mp asi dr. lena

31
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kekurangan gizi merupakan bentuk malnutrisi yang terutama terjadi pada anak- anak di bawah umur 5 tahun (balita) dan kebanyakan terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. 1 Masalah gangguan nutrisi khususnya pada bayi dan anak usia di bawah 2 tahun merupakan masalah yang perlu ditanggulangi dengan serius mengingat usia di bawah 2 tahun merupakan masa yang amat penting sekaligus masa kritis dalam proses tumbuh kembang bayi baik fisik maupun kecerdasan. Karena itu setiap bayi dan anak usia 12-24 bulan harus memperoleh asupan gizi sesuai dengan kebutuhannya. Hasil survey menunjukkan bahwa salah satu penyebab terjadinya gangguan nutrisi dan tumbuh kembang bayi dan anak usia 12-24 bulan di Indonesia adalah rendahnya mutu Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dan tidak sesuainya pola asuh yang diberikan sehingga beberapa zat gizi tidak dapat mencukupi kebutuhan. 2 Krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1997 sampai saat ini belum dapat ditanggulangi dengan baik. Hal ini menyebabkan semakin banyaknya jumlah keluarga miskin dan menurunnya daya beli terhadap pangan sehingga ketersediaan bahan makanan dalam keluarga menjadi terbatas yang pada akhirnya berpotensi terjadinya gizi kurang bahkan gizi buruk. Salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan gizi kurang yang dilakukan oleh pemerintah melalui Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) tahun 2002 telah mendistribusikan MP-ASI bubur untuk bayi usia 6-11 bulan dan MP-ASI untuk anak usia 12-24 bulan yang berasal dari keluarga miskin di Indonesia. 2

Transcript of mp asi dr. lena

Page 1: mp asi dr. lena

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kekurangan gizi merupakan bentuk malnutrisi yang terutama terjadi pada anak-

anak di bawah umur 5 tahun (balita) dan kebanyakan terjadi di negara-negara yang

sedang berkembang.1 Masalah gangguan nutrisi khususnya pada bayi dan anak usia di

bawah 2 tahun merupakan masalah yang perlu ditanggulangi dengan serius mengingat

usia di bawah 2 tahun merupakan masa yang amat penting sekaligus masa kritis dalam

proses tumbuh kembang bayi baik fisik maupun kecerdasan. Karena itu setiap bayi dan

anak usia 12-24 bulan harus memperoleh asupan gizi sesuai dengan kebutuhannya.

Hasil survey menunjukkan bahwa salah satu penyebab terjadinya gangguan nutrisi dan

tumbuh kembang bayi dan anak usia 12-24 bulan di Indonesia adalah rendahnya mutu

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dan tidak sesuainya pola asuh yang

diberikan sehingga beberapa zat gizi tidak dapat mencukupi kebutuhan.2

Krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1997 sampai saat ini belum dapat

ditanggulangi dengan baik. Hal ini menyebabkan semakin banyaknya jumlah keluarga

miskin dan menurunnya daya beli terhadap pangan sehingga ketersediaan bahan

makanan dalam keluarga menjadi terbatas yang pada akhirnya berpotensi terjadinya

gizi kurang bahkan gizi buruk. Salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan gizi

kurang yang dilakukan oleh pemerintah melalui Program Jaring Pengaman Sosial

Bidang Kesehatan (JPS-BK) tahun 2002 telah mendistribusikan MP-ASI bubur untuk

bayi usia 6-11 bulan dan MP-ASI untuk anak usia 12-24 bulan yang berasal dari

keluarga miskin di Indonesia.2

Page 2: mp asi dr. lena

2

2

Berdasarkan hasil penyelidikan di 254 desa di seluruh Indonesia, Tarwotjo, dkk

memperkirakan bahwa 30% atau sekitar 9 juta diantara anak-anak balita menderita gizi

kurang, sedangkan 3% atau 0,9 juta anak-anak menderita gizi buruk.2

Berdasarkan hasil laporan Dinas Kesehatan Kalimantan-Selatan, angka

prevalensi balita yang mengalami gizi kurang masih tinggi dan jumlahnya fluktuatif

dalam 5 tahun terakhir.3,4 Pada bulan Januari-April 2007 di Banjarmasin tercatat 1047

kasus balita dengan status gizi kurang dan 507 kasus diantaranya mengalami gizi

buruk.5

Pada puskesmas Cempaka Putih tercatat sebanyak 66 orang balita yang

mengalami kekurangan gizi dengan 45 orang diantaranya terdapat di kelurahan Kuripan

dan sisanya yaitu 21 orang berada di kelurahan Kebun Bunga. 21 orang diantara balita

dengan kekurangan gizi tersebut berusia 12-24 bulan dan sesuai dengan program

pemerintah mendapatkan MP-ASI sejak bulan Agustus 2007. Belum dapat diketahui

apakah upaya perbaikan gizi yang selama ini telah dilakukan memberikan dampak yang

positif terhadap perubahan berat badan balita yang mendapat MP-ASI tersebut.

Mengingat kondisi tersebut, maka perlu adanya suatu penelitian untuk melihat

gambaran perubahan berat badan balita gizi kurang usia 6-24 bulan setelah pemberian

makanan pendamping ASI (MP-ASI) di Puskesmas Cempaka Putih.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan pada

penelitian ini, yaitu bagaimana perubahan berat badan setelah pemberian MP-ASI pada

balita gizi kurang di wilayah kerja puskesmas Cempaka Putih?

Page 3: mp asi dr. lena

3

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Status Gizi

Status gizi adalah tingkat kesehatan individu yang berhubungan dengan

konsumsi gizi makanan pada seseorang.5

Anak usia dibawah lima tahun (balita) berkisar antara 0-59 bulan adalah

merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah kesehatan dan gizi. Bayi berada

dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga sangat memerlukan

zat-zat gizi. Secara alamiah sebenarnya zat-zat gizi tersebut sudah terkandung di dalam

ASI, sehingga jika bayi tidak mendapat ASI dapat terjadi gangguan gizi. Anak balita

juga merupakan kelompok umur yang rawan gizi, dengan jumlah populasi yang besar.

Hal ini disebabkan antara lain sebagai berikut:1) Anak balita baru dalam keadaan

transisi dari makanan bayi ke makanan dewasa, 2) Biasanya sudah mempunyai adik,

atau ibunya sudah bekerja penuh, sehingga perhatian ibu sudah berkurang, 3) Sudah

mulai main ditanah, 4) Anak balita belum dapat mengurus dirinya, termasuk dalam

memilih makanan, semua benda dimasukkan kemulut. Dipihak lain, ibunya sudah tidak

begitu memperhatikan lagi karena dianggap sudah bisa makan sendiri.5

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita, yaitu:6

1. Makanan Anak dan Penyakit Infeksi

Penyebab langsung gizi kurang adalah makan tidak seimbang, baik jumlah dan

mutu asupan gizinya, di samping itu asupan zat gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh

tubuh secara optimal karena adanya gangguan penyerapan akibat adanya penyakit

infeksi.6

Page 4: mp asi dr. lena

4

4

Makanan alamiah terbaik bagi bayi, yaitu Air Susu Ibu, dan sesudah usia 6

bulan bila anak tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik

jumlah dan kualitasnya akan berkonsekuensi terhadap status gizi bayi. MP-ASI yang

baik tidak hanya cukup mengandung energi dan protein, tetapi juga mengandung zat

besi, vitamin A, asam folat, vitamin B serta vitamin dan mineral lainnya. MP-ASI yang

tepat dan baik dapat disiapkan sendiri di rumah. Pada keluarga dengan tingkat

pendidikan dan pengetahuan yang rendah seringkali anaknya harus puas dengan

makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi balita karena ketidaktahuan.7

Demikian pula halnya dengan anak yang makan tidak cukup baik, maka daya

tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah, sehingga mudah diserang infeksi dan

mengurangi nafsu makan dan akhirnya dapat menderita kurang gizi.6

2. Ketahanan Pangan di Keluarga yang Kurang Tersedia

Ketahanan pangan di keluarga (Housefold Food Security) adalah kemampuan

kelaurga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam

jumlah yang cukup, baik jumlah, maupun mutu gizinya. Hal tersebut terkait dengan

ketersediaan pangan) baik dari hasil produksi sendiri maupun dari pasar atau sumber

lain), harga pangan dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan

kesehatan.6

3. Pola Pengasuhan Anak yang Kurang Memadai

Suatu studi “positive deviance” mempelajari mengapa dari sekian banyak bayi

dan balita di suatu desa miskin hanya sebagian kecil yang gizi buruk, padahal orang tua

mereka semuanya petani miskin. Dari studi ini diketahui pola pengasuhan anak

berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh ibunya sendiri dengan kasih

sayang, apalagi ibunya berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI, manfaat

Page 5: mp asi dr. lena

5

5

posyandu dan kebersihan, meskipun sama-sama miskin, ternyata anaknya lebih sehat.

Unsur pendidikan perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak. Sebaliknya

sebagian anak yang gizi buruk ternyata diasuh oleh nenek atau pengasuh yang juga

miskin dan tidak berpendidikan. Banyaknya perempuan yang meninggalkan desa untuk

mencari kerja di kota bahkan menjadi TKI, kemungkinan juga dapat menyebabkan

anak menderita gizi buruk. Kebiasaan, mitos ataupun kepercayaan/adat istiadat

masyarakat tertentu yang tidak benar dalam pemberian makan akan sangat merugikan

anak . Misalnya kebiasaan memberi minum bayi hanya dengan air putih, memberikan

makanan padat terlalu dini, berpantang pada makanan tertentu (misalnya tidak

memberikan anak anak daging, telur, santan dll), hal ini menghilangkan kesempatan

anak untuk mendapat asupan lemak, protein maupun kalori yang cukup.7

Pola pengasuhan anak adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk

menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat bertumbuh

kembang dengan sebaik-baiknya secara fisik, mental, dan sosial. Pola ini berupa sikap

dan prilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan

makan, merawat, kebersihan, dan memberi kasih sayang.

4. Pelayanan Kesehatan dan Kesehatan Lingkungan

Merupakan akses atau keterjangkauan anak dan keluarga untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan dasar terhadap upaya pencegahan penyakit dan pemeliharaan

kesehatan, seperti imunisasi, pertolongan persalinan, penimbangan anak, penyuluhan,

kesehatan dan gizi, serta sarana kesehatan yang baik seperti posyandu, puskesmas,

praktek bidan atau dokter atau rumah sakit. Ketidakterjangkauan pelayanan kesehatan

(karena jauh atau tidak mampu membayar), kurangnya pendidikan dan pengetahuan,

Page 6: mp asi dr. lena

6

6

merupakan kendala masyarakat dan keluarga memanfaatkan secara baik pelayanan

kesehatan yang tersedia. Hal ini dapat berdampak juga pada status gizi anak.6

Semua keadaan ini berkaitan erat dengan rendahnya tingkat pendidikan, tingkat

pendapatan dan kemiskinan. Akar masalah gizi adalah terjadinya krisis ekonomi,

politik dan sosial termasuk kejadian bencana alam, yang mempengaruhi ketidak

seimbangan antara asupan makanan dan adanya penyakit infeksi, yang pada akhirnya

mempengaruhi status gizi balita.8

Pengukuran Status Gizi

Pengertian istilah ”nutritional anthropometry” mula-mula muncul dalam ”Body

measurements and Human Nutrition” yang ditulis oleh Brozek pada tahun 1966 yang

telah didefinisikan oleh Jelliffe (1966) sebagai pengukuran pada variasi/dimensi fisik

dan komposisi besaran tubuh manusia pada tingkat usia dan derajad/nutrisi yang

berbeda.9

Terdapat berbagai macam tata cara antropometri yang dapat dipilih. Perbedaan

tata cara antropometri tersebut berkaitan dengan 4 macam aspek, yaitu baku

antropometri, indeksi antropometri, klasifikasi status gizi, dan garis pembatas.10

Jenis-jenis ukuran antropometri gizi yang diperlukan untuk penilaian

pertumbuhan dan status gizi pada bayi dan anak adalah ukuran berat badan, panjang

(tinggi) badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan lipatan kulit.10

Baku yang digunakan untuk berat dan tinggi badan adalah baku Depkes (hasil

Lokakarya Antropometri Gizi-I 1974), baku NCHS (National Center for Health

Statistic, USA), baku WHO-NCHS (modifikasi NCHS 1983), data Jurnadias (1966),

dan data Yayah Husaini. Dari semua baku yang belum ada yang dapat memenuhi

kebutuhan baku untuk berat dan tinggi anak Indonesia usia 0-18 tahun. Baku

Page 7: mp asi dr. lena

7

7

antropometri yang dianggap paling memenuhi syarat saat ini adalah Baku WHO-NCHS

berdasarkan Lokakarya Antropometri di Ciloto tahun 1992.10

Baku untuk lingkar kepala adalah menurut Dine berdasarkan NCHS 1976, atau

data menurut Nelhaus. Baku untuk lingkar kepala, lingkaran lengan atas, dan tebal

lipatan kulit adalah data NCHS.10

Indeks antropometri digunakan untuk menganalisis hasil pengukuran yang

dibedakan:10

Dihubungkan dengan umur, yaitu B/U (berat terhadap umur), T/U (tinggi terhadap

umur), dan LLA (lingkar lengan atas terhadap umur).

Tidak dihubungkan dengan umur, yaitu B/T, LLA/T.

Pengkategorian status gizi yang biasa digunakan di Indonesia adalah menurut

cara Gomez dan cara Waterlow. Klasifikasi status gizi menurut cara Gomez ditentukan

berdasarkan indeks berat badan menurut umur (BB/U) dan status gizi diklasifikasikan

menjadi empat kategori, yaitu: normal, gizi sedang, gizi kurang, dan gizi buruk.

Sementara klasifikasi status gizi menurut cara Waterlow berdasarkan indeks tinggi

badan terhadap umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), dan

diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu normal, kurus (wasting), pendek, dan

kurus (stunting and wasting), serta pendek (stunting).10

Salah satu cara untuk menilai berat badan secara teratur adalah dengan

menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS).10

KMS adalah kartu untuk mencatat berat badan anak yang ditimbang setiap

bulan yang berguna untuk mengamati pertumbuhan anak sampai berusia 5 tahun.

Kegunaan utama KMS adalah memantau pertumbuhan anak. Pemantauan tersebut

memerlukan data berat badan anak balita yang ditimbang setiap bulan. Berat badan

Page 8: mp asi dr. lena

8

8

bulan ini akan dibandingkan dengan berat badan bulan-bulan sebelumnya. Pada KMS

yang penting bukanlah berat badan pada bulan tertentu, tetapi adalah pertambahan berat

badan anak dari bulan ke bulan.11

Penafsiran pada KMS, yaitu:11

1. Grafik berat badan. Pada KMS terdapat beberapa pita berwarna. Yang paling atas

adalah pita warna hijau, kemudian hijau muda dan seterusnya sampai kuning.

Ditengah pita warna kuning terdapat garis titik-titik, dan dibawah pita kuning

terdapat garis berwarna merah dan beberapa pita berwarna.

2. Pertumbuhan anak yang baik akan mengikuti salah satu pita atau berpindah ke pita

warna yang lebih tua.

3. Apabila anak tidak bertambah berat badannya atau sedikit bertambah tetapi

berpindah ke pita warna yang lebih muda, berarti anak ini kurang sehat, anak ini

harus lebih banyak diberi makan.

4. Anak yang berat badannya berada di bawah garis merah, berarti perlu mendapat

perhatian segera dari ibu, dan memerlukan penanganan lebih lanjut dengan merujuk

ke Puskesmas. Hal ini juga berlaku bagi anak yang selama tiga bulan berturut-turut

berat badannya tidak meningkat.

Klasifikasi status gizi berdasarkan tabel BB/U Baku median WHO-NCHS,

yaitu:10

1. Gizi lebih : >120 % Median BB/U Baku median WHO-NCHS

2. Gizi baik : 80-120 % Median BB/U Baku median WHO-NCHS

3. Gizi sedang : 70-79 % Median BB/U Baku median WHO-NCHS

4. Gizi kurang : 60-69 % Median BB/U Baku median WHO-NCHS

Page 9: mp asi dr. lena

9

9

Status gizi kurang, diklasifikasikan lagi, menjadi :12

a. Kurang Energi Protein (KEP) ringan

Apabila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita warna kuning.

b. KEP sedang

Apabila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak dibawah garis merah

(BGM).

c. KEP berat/gizi buruk

Apabila hasil penimbangan BB/U < 60 % Baku median WHO-NCHS. Pada KMS

tidak ada garis pemisah KEP berat/gizi buruk dan KEP sedang, sehingga untuk

menentukan KEP berat/gizi buruk digunakan tabel BB/U Baku median WHO-

NCHS.

Juga terdapat perhitungan status gizi berdasarkan pada nilai Z-nya (relatif

deviasi terhadap nilai rata-ratanya). Dari nilai ini ditentukan standar deviasinya. Cut off

point tiap indikator status gizi adalah 2 SD. Berikut klasifikasi status gizi menurut nilai

Z, yaitu :13

1. Gizi Lebih : ≥ +2SD baku media WHO-NCHS

2. Gizi Normal : -2 SD s/d +2SD

3. Gizi Kurang : -2 SD s/d –3 SD

4. Gizi Buruk : <-3 SD

Penentuan status gizi dengan menggunakan kategori di atas terakhir

direkomendasikan oleh Direktorat Gizi Masyarakat yang diperkuat dengan keputusan

Menteri Kesehatan.13

Page 10: mp asi dr. lena

10

10

2.2. Makanan Pendamping ASI (MPASI)

Makanan pendamping ASI (MPASI) merupakan makanan bergizi yang

diberikan disamping Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi berusia 6 bulan ke atas atau

berdasarkan indikasi medik sampai anak berusia 24 bulan untuk memenuhi kebutuhan

gizinya.2,14,15,16

Tujuan pemberian MPASI adalah untuk menanggulangi dan mencegah terjadinya

gizi buruk sekaligus mempertahankan status gizi baik pada bayi dan anak 12-24 bulan.2

Makanan pendamping asi (MPASI) terdiri dari MPASI lokal dan MPASI pabrikan

(MPASI Komersial).17 MP ASI komersial dibuat di pabrik untuk anak berumur di

bawah 3 tahun (batita). Misalnya bubur bayi bertahap, biskuit bayi, dan makanan ringan

bergizi lainnya. Keuntungan makanan bayi komersial adalah :14

- Cepat dan mudah disajikan

- Tidak perlu dimasak.

- Bersih dan aman bila belum kadaluarsa dan masih utuh dalam kemasan.

- Umumnya disukai bayi.

- Beberapa makanan bayi komersial mengandung cukup energi dan zat gizi.

Kerugian makanan bayi komersial adalah :14

- Harga relatif mahal.

- Banyak makanan bayi komersial dibuat untuk bayi berumur 4 bulan. Padahal usia ini

terlalu dini dan dapat mengganggu produksi ASI dan kerugian lain.

- Relatif berbahaya jika disajikan dengan air dingin. Bila air terkontaminasi, bayi

mungkin sakit.

- Makanan bayi komersial kadang-kadang tidak ada di pasaran

Page 11: mp asi dr. lena

11

11

Kebersihan MP-ASI perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. MP-ASI

yang kurang bersih karena tercemar debu dan binatang-binatang kecil (lalat, kecoa,

semut, tikus), kurangnya kebersihan ibu, serta kurangnya kebersihan peralatan yang

dipakai seperti sendok, mangkok, gelas, piring, dsb, dapat mengakibatkan diare atau

cacingan pada bayi/anak.16

Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap MP-ASI perlu diperhatikan

hal-hal sebagai berikut:16

1. MP-ASI harus disimpan dalam keadaan bersih dan tertutup.

2. Alat-alat makan seperti piring, mangkok, cangkir, dan sendok harus selalu dalam

keadaan bersih.

3. Biasakanlah mencuci tangan dengan sabun sebelum membuat MP-ASI dan saat akan

memberi makanan.

Saat tepat untuk memberikan makanan pendamping asi (MPASI) adalah saat bayi

berusia 6 bulan. Hal ini disebabkan oleh :18

1. Pemberian makan setelah bayi berumur 6 bulan memberikan perlindungan besar dari

berbagai penyakit. Hal ini disebabkan sistem imun bayi berusia kurang dari 6 bulan

belum sempurna. Pemberian MP-ASI terlalu dini sama dengan membuka pintu

gerbang masuknya berbagai jenis kuman, apalagi jika tidak disajikan higienis. Hasil

riset terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan

MP-ASI sebelum berumur 6 bulan, lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk dan

pilek dibandingkan bayi yang hanya mendapatkan ASI eksklusif.

2. Saat bayi berumur 6 bulan keatas, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan

siap menerima MPASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung,

pepsin, lipase, enzim amilase, dll akan diproduksi sempurna saat berumur 6 bulan.

Page 12: mp asi dr. lena

12

12

3. Mengurangi resiko terkena alergi akibat makanan. Saat bayi berumur kurang dari 6

bulan, sel-sel di sekitar usus belum siap untuk mengolah kandungan dari makanan.

Sehingga makanan yg masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan menimbulkan

alergi.

Perlunya makanan pendamping ASI (MPASI) diberikan pada balita usia 6 bulan

– 24 bulan adalah :18

1. ASI saja tidak mencukupi kebutuhan untuk tumbuh kembang bayi dan anak.

2. MPASI sangat berpengaruh pada tumbuh kembang yang pesat bagi bayi dan anak

sampai umur 2 tahun.

3. Perkembangan potensi kecerdasan terbentuk hampir sempurna pada saat ini.

Page 13: mp asi dr. lena

13

13

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan berat badan setelah

pemberian MP-ASI pada balita gizi kurang di wilayah kerja puskesmas Cempaka Putih.

3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Dengan diketahuinya hubungan pemberian MP-ASI pada balita gizi kurang

terhadap peningkatan berat badan, maka diharapkan dapat menunjang kegiatan

preventif, promotif, dan kuratif dalam usaha perbaikan gizi.

2. Menjadi masukan bagi puskesmas Cempaka Putih sebagai pemilik wilayah kerja

dan instansi lain yang terkait sebagai pengambil kebijakan program yang

berhubungan dengan usaha perbaikan gizi.

Page 14: mp asi dr. lena

14

14

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Subjek dan Alat Penelitian

Subjek penelitian adalah data sekunder tentang pemberian MP ASI dan berat

badan balita gizi kurang berusia 6-24 bulan yang dievaluasi setelah 3 kali kunjungan di

Puskesmas Cempaka Putih pada bulan Agustus 2007, September 2007, Oktober 2007,

November 2007, Desember 2007, dan Januari 2008. Alat penelitian yang digunakan

adalah lembar isian data.

4.2.Variabel Penelitian

Variabel utama dalam penelitian ini adalah perubahan berat badan balita dengan

gizi kurang setelah pemberian MP ASI.

Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah :

a. Berat badan lahir

Berat badan lahir tidak dikendalikan.

b. Ketelatenan ibu memberikan MP ASI

Ketelatenan ibu memberikan MP ASI tidak dikendalikan.

c. Umur balita

Umur balita dikendalikan dengan memilih balita berusia 6 – 24 bulan.

d. Lama pemberian MP-ASI

Lama pemberian MP-ASI dikendalikan dengan memilih balita yang mendapatkan

MP-ASI selama tiga bulan berturut-turut.

e. Penyakit Penyerta

Page 15: mp asi dr. lena

15

15

Penyakit yang menyertai balita gizi kurang tidak terdata dan tidak dikendalikan.

4.3. Definisi Operasional

Pemberian MP-ASI adalah data sekunder yang diperoleh dari Puskesmas

Cempaka Putih berupa data pemberian makanan bergizi pendamping ASI kepada bayi

usia 6-11 bulan dalam bentuk MP-ASI bubur dan anak usia 12-24 bulan dalam bentuk

MP-ASI biskuit oleh petugas gizi Pukesmas Cempaka Putih yang diperuntukkan bagi

balita gizi kurang, yang dievaluasi setelah 3 kali kunjungan ke puskesmas. Kunjungan

dilakukan setiap bulan. MP-ASI merupakan makanan pendamping ASI berupa bubur

dan biskuit buatan pabrik yang kandungan gizinya sudah distandarisasi sesuai

kebutuhan anak usia 6-24 bulan.

Perubahan berat badan balita gizi kurang adalah berupa data sekunder hasil

pencatatan berat badan balita di bawah garis berat badan normal berdasarkan KMS

yang dilakukan oleh petugas gizi Puskesmas Cempaka Putih. Setiap balita yang berat

badannya berada di bawah garis berat badan normal berdasarkan KMS yang terjaring di

balai pengobatan anak, klinik MTBS, dan posyandu akan dirujuk ke poli gizi untuk

ditimbang ulang dan mendapat pengarahan dari petugas gizi. Penimbangan dilakukan

dengan menggunakan timbangan bayi oleh petugas gizi. Penimbangan dilakukan setiap

kali kunjungan ke puskesmas. Jika balita tidak memiliki keluhan selain berat badannya

yang rendah, maka balita akan berkunjung ke puskesmas setiap 1 bulan sekali.

Penimbangan dilakukan dengan melepas sepatu dan menggunakan baju setipis

mungkin.

4.4. Rancangan Penelitian

Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan retrospektif.

Page 16: mp asi dr. lena

16

16

4.5. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi :

1. Penetapan subjek yang akan diteliti.

2. Pembuatan lembar isian data. Lembar isian terdiri dari nama, jenis kelamin, tanggal

lahir, alamat, pekerjaan orangtua, tanggal kunjungan awal, berat badan awal, dan

berat badan setelah kunjungan Balita gizi kurang yang ketiga.

3. Pemilihan data. Data disesuaikan dengan kriteria subjek.

4. Perhitungan persentasi perubahan berat badan balita gizi kurang.

5. Perhitungan mean dari persentasi perubahan berat badan balita gizi kurang.

6. Penyajian data dalam bentuk tabel dan grafik.

7. Penarikan kesimpulan dari hasil perhitungan.

4.5.Teknik Penyajian Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

Page 17: mp asi dr. lena

17

17

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Dalam kurun waktu 5 bulan (Agustus 2007 – Januari 2008) terdapat sebanyak

21 balita gizi kurang di wilayah kerja puskesmas Cempaka Putih yang mendapatkan

Makanan Pendamping ASI (MPASI). Berikut identitas balita gizi kurang di wilayah

kerja puskesmas Cempaka Putih periode Agustus 2007 – Januari 2008.

Tabel 1. Identitas Balita Gizi Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas CempakaPutih Periode Agustus 2007 – Januari 2008

Nama JenisKelamin

Alamat PekerjaanOrang Tua

Doni Apriadi L Komp. Akasia Kebun Bunga Tukang

Putri Rahmatina P Jl. Mandastana RT 13 Kebun Bunga Buruh

Arti Kholidah P Gg. Daha RT 15 Kuripan Buruh

Dwi Astriani P Jl. Mandastana 2B Kebun Bunga Buruh

M. Kipli L Gg. Sepakat RT 38 Kuripan PedagangKaki Lima

Rizqi Barlian Noor L Veteran Gg. Daha Kuripan Buruh

Mahfuzatul Janah P Jl. Manggis Gg. Delima Rt 34 KebunBunga

Buruh

Safitri P Komp. Cempaka Putih Gg. WantilanKuripan

Petani

Aisyah P Jl. Cempaka Putih Gg. 3 RT 4 Kuripan Petani

M. Najuar L Jl. Wantilan RT 7 No. 5 Kuripan Buruh

Aulia P Manunggal Gg. 5 No. 42 Kebun Bunga ABRI

Helda P Cempaka Putih RT 11 No. 28 Kuripan Buruh

Nor Azizah P Warga Subur RT 10 No. 6 Kuripan Buruh

M. Ramadhan L Kuripan Gg 9 RT 5 No. 76 Buruh

Page 18: mp asi dr. lena

18

18

Amalia P Kuripan Gg Daha RT 15 No. 5 Buruh

Firmansyah L Kuripan Gg. Daha RT 16 N. 20 Buruh

Akmal L Veteran Gg. Hikmah RT 12 Buruh

Soleh L Gg. Wantilan RT 7 Kuripan Buruh

Imam Ridho L Gg. Wantilan RT 7 Kuripan Buruh

Khairunnisa P Veteran Gg. H. Asnawi Kuripan TukangBecak

Saripah P Cempaka Putih Gg 12 RT 11 Kuripan Buruh

Laki-laki

Perempuan

Grafik 1. Distribusi Balita Gizi Kurang Di Wilayah Kerja Puskesmas CempakaPutih Periode Agustus 2007 – Januari 2008 Menurut Jenis Kelamin

57,14% 42,86%

Page 19: mp asi dr. lena

19

19

Kuripan

KebunBunga

Grafik 2. Distribusi Balita Gizi Kurang yang Mendapat MP-ASI Di WilayahKerja Puskesmas Cempaka Putih Periode Agustus 2007 – Januari 2008 MenurutKelurahan Tempat Tinggal

76,19%

23,81%

Page 20: mp asi dr. lena

20

20

Tabel 2. Data Perubahan Berat Badan Balita Gizi Kurang yang Mendapat MP-ASI diWilayah Kerja Puskesmas Cempaka Putih Periode Agustus-November 2007

Ket. :* : penderita dengan KEP berat, klinis tampak kelainan kulit berupa crazy pavementdermatosis

Nama Tanggal lahirTanggalkunjunganpertama

BB awalkunjungan

(kg)

BB setelah 3kali

kunjungan(kg)

Persentaseperubahan

BB (%)

Doni Apriadi 01-12-2006 12-08-2007 6,9 7,2 4,3Putri Rahmatina 19-07-2006 12-09-2007 8,1 8,7 7,41Arti Kholidah 08-02-2006 21-09-2007 8,1 8,4 3,70Dwi Astriani 20-04-2006 24-09-2007 8,3 8,9 7,23M. Kipli 23-12-2006 24-09-2007 8,1 8,0 -1,23Rizqi Barlian Noor 14-08-2006 26-09-2007 9,0 9,4 4,44Mahfuzatul Janah 28-01-2006 26-09-2007 7,5 8,3 10,67Safitri 28-09-2006 26-09-2007 6,6 7,6 15,15Aisyah 20-11-2006 05-10-2007 5,9 6,5 10,17M. Najuar 04-12-2005 26-10-2007 12,0 10,3 -14,17

Aulia 10-05-2006 14-11-2007 8,1 8,3 2,47

Helda 10-07-2005 14-11-2007 9,0 9,2 2,22

Nor Azizah 07-03-2006 21-11-2007 10,1 10,0 -0,99

M. Ramadhan 05-10-2006 21-11-2007 6,9 7,9 14,49

Amalia 24-04-2006 23-11-2007 7,5 8,0 6,67

Firmansyah 19-06-2005 07-11-2007 8,5 9,2 8,24

Akmal 05-11-2006 10-11-2007 8,7 8,8 1,15

Soleh 16-02-2006 14-11-2007 11,1 11,9 7,21

Imam Ridho 10-05-2005 24-11-2007 11,1 8,7 -21,62 *

Khairunnisa 12-08-2006 26-11-2007 8,2 8,5 3,66

Saripah 11-01-2006 26-11-2007 7,0 7,4 5,71

Rata-rata 3,66%

Page 21: mp asi dr. lena

21

21

Penurunanberat badan

Kenaikanberat badan85,72%

14,28%

Grafik 3. Distribusi Perubahan Berat Badan Balita Gizi Kurang Di WilayahKerja Puskesmas Cempaka Putih Periode Agustus 2007 – Januari 2008

5.2. Pembahasan

Subjek penelitian dipilih balita berusia 6-24 bulan. Pemilihan subjek pada usia

lebih dari sama dengan 6 bulan dikarenakan pada usia 0 – 6 bulan bayi harus

mendapatkan ASI eksklusif. Pemberian MP-ASI sebelum usia 6 bulan dapat

membahayakan Hasil riset terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa bayi

yang mendapatkan MP-ASI sebelum berumur 6 bulan, lebih banyak terserang diare,

sembelit, batuk dan pilek dibandingkan bayi yang hanya mendapatkan ASI eksklusif.

Selain itu, alasan pemilihan subjek yang berusia di atas 6 bulan adalah sistem

pencernaannya sudah relatif sempurna dan siap menerima MP-ASI. Beberapa enzim

pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase, enzim amilase, dll akan

diproduksi sempurna saat berumur 6 bulan. Risiko terkena alergi akibat makanan selain

ASI akan berkurang setelah bayi berusia lebih dari 6 bulan. Hal ini disebabkan karena

saat bayi berumur kurang dari 6 bulan, sel-sel di sekitar usus belum siap untuk

mengolah kandungan dari makanan. Sehingga makanan yang masuk dapat

Page 22: mp asi dr. lena

22

22

menyebabkan reaksi imun dan menimbulkan alergi.1 Selain itu, program pemberian

MP-ASI pada usia 6-24 bulan untuk menanggulangi masalah gangguan nutrisi ini

dilakukan mengingat usia tersebut merupakan masa yang amat penting dan merupakan

masa kritis dalam proses tumbuh kembang baik fisik maupun kecerdasan sehingga

harus memperoleh asupan gizi sesuai dengan kebutuhannya.2

MPASI yang diberikan pada penderita gizi kurang berupa MP ASI komersial.

Hal ini dikarenakan MPASI komersial cepat dan mudah disajikan, tidak perlu dimasak,

bersih dan aman bila belum kadaluarsa dan masih utuh dalam kemasan, umumnya

disukai bayi, dan beberapa makanan bayi komersial mengandung cukup energi dan zat

gizi. 14

Selama dua tahun terakhir, penderita gizi kurang berjenis kelamin perempuan

lebih banyak ditemukan daripada laki-laki dengan perbandingan 1,5 : 1 (60,20% vs

39,80%). Hasil ini berdasarkan penelitian Nazir HZ, dkk di RSUP Palembang. Selain

itu, hasil penelitian Agustina L, dkk pada tahun 1997 menunjukkan prevalensi laki-laki

berbanding perempuan adalah 1 : 4. Hal ini disebabkan karena perbedaan nilai, dimana

anak laki-laki dianggap lebih berharga daripada anak perempuan sehingga anak laki-

laki akan mendapatkan perawatan kesehatan dan pemberian makanan yang lebih baik.

Berdasarkan grafik 1, dari 21 subjek penelitian didapatkan 57,14% penderita gizi

kurang yang mendapatkan MP-ASI berjenis kelamin perempuan sedangkan 42,86%

berjenis kelamin laki-laki. Dari hasil ini dapat dilihat persentasi balita perempuan yang

mendapat MP-ASI di wilayah kerja Puskesmas Cempaka Putih lebih besar

dibandingkan balita laki-laki.

Berdasarkan grafik 2, balita penderita gizi kurang yang mendapat MP-ASI

terbanyak didapatkan di Kelurahan Kuripan sebanyak 76,19% dibandingkan Kelurahan

Page 23: mp asi dr. lena

23

23

Kebun Bunga sebanyak 23,81%. Hal ini disebabkan kemampuan daya beli masyarakat

Kelurahan Kuripan yang lebih rendah dibandingkan Kelurahan Kebun Bunga. Hal ini

sesuai dengan data demografi Puskesmas Cempaka Putih pada Laporan Tahunan 2007

yang menggambarkan bahwa kebanyakan masyarakat di Kelurahan Kuripan bekerja

sebagai buruh, sehingga tingkat pendapatan lebih rendah. Pendapatan yang rendah ini

akan menyebabkan menurunnya kemampuan daya beli terhadap pangan sehingga

ketersediaan bahan makanan dalam keluarga menjadi terbatas yang pada akhirnya

berpotensi terjadinya gizi kurang.2

Dari 21 subjek penelitian, 85,72% mengalami peningkatan berat badan,

sedangkan 14,28% mengalami penurunan berat badan. Peningkatan berat badan

merupakan indikator keberhasilan perbaikan gizi setelah dilakukan pemberian MP-ASI.

Empat belas koma dua delapan persen dari subjek mengalami penurunan berat-badan

setelah diberikan satu paket MP-ASI. Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian serius

karena dapat memperburuk kondisi gizi dan kesehatan balita tersebut. Penurunan berat

badan setelah pemberian MP-ASI dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain

1,11 :

1. tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua tentang gizi terutama ibu

2. perilaku ibu dalam hal pemberian MP-ASI, menjaga kebersihan, dan cara mengasuh

anak

3. penyakit infeksi yang diderita balita.

Salah satu penyakit infeksi penyerta yang diderita oleh salah satu penderita gizi

buruk di wilayah kerja puskesmas Cempaka Putih adalah Crazy Pavement Dermatosis.

Crazy Pavement Dermatosis merupakan perubahan pada kulit yang berupa bercak-

bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam dan ditemukan pada bagian tubuh

Page 24: mp asi dr. lena

24

24

yang sering mendapat tekanan, terutama bila tekanan tersebut terus menerus dan

disertai kelembaban oleh keringat seperti pada bokong, fossa poplitea, lutut, paha, lipat

paha, dan sebagainya. Perubahan kulit demikian dimulai dengan bercak-bercak kecil

merah yang dalam waktu singkat bertambah dan berpadu untuk kemudian menjadi

hitam. Pada suatu saat mengelupas dan memperlihatkan bagian-bagian yang tidak

mengandung pigmen, dibatasi oleh tapi yang masih hitam akibat hiperpigmentasi.

Kasus gizi buruk yang disertai dengan Crazy Pavement Dermatosis biasanya

mempunyai prognosis yang buruk. 19

Penyakit infeksi Crazy Pavement Dermatosis yang menyertai gizi buruk

menimbulkan penurunan berat badan dikarenakan penyakit infeksi ini menyebabkan

hilangnya lemak bawah kulit sehingga cadangan protein semakin sering digunakan

untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh.19

Selama kurun waktu 5 bulan, terdapat 21 orang penderita gizi buruk yang

mendapatkan MP ASI dan persentase kenaikan berat badan penderita gizi buruk adalah

3,66%. Hal ini menandakan bahwa pemberian MP ASI bermanfaat untuk meningkatkan

berat badan kaarena dalam kandungan MP ASI terdapat mengandung energi dan

protein, tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam folat, vitamin B serta

vitamin dan mineral lainnya.7 Namun, peningkatan berat badan yang terjadi tidak hanya

disebabkan oleh pemberian MP-ASI tetapi juga dipengaruhi oleh faktor tumbuh

kembang dari anak yang berlangsung secara lamiah.19

Page 25: mp asi dr. lena

25

25

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

Pemberian MP-ASI pada balita usia 6-24 bulan di Puskesmas Cempaka Putih

dapat mengakibatkan perubahan berat badan. Perubahan berat badan berupa

peningkatan sebesar 85,72% dan penurunan berat badan 14,28%. Rata-rata kenaikan

berat badan penderita gizi buruk yang mendapatkan MPASI sebesar 3,66%. Faktor

yang menyebabkan peningkatanberat badan tidak hanya berasal dari pemberian MP-

ASI namun juga dipengaruhi oleh tumbuh kembang anak yang berlangsung secara

normal.

6.2.Saran

Setelah dilakukan penelitian tentang pemberian MP-ASI pada balita usia 6-24

bulan di Puskesmas Cempaka Putih, disarankan untuk semua pihak yang terlibat agar :

- Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral terutama dalam hal

peningkatan pengetahuan orang tua dan keluarga mengenai gizi.

- Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai MP-ASI dan gizi kurang

Page 26: mp asi dr. lena

26

26

DAFTAR PUSTAKA

1. Kristijono A. Karakteristik Balita Kurang Energi Protein (KEP) yang Dirawat Inap diRSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 1999-2000. Cermin Dunia Kedokteran. 2002; 134 : 5-9

2. Anonymous. Pedoman Penatalaksanaan Pendistribusian dan Pengelolaan MakananPendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) tahun 2004. Jakarta : Ditjen Bina KesehatanMasyarakat Direktorat Gizi Masyarakat, 2004. h. 1-3

3. Anonymous. Tujuh Balita Meninggal Akibat Gizi Buruk. Journal Litbang Depkes 2008;(online), http://www.media-indonesia.com/berita.asp?id=68118 diakses 30 Januari2008

4. Gunawan R. Kebijakan dan Strategi Program Perbaikan Gizi Masyarakat.Banjarmasin: Dinas Kesehatan Banjarmasin, 2007

5. Almatsier, S. Ilmu Gizi. Jakarta: Rineka Cipta, 2002. h. 1

6. Soekirman. Paradigma Baru Untuk Menanggulangi Masalah Gizi Makro di Indonesia.Jakarta, 2002; (Online), (http://www.gizinet.com)

7. Nency Yetty. Gizi Buruk, Ancaman Generasi yang Hilang. Inovasi. 2005; 5; XVII: p61

8. Depkes RI. Perkembangan Program Perbaikan Gizi Masyarakat. Jakarta: DirektoratGizi Masyarakat; (Online), (http://www.gizinet.com)

9. Narendra, MB. Pengukuran Antropometri Pada Penyimpangan Tumbuh KembangAnak. J. Unair 2002; (online), (http://www.pediatric.com) diakses 30 Januari 2008

10. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Penyakit Gizi Anak. Dalam : KapitaSelekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesclapius, 2000. h. 512-513, 576-577

11. Gibney G. Buku Panduan Pemulihan yang Berkesinambungan Bagi Anak Malnutrisi.Diterjemahkan oleh PCI - Indonesia dan diperbanyak oleh “Jejaring PD Indonesia” atasdukungan USAID (United States Agency for International Development). Jakarta:Country Director PCI –Indonesia, 2004; (Online), (http:// www.coregroup.org)

12. Husein Albar. Makanan Pendamping ASI. Dalam: Cermin Dunia Kedokteran, 2004; 145;XVII: p51-5

Page 27: mp asi dr. lena

27

27

13. Anonymousm. Standar Nasional Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal BadanStandarisasi Nasional, 2005

14. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI. Jakarta:Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Gizi Masyarakat, 2000.

15. Soraya, Luluk L. Kapan Bayi Boleh Diberi MPASI?. Jakarta, 2007; (Online),(http://www.nakita.com)

16. Departemen Kesehatan RI. Makanan Pendamping ASI (MPASI). Kalsel: KanwilDepkes Propinsi Kalsel, Proyek Perbaikan Gizi Kalimantan Selatan, 2000.

17. Sofiati EL. Status Gizi Balita Kaitannya dengan Tingkat Kesadaran Gizi KeluargaMuda Golongan Sejahtera. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan, 2003; (Online),(http://www.digilib.libang.depkes.go.id)

18. Puskesmas Sei Mesa. Laporan Tahunan Puskesmas Sei Mesa Tahun 2005.Banjarmasin, 2005.

19. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta: DirektoratJenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Gizi Masyarakat, Proyek FHN-ADBLOAN 1471-INO, 2002.

Page 28: mp asi dr. lena

28

28

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................DAFTAR ISI …................................................…....................................….

BAB I PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang.…………………..........……………………....1.2. Perumusan Masalah...................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN3.1. Tujuan Penelitian.......................................................................3.2. Manfaat Penelitian.....................................................................

BAB IV METODELOGI PENELITIAN......................................................

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN5.1. Hasil........................................................................................5.2. Pembahasan.............................................................................

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN .6.1. Kesimpulan ………………………………...………………....6.2. Saran ………………..……....……………………....................

DAFTAR PUSTAKA

iii

12

3

1313

14

1721

2125

Page 29: mp asi dr. lena

29

29

Page 30: mp asi dr. lena

30

30

GAMBARAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA GIZI KURANGBERUSIA 6-24 BULAN SETELAH PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING

ASI DI PUSKESMAS CEMPAKA PUTIH

Oleh :

Lena Rosida

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATFAKULTAS KEDOKTERAN

BANJARBARU2009

Page 31: mp asi dr. lena

31

31

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHANLAPORAN PENELITIAN

1. Judul Penelitian : Gambaran perubahan berat badan balita gizi kurangBerusia 6-24 bulan setelah pemberian makananPendamping ASI di puskesmas Cempaka Putih

2. Bidang Penelitian : Kedokteran dan Kesehatan

3. Ketua Penelitia. Nama : dr. Lena Rosida, M.Kesb. Jenis Kelamin : Perempuanc. NIP : 19710615 199702 2 002d. Pangkat/Golongan : Pembina/IVAe. Jabatan : Tenaga Pengajarf. Fakultas/Jurusan : Kedokteran/Program Studi Pendidikan Dokterg. Alamat : Jl. A. Yani Km.36 Banjarbaruh. Telepon/Faks : 0511-4773470i. Alamat Rumah : Jl. Unlam III Rt 19/4 No. 16A Banjarbaru

4. Lokasi Penelitian : Puskesmas Cempaka Putih

5. Jumlah Biaya yang diusulkan : Rp. 1.500.000 (Satu Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)

Banjarbaru, Januari 2009

Mengetahui,Dekan FK UNLAM

Ketua Peneliti,

dr. H. Hasyim Fachir, Sp.SNIP. 19560402 198412 1 001

dr. Lena Rosida, M.KesNIP. 19710615 199702 2 002

MengetahuiKetua Lembaga Penelitian

Universitas Lambung Mangkurat

DR. Ir. Ahmad Kurnain, M.ScNIP. 19630407 199103 1 003