RINGKASAN EKSEKUTIF -...

12
RINGKASAN EKSEKUTIF DIPLOMASI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (Studi tentang Pengesahan Resolusi Parlemen Eropa mengenai Sawit dan Pelarangan Biodiesel Berbasis Sawit) 2018 Peneliti: Humphrey Wangke PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

Transcript of RINGKASAN EKSEKUTIF -...

Page 1: RINGKASAN EKSEKUTIF - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil-penelitian... · RINGKASAN EKSEKUTIF ... Kelapa sawit menjadi isu sangat penting bagi ...

RINGKASAN EKSEKUTIF

DIPLOMASI INDONESIA

DI ERA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (Studi tentang Pengesahan Resolusi Parlemen Eropa mengenai Sawit dan

Pelarangan Biodiesel Berbasis Sawit)

2018 Peneliti:

Humphrey Wangke

PUSAT PENELITIAN

BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

JAKARTA

Page 2: RINGKASAN EKSEKUTIF - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil-penelitian... · RINGKASAN EKSEKUTIF ... Kelapa sawit menjadi isu sangat penting bagi ...

1

Latar Belakang

Pada tanggal 8 Januari 2015, menteri luar negeri Indonesia Retno Marsudi secara

resmi menggarisbawahi prioritas kebijakan luar negeri Indonesia selama lima tahun ke

depan di bawah Presiden Joko Widodo, yaitu menjaga kedaulatan Indonesia,

meningkatkan perlindungan warga negara Indonesia, dan mengintensifkan diplomasi

ekonomi. Intensifikasi diplomasi ekonomi sebagai prioritas kebijakan luar negeri

Indonesia mengingat kebutuhan Indonesia akan infrastruktur, investasi asing dan

sumber-sumber pertumbuhan baru untuk mengimbangi ketergantungan pada

komoditas ekspor.

Intensifikasi diplomasi ekonomi Indonesia mendapat tantangan besar ketika

Parlemen Eropa mengeluarkan resolusi yang menolak komoditas minyak sawit

Indonesia memasuki pasar Eropa.1 Pada sesi pleno di Strasbourg tanggal 4 April 2017

Parlemen Eropa melakukan pengambilan suara untuk mengadopsi rancangan resolusi

tentang ‘Palm Oil and Deforestation and Rainforest’. Hasil pemungutan suara

menunjukkan dari 686 anggota parlemen Eropa yang hadir pada saat pemungutan

suara, sebanyak 640 anggota mendukung rancangan resolusi tersebut.

Resolusi ini merupakan yang pertama oleh Parlemen Eropa terkait isu minyak

sawit dan deforestasi. Setelah diadopsinya resolusi ini, Parlemen Eropa mendesak

Komisi Eropa untuk mengambil langkah-langkah untuk menghapus secara bertahap

penggunaan minyak nabati yang berkontribusi pada deforestasi, termasuk minyak sawit

sebagai komponen biofuel sampai dengan 2020.

Munculnya resolusi Parlemen Eropa tidak terlepas dari menurunnya daya saing

minyak nabati produksi negara-negara Eropa. Memasuki tahun 2020 kebutuhan dunia

akan minyak nabati diperkirakan akan mencapai 234 juta ton. Dari kebutuhan itu, hanya

minyak nabati yang berasal dari kelapa sawit yang mampu memenuhi permintaan itu.

Minyak nabati produksi UE seperti ground nuts, soybeans, sunflower seed, dan rapeseed

kalah bersaing mengingat kelapa sawit yang diproduksi oleh negara-negara berkembang

memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi dan pemanfaatan lahan yang lebih

efektif. Tabel dibawah ini memperlihatkan perbandingan tingkat produktivitas minyak

nabati.

1 Kementerian Luar Negeri Indonesia, Bahan Masukan Untuk Delegasi DPRRI dan Pertemuan International

Trade (INTA) dengan Parlemen Eropa 21-14 Mei 2017 di Jakarta, Jakarta, 5 Mei 2017.

Page 3: RINGKASAN EKSEKUTIF - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil-penelitian... · RINGKASAN EKSEKUTIF ... Kelapa sawit menjadi isu sangat penting bagi ...

2

Tabel Perbandingan Produktivitas Tanaman Penghasil Minyak Nabati

No Jenis Komoditas Produktivitas Minyak(ton/ha/tahun)

1 Kelapa Sawit (CPO) 4,27

2 Rapeseed (RSO) 0,69

3 Bunga matahari (SFO) 0,52

4 Kacang Tanah 0,45

5 Kedelai (SBO) 0,45

6 Kelapa 0,34

7 Kapas 0,19

Sumber: Diolah dari berbagai sumber

Tabel di atas memperlihatkan produktivitas minyak kelapa sawit per hektar jauh

lebih tinggi dibandingkan produktivitas minyak nabati lainnya. Akibatnya, pangsa pasar

minyak kelapa sawit dengan cepat meningkat dari hanya 22 persen pada tahun 1965

menjadi 40 persen pada tahun 2016. Sebaliknya, pangsa pasar minyak kedelai yang

menjadi andalan negara-negara UE justru mengalami penurunan dari semula 59 persen

pada tahun 1965 menjadi 33 pada tahun 2016. Dari keempat nabati utama dunia

tersebut, CPO dan SBO merupakan dua minyak nabati yang relatif lebih dominan dan

menimbulkan dinamika persaingan tersendiri. Berawal dari keberhasilan CPO

menggungguli dominasi SBO yang selama ini mendominasi konsumsi dan produksi

minyak nabati dunia, serta sekaligus menempatkan Indonesia sebagai produsen nabati

dunia, setelah Indonesia berhasil mengungguli Malaysia. Keberhasilan ini menimbulkan

reaksi dunia, untuk menekan CPO Indonesia dengan berbagai isu seperti kesehatan,

lingkungan, dan bentuk lainnya untuk menekan laju pertumbuhan CPO Indonesia.

Pengesahan Resolusi Parlemen Eropa mengenai sawit dan pelarangan biodiesel

berbasis sawit menjadi kontraproduktif bagi industri sawit Indonesia sebab negara-

negara UE merupakan tujuan utama ekspor kelapa sawit Indonesia. 80 persen dari

kebutuhan minyak sawit UE dipasok oleh Indonesia. Pemerintah Indonesia berupaya

mengatasi tantangan Parlemen Eropa yang berpotensi mengurangi ekspor Indonesia

dengan mengintensifkan tugas perwakilan-perwakilan Indonesia di luar negeri dalam

memperbaiki persepsi masyarakat dunia mengenai pengelolaan kelapa sawit. Baik KBRI

sebagai ujung tombak diplomasi ekonomi maupun atase perdagangan yang secara

tradisional memiliki tugas pokok untuk memperkuat performa perdagangan luar negeri

Indonesia telah aktif mengampanyekan posisi terkini terutama tentang penerapan

Page 4: RINGKASAN EKSEKUTIF - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil-penelitian... · RINGKASAN EKSEKUTIF ... Kelapa sawit menjadi isu sangat penting bagi ...

3

prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam proses produksi komoditas minyak

sawit.

Kelapa sawit menjadi isu sangat penting bagi kepentingan nasional Indonesia

karena memiliki kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional Indonesia.

Dari rata-rata surplus perdagangan Indonesia sebesar 4,25 milyar setahun antara tahun

2012-2017, ekspor CPO memberi kontribusi sebesar 19 persen.2 Kontribusi ekspor

kelapa sawit dalam valuta asing mencapai USD 18-20 miliar per tahun. Industri kelapa

sawit mepekerjakan secara langsung 5,5 juta orang, 12 juta tenaga kerja secara tidak

langsung, serta usaha pertanian yang mempekerjakan 4,6 juta orang. PDB daerah juga

meningkat dengan adanya industri sawit. Daerah sentra sawit pertumbuhan

ekonominya lebih tinggi daripada nonsentra sawit.

Pada 2017, produksi CPO Indonesia sebanyak 38,17 juta ton dari jumlah tersebut

dapat diekspor 31,05 juta ton. Perkebunan kelapa sawit tidak hanya memberikan

pertumbuhan ekonomi lokal dan ekonomi nasional yang inklusif, namun juga termasuk

secara internasional melalui penciptaan manfaat ekonomi ke negaranegara pengimpor.3

Indonesia memahami bahwa keputusan Parlemen Eropa belum menjadi keputusan

akhir namun keputusan itu akan mempengaruhi pandangan konsumen Uni Eropa.

Indonesia berpandangan bahwa usulan Komite Lingkungan Hidup Parlemen Eropa

tersebut bertentangan dengan prinsip perdagangan bebas dan adil dan menjurus

kepada terjadinya diskriminasi “crop apartheid” terhadap produk sawit di Eropa.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan kepala sawit secara

berkelanjutan, dan menganalisis diplomasi Indonesia dalam memajukan sustainable

palm oildi negara konsumen. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi

anggota Dewan terutama Komisi IV, I dan BKSAP

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menjelaskan keterkaitan

diplomasi Indonesia dengan pengelolaan kelapa sawit secara berkelanjutan. Adanya

resolusi Parlemen Eropa menunjukkan Indonesia kurang memberikan penjelasan yang

memadai tentang pengelolaan kelapa sawit secara berkelanjutan yang sesuai dengan

tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer primer didapat melalui wawancara mendalam dengan pihak-

2 Kontribusi Industri CPO Dalam Surplus Neraca Perdagangan Indonesia-Uni Eropa, Monitor, Vol IV No.

07/02/2018 3 Peran Strategis Industri Sawit Rakyat Indonesia, Monitor, Vol III No. 40/10/2017

Page 5: RINGKASAN EKSEKUTIF - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil-penelitian... · RINGKASAN EKSEKUTIF ... Kelapa sawit menjadi isu sangat penting bagi ...

4

pihak yang berkepentingan dan didasarkan pada panduan pertanyaan penelitian dan

observasi. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu

dengan mengumpulkan segala informasi, data, dan keterangan yang berasal dari data

dokumenter, baik berupa buku, risalah, transkrip, dokumen, maupun bahan-bahan

tertulis lainnya yang sudah tersedia yang berkaitan dengan pembalakan liar.

Informan yang diwawancarai adalah Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia

(GAPKI), petani swadaya SAMADE, Dinas Perkebunan, Dinas Kehutanan. Dalam

penelitian kualitatif ini wawancara dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan

secara langsung kepada informan. Pertanyaan yang diajukan didasarkan pada pedoman

wawancara yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar peneliti

dapat memperoleh informasi secara lengkap, mendalam, dan komprehensif sesuai

tujuan penelitian. Materi wawancara terdiri dari sejumlah pertanyaan yang telah

dipersiapkan dan diajukan kepada informan secara tatap muka. Jawaban-jawaban yang

diberikan akan dicatat dan direkam. Wawancara dalam peneltian ini menggunakan

teknik wawancara terbuka yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak

dibatasi jawabannya. Dengan kata lain, pertanyaan yang diajukan mengundang jawaban

terbuka dari informan.

Disamping wawancara, pencarian data primer dilakukan dengan observasi atau

pengamatan. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan secara non partisipan, yaitu

pengamatan terhadap fenomena atau kejadian yang menjadi topik penelitian. Didalam

observasi non partisipan ini, peneliti melihat dan mendengar tanpa partisipasi aktif

didalamnya. Penggunaan teknik observasi non partisipan dalam penelitian ini

dimaksudkan untuk mengungkap fenomena yang tidak diperoleh melalui teknik

wawancara. Terakhir adalah dengan menggunakan dokumentasi untuk menghimpun

dan merekam data yang bersifat dokumentatif, seperti: foto-foto kegiatan, arsip-arsip

penting, kebijakan, dan lainnya.

Penelitian di lakukan di 2 provinsi, yaitu Sumatera Utara dan Kalimantan Timur.

Sumatera Utara di pilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan salah satu sentra

perkebunan kelapa sawit di Indonesia dengan luas kebun mencapai 417.809 ha dengan

produksi mencapai 1,7 juta ton CPO. Jumlah ini merupakan 8,23 persen dari total

produksi nasional per tahun. Di Kabupaten Tapanuli Selatan telah mulai dilakukan

program sawit berkelanjutan (Good Growth Partnership). Tujuan program ini adalah

untuk menyelaraskan upaya konservasi hutan dengan peningkatan ekonomi lokal.

Strategi yang dipakai adalah dengan intensifikasi produksi.

Page 6: RINGKASAN EKSEKUTIF - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil-penelitian... · RINGKASAN EKSEKUTIF ... Kelapa sawit menjadi isu sangat penting bagi ...

5

Lokasi penelitian lainnya adalah Kalimantan Timur sebab terdapat 351

perusahaan sawit yang memegang 297 Izin Usaha Perkebunan (IUP) dengan luasan

mencapai 2,26 juta hektar. Sedangkan pemegang izin Hak Guna Usaha (HGU) sebanyak

156 perusahaan dengan luas lahan 1,02 juta hektar. Kalimantan Timur hingga saat ini

telah memiliki 75 pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS), yang mampu

memproduksi minyak kelapa sawit kapasitas keseluruhan 4.170 ton Tandan Buah Segar

(TBS) per jam. Ditargetkan, pabrik pengolah kelapa sawit yang sudah siap beroperasi

pertengahan tahun 2017 berjumlah 95 pabrik. Sesuai aturan, setiap perkebunan yang

memiliki lahan produktif minimal 6.000 hektar sudah harus membangun pabrik.

Analisis data dilakukan berdasarkan keinginan untuk memberikan pemahaman

atas permasalahan yang diungkapkan melalui metode deskriptif, yaitu menjelaskan

temuan-temuan dalam bentuk tulisan dan menganalisanya dengan bantuan teori-teori

yang ada. Analisis data dilakukan secara induktif yaitu menekankan pada pengamatan

dan wawancara di lapangan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara ditranskrip

terlebih dahulu lalu diklasifikasikan kedalam kategori (berasal dari teori) atau tipologi

atau pola khas untuk memudahlan peneliti melakukan analisa data. Data yang berhasil

diklasifikasikan itu kemudian dianalisis atau diintepretasikan dengan menggunakan

teori yang ada untuk menjawab pertanyaan penelitian.

2. Temuan Hasil Penelitian

2.1. Sumatera Utara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik Provinsi Sumatera Utara maupun

Kalimantan Timur telah memulai upaya untuk mengelola kelapa sawit secara

berkelanjutan. Di Sumatera Utara, lembaga PBB seperti UNDP banyak membantu

membentuk pengelolaan sawit secara berkelanjutan. Lembaga internasional ini

mempunyai wacana agar kelapa sawit dikelola secara berkelanjutan. Didaerah-daerah di

Sumatera Utara praktis sudah terbentuk forum Kelapa Sawit Berkelanjutan sehingga

menjadi satu-satunya provinsi di Indonesia yang sudah membentuk forum ini. Forum ini

akan menghasilkan masukan bagi Rencana Aksi Nasional. UNDP yang memfasilitasi

pertemuan yang melibatkan berbagai sektor agar pembangunan dapat berjalan dengan

saling melengkapi sehingga program yang dijalankan juga bisa membantu petani kecil.

Dalam menjalankan upayanya, UNDP ini berkordunasi dengan Kemenko Perekonmian.

Page 7: RINGKASAN EKSEKUTIF - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil-penelitian... · RINGKASAN EKSEKUTIF ... Kelapa sawit menjadi isu sangat penting bagi ...

6

Kemitraan yang menjadi salah satu tujuan dalam SDGs ternyata tidak semudah

yang dibicarakan.4 Sawit satu-satunya tanaman yang tidak dibuka untuk kemitraan.5

Bisa jadi karena dampak ekologisnya lebih besar dari komoditas lainnya. Tidak ada

kemitraan tentang sawit, kalau karet sudah ada kemitraan, coklat juga sudah.

Pertanyaannya kenapa orang tidak mempermasalahkan sawit di Malaysia?

Disinilah permasalahan yang harus kita pecahkan bagaimana fungsi ekologis dan

ekonomis ini bisa kita sandingkan, dan tidak bertentangan bahkan bisa berjalan

bersama secara harmonis. Kita dapat fungsi ekonominya tetapi fungsi ekologisnya tetap

terpelihara. Misalnya apakah perlu sawit ditanam berbarengan dengan tanaman lainnya

tidak seperti sekarang menjadi monokultur tetapi dengan sistem tertentu misalnya

didaerah gambut seperti ini, di kawasan pegunungan seperti ini, daerah rawa seperti ini.

Hal ini yang mungkin membedakan Indonesia dengan Malaysia. Kalau di Malaysia, sawit

telah menjadi produk unggulan mereka. Malaysia sudah mampu menghasilkan 2-3 ton

per hektar di daerah rawa. Kalau di Indonesia sawit banyak ditanam di daerah gambut.

Pertanyaannya sekarang bagaimana gambut ini bisa dipelihara kelestariannya

sedangkan secara ekonomi masyarakat bisa memperoleh manfaatnya.

2. 2. Kalimantan Timur

Untuk menjawab isu lingkungan yang dihembuskan oleh berbagai pihak baik di

dalam negeri maupun di luar negeri terhadap pengembangan sawit, Provinsi

Kalimantan Timur telah menerbitkan Perda no 7 tahun 2018 tentang Perkebunan

Berkelanjutan yang mengindikasikan Provinsi Kalimantan Timur sangat mementingkan

lingkungan dalam pemanfaatan lahan untuk perkebunan sawit.6 Keberadaan peraturan

ini akan menjadi dorongan iklim investasi yang bagus untuk nama baik perkebunan di

Kalimantan Timur. Beberapa poin yang menguntungkan bagi perusahaan adalah payung

hukum berbisnis yang jelas. Kepastian hukum adalah salah satu penarik investasi bagi

pengusaha. Peraturan ini juga memudahkan pemerintah dalam memonitor dan

mengevaluasi kebijakan perkebunan yang berkelanjutan, baik di tingkat perusahaan

maupun pekebun skala kecil.

Peraturan Daerah ini mendukung upaya Kalimantan Timur dalam menerapkan

skema pendanaan karbon rendah emisi (The Forest Carbon Partnership Facility-FCPF)

4 Herawati, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, wawancara 24 Juli 2018, Medan

5 Helen Purba, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, wawancara tanggal 28 Juli 2018, Medan.

6 Ujang Rachmad, Kepala Dinas Perkebunan Kalimantan Timur, wawancara 26 September 2018. Samarinda.

Page 8: RINGKASAN EKSEKUTIF - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil-penelitian... · RINGKASAN EKSEKUTIF ... Kelapa sawit menjadi isu sangat penting bagi ...

7

dari Bank Dunia. Dalam klausul peraturan, perusahaan perkebunan nantinya dapat

berpartisipasi aktif dalam menurunkan gas rumah kaca dan memanfaatkan limbah

pabrik minyak sawit (POME) untuk sumber energi terbarukan. Peraturan ini juga

menjamin keberadaan Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (KBKT) dalam wilayah

perkebunan tetap terjaga. Dengan segala kelengkapan tersebut, Kalimantan Timur

sudah selangkah lebih maju daripada provinsi lainnya dalam mendukung perkebunan

berkelanjutan.

2.3. Penerapan ISPO

Pemerintah sangat concern terhadap pengembangan komoditas kelapa sawit di

Tanah Air. Kelapa sawit merupakan komoditas strategis, mengingat perannya sebagai

penghasil devisa terbesar dari non migas, sumber lapangan kerja, pembangunan

ekonomi regional dan pengentasan kemiskinan. UU Nomor 39 Tahun 2014 tentang

Perkebunan telah mengamanatkan pembangunan perkebunan harus berpedoman

kepada prinsip-prinsip perkebunan berkelanjutan. Kementerian Pertanian telah

menerbitkan regulasi pembangunan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan

atau Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) melalui Permentan No 11 tahun 2015.

Sampai 11 April 2017, sudah 266 perusahaan kelapa sawit yang memperoleh

sertifikat ISPO dari 535 perusahaan yang mengajukan audit ke 7ndustr sertifikasi.

Perusahaan kelapa sawit yang beroperasi di Indonesia tercatat sekitar 1.600. Untuk

lahan perkebunan rakyat yang dinyatakan lolos ISPO sebanyak 2 koperasi, yakni

Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Mukti dan Asosiasi Petani Swadaya “AMAN”. Namun

sayangnya dari lahan perkebunan kelapa sawit saat ini mencapai luasan 11,3 juta hektar

(Ha), yang sudah memenuhi persyaratan ISPO baru mencapai luasan sebesar 1,4 juta Ha.

Padahal pemerintah menargetkan bahwa pasca tahun 2015 semua perusahaan sawit

nasional telah memiliki sertifikat ISPO.7

Pada bulan Maret 2017 yang lalu, dari 376 laporan hasil audit (LHA) yang sudah

mendapat pengakuan, 11 perusahaan ditunda penetapannya karena belum memenuhi

persyaratannya seperti legalitas lahan, HGU nya berada kawasan hutan, belum ada izin

AMDAL; 69 belum dilakukan verifikasi dan 30 laporan hasil audit yang telah diverifikasi

7 Musdhalifah Machmud, Strengthening ISPO and SDGs Compliance, Konperensi IPOC ke 14, 2 November

2018, Denpasar, Bali.

Page 9: RINGKASAN EKSEKUTIF - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil-penelitian... · RINGKASAN EKSEKUTIF ... Kelapa sawit menjadi isu sangat penting bagi ...

8

belum di tanggapi oleh Lembaga Sertifikasi. Perusahaan sawit yang diketahui berada

didalam kawasan hutan tidak akan mendapat sertifikat ISPO.8

Standarisasi ISPO yang dituangkan melalui Peraturan Menteri Pertanian,

mengakomodir regulasi pemerintah mulai dari legalitas lahan, penanganan limbah

sampai dengan kesejahteraan karyawan perusahaan. Ketua Sekretariat ISPO, Aziz

Hidayat mengatakan, tujuan ISPO sudah mencakupi semua yang diinginkan dunia

internasional yaitu mendorong usaha perkebunan untuk mematuhi semua peratiuaran

pemerintah, meningkatkan kesadaran pengusaha kelapa sawit untuk memperbaiki

lingkungan dan melaksanakan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan untuk

meningkatkan daya saing. Karena itu yang sekarang yang perlu dilakukan adalah

meningkatkan eksistensi ISPO di dunia internasional, karena apa yang dimaui mereka

juga sama dengan tujuan kita.9

Sebelum ke luar negeri, persoalan ISPO ini harus benar-benar dipahami semua

pemangku kepentingan di dalam negeri. Semuanya harus satu 8ndust mengenai ISPO

dan punya komitmen yang sama. Sampai saat ini masih ada beberapa pihak di dalam

negeri yang belum mengerti ISPO. Kepada Dinas Perkebunan Sumatera Utara

mengusulkan agar promosi dagang Indonesia ke luar negeri seharusnya ditangani oleh

para diplomat, terutama untuk mengatasi NGO yang sangat anti sawit.10 NGO juga harus

ditertibkan agar mereka tidak terlalu menyuarakan yang bertentangan dengan

kepentingan nasional hanya karena mereka dibayar oleh oprang luar. Tidak berlebihan

jika Menko Kemaritiman Luhut Panjaitan menyuarakan agar Green Peace diaudit.

Sebenarnya tantangan yang disampaikan oleh Uni Eropa lebih cenderung kepada

perang dagang, namun mereka menyampaikan berbagai isu yang terus berkembang,

sejak isu kesehatan, lingkungan, monokultur, sampai masalah tenaga kerja anak.

Keterlibatan pekebun baik melalui berbagai asosiasi atau individu perlu ditonjolkan

manfaat langsungnya, khususnya dalam menjawab isu terkait SDGs seperti pengentasan

kemiskinan, kesetaraan gender, peningkatan kesehatan ibu dan anak dan lain-lain.

Diperlukan juga perjanjian-perjanjian dagang yang untuk mengurangi hambatan

perdagangan natara Uni Eropa dengan Indonesia. Dalam menghadapi tantangan

kampanye hitam yang terus dilancarkan oleh EU termasuk LSM baik dalam maupun luar

negeri, Pemerintah dan stakeholders sawit harus memperbanyak riset tentang 8ndustry

8 Timbas Prasad, GAPKI, Sumut, wawancara tanggal 24 Juli 2018 di Medan

9 Azis Hidayat, The Implementation of Indonesian Sustainable Palm Oil and SDGs, 2 November 2018. Denpasar

Bali 10

Herawati, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, wawancara 24 Juli 2018, Medan

Page 10: RINGKASAN EKSEKUTIF - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil-penelitian... · RINGKASAN EKSEKUTIF ... Kelapa sawit menjadi isu sangat penting bagi ...

9

sawit bahwa yang dituduhkan adalah tidak benar. Selain itu hendaknya ada persiapan

dari industri bersama-sama Pemerintah yang bukan reaktif saat ada kampanye

dilancarkan akan tetapi lebih pada preventif dengan memperbanyak positif campaign

yang menyediakan berbagai fakta ilmiah yang dibuktikan dengan penelitian.

3. Kesimpulan

Dalam menyikapi laporan Parlemen Eropa ini, pemerintah tidak bersikap

konfrontatif karena bisa diselesaikan dengan cara-cara diplomasi melalui berbagai

pihak khusus dalam negeri, tak terkecuali kepada organisasi masyarakat sipil.

Pemerintah perlu mengonsolidasikan dengan para pihak dan dukungan bagi minyak

sawit berkelanjutan sebab persoalan infrastruktur, kapasitas kelembagaan, dan sistem

birokrasi masih buruk.

Perkebunan sawit bukan penyebab deforestasi. Banyak perkebunan sawit

dikembangkan secara benar dan di lahan yang memang diperuntukkan untuk

perkebunan. Namun banyak juga tidak benar dengan konversi hutan dan lahan

secara ilegal yang bertentangan dengan keinginan mengembangkan industri sawit

berkelanjutan. Menutup kebun sawit yang bermasalah hanya akan membuat sawit yang

baik akan tercemar. Karena itu, semua pihak harus mendorong pengembangan sawit

dengan benar. Pada saat yang sama, pengembangan sawit yang bermasalah dan

merusak lingkungan harus dikurangi tahap demi tahap. Pengelolaan sawit secara

berkelanjutan adalah jalan yang harus ditempuh perkebunan.

Page 11: RINGKASAN EKSEKUTIF - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil-penelitian... · RINGKASAN EKSEKUTIF ... Kelapa sawit menjadi isu sangat penting bagi ...

10

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Luar Negeri Indonesia, Bahan Masukan Untuk Delegasi DPRRI dan Pertemuan International Trade (INTA) dengan Parlemen Eropa 21-14 Mei 2017 di Jakarta, Jakarta, 5 Mei 2017.

“Kontribusi Industri CPO Dalam Surplus Neraca Perdagangan Indonesia-Uni Eropa”, Paspi Monitor, Vol IV No. 07/02/2018

“Peran Strategis Industri Sawit Rakyat Indonesia”, Paspi Monitor, Vol III No. 40/10/2017

Fakhreddin Soltani, Saeid Naji, Reza Ekhtiari Amiri, “Levels of Analysis in International Relations and Regional Security Complex Theory”, Journal of Public Administration and Governance, 2014, Vol. 4, No. 4.

Muhammad Tri Andika, “An Analysis of Indonesia Foreign Policy Under Jokowi’s Pro-People Diplomacy”, Indonesian Perspective, Vol. 1, No. 2 (Juli-Desember 2016): 1-13.

Pernyataan tahunan Kemenlu 8 Januari 2015.

Aaron L. Connelly, “Indonesian foreign policy under President Jokowi”, Lowy Institute for International Policy, Australia, October 2014.

Catur Ariyanto Widodo, Direktur Keuangan, Umum, Kepatuhan dan Manajemen Resiko, BPDPKS, The Role of BPDPKS and Its Impact on Achieving Sustainable and SDGs, Konperensi IPOC ke 18 di Denpasar Bali, 2 November 2018.

Azis Hidayat, The Implementation of Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) and SDGs, Konperensi IPOC ke 18, Denpasar Bali, 2 November 2018.

Musdhalifah Machmud, Strengthening ISPO and SDGs Compliance, Konperensi IPOC ke 14, 2 November 2018, Denpasar, Bali.

Azis Hidayat, The Implementation of Indonesian Sustainable Palm Oil and SDGs, 2 November 2018. Denpasar Bali

Page 12: RINGKASAN EKSEKUTIF - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil-penelitian... · RINGKASAN EKSEKUTIF ... Kelapa sawit menjadi isu sangat penting bagi ...

11

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Helen Purba, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, wawancara

tanggal 28 Juli 2018, Medan.

2. Herawati, Kepada Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, 24 Juli 2018 di

Medan.

3. Jafar, Ketua GAPKI Kalimantan Timur

4. Timbas Prasad, GAPKI, Sumut, wawancara tanggal 24 Juli 2018 di Medan

5. Ujang Rachmad, Kepala Dinas Perkebunan Kalimantan Timur, wawancara 26

September 2018. Samarinda.