Evaluasi Preoperatif Untuk Komplikasi Pulmoner Postoperatif (2)

download Evaluasi Preoperatif Untuk Komplikasi Pulmoner Postoperatif (2)

of 21

Transcript of Evaluasi Preoperatif Untuk Komplikasi Pulmoner Postoperatif (2)

  • 7/25/2019 Evaluasi Preoperatif Untuk Komplikasi Pulmoner Postoperatif (2)

    1/21

    Evaluasi Preoperatif untuk Komplikasi Pulmoner Postoperatif

    Komplikasi pulmoner postoperatif berhubungan dengan mortalitas dan mobiditas yang

    besar. Hampir seperempat kematian yang terjadi dalam 6 hari setelah operasi berkaitan

    dengan komplikasi pulmoner postoperatif. Perhitungan dari insiden dan prevalensi

    komplikasi-komplikasi ini sangat bervariasi, namun, bergantung pada populasi pasien,

    tipe operasi, dan komplikasinya. Sebagai contoh, tingkat komplikasi lebih tinggi pada

    pasien dengan penyakit paru obstruktif yang parah yang menjalani operasi abdomen

    mayor hingga !"# dan meniingkat juga pdad pasien dengan perbaikan aneurism aorta,

    abdomen bagian atas, thorak, dan operasi bagian leher.

    Penelitian mengklasifikasikan atelectasis, pneumonia, kegagalan napas, acute respiratory

    distress syndrome, dan efusi pleura sebagai komplikasi pulmoner postoperatif. $eskipun

    implikasi klinis dan faktor resiko dari masing-masing komplikasi bervariasi, banyak

    penelitian menggabungkan komplikasi-komplikasi yang berbeda kedalam tingkat

    komplikasi secara keseluruhan. %valuasi preoperatif untuk emboli pulmoner dan resiko

    hipoksemia tidak dijelaskan secara langsung dalam artikel ini.

    %valuasi medis preoperatif memungkinkan klinisi mencapai & tujuan yang berbedasekaligus' (# untuk memprediksi resiko komplikasi preoperatif, dan untuk

    menurunkan resiko komplikasi. )ujuan yang pertama biasanya tercapai melalui indeks

    penilaian resiko yang memprediksi insiden komplikasi. *ukti yang penting untuk

    mengembangkan dan mengesahkan indeks resiko didapatkan melaluui penelitian

    observasional, kohort, dan case-control. )ujuan yang kedua dicapai melalui intervensi

    untuk menurunkan resiko preoperatif dan postoperatif. *ukti yang penting untuk

    membuktikan baha+a intervensi menurunkan insiden dan keparahan kompilasi

    didapatkan melalui uji terkontrol dan acak.

    *eberapa tes preoperatif membantu dalam penilaian resiko tetapi tidak dapat menetukan

    suatu target untuk penurunan resiko. Sebagai contoh, tingkat albumin yang rendah adalah

    faktor resiko yang signifikan untuk kegagalan napas postoperatif dan mortalitas,

    meskipun dengan meningkatkan kadar albumin preoperatif tidak memperbesar tingkat

    komplikasi. Sebaliknya, tes preoperatif yang laindapat meningkatkan manajemen

    perioperatif tetapi tidak dibutuhkan untuk penilaian reiko yang akurat. Sebagi contoh,

    hasil tes fungsi pulmoner preoperatif dapat memandu manajemen perioperatif tetapi tidak

    meningkatkan penilaian resiko preoperatif.

    1

  • 7/25/2019 Evaluasi Preoperatif Untuk Komplikasi Pulmoner Postoperatif (2)

    2/21

    )ujuan utama dari artikel ini adalah untuk menyediakan suatu strategi penilaian resiko

    preoperatif untuk postoperatif pulmonary complication (PPCs) mayor untuk pasien yang

    menjalani operasi nonkardiak. )ujuan kedua adalah untuk membedakan antara faktor

    yang berguna untuk penilaian resiko preoperatif dan faktor-fakktor yang memberikan

    target potensial untuk menurunkan resiko komplikasi pulmoner.

    Pencarian iteratur dan Stategi dentifikasi

    rtikel ini berdasarkan pada hasil pencarian literature yang secara sistematis

    mengidentifikasi bukti terbaru mengenai penilaian resiko preoperatif dan intervensi

    preoperatif yang berkaitan dengan komplikasi pulmoner postoperatif. Kami meragukan

    $edline dari /anuari (00! hingga $aret &11& untk artikel dengan indeks istilah diba+ah

    ini sebagai fokus utamanya' komplikasi intraoperatif komplikasi postoperatif, pera+atan

    preoperatif, pera+atan intraoperatif, dan pera+atan postoperatif. Sitasi terbatas pada

    penelitian mengenai manusia yang dipublikasikan di nggris. /enis-jenis publikasi

    diba+ah ini dieksklusikan karena fokus pada data primer' surat, editorial, laporan kasus,

    dan proses konferensi klinis. Karena artikel ini ditujukan untuk internis umum, penelitian

    di bidang anak, operasi kardiopulmoner, dan2atau pasien dengan imunosupresi contoh,

    transplantasi organ, sindrom imunodefisiensi yang didapat# dieksklusikan. Kamimengeksklusi penelitian dari negara-negara berkembang karena potensi perbedaan dalam

    teknologi pera+atan intensif dan respiratori. $asing-masing tiga dokter peninjau

    mengevaluasi sepertiga dari sekitar (3.111 judul sitasi dan abstrak untuk mengidentifikasi

    publikasi yang berpotensi memiliki relevansi. Publikasi yang berpotensi relevan ini

    didapatkan dan ditinjau untuk penentuan relevansi akhir.

    4aktor resiko yang berkaitan dengan pasien

    )erdapat bermacam-macam faktor resiko PP5s yang berkaitan dengan pasien.Sepertii

    yang telah dituliskan pada )abel (, faktor resiko ini berkaitan dengah status kesehatan

    umum, nutrisi, respiratori, neurologi, cairan dan imun pasien.

    Status kesehatan umum dan nutrisi

    4aktor resiko PP5s yang berkaitan dengan status kesehatan umum dan nutrisi adalah

    peningkatan usia, kadar albumin yang rendah, status fungsional dependen, penurunan

    berat badan, dan kemungkinan obesitas. Pasien dengan usia lebih dari 61 tahun memiliki

    resiko pneumonia postoperatif dan kegagalan napas yang meningkat )abel . Kadar

    2

  • 7/25/2019 Evaluasi Preoperatif Untuk Komplikasi Pulmoner Postoperatif (2)

    3/21

    albumin yang rendah berkaitan dengan kegagalan napas, sebagaimana tingkat mortalitas

    dan morbiditas 1-hari postoperatif yang lebih tinggi. )erlebih lagi, mortalitas meningkat

    secara eksponen sebagaimana albumin turun diba+ah 7.1 g2dl. Status fungsioonal

    dependen, sehubungan dengan aktivitas sehari-hari, berkaitan dengan peningkatan resiko

    PP5s

    Pasien dengan penurunan berat badan lebih dari (1" dalam +aktu 6 bulam akibat operasi

    memiliki resiko pneumonia dan kegagalan napas yang meningkat. Pasien obesitas

    *$8&3 kg2m yang menjalani operasi abdomen memiliki resiko yang lebih besar untuk

    pembentukan atelektasis dan pneumonia. 9amun, diantara pasien yang menjalani operasi

    thorak, resiko PP5s tidak meningkat ketika dibagi berdasarkan *$. *:kti yang bertolak

    belakang mengenai obesitas sebagai faktor resiko menunjukkan suatu perbedan dalam

    pengukuran kondisi komorbid dalam penelitian sebelumnya.

    )abel (

    4aktor ;esiko untuk Komplikasi Pulmoner Postoperatif

    Satus Kesehatan :mum dan

    9utrisi

    :sia

    lbumin rendah

    Status 4ungsional

  • 7/25/2019 Evaluasi Preoperatif Untuk Komplikasi Pulmoner Postoperatif (2)

    4/21

    =angguan Sensori

    ;i+. 5?

    Status 5airan

    ;i+. 5H4

    =agal =injal

    9itrogen :rea >arah

    )ransfusi darah

    Status munitas

    Penggunaan Steroid

    kronik

    Penggunaan alcohol

    >iabetes

    Singkatan' , abdominal aortic aneurysm@ S, American Society of

    Anesthesiologists@ 5H4, congestive heart failure@ 5

    , chronic obstructive pulmonary

    disease@ 5?, cerebrovascular accident@ ispneu, saat istirahat atau saat aktivitas minimal, juga dikaitkan

    dengan peningkatan insiden kegagalan pernafasan A7B.

  • 7/25/2019 Evaluasi Preoperatif Untuk Komplikasi Pulmoner Postoperatif (2)

    5/21

    versus (C" pada kelompok kontrol# mengalami komplikasi paru atau jantung yangserius

    A&1B. PP5s yang seriing terjadi adalah hiperkapnia akut dan hipoksemia episodik, dengan

    mayoritas terjadi dalam &7 jam pasca operasi. Komplikasi serius yang memerlukan

    transfer 5: terjadi pada &7" pasien dengan

  • 7/25/2019 Evaluasi Preoperatif Untuk Komplikasi Pulmoner Postoperatif (2)

    6/21

    diabetes mellitus dengan terapi insulin memiliki sedikit peningkatan risiko untuk gagal

    napas, tetapi tidak untuk pneumonia )abel .

    4aktor risiko terkait operasi

    *eberapa faktor risiko yang terkait dengan operasi termasuk diantaranya adalah area

    sayatan pembedahan, jenis operasi, dan teknik bedah berhubungan dengan peningkatan

    risiko PP5s )abel (#. $eskipun faktor risiko ini mungkin tidak dapat dimodifikasi,

    faktor resiko ini penting untuk mengidentifikasi apriori untuk stratifikasi risiko.

    rea sayatan pembedahan dan jenis operasi

    isfungsi diafragma berkontribusi pada perubahan perioperatif ini, bahkan dengan

    pemberian anti nyeri yang kuat A&!,&6B. *ergantung pada definisi PP5 yang digunakan,

    tingkat PP5 berkisar dari (1-71" untuk operasi dada dan (-" untuk operasi perut

    bagian atas, dibandingkan dengan 1-(6" untuk operasi perut bagian ba+ah A(0B. >ua

    indeks risiko multifaktorial tervalidasi dari kohort bedah terbesar sampai saat ini

    memperkuat pentingnya lokasi sayatan dan jenis operasi )abel . /enis operasi adalahprediktor terkuat dari PP5s pada ndeks ;isiko Kegagalan ;espiratory pascaoperasi dan

    ndeks ;isiko Pneumonia Pascaoperasi )abel A7,!B. >alam indeks ini, perbaikan

    aneurism aorta abdominal, bedah toraks, dan bedah perut bagian atas memba+a risiko

    tertinggi, mengkonfirmasi hasil dari studi yang lebih kecil sebelumnya. Selain itu, operasi

    leher, pembuluh darah perifer, bedah saraf, dan operasi darurat secara independen terkait

    dengan meningkatnya risiko PP5. *edah saraf dan bedah leher mungkin terkait dengan

    peningkatan risiko perioperatif pneumonia aspirasi.

    )abel &

    Perbandingan faktor resiko yang termasuk dalam ndeks ;esiko Pneumonia P

  • 7/25/2019 Evaluasi Preoperatif Untuk Komplikasi Pulmoner Postoperatif (2)

    7/21

    Perbaikan

    )horak

    bdomen bagian tas eher

    *edah Saraf

    ?askuler

    arurat

    nestesi general

    :sia

    8 C1 tahun

    31-30 tahun

    61-60 tahun

    !1-!0 tahun

    D !1 tahun

    8 31 tahun

    61-60 tahun

    D 61 tahun

    Status fungsional

    >ependen total

    >ependen parsial

    ndependen

    lbumin

    D.1 g2dl

    8.1g2dl

    Penurunan ** 8 (1"

    dalam +aktu 6 bulan#

    Penggunaan steroid kronik

    $inuman alcohol 8 &2hari

    dalam +aktu & minggu#

    >iabetes Eterapi insulin

    ;i+ayat 5

    Perokok

    7.&0 .7E!.!1#

    .0& .6E7.!3#

    &.6C &.CE.1#

    &.1 (.3E.1!#

    &.(7 (.66E&.3!#

    (.&0 (.(1E(.!

    (. (.(6E(.!7#

    (.!6 (.6E(.C1#

    !.67.6&E6.C7#

    .!C&.03E7.#

    &.C (.0CE&.C3#

    (.70 (.&E(.C(#

    (.11 referent#

    F

    F

    F

    &.C &.E.7#

    (.C (.6E&.16#

    (.11 referent#

    F

    F

    (.0& (.6CE&.(C#

    (. (.(&E(.!C#

    (.&7 (.1CE(.7

    F

    (.3& (.!!E(.0(#

    (!

    (7

    (1

    C

    C

    7

    (3

    (

    0

    7

    F

    F

    F

    F

    (1

    6

    F

    F

    F

    3

    &

    GG

    !

    (7. (&.1E(6.0#

    C.(7 3.(3E0.&!#

    7.&( .C1E7.63#

    .(1 &.71E7.1(#

    7.&( .C1E7.63#

    7.&( .C1E7.63#

    .(& &.CE.7#

    (.0( (.67E.&(#

    F

    F

    F

    F

    F

    (.0( (.3(E&.(#

    (.!( (.6E(.60#

    (.11 referent#

    (.0& (.37E&.((#

    (.0& (.37E&.((#

    (.11 referent#

    &.! &.&CE&.C1#

    (.11 referent#

    (.3 (.(0E(.!3#a

    F

    (.(0 (.13E(.#a

    (.(! (.11E(.#a

    (.C( (.66E(.0C#

    &3

    &(

    (7

    ((

    (7

    (7

    ((

    F

    F

    F

    F

    F

    F

    6

    7

    F

    3

    3

    F

    0

    F

    GG

    GG

    GG

    GG

    6

    7

  • 7/25/2019 Evaluasi Preoperatif Untuk Komplikasi Pulmoner Postoperatif (2)

    8/21

    >alam +aktu ( tahun

    >alam +aktu & minggu

    Penumonia Preoperatif

    >ispneu

    Saat istirahat

    ktivitas minimal

    )idak ada dispneu

    =angguan sensori

    ;i+. 5?

    ;i+. 5H4

    9itrogen :rea >arah

    DC mg2dl

    C-&( mg2dl

    &&-1 mg2dl

    8 1 mg2dl

    =agal =injal Preoperatif

    )ransfusi Preoperatif

    87 unit#

    (.&C (.(3E(.7

    F

    GG

    GG

    GG

    GG

    (.!( (.&6E(.C

    (.73 (.&CE(.6C#

    F

    (.73 (.&6E(.3

    (.11 referent#

    (.&7 (.((E(.0#

    (.7( (.&&E(.67#

    F

    (.! (.13E(.3

    GG

    GG

    GG

    GG

    GG

    7

    7

    GG

    7

    GG

    &

    GG

    GG

    (.&7 (.(7E(.6#a

    (.31 (.!E&.(#a

    (.60 (.6E&.10#

    a

    (.&( (.10E(.7#

    a

    (.11 referent#

    (.&& (.17E(.7#

    a

    (.&1 (.1!E(.C#

    a

    (.&! (.13E(.73#

    a

    (.11 referent#

    (.11 referent#

    (.11 referent#

    &.&0 &.17E&.!6#

    (.63 (.&E&.&3#

    a

    (.!6 (.&CE(.0(#

    a

    GG

    GG

    GG

    GG

    GG

    GG

    GG

    GG

    GG

    GG

    GG

    GG

    C

    GG

    GG

    >iadaptasi dari roullah $, et al. Pengembangan dan validasi dari risiko multifaktorial

    ndeks untuk memprediksi pneumonia pasca operasi setelah operasi nonkardiak besar.

    nnals of nternal $edicine &11(@ (!' C73-!3, dan dari roullah $, et al. ndeks

    risiko multifaktorial untuk memprediksi kegagalan pernafasan pasca operasi pada pria

    setelah operasi nonkardiak besar. nnals of Surgery &111@ && ' &7&-!@ dengan iin.

    8

  • 7/25/2019 Evaluasi Preoperatif Untuk Komplikasi Pulmoner Postoperatif (2)

    9/21

    4aktor risiko yang signifikan secara statistik dalam analisis multivariabel tetapi tidak

    termasuk dalam ndeks ;isiko Kegagalan pernapasan.

    )eknik bedah

    $emodifikasi pendekatan bedah atau luas operasi dapat mengurangi +aktu operasi dan

    risiko terkait-sayatan pada pasien berisiko tinggi. Selain itu, uji acak menunjukkan bah+a

    beberapa prosedur laparoskopi, meskipun +aktu anestesi lebih lama, risikonya lebih

    rendah dibandingkan PP5 dengan prosedur terbuka. )ingkat PP5 untuk pasien yang

    menjalani kolesistektomi laparoskopi sebesar &.3" dibandingkan (3,&" pada mereka

    yang menjalani kolesistektomi terbuka A&3B. >alam uji coba secara acak dari

    fundoplication laparoskopi yang dibandingkan dengan fundoplication terbuka,

    fundoplication laparoskopi berkaitan dengan 4%?( dan 4?5 yang lebih baik, lama

    tinggal di rumah sakit yang lebih pendek, dan penurunan kebutuhan analgesik A&CB.

    *agaimanapun, dalam dua penelitian kohort kecil dari kolektomi laparoskopi dan

    kolektomi terbuka, , tidak ada perbedaan dalam tingkat kejadian pneumonia, tapi pada

    kelompok laparoskopi memiliki lama tinggal di rumah sakit yang lebih pendek A&0,1B.

    4aktor risiko terkait anesthesi

    $eskipun internis biasanya membatasi rekomendasi untuk bidang keahlian mereka,pengetahuan tentang faktor risiko terkait anestesi dapat mengoptimalkan pera+atan

    pasien melalui peningkatan komunikasi antara, tim medis, bedah, dan anestesi. nestesi

    umum dan spinal berhubungan dengan penurunan kapasitas vital dan kapasitas residual

    fungsional. Penurunan mekanisme pembersihan mukosiliar perioperatif juga dapat

    meningkatkan risiko infeksi pasca operasi A(B. Periode pasca operasi mungkin

    berhubungan dengan hipoventilasi dari efek sisa anestesi dan gangguan pernapasan yang

    diakibatkan oleh nyeri insisi. Perubahan yang terkait dengan anesthesi rutin biasanya

    tidak mengakibatkan komplikasi klinis. 9amun, durasi, jalur pemberian, dan jenis

    anestesi merupakan faktor risiko untuk PP5s. >urasi anestesi merupakan faktor risiko

    untuk PP5s A(!B, penelitian menunjukkan peningkatan insiden PP5s dengan anestesi

    yang lebih lama terutama yang lebih dari &-6 jam A,6,(7,(-7B.

    /alur dan jenis pemberian anestesi

    )erdapat perdebatan tentang efektivitas anestesi regional epidural atau spinal

    dibandingkan anestesi general dalam mengurangi PP5s. >alam sebuah studi

    observasional besar, lebih dari 0.111 pasien usia lanjut dengan patah tulang pinggul,

    9

  • 7/25/2019 Evaluasi Preoperatif Untuk Komplikasi Pulmoner Postoperatif (2)

    10/21

    kematian-1 hari dan tingkat pneumonia hampir sama antara kelompok anestesi regional

    dan general A!B. Sebaliknya, meta-analisis dari (6 uji coba operasi patah tulang pinggul

    menemukan bah+a anestesi regional, dibandingkan dengan anestesi general, terkait

    dengan penurunan kematian pada +aktu ( bulan A6B.

    II ;espon stres II disebabkan oleh anestesi general meningkatkan aktivitas simpatis dan

    neuroendokrin, tetapi dapat dilkurangi dengan anestesi regional melalui anestesi spinal

    atau epidural A3B. Sebuah tinjauan sistematis dari (7( uji coba pada pasien anestesi

    epidural atau spinal secara acak dengan atau tanpa anestesi umum# versus anestesi umum

    saja, mendukung penggunaan anestesi epidural atau spinal ACB. Kebanyakan percobaan

    diterbitkan sebelum (00( dengan sampel kurang dari !1 pasien. :lasan ini menemukan

    bah+a anestesi epidural atau spinal, dibandingkan dengan anestesi umum, berkaitan

    dengan penurunan 71" pneumonia pasca operasi dan hampir sepertiga mortalitas-1 hari.

    nsiden trombosis vena, emboli paru, infark miokard, gagal ginjal, kebutuhan transfusi,

    dan depresi pernafasan juga menurun dengan anestesi regional. Para penulis

    menyimpulkan bah+a penambahan anestesi regional, bukan menghindari anestesi umum,

    memiliki manfaat. $eningkatnya penggunaan anestesi umum dan regional gabungan

    serta analgesia epidural pasca operasi mungkin mengalahkan perdebatan tentang anestesi

    umum saja dibandingkan anestesi regional sendiri A0B.faktor risiko terkait anestesi lain untuk PP5s adalah penggunaan long-acting

    neuromuscular blocking agenyang mengakibatkan hipoventilasi A71B. :ji coba secara

    acak dan prospektif, membandingkan insiden PP5s akibat penggunaan pancuronium

    long-acting blocker neuromuskuler# versus dua agen intermediate-acting, atrakurium

    dan vecuronium A7(B. nsiden blok neuromuskular sisa adalah &6" pada kelompok

    pancuronium dibandingkan !," pada kelompok menengah-acting. Pada kelompok

    pancuronium, pasien dengan blok sisa memiliki kira-kira empat kali kemungkinan elbih

    banyak untuk mengalami PP5s dibandingkan pasien tanpa blok sisa. Pada kelompok

    intermediate-acting, kejadian PP5s tidak berbeda secara signifikan antara mereka dengan

    atau tanpa blok sisa.

    4aktor risiko yang berhubungan dengan pera+atan pascaoperasi

    4aktor risiko untuk PP5s terkait dengan pera+atan pascaoperasi termasuk diantaranya

    adalah penggunaan tabung nasogastrik dan kontrol nyeri menggunakan narkotika

    parenteral. >alam tinjauan sistematis studi blindedyang memprediksi kejadian PP5s,

    penempatan tabung nasogastrik pasca operasi adalah salah satu dari dua prediktor yang

    10

  • 7/25/2019 Evaluasi Preoperatif Untuk Komplikasi Pulmoner Postoperatif (2)

    11/21

    signifikan di lebih dari satu penelitian A(!B. 9amun, salah satu dari studi ini memiliki

    ukuran sampel yang kecil n (27 (7C# dengan hanya (6 PP5s dan tidak ada validasi

    independen dari temuan A(7B. )erlebih lagi, model multivariabel akhir yang dilaporkan

    tidak termasuk usia, jenis operasi, merokok, atau variabel potensial pengganggu lainnya,

    hal ini membuat adanya dugaan hubungan positif antara penempatan tabung nasogastrik

    dan PP5s A(7B. *ertentangan dengan temuan ini, manajemen saluran gastrointestinal =#

    yang lebih dini, dengan penempatan tabung nasogastrik intraoperatif pada pasien yang

    menjalani torakotomi elektif menurunkan tingkat kematian respiratori dan aspirasi A7&B.

    $anfaat pencegahan aspirasi bervolume besar melalui penempatan tabung nasogastrik

    mungkin lebih besar daripada risiko dari batuk tidak efektif dan aspirasi orofaringeal pada

    pasien berisiko tinggi.

    Kontrol nyeri sangat penting bagi pasien dengan sayatan di dekat diafragma. $eskipun

    kontrol nyeri yang memadai meningkatkan pernapasan dalam, yang dapat menurunkan

    kejadian atelektasis dan pneumonia, obat anti nyeri jenis narkotika dapat meningkatkan

    risiko aspirasi melalui perlambatan = dan juga meningkatkan risiko PP5s karena dapat

    mengurangi respon ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapnia A7B. >alam tinjauan

    retrospektif perbaikan elektif aneurisma aorta abdomen, pasien yang menerima kateter

    epidural untuk mengontrol rasa sakit pasca operasi memiliki komplikasi paru dan jantungyang lebih sedikit secara signifikan daripada mereka yang menerima analgesia opioid

    standar parenteral A77B. Selain itu, pasien yang menerima analgesia epidural memiliki

    lama tinggal di 5: yang lebih pendek, +aktu intubasi yang lebih sedikit, dan biaya

    rumah sakit yang lebih rendah dibandingkan kelompok dengan pengobatan standar A77B.

    $etode lain untuk mengendalikan nyeri pasca operasi dan mengurangi PP5s adalah

    infiltrasi fasia anestesi lokal pada area penutupan sayatan dan blok interkostal. 9amun,

    metode ini diketahui tidak konsisten untuk mengurangi PP5s. Pada uji coba n acak

    terkontrol pasien laparotomi elektif, infiltrasi fasia bupivakain long-actinganestesi lokal#

    gagal menunjukkan manfaat dalam mengontrol tingkat atelektasis, perubahan kapasitas

    vital atau volume cadangan ekspirasi, atau jumlah total analgesik yang dipakaiA7!B. Pada

    pasien yang menjalani operasi empedu melalui sayatan subkostal, pada mereka yang

    dilakukan blok interkostal memiliki tingkat PP5 sebesar 6" dibandingkan dengan (("

    pada mereka yang diberikan analgesik kerja sentralA76B. *agaimanapun, dalam studi yang

    sama, pasien dengan sayatan midline yang dilakukan blok interkostal memiliki tingkat

    PP5s yang lebih tinggi.

    11

  • 7/25/2019 Evaluasi Preoperatif Untuk Komplikasi Pulmoner Postoperatif (2)

    12/21

    )abel

    Kelas ;esiko oleh Skor ndeks ;esiko Kegagalan Pernapasan dan Pneumonia

    Postoperatif

    Kelas ;esiko iadaptasi dari roullah $, et al. Pengembangan dan validasi dari risiko multifaktorial

    ndeks untuk memprediksi pneumonia pasca operasi setelah operasi nonkardiak besar.

    nnals of nternal $edicine &11(@ (!' C73-!3, dan dari roullah $, et al. ndeks

    risiko multifaktorial untuk memprediksi kegagalan pernafasan pasca operasi pada pria

    setelah operasi nonkardiak besar. nnals of Surgery &111@ && ' &7&-!@ dengan iin.

    ndeks risiko untuk penilaian pra operasi

    ndeks risiko digunakan secara rutin untuk penilaian risiko jantung pra operasi. >emikian

    pula, beberapa indeks risiko digunakan untuk memprediksi PP5s, termasuk versi yang

    dimodifikasi dari indeks yang a+alnya dibuat untuk memprediksi kematian, komplikasi

    jantung, atau infeksi luka A73,7CB. ndeks ini terbatas untuk jenis operasi tertentu, jarang

    divalidasi dalam sampel independen, dan mengkombinasikan komplikasi paru dengan

    implikasi klinis yang berbeda ke dalam suatu hasil tunggal A73-70B. $enggunakan data

    dari studi observasional multi-center yang besar, roullah et al menbuat dan

    mengesahkan indeks risiko dan sistem penilaian terpisah untuk memprediksi pneumonia

    pasca operasi dan kegagalan pernafasan A7,!B. :kuran sampel yang besar memungkinkan

    para peneliti untuk meneliti berbagai faktor risiko potensial secara bersamaan dan untuk

    memvalidasi temuan mereka dalam sampel independen. 4aktor risiko pada ndeks ;isiko

    Pneumonia Pascaoperasi dan Kegagalan Pernapasan, rasio odds-nya yang terkait, dan

    nilai poin yang telah ditetapkan ditampilkan pada )abel &. ndeks risiko ini dapat

    memberikan perkiraan risiko PP5 pra operasi menggunakan sistem penilaian dan

    penetapan kelas risiko yang ditampilkan dalam )abel .

    12

  • 7/25/2019 Evaluasi Preoperatif Untuk Komplikasi Pulmoner Postoperatif (2)

    13/21

    Keterbatasan utama dari indeks risiko ini adalah bah+a mereka dikembangkan dan

    divalidasi menggunakan tinjauan data grafik observasional dan retrospektif dari rumah

    sakit dministrasi ?eteran. Para pasien didominasi laki-laki dan memiliki tingkat kondisi

    komorbiditas yang tinggi sehingga indeks risiko mungkin tidak dapat dijadikan

    generalisasi dari populasi yang sehat. $eskipun faktor risiko seperti usia dan merokok

    cenderung menjadi faktor risiko yang signifikan pada +anita, kalibrasi indeks risiko

    mungkin tidak akurat memprediksi risiko PP5 pada populasi ini. 9amun, validasi indeks

    risiko ini pada sampel pasien independen, diyakini manfaatnya untuk memberikan

    perkiraan yang masuk akal dari risiko pra operasi.

    Pengujian pra operasi

    ;adiografi >ada

    Seperti yang dibahas dalam artikel sebelumnya, foto rotgen dada pra operasi rutin pada

    orang de+asa sehat hanya memberikan nilai tambahan minimal pada ri+ayat dan fisik

    menyeluruh untuk memprediksi PP5s dan jarang mengubah manajemen perioperatif.

    $eskipun foto rotgen dada tidak meningkatkan penilaian risiko pra operasi, mereka dapat

    memberikan temuan a+al yang berguna untuk pera+atan pascaoperasi pada penyakit

    paru kronis atau pada pasien lanjut usia yang lemah, ketika ri+ayatnya sulit diketahui.nalisis gas darah arteri

    nalisis gas darah arteri rutin tidak meningkatkan penilaian risiko paru pra operasi.

    Serangkaian kasus kecil mengidentifikasi hiperkarbia sebagai faktor risiko untuk

    pembentukann PP5s A!1,!(B. )api pasien ini dapat diidentifikasi sebagai pasien risiko

    tinggi oleh faktor lain yang tidak memerlukan analisis gas darah arteri. Sebuah tinjauan

    sistematis studi blinded tidak menemukan bukti bah+a hiperkabnia merupakan suatu

    prediktor PP5s yang berguna A(!B.

    Pengujian fungsi paru

    Peran pengujian fungsi paru dalam penilaian risiko sebelum operasi nonkardiotorak

    tidaklah jelas. aju aliran spirometri yang biasa diukur meliputi' orced expiratory volume

    dalam satu detik 4%?(# dan forced vital capacity 4?5#. Spirometri secara akurat

    mendiagnosa obstruksi aliran udara dan keparahannya A!&B meskipun variabilitas dalam

    tingkat aliran dan substansial individu sehari-hari variabilitas A!B. $eskipun pada pasien

    dengan penyakit paru-paru obstruktif yang signifikan lebih serng mengalami PP5s

    dibandingkan dengan pasien normal, kelainan tes fungsi paru individu tidak memprediksi

    risiko PP5.

    13

  • 7/25/2019 Evaluasi Preoperatif Untuk Komplikasi Pulmoner Postoperatif (2)

    14/21

    Pulmonary function tests P4)S# menjadi bagian rutin dari evaluasi pra operasi karena

    asumsi yang salah bah+a diagnosis yang akurat dari PPalam sebuah pernyataan konsensus tahun (001, he American College of Physicians

    5P# merekomendasikan P4)S pra operasi pada pasien yang menjalani reseksi paru,

    operasi bypass koroner, atau operasi perut bagian atas dengan ri+ayat penggunaan

    tembakau atau dispneu, pasien yang menjalani operasi perut bagian ba+ah, jika ada

    penyakit paru yang tidak dapat dijelaskan, dengan proses operasi yang panjang atau luas,

    atau pasien yang menjalani operasi kepala dan leher atau operasi ortopedi dengan

    penyakit paru yang tidak dapat dijelaskan A!0B. *iaya P4)S rutin dapat menjadi suatu

    pemborosan. Salah satu analisis ekonomi memperkirakan bah+a sekitar 71" dari P4)S

    yang dilakukan tidak sesuai dengan pedoman 5P A61B. Peningkatan kepatuhan padapedoman dalam tindkan P4)S dapat memiliki potensi penghematan tahunan sebeharan J

    &0-(11 juta secara keseluruhan dan J C-&11 juta untuk $edicare A61B.

    Studi terbaru tentang kegunaan spirometri sebelum operasi perut mencapai kesimpulan

    yang bertentangan. Studi yang menyimpulkan bah+a spirometri dapat memprediksi PP5s

    mengandalkan analisis univariat tanpa penyesuaian yang memadai untuk potensi faktor

    risiko perancu A6,6(,6&B. Satu studi menunjukkan nilai spirometri pada perokok dengan

    obstruksi aliran udara yang parah, tapi hanya untuk memprediksi bronkospasme A6B.

    Sebuah tinjauan kritis menyimpulkan bah+a spirometri sebelum operasi tidak berguna

    dalam memprediksi komplikasi paru setelah operasi abdomen A(CB. )injauan tersebut

    menyimpulkan bah+a penelitian sebelumnya memiliki kekurangan metodologis yang

    penting, yaitu standarisasi yang buruk, blinding pengamat yang tidak memadai, bias

    seleksi, kontrol kointervensi yang tidak memadai, dan inklusi hasil klinis !uestinable

    seperti mikroatelektasis. Pada tinjauan sistematis lain, hanya satu dari lima studi blinded

    yang membuktikan bah+a P4)S pra operasi memprediksi PP5s A(!B. *eberapa studi

    menunjukkan keunggulan temuan klinis melebihi P4)S dalam memprediksi PP5s. >ua

    penyelidikan pada pasien dengan PP

  • 7/25/2019 Evaluasi Preoperatif Untuk Komplikasi Pulmoner Postoperatif (2)

    15/21

    bah+a P4)S pra operasi tidak memprediksi PP5s A&,&B. Sebaliknya, kondisi medis

    umum keseluruhan dijelaskan oleh kelas S# sangat membantu dalam memprediksi

    PP5s. Satu studi prospektif menemukan bah+a P4)S kurang kuat dalam memprediksi

    PP5s, sedangkan hipersekresi lendir kronis adalah prediktor kuat independen A67B. >alam

    studi kasus-kontrol pasien operasi abdomen, tidak ada komponen spirometri yang dapat

    memprediksi PP5s, meskipun hasil pemeriksaan paru-paru abnormal suara napas

    menurun, ekspirasi memanjang, rales, mengi, atau ronki#, rontgen dada, jantung yang

    abnormal dan komorbiditas keseluruhan adalah faktor risiko yang signifikan untuk PP5s

    A(1B.

    Kesimpulannya, P4)S rutin tidak harus dilakukan semata-mata untuk tujuan penilaian

    risiko sebelum operasi abdomen atau operasi berisiko tinggi lainnya. 9amun, masuk akal

    untuk melakukan P4)S pra operasi untuk dispneu yang tidak jelas atau intoleransi

    latihan, seperti yang direkomendasikan dalam kondis nonoperatif. P4)S pra operasi dapat

    meningkatkan manajemen pasca operasi pada pasien dengan penyakit paru obstruktif

    dengan memberikan pengukuran obstruksi aliran udara, tapi P4)S tidak dapat

    memprediksi risiko PP5.

    Strategi pengurangan risiko

    %valuasi medis pra operasi memungkinkan dokter untuk merekomendasikan strategipengurangan risiko pra operasi dan perioperatif. 9amun bukti yang tersedia untuk

    mendukung strategi pengurangan risiko terbatas dibandingkan dengan bukti yang ada

    mengenai penilaian risiko untuk PP5s. Penghentian merokok pra operasi, manuver

    ekspansi paru perioperatif, dan analgesia pascaoperasi adalah strategi pengurangan risiko

    yang didukung oleh beberapa bukti. Klinis strategi intuitif untuk operasi elektif meliputi

    optimalisasi fungsi paru pada pasien dengan PP

  • 7/25/2019 Evaluasi Preoperatif Untuk Komplikasi Pulmoner Postoperatif (2)

    16/21

    bah+a berhenti merokok dalam +aktu ( bulan dari operasi tidak terkait dengan

    penurunan PP5s A6CB. Perokok yang mengurangi merokok, hampir tujuh kali lebih

    mungkin untuk mengalami PP5s, dengan risiko terbesar ada pada mereka yang

    mengurangi merokok paling dekat dari tanggal operasi.

    Penelitian kohort lain dari &11 pasien yang menjalani bypass grafting arteri koroner

    menemukan bah+a pasien yang merokok selama & bulan atau kurang sebelum operasi

    memiliki peningkatan risiko PP5s empat kali lipat lebih tinggu dibandingkan dengan

    mereka yang abstain selama lebih dari & bulan !3,(" berbanding (7,!"# A60 B. Pasien

    tidak merokok selama lebih dari 6 bulan memiliki tingkat yang sama dengan pasien yang

    tidak pernah merokok ((,(" berbanding ((,0"#. )ingkat PP5s tertinggi ada pada pasien

    yang berhenti merokok &-7 minggu sebelum operasi. Para penulis menyimpulkan bah+a

    pantang merokok selama lebih dari C minggu sebelum coronary artery bypass grafting

    5*=# diperlukan untuk mengurangi timbulnya PP5s. Studi ini tidak mengontrol,

    namun untuk banyak faktor risiko terkait-pasien, dan PP5s paling umum adalah

    bronkospasme yang membutuhkan terapi bronkodilator dan sekresi pernapasan yang

    membutuhkan lebih dari terapi fisik dada biasa atau terapi inhalasi. )idak jelas apakah

    komplikasi ini dapat sembuh dengan sendirinya atau akan berkembang menjadi

    komplikasi yang lebih serius.>alam sebuah penelitian retrospektif dari &CC pasien yang menjalani operasi paru,

    kejadian PP5s adalah 7,6" untuk pasien yang saat ini masih merokok merokok dalam

    +aktu & minggu#, !,C" untuk pasien yang baru-baru ini masih merokok durasi periode

    &-7 minggu bebas asap rokok#, 7,3 " untuk mantan perokok durasi periode bebas asap

    rokok8 7 minggu#, dan &,0" untuk pasien yabng tidak pernah merokok A31B. ;isiko

    pembentukan PP5s setelah pantang selama (1 minggu tampaknya mirip dengan pasien

    yang tidak pernah merokok.

    Setelah mengontrol jenis kelamin, usia, P4)S, dan durasi operasi, ada kecenderungan

    peningkatan risiko PP5 untuk pasien yang saat ini merokok dan pasien yang baru-baru ini

    meokok dibandingkan dengan pasien yang tidak pernah perokok. )api PP5 yang paling

    umum adalah kebocoran udara atau efusi yang membutuhkan drainase chest tubeselama8

    3 hari, membuat hasilnya kurang dapat diaplikasikan untuk pasien bedah nonthorak.

    Sebuah uji coba secara acak dari (&1 pasien penggantian pinggul dan lutut menguji

    pengaruh intervensi berupa penghentian merokok terhadap komplikasi A3(B. Pasien secara

    acak dilakukan intervensi konseling dan penggantian nikotin selama 6-C minggu sebelum

    16

  • 7/25/2019 Evaluasi Preoperatif Untuk Komplikasi Pulmoner Postoperatif (2)

    17/21

    operasi untuk dibandingkan dengan pera+atan standar dengan sedikit atau tanpa

    informasi tentang risiko merokok dan berhenti merokok. Kelompok intervensi memiliki

    komplikasi keseluruhan yang secara signifikan lebih sedikit, komplikasi luka yang secara

    signifikan lebih sedikit, tren ke arah yang lebih rendah untuk komplikasi jantung dan

    kebutuhan untuk operasi kedua, dan lama tinggal di rumah sakit yang secara signifikan

    lebih pendek pada layanan nonorthopedik. Seperti yang diharapkan, tingkat PP5s rendah

    dengan hanya satu kasus insufisiensi pernapasan dalam setiap kelompok. Studi ini tidak

    menja+ab pertanyaan tentang +aktu yang ideal untuk berhenti merokok sebelum operasi.

    Peningkatan paradoks pada PP5s yang diamati dengan pantang rokok jangka pendek atau

    pengurangan rokok mungkin disebabkan oleh pembuangan dahak yang tidak efektif

    A6C,60B. $engurangi merokok dapat menurunkan iritasi bronkial dan stimulus untuk

    batuk@ pada saat yang sama, hipersekresi bronkus lendir masih ada atau bahkan

    meningkat A6C,60,3&B. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan retensi sputum.

    Penjelasan alternatif mungkin bah+a pasien yang sakit cenderung untuk berhenti

    merokok ketika mendekati +aktu operasi A!B. >engan demikian, pantang jangka pendek

    mungkin hanya menjadi penanda beban komorbiditas yang lebih tinggi. Kesimpulannya,

    evaluasi pra operasi memberikan kesempatan untuk membahas dan mendorong

    penghentian merokok seumur hidup. Pantang jangka pendek atau mengurangi rokokdapat meningkatkan PP5s, meskipun bukti ditandai dengan keterbatasan metodologis.

    Pantang untuk setidaknya C minggu sebelum operasi mungkin mengurangi risiko PP5.

    )api dokter dan pasien jarang memberikan pemberitahuan C minggu sebelum operasi.

    $anuver ekspansi paru perioperatif

    Satu hipotesis lama adalah bah+a daerah paru-paru yang kolaps memberikan nidus untuk

    pembentukan PP5s A(B. $anuver ekspansi paru mengembangkan bagian paru-paru yang

    kolaps dan dapat mencegah perkembangan PP5s. iteratur tentang khasiat berbagai jenis

    manuver ekspansi paru bertentangan dan sulit untuk diintepretasikan karena beberapa

    alasan' kurangnya uji coba terkontrol@ deskripsi yang tidak memadai dari kelompok

    kontrol dalam studi terkontrol@ inkonsistensi dalam teknik ekspansi paru@ dan variabilitas

    dalam definisi yang digunakan untuk PP5s A(B. $anuver ekspansi paru termasuk

    diantaranya adalah spirometri insentif dan terapi fisik dada yang terdiri dari berbagai

    kombinasi berikut' latihan pernapasan dalam, drainase postural, perkusi dan vibrasi,

    batuk, penyedotan, dan mobilisasi. $anuver ekspansi paru lainnya adalah intermittent

    17

  • 7/25/2019 Evaluasi Preoperatif Untuk Komplikasi Pulmoner Postoperatif (2)

    18/21

    positive pressure breathing PP*# dan tekanan saluran napas kontinyu continuous

    positive air"ay pressure).

    $eskipun spirometri insentif digunakan secara rutin, tinjauan sistematis dari 7C studi

    menyimpulkan bah+a bukti saat ini tidak mendukung spirometri insentif rutin untuk

    pencegahan PP5s setelah operasi jantung atau abdomen A3B. )iga puluh lima dari 7C

    studi memiliki kelemahan metodologis yang signifikan. )iga dari sebelas studi yang

    tersisa mengevaluasi penanda fisiologis jangka pendek, misalnya, kapasitas vital, dan

    tidak menunjukkan adanya perbaikan dengan spirometri insentif. Hasil dari C uji coba

    yang tersisa dirangkum dalam )abel 7 dan !.

    $eskipun penulis menyimpulkan bah+a bukti tidak mendukung penggunaan spirometri

    insentif, perlu dicatat bah+a sebagian besar studi tidak termasuk kelompok kontrol.

    Sebaliknya, kebanyakan studi membandingkan spirometri insentif degan manuver

    ekspansi paru lainnya, dan sebagian besar menunjukkan baha+a spirometri insentif

    memliki nilai yang sama dalam keberhasilan klinis. Para penulis melaporkan bah+a satu

    penelitian pada populasi 5*= memiliki kelompok kontrol@ 9amun, kelompok kontrol

    tersebut menjalani mobilisasi dini A37B. >ua kelompok lain dari penelitian ini terdiri dari

    mobilisasi dini, ditambah spirometri insentif atau napas dalam. )idak ada perbedaan yang

    signifikan antara ketiga kelompok. da dua studi operasi abdomen termasuk kelompokkontrol A3!,36B. Satu studi dari kolesistektomi elektif dengan spirometri insentif versus

    kolesistektomi elektif tanpa terapi pernapasan tidak menemukan adanya perbedaan yang

    signifikan dalam PP5s A36B. Sebaliknya, studi kedua menemukan bah+a penggunaan

    spirometri insentif dikaitkan dengan penurunan PP5s setelah operasi abdomen A3!B. Pada

    dengan penggunaan spirometri insentif dibandingkan dengan operasi perut bagian atas

    tanpa adanya terapi pernapasan juga berkaitan dengan penurunan lama tinggal di rumah

    sakit. Proporsi perokok lebih tinggi, namun, dalam kedua studi menunjukkan bah+a

    spirometri insentif mungkin bermanfaat hanya pada pasien berisiko tinggi yang menjalani

    operasi perut.

    )erapi fisik dada tampaknya bermanfaat untuk mengurangi PP5s, tergantung pada jenis

    operasi. 4agevik et al menunjukkan keunggulan terapi fisik dada, yang terdiri dari latihan

    pernapasan dengan bibir mengerucut, terengah, dan batuk per jam, dan informasi tentang

    pentingnya mengubah posisi di tempat tidur dan mobilisasi dini dibandingkan tanpa

    adanya terapi pernapasan untuk operasi perut bagian atas A33B. )etapi tidak ada perbedaan

    antara dilakukannya terapi fisik dada ataupun tanpa adanya terapi pernapasan pada pasien

    yang menjalani operasi perut laparoskopi A3CB.

    18

  • 7/25/2019 Evaluasi Preoperatif Untuk Komplikasi Pulmoner Postoperatif (2)

    19/21

    PP* membantu pasien dalam mencapai inspirasi maksimal yang disengaja involuntary

    maximal inspiration# tetapi memiliki efek samping berupa distensi abdomen A3!B. Sebuah

    evaluasi meta-analisis dari spirometri insentif, latihan pernapasan dalam, dan PP*

    setelah operasi perut bagian atas menemukan bah+a tiga modalitas tersebut sama

    efektifnya dan lebih baik daripada tidak ada terapi pernapasan sama sekali A30B. >efinisi

    PP5s adalah atelektasis atau pneumonia, tetapi jika hasil radiografi tidak jelas atau tidak

    tersedia, kombinasi adanya temuan ri+ayat dan fisik digunakan untuk mendefinisikan

    PP5. >engan demikian, beberapa PP5s mungkin memiliki signifikansi klinis yang

    terbatas. Continuous positive air"ay pressure5PP# tampaknya sama efektif atau lebih

    baik dari tiga modalitas diatas, dengan keuntungan bah+a 5PP adalah upaya-

    independen. 9amun 5PP mahal, memerlukan peralatan khusus, dan menyebabkan

    ketidaknyamanan pasien, distensi lambung, hipoventilasi, dan barotrauma AC1B.

    Singkatnya, penggunaan spirometri insentif setelah operasi abdomen dapat mengurangi

    PP5s, terutama pada pasien berisiko tinggi. )idak ada bukti yang secara spesifik

    menunjukkan bah+a manuver ekspansi paru lebih unggul, tapi 5PP mungkin

    bermanfaat pada pasien yang tidak dapat melakukan latihan pernapasan dalam atau

    spirometri insentif. %dukasi pasien mengenai manuver paru yang dimulai sebelum operasi

    lebih efektif dalam mengurangi komplikasi paru dibandingkan edukasi yang dimulaipasca operasi A33,C(B.

    )bel 7

    Spirometri nsentif dan ,

    et al AC&B

    >ull /,

    >ull A37B

    Stock $5,

    et al ACB

    S nL !

    PP* nL !3#

    %$ nL(6#

    %$ M S nL(3#

    %$ M >* nL(6#

    S nL(

    5PP nL(#

    >*5 nL(#

    &1 menit Nid

    %$' bid

    S2>*' (1

    napas Nid

    (! menit setiap &

    jam selama terjaga

    dari & jam hingga

    3& jam post

    telektasis

    PP5s@P4)s

    P4)s

    )idak ada

    perbedaan

    )idak ada

    perbedaan

    )idak ada

    perbedaan

    19

  • 7/25/2019 Evaluasi Preoperatif Untuk Komplikasi Pulmoner Postoperatif (2)

    20/21

    $atte P,

    et al AC7B

    5hest P) M S

    nL1#

    5hest P)M

    5PP nL1#

    5hest P)M

    *ilevel PP

    ekstubasi

    S' &1 napas tiap &

    jam

    5PP' ( jam tiap

    jam

    *level PP' (

    jam tiap jam

    P4)s@

    5ampuran vena

    5PP, bilevel

    PP superior

    terhadap S

    Singkatan' S, incentive spirometry@ PP*, intermittent positive pressure breathing@ %$,

    early mobiliation termasuk olahraga ankle, ;*, deep breathing@

    >*5, deep breathing and cough@ 5PP, continuous positive air+ay pressure@ 5hest P),

    chest physiotherapy, *ilevel PP, bilevel positive air+ay pressure@ P4)s, pulmonary

    function testing@ PP5s, postoperative pulmonary complications.

    >iadaptasi dari *% nL 7(#

    5>* nL&1#

    S nL&

    5PP nL

    )anpa )erapi

    S' (1 napas lebih

    dari (! menit# Nid

    PP*' (! menit Nid

    >*%' (1 manuver

    Nid

    (! menit tiap & jam

    selama periode

    terjaga

    S' (!1-&11

    PP5s

    PP5s@ P4)s

    PP5s

    S, PP*, >*%

    *etter than no

    treatment

    S, PP*, >*%

    %Nual in

    %fficacy

    )idak ada

    Perbedaan

    )idak ada

    20

  • 7/25/2019 Evaluasi Preoperatif Untuk Komplikasi Pulmoner Postoperatif (2)

    21/21

    et al A36B

    ;ickstein S%,

    et al AC6

    nL&1#

    S nL&1#

    5hest P) M S

    n L (!#

    5hest P) M P%P

    n L(!#

    5hest P) M 5

    napas2hari

    5hest P)' *>

    S2P%P25PP'

    1 napas tiap ( jam

    terjaga

    ;adiografi,

    Pertukaran udara,

    ?olume Paru

    Perbedaan

    5PP dan P%P

    superior terhadap

    S

    >iadaptasi dari