EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga...

128
EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TAHUN 2014

Transcript of EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga...

Page 1: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

EVALUASI KINERJA

PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

TAHUN 2010-2014

KEMENTERIAN PERTANIANDIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURATAHUN 2014

Page 2: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

i

KATA PENGANTAR

Data dan fakta menggambarkan bahwa Subsektor hortikultura

telah mampu memberikan kontribusi signifikan dalam

pembangunan pertanian dan perekonomian nasional. Untuk

memberikan gambaran tentang peranan dan perkembangan

hortikultura tersebut, maka disusunlah buku Evaluasi Kinerja

Pembangunan Hortikultura Periode 2010 – 2014 ini.

Keberhasilan pembangunan hortikultura tidak terlepas dari

dukungan, kerjasama dan peran serta berbagai pihak dan

pemangku kepentingan (stakeholders) dalam melaksanakan

program, kegiatan dan pendanaan.

Buku evaluasi ini tidak hanya berisikan tentang perkembangan

program, kegiatan, capaian kinerja, serapan maupun

keberhasilan yang telah berhasil diraih, tetapi juga mengenai

permasalahan dan atau hambatan serta upaya tindak lanjut

yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura.

Dengan adanya Buku Evaluasi Kinerja Pembangunan

Hortikultura ini diharapkan dapat dijadikan acuan dan bahan

masukan bagi pelaksanaan pembangunan hortikultura

selanjutnya. Kedepan, semua permasalahan dan kekurangan

dalam pelaksanaan kegiatan agar dapat dijadikan pembelajaran

dan terus diperbaiki sehingga pelaksanaan pembangunan

hortikultura dapat lebih baik dan optimal. Adapun, semua

prestasi serta keberhasilan yang telah dicapai agar dapat

dipertahankan bahkan ditingkatkan untuk mewujudkan

peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu produk

hortikultura, sebagai upaya pemenuhan kebutuhan produk

hortikultura secara nasional serta berdaya saing di pasar

international.

Page 3: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

ii

Hasil, manfaat dan dampak positif pembangunan hortikultura ini

merupakan akumulasi dari kontribusi dan partisipasi berbagai

pihak, baik dari lingkup Kementerian Pertanian, kementerian

dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta)

dan tentunya petani dan kelembagaan tani. Kami

menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas kerja keras

dan dukungan yang telah diberikan dalam pelaksanaan

pembangunan hortikultura selama ini. Semoga pembangunan

hortikultura pada tahun-tahun selanjutnya dapat berjalan lebih

baik, memberikan pengaruh posiitif pada perekonomian

nasional, serta mampu menjawab tantangan, tuntutan dan

harapan masyarakat.

Jakarta, Desember 2014

Direktur Jenderal Hortikultura,

Dr. Ir. Hasanuddin Ibrahim, Sp.I

Page 4: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

iii

RINGKASAN EKSEKUTIF

1. Mengacu pada empat target utama Kementerian Pertanian

yaitu; 1) Mewujudkan pencapaian swasembada pangan dan

swasembada keberlanjutan, 2) Mewujudkan peningkatan

diversifikasi pangan, 3) Mewujudkan peningkatan nilai

tambah, daya saing dan ekspor, dan 4) Mewujudkan

peningkatan kesejahteraan petani, maka Direktorat

Jenderal Hortikultura memiliki tanggung jawab untuk dapat

mewujudkan peningkatan produksi komoditas utama

hortikultura.

2. Berdasarkan Rencana Strategis Direktorat Jenderal

Hortikultura Tahun 2010-2014, pada tahun 2010 terdapat 4

(empat) program yaitu: Ketahanan Pangan, Pengembangan

Agribisnis, Peningkatan Kesejahteraan Petani dan

Kepemerintahan yang Baik. Pelaksanaan program tersebut

dilaksanakan melalui beberapa sebelas kegiatan utama.

3. Dengan adanya dinamika lingkungan strategis, Rencana

Strategis (Renstra) perlu dilakukan pengkajian dengan

beberapa revisi sebagai berikut; a) Mulai tahun 2011

pembangunan hortikultura tahun 2011 dijalankan melalui 1

(satu) program yaitu “Peningkatan Produksi, Produktivitas

dan Mutu Produk Tanaman Hortikultura Berkelanjutan”, b)

Penetapan komoditas utama hortikultura nasional yaitu;

Cabai, Bawang Merah, Kentang, Mangga, Manggis, Jeruk,

Durian, Pisang, Anggrek dan Krisan, c) Penyesuaian sasaran

produksi. Untuk itu pencapaian pembangunan hortikultura

tahun 2011-2014 mengacu pada Renstra Revisi Direktorat

Jenderal Hortikultura Tahun 2010-2014.

Page 5: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

iv

4. Kegiatan utama yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal

Hortikultura untuk mendukung program utama tersebut,

yaitu:

a. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk

Tanaman Buah Berkelanjutan;

b. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk

Tanaman Florikultura Berkelanjutan;

c. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk

Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat Berkelanjutan;

d. Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura;

e. Pengembangan Perlindungan Hortikultura;

f. Dukungan Manajemen Teknis lainnya pada Direktorat

Jenderal Hortikultura.

5. Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura merupakan salah

satu penyumbang terhadap angka PDB sub sektor Tanaman

Bahan Makanan (Tabama). PDB sub sektor Tabama pada

periode 2010 hingga 2014 terus mengalami peningkatan.

Kontribusi PDB Sub Sektor Tabama terhadap Pertanian

terbesar terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 48,95%,

pada tahun yang sama pula PDB Sub Sektor Tabama

memberikan kontribusi terbesarnya kepada PDB Nasional

yaitu sebesar 7,48%.

6. Sementara itu, kontribusi Hortikultura terhadap PDB Sub

Sektor Tabama memperlihatkan kecenderungan meningkat.

Kontribusi Sub Sektor Hortikultura terhadap PDB Sub Sektor

Tabama berturut-turut pada tahun 2010 adalah sebesar

Page 6: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

v

41,98%, kemudian tahun 2011 meningkat menjadi 42,67%

dan tahun 2012 sebesar 40,75%.

7. Neraca perdagangan komoditas tanaman hortikultura

secara umum dalam periode 2010-2014 masih mengalami

defisit. Selain itu, laju pertumbuhan impor pada lima tahun

terakhir ini secara umum lebih tinggi jika dibandingkan

dengan laju pertumbuhan ekspornya.

8. Angka Nilai Tukar Petani (NTP) sektor Pertanian selama

tahun 2010-2014 berada di atas 100, hal ini menunjukkan

bahwa petani sejahtera dikarenakan hasil yang didapatkan

oleh petani lebih besar dari yang dibelanjakan. Adapun, laju

pertumbuhan NTP sektor Pertanian dari tahun 2010 hingga

2014 cenderung meningkat dengan rata-rata mencapai

0,06% per tahun. Sementara itu, angka NTP sub sektor

Hortikultura masih berfluktuasi dengan kecenderungan

meningkat selama lima tahun terakhir. Capaian NTP

Hortikultura tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar

105,24.

9. Jumlah rumah tangga yang menggantungkan mata

pencaharian dan pendapatan keluarganya pada sektor

hortikultura pada tahun 2013 sebesar 10.602.142 rumah

tangga atau mengalami penurunan sebesar 37,40% jika

dibandingkan pada tahun 2003 yang hanya sebesar

16.937.617 rumah tangga.

10. Pencapaian target produksi untuk komoditas buah sangat

baik, dimana capaian realisasi produksi dibandingkan

dengan targetnya selama 5 tahun terakhir cukup tinggi

yaitu dari tahun 2010 hingga 2014 secara berturut-turut

adalah 82,16%, 102,53%, 101,32%, 93,35% dan 93,19%.

Page 7: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

vi

Fluktuasi capaian produksi pada tanaman buah disebabkan

antara lain oleh adanya peningkatan dan penurunan

produksi yang signifikan pada beberapa komoditas sebagai

akibat pergeseran iklim.

11. Realisasi pencapaian target produksi florikultura selama

tahun 2010-2014 sangat tinggi yaitu selalu diatas 100%,

seperti pada tahun 2010 realisasi produksi mencapai

155,51%, dan agak menurun menjadi 118,68% capaian

produksinya di tahun 2011, dan meningkat menjadi

143,68% dan 152,87% di tahun 2012 dan 2013. Namun di

tahun 2014, berdasarkan angka prognosa terlihat bahwa

pencapaian target produksi florikultura agak menurun yaitu

menjadi 124,37%. Peningkatan produksi florikultura secara

keseluruhan tersebut disebabkan oleh semakin

berkembangnya gaya hidup, selera masyarakat serta

pemanfaatan benih bermutu dan adopsi teknologi terbaru.

12. Sedangkan untuk sayuran realisasi capaian produksi sejak

tahun 2010 hingga saat ini adalah sebesar 100,88% di

tahun 2010, capaian produksi di tahun 2011 terhadap

target menurun menjadi 97,64%, kemudian mencapai

97,19% di tahun 2012 dan terus menurun menjadi 95,62%

di tahun 2013, namun terdapat peningkatan cukup

signifikan di tahun 2014 dimana capaian target produksi

sayuran menjadi 102,83%. Secara umum peningkatan

capaian produksi sayuran antara lain disebabkan oleh

pengembangan kawasan, penerapan GAP dan GHP,

optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan, dan

peningkatan produktivitas hasil per Hektar.

Page 8: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

vii

13. Untuk komoditas tanaman obat, capaian target produksi

selama 5 (lima) tahun terakhir menunjukkan peningkatan

capaian produksi yang signifikan. Dimana pada tahun 2010

capaian produksi hanya sebesar 85,81% namun

pertumbuhannya meningkat 6,58% pada tahun 2011

menjadi 91,46%. Angka capaian produksi tanaman obat

terus menunjukkan peningkatan pada tahun 2012 sebesar

98,95% menjadi 114,03% di tahun 2013 dan sebesar

104,45% di tahun 2014. Peningkatan capaian target

produksi tersebut berasal dari tanaman obat jenis rimpang

dan non rimpang yang cenderung menunjukkan trend

positif seiring dengan meningkatnya permintaan pasar dan

industri obat herbal.

14. Ketersediaan benih hortikultura bermutu dari tahun 2010

hingga 2014 selalu mengalami peningkatan dari target yang

ditetapkan. Rata-rata capaian peningkatan berkisar antara

120 – 150 %. Dengan adanya peningkatan tersebut,

ketersediaan benih hortikultura telah dapat memenuhi

sekitar 20 – 30 % dari kebutuhan nasional setiap tahunnya.

15. Capaian Proporsi Luas Serangan OPT terhadap Luas Panen,

selama lima tahun terakhir sudah sangat baik. Dengan

kata lain, proporsi luas serangan OPT terhadap luas panen

untuk komoditas hortikultura 5 tahun terakhir umumnya

telah mencapai di atas target, yaitu dengan capaian

sebesar 1,58 - 5% atau 100% - 284,81% terhadap target

yang ditetapkan dengan luas serangan maksimal antara

4,5 - 5%.

Page 9: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

viii

16. Upaya pencapaian peningkatan produksi, produktivitas dan

mutu produk hortikultura berkelanjutan didukung oleh

kegiatan pendukung lainnya antara lain: Pengembangan

Kawasan, Sekolah Lapangan GAP, Sekolah Lapangan GHP,

Registrasi Kebun/Lahan Usaha dan Sekolah Lapangan

Pengendalian Hama Terpadu.

17. Pada periode tahun 2010-2014, pengembangan kawasan

buah di tahun 2011 mencapai 2.420 ha, meningkat menjadi

9.463 ha di tahun 2012, namun terjadi penurunan pada 2

tahun kedepan, yaitu menjadi 5.740 ha di tahun 2013 dan

3.478 ha di tahun 2014 dari target pengembangan kawasan

buah sebesar 5.492 ha.

18. Sedangkan untuk pengembangan kawasan florikultura,

telah berhasil dilaksanakan seluas 216 m2 di tahun 2011,

meningkat sangat signifikan di tahun 2012 yaitu menjadi

355.252 m2 dan kembali meningkat di tahun 2013 yaitu

seluas 401.220 m2, namun di tahun 2014 dari target seluas

498.480 m2 sampai dengan tanggal 20 Januari 2015 baru

tercatat pengembangan florikultura seluas 491.630 m2.

19. Untuk pengembangan sayuran, tercatat bahwa di tahun

2011 terdapat pengembangan kawasan sayuran seluas 918

ha, dan di tahun 2012 tidak ada pengembangan kawasan

untuk sayuran, pada tahun 2013 pengembangan sayuran

dilaksanakan seluas 5.072 ha, sedangkan pada tahun 2014

berhasil terlaksana seluas 4.103 ha dari target seluas 4.512

ha. Sedangkan untuk pengembangan tanaman obat, pada

tahun 2011 hingga 2012 pengembangan kawasan masih

menyatu dengan pengembangan kawasan sayuran dan

tanaman obat. Tahun 2013 baru terdapat pengembangan

Page 10: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

ix

tanaman obat seluas 686 ha, dan tahun 2014 seluas 713 ha

dari target seluas 750 ha.

20. Sejak dilaksanakannya SL-GAP pada tahun 2011,

pelaksanaan SL-GAP Buah mencapai target tertinggi pada

tahun 2012 yaitu dengan terlaksananya SL-GAP Buah pada

558 kelompok (159,89 %) dari target sebanyak 349

kelompok, selanjutnya pada tahun 2014 ini dari target

sebanyak 261 kelompok baru tercatat 161 kelompok (Data

per tanggal 20 Januari 2015).

21. Untuk SL-GAP Florikultura, capaian tertinggi terdapat pada

pelaksanaan SL-GAP Florikultura di tahun 2013 dengan

capaian 119,64% atau terlaksana di 67 kelompok dari

target 56 kelompok. Sedangkan pada tahun 2014 baru

tercatat 40 kelompok yang melaksanakan dari target

sebanyak 44 kelompok.

22. Sedangkan untuk SL-GAP Sayuran dan Tanaman Obat

capaian tertinggi terjadi pada tahun 2011, dimana telah

berhasil dilaksanakan SL-GAP Sayuran dan Tanaman Obat

pada 412 kelompok (172,28%) dari target sebanyak 239

kelompok. Pada tahun 2014 ini baru terealisasi pelaksanaan

SL-GAP Sayuran dan Tanaman Obat pada 150 kelompok

(93,16%) dari target 161 kelompok.

23. Pelaksanaan SL-GHP untuk komoditas buah berhasil

dilakukan sejak tahun 2012 hingga 2014 sebanyak 155

kelompok, 71 kelompok dan 42 kelompok dari target 53

kelompok.

Page 11: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

x

24. SL-GHP florikultura dilakukan sebanyak 53 kelompok di

tahun 2012, tahun 2013 sebanyak 34 kelompok dan di

tahun 2014 dari target 28 kelompok telah terlaksana SL-

GHP florikultura sebanyak 33 kelompok.

25. Sedangkan untuk SL-GHP sayuran dan tanaman obat pada

tahun 2012, 2013 dan 2014 telah dilaksanakan sebanyak 89

kelompok, 54 kelompok dan 48 kelompok dari target 58

kelompok.

26. Pada tahun 2011 telah dilakukan registrasi kebun buah

sebanyak 474 kebun buah, tahun 2012 sebanyak 839

kebun, tahun 2013 sebanyak 815 kebun dan tahun 2014

sebanyak 799 kebun dari target 830 kebun (data tahun

2014, per tanggal 20 Januari 2015).

27. Sedangkan, registrasi lahan usaha sayur dan tanaman obat

pada tahun 2011 sebanyak 249 lahan usaha, tahun 2012

telah mencapai 624 lahan usaha, kemudian di tahun 2013

dilakukan registrasi pada 916 lahan usaha dan tahun 2014

sebanyak 1.340 lahan usaha dari target 1.186 lahan usaha.

28. Untuk registrasi lahan usaha florikultura pada tahun 2011

telah berhasil dilaksanakan sebanyak 98 lahan usaha, tahun

2012 sebanyak 29 lahan usaha, tahun 2013 sebanyak 30

lahan usaha, dan tahun 2014 sebanyak 124 lahan usaha

dari target sebanyak 73 lahan usaha.

29. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan dasar

kebijakan dalam melaksanakan pengamanan produksi

tanaman pangan dan hortikultura dari gangguan OPT.

Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)

merupakan kegiatan yang dilaksanakan terus menerus dan

Page 12: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

xi

berkesinambungan. Sampai dengan tahun 2014 ini adalah

Kelompok Tani dalam SLPHT sebanyak 2.134 kelompok,

dengan rincian pada tahun 2011 telah dilaksanakan

sebanyak 345 SLPHT, tahun 2012 sebanyak 518 SLPHT,

tahun 2013 sebanyak 645 SLPHT dan tahun 2014 sebanyak

626 SLPHT dari target sebanyak 660 SLPHT.

30. Perkembangan realisasi serapan APBN Direktorat Jenderal

Hortikultura pada tahun 2010 sebesar

Rp.357.050.663.000,- (85,22%), kemudian pada tahun

2011 Rp. 551.554.884.000,- atau 90,97%. Sedangkan di

tahun 2012 serapan mencapai Rp.534.656.445.000,-

(94,54%), ini adalah serapan tertinggi yang dicapai

Direktorat Jenderal Hortikultura dalam lima tahun terakhir.

Tahun 2013 serapan sebesar Rp.584.536.029.000,-

(79,32%), dan di tahun 2014 per tanggal 20 Januari 2015

serapan mencapai Rp.467.782.705.000,- atau 89,16%.

31. Permasalahan utama yang dihadapi dalam upaya

peningkatan produksi komoditas utama hortikultura selama

tahun 2010-2014 antara lain; a) Belum optimalnya

penerapan budidaya yang baik dan benar sesuai SOP, GAP

dan GHP, b) Masih lemahnya kelembagaan agribisnis

hortikultura, c) Penguatan sistem perbenihan hortikultura

belum optimal, d) Pengembangan sistem perlindungan OPT

hortikultura belum didukung oleh SDM dan sarana

laboratorium yang memadai, e) Kondisi infrastruktur yang

belum memadai serta terbatasnya sarana transportasi

berpendingin, f) Keterbatasan kepemilikan modal yang

dimiliki petani dan fasilitas kredit, dan g) Kondisi iklim

masih sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan

pengembangan hortikultura.

Page 13: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

xii

32. Saran tindak lanjut dan upaya ke depan antara lain;

a) Melakukan pembinaan/pendampingan/sosialisasi

penerapan SOP/GAP dan GHP, b) Pengaturan pola produksi

sayuran utama, c) Meningkatkan pembinaan kepada

penangkar benih hortikultura dan pemantapan sistem

perbenihan khususnya dalam optimalisasi BBH dan

BPSBTH, d) peningkatan kuantitas dan kualitas SDM POPT

dan sarana pengamatan OPT dan iklim, serta gerakan

pengelolaan OPT Hortikultura ramah lingkungan dengan

optimalisasi pelaksanaan SLPHT, Klinik PHT, penguatan

kapabilitas petani terhadap Dampak Pengaruh Iklim (DPI)

dan pengembangan agens hayati, e) Pemberdayaan

kelembagaan (petani, kelompok tani, gapoktan, asosiasi)

yang belum berkembang, f) Meningkatkan investasi di

bidang agribisnis hortikultura melalui penerapan KKPE dan

KUR ,dan g) Memperpendek rantai pasar, mengupayakan

petani dapat akses langsung ke pasar.

Page 14: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

RINGKASAN EKSEKUTIF iii

DAFTAR ISI xiii

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xvii

DAFTAR LAMPIRAN xix

BAB. I PENDAHULUAN 1

BAB. II CAPAIAN INDIKATOR MAKRO TAHUN 2010-2014 11

2.1 Produk Domestik Bruto (PDB) 11

2.2 Ekspor Impor Komoditas Utama Hortikultura

15

2.3 Nilai Tukar Petani (NTP) 20

2.4 Rumah Tangga Hortikultura 21

BAB. III CAPAIAN PRODUKSI HORTIKULTURA TAHUN 2010-2014

25

3.1 Capaian Produksi Komoditas Utama Hortikultura

25

3.2 Peningkatan Ketersediaan Benih 47

3.3 Proporsi Luas Serangan OPT

52

Page 15: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

xiv

Halaman

BAB. IV CAPAIAN KEGIATAN PENDUKUNG DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TAHUN 2010-2014

61

4.1 Pengembangan Kawasan Hortikultura (Buah, Florikultura, Sayuran dan Tanaman Obat)

64

4.2 Sekolah Lapangan GAP (SL-GAP) 69

4.3 Sekolah Lapangan GHP (SL-GHP) 70

4.4 Registrasi Kebun/Lahan Usaha 75

4.5 Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)

76

4.6 Kegiatan Fasilitasi Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Berkelanjutan melalui Pemanfaata Counterpart Fund-Second Kennedy Round (CF-SKR)

79

BAB. V SERAPAN ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TAHUN 2010-2014

81

BAB. VI PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT

87

6.1 Permasalahan 87

6.2 Upaya Tindak Lanjut 95

BAB. VII PENUTUP 105

Page 16: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. PDB Hortikultura Tahun 2009-2012 (Triliun Rupiah)

12

Tabel 2. PDB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2014 (Triliun Rupiah)

13

Tabel 3. Neraca Perdagangan Komoditas Tanaman Hortikultura Tahun 2010-2014

15

Tabel 4. Volume Ekspor Hortikultura Tahun 2010-2014

17

Tabel 5. Nilai Ekspor Hortikultura Tahun 2010-2014 17

Tabel 6. Volume Impor Hortikultura 2010-2014 19

Tabel 7. Nilai Impor Hortikultura 2010-2014 19

Tabel 8. Rumah Tangga Hortikultura Tahun 2003 dan 2013

22

Tabel 9. Indikator Sasaran Strategis Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

26

Tabel 10. Resume Pencapaian Target Produksi Komoditas Hortikultura terhadap Renstra 2010 – 2014

29

Tabel 11. Capaian Target Produksi Buah terhadap Renstra 2010 – 2014.

29

Tabel 12. Perkembangan Produksi Buah Tahun 2010 - 2014

30

Tabel 13. Capaian Target Produksi Florikultura terhadap Renstra 2010 – 2014

35

Tabel 14. Perkembangan Produksi Florikultura Tahun 2010-2014

36

Page 17: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

xvi

Halaman

Tabel 15. Capaian Target Produksi Sayuran terhadap Renstra 2010 – 2014

41

Tabel 16. Perkembangan Produksi Sayuran Tahun 2010-2014

42

Tabel 17. Capaian Target Produksi Tanaman Obat terhadap Renstra 2010 – 2014

43

Tabel 18. Perkembangan Produksi Tanaman Obat Tahun 2010-2014

44

Tabel 19. Capaian Target Ketersediaan Benih Hortikultura Bermutu

49

Tabel 20. Peningkatan ketersediaan benih hortikultura tahun 2010- 2014

49

Tabel 21. Target dan Capaian Proporsi Luas Serangan OPT Hortikultura terhadap Total Luas Panen Tahun 2010 -2014

57

Tabel 22. Capaian Pelaksanaan Kegiatan Pendukung Peningkatan Produksi Hortikultura Tahun 2011-2014

62

Tabel 23 Alokasi Anggaran Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2010 - 2014

81

Page 18: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Sasaran Produksi Komoditas Hortikultura Tahun 2010-2014

7

Gambar 2. Target Ketersediaan Benih Bermutu Hortikultura Tahun 2010 – 2014

8

Gambar 3. Target Persentase Luas Serangan OPT Utama Hortikultura terhadap Total

Luas Panen Tahun 2010 – 2014

9

Gambar 4. Distribusi PDB Sektor Pertanian Tahun 2010 – 2014

14

Gambar 5. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Produk Hortikultura Tahun 2010-2014 (Ton)

16

Gambar 6. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Produk Hortikultura Tahun 2010-2014 (Ribu US$)

16

Gambar 7. Perkembangan NTP Hortikultura Tahun 2010-2013

21

Gambar 8. Grafik Proporsi Luas Serangan OPT Hortikultura Terhadap Keseluruhan Luas Panen Tahun 2010-2014

58

Gambar 9. Gerakan Pengendalian OPT 59

Gambar 10. Pengembangan Jeruk Keprok Soe di Kabupaten Timor Tengah Selatan di Provinsi NTT

65

Gambar 11. Menteri Pertanian Panen Melon di Kota Medan

67

Page 19: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

xviii

Halaman

Gambar 12. Pengembangan Kawasan Krisan di Kota Tomohon

68

Gambar 13. Kebun Salak di Kabupaten Sleman yang Telah Menerapkan GAP

73

Gambar 14. Gapoktan Kemuning Jaya yang telah Menerapkan GAP Tanaman Obat dan Hasil Produk Olahannya

74

Gambar 15. Pengamatan Agroekosistem pada Kegiatan SLPHT Cabai dan Bawang Merah

78

Gambar 16. Perkembangan Alokasi Anggaran dan Realisasi Keuangan Ditjen Hortikultura Tahun 2010-2014

82

Page 20: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengembangan Kawasan Buah Tahun 2010-2014

Lampiran 2. Pengembangan Kawasan Florikultura Tahun 2010-2014

Lampiran 3. Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2010-2014

Lampiran 4. Perkembangan Alokasi Anggaran Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Page 21: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 1

BAB. I PENDAHULUAN

Sejalan dengan prioritas pembangunan dan target sukses

Kementerian Pertanian yaitu; 1) Mewujudkan pencapaian

swasembada pangan dan swasembada keberlanjutan, 2)

Mewujudkan peningkatan diversifikasi pangan, 3)

Mewujudkan peningkatan nilai tambah, daya saing dan

ekspor, dan 4) Mewujudkan peningkatan kesejahteraan

petani, maka pembangunan hortikultura yang merupakan

bagian dari pembangunan pertanian harus menjabarkan

kebijakan operasional yang diarahkan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat tani, serta memberikan

kontribusi dalam pembangunan ekonomi nasional.

Mengacu pada target utama kementerian tersebut, maka

Direktorat Jenderal Hortikultura memiliki tanggung jawab

untuk dapat mewujudkan peningkatan produksi komoditas

utama hortikultura. Mengacu pada SK Menteri Pertanian No.

511/Kpts/PD 310/9/2006, komoditas binaan Direktorat

Jenderal Hortikultura mencakup 323 jenis komoditas, yang

terdiri dari 60 jenis komoditas buah-buahan, 80 jenis

komoditas sayuran, 66 jenis komoditas tanaman obat dan

117 jenis komoditas florikultura. Hingga saat ini pengolahan

data statistik baru menangani 90 jenis komoditas yaitu 26

komoditas buah, 25 komoditas sayuran, 24 komoditas

florikultura dan 15 komoditas tanaman obat. Berdasarkan

karakteristik masing-masing komoditas maka dilakukan

pengelompokan jenis komoditas.

Page 22: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

2 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor

61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kementerian Pertanian, dalam melaksanakan tugas

pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Hortikultura memeliki

enam unit Eselon II yang terdiri dari: 1) Sekretariat

Direktorat Jenderal Hortikultura, 2) Direktorat Budidaya dan

Pascapanen Tanaman Buah, 3) Direktorat Budidaya dan

Pascapanen Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat, 4)

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Tanaman Florikultura,

5) Direktorat Perbenihan Hortikultura, dan 6) Direktorat

Perlindungan Hortikultura.

Berpedoman kepada PP RI No. 5 Tahun 2010 tentang RPJMN

2010 – 2014 serta Rencana Strategi Kementerian Pertanian

2010 – 2014, telah disusun Renstra Direktorat Jenderal

Hortikultura tahun 2010 – 2014. Berdasarkan Renstra

tersebut, pengembangan komoditas hortikultura

diprioritaskan pada komoditas unggulan yang mengacu pada

kebutuhan hajat hidup masyarakat, penyebab inflasi,

besarnya pangsa pasar, keunggulan kompetitif, nilai

ekonomi, sebaran wilayah produksi dan kesesuaian

agroekologi. Berdasarkan hal tersebut ditetapkan beberapa

komoditas unggulan hortikultura sebagai berikut; 1)

Tanaman buah: jeruk, mangga, manggis, durian, pisang,

rambutan, salak, semangka, nenas dan melon, 2) Tanaman

sayuran: kentang, cabai besar, cabai rawit, bawang merah,

kol/kubis, tomat, sawi/petsay, daun bawang, paprika, dan

jamur, 3) Tanaman hias: krisan, anggrek, mawar, sedap

malam, pakis, palem dan melati, dan 4) Tanaman

biofarmaka: temulawak, jahe, kunyit, dan kencur.

Page 23: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 3

Mengacu pada Rencana Strategis Direktorat Jenderal

Hortikultura 2010-2014, pada tahun 2010 terdapat 4 (empat)

program yaitu: Ketahanan pangan, Pengembangan

Agribisnis, Peningkatan Kesejahteraan Petani dan

Kepemerintahan yang Baik. Pelaksanaan program tersebut

dilaksanakan melalui beberapa pelaksanaan kegiatan utama

yaitu; 1) Pengembangan agroindustri terpadu, 2)

Pengembangan pertanian organik dan pertanian

berkelanjutan, 3) Peningkatan kegiatan eksibisi, perlombaan

dan penghargaan kepada petani/pelaku agribisnis, 4)

Pengendalian organisme penggangu tanaman (OPT),

penyakit hewan, karantina dan peningkatan keamanan

pangan, 5) Bantuan benih/bibit, sarana produksi pertanian

dan penguatan kelembagaan perbenihan, 6) Mekanisasi

pertanian pra dan pasca panen, 7) Peningkatan produksi,

produktivitas, dan mutu produk pertanian serta

pengembangan kawasan (TP), 8) Penguatan kelembagaan

ekonomi perdesaan melalui Lembaga yang Mandiri dan

Mengakar di Masyarakat (LM3), 9) Pengembangan magang,

sekolah lapang dan pelatihan, pendidikan pertanian dan

kewirausahaan, 10) Penggerak Membangun Desa (PMD), dan

11) Pelayanan publik atau birokrasi.

Dalam periode 2010-2014 ditetapkan sasaran pembangunan

hortikultura melalui indikator; 1) produksi dan laju

pertumbuhan produksi hortikultura yang harus dicapai untuk

sayuran sebesar 10.612.372 ton (3,44 %), Buah sebesar

18.853.058 ton (4,66 %), Biofarmaka sebesar 487.93 ton

(3,95 %), Tanaman Hias: Bunga dan daun potong sebesar

Page 24: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

4 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

248.080.490 tangkai (9,21%), Tanaman Hias pot dan taman

sebesar 12.183.236 pohon (5,38 %), Bunga tabur sebesar

24.970.713 kg (9,9 %), 2) kebun/lahan usaha yang

diregistrasi GAP, untuk sayuran, buah, biofarmaka dan

tanaman hias meningkat 5 % dari tahun sebelumnya, 3)

Penyediaan produk hortikultura kualitas ekspor, dengan

peningkatan laju ketersediaan produk hortikultura kualitas

ekspor Buah dan tanaman hias mencapai 5%; Laju

peningkatan produktivitas kebun dan lahan usaha

hortikultura (mengajukan registrasi) masing-masing 5%

untuk Buah (kebun), Sayuran (lahan usaha), Biofarmaka

(lahan usaha), Tanaman Hias (lahan usaha); 4) Peningkatan

ketersediaan benih unggul bermutu, untuk Sayuran umbi

sebesar 2%, Sayuran biji 1%, Buah 3%, dan Tanaman hias

2% serta, 5) Proporsi luas serangan OPT utama hortikultura

terhadap luas panen maksimal 5 % terhadap luas panen.

Setelah dilakukan reviu ulang dan penyesuaian sasaran

produksi, maka pencapaian pembangunan hortikultura untuk

tahun selanjutnya mengacu pada Renstra Revisi Direktorat

Jenderal Hortikultura Tahun 2010-2014. Sesuai dengan

Renstra Revisi Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2010 –

2014, pembangunan hortikultura tahun 2011 telah

menyelaraskan dengan konsep reformasi perencanaan dan

penganggaran dimana setiap eselon I hanya memiliki 1

(satu) program yaitu “Peningkatan Produksi, Produktivitas

dan Mutu Produk Tanaman Hortikultura Berkelanjutan”. Lebih

lanjut berdasarkan pada Renstra revisi, telah ditetapkan

komoditas utama hortikultura nasional yaitu Cabai, Bawang

Page 25: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 5

Merah, Kentang, Jeruk, Mangga, Manggis, Durian, Pisang,

Anggrek dan Krisan.

Kegiatan utama yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal

Hortikultura untuk mendukung program utama tersebut,

yaitu:

1. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk

Tanaman Buah Berkelanjutan;

2. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk

Tanaman Florikultura Berkelanjutan;

3. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk

Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat Berkelanjutan;

Ketiga kegiatan utama diatas dilakukan melalui strategi

pengembangan kawasan (buah, sayuran, tanaman obat dan

florikultura), pembuatan kebun percontohan, penerapan

Good Agriculture Practices (GAP), penerapan Good Handling

Practices (GHP), sekolah lapangan GAP dan GHP,

peningkatan kapabilitas petugas/petani, pemberdayaan

kelembagaan usaha, fasilitas sarana budidaya dan pasca

panen, registrasi kebun/lahan usaha, serta registrasi packing

house.

4. Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura;

Sebagai upaya untuk menyediakan benih bermutu varietas

unggul (bersertifikat), melalui penataan kelembagaan

perbenihan yaitu Balai Benih Induk (BBI) dan Balai Benih

Hortikultura (BBH), penguatan kelembagaan penangkar,

penataan Blok Fondasi (BF) dan Blok Penggandaan Mata

Tempel (BPMT), penguatan fungsi Lembaga Sertifikasi

Page 26: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

6 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura

(LSSMBTPH) dan Balai Pengawasan dan Sertikasi Benih

Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH),

peningkatan kompetensi petugas dan penangkar, fasilitasi

penyediaan sarana produksi, fasilitasi domestikasi dan

komersialisasi varietas unggul lokal, fasilitasi peningkatan

investasi usaha perbenihan;

5. Pengembangan Perlindungan Hortikultura;

Sebagai upaya untuk pencegahan dan penanggulangan

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) di kawasan

pengembangan hortikultura yang dilakukan melalui

fasilitas pengelolaan OPT (penerapan cara pengendalian

OPT ramah lingkungan dan aman konsumsi), pengelolaan

Dampak Perubahan Iklim (DPI), peningkatan kapasitas

kelembagaan perlindungan tanaman (sarana dan

prasarana perlindungan), dukungan perlindungan dalam

mendorong ekspor produk hortikultura melalui

pelaksanaan kegiatan sinergisme sistem perlindungan

tanaman hortikultura dalam pemenuhan persyaratan SPS-

WTO, dan pengembangan penerapan dan

pemasyarakatan PHT melalui pola Sekolah Lapang

Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT), dan pemantauan

residu pestisida, serta operasional UPTD-BPTPH, insentif

petugas POPT, dan operasional BBPOPT Jatisari.

6. Dukungan Manajemen Teknis lainnya pada Direktorat

Jenderal Hortikultura.

Meliputi kegiatan pendukung pelaksanaan kegiatan teknis,

bersifat pelayanan rutin seperti perencanaan, evaluasi dan

Page 27: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 7

pelaporan, promosi hortikultura serta pemeliharaan

gedung dan bangunan kantor.

Seluruh kegiatan utama tersebut diatas mempunyai tujuan

untuk meningkatkan sistem produksi hortikultura yang ramah

lingkungan, meningkatkan ketersediaan produk hortikultura

bermutu dan aman konsumsi, meningkatkan daya saing

produk hortikultura di pasar domestik maupun internasional,

serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Adapun, sasaran produksi hortikultura selama tahun 2010-

2014 mengacu pada Renstra Revisi Direktorat Jenderal

Hortikultura Tahun 2011-2014 disajikan pada Gambar 1

berikut:

Gambar 1. Sasaran Produksi Komoditas Hortikultura

Tahun 2010-2014

Cabai*)

Page 28: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

8 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Sedangkan target ketersediaan benih bermutu selama

tahun 2010-2014 untuk benih tanaman hortikultura

meningkat 1-2% dari tahun sebelumnya. Adapun, target

jumlah ketersediaan benih secara rinci per tahun

digambarkan pada Grafik berikut:

Target persentase luas serangan OPT utama hortikultura

terhadap total luas panen maksimal mencapai 5% selama

periode 2010-2014. Namun pada tahun 2011, dilakukan

review target yaitu maksimal 4,5%. Dengan menurunnya

atau semakin kecilnya persentase luas serangan OPT

utama hortikultura terhadap luas panen, maka diharapkan

dapat mendukung peningkatan produksi komoditas utama

hortikultura secara signifikan.

Gambar 2. Target Ketersediaan Benih Bermutu

Hortikultura Tahun 2010 - 2014

Page 29: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 9

Pembangunan hortikultura selama periode 2010-2014

mendapatkan alokasi dukungan dana APBN yang berbeda

setiap tahunnya dengan kecenderungan menurun. Pada

tahun 2010, Direktorat Jenderal Hortikultura mendapatkan

alokasi anggaran sesuai pagu revisi sebesar

Rp.418.968.750.000,- kemudian meningkat menjadi

Rp.606.335.773.000,- di tahun 2011, namun pada tahun

2012 anggaran menurun menjadi sebesar

Rp.565.520.091.000,-. Kemudian pada tahun 2013

anggaran meningkat sesuai pagu revisi sebesar

Rp.736.958.730.000,-. Sedangkan, pada tahun 2014

menerima pagu awal sebesar Rp. 623.504.800.000,-,

namun dengan adanya surat dari Sekretaris Kabinet SE-

7/Seskab/V/2014 tanggal 15 Mei 2014, tentang

Pemotongan Belanja Kementerian /Lembaga dalam rangka

Gambar 3. Target Persentase Luas Serangan OPT Utama Hortikultura terhadap Total Luas Panen Tahun 2010 - 2014

Page 30: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

10 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

pelaksanaan APBN 2014, maka terdapat perubahan pagu

menjadi sebesar Rp.524.669.821.000,-.

Sebagai instansi pemerintah dibawah kewenangan

Kementerian Pertanian, maka Direktorat Jenderal

Hortikultura selaku penanggungjawab pembangunan

hortikultura melalui dana APBN wajib melaporkan kinerja

yang telah dicapai dalam waktu lima tahun tersebut. Oleh

karena itu, disusunlah Laporan Kinerja Direktorat Jenderal

Hortikultura Tahun 2010-2014 yang menyajikan

perkembangan kinerja pembangunan hortikultura,

termasuk didalamnya permasalahan yang dihadapi serta

upaya tindaklanjut. Dengan tersedianya laporan kinerja

ini, diharapkan pembangunan hortikultura selama 5 tahun

terakhir dapat tergambarkan secara jelas, serta dapat

berguna sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan bagi

pimpinan/pengambil kebijakan untuk mengambil langkah-

langkah perbaikan kedepan dalam upaya pencapaian

kinerja yang lebih baik.

Page 31: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 11

BAB II. CAPAIAN INDIKATOR MAKRO TAHUN

2010-2014

2.1 Produk Domestik Bruto (PDB)

Salah satu indikator ekonomi makro yang cukup

penting untuk mengetahui peranan dan kontribusi Sub

Sektor Hortikultura terhadap pendapatan nasional

adalah dengan melihat nilai Produk Domestik Bruto

(PDB). PDB Hortikultura merupakan salah satu

penyumbang terhadap angka PDB sub sektor Tanaman

Bahan Makanan (Tabama). PDB sub sektor Tabama

pada periode 2010-2014 terus mengalami peningkatan,

berdasarkan harga berlaku tahun 2010 mencapai

Rp.482,38 Triliun, meningkat menjadi Rp.529,97 Triliun

pada tahun 2011. Selanjutnya pada tahun 2012 dan

2013 meningkat menjadi masing-masing Rp.574,92

Triliun dan Rp.621,83 Triliun. Sedangkan pada tahun

2014, PDB sub sektor Tabama mencapai Rp.170,86

Triliun di Triwulan II, angka PDB ini lebih tinggi jika

dibandingkan pada triwulan yang sama di tahun

sebelumnya 2013 yang hanya sebesar Rp.160,69

Triliun.

Kontribusi Hortikultura pada pembentukan PDB Sub

Sektor Tabama memperlihatkan kecenderungan

meningkat. Pada tahun 2010 PDB Hortikultura sebesar

Rp. 202,51 Triliun dan pada tahun 2012 cenderung naik

menjadi Rp. 234,26 Trilyun. Melalui angka PDB

tersebut, hortikultura berkontribusi kepada PDB

Page 32: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

12 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Tabama sebesar 41,98%, meningkat menjadi 42,67%

dan 40,75% berturut-turut pada tahun 2010, 2011 dan

2012. Sedangkan, angka PDB hortikultura tahun 2013

dan 2014 belum dapat dihitung karena harus diolah

oleh BPS, sesuai dengan keterangan diatas angka PDB

yang telah tersedia merupakan angka PDB Tabama.

Adapun, rata-rata perkembangan PDB Hortikultura dari

tahun 2009-2012 adalah sebesar 6,77%.

Perkembangan nilai PDB Hortikultura sejak tahun 2009

sampai 2013 per kelompok komoditas dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. PDB Hortikultura Tahun 2009-2012

(Rp. Triliun) K

e

t

e

r

a

n

g

a

Sumber: Ditjen Hortikultura, 2009-2012 Keterangan: *) angka sementara **) angka sangat sementara

Secara umum, gambaran capaian PDB Pertanian dan

lain-lain disajikan pada Tabel berikut:

Komoditas Tahun

2009 2010 2011*) 2012**)

Sayur 56,82 73,04 72,34 73,78

Buah 132,01 125,48 148,44 153,69

Hias dan Tan Obat

3,93 3,99 5,36 6,79

Total PDB Hortikultura

192,76 202,51 226,14 234,26

Page 33: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 13

Tabel 2. PDB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-

2014 (Triliun Rupiah)

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012*) 2013**)

2014***)

(Triwulan II)

1 Pertanian 985,47 1.091,45 1.193,45 1.311,04 368,28

a Pertanian Sempit 737,8 812,97 883,18 962,24 270,14

- Tanaman bahan Makanan (Tabama)

482,38 529,97 574,92 621,83 170,86

- Tanaman

Perkebunan 136,05 153,71 162,54 175,25 55,07

- Peternakan dan

hasil-hasilnya 119,37 129,3 145,72 165,16 44,21

b Kehutanan 48,29 51,78 54,91 56,99 15,87

c Perikanan 199,38 226,69 255,37 291,8 82,26

2 Pertambangan dan penggalian

719,71 876,98 970,82 1.020,77 266,57

3 Industri Pengolahan 1.599,07 1.806,14 1.972,52 2.152,59 589,14

4 Listrik, Gas dan Air 49,12 55,88 62,23 70,07 20,94

5 Konstruksi 660,89 753,55 844,09 907,27 245,58

6 Perdagangan, Hotel dan Restaurant

882,49 1.023,72 1.148,69 1.301,51 362,36

7 Pengangkutan dan Komunikasi

423,17 491,29 549,11 636,89 181,35

8 Keuangan, real estat dan Jasa Perusahaan

466,56 535,15 598,52 683,01 189,4

9 Jasa-Jasa 660,37 785,01 889,99 1.000,82 257,19

PDB 6.466,85 7.419,19 8.229,44 9.083,97 2.480,81

PDB Tanpa Migas 5.941,95 6.795,89 7.588,32 8.416,04 2.299,01

Kontribusi PDB Tabama terhadap Pertanian (%)

48,95 48,56 48,17 47,73 46,39

Kontribusi PDB Tabama terhadap

Nasional (%)

7,48 7,14 6,99 6,85 6,89

Sumber: BPS-RI, 2010-2014

Keterangan: *)angka sementara; **) angka sangat sementara; ***) angka sangat sangat

sementara

Page 34: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

14 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Berdasarkan data tabel 2, dapat dilihat bahwa sub

sektor Tabama merupakan kontributor terbesar

terhadap pembentukan PDB sektor Pertanian dengan

rata-rata sebanyak 48,08% dalam periode 2010-2014,

diikuti oleh sub sektor perikanan 21,32%, sub sektor

Perkebunan 13,79%, sub sektor Peternakan 12,20%

dan terakhir adalah sub sektor Kehutanan sebesar

4,60%. Selama lima tahun tersebut, kontribusi sub

sektor Tabama tertinggi dicapai pada tahun 2010

yaitu mencapai 48,95%. Pada tahun yang sama pula,

kontribusi PDB Tabama terhadap PDB Pertanian

merupakan yang tertinggi yaitu mencapai 7,48%.

Gambar 4. Distribusi PDB Sektor Pertanian Tahun 2010 – 2014

(Persentase Rata-Rata )

Page 35: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 15

2.2 Ekspor Impor Komoditas Utama Hortikultura

Neraca perdagangan komoditas tanaman hortikultura

secara umum dalam periode 2010-2014 masih

mengalami defisit, dimana nilai impor lebih tinggi jika

dibandingkan dengan nilai ekspor hortikultura. Selain

itu, laju pertumbuhan impor pada lima tahun terakhir

ini secara umum lebih tinggi jika dibandingkan dengan

laju pertumbuhan ekspornya.

Tabel 3. Neraca Perdagangan Komoditas

Tanaman Hortikultura Tahun 2010-2014

Page 36: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

16 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Gambar 5. Perkembangan Volume Ekspor dan

Impor Produk Hortikultura Tahun 2010-2014 (Ton)

Gambar 6. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Produk Hortikultura Tahun 2010-2014 (Ribu US$)

Page 37: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 17

Namun demikian selama periode 2010-2014, volume

ekspor hortikultura secara agregat cenderung

meningkat 2,95% sedangkan nilai ekspor pada periode

yang sama cenderung meningkat 7,67%. Kinerja

ekspor yang cenderung meningkat tersebut,

merupakan hasil usaha Direktorat Jenderal Hortikultura

yang telah melakukan serangkaian langkah-langkah

terobosan untuk meningkatkan mutu dan daya saing

produk hortikultura serta berkoordinasi dengan

instansi/stakeholders terkait untuk menciptakan

dukungan ekspor yang lebih kondusif. Perkembangan

ekspor komoditas hortikultura dapat dilihat pada Tabel

4 dan Tabel 5.

Tabel 4. Volume Ekspor Hortikultura Tahun 2010-2014

Tabel 5. Nilai Ekspor Hortikultura Tahun 2010-

2014

Page 38: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

18 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Volume dan nilai ekspor untuk komoditas hortikultura

tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu mencapai

462.073 ton (558.826 US$), dengan capaian jumlah

ekspor tertinggi masing-masing untuk buah sebesar

234.111 ton (244.714 US$) dan sayuran 204.559 ton

(256.597 US$), begitupula dengan tanaman hias

sebesar 10.136 ton (28.126 US$). Lain halnya, untuk

tanaman obat volume ekspor tertinggi dicapai pada

tahun 2014 mencapai 59.387 ton (52.492 US$).

Selama tahun 2010-2014, volume impor komoditas

hortikultura secara agregat terus meningkat terlebih

mulai tahun 2010 hingga 2012 namun turun pada

tahun selanjutnya, dengan rata-rata perkembangan

meningkat 3,32%, begitupula dengan volume impor

yang meningkat sebesar 8,17%. Meningkatnya

konsumsi masyarakat terhadap komoditas sayuran,

buah dan tanaman buah impor dan tumbuhnya

industri jamu dan pengolahan hortikultura menjadikan

kecenderungan naiknya volume dan nilai impor dari

tahun 2010-2014. Untuk komoditas tertentu Indonesia

merupakan net importer untuk produk hortikultura.

Beberapa hal yang mempengaruhi kinerja

perdagangan produk hortikultura diluar aspek

budidaya adalah elastisitas demand/permintaan

produk, pergeseran preferensi konsumen, dan

pemberlakuan Free Trade Area. Perkembangan impor

hortikultura dapat dilihat pada tabel 6 dan tabel 7.

Page 39: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 19

Tabel 6. Volume Impor Hortikultura 2010-2014

Tabel 7. Nilai Impor Hortikultura 2010-2014

Perkembangan impor produk hortikultura tidak jauh

berbeda dengan apa yang terjadi pada ekspor produk

hortikultura yaitu volume dan nilai impor tertinggi

selama periode lima (2010-2014) terjadi di tahun

2012. Semua kelompok komoditas yaitu buah,

sayuran, tanaman hias dan tanaman obat mengalami

tingginya volume dan nilai impor di tahun tersebut.

Volume dan nilai impor produk buah Indonesia pada

tahun 2012 mencapai 916.350 ton (999.151 US$),

sayuran sebesar 1.259.943 ton (856.935 US$),

tanaman hias sebesar 16.070 ton (13.010 US$) dan

impor tanaman obat mencapai 30.674 ton (23.300

US$).

Page 40: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

20 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

2.3 Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani (NTP) sampai saat ini masih

merupakan salah satu indikator untuk mengukur

kesejahteraan petani. Oleh karena itu, NTP disebut

sebagai salah satu indikator relatif yang menunjukan

tingkat kesejahteraan petani. NTP dihitung dengan

cara membandingkan antara indeks harga yang

diterima petani dengan indeks harga yang dibayar

petani.

Pada periode 2010-2014 bersumber data yang

dikeluarkan oleh BPS-RI, angka NTP sektor pertanian

berada di atas 100, yaitu pada tahun 2010 sebesar

101,77, tahun 2011 sebesar 104,58, tahun 2012

sebesar 105,24, tahun 2013 sebesar 104,95 dan di

tahun 2014 sebesar 101,93. Angka NTP di atas,

menunjukkan bahwa petani sejahtera dikarenakan

hasil yang didapatkan oleh petani lebih besar dari

yang dibelanjakan. Adapun, laju pertumbuhan NTP

sektor pertanian dari tahun 2010 hingga 2014

cenderung meningkat dengan rata-rata mencapai

0,06% per tahun.

Sementara itu, angka NTP sub sektor Hortikultura

masih berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat

selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2010 nilai

NTP hortikultura sebesar 101,78 kemudian meningkat

menjadi 104,58 di tahun 2011, tahun 2012 terus

meningkat menjadi 105,24, namun menurun menjadi

Page 41: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 21

104,93 di tahun 2013. Kecenderungan peningkatan

NTP ini menunjukan bahwa petani sub sektor

hortikultura cenderung semakin sejahtera dalam

periode 2010-2013. Rata-rata perkembangan NTP

hortikultura tahun 2010-2013 sebesar 1,03%.

2.4 Rumah Tangga Hortikultura

Jumlah rumah tangga yang menggantungkan mata

pencaharian dan pendapatan keluarganya pada sektor

hortikultura pada tahun 2013 mengalami penurunan

sebesar 37,40% jika dibandingkan pada tahun 2003.

Secara rinci penyerapan Rumah tangga hortikultura

dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

Gambar 7. Perkembangan NTP Hortikultura Tahun 2010-2013

Page 42: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

22 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Tabel 8. Rumah Tangga Hortikultura Tahun 2003

dan 2013

No Parameter Tahun

Peru-bahan (%) 2003 2013

1 Rumah

Tangga

Hortikultura

(kk)

16.937.617

10.602.142 (37,40)

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura

Penurunan jumlah rumah tangga ini disebabkan oleh

meningkatnya urbanisasi tenaga kerja produktif dari

subsektor hortikultura di pedesaan ke sektor industri,

perdagangan dan jasa lainnya yang ada di perkotaan.

Meningkatnya urbanisasi ini disebabkan oleh semakin

menyempitnya lahan usaha untuk komoditas

hortikultura akibat alih fungsi lahan yang berdampak

pada terjadinya inefisiensi usaha pada subsektor

hortikultura sehingga tidak berprospek baik lagi untuk

menopang kehidupan keluarga.

Namun demikian potensi pengembangan sektor

hortikultura dimasa yang akan datang masih sangat

terbuka lebar dalam rangka mendukung

pembangunan pertanian nasional. Besarnya potensi

pengembangan sektor hortikultura ini perlu mendapat

perhatian dari para pemangku kebijakan agar sektor

hortikultura dapat berperan dalam mendukung

Page 43: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 23

pembangunan nasional terutama untuk mengatasi

pengangguran, memenuhi kebutuhan gizi masyarakat,

peningkatan ekspor hortikultura dalam perdagangan

internasional, hingga berperan dalam bisnis

agrowisata yang tentu saja sangat berdampak positif

terhadap kemajuan pembangunan nasional.

Pengetatan impor hortikultura akan mendorong minat

petani lokal untuk berbudidaya secara intensif,

sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan

konsumsi lokal dan mendorong penyerapan tenaga

kerja yang signifikan dalam jangka panjang di sektor

pertanian.

Page 44: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

24 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Page 45: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 25

BAB III CAPAIAN PRODUKSI HORTIKULTURA

TAHUN 2010-2014

3.1 Capaian Produksi Komoditas Utama Hortikultura

Dalam rangka mencapai target utama pengembangan

hortikultura dan mendukung pencapaian 4 target utama

Kementerian Pertanian selama periode 2010 – 2014,

selanjutnya diimplementasikan oleh Direktorat Jenderal

Hortikultura melalui pelaksanaan sasaran strategis

pembangunan hortikultura yaitu program peningkatan

produksi, produktiivitas dan mutu produk tanaman

hortikultura yang aman konsumsi, berdaya saing dan

berkelanjutan.

Selama lima tahun berjalan, kegiatan yang telah

difasilitasi melalui dana APBN untuk mewujudkan

pengembangan hortikultura memperlihatkan capaian

kinerja yang cukup baik. Hal ini terlihat dari sandingan

pengukuran target yang telah ditetapkan dibandingkan

dengan pencapaian realisasi targetnya.

Adapun Indikator dari sasaran strategis dapat dilihat

dalam tabel 9 berikut:

Page 46: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

26 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Tabel 9. Indikator Sasaran Strategis Pembangunan

Hortikultura Tahun 2010-2014

No Indikator Strategis

Target

2010 2011 2012 2013 2014

1 Produksi Hortikultura

A Buah (Ribu Ton) 18.853 17.863 18.670 19.591 20.629

1 Jeruk 2.608 2.116 2.139 2.244 2.363

2 Mangga 2.233 1.842 2.351 2.467 2.598

3 Manggis 79 97 102 107 113

4 Durian 696 568 766 804 847

5 Pisang 6.248 6.361 6.399 6.715 7.070

6 Buah Pohon dan Perdu Lainnya

3.934 3.695 3.705 3.888 4.094

7 Buah Semusim dan Merambat

814 753 762 800 842

8 Buah Terna Lainnya

2.240 2.431 2.446 2.566 2.702

B Florikultura (Ribu Tangkai)

248.080 414.058 431.523 449.698 468.604

1 Anggrek (Ribu Tangkai)

17.659 14.492 14.949 15.420 15.907

2 Krisan (Ribu Tangkai)

115.693 193.132 201.369 209.957 218.911

3 Tanaman Hias Bunga dan Daun Lainnya (Ribu Tangkai)

114.728 206.433 215.205 224.322 233.786

4 Tanaman Pot dan Tanaman Taman (Ribu Pohon)

12.183 15.131 15.712 16.317 16.959

5 Tanaman Bunga Tabur (melati) (Ribu Ton)

24.971 22.741 23.943 25.210 26.545

Page 47: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 27

No Indikator Strategis

Target

2010 2011 2012 2013 2014

C Sayuran (Ribu Ton)

1 Cabai 1.240 1.375 1.424 1.473 1.525

2 Bawang Merah 892 1.085 1.122 1.161 1.202

3 Kentang 1.121 1.093 1.128 1.168 1.211

4 Jamur 51 64 67 70 74

6 Sayuran daun 3.187 3.211 3.313 3.421 3.535

7 Sayuran buah lainnya

3.673 3.836 4.044 4.271 4.521

D Tanaman Obat (Ribu Ton)

1 Temulawak 24.389 27.738 28.903 30.218 31.729

2 Tanaman Obat Rimpang

393.517 337.463 351.636 367.636 386.018

3 Tanaman Obat Non Rimpang lainnya

70.027 70.487 73.625 76.946 80.462

2 Ketersediaan Benih Bermutu (%)

Benih Buah (%) 3 3 3 4 4

Benih Florikultura (%)

2 2 2 3 3

Benih Sayur (%) 2 2 2 4 4

Benih Tanaman Obat (%)

1 1 1 2 2

3 Luas Serangan OPT Hortikultura terhadap Total Luas Panen (%)

Maks. 5% thd

luas panen

Maks. 4,5% thd

luas panen

Maks. 5% thd

luas panen

Maks. 5% thd

luas panen

Maks. 5% thd

luas panen

Sumber: Ditjen Hortikultura, 2010-2014

Page 48: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

28 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Sebagai catatan, angka produksi tahun 2014 yang

digunakan adalah angka prognosa. Angka prognosa

produksi hortikultura Tahun 2014 diperoleh dari angka

realisasi yang masuk berdasarkan laporan Rekapitulasi

Provinsi Statistik Pertanian Hortikultura (RPSPH) yang

dikirimkan oleh Dinas Pertanian provinsi setiap bulan dan

estimasi dari laporan yang belum masuk. Angka

prognosa Tahun 2014 masih akan mengalami perubahan

pada waktu penetapan Angka Tetap pada bulan Juni

2015. Angka prognosa produksi hortikultura Tahun 2014

tidaklah sepenuhnya merupakan cerminan kinerja

dengan alokasi anggaran yang disediakan, melainkan

merupakan akumulasi peran dan dukungan pihak swasta

dan dukungan swadaya masyarakat luas. Pada tahun

2011 terdapat revisi terhadap target pengukuran kinerja

untuk target produksi hortikultura Direktorat Jenderal

Hortikulturatahun 2011 hingga 2014. Secara rinci

realisasi capaian kinerja produksi hortikultura

berdasarkan kelompok komoditas disajikan pada Tabel

10.

Page 49: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 29

Tabel 10. Resume Pencapaian Target Produksi Komoditas Hortikultura terhadap

Renstra 2010 – 2014.

Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2010-2014

Tabel 11. Capaian Produksi Buah terhadap Renstra 2010 – 2014.

Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2010-2014

Page 50: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

30 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Tabel 12. Perkembangan Produksi Buah Tahun 2010 – 2014

Sumber: BPS-RI dan Ditjen Hortikultura, 2010-2014

Keterangan : *) Berdasarkan angka prognosa Tahun 2014

Page 51: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 31

Dalam bahasan capaian produksi ini, komoditas hortikultura

dibedakan menjadi empat kelompok komoditas yaitu Buah,

Florikultura, Sayuran dan Tanaman Obat. Pencapaian target

produksi untuk komoditas buah sangat baik, dimana capaian

realisasi produksi dibandingkan dengan targetnya selama 5

tahun terakhir cukup tinggi yaitu dari tahun 2010 hingga

2014 secara berturut-turut adalah 82,16%, 102,52%,

101,32%, 93,35% dan 93,19%. Fluktuasi capaian produksi

pada tanaman buah disebabkan antara lain oleh adanya

peningkatan dan penurunan produksi yang signifikan pada

beberapa komoditas. Data capaian produksi komoditas

utama buah terhadap target Renstra disajikan pada tabel

10, sedangkan data perkembangan produksi buah selama

tahun 2010-2014 disajikan pada tabel 12.

Peningkatan produksi komoditas utama buah selama lima

tahun terakhir yaitu sejak 2010-2014 adalah sebagai

berikut; Produksi jeruk selama 5 tahun menurun sebesar

4,07%. Hal ini disebabkan sebagian daerah sentra produksi

utama terserang hama dan penyakit yaitu lalat buah,

diplodia, CVPD, busuk pangkal batang dan antraknosa,

kerusakan pertanaman di Kabupaten Karo, Provinsi

Sumatera Utara akibat terkena abu vulkanik karena bencana

Gunung Sinabung seluas 1.058 ha yang terdapat di 4

(empat) kecamatan yaitu Kecamatan Simpang Empat,

Kecamatan Namateran, Kecamatan Payung dan Kecamatan

Merdeka Selain itu juga adanya petani jeruk yang beralih ke

komoditas lain sehingga luas lahan penanaman jeruk

semakin berkurang. Selain itu, penurunan produksi jeruk di

Page 52: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

32 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

sentra produksi utama disebabkan oleh pemeliharaan

tanaman di lapangan belum optimal dan budidaya belum

mengacu pada GAP/ SOP sehingga banyak kebun yang

kurang terawat misalnya di Kabupaten Timor Tengah

Selatan dan Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara

Timur (NTT). Disamping itu kondisi tanaman jeruk di

sebagian sentra produksi banyak yang sudah tua (tidak

produktif). Penanganan pascapanen masih belum baik

menyebabkan tingkat kehilangan hasil yang cukup tinggi

serta sarana pengairan masih kurang memadai. Saat ini alat

pascapanen yang tersedia baru berupa keranjang panen,

gunting panen dan lain-lain.

Sedangkan untuk produksi mangga selama 5 tahun secara

rata-rata meningkat sebesar 17,84%. Hal ini disebabkan

oleh; 1) kawasan mangga sudah mulai berproduksi, 2)

pengelolaan kebun semakin baik di tingkat petani, 3)

penerapan GAP dan SOP sudah optimal 4) dukungan dana

APBN dan APBD dalam rangka mendukung pengembangan

kawasan, 5) gerakan pengendalian OPT dan peningkatan

kelembagaan petani semakin baik, 6) dukungan

ketersediaan benih bermutu, 7) dukungan dari badan

litbang berupa penerapan pascapanen seperti Heat Water

Treatment (HWT), penerapan off season terutama di

Provinsi Jawa Barat, penggunaan perangkap lalat buah

wooden block di kabupaten Indramayu, 8) penerapan

GAP/SOP dan GHP. Tidak jauh berbeda dengan mangga,

Page 53: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 33

perkembangan manggis selama 5 tahun meningkat sedikit

lebih tinggi yaitu sebesar 21,69 %.

Perkembangan produksi buah tertinggi selama 5 tahun

dicapai oleh durian, produksinya rata-rata meningkat

sebesar 20,90%. Peningkatan tersebut disebut disebabkan

karena kawasan pengembangan durian pada 10 tahun

terakhir sudah berbuah sehingga memberikan sharing

produksi yang signifikan. Adapun kawasan pengembangan

durian yang sudah mulai berbuah yaitu di Provinsi Bengkulu

Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Sulawesi Selatan yaitu

Kabupaten Luwu, Kota Palopo dan Kabupaten Luwu Utara,

di Provinsi Sulawesi Tengah yaitu Parigi Mautong dan

Kabupaten Buol dan Provinsi Kalimantan Barat yaitu di

Kabupaten Sanggau.

Perkembangan produksi pisang secara rata-rata selama 5

tahun terakhir meningkat sebesar 2,68%. Hal ini disebabkan

adanya peningkatan produksi pisang dari pertanaman 2

(dua) tahun terakhir yaitu di Kabupaten Lampung Selatan

(Provinsi Lampung), Kabupaten Cianjur dan Sukabumi

(Provinsi Jawa Barat), Kabupaten Lumajang dan Malang

(Provinsi Jawa Timur).

Selama 5 tahun terakhir, perkembangan produksi buah

semusim dan merambat meningkat sebesar 12,57%.

Peningkatan disebabkan karena pengelolaan kebun pada

kawasan buah semusim dan merambat yang semakin

intensif, penerapan GAP/SOP dan GHP, bimbingan teknis

dari Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB (PKHT-IPB) untuk

Page 54: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

34 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

komoditas melon, dukungan penyediaan benih bermutu dan

meningkatnya permintaan perhotelan akan buah melon dan

semangka. Sedangkan untuk Perkembangan capaian rata-

rata buah terna lainnya selama 5 tahun baru mencapai

7,72%, serta untuk buah pohon dan perdu lainnya

mencapai 9,39%.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan produksi

buah (jeruk, mangga, manggis, durian dan pisang) antara

lain disebabkan oleh pengembangan kawasan baik

perluasan maupun pemantapan, perbaikan teknologi

budidaya melalui penerapan GAP/SOP, dan perbaikan

penanganan pascapanen. Sedangkan, penurunan produksi

juga terjadi pada komoditas lainnya sebagai akibat

terjadinya anomali iklim, dan alih fungsi lahan serta

penggantian dengan komoditas lain dalam pengembangan

kawasan buah yang berkelanjutan perlu dukungan dari

instansi terkait.

Page 55: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 35

Tabel 13. Capaian Produksi Florikultura terhadap Renstra 2010 – 2014.

Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2010-2014

Page 56: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

36 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Tabel 14. Perkembangan Produksi Florikultura Tahun 2010-2014

Sumber: BPS-RI dan Ditjen Hortikultura, 2010-2014

Keterangan : *) Berdasarkan angka prognosa Tahun 2014

Page 57: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 37

Berdasarkan realisasi pencapaian target produksi,

florikultura adalah komoditas yang memperlihatkan capaian

produksi yang sangat baik. Meskipun trendnya berfluktuasi,

namun capaian target produksi sangat tinggi yaitu selalu

diatas 100%, seperti pada tahun 2010 realisasi produksi

mencapai 155,51%, dan agak menurun sedikit menjadi

118,68% capaian produksinya di tahun 2011, tapi terus

meningkat menjadi 143,68% dan 152,87 di tahun 2012 dan

2013. Namun di tahun 2014, berdasarkan angka prognosa

terlihat bahwa pencapaian target produksi florikultura agak

menurun yaitu menjadi 124,37%.

Untuk perkembangan produksi komoditas utama florikultura

yaitu anggrek, produksi anggrek selama 5 tahun meningkat

12,04%. Sedangkan produksi krisan selama 5 tahun

meningkat sebesar 23,99% lebih tinggi pertumbuhannya

dibandingkan dengan anggrek. Perkembangan produksi

tanaman hias bunga dan daun lainnya secara rata-rata

meningkat sebesar 14.41%. Perkembangan produksi

tanaman pot dan lansekap selama 5 tahun secara rata-rata

meningkat sebesar 9,32%. Untuk melati selama 5 tahun

perkembangan produksi meningkat sebesar 11,88%.

Peningkatan produksi florikultura secara keseluruhan

tersebut disebabkan oleh semakin berkembangnya gaya

hidup, selera masyarakat serta pemanfaatan benih bermutu

dan adopsi teknologi terbaru. Dengan meningkatnya

pemanfaatan florikultura, maka permintaan pasar domestik

dalam beberapa tahun terakhir meningkat pula sehingga

dapat menggerakkan sektor produksi florikultura di berbagai

daerah. Produksi florikultura sangat dipengaruhi oleh

permintaan pasar dan kondisi perekonomian nasional.

Page 58: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

38 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Capaian produksi florikultura terhadap target Renstra tahun

2010-2014 disajikan pada tabel 13, sedangkan

perkembangan produksi florikultura selama lima tahun

terakhir terdapat pada tabel 14.

Sedangkan untuk sayuran realisasi capaian produksi sejak

tahun 2010 hingga saat ini adalah sebesar 100,88% di

tahun 2010, capaian produksi di tahun 2011 terhadap target

menurun menjadi 97,65%, kemudian mencapai 97,18% di

tahun 2012 dan menurun menjadi 95,62% di tahun 2013,

kemudian menurun menjadi 91,74% di tahun 2014. Bila

dilihat dari trend capaian produksi sayuran, komoditas

cabai, kentang dan bawang merah berperan sebagai

kontributor utama atau penyumbang tingginya capaian

produksi sayuran terhadap target Renstra selama tahun lima

tahun terakhir. Data tersebut disajikan pada tabel 15,

sedangkan perkembangan produksi komoditas sayuran

utama dan lainnya dikemukakan pada tabel 16.

Perkembangan produksi sayuran selama 5 tahun (2010-

2014) meningkat sebesar 1,99%. Peningkatan tertinggi di

sumbang oleh cabai yaitu sebesar 8,91%, sayuran umbi

lainnya 8,76% dan bawang merah 4,16%. Peningkatan

produksi cabai didukung oleh alokasi dana APBN yang

konsisten dari tahun ke tahun, dukungan total dari

Direktorat Jenderal Hortikultura dari aspek budidaya,

pascapanen, perbenihan, perlindungan dan manajerial,

peran serta petani, masyarakat dan kegiatan Lembaga

Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3) dan Gerakan

Perempuan untuk Optimalisasi Pekarangan.

Page 59: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 39

Perkembangan rata-rata capaian produksi bawang merah

selama 5 tahun sebesar 4,16%. Peningkatan tersebut

disebabkan oleh permintaan konsumen yang cenderung

meningkat dan dukungan penuh dari Direktorat Jenderal

Hortikultura.

Perkembangan produksi kentang selama 5 tahun secara

rata-rata cenderung menurun yaitu sebesar 0,51%.

Penurunan tersebut disebabkan karena penurunan luas

tanam kentang di sentra-sentra produksi serta tekanan yang

cukup kuat dari masyarakat “Go Green” yang menengarai

bahwa pertanaman kentang pada umumnya di dataran

tinggi, sehingga menyebabkan erosi dan kerusakan

lingkungan. Sebagian petani cenderung melakukan rotasi

tanaman kentang dengan tanaman lain yang lebih ramah

lingkungan.

Perkembangan produksi jamur selama 5 tahun cenderung

menurun. Secara rata-rata produksi jamur menurun sebesar

20,09%. Penurunan tersebut disebabkan karena sumber

bahan baku media tanam (jamur merang) semakin

berkurang baik dari segi jumlah maupun mutu. Hal tersebut

terjadi karena proses panen padi menggunakan power

thresher sehingga tidak menyisakan batang padi yang layak

untuk media tanam jamur merang. Selain itu kualitas benih

jamur, khususnya jamur merang yang semakin menurun.

Sampai saat ini belum ada varietas unggulan nasional jamur

merang yang dihasilkan oleh Indonesia. Bibit jamur yang

ditanam oleh petani jamur di wilayah Pantura sebagian

besar merupakan “bibit sambung” (diperbanyak dari bibit

sebar). Penyebab lainnya adalah kebijakan pengembangan

sayuran dan tanaman obat diprioritaskan kepada cabai dan

Page 60: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

40 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

bawang, sehingga sentuhan kebijakan dan anggaran untuk

jamur secara proporsional semakin berkurang, hal tersebut

menjadi salah satu penyebab berkurangnya luasan dan

produksi jamur.

Perkembangan produksi sayuran umbi lainnya selama 5

tahun secara rata-rata meningkat sebesar 8,76%.

Peningkatan ini disebabkan terutama karena meningkatnya

luas tanam dan produksi wortel.

Perkembangan produksi sayuran daun selama 5 tahun

secara rata-rata menurun sebesar 0,11%. Peningkatan

tersebut disebabkan karena sayuran daun bukan merupakan

komoditas prioritas bagi petani, biasanya hanya merupakan

rotasi tanaman dengan tanaman sayuran lainnya yang

ditanam dengan pola tumpang sari dan luas tanam kecil-

kecil.

Perkembangan produksi sayuran buah lainnya selama 5

tahun secara rata-rata meningkat sebesar 0,92%.

Peningkatan ini disebabkan karena rotasi tanaman yang

dilakukan, sebagian diganti dengan tanaman sayuran buah

yang diminati konsumen.

Secara umum peningkatan capaian produksi sayuran antara

lain disebabkan oleh pengembangan kawasan, penerapan

GAP dan GHP, optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan,

dan peningkatan produktivitas hasil per Hektar.

Page 61: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 41

Tabel 15. Capaian Produksi Sayuran terhadap Renstra 2010 – 2014.

Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2010-2014

Page 62: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

42 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Tabel 16. Perkembangan Produksi Sayuran Tahun 2010-2014

Sumber: BPS-RI dan Ditjen Hortikultura, 2010-2014

Keterangan : *) Berdasarkan angka prognosa Tahun 2014

Page 63: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 43

Tabel 17. Capaian Produksi Tanaman Obat terhadap Renstra 2010 – 2014.

Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2010-2014

Page 64: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

44 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Tabel 18. Perkembangan Produksi Tanaman Obat Tahun 2010-2014

Sumber: BPS-RI dan Ditjen Hortikultura, 2010-2014

Keterangan : *) Berdasarkan angka prognosa Tahun 2014

Page 65: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 45

Untuk komoditas tanaman obat, capaian target produksi

selama lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan

capaian produksi yang signifikan. Dimana pada tahun 2010

capaian produksi hanya sebesar 85,81% namun

pertumbuhannya meningkat 6,58% pada tahun 2011

menjadi 91,46%. Angka capaian produksi tanaman obat

terus menunjukkan peningkatan pada tahun 2012 sebesar

98,95% menjadi 114,03% di tahun 2013 dan sebesar

104,45% di tahun 2014. Rincian capaian target produksi

tanaman obat terhadap Renstra disajikan pada Tabel 17,

dan perkembangan produksi tanaman obat selama tahun

2010-2014 disajikan pada tabel 18.

Selama periode 2010-2014, perkembangan produksi

komoditas utama tanaman obat yaitu temulawak secara

rata-rata meningkat sebesar 13,94%. Peningkatan tersebut

disebabkan karena temulawak merupakan tanaman obat

unggulan Indonesia yang mendapat sentuhan dana

pengembangan, walau dalam proporsi yang terbatas.

Daerah pengembangan kawasan selama 5 tahun terakhir

adalah Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kabupaten

Sukabumi, dan Kabupaten Purworejo. Dalam

pengembangan kawasan temulawak harus didekatkan dan

dimitrakan dengan Industri Obat Tradisional yang berbahan

baku temulawak. Salah satu contoh pengembangan

temulawak di Kabupaten Sukabumi yang bermitra dengan

PT. Soho Industri Pharmasi. Trend/gaya hidup masyarakat

Indonesia yang kembali ke alam mendorong meningkatnya

konsumsi jamu, sehingga mendorong petani untuk

menanam temulawak. Ditambah dengan gaung icon “Korea

Punya Ginseng, Indonesia Punya Temulawak”.

Page 66: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

46 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Perkembangan produksi tanaman obat non rimpang selama

5 tahun sebesar 8,08%. Peningkatan tersebut disebabkan

karena kegiatan pengembangan kawasan tanaman obat

terlaksana baik melalui fasilitasi APBN, APBD, maupun

swadaya kelompok tani. Hal ini didorong oleh peningkatan

minat bertanam tanaman obat atau biofarmaka sebagai

sumber pendapatan atau kesejahteraan anggota kelompok.

Selain itu kesadaran masyarakat terhadap khasiat tanaman

obat asli Indonesia dalam rangka menjaga kesehatan dan

kebugaran tubuh semakin meningkat dan dirasakan

berdampak positif terhadap kualitas kesehatan untuk jangka

panjang. Sebagian kelompok pengembang tanaman obat

telah mendapatkan sosialisasi penerapan budidaya tanaman

obat yang baik (GAP Tanaman Obat) dalam rangka menuju

peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil yang

berkelanjutan serta ramah lingkungan.

Peningkatan capaian target produksi tersebut berasal dari

tanaman obat jenis rimpang dan non rimpang yang

cenderung menunjukkan trend positif seiring dengan

meningkatnya permintaan pasar dan industri obat herbal.

Tingginya permintaan pasar dan industri herba serta

dukungan iklim yang baik menyebabkan tingginya

pertumbuhan pertanaman rimpang dan non rimpang. Hal ini

mendorong petani untuk membudidayakan tanaman obat

secara intensif dan berdampak pula pada meningkatnya luas

panen.

Page 67: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 47

Pencapaian sasaran dan target peningkatan produksi

hortikultura Direktorat Jenderal Hortikultura selama lima

tahun terakhir (tahun 2010 – 2014) tidak dapat dipungkiri

antara lain disebabkan oleh hasil pelaksanaan program dan

atau kegiatan pada lima tahun kebelakang, yaitu; 1)

Fasilitasi Terpadu Inventasi Hortikultura (FATIH), yang telah

berperan menciptakan iklim usaha yang kondusif di bidang

hortikultura sekaligus meningkatkan daya saing produk.

Melalui FATIH ini maka pelayanan dan program dari seluruh

kelembagaan pemerintah dapat terintegrasi sehingga lebih

menghidupkan dan memperbaiki iklim investasi di bidang

hortikultura; serta 2) Supply Chain Management (SCM),

dilakukan sebagai upaya untuk mengurai permasalahan

ketimpangan porsi margin antara produsen dengan

pedagang. Sehingga diharapkan ke depan, petani selaku

produsen dapat menikmati porsi margin yang setidaknya

lebih besar atau sama besar dengan yang saat ini dinikmati

oleh pedagang.

3.2 Peningkatan Ketersediaan Benih

Ketersediaan benih bermutu untuk komoditas hortikultura

selama periode 2010-2014 cenderung meningkat. Selama ini

kebutuhan benih hortikultura untuk pengembangan usaha

agribisnis dipenuhi dari produksi dalam negeri. Benih

hortikultura diproduksi oleh Balai Benih Hortikultura,

penangkar benih, produsen benih swasta. Untuk beberapa

komoditas yang benihnya tidak dapat diproduksi di dalam

Page 68: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

48 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

negeri karena agroklimatnya tidak memungkinkan, benihnya

masih diimport, seperti kubis, sawi putih, brokoli dan

keluarga brassica lainnya. Pemasukan benih dari luar negeri

juga dapat dilakukan bila produksi benih dalam negeri

belum mencukupi kebutuhan, seperti benih kentang untuk

industri keripik (varietas atlantik), benih anggrek hibrida

jenis Phalaenopsis, Dendrobium, benih lili, dan lain-lain.

Salah satu tugas Direktorat Jenderal Hortikultura adalah

meningkatkan ketersediaan benih hortikultura bermutu,

yang pada akhirnya akan berdampak pada meningkatnya

produksi dan produktivitas hortikultura. Bila dibandingkan

capaian ketersediaan benih dengan target peningkatan

ketersediaan benih hortikultura berdasarkan penetapan

kinerja hortikultura Tahun 2010-2014 dengan realisasi

ketersediaan benih, secara umum kenaikannya diatas

100%. Capaian peningkatan ketersediaan benih didukung

oleh adanya penguatan kelembagaan perbenihan,

pemasyarakatan benih bermutu dan pembinaan penyediaan

penggunaan benih bermutu. Data capaian ketersediaan

benih hortikultura bermutu sejak tahun 2010 hingga 2014

ditampilkan pada Tabel 19.

Page 69: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 49

Tabel 19. Capaian Ketersediaan Benih Hortikultura Bermutu

Tabel 20. Peningkatan ketersediaan benih hortikultura

tahun 2010- 2014

No Komoditas Ketersediaan benih

2010 2011 2012 2013 2014

1. Benih buah

(batang) 37.977.141 27.855.198 28.096.969 29.495.211 30.910.981

2.

Benih

florikultura

(tanaman)

117.506.424 120.191.446 124.809.175 130.202.472 135.540.773

3. Benih

sayuran (kg) 42.364.414 47.522.811 57.199.234 67.003.683 70.521.376

4. Benih obat

(kg) 575.838 590.234 604.990 620.115 648.020

Sumber: Ditjen Hortikultura, 2010-2014

Sumber: Ditjen Hortikultura, 2010-2014

Page 70: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

50 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Berdasarkan data pada tabel 20 dapat terlihat bahwa

ketersediaan benih dari tahun 2010 hingga 2014 selalu

mengalami peningkatan dari target yang ditetapkan. Rata-

rata capaian peningkatan berkisar antara 120 – 150 %.

Dengan begitu, ketersediaan benih hortikultura telah dapat

memenuhi kurang lebih sekitar 20 – 30 % dari kebutuhan

nasional setiap tahunnya. Hal ini menggambarkan bahwa

petani hortikultura sudah memahami akan pentingnya benih

bermutu dalam berbudidaya hortikultura yang benar.

Sehingga penangkar benih dan produsen benih sudah harus

meningkatkan hasil produksi benih hortikultura untuk

memenuhi kebutuhan benih nasional.

3.2.1 Ketersediaan Benih Tanaman Buah

Dalam penyediaan benih tanaman buah tahunan,

dibutuhkan waktu relatif lama sekitar 1 sampai 3 tahun

tergantung kepada komoditasnya. Untuk memenuhi

kebutuhan dalam skala besar, masih ditemui beberapa

permasalahan karena benih tanaman buah tahunan

lebih banyak diproduksi oleh penangkar perorangan

atau kelompok penangkar yang belum berbadan usaha

(belum mempunyai PT atau CV) yang modalnya masih

terbatas. Ketersediaan benih buah tahunan dapat

dipenuhi sesuai permintaan bila dilakukan pemesanan

1-3 tahun di muka, tergantung komoditasnya.

Page 71: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 51

Secara umum, target pencapaian peningkatan

ketersediaan benih buah selama lima tahun terakhir

dapat terealisasi. Perbanyakan benih tanaman buah

lebih cenderung pada komoditas mangga, rambutan,

durian, jeruk, manggis dan pisang. Hal ini terkait

dengan kegiatan pengembangan kawasan/kebun buah.

Untuk komoditas tanaman buah semusim seperti melon

dan semangka, perbanyakan benihnya dilakukan oleh

produsen benih swasta yang berbadan usaha (PT atau

CV). Ketersediaan benih buah semusim (benihnya

berbentuk biji) sudah dapat memenuhi permintaan

petani. Bahkan untuk melon dan semangka, Indonesia

sudah melakukan ekspor.

Peningkatan ketersediaan benih buah disebabkan

antara lain; 1) Informasi kebutuhan benih untuk

mendukung program pengembangan komoditas buah di

sentra buah-buahan, seperti : srikaya rofi , mangga

garifta , jambu kristal dan alpokat Fuertindo sudah

disampaikan ke penangkar-penangkar benih buah di

sentra buah-buahan, 2) Benih sumber di penangkar

benih semakin tersedia melalui fasilitasi pemerintah

pusat, daerah maupun swadaya penangkar, 3)

Kemampuan penangkar dalam memproduksi benih

buah semakin meningkat dengan adanya pelatihan/

magang, 4) Sudah tersedia SOP perbanyakan benih

buah.

Page 72: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

52 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Selain itu bantuan dari APBN maupun APBD untuk

sarana produksi benih seperti screen house, rumah

lindung dan sarana produksi benih lainnya untuk

penangkar, sudah dimanfaatkan dengan baik. Salah

satu peran yang sangat penting untuk mencapai

peningkatan ketersediaan benih adalah pendampingan

dan pembinaan kepada produsen benih dan penangkar,

untuk memproduksi benih sesuai dengan SOP produksi

benih dan menghasilkan benih yang bersertifikat.

3.2.2. Ketersediaan Benih Tanaman Sayuran

Pengembangan benih tanaman sayuran ditujukan untuk

mencukupi ketersediaan benih dalam negeri sekaligus

untuk diekspor. Ketersediaan benih sayuran

diprioritaskan pada program pengembangan benih

kentang, bawang merah, bawang putih, jamur dan

sayuran biji seperti cabai, tomat, kangkung, mentimun,

paria, terung dan lain-lain.

Ketersediaan benih sayuran di dalam negeri dicapai dari

hasil produksi Balai Benih Hortikultura, penangkar

benih, dan produsen benih dalam bentuk perusahaan.

Untuk produksi benih biji sayur dihasilkan oleh

produsen benih di dalam negeri yang berupa

perusahaan, sedangkan produksi benih sayur umbi

(kentang, bawang merah, bawang putih) umumnya

dihasilkan oleh penangkar benih. Dari target

peningkatan ketersediaan benih tanaman sayuran yang

ditetapkan pada tahun 2010 sampai dengan 2014,

Page 73: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 53

selama lima tahun tersebut semua target rata-rata telah

tercapai, kecuali pada tahun 2012 dimana capaian

ketersediaan benih sayur hanya mampu memenuhi

94,5% dari target yang telah ditetapkan.

Peningkatan ketersediaan benih sayur disebabkan

antara lain oleh peran pemerintah dalam; 1) Fasilitasi

sarana produksi benih, antara lain bantuan screen

house, laboratorium kultur jaringan, fasilitas aeroponik,

gudang benih, dan benih sumber, 2) pembinaan dan

pendampingan kepada penangkar benih untuk

menghasilkan benih bermutu, 3) Peraturan-peraturan

yang dibuat untuk meningkatkan ketersediaan benih di

dalam negeri, seperti impor benih hanya boleh

dilakukan selama 2 tahun, selanjutnya harus diproduksi

didalam negeri, 4) pedoman-pedoman dan panduan

sop produksi benih yang dibagikan kepada penangkar

benih, 5) mendorong perusahaan benih swasta untuk

melakukan sertifikasi mandiri/ LSSM.

3.2.3. Ketersediaan Benih Tanaman Obat

Penyediaan benih tanaman obat selama ini dipenuhi

dari produksi dalam negeri. Pada umumnya

perbanyakan dilakukan sendiri oleh para petani dengan

cara seleksi hasil pertanaman sebelumnya. Usaha

produksi benih tanaman obat secara komersial belum

banyak dilakukan, sehingga pertumbuhan penyediaan

benihnya lebih lambat dibandingkan komoditas lainnya.

Jenis-jenis komoditas tanaman obat yang

dikembangkan antara lain adalah jahe, kencur,

Page 74: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

54 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

temulawak, kunyit, purwoceng, lidah buaya, dan lain-

lain.

Target peningkatan ketersediaan benih tanaman obat

yang ditetapkan pada tahun 2010 hingga 2012 yaitu

sebesar 1%, dan meningkat menjadi 2% di tahun 2013,

semua target tersebut dapat terealisasi. Pengembangan

benih tanaman obat semakin meningkat setiap

tahunnya, disebabkan oleh banyaknya permintaan

benih tanaman obat untuk penyediaan bahan baku

industri jamu dan obat-obatan.

Meningkatnya capaian peningkatan ketersediaan benih

tanaman obat menjadi 2,5% dan 2,0 % di tahun 2013

dan 2014 dari target yang ditentukan disebabkan

adanya: 1) Bantuan benih sumber dari Pemerintah, 2)

Pelatihan produksi benih untuk penangkar, 3)

Penyediaan SOP produksi benih, 4) Bantuan gudang

benih dari Pemerintah.

3.2.4. Ketersediaan Benih Tanaman Florikultura

Target peningkatan ketersediaan benih florikultura yang

ditetapkan pada tahun 2010 hingga 2012 adalah

sebesar 2%, selanjutnya target tahun 2013 hingga

2014 ditingkatkan menjadi 3%, secara nyata target

tersebut dapat terpenuhi dengan meningkatnya

persentase ketersediaan benih florikultura melebihi

target yang telah ditetapkan. Perkembangan

perbenihan tanaman florikultura sampai saat ini telah

menunjukkan kemajuan, walaupun produksi benih

florikultura masih dilakukan secara konvensional.

Page 75: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 55

Pengembangan perbenihan florikultura diprioritaskan

pada tanaman anggrek, krisan, melati, sedap malam,

mawar dan gladiol.

Meningkatnya capaian ketersediaan benih florikultura

antara lain disebabkan oleh permintaan pasar akan

bunga potong, bunga pot dan bunga tabur semakin

tinggi, sehingga mendorong penangkar dan produsen

benih florikultura untuk memproduksi benih lebih

banyak lagi. Di daerah perkotaan benih flori diperlukan

untuk mendukung pembangunan/ pemeliharaan taman-

taman terbuka, taman di sisi jalan, taman di gedung

perkantoran, hotel, rumah sakit dan halaman rumah

tangga.

Peningkatan ketersediaan benih florikultura antara lain

disebabkan adanya fasilitasi 1) Sarana produksi benih

berupa screenhouse, rumah pembibitan, laboratorium

kultur jaringan, rumah lindung dan benih sumber

kepada penangkar, 2) pelatihan penangkar benih, 3)

tersedianya SOP benih florikultura.

3.3 Proporsi Luas Serangan OPT

Perlindungan tanaman merupakan bagian integral penting

dari sistem produksi dan pemasaran hasil pertanian,

terutama dalam mempertahankan tingkat produktivitas

pada taraf tinggi dan mutu aman konsumsi. Hal ini dapat

dilaksanakan dalam bentuk kegiatan Pengendalian Hama

Terpadu (PHT) pada usahatani sesuai GAP, sehingga

kehilangan hasil akibat Dampak Perubahan Iklim (DPI)

Page 76: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

56 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

seperti banjir, kekeringan dan serangan OPT menjadi

minimal.

Salah satu indikator strategis yang ditargetkan oleh

Direktorat Jenderal Hortikultura adalah terkelolanya

menurunkan serangan Organisme Pengganggu Tanaman

(OPT) dengan proporsi luas serangan OPT terhadap total

luas panen maksimal 5 % per tahun.

Capaian Proporsi Luas Serangan OPT Terhadap Luas

Panen tahun 2014, rata-rata adalah 1,94% dengan

kisaran antara 0,23 % - 3,35 %, meliputi OPT buah 2,8 %,

OPT Sayuran 3,35 %, OPT Florikultura 0,33 % dan OPT

tanaman obat 0,23%. Proporsi luas serangan OPT

hortikultura tahun 2014 meningkat 0,11 % dibandingkan

dengan luas serangan tahun 2013 (1,83 %). Capaian

penurunan luas serangan OPT terhadap luas panen 1,94%

artinya dapat mengamankan produksi hortikultura sebesar

98,06%. Nilai capaian ini telah melampaui di atas target

yaitu sebesar 257,73 % bila dibandingkan dengan target

sebesar 5 % per tahun. Perbandingan proporsi luas

serangan OPT terhadap luas panen hortikultura selama 5

tahun terakhir disajikan pada Tabel 21.

Page 77: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 57

Tabel 21. Target dan Capaian Proporsi Luas

Serangan OPT Hortikultura terhadap Total

Luas Panen Tahun 2010 -2014

Capaian proporsi luas serangan OPT terhadap luas panen,

selama lima tahun terakhir sudah sangat baik. Capaian

Proporsi Luas Serangan OPT terhadap total luas panen pada

tahun 2010 sebesar 5% dan pada tahun berikutnya proporsi

luas serangan OPT menurun menjadi 1,58% di tahun 2011,

sebesar 2,28% di tahun 2012, 1,83% di tahun 2013 dan

menjadi 1,94 % di tahun 2014. Dengan kata lain, proporsi

luas serangan OPT terhadap luas panen untuk komoditas

hortikultura 5 tahun terakhir umumnya telah mencapai di

atas target, yaitu dengan capaian sebesar 1,58 - 5% atau

100% - 284,81% terhadap target yang ditetapkan dengan

luas serangan maksimal antara 4,5 - 5%. Perbandingan

proporsi luas serangan OPT terhadap luas panen

hortikultura 5 tahun terakhir (2010 – 2014*) disajikan pada

Gambar berikut.

Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura tahun 2010 – 2014

Page 78: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

58 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Proporsi luas serangan OPT dibandingkan luas panen untuk

komoditas hortikultura selama empat tahun terakhir (2011 –

2014) umumnya lebih rendah dibandingkan dengan

maksimal luas serangan 4,5 - 5 % yang ditargetkan.

Fluktuasi proporsi luas serangan OPT dibandingkan luas

panen hortikultura 4 tahun terakhir tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut, yaitu pada tahun 2011

mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010 karena

curah hujan pada 2011 normal sehingga tidak memicu

perkembangan OPT. Namun mengalami peningkatan pada

tahun 2012 dan 2013 karena pada dua tahun terakhir pola

curah hujan relatif basah (bahkan pada tahun 2013 terjadi

kemarau basah/anomali iklim) yang menguntungkan bagi

perkembangan OPT terutama dari golongan penyakit.

Gambar 8. Grafik Proporsi Luas Serangan OPT Hortikultura

Terhadap Keseluruhan Luas Panen Tahun 2010-

2014

Page 79: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 59

Dalam rangka menunjang kegiatan sistem perlindungan

tanaman, maka dibutuhkan kelengkapan kerja pendukung

dan fasilitas yang memadai agar penyelenggaraan kegiatan

dapat berjalan dengan baik. Tersedianya sarana dan

prasarana kerja yang memadai sangat berpengaruh

terhadap kinerja perlindungan hortikultura baik di pusat

maupun di daerah.

Gambar 9. Gerakan Pengendalian OPT

Page 80: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

60 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Page 81: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 61

BAB IV.

CAPAIAN KEGIATAN PENDUKUNG DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA

TAHUN 2010-2014

Secara umum, peningkatan capaian target produksi

hortikultura selama 5 tahun terakhir diperoleh berkat adanya

dukungan dan fasilitasi kegiatan yang dilakukan secara intensif

oleh Direktorat Jenderal Hortikultura untuk mewujudkan

pencapaian target pengembangan hortikultura di Indonesia.

Beberapa kegiatan yang secara signifikan dapat mendongkrak

peningkatan capaian produksi hortikultura antara lain yaitu

adanya kegiatan pengembangan kawasan hortikultura meliputi

kawasan buah, florikultura, sayuran, dan tanaman obat.

Kegiatan lain yang ikut mendorong peningkatan capaian

produksi hortikultura adalah adanya fasilitasi Sekolah Lapangan

Good Agricultural Practices (SL-GAP), Sekolah Lapangan Good

Handling Practices (SL-GHP), Registrasi Kebun/Lahan Usaha,

Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) serta

pengembangan sistem perbenihan hortikultura melalui

peningkatan ketersediaan benih bermutu.

Rincian pencapaian pelaksanaan kegiatan pendukung capaian

target produksi hortikultura disajikan pada Tabel 22 berikut.

Page 82: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

62 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Tabel 22. Capaian Pelaksanaan Kegiatan Pendukung Peningkatan Produksi

Hortikultura Tahun 2011-2014

No Kegiatan/Output 2011 2012 2013 2014

Target Capaian % Target Capaian % Target Capaian % Target Capaian %

1 Pengembangan Kawasan

- Pengembangan Kawasan Buah (Ha)

2.409 2.420 100,46 8.414 9.463 112,47 6.172 5.740 93,00 5.492 3.478 63,33

- Pengembangan Kawasan Sayuran (Ha)

912 918 100,60 5.291 5.226 98,77 5.420 5.072 93,58 4.512 4.103 90.94

- Pengembangan Kawasan Tanaman Obat (Ha)

masih menyatu dalam kawasan sayuran dan tanaman obat 722 686 95,01 750 713 95,07

- Pengembangan Kawasan Florikultura (m2)

283 216 76,33 371.850 355.252 95,54 453.600 401.220 88,45 498.480 491.630 98,63

2 Sekolah Lapangan GAP (Kelompok)

- SL-GAP Buah 323 324 100,31 349 558 159,89 168 167 99,40 261 161 61,69

- SL-GAP Sayuran dan Tanaman Obat

239 412 172,38 198 197 99,49 118 115 97,46 161 150 93,17

- SL-GAP Florikultura

334 324 97,01 76 78 102,63 56 67 119,64 45 45 100,00

Page 83: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 63

No Kegiatan/Output 2011 2012 2013 2014

Target Capaian % Target Capaian % Target Capaian % Target Capaian %

3 Sekolah Lapangan GHP (Kelompok)

- SL-GHP Buah - - - 65 155 238,46 73 71 97,26 53 42 79,25

-

SL-GHP Sayuran dan Tanaman Obat

- - - 92 89 96,74 59 54 91,53 58 48 82,75

- SL-GHP Florikultura

- - - 57 53 92,98 36 34 94,44 28 33 118,00

4 Registrasi Kebun/Lahan Usaha (Kebun/Lahan Usaha)

- Registrasi Kebun

Buah 528 474 89,77 810 839 103,58 870 815 93,68 830 799 96.27

- Registrasi Lahan Usaha Sayuran dan Tanaman Obat

312 249 79,81 630 624 99,05 925 916 99,03 1.186 1.340 112,98

- Registrasi Lahan Usaha Florikultura

135 98 72,59 26 29 111,54 30 30 100,00 73 124 170,00

5 Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)

382 345 90,31 540 518 95,93 651 645 99,08 660 626 94,85

Keterangan: Data pengembangan kawasan tahun 2011-2012 untuk tanaman sayuran dan tanaman obat

belum dipisahkan, masih bersatu dalam kawasan sayuran dan tanaman obat.

Page 84: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

64 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

4.1 Pengembangan Kawasan Hortikultura (Buah,

Florikultura, Sayuran dan Tanaman Obat)

Pengembangan Kawasan Hortikultura adalah usaha

penambahan baku lahan hortikultura yang dapat dilakukan

melalui pembukaan lahan baru dan atau pemanfaatan

lahan yang sementara tidak diusahakan guna

meningkatkan produksi hortikultura. Direktorat jenderal

Hortikultura sejak tahun 2004 telah melakukan

pembangunan hortikultura melalui pengembangan

kawasan. Kawasan agribisnis hortikultura merupakan

suatu wilayah dengan kesamaan ekosistem dan disatukan

oleh fasilitas infrastruktur ekonomi yang sama sehingga

membentuk kawasan yang berisi kegiatan usaha berbasis

hortikultura mulai dari penyediaan sarana produksi,

budidaya, penanganan dan pengolahan pasca panen dan

pemasaran serta kegiatan pendukungnya.

Upaya pengembangan kawasan hortikultura ini merupakan

salah satu usaha penumbuhan sentra-sentra produksi

komoditas melalui perluasan areal hortikultura (buah,

florikultura, sayuran dan tanaman obat). Kegiatan ini

dimaksudkan untuk membantu petani dalam pengadaan

saprotan agar dapat memanfaatkan lahan-lahan yang

sementara tidak diusahakan/terlantar menjadi lahan

produktif untuk komoditas hortikultura yang pada akhirnya

menjadi tambahan pendapatan, meningkatkan taraf hidup

dan kesejahteraan petani. Pengembangan kawasan ini

merupakan upaya investasi jangka panjang dan diarahkan

Page 85: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 65

untuk komoditas hortikultura unggulan nasional yang

mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif.

Jenis komoditas yang dikembangkan diprioritaskan pada

komoditas utama hortikultura yaitu: jeruk, mangga,

manggis, durian, pisang, cabai, kentang, bawang merah,

anggrek, krisan, dan rimpang yang mempunyai pangsa

pasar yang baik.

Gambar 10. Pengembangan Jeruk Keprok Soe di

Kabupaten Timor Tengah Selatan di

Provinsi NTT

Page 86: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

66 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Perkembangan kawasan sejak tahun 2010 – 2014

menggambarkan perkembangan luasan yang fluktuatif,

namun pada umumnya pengembangan kawasan

hortikultura pada beberapa sentra menunjukkan jenis

komoditas yang sama pada setiap tahunnya.

Perkembangan jenis komoditas (Buah, Florikultura serta

Sayuran dan Tanaman Obat pada tahun 2010 – 2014

disajikan pada Lampiran 1, 2 dan 3. Sedangkan

perkembangan anggaran yang dialokasikan sejak tahun

2010-2014 disajikan pada Lampiran 4.

Melalui pendekatan kawasan, karakteristik hortikultura

yang spesifik dengan keragaman komoditas yang ada

serta dengan nilai ekonomi yang tinggi dan waktu panen

yang berbeda secara utuh dalam suatu wilayah akan saling

melengkapi dan merupakan potensi ekonomi yang dapat

dijadikan sandaran dalam meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan masyarakat.

Pengembangan hortikultura dalam kawasan yang luas

akan menggiring pemahaman dan penghayatan yang

proporsional terhadap makna dan fungsi ekosistem,

infrastruktur, dan pasar selain makna dan fungsi wilayah

administratif bagi para petugas pemerintah dalam

melayani masyarakat agribisnis yang cenderung tidak

terikat kepada batas-batas wilayah administratif tersebut.

Pelayanan terhadap kawasan akan menjadi suatu bentuk

implementasi yang prima dari fungsi pemerintahan Pusat,

Propinsi dan Kabupaten/Kota dalam kerangka

Page 87: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 67

desentralisasi pemerintahan. Pengembangan kawasan juga

diharapkan dapat menggiring pelayanan pembangunan

yang lebih bersifat partisipatif.

Perluasan kawasan berdampak terhadap perluasan luas

panen hortikultura yang akhirnya akan berpengaruh

terhadap peningkatan produksi hortikultura. Pada periode

tahun 2010-2014, pengembangan kawasan buah di tahun

2011 mencapai 2.420 ha, meningkat menjadi 9.463 ha di

tahun 2012, namun terjadi penurunan pada 2 tahun

kedepan, yaitu menjadi 5.740 ha di tahun 2013 dan 3.478

ha di tahun 2014 dari target pengembangan kawasan

buah sebesar 5.492 ha. Sedangkan untuk pengembangan

kawasan florikultura, telah berhasil dilaksanakan seluas

Gambar 11. Menteri Pertanian Panen Melon di Kota

Medan

Page 88: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

68 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

216 m2 di tahun 2011, meningkat sangat signifikan di

tahun 2012 yaitu menjadi 355.252 m2 dan kembali

meningkat di tahun 2013 yaitu seluas 401.220 m2, namun

di tahun 2014 dari target seluas 498.480 m2 sampai

dengan tanggal 20 Januari 2015 baru tercatat

pengembangan florikultura seluas 491.630 m2.

Untuk pengembangan sayuran, tercatat bahwa data

pengembangan sayuran dan tanaman obat masih menyatu

dengan kata lain belum dipisahkan antara pengembangan

kawasan sayuran dan pengembangan kawasan tanaman

obat. Pada tahun 2011 terdapat pengembangan kawasan

sayuran seluas 918 ha dari target seluas 912 ha, dan di

tahun 2012 seluas 5.226 ha dari target sebesar 5.291 ha.

Sedangkan pada tahun 2013 pengembangan sayuran

dilaksanakan seluas 5.072 ha dari target seluas 5.420 ha,

dan pada tahun 2014 berhasil terlaksana seluas 4.103 ha

dari target seluas 4.512 ha.

Gambar 12. Pengembangan Kawasan Krisan di Kota

Tomohon dan Kabupaten Bandung

Page 89: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 69

Untuk komoditas tanaman obat, pengembangan kawasan

baru terpisah dengan data kawasan pengembangan

tanaman sayuran sejak tahun 2013, dengan capaian

seluas 686 ha dari target seluas 722 ha, dan di tahun 2014

mencapai 713 ha dari target seluas 750 ha.

Capaian pengembangan kawasan hortikultura di tahun

2014 ini masih dapat berubah dikarenakan data capaian

fisik kegiatan pengembangan kawasan hortikultura di

daerah belum semuanya dilaporkan oleh pelaksana

kegiatan, adapun pelaporan realisasi fisik dan keuangan

tahun 2014 biasanya disampaikan dengan batas akhir

pelaporan di bulan Januari 2015.

4.2 Sekolah Lapangan GAP (SL-GAP)

Dengan telah diterbitkannya Permentan Nomor

48/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Good Agricultural

Practices (GAP) Buah dan Sayuran, maka Indonesia telah

memiliki sistem jaminan mutu sebagai langkah untuk

merespon peningkatan permintaan masyarakat akan buah

bermutu dan aman konsumsi. GAP Buah dan Sayur ini

merupakan suatu standar budidaya yang bersifat umum

dan sukarela, yang operasionalisasinya di tingkat lapang

diterjemahkan dalam bentuk penerapan Standard

Operating Procedure (SOP) spesifik komoditas dan lokasi,

pengendalian hama dan penyakit terpadu serta pencatatan

kegiatan usaha (farm recording).

Page 90: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

70 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Penerapan GAP Buah telah dilaksanakan di berbagai

kawasan pengembangan buah-buahan. GAP mengatur

berbagai aspek mulai dari aspek lahan, penggunaan benih,

budidaya, pengendalian OPT hingga penanganan

pascapanen segar. Petani yang telah menerapkan GAP ini

dibuktikan dengan penerbitan nomor registrasi yang

diberikan melalui kegiatan registrasi yang mengacu kepada

Peraturan Menteri Pertanian No. 62/Permentan/OT.140/

10/2010 mengenai Tata Cara Penerapan dan Registrasi

Kebun/lahan Usaha Buah dan Sayur yang baik. Kebun

yang telah mendapat nomor registrasi tersebut diharapkan

siap untuk ditindaklanjuti dengan sertifikasi produk seperti

Prima, Global GAP, maupun berbagai standar jaminan

mutu lainnya. Untuk memberikan apresiasi kepada pelaku

usaha yang telah melaksanakan SL-GAP dan registrasi

kebun dapat dilakukan dengan memberikan alokasi Dana

Tugas Pembantuan baik berupa pengembangan kawasan

maupun sarana prasarana budidaya dan pascapanen

kepada kelompok tani tersebut.

Penanganan pasca panen hortikultura yang baik dan benar

juga berperan dalam peningkatan produksi dan mutu

hortikultura. Untuk mendorong penerapan pascapanen

yang baik telah ditetapkan Peraturan Menteri Pertanian

Nomor 73/Permentan/OT.140/7/2013, tanggal 15 juli 2013

tentang pedoman panen, pascapanen dan pengelolaan

bangsal pascapanen hortikultura yang baik. Kegiatan

sosialisasi pedoman penanganan pascapanen yang baik

dan pembinaan secara intensif mampu meningkatkan

kemampuan petani dalam menangani produk hortikultura

Page 91: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 71

secara baik sehingga tingkat kehilangan hasil dapat

ditekan dan mutu produk dapat diperbaiki.

Sejak dilaksanakannya SL-GAP pada tahun 2011,

pelaksanaan SL-GAP buah tertinggi terjadi pada tahun

2012 yaitu dengan terlaksananya SL-GAP pada 558

kelompok (159,89 %) dari target sebanyak 349 kelompok,

selanjutnya pada tahun 2014 ini dari target sebanyak 261

kelompok baru tercatat 161 kelompok (Data per tanggal

20 Januari 2015).

Berikut disampaikan keberhasilan pelaksanaan SL GAP

buah yaitu keberhasilan pengembangan kebun salak di

Kabupaten Sleman. Salak merupakan komoditas

indigenous Indonesia dan telah dikembangkan secara

intensif. Kabupaten Sleman merupakan salah satu sentra

salak unggulan nasional dengan kapasitas produksi sekitar

51.121 ton dan luas tanam 1.760 ha. Varietas salak yang

dikembangkan disentra ini adalah Pondoh, Gading,

Manggala dan Madu. Lokasi sentra pengembangan salak di

Kecamatan Tempel, Turi dan Pakem.

Kinerja yang telah dilaksanakan sampai dengan saat ini

yaitu: a) Registrasi kebun dan sertifikasi Prima sudah

dilakukan, kelompok tani sudah berkembang dengan baik

dan telah bergerak ke arah pemasaran, b) Mulai

dikembangkan perencanaan produksi, c) Sudah

melaksanakan pencatatan budidaya (traceability), d)

Sudah ada packing house dan sudah diregistrasi. Sampai

dengan saat ini penerapan SOP dan registrasi telah

dilakukan pada 930 kebun.

Page 92: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

72 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Kabupaten Sleman telah bermitra dengan eksportir untuk

memenuhi pasar ekspor khususnya Cina. Kebun salak

yang telah diregistrasi tersebut telah memenuhi

persyaratan telah menerapkan prinsip – prinsip GAP

terutama pada aspek keamanan pangan dan sistem

pencatatan yang memungkinkan dilakukannya

penelusuran balik/ traceability.

Setelah menerapkan GAP pada kebunnya, petani salak di

Kabupaten Sleman kemudian berhasil bermitra dengan

PT. Agung Mustika Selaras, PT. Escorindo Jasa Prima dan

CV. Sumber Buah. Dampak yang diperoleh dari

pengembangan sentra salak ini yaitu: a) Berkembangnya

usaha agribisnis salak pondoh berupa pembibitan, produksi

dan pemasaran, b) Berkembangya usaha pengolahan dan

c) Berkembangnya usaha pendukung seperti kios saprodi,

peralatan panen dan pasca panen (pengemasan) dan jasa

transportasi. Kedepan akan dilakukan: a) Penyediaan

infrastruktur pengairan, b) Sosialisasi dan pendampingan

penerapan GAP/SOP yang lebih intensif, c) Registrasi

kebun dalam skala yang lebih luas serta d) Promosi ke

pasar modern dan ekspor.

Kegiatan penerapan GAP/SOP Buah dan registrasi kebun

ini antara lain meliputi: a) Akselerasi pembimbingan dan

sosialisasi penerapan GAP/SOP, b) Akselerasi registrasi

kebun, c) Pembinaan melalui simulasi kegiatan pencatatan,

d) Pembimbingan asosiasi untuk pemenuhan pasar

modern dan kuota ekspor serta e) Percepatan Penerapan

GAP/SOP dan registrasi kebun.

Page 93: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 73

Untuk SL-GAP Florikultura, capaian tertinggi terdapat pada

pelaksanaan SL-GAP Florikultura di tahun 2013 dengan

capaian 119,64% atau terlakaksana di 67 kelompok dari

target 56 kelompok. Sedangkan pada tahun 2014 baru

tercatat 45 kelompok yang melaksanakan dari target

sebanyak 45 kelompok.

Sedangkan untuk SL-GAP Sayuran dan Tanaman Obat

capaian tertinggi terjadi pada tahun 2011, dimana telah

berhasil dilaksanakan SL-GAP Sayuran dan Tanaman Obat

pada 412 kelompok (172,28%) dari target sebanyak 239

kelompok. Pada tahun 2014 ini baru terealisasi

pelaksanaan SL-GAP Sayuran dan Tanaman Obat pada 150

kelompok (93,16%) dari target 161 kelompok.

Gambar 13. Kebun Salak di Kabupaten Sleman yang Telah Menerapkan GAP

Page 94: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

74 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Salah satu contoh keberhasilan petani tanaman obat yang

mendapatkan bantuan fasilitasi sarana budidaya dan

pascapanen tanaman obat oleh Direktorat Jenderal

Hortikultura sejak tahun 2010 - 2014 adalah Gapoktan

Kemuning di Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi,

Provinsi Jawa Barat. Melalui penerapan GAP ini maka

produksi tanaman obat yang dihasilkan lebih berkualitas,

ramah lingkungan dan berdayasaing. Gapoktan tersebut,

saat ini telah memiliki kerjasama kemitraan jangka

menengah dengan PT. Soho Industri Farmasi, melakukan

penangkaran benih, serta melakukan pengolahan tanaman

obat menjadi produk olahan tanaman obat siap konsumsi

(sudah mendapat ijin BPOM).

Gambar 14. Gapoktan Kemuning Jaya yang telah

Menerapkan GAP Tanaman Obat dan Hasil

Produk Olahannya

Page 95: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 75

4.3 Sekolah Lapangan GHP

Selain penerapan GAP yang disosialisasikan pada

kelompok-kelompok tani, Kementerian Pertanian melalui

Direktorat Jenderal Hortikultura juga memfasilitasi

penerapan Good Handling Practices (GHP) melalui

pelaksanaan Sekolah Lapangan Good Handling Practices

(SL-GHP). Seperti halnya SL-GAP, pelaksanaan SL-GHP

juga dilakukan untuk komoditas buah, florikultura serta

sayuran dan tanaman obat. Pelaksanaan SL-GHP untuk

komoditas buah berhasil dilakukan sejak tahun 2012, 2013

hingga 2014 sebanyak 155 kelompok, 71 kelompok dan 42

kelompok dari target 53 kelompok. SL-GHP florikultura

dilakukan sebanyak 53 kelompok di tahun 2012, tahun

2013 sebanyak 34 kelompok dan di tahun 2014 dari target

28 kelompok, sampai dengan tanggal 20 Januari 2015

baru tercatat pelaksanaan SL-GHP florikultura sebanyak

33 kelompok. Sedangkan untuk SL-GHP sayuran dan

tanaman obat pada tahun 2012, 2013 dan 2014 telah

dilaksanakan sebanyak 89 kelompok, 54 kelompok dan 48

kelompok dari target 58 kelompok.

Upaya lain yang juga dilakukan dalam rangka

meningkatkan daya saing melalui perbaikan mutu produk

hortikultura adalah registrasi packing house. Pada tahun

2012 Kementerian Pertanian telah melaksanakan fasilitasi

registrasi packing house di sentra-sentra hortikultura

sebanyak 21 unit.

Page 96: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

76 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

4.4 Registrasi Kebun/Lahan Usaha

Dengan adanya penerapan SL-GAP oleh petani, maka

dapat mendorong terbentuknya kebun-kebun yang

teregistrasi. Pada tahun 2011 telah dilakukan registrasi

kebun buah sebanyak 474 kebun buah, tahun 2012

sebanyak 839 kebun, tahun 2013 sebanyak 815 kebun dan

tahun 2014 sebanyak 799 kebun dari target 830 kebun

(data tahun 2014, per tanggal 20 Januari 2015).

Sedangkan, registrasi lahan usaha sayur dan tanaman

obat pada tahun 211 sebanyak 249 lahan usaha, tahun

2012 telah mencapai 624 lahan usaha, kemudian di tahun

2013 dilakukan registrasi pada 916 lahan usaha dan tahun

2014 sebanyak 1.340 lahan usaha dari target 1.186 lahan

usaha. Untuk registrasi lahan usaha florikultura pada tahun

2011 telah berhasil dilaksanakan sebanyak 98 lahan

usaha, tahun 2012 sebanyak 29 lahan usaha, tahun 2013

sebanyak 30 lahan usaha, dan tahun 2014 sebanyak 124

lahan usaha dari target sebanyak 73 lahan usaha.

4.5 Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu

(SLPHT)

Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)

secara terpadu memiliki arti penting dalam mendukung

pertanian berkelanjutan. Hal ini dikarenakan konsep

dalam Pengendalian Hama Terpadu (PHT) selaras dengan

konsep dalam pertanian berkelanjutan, serta merupakan

kebijakan yang disahkan oleh Undang-Undang. Konsep

PHT merupakan komponen integral dari sistem pertanian

Page 97: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 77

berkelanjutan dan bertujuan tidak hanya mengendalikan

populasi hama tetapi mempertahankan tingkat produksi

dan kualitas produksi pada taraf tinggi serta meningkatkan

penghasilan dan kesejahteraan petani.

PHT merupakan dasar kebijakan dalam melaksanakan

pengamanan produksi hortikultura dari gangguan OPT.

Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)

merupakan kegiatan yang dilaksanakan terus menerus dan

berkesinambungan.

Pelaksanaan SLPHT mempunyai prinsip melakukan

pemberdayaan petani dan mampu merubah perilaku

menuju perilaku yang lebih baik dalam melakukan

budidaya tanaman sehat dengan memanfaatkan musuh

alami dan agensia hayati dalam pelaksanaan usaha tani

sehingga diharapkan petani menjadi mandiri.

Kelembagaan Perlindungan Tanaman yang sudah

terbentuk sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 ini

adalah Kelompok Tani dalam SLPHT sebanyak 2.134

kelompok, dengan rincian pada tahun 2011 telah

dilaksanakan sebanyak 345 SLPHT, tahun 2012 sebanyak 518

SLPHT, tahun 2013 sebanyak 645 SLPHT dan tahun 2014

berdasarkan data per tanggal 20 Januari 2015 telah dilakukan

sebanyak 626 SLPHT dari target sebanyak 660 SLPHT.

Page 98: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

78 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Pelaksanaan SL-PHT selama ini telah memberikan dampak

positif bagi perkembangan pembangunan hortikultura di

Indonesia. Adapun beberapa manfaat yang bisa diperoleh

diantaranya: a) meningkatnya pengetahuan dan

keterampilan petani dalam pengendalian OPT Hortikultura;

b) menjadikan petani ahli dalam mengendalikan OPT di

lahannya sendiri; c) mendidik petani agar menjadi manajer

Pengendalian Hama Terpadu yang efektif dan ramah

lingkungan di lahan usaha taninya sehingga diharapkan

berdampak besar terhadap peningkatan produksi baik

kuantitas maupun kualitas, sehingga tersedianya

hortikultura yang aman konsumsi dan mempunyai daya

saing di pasar global.

Gambar 15. Pengamatan Agroekosistem pada Kegiatan

SLPHT Cabai dan Bawang Merah

Page 99: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 79

4.6 Kegiatan Fasilitasi Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Counterpart Fund - Second Kennedy Round (CF-SKR)

Selain melalui dukungan dana APBN, kegiatan fasilitasi

pengembangan sayuran dan tanaman obat berkelanjutan

pada tahun 2011-2012 mendapatkan bantuan luar negeri

melalui Counterpart Fund - Second Kennedy Round (CF-

SKR). Jumlah bantuan yang diberikan pada tahun 2011

sebesar Rp. 3.000.000.000,- dari Pemerintah Jepang

dengan Advisor JICA sebagai verifikator. Anggaran ini

dimasukkan dalam APBN Tahun 2011. Fasilitasi

Pengembagan Sayuran dan Tanaman Obat Berkelanjutan

tersebut dilakukan di empat provinsi, empat

kabupaten/kota meliputi; 1) Provinsi Kalimantan Tengah

(KT. Mandiri, Kecamatan Kapuas Murung, Kabupaten

Kapuas), 2) Provinsi Kalimantan Selatan (KT.Suka Mulya,

Kecamatan Liang Anggung, Kota Banjarbaru), 3) Provinsi

Sulawesi Tenggara (KT. Sri Rejeki, Kecamatan Konda dan

KT. Sri Serdana, Kecamatan Ranomeeto Barat,

Kabupaten Konawe Selatan), dan 4) Provinsi Nusa

Tenggara Timur (Gapoktan Rindu Makmur, Kecamatan

Fatuleu, dan Gapoktan Hidup Baru, Kecamatan Amarasi,

Kabupaten Kupang). Sehingga terdapat sejumlah enam

kelompok tani dan 223 orang petani sebagai penerima

sasaran kegiatan. Sedangkan untuk tahun 2012, bantuan

dana CF-SKR diberikan untuk bantuan Penanganan

Sayuran Pasca Erupsi Merapi di Provinsi D.I Yogyakarta,

dengan 2 kelompok tani penerima yaitu KT. Sumber

Page 100: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

80 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Rejeki (32 orang), dan KT.Sido Makmur (27 orang) di

Kabupaten Sleman, dengan jumlah anggaran yang

diterima yaitu sebesar Rp. 90.000.000,- untuk masing-

masing kelompok.

Penyaluran dana bantuan kepada kelompok tani

dimanfaarkan untuk; 1) Sarana dan prasarana berupa

renovasi kandang ternak, rumah kompos, rumah sayur,

pengadaan bak penampung, motor roda tiga, pompa air

dan selang, alat pencacah kompos, serta keranjang sayur

dan gerobak dorong, 2) Pengadaan sapi dan

pemeliharaannya, 3) Budidaya sayuran dan jagung

(pengadaan benih dan saprodi). Disamping itu, melalui

dana CF-SKR ini juga dilakukan; peningkatan kualitas

SDM melalui; pelatihan dan magang tentang teknologi

pertanian berkelanjutan, serta Focus Group Discussion.

Melalui bantuan dana CF-SKR ini, secara umum telah

memberikan manfaat kepada petani penerima antara

lain; meningkatnya ketrampilan dalam melaksanakan

budidaya sayuran yang diintegrasikan dengan jagung

dan ternak, meningkatnya kemampuan dan manajerial

petani, serta alih teknologi dari petani yang mendapatkan

bantuan kepada masyarakat sekitar.

Page 101: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 81

BAB V.

SERAPAN ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA

TAHUN 2010-2014

Direktorat Jenderal Hortikultura selama 5 tahun terakhir

mendapatkan alokasi anggaran yang cenderung meningkat

setiap tahunnya, namun pada tahun 2014 ini alokasi anggaran

lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2013. Rincian

alokasi anggaran yang diterima oleh Direktorat Jenderal

Hortikultura sejak tahun 2010 hingga saat ini adalah sebagai

berikut:

Tabel 23. Alokasi Anggaran Direktorat Jenderal

Hortikultura Tahun 2010 - 2014

No Tahun

Anggaran (Rp.000)

Pagu Awal Pagu Revisi

Realisasi Realisasi

(%)

1 2010 308.588.564 418.968.750 357.050.663 85,22

2 2011 516.310.000 606.335.773 551.554.884 90,97

3 2012 581.888.300 565.520.091 534.656.445 94,54

4 2013 809.545.748 736.958.730 584.536.029 79,32

5 2014*) 623.504.800 524.669.821 467.782.705 89,16

Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura, 2010-2014 Keterangan: *) posisi sampai dengan tanggal 20 Januari 2015

Page 102: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

82 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Pada tahun 2010, Direktorat Jenderal Hortikultura

mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp.308.588.564.000,-

dan kemudian terdapat revisi menjadi sebesar

Rp.418.968.750.000,- capaian realisasi anggaran pada tahun

2010 sebesar Rp.357.050.663.000,- atau 85,22% .

Pada awalnya besaran alokasi anggaran tahun 2011 adalah

sebesar Rp.516.310.000.000,- dan kemudian ditetapkan dalam

Daftar Isian Pengguna Anggaran (DIPA) sebesar

Rp.517.471.103.000,- . Dari total pagu tersebut terdapat

beberapa kegiatan yang diblokir dan telah diperjuangkan

sehingga anggaran menjadi sebesar Rp.504.335.773.000.

Gambar 16. Perkembangan Alokasi Anggaran dan Realisasi

Keuangan Ditjen Hortikultura Tahun 2010-

2014

Page 103: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 83

Di penghujung triwulan III Direktorat Jenderal Hortikultura

mendapatkan tambahan alokasi dana dalam APBN-P sebesar

Rp.102.000.000.000,- sehingga menjadi sebesar

Rp.606.335.773.000,-. Dengan capaian realisasi keuangan

sebesar Rp. 551.554.884.000,- atau 90,97%.

Pagu awal tahun 2012 sesuai dengan penetapan kinerja (PK)

adalah sebesar Rp. 581.888.300.000,- dan selanjutnya menjadi

Rp.565.520.091.000,- karena adanya penghematan sebesar

Rp. 5.489.810.000,- dan pada saat yang sama mendapatkan

tambahan anggaran dana reward dari Kementerian Keuangan

sebesar Rp.1.500.000.000,- yang dimanfaatkan untuk

memperkuat pelaksanaan pengelolaan data dan informasi

hortikultura. Realisasi keuangan yang dicapai pada tahun 2012

adalah sebesar Rp.534.656.445.000,- atau 94,54% dari pagu

anggaran. Realisasi keuangan tahun 2012 lebih tinggi jika

dibandingkan dengan capaian realisasi tahun sebelumnya.

Pada tahun 2013, pagu awal adalah sebesar

Rp. 809.545.748.000,- dan selanjutnya menjadi sebesar

Rp.736.958.730.000,- karena adanya penghematan sebesar

Rp.72.587.018.000,-, capaian realisasi keuangan sebesar

Rp.584.536.029.000,- atau 79,32%. Rendahnya capaian

realisasi keuangan ini dikarenakan beberapa hal, antara lain;

beberapa kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan atau tidak

terserap secara optimal seperti kegiatan pengembangan sistem

perlindungan hortikultura dengan realisasi keuangan yang

rendah disebabkan karena terdapat beberapa output kegiatan

yaitu pengelolaan dan pengendalian OPT Hortikultura dan

Page 104: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

84 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

sarana prasarana berupa ME Block, Lightrap Knock Down dan

Sticky Trap tidak terealisasi karena hanya ada satu

produk/perusahaan yang menyediakan sehingga apabila

dilaksanakan akan melanggar Perpres No. 54 Tahun 2010 yang

cenderung menjadi penunjukan langsung. Sedangkan, untuk

pengadaanTrichokompos, Gentong, dan Atraktan nabati proses

administrasinya secara teknis sudah selesai tetapi tidak dapat

dilaksanakan. Beberapa kabupaten/kota tidak dapat

melaksanakan kegiatan pengembangan kawasan disebabkan

karena benih yang akan ditanam belum memenuhi spesifikasi

teknis (ukuran tinggi benih masih kurang) sehingga berdampak

pada penundaan waktu tanam di lapangan bahkan ada

beberapa benih yang tidak memenuhi persyaratan teknis

seperti pengembangan kawasan buah di Kabupaten Lebong,

Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Sorong, Kabupaten Kulon

Progo, Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Timor

Tengah Selatan.

Sedangkan pada tahun 2014, Direktorat Jenderal Hortikultura

mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp.623.504.800.000,-

namun terdapat pemotongan anggaran hingga pagu revisi

menjadi Rp.524.669.821.000,- dan sampai dengan tanggal 20

Januari 2015 telah terealisasi sebesar Rp.467.782.705.000,-

atau 89,16%. Belum optimalnya capaian serapan realisasi

keuangan ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain: Adanya

Surat Edaran KPK No.B-14/01-15/01/2014 tentang Penundaan

Pelaksanaan Bansos sampai dengan selesainya pemilihan

umum pada bulan Juli 2014, terjadinya harga penawaran yang

Page 105: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 85

lebih rendah dari harga di POK sehingga terjadi efisiensi

penggunaan anggaran, tidak terserapnya perjalanan

menghadiri pertemuan di luar kota, uang lembur dan belanja

pegawai transito serta tidak dilaksanakannya beberapa

kegiatan pada Satker di Kabupaten Lebong, Bantul, dan

Bulungan. Pada Kabupaten Lebong kegiatan tidak dilaksanakan

karena ketidaksiapan satker, sehingga gagal dalam proses

pengadaan bibit. Sedangkan pada Kabupaten Bantul kegiatan

terhambat dan menjadi tidak dapat dlaksanakan karena

adanya pergantian Kepala Dinas selaku KPA yang berulang kali

(3 kali), adanya kesalahan lokasi pembayaran KPPN, sudah

lewatnya musim tanam menyebabkan pengembangan kawasan

cabai dan bawang merah tidak dapat dilaksanakan (musim

tanam cabai dan bawang biasanya dilaksanakan pada bulan

Juli – Agustus), ditambah dengan SK kegiatan (SK Penetapan

Kelompok Tani Penerima Bantuan) yang menyatu dengan

pengembangan kawasan menyebabkan kegiatan lainnya

seperti SL-GAP, SL-GHP dan pengadaan sarana pascapanen

tidak dapat dilaksanakan. Untuk Kabupaten Bulungan, kegiatan

tidak dapat dilaksanakan disebabkan karena pihak ketiga

pemenang lelang pengadaan bibit jeruk mengundurkan diri

(tidak sanggup, tanpa alasan jelas namun tidak membuat surat

yang menyatakan ketidaksanggupan), sedangkan untuk

menunjuk pemenang kedua sudah terlambat dikarenakan

waktu pelaksanaan kegiatan yang tidak mencukupi.

Page 106: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

86 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Page 107: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 87

BAB VI. PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT

6.1 Permasalahan

Beberapa permasalahan dan hambatan dalam

pelaksanaan kegiatan pengembangan hortikultura tahun

2010 hingga 2014 secara umum adalah sebagai berikut:

1. Penyerapan anggaran Direktorat Jenderal Hortikultura

selama lima tahun terakhir belum maksimal, hal ini

disebabkan karena:

a. Lemahnya aspek manajerial Satker di daerah;

b. Tingginya frekuensi pergantian pejabat pengelola

Satker (KPA/PPK/Bendahara/ ULP) di tengah

proses kegiatan sehingga menghambat proses

kegiatan;

c. Proses revisi DIPA serta proses revisi POK/ROK

beberapa kegiatan untuk penghematan di

triwulan pertama, sehingga pelaksanaan kegiatan

menjadi terlambat (baru dilaksanakan di triwulan

kedua);

d. Seringnya terjadi alih tugas atau mutasi SDM di

lingkup Satker daerah, sehingga menghambat

penyelesaian kegiatan. Hal ini terjadi pada

petugas pelaporan, baik SIMAK BMN, SAI, RSPH,

maupun SIMONEV, sehingga mengakibatkan

berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan tidak

terlaporkan secara baik dan sistematis;

Page 108: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

88 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

e. Keterbatasan jumlah dan kemampuan SDM pada

pengelolaan Satker di daerah terutama yang

mendapatkan alokasi dana cukup besar dan

melibatkan Eselon I lainnya.

2. Secara umum pengembangan kawasan hortikultura

telah berjalan dengan baik namun demikian masih

perlu dukungan pihak terkait baik di pusat maupun

daerah (provinsi dan kabupaten/ kota). Untuk

perbaikan kinerja pengembangan kawasan perlu

adanya perencanaan yang dilengkapi dengan

dokumen acuan berupa profil, roadmap, rancang

bangun, peta kawasan, proposal pengembangan, baik

untuk skala nasional maupun regional.

3. Pada kegiatan pengembangan komoditas buah,

sayuran, tanaman obat dan florikultura, permasalahan

terutama adalah:

a. Masih belum optimalnya penerapan budidaya

yang baik dan benar sesuai Pedoman Budidaya

yang Baik dan Benar atau Good Agriculture

Practices / dan Standar Operating Procedur/SOP

dan Penanganan Pascapanen yang Baik atau

Good Handling Practices (GHP) sehingga produksi

dan mutu produk yang dihasilkan belum mampu

memenuhi permintaan pasar;

Page 109: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 89

b. Tingkat kehilangan/kerusakan hasil pada proses

penanganan pascapanen masih relatif tinggi (± 35

– 40 %) pada beberapa komoditas buah dan

sayur karena belum adanya kesadaran dari

sebagian petani/kelompok tani dan pelaku usaha

mulai dari kebun sampai produk di tangan

konsumen untuk menerapkan penanganan

pascapanen yang baik dan benar sesuai Good

Handling Practices (GHP);

c. Terbatasnya sarana dan prasarana untuk

mendukung penanganan pascapanen yang baik

sesuai prinsip GHP;

d. Pelaksanaan sosialisasi penerapan GAP/GHP/SOP

di daerah-daerah, sudah berjalan baik namun

belum optimal, dikarenakan keterbatasan dana,

serta belum optimalnya dukungan dari pemerintah

daerah dan pelaku usaha;

e. Masih lemahnya kelembagaan agribisnis

hortikultura, terutama dalam pengelolaan usaha;

f. Keterbatasan kepemilikan modal yang dimiliki

petani dan fasilitas kredit yang tersedia kurang

dapat diakses oleh petani (kewajiban penyediaan

agunan);

g. Kondisi infrastruktur khususnya jalan di daerah

produksi belum memadai dan terbatasnya sarana

transportasi berpendingin menyebabkan tingginya

resiko kerusakan produk dan meningkatnya biaya

distribusi;

Page 110: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

90 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

h. Fasilitasi pemasaran masih didominasi oleh

tengkulak dan padagang pengumpul sehingga

petani belum mampu berperan dan posisi tawar

petani menjadi lemah;

i. Pengaturan pola produksi sayuran utama telah

berjalan dengan baik namun belum optimal

karena komitmen antara pelaku usaha dan dinas

pertanian di daerah tentang pengaturan pola

produksi belum berjalan baik. Selain itu,

kurangnya informasi pasar dan produksi dari

daerah-daerah sentra produksi menyebabkan

kegiatan budidaya/produksi yang dilakukan lebih

banyak berdasarkan kebiasaan setempat tanpa

analisa pasar.

4. Pengembangan sistem perbenihan hortikultura

menemui beberapa permasalahan di lapangan, antara

lain:

a. Penguatan sistem perbenihan hortikultura

terutama dalam pembinaan dan penumbuhan

penangkar benih hortikultura, pengawasan mutu

dan sertifikasi benih, penguatan kelembagaan dan

fasilitasi pembinaan perbenihan masih belum

optimal meskipun upaya terus dilakukan;

b. Permasalahan benih tanaman buah; a) Untuk

memproduksi benih tanaman buah diperlukan

waktu relatif lama sekitar 1 sampai 2 tahun

Page 111: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 91

tergantung dari komoditas, sedangkan permintaan

benih seringkali mendadak, b) Untuk

memproduksi benih dalam skala besar belum

dapat dipenuhi oleh penangkar benih karena

keterbatasan modal, keterbatasan SDM terampil

dalam menerapkan teknologi perbanyakan benih

dan belum dibarengi adanya jaminan pemasaran;

c. Permasalahan dalam pengembangan benih

tanaman sayuran dan tanaman obat adalah; a)

Industri perbenihan sayuran belum berjalan

dengan baik, b)

Keterbatasan benih sumber, c) Sebagian besar

penangkar benih masih berstatus informal

sehingga kegiatannya belum diawasi BPSBTPH, d)

Balai Benih yang memproduksi benih sayuran

masih sangat terbatas, e) Sebagian besar petani

sayuran masih menggunakan benih sendiri dari

pertanaman konsumsi dikarenakan disamping

terbatasnya ketersediaan benih bersertifikat juga

kesadaran petani terhadap manfaat penggunaan

benih bersertifikat masih rendah, f) Telah banyak

varietas sayuran yang dilepas oleh Menteri

Pertanian, namun dalam perkembangannya

sebagian besar dari varietas tersebut tidak/kurang

berkembang, g) Minat petani terhadap jenis

unggul lokal cukup baik, namun masih banyak

yang belum dilepas, h) Penangkar benih sudah

cukup banyak tetapi karena supply-demand tidak

jelas, minat penangkar untuk memproduksi benih

menjadi rendah;

Page 112: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

92 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

d. Permasalahan dalam pengembangan benih

tanaman florikultura adalah; a) Jumlah

varietas yang telah dilepas sangat terbatas, b)

Kurangnya sosialisasi varietas baru serta

kurangnya sosialisasi terhadap varietas-varietas

yang sudah dilepas oleh Mentan, sehingga

varietas-varietas tersebut kurang berkembang

dimasyarakat, c) Benih sumber terbatas dan

masih didatangkan dari luar negeri (impor), hal ini

disebabkan karena belum adanya

perusahaan/breeder dalam negeri yang mampu

menghasilkan benih tersebut;

e. Permasalahan perbenihan yang lainnya adalah; a)

Terbatasnya varietas yang diminati dan selera

pasar yang cepat berubah, perubahan permintaan

pasar yang sangat cepat menyebabkan sering

terjadinya pelaku usaha tanaman mendatangkan

benih dari luar negeri yang jenis maupun

varietasnya disukai di masyarakat, b) Lemahnya

penguasaan teknologi produksi; khususnya

petani/penangkar benih yang memproduksi benih

untuk kebutuhan sendiri belum menguasai

teknologi yang spesifik bagi masing-masing jenis

tanaman, c) Terbatasnya sarana produksi benih,

d) Lemahnya permodalan penangkar benih, dan

e) Keterbatasan kemampuan dan petugas

perbenihan yang mengelola SIM perbenihan,

sehingga informasi/data tidak dapat tersedia

setiap saat serta f) Belum optimalnya software

Page 113: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 93

perbenihan hortikultura serta keterbatasan

hardware perbenihan hortikultura di instansi

perbenihan;

4. Permasalahan yang ditemui dalam pengembangan

sistem perlindungan yaitu:

a. Pengembangan sistem perlindungan OPT

hortikultura pada UPTD BPTPH masih belum

didukung sarana laboratorium yang memadai

untuk standar pelayanan minimal;

b. Masih rendahnya tingkat pemahaman dan

pengetahuan petani terhadap identifikasi OPT,

sehingga penggunaan bahan kimia masih

merupakan alternatif pertama dalam sistem

pengelolaan OPT hortikultura oleh petani. Selain

itu, bahan pengendalian OPT Hortikultura belum

tersedia pada tingkat lapang yang bersifat ramah

lingkungan (Agens Hayati ataupun biopestisida);

c. Sumber Daya Manusia (kuantitas dan kualitas)

serta sarana dan prasarana dalam pengembangan

sistem perlindungan masih sangat terbatas,

sehingga cukup menyulitkan para petugas POPT –

PHP dalam meng-cover wilayah kerja.

Minimnya sarana atau tool kit yang seharusnya

terpenuhi untuk menunjang pelaksanaan

kegiatan POPT antara lain, buku pedoman

perlindungan bergambar, alat pengolah data,

Page 114: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

94 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

identifikasi OPT, komputer SIM dan perekam data

cuaca/iklim. Sedangkan prasarana yang belum

memadai antara lain ruangan laboratorium untuk

pengembangan agens hayati dan biopestisida;

d. Pengembangan agens hayati masih terkendala;

belum tersedianya payung hukum, minimnya

ketersediaan bahan starter di pasaran, serta

kurangnya pemahaman dan ketrampilan petani

dan petugas POPT dalam teknik pengembangan

agens hayati di tingkat lapangan (belum semua

petugas terampil).

6. Kelembagaan petani masih lemah sehingga diperlukan

pembinaan secara berkelanjutan baik dari aspek

budidaya (SL GAP, registrasi kebun, SL PHT), maupun

pascapanen (SL GHP) selama melaksanakan kegiatan

maupun setelah kegiatan berakhir, diperlukan

penyempurnaan Pedoman Teknis kegiatan

pengembangan hortikultura agar memperhatikan

keberlanjutan kegiatan dalam kelompok tani yang sama

(tanaman florikultura, tanaman buah tahunan,

rimpang) sebagai pengutuhan kegiatan sehingga

kemandirian kelembagaan dapat tercapai,

7. Kondisi iklim masih sangat berpengaruh terhadap

pelaksanaan kegiatan pengembangan hortikultura,

antara lain mundurnya waktu tanam, hasil produksi

komoditas hortikultura tidak maksimal.

Page 115: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 95

6.2 Upaya Tindak Lanjut

Beberapa upaya tindaklanjut yang telah dan akan

dilakukan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura untuk

perbaikan tersebut, antara lain:

1. Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) secara

optimal. Sesuai PP 60 Tahun 2008 menyatakan

bahwa SPI adalah proses yang integral pada tindakan

dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus

oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk

memberikan keyakinan yang memadai atas

tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang

efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,

pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap

peraturan perundang-undangan. Diharapkan kegiatan

di Direktorat Jenderal Hortikultura berdasarkan SPI,

2. Mematuhi anjuran dan arahan Menteri Pertanian

sesuai dengan target-target serapan Triwulanan

sehingga fokus kegiatan dapat lebih terarah

utamanya dalam kaitannya dengan serapan dan

realisasi kegiatan,

3. Efisiensi dan harmonisasi cara kerja kesatkeran serta

membuat skala prioritas kegiatan-kegiatan pokok

sesuai dengan dengan dukungan penganggaran yang

memadai; disamping itu berusaha memperbaiki

pengelolaan manajemen kesatkeran utamanya pola

koordinasi dan optimalisasi SDM pengelola kegiatan,

Page 116: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

96 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

4. Berupaya menghindari pergantian KPA, PPK maupun

Bendahara. Sebaiknya KPA/PPK tidak harus dijabat

oleh seorang Kepala Dinas, tetapi bisa dijabat oleh

seorang staf yang telah lulus atau memiliki sertifikat

sebagai pejabat pengadaan barang dan jasa,

5. Perencanaan anggaran kegiatan lebih cermat lagi

untuk menghindari kesalahan AKUN/ADK dan lain-

lain, selain itu percermatan terhadap DIPA dan POK

dilakukan diawal sehingga jika terjadi kesalahan

dapat segera dilakukan revisi/ralat,

6. Persiapan pengadaan, HPS dan penyaluran maupun

identifikasi CPCL dilakukan lebih cermat. Diupayakan

pengadaan barang dapat dilaksanakan pada triwulan

I, karenanya perlu dilakukan pendampingan lebih

intensif kepada ULP,

7. Meningkatkan upaya-upaya perbaikan atas saran dan

masukan pengawas fungsional, utamanya dalam

perbaikan berbagai dokumen perencanaan dan

peningkatan kualitas hasil kegiatan, misalnya melalui

optimalisasi SPI dan pengendalian internal serta

penegakan Sistem AKIP (Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah),

8. Pengkaderan dan harmonisasi SDM harus tetap

berjalan sehingga pada saatnya pengalih tugasan

tidak terhambat. Selain itu pula, kompetensi SDM

(teknis maupun administrasi) akan ditingkatkan

melalui pembinaan, penyuluhan, pelatihan, sosialisasi,

Page 117: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 97

apresiasi, bimbingan teknologi dan pelatihan

manajemen baik di tingkat pusat maupun di daerah,

9. Perlu adanya penerapan reward dan punishment

dalam mendukung dan menegakkan reformasi

birokrasi yang diyakini dapat meningkatkan kinerja

petugas dalam menjalankan tugas dan kewajibannya,

10. Melakukan penyempurnaan dokumen-dokumen

pemantapan kawasan hortikultura, sekaligus

pengawalan dan pembinaan pelaksanaan

pengembangan kawasan secara fisik di lapangan,

11. Melakukan pertemuan dan koordinasi yang intensif

antara pusat, provinsi dan kabupaten dalam rangka

mempercepat pelaksanaan kegiatan strategis,

12. Upaya pemecahan masalah untuk kegiatan

pengembangan produksi komoditas hortikultura

(buah, sayuran dan tanaman obat serta florikultura)

sebagai berikut:

a. Melakukan pembinaan/pendampingan/sosialisasi

penerapan teknologi budidaya yang baik dan

benar (Good Agricultural Practices/GAP) dan

Standar Prosedur Operasional (SOP) budidaya

tanaman sesuai dengan spesifik komoditas dan

lokasi sesuai,

b. Melakukan pembinaan dan pendampingan dalam

penerapan pembinaan Good Handling Practices

sesuai dengan Permentan No. 73 tahun 2013

mengenai Pedoman Panen, Pascapanen dan

Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura

Page 118: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

98 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

yang Baik yang bertujuan menekan

kehilangan/kerusakan hasil, memperpanjang daya

simpan, mempertahankan kesegaran,

meningkatkan daya guna, meningkatkan nilai

tambah dan daya saing, meningkatkan efisiensi

penggunaan sumberdaya dan sarana dan

memberikan keuntungan yang optimum dan/atau

mengembangkan usaha pascapanen yang

berkelanjutan,

c. Pengadaan bangsal pascapanen (packing house)

dan sarana pendukung pascapanen berupa alat

angkut bermotor, keranjang panen, gerobak

dorong, alat pemetik panen, kantong panen, bak

pemetik mangga, bak pencuci mangga, kemasan

karton, gunting panen, kardus dan lain-lain yang

dapat difasilitasi oleh Pemerintah Pusat maupun

Pemerintah Daerah,

d. Memberikan bantuan sarana penanganan panen

dan pascapanen kepada kelompoktani/

gapoktan/asosiasi dan pembinaan packing house,

e. Pemberdayaan kelembagaan (petani, kelompok

tani, gapoktan, asosiasi) yang belum berkembang

dan penguatan kelembagaan yang sudah maju

untuk memperkuat posisi tawar dalam pemasaran

komoditas hortikultura. Kelembagaan yang

tumbuh harus benar-benar mengakar sampai ke

tingkat petani yang paling bawah sehingga

Page 119: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 99

diharapkan benar-benar kuat dan mandiri.

Kelembagaan petani perlu diberdayakan menjadi

kelembagaan agribisnis yang menangani usaha

budidaya dan sekaligus pemasaran,

f. Meningkatkan investasi di bidang agribisnis

hortikultura melalui penerapan KKPE (Kredit

Ketahanan Pangan dan Energi), KUR (Kredit

Usaha Rakyat) untuk menggerakkan dan

memfasilitasi berkembangnya investasi agribisnis

hortikultura pada sentra-sentra produksi,

g. Optimalisasi fungsi tim investasi dalam

mengaktifkan sinergi antara swasta dan pelaku

usaha melalui koordinasi program kemitraan,

sosialisasi regulasi terkait dan menyiapkan profil

investasi hortikultura (yang kini sedang dirintis),

h. Pengaturan pola produksi sayuran utama akan

dilakukan penyempurnaan pelaksanaannya yang

semula dua kali dalam setahun, kedepan akan

dilaksanakan tiga atau empat kali dalam setahun,

dengan harapan data pola produksi lebih akurat

dan dapat menjamin keseimbangan supply-

demand baik untuk pasar domestik maupun untuk

ekspor. Memberdayakan pelaku usaha untuk

menjadi sumber data di lapangan,

mengoptimalkan informasi pasar melalui

kerjasama dengan pemerintah daerah,

Page 120: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

100 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

i. Memperpendek rantai pasar, mengupayakan

petani dapat akses langsung ke pasar,

j. Ke depan, daerah-daerah yang mengajukan

sebagai pelaksana pengembangan kawasan

komoditas hortikultura, dipersyaratkan dapat

menyediakan dana APBD sebagai pendamping

dan pendukung kegiatan yang diajukan tersebut,

untuk meminimalisasi penolakan pelaku usaha

dalam berbudidaya komoditas hortikultura,

k. Untuk pengembangan kawasan florikultura bahwa

konsepsi program integrasi krisan dari hulu ke hilir

mulai dari Litbang sampai pemasaran telah

mampu mengungkit minat usaha pada krisan,

l. Linkage kerjasama dengan Kementerian lain pada

Pengembangan Green City yang sedang dirintis

akan menciptakan pasar dalam negeri pada

tanaman pot dan Lansekap,

m. Program unggulan pada pasca panen adalah

tersedianya sarana dan prasarana seperti Outlet,

cooling mobil, sepeda motor roda 3 dan peralatan

lainnya merupakan upaya perbaikan menuju

florikultura yang berdaya saing,

13. Tindak Lanjut yang diupayakan untuk mengatasi

permasalahan sistem perbenihan hortikultura yaitu:

a. Meningkatkan pembinaan kepada penangkar

benih hortikultura dan pemantapan sistem

perbenihan khususnya dalam optimalisasi BBH

dan BPSBTH. Penguatan sistem perbenihan secara

Page 121: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 101

luas yang meliputi; a) Pemberdayaan

kelembagaan perbenihan, b) Perbaikan sistim

informasi supply/demand benih, c) Fasilitasi akses

modal untuk mendukung pengembangan

perbenihan, d) Penumbuhan penangkar di sentra-

sentra produksi, e) Pemberdayaan stakeholder

perbenihan untuk menciptakan varietas yang

berdayasaing dengan teknologi produksi f) Pilot

proyek penangkaran benih bermutu,

b. Pembinaan penangkar-penangkar benih buah

terutama di daerah luar Jawa masih sangat

diperlukan, dalam rangka antisipasi jumlah SDM

yang masih terbatas dan peningkatan penerapan

teknologi produksi benih,

c. Distribusi Benih sumber tanaman buah sangat

diperlukan guna merangsang penumbuhan

penangkar benih tanaman buah di daerah dan

mengoptimalkan peran Balai Benih Hortikultura di

berbagai daerah terutama Balai Benih Hortkutura

di luar Jawa dalam penyediaan sumber mata

tempel untuk perbanyakan benih berikutnya serta

sebagai pohon koleksi,

14. Tindak lanjut dalam upaya perbaikan sistem

perlindungan hortikultura adalah:

a. Peningkatan kuantitas dan kualitas SDM POPT dan

sarana pengamatan OPT dan iklim, serta gerakan

pengelolaan OPT Hortikultura ramah lingkungan

dengan optimalisasi pelaksanaan SLPHT, Klinik

PHT, dan pengembangan agens hayati pada

Page 122: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

102 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

masing-masing lokasi kawasan pengembangan

hortikultura dan peningkatan kualitas

laboratorium pengamatan hama penyakit serta

laboratorium pestisida pada wilayah tertentu,

b. Revitalisasi SLPHT hortikultura mendesak

dilakukan dengan melibatkan pakar dan

stakeholder, agar pelaksanaannya di lapangan

sesuai pedum, sehingga pengendalian OPT ramah

lingkungan dan tersedianya mutu produk aman

konsumsi makin meningkat dari tahun ke tahun,

c. Peningkatan kapasitas tenaga LPHP/BPTPH ke

arah profesionalisme melalui kegiatan

pemberdayaan, antara lain jenjang pendidikan,

pelatihan, dan magang,

d. Mendorong segera penyediaan Permentan tentang

produksi dan peredaran pestisida biologi sehingga

penggunaan dan pengembangan bahan

pengendali OPT ramah lingkungan meluas di

masyarakat tani,

e. Tersedianya peta rawan banjir dan kekeringan

untuk daerah kawasan dan pengembangan

hortikultura, sehingga di musim kemarau

khususnya tanaman mengalami gagal panen atau

produktifitas rendah akibat cekaman kekeringan.

Bahkan untuk kegiatan Bansos sering menjadi

temuan rendahnya capaian fisik karena

penanaman tertunda akibat sumber air dilokasi

kegiatan mengalami kekeringan,

Page 123: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 103

f. Pengadaan alat dan bahan untuk kegiatan

perlindungan dalam rangka kesejahteraan petani,

untuk itu diperlukan perencanaan dan koordinasi

yang baik antara satker, ULP dan tim teknis

kegiatan, sehingga tersedianya sarana

perlindungan sesuai rencana.

15. Menyediakan teknologi tepat guna dalam

mengantisipasi kondisi iklim (kelebihan hujan dan

kekeringan) sehingga dampak iklim pada pertanaman

dapat diminimalisir. Dalam hal ini Direktorat Jenderal

Hortikultura akan berkoordinasi dengan instansi

terkait seperti Badan Litbang dan Ditjen PSP.

Page 124: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

104 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

Page 125: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 105

BAB VII

P E N U T U P

Selama periode 2010 -2014 Direktorat Jenderal Hortikultura

telah melaksanakan program Peningkatan Produksi,

Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Hortikultura

Berkelanjutan, yang mencakup sub program; 1) Peningkatan

produksi buah, florikultura, sayuran dan tanaman obat,

2) Pengembangan sistem perbenihan, 3) Pengembangan

sistem perlindungan tanaman, 4) Dukungan manajemen dan

layanan teknis. Kegiatan dalam program ini telah banyak

difasilitasi melalui pendanaan dari APBN, APBD, BUMN/D, serta

dukungan dari pelaku usaha/swasta dan masyarakat tani.

Dalam merumuskan program, perencanaan, kebijakan dan

kegiatan pembangunan hortikultura telah dilakukan dipayungi

dengan merujuk pada UU No 13 tahun 2010 tentang

Hortikultura. Beberapa amanah UU ini yang telah dijadikan

acuan pelaksanaan kegiatan selama periode 2010 - 2014,

antara lain adalah :

1. Pengembangan Kawasan Hortikultura

Pengembangan hortikultura dilakukan melalui pendekatan

kawasan (nasional, provinsi, dan kabupaten/kota) dengan

memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah, dengan

memberikan fasilitas dan kemudahan pada kawasan yang

ditetapkan, serta dilaksanakan secara terpadu dengan

melibatkan masyarakat.

Page 126: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

106 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

2. Penerapan Budidaya yang Baik (GAP)

Pelaksanaan usaha budidaya hortikultura memperhatikan

dan melalui penerapan budidaya yang baik (Good

Agriculture Practices = GAP ), disamping memperhatikan

permintaan pasar, efisiensi dan daya saing, fungsi

lingkungan dan kearifan lokal.

3. Penerapan Penanganan Pascapanen yang Baik

(GHP)

Usaha panen dan pascapanen dilakukan melalui penerapan

panen dan pascapanen yang baik (Good Handling

Practices = GHP). Kegiatan pascapanen hanya dapat

dilakukan di bangsal pascapanen (packing house) atau

ditempat yang memenuhi persyaratan sanitasi.

4. Usaha Hortikultura Ramah Lingkungan

Penyelenggaraan hortikultura dilakukan dengan prinsip

ramah lingkungan, dan memperhatikan kearifan lokal.

Pengembangan lahan budidaya hortikultura wajib

mengutamakan kelestarian fungsi lingkungan, dan

dilakukan dengan menggunakan sarana hortikultura yang

ramah lingkungan.

5. Penyediaan Sarana Hortikultra

Sarana hortikultura dikembangkan dan diterapkan dengan

teknologi yang memperhatikan kondisi iklim, kondisi lahan

dan bersifat ramah lingkungan, dengan mengutamakan

sarana hortikultura produksi dalam negeri, serta

memenuhi standar mutu dan terdaftar.

Page 127: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014 107

6. Pengembangan Hortikultura Secara Terpadu

Pengembangan hortikultura dilakukan dengan cara

pendekatan terpadu melalui tumpang sari dengan

tanaman lain dan/atau berintegrasi dengan wilayah usaha

lainnya. Memberikan fasilitasi terhadap penyelenggaraan

hortikultura yang dilaksanakan terpadu dengan kegiatan

lain.

7. Pengembangan Produk Hortikultra Unggulan

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menetapkan

produk atau komoditas hortikultura unggulan yang

berdaya saing dan pemilihannya dilakukan dengan

memperhatikan kearifan lokal.

8. Pengembangan kemitraan usaha

Usaha hortikultura dapat dilakukan dengan pola kemitraan

dengan melibatkan pelaku usaha mikro, kecil, menengah

dan besar. Kemitraan dilakukan dengan pola inti-plasma,

subkontrak, waralaba, perdagangan umum, distribusi dan

keagenan dan bentuk-bentuk kemitraan lainnya.

9. Peningkatan Konsumsi

Pemerintah dan pemerintah daerah bertugas

meningkatkan konsumsi hortikultura masyarakat melalui;

penetapan buah dan sayuran sebagai produk pangan

pokok, penetapan target pencapaian angka konsumsi

masyarakat, dan pemuatan materi hortikultura dalam

kurikulum pendidikan nasional atau daerah.

Page 128: EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN …sakip.pertanian.go.id/admin/jasa/EVALUASI KINERJA...dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha (swasta) dan tentunya petani dan kelembagaan

108 Evaluasi Kinerja Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014

10. Pengembangan sistem data dan informasi

Pemerintah dan/atau Pemerintah daerah berkewajiban

untuk membangun, menyusun dan mengembangkan

sistem informasi hortikultura yang terintegrasi untuk

kepentingan; perencanaan, pemantauan dan evaluasi,

pengelolaan pasokan dan permintaan, serta

pengembangan penanaman modal. Pengelolaan sistem

data dan informasi dilaksanakan oleh pusat data dan

informasi.

Berbagai peraturan pemerintah (Peraturan Presiden, Peraturan

Menteri Pertanian, Keputusan Menteri Pertanian, Keputusan

Dirjen Hortikultura), kebijakan (Renstra, Cetak Biru

Hortikultura, Pedoman Pelaksanaan, dll) telah dirumuskan

untuk mendukung pelaksanaan pebangunan hortikultura

tersebut. Kedepan berbagai kegiatan dan keberhasilan

pembangunan hortikultura selama ini tentunya dilanjutkan,

pengalaman dan pembelajaran dari penanganan masalah dan

hambatan dijadikan rujukan untuk perbaikan dan

penyempurnaan. Disamping itu kebijakan pelaksanaan

kegiatan dengan fokus komoditas, fokus lokasi, dan fokus

kegiatan dilanjutkan untuk memberikan hasil nyata sesuai

dengan masalah dan tantangan yang dihadapi dewasa ini.

Dalam melaksanakan pembangunan hortikultura ini diperlukan

dukungan, kerjasama dan partisipasi berbagai pemangku

kepentingan (stakeholders).