evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang...

54
1 PENDAHULUAN Sistem informasi kesehatan saat ini disadari masih jauh dari kondisi ideal,yaitu belum mampu menyediakan data dan informasi kesehatan yang evidence based sehingga belum mampu menjadi alat manajemen kesehatan yang efektif. Berbagai masalah klasik masih dihadapi dalam penyelenggaraan sistem informasi kesehatan. Diantaranya adalah kegiatan pengelolaan data dan informasi belum terintegrasi dan terkoordinasi dalam satu mekanisme kerjasama yang baik. Adanya “ overlappingkegiatan dalam pengumpulan dan pengolahan data, di mana masing-masing unit mengumpulkan datanya sendiri-sendiri dengan berbagai instrumennya di setiap unit kerja baik di pusat maupun di daerah. Penyelenggaraan system informasi kesehatan itu sendiri masih belum dilakukan secara efisien, masih terjadi redundant data, duplikasi kegiatan, dan tidak efisiennya penggunaan sumber daya. Hal ini sebagai akibat dari masih terfragmentasinya sistem informasi kesehatan. Situasi tersebut menimbulkan tersendatnya pendistribusian informasi terutama dari sumber data di unit pelayanan kesehatan di setiap kecamatan ke kabupaten dan provinsi atau bahkan ke pusat yang mengakibatkan terjadinya krisis informasi di berbagai unit teknis di pusat. Di samping itu, terhambatnya aliran komunikasi data baik dari sumber data di daerah ke pengguna di pusat atau sebaliknya, serta terhambatnya aliran komunikasi data antar pengguna atau bahkan tertutupnya sumber informasi untuk diakses oleh pengguna lain sehingga menyebabkan sulitnya memperoleh informasi yang memadai (lack of informations). Situasi yang demikian pada akhirnya menyulitkan dalam pengambilan keputusan berdasarkan evidence based. Namun demikian sebagai upaya penyiapan informasi kesehatan, Profil Kesehatan Kabupaten diterbitkan setiap tahunnya. Dalam setiap terbitan Profil Kesehatan Kabupaten Bulukumba memuat berbagai data tentang kesehatan dan data BAB I

Transcript of evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang...

Page 1: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

1

PENDAHULUAN

Sistem informasi kesehatan saat ini disadari masih jauh dari kondisi ideal,yaitu

belum mampu menyediakan data dan informasi kesehatan yang evidence based

sehingga belum mampu menjadi alat manajemen kesehatan yang efektif. Berbagai

masalah klasik masih dihadapi dalam penyelenggaraan sistem informasi kesehatan.

Diantaranya adalah kegiatan pengelolaan data dan informasi belum terintegrasi dan

terkoordinasi dalam satu mekanisme kerjasama yang baik. Adanya “overlapping”

kegiatan dalam pengumpulan dan pengolahan data, di mana masing-masing unit

mengumpulkan datanya sendiri-sendiri dengan berbagai instrumennya di setiap unit

kerja baik di pusat maupun di daerah. Penyelenggaraan system informasi kesehatan itu

sendiri masih belum dilakukan secara efisien, masih terjadi redundant data, duplikasi

kegiatan, dan tidak efisiennya penggunaan sumber daya. Hal ini sebagai akibat dari

masih terfragmentasinya sistem informasi kesehatan.

Situasi tersebut menimbulkan tersendatnya pendistribusian informasi terutama

dari sumber data di unit pelayanan kesehatan di setiap kecamatan ke kabupaten dan

provinsi atau bahkan ke pusat yang mengakibatkan terjadinya krisis informasi di

berbagai unit teknis di pusat. Di samping itu, terhambatnya aliran komunikasi data baik

dari sumber data di daerah ke pengguna di pusat atau sebaliknya, serta terhambatnya

aliran komunikasi data antar pengguna atau bahkan tertutupnya sumber informasi untuk

diakses oleh pengguna lain sehingga menyebabkan sulitnya memperoleh informasi

yang memadai (lack of informations). Situasi yang demikian pada akhirnya menyulitkan

dalam pengambilan keputusan berdasarkan evidence based.

Namun demikian sebagai upaya penyiapan informasi kesehatan, Profil

Kesehatan Kabupaten diterbitkan setiap tahunnya. Dalam setiap terbitan Profil

Kesehatan Kabupaten Bulukumba memuat berbagai data tentang kesehatan dan data

BAB I

Page 2: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

2

pendukung lain yang berhubungan dengan kesehatan seperti data kependudukan dan

keluarga. Data dianalisis secara sederhana dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan

grafik.

Tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Kabupaten Bulukumba 2011 ini adalah

dalam rangka menyediakan sarana sebagai alat ukur capaian indikator pembangunan

kesehatan kabupaten dibandingkan target nasional bahkan target MDG’s (Millenium

Development Goal’s). Jelasnya sistematika penyajian Profil Kesehatan Kabupaten

Bulukumba 2011 ini adalah sebagai berikut :

Bab 1 : Pendahuluan

Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan diterbitkannya Profil

Kesehatan Kabupaten Bulukumba 2011 dan sistematika dari penyajiannya.

Bab 2 : Situasi Umum dan Perilaku Penduduk

Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Bulukumba. Selain

uraian tentang letak geografis dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lain yang

bersama-sama dengan kesehatan menentukan nilai Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) atau Human Development Index (HDI). Diantaranya faktor-faktor kependudukan,

kondisi ekonomi, perkembangan pendidikan, dan lingkungan fisik serta perilaku

penduduk yang terkait dengan kesehatan.

Bab 3 : Situasi Derajat Kesehatan

Bab ini berisi uraian tentang hasil-hasil pembangunan kesehatan pada tahun

2011 yang mencakup tentang angka kematian, angka kesakitan, umur harapan hidup,

dan status gizi masyarakat.

Page 3: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

3

Bab 4 : Situasi Upaya Kesehatan

Dalam bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan

kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan

kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan

kefarmasian dan alat kesehatan. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam

bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang

Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan di

Kabupaten Bulukumba.

Bab 5 : Situasi Sumber Daya Kesehatan

Bab ini menguraikan tentang sumber daya pembangunan bidang kesehatan

tahun 2011. Gambaran tentang keadaan sumber daya mencakup tentang sarana

kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan

lainnya.

Bab 6 : Penutup

Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan

ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten Bulukumba Tahun 2011. Selain

keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang

dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Lampiran

Pada lampiran ini berisi resume/angka pencapaian bidang kesehatan Kabupaten

Bulukumba pada tahun 2011 yang disajikan dalam 79 tabel.

۩۩۩

Page 4: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

4

SITUASI UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK

Kabupaten Bulukumba secara geografis terletak di jazirah selatan Propinsi

Sulawesi Selatan (+150 Km dari Kota Makassar), yaitu antara 0,5o20’’ sampai 0,5o40’’

lintang selatan dan antara 119o58’’ sampai 120o28’’ bujur timur dengan batas

administratif yakni sebelah utara dengan Kabupaten Sinjai, sebelah timur dengan teluk

Bone, sebelah selatan dengan laut Flores dan sebelah Barat dengan Kabupaten

Bantaeng. Secara Administrasi Pemerintahan terdiri dari 10 Kecamatan dan 126

Desa/Kelurahan.

Kabupaten Bulukumba berada pada ketinggian antara 0 – 800 m diatas

permukaan laut (dpl) yang terdiri dari beberapa wilayah berbukit atau dataran tinggi

dengan kemiringan 0 – 40 %. Wilayah dataran rendah berada pada sebagian besar

pesisir pantai yaitu sebagian wilayah Kecamatan Ujung Bulu, Gantarang, Ujung Loe

dan Bonto Bahari. Khusus Kota Bulukumba merupakan tanah datar dengan ketinggian

0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang

air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

dari segi Kesehatan maupun aspek sosial ekonomi masyarakat.

Di Kabupaten Bulukumba terdapat 26 aliran sungai dengan aliran sungai

sepanjang 552 Km yang diharapkan mampu mengaliri sawah seluas 22.145 Ha.

Berdasarkan pencatatan klimatologi didapatkan data curah hujan yang cukup tinggi

yaitu rata-rata diatas 1000 mm/ tahun dengan rata-rata hari hujan sebanyak 8 hari /

bulan. Luas wilayah Kabupaten Bulukumba adalah 1.154,67 Km2 dengan kecamatan

terluas terdapat pada Kecamatan Gantarang, Bulukumpa dan Kecamatan Kindang

dengan luas wilayah masing-masing berturut-turut adalah 173,51 Km2 , 171,33 Km2,

dan 148,76 Km2. Jika dibandingkan dengan luas Sulawesi Selatan maka luas wilayah

Bulukumba adalah 1,85 % dari luas wilayah Propinsi Sulawesi Selatan.

BAB II

Page 5: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

5

383,870

386,239

390,543

394,746 394,757

398,531

375,000

380,000

385,000

390,000

395,000

400,000

2006 2007 2008 2009 2010 2011

A. KEADAAN PENDUDUK

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2011, jumlah penduduk Kabupaten

Bulukumba sebesar 398.531 jiwa yang terdiri dari 187.440 jiwa laki-laki dan 211.091

jiwa perempuan yang tersebar di 10 Kecamatan. Jumlah penduduk terbesar yakni

71.741 jiwa mendiami Kecamatan Gantarang (Tabel 1). Berikut gambaran jumlah

penduduk Kabupaten Bulukumba dalam 5 (lima) tahun terakhir :

GAMBAR II.1

JUMLAH PENDUDUK DI KABUPATEN BULUKUMBA

TAHUN 2006 S/D 2011

Sumber: BPS Kab.Bulukumba

Secara keseluruhan, jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih

banyak dari penduduk yang berjenis kelamin laki-laki, hal ini tercermin dari angka rasio

jenis kelamin yang lebih kecil dari 100 yaitu 88 yang berarti jika terdapat 100 orang

penduduk perempuan terdapat 88 orang penduduk laki-laki. Data terinci pada lampiran

tabel 2.

Laju pertumbuhan penduduk di Kab. Bulukumba pada tahun 2011 sebesar

0,96%, meningkat dari laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2010 yang tercatat

sebesar 0,002%. Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk selama tahun 2006-2011

dapat dilihat pada tabel II.1 berikut :

Page 6: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

6

TABEL II.1

JUMLAH DAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK

DI KABUPATEN BULUKUMBA, TAHUN 2006 – 2011

Tahun Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan

Penduduk

1 2 3

2006 383.870 1.18%

2007 386.239 1,15 %

2008 390.543 1,11%

2009 394.746 1,07%

2010 394.757 0,002%

2011 398.531 0,96%

Sumber: BPS Kab.Bulukumba

Komposisi penduduk menurut kelompok umur dapat menggambarkan

tinggi/rendahnya tingkat kelahiran. Selain itu komposisi penduduk juga mencerminkan

angka beban tanggungan yaitu perbandingan antara jumlah penduduk produktif (umur

15 – 64 tahun) dengan umur tidak produktif (umur 0 – 14 tahun dan umur 65 tahun ke

atas).

Perbandingan penduduk menurut klasifikasi anak-anak dan dewasa pada tahun

2011, dimana jumlah penduduk Bulukumba sebesar 398.531 Jiwa yang terdiri dari

251.245 Jiwa penduduk dewasa, 121.045 Jiwa penduduk anak-anak dan 26.241 Jiwa

penduduk lanjut usia ( > 65 Tahun ). Penduduk anak-anak dan lanjut usia merupakan

beban dalam masyarakat karena tidak produktif, saat ini mencapai 147.286 Jiwa

dengan Dependency Ratio 58,6 % (tabel 2), hal ini memberi gambaran terhadap

besarnya beban tanggungan ekonomi suatu keluarga dalam masyarakat.

Berikut ini gambar komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis

kelamin serta gambar jumlah penduduk per Kecamatan Kabupaten Bulukumba :

Page 7: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

7

laki-laki

0 5000 10000 15000 20000 25000

0-4

10-14

20-24

30-34

40-44

50-54

60-64

perempuan

- 1514 6

- 2 18 14

- 2 3 2 3 2

- 2 12 2 8

- 18 58 2

- 2 0 2 56

- 16 8 8 7

- 15515

- 12 12 7

- 10 78 3

- 8 52 3

- 6 72 3

- 6 18 9

- 14 0 8 6

-25000 -20000 -15000 -10000 -5000 0

GAMBAR II.2

KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR DAN

JENIS KELAMIN DI KAB. BULUKUMBA TAHUN 2011

GAMBAR II. 3

JUMLAH PENDUDUK MENURUT KECAMATAN

DI KAB.BULUKUMBA TAHUN 2011

Sumber: BPS Kab.Bulukumba

0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000

Bt.Bahari

Herlang

Bt.Tiro

Kindang

Rilau Ale

U.Loe

U.Bulu

Kajang

Bulukumpa

Gantarang

23,004

47,467

24,332

48,519

30,057

24,179

39,859

51,521

38,122

71,741

Page 8: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

8

B. KEADAAN EKONOMI

1. PDRB Kabupaten Bulukumba

Kondisi perekonomian suatu daerah sangat tergantung pada potensi dan

sumber daya yang dimiliki serta kemampuan daerah yang bersangkutan untuk

mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Untuk mengembangkan potensi yang

dimiliki, berbagai kebijaksanaan, langkah dan upaya yang telah dilakukan oleh

Pemerintah khususnya Pemerintah Kabupaten Bulukumba untuk meningkatkan

perekonomian daerah ini.

Semua kebijaksanaan dan upaya pembangunan yang telah dilakukan

menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan. Hal tersebut dapat dilihat dari

besarnya nilai PDRB yang berhasil diciptakan dari tahun ke tahun terus meningkat.

Total PDRB Kabupaten Bulukumba Tahun 2010 mencapai nilai sebesar 3.763.053,25

(Juta Rupiah). Kontribusi PDRB Kabupaten Bulukumba terhadap PDRB Sulawesi

Selatan pada tahun yang sama sebesar 3,19 persen. Berikut disajikan gambaran

perkembangan PDRB Kabupaten Bulukumba dan Sulawesi Selatan dalam 5 (lima)

tahun terakhir.

TABEL II.2

PERKEMBANGAN PDRB KAB.BULUKUMBA & SUL-SEL

ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2006 – 2010

TAHUN PDRB SUL-SEL

( JUTA Rp )

PDRB BULUKUMBA

( JUTA Rp )

% PDRB BULUKUMBA

THDP PDRB SUL-SEL

2006

2007

2008

2009

2010

60.902.823,83

69.271.924,56

85.143.191,27

99.904.658,31

117.830.270,49

1.976.249,22

2.201.346,39

2.711.096,80

3.255.210,15

3.763.053,25

3,24

3,18

3,18

3,26

3,19

Rata – rata 3,21

Sumber : BPS Kab.Bulukumba

Kontribusi PDRB Kab.Bulukumba selama periode Tahun 2006 – 2010 relatif

sama yaitu rata-rata sekitar 3,21% pertahun. Hal ini menunjukkan bahwa

Page 9: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

9

perkembangan perekonomian Kabupaten Bulukumba selama periode tersebut

konsisten dengan perkembangan perekonomian Sul-Sel.

2. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB yang berhasil

diciptakan pada tahun tertentu dibandingkan dengan nilai PDRB tahun sebelumnya. Di

mana nilai PDRB yang dibandingkan itu adalah nilai PDRB atas dasar harga konstan.

Penggunaan nilai atas dasar harga konstan ini karena telah dikeluarkannya pengaruh

perubahan harga, sehingga perubahan yang diukur merupakan pertumbuhan ekonomi.

Di bawah ini disajikan pertumbuhan PDRB Kabupaten Bulukumba Tahun 2006

s/d 2010 dalam dua versi yaitu berdasarkan harga berlaku dan harga konstan.

Pertumbuhan PDRB menurut harga konstan dapat dikatakan sebagai pertumbuhan

ekonomi secara riil.

TABEL II.3

PERSENTASE PERTUMBUHAN PDRB

KAB.BULUKUMBA TAHUN 2006 – 2010

TAHUN HARGA BERLAKU

(%)

HARGA KONSTAN 2000

(%)

2006

2007

2008

2009

2010

13,58

11,39

23,16

20,07

15,60

6,38

5,36

8,06

6,47

6,27

Rata-rata 16,76 6,51

Sumber : BPS Kab.Bulukumba

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bulukumba tahun 2010 sebesar 6,27%.

Meskipun pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bulukumba tahun 2010 dibandingkan

tahun 2009, terlihat di bawah sekitar 0,20 poin, tetapi masih dikatakan tumbuh positif,

namun pertumbuhannya lamban.

Page 10: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

10

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2006 2007 2008 2009 2010 Rata-Rata

6.38

5.36

8.06

6.47 6,27 6.51

GAMBAR II.4

GRAFIK PERSENTASE PERTUMBUHAN EKONOMI

KAB.BULUKUMBA TAHUN 2006 - 2010

Sumber : BPS Kab.Bulukumba

3. PDRB Perkapita

Untuk mengetahui tingkat kemakmuran Kabupaten Bulukumba, salah satu

indikator yang dapat dipakai adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per

kapita.

Dari Statistik Daerah Kabupaten Bulukumba 2011 tercatat PDRB per kapita

penduduk Sulawesi Selatan pada tahun 2010 mencapai Rp. 14.665.034,9,- Sementara

PDRB per kapita penduduk Kabupaten Bulukumba pada tahun yang sama sebesar Rp.

9.537.341,- menempati urutan ke-17 dari seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Selatan.

C. KEADAAN PENDIDIKAN

Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam

mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Melalui pengetahuan,

pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan yang

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu pencetus yang berperan

dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat.

Uraian tentang keadaan pendidikan berikut ini diambil dari buku Statistik

Daerah Kabupaten Bulukumba 2010 dan buku Bulukumba dalam Angka 2010 terbitan

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba.

Page 11: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

11

1. Kemampuan Baca Tulis

Kemampuan membaca dan menulis atau baca tulis merupakan keterampilan

minimum yang dibutuhkan oleh penduduk untuk mencapai kesejahteraannya.

Kemampuan baca tulis tercermin dari Angka Melek Huruf (AMH). AMH merupakan

persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis serta

mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari.

Penggunaan AMH adalah untuk (1) mengukur keberhasilan program-program

pemberantasan buta huruf, terutama di daerah pedesaan di Indonesia dimana masih

tinggi jumlah penduduk yang tidak pernah bersekolah atau tidak tamat SD, (2)

menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari

berbagai media, (3) menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan

tertulis. Sehingga AMH dapat mencerminkan potensi perkembangan intelektual

sekaligus kontribusi terhadap pembangunan daerah.

Secara nasional Angka Melek Huruf tahun 2009 sebesar 92,58% dan Sulawesi

Selatan sebesar 87,02%. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba mencatat AMH

pada tahun 2010 untuk penduduk laki-laki sebesar 87,53% dan penduduk perempuan

sebesar 86,01% dengan rata-rata lama sekolah penduduk adalah 6,97 tahun.

2. Partisipasi Pendidikan

Di Kabupaten Bulukumba pada Tahun 2009 jumlah lulusan SD adalah sebanyak

7.408 murid dimana Kecamatan Gantarang merupakan kecamatan dengan jumlah

lulusan terbanyak yakni 11.176 murid. Sementara untuk SMP diluluskan sebanyak

4.355 siswa dan untuk SMA termasuk SMK diluluskan sebanyak 2.451 siswa. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut.

Page 12: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

12

TABEL II. 4

JUMLAH LULUSAN SD, SMP, SMA MENURUT KECAMATAN

DI KAB.BULUKUMBA TAHUN 2009

KECAMATAN

SD SMP SMA

Gantarang

Ujung Bulu

Ujung Loe

Bonto Bahari

Bonto Tiro

Herlang

Kajang

Bulukumpa

Rilau Ale

Kindang

1.176

886

750

442

519

615

837

886

728

569

600

758

303

472

295

423

467

809

118

110

140

1.010

185

181

143

171

227

232

162

0

Kab. Bulukumba 7.408 4.355 2.451

Sumber : BPS Kab.Bulukumba

3. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Pendidikan yang ditamatkan merupakan indikator pokok kualitas pendidikan

formal. Di Kabupaten Bulukumba, pada Tahun 2010 persentase penduduk yang hanya

tamat SD yaitu sekitar 27,64 % untuk penduduk laki-laki dan 31,08 % untuk perempuan

sedangkan yang tidak pernah sekolah sekitar 12,22 % laki-laki dan 13,46 %

perempuan. Tabel berikut akan menggambarkan lebih jelas tentang penduduk

Kab.Bulukumba usia 10 Tahun ke atas yang ditamatkan menurut jenis kelamin Tahun

2010.

Page 13: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

13

TABEL II. 5

PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MENURUT JENIS KELAMIN &

JENJANG PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN

DI KAB.BULUKUMBA TAHUN 2010

Pendidikan Laki-laki Perempuan

Jml % Jml %

Belum/Tidak Pernah Sekolah

Belum/Tdk Tamat SD

SD

SLTP

SMU/SMK

AK/DIPLOMA

UNIVERSITAS

17.971

32.659

40.650

20.765

27.847

2.199

4.992

12,22

22,20

27,64

14,12

18,93

1,50

3,39

23.368

33.957

53.965

30.685

23.634

2.582

5.424

13,46

19,56

31,08

17,67

13,61

1,50

3,12

Jumlah 147.083 100,00 173.615 100,00

Sumber: BPS Kab.Bulukumba

Demikian gambaran umum Kabupaten Bulukumba Tahun 2010-2011 secara

ringkas. Gambaran yang ditonjolkan memang dibatasi pada aspek-aspek

kependudukan, perekonomian dan pendidikan, bersama-sama dengan kesehatan

menentukan besar/kecilnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human

Development Index (HDI) baik untuk Provinsi Sulawesi Selatan maupun Indonesia. IPM

merupakan salah satu ukuran yang dipandang dapat mempresentasikan kualitas

manusia.

Dengan melihat perkembangan angka IPM tiap tahun, tampaknya kemajuan

yang dicapai Bulukumba dalam pembangunan manusia tidak terlalu signifikan. Angka

IPM Bulukumba hanya mengalami sedikit peningkatan dari 70,55 pada tahun 2009

menjadi 71,19 pada tahun 2010.

Untuk peringkat IPM tingkat propinsi, pada tahun 2009 Bulukumba berada pada

posisi 13, sedangkan pada tahun 2010 berada pada posisi 12 diapit oleh Kab. Tanah

Toraja (11) dan Kab. Maros (13). Sedangkan peringkat pertama sampai ketiga

ditempati oleh Kota Makassar, Kota Pare-Pare, dan Kota Palopo.

Page 14: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

14

D. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian

khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku,

pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya status derajat

kesehatan masyarakat.

Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-indikator

seperti : akses terhadap air bersih dan air minum yang aman, akses terhadap sanitasi

dasar, tempat umum dan pengolahan makanan (TUPM) sehat, institusi dibina

kesehatan lingkungannya, rumah sehat serta rumah/bangunan yang diperiksa dan

bebas jentik nyamuk Aedes.

1. Sarana Air Bersih yang Digunakan dan Akses Air Minum yang Aman

Secara nasional, jenis sarana air bersih yang digunakan keluarga dengan

persentase tertinggi adalah sumur gali (45,41%), diikuti air ledeng (27,36%), sumur

pompa tangan (10,11%), penampungan air hujan (3,49%), air kemasan (2,29%), serta

lain-lain (11,30%). Rincian persentase keluarga menurut jenis sarana air bersih yang

digunakan di Kabupaten Bulukumba tahun 2011 dapat dilihat dalam lampiran tabel 64.

GAMBAR II. 5

CAKUPAN AIR BERSIH DI KAB.BULUKUMBA

TAHUN 2003– 2011

Sumber: Bidang PMPL Dinkes Kab.Bulukumba

64.5 65 66.8

62.7

65.2

69.6

69.376.9

77.2

0102030405060708090

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

per

sen

cak

up

an

Tahun

Page 15: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

15

Proporsi penduduk yang memiliki akses terhadap sarana air minum yang aman

secara nasional adalah 47,71%, sedangkan menurut wilayah, akses air minum yang

aman di perkotaan 49,82% dan di pedesaan 45,72%. Rincian persentase keluarga

menurut akses terhadap sarana air minum yang aman di Kabupaten Bulukumba tahun

2010 dapat dilihat dalam lampiran tabel 65.

2. Sarana dan Akses terhadap Sanitasi Dasar

Persentase tertinggi akses keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar

secara nasional adalah kepemilikan terhadap jamban (81,03%), kepemilikan

pengelolaan air limbah (73,37%), serta kepemilikan tempat sampah (72,55%). Dari

seluruh sarana sanitasi dasar tersebut yang memiliki kriteria jamban sehat 55,72%,

pengelolaan air limbah sehat 55,30%, dan tempat sampah sehat 53,46%. Rincian

persentase keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar dan sehat di Kabupaten

Bulukumba tahun 2011 dapat dilihat dalam lampiran tabel 66.

3. Rumah Sehat

Di Kabupaten Bulukumba, berdasarkan laporan Bidang Pemberdayaan

Masyarakat dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Kab.Bulukumba pada tahun 2010

dilaporkan jumlah rumah sehat yang ada adalah 18.485 rumah (55,3 %), hal ini berarti

masih terus dibutuhkan upaya-upaya yang mengarah kepada tercapainya rumah sehat

(lampiran tabel 62). Cakupan rumah sehat di Kabupaten Bulukumba dalam periode

tahun 2005 – 2011 sebagai berikut :

GAMBAR II.6

CAKUPAN RUMAH SEHAT DI KAB.BULUKUMBA

TAHUN 2005 S/D 2011

Sumber: Bidang PMPL Dinkes Kab.Bulukumba

52.00%

54.00%

56.00%

58.00%

60.00%

62.00%

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

58.30%

57.10%

59.40%

55.25%55.25%

55.32%

60.10%

Page 16: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

16

4. Tempat Umum dan Pengolahan Makanan (TUPM) Sehat

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan

Penyehatan Lingkungan Dinkes Kab.Bulukumba tahun 2011, bahwa persentase rata-

rata tempat-tempat umum yang sehat baru mencapai 30,55% yang meliputi Hotel

(90%), Restoran/R-Makan (50,76%), Pasar (24,19%), Tempat Umum & Pengelolaan

Makanan (TUPM = 26,86%) dimana TUPM ini terdiri dari jasa boga, makanan jajanan,

industri makanan minuman, desa pengrajin makanan, rumah ibadah, RS, industri kecil

RT, dan terminal angkutan darat. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran tabel

67.

5. Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya

Institusi sarana pelayanan kesehatan, instalasi pengolahan air minum, sarana

pendidikan, sarana perkantoran, sarana ibadah, dan beberapa jenis sarana lainnya

merupakan institusi yang diharapkan dapat diberikan pembinaan kesehatan lingkungan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan

Penyehatan Lingkungan Dinkes Kab.Bulukumba tahun 2011, seluruh institusi yang ada

telah dilakukan pembinaan terhadap kesehatan lingkungannya (100%). Pembinaan

institusi ini meliputi pembninaan terhadap sarana pelayanan kesehatan, instalasi

pengolahan air minum, sarana pendidikan, sarana ibadah, perkantoran dan sarana

lainnya. Data selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran tabel 68.

6. Rumah/Bangunan yang Diperiksa dan Bebas Jentik Nyamuk Aedes

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan

Penyehatan Lingkungan Dinkes Kab.Bulukumba tahun 2011, dari keseluruhan jumlah

rumah/bangunan yang diperiksa terdapat 60,25% yang dinyatakan bebas jentik nyamuk

Aedes. Persentase rumah/bangunan yang diperiksa dan bebas jentik nyamuk Aedes

menurut puskesmas di Kabupaten Bulukumba secara rinci disajikan dalam lampiran

tabel 63.

E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT

Komponen perilaku dan lingkungan sehat merupakan garapan utama promosi

kesehatan. Promosi kesehatan adalah upaya untuk memampukan atau

memberdayakan masyarakat agar dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi

kesehatannya (WHO). Pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan bukanlah pekerjaan

Page 17: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

17

yang mudah, karena menyangkut aspek perilaku yang erat kaitannya dengan sikap,

kebiasaan, kemampuan, potensi dan faktor budaya pada umumnya.

Keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan

digambarkan melalui indikator-indikator persentase rumah tangga berperilaku hidup

bersih dan sehat, persentase posyandu purnama dan mandiri.

1. Rumah Tangga ber-PHBS

Perilaku yang menunjang kesehatan adalah adanya rumah tangga yang

menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Di Kabupaten Bulukumba berdasarkan

hasil pengumpulan data oleh Seksi Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun

2011 diperoleh data rumah tangga yang ber-PHBS sebesar 43.477 rumah tangga

(46,5%) dari 93.489 yang dipantau pada 10 Kecamatan. Hal ini menunjukkan adanya

penurunan dari 56,73% rumah tangga yang ber-PHBS pada tahun 2011, masih sangat

diperlukan upaya-upaya yang lebih optimal untuk meningkatkan cakupan rumah tangga

ber-PHBS. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran tabel 61.

2. Posyandu Purnama dan Mandiri

Peran serta masyarakat di bidang kesehatan sangat besar. Wujud nyata bentuk

peran serta masyarakat antara lain muncul dan berkembangnya upaya kesehatan

bersumberdaya masyarakat (UKBM), misalnya Posyandu.

Sebagai indikator peran aktif masyarakat melalui pengembangan UKBM

digunakan persentase desa yang memiliki Posyandu. Posyandu merupakan wahana

kesehatan bersumberdaya masyarakat yang memberikan layanan 5 kegiatan utama

(KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan P2 Diare) dilakukan dari, oleh, untuk, dan bersama

masyarakat.

Di Kabupaten Bulukumba, jumlah posyandu yang tercatat untuk tahun 2011

sebanyak 490 buah posyandu dengan rasio posyandu/desa sebesar 3,0. Meskipun

terjadi peningkatan namun situasi ini tetap perlu mendapat perhatian bila ingin

meningkatkan kualitas posyandu menuju posyandu mandiri.

Adapun jumlah posyandu purnama dan mandiri di Kabupaten Bulukumba Tahun

2011 masing-masing 16,17% dan 0,79 % (lampiran tabel 72). Peran serta dari seluruh

komponen lintas sektor serta partisipasi aktif segenap lapisan masyarakat sangat

diperlukan sebagai modal utama dalam peningkatan peran serta masyarakat yang lebih

optimal. Berikut gambar proporsi Posyandu menurut strata :

Page 18: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

18

GAMBAR II.7

PROPORSI POSYANDU MENURUT STRATA

DI KAB.BULUKUMBA TAHUN 2011

Sumber: Bidang PMPL Dinkes Kab.Bulukumba

Demikian uraian situasi umum dan perilaku penduduk di Kabupaten Bulukumba

sampai pada tahun 2011.

۩۩۩

Pratama, 28.99%

Madya, 54.04%

Purnama, 0.16

Mandiri, 0.79%

Page 19: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

19

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor

tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan

ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor

ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya.

Situasi derajat kesehatan masyarakat dapat tercermin melalui angka morbiditas,

mortalitas dan status gizi. Pada bab berikut ini situasi derajat kesehatan di Kab.

Bulukumba digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita

(AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), dan Angka Morbiditas beberapa penyakit.

A. MORTALITAS

Mortalitas merupakan angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat

tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab

lainnya. Angka kematian yang disajikan pada bab ini yaitu AKB, AKABA, dan AKI.

1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi (AKB) dapat didefinisikan

sebagai banyaknya bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran hingga bayi belum

mencapai umur 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang

sama. AKB merupakan indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat

kesehatan masyarakat.

Badan Pusat Statistik mengestimasikan Angka Kematian Bayi pada tahun 2007

sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan

dengan AKB tahun 2002-2003 yang sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup.

Kecenderungan penurunan AKB dapat dipengaruhi oleh pemeratan pelayanan

kesehatan berikut fasilitasnya. Pendapatan masyarakat yang meningkat juga dapat

berperan melalui perbaikan gizi yang pada gilirannya mempengaruhi daya tahan tubuh

terhadap serangan penyakit.

BAB III

Page 20: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

20

Untuk Sulawesi Selatan, hasil Surkesnas/ Susenas 2002-2003 menunjukkan

AKB di Sulawesi Selatan sebesar 47 per 1000 Kelahiran Hidup sedangkan hasil

Susenas 2006 menunjukkan AKB di Sulsel pada tahun 2005 sebesar 36 per 1000

kelahiran hidup sedangkan hasil SDKI 2007 menunjukkan angka 41 per 1.000 kelahiran

hidup. Fluktuasi ini biasa terjadi oleh karena perbedaan besar sampel yang diteliti.

sementara itu data proyeksi yang dikeluarkan Depkes RI bahwa AKB di Sulsel pada

tahun 2007 sebesar 27,52 per kelahiran hidup. Dari Profil Kesehatan Sulawesi Selatan

tercatat jumlah kematian bayi pada tahun 2008 sebesar 570 atau 3,89 per 1.000

kelahiran hidup.

Di Kabupaten Bulukumba angka kematian bayi tahun 2011 tercatat 12 kasus

kematian bayi atau 1,7 per 1.000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan adanya

peningkatan kasus dari tahun 2010 yaitu sebanyak 9 kasus kematian bayi. Angka

kematian Bayi tersebut diperoleh melalui laporan Unit Pelayanan Kesehatan di wilayah

Bulukumba.

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat sangat diperlukan melalui upaya

pemerintah untuk mendekatkan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan dengan

masyarakat, hal tersebut bertujuan untuk mengatasi peningkatan kasus kematian bayi.

GAMBAR III. 1

ANGKA KEMATIAN BAYI DI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2003 - 2008

Sumber: Profil Kesehatan Prop. Sul-Sel 2008

4744

3441

1.550

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

2003 2004 2005 2007 2008

Page 21: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

21

2. Angka Kematian Balita (AKABA)

Angka Kematian Balita (1 - 4 tahun) adalah jumlah anak yang meninggal

sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran

anak. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor

lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak Balita seperti gizi, sanitasi,

penyakit menular dan kecelakaan, indikator ini menggambarkan tingkat kesejahteraan

sosial, dalam arti besar dan tingkat kemiskinan penduduk.

Estimasi Angka Kematian Balita di Indonesia (menurut hasil survey demografi

dan kesehatan Indonesia tahun 2007) diperkirakan sebesar 44 per 1.000 kelahiran

hidup, sementara untuk Sulawesi Selatan, pada tahun yang sama berada diatas rata-

rata nasional yakni sebesar 53 per 1.000 kelahiran hidup.

Berdasarkan Pencatatan dari Unit Pelayanan Kesehatan yang ada di Wilayah

Bulukumba, khusus angka kematian Anak balita ( 1-4 Tahun ) pada tahun 2011 jumlah

kematian balita adalah 6 kasus kematian atau 0,9 per 1.000 kelahiran hidup.

3. Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dalam

menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang

meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau

penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan,

melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan

lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. AKI berguna untuk menggambarkan

tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi

kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil,

pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Untuk mengantisipasi

masalah ini maka diperlukan terobosan-terobosan dengan mengurangi peran dukun

dan meningkatkan peran Bidan. Harapan kita agar Bidan di Desa benar-benar sebagai

ujung tombak dalam upaya penurunan AKB (IMR) dan AKI (MMR).

AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan,

persalinan, dan nifas. SDKI 2007 menyebutkan bahwa AKI untuk periode tahun 2003-

2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah dibandingkan

AKI hasil SDKI 2002-2003 yang mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup.

Pada tahun 2006, 2007, dan 2008 AKI di Sulawesi Selatan dilaporkan masing-

masing sebesar 101,56 ; 92,98 ; 82,67 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini

menunjukkan AKI cenderung terus menurun.

Page 22: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

22

Jumlah kematian ibu yang dilaporkan Seksi Kesehatan Keluarga/KIA Dinas

Kesehatan Kabupaten Bulukumba pada tahun 2011 sebanyak 9 orang terdiri dari

kematian ibu bersalin 5 orang dan ibu nifas 4 orang (Lihat Lampiran Tabel 8).

4. Umur Hararan Hidup Waktu Lahir (Life Expactancy of Birth)

Penurunan Angka Kematian Bayi sangat berpengaruh pada kenaikan Umur

Harapan Hidup (UHH) waktu lahir. Angka kematian bayi sangat peka terhadap

perubahan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan

derajat kesehatan tercermin pada penurunan AKB dan kenaikan Umur Harapan Hidup

pada waktu lahir. Meningkatnya Umur Harapan Hidup waktu lahir ini secara tidak

langsung juga memberikan gambaran kepada kita tentang adanya peningkatan kualitas

hidup dan derajat kesehatan masyarakat.

Dari estimasi hasil penelitian yang dilakukan oleh BPS, Umur Harapan Hidup

Waktu Lahir (Eo) penduduk Indonesia secara Nasional mengalami peningkatan dari

45,73 tahun pada tahun 1967 menjadi 67,97 tahun pada tahun 2000. Berdasarkan

proyeksi penduduk Indonesia tahun 2000 – 2025, maka dapat diestimasi angka

harapan hidup sebesar 67,8 tahun 2000-2025, meningkat menjadi 69,8 pada tahun

2005-2010 dan menjadi 73,6 pada tahun 2010-2025. Sementara itu rata-rata Angka

Harapan Hidup (AHH) penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada

gambar berikut :

GAMBAR III.2

UMUR HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR (Eo)

DI SULSEL TAHUN 2003 - 2008

Sumber : Susenas, SDKI 2007 dan Proyeksi

68.568.7 68.7

69.269.4

70.3

67.5

68

68.5

69

69.5

70

70.5

2003 2004 2005 2006 2007 2008

Page 23: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

23

Angka Harapan Hidup penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan terus meningkat

dari 43 pada tahun 1971 meningkat menjadi 52 tahun 1980, kemudian 10 tahun

kemudian meningkat lagi menjadi 60 tahun 1990 dan turun menjadi 63,64 dan 68 pada

tahun 1996, 1998 dan tahun 2001. Menurut daerah kabupaten/kota Angka Harapan

Hidup tahun 2003 relatif sama antar kabupaten di Sulawesi Selatan yaitu berkisar

antara 63 – 73 tahun. ). Sedangkan data proyeksi AHH yang dikeluarkan Depkes RI

untuk Sulawesi Selatan pada tahun 2007 sebesar 68,55 tahun, tetapi berdasarkan

SDKI 2007 sebesar 69,4, dan proyeksi AHH yang dikeluarkan Depkes RI untuk

Sulawesi Selatan pada tahun 2008 sebesar 70,28 tahun, lebih tinggi dibanding AHH

nasional yaitu 69,09 tahun.

B. MORBIDITAS

Morbiditas diartikan sebagai angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari

suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi

pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat

kesehatan masyarakat.

Angka kesakitan penduduk diperoleh dari data yang berasal dari masyarakat

melalui hasil pelaporan dan pencatatan sarana pelayanan kesehatan (facility based

data). Gambaran 10 (sepuluh) penyakit terbanyak untuk semua golongan umur di

Kab.Bulukumba Tahun 2011 dapat disajikan pada tabel berikut :

.

TABEL III. 1

POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK UNTUK SEMUA GOL UMUR

DI KAB.BULUKUMBA TAHUN 2011

Sumber : SP2TP Dinas Kesehatan Kab.Bulukumba, 2011

NO JENIS PENYAKIT JUMLAH %

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Dermatitis dan eksim

Influensa

Infeksi akut lain saluran nafas atas

Hipertensi esensial (primer)

Gastritis

Artritis lainnya

Batuk

Diare dan gastroentritis

Gangguan Jaringan Lunak lainnya

Demam yang tidak diketahui sebabnya

21.880

20.853

20.373

18.481

14.733

13.200

12,214

10.749

8.122

7.480

14,78

14,08

13,76

12,48

9,95

8,91

8,25

7,26

5,48

5,05

JUMLAH 148.085 100

Page 24: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

24

1. PENYAKIT MENULAR

a. Malaria

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya

menjadi komitmen global dalam Global Millenium Development Goals. Malaria

disebabkan oleh hewan yang bersel satu (protozoa) Plasmodium yang ditularkan

melalui gigitan nyamuk Anopheles. Wilayah endemis malaria pada umumnya adalah

desa-desa terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi

dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan

sosial ekonomi masyarakat yang rendah, serta buruknya perilaku masyarakat terhadap

kebiasaan hidup sehat.

Menurut hasil pemantauan program dikatakan sebesar 35% penduduk Indonesia

tinggal di daerah endemis Malaria. Perkembangan penyakit Malaria pada beberapa

tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan di semua wilayah. Di Jawa-Bali

kenaikan tersebut ditandai dengan meningkatnya API sedangkan di luar Jawa-Bali

ditandai dengan peningkatan AMI.

Data WHO menyebutkan tahun 2010 terdapat 544. 470 kasus malaria di

Indonesia. API nasional pada tahun 2010 adalah 1,96 per 1.000 penduduk cenderung

mengalami peningkatan dari API tahun 2009 yakni 1,85 per 1.000 penduduk dengan

kisaran propinsi 0,02-27,66 per 1.000 penduduk. Angka ini jauh menurun dibandingkan

API tahun 1990 yaitu 4,68 per 1.000 penduduk. Dihubungkan dengan target

pencapaian MDGs, angka API sejak tahun 2009 sudah memenuhi target.

Kasus Malaria klinis tahun 2009 di Indonesia dilaporkan sebanyak 1.143.024

kasus. Sebesar 75,5% dari kasus tersebut diperiksa sediaan darahnya, dan dihasilkan

23,1% sediaan darah yang positif. Relatif tingginya cakupan pemeriksaan sediaan

darah di laboratorium tersebut merupakan pelaksanaan kebijakan pengendalian

Malaria dalam mencapai eliminasi malaria, yaitu semua kasus Malaria klinis harus

dikonfirmasi laboratorium.

Jumlah penderita Malaria di Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2009 yang

dikonfirmasi laboratorium dengan hasil positif terbesar di Kabupaten Selayar,

Enrekang, dan Luwu Utara atau API sebesar 0,15 per 1.000 penduduk. Sementara itu,

data dari Global Fan Komponen Malaria Kabupaten Bulukumba pada tahun 2011

tercatat 4.454 penderita Malaria ditemukan dengan 112 dinyatakan positif. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat dalam lampiran tabel 24.

Page 25: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

25

Untuk menekan angka kesakitan Malaria telah dilakukan upaya-upaya

pengendalian vektor di daerah endemis, pencegahan penyakit dengan memakai

kelambu berinsektisida, sosialisasi obat Malaria VCT, penemuan dan pengobatan

penderita (active dan passive), pengamatan vektor penyakit serta upaya integrasi

dengan program lain seperti KIA dan Imunisai.

b. TB Paru

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi

bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar malalui droplet orang

yang telah terinfeksi basil TB. TB merupakan salah satu penyakit yang

pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs.

Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case

Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan

dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam

wilayah tersebut. Kementerian Kesehatan menetapkan target CDR minimal pada tahun

2009 sebesar 70%.

Tahun 2011, Indonesia telah mencapai angka penemuan kasus 82.69 %

(melebihi target global 70%). Selain itu, angka keberhasilan pengobatan sebesar

90.29%, bila dibandingkan dengan target RPJMN untuk angka keberhasilan

pengobatan di tahun 2011 adalah sebesar 86%, maka sudah tercapai. Di Sulsel,

penemuan kasus TB terbilang meningkat setahun terakhir, dimana pada 2009 lalu

hanya 38,7 persen, naik menjadi 48 persen di 2010. Jumlah ini masih jauh dari target

nasional, sebesar Rp70 persen.

Untuk mengukur keberhasilan pengobatan TB digunakan Angka Keberhasilan

Pengobatan (SR=Success Rate) yang mengindikasikan persentase pasien TB Paru

BTA Positif yang menyelesaikan pengobatan, baik yang sembuh maupun yang

menjalani pengobatan lengkap diantara pasien TB Paru BTA Positif yang tercatat.

Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kabupaten Bulukumba mencatat SR

pada tahun 2011 mencapai 66,57%. Gambaran kasus TB dan keberhasilan

pengobatannya dapat dilihat dalam Tabel 11 dan 12.

c. HIV/AIDS dan Penyakit Menular Seksual (PMS)

HIV dan AIDS disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang

menyerang sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan penderita mengalami

penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam

Page 26: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

26

penyakit lain. Penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui

proses hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang

terkontaminasi secara bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam kandungan

melalui plasenta dan kegiatan menyusui.

Penyakit yang kemunculannya seperti fenomena gunung es (iceberg fenomona)

yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil daripada jumlah penderita yang

sebenarnya, ini sudah menyebar di sebagian besar propinsi di Indonesia.Hal ini berarti

bahwa jumlah pengidap infeksi HIV/AIDS yang sebenarnya di Indonesia masih sangat

sulit diukur dan belum diketahui secara pasti.

Meskipun demikian, data dari Ditjen PP-PL Kementerian Kesehatan melaporkan

jumlah kasus kumulatif AIDS sampai dengan Desember 2009 mencapai 19.973 kasus.

Perkembangan kasus AIDS dan inveksi HIV di Kab.Bulukumba dari tahun ke tahun

cenderung meningkat. Jumlah kasus yang ditemukan selama tahun 2009 adalah 72

orang penderita HIV/AIDS dengan jumlah kematian tercatat sebanyak 27 orang.

Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan Komisi Penanggulangan

AIDS Daerah mencatat jumlah penderita HIV pada tahun 2011 sebanyak 13 orang,

sedangkan penderita AIDS tidak ditemukan, tercatat tidak ada kematian akibat

HIV/AIDS dan penderita Infeksi Menular Seksual lainnya 9 orang. Data selengkapnya

dapat dilihat dalam lampiran tabel 14.

Bila dilihat dari kelompok sasaran yang resti maka Bulukumba termasuk daerah

yang beresiko tinggi karena selain merupakan daerah tujuan wisata, terdapat pula

beberapa kelompok waria dan banyak pelaut antar pulau, sehingga tidak tertutup

kemungkinan kasus tersebut sudah ada, namun masih terselubung dalam masyarakat.

Selain itu, adanya daerah wisata memberi peluang terjadinya penyalahgunaan perilaku

seks yang merupakan salah satu sumber penularan penyakit menular seksual termasuk

HIV/AIDS.

d. Pneumonia

Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli).

Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat

terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang

rentan terserang Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut

lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan

imunologi).

Page 27: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

27

Secara nasional, pada tahun 2009 cakupan penemuan Pneumonia pada balita

sebesar 22,18% dengan jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 390.319 kasus. Di

tingkat Propinsi Sulawesi Selatan ditemukan sebanyak 3.907 kasus (5,38%). Di

Kabupaten Bulukumba pada tahun 2011 ditemukan 706 kasus pneumoni pada anak

balita atau 20,5% (lampiran tabel 13). Hal ini berarti terjadi penurunan kasus

pneumonia berturut-turut sejak tahun 2009 yang dilaporkan berjumlah 1.128 kasus, dan

tahun 2010 tercatat 849 kasus. Berikut ini tabel hasil penemuan penderita Pneumonia

di Kab. Bulukumba dalam Sembilan tahun terakhir :

GAMBAR III. 3

HASIL PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA PADA BALITA

DI KAB. BULUKUMBA TAHUN 2003 – 2011

Sumber: SP2TP, Dinkes Kab.Bulukumba

e. Kusta

Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri

Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan Kusta

yang progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak,

dan mata.

3151

1720

13341293

1086

6481128

849706

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

2002 2004 2006 2008 2010 2012

Page 28: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

28

Diagnosa Kusta dapat ditegakkan dengan adanya kondisi sebagai berikut :

a. Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan disertai mati rasa

b. Penebalan saraf tepi yang dosertai gangguan fungsi saraf berupa mati rasa dan

kelemahan/kelumpuhan otot.

c. Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA Positif)

Secara Nasional, pada tahun 2010 ditemukan 17.012 kasus baru dan 1.822 atau

10,71% di antaranya, ditemukan sudah dalam keadaan cacat tingkat 2 (cacat yang

tampak), dengan Newly Case Detection Rate (NCDR) sebesar 7,49 per 100.000

penduduk. Angka ini menunjukkan kecenderungan penurunan kasus dari tahun 2005

dengan NCDR sebesar 8,99 per 100.000 penduduk.

Di Kabupaten Bulukumba, pada tahun 2011 Bidang Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit mencatat penemuan kasus baru penderita dengan tipe MB

sebanyak 110 kasus dan tipe PB sebanyak 4 kasus. Data selengkapnya dapat dilihat

dalam lampiran tabel 17.

Keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru dapat diukur dari tinggi rendahnya

proporsi cacat tingkat II, sedangkan untuk mengetahui tingkat penularan di masyarakat

digunakan indicator proporsi anak (0-14 tahun) di antara penderita baru. Pada tahun

2011, proporsi cacat tingkat II sebesar 14,91%. Data selengkapnya dapat dilihat dalam

lampiran tabel 18.

2. PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I)

a. Difteri

Penyakit ini termasuk penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri

Corynebacterium diphteriae yang bersarang dan berkembang biak dalam tenggorokan

dengan toksin yang sangat kuat sehingga menyerang sistem pernapasan bagian atas.

Penyakit Difteri memiliki gejala sakit leher, demam ringan, dan sakit tekak, juga kerap

ditandai dengan tumbuhnya membran kelabu yang menutupi tonsil serta bagian saluran

pernapasan.

Difteri termasuk penyakit menular yang jumlah kasusnya relatif rendah.

Rendahnya kasus Difteri sangat dipengaruhi adanya program imunisasi. Namun

demikian, secara nasional pada tahun 2009 tercatat 189 kasus Difteri dengan Incidence

Rate per 10.000 penduduk menurut kelompok umur menunjukkan umur < 1 tahun

memiliki IR sebesar 0,01; umur 1-4 tahun sebesar 0,02; dan umur 5-14 tahun sebesar

Page 29: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

29

0,02. Di Propinsi Sulawesi Selatan sebanyak 10 kasus Difteri, sementara itu, Di

Kabupaten Bulukumba selama kurun waktu tahun 2002 s/d tahun 2011 tidak

ditemukan adanya kasus diptheri.

b. Pertusis

Penyakit ini banyak menyerang anak-anak terutama bagi anak yang belum

diimunisasi namun jumlah kasusnya relatif rendah. Pada tahun 2011 di Kabupaten

Bulukumba tidak ditemukan penderita penyakit ini.

c. Tetanus Neonatorum

Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk

ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satu

penyebabnya adalah pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus TN

banyak ditemukan di Negara berkembang khusunya dengan cakupan persalinan oleh

tenaga kesehatan yang rendah.

Secara nasional pada tahun 2009 dilaporkan terdapat 158 kasus dengan jumlah

meninggal 76 (CFR=48,1%). Di Kab. Bulukumba pada tahun 2009 dan 2010 tidak

ditemukan kasus Tetanus Neonatorum sedangkan pada tahun 2011 tercatat 1 kasus

Tetanus Neonatorum, Kasus ini ditemukan di Kecamatan Gantarang. Penanganan

Tetanus Neonatorum memang tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah usaha

pencegahan yaitu pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan imunisasi TT

pada ibu hamil.

d. Campak

Campak merupakan salah satu penyakit PD3I yang disebabkan oleh virus

campak yang sebagian besar kasusnya menyerang anak-anak. Penularan dapat terjadi

melalui udara yang telah terkontaminasi oleh sekret orang yang telah terinfeksi.

Pada tahun 2009 secara nasional dilaporkan terdapat 18.055 kasus campak dengan Incidence Rate sebesar 0,77 per 10.000 penduduk. Di tingkat Propinsi Sulawesi Selatan pada tahun yang sama dilaporkan sebanyak 990 kasus dengan IR sebesar 1,25 per 10.000 penduduk. Di Kabupaten Bulukumba terjadi peningkatan kasus dari 23 kasus pada tahun 2010 menjadi 69 kasus pada tahun 2011(lampiran tabel 22).

Page 30: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

30

e. Polio

Polio merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk ke dalam PD3I yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem saraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berumur 0-3 tahun ini daitandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di tungkai dan lengan.

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan melalui

gerakan imunisasi Polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilens

epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP)

kelompok umur <15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari

kemungkinan adanya virus Polio liar yang berkembang di masyarakat dengan

pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai.

Penemuan kasus Polio di Kabupaten Bulukumba selama tahun 2011 berdasarkan hasil pelacakan ditemukan 1 penderita di Kecamatan Rilau Ale (lihat lampiran tabel 22)

f. Hepatitis

Penyakit Hepatitis merupakan salah satu masalah Kesehatan Masyarakat yang

dapat menyerang semua golongan umur. Pada tahun 2009 dalam Profil Kesehatan

Propinsi Sulawesi Selatan tercatat 195 kasus, terjadi di Kota Pare-pare 121 kasus,

Kabupaten Tator 32 kasus, Maros 21 kasus, Takalar 20 kasus, dan Enrekang 1 kasus.

Sementara di Kab.Bulukumba dalam kurun waktu 2004-2009 tidak dilaporkan adanya

kasus penyakit Hepatitis. Namun pada tahun 2010 tercatat 18 kasus penyakit Hepatitis

terjadi di Kecamatan Gantarang (17 kasus) dan Kindang (1 kasus). Pada tahun 2011

terjadi penurunan kasus menjadi 6 kasus yang tersebar di kecamatan Gantarang (2

kasus), Kindang (1 Kasus), Kajang (1 Kasus), dan Bulukumpa (2 kasus). Data

selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran tabel 22.

3. PENYAKIT POTENSIAL KLB/WABAH

a. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus

Dengue dan ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar

menyerang anak berumur <15 tahun, namun dapat juga menerang orang dewasa.

Page 31: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

31

Pola perkembangan DBD pada tahun 2009 secara nasional menunjukkan

terjadinya peningkatan kasus dan kematian karena DBD dibandingkan tahun 2008.

Puncak peningkatan kasus tahun 2009 terjadi pada bulan Januari, Februari, dan Maret,

kemudian kasus menurun kembali setelah bulan Juli dan mencapai titik terendah pada

bulan September, namun terjadi peningkatan sedikit pada bulan November dan

Desember.

Pada tahun 2010, terdapat 150.912 kasus dengan jumlah kematian 1.317 orang

dan CFR sebesar 0,87% per 100.000 penduduk dan CFR sebesar 0,86%.

Di Kabupaten Bulukumba berdasarkan laporan dari unit sarana pelayanan

kesehatan selama Tahun 2011, dilaporkan adanya kejadian penyakit DBD sebanyak

143 penderita. Hal ini menunjukkan adanya penurunan jumlah penderita dari tahun

2010 yang tercatat sebanyak 679 penderita. Jumlah penderita DBD terbanyak

ditemukan pada Kec. Ujung Bulu dengan jumlah kasus sebanyak 73 penderita

(51,05%). Data selengkapnya lihat lampiran tabel 23.

Kegiatan penanggulangan yang dilakukan antara lain pengasapan,

pemberantasan sarang nyamuk (PSN), abatesasi dan penyuluhan. Angka Bebas Jentik

(ABJ) di Kab. Bulukumba pada tahun 2011 mencapai 60,25% (lihat lampiran tabel 63),.,

setelah pada tahun 2010 ABJ dilaporkan hanya mencapai 42,18%.

b. Diare

Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi

feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila

feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau

buang air besar yang berair tapi tidak tidak berdarah dalam waktu 24 jam.

Penyakit Diare sampai kini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat

walaupun secara umum angka kesakitan masih berfluktuasi, dan kematian Diare yang

dilaporkan sarana pelayanandan kader kesehatan mengalami penurunan namun

penyakit ini masih sering menimbulkan KLB yang cukup banyak dan bahkan

menimbulkan kematian.

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009 menyebutkan terjadi KLB Diare di 15

propinsi di Indonesia dengan jumlah penderita sebanyak 5.756 orang dengan jumlah

kematian sebanyak 100 orang (CFR = 1,74%).

Page 32: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

32

Sementara pada tahun 2011 data yang dihimpun Bidang Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit Kab. Bulukumba mencatat jumlah penderita Diare yang

ditemukan dan ditangani sebanyak 12.378 kasus (76,3%) yang tersebar di seluruh

kecamatan (Lihat lampiran tabel 16). Terjadi penurunan kasus sejak 3 tahun terakhir,

dimana pada tahun 2009 yang tercatat sebanyak 7.817 orang penderita diare dan tahun

2010 tercatat 2.658 kasus.

C. STATUS GIZI

Berikut akan disajikan gambaran mengenai indikator-indikator status gizi, antara

lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, status gizi wanita

usia subur Kurang Energi Kronis (KEK), Anemia gizi besi pada ibu dan pekerja wanita,

dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), sebagaimana diuraikan berikut ini.

a. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Angka BBLR secara nasional belum tersedia, walaupun demikian proporsi BBLR

dapat diketahui berdasarkan hasil estimasi dari Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI).

Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu

faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR

dibedakan dalam 2 kategori yaitu: BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari

37 minggu) atau BBLR karena intra uterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang

lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di negara berkembang banyak BBLR

dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia, malaria, dan menderita penyakit

menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil.

Sementara itu data BBLR di Dinas Kesehatan Kab.Bulukumba pada tahun 2010

memberikan gambaran bahwa persentase bayi lahir hidup dengan BBLR di Kabupaten

Bulukumba adalah 1,6 % dimana terdapat 108 bayi BBLR dari 6.780 bayi lahir yang

ditimbang (lihat lampiran tabel 26). Gambaran bayi dengan BBLR dalam kurun waktu

tahun 2005 – 2011 disajikan dalam gambar berikut :

Page 33: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

33

GAMBAR III.4

PERSENTASE BAYI DENGAN BBLR DI KABUPATEN BULUKUMBA

TAHUN 2005 S/D 2011

Sumber : Dinas Kesehatan Kab.Bulukumba

b. Status Gizi Balita

Status gizi Balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat

kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi Balita adalah dengan

anthropometri yang menggunakan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U). Kategori

yang digunakan adalah: gizi lebih (z-score > +2 SD); gizi baik (z-score –2 SD sampai +2

SD); gizi kurang (z-score < -2 SD sampai –3 SD); gizi buruk (z-score < -3SD).

Dari laporan dan pencatatan Dinas Kesehatan Bulukumba dapat disajikan status

gizi balita pada Tahun 2006 sampai 2011 seperti tampak pada tabel berikut ini :

TABEL III. 2

STATUS GIZI BALITA DI KAB. BULUKUMBA

TAHUN 2006 S/D 2011

Balita 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Jumlah 34.592 36.494 38.600 36.257 35.349 34.358

Ditimbang 17.331 16.171 18.563 23.585 20.115 24.187

BB Naik 11.582 12.106 13.868 18.406 16.074 18.290

BGM 338 364 422 442 462 422

Gizi Buruk 33 29 21 29 19 9

Sumber: Seksi Gizi Dinkes Kab.Bulukumba

1.20.8 0.8 0.8

1.31.2

1.6

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Page 34: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

34

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

Gantarang

Kindang

Ujung Bulu

Ujung Loe

Bt.Bahari

Bt.Tiro

Herlang

Kajang

Bulukumpa

Rilau Ale

3

0

3

2

1

0

0

0

0

0

GAMBAR III. 5

JUMLAH BALITA STATUS GIZI BURUK PER KECAMATAN

DI KAB.BULUKUMBA TAHUN 2011

Sumber: Seksi Gizi Dinkes Kab.Bulukumba

3. Status Gizi Wanita Usia Subur Kurang Energi Kronik (KEK)

Salah satu cara untuk mengetahui status gizi wanita usia subur (WUS) umur 15-

49 tahun adalah dengan melakukan pengukuran lingkar lengan atas (LILA). Hasil

pengukuran ini bisa digunakan sebagai salah satu cara dalam mengidentifikasi

seberapa besar seorang wanita mempunyai risiko untuk melahirkan bayi dengan berat

badan lahir rendah (BBLR). Indikator Kurang Energi Kronik (KEK) menggunakan

standar lingkar lengan atas (LILA) <23,5cm. Data dan informasi tentang status gizi

wanita usia subur yang kurang energi kronik belum diperoleh di daerah ini.

4. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

Salah satu masalah gizi yang perlu mendapat perhatian adalah masalah

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). GAKY dapat mengakibatkan gangguan

pertumbuhan fisik dan keterbelakangan mental. Gangguan pertumbuhan fisik meliputi

pembesaran kelenjar tiroid (gondok), kretin (badan kerdil), gangguan motorik (kesulitan

berdiri atau berjalan normal), bisu, tuli, dan mata juling. Sedangkan keterbelakangan

mental termasuk berkurangnya tingkat kecerdasan anak.

Persentase desa/kelurahan menurut kecamatan di Kabupaten Bulukumba yang

dilaporkan dengan garam beryodium yang baik pada Tahun 2011 dapat dilihat pada

gambar berikut :

Page 35: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

35

Gantarang

Kindang

Ujung Bulu

Ujung Loe

Bt.Bahari

Bt.Tiro

Herlang

Kajang

Bulukumpa

Rilau Ale

40.0%

33.3%

33.3%

16.7%

0.0%

58.3%

25.0%

47.4%

18.8%

0.0%

GAMBAR III. 6

PERSENTASE DESA/KEL MENURUT KECAMATAN

DENGAN GARAM BERYODIUM BAIK DI

KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2011

Sumber: Seksi Gizi Dinkes Kab.Bulukumba

Demikian gambaran singkat situasi derajat kesehatan di Kabupaten Bulukumba

sampai dengan tahun 2011.

۩۩۩

Page 36: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

36

SITUASI UPAYA KESEHATAN

Upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan merupakan 2

(dua) unsur utama upaya kesehatan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap

kegiatan yang dilakukan 0leh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi

timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan perorangan adalah

setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta,

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan

penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan.

Berikut ini diuraikan situasi upaya kesehatan di Kabupaten Bulukumba selama

beberapa tahun terakhir, khususnya tahun 2011.

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah penting dalam

penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pelayanan

kesehatan dasar secara tepat dancepat, diharapkan sebagian besar masalah

kesehatan masyarakat dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang

dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K1 dan K4)

Masa kehamilan merupakan masa rawan kesehatan, baik kesehatan ibuyang

mengandung maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu

dilakukan pemeriksaan secara teratur. Hal ini dilakukan guna menghindari gangguan

sedini mungkin dari segala sesuatu yang membahayakan terhadap kesehatan ibu dan

janin yang dikandungnya.

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan

untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan

kesehatan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK).

Sedangkan tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan palayanan antenatal

BAB IV

Page 37: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

37

kepada ibu hamil antara lain dokter spesialis, kebidanan, dokter, bidan, dan perawat.

Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4.

Cakupan K1 atau disebut juga akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran

besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan

kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan cakupan K4 adalah

gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai

dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada

trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga.

Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan pada ibu

hamil.

Secara nasional cakupan K1 selama tahun 2004-2009 terus mengalami

peningkatan dari 88,09% menjadi 94,51%. Sedangkan cakupan K4 pada 2004–2008

cenderung meningkat, namun pada tahun 2009 sedikit menurun dari 86,04% pada

tahun 2008 menjadi 85,45% pada tahun 2009.

Sementara itu, pada tahun 2009 cakupan K1 di Propinsi Sulawesi Selatan

dilaporkan sebesar 90,21% dan cakupan K4 sebesar 78,95%. Terjadi penurunan dari

tahun sebelumnya yang tercatat Cakupan K1 dan K4 masing-masing sebesar 93,55%

dan 93,45%.

Bidang Pelayanan dan Peningkatan Kesehatan Kabupaten Bulukumba

melaporkan cakupan K1 dan K4 pada tahun 2011 masing-masing sebesar 97,3% dan

89,1% (lihat lampiran tabel 28). Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara

cakupan K1 dan K4. Kesenjangan tersebut menunjukkan angka drop-out K1-K4; artinya

jika kesenjangan K1 dan K4 kecil maka hampir semua ibu hamil yang melakukan

kunjungan pertama pelayanan antenatal meneruskan hingga kunjungan keempat pada

trimester ketiga, sehingga kehamilannya dapat terus dipantau oleh petugas kesehatan.

2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi

Kebidanan (Pn)

Periode persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi besar

terhadap Angka Kematian Ibu di Indonesia. Kematian saat bersalin dan satu minggu

pertama diperkirakan 60% dari seluruh kematian ibu. Hal ini antara laian disebabkan

pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi

kebidanan (profesional).

Secara nasional cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sejak

tahun 2004 sampai tahun 2010 cenderung meningkat. Cakupan persalinan oleh tenaga

kesehatan (Pn) di Indonesia pada tahun 2009 telah mencapai 84,38%. Sementara itu,

di tingkat Propinsi Sulawesi Selatan gambaran cakupan persalinan oleh tenaga

Page 38: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

38

kesehatan tahun 2004 sampai tahun 2008 terjadi fluktuasi rata-rata mengalami

peningkatan dari tahun 2004-2006, tetapi turun pada tahun 2007 (72,68%) kemudian

meningkat lagi di tahun 2008 (82,55%), dan menurun lagi pada tahun 2009 (72,06%).

Bidang Pelayanan dan Peningkatan Kesehatan Kabupaten Bulukumba melaporkan

cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2011 sebesar 86,1% (lihat

lampiran tabel 28). Terjadi peningkatan sejak tahun 2009 dan tahun 2010 masing-

masing 76,7% dan 84,7%.

3. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas (KF3)

Pelayanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai

6 jam sam 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini

komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas

dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu :

(1) kunjungan nifas pertama (KF1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari; (2)

kunjungan nifas ke-2 (KF2) dilakukan pada minggu ke-2 setelah persalinan; (3)

kunjungan nifas ke-3 (KF3) dilakukan minggu ke-6 setelah persalinan. Diupayakan

kunjungan nifas ini dilakukan pada saat dilaksanakannya kegiatan di posyandu dan

dilakukan bersamaan pada kunjungan bayi.

Pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi : (1) pemeriksaan

tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu; (2) pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per

vaginam lainnya; (3) pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan; (4)

pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 kali (2 x 24 jam); dan (5) pelayanan

KB pasca persalinan.

Secara nasional cakupan kunjungan ibu nifas rata-rata pada tahun 2009 adalah

71,54%. Sulawesi Selatan baru mencapai 51,29% di tahun yang sama. Sementara itu,

di Kabupaten Bulukumba dilaporkan pada tahun 2011 cakupan kunjungan ibu nifas

sebesar 88,6% (lihat lampiran tabel 28).

4. Penanganan Komplikasi Obstetri dan Neonatal

Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan

puskesmas, ibu hamil yang memiliki risiko tinggi (risti) dan memerlukan pelayanan

kesehatan, karena terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan, maka

kasus tersebut perlu dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang

memadai.

Risti/Komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara

langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.Risti/komplikasi

kebidanan meliputi Hb < 8 g%, tekanan darah tinggi (sistole > 140 mmHg, diastole > 90

mmHg), oedema nyata, eklampsia, perdarahan per vaginam,ketuban pecah dini, letak

Page 39: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

39

lintang pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi

berat/sepsis, dan persalinan prematur.

Cakupan penanganan komplikasi kebidanan secara nasional pada tahun 2009

baru mencapai 42,50%, masih sangat jauh dari 80% target yang ditetapkan. Di

Sulawesi Selatan dilaporkan sebanyak 21.438 ibu hamil risti/komplikasi (11,86% dari

ibu hamil) dan hanya 49,12% yang tertangani. Pada tahun 2011 di Kabupaten

Bulukumba tercatat cakupan penanganan komplikasi kebidanan sudah mencapai

51,8% (lihat lampiran tabel 31).

Neonatus risti/komplikasi meliputi asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma

lahir, BBLR (Berat Badan Lahir < 2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan dan

kelainan neonatal. Neonatus risti/komplikasi yang ditangani adalah neonatus

risti/komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih yaitu

dokter dan bidan di polindes, puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit.

Secara nasional cakupan penanganan neonatal komplikasi pada tahun 2009

dilaporkan sebesar 23,8%. Di Sulawesi Selatan dilaporkan sebanyak 4.509 orang

neonatal risti/komplikasi (3,14% dari jumlah neonatal) dan tertangani sebanyak 78,51%.

Pada tahun 2011 di Kabupaten Bulukumba tercatat cakupan penanganan neonatal

komplikasi sebesar 36,4% (lihat lampiran tabel 31).

5. Kunjungan Neonatal

Bayi sampai umur 28 hari merupakan golongan umur yang memiliki risiko

gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi

risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal tiga kali, yaitu

pada 6 jam – 48 jam setelah lahir; pada hari ke- 3 – 7 hari, dan hari ke- 8 – 28 hari.

Dalam melaksanakan pelayanan neonatal, petugas kesehatan di samping

melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi

kepada ibu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan

resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan

infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit, dan pemberian imunisasi); pemberian

Vitamin K; Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan

neonatus di rumah menggunakan buku KIA.

Pencapaian target pelayanan kesehatan bayi di Kabupaten Bulukumba

berdasarkan laporan rutin tahun 2011 , yaitu cakupan kunjungan neonatal pertama

(KN1) sebesar 100%, sementara cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN3) sebesar

87,7% (lihat lampiran tabel 36).

Page 40: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

40

6. Pelayanan Kesehatan pada Bayi

Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan kunjungan bayi umur 29 hari – 11

bulan di sarana pelayanan kesehatan (polindes, pustu, puskesmas, rumah sakit dan

rumah bersalin) maupun di rumah, posyandu, tempat penitipan anak, panti asuhan dan

sebagainya melalui kunjungan petugas kesehatan. Setiap bayi memperoleh pelayanan

kesehatan minimal 4 kali dalam setahun, yaitu satu kali pada umur 29 hari – 3 bulan, 1

kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan, dan 1 kali pada umur 9-11 bulan.

Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG,

DPT/HB1-3, Polio 1-4, dan campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang

(SDIDTK) bayi, dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Indikator ini mengukur

kemampuan manajemen program KIAdalam melindungi bayi sehingga kesehatannya

terjamin melalui penyediaan pelayanan kesehatan.

Bidang Pelayanan dan Peningkatan Kesehatan Masyarakat mencatat pada

tahun 2011 cakupan pelayanan kesehatan bayi sebesar 95,7%. (Data selengkapnya di

lampiran tabel 37). Ini menunjukkan peningkatan cakupan dari tahun 2010 yang dicapai

sebesar 90,0%.

7. Pelayanan Kesehatan pada Balita

Pelayanan kesehatan pada balita dilakukan melalui pemantauan/deteksi dini

tumbuh kembang. Pada tahun 2009 cakupan pelayanan kesehatan anak balita (1-4

tahun) sebesar 52,05%, sementara target yang harus dicapai 70%. Sementara di

Sulawesi Selatan pada tahun yang sama cakupan deteksi tumbuh kembang dilaporkan

sebesar 41,02%.

Bidang Pelayanan dan Peningkatan Kesehatan Masyarakat Kabupaten

Bulukumba mencatat pada tahun 2011 cakupan pelayanan kesehatan anak balita

sebesar 63,8%. Angka ini mengalami peningkatan dari tahun 2010 yang hanya 31.41%.

8. Pelayanan Kesehatan pada Siswa SD dan Setingkat

Berbagai data menunjukkan bahwa masalah kesehatan anak usia sekolah

semakin kompleks. Pada anak usia sekolah dasar biasanya berkaitan dengan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik dan benar,

mencuci tangan dengan menggunakan sabun. Beberapa masalah kesehatan yang

sering dialami anak usia sekolah adalah karies gigi, kecacingan, kelainan

refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi.

Berdasarkan hasil Riskesdes 2007 disebutkan bahwa untuk masalah kesehatan

mata, sebesar 1,1% anak usia 6-14 tahun mengalami kelainan refraksi dan 0,2%

mengalami kebutaan. Untuk proporsi masalah kesehatan gigi dan mulut, sebesar

Page 41: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

41

21,6% terjadi pada anak usia 5-9 tahun dan 20,6% pada anak usia 10-14 tahun.

Sementara karies gigi aktif yang terjadi pada anak usia 12 tahun adalah 29,8% dan

anak di atas usia 12 tahun adalah 43,9%. Sedangkan anak usia 12 tahun dengan karies

gigi sebanyak 36,1% dan anak di atas usia 12 tahun sebanyak 72,1%. Sementara

Ditjen P2Pl menyebutkan hasil survei kecacingan 2009 sebanyak 31,8% siswa SD

menderita kecacingan.

Di Kabupaten Bulukumba, cakupan penjaringan anak sekolah dilakukan

utamanya pada murid kelas I-III tingkat sekolah dasar. Pada tahun 2010, dari berbagai

sumber data yang dikumpulkan dilaporkan cakupan pelayanan kesehatan pada siswa

kelas I SD/MI sebanyak 87,0% dan untuk keseluruhan siswa SD/MI baru mencapai

57,7%. Hal ini karena yang dijaring hanya murid kelas I-III SD/MI. Adapun jenis

pelayanan yang diberikan adalah pelayanan imunisasi dan UKG/UKGS. Untuk data

cakupan penjaringan anak sekolah pada tahun 2011 selengkapnya dapat dilihat dalam

lampiran tabel 46, 47, dan 53.

9. Pelayanan Keluarga Berencana

Masa subur seorang wanita memiliki peranan bagi terjadinya kehamilan

sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Menurut hasil penelitian,

usia subur seorang wanita biasanya antara 15-49 tahun. Oleh karena itu untuk

mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/pasangan ini lebih

diprioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB.

Proporsi pasangan usia subur di Kabupaten Bulukumba yang aktif sebagai peserta

KB pada tahun 2011 sebesar 25,8 % dari jumlah PUS seluruhnya menurut Kantor

BPPKB Kab.Bulukumba sebanyak 73.424 PUS. Rincian persentase PUS sebagai

peserta KB aktif dan peserta KB baru di Kab.Bulukumba tahun 2011 dapat dilihat pada

lampiran tabel 35.

Persentase tertinggi alat/cara KB yang dipakai peserta KB aktif adalah suntikan

(52,2%), pil (34,1%), implant (5,8%), dan kondom (5,5%). Rincian persentase alat/cara

KB yang dipakai peserta KB aktif di Kab.Bulukumba tahun 2011 dapat dilihat pada

lampiran tabel 33.

Menurut data dari Kantor BPPKB Kab.Bulukumba, metode kontrasepsi yang paling

banyak digunakan pasangan usia subur (PUS) pada peserta KB baru pada tahun 2011

adalah suntikan (53,3%), pil (32,6%), kondom (8,5%) dan implant (4,0%). Data dapat

dilihat pada lampiran tabel 34.

Page 42: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

42

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000

HERLANG

BT.BAHARI

BT.TIRO

KINDANG

RILAU ALE

UJUNG BULU

UJUNG LOE

KAJANG

BULUKUMPA

GANTARANG

HERLANG BT.BAHARI BT.TIRO KINDANG RILAU ALEUJUNG BULU

UJUNG LOE

KAJANGBULUKUMP

AGANTARAN

G

KB AKTIF 3857 3683 2351 5019 6632 7123 6822 7180 8850 11355

KB BARU 1213 949 1245 1446 1415 2069 2140 2308 2329 3813

PUS 4482 4454 4237 5538 7023 8940 7343 8746 9443 13218

KB AKTIF

KB BARU

PUS

GAMBAR IV. 1

JUMLAH PUS, PESERTA KB BARU & AKTIF

MENURUT KECAMATAN DI KAB.BULUKUMBA TAHUN 2011

Sumber : Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

10. Pelayanan Imunisasi

Bayi dan anak-anak memiliki risiko yang lebih tinggi terserang penyakit menular

yang dapat mematikan, seperti Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Typhus, Radang Selaput

Otak, Radang Paru-Paru, dan masih banyak penyakit lainnya. Untuk itu salah satu

pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar kelompok berisiko ini terlindungi adalah

melalui imunisasi.

Kegiatan imunisasi rutin melalui pemberian imunisasi untuk bayi umur 0-1 tahun

(BCG, DPT, Polio, Campak, HB), imunisasi untuk Wanita Usia Subur/Ibu Hamil (TT)

dan imunisasi tambahan dilakukan atas dasar ditemukannya masalah seperti desa non

UCI, potensial/risti KLB, ditemukan/diduga adanya virus polio liar atau kegiatan lainnya

berdasarkan kebijakan teknis.

Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan

proyeksi terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi secara

lengkap. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti

dalam wilayah tersebut juga tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat

(herd immunity) terhadap penularan PD3I. Pencapaian UCI tingkat desa/kelurahan di

Page 43: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

43

Kabupaten Bulukumba pada tahun 2011 dilaporkan sebesar 61,9% (lihat lampiran tabel

38).

Pelayanan imunisasi bayi mencakup vaksinasi BCG, DPT (3 kali), Polio 4 kali),

Hepatitis-B (3 kali) dan Imunisasi Campak (1 kali), yang dilakukan melalui pelayanan

rutin di posyandu dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Cakupan imunisasi dasar

pada bayi (cakupan imunisasi campak) di Kabupaten Bulukumba pada tahun 2011

sebesar 80,5%. Untuk angka DO cakupan imunisasi pada bayi tercatat sebesar 10,6%.

Data selengkapnya tentang uraian cakupan imunisasi pada bayi dapat dilihat pada

lampiran tabel 39 dan 40.

Maternal dan Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan salah satu

kegiatan imunisasi tambahan yang bertujuan untuk menurunkan jumlah kasus Tetanus

Neonatal di setiap kabupaten/kota hingga < 1 kasus per 1000 kelahiran hidup pertahun.

Strategi yang dilakukan untuk mengeliminasi tetanus neonatorum dan maternal adalah

1) pertolongan persalinan yang aman dan bersih; 2) cakupan imunisasi rutin TT yang

tinggi dan merata; dan 3) penyelenggaraan surveilans.

Beberapa permasalahan imunisasi TT pada WUS yaitu pelaksanaan skrining

yang belum optimal, pencatatan yang dimulai dari kohor WUS (baik kohort ibu maupun

WUS tidak hamil) belum seragam, cakupan imunisasi TT2 bumil jauh lebih rendah dari

cakupan K4. Adapun cakupan imunisasi TT2+ di Kabupaten Bulukumba pada tahun

2011 dilaporkan sebesar 58,4% (lihat lampiran tabel 29).

11. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut

Pelayanan kesehatan usia lanjut dilakukan kelompok usia 60 tahun ke atas.

Pada tahun 2009 di Sulawesi Selatan dilaporkan sebesar 39,26% dengan cakupan

pelayanan tertinggi di Kabupaten Gowa (100%) dan terendah di Kota Pare-Pare (9%).

Sementara itu di Kabupaten Bulukumba pada tahun 2011 dilaporkan hanya sebesar

12,37% (lihat lampiran tabel 48).

B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG

Upaya pelayanan kesehatan rujukan dan penyediaan fasilitas penunjang

merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan kepada

masyarakat. Adapun kegiatan pokok upaya kesehatan perorangan peningkatan

pelayanan kesehatan rujukan, pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di kelas III di

rumah sakit, dll. Berikut uraian singkat tentang pelayanan kesehatan rujukan dan

penunjang tersebut.

Page 44: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

44

1. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit

Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari

berbagai segi yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu, dan tingkat efisiensi pelayanan.

Beberapa indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang

dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur (Bed Occupancy Rate/BOR), rata-rata

lama hari perawatan (Length of Stay/LOS), rata-rata tempat tidur dipakai (Bed Turn

Over/BTO), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (Turn of Interval/TOI),

persentase pasien keluar yang meninggal (Gross Death Rate/GDR) dan persentase

pasien keluar yang meninggal > 48 jam perawatan (Net Death Rate/NDR).

Berdasarkan data yang dihimpun Rumah Sakit H.A. Sulthan Dg. Radja

Kabupaten Bulukumba pada tahun 2011, tingkat pemanfaatan tempat tidur (BOR)

belum mencapai angka ideal yang diharapkan (60-85%), yaitu hanya sebesar 40,3%.

Pada tahun yang sama, rata-rata lama hari perawatan (LOS) sebesar 4 hari,

persentase pasien yang keluar mati <48 jam (GDR) sebesar 3,3%, sedangkan pasien

yang keluar mati >48 jam (NDR) sebesar 1,0%. Data selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran tabel 59 dan 60.

2. Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat

Tujuan penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yaitu

untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh

masyarakat miskin dan hampir miskin agar tercapai derajat kesehatan yang optimal

secara efektif dan efisien. Melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

diharapkan dapat menurunkan AKI, AKB, dan AKABA, serta menurunkan angka

kelahiran di samping dapat terlayaninya kasus-kasus kesehatan bagi masyarakat

miskin umumnya.

Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat di Kabupaten Bulukumba telah

mencakup seluruh lapisan masyarakat, diantaranya ASKES, ASKESKIN/JAMKESMAS,

dan JAMKESDA.Untuk data selengkapnya dapat dilihat lampiran tabel 55.

Cakupan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan hampir miskin yang

mendapat pelayanan rawat jalan dan rawat inap di sarana pelayanan kesehatan strata

1 masing-masing sebesar 26,01% dan 0,24%. Sementara itu, tidak diperoleh data

cakupan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan hampir miskin di sarana

pelayanan kesehatan strata 2 dan 3. Data lihat di lampiran tabel 57.

Page 45: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

45

C. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakikatnya dimaksudkan untuk

menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Beberapa permasalahan gizi

yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat adalah kekurangan kalori protein,

kekurangan Vitamin A, gangguan akibat kekurangan Yodium, dan anemia gizi besi.

1. Pemantauan Pertumbuhan Balita

Upaya pemantauan terhadap pertumbuhan balita dilakukan melalui kegiatan

penimbangan di Posyandu secara rutin setiap bulan. Menurut data yang dihimpun oleh

Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba tahun 2011 tercatat jumlah balita

yang ditimbang adalah 24.187 orang (70,4%). Hasil penimbangan menunjukkan bahwa

75,6% balita dengan berat badan naik.

Sementara itu, persentase balita dengan berat badan di bawah garis merah

(BGM) sebanyak 422 orang (1,7%). Balita gizi buruk dilaporkan sebanyak 9 orang,

terdiri dari 5 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Data selengkapnya tentang

pemantauan pertumbuhan balita dapat dilihat pada lampiran tabel 45 dan 46.

2. Pemberian Kapsul Vitamin A

Vitamin A adalah salah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh yang

berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan mata. Anak

yang kekurangan Vitamin A, bila terserang campak, diare atau penyakit infeksi lain,

penyakit tersebut akan bertambah parah dan dapat mengakibatkan kematian. Infeksi

akan menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi dan pada saat yang

sama akan mengikis habis simpanan Vitamin A dalam tubuh. Kekurangan Vitamin A

untuk jangka waktu lama juga akan mengakibatkan terjadinya gangguan pada mata,

bila anak tidak segera mendapat Vitamin A akan mengakibatkan kebutaan.

Cakupan pemberian kapsul Vitamin A pada balita tahun 2011 dilaporkan sebesar

94,7% dan untuk bayi sebesar 62,7%. Kapsul Vitamin A juga diberikan pada ibu nifas

dengan cakupan sebesar 88,56%. Lihat lampiran tabel 32.

3. Pemberian Tablet Besi

Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya kesakitan ibu.

Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil

dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lainnya. Oleh karena itu anemia gizi pada masa

kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi bahwa sekitar 70% ibu hamil di

Indonesia menderita anemia gizi. Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi

yang paling lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Dengan

frekuensi yang masih cukup tinggi berkisar antara 10% dan 20%.

Page 46: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

46

Pemberian tablet besi (Fe) dimaksudkan untuk mengatasi kasus anemia serta

meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan Fe khususnya yang dialami ibu hamil.

Cakupan pemberian tablet Fe yang ketiga kalinya pada ibu hamil di Kabupaten

Bulukumba pada tahun 2011 dilaporkan sebesar 89,1% dari 8.251 orang ibu hamil yang

tercatat di wilayah ini (lampiran tabel 30).

4. Pemberian Kapsul Minyak ber-Yodium

Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan KIO3 (kalium

iodat) sebanyak 30-80 ppm. Kekurangan zat yodium disebut juga GAKY (Gangguan

Akibat Kekurangan Yodium) merupakan masalah gizi yang serius, karena dapat

menyebabkan penyakit gondok dan kretin. Kekurangan unsur yodium dalam makanan

sehari-hari, dapat pula menurunkan tingkat kecerdasan seseorang.

Pelaksanaan program pemberian kapsul minyak ber-yodium yang dilaporkan

dalam Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2009 hanya sebesar

13,90%. Masih rendahnya cakupan konsumsi garam beryodium di masyarakat antara

lain karena belum optimalnya penggerakan masyarakat dan kampanye dalam

mengkonsumsi garam beryodium, serta dukungan regulasi yang belum memadai. Di

samping itu masalah lain adalah belum rutinnya pelaksanaan pemantauan garam

beryodium di masyarakat secara terus menerus.

Di Kabupaten Bulukumba, pada tahun 2011 pemberian kapsul ber-yodium tidak

dilaksanakan lagi kecuali jika terjadi KLB di suatu wilayah. Hal ini sejalan dengan

kebijakan Kementerian Kesehatan.

5. Pemberian ASI Eksklusif

Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi

secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui

anak sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping

ASI yang bergizi sesuai kebutuhan tumbuh kembangnya.

Bidang Pelayanan dan peningkatan Kesehatan Masyarakat melaporkan cakupan

pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Bulukumba pada tahun 2011 sebesar 76,7%

(lampiran tabel 41).

Upaya terobosan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pemberian ASI

eksklusif antara lain melalui upaya peningkatan pengetahuan petugas tentang manfaat

ASI eksklusif, penyediaan fasilitas menyusui di tempat kerja, peningkatan pengetahuan

dan keterampilan ibu, peningkatan dukungan keluarga dan masyarakat serta upaya

untuk mengendalikan pemasaran susu formula.

Page 47: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

47

D. PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

Upaya pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara paripurna. Upaya tersebut

dimaksudkan untuk (1) menjamin ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan obat

generik dan obat esensial yang bermutu bagi masyarakat, (2) mempromosikan

penggunaaan obat yang rasional dan obat generik, (3) meningkatkan kualitas

pelayanan kefarmasian di farmasi komunitas dan farmasi klinik serta pelayanan

kesehatan dasar, serta (4) melindungi masyarakat dari penggunaan alat kesehatan

yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan.

Upaya peningkatan penggunaan obat rasional, diarahkan kepada peningkatan

cakupan dan kualitas pelayanan pembinaan penggunaan obat yang rasional melalui

pelaksanaan dan advokasi secara lebih intensif agar terwujud dukungan masyarakat

yang kondusif serta terbangunnya kemitraan dengan unit pelayanan kesehatan formal.

Seksi Bina Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba tahun 2011

dilaporkan ketersediaan obat yang masih kurang. Hanya beberapa item obat yang

tersedia dalam jumlah yang cukup, bahkan berlebih. Hal ini terlihat dari laporan tingkat

kecukupan obat. Data ketersediaan obat dapat dilihat dalam lampiran tabel 69.

Demikian gambaran situasi upaya kesehatan di Kabupaten Bulukumba sampai

pada tahun 2011.

۩۩۩

Page 48: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

48

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Salah satu faktor pendukung upaya pembangunan kesehatan dapat berdaya

guna dan berhasil guna bila kebutuhan sumber daya kesehatan dapat terpenuhi yang

diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan. Dalam bab ini, gambaran mengenai

situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan ke dalam sajian data dan informasi

mengenai sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan.

A. SARANA KESEHATAN

Sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten Bulukumba pada tahun 2011

diantaranya adalah Rumah Sakit, Puskesmas dan jaringannya, Instalasi Farmasi,

Institusi Pendidikan, dan sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

(UKBM).

1. Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan pada masyarakat yang bergerak

dalam kegiatan kuratif dan rehabilitatif dan berfungsi sebagai sarana pelayanan

kesehatan rujukan. Ruang lingkup pembangunan kesehatan selain upaya promotif dan

preventif. Rumah Sakit H.A. Sulthan Dg. Radja merupakan satu-satunya rumah sakit

pemerintah di daerah ini. Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan

sarana rumah sakit antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang

biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya

terhadap jumlah penduduk.

2. Puskesmas dan jaringannya

Kabupaten Bulukumba memiliki 17 puskesmas dan 63 puskesmas pembantu

yang tersebar di 10 kecamatan. Untuk meningkatkan mutu pelayanan puskesmas,

Puskesmas telah ditingkatkan fungsinya menjadi puskesmas dengan tempat perawatan

yang berlokasi jauh dari rumah sakit dan berada di jalur-jalur jalan raya yang rawan

kecelakaan. Sampai saat ini jumlah puskesmas perawatan sebanyak 10 buah.

BAB V

Page 49: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

49

3. Instalasi Farmasi

Salah satu indikator penting untuk menggambarkan ketersediaan sarana

pelayanan kesehatan adalah jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan

alat kesehatan. Di Kabupaten Bulukumba, distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan

milik pemerintah dikelola oleh unit pengelola obat kabupaten (Instalasi Farmasi).

4. Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan yang terdapat di Kabupaten Bulukumba adalah Akademi

Keperawatan Pemerintah Kabupaten Bulukumba. Selain itu, Stikes Panrita Husada,

Universitas Pancasakti Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan Yayasan Thahirah Al-

Baeti D3 Kebidanan.

5. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)

Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,

berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di

masyarakat. Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) diantaranya adalah

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Polindes (Pondok Bersalin Desa), Toga

(Tanaman Obat Keluarga), POD (Pos Obat Desa), Pos UKK (Pos Upaya Kesehatan

Kerja), dan sebagainya.

Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal di

masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan

ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan penanggulangan

diare. Untuk memantau perkembangannya, Posyandu dikelompokkan ke dalam 4

strata, yaitu Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu

Mandiri. Pada tahun 2011, presentase Posyandu Pratama sebesar 28,99%, Posyandu

Madya sebesar 54,04%, Posyandu Purnama sebesar 16,17%, dan Posyandu Mandiri

sebesar 0,79%.

B. TENAGA KESEHATAN

1. Pengelolaan Tenaga Kesehatan

Dalam pembangunan kesehatan diperlukan berbagai jenis tenaga kesehatan

yang memiliki kemampuan melaksanakan upaya kesehatan dengan paradigma sehat,

yang mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan

penyakit. Pengadaan tenaga kesehatan dilaksanakan melalui pendidikan dan

pengembangan tenaga kesehatan melalui pelatihan tenaga oleh pemerintah maupun

masyarakat.

Page 50: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

50

Medis;

8,9

Perawat & Bidan;

57,72

Farmasi;

4,45

Gizi;

5,37

Teknisi Medis;

5,5

Sanitasi;

5,89

Kesmas;

11,52

Jumlah tenaga kesehatan di Kab.Bulukumba yang tercatat melalui Sub Bagian

Umum dan Kepegawaian Dinas Kesehatan Kab.Bulukumba pada tahun 2011 sebanyak

764 orang (pegawai kesehatan) dengan proporsi tenaga kesehatan yang terbesar

adalah perawat dan bidan yaitu 57,72% (441 orang), tenaga kesehatan masyarakat

sebesar 11,52% (88 orang), kemudian tenaga medis sebesar 8,9% (68 orang). Rincian

distribusi tenaga kesehatan dapat dilihat pada lampiran tabel 74 sampai 78.

GAMBAR V. 1

PROPORSI TENAGA KESEHATAN MENURUT JENISNYA

DI KAB.BULUKUMBA TAHUN 2011

Sumber : Subag Umum dan Kepegawaian Dinkes dan RS. H.A.Sulthan Dg. Radja

2. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

Sejak lama sudah dikembangkan berbagai cara untuk memberikan jaminan

kesehatan bagi masyarakat. Pada saat ini berkembang berbagai cara pembiayaan

biaya kesehatan praupaya, yaitu dana sehat, asuransi kesehatan, asuransi tenaga kerja

(Astek)/Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Masyarakat (JPKM) dan asuransi jiwa lain. Untuk penduduk miskin disediakan Kartu

Sehat, sehingga mereka tidak perlu membayar pelayanan kesehatan yang

digunakannya (karena telah dibayar oleh pemerintah).

Cakupan atau kepesertaan masyarakat terhadap berbagai jaminan pembiayaan

kesehatan Kabupaten Bulukumba, pada tahun 2011 tercatat masyarakat yang tercakup

jaminan pembiayaan kesehatan mencapai 100% terdiri dari Askes (7,3%), Jamsostek

(0,7%) dan Askeskin/Jamkesmas (20,9%), dan selebihnya dicakup Jamkesda (71,1%).

Data dapat dilihat pada tabel 55.

Page 51: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

51

C. PEMBIAYAAN KESEHATAN

Dengan perubahan Visi, Misi dan Strategi Pembangunan Kesehatan, maka

beban kerja Departemen Kesehatan cukup berat, luas dan kompleks. Selain itu, kita

juga diperhadapkan dengan permasalahan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan

gizi masyarakat, meningkatkan kelembagaan serta meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan. Oleh karena itu, pembiayaan pembangunan kesehatan diarahkan agar

dapat mendukung berbagai program antara lain penerapan paradigma sehat,

pelaksanaan desentralisasi, mengatasi berbagai kedaruratan dan keperluan Jaringan

Pengaman Sosial (JPS), peningkatan profesionalisme tenaga kesehatan dan

pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).

Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut, pemerintah telah

melakukan berbagai upaya melalui upaya pelayanan kesehatan dasar yang

menitikberatkan pada upaya pencegahan dan penyuluhan kesehatan. Dalam

melaksanakan upaya pelayanan kesehatan tersebut diperlukan pembiayaan, baik yang

bersumber dari pemerintah maupun masyarakat, termasuk swasta. Sejak

dilaksanakannya kebijakan desentralisasi pada tahun 2001, biaya untuk pelaksanaan

upaya kesehatan dari pemerintah diharapkan sebagian besar berasal dari Pemerintah

Daerah.

Pada tahun 2000, dalam pertemuan antara Departemen Keuangan dengan

seluruh Bupati/Walikota se-Indonesia, disepakati bahwa Pemerintah Daerah akan

mengalokasi-kan 15% dari APBD-nya untuk pembiayaan kesehatan. Pada tahun iti juga

(2000) pola anggaran mengalami perubahan waktu dari tahun fiskal lama yang berlaku

1 April s.d. 31 Maret ke tahun fiskal baru yang berlaku sesuai dengan tahun takwim

(kalender) yaitu 1 Januari s.d. 31 Desember.

Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari APBN Departemen Kesehatan

digunakan untuk membiayai program-program kesehatan yaitu (a) anggaran

pembangunan dan (b) anggaran rutin. Anggaran pembangunan digunakan untuk

membiayai 18 program yang terdiri dari 7 program sektor kesehatan (program pokok)

dan 11 program di luar sektor kesehatan (program penunjang). Sedangkan anggaran

rutin digunakan untuk membiayai 6 unit utama, 11 kegiatan meliputi belanja pegawai

dan non belanja pegawai.

Pembiayaan kesehatan juga disediakan melalui pemerintah daerah, walaupun

jumlahnya tidak besar yaitu APBD Propinsi dan APBD Kabupaten. Dengan adanya pola

otonomi daerah porsi pusat semakin dikurangi dalam pembiayaan dan porsi yang

dikelola oleh daerah akan meningkat terutama ditujukan pada keluarga miskin.

Page 52: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

52

1) Anggaran Pembangunan Departemen Kesehatan

Pada tahun 2011 anggaran kesehatan pusat yang dialokasikan di Kabupaten

Bulukumba secara keseluruhan sebanyak Rp. 30.199.635.600,-

2) Anggaran Pembangunan Daerah

Adapun total alokasi anggaran untuk Kabupaten Bulukumba yang bersumber

dari Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus tahun 2011 adalah Rp.

763.020.121.573,-

Untuk alokasi pembiayaan kesehatan pada tahun 2011 di Kabupaten Bulukumba

baru berkisar 5,40% dari total anggaran APBD Kabupaten Bulukumba. Sedangkan

untuk alokasi anggaran kesehatan pemerintah per-kapita untuk tahun 2011 sebesar

Rp. 172.243.18.

Upaya pembangunan kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila

kebutuhan sumber daya kesehatan dapat terpenuhi. Demikian gambaran singkat

mengenai situasi sumber daya kesehatan di Kabupaten Bulukumba sampai tahun 2011.

۩۩۩

Page 53: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

53

PENUTUP

Berbagai peningkatan derajat kesehatan masyarakat telah dicapai sebagai hasil

dari pembangunan kesehatan, sejalan dengan perbaikan kondisi umum dan perbaikan

keadaan sosial dan ekonomi masyarakat Bulukumba. Gambaran yang demikian

merupakan fakta yang harus dikomunikasikan baik kepada para pimpinan dan

pengelola program kesehatan maupun kepada lintas sektor dan masyarakat di

Kabupaten maupun Kecamatan , yang didiskripsikan melalui data dan informasi.

Oleh karena data dan infomasi merupakan sumber daya yang strategis bagi

pimpinan dan organisasi dalam pelaksanaan manajemen, maka penyediaan

data/informasi yang berkualitas sangat diperlukan sebagai masukan dalam proses

pengambilan keputusan. Di bidang kesehatan, data dan informasi ini diperoleh melalui

penyelenggaraan sistem informasi kesehatan. Salah satu luaran utama dari

penyelenggaraan sistem informasi kesehatan, sejak tahun 1998 telah dikembangkan

paket sajian data dan informasi dalam format buku Profil Kesehatan. Dalam

perkembangannya, profil kesehatan ini menjadi paket sajian data dan informasi yang

sangat penting, karena sangat dibutuhkan baik oleh jajaran kesehatan, lintas sektor,

maupun masyarakat.

Namun disadari, sistem informasi kesehatan yang ada saat ini masih belum

dapat memenuhi kebutuhan data dan informasi kesehatan secara optimal, apalagi

dalam era desentralisasi pengumpulan data dan informasi menjadi relatif lebih sulit. Hal

ini berimplikasi pada kualitas data dan informasi yang disajikan di dalam Profil

Kesehatan Bulukumba yang terbit saat ini belum sesuai dengan harapan. Walaupun

demikian, diharapkan Profil Kesehatan Bulukumba ini tetap dapat memberikan

gambaran secara garis besar dan menyeluruh tentang seberapa jauh perubahan dan

perbaikan keadaan kesehatan masyarakat yang telah dicapai.

Betapapun, Profil Kesehatan Bulukumba seringkali belum mendapatkan

apresiasi yang memadai karena belum dapat menyajikan data dan informasi yang

sesuai dengan harapan, namun paket sajian ini merupakan satu-satunya publikasi data

dan informasi di jajaran kesehatan yang relatif paling lengkap sehingga kehadirannya

selalu ditunggu seperti ungkapan “benci tapi rindu”. Oleh karena itu, dalam rangka

meningkatkan kualitas Profil Kesehatan Bulukumba, perlu dicari suatu terobosan dalam

hal mekanisme pengumpulan data dan informasi secara cepat untuk mengisi

ketidaktersediaan data dan informasi khususnya yang bersumber dari berbagai sektor.

BAB VI

Page 54: evidence based...0,5 – 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau

54