EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

106
i EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL TERHADAP ATURAN RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA (Studi Kasus Di Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo) SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh: ANNAS SUNGGING WAHYU ADI NIM 112510006 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2016

Transcript of EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

Page 1: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

i

EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL

TERHADAP ATURAN RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA

(Studi Kasus Di Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo)

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Teknik

Oleh:

ANNAS SUNGGING WAHYU ADI

NIM 112510006

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO2016

PC 4
Text Box
Page 2: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …
Page 3: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …
Page 4: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …
Page 5: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

v

PRAKATA

Alhamdulillah, atas puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.

Atas limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya skripsi ini dapat penulis

selesaikan. Skripsi ini penulis susun untuk mengungkapkan evaluasi kesesuaian

struktur rumah tinggal tergadap aturan rumah sederhana tahan gempa (Studi kasus

di Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo).

Keberhasilan pelaksanaan penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima

kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo.

2. H. Muhamad Taufik, M.T. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan perhatian dan dorongan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Agung Setiawan, M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil dan Dosen

Pembimbing II yang telah banyak membimbing, mengarahkan, memotivasi

dengan penuh kesabaran dan tidak mengenal lelah.

4. Nurmansyah Alami, M.T. Selaku pembimbing I yang telah memberikan izin

dan rekomendasi kepada penulis untuk mengadakan penelitian untuk

penyusunan skripsi ini serta telah banyak membimbing, mengarahkan,

memotivasi dengan penuh kesabaran dan tidak mengenal lelah, serta

mengoreksi skripsi ini dengan penuh ketelitian sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Page 6: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …
Page 7: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

vii

MOTTO

Jangan pernah takut mencoba. Kegagalan tidak datang karena kamu jatuh,

namun kegagalan datang karena kamu tidak berdiri setelah jatuh.

(Deddy Corbuzier)

“There is no limit of struggling”

(Cristiano Ronaldo)

“All the impossible is possible for those who believe”

(Annas S.W.A)

Page 8: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

vii

ABSTRAK

Annas Sungging Wahyu Adi. “Evaluasi Kesesuaian Bangunan Rumah TinggalTerhadap Aturan Rumah Sederhana Tahan Gempa (Studi Kasus Di Kecamatan Butuh,Kabupaten Purworejo)”. Skripsi. Program Studi Teknik Sipil. Fakultas Teknik,Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisa apakah rumah sederhanamasyarakat Kabupaten Purworejo (khusus Kecamatan Butuh) sudah sesuai denganaturan rumah sederhana tahan gempa, dan (2) mengetahui prosentase yang sesuaidengan aturan bangunan rumah sederhana tahan gempa di Kecamatan Butuh.

Sampel penelitian untuk rumah tinggal sederhana berjumlah 160 respondenditentukan dengan menggunakan random sampling. Instrumen pengumpulan datamenggunakan angket kuisioner yang masing-masing sudah diuji cobakan dan telahmemenuhi syarat validitas dan reliabilitas menggunakan program SPSS for windows16.0. Dalam Perhitungan pengolahan data, peneliti mempergunakan alat bantu yangberupa program aplikasi komputer yaitu program microsoft excel.

Dari olah data yang didapat dari penelitian, bagian struktur yang paling tidak sesuaiadalah pada bagian struktur balok latai dan kedalaman pondasi ≤ 60 cm. Dimana banyakrumah yang tidak menggunakan balok latai dikarenakan kurang pahamnya tentangpedoman atau aturan membangun rumah. Dari hasil analitis data dapat dibuktikanresponden menunjukkan bahwa rumah tinggal yang sesuai dengan pedoman rumahsederhana tahan gempa di Kecamatan Butuh dengan prosentase 26 %. Persentasebangunan rumah tinggal sederhana tahan gempa yang masuk katagori sesuai lebihrendah dibandingkan yang masuk katagori kurang sesuai dan tidak sesuai denganprosentase 60,625 % dan 13,125%. Hal ini membuktikan bahwa keadaan dan kondisirumah tinggal sederhana di wilayah Kecamatan Butuh belum sepenuhnya sesuai denganpedoman teknis rumah dan gedung tahan gempa.

Kata kunci : kesesuaian bangunan, pedoman teknis bangunan rumah tahan gempa

Page 9: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

viii

DAFTAR ISIHalaman

HALAMAN JUDUL iHALAMAN PENGESAHAN iiPERNYATAAN ivPRAKATA vMOTTO viABSTRAK viiDAFTAR ISI viiiDAFTAR TABEL ixDAFTAR GAMBAR xDAFTAR SIMBOL xiDAFTAR LAMPIRAN xiiBAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1B. Batasan Masalah 3C. Rumusan Masalah 3D. Tujuan Penelitian 4E. Manfaat Penelitian 4

BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 5A. Kajian Teori 5B. Tinjauan Pustaka 30C. Hipotesis 31

BAB III METODE PENELITIAN 32A. Desain Penelitian 32B. Tempat dan Waktu Penelitian 32C. Populasi dan Sampel Penelitian 33D. Pengumpulan Data 34E. Instrumen Penelitian 35F. Analisis Data 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41A. Deskripsi Data 41B. Analisis Data 61C. Pembahasan Hasil Penelitian 65

BAB V PENUTUP 67A. Simpulan 67B. Saran-saran 68

DAFTAR PUSTAKA 70LAMPIRAN 71

Page 10: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

ix

DAFTAR TABEL

HalamanTabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ................................................ 36Tabel 2. Daftar Nama Desa Penelitian.................................................. 41Tabel 3. Klasifikasi Responden Berdasarkan Usia .............................. 44Tabel 4. Klasifikasi Responden Berdasarkan Pekerjaan....................... 45Tabel 5. Hasil Uji Validitas Instrumen ................................................. 47Tabel 6. Hasil Reliability Instrumen..................................................... 48Tabel 7. Persentase Tanggapan Responden.......................................... 49Tabel 8. Skor Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal.......................... 62

Page 11: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

x

DAFTAR GAMBAR

HalamanGambar 1. Deformasi Lentur Pada Struktur Bangunan 10Gambar 2. Deformasi Geser Pada Struktur Gedung 11Gambar 3. Deformasi Torsi Pada Struktur Gedung 11Gambar 4. Deformasi Guling Pada Struktur Gedung 12Gambar 5. Denah Bangunan Yang Simetris 17Gambar 6. Potongan Melintang Pondasi Menerus 18Gambar 7. Detail Sloof dan Penulangan 20Gambar 8. Hubungan Pondasi, Sloof,Dan Kolom 20Gambar 9. Detail Kolom dan Penulangan 21Gambar 10. Detail Hubungan Kolom dengan Dinding 22Gambar 11. Detail Hubungan Kolom dengan Dinding 23Gambar 12. Detail Balok Latai 24Gambar 13. Hubungan balok latai dengan kolom 25Gambar 14. Hubungan Ring Balok dengan kolom 26Gambar 15. Detail Gunungan 28Gambar 16. Bentuk atap 29Gambar 17. Bagan alir 40Gambar 18 Peta Kecamatan Butuh 41Gambar 19. Diagram Lingkaran Klasifikasi Responden Berdasar Usia 44Gambar 20. Diagram Lingkaran Klasifikasi Responden Berdasar Tingkat

Pekerjaan45

Gambar 21. Diagram Frekuensi Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal 63Gambar 22. Diagram Persentase Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal 63

Page 12: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

xi

DAFTAR SIMBOL

N = Jumlah sampelX = skor totalY = skor butirrx = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel YSA = Sesuai AturanKSA = Kurang Sesuai AturanTSA = Tidak Sesuai Aturan

Page 13: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Tabulasi Data

Lampiran 3 Kartu Bimbingan Skripsi

Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian

Page 14: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Letak geografis Indonesia yang terletak pada pertemuan antara lempeng

Australia (yang bergerak kearah utara) dengan kecepatan 7 cm pertahun, lempeng

Pasifik (yang bergerak kearah Utara-Barat) dengan kecepatan 8 cm per tahun dan

lempeng Eurasia (tidak ada pergerakan/stabil), mengakibatkan spectrum topografi

yang bervariasi, serta aktivitas kegempaan dan vulkanisme yang aktif.

Gempa bumi merupakan salah satu ancaman semenjak ratusan tahun yang

lalu dan seringkali hal tersebut terjadi di negara berkembang seperti Indonesia.

Sudah diketahui bahwa kepulauan Indonesia terletk didaerah rawan terhdap

berbagai bencana alam, seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir

gelombang pasang (tsunami), dan tanah longsor. Hal ini diakibatkan karena

kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif yang

saling berbenturan, yaitu Lempeng Samudera Hindia-Australia, Lempeng Eurasia,

dan Lempeng Pasific.

Gempa bumi didefinisikan sebagai getaran tanah karena pembebasan energi

tiba-tiba di kerak Bumi. Sejarah gempa bumi sudah ada selama manusia hidup dan

merupakan salah satu sumber bencana alam yang berpotensi berbahaya terhadap

aktivitas manusia. Gempa bumi merupakan suatu kejadian alami yang sampai saat

ini belum dapat diprediksi waktu, kapan dan seberapa kuat intensitas gempa bumi

yang akan terjadi secara akurat. Gempa bumi menjadi salah sumber bencana yang

Page 15: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

2

wajib diwaspadai manusia, karena selain tidak dapat diprediksi, gempa bumi juga

sering mengakibatkan kerusakan yang cukup fatal, seperti kerusakan pada

infrastruktur, jalan raya bahkan sampaimenimbulkan korban jiwa.

Saat ini, terdapat kecenderungan masyarakat membangun rumah tembokkan.

Rumah tembokan adalah jenis rumah yang terbuat dari tembok, khususnya pada

bagian dindingnya. Kecenderungan ini disebabkan oleh kelebihan-kelebihan yang

dimiliki jenis rumah tersebut di antaranya adalah peningkatan status sosial para

pemilik rumah. Disamping itu harga materialnya relatif semakin terjangkau oleh

masyarakat dan kelebihan dalam hal ketahanannya. Namun rumah jenis tersebut

juga memiliki kekurangan-kekurangan yaitu relatif berat dan getas.

Jenis bangunan yang tahan terhadap gempa adalah jenis bangunan yang

bersifat ringan dan daktail (liat atau alot). Bangunan yang semakin ringan akan

menerima beban goncangan gempa yang semakin kecil. Dari kejadian beberapa

gempa merusak di Indonesia, ternyata mayoritas kerusakan dialami oleh bangunan

semi teknis yaitu bangunan atau rumah berdinding tembokan. Pengalaman yang

dapat diambil dari serangkaian bencana akibat goncangan gempa di Indonesia

pada akhir-akhir ini adalah, bahwa kerusakan bangunan jenis tembokan tersebut

menyumbangkan penyebab terbesar meningkatnya korban dan kerugian. Oleh

karena itu, pembangunan rumah tembokan di wilayah rawan gempa, seperti

kebanyakan wilayah Indonesia, seharusnya memenuhi ketentuan-ketentuan

bangunan tahan gempa.

Page 16: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

3

B. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih mengarah pada latar belakang dan pemasalahan yang

telah dirumuskan maka diperlukan batasan-batasan masalah guna membatasi

ruang lingkup penelitian sebagai berikut.

1. Pengambilan data dilakukan pada saat melakukan penelitian secara

langsung.

2. Penelitian dilakukan dengan mengisi Quisioner dan wawancara kepada

pemilik rumah.

3. Wilayah penelitian berada di Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo.

4. Obyek Penelitian adalah rumah tinggal sederhana tembokan.

5. Analisa menggunakan alat bantu software Microsoft Excel dan SPSS for

windows 16.0.

C. Perumusan Masalah

Agar penelitian mempunyai suatu kejelasan dalam pengerjaannya, maka dari

latar belakang dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah keadaan dan kondisi rumah tinggal sederhana di wilayah

Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo?

2. Berapakah prosentase rumah tinggal sederhana yang sesuai dengan aturan

rumah sederhana tahan gempa?

3. Apakah masyarakat mengetahui tentang aturan rumah tinggal sederhana

tahan gempa?

Page 17: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

4

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian adalah sebagai berikut ini.

1. Untuk menganalisa apakah rumah sederhana masyarakat Kabupaten

Purworejo (khusus Kecamatan Butuh) sudah sesuai dengan aturan rumah

sederhana tahan gempa.

2. Untuk mengetahui prosentase yang sesuai dengan aturan bangunan rumah

sederhana tahan gempa di Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo.

3. Untuk mengetahui bagian struktur rumah tinggal yang tidak sesuai dengan

pedoman rumah tinggal sederhana tahan gempa.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Memperdalam pengetahuan dalam ilmu kebencanaan, khusus gempa bumi.

2. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat, sehingga masyarakat

menyadari bahwa pembangunan rumah tinggal yang tahan gempa sangat

penting untuk diterapkan.

3. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, Pemerintah Kabupaten

Purworejo lebih memperhatikan bangunan rumah tinggal yang tidak layak

huni untuk menghindari kerusakan yang lebih besar pada saat gempa nanti.

4. Digunakan sebagai salah satu acuan bahan bacaan atau referensi.

Page 18: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

5

BAB II

KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA,

DAN RUMUSAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Definisi gempa

Gempa Bumi merupakan gejala alam yang ditimbulkan oleh

adanya aktivitas secara alamiah dipermukaan atau di bawah permukaan

bumi. Sebagai fenomena alamiah, gempa bumi tidak dapat dipisahkan

dengan fenomena alamiah lainnya, terutama aktivitas gunung

berapi/vulkanik yang aktif.

Gempa bumi bukan hanya disebabkan oleh pergerakan lempeng

tetapi juga disebabkan oleh cairan magma yang ada pada lapisan bawah

kulit bumi. Magma dalam bumi juga melakukan pergerakan. Pergerakan

tersebut yang menimbulkan penumpukan massa cairan. Cairan tersebut

akan terus bergerak hingga akhirnya menimbulkan energi yang kuat yang

memaksa cairan tersebut untuk keluar dari dalam kulit bumi. Energi

tersebut menimbulkan kulit bumi mengalami pergerakan divergen

sebagai saluran untuk cairan tersebut keluar. Pergerakan tersebut yang

mengakibatkan terjadinya gempa bumi.

5

Page 19: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

6

2. Jenis-jenis Gempa Bumi

Gempa yang ada di permukaan bumi ini dapat dikelompokan

menjadi 3 jenis gempa, antara lain sebagai berikut.

a. Berdasarkan Penyebabnya

1) Gempa tektonik yaitu merupakan gempa yang terkuat dan bisa

meliputi wilayah yang luas, gempa ini merupakan akibat dari

gerakan gempa tektonik yaitu berupa patahan atau retakan.

2) Gempa vulkanik yaitu gempa yang terjadi sebelum atau pada

saat gunung berapi meletus. Gempa ini hanya terasa didaerah

sekitar gunng berapi, sehingga tidak begitu kuat jika

dibandingkan dengan gempa tektonik.

3) Gempa reruntuhan yaitu gempa yang terjadi akibat runtuhnya

atap gua yang terdapat didalam litosfer. Gempa ini relatif

lemah dan hanya terasa di sekitar tempat reruntuhan terjadi.

b. Berdasarkan Jarak Hiposentrum

Hiposentrum adalah pusat gempa yang letaknya jauh atau

sangat dalam di perut bumi. Sedangkan pusat gempa yang letaknya

lebih dangkal, yaitu di permukaan bumi atau di atas hiposentrum

disebut episentrum. Gempa yang letak pusat gempanya di

permukaan (episentrum) inilah yang paling berbahaya sebab

kekuatannya besar sehingga menimbulkan kerusakan yang amat

besar. Berdasarkan jarak pusat gempanya (hiposentrum), gempa

bumi berdsarkan kedalaman dibedakan menjadi tiga.

Page 20: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

7

1) Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang jarak atau

kedalaman hiposentrum-nya lebih dari 300 km dibawah

permukaan bumi. Contoh gempa bumi dalam yaitu gempa

bumi yang hiposentrum-nya terdapat dibawah laut sulawesi,

laut Banda, Laut Flores, dan lainya. Gempa bumi jenis ini

tidak terlalu membahayakan sebab kekuatan gempanya kecil

karena sumber atau pusat gempanya jauh.

2) Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang jarak atau

kedalaman hiposentrum-nya berada antara 100 km dan 300 km

dibawah permukaan bumi. Gempa bumi menengah ini sedikit

lebih kuat dari pada gempa bumi dalam, sehingga sedikit

membahayakan. Contoh gempa bumi menengah yaitu gempa

bumi yang hiposentrum-nya terdapat di sepanjang Pulau

Sumatra sebelah barat, Jawa sebelah Selatan, Nusa Tenggara

antara Sumbawa dan Maluku, Sepanjang Teluk Tomini, dan

sebagainya.

3) Gempa Bumi dangkal adalah gempa bumi yang jarak atau

kedalaman hiposentrum kurang dari 100 km dibawah

permukaan bumi. Makin dangkal pusat gempa bumi akan

semakin besar kekuatannya dan semakin berbahaya. Gempa

bumi dangkal inilah yang paling berbahaya karena

kekuatannya terbesar dari pada kekuatan gempa bumi yang

lain.

Page 21: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

8

c. Berdasarkan Intensitas atau Kekuatannya

Intensitas dapat didefinisikan sebagai suatu besarnya

kerusakan yang terjadi seperti pada bangunan, permukaan tanah,

reaksi manusia dan hal lain yang teramati sebagai dampak dari

goncangan gempa bumi. Terdapat dua besaran yang biasa dipakai

untuk mengukur kekuatan gempa bumi, sebagai berikut.

1) Magnitude ( M ), yaitu suatu ukuran dari besarnya energi yang

dilepaskan oleh sumber gempa. Skala yang biasa dipakai

adalah Skala Magnitude dari Richter.

2) Intensitas Gempa ( MMI ), yaitu besar kecilnya getaran

permukaan ditempat bangunan berada. Skala Modifed Mercalli

Intensity ( MMI ) dibuat berdasarkan pengamatan manusia

terhadap derajat kerusakan yang ditimbulkan leh gempa

terhadap bangunan.

3. Gaya Gempa

Pada prinsipnya gaya gempa bekerja sebanding dengan berat

massa bangunan dan dapat dirumuskan dengan hukum Newton; F = m . a

(m=massa bangunan, a= percepatan yang dihasilkan). Sehingga semakin

berat massa bangunan semakin besar gaya gempa yang bekerja pada

bangunan tersebut. Hal ini sangat berpengaruh pada konsep dasar

perencanaan bangunan untuk dapat bertahan terhadap gaya gempa yang

timbul. Gaya gempa yang bekerja pada elemen struktur dapat dibedakan

menjadi dua, sebagai berikut.

Page 22: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

9

a. Gaya vertikal adalah gaya yang bekerja searah sumbu – Z dengan

arah beban ke bawah, terjadi karena beban – beban, seperti kolom-

kolom, jenis balok kantilever, dinding, ring balok, dan atap.

b. Gaya horizontal dalam bangunan adalah gaya yang bekerja searah

sumbu – X atau sumbu – Y, gaya horisontal terjadi karena beban –

beban seperti angin dan gempa.

Gaya gempa yang terjadi pada bangunan merupakan respon

bangunan terhadap pergerakan tanah permukaan akibat gempa. Gaya

gempa yang terjadi pada bangunan dapat diformulasikan dengan hukum

Newton. Hubungan dari formulasi gaya gempa di atas, dapat dijelaskan

sebagai berikut.

a. Gaya gempa pada bangunan (F) berbanding lurus dengan massa

bangunan (m) dan percepatan tanah (a) akibat gempa. Besaran massa

bangunan atau percepatan gerakan tanah, berakibat pada besaran gaya

gempa yang terjadi pada bangunan.

b. Percepatan gerakan tanah (a) akibat gempa bumi, dipengaruhi oleh

kondisi geologis tanah sesuai zona gempa. Bangunan rumah tinggal

yang berada pada zona rawan gempa akan memiliki percepatan

pergerakan tanah yang lebih besar.

c. Massa bangunan (m) dipengaruhi oleh tingkat konstruksi bangunan

dan pembebanan yang terjadi.

Bangunan tahan gempa dimaksudkan untuk membangun

bangunan rumah tinggal yang dapat meredam gaya gempa yang terjadi

Page 23: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

10

dengan kekuatan dan kekakuan struktur bangunan, sesuai dengan hukum

Newton yaitu Aksi = Reaksi. Aksi yang berasal dari gaya gempa pada

bangunan harus diimbangi atau diredam oleh gaya inersia melalui

kombinasi gaya dalam dari kekuatan dan kekakuan komponen struktur

(pondasi, sloof, balok, kolom) dan non struktur (dinding pemikul dan

dinding pengisi). Penyaluran gaya gempa pada arah horizontal akan

menyebabkan terjadinya perubahan bentuk atau “deformasi” yaitu karena

terjadinya tegangan-tegangan pada seluruh bangunan terutama pada

elemen-elemen pendukungnya. Suatu bangunan biala terjadi gempa akan

mengalami perubahan bentuk (deformasi) (akibat gaya gempa yang

bekerja pada bangunan, perubahan ini dibedakan menjadi 4 (empat) jenis

sebagai berikut.

a. Deformasi lentur, terjadi pada struktur bangunan yang mempunyai

massa yang terbagi rata.

Gambar 1. Deformasi lentur pada struktur bangunan.Sumber : Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sederhana Tahan Gempa

10

dengan kekuatan dan kekakuan struktur bangunan, sesuai dengan hukum

Newton yaitu Aksi = Reaksi. Aksi yang berasal dari gaya gempa pada

bangunan harus diimbangi atau diredam oleh gaya inersia melalui

kombinasi gaya dalam dari kekuatan dan kekakuan komponen struktur

(pondasi, sloof, balok, kolom) dan non struktur (dinding pemikul dan

dinding pengisi). Penyaluran gaya gempa pada arah horizontal akan

menyebabkan terjadinya perubahan bentuk atau “deformasi” yaitu karena

terjadinya tegangan-tegangan pada seluruh bangunan terutama pada

elemen-elemen pendukungnya. Suatu bangunan biala terjadi gempa akan

mengalami perubahan bentuk (deformasi) (akibat gaya gempa yang

bekerja pada bangunan, perubahan ini dibedakan menjadi 4 (empat) jenis

sebagai berikut.

a. Deformasi lentur, terjadi pada struktur bangunan yang mempunyai

massa yang terbagi rata.

Gambar 1. Deformasi lentur pada struktur bangunan.Sumber : Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sederhana Tahan Gempa

10

dengan kekuatan dan kekakuan struktur bangunan, sesuai dengan hukum

Newton yaitu Aksi = Reaksi. Aksi yang berasal dari gaya gempa pada

bangunan harus diimbangi atau diredam oleh gaya inersia melalui

kombinasi gaya dalam dari kekuatan dan kekakuan komponen struktur

(pondasi, sloof, balok, kolom) dan non struktur (dinding pemikul dan

dinding pengisi). Penyaluran gaya gempa pada arah horizontal akan

menyebabkan terjadinya perubahan bentuk atau “deformasi” yaitu karena

terjadinya tegangan-tegangan pada seluruh bangunan terutama pada

elemen-elemen pendukungnya. Suatu bangunan biala terjadi gempa akan

mengalami perubahan bentuk (deformasi) (akibat gaya gempa yang

bekerja pada bangunan, perubahan ini dibedakan menjadi 4 (empat) jenis

sebagai berikut.

a. Deformasi lentur, terjadi pada struktur bangunan yang mempunyai

massa yang terbagi rata.

Gambar 1. Deformasi lentur pada struktur bangunan.Sumber : Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sederhana Tahan Gempa

Page 24: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

11

b. Deformasi geser, terjadi akibat getaran horizontal kolom-kolom

bangunan bertingkat banyak disertai dengan sistem plat lantai yang

kaku.

Gambar 2. Deformasi geser pada struktur gedung.Sumber: Pedoman Teknis Bangunan Gedung Tahan Gempa

c. Deformasi Tors, terjadi akibat tekanan dari massa bangunan yang

mempunyai kekakuan yang berbeda sebagi satu kesatuan.

Gambar 3. Deformasi Torsi pada struktur gedung.Sumber : Pedoman Teknis Bangunan Gedung Tahan Gempa

11

b. Deformasi geser, terjadi akibat getaran horizontal kolom-kolom

bangunan bertingkat banyak disertai dengan sistem plat lantai yang

kaku.

Gambar 2. Deformasi geser pada struktur gedung.Sumber: Pedoman Teknis Bangunan Gedung Tahan Gempa

c. Deformasi Tors, terjadi akibat tekanan dari massa bangunan yang

mempunyai kekakuan yang berbeda sebagi satu kesatuan.

Gambar 3. Deformasi Torsi pada struktur gedung.Sumber : Pedoman Teknis Bangunan Gedung Tahan Gempa

11

b. Deformasi geser, terjadi akibat getaran horizontal kolom-kolom

bangunan bertingkat banyak disertai dengan sistem plat lantai yang

kaku.

Gambar 2. Deformasi geser pada struktur gedung.Sumber: Pedoman Teknis Bangunan Gedung Tahan Gempa

c. Deformasi Tors, terjadi akibat tekanan dari massa bangunan yang

mempunyai kekakuan yang berbeda sebagi satu kesatuan.

Gambar 3. Deformasi Torsi pada struktur gedung.Sumber : Pedoman Teknis Bangunan Gedung Tahan Gempa

Page 25: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

12

d. Deformasi guling (Over Turning), terjadi efek guling akibat bagian

dasar bangunan jauh lebih kaku dari bagian diatasnya.

Gambar 4. Deformasi guling pada struktur gedung.Sumber : Pedoman Teknis Bangunan Gedung Tahan Gempa

4. Tipe – Tipe Kerusakan Rumah Akibat Gempa

Belajar dari pengalaman tentang bencana yang diakibatkan oleh

gempa-gempa yang pernah terjadi di Indonesia, dapat disimpulkan bahwa

kerusakan atau keruntuhan bangunan pada umumnya banyak dijumpai

pada bangunan-bangunan sederhana (non-engineered building) seperti

rumah penduduk, bangunan komersial, sekolah, masjid, dll. Dari hasil

pengamatan di lapangan, kegagalan dari bangunan-bangunan ini pada

umumnya disebabkan karena perencanaan atau pengerjaan yang tidak

baik, dan kurang baiknya mutu bahan bangunan yang digunakan. Ada

beberapa kategori kerusakan, meliputi hal-hal sebagai berikut.

a. Kerusakan Ringan Struktur

Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan ringan

nonstruktur apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :

Page 26: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

13

1) retak halus (lebar celah lebih kecil dari 0,075 cm) pada

plesteran,

2) serpihan plesteran berjatuhan,

3) mencakup luas yang terbatas.

b. Kerusakan Ringan Non- Struktur

Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan struktur tingkat

ringan apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :

1) retak kecil (lebar celah antara 0,075 hingga 0,6 cm) pada

dinding,

2) plester berjatuhan,

3) mencakup luas yang besar,

4) kerusakan bagian-bagian nonstruktur seperti cerobong,

lisplang, dsb,

5) kemampuan struktur untuk memikul beban tidak banyak

berkurang.

c. Kerusakan Struktur Tingkat Sedang

Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan struktur tingkat

sedang apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :

1) retak besar (lebar celah lebih besar dari 0,6 cm) pada dinding,

2) retak menyebar luas di banyak tempat, seperti pada dinding

pemikul beban, kolom, cerobong miring, dan runtuh,

3) kemampuan struktur untuk memikul beban sudah berkurang

sebagian.

Page 27: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

14

d. Kerusakan Struktur Tingkat Berat

Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan struktur tingkat

berat apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :

1) dinding pemikul beban terbelah dan runtuh,

2) bangunan terpisah akibat kegagalan unsur-unsur pengikat,

3) kira-kira 50% elemen utama mengalami kerusakan,

4) tidak laik fungsi/huni.

e. Kerusakan Total

Suatu bangunan dikategorikan sebagai rusak total / roboh apabila

terjadi hal-hal sebagai berikut :

1) Bangunan roboh seluruhnya ( > 65%)

2) Sebagian besar komponen utama struktur rusak

3) Tidak laik fungsi/ huni

Tindakan yang perlu dilakukan adalah merubuhkan bangunan,

membersihkan lokasi, dan mendirikan bangunan baru.

5. Rumah Tinggal Sederhana

Menurut Undang-Undang RI No 4 Tahun 1992, Setiap manusia

dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal yang disebut

rumah. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal

atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.

Page 28: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

15

Berdasarkan keputusan Menpera No.4/KPTS/BKP4/1995 tentang

klasifikasi rumah tidak bersusun, tipe rumah tinggal/hunian dapat

digolongkan kedalam empat (4) tipe, sebagai berikut.

a. Rumah mewah adalah bangunan bertingkat maupun tidak bertingkat

dengan luas lantai bangunan yang relatif besar (kurang lebih 200

m²), dengan luas kaveling antara 54 m² sampai dengan 200 m².

b. Rumah menengah, adalah bangunan tidak bersusun dengan luas

lantai bangunan diatas 70 m² sampai dengan 150 m².

c. Rumah sederhana adalah rumah tidak besusun dengan luas lantai

bangunan tidak lebih dari 70 m². (Keputusan Menteri Negara

Perumahan rakyat No. 4/KPTS/BKP4N/1995).

d. Rumah sangat sederhana adalah, rumah tidak bersusun yang ada

tahap awalnya yang menggunakan bahan bangunan berkualitas

sangat sederhana dan dilengkapi dengan prasarana lingkungan,

utilitas umum, dan fasilitas sosial (Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No. 54/PRT/1991 tentang Pedoman Teknik Pembangunan

Perumahan Sangat Sederhana).

Rumah Sederhana adalah rumah yang dibangun oleh masyarakat

tanpa direncanakan dan dilaksanakan oleh para ahli pembangunan.

Digunakan SNI – 03 – 1726 – 2002 tentang Tata Cara Perencanaan

Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung. Adapun filosofi bangunan

tahan gempa sesuai diterangkan sebagai berikut ini.

Page 29: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

16

a. Bila terjadi gempa ringan, maka bangunan tidak boleh mengalami

kerusakan baik pada komponen non-struktural (dinding retak,

genting dan langit-langit jatuh, kaca pecah, dsb) maupun pada

komponen strukturalnya (kolom dan balok retak, pondasi amblas,

dsb).

b. Bila terjadi gempa sedang, maka bangnan boleh mengalami

kerusakan pada komponen non-strukturalnya akan tetapi komponen

strukturalnya tidak boleh rusak.

c. Bila terjadi gempa besar, maka bangunan boleh mengalami

kerusakan baik pada komponen non-struktural maupun komponen

strukturalnya, akan tetapi jiwa penghuni bangunan tetap selamat,

artinya sebelum bangunan runtuh masih cukup waktu bagi penghuni

bangunan untuk keluar/mengungsi ke tempat aman.

6. Struktur Bangunan Rumah Tahan Gempa

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam struktur bangunan

rumah sederhana tahan gempa, antara lain sebagai berikut.

a. Denah bangunan

Denah yang baik untuk bangunan gedung dan rumah di daerah

gempa adalah sebagai berikut.

1) Denah bangunan rumah sebaiknya sederhana, simetris

terhadap kedua sumbu bangunan dan tidak terlalu panjang,

perbandingan lebar bangunan dengan panjang yaitu 1 : 2, pada

setiap 20 m bangunan diberi dilatasi sebesar ± 10 cm.

2) Bila dikehendaki denah bangunan yang tidak simetris, maka

denah bangunan tersebut harus dipisahkan dengan alur

Page 30: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

17

pemisah sehingga denah bangunan merupakan rangkaian dari

denah yang simetris.

Gambar 5. Denah bangunan yang simetrisSumber: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Tahan Gempa

b. Pondasi

Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang

berfungsi untuk menempatkan bangunan dan meneruskan beban

yang disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar. Sebaiknya tanah

dasar pondasi merupakan tanah kering, padat, dan merata

kekerasannya. Dasar pondasi sebaiknya lebih dalam dari 45 cm.

Pondasi sebaiknya dibuat menerus keliling bangunan tanpa terputus.

Pondasi dinding penyekat juga dibuat menerus dengan spesifikasi

sebagai berikut ini.

1) Galian tanah dibuat hingga kedalaman tanah keras, minimal 60

cm. Alas fondasi ditaburi lapisan pasir pasang 5 cm. Ans

tamping dipasang memakai batu belah kecil, panjang 15 cm

yang ditata berdiri. Lapisan aanstamping ini direkatkan dengan

taburan pasir yang disiram air.

Page 31: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

18

2) Fondasi dibuat dengan menyusun batu kali selapis demi

selapis, direkatkan dengan adukan semen-pasir 1 pc : 6 ps.

Batu fondasi dipilih dari batu pecah yang memiliki Ø rata-rata

30 cm, bertekstur kasar dan keras.

3) Pada setiap pertemuan dinding disiapkan lubang pada fondasi

untuk penempatan tulangan kolom masuk ke badan fondasi.

4) Fondasi harus dilengkapi angkur besi Ø 8 mm ke dalam sloof,

dengan jarak tiap angkur 60 cm dan panjang 20 – 25 cm.

5) Harus dihindarkan penempatan fondasi pada sebagian tanah

keras dan sebagian tanah lunak.

6) Sangat disarankan menggunakan fondasi menerus, mengikuti

panjang denah bangunan.

Gambar 6. Potongan Melintang Pondasi Menerus.

Sumber: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Tahan Gempa

Pasir Pasang t = 5 cm

Pas. Batu kosong Ø ± 15 cm

Pas. Batu Ø ± 30 cm1 Pc : 6 Ps

206080

MUKA TANAH

Minimal 60 cm

20 cm

5 cm30

Page 32: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

19

c. Sloof

Sloof adalah struktur bangunan yang terletak di atas pondasi

bangunan. Fungsi utama balok sloof adalah sebagai pengikat antar

pondasi sehingga diharapkan bila terjadi penurunan pada pondasi,

penurunan itu dapat tertahan atau akan terjadi secara bersamaan.

Hubungan antara Pondasi batu kali dan balok sloof sangat

penting, karena energi getaran gempa yang telah diterima pondasi

akan diterima pertama kali oleh sloof. Sangat penting untuk

memastikan sloof tidak bergeser dan terlepas dari pondasi, karena

hal ini dapat menyebabkan runtuhnya seluruh bangunan di atasnya.

Untuk memperbaiki hubungan antara pondasi dan sloof, maka

dapat dilakukan pengangkuran dengan menanamkan besi beton yang

telah dibengkokkan ujungnya dengan jarak 60 cm. Spesifikasi untuk

bangunan tahan terhadap gempa sebagai berikut ini.

1) Campuran beton yang dianjurkan minimum perbandingan

adalah 1 bagian semen, 2 bagian pasir dan 3 bagian kerikil

serta ½ bagian air, sehingga menghasilkan kekuatan tekan

beton pada umur 28 hari minimum 175 kg/cm2.

2) Pengecoran beton dianjurkan dilakukan secara

berkesinambungan (tidak berhenti di setengah balok atau di

setengah kolom).

3) Pengadukan beton sedapat mungkin menggunakan alat

pencampur beton (concreat mix).

Page 33: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

20

4) Diameter tulangan utama untuk balok sloof/balok pengikat

pondasi minimum 12 mm, dan ukuran sengkang minimum 8

mm dengan jarak as ke as sengkang 25 cm. Sloof beton dicor

dengan dimensi 15 x 20 cm.

5) Agar diperoleh efek angkur yang maksimum dari besi

tulangan, maka pada setiap ujung tulangan harus ditekuk ke

arah dalam balok hingga 115o.

Gambar 7. Detail Sloof dan Penulangan.SUMBER: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Tahan

Gempa

Gambar 8. Hubungan pondasi, sloof,dan kolom.SUMBER: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Tahan

Gempa

20 cm

15 cm

Minimal Ø 8 - 25 cm

Beton 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr

Minimal Ø 12

Ø 8 - 25 cmMinimal 4 Ø 12 mm

Ø 8 Tiap 60 cm

60 cm60 cm

Page 34: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

21

d. Kolom

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang

memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur

tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan,

sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang

dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan

dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur. Spesifikasi

kolom untuk bangunan tahan gempa sebagai berikut ini.

1) Kolom harus menyatu dengan fondasi dan sloof.

2) Kolom praktis direncanakan setiap luasan dinding 15 m2.

3) Campuran beton yang digunakan yaitu 1 Semen : 2 Pasir : 3

Kerikil dengan menggunakan air dengan perbandingan ½ dari

berat semen (FAS 0,5).

4) Dimensi kolom yang digunakan yaitu 15 x 15 cm dengan

menggunakan tulangan pokok minimum 4 Ø 10 mm, sengkang

minimum Ø 8 mm – 15 cm.

5) Besi angkur menggunakan besi Ø 8 mm.

Gambar 9. Detail Kolom.SUMBER: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sederhana

Tahan Gempa

15 cm

15 cm

Minimal 4 Ø 12 mm

Ø 8 - 15 cm

Beton 1 Pc : 2 Ps : 3 KrMinimal 4 Ø – 10mm

Page 35: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

22

Gambar 10. Detail Hubungan Kolom dengan Dinding.SUMBER: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sederhana

Tahan Gempa

e. Dinding

Dinding adalah bagian non-struktur dari sebuah bangunan

yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Dinding juga

merupakan bagian yang lemah dan tidak dapat menahan beban..

Untuk mengatasi hal tersebut, maka luasan dinding harus dibatasi.

Disarankan luas maksimal dinding adalah 9 m². Apabila sebuah

bidang dinding mempunyai luasan lebih besar dari 9 m², maka harus

dipasang kolom penguat (kolom praktis), atau bahkan balok penguat.

Spesifikasi dinding untuk bangunan tahan gempa sebagai berikut.

1) Pada 2 buah lapisan yang berurutan siar tegak tidak boleh

segaris dengan lapisan diatas atau dibawahnya.

2) Pasangan batu bata harus betul-betul tegak, lurus, dan datar.

Selisih antara lapis pertama dengan lapis kedua harus ½

Page 36: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

23

panjang batas siar tegak dan siar datar memiliki ketebalan

maksimal 1,5 cm.

3) Setiap 6 (enam) lapis bata atau batako dipasang jangkar

maksimal Ø 8 mm sepanjang 30 cm, disalurkan ke dalam

tulangan kolom.

4) Dinding bata sebaiknya ditutup dengan plesteran agar tampak

rapi dan halus. Plesteran dinding berfungsi untuk melindungi

konstruksi dinding dari pengaruh cuaca dan memberikan

permukaan dinding yang halus dan rata serta memberikan

keindahan pada bangunan.

5) Persyaratan adukan plesteran mengikuti ketentuan berikut.

Untuk lapisan dasar (penghubung) dibuat berbandingan 1ps :

4ps, adukan dibuat encer, dengan tebal lapisan dasar 10 mm.

Untuk lapisan kedua (perata) dibuat dalam perbandingan 1pc :

6 ps dengan tebal lapisan 6 mm. Untuk lapisan finishing

(akhir) dibuat campuran 1 pc : 2 ps halus dengan tebal 3 mm.

Gambar 11. Detail Hubungan Kolom dengan Dinding.SUMBER: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sederhana

Tahan Gempa

Angkur maksimal Ø 8,Tiap 30 cm

Dinding

Kolom

Page 37: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

24

f. Balok Latai

Balok latai/lintel ialah balok yang dibuat persis menempel di

atas pintu dan jendela. Tujuannya yakni untuk menghindarkan kusen

agar tidak menerima beban bangunan secara langsung. Dengan

demikian, kondisi kusen pun tetap kokoh dan tidak melengkung.

Balok ini juga dapat berfungsi untuk menjaga kusen tetap berdiri jika

sewaktu-waktu terjadi gempa, sehingga penghuni bangunan dapat

melewati pintu untuk menyelamatkan diri, spesifikasi balok Latai

sebagai berikut.

1) Campuran beton yang digunakan yaitu 1 Pemen : 2 Pasir : 3

Kerikil dengan menggunakan air dengan perbandingan ½ dari

berat semen (FAS 0,5).

2) Dimensi Balok Latai yang digunakan yaitu 15x 15 cm dengan

menggunakan tulangan pokok minimum 4 Ø 12 mm, sengkang

minimum Ø 8 mm – 15 cm.

3) Hubungan kolom dengan balok latai diperkuat dengan jangkar

minimum 40 cm.

Gambar 12. Detail Balok LataiSUMBER: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Tahan

Gempa

15 cm

15 cm

Minimal 4 Ø 12 mm

Ø 8 - 15 cm

Beton 1 Pc : 2 Ps : 3 KrMinimal 4 Ø 10 mm

Page 38: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

25

Gambar 13. Hubungan balok latai dengan kolom.SUMBER: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sederhana Tahan

Gempa

g. Ring Balok

Balok ringan merupakan balok yang terbuat dari beton dan

berada tepat di atas dinding. Fungsi balok ini yaitu untuk mengikat

dinding yang ada di bawahnya sehingga terus stabil, serta mengunci

ujung atas kolom. Konstruksi balok ring juga berguna meneruskan

beban bangunan dari atap menuju ke kolom lalu akhirnya ke

pondasi. Spesifikasi ring balok adalah sebagai berikut.

1) Campuran beton yang digunakan yaitu 1 Pemen : 2 Pasir : 3

Kerikil dengan menggunakan air dengan perbandingan ½ dari

berat semen (FAS 0,5).

Kolom Kolom

Balok LataiBalok Latai

Ø 8 - 15 cmMinimal 4 Ø 10 mm

Minimal 4 Ø 12 cmØ 8 - 15 cm

Minimal 4 Ø 12 cmØ 8 - 15 cm

Minimal 4 Ø 10 mm

Ø 8 - 15 cm

Hubungan di kolomsudut

Hubungan di kolomtengah

40 Ø

Page 39: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

26

2) Dimensi Ring Balok yang digunakan yaitu 15 x 15 cm dengan

menggunakan tulangan pokok minimum 4 Ø 10 mm, sengkang

minimum Ø 8 mm – 15 cm.

3) Hubungan kolom dengan Ring Balok diperkuat dengan jangkar

minimum 40 Ø.

Gambar 14. Hubungan Ring Balok dengan kolom.SUMBER: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sederhana Tahan

Gempa

h. Kuda – Kuda

Rangka kuda-kuda adalah bagian dari bangunan atas yang ada

di antara balok ring dan atas. Bagian ini berguna sebagai penahan

dari struktur atap di antaranya genteng, usuk, dan reng supaya tetap

stabil. Spesifikasi Kayu kuda – kuda yang dipakai sebagai berikut.

1) Kuda – kuda menggunakan konstruksi balok kayu dari kayu

kelas II yang tua dan kering dengan ukuran 5 x 10 cm dan

dipasang dengan jarak antar kuda – kuda maksimum 300 cm.

2) Semua kayu kuda – kuda dilabur dengan bahan pengawet.

Hubungan di kolomsudut

40 Ø

Ø 8 - 15 cmMinimal 4 Ø 10

Ring Balok 12 x 12 cm

Minimal 4 Ø 10Ø 8 - 15 cm

Kolom 12 x 12 cm

Hubungan di kolomtengah

40 Ø 40 Ø

Ø 8 - 15 cmMinimal 4 Ø 10

Ring Balok 12 x 12 cm

Minimal 4 Ø 10Ø 8 - 15 cm

Kolom 12 x 12 cm

Ring Balok 15 x 15 cmRing Balok 15 x 15 cm

Page 40: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

27

3) Panjang paku sedikitnya 2 ½ x tebal kayu pada sambungan

rangkap 2 dan 3 1/3 x tebal kayu pada sambungan rangkap 3.

4) Sambungan pada balok tarik dari kuda – kuda dibuat di tengah

– tengah bentang dengan menggunakan tipe sambungan gigi

dan diikat dengan plat baja, panjang overlap dari sambungan

minimum 5 kali tebal kayu yang disambung atau 25 cm.

5) Klam yang digunakan untuk sambungan batang rangka kuda –

kuda adalah papan dari kayu kelas II berukuran 10 x 25 cm dan

tebal 2 cm, dengan jumlah paku pada setiap titik simpul

berjumlah 20 buah.

6) Ukuran paku yang digunakan adalah paku 7 cm, sehingga

jumlah paku ini yang digunakan pada setiap batang dari rangka

kuda – kuda sekurang – kurangnya berjumlah 220 buah.

7) Untuk pertemuan permukaan ujung setiap batang dari rangka

kuda – kuda dipasang 2 buah paku 10 cm, sehingga untuk satu

unit kuda – kuda digunakan sekurang – kurangnya 22 buah

paku 10 cm.

i. Gunungan

Gunungan dibuat apa bila menggunakan jenis atap pelana

dikarnakan bidang atap terdiri dari dua sisi yang bertemu pada suatu

garis pertemuan yang disebut bubunga. Pada bagian samping dari

atap ini dibuat gunungan untuk menutup lubang yang ada. Beberapa

perlakuan harus diberikan dalam desain gunungan antara lain

Page 41: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

28

menggunakan perkuatan dengan beton bertulang pada sisinya,

spesifikasi tulangan yang digunakan yaitu tulangan pokok minimal

4Ø 12, begel Ø 8 dengan jarak 15 cm, mendekati persilangan jarak

sengkang 5 cm.

Gambar 15. Detail Gunungan.SUMBER: Pedoman Teknik Bangunan Gedung Tahan Gempa

40Ø 40Ø

minimal 4 Ø 12 mm

Ø 8 - 5 cm

Ø 8 - 15 cm Balok gunungan 12 x 12 cm

Ø 8 - 5 cm

minimal 4 Ø 10 mm

Ø 8 - 15 cm

Kolom gunungan 12 x 12 cm

Detail A

Ø 8 - 15 cm

4 Ø 10 cm

Kolom gunungan 12 x 12 cm

40Ø

40Ø

Detail B

Ø 8 - 15 cm

4 Ø 10 cm

Kolom gunungan 12 x 12 cm

40 Ø40 Ø

Detail C

Page 42: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

29

j. Atap

Pada dasarnya atap berguna untuk melindungi bagian dalam

bagian dari suhu ekstrim seperti terik panas, hujan, salju, angin, dan

sebagainya. Atap sekaligus berperan pula sebagai pelindung privasi

dan keamanan seluruh penghuni bangunan.

Konstruksi atap harus menggunakan bahan yang ringan dan

sederhana. Rangka atap sebuah bangunan juga turut berperan dalam

mempercepat keruntuhan sebuah bangunan. Kebanyakan pekerja

bangunan melaksanakan pemasangan rangka atap berdasarkan selera

mereka masing-masing. Padahal rangka atap adalah termasuk bagian

struktural dari sebuah bangunan dan tidak boleh dianggap remeh.

Apabila terjadi getaran gempa, rangka atap akan mudah runtuh dan

sangat membahayakan bagi keruntuhan struktur secara keseluruhan.

Gambar 16. Bentuk atapSUMBER: Pedoman Teknik Bangunan Gedung Tahan Gempa

Page 43: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

30

B. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian relevan

Penelititian terdahulu yang dilakukan oleh Albani Musyafa dan

Pribasari Damayanti, dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

tingkat kesiapan rumah terhadap gempa bumi dilihat dari berbagai

komponen seperti tingkat pengetahuan penduduk, tingkat kekuatan

rumah, dan persepsi penduduk terhadap pembangunan rumah. Dalam

penelitian ini jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 rumah secara

acak. Dari segi jenis rumah, 89% rumah-rumah yang berada di wilayah

penelitian merupakan rumah tembok, 9% merupakan rumah sebagian

tembok, dan 2% merupakan rumah bilik atau kayu. Komponen

karakteristik selanjutnya adalah usia bangunan rumah, dimana hampir

seperempat rumah merupakan rumah yang berumur 10-20 Tahun,

kemudian seperempat lagi berumur 20-30 Tahun. Akan tetapi apabila

dilihat lebih jauh, terdapat 75% rumah di wilayah penelitian yang sudah

berumur lebih dari 10 tahun yang berarti rumah memiliki risiko yang

lebih tinggi di banding rumah yang baru dibangun baru-baru ini.

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil yaitu rumah penduduk

belum siap menghadapi bencana gempa bumi. Dari segi struktur maupun

konstruksi, rumah-rumah penduduk tidak memperhatikan dan mengikuti

aspek-aspek penting dalam pembangunan rumah tahan gempa. Struktur

rumah-rumah penduduk sebagian besar tidak menggunakan tulangan dan

dibangun tanpa struktur yang menyatu utuh, ditambah lagi pembangunan

Page 44: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

31

yang tidak menggunakan tenaga ahli. Hal lain yang dapat disimpulkan

yaitu ketidaksiapan rumah penduduk semakin jelas terlihat dari sisi

tingkat pengetahuan penduduk sendiri yang sangat rendah. Baik dari segi

pengetahuan terhadap sumber ancaman, lokasinya yang rawan, kemudian

dari segi penyuluhan. Oleh karena itu semakin jelas bahwa dari sisi sosial

maupun fisik, rumah-rumah penduduk di wilayah penelitian belum siap

menghadapi ancaman bencana alam gempa bumi.

2. Perbedaan Peneliti

Perbedaanya penelitian yang dilakukan oleh Albani Musya dan

Pribasari Damayanti adalah proses perhitungan, jumlah sampel yang

diteliti dan lokasi penelitian.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis atau dugaan sementara dalam penelitian ini bahwa keadaan

dan kondisi rumah tinggal sederhana di wilayah Kecamatan Butuh, Kaupaten

Purworejo belum sepenuhnya tahan terhadap gempa dan hanya sebagian

masyarakat yang mengetahui aturan rumah sederhana tahan gempa.

Page 45: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

32

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Sebelum mulai pengumpulan data dari responden. Maka terlebih

dahulu dilakukan wawancara dengan responden. Dari hasil wawancara ini

digunakan perbandingan dengan hasil akhir dari pengolahan data yang

diperoleh.

Setelah kuisioner terkumpul semua, maka selanjutya dilakukan

penyusunan dan pengolahan data dengan bantuan program komputer.

Langkah berikutnya adalah dengan menganalisis hasil dari pengolahan data

tersebut. Untuk hasil tahap akhir adalah dengan penarikan kesimpulan dari

penelitian yang dilakukan.

Obyek penelitian ini adalah mekanisme keadaan dan kondisi rumah

tinggal sederhana di wilayah Kecamatan Butuh. Sementara subyek

penelitian ini adalah pemilik rumah/kepala keluarga di wilayah kecamatan

Butuh.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Butuh yang berada di

Kabupaten Purworejo.

32

Page 46: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

33

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama dua bulan mulai tanggal 22 Februari

sampai 22 April 2016, dimulai dari pemberian angket kepada

masyarakat, interview dan observasi untuk mendapatkan data yang nanti

hasilnya akan diolah.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2010:61). Dalam penelitian ini, yang akan

menjadi populasinya adalah semua kepala keluarga/ pemilik rumah

tinggal sederhana di wilayah Kecamatan Butuh.

2. Sampel Penelitian

Sampel diambil dari populasi yang dianggap representatif dengan

menggunakan simple random sampling atau sistem acak sederhana.

Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari

populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada

dalam populasi itu (Sugiyono, 2011:64). Penentuan ukuran sampel

didasarkan pada teori Rescoe yang dikutip oleh Sugiyono (2015:74)

menyatakan bahwa untuk ukuran sampel yang layak dalam penelitian

adalah 30 sampai dengan 500. Meskipun dalam jumlah 30 orang sudah

Page 47: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

34

dapat dilakukan riset dengan sampel yang layak, namun agar hasil

penelitian ini lebih baik, sampel yang digunakan diperbesar menjadi 100

orang. Sampel yang digunakan untuk responden dalam penelitian ini

berjumlah 160 orang, hal ini dilakukan untuk berjaga–jaga terhadap

kemungkinan adanya resiko nilai minimum yang akan didapat.

D. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti mengunakan data

yang diperoleh dengan cara sebagai berikut.

1. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung pada

obyek penelitian. Penulis mengamati secara langsung bagaimana

keadaan sebenarnya rumah sederhana yang berada di Kabupaten

Purworejo (Kecamatan Butuh).

2. Wawancara

Wawancara ini digunakan untuk melakukan studi pendahuluan

tentang permasalahan yang akan diteliti, yakni sebagai berikut.

a. Bahwa responden adalah orang yang paling tahu tentang

permasalahan yang akan diteliti.

b. Bahwa yang dinyatakan oleh responden kepada peneliti adalah

benar dan bisa dipercaya, dan interprestasi responden terhadap

pertanyaan – pertanyaan yang diajukan peniliti adalah sama

dengan yang dimaksudkan oleh peneliti, data primer dari hasil

Page 48: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

35

wawancara ini di dapatkan dari pekerja atau karyawan yang

terlibat langsung dengan penelitian.

3. Kuisioner

Kuisioner yaitu mencari data dengan memberikan sejumlah

pertanyaan kepada responden. Kuisioner ini diperoleh dari literatur –

literatur yang berhubungan dengan penelitian. Diharapkan dengan

kuisioner ini reponden lebih memahami dan mengerti arah dan tujuan

dari penelitian. Pertanyaan (kuisioner) dilakukan dengan cara bertemu

langsung dengan responden.

Mengumpulkan data berarti melakukan penyelidikan untuk

mengetahui karakteristik elemen – elemen yang menjadi objek

penelitian atau pengumpulan data. Apabila dalam pengumpulan itu

mengunakan kuisioner, maka yang ditanyakan tergantung pada tujuan

penyelidikan untuk menjamin diperolehnya data yang relevan

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah dengan metode kuisioner tipe pilihan, karena

kemudahannya dalam memberikan jawaban dan jauh lebih singkat

waktunya. Dengan mengajukan beberapa pertanyaan berikut

jawabannya, maka responden diharapkan bisa memberikan jawaban

sesuai pendapatnya.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Prof. Dr. S. Eko Putro Widoyoko (2012:51) “instrumen

penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk

Page 49: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

36

mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran”.

Untuk memperoleh data tentang kesesuaian bangunan rumah tinggal

terhadap pedoman rumah sederhana tahan gempa. Instrumen dalam

penelitian ini menggunakan angket yang berisi butir-butir pertanyaan.

Tabel 1Kisi-kisi Instrumen

No Pertanyaan Nobutir

1. Apakah bangunan dibuat setelah tahun 2010 ?2. Apakah bangunan menggunakan pondasi ?

a. Bahan pondasi1) Bata merah A12) Batu kali A1

b. Ukuran Pondasi1) Tinggi ( T ) ≥ 60 cm A22) Lebar bawah ( B' ) ≥ 60 cm A33) Lebar atas ( B ) ≥ 30 cm A44) Kedalaman dari muka tanah ( T' ) ≥ 60 cm A5

3. Apakah bangunan menggunakan sloff ?1) Dimensi

a) Tinggi (H) ≥ 20 cm A6b) Lebar (B) ≥ 15 cm A7

2) Diameter tulangan pokok ≥ 12 mm A83) Jumlah tulangan pokok ≥ 4 buah A94) Ukuran begel ≥ 8 mm A105) Jarak begel ≤ 15 cm A11

4 Apakah bangunan menggunakan kolom ?1) Dimensi

a) Tinggi (H) ≥ 15 cm A12b) Lebar (B) ≥ 15 cm A13

2) Diameter tulangan pokok ≥ 10 mm A143) Jumlah tulangan pokok ≥ 4 buah A154) Ukuran begel ≥ 8 mm A165) Jarak begel ≤ 15 cm A17

Page 50: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

37

Keseluruhan jumlah butir pertanyaan adalah 36 butir, dengan

kriteria penilaian menggunakan pilihan respon skala 3.

S (sesuai) = 3; KS (kurang sesuai) = 2; dan TS (tidak sesuai) = 1.

(Prof. Dr. S. Eko Putro Widoyoko, 2012:145)

1. Validitas Konstruk (Construct Validity)

Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen

mengukur konsep dari suatu teori, yaitu yang menjadi dasar

No PertanyaanNo

butir5 Apakah bangunan menggunakan balok latai?

1) Dimensia) Tinggi (H) ≥ 15 cm A18b) Lebar (B) ≥ 15 cm A19

2) Diameter tulangan pokok ≥ 10 mm A203) Jumlah tulangan pokok ≥ 4 buah A214) Ukuran begel ≥ 8 mm A225) Jarak begel ≤ 15 cm A23

6 Apakah bangunan menggunakan ring balok ?1) Dimensi

a) Tinggi (H) ≥ 15 cm A24b) Lebar (B) ≥ 15 cm A25

2) Diameter tulangan pokok ≥ 10 mm A263) Jumlah tulangan pokok ≥ 4 buah A274) Ukuran begel ≥ 8 mm A285) Jarak begel ≤ 15 cm A29

7 Apakah bidang dinding diberi kolom praktis setiap luasan ±9m2 A30

8 Apakah ada angkur antara pondasi dan sloof ?1) Diameter angkur ≥ 8 mm A312) Jarak angkur ≤ 150 cm A32

9 Apakah ada angkur antara kolom dengan dinding pengisi ?

10Apakah disetiap pertemuan joint, tulangan pokok dibuatkait/ditekuk sepanjang 40D ?

A33

11Apakah ada kolom praktis ditengah gunung - gunung yangmenerus sampai ke pondasi ?

A34

12 Apakah gunung - gunung diangkur dengan kolom praktis ? A3513 Apakah kuda-kuda diangkur dengan kolom praktis? A36

Page 51: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

38

penyusunan instrumen. Tanpa ada keterkaitan antara butir instrumen

dengan indikator, maka instrumen tersebut dikatakan tidak valid

secara konstruk dan tidak bisa digunakan untuk mengukur hal yang

diteliti, karena data tidak menggambarkan dan mewakili hal yang

teliti.

Untuk mengetahui tingkat validitas instrumen dilakukan

dengan menganalisis yaitu dengan mengkorelasi skor butir dengan

skor total pada setiap variabel. Uji validitas dalam penelitian ini

dilakukan dengan bantuan bantuan komputer program SPSS

(Statistical Package for Social Sciences) for window 16.0. (Prof. Dr.

S. Eko Putro Widoyoko, 2012:145-146)

Adapun rumus yang digunakan adalah rumus product moment

dengan angka kasar sebagai berikut :

rXY = ΝΣXY − (ΣX) (ΣY){NΣX − (ΣX) } {NΣY − (ΣY) }Dengan keterangan :N= Jumlah sampelX= skor totalY= skor butirrx= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

(Prof. Dr. S. Eko Putro Widoyoko, 2014:147)

Menurut Sugiyono (2009:134) Item yang mempunyai korelasi

positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi,

menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi

pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat

adalah kalau r = 0,3.

Page 52: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

39

Kriteria pengambilan keputusan untuk menentukan reliabel

tidaknya suatu instrumen menurut Kaplan (1982:106) dalam S. Eko

Putro Widoyoko (2012:165) “suatu instrumen dikatakan reliabel jika

mempunyai nilai koefisien Alpha sekurang-kurangnya 0,7”.

E. Analisis Data

Dalam perhitungan pengolahan data, peneliti mempergunakan

alat bantu yang berupa program aplikasi komputer yaitu program

microsoft excel. Penghitungan menggunakan bantuan komputer program

SPSS (Statistical Package for Social Sciences) for Windows 16.0, dari

data hasil penelitian dideskripsikan dalam skor tertinggi dan skor

terendah. Selanjutnya menurut Prof. Dr. S. Eko Putro Widoyoko,

2014:11, untuk menentukan jarak interval indikator bangunan rumah

tinggal dengan pedoman rumah sederhana tahan gempa dari sesuai (S)

sampai dengan tidak sesuai (TS), digunakan rumus sebagai berikut :

Jarak interval (i) =

Tahapan dalam analisis data merupakan urutan langkah yang

dilaksanakan secara sistematis dan logis sesuai dasar teori permasalahan

sehingga didapat analisis yang akurat untuk mencapai tujuan penulis.

Page 53: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

41

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Profil Kecamatan Butuh

Kecamatan Butuh terletak di bagian Barat Kabupaten Purworejo.

Luas wilayah Kecamatan Butuh adalah 46 km2. Jumlah penduduk

menurut data tahun 2000 sebanyak 45.536 jiwa. Kepadatan penduduk

988 jiwa/km2. Berikut peta wilayah Kecamatan Butuh.

Gambar 18. Peta Kecamatan Butuh

Letak geografis Kecamatan Butuh sebagai berikut ini.

1. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Grabag.

2. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pituruh.

3. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kutoarjo.

4. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kebumen.

41

Page 54: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

42

Tabel 2Daftar nama desa penelitian di Kecamatan Butuh

NO Nama Desa Sampel NO Nama Desa Sampel1 Andong 4 21 Lubang Lor 42 Binangun 4 22 Lubang Sampang 43 Butuh 4 23 Lugu 44 Dlangu 4 24 Lugu Rejo 45 Kaliwatu Bumi 4 25 Panggeldlangu 46 Kaliwatu Kranggan 4 26 Polomarto 47 Karanganom 4 27 Rowodadi 48 Kedungagung 4 28 Sidomulyo 49 Kedungmulyo 4 29 Sruwoh Dukuh `4

10 Kedungsari 4 30 Sruwohrejo 411 Kedungsri 4 31 Sumbersari 412 Ketug 4 32 Tamansari 413 Klepu 4 33 Tanjunganom 414 Kunir 4 34 Tegalgondo 415 Kunirejo Kulon 4 35 Tlogorejo 416 Kunirejo Wetan 4 36 Wareng 417 Langenrejo 4 37 Wironatan 418 Lubang Dukuh 4 38 Wonodadi 419 Lubang Indangan 4 39 Wonorejo Kulon 420 Lubang Kidul 4 40 Wonorejo Wetan 4

80 80Jumlah sampel : 160

Letak Kecamatan Butuh yang cukup dekat berbatasan langsung

dengan Samudra Hindia mengakibatkan spektrum topografi yang

bervariasi, serta aktivitas kegempaan dan vulkanisme yang aktif. Belajar

dari pengalaman tentang bencana yang diakibatkan oleh gempa-gempa

yang pernah terjadi di Indonesia, dapat disimpulkan bahwa kerusakan

atau keruntuhan bangunan pada umumnya banyak dijumpai pada

bangunan-bangunan sederhana (non-engineered building) seperti rumah

penduduk, bangunan komersial, sekolah, masjid, dll. Dari hasil

Page 55: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

43

pengamatan di lapangan, kegagalan dari bangunan-bangunan ini pada

umumnya disebabkan karena perencanaan atau pengerjaan yang tidak

baik, dan kurang baiknya mutu bahan bangunan yang digunakan.

Selama ini banyak penelitian menemukan bangunan terutama

rumah sederhana yang runtuh akibat gempa bumi. Banyak sekali

kesalahan dalam pendirian bangunan tersebut, mulai dari bagian

bawah/dasar, bagian tembok hingga bagian atap rumah. Kalau kita

perhatikan dari segi kelayakan bangunan tahan gempa, bangunan di

daerah belumlah masuk dalam kriteria rumah tahan gempa. Berikut

alasan kenapa rumah sederhana tidak tahan gempa.

1. Rumah tidak mempunyai pondasi yang cukup dalam.

2. Tulangan rangka yang diletakkan di setiap sudut rumah adalah

balok kayu.

3. Tulangan rangka kebanyakan dipasang tanpa adanya ikatan dengan

pondasi dan tidak saling mengikat dengan tulangan yang lain.

4. Angkur yang dijadikan pengikat antara tulangan dengan tembok,

ukurannya terlalu pendek bahkan ada yang tidak memakai angkur

sama sekali

5. Kebanyakan angkur di bagian bantalan kuda-kuda atap dengan

tembok tidak dipasang.

Sehubung dengan itu penulis tertarik untuk mengadakan studi

kasus untuk mengetahui apakah perencanaan struktur waktu membangun

rumah tinggal bagi warga Kecamatan Purwodadi sudah sesuai dengan

Page 56: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

44

pedoman yang berlaku. Karena dapat dikatakan kota Purworejo adalah

kota yang rawan terhadap bencana gempa bumi.

2. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 160

responden, maka dapat di identifikasikan mengenai karakteristik

responden sebagai berikut.

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia, responden dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Tabel 3Klasifikasi Responden Berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi (orang) Presentase (%)1 15-20 tahun 2 1,252 20-25 tahun 11 6,8753 25-35 tahun 27 16,8754 ≥ 35 tahun 120 75

Jumlah 160 100Sumber: Data Primer diolah

Gambar 19. Diagram Lingkaran Klasifikasi Responden Berdasar Usia

44

pedoman yang berlaku. Karena dapat dikatakan kota Purworejo adalah

kota yang rawan terhadap bencana gempa bumi.

2. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 160

responden, maka dapat di identifikasikan mengenai karakteristik

responden sebagai berikut.

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia, responden dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Tabel 3Klasifikasi Responden Berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi (orang) Presentase (%)1 15-20 tahun 2 1,252 20-25 tahun 11 6,8753 25-35 tahun 27 16,8754 ≥ 35 tahun 120 75

Jumlah 160 100Sumber: Data Primer diolah

Gambar 19. Diagram Lingkaran Klasifikasi Responden Berdasar Usia

1,25% 6,875%

17%

75%

15-20 tahun 20-25 tahun

25-35 tahun ≥35 tahun

44

pedoman yang berlaku. Karena dapat dikatakan kota Purworejo adalah

kota yang rawan terhadap bencana gempa bumi.

2. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 160

responden, maka dapat di identifikasikan mengenai karakteristik

responden sebagai berikut.

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia, responden dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Tabel 3Klasifikasi Responden Berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi (orang) Presentase (%)1 15-20 tahun 2 1,252 20-25 tahun 11 6,8753 25-35 tahun 27 16,8754 ≥ 35 tahun 120 75

Jumlah 160 100Sumber: Data Primer diolah

Gambar 19. Diagram Lingkaran Klasifikasi Responden Berdasar Usia

Page 57: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

45

Berdasarkan Tabel 3 diatas, diketahui bahwa dari 160

responden yang dijadikan sampel, responden dengan usia dari 15-20

tahun sebanyak 2 orang atau sebesar 1,25%, responden dengan usia

20-25 tahun sebanyak 11 orang atau sebesar 6,875%, responden

dengan usia 25-35 tahun sebanyak 27 orang atau sebesar 16,875%

dan, responden dengan usia lebih dari 35 tahun sebanyak 120 orang

atau sebesar 75%.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaan

Berdasarkan tingkat pekerjaannya, responden dalam penelitian

ini dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 4

Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaan

No Pendidikan Frekuensi (orang) Presentase (%)1 Pegawai Negeri 57 35,6252 Pegawai Swasta 26 16,253 Petani 64 404 Lain-lain 13 8,125

Jumlah 160 100Sumber: Data Primer diolah

Gambar 20. Diagram Lingkaran Klasifikasi Responden TingkatPekerjaan

40%

PEGAWAI NEGERIPETAN

45

Berdasarkan Tabel 3 diatas, diketahui bahwa dari 160

responden yang dijadikan sampel, responden dengan usia dari 15-20

tahun sebanyak 2 orang atau sebesar 1,25%, responden dengan usia

20-25 tahun sebanyak 11 orang atau sebesar 6,875%, responden

dengan usia 25-35 tahun sebanyak 27 orang atau sebesar 16,875%

dan, responden dengan usia lebih dari 35 tahun sebanyak 120 orang

atau sebesar 75%.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaan

Berdasarkan tingkat pekerjaannya, responden dalam penelitian

ini dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 4

Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaan

No Pendidikan Frekuensi (orang) Presentase (%)1 Pegawai Negeri 57 35,6252 Pegawai Swasta 26 16,253 Petani 64 404 Lain-lain 13 8,125

Jumlah 160 100Sumber: Data Primer diolah

Gambar 20. Diagram Lingkaran Klasifikasi Responden TingkatPekerjaan

35,625%

16,25%

40%

8,125%

PEGAWAI NEGERI PEGAWAI SWASTAPETAN LAIN LAIN

45

Berdasarkan Tabel 3 diatas, diketahui bahwa dari 160

responden yang dijadikan sampel, responden dengan usia dari 15-20

tahun sebanyak 2 orang atau sebesar 1,25%, responden dengan usia

20-25 tahun sebanyak 11 orang atau sebesar 6,875%, responden

dengan usia 25-35 tahun sebanyak 27 orang atau sebesar 16,875%

dan, responden dengan usia lebih dari 35 tahun sebanyak 120 orang

atau sebesar 75%.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaan

Berdasarkan tingkat pekerjaannya, responden dalam penelitian

ini dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 4

Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaan

No Pendidikan Frekuensi (orang) Presentase (%)1 Pegawai Negeri 57 35,6252 Pegawai Swasta 26 16,253 Petani 64 404 Lain-lain 13 8,125

Jumlah 160 100Sumber: Data Primer diolah

Gambar 20. Diagram Lingkaran Klasifikasi Responden TingkatPekerjaan

Page 58: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

46

Berdasarkan Tabel 4 diatas, diketahui bahwa dari 160

responden yang dijadikan sampel, responden dengan tingkat pekerjaan

pegawai negeri sebanyak 57 orang atau sebesar 35,625%, responden

dengan tingkat pekerjaan pegawai swasta sebanyak 26 orang atau

sebesar 16,25%, responden dengan tingkat pekerjaan petani sebanyak

64 orang atau sebesar 40% dan, responden dengan tingkat pekerjaan

lain-lain seperti wiraswasta, buruh, sebanyak 13 orang atau sebesar

8,125%.

3. Data Hasil Penelitian

Untuk mengetahui tingkat validitas instrumen dilakukan dengan

menganalisis yaitu dengan mengkorelasi skor butir dengan skor total

pada setiap variabel. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

bantuan bantuan komputer program SPSS (Statistical Package for Social

Sciences) for window 16.0. Pengujian validitas instrumen dalam

penelitian kesesuaian bangunan struktur rumah tinggal dengan pedoman

rumah sederhana tahan gempa berikut.

Page 59: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

47

Tabel. 5Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian

Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted

a1 61.8000 468.178 .370 .982

a2 62.3000 469.789 .415 .981

a3 62.3000 469.789 .415 .981

a4 62.4000 465.378 .723 .981

a5 62.3000 469.789 .415 .981

a6 63.0000 453.556 .828 .980

a7 62.8000 441.956 .929 .980

a8 63.1000 458.989 .861 .980

a9 62.6000 439.822 .854 .980

a10 63.0000 453.556 .828 . .980

a11 62.9000 445.878 .925 . .980

a12 62.8000 445.956 .965 . .980

a13 62.8000 445.956 .965 . .980

a14 62.8000 445.956 .965 . .980

a15 62.4000 440.044 .868 . .980

a16 62.9000 453.656 .856 . .980

a17 62.8000 445.956 .965 . .980

a18 63.1000 448.322 .824 . .980

a19 63.3000 459.344 .654 . .981

a20 63.3000 459.344 .654 . .981

a21 63.2000 455.511 .625 . .981

a22 63.4000 466.933 .637 . .981

a23 63.3000 459.344 .654 . .981

a24 63.1000 464.767 .601 . .981

a25 62.9000 451.433 .935 . .980

a26 62.8000 445.956 .965 . .980

a27 62.4000 440.044 .868 . .980

a28 62.9000 453.656 .856 . .980

a29 62.8000 445.956 .965 . .980

Page 60: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

48

Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasar tabel di atas, dapat diketahui hasil uji validitas instrumen

bahwa dari 36 item memiliki nilai validitas tertinggi yaitu 0,965 dan nilai

validitas terendah yaitu 0,370 (0,370> 0,3). Maka dapat disimpulkan

bahwa 36 item soal dinyatakan valid.

Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian motivasi belajar

diperoleh hasil sebagai sebagai berikut.

Tabel 6Hasil Reliability Instrumen

Cronbach's Alpha N of Items.981 36

Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui nilai Cronbach’s Alpha

yaitu 0,981 yang berarti nilai reliabilitas > 0,7. Maka dapat disimpulkan

bahwa instrumen dengan 36 item pertanyaan dinyatakan reliabel.

Lanjutan Tabel 2. Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian

Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted

a30 62.4000 440.044 .868 . .980

a31 63.2000 455.956 .746 . .981

a32 63.1000 448.322 .824 . .980

a33 62.6000 451.378 .585 . .982

a34 62.8000 453.289 .554 . .982

a35 63.0000 444.444 .818 . .980

a36 62.4000 440.044 .868 . .980

Page 61: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

49

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di seluruh Desa

Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo, data yang terkumpul dari

angket, dapat dideskripsikan skor jawaban responden tentang bangunan

rumah tinggal dengan pedoman rumah sederhana tahan gempa, berikut.

Tabel 7Persentase Tanggapan Responden

No.Soal

Tanggapan Responden Persentase Jawaban RespondenSA KSA TSA SA KSA TSA

A1 134 2 24 84% 1% 15%A2 50 103 7 31% 64% 4%A3 46 100 14 29% 63% 9%A4 135 21 4 84% 13% 3%A5 47 102 11 29% 64% 7%A6 55 79 26 34% 49% 16%A7 121 28 11 76% 18% 7%A8 7 95 58 4% 59% 36%A9 151 1 8 94% 1% 5%A10 22 94 44 14% 59% 28%A11 39 77 44 24% 48% 28%A12 120 32 8 75% 20% 5%A13 121 31 8 76% 19% 5%A14 27 93 40 17% 58% 25%A15 159 0 1 99% 0% 1%A16 24 95 41 15% 59% 26%A17 42 80 37 26% 50% 23%A18 4 5 151 3% 3% 94%A19 4 5 151 3% 3% 94%A20 4 5 151 3% 3% 94%A21 7 2 151 4% 1% 94%A22 3 6 151 2% 4% 94%A23 6 3 151 4% 2% 94%A24 106 33 21 66% 21% 13%A25 110 26 24 69% 16% 15%A26 24 91 45 15% 57% 28%A27 150 0 10 94% 0% 6%A28 20 96 44 13% 60% 28%A29 38 74 48 24% 46% 30%

Page 62: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

50

Lanjutan Tabel 7. Persentase Tanggapan Responden

A30 99 52 9 62% 33% 6%A31 12 37 110 8% 23% 69%A32 28 22 109 18% 14% 68%A33 34 109 17 21% 68% 11%A34 86 34 40 54% 21% 25%A35 108 10 41 68% 6% 26%A36 135 14 10 84% 9% 6%

Sumber : Data yang diolah

Tanggapan responden tentang evaluasi bangunan rumah tinggal

terhadap pedoman rumah sederhana tahan gempa di Kecamatan Butuh

menunjukkan hasil sebagai berikut.

1. Sebanyak 134 rumah (84%) bahan pondasi yang digunakan sudah

sesuai, 2 rumah (1%) bahan pondasi yang digunakan kurang

sesuai karena tidak menggunakan batu kali berdasarkan pedoman

PU Cipta Karya Kementrian Umum, 24 rumah (15%) bahan

pondasi yang digunakan tidak sesuai karena menggunakan sistem

struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa

perkuatan.

2. Sebanyak 50 rumah (31%) tinggi pondasi sudah sesuai, 103

rumah (64%) tinggi pondasi kurang sesuai karena kurang dari 60

cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 7

rumah (4%) tinggi pondasi tidak sesuai.

3. Sebanyak 46 rumah (29%) lebar bawah pondasi sudah sesuai, 100

rumah (63%) lebar bawah pondasi kurang sesuai karena kurang

Page 63: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

51

dari 60 cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta

Karya, 14 rumah (9%) lebar bawah pondasi tidak sesuai.

4. Sebanyak 135 rumah (84%) lebar atas pondasi sudah sesuai, 21

rumah (13%) lebar atas pondasi kurang sesuai karena kurang dari

30 cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya,

4 rumah (3%) lebar atas pondasi tidak sesuai.

5. Sebanyak 47 rumah (29%) kedalaman pondasi dari muka tanah

sudah sesuai, 102 rumah (64%) kedalaman pondasi dari muka

tanah kurang sesuai karena kurang dari 60 cm sesuai yang

dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 11 rumah (7%)

kedalaman pondasi dari muka tanah tidak sesuai.

6. Sebanyak 55 rumah (34%) dimensi sloof dengan tinggi yang

digunakan sudah sesuai, 79 rumah (49%) dimensi sloof dengan

tinggi yang digunakan kurang sesuai karena kurang dari 20 cm

sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 26

rumah (16%) dimensi sloof dengan tinggi yang digunakan tidak

sesuai karena menggunakan sloof dengan sistem struktur dinding

pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

7. Sebanyak 121 rumah (76%) dimensi sloof dengan lebar yang

digunakan sudah sesuai, 28 rumah (18%) dimensi sloof dengan

lebar yang digunakan kurang sesuai karena kurang dari 15 cm

sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 11

rumah (7%) dimensi sloof dengan lebar yang digunakan tidak

Page 64: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

52

sesuai karena menggunakan sloof dengan sistem struktur dinding

pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

8. Sebanyak 7 rumah (4%) diameter tulangan pokok pada sloof

sudah sesuai, 95 rumah (59%) diameter tulangan pokok pada

sloof kurang sesuai karena kurang dari 12 mm sesuai yang

dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 58 rumah (36%)

diameter tulangan pokok pada sloof tidak sesuai karena

menggunakan sloof dengan sistem struktur dinding pemikul yaitu

pasangan bata merah tanpa perkuatan.

9. Sebanyak 151 rumah (94%) jumlah tulangan pokok pada sloof

sudah sesuai, 1 rumah (1%) jumlah tulangan pokok pada sloof

kurang sesuai, 8 rumah (5%) diameter tulangan pokok pada sloof

tidak sesuai karena menggunakan sloof dengan sistem struktur

dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

10. Sebanyak 22 rumah (14%) diameter tulangan begel pada sloof

sudah sesuai, 94 rumah (59%) diameter tulangan begel pada sloof

kurang sesuai karena kurang dari 8 mm sesuai yang dianjurkan

berdasarkan pedoman Cipta Karya, 44 rumah (28%) diameter

tulangan pokok pada sloof tidak sesuai karena menggunakan sloof

dengan sistem struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata

merah tanpa perkuatan.

11. Sebanyak 39 rumah (24%) jarak begel pada sloof sudah sesuai, 77

rumah (48%) jarak begel pada sloof kurang sesuai karena lebih

Page 65: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

53

dari 15 cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta

Karya, 44 rumah (28%) diameter tulangan pokok pada sloof tidak

sesuai karena menggunakan sloof dengan sistem struktur dinding

pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

12. Sebanyak 120 rumah (75%) dimensi kolom dengan tinggi yang

digunakan sudah sesuai, 32 rumah (20%) dimensi kolom dengan

tinggi yang digunakan kurang sesuai karena kurang dari 15 cm

sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 8

rumah (5%) dimensi kolom dengan tinggi yang digunakan tidak

sesuai karena menggunakan kolom dengan sistem struktur

dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

13. Sebanyak 121 rumah (76%) dimensi kolom dengan lebar yang

digunakan sudah sesuai, 31 rumah (19%) dimensi kolom dengan

lebar yang digunakan kurang sesuai karena kurang dari 15 cm

sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 8

rumah (5%) dimensi kolom dengan lebar yang digunakan tidak

sesuai karena menggunakan kolom dengan sistem struktur

dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

14. Sebanyak 27 rumah (17%) diameter tulangan pokok pada kolom

yang digunakan sudah sesuai, 93 rumah (58%) diameter tulangan

pokok pada kolom yang digunakan kurang sesuai karena kurang

dari 15 cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta

Karya, 40 rumah (25%) diameter tulangan pokok pada kolom

Page 66: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

54

yang digunakan tidak sesuai karena menggunakan kolom dengan

sistem struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa

perkuatan.

15. Sebanyak 159 rumah (99%) jumlah tulangan pokok pada kolom

yang digunakan sudah sesuai, 0 rumah (0%) jumlah tulangan

pokok pada kolom yang digunakan kurang sesuai, 1 rumah (1%)

jumlah tulangan pokok pada kolom yang digunakan tidak sesuai

karena menggunakan kolom dengan sistem struktur dinding

pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

16. Sebanyak 24 rumah (15%) diameter begel pada kolom yang

digunakan sudah sesuai, 95 rumah (59%) diameter begel yang

digunakan kurang sesuai karena kurang dari 8 mm sesuai yang

dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 41 rumah (26%)

diameter begel kolom yang digunakan tidak sesuai karena

menggunakan kolom dengan sistem struktur dinding pemikul

yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

17. Sebanyak 42 rumah (26%) jarak begel pada kolom yang

digunakan sudah sesuai, 80 rumah (50%) jarak begel pada kolo,

yang digunakan kurang sesuai karena lebih dari 15 cm sesuai

yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 37 rumah

(23%) jarak begel pada kolom yang digunakan tidak sesuai karena

menggunakan kolom dengan sistem struktur dinding pemikul

yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

Page 67: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

55

18. Sebanyak 4 rumah (3%) dimensi balok lintel dengan tinggi yang

digunakan sudah sesuai, 5 rumah (3%) dimensi balok lintel

dengan tinggi yang digunakan kurang sesuai karena kurang dari

15 cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya,

151 rumah (94%) dimensi balok dengan tinggi yang digunakan

tidak sesuai karena banyak yang tidak menggunakan balok lintel

dan sebagian menggunakan balok lintel dengan sistem struktur

dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

19. Sebanyak 4 rumah (3%) dimensi balok lintel dengan lebar yang

digunakan sudah sesuai, 5 rumah (3%) dimensi balok lintel

dengan lebar yang digunakan kurang sesuai karena kurang dari 15

cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya,

151 rumah (94%) dimensi kolom dengan lebar yang digunakan

tidak sesuai karena banyak yang tidak menggunakan balok lintel

dan sebagian menggunakan kolom dengan sistem struktur dinding

pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

20. Sebanyak 4 rumah (3%) diameter tulangan pokok pada balok

lintel yang digunakan sudah sesuai, 5 rumah (3%) diameter

tulangan pokok pada kolom yang digunakan kurang sesuai karena

kurang dari 15 cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman

Cipta Karya, 151 rumah (94%) diameter tulangan pokok pada

kolom yang digunakan tidak sesuai karena banyak yang tidak

menggunakan balok lintel dan sebagian menggunakan kolom

Page 68: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

56

dengan sistem struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata

merah tanpa perkuatan.

21. Sebanyak 7 rumah (4%) jumlah tulangan pokok pada balok lintel

yang digunakan sudah sesuai, 2 rumah (1%) jumlah tulangan

pokok pada kolom yang digunakan kurang sesuai, 151 rumah

(94%) jumlah tulangan pokok pada balok lintel yang digunakan

tidak sesuai karena banyak yang tidak menggunakan balok lintel

dan sebagian menggunakan kolom dengan sistem struktur dinding

pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

22. Sebanyak 3 rumah (2%) diameter begel pada balok lintel yang

digunakan sudah sesuai, 6 rumah (4%) diameter begel yang

digunakan kurang sesuai karena kurang dari 8 mm sesuai yang

dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 151 rumah (94%)

diameter begel pada balok lintel yang digunakan tidak sesuai

karena banyak yang tidak menggunakan balok lintel dan sebagian

menggunakan kolom dengan sistem struktur dinding pemikul

yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

23. Sebanyak 6 rumah (4%) jarak begel pada balok lintel yang

digunakan sudah sesuai, 3 rumah (2%) jarak begel pada balok

lintel, yang digunakan kurang sesuai karena lebih dari 15 cm

sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 151

rumah (94%) jarak begel pada balok lintel yang digunakan tidak

sesuai karena banyak yang tidak menggunakan balok lintel dan

Page 69: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

57

sebagian menggunakan balok lintel dengan sistem struktur

dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

24. Sebanyak 106 rumah (66%) dimensi ring balok dengan tinggi

yang digunakan sudah sesuai, 33 rumah (21%) dimensi ring balok

dengan tinggi yang digunakan kurang sesuai karena kurang dari

20 cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya,

21 rumah (13%) dimensi ring balok dengan tinggi yang

digunakan tidak sesuai karena menggunakan ring balok dengan

sistem struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa

perkuatan.

25. Sebanyak 110 rumah (69%) dimensi ring balok dengan lebar yang

digunakan sudah sesuai, 26 rumah (16%) dimensi ring balok

dengan lebar yang digunakan kurang sesuai karena kurang dari 15

cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 24

rumah (15%) dimensi ring balok dengan lebar yang digunakan

tidak sesuai karena menggunakan ring balok dengan sistem

struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa

perkuatan.

26. Sebanyak 24 rumah (15%) diameter tulangan pokok pada ring

balok sudah sesuai, 91 rumah (57%) diameter tulangan pokok

pada ring balok kurang sesuai karena kurang dari 10 mm sesuai

yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 45 rumah

(28%) diameter tulangan pokok pada ring balok tidak sesuai

Page 70: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

58

karena menggunakan ring balok dengan sistem struktur dinding

pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

27. Sebanyak 150 rumah (94%) jumlah tulangan pokok pada ring

balok sudah sesuai, 0 rumah (0%) jumlah tulangan pokok pada

ring balok kurang sesuai, 10 rumah (6%) diameter tulangan pokok

pada ring balok tidak sesuai karena menggunakan ring balok

dengan sistem struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata

merah tanpa perkuatan.

28. Sebanyak 20 rumah (13%) diameter tulangan begel pada ring

balok sudah sesuai, 96 rumah (60%) diameter tulangan begel pada

ring balok kurang sesuai karena kurang dari 8 mm sesuai yang

dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 44 rumah (28%)

diameter tulangan pokok pada ring balok tidak sesuai karena

menggunakan ring balok dengan sistem struktur dinding pemikul

yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

29. Sebanyak 38 rumah (24%) jarak begel pada ring balok sudah

sesuai, 74 rumah (46%) jarak begel pada ring balok kurang sesuai

karena lebih dari 15 cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan

pedoman Cipta Karya, 48 rumah (30%) jarak begel pada ring

balok tidak sesuai karena menggunakan ring balok dengan sistem

struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa

perkuatan.

Page 71: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

59

30. Sebanyak 99 rumah (62%) kolom praktis pada luasan dinding

sudah sesuai, 52 rumah (33%) kolom praktis pada luasan dinding

kurang sesuai karena kurang dari 9 sesuai yang dianjurkan

berdasarkan pedoman Cipta Karya, 9 rumah (6%) kolom praktis

pada luasan dinding tidak sesuai karena menggunakan sistem

struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa

perkuatan.

31. Sebanyak 12 rumah (8%) diameter tulangan angkur antara

pondasi dan sloof sudah sesuai, 37 rumah (23%) diameter

tulangan angkur antara pondasi dan sloof kurang sesuai karena

kurang dari 8 mm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman

Cipta Karya, 110 rumah (69%) diameter tulangan angkur antara

pondasi dan sloof tidak sesuai karena kebanyakan tidak

menggunakan sistem perkuatan angkur, dan sebagian

menggunakan sistem struktur dinding pemikul yaitu pasangan

bata merah tanpa perkuatan.

32. Sebanyak 28 rumah (18%) jarak angkur antara pondasi dan sloof

sudah sesuai, 22 rumah (14%) jarak angkur antara pondasi dan

sloof kurang sesuai karena lebih dari 10 cm sesuai yang

dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 109 rumah (68%)

jarak angkur antara pondasi dan sloof tidak sesuai karena

kebanyakan tidak menggunakan sistem perkuatan angkur, dan

Page 72: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

60

sebagian menggunakan sistem struktur dinding pemikul yaitu

pasangan bata merah tanpa perkuatan.

33. Sebanyak 34 rumah (21%) tekukan kait sepanjang 40D disetiap

pertemuan joint sudah sesuai, 109 rumah (68%) tekukan kait

sepanjang 40D disetiap pertemuan joint kurang sesuai karena

kurang dari yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya,

17 rumah (11%) tekukan kait sepanjang 40D disetiap pertemuan

joint tidak sesuai karena menggunakan sistem struktur dinding

pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

34. Sebanyak 86 rumah (54%) kolom praktis ditengah gunung-

gunung sudah sesuai, 34 rumah (21%) kolom praktis ditengah

gunung-gunung kurang sesuai karena tidak menerus sampai ke

pondasi, seperti yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta

Karya, 40 rumah (25%) kolom praktis ditengah gunung-gunung

tidak sesuai karena menggunakan sistem struktur dinding pemikul

yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

35. Sebanyak 108 rumah (68%) angkur kolom praktis dengan

gunung-gunung sudah sesuai, 10 rumah (6%) angkur kolom

praktis dengan gunung-gunung kurang sesuai karena tidak

menerus sampai ke pondasi, seperti yang dianjurkan berdasarkan

pedoman Cipta Karya, 41 rumah (26%) angkur kolom praktis

dengan gunung-gunung tidak sesuai karena menggunakan sistem

Page 73: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

61

struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa

perkuatan.

36. Sebanyak 135 rumah (84%) angkur kolom praktis dengan kuda-

kuda sudah sesuai, 14 rumah (9%) angkur kolom praktis dengan

kuda-kuda kurang sesuai karena tidak menerus sampai ke pondasi,

seperti yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 10

rumah (6%) angkur kolom praktis dengan kuda-kuda tidak sesuai

karena menggunakan sistem struktur dinding pemikul yaitu

pasangan bata merah tanpa perkuatan.

Berdasar keterangan diatas, bahwa rumah tinggal yang tidak

sesuai pada jenis struktur pondasi dan balok latai mempunyai prosentase

yang tinggi. Hal ini dikarenakan banyak penduduk di wilayah

Kecamatan Butuh rata-rata kedalaman pondasi adalah dibawah standar ≤

60 cm dan kebanyakan rumah juga tidak menggunakan balok latai.

Pada Pedoman teknis rumah tahan gempa dampak yang terjadi

jika kedalaman pondasi ≤60 cm maka saat terjadi gempa akan mudah

goyang sehingga dapat merobohkan struktur lainnya. Dan dampak jika

tidak menggunakan balok latai maka elemen-elemen non-struktural akan

menerima beban secara langsung, sehingga dapat merusak elemen-

elemen tersebut.

B. Analisis Deskriptif Data

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Butuh Kecamatan Butuh,

Kabupaten Purworejo. Adapun jumlah Desa sebanyak 40 Desa, sedangkan

Page 74: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

62

sampelnya adalah 160 rumah dengan 1 Desa diambil 4 sampel rumah yang

diambil secara random sampling.

Dari data hasil penelitian dideskripsikan dalam skor tertinggi dan

skor terendah. Dengan jumlah butir pernyataan 36 dan alternatif jawaban

sebanyak 3, maka didapat jumlah skor tertinggi 108 dan jumlah skor

terendah 36. Dari skor tersebut dapat diketahui jarak intervalnya sebagai

berikut :

Jarak interval (i) =

= = = 24Tabel skor kesesuaian bangunan rumah tinggal terhadap pedoman

rumah sederhana tahan gempa sebagai berikut ini.

Tabel 8Skor Kesesuaian Bangunan Rumah tinggal

Skor Kategori Frekuensi Persentase

36-59 Tidak Sesuai 21 13.125

60-83 Kurang Sesuai 97 60.625

84-108 Sesuai 42 26.25

Jumlah 160 100%

Sumber : Data yang diolahBerdasarkan lampiran 2 tabulasi data hasil penelitian no B6

menunjukkan skor 100 yang masuk kategori sesuai dengan bangunan rumah

tinggal sederhana tahan gempa berdasarkan pedoman PU Cipta Karya

Kementrian Umum, dengan rincian sebagai berikut :

1. bahan pondasi menggunakan batu kali masuk kategori sesuai dengan

skor 3,

Page 75: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

63

2. dimensi pada sloof dengan tinggi 20 cm masuk kategori sesuai dengan

skor 3,

3. diameter tulangan pokok pada sloof 12 mm masuk kategori sesuai

dengan skor 3,

4. diameter begel pada sloof 8 mm masuk kategori sesuai dengan skor 3,

5. diameter tulangan pokok pada kolom 10 mm masuk kategori sesuai

dengan skor 3,

6. diameter begel pada kolom 8 mm masuk kategori sesuai dengan skor 3,

7. bangunan menggunakan balok lintel tetapi kurang memenuhi syarat

sehingga 6 instumen pertanyaan masuk kategori kurang sesuai dengan

skor 2,

8. dimensi pada ring balok dengan tinggi 20 cm masuk kategori sesuai

dengan skor 3,

9. diameter begel pada ring balok 8 mm masuk kategori sesuai dengan

skor3, dan,

10. ada angkur antara pondasi dan sloof tetapi kurang memenuhi syarat

sehingga 2 instumen pertanyaan masuk kategori kurang sesuai dengan

skor 2.

Data frekuensi dan persentase pada tabel 6 juga dapat disajikan dalam bentuk

diagram seperti pada gambar 19 dan gambar 20 berikut ini.

Page 76: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

64

Gambar 21. Diagram Frekuensi Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal

Gambar 22. Diagram Persentase Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal

Seperti yang terlihat pada gambar 19 dan gambar 20 di atas, hasil

tersebut menunjukkan bahwa rumah tinggal yang sesuai dengan pedoman

rumah sederhana tahan gempa di Kecamatan Butuh cukup banyak di angka

42 (26%). Hal ini didukung data-data pada tabel 6 dan gambar diagram 19

serta 20 yang menunjukkan bahwa skor tersebut terletak pada interval skor

Tidak Sesuai

Kurang Sesuai

Sesuai

020406080

100120140160

Jum

lah

Resp

onde

n

Diagram Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal

Diagram Persentase KesesuaianBangunan Rumah Tinggal

64

Gambar 21. Diagram Frekuensi Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal

Gambar 22. Diagram Persentase Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal

Seperti yang terlihat pada gambar 19 dan gambar 20 di atas, hasil

tersebut menunjukkan bahwa rumah tinggal yang sesuai dengan pedoman

rumah sederhana tahan gempa di Kecamatan Butuh cukup banyak di angka

42 (26%). Hal ini didukung data-data pada tabel 6 dan gambar diagram 19

serta 20 yang menunjukkan bahwa skor tersebut terletak pada interval skor

Frekuensi

Tidak Sesuai 21

Kurang Sesuai 97

42

020406080

100120140160

Diagram Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal

13%

61%

26%

Diagram Persentase KesesuaianBangunan Rumah Tinggal

Tidak Sesuai

Kurang Sesuai

Sesuai

64

Gambar 21. Diagram Frekuensi Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal

Gambar 22. Diagram Persentase Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal

Seperti yang terlihat pada gambar 19 dan gambar 20 di atas, hasil

tersebut menunjukkan bahwa rumah tinggal yang sesuai dengan pedoman

rumah sederhana tahan gempa di Kecamatan Butuh cukup banyak di angka

42 (26%). Hal ini didukung data-data pada tabel 6 dan gambar diagram 19

serta 20 yang menunjukkan bahwa skor tersebut terletak pada interval skor

Diagram Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal

Diagram Persentase KesesuaianBangunan Rumah Tinggal

Tidak Sesuai

Kurang Sesuai

Sesuai

Page 77: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

65

84-108. Berdasarkan tabel 6 dan gambar diagram 20 di atas, diketahui

kesesuaian rumah tinggal terhadap pedoman rumah sederhana tahan gempa

yang memiliki kategori sesuai yaitu 26%, kategori kurang sesuai 61%,

kategori tidak sesuai 13%.

Presentase katagori kurang sesuai lebih banyak dikarenakan keadaan

dan kondisi rumah tinggal sederhana di wilayah Kecamatan Butuh item

struktur pembangunannya kurang sesuai dengan pedoman teknis rumah

tinggal sederhana tahan gempa dan dapat diketahui kurangnya pemahaman

masyarakat tentang rumah tinggal sederhana tahan gempa berdasarkan

pedoman teknis rumah tinggal sederhana tahan gempa.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil olah data dan perhitungan yang telah dilakukan,

bahwa rumah tinggal yang tidak sesuai terletak pada struktur pondasi dan

balok latai mempunyai prosentase yang tinggi. Hal ini dikarenakan banyak

penduduk di wilayah Kecamatan Butuh rata-rata kedalaman pondasi adalah

dibawah standar ≤ 60 cm dan kebanyakan rumah juga tidak menggunakan

balok latai.

Pada Pedoman teknis rumah tahan gempa dampak yang terjadi jika

kedalaman pondasi ≤60 cm maka saat terjadi gempa akan mudah goyang

sehingga dapat langsung merobohkan struktur, karena tidak terjadi

peredaman gempa terlebih dahulu. Dan dampak jika tidak menggunakan

balok latai maka elemen-elemen non-struktural akan menerima beban secara

langsung, sehingga dapat merusak elemen non-struktur tersebut.

Page 78: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

66

Dari hasil analitis data dapat dibuktikan responden menunjukkan

bahwa rumah tinggal yang sesuai dengan pedoman rumah sederhana tahan

gempa di Kecamatan Butuh dengan prosentase 26 %. Persentase bangunan

rumah tinggal sederhana tahan gempa yang masuk katagori sesuai lebih

rendah dibandingkan yang masuk katagori kurang sesuai dan tidak sesuai

dengan prosentase 60,625 % dan 13,125%.

Hal ini membuktikan bahwa keadaan dan kondisi rumah tinggal

sederhana di wilayah Kecamatan Butuh kurang sesuai dengan pedoman

teknis rumah tinggal sederhana tahan gempa dan dapat diketahui kurangnya

pemahaman masyarakat tentang rumah tinggal sederhana tahan gempa

berdasarkan pedoman teknis rumah tinggal sederhana tahan gempa.

Page 79: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

70

Page 80: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

67

BAB VPENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut.

1. Dari hasil analitis data dapat dibuktikan responden menunjukkan

bahwa rumah tinggal yang sesuai dengan pedoman rumah sederhana

tahan gempa di Kecamatan Butuh dengan prosentase 26 %. Hal ini

membuktikan bahwa keadaan dan kondisi rumah tinggal sederhana

di wilayah Kecamatan Butuh kurang sesuai dengan pedoman rumah

dan gedung tahan gempa Direktorat Jendral Cipta Karya Kementrian

Umum.

2. Hasil analisis data menunjukkan prosentase kesesuaian bangnan

rumah sederhana tahan gempa di Kecamatan Butuh sebagai berikut.

a. Kategori sesuai

b. Kategori kurang sesuai

c. Kategori tidak sesuai\

: 26,25 %.

: 60,625 %.

: 13,125 %.

3. Dari hasil kesimpulan nomor 1 dan 2, persentase bangunan rumah

tinggal sederhana tahan gempa yang masuk katagori sesuai lebih

rendah dibandingkan yang masuk katagori kurang sesuai dan tidak

sesuai dengan prosentase 60,625 % dan 13,125%. Sehingga dapat

diketahui kurangnya pemahaman masyarakat tentang rumah tinggal

Page 81: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

68

sederhana tahan gempa berdasarkan pedoman rumah dan gedung

tahan gempa Direktorat Jendral Cipta Karya Kementrian Umum.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian dan pengolahan data, serta hasil

kesimpulan yang ada. Maka penulis dapat memberikan saran sebagai

berikut.

1. Pembangunan rumah tinggal perlu mendapat perhatian khusus dalam

penerapan aturan rumah tahan gempa, tanpa mengabaikan faktor

pelaksanaan, pengawasan, dan keselamatan.

2. Pemerintah sebaiknya melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan

tenaga ahli bangunan pada penerapan rumah tinggal sederhana tahan

gempa terkait kesesuaian bangunan rumah tnggal terhadap aturan yang

berlaku.

3. Pemerintah Kabupaten Purworejo lebih memperhatikan bangunan rumah

yang tidak layak huni untuk menghindari kerusakan bangunan , harta

benda dan jatuhnya korban.

4. Pemerintah memberikan pedoman dan pengarahan kepada masyarakat

mengenai penanggulangan bencana (gempa) yang mencakup pencegahan

bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi

secara adil dan setara.

5. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor- faktor lain yang

mempengaruhi aturan rumah sederhanan tahan gempa terhadap rumah

Page 82: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

69

tinggal sederhana di daerah lain, khususnya di wilayah Kabupaten

purworejo.

6. Sebaiknya untuk peneliti yang akan datang lebih mengevaluasi

keandalan rumah tinggal terhadap kejadian gempa yang tidak sesuai

pedoman, sehingga peneliti yang akan datang dapat semakin

memberikan gambaran yang lebih spesifik.

Page 83: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

70

DAFTAR PUSTAKA

Agus. 2002. Rekayasa Gempa-Untuk Teknik Sipil. Padang: ITP Press.

Albani Musyafa, Pribasari Damayanti. 2011. Diskripsi Pengetahuan MandorKonstruksi dalam Bidang Rekayasa Bangunan Tahan Gempa, JurnalPenanggulangan Bencana Volume 2 Nomor . Jakarta.

Arikunto, Suharsimi, 2013. Prosedur Penelitian. Jakarata: PT. Rineka Cipta

Boen, Teddy. 2000. Bangunan Rumah Tinggal Sederhana-Belajar DariKesrusakan Akibat Gempa, Lokarya Nasional Bangunan Rumah TinggalSederhana Tahan Gempa. Yogyakarata.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2011. Jurnal PenanggulanganBencana. Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum, 2006. Pedoman Teknis Rumah dan BangunanGedung Tahan Gempa. Jakarta.

Direktur Jendral Cipta Karya 2006. Pedoman Teknis Rumah dan BangunanGedung Tahan Gempa Dilengkapi Dengan Metode Dan Cara PerbaikanKerusakan. Jakarta.

Eko Putro Widoyoko, S. 2013. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Belajar

ERIN, 2011. Analisa Resiko Kerusakan Bangunan Rumah Tinggal Tipe 36Akibat Gempa (Studi Rumah Tinggal di Sebuah Perumahan di KotaDepok). Universitas Indonesia. Jakarta.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:Alfabeta

Sugiyono, 2011. Statistika untuk penelitian. Alfabeta, Bandung.

Universitas Muhammdaiyah Purworejo, 2016. Pedoman Penyusunan Skripsi.Purworejo.

Page 84: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

LAMPIRAN

Page 85: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

KUESIONER PENELITIAN

ANALISA KESESUAIAN STRUKTUR RUMAH TINGGAL

TERHADAP ATURAN RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA

(Studi Kasus Di Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo)

Saya Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Purworejo, saya sedang

menyusun sebuah skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

dengan judul “Analisa Kesesuaian Struktur Rumah Tinggal Terhadap Aturan Rumah

Sederhana Tahan Gempa”, maka sangat dibutuhkan pendapat dari responden untuk

melengkapi penelitian ini. Besar harapan saya, kiranya Bapak/Ibu bersedia mengisi kuesioner

ini dengan sejujur- jujurnya. Atas bantuan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih dan selamat

mengisi kuesioner ini.

A. DATA UMUM RESPONDEN

Isilah jawaban data respoden dengan tanda ( √ ) dengan benar.

1. Jenis Kelamin

( ) Laki – laki ( ) Perempuan

2. Usia

( ) < 21 Tahun ( ) 41 – 50 Tahun

( ) 21 – 40 Tahun ( ) >50 Tahun

3. Tingkat Pekerjaan

( ) Petani ( ) Wiraswasta

( ) Pegawai Negeri ( ) Buruh

( ) Pegawai Swasta ( ) Lain – lain

4. Lokasi

Pemilik Rumah :

Desa :

Kecamatan :

Page 86: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

No PertanyaanNo

butir1. Apakah bangunan dibuat setelah tahun 2010 ?2. Apakah bangunan menggunakan pondasi ?

a. Bahan pondasi1) Bata merah A12) Batu kali A1

b. Ukuran Pondasi1) Tinggi ( T ) ≥ 60 cm A22) Lebar bawah ( B' ) ≥ 60 cm A33) Lebar atas ( B ) ≥ 30 cm A44) Kedalaman dari muka tanah ( T' ) ≥ 60 cm A5

3. Apakah bangunan menggunakan sloff ?1) Dimensi

a) Tinggi (H) ≥ 20 cm A6b) Lebar (B) ≥ 15 cm A7

2) Diameter tulangan pokok ≥ 12 mm A83) Jumlah tulangan pokok ≥ 4 buah A94) Ukuran begel ≥ 8 mm A105) Jarak begel ≤ 15 cm A11

4 Apakah bangunan menggunakan kolom ?1) Dimensi

a) Tinggi (H) ≥ 15 cm A12b) Lebar (B) ≥ 15 cm A13

2) Diameter tulangan pokok ≥ 10 mm A143) Jumlah tulangan pokok ≥ 4 buah A154) Ukuran begel ≥ 8 mm A165) Jarak begel ≤ 15 cm A17

No PertanyaanNo

butir5 Apakah bangunan menggunakan balok latai?

1) Dimensia) Tinggi (H) ≥ 15 cm A18b) Lebar (B) ≥ 15 cm A19

2) Diameter tulangan pokok ≥ 10 mm A203) Jumlah tulangan pokok ≥ 4 buah A214) Ukuran begel ≥ 8 mm A225) Jarak begel ≤ 15 cm A23

6 Apakah bangunan menggunakan ring balok ?1) Dimensi

a) Tinggi (H) ≥ 15 cm A24b) Lebar (B) ≥ 15 cm A25

2) Diameter tulangan pokok ≥ 10 mm A263) Jumlah tulangan pokok ≥ 4 buah A274) Ukuran begel ≥ 8 mm A28

Page 87: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

B. DATA KHUSUS

DAFTAR PERTANYAAN

No

.Pertanyaan Ya Tidak Keterangan

1. Apakah bangunan dibuat setelah tahun 2012 ?

2.

Apakah bangunan menggunakanpondasi ?a. Bahan pondasi

1) Bata merah2) Batu kali3) Beton

b. UkuranPondasi1) Tinggi ( T )2) Lebarbawah ( B' )3) Lebaratas ( B )4) Kedalamandarimukatanah ( T'

)

Apakah ada angkur antara pondasidan sloof ?

≥ 60 cm≥ 60 cm≥ 20 cm≥ 60 cm

3.

Apakah bangunan menggunakansloof ?a. Dimensi

1) Tinggi2) Lebar

b. Diameter tulanganpokok

≥ 20 cm≥ 15 cm≥ 12 mm≥ 4 buah≥ 8 mm≥ 15 cm

5) Jarak begel ≤ 15 cm A29

7 Apakah bidang dinding diberi kolom praktis setiap luasan ±9m2 A30

8 Apakah ada angkur antara pondasi dan sloof ?1) Diameter angkur ≥ 8 mm A312) Jarak angkur ≤ 150 cm A32

9 Apakah ada angkur antara kolom dengan dinding pengisi ?

10Apakah disetiap pertemuan joint, tulangan pokok dibuatkait/ditekuk sepanjang 40D ?

A33

11Apakah ada kolom praktis ditengah gunung - gunung yangmenerus sampai ke pondasi ?

A34

12 Apakah gunung - gunung diangkur dengan kolom praktis ? A3513 Apakah kuda-kuda diangkur dengan kolom praktis? A36

Page 88: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

c. Jumlahtulanganpokokd. UkuranBegele. Jarakbegel

4.

Apakah bangunan menggunakankolom praktis ?a. Dimensi

1) Tinggi2) Lebar

b. Diameter tulanganpokokc. Jumlahtulanganpokokd. UkuranBegele. JarakbegelApakahadaangkurantarakolomdenganpasanganbata ?

≥ 15 cm≥ 15 cm≥ 10 mm≥ 4 buah≥ 8 mm≥ 15 cm

5.

Apakah bangunan menggunakan baloklatai ?a. Dimensi

1) Tinggi2) Lebar

b. Diameter tulangan pokokc. Jumlah tulangan pokokd. Ukuran Begele. Jarak begel

≥ 15 cm≥ 15 cm≥ 10 mm≥ 4 buah≥ 8 mm≥ 15 cm

6.

Apakah bangunan menggunakan ringbalok ?a. Dimensi

1) Tinggi2) Lebar

b. Diameter tulangan pokokc. Jumlah tulangan pokokd. Ukuran Begele. Jarak begel

≥ 15 cm≥ 15 cm≥ 10 mm≥ 4 buah≥ 8 mm≥ 15 cm

7.Kuda-kuda menggunakan ?

a. Kayu

b. Beton

Page 89: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

8. Jika menggunakan kayu apakah kuda-kuda diikat kuatdengan ring balok ?

9.Apakah bangunan menggunakan gunung-gunung?

10. Apakah gunung-gunung diikat denganbalok/ringbalok ?

11. Apakah dibawah kolom praktis tengahgunung-gunungada kolom praktis menerus sampai pondasi ?

12. Apakahpadapertemuan joint,tulanganpokokditekuksepanjanglebarbalok/kolom ?

Page 90: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

NO

Pondasi Sloof Kolom Balok lintel ring balok 9m2

Pondasi

40D

gnung

klomprak

kuda2

Jumlah

A1

A2

A3

A4

A5

A6

A7

A8

A9

A10

A11

A12

A13

A14

A15

A16

A17

A18

A19

A20

A21

A22

A23

A24

A25

A26

A27

A28

A29

A30

A31

A32

A33

A34

A35

A36

B1 3 3 3 3 3 1 3 1 3 1 1 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 3 1 1 3 1 1 3 3 3 3 72B2 3 3 3 3 3 3 3 1 3 1 1 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 3 1 1 2 1 1 3 3 3 3 73B3 3 3 3 3 3 1 3 1 3 1 1 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 3 1 1 1 1 3 3 64B4 3 3 3 3 3 1 1 1 3 1 1 3 3 1 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 3 3 62B5 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 3 3 3 3 81B6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 100B7 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 93B8 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 1 1 3 77B9 3 3 3 3 3 1 1 1 3 1 1 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 3 1 1 3 1 1 1 2 3 3 67B10

3 2 2 3 2 1 3 1 3 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 3 3 3 3 60

B11

3 2 2 3 2 1 3 1 3 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 3 3 56

B12

3 2 2 3 2 1 3 1 3 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 3 3 3 57

B13

1 2 2 3 2 2 2 1 3 1 1 2 2 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 3 1 1 2 2 3 3 63

B14

1 2 2 3 2 2 2 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 51

B15

3 3 3 3 3 2 3 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 3 2 2 3 3 3 3 69

B16

3 2 2 3 2 2 3 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 3 2 2 3 3 3 3 68

B17

3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 3 3 3 78

B18

3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 89

B1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 85

Page 91: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

9B20

3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 3 3 3 79

B21

1 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 2 3 3 77

B22

3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 90

B23

3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 85

B24

3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 89

B25

3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 1 1 3 73

B26

3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 1 1 2 3 3 3 85

B27

3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 88

B28

3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 2 2 3 79

B29

3 2 2 3 2 2 3 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 3 1 1 2 1 3 3 63

B30

3 2 2 3 2 2 3 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 3 1 1 2 3 3 3 65

B31

3 2 2 3 2 2 2 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 3 1 1 2 3 3 3 64

B32

1 2 2 3 2 2 2 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 3 1 1 2 2 3 3 61

B33

3 2 2 3 2 2 2 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 3 1 1 2 3 3 3 64

B34

3 2 2 3 2 2 3 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 3 1 1 2 3 3 3 64

B35

3 2 2 3 2 2 2 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 2 2 2 2 3 2 2 62

B36

3 2 2 3 2 2 3 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 3 2 2 3 2 3 3 66

B37

3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 3 3 3 79

Page 92: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

B38

3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 87

B39

3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 80

B40

1 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 3 62

B41

3 2 2 3 2 2 3 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 3 1 1 1 1 3 3 62

B42

3 2 2 3 2 2 3 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 3 1 1 2 3 3 3 65

B43

3 3 3 3 3 3 3 1 3 1 1 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 3 1 1 3 1 1 2 3 2 2 71

B44

3 2 2 3 2 2 2 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 3 1 1 2 3 3 3 64

B45

3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 2 3 3 76

B46

3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 3 3 3 3 78

B47

3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 3 3 3 78

B48

3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 2 3 3 77

B49

3 2 2 3 2 2 2 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 3 1 1 2 1 2 2 60

B50

3 2 2 3 2 2 2 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 3 1 1 2 2 1 3 61

B51

3 2 2 3 2 2 2 1 3 2 2 2 2 3 3 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 3 3 3 3 69

B52

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 96

B53

3 2 2 3 2 2 2 1 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 1 1 3 3 3 3 85

B54

1 2 1 2 2 1 1 1 3 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 46

B55

1 2 1 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 40

B56

3 2 1 3 2 2 2 1 3 2 3 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 2 1 3 1 3 59

Page 93: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

B57

3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 80

B58

3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 3 3 3 77

B59

3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 85

B60

3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 2 3 3 76

B61

3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 90

B62

3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 82

B63

3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 3 3 3 77

B64

3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 3 3 3 78

B65

3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 1 1 2 3 3 3 85

B66

2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 2 2 2 1 1 2 2 3 2 68

B67

3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 2 2 2 1 1 1 2 3 3 69

B68

3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 1 1 2 2 3 3 80

B69

3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 2 3 3 76

B70

3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 3 3 3 77

B71

3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 80

B72

3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 80

B73

3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 89

B74

1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 57

B75

3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 78

Page 94: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

B76

3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 1 1 3 72

B77

3 2 2 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 1 1 1 2 64

B78

1 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 3 3 76

B79

3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 94

B80

3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 2 2 3 79

B81

3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 88

B82

3 3 3 3 3 3 3 2 1 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 85

B83

3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 86

B84

3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 86

B85

3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 1 1 1 71

B86

3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 1 1 3 2 3 3 85

B87

3 3 3 1 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 1 1 1 71

B88

1 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 22

1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 3 1 2 92

B89

3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 3 3 3 80

B90

3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 3 3 3 78

B91

3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 2 1 1 2 3 3 3 78

B92

3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 3 3 3 80

B93

3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 3 61

B94

3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 61

Page 95: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

B95

3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 94

B96

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 100

B97

3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 85

B98

3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 88

B99

3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 2 2 2 1 1 2 2 3 3 70

B100

3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 2 3 3 76

B101

3 2 2 3 2 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 86

B102

3 2 2 3 2 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 1 2 3 3 3 94

B103

2 2 2 3 2 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 3 2 3 1 1 2 3 3 3 81

B104

1 2 2 3 2 1 1 1 1 1 1 2 2 3 3 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 3 3 2 2 3 1 1 2 3 3 2 65

B105

3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 1 1 3 77

B106

3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 1 1 3 73

B107

3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 1 3 86

B108

1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 2 2 3 1 1 2 1 1 3 66

B109

3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 2 3 3 77

B110

3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 86

B111

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 90

B112

3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 1 1 3 2 3 3 85

B113

1 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 1 1 3 71

Page 96: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

B114

3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 1 1 2 73

B115

3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 1 1 3 74

B116

3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 63

B117

3 2 2 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3 3 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 2 3 3 1 1 3 3 3 3 84

B118

3 2 2 3 2 2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 85

B119

3 2 2 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 1 1 3 3 3 3 83

B120

3 2 2 3 2 2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 1 3 3 2 3 3 3 3 97

B121

3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 3 3 3 77

B122

3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 2 3 3 76

B123

3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 3 3 3 77

B124

3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 2 1 3 75

B125

3 2 2 3 2 2 3 1 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 1 1 3 1 1 1 82

B126

3 2 2 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 1 1 3 3 3 3 3 87

B127

3 2 2 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 3 1 1 1 56

B128

3 2 2 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 72

B129

3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 100

B130

3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 89

B131

3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 87

B132

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 91

Page 97: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

B133

3 3 1 3 1 1 3 1 3 1 1 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 2 1 1 3 57

B134

1 1 1 1 1 1 2 1 3 1 1 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 3 1 1 2 1 1 3 3 1 3 58

B135

1 1 1 3 1 1 2 1 3 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 1 1 3 1 1 2 3 3 3 57

B136

1 1 1 3 1 1 3 1 3 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 3 1 1 3 1 1 3 3 3 1 58

B137

3 3 1 3 1 1 3 1 3 1 1 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 1 1 3 1 1 2 3 3 3 64

B138

1 1 1 3 1 1 2 1 3 1 3 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 2 1 3 1 1 1 1 1 3 58

B139

1 3 1 3 1 1 2 1 3 1 1 3 3 1 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 3 1 1 3 1 1 3 59

B140

1 1 1 3 1 1 3 1 3 1 3 1 1 1 3 1 3 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 3 1 1 1 1 1 3 56

B141

3 1 1 3 1 1 3 1 3 1 1 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 3 1 1 1 3 3 3 60

B142

3 1 1 3 1 3 3 1 3 2 1 2 3 1 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 3 1 1 1 57

B143

1 2 2 1 2 3 3 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 2 3 1 1 2 1 1 3 59

B144

1 2 1 1 3 1 3 1 3 3 2 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 3 57

B145

3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 80

B146

3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 1 1 3 73

B147

3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 1 1 1 3 72

B148

3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 2 1 2 73

B149

1 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 1 2 2 71

B150

1 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 3 1 3 73

B151

1 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 1 1 1 69

Page 98: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …

B152

3 2 2 3 2 2 3 1 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 3 3 3 76

B153

3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 2 3 3 76

B154

3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 1 1 2 2 3 3 81

B155

3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 1 3 77

B156

3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 3 3 3 79

B157

3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 78

B158

3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 85

B159

3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 79

B160

3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 1 1 3 85

Page 99: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …
Page 100: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …
Page 101: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …
Page 102: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …
Page 103: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …
Page 104: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …
Page 105: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …
Page 106: EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …