Evaluasi Pelaks KTSP_2008

102
EVALUASI PELAKSANAAN KTSP OLEH TIM PENGEMBANG KURIKULUM PROPINSI PUSAT KURIKULUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL JAKARTA 2008

Transcript of Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Page 1: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

EVALUASI

PELAKSANAAN KTSP

OLEH

TIM PENGEMBANG KURIKULUM

PROPINSI

PUSAT KURIKULUM

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

JAKARTA 2008

Page 2: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendinas) No. 24 tahun 2006 tentang

pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan No. 23 tahun 2006 tentang standar isi dan standar

kompetensi lulusan disebutkan bahwa salah satu tugas pokok Badan Penelitian dan

Pengembangan (Balitbang) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), dalam hal ini,

Pusat Kurikulum adalah memonitor secara nasional penerapan Permendiknas No. 22

Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar

Kompetensi Lulusan, mengevaluasinya, dan mengusulkan rekomendasi kebijakan kepada

BSNP dan/atau Menteri. Salah satu yang menjadi bagian dari monitoring tersebut adalah

melakukan monitoring secara nasional penerapan peraturan menteri pendidikan nasional

dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaannya.

Untuk melaksanakan kegiatan tersebut perlu dilakukan serangkaian langkah kegiatan

mencakup penyusunan panduan dan intrumen evaluasi, pelaksanaan evaluasi dan

penyusunan laporan. Panduan digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan instumen

dan melaksanakan evaluasi untuk mendapatkan data dan informasi tentang pelaksanaan

KTSP pada setiap daerah secara kualitatif maupun kuantitatif. Pelaksanaan evaluasi

merupakan langkah kegiatan untuk mendapatkan data dan informasi penerapan KTSP

pada daerah yang menjadi objek atau sasaran evaluasi. Penyusunan laporan memuat

temuan, masukan atau rekomendasi berdasarkan data dan informasi yang diperoleh

melalui evaluasi pelaksanaan KTSP agar kebijakan tentang pengembangan kurikulum

dapat diterapkan secara efisien dan efektif.

B. TUJUAN

Kegiatan ini bertujuan untuk melaksanakan evaluasi pengembangan dan pelaksanaan

kurikulum oleh satuan pendidikan sehingga didapat data dan informasi tentang tingkat

penerapan KTSP secara kualitatif ataupun kuantitatif pada tiap daerah yang dapat

dimanfaatkan satuan pendidikan (sekolah) dalam implementasi kurikulum pada tataran

sekolah/daerah.

Page 3: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 2

C. RUANG LINGKUP

Kegiatan ini memonitor dan mengevaluasi penerapan KTSP pada jenjang pendidikan

dasar dan menengah di 33 propinsi

D. HASIL YANG DIHARAPKAN

Melalui kegiatan ini akan dihasilkan laporan gambaran penerapan KTSP di 33 provinsi,

pada satuan pendidikan dasar dan menengah

E. PELAKSANAAN

Kegiatan penyusunan laporan dilaksanakan pada tanggal 9 – 13 Desember 2008 di

Cisarua, Kabupaten Bogor.

F. PESERTA

Peserta yang dilibatkan dalam kegiatan ini terdiri dari unsure: Satuan Pendidikan, LPMP,

Perguruan Tinggi, dan Pusat Kurikulum.

Rincian Peserta terlampir

Page 4: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 3

BAB II

KERANGKA BERPIKIR

A. STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Menurut Undang-Undang (UU) No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

disebutkan kurikulum dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan

pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Hal ini dimaksudkan uunnttuukk mmeemmuunnggkkiinnkkaann

ppeennyyeessuuaaiiaann pprrooggrraamm ppeennddiiddiikkaann ppaaddaa ssaattuuaann ppeennddiiddiikkaann ddeennggaann kkoonnddiissii ddaann kkeekkhhaassaann

ppootteennssii yyaanngg aaddaa ddii ddaaeerraahh

Pada jenjang ppeennddiiddiikkaann ddaassaarr ddaann mmeenneennggaahh,, kkuurriikkuulluumm ddiikkeemmbbaannggkkaann sseessuuaaii ddeennggaann

rreelleevvaannssiinnyyaa oolleehh sseettiiaapp kkeelloommppookk aattaauu ssaattuuaann ppeennddiiddiikkaann ddaann kkoommiittee sseekkoollaahh//mmaaddrraassaahh

ddii bbaawwaahh kkoooorrddiinnaassii ddaann ssuuppeerrvviissii ddiinnaass ppeennddiiddiikkaann aattaauu kkaannttoorr ddeeppaarrtteemmeenn aaggaammaa

kkaabbuuppaatteenn//kkoottaa uunnttuukk ppeennddiiddiikkaann ddaassaarr ddaann pprroovviinnssii uunnttuukk ppeennddiiddiikkaann mmeenneennggaahh..

Selanjutnya pada pasal 36 disebutkan bahwa pengembangan kurikulum dilakukan dengan

mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional. Standar nasional pendidikan hhaarruuss ddiisseemmppuurrnnaakkaann ddaann ddiittiinnggkkaattkkaann sseeccaarraa

bbeerreennccaannaa,, tteerraarraahh ddaann bbeerrkkaallaa sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,

nasional, dan global. KKaattaa ssttaannddaarr mmeemmiilliikkii mmaakknnaa ttiinnggkkaatt aattaauu lleevveell kkuuaalliittaass aattaauu

kkeeuunngggguullaann yyaanngg hhaarruuss ddiiccaappaaii ddeennggaann kkrriitteerriiaa,, bbeenncchhmmaarrkk,, ppeerrssaayyaarraattaann aattaauu ssppeessiiffiikkaassii

tteerrtteennttuu.. HHaall iinnii sseessuuaaii ddeennggaann ppeennggeerrttiiaann ddii ddaallaamm PPeerraattuurraann PPeemmeerriinnttaahh ((PPPP)) NNoo.. 1199

ttaahhuunn 22000055 tteennttaanngg SSttaannddaarr NNaassiioonnaall PPeennddiiddiikkaann bbaahhwwaa ssttaannddaarr nnaassiioonnaall ppeennddiiddiikkaann

mmeerruuppaakkaann kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Standar nasional pendidikan tteerrddiirrii aattaass::

1. ssttaannddaarr iissii

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan

dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi

mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada

jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur

kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender

pendidikan/akademik.

Page 5: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 4

Kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang dijadikan pedoman dalam

penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan silabusnya pada setiap

satuan pendidikan. Kerangka dasar dan struktur kurikulum mengatur tentang

kelompok mata pelajaran serta kedalaman muatan kurikulum yang dituangkan dalam

kompetensi, yaitu standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Beban belajar mengatur tentang jam pembelajaran dengan sistem tatap muka,

penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, pelaksanaan

pembelajaran sistem paket dan satuan kredit semester (SKS), serta pemberian

pendidikan kecakapan hidup dan pendidikan berbasis keunggulan lokal.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang

disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan

KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan yang

disusun oleh BSNP. KTSP untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB,

SMA/MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan

sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya

masyarakat setempat, dan peserta didik. Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah

dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan

silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di

bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab di bidang pendidikan

untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, dan departemen yang menangani urusan

pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK.

Kalender pendidikan/kalender akademik mencakup permulaan tahun ajaran, minggu

efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur.

2. standar pprroosseess

Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan

pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi

lulusan.

Standar proses mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan

proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses

pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

3. standar kkoommppeetteennssii lluulluussaann

Page 6: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 5

Standar kompetensi lulusan (SKL) adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. SKL digunakan sebagai pedoman

penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Standar ini

meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran

4. standar ppeennddiiddiikk ddaann tteennaaggaa kkeeppeennddiiddiikkaann

Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan

kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Standar ini mengatur

tentang pendidik yang harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai

agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional, Rasio pendidik terhadap peserta didik,

kelengkapan dan kualifikasi tenaga kependidikan satuan pendidikan, pengawas satuan

pendidikan.

5. standar ssaarraannaa ddaann pprraassaarraannaa

Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan

dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah,

perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan

berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses

pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Standar ini

mengatur tentang kelengkapan, jenis dan kualitas sarana dan prasarana satuan

pendidikan.

6. standar ppeennggeelloollaaaann

Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan

pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan

efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Standar ini terdiri atas standar pengelolaan

oleh satuan pendidikan, standar pengelolaan oleh pemerintah daerah dan standar

pengelolaan oleh pemerintah.

Standar pengelolaan oleh satuan pendidikan mengatur tentang penerapan prinsip

manajemen berbasis sekolah (MBS), proses pengambilan keputusan, pedoman,

rencana kerja tahunan, Pelaksanaan pengelolaan dan pengawasan satuan pendidikan.

Page 7: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 6

Standar pengelolaan oleh pemerintah daerah dan pemerintah mengatur tentang

rencana kerja tahunan, penyelenggaraan satuan pendidikan bertaraf internasional.

7. standar ppeemmbbiiaayyaaaann

Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya

operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Standar ini mengatur

tentang biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal satuan pendidikan.

8. standar ppeenniillaaiiaann ppeennddiiddiikkaann

Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan

dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

Standar ini mengatur tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik, oleh satuan

pendidikan dan oleh pemerintah, serta tentang kelulusan peserta didik.

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bertugas melakukan pengembangan,

pemantauan, dan pelaporan pencapaian standar nasional pendidikan. Dalam

melaksanakan tugasnya BSNP menunjuk tim ahli yang bersifat ad-hoc sesuai kebutuhan.

Sedangkan evaluasi pendidikan meliputi:

1. evaluasi kinerja pendidikan oleh satuan pendidikan pada tiap akhir semester,

2. evaluasi kinerja pendidikan oleh pemerintah (menteri)

3. evaluasi kinerja pendidikan oleh pemerintah propinsi

4. evaluasi kinerja pendidikan oleh pemerintah kabupaten/kota

5. evaluasi kinerja pendidikan oleh lembaga mandiri

Pemerintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan untuk

menentukan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan. Pencapaian kompetensi

akhir peserta didik dinyatakan dalam dokumen ijazah dan/atau sertifikat kompetensi.

Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan

mutu pendidikan untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan, secara

bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki

target dan kerangka waktu yang jelas. Pemerintah, pemerintah propinsi, pemerintah

kabupaten/kota, LPMP mensurpervisi dan membantu satuan pendidikan dalam

penjaminan mutu.

Page 8: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 7

Penyelenggaraan satuan pendidikan yang tidak mengacu kepada Standar Nasional

Pendidikan dapat memperoleh pengakuan dari Pemerintah atas dasar rekomendasi dari

BSNP didasarkan pada penilaian khusus.

B. STANDAR ISI

Di dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan

dasar dan menengah disebutkan bahwa Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan

tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang

dan jenis pendidikan tertentu. Ini berarti ketentuan di dalam Permendiknas tersebut

bersifat minimal yang harus dicapai peserta didik pada setiap satuan pendidikan.

Sistematika Standar Isi dalam lampiran Permendiknas No. 22 tahun 2006 adalah sebagai

berikut.

1. Pendahuluan

Bagian ini menjelaskan cakupan standar isi yang meliputi:

(1) kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam

penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan,

(2) beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah,

(3) kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan

pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak

terpisahkan dari standar isi, dan

(4) kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan

jenjang pendidikan dasar dan menengah.

2. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum. Bagian ini meliputi:

a) Kerangka Dasar Kurikulum

1) Kelompok Mata Pelajaran

Bagian ini menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum,

kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri

atas:

Page 9: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 8

(1) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;

(2) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;

(3) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;

(4) kelompok mata pelajaran estetika;

(5) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.

2) Prinsip Pengembangan Kurikulum

Bagian ini menyatakan bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang

pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite

sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta

panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum

dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut.

(1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan

peserta didik dan lingkungannya

(2) Beragam dan terpadu

(3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

(4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan

(5) Menyeluruh dan berkesinambungan

(6) Belajar sepanjang hayat

(7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

3) Prinsip Pelaksanaan Kurikulum

Bagian ini menyatakan bahwa pelaksanaan kurikulum di setiap satuan

pendidikan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut.

(1) Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan

kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi

dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan

pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk

mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.

Page 10: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 9

(2) Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu:

(a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

(b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu

melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup

bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar untuk membangun

dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan.

(3) Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat

pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan

sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik

dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta

didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.

(4) Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan

pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan

hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing

ngarsa sung tulada (di belakang memberikan daya dan kekuatan, di

tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh

dan teladan).

(5) Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi

dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan

memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan

prinsip alam takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan

berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam

semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan).

(6) Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial

dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan

muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

(7) Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata

pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam

keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan

memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

Page 11: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 10

b) Struktur Kurikulum Pendidikan Umum

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus

ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Struktur kurikulum

pendidikan umum memuat komponen mata pelajaran, muatan lokal dan

pengembangan diri. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester)

adalah 34-38 minggu

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi

yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan

daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang

ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.

Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru.

Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan

minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan

diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan

yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan

pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang

berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan

pengembangan karir peserta didik.

1) Struktur Kurikulum SD/MI

Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh

dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I sampai

dengan Kelas VI. Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan

pengembangan diri Pembelajaran pada Kelas I s.d. III dilaksanakan melalui

pendekatan tematik, sedangkan pada Kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui

pendekatan mata pelajaran.

Alokasi waktu yang ditetapkan dalam struktur kurikulum untuk kelas I , II,

dan III adalah 26, 27 dan 28 jam pelajaran per minggu. Sedangkan untuk kelas

IV s.d. VI adalah 32 jam pelajaran per minggu. Satuan pendidikan

dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu

secara keseluruhan. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit.

Page 12: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 11

2) Struktur Kurikulum SMP/MTs

Struktur kurikulum SMP/MTs meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh

dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas VII sampai

dengan Kelas IX. Kurikulum SMP/MTs memuat 10 mata pelajaran, muatan

lokal, dan pengembangan diri. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada

SMP/MTs merupakan “IPA Terpadu” dan “IPS Terpadu”.

Alokasi waktu yang ditetapkan dalam struktur kurikulum adalah 32 jam

pelajaran per minggu. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah

maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan. Alokasi

waktu satu jam pembelajaran adalah 40 menit.

3) Struktur Kurikulum SMA/MA

Struktur kurikulum SMA/MA meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh

dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas X sampai

dengan Kelas XII. Pengorganisasian kelas-kelas pada SMA/MA dibagi ke

dalam dua kelompok, yaitu kelas X merupakan program umum yang diikuti

oleh seluruh peserta didik, dan kelas XI dan XII merupakan program

penjurusan yang terdiri atas empat program: (1) Program Ilmu Pengetahuan

Alam, (2) Program Ilmu Pengetahuan Sosial, (3) Program Bahasa, dan (4)

Program Keagamaan, khusus untuk MA.

Alokasi waktu yang ditetapkan dalam struktur kurikulum kelas X adalah 38

jam pelajaran, kelas XI dan XII adalah 39 jam pelajaran dan kelas XI dan XII

untuk MA program keagamaan adalah 38 jam pelajaran per minggu. Satuan

pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per

minggu secara keseluruhan. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45

menit.

Kurikulum SMA/MA Kelas X terdiri atas 16 mata pelajaran, muatan lokal,

dan pengembangan diri. Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII Program IPA,

Program IPS, Program Bahasa, dan Program Keagamaan terdiri atas 13 mata

pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri

c) Struktur Kurikulum Pendidikan Kejuruan

Page 13: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 12

Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri

dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Agar

dapat bekerja secara efektif dan efisien serta mengembangkan keahlian dan

keterampilan, mereka harus memiliki stamina yang tinggi, menguasai bidang

keahliannya dan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja

yang tinggi, dan mampu berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaannya,

serta memiliki kemampuan mengembangkan diri

Kurikulum SMK/MAK berisi mata pelajaran wajib, mata pelajaran Kejuruan,

Muatan Lokal, dan Pengembangan Diri. Mata pelajaran wajib terdiri atas

Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, IPA, IPS,

Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani dan Olahraga, dan Keterampilan/Kejuruan.

Mata pelajaran ini bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya

dalam spektrum manusia kerja.

Mata pelajaran Kejuruan terdiri atas beberapa mata pelajaran yang bertujuan

untuk menunjang pembentukan kompetensi kejuruan dan pengembangan

kemampuan menyesuaikan diri dalam bidang keahliannya.

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi

yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, dan prospek pengembangan

daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan

ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan

pendidikan sesuai dengan program keahlian yang diselenggarakan.

Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru.

Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan

minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan

diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan

yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan

pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang

berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan

pembentukan karier peserta didik. Pengembangan diri bagi peserta didik

Page 14: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 13

SMK/MAK terutama ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan bimbingan

karier.

Struktur kurikulum SMK/MAK meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh

dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun atau dapat diperpanjang hingga

empat tahun mulai kelas X sampai dengan kelas XII atau kelas XIII. Struktur

kurikulum SMK/MAK disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan

standar kompetensi mata pelajaran.

Jumlah jam Kompetensi Kejuruan pada dasarnya sesuai dengan kebutuhan

standard kompetensi kerja yang berlaku di dunia kerja tetapi tidak boleh kurang

dari 1044 jam. Di dalam penyusunan kurikulum SMK/MAK mata pelajaran dibagi

ke dalam tiga kelompok:

(1) Kelompok normatif adalah mata pelajaran yang dialokasikan secara tetap yang

meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia,

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan Seni Budaya

(2) Kelompok adaptif terdiri atas mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika,

IPA, IPS, Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi, dan

Kewirausahaan

(3) Kelompok produktif terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang dikelompokkan

dalam Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan, yang materinya

disesuaikan dengan kebutuhan program keahlian untuk memenuhi standar

kompetensi kerja di dunia kerja.

Kelompok adaptif dan produktif adalah mata pelajaran yang alokasi waktunya

disesuaikan dengan kebutuhan program keahlian, dan dapat diselenggarakan

dalam blok waktu atau alternatif lain. Evaluasi pembelajaran dilakukan setiap

akhir penyelesaian satu standar kompetensi atau beberapa penyelesaian

kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran.

Pendidikan SMK/MAK diselenggarakan dalam bentuk pendidikan sistem ganda.

Alokasi waktu satu jam pelajaran tatap muka adalah 45 menit. Beban belajar

SMK/MAK meliputi kegiatan pembelajaran tatap muka, praktik di sekolah dan

kegiatan kerja praktik di dunia usaha/industri ekuivalen dengan 36 jam pelajaran

Page 15: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 14

per minggu. Lama penyelenggaraan pendidikan SMK/MAK tiga tahun,

maksimum empat tahun sesuai dengan tuntutan program keahlian.

d) Struktur Kurikulum Pendidikan Khusus

Struktur Kurikulum dikembangkan untuk peserta didik berkelainan fisik,

emosional, mental, intelektual dan/atau sosial. Kurikulum Pendidikan Khusus

terdiri atas delapan sampai dengan 10 mata pelajaran, muatan lokal, program

khusus, dan pengembangan diri.

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi

yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan

daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang

ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.

Program khusus berisi kegiatan yang bervariasi sesuai degan jenis ketunaannya,

yaitu program orientasi dan mobilitas untuk peserta didik tunanetra, bina

komunikasi persepsi bunyi dan irama untuk peserta didik tunarungu, bina diri

untuk peserta didik tunagrahita, bina gerak untuk peserta didik tunadaksa, dan

bina pribadi dan sosial untuk peserta didik tunalaras.

Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru.

Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,

kemampuan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.

Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru,

atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan

ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan

pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan

sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik. Pengembangan diri

terutama ditujukan untuk peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian sesuai

dengan kebutuhan khusus peserta didik.

Peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan intelektual di bawah

rata-rata, dalam batas-batas tertentu masih dimungkinkan dapat mengikuti

kurikulum standar meskipun harus dengan penyesuaian-penyesuaian. Peserta

didik ini yang berkeinginan untuk melanjutkan sampai ke jenjang pendidikan

Page 16: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 15

tinggi, semaksimal mungkin didorong untuk dapat mengikuti pendidikan secara

inklusif pada satuan pendidikan umum sejak SD atau SMP. Bagi mereka yang

tidak memungkinkan dan/atau tidak berkeinginan untuk melanjutkan ke jenjang

pendidikan tinggi, setelah menyelesaikan pada jenjang SDLB dapat melanjutkan

pendidikan ke jenjang SMPLB, dan SMALB.

Peserta didik berkelainan yang disertai dengan kemampuan intelektual di bawah

rata-rata, diperlukan kurikulum yang sangat spesifik, sederhana dan bersifat

tematik untuk mendorong kemandirian dalam hidup sehari-hari. Mekanisme

perpindahan jalur pendidikan adalah sebagai berikut.

Kurikulum untuk peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan

intelektual di bawah rata-rata, menggunakan sebutan Kurikulum SDLB A, B, D,

E; SMPLB A , B, D, E; dan SMALB A, B, D, E (A = tunanetra, B = tunarungu, D

= tunadaksa ringan, E = tunalaras). Kurikulum SDLB A,B,D,E relatif sama

dengan kurikulum SD umum. Pada satuan pendidikan SMPLB A,B,D,E dan

SMALB A,B,D,E dirancang untuk peserta didik yang tidak memungkinkan

dan/atau tidak berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang

pendidikan tinggi. Kompetensi mata pelajaran umum SDLB, SMPLB, SMALB

A,B,D,E mengacu kepada satuan pendidikan umum yang disesuaikan dengan

kemampuan dan kebutuhan khusus peserta didik, sedangkan kompetensi untuk

mata pelajaran Program Khusus, dan Keterampilan dikembangkan oleh satuan

Pendidikan Khusus dengan memperhatikan jenjang dan jenis satuan pendidikan.

SDLB SMPLB SMALB

ANAK LUAR BIASA/ANAK

BERKELAINAN

SD/MI SMP/

MTs SMA/MA

SMK/MAK

MASYARAKAT

PERGURUAN TINGGI/

MASYARAKAT

Page 17: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 16

Proporsi muatan isi kurikulum satuan pendidikan SMPLB A,B,D,E terdiri atas

60% - 70% aspek akademik dan 40% - 30% berisi aspek keterampilan vokasional.

Muatan isi kurikulum satuan pendidikan SMALB A,B,D,E terdiri atas 40% –

50% aspek akademik dan 60% - 50% aspek keterampilan vokasional.

Kurikulum untuk peserta didik berkelainan yang disertai dengan kemampuan

intelektual di bawah rata-rata, menggunakan sebutan Kurikulum SDLB C, C1, D1,

G; SMPLB C, C1, D1, G, dan SMALB C, C1, D1, G. (C = tunagrahita ringan, C1

= tunagrahita sedang, D1 = tunadaksa sedang, G = tunaganda). Kurikulum ini

dirancang sangat sederhana sesuai dengan batas-batas kemampuan peserta didik

dan sifatnya lebih individual. Pembelajaran menggunakan pendekatan tematik.

Kompetensi mata pelajaran pada SDLB, SMPLB dan SMALB C,C1,D1,G

dikembangkan satuan Pendidikan Khusus yang bersangkutan dengan

memperhatikan tingkat dan jenis satuan pendidikan.

Struktur kurikulum pada satuan Pendidikan Khusus SDLB dan SMPLB mengacu

pada Struktur Kurikulum SD dan SMP dengan penambahan Program Khusus

sesuai jenis kelainan, dengan alokasi waktu 2 jam/minggu. Satu jam pelajaran

untuk SDLB adalah 30 menit, SMPLB adalah 35 menit dan SMALB adalah 40

menit sesuai dengan kondisi peserta didik yang berkaelainan. Untuk jenjang

SMALB, program khusus bersifat kasuistik sesuai dengan kondisi dan kebutuhan

peserta didik tertentu, dan tidak dihitung sebagai beban belajar. Program Khusus

sesuai jenis kelainan peserta didik meliputi sebagai berikut.

(1) Orientasi dan Mobilitas untuk peserta didik Tunanetra

(2) Bina Komunikasi, Persepsi Bunyi dan Irama untuk peserta didik Tunarungu

(3) Bina Diri untuk peserta didik Tunagrahita Ringan dan Sedang

(4) Bina Gerak untuk peserta didik Tunadaksa Ringan

(5) Bina Pribadi dan Sosial untuk peserta didik Tunalaras

(6) Bina Diri dan Bina Gerak untuk peserta didik Tunadaksa Sedang, dan

Tunaganda.

Satuan pendidikan khusus SDLB dan SMPLB dapat menambah maksimum 6 jam

pembelajaran/minggu untuk keseluruhan jam pembelajaran, dan 4 jam

Page 18: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 17

pembelajaran untuk tingkat SMALB sesuai kebutuhan peserta didik dan satuan

pendidikan yang bersangkutan.

Muatan isi mata pelajaran SMPLB A,B,D,E bidang akademik mengalami

modifikasi dan penyesuaian dari SMP umum sehingga menjadi sekitar 60% –

70%. Sisanya sekitar 40% - 30% muatan isi kurikulum ditekankan pada bidang

keterampilan vokasional yang meliputi tingkat dasar, tingkat terampil dan tingkat

mahir. Jenis keterampilan yang akan dikembangkan, diserahkan kepada satuan

pendidikan sesuai dengan minat, potensi, kemampuan dan kebutuhan peserta didik

serta kondisi satuan pendidikan.

Muatan isi mata pelajaran untuk SMALB A,B,D,E bidang akademik mengalami

modifikasi dan penyesuaian dari SMA umum sehingga menjadi sekitar 40% –

50% bidang akademik, dan sekitar 60% – 50% bidang keterampilan vokasional.

Muatan kurikulum SDLB, SMPLB, SMALB C,C1,D1,G lebih ditekankan pada

kemampuan menolong diri sendiri dan keterampilan sederhana yang

memungkinkan untuk menunjang kemandirian peserta didik. Oleh karena itu,

proporsi muatan keterampilan vokasional lebih diutamakan

e) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran pada setiap

tingkat dan semester disajikan pada lampiran-lampiran Permendiknas No. 22

tahun 2006 tentang Standar Isi yang terdir atas: Lampiran 1 Standar Kompetensi

dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI dan SDLB, Lampiran 2 Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SMP/MTs dan SMPLB, dan

Lampiran 3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat

SMA/MA/SMALB dan SMK/MAK.

3. Beban Belajar

Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta

didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan

terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Beban belajar atau alokasi waktu

yang diatur dalam struktur kurikulum adalah beban belajar dalam bentuk tatap muka.

Page 19: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 18

Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi

pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar

kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik,

sedangkan untuk kegiatan mandiri tidak terstruktur diatur sendiri oleh peserta didik.

Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi peserta

didik pada untuk:

a. SD/MI/SDLB maksimum 40% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata

pelajaran yang bersangkutan

b. SMP/MTs/SMPLB maksimum 50% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari

mata pelajaran yang bersangkutan.

c. SMA/MA/SMALB/SMK/MAK maksimum 60% dari jumlah waktu kegiatan tatap

muka dari mata pelajaran yang bersangkutan.

Satuan pendidikan SD/MI/SDLB melaksanakan program pendidikan dengan

menggunakan sistem paket. Satuan pendidikan SMP/MTs/SMPLB,

SMA/MA/SMALB dan SMK/MAK kategori standar menggunakan sistem paket atau

dapat menggunakan sistem kredit semester. Satuan pendidikan SMA/MA/SMALB

dan SMK/MAK kategori mandiri menggunakan sistem kredit semester. Program

percepatan dapat diselenggarakan untuk mengakomodasi peserta didik yang memiliki

potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Sistem kredit semester adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang

peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti

setiap semester pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada

sistem kredit semester dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban belajar

satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur,

dan satu jam kegiatan mandiri tidak terstruktur.

4. Kalender Pendidikan

Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta

didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu

efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.

a) Alokasi Waktu

Page 20: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 19

Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur dan kegiatan lainnya adalah

sebagai berikut.

No Kegiatan Alokasi Waktu Keterangan

1. Minggu efektif belajar 34 – 38 minggu Digunakan untuk kegiatan pembelajaran

efektif pada setiap satuan pendidikan

2. Jeda tengah semester Maksimum 2

minggu

Satu minggu setiap semester

3. Jeda antarsemester Maksimum 2

minggu

Antara semester I dan II

4. Libur akhir tahun

pelajaran

Maksimum 3

minggu

Digunakan untuk penyiapan kegiatan dan

administrasi akhir dan awal tahun

pelajaran

5. Hari libur keagamaan 2 – 4 minggu Daerah khusus yang memerlukan libur

keagamaan lebih panjang dapat

mengaturnya sendiri tanpa mengurangi

jumlah minggu efektif belajar dan waktu

pembelajaran efektif

6. Hari libur

umum/nasional

Maksimum 2

minggu

Disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah

7. Hari libur khusus Maksimum 1

minggu

Untuk satuan pendidikan sesuai dengan

ciri kekhususan masing-masing

8. Kegiatan khusus

sekolah/madrasah

Maksimum 3

minggu

Digunakan untuk kegiatan yang

diprogramkan secara khusus oleh

sekolah/madrasah tanpa mengurangi

jumlah minggu efektif belajar dan waktu

pembelajaran efektif

b) Penetapan Kalender Pendidikan

Permulaan tahun pelajaran adalah bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada bulan

Juni tahun berikutnya. Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan

Menteri Pendidikan Nasional, dan/atau Menteri Agama dalam hal yang terkait

dengan hari raya keagamaan, Kepala Daerah tingkat Kabupaten/Kota, dan/atau

organisasi penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus.

Pemerintah Pusat/Provinsi /Kabupaten/Kota dapat menetapkan hari libur serentak

untuk satuan-satuan pendidikan. Kalender pendidikan untuk setiap satuan

pendidikan disusun oleh masing-masing satuan pendidikan berdasarkan alokasi

Page 21: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 20

waktu sebagaimana tersebut pada dokumen Standar Isi ini dengan memperhatikan

ketentuan dari pemerintah/pemerintah daerah.

C. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

Di dalam Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk

satuan pendidikan dasar dan menengah disebutkan bahwa Standar Kompetensi Lulusan

(SKL) untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman

penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. SKL meliputi standar kompetensi

lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan

minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata

pelajaran. Ini berarti ketentuan di dalam Permendiknas tersebut bersifat minimal yang

harus dicapai lulusan peserta didik pada setiap satuan pendidikan.

Tujuan setiap satuan pendidikan yang tertuang dalam lampiran Permendiknas No. 23

tahun 2006 adalah sebagai berikut.

1. Pendidikan Dasar, yang meliputi SD/MI/SDLB/Paket A dan

SMP/MTs./SMPLB/Paket B bertujuan: Meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut

2. Pendidikan Menengah yang terdiri atas SMA/MA/SMALB/Paket C bertujuan:

Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut

3. Pendidikan Menengah Kejuruan yang terdiri atas SMK/MAK bertujuan:

Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai

dengan kejuruannya

Standar kompetensi lulusan satuan pendidikan SD/MI/SDLB*/Paket A terdiri atas 17

butir, SMP/MTs/SMPLB*/Paket B terdiri atas 21 butir, SMA/MA/SMALB*/Paket C

terdiri atas 23 butir, dan SMK/MAK terdiri atas 23 butir.

Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran dikembangkan berdasarkan tujuan dan

cakupan muatan dan/ atau kegiatan setiap kelompok mata pelajaran, yakni:

Page 22: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 21

1. Kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia bertujuan: membentuk peserta

didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

serta berakhlak mulia. Tujuan tersebut dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan

agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika,

jasmani, olahraga, dan kesehatan.

2. Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian bertujuan: membentuk

peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan agama, akhlak mulia,

kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, dan pendidikan jasmani.

3. Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bertujuan:

mengembangkan logika, kemampuan berpikir dan analisis peserta didik.

Pada satuan pendidikan SD/MI/SDLB/Paket A, tujuan ini dicapai melalui muatan

dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan

sosial, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal yang relevan,

Pada satuan pendidikan SMP/MTs/SMPLB/Paket B, tujuan ini dicapai melalui

muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu

pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, dan/atau teknologi informasi dan

komunikasi, serta muatan lokal yang relevan

Pada satuan pendidikan SMA/MA/SMALB/Paket C, tujuan ini dicapai melalui

muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu

pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi, serta

muatan lokal yang relevan

Pada satuan pendidikan SMK/MAK, tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau

kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,

keterampilan, kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang

relevan

4. Kelompok mata pelajaran Estetika bertujuan: membentuk karakter peserta didik

menjadi manusia yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya. Tujuan ini dicapai

melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, seni dan budaya, keterampilan, dan muatan

lokal yang relevan.

Page 23: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 22

5. Kelompok mata pelajaran Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan bertujuan: membentuk

karakter peserta didik agar sehat jasmani dan rohani, dan menumbuhkan rasa

sportivitas. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan pendidikan jasmani,

olahraga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan alam, dan muatan lokal yang

relevan.

Standar kompetensi lulusan mata pelajaran untuk SD/MI terdiri atas mata pelajaran:

Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Kristen, Pendidikan Agama Katolik,

Pendidikan Agama Hindu, Pendidikan Agama Buddha, Pendidikan Kewarganegaraan,

Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan

Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan Bahasa Inggris.

Standar kompetensi lulusan mata pelajaran untuk SMP/MTs terdiri atas mata pelajaran:

Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Kristen, Pendidikan Agama Katolik,

Pendidikan Agama Hindu, Pendidikan Agama Buddha, Pendidikan Kewarganegaraan,

Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya, Pendidikan

Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Keterampilan, dan Teknologi Informasi dan

Komunikasi.

Standar kompetensi lulusan mata pelajaran untuk SMA/MA terdiri atas mata pelajaran:

Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Kristen, Pendidikan Agama Katolik,

Pendidikan Agama Hindu, Pendidikan Agama Buddha, Pendidikan Kewarganegaraan,

Bahasa Indonesia Program IPA/IPS, Bahasa Indonesia Program Bahasa, Bahasa Inggris,

Bahasa Inggris Program Bahasa, Matematika Program IPA, Matematika Program IPS,

Matematika Program Bahasa, Fisika, Biologi, Kimia, Sejarah Program IPA, Sejarah

Program IPS, Sejarah Program Bahasa, Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Seni Budaya,

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Teknologi Informasi dan Komunikasi,

Keterampilan, Bahasa Arab, Bahasa Jerman, Bahasa Perancis, Bahasa Jepang, Bahasa

Mandarin, Sastra Indonesia Program Bahasa, dan Antropologi Program Bahasa.

Standar kompetensi lulusan mata pelajaran untuk SDLB A, B, D, E terdiri atas mata

pelajaran: Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Kristen, Pendidikan Agama

Katolik, Pendidikan Agama Hindu, Pendidikan Agama Buddha, Pendidikan

Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya dan

Keterampilan, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan Bahasa Inggris.

Page 24: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 23

Standar kompetensi lulusan mata pelajaran untuk SMPLB A, B, D, E terdiri atas mata

pelajaran: Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Kristen, Pendidikan Agama

Katolik, Pendidikan Agama Hindu, Pendidikan Agama Buddha, Pendidikan

Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Seni

Budaya, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Keterampilan, dan Teknologi

Informasi dan Komunikasi.

Standar kompetensi lulusan mata pelajaran untuk SMALB A, B, D, E terdiri atas mata

pelajaran: Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Kristen, Pendidikan Agama

Katolik, Pendidikan Agama Hindu, Pendidikan Agama Buddha, Pendidikan

Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Seni

Budaya, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Keterampilan

Vokasional/Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Standar kompetensi lulusan mata pelajaran untuk SMK/MAK terdiri atas mata pelajaran:

Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Kristen, Pendidikan Agama Katolik,

Pendidikan Agama Hindu, Pendidikan Agama Buddha, Pendidikan Kewarganegaraan,

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,

Matematika Kelompok Seni, Pariwisata, dan Teknologi Kerumahtanggaan, Matematika

Kelompok Sosial, Administrasi Perkantoran dan Akuntasi, Matematika Kelompok

Teknologi, Kesehatan, dan Pertanian, IPA, Fisika Kelompok Pertanian, Fisika Kelompok

Teknologi, Kimia Kelompok Pertanian, Kimia Kelompok Teknologi dan Kesehatan,

Biologi Kelompok Pertanian, Biologi Kelompok Kesehatan, IPS, Seni Budaya,

Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi, dan Kewirausahaan.

D. KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa penyusunan kurikulum pada tingkat

satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan

yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Sekolah dan komite

sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya

berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan. Penyususnan

kurikulum juga dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi

daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.

Pengembangan kurikulum yang disssun oleh satuan pendidikan berdampak pada

perubahan dalam proses dan mekanisme penyusunan kurikulum dan orientasi kerja Dinas

Page 25: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 24

Pendidikan/Kanwil Depag di tingkat propinsi, kabupaten, kota dan sekolah, terutama

dalam mengembangkan dan menerapkan kurikulum di tingkat sekolah.

Salah satu dampak tersebut adalah bahwa kurikulum tidak ditetapkan lagi secara nasional,

tetapi disusun oleh masing-masing sekolah atau kelompok sekolah dengan mengacu pada

standar isi dan standar kompetensi lulusan. Sehingga pencapaian hasil pendidikan optimal

sesuai dengan kondisi, potensi, dan kebutuhan satuan pendidikan, namun pencapaian

minimalnya sama untuk setiap satuan pendidikan. Khusus untuk pengembangan

kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya untuk program paket A, B dan C

ditetapkan oleh dinas kabupaten/kota berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar

kompetensi lulusan.

Pada buku ”Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang

Pendidikan Dasar dan Menengah” yang diterbitkan oleh BSNP tahun 2006, komponen

kurikulum tingkat satuan pendidikan yang perlu dikembangkan oleh sekolah adalah:

1. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan

Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan

mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.

a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut.

b. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut.

c. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri

dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

2. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang

tertuang dalam SI meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut.

(1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

Page 26: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 25

(2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian

(3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

(4) Kelompok mata pelajaran estetika

(5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan

Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan

pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP 19/2005 Pasal 7. Muatan KTSP

meliputi sejumlah mata pelajaran, muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri yang

keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan

pendidikan, sebagai berikut.

a. Mata pelajaran

Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing tingkat satuan

pendidikan berpedoman pada struktur kurikulum yang tercantum dalam Standar

Isi. Perlu diperhatikan bahwa bagi satuan pendidikan yang mengembangkan

kurikulum dengan standar lebih tinggi memungkinkan menambah atau

menyesuaikan mata pelajaran dan alokasi waktunya, sesuai kebutuhan.

b. Muatan Lokal

Muatan lokal merupakan mata pelajaran yang isinya disesuaikan dengan ciri khas,

potensi, atau keunggulan daerah, yang materinya belum tertuang pada mata

pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan,

tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan. Satuan pendidikan harus

mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis

muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan

satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahwa dalam satua

tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan

lokal. Dinas pendidikan dapat mengkoordinasikan pengembangan muatan lokal

sejenis untuk satuan pendidikan atau kelompok satuan pendidikan.

c. Kegiatan Pengembangan Diri

Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran sehingga tidak harus

dirumuskan dalam bentuk standar kompetensi dan kompetensi dasar. Satuan

pendidikan dapat mengembangkannya dalam bentuk program kegiatan yang berisi

Page 27: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 26

tujuan kegiatan dan bentuk dan pengelolaan kegiatan. Kegiatan ini difasilitasi

dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat

dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan

dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan

karier peserta didik serta dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler seperti

keparamukaan, kepemimpinan, dan kelompok ilmiah remaja.

Khusus untuk sekolah menengah kejuruan pengembangan diri terutama ditujukan

untuk pengembangan kreativitas dan bimbingan karier. Untuk satuan pendidikan

khusus menekankan pada peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian sesuai

dengan kebutuhan khusus peserta didik.

Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara kualitatif, tidak kuantitatif

seperti pada mata pelajaran.

3. Pengaturan Beban Belajar

Di dalam penjelasan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

disebutkan bahwa Pemerintah mengkategorikan sekolah/ madrasah yang telah memenuhi

atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan ke dalam kategori mandiri, dan sekolah/

madrasah yang belum memenuhi Standar Nasional Pendidikan ke dalam kategori standar.

Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh satuan pendidikan SD/MI/SDLB.

Satuan pendidikan SMP/MTs/SMPLB dan SMA/MA/SMALB /SMK/MAK kategori

standar dapat menggunakan sistem paket atau sistem SKS. Satuan pendidikan

SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori mandiri menggunakan sistem SKS.

Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket dialokasikan

sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Pengaturan alokasi waktu untuk setiap

mata pelajaran yang terdapat pada semester ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran

dapat dilakukan secara fleksibel dengan jumlah beban belajar yang tetap.

Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per

minggu secara keseluruhan. Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan

mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi, di samping

dimanfaatkan untuk mata pelajaran lain yang dianggap penting dan tidak terdapat di

dalam struktur kurikulum yang tercantum di dalam Standar Isi.. Penambahan

maksimum empat jam, tidak terlepas kaitannya dari struktur kurikulum sebagai

Page 28: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 27

bagian dari standar isi, yang sifatnya minimal. Bagi satuan pendidikan dan komite

yang mengembangkan kurikulum dengan standar lebih tinggi, tentu dapat menambah

jam sesuai dengan kondisi, potensi dan kebutuhan.

Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur

dalam sistem paket untuk SD/MI/SDLB 0% - 40%, SMP/MTs/SMPLB 0% - 50% dan

SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0% - 60% dari waktu kegiatan tatap muka mata

pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangkan

potensi dan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.

Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah setara dengan satu

jam tatap muka. Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan satu jam tatap muka.

Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak

terstruktur untuk SMP/MTs dan SMA/MA/SMK/MAK yang menggunakan sistem

SKS mengikuti aturan sebagai berikut.

a. Satu SKS pada SMP/MTs terdiri atas: 40 menit tatap muka, 20 menit kegiatan

terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.

b. Satu SKS pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45 menit tatap muka, 25 menit

kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.

4. Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi

dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing

indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal

dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta

kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan

pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus

untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.

5. Kenaikan Kelas dan Kelulusan

Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun ajaran. Kriteria kenaikan kelas

diatur oleh masing-masing direktorat teknis terkait. Sesuai dengan ketentuan PP

Page 29: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 28

19/2005 Pasal 72 Ayat (1), peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada

pendidikan dasar dan menengah setelah:

a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;

b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran

kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan

dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran

jasmani, olahraga, dan kesehatan;

c. lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan

dan teknologi; dan

d. lulus Ujian Nasional.

Materi ujian nasional dikembangkan tentu mengacu kepada Standar Isi dan SKL yang

sifatnya minimal. Apabila satuan pendidikan telah mengembangkan dan menerapkan

kurikulum yang mengacu standar isi dan SKL (apalagi kurikulum dengan standar

lebih tinggi), tentunya siap untuk mengikuti ujian nasional.

Keempat syarat diatas bersifat ururtan prasyarat, artinya seorang peserta didik yang

belum menyelesaikan seluruh program pemebelajaran berarti belum mendapat nilai

baik untuk kelompok non iptek, belum bisa mengikuti ujian sekolah, dan tentu saja

belum bisa mengikuti ujian nasional.

6. Penjurusan

Penjurusan dilakukan pada kelas XI dan XII di SMA/MA. Kriteria penjurusan diatur

oleh direktorat teknis terkait.

7. Pendidikan Kecakapan Hidup

Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/ SMALB,

SMK/MAK dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup, yang mencakup

kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan/atau kecakapan

vokasional. Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian integral dari

pendidikan semua mata pelajaran dan/atau berupa paket/modul yang direncanakan

secara khusus.

Page 30: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 29

Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan

yang bersangkutan dan/atau dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal.

Bagi sekolah yang belum memungkinkan memberikan pendidikan kecakapan hidup,

dapat meminta peserta didik untuk mendapatkannya dari satuan pendidikan formal

dan non formal lainnya.

8. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global

Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan yang

memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek

ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain,

yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik.

Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat memasukkan pendidikan

berbasis keunggulan lokal dan global, yang dapat merupakan bagian dari semua mata

pelajaran dan juga dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal. Pendidikan berbasis

keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan formal lain

dan/atau nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.

9. Kalender Pendidikan

Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun kalender pendidikan sesuai

dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan

masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana yang dimuat

dalam Standar Isi.

10. Silabus

Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan

proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses

pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Penilaian yang dimaksud menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan

kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik. Teknik penilaian tersebut dapat

berupa tes tertulis, observasi, tes praktek, dan penugasan perseorangan atau

Page 31: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 30

kelompok, serta teknik penilaiannya sesuai dengan karakteristik hasil pembelajaran

dan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.

Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi

dan metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Silabus dan RPP

merupakan bagian tak terpisahkan dari komponen kurikulum tingkat satuan

pendidikan.

Di dalam panduan penyusuan kurikulum disebutkan bahwa silabus adalah rencana

pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang

mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran,

kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat

belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke

dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian

kompetensi untuk penilaian. Sedangkan unit waktu silabus diatur sebagai berikut:

a. Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang

disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat

satuan pendidikan.

b. Penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per semester,

per tahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang sekelompok.

c. Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus sesuai

dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran dengan

alokasi waktu yang tersedia pada struktur kurikulum. Khusus untuk SMK/MAK

menggunakan penggalan silabus berdasarkan satuan kompetensi.

Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau

berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah

Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas

Pendikan, dengan memperhatikan hal berikut.

a. Disusun secara mandiri oleh guru apabila guru yang bersangkutan mampu

mengenali karakteristik siswa, kondisi sekolah dan lingkungannya.

Page 32: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 31

b. Apabila guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan

pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah dapat mengusahakan

untuk membentuk kelompok guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus

yang akan digunakan oleh sekolah tersebut.

c. Di SD/MI semua guru kelas, dari kelas I sampai dengan kelas VI, menyusun

silabus secara bersama. Di SMP/MTs untuk mata pelajaran IPA dan IPS terpadu

disusun secara bersama oleh guru yang terkait.

d. Sekolah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri, sebaiknya

bergabung dengan sekolah-sekolah lain melalui forum MGMP/PKG untuk

bersama-sama mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah-

sekolah dalam lingkup MGMP/PKG setempat.

e. Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan

membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman di bidangnya

masing-masing.

Langkah-langkah Pengembangan Silabus dapat dilakukan sebagai berikut.

a. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan

materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI, keterkaitan antar

kompetensi dalam satu mata pelajaran atau antar mata pelajaran. Satuan

pendidikan yang mengembangkan kurikulum dengan standar lebih tinggi, tentu

perlu mengembangkan silabus yang sesuai

b. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran

Materi ini dapat berupa konsep, pokok bahasan, atau tema yang bersifat

kontekstual dan dipilih sesuai dengan kondisi, potensi, karakteristik satuan

pendidikan dan peserta didik. Materi ini, nantinya diperinci dalam RPP.

c. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang

melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta

didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka

pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud

Page 33: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 32

melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada

peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai

peserta didik. Kegiatan pembelajaran dalam silabus merupakan pokok-pokok

kegiatan siswa untuk mencapai kompetensi, yang nantinya diperinci dalam RPP.

d. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh

perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan

keterampilan.

Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran,

satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional

yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk

menyusun alat penilaian. Karena indikator dirumuskan dari kompetensi dasar

berarti setiap kompetensi dasar memiliki lebih dari satu indikator, agar penjabaran

kompetensi lebih jelas, rinci dan terukur.

e. Penentuan Jenis Penilaian

Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan

indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk

tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya

berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.

Cakupan jenis penilaian dalam silabus tentu harus mengakomodasi kompetensi

dan indikator yang telah dirumuskan. Di dalam penilaian, dapat dimasukkan

bentuk penilaian dan jenis tugas yang perlu dilakukan siswa untuk melihat

pencapaian kompetensi siswa.

6. Menentukan Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah

minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan

mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat

kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang

dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai

kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.

Page 34: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 33

Silabus tidak harus dirancang untuk satu kali pertemuan (tatap muka), tetapi

dirancang satu kompetensi atau sekelompok kompetensi. Dengan demikian

alokasi waktu yang ditetapkan dalam silabus dapat lebih dari satu kali pertemuan.

7. Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk

kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta

lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi

dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator

pencapaian kompetensi.

11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan penjabaran sistematis dan

terurut dari silabus yang dituangkan dalam tujuan pembelajaran, materi ajar, metode,

langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar, penilaian hasil belajar, dan alokasi

waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar atau beberapa indikator dalam silabus

tersebut.

a. Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelejaran dirumuskan dalam bentuk uraian proses kegiatan belajar dan

kemampuan atau hasil belajar peserta didik untuk mencapai kompetensi atau

indikator yang telah dirumuskan dalam silabus.

b. Materi Ajar

Materi ajar dirumuskan dari materi pokok atau materi pembelajaran pada silabus

yang dapat berupa rincian secara runtut subpokok bahasan atau subtema.

Pemilihan materi ajar ditentukan oleh kondisi, potensi, kebutuhan dan daya

dukung sumber daya satuan pendidikan dan siswa.

c. Metode

Metode atau strategi pembelajaran yang dituangkan dalam RPP merupakan bentuk

kegiatan dan organisasi kelas yang digunakan untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Metode dan organisasi pembelajaran dapat berupa diskusi

Page 35: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 34

informasi, tanya jawab, problem solving, diskusi, kerja kelompok, penugsan, dan

sebagainya.

d. Langkah pembelajaran

Langkah pembelajaran dirumuskan dan dirinci dari pokok-pokok kegiatan belajar

yang telah ditetapkan dalam silabus sehingga kegiatan belajar menjadi efektif.

RPP merupakan persiapan, skenario, atau rencana pembelajaran yang dirancang

dalam satu pertemuan atau beberapa pertemuan, yang biasanya dilengkapi dengan

LK (lembar kerja) atau lembar tugas. Langkah pembelajaran memuat bentuk

kegiatan belajar dan strategi pengorganisasian belajar kelas serta urutan

kegiatannya sebagai berikut.

(1) Kegiatan awal

Kegiatan ini dapat berupa apersepsi, review (mengulang beberapa hal yang

bersifat prasyarat), kegiatan problem solving aplikasi yang berkaitan dengan

materi ajar, termasuk menjelaskan tujuan pembelajaran.

(2) Kegiatan inti

Kegiatan ini merupakan kegiatan dan organisasi belajar secara yang bervariasi

dan terurut sistematis untuk mencapai kompetensi dan beberapa indikator

yang telah dirumuskan dalam bentuk tujuan pembelajaran.

(3) Penutup

Kegiatan penutup dari RPP dapat diisi dalam bentuk refleksi (perenungan)

tentang pencapaian hasil belajar, penugasan lebih lanjut atau lebih mendalam,

atau rangkuman hasil belajar.

e. Penilaian

Penilaian ini memuat rincian bentuk, contoh penilaian dan pedoman penskoran

dari bentuk penilaian dan jenis tugas yang telah dirumuskan dalam silabus.

Pelaksanaan penilaian terintegrasi dalam selama kegiatan belajar berlangsung.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.

(1) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.

Page 36: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 35

(2) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa

dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan

untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.

(3) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.

Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya

dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang

belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.

(4) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut

berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi

peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan,

dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria

ketuntasan.

(5) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh

dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan

pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada

proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun

produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang

dibutuhkan.

f. Sumber Belajar

Sumber belajar meliputi bahan ajar, alat, bahan, media, dan alat bantu belajar yang

digunakan untuk mencapai kompetensi atau beberapa indikator yang telah

dirumuskan dalam bentuk tujuan pembelajaran. Di sini perlu dijelaskan

ketersediaan dan banyaknya sumber belajar, termasuk cara penggunaannya.

g. Alokasi waktu

RPP dirancang menggunakan jam pembelajarn sehingga alokasi waktunya

merupakan perkiraan jumlah jam pelajaran yang diperlukan untuk untuk mencapai

kompetensi atau beberapa indikator yang telah dirumuskan dalam bentuk tujuan

pembelajaran, termasuk perlu diperjelas proporsi waktu untuk kegiatan awal,

kegiatan inti dan penutup.

Page 37: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 36

E. PENERAPAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

Implementasi, penerapan atau pelaksanaan standar isi dan standar kompetensi lulusan

diatur dalam Permendiknas No. 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22

tentang standar isi dan Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi

lulusan. Pada Permendiknas No. 24 tahun 2006 disebutkan bahwa:

(1) Satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetapkan kurikulum

tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai kebutuhan satuan pendidikan

yang bersangkutan berdasarkan pada :

a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Pasal 36 sampai dengan Pasal 38;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan Pasal 5 sampai dengan Pasal 18, dan Pasal 25 sampai dengan Pasal 27;

c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar

Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;

d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar

Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Setiap satuan pendidikan yang akan mengembangkan kurikulum perlu memiliki

dokumen yang berisi ketentuan-ketentuan di atas. Satuan pendidikan perlu memiliki,

mengkaji, dan memahami dokumen tersebut agar dapat mengembangkan kurikulum

secara optimal, sesuai potensi, kondisi dan kebutuhannya.

(2) Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan

standar yang lebih tinggi dari Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan

sebagaimana diatur dalam Permendiknas No. 22 dan No. 23 tahun 2006

Standar isi dan standar kompetensi lulusan merupakan ketentuan yang bersifat

minimal sehingga satuan pendidikan dimungkinkan menyusun kurikulum dengan

standar lebih tinggi. Kurikulum dengan standar lebih tinggi dapat berupa penambahan

lingkup materi dan kompetensi, pendalaman kompetensi, penambahan mata pelajaran

atau penambahan muatan lainnya, sesuai dengan kondisi, potensi dan kebutuhan

satuan pendidikan. Dengan mengembangkan dan menerapkan kurikulum dengan

standar lebih tinggi, maka satuan pendidikan dapat menyesuaikan alokasi waktu pada

struktur kurikulum, mengatur sistem beban belajar, mengatur kalender pendidikan,

mengatur sistem akselerasi atau percepatan belajar dan sebagainya, sesuai dengan

kondisi, potensi dan kebutuhan satuan pendidikan.

Page 38: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 37

(3) Pengembangan dan penetapan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan

menengah memperhatikan panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan

dasar dan menengah yang disusun Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan masih bersifat umum

sehingga hal-hal lebih lanjut dan rinci perlu ditetapkan sendiri oleh satuan pendidikan

atau kelompok satuan pendidikan. Perlu dikritisi bahwa pengembangan dan penetapan

kurikulum merupakan tanggung jawab sekolah sehingga sekolah perlu secara mandiri

menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan kurikulum dengan tetap mengacu pada

ketentuan yang ada seperti pada UU sisdiknas, PP Standar Nasional Pendidikan dan

Permendiknas Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan dan ketentuan

pelaksanaannya.

(4) Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengadopsi atau mengadaptasi model

kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah yang disusun oleh BSNP.

Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa pada dasarnya satuan pendidikan tidak

diharuskan mengembangkan kurikulum apabila belum memiliki kesiapan berbagai

sumber daya yang diperlukan, tetapi harus menerapkan kurikulum sesuai dengan

Permendiknas No. 22, 23 dan 24 tahun 2006. Hal ini untuk mengakomodasi

kemungkinan terdapat satuan pendidikan atau kelompok satuan pendidikan yang

belum siap mengembangkan kurikulum sendiri.

(5) Kurikulum satuan pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh kepala satuan

pendidikan dasar dan menengah setelah memperhatikan pertimbangan dari Komite

Sekolah atau Komite Madrasah.

Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa penetapan kurikulum satuan pendidikan

merupakan tanggung jawab satuan pendidikan dan komitenya. Pertimbangan komite

dapat berarti berupa persetujuan setelah KTSP disusun oleh sekolah atau komite

berpatisipasi aktif dan bekerjasama dalam proses penyusunan kurikulum dengan

sekolah/madrasah.

Mengenai mekanisme dan strategi pelaksanaan standar isi dan standar kompetensi

lulusan, di dalam Permendiknas No. 24 tahun 2006 disebutkan bahwa:

(1) Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menerapkan Permendiknas No. 22 dan

No. 23 Tahun 2006 mulai tahun ajaran 2006/2007.

Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa satuan pendidikan memungkinkan menerapkan

Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006, setelah tahun 2006 sampai tahun 2009

Page 39: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 38

apabila kondisi satuan pendidikan belum siap, atau mungkin menerapkannya secara

bertahap mulai melengkapi perangkat pendukung, mempelajari dokumen yang

diperlukan, dan sejenisnya.

(2) Satuan pendidikan dasar dan menengah harus sudah mulai menerapkan Permendiknas

No. 22 dan No. 23 Tahun 2006 paling lambat tahun ajaran 2009/2010.

(3) Satuan pendidikan dasar dan menengah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

yang telah melaksanakan uji coba kurikulum 2004 secara menyeluruh dapat

menerapkan secara menyeluruh Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006 untuk

semua tingkatan kelasnya mulai tahun ajaran 2006/2007.

(4) Satuan pendidikan dasar dan menengah yang belum melaksanakan uji coba kurikulum

2004, melaksanakan Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006 secara bertahap

dalam waktu paling lama 3 tahun, dengan tahapan:

a Untuk sekolah dasar (SD), madrasah ibtidaiyah (MI), dan sekolah dasar luar biasa

(SDLB):

- tahun I : kelas 1 dan 4;

- tahun II : kelas 1,2,4, dan 5;

- tahun III : kelas 1,2,3,4,5 dan 6.

b Untuk sekolah menengah pertama (SMP), madrasah tsanawiyah (MTs), sekolah

menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK),

madrasah aliyah kejuruan (MAK), sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB),

dan sekolah menengah atas luar biasa (SMALB) :

- tahun I : kelas 1;

- tahun II : kelas 1 dan 2;

- tahun III : kelas 1,2, dan 3.

(5) Penyimpangan terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir (2) di atas dapat

dilakukan setelah mendapat izin Menteri Pendidikan Nasional.

Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa satuan pendidikan memungkinkan menerapkan

Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006, setelah setelah tahun 2009 apabila

kondisi satuan pendidikan belum siap disebabkan kondisi, situasi belum

memungkinkan

Page 40: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 39

Peran Pemerintah dan Pemerintah Daerah pada implementasi atau penerapan Standar Isi

dan Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dalam

Permendiknas No. 24 tahun 2006 juga disebutkan bahwa:

(1) Gubernur dapat mengatur jadwal pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun

2006, untuk satuan pendidikan menengah dan satuan pendidikan khusus, disesuaikan

dengan kondisi dan kesiapan satuan pendidikan di provinsi masing-masing.

(2) Bupati/walikota dapat mengatur jadwal pelaksanaan .Permendiknas No. 22 dan No. 23

Tahun 2006, untuk satuan pendidikan dasar, disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan

satuan pendidikan di kabupaten/kota masing-masing

(3) Menteri Agama dapat mengatur jadwal pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan No. 23

Tahun 2006, untuk satuan pendidikan madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah tsanawiyah

(MTs), madrasah aliyah (MA), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), disesuaikan

dengan kondisi dan kesiapan satuan pendidikan yang bersangkutan.

Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa gubernur, bupati, walikota dan menteri Agama lebih

berperan dalam pengaturan jadwal atau mengkoordinasikan pelaksanaan Permendiknas

No. 22 dan No. 23 Tahun 2006, untuk mendukung dan mendorong satuan pendidikan dalam

menerapkan standar isi dan standar kompetensi lulusan. Peran satuan pendidikan tetap

merupakan pelaksana dalam penerapan Permendiknas tersebut dan semua satuan

pendidikan dalam suatu wilayah tidak harus melaksanakan secara serempak, tetapi

disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan satuan pendidikan.

Di dalam Permendiknas No. 24 tahun 2006, BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan)

memilki tugas sebagai berikut.

(1) BSNP melakukan pemantauan perkembangan dan evaluasi pelaksanaan Permendiknas

No. 22 dan No. 23 Tahun 2006, pada tingkat satuan pendidikan, secara nasional.

(2) BSNP dapat mengajukan usul revisi .Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006

sesuai dengan keperluan berdasarkan pemantauan hasil evaluasi sebagaimana

dimaksud pada butir (1).

Sedangkan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, memiliki

tugas berikut:

(1) menggandakan Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006, serta

mendistribusikannya kepada setiap satuan pendidikan secara nasional;

Page 41: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 40

(2) melakukan usaha secara nasional agar sarana dan prasarana satuan pendidikan dasar

dan menengah dapat mendukung penerapan Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun

2006

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan:, memiliki

tugas berikut:

(1) melakukan sosialisasi Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006, dan panduan

penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah yang disusun

BSNP, terhadap guru, kepala sekolah, pengawas, dan tenaga kependidikan lainnya

yang relevan melalui Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan/atau Pusat

Pengembangan dan Penataran Guru (PPPG);

(2) melakukan sosialisasi Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006, dan panduan

penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah yang disusun

BSNP kepada dinas pendidikan provinsi, dinas pendidikan kabupaten/kota, dan dewan

pendidikan;

(3) membantu pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam penjaminan mutu satuan

pendidikan dasar dan menengah agar dapat memenuhi Permendiknas No. 22 dan No.

23 Tahun 2006, melalui LPMP.

Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, memiliki tugas

berikut:

(1) mengembangkan model-model kurikulum sebagai masukan bagi BSNP;

(2) mengembangkan dan mengujicobakan model-model kurikulum inovatif;

(3) mengembangkan dan mengujicobakan model kurikulum untuk pendidikan layanan

khusus;

(4) bekerjasama dengan perguruan tinggi dan/atau LPMP melakukan pendampingan satuan

pendidikan dasar dan menengah dalam pengembangan kurikulum satuan pendidikan

dasar dan menengah;

(5) memonitor secara nasional penerapan Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006,

mengevaluasinya, dan mengusulkan rekomendasi kebijakan kepada BSNP dan/atau

Menteri;

(6) mengembangkan pangkalan data yang rinci tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22

dan No. 23 Tahun 2006

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, memiliki tugas berikut:

Page 42: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 41

(1) melakukan sosialisasi Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006, di kalangan

lembaga pendidikan tenaga keguruan (LPTK);

(2) memfasilitasi pengembangan kurikulum dan tenaga dosen LPTK yang mendukung

pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006

Sekretariat Jenderal melakukan sosialisasi Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun

2006, kepada pemangku kepentingan umum. Sedangkan Departemen lain yang

menyelenggarakan satuan pendidikan dasar dan menengah :

(1) melakukan sosialisasi Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006 sesuai dengan

kewenangannya dan berkoordinasi dengan Departemen Pendidikan Nasional;

(2) mengusahakan secara nasional sesuai dengan kewenangannya agar sarana, prasarana,

dan sumber daya manusia satuan pendidikan yang berada di bawah kewenangannya

mendukung Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006

(3) melakukan supervisi, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan Permendiknas No. 22

dan No. 23 Tahun 2006 sesuai dengan kewenangannya.

Dengan berlakunya Permendiknas No. 24 Tahun 2006, Keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan :

a. Nomor 060/U/1993 tentang Kurikulum Pendidikan Dasar;

b. Nomor 061/U/1993 tentang Kurikulum Sekolah Menengah Umum;

c. Nomor 080/U/1993 tentang Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan; dan

d. Nomor 0126/U/1994 tentang Kurikulum Pendidikan Luar Biasa;

dinyatakan tidak berlaku bagi satuan pendidikan dasar dan menengah sejak satuan

pendidikan dasar dan menengah yang bersangkutan melaksanakan Permendiknas No. 24

Tahun 2006.

Dari ketentuan Permendiknas No. 24 tahun 2006 jelas bahwa efektifitas pelaksanaan standar

isi dan standar kompetensi lulusan ditentukan oleh komitmen dan peran satuan pendidikan,

komite satuan pendidikan, bupati/walikota, gubernur, dan pemerintah (departemen

pendidikan nasional, departemen agama dan departemen lain yang terkait).

Satuan pendidikan dan komite berperan dalam mengembangkan, menyusun, mengevaluasi

dan melaksanakan kurikulum sesuai dengan standar isi dan standar kompetensi lulusan.

Bupati/walikota dan gubernur berperan dalam melakukan sosialisasi, mengatur jadwal,

mengkoordinasikan, memonitor dan mendorong satuan pendidikan untuk menerapkan

standar isi dan standar kompetensi lulusan. Departemen pendidikan nasional memiliki peran

Page 43: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 42

dalam melakukan sosialisasi, workshop, mengeluarkan kebijakan teknis, mengusahakan

sarana dan prasarana, dan memonitor satuan pendidikan dalam penerapan standar isi dan

standar kompetensi lulusan. Departemen agama dan departemen lain terkait berperan dalam

melakukan sosialisasi, mengatur jadwal, mengkoordinasikan, mengevaluasi dan mendorong

satuan pendidikan di bawah kewenangannya untuk menerapkan standar isi dan standar

kompetensi lulusan.

F. SISTEM MONITORING KURIKULUM

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas keberhasilan implementasi kurikulum yang

dilakukan oleh suatu lembaga adalah melakukan monitoring terhadap program tersebut.

Monitoring tersebut dapat dilakukan mulai dari perencanaan (termasuk needs analysis)

, proses dan pelaksanaan, maupun outputnya. Proses dan kedudukan monitoring dapat

digambarkan sebagai berikut :

Monitoring merupakan bagian dari bentuk pengendalian (control) yaitu proses yang

memastikan bahwa aktifitas aktual (yang terjadi) sesuai dengan aktifitas yang

direncanakan. Dalam kaitannya dengan peningkatan mutu implementasi kurikulum,

terdapat berbagai istilah yang hampir sepadan yaitu monitoring, evaluasi dan supervisi.

Semua istilah tersebut secara umum mengacu pada fungsi pengawasan pelaksanaan

program implementasi kurikulum. Keitga istilah tersebut pada dasarnya tidak terpisahkan

satu sama lain karena sama-sama digunkan dalam konteks menyempurnakan atau

memperbaiki program dan hasil pelaksanaan implementasi kurikulum.

Monitoring (pemantauan) secara umum dimaknai sebagai sebuah kegiatan yang berfungsi

untuk melihat kesesuaian rencana program implementasi kurikulum dengan pelaksanaan

yang terjadi yang mencakup semua aspek dalam implementasi kurikulum diantaranya :

Analisis SWOT Implementasi kurikulum

Disain dan perencanaan kurikulum

Pelaksanaan kurikulum

Evaluasi dampak MONITORING

Page 44: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 43

ketepatan perumusan analisis kebutuhan, ketepatan perencanaan program kurikulum,

ketepatan dalam pelaksanaan implementasi kurikulum, ketepatan dalam mengidentifikasi

dampak implementasi kurikulum. Hasil monitoring dapat digunakan untuk memperbaiki

program implementasi kurikulum yang sedang berjalan.

Evaluasi menurut the trainer’s Library, 1988 mendefiniisikan evaluasi adalah proses

pengumpulan data yang sistematis untuk mengukur evektivitas, efisiensi, akuntabilitas

dan relevansi program implementasi kurikulum. Suatu kegiatan evaluasi diharapkan dapat

mengukur keberhasilan apakah tujuan implementasi kurikulum yang ditetapkan dapat

dicapai. LAN mendefinisikan evaluasi sebagai proses atau kegiatan untuk menentukan

kemajuan implementasi kurikulum dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan dan

usaha untuk memperoleh informasi atau umpan balik bagi penyempurnaan program

implementasi kurikulum. Dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu proses yang

sistimatis untuk melihat apakah sebuah program implementasi kurikulum telah berhasil

dan efisien dalam pelaksanaannya. Hasil evaluasi biasanya dipergunakan untuk

memperbaiki program implementasi kurikulum yang akan dilakukan berikutnya.

Terdapat berbagai konsep mengenai supervisi. Salah satu pengertiannya, supervisi

merupakan suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu program

pendidikan dan tenaga pendidik dan kependidikan dalam melakukan profesi mereka

secara efektif. Secara sederhana, supervisi merupakan program berencana untuk

memperbaiki pengajaran.

Dari ketiga pengertian di atas tampak bahwa monitoring digunakan untuk memperbaiki

proses implementasi kurikulum yang sedang berjalan untuk mengoptimalkan hasil,

evaluasi hasilnya lebih dipergunakan untuk perbaikan program implementasi kurikulum

berikutnya walaupun pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan pada saat implementasi

kurikulum berlangsung, sedangkan supervisi lebih menekankan pada perbaikan

pembelajaran secara langsung yang diberikan oleh fasilitator atau narasumber.

Monitoring memiliki cakupan prosedur dan cakupan proses lebih luas dari sekedar yang

dilakukan dalam pekerjaan evaluasi atau supervisi. Fungsi monitoring mencakup tiga

unsur utama:

(1) Menetapkan standar ketepatan program implementasi kurikulum. Standar diuraikan

atau dirumuskan dalam bentuk kriteria hasil monitoring.

Page 45: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 44

(2) Memantau dan mengukur aktifitas program yang sedang berjalan dengan

menggunakan teknik monitoring tertentu. Hasilnya dibandingkan dengan standar

yang telah ditetapkan.

(3) Mengambil tindakan dalam bentuk pemberian bantuan, pengarahan, penyelesaian

masalah bersama untuk memperbaiki program yang belum sesuai dengan standar

yang telah ditetapkan.

Unsur-unsur pokok dalam proses monitoring adalah penetapan standar ketepatan program

implementasi kurikulum, merancang sistem umpan balik informasi, membandingkan

kinerja aktual dengan standar yang ditetapkan, menentukan apakah terdapat

penyimpangan, dan mengambil tindakan perbaikan, yang dapat diilustrasikan sebagai

berikut.

Monitoring harus dilakukan oleh seseorang yang berkompeten sesuai dengan bidang yang

akan dimonitor. Kompetensi yang dimaksud di sini tentu kompetensi atau kemampuan

profesional yang terkait langsung dengan perencanaan, pengembangan dan

penyelenggaraan program implementasi kurikulum. Kompetensi meliputi keterampilan

teknis dalam menggunakan prosedur kerja dalam program implementasi kurikulum;

keterampilan manusiawi dalam bekerja dengan orang lain, memahami orang lain, dan

memotivasi orang lain; serta keterampilan konseptual dalam mengkoordinasi dan

memadukan berbagai kepentingan dan kegiatan dalam implementasi kurikulum.

1. Teknik – teknik monitoring dan penerapannya.

Model monitoring yang konvensional atau tradisional adalah yang bersifat mencari

kesalahan. Ini sangat mudah dilakukan karena pada dasarnya manusia sebagai

Selesai

Penetapan standar dan metode monitoring

implementasi kurikulum

Monitoring Apakah kinerja sesuai standar?

Pengambilan tindakan

perbaikan

ya

tidak

Page 46: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 45

penyelenggara implementasi kurikulum, memiliki banyak kekurangan. Cara ini tentu saja

tidak sesuai dengan tujuan monitoring dan berdampak pada sikap acuh tak acuh atau

menentang dari pihak penyelenggara program. Monitoring perlu dilakukan secara ilmiah

yang terencana, sistematis dan menggunakan instrumen tertentu.

Dalam monitoring yang ditekankan adalah bantuan agar program implementasi

kurikulum terlaksana sesuai tujuan, suasana yang hangat, dekat dan terbuka, serta umpan

balik (feedback) yang diberikan harus secepat mungkin dan objektif untuk segera

dilakukan perbaikan.

Pendekatan yang digunakan dalam monitoring dapat berupa pendekatan langsung

(direct), yaitu memberi bantuan dan arahan secara langsung atau pendekatan tidak

langsung (indirect) di mana pemonitor mendengar keluhan, hambatan, atau kesulitan

penyelenggara pendidikan, kemudian mendiskusikan pemecahan atau solusi dari problem

dan hambatan yang dihadapi.

Metode monitoring dapat berupa : konsultasi atau wawancara, observasi (pengamatan),

kuesioner, penilaian diri, atau metode pengumpulan data lainnya. Metode – metode ini

harus sudah direncanakan, dikembangkan, dipilih dan ditetapkan sebagai bagian dari

tahapan – tahapan implementasi kurikulum. Metode-metode ini dikemas, dikombinasikan

dan dilakukan secara terpadu (terintegrasi) agar proses monitoring dapat berjalan secara

efisien dan sesuai sasaran.

Metode wawancara dapat dilakukan secara tertulis ataupun langsung. Dalam metode ini

yang perlu dilakukan bahwa pewawancara harus memiliki aspek – aspek apa saja yang

perlu diketahui atau dimonitor sebagai bagian dari monitoring. Misalnya :

- Wawancara mengenai analisis kebutuhan : pewawancara harus mengetahui apakah

kebutuhan – kebutuhan proram implementasi kurikulum sudah sesuai dengan apa yang

diharapkan ?

- Wawancara tentang perencanaan kurikulum : pewawancara harus mengetahui dan

menngidentifikasi apakah struktur program kurikulum, silabus dan bahan ajarnya telah

lengkap sesuai dengan tujuan dan sistematis serta terarah ?

Hal yang terpenting dalam melakukan wawancara adalah pewawancara sudah

mempersiapkan diri dengan pedoman wawancara yang isinya memuat semua aspek –

aspek yang akan dimonitor. Dalam melakukan wawancara perlu diperhatikan bahwa

kegiatan ini tidak mengganggu semua aspek program implementasi kurikulum.

Page 47: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 46

Metode observasi biasanya digunakan untuk mengamati unjuk kerja (kinerja) dari setiap

orang yang terlibat dalam kegiatan program implementasi kurikulum. Observasi

dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan yang memuat aspek – aspek yang

akan dilihat saat monitoring dilakukan. Selain oleh pemonitor dari penyelenggara

implementasi kurikulum, observasi dapat pula dilakukan oleh penyelenggara (guru,

kepala sekolah, atau pengawas sekolah). Hal ini dapat memberikan beberapa manfaat:

(1) Pelaksana atau penyelenggara pendidikan akan belajar bagaimana menganalisis

peristiwa yang dialami sendiri selama program implementasi kurikulum

berlangsung

(2) Pelaksana atau penyelenggara pendidikan dapat memperoleh pengalaman dalam

memberi umpan balik perbaikan implementasi kurikulum secara langsung

(3) Pelaksana atau penyelenggara pendidikan akan belajar bagaimana menggunakan

sumber daya yang dipakai untuk melakukan analisis.

Selain menggunakan format observasi secara khusus, pemonitor dapat juga menggunakan

metode deskripsi, yaitu : menguraikan hasil pengamatan secara komprehensif dan ditulis

secara lengkap dalam sebuah laporan. Selanjutnya, laporan ini dianalisis untuk diperoleh

hal-hal atau aspek apa saja yang perlu diperbaiki dan ditindaklanjuti agar segera

dilakukan perbaikan program implementasi kurikulum.

Dalam melakukan observasi perlu dillakukan dalam situasi yang wajar (tidak

mengganggu program pembelajaran), mencatat hal-hal yang penting dan menekankan

pada upaya perbaikan program implementasi kurikulum, serta data yang dihasilkan

haruslah faktual dan bukan opini pemonitor.

Alat bantu lain yang sangat berguna dalam metode observasi/wawancara adalah kamera

untuk bukti dokumentasi pelaksanaan implementasi kurikulum, perekam suara (tape

recorder) hasil wawancara atau kegiatan lainnya, dan peralatan audio visual (video)

sebagai dokumentasi pelaksanaan implementasi kurikulum.

Unjuk kerja untuk setiap aspek yang dimonitor dapat dikategorikan dalam bentuk laporan

teramati (tepat) atau tidak teramati (tidak tepat). Boleh juga digunakan sekala rentang,

misalkan suatu aspek ditunjukkan melalui empat kategori yaitu : tidak baik, kurang baik,

cukup baik dan baik.

Page 48: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 47

Metode kuesioner biasanya digunakan untuk memonitor, dalam bentuk pertanyaan dan

pernyataan tertulis yang telah disiapkan. Dalam metode ini semua aspek yang dimonitor

informasinya didapatkan melalui pertanyaan atau pernyataan tertulis yang diberikan pada

sumber data (guru, kepala sekolah, atupun fihak lain yang terkait). Kuesioner dapat

berupa pertanyaan dengan jawaban tertutup, terbuka, atau pernyataan sikap. Kuesioner

dengan jawaban (options) tertutup mudah dianalisis tetapi tidak memberi peluang

responden memberi tanggapan lain yang mungkin sangat berguna. Kuesioner dengan

jawaban terbuka memberi peluang pada responden menyatakan pendapatnya secara bebas

tetapi memerlukan waktu untuk menganalisis dan melakukan perbaikan program

implementasi kurikulum. Yang terpenting dalam pengembangan kuesioner harus

memperhatikan aspek kepraktisan, kegunaan informasi yang dijaring, dan keakuratan

jawaban. Aspek lain yang tidak mungkin dimonitor melalui kuesioner dapat dimonitor

melalui observasi atau teknik monitoring lainnya.

Penilaian diri merupakan salah satu bentuk kuisioner yang khusus ditujukan kepada fihak

pelaksana penyelenggara pendidikan untuk melakukan evaluasi diri misalnya mengenai

tanggapan tentang komitmen, daya inovasi dan kreasi dari guru, kepala sekolah,

pengawas dan fihak lain yang relevan. Alat penilaian diri dapat berupa daftar ceklis

tentang pandangan/pendapat, yang disusun dalam bentuk pertanyaan tertutup atau

terbuka. Penilaian diri cukup bermanfaat untuk dilakukan karena pelaksana akan lebih

jujur mengungkapkan pendapatnya tentang pelaksanaan program implementasi

kurikulum. Walaupun perlu dilakukan kroscek atau verifikasi dengan sumber data yang

lain untuk mendapat informasi yang lebih otentik.

Data dan informasi dari monitoring secara tertulis (kuesioner, angket, atau penilaian diri)

dapat diperoleh secara langsung oleh petugas kuesioner kepada responden, melalui pos

atau dengan alat bantu teknologi informasi melalui internet (website). Monitoring melalui

pos atau internet lebih membutuhkan keaktifan dan proaktif dari pihak responden.

2. Pengembangan instrumen monitoring.

Dalam kegiatan pengembangan instrument monitoring diawali dengan kegiatan

mengidentifikasi aspek yang akan dimonitor. Dilanjutkan dengan pemilihan teknik

monitoring yang tepat, baru dilakukan pengembangan instrument monitoring dan

pedoman yang memuat criteria hasil monitoring. Dengan demikian sebelum

Page 49: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 48

pengembangan instrument monitoring perlu disusun kisi – kisi instrumen monitoring

yang secara umum dapat ditampilkan dalam contoh tabel kisi-kisi berikut.

Aspek yang dimonitor Subaspek Teknik monitoring Bentuk instrumen

1. Pemahaman dan

persepsi tentang

kebijakan

kurikulum

1. Standar Isi (SI)

Tertulis

Wawancara (diskusi fokus)

Tes

Kuesioner

Panduan wawancara

2. Standar Kompetensi

Lulusan (SKL)

Tertulis

Wawancara (diskusi fokus)

Tes

Kuesioner

Panduan wawancara

3. Pelaksanaan SI dan

SKL

Tertulis

Wawancara (diskusi fokus)

Tes

Kuesioner

Panduan wawancara

2. Kemampuan dan

kesiapan sumber

daya pendidikan

4. Kemampuan dan

kesiapan pendidik

Tertulis

Wawancara

Kuesioner

Panduan Wawancara

Penilaian diri

Angket

5. Kemampuan dan

kesiapan tenaga

kependidikan

Tertulis

Wawancara

Kuesioner

Panduan Wawancara

Penilaian diri

Angket

6. Kesiapan sarana dan

prasarana

Tertulis

Observasi

Wawancara

Kuesioner

Panduan Observasi

Lembar observasi Panduan

Wawancara

7. Kesiapan orangtua dan

masyarakat

Tertulis

Wawancara

Kuesioner

Panduan Wawancara

Penilaian diri

Angket

3. Pelaksanaan atau

penerapan

kurikulum oleh

satuan pendidikan

8. Sosialisasi SI dan SKL Tertulis

Dokumen

Wawancara

Kuesioner

Panduan Wawancara

Penilaian diri

Angket

9. Pengembangan

Kurikulum (KTSP)

Tertulis

Dokumen

Wawancara

Kuesioner

Panduan Wawancara

Penilaian diri

Angket

10. Pengembangan Silabus

dan RPP

Tertulis

Dokumen

Wawancara

Kuesioner

Panduan Wawancara

Penilaian diri

Page 50: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 49

Aspek yang dimonitor Subaspek Teknik monitoring Bentuk instrumen

Angket

11. Pengembangan

Penilaian

Tertulis

Dokumen

Wawancara

Kuesioner

Panduan Wawancara

Penilaian diri

Angket

12. Penerapan

pembelajaran di

sekolah

Observasi

Wawancara

Panduan Wawancara

Panduan Observasi

Lembar observasi

Aspek yang dimonitor mencakup semua komponen – komponen penting mulai dari

perencanaan kurikulum, pelaksanaan kurikulum oleh satuan pendidikan, evaluasi

efektifitas dampak pelaksanaan kurikulum, serta analisis kekuatan, kelemahan, peluang,

hambatan, dan tantangan untuk penyempurnaan kurikulum..

1. Aspek pemahaman dan persepsi, yang mencakup sub-subaspek berikut.

- Standar isi, yang meliputi:,

- penyusunan instrument TNA,

- system pengambilan data TNA,

- pengolahan dan analisis data TNA,

- pemetaan kebutuhan implementasi kurikulum.

2. Aspek Perencanaan implementasi kurikulum, yang mencakup sub-subaspek:

- Isi struktur program implementasi kurikulum,

- Isi silabus,

- Isi bahan ajar,

Setiap aspek atau sub aspek tersebut dapat di jabarkan kedalam aspek yang lebih kecil.

Hal ini agar mempermudah dalam melakukan monitoring nantinya, serta akan

meningkatkan nilai ketepatan pengamatan. Aspek – aspek yang lebih rinci akan mampu

menggambarkan pelaksanaan implementasi kurikulum dengan baik atau tidak suatu

implementasi kurikulum dilaksanakan. Misalkan sub aspek isi silabus dapat dirinci

menjadi lima komponen yaitu :

1. ketepatan menentukan kompetensi yang akan dicapai,

Page 51: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 50

2. ketepatan indicator yang dirumuskan,

3. ketepatan materi yang dipilih sebagai bahan implementasi kurikulum,

4. ketepatan metode implementasi kurikulum yang digunakan,

5. ketepatan waktu yang disediakan.

Teknik monitoring dipilih dengan mempertimbangkan karakteristik dari setiap aspek

yang dimonitor. Terdapat beberapa jenis teknik monitoring, yaitu teknik tertulis yang

dapat dilakukan dengan wawancara tertulis, kuesioner atau penilaian diri dan monitoring

unjuk kerja dan sikap yang dilakukan dalam bentuk observasi saat implementasi

kurikulum berlangsung.

Apabila aspek yang dimonitor berupa kelengkapan dokumen atau peralatan, kualitas isi

dokumen atau peralatan, atau sarana lainnya, maka monitoring dapat dilakukan dalam

bentuk tertulis misalnya berupa kuesioner. Namun, jika aspek yang dimonitor berupa

kinerja atau performa dari penyelenggara dan peserta implementasi kurikulum, komitmen

atau sikap penyelenggara dan peserta implementasi kurikulum terhadap program

implementasi kurikulum, maka monitoring paling tepat dilakukan dalam bentuk

observasi. Biasanya untuk membuat efektif monitoring, suatu aspek dimonitor dengan

menggunakan lebih dari satu teknik monitoring.

Misalnya, subaspek materi implementasi kurikulum penyusunan silabus dapat dimonitor

dengan metode kuesioner untuk melihat kelengkapan dan isi kualitas dari dokumen

silabus yang digunakan, serta silabus hasil karya peserta. Di sisi lain, dapat dimonitor

dengan metode observasi untuk melihat komitmen, minat dan ketertarikan peserta,

komitmen fasilitator selama program implementasi kurikulum dilaksanakan.

Kriteria atau tolok ukur hasil monitoring merupakan ukuran ketepatan, kelengkapan atau

kebenaran prosedur kerja dari setiap tahapan program implementasi kurikulum sesuai

dengan aspek-aspeknya. Perumusan kriteria ini harus jelas, dapat diukur (measurable),

atau dapat diamati (observable), serta dapat dicapai dengan tenggang waktu tertentu.

Perumusan yang samar-samar seperti ’meningkatkan mutu bahan ajar’, tidak akan dapat

dimonitor karena tidak jelas ukuran peningkatannya.

Kriteria ini merupakan pedoman atau acuan bagi pemonitor untuk memeriksa ketepatan

setiap aspek yang dimonitor pada setiap tahapan program implementasi kurikulum. Cara

paling sederhana menentukan kriteria adalah dengan daftar ceklis, yaitu menetapkan

Page 52: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 51

apakah setiap aspek dilakukan atau tidak dilakukan, tepat atau tidak tepat. Namun ukuran

ini terlalu kasar karena banyak tahapan program implementasi kurikulum yang dilakukan

dengan ukuran sangat berhasil, cukup berhasil, atau tidak berhasil atau dengan criteria

sangat tepat, kurang tepat, cukup tepat atau tidak tepat. Demikian juga apabila kita minta

pendapat peserta tentang program implementasi kurikulum, mereka biasanya ada yang

setuju, sangat setuju atau tidak setuju.

3. Pengolahan dan analisis hasil monitoring.

Tingkat analisis bergantung pada detil data yang dibutuhkan dan kompleksitas

permasalahan selama implementasi kurikulum. Pengolahan dan analisis hasil monitoring

dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Kebanyakan orang lebih tertarik

dengan analisis kuantitatif, walaupun analisis kualititatif juga sangat penting untuk

dicermati.

Data yang diperoleh dari hasil monitoring perlu dianalisis secara kualitatif dengan

menggunakan pendekatan content analysis untuk membandingkan berbagai temuan yang

memiliki karakteristik berbeda-beda dan narrative analysis untuk melihat kohorensi

temuan atau informasi dari tanggapan para stakeholder program implementasi kurikulum.

Data juga akan dianalisis secara kuantitatif dengan pendekatan descriptive statistically

analysis untuk mendeskripsikan berbagai aspek variabel yang diperoleh dari temuan

selama implementasi kurikulum. Hasil analisiis data digunakan untuk memvalidasi

program penyelenggaraan implementasi kurikulum dan kesesuaiam dengan potensi dan

kebutuhan implementasi kurikulum.

Apapun metode analisis yang digunakan, harus menjawab pertanyaan apakah program

implementasi kurikulum telah berhasil dan efektif dilakukan sesuai tujuan implementasi

kurikulum. Untuk itu ketepatan kuantitas dan kualitas dari proses monitoring sangat

menentukan hasil analisis, yang selanjutnya juga menentukan apakah tujuan implementasi

kurikulum telah tercapai. Yang penting diperhatikan bahwa hasil monitoring harus

menjadi umpan balik secara langsung sehingga proses implementasi kurikulum berjalan

sesuai dengan track atau tujuan yang ditetapkan. Dengan demikian, hasil montoring sudah

harus dapat dijadikan sebagai masukan perbaikan implementasi kurikulum sejak tahapan

implementasi kurikulum dimulai.

4. Pemanfaatan hasil monitoring.

Page 53: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 52

Seperti yang telah dikemukakan di muka bahwa tujuan monitoring atau pemantauan

adalah untuk menjamin suatu kegiatan atau program implementasi kurikulum tetap on the

track sesuai dengan tujuan program yang telah ditetapkan, yaitu agar praktek pelaksanaan

program implementasi kurikulum sesuai dengan perencanaan. Dengan demikian, manfaat

pokok dari proses monitoring adalah mengendalikan pelaksanaan program implementasi

kurikulum berlangsung secara efisien dan sukses sesuai dengan tujuan. Manfaat proses

monitoring lainnya adalah:

1. memberi motivasi bagi peserta dan pelaksana pendidikan untuk melaksanakan

program implementasi kurikulum secara optimal.

2. mendorong semua pihak dalam program implementasi kurikulum lebih berdisiplin

dan bertanggung jawab.

3. hasil analisis monitoring dapat digunakan sebagai bahan evaluasi secara menyeluruh

untuk meningkatkan kualitas program implementasi atau penerapan kurikulum oleh

satuan pendidikan.

Page 54: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 53

BAB III

METODOLOGI

Pendekatan dalam monitoring ini bersifat descriptive-explanatory berbentuk studi (survey)

dengan menggunakan data kualitatif dan kuantitatif yang digunakan secara seimbang dan

saling melengkapi untuk melihat profil pencapaian satuan pendidikan dalam penerapan

standar isi dan standar kompetensi lulusan pada tingkat propinsi. Selain itu, hasil monitoring

ini dilakukan sebagai bahan pertimbangan dalam merekomendasikan perencanaan dan

pelaksanaan penerapan standar isi dan standar kompetensi lulusan agar lebih efektif dan

efisien pada satuan pendidikan dasar dan menengah.

A. STRATEGI MONITORING

Kegiatan ini dilakukan melalui berbagai metode dalam bentuk studi dokumen, workshop,

rapat kerja dan koordinasi, diskusi fokus, pengembangan desain, pengembangan

instrumen, melakukan monitoring, pengolahan hasil monitoring, penyusunan dan

presentasi rekomendasi, sebagai berikut.

(1) Penyusunan desain

Desain ini merupakan master plan yang disusun untuk dijadikan pedoman atau acuan

dalam kegiatan monitoring yang meliputi: latar belakang dan tujuan monitoring,

ruang lingkup, hasil yang diharapkan, kerangka berpikir atau landasan teori,

metodologi, pelaksanaan kegiatan, analisis hasil monitoring, penyusunan dan

presentasi rekomendasi mengenai hasil kegiatan keseluruhan. Penyusunan desain

dilaksanakan dalam bentuk workshop, rapat kerja dan diskusi fokus yang melibatkan

berbagai nara sumber perguruan tinggi, praktisi pendidik dan tenaga kependidikan,

dan stakeholder lain yang relevan.

(2) Pengembangan instrumen

Instrumen dikembangkan dan disusun untuk menjaring atau mendapatkan data dan

informasi kualitatif dan kuantitaif mengenai pencapaian pelaksanaan Permendiknas

No. 22 dan 23 tahun 2006 tentang Standar Isi dan SKL oleh satuan pendidikan.

Instrumen yang disusun berbentuk tes, kuesioner, pedoman wawancara, pedoman

observasi situasi dan pelaksanaan pembelajaran. Sumber data yang digunakan adalah

Page 55: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 54

siswa, guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan lain, pengawas sekolah, dan

dinas pendidikan kabupaten/kota/ propinsi, serta dokumen yang relevan. Instrumen

yang telah disusun diujicoba secara terbatas untuk memvalidasi keterbacaan dan

kesesuaiannya dengan tujuan monitoring

(3) Rapat koordinasi membahas implikasi Permendiknas No. 22, 23 dan 24 tahun 2006

Rapat kerja ini terutama untuk menentukan kesamaan persepsi dan pemahaman

berbagai pihak pengelola pendidikan dari unsur sekolah, orangtua, dinas pendidikan,

pemerintah, dan pihak lain mengenai implikasi Permendiknas No. 22, 23 dan tahun

2006 tentang:

a. Hal-hal yang harus dilaksanakan dan dicapai satuan pendidikan seperti yang

dituntut dalam Permendiknas No. 22 dan 23 tahun 2006

b. Mekanisme satuan pendidikan dalam menyusun dan melaksanakan kurikulum

tingkat satuan pendidikan dan daya dukungnya.

c. Peran pemerintah kabupaten/kota/propinsi dalam mendukung pelaksanaan

Permendiknas No. 22 dan 23 tahun 2006 oleh satuan pendidikan

d. Peran pemerintah (Depdiknas dan departemen lain terkait) dalam merumuskan

kebijakan untuk mendukung pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23 tahun 2006

oleh satuan pendidikan

Rapat kerja ini juga untuk mengatur koordinasi dalam pelaksanaan monitoring

sehingga diperoleh cukup data dan informasi kualittaif dan kuantitatif yang akurat dan

aktual tentang pencapaian penerapan dan pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23

tahun 2006 oleh satuan pendidikan pada setiap propinsi.

(4) Pelaksanaan monitoring

Monitoring dilakukan dengan menggunakan instrumen-instrumen yang dikemas,

dikombinasikan dan dilakukan secara terpadu (terintegrasi) agar proses monitoring

dapat berjalan secara efisien dan sesuai sasaran dan kebutuhan. Pelaksanaan

monitoring mengacu pada pedoman monitoring yang mengatur tentang: kriteria

petugas pelaksana monitoring, kelengkapan jumlah dan jenis intrumen, metode

penggunaan instrumen dan sumber data yang diperlukan, dan kelengkapan data dan

informasi yang diperlukan sebagai hasil monitoring serta hal-hal lain yang ditemukan

selama pelaksanaan monitoring.

Page 56: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 55

(5) Analisis Hasil Monitoring

Data dan informasi hasil monitoring dan kajian dokumen pendukund yang relevan

dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif untuk mendapatkan gambaran, potret atau

profil tingkat pencapaian dan efektifitas penerapan atau pelaksanaan Permendiknas

No. 22 dan 23 tahun 2006 oleh satuan pendidikan pada seluruh propinsi. Hasil analisis

ini digunakan sebagai bahan penyusunan rekomendasi kebijakan dalam penyusunan

dan pelaksanaan kurikulum oleh satuan pendidikan dan evaluasu, supervisi atau

pembinaannya oleh pengawas sekolah, dinas pendidikan kabupaten/kota/propinsi dan

pemerintah.

(6) Rekomendasi kebijakan kurikulum

Rekomendasi atau saran kebijakan kurikulum disusun berdasarkan analisis hasil

monitoring meliputi rekomendasi bagi satuan pendidikan dan komite, bentuk

pembinaan oleh dinas kabupaten/kota/propinsi, tindakan kebijakan oleh pemerintah

dan stakeholder terkait.

(7) Penyusunan laporan

Sebagai bentuk pertanggungjawaban kegiatan secara keseluruhan, perlu dibuat

laporan beserta hasil-hasilnya pada tiap langkah kegiatan. Hasil kegiatan ini

diharapkan dapat memberi manfaat bagi kepala sekolah, guru, komite sekolah

maupun dinas pendidikan di daerah, dalam mengefektifkan pelaksanaan

Permendiknas No. 22 dan 23 tahun 2006 oleh satuan pendidikan.

B. PENGEMBANGAN INSTRUMEN

Instrumen disusun dan digunakan untuk mengukur atau mendapatkan data dan informasi

pencapaian pelaksanaan Peremndiknas No. 22 dan 23 tahun 2006. Bentuk Instrumen yang

dikembangkan dalam monitoring ini berupa kuesioner, pedoman wawancara, dan

pedoman observasi.

Metode wawancara dapat dilakukan secara tertulis ataupun langsung dengan mengacu

pada panduan wawancara. Observasi digunakan untuk mengamati unjuk kerja (kinerja)

pada saat pembelajaran di sekolah maupun obaservasi situasi dan kondisi pembelajaran

dengan menggunakan lembar pengamatan yang memuat aspek – aspek yang akan dilihat

saat monitoring dilakukan.

Page 57: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 56

Metode kuesioner disusun dalam bentuk pertanyaan dan pernyataan tertulis yang telah

disiapkan yang dapat berbentuk pertanyaan dengan jawaban tertutup, terbuka, atau

pernyataan sikap. Kuesioner dengan jawaban (options) tertutup mudah dianalisis tetapi

tidak memberi peluang responden memberi tanggapan lain yang mungkin sangat berguna.

Kuesioner dengan jawaban terbuka memberi peluang pada responden menyatakan

pendapatnya secara bebas tetapi memerlukan waktu untuk menganalisis. Dalam

pengembangan kuesioner memperhatikan aspek kepraktisan, kegunaan informasi yang

dijaring, dan keakuratan jawaban. Aspek lain yang tidak mungkin dimonitor melalui

kuesioner dapat dimonitor melalui observasi atau teknik monitoring lainnya.

Penilaian diri merupakan salah satu bentuk kuisioner yang khusus untuk melakukan

evaluasi diri tentang komitmen Penilaian diri cukup bermanfaat untuk dilakukan karena

pelaksana diklat akan lebih jujur mengungkapkan pendapatnya tentang pelaksanaan

program diklat. Walaupun perlu dilakukan kroscek atau verifikasi dengan sumber data

yang lain untuk mendapat informasi yang lebih otentik.

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Populasi dalam monitoring ini adalah unsure dari satuan pendidikan dasar dan menengah

dan komitenya serta dinas pendidikan kabupaten/kota/propinsi pada 33 propinsi. Teknik

sampling dilakukan secara multi-stages dengan mengkombinasikan sistem cluster

samples dan purposive samples. Pada masing-masing propinsi akan dilakukan monitoring

pada tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah yang meliputi pendidik, tenaga

kependidikan, komite, siswa, orangtua, pengawas, dan sarana pendukungnya. Monitoring

pada tingkat dinas penddikan kab/kota/propinsi meliputi ketenagaan dan program kerja

dalam mendukung pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23 tahun 2006.

Direncanakan keseluruhan responden monitoring pada setiap propinsi melibatkan siswa

SD/MTs, dan SMP/MTs, Dinas pendidikan, guru, kepala sekolah, dan orang tua.

D. TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data yang digunakan adalah content analysis berupa studi dokumen untuk

membandingkan berbagai temuan yang memiliki karakteristik berbeda-beda dan

narrative analysis untuk melihat kohorensi temuan / informasi dari dokumen ataupun

tanggapan para responden yang berkaitan dengan ketersediaan buku-buku pelajaran dan

kesesuaiannya dengan kurikulum. Selain itu, juga digunakan descriptive statistically

Page 58: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 57

analysis untuk mendeskripsikan berbagai aspek variabel yang berkaitan dengan buku-

buku pelajaran.

E. PROFIL RESPONDEN

Responden yang dilibatkan dalam monitoring ini berasal dari dinas pendidikan provinsi,

dinas pendidikan kota di ibu kota provinsi, dan sekolah-sekolah yang berada di ibukota

provinsi. Responden dipilih secara acak, namun karena semua responden berasal dari ibu kota

provinsi, data yang diberikan belum mewakili daerah-daerah di luar ibukota provinsi. Namun

demikian, hasil monitoring dapat dijadikan sebagai barometer untuk memperkirakan

(memprediksi) bagaimana kondisi di luar ibu kota provinsi.

1. Dinas Pendidikan

Sebagain besar responden yang berasal dari pejabat struktural Dinas Pendidikan berlatar

belakang pendidikan sarjana strata 1 (64,8%), sarjana strata 2 (18,0%), SLTA (13,7%), dan

diploma (3,5%). Responden yang berlatar belakang pendidikan SLTA adalah staf teknis

yang hadir mewakili atasannya. Sebagian besar (53,9%) telah memiliki masa kerja antara

21-30 tahun, dan hanya 14,4% yang masa kerjanya 10 tahun ke bawah.

Lebih separoh (58,5) responden mengaku belum pernah ikut sosialisasi. Dari responden yang

mengikuti sosialisasi, umumnya (97,8) menyatakan ikut sosialisasi kurang dari seminggu.

2. Sekolah

Responden yang terdiri atas kepala sekolah dan guru dengan latar belakang pendidikan

sebagian besar sarjana. 80,3% responden kepala sekolah berpendidikan sarjana strata 1, dan

19,7 berpendidikan sarjana strata 2. Sedangkan guru, 84,5% adalah sarjana starta 1, 11,9

sarjanan strata 2, 1,2% sarjanan strata 3, serta 2,4 masih berpendidikan diploma.

Page 59: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 58

Berdasarkan masa kerjanya, 48,5% kepala sekolah yang menjadi responden memiliki masa

kerja 11-20 tahun, 37,8% dengan masa kerja 21-30 tahun, 7,6% dengan masa kerja 10 tahun

ke bawah, dan hanya 6,1 % yang memiliki masa kerja di atas 31 tahun. Sedangkan guru yang

menjadi responden monitoring ini lebih separo (57,1%) memiliki masa kerja 11-20 tahun,

29,8% di bawah 10 tahun, 13,3 % antara 21-30 tahun. 57,6% di antara kepala sekolah berasal

dari SM/MA dan 42,4% dari SMK. Keadaan ini hampir sama dengan guru, lebih separoh

responden guru berasal dari SMA/MA (58,3%), dan 41,7% berasal dari SMK.

3. Komite/Orang Tua Siswa

Lebih dari separoh (69%) responden yang berasal dari orang tua/komite berpendidikan

sarjana strata 1, 16,6 % sarjana strata 2, 8,3% SLTA, dan 5,6% diploma. Tidak ada yang

berlatar belakang pendidikan SD. Sebagian besar dari mereka memiliki pekerjaan tetap

sebagai pegawai negeri sipil dengan rincian sebagai berikut: karyawan PNS sebanyak 41,7%,

guru (27,8%), dan dosen 5,6%. Selebihnya (30,1%) memiliki pekerjaan berwiraswasta.

BAB IV

PEMBAHASAN HASIL MONITORING

A. Pengembangan dan Penerapan KTSP secara Nasional

Informasi tentang pengembangan dan penerapan KTSP secara nasional menggunakan sumber

data yang diperoleh dari dinas pendidikan propinsi. Tim studi belum bisa mendapatkan data

kuantitatif pelaksanaan KTSP oleh satuan pendidikan pada tingkat propinsi karena propinsi

belum memiliki data rincinya dari kabupaten/kota maupun dari sekolah di wilayahnya. Hal

ini disebabkan belum optimalnya koordinasi antara Dinas Pendidikan Provinsi dengan Dinas

Page 60: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 59

pendidikan Kabupaten/Kota dalam hal pendataan, terutama terkait dengan pelaksanaan

KTSP.

Para pejabat struktural maupun staf teknis di Provinsi hanya bisa memberikan gambaran

tentang kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan melalui kegiatan provinsi. Kegiatan-kegiatan

yang bersifat mandiri yang dilaksanakan oleh masing-masing Kabupaten/Kota melalui

MGMP atau tidak semuanya terpantau oleh Dinas Provinsi, demikian juga kegiatan yang

dilakukan oleh sekolah-sekolah dengan memanfaatkan dana swadaya. Kegiatan-kegiatan

seperti ini cukup banyak dilakukan karena di beberapa daerah karena mereka sangat proaktif,

baik Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota maupun sekolah.

Untuk itu data yang digunakan adalah data kualitatif mengenai pengembangan dan penerapan

KTSP yang bersumber dari persepsi dinas propinsi.

1. Pelaksanaan Sosialisasi di Setiap Provinsi

Berdasarkan pengalaman yang lalu, setiap pergantian kebijakan tentang kurikulum sangat

dirasakan bahwa proses sosialisasi kurang optimal. Akibatnya, tingkat pemaham pelaksana

dilapangan kurang memadai. Atas dasar pengalaman tersebut, pelaksanaan monitoring pada

tahun 2007 ini diawali dengan melihat proses sosialisasi di masing-masing provinsi. Data

yang yang diambil adalah (1) jumlah daerah yang telah melakukan sosialisasi di tiap

provinsi, (2) sasarn sosialisasi di masing-masing daerah. Berikut gambaran secara umum

pelakasanaan sosialisasi di masing-masing provinsi.

Tabel 1 : Gambaran jumlah kabupaten/kota yang sudah mendapat sosialisasi atau workshop

SI, SKL dan KTSP pada tiap propinsi

No Provinsi Jumlah

kab/ kota

Kab/Kota yang

sudah sosialisasi

Frekuensi

Kegiatan

Penyelenggara

PUSAT DAERAH

Puskur Ditjen

Mandik-

dasmen

LPMP/-

PMPTK

Dinas pddk

Provinsi

Dinas

Pddk

Kab/kota

1. Nanggroe Aceh

Darussalam

21 21 1 V - - v -

2. Sumatera Utara 25 25 2 V V - v -

3. Bengkulu 9 9 1 - V - - -

4. Jambi 10 10 1 V - V -

5. Riau 11 11 1 V V - - -

6. Sumatera Barat 19 19 2 V V - V -

7. Sumatera Selatan 14 14 1 V V - V -

8. Lampung 10 10 1 - V - V -

9. Kepulauan Bangka-

Belitung

7 7 2 V V v V

10. Kepulauan Riau 7 6 2 V - - V -

11. Banten 6 6 1 - V - -

12. Jawa Barat 25 25 3 V V - V

Page 61: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 60

13. DKI. Jakarta 6 6 4 V V V V -

14. Jawa Tengah 35 35 3 V V V V -

15. Jawa Timur 38 38 4 V V V V v

16. Daerah Istimewa

Yogyakarta

5 5 2 V - V v

17. Bali 9 9 2 V v - v -

18. Nusa Tenggara

Barat

9 9 2 V v - v -

19. Nusa Tenggara

Timur

16 16 2 V v V v -

20. Kalimantan Barat 12 12 1 V - - v -

21. Kalimantan Selatan 13 13 2 V V V v -

22. Kalimantan Tengah 14 14 2 V v V v V

23. Kalimantan Timur 13 13 4 V - - v V

24. Gorontalo 5 5 1 V - - - -

25. Sulawesi Selatan 23 23 1 - - v

26. Sulawesi Tenggara 10 10 1 V - - v -

27. Sulawesi Tengah 10 10 1 - - - v -

28. Sulawesi Utara 9 9 1 v v

29. Sulawesi Barat 6 5 1 V v - - -

30. Maluku 8 8 1 V - - - -

31. Maluku Utara 8 8 1 - v -

32. Irianjaya Barat 9 9 2 V - V v -

33. Papua (Irianjaya) 20 20 1 - v - - -

34. Total 442 440

Dari tabel jelas bahwa secara keseluruhan semua kabupaten/kota telah mendapatkan

sosialisasi atau workshop tentang kebijakan dan penerapan Permendiknas No. 22 dan 23

tahun 2006 tentang SI (standar isi) dan SKL (standar kompetensi lulusan). Penyelenggara

sosialisasi pada umumnya adalah unit Pusat dan Daerah (Dinas Pendidikan

Propinsi/Kab/Kota). Tabel di atas juga menunjukkan bahwa kegiatan sosialisasi yang

dilaksanakan oleh langsung oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota hampir tidak terpantau

oleh Dinas Pendidikan Provinsi.

Meskipun pada tabel di atas terlihat bahwa hanya 4 kabupaten/kota yang melaksanakan

kegiatan sosialisasi, hal ini bukan berarti daerah lain tidak melaksanakan. Menurut prediksi

Dinas Pendidikan provinsi, hampir semua daerah telah melakukan sosialisasi secara mandiri,

tetapi belum ada laporan resmi sehingga Dinas Pendidikan Provinsi tidak memiliki data

tentang itu. Hal ini mungkin disebabkan karena tidak ada keharusan bagi Dinas Pendidikan

Kabupaten/Kota atau sekolah untuk melaporkan pelaksanaan kegiatan sosialisasi yang

dilakukan secara swadaya atau melalui APBD tingkat II. Oleh karena itu, seperti yang terlihat

pada table di atas, data yang ada di Dinas Pendidikan provinsi, umumnya data kegiatan

sosialisasi yang melibatkan Dinas Pendidikan Provinsi, yaitu kegiatan yang dilakukan

melalui pembiayaan APBN, seperti yang dilakukan oleh Diraktorat terkait, dan dana APBN

yang ada di Dinas Pendidikan Provinsi serta APBD provinsi. Kegiatan yang menggunakan

biaya APBD Kabupaten/Kota atau swadaya sekolah umumnya tidak dilaporkan ke Dinas

Page 62: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 61

Pendidikan Provinsi. Hal ini mengibatkan Tim Monitoring kesulitan untuk mendapatkan

informasi tentang kabupaten/kota atau sekolah mana saja yang telah melakukan sosialisasi

secara mandiri.

Menurut Dinas Propinsi belum ada pihak terkait lain seperti perusahaan penerbitan buku

pelajaran, LSM Pendidikan, Perusahaan swasta/BUMN, atau lembaga profesional lainnya

yang cukup partisipasif dalam program KTSP ini. Hal ini mungkin disebabkan belum

meluasnya sosialisasi dan mungkin penyelenggaraan oleh lembaga profesional lain tidak

terpantau oleh Dinas.

Selain sekolah, sosialisasi juga dilakukan terhadap organisasi profesi pendidikan lain berikut

ini. Menurut responden, mereka telah ikut di beberapa kegiatan seperti yang digambarkan

pada tabel berikut:

Tabel 2 : Organisasi Profesi dan Unit terkait yang menjadi sasaran ssosialisasi SI, SKL, dan

KTSP.

Sasaran Sosialisasi %

a. MGMP 78,9

b. KKKS 78,9

c. PGRI 21,1

d. Organisasi Pengawas 63,2

e. Yayasan 36,7

f. Dewan Pendidikan 26,3

g. Komite 26,3

Dari tabel tersebut jelas bahwa sasaran utama sosialisasi atau workshop KTSP adalah sekolah

ditambah gugus sekolah (kelompok sekolah), MGMP (musyawarah guru mata pelajaran),

KKKS (kelompok kerja kepala sekolah), pengawas sekolah, baru kemudian yayasan, dewan

pendidikan dan komite sekolah. Jelas bahwa unit yang terlibat dalam sosialisasi sudah

mewakili keseluruhan stakeholder pendidikan. Namun, tampaknya peran komite sekolah

masih dianggap kecil (26,3%) dalam pelibatan pengembangan KTSP. Padahal secara

kebijakan, pengembangan KTSP disusun bersama oleh pihak sekolah dan komite sekolah.

Hal ini mungkin disebabkan sekolah masih menganggap tingkat keprofesionalan orangtua

masih bervariasi, orangtua sudah menyerahkan urusan ini ke sekolah, atau pemahaman

pengembangan KTSP yang perlu dipertajam.

2. Penerapan KTSP

Page 63: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 62

Dalam hal penyusunan KTSP, menurut informasi dari Dinas Pendidikan Provinsi, umumnya

sekolah-sekolah menyusun sendiri KTSP ( 73,7%). Berikut secara lengkap informasi tentang

proses penyusunan KTSP menurut informasi dari Dinas Pendidikan Provinsi (mulai dari yang

frekuensinya tinggi, jawaban boleh lebih dari satu).

Tabel 3 : Penusunan KTSP oleh Satuan Pendidikan

Penyusunan KTSP %

a. Satuan pendidikan menyusun sendiri mengacu SI, SKL dan model kurikulum KTSP 73,3

b. KTSP disusun oleh sekolah dengan koordinasi Dinas Pendidikan 57,9

c. KTSP disusun oleh tim yang dibentuk oleh Dinas Pendidikan 26,3

d. Satuan pendidikan mengadaptasi model kurikulum KTSP dari pusat 42,1

e. Satuan pendidikan mengadopsi atau menggunakan model kurikulum KTSP dari pusat 36,8

f. Masih pada taraf sosialisasi dan mempelajari perangkat dokumen 15,8

g. Masih menggunakan kurikulum sebelumnya 26,3%

Total persentase respon melebihi dari 100% karena umumnya responden menjawab lebih dari

satu pilihan, dalam arti, penyusunan KTSP oleh sekolah dilakukan dengan metode kombinasi

melalui koordinasi, menggunakan tim, adaptasi dan sebagainyaP . Ada yang menyatakan

bahwa KTSP disusun oleh sekolah di bawah koordinasi Dinas pendidikan, dan pada bagian-

bagian tertentu diadopsi, misalnya mengenai seilabus. Banyak guru yang belum siap

menyusun silabus sendiri, sehingga ada yang mengadopsi, mengadaptasi, dan bahkan ada

yang menyusun secara bersama-sama beberapa sekolah. Untuk kategori ini, mereka

menyebut menyusun sendiri tetapi secara bersama di gusus, sehingga silabusnya sama. Ada

unsur adopsi dan adaptasi, serta menyusun senidiri.

Dalam pengembangan KTSP, beberapa sekolah menyusun sendiri, namur terbatas pada

beberapa bagian saja. Beberapa sekolah menyusun di bawah koordinasi dinas dengan

menggunakan tim pengembang dari dinas, serta mengadaptasi dan mengadopsi model

kurikulum.

Hal yang perlu dicermati hádala, masih cukup banyak sekolah yang baru pada taraf

mempelajari kebijkan KTSP dan menggunakan kurikulum sebelumnya. Menurut

pemantauan Dinas Propinsi, sebagian besar penerapan KTSP pada tiap kabupaten/kota

selama tahun 2006 belum intensif (31,6%), belum menjadi prioritas (26,3%), dan yang

menyatakan intensif hanya (15,8%), lainya tidak memberikan jawaban (26,3%). Kondisi

tersebut berbeda dengan tahun 2007, Lebih separoh daerah (57,9%) menyatakan

Page 64: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 63

kabupaten/kota mulai menerapkan KTSP secara intensif. Sebanyak 15,8% daerah

menyatakan kabupaten/kota belum menempatkan penerapan KTSP sebagai prioritas, dan

26,3% responden tidak memberikan jawaban. Ini menunjukkan KTSP telah menjadi program

dengan prioritas bagi tiap propinsi/kabupaten/kota.

Beberapa alasan yang dikemukakan oleh daerah, mengapa intesitas penerapan KTSP masih

beragam, diantaranya adalah: menunggu sampai 2009 (batas akhir yang diberikan oleh

pemerintah untuk menerapkan KTSP), melihat sekolah yang terdekat dengan mereka agar

dapat secara bersama-sama menyusun KTSP. Alasan lain adalah kurangnya dana pendukung

untuk penyusunan KTSP, dan sebagian lagi menyatakan bahwa masih perlu waktu untuk

melakukan sosialisasi di kalangan warga sekolah dan masyarakat karena sebagian besar di

antara warga sekolah dan masyarakat belum memahami kebijakan tentang KTSP ini.

Berkaitan dengan hal ini, sebagian besar daerah memprogramkan mulai tahun 2007

menerapkan KTSP, rata-rata melaksanakan secara bertahap.Jadi, peningkatan prioritas

program KTSPdisebabkan oleh tuntutan bahwa tahun 2009 KTSP harus sudah diterapkan

menyeluruh pada setiap satuan pendidikan, sosialisasi dan workshop KTSP yang mulai

meluas dan tingkat pemahaman KTSP yang membaik bagi seluruh stakholder.

Pada umumnya sekolah mulai menerapkan KTSP pada awal tahun pelajaran 2007 secara

bertahap (73,7%).

Tabel: 4 Proses penerapan KTSP

Proses/Tahapan %

a. Telah menerapkan secara efektif pada seluruh kelas dengan silabus dan RPP

yang disusun sendiri

31,6

b. Telah menerapkan secara efektif pada seluruh kelas dengan silabus dan RPP

yang diadopsi

36,8

c. Telah menerapkan secara bertahap 73,7

d. Masih menggunakan kurikulum sebelumnya 31,6

Tabel di atas menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil sekolah yang masih menggunakan

kurikulum sebelumnya (31,6%). Sebagian sekolah (36,8%) telah menerapkan secara efektif

di semua kelas. Umumnya sekolah yang menerapkan secara kelseluruhan adalah sekolah-

sekolah yang sudah melaksanakan piloting KBK (2004). Tingkat kesadaran dan komitmen

sekolah untuk mengembangkan dan menerapkan KTSP cukup tinggi.

Tentang kondisi yang berkaitan dengan pelaksanaan KTSP, sebagian besar daerah

menyatakan sudah cukup baik (84,2%), 10% menyatakan sangat baik, dan hanya 5,3% yang

menyatakan kurang. Faktor yang paling mentukan keterlaksanaan KTSP menurut pernyataan

Page 65: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 64

Dinas pendidikan Provinsi adalah guru (78,9%), sarana dan prasarana (47,4%), siswa

(21,1%), orang tua dan masyarakat (10,5%). Sebagian responden menjawab gabungan antara

siswa dan orang tua (20,10%). Keberhasilan program KTSP sangat ditentukan oleh

sumberdaya pendidik dan tenaga kependidikan. Hal ini mennjukkan perlu adanya komitmen

manajemen yang profesional pada tingkat sekolah untuk mengembangkan dan menerapkan

KTSP

3. Keberadaan Dokumen SI dan SKL

Menurut informasi dari Dinas Pendidikan Provinsi, umumnya kabupaten/kota sudah

mendaptkan dokumen SI, SKL, dan model KTSP (94,7%). Sebagian besar menyatakan

ketersediaan dokumen cukup memadai (52,6%) dan kurang memadai (15,8%), dan yang

menyatakan sangat memadai hanya 10,5%. Dokumen SI, SKL dan model KTSP sudah

tersedia pada tingkat kabupaten/kota, ini berarti, akses informasi oleh satuan pendidikan

tentang kebijakan KTSP seharusnya mudah. Perlu dilakukan berbagai upaya komunikasi

interaktif dan komitmen sekolah dan Dinas melalui hubungan langsung, serta pemanfaatan

teknologi informasi agar sekolah terbantu dalam mengembangkan dan menerapkan KTSP.

4. Kesiapan Sekolah dalam melaksanakan KTSP:

Secara umum, menurut informasi dari Dinas Pendidikan, kesiapan guru berkaitan dengan

pengembangan dan penerapan KTSP oleh sekolah cukup memadai, kecuali dalam

pengembangan bahan ajar mandiri Lebih lengkap informasi tentang kesiapan guru dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel: 5 Kesiapan Guru dalam Pengembangan dan Penerapan KTSP

Aspek

SMA (%) SMK (%)

S C K S C K

a. Kualifikasi akademik 21,1 52,6 26,3 26,3 57,9 15,8

b. Penguasaan isi mata pelajaran 15,8 57,9 26,3 15,8 68,4 15,8

c. Menyusun kurikulum (KTSP) 5,3 68,4 26,3 10,5 73,7 15,8

d. Menyusun silabus 10,5 63,2 26,3 10,5 73,7 15,8

e. Menyusun RPP 10,5 63,2 26,3 5,3 78,9 15,8

f. Menilai kualitas kurikulum, silabus dan RPP 10,5 57,9 5,3 5,3 73,7 19,1

g. Mengembangkan alat penilaian berbasi

kompetensi

5,3 63,2 31,6 10,5 68,4 21,1

h. Menyusun bahan ajar (LKS dsb) 10,5 57,9 31,6 15,8 63,2 21,1

i. Membuat sumber belajar mandiri 5,3 47,4 47,4 10,5 52,6 37,9

Dari tabel tersebut jelas bahwa bahwa secara umum guru telah siap dalam pengembangan dan

penerapan KTSP dari kualifikasi akademik, penguasaan mata pelajaran, penyusunan

kurikulum, silabus, dan RPP. Namun yang perlu dicermati dan ditingkatkan kompetensi guru

Page 66: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 65

adalah dalam melakukan pengembangan penilaian berbasis kompetensi, pengembangan

bahan ajar serta pengembangan sumber belajar mandiri. Tampaknya guru belum konfiden

dalam mengembangkan alat penilaian walaupun itu sudah dijalani sehari-hari, padahal dalam

KTSP, seorang guru harus melakukan penilaian secara profesional dan dapat

dipertanggungjawabkan. Pengembangan bahan ajar yang meliputi buku teks, modul maupun

referensi lainnya juga perlu dipertimbangkan karena guru lebih bergantung kepada penerbit

buku

Kesiapan kepala sekolah dalam pengembangan dan penerapan KTSP, menurut dinas

pendidikan adalah sebagai berikut.

Page 67: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 66

Tabel 6 : Kesiapan Kepala Sekolah

Aspek

SMA SMK

S C K S C K

a. Kualifikasi akademik 26,3 42,1 31,6 21,1 57,9 21,1

b. Menyusun kurikulum (KTSP) 5,3 63,2 31,6 5,3, 68,4 26,3

c. Menilai kualitas kurikulum, silabus dan RPP 5,3 57,9 36,8 5,3 68,4 26,3

d. Membantu masalah guru dalam menyusun

silabus dan RPP

- 63,2 36,8 5,3 68,4 26,3

e. Mengelola guru dan tenaga kependidikan

menyusun KTSP

5,3 57,9 36,8 10,5 68,4 5,3

f. Membina guru dalam melaksanakan

pembelajaran

10,5 63,2 26,3 15,8 68,4 15,8

Dari tabel tersebut jelas bahwa bahwa secara umum kepala sekolah telah siap dalam

pengembangan dan penerapan KTSP dari kualifikasi akademik, penguasaan mata pelajaran,

penyusunan kurikulum, silabus, dan RPP. Yang perlu dicermati dan ditingkatkan kompetensi

kepala sekolah adalah walaupun secara umum kepala sekolah berkompeten dalam

pengembangan kurikulum, namun tidak mendalam pada tingkat detil kurikulum maupun

silabus mata pelajaran. Pada jenjang pendidikan dasar, penguasaan ini secara umum masih

diperlukan. Gaya Kepeminpinan kepala sekolah juga perlu ditingkatkan untuk mengelola

guru dan tenaga lain dalam pengembangan KTSP.

Tentang kesiapan pengawasa sekolah, menurut dinas pendidikan adalah sebagai berikut.

Tabel 7 : Kesiapan Pengawas

Aspek

SMA SMK

S C K S C K

a. Kualifikasi akademik 31,6 42,1 26,3 31,6 52,6 15,8

b. Menyusun kurikulum (KTSP) 15,8 52,6 29,6 15,8 63,2 21,1

c. Menilai kualitas kurikulum, silabus dan

RPP

10,5 57,9 31,6 10,5 68,4 21,1

d. Membantu masalah guru dalam menyusun

silabus dan RPP

15,6 47,4 36,9 15,8 57,9 26,3

e. Mengelola guru dan tenaga kependidikan

menyusun KTSP

15,8 52,6 31,6 21,1 57,9 21,1

f. Membina guru dalam melaksanakan

pembelajaran

5,3 - 94,7 5,3 - 94,7

Dari tabel tersebut jelas bahwa bahwa secara umum pengawas sekolah telah siap dalam

pengembangan dan penerapan KTSP dari kualifikasi akademik (namun ini masih perlu

ditingkatkan, karena angkanya baru 47.4%), penyusunan kurikulum, silabus, dan RPP,

menilai kualitas kurikulum, membantu masalah guru dalam pengembangan silabus dan RPP

(namun ini masih ditingkatkan karena angkanya baru 47.4%), serta mengelola guru dalam

pengembangan KTSP. Program peningkatan kompetensi pengawas dapat berbentuk

Page 68: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 67

workshop pengembangan kurikulum, serta membina guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Ini berarti peran pengawas harus ditingkatkan fungsinya dalam pembianaan substansial

sekolah mulai dari pengembangan kurikulum sampai pelaksanaan pembelajaran, tidak

sekedar memeriksa adminstrasi kurikulum dan pembelajaran di sekolah.

5. Sarana dan Pendanaan

Hampir separoh responden menyatakan sarana dan prasarana sekolah sebagai pendukung

KTSP masing kurang memadai (47,3%), 47,4% menyatakan sangat baik, dan hanya 5,3 %

yang menyatakan sangat baik. Perlu dikritisi di sini bahwa pengembangan dan penerapan

KTSP harus disesuaikan dengan kondisi, potensi, kebutuhan dan karakteristik sekolah dan

peserta didik. Ini berarti, bagi sekolah dengan sarana dan prasarana kurang memadai perlu

mengembangkan KTSP yang sesuai dengan sekolah tersebut dan dapat dilaksanakan oleh

sekolah tersebut. Perlu juga ditingkatkan program mandiri pengembangan alternatif sarana,

artinya sarana-sarana yang tidak tersedia atau rusak, sekolah dapat mengembangkan sendiri

alternatif sarana yang tersedia dari lingkungan sekolah.

Berkaitan dengan pembiayaan, umumnya responden menyatakan bahwa penerapan KTSP

berdampak pada penyediaan dana. Umumnya sekolah menyediakan dana dari anggaran

belanja sekolah. Berikut tabel tentang sumber pendanaan sosialisasi KTSP:

Tabel : 8 Sumber Pendanaan KTSP

Jenis Sosialisasi / Workshop

Tahun 2006 (dlm juta rupiah) Tahun 2007 (dlm juta rupiah)

APBD Block

Grant

Lain

nya Tdk Mjwb APBD

Block

Grant

Lain

nya

Tdk

Mjwb

a. Sosialisasi SI, SKL dan KTSP 10,5 21,1 21,1 47,4 10,5 10,5 26,4 52,6

b. Workshop /pengembangan KTSP, silabus

dan RPP dengan melibatkan berbagai

sekolah, KKG, MGMP dsb

10,5 10,5 21,1 57,9 10,5 - 31,6 57,9

c. Workshop pendampingan pengembangan

KTSP, silabus dan RPP pada sekolah

tertentu secara bertahap

10,5 - 15,8 73,7 21,1 - 15,6 63,2

d. Pengembangan kompetensi guru melalui uji

kompetensi, diklat atau tugas belajar

- 5,3 15,8 78,9 15,8 - 21,1 63,2

e. Penyediaan dan pemeliharaan prasarana dan

sarana pendidikan

- 15,8 21,1 63,2 10,5 - 36,9 52,6

Dari tabel tersebut jelas bahwa program KTSP melibatkan berbagai sumber mencakup dana

APBD, Blockgrant, maupun sumber lainnya yang sah. Perlu dicermati di sini, banyak

responden justru memilih tidak menjawab. Hal dimungkinkan karena berbagai hal yaitu:

Page 69: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 68

pengetahuan responden yang rendah dalam masalah anggaran (hanya fokus pada

program/kegiatan yang dijalankan), tidak tahu, dan tidak bersedia menjawab.

6. Program Sosialisasi yang Berkelanjutan

Menurut Dinas Pendidikan Provinsi, sebagian besar (73,7%) kabupaten/kota memiliki

program sosialisasi, workshop, dan pendapingan satuan pendidikan dalam mengembangkan

KTSP. Hanya 26,3% yang menyatakan bahwa kabupaten/kota belum memiliki program

untuk sosialisasi, workshop, maupun pendampingan satuan pendidikan untuk

mengembangkan KTSP.

Untuk merealisasikan program tersebut, ditetapkan berbagai prioritas. Prioritas utama adalah

melakukan koordinasi program dengan kabupaten/kota (52,6%). Berikut urutan priritas

kegiatan di Dinas Pendidikan Provinsi.

Tabel: 9 Urutan Prioritas Kegiatan

Jenis Program Angka Prioritas

1 2 3 4 ksg

a. Melakukan koordinasi program dengan kab/kota 52,6 15,8 15,8 5,3 10,5

b. Melakukan pendataan pencapaian penerapan KTSP pada tiap

kab/kota

36,8 36,8 5,3 5,3 15,8

c. Melakukan workshop pengembangan KTSP dan program

supervisi klinis dengan kab/kota

36,8 10,5 15,8 21,1 15,8

d. Melakukan supervisi klinis langsung ke sekolah-sekolah

terpilih

26,3 - 10,5 26,3 36,8

e. Penyediaan dokumen SI, SKL dan model KTSP 36,8 5,3 15,8 20,5 21,1

Dari tabel tersebut jelas bahwa prioritas pertama Dinas Propinsi dalam program KTSP adalah

melakukan koordinasi tingkat internal, dengan dinas kabupaten/kota dan dengan pusat.

Tampaknya koordinasi menjadi hal penting karena dengan adanya otonomi daerah, peran ini

menjadi kurang, terutama koordinasi dengan kabupaten/kota. Prioritas kedua adalah

melakukan pendataan kuantitatif penerapan KTSP pada tingkat kab/kota, penyediaan

dokumen SI, SKL, workshop pengembangan KTSP dan supervisi klinis ke kab/kota dan

7. Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Provinsi

(a). keberadaan TPK

Kesiapan tim sosialisasi KTSP tingkat provinsi (sesuai dengan SE Mendiknas No.

33/MPN/SE/2007 tentang Pembentukan Tim Sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan

Page 70: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 69

Pendidikan), yang dalam hal ini disebut Tim Pengembang Kurikulum Propinsi dalam

membantu kabupaten/kota atau satuan pendidikan di wilayahnya dalam pengembangan KTSP

adalah sebagai berikut.

Tabel 10 : Keberadaan Tim Pengembang Kurikulum Provinsi

No Keberadaan Tim TPK Provinsi Sudah Belum

1 1. Pembentukan Tim Pengembang Kurikulum tingkat propinsi 94,7 5,3

2 2. Pengukuhan Tim Pengembang Kurikulum melalui Surat

Keputusan

68,4 31,6

3 Program Kerja TPK Propinsi

63,2 36,8

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa hampir semu provinsi (94,7 %) telah membentuk

Tim Pengembang Kurikulum, dan sebagian besar (68,4%) keberadaan tim tersebut telah

dikukuhkan melalui Surat Keputusan Pemerintah Daerah. Pada sebagian daerah, Surat

Keputusan ditandatangani langsung oleh Gubernur, dan sebagian lagi ditandatangani oleh

Kepala Dinas Dinas Pendidikan atasnama Gubernur. Pengesahan ini sangat diperlukan

sebagai dasar pengajuan anggaran pembiayaan kegiatan tim pengembang kurikulum.

Dari semu daerah yang sudah membentuk Tim Pengembang Kurikulum, umumnya (63,2%)

telah menyusun program kegiatan yang terdiri dari program jangka panjang, jangka

menengah, dan jangka pendek.

(b) Anggota TPK Propinsi

Keanggotaan Tim Pengembang Kurikulum (TPK) provinsi melibatkan berbagai unsur

terkait, seperti pengawas (89,5%), pejabat struktural dan staf dinas pendidikan (89,5%),

Guru (84,2%), kepala sekolah (73,3%), perguruan tinggi(63,2%), dan keterlibatan relatif

swasta masih kecil (21,1%). Kelihatannya, keterlibatan unsur di luar sekolah (pejabat

struktural dan staf teknis, pengawas) cukup dominan, dan keterlibatan perguruan tinggi dan

swasta relatif lebih kecil. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab

pengembangan profesi bagi tim pengembang kurikulum lebih cenderung didominasi oleh

nuansa birokratis. Ini dapat dipahami mengingat perubahan kebijkan kurikulum selama ini

lebih bersifat adminstratif dari pada akademik.

(c) Sumber dana untuk membiayai kegiatan TPK Propinsi

Dalam hal pendanaan, banyak daerah yang masih bingung. Sebagaian daerah yang tergolong

proaktif, sudah mengusulkan lewat APBD (42,1%), sebagian daerah mengkombinasikan

antara APBD dengan APBN (10,3%), dan sebagian lagi digali dari sumber lain(21,1%)

misalnya APBS, dan bantuan para sponsor seperti penrbit buku.

Page 71: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 70

B. Pengembangang dan Penerapan KTSP oleh Sekolah

Selain menggunakan data kualitatif dari dinas propinsi, tim studi juga melakukan studi

pengembangan dan penerapan KTSP bersumber dari pihak sekolah (sebagai sekolah sampel)

yang terlibat dalam kegiatan ini. Berikut adalah tabel latar belakang responden yang terlibat

dalam studi.

1. Kelengkapan Dokumen KTSP

Berdasarkan pengalaman yang lalu, setiap pergantian kebijakan kurikulum, banyak sekolah

yang terlambat menerima informasi dan dokumen kurikulum. Untuk daerah terpencil bisa

mencapai 5 – 10 tahun. Sudah bukan hal yang aneh ketika suatu sekolah baru menerima

dokumen kurikulum pada saat kebijakan kurikulum telah berganti. Untuk mengantisipasi hal

ini, dan didukung oleh kemajuan perangkat teknologi, pemerintah memanfaatkan teknologi

komputer. Dokumen-dokumen tersebut dikemas dalam bentuk file dan direkam ke CD. Hal

ini sangat memungkinan untuk mempercepat proses distribusi. Hanya saja, ada kendala

berkaitan dengan ketersediaan perangkat dan keterbatasan tenaga pengoperasion komputer.

Namun demikian, setidaknya proses penyempaian informasi relatif lebih cepat.

Berikut tabel kepemiliakn dokumen kelangkapan SI, SKL, dan KTSP yang mulai

disosialisasikan sejak tahun 2006.

Tabel 11: Kepemilikan dan Kelengkapan Dokumen KTSP

No Jenis Dokumen Sudah Memiliki (%)

Kepala

Sekolah

Guru

1 Permendiknas No. 22 tahun 2006 93,9 70,2

2 Permendiknas No. 23 tahun 2006 92,4 66,7

3 Permendiknas No. 24 tahun 2006 90,9 66,7

4 Surat Edaran Mendiknas No. 33/MPN/SE/2007 (Tentang

Sosialisasi Kurikulum

56,1 40,5

5 Model-Model KTSP 89,4 77,4

6 Model-Model Silabus 92,4 85,7

7 Model-Model RPP 92,4 82,1

8 Model-Model Muatan Lokal 74,2 47,6

9 Model-Model Penembangan Diri 69,7 41,7

10 Model-Model Pembelajaran IPA/IPS terpadu 42,4 22,6

11 Model-Model Pembelajaran Tematik 16,7 13,1

12 Model-Model Program Khusus (PLB) 9,1 11,9

Tabel di atas memberikan gambaran bahwa secara umum kepala sekolah (93,9 % SI, 92,4

% untuk SKL, 90,9% untuk pelaksanaan SI dan SKL) menyatakan telah memiliki. Ini berarti,

sumber acuan pengembangan KTSP telah dimiliki oleh sekolah-sekolah tersebut. Namun

terdapat perbedaan pernyataan antara kepala sekolah dan guru. Frekuensi kepala sekolah

Page 72: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 71

yang telah menenrima dokumen tersebut lebih tinggi dari pada guru. Menurut guru baru

sekitar 70,2 % yang menyatakan telah menerima dokumen SI, 66,7 %untuk SKL dan aturan

pelaksanaannya. Perbedaan ini menunjukkan bahwa mungkin saja sebagian kepala sekolah

belum sempat menyampaikan dokumen tersebut kepada guru oleh karena berbagai alasan.

Sayangnya tim studi tidak sempat melacak alasan mengapa terjdi perbedaan yang cukup

signifikan, sementara guru dan kepala sekolah yang diundang berasal dari sekolah yang sama.

Hal lain yang perlu juga dicermati adalah bahan-bahan tersebut harus bisa diakses secara

mudah oleh semua insan di sekolah terssebut. Sumber acuan lain yang harus dimiliki sekolah

adalah model muatan lokal, model pengembangan diri, model pembelajaran terpadu IPA/IPS

di SMP, model pembelajaran tematik di SD dan model program khusus untuk pendidikan

khusus. Hal ini agar segera diupayakan untuk menjamin pengembangan dan penerapan KTSP

oleh satuan pendidikan berjalan secara efektif dan efisien.

2. Cara Memperoleh Dokumen

Pada umunya sekolah/satuan pendidikan mendapat dokumen tersebut dengan berbagai cara

melalui mengkopi sendiri dalam bentuk CD, cetakan, dari dinas pendidikan maupun piha

lainnya. Secara rinci adalah seperti tabel berikut

Page 73: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 72

Tabel 12 : Cara memperoleh dokumen kelengkapan KTSP

No Jenis Dokumen Cara Memperoleh (%)

Copy sendiri

dalam

bentuk CD

Copy sendiri

dalam

bentuk cetak

Dari Dinas

Pendidikan

dalam bentuk

CD

Dari Dinas

Pendidikan

dalam bentuk

cetak

Dibeli dari

pihak lain

KS GR KS GR KS GR KS GR KS GR

1 Permendiknas No. 22

tahun 2006

30,3 23,8 15,2 15,5 9,1 7,1 6,1 8,3 1,5 2,4

2 Permendiknas No. 23

tahun 2006

30,3 23,8 13,6 15,5 9,1 7,1 9,1 10,7 - 2,4

3 Permendiknas No. 24

tahun 2006

34,8 25,0 12,1 15,5 9,1 8,3 6,1 8,3 1,5 2,4

4 SE Mendiknas No.

33/MPN/SE/2007 (Ttg

Sosialisasi Kurikulum

19,7 9,5 10,6 9,5 3,0 3,6 7,6 9,5 - 1,2

5 Model-Model KTSP 31,8 23,8 10,6 20,2 12,1 7,1 4,5 16,7 4,5 1,2

6 Model-Model Silabus 33,3 26,2 9,1 22,6 13,6 11,9 4,5 13,1 4,5 1,2

7 Model-Model RPP 33,3 22,6 9,1 23,8 15,2 8,3 6,1 13,1 4,5 1,2

8 Model-Model Muatan

Lokal

28,8 16,7 9,1 13,1 12,1 6,0 3,0 7,1 1,5 2,4

9 Model-Model

Penembangan Diri

22,7 13,1 12,1 9,5 12,1 4,8 3,0 6,0 - 1,2

10 Model-Model

Pembelajaran IPA/IPS

terpadu

16,7 7,1 6,1 9,5 6,1 2,4 3,0 1,2 1,5 1,2

11 Model-Model

Pembelajaran Tematik

6,1 2,4 3,0 7,1 3,0 1,2 - 1,2 - -

12 Model Program Khusus

(PLB)

a. Orientasi dan

mobilitas

b. Bina Komunikasi,

persepsi bunyi, dan

irama

c. Bina diri

d. Bina gerak

e. Bina pribadi dan

sosial

f. Bina diri dan bina

gerak

3,0 1,2 1,5 1,2 - 1,2 - 1,2 - -

3. Pemahaman Isi dokumen berkaitan KTSP

Sebagian besar responden (Kepala sekolah 68,2%, guru 48,8%)`menyatakan sulit

memperoleh dokumen KTSP. Bagi yang sudah memperoleh, umumnya responden (Kepala

Sekolah 87,9%, Guru 67,9%,) menyatakan sudah mempelajari. Bagi kepala sekolah yang

belum memperoleh dokumen tapi sudah pernah mendapatkan informasi tentang peraturan

Page 74: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 73

tersebut. Mereka mendapatkan informasi tersebut dari Kepala Dinas 15,2%, lainya dari

pengawas atau teman sejawat yang pernah mengikuti sosialisasi. Sedangkan bagi para guru,

mereka mendengar dari Kepala Sekolah (22,6%), pengawas (10,7%) dan teman (10,7%).

Ketika diminta untuk mendeskripsikan isi dokumen tersebut untuk melihat apakah mereka

telah mempelajari dan memahaminya, berikut jawaban yang mereka berikan:

Tabel 13 Jawaban Responden tantang Dokumen SI, SKL, dan KTSP

No Jenis Dokumen Deskripsi Singkat

1 Permendiknas No. 22 tahun

2006

Tentang standar isi yaitu lingkup materi minimal dan tingkat

kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan

minimal pada jenjang dan jenis pendidikan

2 Permendiknas No. 23 tahun

2006

Berisi tentang standar kompetensi lulusan utk satuan pendidikan

dasar dan menengah

3 Permendiknas No. 24 tahun

2006

Mengatur tentang pelaksanaan peraturan mendiknas tentang

standar isi dan SKL untuk stuan pendidikan dasar dan menengah

4 Surat Edaran Mendknas No.

33/MPN/SE/2007 (Tentang

Sosialisasi Kurikulum)

Edaran/himbauan untuk segera mensosialisikan & menerapkan

KTSP mulai tahun pelajaran 2006/2007

5 Model-Model KTSP Yaitu tentang contoh kurikulum tingkat satuan pendidikan yang

bisa dikembangkan

6 Model-Model Silabus Yaitu tentang contoh format silabus (deskripsi tentang pokok-

pokok materi pembelajaran)

7 Model-Model RPP Contoh format rencana pelaksanaan pembelajaran yang bisa

dikembangkan

8 Model-Model Muatan Lokal Yaitu contoh format silabus dari muatan lokal yang bisa

dikembangkan sesuai karakteristik lingkungan di sekitar sekolah

9 Model-Model Penembangan

Diri

Yaitu format kegiatan untuk memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk mengembangkan dan mengekpresikan

dirinya

10 Model-Model Pembelajaran

IPA/IPS terpadu

IPA terpadu diartahkan ke lingkungan ttg pengelolaan alam

sesuai dgn kondisi lingkungan di kep. Babel

11 Model-Model Pembelajaran

Tematik

Pada pembelajaran tematik guru harus lebih kreatif membuat alat

peraga atau pembelajaran atau menyenangkan sehingga anak

tidak bosan

12 Model-Model Program

Khusus (PLB)

Berisikan tentang program khusus: a. tentang OM, b. BPM, c.

tentang bina diri, d. tentang bina diri dan gerak, e. tentang bina

emosi dan sosial dan buku tentang keterampilan yang menunjang

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden mengetahui dokumen hanya sekadar

kulitnya saja, sedangkan apa yang tertera secara eksplisit dan implisit di dalamnya, sama

sekali belum dipahami. Perlu dilakukan berbagai upaya agar pemahaman tentang kebijakan

pengembangan dan penerapan KTSP oleh satuan pendidikan memiliki persepsi yang sama,

fleksibel, sesuai kondisi sekolah. Hal ini dapat dilakukan tidak hanya dalam bentuk sosialisasi

saja tetapi juga melalui workshop dengan menggunakan media langsung (rapat kerja), media

Page 75: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 74

cetak, media televisi radio, dan internet secara interaktif, dengan menggunakan bahan yang

jelas, sederhana, dan praktis.

4. Penyusunan KTSP

Sebagian besar responden menyatakan bahwa sekolah mereka telah menyusun KTSP. (93,9%).

Menurut pernyataan responden, sebagian besar penyusunan dilakukan dengan cara adaptasi atau

penyesuaian dengan keadaan dan kebutuhan sekolah (62,1%), disusun sendiri (16,7%), dan adopsi

dari contoh-contoh yang ada (3,0%), sisanya (9,2%) tidak memberikan jawaban.

Sedangkan responden guru yang menyampaikan sekolahnya telah menyusun KTSP adalah 86,9%.

Penyusunan dilakukan sebagian besar dengan cara adaptasi atau penyesuaian dengan keadaan dan

kebutuhan sekolah (61,9%), disusun sendiri (13,1%), dan adopsi dari contoh-contoh yang ada (7,1%).

Berdasarkan pendapat responden, 60% kepala sekolah menganggap tidak sulit menyusun KTSP.

Demikian pula 51,2% responden guru beranggapan demikian.

Bagi yang merasakan kesulitan dalam penyusunan KTSP menyampaikan berbagai alasan, di

antaranya sebaai berikut:

Tabel 14 : Kesulitan dalam Menyusun KTSP

Aspek Kesulitan dan Alasan

Merumuskan Visi dan Misi Sekolah menyamakan persepsi dengan semua guru & karyawan

Merumuskan tujuan sekolah kesesuaian antara tujuan sekolah dgn situasi, kondisi masyarakat

Menetapkan mata pelajaran Mata pelajaran mana yang diajarakan lebih banyak jamnya

Menetapkan dan mengembangkan

muatan lokal

SDM yg ada belum mampu, masih kurang memadai sarana dan

prasarana pendukung

Menetapkan dan mengembangkan

kegiatan pengembangan diri

Belum ada tenaga pemikir/pakar dalam hal pengembangan diri

Menetapkan pengaturan beban

belajar

Kemampuan menyusun masih belum maksimal

Menetapkan kriteria ketuntasan

minimal (KKM)

Sulit menentukan KKM karena harus melihat setiap SKL dan

KD yang banyak

Menetapkan kriteria kenaikan kelas Jika siswa mendapat nilai yang sama untuk menetapkan

kriterianya agak sulit namun sudah diulang dengan tes-tes yang

lain

Menetapkan kriteria kelulusan Tidak diberikan kepada pihak sekolah dalam pengambilan

keputusan terakhir

Menentukan pelaksanaan kegiatan

pendidikan kecakapan hidup

Tidak semua budang studi mudah dalam menerapkan

pendidikan kecakapan hidup khususnya bidang studi PKN

Menetapkan dan mengembangkan

pendidikan berbasis keunggulan

lokal

Tidak cukupnya panduan untuk itu

Mengembangkan dan melaksanakan

pendidikan berbasis keunggulan

global

Belum ada tenaga yang dipersiapkan untuk itu

Menyusun kalender Pendidikan Dalam penyususnan kalender pendidikan sudah disusun oleh

dinas pendidikan disesuaikan dengan daerah masing-masing

Menjabarkan standar

kompetensi/kompetensi dasar

menjadi indikator

Dalam penyusunan berpedoman pada silabus yang ada buku

yang dijadikan masih harus dirancang sendiri karena tingkat

kesukarannya da ditingkat kelas I, II, dan III

Menyusun kegiatan pembelajaran Dalam kegiatan pembelajaran terkendala pada waktu yang

terbatas

Page 76: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 75

Menetapkan materi pokok Ada perbedaan pada referensi pendukung sehingga harus penuh

teliti berdasarkan tuntutan dan SI

Menyusun bahan ajar Masih kurangnya buku sumber yang ada diperpustakaan atau

toko buku yang ada

Menentukan strategi dan alat

penilaian

Banyaknya tugas guru dalam penilaian yang terlalu rumit

Menindaklanjuti hasil penilaian Melakukan remedial terhadap siswa yang belum tuntas

Menentukan alokasi waktu Di alokasi waktu kadang-kadang tidak cukup karena siswa-

siswa asik dengan percobaan-percobaan yang di cobanya kerna

jika belum berhasil siswa tidak akan meninggalkan tempatnya

walaupun guru mengatakan sudah selesai jam pertemuannya

Menentukan sumber dan alat

pembelajaran

Sulit mencari sumber dan alat untuk kompetensi tertentu

Merumuskan tujuan pembelajaran Membedakan KD dan indikator perlu pemahaman para guru

Menyusun silabus Cara mengembangkan indikator kegiatan

pembelajaran/penilaian

Menyusun RPP Cara menentukan strategi/model pembelajaran/evaluasi

Data di atas menunjukan masih terdapat inkonsistensi antara pemahaman isi dokumen

berkaitan dengan KTSP dengan kesulitan yang dialami guru dan kepala sekolah dalam

mengembangkan dan menerapkan KTSP, yang sifatnya sudah harus menjabarkan secara

teknis dan rinci.

5. Pemahaman Tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan KTSP

Sebagian besar responden menyatakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang

menitikberatkan atau berorientasi pada kompetensi/kemampuan siswa dengan harapan setelah siswa

selesai sekolah memiliki suatu kompetensi diri yang kompeten. Umumnya responden menyatakan

bahwa kurikulum sebelumnya (1994) perlu diubah menjadi KTSP dengan alasan (1) Karena dengan

pembelajaran berdasarkan kompetensi, anak dapat menghasilkan pembelajaran yang lebih optimal (2)

layak disempurnakan dalam kerangka inovasi pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Umumnya responden telah mengetahui komponen-komponen KTSP, yaitu (1) visi misi dan tujuan

pendidikan, struktur dan muatan, kalender pendidikan, silabus, RPP (2) visi, misi, tujuan Sekolah,

struktur kurikulum, muatan lokal, pengaturan beban belajar, kalender pendidikan standar kompetensi,

standar kompetensi lulusan dan SKBM/KKM.

6. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh sekolah agar dapat melaksanakan KTSP

Responden berpendapat bahwa persyaratan yang harus dipenuhi oleh sekolah dalam melaksanakan

KTSP adalah adanya kesatuan pendapat dan dukungan dari warga sekolah dalam menentukan tujuan

sekolah serta keinginan masyarakat yang dituangkan dalam KTSP. Juga perlu didukung oleh kesiapan

semua komponen sekolah, ketersediaan dana, bahan yg akan dijadikan acuan.

Sedangkan hal-hal yang harus dilakukan guru agar dapat melaksanakan KTSP secara optimal adalah

guru harus memiliki pemahaman yang baik terhadap konsep dan falsafah KTSP serta teknis

implementasinya di lapangan.

Page 77: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 76

Umumnya responden menyatakan perbedaan antara KTSP dengan kurikulum 1994 adalah bahwa

KTSP berorientasi pada penguasaan kompetensi, berpusat pada siswa, guru sebagai fasilitator,

konteksual. Sedangkan kurikulum 1994 berorientasi pada tujuan, berpusat pada guru, guru sebagai

sumber belajar, abstrak.

Dalam implementasinya, KTSP memerlukan silabus karena silabus merupakan penjabaran dari

standar kompetensi yang mengacu pada pencapaian standar kelulusan.

Umumnya responden melihat hal-hal positif yang ada dalam KTSP, di antaranya kurikulum KTSP

lebih menampung inspirasi dari warga sekolah serta mencakup perubahan/menyesuaikan dengan

kondisi yang ada.

6. Pelaksanaan KTSP

Umumnya responden memahami silabus sebagai penjabaran SK, KD, indikator sebagai pedoman

dalam pelaksanaan KBM. Unsur-unsur yang harus ada dalam silabus adalah SK, KD, materi pokok,

kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, waktu dan sumber. Umumnya responden menyatakan

bahwa perbedaan antara silabus dan RPP adalah: RPP sifatnya lebih operasional dari silabus. RPP

dibuat untuk setiap pertemuan, sedangkan Silabus dibuat untuk beberapa kali pertemuan. Umumnya

responden meyakini bahwa silabus dan RPP dapat menuntun atau membantu guru dalam pelaksanaan

pembelajaran.

Sebagian besar responden menyatakan bahwa umumnya silabus disusun oleh para guru secara

bersama-sama dengan rekan satu sekolah maupun dalam MGMP. Umumnya sekolah melibatkan

pengawas dalam penyusunan silabus, baik sebagai pembimbing maupun sebagai narasumber.

Secara umum responden menyatakan bahwa kondisi (sumber/alat/dan sumber daya di sekolah belum

memadai untuk mendorong keterlaksanaan KTSP.

7. Permasalahan dan upaya mengatasinya

Secara umum, masih ada permasalahan dalam implementasi KTSP. Persoalan yang umumnya dialami

oleh sekolah dalam menyusun KTSP menurut responden adalah pemahaman yang belum maksimal

dari warga sekolah, terutama guru, serta ketersediaan sarana dan prasarana pendukung yang belum

memadai.

Upaya untuk mengatasi kesulitan adalah dengan terus meningkatkan pemahaman aspek-aspek yang

terdapat dalam KTSP serta peningkatan penggunaan TIK untuk mendukung kegiatan pembelajaran.

Caranya dengan mengadakan diklat, work shop, pertemuan rutin guru, KKG, dan KKKS.

Strategi sekolah dalam mensosialisasikan KTSP kepada warga sekolah (guru, orang tua), dan

masyarakat adalah dengan melakukan diskusi di antara guru, kepsek, serta warga sekolah lain dengan

dibimbing oleh pengawas dan kepala UPT Dinas Pendidikan setempat.

Persyaratan dan Kebutuhan sekolah dalam menyusun KTSP adalah adanya kemauan yang keras dari

pihak sekolah untuk menyusun dan mengimplementasikan KTSP serta dukungan dana yang besar.

Page 78: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 77

Strategi sekolah dalam melakukan pemantauan pelaksanaan KTSPdi antaranya dengan membentuk

tim kecil di bawah naungan wakil kepala skeolah bidang kurikulum dan wakil kepala skeolah bidang

pengendali mutu untuk melakukan pemantauan. Juga dengan melakukan supervisi, melibatkan

pengawas sekolah, dan tim pengembangan kurikulum sekolah.

Upaya sekolah dalam mendorong guru dalam melaksanakan KTSP antara lain dengan:

1. Memberi motivasi bagi guru dan reward bagi yang telah menyusun silabus dan RPP.

2. Memberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengikuti diklat dan banyak bertanya pada rekan

sejawat yang lebih paham.

3. Membantu memberikan petunjuk; mendatangkan tenaga ahli; mendatangkan tenaga LPMP.

8. Pendanaan

Umumnya responden kepala sekolah menyatakan bahwa penyusunan KTSP membutuhkan biaya

yang besar. Sekolah umumnya memanfaatkan sumber dana lain (48,5%) untuk menyusun KTSP.

Dana itu bukan dari dana BOS, juga bukan dari Dinas Pendidikan (APBD), dan bukan dipungut dari

siswa.

Sedangkan untuk melakukan sosialisasikan KTSP di lingkungan warga sekolah pada umumnya dana

diperoleh secara swadaya (19,7%) atau bersumber dari APBN (12,1%).

C. Persepsi Komite Sekolah (Orangtua) dalam Pengembangang dan Penerapan KTSP

Selain menggunakan sumber data dari dinas pendidikan, guru dan kepala sekolah, dalam

monitoring ini juga dilakukan analisis tentang KTSP dengan sumber data dari oorangtua yang

bertindak sebagai komite sekolah. Berikut adalah berbagai informasi yang berkaitan tentang

KTSP menurut persepsi orangtua.

Page 79: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 78

Diagram 1. Pemahaman orang tua terhadap perbedaan

kurikulum yang sebelumnya dengan KTSP

85.0

0%

10.0

0%

5.0

0%

Tahu

Tidak Tahu

Tidak berbeda

1. Pemahaman Orang Tua Siswa/Komite tentang Pelaksanaan Kurikulum

a. Perbedaaan KTSP dengan Kurikulum sebelumnya

Memahami kurikulum yang berlaku termasuk hal yang harus dilakukan oleh orang tua.

Berkaitan dengan perubahan kebijakan kurikulum saat ini, perlu digali sejauhmana orang tua

siswa memahami perbedaan kurikulum yang sekarang dengan kurikulum yang berlaku

selama ini. Hal ini menjadi penting karena perubahan kebijakan tentang kurikulum saat ini

memiliki konsekuensi terhadap peranan orang tua. Dengan adanya otonomi sekolah dalam

pengembangan kurikulum, orang tua dituntut untuk berperan aktif dalam mendukung

keberhasilan siswa dalam pencapaian kompetensi yang diharapkan.

Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh gambaran bahwa umumnya (90%) orangtua siswa

menyatakan bahwa KTSP berbeda dengan Kurikulum 2004, dan hanya 10% menyatakan

tidak. Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi KTSP yang telah dilakukan cukup berhasil.

Sebanyak 50 % menyatakan mengetahuinya dari sekolah sedangkan 50 % lagi tanpa

penjelasan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam penyusunan KTSP pihak sekolah

telah mensosialisasikan kepada orang tua melalui komite

Berikut diagram tentang pemahaman orang tua/komite tentang KTSP.

Page 80: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 79

b. Penjelasan Kebijakan Kurikulum terhadap Orang Tua Siswa`

Untuk mendukung pemahaman orang tua, perlu ada upaya sekolah untuk melibatkan

orang tua dalam sosialisasi kurikulum. Sehubungan dengan tersebut, berdasarkan

wawancara dengan orang tua siswa, sebanyak 90% orang tua menyatakan menerima

penjelasan tentang KBK dari pihak sekolah dan dinas pendidikan setempat, sedangkan 10

% menyatakan belum pernah. Namun hanya 20 % yang menyatakan mengerti penjelasan

yang diberikan sehingga dapat memberikan dukungan dan kerja sama dengan pihak

sekolah. Sedangkan 80 % lainnya sudah menerima penjelasan tapi tidak mengetahui

dengan pasti arti penjelasan tersebut. Ini menunjukkan bahwa pemahaman orang tua

tentang KTSP belum memadai sehingga perlu sosialisasi lebih lanjut agar orang tua dapat

berpartisipasi lebih aktif dalam pendidikan putra/putrinya.

c. Konsep dan Strategi Sosialisasi KTSP

Pemahaman yang benar bagi setiap orang tua terhadap KTSP sangat menentukan

keberhasilan proses pembelajaran siswa. Berdasarkan wawancara dengan orang tua,

diperoleh informasi bahwa sebanyak 65% orang tua cukup mengerti bahwa KTSP

disusun dengan memperhitungkan potensi lingkungan dan didasarkan atas Permen

Mendiknas Nomor 22, 23, dan 24. Sedangkan 15 % lainnya sudah mendengar tapi belum

menunjukkan pemahaman tentang KTSP, sedangkan 20% belum pernah sama sekali

menerima sosialisasi KTSP. Namun demikian memberi indikasi bahwa sosialisasi KTSP

di tingkat satuan pendidikan SMA (khususnya) dan SMK sudah dilakukan sekolah

dengan baik kepada orang tua (stake holder) namun perlu ditingkatkan dan dilakukan

lebih intensif.

2. Respon Orang Tua terhadap pelaksanaan KTSP di sekolah

Hampir semua responden (99 %) menyatakan senang dengan pengunaan KTSP sebab

membuat perhatian siswa terhadap kegiatan belajarnya lebih besar (siswa lebih aktif

belajar) dan kemampuanya lebih dieksplorasi. Namun secara implisit orang tua (25%)

mengharapkan kemampuan dan komitmen sekolah yang sungguh-sungguh untuk

menyusun dan melaksanakan KTSP sesuai potensi daerah dan karakteristik sekolah.

Respon yang sangat baik ini memberikan indikasi bahwa KTSP mendapat sambutan yang

sangat positif dikalangan orang tua (stake holder) sehingga sosialisasinya perlu

ditingkatkan dan strategi implementasinya perlu dievaluasi secara berkala agar

implementasinya maksimal.

Berikut diagram respon orang tua terhadap pelaksanaan KTSP di sekolah

Page 81: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 80

3. Hubungan penerapan KTSP dengan biaya yang dikeluarkan siswa dalam proses

belajar mengajar

(a). frekuensi siswa meminta uang tambahan untuk biaya belajar setelah menggunakan

KTSP

Sebanyak 57,15 % (14,29% sering dan 42,86% kadang-kadang orang tua mengeluarkan uang

tambahan) orang tua menyatakan adanya tambahan pengeluaran biaya yang signifikan

dengan penerapan KTSP. Sedangkan 42,86% (yang menyatakan tidak pernah/hampir tidak

pernah mengeluarkan biaya tambahan setelah penerapan KTSP) menyatakan bahwa sekolah

di mana putra/i mereka bersekolah telah menyusun anggaran yang lengkap sehinga semua

pembiayaan sudah dibayar pada awal tahun ajaran. Ini menunjukkan bahwa pengeluaran

tambahan untuk biaya studi setelah KTSP diterapkan cukup signifikan. Namun dari data

rersponden tidak ditemukan keluhan atau keberatan orang tua (stake holder) sehubungan

dengan tambahan biaya ini. Dengan demikian walaupun penerapan KTSP mempunyai

implikasi pengeluaran dana yang lebih namun dapat diterima secara positif sebab dana-dana

tambahan yang dikeluarkan dialokasikan langsung untuk peningkatan kompetensi siswa.

Untuk itu sosialisasi KTSP yang akan datang tidak saja difokuskan pada konsep-konsep

KTSP tetapi lebih dari itu difokuskan pada strategi implementasi dan teknik pelaksanaan.

Berikut diagram frekuensi siswa meminta uang tambahan untuk beiaya belajar setelah

menggunakan KTSP

Diagram 2. Tanggapan orang tua terhadap pelaksanaan KTSP dan peluangnya dalam

peningkatan kemampuan siswa

20.00%

55.00%

25.00%

Sangat Senang

Senang, karena kemampauan siswayang dikembangkan banyak dan fokus.

Senang, asalkan siswa menjadi lebihpandai dan disiplin

Page 82: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 81

(b). Biaya tambahan yang dibayarkan orangtua setelah menggunakan KTSP

Semua responden menyatakan adanya tambahan biaya yang besar dan frekuensinya sangat

bergantung pada kegiatan yang direncanakan sekolah masing-masing. Namun jawaban

responden tengan pengeluaran tambahan ini sangat beragam antara yang sudah terencana

melalui APBS sekolah sampai dengan yang tidak memiliki rencana sama sekali. Khusus

sekolah-sekolah yang belum memiliki APBS yang baik tambahan pengeluaran ini menambah

volume pekerjaan bertambah. Untuk itu dalam pelaksanaan sosialisasi KTSP pada level

strategi peleksanaan dan di tingkat teknis operasional perlu diberikan bimbingan pengelolaan

keuangan sekolah sehingga baik sekolah maupun orang tua mendapat kemudahan-

kemudahan dalam memberikan layanan kepada putra/i-nya.

Berikut diagram biaya tambahan sehubungan dengan penerapan KTSP

3. Ketersediaan Buku Pelajaran

Diagram 3. Hubungan penerapan KTSP dengan biaya yang dikeluarkan siswa

dalam proses belajar mengajar

14.29%

42.86%

42.86%

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

Diagram 4. Besarnya biaya tambahan yang dibayarkan orang tua dalam

pelaksanaan KTSP di sekolah

10.0

0%

30.0

0%60.0

0%

<= Rp.10.000,00

Rp.10.000,00 <= - <= Rp.80.000,00

Relatif, sesuai kebutuhan

Page 83: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 82

Responden yang menyatakan buku yang dimiliki siswa cukup memadai dengan yang

menyatakan tidak cukup memadai sama besar. Sementara responden yang menyatakan bahwa

buku cukup memadai dalam menunjang proses pembelajaran tidak memberikan penjelasan

atas jawaban yang diberikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengadaan buku-

buku yang sesuai dengan potensi daerah dan sesuai dengan karakteristik siswa perlu

diupayakan secara sungguh-sungguh baik oleh pemerintah maupun masyarakat.

Berikut diagram tentang ketersediaan buku pelajaran

4. Penjelasan dari Guru tentang Rapor Siswa

Hanya 45% orang tua yang menganggap rapor hasil belajar yang disampaikan sekolah ke

pada orang tua memberikan informasi tentang prestasi belajar siswa. Selain itu data

responden menunjukkan bahwa yang merasa kurang jelas adalah 25% demikian pula yang

tidak memahami sama sekali. Kemungkinannya adalah sekolah belum mampu

medayagunakan format rapor yang ada untuk menginformasikan pencapaian kompetensi

siswa, atau format rapor terlalu rumit sehingga untuk memahaminya diperlukan penjelasan-

penjelasan yang khusus. Ini menunjukkan bahwa diperlukan suatu penelitian lebih lanjut

tentang format laporan hasil belajar dan cara penggunaannya yang diikuti oleh sosialisasi

yang intensif dari pihak sekolah terhadap orang tua.

Diagram 5. Dukungan buku dalam Proses Pembelajaran KTSP

40.00%

40.00%

20.00%

Cukup

Tidak Cukup

Tidak Tahu

Diagram 6. Informasi hasil belajar siswa melalui rapor hasil belajar.

45.00%

25.00%

30.00%

Jelas

Kurang Jelas

Tidak Jelas

Page 84: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 83

5. Perubahan Sikap Siswa Setelah Sekolah Menerapkan KTSP

Secara umum responden menyatakan adanya perubahan sikap belajar putra/putri mereka

yaitu peningkatan minat dan semangat belajar yang signifikan dengan penerapan KTSP.

Dengan demikian peningkatan pemahaman dan penguasaan KTSP secara konsep, strategi

implementasi, dan teknik pelaksanaan perlu disosialisasikan lebih intensif, luas, dan efektif.

Informasi 65% responden menyatakan tidak pernah/hampir tidak pernah menerima keluhan

dari putra/putri mereka dan 10% yang kadang-kadang menerima keluhan

mengindikasikan bahwa penerapan KTSP cukup signifikan meningkatkan gairah belajar

siswa. Kegiatan-kegiatan di luar sekolah yang timbul setelah penerapan KTSP disikapi

sebagai implikasi dari semangat KTSP untuk meningkatkan mutu hasil belajar siswa. Dengan

demikian KTSP mendapat sambutan positif dari orang tua karena dipandang mampu

meningkatkan motivasi belajar siswa.

6. Keluhan Siswa Kepada Orang Tua setelah Sekolah menerapkan KTSP

Sebagian besar orang tua (65%0 menyatakan bahwa anaknya tidak pernah mengeluh

sehubungan dengan penerapan KTSP, 25 % menyatakan anaknya sering mengeluh, dan 10 %

menyatakan kadang-kadang.

Berikut diagram pernyataan orang tua tentang keluhan anak-anak mereka sehubungan dengan

penerapan KTSP.

Gambar 7. Pengaruh KTSP terhadap sikap belajar siswa

55.00%30.00%

15.00%

Lebih Rajin Belajar

Relatif Lebih Rajin

Tidak Berubah

10.0

0%

65.0

0%

25.0

0%Kadang-kadang

Tidak Pernah

Sering, sehingga menjadi bebantambahan

Page 85: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 84

D. Perbandingan Hasil Tes Pemahaman KTSP antara Pejabat Struktral di Dinas

pendidikan dengan Sekolah (Kepala Sekolah dan Guru)

Dalam monitoring ini juga dilakukan tes pemahaman atau tes persepsi tentang persepsi KTSP

menurut responden. Tes melibatkan seluruh responden dari dinas pendidikan, guru, kepala

sekolah dan orangtua. Selain untuk melihat persepsi tentang KTSP, tes dimaksudkan juga

untuk mendukung temuan-temuan yang diperoleh melalui kuesioner guru, kepala, sekolah,

orangtua dan dinas pendidikan. Identitas dari para responden adalah sebagai berikut.

1. Pemahaman Tentang Pengertian Standar Isi

Sebagian besar responden dari kalangan pejabat struktural Dinas Pendidikan memahami

bahwa Standar Isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi minimal untuk

mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu (65.5%).

Hal ini senada dengan pemahaman kepala sekolah dan guru. Sebanyak 63.5% kepala sekolah

dan guru menjawab dengan jawaban yang sama. Kondisi ini menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan signifikan antara pemahaman Dinas Pendidikan dengan sekolah tentang standar

Isi. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada sekitar 35-37% reseponden belum memahami

pengertian standar isi dan standar kompetensi lulusan dengan benar.

Page 86: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 85

Tabel 15 Pemahaman Dinas Pendidikan dan Sekolah tentang Standar Isi

Jawaban

Unsur (%)

Dinas

Pendidikan

Sekolah (Guru dan

Kepsek)

a. Ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang

dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi 18.3 22.6

b. Mencakup lingkup materi minimal dan tingkat

kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi

lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan

tertentu.

65.5 63.5

c. Mengatur tentang struktur kurikulum satuan

pendidikan 12.3 10.9

d. Mengatur tentang kompetensi lulusan 3,9 3

Tabel di atas memperlihatkan pemahaman responden terhadap Permendiknas No. 22 Tahun

2006 sangat variatif, meskipun untuk responden yang berbeda tampaknya pemahaman kedua

unsur tidak terlalu jauh berbeda.

2. Pengembangan Substansi Muatan Lokal

Tentang kewenangan penyusunan dan penentapan kurikulum muatan lokal, sebagian besar responden

dari pejabat struktural Dinas Pendidikan (84,5%) menjawab bahwa yang berwenang menetapkan

kurikulum muatan lokal adalah satuan pendidikan yang bersangkutan. Hal senada juga terlihat dari

jawaban responden yang bearasal dari sekolah (guru dan kepala sekolah), yaitu sebanyak 87,5%.

Artinya, masih ada sekitar 13-16 % responden belum memahaminya dengan benar. Dari kelompok

responden yang belum menjawab dengan benar, terdapat sedikit perbedaan antara responden dari

Struktural Dinas Pendidikan dengan sekolah. Sebanyak 9,9% responden dari pejabat struktural Dinas

pendidikan menjawab bahwa muatan lokal ditetapkan oleh Dinas Pendidikan, sementara 4,5 %

responden yang berasal dari sekolah meberikan jawaban yang sama. 8% sekolah menjawab muatan

lokal di tetapkan dari pusat, sementara hanya 0,7 responden dari pejabat struktural Dinas pendidikan

yang menjawab demikian.

Tabel 16 Pemahaman Dinas pendidikan dan Sekolah tentang Pengembangan Substansi

Muatan Lokal

Jawaban

Unsur (%)

Dinas

Pendidikan

Sekolah (Guru dan

Kepsek)

a. Satuan pendidikan 84.5 85.7

b. Dinas pendidikan 9.9 4.5

c. Pusat 0.7 8

d. Komite sekolah 3.5 7.5

Page 87: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 86

3. Tujuan dari Kegiatan Pengembangan Diri

Mengenai kegiatan pengembangan diri, sebagian besar responden dari Dinas pendidikan

menjawab ” memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan

mengekspresikan diri”, yaitu sebesar 73,6%. Hal yang sama juga terjadi pada responden dari

sekolah (Kepala Sekolah dan Guru), sebesar 75,9 %. Ini berarti terdapat sekitar 24-27%

responden memberikan jawaban yang salah atau belum memahami dengan benar.

Tabel 17 Pemahaman Dinas Pendidikan dan Sekolah Tentang Tujuan Kegiatan

Pengembangan Diri

Jawaban

Unsur (%)

Dinas

Pendidikan

Sekolah (Guru dan

Kepsek)

a. Memperdalam penguasaan mata pelajaran 3.5 1.5

b. Menciptakan wahana kegiatan sesuai minat dan

bakat siswa 19.4 18.0

c. Memberi pelayanan konseling pada siswa 2.5 3.0

d. memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengembangkan dan mengekspresikan diri. 73.6 75.9

4. Sistem Pembelajaran pada SMA/MA/SMK/MAK

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, dinyatakan bahwa bagi sekolah

yang kategori mandiri bebena relajar diatur dengan sistem keredit semester. Hal ini Belem

banyak dipahami oleh pelaksana pendidikan di lapangan. Berdasarkan tes pemahaman

terhadap Dinas pendidikan dan sekolah, diperoleh gambaran bahwa sebagain besar responden

menyatakan penyelenggaraan pembelajaran menggunakan sistem paket (60%). Namur hal ini

berbeda dengan pandangan sekolah, hanya 48,9% sekolah yang menyatakan bahwa

penyelenggaraan pembelajaran menggunakan sistem paket. Namur hanya sedikit (sekitar 4-

5%) responden (baik Dinas Pendidikan maupun sekolah) yang menyatakan pengaturan

pembelejaran berdasarkan sistem kredit semester. Data ini menunjukkan bahwa Belem semua

pihak yang memahami tentang pengaturan beban relajar sebagaimana yang tertuang dalam

PP nomor 19 tahun 2005 tersebut.

Lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 18 Pemahaman Dinas pendidikan dan Sekolah tentang Sistem pembelajaran pada

SMA/MA/SMK/MAK

Page 88: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 87

Jawaban

Unsur (%)

Dinas

Pendidikan

Sekolah (Guru dan

Kepsek)

a. Menggunakan sistem paket 64.8 48.9

b. Menggunakan sistem SKS 4.6 4.1

c. Dapat menggunakan sistem SKS 5.6 6.0

d. Dapat menggunakan sistem paket 22.5 25.6

5. Penggunaan Standar Kompetensi Lulusan

Dalam hal penggunaan Standar Kompetensi Lulusan sebagai pedoman penilaian dalam

menentukan kelulusan peserta didik 90,5 % responden dari pejabat struktural Dinas

Pendidikan menjawab dengan benar. Sejalan dengan hal tersebut, sekolah (kepala sekolah

dan guru) menjawab dengan benar sebanyak 89,5%. Data ini menunjukkan bahwa terdapat

sekitar 10% responden yang belum menjawab dengan benar.

Tabel 19 Pemahaman Dinas pendidikan dan Sekolah tentang Penggunaan Standar

Kompetensi Lulusan

Jawaban

Unsur (%)

Dinas

Pendidikan

Sekolah (Guru dan

Kepsek)

a. Pedoman penilaian kelas 1.8 0.8

b. Pedoman penilaian tertulis 2.1 1.9

c. pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan

peserta didik. 90.5 89.5

d. Panduan penilaian kinerja dan portofolio 3.5 5.3

6. Penyusunan Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)

Sebagai kurikulum operasional, KTSP disusun oleh sekolah dan disesuaikan dengan kondisi

yang ada. Hanya 68 % responden dari Dinas pendidikan yang menjawab dengan benar, dan

sebanyak 70,7 % responden sekolah (kepala sekolah dan guru) menjawab sama. Artinya,

terdapat sekitar 30 % responden belum memahami dengan benar. Dan ternyata, sekitar 25 %

responden masih beranggapan bahwa masih ada kurikulum nasional. Kemungkinan besar

yang disebut sebagai kurikulum nasional itu adalah Standar Isi dan Standar Kompetensi

Lulusan.

Tabel 20 Pemahaman Dinas Pendidikan dan Sekolah terhadap Penyusunan Kurikulum

tingkat satuan pendidikan (KTSP)

Jawaban Unsur (%)

Dinas Sekolah (Guru dan

Page 89: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 88

Pendidikan Kepsek)

a. Disusun oleh pusat 3.5 2.6

b. Disusun oleh sekolah dengan mengacu pada

kurikulum nasional 24.6 23.7

c. Disusun oleh sekolah sesuai dengan kondisi,

kebutuhan dan potensi sekolah 68.0 70.7

d. Disusun oleh sekolah sebagai model kurikulum 2.5 1.5

7. Acuan Penyusunan KTSP, Kecuali.......

Sebagian besar responden yang berasal dari Dinas Pendidikan (74,3%) menyatakan bahwa

”model Kurikulum yang dikembangkan oleh satuan pendidikan lain tidak dapat dijadikan

sebagai acuan pengembangan KTSP. Hal senada juga ditunjukan oleh pernyataan kepala

sekolah dan guru (79,7%). Ini menunjukkan adanya kesadaran bahwa KTSP harus disusun

sendiri mengingat situasi dan kondisi sekolah yang berbeda-beda.

Lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 21 pemahaman Dinas Pendidikan dan Sekolah terhadap Acuan yang Digunakan dalam

Menyusun KTSP, kecuali....

Jawaban

Unsur (%)

Dinas

Pendidikan

Sekolah (Guru dan

Kepsek)

a. Standar Isi 5.6 4.9

b. Standar kompetensi lulusan 6.7 4.1

c. Panduan penyusunan kurikulum dari BSNP 11.3 9.4

d. Model kurikulum satuan pendidikan lain 74.3 79.7

8. Kemungkinan Satuan pendidikan Menyusun KTSP dengan Standar yang Lebih

Tinggi

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Standar

isi dan Standar Kompetensi lulusan memnyatakan bahwa satuan pendidikan dapat

mengembangkan kurikulum dengan kompetensi yang lebih tinggi dari Standar Isi dan

Standar Kompetensi Lulusan. Lebih dari separuh (55,6%) responden dari dinas pendidikan

menyatakan hal tersebut mungkin dilakukan asal tetap mengacu pada Standar Isi dan Standar

Kompetensi Lulusan sebagai ukuran kompetensi minimal. Hal yang sama juga ditunjukkan

oleh pernyataan kepala sekolah dan guru (52,6%). Artinya, tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara pandangan dinas pendidikan dengan sekolah dalam pengembangan

kompetensi yang lebih tinggi untuk satuan pendidikan tertentu.

Page 90: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 89

Namun demikian, sebagian responden dari dinas pendidikan (38,4%) menyatakan bahwa hal

itu mungkin dilakukan dengan menambah dan memperdalam kompetensi atau materi sesuai

dengan ciri dan kebutuhan satuan pendidikan yang bersangkutan. Hal ini tidak jauh berbeda

dengan pemahaman kepala sekolah dan guru (38,0%). Hanya sebagian kecil responden dari

dinas pendidikan yang menyatakan perlu penambahan jam sebagai konsekuensi dari penaikan

standar kompetensi oleh satuan pendidikan. Agak berbeda dengan pernyataan kepala sekolah

dan guru yang cenderung menambah jam pelajaran (7,9%).

Lebih lanjut lihat pada tabel dan diagram berikut:

Tabel 22 Pemahaman Dinas dan Sekolah tentang Kemungkinan Satuan pendidikan

Menyusun KTSP dengan Standar yang Lebih Tinggi

Jawaban

Unsur (%)

Dinas

Pendidikan

Sekolah (Guru dan

Kepsek)

a. Mungkin, dengan menambah, memperdalam

kompetensi atau materi sesuai ciri dan kebutuhan

satuan pendidikan

38.4 38.0

b. Mungkin, asal tetap mengacu pada Standar Isi dan

SKL sebagai kompetensi minimal 55.6 52.6

c. Mungkin dengan tidak menambah mata pelajaran 1.1 1.5

d. Mungkin, asal tidak menambah waktu lebih dari 4

jam pelajaran per minggu 4.9 7.9

Tabel dan diagram di atas memperlihatkan bahwa semua responden menyatakan tidak ada

masalah apabila satuan pendidikan mampu mengembangkan kurikulumnya melebihi standar

SI dan SKL asalkan dengan kriteria tertetu.

9. harapan Dinas Pendidikan dan Sekolah tentang Batas Akhir penerapan KTSP

Hampir semua responden (sekitar 96%) baik yang berasal dari Dinas pendidikan maupun

kepala sekolah dan guru menyatakan bahwa paling lambat penerapan KTSP pada tahun

Page 91: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 90

2009/2010. Sebagian daerah optimis dengan batas akhir tahuan 2007/2008 (14,4% untuk

Dinas pendidikan dan 18,4% untuk sekolah). Daerah dan sekolah yang berpandangan

demikian umumnya bagi mereka yang telah menerapkan KBK secara keseluruhan.

Lebih lanjut lihat pada tabel dan diagram berikut.

Tabel 23 Harapan Dinas pendidikan dan Sekolah Tentang Penjadualan Penerapan Standar Isi

dan Standar Kompetensi Lulusan

Jawaban

Unsur (%)

Dinas

Pendidikan

Sekolah (Guru dan

Kepsek)

a. Tahun Ajaran 2007/2008 14.4 18.4

b. Tahun Ajaran 2008/2009 23.6 25.2

C Tahun Ajaran 2009/2010 57.1 52,3

d Tahun Ajaran 2010/2011 4.9 4.1

0

20

40

60

T.A 2007/2008 T.A 2008/2009 T.A 2009/2010 T.A 2010/2011

Harapan Dinas Pendidikan dan Sekolah tentang

Limit Waktu Penerapan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan

Dinas Pendidikan

Sekolah

T

abel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berharap bahwa satuan

pendidikan dasar dan menengah seharusnya sudah mulai menerapkan Standar Isi dan Standar

Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah paling lambat Tahun

Ajaran 2009/2010

10. Peranan Gubernur, Bupati dan walikota dalam Pengaturan Jadual Pelaksanaan

Permendiknas No. 22 dan 23 tahun 2006 oleh Satuan Pendidikan

Sebagian besar responden berpendapat bahwa pengaturan jadual pelaksanaan Permendiknas

No. 22 dan 23 Tahun 2006 telah sesuai dengan kesiapan satuan pendidikan atas pertimbangan

dinas pendidikan setempat.

Lebih lanjut lihat tabel dan grafik di bawah ini.

Page 92: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 91

Tabel 24 Pemahaman Dinas Pendidikan dan Sekolah terhadap Peranan Gubernur,

Bupati dan walikota dalam Pengaturan Jadual Pelaksanaan Permendiknas

No. 22 dan 23 tahun 2006 oleh Satuan Pendidikan

Jawaban

Unsur (%)

Dinas

Pendidikan

Sekolah (Guru dan

Kepsek)

a. Sesuai dengan kondisi dan kesiapan satuan

pendidikan 46,1 51,5

b. Secara serempak di seluruh wilayahnya 13.4 7.5

c. Ditetapkan dan dipertimbangkan oleh dinas

pendidikan 7.4 8.3

d. Ditetapkan oleh satuan pendidikan dengan

pertimbangan dinas pendidikan 33.1 32.7

Dari tes pemahaman tersebut dapat disimpulkan bahwa peran dinas pendidikan adalah sangat

vital dalam membentuk persepsi, melakukan sosialisasi dan mengkoordinasikan

pengembangan dan penerapan KTSP oleh satuan pendidikan.

Page 93: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 92

E. Observasi Kegiatan Pembelajaran

Selain menggunakan tes pemahaman atau tes persepsi KTSP, kuesioner guru dan kepala

sekolah, kuesioner dinas pendidikan, dan kuesiner orangtua, juga dilakukan observasi

pembelajaran. Tujuan observasi adalah untuk memotret secara faktual perencanaan dan

pelaksanaan pembelajaran dilihat dari segi: kesesuaianya dengan kebijakan pengembangan

KTSP, prinsip pembelajaran yang aktif dan umpan baliknya. Secara umum, hasilnya adalah

sebagai berikut.

No Aspek Pembahasan hasil Observasi

1 Ketepatan rumusan Komponen Silabus : Dalam hal pembuatan silabus, tampak bahwa guru

belum memahami konsep dan teknik pembuatan silabus

terutama pada bagian perumusan indikator, pengalaman

belajar yang sesuai, dan teknik penilaian yang dapat

mengukur pencapaian kompetensi siswa.

a. SK dan KD dengan SI dan SKL :

b. Rumusan Indikator dengan KD :

(1) Minimal dua indikator:

(2) Menggunakan kata kerja kemampuan:

(3) Rumusan mengacu kompetensi, yaitu jaminan

kompetensi dicapai:

c. Memuat materi pembelajaran:

d. Ketepatan rumusan kegiatan pembelajaran

dengan KD

(1) Kegiatan pembelajaran bervariasi:

(2) Pokok pokok kegiatan dengan kompetensi

yang ingin dicapai:

e. Ketepatan rumusan penilaian dengan KD:

(1)Teknik/bentuk penilaian dengan kompetensi:

(2) Rumusan tugas:

f. Memuat alokasi waktu:

g.Memuat sumber belajar:

2 Ketepatan rumusan komponen RPP:

a. Hubungan Indikator dengan tujuan

pembelajaran:

RPP atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

merupakan penjabaran operasional dari silabus untuk

waktu yang lebih singkat yaitu tiap tatap muka

dilaksanakan. Oleh sebab itu RPP sangat bergantung

pada silabus yang telah di buat. Kesulitan dalam

membuat silabus akan berdampak pada rumusan RPP

yang tidak saling berhubungan.

Dari data hasil observasi menunjukkan bahwa secara

rata-rata guru masih menemukan kesulitan dalam

membuat RPP yang sesuai agar siswa memperoleh

kompetensi seperti yang diharapkan.

b. Rumusan materi, telah merinci dari silabus:

c. Rumusan Metode, dari segi:

(1) Menggunakan variasi metode (individual,

kelompok, klasikal, dalam kelas, luar kelas,

ceramah, penugasan, diskusi, metode pemecahan

masalah dsb.

(2) Hubungan metode dengan kompetensi,

indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai

d. Ketepatan rumusan langkah langkah kegiatan,

pada aspek:

(1) Kegiatan awal: memuat konsep/kegiatan

prasyarat, problem solving,aplikasi konsep atau

orientasi kelas

(2) Kegiatan inti, dari segi:

Page 94: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 93

* Telah merinci kegiatan pada silabus:

* Kegiatan dengan kompetensi, indikator dan

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai:

* Memuat lampiran lembar kerja (LK) apabila

terdapat penugasan menggunakan lembar kerja

(3) Kegiatan penutup, memuat rangkuman,

penugasan lebih lanjut, renungan atau lainnya

e. Ketepatan rumusan penilaian dengan indikator,

dari segi:

(1) Teknik/bentuk penilaian dengan indikator:

(2) Memuat contoh penilaian:

(3) Memuat pedoman skoring/kunci jawaban:

f. Memuat alokasi waktu:

g.Memuat sumber belajar:

PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN

4 Kesesuaian pelaksanaan kegiatan belajar

dengan RPP, saat:

a. Kegiatan awal: Secara rata-rata data ebservasi menunjukkan bahwa

dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru

sudah melaksanakan sesuai dengan RPP yang di buat.

Tetapi hal ini bertentangan dengan kenyataan

sebelumnya yaitu bahwa guru belum mampu membuat

RPP yang sesuai dengan silabus.

(1) Lama kegiatan:

(2) Hubungan konteks kegiatan dengan materi,

indikator atau tujuan pembelajaran:

b. Kegiatan inti:

(1) Lama kegiatan:

(2) Hubungan konteks kegiatan dengan materi,

indikator atau tujuan pembelajaran:

(3) Organisasi kelas yang digunakan dengan tujuan

pembelajaran:

(4) Kegiatan pembelajaran efektif:

c. Kegiatan Akhir (penutup):

(1) Lama kegiatan:

(2) Hubungan konteks kegiatan dengan materi,

indikator atau tujuan pembelajaran:

5 Penilaian: Secara rata-rata guru sudah mampu menerapkan prinsip-

prinsip penilaian untuk mengetahui hasil belajar siswa. a. Bentuk/teknik penilaian dengan tujuan

pembelajaran:

b.Tingkat pencapaian siswa:

c. Kualitas dari konstruksi soal/penilaian:

6

Sumber belajar:

Secara rata-rata guru sudah menggunakan sumber

belajar dengan baik dan efektif dalam melaksanakan

pembelajaran.

Page 95: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 94

BAB V

ANALISIS HASIL MONITORING

A. Aspek Analisis

Monitoring ini memnfokuskan pada tiga aspek, yaitu: (1) Pemahaman terhadap isi kebijakan

yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang

Satndar Isi, Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, serta Nomor 24

Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. (2) Kesiapan

dan kemampuan sumber daya yang ada, dan (3) Implementasi atau penerapan Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, 23, dan 24 Tahun 2006.

1. Pemahaman terhadap Standar Isi Dan Standar Kompetensi Lulusan

Unsur-nsur yang dijadikan patokan pengkajian adalah (a) hal-hal apa saja yang diatur dalam

peraturan tersebut; (b) hal-hal apa saja yang dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi

daerah/satuan pendidikan; (c) fungsi Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar yang

terdapat dalam Standar Isi dan (d) fungsi Standar Kompetensi Lulusan. Unsur-unsur tersebut

digali melalui tes pemahaman, angket, dan wawancara.

2. Kemampuan dan Kesiapan Sumber Daya

Kemampuan dan kesiapan sumber daya sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan

kebijakan. Unsur-unsur yang dikaji adalah (a) apakah jumlah sumber daya manusia memadai,

(b) apakah kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan memadai, (c) apakah ada program

peningkatan kompetensi melalui sosialisasi, workshop, dan pelatihan, (d) apakah sarana dan

prasarana memadai, (e) sejauhmana dukungan komite/orang tua siswa terhadap pelaksanaan

kurikulum, (f) bagaimana pengganggaran dan pembiayaan kegiatan mulai dari persiapan

(sosialisasi), pengembangan, dan implementasi.

Informasi ini diperoleh melalui pejabat struktural dan staf Dinas Pendidikan, kepala sekolah,

guru, komite/orang tua siswa melalui angket, tes pemahaman dan wawancara. .

3. Implementasi atau Penerapan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

22, 23, dan 34 Tahun 2006.

Unsur-unsur yang dimonitor adalah (a) apakah responden telah memeiliki dokumen dan

bagaiaman cara mendapatkan dokumen tersebut. Hal ini akan menggambarkan sejauhmana

Page 96: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 95

pihak-pihak terkait proaktif dalam mendapatkan informasi, misalnya dengan meng-copy

sendiri atau menunggu informasi dikirimkan oleh pihak yang berwenang. (b) apakah sudah

menyusun KTSP dan perangkatnya (struktur kurikulum, silabus, RPP, penilaian dan

sebagainya), (c) apakah sudah melaksanakan KTSP, (d) apa dampak, kendala, dan upaya

yang dilakukan, (e) sejauhmana peran serta masyarakat, (f) bagaimana penjadualan

penerapan , (g) berapa persen daerah (kabupaten/kota) yang telah melaksanakan sosialisasi,

(h) apakah ada koordinasi antar pihak-pihak terkait?

Informasi ini diperoleh melalui pejabat struktural dan staf Dinas Pendidikan, kepala sekolah,

guru, komite/orang tua siswa melalui angket, tes pemahaman dan wawancara. .

B. Hasil Analisis

1. Pemahaman Responden Terhadap Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, dan

KTSP.

Berdasarkan angket yang diberikan kepada pejabat dan staf struktural Dinas Pendidikan

provinsi dapat disimpulkan bahwa semua daerah telah melakukan sosialisasi tentang

Peraturan Mendiknas Nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006. Hal senada juga diakui oleh

responden yang berasal dari sekolah (kepala sekolah, guru, dan komite/orang tua siswa).

Dilihat dari pemahaman yang diperoleh melalui jawaban angket, tes pemahaman dan

wawancara kepada semua responden, dapat disimpulkan bahwa secara konseptual sebagian

besar responden cukup memahami peraturan mendiknas tersebut. Sebagai contoh, umumnya

responden memahami KTSP disusun dan ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan

dengan mempertimbangkan keragaman kondisi, potenai, dan kebutuhan daerah serta peserta

didik. Namun, substansi dan strategi strategi implementasi KTSP belum cukup dipahami.

Hal ini dilihat dari naskah KTSP dan perangkatnya yang disusun oleh masing-masing satuan

pendidikan. Umunya naskah tersebut baru pada tahap ”copy-paste”. Akibatnya, penerapkan

KTSP di masing-masing satuan pendidikan belum begitu kuat karakteristiknya.

Pemberlakuan KTSP sebagai impelementasi dari kebijakan pemerintah sebagaimana

yang diamantkan oleh berbagai peraturan perundang-undangan yang mendasarinya,

dapat diterima secara baik oleh pelaksana di lapangan. Sungguhpun demikian, masih

banyak persoalan yang harus dituntaskan, parsoalan tersebut antara lain adalah :

Page 97: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 96

Sebagian orang tua mengeluhkan tentang adanya penambahan biaya pendidikan

shubungan dengan penerapan KTSP, terutama dalam hal pengadaan buku-buku

pelajaran dan biaya kegiatan pembelajaran.

Sebagian orang tua sering menerima keluhan dari anak-anak mereka bahwa setelah

menerapkan KTSP, tugas-tugas yang harus mereka selesaikan menjadi bertambah

banyak sehingga melelahkan.

Format rapor KTSP berlum mampu memberikan informasi tentang prestasi peserta

akademik maupun non akademik peserta didik.

Dengan adanya sejumlah persoalan di atas, perlu dikembangkan suatu sistem sosialisasi dan

pembinaan terhadap satuan pendidikan agar pengelolaan pembelajaran lebih efisien dan

efektif, termasuk dalam hal pengunaan sumber belajar yang tidak terbatas pada buku tertentu

saja. Sejauh ini, menurut pengakuan responden, daerah dan sekolah mampu mengatasi

berbagai persoalan tersebut melalui pemberian pengertian kepada semua pihak.

Namun upaya belum cukup mengingat proses pembelajaran yang berlangsung masih

mengikuti pola lama, terutama dalam penggunaan metode pemeblajaran yang monoton,

penggunaan sumber belajar belum bervariasi, proses penilaian belum sesuai dengan karakter

dan tingkat kompetensi yang dituntut. Hal ini mengkibatkan proses pembelajaran belum

efisien dan efektif. Informasi ini diperoleh melalui observasi dan wawancara yang dilakukan

tehadap siswa.

2. Kemampuan dan Kesiapan Sumber Daya

1. Perlu tindak lanjut dalam sosialisasi pemahaman susbstansi KTSP kepada para stake

holder dan satuan pendidikan.

2. Perlu perbaikan dalam teknik sosialisasi (pendampingan dan monitoring KTSP) agar hasil

yang dicapai lebih maksimal

3. Perlu sosialisasi lebih jauh tentang teknik penilaian (PPK, Afektif dan Psikomotor) dan

penggunaan rapor sebagai informasi prestasi akademik dan non akademik peserta didik.

Perlu pendampingan yang lebih strategis dan teknis dalam penyusunan KTSP

1. Guru sudah membuat silabus dan RPP

2. Silabus yang di buat guru belum menunjukkan penjabaran SK dan KD yang

disesuaikan dengan potensi daerah/wilayah, potensi sekolah, dan sesuai dengan

karakteristik peserta didik.

3. Guru belum mampu membuat silabus yang baik dan kontekstual

Page 98: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 97

4. Guru belum mampu membuat RPP

5. Secara rata-rata guru sudah baik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar

namun perlu kajian lebih mendalam berkaitan dengan kesusuaian isi materi yang

diajarkan dengan silabus yang telah di susun.

6. Guru sudah mampu merencanakan dan melaksanakan penilaian hasil belajar dengan

baik , namun masih perlu obsevasi yang lebih rinci berkaitan dengan kualitas

instrumen penilaian yang digunakan.

7. Dalam merencanakan sumber belajar yang akan digunakan guru sudah merencanakan

dengan baik, namun perlu kajian lebih mendalam berkaitan dengan efektivitas,

efisiensi dan tingkat kesesuaiannya denga kompetensi dasar yang hendak di capai.

8. Perlu tindak lanjut dalam sosialisasi pemahaman susbstansi KTSP kepada para stake

holder dan satuan pendidikan.

9. Perlu perbaikan dalam teknik sosialisasi (pendampingan dan monitoring KTSP) agar

hasil yang dicapai lebih maksimal

10. Perlu sosialisasi lebih jauh tentang teknik penilaian (PPK, Afektif dan Psikomotor)

dan penggunaan rapor sebagai informasi prestasi akademik dan non akademik peserta

didik.

11. Perlu pendampingan yang lebih strategis dan teknis dalam penyusunan KTSP seperti

penyusunan APBS, program mulok, dan program pengembangan diri.

3. Implementasi atau Penerapan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22,

23, dan 34 Tahun 2006.

1. Walaupun sebagian guru dalam observasi ini sudah membuat silabus dan RPP, tetapi

dari silabus dan RPP yang dibuat tampak bahwa guru belum menguasai konsep

pengembangan silabus dan teknik implementasinya sesuai kondisi wilayah, kondisi

sekolah dan karakteristik peserta didik.

2. Silabus yang di buat guru belum menunjukkan penjabaran SK dan KD yang

disesuaikan dengan potensi daerah/wilayah, potensi sekolah, dan sesuai dengan

karakteristik peserta didik.

3. Guru belum mampu membuat silabus yang baik dan kontekstual

Page 99: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 98

4. Guru belum mampu membuat RPP

5. Guru belum memahami prinsip pengembangan SK menjadi KD dan menjabarkannya

menjadi indikator, pengalaman belajar dan penilaian. Implikasinya adalah guru belum

mampu mengembangkan indikator soal dan mengembangkan instrumen penilaian

yang tepat.

6. Secara rata-rata guru sudah baik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar

namun perlu kajian lebih mendalam berkaitan dengan kesesuaian isi materi yang

diajarkan dengan silabus yang telah di buat

7. Guru sudah mampu merencanakan dan melaksanakan penilaian hasil belajar dengan

baik, namun masih perlu obsevasi yang lebih rinci berkaitan dengan kualitas

instrumen penilaian yang digunakan.

8. Dalam merencanakan sumber belajar yang akan digunakan guru sudah merencanakan

dengan baik, namun perlu kajian lebih mendalam berkaitan dengan efektivitas,

efisiensi dan tingkat kesesuaiannya denga kompetensi dasar yang hendak di capai.

Dari hasil observasi pembelajaran, kuesioner guru, kepala sekolah, orangtua siswa, dan dinas

pendidikan, serta hasil tes pemahaman, dapat disimpulkan beberapa hal berikut.

1. pemahaman tentang KTSP sudah memadai, namun ini perlu dipertajam sampai

tingkat operasionalisasi dalam pengembangan dan penerapan kurikulum mencakup

komite sekolah, sekolah, pengawas, dinas pendidikan dan masyarakat.

2. penerapan KTSP pada penyelenggaraan pendidikan masih perlu ditingkatkan agar

sesuai dengan SI dan SKL. Hal ini dapat dilakukan melalui peningkatan kompetensi

dari SDM pada tingkat sekolah maupun dinas pendidikan.

Page 100: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 99

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Secara umum, pemahaman tentang KTSP sudah memadai, namun ini perlu dipertajam

sampai tingkat operasionalisasi dalam pengembangan dan penerapan kurikulum mencakup

komite sekolah, sekolah, pengawas, dinas pendidikan dan masyarakat.

1. KTSP sebagai model kurikulum yang berdasar pada Standar Isi dan dikembangkan

dengan memperhatikan potensi dan karakteristik wilayah/sekolah belum disosialisasikan

dengan baik. Hasil monitoring menunjukkan 81 % responden menyatakan telah

mengetahuinya, namun tidak memahami subtansinya

2. Substansi KTSP dan strategi implementasinya belum dipahami dengan jelas oleh pihak

sekolah dan orang tua. Hasil monitoring menunjukkan 81 % responenden menyatakan

tahu tentang KTSP tetapi tidak memahaminya dengan baik.

3. Penggunaan KTSP di tingkat satuan pendidikan cukup signifikan dalam meningkatkan

motivasi, aktifitas dan kreatitivitas siswa dalam belajar hampir semua responden

menyatakan bahwa penggunaan KTSP membuat putra/putri mereka lebih rajin belajar.

4. Penggunaan KTSP sebagai kurikulum pendidikan saat ini diterima dengan baik oleh

orang tua walaupun muncul keluhan-keluhan dari pihak siswa karena perubahan pola

pembelajaran (responden menyatakan senang dengan penggunaan KTSP, 82 % responden

menyatakan menerima keluhan dari putra/putrinya berkaitan dengan tugas-tugas yang

diberikan, namun dapat mengatasinya dengan memberikan pemahaman dan pengertian).

5. Ada peningkatan biaya yang signifikan dengan penggunaan KTSP (85 % responden

menyatakan tambahan biaya yang timbul cukup signifikan dengan aktivitas belajar yang

terjadi).

6. Format rapor KTSP berlum mampu memberikan informasi tentang prestasi peserta

akademik maupun non akademik peserta didik, (77% orang tua menyatakan tidak puas

dengan format rapor hasil belajar yang diterima)

B. REKOMENDASI

Page 101: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 100

Penerapan KTSP pada penyelenggaraan pendidikan masih perlu ditingkatkan agar sesuai

dengan SI dan SKL. Hal ini dapat dilakukan melalui peningkatan kompetensi dari SDM pada

tingkat sekolah maupun dinas pendidikan.

4. Perlu tindak lanjut dalam sosialisasi pemahaman susbstansi KTSP kepada para stake

holder dan satuan pendidikan.

5. Perlu perbaikan dalam teknik sosialisasi (pendampingan dan monitoring KTSP) agar hasil

yang dicapai lebih maksimal

6. Perlu sosialisasi lebih jauh tentang teknik penilaian (PPK, Afektif dan Psikomotor) dan

penggunaan rapor sebagai informasi prestasi akademik dan non akademik peserta didik.

7. Agar monitoring ini dapat jauh lebih bermanfaat, maka untuk melihat adanya

perkembangan kemampuan guru-guru dalam melaksanakan KTSP di lapangan, sebaiknya

secara periodik (1 tahun sekali) dilakukan monitoring dan berupaya untuk

membandingkannya.

Page 102: Evaluasi Pelaks KTSP_2008

Laporan AkhirEvaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008 101

Daftar Pustaka

- Subagio A.,Drs.,M.Ed., Manajemen Pelatihan, Ardadizya Jaya, 2002

- Agus Dharma, Modul Implementasi kurikulum Management of Trainers,

Pusimplementasi kurikulum Pegawai Depdiknas, 2003.

- Suryana Sumantri, Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Fakultas

psikologi Universitas Pajajaran, 2001

- M. Ngalim Purwanto, Drs., MP, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, PT Remaja

Rosdakarya, Bandung, 2002

- Piet A. Sahertian, Prof., Drs., Supervisi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2000

- Oteng sutisna, Prof., Dr., M. Sc.Ed, Admistrasi Pendidikan, Angkasa, Bandung, 1983