Evaluasi Penerapan Standard Operating Procedures dan ...
Transcript of Evaluasi Penerapan Standard Operating Procedures dan ...
Evaluasi Penerapan Standard Operating Procedures dan Pengendalian
Internal Dalam Rangka Minimalisasi Risiko
(Studi Kasus: PT. Wijaya Karya Beton)
Dhiyas Satyatama
Chaerul D. Djakman
Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak Sistem prosedur operasional dan pengendalian internal dalam meminimalisasi risiko entitas merupakan fokus utama penelitian ini. Mengevaluasi penerapan pengendalian internal dan SOP entitas dalam mengelola risiko merupakan tujuan utama dari penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus pada perusahaan beton pracetak, yaitu PT. Wijaya Karya Beton. Penulis menemukan bahwa perusahaan memiliki sistem pengendalian internal yang terintegrasi pada seluruh unit kerja dan SOP yang secara khusus bertujuan untuk mengelola risiko proses bisnis serta fungsi biro SPI yang tertuang dalam piagam internal audit perusahaan sebagai pengawas penerapan pengendalian internal. Kata kunci: Beton Pracetak, Prosedur, Risiko, Pengendalian Internal, Proses Bisnis Abstract
Operating procedures and systems of internal control in minimizing the risk of an entity is the primary focus of this research. Evaluating internal controls and standard operating procedures that applied by the entities in managing risk is the main aim of this research. This research utilizes the case study approach on precast concrete company, namely PT. Wijaya Karya Beton. The company has an integrated internal control system in all units and SOP’s that specifically aims to manage the risks of business processes as well as the function of internal audit bureau as contained in the company internal audit charter to supervise the implementation of internal controls.
Key Word: Precast Concrete, Procedures, Risk, Internal Control, Business Process
Evaluasi Penerapan ..., Dhiyas Satyatama, FE UI, 2013
Pendahuluan Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan Standard Operating Procedures
(SOP) dan pengendalian internal dalam rangka minimalisasi risiko. Penulis menemukan suatu
prosedur yang dimiliki perusahaan dimana secara spesifik bertujuan untuk menganalisa risiko
dan menentukan pengendalian yang diperlukan. Prosedur ini dapat dibilang unik karena tidak
semua perusahaan memiliki prosedur seperti ini. Setelah ditetapkannya prosedur ini, masing-
masing unit kerja menggunakannya untuk menetapkan pengendalian yang harus dilakukan.
Prosedur ini juga memberikan manfaat yang signifikan bagi perusahaan karena setiap
pengendalian yang dilakukan dapat diukur efisiensinya. Penulis selanjutnya memfokuskan
permasalahan pada analisis terkait tiga hal, yaitu; (1) Evaluasi penerapan pengendalian internal
berdasarkan komponen kerangka pengendalian internal COSO 2013, (2) Evaluasi proses
penerapan SOP pengelolaan risiko dan penanganan tindakan pencegahan, dan (3) Evaluasi
kegiatan pengendalian pada proses bisnis inti PT. WIKA Beton dalam rangka minimalisasi
risiko.
Tinjauan Teoritis
Pengendalian Internal
Moeller (2009) mendefinisikan pengendalian internal sebagai proses, yang dilakukan oleh
pihak manajemen, dirancang agar dapat menyediakan reasonable assurance untuk; Informasi
keuangan dan operasional yang handal, Kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur rencana,
hukum, aturan, dan peraturan, Pengamanan aset, Efisiensi operasional, Pencapaian misi, tujuan
dan sasaran untuk operasi dan program perusahaan, dan Integritas dan nilai etika. Definisi ini
menjelaskan bahwa pengendalian internal lebih dari sekedar permasalahan akuntansi dan
keuangan, namun juga meliputi seluruh kegiatan perusahaan.
Menurut Weber (1999) pengendalian internal melaksanakan tiga fungsi penting yang
tertuang dalam tiga bentuk pengendalian, yaitu:
• Preventive Control à Mencegah suatu masalah sebelum masalah tersebut muncul
ataupun mencegah terjadinya penyalahgunaan suatu hal
• Detective Control à Mengungkap permasalahan / risiko yang terjadi ketika masalah
tersebut muncul.
Evaluasi Penerapan ..., Dhiyas Satyatama, FE UI, 2013
• Corrective Control à Memecahkan masalah yang ditemukan oleh pengendalian dalam
rangka pemeriksaan. Pada bagian ini biasanya dilakukan suatu prosedur untuk
memperbaiki masalah tersebut agar kejadian yang sama tidak terulang kembali.
COSO (2013) memberikan penjelasan mengenai konsep multidimensional dari
pengendalian internal bahwa pengendalian internal adalah suatu proses, dipengaruhi oleh dewan
direksi, manajemen, dan personil lainnya pada suatu entitas yang dirancang untuk memberikan
keyakinan memadai atas pencapaian tujuan dalam kategori berikut; efektivitas dan efisiensi
operasi, keandalan pelaporan keuangan, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku.
Dalam kerangka pengendalian internal COSO, terkandung 5 komponen utama, yaitu
lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi dan
pengawasan. Kelima komponen ini harus diberikan perhatian utama agar pengendalian internal
terimplementasi dengan efektif dan efisien. Dalam kelima komponen tersebut terkandung 17
prinsip yang saling melengkapi untuk lebih menyesuaikan dengan komponen lebih detail lagi.
Prinsip-prinsip tersebut didasarkan pada perkembangan bisnis saat ini sehingga lebih dapat
menggambarkan kondisi organisasi terkini lebih dalam.
Manajemen Risiko
Ketika perusahaan telah menyadari dan mengukur risiko usahanya melalui pendekatan
ERM, maka sudah saatnya perusahaan untuk melakukan manajemen pengelolaan risiko. Teknik
pengelolaan risiko berdasarkan kerangka ERM COSO (2004) yang dapat dilakukan perusahaan
adalah:
• Reduction
Tindakan diambil untuk mengurangi peluang terjadi atau dampak risiko, atau bahkan
keduanya.
• Acceptance
Tidak ada tindakan yang diambil untuk mempengaruhi peluang terjadinya atau dampak
risiko. Menerima risiko dengan memperbolehkan risiko, namun dengan kehati-hatian
• Avoidance
Evaluasi Penerapan ..., Dhiyas Satyatama, FE UI, 2013
Merancang ulang proses atau menghindari aktivitas yang risikonya dapat diminimalisasi
sampai tingkatan yang dapat diterima. Contohnya, ekspansi ke pasar geografis yang baru,
menjual suatu divisi, keluar dari suatu lini produk.
• Sharing
Mengurangi peluang terjadinya atau dampak risiko dengan memindahkan atau membagi
bagian dari risiko. Contoh teknisnya seperti membeli asuransi, mengikuti transaksi
hedging, atau outsourcing suatu kegiatan.
Bagi sebagian besar usaha, teknik yang paling lazim digunakan dalam mengelola risiko dengan
teknik Reduction, yaitu dengan menerapkan pengendalian internal. Dengan demikian, manajemen
bertugas untuk merancang sistem pengendalian internal mutakhir yang berbasis risiko.
Standard Operating Procedures (SOP)
United States Environmental Protection Agency (EPA, 2007) mendefinisikan SOP
sebagai rangkaian instruksi tertulis yang mendokumentasikan kegiatan rutin yang dilakukan oleh
perusahaan dimana instruksi tersebut akan digunakan sebagai acuan bagi perusahaan dalam
menjalankan aktivitas dalam proses bisnisnya.
Total Quality Management (TQM), Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP),
dan Six Sigma adalah contoh program dari manajemen yang dirancang untuk membantu
perusahaan menjaga proses dan pengendalian kualitas agar tetap kompetitif pada lingkungan
bisnis global. Pada inti dari tiap program tersebut, SOP yang mendorong hasilnya (Grusenmeyer,
2003)
Pada panduan yang dikeluarkan oleh EPA (2007) mengenai SOP, terdapat beberapa
proses yang harus dijalani, sebagai berikut:
• Penyiapan SOP
Organisasi harus memiliki prosedur sebelumnya agar dapat menentukan prosedur atau
proses apa yang perlu didokumentasikan. SOP ini harus ditulis oleh individu yang
memiliki pengetahuan terhadap aktivitas dan struktur internal organisasi.
• Pengulasan dan Persetujuan SOP
SOP harus diulas oleh satu orang atau lebih individu yang telah mempunyai pengalaman
terhadap proses. SOP yang telah lulus uji harus mendapatkan persetujuan dari pihak
berwenang dalam perusahaan.
Evaluasi Penerapan ..., Dhiyas Satyatama, FE UI, 2013
• Frekuensi dari Revisi dan Pengulasan
SOP harus tetap berguna sepanjang waktu. Oleh karena itu, setiap ada prosedur yang
berubah, SOP harus diperbarui dan disetujui kembali. SOP harus secara sistematis diulas
secara terjadwal, untuk memastikan bahwa kebijakan atau prosedur yang ada tetap cocok,
atau untuk menentukan apakah SOP tersebut tetap diperlukan.
• Checklist
Banyak aktivitas menggunakan checklist untuk memastikan bahwa tahapan tetap diikuti
sesuai dengan urutan.
• Pengendalian Dokumen
Tiap organisasi harus mengembangkan sistem penomoran untuk secara sistematis
mengidentifikasi dan memberikan tanda pada SOP.
• Penelusuran dan Pengarsipan SOP
Tiap organisasi harus tetap menjaga daftar keseluruhan semua SOP. Database ini harus
mengindikasikan nomor, versi, tanggal pengeluaran, judul, pembuat, status, divisi,
cabang, dan informasi-informasi yang terkait dengan versi sebelumnya.
Profil Perusahaan
Profil PT. WIKA Beton
PT. WIKA Beton adalah perusahaan yang khusus bergerak dalam industri beton pracetak
(precast concrete) yang merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Wijaya Karya (WIKA)
sebagai holding company. WIKA merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang didirikan pada tahun 1960. WIKA memulai kegiatannya sebagai perusahaan yang
menyediakan jasa instalasi listrik.
Visi dari perusahaan PT. WIKA Beton tahun 2005 berdasarkan Surat Keputusan No.
SK.01.01/WB-OA.110/2005 tentang visi, misi, moto, nilai-nilai dan paradigm PT. WIKA Beton
adalah, "To Be the Foremost Company in the Precast Concrete Product Industry." Realisasi dari
visi yang telah dijabarkan diatas ingin dicapai PT. WIKA Beton dengan mission statement yang
ditetapkan sebagai berikut:
• Memimpin pasar beton pracetak di Indonesia.
• Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan dengan kesesuaian mutu,
ketepatan waktu dan harga bersaing.
Evaluasi Penerapan ..., Dhiyas Satyatama, FE UI, 2013
• Menerapkan sistem manajemen dan teknologi yang dapat memacu peningkatan efisiensi,
konsistensi mutu, keselamatan kerja yang berwawasan lingkungan.
• Tumbuh dan berkembang bersama mitra kerja secara sehat dan berkesinambungan.
• Mengembangkan kompetensi dan kesejahteraan pegawai.
Nilai-nilai yang berusaha ditanamkan oleh perusahaan sebagai penyampai pesan visi dan
misi ialah; Commitment, Innovation, Balance, Excellence, Relationship, Teamwork, dan Integrity.
Kemudian, untuk memperjelas struktur, wewenang, dan garis pelaporan perusahaan dapat melihat
pada struktur berikut.
Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Wijaya Karya Beton
Evaluasi Penerapan ..., Dhiyas Satyatama, FE UI, 2013
Pada dasarnya, pengambilan keputusan dalam struktur organisasi PT. WIKA Beton
menerapkan sistem sentralisasi, dimana segala bentuk keputusan harus dikoordinasikan dengan
atasan masing-masing unit kerja. Pada wilayah penjualan dan pabrik juga terdapat struktur
sederhana yang dipimpin oleh manajer wilayah penjualan dan manajer pabrik. Kemudian, untuk
mengetahui proses dari kegiatan bisnis perusahaan dapat melihat pada gambar berikut.
Gambar 2. Proses Bisnis Perusahaan
Evaluasi Penerapan ..., Dhiyas Satyatama, FE UI, 2013
Secara keseluruhan operasional dari perusahaan terbagi menjadi tiga proses inti, yaitu
penjualan, enjinering, dan produksi. Proses penjualan disini melibatkan proses permintaan dan
penawaran oleh pelanggan, kemudian biro dan seksi terkait akan menyesuaikan spesifikasi
produk melalui proses enjinering, selanjutnya proses produksi akan dimulai apabila telah tercapai
kesepakatan antara perusahaan dan pelanggan. Berikut ini adalah struktur pengorganisasian
manajemen risiko perusahaan,
Gambar 3. Pengorganisasian Manajemen Risiko Perusahaan
Terlihat disini direktur keuangan menjadi inti dari proses manajemen risiko PT. WIKA
Beton, walaupun sebenarnya jajaran direksi turut berperan dalam manajemen risiko. Hal ini
dikarenakan risiko telah dapat diukur secara finansial yang memungkinkan direktur keuangan
dapat lebih baik merencanakan langkah stratejik perusahaan terkait dengan keuangan.
Pembahasan
1. Evaluasi Pengendalian Internal PT. WIKA Beton Melalui Kerangka Pengendalian
Internal COSO 2013
Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Evaluasi Penerapan ..., Dhiyas Satyatama, FE UI, 2013
PT. WIKA Beton mendukung komponen ini, dimana perusahaan mengharuskan seluruh unit
kerja untuk membangun lingkungan pengendalian yang kondusif bagi unit nya masing-masing.
Hal ini tertuang pada SOP pengelolaan risiko, dimana lingkungan pengendalian yang kuat
merupakan awalan dari proses manajemen risiko perusahaan.
Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Eksistensi dari sistem manajemen risiko dan SOP pengelolaan risiko dan penanganan
tindakan pencegahan telah membuat penilaian risiko perusahaan semakin mutakhir. Hal ini
dikarenakan masing-masing unit kerja sekarang dapat mengukur efektivitas dan efisiensi dari
pengendalian yang dilakukan.
Dampaknya, perusahaan dapat memberikan evaluasi dan tindakan serta persiapan yang
tepat untuk menghadapi risiko selanjutnya. Walaupun baru berjalan 4 tahun, hal ini telah
meningkatkan bukan hanya dari sisi penilaian risiko tapi juga pengendalian internal secara
keseluruhan.
Kegiatan Pengendalian (Control Activities)
PT. WIKA Beton melakukan dua jenis kegiatan pengendalian, yaitu pengendalian
terhadap prosedur enjinering dan produksi dan pengendalian operasi. Pengendalian yang pertama
berfokus untuk memastikan biro produksi dan biro teknik menangani produk beton dengan benar
sesuai standar. Pengendalian operasi memastikan agar tercapainya efisiensi bisnis, kesesuaian
dengan peraturan dan pelaporan keuangan yang terpercaya.
Kegiatan pengendalian teknik dan produksi ditangani oleh biro pengendalian operasi yang
berkoordinasi dengan biro terkait. Sedangkan, pengendalian internal dirancang dan diterapkan
oleh masing-masing unit kerja. Dalam melakukan kegiatan pengendalian salah satu altternatif
yang dapat digunakan oleh perusahaan adalah pemisahan tugas. Perusahaan telah menerapkan
pemisahan tugas sebagai salah satu bentuk pengendalian.
Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Dalam menyusun sistem informasi perusahaan, PT. WIKA Beton mengadaptasi sistem
yang diterapkan oleh WIKA Induk. Dalam rangka mendukung percepatan pertumbuhan usaha
dan meningkatkan daya saing, perusahaan mengembangkan sistem informasi yang fokus pada
Evaluasi Penerapan ..., Dhiyas Satyatama, FE UI, 2013
operasional dengan menyusun masterplan teknologi informasi atau IT yang menunjang strategi
bisnis perusahaan yang dituangkan dalam Rencana Jangka Panjang dan Jangka Pendek
Perusahaan.
Perkuatan IT masterplan ini didukung dengan adanya peningkatan tata kelola IT,
peningkatan infrastruktur IT dan peningkatan aplikasi bisnis perusahaan yang bertujuan untuk
memastikan sustainability perusahaan, dan memberikan nilai tambah di setiap fungsi khususnya
terhadap efisiensi dan efektivitas proses bisnis (biaya, mutu dan waktu).
Perusahaan menyusun model arsitektur IT di mana setiap nilai yang dihasilkan dari setiap
proses memberikan kontribusi terhadap proses pengambilan keputusan. Model ini ditetapkan
perusahaan sebagai acuan pengembangan IT untuk mendukung setiap perubahan bisnis
perusahaan kearah yang lebih baik.
Pengawasan (Monitoring)
Lingkungan operasi PT. WIKA Beton yang terbagi atas manajemen pusat, manajemen
wilayah penjualan, dan manajemen pabrik produk beton, meningkatkan intensitas dari kegiatan
biro SPI. Berdasarkan internal audit charter PT. WIKA Beton, biro SPI akan melakukan audit
yang ditetapkan pada kebijakan tahun berjalan terhadap wilayah penjualan dan pabrik, dan akan
melaporkan hasil temuan audit kepada manajemen puncak, dan sesuai struktur organisasi kepada
direktur utama.
Dalam setiap struktur organisasi terdapat tugas mengawasi dari atasan kepada subordinat,
misalnya manajer mensupervisi kepala bagian atas pengisian formulir SOP pengelolaan risiko.
Secara keseluruhan terdapat komite audit dan komite risiko dibawah naungan dewan komisaris
PT. WIKA Beton. Komite audit bertugas untuk mengawasi proses audit perusahaan dan komite
risiko bertugas untuk mengawasi penerapan manajemen risiko. Dapat dipastikan fungsi
pengawasan berjalan pada tingkatan struktur organisasi.
2. Evaluasi Standard Operating Procedures (SOP) Pengelolaan Risiko dan Penanganan
Tindakan Pencegahan PT. WIKA Beton
Dalam penerapan SOP ini terdapat 4 proses inti yang terdiri dari pengisian 4 formulir,
yaitu data pekerjaan atau proyek, daftar risiko yang umum terjadi, analisa risiko dan tindakan
pencegahan, dan laporan pelaksanaan manajemen risiko. Evaluasi secara umum adalah proses
Evaluasi Penerapan ..., Dhiyas Satyatama, FE UI, 2013
penerapan yang masih menggunakan manual atau media kertas, sebaiknya perusahaan
mempertimbangkan untuk menetapkan sistem penerapan yang terkomputerisasi.
Selain itu, belum ada alur yang tergambar secara komprehensif untuk menjelaskan alur
dari penerapan SOP ini. Hal ini menjadi salah satu masukan yang penulis berikan melalui
flowchart berikut.
Pengisian Data Pekerjaan
Manajer BiroKepala Bagian
Peng
isian
For
mul
ir W
B-D
AL-
PS-2
3-F0
1
Formulir Pelaksanaan Pekerjaan
Mengisi Formulir
Pelaksanaan Pekerjaan
Mengulas Pengisian Formulir
Informasi Mencukupi?
Melakukan Koreksi/
Penyesuaian
A
Tidak
Ya
Kebijakan Operasi Tahun Berjalan
Formulir Pelaksanaan Pekerjaan yang telah
diulas/koreksi
Gambar 4. Flowchart – Pengisian Data Pekerjaan (Biro)
Terdapat beberapa hal yang dapat dievaluasi atas pengisian formulir ini. Pertama, formulir
ini masih mengintegrasikan data pekerjaan dan proyek, padahal sudah jelas bahwa nature kedua
Evaluasi Penerapan ..., Dhiyas Satyatama, FE UI, 2013
hal tersebut berbeda. Sebaiknya, tersedia dua formulir yang berbeda untuk pekerjaan dan proyek
sehingga detail-detail kecil dapat lebih tertangkap.
Kedua, dalam mengisi formulir ini bisa terjadi human error seperti salah isi, data kurang
mencukupi, terdapat risiko yang tidak terdeteksi
Ketiga, terkait dengan komitmen dalam pengisian formulir ini. berdasarkan informasi
analis pengembangan bisnis, tidak ada sanksi yang diterapkan jika ada biro / PPU yang terlambat
memberikan laporan, membuat laporan seadanya (tidak sesuai prosedur) atau kesalahan lainnya.
Keempat, jika informasi yang tidak mencukupi terjadi berulang-ulang akan
memperlambat pengisian formulir ini yang dapat mempengaruhi keseluruhan proses.
Kelima, proses pengisian formulir sudah baik karena melibatkan staf, kepala seksi/bagian,
dan manajer. Sehingga seluruh tingkatan jabatan terlibat dalam SOP pengelolaan risiko ini. Hal
ini mendukung alur informasi pengelolaan risiko dan juga mengembangkan budaya sadar risiko.
Evaluasi Penerapan ..., Dhiyas Satyatama, FE UI, 2013
Pengisian Daftar Risiko yang Umum Terjadi
Manajer BiroKepala BagianPe
ngisi
an F
orm
ulir
WB
-DA
L-PS
-23-
F02
Formulir Daftar Risiko yang Umum
terjadi
Mengisi Formulir Daftar
Risiko yang Umum Terjadi
Mengulas Pengisian Formulir
Informasi Mencukupi?
Melakukan Koreksi/
Penyesuaian
B
Tidak
Ya
A
Formulir Daftar Risiko yang Umum terjadi (telah di koreksi)
Gambar 5. Flowchart – Pengisian Daftar Risiko yang Umum Terjadi (Biro)
Evaluasi Penerapan ..., Dhiyas Satyatama, FE UI, 2013
Analisa Risiko dan Tindakan Pencegahan
Manajer Biro / PPUKepala BagianPe
ngisi
an F
orm
ulir
WB
-DA
L-PS
-23-
F03
Formulir Analisa Risiko dan Tindakan
Pencegahan
Mengidentifikasi Risiko
Mengulas Pengisian Formulir
Informasi Mencukupi?
Melakukan Koreksi/
Penyesuaian
C
Tidak
Ya
Melakukan Rapat
Analisis Risiko
B
Menentukan Dampak dan menghitung nilai risiko
Menentukan Tingkat Risiko
Kriteria Rating Probabilitas dan
Akibat
Matriks Tingkat Risiko
Menentukan Pengambil Keputusan
Penanganan Risiko
Hirarki Pengambil Keputusan untuk
Penanganan Risiko
Membuat Keputusan
Tindak Lanjut
Menghitung Biaya
Pengendalian Risiko
Laporan Rapat Analisis Risiko
Formulir Analisa Risiko dan Tindakan Pencegahan (telah
dikoreksi)
Gambar 6. Flowchart – Pengisian Formulir Analisa Risiko dan Tindakan Pencegahan
Evaluasi Penerapan ..., Dhiyas Satyatama, FE UI, 2013
Gambar 7. Flowchart – Laporan Pelaksanaan Manajemen Risiko
Tujuan dari penyusunan SOP telah sesuai dengan pedoman SOP yang dikeluarkan (EPA,
2007) yaitu ditujukan untuk aktivitas organisasi yang dijelaskan secara spesifik (pekerjaan dan
proyek) dan membantu organisasi untuk menjaga kualitas pengendalian (efisiensi pengendalian
dapat diukur) dan memastikan kepatuhan dengan regulasi (seluruh unit kerja mematuhi SOP
tanpa terkecuali)
Dari segi manfaat, SOP ini membuat proses manajemen risiko menjadi sistematis,
sehingga masing-masing unit kerja tidak lagi perlu bingung dalam menghadapi risiko. Kemudian,
Laporan Pelaksanaan Manajemen Risiko
Biro Pengendalian OperasiUnit KerjaPe
ngisi
an F
orm
ulir
WB-
DA
L-PS
-23-
F04
dan
Peny
usun
an L
apor
an M
anaj
emen
Risi
ko
Formulir Perkembangan Pengelolaan Risiko
Manajer Biro / PPU
Mengulas Pengisian Formulir
Melakukan Rapat
Analisis Risiko
c
Menyusun Perkembangan Pengelolaan
Risiko
Timbul Risiko Baru?
Update Formulir Analisa
Risiko dan Tindakan
Pencegahan
Informasi Mencukupi?
Melakukan Koreksi /
Penyesuaian
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Menyusun Laporan Pelaksanaan
Manajemen Risiko
Laporan Pelaksanaan Manajemen Risiko
Mengevaluasi Pelaksanaan Manajemen
Risiko
2
Menyusun Laporan Keseluruhan Pelaksanaan
Manajemen Risiko
Laporan Pelaksanaan Keseluruhan Manajemen
Risiko
Direktur keuangan Komite Risiko
Formulir Perkembangan Pengelolaan Risiko(Telah Dikoreksi)
Evaluasi Penerapan ..., Dhiyas Satyatama, FE UI, 2013
SOP ini memungkinkan untuk melakukan pengukuran efisiensi terhadap pengendalian yang
diterapkan. Unit kerja juga dapat membandingkan efisiensi periode sebelumnya untuk
meningkatkan kinerja pengendalian internal.
Pada ketentuan pada SOP ini hanya memberikan keterangan terhadap dampak risiko,
sebaiknya pada SOP ini terdapat rekomendasi kegiatan mitigasi risiko, setidaknya untuk risiko-
risiko yang ada pada pedoman berfikir risiko. Salah satu hal yang patut dipertimbangkan lagi
adalah penanganan risiko fraud yang sedikit mendapat porsi dalam SOP ini. Padahal risiko
kecurangan dapat sangat merugikan perusahaan terutama dari segi finansial.
Penulis merekomendasikan perusahaan untuk melakukan pelatihan risiko untuk
menambah wawasan unit kerja mengenai risiko dan mengembangkan budaya sadar risiko. Selain
itu, pelatihan ini juga baik untuk menyegarkan pikiran agar penerapan SOP pengelolaan risiko
bisa lebih baik dari sebelumnya.
3. Kegiatan Pengendalian Dalam Rangka Minimalisasi Risiko Pada Proses Bisnis Inti PT. WIKA Beton
Proses bisnis inti digambarkan secara umum oleh perusahaan untuk menunjukan proses
pelaksanaan usaha yang dilakukan perusahaan. Terdapat SOP teknis secara detail hampir di
setiap tahapan sebagai standar yang harus diterapkan unit kerja yang terkait. Pada gambar 8
terlihat bagian pertama dari proses bisnis inti perusahaan. Terdapat beberapa risiko yang dapat
diidentifikasi bila didasarkan pada gambar berikut ini.
Risiko R1
Kesalahan dalam menindaklanjuti kontrak merupakan risiko legal yang sangat besar dampaknya
bagi PT. WIKA Beton. Kelemahan kontrak dan pembinaan pelanggan dapat berakibat pada
keterlambatan dalam penyelesaian persyaratan tagihan.
• Menyiapkan SDM yang handal untuk menjabat sebagai manajer dan kepala bagian
wilayah penjualan untuk melihat seberapa besar probabilitas dan dampak yang akan
dihadapi jika risiko legal terjadi.
• Memastikan adanya klausul yang memuat perlindungan kepada perusahaan.
• Memperketat pengisian peninjauan kontrak, manajer wilayah harus terus berkoordinasi
dengan kantor pusat sebelum melanjutkan proses selanjutnya.
Evaluasi Penerapan ..., Dhiyas Satyatama, FE UI, 2013
Gambar 8. Prosedur Operasi PT. WIKA Beton (1)
Risiko R2
Risiko ini berhubungan dengan teknis enjinering yang diinginkan oleh pelanggan. Risiko yang
dihadapi PT. WIKA Beton adalah kompleksitas teknis produk yang diinginkan oleh klien. Bentuk
pengendalian yang dapat diterpakan adalah sebagai berikut:
• Meningkatkan human capital avaibility
• Melakukan kerjasama operasi dengan mitra kerja yang memiliki keahlian khusus.
• Peningkatan kompetensi pegawai melalui pengembangan teknologi.
• Terus meng-update SOP-SOP teknis yang dimiliki oleh masing-masing unit kerja.
PermintaanPenawaran
Peninjauan Kontrak
Aspek Peninjauan Kontrak Terpenuhi?
Ya, Produk non-standarTidak
Ya,Produk Standar
Kajian Teknis Produk Ditolak
Penawaran
Negoisasi, Perolehan dan Kontrak
Proyek Diperoleh? Evaluasi Proyek Gagal
A
Ya
Tidak
ENJ 04, 11PRD 02
PNJ 01DAL 23
PNJ 01
PNJ 01DAL 23
PNJ 02DAL 23
PNJ 02
Risiko R1
Risiko R2
Risiko R3
Evaluasi Penerapan ..., Dhiyas Satyatama, FE UI, 2013
Risiko R3
Risiko yang ditimbulkan pada proses ini adalah pada terms and conditions pembayaran dan
spesifikasi teknis yang diajukan perusahaan tidak dapat memenuhi ekspektasi pelanggan.
Pengendalian yang dapat diterapkan adalah:
• Menilai kredibilitas dan kemampuan pendanaan dari pemberi kerja.
• Mengharuskan pemberian uang muka proyek dan pelaksanaan pekerjaan dilakukan sesuai
dengan perjanjian yang disepakati.
• Melindungi kepentingan perusahaan dengan menyusun kontrak yang kuat.
• Melakukan strategi negosiasi yang baik jika terjadi perselisihan dengan pemberi kerja.
Risiko R4
Risiko yang dihadapi disini adalah lemahnya perencanaan dan persiapan yang dilakukan oleh
seksi PEP yang menyebabkan banyaknya permasalahan yang terjadi ketika pelaksanaan produksi
dimulai. Pengendalian yang dapat dilakukan, antara lain:
• Meramalkan permintaan produk, mengawasi permintaaan aktual, dan membandingkannya
dengan ramalan permintaan sebelumnya.
• Menetapkan ukuran pemesanan barang yang ekonomis atas bahan baku yang akan dibeli.
• Menetapkan kebutuhan produksi dan tingkat persediaan pada saat tertentu.
• Mengawasi tingkat persediaan, membandingkannya dengan rencana persediaan, dan
melakukan revisi rencana produksi pada saat yang ditentukan.
• Melaksanakan rapat evaluasi perencanaan produksi minimal satu kali dalam seminggu.
• Terus berkoordinasi dengan seksi produksi dan peralatan terkait dengan proses
pelaksanaan produksi.
Risiko R5
• Praktik Suap dan Uang Terima Kasih (kickbacks) kepada/dari Pemasok & konflik
Kepentingan.
Kegiatan pengendalian preventif yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan
menerapkan job rotation bagi pihak yang berhubungan dengan menyeleksi pemasok. PT.
WIKA Beton juga telah mengimplementasikan sistem ini sebagai bentuk cross-training antar
unit kerja.
Evaluasi Penerapan ..., Dhiyas Satyatama, FE UI, 2013
• Bid-Rigging, Cartels, dan Cover Pricing
Bentuk pengendalian juga dilakukan saat mengevaluasi pemasok, bagian pengadaan
perusahaan akan mengadakan rapat yang terdiri oleh kepala bagian pengadaan, manajer
produksi, dua orang staf pengadaan, dan disupervisi direksi jika dibutuhkan. Tujuannya
adalah untuk mengurangi subyektivitas pada pemasok, sehingga keputusan pemilihan
merupakan pemasok yang terbaik.
• Pemalsuan Cek (Cheque Forgery)
Salah satu alat pengendalian yang dapat digunakan adalah pemisahan tugas (segregation of
duties). Selain pemisahan tugas, perusahaan juga harus mempertimbangkan prosedur
penulisan cek, yang memiliki otoritas tidak boleh menandatangani cek tersebut sebelumnya,
jika memungkinkan untuk otorisasi diperlukan lebih dari satu tanda tangan Selanjutnya
dengan melakukan rekonsiliasi saldo cek secara rutin yang dilakukan dengan tingkatan
manajemen yang sesuai.
• Fictitious Invoicing
Dapat dilakukan pengendalian dengan cara; faktur disetujui untuk pembayaran apabila
terdapat bundel voucher yang lengkap. Kedua hanya salinan asli faktur yang dibayar. Ketiga,
sebagai tindakan preventif, setiap faktur yang telah dibayar harus dibatalkan (ditandai “telah
dibayar”).
Risiko R6
Terdapat risiko bahwa rencana pengadaan material tidak disusun secara baik dan tepat waktu,
rencana pengadaan material tidak dapat direalisasikan, rencana pengadaan material tidak
memperhitungkan kenaikan harga yang signifikan, dan lain sebagainya. Pengendalian yang dapat
dilakukan adalah:
• Penyusunan rencana pengadaan material yang didasarkan pada kebutuhan dan menghindari
over budget.
• Penyusunan rencana pengadaan material harus mempertimbangkan waktu proses pengadaan
dan pemenuhan atas proyek terkait.
• Penyusunan rencana pengadaan material harus memperhitungkan fluktuasi kenaikan harga
dan ketersediaan material yang dibutuhkan.
Evaluasi Penerapan ..., Dhiyas Satyatama, FE UI, 2013
Selain itu terdapat risiko yang berhubungan dengan penerimaan material yang tidak sesuai
dengan pesanan (unordered goods). Bentuk pengendalian yang diterapkan PT. WIKA Beton
adalah menginstruksikan bagi bagian pengadaan untuk menerima pengiriman dimana terdapat
salinan dari purchase order yang sah.
PRD 12DAL 10
PNJ 03
PRD 01, 16ENJ 06, 08
PRD 12DAL 10
PRD 16, 05, 06, 07, 08, 22, 23, 24, 25, 26, 27,28, 31
A
Pemesanan Produk Beton
Perencanaan Produksi
Pengadaan bahan Pengendalian Bahan yang Dipasok Pelanggan
Bahan yang Dipasok Pelanggan Diperlukan?
Pengujian Penerimaan dan Inspeksi BahanPengolahan Bahan
Kesesuaian Spesifikasi Bahan
Mutu Bahan Dapat Ditingkatkan? Penanganan Bahan yang Ditunda
Penanganan Bahan yang Ditolak Pelaksanaan Produksi Kesepakatan Pelanggan
Penanganan Bahan yang DitolakB
YaTidakPRD 12PRD 09, 11, 12
PRD 28ENJ 05PRD 12, 10
PRD 12DAL 10
DAL 10, 11ENJ 04, 06, 09
Risiko R5
Risiko R4
Risiko R7
Risiko R8
Risiko R6
Evaluasi Penerapan ..., Dhiyas Satyatama, FE UI, 2013
Gambar 9. Prosedur Operasi PT. WIKA Beton (2)
Risiko R7
Salah satu risiko yang dihadapi perusahaan adalah risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Sebagai bentuk pengendalian terhadap risiko ini, PT. WIKA Beton telah memiliki sistem
manajemen K3 sejak tahun 1999. Perusahaan memiliki pedoman mutu K3 bagi pihak terkait
tentang K3 yang diterapkan oleh perusahaan bernomor dokumen WB-PER-PO-01 dengan judul
“Pedoman K3 Industri Beton Pracetak”. Pedoman ini digunakan dalam rangka memastikan agar
komitmen terhadap penerapan K3 bisa terlaksana secara konsisten dan berkelanjutan.
Risiko R8
Risiko yang berhubungan dengan tenaga kerja juga menjadi aspek yang harus
diperhatikan oleh perusahaan. Agar proyek tetap dapat berjalan dengan lanca dicapai sesuai target
maka dibutuhkan pengendalian terhadap pembagian tugas, pengendalian jadwal waktu,
pengendalian terhadap kinerja dan hubungan karyawan, dan lain sebagainya.
Risiko R9
Keterbatasan informasi mengenai prasarana transportasi dan kondisi lapangan berakibat
pada keterlambatan distribusi dan pemasangan. Keterlambatan ini dapat berdampak pada citra
buruk perusahaan atau dikenakan denda oleh pelanggan karena pada dasarnya perusahaan telah
berkomitmen di awal sesuai dengan kontrak.
Terkait dengan fasilitas dan sarana, truk merupakan sarana utama dalam proses
pengangkutan, truk harus pada kondisi yang sehat dan aman ketika proses pengiriman
berlangsung. Pengendalian preventif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan reparasi
rutin, dan mengganti truk dengan yang baru ketika truk yang lama sudah tidak memungkinkan
untuk dioperasikan kembali karena telah rusak atau bobrok.
Risiko R10
Kelemahan kontrak dan pembinaan pelanggan dapat berdampak pada keterlambatan dalam
penyelesaian persyaratan tagihan. Dalam penanganan tugas ini harus dilakukan pemisahan:
Evaluasi Penerapan ..., Dhiyas Satyatama, FE UI, 2013
• Menangani kas dan memasukkan data kiriman ke rekening pelanggan, untuk menghindari
lapping (gali lubang tutup lubang).
• Menangani kas atau cek dan mengotorisasi nota kredit untuk menghindari pembuatan nota
kredit yang sama dengan jumlah yang dicuri.
• Membuat nota kredit dan memelihara rekening pelanggan.
• Merekonsiliasi laporan bank dan aktivitas yang melibatkan penanganan atau pencatatan
penerimaan kas.
• Dari sisi pengawasan, biro SPI harus meninjau langsung ke wilayah penjualan dan
melaksanakan prosedur audit yang dibutuhkan.
Evaluasi Penerapan ..., Dhiyas Satyatama, FE UI, 2013
Gambar 10. Prosedur Operasi PT. WIKA Beton (3)
Risiko R11
Pada proses penagihan ada potensi terjadinya piutang bermasalah atau macet akibat dari
kesalahan penanganan. Pengendalian preventif yang diterapkan PT. WIKA Beton adalah
PMS 06
PNJ 04 , 05 PRD 16
PRD 16
DAL 10
PRD 17 DAL 10 , 11
PRD 17 DAL 10 , 11
B
Kualifikasi Produk Jadi
Perbaikan Produk Cacat Penanganan Produk Gagal
Penanganan Produk Jadi
Pengiriman , Penyerahan dan Pelayanan Purna Jual
Evaluasi Kepuasan Pelanggan
Pembinaan Pelanggan
Data Base Pemasaran
Lolos Kualifikasi ? Cacat Gagal
Ya
Penanganan Tagihan
PMS 06
Risiko R 9
Risiko R 11
Risiko R 10
Evaluasi Penerapan ..., Dhiyas Satyatama, FE UI, 2013
melakukan pembinaan pelanggan secara rutin sejak kontrak disetujui kedua belah pihak.
Bertujuan untuk memastikan kemampuan finansial pelanggan dan juga komitmen pelanggan
terhadap perusahaan. Tindak preventif lainnya adalah dengan melakukan background check
terhadap pelanggan, untuk mengamati track record pelanggan.
Perusahaan juga mengaplikasikan pengendalian dengan mengajukan laporan pembayaran
bulanan yang dikirim ke para pelanggan agar pelanggan tetap memperhatikan tanggung jawab
mereka sesuai dengan cara pembayaran pada kontrak.
Keseimpulan & Saran
Kesimpulan
• Kerangka pengendalian internal PT. WIKA Beton, telah memenuhi; lingkungan pengendalian
yang didukung oleh kebijakan direksi; penilaian risiko telah mendukung manajemen risiko
dengan adanya SOP pengelolaan risiko; sistem informasi yang terintegrasi, seperti HRMS,
WIKA Beton Balance Scorecard, SAP, dan lain sebagainya; tersedia prosedur untuk
menjalankan kegiatan pengendalian internal; serta setiap jajaran manajemen unit kerja
berkoordinasi dengan biro SPI dalam rangka melakukan pengawasan untuk memastikan
eksekusi pengendalian sesuai dengan prosedur yang berlaku.
• Sejak dibuatnya SOP pengelolaan risiko pada tahun 2009, masing-masing unit kerja dapat
melakukan pengukuran keuangan terhadap risiko yang dihadapinya. Hal ini dapat mendukung
proses bisnis yang dilakukan perusahan dengan meminimalisasi risiko dan kerugian yang
ditimbulkan.
• Risiko yang dapat mengancam kelangsungan perusahaan terdapat pada peninjauan kontrak,
perencanaan produksi, pengadaan, dan penagihan pembayaran. Proses bisnis inti perusahaan
dilaksanakan based on project, sehingga banyak risiko inherent yang dihadapi. Untuk itu,
prosedur yang ada berperan penting dalam meminimalisasi risiko.
Saran
• Perusahaan sedang merencanakan dan mempersiapkan Initial Public Offering (IPO). Apabila
memungkinkan, penelitian selanjutnya dapat membandingkan sistem pengendalian internal
sebelum dan sesudah IPO.
Evaluasi Penerapan ..., Dhiyas Satyatama, FE UI, 2013
• Terkait dengan cakupan penelitian, disarankan untuk memfokuskan penelitian pada wilayah
penjualan dan pabrik produk beton karena sebagai pelaksana pengelolaan usaha bisnis inti,
banyak hal yang dapat diteliti lebih lanjut secara spesifik.
• Pastikan untuk mendapatkan akses lebih ke data-data perusahaan (bahkan full-access).
• Menarik untuk meneliti berfokus pada proses bisnis inti perusahaan secara komprehensif.
Daftar Resensi
Ashuri. Personal Interview. 6 May 2013
Bertens, Kees. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000.
Botez, Daniel. “Internal Audit and Management Entity.” Procedia Economics and Finance
(2012): 1156 - 1160.
Cornell University. Developing Effective Standard Operating Procedure. By David
Grusenmeyer. 1 February 2003. 1 April 2013. http://www.ansci.cornell.edu/pdfs/sopsdir.pdf
Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission’s. Internal Control -
Integrated Framework. 14 May 2013.
Dhillon, Gurpreet. “Violation of Safeguards by Trusted Personnel and Understanding Related
Information Security Concerns.” Computer & Security (2001): 165 - 172.
Doyle, Jeffrey, et al., ed. “Accruals Quality and Internal Control over Financial Reporting.” The
Accounting Review (2007): 1141 - 1170.
Gaspersz, Vincent. Production Planning and Inventory Control. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2004.
Ge, Weilie and Sarah McVay. “The Disclosure of Material Weaknesses In Internal Control After
the Sarbanes-Oxley Act.” Accounting Horizons (2005): 137 - 158.
Guile, Paul. “Procurement Fraud.” Doig, Alan. The Counter Fraud Practitioner's Handbook.
Durham: Gower Publishing, 2012. 189 - 204.
Interuniversity Research Centre on Enterprise Networks, Logistics and Transportation. Risk
Management: History, Definition and Critique. By Georges Dionne. March 2013. 21 May
2013. www.cirrelt.ca/DocumentsTravail/CIRRELT-2013-17.pdf
Kaplan, Stanley dan John B. Garrick. “On the Quantitative Definition of Risk.” Risk Analysis,
Vol 1, No 1 (1981): 11 - 27.
Keraf, Sonny A. Etika Bisnis. Jakarta: Penerbit Kanisius, 1994.
Manaf, Syafii. Personal Interview. 12 February 2013. 22 April 2013
Evaluasi Penerapan ..., Dhiyas Satyatama, FE UI, 2013
Moeller, Robert R. Brink's Modern Internal Auditing. Hoboken, New Jersey: John WIley & Sons,
Inc, 2009.
Mukhson, Entus A. Personal Interview. 30 January 2013
Mulyadi. Sistem Akuntansi. Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2001.
Sawyer, Laurence B. and Glen E. Summers. Sawyer's Internal Auditing: The Practice of Modern
Internal Auditing. Altamonte Springs, Florida: Institute of Internal Auditors, 2003.
Security’s Office for Interoperability and Compatibility. Writing Guide for Standard Operating
Procedures. 6 April 2004. 4 March 2013.
www.safecomprogram.gov/SiteCollectionDocuments/SOP.pdf The Institute of Internal Auditors. IIA Position Paper: The Role of Internal Audit in Enterprise-
wide Risk Management. January 2009. 9 March 2013.
www.theiia.org/download.cfm?file=62465 The Institute of Internal Auditors. International Standards for the Professional Practice of
Internal Auditing. 19 October 2010. 2 March 2013.
www.theiia.org/download.cfm?file=67983 United States Environmental Protection Agency. Guidance for Preparing Standard Operating
Procedures. 6 April 2007. 4 March 2013. www.epa.gov/QUALITY/qs-docs/g6-final.pdf
Velasquez, Manuel G. Etika Bisnis: Konsep dan Kasus. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005.
Wanto, Dwi. Personal Interview. 6 May 2013
Weber, Ron. Information Systems Control and Audit. New Jersey: Prentice-Hall, 1999.
Yushadi. Personal Interview. 5 April 2013. 24 April 2013.
Evaluasi Penerapan ..., Dhiyas Satyatama, FE UI, 2013