f20.3
-
Upload
al-fahreysi -
Category
Documents
-
view
108 -
download
15
description
Transcript of f20.3
PRESENTASI KASUS
SKIZOFRENIA TAK TERINCI
F 20.3
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa RSUD Panembahan Senopati Bantul
Disusun oleh :
Puguh Danu S
20070310145
Dokter Penguji :
dr. Vista Nurasti P, M.Kes, Sp.KJ
SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
2013
1
HALAMAN PENGESAHAN
SKIZOFRENIA TAK TERINCI
(F20.3)
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa RSUD Panembahan Senopati Bantul
Disusun Oleh:
Puguh Danu S
20070310145
Telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggal Februari 2013
Oleh :
Dokter Penguji
dr. Vista Nurasti P, M.Kes, Sp.KJ
2
STATUS PSIKIATRI
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bp. Winarto
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 46 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pengayuh becak
Bangsa/suku : Indonesia/Jawa
Alamat ; Dagen, Pandak, Bantul
No. RM : 48xxxx
Tanggal Periksa : 6 Februari 2013
2. ALLOANAMNESIS
Diperoleh dari
Nama Ibu. J
Umur 44 tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Dagen, Pandak, Bantul
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga
Pendidikan SMP
Hubungan Istri
Lama Kenal ± 23 tahun
Sifat Perkenalan Dekat
Tempat Wawancara Rumah pasien
3
2.1. Sebab Dibawa ke Rumah Sakit (Keluhan Utama)
Pasien datang ke rumah sakit karena obat habis dan ingin kontrol rutin. Pasien
sudah bisa istrahat teratur, kehidapan sehari-hai sudah mulai
membaik,sosialisasi dengan tetangga dekat baik, obat diminum rutin, tidak lagi
marah-marah,tapi kadang masih sering melihat bayangan anak kecil bila
melawati area persawahan yang dulu.
2.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang)
Autoanamnesis (Pasien)
Pasien adalah seorang pengayuh becak yang bekerja rutin didaerah jalan
malioboro, pada suatu ketika sekitar tahun 2000 pasien mempunyai
masalah dengan harta warisan (sepetak tanah) peninggalan dari
orangtua ,menurut pasien dulu sepetak tanah tersebut dititipkan kepada
keluarga bapak A, akan tetapi sekitar tahun 2000 tanah itu dijual oleh ahli
aris keluarga bapak A, padahal menurut pasien tanah itu tidak dijual,
Cuma dititipkan, pasien merasa ditiou dan mencari kebenaran ketingkat
kelurahan, kecamatan dan hasilnya adalah tanah itu sah milik ahli waris
bapak A . Pasien merasa kecewa berat dan merasa ditipu, mulai sejak itu
dia sering mudah marah dan mendengar bisikan-bisikan untuk mengambil
tanah tersebut, pasien juga merasa ada anak kecil disekitar tanah tersebut
yang menyuruh mengambil tanahnya pasien. Pasien mulai sering pergi
tidak pulang ke rumah, mudah marah kepada istrinya dan mengancam
akan memakannya. Tahun 2001 pasien mondok di rumah sakit Grasia
karena dirasa sering marah dan suka jalan jauh keluar rumah.beberapa hari
pasien dipulangkan kembali kerumah dan bisa beraktifitas lagi, pada saat
gempa jogja pasien sanggup ikut mencari bantuan untuk keluarga , akan
tetapi sekitar tahun 2010 pasien mondok lagi di rumah sakit Grasia karena
mudah marah dan mengamuk kepada istri dan orang sekitar, beberapa hari
pasien di rumah sakit Grasia kemudian dipulangkan kembali kerumah,
namun sekitar tahun 2012 pasien kembali dimondokan di rumah sakit
Grasia dengan indikasi yang sama yaitu sering marah dan mengamuk,
beberapa hari kemudian pasien pulang dan rutin kontrol di RSUD Bantul
4
Alloanamnesis (istri pasien)
Menurut penuturan dari istri pasien, Ny J membenarkan bahwa pasien
adalah tersebut sering mondok ke rumah sakit Grasia sebanyak 3 kali yaitu
tahun 2000, 2010, dan 2012 dengan indikasi sering marah atau mengamuk
kepadanya atau orang sekitar. Diantara tahun-tahun tersebut pasien dapat
melakukan kegiatan dasar sehari-hari misalkan makan sendiri, minum obat
rutin, dan kerja mengayuh becak. Istri pasien membenarkan bahwa
pemicu setiap emosi marah dan mengamuk pasien adalah soal tanah dan
bisikan agar tanah tersebut kembali menjadi miliknya, merasa dendam
keada keluarga ahli waris bapak A. Selama marah dan mengamuk pasien
tidak tinggal dirumah akan tetapi pergi jauh atau tinggal dirumah kosong
yang berada dikampung tempat tinggalnya. Istri pasien juga sering dikasih
tahu oleh suaminya bahwa setiap lewat daerah tanah tersebut pasien
melihat anak kecil berbicara kepadanya untuk mengambil kembali tanah
tersebut.
2.3. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial
dan Kemandirian)
Sistem Saraf : nyeri kepala(-), demam(-), kejang(-)
Sistem Kardiovaskular : nyeri dada(-), edema kaki(-)
Sistem Respirasi : sesak nafas(-), batuk(-), pilek(-)
Sistem Digestiva : BAB normal, mual(-), muntah(-), diare(-),
sulit makan(-), nyeri perut(-)
Sistem Urogenital : BAK normal, nyeri BAK(-)
Sistem Integumentum : warna biru pada kuku(-), gatal pada kulit(-)
Sistem Muskuloskletal : edema(-), nyeri sendi(-), bengkak sendi(-),
nyeri otot(-), kelemahan otot(-)
Secara organik, tidak terdapat keluhan.
5
2.4. Grafik Perjalanan Penyakit
Gejala Klinis
Mental Health Line/Time
Maret 2000 juli 2010 mei 2012
Fungsi Peran
2.5. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu
2.5.1. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit
Faktor Organik
Panas, kejang, dan trauma fisik sebelum mengalami gangguan
disangkal oleh narasumber.
Faktor Psikososial (Stressor Psikososial)
Tanah yang seharusnya menjadi miliknya telah merasa diambil oleh
ahli waris keluarga bapak A secara tidak baik.
Faktor Predisposisi
Penyakit herediter disangkal oleh narasumber.
6
Faktor Presipitasi
Dari penuturan alloanamnesis istri pasien, pasien merasa sering
mudah marah dan mengamuk sejak kejadian persengketaan tanah
tersebut.
2.5.2. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya
Disangkal
Riwayat Sakit Berat
Disangkal
2.6. Riwayat Keluarga
2.6.1. Pola Asuh Keluarga
Pasien adalah anak ke 6 dari 8 bersaudara. Pasien tinggal bersama
dengan istri , 1 anaknya, menantu dan 1 orang cucu perempuannya.
Hubungan dengan istri dan anaknya baik, sering juga bercanda dengan
cucunya
2.6.2. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat kelurga pasien tidak ada sakit yang sama, kedua orang tua
pasien sudah meninggal karena penyakit tua (geriatik)
7
2.6.3. Silsilah Keluarga
Silsilah keluarga pasien adalah sebagai berikut
Keterangan :
: pasien
: laki-laki
: perempuan
: meninggal dunia
: bercerai
: tinggal serumah
8
2.7. Riwayat Pribadi
2.7.1. Riwayat Kelahiran
Tidak didapatkan informasi mengenai riwayat kelahiran.
2.7.2. Latar Belakang Perkembangan Mental
Kurang mendapat informasi mengenai perkembangan mental.
2.7.3. Perkembangan Awal
Kurang mendapat informasi mengenai perkembangan awal.
2.7.4. Riwayat Pendidikan
SD : lulus dengan baik
SMP : kelas 2
2.7.5. Riwayat Pekerjaan :
Pasien hanya memiliki pekerjaan mengayuh sepeda.
2.7.6. Riwayat Perkembangan Seksual
Hubungan seksual dengan istri masih terjalin.
2.7.7. Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual
Agama Islam
Tidak lagi melakukan sholat maupun mengaji.
2.7.8. Riwayat Perkawinan :
Pasien menikah dengan istri kurang lebih selama 23 tahun dan sudah
dikaruniani 1 orang anak perempuan.dan 1 orang cucu
2.7.9. Riwayat Kehidupan Emosional (Riwayat Kepribadian
Premorbid)
Tidak tertutup
Apabila ada masalah bercerita dengan istri
2.7.10. Hubungan Sosial
Hubungan sosial pasien dengan tetangga baik.
2.7.11. Kebiasaan
Pasien sering mengayuh sepeda daerah jalan malioboro
2.7.12. Status Sosial Ekonomi
9
Pasien berasal dari keluarga sederhana. Pasien bekerja sebagai
pengayuh becak. Penghasilan pasien kurang lebih Rp.700.000 ribu per bulan,
sedangkan istri bekerja sebagai ibu rumah tangga.
2.7.13. Riwayat Khusus
Pengalaman militer (-)
Urusan dengan polisi (-)
2.8. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis
Alloanamnesis : dapat dipercaya
2.9. Kesimpulan Alloanamnesis
Keluhan pada pasien masih sering mersa melihat bayangan anak kecil yang
berada disekitar tanah sengketa. Riwayat dulu pernah monodok di rumah sakit
Grasia sebanyak 3 kali dengan indikasi pasien merasa sering marah dan
mengamuk.
3. PEMERIKSAAN FISIK
3.1. Status Praesens
3.1.1. Status Internus
Tanggal Pemeriksaan: 6 februari 2013
Kesadaran : compos mentis
Bentuk Badan : tidak ditemukan kelainan
Berat Badan : tidak dilakukan pengukuran
Tinggi Badan : tidak dilakukan pengukuran
Tanda Vital
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg.
- Nadi : 86 x/menit.
- Respirasi : 20 x/menit.
- Suhu : afebris
Kepala
- Inspeksi wajah : tidak ditemukan adanya kelainan
10
- Mata : conjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Leher
- Inspeksi : leher tampak bersih
- JVP : tidak dilakukan pemeriksaan
Thorax
- Sist. Kardiovaskuler : S1 S2 reguler
- Sist. Respirasi : wheezing (-), RBK (-), vesikuler (+)
Abdomen
- Sist. Gastrointestinal : NT (-), timpani (+), peristaltic (+)
- Sist. Urogenital : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas
- Sist. Muskuloskeletal : tidak ditemukan kelainan
- Sist. Integumentum : tidak ditemukan kelainan
Kesan Status Internus : dalam batas normal, meskipun ada beberapa
pemeriksaan yang tidak dilakukan karena
tidak tersedianya tempat.
3.1.2. Status Neurologis
Kepala dan Leher : Dalam batas normal
Tanda Meningeal : tidak dilakukan
Nervi Kranialis : tidak dilakukan
Kekuatan Motorik : dalam batas normal
Sensibilitas : dalam batas normal
Fungsi Saraf Vegetatif : dalam batas normal.
Refleks Fisiologis : tidak dilakukan
Refleks Patologis : tidak dilakukan
Gerakan Abnormal : (-)
Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan: (-)
Kesan Status Neurologis : pemeriksaan yang dilakukan dalam batas
normal.
11
3.2. Status Psikiatri
Tanggal Pemeriksaan : 6 februari 2013
3.2.1. Kesan Umum
Seorang laki-laki sesuai umur, rawat diri baik, tak tampak gangguan jiwa.
No Status Psikiatri Hasil Keterangan
1 Kesadaran Kuantitatif : GCS=E4V5M6
Kualitatif : Compos mentis
OS sadar penuh tanpa rangsang apapun
dapat diajak berkomunikasi
2 Orientasi
Orang : Baik OS dapat mengenali dan mengetahui
profesi pemeriksa
Waktu : Baik OS dapat mengetahui kapan mulai sakit
dan jam minum obat
Tempat : Baik OS mengetahui dimana saja ia pernah
tinggal selama kecil hingga sekarang
Situasi : Baik OS dapat membedakan suasana di
rumah sendiri dan di tempat kerja
3 Sikap/Tingkah laku Kooperatif, tenang Dapat diajak bicara, tidak melawan
4 Penampilan/rawat diri Baik Penampilan rapi, mandi sehari 2x
5 Roman muka Eutimik OS memperlihatkan mimik cukup
6 Afek Appropriate Os menunjukkan ekspresi sesuai
7
Pikiran
a. Bentuk pikir :
realistik
Apa yang diucapkan pasien sesuai
dengan kenyataan
b. Progresi pikir :
Kuantitatif : cukup
bicara
Kualitatif :
relevan dan koheren
OS menjawab jika ditanya. Dan juga
sering bertanya tentang sesuatu.
OS menjawab sesuai pertanyaan dan
runtut
c. Isi pikir :
Os bisa tidur
12
Os merasa masih kadang merasa
dendam jika melewati daerah tanah
sengketa
8 Hubungan Jiwa Cukup Mudah Mudah dibina hubunganya dengan
pemeriksa
9 Perhatian Mudah ditarik mudah
dicantum
OS mau menjawab bila ditanya dan
jawaban OS dapat dimengerti
10
Persepsi
Halusinasi :
- Halusinasi auditorik
- Halusinasi visual
(-)
(+)
Os merasa melihat anak kecil yang
berada didaerah sengketa
11 Insight Derajat 4 OS menyadari bahwa dirinya sakit dan
butuh bantuan namun tidak menyadari
penyebab penyakitnya
3.2.2. Mood dan Interest
Depresi
- Tidak ada
Kecemasan
- Tidak ada
Iritabilitas/Sensitivitas
- Tidak ada
3.2.3. Gangguan Intelegensi Sesuai Umur / Pendidikan
- Tidak ada
3.2.4. Gejala dan Tanda Lain yang Didapatkan
- Kadang masih sering melihat dan marah tapi tidak
ngamuk
13
3.3. Hasil Pemeriksaan Psikologis
3.3.1. Kepribadian
- terbuka
- punya banyak teman
- berbagi cerita dengan orang lain ( istri)
3.3.2. IQ
Tidak dapat dilakukan tes
3.3.3. Lain-Lain
Tidak ada
3.4. Hasil Pemeriksaan Sosiologis
Tidak ada
4. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA
4.1. Tanda-Tanda (Sign)
a. Penampilan
Sikap baik, pakaian biasa, pasien tidak seperti orang sakit.
b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Cara berjalan biasa, mampu menulis yang diperintahkan
pemeriksa, misalnya menggambar dan menulis surat, tidak menyentuh
pemeriksa, gerakan tubuh biasa.
c. Pembicaraan (kuantitas, kecepatan produksi bicara, kualitas)
Kualitas : koheren, relevan
Kuantitas : bicara cukup
14
4.2. Gejala (Simptom)
a. Halusinasi visual (melihat bayangan anak kecil )
4.3. Kumpulan Gejala (Sindrom)
Pada saat anamnesis, pasien terlihat tenang dan dapat bercerita tentang dirinya,
berikut ini kumpulan gejala yang diperoleh dari anamnesis dengan pasien:
Terdapat halusinasi visual
Merasa gelisah
Merasa sedih
Merasa dekat dengan kematian
Gangguan tidur
Gangguan nafsu makan
Hilangnya semangat untuk bekerja
Keluhan dirasa pada pasien yang mencoba untuk tidak mengkonsumsi
alcohol dengan zat-zat psikoaktif yang lainnya .
Kumpulan gejala ini merupakan syarat seseorang menderita Gangguan Mental
dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat multipel dan Penggunaan Zat Psikoaktif
Lainnya, keadaan putus zat( F19.3), menurut PPDGJ III.
5. DIAGNOSIS BANDING
(F19.5) Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat multipel dan
Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya, gangguan psikotik.
6. PEMBAHASAN
15
( F19.3) Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat multipel dan
Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya, keadaan putus zat.
Pedoman Diagnostik
Gangguan yang bervariasi luas dan berbeda keparahannya ( dari intiksikasi
tanpa komplikasi dan penggunaan yang merugikan sampai gangguan psikotik
yang jelas dan demensia, tetapi semua itu diakibatkan oleh Karena penggunaan
satu atau lebih zat psikoaktif ( dengan atau tanpa resep dokter )
Keadaan putus zat merupakan salah satu indicator dari sindrom
ketergantungan dan diagnosis sindrom ketergantungan harus turut
dipertimbangkan.
Keadaan putus zat hendaknya dicatat sebagai diagnosis utama bila hal ini
merupakan alas an rujukan dan cukup parah sampai memerlukan perhatian
medis secara khusus.
Gejala fisik berfariasi sesuai dengan jenis zat yang digunakan. Gangguan
psikologis ( misalnya anxietas , depresi dan gangguan tidur ) merupakan
gambaran umum dari keadaan putus zat ini.
Yang khas ialah pasien akan melaporkan bahwa gejala putus zat akan mereda
dengan meneruskan penggunaan zat.
Diagnosis Banding
(F19.5) Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat multipel dan
Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya, gangguan psikotik.
Pedoman Diagnostik
Gangguan psikotik yang terjadi selama atau segera sesudah penggunaan zat
psikoaktif ( biasanya dalam waktu 48 jam ) , bukan merupakan manifestasi
dari keadaan putus zat dengan delirium atau suatu onset lambat. Gangguan
psikotik onset lambat (dengan onset lebih dari 2 minggusetelah penggunaan
zat ) dimasukan dalam f1x.75.
Gangguan psikotik yang disebabkan oleh zat psikoaktif dapat tampil dengan
pola dan gejala yang berfariasi. Variasi ini akan dipengaruhi oleh jenis zat
yang digunakan dan kepribadian pengguna zat.
Pada penggunaan obat stimulant, seperti kokain dan amfetamin, gangguan
psikotik yang diinduksi oleh obat umumnya berhubungan erat dengan
16
tingginya dosis dan atau penggunaan zat yang berkepanjangan. Diagnosis
gangguan psikotik jangan hanya ditegakkan berdasarkan distorsi persepsi atau
pengalaman halusinasi, bila zat yang digunakan ialah halusinogenika primer,
misalnya lisergide, meskalin, kanabis dosis tinggi, perlu dipertimbangkan
kemungkinan diagnosis intoksikasi akut.
7. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
7.1. Pemeriksaan Psikologi
Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain :
Psikoterapi individual
o Terapi suportif
o Terapi kognitif dan perilaku (CBT)
Psikoterapi kelompok
Psikoterapi keluarga
7.2. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, EKG, EEG, CT Scan)
Tidak perlu dilakukan karena pasien tidak mnunjukkan gejala-gejala patologik
pada organ.
8. DIAGNOSIS
Aksis I : ( F19.3) Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
multipel dan Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya, keadaan putus zat.
Aksis II : tidak ada (none)
Aksis III : tidak ada (none)
Aksis IV : masalah berkaitan ekonomi
Aksis V : GAF 70-61 : beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum masih baik.
17
9. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi
Haloperidol 1.5 mg 1x1
Triheksipenidil 2mg 1x1
Psikoterapi
Ventilasi : memberikan kesempatan kpd pasien untuk mengungkapkan isi
hati dan keinginannya supaya pasien merasa lega.
Konseling : memberikan nasehat dan pengertian kepada pasien mengenai
penyakitnya dan cara menghadapinya agar pasien mengetahui
kondisi dirinya.
Sosioterapi: memberikan penjelasan kpd keluarga pasien dan orang sekitar
agar memberi dukungan kepada pasien. Dukungan moral dan
suasana kondusif sehingga membantu proses penyembuhan.
10. PROGNOSIS
Indikator Pada Pasien Prognosis
18
FA
KT
OR
PR
EM
OR
BID
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Tidak percaya diri
Tidak ada
Perhatian cukup
Tidak ada
Ada
Ekonomi cukup
Ada
Menikah
kurang
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
FA
KT
OR
MO
RB
ID
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
dewasa
akut
Baik
Baik
Baik
Tidak
Meningkat
Buruk
baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Kesimpulan prognosis: Dubia ad bonam
11. RENCANA FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta
efektivitas obat, dan kemungkinan munculnya efek samping dari terapi yang
diberikan. Pastikan pasien mendapat psikoterapi.
DAFTAR PUSTAKA
19
1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Depkes RI. 1993. “Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III”. Cetakan Pertama. Jakarta : Depkes RI.
2. Buku Ajar Psikiatri. Fakultas Kedokteran Indonesia.
3. Soewadi. 2002. Simtomatologi dalam Psikiatri. Yogyakarta: FKUGM.
20