EVALUASI PENAMBAHAN RAGI BIR Saccharomyces...
Transcript of EVALUASI PENAMBAHAN RAGI BIR Saccharomyces...
EVALUASI PENAMBAHAN RAGI BIRSaccharomyces cerevisiae DALAM PAKAN TERHADAP
KINERJA PERTUMBUHAN DAN DAYA TAHAN TUBUHIKAN MAS Cyprinus carpio TERHADAP INFEKSI
BAKTERI Aeromonas hydrophila
TIRA SILVIANTI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR
2013
EVALUASI PENAMBAHAN RAGI BIRSaccharomyces cerevisiae DALAM PAKAN TERHADAP
KINERJA PERTUMBUHAN DAN DAYA TAHAN TUBUHIKAN MAS Cyprinus carpio TERHADAP INFEKSI
BAKTERI Aeromonas hydrophila
TIRA SILVIANTI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR
2013
EVALUASI PENAMBAHAN RAGI BIRSaccharomyces cerevisiae DALAM PAKAN TERHADAP
KINERJA PERTUMBUHAN DAN DAYA TAHAN TUBUHIKAN MAS Cyprinus carpio TERHADAP INFEKSI
BAKTERI Aeromonas hydrophila
TIRA SILVIANTI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR
2013
EVALUASI PENAMBAHAN RAGI BIRSaccharomyces cerevisiae DALAM PAKAN TERHADAP
KINERJA PERTUMBUHAN DAN DAYA TAHAN TUBUHIKAN MAS Cyprinus carpio TERHADAP INFEKSI
BAKTERI Aeromonas hydrophila
TIRA SILVIANTI
SKRIPSIsebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan BudidayaDepartemen Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu KelautanInstitut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR
2013
EVALUASI PENAMBAHAN RAGI BIRSaccharomyces cerevisiae DALAM PAKAN TERHADAP
KINERJA PERTUMBUHAN DAN DAYA TAHAN TUBUHIKAN MAS Cyprinus carpio TERHADAP INFEKSI
BAKTERI Aeromonas hydrophila
TIRA SILVIANTI
SKRIPSIsebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan BudidayaDepartemen Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu KelautanInstitut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR
2013
EVALUASI PENAMBAHAN RAGI BIRSaccharomyces cerevisiae DALAM PAKAN TERHADAP
KINERJA PERTUMBUHAN DAN DAYA TAHAN TUBUHIKAN MAS Cyprinus carpio TERHADAP INFEKSI
BAKTERI Aeromonas hydrophila
TIRA SILVIANTI
SKRIPSIsebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan BudidayaDepartemen Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu KelautanInstitut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSIDAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
EVALUASI PENAMBAHAN RAGI BIR Saccharomyces cerevisiae DALAMPAKAN TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN DAN DAYA TAHANTUBUH IKAN MAS Cyprinus carpio TERHADAP INFEKSI BAKTERIAeromonas hydrophila
adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa punkepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yangberasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan daripenulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2013
TIRA SILVIANTI
C14080041
PENGESAHAN
Judul : Evaluasi Penambahan Ragi Bir Saccharomyces cerevisiae dalamPakan terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Daya Tahan Tubuh IkanMas Cyprinus carpio terhadap Infeksi Bakteri Aeromonashydrophila
Nama : Tira Silvianti
NIM : C14080041
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Dedi Jusadi Dr. Dinamella WahjuningrumNIP: 19621026 198803 1 001 NIP: 19700521 199903 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Budidaya perairan
Dr. SukendaNIP. 19671013 199302 1 001
Tanggal Pengesahan :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia dan rahmat
yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Evaluasi Penambahan Ragi Bir Saccharomyces cerevisiae dalam Pakan terhadap
Kinerja Pertumbuhan dan Daya Tahan Tubuh Ikan Mas Cyprinus carpio terhadap
Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila” ini sebagai salah satu prasyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini dilaksanakan pada September sampai dengan November
2012. Analisis proksimat bahan baku, pakan dan ikan uji dilaksanakan di
Laboratorium Nutrisi Ikan; pembuatan pakan dilaksanakan di Laboratorium
Pembuatan Pakan Ikan; dan pemeliharaan ikan dilaksanakan di Laboratorium
Basah Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Dedi Jusadi dan Dr.
Dinamella Wahjuningrum selaku dosen pembimbing. Selain itu, penulis
menyampaikan terimakasih kepada PT. Multi Bintang Indonesia dan PT. Suri
Tani Pemuka yang telah membantu dalam penyedian bahan baku pakan penelitian
kepada penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu,
Kakak-kakak dan Adik-adik atas segala doa dan kasih sayangnya, kepada Pak
Wasjan dan Mbak Retno atas bimbingannya selama di Laboratorium, kepada
Tiara selaku teman seperjuangan yang telah bekerjasama dan membantu penulis
selama penelitian hingga proses penulisan skripsi, serta teman-teman khususnya
M. Rijalul Fikri, Burhan, Nia, Radianus, Arin, Ai, Nisa, Pika, Hidayatullah,
Dendi, Ipha, Sri, kak Azam, kak Fajar dan teman-teman PATMO tercinta atas
bantuan, semangat dan persahabatannya.
Bogor, Februari 2013
Tira Silvianti
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 20 Juni 1990 dari pasangan
Bapak Salim Akil dan Ibu Juairiyah. Penulis merupakan anak keempat dari enam
bersaudara. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 Pringsewu,
Lampung pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan di IPB melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Teknologi dan
Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan
Himpunan Mahasiswa Akuakultur periode 2010-2011 pada divisi Komunikasi dan
Kesejahteraan Mahasiswa (KKM). Selain itu, penulis pernah magang di Balai
Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat
pada komoditas ikan mas dan ikan hias (Tahun 2009) dan melakukan praktik
lapang di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB)
Karawang, Jawa Barat pada komoditas udang vaname (Tahun 2011). Penulis juga
pernah menjadi asisten mata kuliah Nutrisi Ikan semester ganjil 2011/2012,
Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil 2011/2012
serta Teknologi Pembuatan dan Pemberian Pakan Ikan semester ganjil 2012/2013.
Penulis pernah mengikuti Pekan Kreativitas Mahasiswa yang berjudul:
Pencegahan Koi Herves Virus (KHV) dengan Vaksin DNA: Distribusi DNA
Vaksin pada Berbagai Jaringan Ikan Mas melalui Pakan (didanai DIKTI) Tahun
2011 dan Rekayasa Produksi Induk Ikan Nila Putih (yy): Transplantasi Sel
Testikular Ikan Nila Putih (Oreochromis niloticus) ke Ikan Nila Hitam
(Oreochromis niloticus) Triploid (didanai DIKTI, lolos PIMNAS XXV di
Yogyakarta dan mendapat penghargaan setara perak) Tahun 2012, serta sebagai
salah satu anggota dari sepuluh kelompok terbaik pada kegiatan Tanoto Reseach
Student Award (Tahun 2012).
Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi
yang berjudul ”Evaluasi Penambahan Ragi Bir Saccharomyces cerevisiae
dalam Pakan terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Daya Tahan Tubuh Ikan
Mas Cyprinus carpio terhadap Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila”.
ABSTRAK
TIRA SILVIANTI. Evaluasi Penambahan Ragi Bir Saccharomyces cerevisiaedalam Pakan terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Daya Tahan Tubuh Ikan MasCyprinus carpio terhadap Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Dibimbing olehDEDI JUSADI dan DINAMELLA WAHJUNINGRUM
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ragi birS. cerevisiae dalam pakan terhadap kinerja pertumbuhan dan daya tahan tubuhikan mas C. carpio terhadap infeksi bakteri A. hydrophila. Penelitian dilakukandengan tiga kali ulangan, ikan yang digunakan yaitu ikan mas dengan bobot awalrata-rata 7,61±0,07 g. Ikan dipelihara dalam 15 akuarium dengan dimensi50x40x35 cm pada sistem resirkulasi, dengan padat penebaran 15 ekor/akuarium.Selama pemeliharaan ikan diberi pakan dengan penambahan ragi bir 0%, 3%, 6%,serta penambahan bioyeast 3%. Pada hari ke-48 dilakukan uji tantang dengan A.hydrophila (106 cfu/ml). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ragibir di dalam pakan memberikan pengaruh yang sama terhadap kinerjapertumbuhan ikan mas. Namun berdasarkan jumlah limbah yang dihasilkan akibatdari nilai efisiensi pakan, penambahan 6% ragi bir adalah perlakuan yangmenghasilkan limbah budidaya paling sedikit. Disisi lain, penambahan ragi birdan bioyeast pada seluruh kadar yang diujikan mampu menekan kematian ikanakibat infeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Dengan demikian, ragi bir palingbaik digunakan sebanyak 6% di dalam pakan ikan mas.
Kata kunci: ikan mas, ragi bir, pertumbuhan, Aeromonas hydrophila
ABSTRACT
TIRA SILVIANTI. Evaluation of Brewer’s Yeast Saccharomyces cerevisiae inthe Diet on Growth Performance and Body Endurance of Common Carp Cyprinuscarpio against Bacterial Infection of Aeromonas hydrophila. Supervised by DEDIJUSADI and DINAMELLA WAHJUNINGRUM
The objective of this research was to know the effect of brewer’s yeast S.cerevisiae in the diet on growth performance and resistance of common carp C.carpio against A. hydrophila infection. A triplicate experiment was conductedusing fish with an initial body weight of 7,61±0,07 g. Fish were stocked in50x40x35 cm recirculating aquaria at a density of 15 fish/aquaria. During rearingperiod, fish were fed on the diet contained brewer’s yeast of 0%, 3%, 6 %, or 3 %bioyeast, respectively. On day 48, the fish were infected with A. hydrophila (106
cfu/ml). The results showed that the growth performance of fish were the same inall treatments. However, based on the calculation of feeding efficiency, fish fed onthe diet containing 6% brewer’s yeast produced the minimal waste. On the otherhand, the mortality rate of infected fish was reduced when fish fed on the dietcontained either brewer’s yeast or bioyeast. It can be concluded that thesupplementation of 6% brewer’s yeast in the diet was suitable for common carp.
Keywords: common carp, brewer's yeast, growth, Aeromonas hydrophila
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR............................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xii
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 11.1 Latar Belakang.......................................................................... 11.2 Tujuan....................................................................................... 3
II. BAHAN DAN METODE ................................................................ 42.1 Persiapan Wadah....................................................................... 42.2 Pakan Uji .................................................................................. 4
2.2.1 Persiapan Ragi Bir dan Bioyeast ...................................... 42.2.2 Analisis Kimia................................................................. 6
2.3 Ikan Uji..................................................................................... 62.3.1Persiapan Ikan Uji ............................................................ 62.3.2 Uji LD50 .......................................................................... 72.3.3 Uji Tantang ..................................................................... 7
2.4 Parameter Uji............................................................................... 82.4.1 Jumlah Konsumsi Pakan (JKP) ........................................ 82.4.2 Retensi Protein (RP) ........................................................ 82.4.3 Retensi Lemak (RL) ........................................................ 92.4.4 Laju Pertumbuhan Harian (LPH) ..................................... 92.4.5 Efisiensi Pakan (EP) ........................................................ 92.4.6 Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH)............................... 102.4.7 Gejala Klinis Ikan............................................................ 10
2.5 Analisis Data ........................................................................... 10
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 113.1 Hasil ......................................................................................... 113.2 Pembahasan .............................................................................. 15
IV. KESIMPULAN .............................................................................. 214.1 Kesimpulan ............................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 22
LAMPIRAN ......................................................................................... 25
x
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Hasil proksimat ragi bir dan bioyeast ............................................. 4
2. Komposisi pakan uji ....................................................................... 5
3. Hasil proksimat pakan perlakuan .................................................... 5
4. Data kualitas air selama pemeliharaan ikan mas Cyprinus carpio .... 6
5. Jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein (RP), retensi lemak(RL), laju pertumbuhan harian (LPH), efisiensi pakan (EP), dantingkat kelangsungan Hidup (TKH) ikan mas selama 40 hari masapemeliharaan ...................................................................................... 12
6. Persentase ikan mati yang mengalami gejala klinis hiperemia danbusung perut ................................................................................... 15
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Peningkatan biomassa rata-rata ikan mas yang diberi pakanperlakuan ragi bir dengan kadar berbeda (0% ragi bir, 3% ragi bir,6% ragi bir dan 3% bioyeast) setelah dipelihara selama 40 hari ...... 11
2. Persentase tingkat kematian ikan per hari pasca infeksiA. hydrophila ................................................................................. 13
3. Tingkat kelangsungan hidup ikan mas di hari ke-10 pasca infeksibakteri A. hydrophila ...................................................................... 14
4. Gejala klinis ikan mas pasca infeksi bakteri A. hydrophila ............. 15
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Skema dan tata letak akuarium penelitian........................................ 26
2. Perhitungan nilai LD50 .................................................................... 26
3. Prosedur analisis proksimat (Watanabe, 1988) ................................. 27
3.1 Prosedur analisis kadar abu ...................................................... 27
3.2 Prosedur analisis kadar air ........................................................ 27
3.3 Prosedur analisis kadar serat kasar ............................................ 28
3.4 Prosedur analisis kadar protein ................................................. 28
3.5 Prosedur analisis kadar lemak ................................................... 30
4. Hasil Uji Statistik ........................................................................... 31
4.1 Jumlah konsumsi pakan selama 40 hari pemeliharaan ............... 31
4.2 Laju pertumbuhan harian selama 40 hari pemeliharaan ............. 31
4.3 Tingkat kelangsungan hidup selama 40 hari pemeliharaan ........ 32
4.4 Efisiensi pakan selama 40 hari pemeliharaan............................. 32
4.5 Hasil proksimat tubuh ikan mas selama 40 hari pemeliharaan ... 32
4.6 Perhitungan retensi protein selama 40 hari pemeliharaan .......... 33
4.7 Perhitungan retensi lemak selama 40 hari pemeliharaan ........... 34
5. Jumlah kematian ikan per hari pasca infeksi bakteri A. hydrophila ... 35
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selama ini sekitar 90% bahan baku pakan ikan yang beredar merupakan
impor. Untuk mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor, berbagai
penelitian telah dilakukan untuk mencari bahan baku alternatif, yakni bahan baku
lokal. Bahan baku lokal yang sudah diteliti sebagai bahan baku pakan antara lain
biji karet, biji kapuk, kulit singkong, palm kernel meal (PKM), kopra (Edriani,
2011), kulit buah kakao (Kurniansyah, 2012), bungkil kelapa (Zuraida, 2012),
tepung daun lamtoro (Fitriliyani, 2010). Hasil-hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa pemanfaatan berbagai bahan baku lokal berbasis bahan
nabati dihadapkan pada kendala adanya zat anti nutrisi, rendahnya kandungan
protein dan tingginya kandungan serat kasar yang menyebabkan kecernaan
rendah.
Cara yang telah dilakukan untuk menurunkan kandungan serat kasar yaitu
melalui proses hidrolisis atau fermentasi. Menurut penelitian yang telah dilakukan
Edriani (2011), proses fermentasi mampu mengubah komposisi nutrisi pada bahan
biji karet, biji kapuk, kulit singkong, PKM dan kopra dengan menggunakan
Saccharomyces cerevisiae. Selain itu, penggunaan enzim cairan rumen domba
telah banyak dilakukan untuk menurunkan serat kasar dan meningkatkan
kecernaan pada bungkil kelapa (Zuraida, 2012), kulit buah kakao (Kurniansyah,
2012) dan tepung daun lamtoro (Fitriliyani, 2010). Namun penggunaan S.
cerevisiae dan enzim cairan rumen domba untuk menurunkan serat kasar pada
penelitian tersebut masih belum efisien untuk aplikasi skala komersil. Hal ini
dikarenakan waktu fermentasi yang lama serta kendala dalam pengadaan rumen
cairan domba.
Selain itu, terdapat ragi komersial yang dikenal sebagai bioyeast, telah
banyak digunakan sebagai produk suplemen untuk pakan ikan dan ternak. Dalam
bobot kering bioyeast memiliki kandungan abu 15,30 %, protein 52,71 %, serat
kasar 18,44 %, lemak 7,94 % dan BETN 1,41%. Bioyeast juga telah digunakan
dalam formulasi pakan ikan budidaya yakni dalam penelitian Anggraeni (2011),
menggunakan 0,5 % bioyeast pada formulasi pakan ikan nila.
2
Bahan baku alternatif lain yang memiliki prospek sebagai bahan baku
pakan ikan adalah ragi bir S. cerevisiae. Ragi bir merupakan hasil produk samping
(limbah) dari industri pembuatan bir yang berpotensi digunakan sebagai bahan
baku pembuatan pakan ikan. Gabungan Industri Minuman Malt Indonesia
(GIMMI) mencatat produksi bir pada tahun 2011 berkisar 2.375.000 hektoliter
(Rosita, 2011). Sedangkan jumlah ragi bir (limbah) yang dihasilkan dari salah satu
produsen bir per hari yaitu mencapai 12 ton basah atau setara dengan 3 ton kering.
Ragi bir memiliki kandungan nutrisi cukup baik, karena mengandung
protein tinggi dan serat kasar rendah. Hasil proksimat awal dalam bobot kering,
ragi bir memiliki kandungan abu 5,89 %, protein 56,37 %, serat kasar 0,44 %,
lemak 1,29 % dan BETN 36,23%. Tingginya nilai protein dan rendahnya serat
kasar tersebut, memberi peluang ragi bir sebagai sumber protein di dalam pakan
bersama-sama bahan baku lain, seperti tepung kedelai, tepung ikan, meat bone
meal, dan lain-lain.
Penggunaan ragi bir hingga 30% dalam pakan dapat meningkatkan
efisiensi pakan untuk juvenil sea bass Dicentrarchus labrax berukuran 12 g
(Oliva-Teles dan Goncalves, 2001). Sedangkan ragi bir sebanyak 2% di dalam
pakan dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan, serta daya tahan
terhadap serangan penyakit pada juvenil hasil persilangan ikan striped bass
Morone chrysops dengan M. saxatilis (Li dan Gatlin, 2003).
Ragi bir juga berpotensi sebagai imunostimulan, karena mengandung
asam nukleat dan polisakarida non pati, termasuk β-1,3 glukan. β-1,3 glukan
efektif untuk meningkatkan fungsi imunitas dari beberapa spesies ikan budidaya
seperti pada african catfish dengan dosis 1 g/kg pakan (Yoshida et al., 1995).
Penelitian lainnya menunjukkan bahwa penambahan ragi bir dengan dosis 4-6%
dapat meningkatkan kekebalan non spesifik tubuh juvenil ikan pikeperch Sander
lucioperca (Jarmolowicz et al., 2011).
Berdasarkan uraian di atas, penelitian mengenai penambahan ragi bir
dalam pakan terhadap kinerja pertumbuhan dan daya tahan tubuh ikan mas
terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophila perlu dilakukan. Penggunaan
bioyeast (ragi komersil) sebagai pembanding dari ragi bir (limbah).
3
1.2 Tujuan
Mengevaluasi penambahan ragi bir Saccharomyces cerevisiae dalam
pakan terhadap kinerja pertumbuhan dan daya tahan tubuh ikan mas terhadap
infeksi bakteri Aeromonas hydrophila.
4
II. BAHAN DAN METODE
2.1 Persiapan Wadah
Prosedur penelitian melalui tahapan persiapan. Wadah budidaya ikan yang
digunakan adalah akuarium berukuran 50x40x35 cm sebanyak 15 buah dan satu
buah bak fiber berukuran 1.200 ℓ sebagai tandon. Akuarium dicuci hingga bersih
lalu diisi dengan air hingga volume 60 ℓ dan tandon diisi air hingga volume 1.000
ℓ. Selanjutnya dilakukan instalasi aerator pada setiap akuarium dan sistem
resirkulasi. Pada sistem resirkulasi digunakan filter berupa kapas filter, batu zeolit
dan karbon aktif. Sebelum digunakan untuk penelitian, dilakukan sterilisasi pada
media pemeliharaan berupa pemberian klorin sebanyak 30 ppm dan disterilisasi
dengan tiosulfat sebanyak 15 ppm. Setelah disterilisasi, air siap digunakan sebagai
media budidaya. Pada tandon diberikan heater untuk menjaga suhu air. Skema dan
tata letak akuarium dapat dilihat pada Lampiran 1.
2.2 Pakan Uji
2.2.1 Persiapan Ragi Bir dan Bioyeast
Ragi bir yang baru didapat dari industri dikeringkan di bawah sinar
matahari hingga terbentuk lapisan memadat, lalu dioven pada suhu 60 oC hingga
kering. Setelah kering, ragi bir dihaluskan hingga menjadi tepung dan siap
dicampur dalam formulasi pakan uji. Bioyeast merupakan ragi komersial yang
telah banyak dipasarkan sebagai produk suplemen untuk pakan ikan. Bioyeast
diperoleh dari pabrik pakan dalam bentuk serbuk siap pakai. Penggunaan bioyeast
dalam penelitian ini sebagai pembanding dari ragi bir. Hasil analisis proksimat ragi
bir dan bioyeast pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil proksimat ragi bir dan bioyeast
Bahan KadarAir
KadarAbu* Protein* Lemak* Serat
Kasar* BETN*
Ragi bir 5,49 5,89 56,37 1,29 0,44 36,23Bioyeast 4,20 15,30 52,71 7,94 18,44 1,41
Keterangan:*dalam bobot keringBETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Pakan uji dibuat dengan mencampurkan seluruh bahan pakan sesuai
dengan komposisi pakan pada Tabel 2. Setelah itu, bahan dicetak dan dikeringkan
5
dengan oven. Kemudian pakan yang telah dibuat, dianalisis proksimat untuk
mengetahui pemenuhan target protein, rasio energi protein, dan jumlah energi
pakan. Hasil proksimat pakan perlakuan pada penelitian ini disajikan pada Tabel
3.
Tabel 2. Komposisi pakan uji
Bahan BakuPakan Perlakuan (%)
0% Ragi Bir 3% Ragi bir 6% Ragi bir 3% BioyeastJagung 1,94 1,94 1,94 1,94Dedak 8,52 8,52 8,52 8,52Tepung Gandum 11,48 11,48 11,48 11,48Tapioka 20,00 20,00 20,00 20,00Tepung Kedelai 31,76 28,86 25,98 28,86Animal Pro 20,60 20,60 20,60 20,60Minyak Ikan 1,06 1,00 0,92 1,00Lisin 0,56 0,52 0,48 0,52Metionin 0,22 0,22 0,22 0,22Mineral Mix 2,62 2,62 2,62 2,62Vitamin 0,02 0,02 0,02 0,02Minyak Soya 1,22 1,22 1,22 1,22Ragi Bir 0,00 3,00 6,00 0,00Bioyeast 0,00 0,00 0,00 3,00Total (%) 100 100 100 100
Tabel 3. Hasil proksimat pakan perlakuan
ParameterPakan Perlakuan
0% Ragi Bir 3% Ragi bir 6% Ragi bir 3% BioyeastKadar air (%) 10,38 6,98 6,75 9,11Lemak (%) 8,10 6,58 8,30 8,27Protein (%) 28,23 28,97 29,40 28,64Serat kasar (%) 3,33 3,56 3,44 3,50Kadar abu (%) 11,43 10,91 11,28 11,03BETN (%) 38,53 43,00 40,83 39,45GE (kkal/100g)1 392,20 400,38 410,06 399,87c/p2 13,89 13,82 13,95 13,96
Keterangan :1) GE = Gross Energy (Watanabe, 1988)
1 g protein = 5,6 kkal GE1 g karbohidrat/BETN = 4,1 kkal GE1 g lemak = 9,4 kkal GE
2) c/p = rasio energi/protein
6
2.2.2 Analisis Kimia
Analisis proksimat dilakukan terhadap bahan, pakan dan ikan perlakuan.
Analisis proksimat yang dilakukan meliputi kadar protein, lemak, serat kasar, abu,
air, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Analisis proksimat dilakukan di
Laboratorium Nutrisi Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
Analisis proksimat untuk protein dilakukan dengan metode Kjeldahl,
lemak dengan metode Soxchlet dan metode Folch, abu dengan pemanasan sampel
dalam tanur bersuhu 600 oC, serat kasar menggunakan metode pelarutan sampel
dengan asam dan basa kuat serta pemanasan, dan kadar air dengan metode
pemanasan dalam oven bersuhu 105-110 oC (Watanabe, 1988). Prosedur analisis
proksimat pakan dan ikan dapat dilihat pada Lampiran 3.
2.3 Ikan Uji
2.3.1 Persiapan Ikan Uji
Ikan yang digunakan dalam penelitian ini berukuran 7,61±0,07 g. Ikan
diperoleh dari petani ikan di Desa Situdaun, Bogor. Ikan ditebar dalam akuarium
ukuran 50x40x35 cm dengan kepadatan 15 ekor per akuarium. Seluruh akuarium
beserta sebuah tandon dirangkai menjadi satu sistem resirkulasi. Di dalam tandon
air ukuran 1 ton disimpan 3 buah heater 350 watt, sehingga suhu di setiap
akuarium ada di kisaran 28-31 ºC. Pemeliharaan ikan uji pada penelitian
dilakukan selama 40 hari dengan diberi pakan uji. Pada hari ke-40 masa
pemeliharaan, seluruh ikan ditimbang untuk evaluasi pertumbuhan. Selanjutnya
pada hari ke-48 dilakukan uji tantang dengan cara injeksi bakteri A. hydrophila.
Selama pemeliharaan, ikan diberi pakan dengan metode at satiation
(pemberian pakan sekenyangnya) dengan frekuensi pemberian tiga kali sehari,
yaitu pukul 08.00 WIB, 12.00 WIB, dan 16.00 WIB. Kondisi kualitas air yang
diukur selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Data kualitas air selama pemeliharaan ikan mas Cyprinus carpio
Parameter Satuan Nilai Optimum (Boyd, 1982)Suhu ⁰C 28-31 25-30Disolved oksigen mg/ℓ 4,6-6,2 >5pH - 7,11-7,28 6,5-9Alkalinitas mg/ℓ 64-80 30-500TAN mg/ℓ 0,14-0,27 <2,4
7
2.3.2 Uji LD50
Letal Dosis 50% (LD50) adalah suatu besaran yang diturunkan secara
statistik, guna menyatakan dosis tunggal suatu senyawa yang diperkirakan dapat
mematikan atau menimbulkan efek toksik yang berarti pada 50% hewan coba
setelah perlakuan (Sulastry, 2009). Hal ini penting untuk mengetahui konsentrasi
bakteri yang digunakan untuk melakukan uji tantang. Uji tantang dengan
menggunakan bakteri A. hydrophila yang diperoleh dari Laboratorium Kesehatan
Ikan Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor. Bakteri yang
diujikan diregenerasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Bakteri stok dari kultur
primer digores ulang pada cawan petri dengan goresan kuadran. Koloni tunggal
dan homogen yang terbentuk diambil sebanyak satu ose, lalu diinokulasikan ke
dalam tabung yang berisi 10 ml media Trypticase Soy Broth (TSB). Selanjutnya
bakteri diinkubasi selama 24 jam pada suhu 29 oC dalam inkubator bergoyang
(shaker).
Ikan uji yang digunakan dalam LD50 ini berukuran 12,71±1,59 g, setiap
akuarium diisi sebanyak 8 ekor ikan. Ikan dipelihara dalam 8 buah akuarium
berukuran 50x40x35 cm, dengan ulangan sebanyak 2 kali. Pada uji LD50, A.
hydrophila yang digunakan dikultur pada media Trypticase Soy Broth (TSB),
kemudian dicuci dengan menggunakan Posphat Buffer Saline (PBS) sebanyak 2
kali. Bakteri disuntikkan ke ikan dengan kepadatan 105 sampai 108 cfu/ml secara
intraperitonial sebanyak 0,1 mℓ/ekor ikan. Pengamatan dilakukan dengan
menghitung jumlah ikan yang masih hidup dan yang mati sampai hari ke sepuluh.
Kemudian dilakukan penghitungan untuk mengetahui LD50, yaitu konsentrasi
pada waktu ikan mati sebanyak 50% dari populasi (EHSC, 2001). Berdasarkan uji
patogenitas dengan menghitung LD50 didapatkan konsentrasi bakteri yang
mendekati kematian 50% dari populasi ikan mas selama sepuluh hari adalah
bakteri dengan kepadatan 106 cfu/mℓ (Lampiran 2).
2.3.3 Uji Tantang
Uji tantang dilakukan untuk mengetahui tingkat ketahanan tubuh ikan
setelah diberi pakan perlakuan ragi bir selama 47 hari dengan melihat
kelangsungan hidup ikan mas setelah diinfeksi A. hydrophila. Perlakuan pada saat
uji tantang yaitu :
8
1. K+ (kontrol positif) : perlakuan ragi bir 0%, diinjeksi A. hydrophila
2. K- (kontrol negatif) : perlakuan ragi bir 0%, diinjeksi PBS
3. 3% RB : perlakuan ragi bir 3%, diinjeksi A. hydrophila
4. 6% RB : perlakuan ragi bir 6%, diinjeksi A. hydrophila
5. 3% BY : perlakuan bioyeast 3%, diinjeksi A. hydrophila
Ikan yang digunakan yaitu berukuran 13,20±1,43 g sebanyak 10 ekor ikan
per akuarium yang dipelihara pada akuarium berukuran 50x40x35 cm. Setiap
perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Ikan diinfeksi dengan A. hydrophila pada hari
ke-48 dengan dosis LD50. Selama uji tantang berlangsung resirkulasi dihentikan,
namun ikan tetap diberi pakan sesuai perlakuan. Gejala klinis diamati setiap hari
setelah ikan diinfeksi dengan A. hydrophila.
2.4 Parameter Uji
2.4.1 Jumlah Konsumsi Pakan (JKP)
Pengukuran JKP ditentukan dengan menimbang jumlah pakan yang
diberikan dikurangi jumlah pakan yang tidak dimakan selama 40 hari pemberian
pakan uji.
JKP = Pm - Pt
Keterangan :
JKP = Jumlah konsumsi pakan (g)
Pm = Jumlah pakan yang diberikan (g)
Pt = Jumlah pakan yang tidak dimakan (g)
2.4.2 Retensi Protein (RP)
Nilai retensi protein dihitung dengan persamaan sebagai berikut (Halver,
1989) :
RP = [(FP - I)/P] x 100%
Keterangan :
RP = Retensi protein (%)
FP = Jumlah protein ditubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g)
I = Jumlah protein ditubuh ikan pada awal pemeliharaan (g)
P = Jumlah protein yang dikonsumsi ikan (g)
9
2.4.3 Retensi Lemak (RL)
Nilai retensi lemak dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut (Takeuchi, 1988):
RL = [(FL - I)/L] x 100%
Keterangan :
RL = Retensi lemak (%)
FL = Jumlah lemak pada tubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g)
I = Jumlah lemak pada tubuh ikan pada awal pemeliharaan (g)
L = Jumlah lemak yang dikonsumsi ikan (g)
2.4.4 Laju Pertumbuhan Harian (LPH)
Pengukuran LPH ikan uji dihitung menggunakan persamaan berikut
(Huisman, 1990):
LPH =
1t
wo
wt%100
Keterangan:
LPH = Laju pertumbuhan harian
wt = Rata-rata bobot individu akhir pemeliharaan (g)
wo = Rata-rata bobot individu awal pemeliharaan (g)
t = Lama waktu pemeliharaan (hari)
2.4.5 Efisiensi Pakan (EP)
Nilai efisiensi pakan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut (Takeuchi, 1988):
EP = {[(Wt + D) - Wo] / F} x 100%
Keterangan :
EP = Efisiensi pakan (%)
F = Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (g)
Wt = Biomassa akhir pemeliharaan (g)
Wo = Biomassa awal pemeliharaan (g)
D = Biomassa ikan mati (g)
10
2.4.6 Tingkat Kelangsungan Hidup atau (TKH)
Kelangsungan hidup ikan diamati selama 40 hari pemeliharaan ikan (pra
infeksi bakteri) dan selama 10 hari pemeliharaan ikan (pasca infeksi bakteri).
Kelangsungan hidup ikan dapat diketahui dengan persamaan sebagai berikut:
TKH = [Nt / No] x 100%
Keterangan :
TKH = Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah ikan akhir pemeliharaan (ekor)
No = Jumlah ikan awal pemeliharaan (ekor)
2.4.7 Gejala Klinis Ikan
Gejala klinis diamati setiap hari setelah ikan diinfeksi dengan A. hydrophila
selama 10 hari. Gejala klinis yang diamati adalah kemerahan pada bagian tubuh
(hiperemia) dan pembengkakan rongga perut (busung perut). Persentase gejala
klinis dapat diketahui dengan persamaan sebagai berikut:
GK = [Gt / Go] x 100%
Keterangan :
GK = Gejala klinis (%)
Gt = Jumlah ikan yang mengalami gejala klinis akhir pemeliharaan (ekor)
Go = Jumlah ikan awal pemeliharaan (ekor)
2.5 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri
dari 4 pakan perlakuan dengan 3 ulangan. Seluruh data yang diperoleh diolah
menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0.
11
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Penggunaan ragi pada pakan uji dengan kadar berbeda, yaitu 0% ragi bir
(kontrol), 3% ragi bir, 6% ragi bir, dan 3% bioyeast yang diberikan selama 40
hari, menunjukkan pertumbuhan ikan mas. Hal ini ditandai dengan peningkatan
biomassa ikan mas pada setiap perlakuan. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada
Gambar 1.
Keterangan: Huruf yang berbeda pada grafik menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata(p<0,05).
Gambar 1. Peningkatan biomassa rata-rata ikan mas yang diberi pakan perlakuanragi bir dengan kadar berbeda (0% ragi bir, 3% ragi bir, 6% ragi birdan 3% bioyeast) setelah dipelihara selama 40 hari.
Peningkatan biomassa ikan mas di Gambar 1 menunjukkan hasil yang
tidak berbeda secara signifikan pada setiap perlakuan. Perlakuan ragi bir 6%
memiliki nilai peningkatan yang paling besar dibandingkan perlakuan lainnya
yaitu sebesar 81%. Kemudian untuk perlakuan lainnya, yaitu kontrol, 3% ragi bir,
dan 3% bioyeast secara berturut-turut terjadi peningkatan biomassa ikan sebesar
56%, 44%, dan 71%.
115,28 117,49 112,69 114,75
179,80169,41
204,43196,57
0,00
50,00
100,00
150,00
200,00
250,00
K 3%RB 6%RB 3%BY
Biom
asaa
rat
a-ra
ta (g
)
Perlakuan
awal pemeliharaan
akhir pemeliharaan
a aa a a a aa
12
Tabel 5. Jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein (RP), retensi lemak (RL),laju pertumbuhan harian (LPH), efisiensi pakan (EP), dan tingkatkelangsungan hidup (TKH) ikan mas selama 40 hari masa pemeliharaan
Parameter UjiPerlakuan
K 3% RB 6% RB 3% BY
JKP (g) 201,59±6,6a 190,11±6,48 a 205,88±9,06 a 195,78±30,53 a
RP (%) 12,72±3,74 a 10,87±2,21 a 17,14±2,64 a 18,77±6,57 a
RL (%) 9,53±2,84 a 10,68±2,15a 19,76±2,43b 20,18±5,54b
LPH (%) 1,10±0,25 a 1,35±0,28 a 1,67±0,06 a 1,44±0,35 a
EP (%) 38,03±11,74 a 40,48±8,62 a 50,68±0,89 a 43,72±11,94 a
TKH (%) 86,67±17,64 a 84,45±3,85 a 93,33±6,67 a 95,56±7,7 a
Keterangan: Nilai yang tertera merupakan nilai rata-rata ± standar deviasi. Huruf superskrip di belakang nilaistandar deviasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata(p<0,05).
Tabel 5 menunjukkan penggunaan ragi bir dan bioyeast pada pakan
dengan dosis yang berbeda memberikan hasil yang tidak berbeda secara signifikan
terhadap perlakuan kontrol (0% ragi bir) pada parameter jumlah konsumsi pakan,
retensi protein, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, dan tingkat
kelangsungan hidup. Sedangkan penambahan dosis 6% ragi bir dan 3% bioyeast
memberikan hasil yang berbeda secara signifikan dibandingkan kontrol (0% ragi
bir) pada parameter retensi lemak. Uji statistik disajikan pada Lampiran 4.
Akumulasi kelangsungan hidup dihitung 10 hari pasca uji tantang.
Persentase tingkat kematian ikan per hari pasca infeksi A. hydrophila yang
diamati selama 10 hari dapat dilihat pada Gambar 2. Tingkat kelangsungan hidup
ikan di hari ke-10 pasca infeksi dapat dilihat pada Gambar 3. Sedangkan jumlah
kematian ikan per hari setiap ulangan disajikan dalam Lampiran 5.
13
Gambar 2. Persentase tingkat kematian ikan per hari pasca infeksi A. hydrophila.
Pada Gambar 2 terlihat bahwa pasca infeksi dengan bakteri A. hydrophila,
pada perlakuan kontrol negatif tidak terjadi kematian selama 10 hari. Sementara di
perlakuan kontrol positif terjadi kematian sangat tinggi pada hari ke-2 sebesar
40%. Kematian mencapai 50% hingga hari ke-6 dan selanjutnya tidak ditemukan
kematian hingga hari ke-10. Sedangkan pada perlakuan 3% ragi bir, 6% ragi bir
dan 3% bioyeast tingkat kematian jauh sangat rendah yakni sebesar 6,67%, 6,67%
dan 3,33% (Gambar 3). Dengan demikian penambahan ragi bir dan bioyeast
mampu meningkatkan daya tahan tubuh ikan, sehingga tingkat kematian ikan
akibat serangan A. hydrophila bisa ditekan. Adapun gejala klinis ikan yang mati
terdapat pada Gambar 4.
0,00
13,33
40,00
46,6750,00
6,673,33
6,673,33
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tin
gkat
kem
atia
n (%
)
Hari pasca infeksi
K+
K-
3%RB
6%RB
3%BY
14
Keterangan : Huruf yang berbeda pada grafik menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata(p<0,05).
Gambar 3. Tingkat kelangsungan hidup ikan mas di hari ke-10 pasca infeksi A.hydrophila.
Gejala klinis yang ditimbulkan pada ikan yang mati akibat infeksi bakteri
A. hydrophila pada ikan mas yaitu munculnya warna kemerahan (hiperemia) pada
berbagai bagian tubuh ikan, seperti perut, operkulum dan pangkal sirip dan
busung perut (Gambar 4). Gejala awal yang muncul saat ikan terserang infeksi A.
hydrophila yaitu ikan mas mulai tidak mau makan dan berada di permukaan air.
Ikan kontrol negatif yang disuntikkan PBS hanya menunjukkan gejala awal
berupa tidak nafsu makan selama dua hari. Pada hari ketiga, ikan kontrol negatif
sudah terlihat normal dan bisa merespon pakan yang diberikan dengan baik.
Jumlah ikan yang mengalami gejala klinis dapat dilihat pada Tabel 6.
50 17,32
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
K+
Tin
gkat
Kel
angs
unga
n H
idup
(%
)
a b b b b
14
Keterangan : Huruf yang berbeda pada grafik menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata(p<0,05).
Gambar 3. Tingkat kelangsungan hidup ikan mas di hari ke-10 pasca infeksi A.hydrophila.
Gejala klinis yang ditimbulkan pada ikan yang mati akibat infeksi bakteri
A. hydrophila pada ikan mas yaitu munculnya warna kemerahan (hiperemia) pada
berbagai bagian tubuh ikan, seperti perut, operkulum dan pangkal sirip dan
busung perut (Gambar 4). Gejala awal yang muncul saat ikan terserang infeksi A.
hydrophila yaitu ikan mas mulai tidak mau makan dan berada di permukaan air.
Ikan kontrol negatif yang disuntikkan PBS hanya menunjukkan gejala awal
berupa tidak nafsu makan selama dua hari. Pada hari ketiga, ikan kontrol negatif
sudah terlihat normal dan bisa merespon pakan yang diberikan dengan baik.
Jumlah ikan yang mengalami gejala klinis dapat dilihat pada Tabel 6.
50 17,32
100 0,00 93,33 5,77 93,33 5,77 96,67 5,77
K- 3%RB 6%RB 3%BY
Perlakuan
a b b b b
14
Keterangan : Huruf yang berbeda pada grafik menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata(p<0,05).
Gambar 3. Tingkat kelangsungan hidup ikan mas di hari ke-10 pasca infeksi A.hydrophila.
Gejala klinis yang ditimbulkan pada ikan yang mati akibat infeksi bakteri
A. hydrophila pada ikan mas yaitu munculnya warna kemerahan (hiperemia) pada
berbagai bagian tubuh ikan, seperti perut, operkulum dan pangkal sirip dan
busung perut (Gambar 4). Gejala awal yang muncul saat ikan terserang infeksi A.
hydrophila yaitu ikan mas mulai tidak mau makan dan berada di permukaan air.
Ikan kontrol negatif yang disuntikkan PBS hanya menunjukkan gejala awal
berupa tidak nafsu makan selama dua hari. Pada hari ketiga, ikan kontrol negatif
sudah terlihat normal dan bisa merespon pakan yang diberikan dengan baik.
Jumlah ikan yang mengalami gejala klinis dapat dilihat pada Tabel 6.
96,67 5,77
3%BY
a b b b b
15
Keterangan: (a), (b), (c) dan (d) yaitu kemerahan (hiperemia) pada sirip dada, sirip perut, operculum dansirip ekor, (e) busung perut.
Gambar 4. Gejala klinis ikan mas pasca infeksi bakteri A. hydrophila.
Tabel 6. Persentase ikan mati yang mengalami gejala klinis hiperemia dan busungperut
PerlakuanGejala klinis (%)
Tubuh memerah(Hiperemia)
Busung perut
Kontrol Positif 40,00±10,00 23,33±15,28Kontrol Negatif 0,00±0,00 0,00±0,00
3% Ragi Bir 6,67±5,77 6,67±5,776% Ragi Bir 3,33±5,77 3,33±5,773% Bioyeast 3,33±5,77 0,00±0,00
Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa ikan pada perlakuan kontrol positif
menunjukkan gejala klinis yang jauh lebih banyak yaitu 40,00±10,00%
menunjukkan hiperemia dan 23,33±15,28% busung perut. Sedangkan ikan di
perlakuan lainnya (3% ragi bir, 6% ragi bir dan 3% bioyeast) hanya sedikit yang
menunjukkan gejala tersebut; bahkan perlakuan kontrol negatif tidak
menunjukkan gejala klinis.
3.2 Pembahasan
Penambahan ragi bir dengan dosis yang berbeda pada pakan ikan mas
menunjukkan adanya peningkatan kinerja pertumbuhan. Pertumbuhan ikan uji
terlihat secara kuantitatif dengan adanya penambahan bobot tubuh. Penambahan
bobot tersebut menunjukan bahwa ikan mampu mencerna pakan dan menyerap
semua nutrien yang terkandung dalam pakan dan mengkonversinya menjadi
energi.
a
d
e
c
b
16
Persentase penambahan biomassa ikan meningkat seiring dengan lamanya
waktu pemeliharaan. Berdasarkan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini,
biomassa akhir yang dihasilkan pada semua perlakuan tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan. Perlakuan 6% ragi bir memiliki nilai peningkatan yang
paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya yaitu sebesar 81%. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin besar dosis ragi yang ditambahkan maka biomassa
akhir yang dihasilkan akan semakin besar pula, selama dosis ragi bir masih dalam
batas toleransi ikan tersebut. Hasil penelitian Li dan Gatlin (2003)
memperlihatkan bahwa suplementasi ragi bir sebesar 1% dan 2% pakan dapat
menghasilkan biomassa akhir lebih besar dibandingkan dengan kontrol pada ikan
striped bass.
Peningkatan biomassa rata-rata pada penelitian ini sejalan dengan
peningkatan laju pertumbuhan harian. Laju pertumbuhan harian tidak
menunjukkan hasil yang berbeda secara signifikan pada semua perlakuan. Namun,
hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis ragi yang diberikan makan laju
pertumbuhan hariannya semakin besar pula. Pertambahan biomassa dan laju
pertumbuhan harian yang tinggi pada perlakuan 6% ragi bir, diikuti dengan
jumlah konsumsi pakan yang paling tinggi pada perlakuan tersebut.
Jumlah konsumsi pakan pada semua perlakuan menunjukkan nilai yang
tidak berbeda secara signifikan terhadap perlakuan kontrol. Hal ini menandakan
bahwa pakan memiliki nilai palatabilitas yang sama. Sesuai dengan hasil
penelitian Olivia-Tales dan Goncalves (2001) bahwa penambahan ragi bir hingga
50% pada ikan sea bass tidak mempengaruhi palatabilitas pakan atau jumlah
konsumsi pakan. Namun, nilai jumlah konsumsi pakan tertinggi yaitu pada
perlakuan 6% ragi sebesar 205,88±9,06 g.
Tingginya jumlah konsumsi pakan diduga karena ragi bir mengandung
mannan, nukleotida dan β glucan sebagai substrat mikro flora dalam usus
sehingga dapat merangsang bakteri usus untuk memproduksi enzim pencernaan
secara intensif. Hal ini didukung dengan Ghosh et al. (2005) bahwa penambahan
ekstrak ragi pada pakan benih ikan rohu Labeo rohita hingga 0,2% dapat
memproduksi enzim ekstraseluler (protease dan amilase) oleh mikroflora usus dan
membantu dalam pemanfaatan pakan lebih baik. Sehubungan dengan hasil Ghosh
17
et al. (2005), maka pada perlakuan 6% ragi bir, pencernaan ikan bekerja lebih
baik, sehingga penyerapan protein dan energi dari pakan untuk tumbuh menjadi
lebih besar, pada gilirannya laju pertumbuhan menjadi lebih baik. Manoppo
(2011) menyebutkan bahwa peningkatan pertumbuhan udang vaname terjadi
karena nukleotida dan β–glukan yang ditambahkan dalam pakan dapat
meningkatkan nafsu makan sehingga efisiensi dan pengambilan pakan meningkat.
Retensi protein secara tidak langsung menggambarkan jumlah protein
pakan yang dikonsumsi dan digunakan untuk pertumbuhan dan membangun
jaringan protein tubuh (Halver, 1989). Nilai retensi protein pada penelitian tidak
berbeda secara signifikan pada semua perlakuan yakni berkisar antara 10,87-
18,77% (Tabel 5). Hasil retensi protein yang tidak berbeda tersebut diduga bahwa
pada ikan perlakuan, protein yang tersimpan di dalam tubuh lebih banyak
digunakan untuk tumbuh dibandingkan untuk kegiatan aktivitas dan metabolisme.
Lemak merupakan penyumbang energi paling besar dibandingkan dengan
energi yang dikandung protein dan karbohidrat. Nilai retensi lemak yang
diperoleh pada penelitian berkisar 9,53-20,18%. Hasil penelitian menunjukkan
nilai retensi lemak pada perlakuan 6% ragi bir dan 3% bioyeast memberikan nilai
yang berbeda secara signifikan dari perlakuan lainnya. Hal tersebut menunjukkan
bahwa sumbangan lemak yang berasal dari pakan banyak disimpan dalam tubuh
sementara pada perlakuan lainnya (0% dan 3% ragi bir) lemak lebih banyak
digunakan untuk kegiatan metabolisme sehingga lemak yang tersimpan didalam
tubuh lebih sedikit.
Efisiensi pakan menggambarkan banyaknya pakan yang dikonsumsi ikan
selanjutnya digunakan untuk pertumbuhan ikan. Efisiensi pakan yang diperoleh
pada penelitian ini berkisar 38,03-50,68%. Nilai tersebut tidak memberikan
pengaruh yang signifikan pada semua perlakuan. Akan tetapi, penambahan 6%
ragi bir memberikan nilai efisiensi pakan sebesar 50,68±0,89%. Ini mengandung
makna bahwa 50,68% dari pakan yang dikonsumsi oleh ikan digunakan sebagai
energi untuk pertumbuhannya, sedangkan sisanya 49,32% merupakan limbah
yang terbuang. Di sisi lain, pada nilai efisiensi pakan 38,03±11,74% (0% ragi bir),
maka limbah yang dihasilkan adalah sebesar 61,97%. Dengan demikian, semakin
tinggi nilai efisiensi pakan, maka limbah yang dihasilkan semakin rendah.
18
Semakin tinggi limbah pada media pemeliharaan dalam jangka panjang, dapat
menyebabkan ikan stres, kerusakan insang atau jaringan (Charo-Karisa et al.,
2006) bahkan kematian pada ikan.
Tingkat kelangsungan hidup ikan mas pada penelitian menunjukkan hasil
yang tidak berbeda secara signifikan pada semua perlakuan (Tabel 5). Hal ini
menandakan bahwa ragi bir tidak memberikan pengaruh yang negatif pada
kelangsungan hidup dan dapat digunakan sebagai sumber protein dalam pakan
ikan mas. Didukung dengan kondisi media perairan selama pemeliharaan dijaga
melalui penyiponan dan penggantian air setiap hari untuk menciptakan kondisi air
yang baik bagi ikan. Data kualitas air dapat dilihat pada Tabel 4.
Bakteri uji yang digunakan untuk uji tantang sudah dipastikan adalah
bakteri A. hydrophila. Hasil dari LD50 menunjukkan bakteri A. hydrophila dengan
kepadatan 106 cfu/mℓ dapat mematikan 50% dari populasi ikan mas. Hal ini
menunjukkan bahwa bakteri dengan kepadatan 106 cfu/mℓ layak digunakan untuk
uji tantang. Uji tantang ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari pakan
perlakuan yang diberikan terhadap kelangsungan hidup dan gejala klinis pada ikan
yang ditimbulkan oleh infeksi bakteri A. hydrophila.
Perlakuan kontrol negatif tidak menunjukkan gejala klinis. Perlakuan ini
hanya mengalami stres selama dua hari pasca infeksi dan tidak terjadi kematian.
Hal ini dikarenakan, pada perlakuan ini ikan tidak diinjeksi dengan menggunakan
bakteri A. hydrophila melainkan menggunakan PBS. Sehingga kelangsungan
hidup yang dihasilkan 100±0.00% (Gambar 3) sampai akhir pemeliharaan. Pada
perlakuan kontrol positif, terjadi kematian sangat tinggi pada hari ke-2 sebesar
40%, kematian mencapai 50% hingga hari ke-6 dan selanjutnya tidak ditemukan
kematian hingga hari ke-10.
Ikan mas yang mati pasca infeksi bakteri pada perlakuan kontrol positif
mengalami gejala klinis seperti munculnya warna kemerahan (hiperemia) dengan
persentase sebanyak 40% pada berbagai bagian tubuh ikan seperti perut,
operkulum dan pangkal sirip, serta busung perut sebanyak 23,33% (Gambar 4 dan
Tabel 6). Hal ini sesuai dengan Swann dan White (1989), yang menyatakan
bahwa ikan yang terinfeksi dengan A. hydrophila memiliki gejala klinis seperti
adanya kematian mendadak pada ikan, kurangnya nafsu makan, kelainan renang,
19
insang berwarna pucat, tubuh kembung, dan ulser pada kulit. Selain itu Maulina et
al. (2006), menyatakan bahwa ikan yang terinfeksi A. hydrophila mengalami
gejala klinis berupa sirip ekor, sirip dada, dan sirip perut rusak, ikan lemah, dan
pada permukaan tubuh terdapat bagian-bagian yang berwarna merah (hiperemia).
Gejala yang timbul dikarenakan tidak adanya imunostimulator yang dapat
meningkatkan kekebalan tubuh. Sehingga kelangsungan hidup yang dihasilkan
hanya sebesar 50,00±15,72% (Gambar 3).
Perlakuan 3% ragi bir, 6% ragi bir dan 3% bioyeast tingkat kematian dan
persentase gejala klinis yang ditimbulkan jauh sangat rendah dibandingkan
dengan perlakuan kontrol positif yakni sebesar 3,33-6,67%. Kelangsungan hidup
ikan pasca infeksi pada perlakuan tersebut menunjukkan nilai cukup tinggi yakni
dengan nilai berturut-turut sebesar 93,33±5,77%, 93,33±5,77%, dan 96,67±5,77%
(Gambar 3). Hal ini diduga pakan ragi bir maupun bioyeast mengandung
imunostimulator seperti asam nukleat dan β glukan yang dapat meningkatkan
kekebalan tubuh non spesifik ikan.
Siwicki et al. (1994), menyatakan bahwa ragi bir Saccharomyces
cerevsiae adalah produk dari industri pembuatan bir yang mengandung berbagai
senyawa imunostimulan seperti β glucan, asam nukleat, mannan oligosakarida dan
sedikit kitin. Senyawa imunostimulan tersebut telah terbukti untuk meningkatkan
respon kekebalan tubuh.
Mekanisme kerja β glucan dalam ragi yaitu melalui fagositosis dengan
cara mengaktifkan sel-sel darah putih, seperti makrofag, granulosit dan monosit,
bertanggung jawab untuk pertahanan terhadap infeksi, dan membantu
memperbaiki jaringan yang rusak. β glucan menginduksi sekresi molekul sitokin
yang merangsang pembentukan sel darah putih baru (Raa, 1996 dalam Andews et
al., 2011). Induksi diduga karena β glucan dikenali oleh reseptor yang terdapat
pada permukaan sel-sel fagosit. Sehingga sel fagosit menjadi lebih aktif dalam
melakukan fagositosis terhadap patogen atau partikel asing (Manoppo, 2011).
Penelitian ini menunjukkan bahwa pada dosis ragi bir 3% dan 6% dalam
pakan, masih memberikan pengaruh daya tahan tubuh yang optimal atau belum
terjadi kelebihan dosis yang dapat menyebabkan immunosuppression. Sehingga
tubuh ikan mas masih bertahan terhadap infeksi bakteri A. hydrophila, persentase
20
kelangsungan hidup ikan tinggi dan kematian dapat menurun secara signifikan.
Hal ini sesuai dengan Sahan dan Duman (2010) yang menyatakan bahwa
pemberian β glucan dengan dosis yang terlalu tinggi menyebabkan over dosis dan
immunosupression pada ikan, sehingga akan menurunkan sistem kekebalan non
spesifik ikan.
21
IV. KESIMPULAN
Penambahan ragi bir di dalam pakan memberikan pengaruh yang sama
dengan kontrol terhadap kinerja pertumbuhan ikan mas. Namun berdasarkan
jumlah limbah yang dihitung dari nilai efisiensi pakan, penambahan 6% ragi bir
adalah perlakuan terbaik. Di sisi lain, penambahan ragi bir dan bioyeast pada
seluruh kadar yang diujikan mampu menekan kematian ikan akibat infeksi bakteri
Aeromonas hydrophila.
22
DAFTAR PUSTAKA
Andews S. R., Sahu N. P., Pal A.K., Mukherjee S.C., Kumar S. 2011. Yeastextract, brewer’s yeast and spirulina in diets for Labeo rohita fingerlingsaffect haemato-immunological responses and survival following Aeromonashydrophila challenge. India. Research in Veterinary Science 91: 103–109.
Anggraeni S. 2011. Penggunaan wheat bran sebagai bahan baku alternatifpengganti jagung pada pakan ikan nila Oreochromis niloticus. [Skripsi].Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,Institut Pertanian Bogor.
Boyd and Linchtkoppler F. 1982. Water Quality Development series no 22.International Center for Aquaculture. Aquaculture Experiment Station.Auburn. Alabama.
Charo-Karisa H., Komen H., Reynolds S., Rezk M.A., Ponzoni R., Bovenhuis H.2006. Genetic and environmental factors affecting growth of nile tilapia(Oreochromis niloticus) juveniles: modeling spatial correlations betweenhapas. Aquaculture 255, 586–596.
Edriani G. 2011. Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk, kulitsingkong, palm kernel meal, dan kopra yang ifermentasi olehSaccharomyces cerevisiae pada pakan juvenil ikan mas Cyprinus carpio.[Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan, Institut Pertanian Bogor.
EHSC [Environment, health and safety committee]. 2001. LD50 (Lethal dose50%). Environment, health and safety committee [EHSC]. London.
Fitriliyani I. 2010. Peningkatan kualitas nutrisi tepung daun lamtoro denganpenambahan ekstrak enzim cairan rumen domba pada pakan ikan nilaOreochromis sp. [Disertasi]. Program Pascasarjana, Institut PertanianBogor.
Ghosh K., Sukanta K. S., Arun K. R. 2005. Feed utilization efficiency and growthperformance in rohu, Labeo rohita (Hamilton, 1822), fingerlings fed yeastextract powder supplemented diets. Acta Ichthyol, Piscat. 35 (2): 111-117.
Halver J. E. 1989. Fish Nutrition. Second edition. Academy Press Inc, New York.
Huisman E. A. 1990. Principles of Fish Production. Wageningen AgricultureUniversity: The Netherland.
Jarmolowicz S., Zakes Z., Siwicki A., Kowalska A., Hopko M., Glabski E.,Demska Z. and Partyka K. 2011. Effects of brewer’s yeast extract on growthperformance and healt of juvenil pikeperch Sander lucioperca (L.).Aquaculture Nutrition: 1-8.
23
Kurniansyah A. 2012. Uji efektifitas penambahan enzim cairan rumen dombaterhadap penurunan serat kasar dan nilai kecernaan kulit buah kakao sebagaibahan pakan ikan nila. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Li P. dan Gatlin D.M. 2003. Evaluation of brewers yeast (Saccharomycescerevisiae) as a feed supplement for hybrid striped bass (Morone chrysops xM. saxatilis). Aquaculture 219, 681–692.
Manoppo H. 2011. Peran nukleotida sebagai imunostimulan terhadap respon imunnonspesifik dan resistensi udang vaname (Litopenaeus vannamei).[Disertasi]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Maulina I., Kiki H., Junianto. 2006. Pengaruh meniran dalam pakan untukmencegah infeksi bakteri Aeromonas sp. pada benih ikan mas (Cyprinuscarpio). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjajaran.Bandung.
Oliva-Teles A. dan Goncalves P. 2001. Partial replacement of fishmeal bybrewers yeast (Saccaromyces cerevisae) in diets for sea bass (Dicentrarchuslabrax) juveniles. Aquaculture 202: 269–278.
Rosita M. 2011. Konsumsi minuman beralkohol.http://industri.kontan.co.id/xml/tahun-berganti-konsumsi-bir-meningkat-15%-kontan-online. [25 Februari 2012].
Sahan A dan Duman S. 2010. Effect of β glucan on haematology of common carp(Cyprinus carpio) infected by ectoparasites. Mediterranean AquacultureJournal. 1(1): 1-7.
Siwicki A. K., Anderson D. P., Rumsey G. L. 1994. Dietary intake ofimmunostimulants by rainbow trout affects non-specific immunity andprotection against furunculosis. Veterinary immunology andimmunopathology 41, 125-139.
Sulastry F. 2009. Uji toksisitas akut yang diukur dengan penentuan LD50 ekstrakdaun pegagang (Centella asiatica (L.) Urban) terhadap mencit balb/C.[Skripsi]. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Semarang.
Swann L. dan White M. R. 1989. Diagnosis and treatment of Aeromonashydrophila of fish. Aquaculture extention. Purdue University.
Takeuchi T. 1988. Laboratory Work- Chemical evaluation of dietary nutrients, P179 – 233 In T, Watanabe, Editor. Fish Nutrition and Mariculture.Departement of Aquatic Bioscience. Tokyo University of Fisheries.
Watanabe T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. Department of AquaticBiosience. Tokyo University of Fisheries. JICA.
24
Yoshida T., Kruger R., Inglis V. 1995. Augmentation of non-specific protectionin African catfish, Clarias gariepinus (Burchell), by the long-term oraladministration of immunostimulants. Journal of fish diseases 18: 195-198.
Zuraida. 2012. Efektivitas penggunaan enzim cairan rumen domba terhadappenurunan serat kasar dan peningkatan kecernaan bungkil kelapa sebagaipakan ikan nila merah Oreochromis sp. [Tesis]. Program Pascasarjana,Institut Pertanian Bogor.
25
LAMPIRAN
26
Lampiran 1. Skema dan tata letak akuarium penelitian
3%
BY1
K+3
3%
RB1
K+2
3%
RB3
K-3
6%
RB1
K-2
3%
BY2
6%
RB2
K-1
6%
RB3
K+1
3%
BY3
3%
RB2
Keterangan :K+ = perlakuan ragi bir 0%, diinjeksi A. hydrophilaK- = perlakuan ragi bir 0%, diinjeksi PBS3% RB = perlakuan ragi bir 3%, diinjeksi A. hydrophila6% RB = perlakuan ragi bir 6%, diinjeksi A. hydrophila3% BY = perlakuan bioyeast 3%, diinjeksi A. hydrophilaT = tandon1,2,3 = ulangan perlakuan
Lampiran 2. Perhitungan nilai LD50
Bakteri PengenceranJumlah
ikanJumlah
matiJumlahhidup
TotalKematian
%Kematian
Aha
108 8 8 0 8/8 100107 8 8 0 8/8 100106 8 6 2 6/8 75105 8 0 8 0/8 0
Selang Proporsi = Kematian diatas 50% − 50Kematian diatas 50% − Kematian dibawah 50%= 100 − 50100 − 0 = 0,5Log negatif LD50 = Log - Kematian diatas 50%+SP
= Log - 106 + 0,5 = -5,5
= 10-5,5 ≈ 106 cfu/mℓ
Dengan diperolehnya nilai LD50= 106, maka bakteri A. hydrophila pada
kepadatan 106 cfu/mℓ dapat menyebabkan populasi ikan mas mati sebanyak 50%
dalam waktu 10 hari.
T
27
Lampiran 3. Prosedur analisis proksimat (Watanabe, 1988)
Lampiran 3.1 Prosedur analisis kadar abu
Kadar Abu = (X2 − X1)A x 100%Catatan : Cawan dari tanur dimasukan dalam desikator setelah suhu tanur turun sampai 1000C atau 2000C.
Lampiran 3.2 Prosedur analisis kadar air
Kadar Air = (X1 + A) − X2A x 100%
Cawan porselen dipanaskan pada suhu 105-110 0C selama 1 jam, dankemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X1)
Bahan ditimbang 2-3 g (A) lalu dimasukkan ke dalam cawan
Cawan dan bahan dipanaskan selama 4 jam pada suhu 105-110 0C,didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2)
Cawan dan bahan dipanaskan di dalam tanur dengan suhu 600 0C, laludidinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2)
Bahan ditimbang 2-3 g (A) lalu dimasukkan ke dalam cawan
Cawan dipanaskan dalam oven pada suhu 105-110 0C selama 1 jam,kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X1)
28
Lampiran 3.3 Prosedur analisis kadar serat kasar
Kadar Serat Kasar = (X2 − X1 − X3)A x 100%Lampiran 3.4 Prosedur analisis kadar protein
a. Tahap oksidasi
Kertas saring dipanaskan dalam oven1100C selama 1 jam, lalu dinginkandalam desikator selam 30 menit, dan
ditimbang (X1)
Bahan ditimbang 0,5 g (A), lalu dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 mℓ
50 mℓ H2SO4 0,3 N ditambahkan dalamErlenmeyer, lalu dipanaskan selama 30 menit di
atas hotplate
Tambahkan 25 mℓ NaOH 1,5 N, lalu dipanaskankembali selama 30 menit
Larutan disaring dengan bahan pembilasansecara berurutan sebagai berikut:
a. 50 mℓ air panasb. 50 mℓ H2SO4
c. 50 mℓ air panasd. 25 mℓ aceton
Kertas saring hasil penyaringan dimasukkanke dalam cawan porselen
Cawan porselen dipanaskan padasuhu 105-110 0C selama 1 jam lalu
didinginkan
Dipanaskan pada suhu 105-110 0C selama 1jam, didinginkan, dan ditimbang (X2)
Dipanaskan dalam tanur pada suhu 600 0Chingga berwarna putih, didinginkan, dan
ditimbang (X3)
Kertas saring dipanaskan pada labuBuchner yang telah terhubung dengan
vacumm pump
H2SO4 pekat 10 mℓKatalis (K2SO4+CuSO4.%H2O)
ditimbang 3 gBahan ditimbang 0,5 g (A)
Dimasukan ke dalam labu Kjedhal dan dipanaskan sampai suhu 4000C selama 3-4 jam hinggaberwarna hijau bening, didinginkan dengan air destilasi 25 mℓ, dan diencerkan hingga volume
100 mℓ (larutan A)
29
b. Tahap destilasi
c. Tahap titrasi
Kadar Protein = 0.0007 ∗ x (Vb − Vs) x 6.25 ∗∗ x 20A x 100%Keterangan :
Vb = mℓ 0,05 N titran NaOH untuk blanko A = Bobot sampel (g)
Vs = mℓ 0,05 N titran NaOH untuk sampel ** = Faktor Nitrogen
* = Setiap 0,05 NaOH ekivalen dengan 0,0007 g N
5 mℓ larutan hasil oksidasi dimasukkan kedalam labu destilasi
Destruksi selama 10 menit dari tetesan pertama
Dimasukkan ke dalam gelas ukur 250 mℓ
2-3 tetes indikator methylenblue (larutan B)
10 ml H2SO4 0,05 N
Hasil destilasi dititrasi dengan NaOH
Titrasi hingga larutan menjadi kehijauan.
Hitung ml titran yang dipakai dan catat (V)
Lakukan prosedur yangsama pada blanko
30
Lampiran 3.5 Prosedur analisis kadar lemak
a. Metode Soxchlet (sampel kering)
Kadar Lemak = (X2 − X1)A x 100%b. Metode Folch (sampel basah)
Labu dipanaskan pada suhu 104-110 0C selama 1 jam, kemudiandidinginkandalam desikator dan ditimbang (X1)
Bahan ditimbang 2-3 g (A) lalu dimasukkan ke dalam selongsong
Dimasukkan ke dalam Soxhlet dan diberi 100-150 mℓ N-Hoxanhingga selongsong terendam. Sisa N-Hexan dimasukkan ke dalam
labu
Labu dipanaskan di atas hotplate hingga larutan perendamselongsong dalam Soxhlet berwarna bening
Labu dan lemak yang tersisa dipanaskan dalam oven selama 15menit, didinginkan, lalu ditimbang (X2)
Timbang sampel 2 g (A), tambahkan 40 mℓ larutan chloroform:methanol (2:1), homogenkan selama 5 menit (5000 rpm), saring
dengan menggunakan vacuum pump
Mg Cl2.6H2O2 sebanyak 0,2 x volumechloroform:methanol (2:1) yang digunakan
hasil saringan dimasukan ke dalam labu Pemisah dan saring kembali
lakukan pembilasan dengan larutan chloroform:methanol sebanyak10 mℓ
selesai disaring labu pemisah ditutup dan diaduk hingga merataselama 1 menit
labu diuapkan menggunakan vacuum evaporator hingga larutanmenguap semua
diamkan 1 malam hingga terjadi 2 lapisan, ambil larutan bawah dandisimpan dalam labu yang telah diketahui bobotnya (B)
timbang labu akhir (C) setelah dipastikan larutannya menguap semua
Kadar Lemak = (C − B)A x 100%
31
Lampiran 4. Hasil Uji Statistik
Lampiran 4.1 Jumlah konsumsi pakan selama 40 hari pemeliharaan
JKP Pakan Perlakuan
Ulangan K 3% RB 6% RB 3% BY
1 205,89 194,66 203,42 160,922 204,88 182,69 215,92 208,663 193,98 192,98 198,31 217,76
Rata-rata 201,59 190,11 205,88 195,78StandarDeviasi
6,60 6,48 9,06 30,53
Tabel ANOVA jumlah konsumsi pakanSum ofSquares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 425,253 3 141,751 ,516 ,683
Within Groups 2199,528 8 274,941
Total 2624,781 11
Lampiran 4.2 Laju pertumbuhan harian selama 40 hari pemeliharaanLPH Pakan Perlakuan
Ulangan K 3% RB 6% RB 3% BY
1 0,86 1,64 1,65 1,112 1,35 1,31 1,74 1,803 1,10 1,09 1,63 1,40
Rata-rata 1,10 1,35 1,67 1,44StandarDeviasi
0,25 0,28 0,06 0,35
Tabel ANOVA laju pertumbuhan harianSum ofSquares Df Mean Square F Sig.
Between Groups ,500 3 ,167 2,560 ,128
Within Groups ,520 8 ,065
Total 1,020 11
32
Lampiran 4.3 Tingkat kelangsungan hidup selama 40 hari pemeliharaan
TKH Pakan Perlakuan
Ulangan K 3% RB 6% RB 3% BY
1 100 80 100 86,672 93,33 86,67 93,33 1003 66,67 86,67 86,67 100
Rata-rata 86,67 84,45 93,33 95,56StandarDeviasi
17,64 3,85 6,67 7,7
Tabel ANOVA tingkat kelangsungan hidupSum ofSquares
Df Mean Square F Sig.
Between Groups 251,815 3 83,938 ,782 ,537
Within Groups 859,007 8 107,376
Total 1110,822 11
Lampiran 4.4 Efisiensi pakan selama 40 hari pemeliharaan
EP Pakan Perlakuan
Ulangan K 3% RB 6% RB 3% BY
1 24,66 47,68 50,1 34,222 46,63 42,83 50,24 57,133 42,81 30,92 51,7 39,82
Rata-rata 38,03 40,48 50,68 43,72StandarDeviasi
11,74 8,62 0,89 11,94
Tabel ANOVA efisiensi pakanSum ofSquares
Df Mean Square F Sig.
Between Groups 270,996 3 90,332 1,016 ,435
Within Groups 711,180 8 88,897
Total 982,176 11
Lampiran 4.5 Hasil proksimat tubuh ikan mas selama 40 hari pemeliharaan
Parameter AwalPakan Perlakuan
K 3% RB 6% RB 3% BYProtein (%) 11,07 11,12 11,21 11,19 11,96Lemak (%) 2,44 2,43 2,48 3,00 3,12
Kadar Air (%) 75,44 76,45 75,03 74,61 74,05
33
Lampiran 4.6 Retensi protein selama 40 hari pemeliharaan
ParameterUlangan Pakan Perlakuan
K 3% RB 6% RB 3%BY
Biomassa ikanawal (g)
1 111,06 117,58 110,08 113,482 117,44 114,84 116,78 114,523 117,35 120,04 111,22 116,26
Biomassa ikanakhir (g)
1 156,37 179,98 212,00 153,012 201,13 167,72 217,26 233,723 181,89 160,54 184,02 202,98
Protein ikan
Protein tubuhawal (%)
1 11,07 11,07 11,07 11,072 11,07 11,07 11,07 11,073 11,07 11,07 11,07 11,07
Protein tubuhakhir (%)
1 11,12 11,21 11,19 11,962 11,12 11,21 11,19 11,963 11,12 11,21 11,19 11,96
Konsumsi pakan(g)
1 205,89 194,66 203,42 160,922 204,88 182,69 215,92 208,663 193,98 192,98 198,31 217,76
Protein tubuhtotal awal (g)
1 12,29 13,02 12,19 12,562 13,00 12,71 12,93 12,683 12,99 13,29 12,31 12,87
Protein tubuhtotal akhir (g)
1 17,39 20,18 23,72 18,302 22,37 18,80 24,31 27,953 20,23 18,00 20,59 24,28
Jumlahkonsumsiprotein (g)
1 58,12 56,39 59,81 46,092 57,84 52,92 63,48 59,763 54,76 55,91 58,30 62,37
Retensi Protein(%)
1 8,76 12,70 19,29 12,452 16,19 11,50 17,93 25,563 13,21 8,42 14,20 18,29
Rata-rata retensiprotein (%)
12,72 10,87 17,14 18,76
SD 3,74 2,21 2,64 6,57
Tabel ANOVA retensi proteinSum ofSquares
df Mean Square F Sig.
Between Groups 117,727 3 39,242 2,239 ,161
Within Groups 140,198 8 17,525
Total 257,925 11
34
Lampiran 4.7 Retensi lemak selama 40 hari pemeliharaan
ParameterUlangan Pakan Perlakuan
K 3% RB 6% RB 3%BY
Biomassa ikanawal (g)
1 111,06 117,58 110,08 113,482 117,44 114,84 116,78 114,523 117,35 120,04 111,22 116,26
Biomassa ikanakhir (g)
1 156,37 179,98 212,00 153,012 201,13 167,72 217,26 233,723 181,89 160,54 184,02 202,98
Lemak ikan
Lemak tubuhawal (%)
1 2,44 2,44 2,44 2,442 2,44 2,44 2,44 2,443 2,44 2,44 2,44 2,44
Lemak tubuhakhir (%)
1 2,43 2,48 3,00 3,122 2,43 2,48 3,00 3,123 2,43 2,48 3,00 3,12
Konsumsi Pakan(g)
1 205,89 194,66 203,42 160,922 204,88 182,69 215,92 208,663 193,98 192,98 198,31 217,76
Lemak tubuh totalawal (g)
1 2,71 2,87 2,69 2,772 2,87 2,80 2,85 2,793 2,86 2,93 2,71 2,84
Lemak tubuh totalakhir (g)
1 3,80 4,46 6,36 4,772 4,89 4,16 6,52 7,293 4,42 3,98 5,52 6,33
Jumlah konsumsilemak (g)
1 16,70 12,81 16,88 13,312 16,62 12,02 17,92 17,263 15,73 12,70 16,46 18,01
Retensi lemak(%)
1 6,53 12,45 21,76 15,072 12,17 11,29 20,47 26,063 9,89 8,29 17,05 19,41
Rata-rata retensilemak (%)
9,53 10,68 19,76 20,18
SD 2,84 2,15 2,43 5,54
Tabel ANOVA retensi lemak
Sum ofSquares
df Mean Square F Sig.
Between Groups 294,290 3 98,097 7,972 ,009
Within Groups 98,444 8 12,305
Total 392,734 11
35
Tabel uji lanjut retensi lemak
PERLAKUAN NSubset for alpha = 0.05
1 2
Duncana
K 3 9,5300
3%RB 3 10,6767
6%_RB 3 19,7600
3%_BY 3 20,1800
Sig. ,699 ,887Means for groups in homogeneous subsets are displayeda. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000
Lampiran 5. Jumlah kematian ikan per hari pasca infeksi bakteri A. hydrophila
HariJumlah ikan mati (ekor) per hari, selama 10 hari uji tantangK+ K- 3% RB 6% RB 3% BY
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 31 1 2 1 1 12 3 3 2 1345 1 1 16 17 189
10
Jumlah mati (ekor) 4 7 4 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0
Jumlah hidup (ekor) 6 3 6 10 10 10 10 9 9 10 9 9 9 10 10
Total mati (ekor) 15 0 2 2 1
Total hidup (ekor) 15 30 28 28 29
SR (%) 50 100 93,33 93,33 96,67