Evaluasi Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap

30

Click here to load reader

Transcript of Evaluasi Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap

Page 1: Evaluasi Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap

EVALUASI PERLAKUAN AKUNTANSI AKTIVA TETAP

Monday, 20 December 2010 06:21 Rozali

EVALUASI PERLAKUAN AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA

PT. PERTAMINA (PERSERO) KANTOR PUSAT

 Oleh :  Siti Asmanah dan Astri Hariyati

 

ABSTARKSI

 Dalam era globalisasi saat ini dimana negara Asia khususnya Indonesia, masuk dalam kerjasama perdagangan bebas Asean (AFTA). Maka setiap badan usaha dituntut untuk melakukan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan operasionalnya agar dapat bertahan dan bersaing dengan badan usaha lainnya. 

      Dalam penulisan penelitian  ini sifat penelitian yang akan digunakan adalah bersifat studi kasus, dengan metode ini diperoleh fakta-fakta mengenai kebijakan perlakuan akuntansi atas aktiva tetap berwujud dengan cara mengamati dan menganalisa suatu masalah objek penelitian yang terjadi pada suatu tempat penelitian terhadap kesesuaian yang ada kemudian menarik kesimpulan dari masalah yang diteliti.

Perlakuan akuntansi atas aktiva tetap yang diterapkan oleh PT  Pertamina (Persero) Kantor Pusat  adalah harga perolehan (historical cost) sebagai dasar dalam mengukur aktiva tetapnya. Semua aktiva tetap pada perusahaan telah memenuhi syarat untuk disusutkan. Perusahaan akan menghentikan atau menghapus aktiva tetapnya jika aktiva yang bersangkutan rusak dan tidak dapat digunakan lagi oleh perusahaan, hilang, kurang bermanfaat bagi perusahaan dan tukar tambah (trade in) atau tukar guling (ruilslag).

 

PENDAHULUAN

 A. Latar Belakang Masalah

 Untuk meningkatkan produksi yang diharapkan perusahaan dengan kualitas yang baik, maka diperlukan kemampuan manajemen dalam mengelola faktor-faktor produksi yang ada dalam perusahaan tersebut. Salah satu asset yang perlu dikoordinir oleh perusahaan, baik yang bergerak dalam bidang industri maupun jasa adalah keberadaan aktiva tetap yang merupakan bagian penting dari keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan.

Page 2: Evaluasi Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap

Suatu perencanaan yang matang pada saat pengadaan aktiva tetap sangat diperlukan karena berakibat pada kinerja perusahaan. Apabila perencanaan pengadaan dan pemeliharaan aktiva tetap kurang baik, perusahaan membutuhkan dana operasional yang besar untuk membiayainya. Begitu besarnya nilai aktiva tersebut menyebabkan perusahaan menanggung beban biaya tetap yang tinggi, seperti biaya penyusutan, biaya asuransi, pajak bumi dan bangunan serta biaya pemeliharaan dan perbaikan atas aktiva yang dimiliki. Pedoman penyelenggaraan akuntansi atas aktiva tetap tersebut adalah prinsip-prinsip akuntansi yang telah diterima umum agar informasi yang dihasilkan dapat berguna bagi para pemakainya dan tidak menimbulkan salah penafsiran serta dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Proses akuntansi aktiva tetap dimulai saat aktiva itu diperoleh sampai aktiva itu dihapuskan. Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara seperti pembelian, pertukaran, leasing, pembangunan sendiri dan hibah. Metode penyusutan pun bermacam-macam misalnya : disusutkan berdasarkan waktu, berdasarkan penggunaan dan kriteria lainnya. Biaya-biaya penggunaannya dapat diperlakukan dengan 2 (dua) cara yaitu dikapitalisasi atau dibebankan pada periode berjalan.

Ikatan Akuntan Indonesia sebagai badan penyusun standar akuntansi di Indonesia telah mengeluarkan pernyataan standar akuntansi keuangan mengenai aktiva tetap yang tertuang dalam PSAK No. 16 tentang Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain dan PSAK No.17 tentang Akuntansi Penyusutan.

Berdasarkan uraian diatas, mendorong penulis untuk membahas dan menyusun penelitian  ini dengan judul “EVALUASI PERLAKUAN AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PT PERTAMINA (PERSERO) KANTOR PUSAT”.

 B. Pembatasan Masalah

                Dalam penulisan penelitian  ini, pembatasan masalah akan lebih ditekankan hanya pada perlakuan akuntansi atas aktiva tetap berwujud mulai dari perolehan aktiva tetap sampai dengan pengungkapan aktiva tetap dalam laporan keuangan. Agar ruang lingkup penelitian  ini tidak terlalu luas, maka dalam hal ini tidak membahas tentang akuntansi aktiva tetap berwujud yang berupa sumber-sumber alam (westing assets) seperti pertambangan, eksplorasi, penggalian mineral, minyak bumi, gas alam dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.

 

C. Perumusan Masalah

1.      Apakah perlakuan akuntansi atas aktiva tetap yang diterapkan oleh perusahaan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan No. 16 dan No.17?

2.      Bagaimana metode penyusutan aktiva tetap yang dilaksanakan oleh perusahaan?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

     1. Tujuan Penelitian

Page 3: Evaluasi Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap

         Untuk mengetahui apakah perlakuan akuntansi atas aktiva tetap yang diterapkan oleh perusahaan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan No. 16 dan No.17, dan untuk mengetahui bagaimana metode penyusutan aktiva tetap yang dilaksanakan oleh perusahaan.

     2. Kegunaan Penelitian

         Untuk  memperoleh wawasan dan daya nalar untuk menganalisis suatu pekerjaan. Khususnya berkaitan dengan bidang akuntansi dan penulis dapat membandingkan antara teori yang telah dipelajari  dari  literatur dengan pengelolaan aktiva tetap yang sebenarnya terjadi pada perusahaan,   diharapkan dapat berguna sebagai masukan dalam rangka penyempurnaan terhadap hal-hal yang dianggap perlu sehubungan dengan pengelolaan aktiva tetap. dan untuk menambah pengetahuan  serta memperluas wawasan yang berkaitan dengan pelaksanaan ilmu tersebut di lapangan.

 TINJAUAN PUSTAKA

 A. Pengertian Aktiva Tetap

 Aktiva tetap merupakan salah satu elemen dari aktiva pada neraca yang digunakan dalam perusahaan. Pada umumnya setiap perusahaan memiliki aktiva tetap untuk menunjang kegiatan usahanya. Aktiva tetap diharapkan dapat memberikan masukan sehingga menghasilkan pendapatan di masa yang akan datang. Beberapa pendapat mengenai pengertian aktiva tetap yang dikemukakan oleh para ahli akuntansi dari berbagai literatur antara lain sebagai berikut :

Menurut Al Haryono Jusup (1999:153) aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan.         

Definisi aktiva tetap menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 16 Paragraf 5 (2002:16.2) adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. 

Dari berbagai definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa aktiva dapat disebut aktiva tetap apabila memiliki karakteristik sebagai berikut:

a.       Berupa wujud fisik

1. Bersifat permanen2. Digunakan dalam operasi perusahaan 3. Tidak dimaksudkan untuk dijual kembali

e.       Memiliki nilai manfaat lebih dari satu tahun

B. Sifat dan Pengelompokkan Aktiva Tetap

Page 4: Evaluasi Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap

           Pengelompokkan berdasarkan penyusutan mengenal dua macam jenis aktiva tetap, yaitu:

1. Depreciated Plant Assets yaitu aktiva tetap yang mengalami penurunan manfaat melalui penyusutan yang dilakukan perusahaan seperti Building (Bangunan), Equipment (Peralatan), Machinery (Mesin), Inventaris, Jalan dan lain-lain.

2. Undepreciated Plant Assets yaitu aktiva tetap yang mempunyai manfaat relatif tetap selama masa penggunaannya karena itu tidak perlu disusutkan nilainya seperti Land (Tanah).

Menurut Zaki Baridwan (1999:272) aktiva tetap dikelompokkan dalam 3 golongan, yaitu:

1.      Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak perusahaan, pertanian dan peternakan.

2.      Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya bisa diganti dengan aktiva sejenis, misalnya bangunan, mesin, alat-alat, mebel, kendaraan dan lain-lain.

3.      Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva sejenis, misalnya sumber-sumber alam seperti bahan tambang, hutan dan lain-lain.

Jadi, secara umum penggolongan aktiva tetap untuk tujuan akuntansi dan pelaporan keuangan dibagi dua, yaitu aktiva yang disusutkan dan aktiva tidak disusutkan.

Menurut Al Haryono Jusup (1999: 156) aktiva tetap berdasarkan jenis dapat dibagi menjadi:

1.      Tanah

2.      Bangunan atau gedung

3.      Mesin dan alat-alat 

4.      Kendaraan

5.      Inventaris peralatan kantor

 C. Pengakuan Awal Aktiva Tetap

Pengakuan atas aktiva tetap yang akan dimiliki dan dikendalikan oleh perusahaan menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Kriteria suatu aktiva diakui dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap seperti diungkapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 16 Paragraf 6 (2002:16.3) adalah sebagai berikut:

1.      Besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat keekonomian di masa yang akan datang yang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan; dan

Page 5: Evaluasi Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap

2.      Biaya perolehan aktiva dapat diukur secara andal. 

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 16 Paragraf 13 (2002:16.5) menyatakan bahwa suatu benda berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan.

Sementara itu, pada bagian lain dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 16 Paragraf 5 (2002:16.2) menyatakan bahwa biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan.

Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, di mana masing-masing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan. Zaki Baridwan (1999:274) membagi cara-cara perolehan aktiva tetap sebagai berikut:

1.      Pembelian tunai 

2.      Pembelian angsuran

3.      Pertukaran dengan surat-surat berharga

4.      Pertukaran dengan aktiva lain

5.      Diperoleh dari hadiah/donasi

6.   Aktiva yang dibangun sendiri atau pihak ketiga

 D. Pengeluaran Setelah Perolehan

 Selama aktiva tetap dipergunakan dalam operasi perusahaan, biasanya timbul pengeluaran-pengeluaran yang berkaitan dengan aktiva tetap yang bersangkutan, misalnya pengeluaran untuk reparasi dan pemeliharaan rutin, penambahan atau penggantian komponen aktiva yang bersangkutan. Pengeluaran semacam ini disebut pengeluaran setelah perolehan (subsequent expenditure).

Pada dasarnya pengeluaran-pengeluaran tersebut diatas dapat dilelompokkan menjadi:

1.      Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditure) yaitu pengeluaran-pengeluaran untuk aktiva tetap yang manfaatnya dinikmati tidak lebih dari satu periode akuntansi.

2.      Pengeluaran Modal (capital expenditure) yaitu pengeluaran untuk aktiva tetap yang manfaatnya dapat dinikmati lebih dari satu periode akuntansi. Jenis pengeluaran yang bersifat demikian dicatat sebagai tambahan bagi harga perolehan aktiva tetap yang bersangkutan.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 16 Paragraf 23 (2002:16.7) menyatakan bahwa pengeluaran setelah perolehan awal suatu aktiva tetap

Page 6: Evaluasi Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap

yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat keekonomian di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada jumlah tercatat aktiva yang bersangkutan.

Pengeluaran yang biasa terjadi menyangkut aktiva tetap, antara lain:

a.       Pemeliharaan (Maintenance)

b.      Reparasi (Repairs)

c.       Perbaikan (Improvement)

d.      Penambahan (Addition)

e.       Perombakan (Rearrengement)

1. Penggantian (Replacement)

 E.  Penyusutan Aktiva Tetap

1. Pengertian Penyusutan

Menurut Al Haryono Jusup (1999:162) depresiasi atau penyusutan adalah proses pengalokasian harga perolehan aktiva tetap menjadi biaya selama masa manfaatnya dengan cara rasional dan sistematis. Sedangkan menurut Zaki Baridwan (1999:307) depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 17 Paragraf 2 (2002:17.1) menyatakan bahwa penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Aktiva yang dapat disusutkan adalah aktiva yang:

a)      diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi .

b)      memiliki suatu masa manfaat yang terbatas ; dan

c)      ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi.

Ada beberapa macam istilah yang digunakan untuk penyusutan diantaranya adalah sebagai berikut:

a.       Depresiasi

Page 7: Evaluasi Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap

Depresiasi atau penyusutan digunakan untuk menunjukkan alokasi harga perolehan aktiva tetap berwujud yang dapat diganti, seperti gedung, mesin, alat-alat dan lain-lain.

b.      Deplesi

Deplesi digunakan untuk menunjukkan alokasi harga perolehan aktiva tetap berwujud yang tidak dapat diganti, seperti sumber-sumber alam (westing assets).

c.                         Amortisasi

Amortisasi merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan alokasi harga perolehan aktiva tetap tidak berwujud, seperti merek dagang, goodwill, hak paten dan sebagainya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusutan aktiva tetap

Menurut Mardiasmo (2000:160) faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya penyusutan yang akan diperhitungkan sebagai beban atau biaya tiap-tiap tahun adalah:

a.           Harga Perolehan

b.          Taksiran Nilai Residu (Residual/Solvaga Value)

c.           Taksiran Umur Kegunaan

 3. Metode Penyusutan

Untuk menghitung penyusutan dapat dilakukan beberapa metode perhitungan. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik kegunaan ekonomis aktiva yang bersangkutan. Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yaitu:

a.           Metode Garis Lurus (Straight-Line Method)

Menurut Zaki Baridwan (1999:310) menjelaskan bahwa dalam metode garis lurus ini, beban penyusutan tiap periode jumlahnya sama. Beban penyusutan setiap periode didapat dengan mengurangkan taksiran nilai sisa/residu dari harga perolehan aktiva dan kemudian dibagi dengan masa manfaat aktiva yang disusutkan.

Rumus metode garis lurus sebagai berikut:

 

 

 

 

 

 

Page 8: Evaluasi Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap

 

Berikut ini adalah contoh perhitungan penyusutan menurut Henry Simamora (2000:308) biaya perolehan mobil Suzuki pickup adalah sebesar Rp10.000.000, nilai residunya adalah Rp2.000.000, dan masa pakainya adalah 4 tahun. Penyusutan tahunan untuk aktiva mobil tersebut dihitung sebagai berikut:

Beban penyusutan pertahun = Rp10.000.000 – Rp2.000.000

                                                                        4

                                             = Rp2.000.000

 

b.                  Metode Satuan Produksi (Units-Of-Production Method)

Menurut Henry Simamora (2000:308) berpendapat bahwa metode satuan produksi mengalokasikan penyusutan ke periode-periode waktu berdasarkan keluaran aktiva. Metode ini menghasilkan beban penyusutan berbeda-beda selama masa pemakaian aktiva. Dalam penerapan metode ini, masa manfaat aktiva dinyatakan dari segi satuan kapasitas produktif, seperti jam mesin ataupun kilometer. Persamaan untuk menghitung beban penyusutan untuk setiap keluaran sebagai berikut:

 

 

 

Al Haryono Jusup (1999:170) memberikan contoh 1 Januari

 

1990 dibeli sebuah truk oleh PT. Bromo dengan harga perolehan Rp13.000.000, perkiraan nilai sisa Rp1.000.000 dan taksiran hasil produksi 100.000 km. Selama tahun pertama truk tersebut diharapkan akan dikendarai sejauh 15.000 km, tahun kedua 30.000 km, tahun ketiga 20.000 km, tahun keempat 25.000 km dan tahun kelima sepanjang 10.000 km. Penyusutan perunit produksi dapat dihitung sebagai berikut :

Penyusutan per unit = Rp13.000.000 – Rp1.000.000 

                                                      100.000

 

 

Page 9: Evaluasi Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap

                                 = Rp120

 

c.                   Metode Saldo Menurun (Double-Declining-Balance Method)

Dalam metode ini, beban penyusutan tiap tahunnya menurun. Untuk dapat menghitung beban penyusutan yang selalu menurun, dasar yang digunakan adalah persentase penyusutan dengan cara garis lurus. Persentase ini dikalikan dua dan setiap tahunnya dikalikan pada nilai buku aktiva tetap. Metode ini tidak memperhitungkan nilai residu. Menurut Henry Simamora (2000:310) terdapat dua hal penting menyangkut metode saldo menurun ini, yaitu:

1)      Metode ini merupakan satu-satunya metode penyusutan yang tidak memperhitungkan nilai residu pada saat menghitung penyusutan periodik; dan

2)      Tarif penyusutan diterapkan terhadap nilai buku yang tersisa dalam setiap periodenya.

Rumus berikut dapat digunakan untuk mempermudah perhitungan :

                 100%

DDB% =               X  2

                    n                                                                                                   

 

 

 

Keterangan : DDB = Double Declining Balance ( Saldo Menurun Ganda)

                        n     = estimasi masa manfaat

Berdasarkan metode saldo menurun ganda ditentukan dengan rumus, berikut :

 

 

 

 

 

 

 

 

Penyusutan, tahun n  = DDB% X Saldo Nilai Buku, tahun n 

Page 10: Evaluasi Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap

 

Sebagai ilustrasi, perusahaan pada tanggal 2 Januari 2001 membeli mesin dengan harga perolehannya Rp12.000.000, dengan nilai sisanya Rp750.000 dan taksiran masa pakainya 4 tahun, maka penyusutan tahunan dihitung sebagai  berikut:

                  100%

DDB% =                 X 2

                     4

            = 50%

 

d.                  Metode Jumlah Angka Tahun (Sum-Of-The-Years-Digit Method)

Metode ini mengalokasikan penyusutan dengan mengalikan harga perolehan aktiva yang tersusutkan (harga perolehan – nilai residu) dengan tarif penyusutan. Tarif penyusutan yang dipakai dalam metode ini jumlahnya akan semakin kecil tiap tahunnya. Pembilang yang menurun setiap tahun, adalah jumlah tahun sisa manfaat aktiva pada awal tahun berjalan. Penyebut yang besarnya selalu sama, adalah jumlah tahun yang menunjukkan masa manfaat aktiva. Sebagai contoh untuk aktiva yang mempunyai masa manfaat 4 tahun, maka penyebutnya setiap tahun ditentukan dengan cara menambahkan angka 4 + 3 + 2 + 1 sehingga diperoleh jumlah 10. Karena pembilangnya yang menurun setiap tahun, adalah deret angka tahun yang menurun (4,3,2,1) maka pecahannya adalah 4/10 untuk tahun pertama, 3/10 untuk tahun kedua, 2/10 untuk tahun ketiga dan 1/10 untuk tahun keempat.

Rumus berikut dapat digunakan untuk mempermudah perhitungan:

Keterangan : n = estimasi masa manfaat

Sebagai ilustrasi, sebuah mesin pada tahun pertama harga perolehannya Rp100.000, nilai residu Rp 10.000 ditaksir umur ekonomisnya 3 tahun. Penyusutan mesin tersebut dihitung sebagai berikut:

Jumlah angka tahun = 3 (3 + 1)

                                           2

Page 11: Evaluasi Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap

                                 = 6

 

Penyusutan tahun pertama = (Rp100.000 – Rp10.000) X  3/6

                                           = Rp90.000 X 3/6    = Rp45.000

 

e.       Metode Jam Jasa (Service-Hours Method)

Menurut Zaki Baridwan (1999:311) metode jam jasa ini didasarkan pada anggapan bahwa aktiva (terutama mesin-mesin) akan lebih cepat rusak bila digunakan sepenuhnya (full time) dibandingkan dengan penggunaan yang tidak sepenuhnya (part time). Dalam Metode ini beban penyusutan dihitung dengan dasar satuan jam jasa. Beban penyusutan periodik besarnya akan sangat tergantung pada jam jasa yang terpakai (digunakan). Rumus nya :

                                                HP – NS

Penyusutan per jam =

                                                     n 

   

Keterangan : HP = Harga Perolehan                    

NS = Nilai Sisa/Nilai Residu

                          n = Taksiran Jam Jasa

Misalnya, sebuah mesin dengan harga perolehan Rp600.000, nilai residu Rp40.000 ditaksir akan digunakan selama 8.000 jam. Pada tahun pertama mesin tersebut digunakan selama 3.000 jam, tahun kedua sebesar 2.500 jam, tahun ketiga 1.500 jam dan tahun keempat 1.000 jam, maka tarif yang diperhitungkan untuk setiap jam pemakaian ditetapkan sebagai berikut:

Penyusutan per jam = Rp600.000 – Rp40.000

                                                   8.000

                                = Rp70

F.   Penghentian dan Pelepasan Aktiva Tetap

Page 12: Evaluasi Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap

Penghentian atau pelepasan aktiva tetap dalam skema akuntansi terletak pada akhir tahap. Penghentian atau pelepasan mengharuskan perusahaan untuk mengadakan penghapusan pencatatan terhadap semua rekening yang berkaitan dengan aktiva.

Berkaitan dengan penghentian dan pelepasan aktiva tetap, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 16 Paragraf 44 (2002:16.11) menyatakan bahwa suatu aktiva tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aktiva secara permanen ditarik dari penggunaannya dan tidak ada manfaat keekonomian masa yang akan datang diharapkan dari pelepasannya.

Penghentian atau pelepasan dapat dilakukan dengan cara:

a. Penjualan aktiva tetap

Perusahaan kerapkali melepas aktiva tetapnya dengan menjual aktiva tersebut. Apabila harga jual lebih tinggi daripada nilai buku aktiva, maka perusahaan menanggung keuntungan. Sebaliknya, jika harga jual ternyata di bawah nilai buku aktiva, maka perusahaan menderita kerugian.

b. Berakhirnya masa manfaat aktiva tetap

Apabila penghentian atau pelepasan aktiva tetap karena berakhirnya masa manfaat aktiva tetap tersebut, maka semua rekening yang berkaitan dengan aktiva tetap yang dihentikan harus dihapus.

c. Pertukaran aktiva tetap

Pertukaran aktiva tetap dapat dibagi menjadi:

1)      Pertukaran aktiva tetap yang sejenis

2)      Pertukaran antara aktiva tidak sejenis

 G.   Pengungkapan Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan

Pengungkapan dalam laporan keuangan sangat membantu pihak-pihak yang berkepentingan (internal maupun eksternal) dalam mengintrepetasikan laporan keuangan. Laporan keuangan suatu perusahaan akan dianggap wajar bila dilaporkan dengan pengungkapan secara menyeluruh (full disclosure). Dengan demikian, akan tergambar posisi keuangan yang wajar, tidak menyesatkan dan tidak menimbulkan kesalahan penafsiran.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 16 Paragraf 49 (2002:16.12) menyatakan bahwa laporan keuangan harus mengungkapkan, dalam hubungan dengan setiap jenis aktiva tetap :

1.      dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto. Jika lebih dari satu dasar yang digunakan, jumlah tercatat bruto untuk dasar dalam setiap kategori harus diungkapkan;

Page 13: Evaluasi Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap

2.      metode penyusutan yang digunakan;

3.      masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;

4.      jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode;

5.      suatu rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode memperlihatkan: penambahan, pelepasan, akuisisi melalui penggabungan usaha, revaluasi yang dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah, penurunan nilai tercatat sesuai dengan paragraf 66,  penyusutan,  perbedaan pertukaran neto yang timbul pada penjabaran laporan keuangan suatu entitas asing, dan setiap pengklasifikasian kembali.

 

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan pada PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat yang merupakan perusahaan yang mengatur penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia, yang berlokasi di Jl. Medan Merdeka Timur 1A, Jakarta Pusat. Penelitian ini dilakukan dalam waktu selama 6 (dua) bulan yang dimulai pada tanggal 17 Maret 2006 sampai dengan 16 Agustus 2006.

 B. Sifat Penelitian

Sifat penelitian secara garis besar dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1.      Metode studi kasus (case study) yaitu mengadakan penelitian terhadap suatu kasus secara intensif dan mendalam.

2.      Metode survey (sample survey) yaitu mengadakan penelitian terhadap sebagian dari populasi atau mengadakan pengujian terhadap sample.

Dalam penulisan penelitian  ini sifat penelitian yang akan digunakan adalah bersifat studi kasus, dengan metode ini diperoleh fakta-fakta mengenai kebijakan perlakuan akuntansi atas aktiva tetap berwujud dengan cara mengamati dan menganalisa suatu masalah objek penelitian yang terjadi pada suatu tempat penelitian terhadap kesesuaian yang ada kemudian menarik kesimpulan dari masalah yang diteliti.

 C. Data dan Sumber Data

Dalam menyusun penelitian ini digunakan dua macam data, yaitu sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek yang diteliti (lokasi penelitian). Untuk memperoleh data tersebut dilakukan dengan melalui wawancara tidak terstruktur kepada staff Divisi Kontroller Direktorat Keuangan Bagian Fixed Asset (aktiva tetap).

Page 14: Evaluasi Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau bersumber dari sumber lain diluar lokasi penelitian. Dalam hal ini diperoleh data tersebut dari berbagai literatur-literatur, diktat-diktat kuliah, serta website PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat .

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data adalah prosedur sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.

Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Studi Lapangan (field research)

Studi lapangan merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data langsung dari lokasi penelitian yaitu pada PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat.

2. Studi Kepustakaan (library research)

Maksud dari studi kepustakaan yaitu mengumpulkan data teoritis yang menjadi landasan teori untuk melaksanakan penelitian ini dengan cara mempelajari  berbagai buku-buku atau literatur yang berhubungan dengan penyusunan penelitian ini.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data bertujuan agar penelitian tersebut tercapai sesuai dengan yang apa dikehendaki, maka diperlukan data dan informasi yang mendukung penelitian. Metode analisis data yang digunakan dalam pembahasan penelitian  ini adalah metode analisis data deskriptif, yaitu :

1. Menganalisis kebijakan akuntansi aktiva tetap yang diterapkan PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat.

2. Mengumpulkan data-data pendukung yang diperlukan untuk memastikan keakuratan dan kebenaran laporan keuangan tersebut.

3. Mengklasifikasikan data yang diperlukan untuk dianalisis kesesuaian perlakuannya sesuai dengan prinsip yang berlaku umum (PSAK 16 dan PSAK 17).

F.  Model Analisis Data

Model yang digunakan dalam analisis data adalah sebagai berikut :

1.      Data yang diambil adalah laporan keuangan tahun  2003 dan 2004.

2.      Dokumen yang diperlukan adalah Daftar Neraca, Laporan Perhitungan Laba Rugi, serta Daftar Rincian Harta Benda Modal Rampung dan Dalam Pelaksanaan.

3.      Kebijakan-kebijakan akuntansi perusahaan mengenai perlakuan akuntansi atas aktiva tetap. 

Page 15: Evaluasi Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

Berdasarkan pasal 33 UUD 1945: “Bumi, air dan kekayaan alam pertumbuhan ekonomi nasional. yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat” maka hak untuk mengelola industri perminyakan jatuh ke tangan pemerintah.

Pada tanggal 26 Oktober 1960, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengeluarkan kebijaksanaan yaitu Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 44 tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi yang menyatakan bahwa penambangan minyak dan gas bumi hanya boleh dilaksanakan oleh negara melalui perusahaan negara. Semenjak itu, pihak asing yang terlibat di dalamnya berdasarkan kepada kontrak saja. Pada tahun 1961, Pemerintah mendirikan Perusahaan Pertambangan Minyak Indonesia (PN Pertamin) dan Perusahaan Negara Pertambangan Minyak Nasional (PN Permina). PN Permina yang diberikan wewenang dan tanggung jawab untuk administrasi, manajemen dan pengawasan terhadap kerjasama di bidang eksplorasi dan produksi. Sementara itu, PN Pertamin mendapat tanggung jawab untuk mengatur proses distribusi minyak bagi kepulauan Indonesia.

Pertamina resmi sebagai BUMN yang telah berubah status menjadi PT PERTAMINA (PERSERO) pada tanggal 17 September 2003 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2003. Saat itu Pertamina berada di bawah koordinator Menteri Negara BUMN.

Seperti kontraktor lainnya sebagai pemain bisnis Pertamina juga melakukan Kontrak Kerja Sama dengan BP Migas. Dengan berubahnya status Pertamina menjadi PT PERTAMINA (PERSERO) maka Pertamina menjadi entitas bisnis murni yang lebih berorientasi laba.

PT Pertamina (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengusahaan minyak dan gas bumi yang meliputi eksplorasi, eksploitasi, pemurnian dan pengolahan, serta pengangkutan dan penjualan. Dengan persetujuan presiden dapat dilakukan perluasan bidang-bidang usaha, sepanjang masih ada hubungan dengan pengusahaan minyak dan gas bumi termaksud diatas, berdasarkan rencana kerja dan anggaran perusahaan.

Untuk kegiatan perumahan disediakan seluruh wilayah hukum pertambangan Indonesia, sepanjang mengenai pertambangan minyak dan gas bumi.

Kuasa Pertambangan diberikan kepada perusahaan yang wilayah dan syaratnya ditetapkan oleh Presiden atas usul Menteri Pertambangan dan Energi.

B. Pengertian dan Pengelompokkan Aktiva Tetap Perusahaan

          Perusahaan mendefinisikan aktiva tetap sebagai harta benda modal yaitu barang-barang berwujud dalam bentuk siap pakai atau dibangun terlebih dahulu untuk digunakan

Page 16: Evaluasi Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap

dalam operasi perusahaan. Barang-barang tersebut tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan usaha normal dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.        

          Untuk lebih memperjelas pengertian aktiva tetap tersebut, PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat membagi aktiva tetapnya dalam dua kelompok yaitu Harta Benda Modal Bergerak (HBMB) dan Harta Benda Modal Tetap (HBMT).

1.      Harta Benda Modal Bergerak (HBMB)

Yang dimaksud dengan harta benda modal bergerak adalah barang yang menurut sifat dan penggunaannya dapat dipindah-pindahkan (movable asset).

2.   Harta Benda Modal Tetap (HBMT)

Yang dimaksud dengan harta benda modal tetap adalah barang yang menurut sifat dan penggunaannya tidak dapat dipindah-pindahkan yaitu tanah, bangunan dan instalasi penghasil.

    PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat juga mengelompokkan harta benda modal berdasarkan aktiva tetap yang dapat disusutkan seperti: bangunan, instalasi penghasil dan harta benda modal bergerak (movable asset) sedangkan aktiva tetap yang tidak dapat disusutkan adalah tanah.

C. Kebijakan Perusahaan Mengenai Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap

1. Pengakuan Awal Aktiva Tetap

Dalam kebijakan mengenai akuntansi aktiva tetapnya, PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat menentukan bahwa setiap barang yang diperoleh perusahaan, baru dapat diakui sebagai aktiva tetap jika memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

a.       Barang-barang tersebut diperoleh melalui pengadaan atau pembelian yang dananya bersumber dari anggaran investasi perusahaan;

b.      Masa manfaat barang tersebut lebih dari 1 (satu) tahun dan; atau

c.       Nilai perolehan barang tersebut minimal Rp25.000.000. 

2. Pengeluaran Setelah Perolehan Aktiva Tetap

Aktiva tetap yang dimiliki dan digunakan dalam usaha perusahaan maka selama masa penggunaannya akan memerlukan pengeluaran-pengeluaran atau biaya-biaya yang tujuannya adalah untuk menjaga agar aktiva tetap selalu berada dalam kondisi yang baik. Pengeluaran tersebut mungkin akan meningkatkan kapasitas, memperbaiki mutu produksi atau memperpanjang masa manfaat. Setiap pengeluaran tersebut harus dievaluasi untuk memutuskan apakah dibebankan sebagai biaya pada saat terjadinya atau pengeluaran tersebut harus dikapitalisasi.

Selama penggunaan aktiva tetap PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat telah mengeluarkan biaya-biaya rutin seperti :

Page 17: Evaluasi Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap

1.      Rehabilitasi yaitu memperbaiki kerusakan yang mengubah utilitas (meningkatkan nilai gunanya) sedangkan arsitektur bangunan maupun strukturnya tidak berubah.

2.      Renovasi yaitu memperbaiki kerusakan yang tidak mengubah arsitektur bangunan, struktur, maupun nilai gunanya.

3.      Reparasi yaitu kegiatan untuk menjadikan aktiva tersebut selalu dalam kondisi yang siap pakai.

4.      Restorasi atau kanibal yaitu memperbaiki kerusakan yang mengubah struktur dan utilitas tanpa mengubah arsitektur bangunan.

 3. Penyusutan Aktiva Tetap Berwujud

PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat melakukan penyusutan terhadap seluruh jenis aktiva tetapnya kecuali tanah dan aktiva tetap dalam pelaksanaan dengan menggunakan metode penyusutan yang seragam untuk setiap jenis aktiva tetap yaitu menerapkan metode Garis Lurus (Straight Line Method) berdasarkan taksiran masa manfaat umur ekonomis tanpa nilai residu. Alasan manajemen dalam penerapan metode garis lurus oleh semua jenis aktiva tetapnya adalah karena dengan pertimbangan bahwa perhitungannya paling sederhana dan mudah dilaksanakan. Sedangkan perhitungan beban penyusutan adalah harga perolehan aktiva tetap dikurangi dengan nilai sisa yang telah ditetapkan perusahaan untuk semua aktiva. Dalam hal ini PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat menetapkan nilai sisa untuk semua aktiva tetap yang dimiliki sebesar Rp0 atau tanpa nilai sisa.

Taksiran masa manfaat ekonomis aktiva tetap atau harta benda modal yang digunakan oleh PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat adalah sebagai berikut:

Bangunan                                                                            15-20 tahun

Instalasi penghasil                                                                    15 tahun

Harta benda bergerak (movable asset):

Peralatan kesehatan                                                           5 tahun

Peralatan pemadam kebakaran                                          5 tahun

Peralatan teknologi informasi                                            5 tahun

Peralatan keamanan                                                           5 tahun

Peralatan kantor/inventaris kantor                                     5 tahun

Barang-barang bergerak selain kapal terbang                    5 tahun

Air craft fixed wing                                                            8 tahun

Air craft fixed wing (2nd hand)                                          5 tahun

Page 18: Evaluasi Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap

Air craft rotary wing                                                          6 tahun

 

4. Penghentian dan Pelepasan Aktiva Tetap Berwujud

Penghentian dan pelepasan Harta Benda Modal (HBM) baik Harta Benda Modal Bergerak (HBMB) maupun Harta Benda Modal Tetap (HBMT) dari penggunaannya oleh PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat dapat dilakukan karena alasan-alasan sebagai berikut :

a.       Rusak tidak dapat diperbaiki dan/atau secara teknis sudah tidak dapat dipergunakan dan/atau apabila pemakaiannya secara ekonomis sudah tidak menguntungkan lagi bagi perusahaan.

b.      Hilang/musnah/secara pisik barangnya sudah tidak ada.

c.       Karena tidak atau kurang bermanfaat bagi perusahaan dan sesuai dengan pertimbangan tertentu perlu dihapuskan/dilepaskan.

d.      Lain-lain misalnya : karena adanya suatu ketentuan perundang-undangan atau peraturan pemerintah, tukar tambah (trade in) atau tukar guling (ruitslag) diserahterimakan /dialihkan /dihibahkan kepada pihak lain.

PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat menetapkan kebijakan bahwa apabila terdapat aktiva tetap dari hasil pencacahan atau pemeriksaan fisik yang dilakukan setiap satu tahun sekali dalam kondisi yang tidak terpakai atau dalam keadaan rusak, maka aktiva tetap tersebut diusulkan untuk dihapuskan.

 

5. Pengungkapan Aktiva Tetap Dalam Laporan Keuangan

Pengungkapan aktiva tetap dalam laporan keuangan pada PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat adalah sebagai berikut:

1.      Perusahaan mengungkapkan dasar penilaian aktiva tetapnya yaitu sebesar biaya perolehannya (biaya historis).

2.      Perusahaan menyebutkan bahwa metode yang digunakan adalah metode garis lurus. Metode ini diterapkan untuk semua jenis aktiva tetap yang dimiliki.

3.      Perusahaan mengungkapkan bahwa aktiva tetap dicatat sebesar nilai perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutannya.

4.      Perusahaan mengungkapkan bahwa beban penyusutan aktiva tetap dilaporkan dalam laporan perhitungan laba rugi sebagai beban penyusutan, deplesi dan amortisasi. 

Page 19: Evaluasi Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap

D. Evaluasi Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat

1. Evaluasi atas pengakuan awal aktiva tetap  

Pengakuan awal atas aktiva tetap merupakan proses pencatatan aktiva tetap pada saat transaksi perolehan pertama kali dilakukan. Proses ini melibatkan dokumen, bukti-bukti formal yang timbul dari transaksi atau kejadian yang harus diidentifikasikan dan diukur secara andal.  Yang menjadi permasalahan dalam pengakuan awal aktiva tetap adalah masalah pengukuran atau penilaian aktiva tetap pada saat pencatatan aktiva tetap yang bersangkutan.

Berdasarkan data yang diperoleh, PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat memperoleh aktiva tetap dengan 3 cara yaitu dengan pembelian, membangun sendiri atau pihak ketiga, dan hibah/sumbangan (donasi). Dibawah ini akan dibahas masing-masing cara perolehan tersebut, yaitu:

a. Perolehan dengan pembelian          

b. Perolehan dengan membangun sendiri atau pihak ketiga

c. Perolehan dari hadiah/sumbangan (donasi)

 

2. Evaluasi perlakuan atas pengeluaran setelah perolehan aktiva tetap

Selama masa penggunaan aktiva tetapnya, perusahaan tentunya tidak dapat menghindari pengeluaran-pengeluaran untuk memelihara agar aktiva tetap tetap baik kondisinya sehingga operasi perusahaan tetap berlangsung. Selama ini perusahaan mempriotaskan pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan aktiva tetap terutama bila terjadi kerusakan yang dapat menyebabkan terganggunya kelancaran kegiatan perusahaan sehari-hari.

Untuk lebih memberikan pembahasan yang lebih mendalam, berikut ini akan diuraikan evaluasi mengenai pengeluaran-pengeluaran rutin selama pengunaan aktiva tetap pada PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat:

a.       Rehabilitasi

b.   Renovasi

c.   Restorasi

d.   Reparasi

 

3. Evaluasi atas penyusutan aktiva tetap berwujud

Page 20: Evaluasi Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap

PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat mendefinisikan penyusutan sebagai alokasi harga perolehan aktiva tetap kecuali tanah untuk periode-periode yang menikmati manfaat aktiva tetap tersebut. Sedangkan menurut PSAK No. 17 menyatakan bahwa penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Pengecualian tanah sebagai aktiva tetap yang disusutkan oleh perusahaan tidak bertentangan dengan standar akuntansi keuangan karena salah satu kriteria aktiva yang dapat disusutkan menurut PSAK No.17 adalah jika aktiva tersebut memiliki suatu masa manfaat yang tidak terbatas, dengan demikian tanah bukan termasuk aktiva tetap yang dapat disusutkan berdasarkan kriteria tersebut.

PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat melakukan penyusutan terhadap seluruh jenis aktiva tetapnya, kecuali tanah dan aktiva dalam pelaksanaan dengan menggunakan metode garis lurus (Straight-Line Method) tanpa nilai residu. Alasan manajemen dalam penerapan metode garis lurus untuk semua jenis aktiva tetapnya kecuali tanah dan aktiva dalam pelaksanaan adalah dengan pertimbangan bahwa metode tersebut praktis dan memudahkan dalam penghitungan biaya penyusutan agar dapat disesuaikan untuk penyusutan fiskal.

 

4. Evaluasi atas penghentian dan pelepasan aktiva tetap

Suatu aktiva tetap ditarik dari penggunaan perusahaan apabila diperkirakan tidak dapat memberikan manfaatnya lagi untuk kepentingan perusahaan. Penarikan atas aktiva tetap tersebut dari penggunaan perusahaan harus disertai pula dengan penghapusan aktiva tetap yang bersangkutan beserta nilai yang tercantum dari pembukuannya, kecuali aktiva tetap yang bersangkutan masih tetap dipakai oleh perusahaan walaupun masa manfaatnya telah disusutkan secara penuh, harus tetap dicantumkan dalam pembukuan perusahaan. Ketika aktiva tetap dihentikan penggunaannya maka nilai bukunya dihapus dengan cara mendebet akun akumulasi penyusutan dan mengkredit akun aktiva tetap yang bersangkutan sebesar harga perolehannya.

 

5. Evaluasi atas pengungkapan aktiva tetap dalam laporan keuangan 

PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat telah memberikan informasi yang penting untuk memenuhi tujuan tersebut, berikut ini akan dibahas pengungkapan aktiva tetap dalam laporan keuangan secara terperinci:

1.      Perusahaan mengungkapkan dasar penilaian aktiva tetapnya yaitu sebesar biaya perolehannya (biaya historis).

2.      Perusahaan menyebutkan bahwa metode yang digunakan adalah metode garis lurus. Metode ini diterapkan untuk semua jenis aktiva tetap yang dimiliki.

3.      Perusahaan mengungkapkan bahwa aktiva tetap dicatat sebesar nilai perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutannya.

Page 21: Evaluasi Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap

4.      Perusahaan mengungkapkan bahwa beban penyusutan aktiva tetap dilaporkan dalam laporan perhitungan laba rugi sebagai beban penyusutan, deplesi dan amortisasi.

 

PENUTUP

Kesimpulan

1. Perlakuan akuntansi atas aktiva tetap yang diterapkan oleh PT Pertamina   (Persero) Kantor Pusat adalah:

Masalah yang penting dalam pengakuan awal aktiva tetap adalah masalah pengukuran atau penilaian aktiva tetap pada saat pencatatan aktiva tetap yang bersangkutan. Perusahaan menerapkan harga perolehan (historical cost) sebagai dasar dalam mengukur aktiva tetapnya. Perlakuan ini telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Pengakuan awal aktiva tetap yang diperoleh perusahaan dengan cara pembelian, membangun sendiri atau pihak ketiga dan hibah/sumbangan (donasi) secara umum telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan.Pengeluaran setelah perolehan aktiva tetap .Pengeluaran-pengeluaran rutin selama pengunaan aktiva tetap pada PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat seperti rehabilitasi, renovasi, restorasi dan reparasi menurut standar akuntansi keuangan harus diperlakukan sebagai pengeluaran modal. Penyusutan aktiva tetap berwujud. Semua aktiva tetap pada perusahaan telah memenuhi syarat untuk disusutkan. Penghentian dan pelepasan aktiva tetap, Perusahaan akan menghentikan atau menghapus aktiva tetapnya jika aktiva yang bersangkutan rusak dan tidak dapat digunakan lagi oleh perusahaan, hilang, kurang bermanfaat bagi perusahaan dan tukar tambah (trade in) atau tukar guling (ruilslag).  Pengungkapan aktiva tetap dalam laporan keuangan perusahaan mengungkapkan bahwa dasar penilaian aktiva tetapnya yaitu sebesar biaya perolehannya (biaya historis), metode yang digunakan adalah metode garis lurus untuk semua jenis aktiva tetap yang dimiliki, aktiva tetap dicatat sebesar nilai perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. serta beban penyusutan aktiva tetap dilaporkan dalam laporan perhitungan laba rugi sebagai beban penyusutan, deplesi dan amortisasi. 

2.  Metode penyusutan yang digunakan oleh PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat terhadap seluruh jenis aktiva tetapnya pada prinsipnya telah dilaksanakan secara konsisten dan tidak menyimpang dari standar akuntansi keuangan yang berlaku. Perusahaan melakukan penyusutan terhadap seluruh jenis aktiva tetapnya kecuali tanah dan aktiva tetap dalam pelaksanaan dengan menggunakan metode penyusutan yang seragam untuk setiap jenis aktiva tetap yaitu menerapkan metode Garis Lurus (Straight Line Method) berdasarkan taksiran masa manfaat umur ekonomis tanpa nilai residu. Last Updated ( Friday, 29 July 2011 03:37 )

UMJ Monday, 20 December 2010 06:21