EVALUASI KESEHATAN POHON PENEDUH JENIS ANGSANA ... · Pemilihan Jalan Contoh, Segmen Jalan Contoh,...
Transcript of EVALUASI KESEHATAN POHON PENEDUH JENIS ANGSANA ... · Pemilihan Jalan Contoh, Segmen Jalan Contoh,...
EVALUASI KESEHATAN POHON PENEDUH
JENIS ANGSANA (Pterocarpus indicus Willd.) SECARA
SONIC TOMOGRAPHY DI KOTA SURABAYA
DHIAH AYU IKA PUSPITASARI
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi “Evaluasi Kesehatan Pohon
Peneduh Jenis Angsana (Pterocarpus indicus Willd.) secara Sonic Tomography
di Kota Surabaya” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Dhiah Ayu Ika P.
NIM E24090024
ABSTRAK
DHIAH AYU IKA PUSPITASARI. Evaluasi Kesehatan Pohon Peneduh Jenis
Angsana (Pterocarpus indicus Willd.) secara Sonic Tomography di Kota
Surabaya. Dibimbing oleh DODI NANDIKA dan LINA KARLINASARI.
Pohon peneduh di daerah perkotaan memiliki peranan yang sangat penting
baik secara sosial, ekonomi, ekologi, dan estetika. Kesehatan pohon peneduh
dapat diketahui secara nondestruktif dengan pengamatan secara visual dan
mengetahui kondisi internal batang pohon. Kondisi internal batang pohon dapat
diketahui secara Sonic Tomography berdasarkan kecepatan rambatan gelombang
suara pada batang pohon. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kesehatan
pohon peneduh di median jalan Kota Surabaya. Sepuluh jalan contoh dipilih
secara sengaja berdasarkan keberadaan median jalan yang ditumbuhi pohon. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa pohon peneduh di Kota Surabaya
didominasi oleh jenis Angsana (Pterocarpus indicus Willd.). Hasil Sonic
Tomograph menunjukkan 75% pohon peneduh sehat dengan proporsi solidwood
75% dan kecepatan gelombang suara lebih dari 900 m/detik. Sementara itu empat
pohon mengalamai kerusakan parah dengan proporsi solidwood kurang dari 50%.
Pengamatan secara visual menunjukkan 44% pohon memiliki penampakan yang
sehat dan 56% terdapat gejala deteriorasi.
Kata kunci: gelombang suara, NDT (non-destructive test), pohon peneduh,
pengamatan visual
ABSTRACT
DHIAH AYU IKA PUSPITASARI. Evaluation of Shade Trees of Angsana
(Pterocarpus indicus Willd.) Based on Sonic Tomography in Surabaya.
Supervised by DODI NANDIKA and LINA KARLINASARI.
Shade trees in urban areas have very important roles for social, economic,
ecological and aesthetics benefits. The health of shade trees could be detected by
visual assessment as well as by non-destructive method. The internal condition of
trunk is assessed by Sonic Tomography which is based on sound waves
propagation in the wood. The objective of this research was to understand the
health of shade trees in median street of Surabaya city. Ten street samples were
chosen by purposive sampling according to the median paths. The result of this
research shows that angsana (Pterocarpus indicus Willd.) was the dominant
species found in Surabaya city. The results of sonic tomograph found that 75 trees
were healthy trees with more than 75% of solid wood with sound wave
propagation above 900 m / sec. Meanwhile there were four trees which suffered
severe damage below 50% of solid wood.Visual observation showed that 44%
healthy trees and 56% unhealthy conditions.
Keywords: non-destructive test, shade trees, sound wave, visual assessment
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan
EVALUASI KESEHATAN POHON PENEDUH
JENIS ANGSANA (Pterocarpus indicus Willd.) SECARA
SONIC TOMOGRAPHY DI KOTA SURABAYA
DHIAH AYU IKA PUSPITASARI
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Evaluasi Kesehatan Pohon Peneduh Jenis Angsana (Pterocarpus
indicus Willd.) secara Sonic Tomography di Kota Surabaya
Nama : Dhiah Ayu Ika Puspitasari
NIM : E24090024
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Dodi Nandika, MS
Pembimbing I
Dr Lina Karlinasari, SHut, MSc, FTrop
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir I. Wayan Darmawan, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian serta penyusunan
skripsi yang berjudul “Evalusi Kesehatan Pohon Peneduh Jenis Angsana
(Pterocarpus indicus Willd.) secara Sonic Tomography di Kota Surabaya”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan skripsi mulai dari awal hingga akhir,
terutama kepada Prof Dodi Nandika dan Dr Lina Karlinasari selaku dosen
pembimbing yang dengan sabar dan penuh keikhlasan telah memberikan
bimbingan serta arahannya selama penelitian. Penulis sepenuhya menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis terbuka
atas kritik dan saran membangun untuk menyempurnakan pengetahuan yang
tertuang dalam skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memenuhi
tujuan penyusunan serta memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.
Bogor, Februari 2014
Dhiah Ayu Ika Puspitasari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE 2
Lokasi dan Waktu 2
Alat dan Bahan 2
Pemilihan Jalan Contoh, Segmen Jalan Contoh, dan Pohon Contoh 2
Pengamatan Kondisi Pohon secara Visual 3
Evaluasi Kesehatan Pohon secara Sonic Tomography 3
Analisis Data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Karakteristik Pohon Contoh 4
Kondisi Pohon secara Visual 6
Kondisi Pohon secara Sonic Tomography 9
SIMPULAN DAN SARAN 13
Simpulan 13
Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 14
LAMPIRAN 16
RIWAYAT HIDUP 25
DAFTAR TABEL
1. Jalan contoh, jumlah segmen jalan contoh, dan pohon contoh 3
2. Diameter, tinggi, rasio tinggi (h) terhadap diameter (d), dan posisi
geografis pohon contoh 6
3. Nilai kecepatan rambat gelombang suara pada pohon contoh di median
jalan Kota Surabaya 9
4. Klasifikasi kondisi pohon contoh berdasarkan persentasi solidwood dan
kecepatan rambatan gelombang suara 13
DAFTAR GAMBAR
1. Pemasangan alat PICUS® Sonic Tomograph pada pohon contoh (a) dan
perambatan gelombang suara melalui ketukan palu elektronik pada metal
pin (b) 4
2. Ciri-ciri pohon angsana yaitu tajuk menyebar (a), kulit batang terkelupas
(b), dan bentuk daun yang bulat (c) 5
3. Kondisi visual pohon contoh berdasarkan gejala deteriorasi yang
ditemukan 7 7
4. Pohon contoh yang terdapat tanaman pengganggu (A), luka terbuka (B),
keropos pada batang (C), luka mekanis akibat paku (D), gerowong pada
bagian pohon (E), dan kanker (F) 8
5. Persentasi solidwood pohon contoh berdasarkan hasil Sonic Tomography 9
6. Penampang lintang batang pohon contoh dengan solidwood 100% (a) dan
penampakan visual batang pohon (b) 10
7. Penampang lintang batang pohon contoh dengan solidwood 90% (a) dan
penampakan visual batang pohon (b) 10
8. Penampang lintang batang pohon contoh dengan solidwood 62% (a) dan
penampakan visual batang pohon (b) 11
9. Penampang lintang batang pohon contoh dengan solidwood 13 % (a)
danpenampakan visual batang pohon (b) 12
10. Penampang internal batang pohon (a) dan kondisi visual batang pohon
yang terdapat gerowong pada pangkal batang (b) 12
DAFTAR LAMPIRAN
1. Posisi jalan contoh di masing-masing wilayah Kota Surabaya 16
2. Posisi pohon contoh di Jalan Tanjung Perak Barat dan Jalan Bubutan 17
3. Posisi pohon contoh di Jalan Kusuma Bangsa dan Jalan Raya Darmo 18
4. Posisi pohon contoh di Jalan Ahmad Yani dan Jalan Diponegoro 19
5. Posisi pohon contoh di Jalan Suko Manunggal dan Jalan Mayjend.
Sungkono 20
6. Posisi pohon contoh di Jalan Kertajaya dan Jalan Manyar Kertoarjo 21
7. Posisi geografis dan dimensi pohon contoh 22
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberadaan pohon dalam ekosistem perkotaan termasuk di jalur hijau
memiliki peranan yang sangat penting baik secara sosial, ekonomis, ekologis,
maupun estetika. Menurut Nowak (2004) pohon peneduh (shade trees) di
perkotaan berperan sebagai identitas kota, penyerap polusi udara, peredam
kebisingan, penyejuk kota, penapis angin, serta penunjang konservasi tanah dan
keindahan kota. Saat ini kehadiran pohon peneduh di pemukiman atau perkotaan
telah menjadi isu penting dalam adaptasi dampak perubahan iklim. Oleh karena
itu, hampir seluruh kota utama di dunia menempatkan pohon peneduh sebagai
salah satu infrastruktur kota. Kota yang mempertahankan pohon-pohon tua dan
menanam pohon baru pada ruang terbuka akan lebih menarik masyarakat untuk
tinggal di kota tersebut. Pohon akan meningkatkan keindahan dan nilai properti
dari suatu kota (Hartman et al. 2000). Mengingat pentingnya peran pohon
peneduh di perkotaan, maka sistem pengelolaan pohon peneduh perlu
mendapatkan perhatian, termasuk pemantauan kesehatannya. Pemantauan
kesehatan pohon dapat dilakukan melalui pengamatan visual terhadap kondisi
fisik pohon tersebut. Namun, cara ini belum dapat mengungkapkan kondisi
kesehatan pohon secara keseluruhan, mengingat beberapa bagian pohon, misalnya
bagian dalam batang, tidak dapat dilihat secara visual. Sementara itu, saat ini
berbagai teknologi untuk mengetahui kondisi bagian dalam batang pohon secara
nondestruktif telah berkembang, antara lain teknologi yang berbasis kecepatan
rambatan gelombang suara. Kondisi internal batang pohon contoh secara Sonic
Tomography dapat diketahui berdasarkan prinsip kerja alat yang menggunakan
kecepatan rambatan gelombang suara di kayu tergantung pada modulus elastis
dan kerapatan kayu yang diukur (Argus Electronic Gmbh 2003).
Kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia dengan jumlah
penduduk sebanyak 2765487 jiwa dan kepadatan penduduk 8462 jiwa per km2
dan luas wilayah kurang lebih 326.36 km2 (BPS 2013). Sebagai Ibu Kota Provinsi
Jawa Timur, pemerintah Kota Surabaya sangat berkomitmen terhadap
pembangunan dan tata ruang kota yang berkelanjutan. Terbukti dengan
penghargaan yang diraih Kota Surabaya sebagai Environmentally Sustainable
City (ESC) atau kota dengan penataan lingkungan berkelanjutan di tingkat
ASEAN pada tahun 2011 (Andriani 2011). Selain itu Surabaya juga memiliki
Taman Bungkul yang pada bulan November 2013 mendapatkan penghargaan
sebagai taman terbaik se-Asia (Riski 2013). Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada
wilayah kota minimal 30% dari luas wilayah kota, terdiri dari 20% merupakan
RTH publik dan 10% merupakan RTH privat (UU No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang). Kota Surabaya telah memenuhi kriteria dari Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa Timur tahun 2005–2020 untuk wilayah
perkotaan diwajibkan memiliki RTH publik minimal 20% dari luas wilayah kota.
Bentuk Ruang Terbuka Hijau di Surabaya meliputi hutan kota, kebun bibit, jalur
hijau kota, taman rekreasi kota, makam dan lapangan olahraga. Namun demikian
data atau informasi tentang kesehatan pohon peneduh di Kota Surabaya secara
komprehensif belum tersedia. Padahal ketersediaan data tersebut sangat penting
2
dalam mendukung sistem pengelolaan pohon peneduh di Kota Surabaya, termasuk
antisipasi kemungkinan terjadinya pohon tumbang.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesehatan pohon peneduh di Kota
Surabaya dengan menggunakan teknologi berbasis kecepatan rambatan
gelombang suara (sonic tomography).
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
pengembangan sistem pengelolaan pohon peneduh di Kota Surabaya, khususnya
dalam upaya pemeliharaan pohon peneduh.
METODE
Lokasi dan waktu
Penelitian dilaksanakan di sepuluh median jalan di Kota Surabaya pada
bulan Oktober–November 2013.
Alat dan Bahan
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah PICUS® Sonic
Tomograph buatan Argus Electronik Gmbh Jerman yang dilengkapi dengan
modul sensor dan palu elektronik. Di samping itu digunakan pula alat Global
Positioning System (GPS) Map 76Csx Garmin, kamera digital, haga hypsometer,
meteran pita, software ArcGIS v.9.3.1770, dan Microsoft Excel 2010.
Pemilihan Jalan Contoh, Segmen Jalan Contoh, dan Pohon Contoh
Jalan contoh dipilih secara sengaja (purposive) di setiap wilayah kota
(Surabaya Pusat, Surabaya Utara, Surabaya Timur, Surabaya Selatan, dan
Surabaya Barat) berdasarkan keberadaan median jalan yang ditumbuhi oleh pohon
peneduh. Masing-masing wilayah Kota Surabaya dipilih dua jalan sebagai jalan
contoh. Setiap jalan contoh yang telah terpilih dibagi ke dalam segmen-segmen
jalan (panjang setiap segmen 500 m), kemudian dipilih secara sengaja satu
segmen jalan contoh di masing-masing jalan contoh berdasarkan keberadaan
pohon memiliki diameter ≥35 cm. Sepuluh pohon contoh dipilih pada masing-
masing segmen jalan contoh secara sengaja. Kemudian pohon contoh tersebut
ditentukan posisi geografisnya menggunakan alat GPS serta diukur dimensi
pohonnya yaitu tinggi pohon menggunakan haga hypsometer dan diameter batang
pohon setinggi dbh (diameter at the breast height) menggunakan meteran pita.
3
Hasil pemilihan jalan contoh, segmen jalan contoh dan pohon contoh tersaji
lengkap pada Tabel 1
Pengamatan Kondisi Pohon secara Visual
Pengamatan kondisi batang pohon secara visual dilakukan dengan melihat
penampakan batang pohon contoh, terutama untuk melihat ada tidaknya gejala
atau tanda deteriorasi. Hasil pengamatan kondisi visual pohon akan mendukung
data hasil evaluasi secara Sonic Tomography. Hasil pengamatan visual dicatat
pada tallysheet yang telah tersedia.
Evaluasi Kesehatan Pohon secara Sonic Tomography
Evaluasi kondisi internal setiap batang pohon contoh dilakukan dengan
menggunakan alat PICUS® Sonic Tomograph. Pemasangan sensor alat dilakukan
pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah. Jumlah sensor yang digunakan
disesuaikan dengan besarnya diameter pohon (minimal 6 sensor). Data kecepatan
rambatan gelombang suara didapat dengan mengetukan palu elektronik pada paku
yang telah ditempel metal pin akan menghasilkan gelombang suara yang akan
merambat ke dalam batang pohon contoh, kemudian waktu perambatan
gelombang antar titik pengirim ke titik penerima lainnya, kemudian kecepatan
tersebut direkam oleh perangkat lunak yang tersedia di dalam PICUS®
Sonic
Tomograph. Melalui perangkat lunak ini data kecepatan rambatan gelombang
suara ditransformasikan menjadi bentuk citra tomogram (gambar dua dimensi),
serta dapat menghitung kepadatan pohon dengan menggabungkan geometri pohon
dan kecepatan gelombang suara (velocity) batang yang telah dicatat selama
pengukuran. Skema pemasangan alat PICUS®
Sonic Tomograph tersaji pada
Gambar 1.
Tabel 1 Jalan contoh, jumlah segmen contoh, dan pohon contoh
No. Wilayah Nama Jalan Contoh
Panjang
Jalan
(m)
Segmen
Jalan
Contoh
Jumlah
Pohon
setiap
Segmen
Pohon
Contoh
1 Utara Tanjung Perak Barat 3704 1 40 10
2 Bubutan 2479 1 11 10
3 Timur Kertajaya 1405 1 24 10
4
Raya Manyar Kertoarjo 1122 1 67 10
5 Barat Suko Manunggal 1123 1 40 10
6
Mayjend. Sungkono 2357 1 27 10
7 Selatan Jendral Ahmad Yani 4144 1 44 10
8
Diponegoro 2380 1 25 10
9 Pusat Raya Darmo 4039 1 14 10
10 Kusuma Bangsa 951 1 31 10
Total 10 100
4
Gambar 1 Pemasangan alat PICUS® Sonic Tomograph pada pohon contoh (a) dan
perambatan gelombang suara melalui ketukan palu elektronik pada
metal pin (b)
Analisis Data
Data hasil pengamatan visual dan pengukuran kecepatan rambatan
gelombang suara disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara sederhana
menggunakan bantuan Microsoft office excel 2010 untuk mengetahui persentase
pohon yang sehat dan mengalami deteriorasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Pohon Contoh
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan pohon contoh merupakan
jenis pohon angsana (Pterocarpus indicus Willd.). Pohon angsana termasuk dalam
famili Papilonaceae, memiliki ciri–ciri kulit batang mengelupas besar, bergetah
merah, memiliki banir, tajuk lebar dan menyebar (spreading), serta memiliki
bentuk daun bulat dan mengkilap (Gambar 2). Pohon ini biasa dimanfaatkan
sebagai pohon peneduh tepi jalan karena tajuknya yang lebat dan pertumbuhannya
yang relatif cepat (Samsoedin dan Waryono 2010). Selain itu pohon angsana
memiliki akar yang tahan terhadap kerusakan akibat getaran kendaraan, tahan
terhadap angin dan memiliki kemampuan untuk menyerap unsur pencemaran yang
berasal dari kendaraan bermotor (Raka 2002). Pohon angsana dapat tumbuh
dengan baik di Kota Surabaya. Habitat tumbuh angsana di daerah dataran rendah
dan pada berbagai jenis tanah kecuali tanah liat, serta pada berbagai tipe curah
(a) (b)
5
hujan dan dapat tumbuh di daerah panas sesuai dengan musim kemarau yang
cukup panjang di Indonesia (Thomson 2006).
Hasil pengukuran dimensi pohon contoh tersaji pada Tabel 2, menunjukkan
tinggi rata-rata 13.8 m dengan diameter rata-rata pohon 61.8 cm. Ketinggian
pohon contoh cukup seragam dilihat dari nilai simpangan baku yang diperoleh.
Pohon contoh di Jalan Kusuma Bangsa memiliki rata-rata diameter terbesar
dibandingkan pohon contoh di jalan lain. Sedangkan rata-rata diameter pohon
terkecil berada di Jalan Tanjung Perak Barat. Pohon contoh di segmen jalan
contoh Kusuma Bangsa merupakan pohon yang berumur sekitar 40 tahun dilihat
dari besar diameternya dan belum mengalami permudaan. Pohon contoh yang
memiliki diameter terbesar berada di median Jalan Raya Darmo dengan diameter
sebesar 99.36 cm, sedangkan pohon contoh yang memiliki diameter terkecil
berada di Jalan Tanjung Perak Barat dengan diameter sebesar 35.03 cm.
Data tinggi dan diameter pohon contoh dapat menentukan kelangsingan
pohon tersebut. Pohon peneduh selain memberikan manfaat sebagai penyerap
polusi udara dan untuk keindahan kota, pohon peneduh juga bermanfaat sebagai
penapis angin. Kelangsingan pohon (slenderness) merupakan salah satu kriteria
yang penting untuk karakteristik ketahanan pohon peneduh terhadap angin dan
hujan badai. Kelangsingan didapat dari rasio perbandingan tinggi (h) dan diameter
(d) pohon (Rinn 2008). Nilai optimum untuk rasio h/d yaitu antara selang 50–25.
Pohon yang memiliki nilai rasio h/d lebih dari 50 memiliki resiko tumbang akibat
angin lebih besar (Mattheck dan Bethge 2011). Rata-rata rasio h/d dari pohon
contoh sebesar 23.49 dengan simpangan baku ±4.34. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa pohon angsana memiliki resiko tumbang akibat angin dan hujan badai yang
kecil. Nilai kelangsingan ini berbeda dengan nilai kelangsingan dari pohon pinus
(Scots pine) dari jenis softwood atau daun jarum yang tumbuh di tanah ladang di
Polandia memiliki nilai kelangsingan (slenderness) 81–66 (Jelonek et al. 2010).
Selain rasio h/d ketahanan pohon terhadap angin juga dilihat dari bentuk dari tajuk
pohonnya.
Gambar 2 Ciri-ciri pohon angsana yaitu tajuk menyebar (a), kulit batang
terkelupas (b) dan bentuk daun yang bulat (c)
6
Tabel 2 Diameter, tinggi, rasio tinggi (h) terhadap diameter (d), dan posisi
geografis pohon contoh
Jalan Contoh
Diameter
rata-rata
(cm)*
Tinggi
rata-rata
(m)*
Rasio h/d Koordinat
rata-rata LS BT
Jl Tanjung Perak Barat 43.5 ±4.10 13 ±0.97 30.10±3.10
7012’413” –
7012’446”
112044’046” –
112044’049”
Jl Bubutan 77.07 ±11.06 13.8 ±2.12 18.10±3.04
7015’282” –
7015’222”
112044’048” –
112044’073”
Jl Kertajaya 65.61 ±8.28 15.3 ±1.05 23.52±1.88
7016’746” –
7016’736”
112045’655” –
112045’581”
Jl Manyar Kertoarjo 51.72 ±3.61 14.9 ±1.95 28.92±4.17
7016’796” –
70 16’787”
112045’969” –
112045’919”
Jl Suko Manunggal 45.92 ±3.87 13.1 ±1.47 28.50±3.24
7016’363” –
7016’421”
112041’917” –
112041’910”
Jl Mayjend Sungkono 48.76 ±5.33 11.5 ±1.85 23.66±4.07
7017’514” –
7017’523”
112043’262” –
112043’365”
Jl Jend Ahmad Yani 54.81 ±5.31 11 ±0.89 20.25±2.61
7018’793” –
7018’862”
112044’075” –
112044’065”
Jl Diponegoro 74.04 ±6.24 17 ±0.77 23.11±2.03
7017’555” –
7017’602”
112044’239” –
112044’265”
Jl Raya Darmo 72.9 ±19.32 15 ±1.00 22.15±6.17
7017’302” –
7017’346”
112044’358” –
112044’348”
Jl Kusuma Bangsa 83.69 ±16.42 13.3 ±1.27 16.55±3.59
7017’512” –
7017’524”
112043’343” –
112043’064”
Rata-rata total 61.8 ±13.81 13.8 ±1.72 23.49±4.34 - -
Keterangan : *) jumlah pohon contoh di setiap jalan contoh sebanyak 10 pohon
angka setelah tanda ± merupakan nilai standart deviasi
Kondisi Pohon secara Visual
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (56%) batang pohon
contoh mengalami deteriorasi. Gejala deteriorasi yang ditemukan yaitu lapuk
permukaan (14%), luka terbuka (13%), keropos (11%), gerowong (9%), luka
mekanis (7%), dan kanker (2%). Pada pohon contoh ditemukan beberapa bentuk
kerusakan yang dipengaruhi oleh kondisi pohon contoh dan tempat tumbuh
pohon. Menurut Thomson (2006), pohon angsana berpotensi mengalami
pembusukan akar dan batang yang disebabkan oleh jamur. Kondisi visual pohon
contoh secara lengkap disajikan pada Gambar 3.
Gejala deteriorasi yang paling banyak ditemukan yaitu lapuk permukaan.
Lapuk permukaan ini banyak ditemukan pada bagian batang pohon yang ditanami
tanaman anggrek dan sirih gading. Tanaman anggrek dan sirih gading termasuk
dalam jenis epifit yang tumbuh pada inang namun tidak menimbulkan kerugian
bagi tanaman inangnya. Keberadaan tanaman tersebut dalam waktu yang lama dan
ukuran yang cukup besar dapat menimbulkan kondisi lembab pada bagian bawah
tanaman, sehingga dapat mengakibatkan pelapukan pada bagian batang pohon.
Tanaman anggrek dan sirih gading sengaja ditanam oleh dinas bertujuan untuk
menambah keanekaragaman tanaman pada jalur hijau dan meningkatkan estetika
Kota Surabaya. Selain itu kedua tanaman ini memiliki kemampuan untuk
7
mendekomposisi xylen, benzena, dan karbon monoksida dalam udara (Direktorat
Jenderal Hortikultura 2012). Gejala lapuk permukaan ini banyak ditemukan pada
pohon contoh di Jalan Kertajaya dan Jalan Diponegoro. Keberadaan tanaman ini
memberikan dampak yang bervariasi terhadap kondisi internal batang pohon.
Gejala deteriorasi lain yang banyak ditemukan yaitu adanya luka terbuka.
Sebagian besar penyebab dari gejala deteriorasi ini adalah bekas pemotongan
cabang, selain itu terdapat bekas tebasan benda tajam yang kemungkinan
disebabkan oleh tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Bekas luka
tebasan tersebut banyak ditemukan pada pohon contoh di median Jalan Suko
Manunggal. Jalan ini berada di daerah perumahan dan pertokoan, sehingga dapat
dimungkinkan tindakan vandalisme sering terjadi. Adanya luka terbuka pada
pohon dapat mengakibatkan patogen masuk ke dalam batang dengan mudah,
gejala deteriorasi lain seperti kanker dan keropos dapat berkembang dan akan
memperparah kondisi pohon.
Selain itu tipe kerusakan keropos juga ditemukan pada pohon contoh,
terutama pada pohon contoh di Jalan Kusuma Bangsa. Rata-rata keropos terjadi
pada pohon yang sudah tua, dilihat dari besar diameternya pohon contoh di
segmen jalan ini memiliki umur sekitar 40 tahunan. Keropos terjadi pada bagian
pangkal batang, kulit batang telah terkelupas dan bagian kayu telah lapuk karena
rayap. Hal ini terlihat dengan adanya tunnel rayap tanah pada batang yang
mengalami keropos. Sementara itu gejala deteriorasi berupa luka mekanis yang
ditemukan pada pohon contoh disebabkan oleh luka bekas pemasangan spanduk
atau pun papan iklan. Saat ini jalur hijau pada median jalan di Kota Surabaya
bebas dari spanduk dan iklan yang menancap di pohon, namun sisa paku dan
kawat yang digunakan masih banyak tertinggal. Seharusnya paku dan kawat
tersebut dibersihkan juga bersamaan dengan pembersihan spanduk. Hal tersebut
dapat menjadi jalan masuknya patogen dapat ke dalam batang dan dapat
menimbulkan kerusakan yang lebih parah. Pohon contoh yang mengalami luka
mekanis terdapat pada jalan yang berada di daerah perumahan dan pertokoan yang
memungkinkan banyaknya orang yang melihat iklan dan spanduk yang terpasang.
Gejala deteriorasi lain yang cukup parah terjadi yaitu gerowong, adanya
lubang pada bagian pangkal dan tengah batang pohon. Sebagian besar terjadi pada
Gambar 3 Kondisi visual pohon contoh berdasarkan gejala deteriorasi yang
ditemukan
8
Gambar 4 Pohon contoh yang terdapat tanaman pengganggu (A), luka terbuka
(B), keropos pada batang (C), luka mekanis akibat paku (D),
gerowong pada bagian bawah pohon (E), dan kanker (F)
pohon contoh di Jalan Tanjung Perak Barat. Penyebab utama dari gerowong di
jalan ini yaitu adanya bekas pemotongan cabang. Gerowong pada pohon dapat
terbentuk ketika batang pohon mengalami luka fisik akibat kegiatan manusia,
cuaca, atau tindakan satwa liar, kemudian luka tersebut berkembang akibat adanya
pembusukan oleh jamur atau bakteri. Gerowong yang terletak pada bagian
pangkal pohon dapat mengganggu kestabilan akar dimana akar tersebut tidak
dapat menopang berat pohon sehingga pohon rawan tumbang (GFC 2013). Gejala
gerowong juga ditemukan pada pohon contoh di Jalan Kusuma Bangsa. Letak
gerowong ditunjukkan adanya lubang yang cukup besar pada bagian bawah
pohon. Kondisi ini diperparah dengan ditemukannya tunnel rayap dan adanya
bekas pembakaran sampah oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Gejala deteriorasi yang paling sedikit ditemukan pada pohon contoh yaitu
kanker, kanker yang terjadi berupa pembengkakan pada batang berubah menjadi
lapuk dan sering digunakan untuk tempat berlindung serangga. Gejala yang
ditemukan belum terlalu parah berupa pembengkakan pada batang namun bagian
kulit tidak mengalami pecah. Pengamatan kondisi pohon secara visual perlu
dilakukan untuk menilai kerusakan dan gejala deteriorasi lain yang terlihat dengan
jelas pada bagian pohon. Kondisi visual ini akan memberikan kontribusi dalam
menghitung tingkat bahaya (hazard tree) dari pohon tersebut (Saanich 2011).
9
Gambar 5 Persentasi solidwood pohon contoh berdasarkan hasil
Sonic Tomography
Kondisi Pohon secara Sonic Tomography
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik gelombang suara pada pohon
contoh yang dihasilkan cukup seragam dilihat dari nilai koefisien variasi
(perbandingan antara standar deviasi terhadap nilai rata-rata) yang kecil berkisar
5–25%, dengan kecepatan terendah 602.91 m/detik dan kecepatan terbesar
1754.44 m/detik (Tabel 3). Hasil sonic tomography penampang melintang batang
menunjukkan bahwa 75 pohon memiliki area solidwood 100–75%, 21 pohon
memiliki area solidwood sebesar 74–50%, sedangkan empat pohon lainnya
memiliki area solidwood yang cukup rendah yaitu di bawah 50% (Gambar 5).
Tabel 3 Nilai kecepatan rambat gelombang suara pada pohon contoh di median
jalan Kota Surabaya
Nama jalan v Rata-rata
(m detik-1
)
v Minimal
(m detik
-1)
v Maximal
(m detik
-1)
SD CV
(%)
Tanjung perak
barat 1097.47 887.03 1343.69 148.87 13.56
Bubutan 1261.73 1039.08 1475.33 148.66 11.78
Kertajaya 1311.26 1168.08 1392.08 61.70 4.71
Manyar Kertoarjo 1247.73 1092.82 1356.53 72.74 5.83
Suko Manunggal 1222.56 1071.47 1416.27 92.80 7.59
Mayjend.
Sungkono 1245.80 1059.56 1446.92 124.74 10.01
Jend Ahmad Yani 1299.44 1219.94 1389.74 60.08 4.62
Diponegoro 1266.34 1202.35 1309.36 33.19 2.62
Raya Darmo 1321.61 1116.69 1754.44 180.73 13.68
Kusuma Bangsa 994.79 602.91 1333.67 252.58 25.39
Keterangan : v = kecepatan rambat gelombang suara, SD = standar deviasi,
CV = coefficient of variation
10
Gambar 6 Penampang lintang batang pohon contoh dengan solidwood 100% (a) dan
penampakan visual batang pohon (b)
Gambar 7 Penampang lintang batang pohon contoh dengan solidwood 90% (a)
dan penampakan visual batang pohon (b)
Area solidwood merupakan area dengan warna hitam dan coklat dimana
kecepatan gelombang suara dapat merambat dengan cepat. Pohon contoh yang
memiliki area solidwood di atas 75% diindikasikan bahwa kondisi internal pohon
tersebut sehat. Sedangkan pohon yang memiliki area solidwood yang rendah
menunjukkan kondisi internal pohon tersebut mengalami kerusakan yang cukup
parah, nilai kecepatan rambat gelombang suara yang dihasilkan cukup rendah.
Waktu perambatan gelombang suara untuk kayu mengalami kerusakan jauh lebih
lama dibandingkan dengan kayu yang sehat (Wang et al. 2004).
Pohon contoh yang memiliki kondisi internal batang sehat sebagian besar
berada di Jalan Kertajaya, Jalan Suko Manunggal, Jalan Diponegoro, dan Jalan
Raya Darmo. Pohon contoh dengan solidwood 100% pada penampang melintang
batangnya hanya terlihat warna hitam dan coklat, tidak terdapat warna lain yang
menunjukkan menurunnya kerapatan pada kayu (Gambar 6a). Berdasarkan
kondisi visualnya pohon tersebut terlihat sehat tidak terdapat gejala deteriorasi
pada batang. Kecepatan rambat gelombang suara yang dihasilkan cukup cepat
yaitu 1324 m/detik.
(a) (b)
(a) (b)
11
Gambar 8 Penampang lintang batang pohon contoh dengan solidwood 62% (a)
dan penampakan visual batang pohon (b)
Kondisi pohon yang sehat tidak hanya dilihat dari luasan area solidwood-nya
namun dilihat juga ada tidaknya warna lain yang menunjukkan penurunan
kerapatan kayu. Kondisi internal batang salah satu pohon contoh yang berada di
Jalan Tanjung Perak memiliki area solidwood sebesar 90% (Gambar 7), selain itu
terlihat juga warna violet dan hijau yang menunjukkan kerusakan (damage area)
7%, kerusakan tersebut diindikasikan karena adanya luka terbuka pada bagian
percabangan namun belum memberikan dampak yang cukup parah terhadap
kondisi internal batang. Kecepatan rambatan gelombang suara yang dihasilkan
1298 m/detik.
Sedangkan penampang melintang pohon contoh (Gambar 8) memiliki area
solidwood 62% dan kerusakan 10%. Pohon dengan kondisi seperti ini dinyatakan
sehat namun pohon tersebut memerlukan perhatian yang intensif karena kondisi
internal batangnya telah mengalami kerusakan. Kerusakan internal batang yang
terjadi pada pohon contoh nomor 4 berada di Jalan Bubutan ini diakibatkan karena
adanya luka terbuka yang cukup panjang dari pangkal pohon sampai ketinggian
130 cm dari permukaan tanah. Luka terbuka tersebut mengakibatkan bagian
internal batang pohon mengalami penurunan kerapatan, serta kecepatan rambatan
gelombang suara yang dihasilkan 1157 m/detik.
Sementara itu pohon contoh yang memiliki solidwood kurang dari 50%
dinyatakan tidak sehat atau mengalami kerusakan lebih dari 50%. Luasan
solidwood yang rendah dapat meningkatkan resiko tumbang dari pohon. Pohon
contoh yang memiliki area solidwood terendah (13%) berada di Jalan Kusuma
Bangsa (Gambar 9). Area yang berwarna biru dan violet menunjukkan adanya
kerusakan dengan luas area sebesar 80%. Kondisi ini didukung dengan
penampakan visual batang pohonnya, terdapat gerowong pada bagian pangkal
pohon. Ukuran gerowong yang terjadi masih terlihat kecil, namun kerusakan yang
terjadi cukup parah mencapai 80% bagian internal pohon. Pohon dengan kondisi
seperti ini memiliki resiko tumbang yang cukup besar, karena pohon tidak mampu
menopang beban pohon akibat hilangnya masa pohon pada bagian dalam batang
yang mengalami kerusakan. Gejala deteriorasi ini diakibatkan oleh rayap tanah
dengan ditemukannya tunnel pada batang pohon. Kerusakan tersebut
diindikasikan telah merambah bagian dalam batang sampai ke ujung batang,
(b) (a)
12
Gambar 9 Penampang lintang batang pohon contoh dengan solidwood 13% (a)
dan penampakan visual batang pohon (b)
terlihat adanya percabangan yang telah mati. Kecepatan rambat gelombang suara
yang dihasilkan pun tergolong rendah yaitu 715 m/detik.
Pohon contoh yang memiliki area solidwood 74–50 % perlu perhatian yang
intensif untuk mencegah peningkatan kerusakan pada pohon, sedangkan pohon
contoh dengan area solidwood kurang dari 50%, dapat diindikasikan bahwa pohon
tersebut tidak sehat dan perlu mendapatkan perhatian yang khusus, karena kondisi
internal batang yang sudah cukup parah dan diperparah dengan adanya gejala
deteriorasi keropos dan gerowong yang telah merambat ke dalam bagian batang.
Namun, kondisi visual yang ditunjukkan belum dapat mewakili kondisi
internal batang pohon. Seperti pada salah satu pohon contoh yang berada di Jalan
Manyar Kertoarjo (Gambar 10), kondisi visual menunjukkan adanya gerowong
yang cukup panjang pada bagian pangkal batang, namun pada penampang internal
batang tidak terdapat area kerusakan dan area solidwood sebesar 91%.
Hal tersebut dapat dikarenakan gerowong yang menyerang pohon tersebut belum
menjalar sampai titik pengukuran internal batang. Oleh sebab itu pengukuran
internal batang pohon hendaknya dilakukan pada beberapa titik pengukuran untuk
memastikan kondisi internal batang pohon lebih lengkap.
(a) (b)
(b) (a)
Gambar 10 Penampang internal batang pohon (a) dan kondisi visual batang pohon
terdapat gerowong pada pangkal batang (b).
13
Berdasarkan persentasi solidwood dan kecepatan rambatan gelombang suara
yang didapat, kondisi pohon contoh dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel 4.
Tabel 4 Klasifikasi kondisi pohon contoh berdasarkan persentasi solidwood dan
kecepatan rambatan gelombang suara
Penurunan persentasi solidwood diikuti dengan menurunnya kecepatan
rambat gelombang suaranya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wang et al. (2005),
bahwa secara umum kecepatan rambatan gelombang ultrasonik lebih lambat pada
pohon yang mengalami lapuk atau pembusukkan karena gelombang tersebut harus
mengitari lintasan rambatan. Pohon yang sakit atau mengalami kerusakan
memiliki persentasi solidwood <50 % dengan kecepatan rambat rata-rata 955.17
m/detik. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Karlinasari (2013) bahwa
beberapa jenis pohon peneduh di perkotaan pada kecepatan gelombang ultrasonik
di bawah 800 m/detik mengalami deteriorasi yang cukup parah sehingga
memerlukan perhatian yang intensif. Menurut Wang et al. (2004) untuk jenis kayu
temperate menggunakan alat NDT berbasis gelombang suara frekuensi sonik (20–
20 kHz) menyebutkan bahwa untuk beberapa jenis kayu daun jarum dan lebar
rujukan kecepatan gelombang suara pohon sehat adalah 900–1600 m/detik.
Lokasi tempat tumbuh pohon peneduh jalan memberikan pengaruh terhadap
kondisi kesehatan pohon tersebut. Pohon contoh yang berada di median Jalan
Kertajaya memiliki kondisi internal batang yang tergolong sehat, rata-rata area
solidwood-nya lebih dari 75% serta kondisi visualnya cukup sehat meskipun
terdapat tanaman anggrek pada semua batang pohonnya. Hal ini dipengaruhi oleh
lokasi pohon contoh di median Jalan Kertajaya yang cukup luas, sehingga pohon
mendapatkan nutrisi yang cukup dan terhindar dari tindak vandalisme. Beberapa
pohon contoh yang berada di median Jalan Kusuma Bangsa memiliki luas area
solidwood kurang dari 50% dan kondisi visualnya terdapat gerowong serta
keropos. Median Jalan Kusuma Bangsa tidak terlalu luas dan menjadi
penyeberangan jalan bagi pejalan kaki serta berada di lingkungan pertokoan. Hal
ini mengakibatkan tindak vandalisme dapat terjadi dengan mudah.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil evaluasi kondisi internal batang pohon contoh secara
Sonic Tomography, sebagian besar (75%) pohon contoh di Kota Surabaya
tergolong sehat, 21% pohon contoh tergolong sedang, dan 4% tergolong sakit.
Pohon yang sehat memiliki area solidwood di atas 75% dengan kecepatan rambat
gelombang suara lebih dari 900 m/detik. Sementara itu, kondisi visual pohon
Kondisi
Pohon
Solidwood
(%) v (m/detik)
Jumlah
Pohon
Sehat >75 1276.49 ± 110.71 75
Sedang 50–75 1101.44 ± 169.57 21
Sakit <50 955.17 ± 319.83 4
Keterangan : v = kecepatan rambatan gelombang suara
14
contoh menunjukkan 44% memiliki panampakan sehat dan 56% mengalami
deteriorasi. Gejala deteriorasi yang ditemukan antara lain lapuk permukaan, luka
terbuka, keropos, gerowong, luka mekanis, dan kanker.
Saran
Pohon peneduh yang memiliki persentasi solidwood kurang dari 75% perlu
mendapatkan perhatian yang intensif dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Surabaya untuk menghindari kemungkinan pohon tumbang. Paku dan kawat
bekas pemasangan spanduk seharusnya dibersihkan agar tidak menimbulkan luka
yang nantinya akan memperparah kondisi kesehatan pohon. Perlu dilakukan
penelitian kesehatan seluruh pohon peneduh di Kota Surabaya sebagai basis
informasi untuk sistem pengelolaan dan pemeliharaan pohon peneduh.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani A. 2011. Arak Piala ASEAN Environment Sustainable
City.[Internet][diunduh 2013 Desember 20]. Tersedia pada :
www.news.detik.com.
Argus Electronic Gmbh. 2003. PICUS®
Sonic Tomograph. Jerman (JE): Argus
Electronic Gmbh.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Surabaya dalam Angka 2013. Surabaya (ID):
Badan Pusat Statistik Kota Surabaya.
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2012. Tanaman Hias Potensial Penyerap
Polutan. Jakarta (ID): Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.
[GFC] Georgia Forestry Commission. 2013. Cavities in trees. [diunduh 2013
Desember 17]. Tersedia pada : www.gatrees.org/CommuntyForest/Certified
Arborists.cfm.
Hartman J, Pirone T, Sall M. 2000. Pirone’s Tree Maintenance: Seventh Edition.
Oxford (UK): Oxford University Press.
Jelonek T, Pazdrowskr W, Tomczak A, Grzywinski W. 2010. Biomechanical
stability of pines growing on former farmland in Northern Poland. Wood
Research. 57(1)2012: 31 – 44.
Karlinasari L, Mariyanti IL, Batubara HN, Dhani RM, Nandika D. 2013
November. Evaluasi visual dan karakteristik kecepatan gelombang
ultrasonik pohon peneduh di perkotaan dan hutan tanaman. ITHH, siap
terbit.
Mattheck C, Bethge K. 2011. A new multi-purpose tool for tree diagnosis.
[Internet][diunduh 2013 Nov 11]. Tersedia pada : www.kit.edu.
Nowak DJ. 2004. The effect of urban trees on air quality. [Internet] [diunduh
2013 Juni 15]. Tersedia pada : www.earthowners.net/effect on urban
areas.htm.
Raka AA. 2002. Kandungan timah hitam (Plumbum) pada tanaman peneduh jaln
di Kota Denpasar [skripsi].Denpasar (ID): Universitas Udayana.
15
Rinn Frank. 2008. Journal Technical Tree Inspection. Germany.[Internet]
[diunduh 2011 Juli 21]. Tersedia pada: www.rinntech.com
Riski P. 2013. Taman bungkul Surabaya terbaik se-Asia 2013. [Internet][diunduh
2013 Desember 20].Tersedia pada : www.voaindonesia.com
Saanich. 2011. Tree Risk Assessment and Abatement Procedures and information
: Urban Forestry and Natural Programs. Canada (CA): Saanich District.
Samsoedin I, Waryono T. 2010. Hutan Kota dan Keanekaragaman Jenis Pohon di
Jabodetabek. Jakarta (ID): Yayasan KEHATI–Indonesia Biodiversity
Foundation.
Thomson LAJ. 2006. Species Profles for Pacific Island Agroforestry. [diunduh
2013 Desember 18] Tersedia pada : www.traditionaltree.org.
Wang X, Divos F, Pilon C, Brashaw KB, Ross JR, Pellerin FR. 2004.
Assessmentof decay in standing timber using stress wave timing
nondestructive evaluation tools. Forest Service. United States (US): United
States Department of Agriculture. Hlm: 149–171 .
Wang X, Wiedenbeck J, Robert JR, Forsman WJ, Erickson RJ, Crystal P, Brashaw
KB. 2005. Nondestructive Evaluation of Incipient Decay in Hardwood Logs.
Gen. Tech. Rep. FPL-GTR-162. Madison (US): Department of Agriculture,
Forest Service, Forest Products Laboratory. 11p. Hlm: 1–9.
Lam
pir
an 1
. P
osi
si j
alan
co
nto
h d
i m
asin
g-m
asin
g w
ilay
ah K
ota
Sura
baya
16
Lam
pir
an 2
. P
osi
si p
ohon c
onto
h d
i Ja
lan T
anju
ng P
erak
Bar
at (
a) d
an J
alan
Bubuta
n (
b)
pad
a w
ilay
ah S
ura
baya
Uta
ra
17
Lam
pir
an 3
. P
osi
si p
ohon c
onto
h d
i Ja
lan K
usu
ma
Ban
gsa
(a)
dan
Jal
an R
aya
Dar
mo (
b)
pad
a w
ilay
ah S
ura
baya
Pusa
t
18
Lam
pir
an 4
. P
osi
si p
ohon c
onto
h d
i Ja
lan A
hm
ad Y
ani
(a)
dan
Jal
an D
iponeg
oro
(b)
pad
a w
ilayah
Sura
baya
Sel
atan
19
Lam
pir
an 5
. P
osi
si p
ohon c
onto
h d
i Ja
lan S
uko M
anunggal
(a)
dan
Jal
an M
ayje
nd.
Sungk
ono (
b)
pad
a w
ilayah
Sura
baya
Bar
at
20
Lampiran 6. Posisi pohon contoh di Jalan Kertajaya (a) dan Jalan Manyar
Kertoarjo (b) pada wilayah Surabaya Timur
21
22
Lampiran 7. Posisi geografis dan dimensi pohon contoh
Jalan Contoh No.
Pohon
Koordinat Dbh
(cm)
Tinggi
(m)
Rasio
h/d LS BT
Jl Tanjung Perak Barat
1.1 7012’413” 112
044’046” 40.76 12.5 30.66
1.2 7012’415” 112
044’045” 42.99 14 32.56
1.3 7012’416” 112
044’045” 44.9 15 33.4
1.4 7012’425” 112
044’046” 50.32 12 23.85
1.5 7012’428” 112
044’047” 46.5 13 27.96
1.6 7012’434” 112
044’048” 41.4 12 28.98
1.7 7012’437” 112
044’049” 40.45 12 29.67
1.8 7012’440” 112
044’047” 45.54 13 28.55
1.9 7012’442” 112
044’049” 35.03 12.5 35.68
1.10 7012’446” 112
044’049” 47.13 14 29.7
Jl Bubutan
2.1 7015’282” 112
044’048” 84.39 10.5 12.44
2.2 7015’273” 112
044’058” 67.52 13.5 20
2.3 7015’263” 112
044’060” 89.17 18.5 20.75
2.4 7015’259” 112
044’063” 96.18 14 14.56
2.5 7015’249” 112
044’068” 83.12 16 19.25
2.6 7015’244” 112
044’070” 64.33 14 21.76
2.7 7015’242” 112
044’070” 70.38 13 18.47
2.8 7015’233” 112
044’071” 67.52 14 20.74
2.9 7015’228” 112
044’078” 63.69 12 18.84
2.10 7015’222” 112
044’073” 84.39 12 14.22
Jl Kertajaya
3.1 7016’746” 112
045’655” 81.53 16.5 20.24
3.2 7016’746” 112
045’647” 56.05 15 26.76
3.3 7016’745” 112
045’644” 60.83 15 24.66
3.4 7016’744” 112
045’639” 71.34 15.5 21.73
3.5 7016’743” 112
045’629” 74.2 16 21.56
3.6 7016’741” 112
045’622” 61.15 14 22.9
3.7 7016’740” 112
045’619” 67.2 16.5 24.55
3.8 7016’740” 112
045’595” 69.43 16 23.05
3.9 7016’738” 112
045’592” 61.15 15.5 25.35
3.10 7016’736” 112
045’581” 53.18 13 24.44
Jl Manyar Kertoarjo
4.1 7016’796” 112
045’969” 53.5 15 28.04
4.2 7016’796” 112
045’968” 49.36 12 24.31
4.3 7016’788” 112
045’962” 56.05 16 28.55
23
4.4 7016’793” 112
045’954” 49.04 14.5 29.56
4.5 7016’792” 112
045’946” 47.13 13.5 28.64
4.6 7016’792” 112
045’941” 54.46 13 23.87
4.7 7016’789” 112
045’940” 57.32 16.5 28.78
4.8 7016’790” 112
045’932” 52.87 18 34.05
4.9 7016’790” 112
045’929” 51.59 13 25.2
4.10 7016’787” 112
045’919” 45.86 17.5 38.16
Jl Suko Manunggal
5.1 7016’363” 112
041’917” 39.81 11 27.63
5.2 7016’365” 112
041’917” 41.4 15 36.23
5.3 7016’374” 112
041’917” 47.45 15.5 32.66
5.4 7016’378” 112
041’915” 53.5 14 26.17
5.5 7016’385” 112
041’915” 49.36 12.5 25.32
5.6 7016’400” 112
041’914” 42.36 11 25.97
5.7 7016’403” 112
041’913” 46.82 13 27.77
5.8 7016’406” 112
041’912” 44.59 12 26.91
5.9 7016’414” 112
041’911” 45.86 12.5 27.26
5.10 7016’421” 112
041’910” 48.09 14 29.11
Jl Mayjend Sungkono
6.1 7017’514” 112
043’262” 61.15 11.5 18.81
6.2 7017’516” 112
043’279” 44.59 9.5 21.31
6.3 7017’516” 112
043’286” 50 11 22
6.4 7017’519” 112
043’295” 54.78 10 18.26
6.5 7017’519” 112
043’304” 42.36 9.5 22.43
6.6 7017’519” 112
043’307” 45.54 12 26.35
6.7 7017’519” 112
043’318” 50 14 28
6.8 7017’521” 112
043’329” 47.77 15.5 32.45
6.9 7017’522” 112
043’341” 46.82 11 23.5
6.10 7017’523” 112
043’365” 44.59 10.5 23.55
Jl Jend. Ahmad Yani
7.1 7018’793” 112
044’075” 62.42 10.5 16.82
7.2 7018’799” 112
044’074” 56.05 11.5 20.52
7.3 7018’805” 112
044’075” 46.82 12.5 26.7
7.4 7018’809” 112
044’072” 54.78 10 18.26
7.5 7018’825” 112
044’075” 63.06 12 19.03
7.6 7018’837” 112
044’072” 58.6 10.5 17.92
7.7 7018’840” 112
044’069” 53.18 11 20.68
7.8 7018’848” 112
044’074” 50.96 10 19.63
24
7.9 7
018’855” 112
044’068” 47.13 10 21.22
7.10 7018’862” 112
044’065” 55.1 12 21.78
Jl Diponegoro
8.1 7017’555” 112
044’239” 63.38 17 26.82
8.2 7017’560” 112
044’238” 63.06 17 26.96
8.3 7017’563” 112
044’243” 75.16 17 22.62
8.4 7017’568” 112
044’247” 77.07 16 20.76
8.5 7017’576” 112
044’251” 70.7 16 22.63
8.6 7017’584” 112
044’254” 83.12 18 21.66
8.7 7017’589” 112
044’257” 76.75 17 22.15
8.8 7017’594” 112
044’260” 80.25 18 22.43
8.9 7017’600” 112
044’261” 76.11 18 23.65
8.10 7017’602” 112
044’265” 74.84 16 21.38
Jl Raya Darmo
9.1 7017’302” 112
044’358” 99.36 16 16.1
9.2 7017’307” 112
044’356” 81.21 15 18.47
9.3 7017’310” 112
044’355” 89.17 14 15.7
9.4 7017’318” 112
044’355” 80.57 15 18.62
9.5 7017’323” 112
044’353” 84.71 14 16.53
9.6 7017’329” 112
044’352” 92.68 17 18.34
9.7 7017’337” 112
044’349” 44.27 14 31.63
9.8 7017’339” 112
044’349” 50.96 16 31.4
9.9 7017’342” 112
044’348” 56.05 15 26.76
9.10 7017’346” 112
044’348” 50 14 28
Jl Kusuma Bangsa
10.1 7017’512” 112
043’343” 92.36 13 14.08
10.2 7017’514” 112
043’348” 95.86 11 11.48
10.3 7017’514” 112
043’351” 98.73 14 14.18
10.4 7017’516” 112
043’356” 71.34 14 19.63
10.5 7017’517” 112
043’358” 59.55 12 20.15
10.6 7017’517” 112
043’362” 97.77 14 14.32
10.7 7015’519” 112
043’069” 91.08 15 16.47
10.8 7015’521” 112
043’067” 85.67 15 17.51
10.9 7015’522” 112
043’068” 94.59 13 13.74
10.10 7015’524” 112
043’064” 50 12 24
Keterangan :
Dbh : Diameter at the Breast High atau diameter setinggi dada (cm)
Ratio h/d : rasio perbandingan tinggi pohon (h) dengan diameter pohon (d)
25
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Ponorogo pada tanggal 20 Januari 1991 dari pasangan
Sumarno dan Sri Hariyani. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Ponorogo dan pada tahun yang sama
penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Hasil Hutan, Fakultas
Kehutanan. Tahun 2012 penulis memilih bagian Teknologi Peningkatan Mutu
Kayu sebagai bidang keahlian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi Himpunan
Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN) sebagai bendahara dua pada periode
2010–2011 dan sebagai pengurus divisi eksternal pada periode 2011–2012 , serta
aktif dalam berbagai kepanitiaan lainnya. Tahun 2011 penulis melaksanakan
Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Taman Wisata Alam
Pangandaran Jawa Barat, melaksanakan Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di
Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi pada tahun 2012, serta praktik kerja
lapang (PKL) di PT Pura Barutama Kudus pada tahun 2013. Penulis juga
mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) untuk pendidikan
semester 3–8.
Dalam penyelesaian studi di IPB, penulis melakukan penelitian dengan
judul Evaluasi Kesehatan Pohon Peneduh Jenis Angsana (Pterocarpus indicus
Willd.) di Kota Surabaya secara Sonic Tomography di bawah bimbingan Prof Dr
Ir Dodi Nandika, MS dan Dr Lina Karlinasari SHut, MSc, FTrop.