F4 MP-ASI

24
LAPORAN KEGIATAN F.4 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) Disusun Oleh: dr. Marcella Trixie Kartika Novianingrum

description

MP ASI

Transcript of F4 MP-ASI

Page 1: F4 MP-ASI

LAPORAN KEGIATAN

F.4 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

MAKANAN PENDAMPING ASI

(MP-ASI)

Disusun Oleh:

dr. Marcella Trixie Kartika Novianingrum

Internship Dokter Indonesia Kabupaten Temanggung

Periode Mei 2013-Mei 2014

Puskesmas Pringsurat Periode Januari 2014-Mei 2014

2014

Page 2: F4 MP-ASI

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)

Laporan F.4 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Topik:

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internship sekaligus sebagai

bagian dari persyaratan menyelesaikan program internship dokter Indonesia di Puskesmas

Pringsurat Kabupaten Temanggung

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal Mei 2014

Mengetahui,

Dokter Internship, Dokter Pendamping

dr. Marcella Trixie Kartika Novianingrum dr. Anis Mustaghfirin

NIP. 19830617201001 1 020

Page 3: F4 MP-ASI

A. Latar Belakang

Nutrisi yang adekuat pada masa bayi dan anak-anak sangat dibutuhkan untuk

perkembangan setiap anak. Diketahui bahwa periode dari lahir hingga usia 2 tahun

merupakan periode yang penting untuk mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan

yang optimal (Ariani, 2008). Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam

Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF

merekomendasikan 4 hal penting yang harus dilakukan, yaitu memberikan Air Susu

Ibu (ASI) kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, memberikan

ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan Makanan

Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan

meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (Depkes RI,

2006). Pemberian MP-ASI didefinisikan sebagai suatu proses dimana ASI saja tidak

cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sehingga diperlukan makanan dan minuman

lain yang diberikan bersamaan dengan ASI (Didah, 2004).

ASI merupakan makanan yang baik dan memenuhi semua kebutuhan nutrisi

dari bayi selama 6 bulan pertama. Akan tetapi, setelah usia 6 bulan ASI tidak cukup

untuk membuat bayi tumbuh dengan baik, tambahan makanan lain juga dibutuhkan.

Hal ini dikarenakan pertumbuhan bayi dan aktivitas dari bayi yang bertambah.

Sehingga nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi akan meningkat sesuai pertambahan usia.

Pemberian MP-ASI pada usia 6 bulan ke atas disertai dengan pemberian ASI lanjutan

adalah hal yang penting dalam perkembangan dan pertumbuhan bayi (Bahri, 2010).

Di negara-negara berkembang, angka kejadian gizi buruk masih cukup tinggi

berkisar 6,9-53% (Chintia, 2008). Memburuknya gizi bayi dapat saja terjadi karena

penghentian pemberian ASI dengan alasan ASI tidak keluar dan ketidaktahuan ibu

atas tata cara pemberian ASI kepada bayinya (Husaini, 2001). Data Survei

Demografis dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 menunjukkan konsumsi

MP-ASI secara dini cukup besar, yaitu sebanyak 35% pada bayi kurang dari 2 bulan

dan sebanyak 37% pada usia 2-3 bulan.

Cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Temanggung cenderung meningkat

selama 3 tahun terakhir. Pada tahun 2008 mencapai 28,14%, tahun 2009 mencapai

42,55%, tahun 2010 mencapai 63,52% dan tahun 2011 mencapai 67,48%. Capaian ini

belum melampaui target nasional maupun kabupaten yaitu 80%. Padahal pemberian

ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai usia 2 tahun disamping

Page 4: F4 MP-ASI

pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) secara adekuat terbukti merupakan

salah satu intervensi efektif dapat menurunkan Angka Kematian Bayi (Eko, 2012).

B. Permasalahan

Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) masih belum terlaksana

dengan baik di masyarakat, termasuk pada masyarakat di Desa Kupen. Pengetahuan

masyarakat mengenai tujuan serta waktu pemberian MP-ASI masih tergolong rendah.

Hal ini terbukti bahwa masih sering dijumpai ibu-ibu di Desa Kupen yang terlalu dini

memberikan MP-ASI dan terlalu cepat menyerah untuk memberikan ASI eksklusif

kepada anak-anaknya. Bahkan pernah dijumpai di Dusun Karang Lo, seorang bayi

berusia 18 bulan sudah terbiasa makan nasi goreng sejak usia 10 bulan. Tradisi-tradisi

yang salah mengenai MP-ASI pun masih kerap kali ditemui. Masih banyak bayi yang

belum genap berusia 6 bulan, sudah diberi kerokan pisang maupun nasi lumat.

Padahal sosialisasi mengenai pentingnya ASI eksklusif dilanjutkan dengan MP-ASI

sudah sejak lama dilakukan. Namun agaknya masyarakat masih cenderung memegang

teguh tradisi lama yang malah dapat membahayakan gizi anak-anak mereka.

Page 5: F4 MP-ASI

C. POA (Plan of Action) Perencanaan Intervensi

No Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Waktu Biaya MetodeIndikator

Keberhasilan

1. Pemberitahuan kepada kader dan kepala dusun akan diadakannya penyuluhan mengenai MP-ASI saat puskesmas keliling bulan Maret

Meningkatkan pengetahuan warga tentang pentingnya MP-ASI

Kader posyandu Dusun Karang Lo, Desa Kupen

Ruang Sekretariat PKK Desa

Kupen (Saat Rakor bulan

Februari 2013

Jumat, 21 Februari

2014

- Sosialisasi tentang waktu pelaksanaan penyuluhan tentang MP-ASI saat posyandu di Dusun Karang Lo

Pengumuman akan diadakan penyuluhan

MP-ASI tersampaikan oleh seluruh warga di

Karang Lo

Saat puskesmas keliling (pelaksanaan penyuluhan) dihadiri

minimal 50% dari jumlah warga

(terutama yang memiliki balita) di

masing-masing dusun

Page 6: F4 MP-ASI

D. PELAKSANAAN INTERVENSI

No.Alternatif

KegiatanTujuan Sasaran Waktu Tempat Metode Biaya

Penanggung

JawabIndikator

1. Penyuluhan

tentang MP-

ASI

Meningkatkan

pengetahuan

masyarakat tentang

MP-ASI

Seluruh ibu

yang memiliki

balita di

Dusun Karang

Lo, Desa

Kupen

Kamis, 13

Maret 2014

pukul

10.00 WIB

(bersamaan

dengan

acara

puskesmas

keliling)

TPQ Dusun

Karang Lo,

Desa Kupen

Penyuluhan

secara dua arah

dan tanya

jawab tentang

MP-ASI

Sosialisasi

contoh resep

MP-ASI

sederhana

- Dokter

internship

Bidan desa

Dusun Kupen

10% peserta

mampu menjawab

pertanyaan

mengenai materi

penyuluhan.

10% peserta

mengajukan

pertanyaan terkait

materi penyuluhan.

Page 7: F4 MP-ASI

E. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring & Evaluasi Kegiatan Perencanaan

Sosialisasi tentang akan diadakannya penyuluhan tentang pemberian MP-ASI berhasil

dilakukan oleh kader posyandu di Dusun Karang Lo. Hal ini terbukti dari antusiasnya

kedatangan warga Dusun Karang Lo, yaitu datang + 20 ibu (dari total + 40 ibu yang

memiliki balita).

Monitoring & Evaluasi Intervensi

Penyuluhan tentang pemberian MP-ASI dapat diterima dengan baik oleh para ibu

yang mempunyai balita. Terlihat dari peserta penyuluhan sejumlah + 20 ibu. Saat

dilakukan sesi tanya jawab, 70% ibu dapat menjawab dengan benar pertanyaan yang

diberikan oleh dokter internship. Saat diberikan kesempatan untuk bertanya, 40% ibu

mau bertanya dan bahkan menyampaikan pengalaman pribadinya dalam pemberian

MP-ASI. Ibu-ibu tampak semakin antusias saat diberikan beberapa resep pembuatan

MP-ASI sederhana yang dapat mereka masak sendiri di rumah.

Kesimpulan

Intervensi berupa penyuluhan tentang MP-ASI ini dapat terlaksana dengan lancar.

Saat pelaksanaan pun, hasil pencapaian melebih dari indikator yang telah ditetapkan.

Diharapkan dengan adanya penyuluhan ini ibu-ibu yang memiliki balita dapat

mempraktekkannya dalam sehari-hari serta meninggalkan tradisi lama mengenai MP-

ASI. Dengan demikian, kejadian kurang gizi serta diare dan alergi pada balita karena

pemberian MP-ASI terlalu dini dapat berkurang atau bahkan teratasi.

F. Tinjauan Pustaka

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

1. Definisi

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah:

o Makanan atau minuman yang mengandung gizi yang diberikan kepada bayi

atau anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Ariani, 2008).

o Proses transisi dari asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan

yang semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan ketrampilan motorik oral.

Ketrampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap menjadi

menelan makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan

makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian belakang.

Page 8: F4 MP-ASI

Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk

maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi atau anak (Depkes

RI, 2006).

2. Permasalahan Dalam Pemberian MP-ASI

Dari hasil beberapa penelitian menyatakan bahwa keadaan kurang gizi pada

bayi dan anak disebabkan karena kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat.

Keadaan ini memerlukan penanganan tidak hanya dengan penyediaan pangan, tetapi

dengan pendekatan yang lebih komunikatif sesuai dengan tingkat pendidikan dan

kemampuan masyarakat. Selain itu ibu-ibu kurang menyadari bahwa setelah bayi

berumur 6 bulan memerlukan MP-ASI dalam jumlah dan mutu yang semakin

bertambah, sesuai dengan pertambahan umur bayi dan kemampuan alat cernanya

(Didah, 2004).

Contoh MP-ASI yang dapat diberikan:

a. Pisang

Banyak bayi yang memulai makanan padatnya dengan pisang yang dihaluskan.

Pisang yang dipilih sebaiknya pisang kepok merah yang memang umumnya

diberikan pada bayi. Untuk awal mula mungkin 1 buah pisang kecil sudah cukup

dan bisa dikerik dengan sendok kecil agar halus dan mudah ditelah bagi anak yang

belum punya gigi saat ini.

b. Bubur beras merah

Dapat dibuat sendiri dengan cara membeli beras merah yang ada di supermarker

dan menjadikan bubur. Cara pemberiannya pun mudah, bubur beras merah yang

kaya dengan vitamin ini dicampur dengan susu formula agar lidah bayi tidak

merasa asing. Untuk pertama kali, buatlah sedikit dahulu dan bisa dijadikan

variasi makanan agar bayi tidak bosan.

c. Sayuran

Sayuran yang diberikan dapat berupa wortel, brokoli atau bayam yang dihaluskan,

bisa dengan dicincang atau diblender. Sayuran ini dapat dicampurkan pada bubur

bayi. Cucilah terlebih dahulu sayurannya dengan pencuci sayuran agar pestisida

yang terdapat di sayuran berkurang.

d. Sereal/biskuit bayi

Cara pemberiannya dapat dicampur dengan susu formula bayi atau jika itu biskuit

agar tidak terlalu manis dapat dihancurkan dengan air hangat.

Page 9: F4 MP-ASI

Makanan padat di atas adalah makanan pendamping ASI, bukan pengganti ASI yang

memiliki nilai yang lebih tinggi untuk bayi usia di bawah 1 tahun. MP-ASI adalah

makanan atau minuman selain ASI yang mengandung nutrisi yang diberikan kepada

bayi setelah bayi siap atau berusia 6 bulan.

Pola pemberian MP-ASI

Keterangan:

o Makanan lumat adalah makanan yang dihancurkan, dihaluskan atau disaring

dan bentuknya lebih lembut atau halus tanpa ampas.

o Makanan lunak/lembik adalah peralihan dari makanan lunak menjadi

makanan orang dewasa. Misal: nasi lembik/bubur beras disertai lauk.

Sebaiknya dilengkapi dengan sayuran.

Golongan Makanan

Umur (bulan)

ASI Makanan Lumat Makanan Lumat Makanan Lunak Makanan Padat

0-6

6-7

7-9

9-12

12-24

Page 10: F4 MP-ASI

(Diah, 2001)

3. Tanda-Tanda Bayi Siap Menerima Makanan Padat

a. Kesiapan fisik

i. Refleks muntah telah sangat berkurang atau sudah menghilang.

ii. Ketrampilan oromotor, dari hanya mampu menghisap dan menelan

yang cair menelan makanan yang lebih kental dan padat. Mampu

memindahkan makanan dari bagian depan ke bagian belakang mulut.

iii. Mampu menahan kepala tetap tegak.

iv. Duduk tanpa/hanya dengan sedikit bantuan dan mampu menjaga

keseimbangan badan.

b. Kesiapan psikologis

i. Bayi akan memperlihatkan perilaku makan lanjut.

ii. Dari reflektif ke imitatif.

iii. Lebih mandiri dah eksploratif.

iv. Pada usia 6 bulan, bayi mampu menunjukkan keinginan makan dengan

cara membuka mulutnya.

v. Menunjukkan rasa lapar dengan memajukan tubuhnya ke depan (ke

arah makanan).

vi. Bila tidak berminat pada makanannya atau kenyang, bayi akan menarik

tubuh ke belakang/menjauh (Lely, 2005).

4. Cara Mengenalkan MP-ASI

a. Hidangkan dalam jumlah kecil.

b. Kenalkan bayi/anak dengan makanan baru berulang kali (10-15 kali), ada

baiknya untuk yang pertama kali menggunakan piring orang tua (Carruth et al.,

2004).

c. Letakkan makanan dekat anak sehingga mudah dijangkau tanpa

menawarkannya.

i. Anak biasanya lebih mau mencoba makanan baru bila ditemani dan

diawasi.

ii. Mereka cenderung untuk mengatakan “tidak” secara otomatis bila

ditawari sesuatu makanan.

Page 11: F4 MP-ASI

d. Orangtua memberi contoh

Tunjukkan perasaan tetap senang dan tidak menawarkan makanan baru sampai

rasa “takut” anak mereda dan anak menunjukkan minat terhadap makanan baru

tersebut.

e. Bila pemberian makanan baru ini menyebabkan anak mau muntah:

Singkirkan makanan tersebut dan coba makanan lain yang mirip dengan

makanan yang ingin dicobakan tersebut.

f. Campurkan sedikit makanan baru ke dalam makanan yang disukainya,

bertahap makin banyak.

g. Orangtua tetap harus tenang dan rileks menghadapi asupan makanan anak

(Luluk, 2005)

5. Prinsip Dasar Pemberian Makan Bayi dan Balita

a. Terjadwal

i. Jadwal makan termasuk snack teratur dan terencana.

ii. Lama makan maksimum 30 menit.

iii. Di antara waktu makan hanya boleh mengkonsumsi air putih.

b. Lingkungan netral

i. Tidak dipaksa meskipun hanya makan 1-2 suap.

ii. Jangan memberikan makanan sebagai hadiah.

iii. Tidak sambil bermain atau menonton televisi.

c. Prosedur makan

i. Porsi kecil

ii. Jika 15 menit bayi menolak makan, mengemut, hentikan pemberian

makan.

iii. Bayi distimulasi untuk makan sendiri.

iv. Membersihkan mulut hanya setelah makan selesai (Rosidah, 2004).

Contoh pemberian MP-ASI:

Page 12: F4 MP-ASI

6. Pentingnya MP-ASI

Orangtua mesti mengetahui dan mengontrol pertumbuhan anaknya. Dua tahun

pertama dalam kehidupan anak merupakan periode emas dalam tumbuh kembangnya.

Pertumbuhan fisik anak merupakan sebuah ukuran yang bisa dilihat secara kasat mata.

Faktor makanan (gizi) dan genetik merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada

masa-masa ini. Gizi yang seimbang akan menjamin tubuh anak memperoleh semua

asupan yang dibutuhkan untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Page 13: F4 MP-ASI

Selain itu, gizi juga berkaitan dengan faktor genetik. Pasalnya, faktor genetik

yang mempengaruhi pertumbuhan anak hanya dapat muncul secara optimal jika

didukung oleh asupan gizi yang benar. Karena itu, gizi merupakan kebutuhan dasar

bagi setiap anak. Asupan gizi yang kurang dapat menyebabkan anak mengalami

growth faltering (gagal tumbuh). Berat badan yang kurang dibandingkan dengan berat

badan standar merupakan indikator pertama yang dapat dilihat ketika seorang anak

mengalami kurang gizi. Dalam jangka panjang, kurangnya asupan gizi akan

menghambat pertumbuhan tinggi badan dan akhirnya berdampak buruk bagi

perkembangan mental dan intelektual seorang anak.

Pada dasarnya, sampai usia 6 bulan, bayi masih memiliki pertumbuhan badan

sesuai dengan kurva standar. Pada masa ini bayi dapat tumbuh dan berkembang secara

optimal hanya dengan mengandalkan asupan gizi dari ASI yang diberikan sang ibu.

Menginjak usia 6 bulan ke atas, kebutuhan zat gizi bayi semakin meningkat dan

bervariasi. Pemberian ASI saja hanya memenuhi 60-70% kebutuhan gizi bayi. Karena

itu, selain pemberian ASI diperlukan juga makanan lain sebagai makanan pendamping

untuk menunjang asupan gizinya.

Adapun pada fase usia 12-24 bulan, anak tidak lagi diberikan makanan dalam

bentuk cair, kental, atau semi padat. Setelah 1 tahun ke atas, anak harus mulai

diberikan makanan padat. Dengan kata lain, makanan yang diberikan kepada anak usia

1 tahun ke atas sama dengan makanan anggota keluarga lainnya. Namun, perlu

diperhatikan juga bentuk, tekstur, komposisi gizi makanan harus disesuaikan dengan

usia anak.

Zat gizi yang harus terkandung dalam makanan bayi meliputi karbohidrat,

protein, lemak, vitamin dan mineral. Untuk bayi dan balita, komposisi gizi yang

seimbang diperoleh dari 9-15% protein, 45-55% karbohidrat, dan 35-45% lemak.

Selain itu, asupan vitamin dan mineral juga diperlukan untuk membantu metabolisme

di dalam tubuh. Karbohidrat, protein, dan lemak menjadi sangat penting bagi

pertumbuhan anak karena mengandung banyak manfaat untuk perkembangan

kecerdasan, pertumbuhan fisik dan mentalnya (Luluk, 2005).

Page 14: F4 MP-ASI

DAFTAR PUSTAKA

Ariani. 2008. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Dalam:

http://parentingislami.wordpress.com/2008/05/27makanan-pendamping-asi-mp-asi/.

Diakses tanggal 14 Maret 2014.

Bahri, Rita, M. 2010. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Pemberian MP-ASI di

Kelurahan PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011. Dalam:

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/22923. Diakses tanggal 14 Maret 2014.

Chintia. 2008. Cerdas Memberi Makanan Pendamping Bayi. Dalam:

http://818.blogspot.com/2008/06/cerdas-dalam-memberi-pola-makanan-html.

Diakses 15 Maret 2014.

Depkes RI. 2006. Pemberian Makanan Pendamping ASI Lokal. Jakarta.

Diah. 2001. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Cetakan I. Jakarta: Puspa Swara.

Didah, R. 2004. Pemberian Makanan Tambahan. Jakarta: EGC.

Eko, E.S. 2012. Bab I Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Dalam:

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-ekoedisusa-5312-1-

bab1.pdf. Diunduh tanggal 15 Maret 2014.

Husaini, M. 2001. Makanan Bayi Bergizi. Cetakan VIII. Yogyakarta: Gajah Mada.

Lely, L.S. 2005. Resiko Pemberian MP-ASI Terlalu Dini. Jakarta: We R Mommies Together

We Care.

Page 15: F4 MP-ASI

Luluk. 2005. Resiko Pemberian MP-ASI Terlalu Dini. Dalam:

http://wrm-indonesia.org/content/view/647/. Diakses tanggal 16 Maret 2014.

Rosidah. 2004. Pemberian Makanan Tambahan. Jakarta: EGC.

Dokumentasi Kegiatan

Page 16: F4 MP-ASI
Page 17: F4 MP-ASI
Page 18: F4 MP-ASI