Evaluasi Sumber Daya Lahan

18
EVALUASI SUMBER DAYA LAHAN Pertumbuhan penduduk Indonesia yang besar mendorong peralihan fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian. Hal ini akan mengakibatkan tejadinya penyempitan lahan untuk pertanian dan semakin meningkatkan tekanan terhadap penggunaan lahan. Di lain pihak terjadi peningkatan konsumsi pangan, yang seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, yang harus diimbangi peningkatan produksi tanaman pertanian. Peningkatan produksi dan produktifitas tanaman pangan dan non pangan yang produksinya dapat meningkatkan pendapatan penduduk untuk dapat memenuhi standar hidup yang layak, khususnya kepada petani. Untuk memenuhi keinginan tersebut petani seharusnya berusaha untuk memanfaatkan sumberdaya hayati maupun non hayati yang diharapkan sesuai dengan peruntukan lahannya. Untuk itu, sangat perlu dilakukan suatu kegiatan evaluasi lahan. A. Pengertian Evaluasi Lahan Evaluasi lahan adalah suatu pendekatan untuk menilai potensi sumberdaya lahan. Evaluasi lahan adalah tahap lebih lanjut dari kegiatan survey dan pemetaan sumberdaya lahan masih sulit untuk dipakai untuk suatu perencanaan tanpa dilakukan interpretasi bagi keperluan tertentu. Dasar interpretasi dalam evaluasi lahan, bahwa areal dengan keseragaman sifat-sifat tanah, vegetasi, geologi, dan lereng merupakan kesatuan habitat yang dianggap memberikan kesempatan pemakaian yang seragam pula. Keadaan lahan disuatu daerah pada umumnya memilki kondisi yang bervariasi karena adanya perbedaan fisik (lereng, drainase,pH, toksisitas, suhu dan sebagainya) kondisi yang beragam ini berakibat pada perbedaan kualitas lahan yang menyebabkan kesesuaian usaha tanaman pertanian berbeda. Di dalam memanfaatkan kondisi lahan yang bervariasi ini apabila tidak sesuai dengan peruntukkannya, maka harapan produksi tidak akan terpenuhi. Perencanaan penggunaan lahan untuk jenis tanaman tertentu, khususnya pada upaya peningkatan produksi pertanian

description

ESDL

Transcript of Evaluasi Sumber Daya Lahan

EVALUASI SUMBER DAYA LAHANPertumbuhan penduduk Indonesia yang besar mendorong peralihan fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian. Hal ini akan mengakibatkan tejadinya penyempitan lahan untuk pertanian dan semakin meningkatkan tekanan terhadap penggunaan lahan. Di lain pihak terjadi peningkatan konsumsi pangan, yang seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, yang harus diimbangi peningkatan produksi tanaman pertanian. Peningkatan produksi dan produktifitas tanaman pangan dan non pangan yang produksinya dapat meningkatkan pendapatan penduduk untuk dapat memenuhi standar hidup yang layak, khususnya kepada petani. Untuk memenuhi keinginan tersebut petani seharusnya berusaha untuk memanfaatkan sumberdaya hayati maupun non hayati yang diharapkan sesuai dengan peruntukan lahannya. Untuk itu, sangat perlu dilakukan suatu kegiatan evaluasi lahan.

A.Pengertian Evaluasi LahanEvaluasi lahan adalah suatu pendekatan untuk menilai potensi sumberdaya lahan. Evaluasi lahan adalah tahap lebih lanjut dari kegiatan survey dan pemetaan sumberdaya lahan masih sulit untuk dipakai untuk suatu perencanaan tanpa dilakukan interpretasi bagi keperluan tertentu.Dasar interpretasi dalam evaluasi lahan, bahwa areal dengan keseragaman sifat-sifat tanah, vegetasi, geologi, dan lereng merupakan kesatuan habitat yang dianggap memberikan kesempatan pemakaian yang seragam pula. Keadaan lahan disuatu daerah pada umumnya memilki kondisi yang bervariasi karena adanya perbedaan fisik (lereng, drainase,pH, toksisitas, suhu dan sebagainya) kondisi yang beragam ini berakibat pada perbedaan kualitas lahan yang menyebabkan kesesuaian usaha tanaman pertanian berbeda. Di dalam memanfaatkan kondisi lahan yang bervariasi ini apabila tidak sesuai dengan peruntukkannya, maka harapan produksi tidak akan terpenuhi.Perencanaan penggunaan lahan untuk jenis tanaman tertentu, khususnya pada upaya peningkatan produksi pertanian harus didasarkan dengan perencanaan yang baik. Untuk penyusun perencanaan tersebut dibutuhkan informasi dasar sumberdaya lahan yang meliputi tentang masalah kemampuan lahan dan kesesuaian lahan, karena kemampuan lahan merupakan sifat dakhil lahan yang menyatakan daya dukungnya untuk memberikan hasil pertanian pada tingkat tertentu.Evaluasi kesesuaian lahan berupaya mengestimasi daya dukung lahan untuk penggunaan tertentu.sedangkan kesesuaian lahan menitikberatkan pada tingkat kecocokan sebidang lahan untuk satu penggunaan tertentu klasifikasi kesesuaian lahan merupakan suatu proses penilaian dan pengelompokan lahan dalam arti kesesuaian relative lahan atau kesesuaian absulut lahan bagi suatu penggunaan tertentu.

B.Batasan dan Ruang Lingkup Evaluasi LahanInformasi tanah merupakan salah satu bagian sumberdaya alam yang mempunyai pengaruh langsung dan kelanjutan bagi pengguna pertanian. Informasi bentuk lahan, topografi dan formasi geologi secara tidak langsung mempengaruhi bentuk penggunaan lahan dan jenis tanah tanaman yang diusahakan (Sitorus, 1995), factor-faktor topografi (ketinggian, panjang dan derajat lereng, posisi pada bentang lahan) dapat berpengaruh tidak langsung pada penggunaan lahan bagi usaha pertanian.Evaluasi lahan mempertimbangkan kemugkinan penggunaan dan faktor pembatasan tersebut dan berusaha menerjemahakan informasi-informasi yang cukup banyak dari lahan tersebut kedalam bntuk-bentuk yang dapat di gunakan para praktisi seperti petani, para ilmuwan yang mempertanyakan kemungkinan untuk menanam jenis tanaman tertentu, atau pertanyaan yang berhubungan dengan pekerjaan keteknisan (Worosuprojdo.S. 1989).Kemampuan lahan yang tinggi diharapkan berpotensi besar dalam berbagai penggunaan, yang memungkinkan penggunan ynag intensif yang berbagai macam kegiatan. Sistem tersebut mengelompokkan lahan kedalam sejumlah kecil kategori yang diurutkan menurut faktor penghambat dan sejumlah cirri-ciri tanah serta lingkungan lainnya.Kesesuaian lahan adalah bentuk penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu (FAO, 1976) kelas kesesuian lahan suatu arela dapat saja berbeda tergantung pada tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Evaluasi kesesuaian lahan pada dasarnya berhubungan dengan evaluasi untuk suatu penggunaan tertentu, seperti untuk budidaya padi, palawija, jagung dan sebagainya, sedangkan evaluasi kemampuan lahan umumnya ditujukan untuk penggunaan yang lebih umum seperti penggunaan untuk pertanian, pemungkinan, industri, perkotaan, jasa, peruntukan dan sebagainya.USDA mengelompkkan system kalsifikasi lahan melalui interpretasi yang dibuat terutama untuk pertanian. Pengelompokan lahan yang dapat digarap menurut potensi dan penghambatnya untuk dapat berproduksi secara lestari, yang mendasarkan pada faktor-faktor penghambat dan potensi bahaya lainang masih dapat di terima dalam klasifikasi lahan (Bibby dan Mackney dalam Sitorus, 1995).

C.Persyaratan Tumbuh TanamanTanaman untuk dapat tumbuh dan berproduksi memerlukan persyaratan tertentu, persyaratnya tersebut terutama energy radiasi, temperatur yang cocok untuk pertumbuhan, kelembaban, oksien, dan unsur hara. Persyaratan temperatur dan kelembaban sering digabungkan disebut periode pertumbuhan (FAO, 1076).Persyaratan tumbuh tanaman lainnya adalah yang tergolong sebagai kualitas lahan media perakaran. Media perakaran terdiri dari : drainase, tekstur, struktur, konsistensi dan kedalaman efektif tanah. Ada tanaman yang memerlukan drainase terhambat seperti dari jenis tanaman air termasuk padi sawah, tetapi pada umumnya tanaman menghendaki drainase yang baik, yang pada kondisi demikian aerasi tanah cukup baik artinya di dalam tanah cukup tersedia oksigen, dan akar tanaman dapat berkembang dengan baik, sehingga dapat menyerap unsur hara secara optimal. Kualitas lahan yang optimum bagi kebutuhan tanaman merupakan batasan bagi kelas kesesuaian, kelas kesesuaian yang paling baik (S1) yang tidak memiliki pembatas serius, sedangkan kualitas lahan yang di bawah optimum merupakan batasan kelas kesesuaian lahan antara kelas yang cukup sesuai (S2) dengan pembatas agak berat untuk suatu penggunaan yang lestari, dan sesuai marginal (S3) adalah lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat untuk suatu penggunaan yang lestari di luar batasan tersebut di atas merupakan lahan yang tergolong tidak sesuai (N1) saat ini, dengan pembatas yang sangat berat, tetapi masih memungkinkan untuk diatasi hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan saat ini, kelas tidak sesuai untuk selamanya (N2) merupakan lahan yang memiliki pembatas yang sangat berat, sehingga tidak mungkin unuk digunakan bagi suatu penggunaan yang berkelanjutan.

D.Evaluasi Kesesuaian LahanKesesuaian lahan adalah suatu jenis penggunaan tertentu oleh kondisi karakteristik lahannya yang bertujuan untuk menetapkan atau memilih penggunaan lahan tertentu secara berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Karakteristik lahan meliputi semua faktor lahan yang dapat diukur atau ditaksir (diestimasi) seperti : tekstur tanah, struktur tanah, kemiringan lereng, batuan di permukaan, iklim dan sebagainya.(FAO,1976; Anonim, 1983; Sys, 1991).Evaluasi kesesuaian lahan pada dasarnya merupakan evaluasi potensi lahan bagi penggunaan berbagai system pertanian secara luas dan tidak membicarakan peruntukan jenis tanaman tertentu ataupun tindakan-tindakan pengelolaannya. Oleh sebab itu sifatnya merupakan evaluasi yang lebih umum dibandingkan dengan evaluasi kesesuaian lahan yang bersifat lebih khusus (Sitorus, 1995).Penilaian kesesuaian lahan mempunyai arti penting mencakup peniaian kesesuaian setiap jenis lahan untuk tanaman tertentu sangat membantu dalam mendesain jenis penggunaan lahan sebagai pedoman bagi perencana dalam memilih tanaman dan daerah bagi tanaman tertentu yang memerlukan persyaratan khusus, selain itu penilaian kesesuaian lahan merupakan sarana untuk menaksir produktifitas usahatani yang dijalankan secara khas (Soetarto dan Taylor, 1993).

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT berkat rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya bimbingan dan sumbangan pemikiran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:1. Dosen mata kuliah Bersangkutan, yang telah memberi ilmu dan pengarahan dalam makalah ini.2. Bapak dan Ibu yang telah memberikan doa sehingga makalah ini dapat terselesaikan.3. Sahabat- sahabat yang membantu dalam penyelesaian makalah ini.Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sebagai balasan atas amal baik dari semua pihak yang telah disebutkan di atas. Penulis mengharap saran dan kritik membangun guna kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya. Garut, 1 Juli 2013 PenulisDAFTAR ISI HalKATAPENGANTAR iDAFTAR ISI iiBAB I PENDAHULUAN1.1Latar Belakang 11.2Identifikasi Masalah 1BAB II PEMBAHASAN2.1 Evaluasi lahan 22.2 Tujuan evaluasi lahan 22.3 Fungsi evaluasi lahan 22.4 Manfaat evaluasi lahan 32.5 Tahapan evaluasi lahan 32.6 Asumsi-asumsi dalam Evaluasi Lahan 52.7 Tata Cara dan Pengembangan Evaluasi Lahan 72.8. Evaluasi Kesesuaian Lahan 92.9 Metode Pendekatan Dalam Evaluasi Lahan 11BAB III PENUTUP3.1 Kesimpulan 18DAFTAR PUSTAKA 19

BAB IPENDAHULUAN1.1Latar belakang Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi lahan untuk bermacam-macam alternatif penggunaan. Evaluasi kesesuaian lahan sangat fleksibel, tergantung pada keperluan kondisi wilayah yang hendak dievaluasi. Usaha-usaha perbaikan yang dilakukan terhadap lahan akan memberikan gambaran tentang penggunaan lahan secara optimal guna meningkatkan produktivitas lahan khususnya evaluasi lahan terhadap pembudidayaan tanaman duku (Abdullah, 1993).1.2 Identifikasi MasalahBerdasarkan uraian latar belakang penelitian tersebut di atas, maka permasalahan pokok yang dapat dirumuskan dan menjadi kajian dalam penulisan makalah ini adalah: Hal-hal apa saja yang berhubungan dengan toksikologi pada tanaman teh.Permasalahan yang muncul diantaranya yaitu:1.Bahgaimanakah kondisi lahan dari tiap-tiap tempan yang diteliti?2.Apa fungsi dari survey lahan ini?BAB IIPEMBAHASAN2.1 Evaluasi lahan Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi lahan untuk bermacam-macam alternatif penggunaan. Evaluasi kesesuaian lahan sangat fleksibel, tergantung pada keperluan kondisi wilayah yang hendak dievaluasi. Usaha-usaha perbaikan yang dilakukan terhadap lahan akan memberikan gambaran tentang penggunaan lahan secara optimal guna meningkatkan produktivitas lahan khususnya evaluasi lahan terhadap pembudidayaan tanaman duku (Abdullah, 1993). Evaluasi lahan umumnya merupakan kegiatan lanjutan dari survei dan pemetaan tanah atau sumber daya lahan lainnya, melalui pendekatan interpretasi data tanah serta fisik lingkungan untuk suatu tujuan penggunaan tertentu.Sejalan dengan dibedakannya macam dan tingkat pemetaan tanah, maka dalam evaluasi lahan juga dibedakan menurut ketersediaan data hasil survei dan pemetaan tanah atau survei sumber daya lahan lainnya, sesuai dengan tingkat dan skala pemetaannya.2.2 Tujuan evaluasi lahan Tujuan dari evaluasi lahan adalah untuk menentukan nilai suatu lahan untuk tujuan tertentu.Usaha ini dapat dikatakan melakukan usaha klasifikasi teknis suatu daerah (Sinulingga, 2003).2.3 Fungsi evaluasi lahan Fungsi evaluasi sumberdaya lahan adalah memberikan pengertian tentang hubungan-hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan berhasil.2.4 Manfaat evaluasi lahan Manfaat dari evaluasi sumberdaya lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan lahan yang akan dilakukan. Hal ini penting terutama apabila perubahan penggunaan lahan tersebut diharapkan akan menyebabkan perubahan-perubahan besar terhadap keadaan lingkungannya.2.5 Tahapan evaluasi lahan2.5.1 Pendekatan Dalam evaluasi lahan ada 2 macam pendekatan yang dapat ditempuh mulai dari tahap konsultasi awal (initial consultation) sampai kepada klasifikasi kesesuaian lahan (FAO, 1976). Kedua pendekatan itu adalah: 1) pendekatan dua tahapan (two stage approach); dan 2) pendekatan paralel (parallel approach).a. Pendekatan dua tahapan Pendekatan dua tahap terdiri atas tahap pertama adalah evaluasi lahan secara fisik, dan tahap kedua evaluasi lahan secara ekonomi. Pendekatan tersebut biasanya digunakan dalam inventarisasi sumber daya lahan baik untuk tujuan perencanaan makro, maupun untuk studi pengujian potensi produksi (FAO, 1976). Klasifikasi kesesuaian tahap pertama didasarkan pada kesesuaian lahan untuk jenis penggunaan yang telah diseleksi sejak awal kegiatan survei, seperti untuk tegalan (arable land) atau sawah dan perkebunan.Konstribusi dari analisis sosial ekonomi terhadap tahap pertama terbatas hanya untuk mencek jenis penggunaan lahan yang relevan. Hasil dari kegiatan tahap pertama ini disajikan dalam bentuk laporan dan peta yang kemudian dijadikan subjek pada tahap kedua untuk segera ditindak lanjuti dengan analisis aspek ekonomi dan sosialnyab. Pendekatan parallel Dalam pendekatan paralel kegiatan evaluasi lahan secara fisik dan ekonomi dilakukan bersamaan (paralel), atau dengan kata lain analisis ekonomi dan sosial dari jenis penggunaan lahan dilakukan secara serempak bersamaan dengan pengujian faktor-faktor fisik. Cara seperti ini umumnya menguntungkan untuk suatu acuan yang spesifik dalam kaitannya dengan proyek pengembangan lahan pada tingkat semi detil dan detil. Melalui pendekatan paralel ini diharapkan dapat memberi hasil yang lebih pasti dalam waktu yang singkat.2.5.2. Penyiapan Data Untuk melakukan evaluasi lahan baik dengan menggunakan pendekatan dua tahapan maupun pendekatan paralel perlu didahului dengan konsultasi awal. Konsultasi awal ini untuk menentukan tujuan dari evaluasi yang akan dilakukan, data apa yang diperlukan dan asumsi-asumsinya yang akan dipergunakan sebagai dasar dalam penilaian. Evaluasi lahan yang akan dilakukan tergantung dari tujuannya yang harus didukung oleh ketersediaan data dan informasi sumber daya lahan. Urutan kegiatan dalam melaksanakan evaluasi lahan dapat dilihat pada Gambar 1.Pelaksanaan Evaluasi lahan dibedakan ke dalam tiga tingkatan, yaitu: tingkat tinjau skala 1:250.000 atau lebih kecil; semi detil skala 1:25.000 sampai 50.000; dan detil skala 10.000 sampai 25.000 atau lebih besar. Jenis, jumlah, dan kualitas data yang dihasilkan dari ketiga tingkat pemetaan tersebut bervariasi, sehingga penyajian hasil evaluasi lahan ditetapkan sebagai berikut: pada tingkat tinjau dinyatakan dalam ordo, tingkat semi detil dalam kelas/subkelas, dan pada tingkat detil dinyatakan dalam subkelas/subunit. Petunjuk Teknis ini disarankan dipakai terutama untuk tingkat pemetaan semi detil. Pada prinsipnya penilaian kesesuaian lahan dilaksanakan dengan cara mencocokkan (matching) data tanah dan fisik lingkungan dengan tabel rating kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan penggunaan lahan mencakup persyaratan tumbuh/hidup komoditas pertanian yang bersangkutan, pengelolaan dan konservasi. Kriteria kelas kesuaian lahan untuk 112 jenis komoditas pertanian yang berbasis lahan disajikan pada Lampiran 16. Pada proses matching hukum minimum dipakai untuk menentukan faktor pembatas yang akan menentukan kelas dan subkelas kesesuaian lahannya. Dalam penilaian kesesuaian lahan perlu ditetapkan dalam keadaan aktual (kesesuaian lahan aktual) atau keadaan potensial (kesesuaian lahan potensial). Keadaan potensial dicapai setelah dilaksanakan usaha-usaha perbaikan (Improvement = I) terhadap masing-masing faktor pembatas untuk mencapai keadaan potensial.

Gambar 1. Urutan kegiatan dalam evaluasi lahan (FAO, 1983)2.6 Asumsi-asumsi dalam Evaluasi Lahan Sebelum melaksanakan evaluasi lahan, terlebih dahulu harus ditetapkan asumsi-asumsi yang akan diterapkan. Dalam hal ini apakah evaluasi lahan akan dilakukan dengan asumsi pada kondisi tingkat manajemen rendah (sederhana), sedang, atau tinggi.Evaluasi lahan untuk tujuan perencanaan pembangunan pertanian perkebunan besar dengan masukan teknologi tinggi, tentu berbeda asumsinya jika tujuan evaluasi lahan hanya untuk perkebunan rakyat yang cukup dengan masukan teknologi menengah.Demikian pula dalam hal penggunaan alat-alat pengolahan tanah dalam pembukaan lahan pertanian. Jika lahan akan diolah secara manual (cangkul atau bajak) maka asumsi yang dapat digunakan dalam menilai kualitas dan karakteristik lahan berbeda dengan penggunaan alat-alat berat (mekanik). Sebagai contoh penilaian terhadap tekstur tanah yang liat dan/atau berkerikil untuk pengolahan tanah secara manual tidak terlalu bermasalah dibandingkan jika menggunakan alat mekanik.Kasus serupa dalam menghadapi kualitas lahan terrain dalam hal ini lereng.Pada lereng lebih besar dari 8% jika tanah diolah dengan menggunakan traktor merupakan masalah, tetapi tidak demikian kalau diteras dengan menggunakan alat pengolah tanah yang sederhana. Asumsi dapat dibedakan terutama atas dua hal: (1) yang menyangkut areal proyek; dan (2) yang menyangkut pelaksanaan evaluasi/interpretasi serta waktu berlakunya dari hasil evaluasi lahan.Beberapa contoh asumsi yang ditetapkan untuk evaluasi lahan secara kuantitatif fisik adalah sebagai berikut:- Data tanah yang digunakan hanya terbatas pada informasi atau data dari satuan lahan atau satuan peta tanah.- Reliabilitas data yang tersedia: rendah, sedang, tinggi- Lokasi penelitian atau daerah survei- Kependudukan tidak dipertimbangkan dalam evaluasi- Infrastruktur dan aksesibilitas serta fasilitas pemerintah tidak dipertimbangkan dalam evaluasi.- Tingkat pengelolaan atau manajemen dibedakan atas 3 tingkatan yaitu rendah, sedang, dan tinggi.- Pemilikan tanah tidak dipertimbangkan dalam evaluasi.- Pemasaran hasil produksi serta harga jual tidak dipertimbangkan dalam evaluasi.- Evaluasi lahan dilaksanakan secara kualitatif, kuantitatif fisik atau kuantitatif ekonomi.- Usaha perbaikan lahan untuk mendapatkan kondisi potensial dipertimbangkan dan disesuaikan dengan tingkat pengelolaannya.- Aspek ekonomi hanya dipertimbangkan secara garis besar.2.7. Tata Cara dan Pengembangan Evaluasi Lahan Evaluasi lahan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu; (1) secara langsung, dan (2) secara tidak langsung. Evaluasi lahan secara langsung dapat dilakukan melalui percobaan-percobaan dengan cara menanam tanaman, atau membangun jalan, untuk melihat apa perubahan yang terjadi. evaluasi lahan secara langsung bersifat sangat terbatas jika tidak disertai dengan pengumpulan data yang cukup. Oleh karena itu sebagian besar evaluasi lahan dilakukan secara tidak langsung.Melalui evaluasi lahan secara tidak langsung, diasumsikan bahwa tanah tertentu dengan sifat-sifat lain yang terdapat pada suatu lokasi akan mempengaruhi keberhasilan jenis penggunaan lahan tertentu. Keadaan ini dapat diprediksi, karena kualitas lahan dapat dideduksi dari hasil pengamatan ciri lahan tersebut. Untuk lebih jelasnya tahapan evaluasi lahan secara tidak langsung dapat dilihat pada diagram berikut ini.

Pada tahapan tersebut dilakukan penentuan ciri lahan atau karakteristik lahan (land characteristics) yang meliputi pengumpulan data mengenai keadaan tanah, topografi, iklim dan sifat-sifat lain yang berhubungan dengan ekologi.Pengaruh karakteristik lahan pada sistem penggunaan lahan jarang yang bersifat langsung (contoh, pertumbuhan tanaman tidak secara langsung dipengaruhi oleh curah hujan atau tekstur tanah, tetapi dipengaruhi oleh ketersediaan air, unsur hara serta serasi tanah).Kualitas lahan merupakan sifat kompleks atau sifat komposit yang sesuai untuk suatu penggunaan, yang ditentukan oleh seperangkat karakteristik lahan yang berinteraksi. Penggunaan lahan berdasarkan FAO (1976) dapat dianalisis melalui tiga aspek, sebagai berikut.1.Kesesuaian lahan, berhubungan dengan satu penggunaan lahan tertentu (contoh, kesesuaian lahan untuk perkebunan tebu, padi, sagu, dan lain sebagainya);2.Kemampuan lahan, berhubungan dengan serangkaian atau sejumlah penggunaan, dimana ruang lingkupnya lebih luas (contoh, untuk pertanian, kehutanan, perkebunan);3.Nilai lahan, merupakan konsep nilai yang didasarkan pada pertimbangan ekonomi yang dinyatakan dalam bentuk biaya per tahun (contoh, sewa).Pengembangan sistem evaluasi lahan secara tidak langsung pada dasarnya meliputi identifikasi ciri serta sifat lokasi yang mempengaruhi keberhasilan penggunaan lahan tersebut.Sistem kemudian dibangun dengan menggunakan nilai-nilai dari sifat-sifat tersebut, baik sebagai kategori-kategori yang ditentukan atau sistem kategori ataupun sebagai kombinasi matematik. Hasil kombinasi tersebut kemudian akan menghasilkan indeks yang dapat ditempatkan pada suatu alat berupa skala yang dapat digeser-geser. 2.8.Evaluasi Kesesuaian LahanEvaluasi kesesuian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu (Sitorus, 1998). Menurut Husein (1981), evaluasi lahan adalah usaha untuk mengelompokkan tanah-tanah tertentu sesuai dengan kebutuhan tanaman. Kelas kesesuian lahan untuk suatu areal dapat berbeda tergantung dari penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan.Selanjutnya Sitorus (1998) menyatakan bahwa evaluasi lahan pada hakekatnya merupakan proses pendugaan potensi sumber daya lahan untuk berbagai kegunaan dengan cara membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan dengan sifat sumber daya yang ada pada lahan tersebut. Fungsi kegiatan evaluasi lahan adalah memberikan pengertian tentang hubungan antara kondisi lahan dengan penggunaannya serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan berhasil.FAO (1976)dalamDjaenuddin dkk (1994) menyatakan bahwa evaluasi lahan dapat dibedakan atas a) pendekatan dua tahap yaitu tahapan pertama berdasarkan evaluasi lahan secara fisik atau bersifat kualitatif kemudian diikuti dengan tahapan kedua berdasarkan analisis ekonomi dan sosial, b) pendekatan paralel dimana evaluasi lahan baik secara fisik maupun ekonomi dilaksanakan secara bersamaan. TanahMenurut Arsyad (1985), tanah mempunyai dua fungsi utama yaitu (1) sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan (2) sebagai matriks tempat akar tumbuhan berjangkar, air tanah tersimpan dan tempat unsur-unsur hara dan air ditambahkan. Kedua fungsi tersebut akan habis atau hilang disebabkan kerusakan tanah. Hilangnya fungsi pertama dapat diperbaharui dengan mengadakan pemupukan, tetapi hilangnya fungsi kedua tidak mudah diperbaharui. IklimIklim sangat berpengaruh terhadap usaha pertanian dan kadang-kadang merupakan faktor penghambat utama disamping faktor-faktor lainnya. Iklim dapat berpengaruh terhadap tanah, tanaman dan terhadap hama dan penyakit tanaman (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985).Sandy (1977) menyatakan bahwa unsur-unsur iklim yang berpengaruh terhadap penggunaan tanah adalah suhu dan curah hujan. Suhu (tenperatur) sangat ditentukan oleh perbedaan tinggi tempat, sedangkan curah hujan sangat ditentukan oleh intensitas dan distribusinya. TopografiKetinggian di atas permukaan laut, panjang dan derajat kemiringan lereng, posisi bentang lahan mudah diukur dan dinilai sangat penting dalam evaluasi lahan. Faktor-faktor topografi berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kualitas tanah. Faktor ini berpengaruh berpengaruh terhadap kemungkinan bahaya erosi atau mudah tidaknya diusahakan demikian pula didalam program mekanisme pertanian (Sitorus, 1989). VegetasiSalah satu unsur lahan yang dapat berkembang secara alami atau sebagai hasil dari aktifitas manusia adalah vegetasi baik pada masa lalu atau masa kini. Vegetasi dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui potensi lahan atau kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu melalui adanya tanaman-tanaman sebagai indikator (Sitorus, 1989). Sosial EkonomiMenurut Sitorus (1989), ada 3 masalah utama dalam menggunakan data sosial ekonomi utnuk evaluasi lahan yaitu : (1) pengevaluasian mungkin tidak mengetahui secara tepat nomenklatur dan konsep ekonomi, (2) data ekonomi yang tersedia pada umumnya didasarkan atas kerangka yang berbeda dari informasi-informasi lainnya, (3) faktor-faktor ekonomi yang selalu berubah-ubah. Dengan alasan-alasan di atas sebagian besar sistem evaluasi lahan mencoba menghindari pertimbangan faktor sosial dalam pengevaluasian lahan. 2.9. Metode Pendekatan Dalam Evaluasi LahanAda tiga metode pendekatan yang digunakan dalam evaluasi kesesuaian lahan yaitu dengan pendekatan pembatas, parametrik dan kombinasi pendekatan pembatas dan parametrik.2.9.1. Pendekatan PembatasPendekatan pembatas adalah suatu cara untuk menyatakan kondisi lahan atau karakteristik lahan pada tingkat kelas, dimana metode inimembagi lahan berdasarkan jumlah dan intensitas pembatas lahan. Pembatas lahan adalah penyimpangan dari kondisi optimal karakteristik dan kualitas lahan yang memberikan pengaruh buruk untuk berbagai penggunaan lahan (Sys et al., 1991).Metode ini membagi tingkat pembatas suatu lahan ke dalam empat tingkatan, sebagai berikut : a. 0 (tanpa pembatas), digolongkan ke dalam S1 b. 1 (pembatas ringan), digolongkan ke dalam S1 c. 2 (pembatas sedang), digolongkan ke dalam S2 d. 3 (pembatas berat), digolongkan ke dalam S3 e. 4 (pembatas sangat berat), digolongkan ke dalam kelas N1 dan N2 2.9.2. Pendekatan ParametrikPendekatan parametrik dalam evaluasi kesesuaian lahan adalah pemberian nilai pada tingkat pembatas yang berbeda pada sifat lahan, dalam skala normal diberi nilai maksimum 100 hingga nilai minimum 0. Nilai 100 diberikan jika sifat lahan optimal untuk tipe penggunaan lahan yang dipertimbangkan (Sys et al., 1991).Pendekatan parametrik mempunyai berbagai keuntungan yaitu kriteria yang dapat dikuantifikasikan dan dapat dipilih sehingga memungkinkan data yang obyektif; keandalan, kemampuan untuk direproduksikan dan ketepatannya tinggi. Masalah yang mungkin timbul dalam pendekatan parametrik ialah dalam hal pemilihan sifat, penarikan batas-batas kelas, waktu yang diperlukan untuk mengkuantifikasikan sifat serta kenyataan bahwa masing-masing klasifikasi hanya diperuntukkan bagi penggunaan lahan tertentu (Sitorus, 1998).Sistem klasifikasi lahan dengan pendekatan parametric di dalam menyusun system-sisstem klasifikasi kemampuannya biasanya berbeda beda dalam memilih dan menggunakan factor-faktor yang diikutsertakan dalam pertimbangan serta manipulasi matematik yang digunakan. Paling tidak, ada tiga jenis manipulasi matematik yang sering digunakan dalam mengkombinasi factor-faktor tersebut (FAO, 1974) yaitu :1. penjumlahan (additive) dan atau pengurangan (subtractive) ; misalnya : P = A+B-C2.Perkalian (multyiplicative) ; misalnya : P = A * B * C3. Persamaan parametric kompleks, misalnya : P = A (B* C * D)P adalah indeks atau nilai parametric yang berhubungan dengan produksi (kg/h,dan A,B,C dan D adalh ciri tanah dan lokasi seperti kedalaman tanah,tekstur dan sebagainya).a. Menentukan kelas lahan daerah Batu Tumpang berdasarkan Srorie Index Rating (SIR)Faktor A : Nilai pada karakter fisik Profil 40 80 % = 60%Faktor B : Nilai atas dasar tekstur lapisan atas yaitu liat berdebu 60 70 % = 65%Faktor C : Nilai Atas dasar Lereng yaitu 33% berada dikisaran 30 50 % = 40%Faktor X : Nilai Atas dasar Kondisi Kondisi selain dari Faktor A,B dan C Drainase : 100% , Kesuburan : 80% (sedang), Erosi : 45% (Erosi Parit), pH = 6,8 (86,8%), Relief : bukit kecil (80%).X = 78,36%SIR = A * B * C * X = 0,6 * 0,65 * 0,4 * 0,78 = 0,122 ( 12,22% )b. Menentukan kelas lahan daerah Badega berdasarkan Srorie Index Rating (SIR)Faktor A : Nilai pada karakter fisik Profil 40 80 % = 60%Faktor B : Nilai atas dasar tekstur lapisan atas yaitu liat berdebu 60 70 % = 65%Faktor C :Nilai Atas dasar Lereng yaitu 55% berada dikisaran 5 30 % = 17,5%Faktor X : Nilai Atas dasar Kondisi Kondisi selain dari Faktor A,B dan C Drainase : 100% , Kesuburan : 80% (sedang), Erosi : 45% (Erosi Parit), pH = 6,8 (86,8%), Relief : bukit kecil (80%). X = 78,36%SIR = 0,6 * 0,65 * 0,175 * 0,783 = 0,053 (5,34%)c. Menentukan kelas lahan daerah Gunung Gelap berdasarkan Srorie Index Rating (SIR)Faktor A : Nilai pada karakter fisik Profil 40 80 % = 60%Faktor B : Nilai atas dasar tekstur lapisan atas yaitu Lempung berliat = 85%Faktor C :Nilai Atas dasar Lereng yaitu 25,5% berada dikisaran 70 80 % = 75%Faktor X : Nilai Atas dasar Kondisi Kondisi selain dari Faktor A,B dan C Drainase :kurang baik 40-80% = 60% , Kesuburan : 80% (sedang), Erosi : 10 - 40% = 25% (Sangat Hebat), pH = 6,2 (86,2%), Relief : Gunung 20 60 % = 40%. X = 58,24%SIR = 0,6 * 0,85 * 0,75 * 0,582 = 0,22 ( 22,26%)2.9.3.Kombinasi Pendekatan Pembatas dan ParametrikKombinasi pendekatan parametrik dan pendekatan pembatas sering digunakan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu. Penentuan kelas kesesuaiannya dilakukan dengan cara memberi bobot atau harkat berdasarkan nilai kesetaraan tertentu dan menentukan tingkat pembatas lahan yang dicirikan oleh bobot terkecil (Sys et al., 1991).Kriteria Penilaian Kelas Kesesuain LahanIndeks Lahanatau IklimNilaiEkivalensiTingkatPembatasKelas KesesuaianLahan

> 7550 7525 5012 25< 12100 8585 6060 4040 25< 25Tidak adaRinganSedangBeratSangat BeratS1S2S3N1N2

Sumber : Sys et al. (1991) 2.10. Klasifikasi Kesesuaian LahanKesesuaian lahan merupakan penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Klasifikasi kesesuaian lahan merupakan penilaian pengelompokan suatu kawasan tertentu. Klasifikasi kesesuaian lahan merupakan penilaian dan pengelompokan suatu kawasan tertentu dari lahan dalam hubungannya dengan penggunaan yang dipertimbangkan (FAO, 1976)dalamSitorus (1998).Struktur dari kesesuaian lahan menurut metode FAO (1976) yang terdiri dari empat kategori yaitu :(1) Ordo : menunjukkan jenis/macam kesesuaian atau keadaan kesesuaian secara umum.(2) Kelas : menunjukkan tingkat kesesuaian dalam ordo.(3) Sub-kelas : menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan di dalam kelas.(4) Unit : menunjukkan perbedaan-perbedaan kecil yang diperlukan dalam pengelolaan di dalam sub-kelas. OrdoTingkat ini menunjukkan apakah lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan tertentu. Oleh karena itu ordo kesesuaian lahan dibagi dua, yaitu : a. Ordo S : Sesuai Lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang dapat digunakan untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau dengan sedikit resiko kerusakan terhadap sumber daya lahannya. Keuntungan yang diharapkan dari hasil pemanfaatan lahan ini akan melebihi masukan yang diberikan. b. Ordo N : Tidak Sesuai Lahan yang termasuk ordo ini mempunyai pembatas sedemikian rupa sehingga mencegah suatu penggunaan secara lestari. KelasAda tiga kelas dari ordo tanah yang sesuai dan dua kelas untuk ordo tidak sesuai, yaitu :Kelas S1 : Sangat Sesuai Lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan secara lestari atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti dan tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksinya serta tidak akan menaikkan masukan dari apa yang telah biasa diberikan.Kelas S2 : Cukup SesuaiLahan yang mempunyai pembatas-pembatas agak berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan sehingga akan meningkatkan masukan yang diperlukan.Kelas S3 : Sesuai Marjinal Lahan yang mempunyai pembatas-pembatas yang sangat berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas atau keuntungan dan perlu menaikkan masukan yang diperlukan.Kelas N1 : Tidak Sesuai pada saat iniLahan yang mempunyai pembatas yang lebih berat, tetapi masih mungkin diatasi.Kelas N2 : Tidak Sesuai selamanyaLahan yang mempunyai pembatas yang permanen, mencegah segala kemungkinan penggunaan lahan. Sub KelasSub kelas kesesuaian lahan menggambatkan jenis faktor pembatas. Sub kelas ditunjukkan oleh huruf jenis pembatas yang ditempatkan sesudah simbol S2, S3, atau N sedangkan S1 tidak mempunyai sub kelas karena tidak mempunyai faktor pembatas.Beberapa jenis pembatas yang menentukan sub kelas kesesuaian lahan, yaitu : a. Pembatas iklim (c)b. Pembatas topografi (t)c. Pembatas kebasahan (w)d. Pembatas faktor fisik tanah (s)e. Pembatas faktor kesuburan tanah (f)f. Pembatas salinitas dan alkalinitas (n)BAB IIIPENUTUP3.1 KESIMPULAN Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi lahan untuk bermacam-macam alternatif penggunaan. Evaluasi kesesuaian lahan sangat fleksibel, tergantung pada keperluan kondisi wilayah yang hendak dievaluasi. Usaha-usaha perbaikan yang dilakukan terhadap lahan akan memberikan gambaran tentang penggunaan lahan secara optimal guna meningkatkan produktivitas lahan khususnya evaluasi lahan terhadap pembudidayaan tanaman duku (Abdullah, 1993). Tujuan dari evaluasi lahan adalah untuk menentukan nilai suatu lahan untuk tujuan tertentu.Usaha ini dapat dikatakan melakukan usaha klasifikasi teknis suatu daerah (Sinulingga, 2003). Fungsi evaluasi sumberdaya lahan adalah memberikan pengertian tentang hubungan-hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan berhasil.Manfaat dari evaluasi sumberdaya lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan lahan yang akan dilakukan. Hal ini penting terutama apabila perubahan penggunaan lahan tersebut diharapkan akan menyebabkan perubahan-perubahan besar terhadap keadaan lingkungannya.Evaluasi kesesuian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu (Sitorus, 1998). Menurut Husein (1981), evaluasi lahan adalah usaha untuk mengelompokkan tanah-tanah tertentu sesuai dengan kebutuhan tanaman. Kelas kesesuian lahan untuk suatu areal dapat berbeda tergantung dari penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan.Ada tiga metode pendekatan yang digunakan dalam evaluasi kesesuaian lahan yaitu dengan pendekatan pembatas, parametrik dan kombinasi pendekatan pembatas dan parametrik.DAFTAR PUSTAKA