Exceptionalism Sang Amerika

5
Exceptionalism Sang Amerika Dipresentasikan dalam forum Semiloka Harmonisasi antar kerukunan antar etnis serta akulturasi budaya, Kesbangpol Pemprov. Jateng, 27 Juni 2013 Oleh: Taufiq al Makmun Staff Pengajar kajian Amerika, English Department, FSSR, Universitas Sebelas Maret Siapa tak kenal Amerika dalam konteks peradaban manusia di planet Bumi kini. Label sebagai Negara adikuasa senantiasa dilekatkan, kian menjadi, pasca runtuhnya Uni Soviet (1990) yang merupakan lawan Amerika pada perang dingin yang berlangsung setengah abad. Perang dalam artian memanggul dan perlombaan senjata fisik diredifinisi menjadi perangbudaya, dan Amerika tetap saja menonjol pada era perang budaya (Soft Power) –Nye, Jr. (2004).Menelisik sejarah dunia, bangsa Amerika tak pernah ada jika pembacaan sejarah kita hentikan pada awal abad XVIII. Siapakah sesungguhnya Amerika dan apa yang menjadi kekuatan Amerika? Apapula yang bisa dipelajari masyarakat dunia dari Amerika? Amerika:Identitas dan Exceptionalism Amerika sebagai bangsa tidaklah setua Mesir yang telah jelas meninggalkan berbagai kejayaan peradaban tinggi yang disinyalir bermula pada zaman jauh sebelum Masehi. Nama Amerika sebagai bangsa baru muncul pada paruh kedua abad XVIII dengan gerakan revolusi para koloni orang kulit putih di daratan Amerika utara (kawasan pantai timur – Atlantik) melawan pemerintahan Inggris tuk memerdekakan diri menjadi bangsa Amerika. Sejak 4 Juli 1776 itulah nama Amerika muncul sebagai bangsa yang melabeli diri sebagaithe United States of America– Amerika Serikat (AS). Pun secara identitas, Amerika adalah masyarakat multi-kultural dan multi-etnis yang ditopang oleh terus membanjirnya para imigran dari berbagai belahan dunia dari waktu ke waktu dengan semangat American Dream dan Amerika sebagai Promising Land. Melihat Amerika, tentunya tak bisa lepas dari mata rantai sejarah bangsa tersebut. AS masa kini merupakan hasil perjalanan sejarah yang panjang. Dengan melihat detil sejarah AS, bisa kitapahami karakteristik bangsa tersebut secara sosial, politik, ekonomi dan bahkan keberagaman etnis dan budayanya. Saya dapat bentangkan kronologi utama bermula dari masa kehidupan Native-American, masakoloni, revolusi Amerika, gelombang imigrasi ke Amerika, Perang Sipil, masa progesif, Perang Dunia, Amerika tahun 60an, atau bahkan peristiwa 9/11 dan fenomena Obama sbagai presiden hitam pertama; rentetan masa dengan berbagai peristiwa didalamnya itulah yang

description

amerika

Transcript of Exceptionalism Sang Amerika

Page 1: Exceptionalism Sang Amerika

Exceptionalism Sang AmerikaDipresentasikan dalam forum Semiloka Harmonisasi antar kerukunan antar etnis serta akulturasi budaya, Kesbangpol Pemprov. Jateng, 27 Juni 2013 Oleh: Taufiq al MakmunStaff Pengajar kajian Amerika, English Department, FSSR, Universitas Sebelas Maret Siapa tak kenal Amerika dalam konteks peradaban manusia di planet Bumi kini. Label sebagai Negara adikuasa senantiasa dilekatkan, kian menjadi, pasca runtuhnya Uni Soviet (1990) yang merupakan lawan Amerika pada perang dingin yang berlangsung setengah abad. Perang dalam artian memanggul dan perlombaan senjata fisik diredifinisi menjadi perangbudaya, dan Amerika tetap saja menonjol pada era perang budaya (Soft Power) –Nye, Jr. (2004).Menelisik sejarah dunia, bangsa Amerika tak pernah ada jika pembacaan sejarah kita hentikan pada awal abad XVIII. Siapakah sesungguhnya Amerika dan apa yang menjadi kekuatan Amerika? Apapula yang bisa dipelajari masyarakat dunia dari Amerika? Amerika:Identitas dan ExceptionalismAmerika sebagai bangsa tidaklah setua Mesir yang telah jelas meninggalkan berbagai kejayaan peradaban tinggi yang disinyalir bermula pada zaman jauh sebelum Masehi. Nama Amerika sebagai bangsa baru muncul pada paruh kedua abad XVIII dengan gerakan revolusi para koloni orang kulit putih di daratan Amerika utara (kawasan pantai timur – Atlantik) melawan pemerintahan Inggris tuk memerdekakan diri menjadi bangsa Amerika. Sejak 4 Juli 1776 itulah nama Amerika muncul sebagai bangsa yang melabeli diri sebagaithe United States of America– Amerika Serikat (AS). Pun secara identitas, Amerika adalah masyarakat multi-kultural dan multi-etnis yang ditopang oleh terus membanjirnya para imigran dari berbagai belahan dunia dari waktu ke waktu dengan semangat American Dream dan Amerika sebagai Promising Land. Melihat Amerika, tentunya tak bisa lepas dari mata rantai sejarah bangsa tersebut. AS masa kini merupakan hasil perjalanan sejarah yang panjang. Dengan melihat detil sejarah AS, bisa kitapahami karakteristik bangsa tersebut secara sosial, politik, ekonomi dan bahkan keberagaman etnis dan budayanya. Saya dapat bentangkan kronologi utama bermula dari masa kehidupan Native-American, masakoloni, revolusi Amerika, gelombang imigrasi ke Amerika, Perang Sipil, masa progesif, Perang Dunia, Amerika tahun 60an, atau bahkan peristiwa 9/11 dan fenomena Obama sbagai presiden hitam pertama; rentetan masa dengan berbagai peristiwa didalamnya itulah yang telah membentuk apa yang kita sebut sebagai AS sekarang, dimensi sejarah sangat signifikan karena Amerika tegak berdiri dari pengalaman Amerika – American experience. Faktorkesejarahan sangat penting dalam melihat karakter bangsa tersebut, pendekatan yang saya gunakan adalah analisis para sejarawan seperti Frederick JacksonTurner (dalam Round, diakses 2013) denganFrontier yang menggarisbawahi pengalaman Amerika sebagai hal penting dalam membangun karakter bangsa tersebut.Turner menulis thesisnya tentang pengalaman frontier dan maknanya bagi Amerika. Dan tak kalah penting adalah kritik Alexis DeTocqueville (2000) dengan menyebut demokrasi di Amerika sebagai Exceptionalism.

Page 2: Exceptionalism Sang Amerika

 White,Anglo-Saxon, Protestant (WASP) seringkali dianggap sebagai identitas Amerika, hal ini sangat bisa dipertanyakan dan membuka ruang diskusi. Jika kita melihat sejarah panjang orang kulit hitam Amerika dalam memperjuangkan haknya mulai dari perbudakan, perang sipil dan gerakan hak-hak sipil pada tahun 1960an yang akan mengubah pandangan kita tentang identitas Amerika apakah sebagai yang tersebut di atas, WASP. Lebih jauh lagi, dengan memperhatikan kedatangan dan keberadaan para imigran termasuk Asia akan menambah kompleksitas cara pandang kita terhadap bangsa Amerika yang tidak mempunyai identitas tunggal dalam konteks etnis maupun budaya, bangsa multikultural. Melting pot, salad bowl atau pun pizza merupakan proposal yang sering diajukan dalam memberikan ilustrasi identitas Amerika. Keberagaman Amerika berbeda dengan Negara lainnya yang cenderung mempunyai nilai dan identitas lokal yang sangat jelas. Namun demikian menurut Mauk dan Oakland, label sebagai bangsa Amerika itulah identitas yang sering dilekatkan bagi bangsa Amerika kini. Higham (2002) dalam analisisnya terhadap keragaman ini memang masih memperdebatkan kelompok dominan sebagai pendatang pertama yang beridentitas WASP, meski semua orang yangtinggal di Amerika disebut sebagai American, deskriminasi dalam hal pelabelan masih terjadi dengan menyebut teori Nativism. Kelompok non-WASP senantiasa disebut dan dilabeli berdasar bangsa asalnya dalam hyphenation. Sebut sajaItalian-American, Jewish-American,Chinese-American dan sebagainya namun tak pernah ada English American karena sejarah cenderung ditulis oleh para pendatang pertama tersebut,pendatang berikutnya sebagai “yang lain”. Anehnya lagi penduduk aslinya pun yang justru menghuni daratan Amerika lebih awal juga dinegasi dengan penyebutan Indian-American yang kemudian menjadi Native-American untuk merevisi kesalahan Columbus yang mengira telah tiba di India dan menyebut pribumi Amerika sebagai  los Indios.  Lipset (1967) menggarisbawahi dogmaAmerica sebagai liberty, egalitarianism, individualism, populism andlaisez-faire.Hal ini senada dengan Huntington (2004) dalam menggambarkan ideologiAmerika.Tocqueville menyebut bahkan egalitarianism di Amerika mempunyai kekhasan dalam hal adanya kesetaraan kesempatan dan rasa hormat bukan sebuah kondisi yang dipaksakan. Interaksi antar budaya di tanah baru mendewasakan cara pandang orang Amerika terhadap adanya keragaman. Keberagaman dengan menimbang persamaan nasib sebagai pendatang inilah yang disebut exceptionalism oleh Tocqeville yang membedakan Amerika dengan misal Negara-negara Eropa yang sangat mapan dalam hal budaya, identitas etnis/ ras dan wilayah tempat tinggalnya contohnya bangsa Perancis yang menghuni wilayah teritori yang jelas dengan identitas bahasa dan ras yang pasti. Dalam hal politik lebih lanjut dia menyebut ketiadaan feudalism dalam struktur hirarki masyarakat, system monarki dan aristokrasi memperkuat exceptionalism. Semakin jelas dalam proses pembentukan Negara dan bangsa yang berdasarkan kebebasan dan demokrasi yang menjadi ide dasarnyamenjadikan karakter bangsa yang anti-statik, legalistic, dan berorientasi padapemenuhan hak, meski disisi lain ajaran agama dan moralitas menjadi tradisi kuat dalam komunitas masyarakatnya.  

Page 3: Exceptionalism Sang Amerika

Budaya merupakan kata kunci penting lainnya dalam memahami Amerika, cara hidup yang tercipta sebagai hasil interaksi antar budaya daam masyarakat Amerika memberikan identitas budaya tersendiri yang disebut sebagai kreolisasi oleh Rydell dan Kroes (2005). Interaksi antar-budaya dan proses pembentukan budaya baru mencirikan tingkah laku dan nilai-nilai yang juga memproduksi bentuk-bentuk kekhasan budaya baru yang menjadiAmericanness. Konflik antara komunitas budaya dan kelompok etnis seperti halnya dominasi dan kekuasaan merupakan warna pada komunikasi masyarakat Amerika. Isu tentang minoritas,dominasi kekuasaan dan juga asimilasi merupakan hal menarik yang mencirikan kajian Amerika. Campbell dan Kean, justru menekankan bahwa produk budaya dan artifak menjadi bahan kajian menarik. Dari hal inilah kajian Amerika bisa dimulai, misal film, media, atau pun produk-produk budaya lainnya. Pertanyaan berikutnya adalah apakahbisa menggunakan satu aspek disiplin ilmu dalam mengkaji Amerika yang multicultural dengan berbagai exceptionalism-nyaitu? Baik Huntington maupun Lipset menunjukkan bahwa komparatif analisis –denganmelihat buku-buku dan artikel yang dihasilkan oleh orang luar Amerika- sangat berguna untuk menjelaskan hal tersebut. Interdisipliner adalah pendekatan yang terbaik untuk mampu melihat Amerika dalam konteks yang lebih luas sebagai sebuah bangsa. Dalam konteks budaya, pendekatan multiculturalism lebih cocok digunakan. Dapat disimpulkan bahwa untuk mengkaji Amerika, harus mempertimbangkan pertama, factor kesejarahan bangsa tersebut sebagai American experience. Kedua,memahami budaya Amerika yang memperhatikan factor-faktor interaksi antar-budaya yang dialami oleh masyarakatnya baik sebagai proses maupun produk budayanya. Ketiga, dalam hal methodology, menggunakan pendekatan multidisplin memberikan sebuah analisis komprehensif dalam mendiskusikan A.S. sekaligus memberikan pemahaman dari mana kita bisa memulai kajian kita.Apakah itu produk budaya,artifak, ataupun “teks” budaya lainnya. Semisal, kita dapat mengkaji Amerika melalui karya sastra, film atau bahkan fenomena yang terjadi dalam masyarakat Amerika.  Amerika:Kekuatan Budaya dan IdeologiIdeologi Amerika terbangun dari kekuatan budaya kompleks yang didukung oleh budaya-budaya dunia, yaitu orang-orang yang bermigrasi ke Amerika dengan membawa berbagai identitas budaya, etnis dan ras dari tanah asalanya. Isu-isu demokrasi, persamaan hak, saling menghormati dengan berbagai perbedaan mendasar merupakan sumber-sumber konflik pada awal pendirian bangsa itu yang harus diselesaikan ketika harus hidup dalam saturuang yang sama. Inilah kekuatan Amerika pun kini menjadi senjata ampuh dalam perang budaya sebagai soft power (Nye, Jr., 2004) ketika perlombaan senjata dianggap sebagai cara purba dalam menyelesaikan persoalan. Budaya Amerika bercirikan budaya popularyang praktis terkesan baru dan modern, scara ekonomi mendasarkan padakapitalisme, scara konten menyuarakan hak asasi manusia pada kebebasan individudan mengkampanyekan ideologi demokrasi. Rydell dan Kroes (2005) menggarisbawahibahwa budaya Amerika tidak ada yang asli namun merupakan kreolisasi dan modifikasi yang menjadikan mudah dikenali dan berterima di mata dunia.Karakter-karaktertersebutlah yang menjadi ciri sekaligus kekuatan budaya Amerika, menjadikannyamudah diterima karena seolah sudah dipercayai mewakili dunia karena diterima di Amerika.Mewakili dunia

Page 4: Exceptionalism Sang Amerika

karena Amerika dibangun oleh bangsa-bangsa imigran yangberasal dari berbagai penjuru dunia. Dalam konteks ekonomi, Amerika bak tempat tes pasar, sukses di Amerika memberikan jaminan kesuksesan di dunia.Penyanyibangga dan merasa mendunia ketika masuk dalam kancah American Music Award, pun film dianggap sukses jika diakui Hollywood atau masuk jajaran Oscar. Inilah proposal dalam gerakan Amerikanisasi. Amerikanisasi merupakan gerakan yangsering dilabelkan kepada gerakan Amerika untuk meng-Amerikakan dunia dengan membangun kesadaran bahwa apa yang digunakan dan diterapkan di Amerika adalah cara terbaik. Namun demikian, dalam era komunikasi kini istilah Amerikanisasidianggap negatif yang kemudian dibingkai dalam logika globalisasi yangmeniscayakan keseragaman dunia oleh identitas global. Pernahkah kita sadari apa identitas global itu dan siapa yang diuntungkan. Secara ekonomi Negara-negara bermodal kuat adalah pemenangnya. Identitas dominan diduduki oleh pemegang modalketika makna globalisasi didasarkan pada kapitalisme ekonomi. Keberhasilan Amerika dalam hal melakukan negosiasi ditengah multi-etnis dan multi-budayanya, setidaknya hingga kinitelah diakui dengan munculnya Obama sebagai sosok Presiden berkulit berwarnadan dianggap dekat dengan Negara dunia ke-3 (Africa, Indonesia/ Asia danIslam), bisa digunakan sebagai cermin refleksi. Amerika adalah sebuah fenomenakompleks yang harus dibaca dengan cerdas dan kritis karena ada sisi-sisi penuh makna untuk pembelajaran baik dalam resolusi konflik ataupun kemampuannya menjadi sebuah Negara/bangsa yang kuat scara ideology, politik dan ekonomi.   ReferensiDavidMauk and John Oakland, American Civilization (New York: Routledge, 2009)NeilCampbell and Alasdair Kean, American Cultural Studies An Introduction toAmerican Culture (London: Routledge, 2006)SamuelHuntington, Who Are We? America’s Great Debate (London: Simon&Shuster, 2004)SeymourMartin Lipset, Exceptionalism: A Double Edged Sword (New York: Norton,1996)Nye, Joseph. Soft Power: The Means toSuccess in World Politics (New York: Public Affairs, 2004).Rydell, Robert W. dan Kroes, Rob: Buffalo Bill in Bologna The Americanization of the World,1869-1922, (Chicago: The University of Chicago Press.,2005)Rounds, Charles,Frederick JacksonTurner from Wisconsin Authors and Their Works  1918http://www.library.wisc.edu/etext/WIReader/WER0750.htmldiakses pada 26 Juni 2013: 21.00Tocqueville, Alexis de.Democracy in America.(Chicago:The University of Chicago Press., 2000) (diterbitkan pertama kali tahun 1838)Higham, John:Strangers in the Land:Patternsof American Nativism, 1860-1925, (RutgersUniversity Press, 2002)