EXECUTIVE SUMMARYberkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil... · 2018-12-06 · 3...

13
EXECUTIVE SUMMARY SINERGITAS AKTOR PENGAMANAN PILKADA 2018 2018 Peneliti: Debora Sanur Lindawaty PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

Transcript of EXECUTIVE SUMMARYberkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil... · 2018-12-06 · 3...

EXECUTIVE SUMMARY

SINERGITAS

AKTOR PENGAMANAN PILKADA 2018

2018 Peneliti:

Debora Sanur Lindawaty

PUSAT PENELITIAN

BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

JAKARTA

1

A. Pendahuluan

Polarisasi merupakan salah satu faktor pendukung kemajuan demokrasi namun

berpotensi menciptakan konflik. Oleh sebab itu, untuk mencegahnya peran aktor

keamanan menjadi sangat penting. Terutama dengan konstruksi pilkada seretak 2018

yang berdekatan dengan persiapan pemilu serentak ditahun 2019, pemilu

presiden/wakil presiden (Pilpres) dan pemilu anggota legislatif DPR, DPD, dan DPRD

provinsi/kabupaten/kota (Pileg), maka faktor keamanan bisa menjadi hal yang

menentukan bagi sukses pilkada di tengah agenda konsolidasi demokrasi di Indonesia.

Dalam hal ini Polri sepenuhnya bertanggungjawab dalam bidang keamanan dan

ketertiban masyarakat, sedangkan untuk bidang pertahanan negara dilakukan oleh

Kementerian Pertahanan dan TNI. Meski demikian, untuk menghadapi pilkada TNI dan

Polri telah bersama-sama menyepakati Nota kesepahaman. Nota Kesepahaman TNI-

Polri ini telah ditandatangani pada tanggal 23 Januari 2018 oleh Kepala Polri Jenderal

Tito Karnavian dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. Nota kesepahaman tersebut

menyatakan adanya pelibatan (TNI) dalam tugas kepolisian dimana TNI bersedia

memberikan bantuan personel kepada kepolisian untuk pengamanan unjuk rasa, mogok

kerja, kerusuhan massa, dan konflik sosal yang terjadi dalam pilkada serentak 2018. Hal

ini penting karena tahun politik pada 2018 dan 2019 rentan memunculkan konflik

horizontal.

Dengan demikian, untuk mewujudkan penyelenggaraan pilkada serentak 2018

yang aman dan kondusif maka sinergitas aktor penjaga keamanan pilkada memiliki

peranan yang sangat penting. Tokoh masyarakat, aparat maupun intelijen sama-sama

memiliki peran yang sangat besar dalam melakukan deteksi dini, dan membuat

pemetaan terhadap pihak-pihak yang memungkinkan untuk melakukan ancaman.

Dengan adanya peta ancaman maka pencegahan akan lebih mudah dilakukan.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka pertanyaan dalam penelitian ini ialah:

1. Bagaimana potensi konflik dan ancaman dalam sektor keamanan di daerah terkait

pilkada serentak 2018 dan solusi penyelesaiannya?

2. Bagaimana peran, tantangan serta sinergitas para aktor keamanan daerah dalam

pengamanan pilkada 2018?

Dengan demikian pertanyaan dalam penelitian ini ialah “Bagaimana sinergitas

aktor keamanan dalam mengawal pelaksanaan pilkada 2018?”

2

B. Potensi Konflik dan ancaman

Menurut I Nyoman Wiratmaja1 pada Pilkada 2018 prediksi ancaman yang

ditemui Polri ada delapan ancaman dalam Pilkada Serentak 2018. Salah satunya

pengerahan massa dan gesekan pendukung pasangan calon. Pengerahan massa, gerakan

antar pendukung, dukungan ganda, dualisme parpol. Potensi Kerawanan ini dimulai

pada masa pendaftaran calon. Berikutnya, tahap penetapan pasangan calon. Potensi

protes bisa terjadi dari kubu pasangan bakal calon yang tidak lolos, rawan aksi

kekerasan, gugatan PTUN (pengadilan tata usaha negara), netralitas Komisi Pemilihan

Umum (KPU).

Potensi kerawanan kemanan tahap awal, ada di masa pendaftaran calon.

Berikutnya, tahap penetapan pasangan calon. Potensi protes bisa terjadi dari kubu

pasangan bakal calon yang tidak lolos. Protes balon (bakal calon) yang tidak lolos rawan

aksi kekerasan, gugatan PTUN (pengadilan tata usaha negara), netralitas Komisi

Pemilihan Umum (KPU). Potensi kerawanan juga terjadi pada tahap kampanye.

Ancaman gesekan antar pendukung hingga politik uang selama masa kampanye.

Gesekan antar pendukung, money politic, manuver politik incumbent (petahana), black

campaign dengan isu SARA atau hoax. Potensi kerawanan lainnya yakni pada tahap

pemungutan suara. Potensi kisruh pada tahap itu bisa dalam bentuk pengerusakan TPS,

logistik pemilu hingga netralitas penyelenggara.

Sementara itu menurut Ketua Bawaslu Bali, I Ketut Rudia2 masalah yang

mengancam dalam Pilkada salah satunya ialah money politic. Dimana dalam Pemilu

maupun Pilkada dapat ditemui melalui bantuan-bantuan, uang, maupun janji. Contoh

money politic dalam bentuk janji ialah bila sebuah komunitas sudah diikat janji “bantuan

bansos” maka setiap orang yang tidak setuju dengan janji tersebut dapat dikeluarkan

dari komunitas.

Demikian pula dengan masalah minimnya partisipasi masyarakat. Faktor

penyebab rendahnya partisipasi masyarakat tersebut diantaranya karena: masyarakat

tidak menyukai pasangan calon, ada ancaman atau intimidasi, masyarakat tidak

terdaftar sebagai pemilih serta masyarakat perantauan yang tidak mendapatkan

libur/ijin untuk pulang kedaerahnya dan mengikuti Pilkada. Menurut Bawaslu Bali hal

tersebut terjadi karena banyak masyarakat yang menerima ancaman agar tidak

1 FGD dengan Drs. I Nyoman Wiratmaja. M.Si dan Dr. I Wayan Gede Suacana, M.Si di Ruang Rapat FISIP

Universitas Marwadewa- Bali pada tanggal 23 Maret 2018. 2 Wawancara dengan Ketua Bawaslu Bali, I Ketut Rudia, di Kantor Bawaslu Denpasar, 20 Maret 2018.

3

mengikuti pilkada. Selain itu ada juga faktor kesengajaan berasal dari oknum

penyelenggara, dimana oknum tersebut dengan sengaja tidak memberikan surat C6

kepada pemilih. Selain itu masalah keberadaan oknum ormas maupun adanya

perbedaan pandangan dalam memilih calon. Umumnya, oknum ormas seringkali

mengambil kesempatan saat pelaksanaan pesta demokrasi.

Dengan demikian menurut I Nyoman Wiratmaja dalam membangun kesadaran

keamanan diperlukan adanya kekuatan sebuah sistem keamanan dapat dianalogikan

seperti sebuah rangkaian rantai “the strength of a chain depends on its weakest link”

dapat dimaknai bahwa kekuatan sebuah rantai terletak pada sambungannya yang

terlemah. Artinya untuk membangun sebuah kekuatan sistem keamanan yang mampu

memberikan rasa aman dan nyaman bagi seluruh komponen masyarakat, tidaklah

cukup dengan membangun satu sisi atau beberapa bagian saja. Dengan demikian

membangun sistem keamanan bukan hanya persoalan bagaimana menyiapkan fasilitas

teknologi yang canggih, sumber daya manusia yang profesional, namun sangat perlu

menumbuhkan “kesadaran keamanan” masyarakat luas.

C. Peran dan Sinergitas Aktor Keamanan Pilkada 2018

Aktor keamanan merupakan salah satu aktor terpenting dalam berjalannya

Pilkada 2018. Sebagaimana Provinsi Bali yang merupakan daerah pariwisata Indonesia

dan dunia, faktor keamanan adalah hal mutlak yang harus dipertahankan di Bali.

Keamanan terus diupayakan oleh pemerintah daerah, aparat keamanan maupun

masyarakat umum secara bersama-sama. Rasa memiliki daerah juga sangat besar,

sehingga setiap elemen terutama masyarakat umum mengabaikan riak-riak yang dapat

mengancam keamanan di Bali. Meskipun setiap elemen menyadari bahwa Pilkada

merupakan suatu kompetisi yang mengandung banyak potensi ancaman dan konflik

namun semangat kebersamaan dan persaudaraan lebih besar peran dan pengaruhnya

dibandingkan potensi ancaman.

Terkait dengan peran aktor keamanan, pada Provinsi Bali sinergitas para aktor

keamanan sudah terbangun dengan baik karena masing-masing aktor sudah

mengetahui tugasnya. Kapolda Bali juga sudah sangat tegas dan fokus terhadap

pengamanan Pilkada 2018. Anggaran dari Polda sebesar Rp. 20M langsung diberikan

kepada setiap personel sesuai struktur Operasi Mantap Praja Agung 2018. Dimana

4

dalam pelaksanaan tugasnya Polri di bantu oleh Pamswakarsa (pengamanan swakarsa),

TNI hingga Pecalang.3

Dalam pelaksanaan tugas pengamanan Pilkada 2018 ini Polri tetap berpegang

pada prinsip Asta Siap. Asta Siap merupakan delapan kesiapan yang dapat dijadikan

acuan personel kepolisian dalam memandang masalah, meredakan dan menyelesaikan

permasalahan agar tidak meluas dan paska kejadian, serta untuk

merehabitasi/memperbaiki kondisi sosial yang rusak akibat dari berbagai dampak

masalah. Prinsip Asta Siap tersebut yang juga digunakan Kepolisian dalam menjalin

kerjasama dengan stakeholder pengaman Pilkada 2018 lainnya. Polri bersama Bawaslu

dan Kejaksaan RI telah membuat Peraturan Bersama No 14 Tahun 2016, No.01 Tahun

2016 dan No 013/JA/11/2016 tentang Sentra Penegakan Hukum Terpadu Pada

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan

Wakil Walikota, dimana Peraturan Bersama ini bertujuan untuk mewujudkan efektivitas

penanganan tindak pidana dalam Pilkada.

Demikian pula kerjasama Polri dengan TNI dilakukan melalui nota kesepahaman

bersama No B/2/2018 dan Nomor Kerma/2/I/2018 dengan tujuan dalam rangka

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat terhadap tiga agenda penting tahun

2018 yaitu Asian Games, Pilkada Serentak dan Pertemuan Tahunan World Bank di Nusa

Dua Bali. Pola bantuan yang diberikan oleh TNI kepada Polri yaitu saat Polda meminta

dukungan personel kepada Kodam maka Kodam akan menurunkan perintah tersebut

kepada Korem dimana Korem juga didukung oleh Kodim. Sementara untuk wilayah,

Polres dapat langsung meminta bantuan Kodim tanpa harus melalui Polda.4

Dengan kerjasama yang dijalin Kepolisian dengan berbagai stakeholder

menegaskan bahwa Kepolisian telah melakukan persiapan demi menciptakan keamanan

dalam masyarakat. Pada tingkat Kabupaten aktor lain yang turut berperan ialah Badan

Kesbangpol dan Kominda. Kominda sendiri personelnya langsung dari polri TNI dan

Bais. Sedangkan cara kerja koordinasi diantara para aktor ialah Kominda memberi

laporan temuan kepada Kesbangpol, ke Kepolisian dan Bupati untuk dicari solusi

bersama. Demikian pula dengan Bupati di Provinsi Bali. Para Bupati turut aktif dalam

deklarasi anti Hoax dan SARA serta siap bila diminta untuk membantu dalam hal

anggaran.

3 Dalam wawancara dengan Kabag Operasi Sukarta di Polda Bali pada tanggal 21 Maret 2018.

4 Wawancara dengan Kasi Intel Kapten Budianto dan Intel Kodim Denpasar Sumianto pada tanggal 22 Maret

2018.

5

Disamping para aktor disebutkan diatas, di Bali Pecalang juga memiliki peran

yang sangat besar dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Terlebih

karena masyarakat Bali sangat percaya dan patuh terhadap adat. Pecalang sangat

dihormati karena menguasai daerah otonom yang tidak bisa diganggu gugat. Tujuan

pecalang lebih kepada pengamanan wilayahnya sebagai polisi adat. Pecalang dari masa

ke masa telah beralih fungsi tidak hanya untuk menjaga kelancaran upacara adat,

namun juga menjaga acara dan aktivitas politik karena, pecalang masih disegani oleh

masyarakat. Kesan wibawa pecalang membuat mereka memiliki kekuatan tersendiri

untuk menjaga kestabilan masyarakat dalam desa adat di Bali.

Landasan hukum pecalang tertuang dalam Peraturan Daerah tentang Desa

Pekraman. Disebutkan pecalang melaksanakan tugas pengamanan dalam wilayah desa

pekraman dalam hubungan tugas adat dan agama. Namun demikian, karena

keberadaannya yang disegani oleh masyarakat (Desa/Banjar) maka Pecalang sering

dilibatkan oleh Kepolisian maupun Pemda untuk turut serta menjaga ketertiban dalam

kegiatan diluar acara adat. Pecalang bahkan turut bekerjasama dengan kominda dengan

mengadakan pertemuan setiap satu bulan sekali. Oleh sebab itu, pada saat pelaksanaan

Pilkada nanti setiap TPS akan di jaga oleh TNI, Polri, Linmas dan juga Pecalang.

Demikian pula dengan Kota Bandung, menurut Teguh Haris Pathon Kepala Sub

Bagian Bidang Politik Dalam Negeri Kesbangpol Kota Bandung5, pemerintah kota

Bandung secara maksimal memberi dukungan kepada pihak penyelenggara dan aparat

keamanan demi tercapainya Pilkada yang aman dan lancar. Dukungan dilakukan oleh

Pemerintah kota dengan memberi hibah sebesar Rp. 63,57 Milyar diluar yang diberikan

oleh Provinsi sebesar Rp. 31 Milyar kepada KPUD Bandung. Sedangkan kepada

Polrestabes, pemerintah kota memberi hibah sebesar Rp. 12,5 Milyar dan bagi Kodim

sebesar Rp. 5,7 Milyar. Selanjutnya dukungan anggaran juga diberikan oleh Pemerintah

Kota Bandung kepada Panitia Pengawas (Panwas) sebesar Rp. 12,2 M dimana pada

tahun 2017 anggaran tahap pertama sebesar Rp. 5Milyar, dan pada tahun 2018 sebesar

Rp. 7,2 Milyar.

Selain dukungan anggaran pemerintah kota juga menyelenggarakan deklarasi

netralitas ASN yang langsung dipimpin oleh Pjs. Walikota dengan mengeluarkan surat

edaran walikota tentang netralitas ASN per tanggal 29 Desember 2017 terkait netralitas

dan larangan menggunakan fasilitas daerah. Hal ini merupakan upaya yang tegas dari

5 Wawancara dilakukan di Kesbangol Kota Bandung pada tanggal 30 April 2018.

6

pemerintah kota untuk menjaga netralitas PNS di lingkungannya. Pemerintah Kota juga

melakukan rapat teknis dan rapat koordinasi dengan muspida dan partai politik dalam

rangka pilkada serentak dengan semua penyelenggara agar setiap elemen memiliki

persepsi yang sama dalam menciptakan suasana aman dan kondusif. Hal ini terutama

karena masa kampanye pada Pilkada 2018 memiliki durasi yang relatif lama yaitu

empat bulan, padahal pada pilkada sebelumnya masa kampanye cenderung singkat

yaitu tiga minggu. Oleh sebab itu strategi yang dilakukan ialah dengan membuat jadwal

kampanye yang terpisah.

Meski demikian, setiap pihak yang terkait dengan Pilkada Jabar dan Bandung

setuju bahwa di wilayah tersebut hoax tidak berkembang. Ada beberapa faktor yang

membuat hoax tidak berkembang. Salah satunya ialah adanya pendidikan politik untuk

pemilih pemula agar tidak terpengaruh isu-isu yang tidak jelas. Hal ini penting karena

ada sejumlah 15 ribu orang pemilih pemula di Bandung. Pendidikan politik pun

dilakukan melalui sosialisasi baik dari sekolah maupun yang dilakukan oleh ormas-

ormas yang umumnya bersifat netral. Netralitas dari setiap ormas didapat karena

adanya sistem kerjasama yang baik dan adanya dana bansos yang relatif besar dari

pemerintah kota agar ormas turut mensosialisasikan Pilkada yang aman dan damai.

Hal senada juga disampaikan oleh Wakasat Intel Polrestabes Bandung Kompol

Suherman dan Kanit Politik: Iptu S.A Majid. Mereka menilai bahwa pada dasarnya

Provinsi Jawa Barat secara keseluruhan cenderung rawan. Hal ini karena 20% dari total

pemilih ada di provinsi ini, yaitu sebanyak 32-35 juta pemilih. Tidak mengherankan jika

di daerah ini daftar pemilih menjadi rebutan dan potensi konflik dalam segala aspek

baik politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan bukan hanya pilkada

sangat besar.

Meski demikian untuk Pilkada 2018 Jawa Barat dan Bandung tetap aman dan

kondusif. Hal ini karena ormas-ormas garis keras pada dasarnya tidak berada di

Bandung, melainkan dari pinggiran Bandung yang bertujuan ke Bandung. Oleh sebab itu

untuk mengantisipasi agar tidak terjadi konflik dan ancaman maka pihak Polrestabes

menjalankan Pra Operasi (Praop), Operasi Pekat demi terciptanya Pilkada yang lancar

sejak pemilihan hingga pengumuman jumlah suara.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam menciptakan kondisi aman di

Bandung kepolisian memiliki peran yang besar dan signifikan. Hal ini karena ada

dorongan dari personel dimana sejumlah 2/3 seluruh anggota yaitu dari 4419, 2522

personil pada hari H turut terlibat bagi pengamanan Pilkada 2018. Kepolisian juga aktif

7

menjalin kerjasama dengan organisasi masyarakat seperti FKPPI, BBC (Buah Batu Club),

Pemuda Pancasila, Sundawani ataupun Gibas. Kepolisian juga menyadari bahwa dalam

menjaga keamanan pilkada pihaknya harus turut berkoordinasi dengan TNI terutama

dengan melakukan simulasi sistem keamananan kota terpadu. Demikian pula dangan

Kominda, kepolisian memiliki pertemuan rutin polrestabes yang membahas solusi

bersama untuk mencegah dan mengatasi kerawanan pilkada karena keamanan dna

kedamaian dalam pemilu bisa berjalan dengan baik dan damai saat actor tradisional

tersedia dan bekerja dengan baik.6

D. Penutup

Berdasarkan hal tersebut diatas, dalam pengamanan pilkada maka aparat

keamanan harus menjadi lebih pintar dan bukan sekadar lebih kuat, serta berusaha

melakukan lebih banyak dengan sumber daya yang sedikit. Para aktor keamanan harus

mampu dalam mengelola pengendalian keamanan dengan cara mendiagnosa dan

mengelola masalah di dalam masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan keamanan,

membangun hubungan yang lebih erat dengan antar stakeholder dan masyarakat serta

membangun kemampuan bela diri di dalam masyarakat sendiri.

Dalam hal ini organisasi Kepolisian adalah institusi rasional yang eksistensinya

untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat dan memiliki otoritas sesuai

yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Fungsi Kepolisian dalam sistem

pemerintahan negara keberadaan lembaga kepolisian sangat diperlukan oleh

masyarakat. Dukungan para aktor keamanan terhadap masyarakat menjadi penting

karena hal tersebut akan terus menyadarkan warga masyarakat bahwa keamanan dan

kenyamanan adalah sesuatu yang memerlukan dukungan dan kerjasama seluruh

komponen masyarakat. Para aktor juga harus terus membuka ruang dan akses yang

memungkinkan warga masyarakat “merasa memiliki” dan “merasa bertanggung jawab”

terhadap sukses atau gagalnya Pilkada 2018 ini. Dengan demikian, seluruh upaya yang

telah dilakukan para aktor secara optimal dapat mencapai tujuan yang optimal juga,

yaitu terlaksananya Pilkada yang aman dan tentram di seluruh wilayah Indonesia.

Oleh sebab itu koordinasi yang baik antara Pihak Pemerintah daerah, Kepolisian,

TNI, penyelenggara pemilu dan Ormas perlu untuk dijaga dan ditingkatkan. Hal ini

karena terbukti bahwa Pilkada 2018 berjalan aman dan kondusif, sehingga untuk

6 Wawancara dengan Wakasat Intel Polrestabes Bandung Kompol Suherman dan Kanit Politik Iptu S.A. Majid

tanggal 2 Mei 2018.

8

Pemilu 2019 strategi seperti ini perlu diperkuat. Demikian pula dengan DPR RI sebagai

lembaga pengawas eksekutif melalui Komisi I, Komisi II dan Komisi III perlu untuk terus

mengawal dan mengawasi persiapan para penyelenggara pemilu dan aparat keamanan

agar kondisi yang kondusif dapat terus terjaga selama masa persiapan Pemilu 2019

hingga tahap akhir yaitu pengumuman perolehan suara.

9

DAFTAR PUSTAKA

Buku/Jurnal

Bakrie, Connie Rahakundini, Pertahanan Negara dan Postur TNI Ideal, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007.

Barry Buzan (et.al.), Security: A New Framework for Analysis (London: Lynne Rienner, 1998).

Bawaslu, Indeks Kerawanan Pemilu Pemilihan Kepala Daerah 2018, Jakarta: Bawaslu. 2018.

Budiardjo,Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Bunto Marco dan Andreas Ufen, 2009 Democratization in Indonesia Post Soeharto Indonesia. London and New York Routledge.

Burton W. John. 1987. Resolving Deep Rooted Conflict. A Handbook. Lanham/Maryland: University Press of America. p.23. See also John W. Burton. 1985. Conflict: Human Needs Theory. London: McMillan Press.

Busroh,Abu Daud. Ilmu Negara, Bumi Aksara, Jakarta, cetakan ke-3, 2001.

Danendra, Ida Bagus Kade. Kedudukan Dan Fungsi Kepolisian Dalam Struktur Organisasi Negara Republik Indonesia, Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012. Dalam https://media.neliti.com/media/publications/3161-ID-kedudukan-dan-fungsi-kepolisian-dalam-struktur-organisasi-negara-republik-indone.pdf

Efriza. Political Explore: Sebuah Kajian Ilmu Politik. Bandung: Alfabeta. 2012.

Gaffar, Afan. Javanese Voters: A Case Study of Election under a Hegemonic Party System. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. 1992.

Grewal Baljit Singh, 2003, Johan Galtung Positive and Negartive Peace, School of Social Science Aukland University of Technology.

Gurr Ted Robert. 1970. Why Men Rebel. Princeton. New Jersey: Princeton University Press.

Huntington Samuel P. dan Joan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Jakarta: Rineka Cipta, 1990.

Hutchinson, John. Ethnicity and Modern Nations, Journal Ethnic and Racial Studies Volume 23, 2000 - Issue 4.

Kavanagh, Dennis. Political Science and Political Behaviour, London and Boston: Allen & Unwin, 1983.

Krause, Keith dan Williams, M.C.. (eds.), Critical Security Studies: Concept and Cases (London: UCL Press, 1997).

10

Langlais Stephane, 2014, The Meaning of Leadership in Political System. Master Thesis, University of Linaeus, Swedia.

Maholtra,Naresh. Basic Marketing Research: Applications to Contemporary Issues, 5th Ed, London: Prentice Hall, 2002.

Mayer Bernard, 2000. The Dynamics of Conflict Resolution: A Practitioner’s Guide. San Francisco. Josey Bass. A Wiley Company

Miall Hugh, Oliver Ramsbotham, Tow Woodhouse. 1999, Contemporary Conflict Resoluton. Polity Press, Cambridge, UK

Mitchel Christopher, 1993, Problem Solving Exercises and Theories of Conflict Resolution, dalam Sandole dan Hugo Van Der Merwe, (editor), Conflict Resolution Theories and Practice: Integration and Application, Manchester University Press.;

Morell Kevin dan Jean Heartley, 2006, A Model of Political Leadership, Sage Publication, London Oaks. CA New Delhi.

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: Penerbit Ramadja Rosdakarya, 2013.

Raharjo,Satjipto. Biarkan Hukum Mengalir : Catatan Kritis Tentang Pergulatan Manusia Dan Hukum, Jakarta: Kompas, 2007.

Samego,Indira, Sistem Pertahanan Kemanan Negara, Analisis Potensi Dan Problem. Jakarta:The Habibie Centre, 2001.

Shields Patricia M. 2017, Limits of Negative Peace, Faces of Positive Peace. Parameters 47 (3) Autum 2017.

Susetyo,Heru. “Menuju Paradigma Keamanan Komprehensif Berperspektif Keamanan Manusia Dalam Kebijakan Keamanan Nasional Indonesia”, dalam Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008.

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Grasindo, 2010.

T. Sisk 2008, Elections in Fragile States: Between Voice and Violence. Paper prepared for the International Studies Association Annual Meeting San Francisco, California, March 24-28, 2008

Webel Chareles dan David P. Barash, 2000, Peace and Conflict Studies. London, Sage Publication.

Widjajanto, Andi dan Artanti Wardhani, Hubungan Intelijen-Negara 1945-2004, Jakarta: Friedrich Ebert Stiftung (FES) dan PACIVIS FISIP-UI, 2008.

Makalah

Fischer, J. (2002). Electoral Conflict and Violence. IFES White Paper, 1. Dapat diunduh di: http://unpan1.un.org/intradoc/groups/public/documents/untc/unpan019255.pdf

11

Taylor, M. (2000). Final Evaluation of OTI’s Programs in Bosnia and Croatia. An Evaluation Prepared for the Office of Transition Initiatives. Bureau for Humanitarian Response. U.S. Agency for International Development (USAID). Tersedia di http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/pnack165.pdf

Walton, O. (2012b). Election monitoring, voter education and election-related violence. GSDRC Helpdesk Research Report 841. Birmingham, UK: GSDRC, University of Birmingham. Tersedia di: http://www.gsdrc.org/docs/open/HDQ841.pdf

Widjajanto, Andi Keamanan dan Aktor Keamanan, dalam http://www.academia.edu/4878670/Keamanan_dan_Aktor_Keamanan, diakses pada tanggal 14 Maret 2018.

Disampaikan dalam Diskusi Internal BKD DPR RI, pembicara Syamsuddin Harris dan Al Araf pada tanggal 31 Januari 2018.

Artikel/Web

Anggoro, Kusnanto. Keamanan Nasional, Pertahanan Negara, Dan Ketertiban Umum, Makalah Pembanding Seminar Pembangunan Hukum Nasional VllI. diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman dan HAM RI Hotel Kartika Plaza, Denpasar, 14 Juli 2003.

“Bawaslu Sebut 12 Provinsi Rawan Hoaks”, https://www.antaranews.com/berita/682119/bawaslu-sebut-12-provinsi-rawan-penyebaran-hoaks, diakses tanggal 3 Maret 2018.

“Kapolri Sebut Ada 8 Ancaman Keamanan Pilkada Serentak”, http://pilkada.metrotvnews.com/news-pilkada/Wb72d1MN-kapolri-sebut-ada-8-ancaman-keamanan-pilkada-serentak, diakses tanggal 30 Januari 2018.

“Personel Gelar Simulasi Pengamanan Pilkada 2018 di Gianyar”, http://kabar24.bisnis.com/read/20180116/78/726873/1.200-personel-gelar-simulasi-pengamanan-pilkada-2018-di-gianyar, diakses tanggal 3 Maret 2018.

“Polri Perkuat Pengamanan Di Lima Daerah Rawan Konflik Pilkada”, http://nasional.kompas.com/read/2017/11/27/16410001/polri-perkuat-pengamanan-di-lima-daerah-rawan-konflik-pilkada, diakses tanggal 3 Maret 2018.

"Potensi Konflik Pilkada dengan Calon dari TNI-Polri Dinilai Lebih Tinggi", https://nasional.kompas.com/read/2017/12/28/08550761/potensi-konflik-pilkada-dengan-calon-dari-tni-polri-dinilai-lebih-tinggi, diakses tanggal 12 Maret 2018.

“Prediksi Kapolri soal Gangguan Keamanan Saat Pilkada Serentak 2018”, http://nasional.kompas.com/read/2017/12/29/15444391/prediksi-kapolri-soal-gangguan-keamanan-saat-pilkada-serentak-2018, diakses tanggal 22 Januari 2018.

Kontras, Intelijen: Menangkap Tanda Tak Cerdas, https://www.kontras.org/data/intelijen.pdf, diakses tanggal 3 Maret 2018.

12

“Wakapolri Ungkap Potensi Bahaya Hoax Di Pilkada 2018”, https://www.viva.co.id/berita/nasional/994735-wakapolri-ungkap-potensi-bahaya-hoax-di-pilkada-2018, diakses tanggal 12 Maret 2018.

Election and Conflict Prevention; A Guide to Analysis, Planing and Programing. UNDP, Democratic Governance Group, NY USA, 2009.

Mengurai Potensi Konflik Pilkada 2018. Bias diunduh pada: http://validnews.co/Mengurai-Potensi-Konflik-Pilkada-2018-JAZ

Mengurai Potensi Konflik Pilkada, Dapat diakses pada http://validnews.co/Mengurai-Potensi-Konflik-Pilkada-2018-JAZ

Polri sebut 6 sumber Konflik Pilkada bisa diakses pada: http://ntmcpolri.info/home/polri-sebut-6-sumber-konflik-pilkada-serentak-perlu-diwaspadai/

potensi-konflik-pilkada-2018-lebih-tinggi bias diunduh di https://www.viva.co.id/berita/politik/975234-

Wawancara/FGD:

FGD dengan Drs. I Nyoman Wiratmaja. M.Si dan Dr. I Wayan Gede Suacana,

M.Si di Ruang Rapat FISIP Universitas Marwadewa- Bali pada tanggal 23 Maret 2018.

FGD dengan I Nyoman Sudira dan Idil Syawfi dilakukan di Ruang Rapat FISIP

Universitas Parahyangan Bandung pada tanggal 4 Mei 2018.

Wawancara dengan Ketua Bawaslu Bali, I Ketut Rudia, di Kantor Bawaslu

Denpasar, 20 Maret 2018.

Wawancara dengan Kabag Operasi Sukarta di Polda Bali pada tanggal 21

Maret 2018.

Wawancara dengan Kasi Intel Kapten Budianto dan Intel Kodim Denpasar

Sumianto pada tanggal 22 Maret 2018.

Wawancara dengan Teguh Haris Pathon Kasub Poldagri Kesbangpol Bandung dilakukan di Kesbangol Kota Bandung pada tanggal 30 April 2018. Wawancara dengan Wakasat Intel Polrestabes Bandung Kompol Suherman dan Kanit Politik Iptu S.A. Majid tanggal 2 Mei 2018.