Evaluasi Kinerja Manajemen Gereja dalam Pengelolaan Sistem...

17
Evaluasi Kinerja Manajemen Gereja Dalam Pengelolaan Sistem Informasi (Studi Kasus Gereja Bethel Area Salatiga) Artikel Ilmiah Peneliti: Ratna Dewi K (682008068) Adi Nugroho,S.T.,M.MSI Agustinus Fritz Wijaya,S.Kom.,M.Cs Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Juli 2015

Transcript of Evaluasi Kinerja Manajemen Gereja dalam Pengelolaan Sistem...

Page 1: Evaluasi Kinerja Manajemen Gereja dalam Pengelolaan Sistem ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14530/2/T1_682008068_Full... · tindakan perbaikan akibat dilakukannya pengontrolan

Evaluasi Kinerja Manajemen Gereja Dalam Pengelolaan Sistem Informasi

(Studi Kasus Gereja Bethel Area Salatiga)

Artikel Ilmiah

Peneliti:

Ratna Dewi K (682008068) Adi Nugroho,S.T.,M.MSI

Agustinus Fritz Wijaya,S.Kom.,M.Cs

Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Juli 2015

Page 2: Evaluasi Kinerja Manajemen Gereja dalam Pengelolaan Sistem ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14530/2/T1_682008068_Full... · tindakan perbaikan akibat dilakukannya pengontrolan

Evaluasi Kinerja Manajemen Gereja Dalam Pengelolaan Sistem Informasi

(Studi Kasus Gereja Bethel Area Salatiga)

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi

untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Oleh:

Ratna Dewi K NIM : 682008068

Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Juli 2015

Page 3: Evaluasi Kinerja Manajemen Gereja dalam Pengelolaan Sistem ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14530/2/T1_682008068_Full... · tindakan perbaikan akibat dilakukannya pengontrolan
Page 4: Evaluasi Kinerja Manajemen Gereja dalam Pengelolaan Sistem ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14530/2/T1_682008068_Full... · tindakan perbaikan akibat dilakukannya pengontrolan
Page 5: Evaluasi Kinerja Manajemen Gereja dalam Pengelolaan Sistem ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14530/2/T1_682008068_Full... · tindakan perbaikan akibat dilakukannya pengontrolan
Page 6: Evaluasi Kinerja Manajemen Gereja dalam Pengelolaan Sistem ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14530/2/T1_682008068_Full... · tindakan perbaikan akibat dilakukannya pengontrolan
Page 7: Evaluasi Kinerja Manajemen Gereja dalam Pengelolaan Sistem ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14530/2/T1_682008068_Full... · tindakan perbaikan akibat dilakukannya pengontrolan
Page 8: Evaluasi Kinerja Manajemen Gereja dalam Pengelolaan Sistem ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14530/2/T1_682008068_Full... · tindakan perbaikan akibat dilakukannya pengontrolan

Evaluasi Kinerja Manajemen Gereja Dalam Pengelolaan Sistem Informasi

(Studi Kasus Gereja Bethel Area Salatiga)

1)Ratna Dewi K, 2)Adi Nugroho, 3)Agustinus Fritz Wijaya Program Studi Sistem Informasi

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50771, Indonesia Email: 1)[email protected], 2)[email protected],

3)[email protected]

Abstract

An overview of information management in the area bethel church that all parts are equipped with a computer, while the management is done for the development of online information web-shaped church. Besides the use of computers has been applied to the data collection system church. The problem that occurs is the management of information systems that have been built have not been managed optimally. This is evidenced by the lack of information presented up to date. Further necessary to evaluate the information system managed at bethel church area to produce a better reform. The method used is the COBIT framework, wherein the method provides a measure has a framework, indicators, process and collection of best practices to help companies optimal management of information technology appropriate for an organization. Evaluation in this experiment produced measurements on COBIT process maturity level that applied IT operational continuity at bethel church area is at an average of 4:30%. Based on the gap analysis, there is a gap between current conditions and expected conditions, strategies improvement of information technology governance carried out gradually adjusted to the COBIT maturity. Keywords: evaluation, performance, System Information, Churches

Abstrak

Gambaran pengelolaan informasi pada gereja bethel area yaitu semua bagian sudah dilengkapi dengan computer, adapun pengelolaannya dilakukan untuk pengembangan informasi online berbentuk web gereja. Selain itu penggunaan komputer sudah diaplikasikan pada sistem pendataan jemaat gereja. Masalah yang terjadi yaitu pengelolaan sistem informasi yang telah dibangun belum dikelola secara maksimal. Hal ini terbukti dengan informasi yang dihadirkan kurang up to date. Selanjutnya diperlukan evaluasi terhadap sistem informasi yang dikelola pada gereja bethel area untuk menghasilkan pembenahan yang lebih baik. Metode yang digunakan adalah COBIT framework, dimana metode tersebut mempunyai kerangka kerja menyediakan ukuran, indikator, proses dan kumpulan praktik terbaik untuk membantu perusahaan optimal dari pengelolaan Teknologi Informasi yang pantas bagi suatu organisasi. Evaluasi pada penelitin ini dihasilkan pengukuran pada tingkat kematangan proses cobit yang diterapkan kelangsungan opersional IT pada gereja bethel area berada pada rata-rata 4.30%. Berdasarkan analisa kesenjangan, terdapat kesenjangan antara kondisi saat dan kondisi yang diharapkan, strategi perbaikan tata kelola teknologi informasi dilakukan secara bertahap yang disesuaikan kematangan pada COBIT. Kata Kunci : evaluasi , kinerja, Sistem Informasi, Gereja 1Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Teknik Informatika, Universitas Kristen Satya Wacana 1Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana

Page 9: Evaluasi Kinerja Manajemen Gereja dalam Pengelolaan Sistem ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14530/2/T1_682008068_Full... · tindakan perbaikan akibat dilakukannya pengontrolan

1. Pendahuluan Teknologi informasi (TI) pada lembaga non profit lebih cenderung pada pengelolaan

data pelayanan atau data kinerja sumber daya manusia yang ada, sumber daya tersebut berkaitan langsung dengan upaya mengelola sistem yang ada. Sehingga berbeda dengan instansi yang bersifat profit, sumber data lebih ke arah pencapaian target perolehan laba sehigga data yang dihimpun juga berupa angka-angka penjualan, pembayaran dan lain sebagainya.

Gereja Bethel Area Salatiga merupakan gereja yang beraliran Pantekosta Kristen Protestan, dimana Gereja tidak lagi menggunakan pendataan jemaat secara manual. Gereja Bethel Area telah memanfaatkan teknologi informasi untuk mempermudah mengelola data jemaat, mempermudah penyampaian informasi kepada umat, dan sharing tentang keagamaan. Gereja Bethel Area sudah memanfaatkan teknologi informasi yang dapat diwujudkan dalam suatu sistem informasi Gereja berbasis web database dan aplikasi dekstop. Masalah yang terjadi yaitu pengelolaan sistem informasi yang telah dibangun belum dikelola secara maksimal. Hal ini terbukti dengan informasi yang dimiliki kurang up to date.

Dalam melakukan aktivitas utamanya Gereja Bethel Area memberikan layanan administrasi dan informasi yang cepat, akurat, tertib dan ramah. Dalam melakukan tugasnya ini, Gereja Bethel Area sudah didukung oleh TI berupa suatu sistem informasi pendataan jemaat, dimana untuk melakukan pendataan jemaat ini dilakukan oleh bagian tersendiri. Namun terdapat permasalahan dalam sistem informasi pendataan jemaat yang ada saat ini yaitu pengawasan maupun penilaian terhadap kinerja TI khususnya sistem informasi pendataan jemaat yang digunakan dan evaluasi kinerja sistem maupun pengurus baik bagian non TI maupun bagian TI yang terlibat dalam sistem informasi pendataan jemaat tersebut belum dilakukan secara optimal karena pengawasan dan penilaian terhadap TI hanya dilakukan jika ada keluhan dari unit kerja mengenai layanan TI tersebut. Permasalahan tersebut berkaitan dengan pelayanan yang perlu diberikan terhadap pengguna dari sistem informasi pendataan jemaat, mulai dari operasi yang perlu dilakukan terhadap keamanan data yang ada dan aspek kesinambungan sampai pelatihan sumber daya manusia yang mendukung proses dari sistem informasi tersebut. Selain itu permasalahan tersebut berhubungan dengan proses pendukung yang semestinya terlebih dahulu harus ditetapkan untuk dapat memberikan pelayanan. Dengan adanya permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu rekomendasi pengelolaan TI yang tepat sehingga dapat dijadikan panduan yang dapat digunakan pemakainya serta dapat meningkatkan penggunaan fasilitas tersebut secara optimal. Evaluasi kinerja manajemen sumber daya TI dalam penelitian ini menggunakan kerangka kerja COBIT (Control Objectives For Information and Related Technology), dimana konsep dasar kerangka kerja COBIT adalah bahwa penentuan kendali dalam TI didasarkan kepada informasi yang diperlukan untuk mendukung tujuan bisnis dan informasi yang dihasilkan dari gabungan penerapan proses TI dan sumber daya terkait.

2. Tinjauan Pustaka

Berbagai penelitian mengenai pengukuran pemanfaatan tekonologi informasi dengan meanggunakan COBIT sudah banyak dikemukan salah satu diantaranya adalah IT Governance Self Assessment Application for E-Government Implementation in Indonesia. Pada penelitian tersebut disimpulkan bahwa semakin cepat sebuah badan pemerintah dapat menentukan tingkat kematangan dan kelemahan, semakin cepat perbaikan tata kelola TI yang baik dapat diterapkan. Baik IT governance akan berdampak pada layanan yang diberikan kepada masyarakat dan instansi pemerintah itu sendiri. Dengan demikian upaya untuk meningkatkan kualitas layanan berbasis TI dapat langsung terlibat dalam kemajuan instansi pemerintah dan masyarakat pada umumnya [1].

Page 10: Evaluasi Kinerja Manajemen Gereja dalam Pengelolaan Sistem ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14530/2/T1_682008068_Full... · tindakan perbaikan akibat dilakukannya pengontrolan

Penelitian lainnya yaitu The Impact of Information Technology on Internal Auditing. Pada penelitian tersebut disimpulkan alat-alat teknologi audit (cobit) sangat penting untuk keberhasilan kegiatan audit, tetapi hanya satu langkah menuju pemahaman teknologi perubahan yang membawa sekitar dalam bisnis dan profesi audit. Teknologi baru akan terus mengubah bentuk dan pendekatan untuk kontrol bisnis, dan pemeriksaan pendekatan dan teknik harus berubah sesuai peran penting lainnya untuk auditor, dan profesi audit, adalah untuk mendorong dan mendukung upaya penyedia sistem dan teknologi baru untuk meningkatkan built-in fitur pemantauan dan jaminan sistem tanpa mempertimbangkan mereka sebagai pengolahan overhead atau sebagai elemen yang berkontribusi terhadap penurunan kinerja [2].

Satu lagi penelitian yang berkaitan yaitu Analisis Tata Kelola Teknologi Informasi (IT Governance) pada Bidang Akademik dengan COBIT Framework Studi Kasus pada Universitas STIKUBANK Semarang. Pada penelitian tersebut disimpulkan rekomendasi pengelolaan TI yang dibuat selaras dengan visi, misi dan tujuan lembaga untuk masing-masing control process, maka pelatihan yang diberikan bagi karyawan baik yang non TI maupun karyawan TI dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan di unit kerjanya dan pengaturan kembali manajemen data yang berhubungan dengan proses layanan akademik dimana antara BAAK dan layanan akademik di program studi yang ada di UNISBANK maupun unit kerja lain terintegrasi dalam satu jaringan, dimana pengawasan data terpusat di data center yaitu server di P2ICT. Hal ini dapat meminimalkan permasalahan yangterdapat dalam proses pengolahan data akademik selama ini diantaranya sering terjadinya redudansi data akademik. Rekomendasi yang dibuat untuk monitor dan evaluasi kinerja TI menjamin bahwa kinerja dari TI dalam layanan akademik dapat terkontrol secara periodik tidak bergantung lagi apakah insiden yang terjadi mengganggu proses bisnis lembaga. Selain itu rekomendasi yang dibuat antara mendidik dan melatih users, mengelola data dan monitor dan evaluasi kinerja TI dibuat saling berkaitan satu dengan lainnya, sehingga aktivitas yang ada di rekomendasi tersebut dapat terkontrol apakah terjadi per masalahan atau tidak dan segera mungkin dapat ditindaklanjuti. Seperti rekomendasi melatih dan mendidik user dan mengelola data dapat terkontrol [3].

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menganalisis tingkat kematangan (maturity level) dan kesadaran manajemen (management awareness). Perhitungan maturity level dan management awareness dilakukan dengan cara menganalisis kuesioner dan hasil observasi terhadap keadaan tata kelola teknologi informasi gereja bethel area salatiga. Diketahui bahwa current maturity level domain AI & ME berada pada level 3. Current maturity level tersebut akan dijadikan acuan pembuatan rekomendasi untuk peningkatan proses tata kelola teknologi informasi domain AI & ME ke level 4. Untuk management awareness, 67% - 74%menganggap penting dilakukannya tata kelola teknologi informasi. Rekomendasi yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk masing-masing proses dan indikator keberhasilan proses tata kelola teknologi informasi. Salah satunya adalah pengontrolan penjadwalan pemeliharaan infrastruktur, dan indikator keberhasilannya adalah jumlah tindakan perbaikan akibat dilakukannya pengontrolan penjadwalan.

Control Objective for Information and Related Technology (COBIT) adalah sekumpulan dokumentasi best practice untuk IT Governance yang dapat membantu auditor, pengguna (user), dan manajemen, untuk menjembatani gap antara resiko bisnis, kebutuhan kontrol dan masalah-masalah teknis TI. COBIT mendukung tata kelola TI dengan menyediakan kerangka kerja untuk mengatur keselarasan TI dengan bisnis. Selain itu, kerangka kerja juga memastikan bahwa TI memungkinkan bisnis, memaksimalkan keuntungan, resiko TI dikelola secara tepat, dan sumber daya TI digunakan secara bertanggung jawab. Tujuan dibuatnya framework COBIT adalah untuk meneliti,

Page 11: Evaluasi Kinerja Manajemen Gereja dalam Pengelolaan Sistem ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14530/2/T1_682008068_Full... · tindakan perbaikan akibat dilakukannya pengontrolan

mengembangkan, menyebarluaskan dan mempromosikan wewenang atau otoritas pembaruan perangkat internasional dari penerapan atau penerimaan tujuan pengendalian – pengendalian IT secara umum untuk digunakan secara terus menerus oleh manajer bisnis dan auditor. COBIT yang saat ini sudah mencapai edisi ketiga, membantu mempertemukan berbagai macam kebutuhan manjemen dengan cara menjembatani celah – celah antara resiko – resiko bisnis, kebutuhan control atau pengendalian serta isu – isu teknis [4]. COBIT merupakan standar yang dinilai paling lengkap dan menyeluruh sebagai framework IT audit karena dikembangkan secara berkelanjutan oleh lembaga swadaya profesional auditor yang tersebar di hampir seluruh negara. Dimana di setiap negara dibangun chapter yang dapat mengelola para profesional tersebut. Gambaran kerangka kerja (framework) COBIT secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Kerangka Kerja COBIT 4.1 [5]

COBIT adalah sebuah kerangka praktik pengendalian untuk teknologi informasi, dan

kemanan sistem informasi pada umumnya dapat diaplikasikan. Kerangka tersebut dapat menangani isu pengendalian berdasarkan tiga poin atau dimensi yang menguntungkan, yaitu: a. Tujuan bisnis untuk memenuhi tujuan bisnis, informasi harus sesuai dengan kriteria

yang disebut COBIT sebagai persyaratan bisnis atas informasi. Kriteria tersebut dibagi ke dalam kategori terpisah tetapi saling melengkapi, yang mencerminkan tujuan-tujuan COSO (Committee Of Sponsoring Organizations), yaitu: keefektifitasan, efisiensi, kerahasiaan, integritas/kesatuan, ketersediaan, ketaatan, kehandalan sebuah informasi.

b. Sumber daya-sumber daya TI, yang termasuk didalamnya adalah: sistem aplikasi, teknologi, fasilitas, orang/SDM, dan data. Proses TI, yang dipecah ke dalam empat bidang besar. COBIT mengidentifikasikan teknologi informasi perusahaan ke dalam 34 proses yang terbagi dalam empat domain besar, yaitu: Planning and Organisation (PO), Acquisition and Implementation (AI), Delivery and Support (DS), dan Monitoring and Evaluate (ME). Setiap domain

Page 12: Evaluasi Kinerja Manajemen Gereja dalam Pengelolaan Sistem ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14530/2/T1_682008068_Full... · tindakan perbaikan akibat dilakukannya pengontrolan

memiliki karakteristik yang berbeda. Peran, fungsi, serta keterkaitan antara masing-masing domain adalah sesuai dengan siklus seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan Antar Domain COBIT 4.1 [5]

Pembahasan COBIT 4.1 dimulai dari domain Planning and Organisation (PO) yang

menyediakan arahan dan penugasan kepada domain Acquire and Implement (AI) and Deliver and Support (DS). Kemudian Acquire and Implement (AI) yang melaksanakan arahan dan mengimplementasikannya ke dalam layanan. Domain Deliver and Support (DS) bertanggungjawab atas solusi dari sistem yang dibangung dan memastikannya bisa digunakan dengan baik oleh user. Terakhir domain Monitor and Evaluate (ME) bertugas melakukan monitoring agar seluruh proses TI yang berjalan sesuai dengan aturan dan kebijakan yang telah didefinisikan. Masing-masing domain dalam COBIT mempunyai beberapa rincian sebagai berikut : 1. Plan and Oganise (PO)

Membahas mengenai strategi, taktik, dan pengidentifikasian teknologi informasi dalam mendukung tercapainya tujuan bisnis.

2. Acquire and Implement (AI) Pada domain Acquire and Implement sebuah solusi teknologi informasi perlu diidentifikasikan, dikembangkan, di implementasikan dan diintegrasikan ke dalam proses bisnis.

3. Deliver and Support (DS) Domain ini fokus pada aspek penyampaian teknologi informasi terhadap dukungan dan layanan teknologi informasi mencakup dukungan dan layanan teknologi informasi pada bisnis, mulai dari penanganan keamanan dan kesinambungan, dukungan bagi pengguna serta manajemen data.

4. Monitor and Evaluate (ME) Pada domain ini akan ditekankan kepada pentingnya semua proses teknologi informasi perlu diakses secara berkala untuk menjaga kualitas dan kesesuaian dengan standar yang telah ditetapkan.

Page 13: Evaluasi Kinerja Manajemen Gereja dalam Pengelolaan Sistem ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14530/2/T1_682008068_Full... · tindakan perbaikan akibat dilakukannya pengontrolan

3. Metodologi Penelitian Model penelitian dalam penelitian ini lebih mengarah kepada melakukan survei

terhadap pekerja digereja dengan menggunakan kerangka kerja COBIT 4.1 dengan tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3. Tahapan Penelitian 1. Langkah pertama untuk tahapan penelitian adalah studi pendahuluan yaitu mencari bahan

materi yang berkaitan dengan topik yang diambil. 2. Langkah kedua yaitu identifikasi masalah, mengidentifikasi masalah-masalah yang ada

pada objek penelitian supaya penelitian lebih terarah. 3. Langkah ketiga identifikasi tujuan bisnis dan tujuan TI, merupakan tujuan-tujuan adanya

TI yang akan diterapkan dalam lingkungan kerja. 4. Langkah keempat pemetaan tujuan bisnis dan tujuan TI, dari tujuan – tujuan yang ada

dikelompokkan untuk mengetahu arah yang tepat yang akan diambil. 5. Langkah kelima Pemetaan Responden (RACI Chart), responden terbagi dari berbagai

divisi atau bagian dengan job yang berbeda, maka merlu adanya pemetaan responden ke dalam golongan tertentu.

6. Langkah keenam pemetaan proses TI, setiap responden akan mempunyai job sendiri-sendiri sesuai dengan proses TI yang disetujui.

7. Langkah ketujuh menentukan tingkat kematangan (Maturity Level), pada langkah ini berkaitan dengan domain-domain yang telah ditentukan oleh peneliti.

Studi Pendahuluan

Identifikasi Permasalahan

Identifikasi Tujuan Bisnis dan Tujuan TI

Pemetaan Tujuan Bisnis dan Tujuan TI

Pemetaan Responden (RACI Chart)

Pemetaan Proses TI

Menentukan Tingkat Kematangan (Maturity Level)

Identifikasi Temuan

Menyusun Rekomendasi

Pelaporan

Page 14: Evaluasi Kinerja Manajemen Gereja dalam Pengelolaan Sistem ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14530/2/T1_682008068_Full... · tindakan perbaikan akibat dilakukannya pengontrolan

8. Langkah kedelapan identifikasi temuan, pada langkah ini mengungkap dari hasil perhitungan tingkat kematangan, sehingga akan diketahui sejauh mana tingkat temuan yang ada.

9. Langkah kesembilan menyusun rekomendasi-rekomendasi, bertujuan untuk mambantu memberikan saran kepada pengurus gereja untuk memperbbaiki dan menambahkan hal - hal yang harus diperbaiki dalam tata kelola TI berdasarkan hasil data yang diperoleh.

10. Dan langkah terakhir dengan membuat laporan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk dokumentasi analisis tatakelola TI.

Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini yaitu metode deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan dasar bagi semua penelitian. Penelitian deskriptif dapat dilakukan secara kuantitatif agar dapat dilakukan analisis statistik [7]. Dengan mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Setelah data-data terkumpul, tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah tahap pengolahan dan analisis data. Analisis data penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu analisis tingkat kematangan (Maturity Level) saat ini, analisis tingkat kematangan yang diharapkan dan analisis kesenjangan (Gap Analysis) 4. Analisa dan Pembahasan

Penelitian tentang analisis kematangan sistem informasi bertujuan untuk melihat sejauh mana pengelolaan yang dilakukan oleh Gereja Bethel Area dalam upaya penerapan good practice proses yang tercakup dalam COBIT. Pada tahap dilakukan pengambilan data berupa opini pengelola terhadap proses-proses pengawasan dan evaluasi kinerja teknologi informasi di bagian IT yang ada dalam COBIT untuk domain Planning and Organization (PO), Acquisition and Implementation (AI), Delivery and Support (DS), Monitoring and Evaluate (ME). Berikut ini kuesioner yang terdiri 17 responden dari 10 kuesioner tentang Planning and Organization (PO), 7 kuesioner tentang Acquisition and Implementation (AI), 13 kuesioner tentang Delivery and Support (DS), 5 kuesioner tentang Monitoring and Evaluate (ME). Pada evaluasi yang diperoleh dari temuan mengenai kondisi pengelolaan sistem informasi di Gereja Bethel Area Salatiga, maka ditemukan hasil seperti pada tabel berikut:

Tabel 1. Tingkat Kematangan Pengelolaan Sistem Informasi di Gereja Bethel Area Salatiga

IT Process Keterangan Maturity Level

PO7 Mengelola Sumber Daya

Manusia TI

2.2

AI5 Pengadaan Sumber Daya TI 1.6

DS3 Mengelola Kinerja dan

Kapasitas

1.7

DS8 Mengelola Service Desk dan

Insiden

1.6

Dimana pada proses PO7, pengelolaan sumber daya manusia TI memang hanya

dilakukan oleh pihak Gereja. Proses AI5, pengadaan sumber daya TI belum dilakukan sehingga selama ini masalah informasi dikelola oleh sumber daya yang berasal dari bagian

Page 15: Evaluasi Kinerja Manajemen Gereja dalam Pengelolaan Sistem ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14530/2/T1_682008068_Full... · tindakan perbaikan akibat dilakukannya pengontrolan

yang bukan TI. Pada proses DS3, kinerja pengelolaan sistem informasi memang kurang begitu diperhatikan oleh pihak Gereja. Sedangkan pada proses DS8, pelayanan melalui media sisttem informasi kurang baik dengan terbukti pengelolaan informasi yang ada kurang up to date, seperti halnya yang terjadi pada pengeloaan data jemaat.

Berdasarkan temuan yang ada tersebut, maka dilakukan penyusunan rekomendasi untuk perbaikan. Proses tingkat kematangan informasi pada Gereja Bethel Area Salatiga perlu ditingkatkan minimal dapat berada pada tingkatan maturity level 3. Secara keseluruhan tingkat kematangan dari Planning and Organization (PO), Acquisition and Implementation (AI), Delivery and Support (DS) dan Monitoring and Evaluate (ME) terahadap kelangsungan operasional IT pada Gereja Bethel Area Salatiga terdapat pada tingkat 3. Selanjutnya akan digambarkan rata-rata dari Maturity Level seperti pada tabel berikut.

Tabel 2. Rata-Rata Maturity Level Pengelolaan Sistem Informasi di Gereja Bethel Area Salatiga

IT Process Rata – Rata Maturity Level

PO 3.38

AI 3.23

DS 3.20

ME 3.55

Dari hasil temuan yang ada yang dibuktikan dengan rata-rata maturity level pada tabel

2 bahwa proses TI yang tertinggi yaitu pada proses nilai tertinggi terletak pada proses Monitoring and Evaluate (ME) dengan nilai 3.55 sedangkan proses nilai terendah terletak pada proses delivery and support (DS) dengan nilai 3.20. Untuk itu perlu adanya upaya peningkatan nilai pada proses delivery and support (DS) dengan cara memperbesar pelayanan dan peningkatan pengelolaan kinerja sistem informasi yang ada.

Evaluasi kinerja manajemen sumber daya TI dibutuhkan untuk mengelola dan mengatur semua sumber daya TI agar sejalan dengan prioritas dan strategi bisnis. Oleh karena itu diperlukan rekomendasi sebagai berikut: a) Pihak manajemen Gereja Bethel Area Salatiga fokus terhadap manajemen bisnis untuk

mewujudkan kebutuhan bisnis dalam memberikan layanan dan pengembangan strategi-strategi untuk menyampaikan layanan dengan cara yang jelas dan efektif.

b) Untuk mencapai hal tersebut pihak manajemen harus: 1. Melibatkan manajemen senior dan bisnis bersama dengan perencanaan TI strategis

unuk kebutuhan bisnis sekarang dan masa yang akan datang. 2. Memahami kemampuan TI sekarang. 3. Memberikan skema prioritas bagi sasaran-sasaran bisnis dengan mengukur kebutuhan

bisnis. c) Sedangkan untuk meningkatkan tingkat kematangan tata kelola TI di Gereja Bethel Area

maka pihak manajemen harus: 1. Membuat sebuah kebijakan yang dapat menjelaskan kapan dan bagaimana untuk

melakukan strategi TI. 2. Membuat perencanaan strategi TI yang mendekati pendekatan terstruktur dan

didokumentasikan dan diketahui semua staf.

5. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa

kesimpulan diantaranya: pada hasil pengujian dari kondisi lama yang ada di Gereja Bethel Area Salatiga dihasilkan tingkat kematangan rata-rata pada level 3, dimana rata-rata yang

Page 16: Evaluasi Kinerja Manajemen Gereja dalam Pengelolaan Sistem ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14530/2/T1_682008068_Full... · tindakan perbaikan akibat dilakukannya pengontrolan

diperoleh adalah 3.96, hal ini menunjukkan bahwa tingkat kematangan berada di level 3 yaitu pada proses terdefinisi. Beberapa proses yang mempengaruhi adalah PO7, AI5, DS3, DS8. Untuk hasil penelitian kesadaran pengelolaan terlihat bahwa ekspektasi manajemen Gereja terhadap kegiatan pengawasan dan evaluasi kinerja teknologi informasi menurut COBIT sangatlah tinggi yang diharapkan untuk diterapkan di pengelolaan otomasi kelangsungan operasional TI. Untuk pihak pengelolanya diperlukan koordinasi di tiap-tiap bagian maupun pihak luar. Pengukuran tingkat kematangan proses COBIT yang diterapkan kelangsungan opersional Gereja berada pada batasan tingkat 3 (3.30). Hal ini menunjukkan bahwa resiko perpindahan teknologi harus diketahui dan diatur secara hati-hati. Proses pengembangan dapat ditentukan karena proses diukur dan dijalankan dengan batasan yang dapat diukur. Proses nilai tertinggi terletak pada proses Monitoring and Evaluate (ME) dengan nilai 3.55 sedangkan proses nilai terendah terletak pada proses delivery and support (DS) dengan nilai 3.20. Untuk itu perlu adanya upaya peningkatan nilai pada proses delivery and support (DS) dengan cara memperbesar pelayanan dan peningkatan pengelolaan kinerja sistem informasi yang ada.

Page 17: Evaluasi Kinerja Manajemen Gereja dalam Pengelolaan Sistem ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14530/2/T1_682008068_Full... · tindakan perbaikan akibat dilakukannya pengontrolan

6. Daftar Pustaka [1] Johan J.C. Tambotoh, 2015, IT Governance Self Assessment Application for E-

Government Implementation in Indonesia. [2] Krishna Moorty, 2011, The Impact Of Information Technology on Internal Auditing. [3] Agus Prasetyo Utomo, 2011, Analisis Tata Kelola Teknologi Informasi (IT

Governance) pada Bidang Akademik dengan COBIT Framework Studi Kasus pada Universitas STIKUBANK Semarang.

[4] Haryanto Tanuwijaya, 2013, Audit Keamanan Sistem Informasi Berdasarkan Standar ISO 27002 (Studi Kasus: PT. Aneka Jaya Baut Sejahtera).

[5] Shelvi Modissa, 2012, Penerapan Tata Kelola Teknologi Informasi Dengan Menggunakan COBIT Framework 4.1 (Studi Kasus Pada The Arista Hotel Palembang).

[6] Sugeng Winardi, 2012, Penggunaan Kerangka Kerja COBIT Untuk Menilai Pengelolaan Teknologi Informasi dan Tingkat Pelayanan (Studi Kasus Pada BMT “X” Yogyakarta).

[7] Sulistyo-Basuki, 2006, Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

[8] Indra Dwi Hartanto, 2009, Analisa Kesenjangan Tata Kelola Teknologi Informasi untuk Proses Pengelolaan Data Menggunakan COBIT (Studi Kasus Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia).