Evaluasi Program ISPA Loji_pian

47
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Pneumonia atau sering disebut oleh umum sebagai penyakit radang paru-paru bisa menyerang di semua tingkat umur. Jika pneumonia terjadi pada remaja dan orang dewasa, diagnosa yang dilakukan tidak terlalu sulit karena penderita bisa menyebutkan keluhannya secara terperinci kepada dokter atau petugas paramedis. Lain halnya jika pneumonia menyerang anak-anak terlebih para balita. Mereka tidak atau belum bisa menyebutkan keluhan atas penyakit yang dideritanya. Ini menjadi tugas para orang tua, terlebih mereka yang masih memiliki anak balita, untuk dapat segera tahu dan memahami jika anaknya terserang pneumonia atau penyakit lainnya. Sebab pneumonia pada balita tidak atau jarang menunjukkan gejala yang khas. 1 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) diklasifikasikan menjadi pneumonia dan bukan pneumonia, berdasarkan gejalanya. 1 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian anak bawah lima tahun (Balita). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga 1

Transcript of Evaluasi Program ISPA Loji_pian

Bab IPendahuluan

1.1 Latar belakang

Pneumonia atau sering disebut oleh umum sebagai penyakit radang paru-paru bisa menyerang di semua tingkat umur. Jikapneumonia terjadi pada remaja dan orang dewasa, diagnosa yang dilakukan tidak terlalu sulit karena penderita bisa menyebutkan keluhannya secara terperinci kepada dokter atau petugas paramedis. Lain halnya jika pneumonia menyerang anak-anak terlebih para balita. Mereka tidak atau belum bisa menyebutkan keluhan atas penyakit yang dideritanya. Ini menjadi tugas para orang tua, terlebih mereka yang masih memiliki anak balita, untuk dapat segera tahu dan memahami jika anaknya terserang pneumonia atau penyakit lainnya. Sebab pneumonia pada balita tidak atau jarang menunjukkan gejala yang khas.1Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) diklasifikasikan menjadi pneumonia dan bukan pneumonia, berdasarkan gejalanya. 1 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian anak bawah lima tahun (Balita). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura.WHO memperkirakan kematian balita akibat pneumonia mencapai 10% - 20% pertahun dari seluruh jumlah balita bila tidak diberi pengobatan. Menurut laporan WHO dan UNICEF (The United Nations Children's Fund) pada tahun 2006, Indonesia menduduki peringkat ke-6 di dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai enam juta jiwa.6,7

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan; prevalensi nasional ISPA: 25,5% (16 provinsi di atas angka nasional), angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada Bayi: 2.2 %, Balita: 3%, angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8%, dan Balita 15,5%. Menurut Riskesdes tahun 2007,ISPA (pneumonia) merupakan peyakit penyebab kematian kedua setelah diare diantara balita 2,3. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA/Pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita. 4

Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi.4

Salah satu target MDG 4 (Millenium Development Goal) adalah menurunkan angka kematian balita tahun 2015 menjadi 2/3 dari tahun 1990. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menurunkan angka kematian balita akibat Pneumonia yang merupakan penyebab utama kematian balita. Agar upaya itu tercapai diperlukan upaya pengendalian Pneumonia pada balita yang menyeluruh, komprehensif dan terpadu.9,10Puskesmas Loji saat ini melaksanakan program P2ISPA. Program ini bertujuan meningkatkan cakupan penemuan dini dan tatalaksana pneumonia pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Loji. Berdasarkan data pada periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2013 didapatkan 2582 kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), yang terdiri dari 457 kasus pneumonia dan 2125 kasus bukan pneumonia. Yang menjadi permasalahan di Puskesmas Loji adalah belum diketahuinya keberhasilan program P2ISPA untuk periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2013. 71.2 Permasalahan

1. Balita merupakan kelompok yang sering terkena Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) terutama pneumonia.2. Persentase kematian akibat pneumonia dari balita yang tidak mendapat pengobatan ialah 10% 20% per tahun menurut data WHO.3. Indonesia di posisi ke-6 di dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai enam juta jiwa. (WHO dan UNICEF).4. Penyakit Pneumonia pada balita adalah penyebab kematian ke dua setelah diare (Riskesdes, 2007).5. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA/Pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita.6. Keberhasilan program P2ISPA di Puskesmas Loji untuk periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2013 masih belum diketahui.1.3 Tujuan

1.31 Tujuan umum :

Mengetahui tingkat keberhasilan program pemberantasan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loji. Puskesmas Loji Kecamatan Tegalwaru periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2013.

1.32 Tujuan khusus :

1. Diketahuinya cakupan penemuan penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loji Kecamatan Tegalwaru periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2013.

2. Diketahuinya cakupan penentuan diagnosis penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loji Kecamatan Tegalwaru periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2013.

3. Diketahuinya cakupan pengobatan penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loji Kecamatan Tegalwaru periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2013.

4. Diketahuinya jumlah rujukan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loji Kecamatan Tegalwaru periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2013.

5. Diketahuinya cakupan penyuluhan baik secara kelompok maupun perorangan mengenai Infeksi Saluran Pernapasan Akut di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loji Kecamatan Tegalwaru periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2013.

6. Diketahuinya pelatihan kader untuk mendeteksi dini penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loji Kecamatan Tegalwaru periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2013.

7. Diketahuinya cakupan pencatatan dan pelaporan penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loji Kecamatan Tegalwaru periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2013.

1.4 Manfaat

1. Manfaat bagi evaluator

a. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh ketika kuliah.

b. Mengembangkan kemampuan, minat dan bakat dalam mengevaluasi suatu program kesehatan di puskesmas.

c. Mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas tentang program pemberantasan penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).2. Manfaat bagi perguruan tinggi

a. Mengamalkan Tridharma perguruan tinggi

b. Memperkenalkan Fakultas Kedokteran UKRIDA kepada masyarakat.

c. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya dibidang kesehatan.

3. Manfaat bagi puskesmas

a. Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan meningkatkan kemampuan petugas dalam melakukan diagnosa dini, pengobatan yang tepat, rujukan, dan upaya untuk mengurangi faktor resiko.

b. Adanya dukungan pendidikan dan pelatihan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya di wilayah kerja Puskesmas Loji untuk dapat melaksanakan program pemberantasan ISPA dengan lebih baik.

4. Manfaat bagi masyarakata. Mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik di Puskesmas.

b. Memperoleh pengetahuan dan informasi tentang penyakit ISPA sehingga dapat mengubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat.

c. Sebagai media komunikasi, informasi, dan edukasi tentang ISPA.

1.5. Sasaran Seluruh Balita yang bertempat tinggal di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loji Kecamatan Tegalwaru pada periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2013.Bab II

Materi dan Metode

2.1. Materi

Materi yang dievaluasi dalam program ini berasal dari laporan bulanan Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA ) di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loji Kecamatan Tegalwaru pada periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2013, yaitu:1. Penemuan penderita ISPA :a) Penderita pneumonia dan pneumonia berat b) Penderita bukan pneumonia2. Ketepatan diagnosis penderita ISPA3. Pengobatan yang tepat sesuai SOP dengan pendekatan MTBS untuk penderita ISPA4. Rujukan penderita ISPA5. Penyuluhan ISPA:

a. Penyuluhan perorangan

b. Penyuluhan kelompok

6. Peran serta masyarakat melalui pelatihan dan pendidikan kader tentang ISPA

7. Pencatatan dan pelaporan penderita ISPA2.2. MetodeMetode yang digunakan untuk mengevaluasi Program Penanggulangan Infeksi Saluran Pernapasan Akut di wilayah kerja Puskesmas Loji periode Januari 2013 Desember 2013 adalah dengan cara mengidentifikasi masukan, proses, keluaran, lingkungan dan umpan balik yang kemudian akan dianalisis untuk mencari masalah serta mengintepretasikan masalah tersebut melalui pendekatan sistem. Bab III

Kerangka Teoritis

2.3. Bagan Pendekatan Sistem

Keenam unsur di atas saling berhubungan dan mempengaruhi, yaitu:

1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan terdiri dari unsur tenaga (man), dana (money), sarana (material) dan metoda (methode) yang merupakan variabel dalam melaksanakan evaluasi program pemberantasan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut.

2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan terdiri dari unsur perencanaan (planning), organisasi (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controling) yang merupakan variabel dalam melaksanakan evaluasi program penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut.

3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem dari kegiatan pemberantasan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut.

4. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dalam program pemberantasan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut.

5. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dalam pemberantasan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut.

6. Lingkungan (environment)

adalah dampak luar yang tidak dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh terhadap program pemberantasan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut, terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik.2.4. Tolak Ukur Keberhasilan

Tolok Ukur yang dipakai dalam mengevaluasi program P2 ISPA ini adalah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

Tolak ukur secara lengkap di lampirkan pada lembar lampiran IBab IV

Penyajian Data

2.5. Sumber DataSumber data merupakan data yang berasal dari :

1. Wawancara dengan dokter dan koordinator P2M Puskesmas Loji Kecamatan Tegalwaru2. Laporan bulanan UPTD Puskesmas Loji Kecamatan Tegalwaaru periode Januari 2013 sampai dengan Desember 20133. Data kependudukan (demografi) dari Tegalwaru periode Januari 2013 Desember 20132.6. Data Umum

2.6.1. Data Geografis1.1.1.1. Luas Wilayah dan Batas-batas Lokasi : Gedung UPTD Puskesmas Loji Kecamatan Tegalwaru terletak di Jl. Parahyangan no 39, desa Cintalaksana.

Luas wilayah kerja puskesmas : 85,33 km2; yang terdiri dari 9 desa, 40 dusun, 40 RW, 109 RT, 9446 kepala keluarga

Batas wilayah kerja Puskesmas Loji Kecamatan Tegalwaru :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Wanakerta dan Ciampel Kecamatan Telukjambe Barat.

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Cariu Kabupaten Bogor.

3) Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja Kecamatan Sukasari Kabupaten Purwakarta.

4) Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Pangkalan.

1.1.1.2. Wilayah AdministrasiJumlah desa wilayah kerja UPTD Puskesmas Loji adalah 9 desa, 40 dusun, 40 RW, 109 RT. Desa-desa tersebut adalah : Desa Kutamaneuh jarak dari Puskesmas Loji 14 km, dapat dicapai dengan semua kendaraan. Desa Kutalanggeng jarak dari Puskesmas Loji 12 km, dapat dicapai dengan semua kendaraan. Desa Cintalanggeng jarak dari Puskesmas Loji 8 km, dapat dicapai dengan semua kendaraan. Desa Cintawargi jarak dari Puskesmas Loji 5 km, dapat dicapai dengan semua kendaraan. Desa Cintalaksana jarak dari Puskesmas Loji 4 km, dapat dicapai dengan semua kendaraan. Desa Mekarbuana jarak dari Puskesmas Loji 5 km, dapat dicapai dengan semua kendaraan. Desa Wargasetra jarak dari Puskesmas Loji 6 km, dapat dicapai dengan semua kendaraan. Desa Cigunungsari jarak dari Puskesmas Loji 9 km dapat dicapai dengan semua kendaraan. Desa Cipurwasari jarak dari Puskesmas Loji 10 km dapat dicapai dengan semua kendaraan.2.6.2. Data Demografi

1. Jumlah penduduk secara keseluruhan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loji Kecamatan Tegalwaru tahun 2013 adalah 35.400 jiwa, dengan distribusi :

Jumlah Kepala Keluarga

: 10480 KK Jumlah penduduk laki-laki

: 18100 orang Jumlah perempuan

: 17300 orang Jumlah penduduk Balita

: 6358 orang2. Jumlah desa yang termaksud dalam wilayah kerja Puskesmas Loji adalah 9 desa dengan luas wilayah 85,33 km2, maka berarti rata-rata kepadatan penduduk Kecamatan Tegalwaru adalah 415 Jiwa/ km23. Sebagian besar kepala keluarga memiliki tingkat pendidikan rendah, yaitu tidak tamat SD, tamat SD, dan tamat SMP sebesar 4. Mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah petani 5. Sebagian besar penduduk adalah beragama islam sebanyak 2.6.3. Jenis Sarana KesehatanJenis sarana kesehatan yang tersedia di wilayah kerja Puskesmas Loji Kecamatan Tegalwaru, antara lain (lampiran 2 tabel 3 dan 4) :1. Puskesmas pembantu

: 3 buah

2. Posyandu

: 38 buah

3. Tenaga kesehatana. Dokter Umum: 2 orangb. Dokter Gigi: 1 orangc. Bidan

: 18 orangd. Perawat

: 15 orang4. Tenaga non kesehatan

: 3 orang2.7. Data Khusus

2.7.1. Masukan

A. Tenaga Dokter

: 2 orang Perawat

: 15 orang Petugas P2M

: 1 orang Administrasi

: 1 orangB. Dana

Dana untuk pelaksanaan program P2 ISPA, pengadaan obat dan sarana tersedia cukup. Dana berasal dari : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tingkat IIC. Sarana

(i) Sarana Medis1. Stetoskop

: 2 buah2. Termometer

: 1 buah3. Timbangan berat badan bayi

: 1 buah4. Timbangan berat badan dewasa

: 3 buah5. Sound timer

: 1 buah6. Senter

: 2 buah7. Antibiotik

Kotrimoksazol 500 mg

: Tersedia cukup

Kotrimoksazol 120 mg

: Tersedia cukup8. Analgetik-antipiretik Paracetamol 500 mg

: Tersedia cukup Paracetamol 100 mg

: Tersedia cukup

9. Antitusif- anti sesak Gliseril guaikolat

: Tersedia cukup Salbutamol

: Tersedia cukup

10. Sarana Non-Medisa. Gedung Puskesmas i. ruang pendaftaran

: Adaii. ruang tunggu

: Adaiii. ruang untuk pemeriksaan pasien

: Ada

b. Mebel Puskesmas

i. lemari arsip

: Adaii. lemari obat

: Adaiii. meja periksa

: Adaiv. kursi

: Adav. spidol

: Adavi. papan tulis

: Adavii. komputer

: Adaviii. tempat tidur untuk memeriksa: Adaix. ruang tunggu

: Adac. Pedoman tatalaksana ISPA

: Ada

d. Brosur atau poster P2 ISPA

: Ada

e. Alat administrasi (buku, alat tulis)

: AdaD. Metode

1. Penemuan Penderita ISPA

Penemuan penderita ISPA dilakukan secara pasif (passive case finding) yaitu penemuan penderita ISPA yang datang berobat ke Balai Pengobatan MTBS Puskesmas Loji Kecamatan Tegalwaru yang menunjukkan gejala-gejala infeksi saluran penapasan yaitu:1) Demam (38C-40C)2) Batuk

3) Pilek

4) Dengan atau tanpa kesulitan bernapas2. Penentuan Diagnosis ISPA

Penegakan diagnosis ISPA pneumonia dan bukan pneumonia dilaksanakan melalui anamnesa (mengajukan pertanyaan kepada ibu) dan pemeriksaan fisik Balita dengan cara melihat dan mendengarkan pernapasan (saat Balita tenang, tidak menangis, tidak meronta) dengan menghitung frekuensi napas menggunakan sound timer selama 60 detik.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, diagnosis ISPA pada Balita diklasifikasikan sesuai pedoman tatalaksana pneumonia Balita oleh Depkes yaitu:

A. Golongan umur < 2 bulan

a) Pneumonia berat: Adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang kuat (TDDK kuat) atau adanya napas cepat, dengan frekuensi napas lebih 60 kali per menit atau lebih.

b) Batuk bukan pneumonia (batuk, pilek biasa): Bila tidak disertai tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang kuat atau tidak adanya napas cepat, frekuensi napas kurang dari 60 kali per menit.

B. Golongan umur 2 bulan - < 5 tahun

a) Pneumonia berat: Adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK) pada saat anak menarik napas (saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak menangis/meronta).b) Pneumonia: Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK). Adanya napas cepat, dengan frekuensi napas:

2 bulan - 12 bulan : 50x/menit.

12 bulan - 5 tahun : 40x/ menit.

c) Batuk bukan pneumonia: Bila tidak disertai tarikan dada bagian bawah ke dalam (TDDK) atau tidak adanya napas cepat, dengan frekuensi napas :

bulan - 12 bulan : < 50x/menit.

12 bulan - 5 tahun : < 40x/menit.3. Pelayanan Pengobatan Penyakit ISPA1) Golongan umur < 2 bulana) Pneumonia berat : Rujuk segera ke rumah sakit. Beri 1 dosis antibiotik (Kotrimoksasol).

Obati demam, jika ada.

Obati wheezing, jika ada.

Anjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI.

b) Batuk bukan pneumonia :

Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah /menjaga bayi tetap hangat.

Memberi ASI lebih sering.

Membersihkan lubang hidung jika menggangu pemberian ASI.

Anjurkan ibu kembali kontrol jika pernapasan menjadi cepat atau sukar, kesulitan minum ASI, atau sakitnya bertambah parah.4) Golongan umur 2 bulan - 5 tahun

a) Pneumonia berat :

Rujuk segera ke rumah sakit.

Beri 1 dosis antibiotik (Kotrimoksasol).

Obati demam, jika ada.

Obati wheezing, jika ada.

b) Pneumonia : Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah.

Beri antibiotik (Kotrimoksasol/Amoksilin) selama 3 hari. Anjurkan ibu untuk kembali kontrol 2 hari atau lebih cepat bila keadaan anak memburuk.

Obati demam, jika ada. Obati wheezing, jika ada.

c) Batuk bukan pneumonia :

Jika batuk > 3 minggu rujuk. Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah. Obati demam, jika ada.

4. Rujukan Penderita ISPASetiap bayi dan Balita dengan pneumonia berat dengan tanda bahaya umum harus segera dirujuk ke Rumah Sakit. a) Tanda bahaya yang perlu diwaspadai yang menyertai anak dengan batuk pada umur < 2 bulan yaitu: kurang mau minum, kejang, kesadaran menurun atau sukar dibangunkan, stridor pada waktu anak tenang, wheezing, atau demam/terlalu dingin.b) Tanda bahaya yang perlu diwaspadai yang menyertai anak dengan batuk pada umur 2 bulan sampai 5 tahun yaitu: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun atau sukar dibangunkan, stridor pada waktu anak tenang, atau gizi buruk.5. Penyuluhan Mengenai ISPAa) Perorangan.

Menggunakan metode penyuluhan secara langsung kepada orang tua penderita ISPA saat membawa anaknya berobat di Puskesmas Loji dengan memberikan informasi mengenai tanda, bahaya dan cara mencegah ISPA.b) Kelompok.Penyuluhan ISPA dilaksanakan terhadap kelompok masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loji melalui metode ceramah, diskusi kelompok dan poster.6. Pelatihan Kader

Pelatihan kader Posyandu dilaksanakan setahun sekali dengan tujuan memberikan pengetahuan kepada para kader berupa pengenalan mengenai gejala penyakit ISPA ringan, sedang dan berat berdasarkan perhitungan frekuensi napas dengan mengunakan sound timer atau jam tangan, serta usaha usaha pencegahan ISPA.

7. Pencatatan dan Pelaporan

Dilaksanakan dengan cara pengisian formulir Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) dan dilakukan harian, bulanan, dan tahunan. a) Kasus ISPA sedang (Pneumonia) dan ISPA berat (Pneumonia berat) dilaporkan dalam formulir LB1 sebagai Pneumonia. b) Kasus ISPA ringan (batuk-pilek) dilaporkan dalam formulir LB3 sebagai penyakit ISPA.2.7.2. Proses

2.7.2.1. Perencanaan

1. Penemuan penderita ISPA: Akan dilaksanakan penemuan kasus ISPA oleh dokter umum atau perawat terhadap semua pasien Balita yang dibawa oleh orang tuanya untuk berobat ke poli MTBS setiap hari kerja, pukul 08.00-12.00 WIB.2. Penentuan diagnosis ISPA: Akan dilakukan penentuan diagnosis ISPA berdasarkan pedoman diagnosis ISPA yang ada dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik oleh dokter umum atau perawat yang bertugas di poli MTBS setiap hari kerja, pukul 08.00-12.00 WIB.3. Pelayanan pengobatan penderita ISPA: Akan dilakukan oleh dokter umum atau perawat yang bertugas di poli MTBS setiap hari kerja, pukul 08.00-12.00 WIB, sesuai pedoman tatalaksana ISPA.

4. Rujukan penderita ISPA: Akan dilakukan rujukan bila ditemukan penderita pneumonia berat dengan tanda bahaya umum ke Rumah Sakit terdekat pada setiap hari kerja, pukul 08.00-12.00 WIB.5. Penyuluhan ISPA Perorangan: Akan dilaksanakan penyuluhan secara langsung melalui teknik wawancara dan memberikan informasi mengenai ISPA kepada orang tua penderita yang datang berobat ke poli MTBS setiap hari kerja, pukul 08.00-12.00 WIB. Kelompok: Direncanakan 1 kali dalam 3 bulan.6. Pelatihan kader: Direncanakan 1x/ tahun.7. Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan: Akan dilakukan setiap hari kerja Pelaporan: Akan dilaksanakan dalam bentuk laporan bulanan dan tahunan oleh petugas P2 ISPA. 2.7.2.2. Pengorganisasian

Penanggung Jawab Program: Hj. Wiwin Widaningsih, SKM (Kepala Puskesmas)

Koordinator Program P2 ISPA : Icah Sumiati, Am Kep

Koordinator Pelaksana Program P2 ISPA : Icah Sumiati, Am Kep

2.7.2.3. Pelaksanaan1. Penemuan penderita ISPA (pneumonia): dilakukan secara passive case finding oleh dokter umum atau perawat di BPU dan MTBS setiap hari kerja, pukul 08.00-12.00 WIB. 2. Penentuan diagnosis penderita ISPA (pneumonia): dilakukan oleh dokter umum atau perawat, bidan sesuai pedoman diagnosis ISPA di poli MTBS setiap hari kerja, pukul 08.00-12.00 WIB.3. Pengobatan penderita ISPA: dilakukan oleh dokter umum atau perawat, bidan sesuai pedoman penatalaksanaan ISPA di poli MTBS setiap hari kerja, pukul 08.00-12.00 WIB.4. Rujukan penderita ISPA (pneumonia): dilakukan rujukan kepada 1 pasien karena didapatkan kasus pneumonia berat sepanjang periode Januari 2013 - Desember 2013 di Puskesmas Loji. 5. Penyuluhan ISPA : Penyuluhan perorangan dilakukan secara langsung melalui wawancara orang tua penderita ISPA yang datang berobat pada setiap hari kerja, pukul 08.00-12.00 WIB oleh dokter umum atau perawat. Penyuluhan kelompok dilaksanakan 1x/ 3 bulan sekali.6. Pelatihan kader : Tidak dilakukan pelatihan kader sepanjang 2013. 7. Pencatatan dan pelaporan: Pencatatan dilaksanakan Pengisian formulir Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) yang dilakukan setiap hari kerja dan jam kerja. Pelaporan kasus ISPA dilaporkan ke Puskesmas Loji Kecamatan Tegalwaru paling lambat setiap tanggal 5 di tiap bulan.2.7.2.4. Pengawasan 1. Melalui pencatatan setiap hari dan pelaporan yang dilaksanakan dalam bentuk laporan bulanan dan tahunan oleh petugas P2ISPA2. Melalui pertemuan bulanan yang diadakan oleh kepala Puskesmas Loji 12x/tahun.3. Supervisi kepala puskesmas 1x/ bulan2.7.3. Keluaran Jumlah Kasus ISPA di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loji Periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2013Jumlah Kasus

< 1 tahun>1 tahun - 5 tahun

BulanISPA (Pneumonia)Bukan pneumoniaISPA (Pneumonia)Bukan pneumoniaTotal

Januari118424146265

Februari8571881164

Maret9641994186

April96321114207

Mei76622103198

Juni95923106197

JuliAgustus191965664033103102227220

September126940115236

OktoberNovemberDesember111210747278252630115114115225224233

TOTAL13681732113082582

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Loji Periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2013 (lampiran 4)1. Penemuan penderita ISPA Angka insiden ISPA (WHO) 10% - 20% per tahun.

Penemuan kasus ISPA di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loji :Pneumonia : 457Bukan Pneumonia : 2125 Cakupan penemuan Balita penderita ISPA (pneumonia) di UPTD Puskesmas Loji periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2013:

2. Penentuan diagnosis ISPA

3. Pelayanan pengobatan penderita ISPA (pneumonia)

4. Rujukan penderita ISPA dilakukan Tidak dilakukan rujukan penderita ISPA karena tidak didapatkan kasus Pneumonia berat sepanjang periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2013.5. Penyuluhan Penyuluhan perorangan: dilakukan pada setiap kali kunjungan penderita dengan diagnosis ISPA (100 %). Penyuluhan kelompok: dilaksanakan empat kali pertahun (33,3 %) 6. Pelatihan kader kesehatanPelatihan kader tidak dilakukan sepanjang periode januari 2013 sampai desember 20137. Pencatatan dan pelaporan100% dicatat pada formulir SP2TP setiap hari kerja dan jam kerja, 100% dilaporkan ke Puskesmas Kecamatan paling lambat setiap tanggal 5 diawal bulan

.2.7.4. Lingkungan

A. Fisik

Kepadatan penduduk

Jadi wilayah Kecamatan Tegalwaru termasuk wilayah yang tidak padat.

Jumlah rumah 8477, Jumlah rumah sehat 14,05%(1191 rumah) Lokasi dan transportasi: Strategis karena terletak berdekatan jalan raya dan sarana transportasi umum tersedia. Polusi udara: Jalan di Loji banyak dilewati kendaraan besar sehingga menimbulkan polusi udara. Serta jalan yang rusak dan berdebu, asap dari industri dan kayu bakar yang dipakai sebagai alat masak didalam rumah Fasilitas kesehatan: tersedia fasilitas kesehatan yang lain seperti rumah sakit, praktek dokter, praktek bidan dan balai pengobatan 24 jam. Namun begitu, tidak ada kerja sama antara Puskesmas dengan fasilitas kesehatan lain dalam program P2 ISPA sehingga tidak ada koordinasi cakupan penemuan Pneumonia bagi Balita yang berobat ke sarana kesehatan lainnya yang menyebabkan cakupan penemuan Pneumonia Balita di Kelurahan Karawang Kulon kurang dari tolok ukur 86%.B. Non Fisik

Tingkat pendidikan: Menjadi hambatan dalam pelaksanaan P2 ISPA karena sebagian besar penduduk mempunyai tingkat pendidikan rendah yaitu tamat SD dan SMP. Sosial ekonomi: Tidak menjadi hambatan karena sebagian besar penduduk yaitu penduduk di Kecamatan Tegalwaru adalah petani dan pedagang. Perilaku masyarakat dalam pemanfaatan Puskesmas: Ada.2.7.5. Umpan Balik1. Pencatatan kegiatan program

: Setiap hari kerja

2. Pelaporan kegiatan program

: Didapat dari pertemuan bulanan antara kepala puskesmas, Koordinator P2 ISPA dan dari rapat kerja bulanan puskesmas yang membahas laporan dari masyarakat.

2.7.6. Dampak 1. Langsung :

Menurunnya angka morbiditas dan mortalitas ISPA: belum dapat dinilai.2. Tidak langsung :

ISPA tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat: belum dapat dinilai.

Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat secara optimal: belum dapat dinilai.Bab V

Pembahasan

NoVariabelPencapaianTolok ukurMasalah

IKeluaran

1. Penemuan penderita ISPA (Pneumonia)

2. Penyuluhan kelompok3. Pelatihan bagi kader untuk meneingkatkan pengetahuan tentang ISPA71,8%

33,3%

0 %86%

100%

100%+(14,2%)+(66.7%)

+(100 %)

IIMasukan

Sarana

1. Sound timer1 buah

3 buah

(100%)(+) 66,7%

III

Proses

A. Perencanaan

1. Penyuluhan kelompok

B. Pengorganisasian

C. Pelaksanaan1. Penyuluhan kelompokDirencanakan 1x / 3 bulan dengan mengunakan metode ceramah, diskusi kelompok dan poster.Tidak terdapat struktur organisasi tertulis dan pembagian tugas dalam menjalankan program P2 ISPA

Dilaksanakan 1x / 3 bulan (33.33%)Direncanakan 1x/ bulan dengan mengunakan metode ceramah, diskusi kelompok dan posterTerdapat struktur organisasi tertulis dan pembagian tugas dalam menjalankan program P2 ISPA

Dilaksanakan 1x/ bulan baik di Puskesmas maupun di luar.(+)

(+)

(+) 66,67%

IVLingkunganA. Fisik1. Polusi udara

Jalan di Loji banyak dilewati kendaraan besar sehingga menimbulkan polusi udara. Serta jalan yang rusak dan berdebu, asap dari industri dan kayu bakar yang dipakai sebagai alat masak didalam rumahTidak adanya polusi udara(+)

2. Fasilitas kesehatan lain

Fasilitas kesehatan yang lain seperti Praktek Dokter, Praktek Bidan dan Balai Pengobatan. Fasilitas kesehatan tersebut tidak memberikan laporan penenderita ISPA (pneumonia) ke Puskesmas.Ada kerja sama dengan fasilitas kesehatan lain dalam pencatatan dan pelaporan P2 ISPA.(+)

Keterangan : Hanya dicantumkan yang bermasalah. Hasil keseluruhan terdapat di lampiran 5.

Bab VIPerumusan Masalah

Dari pembahasan Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (P2 ISPA) di UPTD Puskesmas Loji periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2013 didapatkan beberapa masalah seperti berikut:1. Masalah menurut keluaran

a. Cakupan penemuan Balita penderita ISPA (pneumonia) di Puskesmas Loji periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2013 sebesar 71,8 persen dari target 86 persen.b. Cakupan penyuluhan secara kelompok mengenai P2 ISPA di Puskesmas Loji periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2013 sebesar 33,3 persen dari tolok ukur 100 persen.c. Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA (pneumonia) sebesar 0 persen dari target 100 persen.2. Masalah menurut unsur lain (Penyebab lain)

a. Dari masukan

Hanya ada 1 buah sound timer dari tolak ukur 3 buah sound timerb. Dari proses

Penyuluhan kelompok : Direncanakan 1x / 3bulan dengan mengunakan metode ceramah, diskusi kelompok dan poster. Dari tolak ukur direncanakan 1x/bulan dengan mengunakan metode ceramah, diskusi kelompok dan poster Pengorganisasian : Pengorganisasian program P2 ISPA tidak bersesuaian dengan tolok ukur dimana koordinator dan pelaksana program P2 ISPA dilakukan oleh petugas yang sama. Pelaksanaan

: Penyuluhan secara kelompok mengenai ISPA (pneumonia) dilaksanakan 1x/ 3 bulan tidak sesuai tolok ukur dan tidak dilaksanakannya pelatihan bagi kader3. Dari lingkungan

A. Fisik: 1. Polusi udara: Jalan di Loji banyak dilewati kendaraan besar sehingga menimbulkan polusi udara. Serta jalan yang rusak dan berdebu, asap dari industri dan kayu bakar yang dipakai sebagai alat memasak2. Fasilitas kesehatan lain : Fasilitas kesehatan yang lain seperti Praktek Dokter, Praktek Bidan dan Balai Pengobatan. Fasilitas kesehatan tersebut tidak memberikan laporan penenderita ISPA (pneumonia) ke Puskesmas.B. Non Fisik

1. Tingkat pendidikan: Menjadi hambatan dalam pelaksanaan P2 ISPA karena sebagian besar penduduk mempunyai tingkat pendidikan rendah yaitu tamat SD dan SMP.Bab VII

Prioritas Masalah

Masalah menurut keluaran:

A. Cakupan penemuan penderita ISPA (pneumonia) hanya sebesar 71,8% dari tolak ukur 86% B. Cakupan penyuluhan kelompok mengenai P2 ISPA (pneumonia) sebesar 33,3% dari tolak ukur 100%.C. Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA (pneumonia) sebesar 0% dari tolak ukur 100%.

Dalam menetapkan prioritas masalah ditetapkan dengan teknik skoring sebagai berikut :

NoParameterMasalah

ABC

1Besarnya masalah555

2Akibat yang ditimbulkan545

3Keuntungan sosial karena selesainya masalah555

4Teknologi yang tersedia dan dapat dipakai353

5Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan masalah243

Total202321

Koding :

5=sangat penting; 4=penting; 3=cukup penting; 2=kurang penting; 1=tidak penting.

Dari masalah-masalah yang ditemukan di atas, ditentukan dua prioritas masalah utama yang harus diselesaikan, yaitu:

1. Cakupan penyuluhan kelompok mengenai P2 ISPA (pneumonia) sebesar 33,3% dari tolak ukur 100%.

2. Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA (pneumonia) sebesar 0% dari tolak ukur 100%.

Bab VIII

Penyelesaian Masalah

Masalah ICakupan penyuluhan kelompok mengenai P2ISPA (pneumonia) sebesar 33,3% dari tolak ukur 100%.

1. Penyebab masalah:

a. Pemegang program P2 ISPA juga memegang program lain sehingga banyaknya beban tanggung jawab yang diemban akibatnya tidak dapat memprioritaskan mana program yang harus dijalankan oleh programerb. Pelaksanaan penyuluhan secara kelompok mengenai ISPA (pneumonia) 4 kali dalam setahun dimana seharusnya sebulan sekali. c. Kurangnya dana dalam melakukan penyuluhan2. Penyelesaian masalah:

a. Menambah tenaga kerja dalam pemegang program P2 ISPAb. Memaksimalkan tenaga kerja yang ada seperti bidan desa, perawat dan dokterc. Melaksanakan penyuluhan secara kelompok sesuai dengan perencanaan dan dengan menggunakan bahasa yang mudah difahami dan sesuai dengan tingkat pendidikan masyarakat yang mayoritas rendah. .d. Menentukan waktu, tempat dan bahan untuk melakukan penyuluhan kelompok tentang P2 ISPA.e. Mengajukan penambahan dana untuk program P2ISPA ke Dinas dan membuat dana dari masyarakat untuk masyarakatMasalah IICakupan pelatihan bagi kader mengenai P2 ISPA (pneumonia) di UPTD Puskesmas Loji periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2013 sebesar 0% dari tolak ukur 100%.Penyebab masalah :

1. Tidak adanya perencanaan pelatihan kader yang berdasarkan tolok ukur dimana harus dilakukan setahun sekali.2. Kurangnya kerja sama antar program dalam penjadwalan pelatihan kaderPenyelesaian masalah :

1. Menentukan waktu, tempat dan bahan untuk melakukan pelatihan kader sesuai dengan yang telah direncanakan.

2. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh kader supaya apa yang disampaikan dipahami dengan jelas dan kader-kader dapat membantu memberi penyuluhan kepada masyarakat serta mendeteksi dini penderita ISPA (pneumonia).3. Kerja sama antar program lebih ditingkatkan dalam penjadwalan pelatihan kader.Bab IX

Kesimpulan dan Saran

2.8. KesimpulanDari hasil evaluasi yang telah dilakukan pada Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (P2 ISPA) di UPTD Puskesmas Loji periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2013 ditemukan hasil seperti berikut:

1. Masih belum berhasilnya pelaksanaan program P2ISPA karena masih ada masalah-masalah di program ini2. Cakupan penemuan penderita ISPA (Pneumonia) adalah sebesar 71,8%.3. Cakupan penentuan diagnosis penderita ISPA adalah sebesar 100%.

4. Cakupan pengobatan penderita ISPA adalah sebesar 100%.

5. Cakupan penyuluhan secara perorangan mengenai ISPA adalah sebesar 100% sedangkan penyuluhan secara kelompok adalah 33,3%.

6. Cakupan pelatihan kader untuk deteksi dini penderita ISPA adalah 100%.

7. Pencatatan dan pelaporan penderita ISPA dilakukan 100% sesuai tolok ukur.

2.9. SaranAgar Program P2 ISPA di UPTD Puskesmas Loji pada periode yang akan datang dapat berhasil dan berjalan dengan baik, maka Puskesmas sebaiknya memperbaiki masalah yang ada dengan penyelesaian masalah sebagai berikut:Disarankan kepada Kepala Puskesmas untuk :1. Menyusun pembagian tugas dan tanggung jawab secara jelas dan tertulis mengenai pelaksanaan penyuluhan, rincian tugas, serta membuat jadwal penyuluhan secara teratur.2. Memberdayakan tenaga kesehatan lainnya contohnya bidan ataupun dokter yang sedang PTT di UPTD Puskesmas Loji untuk diikutsertakan dalam program P2 ISPA agar masing-masing jabatan dalam program ini dapat dijalankan dengan baik dan lebih fokus.3. Melaksanakan penyuluhan sesuai perencanaan dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan sesuai dengan tingkat pendidikan masyarakat yang mayoritas rendah. Selain itu, dapat menggunakan kemudahan komputer seperti presentasi slide. 4. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh kader supaya apa yang disampaikan dipahami dengan jelas dan kader-kader dapat membantu memberi penyuluhan kepada masyarakat serta mendeteksi dini penderita ISPA (pneumonia).5. Meningkatkan peran masyarakat seperti tokoh masyarakat untuk ikut serta berperan dalam pengetahuan tentang ISPA dan langkah langkah yang perlu dilakukan.Apabila saran ini dilaksanakan maka diharapkan masalah tersebut tidak akan terulang pada pelaksanaan program P2 ISPA di UPTD Puskesmas Loji pada periode berikutnya.Daftar Pustaka

1. WHO. Evaluasi Program Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 1990 Jakarta

2. Depkes RI. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Balita. 2002. Jakarta.

3. Oktaviani VA. Hubungan Antara Sanitasi Fisik Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada Balita. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2009. Diunduh dari http://etd.eprints.ums.ac.id/5965/. tanggal 27 Februari 2014.

4. Suhandayani I. Faktor-faktor yang berhubungan dengan ISPA.Universitas Negeri Semarang. 2007. Diunduh dari http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/cgi-bin/library. tanggal 27 Februari 2014.5. Wahyuni. Pengaruh Pendidikan Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pneumonia Pada Balita. Universitas Surakarta. 2008. Diunduh dari : http://etd.eprints.ums.ac.id/904/. tanggal 27 Februari 2014.6. Rasmaliah. Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan Penanggulangan. Diunduh dari http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-rasmaliah9.pdf, tanggal 16 Oktober 2012.

7. Anonim. Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita. 2007. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

8. Anonim. Pneumonia Balita Dalam Buletin Jendela Epidemiologi Vol. 3, September 2010. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

9. Chalik A, dkk. Standar Penanggulangan Penyakit Pneumonia. Vol 8. Ed 1. Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. 2002.10. Anonim. Millenium Development Goals (MDGs). Edisi tahun 2000. Diunduh dari www.un.org/millenniumgoals, tanggal 27 Februari 2014.29