

Page 83: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

83

Sedangkan tujuan penggunaan teknik multivariat adalah untuk memperluas

kemampuan menjelaskan peneliti dan mencapai efisiensi statistik. Alasan

menariknya teknik analisis dengan SEM adalah :

a. Menyediakan metode yang mampu menjelaskan banyak hubungan (multi

relationships) secara simultan, cepat dan efisien secara statistik.

b. Kemampuannya menaksir hubungan (relationship) secara komprehensif

telah membuat sebuah peralihan dari exploratory ke explanatory (Hair

et.al., 1995).

Page 84: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

84

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Deskripsi Umum LPD di Kabupaten Gianyar

Salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah

adalah tersedianya dana yang cukup dengan penyaluran yang baik oleh lembaga

keuangan, baik perbankan maupun lembaga non perbankan. Salah satu lembaga

keuangan yang berkembang cukup pesat di Bali umumnya, dan Gianyar

khususnya adalah LPD. Pada tahun 2011 terdapat 269 unit LPD di Kabupaten

Gianyar, namun 5 (lima) LPD tidak beroperasi lagi, sehingga jumlah LPD di

Kabupaten Gianyar pada tahun 2011 adalah 264 unit LPD yang tersebar pada 270

Desa Adat.

Kabupaten Gianyar terbagi atas dua wilayah PLPDK (Pembina Lembaga

Perkreditan Desa Kabupaten), yaitu PLPDK Wilayah Gianyar Kota dan PLPDK

wilayah Tegallalang. PLPDK Wilayah Gianyar meliputi LPD di Kecamatan

Gianyar, Kecamatan Blahbatuh dan Kecamatan Sukawati.PLPDK Wilayah

Tegallalang meliputi Kecamatan Ubud, Kecamatan Tegallalang, Kecamatan Ubud

dan Kecamatan Payangan.

Pada tahun 2013 nilai aset LPD di Kabupaten Gianyar telah menembus

angka Rp. 1 Trilyun. Dibandingkan dengan tahun 2012, jumlah aset LPD

mengalami peningkatan senilai Rp.282,435 Milyar. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 5.1.

Page 85: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

85

Tabel 5.1

Aset LPD Kabupaten Gianyar Tahun 2012 dan 2013

(Dalam Ribuan Rupiah)

Tahun 2012 Tahun 2013

PLPDK Wilayah

Gianyar Kota 363.994.404 480.680.805

PLPDK Wilayah

Tegallalang 576.815.947 742.564.601

Jumlah 940.810.351 1.223.245.406

Selain memberikan kredit, LPD juga menyimpan dana nasabah dalam

bentuk tabungan dan deposito. Jumlah dana yang berhasil dihimpun pada tahun

2012 telah melebihi angka Rp. 1 Trilyun, yang berasal dari 278.413 nasabah.

Mengalami peningkatan senilai Rp.251,881 Milyar, seperti dijelaskan pada Tabel

5.2.

Tabel 5.2

Jumlah Dana Yang Dihimpun LPD

di Kabupaten Gianyar Tahun 2012 dan 2013

(Dalam Ribuan Rupiah)

Tahun 2012 Tahun 2013

Jumlah Dana Nasabah Jumlah Dana Nasabah

PLPDK Wilayah

Gianyar Kota 274.765.449 111.367 374.856.731 120.897

PLPDK Wilayah

Tegallalang 490.972.666 157.516 642.762.636 164.348

Jumlah 765.738.115 268.883 1.017619.367 278.413

Fungsi utama LPD adalah menyediakan kredit bagi masyarakat di tingkat

desa adat. Dana yang telah disalurkan LPD di Kabupaten Gianyar pada Tahun

2013 senilai Rp.848,21 Milyar, yang disalurkan kepada 86.411 nasabah, seperti

dijelaskan pada Tabel 5.3.

Sumber :Bagian Ekonomi Setda Kab.Gianyar, 2014

Sumber :Bagian Ekonomi Setda Kab.Gianyar, 2014

Page 86: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

86

Sumber :Bagian Ekonomi Setda Kab.Gianyar, 2014

Tabel 5.3

Jumlah Dana Yang Disalurkan LPD

di Kabupaten Gianyar Tahun 2012 dan 2013

(Dalam Ribuan Rupiah)

Tahun 2012 Tahun 2013

Jumlah Dana Nasabah Jumlah Dana Nasabah

PLPDK Wilayah

Gianyar Kota 268.518.266 37.315 324.865.072 37.482

PLPDK Wilayah

Tegallalang 426.627.518 50.889 523.345.389 48.929

Jumlah 695.145.784 88.204 848.210.461 86.411

Kredit yang disalurkan LPD tidak seluruhnya merupakan kredit lancar, ada

juga kredit yang tergolong macet (kurang lancar, cukup lancar dan tidak lancar).

Untuk menilai kredit macet dilihat dari rasio NPL. Batas umum rasio NPL yang

wajar adalah 5 persen, namun LPD di Kabupaten Gianyar memiliki rasio NPL

9,01 persen, dan tidak mengalami peningkatan yang terlalu signifikan

dibandingkan tahun 2012, yaitu meningkat 0,07 persen. Untuk lebih jelasnya

ditampilkan pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4

NPL LPD di Kabupaten Gianyar Tahun 2012 dan 2013

Tahun 2012 Tahun 2013

PLPDK Wilayah

Gianyar Kota 8,78 % 9,88 %

PLPDK Wilayah

Tegallalang 9,10 % 11,88 %

Rata-rata 8,96 % 11,02 %

Sebagai suatu lembaga keuangan yang juga bertujuan memperoleh laba,

LPD di Kabupaten Gianyar pada tahun 2013 mendapatkan laba senilai Rp.47,292

Sumber :Bagian Ekonomi Setda Kab.Gianyar, 2014

Page 87: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

87

Sumber :Bagian Ekonomi Setda Kab.Gianyar, 2014

Milyar. Bila dibandingkan dengan laba tahun 2012 mengalami peningkatan senilai

Rp.7,642 Milyar. Hal ini dijelaskan pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5

Laba LPD di Kabupaten Gianyar Tahun 2012 dan 2013

(Dalam Ribuan Rupiah)

Tahun 2012 Tahun 2013

PLPDK Wilayah

Gianyar Kota 20.129.105 24.174.753

PLPDK Wilayah

Tegallalang 19.520.720 23.117.277

Jumlah 39.649.825 47.292.030

Keberadaan LPD sebagai lembaga keuangan mikro tingkat desa adat (desa

pakraman) amat membantu penyediaan dana bagi masyarakat lokal dalam

mengembangkan potensi yang dimiliki, sehingga pemerintah daerah setiap

tahunnya selalu berupaya meningkatkan kinerja lembaga ini baik melalui

pembinaan, pendidikan dan pelatihan maupun melakukan upaya perbaikan kinerja

sehingga keberadaan LPD tetap berkembang dan mendapat kepercayaan dari

masyarakat.

5.2 Proses Analisis Data

5.2.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif untuk variabel kondisi internal LPD dapat diamati

langsung sesuai dengan perhitungan analisis kesehatan LPD, dan dapat

digolongkan atas kategori :

1. Bila point yang dicapai antara 81-100, LPD memiliki predikat sehat.

2. Bila point yang dicapai antara 66-80, LPD memiliki predikat cukup sehat.

Page 88: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

88

3. Bila point yang dicapai antara 51-65, LPD memiliki predikat kurang sehat.

4. Bila point yang dicapai antara 0-50, LPD memiliki predikat tidak sehat.

Dengan menggunakan pedoman tersebut, maka data variabel kondisi

internal LPD dapat disajikan pada Tabel 5.6 berikut.

Berdasarkan Tabel 5.6, maka rata-rata nilai kondisi internal LPD di

Kabupaten Gianyar adalah 81,74 dalam kategori Sehat.

Tabel 5.6

Nilai Variabel Kondisi Internal LPD

Indikator Frekuensi LPD Pada Rentang Nilai Tertentu Rata-rata

Nilai

Permodalan

(X1.1)

Rentang Nilai Permodalan

23,27 0-10,00 10,01-20,00 20,01-30,00 -

2 59 98

Kualitas

Aktiva

Produktif

(X1.2)

Rentang Nilai Kualitas Aktiva Produktif

32,29 0-10,00 10,01-20,00 20,01-30,00 30,01-40,00

0 22 41 96

Rentabilitas

(X1.3)

Rentang Nilai Rentabilitas

17,41 0-5,00 5,01-10,00 10,01-15,00 15,01-20,00

0 2 40 117

Likuiditas

(X1.4)

Rentang Nilai Likuiditas

8,77 0-2,50 2,51-5,00 5,01-7,50 7,51-10,00

0 0 32 127

Jumlah Rata-rata Nilai 81,74

Untuk melakukan analisis deskriptif pada variabel kondisi calon debitur

LPD, kondisi eksternal LPD dan pemberian kredit, digunakan nilai indeks. Nilai

indeks ini berguna untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi responden

atas item-item pertanyaan yang diajukan. Untuk dapat menghitung nilai indeks,

digunakan rumus sebagai berikut :

Sumber :Data primer yang diolah, 2014

Page 89: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

89

Nilai Indeks = 4

))44(%)33(%)22(%)11((% xFxFxFxF …………….(15)

Dimana :

F1 adalah frekuensi responden yang menjawab pilihan jawaban (1) Sangat Tidak

Setuju

F2 adalah frekuensi responden yang menjawab pilihan jawaban (2) Tidak Setuju

F3 adalah frekuensi responden yang menjawab pilihan jawaban (3) Setuju

F4 adalah frekuensi responden yang menjawab pilihan jawaban (4) Sangat Setuju

Dengan menggunakan three box method maka sebagai dasar interpretasi

nilai indeks adalah sebagai berikut :

10,00 – 40,00 = rendah

40,01 – 70,00 = sedang

70,01 – 100,00 = tinggi

Dengan menggunakan pedoman tersebut, maka angka indeks untuk

variabel kondisi calon debitur LPD, kondisi eksternal LPD, dan pemberian kredit

dapat dihitung sebagai berikut :

Variabel Kondisi Calon Debitur LPD

Untuk mengukur variabel kondisi calon debitur digunakan empat indikator

yang dikembangkan dari penilaian terhadap kelayakan calon debitur LPD, yaitu

unsur character (X2.1), capital (X2.2), capacity (X2.3) dan condition (X2.4) .

Adapun hasil perhitungan nilai indeks untuk masing-masing indikator

dijelaskan dalam Tabel 5.7. Hasil perhitungan nilai indeks yang dilakukan

terhadap variabel kondisi calon debitur menunjukkan bahwa item-item kondisi

calon debitur dipersepsikan tinggi oleh responden dengan nilai indeks yang

Page 90: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

90

dihasilkan 72,36. Dari keempat indikator yang digunakan, indikator mengenai

character calon debitur (X2.1) dipersepsikan paling tinggi dengan nilai indeks

73,58, sedangkan indikator tentang condition calon debitur (X2.4) dipersepsikan

paling rendah oleh responden dengan nilai indeks 71,38.

Tabel 5.7

Nilai Indeks Variabel Kondisi Calon Debitur LPD

Indikator

Frekuensi Jawaban Responden

Tentang Kondisi Calon Debitur

LPD Indeks

1 2 3 4

Character (X2.1) 24 39 58 48 73,58

Capital (X2.2) 10 44 58 47 72.33

Capacity (X2.3) 13 42 54 50 72,17

Condition (X2.4) 15 39 59 46 71,38

Rata-rata 13 41 57,25 47,75 72,36

Tabel 5.8

Analisis Jawaban Responden Atas Pertanyaan Terbuka

Tentang Kondisi Calon Debitur LPD

Variabel Nilai Indeks Temuan Jawaban

Kondisi Calon

Debitur LPD

72,36 (tinggi) 1. Tidak semua debitur mampu

membayar angsuran kreditnya

tepat waktu. Hal tersebut

terutama dipengaruhi oleh

kondisi spesifik dari keuangan

debitur.

2. Tidak semua kredit dimanfaatkan

oleh debitur sesuai dengan tujuan

awal pemberian kredit, beberapa

kasus dimana kredit merupakan

kredit topengan (kredit

digunakan oleh orang lain dengan

meminjam nama debitur).

3. Tidak semua debitur

bertanggungjawab dalam

menyelesaikan kreditnya, dalam

beberapa kasus ditemukan

beberapa debitur bertempat

tinggal jauh dari LPD, sehingga

penagihan sulit dilakukan.

Sumber : Data primer yang diolah, 2014

Sumber :Data primer yang diolah, 2014

Page 91: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

91

Variabel Kondisi Eksternal LPD

Untuk mengukur variabel kondisi eksternal LPD digunakan tiga indikator

yang dikembangkan dari kebijakan LPD, yaitu perkembangan perekonomian

(X3.1), dan faktor persaingan usaha (X3.2). Adapun hasil perhitungan nilai indeks

untuk masing-masing indikator disajikan dalam Tabel 5.9.

Tabel 5.9

Nilai Indeks Variabel Kondisi Eksternal LPD

Indikator

Frekuensi Jawaban Responden

Tentang Kondisi Eksternal

LPD Indeks

1 2 3 4

Perkembangan

perekonomian (X3.1) 22 38 54 45 69,18

Faktor persaingan

usaha (X3.2) 18 42 56 43 69.49

Rata-rata 20 40 55 44 69,34

Hasil perhitungan nilai indeks yang dilakukan terhadap variabel

kondisi eksternal LPD menunjukkan bahwa item-item kondisi eksternal LPD

dipersepsikan sedang oleh responden dengan nilai indeks yang dihasilkan

69,34. Dari ketiga indikator yang digunakan, indikator tentang faktor

persaingan usaha (X3.2) dipersepsikan paling tinggi oleh responden dengan

nilai indeks 69,49 dan faktor perkembangan perekonomian (X3.1) dengan nilai

indeks 69,18. Selain melakukan analisis deskriptif secara kuantitatif, untuk

mengetahui tanggapan/persepsi responden secara terinci, dilakukan juga

analisis terhadap jawaban-jawaban responden atas pertanyaan terbuka.

Analisis ini dilakukan dengan cara mengelompokkan jawaban-jawaban

Sumber :Data primer yang diolah, 2014

Page 92: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

92

responden yang sama ke dalam satu kategori. Adapun hasil analisisnya

dijelaskan pada Tabel 5.10.

Tabel 5.10

Analisis Jawaban Responden Atas Pertanyaan Terbuka

Tentang Kondisi Eksternal LPD

Variabel Nilai Indeks Temuan Jawaban

Kondisi

Eksternal

LPD

69,34 (sedang) 1. Dengan adanya krisis global saat

ini, kondisi ekonomi cenderung

mengalami kelesuan, banyak

usaha debitur yang mengalami

kemunduran, sehingga sumber

penghasilannya berkurang bahkan

tidak ada.

2. Jumlah pesaing dari LPD saat ini

terutama dengan semakin

banyaknya koperasi yang berdiri.

Dimana sebagian masyarakat

yang cenderung memilih

mengambil kredit di koperasi

menilai proses pengambilan kredit

di koperasi tidak berbelit-belit.

3. Dengan meningkatnya jumlah

pesaing, ada LPD yang mulai

memberikan kredit kepada

masyarakat yang bukan krama

desa bersangkutan, ada juga yang

dikenakan jaminan.

Variabel Pemberian Kredit

Untuk mengukur variabel strategi pemberian kredit digunakan empat

indikator, yaitu kepercayaan (X4.1), jangka waktu (X4.2), degree of risk (X4.3),

kontra prestasi (X4.4). Adapun hasil perhitungan nilai indeks untuk masing-masing

indikator disajikan dalam Tabel 5.11.

Sumber :Data primer yang diolah, 2014

Page 93: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

93

Tabel 5.11

Nilai Indeks Variabel Pemberian Kredit

Indikator

Frekuensi Jawaban Responden

Tentang Pemberian Kredit Indeks

1 2 3 4

Kepercayaan (X4.1) 13 39 61 46 72,01

Jangka waktu (X4.2) 20 34 60 45 70,44

Degree of risk (X4.3) 21 33 56 49 70,91

Kontra prestasi (X4.4) 18 35 58 48 71,38

Rata-rata 18 35,25 58,75 47 71,18

Hasil perhitungan nilai indeks yang dilakukan terhadap variabel

pemberian kredit menunjukkan bahwa item-item pemberian kredit

dipersepsikan tinggi oleh responden dengan nilai indeks yang dihasilkan

71,18. Dari keempat indikator yang digunakan, indikator mengenai cara

jangka waktu (X4.2) dipersepsikan paling rendah oleh responden dengan nilai

indeks sebesar 70,44, sedangkan indikator tentang kepercayaan (X4.1)

dipersepsikan paling tinggi oleh responden dengan nilai indeks sebesar 72,01.

Selain melakukan analisis deskriptif secara kuantitatif, untuk mengetahui

tanggapan/persepsi responden secara terinci, dilakukan juga analisis terhadap

jawaban-jawaban responden atas pertanyaan terbuka. Analisis ini dilakukan

dengan cara mengelompokkan jawaban-jawaban responden yang sama ke

dalam satu kategori. Adapun hasil analisisnya disajikan dalam Tabel 5.12.

Sumber :Data primer yang diolah, 2014

Page 94: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

94

Tabel 5.12

Analisis Jawaban Responden Atas Pertanyaan Terbuka

Tentang Pemberian Kredit

Variabel Nilai Indeks Temuan Jawaban

Pemberian

Kredit

71,18 (tinggi) 1. Sebagian besar debitur mengeluh

tentang tingginya suku bunga kredit

yang berlaku, sehingga jumlah

angsuran tiap bulannya semakin

besar.

2. Sebagian besar debitur juga menilai

waktu pengembalian kredit perlu

diperpanjang, secara tidak langsung

jumlah angsuran yang harus dibayar

setiap bulannya semakin kecil.

3. LPD dituntut untuk selalu inovatif

dan kreatif dalam memasarkan

kreditnya, dimana saat ini masyarakat

semakin jeli dalam memilih lembaga-

lembaga pendanaan yang ada.

4. Perlunya peningkatan mutu SDM

LPD dengan harapan mampu

meningkatkan kinerja karyawan-

karyawannya.

5. Teknologi merupakan salah satu

penghambat sistem informasi dan

komunikasi yang ada di LPD,

sehingga laporan yang didapat oleh

manajemen tidak bisa secara

menyeluruh.

5.2.2 Statistik Inferensial

Untuk dapat melakukan pengujian hipotesis kausalitas dengan

menggunakan teknik analisis SEM, terdapat dua langkah yang harus dilakukan,

yaitu terlebih dahulu melakukan pengujian terhadap faktor-faktor yang

membentuk masing-masing variabel dengan menggunakan analisis konfirmatori

Sumber :Data primer yang diolah, 2014

Page 95: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

95

(confirmatry factor analysis) yang kemudian dilanjutkan dengan analisis full

model.

5.2.2.1 Analisis Faktor Konfirmatori (Confirmatory Factor Analysis)

Analisis faktor konfirmatori merupakan tahap pengukuran terhadap

indikator-indikator yang membentuk variabel laten dalam model penelitian. Hasil

analisis faktor konfirmatori dari masing-masing variabel akan dibahas di bawah

ini.

1. Analisis Faktor Konfirmatori Variabel Eksogen

Analisis faktor konfirmatori variabel eksogen dilakukan untuk mengukur

indikator-indikator yang membentuk variabel laten eksogen dalam model

penelitian.

Hasil pengujian kelayakan (goodness of fit) pada analisis konfirmatori

variabel eksogen dapat dilihat pada Tabel 5.13.

Tabel 5.13

Hasil Pengujian Kelayakan Faktor Konfirmatori Variabel Eksogen

Goodness of Fit Indeks Cut off Value Hasil Evaluasi Model

Chi-Square Kecil 55,611 Baik

Probability ≥ 0,05 0,055 Baik

CMIN/DF ≤ 2,00 1,356 Baik

GFI ≥ 0,90 0,928 Baik

AGFI ≥ 0,90 0,884 Marginal

RMSEA ≤ 0,08 0,065 Baik

TLI ≥ 0,95 0,980 Baik

CFI ≥ 0,95 0,985 Baik

Sumber :Data primer yang diolah, 2014 (Lampiran 4)

Page 96: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

96

Analisis Faktor Konfirmatori Variabel Eksogen

Dari hasil analisis faktor konfirmatori yang dilakukan terhadap variabel

eksogen diperoleh nilai pengujian goodness of fit untuk Chi Square adalah sebesar

55,611, probabilitas sebesar 0,055, dan ukuran-ukuran kelayakan model yang lain

juga berada dalam kategori baik, yang menunjukkan tidak adanya perbedaan

antara model yang diprediksi dengan data pengamatan yang berarti bahwa model

telah kriteria Goodness of fit yang telah ditetapkan. Dengan demikian kecocokan

model yang diprediksi dengan nilai-nilai pengamatan sudah memenuhi syarat.

25.10

3.95

3,95

Kondisi Eksternal (X3)

.17 1.38 .41 1.00

e4

X1.4

.66

e3

X1.3

2.44

e2

X1.2

8.99

e1

X1.1

6.86

Kondisi Internal (X1)

1.00

.97

.88

.96

.29

e6 X2.2

.27

e5 X2.1

.27

e7 X2.3

.22

e8 X2.4

Kondisi Debitur (X2)

1.03 1.00

e10

X3.2

.54

e9

X3.1

.56

3.95

4.34

.66

Chi-Square =55,611 Probability =.055 CMIN/DF =1.356

GFI =.928 AGFI =.884

RMSEA =.065 TLI =.980 CFI =.985

Sumber :Data primer yang diolah, 2014

Page 97: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

97

Pengujian kemaknaan dari indikator-indikator yang membentuk variabel

laten, dianalisis dari nilai standardized regression weight pada masing-masing

indikator. Jika diperoleh adanya nilai pengujian yang sangat signifikan maka hal

ini mengindikasikan bahwa indikator tersebut cukup baik untuk membentuk

variabel laten. Hasil berikut merupakan pengujian kemaknaan masing-masing

indikator dalam membentuk variabel laten.

Tabel 5.14

Nilai Regression Weight pada Analisis Faktor Konfirmatori

Variabel Eksogen

Std.Est Estimate SE CR P

X1.1 ← Kondisi Internal LPD 0,886 1,000 0,000

X1.2 ← Kondisi Internal LPD 0,917 1,377 0,073 18,767 0,000

X1.3 ← Kondisi Internal LPD 0,799 0,414 0,030 13,937 0,000

X1.4 ← Kondisi Internal LPD 0,732 0,173 0,014 11,972 0,000

X2.1 ← Kondisi Debitur LPD 0,836 0,962 0,064 14,979 0,000

X2.2 ← Kondisi Debitur LPD 0,799 0,881 0,064 13,858 0,000

X2.3 ← Kondisi Debitur LPD 0,838 0,969 0,064 15,058 0,000

X2.4 ← Kondisi Debitur LPD 0,866 1,000 0,000

X3.1 ← Kondisi Eksternal LPD 0,673 0,988 0,100 9,851 0,000

X3.2 ← Kondisi Eksternal LPD 0,669 1,000 0,000

Dari hasil analisis faktor konfirmatori pada variabel eksogen diperoleh

bahwa nilai pengujian pada masing-masing faktor pembentuk suatu konstruk

menunjukkan signifikansi yang tinggi, yaitu dengan nilai standardized regression

weight> 0,05 ; CR > 1,96 ; dan dengan probabilitas < 0,05. Dengan hasil ini, dapat

disimpulkan bahwa indikator-indikator tersebut cukup baik untuk

membentuk/mengukur variabel latennya.

Sumber :Data primer yang diolah, 2014 (Lampiran 4)

Page 98: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

98

2. Analisis Faktor Konfirmatori Variabel Endogen

Analisis faktor konfirmatori variabel endogen dilakukan untuk mengukur

indikator-indikator yang membentuk variabel laten endogen dalam model

penelitian. Adapun hasil analisis faktor konfirmatori untuk variabel endogen

dijelaskan pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2

Analisis Faktor Konfirmatori Variabel Endogen

Hasil pengujian kelayakan (goodness of fit) pada analisis konfirmatori

variabel endogendapat dilihat pada Tabel 5.15.

Tabel 5.15

Hasil Pengujian Kelayakan Faktor Konfirmatori Variabel Endogen

Goodness of Fit Indeks Cut off Value Hasil Evaluasi Model

Chi-Square Kecil 2,261 Baik

Probability ≥ 0,05 0,323 Baik

CMIN/DF ≤ 2,00 1,130 Baik

GFI ≥ 0,90 0,993 Baik

AGFI ≥ 0,90 0,966 Baik

RMSEA ≤ 0,08 0,029 Baik

TLI ≥ 0,95 0,998 Baik

CFI ≥ 0,95 0,999 Baik

1.01 1.15 .82 1.00

Pemberian Kredit

e15

X4.4

.29

e14

X4.3

.16

e13

X4.2

.53

e12

X4.1

.20

.65 Chi-Square =2.261

Probability =.323 CMIN/DF =1.130

GFI =.993 AGFI =.966

RMSEA =.029 TLI =.998 CFI =.999

Sumber :Data primer yang diolah, 2014 (Lampiran 5)

Sumber :Data primer yang diolah, 2014

Page 99: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

99

Dari hasil analisis faktor konfirmatori yang dilakukan terhadap variabel

endogen diperoleh nilai pengujian goodness of fit untuk Chi Square adalah

sebesar 2,261; probabilitas sebesar 0,323, dan ukuran-ukuran kelayakan lain juga

berada dalam kategori baik, yang menunjukkan tidak adanya perbedaan antara

model yang diprediksi dengan data pengamatan yang berarti bahwa model telah

memenuhi kriteri Goodness of fit yang telah ditetapkan. Dengan demikian

kecocokan model yang diprediksi dengan nilai-nilai pengamatan sudah memenuhi

syarat.

Pengujian kemaknaan dari indikator-indikator yang membentuk variabel

laten, dianalisis dari nilai standardized regression weight pada masing-masing

indikator. Jika diperoleh adanya nilai pengujian yang sangat signifikan maka hal

ini mengidentifikasikan bahwa indikator tersebut cukup baik untuk membentuk

variabel laten. Hasil berikut merupakan pengujian kemaknaan masing-masing

indikator dalam membentuk variabel laten.

Tabel 5.16

Nilai Regression Weight pada Analisis Faktor Konfirmatori

Variabel Endogen

Std.Est Estimate SE CR P

X4.1 ← Pemberian Kredit 0,875 1,000

X4.2 ← Pemberian Kredit 0,675 0,824 0,085 9,695 0,000

X4.3 ← Pemberian Kredit 0,917 1,149 0,074 15,551 0,000

X4.4 ← Pemberian Kredit 0,833 1,010 0,075 13,485 0,000

Dari hasil amalisis faktor konfirmatori pada variabel endogen diperoleh

bahwa nilai pengujian pada masing-masing faktor pembentuk suatu konstruk

menunjukkan signifikansi yang tinggi, yaitu dengan nilai standardized regression

weight> 0,5 ; CR > 1,96 ; dan dengan probabilitas < 0,05. Dengan hasil ini, dapat

Sumber :Data primer yang diolah, 2014 (Lampiran 5)

Page 100: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

100

disimpulkan bahwa indikator-indikator tersebut cukup baik untuk

membentuk/mengukur variabel latennya.

5.2.2.2 Analisis Full Model Structural Equation Modeling (SEM)

Setelah dilakukan analisis terhadap tingkat unidimensionalitas dari

dimensi-dimensi/indikator-indikator pembentuk variabel laten yang diuji dengan

confirmatory factor analysis, analisis selanjutnya adalah analisis Structural Equal

Modeling (SEM) secara full model. Adapun hasil pengolahan data untuk analisis

full model SEM dijelaskan pada Gambar 5.3.

Gambar 5.3

Analisis Struktural Equation Modeling (SEM)

-.37

.64 .05

.44

25.58

.67

Kondisi Eksternal (X3)

.17 1.37 .41 1.00

e4

X1.4

.68

e3

X1.3

2.51

e2

X1.2

8.59

e1

X1.1

6.37

Kondisi Internal (X1)

1.00

.97

.89

.96

.29

e6 X2.2

.27

e5 X2.1

.27 e7 X2.3

.23

e8 X2.4

Kondisi Debitur(X2)

1.03 1.00

e11

X3.2

.54

e9

X3.1

.56

1.09 1.16 0.90 1.00

ek

ez

e15

X4.4

.19

e14

X4.3

.16

e13

X4.2

.45

e12

X4.1

.21

NPL

Pemberian Kredit

(X4)

.13

.06

.43 3.98

4.39

.66

Chi-Square =89.760 Probability =.060 CMIN/DF =.925

GFI =.916 AGFI =.919

RMSEA =.064 TLI =.947 CFI =.959

Sumber :Data primer yang diolah, 2014

Page 101: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

101

Uji terhadap kelayakan full model SEM ini diuji dengan cara yang sama

dengan pengujian pada analisis faktor konfirmatori (confirmatory factor analysis).

Adapun hasil pengujian kelayakan pada model penelitian yang dikembangkan

dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 5.17.

Tabel 5.17

Hasil Pengujian Kelayakan Model Penelitian

Goodness of Fit Indeks Cut off Value Hasil Evaluasi Model

Chi-Square Kecil 89,760 Baik

Probability ≥ 0,05 0,060 Baik

CMIN/DF ≤ 2,00 0,925 Baik

GFI ≥ 0,90 0,916 Baik

AGFI ≥ 0,90 0,919 Baik

RMSEA ≤ 0,08 0,064 Baik

TLI ≥ 0,95 0,947 Marjinal

CFI ≥ 0,95 0,959 Baik

Dalam praktiknya kita sangat sulit mendapatkan model yang layak dengan

memenuhi semua kriteria. Sebagai rule of tumb, bila salah satu kriteria sudah

terpenuhi maka model sudah dianggap layak (Widarjono, 2010). Berdasarkan

analisis yang dilakukan bahwa full model telah memenuhi lebih dari satu kriteria

uji kelayakan model, sehingga model ini dapat diterima.

5.2.2.3 Pengujian Asumsi SEM

1. Evaluasi Normalitas Data

Batasan adanya ketidaknormalan adalah dengan cut off ± 2,58. Tabel 5.18

menunjukkan bahwa pada kolom c.r. tidak ada angka yang melebihi ± 2,58, ini

berarti data yang dianalisis menyebar normal.

Sumber :Data primer yang diolah, 2014 (Lampiran 6)

Page 102: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

102

Tabel 5.18

Hasil Pengujian Normalitas Data

Variable min max Skew c.r. kurtosis c.r.

NPL .220 20.950 .489 2.516 -.987 -2.540

X4.4 1.000 4.000 -.437 -2.248 -.827 -2.128

X4.3 1.000 4.000 -.441 -2.271 -.904 -2.327

X4.2 1.000 4.000 -.423 -2.178 -.836 -2.153

X4.1 1.000 4.000 -.390 -2.010 -.738 -1.899

1.000 4.000 -.327 -1.682 -.999 -2.572

X3.1 1.000 4.000 -.295 -1.520 -.920 -2.367

X3.2 1.000 4.000 -.316 -1.627 -.924 -2.378

X2.4 1.000 4.000 -.395 -2.033 -.801 -2.061

X2.3 1.000 4.000 -.304 -1.564 -.837 -2.155

X2.2 1.000 4.000 -.355 -1.825 -.889 -2.289

X2.1 1.000 4.000 -.382 -1.965 -.801 -2.061

X1.4 5.900 10.000 -.500 -2.575 -.950 -2.445

X1.3 10.000 20.000 -.439 -2.262 -.941 -2.423

X1.2 15.880 40.000 -.450 -2.315 -.999 -2.572

X1.1 10.000 30.000 -.208 -1.071 -1.160 -2.485

Multivariate

13.930 2.559

2. Evaluasi Outliers

Outliers adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang

terlihat sangat berbeda dengan data lainnya dan muncul dalam bentuk nilai

ekstrim, baik untuk variabel tunggal maupun kombinasi (Hair, et al, 1995).

a. Univariate Outliers

Pengujian ada tidaknya univariat outliers dilakukan dengan menganalisis nilai

Standardized (Z-score) dari data penelitian yang digunakan. Apabila terdapat

nilai Z-score berada pada rentang ≥ ± 3, maka akan dikategorikan sebagai

univariat outliers. Hasil pengolahan data untuk pengujian ada tidaknya

univariate outliers disajikan pada Tabel 5.19.

Sumber : Data primer yang diolah, 2014 (Lampiran 6)

Page 103: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

103

Tabel 5.19

Hasil Analisis Outliers Univariat Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Zscore: Permodalan 118 -2.34044 1.18628 .0000000 1.00000000

Zscore: Aset 118 -2.04277 1.15406 .0000000 1.00000000

Zscore: Rentabilitas 118 -2.84647 .99199 .0000000 1.00000000

Zscore: Likuiditas 118 -2.40900 1.03100 .0000000 1.00000000

Zscore: Capital 118 -1.99255 1.18620 .0000000 1.00000000

Zscore: Condition 118 -2.09361 1.22417 .0000000 1.00000000

Zscore: Capability 118 -1.99052 1.17441 .0000000 1.00000000

Zscore: Collateral 118 -1.95934 1.20881 .0000000 1.00000000

Zscore: Persaingan Usaha

118 -1.83103 1.25519 .0000000 1.00000000

Zscore: Perekonomian 118 -1.75310 1.27671 .0000000 1.00000000

Zscore: Kepercayaan 118 -2.03644 1.21233 .0000000 1.00000000

Zscore: Degree of risk 118 -1.84280 1.19877 .0000000 1.00000000

Zscore: Jangka Waktu 118 -1.81507 1.14996 .0000000 1.00000000

Zscore: Kontra Prestasi 118 -1.89365 1.16828 .0000000 1.00000000

Zscore: Non Performing Loan

118 -1.38936 2.02618 .0000000 1.00000000

Valid N (listwise) 118

Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak terdapat indikator yang

memiliki univariat outliers.

b. Multivariat Outliers

Untuk melacak adanya outliers multivariatedilakukan dengan menghitung

jarak Mahalanobis (Mahalanobis distance) untuk tiap observasi dengan tingkat

p<0,001. Jarak mahalanobis dievaluasi dengan menggunakan Chi Squaredengan

derajat bebas sejumlah indikator yang dianalisis. Untuk menghitung Mahalanobis

distance berdasarkan nilai Chi-square pada derajat bebas 15 (jumlah indikator)

pada tingkat p < 0,001 adalah χ2 (15;0,001) = 30,58 (berdasarkan tabel distribusi

χ2). Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa jarak Mahalanobis

Sumber :Data primer yang diolah, 2014 (Lampiran 7)

Page 104: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

104

maksimal adalah 30,201 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

multivariate outliers.

3. Evaluasi Multicollinearity dan Singularity

Pengujian data selanjutnya adalah untuk melihat apakah terdapat

multikolinearitas dalam sebuah kombinasi variabel eksogen. Indikasi adanya

multikolinearitas dan singularitas dapat diketahui melalui nilai determinan matriks

kovarians yang benar-benar kecil atau mendekati nol. Dari hasil pengolahan data,

nilai determinan matriks kovarians sampel adalah :

Determinant of sample covariance matrix = 14 069.865

Dari hasil pengolahan data tersebut dapat diketahui nilai determinant of

sample covariance matrix berada jauh dari nol. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa data penelitian yang digunakan tidak terdapat multikolinearitas.

4. Evaluasi Nilai Residual

Setelah melakukan estimasi, residualnya haruslah kecil atau mendekati nol

dan distribusi frekuensi dari kovarians residual haruslah bersifat simetrik. Jika

suatu model memiliki nilai kovarians residual yang tinggi (>2,58) maka sebuah

modifikasi perlu dipertimbangkan dengan catatan ada landasan teoritisnya. Dari

hasil analisis statistik yang dilakukan dalam penelitian ini, tidak ditemukan nilai

standardized residual covariance yang lebih dari 2,58 sehingga dapat dikatakan

bahwa syarat residual terpenuhi.

5. Evaluasi Reliability dan Variance Extract

Uji reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat

memberikan hasil yang relatif sama apabila dilakukan pengukuran kembali pada

Page 105: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

105

obyek yang sama. Nilai reliabilitas minimum dan dimensi/indikator pembentuk

variabel laten yang dapat diterima adalah sebesar 0,70.

Sedangkan pengukuran Variance Extract menunjukkan jumlah varians

dari indikator yang diekstraksi oleh konstruk/variabel laten yang dikembangkan.

Nilai Variance Extract yang dapat diterima adalah minimal 0,50. Hasil

perhitungan Reliability dan Variance Extract dapat dilihat pada Tabel 5.20.

Tabel 5.20

Reliability dan Variance Extract

Variabel Reliability Variance Extract

Kondisi Internal LPD 0,97 0,96

Kondisi Calon Debitur 0,95 0,93

Kondisi Eksternal LPD 0,91 0,87

Pemberian Kredit 0,94 0,93

Berdasarkan hasil perhitungan yang ditampilkan dalam Tabel 5.20

diketahui bahwa masing-masing variabel laten yang diteliti dalam penelitian ini

dapat memenuhi kriteria reliabilitas dan Variance Extract.

5.3 Pengujian Hipotesis

Setelah melakukan penilaian terhadap asumsi-asumsi yang ada pada SEM,

selanjutnya akan dilakukan pengujian hipotesis sebagaimana diajukan. Pengujian

keempat hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dilakukan dengan

menganalisis nilai Critical Ratio (CR) dan probabilitas suatu hubungan kausalitas.

Sumber :Data primer yang diolah, 2014 (Lampiran 8)

Page 106: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

106

Sumber :Data primer yang diolah, 2014 (Lampiran 6)

Tabel 5.21

Pengujian Hipotesis

Std. Est Est SE CR P

Pemberian

Kredit

← Kondisi

Internal

0,384 0,061 0,011 5,436 0,000

Pemberian

Kredit

← Kondisi

Debitur

0,436 0,427 0,065 6,589 0,000

Pemberian

Kredit

← Kondisi

Eksternal

0,110 0,133 0,025 5,302 0,000

NPL ← Pemberian

Kredit

-0,785 -0,918 0,082 -11,974 0,000

5.3.1 Pengujian Hipotesis 1

H1 : Kondisi internal LPD berpengaruh signifikan terhadap pemberian

kredit

Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh kondisi internal LPD

terhadap pemberian kredit menunjukkan nilai CR sebesar 5,436 dengan

probabilitas sebesar 0,000. Oleh ksrena nilai probabilitas < 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa variabel kondisi internal LPD terbukti berpengaruh positif

terhadap pemberian kredit.

5.3.2 Pengujian Hipotesis 2

H2 : Kondisi calon debitur LPD berpengaruh signifikan terhadap

pemberian kredit

Parameter estimasi pengujian pengaruh kondisi calon debitur LPD

terhadap pemberian kredit menunjukkan nilai CR sebesar 6,589 dengan

probabilitas sebesar 0,000. Oleh karena nilai probabilitas < 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa variabel kondisi calon debitur LPD berpengaruh positif

terhadap pemberian kredit.

Page 107: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

107

5.3.3 Pengujian Hipotesis 3

H3 : Kondisi eksternal LPD berpengaruh signifikan terhadap

pemberian kredit

Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh kondisi eksternal LPD

terhadap pemberian kredit menunjukkan nilai CR sebesar 5,302 dengan

probabilitas sebesar 0,000. Oleh karena nilai probabilitas < 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa variabel kondisi eksternal LPD terbukti secara signifikan

berpengaruh positif terhadap pemberian kredit.

5.3.4 Pengujian Hipotesis 4

H4 : Pemberian kredit berpengaruh signifikan terhadap Non

Performing Loan

Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh pemberian kredit terhadap

NPL, menunjukkan nilai CR sebesar -11,974 dengan probabilitas 0,000. Oleh

karena nilai probabilitas < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel

pemberian kredit terbukti secara signifikan berpengaruh negatif terhadap NPL.

Tabel 5.22

Hasil Pengujian Hipotesis

Hipotesis Bunyi Hipotesis Hasil Pengujian

H1 Kondisi internal LPD berpengaruh

signifikan terhadap pemberian kredit

Dibenarkan

H2 Kondisi calon debitur LPD berpengaruh

signifikan terhdap pemberian kredit

Dibenarkan

H3 Kondisi eksternal LPD berpengaruh

signifikan terhadap penilaian pemberian

kredit

Dibenarkan

H4 Pemberian kredit berpengaruh signifikan

terhadap Non Performing Loan

Dibenarkan

Sumber :Data primer yang diolah, 2014

Page 108: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

108

Diantara faktor kondisi internal LPD, kondisi calon debitur LPD dan

kondisi eksternal LPD, yang memiliki nilai pengaruh total tertinggi terhadap NPL

adalah faktor kondisi calon debitur LPD, artinya faktor kondisi calon debitur LPD

adalah faktor yang paling menentukan kuantitas kredit macet yang ditunjukkan

oleh nilai NPL LPD.

5.4 Pembahasan

5.4.1 Pengaruh Kondisi Internal LPD Terhadap Pemberian Kredit

Hasil pengujian hipotesis terhadap variabel kondisi internal LPD dan

pemberian kredit menunjukkan bahwa kondisi internal LPD terbukti signifikan

berpengaruh positif terhadap pemberian kredit. Semakin luasnya ruang lingkup

kegiatan LPD sebagai suatu lembaga keuangan, mengakibatkan Ketua LPD tidak

dapat melakukan pengawasan secara langsung terhadap operasi LPD, sedangkan

tanggung jawab yang utama untuk menjaga keamanan harta milik LPD dan untuk

mencegah kesalahan-kesalahan dan kecurangan-kecurangan, terletak di tangan

Ketua LPD, oleh karena itu Kepala LPD perlu melimpahkan tugas, wewenang dan

tanggung jawab secara jelas dan terstruktur kepada bawahannya.

Faktor internal bank yang memberikan kredit, seperti: mark up yang dilakukan

dengan sengaja, feasibility study yang dibuat supaya proyek sangat feasible,

adanya praktik KKN, kurang ketatnya monitoring kredit, dan sebagainya. Adanya

faktor-faktor ini setidaknya berpengaruh terhadap tingkat rasio-rasio kesehatan

LPD seperti CAR dan LDR serta mempengaruhi total asset yang dimiliki oleh

LPD yang tercermin dalam rasio bank size. Faktor internal perusahaan (nasabah

Page 109: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

109

LPD), seperti mismanagement dalam perusahaan nasabah, kesulitan keuangan,

kesalahan dalam produksi, kesalahan dalam marketing strategy.

Adanya pelimpahan sebagian tugas, wewenang dan tanggungjawab

tersebut, Ketua LPD membutuhkan suatu cara yang dapat memberikan efektivitas

dan efisiensi operasi perusahaan, memberikan ketaatan terhadap kebijakan dan

prosedur yang ditetapkan. Oleh karena itu Ketua LPD perlu menetapkan suatu

cara pemberian kredit yang memadai sesuai dengan pelatihan dilakukan untuk

meningkatkan kinerja karyawan LPD agar tercipta efisiensi dalam pengoperasian

LPD ke depan, melalui unsur-unsur dalam pemberian kredit, yaitu kepercayaan,

jangka waktu, degree of risk dan kontra prestasi.

5.4.2 Pengaruh Kondisi Calon Debitur LPD Terhadap Pemberian Kredit

Hasil pengujian hipotesis terhadap variabel kondisi calon debitur dan

pemberian kredit menunjukkan bahwa kondisi calon debitur terbukti signifikan

berpengaruh positif terhadap pemberian kredit. Penyaluran kredit dari LPD

kepada masyarakat ikut mendorong laju pertumbuhan industri kecil/mikro

sehingga pertumbuhan ekonomi masyarakat desa semakin maju. Hal ini juga

berarti dapat mempengaruhi peningkatan pendapat masyarakat (Multifer Effect),

seperti warga yang tidak melunasi utang-utangnya di LPD itu walaupun tidak

dikenakan sanksi adat seperti yang termuat di dalam Awig-Awig tapi di dalam

pelaksanaan dari hasil paruman dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan bahkan

terkadang warga merasa aman dan dilindungi oleh Desa Adatnya.

Apabila tidak dapat memenuhi sanksi denda, akan dijatuhkan sanksi adat

kanorayang. Lebih lanjut dinyatakan oleh Bapak I Nyoman Mudayasa (Ketua

Page 110: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

110

Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Pekraman Blahbatuh), Sanksi denda yang

dijatuhkan oleh Desa Adat kepada I Nyoman Temen (salah satu debitur yg

wanprestasi) itu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh I Nyoman Temen tanpa

adanya hambatan.

Upaya penyelesain kredit apabila debitur dinyatakan wanprestasi pada

Lembaga Perkreditan Desa Lebih,dilakukan dua tahap yaitu:

1) Oleh Lembaga Perkreditan Desa : Pendekatan oleh staf seksi kredit terhadap

peminjam kredit dengan cara mendatangi rumah peminjam kredit; kemudian

melakukan teguran oleh ketua LPD,jika teguran itu diberikan sebanyak tiga kali

berturut-turut selama tiga bulan dan peminjam kredit tidak menghiraukan maka

Lembaga Perkreditan Desa melimpahkannya kepada desa.

2) Oleh Desa Adat dilakukan melalui : Pendekatan oleh Pengurus Desa Adat

terhadap peminjam kredit yang tidak melunasi kreditnya di Lembaga Perkreditan

Desa,dan jika tidak dihiraukan maka Desa Adat membahasnya dalam paruman

desa;dalam paruman Desa itu diputuskan sanksi yang diberikan kepada pengambil

kredit tersebut yang berupa sanksi denda.

Salah satu faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan

cara pemberian kredit, adalah faktor kondisi calon debitur. Faktor kondisi calon

debitur umumnya dikategorikan berdasarkan 5C (character, capacity, capital,

collateral, dan condition). Pada LPD tidak terdapat jaminan, sehingga tidak

dilakukan penilaian terhadap colateral. Melalui penilaian terhadap komponen

character, capacity, capital, dan condition. Diterjemahkan dalam kredit rating

sehingga LPD dapat menilai risiko yang akan ditanggungnya pada saat

Page 111: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

111

menyalurkan kredit kepada nasabah-nasabahnya. Dengan demikian, LPD dapat

memutuskan pemberian kredit ke nasabah yang bersangkutan, mengenai jumlah

pinjaman, suku bunga dan jatuh tempo berdasarkan penilaian tersebut.

Masyhud Ali (2004) juga menegaskan bahwa saat memberikan kredit,

bank harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untuk membayar

kembali kewajibannya. Setelah kredit diberikan, bank wajib melakukan

pemantauan terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur

dalam memenuhi kewajibannya.

Suyatno (1997) berpendapat, oleh karena pemberian kredit yang dimaksud

untuk memperoleh keuntungan, suatu lembaga kredit akan memberikan kredit

kepada nasabah jika ia betul-betul merasa yakin bahwa nasabah yang akan

menerima kredit itu mampu dan mau mengembalikan kredit yang telah

diterimanya. Dari faktor kemampuan tersebut, Suyatno (1997) lebih jauh

menyatakan bahwa keuntungan atau profitability merupakan tujuan dari

pemberian kredit yang terjelma dalam bentuk bunga yang diterima serta

keamanan atau safety yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan

harus benar-benar terjamin pengembaliannya, sehingga tujuan profitability benar-

benar tercapai tanpa hambatan-hambatan berarti.

Hasil penelitian ini juga merupakan bukti empiris terhadap pendapat yang

disampaikan oleh Kasmir (2003) bahwa dalam pemberian kredit terkandung unsur

kepercayaan yang merupakan falsafah dasar yang melatarbelakangi timbulnya

kredit, adanya kesepakatan antara pemberi kredit (kreditur) dengan penerima

kredit (debitur) untuk melaksanakan hak dan kewajibannya masing-masing,

Page 112: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

112

adanya jangka waktu yang mencakup masa pengembalian kredit yang telah

disepakati bersama oleh kreditur dan debitur, risiko, dan bunga.

5.4.3 Pengaruh Kondisi Eksternal Terhadap Pemberian Kredit

Hasil pengujian hipotesis terhadap pengaruh variabel kondisi eksternal

LPD terhadap pemberian kredit menunjukkan bahwa kondisi eksternal LPD

terbukti signifikan berpengaruh positif terhadap pemberian kredit. Kondisi

eksternal adalah rangsangan dari kondisi di luar LPD yang mempengaruhi LPD

dalam proses tersebut. Dalam menetapkan pemberian kredit. Analisis yang

lengkap terhadap faktor-faktor eksternal yang berpengaruh terhadap LPD dapat

digunakan untuk menghasilkan suatu strategi pemantauan dan pengendalian yang

memadai agar tujuan tercapai.

Ketua LPD Tegallalang, I Ketut Madra, mengatakan pihaknya

memimpikan lembaga ini mampu menjadi penyangga perekonomian masyarakat

Bali. Hanya saja mengelola kepercayaan ini memang tidak mudah. Karenanya

kami tetap membutuhkan manajemen yang cakap. Apalagi perkembangan

lembaga ini semakin pesat dari tahun ke tahun, ujarnya. Karenanya, ia pun

berharap pemerintah mampu memberikan pencerahan kepada lembaga non bank

yang memang secara riil terbukti menyentuh masyarakat langsung. Pasalnya,

lanjut Madra, lembaga ini seperti menghadapi buah simalakama. Berlaku sebagai

lemb aga tetapi mampu bertindak seperti perbankan. Ia pun khawatir ini bisa

dipermasalahkan di masa yang akan datang karena dianggap bertentangan dengan

hukum perbankan. Terlepas dari bagaimana para pakar memikirkannya, lembaga

yang lahir dan besar di tengah masyarakat desa ini patut dihargai. Sebelum LPD

Page 113: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

113

merumuskan pemberian kredit, pengurus LPD (terutama Ketua) harus mengamati

kondisi lingkungan eksternal untuk mengidentifikasi kesempatan dan ancaman

yang mungkin terjadi. Untuk itu perlu dilakukan pengamatan lingkungan untuk

mengetahui tingkat kekerasan lingkungan yang dihadapi suatu perusahaan dalam

menentukan strategi bisnisnya. Lingkungan yang keras menciptakan

ketidakpastian yang lebih rendah dan persaingan yang ketat dibandingkan dengan

lingkungan yang ramah. Pengamatan lingkungan adalah pemantauan,

pengevaluasian dan penyebaran informasi dan lingkungan eksternal kepada pihak

manajemen dalam perusahaan sebagai alat manajemen untuk menghindari kejutan

strategi serta memastikan kesehatan manajemen jangka panjang.

5.4.4 Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Non Performing Loan

Hasil pengujian hipotesis terhadap pengaruh variabel pemberian kredit

terhadap NPL menunjukkan bahwa efektivitas dan efisiensi pemberian kredit

terbukti signifikan berpengaruh negatif terhadap NPL. NPL adalah kredit yang

masuk ke dalam kategori kredit kurang lancar, diragukan dan macet. Berdasarkan

kriteria yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia besarnya rasio NPL suatu

LPD ditentukan oleh kolektabilitas kreditnya karena rasio. NPL adalah

perbandingan antara kredit tidak lancar dengan jumlah kredit yang diberikan.

Semakin rendah rasio NPL berarti semakin baik kualitas NPL.

Status NPL pada prinsipnya didasarkan pada ketetapan waktu bagi

nasabah untuk membayarkan kewajiban, baik berupa pembayaran bunga maupun

pengembalian pokok pinjaman. Proses pemberian dan pengelolaan kredit yang

baik diharapkan dapat menekan NPL sekecil mungkin. Dengan kata lain,

Page 114: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

114

tingginya NPL sangat dipengaruhi oleh kemampuan LPD dalam menjalankan

proses pemberian kredit dengan baik maupun dalam hal pengelolaan kredit,

termasuk tindakan pemantauan (monitoring) setelah kredit disalurkan dan

tindakan pengendalian bila terdapat indikasi penyimpangan kredit maupun

indikasi gagal bayar.

Menurut Batubara (2000), strategi pemberian kredit suatu bank

mempunyai pengaruh yang besar dalam mengendalikan NPL bank. Semakin

efisien dan efektif strategi yang digunakan tersebut akan menyebabkan NPL

rendah. NPL ini bisa dikendalikan dengan strategi pemberian kredit yang efektif

dan efisien yaitu dengan tetap menjalankan pemberian kredit yang prudent atau

dengan prinsip kehati-hatian yang tinggi.

Page 115: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

115

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

beberapa hal yaitu :

1) Pengaruh kondisi internal LPD dan pemberian kredit menunjukkan bahwa

kondisi internal LPD bersifat positif. Semakin luas ruang lingkup kegiatan

LPD sebagai suatu lembaga keuangan, mengakibatkan Kepala LPD tidak

dapat melakukan pengawasan secara langsung terhadap operasional LPD, oleh

karena itu Kepala LPD perlu melimpahkan tugas, wewenang, dan tanggung

jawab secara jelas dan terstruktur kepada bawahannya, karena semakin baik

kondisi internal LPD maka semakin baik pula pemberian kredit pada LPD.

2) Pengaruh kondisi calon debitur LPD terhadap pemberian kredit bersifat positif

dan paling berpengaruh terhadap NPL. Faktor penting yang perlu

dipertimbangkan dalam menetapkan cara pemberian kredit adalah kondisi

calon debitur, dikatagorikan berdasarkan 5C (character, capatity, capital,

collateral, dan condotion). Melalui penilaian terhadap komponen 5C

diharapkan LPD dapat dapat menilai risiko yang akan ditanggungnya pada

saat menyalurkan kredit kepada nasabah-nasabahnya. Dengan demikian LPD

dapat memutuskan pemberian kredit ke nasabah yang bersangkutan, mengenai

jumlah pinjaman, suku bunga dan jatuh tempo berdasarkan penilaian tersebut.

Dimana semakin baik kondisi calon debitur, maka semakin baik juga

pemberian kredit pada LPD.

Page 116: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

116

3) Pengaruh kondisi eksternal LPD terhadap pemberian kredit bersifat positif

yang berarti analisis yang lengkap terhadap faktor-faktor eksternal yang

berpengaruh terhadap LPD dapat digunakan untuk menghasilkan suatu strategi

pemantauan dan pengendalian yang memadai agar tujuan tercapai.

4) Pengaruh pemberian kredit terhadap NPL bersifat negatif, dimana semakin

baik pemberian kredit, maka akan menurunkan nilai NPL, sebaliknya semakin

buruk pemberian kredit, maka akan meningkatkan nilai NPL. Dengan kata lain

tingginya NPL sangat dipengaruhi oleh kemampuan LPD dalam menjalankan

proses pemberian kredit dengan baik maupun dalam hal pengelolaan kredit,

termasuk tindakan pemantauan (monitoring) setelah kredit disalurkan dan

tindakan pengendalian bila terdapat indikasi penyimpangan kredit maupun

indikasi gagal bayar.

6.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini antara lain :

1) Usahakan secara implisit terkandung bahwa manajemen secara keseluruhan

perlu diperbaiki, baik itu penilaian terhadap calon nasabah, maupun kualitas

SDM untuk menghindari terjadinya kredit fiktif yang kadang bisa terjadi,

sehingga dapat menyebabkan tingginya NPL.

2) Untuk menekan tingkat NPL LPD, cara pemberian kredit yang ditetapkan oleh

LPD juga harus didasarkan pada analisis terhadap kondisi internal LPD.

Pencatatan terhadap kondisi keuangan perlu dilakukan secara akurat dan rutin

sehingga bila ada penurunan dapat dilakukan tindakan perbaikan.

3) Melaksanakan pelatihan-pelatihan untuk menciptakan manajemen cakap

dalam mengelola LPD ke depan.

Page 117: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

117

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Faisal. 2005. Manajemen Perbankan. Edisi Revisi. Malang : Universitas

Muhammadiyah Malang.

Antiningrum, Sri. 2003. “Analisis Internal Eksternal Untuk Penentuan Strategi

Bersaing (Studi Pada PT. Sampurna Kuningan Juwanan di Pati)”.(tesis).

Surakarta: Universitas Muhamaddiyah Surakarta.

Anonim. 2010. “Presiden Puji Keberhasilan LPD di Bali”. 27 Januari 2011.

Available from :http://bali.antaranews.com/berita/7055/presiden-puji-

keberhasilan-lpd-di-bali.

Anonim. 2011. “Kredit Macet LPD Bergerak Liar Dekati 10 Persen”. Bisnis Bali,

27 Januari 2011. Available from :

http://www.bisnisbali.com/2011/01/27/news/perbankan/m.html.

Arens, Alvin A., dan James K.Loebbecke. 2000. Auditing an Integrated Approach,

8th

edition. Prentice Hall. New Jersey : Englewood.

Bank Indonesia, Surat Keputusan Direksi BI No.7/2/PBI, tentang Penilaian

Kualitas Aktiva Bank Umum.

Bank Indonesia. 2006. PBI No. 8/19/PBI/2006. Available from : www.bi.go.id.

Batubara, Rudi. 2000. “Upaya Restrukturisasi Non Performing Loan dalam

Rangka Memperbaiki Kualitas Aktivitas Aktiva Produktif (Studi Kasus

terhadap Program Restrukturisasi NPL Bank X)”.(Tesis)Jakarta :

Universitas Indonesia.

Bedson, Jamie. 2009. Laporan Industri Keuangan Mikro Indonesia. Edisi Januari

2009. Jakarta : Banking With the Poor Network.

Candraningsih, Ica Rika. 2005. “Analisis Tingkat Kesehatan Lembaga Perkreditan

Desa di Kabupaten Badung dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”.

(Tesis) Denpasar : Universitas Udayana.

COSO (Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commision).

1997. Internal Control Integrated Frame Work, edition in two volumes.

Darsana, Ida Bagus. 2010. Kertha Wicaksana Vol.16 No.1 Halaman 11. Peranan

dan Kedudukan LPD Dalam Sistem Perbankan di Indonesia.

Dewi, Chandra. 2009. “Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Strategi Pemberian

Kredit dan Dampaknya Terhadap NPL (Studi Kasus Pada Bank Perkreditan

Rakyat di Propinsi Jawa Tengah)”. (Tesis). Semarang : Universitas

Diponegoro.

Page 118: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

118

Djohanputro, Bramantyo dan Ronny Kountur. 2007. Non Performing Loan (NPL)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Available from : www.profi.or.id.

Ferdinand, Augusty. 2002. Structural Equation Modelling dalam Penelitian

Manajemen, Aplikasi Model-model Rumit dalam Penelitian untuk Tesis

Magister dan Disertasi. Semarang : Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Financial Institution Development (FID) 1993. Lembaga Perkreditan Pedesaan,

Pembentukan dan pengembangannya di Beberapa Propinsi di Indonesia

Depdagri, Jakarta.

Gubernur Kepala Daerah Provinsi Bali, 2003. Surat Keputusan Gubernur No. 3,

Tahun 2003 Tentang Status dan Tugas -Tugas Pembina LPD

Kabupaten/Kota.

Gunawan, Ketut. 2002. Peran Falsafah Tri Hita Karana Bagi Pertumbuhan dan

Kinerja Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Bali. Analisis Manajemen

Volume 5, Fakultas Ekonomi Universitas Panji Sakti Singaraja.

Hair, J.R., Joseph F., Rolp E. Anderson, Ropnald L. Tatham dan William C.Blac.

1995. Multivariate Data Analysis with Reading. Fourth Edition. Prentice

Hall: International Inc.

Indriantoro, Nur., dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penenlitian Bisnis.

Yogyakarta : Badan Penerbit Universitas Gajah Mada.

Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Edisi Keempat. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada.

Kosmidou, K. 2008. The Determinants of Bank’s Profit in Greece During Period

of EU Financial Integration. New York. MC-Graw Hill Education.

Madra, I Ketut. 2013. “Geliat LPD Desa Adat Kedonganan: LPD Sebagai Motor

Pembangun Desa Adat”, Gedong, Edisi I (10).

Mantra, Ida Bagus. 1998. Autobiografi Seorang Budayawan. Penyunting I.B.

Wiana. Denpasar: Upada Sastra.

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 tentang Lembaga

Perkreditan Desa, Denpasar.

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas

Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2002, Denpasar.

Pemerintah Daerah Provisi Bali, 2000. Himpunan Ketentuan Lembaga Perkreditan

Desa (LPD) . Biro Bina Perekonomian Setwilda Tingkat I Bali.

Page 119: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

119

Ramanta, I Wayan, 2006. “menuju LPD Sehat” Buletin studi Ekonomi, Fakultas

Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar, Vol.11 No.1.

Rahman, Hasanuddin. 1995. Aspek-aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di

Indonesia. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.

Saptono, dan Yuli Widiyatmanta. 2007. Penerapan Sistem Kredit Kelompok

Sebagai Alternatif Strategi Penyaluran Kredit Kepada Usaha Mikro

(Laporan Penelitian Terhadap Kredit Kelompok di Wilayah Kerja KBI

Solo Pasca Proyek PHBK ). Available from :

http://www.profi.or.id/index.php?option=com_content&task=view&lang=i

d&id=86&Itemid=81.

Seibel, Hans Dieter. 2008. Desa Pekraman and Lembaga Perkreditan Desa in

Bali. (A study of the relationship between customary governance,

customary village development, economic development and LPD

development). ProFI Working Paper Series WP 03/2008.

Setiawan, Nugraha. 2007. Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin dan

Tabel Krejcie-Morgan: Telaah Konsep dan Aplikasinya. Available from :

http://pustaka.unpad.ac.id /wp-

content/uploads/2009/03/penentuan_ukuran_sampel_memakai_rumus_slov

in.pdf.

Siamat, Dahlan. 2001. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama.

Silaen, Jonni A. 1994. Handout Manajemen Kredit Bank. Medan : PPABT

Perbankan Politeknik Negeri Medan.

Singarimbun, M.. dan Effendi, S. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta :

LP3ES.

Sinungan, Muchdarsyah. 1998. Manajemen Dana Bank. Edisi Ketiga. Jakarta :

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Cetakan ke-

11. Bandung : Alfabeta.

Sutrisno, Hadi. 1993. Statistik 2. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Suyatno, Thomas. 1997. Dasar-dasar Perkreditan. Cetakan Ketujuh. Jakarta : PT

Gramedia Pustaka Utama.

Tohar, M. 2000. Permodalan dan Perkreditan Koperasi. Yogyakarta : Kanisius.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Perbankan.

Veithzal, Rivai. 1994. Credit Management Handbook. Jakarta : Rineka Cipta.

Page 120: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

120

Widana, I Gusti Ketut. 2012. Mengenal Budaya Hindu di Bali. PT. BP Denpasar,

Denpasar.

Widarjono, Agus. 2010. Analisis Statistika Multivariat Terapan. Yogyakarta : UPP

STIM YKPN.

Page 121: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

121

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

Kuesioner ini dibuat semata-mata untuk maksud penelitian dengan judul “Analisis

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal terhadap Jumlah Kredit dan Dampaknya

Terhadap Non Performing Loan (NPL) Pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) –

Desa Adat di Kabupaten Gianyar” dan bukan untuk maksud evaluasi atau

penilaian. Semua informasi yang diperoleh akan disimpan kerahasiaannya.

Terima kasih.

Data Umum Responden :

Nama LPD :………………………………………………………………………

Petunjuk Pengisian :

Pada bagian ini Bapak/Ibu/Saudara/Saudari diminta untuk memberikan pendapat

atas pernyataan-pernyataan yang ada dengan cara memberi tanda silang (X) pada

kotak salah satu nomor jawaban yang telah disediakan antara skala 1-4. Skala

nomor tersebut menunjukkan seberapa dekat jawaban Bapak/Ibu/Saudara/Saudari

dengan pilihan yang tersedia. Skala 1 menunjukkan sangat tidak setuju dengan

pernyataan yang disediakan, sedangkan skala 4 menunjukkan sangat setuju

dengan pernyataan yang disediakan.

Page 122: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

122

Variabel Kondisi Internal LPD

1. Indeks capital (Permodalan) LPD : …………………………………………....

2. Indeks assets quality (Kualitas Aktiva Produktif) LPD : ………………………

3. Indeks earnings (Rentabilitas) LPD : …………………………………………..

4. Indeks liquidity (Likuiditas) LPD : …………………………………………….

I. Variabel Kondisi Calon Debitur LPD

5. Selama ini, nasabah kredit di LPD tempat Bapak / Ibu bekerja memiliki

karakter yang baik dalam menyelesaikan kreditnya :

(1) Sangat tidak setuju

(2) Tidak setuju

(3) Setuju

(4) Sangat setuju

Alasan : ………………………………………………………...........................

…………………………………………………………………………………..

6. Selama ini, kredit yang diberikan oleh LPD tempat Bapak / Ibu bekerja

dimanfaatkan oleh nasabah kredit sesuai dengan tujuan awal pemberian kredit:

(1) Sangat tidak setuju

(2) Tidak setuju

(3) Setuju

(4) Sangat setuju

Alasan : ………………………………………………………...........................

…………………………………………………………………………………..

7. Selama ini, nasabah kredit di LPD tempat Bapak / Ibu bekerja selalu

membayar angsuran kreditnya sesuai dengan jumlah yang harus dibayarkan:

(1) Sangat tidak setuju

(2) Tidak setuju

(3) Setuju

(4) Sangat setuju

Page 123: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

123

Alasan : ………………………………………………………...........................

…………………………………………………………………………………..

8. Selama ini, nasabah kredit di LPD tempat Bapak / Ibu bekerja selalu

membayar angsuran kreditnya tepat waktu :

(5) Sangat tidak setuju

(6) Tidak setuju

(7) Setuju

(8) Sangat setuju

Alasan : ………………………………………………………...........................

…………………………………………………………………………………..

II. Variabel Faktor Eksternal LPD

9. Selama ini, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gianyar cukup pesat :

(1) Sangat tidak setuju

(2) Tidak setuju

(3) Setuju

(4) Sangat setuju

Alasan : ………………………………………………………...........................

…………………………………………………………………………………..

10. Selama ini, jumlah pesaing (lembaga-lembaga pendanaan yang lain) dari LPD

tempat Bapak / Ibu bekerja tidak banyak :

(1) Sangat tidak setuju

(2) Tidak setuju

(3) Setuju

(4) Sangat setuju

Alasan : ………………………………………………………...........................

…………………………………………………………………………………..

Page 124: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

124

III. Variabel Pemberian Kredit

11. Selama ini, LPD memberikan kepercayaan penuh pada kemampuan nasabah

kredit di LPD tempat Bapak / Ibu bekerja:

(1) Sangat tidak setuju

(2) Tidak setuju

(3) Setuju

(4) Sangat setuju

Alasan : ………………………………………………………...........................

…………………………………………………………………………………..

12. Sampai dengan saat ini, tidak terdapat banyak keluhan dari nasabah tentang

jangka waktu pengembalian kredit di LPD tempat Bapak / Ibu bekerja :

(1) Sangat tidak setuju

(2) Tidak setuju

(3) Setuju

(4) Sangat setuju

Alasan : ………………………………………………………...........................

…………………………………………………………………………………..

13. Sampai dengan saat ini, dalam memberikan kredit selalu dilihat juga tingkat

risiko yang akan dialami LPD tempat Bapak / Ibu bekerja dengan pihak luar

tidak menemui hambatan berarti:

(1) Sangat tidak setuju

(2) Tidak setuju

(3) Setuju

(4) Sangat setuju

Alasan : ………………………………………………………...........................

…………………………………………………………………………………..

14. Sampai dengan saat ini, tidak terdapat banyak keluhan dari nasabah tentang

tingkat suku bunga kredit di LPD tempat Bapak / Ibu bekerja selama ini :

(1) Sangat tidak setuju

(2) Tidak setuju

(3) Setuju

Page 125: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

125

(4) Sangat setuju

Alasan : ………………………………………………………...........................

…………………………………………………………………………………..

IV. Variabel Non Performing Loan

Posisi Per 31Desember 2013

Jumlah Kredit Tidak Lancar : ………………………………...ribu rupiah

Jumlah Kredit : ………………………………...ribu rupiah

NPL : ………………………………... persen

Page 126: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

126

Lampiran 2

Research Gap

No Permasalahan Research Gap Peneliti/ Tahun

Penelitian

Metode

Penelitian

Judul

Penelitian

1 2 3 4 5

1. Hubungan

antara Kondisi

Internal BPR

dengan Strategi

Pemberian

Kredit

a. Kondisi

internal BPR

berpengaruh

positif terhadap

strategi

pemberian

kredit

i. Wim

Voordeckers

dan Tensie

Steijvers,

2003

Analisis

model

continuation-

ratio logit

Business

collateral amd

personal

commitments in

SME lending

ii. Nataliya

Foderanko,

Dorothea

Schafer, dan

Oleksandra

Talaveran,

2007

Analisis

model

empiris

The effects of the

Bank-Internal

ratings on the

Loan Maturyty

b. Kondisi

internal BPR

berpengaruh

negatif

terhadap

strategi

pemberian

kredit

i. Arito Ono

dan Iichiro

Uesugi,

2005

Analisis

regresi linear

berganda

The Role of

Collateral and

Personal

Guarantees in

Relationship

Lending:

Evidence from

Japan's Small

Bisiness Loan

Market

ii. Leon

Klaper,

2001

Analisis

regresi linear

berganda

The Uniqueness

of Short-Term

Collateralization

2. Hubungan

antara kondisi

calon debitur

BPR dengan

srategi

pemberian

kredit

a. Calon debitur

BPR

berpengaruh

positif terhadap

strategi

pemberian

kredit

i. Gabriel

Jimenez,

Jose A.

Lopez, dan

Jesus

Saurina,

2007

Analisis

model

empiris

Empirical

Analysis of

Corporate

Credit Lines

ii. Aung

Kyaw, 2008

Analisis

deskriptif

kuantitatif

Financing Small

and Medium

Enterprises in

Myanmar

Page 127: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

127

1 2 3 4 5

b. Kondisi calon

debitur BPR

berpengaruh

negatif

terhadap

strategi

pemberian

kredit

i. Ralf Elsas

dan Jan

Pieter

Krahnen,

2002

Analisis

model

empiris

Collateral

Relationship

Lending and

Financial

Distress: An

Empirical Study

on Financial

Contracting

ii. Takang

Felix Achou

dan Ntui

Claudine

Tenguh,

2008

Analisis

regresi linear

berganda

Bank

Performance

And Credit Risk

Management

3. Hubungan

antara kondisi

eksternal BPR

dengan strategi

pemberian

kredit

a. Kondisi

eksternal BPR

berpengaruh

positif terhadap

strategi

pemberian

kredit

i. Gabriel

Jimenez,

Jose A.

Lopez, dan

Jesus

Saurina,

2007

Analisis

model

empiris

Empirical

Analysis of

Corporate

Credit Lines

ii. Leora

Klapper,

2001

Analisis

regresi linear

berganda

The Uniqueness

of Short-Term

Collateralization

b. Kondisi

eksternal BPR

berpengaruh

negatif

terhadap

strategi

pemberian

kredit

i. Wim

Voordeckers

dan Tensie

Steijvers,

2003

Analisis

model

continuation-

ratio logit

Business

collateral amd

personal

commitments in

SME lending

ii. Takang

Felix Achou

dan Ntui

Claudine

Tenguh,

2008

Analisis

regresi linear

berganda

Bank

Performance

And Credit Risk

Management

4. Hubungan

antara strategi

pemberian

kredit dengan

Non Performing

Loan

a. Strategi

pemberian

kredit

berpengaruh

positif terhadap

Non

Performing

Loan

i. Michael

Manove,

A.Jorge

Padilla, dan

Marco

Pagano,

2001

Analisis

deskriptif

kuantitatif

Collateral

versus project

cdreening: a

model of lazy

banks

Page 128: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

128

1 2 3 4 5

ii. Jessica

Petersson

dan Isac

Wadman,

2004

Analisis

deskriptif

kuantitatif

Non Performing

Loans (The

markets of Italy

and Sweden)

b. Strategi

pemberian

kredit

berpengaruh

negatif

terhadap Non

Performing

Loan

i. Jhony P.

Chen, 2003

Analisis

deskriptif

kualiatif

Non Performing

Loan

Securization in

the People's

Republic of

China

ii. Dar Yeh

Hwang dan

Wei Hsiung

Wu, 2006

Analisis

deskriptif

kualiatif

Financial

System Reform

in Taiwan

Sumber : Dewi, Chandra : 2009

Page 129: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

129

Lampiran 3

TABULASI DATA JAWABAN RESPONDEN

NO RES. x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 NPL

1 12.00 18.81 14.30 6.00 2 2 2 2 2 1 3 2 3 2 2 13.32

2 25.00 27.15 18.30 8.35 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 9.14

3 24.80 32.99 14.00 7.90 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 9.13

4 23.30 30.95 19.60 5.90 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 8.76

5 26.69 40.00 14.30 9.35 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 5.26

6 25.00 32.00 14.50 9.63 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 9.09

7 27.85 30.00 15.50 8.40 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 9.04

8 24.42 40.00 20.00 8.84 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3.28

9 22.00 34.09 15.99 8.00 3 3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 6.44

10 24.00 40.00 15.40 9.53 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 6.39

11 16.40 38.06 16.10 7.98 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 12.12

12 10.00 18.25 10.00 6.43 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 20.95

13 30.00 40.00 20.00 10.00 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2.65

14 19.40 21.78 14.90 8.58 2 2 1 3 1 3 2 3 3 2 2 11.93

15 10.00 16.40 10.00 6.50 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 20.77

16 21.65 33.14 17.30 10.00 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 11.84

17 30.00 40.00 20.00 10.00 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3.24

18 22.00 29.35 14.83 8.94 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 11.70

19 17.57 22.40 15.00 8.70 2 2 1 2 2 1 3 2 3 2 2 13.22

20 18.89 28.59 14.50 7.49 3 2 2 2 1 2 3 2 3 2 2 12.92

21 27.57 34.60 20.00 10.00 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 5.19

Page 130: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

130

NO RES. x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 NPL

22 13.00 19.60 14.00 6.98 2 1 2 1 1 1 2 1 3 1 1 19.92

23 24.30 30.63 20.00 8.35 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 8.46

24 16.46 18.90 16.34 7.52 2 1 1 2 1 2 1 1 3 1 1 19.90

25 18.00 26.74 20.00 8.36 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 11.31

26 30.00 35.81 20.00 10.00 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3.99

27 17.87 16.90 14.98 6.25 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 20.73

28 16.67 19.63 15.60 7.35 2 2 2 1 1 3 1 1 2 1 1 20.63

29 30.00 40.00 20.00 10.00 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2.60

30 30.00 40.00 20.00 10.00 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2.45

31 18.98 22.74 15.80 8.93 2 2 2 2 1 3 2 3 2 2 2 12.69

32 30.00 40.00 20.00 10.00 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 2.37

33 16.93 20.20 15.90 7.10 2 2 1 2 1 3 1 1 2 2 1 19.65

34 30.00 40.00 20.00 10.00 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2.23

35 19.46 26.25 14.38 7.93 1 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 18.64

36 19.46 21.62 14.20 8.25 2 2 1 2 3 2 1 2 2 1 2 18.41

37 28.46 34.68 14.90 10.00 3 3 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4.92

38 21.90 30.00 16.40 9.35 3 3 3 3 4 3 2 3 3 2 3 8.46

39 17.47 22.75 18.22 8.77 3 2 1 2 3 2 1 2 3 3 2 11.21

40 30.00 38.79 20.00 10.00 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2.19

41 30.00 39.43 19.80 10.00 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 2.10

42 19.64 30.97 18.40 7.33 3 3 2 3 1 2 4 2 3 3 3 8.21

43 30.00 40.00 20.00 10.00 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 1.97

44 19.46 24.96 15.90 7.24 1 2 3 2 3 1 2 2 3 1 1 18.02

45 12.98 18.52 16.23 6.83 2 2 1 1 1 2 1 1 3 2 1 17.95

Page 131: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

131

NO RES. x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 NPL

46 30.00 40.00 20.00 10.00 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 1.97

47 18.45 21.82 12.50 8.88 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 17.65

48 22.00 36.13 20.00 9.33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 8.07

49 22.00 40.00 20.00 10.00 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4.83

50 30.00 40.00 20.00 10.00 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 1.95

51 27.42 38.40 15.50 10.00 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 6.18

52 30.00 40.00 20.00 10.00 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 1.94

53 26.69 37.49 19.50 10.00 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3.92

54 18.53 19.44 15.90 8.46 2 2 3 1 2 2 2 1 3 2 1 17.35

55 30.00 40.00 20.00 10.00 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3.19

56 30.00 40.00 20.00 10.00 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 1.93

57 19.24 18.47 14.73 8.35 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 19.61

58 30.00 40.00 20.00 10.00 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 1.83

59 22.97 36.03 19.90 10.00 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 6.12

60 30.00 40.00 20.00 10.00 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 1.80

61 17.80 18.61 18.87 9.42 2 2 2 2 1 2 3 2 3 1 2 15.73

62 19.12 30.00 18.90 7.87 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 11.13

63 30.00 40.00 20.00 10.00 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 1.78

64 18.86 31.27 18.60 8.94 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 8.06

65 30.00 40.00 20.00 10.00 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 1.46

66 19.56 28.60 14.70 8.64 2 3 2 2 3 2 1 2 3 3 2 11.06

67 13.69 18.92 15.80 6.22 2 1 1 2 1 2 1 2 3 1 1 17.20

68 15.14 19.55 14.80 7.99 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 19.47

69 30.00 40.00 20.00 10.00 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 1.41

Page 132: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

132

NO RES. x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 NPL

70 16.00 16.45 11.00 7.34 2 1 2 1 1 2 1 2 3 1 1 17.14

71 23.68 30.00 20.00 10.00 4 4 3 3 4 4 2 3 3 3 2 8.03

72 19.23 18.00 14.11 7.25 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 19.41

73 27.57 33.12 19.50 10.00 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4.67

74 30.00 38.85 19.80 10.00 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 3.01

75 21.30 30.31 17.84 7.48 1 2 3 2 3 2 1 3 3 2 2 10.90

76 22.69 32.67 20.00 10.00 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4.52

77 19.43 26.73 15.10 8.99 3 2 2 2 3 1 2 2 3 1 2 15.73

78 30.00 38.22 20.00 10.00 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 2.92

79 15.52 20.42 15.24 7.56 2 2 1 2 1 3 1 2 2 1 1 19.16

80 30.00 40.00 20.00 10.00 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 1.40

81 30.00 40.00 20.00 10.00 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 1.35

82 21.68 30.00 18.30 10.00 4 3 3 3 2 3 4 3 2 3 2 10.72

83 19.57 20.52 15.86 8.32 1 2 2 2 2 2 1 3 1 2 2 15.69

84 30.00 40.00 20.00 10.00 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 2.86

85 16.34 19.02 14.40 6.78 2 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 20.52

86 30.00 40.00 20.00 10.00 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 1.32

87 30.00 40.00 20.00 10.00 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 2.81

88 20.43 30.00 20.00 8.38 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 10.70

89 18.44 30.00 14.70 8.38 2 2 3 2 2 2 3 2 1 2 2 17.02

90 30.00 40.00 20.00 10.00 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 1.31

91 28.47 35.81 20.00 10.00 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3.89

92 30.00 40.00 20.00 10.00 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1.29

93 16.79 27.52 15.40 7.98 2 3 2 2 2 2 2 3 1 2 2 15.66

Page 133: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

133

NO RES. x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 NPL

94 25.79 34.45 19.70 10.00 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 6.07

95 23.69 32.64 19.23 10.00 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 2 5.92

96 19.34 30.71 16.00 9.70 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 10.60

97 21.57 31.43 20.00 10.00 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 5.81

98 27.98 33.30 20.00 10.00 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4.51

99 21.42 30.00 14.63 7.42 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 12.59

100 28.42 31.60 15.50 9.52 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 4 4.34

101 19.43 28.87 18.90 8.34 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 12.69

102 30.00 40.00 20.00 10.00 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 1.24

103 13.55 30.00 12.60 9.44 1 2 3 2 3 1 2 3 1 3 2 12.46

104 15.80 18.54 14.37 7.70 2 2 1 1 1 1 3 1 1 2 1 20.47

105 30.00 35.89 20.00 10.00 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3.84

106 19.13 30.00 18.74 10.00 3 4 4 3 4 3 2 3 2 3 2 10.31

107 17.41 21.00 14.90 7.13 1 2 2 2 1 1 3 3 1 2 2 15.02

108 25.19 37.98 19.40 10.00 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4.30

109 30.00 40.00 20.00 10.00 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 1.15

110 18.56 24.97 14.56 8.38 1 3 2 2 3 2 1 3 1 3 1 14.77

111 25.30 28.28 18.70 9.38 3 2 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4.30

112 15.57 23.51 18.90 7.73 2 2 2 2 3 1 2 3 1 2 2 14.70

113 30.00 32.57 20.00 10.00 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3.78

114 21.79 31.75 15.35 7.83 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 10.31

115 30.00 38.59 20.00 10.00 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 1.15

116 17.96 30.35 14.70 6.73 2 3 2 2 2 2 2 3 1 2 2 14.63

117 22.53 32.17 15.25 9.65 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 7.82

Page 134: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

134

NO RES. x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 NPL

118 16.25 30.47 16.10 7.42 1 3 2 3 3 1 2 3 1 3 2 12.41

Page 135: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

135

NO RES. x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 NPL

Page 136: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

136

NO RES. x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 NPL

Page 137: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

137

NO RES. x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 NPL

Page 138: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

138

NO RES. x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 NPL

Page 139: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

139

NO RES. x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 NPL

Page 140: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

135

LAMPIRAN 4

HASIL UJI VARIABEL EKSOGEN

Regression Weights

Estimate S.E. C.R. P Label

X1.1 <--- INT 1.000

X1.2 <--- INT 1.377 .073 18.767 *** par_1

X1.3 <--- INT .414 .030 13.937 *** par_2

X1.4 <--- INT .173 .014 11.972 *** par_3

X2.1 <--- DEB 1.000

X2.2 <--- DEB .969 .064 15.058 *** par_4

X2.3 <--- DEB .881 .064 13.858 *** par_5

X2.4 <--- DEB .962 .064 14.979 *** par_6

X3.2 <--- EKS 1.000

X3.1 <--- EKS .988 .100 9.851 *** par_7

Standardized Regression Weights

Estimate

X1.1 <--- INT .886

X1.2 <--- INT .917

X1.3 <--- INT .799

X1.4 <--- INT .732

X2.1 <--- DEB .866

X2.2 <--- DEB .838

X2.3 <--- DEB .799

X2.4 <--- DEB .836

X3.2 <--- EKS .669

X3.1 <--- EKS .673

Fit Measures

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF

Default model 25 55.611 41 .055 1.356

Saturated model 66 .000 0

Independence model 11 1913.747 55 .000 34.795

Page 141: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

136

Model RMR GFI AGFI PGFI

Default model .135 .928 .884 .576

Saturated model .000 1.000

Independence model 5.438 .173 .008 .145

Model NFI

Delta1

RFI

rho1

IFI

Delta2

TLI

rho2 CFI

Default model .964 .952 .985 .980 .985

Saturated model 1.000

1.000

1.000

Independence model .000 .000 .000 .000 .000

Model PRATIO PNFI PCFI

Default model .745 .719 .734

Saturated model .000 .000 .000

Independence model 1.000 .000 .000

Model NCP LO 90 HI 90

Default model 27.376 8.464 54.171

Saturated model .000 .000 .000

Independence model 1858.747 1719.504 2005.351

Model FMIN F0 LO 90 HI 90

Default model .433 .173 .054 .343

Saturated model .000 .000 .000 .000

Independence model 12.112 11.764 10.883 12.692

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE

Default model .065 .036 .091 .174

Independence model .462 .445 .480 .000

Model AIC BCC BIC CAIC

Default model 118.376 122.485 195.098 220.098

Saturated model 132.000 142.849 334.548 400.548

Independence model 1935.747 1937.556 1969.505 1980.505

Page 142: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

137

Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI

Default model .749 .630 .919 .775

Saturated model .835 .835 .835 .904

Independence model 12.252 11.370 13.179 12.263

Model HOELTER

.05

HOELTER

.01

Default model 132 151

Independence model 7 7

Page 143: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

138

LAMPIRAN 5

HASIL UJI VARIABEL ENDOGEN

Regression Weights

Estimate S.E. C.R. P Label

X4.1 <--- KRE 1.000

X4.2 <--- KRE .824 .085 9.695 *** par_1

X4.3 <--- KRE 1.149 .074 15.551 *** par_2

X4.4 <--- KRE 1.010 .075 13.485 *** par_3

Standardized Regression Weights

Estimate

X4.1 <--- KRE .875

X4.2 <--- KRE .675

X4.3 <--- KRE .917

X4.4 <--- KRE .833

Fit Measures

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF

Default model 8 2.261 2 .323 1.130

Saturated model 10 .000 0

Independence model 4 403.937 6 .000 67.323

Model RMR GFI AGFI PGFI

Default model .012 .993 .966 .199

Saturated model .000 1.000

Independence model .501 .416 .027 .250

Model NFI

Delta1

RFI

rho1

IFI

Delta2

TLI

rho2 CFI

Default model .994 .983 .999 .998 .999

Saturated model 1.000

1.000

1.000

Independence model .000 .000 .000 .000 .000

Page 144: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

139

Model PRATIO PNFI PCFI

Default model .333 .331 .333

Saturated model .000 .000 .000

Independence model 1.000 .000 .000

Model NCP LO 90 HI 90

Default model .261 .000 8.422

Saturated model .000 .000 .000

Independence model 397.937 335.724 467.558

Model FMIN F0 LO 90 HI 90

Default model .014 .002 .000 .053

Saturated model .000 .000 .000 .000

Independence model 2.557 2.519 2.125 2.959

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE

Default model .029 .000 .163 .455

Independence model .648 .595 .702 .000

Model AIC BCC BIC CAIC

Default model 18.261 18.783 42.812 50.812

Saturated model 20.000 20.654 50.689 60.689

Independence model 411.937 412.199 424.213 428.213

Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI

Default model .116 .114 .167 .119

Saturated model .127 .127 .127 .131

Independence model 2.607 2.213 3.048 2.609

Model HOELTER

.05

HOELTER

.01

Default model 419 644

Independence model 5 7

Page 145: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

140

LAMPIRAN 6

HASIL UJI SEM

Notes for Group

The model is recursive

Sample size = 118

Parameter Summary

Weights Covariances Variances Means Intercepts Total

Fixed 21 0 0 0 0 21

Labeled 0 0 0 0 0 0

Unlabeled 15 4 20 0 0 39

Total 36 4 20 0 0 60

Assesment of Normality

Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.

NPL .220 20.950 .489 2.516 -.987 -2.540

X4.3 1.000 4.000 -.441 -2.271 -.904 -2.327

X4.2 1.000 4.000 -.423 -2.178 -.836 -2.153

X4.1 1.000 4.000 -.390 -2.010 -.738 -1.899

X3.1 1.000 4.000 -.295 -1.520 -.920 -2.367

X3.2 1.000 4.000 -.316 -1.627 -.924 -2.378

X2.4 1.000 4.000 -.395 -2.033 -.801 -2.061

X2.3 1.000 4.000 -.304 -1.564 -.837 -2.155

X2.2 1.000 4.000 -.355 -1.825 -.889 -2.289

X2.1 1.000 4.000 -.382 -1.965 -.801 -2.061

X1.4 5.900 10.000 -.500 -2.575 -.950 -2.445

X1.3 10.000 20.000 -.439 -2.262 -.941 -2.423

X1.2 15.880 40.000 -.450 -2.315 -.999 -2.572

X1.1 10.000 30.000 -.208 -1.071 -1.160 -2.485

Multivariate

13.930 2.559

Observation Furthest From the Centroid (Mahalanobis distance)

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2

1 30.201 .000 .025

2 30.045 .011 .544

3 29.890 .019 .568

4 29.800 .019 .360

5 29.641 .020 .213

Page 146: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

141

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2

6 28.773 .026 .222

7 28.107 .031 .218

8 28.014 .031 .131

9 26.640 .046 .303

10 26.500 .047 .223

11 26.332 .050 .167

12 26.189 .051 .119

13 25.832 .056 .116

14 25.448 .062 .122

15 25.041 .069 .137

16 24.330 .083 .240

17 24.303 .083 .171

18 24.110 .087 .152

19 23.664 .097 .203

20 23.484 .101 .185

21 23.345 .105 .160

22 23.054 .112 .178

23 22.288 .134 .383

24 22.100 .140 .379

25 22.056 .141 .315

26 21.957 .145 .279

27 21.848 .148 .251

28 21.710 .153 .236

29 21.143 .173 .410

30 21.112 .174 .346

31 21.087 .175 .285

32 21.076 .176 .225

33 20.948 .181 .214

34 20.561 .196 .315

35 20.501 .198 .275

36 20.369 .204 .270

37 20.344 .205 .220

38 20.315 .206 .178

39 20.258 .209 .151

40 20.234 .210 .117

41 20.103 .216 .117

42 19.570 .240 .266

43 19.526 .242 .229

44 19.301 .253 .276

45 19.299 .253 .220

Page 147: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

142

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2

46 19.191 .259 .214

47 19.126 .262 .192

48 19.002 .269 .194

49 18.902 .274 .188

50 18.890 .274 .149

51 18.837 .277 .128

52 18.730 .283 .126

53 18.686 .285 .106

54 18.340 .304 .189

55 18.300 .307 .161

56 18.248 .310 .141

57 18.003 .324 .196

58 17.916 .329 .189

59 17.880 .331 .161

60 17.875 .331 .126

61 17.503 .354 .239

62 17.311 .366 .289

63 17.082 .380 .368

64 16.879 .393 .437

65 16.864 .394 .385

66 16.794 .399 .368

67 16.643 .409 .405

68 16.591 .413 .378

69 16.574 .414 .329

70 16.567 .414 .277

71 16.480 .420 .274

72 16.472 .421 .228

73 16.416 .424 .209

74 16.306 .432 .219

75 16.207 .439 .223

76 16.164 .442 .199

77 16.140 .443 .168

78 16.093 .446 .150

79 15.983 .454 .158

80 15.938 .457 .140

81 15.832 .465 .147

82 15.787 .468 .129

83 18.902 .274 .188

84 18.890 .274 .149

85 18.837 .277 .128

Page 148: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

143

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2

86 18.730 .283 .126

87 18.686 .285 .106

88 18.340 .304 .189

89 18.300 .307 .161

90 18.248 .310 .141

91 18.003 .324 .196

92 17.916 .329 .189

93 17.880 .331 .161

94 17.875 .331 .126

95 17.503 .354 .239

96 17.311 .366 .289

97 17.082 .380 .368

98 16.879 .393 .437

99 16.864 .394 .385

100 16.794 .399 .368

101 16.643 .409 .405

102 16.864 .394 .385

103 16.794 .399 .368

104 16.643 .409 .405

105 16.591 .413 .378

106 16.574 .414 .329

107 16.567 .414 .277

108 16.480 .420 .274

109 16.472 .421 .228

110 16.416 .424 .209

111 16.306 .432 .219

112 16.207 .439 .223

113 16.164 .442 .199

114 16.140 .443 .168

115 16.093 .446 .150

116 15.983 .454 .158

117

118

15.938

15.938

.457

.458

.140

.145

Page 149: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

144

Regression Weights

Estimate S.E. C.R. P Label

KRE <--- INT .061 .011 5.436 *** par_12

KRE <--- DEB .427 .065 6.589 *** par_13

KRE <--- EKS .133 .025 5.302 *** par_14

X1.1 <--- INT 1.000

X1.2 <--- INT 1.369 .070 19.633 *** par_1

X1.3 <--- INT .407 .029 14.021 *** par_2

X1.4 <--- INT .169 .014 11.856 *** par_3

X2.1 <--- DEB 1.000

X2.2 <--- DEB .966 .065 14.848 *** par_4

X2.3 <--- DEB .894 .064 14.021 *** par_5

X2.4 <--- DEB .961 .065 14.840 *** par_6

X3.2 <--- EKS 1.000

X3.1 <--- EKS .990 .100 9.851 *** par_7

X4.1 <--- KRE 1.000

X4.2 <--- KRE .903 .078 11.598 *** par_9

X4.3 <--- KRE 1.160 .066 17.567 *** par_10

X4.4 <--- KRE 1.093 .066 16.494 *** par_11

NPL <--- KRE -.918 ..082 -11.974 *** par_15

Standardized Regression Weights

Estimate

KRE <--- INT .384

KRE <--- DEB .436

KRE <--- EKS .110

X1.1 <--- INT .895

X1.2 <--- INT .921

X1.3 <--- INT .792

X1.4 <--- INT .719

X2.1 <--- DEB .864

X2.2 <--- DEB .834

X2.3 <--- DEB .806

X2.4 <--- DEB .833

X3.2 <--- EKS .669

X3.1 <--- EKS .675

X4.1 <--- KRE .867

Page 150: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

145

Estimate

X4.2 <--- KRE .733

X4.3 <--- KRE .918

X4.4 <--- KRE .893

NPL <--- KRE -.785

Covariances

Estimate S.E. C.R. P Label

INT <--> DEB 4.392 .545 8.058 *** par_16

DEB <--> EKS .656 .087 7.505 *** par_17

INT <--> EKS 3.984 .528 7.551 *** par_18

Correlations

Estimate

INT <--> DEB 1.064

DEB <--> EKS 1.219

INT <--> EKS 1.193

Variances

Estimate S.E. C.R. P Label

INT

25.597 3.521 7.269 *** par_20

DEB

.665 .097 6.887 *** par_21

EKS

.436 .087 5.016 *** par_22

Ek

.048 .011 4.280 *** par_23

e1

6.365 .711 8.947 *** par_24

e2

8.585 .933 9.203 *** par_25

e3

2.513 .266 9.457 *** par_26

e4

.682 .074 9.257 *** par_27

e8

.226 .024 9.503 *** par_28

e7

.272 .027 10.147 *** par_29

e6

.287 .029 9.831 *** par_30

e5

.271 .026 10.531 *** par_31

e11

.538 .054 10.040 *** par_32

e10

.512 .052 9.752 *** par_33

e9

.561 .056 9.928 *** par_34

Page 151: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

146

Estimate S.E. C.R. P Label

e12

.210 .024 8.872 *** par_35

e13

.447 .050 9.014 *** par_36

e14

.161 .018 8.894 *** par_37

e15

.193 .021 9.329 *** par_38

Ez

-.374 .248 -1.508 .132 par_39

Total Effects

EKS DEB INT KRE

KRE .133 .427 .061 .000

NPL -1.012 -3.254 -.461 -7.618

X4.4 .145 .467 .066 1.093

X4.3 .154 .495 .070 1.160

X4.2 .120 .386 .055 .903

X4.1 .133 .427 .061 1.000

X3.1 .990 .000 .000 .000

X3.2 1.000 .000 .000 .000

X2.4 .000 .961 .000 .000

X2.3 .000 .894 .000 .000

X2.2 .000 .966 .000 .000

X2.1 .000 1.000 .000 .000

X1.4 .000 .000 .169 .000

X1.3 .000 .000 .407 .000

X1.2 .000 .000 1.369 .000

X1.1 .000 .000 1.000 .000

Standardized Total Effects

EKS DEB INT KRE

KRE .110 .436 .384 .000

NPL -.110 -.439 -.386 -1.005

X4.4 .098 .390 .343 .893

X4.3 .101 .400 .352 .918

X4.2 .081 .320 .282 .733

X4.1 .095 .378 .333 .867

X3.1 .675 .000 .000 .000

X3.2 .669 .000 .000 .000

X2.4 .000 .833 .000 .000

X2.3 .000 .806 .000 .000

Page 152: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

147

EKS DEB INT KRE

X2.2 .000 .834 .000 .000

X2.1 .000 .864 .000 .000

X1.4 .000 .000 .719 .000

X1.3 .000 .000 .792 .000

X1.2 .000 .000 .921 .000

X1.1 .000 .000 .895 .000

Direct Effects

EKS DEB INT KRE

KRE .133 .427 .061 .000

NPL .000 .000 .000 -7.618

X4.4 .000 .000 .000 1.093

X4.3 .000 .000 .000 1.160

X4.2 .000 .000 .000 .903

X4.1 .000 .000 .000 1.000

X3.1 .990 .000 .000 .000

X3.2 1.000 .000 .000 .000

X2.4 .000 .961 .000 .000

X2.3 .000 .894 .000 .000

X2.2 .000 .966 .000 .000

X2.1 .000 1.000 .000 .000

X1.4 .000 .000 .169 .000

X1.3 .000 .000 .407 .000

X1.2 .000 .000 1.369 .000

X1.1 .000 .000 1.000 .000

Standardized Direct Effects

EKS DEB INT KRE

KRE .110 .436 .384 .000

NPL .000 .000 .000 -1.005

X4.4 .000 .000 .000 .893

X4.3 .000 .000 .000 .918

X4.2 .000 .000 .000 .733

X4.1 .000 .000 .000 .867

X3.1 .675 .000 .000 .000

X3.2 .669 .000 .000 .000

X2.4 .000 .833 .000 .000

Page 153: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

148

EKS DEB INT KRE

X2.3 .000 .806 .000 .000

X2.2 .000 .834 .000 .000

X2.1 .000 .864 .000 .000

X1.4 .000 .000 .719 .000

X1.3 .000 .000 .792 .000

X1.2 .000 .000 .921 .000

X1.1 .000 .000 .895 .000

Indirect Effects

EKS DEB INT KRE

KRE .000 .000 .000 .000

NPL -1.012 -3.254 -.461 .000

X4.4 .145 .467 .066 .000

X4.3 .154 .495 .070 .000

X4.2 .120 .386 .055 .000

X4.1 .133 .427 .061 .000

X3.1 .000 .000 .000 .000

X3.2 .000 .000 .000 .000

X2.4 .000 .000 .000 .000

X2.3 .000 .000 .000 .000

X2.2 .000 .000 .000 .000

X2.1 .000 .000 .000 .000

X1.4 .000 .000 .000 .000

X1.3 .000 .000 .000 .000

X1.2 .000 .000 .000 .000

X1.1 .000 .000 .000 .000

Satndarzied Indirect Effects

EKS DEB EKS KRE

KRE .000 .000 .000 .000

NPL -.110 -.439 -.386 .000

X4.4 .098 .390 .343 .000

X4.3 .101 .400 .352 .000

X4.2 .081 .320 .282 .000

X4.1 .095 .378 .333 .000

X3.1 .000 .000 .000 .000

X3.2 .000 .000 .000 .000

Page 154: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

149

EKS DEB EKS KRE

X2.4 .000 .000 .000 .000

X2.3 .000 .000 .000 .000

X2.2 .000 .000 .000 .000

X2.1 .000 .000 .000 .000

X1.4 .000 .000 .000 .000

X1.3 .000 .000 .000 .000

X1.2 .000 .000 .000 .000

X1.1 .000 .000 .000 .000

Model Fit Summary

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF

Default model 39 89.760 97 .060 .925

Saturated model 136 .000 0

Independence model 16 34.932 120 .000 28.341

Model RMR GFI AGFI PGFI

Default model .132 .916 .919 .611

Saturated model .000 1.000

Independence model 6.236 .116 -.002 .103

Model NFI

Delta1

RFI

rho1

IFI

Delta2

TLI

rho2 CFI

Default model .923 .904 .950 .947 .959

Saturated model 1.000

1.000

1.000

Independence model .000 .000 .000 .000 .000

Model PRATIO PNFI PCFI

Default model .808 .746 .767

Saturated model .000 .000 .000

Independence model 1.000 .000 .000

Model NCP LO 90 HI 90

Default model 165.760 121.387 217.795

Saturated model .000 .000 .000

Independence model 3280.932 3094.365 3474.801

Page 155: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

150

Model FMIN F0 LO 90 HI 90

Default model 1.663 1.049 .768 1.378

Saturated model .000 .000 .000 .000

Independence model 21.525 20.765 19.585 21.992

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE

Default model .064 .089 .119 .000

Independence model .416 .404 .428 .000

Model AIC BCC BIC CAIC

Default model 340.760 350.164 460.447 499.447

Saturated model 272.000 304.794 689.371 825.371

Independence model 3432.932 3436.790 3482.035 3498.035

Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI

Default model 2.157 1.876 2.486 2.216

Saturated model 1.722 1.722 1.722 1.929

Independence model 21.727 20.547 22.954 21.752

Model HOELTER

.05

HOELTER

.01

Default model 73 80

Independence model 7 8

Page 156: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

151

LAMPIRAN 7

HASIL UJI OUTLIERS UNIVARIAT

Descriptives

Descriptive Statistics

118 -2.41798 .95589 .0000000 1.00000000 118 -1.99339 1.16024 .0000000 1.00000000 118 -2.84647 .99199 .0000000 1.00000000 118 -2.46318 1.02659 .0000000 1.00000000

118 -1.95714 1.19676 .0000000 1.00000000 118 -2.12068 1.21781 .0000000 1.00000000 118 -2.00266 1.17099 .0000000 1.00000000 118 -2.01700 1.17938 .0000000 1.00000000

118 -1.71782 1.29468 .0000000 1.00000000

118 -1.78784 1.24703 .0000000 1.00000000

118 -2.02747 1.16429 .0000000 1.00000000 118 -1.82779 1.16828 .0000000 1.00000000 118 -1.81507 1.14996 .0000000 1.00000000 118 -1.85490 1.20665 .0000000 1.00000000

118 -1.38936 2.02618 .0000000 1.00000000

118

Zscore: Permodalam Zscore: Aktiva Produktif Zscore: Rentabilitas Zscore: Likuiditas

Zscore: Character Zscore: Capital Zscore: Capacity Zscore: Condition

Zscore: Perkembangan Perekonomian

Zscore: Faktor Persaingan Usaha

Zscore: Kepercayaan Zscore: Jangka Waktu Zscore: Degree of Risk Zscore: Kontra Prestasi Zscore: Non Performing Loan Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Page 157: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

152

LAMPIRAN 8

PERHITUNGAN CONSTRUCT RELIABILITY

DAN VARIANCE EXTRACT

1. Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas konstruk adalah :

2. Rumus yang digunakan untuk menghitung variance extract adalah :

3. Tabulasi nilai untuk menghitung construct reliability dan variance extract :

Konstruk

Hubungan

Antar

Variabel

Loading

Factor

(Loading

Factor)2

SE

Kondisi

Internal LPD

(INT)

X1.1<-- INT 0,895 0,801

X1.2<-- INT 0,921 0,848 0,070

X1.3<-- INT 0,792 0,627 0,029

X1.4<-- INT 0,719 0,517 0,014

Σ 3,327 2,793 0,113

Kondisi Calon

Debitur LPD

(DEB)

X2.1<--DEB 0,833 0,694 0,065

X2.2<--DEB 0,806 0,650 0,064

X2.3<--DEB 0,834 0,696 0,065

X2.4<--DEB 0,864 0,746

Σ 3,337 2,786 0,194

Kondisi

Eksternal LPD

(EKS)

X3.1<--EKS 0,675 0,456 0,100

X3.2<--EKS 0,669 0,448

Σ 2,016 1,355 0,204

Page 158: factors contributed in credit grant and its effects towards non ...

153

Pemberian

Kredit (KRE)

X4.1<--KRE 0,867 0,752

X4.2<--KRE 0,733 0,537 0,078

X4.3<--KRE 0,918 0,843 0,066

X4.4<--KRE 0,893 0,797 0,066

Σ 3,411 2,929 0,210

4. Perhitungan construct reliability :

a. Variabel kondisi internal LPD

b. Variabel kondisi calon debitur LPD

c. Variabel kondisi eksternal LPD

d. Variabel pemberian kredit

5. Perhitungan variance extract :

a. Variabel kondisi internal LPD

b. Variabel kondisi calon debitur LPD

c. Variabel kondisi eksternal LPD

d. Variabel pemberian kredit