Evaluasi Sistem Pengolahan IPAL RSPP.pdf

download Evaluasi Sistem Pengolahan IPAL RSPP.pdf

of 4

Transcript of Evaluasi Sistem Pengolahan IPAL RSPP.pdf

  • 5/19/2018 Evaluasi Sistem Pengolahan IPAL RSPP.pdf

    1/4

    EVALUASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH

    RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA (RSPP) JAKARTA

    EVALUATION IN WASTE WATER TREATMENT PLANT (WWTP)

    RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA (RSPP) JAKARTA

    Dianuari Kusumawardani

    1)

    Agus Jatnika Effendi

    2)

    Program Studi Teknik Lingkungan

    Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung,

    Jl Ganesha 10 Bandung 401321)[email protected])[email protected]

    Abstrak : Air limbah rumah sakit mengandung polutan yang bersifat toksik, infeksius, bahkan radioaktif

    sehingga berpotensi menimbulkan dampak terhadap pencemaran lingkungan. Kegiatan di rumah sakit juga akan

    menghasilkan timbulan air limbah domestik yang juga perlu untuk dikelola sebelum dibuang ke badan air

    penerima. Rumah Sakit Pusat Pertamina memiliki unit pengolahan limbah cair domestik yang memanfaatkan

    teknologi extended aeration yang terintegrasi dengan teknologi pengolahan limbah lainnya, sehingga

    menghasilkan effluen yang dapat digunakan kembali untuk keperluan lain pada rumah sakit ini. Effluen dari unit

    pengolahan ini memiliki kualitas yang dapat digunakan untuk kegiatan pertamanan dan cuci kendaraan setelahmelalui filtrasi menggunakan sand-carbon filtration. Kualitas air hasil olahan IPAL RSPP ini telah memenuhi

    baku mutu yang diatur pada Pergub Provinsi DKI Jakarta Nomor 122 tahun 2005 tentang baku mutu limbah cair

    domestik.

    Kata kunci: limbah cair domestik, IPAL, extended aeration, sand-carbon filtration

    Abstract : Hospital wastewater contains pollutants which are toxic, infectious, and even radioactive that

    potentially contribute to the environmental pollution. The hospital everyday activities will also produce

    domestic wastewater that need to be treated to be an environmentally safe fluid waste stream. Rumah SakitPusat Pertamina (RSPP) has their own domestic wastewater treatment plant that use extended aeration

    technology which is integrated with the other treatment to produce treated effluent that suitable for reuse. The

    effluent from the wastewater treatment plant in this hospital has reached the quality that can be use for watering

    the park or washing cars after being treated by sand-carbon filtration. The effluent quality has met the

    regulatory standard, which Jakarta Governor Decree No. 122 of 2005 about domestic effluent quality standard.Keywords : domestic wastewater, Wastewater Treatment Plant (WWTP), extended aeration, sand-carbon

    filtration.

    PENDAHULUAN

    Dalam rangka mengatasi permasalahan pencemaran badan air oleh air limbah rumah tangga,

    pemerintah provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Pergub Provinsi DKI Nomor 122 tahun 2005 tentang

    pengelolaan air limbah domestik individual, bahwa seluruh air limbah rumah tangga baik air limbah

    toilet maupun air limbah non toilet harus diolah dengan unit pengolahan air limbah setempat,

    selanjutnya air olahannya dibuang ke saluran umum. Salah satu sarana pelayanan masyarakat yang

    menaruh perhatian tinggi terhadap pengelolaan limbah domestiknya dengan mengembangkan sistem

    pengolahan setempat adalah Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) di Jakarta. Teknologi yang

    diterapkan pada IPAL di RSPP adalah extended aeration yang terintegrasi dengan teknologi

    pengolahan limbah lainnya sebagai tahap pengolahan pendahulu. Efluen dari IPAL ini kemudian

    diproses dengan sand-carbon filtration untuk dipergunakan kembali sebagai air penyiram tanaman

    dan cuci kendaraan.

  • 5/19/2018 Evaluasi Sistem Pengolahan IPAL RSPP.pdf

    2/4

    KONDISI EKSISTING

    Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) berfungsi untuk mengurangi beban zat-zat organik

    yang terkandung dalam air limbah hasil dari kegiatan rumah sakit. Prinsip dan dasar dari proses

    pengolahan adalah mengembangbiakkan serta mempertahankan kehidupan bakteri aerob di dalam air

    untuk menurunkan kadar organik dalam air limbah. Jumlah limbah cair di lingkungan RS PusatPertamina harus dikelola dalam IPAL ditentukan berdasarkan asumsi bahwa 80% dari pemakaian air

    bersih akan terbuang dalam bentuk limbah cair.

    Dari pendekatan tersebut maka setiap hari Instalasi Pengolahan Air Limbah harus mengelola

    limbah rata rata sebanyak 498,27 m3. Dari 498,27 m

    3/hari limbah cair tersebut, tidak seluruhnya

    disalurkan ke IPAL untuk diolah karena 10% dari total limbah cair tersebut merupakan buangan yang

    aman dan dapat langsung dibuang menuju badan air penerima. Sumber-sumber yang dianggap aman

    tersbut diantaranya adalah tempat wudhu dan wastafel (cuci tangan atau cuci muka). Sedangkan 90%

    sisanya harus diolah di IPAL terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air. Dari jumlah yang masuk

    ke IPAL, 40% nya merupakan limbah cair infeksius yang harus dilakukan pre-treatment sebelum

    masuk IPAL, seperti terlihat pada Gambar 1. Pre-treatment ini dilakukan pada air buangan yang

    berasal dari perawatan atau klinik, kegiatan operasi, rawat intensif, persalinan, dan pembersihan

    jenazah.

    Gambar 1 Skema Pengelolaan Air Limbah RSPP

    Secara umum, proses pengolahannya adalah air limbah rumah sakit ditampung kedalam bak

    penampung (Bak Sum Pit) yang berfungsi untuk bak kontrol aliran dan juga untuk memisahkan

    padatan dari air secara fisik. Air limbah dari bak penampung ini selanjutnya dipompa ke unit IPAL

    yang tertera pada Gambar 2. Di dalam unit IPAL tersebut, air limbah pertama masuk ke dalam bar

    screenlalu menuju bak ekualisasi dan selanjutnya masuk ke kolam aerasi. Setelah proses proses aerasi

    pada dua kolam sebelumnya, air dialirkan menuju bak pengendap. Dari bak ini, lumpur yang

    mengandung mikroorganisme dan sudah mengendap, dialirkan kembali menuju kolam pengolahan

    pertama dengan pompa sirkulasi lumpur. Air limpasan dari bak pengendap kemudian dialirkan

    menuju proses chlorinasi dengan pembubuhan Chlorine 60%, lalu ditampung pada bak penampung.

    Sebagian dari air olahan ini kemudian dialirkan menuju sand-carbon filter untuk selanjutnya

    digunakan sebagai air untuk kebutuhan pertamanan. Air yang tidak difiltrasi kemudian langsung

    dialirkan menuju sungai yang berada persis di sebelah Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta yaitu

    Anak Sungai Ciliwung yaitu kali Jelawe.

  • 5/19/2018 Evaluasi Sistem Pengolahan IPAL RSPP.pdf

    3/4

    (a) (b) (c) (d)

    ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari pengolahan limbah cair pada RS Pusat Pertamina ini,

    dapat ditentukan dengan menghitung efisiensi pengolahannya yang tertera pada Tabel 1.

    Tabel 1. Efisiensi Pengolahan pada IPAL RSPPParameter Influen Efluen Baku mutu

    Efisiensi

    (%)

    pH 7,3 7 6 - 9

    KMnO4 (mg/l) 115,65 2,12 85 98,2

    TSS (mg/l) 41 2 50 95,1

    NH3 (mg/l) 27,77 2,55 10 90,8

    Minyak dan

    Lemak (mg/l)0 0 10 0

    Metilen Blue

    (mg/l)0,2 0,03 2 85

    COD (mg/l) 137,82 3,85 80 97,2BOD (mg/l) 87,85 1,05 50 98,8

    (Sumber : Data Uji Agustus 2010)

    Berdasarkan data hasil uji pada influen serta efluen IPAL RSPP, terlihat bahwa air hasil olahan

    telah memenuhi baku mutu yang ditentukan yaitu Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor

    122 tahun 2005 tentang baku mutu limbah cair domestik. Hasil ini didapat setelah air limbah melalui

    proses pengolahan pada IPAL, diantaranya

    a. Bar screen

    Screen pada proses pengumpulan air limbah difungsikan untuk membuang atau mengurangi

    bahan pencemar padat (solid particle) yang akan berpengaruh terhadap pengolahan selanjutnya. Jenis

    saringan berupa saringan kasar dengan bukaan screening 20 -102 mm. Saringan halus sebagai sarana

    peningkatan efisiensi IPAL bukaannya kurang dari 0,5 inch. Efisiensi pada tahap ini 30 35 % beban

    hidrolis.

    b. Kolam ekualisasi

    Kolam ekualisasi yang terdapat pada RS Pusat Pertamina ini berbentuk persegi panjang dan

    terdapat dua buah kolam yang disusun secara seri. Berdasarkan kriteria desain, kedalaman minimum

    yang diperbolehkan untuk sebuah bak ekualisasi adalah 1,5 2 meter, dan kedalaman yang dimiliki

    oleh kolam ekualisasi di IPAL RS Pusat Pertamina ini adalah 3,9 m sehingga dapat disimpulkan

    bahwa perencanaannya sudah sesuai.

    Gambar 2.a.Bar Screen; b.Kolam Aerasi; c. Kolam Effluen; d.Sand-carbon filter

  • 5/19/2018 Evaluasi Sistem Pengolahan IPAL RSPP.pdf

    4/4

    c. Kolam Aerasi

    Kriteria desain yang diambil untuk mengevaluasi perencanaan kolam aerasi ini merupakan

    kriteria desain untuk proses activated sludge, sesuai dengan proses yang terjadi pada IPAL RS Pusat

    Pertamina ini. Berikut ini merupakan perhitungan waktu detensi untuk kolam aerasi berdasarakan

    kondisi eksisting.

    Kontrol Desain Kolam Aerasi

    1. Waktu Aerasi (td)Terdapat dua kolam aerasi yang disusun secara seri dengan dimensi yang sama.

    (tidak memenuhi)

    2. Organik Loading

    kg / m3 hari (tidak memenuhi)

    d. Bak Sedimentasi

    Lumpur yang mengendap pada dasar clarifier sebagian akan dipompakan ke tangki aerasi yang

    kemudian akan diaerasi kembali. Bak sedimentasi yang terdapat pada IPAL RS Pusat Pertamina

    memiliki bentuk persegi dengan panjang sisi 8 meter dan kedalaman 3,95 meter. Hal ini telah sesuai

    dengan kriteria desain yang ditentukan untuk bak sedimentasi menurut Metcalf & Eddy (2003).

    e. Kolam Klorinasi

    Metode desinfeksi yang digunakan dalam IPAL RS Pusat Pertamina adalah pembubuhan klor.

    Pada bak klorinasi ini harus terdapat sistem pembubuhan dan pengadukan antara klorin dengan air.

    Pengadukan akan efektif jika terjadi aliran turbulen, oleh karena itu kolam klorinasi pada IPAL ini

    dilengkapi dengan sistem baffle yang dapat menciptakan aliran turbulen yang dapat mengoptimalkan

    pengadukan.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Berdasarkan evaluasi yang dilakukan terhadap teknologi pengolahan air limbah di RS Pusat

    Pertamina, menunjukkan air hasil olahan telah memeuhi kulitas baku mutu yang ditentukan oleh

    peraturan daerah setempat. Namun, bila dilihat dari parameter BOD dan COD pada air limbah yang

    belum diolah, menunjukkan konsentrasi yang kecil untuk limbah domestik dan cenderung sudah

    mendekati baku mutu yang ditentukan. Oleh karena itu, pihak pengelola sebaiknnya melakukan

    tinjauan lebih lanjut mengenai efisiensi pengolahan limbah cair domestik yang menggunakan proses

    biologis ini dengan mempertimbangkan nilai BOD/COD yang kecil dan juga efisiensi pengolahan

    yang terus menerus mengalami penurunan.

    DAFTAR PUSTAKAArifin, M. 2008. Pengaruh Limbah Rumah Sakit terhadap Kesehatann. FKUIGubernur Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 122 tahun 2005

    tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik di Provinsi DKI Jakarta. JakartaMetcalf & Eddy. 1991. Wastewater Engineering: Treatment and Reuse. Mc Graw Hill. New Dehli

    [admin],http://en.wikipedia.org/wiki/Sewage_treatment#Treatment_in_the_receiving_environment,diakses tanggal 25 Juni 2012