Evaluasi Pelaks KTSP_2008
-
Upload
hendi-nurdian-hidayat -
Category
Documents
-
view
626 -
download
0
Transcript of Evaluasi Pelaks KTSP_2008
EVALUASI
PELAKSANAAN KTSP
OLEH
TIM PENGEMBANG KURIKULUM
PROPINSI
PUSAT KURIKULUM
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
JAKARTA 2008
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendinas) No. 24 tahun 2006 tentang
pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan No. 23 tahun 2006 tentang standar isi dan standar
kompetensi lulusan disebutkan bahwa salah satu tugas pokok Badan Penelitian dan
Pengembangan (Balitbang) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), dalam hal ini,
Pusat Kurikulum adalah memonitor secara nasional penerapan Permendiknas No. 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan, mengevaluasinya, dan mengusulkan rekomendasi kebijakan kepada
BSNP dan/atau Menteri. Salah satu yang menjadi bagian dari monitoring tersebut adalah
melakukan monitoring secara nasional penerapan peraturan menteri pendidikan nasional
dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaannya.
Untuk melaksanakan kegiatan tersebut perlu dilakukan serangkaian langkah kegiatan
mencakup penyusunan panduan dan intrumen evaluasi, pelaksanaan evaluasi dan
penyusunan laporan. Panduan digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan instumen
dan melaksanakan evaluasi untuk mendapatkan data dan informasi tentang pelaksanaan
KTSP pada setiap daerah secara kualitatif maupun kuantitatif. Pelaksanaan evaluasi
merupakan langkah kegiatan untuk mendapatkan data dan informasi penerapan KTSP
pada daerah yang menjadi objek atau sasaran evaluasi. Penyusunan laporan memuat
temuan, masukan atau rekomendasi berdasarkan data dan informasi yang diperoleh
melalui evaluasi pelaksanaan KTSP agar kebijakan tentang pengembangan kurikulum
dapat diterapkan secara efisien dan efektif.
B. TUJUAN
Kegiatan ini bertujuan untuk melaksanakan evaluasi pengembangan dan pelaksanaan
kurikulum oleh satuan pendidikan sehingga didapat data dan informasi tentang tingkat
penerapan KTSP secara kualitatif ataupun kuantitatif pada tiap daerah yang dapat
dimanfaatkan satuan pendidikan (sekolah) dalam implementasi kurikulum pada tataran
sekolah/daerah.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 2
C. RUANG LINGKUP
Kegiatan ini memonitor dan mengevaluasi penerapan KTSP pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah di 33 propinsi
D. HASIL YANG DIHARAPKAN
Melalui kegiatan ini akan dihasilkan laporan gambaran penerapan KTSP di 33 provinsi,
pada satuan pendidikan dasar dan menengah
E. PELAKSANAAN
Kegiatan penyusunan laporan dilaksanakan pada tanggal 9 – 13 Desember 2008 di
Cisarua, Kabupaten Bogor.
F. PESERTA
Peserta yang dilibatkan dalam kegiatan ini terdiri dari unsure: Satuan Pendidikan, LPMP,
Perguruan Tinggi, dan Pusat Kurikulum.
Rincian Peserta terlampir
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 3
BAB II
KERANGKA BERPIKIR
A. STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
Menurut Undang-Undang (UU) No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
disebutkan kurikulum dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Hal ini dimaksudkan uunnttuukk mmeemmuunnggkkiinnkkaann
ppeennyyeessuuaaiiaann pprrooggrraamm ppeennddiiddiikkaann ppaaddaa ssaattuuaann ppeennddiiddiikkaann ddeennggaann kkoonnddiissii ddaann kkeekkhhaassaann
ppootteennssii yyaanngg aaddaa ddii ddaaeerraahh
Pada jenjang ppeennddiiddiikkaann ddaassaarr ddaann mmeenneennggaahh,, kkuurriikkuulluumm ddiikkeemmbbaannggkkaann sseessuuaaii ddeennggaann
rreelleevvaannssiinnyyaa oolleehh sseettiiaapp kkeelloommppookk aattaauu ssaattuuaann ppeennddiiddiikkaann ddaann kkoommiittee sseekkoollaahh//mmaaddrraassaahh
ddii bbaawwaahh kkoooorrddiinnaassii ddaann ssuuppeerrvviissii ddiinnaass ppeennddiiddiikkaann aattaauu kkaannttoorr ddeeppaarrtteemmeenn aaggaammaa
kkaabbuuppaatteenn//kkoottaa uunnttuukk ppeennddiiddiikkaann ddaassaarr ddaann pprroovviinnssii uunnttuukk ppeennddiiddiikkaann mmeenneennggaahh..
Selanjutnya pada pasal 36 disebutkan bahwa pengembangan kurikulum dilakukan dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Standar nasional pendidikan hhaarruuss ddiisseemmppuurrnnaakkaann ddaann ddiittiinnggkkaattkkaann sseeccaarraa
bbeerreennccaannaa,, tteerraarraahh ddaann bbeerrkkaallaa sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,
nasional, dan global. KKaattaa ssttaannddaarr mmeemmiilliikkii mmaakknnaa ttiinnggkkaatt aattaauu lleevveell kkuuaalliittaass aattaauu
kkeeuunngggguullaann yyaanngg hhaarruuss ddiiccaappaaii ddeennggaann kkrriitteerriiaa,, bbeenncchhmmaarrkk,, ppeerrssaayyaarraattaann aattaauu ssppeessiiffiikkaassii
tteerrtteennttuu.. HHaall iinnii sseessuuaaii ddeennggaann ppeennggeerrttiiaann ddii ddaallaamm PPeerraattuurraann PPeemmeerriinnttaahh ((PPPP)) NNoo.. 1199
ttaahhuunn 22000055 tteennttaanngg SSttaannddaarr NNaassiioonnaall PPeennddiiddiikkaann bbaahhwwaa ssttaannddaarr nnaassiioonnaall ppeennddiiddiikkaann
mmeerruuppaakkaann kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Standar nasional pendidikan tteerrddiirrii aattaass::
1. ssttaannddaarr iissii
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan
dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi
mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur
kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender
pendidikan/akademik.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 4
Kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang dijadikan pedoman dalam
penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan silabusnya pada setiap
satuan pendidikan. Kerangka dasar dan struktur kurikulum mengatur tentang
kelompok mata pelajaran serta kedalaman muatan kurikulum yang dituangkan dalam
kompetensi, yaitu standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Beban belajar mengatur tentang jam pembelajaran dengan sistem tatap muka,
penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, pelaksanaan
pembelajaran sistem paket dan satuan kredit semester (SKS), serta pemberian
pendidikan kecakapan hidup dan pendidikan berbasis keunggulan lokal.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan
KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan yang
disusun oleh BSNP. KTSP untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB,
SMA/MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya
masyarakat setempat, dan peserta didik. Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah
dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan
silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di
bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab di bidang pendidikan
untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, dan departemen yang menangani urusan
pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK.
Kalender pendidikan/kalender akademik mencakup permulaan tahun ajaran, minggu
efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur.
2. standar pprroosseess
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan.
Standar proses mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
3. standar kkoommppeetteennssii lluulluussaann
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 5
Standar kompetensi lulusan (SKL) adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. SKL digunakan sebagai pedoman
penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Standar ini
meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran
4. standar ppeennddiiddiikk ddaann tteennaaggaa kkeeppeennddiiddiikkaann
Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan
kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Standar ini mengatur
tentang pendidik yang harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai
agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, Rasio pendidik terhadap peserta didik,
kelengkapan dan kualifikasi tenaga kependidikan satuan pendidikan, pengawas satuan
pendidikan.
5. standar ssaarraannaa ddaann pprraassaarraannaa
Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah,
perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan
berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Standar ini
mengatur tentang kelengkapan, jenis dan kualitas sarana dan prasarana satuan
pendidikan.
6. standar ppeennggeelloollaaaann
Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Standar ini terdiri atas standar pengelolaan
oleh satuan pendidikan, standar pengelolaan oleh pemerintah daerah dan standar
pengelolaan oleh pemerintah.
Standar pengelolaan oleh satuan pendidikan mengatur tentang penerapan prinsip
manajemen berbasis sekolah (MBS), proses pengambilan keputusan, pedoman,
rencana kerja tahunan, Pelaksanaan pengelolaan dan pengawasan satuan pendidikan.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 6
Standar pengelolaan oleh pemerintah daerah dan pemerintah mengatur tentang
rencana kerja tahunan, penyelenggaraan satuan pendidikan bertaraf internasional.
7. standar ppeemmbbiiaayyaaaann
Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya
operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Standar ini mengatur
tentang biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal satuan pendidikan.
8. standar ppeenniillaaiiaann ppeennddiiddiikkaann
Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
Standar ini mengatur tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik, oleh satuan
pendidikan dan oleh pemerintah, serta tentang kelulusan peserta didik.
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bertugas melakukan pengembangan,
pemantauan, dan pelaporan pencapaian standar nasional pendidikan. Dalam
melaksanakan tugasnya BSNP menunjuk tim ahli yang bersifat ad-hoc sesuai kebutuhan.
Sedangkan evaluasi pendidikan meliputi:
1. evaluasi kinerja pendidikan oleh satuan pendidikan pada tiap akhir semester,
2. evaluasi kinerja pendidikan oleh pemerintah (menteri)
3. evaluasi kinerja pendidikan oleh pemerintah propinsi
4. evaluasi kinerja pendidikan oleh pemerintah kabupaten/kota
5. evaluasi kinerja pendidikan oleh lembaga mandiri
Pemerintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan untuk
menentukan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan. Pencapaian kompetensi
akhir peserta didik dinyatakan dalam dokumen ijazah dan/atau sertifikat kompetensi.
Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan
mutu pendidikan untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan, secara
bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki
target dan kerangka waktu yang jelas. Pemerintah, pemerintah propinsi, pemerintah
kabupaten/kota, LPMP mensurpervisi dan membantu satuan pendidikan dalam
penjaminan mutu.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 7
Penyelenggaraan satuan pendidikan yang tidak mengacu kepada Standar Nasional
Pendidikan dapat memperoleh pengakuan dari Pemerintah atas dasar rekomendasi dari
BSNP didasarkan pada penilaian khusus.
B. STANDAR ISI
Di dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah disebutkan bahwa Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan
tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang
dan jenis pendidikan tertentu. Ini berarti ketentuan di dalam Permendiknas tersebut
bersifat minimal yang harus dicapai peserta didik pada setiap satuan pendidikan.
Sistematika Standar Isi dalam lampiran Permendiknas No. 22 tahun 2006 adalah sebagai
berikut.
1. Pendahuluan
Bagian ini menjelaskan cakupan standar isi yang meliputi:
(1) kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam
penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan,
(2) beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah,
(3) kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan
pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak
terpisahkan dari standar isi, dan
(4) kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan
jenjang pendidikan dasar dan menengah.
2. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum. Bagian ini meliputi:
a) Kerangka Dasar Kurikulum
1) Kelompok Mata Pelajaran
Bagian ini menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum,
kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri
atas:
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 8
(1) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
(2) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
(3) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
(4) kelompok mata pelajaran estetika;
(5) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
2) Prinsip Pengembangan Kurikulum
Bagian ini menyatakan bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang
pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite
sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta
panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut.
(1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya
(2) Beragam dan terpadu
(3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
(4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan
(5) Menyeluruh dan berkesinambungan
(6) Belajar sepanjang hayat
(7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
3) Prinsip Pelaksanaan Kurikulum
Bagian ini menyatakan bahwa pelaksanaan kurikulum di setiap satuan
pendidikan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut.
(1) Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan
kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi
dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan
pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk
mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 9
(2) Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu:
(a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
(b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu
melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup
bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar untuk membangun
dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan.
(3) Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat
pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan
sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik
dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta
didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.
(4) Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan
pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan
hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing
ngarsa sung tulada (di belakang memberikan daya dan kekuatan, di
tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh
dan teladan).
(5) Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi
dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan
memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan
prinsip alam takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan
berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam
semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan).
(6) Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial
dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan
muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
(7) Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata
pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam
keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan
memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 10
b) Struktur Kurikulum Pendidikan Umum
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Struktur kurikulum
pendidikan umum memuat komponen mata pelajaran, muatan lokal dan
pengembangan diri. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester)
adalah 34-38 minggu
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi
yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan
daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang
ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan
minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan
diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan
yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan
pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang
berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan
pengembangan karir peserta didik.
1) Struktur Kurikulum SD/MI
Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh
dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I sampai
dengan Kelas VI. Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan
pengembangan diri Pembelajaran pada Kelas I s.d. III dilaksanakan melalui
pendekatan tematik, sedangkan pada Kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui
pendekatan mata pelajaran.
Alokasi waktu yang ditetapkan dalam struktur kurikulum untuk kelas I , II,
dan III adalah 26, 27 dan 28 jam pelajaran per minggu. Sedangkan untuk kelas
IV s.d. VI adalah 32 jam pelajaran per minggu. Satuan pendidikan
dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu
secara keseluruhan. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 11
2) Struktur Kurikulum SMP/MTs
Struktur kurikulum SMP/MTs meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh
dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas VII sampai
dengan Kelas IX. Kurikulum SMP/MTs memuat 10 mata pelajaran, muatan
lokal, dan pengembangan diri. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada
SMP/MTs merupakan “IPA Terpadu” dan “IPS Terpadu”.
Alokasi waktu yang ditetapkan dalam struktur kurikulum adalah 32 jam
pelajaran per minggu. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah
maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan. Alokasi
waktu satu jam pembelajaran adalah 40 menit.
3) Struktur Kurikulum SMA/MA
Struktur kurikulum SMA/MA meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh
dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas X sampai
dengan Kelas XII. Pengorganisasian kelas-kelas pada SMA/MA dibagi ke
dalam dua kelompok, yaitu kelas X merupakan program umum yang diikuti
oleh seluruh peserta didik, dan kelas XI dan XII merupakan program
penjurusan yang terdiri atas empat program: (1) Program Ilmu Pengetahuan
Alam, (2) Program Ilmu Pengetahuan Sosial, (3) Program Bahasa, dan (4)
Program Keagamaan, khusus untuk MA.
Alokasi waktu yang ditetapkan dalam struktur kurikulum kelas X adalah 38
jam pelajaran, kelas XI dan XII adalah 39 jam pelajaran dan kelas XI dan XII
untuk MA program keagamaan adalah 38 jam pelajaran per minggu. Satuan
pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per
minggu secara keseluruhan. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45
menit.
Kurikulum SMA/MA Kelas X terdiri atas 16 mata pelajaran, muatan lokal,
dan pengembangan diri. Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII Program IPA,
Program IPS, Program Bahasa, dan Program Keagamaan terdiri atas 13 mata
pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri
c) Struktur Kurikulum Pendidikan Kejuruan
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 12
Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Agar
dapat bekerja secara efektif dan efisien serta mengembangkan keahlian dan
keterampilan, mereka harus memiliki stamina yang tinggi, menguasai bidang
keahliannya dan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja
yang tinggi, dan mampu berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaannya,
serta memiliki kemampuan mengembangkan diri
Kurikulum SMK/MAK berisi mata pelajaran wajib, mata pelajaran Kejuruan,
Muatan Lokal, dan Pengembangan Diri. Mata pelajaran wajib terdiri atas
Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, IPA, IPS,
Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani dan Olahraga, dan Keterampilan/Kejuruan.
Mata pelajaran ini bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya
dalam spektrum manusia kerja.
Mata pelajaran Kejuruan terdiri atas beberapa mata pelajaran yang bertujuan
untuk menunjang pembentukan kompetensi kejuruan dan pengembangan
kemampuan menyesuaikan diri dalam bidang keahliannya.
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi
yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, dan prospek pengembangan
daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan
ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan
pendidikan sesuai dengan program keahlian yang diselenggarakan.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan
minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan
diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan
yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan
pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang
berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan
pembentukan karier peserta didik. Pengembangan diri bagi peserta didik
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 13
SMK/MAK terutama ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan bimbingan
karier.
Struktur kurikulum SMK/MAK meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh
dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun atau dapat diperpanjang hingga
empat tahun mulai kelas X sampai dengan kelas XII atau kelas XIII. Struktur
kurikulum SMK/MAK disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan
standar kompetensi mata pelajaran.
Jumlah jam Kompetensi Kejuruan pada dasarnya sesuai dengan kebutuhan
standard kompetensi kerja yang berlaku di dunia kerja tetapi tidak boleh kurang
dari 1044 jam. Di dalam penyusunan kurikulum SMK/MAK mata pelajaran dibagi
ke dalam tiga kelompok:
(1) Kelompok normatif adalah mata pelajaran yang dialokasikan secara tetap yang
meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia,
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan Seni Budaya
(2) Kelompok adaptif terdiri atas mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika,
IPA, IPS, Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi, dan
Kewirausahaan
(3) Kelompok produktif terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang dikelompokkan
dalam Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan, yang materinya
disesuaikan dengan kebutuhan program keahlian untuk memenuhi standar
kompetensi kerja di dunia kerja.
Kelompok adaptif dan produktif adalah mata pelajaran yang alokasi waktunya
disesuaikan dengan kebutuhan program keahlian, dan dapat diselenggarakan
dalam blok waktu atau alternatif lain. Evaluasi pembelajaran dilakukan setiap
akhir penyelesaian satu standar kompetensi atau beberapa penyelesaian
kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran.
Pendidikan SMK/MAK diselenggarakan dalam bentuk pendidikan sistem ganda.
Alokasi waktu satu jam pelajaran tatap muka adalah 45 menit. Beban belajar
SMK/MAK meliputi kegiatan pembelajaran tatap muka, praktik di sekolah dan
kegiatan kerja praktik di dunia usaha/industri ekuivalen dengan 36 jam pelajaran
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 14
per minggu. Lama penyelenggaraan pendidikan SMK/MAK tiga tahun,
maksimum empat tahun sesuai dengan tuntutan program keahlian.
d) Struktur Kurikulum Pendidikan Khusus
Struktur Kurikulum dikembangkan untuk peserta didik berkelainan fisik,
emosional, mental, intelektual dan/atau sosial. Kurikulum Pendidikan Khusus
terdiri atas delapan sampai dengan 10 mata pelajaran, muatan lokal, program
khusus, dan pengembangan diri.
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi
yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan
daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang
ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
Program khusus berisi kegiatan yang bervariasi sesuai degan jenis ketunaannya,
yaitu program orientasi dan mobilitas untuk peserta didik tunanetra, bina
komunikasi persepsi bunyi dan irama untuk peserta didik tunarungu, bina diri
untuk peserta didik tunagrahita, bina gerak untuk peserta didik tunadaksa, dan
bina pribadi dan sosial untuk peserta didik tunalaras.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,
kemampuan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru,
atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan
pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan
sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik. Pengembangan diri
terutama ditujukan untuk peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian sesuai
dengan kebutuhan khusus peserta didik.
Peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan intelektual di bawah
rata-rata, dalam batas-batas tertentu masih dimungkinkan dapat mengikuti
kurikulum standar meskipun harus dengan penyesuaian-penyesuaian. Peserta
didik ini yang berkeinginan untuk melanjutkan sampai ke jenjang pendidikan
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 15
tinggi, semaksimal mungkin didorong untuk dapat mengikuti pendidikan secara
inklusif pada satuan pendidikan umum sejak SD atau SMP. Bagi mereka yang
tidak memungkinkan dan/atau tidak berkeinginan untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan tinggi, setelah menyelesaikan pada jenjang SDLB dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjang SMPLB, dan SMALB.
Peserta didik berkelainan yang disertai dengan kemampuan intelektual di bawah
rata-rata, diperlukan kurikulum yang sangat spesifik, sederhana dan bersifat
tematik untuk mendorong kemandirian dalam hidup sehari-hari. Mekanisme
perpindahan jalur pendidikan adalah sebagai berikut.
Kurikulum untuk peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan
intelektual di bawah rata-rata, menggunakan sebutan Kurikulum SDLB A, B, D,
E; SMPLB A , B, D, E; dan SMALB A, B, D, E (A = tunanetra, B = tunarungu, D
= tunadaksa ringan, E = tunalaras). Kurikulum SDLB A,B,D,E relatif sama
dengan kurikulum SD umum. Pada satuan pendidikan SMPLB A,B,D,E dan
SMALB A,B,D,E dirancang untuk peserta didik yang tidak memungkinkan
dan/atau tidak berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang
pendidikan tinggi. Kompetensi mata pelajaran umum SDLB, SMPLB, SMALB
A,B,D,E mengacu kepada satuan pendidikan umum yang disesuaikan dengan
kemampuan dan kebutuhan khusus peserta didik, sedangkan kompetensi untuk
mata pelajaran Program Khusus, dan Keterampilan dikembangkan oleh satuan
Pendidikan Khusus dengan memperhatikan jenjang dan jenis satuan pendidikan.
SDLB SMPLB SMALB
ANAK LUAR BIASA/ANAK
BERKELAINAN
SD/MI SMP/
MTs SMA/MA
SMK/MAK
MASYARAKAT
PERGURUAN TINGGI/
MASYARAKAT
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 16
Proporsi muatan isi kurikulum satuan pendidikan SMPLB A,B,D,E terdiri atas
60% - 70% aspek akademik dan 40% - 30% berisi aspek keterampilan vokasional.
Muatan isi kurikulum satuan pendidikan SMALB A,B,D,E terdiri atas 40% –
50% aspek akademik dan 60% - 50% aspek keterampilan vokasional.
Kurikulum untuk peserta didik berkelainan yang disertai dengan kemampuan
intelektual di bawah rata-rata, menggunakan sebutan Kurikulum SDLB C, C1, D1,
G; SMPLB C, C1, D1, G, dan SMALB C, C1, D1, G. (C = tunagrahita ringan, C1
= tunagrahita sedang, D1 = tunadaksa sedang, G = tunaganda). Kurikulum ini
dirancang sangat sederhana sesuai dengan batas-batas kemampuan peserta didik
dan sifatnya lebih individual. Pembelajaran menggunakan pendekatan tematik.
Kompetensi mata pelajaran pada SDLB, SMPLB dan SMALB C,C1,D1,G
dikembangkan satuan Pendidikan Khusus yang bersangkutan dengan
memperhatikan tingkat dan jenis satuan pendidikan.
Struktur kurikulum pada satuan Pendidikan Khusus SDLB dan SMPLB mengacu
pada Struktur Kurikulum SD dan SMP dengan penambahan Program Khusus
sesuai jenis kelainan, dengan alokasi waktu 2 jam/minggu. Satu jam pelajaran
untuk SDLB adalah 30 menit, SMPLB adalah 35 menit dan SMALB adalah 40
menit sesuai dengan kondisi peserta didik yang berkaelainan. Untuk jenjang
SMALB, program khusus bersifat kasuistik sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
peserta didik tertentu, dan tidak dihitung sebagai beban belajar. Program Khusus
sesuai jenis kelainan peserta didik meliputi sebagai berikut.
(1) Orientasi dan Mobilitas untuk peserta didik Tunanetra
(2) Bina Komunikasi, Persepsi Bunyi dan Irama untuk peserta didik Tunarungu
(3) Bina Diri untuk peserta didik Tunagrahita Ringan dan Sedang
(4) Bina Gerak untuk peserta didik Tunadaksa Ringan
(5) Bina Pribadi dan Sosial untuk peserta didik Tunalaras
(6) Bina Diri dan Bina Gerak untuk peserta didik Tunadaksa Sedang, dan
Tunaganda.
Satuan pendidikan khusus SDLB dan SMPLB dapat menambah maksimum 6 jam
pembelajaran/minggu untuk keseluruhan jam pembelajaran, dan 4 jam
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 17
pembelajaran untuk tingkat SMALB sesuai kebutuhan peserta didik dan satuan
pendidikan yang bersangkutan.
Muatan isi mata pelajaran SMPLB A,B,D,E bidang akademik mengalami
modifikasi dan penyesuaian dari SMP umum sehingga menjadi sekitar 60% –
70%. Sisanya sekitar 40% - 30% muatan isi kurikulum ditekankan pada bidang
keterampilan vokasional yang meliputi tingkat dasar, tingkat terampil dan tingkat
mahir. Jenis keterampilan yang akan dikembangkan, diserahkan kepada satuan
pendidikan sesuai dengan minat, potensi, kemampuan dan kebutuhan peserta didik
serta kondisi satuan pendidikan.
Muatan isi mata pelajaran untuk SMALB A,B,D,E bidang akademik mengalami
modifikasi dan penyesuaian dari SMA umum sehingga menjadi sekitar 40% –
50% bidang akademik, dan sekitar 60% – 50% bidang keterampilan vokasional.
Muatan kurikulum SDLB, SMPLB, SMALB C,C1,D1,G lebih ditekankan pada
kemampuan menolong diri sendiri dan keterampilan sederhana yang
memungkinkan untuk menunjang kemandirian peserta didik. Oleh karena itu,
proporsi muatan keterampilan vokasional lebih diutamakan
e) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran pada setiap
tingkat dan semester disajikan pada lampiran-lampiran Permendiknas No. 22
tahun 2006 tentang Standar Isi yang terdir atas: Lampiran 1 Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI dan SDLB, Lampiran 2 Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SMP/MTs dan SMPLB, dan
Lampiran 3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat
SMA/MA/SMALB dan SMK/MAK.
3. Beban Belajar
Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta
didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan
terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Beban belajar atau alokasi waktu
yang diatur dalam struktur kurikulum adalah beban belajar dalam bentuk tatap muka.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 18
Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi
pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar
kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik,
sedangkan untuk kegiatan mandiri tidak terstruktur diatur sendiri oleh peserta didik.
Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi peserta
didik pada untuk:
a. SD/MI/SDLB maksimum 40% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata
pelajaran yang bersangkutan
b. SMP/MTs/SMPLB maksimum 50% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari
mata pelajaran yang bersangkutan.
c. SMA/MA/SMALB/SMK/MAK maksimum 60% dari jumlah waktu kegiatan tatap
muka dari mata pelajaran yang bersangkutan.
Satuan pendidikan SD/MI/SDLB melaksanakan program pendidikan dengan
menggunakan sistem paket. Satuan pendidikan SMP/MTs/SMPLB,
SMA/MA/SMALB dan SMK/MAK kategori standar menggunakan sistem paket atau
dapat menggunakan sistem kredit semester. Satuan pendidikan SMA/MA/SMALB
dan SMK/MAK kategori mandiri menggunakan sistem kredit semester. Program
percepatan dapat diselenggarakan untuk mengakomodasi peserta didik yang memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Sistem kredit semester adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang
peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti
setiap semester pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada
sistem kredit semester dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban belajar
satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur,
dan satu jam kegiatan mandiri tidak terstruktur.
4. Kalender Pendidikan
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta
didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu
efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.
a) Alokasi Waktu
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 19
Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur dan kegiatan lainnya adalah
sebagai berikut.
No Kegiatan Alokasi Waktu Keterangan
1. Minggu efektif belajar 34 – 38 minggu Digunakan untuk kegiatan pembelajaran
efektif pada setiap satuan pendidikan
2. Jeda tengah semester Maksimum 2
minggu
Satu minggu setiap semester
3. Jeda antarsemester Maksimum 2
minggu
Antara semester I dan II
4. Libur akhir tahun
pelajaran
Maksimum 3
minggu
Digunakan untuk penyiapan kegiatan dan
administrasi akhir dan awal tahun
pelajaran
5. Hari libur keagamaan 2 – 4 minggu Daerah khusus yang memerlukan libur
keagamaan lebih panjang dapat
mengaturnya sendiri tanpa mengurangi
jumlah minggu efektif belajar dan waktu
pembelajaran efektif
6. Hari libur
umum/nasional
Maksimum 2
minggu
Disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah
7. Hari libur khusus Maksimum 1
minggu
Untuk satuan pendidikan sesuai dengan
ciri kekhususan masing-masing
8. Kegiatan khusus
sekolah/madrasah
Maksimum 3
minggu
Digunakan untuk kegiatan yang
diprogramkan secara khusus oleh
sekolah/madrasah tanpa mengurangi
jumlah minggu efektif belajar dan waktu
pembelajaran efektif
b) Penetapan Kalender Pendidikan
Permulaan tahun pelajaran adalah bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada bulan
Juni tahun berikutnya. Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional, dan/atau Menteri Agama dalam hal yang terkait
dengan hari raya keagamaan, Kepala Daerah tingkat Kabupaten/Kota, dan/atau
organisasi penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus.
Pemerintah Pusat/Provinsi /Kabupaten/Kota dapat menetapkan hari libur serentak
untuk satuan-satuan pendidikan. Kalender pendidikan untuk setiap satuan
pendidikan disusun oleh masing-masing satuan pendidikan berdasarkan alokasi
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 20
waktu sebagaimana tersebut pada dokumen Standar Isi ini dengan memperhatikan
ketentuan dari pemerintah/pemerintah daerah.
C. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
Di dalam Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk
satuan pendidikan dasar dan menengah disebutkan bahwa Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman
penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. SKL meliputi standar kompetensi
lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan
minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata
pelajaran. Ini berarti ketentuan di dalam Permendiknas tersebut bersifat minimal yang
harus dicapai lulusan peserta didik pada setiap satuan pendidikan.
Tujuan setiap satuan pendidikan yang tertuang dalam lampiran Permendiknas No. 23
tahun 2006 adalah sebagai berikut.
1. Pendidikan Dasar, yang meliputi SD/MI/SDLB/Paket A dan
SMP/MTs./SMPLB/Paket B bertujuan: Meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut
2. Pendidikan Menengah yang terdiri atas SMA/MA/SMALB/Paket C bertujuan:
Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut
3. Pendidikan Menengah Kejuruan yang terdiri atas SMK/MAK bertujuan:
Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai
dengan kejuruannya
Standar kompetensi lulusan satuan pendidikan SD/MI/SDLB*/Paket A terdiri atas 17
butir, SMP/MTs/SMPLB*/Paket B terdiri atas 21 butir, SMA/MA/SMALB*/Paket C
terdiri atas 23 butir, dan SMK/MAK terdiri atas 23 butir.
Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran dikembangkan berdasarkan tujuan dan
cakupan muatan dan/ atau kegiatan setiap kelompok mata pelajaran, yakni:
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 21
1. Kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia bertujuan: membentuk peserta
didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
serta berakhlak mulia. Tujuan tersebut dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan
agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika,
jasmani, olahraga, dan kesehatan.
2. Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian bertujuan: membentuk
peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan agama, akhlak mulia,
kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, dan pendidikan jasmani.
3. Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bertujuan:
mengembangkan logika, kemampuan berpikir dan analisis peserta didik.
Pada satuan pendidikan SD/MI/SDLB/Paket A, tujuan ini dicapai melalui muatan
dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan
sosial, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal yang relevan,
Pada satuan pendidikan SMP/MTs/SMPLB/Paket B, tujuan ini dicapai melalui
muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu
pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, dan/atau teknologi informasi dan
komunikasi, serta muatan lokal yang relevan
Pada satuan pendidikan SMA/MA/SMALB/Paket C, tujuan ini dicapai melalui
muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu
pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi, serta
muatan lokal yang relevan
Pada satuan pendidikan SMK/MAK, tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau
kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,
keterampilan, kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang
relevan
4. Kelompok mata pelajaran Estetika bertujuan: membentuk karakter peserta didik
menjadi manusia yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya. Tujuan ini dicapai
melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, seni dan budaya, keterampilan, dan muatan
lokal yang relevan.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 22
5. Kelompok mata pelajaran Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan bertujuan: membentuk
karakter peserta didik agar sehat jasmani dan rohani, dan menumbuhkan rasa
sportivitas. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan pendidikan jasmani,
olahraga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan alam, dan muatan lokal yang
relevan.
Standar kompetensi lulusan mata pelajaran untuk SD/MI terdiri atas mata pelajaran:
Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Kristen, Pendidikan Agama Katolik,
Pendidikan Agama Hindu, Pendidikan Agama Buddha, Pendidikan Kewarganegaraan,
Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan Bahasa Inggris.
Standar kompetensi lulusan mata pelajaran untuk SMP/MTs terdiri atas mata pelajaran:
Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Kristen, Pendidikan Agama Katolik,
Pendidikan Agama Hindu, Pendidikan Agama Buddha, Pendidikan Kewarganegaraan,
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya, Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Keterampilan, dan Teknologi Informasi dan
Komunikasi.
Standar kompetensi lulusan mata pelajaran untuk SMA/MA terdiri atas mata pelajaran:
Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Kristen, Pendidikan Agama Katolik,
Pendidikan Agama Hindu, Pendidikan Agama Buddha, Pendidikan Kewarganegaraan,
Bahasa Indonesia Program IPA/IPS, Bahasa Indonesia Program Bahasa, Bahasa Inggris,
Bahasa Inggris Program Bahasa, Matematika Program IPA, Matematika Program IPS,
Matematika Program Bahasa, Fisika, Biologi, Kimia, Sejarah Program IPA, Sejarah
Program IPS, Sejarah Program Bahasa, Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Seni Budaya,
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Teknologi Informasi dan Komunikasi,
Keterampilan, Bahasa Arab, Bahasa Jerman, Bahasa Perancis, Bahasa Jepang, Bahasa
Mandarin, Sastra Indonesia Program Bahasa, dan Antropologi Program Bahasa.
Standar kompetensi lulusan mata pelajaran untuk SDLB A, B, D, E terdiri atas mata
pelajaran: Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Kristen, Pendidikan Agama
Katolik, Pendidikan Agama Hindu, Pendidikan Agama Buddha, Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya dan
Keterampilan, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan Bahasa Inggris.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 23
Standar kompetensi lulusan mata pelajaran untuk SMPLB A, B, D, E terdiri atas mata
pelajaran: Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Kristen, Pendidikan Agama
Katolik, Pendidikan Agama Hindu, Pendidikan Agama Buddha, Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Seni
Budaya, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Keterampilan, dan Teknologi
Informasi dan Komunikasi.
Standar kompetensi lulusan mata pelajaran untuk SMALB A, B, D, E terdiri atas mata
pelajaran: Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Kristen, Pendidikan Agama
Katolik, Pendidikan Agama Hindu, Pendidikan Agama Buddha, Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Seni
Budaya, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Keterampilan
Vokasional/Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Standar kompetensi lulusan mata pelajaran untuk SMK/MAK terdiri atas mata pelajaran:
Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Kristen, Pendidikan Agama Katolik,
Pendidikan Agama Hindu, Pendidikan Agama Buddha, Pendidikan Kewarganegaraan,
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Matematika Kelompok Seni, Pariwisata, dan Teknologi Kerumahtanggaan, Matematika
Kelompok Sosial, Administrasi Perkantoran dan Akuntasi, Matematika Kelompok
Teknologi, Kesehatan, dan Pertanian, IPA, Fisika Kelompok Pertanian, Fisika Kelompok
Teknologi, Kimia Kelompok Pertanian, Kimia Kelompok Teknologi dan Kesehatan,
Biologi Kelompok Pertanian, Biologi Kelompok Kesehatan, IPS, Seni Budaya,
Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi, dan Kewirausahaan.
D. KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa penyusunan kurikulum pada tingkat
satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan
yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Sekolah dan komite
sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya
berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan. Penyususnan
kurikulum juga dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.
Pengembangan kurikulum yang disssun oleh satuan pendidikan berdampak pada
perubahan dalam proses dan mekanisme penyusunan kurikulum dan orientasi kerja Dinas
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 24
Pendidikan/Kanwil Depag di tingkat propinsi, kabupaten, kota dan sekolah, terutama
dalam mengembangkan dan menerapkan kurikulum di tingkat sekolah.
Salah satu dampak tersebut adalah bahwa kurikulum tidak ditetapkan lagi secara nasional,
tetapi disusun oleh masing-masing sekolah atau kelompok sekolah dengan mengacu pada
standar isi dan standar kompetensi lulusan. Sehingga pencapaian hasil pendidikan optimal
sesuai dengan kondisi, potensi, dan kebutuhan satuan pendidikan, namun pencapaian
minimalnya sama untuk setiap satuan pendidikan. Khusus untuk pengembangan
kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya untuk program paket A, B dan C
ditetapkan oleh dinas kabupaten/kota berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar
kompetensi lulusan.
Pada buku ”Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah” yang diterbitkan oleh BSNP tahun 2006, komponen
kurikulum tingkat satuan pendidikan yang perlu dikembangkan oleh sekolah adalah:
1. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan
mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.
a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
b. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
c. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
2. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang
tertuang dalam SI meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut.
(1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 25
(2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
(3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
(4) Kelompok mata pelajaran estetika
(5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan
pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP 19/2005 Pasal 7. Muatan KTSP
meliputi sejumlah mata pelajaran, muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri yang
keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan
pendidikan, sebagai berikut.
a. Mata pelajaran
Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing tingkat satuan
pendidikan berpedoman pada struktur kurikulum yang tercantum dalam Standar
Isi. Perlu diperhatikan bahwa bagi satuan pendidikan yang mengembangkan
kurikulum dengan standar lebih tinggi memungkinkan menambah atau
menyesuaikan mata pelajaran dan alokasi waktunya, sesuai kebutuhan.
b. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan mata pelajaran yang isinya disesuaikan dengan ciri khas,
potensi, atau keunggulan daerah, yang materinya belum tertuang pada mata
pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan,
tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan. Satuan pendidikan harus
mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis
muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan
satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahwa dalam satua
tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan
lokal. Dinas pendidikan dapat mengkoordinasikan pengembangan muatan lokal
sejenis untuk satuan pendidikan atau kelompok satuan pendidikan.
c. Kegiatan Pengembangan Diri
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran sehingga tidak harus
dirumuskan dalam bentuk standar kompetensi dan kompetensi dasar. Satuan
pendidikan dapat mengembangkannya dalam bentuk program kegiatan yang berisi
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 26
tujuan kegiatan dan bentuk dan pengelolaan kegiatan. Kegiatan ini difasilitasi
dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat
dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan
dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan
karier peserta didik serta dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler seperti
keparamukaan, kepemimpinan, dan kelompok ilmiah remaja.
Khusus untuk sekolah menengah kejuruan pengembangan diri terutama ditujukan
untuk pengembangan kreativitas dan bimbingan karier. Untuk satuan pendidikan
khusus menekankan pada peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian sesuai
dengan kebutuhan khusus peserta didik.
Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara kualitatif, tidak kuantitatif
seperti pada mata pelajaran.
3. Pengaturan Beban Belajar
Di dalam penjelasan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
disebutkan bahwa Pemerintah mengkategorikan sekolah/ madrasah yang telah memenuhi
atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan ke dalam kategori mandiri, dan sekolah/
madrasah yang belum memenuhi Standar Nasional Pendidikan ke dalam kategori standar.
Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh satuan pendidikan SD/MI/SDLB.
Satuan pendidikan SMP/MTs/SMPLB dan SMA/MA/SMALB /SMK/MAK kategori
standar dapat menggunakan sistem paket atau sistem SKS. Satuan pendidikan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori mandiri menggunakan sistem SKS.
Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket dialokasikan
sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Pengaturan alokasi waktu untuk setiap
mata pelajaran yang terdapat pada semester ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran
dapat dilakukan secara fleksibel dengan jumlah beban belajar yang tetap.
Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per
minggu secara keseluruhan. Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi, di samping
dimanfaatkan untuk mata pelajaran lain yang dianggap penting dan tidak terdapat di
dalam struktur kurikulum yang tercantum di dalam Standar Isi.. Penambahan
maksimum empat jam, tidak terlepas kaitannya dari struktur kurikulum sebagai
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 27
bagian dari standar isi, yang sifatnya minimal. Bagi satuan pendidikan dan komite
yang mengembangkan kurikulum dengan standar lebih tinggi, tentu dapat menambah
jam sesuai dengan kondisi, potensi dan kebutuhan.
Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur
dalam sistem paket untuk SD/MI/SDLB 0% - 40%, SMP/MTs/SMPLB 0% - 50% dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0% - 60% dari waktu kegiatan tatap muka mata
pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangkan
potensi dan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.
Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah setara dengan satu
jam tatap muka. Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan satu jam tatap muka.
Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur untuk SMP/MTs dan SMA/MA/SMK/MAK yang menggunakan sistem
SKS mengikuti aturan sebagai berikut.
a. Satu SKS pada SMP/MTs terdiri atas: 40 menit tatap muka, 20 menit kegiatan
terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
b. Satu SKS pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45 menit tatap muka, 25 menit
kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
4. Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi
dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing
indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal
dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta
kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan
pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus
untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.
5. Kenaikan Kelas dan Kelulusan
Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun ajaran. Kriteria kenaikan kelas
diatur oleh masing-masing direktorat teknis terkait. Sesuai dengan ketentuan PP
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 28
19/2005 Pasal 72 Ayat (1), peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada
pendidikan dasar dan menengah setelah:
a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan
dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran
jasmani, olahraga, dan kesehatan;
c. lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi; dan
d. lulus Ujian Nasional.
Materi ujian nasional dikembangkan tentu mengacu kepada Standar Isi dan SKL yang
sifatnya minimal. Apabila satuan pendidikan telah mengembangkan dan menerapkan
kurikulum yang mengacu standar isi dan SKL (apalagi kurikulum dengan standar
lebih tinggi), tentunya siap untuk mengikuti ujian nasional.
Keempat syarat diatas bersifat ururtan prasyarat, artinya seorang peserta didik yang
belum menyelesaikan seluruh program pemebelajaran berarti belum mendapat nilai
baik untuk kelompok non iptek, belum bisa mengikuti ujian sekolah, dan tentu saja
belum bisa mengikuti ujian nasional.
6. Penjurusan
Penjurusan dilakukan pada kelas XI dan XII di SMA/MA. Kriteria penjurusan diatur
oleh direktorat teknis terkait.
7. Pendidikan Kecakapan Hidup
Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/ SMALB,
SMK/MAK dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup, yang mencakup
kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan/atau kecakapan
vokasional. Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian integral dari
pendidikan semua mata pelajaran dan/atau berupa paket/modul yang direncanakan
secara khusus.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 29
Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan
yang bersangkutan dan/atau dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal.
Bagi sekolah yang belum memungkinkan memberikan pendidikan kecakapan hidup,
dapat meminta peserta didik untuk mendapatkannya dari satuan pendidikan formal
dan non formal lainnya.
8. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global
Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan yang
memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek
ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain,
yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik.
Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat memasukkan pendidikan
berbasis keunggulan lokal dan global, yang dapat merupakan bagian dari semua mata
pelajaran dan juga dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal. Pendidikan berbasis
keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan formal lain
dan/atau nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.
9. Kalender Pendidikan
Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun kalender pendidikan sesuai
dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan
masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana yang dimuat
dalam Standar Isi.
10. Silabus
Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Penilaian yang dimaksud menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik. Teknik penilaian tersebut dapat
berupa tes tertulis, observasi, tes praktek, dan penugasan perseorangan atau
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 30
kelompok, serta teknik penilaiannya sesuai dengan karakteristik hasil pembelajaran
dan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi
dan metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Silabus dan RPP
merupakan bagian tak terpisahkan dari komponen kurikulum tingkat satuan
pendidikan.
Di dalam panduan penyusuan kurikulum disebutkan bahwa silabus adalah rencana
pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang
mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat
belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke
dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian. Sedangkan unit waktu silabus diatur sebagai berikut:
a. Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang
disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat
satuan pendidikan.
b. Penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per semester,
per tahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang sekelompok.
c. Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus sesuai
dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran dengan
alokasi waktu yang tersedia pada struktur kurikulum. Khusus untuk SMK/MAK
menggunakan penggalan silabus berdasarkan satuan kompetensi.
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau
berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas
Pendikan, dengan memperhatikan hal berikut.
a. Disusun secara mandiri oleh guru apabila guru yang bersangkutan mampu
mengenali karakteristik siswa, kondisi sekolah dan lingkungannya.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 31
b. Apabila guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan
pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah dapat mengusahakan
untuk membentuk kelompok guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus
yang akan digunakan oleh sekolah tersebut.
c. Di SD/MI semua guru kelas, dari kelas I sampai dengan kelas VI, menyusun
silabus secara bersama. Di SMP/MTs untuk mata pelajaran IPA dan IPS terpadu
disusun secara bersama oleh guru yang terkait.
d. Sekolah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri, sebaiknya
bergabung dengan sekolah-sekolah lain melalui forum MGMP/PKG untuk
bersama-sama mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah-
sekolah dalam lingkup MGMP/PKG setempat.
e. Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan
membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman di bidangnya
masing-masing.
Langkah-langkah Pengembangan Silabus dapat dilakukan sebagai berikut.
a. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan
materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI, keterkaitan antar
kompetensi dalam satu mata pelajaran atau antar mata pelajaran. Satuan
pendidikan yang mengembangkan kurikulum dengan standar lebih tinggi, tentu
perlu mengembangkan silabus yang sesuai
b. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
Materi ini dapat berupa konsep, pokok bahasan, atau tema yang bersifat
kontekstual dan dipilih sesuai dengan kondisi, potensi, karakteristik satuan
pendidikan dan peserta didik. Materi ini, nantinya diperinci dalam RPP.
c. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta
didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka
pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 32
melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada
peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai
peserta didik. Kegiatan pembelajaran dalam silabus merupakan pokok-pokok
kegiatan siswa untuk mencapai kompetensi, yang nantinya diperinci dalam RPP.
d. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran,
satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional
yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk
menyusun alat penilaian. Karena indikator dirumuskan dari kompetensi dasar
berarti setiap kompetensi dasar memiliki lebih dari satu indikator, agar penjabaran
kompetensi lebih jelas, rinci dan terukur.
e. Penentuan Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan
indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk
tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya
berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Cakupan jenis penilaian dalam silabus tentu harus mengakomodasi kompetensi
dan indikator yang telah dirumuskan. Di dalam penilaian, dapat dimasukkan
bentuk penilaian dan jenis tugas yang perlu dilakukan siswa untuk melihat
pencapaian kompetensi siswa.
6. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah
minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan
mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat
kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang
dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai
kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 33
Silabus tidak harus dirancang untuk satu kali pertemuan (tatap muka), tetapi
dirancang satu kompetensi atau sekelompok kompetensi. Dengan demikian
alokasi waktu yang ditetapkan dalam silabus dapat lebih dari satu kali pertemuan.
7. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta
lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi
dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi.
11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan penjabaran sistematis dan
terurut dari silabus yang dituangkan dalam tujuan pembelajaran, materi ajar, metode,
langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar, penilaian hasil belajar, dan alokasi
waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar atau beberapa indikator dalam silabus
tersebut.
a. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelejaran dirumuskan dalam bentuk uraian proses kegiatan belajar dan
kemampuan atau hasil belajar peserta didik untuk mencapai kompetensi atau
indikator yang telah dirumuskan dalam silabus.
b. Materi Ajar
Materi ajar dirumuskan dari materi pokok atau materi pembelajaran pada silabus
yang dapat berupa rincian secara runtut subpokok bahasan atau subtema.
Pemilihan materi ajar ditentukan oleh kondisi, potensi, kebutuhan dan daya
dukung sumber daya satuan pendidikan dan siswa.
c. Metode
Metode atau strategi pembelajaran yang dituangkan dalam RPP merupakan bentuk
kegiatan dan organisasi kelas yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Metode dan organisasi pembelajaran dapat berupa diskusi
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 34
informasi, tanya jawab, problem solving, diskusi, kerja kelompok, penugsan, dan
sebagainya.
d. Langkah pembelajaran
Langkah pembelajaran dirumuskan dan dirinci dari pokok-pokok kegiatan belajar
yang telah ditetapkan dalam silabus sehingga kegiatan belajar menjadi efektif.
RPP merupakan persiapan, skenario, atau rencana pembelajaran yang dirancang
dalam satu pertemuan atau beberapa pertemuan, yang biasanya dilengkapi dengan
LK (lembar kerja) atau lembar tugas. Langkah pembelajaran memuat bentuk
kegiatan belajar dan strategi pengorganisasian belajar kelas serta urutan
kegiatannya sebagai berikut.
(1) Kegiatan awal
Kegiatan ini dapat berupa apersepsi, review (mengulang beberapa hal yang
bersifat prasyarat), kegiatan problem solving aplikasi yang berkaitan dengan
materi ajar, termasuk menjelaskan tujuan pembelajaran.
(2) Kegiatan inti
Kegiatan ini merupakan kegiatan dan organisasi belajar secara yang bervariasi
dan terurut sistematis untuk mencapai kompetensi dan beberapa indikator
yang telah dirumuskan dalam bentuk tujuan pembelajaran.
(3) Penutup
Kegiatan penutup dari RPP dapat diisi dalam bentuk refleksi (perenungan)
tentang pencapaian hasil belajar, penugasan lebih lanjut atau lebih mendalam,
atau rangkuman hasil belajar.
e. Penilaian
Penilaian ini memuat rincian bentuk, contoh penilaian dan pedoman penskoran
dari bentuk penilaian dan jenis tugas yang telah dirumuskan dalam silabus.
Pelaksanaan penilaian terintegrasi dalam selama kegiatan belajar berlangsung.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
(1) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 35
(2) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa
dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan
untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
(3) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya
dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang
belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.
(4) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut
berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi
peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan,
dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria
ketuntasan.
(5) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh
dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan
pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada
proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun
produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang
dibutuhkan.
f. Sumber Belajar
Sumber belajar meliputi bahan ajar, alat, bahan, media, dan alat bantu belajar yang
digunakan untuk mencapai kompetensi atau beberapa indikator yang telah
dirumuskan dalam bentuk tujuan pembelajaran. Di sini perlu dijelaskan
ketersediaan dan banyaknya sumber belajar, termasuk cara penggunaannya.
g. Alokasi waktu
RPP dirancang menggunakan jam pembelajarn sehingga alokasi waktunya
merupakan perkiraan jumlah jam pelajaran yang diperlukan untuk untuk mencapai
kompetensi atau beberapa indikator yang telah dirumuskan dalam bentuk tujuan
pembelajaran, termasuk perlu diperjelas proporsi waktu untuk kegiatan awal,
kegiatan inti dan penutup.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 36
E. PENERAPAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
Implementasi, penerapan atau pelaksanaan standar isi dan standar kompetensi lulusan
diatur dalam Permendiknas No. 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22
tentang standar isi dan Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi
lulusan. Pada Permendiknas No. 24 tahun 2006 disebutkan bahwa:
(1) Satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetapkan kurikulum
tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai kebutuhan satuan pendidikan
yang bersangkutan berdasarkan pada :
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 36 sampai dengan Pasal 38;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan Pasal 5 sampai dengan Pasal 18, dan Pasal 25 sampai dengan Pasal 27;
c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Setiap satuan pendidikan yang akan mengembangkan kurikulum perlu memiliki
dokumen yang berisi ketentuan-ketentuan di atas. Satuan pendidikan perlu memiliki,
mengkaji, dan memahami dokumen tersebut agar dapat mengembangkan kurikulum
secara optimal, sesuai potensi, kondisi dan kebutuhannya.
(2) Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan
standar yang lebih tinggi dari Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
sebagaimana diatur dalam Permendiknas No. 22 dan No. 23 tahun 2006
Standar isi dan standar kompetensi lulusan merupakan ketentuan yang bersifat
minimal sehingga satuan pendidikan dimungkinkan menyusun kurikulum dengan
standar lebih tinggi. Kurikulum dengan standar lebih tinggi dapat berupa penambahan
lingkup materi dan kompetensi, pendalaman kompetensi, penambahan mata pelajaran
atau penambahan muatan lainnya, sesuai dengan kondisi, potensi dan kebutuhan
satuan pendidikan. Dengan mengembangkan dan menerapkan kurikulum dengan
standar lebih tinggi, maka satuan pendidikan dapat menyesuaikan alokasi waktu pada
struktur kurikulum, mengatur sistem beban belajar, mengatur kalender pendidikan,
mengatur sistem akselerasi atau percepatan belajar dan sebagainya, sesuai dengan
kondisi, potensi dan kebutuhan satuan pendidikan.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 37
(3) Pengembangan dan penetapan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan
menengah memperhatikan panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan
dasar dan menengah yang disusun Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan masih bersifat umum
sehingga hal-hal lebih lanjut dan rinci perlu ditetapkan sendiri oleh satuan pendidikan
atau kelompok satuan pendidikan. Perlu dikritisi bahwa pengembangan dan penetapan
kurikulum merupakan tanggung jawab sekolah sehingga sekolah perlu secara mandiri
menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan kurikulum dengan tetap mengacu pada
ketentuan yang ada seperti pada UU sisdiknas, PP Standar Nasional Pendidikan dan
Permendiknas Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan dan ketentuan
pelaksanaannya.
(4) Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengadopsi atau mengadaptasi model
kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah yang disusun oleh BSNP.
Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa pada dasarnya satuan pendidikan tidak
diharuskan mengembangkan kurikulum apabila belum memiliki kesiapan berbagai
sumber daya yang diperlukan, tetapi harus menerapkan kurikulum sesuai dengan
Permendiknas No. 22, 23 dan 24 tahun 2006. Hal ini untuk mengakomodasi
kemungkinan terdapat satuan pendidikan atau kelompok satuan pendidikan yang
belum siap mengembangkan kurikulum sendiri.
(5) Kurikulum satuan pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh kepala satuan
pendidikan dasar dan menengah setelah memperhatikan pertimbangan dari Komite
Sekolah atau Komite Madrasah.
Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa penetapan kurikulum satuan pendidikan
merupakan tanggung jawab satuan pendidikan dan komitenya. Pertimbangan komite
dapat berarti berupa persetujuan setelah KTSP disusun oleh sekolah atau komite
berpatisipasi aktif dan bekerjasama dalam proses penyusunan kurikulum dengan
sekolah/madrasah.
Mengenai mekanisme dan strategi pelaksanaan standar isi dan standar kompetensi
lulusan, di dalam Permendiknas No. 24 tahun 2006 disebutkan bahwa:
(1) Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menerapkan Permendiknas No. 22 dan
No. 23 Tahun 2006 mulai tahun ajaran 2006/2007.
Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa satuan pendidikan memungkinkan menerapkan
Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006, setelah tahun 2006 sampai tahun 2009
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 38
apabila kondisi satuan pendidikan belum siap, atau mungkin menerapkannya secara
bertahap mulai melengkapi perangkat pendukung, mempelajari dokumen yang
diperlukan, dan sejenisnya.
(2) Satuan pendidikan dasar dan menengah harus sudah mulai menerapkan Permendiknas
No. 22 dan No. 23 Tahun 2006 paling lambat tahun ajaran 2009/2010.
(3) Satuan pendidikan dasar dan menengah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
yang telah melaksanakan uji coba kurikulum 2004 secara menyeluruh dapat
menerapkan secara menyeluruh Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006 untuk
semua tingkatan kelasnya mulai tahun ajaran 2006/2007.
(4) Satuan pendidikan dasar dan menengah yang belum melaksanakan uji coba kurikulum
2004, melaksanakan Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006 secara bertahap
dalam waktu paling lama 3 tahun, dengan tahapan:
a Untuk sekolah dasar (SD), madrasah ibtidaiyah (MI), dan sekolah dasar luar biasa
(SDLB):
- tahun I : kelas 1 dan 4;
- tahun II : kelas 1,2,4, dan 5;
- tahun III : kelas 1,2,3,4,5 dan 6.
b Untuk sekolah menengah pertama (SMP), madrasah tsanawiyah (MTs), sekolah
menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK),
madrasah aliyah kejuruan (MAK), sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB),
dan sekolah menengah atas luar biasa (SMALB) :
- tahun I : kelas 1;
- tahun II : kelas 1 dan 2;
- tahun III : kelas 1,2, dan 3.
(5) Penyimpangan terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir (2) di atas dapat
dilakukan setelah mendapat izin Menteri Pendidikan Nasional.
Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa satuan pendidikan memungkinkan menerapkan
Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006, setelah setelah tahun 2009 apabila
kondisi satuan pendidikan belum siap disebabkan kondisi, situasi belum
memungkinkan
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 39
Peran Pemerintah dan Pemerintah Daerah pada implementasi atau penerapan Standar Isi
dan Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dalam
Permendiknas No. 24 tahun 2006 juga disebutkan bahwa:
(1) Gubernur dapat mengatur jadwal pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun
2006, untuk satuan pendidikan menengah dan satuan pendidikan khusus, disesuaikan
dengan kondisi dan kesiapan satuan pendidikan di provinsi masing-masing.
(2) Bupati/walikota dapat mengatur jadwal pelaksanaan .Permendiknas No. 22 dan No. 23
Tahun 2006, untuk satuan pendidikan dasar, disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan
satuan pendidikan di kabupaten/kota masing-masing
(3) Menteri Agama dapat mengatur jadwal pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan No. 23
Tahun 2006, untuk satuan pendidikan madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah tsanawiyah
(MTs), madrasah aliyah (MA), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), disesuaikan
dengan kondisi dan kesiapan satuan pendidikan yang bersangkutan.
Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa gubernur, bupati, walikota dan menteri Agama lebih
berperan dalam pengaturan jadwal atau mengkoordinasikan pelaksanaan Permendiknas
No. 22 dan No. 23 Tahun 2006, untuk mendukung dan mendorong satuan pendidikan dalam
menerapkan standar isi dan standar kompetensi lulusan. Peran satuan pendidikan tetap
merupakan pelaksana dalam penerapan Permendiknas tersebut dan semua satuan
pendidikan dalam suatu wilayah tidak harus melaksanakan secara serempak, tetapi
disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan satuan pendidikan.
Di dalam Permendiknas No. 24 tahun 2006, BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan)
memilki tugas sebagai berikut.
(1) BSNP melakukan pemantauan perkembangan dan evaluasi pelaksanaan Permendiknas
No. 22 dan No. 23 Tahun 2006, pada tingkat satuan pendidikan, secara nasional.
(2) BSNP dapat mengajukan usul revisi .Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006
sesuai dengan keperluan berdasarkan pemantauan hasil evaluasi sebagaimana
dimaksud pada butir (1).
Sedangkan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, memiliki
tugas berikut:
(1) menggandakan Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006, serta
mendistribusikannya kepada setiap satuan pendidikan secara nasional;
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 40
(2) melakukan usaha secara nasional agar sarana dan prasarana satuan pendidikan dasar
dan menengah dapat mendukung penerapan Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun
2006
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan:, memiliki
tugas berikut:
(1) melakukan sosialisasi Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006, dan panduan
penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah yang disusun
BSNP, terhadap guru, kepala sekolah, pengawas, dan tenaga kependidikan lainnya
yang relevan melalui Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan/atau Pusat
Pengembangan dan Penataran Guru (PPPG);
(2) melakukan sosialisasi Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006, dan panduan
penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah yang disusun
BSNP kepada dinas pendidikan provinsi, dinas pendidikan kabupaten/kota, dan dewan
pendidikan;
(3) membantu pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam penjaminan mutu satuan
pendidikan dasar dan menengah agar dapat memenuhi Permendiknas No. 22 dan No.
23 Tahun 2006, melalui LPMP.
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, memiliki tugas
berikut:
(1) mengembangkan model-model kurikulum sebagai masukan bagi BSNP;
(2) mengembangkan dan mengujicobakan model-model kurikulum inovatif;
(3) mengembangkan dan mengujicobakan model kurikulum untuk pendidikan layanan
khusus;
(4) bekerjasama dengan perguruan tinggi dan/atau LPMP melakukan pendampingan satuan
pendidikan dasar dan menengah dalam pengembangan kurikulum satuan pendidikan
dasar dan menengah;
(5) memonitor secara nasional penerapan Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006,
mengevaluasinya, dan mengusulkan rekomendasi kebijakan kepada BSNP dan/atau
Menteri;
(6) mengembangkan pangkalan data yang rinci tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22
dan No. 23 Tahun 2006
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, memiliki tugas berikut:
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 41
(1) melakukan sosialisasi Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006, di kalangan
lembaga pendidikan tenaga keguruan (LPTK);
(2) memfasilitasi pengembangan kurikulum dan tenaga dosen LPTK yang mendukung
pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006
Sekretariat Jenderal melakukan sosialisasi Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun
2006, kepada pemangku kepentingan umum. Sedangkan Departemen lain yang
menyelenggarakan satuan pendidikan dasar dan menengah :
(1) melakukan sosialisasi Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006 sesuai dengan
kewenangannya dan berkoordinasi dengan Departemen Pendidikan Nasional;
(2) mengusahakan secara nasional sesuai dengan kewenangannya agar sarana, prasarana,
dan sumber daya manusia satuan pendidikan yang berada di bawah kewenangannya
mendukung Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006
(3) melakukan supervisi, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan Permendiknas No. 22
dan No. 23 Tahun 2006 sesuai dengan kewenangannya.
Dengan berlakunya Permendiknas No. 24 Tahun 2006, Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan :
a. Nomor 060/U/1993 tentang Kurikulum Pendidikan Dasar;
b. Nomor 061/U/1993 tentang Kurikulum Sekolah Menengah Umum;
c. Nomor 080/U/1993 tentang Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan; dan
d. Nomor 0126/U/1994 tentang Kurikulum Pendidikan Luar Biasa;
dinyatakan tidak berlaku bagi satuan pendidikan dasar dan menengah sejak satuan
pendidikan dasar dan menengah yang bersangkutan melaksanakan Permendiknas No. 24
Tahun 2006.
Dari ketentuan Permendiknas No. 24 tahun 2006 jelas bahwa efektifitas pelaksanaan standar
isi dan standar kompetensi lulusan ditentukan oleh komitmen dan peran satuan pendidikan,
komite satuan pendidikan, bupati/walikota, gubernur, dan pemerintah (departemen
pendidikan nasional, departemen agama dan departemen lain yang terkait).
Satuan pendidikan dan komite berperan dalam mengembangkan, menyusun, mengevaluasi
dan melaksanakan kurikulum sesuai dengan standar isi dan standar kompetensi lulusan.
Bupati/walikota dan gubernur berperan dalam melakukan sosialisasi, mengatur jadwal,
mengkoordinasikan, memonitor dan mendorong satuan pendidikan untuk menerapkan
standar isi dan standar kompetensi lulusan. Departemen pendidikan nasional memiliki peran
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 42
dalam melakukan sosialisasi, workshop, mengeluarkan kebijakan teknis, mengusahakan
sarana dan prasarana, dan memonitor satuan pendidikan dalam penerapan standar isi dan
standar kompetensi lulusan. Departemen agama dan departemen lain terkait berperan dalam
melakukan sosialisasi, mengatur jadwal, mengkoordinasikan, mengevaluasi dan mendorong
satuan pendidikan di bawah kewenangannya untuk menerapkan standar isi dan standar
kompetensi lulusan.
F. SISTEM MONITORING KURIKULUM
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas keberhasilan implementasi kurikulum yang
dilakukan oleh suatu lembaga adalah melakukan monitoring terhadap program tersebut.
Monitoring tersebut dapat dilakukan mulai dari perencanaan (termasuk needs analysis)
, proses dan pelaksanaan, maupun outputnya. Proses dan kedudukan monitoring dapat
digambarkan sebagai berikut :
Monitoring merupakan bagian dari bentuk pengendalian (control) yaitu proses yang
memastikan bahwa aktifitas aktual (yang terjadi) sesuai dengan aktifitas yang
direncanakan. Dalam kaitannya dengan peningkatan mutu implementasi kurikulum,
terdapat berbagai istilah yang hampir sepadan yaitu monitoring, evaluasi dan supervisi.
Semua istilah tersebut secara umum mengacu pada fungsi pengawasan pelaksanaan
program implementasi kurikulum. Keitga istilah tersebut pada dasarnya tidak terpisahkan
satu sama lain karena sama-sama digunkan dalam konteks menyempurnakan atau
memperbaiki program dan hasil pelaksanaan implementasi kurikulum.
Monitoring (pemantauan) secara umum dimaknai sebagai sebuah kegiatan yang berfungsi
untuk melihat kesesuaian rencana program implementasi kurikulum dengan pelaksanaan
yang terjadi yang mencakup semua aspek dalam implementasi kurikulum diantaranya :
Analisis SWOT Implementasi kurikulum
Disain dan perencanaan kurikulum
Pelaksanaan kurikulum
Evaluasi dampak MONITORING
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 43
ketepatan perumusan analisis kebutuhan, ketepatan perencanaan program kurikulum,
ketepatan dalam pelaksanaan implementasi kurikulum, ketepatan dalam mengidentifikasi
dampak implementasi kurikulum. Hasil monitoring dapat digunakan untuk memperbaiki
program implementasi kurikulum yang sedang berjalan.
Evaluasi menurut the trainer’s Library, 1988 mendefiniisikan evaluasi adalah proses
pengumpulan data yang sistematis untuk mengukur evektivitas, efisiensi, akuntabilitas
dan relevansi program implementasi kurikulum. Suatu kegiatan evaluasi diharapkan dapat
mengukur keberhasilan apakah tujuan implementasi kurikulum yang ditetapkan dapat
dicapai. LAN mendefinisikan evaluasi sebagai proses atau kegiatan untuk menentukan
kemajuan implementasi kurikulum dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan dan
usaha untuk memperoleh informasi atau umpan balik bagi penyempurnaan program
implementasi kurikulum. Dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu proses yang
sistimatis untuk melihat apakah sebuah program implementasi kurikulum telah berhasil
dan efisien dalam pelaksanaannya. Hasil evaluasi biasanya dipergunakan untuk
memperbaiki program implementasi kurikulum yang akan dilakukan berikutnya.
Terdapat berbagai konsep mengenai supervisi. Salah satu pengertiannya, supervisi
merupakan suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu program
pendidikan dan tenaga pendidik dan kependidikan dalam melakukan profesi mereka
secara efektif. Secara sederhana, supervisi merupakan program berencana untuk
memperbaiki pengajaran.
Dari ketiga pengertian di atas tampak bahwa monitoring digunakan untuk memperbaiki
proses implementasi kurikulum yang sedang berjalan untuk mengoptimalkan hasil,
evaluasi hasilnya lebih dipergunakan untuk perbaikan program implementasi kurikulum
berikutnya walaupun pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan pada saat implementasi
kurikulum berlangsung, sedangkan supervisi lebih menekankan pada perbaikan
pembelajaran secara langsung yang diberikan oleh fasilitator atau narasumber.
Monitoring memiliki cakupan prosedur dan cakupan proses lebih luas dari sekedar yang
dilakukan dalam pekerjaan evaluasi atau supervisi. Fungsi monitoring mencakup tiga
unsur utama:
(1) Menetapkan standar ketepatan program implementasi kurikulum. Standar diuraikan
atau dirumuskan dalam bentuk kriteria hasil monitoring.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 44
(2) Memantau dan mengukur aktifitas program yang sedang berjalan dengan
menggunakan teknik monitoring tertentu. Hasilnya dibandingkan dengan standar
yang telah ditetapkan.
(3) Mengambil tindakan dalam bentuk pemberian bantuan, pengarahan, penyelesaian
masalah bersama untuk memperbaiki program yang belum sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan.
Unsur-unsur pokok dalam proses monitoring adalah penetapan standar ketepatan program
implementasi kurikulum, merancang sistem umpan balik informasi, membandingkan
kinerja aktual dengan standar yang ditetapkan, menentukan apakah terdapat
penyimpangan, dan mengambil tindakan perbaikan, yang dapat diilustrasikan sebagai
berikut.
Monitoring harus dilakukan oleh seseorang yang berkompeten sesuai dengan bidang yang
akan dimonitor. Kompetensi yang dimaksud di sini tentu kompetensi atau kemampuan
profesional yang terkait langsung dengan perencanaan, pengembangan dan
penyelenggaraan program implementasi kurikulum. Kompetensi meliputi keterampilan
teknis dalam menggunakan prosedur kerja dalam program implementasi kurikulum;
keterampilan manusiawi dalam bekerja dengan orang lain, memahami orang lain, dan
memotivasi orang lain; serta keterampilan konseptual dalam mengkoordinasi dan
memadukan berbagai kepentingan dan kegiatan dalam implementasi kurikulum.
1. Teknik – teknik monitoring dan penerapannya.
Model monitoring yang konvensional atau tradisional adalah yang bersifat mencari
kesalahan. Ini sangat mudah dilakukan karena pada dasarnya manusia sebagai
Selesai
Penetapan standar dan metode monitoring
implementasi kurikulum
Monitoring Apakah kinerja sesuai standar?
Pengambilan tindakan
perbaikan
ya
tidak
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 45
penyelenggara implementasi kurikulum, memiliki banyak kekurangan. Cara ini tentu saja
tidak sesuai dengan tujuan monitoring dan berdampak pada sikap acuh tak acuh atau
menentang dari pihak penyelenggara program. Monitoring perlu dilakukan secara ilmiah
yang terencana, sistematis dan menggunakan instrumen tertentu.
Dalam monitoring yang ditekankan adalah bantuan agar program implementasi
kurikulum terlaksana sesuai tujuan, suasana yang hangat, dekat dan terbuka, serta umpan
balik (feedback) yang diberikan harus secepat mungkin dan objektif untuk segera
dilakukan perbaikan.
Pendekatan yang digunakan dalam monitoring dapat berupa pendekatan langsung
(direct), yaitu memberi bantuan dan arahan secara langsung atau pendekatan tidak
langsung (indirect) di mana pemonitor mendengar keluhan, hambatan, atau kesulitan
penyelenggara pendidikan, kemudian mendiskusikan pemecahan atau solusi dari problem
dan hambatan yang dihadapi.
Metode monitoring dapat berupa : konsultasi atau wawancara, observasi (pengamatan),
kuesioner, penilaian diri, atau metode pengumpulan data lainnya. Metode – metode ini
harus sudah direncanakan, dikembangkan, dipilih dan ditetapkan sebagai bagian dari
tahapan – tahapan implementasi kurikulum. Metode-metode ini dikemas, dikombinasikan
dan dilakukan secara terpadu (terintegrasi) agar proses monitoring dapat berjalan secara
efisien dan sesuai sasaran.
Metode wawancara dapat dilakukan secara tertulis ataupun langsung. Dalam metode ini
yang perlu dilakukan bahwa pewawancara harus memiliki aspek – aspek apa saja yang
perlu diketahui atau dimonitor sebagai bagian dari monitoring. Misalnya :
- Wawancara mengenai analisis kebutuhan : pewawancara harus mengetahui apakah
kebutuhan – kebutuhan proram implementasi kurikulum sudah sesuai dengan apa yang
diharapkan ?
- Wawancara tentang perencanaan kurikulum : pewawancara harus mengetahui dan
menngidentifikasi apakah struktur program kurikulum, silabus dan bahan ajarnya telah
lengkap sesuai dengan tujuan dan sistematis serta terarah ?
Hal yang terpenting dalam melakukan wawancara adalah pewawancara sudah
mempersiapkan diri dengan pedoman wawancara yang isinya memuat semua aspek –
aspek yang akan dimonitor. Dalam melakukan wawancara perlu diperhatikan bahwa
kegiatan ini tidak mengganggu semua aspek program implementasi kurikulum.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 46
Metode observasi biasanya digunakan untuk mengamati unjuk kerja (kinerja) dari setiap
orang yang terlibat dalam kegiatan program implementasi kurikulum. Observasi
dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan yang memuat aspek – aspek yang
akan dilihat saat monitoring dilakukan. Selain oleh pemonitor dari penyelenggara
implementasi kurikulum, observasi dapat pula dilakukan oleh penyelenggara (guru,
kepala sekolah, atau pengawas sekolah). Hal ini dapat memberikan beberapa manfaat:
(1) Pelaksana atau penyelenggara pendidikan akan belajar bagaimana menganalisis
peristiwa yang dialami sendiri selama program implementasi kurikulum
berlangsung
(2) Pelaksana atau penyelenggara pendidikan dapat memperoleh pengalaman dalam
memberi umpan balik perbaikan implementasi kurikulum secara langsung
(3) Pelaksana atau penyelenggara pendidikan akan belajar bagaimana menggunakan
sumber daya yang dipakai untuk melakukan analisis.
Selain menggunakan format observasi secara khusus, pemonitor dapat juga menggunakan
metode deskripsi, yaitu : menguraikan hasil pengamatan secara komprehensif dan ditulis
secara lengkap dalam sebuah laporan. Selanjutnya, laporan ini dianalisis untuk diperoleh
hal-hal atau aspek apa saja yang perlu diperbaiki dan ditindaklanjuti agar segera
dilakukan perbaikan program implementasi kurikulum.
Dalam melakukan observasi perlu dillakukan dalam situasi yang wajar (tidak
mengganggu program pembelajaran), mencatat hal-hal yang penting dan menekankan
pada upaya perbaikan program implementasi kurikulum, serta data yang dihasilkan
haruslah faktual dan bukan opini pemonitor.
Alat bantu lain yang sangat berguna dalam metode observasi/wawancara adalah kamera
untuk bukti dokumentasi pelaksanaan implementasi kurikulum, perekam suara (tape
recorder) hasil wawancara atau kegiatan lainnya, dan peralatan audio visual (video)
sebagai dokumentasi pelaksanaan implementasi kurikulum.
Unjuk kerja untuk setiap aspek yang dimonitor dapat dikategorikan dalam bentuk laporan
teramati (tepat) atau tidak teramati (tidak tepat). Boleh juga digunakan sekala rentang,
misalkan suatu aspek ditunjukkan melalui empat kategori yaitu : tidak baik, kurang baik,
cukup baik dan baik.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 47
Metode kuesioner biasanya digunakan untuk memonitor, dalam bentuk pertanyaan dan
pernyataan tertulis yang telah disiapkan. Dalam metode ini semua aspek yang dimonitor
informasinya didapatkan melalui pertanyaan atau pernyataan tertulis yang diberikan pada
sumber data (guru, kepala sekolah, atupun fihak lain yang terkait). Kuesioner dapat
berupa pertanyaan dengan jawaban tertutup, terbuka, atau pernyataan sikap. Kuesioner
dengan jawaban (options) tertutup mudah dianalisis tetapi tidak memberi peluang
responden memberi tanggapan lain yang mungkin sangat berguna. Kuesioner dengan
jawaban terbuka memberi peluang pada responden menyatakan pendapatnya secara bebas
tetapi memerlukan waktu untuk menganalisis dan melakukan perbaikan program
implementasi kurikulum. Yang terpenting dalam pengembangan kuesioner harus
memperhatikan aspek kepraktisan, kegunaan informasi yang dijaring, dan keakuratan
jawaban. Aspek lain yang tidak mungkin dimonitor melalui kuesioner dapat dimonitor
melalui observasi atau teknik monitoring lainnya.
Penilaian diri merupakan salah satu bentuk kuisioner yang khusus ditujukan kepada fihak
pelaksana penyelenggara pendidikan untuk melakukan evaluasi diri misalnya mengenai
tanggapan tentang komitmen, daya inovasi dan kreasi dari guru, kepala sekolah,
pengawas dan fihak lain yang relevan. Alat penilaian diri dapat berupa daftar ceklis
tentang pandangan/pendapat, yang disusun dalam bentuk pertanyaan tertutup atau
terbuka. Penilaian diri cukup bermanfaat untuk dilakukan karena pelaksana akan lebih
jujur mengungkapkan pendapatnya tentang pelaksanaan program implementasi
kurikulum. Walaupun perlu dilakukan kroscek atau verifikasi dengan sumber data yang
lain untuk mendapat informasi yang lebih otentik.
Data dan informasi dari monitoring secara tertulis (kuesioner, angket, atau penilaian diri)
dapat diperoleh secara langsung oleh petugas kuesioner kepada responden, melalui pos
atau dengan alat bantu teknologi informasi melalui internet (website). Monitoring melalui
pos atau internet lebih membutuhkan keaktifan dan proaktif dari pihak responden.
2. Pengembangan instrumen monitoring.
Dalam kegiatan pengembangan instrument monitoring diawali dengan kegiatan
mengidentifikasi aspek yang akan dimonitor. Dilanjutkan dengan pemilihan teknik
monitoring yang tepat, baru dilakukan pengembangan instrument monitoring dan
pedoman yang memuat criteria hasil monitoring. Dengan demikian sebelum
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 48
pengembangan instrument monitoring perlu disusun kisi – kisi instrumen monitoring
yang secara umum dapat ditampilkan dalam contoh tabel kisi-kisi berikut.
Aspek yang dimonitor Subaspek Teknik monitoring Bentuk instrumen
1. Pemahaman dan
persepsi tentang
kebijakan
kurikulum
1. Standar Isi (SI)
Tertulis
Wawancara (diskusi fokus)
Tes
Kuesioner
Panduan wawancara
2. Standar Kompetensi
Lulusan (SKL)
Tertulis
Wawancara (diskusi fokus)
Tes
Kuesioner
Panduan wawancara
3. Pelaksanaan SI dan
SKL
Tertulis
Wawancara (diskusi fokus)
Tes
Kuesioner
Panduan wawancara
2. Kemampuan dan
kesiapan sumber
daya pendidikan
4. Kemampuan dan
kesiapan pendidik
Tertulis
Wawancara
Kuesioner
Panduan Wawancara
Penilaian diri
Angket
5. Kemampuan dan
kesiapan tenaga
kependidikan
Tertulis
Wawancara
Kuesioner
Panduan Wawancara
Penilaian diri
Angket
6. Kesiapan sarana dan
prasarana
Tertulis
Observasi
Wawancara
Kuesioner
Panduan Observasi
Lembar observasi Panduan
Wawancara
7. Kesiapan orangtua dan
masyarakat
Tertulis
Wawancara
Kuesioner
Panduan Wawancara
Penilaian diri
Angket
3. Pelaksanaan atau
penerapan
kurikulum oleh
satuan pendidikan
8. Sosialisasi SI dan SKL Tertulis
Dokumen
Wawancara
Kuesioner
Panduan Wawancara
Penilaian diri
Angket
9. Pengembangan
Kurikulum (KTSP)
Tertulis
Dokumen
Wawancara
Kuesioner
Panduan Wawancara
Penilaian diri
Angket
10. Pengembangan Silabus
dan RPP
Tertulis
Dokumen
Wawancara
Kuesioner
Panduan Wawancara
Penilaian diri
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 49
Aspek yang dimonitor Subaspek Teknik monitoring Bentuk instrumen
Angket
11. Pengembangan
Penilaian
Tertulis
Dokumen
Wawancara
Kuesioner
Panduan Wawancara
Penilaian diri
Angket
12. Penerapan
pembelajaran di
sekolah
Observasi
Wawancara
Panduan Wawancara
Panduan Observasi
Lembar observasi
Aspek yang dimonitor mencakup semua komponen – komponen penting mulai dari
perencanaan kurikulum, pelaksanaan kurikulum oleh satuan pendidikan, evaluasi
efektifitas dampak pelaksanaan kurikulum, serta analisis kekuatan, kelemahan, peluang,
hambatan, dan tantangan untuk penyempurnaan kurikulum..
1. Aspek pemahaman dan persepsi, yang mencakup sub-subaspek berikut.
- Standar isi, yang meliputi:,
- penyusunan instrument TNA,
- system pengambilan data TNA,
- pengolahan dan analisis data TNA,
- pemetaan kebutuhan implementasi kurikulum.
2. Aspek Perencanaan implementasi kurikulum, yang mencakup sub-subaspek:
- Isi struktur program implementasi kurikulum,
- Isi silabus,
- Isi bahan ajar,
Setiap aspek atau sub aspek tersebut dapat di jabarkan kedalam aspek yang lebih kecil.
Hal ini agar mempermudah dalam melakukan monitoring nantinya, serta akan
meningkatkan nilai ketepatan pengamatan. Aspek – aspek yang lebih rinci akan mampu
menggambarkan pelaksanaan implementasi kurikulum dengan baik atau tidak suatu
implementasi kurikulum dilaksanakan. Misalkan sub aspek isi silabus dapat dirinci
menjadi lima komponen yaitu :
1. ketepatan menentukan kompetensi yang akan dicapai,
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 50
2. ketepatan indicator yang dirumuskan,
3. ketepatan materi yang dipilih sebagai bahan implementasi kurikulum,
4. ketepatan metode implementasi kurikulum yang digunakan,
5. ketepatan waktu yang disediakan.
Teknik monitoring dipilih dengan mempertimbangkan karakteristik dari setiap aspek
yang dimonitor. Terdapat beberapa jenis teknik monitoring, yaitu teknik tertulis yang
dapat dilakukan dengan wawancara tertulis, kuesioner atau penilaian diri dan monitoring
unjuk kerja dan sikap yang dilakukan dalam bentuk observasi saat implementasi
kurikulum berlangsung.
Apabila aspek yang dimonitor berupa kelengkapan dokumen atau peralatan, kualitas isi
dokumen atau peralatan, atau sarana lainnya, maka monitoring dapat dilakukan dalam
bentuk tertulis misalnya berupa kuesioner. Namun, jika aspek yang dimonitor berupa
kinerja atau performa dari penyelenggara dan peserta implementasi kurikulum, komitmen
atau sikap penyelenggara dan peserta implementasi kurikulum terhadap program
implementasi kurikulum, maka monitoring paling tepat dilakukan dalam bentuk
observasi. Biasanya untuk membuat efektif monitoring, suatu aspek dimonitor dengan
menggunakan lebih dari satu teknik monitoring.
Misalnya, subaspek materi implementasi kurikulum penyusunan silabus dapat dimonitor
dengan metode kuesioner untuk melihat kelengkapan dan isi kualitas dari dokumen
silabus yang digunakan, serta silabus hasil karya peserta. Di sisi lain, dapat dimonitor
dengan metode observasi untuk melihat komitmen, minat dan ketertarikan peserta,
komitmen fasilitator selama program implementasi kurikulum dilaksanakan.
Kriteria atau tolok ukur hasil monitoring merupakan ukuran ketepatan, kelengkapan atau
kebenaran prosedur kerja dari setiap tahapan program implementasi kurikulum sesuai
dengan aspek-aspeknya. Perumusan kriteria ini harus jelas, dapat diukur (measurable),
atau dapat diamati (observable), serta dapat dicapai dengan tenggang waktu tertentu.
Perumusan yang samar-samar seperti ’meningkatkan mutu bahan ajar’, tidak akan dapat
dimonitor karena tidak jelas ukuran peningkatannya.
Kriteria ini merupakan pedoman atau acuan bagi pemonitor untuk memeriksa ketepatan
setiap aspek yang dimonitor pada setiap tahapan program implementasi kurikulum. Cara
paling sederhana menentukan kriteria adalah dengan daftar ceklis, yaitu menetapkan
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 51
apakah setiap aspek dilakukan atau tidak dilakukan, tepat atau tidak tepat. Namun ukuran
ini terlalu kasar karena banyak tahapan program implementasi kurikulum yang dilakukan
dengan ukuran sangat berhasil, cukup berhasil, atau tidak berhasil atau dengan criteria
sangat tepat, kurang tepat, cukup tepat atau tidak tepat. Demikian juga apabila kita minta
pendapat peserta tentang program implementasi kurikulum, mereka biasanya ada yang
setuju, sangat setuju atau tidak setuju.
3. Pengolahan dan analisis hasil monitoring.
Tingkat analisis bergantung pada detil data yang dibutuhkan dan kompleksitas
permasalahan selama implementasi kurikulum. Pengolahan dan analisis hasil monitoring
dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Kebanyakan orang lebih tertarik
dengan analisis kuantitatif, walaupun analisis kualititatif juga sangat penting untuk
dicermati.
Data yang diperoleh dari hasil monitoring perlu dianalisis secara kualitatif dengan
menggunakan pendekatan content analysis untuk membandingkan berbagai temuan yang
memiliki karakteristik berbeda-beda dan narrative analysis untuk melihat kohorensi
temuan atau informasi dari tanggapan para stakeholder program implementasi kurikulum.
Data juga akan dianalisis secara kuantitatif dengan pendekatan descriptive statistically
analysis untuk mendeskripsikan berbagai aspek variabel yang diperoleh dari temuan
selama implementasi kurikulum. Hasil analisiis data digunakan untuk memvalidasi
program penyelenggaraan implementasi kurikulum dan kesesuaiam dengan potensi dan
kebutuhan implementasi kurikulum.
Apapun metode analisis yang digunakan, harus menjawab pertanyaan apakah program
implementasi kurikulum telah berhasil dan efektif dilakukan sesuai tujuan implementasi
kurikulum. Untuk itu ketepatan kuantitas dan kualitas dari proses monitoring sangat
menentukan hasil analisis, yang selanjutnya juga menentukan apakah tujuan implementasi
kurikulum telah tercapai. Yang penting diperhatikan bahwa hasil monitoring harus
menjadi umpan balik secara langsung sehingga proses implementasi kurikulum berjalan
sesuai dengan track atau tujuan yang ditetapkan. Dengan demikian, hasil montoring sudah
harus dapat dijadikan sebagai masukan perbaikan implementasi kurikulum sejak tahapan
implementasi kurikulum dimulai.
4. Pemanfaatan hasil monitoring.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 52
Seperti yang telah dikemukakan di muka bahwa tujuan monitoring atau pemantauan
adalah untuk menjamin suatu kegiatan atau program implementasi kurikulum tetap on the
track sesuai dengan tujuan program yang telah ditetapkan, yaitu agar praktek pelaksanaan
program implementasi kurikulum sesuai dengan perencanaan. Dengan demikian, manfaat
pokok dari proses monitoring adalah mengendalikan pelaksanaan program implementasi
kurikulum berlangsung secara efisien dan sukses sesuai dengan tujuan. Manfaat proses
monitoring lainnya adalah:
1. memberi motivasi bagi peserta dan pelaksana pendidikan untuk melaksanakan
program implementasi kurikulum secara optimal.
2. mendorong semua pihak dalam program implementasi kurikulum lebih berdisiplin
dan bertanggung jawab.
3. hasil analisis monitoring dapat digunakan sebagai bahan evaluasi secara menyeluruh
untuk meningkatkan kualitas program implementasi atau penerapan kurikulum oleh
satuan pendidikan.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 53
BAB III
METODOLOGI
Pendekatan dalam monitoring ini bersifat descriptive-explanatory berbentuk studi (survey)
dengan menggunakan data kualitatif dan kuantitatif yang digunakan secara seimbang dan
saling melengkapi untuk melihat profil pencapaian satuan pendidikan dalam penerapan
standar isi dan standar kompetensi lulusan pada tingkat propinsi. Selain itu, hasil monitoring
ini dilakukan sebagai bahan pertimbangan dalam merekomendasikan perencanaan dan
pelaksanaan penerapan standar isi dan standar kompetensi lulusan agar lebih efektif dan
efisien pada satuan pendidikan dasar dan menengah.
A. STRATEGI MONITORING
Kegiatan ini dilakukan melalui berbagai metode dalam bentuk studi dokumen, workshop,
rapat kerja dan koordinasi, diskusi fokus, pengembangan desain, pengembangan
instrumen, melakukan monitoring, pengolahan hasil monitoring, penyusunan dan
presentasi rekomendasi, sebagai berikut.
(1) Penyusunan desain
Desain ini merupakan master plan yang disusun untuk dijadikan pedoman atau acuan
dalam kegiatan monitoring yang meliputi: latar belakang dan tujuan monitoring,
ruang lingkup, hasil yang diharapkan, kerangka berpikir atau landasan teori,
metodologi, pelaksanaan kegiatan, analisis hasil monitoring, penyusunan dan
presentasi rekomendasi mengenai hasil kegiatan keseluruhan. Penyusunan desain
dilaksanakan dalam bentuk workshop, rapat kerja dan diskusi fokus yang melibatkan
berbagai nara sumber perguruan tinggi, praktisi pendidik dan tenaga kependidikan,
dan stakeholder lain yang relevan.
(2) Pengembangan instrumen
Instrumen dikembangkan dan disusun untuk menjaring atau mendapatkan data dan
informasi kualitatif dan kuantitaif mengenai pencapaian pelaksanaan Permendiknas
No. 22 dan 23 tahun 2006 tentang Standar Isi dan SKL oleh satuan pendidikan.
Instrumen yang disusun berbentuk tes, kuesioner, pedoman wawancara, pedoman
observasi situasi dan pelaksanaan pembelajaran. Sumber data yang digunakan adalah
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 54
siswa, guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan lain, pengawas sekolah, dan
dinas pendidikan kabupaten/kota/ propinsi, serta dokumen yang relevan. Instrumen
yang telah disusun diujicoba secara terbatas untuk memvalidasi keterbacaan dan
kesesuaiannya dengan tujuan monitoring
(3) Rapat koordinasi membahas implikasi Permendiknas No. 22, 23 dan 24 tahun 2006
Rapat kerja ini terutama untuk menentukan kesamaan persepsi dan pemahaman
berbagai pihak pengelola pendidikan dari unsur sekolah, orangtua, dinas pendidikan,
pemerintah, dan pihak lain mengenai implikasi Permendiknas No. 22, 23 dan tahun
2006 tentang:
a. Hal-hal yang harus dilaksanakan dan dicapai satuan pendidikan seperti yang
dituntut dalam Permendiknas No. 22 dan 23 tahun 2006
b. Mekanisme satuan pendidikan dalam menyusun dan melaksanakan kurikulum
tingkat satuan pendidikan dan daya dukungnya.
c. Peran pemerintah kabupaten/kota/propinsi dalam mendukung pelaksanaan
Permendiknas No. 22 dan 23 tahun 2006 oleh satuan pendidikan
d. Peran pemerintah (Depdiknas dan departemen lain terkait) dalam merumuskan
kebijakan untuk mendukung pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23 tahun 2006
oleh satuan pendidikan
Rapat kerja ini juga untuk mengatur koordinasi dalam pelaksanaan monitoring
sehingga diperoleh cukup data dan informasi kualittaif dan kuantitatif yang akurat dan
aktual tentang pencapaian penerapan dan pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23
tahun 2006 oleh satuan pendidikan pada setiap propinsi.
(4) Pelaksanaan monitoring
Monitoring dilakukan dengan menggunakan instrumen-instrumen yang dikemas,
dikombinasikan dan dilakukan secara terpadu (terintegrasi) agar proses monitoring
dapat berjalan secara efisien dan sesuai sasaran dan kebutuhan. Pelaksanaan
monitoring mengacu pada pedoman monitoring yang mengatur tentang: kriteria
petugas pelaksana monitoring, kelengkapan jumlah dan jenis intrumen, metode
penggunaan instrumen dan sumber data yang diperlukan, dan kelengkapan data dan
informasi yang diperlukan sebagai hasil monitoring serta hal-hal lain yang ditemukan
selama pelaksanaan monitoring.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 55
(5) Analisis Hasil Monitoring
Data dan informasi hasil monitoring dan kajian dokumen pendukund yang relevan
dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif untuk mendapatkan gambaran, potret atau
profil tingkat pencapaian dan efektifitas penerapan atau pelaksanaan Permendiknas
No. 22 dan 23 tahun 2006 oleh satuan pendidikan pada seluruh propinsi. Hasil analisis
ini digunakan sebagai bahan penyusunan rekomendasi kebijakan dalam penyusunan
dan pelaksanaan kurikulum oleh satuan pendidikan dan evaluasu, supervisi atau
pembinaannya oleh pengawas sekolah, dinas pendidikan kabupaten/kota/propinsi dan
pemerintah.
(6) Rekomendasi kebijakan kurikulum
Rekomendasi atau saran kebijakan kurikulum disusun berdasarkan analisis hasil
monitoring meliputi rekomendasi bagi satuan pendidikan dan komite, bentuk
pembinaan oleh dinas kabupaten/kota/propinsi, tindakan kebijakan oleh pemerintah
dan stakeholder terkait.
(7) Penyusunan laporan
Sebagai bentuk pertanggungjawaban kegiatan secara keseluruhan, perlu dibuat
laporan beserta hasil-hasilnya pada tiap langkah kegiatan. Hasil kegiatan ini
diharapkan dapat memberi manfaat bagi kepala sekolah, guru, komite sekolah
maupun dinas pendidikan di daerah, dalam mengefektifkan pelaksanaan
Permendiknas No. 22 dan 23 tahun 2006 oleh satuan pendidikan.
B. PENGEMBANGAN INSTRUMEN
Instrumen disusun dan digunakan untuk mengukur atau mendapatkan data dan informasi
pencapaian pelaksanaan Peremndiknas No. 22 dan 23 tahun 2006. Bentuk Instrumen yang
dikembangkan dalam monitoring ini berupa kuesioner, pedoman wawancara, dan
pedoman observasi.
Metode wawancara dapat dilakukan secara tertulis ataupun langsung dengan mengacu
pada panduan wawancara. Observasi digunakan untuk mengamati unjuk kerja (kinerja)
pada saat pembelajaran di sekolah maupun obaservasi situasi dan kondisi pembelajaran
dengan menggunakan lembar pengamatan yang memuat aspek – aspek yang akan dilihat
saat monitoring dilakukan.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 56
Metode kuesioner disusun dalam bentuk pertanyaan dan pernyataan tertulis yang telah
disiapkan yang dapat berbentuk pertanyaan dengan jawaban tertutup, terbuka, atau
pernyataan sikap. Kuesioner dengan jawaban (options) tertutup mudah dianalisis tetapi
tidak memberi peluang responden memberi tanggapan lain yang mungkin sangat berguna.
Kuesioner dengan jawaban terbuka memberi peluang pada responden menyatakan
pendapatnya secara bebas tetapi memerlukan waktu untuk menganalisis. Dalam
pengembangan kuesioner memperhatikan aspek kepraktisan, kegunaan informasi yang
dijaring, dan keakuratan jawaban. Aspek lain yang tidak mungkin dimonitor melalui
kuesioner dapat dimonitor melalui observasi atau teknik monitoring lainnya.
Penilaian diri merupakan salah satu bentuk kuisioner yang khusus untuk melakukan
evaluasi diri tentang komitmen Penilaian diri cukup bermanfaat untuk dilakukan karena
pelaksana diklat akan lebih jujur mengungkapkan pendapatnya tentang pelaksanaan
program diklat. Walaupun perlu dilakukan kroscek atau verifikasi dengan sumber data
yang lain untuk mendapat informasi yang lebih otentik.
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Populasi dalam monitoring ini adalah unsure dari satuan pendidikan dasar dan menengah
dan komitenya serta dinas pendidikan kabupaten/kota/propinsi pada 33 propinsi. Teknik
sampling dilakukan secara multi-stages dengan mengkombinasikan sistem cluster
samples dan purposive samples. Pada masing-masing propinsi akan dilakukan monitoring
pada tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah yang meliputi pendidik, tenaga
kependidikan, komite, siswa, orangtua, pengawas, dan sarana pendukungnya. Monitoring
pada tingkat dinas penddikan kab/kota/propinsi meliputi ketenagaan dan program kerja
dalam mendukung pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23 tahun 2006.
Direncanakan keseluruhan responden monitoring pada setiap propinsi melibatkan siswa
SD/MTs, dan SMP/MTs, Dinas pendidikan, guru, kepala sekolah, dan orang tua.
D. TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis data yang digunakan adalah content analysis berupa studi dokumen untuk
membandingkan berbagai temuan yang memiliki karakteristik berbeda-beda dan
narrative analysis untuk melihat kohorensi temuan / informasi dari dokumen ataupun
tanggapan para responden yang berkaitan dengan ketersediaan buku-buku pelajaran dan
kesesuaiannya dengan kurikulum. Selain itu, juga digunakan descriptive statistically
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 57
analysis untuk mendeskripsikan berbagai aspek variabel yang berkaitan dengan buku-
buku pelajaran.
E. PROFIL RESPONDEN
Responden yang dilibatkan dalam monitoring ini berasal dari dinas pendidikan provinsi,
dinas pendidikan kota di ibu kota provinsi, dan sekolah-sekolah yang berada di ibukota
provinsi. Responden dipilih secara acak, namun karena semua responden berasal dari ibu kota
provinsi, data yang diberikan belum mewakili daerah-daerah di luar ibukota provinsi. Namun
demikian, hasil monitoring dapat dijadikan sebagai barometer untuk memperkirakan
(memprediksi) bagaimana kondisi di luar ibu kota provinsi.
1. Dinas Pendidikan
Sebagain besar responden yang berasal dari pejabat struktural Dinas Pendidikan berlatar
belakang pendidikan sarjana strata 1 (64,8%), sarjana strata 2 (18,0%), SLTA (13,7%), dan
diploma (3,5%). Responden yang berlatar belakang pendidikan SLTA adalah staf teknis
yang hadir mewakili atasannya. Sebagian besar (53,9%) telah memiliki masa kerja antara
21-30 tahun, dan hanya 14,4% yang masa kerjanya 10 tahun ke bawah.
Lebih separoh (58,5) responden mengaku belum pernah ikut sosialisasi. Dari responden yang
mengikuti sosialisasi, umumnya (97,8) menyatakan ikut sosialisasi kurang dari seminggu.
2. Sekolah
Responden yang terdiri atas kepala sekolah dan guru dengan latar belakang pendidikan
sebagian besar sarjana. 80,3% responden kepala sekolah berpendidikan sarjana strata 1, dan
19,7 berpendidikan sarjana strata 2. Sedangkan guru, 84,5% adalah sarjana starta 1, 11,9
sarjanan strata 2, 1,2% sarjanan strata 3, serta 2,4 masih berpendidikan diploma.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 58
Berdasarkan masa kerjanya, 48,5% kepala sekolah yang menjadi responden memiliki masa
kerja 11-20 tahun, 37,8% dengan masa kerja 21-30 tahun, 7,6% dengan masa kerja 10 tahun
ke bawah, dan hanya 6,1 % yang memiliki masa kerja di atas 31 tahun. Sedangkan guru yang
menjadi responden monitoring ini lebih separo (57,1%) memiliki masa kerja 11-20 tahun,
29,8% di bawah 10 tahun, 13,3 % antara 21-30 tahun. 57,6% di antara kepala sekolah berasal
dari SM/MA dan 42,4% dari SMK. Keadaan ini hampir sama dengan guru, lebih separoh
responden guru berasal dari SMA/MA (58,3%), dan 41,7% berasal dari SMK.
3. Komite/Orang Tua Siswa
Lebih dari separoh (69%) responden yang berasal dari orang tua/komite berpendidikan
sarjana strata 1, 16,6 % sarjana strata 2, 8,3% SLTA, dan 5,6% diploma. Tidak ada yang
berlatar belakang pendidikan SD. Sebagian besar dari mereka memiliki pekerjaan tetap
sebagai pegawai negeri sipil dengan rincian sebagai berikut: karyawan PNS sebanyak 41,7%,
guru (27,8%), dan dosen 5,6%. Selebihnya (30,1%) memiliki pekerjaan berwiraswasta.
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL MONITORING
A. Pengembangan dan Penerapan KTSP secara Nasional
Informasi tentang pengembangan dan penerapan KTSP secara nasional menggunakan sumber
data yang diperoleh dari dinas pendidikan propinsi. Tim studi belum bisa mendapatkan data
kuantitatif pelaksanaan KTSP oleh satuan pendidikan pada tingkat propinsi karena propinsi
belum memiliki data rincinya dari kabupaten/kota maupun dari sekolah di wilayahnya. Hal
ini disebabkan belum optimalnya koordinasi antara Dinas Pendidikan Provinsi dengan Dinas
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 59
pendidikan Kabupaten/Kota dalam hal pendataan, terutama terkait dengan pelaksanaan
KTSP.
Para pejabat struktural maupun staf teknis di Provinsi hanya bisa memberikan gambaran
tentang kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan melalui kegiatan provinsi. Kegiatan-kegiatan
yang bersifat mandiri yang dilaksanakan oleh masing-masing Kabupaten/Kota melalui
MGMP atau tidak semuanya terpantau oleh Dinas Provinsi, demikian juga kegiatan yang
dilakukan oleh sekolah-sekolah dengan memanfaatkan dana swadaya. Kegiatan-kegiatan
seperti ini cukup banyak dilakukan karena di beberapa daerah karena mereka sangat proaktif,
baik Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota maupun sekolah.
Untuk itu data yang digunakan adalah data kualitatif mengenai pengembangan dan penerapan
KTSP yang bersumber dari persepsi dinas propinsi.
1. Pelaksanaan Sosialisasi di Setiap Provinsi
Berdasarkan pengalaman yang lalu, setiap pergantian kebijakan tentang kurikulum sangat
dirasakan bahwa proses sosialisasi kurang optimal. Akibatnya, tingkat pemaham pelaksana
dilapangan kurang memadai. Atas dasar pengalaman tersebut, pelaksanaan monitoring pada
tahun 2007 ini diawali dengan melihat proses sosialisasi di masing-masing provinsi. Data
yang yang diambil adalah (1) jumlah daerah yang telah melakukan sosialisasi di tiap
provinsi, (2) sasarn sosialisasi di masing-masing daerah. Berikut gambaran secara umum
pelakasanaan sosialisasi di masing-masing provinsi.
Tabel 1 : Gambaran jumlah kabupaten/kota yang sudah mendapat sosialisasi atau workshop
SI, SKL dan KTSP pada tiap propinsi
No Provinsi Jumlah
kab/ kota
Kab/Kota yang
sudah sosialisasi
Frekuensi
Kegiatan
Penyelenggara
PUSAT DAERAH
Puskur Ditjen
Mandik-
dasmen
LPMP/-
PMPTK
Dinas pddk
Provinsi
Dinas
Pddk
Kab/kota
1. Nanggroe Aceh
Darussalam
21 21 1 V - - v -
2. Sumatera Utara 25 25 2 V V - v -
3. Bengkulu 9 9 1 - V - - -
4. Jambi 10 10 1 V - V -
5. Riau 11 11 1 V V - - -
6. Sumatera Barat 19 19 2 V V - V -
7. Sumatera Selatan 14 14 1 V V - V -
8. Lampung 10 10 1 - V - V -
9. Kepulauan Bangka-
Belitung
7 7 2 V V v V
10. Kepulauan Riau 7 6 2 V - - V -
11. Banten 6 6 1 - V - -
12. Jawa Barat 25 25 3 V V - V
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 60
13. DKI. Jakarta 6 6 4 V V V V -
14. Jawa Tengah 35 35 3 V V V V -
15. Jawa Timur 38 38 4 V V V V v
16. Daerah Istimewa
Yogyakarta
5 5 2 V - V v
17. Bali 9 9 2 V v - v -
18. Nusa Tenggara
Barat
9 9 2 V v - v -
19. Nusa Tenggara
Timur
16 16 2 V v V v -
20. Kalimantan Barat 12 12 1 V - - v -
21. Kalimantan Selatan 13 13 2 V V V v -
22. Kalimantan Tengah 14 14 2 V v V v V
23. Kalimantan Timur 13 13 4 V - - v V
24. Gorontalo 5 5 1 V - - - -
25. Sulawesi Selatan 23 23 1 - - v
26. Sulawesi Tenggara 10 10 1 V - - v -
27. Sulawesi Tengah 10 10 1 - - - v -
28. Sulawesi Utara 9 9 1 v v
29. Sulawesi Barat 6 5 1 V v - - -
30. Maluku 8 8 1 V - - - -
31. Maluku Utara 8 8 1 - v -
32. Irianjaya Barat 9 9 2 V - V v -
33. Papua (Irianjaya) 20 20 1 - v - - -
34. Total 442 440
Dari tabel jelas bahwa secara keseluruhan semua kabupaten/kota telah mendapatkan
sosialisasi atau workshop tentang kebijakan dan penerapan Permendiknas No. 22 dan 23
tahun 2006 tentang SI (standar isi) dan SKL (standar kompetensi lulusan). Penyelenggara
sosialisasi pada umumnya adalah unit Pusat dan Daerah (Dinas Pendidikan
Propinsi/Kab/Kota). Tabel di atas juga menunjukkan bahwa kegiatan sosialisasi yang
dilaksanakan oleh langsung oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota hampir tidak terpantau
oleh Dinas Pendidikan Provinsi.
Meskipun pada tabel di atas terlihat bahwa hanya 4 kabupaten/kota yang melaksanakan
kegiatan sosialisasi, hal ini bukan berarti daerah lain tidak melaksanakan. Menurut prediksi
Dinas Pendidikan provinsi, hampir semua daerah telah melakukan sosialisasi secara mandiri,
tetapi belum ada laporan resmi sehingga Dinas Pendidikan Provinsi tidak memiliki data
tentang itu. Hal ini mungkin disebabkan karena tidak ada keharusan bagi Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota atau sekolah untuk melaporkan pelaksanaan kegiatan sosialisasi yang
dilakukan secara swadaya atau melalui APBD tingkat II. Oleh karena itu, seperti yang terlihat
pada table di atas, data yang ada di Dinas Pendidikan provinsi, umumnya data kegiatan
sosialisasi yang melibatkan Dinas Pendidikan Provinsi, yaitu kegiatan yang dilakukan
melalui pembiayaan APBN, seperti yang dilakukan oleh Diraktorat terkait, dan dana APBN
yang ada di Dinas Pendidikan Provinsi serta APBD provinsi. Kegiatan yang menggunakan
biaya APBD Kabupaten/Kota atau swadaya sekolah umumnya tidak dilaporkan ke Dinas
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 61
Pendidikan Provinsi. Hal ini mengibatkan Tim Monitoring kesulitan untuk mendapatkan
informasi tentang kabupaten/kota atau sekolah mana saja yang telah melakukan sosialisasi
secara mandiri.
Menurut Dinas Propinsi belum ada pihak terkait lain seperti perusahaan penerbitan buku
pelajaran, LSM Pendidikan, Perusahaan swasta/BUMN, atau lembaga profesional lainnya
yang cukup partisipasif dalam program KTSP ini. Hal ini mungkin disebabkan belum
meluasnya sosialisasi dan mungkin penyelenggaraan oleh lembaga profesional lain tidak
terpantau oleh Dinas.
Selain sekolah, sosialisasi juga dilakukan terhadap organisasi profesi pendidikan lain berikut
ini. Menurut responden, mereka telah ikut di beberapa kegiatan seperti yang digambarkan
pada tabel berikut:
Tabel 2 : Organisasi Profesi dan Unit terkait yang menjadi sasaran ssosialisasi SI, SKL, dan
KTSP.
Sasaran Sosialisasi %
a. MGMP 78,9
b. KKKS 78,9
c. PGRI 21,1
d. Organisasi Pengawas 63,2
e. Yayasan 36,7
f. Dewan Pendidikan 26,3
g. Komite 26,3
Dari tabel tersebut jelas bahwa sasaran utama sosialisasi atau workshop KTSP adalah sekolah
ditambah gugus sekolah (kelompok sekolah), MGMP (musyawarah guru mata pelajaran),
KKKS (kelompok kerja kepala sekolah), pengawas sekolah, baru kemudian yayasan, dewan
pendidikan dan komite sekolah. Jelas bahwa unit yang terlibat dalam sosialisasi sudah
mewakili keseluruhan stakeholder pendidikan. Namun, tampaknya peran komite sekolah
masih dianggap kecil (26,3%) dalam pelibatan pengembangan KTSP. Padahal secara
kebijakan, pengembangan KTSP disusun bersama oleh pihak sekolah dan komite sekolah.
Hal ini mungkin disebabkan sekolah masih menganggap tingkat keprofesionalan orangtua
masih bervariasi, orangtua sudah menyerahkan urusan ini ke sekolah, atau pemahaman
pengembangan KTSP yang perlu dipertajam.
2. Penerapan KTSP
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 62
Dalam hal penyusunan KTSP, menurut informasi dari Dinas Pendidikan Provinsi, umumnya
sekolah-sekolah menyusun sendiri KTSP ( 73,7%). Berikut secara lengkap informasi tentang
proses penyusunan KTSP menurut informasi dari Dinas Pendidikan Provinsi (mulai dari yang
frekuensinya tinggi, jawaban boleh lebih dari satu).
Tabel 3 : Penusunan KTSP oleh Satuan Pendidikan
Penyusunan KTSP %
a. Satuan pendidikan menyusun sendiri mengacu SI, SKL dan model kurikulum KTSP 73,3
b. KTSP disusun oleh sekolah dengan koordinasi Dinas Pendidikan 57,9
c. KTSP disusun oleh tim yang dibentuk oleh Dinas Pendidikan 26,3
d. Satuan pendidikan mengadaptasi model kurikulum KTSP dari pusat 42,1
e. Satuan pendidikan mengadopsi atau menggunakan model kurikulum KTSP dari pusat 36,8
f. Masih pada taraf sosialisasi dan mempelajari perangkat dokumen 15,8
g. Masih menggunakan kurikulum sebelumnya 26,3%
Total persentase respon melebihi dari 100% karena umumnya responden menjawab lebih dari
satu pilihan, dalam arti, penyusunan KTSP oleh sekolah dilakukan dengan metode kombinasi
melalui koordinasi, menggunakan tim, adaptasi dan sebagainyaP . Ada yang menyatakan
bahwa KTSP disusun oleh sekolah di bawah koordinasi Dinas pendidikan, dan pada bagian-
bagian tertentu diadopsi, misalnya mengenai seilabus. Banyak guru yang belum siap
menyusun silabus sendiri, sehingga ada yang mengadopsi, mengadaptasi, dan bahkan ada
yang menyusun secara bersama-sama beberapa sekolah. Untuk kategori ini, mereka
menyebut menyusun sendiri tetapi secara bersama di gusus, sehingga silabusnya sama. Ada
unsur adopsi dan adaptasi, serta menyusun senidiri.
Dalam pengembangan KTSP, beberapa sekolah menyusun sendiri, namur terbatas pada
beberapa bagian saja. Beberapa sekolah menyusun di bawah koordinasi dinas dengan
menggunakan tim pengembang dari dinas, serta mengadaptasi dan mengadopsi model
kurikulum.
Hal yang perlu dicermati hádala, masih cukup banyak sekolah yang baru pada taraf
mempelajari kebijkan KTSP dan menggunakan kurikulum sebelumnya. Menurut
pemantauan Dinas Propinsi, sebagian besar penerapan KTSP pada tiap kabupaten/kota
selama tahun 2006 belum intensif (31,6%), belum menjadi prioritas (26,3%), dan yang
menyatakan intensif hanya (15,8%), lainya tidak memberikan jawaban (26,3%). Kondisi
tersebut berbeda dengan tahun 2007, Lebih separoh daerah (57,9%) menyatakan
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 63
kabupaten/kota mulai menerapkan KTSP secara intensif. Sebanyak 15,8% daerah
menyatakan kabupaten/kota belum menempatkan penerapan KTSP sebagai prioritas, dan
26,3% responden tidak memberikan jawaban. Ini menunjukkan KTSP telah menjadi program
dengan prioritas bagi tiap propinsi/kabupaten/kota.
Beberapa alasan yang dikemukakan oleh daerah, mengapa intesitas penerapan KTSP masih
beragam, diantaranya adalah: menunggu sampai 2009 (batas akhir yang diberikan oleh
pemerintah untuk menerapkan KTSP), melihat sekolah yang terdekat dengan mereka agar
dapat secara bersama-sama menyusun KTSP. Alasan lain adalah kurangnya dana pendukung
untuk penyusunan KTSP, dan sebagian lagi menyatakan bahwa masih perlu waktu untuk
melakukan sosialisasi di kalangan warga sekolah dan masyarakat karena sebagian besar di
antara warga sekolah dan masyarakat belum memahami kebijakan tentang KTSP ini.
Berkaitan dengan hal ini, sebagian besar daerah memprogramkan mulai tahun 2007
menerapkan KTSP, rata-rata melaksanakan secara bertahap.Jadi, peningkatan prioritas
program KTSPdisebabkan oleh tuntutan bahwa tahun 2009 KTSP harus sudah diterapkan
menyeluruh pada setiap satuan pendidikan, sosialisasi dan workshop KTSP yang mulai
meluas dan tingkat pemahaman KTSP yang membaik bagi seluruh stakholder.
Pada umumnya sekolah mulai menerapkan KTSP pada awal tahun pelajaran 2007 secara
bertahap (73,7%).
Tabel: 4 Proses penerapan KTSP
Proses/Tahapan %
a. Telah menerapkan secara efektif pada seluruh kelas dengan silabus dan RPP
yang disusun sendiri
31,6
b. Telah menerapkan secara efektif pada seluruh kelas dengan silabus dan RPP
yang diadopsi
36,8
c. Telah menerapkan secara bertahap 73,7
d. Masih menggunakan kurikulum sebelumnya 31,6
Tabel di atas menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil sekolah yang masih menggunakan
kurikulum sebelumnya (31,6%). Sebagian sekolah (36,8%) telah menerapkan secara efektif
di semua kelas. Umumnya sekolah yang menerapkan secara kelseluruhan adalah sekolah-
sekolah yang sudah melaksanakan piloting KBK (2004). Tingkat kesadaran dan komitmen
sekolah untuk mengembangkan dan menerapkan KTSP cukup tinggi.
Tentang kondisi yang berkaitan dengan pelaksanaan KTSP, sebagian besar daerah
menyatakan sudah cukup baik (84,2%), 10% menyatakan sangat baik, dan hanya 5,3% yang
menyatakan kurang. Faktor yang paling mentukan keterlaksanaan KTSP menurut pernyataan
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 64
Dinas pendidikan Provinsi adalah guru (78,9%), sarana dan prasarana (47,4%), siswa
(21,1%), orang tua dan masyarakat (10,5%). Sebagian responden menjawab gabungan antara
siswa dan orang tua (20,10%). Keberhasilan program KTSP sangat ditentukan oleh
sumberdaya pendidik dan tenaga kependidikan. Hal ini mennjukkan perlu adanya komitmen
manajemen yang profesional pada tingkat sekolah untuk mengembangkan dan menerapkan
KTSP
3. Keberadaan Dokumen SI dan SKL
Menurut informasi dari Dinas Pendidikan Provinsi, umumnya kabupaten/kota sudah
mendaptkan dokumen SI, SKL, dan model KTSP (94,7%). Sebagian besar menyatakan
ketersediaan dokumen cukup memadai (52,6%) dan kurang memadai (15,8%), dan yang
menyatakan sangat memadai hanya 10,5%. Dokumen SI, SKL dan model KTSP sudah
tersedia pada tingkat kabupaten/kota, ini berarti, akses informasi oleh satuan pendidikan
tentang kebijakan KTSP seharusnya mudah. Perlu dilakukan berbagai upaya komunikasi
interaktif dan komitmen sekolah dan Dinas melalui hubungan langsung, serta pemanfaatan
teknologi informasi agar sekolah terbantu dalam mengembangkan dan menerapkan KTSP.
4. Kesiapan Sekolah dalam melaksanakan KTSP:
Secara umum, menurut informasi dari Dinas Pendidikan, kesiapan guru berkaitan dengan
pengembangan dan penerapan KTSP oleh sekolah cukup memadai, kecuali dalam
pengembangan bahan ajar mandiri Lebih lengkap informasi tentang kesiapan guru dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel: 5 Kesiapan Guru dalam Pengembangan dan Penerapan KTSP
Aspek
SMA (%) SMK (%)
S C K S C K
a. Kualifikasi akademik 21,1 52,6 26,3 26,3 57,9 15,8
b. Penguasaan isi mata pelajaran 15,8 57,9 26,3 15,8 68,4 15,8
c. Menyusun kurikulum (KTSP) 5,3 68,4 26,3 10,5 73,7 15,8
d. Menyusun silabus 10,5 63,2 26,3 10,5 73,7 15,8
e. Menyusun RPP 10,5 63,2 26,3 5,3 78,9 15,8
f. Menilai kualitas kurikulum, silabus dan RPP 10,5 57,9 5,3 5,3 73,7 19,1
g. Mengembangkan alat penilaian berbasi
kompetensi
5,3 63,2 31,6 10,5 68,4 21,1
h. Menyusun bahan ajar (LKS dsb) 10,5 57,9 31,6 15,8 63,2 21,1
i. Membuat sumber belajar mandiri 5,3 47,4 47,4 10,5 52,6 37,9
Dari tabel tersebut jelas bahwa bahwa secara umum guru telah siap dalam pengembangan dan
penerapan KTSP dari kualifikasi akademik, penguasaan mata pelajaran, penyusunan
kurikulum, silabus, dan RPP. Namun yang perlu dicermati dan ditingkatkan kompetensi guru
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 65
adalah dalam melakukan pengembangan penilaian berbasis kompetensi, pengembangan
bahan ajar serta pengembangan sumber belajar mandiri. Tampaknya guru belum konfiden
dalam mengembangkan alat penilaian walaupun itu sudah dijalani sehari-hari, padahal dalam
KTSP, seorang guru harus melakukan penilaian secara profesional dan dapat
dipertanggungjawabkan. Pengembangan bahan ajar yang meliputi buku teks, modul maupun
referensi lainnya juga perlu dipertimbangkan karena guru lebih bergantung kepada penerbit
buku
Kesiapan kepala sekolah dalam pengembangan dan penerapan KTSP, menurut dinas
pendidikan adalah sebagai berikut.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 66
Tabel 6 : Kesiapan Kepala Sekolah
Aspek
SMA SMK
S C K S C K
a. Kualifikasi akademik 26,3 42,1 31,6 21,1 57,9 21,1
b. Menyusun kurikulum (KTSP) 5,3 63,2 31,6 5,3, 68,4 26,3
c. Menilai kualitas kurikulum, silabus dan RPP 5,3 57,9 36,8 5,3 68,4 26,3
d. Membantu masalah guru dalam menyusun
silabus dan RPP
- 63,2 36,8 5,3 68,4 26,3
e. Mengelola guru dan tenaga kependidikan
menyusun KTSP
5,3 57,9 36,8 10,5 68,4 5,3
f. Membina guru dalam melaksanakan
pembelajaran
10,5 63,2 26,3 15,8 68,4 15,8
Dari tabel tersebut jelas bahwa bahwa secara umum kepala sekolah telah siap dalam
pengembangan dan penerapan KTSP dari kualifikasi akademik, penguasaan mata pelajaran,
penyusunan kurikulum, silabus, dan RPP. Yang perlu dicermati dan ditingkatkan kompetensi
kepala sekolah adalah walaupun secara umum kepala sekolah berkompeten dalam
pengembangan kurikulum, namun tidak mendalam pada tingkat detil kurikulum maupun
silabus mata pelajaran. Pada jenjang pendidikan dasar, penguasaan ini secara umum masih
diperlukan. Gaya Kepeminpinan kepala sekolah juga perlu ditingkatkan untuk mengelola
guru dan tenaga lain dalam pengembangan KTSP.
Tentang kesiapan pengawasa sekolah, menurut dinas pendidikan adalah sebagai berikut.
Tabel 7 : Kesiapan Pengawas
Aspek
SMA SMK
S C K S C K
a. Kualifikasi akademik 31,6 42,1 26,3 31,6 52,6 15,8
b. Menyusun kurikulum (KTSP) 15,8 52,6 29,6 15,8 63,2 21,1
c. Menilai kualitas kurikulum, silabus dan
RPP
10,5 57,9 31,6 10,5 68,4 21,1
d. Membantu masalah guru dalam menyusun
silabus dan RPP
15,6 47,4 36,9 15,8 57,9 26,3
e. Mengelola guru dan tenaga kependidikan
menyusun KTSP
15,8 52,6 31,6 21,1 57,9 21,1
f. Membina guru dalam melaksanakan
pembelajaran
5,3 - 94,7 5,3 - 94,7
Dari tabel tersebut jelas bahwa bahwa secara umum pengawas sekolah telah siap dalam
pengembangan dan penerapan KTSP dari kualifikasi akademik (namun ini masih perlu
ditingkatkan, karena angkanya baru 47.4%), penyusunan kurikulum, silabus, dan RPP,
menilai kualitas kurikulum, membantu masalah guru dalam pengembangan silabus dan RPP
(namun ini masih ditingkatkan karena angkanya baru 47.4%), serta mengelola guru dalam
pengembangan KTSP. Program peningkatan kompetensi pengawas dapat berbentuk
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 67
workshop pengembangan kurikulum, serta membina guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Ini berarti peran pengawas harus ditingkatkan fungsinya dalam pembianaan substansial
sekolah mulai dari pengembangan kurikulum sampai pelaksanaan pembelajaran, tidak
sekedar memeriksa adminstrasi kurikulum dan pembelajaran di sekolah.
5. Sarana dan Pendanaan
Hampir separoh responden menyatakan sarana dan prasarana sekolah sebagai pendukung
KTSP masing kurang memadai (47,3%), 47,4% menyatakan sangat baik, dan hanya 5,3 %
yang menyatakan sangat baik. Perlu dikritisi di sini bahwa pengembangan dan penerapan
KTSP harus disesuaikan dengan kondisi, potensi, kebutuhan dan karakteristik sekolah dan
peserta didik. Ini berarti, bagi sekolah dengan sarana dan prasarana kurang memadai perlu
mengembangkan KTSP yang sesuai dengan sekolah tersebut dan dapat dilaksanakan oleh
sekolah tersebut. Perlu juga ditingkatkan program mandiri pengembangan alternatif sarana,
artinya sarana-sarana yang tidak tersedia atau rusak, sekolah dapat mengembangkan sendiri
alternatif sarana yang tersedia dari lingkungan sekolah.
Berkaitan dengan pembiayaan, umumnya responden menyatakan bahwa penerapan KTSP
berdampak pada penyediaan dana. Umumnya sekolah menyediakan dana dari anggaran
belanja sekolah. Berikut tabel tentang sumber pendanaan sosialisasi KTSP:
Tabel : 8 Sumber Pendanaan KTSP
Jenis Sosialisasi / Workshop
Tahun 2006 (dlm juta rupiah) Tahun 2007 (dlm juta rupiah)
APBD Block
Grant
Lain
nya Tdk Mjwb APBD
Block
Grant
Lain
nya
Tdk
Mjwb
a. Sosialisasi SI, SKL dan KTSP 10,5 21,1 21,1 47,4 10,5 10,5 26,4 52,6
b. Workshop /pengembangan KTSP, silabus
dan RPP dengan melibatkan berbagai
sekolah, KKG, MGMP dsb
10,5 10,5 21,1 57,9 10,5 - 31,6 57,9
c. Workshop pendampingan pengembangan
KTSP, silabus dan RPP pada sekolah
tertentu secara bertahap
10,5 - 15,8 73,7 21,1 - 15,6 63,2
d. Pengembangan kompetensi guru melalui uji
kompetensi, diklat atau tugas belajar
- 5,3 15,8 78,9 15,8 - 21,1 63,2
e. Penyediaan dan pemeliharaan prasarana dan
sarana pendidikan
- 15,8 21,1 63,2 10,5 - 36,9 52,6
Dari tabel tersebut jelas bahwa program KTSP melibatkan berbagai sumber mencakup dana
APBD, Blockgrant, maupun sumber lainnya yang sah. Perlu dicermati di sini, banyak
responden justru memilih tidak menjawab. Hal dimungkinkan karena berbagai hal yaitu:
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 68
pengetahuan responden yang rendah dalam masalah anggaran (hanya fokus pada
program/kegiatan yang dijalankan), tidak tahu, dan tidak bersedia menjawab.
6. Program Sosialisasi yang Berkelanjutan
Menurut Dinas Pendidikan Provinsi, sebagian besar (73,7%) kabupaten/kota memiliki
program sosialisasi, workshop, dan pendapingan satuan pendidikan dalam mengembangkan
KTSP. Hanya 26,3% yang menyatakan bahwa kabupaten/kota belum memiliki program
untuk sosialisasi, workshop, maupun pendampingan satuan pendidikan untuk
mengembangkan KTSP.
Untuk merealisasikan program tersebut, ditetapkan berbagai prioritas. Prioritas utama adalah
melakukan koordinasi program dengan kabupaten/kota (52,6%). Berikut urutan priritas
kegiatan di Dinas Pendidikan Provinsi.
Tabel: 9 Urutan Prioritas Kegiatan
Jenis Program Angka Prioritas
1 2 3 4 ksg
a. Melakukan koordinasi program dengan kab/kota 52,6 15,8 15,8 5,3 10,5
b. Melakukan pendataan pencapaian penerapan KTSP pada tiap
kab/kota
36,8 36,8 5,3 5,3 15,8
c. Melakukan workshop pengembangan KTSP dan program
supervisi klinis dengan kab/kota
36,8 10,5 15,8 21,1 15,8
d. Melakukan supervisi klinis langsung ke sekolah-sekolah
terpilih
26,3 - 10,5 26,3 36,8
e. Penyediaan dokumen SI, SKL dan model KTSP 36,8 5,3 15,8 20,5 21,1
Dari tabel tersebut jelas bahwa prioritas pertama Dinas Propinsi dalam program KTSP adalah
melakukan koordinasi tingkat internal, dengan dinas kabupaten/kota dan dengan pusat.
Tampaknya koordinasi menjadi hal penting karena dengan adanya otonomi daerah, peran ini
menjadi kurang, terutama koordinasi dengan kabupaten/kota. Prioritas kedua adalah
melakukan pendataan kuantitatif penerapan KTSP pada tingkat kab/kota, penyediaan
dokumen SI, SKL, workshop pengembangan KTSP dan supervisi klinis ke kab/kota dan
7. Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Provinsi
(a). keberadaan TPK
Kesiapan tim sosialisasi KTSP tingkat provinsi (sesuai dengan SE Mendiknas No.
33/MPN/SE/2007 tentang Pembentukan Tim Sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 69
Pendidikan), yang dalam hal ini disebut Tim Pengembang Kurikulum Propinsi dalam
membantu kabupaten/kota atau satuan pendidikan di wilayahnya dalam pengembangan KTSP
adalah sebagai berikut.
Tabel 10 : Keberadaan Tim Pengembang Kurikulum Provinsi
No Keberadaan Tim TPK Provinsi Sudah Belum
1 1. Pembentukan Tim Pengembang Kurikulum tingkat propinsi 94,7 5,3
2 2. Pengukuhan Tim Pengembang Kurikulum melalui Surat
Keputusan
68,4 31,6
3 Program Kerja TPK Propinsi
63,2 36,8
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa hampir semu provinsi (94,7 %) telah membentuk
Tim Pengembang Kurikulum, dan sebagian besar (68,4%) keberadaan tim tersebut telah
dikukuhkan melalui Surat Keputusan Pemerintah Daerah. Pada sebagian daerah, Surat
Keputusan ditandatangani langsung oleh Gubernur, dan sebagian lagi ditandatangani oleh
Kepala Dinas Dinas Pendidikan atasnama Gubernur. Pengesahan ini sangat diperlukan
sebagai dasar pengajuan anggaran pembiayaan kegiatan tim pengembang kurikulum.
Dari semu daerah yang sudah membentuk Tim Pengembang Kurikulum, umumnya (63,2%)
telah menyusun program kegiatan yang terdiri dari program jangka panjang, jangka
menengah, dan jangka pendek.
(b) Anggota TPK Propinsi
Keanggotaan Tim Pengembang Kurikulum (TPK) provinsi melibatkan berbagai unsur
terkait, seperti pengawas (89,5%), pejabat struktural dan staf dinas pendidikan (89,5%),
Guru (84,2%), kepala sekolah (73,3%), perguruan tinggi(63,2%), dan keterlibatan relatif
swasta masih kecil (21,1%). Kelihatannya, keterlibatan unsur di luar sekolah (pejabat
struktural dan staf teknis, pengawas) cukup dominan, dan keterlibatan perguruan tinggi dan
swasta relatif lebih kecil. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab
pengembangan profesi bagi tim pengembang kurikulum lebih cenderung didominasi oleh
nuansa birokratis. Ini dapat dipahami mengingat perubahan kebijkan kurikulum selama ini
lebih bersifat adminstratif dari pada akademik.
(c) Sumber dana untuk membiayai kegiatan TPK Propinsi
Dalam hal pendanaan, banyak daerah yang masih bingung. Sebagaian daerah yang tergolong
proaktif, sudah mengusulkan lewat APBD (42,1%), sebagian daerah mengkombinasikan
antara APBD dengan APBN (10,3%), dan sebagian lagi digali dari sumber lain(21,1%)
misalnya APBS, dan bantuan para sponsor seperti penrbit buku.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 70
B. Pengembangang dan Penerapan KTSP oleh Sekolah
Selain menggunakan data kualitatif dari dinas propinsi, tim studi juga melakukan studi
pengembangan dan penerapan KTSP bersumber dari pihak sekolah (sebagai sekolah sampel)
yang terlibat dalam kegiatan ini. Berikut adalah tabel latar belakang responden yang terlibat
dalam studi.
1. Kelengkapan Dokumen KTSP
Berdasarkan pengalaman yang lalu, setiap pergantian kebijakan kurikulum, banyak sekolah
yang terlambat menerima informasi dan dokumen kurikulum. Untuk daerah terpencil bisa
mencapai 5 – 10 tahun. Sudah bukan hal yang aneh ketika suatu sekolah baru menerima
dokumen kurikulum pada saat kebijakan kurikulum telah berganti. Untuk mengantisipasi hal
ini, dan didukung oleh kemajuan perangkat teknologi, pemerintah memanfaatkan teknologi
komputer. Dokumen-dokumen tersebut dikemas dalam bentuk file dan direkam ke CD. Hal
ini sangat memungkinan untuk mempercepat proses distribusi. Hanya saja, ada kendala
berkaitan dengan ketersediaan perangkat dan keterbatasan tenaga pengoperasion komputer.
Namun demikian, setidaknya proses penyempaian informasi relatif lebih cepat.
Berikut tabel kepemiliakn dokumen kelangkapan SI, SKL, dan KTSP yang mulai
disosialisasikan sejak tahun 2006.
Tabel 11: Kepemilikan dan Kelengkapan Dokumen KTSP
No Jenis Dokumen Sudah Memiliki (%)
Kepala
Sekolah
Guru
1 Permendiknas No. 22 tahun 2006 93,9 70,2
2 Permendiknas No. 23 tahun 2006 92,4 66,7
3 Permendiknas No. 24 tahun 2006 90,9 66,7
4 Surat Edaran Mendiknas No. 33/MPN/SE/2007 (Tentang
Sosialisasi Kurikulum
56,1 40,5
5 Model-Model KTSP 89,4 77,4
6 Model-Model Silabus 92,4 85,7
7 Model-Model RPP 92,4 82,1
8 Model-Model Muatan Lokal 74,2 47,6
9 Model-Model Penembangan Diri 69,7 41,7
10 Model-Model Pembelajaran IPA/IPS terpadu 42,4 22,6
11 Model-Model Pembelajaran Tematik 16,7 13,1
12 Model-Model Program Khusus (PLB) 9,1 11,9
Tabel di atas memberikan gambaran bahwa secara umum kepala sekolah (93,9 % SI, 92,4
% untuk SKL, 90,9% untuk pelaksanaan SI dan SKL) menyatakan telah memiliki. Ini berarti,
sumber acuan pengembangan KTSP telah dimiliki oleh sekolah-sekolah tersebut. Namun
terdapat perbedaan pernyataan antara kepala sekolah dan guru. Frekuensi kepala sekolah
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 71
yang telah menenrima dokumen tersebut lebih tinggi dari pada guru. Menurut guru baru
sekitar 70,2 % yang menyatakan telah menerima dokumen SI, 66,7 %untuk SKL dan aturan
pelaksanaannya. Perbedaan ini menunjukkan bahwa mungkin saja sebagian kepala sekolah
belum sempat menyampaikan dokumen tersebut kepada guru oleh karena berbagai alasan.
Sayangnya tim studi tidak sempat melacak alasan mengapa terjdi perbedaan yang cukup
signifikan, sementara guru dan kepala sekolah yang diundang berasal dari sekolah yang sama.
Hal lain yang perlu juga dicermati adalah bahan-bahan tersebut harus bisa diakses secara
mudah oleh semua insan di sekolah terssebut. Sumber acuan lain yang harus dimiliki sekolah
adalah model muatan lokal, model pengembangan diri, model pembelajaran terpadu IPA/IPS
di SMP, model pembelajaran tematik di SD dan model program khusus untuk pendidikan
khusus. Hal ini agar segera diupayakan untuk menjamin pengembangan dan penerapan KTSP
oleh satuan pendidikan berjalan secara efektif dan efisien.
2. Cara Memperoleh Dokumen
Pada umunya sekolah/satuan pendidikan mendapat dokumen tersebut dengan berbagai cara
melalui mengkopi sendiri dalam bentuk CD, cetakan, dari dinas pendidikan maupun piha
lainnya. Secara rinci adalah seperti tabel berikut
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 72
Tabel 12 : Cara memperoleh dokumen kelengkapan KTSP
No Jenis Dokumen Cara Memperoleh (%)
Copy sendiri
dalam
bentuk CD
Copy sendiri
dalam
bentuk cetak
Dari Dinas
Pendidikan
dalam bentuk
CD
Dari Dinas
Pendidikan
dalam bentuk
cetak
Dibeli dari
pihak lain
KS GR KS GR KS GR KS GR KS GR
1 Permendiknas No. 22
tahun 2006
30,3 23,8 15,2 15,5 9,1 7,1 6,1 8,3 1,5 2,4
2 Permendiknas No. 23
tahun 2006
30,3 23,8 13,6 15,5 9,1 7,1 9,1 10,7 - 2,4
3 Permendiknas No. 24
tahun 2006
34,8 25,0 12,1 15,5 9,1 8,3 6,1 8,3 1,5 2,4
4 SE Mendiknas No.
33/MPN/SE/2007 (Ttg
Sosialisasi Kurikulum
19,7 9,5 10,6 9,5 3,0 3,6 7,6 9,5 - 1,2
5 Model-Model KTSP 31,8 23,8 10,6 20,2 12,1 7,1 4,5 16,7 4,5 1,2
6 Model-Model Silabus 33,3 26,2 9,1 22,6 13,6 11,9 4,5 13,1 4,5 1,2
7 Model-Model RPP 33,3 22,6 9,1 23,8 15,2 8,3 6,1 13,1 4,5 1,2
8 Model-Model Muatan
Lokal
28,8 16,7 9,1 13,1 12,1 6,0 3,0 7,1 1,5 2,4
9 Model-Model
Penembangan Diri
22,7 13,1 12,1 9,5 12,1 4,8 3,0 6,0 - 1,2
10 Model-Model
Pembelajaran IPA/IPS
terpadu
16,7 7,1 6,1 9,5 6,1 2,4 3,0 1,2 1,5 1,2
11 Model-Model
Pembelajaran Tematik
6,1 2,4 3,0 7,1 3,0 1,2 - 1,2 - -
12 Model Program Khusus
(PLB)
a. Orientasi dan
mobilitas
b. Bina Komunikasi,
persepsi bunyi, dan
irama
c. Bina diri
d. Bina gerak
e. Bina pribadi dan
sosial
f. Bina diri dan bina
gerak
3,0 1,2 1,5 1,2 - 1,2 - 1,2 - -
3. Pemahaman Isi dokumen berkaitan KTSP
Sebagian besar responden (Kepala sekolah 68,2%, guru 48,8%)`menyatakan sulit
memperoleh dokumen KTSP. Bagi yang sudah memperoleh, umumnya responden (Kepala
Sekolah 87,9%, Guru 67,9%,) menyatakan sudah mempelajari. Bagi kepala sekolah yang
belum memperoleh dokumen tapi sudah pernah mendapatkan informasi tentang peraturan
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 73
tersebut. Mereka mendapatkan informasi tersebut dari Kepala Dinas 15,2%, lainya dari
pengawas atau teman sejawat yang pernah mengikuti sosialisasi. Sedangkan bagi para guru,
mereka mendengar dari Kepala Sekolah (22,6%), pengawas (10,7%) dan teman (10,7%).
Ketika diminta untuk mendeskripsikan isi dokumen tersebut untuk melihat apakah mereka
telah mempelajari dan memahaminya, berikut jawaban yang mereka berikan:
Tabel 13 Jawaban Responden tantang Dokumen SI, SKL, dan KTSP
No Jenis Dokumen Deskripsi Singkat
1 Permendiknas No. 22 tahun
2006
Tentang standar isi yaitu lingkup materi minimal dan tingkat
kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan
minimal pada jenjang dan jenis pendidikan
2 Permendiknas No. 23 tahun
2006
Berisi tentang standar kompetensi lulusan utk satuan pendidikan
dasar dan menengah
3 Permendiknas No. 24 tahun
2006
Mengatur tentang pelaksanaan peraturan mendiknas tentang
standar isi dan SKL untuk stuan pendidikan dasar dan menengah
4 Surat Edaran Mendknas No.
33/MPN/SE/2007 (Tentang
Sosialisasi Kurikulum)
Edaran/himbauan untuk segera mensosialisikan & menerapkan
KTSP mulai tahun pelajaran 2006/2007
5 Model-Model KTSP Yaitu tentang contoh kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
bisa dikembangkan
6 Model-Model Silabus Yaitu tentang contoh format silabus (deskripsi tentang pokok-
pokok materi pembelajaran)
7 Model-Model RPP Contoh format rencana pelaksanaan pembelajaran yang bisa
dikembangkan
8 Model-Model Muatan Lokal Yaitu contoh format silabus dari muatan lokal yang bisa
dikembangkan sesuai karakteristik lingkungan di sekitar sekolah
9 Model-Model Penembangan
Diri
Yaitu format kegiatan untuk memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan dan mengekpresikan
dirinya
10 Model-Model Pembelajaran
IPA/IPS terpadu
IPA terpadu diartahkan ke lingkungan ttg pengelolaan alam
sesuai dgn kondisi lingkungan di kep. Babel
11 Model-Model Pembelajaran
Tematik
Pada pembelajaran tematik guru harus lebih kreatif membuat alat
peraga atau pembelajaran atau menyenangkan sehingga anak
tidak bosan
12 Model-Model Program
Khusus (PLB)
Berisikan tentang program khusus: a. tentang OM, b. BPM, c.
tentang bina diri, d. tentang bina diri dan gerak, e. tentang bina
emosi dan sosial dan buku tentang keterampilan yang menunjang
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden mengetahui dokumen hanya sekadar
kulitnya saja, sedangkan apa yang tertera secara eksplisit dan implisit di dalamnya, sama
sekali belum dipahami. Perlu dilakukan berbagai upaya agar pemahaman tentang kebijakan
pengembangan dan penerapan KTSP oleh satuan pendidikan memiliki persepsi yang sama,
fleksibel, sesuai kondisi sekolah. Hal ini dapat dilakukan tidak hanya dalam bentuk sosialisasi
saja tetapi juga melalui workshop dengan menggunakan media langsung (rapat kerja), media
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 74
cetak, media televisi radio, dan internet secara interaktif, dengan menggunakan bahan yang
jelas, sederhana, dan praktis.
4. Penyusunan KTSP
Sebagian besar responden menyatakan bahwa sekolah mereka telah menyusun KTSP. (93,9%).
Menurut pernyataan responden, sebagian besar penyusunan dilakukan dengan cara adaptasi atau
penyesuaian dengan keadaan dan kebutuhan sekolah (62,1%), disusun sendiri (16,7%), dan adopsi
dari contoh-contoh yang ada (3,0%), sisanya (9,2%) tidak memberikan jawaban.
Sedangkan responden guru yang menyampaikan sekolahnya telah menyusun KTSP adalah 86,9%.
Penyusunan dilakukan sebagian besar dengan cara adaptasi atau penyesuaian dengan keadaan dan
kebutuhan sekolah (61,9%), disusun sendiri (13,1%), dan adopsi dari contoh-contoh yang ada (7,1%).
Berdasarkan pendapat responden, 60% kepala sekolah menganggap tidak sulit menyusun KTSP.
Demikian pula 51,2% responden guru beranggapan demikian.
Bagi yang merasakan kesulitan dalam penyusunan KTSP menyampaikan berbagai alasan, di
antaranya sebaai berikut:
Tabel 14 : Kesulitan dalam Menyusun KTSP
Aspek Kesulitan dan Alasan
Merumuskan Visi dan Misi Sekolah menyamakan persepsi dengan semua guru & karyawan
Merumuskan tujuan sekolah kesesuaian antara tujuan sekolah dgn situasi, kondisi masyarakat
Menetapkan mata pelajaran Mata pelajaran mana yang diajarakan lebih banyak jamnya
Menetapkan dan mengembangkan
muatan lokal
SDM yg ada belum mampu, masih kurang memadai sarana dan
prasarana pendukung
Menetapkan dan mengembangkan
kegiatan pengembangan diri
Belum ada tenaga pemikir/pakar dalam hal pengembangan diri
Menetapkan pengaturan beban
belajar
Kemampuan menyusun masih belum maksimal
Menetapkan kriteria ketuntasan
minimal (KKM)
Sulit menentukan KKM karena harus melihat setiap SKL dan
KD yang banyak
Menetapkan kriteria kenaikan kelas Jika siswa mendapat nilai yang sama untuk menetapkan
kriterianya agak sulit namun sudah diulang dengan tes-tes yang
lain
Menetapkan kriteria kelulusan Tidak diberikan kepada pihak sekolah dalam pengambilan
keputusan terakhir
Menentukan pelaksanaan kegiatan
pendidikan kecakapan hidup
Tidak semua budang studi mudah dalam menerapkan
pendidikan kecakapan hidup khususnya bidang studi PKN
Menetapkan dan mengembangkan
pendidikan berbasis keunggulan
lokal
Tidak cukupnya panduan untuk itu
Mengembangkan dan melaksanakan
pendidikan berbasis keunggulan
global
Belum ada tenaga yang dipersiapkan untuk itu
Menyusun kalender Pendidikan Dalam penyususnan kalender pendidikan sudah disusun oleh
dinas pendidikan disesuaikan dengan daerah masing-masing
Menjabarkan standar
kompetensi/kompetensi dasar
menjadi indikator
Dalam penyusunan berpedoman pada silabus yang ada buku
yang dijadikan masih harus dirancang sendiri karena tingkat
kesukarannya da ditingkat kelas I, II, dan III
Menyusun kegiatan pembelajaran Dalam kegiatan pembelajaran terkendala pada waktu yang
terbatas
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 75
Menetapkan materi pokok Ada perbedaan pada referensi pendukung sehingga harus penuh
teliti berdasarkan tuntutan dan SI
Menyusun bahan ajar Masih kurangnya buku sumber yang ada diperpustakaan atau
toko buku yang ada
Menentukan strategi dan alat
penilaian
Banyaknya tugas guru dalam penilaian yang terlalu rumit
Menindaklanjuti hasil penilaian Melakukan remedial terhadap siswa yang belum tuntas
Menentukan alokasi waktu Di alokasi waktu kadang-kadang tidak cukup karena siswa-
siswa asik dengan percobaan-percobaan yang di cobanya kerna
jika belum berhasil siswa tidak akan meninggalkan tempatnya
walaupun guru mengatakan sudah selesai jam pertemuannya
Menentukan sumber dan alat
pembelajaran
Sulit mencari sumber dan alat untuk kompetensi tertentu
Merumuskan tujuan pembelajaran Membedakan KD dan indikator perlu pemahaman para guru
Menyusun silabus Cara mengembangkan indikator kegiatan
pembelajaran/penilaian
Menyusun RPP Cara menentukan strategi/model pembelajaran/evaluasi
Data di atas menunjukan masih terdapat inkonsistensi antara pemahaman isi dokumen
berkaitan dengan KTSP dengan kesulitan yang dialami guru dan kepala sekolah dalam
mengembangkan dan menerapkan KTSP, yang sifatnya sudah harus menjabarkan secara
teknis dan rinci.
5. Pemahaman Tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan KTSP
Sebagian besar responden menyatakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang
menitikberatkan atau berorientasi pada kompetensi/kemampuan siswa dengan harapan setelah siswa
selesai sekolah memiliki suatu kompetensi diri yang kompeten. Umumnya responden menyatakan
bahwa kurikulum sebelumnya (1994) perlu diubah menjadi KTSP dengan alasan (1) Karena dengan
pembelajaran berdasarkan kompetensi, anak dapat menghasilkan pembelajaran yang lebih optimal (2)
layak disempurnakan dalam kerangka inovasi pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Umumnya responden telah mengetahui komponen-komponen KTSP, yaitu (1) visi misi dan tujuan
pendidikan, struktur dan muatan, kalender pendidikan, silabus, RPP (2) visi, misi, tujuan Sekolah,
struktur kurikulum, muatan lokal, pengaturan beban belajar, kalender pendidikan standar kompetensi,
standar kompetensi lulusan dan SKBM/KKM.
6. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh sekolah agar dapat melaksanakan KTSP
Responden berpendapat bahwa persyaratan yang harus dipenuhi oleh sekolah dalam melaksanakan
KTSP adalah adanya kesatuan pendapat dan dukungan dari warga sekolah dalam menentukan tujuan
sekolah serta keinginan masyarakat yang dituangkan dalam KTSP. Juga perlu didukung oleh kesiapan
semua komponen sekolah, ketersediaan dana, bahan yg akan dijadikan acuan.
Sedangkan hal-hal yang harus dilakukan guru agar dapat melaksanakan KTSP secara optimal adalah
guru harus memiliki pemahaman yang baik terhadap konsep dan falsafah KTSP serta teknis
implementasinya di lapangan.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 76
Umumnya responden menyatakan perbedaan antara KTSP dengan kurikulum 1994 adalah bahwa
KTSP berorientasi pada penguasaan kompetensi, berpusat pada siswa, guru sebagai fasilitator,
konteksual. Sedangkan kurikulum 1994 berorientasi pada tujuan, berpusat pada guru, guru sebagai
sumber belajar, abstrak.
Dalam implementasinya, KTSP memerlukan silabus karena silabus merupakan penjabaran dari
standar kompetensi yang mengacu pada pencapaian standar kelulusan.
Umumnya responden melihat hal-hal positif yang ada dalam KTSP, di antaranya kurikulum KTSP
lebih menampung inspirasi dari warga sekolah serta mencakup perubahan/menyesuaikan dengan
kondisi yang ada.
6. Pelaksanaan KTSP
Umumnya responden memahami silabus sebagai penjabaran SK, KD, indikator sebagai pedoman
dalam pelaksanaan KBM. Unsur-unsur yang harus ada dalam silabus adalah SK, KD, materi pokok,
kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, waktu dan sumber. Umumnya responden menyatakan
bahwa perbedaan antara silabus dan RPP adalah: RPP sifatnya lebih operasional dari silabus. RPP
dibuat untuk setiap pertemuan, sedangkan Silabus dibuat untuk beberapa kali pertemuan. Umumnya
responden meyakini bahwa silabus dan RPP dapat menuntun atau membantu guru dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Sebagian besar responden menyatakan bahwa umumnya silabus disusun oleh para guru secara
bersama-sama dengan rekan satu sekolah maupun dalam MGMP. Umumnya sekolah melibatkan
pengawas dalam penyusunan silabus, baik sebagai pembimbing maupun sebagai narasumber.
Secara umum responden menyatakan bahwa kondisi (sumber/alat/dan sumber daya di sekolah belum
memadai untuk mendorong keterlaksanaan KTSP.
7. Permasalahan dan upaya mengatasinya
Secara umum, masih ada permasalahan dalam implementasi KTSP. Persoalan yang umumnya dialami
oleh sekolah dalam menyusun KTSP menurut responden adalah pemahaman yang belum maksimal
dari warga sekolah, terutama guru, serta ketersediaan sarana dan prasarana pendukung yang belum
memadai.
Upaya untuk mengatasi kesulitan adalah dengan terus meningkatkan pemahaman aspek-aspek yang
terdapat dalam KTSP serta peningkatan penggunaan TIK untuk mendukung kegiatan pembelajaran.
Caranya dengan mengadakan diklat, work shop, pertemuan rutin guru, KKG, dan KKKS.
Strategi sekolah dalam mensosialisasikan KTSP kepada warga sekolah (guru, orang tua), dan
masyarakat adalah dengan melakukan diskusi di antara guru, kepsek, serta warga sekolah lain dengan
dibimbing oleh pengawas dan kepala UPT Dinas Pendidikan setempat.
Persyaratan dan Kebutuhan sekolah dalam menyusun KTSP adalah adanya kemauan yang keras dari
pihak sekolah untuk menyusun dan mengimplementasikan KTSP serta dukungan dana yang besar.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 77
Strategi sekolah dalam melakukan pemantauan pelaksanaan KTSPdi antaranya dengan membentuk
tim kecil di bawah naungan wakil kepala skeolah bidang kurikulum dan wakil kepala skeolah bidang
pengendali mutu untuk melakukan pemantauan. Juga dengan melakukan supervisi, melibatkan
pengawas sekolah, dan tim pengembangan kurikulum sekolah.
Upaya sekolah dalam mendorong guru dalam melaksanakan KTSP antara lain dengan:
1. Memberi motivasi bagi guru dan reward bagi yang telah menyusun silabus dan RPP.
2. Memberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengikuti diklat dan banyak bertanya pada rekan
sejawat yang lebih paham.
3. Membantu memberikan petunjuk; mendatangkan tenaga ahli; mendatangkan tenaga LPMP.
8. Pendanaan
Umumnya responden kepala sekolah menyatakan bahwa penyusunan KTSP membutuhkan biaya
yang besar. Sekolah umumnya memanfaatkan sumber dana lain (48,5%) untuk menyusun KTSP.
Dana itu bukan dari dana BOS, juga bukan dari Dinas Pendidikan (APBD), dan bukan dipungut dari
siswa.
Sedangkan untuk melakukan sosialisasikan KTSP di lingkungan warga sekolah pada umumnya dana
diperoleh secara swadaya (19,7%) atau bersumber dari APBN (12,1%).
C. Persepsi Komite Sekolah (Orangtua) dalam Pengembangang dan Penerapan KTSP
Selain menggunakan sumber data dari dinas pendidikan, guru dan kepala sekolah, dalam
monitoring ini juga dilakukan analisis tentang KTSP dengan sumber data dari oorangtua yang
bertindak sebagai komite sekolah. Berikut adalah berbagai informasi yang berkaitan tentang
KTSP menurut persepsi orangtua.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 78
Diagram 1. Pemahaman orang tua terhadap perbedaan
kurikulum yang sebelumnya dengan KTSP
85.0
0%
10.0
0%
5.0
0%
Tahu
Tidak Tahu
Tidak berbeda
1. Pemahaman Orang Tua Siswa/Komite tentang Pelaksanaan Kurikulum
a. Perbedaaan KTSP dengan Kurikulum sebelumnya
Memahami kurikulum yang berlaku termasuk hal yang harus dilakukan oleh orang tua.
Berkaitan dengan perubahan kebijakan kurikulum saat ini, perlu digali sejauhmana orang tua
siswa memahami perbedaan kurikulum yang sekarang dengan kurikulum yang berlaku
selama ini. Hal ini menjadi penting karena perubahan kebijakan tentang kurikulum saat ini
memiliki konsekuensi terhadap peranan orang tua. Dengan adanya otonomi sekolah dalam
pengembangan kurikulum, orang tua dituntut untuk berperan aktif dalam mendukung
keberhasilan siswa dalam pencapaian kompetensi yang diharapkan.
Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh gambaran bahwa umumnya (90%) orangtua siswa
menyatakan bahwa KTSP berbeda dengan Kurikulum 2004, dan hanya 10% menyatakan
tidak. Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi KTSP yang telah dilakukan cukup berhasil.
Sebanyak 50 % menyatakan mengetahuinya dari sekolah sedangkan 50 % lagi tanpa
penjelasan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam penyusunan KTSP pihak sekolah
telah mensosialisasikan kepada orang tua melalui komite
Berikut diagram tentang pemahaman orang tua/komite tentang KTSP.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 79
b. Penjelasan Kebijakan Kurikulum terhadap Orang Tua Siswa`
Untuk mendukung pemahaman orang tua, perlu ada upaya sekolah untuk melibatkan
orang tua dalam sosialisasi kurikulum. Sehubungan dengan tersebut, berdasarkan
wawancara dengan orang tua siswa, sebanyak 90% orang tua menyatakan menerima
penjelasan tentang KBK dari pihak sekolah dan dinas pendidikan setempat, sedangkan 10
% menyatakan belum pernah. Namun hanya 20 % yang menyatakan mengerti penjelasan
yang diberikan sehingga dapat memberikan dukungan dan kerja sama dengan pihak
sekolah. Sedangkan 80 % lainnya sudah menerima penjelasan tapi tidak mengetahui
dengan pasti arti penjelasan tersebut. Ini menunjukkan bahwa pemahaman orang tua
tentang KTSP belum memadai sehingga perlu sosialisasi lebih lanjut agar orang tua dapat
berpartisipasi lebih aktif dalam pendidikan putra/putrinya.
c. Konsep dan Strategi Sosialisasi KTSP
Pemahaman yang benar bagi setiap orang tua terhadap KTSP sangat menentukan
keberhasilan proses pembelajaran siswa. Berdasarkan wawancara dengan orang tua,
diperoleh informasi bahwa sebanyak 65% orang tua cukup mengerti bahwa KTSP
disusun dengan memperhitungkan potensi lingkungan dan didasarkan atas Permen
Mendiknas Nomor 22, 23, dan 24. Sedangkan 15 % lainnya sudah mendengar tapi belum
menunjukkan pemahaman tentang KTSP, sedangkan 20% belum pernah sama sekali
menerima sosialisasi KTSP. Namun demikian memberi indikasi bahwa sosialisasi KTSP
di tingkat satuan pendidikan SMA (khususnya) dan SMK sudah dilakukan sekolah
dengan baik kepada orang tua (stake holder) namun perlu ditingkatkan dan dilakukan
lebih intensif.
2. Respon Orang Tua terhadap pelaksanaan KTSP di sekolah
Hampir semua responden (99 %) menyatakan senang dengan pengunaan KTSP sebab
membuat perhatian siswa terhadap kegiatan belajarnya lebih besar (siswa lebih aktif
belajar) dan kemampuanya lebih dieksplorasi. Namun secara implisit orang tua (25%)
mengharapkan kemampuan dan komitmen sekolah yang sungguh-sungguh untuk
menyusun dan melaksanakan KTSP sesuai potensi daerah dan karakteristik sekolah.
Respon yang sangat baik ini memberikan indikasi bahwa KTSP mendapat sambutan yang
sangat positif dikalangan orang tua (stake holder) sehingga sosialisasinya perlu
ditingkatkan dan strategi implementasinya perlu dievaluasi secara berkala agar
implementasinya maksimal.
Berikut diagram respon orang tua terhadap pelaksanaan KTSP di sekolah
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 80
3. Hubungan penerapan KTSP dengan biaya yang dikeluarkan siswa dalam proses
belajar mengajar
(a). frekuensi siswa meminta uang tambahan untuk biaya belajar setelah menggunakan
KTSP
Sebanyak 57,15 % (14,29% sering dan 42,86% kadang-kadang orang tua mengeluarkan uang
tambahan) orang tua menyatakan adanya tambahan pengeluaran biaya yang signifikan
dengan penerapan KTSP. Sedangkan 42,86% (yang menyatakan tidak pernah/hampir tidak
pernah mengeluarkan biaya tambahan setelah penerapan KTSP) menyatakan bahwa sekolah
di mana putra/i mereka bersekolah telah menyusun anggaran yang lengkap sehinga semua
pembiayaan sudah dibayar pada awal tahun ajaran. Ini menunjukkan bahwa pengeluaran
tambahan untuk biaya studi setelah KTSP diterapkan cukup signifikan. Namun dari data
rersponden tidak ditemukan keluhan atau keberatan orang tua (stake holder) sehubungan
dengan tambahan biaya ini. Dengan demikian walaupun penerapan KTSP mempunyai
implikasi pengeluaran dana yang lebih namun dapat diterima secara positif sebab dana-dana
tambahan yang dikeluarkan dialokasikan langsung untuk peningkatan kompetensi siswa.
Untuk itu sosialisasi KTSP yang akan datang tidak saja difokuskan pada konsep-konsep
KTSP tetapi lebih dari itu difokuskan pada strategi implementasi dan teknik pelaksanaan.
Berikut diagram frekuensi siswa meminta uang tambahan untuk beiaya belajar setelah
menggunakan KTSP
Diagram 2. Tanggapan orang tua terhadap pelaksanaan KTSP dan peluangnya dalam
peningkatan kemampuan siswa
20.00%
55.00%
25.00%
Sangat Senang
Senang, karena kemampauan siswayang dikembangkan banyak dan fokus.
Senang, asalkan siswa menjadi lebihpandai dan disiplin
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 81
(b). Biaya tambahan yang dibayarkan orangtua setelah menggunakan KTSP
Semua responden menyatakan adanya tambahan biaya yang besar dan frekuensinya sangat
bergantung pada kegiatan yang direncanakan sekolah masing-masing. Namun jawaban
responden tengan pengeluaran tambahan ini sangat beragam antara yang sudah terencana
melalui APBS sekolah sampai dengan yang tidak memiliki rencana sama sekali. Khusus
sekolah-sekolah yang belum memiliki APBS yang baik tambahan pengeluaran ini menambah
volume pekerjaan bertambah. Untuk itu dalam pelaksanaan sosialisasi KTSP pada level
strategi peleksanaan dan di tingkat teknis operasional perlu diberikan bimbingan pengelolaan
keuangan sekolah sehingga baik sekolah maupun orang tua mendapat kemudahan-
kemudahan dalam memberikan layanan kepada putra/i-nya.
Berikut diagram biaya tambahan sehubungan dengan penerapan KTSP
3. Ketersediaan Buku Pelajaran
Diagram 3. Hubungan penerapan KTSP dengan biaya yang dikeluarkan siswa
dalam proses belajar mengajar
14.29%
42.86%
42.86%
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
Diagram 4. Besarnya biaya tambahan yang dibayarkan orang tua dalam
pelaksanaan KTSP di sekolah
10.0
0%
30.0
0%60.0
0%
<= Rp.10.000,00
Rp.10.000,00 <= - <= Rp.80.000,00
Relatif, sesuai kebutuhan
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 82
Responden yang menyatakan buku yang dimiliki siswa cukup memadai dengan yang
menyatakan tidak cukup memadai sama besar. Sementara responden yang menyatakan bahwa
buku cukup memadai dalam menunjang proses pembelajaran tidak memberikan penjelasan
atas jawaban yang diberikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengadaan buku-
buku yang sesuai dengan potensi daerah dan sesuai dengan karakteristik siswa perlu
diupayakan secara sungguh-sungguh baik oleh pemerintah maupun masyarakat.
Berikut diagram tentang ketersediaan buku pelajaran
4. Penjelasan dari Guru tentang Rapor Siswa
Hanya 45% orang tua yang menganggap rapor hasil belajar yang disampaikan sekolah ke
pada orang tua memberikan informasi tentang prestasi belajar siswa. Selain itu data
responden menunjukkan bahwa yang merasa kurang jelas adalah 25% demikian pula yang
tidak memahami sama sekali. Kemungkinannya adalah sekolah belum mampu
medayagunakan format rapor yang ada untuk menginformasikan pencapaian kompetensi
siswa, atau format rapor terlalu rumit sehingga untuk memahaminya diperlukan penjelasan-
penjelasan yang khusus. Ini menunjukkan bahwa diperlukan suatu penelitian lebih lanjut
tentang format laporan hasil belajar dan cara penggunaannya yang diikuti oleh sosialisasi
yang intensif dari pihak sekolah terhadap orang tua.
Diagram 5. Dukungan buku dalam Proses Pembelajaran KTSP
40.00%
40.00%
20.00%
Cukup
Tidak Cukup
Tidak Tahu
Diagram 6. Informasi hasil belajar siswa melalui rapor hasil belajar.
45.00%
25.00%
30.00%
Jelas
Kurang Jelas
Tidak Jelas
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 83
5. Perubahan Sikap Siswa Setelah Sekolah Menerapkan KTSP
Secara umum responden menyatakan adanya perubahan sikap belajar putra/putri mereka
yaitu peningkatan minat dan semangat belajar yang signifikan dengan penerapan KTSP.
Dengan demikian peningkatan pemahaman dan penguasaan KTSP secara konsep, strategi
implementasi, dan teknik pelaksanaan perlu disosialisasikan lebih intensif, luas, dan efektif.
Informasi 65% responden menyatakan tidak pernah/hampir tidak pernah menerima keluhan
dari putra/putri mereka dan 10% yang kadang-kadang menerima keluhan
mengindikasikan bahwa penerapan KTSP cukup signifikan meningkatkan gairah belajar
siswa. Kegiatan-kegiatan di luar sekolah yang timbul setelah penerapan KTSP disikapi
sebagai implikasi dari semangat KTSP untuk meningkatkan mutu hasil belajar siswa. Dengan
demikian KTSP mendapat sambutan positif dari orang tua karena dipandang mampu
meningkatkan motivasi belajar siswa.
6. Keluhan Siswa Kepada Orang Tua setelah Sekolah menerapkan KTSP
Sebagian besar orang tua (65%0 menyatakan bahwa anaknya tidak pernah mengeluh
sehubungan dengan penerapan KTSP, 25 % menyatakan anaknya sering mengeluh, dan 10 %
menyatakan kadang-kadang.
Berikut diagram pernyataan orang tua tentang keluhan anak-anak mereka sehubungan dengan
penerapan KTSP.
Gambar 7. Pengaruh KTSP terhadap sikap belajar siswa
55.00%30.00%
15.00%
Lebih Rajin Belajar
Relatif Lebih Rajin
Tidak Berubah
10.0
0%
65.0
0%
25.0
0%Kadang-kadang
Tidak Pernah
Sering, sehingga menjadi bebantambahan
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 84
D. Perbandingan Hasil Tes Pemahaman KTSP antara Pejabat Struktral di Dinas
pendidikan dengan Sekolah (Kepala Sekolah dan Guru)
Dalam monitoring ini juga dilakukan tes pemahaman atau tes persepsi tentang persepsi KTSP
menurut responden. Tes melibatkan seluruh responden dari dinas pendidikan, guru, kepala
sekolah dan orangtua. Selain untuk melihat persepsi tentang KTSP, tes dimaksudkan juga
untuk mendukung temuan-temuan yang diperoleh melalui kuesioner guru, kepala, sekolah,
orangtua dan dinas pendidikan. Identitas dari para responden adalah sebagai berikut.
1. Pemahaman Tentang Pengertian Standar Isi
Sebagian besar responden dari kalangan pejabat struktural Dinas Pendidikan memahami
bahwa Standar Isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi minimal untuk
mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu (65.5%).
Hal ini senada dengan pemahaman kepala sekolah dan guru. Sebanyak 63.5% kepala sekolah
dan guru menjawab dengan jawaban yang sama. Kondisi ini menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan signifikan antara pemahaman Dinas Pendidikan dengan sekolah tentang standar
Isi. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada sekitar 35-37% reseponden belum memahami
pengertian standar isi dan standar kompetensi lulusan dengan benar.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 85
Tabel 15 Pemahaman Dinas Pendidikan dan Sekolah tentang Standar Isi
Jawaban
Unsur (%)
Dinas
Pendidikan
Sekolah (Guru dan
Kepsek)
a. Ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi 18.3 22.6
b. Mencakup lingkup materi minimal dan tingkat
kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi
lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu.
65.5 63.5
c. Mengatur tentang struktur kurikulum satuan
pendidikan 12.3 10.9
d. Mengatur tentang kompetensi lulusan 3,9 3
Tabel di atas memperlihatkan pemahaman responden terhadap Permendiknas No. 22 Tahun
2006 sangat variatif, meskipun untuk responden yang berbeda tampaknya pemahaman kedua
unsur tidak terlalu jauh berbeda.
2. Pengembangan Substansi Muatan Lokal
Tentang kewenangan penyusunan dan penentapan kurikulum muatan lokal, sebagian besar responden
dari pejabat struktural Dinas Pendidikan (84,5%) menjawab bahwa yang berwenang menetapkan
kurikulum muatan lokal adalah satuan pendidikan yang bersangkutan. Hal senada juga terlihat dari
jawaban responden yang bearasal dari sekolah (guru dan kepala sekolah), yaitu sebanyak 87,5%.
Artinya, masih ada sekitar 13-16 % responden belum memahaminya dengan benar. Dari kelompok
responden yang belum menjawab dengan benar, terdapat sedikit perbedaan antara responden dari
Struktural Dinas Pendidikan dengan sekolah. Sebanyak 9,9% responden dari pejabat struktural Dinas
pendidikan menjawab bahwa muatan lokal ditetapkan oleh Dinas Pendidikan, sementara 4,5 %
responden yang berasal dari sekolah meberikan jawaban yang sama. 8% sekolah menjawab muatan
lokal di tetapkan dari pusat, sementara hanya 0,7 responden dari pejabat struktural Dinas pendidikan
yang menjawab demikian.
Tabel 16 Pemahaman Dinas pendidikan dan Sekolah tentang Pengembangan Substansi
Muatan Lokal
Jawaban
Unsur (%)
Dinas
Pendidikan
Sekolah (Guru dan
Kepsek)
a. Satuan pendidikan 84.5 85.7
b. Dinas pendidikan 9.9 4.5
c. Pusat 0.7 8
d. Komite sekolah 3.5 7.5
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 86
3. Tujuan dari Kegiatan Pengembangan Diri
Mengenai kegiatan pengembangan diri, sebagian besar responden dari Dinas pendidikan
menjawab ” memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri”, yaitu sebesar 73,6%. Hal yang sama juga terjadi pada responden dari
sekolah (Kepala Sekolah dan Guru), sebesar 75,9 %. Ini berarti terdapat sekitar 24-27%
responden memberikan jawaban yang salah atau belum memahami dengan benar.
Tabel 17 Pemahaman Dinas Pendidikan dan Sekolah Tentang Tujuan Kegiatan
Pengembangan Diri
Jawaban
Unsur (%)
Dinas
Pendidikan
Sekolah (Guru dan
Kepsek)
a. Memperdalam penguasaan mata pelajaran 3.5 1.5
b. Menciptakan wahana kegiatan sesuai minat dan
bakat siswa 19.4 18.0
c. Memberi pelayanan konseling pada siswa 2.5 3.0
d. memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri. 73.6 75.9
4. Sistem Pembelajaran pada SMA/MA/SMK/MAK
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, dinyatakan bahwa bagi sekolah
yang kategori mandiri bebena relajar diatur dengan sistem keredit semester. Hal ini Belem
banyak dipahami oleh pelaksana pendidikan di lapangan. Berdasarkan tes pemahaman
terhadap Dinas pendidikan dan sekolah, diperoleh gambaran bahwa sebagain besar responden
menyatakan penyelenggaraan pembelajaran menggunakan sistem paket (60%). Namur hal ini
berbeda dengan pandangan sekolah, hanya 48,9% sekolah yang menyatakan bahwa
penyelenggaraan pembelajaran menggunakan sistem paket. Namur hanya sedikit (sekitar 4-
5%) responden (baik Dinas Pendidikan maupun sekolah) yang menyatakan pengaturan
pembelejaran berdasarkan sistem kredit semester. Data ini menunjukkan bahwa Belem semua
pihak yang memahami tentang pengaturan beban relajar sebagaimana yang tertuang dalam
PP nomor 19 tahun 2005 tersebut.
Lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 18 Pemahaman Dinas pendidikan dan Sekolah tentang Sistem pembelajaran pada
SMA/MA/SMK/MAK
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 87
Jawaban
Unsur (%)
Dinas
Pendidikan
Sekolah (Guru dan
Kepsek)
a. Menggunakan sistem paket 64.8 48.9
b. Menggunakan sistem SKS 4.6 4.1
c. Dapat menggunakan sistem SKS 5.6 6.0
d. Dapat menggunakan sistem paket 22.5 25.6
5. Penggunaan Standar Kompetensi Lulusan
Dalam hal penggunaan Standar Kompetensi Lulusan sebagai pedoman penilaian dalam
menentukan kelulusan peserta didik 90,5 % responden dari pejabat struktural Dinas
Pendidikan menjawab dengan benar. Sejalan dengan hal tersebut, sekolah (kepala sekolah
dan guru) menjawab dengan benar sebanyak 89,5%. Data ini menunjukkan bahwa terdapat
sekitar 10% responden yang belum menjawab dengan benar.
Tabel 19 Pemahaman Dinas pendidikan dan Sekolah tentang Penggunaan Standar
Kompetensi Lulusan
Jawaban
Unsur (%)
Dinas
Pendidikan
Sekolah (Guru dan
Kepsek)
a. Pedoman penilaian kelas 1.8 0.8
b. Pedoman penilaian tertulis 2.1 1.9
c. pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan
peserta didik. 90.5 89.5
d. Panduan penilaian kinerja dan portofolio 3.5 5.3
6. Penyusunan Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
Sebagai kurikulum operasional, KTSP disusun oleh sekolah dan disesuaikan dengan kondisi
yang ada. Hanya 68 % responden dari Dinas pendidikan yang menjawab dengan benar, dan
sebanyak 70,7 % responden sekolah (kepala sekolah dan guru) menjawab sama. Artinya,
terdapat sekitar 30 % responden belum memahami dengan benar. Dan ternyata, sekitar 25 %
responden masih beranggapan bahwa masih ada kurikulum nasional. Kemungkinan besar
yang disebut sebagai kurikulum nasional itu adalah Standar Isi dan Standar Kompetensi
Lulusan.
Tabel 20 Pemahaman Dinas Pendidikan dan Sekolah terhadap Penyusunan Kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP)
Jawaban Unsur (%)
Dinas Sekolah (Guru dan
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 88
Pendidikan Kepsek)
a. Disusun oleh pusat 3.5 2.6
b. Disusun oleh sekolah dengan mengacu pada
kurikulum nasional 24.6 23.7
c. Disusun oleh sekolah sesuai dengan kondisi,
kebutuhan dan potensi sekolah 68.0 70.7
d. Disusun oleh sekolah sebagai model kurikulum 2.5 1.5
7. Acuan Penyusunan KTSP, Kecuali.......
Sebagian besar responden yang berasal dari Dinas Pendidikan (74,3%) menyatakan bahwa
”model Kurikulum yang dikembangkan oleh satuan pendidikan lain tidak dapat dijadikan
sebagai acuan pengembangan KTSP. Hal senada juga ditunjukan oleh pernyataan kepala
sekolah dan guru (79,7%). Ini menunjukkan adanya kesadaran bahwa KTSP harus disusun
sendiri mengingat situasi dan kondisi sekolah yang berbeda-beda.
Lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 21 pemahaman Dinas Pendidikan dan Sekolah terhadap Acuan yang Digunakan dalam
Menyusun KTSP, kecuali....
Jawaban
Unsur (%)
Dinas
Pendidikan
Sekolah (Guru dan
Kepsek)
a. Standar Isi 5.6 4.9
b. Standar kompetensi lulusan 6.7 4.1
c. Panduan penyusunan kurikulum dari BSNP 11.3 9.4
d. Model kurikulum satuan pendidikan lain 74.3 79.7
8. Kemungkinan Satuan pendidikan Menyusun KTSP dengan Standar yang Lebih
Tinggi
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Standar
isi dan Standar Kompetensi lulusan memnyatakan bahwa satuan pendidikan dapat
mengembangkan kurikulum dengan kompetensi yang lebih tinggi dari Standar Isi dan
Standar Kompetensi Lulusan. Lebih dari separuh (55,6%) responden dari dinas pendidikan
menyatakan hal tersebut mungkin dilakukan asal tetap mengacu pada Standar Isi dan Standar
Kompetensi Lulusan sebagai ukuran kompetensi minimal. Hal yang sama juga ditunjukkan
oleh pernyataan kepala sekolah dan guru (52,6%). Artinya, tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara pandangan dinas pendidikan dengan sekolah dalam pengembangan
kompetensi yang lebih tinggi untuk satuan pendidikan tertentu.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 89
Namun demikian, sebagian responden dari dinas pendidikan (38,4%) menyatakan bahwa hal
itu mungkin dilakukan dengan menambah dan memperdalam kompetensi atau materi sesuai
dengan ciri dan kebutuhan satuan pendidikan yang bersangkutan. Hal ini tidak jauh berbeda
dengan pemahaman kepala sekolah dan guru (38,0%). Hanya sebagian kecil responden dari
dinas pendidikan yang menyatakan perlu penambahan jam sebagai konsekuensi dari penaikan
standar kompetensi oleh satuan pendidikan. Agak berbeda dengan pernyataan kepala sekolah
dan guru yang cenderung menambah jam pelajaran (7,9%).
Lebih lanjut lihat pada tabel dan diagram berikut:
Tabel 22 Pemahaman Dinas dan Sekolah tentang Kemungkinan Satuan pendidikan
Menyusun KTSP dengan Standar yang Lebih Tinggi
Jawaban
Unsur (%)
Dinas
Pendidikan
Sekolah (Guru dan
Kepsek)
a. Mungkin, dengan menambah, memperdalam
kompetensi atau materi sesuai ciri dan kebutuhan
satuan pendidikan
38.4 38.0
b. Mungkin, asal tetap mengacu pada Standar Isi dan
SKL sebagai kompetensi minimal 55.6 52.6
c. Mungkin dengan tidak menambah mata pelajaran 1.1 1.5
d. Mungkin, asal tidak menambah waktu lebih dari 4
jam pelajaran per minggu 4.9 7.9
Tabel dan diagram di atas memperlihatkan bahwa semua responden menyatakan tidak ada
masalah apabila satuan pendidikan mampu mengembangkan kurikulumnya melebihi standar
SI dan SKL asalkan dengan kriteria tertetu.
9. harapan Dinas Pendidikan dan Sekolah tentang Batas Akhir penerapan KTSP
Hampir semua responden (sekitar 96%) baik yang berasal dari Dinas pendidikan maupun
kepala sekolah dan guru menyatakan bahwa paling lambat penerapan KTSP pada tahun
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 90
2009/2010. Sebagian daerah optimis dengan batas akhir tahuan 2007/2008 (14,4% untuk
Dinas pendidikan dan 18,4% untuk sekolah). Daerah dan sekolah yang berpandangan
demikian umumnya bagi mereka yang telah menerapkan KBK secara keseluruhan.
Lebih lanjut lihat pada tabel dan diagram berikut.
Tabel 23 Harapan Dinas pendidikan dan Sekolah Tentang Penjadualan Penerapan Standar Isi
dan Standar Kompetensi Lulusan
Jawaban
Unsur (%)
Dinas
Pendidikan
Sekolah (Guru dan
Kepsek)
a. Tahun Ajaran 2007/2008 14.4 18.4
b. Tahun Ajaran 2008/2009 23.6 25.2
C Tahun Ajaran 2009/2010 57.1 52,3
d Tahun Ajaran 2010/2011 4.9 4.1
0
20
40
60
T.A 2007/2008 T.A 2008/2009 T.A 2009/2010 T.A 2010/2011
Harapan Dinas Pendidikan dan Sekolah tentang
Limit Waktu Penerapan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
Dinas Pendidikan
Sekolah
T
abel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berharap bahwa satuan
pendidikan dasar dan menengah seharusnya sudah mulai menerapkan Standar Isi dan Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah paling lambat Tahun
Ajaran 2009/2010
10. Peranan Gubernur, Bupati dan walikota dalam Pengaturan Jadual Pelaksanaan
Permendiknas No. 22 dan 23 tahun 2006 oleh Satuan Pendidikan
Sebagian besar responden berpendapat bahwa pengaturan jadual pelaksanaan Permendiknas
No. 22 dan 23 Tahun 2006 telah sesuai dengan kesiapan satuan pendidikan atas pertimbangan
dinas pendidikan setempat.
Lebih lanjut lihat tabel dan grafik di bawah ini.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 91
Tabel 24 Pemahaman Dinas Pendidikan dan Sekolah terhadap Peranan Gubernur,
Bupati dan walikota dalam Pengaturan Jadual Pelaksanaan Permendiknas
No. 22 dan 23 tahun 2006 oleh Satuan Pendidikan
Jawaban
Unsur (%)
Dinas
Pendidikan
Sekolah (Guru dan
Kepsek)
a. Sesuai dengan kondisi dan kesiapan satuan
pendidikan 46,1 51,5
b. Secara serempak di seluruh wilayahnya 13.4 7.5
c. Ditetapkan dan dipertimbangkan oleh dinas
pendidikan 7.4 8.3
d. Ditetapkan oleh satuan pendidikan dengan
pertimbangan dinas pendidikan 33.1 32.7
Dari tes pemahaman tersebut dapat disimpulkan bahwa peran dinas pendidikan adalah sangat
vital dalam membentuk persepsi, melakukan sosialisasi dan mengkoordinasikan
pengembangan dan penerapan KTSP oleh satuan pendidikan.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 92
E. Observasi Kegiatan Pembelajaran
Selain menggunakan tes pemahaman atau tes persepsi KTSP, kuesioner guru dan kepala
sekolah, kuesioner dinas pendidikan, dan kuesiner orangtua, juga dilakukan observasi
pembelajaran. Tujuan observasi adalah untuk memotret secara faktual perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran dilihat dari segi: kesesuaianya dengan kebijakan pengembangan
KTSP, prinsip pembelajaran yang aktif dan umpan baliknya. Secara umum, hasilnya adalah
sebagai berikut.
No Aspek Pembahasan hasil Observasi
1 Ketepatan rumusan Komponen Silabus : Dalam hal pembuatan silabus, tampak bahwa guru
belum memahami konsep dan teknik pembuatan silabus
terutama pada bagian perumusan indikator, pengalaman
belajar yang sesuai, dan teknik penilaian yang dapat
mengukur pencapaian kompetensi siswa.
a. SK dan KD dengan SI dan SKL :
b. Rumusan Indikator dengan KD :
(1) Minimal dua indikator:
(2) Menggunakan kata kerja kemampuan:
(3) Rumusan mengacu kompetensi, yaitu jaminan
kompetensi dicapai:
c. Memuat materi pembelajaran:
d. Ketepatan rumusan kegiatan pembelajaran
dengan KD
(1) Kegiatan pembelajaran bervariasi:
(2) Pokok pokok kegiatan dengan kompetensi
yang ingin dicapai:
e. Ketepatan rumusan penilaian dengan KD:
(1)Teknik/bentuk penilaian dengan kompetensi:
(2) Rumusan tugas:
f. Memuat alokasi waktu:
g.Memuat sumber belajar:
2 Ketepatan rumusan komponen RPP:
a. Hubungan Indikator dengan tujuan
pembelajaran:
RPP atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
merupakan penjabaran operasional dari silabus untuk
waktu yang lebih singkat yaitu tiap tatap muka
dilaksanakan. Oleh sebab itu RPP sangat bergantung
pada silabus yang telah di buat. Kesulitan dalam
membuat silabus akan berdampak pada rumusan RPP
yang tidak saling berhubungan.
Dari data hasil observasi menunjukkan bahwa secara
rata-rata guru masih menemukan kesulitan dalam
membuat RPP yang sesuai agar siswa memperoleh
kompetensi seperti yang diharapkan.
b. Rumusan materi, telah merinci dari silabus:
c. Rumusan Metode, dari segi:
(1) Menggunakan variasi metode (individual,
kelompok, klasikal, dalam kelas, luar kelas,
ceramah, penugasan, diskusi, metode pemecahan
masalah dsb.
(2) Hubungan metode dengan kompetensi,
indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai
d. Ketepatan rumusan langkah langkah kegiatan,
pada aspek:
(1) Kegiatan awal: memuat konsep/kegiatan
prasyarat, problem solving,aplikasi konsep atau
orientasi kelas
(2) Kegiatan inti, dari segi:
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 93
* Telah merinci kegiatan pada silabus:
* Kegiatan dengan kompetensi, indikator dan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai:
* Memuat lampiran lembar kerja (LK) apabila
terdapat penugasan menggunakan lembar kerja
(3) Kegiatan penutup, memuat rangkuman,
penugasan lebih lanjut, renungan atau lainnya
e. Ketepatan rumusan penilaian dengan indikator,
dari segi:
(1) Teknik/bentuk penilaian dengan indikator:
(2) Memuat contoh penilaian:
(3) Memuat pedoman skoring/kunci jawaban:
f. Memuat alokasi waktu:
g.Memuat sumber belajar:
PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN
4 Kesesuaian pelaksanaan kegiatan belajar
dengan RPP, saat:
a. Kegiatan awal: Secara rata-rata data ebservasi menunjukkan bahwa
dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru
sudah melaksanakan sesuai dengan RPP yang di buat.
Tetapi hal ini bertentangan dengan kenyataan
sebelumnya yaitu bahwa guru belum mampu membuat
RPP yang sesuai dengan silabus.
(1) Lama kegiatan:
(2) Hubungan konteks kegiatan dengan materi,
indikator atau tujuan pembelajaran:
b. Kegiatan inti:
(1) Lama kegiatan:
(2) Hubungan konteks kegiatan dengan materi,
indikator atau tujuan pembelajaran:
(3) Organisasi kelas yang digunakan dengan tujuan
pembelajaran:
(4) Kegiatan pembelajaran efektif:
c. Kegiatan Akhir (penutup):
(1) Lama kegiatan:
(2) Hubungan konteks kegiatan dengan materi,
indikator atau tujuan pembelajaran:
5 Penilaian: Secara rata-rata guru sudah mampu menerapkan prinsip-
prinsip penilaian untuk mengetahui hasil belajar siswa. a. Bentuk/teknik penilaian dengan tujuan
pembelajaran:
b.Tingkat pencapaian siswa:
c. Kualitas dari konstruksi soal/penilaian:
6
Sumber belajar:
Secara rata-rata guru sudah menggunakan sumber
belajar dengan baik dan efektif dalam melaksanakan
pembelajaran.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 94
BAB V
ANALISIS HASIL MONITORING
A. Aspek Analisis
Monitoring ini memnfokuskan pada tiga aspek, yaitu: (1) Pemahaman terhadap isi kebijakan
yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Satndar Isi, Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, serta Nomor 24
Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. (2) Kesiapan
dan kemampuan sumber daya yang ada, dan (3) Implementasi atau penerapan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, 23, dan 24 Tahun 2006.
1. Pemahaman terhadap Standar Isi Dan Standar Kompetensi Lulusan
Unsur-nsur yang dijadikan patokan pengkajian adalah (a) hal-hal apa saja yang diatur dalam
peraturan tersebut; (b) hal-hal apa saja yang dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi
daerah/satuan pendidikan; (c) fungsi Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar yang
terdapat dalam Standar Isi dan (d) fungsi Standar Kompetensi Lulusan. Unsur-unsur tersebut
digali melalui tes pemahaman, angket, dan wawancara.
2. Kemampuan dan Kesiapan Sumber Daya
Kemampuan dan kesiapan sumber daya sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan
kebijakan. Unsur-unsur yang dikaji adalah (a) apakah jumlah sumber daya manusia memadai,
(b) apakah kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan memadai, (c) apakah ada program
peningkatan kompetensi melalui sosialisasi, workshop, dan pelatihan, (d) apakah sarana dan
prasarana memadai, (e) sejauhmana dukungan komite/orang tua siswa terhadap pelaksanaan
kurikulum, (f) bagaimana pengganggaran dan pembiayaan kegiatan mulai dari persiapan
(sosialisasi), pengembangan, dan implementasi.
Informasi ini diperoleh melalui pejabat struktural dan staf Dinas Pendidikan, kepala sekolah,
guru, komite/orang tua siswa melalui angket, tes pemahaman dan wawancara. .
3. Implementasi atau Penerapan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
22, 23, dan 34 Tahun 2006.
Unsur-unsur yang dimonitor adalah (a) apakah responden telah memeiliki dokumen dan
bagaiaman cara mendapatkan dokumen tersebut. Hal ini akan menggambarkan sejauhmana
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 95
pihak-pihak terkait proaktif dalam mendapatkan informasi, misalnya dengan meng-copy
sendiri atau menunggu informasi dikirimkan oleh pihak yang berwenang. (b) apakah sudah
menyusun KTSP dan perangkatnya (struktur kurikulum, silabus, RPP, penilaian dan
sebagainya), (c) apakah sudah melaksanakan KTSP, (d) apa dampak, kendala, dan upaya
yang dilakukan, (e) sejauhmana peran serta masyarakat, (f) bagaimana penjadualan
penerapan , (g) berapa persen daerah (kabupaten/kota) yang telah melaksanakan sosialisasi,
(h) apakah ada koordinasi antar pihak-pihak terkait?
Informasi ini diperoleh melalui pejabat struktural dan staf Dinas Pendidikan, kepala sekolah,
guru, komite/orang tua siswa melalui angket, tes pemahaman dan wawancara. .
B. Hasil Analisis
1. Pemahaman Responden Terhadap Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, dan
KTSP.
Berdasarkan angket yang diberikan kepada pejabat dan staf struktural Dinas Pendidikan
provinsi dapat disimpulkan bahwa semua daerah telah melakukan sosialisasi tentang
Peraturan Mendiknas Nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006. Hal senada juga diakui oleh
responden yang berasal dari sekolah (kepala sekolah, guru, dan komite/orang tua siswa).
Dilihat dari pemahaman yang diperoleh melalui jawaban angket, tes pemahaman dan
wawancara kepada semua responden, dapat disimpulkan bahwa secara konseptual sebagian
besar responden cukup memahami peraturan mendiknas tersebut. Sebagai contoh, umumnya
responden memahami KTSP disusun dan ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan
dengan mempertimbangkan keragaman kondisi, potenai, dan kebutuhan daerah serta peserta
didik. Namun, substansi dan strategi strategi implementasi KTSP belum cukup dipahami.
Hal ini dilihat dari naskah KTSP dan perangkatnya yang disusun oleh masing-masing satuan
pendidikan. Umunya naskah tersebut baru pada tahap ”copy-paste”. Akibatnya, penerapkan
KTSP di masing-masing satuan pendidikan belum begitu kuat karakteristiknya.
Pemberlakuan KTSP sebagai impelementasi dari kebijakan pemerintah sebagaimana
yang diamantkan oleh berbagai peraturan perundang-undangan yang mendasarinya,
dapat diterima secara baik oleh pelaksana di lapangan. Sungguhpun demikian, masih
banyak persoalan yang harus dituntaskan, parsoalan tersebut antara lain adalah :
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 96
Sebagian orang tua mengeluhkan tentang adanya penambahan biaya pendidikan
shubungan dengan penerapan KTSP, terutama dalam hal pengadaan buku-buku
pelajaran dan biaya kegiatan pembelajaran.
Sebagian orang tua sering menerima keluhan dari anak-anak mereka bahwa setelah
menerapkan KTSP, tugas-tugas yang harus mereka selesaikan menjadi bertambah
banyak sehingga melelahkan.
Format rapor KTSP berlum mampu memberikan informasi tentang prestasi peserta
akademik maupun non akademik peserta didik.
Dengan adanya sejumlah persoalan di atas, perlu dikembangkan suatu sistem sosialisasi dan
pembinaan terhadap satuan pendidikan agar pengelolaan pembelajaran lebih efisien dan
efektif, termasuk dalam hal pengunaan sumber belajar yang tidak terbatas pada buku tertentu
saja. Sejauh ini, menurut pengakuan responden, daerah dan sekolah mampu mengatasi
berbagai persoalan tersebut melalui pemberian pengertian kepada semua pihak.
Namun upaya belum cukup mengingat proses pembelajaran yang berlangsung masih
mengikuti pola lama, terutama dalam penggunaan metode pemeblajaran yang monoton,
penggunaan sumber belajar belum bervariasi, proses penilaian belum sesuai dengan karakter
dan tingkat kompetensi yang dituntut. Hal ini mengkibatkan proses pembelajaran belum
efisien dan efektif. Informasi ini diperoleh melalui observasi dan wawancara yang dilakukan
tehadap siswa.
2. Kemampuan dan Kesiapan Sumber Daya
1. Perlu tindak lanjut dalam sosialisasi pemahaman susbstansi KTSP kepada para stake
holder dan satuan pendidikan.
2. Perlu perbaikan dalam teknik sosialisasi (pendampingan dan monitoring KTSP) agar hasil
yang dicapai lebih maksimal
3. Perlu sosialisasi lebih jauh tentang teknik penilaian (PPK, Afektif dan Psikomotor) dan
penggunaan rapor sebagai informasi prestasi akademik dan non akademik peserta didik.
Perlu pendampingan yang lebih strategis dan teknis dalam penyusunan KTSP
1. Guru sudah membuat silabus dan RPP
2. Silabus yang di buat guru belum menunjukkan penjabaran SK dan KD yang
disesuaikan dengan potensi daerah/wilayah, potensi sekolah, dan sesuai dengan
karakteristik peserta didik.
3. Guru belum mampu membuat silabus yang baik dan kontekstual
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 97
4. Guru belum mampu membuat RPP
5. Secara rata-rata guru sudah baik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
namun perlu kajian lebih mendalam berkaitan dengan kesusuaian isi materi yang
diajarkan dengan silabus yang telah di susun.
6. Guru sudah mampu merencanakan dan melaksanakan penilaian hasil belajar dengan
baik , namun masih perlu obsevasi yang lebih rinci berkaitan dengan kualitas
instrumen penilaian yang digunakan.
7. Dalam merencanakan sumber belajar yang akan digunakan guru sudah merencanakan
dengan baik, namun perlu kajian lebih mendalam berkaitan dengan efektivitas,
efisiensi dan tingkat kesesuaiannya denga kompetensi dasar yang hendak di capai.
8. Perlu tindak lanjut dalam sosialisasi pemahaman susbstansi KTSP kepada para stake
holder dan satuan pendidikan.
9. Perlu perbaikan dalam teknik sosialisasi (pendampingan dan monitoring KTSP) agar
hasil yang dicapai lebih maksimal
10. Perlu sosialisasi lebih jauh tentang teknik penilaian (PPK, Afektif dan Psikomotor)
dan penggunaan rapor sebagai informasi prestasi akademik dan non akademik peserta
didik.
11. Perlu pendampingan yang lebih strategis dan teknis dalam penyusunan KTSP seperti
penyusunan APBS, program mulok, dan program pengembangan diri.
3. Implementasi atau Penerapan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22,
23, dan 34 Tahun 2006.
1. Walaupun sebagian guru dalam observasi ini sudah membuat silabus dan RPP, tetapi
dari silabus dan RPP yang dibuat tampak bahwa guru belum menguasai konsep
pengembangan silabus dan teknik implementasinya sesuai kondisi wilayah, kondisi
sekolah dan karakteristik peserta didik.
2. Silabus yang di buat guru belum menunjukkan penjabaran SK dan KD yang
disesuaikan dengan potensi daerah/wilayah, potensi sekolah, dan sesuai dengan
karakteristik peserta didik.
3. Guru belum mampu membuat silabus yang baik dan kontekstual
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 98
4. Guru belum mampu membuat RPP
5. Guru belum memahami prinsip pengembangan SK menjadi KD dan menjabarkannya
menjadi indikator, pengalaman belajar dan penilaian. Implikasinya adalah guru belum
mampu mengembangkan indikator soal dan mengembangkan instrumen penilaian
yang tepat.
6. Secara rata-rata guru sudah baik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
namun perlu kajian lebih mendalam berkaitan dengan kesesuaian isi materi yang
diajarkan dengan silabus yang telah di buat
7. Guru sudah mampu merencanakan dan melaksanakan penilaian hasil belajar dengan
baik, namun masih perlu obsevasi yang lebih rinci berkaitan dengan kualitas
instrumen penilaian yang digunakan.
8. Dalam merencanakan sumber belajar yang akan digunakan guru sudah merencanakan
dengan baik, namun perlu kajian lebih mendalam berkaitan dengan efektivitas,
efisiensi dan tingkat kesesuaiannya denga kompetensi dasar yang hendak di capai.
Dari hasil observasi pembelajaran, kuesioner guru, kepala sekolah, orangtua siswa, dan dinas
pendidikan, serta hasil tes pemahaman, dapat disimpulkan beberapa hal berikut.
1. pemahaman tentang KTSP sudah memadai, namun ini perlu dipertajam sampai
tingkat operasionalisasi dalam pengembangan dan penerapan kurikulum mencakup
komite sekolah, sekolah, pengawas, dinas pendidikan dan masyarakat.
2. penerapan KTSP pada penyelenggaraan pendidikan masih perlu ditingkatkan agar
sesuai dengan SI dan SKL. Hal ini dapat dilakukan melalui peningkatan kompetensi
dari SDM pada tingkat sekolah maupun dinas pendidikan.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 99
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Secara umum, pemahaman tentang KTSP sudah memadai, namun ini perlu dipertajam
sampai tingkat operasionalisasi dalam pengembangan dan penerapan kurikulum mencakup
komite sekolah, sekolah, pengawas, dinas pendidikan dan masyarakat.
1. KTSP sebagai model kurikulum yang berdasar pada Standar Isi dan dikembangkan
dengan memperhatikan potensi dan karakteristik wilayah/sekolah belum disosialisasikan
dengan baik. Hasil monitoring menunjukkan 81 % responden menyatakan telah
mengetahuinya, namun tidak memahami subtansinya
2. Substansi KTSP dan strategi implementasinya belum dipahami dengan jelas oleh pihak
sekolah dan orang tua. Hasil monitoring menunjukkan 81 % responenden menyatakan
tahu tentang KTSP tetapi tidak memahaminya dengan baik.
3. Penggunaan KTSP di tingkat satuan pendidikan cukup signifikan dalam meningkatkan
motivasi, aktifitas dan kreatitivitas siswa dalam belajar hampir semua responden
menyatakan bahwa penggunaan KTSP membuat putra/putri mereka lebih rajin belajar.
4. Penggunaan KTSP sebagai kurikulum pendidikan saat ini diterima dengan baik oleh
orang tua walaupun muncul keluhan-keluhan dari pihak siswa karena perubahan pola
pembelajaran (responden menyatakan senang dengan penggunaan KTSP, 82 % responden
menyatakan menerima keluhan dari putra/putrinya berkaitan dengan tugas-tugas yang
diberikan, namun dapat mengatasinya dengan memberikan pemahaman dan pengertian).
5. Ada peningkatan biaya yang signifikan dengan penggunaan KTSP (85 % responden
menyatakan tambahan biaya yang timbul cukup signifikan dengan aktivitas belajar yang
terjadi).
6. Format rapor KTSP berlum mampu memberikan informasi tentang prestasi peserta
akademik maupun non akademik peserta didik, (77% orang tua menyatakan tidak puas
dengan format rapor hasil belajar yang diterima)
B. REKOMENDASI
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 100
Penerapan KTSP pada penyelenggaraan pendidikan masih perlu ditingkatkan agar sesuai
dengan SI dan SKL. Hal ini dapat dilakukan melalui peningkatan kompetensi dari SDM pada
tingkat sekolah maupun dinas pendidikan.
4. Perlu tindak lanjut dalam sosialisasi pemahaman susbstansi KTSP kepada para stake
holder dan satuan pendidikan.
5. Perlu perbaikan dalam teknik sosialisasi (pendampingan dan monitoring KTSP) agar hasil
yang dicapai lebih maksimal
6. Perlu sosialisasi lebih jauh tentang teknik penilaian (PPK, Afektif dan Psikomotor) dan
penggunaan rapor sebagai informasi prestasi akademik dan non akademik peserta didik.
7. Agar monitoring ini dapat jauh lebih bermanfaat, maka untuk melihat adanya
perkembangan kemampuan guru-guru dalam melaksanakan KTSP di lapangan, sebaiknya
secara periodik (1 tahun sekali) dilakukan monitoring dan berupaya untuk
membandingkannya.
Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 101
Daftar Pustaka
- Subagio A.,Drs.,M.Ed., Manajemen Pelatihan, Ardadizya Jaya, 2002
- Agus Dharma, Modul Implementasi kurikulum Management of Trainers,
Pusimplementasi kurikulum Pegawai Depdiknas, 2003.
- Suryana Sumantri, Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Fakultas
psikologi Universitas Pajajaran, 2001
- M. Ngalim Purwanto, Drs., MP, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2002
- Piet A. Sahertian, Prof., Drs., Supervisi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2000
- Oteng sutisna, Prof., Dr., M. Sc.Ed, Admistrasi Pendidikan, Angkasa, Bandung, 1983