Evaluasi program jaring pengaman sosial bidang kesehatan ... · PDF filelapangan kerja bagi...

7
134 Evaluasi program jaring pengaman sosial bidang kesehatan (JPS-BK) di Kabupaten Bengkulu Selatan, Propinsi Bengkulu, 2001 Hadi Pratomo*, Suriah**, Sarifah Y. Hediyati**, dan Mardewi* *Jurusan Pendidikan Kesehatan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, ** Peserta Program Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ABSTRAK Sejak 1998, Pemerintah melaksanakan program jaring pengaman sosial bidang kesehatan (JPS-BK) untuk meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat akibat krisis. Untuk penilaian efektifitas program tersebut British Council (BC) dikontrak untuk melakukan monitoring dan evaluasi program tersebut. Survei dilakukan dengan cara kuantitatif dan kualitatif. Evaluasi kualitatif bertujuan untuk menilai kelayakan pelaksanaan JPS-BK, penerimaan masyarakat dan kesesuaian dengan masalah yang ada serta persepsi tentang kualitas pelayanan yang diberikan. Lokasi yang dipilih adalah Kabupaten Bengkulu Selatan. Evaluasi kualitatif dilakukan dengan metoda wawancara mendalam dan diskusi kelompok. Data dianalisis menggunakan teknik content analysis dan matriks dari data kualitatif. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa Tim Koordinasi Kabupaten dan Kecamatan (TKKab & TKKec) masih bersifat formalitas. Diperkirakan 3 dari 10 penerima JPS-BK yang tepat sasaran karena belum ada data up-date sasaran. Agar lebih efektif pemberian makanan tambahan (PMT) perlu bersamaan dengan penyuluhan kesehatan. Informan tokoh masyarakat (Toma) mengusulkan agar program JPS-BK diteruskan karena banyak keluarga miskin (Gakin) yang belum memperolehnya. Kata kunci: Evaluasi, program, jaring pengaman sosial bidang kesehatan Evaluation of the social safety net for health program (SSNHP) in South Bengkulu District, Bengkulu Province, 2001 ABSTRACT Since 1998, the Government implemented Social Safety Net for Health Program (SSNHP). For evaluating the effectiveness of this program, the British Council (BC) was hired to conduct a sentinel survey in 13 provinces. The objectives of the qualitative evaluation were to assess the feasibility of the implementation of the SSNHP, community acceptance of the program and suitability of the program with the existing health problems. In addition, it was also aimed to assess the perceived quality of the health care. The survey was performed using both quantitative and qualitative methods. The qualitative evaluation was conducted using three methods, namely in depth interview, group discussion and focus group discussion. Data were analyzed using content analysis and matrix of qualitative data. The results showed that the Coordinating Team both at the district and sub-district level was still formality. It was estimated that about 3 out of 10 of the target of the SSNHP was inappropriate due to a lack of up-dated data on the poor families. The knowledge of the informants regarding SSNHP was insufficient. However, they strongly felt that the program was beneficial. Efforts to boost the motivation of the village midwife should be made so each of them could complete the administrative report timely. It was also suggested that the SSNHP should be kept going on in order to help many of the poor families who were not targeted yet. Keywords: Evaluation, program, social safety net for health J Kedokter Trisakti Oktober-Desember 2004, Vol. 23 No. 4

Transcript of Evaluasi program jaring pengaman sosial bidang kesehatan ... · PDF filelapangan kerja bagi...

Page 1: Evaluasi program jaring pengaman sosial bidang kesehatan ... · PDF filelapangan kerja bagi masyarakat banyak, kupon makan gratis bagi kelompok yang kurang gizi, dan memberikan pelayanan

134

Evaluasi program jaring pengaman sosial bidang kesehatan(JPS-BK) di Kabupaten Bengkulu Selatan,

Propinsi Bengkulu, 2001

Hadi Pratomo*, Suriah**, Sarifah Y. Hediyati**, dan Mardewi**Jurusan Pendidikan Kesehatan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat UniversitasIndonesia, ** Peserta Program Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

ABSTRAK

Sejak 1998, Pemerintah melaksanakan program jaring pengaman sosial bidang kesehatan (JPS-BK) untukmeningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat akibat krisis. Untuk penilaian efektifitas program tersebut BritishCouncil (BC) dikontrak untuk melakukan monitoring dan evaluasi program tersebut. Survei dilakukan dengancara kuantitatif dan kualitatif. Evaluasi kualitatif bertujuan untuk menilai kelayakan pelaksanaan JPS-BK,penerimaan masyarakat dan kesesuaian dengan masalah yang ada serta persepsi tentang kualitas pelayananyang diberikan. Lokasi yang dipilih adalah Kabupaten Bengkulu Selatan. Evaluasi kualitatif dilakukan denganmetoda wawancara mendalam dan diskusi kelompok. Data dianalisis menggunakan teknik content analysis danmatriks dari data kualitatif. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa Tim Koordinasi Kabupaten dan Kecamatan(TKKab & TKKec) masih bersifat formalitas. Diperkirakan 3 dari 10 penerima JPS-BK yang tepat sasarankarena belum ada data up-date sasaran. Agar lebih efektif pemberian makanan tambahan (PMT) perlu bersamaandengan penyuluhan kesehatan. Informan tokoh masyarakat (Toma) mengusulkan agar program JPS-BK diteruskankarena banyak keluarga miskin (Gakin) yang belum memperolehnya.

Kata kunci: Evaluasi, program, jaring pengaman sosial bidang kesehatan

Evaluation of the social safety net for health program (SSNHP)in South Bengkulu District, Bengkulu Province, 2001

ABSTRACT

Since 1998, the Government implemented Social Safety Net for Health Program (SSNHP). For evaluatingthe effectiveness of this program, the British Council (BC) was hired to conduct a sentinel survey in 13 provinces.The objectives of the qualitative evaluation were to assess the feasibility of the implementation of the SSNHP,community acceptance of the program and suitability of the program with the existing health problems. Inaddition, it was also aimed to assess the perceived quality of the health care. The survey was performed usingboth quantitative and qualitative methods. The qualitative evaluation was conducted using three methods, namelyin depth interview, group discussion and focus group discussion. Data were analyzed using content analysis andmatrix of qualitative data. The results showed that the Coordinating Team both at the district and sub-districtlevel was still formality. It was estimated that about 3 out of 10 of the target of the SSNHP was inappropriate dueto a lack of up-dated data on the poor families. The knowledge of the informants regarding SSNHP was insufficient.However, they strongly felt that the program was beneficial. Efforts to boost the motivation of the village midwifeshould be made so each of them could complete the administrative report timely. It was also suggested that theSSNHP should be kept going on in order to help many of the poor families who were not targeted yet.

Keywords: Evaluation, program, social safety net for health

J Kedokter Trisakti Oktober-Desember 2004, Vol. 23 No. 4

Page 2: Evaluasi program jaring pengaman sosial bidang kesehatan ... · PDF filelapangan kerja bagi masyarakat banyak, kupon makan gratis bagi kelompok yang kurang gizi, dan memberikan pelayanan

135

J Kedokter Trisakti Vol. 23 No. 4

PENDAHULUAN

Krisis ekonomi yang seperti terjadi di Asia danAmerika Latin, dan pasar dunia lain, menggarisbawahi pentingnya jaring pengaman sosial (JPS).Masyarakat miskin dan kelompok rawan lainnya,biasanya menghadapi masa kesulitan yang segeradan sering pada masa krisis ekonomi atau keadaangawat darurat lainnya. Terlebih lagi, walaupundalam kemakmuran ekonomi, ada beberapakeluarga yang mengalami kesulitan dikarenakankehilangan pekerjaan, sakit, atau kemiskinan yangtelah berlangsung lama. Jaring pengamanmerupakan gambaran yang permanen dari kebijakansosial. Pada kondisi yang baik, JPS membantukeluarga-keluarga pada keadaan yang sulit. Padakondisi buruk, akan menjadi lebih mudah dan efektifuntuk menyebarluaskan program yang telah adadibandingkan untuk membentuk dari awal pada saatkeadaan gawat darurat.(1)

Program JPS yang dilakukan di banyak negarabervariasi. Menurut Grosh (2001),(2) kegiatan JPSyang banyak digunakan adalah menyediakanlapangan kerja bagi masyarakat banyak, kuponmakan gratis bagi kelompok yang kurang gizi, danmemberikan pelayanan kesehatan dan pendidikansecara gratis. Sebagai contoh, Colombiamengadakan program bagi keluarga miskin (Gakin)dengan memberikan uang tunai kepada Gakintersebut, dengan syarat keluarga harus dapatmenjamin anak-anak mereka mendapatkanpelayanan kesehatan dan pendidikan. Melaluiprogram ini diharapkan akan dapat membantu lebihdari satu juta anak.(1) Sedangkan yang dilakukanoleh Korea untuk menanggulangi banyaknyapengangguran dengan cara membuat program kerjayang melibatkan masyarakat banyak.(2)

Untuk dapat meningkatkan keadaan kesehatandan gizi masyarakat dan Gakin, pemerintahIndonesia mengadakan program JPS salah satunyaadalah jaring pengaman sosial bidang kesehatan(JPS-BK). Menurut laporan kemajuan darisekretariat tim koordinasi pengelolaan program-program (TKPP) JPS Pusat, total alokasi dana JPS-BK adalah sebesar Rp 1,030 trilyun dandilaksanakan dalam 4 tahap pencairan dana.(3) JPS-

BK menyandang peran strategis dalam melindungikelompok rentan, terutama ibu hamil dan anak umur0-24 bulan yang menjadi tumpuan masa depanbangsa. JPS-BK dirancang sebagai proyek dengansasaran spesifik Gakin. Kegiatan pelayanan yangdiberikan dalam JPS-BK meliputi pengobatan,pelayanan rujukan, suplementasi gizi danpengendalian wabah.(4) Untuk meningkatkanefisiensi dan melakukan penilaian efektifitasprogram JPS-BK pihak British Council (BC)dikontrak oleh Badan Perencanaan PembangunanNasional (Bappenas) untuk memonitor danmengevaluasi implementasi dari JPS-BK tersebut.

Untuk memonitor pelaksanaan Program JPS-BK, BC dengan dukungan dana Asian DevelopmentBank (ADB) ditugaskan melakukan Survei Sentineldi 13 propinsi yaitu Sumatera Utara, Riau,Bengkulu, Lampung, Daerah Khusus Ibukota (DKI)Jakarta, Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan,Sulawesi Tenggara, Kalimantan Tengah,Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT),dan Irian Jaya. Tujuan dari survei ini adalah untukmemonitor peningkatan kinerja Puskesmas dalammelaksanakan program JPS-BK. Survei dilakukanmenggunakan dua metode yaitu kuantitatif dankualitatif. Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Indonesia (FKM UI) ditugaskanmelakukan evaluasi komponen kualitatif. Evaluasikualitatif ini dilakukan dengan tujuan untuk menilaikelayakan pelaksanaan JPS-BK, penerimaanmasyarakat dan kesesuaian dengan masalah yangada serta persepsi tentang kualitas pelayanan yangdiberikan.

METODE

Sampel kabupaten dipilih secara purposif yangmemenuhi kriteria mempunyai cakupan danpenyaluran dana JPS-BK yang buruk danpendapatan per kapita yang rendah yaitu KabupatenBengkulu Selatan. Berdasarkan kecukupaninformasi dan waktu yang tersedia jumlah informanditentukan sebagai berikut: Kepala Dinas Kesehatan(Kadinkes) 1 orang, Kepala Pusat KesehatanMasyarakat (Kapuskesmas) 2, staf Puskesmas danbidan 24, tokoh masyarakat (Toma) 16, kader 6,

Page 3: Evaluasi program jaring pengaman sosial bidang kesehatan ... · PDF filelapangan kerja bagi masyarakat banyak, kupon makan gratis bagi kelompok yang kurang gizi, dan memberikan pelayanan

136

ibu yang memiliki kartu sehat (KS) 20, dan ibubalita gizi buruk (IBGB) 6. Jumlah semua informanadalah 65 orang.

Yang dimaksud dengan kelayakan pelaksanaanprogram JPS-BK adalah peran Tim KoordinasiKabupaten/Kecamatan (TK Kab/Kec), kriteriasasaran JPS-BK, penyaluran dana dan pelaksanaanJPS-BK itu sendiri. Sedangkan yang dimaksuddengan penerimaan masyarakat dan kesesuaiandengan masalah kesehatan yang ada meliputi:persepsi mengenai masalah kesehatan, imunisasidan keluarga berencana (KB) serta pengetahuantentang JPS-BK dan persepsi terhadap manfaatprogram itu sendiri. Persepsi tentang kualitaspelayanan adalah tanggapan informan terhadappelayanan yang mereka terima. Penjelasan tentanginformasi yang dikumpulkan, informan besertajumlahnya, dan metode pengumpulan data dapatdilihat pada Tabel 1.

Penelitian ini menggunakan pendekatankualitatif dengan metode pengumpulan data melaluiwawancara mendalam (WD) dan diskusi kelompok(DK). Pengumpul data untuk WD adalah peneliti /staf FKM UI dibantu peserta Program Pascasarjana(S2) FKM dan staf Persatuan Keluarga BerencanaIndonesia (PKBI) setempat yang telah dilatih.

Moderator DK adalah peneliti dibantu oleh pesertaProgram Pascasarjana (S2) FKM UI sebagainotulis. Sedangkan analisis data dilakukan dengananalisis isi (content analysis) yang sebelumnyadiolah dulu dengan membuat matriks data kualitatif.

HASIL

Karakteristik informanInforman petugas kesehatan terdiri dari

Kadinkes, Kapuskesmas, staf Puskesmas, dan bidanberumur rata-rata di atas 30 tahun. Latar belakangpendidikan Kadinkes dan Kapuskesmas adalahkedokteran, sedangkan staf Puskesmas dan bidansesuai dengan pekerjaan profesi mereka, denganmasa kerja di atas 5 tahun. Untuk Toma, usiamereka berkisar 27-65 tahun dengan pendidikanterakhir rata-rata. Sekolah Menengah Umum(SMU) dan latar belakang pekerjaan merekabervariasi antara lain nelayan, guru, petani, danpedagang. Sedangkan informan kader berumur 25-45 tahun, dengan latar belakang pendidikan yangbervariasi pula. Demikian pula dengan pekerjaanmereka antara lain ibu rumah tangga, guru agama,guru Sekolah Dasar (SD), dan pedagang dan masakerja mereka rata-rata di atas 10 tahun.

Tabel 1. Matriks metode kualitatif

Keterangan :TKK/TK Kec: Tim koordinasi kabupaten/kecamatan; Toma: tokoh masyarakat; JPSBK: jaring pengamansosial bidang kesehatan; WD: wawancara mendalam; KS: kartu sehat; DK: diskusi kelompok; Kadinkes:Kepala Dinas Kesehatan; Puskesmas: Pusat Kesehatan Masyarakat; IBGB: ibu balita gizi buruk

Pratomo, Suriah, Hediyati, Mardewi Jaring pengaman sosial bidang kesehatan

Page 4: Evaluasi program jaring pengaman sosial bidang kesehatan ... · PDF filelapangan kerja bagi masyarakat banyak, kupon makan gratis bagi kelompok yang kurang gizi, dan memberikan pelayanan

137

J Kedokter Trisakti Vol. 23 No. 4

Informan penerima JPS-BK diwakili oleh ibupemilik KS berjumlah 20 orang yang berumur 20-40 tahun dan latar belakang pendidikan bervariasiantara tidak tamat SD hingga tamat SMU.Pekerjaan mereka adalah petani, pedagang, dan iburumah tangga. Rata-rata anak yang dipunyai adalah2 tapi salah satu ibu KS ada yang memiliki anak 6orang. Untuk kepemilikan kartu sehat, rata-ratamereka telah memilikinya selama satu atau duatahun.

Untuk informan IBGB, rata-rata pendidikanmereka adalah SMP, sedangkan di wilayah desasemua IBGB tidak tamat SD. Di wilayah kotamereka adalah ibu rumah angga, sedangkan diwilayah desa, IBGB bekerja di kebun atau diindustri rumah tangga agar dapat membantupendapatan keluarga. Pekerjaan suami merekasendiri bervariasi seperti nelayan, petani, buruhharian, dan supir. Jumlah anak yang dimiliki rata-rata 2-3 anak tetapi salah satu mempunyai 7 anakdan yang lainnya mempunyai 3 balita.

Kelayakan Pelaksanaan Program JPS-BK

Peran tim koordinasi kabupaten/kecamatan(TKKab/TKKec)

Menurut Kadinkes, TKKab hanya bersifatformalitas, di mana kegiatan pelaporan aktif jikaada dana. Terlihat bahwa Badan KoordinasiKeluarga Berencana Nasional (BKKBN)merupakan anggota yang sangat aktif dan JPS-BKbukan merupakan prioritas bagi TKKab. Bahkanmenurutnya, banyak inisiatif yang dilakukan sendirikarena yang bersangkutan adalah SekretarisTKKab.

Di Kabupaten Bengkulu Selatan, peranTKKec tidak berperan banyak. Informasi yangberhasil didapat hanyalah bahwa camat pernahmelakukan satu kali pertemuan untukmensosialisasikan JPS di wilayah kota. Sedangkandi desa, camat mempunyai kepedulian terhadapmasalah kesehatan.

Kriteria sasaran JPS-BKMenurut Kadinkes, kriteria JPS-BK yang

digunakan berdasarkan standar dari BKKBN yang

dimodifikasi. Diperkirakan hanya 3 yang tepat diantara 10 sasaran dikarenakan KS diberikan kepadaorang yang kenal dengan bidan di desa (BdD).Sedangkan di kecamatan kota menurutKapuskesmas sasaran secara keseluruhan telahtepat akan tetapi proporsi antar desa tidak sama.

Menurut BdD, dalam menentukan sasaran,dilakukan kerjasama dengan petugas lapangankeluarga berencana (PLKB), lurah dan pihakPuskesmas dan menurut mereka sasaran sudahtepat. Hal yang sama dikemukakan oleh bidan, yangmenjadi masalah adalah sering timbul protes dariyang tidak menerima KS, bahkan ada beberapa yangsudah meminta surat keterangan dari lurah sebelumke bidan untuk minta KS.

Penyaluran danaMenurut Kadinkes, alokasi dana disesuaikan

dengan jumlah Gakin. Selain itu prosedur pencairandana tidak dapat dikontrol karena tidak ada laporanyang masuk. Di wilayah kota, baik staf maupunKapuskesmas dan bidan merasa tidak ada masalahdengan penyaluran dana. Bidan menyatakan untukpertanggungjawaban dana merepotkan karenauangnya harus dirinci dan tidak ada ganti rugiterhadap obat-obatan yang telah digunakan. Diwilayah pedesaan, staf Puskesmas tidak mengetahuiapapun tentang dana, mereka hanya melaksanakanpelayanan. Di kedua wilayah, masyarakat mengeluhmengenai penundaan penyaluran dana tahap kedua.

Pelaksanaan programMenurut Kapuskesmas di kedua wilayah, bagi

pemilik KS diberikan pelayanan kesehatan di semuapoklinik Puskesmas antara lain pengobatan, KB,imunisasi, gizi dan gigi. Bahkan menurutKapuskesmas di wilayah kota, dikenal KS “jaga-jaga” bagi masyarakat yang akan datang memintaKS untuk keperluan operasi atau sakit berat. StafPuskesmas dan bidan menginformasikan setiapGakin mendapatkan pelayanan secara gratis. Akantetapi terkadang ada masyarakat yang tidakmempunyai KS, tetapi meminta pelayanan secaragratis. Ada pula Gakin yang seharusnya diberi KS,tetapi yang bersangkutan tidak mau karena tidakmau disebut miskin. Bila ada masyarakat non-gakin

Page 5: Evaluasi program jaring pengaman sosial bidang kesehatan ... · PDF filelapangan kerja bagi masyarakat banyak, kupon makan gratis bagi kelompok yang kurang gizi, dan memberikan pelayanan

138

yang datang berobat, tetapi memiliki KS, makakartunya akan ditarik. Menurut bidan, untukpelayanan kehamilan seringkali ibu hamil (Bumil)KS melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilanlebih dari 4 kali. Walaupun dana tidak turun,pelayanan masih tetap diberikan oleh bidan. Selainitu masalah lain yang dihadapi adalah peralatan danobat-obatan untuk persalinan oleh bidan tidakdiganti oleh dokter Puskesmas.

Menurut Kapuskesmas masalah yang dihadapiadalah kesulitan untuk mendeteksi anak yangmengalami kurang gizi, di mana biasanya si ibutidak lagi membawa anaknya ke Pos PelayananTerpadu (Posyandu) setelah usia satu tahun(imunisasi telah lengkap). Menurut staf Puskesmas,sasaran untuk pemberian makanan tambahan(PMT) diperoleh dari bidan antara lain bayi, balita,ibu nifas (Bufas) dan Bumil. Masalah laindiinformasikan oleh bidan yaitu makanan tambahanyang diberikan sering dimakan oleh anggotakeluarga lainnya dan terkadang susu yang diberikantidak disukai anak-anak maupun Bumil.

Di wilayah kota, Kapuskesmasmenginformasikan bahwa dana yang tersedia bagipelaksanaan revitalisasi Posyandu dibagi secara ratake semua Posyandu. Sementara itu di wilayah desa,Kapuskesmas terlihat tidak peduli terhadap programrevitalisasi Posyandu dikarenakan tidak adanyasosialisasi program kepada staf Puskesmas. Dikedua wilayah, berdasarkan informasiKapuskesmas dan staf Puskesmas, penyakitmenular yang banyak ditemui adalah tuberkulosis.Sementara itu staf Puskesmas di wilayah desamengindikasikan bahwa penyakit menular yangbanyak ditemui adalah infeksi saluran pernapasanakut (ISPA), diare dan lepra. Untuk programimunisasi, di wilayah kota ada ibu yang kadang-kadang menyediakan alat suntik mereka sendiri.

Untuk monitoring, Kadinkes menginformasikanbahwa monitoring dilakukan melalui Unit KeluhanMasyarakat (UKM) dan Lembaga SwadayaMasyarakat (LSM) “Semaku” dan “Forum LintasPeduli”. Di wilayah kota, menurut Kapuskesmas,monitoring dilakukan melalui laporan yangdimasukkan oleh bidan. Sedangkan di wilayah desa,Kapuskesmas tidak mengetahui tentang kegiatanmonitoring.

Penerimaan Masyarakat dan Kesesuaian denganMasalah yang Ada

Persepsi tentang masalah kesehatan, imunisasidan KB

Menurut Ibu KS dan IBGB, untuk makanansehari-hari, yang dipentingkan adalah nasi, denganlauk sayur, tempe, dan ikan, sedangkan konsumsitelur jarang dan daging bila ada pesta.Diinformasikan bahwa makanan bagi balita danorang tua sama saja, hanya yang membedakanadalah makanan untuk balita tidak pedas. Untukpemberian makanan tambahan bagi bayi, menurutToma, ibu KS dan IBGB, biasanya diberikanpromina, nasi tim dan pisang. Informasi dari kadermengenai PMT yang diberikan di Posyandu berupabubur kacang hijau, telur, sayur sop dan pisang yangdimasak oleh kader dan dana diperoleh daripembangunan desa (Bangdes) dan secara sukarela.

Menurut Toma, persalinan, umumnya ditolongoleh BdD dan dukun. Alasan yang dikemukakanbila dengan dukun antara lain dapat dibayar denganbarang, lebih dekat, dan biasanya kalau ditolongdukun tidak hanya sekedar dibantu persalinannyatetapi juga dipijit. Sedangkan informasi mengenaiimunisasi, menurut ibu KS, hampir semua anakdiimunisasi agar kebal dari penyakit dan sehat. Tapimenurut IBGB, ada pula anaknya yang tidak pernahdiimunisasi karena malu bila bertemu denganmasyarakat “diolok-olok” karena anaknya banyak.

Menurut informasi ibu KS di wilayah kota,mereka menggunakan pil untuk alat kontrasepsi,karena cocok dan tidak ada efek samping.Sedangkan IBGB, menggunakan alat KB suntik.Ada pula IBGB yang berhenti menggunakan alatkontrasepsi karena harus membayar setengah hargadi Puskesmas.

Pengetahuan tentang JPS-BK dan Persepsiterhadap manfaat JPS-BK

Informan Toma berpendapat bahwa merekabaru mendengar mengenai JPS-BK. Bahkanmenurut informan kader, JPS-BK merupakanbantuan kesehatan dari Jepang. Ibu KS dan IBGBsendiri berpendapat bahwa KS digunakan untukberobat ke Puskesmas gratis, yang ditujukan untukorang-orang yang tidak mampu atau miskin.

Pratomo, Suriah, Hediyati, Mardewi Jaring pengaman sosial bidang kesehatan

Page 6: Evaluasi program jaring pengaman sosial bidang kesehatan ... · PDF filelapangan kerja bagi masyarakat banyak, kupon makan gratis bagi kelompok yang kurang gizi, dan memberikan pelayanan

139

J Kedokter Trisakti Vol. 23 No. 4

Baik Kadinkes dan staf Puskesmasmengindikasikan bahwa JPS-BK menyebabkanbeban kerja mereka menjadi bertambah dan tidakadanya insentif bagi pegawai Puskesmas. Diwilayah kota, Kapuskesmas berpendapat bahwaJPS-BK tidak memberikan manfaat banyak bagimasyarakat dikarenakan masyarakat masih mampumembayar perawatan kesehatan di Puskesmas.Sedangkan di wilayah desa, Kapuskesmasberpendapat bahwa JPS sangat bermanfaat bagiGakin dalam mendapatkan pelayanan kesehatangratis, rujukan ke rumah sakit dan pelayanan KB.Melalui JPS mereka merasa dapat melakukan halyang baik bagi kepentingan masyarakat.

Persepsi tentang kualitas pelayananMenurut informasi ibu KS dan IBGB di kedua

wilayah, tidak ada perbedaan pelayanan antara yangmempunyai KS dan tidak. Namun demikian diPuskesmas pembantu (Pustu), menurut IBGB diwilayah perkotaan, mereka tetap harus membayarsetengah biaya pelayanan walaupun merekamemiliki KS (seharusnya gratis) dan mereka merasadiperlakukan berbeda dikarenakan merekamempunyai KS.

Menurut Toma, pelayanan yang diberikan olehPuskesmas di wilayah kota dirasakan cukup baik.Namun, masih dilaporkan Puskesmas dibukaterlambat dan tutup lebih cepat dari waktu yangseharusnya. Toma di wilayah desa memberikaninformasi bahwa masyarakat tidak banyak yang kePuskesmas dikarenakan lokasi yang jauh. Selain itu,Puskesmasnya kurang bersih dan jam pelayanannyaterlambat walaupun pelayanan Puskesmas dianggapbaik.

PEMBAHASAN

Di Kabupaten Bengkulu Selatan TKKab danTKKec tidak berperan aktif. Seharusnya TKKmempunyai peran dalam menetapkan data sasaransebagai dasar penetapan alokasi dana untuk setiapPuskesmas dan BdD. Di sini yang terlihat berperanaktif hanyalah Kadinkes, sedangkan seharusnyaTKKab beranggotakan wakil dari Dinkes, BKKBN,Pendidikan Agama, dan Sosial dan diketuai olehketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(Bappeda) kabupaten atau kota. Sedangkan TKKecdiketuai oleh camat dan beranggotakanKapuskesmas, Kepala Kantor Pendidikan danKebudayan Kecamatan, Kepala Kantor UrusanAgama (KUA) dan lintas sektor terkait lainnya sertasemua kepala desa/lurah di wilayah kecamatan.(5)

Salah satu masalah yang dihadapi dalampelayanan khusus Gakin adalah penetapan sasaran.Informasi yang didapat dari informan memberipetunjuk banyak penerima KS yang tidak sesuaidengan kriteria. Hal ini berdampak pada penyerapandana ke tingkat pusat. Untuk itu perlu dilakukanpemutakhiran data sasaran yang harus dilakukansecara transparan dan diyakini kebenarannya olehmasyarakat setempat. Sebagai contoh, bila adakeluarga yang termasuk miskin dalam daftarkeluarga miskin, tetapi tidak miskin lagi, makakeluarga tersebut harus dikeluarkan dari daftarsasaran program JPS-BK. Kemudian hasil validasidata sasaran ditetapkan oleh kepala desa, untukkemudian disampaikan ke Puskesmas.(6) Hal iniberhubungan dengan pencairan dana yang tidakdapat dikontrol dikarenakan tidak adanya laporanyang masuk. Terlebih lagi di wilayah desa, merekatidak mengetahui apa-apa mengenai dana.

Dalam pelaksanaan program JPS-BK terlihatpelayanan yang diberikan telah mencakup semuapelayanan. Bahkan beberapa ibu hamil yangmempunyai kartu JPS-BK memeriksakankehamilannya lebih dari 4 kali, walaupun demikianbidan tetap memberikan pelayanan sebagaimanamestinya. Namun ditemui kesulitan untukmenentukan balita yang mengalami status gizi yangburuk dan makanan tambahan yang tidak diberikankepada sasaran yang seharusnya. Pemberianmakanan tambahan dapat diberikan berupa susuatau ditambah dengan pendamping lainnyamengingat PMT yang sekarang dibagikan miripmakanan pokok sehari-hari dan berasal dari daerahsetempat.(3) Namun perlu disadari bahwa upayapenanggulangan masalah gizi kurang melaluiprogram JPS-BK merupakan salah satu programyang tepat dalam mencegah memburuknya keadaangizi generasi di masa yang akan datang.(7)

Untuk persepsi masalah kesehatan, informasiyang didapat dari informan ibu KS dan IBGB, untukkonsumsi protein hewani hanya diperoleh dari ikan,

Page 7: Evaluasi program jaring pengaman sosial bidang kesehatan ... · PDF filelapangan kerja bagi masyarakat banyak, kupon makan gratis bagi kelompok yang kurang gizi, dan memberikan pelayanan

140

juga makanan untuk balita yang tidak dibedakandengan makanan orang dewasa. Untuk persalinan,masih ada ibu yang melahirkan dengan dukun, tidakdengan bidan. Sedangkan untuk imunisasi danpenggunaan alat KB dirasa sudah cukup baik,walaupun masih ada beberapa informan yang belummengimunisasikan anaknya dan tidak menggunakanalat KB. Pengetahuan informan yaitu Tomaterhadap JPS-BK dirasa masih kurang bahkanmasih ada yang salah persepsi. Namun demikian,program ini dirasa sangat bermanfaat bagi keluargamiskin. Di wilayah desa, persepsi kualitas pelayananyang diberikan oleh petugas kesehatan terhadappenerima program JPS-BK dirasakan tidak adaperbedaan oleh informan. Artinya pelayananpetugas terhadap pengguna JPS maupun bukanpengguna JPS dianggap sama. Namun tidakdemikian dengan wilayah kota, di mana informanpengguna JPS harus membayar setengah dari biayapelayanan yang seharusnya gratis dan mereka jugamerasakan perlakuan yang berbeda dengan pasienlain yang tidak menggunakan kartu JPS.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil di atas dapat ditarik kesimpulanbahwa TKK baik TKKab dan TKKec masihbersifat formalitas, belum berperan dalampelaksanaan program JPS-BK. Diperkirakan masihbanyak penerima JPS-BK yang belum tepat sasarandan belum adanya pemutakhiran data sasaran.Kurangnya pengontrolan dana menyebabkan tidakmasuknya laporan pertanggungjawaban yangseharusnya dilakukan. Masalah-masalah kesehatanyang ditemui yaitu konsumsi makanan dirasa masihkurang, demikian juga dengan persalinan yangmasih dilakukan oleh dukun. Namun ada pulamasalah kesehatan yang telah membaik sepertiimunisasi dan penggunaan alat KB. Dari informanToma dirasakan kurangnya pengetahuan dansosialisasi terhadap program JPS-BK. Dilihat daripersepsi kualitas pelayanan, masih ada IBGB yangmerasakan diperlakukan berbeda dalam

mendapatkan pelayanan di pusat kesehatandibandingkan dengan pasien lain dikarenakanmenggunakan kartu JPS-BK. Kriteria sasaranprogram JPS-BK sebaiknya dipantau oleh semuapihak, tidak hanya oleh bidan di desa saja, agarpenerimaan ibu balita lebih baik. Juga diusulkanmemotivasi BdD untuk memberikan laporanpertanggungjawaban sehingga dapat dipantaupenyaluran dan penyerapan dana. Program JPS-BKdiusulkan sebaiknya dilanjutkan karena masihbanyak Gakin yang menghadapi masalah ekonomidi wilayah ini.

UCAPAN TERIMA KASIH

Evaluasi ini terlaksana karena didukung olehbantuan dana dari ADB melalui BC.

Daftar Pustaka

1. Social safety nets. 2003. Available at: http://www.worldbank.com. Akses tanggal 5 Nopember2003.

2. Grosh M. Weaving the social safety net. 2001.Available at: http://www.worldbank.com. Aksestanggal 5 Nopember 2003.

3. Kusnanto H. Ketepatan sasaran keluarga miskindalam JPS-BK: survei di Jateng, Jatim BagianSelatan dan DIY. Medika, 1999. Edisi khususSeptember: 24-26.

4. Departemen Kesehatan RI. Pedoman pelaksanaanprogram jaring pengaman sosial bidangkesehatan (JPS-BK). Jakarta: DepartemenKesehatan; 1999.

5. Departemen Kesehatan RI. Petunjuk teknisprogram jaring pengaman sosial bidangkesehatan (JPS-BK) Bagi Bidan di Desa. Jakarta:Departemen Kesehatan; 1999.

6. Laporan Tahunan Tim Pengendali JPS, 2000.Available at: http://www.jps.or.id. Akses tanggal5 Nopember 2003

7. Hadju V, Thaha AR, Dahlan DM, dan Ramli.Status gizi anak balita pada keluarga miskin diPropinsi Sulsel. Medika, 1999. Edisi khususSeptember: 27-32.

Pratomo, Suriah, Hediyati, Mardewi Jaring pengaman sosial bidang kesehatan