EVALUASI PENGGUNAAN KEUANGAN DESA SEKANAH …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity...dengan...
Transcript of EVALUASI PENGGUNAAN KEUANGAN DESA SEKANAH …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity...dengan...
EVALUASI PENGGUNAAN KEUANGAN DESA SEKANAH
KECAMATAN LINGGA UTARA KABUPATEN LINGGA
TAHUN 2016
NASKAH PUBLIKASI
YAHYA
120565201078
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TAHUN 2017
EVALUASI PENGGUNAAN KEUANGAN DESA SEKANAH
KECAMATAN LINGGA UTARA KABUPATEN LINGGA
TAHUN 2016
YAHYA
Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan UMRAH
ABSTRAK
Pengunaan keuangan di bagi atas beberapa pengertian yang di antaranya
adalah pengunaan keuangan yang mana menjadi faktor penentu berhasil atau tidak
nya sebuah pengelolaan keuangan yang terjadi di desa sekanah. Penelitian ini
berjudul “Evaluasi Pengunaan Keuangan Desa Sekanah Kecamatan Lingga Utara
Kabupaten Lingga Tahun 2016 kepala desa sekanah menggunakan anggaran sesuai
dengan kebutuhan masyarakat desa sekanah pada tahun 2016.
Penelitian ini bersifat deskriftif dengan menggunakan pendekatan Kualitatif,
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan penelitian, Pendekatan kualitatif adalah
pendekatan yang dilakukan berulang-ulang sehingga hasil yang diinginkan akan
mudah dicapai. Adapun informan dalam penelitian ini disesuaikan dengan kebutuhan
penelitian yang dianggap mengetahui dari masalah penelitian informen sebanyak 9
orang .
Berdasarkan hasil penelitian yang di dapat dari wawancara serta observasi
maka adalah bahwa pengunaan keuangan desa sekanah pada tahun 2016 sudah sesuai
dengan pengalokasian yang telah di tetapkan di dalam laporan Realisasi Penggunaan
Keuangan Desa Sekanah Kecamatan Lingga Uara Kabupaten Lingga. pada dasarnya
dilaksanakan untuk mewujudkan desa sebagai suatu pemerintahan terdepan dan
terdekat dengan rakyat, yang kuat, maju, mandiri, dan demokratis hingga mampu
melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat
yang makmur, adil, dan sejahtera.
Kata Kunci : Evaluasi , Penggunaan Keuanggan Desa
ABSTRACT
The use of finance is divided into several terms which among them is the use
of finance which becomes the determinant of the success or failure of a financial
management that occurred in the village sekanah. This research entitled "Evaluation
of Financial Utilization of Village of Sekanah Kecamatan Lingga Utara of Lingga
Regency Year 2016 the head of local village use budget in accordance with the needs
of local villagers in 2016.
This research is descriptive using Qualitative approach, explaining that what
is meant by research, Qualitative approach is repeated approach so that the desired
result will be easy to achieve. The informants in this study tailored to the needs of
research that is considered to know from the problem of research as much as 9
people.
Based on the results of research that can be from interviews and observations
it is that the use of village finance sekanah in 2016 is in accordance with the
allocations that have been set in the report Realization of Financial Use Sekanah
Village District Lingga Uara Linga District. Is basically implemented to realize the
village as a leading government and closest to the people, strong, advanced,
independent, and democratic to be able to carry out the administration and
development to a prosperous society, just and prosperous.
Keywords: Evaluation, Use of Village Recruitment
PENGGUNAAN KEUANGAN DESA DI DESA SEKANAH
KECAMATAN LINGGA UTARA KABUPATEN LINGGA
TAHUN 2016
A. Latar Belakang
Indonesia saat ini termasuk dalam bidang pemerintahan mendorong
pemerintah untuk mempunyai kinerja yang lebih efektif dan efisien dari tahun-tahun
sebelumnya. Tuntutan masyarakat yang tinggi terhadap terwujudnya pemerataan
pembangunan memaksa pemerintah merubah tatanan lembaga publik di Indonesia.
Untuk mewujudkan hal itu, pemerintah mengeluarkan UU No. 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 yang kemudian berubah
menjadi UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah. Undang-undang ini memberikan peluang bagi daerah untuk
menggali potensi lokal dan meningkatkan kinerja keuangannya dalam rangka
mewujudkan kemandirian daerah.
Angaran Pendapatan Belanja dan Daerah (APBD) kabupaten/kota yang
digunakan untuk kelangsungan pemerintah kabupaten/kota secara keseluruhan,
termasuk didalamnya kecamatan serta desa/kelurahan Dalam hal pendanaan desa
sebagai dana operasional pemerintahan desa hal ini disebabkan kepada APBD
kabupaten/kota serta dana desa itu sendiri yang terdiri dari Dana Desa (DD) yang
diberikan oleh pemerintah pusat serta dana yang dialokasikan oleh kabupaten/kota
untuk desa yang disebut dengan Alokasi Dana Desa (ADD).
Kabupaten Lingga memiliki 74 desa dan 7 Keluarahan tentunya setiap Desa
memiliki potensi yang dapat memberikan kontribusi untuk membantu meningkatkan
Pendapatan Asli Desa (PADes). Kabupaten Lingga mengalami divisit pada tahun
2016 yang menyebabkan dikeluarkannya surat edaran Bupati yang berisi dua belas isi
pokok diantaranya adalah pemangkasan alokasi dana desa (ADD) di setiap Desa yang
ada di Kabupaten Lingga. Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Kabupaten Lingga
tentunya memiliki pengaruh terhadap keuangan Desa khususnya Desa Sekanah
Kecamatan Lingga Utara.
Keuangan Desa merupakan semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai
dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
hak dan kewajiban desa. penggunaan keuangan desa seluruh kegiatan yang mengikuti
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan penanggujawaban keuangan
desa. keuangan desa bersumber dari Anggaran Pendapat Belanja Daerah (APBD),
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), dan Pendapatan Asli Desa (PAD).
Akan tetapi keuangan Desa Sekanah bersumber dari APBD dan juga APBN yang
disebut dengan Alokasi Dana Desa (ADD) dan Dana Desa (DD).
Desa Sekanah memiliki Alokasi Dana Desa (ADD) dan Dana Desa (DD) yang
bersumber dari APBD dan APBN. Penggunaan Keuangan Desa Sekanah dengan ini
banyak mengalami perubahan dalam pengalokasiannya. Pengunaan keuangan di Desa
Sekanah pada tahun 2016 mengalami divist, hal ini disebabkan divisitnya yang
dialami oleh Pemerintah Kabupaten Lingga yang merupakan sumber Alokasi Dana
Desa (ADD) yang ada di Kabupaten Lingga khususnya Desa Sekanah. Anggaran atau
keuangan yang dimiliki oleh Desa Sekanah tidak ada peningkatan atau tidak ada
pemasukan dari Pendapatan Asli Desa (PADes), hal ini disebabkan tidak adanya
pengelolaan potensi yang dimiliki oleh desa yang dilakukan oleh Pemerintah Desa,
sehingga Pemerintah Desa Sekanah hanya mengandalkan anggaran yang disalurkan
oleh Kabupaten dan juga Pemerintah Pusat.
Tabel 1.1
Anggaran Desa Sekanah Kecamatan Lingga Utara Kabupaten Lingga
Tahun 2016
Anggaran Jumlah Sumber Dana
Alokasi Dana Desa (ADD) Rp. 642.651.413,00 APBD
Dana Desa (DD) Rp. 628.833.653,00 APBN
Sumber: Kantor Desa Sekanah
Sumber anggaran yang dimiliki desa sekanah tentunya bersumber dari
pemerintah daerah dan juga dari pemerintah pusat. Akan tetapi dengan besarnya
anggaran yang dimiliki oleh desa sekanah tentunya harus dikelola dan digunakan
dengan sebaik mungkin untuk mengontrol pengeluaran Dallam menggunakan
anggaran tersebut.
Tabel.1.2
Pemasukan Dan Pengeluaran Keuangan Desa Sekanah
Kecamatan Lingga Utara Kabupaten Lingga Tahun 2016
Anggaran Jumlah
Jumlah Pendapatan Rp. 1.280.203.866,00
Jumlah Pengeluaran Rp. 1.304.323.866,00
Sumber: Kantor Desa Sekanah
Selain itu, ada beberapa fenomena-fenomena lainnya yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan desa yang penulis lihat pada Desa Sekanah Kecamatan Lingga
Utara Kabupaten Lingga diantaranya yaitu:
1. Masih kurang transparannya terhadap masyarakat, Sehingga masyarakat tidak
bisa memahami tentang rencana pengeluaran Desa sekanah. Pemberian
informasi ini masih tampak kurang transparan terhadap masyarkat dimana
masih belum ditemukannya informasi tentang keuangan desa di papan
informasi desa maupun media lainnya. Dalam hal ini tentu akan bertentangan
dengan Peraturan Mentri Dalam Negeri No. 66 Tahun 2007 Pasal 5 ayat 2
point b, dimana setiap proses tahapan perencanaan pembangunan dapat
dilihat dan diketahui secara langsung oleh seluruh masyarakat desa.
2. Pemerintah Desa Kepada Bupati, memberikan laporan keterangan pertanggung
jawaban kepada BPD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa kepada masyarakat”. Namun demikian Kenyataan
dilapangan menunjukan bahwa informasi yang seharusnya di sampaikan ke
Pada masyarakat tentang penggunaan dari Dana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (APBDes) melalui Musyawarah Desa, Papan Pengumuman di
Kantor Desa, dan Media lain yang dapat mendukung dari Tranparansi
penggunaan dana APBDesa belum terlaksana seluruhnya.
3. Kemudian dalam Penyusunan dan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (APBDesa) seharusnya diisi dengan kegiatan/ program-program
yang dibutuhkan oleh masyarakat, semisal kegiatan pembangunan fisik. Desa
Sekanah sudah melaksanakan hal tersebut sesuai dengan peraturan yang
berlaku
Padahal hal tersebut merupakan langkah penting yang patut didukung guna
terwujudnya pengelolaan keuangan daerah yang memiliki peranan penting dalam
merepresentasikan semua aktivitas dan kebijakan politik dan ekonomi pemerintahan
daerah. Karena transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah
merupakan salah satu bentuk efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan tata kelola
pemerintahan yang baik (Good Governance).
Penggunaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan,pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan desa. Pemerintah desa wajib mengelola keuangan desa secara
transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin.
Transparan artinya dikelola secara terbuka, akuntabel artinya dipertanggungjawabkan
secara legal, dan partisipatif artinya melibatkan masyarakat dalam penyusunannya. Di
samping itu, keuangan desa harus dibukukan dalam sistem pembukuan yang benar
sesuai dengan kaidah sistem akuntansi keuangan pemerintahan.
Penyelenggaraan kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul dan
kewenangan lokal berskala Desa didanai oleh APBDesa. Penyelenggaraan
kewenangan lokal berskala Desa selain didanai oleh APB Desa, juga dapat didanai
oleh anggaran pendapatan dan belanja negara dan anggaran pendapatan dan belanja
daerah. Penyelenggaraan kewenangan Desa yang ditugaskan oleh Pemerintah didanai
oleh anggaran pendapatan dan belanja negara. Dana anggaran pendapatan dan belanja
negara dialokasikan pada bagian anggaran kementerian/lembaga dan disalurkan
melalui satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota. Penyelenggaraan kewenangan
Desa yang ditugaskan oleh pemerintah daerah didanai oleh anggaran pendapatan dan
belanja daerah. Seluruh pendapatan Desa diterima dan disalurkan melalui rekening
kas Desa dan penggunaannya ditetapkan dalam APBDesa. Pencairan dana dalam
rekening kas Desa ditandatangani oleh kepala Desa dan Bendahara Desa. Pengelolaan
keuangan Desa meliputi:
a) perencanaan;
b) pelaksanaan;
c) penatausahaan;
d) pelaporan; dan
e) pertanggung jawaban
B. Rumusan Masalah
Penggunaan Keuangan Desa tentunya berpengaruh dengan Sumber Daya
Manusia (SDM) dan Pendapatan Asli Desa (PADes). Desa Sekanah memiliki dua
sumber pemasukan Pendapatan Asli Desa (PADes) yaitu bersumber dari Alokasi
Dana Desa (ADD) yang bersumber dari APBD Kabupaten Lingga dan juga Dana
Desa yang bersumber dari APBN. Dengan demikian pengunaan keuangan yang
berasal dari dua sumber haruslah digunakan dengan sebaik mungkin oleh Pemerintah
Desa Sekanah tentunya, untuk itu penulis tertarik untuk meneliti tentang
`“Bagaimanakah Penggunaan Keuangan Desa Sekanah Kecamatan Lingga
Utara Kabupaten Lingga Tahun 2016?
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan observasi yang dilakukan Penulis mengenai Penggunaan
Keuangan Desa Sekanah, tentunya meliliki tujuan dalam penelitian ini baik secara
Akademis maupun Praktis.
a) Tujuan Penelitian
a) Untuk mengetahui penggunaan keuangan Desa Sekanah Tahun 2016
b) Kegunaan Penelitian
a) Secara Akademik
Bahwa penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti yang ingin
mengkaji permasalahan yang sama secara lebih mendalam
b) Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk
menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang telah ditemukan oleh
peneliti dalam menyempurnakan pengelolaan keuangan Desa Sekanah
Tahun 2016.
D. Konsep Teori
1. Otonomi Desa
Dalam menjalankan pemrintahan sebuah negara tentunnya di butuhkan wilayah
yang menpunyai kekuatan hukum untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat sesuai dengan kondisi sosial budaya dan adat istiadat. dengan
diberitahukan asas desenterlisasi sebagai akibat dari tentunya demokrasi, maka di
indonesia memiliki daerah otonom. Prinsip penyelengaraan otonomi daerah adalah
demokratisasi dan keadilan, memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah,
sesuai hubungan pusat dan daerah meningkatkan kemandirian daerah dengan
meletakkan otonomi daerah yang luas dan utuh pada kabupaten /kota (Haw.Widjaja
2004:84).
HAW Widjaja( 2004 :3) desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang besifat istimewa .landasan
pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah keanekaragaman, antisipasi,
otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Desa memiliki
wewenang sesuai yang tertuang dalam undang – undang Nomor 06 Tahun 2014
Tentang Desa pada pasal 19 menjelaskan Kewenangan Desa meliputi:
a. kewenangan berdasarkan hak asal usul;
b. kewenangan lokal berskala Desa;
c. kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan
d. kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Widjaja (2003: 165) menyatakan bahwa otonomi desa merupakan otonomi asli,
bulat, dan utuh serta bukan merupakan pemberian dari pemerintah. Sebaliknya
pemerintah berkewajiban menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa tersebut.
Sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak
istimewa, desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum publik maupun
hukum perdata, memiliki kekayaan, harta benda serta dapat dituntut dan menuntut di
muka pengadilan. Otonomi desa merupakan hak, wewenang dan kewajiban untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
berdasarkan hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada pada masyarakat
untuk tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan desa tersebut. Urusan
pemerintahan berdasarkan asal-usul desa, urusan yang menjadi wewenang
pemerintahan Kabupaten atau Kota diserahkan pengaturannya kepada desa. Namun
dalam pelaksanaan hak, kewenangan dan kebebasan dalam penyelenggaraan otonomi
desa harus tetap menjunjung nilai-nilai tanggungjawab terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan menekankan bahwa desa adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari bangsa dan negara Indonesia .
2. Keuangan Desa
Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
desa tersebut. Keuangan desa berasal dari pendapatan asli desa, APBD dan APBN.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa didanai
dari APBDesa, bantuan pemerintahan pusat, dan bantuan pemerintahan daerah.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah yang diselenggarakan oleh
pemerintahan desa didanai dari APBD, sedangkan penyelenggaraan urusan
pemerintahan pusat yang diselenggarakan oleh pemerintahn desa didanai dari APBN
(Nurcholis, 2011:81).
Sumber keuangan desa atau pendapatan desa sebagaimana yang disebutkan
dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa, Pendapatan Desa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (2) bersumber dari:
a. Pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan
partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa;
b. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
c. Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota;
d. Alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang
diterima Kabupaten/Kota;
e. Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota;
f. Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan
g. Lain-lain pendapatan Desa yang sah.
3. Penggunaan Keuangan Desa
Muhammad Arif (2007: 32) Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan
kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan desa. Pemerintah desa wajib
mengelola keuangan desa secara transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan
dengan tertib dan disiplin. Transparan artinya dikelola secara terbuka, akuntabel
artinya dipertanggungjawabkan secara legal, dan partisipatif artinya melibatkan
masyarakat dalam penyusunannya. Disamping itu, keuangan desa harus dibukukan
dalam sistem pembukuan yang benar sesuai dengan kaidah sistem akuntansi
keuangan pemerintahan (Nurcholis,2001:82).
James A.F. Stones (dalam Nopri Ahadi 2004:1), manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahaan dan pengawasan usaha-usaha para
anggota organisasi dan pengguna sumberdaya-sumberdaya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
4. Kebijakan Publik
Kebijakan (policy) adalah sebuah instrument pemerintahan, bukan saja dalam
arti government yang hanya menyangkut aparatur Negara, melainkan pula
governance yang menyentuh pengelolaan sumber daya publik. Kebijakan pada
intinya merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara
langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam, finansial dan
manusia demi kepentingan publik, yakni rakyat banyak penduduk, masyarakat atau
warga Negara (Edi Suharto, 2011:3). Kebijakan publik secara garis besar mencakup
tahap-tahap perumusan masalah kebijakan, implementasi kebijakan dan evaluasi
kebijakan. Tahap-tahap kebijakan publik menurut (William Dunn, 2003 : 24) adalah
sebagai berikut:
1. Tahap Penyusunan Agenda
2. Tahap Formulasi Kebijakan
5. Evaluasi Kebijakan
Evaluasi kebijakan publik mencakup tiga lingkup makna menurut (Riant
Nugroho, 2011: 679-687), yaitu evaluasi formulasi kebijakan publik, evaluasi
implementasi kebijakan publik, dan evaluasi kinerja kebijakan publik sebagai
berikut:
a) Evaluasi Formulasi Kebijakan Publik Secara umum
b). Menggunakan pendekatan yang sesuai dengan masalah yang hendak
diselesaikan
c). Mengarah pada permasalahan inti,
d). Mengikuti prosedur yang diterima secara bersama;
e). Mendayagunakan sumber daya yang ada secara optimal.
Evaluasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu proses
pekerjaan, karena dengan adanya evaluasi maka hal tersebut akan mempermudah
jalannya suatu proses kerja dalam sebuah organisasi. Penilaian (evaluation) dapat
diberikan pengertian/difinisi sebagai suatu proses/rangkaian kegiatan pengukuran dan
pembanding dari pada hasil-hasil pekerjaan/produktivitas kerja yang telah tercapai
dengan target yang direncanakan. Dunn (2003:610) menggambarkan kriteria-kriteria
evaluasi kebijakan sebagai berikut:
1. Efektivitas: Berkenaan dengan apakah program/kebijakan tersebut mencapai
hasil (akibat) yang diharapkan atau mencapai tujuan dari diadakannya
kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Efektifitas yang secara dekat berhubungan
dengan rasionalitas teknis, selalu diukur dari unit produk atau layanan atau
moneternya.
2. Efisiensi: Berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk
menghasilkan tingkat efektifitas tertentu. Efisiensi yang merupakan sinonim
dari rasionalitas ekonomi adalah merupakan hubungan antara efektifitas dan
usaha yang terakhir umumnya diukur dari ongkos meneter.
3. Kecukupan: Berkenaan dengan seberapa jauh tingkat efektifitas memuas
kebutuhan, nilai, atau kesempatan menumbuhkan adanya masalah. Kriteria
kecukupan cukup menekankan pada kuatnya hubungan antara alternative
kebijakan dan hasil yang diharapkan.
4. Perataan: kebijakan tersebut dilaksanakan merata serta terpenuhinya seluruh
kebutuhan.
5. Responsivitas: berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat
memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai-nilai kelompok-kelompok
masyarakat tertentu. Kriteria responsitivitas adalah penting karena analisis
yang dapat memuaskan semua kriteria lainnya. Efektifitas, efisiensi,
kecukupan, kesamaan, masih gagal jika belum menanggapi kebutuhan actual
dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya suatu kebijakan.
6. Ketetapan: Suatu hasil pelaksanaan yang dilihat dari kesesuaian biaya dengan
standart dan benttik surat pertanggung jawaban yang sesuai dengan
perundang-undangan.
E. Hasil Penelitian
1. Efektivitas
Berkenaan dengan apakah penggunaan keuangan Desa tersebut mencapai hasil
yang diinginkan atau mencapai tujuan dari keuangan desa tersebut. Efektivitas
merupakan cara untuk mengetahui bagaimana memperoleh hasil serta tujuan yang
dicapai dalam penggunaan keuangan desa di desa sekanah pada tahun 2016. Desa
sekanah merupakan desa yang berdiri pada tahun 1944 tentunya sudah banyak kali
diadakan pemilihan kepala desa, dengan demikian pada tahun 2016 desa sekanah
memiliki APBDes sebesar Rp 1.304.323.866,00 tentunya harus benar-benar teliti
dalam menggelola atau menggunakan keuangan tersebut. Dewasa ini pengelolaan
atau penggunaan keuangan di Desa Sekanah selama satu tahun yaitu pada tahun 2016
desa memiliki cara atau strategi yang khusus untuk menggunakan keuangan tersebut.
Berdasarkan hasil dilapangan pengunaan keuangan Desa Sekanah sudah
menjalan kan berdasarkan penggunaan keuangan Desa Sekanah sudah sesuai dengan
RKPDes tahun 2016 dan peraturan menteri dalam negeri tahun 2014 yang mana di
sebutkan terdiri dari perencanaan (pasal 20) , pelaksanaan (pasal 24), penata usahaan
(pasal 35), pelaporan (pasal 37) dan pertanggung jawaban (pasal 38). Kemudian hasil
wawancara yang dilakukan penulis dengan beberapa informan tentang bagaimana
penggunaan keuangan Desa di Desa Sekanah pada tahun 2016 dapat ditarik
kesimpulan bahwa penggunaan keuangan Desa Sekanah pada tahun 2016 sudah
berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan yang disampaikan oleh
narasumber bahwa penggunaan keuangan Desa dilakukan dan dilaksanakan sesuai
dengan apa yang telah tercantum di dalam APBDes maupun RKPDes tahun 2016,
tentunya sebelum Pemerintah Desa menggunakan anggaran tersebut wajib bagi
pemerintah Desa untuk berkonsultasi tentang apa yang telah menjadi usulan baik itu
dari kalangan masyarakat maupun dari pemerintah itu sendiri untuk dikaji dan
dianalisis apakah layak untuk disahkan atau sebaliknya.
2. Efisiensi
Penggunaan keuangan Desa Sekanah tentunya yang berasal dari ADD
digunakan untuk pengahasilan tetap dan tunjangan, biaya operasional BPD, sarana
dan prasarana fisik infrastruktur desa dan pelatihan di bidang agama. Kemudian
dalam merealisasikan penggunaan keuangan desa dengan meningkatkan
pembangunan serta memberikan pemberdayaan kepada masyarakat, pemerintah desa
sekanah kerap menjaga hubungan baik dengan masyarakat setempat dan juga dengan
pemerintah kabupaten yang terkait guna tercapainya tujuan dalam APBDes dan juga
RKPDes tahun 2016. Dari observasi dan wawancara yang dilakukan di Desa
Sekanah Tahun 2016 dapat di analisa Pengawasan penggunaan keuangan Desa juga
tidak terlepas dari kontrol yang dilakukan oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
sebagai pengawas kinerja Pemerintah Desa dan juga kontrol dilakukan secara
lansung oleh masyarakat sekanah yang berdomisili di desa tersebut.
3. Kecukupan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan beberapa
informan yang dijadikan sebagai narasumber untuk memberikan informasi mengenai
penggunaan keuangan desa di Desa Sekanah tahun 2016 dapat penulis simpulkan
bahwasanya penggunaan keuangan Desa Sekanah dapat dilaksanakan dengan baik
dan tepat. Hal ini dibuktikan dengan pelaksaan kegiatan atau kebijakan dari
pemerintah desa mencapai tujuaannya dengan baik, itu artinya pendapatan dengan
pengeluaran keuangan seimbang dan tidak ada kebijakan yang tidak terlaksanakan
pada tahun 2016 tersebut.
4. Responsivitas
Responsivitas merupakan berkenaan seberapa jauh suatu kebijakan dapat
memuaskan kebutuhan atau nilai kelompok –kelompok masyarakat tertentu .kriteria
responsivitas adalah penting karena analisa yang dapat memuaskan semua kriteria
lainnya .Tentunya dengan adanya anggaran yang dimiliki oleh pemerintah desa dapat
memberikan motivasi dan juga kemudahan bagi pemerintahan desa dalam
membangun desanya sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara dapat penulis tarik kesimpulan bahwasanya
penggunaan keuangan desa sekanah pada tahun 2016 sudah memberikan perubahan
di desanya sendiri, hal ini dibuktikan dengan banyaknya pembangunan yang di
bangun oleh pemerintah desa baik itu pembangunan lansung maupun rehabilitas.
Pembangunan yang bersumber dari keuangan desa tersebut dapat dirasakan
masyarakat secara lansung itu membuktikan bahwasanya pembangunan yang telah
tercantum dalam APBDes maupun RKPDes 2016 telah diwujudkan oleh pemerintah
desa sekanah tentunya.Penggunaan keuangan desa sekanah pada tahun 2016 sebesar
Rp. 702.172.143,00 yang digunakan oleh pemerintah desa sekanah untuk
pembangunan di bidang penyelenggaraan pemerintahan dan bidang pelaksanaan
pembangunan desa, pernyataan ini di dapat penulis dari dukumen desa tentang
APBDes perubahan peraturan desa nomor 8 tahun 2016 tentang Perubahan Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Desa Sekanah Tahun Anggaran 2016.
5. Perataan
Perataan merupakan kebijakan tersebut dilaksanankan merata terpenuhinya
seluruh kebutuhan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang penggunaan
keuangan desa sekanah pada tahun 2016. Tentunya penggunaan keuangan tersebut
direalisasikan dengan berbagai bentuk kegiatan desa baik itu di bidang pembangunan
desa, penyelenggaraan pemerintahan desa, insentif kepala desa dan juga
pemberdayaan masyarakat desa.
Berdasarkan hasil wawancara yang di dapat penulis melauli wawancara
dengan beberapa narasumber yang berkaitan dengan penggunaan keuangan Desa
Sekanah pada tahun 2016 dapat penulis simpulkan bahwasanya penggunaan
keuangan desa sekanah tahun 2016 sudah memberikan perubahan secara merata
kepada masyarakat khususnya di desanya sendiri. Perubahan secara merata tentunya
dibuktikan dengan pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan juga apa yang
dirasakan masyarakat sekanah dari setiap kegiatan yang dibuat oleh pemerintah
desanya sendiri.
6. Ketetapan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan beberapa
informan sebagai narasumber untuk memperoleh informasi, fakta dan data mengenai
penggunaan keuangan desa sekanah tahun 2016 dapat penulis simpulkan bahwasanya
dalam pengguanaan keuangan serta pengalokasian keuangan desa sekanah tidak
bertentangan dengan aturan yang berlaku, hal tersebut didorong oleh pengawasan
yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan instansi yang terkait yaitu Badan
Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan Desa (BPMPD), pengawasan yang
dilakukan adalah dengan memeriksa RAPBDes yang diajukan oleh pihak desa
kemudian dari RAPBDes tersebut dikaji dan dianalisis oleh pihak BPMPD.
Desa sekanah pada tahun 2016 tidak mengalami kendala untuk RAPDesnya.
Kendala atau hambatan yang dialami pemerintahan desa sekanah tahun 2016 adalah
besarnya tuntutan atau usulan dari masyarakat, sedangankan anggaran yang pdimiliki
desa sekanah kurang memadai sehingga membuat pemerintah membuat kebijakan
dalam memilih serta memilah dengan selektif untuk setiap usulan yang ada. Setiap
usulan dari msyarakat ditampung dan dibahas oleh pemerintah desa sekanah dengan
melakukan rapat koordinasi bersama dengan BPD dan juga tokoh masyarakat
setempat.
F. Penutup
1. Kesimpulan
Hasil penelitian yang di dapat dari wawancara serta observasi maka adalah bahwa
pengunaan keuangan desa sekanah pada tahun 2016 sudah sesuai dengan
pengalokasian yang telah di tetapkan di dalam RKPDesa dan APBDesa tahun 2016.
keuangan desa sekanah kecamatan Lingga Utara kabupaten lingga. Pengunaan
keuangan desa sekanah, pada dasarnya dilaksanakan untuk mewujudkan desa sebagai
suatu pemerintahan terdepan dan terdekat dengan rakyat, yang kuat, maju, mandiri,
dan demokratis hingga mampu melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan menuju masyarakat yang makmur, adil, dan sejahtera.
Pengunaan keuangan desa bukanlah merupakan hal yang mudah, diperlukan
sistem yang harus dibuat juga secara professional. Mulai dari segi perencanaan, perlu
dilakukan musyawarah desa untuk menentukan pengeluaran dana desa untuk periode
kedepannya. Selain itu, penatausahaan dalam tata kelola keuangannya harus disusun
secar Tidak hanya sistem, sumber daya manusia (sdm) atau perangkat penyelenggara
desa juga harus memiliki kapabilitas dalam pengelolaan dana desa tersebut. Dengan
adanya tata kelola keuangan desa yang tepat sasaran, tepat jumlah, tepat waktu, serta
dikelola dengan efisien, efektif, dan ekonomis, diharapkan pembangunan dan
kesejahteraan masyarakat dapat meningkat dengan cepat terutama bagi masyarakat di
wilayah pedesaan dalam peningkatan kesejahteraannya.
2. Saran
a. Untuk pemerintah Desa Sekanah agar lebih terbuka dalam melaksanakan
kegiatan/program yang sedang dijalankan dan juga transparan kepada
masyarakat mengenai laporan pertanggung jawaban desa.
b. Untuk pemerintah Daerah Kabupaten Lingga yaitu instansi yang terkait
Badan Pemberdayaan Masyarakat Pmerintah Desa (BPMPD) agar terus
melakukan pengawasan serta koordinasi dengan Desa-Desa yang ada di
Kabupaten Lingga khususnya Desa Sekanah supaya pelaksanaan
kegiatan/program Desa kedepannya semakin membaika sistematis.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku:
Arif, Muhammad. 2007. Tata Cara Pengelolaan Keuangan Desa Dan Pengelolaan
Kekayaan Desa. Pekanbaru: Red Post Press.
Arikunto. S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Pt Rineka
Cipta.
Durianto, Sugiarto, Widjaja Dan Supratikno, 2003. Inovasi Pasar Dengan Iklan Yang
Efektif. Jakarta: Pt. Gramedia Pustaka Utama.
Dunn, William N. (2003). Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Dwi, J Narwoko Dan Bagong Suyanto. 2011. Sosiologi (Teks Pengantar Dan
Terapan). Jakarta: Kencana
Hanif Nurcholis, 2011, Pertumbuhan Dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Erlangga, Jakarta
Moleong, lexy .2006 Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi .Bandung .Pt .Remaja
Rosakarya
Nawawi, Hadari. (2006). Evaluasi Dan Manajemen Kinerja Di Lingkungan
Perusahaan Dan Industri. Yogyakarta: Gadjah Mada Univercity Press
Nopri Ahadi, Se,Mm. 2004. Pengantar Manajemen. Pekanbaru: Universitas Islam
Riau Press
Riant Nugroho, 2011 Gender Dan Strategi Pengarus-Utamannya Di Indonesia,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
Sugiyono 2011.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.Alpabeta
Widjaja, HAW .2004 .Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli ,Bulat Dan
Utuh PT Raja Grafindo Persadana; Jakarta
Perundang Undang :
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Perturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 Tentang Perencanaan
Pembanggunan Desa
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Pengelolaan Keuangan
Desa
Peraturan Bupati Lingga Nomor 5 Tahun 2016 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa