Faal Paru Pada Perokok Dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Ppok) Dan Perokok Pasif Pasangannya

16
ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA J.Teguh Widjaja 1 , Sijani Prahastuti 2 , Siti A.Sarah Muliawati 1 Bagian Pulmonologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, 2 Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, 3 Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Jl. Prof. drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia Abstrak Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) disebabkan terutama oleh kebiasaan merokok, dimana hal tersebut selain dapat menimbulkan gejala klinis, juga dapat memengaruhi faal paru, yang dapat dinilai melalui Volume Ekspirasi Paksa detik pertama atau Force Expiratory Volume in one second (VEP 1 =FEV 1 ), Kapasitas Vital Paru atau Force Vital Capacity (KVP=FVC), dan rasio VEP 1 /KVP. Namun, hal tersebut diperkirakan tidak hanya terjadi pada seorang perokok aktif, tetapi dapat juga terjadi pada seorang perokok pasif, karena baik pada perokok aktif maupun pasif sama – sama menghirup asap rokok yang dapat memengaruhi fungsi dari paru-paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan faal paru pada perokok dengan PPOK dan perokok pasif yang dinilai dari pemeriksaan spirometri. Penelitian ini merupakan penelitian

Transcript of Faal Paru Pada Perokok Dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Ppok) Dan Perokok Pasif Pasangannya

Page 1: Faal Paru Pada Perokok Dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Ppok) Dan Perokok Pasif Pasangannya

ABSTRAK

FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU

OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF

PASANGANNYA

J.Teguh Widjaja1, Sijani Prahastuti2, Siti A.Sarah Muliawati

1Bagian Pulmonologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen

Maranatha,2Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen

Maranatha,3Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha,

Jl. Prof. drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

Abstrak

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) disebabkan terutama oleh

kebiasaan merokok, dimana hal tersebut selain dapat menimbulkan gejala

klinis, juga dapat memengaruhi faal paru, yang dapat dinilai melalui Volume

Ekspirasi Paksa detik pertama atau Force Expiratory Volume in one second

(VEP1=FEV1), Kapasitas Vital Paru atau Force Vital Capacity (KVP=FVC), dan

rasio VEP1/KVP. Namun, hal tersebut diperkirakan tidak hanya terjadi pada

seorang perokok aktif, tetapi dapat juga terjadi pada seorang perokok pasif,

karena baik pada perokok aktif maupun pasif sama – sama menghirup asap

rokok yang dapat memengaruhi fungsi dari paru-paru. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui perbedaan faal paru pada perokok dengan PPOK

dan perokok pasif yang dinilai dari pemeriksaan spirometri. Penelitian ini

merupakan penelitian survey analitik dengan menggunakan subjek penelitian

sebanyak 17 orang perokok dengan PPOK dan 17 orang perokok pasif

pasangannya. Subjek penelitian diambil dari pasien Poliklinik Paru RS

Page 2: Faal Paru Pada Perokok Dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Ppok) Dan Perokok Pasif Pasangannya

Immanuel Bandung selama bulan Januari hingga November 2011. Analisis

statistik menggunakan uji “t” tidak berpasangan dengan α = 0.05. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penurunan faal paru

yang signifikan pada perokok dengan PPOK dan perokok pasif pasangannya.

Kata kunci : PPOK, rokok, faal paru

Page 3: Faal Paru Pada Perokok Dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Ppok) Dan Perokok Pasif Pasangannya

THE LUNG PHYSIOLOGY OF SMOKERS WITH CHRONIC

OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE (COPD) AND THEIR

SPOUSES AS SECONDHAND SMOKERS

Abstract

The Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is mainly caused by

smoking, besides can cause a clinical symptoms, the lung physiology also could

be affected, than can be justified by Force Expiratory Volume in one second

(FEV1), Force Vital Capacity (FVC), and the ratio of FEV1/FVC. However, this

issue is expected to occur not only in active smokers, but also could occur in

secondhand smokers, because both active and secondhand smokers equally

inhale smoke from cigarette that could affect physiology of the lung. This

research aims at knowing the difference of lung physiology between smokers

with COPD and their spouses as secondhand smokers that can be justified by

spirometry test. This is an analytical survey research which has employed

research subjects of 17 smokers with COPD and 17 their spouses as

secondhand smokers. That research subjects was taken from Immanuel

Respiratory Center during a period of January to November 2011. The statistics

analysis use unpaired “t” test with α = 0.05. The result from this research shows

there is a significant lowering difference of the lung physiology between

smokers with COPD and their spouses as secondhand smokers.

Keyword : COPD, smoking, lung physiology

Pendahuluan

Penyakit Paru Obstruktif Kronik

(PPOK) adalah penyakit paru kronik

yang ditandai oleh hambatan aliran

udara di saluran napas yang bersifat

progresif nonreversibel atau

reversibel parsial. PPOK terdiri dari

bronkitis kronik dan emfisema atau

gabungan keduanya. Kebiasaan

merokok merupakan satu - satunya

penyebab kausal yang terpenting,

jauh lebih penting dari faktor

penyebab lainnya4. Tidak seluruh

perokok menjadi PPOK, hal ini

mungkin berhubungan dengan faktor

genetik2. Meskipun tidak seluruh

perokok akan berkembang menjadi

Page 4: Faal Paru Pada Perokok Dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Ppok) Dan Perokok Pasif Pasangannya

PPOK, namun 15% diantaranya akan

berkembang menjadi PPOK.

Hubungan antara rokok dengan

PPOK menunjukkan hubungan dose

response. Hubungan dose response

tersebut dapat dilihat pada Index

Brinkman, yaitu jumlah konsumsi

batang rokok perhari dikalikan lama

merokok dalam tahun5. Berdasarkan

hasil SUSENAS (Survei Sosial

Ekonomi Nasional) tahun 2001,

sebanyak 54,5% penduduk laki-laki

dan 1,2% perempuan merupakan

perokok, Sembilan puluh dua persen

dari perokok menyatakan

kebiasaannya merokok di dalam

rumah ketika bersama anggota

rumah tangga lainnya, dengan

demikian sebagian besar anggota

rumah tangga merupakan perokok

pasif1.

Asap rokok yang dihisap ke dalam

paru perokoknya disebut asap rokok

utama (main stream smoke), sedang

asap yang berasal dari ujung rokok

yang terbakar disebut asap rokok

sampingan (side stream smoke).

Terdapat sekitar 4.000 zat kimia

berbahaya keluar melalui asap rokok

tersebut, antara lain terdiri dari

aseton (bahan cat), ammonia

(pembersih lantai), arsen (racun),

butane (bahan bakar ringan),

cadmium (aki kendaraan), karbon

monoksida (asap knalpot), DDT

(insektisida), hidrogen sianida (gas

beracun), metanol (bensin roket),

naftalen (kamper), toluene (pelarut

industri), dan vinil klorida (plastik)2.

Data Badan Kesehatan Dunia (WHO),

menunjukkan bahwa pada tahun

1990 PPOK menempati urutan ke-6

sebagai penyebab utama kematian

di dunia, sedangkan pada tahun

2002 telah menempati urutan ke-3

setelah penyakit kardiovaskuler dan

kanker. Prevalensi terjadinya

kematian akibat kanker paru yang

disebabkan oleh rokok adalah 90%,

sedangkan PPOK sebanyak 80-90%.

Pada paru-paru, ketika zat yang

terkandung dalam rokok terhirup

masuk, zat tersebut akan mengiritasi

saluran nafas. Pada paru-paru yang

sehat, saluran nafas memiliki

permukaan yang halus dan lembut

dengan cilia yang berfungsi untuk

membersihkan saluran nafas dari

benda asing, sehingga kita dapat

bernafas dengan mudah, namun

pada seorang perokok, permukaan

saluran nafas menjadi tidak halus

dan lembut, hitam, menebal, dan

terbentuk scar, sehingga

menyulitkan paru-paru untuk

melakukan tugasnya dalam

pertukaran udara. Cilia yang dimiliki

oleh permukaan saluran nafas pun

Page 5: Faal Paru Pada Perokok Dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Ppok) Dan Perokok Pasif Pasangannya

menjadi tidak berfungsi karena hal

itu. Hal tersebut seluruhnya dapat

menyebabkan kesulitan bernafas

dan perubahan pada faal paru.

Pemeriksaan yang dapat

dilakukan untuk mengetahui

perubahan atau penurunan faal paru

adalah pemeriksaan spirometri.

Parameter penting pada

pemeriksaan spirometri adalah

Volume Ekspirasi Paksa detik

pertama atau Force Expiratory

Volume in one second (VEP1=FEV1),

Kapasitas Vital Paru atau Force Vital

Capacity (KVP=FVC), dan rasio

VEP1/KVP4.

.

Bahan dan Cara

Dalam pembahasan ini, akan

disampaikan tentang perbedaan faal

paru pada perokok dengan PPOK dan

perokok pasif pasangannya.

Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kuesioner dan

hasil pemeriksaan spirometri. Alat

yang digunakan adalah spirometer.

Subjek penelitian ini diambil dari

pasien PPOK yang merupakan

perokok yang berobat ke Poliklinik

Paru RS Immanuel Bandung dan juga

pasangannya yang termasuk ke

dalam kriteria inklusi. Adapun yang

termasuk ke dalam kriteria inklusi

untuk perokok dengan PPOK adalah

jenis kelamin pria, usia dewasa > 45

tahun, sudah menikah, lama

menikah min. 10 tahun, mempunyai

atau pernah mempunyai kebiasaan

merokok, mempunyai riwayat PPOK

yang telah didiagnosis oleh tenaga

yang kompeten, dan tidak dalam

eksaserbasi. Sedangkan untuk

perokok pasif pasangannya, kriteria

inklusinya adalah jenis kelamin

wanita (pasangan dari perokok),

tidak punya kebiasaan merokok, dan

Tidak mempunyai riwayat PPOK.

Penelitian ini merupakan

penelitian survei analitik untuk

mengetahui perbedaan faal paru

pada perokok dengan PPOK dan

perokok pasif pasangannya, dengan

melakukan pengukuran variabel

pada satu saat.

Data yang diperoleh dari

penelitian dianalisis dengan

menggunakan uji t tidak

berpasangan dengan α= 0.05.

Prosedur pada penelitian ini

pertama-tama subjek penelitian

diberikan kuesioner mengenai

kebiasaan merokok, paparan asap

rokok terhadap perokok pasif, dan

keluhan gangguan pernapasan yang

dialaminya. Setelah itu, dilakukan

pemeriksaan spirometri. Setiap

subjek penelitian diminta untuk

Page 6: Faal Paru Pada Perokok Dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Ppok) Dan Perokok Pasif Pasangannya

menarik napas yang dalam,

kemudian memasukkan tabung

(mouthpiece) ke dalam mulut dan

mulut harus tertutup rapat.

Hembuskan nafas secepat dan

sekuat mungkin pada tabung. Pada

saat pemeriksaan, hidung dijepit

dengan menggunakan alat penjepit

hidung. Hasil pemeriksaan akan

terlihat pada alat spirometri.

Hasil dan Pembahasan

Dari hasil pengisian kuesioner,

didapatkan rata-rata subjek

penelitian mulai merokok pada usia

16-18 tahun dengan kebiasaan

merokok di dalam rumah dan di

tempat lain. Sesuai dengan data

prevalensi berdasarkan SUSENAS,

dari 57 juta penduduk di Indonesia,

78% perokok mulai merokok

sebelum umur 19 tahun. Rata-rata

umur mulai merokok pertama kali

adalah 17,4 tahun6. Sebagian besar

(91,8%) dari perokok yang berumur

10 tahun ke atas tersebut

menyatakan bahwa mereka

melakukan kebiasaan merokok di

dalam rumah ketika bersama-sama

dengan anggota keluarga lainnya1.

Penyakit Paru Obstruktif Kronik

(PPOK) terbagi dalam beberapa

derajat, tergantung dari gejala klinis

yang ditimbulkan dan faal parunya.

Pada penelitian ini, didapatkan pula

sebagian besar perokok dengan

PPOK memiliki derajat PPOK yang

berat. Sedangkan pada subjek

penelitian perokok pasif

pasangannya, ternyata didapatkan 5

orang memiliki riwayat PPOK

berdasarkan nilai faal paru dengan

derajat ringan.

Selain itu, didapatkan pula hasil

penelitian dari pengisian kuesioner

yaitu sebagian besar perokok

dengan PPOK memiliki keluhan batuk

berdahak dan sesak nafas. Dan

sebaliknya, pada perokok pasif

pasangannya didapatkan sebagian

kecil memiliki keluhan tersebut.

Hubungan antara rokok dengan

PPOK merupakan hubungan dose

response, lebih banyak batang rokok

yang dihisap setiap hari dan lebih

lama kebiasaan merokok maka risiko

penyakit yang ditimbulkan akan

lebih besar2. Adapun hubungan dose

response tersebut dapat dilihat dari

Indeks Brinkman. Indeks Brinkman

adalah perkalian jumlah rata-rata

batang rokok dihisap sehari dikalikan

lama merokok dalam tahun dan

terbagi menjadi 3 kategori, yaitu

ringan (0-200), sedang (200-600),

dan berat (>600). Pada penelitian

ini, didapatkan rata-rata subjek

Page 7: Faal Paru Pada Perokok Dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Ppok) Dan Perokok Pasif Pasangannya

penelitian yang merupakan perokok dengan PPOK memiliki Indeks

Brinkman yang berat.

Selain dari hasil pengisian

kuesioner, didapatkan pula hasil

penelitian faal paru pada kedua

kelompok subjek penelitian

berdasarkan hasil pemeriksaan

spirometri.

Perbedaan nilai FVC pada kedua

kelompok subjek penelitian dapat

dilihat pada tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6 Nilai FVC pada perokok dengan PPOK terhadap perokok pasif pasangannya

No. Perokok dengan

PPOK (%)

Perokok Pasif Pasangannya

(%)

Selisih Perokok dengan PPOK - Perokok Pasif

Pasangannya (%)

1 38 77 -392 37 77

-403 23 88

-654 44 62

-185 40 100

-606 47 77

-307 31 74

-438 67 94

-279 43 61

-1810 54 56

-211 45 80

-3512 45 50

-513 63 76

-1314 21 86

-6515 76 79

-3

Page 8: Faal Paru Pada Perokok Dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Ppok) Dan Perokok Pasif Pasangannya

16 38 75-37

17 88 5434

rerata

47.06 (SD=17.82)

74.47 (SD=13.96)

-27.41

Pada Tabel 4.6 tersebut

didapatkan bahwa nilai FVC pada

perokok dengan PPOK terhadap

perokok pasif pasangannya

mengalami penurunan sebesar

masing-masing 32.94 % dan 5.53 %.

Forced Vital Capacity atau

Kapasitas Vital Paksa (KVP) adalah

jumlah udara yang bisa diekspirasi

maksimal secara paksa setelah

inspirasi maksimal3. Kapasitas vital

paksa pada laki-laki dewasa kurang

lebih 4,6 liter dan pada wanita 3,1

liter. Volume ini dalam keadaan

normal nilainya kurang lebih

sama dengan kapasitas vital, tetapi

pada pasien yang mengalami

obstruksi saluran napas akan

mengalami penurunan yang nyata.

FVC dapat digunakan untuk menilai

ada tidaknya restriksi pada saluran

napas. Berdasarkan tafsiran dari John

Hutchison bahwa kapasitas vital

dapat dipengaruhi oleh jenis

kelamin, umur, berat badan, tinggi

badan, dan masa kerja. Terdapat

pula faktor lain yang dapat

memengaruhi kapasitas vital, yaitu

posisi tidur, kekuatan otot

pernapasan, riwayat penyakit paru,

olahraga rutin, merokok, dan gizi.

Faktor-faktor tersebut bisa

menyebabkan perubahan kapasitas

vital paksa paru yang pada akhirnya

dapat menyebabkan insufisiensi5.

Dengan menggunakan uji t tidak

berpasangan, didapatkan nilai t

hitung = 4.993. Selain itu,

didapatkan pula perbedaan nilai FVC

antara perokok dengan PPOK

terhadap perokok pasif pasangannya

sebanyak 27.41%, ditunjukkan

dengan hasil penelitian yaitu nilai

FVC perokok dengan PPOK sebesar

47.06% lebih rendah daripada nilai

FVC perokok pasif pasangannya

sebesar 74.47% (p=0.000).

Perbedaan nilai FEV1 antara

perokok dengan PPOK terhadap

perokok pasif pasangannya yang

didapat dari hasil pemeriksaan

spirometri dapat dilihat pada Tabel

4.7. Pada Tabel 4.7 tersebut

didapatkan bahwa nilai FEV1 pada

Page 9: Faal Paru Pada Perokok Dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Ppok) Dan Perokok Pasif Pasangannya

perokok dengan PPOK mengalami

penurunan sebesar 38.47%, namun

perokok pasif pasangannya tidak

mengalami penurunan FEV1.

Forced Expiratory Volume in one

second atau Volume Ekspirasi Paksa

detik pertama adalah volume udara

yang dapat dihembuskan paksa pada

satu detik pertama. FEV1 dapat

menilai ada tidaknya obstruksi pada

saluran napas.

Dengan menggunakan uji t tidak

berpasangan, didapatkan nilai t

hitung = 6.509. Selain itu didapatkan

pula perbedaan nilai FEV1 antara

perokok dengan PPOK terhadap

perokok pasif pasangannya

sebanyak 39.35%, ditunjukkan

dengan hasil penelitian yaitu nilai

FEV1 perokok dengan PPOK sebesar

41.53% lebih rendah daripada nilai

FEV1 perokok pasif pasangannya

sebesar 80.88% (p=0.000).

Tabel 4.7 Nilai FEV1 pada perokok dengan PPOK terhadap perokok pasif pasangannya

No. Perokok dengan PPOK

(%)

Perokok Pasif Pasangannya

(%)

Selisih Perokok dengan PPOK - Perokok Pasif

Pasangannya (%)

1 32 77 -45

2 23 88 -65

3 22 99 -77

4 43 68 -25

5 33 109 -76

6 32 87 -55

7 22 83 -61

8 65 95 -30

9 41 66 -25

10 51 61 -10

11 35 88 -53

12 39 54 -15

13 61 84 -23

14 17 90 -73

15 65 85 -20

16 32 83 -51

17 93 58 35

Rerat 41.53(SD 80.88 (SD = -39.35

Page 10: Faal Paru Pada Perokok Dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Ppok) Dan Perokok Pasif Pasangannya

a =19.88) 15.04)

Perbedaan nilai FEV1/FVC antara

perokok dengan PPOK terhadap

perokok pasif pasangannya yang

didapat dari hasil pemeriksaan

spirometri dapat dilihat pada Tabel

4.8. Pada Tabel 4.8 tersebut

didapatkan bahwa nilai FEV1/FVC

pada perokok dengan PPOK

mengalami penurunan sebesar

1.03%, namun perokok pasif

pasangannya tidak mengalami

penurunan FEV1/FVC.

FEV1/FVC atau rasio VEP1/KVP

adalah rasio volume paksa detik

pertama dengan kapasitas vital

paksa. Nilai ini dapat menurun pada

keadaan obstruksi, dan dapat normal

atau meningkat pada keadaan

restriksi saluran napas.

Tabel 4.8 Nilai FEV1/FVC pada perokok dengan PPOK terhadap perokok pasif pasangannya

No. Perokok dengan PPOK

(%)

Perokok Pasif Pasangannya

(%)

Selisih Perokok dengan PPOK - Perokok Pasif

Pasangannya (%)1 68.5 82.4 -13.92 51 94.4 -43.43 75.9 91.6 -15.74 79.8 88 -8.25 66.7 91.1 -24.46 53.4 91.9 -38.57 56.8 90.2 -33.48 79.7 86.2 -6.59 74 91.2 -17.2

10 74.3 86.7 -12.411 62.8 89.7 -26.912 68.2 86.5 -18.313 76.5 91.6 -15.114 64.4 90 -25.615 68.5 86.8 -18.316 66.4 91.7 -25.317 85.6 86.9 -1.3

Rerata

68.97(SD =9.53)

89.23 (SD=2.99)

-20.26

Page 11: Faal Paru Pada Perokok Dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Ppok) Dan Perokok Pasif Pasangannya

Dengan menggunakan uji t tidak

berpasangan, didapatkan nilai t

hitung = 8.365. Selain itu,

didapatkan pula perbedaan nilai

FEV1/FVC antara perokok dengan

PPOK terhadap perokok pasif

pasangannya sebanyak 20.26%,

ditunjukkan dengan hasil penelitian

yaitu nilai FEV1/FVC perokok dengan

PPOK sebesar 68.97% lebih rendah

daripada nilai FEV1/FVC perokok pasif

pasangannya sebesar 89.23%

(p=0.000).

Simpulan

Berdasarkan penelitian yang

telah dilakukan didapat simpulan

sebagai berikut:

Simpulan Umum :

1. FVC perokok dengan PPOK

lebih rendah daripada perokok

pasif pasangannya.

2. FEV1 perokok dengan PPOK

lebih rendah daripada perokok

pasif pasangannya.

3. FEV1 / FVC perokok dengan

PPOK lebih rendah daripada

perokok pasif pasangannya.

Simpulan Khusus : terdapat

penurunan FVC pada perokok

dengan PPOK dan perokok pasif

pasangannya.

Saran

Melakukan edukasi maupun

kampanye pada masyarakat untuk

menghindari kebiasaan merokok.

Serta pada penelitian selanjutnya,

dapat dilakukan penelitian yang

membandingan antara perokok aktif

tanpa memiliki riwayat penyakit

dengan perokok pasif, atau

membandingkan dua kelompok

subjek penelitian antara kelompok

yang memiliki paparan asap rokok

dan yang tidak memiliki paparan

asap rokok.

Page 12: Faal Paru Pada Perokok Dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Ppok) Dan Perokok Pasif Pasangannya

Daftar Pustaka

1 Balitbangkes Depkes. 2004.

Konsumsi rokok dan prevalensi

merokok.

http://www.litbang.depkes.go.id/to

baccofree/media/TheTobaccoSour

ceBook/BukuTembakau/ch.1-

march.ino_SB1.mar04.pdf. 18

Desember 2010.

2 Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. 2008. Pedoman

pengendalian penyakit paru

obstruktif kronik. Dalam

Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor

1022/MENKES/SK/XI/2008.

http://www.depkes.go.id/download

s/Kepmenkes/pengendalian_ppok.

pdf. 16 Januari 2011.

3 Faisal Yunus. 1993. Uji faal paru

penyakit paru obstruktif.

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/fil

es/08UjiFaalParu084.pdf/08UjiFaal

Paru084.html. 11 Juli 2011.

4 Persatuan Dokter Paru Indonesia.

2003. PPOK (Penyakit paru

obstruktif kronik) pedoman

diagnosis dan penatalaksanaan di

Indonesia.

http://www.klikpdpi.com/konsensu

s/konsensus-ppok/ppok.pdf. 16

Januari 2011.