EVALUASI KEBIJAKAN PENETAPAN KAWASAN KOTA LAMA...

21
1 EVALUASI KEBIJAKAN PENETAPAN KAWASAN KOTA LAMA SEBAGAI KAWASAN TERTIB PARKIR DI KOTA TANJUNGPINANG NASKAH PUBLIKASI Oleh : FEBRIYONA NIM : 100563201102 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016

Transcript of EVALUASI KEBIJAKAN PENETAPAN KAWASAN KOTA LAMA...

1

EVALUASI KEBIJAKAN PENETAPAN KAWASAN KOTA LAMA

SEBAGAI KAWASAN TERTIB PARKIR DI KOTA TANJUNGPINANG

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

FEBRIYONA

NIM : 100563201102

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2016

1

EVALUASI KEBIJAKAN PENETAPAN KAWASAN KOTA LAMA

SEBAGAI KAWASAN TERTIB PARKIR DI KOTA TANJUNGPINANG

FEBRIYONA

Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara, FISIP UMRAH

Berbagai kondisi yang menyebabkan penetapan kebijakan tertib parkir di

kawasan kota lama diantaranya adalah pertumbuhan kendaraan yang sangat pesat

namun tidak terimbangi dengan infrastruktur. Adanya kebijakan ini membawa

berbagai dampak, seperti bagi para pedagang kaki lima. Setelah tempatnya di

jadikan tempat parkir maka ruang bagi pedagang kaki lima makin sempit sehingga

kehidupan mereka semakin sulit. Kemudian menurut beberapa pedagang,

semenjak dilaksanakan peraturan tertib parkir ini tidak hanya membawa dampak

positif seperti pasar lebih teratur namun penjualan mereka pun tidak seperti

biasanya, karena kekurangan lahan parkir maka masyarakat yang tadinya ingin

membeli dagangan mereka karena tidak mendapatkan parkir memilih pulang dan

lebih memilih berbelanja di tempat lain seperti supermarket yang memiliki lahan

parkir luas. Lahan yang tidak memadai juga menjadi alasan Perda ini harus

ditinjau kembali setidaknya melihat lahan parkir yang ada agar tidak merugikan

banyak pihak. Tujuan penelitian ini ada untuk mengevaluasi Kebijakan Penetapan

Kawasan Kota Lama Sebagai Kawasan Tertib Parkir Di Tanjungpinang.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dan menggunakan teori

Badjuri dan Yuwono (2002:140-141) untuk memudahkan tentang pengukuran

evaluasi kebijakan. Informan dalam penelitian berjumlah 5 orang. Teknik analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif

kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa

Kebijakan Penetapan Kawasan Kota Lama Sebagai Kawasan Tertib Parkir Di

Tanjungpinang hingga saat ini belum berjalan dengan baik hal ini dapat dilihat

dari : Petugas juru parkir resmi yang ada selama ini tidak sesuai dengan lingkup

wilayah yang ditetapkan, untuk mendukung Peraturan Daerah butuhkan sarana

dan prasarana pendukung. Tetapi tidak ditemukan sarana dan prasarana yang

dapat mendukung serta memadai yang disediakan dinas perhubungan.

Penyampaian yang dilakukan belum efektif walaupun sudah dilaksanakan seperti

sosialisasi. Dampak dalam kebijakan tertib parkir ini sudah dirasakan oleh

masyarakat sebagai penerima manfaat. Dampaknya berupa positif dan negatif.

Dampak positif adalah wilayah pasar terlihat lebih rapi dan tertata sedangkan

negatifnya dalah karena kurangnya lahan parkir membuat pedagang merugi

karena tidak sedikit pengunjung yang akhirnya pulang karena tidak bisa parkir,

tidak hanya pedagang dampak juga dirasakan oleh tukang parkir, tukang parkir

merasakan dampak negatifnya karena menurunkan pendapatan yang ia dapatkan

selama kebijakan ini diberlakukan.

Kata Kunci : Evaluasi Kebijakan, Tertib parkir.

2

EVALUATION OF THE OLD TOWN AREA OF ASSIGNMENT POLICIES AS

ORDERLY PARKING IN THE TOWN OF TANJUNG PINANG

FEBRIYONA

Student Of The Science Of Public Administration, FISIP, UMRAH

A variety of conditions that cause orderly parking policy assignment area

of the old city are a very rapid vehicle growth but not terimbangi with the

infrastructure. In addition, the determination of the city of Tanjung Pinang by

Korlantas Police Headquarters made the city of Tanjung Pinang as one of the

pilot project as an orderly market curbing traffic in Indonesia, a special category

of the market. The existence of this policy carries a variety of impacts, such as for

the sellers. After his place in the parking lot then make room for street vendors

makin narrow so that their life increasingly difficult. Then according to some

traders, since the orderly rules implemented this parking not only bring positive

impact as the market more regularly but their sales were not as usually, because

of lack of parking area then the community who used to like to buy their wares for

not getting parking choose home and prefer to shop elsewhere like a supermarket

that has a spacious parking area. Inadequate land also be regulatory reasons this

area should be reviewed at least look at the existing parking area so as not to

disadvantage a lot of parties. The purpose of the research is to evaluate the area

of the old city of assignment policies As Orderly parking at Tanjung Pinang. This

research is a descriptive qualitative research and using theory and Badjuri

Yuwono (2002:140-141) to facilitate measurement of the evaluation policy. The

informant in the research amounted to 5 people. Data analysis techniques used in

this research is descriptive qualitative data analysis techniques. Based on the

results of interviews with informants can be taken then the conclusion that the old

Town area of assignment policies As Orderly parking at Tanjung Pinang to date

have not been going well it can be seen from the official Parking Attendant

interpreter: are there as long as it does not correspond to the scope of the

specified areas, to support local regulations require the supporting facilities and

infrastructure. But not found and infrastructure that can support as well as

adequate transportation service provided. Delivery is carried out has not been

effective despite being implemented such as socialization. Code of conduct policy

impact in the parking lot had been perceived by the public as beneficiaries. The

impact in the form of positive and negative. A positive impact is the market look

more neat and organized while the downside was because of lack of parking lots

make the traders lose money because not a few visitors who eventually came

home because can't parking, traders not only impacts also felt by parking, parking

felt disruptive due to lower revenues that he got during this policy goes into effect.

Keywords : Evaluation Policy, orderly parking

3

EVALUASI KEBIJAKAN PENETAPAN KAWASAN KOTA LAMA

SEBAGAI KAWASAN TERTIB PARKIR DI KOTA TANJUNGPINANG

A. Latar Belakang

Pembukaan Undang-Undang

Dasar Tahun 1945 secara tegas

menyebutkan bahwa tujuan negara

dalam penyelenggaraan Negara dan

pemerintahan untuk menciptakan

masyarakat yang sejahtera, adil dan

makmur. Khususnya dalam Undang–

Undang No 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah yang menitik

beratkan pada daerah kabupaten/kota

yang memberikan kewenangan luas,

nyata dan bertanggung jawab kepada

daerah.

Untuk mewujudkan Kota

Tanjungpinang menjadi Kota

GURINDAM (Gigih, Unggul, Rapi,

Indah, Nyaman, Damai, Aman, dan

Manusiawi) maka Pemerintah Kota

Tanjungpinang telah membuat suatu

kebijakan yang mengatur ketertiban

berlalu lintas dan perparkiran melalui

SK Walikota Tanjungpinang Nomor

458 tahun 2013 tentang kawasan

kota lama Tanjungpinang sebagai

kawasan tertib lalu lintas dan

perpakiran. Pembuatan SK Walikota

ini mengacu pada Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu

lintas dan angkutan jalan. Dalam

undang-undang tersebut,

memberikan kewenangan penuh

kepada Pemerintah Daerah untuk

bertindak sebagai penyelenggara

pelayanan tertib berlalu lintas. Hal

ini tercantum dalam Bab II pasal 7

yang menjelaskan bahwa :

“Penyelenggaraan lalu lintas dan

angkutan jalan dalam kegiatan

pelayanan langsung kepada

masyarakat dilakukan oleh

2

pemerintah, pemerintah daerah,

badan hukum dan/atau masyarakat”.

Penetapan SK Walikota

Tanjungpinang ini bukan semata-

mata untuk melaksanakan tugasnya

sebagai aparatur negara yang

bertugas sesuai dengan yang

tercantum dalam UU No. 22 tahun

2009 akan tetapi lebih pada

mewujudkan kota Tanjungpinang

sebagai kota yang tidak semrawut,

bebas macet, dan menjadikan

kawasan Kota Lama Tanjungpinang

sebagai kota wisata. Karena kota

lama Tanjungpinang merupakan

pusat pertumbuhan dan

pengembangan ekonomi di

Tanjungpinang.

Selain itu berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 32

Tahun 2011 tentang Manajemen dan

Rekayasa, Analisis Dampak serta

Manajamen Kebutuhan Lalu Lintas

menyatakan bahwa Kota

Tanjungpinang oleh Korlantas

Mabes Polri yang menjadikan Kota

Tanjungpinang sebagai salah satu

pilot project penertiban pasar sebagai

kawasan tertib berlalu lintas di

Indonesia, khusus kategori pasar.

Ketetapan kawasan tertib lalu lintas

ini juga berlaku untuk becak barang

yang tidak boleh lagi melawan arus.

Kawasan kota lama

mencakup Jalan Bintan, Jalan

Merdeka, Jalan Pos, Jalan Pasar

Ikan, Jalan Pasar Ikan Baru, Jalan

Gambir, Jalan Temiang, Jalan

Tambak, dan Jalan Teuku Umar.

Kawasan inilah yang menjadi

kawasan tertib parkir yang

dicanangkan oleh Pemerintah Kota

Tanjungpinang yang sedang

diupayakan pelaksanaannya

walaupun masih tahap sosialisasi

namun kepatuhan warga sudah

3

terlihat. Jalan yang sebelumnya

sempit dan semrawut sudah berubah

jadi lapang dan terlihat lancar.

Berdasarkan Peraturan

Daerah Kota Tanjungpinang Nomor

8 Tahun 2005 tentang Ketertiban,

Kebersihan dan Keindahan

Lingkungan (Lembaran Daerah Kota

Tanjungpinang Tahun 2005 Nomor

8, serta Peraturan Daerah Kota

Tanjungpinang Nomor 5 Tahun 2012

tentang Retribusi Jasa umum

(Lembaran Daerah Kota

Tanjungpinang Tahun 2012 maka

ditetapkan SK walikota khususnya

untuk menertibkan Kawasan Pasar

Kota Lama Tanjungpinang Sebagai

Kawasan Tertib Lalu Lintas Dan

Perparkiran yang menstimulasi

pemerintah untuk membuat suatu

strategi agar penetapan SK Walikota

tersebut dapat dilaksanakan dengan

baik dan tujuan yang diinginkan

dalam SK tersebut dapat terwujud.

Untuk itu, berbagai daya upaya yang

telah dilakukan pemerintah demi

pengimplementasian isi dari SK

Walikota tersebut. Salah satu strategi

yang dilakukan pemerintah adalah

melakukan penertiban parkir di

daerah Kota Lama yang belum lama

ini telah dilaksanakan dengan baik

dengan cara membuat garis-garis

parkir yang teratur sehingga cara

parkir yang dulu menjadi rapi.

Adanya pemberian sanksi bagi si

pelanggar yang dilakukan dengan

cara menggembok ban kendaraan

yang menyalahi aturan yang telah

ditetapkan dalam SK Walikota

tersebut. Selain itu, strategi yang lain

yang diupayakan oleh pemerintah

saat ini adalah dengan membuat

area-area parkir yang luas yang

terletak di depan Bestari Mall

Tanjungpinang tepatnya di area

4

Pujasera Pinang City Walk, dan juga

rencananya akan membuat area

parkir di daerah Ocean Corner tepi

laut.

Menurut Kepala Dinas

Perhubungan dan Kominfo

Tanjungpinang, Wan Samsi

(Tanjungpinang Pos, 10 Januari

2014) mengatakan “persoalan

selama ini yang dihadapi dalam

menertibkan kawasan pasar kota

lama adalah, banyaknya becak yang

beralawanan arah, kendaraan roda

dua yang berlawanan arah,

kendaraan parkir di atas trotoar

yang diperuntukan bagi pejalan kaki,

tidak tertatanya parkir roda empat,

bongkar muat barang di saat jam

sibuk, angkot menurunkan dan

menaikan penumpang di

sembarangan tempat sehingga sering

terjadi kemacetan terutama pada

jam-jam tertentu”. Wan Samsi

menyebutkan “selama sebulan saja

ada 93 kendaraan yang rodanya

digembok karena masih parkir

sembarangan. Diharapkan dengan

diresmikan kawasan ini tidak ada

lagi kendaraan yang harus

digembok, karena masyarakat sudah

mematuhi aturan”

Dengan adanya gejala-gejala

kemacetan pada kawasan Kota Lama

Tanjungpinang dan pada jam-jam

tertentu maka sepantasnya

diupayakan dengan solusi dini agar

permasalahan tidak menjadi

berkembang yang pada akhirnya

akan menyulitkan penanganannya.

Solusi yang ditawarkan oleh

Pemerintah Kota Tanjungpinang

adalah penetapan SK Walikota

Tanjungpinang Nomor 458 tahun

2013 tentang Kawasan Kota Lama

Tanjungpinang sebagai kawasan

tertib lalu lintas dan perpakiran.

5

Namun hal ini harus didukung oleh

semua lapisan masyarakat dan

perkembangan infrastruktur jalan,

perilaku masyarakat pengguna jalan,

dan ketegasan penegakan hukum

bagi pelanggar kebijakan tersebut.

Dari pelaksanaan keputusan ini

diharapkan kedepannya kota

Tanjungpinang akan terbebas dari

kesemrautan kota yang diakibarkan

oleh parkir liar dan pedagang kaki

lima yang memenuhi trotoar dan

jalan umum. Namun kekurangan

sarana prasarana mengakibatkan

kebijakan ini tidak dapat dijalankan

dengan baik. Kemudian kebijakan

tertib parkir di kawasan kota lama

belum dapat berjalan dengan baik

karena melihat bahwa kurangnya

sosialisasi dalam peraturan ini.

Hitungan keseluruhan titik

parkir adalah 103 titik tempat parkir

yang ada di Kota Tanjungpinang.

Titik parkir yang ada di kawasan

kota lama sesuai dengan SK walikota

tersebut ada 16 titik namun yang saat

ini sudah diberikan tanda marka

parkir itu tersebar di 11 titik di depan

Hotel Sampoerna Jaya, Jalan Bintan,

Jalan Merdeka, Jalan Pos, Jalan

Pasar Ikan, Jalan Pasar Ikan Baru,

Jalan Gambir, Jalan Temiang, Jalan

Tambak dan terahir di depan KFC

Pasar. Namun permasalahannya saat

ini petugas parkir yang ada masih

belum terdata seluruhnya, hanya ada

10 juru parkir yang ada di kawasan

kota lama yang tercatat resmi,

sedangkan jika dilihat secara

keseluruhan di daerah ini ada lebih

dari 10 juru parkir, bahkan di satu

ruas jalan ada 2 atau 3 juru parkir.

Berbagai kondisi yang

menyebabkan penetapan SK

Walikota Tanjungpinang tersebut

diantaranya adalah pertumbuhan

6

kendaraan yang sangat pesat namun

tidak terimbangi dengan

infrastruktur. Berdasarkan data yang

didapatkan dari Walikota

Tanjungpinang yang mengatakan

bahwa pada tahun 2012 tercatat

jumlah kendaraan roda empat di

Tanjungpinang mencapai 20.242 unit

dan kendaraan roda dua mencapai

187.000 unit dan pada tahun 2013

jumlah kendaraan meningkat cukup

tinggi, yaitu untuk roda empat

mencapai 21.703 unit dan roda dua

205.000 unit kendaraan.

(Tanjungpinang Pos, 10 Januari

2014)

Berdasarkan uraian di atas

dapat disimpulkan bahwa perlu

adanya analisis strategi yang

dilakukan oleh Pemerintah Kota

melalui Dinas Perhubungan dan

Kominfo Kota Tanjungpinang,

dalam mewujudkan kawasan Kota

Lama sebagai kawasan Tertib Parkir.

Dengan demikian, peneliti

melakukan penelitian yang berjudul

“EVALUASI KEBIJAKAN

PENETAPAN KAWASAN KOTA

LAMA SEBAGAI KAWASAN

TERTIB PARKIR DI

TANJUNGPINANG”

B. Landasan Teoritis

Nogi (2003:126)

mengungkapkan bahwa : “Evaluasi

ditujukan untuk melihat sebagian-

sebagian kegagalan suatu kebijakan

dan untuk mengetahui apakah

kebijakan yang telah dirumuskan dan

dilaksanakan dapat menghasilkan

dampak yang diinginkan.

Selanjutnya Dye (Parsons, 2006:547)

mengungkapkan bahwa evaluasi

kebijakan adalah pemeriksaan

sistematis dan empiris terhadap efek

dari kebijakan dan program publik

terhadap targetnya dari segi tujuan

7

yang ingin dicapai. Menurut Ramesh

(2000:74), proses kebijakan terdiri

atas 6 tahap:

1. permulaan

/penanaman (invensi),

2. estimasi (perkiraan),

3. seleksi (pemilihan),

4. implementasi

(penerapan),

5. evaluasi (penilaian),

6. terminasi

(penyelesaian).

Dalam pandangan Ramesh,

invensi atau permulaan mengacu

pada tahap paling awal dalam

rangkain tersebut ketika masalah

akan dirumuskan. Dia menjelaskan

bahwa tahap ini dapat digolongkan

sebagai tahap perumusan masalah

dan pencarian solusi. Tahap kedua

adalah perkiraan yang menghitung

dan memperkirakan tentang resiko,

biaya, dan manfaat yang

berhubungan dengan berbagai solusi

yang akan diterapkan pada tahap

sebelumnya. Tahap ini akan

melibatkan evaluasi teknis dan

pilihan normatif. Tujuan tahap ini

adalah untuk mempersempit pilihan-

pilihan yang masuk akal dengan

tidak memasukkan pilihan-pilihan

yang tidak memungkinkan dan

menggunakan pilihan-pilihan yang

mungkin saja dapat diterapkan.

Tahap ketiga terdiri atas

pengambilan satu atau kombinasi

solusi yang diterapkan hingga akhir

tahap ini. ketiga tahap selanjutnya

adalah tahap yang memberikan

pilihan-pilihan, mengevaluasi hasil

dan seluruh proses dan

pemberhentian kebijakan untuk

mendapatkan kesimpulan yang

dicapai dari evaluasi tersebut.

Evaluasi kebijakan

merupakan salah satu tahapan

penting dalam siklus kebijakan. Pada

umumnya evaluasi kebijakan

dilakukan setelah kebijakan publik

tersebut diimplementasikan. Ini

8

tentunya dalam rangka menguji

tingkat kegagalan dan keberhasilan,

keefektifan dan keefisienannya.

Menurut Dunn (2003:601)

menyatakan bahwa evaluasi memberi

sumbangan pada klarifikasi dan

kritik terhadap nilai-nilai yang

mendasari pemilihan tujuan dan

target. Pada dasarnya nilai juga dapat

dikritik dengan menanyakan secara

sistematis kepantasan tujuan dan

target dalam hubungan dengan

masalah yang dituju. Evaluasi

kebijakan adalah proses untuk

menilai seberapa jauh suatu

kebijakan membuahkan hasil, yaitu

membandingkan antara hasil yang

diperoleh dengan tujuan atau target

kebijakan yang ditentukan.

Selanjutnya, Howlett dan

Ramesh (2000:170) menyatakan

bahwa secara umum evaluasi

kebijakan dapat digolongkan dalam

tiga kategori, yaitu :

At general level, policy

evaluations can be classified

in three broad categories

administrative evaluation,

judicial evaluation, dan

political evaluation which

differ in the way they are

conducted, the actor they

involve, and their effects.

Evaluator kebijakan harus

mengetahui secara jelas aspek-aspek

apa yang perlu dikajinya. Disamping

itu harus mengetahui sumber-sumber

informasi yang perlu dikejarnya

untuk memperoleh data yang valid.

Selain mengetahui teknik analisis

yang tepat untuk melakukan

evaluasi. Sejumlah metode dapat

digunakan untuk membantu dalam

mengevaluasi kebijakan, namun

hampir semua teknik yang ada dapat

juga digunakan dalam hubungannya

dengan metode-metode evaluasi

lainnya.

9

2. Pengertian Tertib Parkir

Tertib merupakan istilah lain

dari kata disiplin, menurut Hodges “

Disiplin dapat diartikan sebagai

sikap seseorang atau kelompok yang

berniat untuk mengikuti aturan-

aturan yang telah ditetapkan” (Helmi

2011:33). Disiplin merupakan suatu

kekuatan yang berkembang di dalam

tubuh seseorang sendiri yang

menyebabkan dia dapat

menyesuaikan diri dengan sukarela

kepada keputusan-keputusan,

peraturan-peraturan, dan nilai-nilai

tinggi dari pekerjaan dan tingkah

laku (Asmiarsih 2006:23).

Berdasarkan beberapa

pendapat tersebut dapat dijelaskan

bahwa disiplin adalah suatu keadaan

tertib, ketika orang orang yang

tergabung dalam suatu sistem tunduk

pada peraturan peraturan yang ada

dengan senang hati. Di dalam

disiplin juga terkandung perilaku

seseorang dalam melakukan kegiatan

yang ditunjukkan dengan kesadaran

melakukan aturan atau norma yang

telah disepakati dan telah ditetapkan

baik tertulis maupun tidak tertulis.

Pengertian parkir secara umum

adalah suatu keadaan tidak

bergeraknya kendaraan secara

permanen (Tobing, 2007:1). Senada

dengan itu, parkir menurut UU

Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu

lintas dan angkutan jalan

mengatakan bahwa parkir adalah

keadaan kendaraan berhenti atau

tidak bergerak untuk beberapa saat

dan ditingalkan pengemudinya.

Pengertian tersebut membedakan

dengan istilah keadaan lainnya yang

sering di jumpai dalam peraturan

lalu-lintas, yakni “berhenti (stop)”

yang diartikan sebagai suatu keadaan

berhentinya kendaraan secara

10

sementara, misalnya stop untuk

menurunkan atau menjemput

penumpang dengan barang

sekedarnya. Berhenti menurut UU

Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu

lintas dan angkutan jalan

menjelaskan bahwa berhenti adalah

keadaan kendaraan tidak bergerak

untuk sementara dan tidak

ditingalkan pengemudinya. Jika

kendaraan stop, kemudian mesin

kendaraan dimatikan dan kemudian

sang sopir keluar dari mobil, maka

tidak lagi dikatakan lagi sebagai

stop, tetapi parkir.

Berdasarkan pengertian

tersebut, dapat disimpulkan bahwa

tertib parkir adalah suatu keadaan

dimana seseorang dengan senang

hati menempatkan atau

memberhentikan kendaraannya dan

ditinggalkan untuk sementara waktu

dengan mengikuti atau tunduk pada

peraturan-peraturan yang telah

ditentukan.

1. Pelayanan Parkir Umum dan

Regulasinya

Pelayanan parkir di tepi jalan

umum adalah penyediaan pelayanan

parkir di

tepi jalan umum bagi kendaraan yang

ditentukan oleh Pemerintah Daerah.

Karena jalan menyangkut

kepentingan umum, maka penetapan

jalan umum sebagai tempat parkir

mengacu kepada ketentuan peraturan

perundang undangan yang berlaku

(Perda Kota Tanjungpinang Nomor 2

tahun 2004).

Ada beberapa pihak yang

terkait sehubungan pelayanan parkir

umum di perkotaan, yaitu:

a. Pihak yang berwenang yang

mengatur boleh tidaknya

pinggiran jalan tersebut dijadikan

tempat parkir, yakni Pemerintah.

11

b. Pihak yang memberikan

pelayanan parkir, yakni juru

parkir.

c. Pihak yang menerima pelayanan

parkir umum, yakni masyarakat

yang memarkir kendaraannya di

pinggiran jalan umum yang

bersangkutan.

Berkenaan dengan regulasi

perparkiran, setidaknya ada dua

Undang-Undang yang terkait dengan

regulasi perparkiran, yaitu Undang-

Undang Nomor 22 tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan dan Undang-Undang Nomor 34

tentang Pajak daerah dan Retribusi

Daerah yang kemudian dilengkapi

dengan Peraturan Pemerintah Nomor

65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah

dan Peraturan Pemerintah Nomor 66

Tahun 2001 tentang Retribusi

Daerah. Selain itu, juga didukung

oleh Peraturan Daerah (Perda) Kota

Tanjungpinang Nomor 2 Tahun 2004

tentang Retribusi Pelayanan Parkir

Di Tepi Jalan Umum. Undang-

Undang pertama sedikit

menyinggung dengan kegiatan

perparkiran. Sedangkan yang kedua,

lebih banyak berisi ketentuan dasar

mengenai jenis pajak dan retribusi

daerah, tarif serta pihak yang

berwenang dan bertanggung jawab di

dalam pemungutannya.

C. Hasil Penelitian

1. Input

Masih banyak yang harus

dibenahi di wilayah pasar Kota

Tanjungpinang ini. Sarana dan

prasana menjadi hal yang sangat

penting jika ingin mengukur

pelaksanaan Perda yang dijalankan.

Kekurangan-kekurangan tersebutlah

yang akhirnya akan menjadi masalah

bagi juru parkir untuk merealisasi

tertib parkir. Dalam menjalankan

12

perda ini bukan juru parkir saja yang

harus dituntut bekerja dengan baik

tetapi juga kelengkapan-kelengkapan

yang menunjang juga harus

diperhatikan. Kemudian petugas juru

parkir resmi yang ada selama ini

tidak sesuai dengan lingkup wilayah

yang ditetapkan sehingga target dari

pemungutan retribusi parkir tidak

dapat terealisasi dengan baik.

2. Process

Pihak dinas sudah melakukan

kerjasama dengan baik terhadap

pihak diluar dinas yang mana

bertujuan untuk meningkatkan

potensi PAD di Kota Tanjungpinang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan

informan dapat dianalisa bahwa

sosialisasi sudah dilakukan kepada

masyarakat dan pihak terkait. Setelah

dilakukan observasi dapat ditarik

kesimpulan bahwa untuk sosialisasi

yang dilakukan baik kepada

masyarakat maupun kepada petugas

maka ditemukan bahwa sosialisasi

belum menyeluruh. Karena

sosialisasi yang dilakukan hanya

secara garis besar. Sebelum dapat

mengimplementasikan suatu

kebijakan implementor harus

menyadari bahwa suatu keputusan

telah dikeluarkan, seringkali terjadi

kesalahpahaman terhadap keputusan

yang telah dikeluarkan agar tidak

terjadi kesalahpahaman harus

dilakukan sosialisasi terhadap tertib

parkir yang akan berdampak pada

retribusi parkir dan peningkatan

pendapatan asli daerah. Perda

Retribusi Parkir selaku implementor

serta sosialisasi yang diberikan

kepada masyarakat.

3. Output

Berdasarkan hasil wawancara dengan

informan maka dapat dianalisa

bahwa kebijakan ini secara umum

13

sudah membawa hasil yang baik

hanya saja butuh banyak perbaikan

kedepan agar hasil dapat lebih

optimal. Kebijakan tidak sampai

disini saja karena hingga saat ini

kebijakan tertib parkir masih

menimbulkan pro-dan kontra bagi

masyarakat karena dianggap belum

siap antara kebijakan dengan kondisi

di lapangan

4. Outcomes

Berdasarkan hasil wawancara

dengan informan diatas maka dapat

dianalisa bahwa dampak dalam

kebijakan tertib parkir ini sudah

dirasakan oleh masyarakat sebagai

penerima manfaat. Dampaknya

berupa positif dan negatif. Dampak

positif adalah wilayah pasar terlihat

lebih rapi dan tertata sedangkan

negatifnya adalah karena kurangnya

lahan parkir membuat pedagang

merugi karena tidak sedikit

pengunjung yang akhirnya pulang

karena tidak bisa parkir, tidak hanya

pedagang dampak juga dirasakan

oleh tukang parkir, tukang parkir

merasakan dampak negatifnya

karena menurunkan pendapatan yang

ia dapatkan selama kebijakan ini

diberlakukan.

D. Penutup

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil wawancara

dengan informan maka dapat diambil

kesimpulan bahwa Kebijakan

Penetapan Kawasan Kota Lama

Sebagai Kawasan Tertib Parkir Di

Tanjungpinang hingga saat ini belum

berjalan dengan baik hal ini dapat

dilihat dari : Petugas juru parkir

resmi yang ada selama ini tidak

sesuai dengan lingkup wilayah yang

ditetapkan sehingga target dari

pemungutan retribusi parkir tidak

dapat terealisasi dengan baik.

14

Sumberdaya manusia yang tidak

memadahi (jumlah dan kemampuan)

berakibat tidak dapat

dilaksanakannya program secara

sempurna karena mereka tidak bisa

melakukan pengawasan dengan baik.

Untuk mendukung Peraturan Daerah

butuhkan sarana dan prasarana

pendukung. Tetapi tidak ditemukan

sarana dan prasarana yang dapat

mendukung serta memadai yang

disediakan dinas perhubungan.

Sarana dan prasarana sudah ada

hanya saja penggunaannya tidak

dapat dioptimalkan dengan baik

seperti lahan parkir yang sempit,

rambu-rambu yang rusak, dan lain

sebagainya.

Penyampaian yang dilakukan

belum efektif walaupun sudah

dilaksanakan seperti sosialisasi.

Dalam melaksanakan sebuah

kebijakan termasuk Perda yang

berhubungan langsung dengan

masyarakat sebaiknya dilakukan

berbagai upaya untuk menyampaikan

isi tujuan dan sasaran dari perda

tersebut. Sama halnya dengan Perda

tentang retribusi Parkir ini sangat

berpengaruh terhadap masyarakat

serta dalam kehidupan sehari-hari

sehingga dibutuhkan pemahaman

yang baik terhadap Perda tersebut

agar dapat berjalan dengan baik.

Dampak dalam kebijakan tertib

parkir ini sudah dirasakan oleh

masyarakat sebagai penerima

manfaat. Dampaknya berupa positif

dan negatif. Dampak positif adalah

wilayah pasar terlihat lebih rapi dan

tertata sedangkan negatifnya dalah

karena kurangnya lahan parkir

membuat pedagang merugi karena

tidak sedikit pengunjung yang

akhirnya pulang karena tidak bisa

parkir, tidak hanya pedagang dampak

15

juga dirasakan oleh tukang parkir,

tukang parkir merasakan dampak

negatifnya karena menurunkan

pendapatan yang ia dapatkan selama

kebijakan ini diberlakukan.

2. Saran

Adapun saran yang dapat

disampaikan adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengoptimalkan

pelaksanaan kebijakan ini

sebaiknya disiapkan juru

parkir resmi untuk

mengatur tertib parkir di

lapangan

2. Sebaiknya disediakan

lahan yang cukup untuk

penertiban parkir

3. Sebaiknya dilakukan

sosialisasi mengenai

kebijakan tertib parkir

sehingga tidak ada lagi

masyarakat yang

melanggar aturan tersebut

4. Seharusnya pemerintah

lebih dapat memberikan

alternatif kebijakan untuk

menekan dampak negatif

dari kebijakan tertib

parkir di wilayah pasar

tersebut agar tidak

merugikan masyarakat

maupun pedagang sekitar.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Sumber

Abidin, Said Zainal. 2002. Kebijakan

Publik. Jakarta : Yayasan

Pancur Siwah.

Agustino, Leo. 2006. Dasar-dasar

Kebijakan Publik. Bandung :

CV Alfabetha

Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-

dasar Evaluasi Pendidikan.

Aneka Cipta:

Jakarta

Arikunto. Suharsini. 2006. Prosedur

Penelitian suatu pendekatan

praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

16

Badjuri Abdulkahar, Teguh Yuwono,

2003, Kebijakan Publik

Konsep dan Strategi, FISIP

UNDIP, Semarang.

Danim, Sudarwan. 2000. Pengantar

Studi Penelitian Kebijakan.

Jakarta: Bumi Aksara

Dunn, W William. 2000. Analisa

kebijakan. Jakarta: PT. Bumi

Aksara

Fredrickson dan Hart. 2003, Kebijan

Publik dan Formulasi Jakarta:

Sinar Harapan

Islamy, M Irfan. 2003. Prinsip-

prinsip Perumusan Kebijakan

Negara. Jakarta :

Bumi Aksara

Nugroho, Riant D. 2003. Kebijakan

Publik Formulasi Implementasi

dan Evaluasi. Jakarta : PT.Elex

Media Komputindo

Madani,Muhlis .2011. Dimensi

Interaksi Aktor dalam proses

perumusan. Kebijakan

Publik.Yogyakarta:Graha

Ilmu.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi

Penelitian Kualitatif.

Bandung. Remaja

Rosdakarya.

Nawawi. 2006. Evaluasi dan

Manajemen Kinerja di

Lingkungan Perusahaan dan

Industri. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press

Parsons, Wyne. 2006. Public Policy,

Pengantar teori dan praktik

analisis kebijakan. Jakarta :

Kencana Prenada Media Grup.

Ramesh, M. 2000. Studying Public

Policy: Policy Cycles and

Policy Subsystem, Oxford

University Press, Canada.

Siagian, Sondang. 2008. Manajemen

Sumber Daya Manusia

(cetakan 15). Jakarta: Bumi

Aksara

Subarsono. 2008. Analisis Kebijakan

Publik. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Suharto, Edi. 2005. Analisis

Kebijakan Publik: Panduan

Praktis Mengkaji Masalah dan

Kebijakan Sosial. Bandung:

Alfabeta.

Syafarudin. 2008. Efectivitas

Kebijakan Pendidikan. Jakarta:

PT. Rineka Cipta

Tangkilisan, Hersel Nogi S. 2003.

Kebijakan Publik yang

Membumi. Yogyakarta:

YPAPI dan LukmanOffset.

Tobing. 2007. Hukum Perlindungan

Konsumen dan Parkir.

Timpani.

Wahab. Solichin Abdul. 1997.

Analisis Kebijaksanaan: dari

Formula ke Implementasi

Kebijaksanaan Negara.

Jakarta: Bumi Aksara.

Winarno, Budi. 2007. Kebijakan

Publik, Teori dan Proses.

Jakarta: PT. Buku Kita.

17

B. Sumber Skripsi, Jurnal, dan

Artikel Koran

Anggarasena, Bima, 2010, Strategi

Penegakan Hukum

Dalam Rangka

Meningkatkan

Keselamatan Lalu Lintas

Dan Mewujudkan

Masyarakat Patuh

Hukum. Tesis.

Universitas Diponegoro

Semarang.

Asmiarsih, Tety. 2006. Pengaruh

Pengawasan terhadap

Disiplin Kerja pada

Kantor Badan

Kepegawaian Daerah

Kabupaten Brebes.

Skripsi Jurusan Ekonomi

Universitas Negeri

Semarang.

Helmi, Fadilla Alvin, 2011. Faktor

Penyebab Perilaku

Merokok Remaja.

Skripsi.Universitas

Gadjah Mada

Yogyakarta.

Tanjungpinang Pos Edisi 10 Januari

2014 “Sembarang Parkir

Langsung Ditilang”.

C. Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 Tentang

Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2009 Tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan.

Keputusan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara Nomor

63/KEP/M.PAN/7/2003,

10 Juni 2003, Tentang

Pedoman Umum

Penyelenggaraan

Pelayanan Publik.

Keputusan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara Nomor

KEP/25/M.PAN/2/2004,

24 Februari 2004, Tentang

Pedoman Umum

Penyusunan Indeks

Kepuasan Masyarakat

(IKM) Unit Pelayanan

Instansi Pemerintah.

Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun

2005 Tentang Ketertiban,

Kebersihan, Keindahan

Lingkungan Kota

Tanjungpinang.

18

Peraturan Daerah Kota

Tanjungpinang Nomor 2

Tahun 2004 Tentang

Retribusi Pelayanan

Parkir Di Tepi Jalan

Umum.

Surat Keputusan Walikota

Tanjungpinang Nomor 458

Tahun 2013 Tentang

Kawasan Kota Lama

Tanjungpinang Sebagai

Kawasan Tertib Lalu

Lintas dan Perparkiran.