Evaluasi Kebijakan Revitalisasi Pasar Dinoyo

download Evaluasi Kebijakan Revitalisasi Pasar Dinoyo

of 14

description

hasil studi riset mengenai evaluasi kebijakan revitalisasi pasar Dinoyo, kota Malang

Transcript of Evaluasi Kebijakan Revitalisasi Pasar Dinoyo

EVALUASI KEBIJAKAN REVITALISASI PASAR DINOYO

KOTA MALANGSyifaur Rohmah

125120100111005

Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Brawijaya

MalangABSTRAK

Pasar merupakan suatu fasilitas umum milik pemerintah yang digunakan sebagai tempat melakukan segala aktifitas ekonomi dimasyarakat, mulai dari jual beli hingga aktifitas sosial lainnya pun terjadi disini. Sebagai salah satu asset pemerintah, maka pasar-pasar yang ada disetiap daerah tidak pernah terlepas dari campur tangan pemerintah. Begitu pula yang terjadi di pasar Dinoyo, Malang, dimana pasar ini mengalami revitalisasi pada awal tahun 2011 lalu, hal tersebut dilakukan karena secara fisik bangunan memang sudah waktunya diperbaiki. Namun dalam pelaksanaannya, hal ini tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang muncul, seperti molornya proses penyelesaian bangunan dan lain-lain. Oleh karena itu jurnal ini berusaha untuk mengevalusi secara keseluruhan proses dari kebijakan revitalisasi yang terjadi di pasar Dinoyo, Malang.

Kata kunci: Evaluasi, Revitalisasi, Pasar Dinoyo Malang. Pendahuluan

Pasar merupakan salah satu ruang publik yang ada di masyarakat, berbagai aktivitas perekonomian terjadi disini, mulai dari kegiatan perdagangan, jual-beli, tawar menawar dan juga yang lainnya. Tidak hanya aktivitas perekonomian saja, namun aktivitas sosial lainnya juga terjadi disini karena memang pada dasarnya pasar merupakan ruang publik yang memiliki intensitas interaksi yang sangat tinggi diantara manusia-manusia yang terlibat didalamnya.

Pada awal tahun 2010 pemerintah kota Malang mencanangkan kebijakan revitalisasi untuk beberapa pasar yang ada dikota Malang, salah satunya adalah pasar Dinoyo, pasar Dinoyo sendiri dipilih sebagai salah satu pasar yang direvitalisasi oleh pemkot Malang karena berbagai alasan, yaitu diantaranya karena kondisi fisik pasar Dinoyo sudah tidak layak dan perlu dilakukan peremajaan, selain itu pemkot Malang juga menginginkan dilakukannya modernisasi pasar karena jika hal ini dilakukan maka akan meningkatkan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi pasar.

Namun pada kenyataannya, pelaksanaan revitalisasi yang dilakukan tersebut tidak berjalan dengan mulus, karena muncul berbagai penolakan dari para pedagang pasar Dinoyo. Para pedagang menolak dengan berbagai alasan, diantaranya karena mereka menganggap revitalisasi sebenarnya tidak diperlukan karena kondisi pasar masih layak ditempati selain itu dengan adanya revitalisasi maka mereka akan direlokasi ke tempat baru dan hal tersebut akan berdampak pada menurunnya pendapatan mereka karena mereka kehilangan pelanggan mereka sewaktu berjualan dipasar Dinoyo, selain itu mahalnya harga kios baru nantinya juga mereka khawatirkan.

Dari berbagai kekhawatiran itulah yang menyebabkan para pedagang melakukan penolakan yang berujung pada berbagai aksi-aksi demo dan juga aksi lainnya yang para pedagang lakukan. Namun meskipun dengan berbagai permasalahan yang muncul tersebut pemkot Malang tetap melaksanakan kebijakan revitalisasi ke pasar Dinoyo. Evaluasi diartikan sebagai pengukuran dari konsekuensi yang dikehendaki dan tidak dikehendaki dari suatu tindakan yang telah dilakukan dalam rangka mencapai beberapa tujuan yang akan dinilai. Nilai (value) dapat diartikan sebagai setiap aspek situasi, peristiwa/kejadian, atau objek yang dikategorikan oleh suatu preferensi minat ke dalam kriteria: baik, buruk, dikehendaki dan tidak dikehendaki.

Menurut Soekartawi (1999) dalam Fauziah (2007) mengemukakan bahwa dalam menilai keefektifan suatu program atau proyek maka harus melihat pencapaian hasil kegiatan program atau proyek yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Didalam segala kebijakan pemerintah yang diterapkan di masyarakat pastinya akan menuai pro-kontra, dan dari situ pasti ada permasalahan yang muncul yang apabila tidak ditangani dengan baik maka akan menimbulkan konflik, oleh karena itu evaluasi sangat dibutuhkan untuk mengetahui relevansi, efisiensi dan keefektifan suatu program atau proyek dengan tujuan yang ingin dicapai.

Dalam setiap kebijakan sangat diperlukan evaluasi, agar dari proses evaluasi yang dilakukan tersebut dapat diketahui kesesuaian perencanaan dengan implementasinya,selain itu juga agar diperoleh solusi atas permasalahan yang ada dan tidak menimbulkan permasalahan-permasalahan baru lagi nantinya.

Dalam kebijakan revitalisasi pasar Dinoyo, terdapat berbagai macam hambatan dan persoalan yang melibatkan pemkot dengan pedagang pasar Dinoyo, oleh karena itu peneliti ingin mengevaluasi segala proses yang ada didalam pelaksanaan kebijakan revitalisasi pasar Dinoyo.

Metode

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk mengeksplorasi dan memahami masalah sosial maupun kemanusiaan yang dihadapi oleh individu maupun kelompok.

Sedangkan untuk pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa cara, diantaranya: Observasi

Observasi adalah mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan ketika lapangan, dengan menggunakan paca indera untuk menangkap fenomena yang terjadi di lapangan untuk kemudia dicatat. Wawancara

Wawancara adalah mengumpulan data kata-kata yang diperoleh dari objek penelitian. Wawancara yang digunakan terstruktur dan wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman umum, yaitu periset menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan. Pemilihan tema wawancara didasarkan pada tujuan, teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian.

Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data yang digunakan untuk menambah keakuratan data, teknik ini digunakan sebagai bukti penguatan terhadap penelitian yang dilakukan. Teknik pengumpulan data dokumentasi ini menggunakan catatan-catatan, foto, rekaman dan juga tulisan yang berkaitan dengan penelitian.

PembahasanAlasan Pembuatan Kebijakan Revitalisasi

Penyusunan Renstra dinas pasar kota Malang tahun 2009-2013 didasarkan pada salah satu visi kota Malang, yaitu mewujudkan pertumbuhan perekonomian kota Malang yang merata dan berwawasan lingkungan sebagai motor penggerak pertumbuhan.

Renstra (Rencana Strategi) yang telah dirumuskan tersebut berdasarkan pada pasal 33 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa pimpinan satuan kerja perangkat daerah menyelenggarakan perencanaan pembangunan daerah sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Sehubungan dengan hal tersebut pemkot Malang memiliki peran untuk memberikan dukungan dan melaksanakan peningkatan potensi perdagangan di Malang.

Demi mewujudkan visi dan misi yang ada, pemkot Malang dalam RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang) mengedepankan pertumbuhan perekonomian kota Malang yang merata dan berwawasan lingkungan sebagai motor penggerak pertumbuhan, maka salah satu langkah program untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi tersebut pemkot Malang membuat kebijakan revitalisasi ke beberapa pasar tradisional di kota Malang, salah satunya pasar Dinoyo.

Kebijakan revitalisasi muncul ketika awal tahun 2010, menurut La Ode selaku Kasubag Perencanaan dan Kerjasama mengatakan bahwa: pasar Dinoyo memang pada saat itu keadaannya sudah tidak layak, banyak atap yang mau roboh dan juga saluran listriknya tidak beraturan, maka dari itu pemerintah mengeluarkan kebijakan revitalisasi karena memang kondisi fisiknya sudah rusak dan waktunya diperbaiki.

Hal tersebutlah yang kemudian mendorong pemkot mengeluarkan kebijakan revitalisasi untuk pasar Dinoyo, karena menurut pihak pemkot kondisi fisik pasar memang sudah tidak layak. Selain itu pemkot sendiri juga menginginkan adanya modernisasi pasar, pasar akan dibangun dan dijadikan sebagai mall, menurut pihak pemkot modernisasi pasar yang dilakukan tersebut akan berdampak pada meningkatnya minat masyarakat luas untuk berbelanja di pasar. Masyarakat yang sebelumnya tidak mau belanja dipasar tradisional karena pasar tradisional identik dengan kumuh, becek dll, maka dengan dilakukannya modernisasi tersebut masyarakat yang sebelumnya enggan berbelanja di pasar menjadi mau berbelanja dipasar karena kondisi pasar bersih dan nyaman.

Namun hal tersebut berseberangan dengan pendapat para pedagang, menurut Hajut selaku pedagang pasar Dinoyo mengungkapkan bahwa:Sebenarnya kondisi pasar pasar Dinoyo sendiri masih bagus dan bangunan masih kuat. Sehingga perevitalisasian pasar sebenarnya tidak perlu dilakukan, karena menurutnya untuk beberapa puluh tahun kedepanpun kondisi fisik pasar tidak ada masalah jika tetap digunakan.Pihak-Pihak dalam Kebijakan Revitalisasi Pasar

Dari munculnya kebijakan revitalisasi pasar Dinoyo, sudah sangat jelas bahwa aktor utama dalam kebijakan tersebut adalah pemkot Malang sebagai pihak pembuat kebijakan. Sedangkan pihak pelaksana kebijakan tersebut adalah dinas pasar, dinas pasar yang menangani proses dari awal hingga akhir, mulai dari proses sosialisasi kepada para pedagang, hingga semua proses yang ada didalamnya.

Pemkot mengeluarkan kebijakan revitalisasi ke pasar Dinoyo maka secara otomatis para pedagang Dinoyo masuk dalam pihak yang dikenai dampak dari kebijakan tersebut.

Namun pada awal pelaksanaan revitalisasi yang dimulai dari perelokasian, pedagang pasar Dinoyo melakukan penolakan dan perlawanan, sehingga sebagai wadah untuk menangani berbagai persoalan tersebut pedagang menggunakan P3DKM (Peguyuban Pedagang Pasar Dinoyo Kota Malang) sebagai mediator antara pedagang dengan pihak pemkot maupun pihak luar lainnya.

Dalam melakukan pembangunan pasar, pemkot tidak melakukannya sendiri, namun diserahkan kepada pihak pengembang yaitu PT. CGA, pihak pengembang inilah yang melakukan pembangunan pasar Dinoyo.

Strategi Pemkot dalam Pelaksanaan Kebijakan Revitalisasi

Dalam pelaksanaannya, pihak pemkot selaku pihak pembuat kebijakan mengalami berbagai kesulitan, yaitu diantaranya munculnya berbagai perlawanan dari para pedagang, para akhir tahun 2010 dinas pasar selaku pelaksana memberikan sosialisasi kepada para pedagang mengenai kebijakan revitalisasi yang akan dilakukan, namun pihak pedagang sendiri tidak menyambut baik hal tersebut. Perlawanan pedagang muncul ketika pada tahun 2011, ketika proses pembangunan pasar akan dilakukan dan pedagang harus direlokasi ke pasar Merjosari. Menurut pedagang perelokasian yang dilakukan sebenarnya tidak diperlukan karena kondisi fisik pasar masih bagus dan juga revitalisasi yang dilakukan nanti akan membawa dampak menurunnya pendapatan mereka, seperti yang diungkap Tina salah satu pedagang pasar Dinoyo, bahwa:

Yang di sana tempat berjualannya strategis terus pindah di sini dapat tempat tengah jadi nggak laku, nggak jualan. Lah siapa yang mau masuk bagian tengah sana. Loh iya menakutkan hehehe. Soalnya jalanannya terlalu sempit juga gelap.

Penolakan tersebut muncul karena menurut para pedagang lokasi relokasi yaitu pasar Merjosari kurang strategis dan juga tidak ada lajur angkot yang lewat didepan pasar. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap menurunnya omzet mereka.

Namun dengan adanya berbagai penolakan tersebut pemkot tetap menjalankan kebijakan revitalisasi pasar. Untuk menangani berbagai penolakan yang muncul dari para pedagang tersebut pihak pemkot dan juga dinas pasar berusaha melakukan pendekatan kepada para pedagang dan juga merangkul para pedagang, pemerintah mengajak pedagang untuk bermusyawarah dengan tujuan mengambil hati para pedagang agar pedagang mau dipindah.

Hasil dan Inovasi Pemkot dalam Kebijakan Revitalisasi

Dari proses yang berjalan dapat diketahui bahwa begitu banyak permasalahan yang terjadi ketika proses perevitalisasian dilakukan, mulai dari penolakan perelokasian hingga persoalan harga kios baru di pasar Dinoyo nantinya, oleh karena itu pemkot menerapkan beberapa inovasi untuk menangani permasalahan yang ada. Diantaranya adalah pemkot membebaskan uang sewa pasar Merjosari selama masa perelokasian kepada pedagang pasar Dinoyo dan juga pemkot akan menerapkan pembedaan harga kios untuk pedagang lama dengan pedagang baru nantinya, pedagang lama akan dikenai tarif yang lebih murah dari pada pedagang baru, dengan syarat menunjukkan surat bukti sewa kios.

Selain itu pasar Merjosari yang mulanya hanya dijadikan sebagai pasar sementara, kini akan dijadikan sebagai pasar permanen dan akan ditempati oleh para pedagang Dinoyo yang ingin menetap disana. Hal ini dilakukan karena banyak pedagang yang sudah nyaman dan sudah memiliki pelanggan di pasar Merjosari.

Namun meskipun demikian, perelokasian akibat revitalisasi menyebabkan beberapa pedagang kehilangan pelanggannya dan terpaksa harus tutup lapak karena kios mereka sepi dan pendapatan dari kios mereka tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti yang diungkap Ari:Seharusnya PKL-PKL itu dipindah semua di sini, tapi karena ada yang nggak laku jualannya, makanya anu ini semua (bedak) ada yang punya, tapi nggak ada yang menempati, kan nggak ada pembeli.

Meskipun pemkot sudah memberikan solusi atas permasalahan relokasi namun permasalahan tak bisa terhindarkan, yang dikhawatirkan pedagang terjadi juga. Beberapa kios banyak yang tutup dan ditinggalkan pemiliknya karena kios yang mereka tempati lokasinya tidak strategis serta kios mereka menjadi sepi dan tidak lakuCapaian Program

Capaian yang dihasilkan dari kebijakan ini adalah kini pembangunan pasar Dinoyo sudah dilaksanakan dan hampir rampung, menurut perencanaannya pada tahun 2015 ini pembangunan akan segera dirampungkan dan pedagang bisa pindah kembali ke pasar Dinoyo yang telah dibangun. Namun bagi para pedagang yang ingin menetap dipasar Merjosari tetap dibolehkan dan jika ingin menyewa kedua-duanya, yaitu dipasar Merjosari dan pasar Dinoyo juga tetap diperbolehkan asal kios harus ditempati dan tidak boleh dikosongkan.

Kini para pedagang yang dahulunya menolak pembangunan dan menolak direlokasi telah survive dipasar Merjosari dan kini tinggal menunggu penyelesaian pembangunan untuk dipindahkan kembali ke pasar Dinoyo.

Jika nanti pembangunan pasar telah dirampungkan maka berdasarkan perencanaan, pasar tersebut akan menarik minat masyarakat untuk berbelanja dipasar Dinoyo dan hal tersebut akan berdampak pada meningkatkan PAD kota Malang.Kesimpulan

Kebijakan revitalisasi pasar Dinoyo merupakan kebijakan yang dikeluarkan wali kota Malang Peni Suparto pada awal tahun 2010, pembangunan pasar Dinoyo tersebut dilakukan karena berbagai alasan, diantaranya seperti kondisi fisik pasar yang sudah tidak layak dan sudah seharusnya dilakukan revitalisasi maka dari situ pemerintah pengeluarkan kebijakan perevitalisasian tersebut.

Namun berdasarkan proses yang telah berjalan menunjukkan bahwa pedagang pasar Dinoyo sendiri justru tidak menyambut baik hal tersebut, menurut pedagang kondisi fisik pasar masih layak dan tidak perlu dilakukan perevitalisasian, hal ini sangat bertolak belakang dengan alasan perevitalisasi yang diungkapkan oleh pihak pemkot.

Berbagai masalah muncul ketika proses revitalisasi dilakukan, dimulai dari penolakan relokasi oleh pedagang, dan juga masalah mahalnya harga sewa kios nantinya. Namun dengan adanya berbagai penolakan tersebut pemkot tetap melangsungkan pembangunan pasar, tetapi disertai dengan beberapa solusi penyelesaian seperti pembebasan sewa pasar dan juga potongan harga kios baru untuk pedagang lama pasar Dinoyo.Saran

Dalam mengeluarkan setiap kebijakan seharusnya pemerintah harus lebih mementingkan kepentingan rakyatnya, jangan sampai kebijakan yang dikeluarkan justru merugikan rakyatnya, selain itu pemerintah juga harus lebih memperhatikan dampak-dampak apa nantinya yang akan muncul ketika kebijakan tersebut diberlakukan dimasyarakat.

Analisis sosial juga sangat diperlukan pemerintah sebelum mengeluarkan kebijakan, hal ini akan sangat membantu untuk melihat apa yang dibutuhkan masyarakat, dalam hal ini para pedagang pasar Dinoyo. Analisis sosial ini juga akan menunjukkan bagaimana kondisi sosial pasar Dinoyo serta apa yang sebenarnya diinginkan dan dibutuhkan para pedagang pasar Dinoyo. Analisis sosial ini bisa dilakukan dengan cara membentuk tim khusus yang bertugas untuk menggali aspirasi para pedagang (buttom-up), sehingga dari situ nanti hasil dari analisis sosial dapat dijadikan sebagai landasan pemkot dalam mengeluarkan kebijakan, sehingga kebijakan akan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Daftar PustakaBungin,Burhan, (2009). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.Cresswel. John.W. (2010). Research Design: Qualitative,Quantitative, and Mixed Methods Aproaches. Achmad Fawaid (penerjemah).Research Design: Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dedi Siswono, (2011). Konflik Kepentingan Dalam Revitalisasi Pasar Tradisional (Studi Kasus Pasar Dinoyo Malang). Skripsi. Malang:Universitas Brawijaya.

IPB, diakses dari (http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/12286/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka_%20I09mfa.pdf;jsessionid=E8B2A279F7814B633544C9F0FF9017EC?sequence=6) pada 5 januari 2015.

Salim, Agus. (2006). Teori dan Paradigma Penelitian Sosial : Buku Sumber Untuk Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Tiara Wacana.LAMPIRANGambar 1. Kondisi kios di pasar Merjosari blok tengah yang sepi dan ditinggalkan pemiliknya

Gambar 2. Peneliti ketika sedang berbincang dengan informan pedagang

Gambar 3. Dinas Pasar Kota Malang

IPB, diakses dari HYPERLINK "http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/12286/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka_%20I09mfa.pdf;jsessionid=E8B2A279F7814B633544C9F0FF9017EC?sequence=6"http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/12286/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka_%20I09mfa.pdf;jsessionid=E8B2A279F7814B633544C9F0FF9017EC?sequence=6 pada 5 januari 2015.

Loc it

Cresswel. John.W. (2010). Research Design: Qualitative,Quantitative, and Mixed Methods Aproaches. Achmad Fawaid (penerjemah).Research Design: Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial : Buku Sumber Untuk Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Tiara Wacana. Hlm.16-18

Bungin,Burhan, 2009. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. Hlm.121

Dedi Siswono, 2011. Konflik Kepentingan Dalam Revitalisasi Pasar Tradisional (Studi Kasus Pasar Dinoyo Malang). Skripsi. Malang:Universitas Brawijaya. Hlm:70

Wawancara dilakukan pada 16 Desember 2014

Wawancara dilakukan pada 04 Desember 2014

Wawancara dilakukan pada 20 november 2014.