EVALUASI POLA PENGOBATAN ANTITROMBOTIK PADA PASIEN … · 2019. 7. 25. · EVALUASI POLA PENGOBATAN...
Transcript of EVALUASI POLA PENGOBATAN ANTITROMBOTIK PADA PASIEN … · 2019. 7. 25. · EVALUASI POLA PENGOBATAN...
i
EVALUASI POLA PENGOBATAN ANTITROMBOTIK PADA
PASIEN STROKE ISKEMIK DENGAN FIBRILASI ATRIUM
DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Soya Quirina Baliem Hutagalung
NIM : 158114018
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara
kamu.”
(1 Petrus 5:7)
Kupersembahkan karya ini untuk :
Kedua orang tuaku tersayang
Saudaraku, Abang Jansen dan Adik Chrisman
Semua orang yang mendapatkan manfaat dari karya ini
serta Almamaterku tercinta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala berkat, rahmat, dan limpahan kasih-Nya yang luar biasa sehingga penulis
dapat menyelesaikan naskah skripsi yang berjudul “Evaluasi Pola Pengobatan
Antitrombotik pada Pasien Stroke Iskemik dengan Fibrilasi Atrium Di Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta” sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
(S.Farm) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini
mendapat dukungandan bantuan dari berbagai pihak, sehingga penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin dan arahan
kepada peneliti.
2. Bapak Dr. dr. Rizaldy Taslim Pinzon, M.Kes, Sp.S, selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dalam berbagi ilmu,
pengetahuan, wawasan, dan bersedia meluangkan waktu, tenaga, serta
pikiran untuk berdiskusi dan mengarahkan penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
3. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt. dan Ibu Putu Dyana Christasani, M.Sc.,
Apt, selaku dosen penguji atas semua saran dan dukungan yang
membangun.
4. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama
proses perkuliahan.
5. Kepala Rumah Sakit Bethesda, Poliklinik Saraf dan Penyakit Dalam
rawat jalan yang memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan
penelitian dan pengambilan data.
6. Seluruh perawat Poliklinik Saraf dan Penyakit Dalam Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta atas kesediaannya membantu dalam melakukan
penelitian.
7. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Duta Wacana, yang telah memberikan ijin untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vi
PRAKATA ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
ABSTRAK ........................................................................................................... xiii
ABSTRACT ........................................................................................................... xiv
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 3
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 5
KESIMPULAN ..................................................................................................... 14
SARAN ................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15
LAMPIRAN .......................................................................................................... 19
BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR TABEL
Tabel I. Karakteristik Pasien ..................................................................................... 6
Tabel II. Kriteria Risiko Mengalami Stroke Iskemik
pada Pasien Fibrilasi Atrium Berdasarkan Skor CHA2DS2-VASc .............. 6
Tabel III. Pola Pengobatan Pasien Stroke Iskemik dengan Fibrilasi Atrium ............... 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Total Skor CHA2DS2-VASc Pasien Stroke Iskemik
dengan Fibrilasi Atrium .............................................................................. 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Pengobatan Pasien Stroke Iskemik dengan
Fibrilasi Atrium di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta .................... 19
Lampiran 2. Total Skor CHA2DS2-VASc Seluruh Pasien ................................... 25
Lampiran 3. Ethical Clearance ............................................................................. 28
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian .......................................................................... 29
Lampiran 5. Perhitungan Sampel Penelitian ......................................................... 30
Lampiran 6. Instrumen Penelitian ......................................................................... 31
Lampiran 7. Definisi Operasional ......................................................................... 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
ABSTRAK
Pendahuluan: Fibrilasi atrium dapat menyebabkan stroke iskemik melalui
terbentuknya emboli yang menyumbat pembuluh darah otak. Indeks CHA2DS2-
VASc berguna untuk memprediksi risiko stroke. Jika skor CHA2DS2-VASc ≥ 2
maka mengindikasikan pemberian antikoagulan. Skor CHA2DS2-VASc ≥ 2 dan
pasien mendapatkan antikoagulan oral maka terapi dikatakan tepat. Tujuan:
mengevaluasi ketepatan pola pengobatan antitrombotik pada pasien stroke
iskemik dengan fibrilasi atrium di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Metode:
Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan rancangan penelitian
cross sectional yang menggunakan data retrospektif dari rekam medik elektronik.
Ketepatan pola pengobatan antitrombotik pada pasien stroke iskemik dengan
fibrilasi atrium dianalisis berdasarkan panduan dari Perhimpunan Kardiologi
Indonesia (2014) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia (2011).
Hasil: Data 53 pasien stroke iskemik dengan fibrilasi atrium terdiri dari 24 laki-
laki (45,3%) dan 29 perempuan (54,7%). Antiplatelet terbanyak yang diresepkan
adalah aspirin sebesar 41,5%; clopidogrel 22,6%. Antikoagulan yang diresepkan
adalah warfarin 17,0%. Ketepatan pengobatan pasien stroke iskemik dengan
fibrilasi atrium berdasarkan skor CHA2DS2-VASc sebanyak 11 (20,8%) pasien
dan tidak tepat sebanyak 42 (79,2%) pasien. Simpulan: Pengobatan pasien stroke
iskemik dengan fibrilasi atrium berdasarkan skor CHA2DS2-VASc sebagian besar
tidak tepat.
Kata Kunci : Stroke iskemik, Fibrilasi Atrium, Terapi Antitrombotik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
ABSTRACT
Introduction: Atrial fibrillation can cause ischemic strokes through the formation
of emboli which clog the blood vessels of the brain. The CHA2DS2-VASc index is
useful for predicting stroke risk. If the CHA2DS2-VASc score ≥ 2 indicates
administration of anticoagulant. Score CHA2DS2-VASc ≥ 2 and patients get an
oral anticoagulant so the therapy was said to be appropriate. Aim: To evaluate
the accuracy of the antithrombotic treatment pattern in ischemic stroke patients
with atrial fibrillation at Bethesda Hospital Yogyakarta. Methods: The type of this
study was descriptive observational with cross sectional study design using
retrospective data from electronic medical records. The accuracy of the
antithrombotic treatment pattern in ischemic stroke patients with atrial
fibrillation was analyzed based on the guidelines from Indonesian Cardiology
Association (2014) and Indonesian Neurologist Association (2011). Results: Data
of 53 ischemic stroke patients with atrial fibrillation consisted of 24 men (45.3%)
and 29 women (54.7%). The most antiplatelet prescribed is aspirin at 41.5%;
clopidogrel 22.6%. The anticoagulant prescribed is warfarin 17.0%. The
accuracy of treatment of ischemic stroke patients with atrial fibrillation based on
the CHA2DS2-VASc score of 11 (20.8%) patients and not as many as 42 (79.2%)
patients. Conclusion: Mostly treatment of ischemic stroke patients with atrial
fibrillation based on the CHA2DS2-VASc score are not appropriate.
Keywords: Ischemic Stroke, Atrial Fibrillation, Antithrombotic Therapy
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Stroke merupakan defisit atau gangguan fungsi sistem saraf yang terjadi
secara mendadak dan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Gangguan
peredaran darah di otak dapat berupa tersumbatnya pembuluh darah atau
pecahnya pembuluh darah di otak. Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan
mengakibatkan kematian sel saraf (Pinzon, 2016).
Stroke merupakan salah satu penyakit pada syaraf dan penyebab kematian
utama pada rumah sakit di Indonesia dan kematian nomor tiga di USA. Di
Amerika Serikat, terdapat sekitar 795.000 orang yang mengalami stroke setiap
tahun, dimana sekitar 610.000 kejadian adalah serangan stroke pertama,
sedangkan 185.000 merupakan stroke yang berulang (Goldstein et al., 2011).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013,
prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7
per mil. Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi Utara
(10,8 per mil), diikuti DI Yogyakarta (10,3 per mil), Bangka Belitung (9,7 per
mil), dan DKI Jakarta (9,7 per mil) (Kemenkes RI, 2013). Di RS Bethesda
Yogyakarta dari tahun 2011 hingga 2013, data register stroke tercatat sebanyak
2.460 pasien yang menderita stroke, sekitar 74,67% diantaranya menderita stroke
iskemik (Pinzon, 2014).
Salah satu faktor risiko tinggi penyebab stroke iskemik adalah fibrilasi
atrium. Fibrilasi atrium merupakan gangguan irama denyut jantung yang
disebabkan oleh gangguan sinyal listrik pada atrium (serambi jantung). Fibrilasi
atrium dapat menyebabkan stroke iskemik melalui terbentuknya emboli yang
menyumbat pembuluh darah otak (WHO, 2007). Prevalensi fibrilasi atrium
minimal 3%, meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan mencapai 15%
pada usia 80 tahun (Baturova, 2016). Studi observasional MONICA
(multinational MONItoring of trend and determinant in Cardiovasculardisease)
pada populasi di Jakarta mendapatkan angka kejadian FA 0,2% dengan rasio laki-
laki dan perempuan 3:2, karena akan terjadi peningkatan populasi usia lanjut di
Indonesia yaitu 7,74% pada tahun 2000 menjadi 28,68% tahun 2050, maka angka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
kejadian FA juga akan meningkat secara signifkan. Data di Rumah Sakit Jantung
dan Pembuluh Darah Harapan Kita menunjukkan bahwa persentase kejadian FA
pada pasien rawat selalu meningkat setiap tahunnya, yaitu 7,1% pada tahun 2010,
meningkat menjadi 9,0% (2011), 9,3% (2012) dan 9,8% (2013) (Yuniadi, 2014).
Penatalaksanaan Fibrilasi Atrium (FA) bertujuan untuk mengurangi risiko
stroke dan pemilihan terapi antitrombotik yang tepat. Antitrombotik merupakan
obat yang mencegah pembekuan darah. Obat antitrombotik meliputi obat yang
menghambat agregasi trombosit (obat antiplatelet), memperlambat pembekuan
sehingga mengurangi pembentukan fibrin (antikoagulan) dan melarutkan
gumpalan yang ada (fibrinolitik). Obat fibrinolitik (trombolitik) bekerja dengan
mengubah plasminogen menjadi plasmin, baik dalam sirkulasi atau pada
permukaan trombus. Fibrinolitik sebagai "penghancur gumpalan" yang efektif
selama tahap awal infark miokard atau stroke iskemik. Pemberian trombolitik
diberikan sesegera mungkin setelah diagnosis stroke iskemik akut ditegakkan
(awitan 3 jam pada pemberian intravena dalam 6 jam pemberian intraarterial),
pada penelitian ini pasien telah melewati fase akut sehingga pasien stroke iskemik
dengan fibrilasi atrium dalam penelitian ini tidak diberikan terapi trombolitik
(Hankey dan Eikelboom, 2010).
Antikoagulan berupa antagonis vitamin K, contohnya warfarin merupakan
jenis antikoagulan yang banyak digunakan sebagai pencegahan stroke iskemik
pada pasien fibrilasi atrium. Warfarin bertindak sebagai antagonis vitamin K
dengan cara menghambat regenerasi reduksi dari vitamin K. Vitamin K adalah
kofaktor yang berperan dalam aktivasi faktor pembekuan darah II, VII, IX dan X
yaitu dalam mengubah residu asam glutamate menjadi residu asam gama-
karbosiglutamat. Antikoagulan oral mencegah reduksi vitamin K sehingga
aktivasi faktor-faktor pembekuan darah terganggu (Katritsis et al., 2015).
Ada empat jenis antikoagulan baru atau novel anticoagulant yang bukan
merupakan antagonis vitamin K di Indonesia, yaitu dabigatran, rivaroxaban,
edoxaban dan apixaban. Dabigatran bekerja dengan cara menghambat langsung
trombin sedangkan rivaroxaban dan apixaban keduanya bekerja dengan cara
menghambat faktor Xa. Antiplatelet adalah obat yang dapat menghambat agregasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
trombosit sehingga menyebabkan terhambatnya pembentukan trombus yang
terutama sering ditemukan pada sistem arteri. Pemberian antiplatelet dapat
berguna untuk mencegah rekurensi stroke (Eikelboom et al., 2012).
Menurut penelitian Karuniawati dkk., (2015), menggunakan terapi
pencegahan sekunder dengan antiplatelet atau antikoagulan menurunkan angka
kejadian stroke berulang. Pemberian antiplatelet menurunkan kejadian stroke
berulang dari 68% menjadi 24%. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh
Efyana (2015), menunjukkan penggunaan antikoagulan pada pasien fibrilasi atrial
di RSUP Dr. M. Djamil Padang berdasarkan analisis risiko stroke menggunakan
skor CHA2DS2-VASc, sebanyak 96,55% pasien mendapatkan terapi antikoagulan
sesuai. Jenis antikoagulan yang diterima pasien adalah warfarin sebanyak 62,07%
dan dabigatran sebanyak 37,93%. Indeks CHA2DS2-VASc berguna untuk
memprediksi risiko stroke. Skor CHA2DS2-VASc di atas 2 mengindikasikan
pemberian antikoagulan (Violi et al., 2014). Skor CHA2DS2-VASc yang semakin
tinggi berarti semakin tinggi kejadian stroke berulang.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi ketepatan pengobatan
antitrombotik pada pasien stroke iskemik dengan fibrilasi atrium di Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
evaluasi pola pengobatan antitrombotik pada pasien stroke iskemik dengan
fibrilasi atrium untuk mendapatkan terapi yang tepat sesuai dengan kondisi pasien
sehingga membantu mengurangi terjadinya risiko stroke.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional deskriptif dengan
sifat pengambilan data secara retrospektif. Rancangan penelitian yang digunakan
adalah cross sectional (potong lintang) yaitu untuk mengetahui hubungan antara
variabel yang telah ditetapkan tanpa dilakukannya intervensi terhadap subjek uji
dan dilakukan pada satu titik waktu (Dahlan, 2013). Bahan penelitian yang
digunakan adalah berupa rekam medis elektronik dan data electronic stroke
registry dengan pengambilan data dari Januari 2015 hingga Desember 2018.
Kemudian, data disalin pada instrumen penelitian yang ada. Data rekam medis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
elektronik dari setiap pasien dikelompokkan berdasarkan nama pasien, usia, jenis
kelamin, stroke pertama/ulangan, antitrombotik yang diterima meliputi: golongan
obat, jenis obat, dosis obat, frekuensi pemberian obat dan komorbiditas pasien.
Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
pada periode Februari 2019 – April 2019.
Pada pemilihan subjek uji, peneliti menggunakan metode non random
sampling, yaitu consecutive sampling, dimana pengambilan sampel didasarkan
pada semua subjek uji yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah
ditetapkan sampai jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi berdasarkan waktu
pengumpulan data yang tersedia (Swarjana, 2012). Besar sampel minimal yang
dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 46 Subjek. Jumlah subjek penelitian yang
didapatkan yaitu 53 Subjek. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien
berusia ≥ 18 tahun, telah terdiagnosis stroke iskemik dengan fibrilasi atrium,
pasien fibrilasi atrium dengan penyakit jantung nonvalvular, komorbiditas lain,
menerima terapi antitrombotik serta memiliki rekam medis yang lengkap.
Permohonan ijin berupa ethical clearance dikeluarkan oleh Komisi Etik
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Duta Wacana Yogyakarta dengan nomor 940/C.16/FK/2019. Surat ijin penelitian
dikeluarkan oleh Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
Pengambilan data dilakukan dengan menelusuri rekam medis elektronik
melalui komputer untuk memperoleh nomor rekam medis, nama pasien, usia,
jenis kelamin, stroke pertama/ulangan, antitrombotik yang diterima meliputi:
golongan obat, jenis obat, dosis obat, frekuensi pemberian obat dan komorbiditas
pasien. Data rekam medik yang diperoleh secara lengkap ditabulasi dengan
Microsoft Excel sehingga data dapat disajikan dalam bentuk tabel dengan
beberapa keterangan seperti yang tertera pada lampiran.
Dilakukan pengelompokkan data karakteristik pasien, selanjutnya
dilakukan pengukuran skor CHA2DS2-VASc, pengukuran skor dengan
menggunakan tabel skor CHA2DS2-VASc yang merupakan singkatan dari
Congestive heart failure (disfungsi ventrikel kiri), Hypertension, Age ≥ 75 years,
Diabetes mellitus, Stroke history, peripheral Vascular disease, Age between 65 to
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
74 years, Sex Category (female). Pasien yang mempunyai faktor risiko yaitu gagal
jantung kongestif termasuk disfungsi ventrikel kiri memiliki poin 1, sedangkan
pasien yang tidak mempunyai risiko gagal jantung kongestif termasuk disfungsi
ventrikel kiri poin 0, begitupun juga dengan faktor risiko lain seperti hipertensi,
diabetes mellitus dan penyakit vaskular. Terkait usia, pasien yang berusia 65-74
tahun memiliki poin 1, sedangkan pasien berusia < 65 tahun poin 0. Pasien yang
berjenis kelamin perempuan memiliki poin 1, sedangkan pasien yang berjenis
kelamin laki-laki poin 0. Pasien yang berusia ≥ 75 tahun memiliki poin 2. Pasien
yang mempunyai riwayat stroke/TIA/tromboemboli memiliki poin 2, sedangkan
pasien tidak mempunyai riwayat stroke/TIA/tromboemboli maka poin 0. Setelah
melakukan pengukuran skor, selanjutnya melakukan perhitungan total skor yang
diperoleh dari tiap pasien dan melihat jenis antitrombotik yang digunakan pada
pasien stroke iskemik yang mengalami fibrilasi atrium. Total skor CHA2DS2-
VASc terdiri dari nilai 0 hingga 9 (maksimum poin). Apabila skor CHA2DS2-
VASc ≥ 2 dan pasien mendapatkan antikoagulan oral maka terapi dikatakan tepat.
Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan atau
gambar. Penentuan kesesuaian golongan obat, jenis obat, dosis obat dan frekuensi
pemberian obat dilakukan dengan menggunakan standar terapi dari Perhimpunan
Kardiologi Indonesia (PERKI) (2014) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf
Indonesia PERDOSSI (2011) yang digunakan oleh Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta sebagai panduan pengobatan pasien stroke iskemik dengan fibrilasi
atrium.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian evaluasi pola pengobatan antitrombotik berdasarkan skor
CHA2DS2-VASc pada pasien stroke iskemik dengan fibrilasi atrium di RS
Bethesda Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan data pasien
stroke iskemik dengan fibrilasi atrium selama tahun 2015-2018 hanya sebanyak
93 pasien. Data yang diambil yaitu data pasien yang memenuhi kriteria inklusi
yaitu sebanyak 53 pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
A. Karakteristik Subjek Penelitian
Data yang diperoleh berdasarkan kriteria inklusi ada 53 pasien yang
mendapatkan terapi antitrombotik, diantaranya sebanyak 42 pasien mendapatkan
terapi antiplatelet dan 11 pasien mendapatkan terapi antikoagulan. Distribusi
karakteristik pasien dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel I.
Tabel I. Karakteristik Pasien
Tabel II. Kriteria Risiko Mengalami Stroke Iskemik pada Pasien Fibrilasi
Atrium Berdasarkan Skor CHA2DS2-VASc
Kriteria risiko CHA2DS2-VASc Jumlah Persentase
(n=53) (%)
Gagal jantung kongestif/penurunan fungsi
ventrikel kiri
9 16,9
Hipertensi (>140/90 mmHg) atau konsumsi
obat antihipertensi
19 35,8
Diabetes Melitus (>126 mg/dL) atau
konsumsi obat antidiabetes/insulin
10 18,9
Penyakit vaskular (pernah mengalami infark
miokard, penyakit arteri perifer)
4 7,5
Karakteristik Pasien Jumlah Persentase
(n=53) (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 24 45,3
Perempuan 29 54,7
Usia
35-44 tahun
45-54 tahun
55-64 tahun
65-74 tahun
1
4
9
22
1,9
7,5
17,0
41,5
≥ 75 tahun 17 32,1
Stroke pertama 35 66,0
Stroke berulang 18 34,0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Pada Tabel I. memperlihatkan bahwa kejadian tertinggi pada pasien stroke
iskemik dengan fibrilasi atrium dalam penelitian ini adalah pada perempuan
54,7% dibanding pada laki-laki 45,3%. Hal ini sejalan dengan penelitian
Wibisono (2012) di RSUD DR. Moewardi dengan 55 sampel, didapatkan bahwa
penderita stroke iskemik pada perempuan 54,5% lebih banyak dibanding laki-laki
45,5%. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Irdawati dan
Ambarwati (2009), angka kejadian stroke pada laki-laki lebih tinggi yaitu 79,2%
dibandingkan dengan perempuan 20,8%.
Insidensi stroke pada usia <50 tahun memang lebih banyak terjadi pada
laki-laki. Namun pada usia >50 tahun wanita lebih banyak menderita stroke. Hal
ini disebabkan karena wanita yang menopause mengalami penurunan hormon
estrogen. Hormon estrogen berperan dalam metabolisme lemak yang ada didalam
tubuh dan mencegah terjadinya penumpukan lemak serta cedera di otot polos
pembuluh darah sehingga terlindungi dari aterosklerosis yang dapat menjadi
pemicu terjadinya stroke (Arnal et al., 2009; Wellons et al., 2012). Akan tetapi,
setelah mengalami menopause risiko perempuan sama dengan laki-laki untuk
terkena stroke dan penyakit jantung.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa rata-rata usia terbanyak yang
mengalami stroke adalah pada usia ≥ 65 tahun yang mana insidensi stroke iskemik
meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Kejadian stroke dapat terjadi baik
pada usia tua maupun muda, namun pola stroke banyak terjadi pada kalangan
yang berusia lebih tua, penyebabnya karena stroke merupakan penyakit yang
terjadi akibat gangguan aliran pada pembuluh darah. Pada orang lanjut usia,
hilangnya elastisitas arteri secara bertahap mengakibatkan pembuluh darah lebih
kaku karena adanya plak. Peningkatan timbunan plak aterosklerosis dapat berefek
pada timbulnya trombus yang sewaktu-waktu bisa terlepas menjadi emboli.
Emboli ini dapat menyumbat aliran darah menuju otak yang bisa menyebabkan
terjadinya stroke (Wang dan Bennett, 2012).
Berdasarkan tipe stroke, didapatkan bahwa pasien dengan serangan stroke
pertama adalah sebanyak 35 (66,0%) dan stroke ulangan sebanyak 18 (34,0%).
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Laloux et al. (2010) tentang faktor resiko
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
dan terapi stroke pada saat stroke berulang menyebutkan bahwa 61% pasien
mengalami stroke berulang dalam kurun waktu 1 tahun setelah serangan stroke
pertama. Faktor resiko yang paling sering adalah hipertensi (79%),
hiperkolesterolemia (43%), merokok (25%) dan diabetes mellitus (22%). Sebagai
upaya untuk mencegah terjadinya stroke berulang pada pasien yang sudah pernah
mengalami stroke, Perhimpunan Kardiologi Indonesia (PERKI) dan Perhimpunan
Dokter Spesialis Syaraf Indonesia (PERDOSSI) merekomendasi terapi
pencegahan sekunder dengan cara modifikasi gaya hidup dan juga pemberian
obat-obatan yang meliputi antiplatelet atau antikoagulan, antihipertensi,
antidislipidemia.
Pada penelitian ini, skor CHA2DS2-VASc ≥ 2 dijumpai pada 100% kasus
karena pasien telah memiliki riwayat stroke. Hasil yang diperoleh pada penelitian
ini, pasien dengan jumlah skor 2=3 (5,7%) pasien, pada jumlah skor 3=8 (15,1%)
pasien, pada jumlah skor 4=18 (33,9%) pasien, pada jumlah skor 5=14 (26,4%)
pasien, pada jumlah skor 6=8 (15,1%) pasien dan jumlah pada skor 7=2 (3,8%)
pasien (Gambar 1). Pasien dengan skor CHA2DS2-VASc 4 memiliki jumlah
pasien terbanyak dibandingkan pasien dengan skor CHA2DS2-VASc yang lebih
tinggi. Pada penelitian ini, tidak ditemukan pasien stroke iskemik dengan fibrilasi
atrium dengan skor CHA2DS2-VASc 8 dan 9. Skor CHA2DS2-VASc ini yang
akan berperan dalam pemilihan antiplatelet atau antikoagulan yang sesuai.
Gambar 1. Total Skor CHA2DS2-VASc Pasien Stroke Iskemik
dengan Fibrilasi Atrium
5,7%
15,1%
33,9%
26,4%
15,1%
3,8%
0,0%
10,0%
20,0%
30,0%
40,0%
2 3 4 5 6 7
Pe
rse
nta
se (
%)
Skor CHA2DS2-VASc
Total Skor CHA2DS2-VASc
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
B. Pola Pengobatan Pasien Stroke Iskemik dengan Fibrilasi Atrium
Penggunaan antiplatelet pada pasien stroke iskemik dengan fibrilasi atrium
di RS Bethesda Yogyakarta lebih mendominasi dibanding penggunaan
antikoagulan. Pada penggunaan antiplatelet tunggal berupa aspirin sebesar
(41,5%) dan penggunaan clopidogrel sebesar (22,6%). Antiplatelet ganda yang
diberikan kepada pasien berupa aspirin 80 mg dan clopidogrel 75 mg dengan
presentase (15,1%) (Tabel III).
Tabel III. Pola Pengobatan Pasien Stroke Iskemik dengan Fibrilasi Atrium
Antitrombotik
(n=53)
Pola
Pengobatan Dosis
(mg)
Frekuensi
Pemberian
obat
Jumlah
(n)
Persentase
(%)
Antiplatelet
Tunggal
(n=34 ; 64,1%)
Aspirin
Clopidogrel
80
100
75
1x1
1x1
1x1
7
15
12
13,2
28,3
22,6
Antiplatelet
Ganda
(n=8 ; 15,1%)
Aspirin
+
Clopidogrel
80
75
1x1
1x1 8 15,1
Antikoagulan
(n=9 ; 17,0%) Warfarin 2 1x1
9 17,0
Antikoagulan
baru
(n=2 ; 3,8%)
Dabigatran 110
150
1x1
2x1
1
1
1,9
1,9
Penggunaan antiplatelet tunggal berupa aspirin lebih banyak diresepkan
pada penelitian ini. Aspirin bekerja dengan menghambat COX secara ireversibel
dimana COX mengkatalisis konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin
(PGH2) yang dengan cepat diubah menjadi tromboksan A2 (TXA2) yang
merupakan vasokonstriktor dan stimulator agregasi trombosit yang kuat dan
prostasiklin (PGI2) di otot polos dinding vaskular. PGI2 memiliki fungsi yang
berkebalikan dengan TXA2 yaitu sebagai vasodilator dan menghambat agregasi
platelet. Endothelium menghasilkan PGI2 yang sebagian besar dimediasi oleh
COX-2. Aspirin menghambat COX dengan menyebar ke lokasi katalitik enzim
sehingga mencegah asam arakidonat mendapatkan akses ke tempat katalitik enzim
(Hall dan Mazer, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Ada empat antiplatelet yang telah disetujui FDA (Food and Drug
Administration) untuk mencegah kejadian vaskular pada pasien stroke atau TIA
yaitu aspirin, kombinasi aspirin dan dipyridamole, clopidogrel dan ticlopidine.
Kombinasi aspirin dan extendent release dipiridamol atau clopidogrel tunggal
lebih menguntungkan dibanding dengan asprin tunggal (PERDOSSI, 2011).
Clopidogrel merupakan alternatif pada pasien yang memiliki alergi terhadap
aspirin atau pasien dengan efek samping gastrointestinal. Pada pasien yang tidak
dapat mentoleransi efek samping dari dipiridamol akibat munculnya sakit kepala,
antiplatelet seperti aspirin atau clopidogrel merupakan alternatif pengganti
(Shulga dan Bornstein, 2011). Obat-obatan ini telah terbukti menurunkan risiko
stroke berulang, infark miokard atau kematian sebanyak 20% (Kernan et al.,
2014).
Hasil penelitian antiplatelet treatment for prevention of cerebrovascular
event in patient with vascular disease a systematic review and meta analysis
menyatakan bahwa kombinasi terapi aspirin dan clopidogrel efektif menurunkan
risiko stroke iskemik dibandingkan aspirin tunggal sebesar 23% (Gouya et al.,
2014). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kim et al. (2019), penelitian
ini dilakukan di Korea Selatan dengan metode CHANCE (Clopidogrel in High-
Risk Patients With Acute Nondisabling Cerebrovascular Events) pada pasien yang
menderita stroke akut atau TIA yang dirawat di 15 rumah sakit. Penelitian
tersebut membandingkan efektivitas terapi kombinasi aspirin-clopidogrel dengan
aspirin tunggal. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pada 5.590 pasien stroke
iskemik yang diobati dengan aspirin dan clopidogrel, 3 bulan lebih rendah
mengalami kejadian vaskular dan stroke berulang dibandingkan dengan aspirin
tunggal.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Fatoni dan Gofir (2014)
tentang perbandingan manfaat terapi antiplatelet kombinasi aspirin dan
clopidogrel dengan aspirin tunggal pada stroke iskemik di RSUP Dr. Sardjito
menyimpulkan bahwa kejadian stroke berulang 6 bulan setelah serangan stroke
iskemik pertama, antara pasien yang mendapat terapi antiplatelet kombinasi
aspirin-clopidogrel dan antiplatelet aspirin tunggal tidak berbeda bermakna secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
statistik. Sampai saat ini, belum ada data yang menyebutkan antiplatelet yang
paling bagus diantara antiplatelet yang lain namun pemilihan antiplatelet
disarankan didasarkan secara individu pasien.
Penggunaan antikoagulan yang tersedia di RS Bethesda Yogyakarta adalah
warfarin 2 mg dan dabigatran 110 mg dan 150 mg. Pada penelitian ini didapatkan
bahwa penggunaan warfarin dengan presentase 17,0% dan penggunaan dabigatran
dengan presentase 3,8% (Tabel III). Pada pasien stroke iskemik dengan fibrilasi
atrium yang persisten atau permanen direkomendasikan penggunaan antikoagulan
sebagai standar terapi pencegahan sekunder. Pada pemberian terapi antikoagulan
perlu Adjusted-dose warfarin dengan target INR 2,5 (range 2,0-3,0) pada semua
penderita dengan non-valvular atial fibrillation (PERDOSSI, 2011). Direct
thrombin inhibitor atau faktor Xa inhibitor dapat diberikan sebagai pilihan terapi
apabila pasien intoleransi terhadap warfarin atau memiliki risiko perdarahan
(Intercollegiate Stroke Working Party, 2016).
Antikoagulan yang paling sering diberikan pada sampel adalah warfarin,
namun penggunaan warfarin lebih sedikit dibandingkan pada penggunaan
antiplatelet. Antikoagulan berupa antagonis vitamin K, contohnya warfarin
merupakan jenis antikoagulan yang banyak digunakan sebagai pencegahan stroke
pada pasien fibrilasi atrium. Warfarin digunakan sebagai obat antikoagulan oral
yang bertindak sebagai antagonis vitamin K dengan cara menghambat regenerasi
reduksi dari vitamin K. Vitamin K adalah kofaktor yang berperan dalam aktivasi
faktor pembekuan darah II, VII, IX dan X yaitu dalam mengubah residu asam
glutamate menjadi residu asam gama-karbosiglutamat. Antikoagulan oral
mencegah reduksi vitamin K sehingga aktivasi faktor-faktor pembekuan darah
terganggu (Katritsis et al., 2015).
Pada penelitian ini, terdapat penggunaan antikoagulan oral baru yaitu
dabigatran etexilate pada 2 pasien (3,8%). Dabigatran etexilate telah disetujui
Food and Drug Administration (FDA) dan European Medicines Agency (EMA)
untuk pencegahan stroke dan tromboemboli. European Medicines Agency
menetapkan indikasi pemakaian dabigatran untuk FA non-valvular dengan paling
tidak satu faktor risiko berikut: riwayat stroke, transient ischaemic attack (TIA)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
atau emboli sistemik; LVEF <40%; gagal jantung simtomatik; dan usia ≥ 75 tahun
atau ≥ 65 tahun tetapi disertai salah satu dari diabetes, penyakit jantung koroner
atau hipertensi. European Medicines Agency (EMA) menyetujui baik dosis 110
mg dua kali sehari maupun 150 mg dua kali sehari (PERKI, 2014). Dabigatran
etexilate dengan cepat diubah menjadi dabigatran setelah dikonsumsi dan diproses
di hati. Direct thrombin inhibitor (IIa) mencegah konversi fibrinogen menjadi
fibrin dan dengan demikian mencegah pembentukan gumpalan, dabigatran
diindikasikan untuk mengurangi risiko stroke dan emboli sistemik pada pasien
dengan non-valvular atrial fibrilasi (Mekaj et al., 2015).
Dabigatran tidak menghambat sitokrom P450 (CYP), sehingga potensi
untuk berinteraksi dengan obat-obat lainnya rendah. Keuntungan utama dari AKB
(antikoagulan oral baru) dibandingkan dengan AVK (antagonis vitamin K) dalam
mencegah tromboemboli dan pengobatan penyakit tromboemboli yaitu tidak
adanya interaksi terhadap makanan, onset yang cepat, memiliki waktu paruh yang
pendek, dan menunjukkan respons dosis yang dapat diprediksi oleh karena itu
tidak memerlukan pemantauan koagulasi rutin (Mekaj et al., 2015). Jika pasien
tidak dapat memeriksakan INR secara teratur dapat diberikan dabigatran etexilate
(PERDOSSI, 2011).
C. Ketepatan Pola Pengobatan Pasien Stroke Iskemik dengan Fibrilasi
Atrium Berdasarkan Skor CHA2DS2-VASc
Penelitian ini menilai ketepatan pengobatan pasien stroke iskemik dengan
fibrilasi atrium berdasarkan skor CHA2DS2-VASc. Penatalaksanaan stroke
iskemik dengan fibrilasi atrium dikatakan tepat apabila pasien yang memiliki skor
CHA2DS2-VASc ≥ 2 mendapatkan terapi antikoagulan. Ketepatan pemilihan
terapi tersebut dinilai berdasarkan Pedoman dari Perhimpunan Kardiologi
Indonesia (PERKI) (2014) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia
PERDOSSI (2011).
Pada hasil penelitian ini, pasien yang memiliki nilai skor CHA2DS2-VASc
≥ 2 sebanyak 53 sampel (100%). Pasien memiliki skor ≥ 2 karena seluruh pasien
memiliki riwayat stroke. Skor CHA2DS2-VASc yang semakin tinggi berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
semakin tinggi kejadian stroke berulang. Skor diatas 2 merupakan indikasi
pemberian antikoagulan (Violi et al., 2014). Terapi antitrombotik pada pasien
stroke iskemik dengan fibrilasi atrium yang memiliki skor CHA2DS2-VASc ≥ 2
dan mendapatkan terapi antikoagulan tepat adalah 20,8%. Pada pasien stroke
iskemik dengan fibrilasi atrium yang memiliki skor CHA2DS2-VASc ≥ 2 dan
mendapatkan terapi antiplatelet sebanyak 79,2%. Hal ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan Noviyanti dkk., (2016), berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan pada pasien stroke kardioemboli akibat fibrilasi atrium di Bangsal
Neurologi RSUP Dr. Hasan Sadikin diketahui bahwa dari 42 pasien yang
memiliki skor CHA2DS2-VASc ≥ 2, hanya 12 pasien yang diberi antikoagulan
berupa warfarin. Penelitian lain dilakukan Astyari (2017) di Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta, menyatakan bahwa pada hasil analisis univariat dengan
subjek penelitian sebanyak 77 sampel, penggunaan antiplatelet terdapat pada 71
pasien (92,2%) dan penggunaan antikoagulan terdapat pada 6 pasien (7,7%).
Ada beberapa kemungkinan yang dapat diasumsikan dari penelitian ini
terkait dengan penggunaan antiplatelet yang lebih sering digunakan daripada
antikoagulan. Pasien diresepkan antiplatelet kemungkinan setelah pasien
mengalami stroke iskemik akut. Hal ini tidak dapat dipastikan karena peneliti
tidak langsung melakukan wawancara terhadap pasien ataupun keluarga pasien.
Kemungkinan lain, ketidakpatuhan pasien dalam melakukan pemeriksaan INR
secara rutin. Pada pasien lansia, tingkat kesulitan dalam mempertahankan nilai
INR dalam rentang terapi akan semakin sulit akibat beberapa faktor yaitu:
pemahaman yang rendah terhadap tujuan terapi, penyakit penyerta, mobilisasi
yang rendah, serta sulit menjalani tes laboratorium dengan frekuensi yang cukup
sering (Wolff et al., 2015).
Pemeriksaan INR harus dilakukan setiap hari dimulai ketika pasien
mengkonsumsi warfarin hingga INR dengan rentang 2,0-3,0 sekurang-kurangnya
2 hari setelah target tercapai. Setelah itu, pemeriksaan INR menjadi 2-3 kali setiap
minggu selama 1-2 minggu. Apabila INR telah stabil, pemeriksaan dapat
dilakukan 1 kali dalam 4 minggu. Keamanan dan efektifitas terapi warfarin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
tergantung dari keberhasilan pasien mempertahankan INR dalam rentang terapi.
Terapi antikoagulan oral pada lansia memerlukan penatalaksanaan yang baik
karena antikoagulan mempunyai indeks terapi yang sempit, selain itu perubahan
fisiologi yang terkait dengan usia serta keterbatasan fisik maupun kondisi
kesehatan lansia akan menjadi masalah dalam mempertahankan efek antikoagulan
tetap dalam rentang terapi.
Kelemahan penelitian ini adalah pemeriksaan laboratorium seperti
Glukosa darah tidak dilakukan sehingga menyebabkan kesulitan dalam
perhitungan skor CHA2DS2-VASc. Penelitian ini menjadi salah satu sumber untuk
memberikan informasi terkait ketepatan pola pengobatan antitrombotik pada
pasien stroke iskemik dengan fibrilasi atrium di Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta.
KESIMPULAN
Ketepatan pengobatan antitrombotik pada pasien stroke iskemik dengan
fibrilasi atrium berdasarkan skor CHA2DS2-VASc sebesar 20,8% dari total
seluruh pasien. Pengobatan antitrombotik pada pasien stroke iskemik dengan
fibrilasi atrium berdasarkan skor CHA2DS2-VASc di Poliklinik Saraf Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta sebagian besar tidak tepat.
SARAN
Bagi Peneliti Selanjutnya
Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan
pemeriksaan laboratorium serta interaksi obat agar dapat melihat outcome dari
pengobatan yang diterima pasien.
Bagi Klinisi
Diharapkan dengan penelitian ini dapat membantu para klinisi agar
mampu melakukan pemilihan obat antitrombotik yang tepat untuk pasien stroke
iskemik dengan fibrilasi atrium.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
DAFTAR PUSTAKA
Arnal, J.F., Laurell, H., Fontaine, C., Billon, A., Calippe, B., Lenfant, F., &
Gourdy, P., 2009. Estrogen receptor actions on vascular biology and
inflammation: implications in vascular pathophysiology. Climacteric,
12(1), pp. 12–17. doi:10.1080/13697130902820006.
Astyari G., Pinzon R., Tarigan L., 2017. Pola pengobatan antitrombotik pada pasien
stroke iskemik dengan fibrilasi atrium berdasarkan skor CHA2DS2-VASc
dan skor HAS BLED. Pharmaciana,7(1), pp. 63-70. doi:
10.12928/pharmaciana.v7i1.4716.
Baturova, M., 2016. Atrial fibrillation in ischemic stroke. Sweden by Media-Tryck :
Lund University.
Dahlan, M.S., 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan, Seri Evidance Based Medicine, 35(2), pp. 121-
126.
Efyana P.N., 2015. Kajian penggunaan antikoagulan dan analisa risiko perdarahan
pada pasien fibrilasi atrial di RSUP DR.M. DJAMIL Padang. Masters
thesis, Universitas Andalas.
Eikelboom J.W, Hirsh. J, Spencer F.A, et al., 2012. Antithrombotic Therapy and
Prevention of Thrombosis, 9th ed: American College of Chest Physicians
Evidence-Based Clinical Practice Guidelines. ACCP GUIDELINES, pp.
103-107.
Fatoni, R. dan Gofir, A., 2014. Perbandingan Manfaat Terapi Antiplatelet
Kombinasi Aspirin dan Klopidogrel dengan Aspirin Tunggal pada Stroke
Iskemik di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Jurnal Manajemen dan
Pelayanan Farmasi, 4(4), pp. 257-263.
Goldstein, L.B., Bushnell, C.D., Adams, R.J., et al., 2011. Guidelines for the
Primary Prevention of Stroke: A Guideline for Healthcare Professionals
From the American Heart Association/American Stroke Association.
Stroke, 42(2), pp. 517–584. doi:10.1161/str.0b013e3181fcb238.
Gouya, G., Arrich, J., Wolzt, M., Huber, K., et al., 2014. Antiplatelet Treatment for
Prevention of Cerebrovascular Events in Patients With Vascular Diseases:
A Systematic Review and Meta-Analysis. Stroke, 45(2), pp. 492–503.
doi:10.1161/strokeaha.113.002590.
Hall, R. dan Mazer, C.D., 2011. Antiplatelet Drugs: A Review of Their
Pharmacology and Management in The Perioperative Period. Anesthesia
and Analgesia, 112(2), pp. 292–318.
Hankey, G. J., & Eikelboom, J. W., 2010. Antithrombotic drugs for patients with
ischaemic stroke and transient ischaemic attack to prevent recurrent major
vascular events. The Lancet Neurology, 9(3), pp. 273–
284. doi:10.1016/s1474-4422(10)70038-7.
Intercollegiate Stroke Working Party, 2016, National clinical guideline for stroke
5th ed. Royal college of physician.
Irdawati dan Ambarwati, W.N., 2009. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Keluarga dengan Perilaku Dalam Meningkatkan Kapasitas Fungsional
Pasien Pasca Stroke Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura, Berita Ilmu
Keperawatan; 2(2), pp. 63-68.
Karuniawati, H., Ikawati, Z., Gofir, A., 2015. Pencegahan Sekunder untuk
Menurunkan Kejadian Stroke Berulang pada Stroke Iskemik, Jurnal
Manajemen dan Pelayanan Farmasi (JMPF), 5(1), pp. 14-21.
Katritsis, D.G., Gersh, B. J., & Camm, A. J., 2015. Anticoagulation in Atrial
Fibrillation – Current Concepts. Arrhythmia & Electrophysiology Review,
04(2), p. 100. doi:10.15420/aer.2015.04.02.100.
Kernan, W.N., Ovbiagele, B., Black, H. R., et al., 2014. Guidelines for the
Prevention of Stroke in Patients With Stroke and Transient Ischemic
Attack: A Guideline for Healthcare Professionals From the American
Heart Association/American Stroke Association. Stroke, 45(7), pp. 2160–
2236. doi:10.1161/str.0000000000000024.
Kim, T.H., Yang, P.S., Uhm, J.S., Kim, J.Y., et al., 2017. CHA2DS2-VASc Score
(Congestive Heart Failure, Hypertension, Age ≥75 [Doubled], Diabetes
Mellitus, Prior Stroke or Transient Ischemic Attack [Doubled], Vascular
Disease, Age 65–74, Female) for Stroke in Asian Patients With Atrial
Fibrillation. Stroke, 48(6), pp. 1524–1530.
doi:10.1161/strokeaha.117.016926.
Kim, J.T., Park, M.S., Choi, K.H., et al., 2019. Comparative Effectiveness of
Aspirin and Clopidogrel Versus Aspirin in Acute Minor Stroke or
Transient Ischemic Attack. Stroke, 50(1), pp. 101–109.
doi:10.1161/strokeaha.118.022691.
Laloux, P., Lemonnier, F., dan Jamart, J., 2010. Risk factors and treatment of stroke
at the time of recurrence. Acta Neurologica Belgica, 110, pp. 299–302.
Noviyanti, V.K., Suwarma, B., Susanti, A.L., 2016. Gambaran Pemberian
Antikoagulan Berdasarkan Skor CHA2DS2-VASc pada Pasien Stroke
Kardioemboli Akibat Fibrilasi Gambaran Pemberian Antikoagulan
Berdasarkan Atrium di RSUP Dr. Hasan Sadikin Tahun 2016.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), 2011, Acuan
Panduan Praktis Klinis Neurologi, PERDOSSI, Jakarta, pp. 21, 99.
PERKI., 2014. Pedoman Tatalaksana Fibrilasi Atrium. Ed I. Penerbit: Centra
Communications.
Pinzon, R.T., 2014. Profil Stroke:Gambaran Tentang Pola Demografi, Faktor
Risiko, Gejala Klinik, dan Luaran Klinis Pasien Stroke. Yogyakarta: Betha
Grafika.
Pinzon, R.T., 2016. AWAS STROKE.
Riskesdas, 2013. Riset Kesehatan Dasar : Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Shulga, O., dan Bornstein, N., 2011. Antiplatelets in Secondary Stroke Prevention.
Frontiers in Neurology, Vol. 2, pp 1-6. doi:10.3389/fneur.2011.00036.
Swarjana, I.K., 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: ANDI.
Violi, F., Pastori, D., & Pignatelli, P., 2014. Mechanisms And Management Of
Thrombo-Embolism In Atrial Fibrillation. Journal of atrial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
fibrillation, 7(3), p. 1112. doi:10.4022/jafib.1112.
Wang, J.C., dan Bennett, M., 2012. Aging and Atherosclerosis: Mechanisms,
Functional Consequences, and Potential Therapeutics for Cellular
Senescence, Circulation Research, 111(2), pp. 245–259.
doi:10.1161/circresaha.111.261388.
Wellons, M., Ouyang, P., Schreiner, P. J., Herrington, D. M., dan Vaidya, D.,
2012. Early menopause predicts future coronary heart disease and stroke.
Menopause: The Journal of The North American Menopause Society,
19(10), pp. 1081–1087. doi:10.1097/gme.0b013e3182517bd0.
WHO., 2007. Public Health Principles Neurological Disorders. World Health
Organization.
Wibisono, A., 2012. Hubungan Fibrilasi Atrium dengan Kejadian Stroke Iskemik di
RSUD DR. MOEWARDI. Skripsi. Surakarta : Fakultas Kedokteran,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Yuniadi., 2014. Tatalaksana Pasien Fibrilasi Atrium, Pusat Jantung Nasional
Harapan Kita, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Lampiran 1. Data Pengobatan Pasien Stroke Iskemik dengan Fibrilasi Atrium di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
No. No. RM Inisial Usia
(tahun) JK
Stroke
pertama/ulanga
n
Obat
antikoagulan
Obat
antiplatelet
Obat
antihipertensi
Obat
antidiabetes/
insulin
1.
02030057 Y 66 P Stroke Pertama - Aspirin 80
mg 1x1 +
Clopidogrel
75 mg 1x1
- -
2.
00609464 AN 79 L Stroke Pertama Warfarin 2 mg
1x1
- Telmisartan 80
mg 1x1
Insulin
Aspart
(100UI) INJ
(3ML) 18-0-
12-0
3. 00508429 SPS 83 L Stroke Ulangan - Aspirin 100
mg 1x1
Furosemide 40
mg 1x1
-
4. 02037632 NK 88 P Stroke Pertama - Clopidogrel
75 mg
selang-
seling
sehari 1 tab
- -
5. 02046001 P 91 L Stroke Pertama - Aspirin 80
mg 1x1
- -
6. 01148800 H 53 P Stroke Ulangan - Clopidogrel
75 mg 1x1
- -
7. 01966713 K 85 P Stroke Ulangan - Clopidogrel
75 mg 1x1
- -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
8. 01924156 YF 66 L Stroke Pertama Warfarin 2 mg
1x1
- Ramipril 5 mg
½x1
-
9. 01955149 WL 68 P Stroke Ulangan - Clopidogrel
75 mg 1x1
- -
10. 02067017 SU 63 P Stroke Pertama - Aspirin 100
mg 1x1
Ramipril 5 mg
½x1
-
11. 02061026 HW 62 L Stroke Pertama Warfarin 2 mg
1x1
- Candesartan 16
mg 1x1
-
12. 02060902 I 65 P Stroke Pertama - Aspirin 80
mg 1x1 +
Clopidogrel
75 mg ½x1
- Glimepiride 1
mg 1x1 +
Metformin
500 mg 1x1
13. 02048234 K 72 L Stroke Ulangan - Aspirin 100
mg 1x1
- -
14. 01050079 S 68 P Stroke Ulangan - Aspirin 80
mg 1x1
Bisoprolol 5 mg
½x1
-
15. 01716894 S 82 L Stroke Pertama - Aspirin 80
mg 1x1
- -
16. 00155300 LA 72 P Stroke Pertama Dabigatran
etexilate 150 mg
2x1
- - -
17. 00697753 M 78 P Stroke Pertama - Aspirin 100
mg 1x1
- -
18. 02052338 CK 70 P Stroke Ulangan Warfarin 2 mg
1x1
- - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
19. 02045458 M 72 L Stroke Ulangan Warfarin 2 mg
1x1
- - -
20. 02052143 SP 59 L Stroke Pertama - Aspirin 80
mg 1x1 +
Clopidogrel
75 mg 1x1
Valsartan 80
mg 1x1
-
21. 02022017 S 79 P Stroke Pertama Warfarin 2 mg
1x1
- Ramipril 5 mg
½x1
-
22. 02055003 BH 58 L Stroke Pertama - Aspirin 100
mg 1x1
- -
23. 02011762 S 68 P Stroke Pertama Dabigatran
etexilate 110
mg 1x1
Aspirin 80
mg 1x1 - -
24. 01951042 S 84 L Stroke Ulangan - Aspirin 80
mg 1x1
- -
25. 01055726 SH 72 L Stroke Pertama - Aspirin 80
mg 1x1
Perindopil 5
mg 1x½
Metformin 500
mg 1x1 +
Glimepiride 2
mg 1x1
26. 01984212 LS 88 P Stroke Ulangan - Aspirin 100
mg 1x1 - -
27. 02037427 M 72 P Stroke Ulangan - Aspirin 80
mg 1x1 +
Clopidogrel
75 mg 1x1
- Glibenclamide
5 mg ½x1
28. 01082334 SS 69 P Stroke Pertama - Aspirin 100
mg 1x1
- Metformin 500
mg 1x1
29. 01024861 JR 79 L Stroke Pertama - Clopidogrel Diltiazem CD -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
75 mg 1x1 100 mg 1x1 +
Ramipril 5 mg
1x1
30. 02054422 W 53 P Stroke Pertama Warfarin 2 mg
1x1
- Candesartan 8
mg 1x1 -
31. 01998501 TK 87 P Stroke Ulangan Warfarin 2 mg
1x1
- Candesartan 8
mg 1x1
-
32. 2026562 S 80 L Stroke Pertama - Aspirin 100
mg 1x1
- -
33. 2029082 H 73 L Stroke Pertama - Aspirin 100
mg 1x1
- -
34. 2027119 C 76 P Stroke Pertama - Aspirin 100
mg 1x1
- -
35. 2031141 S 51 L Stroke Pertama - Aspirin 80
mg 1x1 +
Clopidogrel
75 mg 1x1
- -
36. 2031933 W 60 P Stroke Pertama - Aspirin 80
mg 1x1 +
Clopidogrel
75 mg 1x1
- -
37. 1000693 S 69 L Stroke Ulangan - Clopidogrel
75 mg 1x1
Bisoprolol 5
mg ½x1
-
38. 2038605 S 70 P Stroke Pertama - Clopidogrel
75 mg 1x1
- -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
39. 2010279 SI 60 P Stroke Ulangan - Clopidogrel
75 mg 1x1
Bisoprolol 5 mg
½x1
Metformin
500 mg 1x1
40. 2037926 C 72 P Stroke Ulangan - Clopidogrel
75 mg 1x1
- Metformin
500 mg 1x1
41. 2036948 W 93 L Stroke Pertama - Clopidogrel
75 mg 1x1
- -
42. 2036733 D 54 P Stroke Pertama - Aspirin 100
mg 1x1
- -
43. 2036467 R 75 P Stroke Pertama - Aspirin 80
mg 1x1 +
Clopidogrel
75 mg 1x1
Valsartan 80 mg
1x1
-
44. 1077718 MI 41 L Stroke Pertama Warfarin 2 mg
1x1
- - -
45. 2032594 DP 66 L Stroke Pertama - Aspirin 100
mg 1x1
- -
46. 2031663 S 70 P Stroke Ulangan - Aspirin 100
mg 1x1
- -
47. 2030558 R 60 L Stroke Ulangan - Clopidogrel
75 mg 1x1
- -
48. 519757 BJP 62 L Stroke Ulangan - Aspirin 100
mg 1x1
Ramipril 5 mg
½x1
-
49. 2029077 S 73 L Stroke Pertama - Aspirin 80
mg 1x1
Perindopil 5 mg
1x½
Metformin
500 mg 1x1 +
Glimepiride 2
mg 1x1
50. 2028821 S 94 P Stroke Pertama - Clopidogrel
75 mg 1x1
- -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
51. 901081 S 58 L Stroke Pertama - Aspirin 80
mg 1x1 +
Clopidogrel
75 mg 1x1
Valsartan 80 mg
1x1
-
52. 949878 S 72 P Stroke Pertama - Aspirin 100
mg 1x1
Ramipril 5 mg
½x1
-
53. 924420 MR 66 P Stroke Pertama - Clopidogrel
75 mg 1x1
- Metformin
500 mg 1x1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Lampiran 2. Total Skor CHA2DS2-VASc Seluruh Pasien
Keterangan :
Gagal jantung kongestif/penurunan fungsi ventrikel kiri; Hipertensi (>140/90 mmHg) atau konsumsi obat antihipertensi;
Diabetes Melitus (126 mg/dL) atau konsumsi obat antidiabetes/insulin; Penyakit vaskular (pernah mengalami infark
miokard, penyakit arteri perifer); Usia 65-74 tahun; Jenis Kelamin (terutama wanita) : 0 = tidak ; 1= ya
Usia ≥ 75 tahun; Stroke/TIA/tromboemboli : 0 = tidak ; 2 = ya
Skor 2 = 3; skor 3 = 8; skor 4 = 18; skor 5 = 14; skor 6 = 8; skor 7 = 2
No. Gagal jantung
kongestif/penuru
nan fungsi
ventrikel kiri
(1)
Hipertensi (>140/90
mmHg) atau
konsumsi obat
antihipertensi
(1)
Usia ≥
75
tahun
(2)
Diabetes
Melitus (126
mg/dL) atau
konsumsi
obat
antidiabetes/
insulin
(1)
Stroke/
TIA/
Trombo
emboli
(2)
Penyakit
vaskular (pernah
mengalami
infark miokard,
penyakit arteri
perifer)
(1)
Usia
65-74
tahun
(1)
Jenis Kelamin
(terutama
wanita)
(1)
Total
Skor
1. 0 0 0 0 2 0 1 1 4
2. 0 1 2 1 2 0 0 0 6
3. 1 1 2 0 2 0 0 0 6
4. 1 0 2 0 2 0 0 1 6
5. 0 0 2 0 2 0 0 0 4
6. 1 0 0 0 2 0 0 1 4
7. 1 0 2 0 2 0 0 1 6
8. 0 1 0 0 2 0 1 0 4
9. 0 0 0 0 2 0 1 1 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
10. 1 1 0 0 2 0 0 1 5
11. 1 1 0 0 2 0 0 0 4
12. 0 0 0 1 2 0 1 1 5
13. 0 0 0 1 2 0 1 0 4
14. 0 1 0 0 2 1 1 1 6
15. 0 0 2 0 2 0 0 0 4
16. 0 0 0 0 2 0 1 1 4
17. 0 0 2 0 2 0 0 1 5
18. 0 0 0 0 2 0 1 1 4
19. 0 0 0 0 2 0 1 0 3
20. 0 1 0 0 2 0 0 0 3
21. 0 1 2 0 2 0 0 1 6
22. 0 0 0 0 2 0 0 0 2
23. 0 0 0 0 2 0 1 1 4
24. 0 0 2 0 2 0 0 0 4
25. 1 1 0 1 2 1 1 0 7
26. 1 0 2 0 2 0 0 1 6
27. 0 0 0 1 2 0 1 1 5
28. 0 0 0 1 2 0 1 1 5
29. 0 1 2 0 2 0 0 0 5
30. 0 1 0 0 2 1 0 1 5
31. 1 1 2 0 2 0 0 1 7
32. 0 0 2 0 2 0 0 0 4
33. 0 0 0 0 2 0 1 0 3
34. 0 0 2 0 2 0 0 1 5
35. 0 0 0 0 2 0 0 1 3
36. 0 0 0 0 2 1 0 1 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
37. 0 1 0 0 2 0 1 0 4
38. 0 0 0 0 2 0 1 1 4
39. 0 1 0 1 2 0 0 1 5
40. 0 0 0 1 2 0 1 1 5
41. 0 0 2 0 2 0 0 0 4
42. 0 0 0 0 2 0 0 1 3
43. 0 1 2 0 2 0 0 1 6
44. 0 0 0 0 2 0 0 0 2
45. 0 0 0 0 2 0 1 0 3
46. 0 0 0 0 2 0 1 1 4
47. 0 0 0 0 2 0 0 0 2
48. 0 1 0 0 2 0 0 0 3
49. 0 1 0 1 2 0 1 0 5
50. 0 0 2 0 2 0 0 1 5
51. 0 1 0 0 2 0 0 0 3
52. 0 1 0 0 2 0 1 1 5
53. 0 0 0 1 2 0 1 1 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Lampiran 3. Ethical Clearance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Lampiran 5. Perhitungan Sampel Penelitian
Penjabaran perhitungan sample menggunakan software Openepi Sample Size
Calculators :
1. Ukuran populasi (untuk faktor koreksi populasi terbatas atau fpc) (N): 105
Pasien Stroke Iskemik dengan Fibrilasi Atrium (Baturova, 2016).
2. Hipotesis pasien stroke iskemik dengan Atrial Fibrilasi yang mendapat
antikoagulan (p) : 30%
3. Simpangan mutlak (d) : 10%
4. Efek desain (untuk survei cluster-DEFF): 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Lampiran 6. Instrumen Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Lampiran 7. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Skala
Stroke
Iskemik
dengan
Fibrilasi
Atrium
Pasien stroke yang telah didiagnosis mengalami
stroke iskemik dengan fibrilasi atrium yang
tercantum dalam rekam medis.
Nominal
Komorbiditas
lain
Komorbiditas selain stroke iskemik dengan
fibrilasi atrium yang dialami oleh pasien seperti
komorbiditas hipertensi, gagal jantung kongestif,
diabetes melitus, riwayat stroke, penyakit
pembuluh darah perifer dan penurunan fungsi
ginjal yang dilihat dari data yang tercantum dalam
rekam medis.
Nominal
Ketepatan
penggunaan
obat
berdasarkan
guideline
Kesesuaian antitrombotik yang diberikan untuk
pasien stroke iskemik dengan fibrilasi atrium
meliputi : golongan obat, jenis obat, dan
komorbiditas pasien berdasarkan guideline PERKI
(2014) dan PERDOSSI (2011).
Nominal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BIOGRAFI PENULIS
Soya Quirina Baliem Hutagalung, lahir di Wamena, 18
Maret 1997 merupakan anak kedua dari 3 bersaudara. Anak
dari pasangan B. Hutagalung dan L. Sianipar. Penulis
menempuh pendidikan di TK Pertiwi Manokwari pada tahun
2002 – 2003, SD Negeri 1 Manokwari pada tahun 2003 –
2009, SMP Negeri 3 Manokwari pada tahun 2009 – 2012,
SMA Negeri 1 Manokwari pada tahun 2012 – 2015, dan
pada tahun 2015 meneruskan pendidikan S1 di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, penulis mengikuti beberapa kegiatan kepanitiaan
seperti menjadi anggota divisi Perlengkapan pada acara Color Zumba Party
Osteoporosis Day (2016), anggota divisi Perlengkapan pada acara Donor Darah
JMKI (2016), dan peserta Seminar Nasional Kefarmasian Seminar Nasional
Interprofessional Health Care “Good Team, Good Work, Good Result for the
Better Future” pada tahun 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI