Analisi Data Gravity

download Analisi Data Gravity

of 13

description

Jurnal Ilmiah Analisis Data Gravity untuk Penentuan Struktur Bawah Permukaan

Transcript of Analisi Data Gravity

  • Seminar Nasional Sains & Teknologi V Lembaga Penelitian Universitas Lampung

    19-20 November 2013

    181

    ANALISIS DATA GRAVITY UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR BAWAH

    PERMUKAAN DAERAH MANIFESTASI PANASBUMI DI LERENG

    SELATAN GUNUNG UNGARAN

    Meilisa dan Muh.Sarkowi

    Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknik Univeritas Lampung

    Jl. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung 35145

    Surel: [email protected],

    ABSTRAK

    The geothermal manifestations such as fumaroles on the southern of the mountain

    Ungaran in Gedongsongo and surrounding encourage geophysical survey by gravity

    methods. This study aims to interpret the subsurface structure conditions such as

    reservoir and geological structures that control the manifestation in the area. This study

    has been identified using data processing second vertical derivative and 3D inversion

    modelling Bouguer Anomaly. Bouguer anomaly value has low anomaly less than 27

    mGal in the northern area of research and high anomaly over 27 mGal in the northeast-

    southwest area of research. Large structures from north to south region control these

    manifestations. Geothermal reservoir area has a density value is lower than the

    surrounding area because the reservoir associated with fault structures.

    Keywords: bouguer anomaly, fault, geothermal, gravity, subsurface.

    PENDAHULUAN

    Kebutuhan akan sumber energi fosil yang semakin meningkat serta semakin

    menipisnya cadangan energi fosil diberbagai belahan dunia menyebabkan banyak

    negara yang mulai beralih mencari sumber energi baru. Saat ini energi panasbumi

    merupakan salah satu alternatif yang digunakan dibanyak negara khususnya di

    Indonesia. Indonesia memiliki sekitar 200 gunungapi yang dapat berpotensi menjadi

    sumber energi panasbumi, salah satunya yaitu Gunung Ungaran. Gunung Ungaran

    berada di Jawa Tengah sekitar 30 Km sebelah Baratdaya dari kota Semarang.

    Manifestasi panasbumi yang ada di sekitar Gunung Ungaran, antara lain: fumarola di

    daerah Gedongsongo, mata air panas di daerah-daerah Banaran, Diwak, Kaliulo, dan

    Nglimut (Budihardjo dkk, 1997).

    Penelitian geofisika di daerah Gunung Ungaran telah banyak dilakukan

    khususnya di daerah manifestasi Gedongsongo. Penelitian sebelumnya (Budiardjo dkk.,

    1997) menyatakan bahwa daerah manifestasi Gedongsongo secara struktural dikontrol

  • Seminar Nasional Sains & Teknologi V Lembaga Penelitian Universitas Lampung

    19-20 November 2013

    182

    oleh struktur kaldera Ungaran. Keterdapatan manifestasi fumarol terdapat di kawasan

    Gedongsongo. Salah satu metode geofisika yang dapat digunakan untuk mengetahui

    gambaran bawah permukaan bumi diantaranya metode gravity.

    Metode gravitasi dilandasi oleh hukum Newton yang menyatakan gaya tarik

    menarik antara dua buah partikel sebanding dengan perkalian massa kedua partikel

    tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara pusat keduanya. Prinsip

    metode ini berdasarkan anomali gayaberat yang muncul karena adanya keanekaragaman

    rapat massa batuan. Keanekaragaman batuan tersebut mencirikan adanya suatu struktur

    geologi atau batas lapisan, serta bahan-bahan penyusun lapisan tersebut, termasuk

    kehadiran fluida di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran bawah

    permukaan bumi dan struktur geologi yang terdapat di daerah tersebut serta sebagai data

    pendukung untuk penelitian lebih lanjut dan pengembangan.

    Lokasi Penelitian

    Secara geografis, lokasi ini terletak pada posisi 1101930 BT hingga

    1102130 BT dan 71130,0084 LS hingga 71430,0012 LS dengan ketinggian

    sekitar 1900 m di atas permukaan laut (Gambar 1). Luas area penelitian ini yaitu 4 km x

    6 km.

    Gambar 1. Lokasi area panasbumi di Gunung Ungaran dan sekitarnya

    (Bakosurtanal).

  • Seminar Nasional Sains & Teknologi V Lembaga Penelitian Universitas Lampung

    19-20 November 2013

    183

    Geologi Regional

    Geologi komplek depresi Ungaran telah dibahas oleh beberapa peneliti,

    diantaranya van Bemmelen (1941,1949), van Padang (1951), Hadisantoso dan Sumpena

    (1993), Thanden dkk. (1996). Gunung Ungaran merupakan gunungapi kuarter yang

    berada di utara deretan Pegunungan Serayu Utara, yaitu gunungapi Ungaran

    Telomoyo Merbabu Merapi.

    Gambar 2. Urutan terbentuknya deretan gunung Ungaran sampai Merapi

    (Bemmelen, 1949)

    Evolusi gunung Ungaran yang pada Gambar 2 secara umum dibagi menjadi tiga,

    yaitu morfologi gunung Ungaran paling Tua, kedua Ungaran Tua, dan ketiga Ungaran

    Muda. Masing-masing periode dibedakan antara satu terhadap yang lainnya oleh proses

    runtuhan karena volkano-tektonik. Periode pertama, Gunung Ungaran Paling Tua

    terbentuk pada Plestosen Bawah yang produknya terdiri dari aliran piroklastik dan lava

    andesit basaltik. Produk letusan Gunung Ungaran Paling Tua ini diendapkan sebagai

    formasi Damar Tengah dan Damar Atas. Kemudian menyusul tufa andesit augit-

    hornblende dan piroklastik aliran andesitik. Perioda pertumbuhan Gunung Ungaran

    Paling Tua ini diakhiri dengan perusakan tubuhnya pada Plestosen Muda.

    Perioda kedua, Gunung Ungaran Tua terbentuk dan produknya terdiri dari basalt

    andesitik augit-olivin. Produk letusan Gunung Ungaran Tua ini kemudian diendapkan di

    atas Formasi Damar secara tidak selaras yang disebut Formasi Notopuro. Formasi

  • Seminar Nasional Sains & Teknologi V Lembaga Penelitian Universitas Lampung

    19-20 November 2013

    184

    Notopuro terdiri dari endapan aliran piroklastik. Perioda kedua ini berakhir dengan

    keruntuhan yang bersamaan dengan terjadinya sistem sesar volkano-tektonik (van

    Bemmelen, 1941). Akibat dari fase perusakan ini Gunung Ungaran Tua hancur dan

    tersisa tiga blok bagian yang dikelilingi oleh suatu sistem sesar cincin dimana Formasi

    Notopuro sedikit terlipat. Akibat sistem sesar cincin ini maka terjadi beberapa kerucut

    parasit seperti Gunung Turun, Gunung Mergi dan Gunung Kendalisodo (van

    Bemmelen, 1941).

    Periode ketiga, Gunung Ungaran Muda terbentuk melalui Pusat letusan Gunung

    Ungaran Tua. Hadisantono dan Sumpena (1993) menjelaskan bahwa hasil

    pengamatannya di lapangan menunjukkan bahwa Gunung Ungaran Muda menghasilkan

    banyak aliran lava yang komposisinya berkisar antara basaltik sampai andesitik.

    Endapan aliran piroklastik dapat ditemukan di lereng baratlaut, timurlaut, utara,

    baratdaya, timur-tenggara dan selatan. Data petrografi dari peneliti terdahulu

    menunjukkan bahwa komposisi batuan Gunung Ungaran Muda adalah andesit augit-

    hornblende tanpa olivine.

    Sistem panasbumi yang berkembang di Gunung Ungaran secara geologi berada

    di zona depresi dengan litologi permukaan didominasi oleh batuan vulkanik berumur

    Kuarter berupa kerucut-kerucut muda. Prospek panasbumi daerah ini bersistem

    dominasi air, yang secara struktural dikontrol oleh struktur kaldera Ungaran. Batuan

    vulkanik penyusun pra-Kaldera dikontrol oleh sistem sesar yang berarah Baratlaut

    Baratdaya dan Tenggara-Barat. Pada batuan vulkanik penyusun post-Kaldera hanya

    terdapat sedikit struktur yang dikontrol oleh sistem sesar regional (Budiarjo dkk., 1997).

    Pemunculan manifestasi Gedongsongo dikontrol oleh zona struktur berarah Utara -

    Selatan sebagai pembatas pemunculan dan struktur berarah Timurlaut Baratdaya

    untuk manifestasi Gedongsongo (Gambar 3).

  • Seminar Nasional Sains & Teknologi V Lembaga Penelitian Universitas Lampung

    19-20 November 2013

    185

    Gambar 3. Peta geologi regional daerah Ungaran (Thanden, 1996) dengan modifikasi.

    METODE

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan studi pustaka

    terhadap beberapa referensi yang menjelaskan tentang Gunung Ungaran, pengolahan

    data gayaberat hingga diperoleh Anomali Bouger, analisis spektrum untuk penentuan

    lebar window dan kedalaman, pemisahan anomali Bouguer regional dan lokal dengan

    metode moving average. Selanjutnya untuk memunculkan anomali yang dangkal dan

    untuk menentukan batas-batas struktur yang ada di daerah peneltian dilakukan analisa

    second vertical derivatif (SVD) dengan filter Elkins. Pemodelan inversi 3D dilakukan

    untuk melihat sebaran densitas daerah penelitian serta keberadaan reservoar daerah

    penelitian. Hasil penelitian kemudian diinterpretasi dan dianalisis dengan

    membandingkan data-data geologi di daerah tersebut (Gambar 4).

  • Seminar Nasional Sains & Teknologi V Lembaga Penelitian Universitas Lampung

    19-20 November 2013

    186

    Gambar 4. Diagram Alir Penelitian

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Anomali Bouguer Lengkap merupakan selisih antara nilai gayaberat pengamatan

    dengan gayaberat teoritik yang didefinisikan pada titik pengamatan bukan pada bidang

    referensi, baik elipsoid maupun muka laut rata-rata (M. Sarkowi, 2006). Anomali

    Bouguer Lengkap didapatkan dari persamaan:

    (1)

    (2)

    dimana:

    BA = Anomali Bouguer Lengkap,

    Gobs = gayaberat observasi/pengamatan,

    GN = gayaberat normal/teoritis pada lintang,

  • Seminar Nasional Sains & Teknologi V Lembaga Penelitian Universitas Lampung

    19-20 November 2013

    187

    FAC = koreksi udara bebas terhadap ketinggian dari muka laut,

    BGC = koreksi Bouguer,

    TC = koreksi medan,

    = rapat massa,

    h = tinggi (meter),

    h = beda tinggi titik amat dengan topografi sekelilingnya.

    Gambar 5. Petaanomali bouguer lengkap dan perspektif wireframe di lapangan panasbumi Gedongsongo dengan nilai anomali rendah kurang dari 27 mGal dan

    anomali tinggi lebih dari 27 Mgal.

    Peta Anomali Bouguer daerah penelitian ditunjukkan pada Gambar 5. Dari peta

    anomali Bouguer lengkap menunjukkan adanya anomali rendah kurang dari 27 mGal

    dan anomali tinggi lebih dari 27 mGal di daerah penelitian. Daerah utara penelitian ini

    merupakan daerah dengan nilai anomali rendah yang mengindikasikan zona runtuhan

    berimpit dengan kawasan kawah yang merupakan tempat manifestasi air panas,

    sedangkan anomali tinggi berada di sebelah timurlaut - baratdaya daerah penelitian yang

    Puncak

    G.Ungaran

  • Seminar Nasional Sains & Teknologi V Lembaga Penelitian Universitas Lampung

    19-20 November 2013

    188

    kemungkinan komposisi batuan tebing bersifat lebih massive yang menyusun kawasan

    tersebut.

    Penelitian ini akan mencari reservoar dan struktur geologi yang dekat dengan

    permukaan, maka dilakukan suatu metode pemisahan anomali regional dan residual

    dengan menggunakan filter moving average. Proses ini dibantu dengan melakukan

    analisis spektral sehingga dapat diketahui kedalaman dari anomali gaya berat. Analisis

    spektral dilakukan dengan transformasi Fourier lintasan yang telah ditentukan. Dari

    analisis spektral anomali Bouguer (Gambar 6) didapatkan nilai bilangan gelombang (k)

    yaitu 0,005802. Nilai bilangan gelombang (k) merupakan batas regional dan residual

    sebagai dasar dalam penentuan lebar jendela pada moving average. Nilai gradien hasil

    regresi linier zona regional menunjukkan kedalaman regional sekitar 1000 meter.

    Gambar 6. Grafik analisis spektral dalam penentuan kedalaman.

    Gambar 7 menunjukkan hasil filter moving average yaitu anomali regional.

    Anomali regional memiliki nilai 22.5 mGal sampai dengan 30.5 mGal. Pola anomali

    regional dari rendah-tinggi menunjukkan adanya arah patahan yaitu timurlaut-baratdaya

    di utara daerah penelitian yang diperkirakan mengontrol kawasan manifestasi tersebut.

    Sedangkan anomali residual didapatkan dengan melakukan pengurangan antara anomali

    Bouger lengkap dengan anomali regional. Gambar 8 menunjukkan pola anomali

    residual yang memiliki nilai -5 mGal sampai dengan 3,5 mGal. Nilai anomali rendah

    yang bernilai negatif kemungkinan disebabkan adanya keberadaan reservoar panasbumi

    di daerah tersebut.

    y = -1026.1x + 6.445

    y = -110.3x + 1.1328

    -4

    -2

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03

    Ln A

    k

    regional

    residual

  • Seminar Nasional Sains & Teknologi V Lembaga Penelitian Universitas Lampung

    19-20 November 2013

    189

    Gambar 7. Anomali Regional

    Gambar 8. Anomali Residual

    Puncak

    G.Ungaran

  • Seminar Nasional Sains & Teknologi V Lembaga Penelitian Universitas Lampung

    19-20 November 2013

    190

    Sistem panasbumi yang berkembang di Gunung Ungaran secara geologi berada

    di zona depresi dengan litologi permukaan didominasi oleh batuan vulkanik berumur

    Kuarter berupa kerucut-kerucut muda. Struktur sesar dangkal daerah penelitian ini dapat

    dilihat pada Gambar 9. Struktur sesar dangkal di daerah penelitian ini dihasilkan dari

    filter SVD dengan menggunakan operator Elkins. Kontur SVD yang bernilai 0 (nol)

    mengindikasikan adanya struktur sesar di daerah tersebut. Struktur yang mengontrol

    daerah manifestasi panasbumi Gedongsongo berarah Baratlaut - Baratdaya dan Barat-

    Timur. Namun ada beberapa struktur sesar peta SVD yang tidak memiliki kesamaan

    arah dan posisi pada peta geologi dikarenakan pola struktur sesar SVD dari data residual

    didapatkan berdasarkan data gayaberat.

    Gambar 9. Peta SVD menunjukkan struktur daerah manifestasi panasbumi kawasan tersebut.

    Dari pemodelan 3D dapat diketahui bahwa terdapat nilai sebaran densitas rendah

    dan tinggi pada daerah penelitian tersebut yang ditunjukkan pada Gambar 10. Nilai

    densitas rendah dipengaruhi dengan keberadaan reservoar, sedangkan nilai densitas

    tinggi diperkirakan pengaruh keberadaan magma gunungapi tersebut. Gambar 11

    menunjukkan bahwa reservoar daerah prospek panasbumi penelitian ini terdiri dari 2

    bagian, yaitu sebelah utara dan selatan yang memiliki nilai densitas berkisar 2,2 - 2,5

    Keterangan:

    : manifetasi

    :patahan

    :puncak G.Ungaran

    Puncak

    G.Ungaran

  • Seminar Nasional Sains & Teknologi V Lembaga Penelitian Universitas Lampung

    19-20 November 2013

    191

    gr/cc. Hasil pemodelan 3 dimensi dan peta SVD struktur dangkal menunjukkan bahwa

    reservoar panasbumi umumnya merupakan zona rekahan (fracture zone) yang

    menurunkan nilai rapat masa batuan dibandingkan dengan sekitarnya.

    Gambar 10. Model inversi 3D Anomali Bouguer dengan cutplane arah Timur.

    3.68

    3.435

    3.195

    2.955

    2.715

    2.475

    2.235

  • Seminar Nasional Sains & Teknologi V Lembaga Penelitian Universitas Lampung

    19-20 November 2013

    192

    Gambar 11. Model Reservoar Panasbumi Daerah Penelitian.

    KESIMPULAN

    Hasil analisis data gravity menunjukkan adanya anomali rendah di daerah utara

    penelitian yang berhubungan dengan adanya prospek geotermal di daerah tersebut. Dari

    pemodelan 3D menunjukkan bahwa daerah Gedongsongo merupakan daerah prospek

    panasbumi dengan nilai densitas berkisar 2,2 - 2,5 gr/cc. Struktur yang mengontrol

    daerah manifestasi panasbumi Gedongsongo berarah Baratlaut - Baratdaya dan Barat-

    Timur. Daerah reservoar prospek panasbumi Gedongsongo ini memiliki nilai rapat

    massa batuan yang lebih rendah dibanding dengan sekitarnya dikarenakan daerah

    prospek berkaitan dengan patahan-patahan.

    3.68

    3.435

    3.195

    2.955

    2.715

    2.475

    2.235

    Model reservoar

    panasbumi dari

    Arah Timur

    Model reservoar

    panasbumi dari

    Arah Barat

    Model reservoar panasbumi dari

    Arah Atas

  • Seminar Nasional Sains & Teknologi V Lembaga Penelitian Universitas Lampung

    19-20 November 2013

    193

    DAFTAR PUSTAKA

    Budiardjo, B., Nugroho dan Budihardi, M., 1997, Resource Characteristics of the

    Ungaran Field, Central Java, Indonesia, Proceeding of National Seminat of

    Human Resources Indoenesian Geologist, Yogyakarta.

    Hadisantono, R.D., dan Sumpena, A.D., 1993. Laporan Pemetaan Daerah Bahaya G.

    Ungaran dan Sekitarnya, Jawa Tengah. Proyek Pengamatan/Pengawasan dan

    Pemetaan Gunungapi. Dept. Pertambangan dan Energi, Dir. Jend. Geol,

    Sumberdaya Min., Dit. Vulkanologi. Bandung. 26 hal.

    Sarkowi M., Kadir WGA., Santoso D., dan Supriyadi. 2006. Pemantauan penurunan

    muka air tanah di daerah Semarang dengan metode gayaberat-mikro antar

    waktu. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan ke-31, Semarang Nopember 2006.

    Thanden, R.E., Sumadirdja, H., Richards, P.W., Sutisna, K., Amin, T.C., 1996, Peta

    Geologi Lembar Magelang dan Semarang, Jawa, Pusat Peneltian dan

    Pengembangan Geologi, Bandung.

    Van Bemmelen, R.W., 1941, Bulletin of the East Indian Volcanological Survey for the

    Year 1941, Bull. Nrs. 95-98.

    Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia, vol. I-A General Geology,

    Government Print. Office, The Hague Netherland.

    Van Padang, N., 1951, Catalogue of the active volcanoes of the world including

    solfatara fields, Part I Indonesia.