Perubahan Fungsi Kawasan Gladhag Sebagai Kawasan Wisata Menjadi Kawasan Komersial

20
PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN GLADHAG SEBAGAI KAWASAN WISATA BERSEJARAH MENJADI KAWASAN KOMERSIAL MODERN OLEH : PUTRI PRASETYAN I 0609023

Transcript of Perubahan Fungsi Kawasan Gladhag Sebagai Kawasan Wisata Menjadi Kawasan Komersial

Page 1: Perubahan Fungsi Kawasan Gladhag Sebagai Kawasan Wisata Menjadi Kawasan Komersial

PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN GLADHAG

SEBAGAI KAWASAN WISATA BERSEJARAH

MENJADI KAWASAN KOMERSIAL MODERN

OLEH :

PUTRI PRASETYAN

I 0609023

PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

Page 2: Perubahan Fungsi Kawasan Gladhag Sebagai Kawasan Wisata Menjadi Kawasan Komersial

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pengambilan Tema

Gapura Gladhag merupakan pintu masuk utara menuju Kraton Kasunanan Surakarta

Hadiningrat. Gapura tersebut memiliki nilai sejarah yang tinggi dan didukung oleh bangunan-

bangunan bersejarah yang ada di sekitarnya. Gapura ini dulunya merupakan tempat untuk

menambatkan hewan-hewan yang akan disembelih. Namun, lama-kelamaan kegiatan ini pun

ditinggalkan dan Gladhag menjadi pasar terbuka bagi masyarakat.

Seiring dengan perkembangan jaman, kawasan di sekitar Gapura Gladhag yang lebih

dikenal dengan kawasan Gladhag ini semakin lama semakin berubah fungsi. Dengan fungsinya

yang dulu sebagai pintu masuk Kraton Kasunanan dan juga pasar tradisional, kawasan Gladhag

memiliki banyak peninggalan bersejarah yang dapat difungsikan sebagai kawasan wisata

bersejarah. Namun pada kenyataannya, keistimewaan bangunan-bangunan bersejarah yang ada

di Kawasan Gladhag bahkan Gapura Gladhag itu sendiri terkesan tertutupi oleh bangunan-

bangunan modern yang berfungsi komersial yang didirikan di kawasan Gladhag tersebut.

Akibatnya, Kawasan Gladhag yang sebenarnya dapat dipromosikan dan dijual sebagai daya tarik

wisata bersejarah di Kota Surakarta malah beralih fungsi menjadi kawasan komersial.

Hal ini merugikan karena nilai sejarah di suatu kawasan Kota Surakarta menjadi hilang dan

malah berubah fungsi menjadi kawasan komersial. Perubahan fungsi inilah yang akan saya

angkat dalam laporan ini dengan tema “Perubahan Fungsi Kawasan Gladhag Sebagai Kawasan

Wisata Bersejarah Menjadi Kawasan Komersial Modern”.

Dengan tema yang tersebut, diperlukan komponen-komponen tema yang digunakan dalam

pembahasan. Komponen-komponen tema ini berfungsi sebagai dasar eksplorasi dan

pembahasan. Adapun komponen-komponen tersebut, yaitu : aktivitas, suasana, vegetasi,

artefak, dan street furniture. Komponen-komponen tema tersebut nantinya akan dikaitkan

dengan kronologi materi pembelajaran MK-Arsitektur Pelestarian.

Page 3: Perubahan Fungsi Kawasan Gladhag Sebagai Kawasan Wisata Menjadi Kawasan Komersial

Kerangka Pikir Pembahasan Tema

B. Latar Belakang Pemilihan Lokasi

Dalam memilih dan menentukan lokasi / kawasan penelitian, perlu didasarkan pada

beberapa hal. Lokasi yang dipilih yaitu kawasan di sekitar Gapura Gladhag yang mencerminkan

atau melambangkan budaya dan sejarah Kota Surakarta. Hal ini dimaksudkan untuk mengkaji

fenomena-fenomena terkait bangunan dan kawasan bersejarah yang ada di Kota Surakarta

khususnya di sekitar Gapura Gladhag. Fenomena-fenomena yang ada akan dapat membantu

dalam menentukan langkah-langkah yang seharusnya diambil untuk mempertahankan fungsi

dan kondisi asli bangunan-bangunan bersejarah tersebut. Dengan begitu, kerugian yang

mungkin akan diderita akibat hilangnya nilai sejarah dari bangunan-bangunan tersebut akan

dapat dihindari.

C. Penjelasan Ide dan Respon Awal

Terkait dengan fenomena perubahan fungsi kawasan Gladhag, menurut saya pribadi hal itu

sangatlah disayangkan mengingat tingginya nilai sejarah yang dimiliki oleh bangunan-bangunan

tersebut. Bangunan-bangunan yang seharusnya dapat mengingatkan kita akan sejarah bangsa

kita sendiri malah berubah fungsi menjadi fungsi komersial semata tanpa mempertimbangkan

nilai-nilai sejarah yang menyertainya.

Mungkin akan lebih baik apabila bangunan-bangunan bersejarah yang ada di sekitar Gapura

Gladhag ini mendapat perawatan yang semestinya didapat oleh semua bangunan bersejarah.

Dengan begitu, nilai-nilai sejarah yang melekat pada mereka tidak akan hilang dan masih dapat

dinikmati hingga seterusnya.

LOKASI FENOMENA

TEMA DELINEASI

KOMPONEN TEMA

KOMPONEN KAWASAN

LOCAL CONTENT

DEMANDS LEGISLATION

KONSEP RENCANA

Page 4: Perubahan Fungsi Kawasan Gladhag Sebagai Kawasan Wisata Menjadi Kawasan Komersial

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Kawasan Gladhag

Kawasan Gladhag merupakan sebuah kawasan yang terletak di ujung Jalan Slamet Riyadi.

Kawasan ini terletak di lokasi yang strategis yang berada di sekitar Gapura Kraton Kasunanan

Surakarta yang dikenal sebagai Gapura Gladhag. Maka dari itulah kawasan tersebut dikenal

sebagai kawasan Gladhag.

Kawasan Gladhag saat ini merupakan salah satu kawasan bisnis dan perdagangan di Kota

Surakarta. Sampai saat ini kawasan tersebut masih terus berkembang dengan aktivitas dan

kegiatan yang masih sangat kompleks. Namun seiring perkembangan zaman, yang disebut

sebagai batasan Kawasan Gladag sendiri lambat laun semakin berubah karena berbagai macam

faktor. Baik itu aktivitas maupun suasananya.

B. Latar Belakang Pemilihan Kawasan Delineasi

Gapura Gladag, seperti dalam tugas kelompok, saya jadikan sebagai titik pusat orientasi

penentuan delineasi Kawasan Gladag. Gapura gladag ini dipilih sebagai pusat orientasi

didasarkan atas beberapa alasan, antara lain :

1. Nama kawasan Gladag itu sendiri yang diambil dari nama Gapura Gladag.

2. Gapura Gladag merupakan salah satu image dari kota Solo.

Hal ini dapat dikaitkan dengan teori dari Prof. Kevin Lynch dalam bukunya “The Image

of The City” mengenai citra atau image dari sebuah kota. Menurut beliau, ada lima elemen

pokok atau dasar yang oleh orang digunakan untuk membangun gambaran mental mereka

terhadap sebuah kota yaitu pathways (jalur), edges (tepian), district (kawasan), nodes

(simpul), dan landmark (tetenger). Gapura Gladag sendiri merupakan sebuah nodes atau

simpul dari jalan Slamet Riyadi, jalan May Sunaryo, Jalan Jendral Sudirman, serta jalan masuk

ke dalam kraton dan juga merupakan Landmark pada titik-titik simpul jalan (Pathways)

tersebut serta terdapat ditengah-tengah districts / kawasan Gladag.

Dari penentuan titik orientasi di atas, kemudian dilakukan pemilihan delineasi kawasan

Gladag dengan mengambil area-area yang mengandung kesamaan ciri dan dengan menyatukan

unsur aktivitas dan suasana di sekitar Gapura Gladag sebagai titik pusat dari Kawasan Gladag itu

sendiri.

Page 5: Perubahan Fungsi Kawasan Gladhag Sebagai Kawasan Wisata Menjadi Kawasan Komersial

C. Deskripsi Kawasan Delineasi

Delineasi Kawasan Gladhag dipilih dengan menyatukan unsur aktivitas dan suasana di sekitar

Gapura Gladhag sehingga dihasilkan batasan khusus untuk Kawasan Gladhag. Batasan tersebut,

yaitu sepanjang koridor jalan di dalam Gapura Gladag dari utara sampai dengan selatan yang

saat ini digunakan sebagai tempat berjualan berbagai macam aksesoris. Bagian tersebut masuk

dalam delineasi karena memang merupakan bagian utama dari Kawasan Gladag, dan

suasananya pun masih kental dengan Solo masa lalu sehingga menjembatani antara suasana

Solo masa kini dengan Solo masa lalu.

Batasan delineasi selanjutnya mencakup sepanjang koridor Jalan Jendral Sudirman dari

selatan sampai dengan Bank Indonesia yang baru. Koridor tersebut masuk ke dalam delineasi

karena memang merupakan akses utama untuk menuju kawasan Gladag, benar-benar terlihat

suasana Gladag yang kental yang dapat dilihat langsung dari koridor ini. Berbeda ketika kita

melihatnya dari arah Slamet Riyadi, suasananya tidak terlalu kental dengan Gladag. Untuk lebih

jelasnya, berikut adalah Batasan Kawasan Gladag.

Delineasi Kawasan Gladhag

Page 6: Perubahan Fungsi Kawasan Gladhag Sebagai Kawasan Wisata Menjadi Kawasan Komersial

BAB III

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

A. Fenomena dan Komponen Kawasan Gladhag

Fenomena kawasan merupakan hal yang sangat penting dalam pertimbangan pelestarian

kawasan. Sebelum dilakukan pelestarian sebaiknya dilakukan tahapan pengenalan terhadap

kawasan pelestarian terlebih dahulu dengan mengamati, mendengar, merasakan, dan meresapi

fenomena kawasan pelestarian. Fenomena kawasan tersebut meliputi aktivitas, suasana,

vegetasi, artefak, dan street furniture. Setiap tempat memiliki fenomena kawasan yang berbeda-

beda dengan tempat yang lain.

Fenomena Kawasan Gladhag yang akan dijelaskan tidak hanya berdasarkan apa yang ada

sekarang namun juga dikaitkan dengan apa yang terjadi pada jaman dulu. Hal ini untuk

mengidentifikasi adanya perubahan fungsi kawasan sesuai dengan tema yang diambil. Adapun

komponen Kawasan Gladhag yang diambil adalah sebagai berikut :

Gambar 2: Komponen Kawasan Gladhag

Dari gambaran komponen Kawasan Gladhag di atas, dapat dilihat bahwa komponen-

komponen kawasan yang diambil adalah sebagai berikut :

Page 7: Perubahan Fungsi Kawasan Gladhag Sebagai Kawasan Wisata Menjadi Kawasan Komersial

1. Koridor Gapura Gladhag

2. Area Perdagangan Gladhag

3. Bank Indonesia

4. Bank Bukopin dan Bank Danamon

5. Koridor Jalan Jendral Sudirman

6. Benteng Vastenburg

7. G.P.I.B Penabur

8. Kantor Pos

Dari kesembilan komponen kawasan tersebut akan dibahas beberapa komponen saja yang

terkait dengan tema pembahasan yang diambil yaitu perubahan fungsi kawasan wisata

bersejarah menjadi kawasan komersial / perdagangan modern.

B. Deskripsi Komponen Kawasan

Komponen-komponen kawasan yang diambil akan dibahas berdasarkan tema beserta

komponennya yang telah ditentukan sebelumnya.

1. Koridor Gapura Gladhag

a. Aktivitas

Pada jaman dahulu koridor Gapura Gladhag yang disebut sebagai pamurakan ini

dipergunakan untuk menyembelih hewan buruan yang telah ditangkap dan ditambatkan

di Gapura Gladhag. Hewan-hewan itu kemudian akan disembelih dan dibagi-bagikan

kepada para Sentono, abdi dalem, serta pengikut di pengadilan yang kebetulan ada saat

pembagian daging. Pemotongan daging dilakukan di sebuah bangunan kecil di Bangsa

Pamurakan.

Aktivitas yang banyak terjadi di sepanjang koridor Gapura Gladhag saat ini cukup

banyak, yaitu pangkalan becak, pedagang kaki lima, beristirahat para pedagang kaki lima

Page 8: Perubahan Fungsi Kawasan Gladhag Sebagai Kawasan Wisata Menjadi Kawasan Komersial

maupun keliling. Kebanyakan aktivitas yang terjadi di area tersebut tidak resmi sehingga

area tersebut terkesan tidak teratur.

b. Suasana

Mengingat fungsi lokasinya dulu yang digunakan sebagai tempat penyembelihan

dan pembagian hewan kurban, suasana di lokasi ini selalu ramai apalagi di siang hari.

Sedangkan pada saat-saat sekarang ini suasana di area koridor Gapura Gladhag cukup

asri dan sejuk. Terlihat ramai di jam-jam kerja, karena pada jam-jam tersebut banyak

aktivitas perdagangan. Lalu lintasnya pun cukup ramai, hal ini disebabkan koridor

Gapura Gladhag merupakan akses utama menuju keraton, pasar klewer, dsb.

c. Vegetasi

Vegetasi yang ada di pamurakan ini didominasi oleh pohon beringin di kanan dan

kiri jalan. Pohon beringin ini telah ada sejak dahulu. Bedanya, saat ini pohon beringin

tersebut lebih rindang sehingga lebih terkesan sejuk dan menarik banyak orang

khususnya pedagang kaki lima untuk berjualan di tempat tersebut.

d. Artefak

Salah satu benda peninggalan sejarah yang ada di pamurakan ini adalah adanya

artefak di sebelah kanan jalan. Namun sayangnya artefak ini seakan tidak berharga lagi

saat ini karena tidak adanya perlakuan khusus yang diberlakukan untuk artefak tersebut.

Artefak tersebut memang diberi pagar namun seperti yang terlihat di foto, makna

sejarahnya sudah tidak begitu dipedulikan.

e. Street furniture

Page 9: Perubahan Fungsi Kawasan Gladhag Sebagai Kawasan Wisata Menjadi Kawasan Komersial

Pada pamurakan ini terdapat lampu jalan sebagai street furniture yang merupakan

peninggalan dari jaman dahulu. Kondisinya masih tergolong bagus dan masih

mempertahankan bentuk aslinya.

2. Area Perdagangan Gladhag

a. Aktivitas

Adanya aktivitas perdagangan di Kawasan Gladhag ini dengan adanya PGS dan BTC

di kiri dan warung kaki lima di kanan. Aktivitas perdagangan ini merupakan aktivitas

perdagangan modern yang bukan merupakan peninggalan dari jaman dahulu.

Keberadaan PGS dan BTC di kawasan ini menurut saya kurang harmonis dengan Gapura

Gladhag dan kawasan Gladhag di sekitarnya yang marupakan kawasan bersejarah.

Bentuk fisik dari bangunan ini sangat berbeda dari kawasan di sekitarnya. Belum lagi

tinggi bangunan yang seakan menutupi keraton yang semakin menghilangkan suasana

sejarah di Kawasan Gladhag ini.

Area perdagangan ini berbeda jauh dengan area perdagangan yang ada di dekat

alun-alun. Aktivitas perdagangan di area ini masih bersifat tradisional dan tidak

mengganggu atau merusak suasana dan nilai sejarah dari Kawasan Gladhag.

b. Suasana

Suasana di area perdagangan ini sangat berbeda dengan suasana Gapura Gladhag

yang ada di sebelahnya. Yang paling menjadi masalah adalah PGS yang tepat berada di

sebelah Gapura Gladhag. Suasana gedung ini sangat modern dan malah terkesan

‘menutupi’ Gapura Gladhag itu sendiri yang notabene seharusnya menjadi daya tarik di

Kawasan Gladhag. Dengan adanya PGS yang berdiri di sampingnya, bangunan tersebut

seakan ‘mencuri’ perhatian dan menjadikan nilai sejarah Kawasan Gladhag hilang dan

digantikan oleh niliai komersial dari aktivitas perdagangan modern tersebut.

c. Vegetasi

Page 10: Perubahan Fungsi Kawasan Gladhag Sebagai Kawasan Wisata Menjadi Kawasan Komersial

Dengan adanya pembangunan PGS dan BTC ini banyak pohon-pohon yang ditebang

untuk menyediakan lahan. Vegetasi menjadi tidak sebanyak dulu dan difungsikan bukan

sebagai peneduh namun hanya sebagai pemanis saja.

d. Street furniture

Street furniture di area ini hanya lampu penerangan jalan yang tidak jauh berbeda

dengan bangunan PGS dan BTC tersebut mencerminkan gaya modern yang tidak sejalan

dengan suasana Kawasan Gladhag yang bersejarah.

3. Koridor Jalan Jendral Sudirman

Pada koridor Jalan Jendral Sudirman ini, aktivitas yang menonjol adalah aktivitas

perbankan yang memang telah ada sejak jaman dahulu. Hal ini dapat terlihat dari adanya

bangunan bank di sisi kanan dan kiri jalan. Karena memang telah ada dari jaman dahulu,

suasana bank-bank tersebut sangat harmonis dengan kawasan Gladhag serta Gapura

Gladhag yang ada di dekatnya. Hal ini dikarenakan banguna-bangunan tersebut

menggunakan arsitektur kolonial-jawa yang menyatu dengan suasana kota lama di Kawasan

Page 11: Perubahan Fungsi Kawasan Gladhag Sebagai Kawasan Wisata Menjadi Kawasan Komersial

Gladhag. Sedangkan vegetasi yang ada di koridor jalan ini mayoritas merupakan tanaman

hias yang berfungsi sebagai pengarah jalan. Sedangkan untuk street furniture, terdapat

lampu penerangan jalan yang bergaya modern dan lampu hias yang akan menyala

berwarna-warni pada malam hari yang terletak pada jalur hijau pemisah kedua sisi jalan.

4. Bank Indonesia

a. Aktivitas

Aktivitas yang ada di bangunan ini merupakan aktivitas perbankan yang memang

sudah ada sejak dahulu.

b. Suasana

Bank Indonesia ini sendiri terdiri atas dua buah bangunan, yaitu BI lama dan BI

baru. Bangunan BI lama masih sangat mencerminkan suasana kolonial-jawa pada bentuk

fisiknya sehingga masih mempertahankan nilai sejarah yang ada. Namun, bangunan BI

baru dibangun dengan mengambil konsep bangunan modern dan menggunakan kaca

sebagai dindingnya. Tujuan awal dari penggunaan kaca ini adalah untuk memantulkan /

merefleksikan bayangan bangunan BI lama pada BI baru. Namun pada kenyataannya,

teknik tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya dan malah menimbulkan

perbedaan yang sangat besar di antara bangunan BI lama dan BI baru.

c. Vegetasi

Pada bangunan Bank Indonesia ini vegetasi yang ada didominasi oleh pohon

beringin yang cukup besar dan juga terdapat pohon palem di sekitarnya.

Page 12: Perubahan Fungsi Kawasan Gladhag Sebagai Kawasan Wisata Menjadi Kawasan Komersial

5. Bank Bukopin dan Bank Danamon

a. Aktivitas

Bank Bukopin dan Bank Danamon adalah dua buah bank yang terletak di sisi barat

dan timur jalan Jendral Sudirman. Sama seperti Bank Indonesia, aktivitas dominan yang

terjadi pada keduanya adalah aktivitas perbankan pada jam kerja.

b. Suasana

Bangunan kedua bank ini memiliki karakteristik yang sama dengan bangunan BI

lama. Kedua bank ini masih mempertahankan bentuk aslinya yang menggunakan

arsitektur kolonial-jawa. Dengan begitu, suasana bank tersebut masih harmonis dengan

nilai sejarah di Kwasan Gladhag ini.

c. Vegetasi

Kondisi vegetasi pada bangunan ini tidak terlalu banyak, terdapat tanaman palem

pada halaman depan kedua bank tersebut.

C. Pembahasan dan Kesimpulan

Dengan mengacu pada kerangka pikir yang telah ditampilkan di atas, komponen-komponen

di atas akan dibahas dengan mendasarkan pada 3 poin, yaitu local content, demand, dan

legislation.

1. Pembahasan

a. Local Content

Local content yang ada di Kawasan Gladhag tersimpan dalam bangunan-bangunan

bersejarah yang ada di delineasi kawasan. Namun sayangnya banyak bangunan-

Page 13: Perubahan Fungsi Kawasan Gladhag Sebagai Kawasan Wisata Menjadi Kawasan Komersial

bangunan modern yang menutupi local content tersebut dan mengubah fungsi kawasan

Gladhag menjadi kawasan komersial / perdagangan modern. Bangunan-bangunan

tersebut seperti, Pusat Grosir Solo (PGS), Beteng Trade Center (BTC), dan bangunan Bank

Indonesia baru. Bangunan-bangunan tersebut tidak mengadopsi gaya arsitektural dan

suasana yang ada di kawasan sekitarnya dan malah mengusung konsep modern di

tengah-tengah kawasan bersejarah.

b. Demand

Kawasan wisata bersejarah yang ada di Kawasan Gladhag sebenarnya memiliki

lingkup nasional dan bahkan mungkin dapat internasional apabila keaslian dan nilai-nilai

sejarah yang ada masih tetap dipertahankan. Namun sayangnya, fungsi kawasan ini

malah beralih menjadi wisata belanja tanpa memperhitungkan nilai-nilai sejarah yang

ada. Padahal, mulai banyak pihak-pihak yang menghargai nilai sejarah di suatu tempat

karena hal tersebut merupakan identitas bangsa dan memori masa lalu yang sangat

berharga. Akan menjadi suatu kerugian apabila nilai-nilai sejarah pada kawasan ini tidak

dipedulikan dan perlahan hilang begitu saja.

c. Legislation

Peraturan terkait pelestarian kawasan ini masih sangat minim baik dalam jumlah

maupun pelaksanaan. Mayoritas peraturan hanya mengatur tentang bagaimana

melestarikan bangunan bersejarah yang sudah ada. Itu pun pelaksanaannya masih

sangat minim. Masih banyak pihak-pihak yang melanggar undang-undang tersebut demi

kepentingan pribadi. Contohnya saja UU No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Undang-undang ini mengatur tentang pengelolaan benda cagar budaya yang merupakan

peninggalan jaman dahulu.

Selain undang-undang tersebut diperlukan adanya undang-undang yang mengatur

bentuk atau suasana bangunan yang akan dibangun di kawasan yang memiliki suasana

bersejarah. Hal ini diperlukan agar bangunan baru yang akan dibangun tidak sangat

berlainan suasananya dengan kawasan di sekitarnya. Contohnya saja seperti bangunan

Bank Indonesia baru tersebut. Di tengah-tengah kawasan yang bernuansa sejarah,

berdiri bangunan bank dengan konsep modern yang sama sekali tidak harmonis dengan

suasana di sekitarnya.

Contoh lain yaitu bangunan Pusat Grosir Solo. Bangunan modern tersebut seakan-

akan menutupi nilai sejarah Gapura Gladhag yang ada di sampingnya dan juga Kraton

Kasunanan Surakarta yang ada di belakangnya. Bangunan PGS ini menarik perhatian

Page 14: Perubahan Fungsi Kawasan Gladhag Sebagai Kawasan Wisata Menjadi Kawasan Komersial

masyarakat ketika berkunjung ke Kawasan Gladhag sehingga Gapura Gladhag itu sendiri

malah terlupakan.

2. Kesimpulan dan Perumusan Konsep

Dengan adanya fenomena tersebut, akan lebih baik apabila fungsi kawasan sebagai

kawasan wisata bersejarah dapat dikembalikan. Fungsi kawasan sejarah ini akan dapat

disandingkan dengan fungsi komersial / perdagangan yang telah ada dengan cara mengubah

bentuk bangunan-bangunan modern baru yang dibangun di Kawasan Gladhag agar suasana

keseluruhan di kawasan tersebut harmonis.

Memang, letak Kawasan Gladhag yang berada di pusat Kota Surakarta menjadikannya

sulit untuk terlepas dari proses modernisasi kota yang terus-menerus dilakukan. Namun,

kawasan Gladhag juga tidak seharusnya terlepas dari sejarahnya dahulu. Oleh karena itu,

bangunan-bangunan baru atau modern seharusnya menyelaraskan gaya / bentuknya

dengan bangunan-bangunan bersejarah di sekitarnya agar tercipta suatu kesatuan Kawasan

Gladhag yang harmonis.

Untuk itu, diperlukan suatu upaya-upaya pelestarian yang tepat dalam menangani

kawasan ini. Pada setiap tempat diperlukan metodenya sendiri-sendiri, sehingga metode

konservasi dan preservasi merupakan metode yang mungkin dapat dipakai.

Page 15: Perubahan Fungsi Kawasan Gladhag Sebagai Kawasan Wisata Menjadi Kawasan Komersial

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia No 5 Tahun 1992 tentang Cagar Budaya. Direktorat

Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Dirjen Kebudayaan,

Depdikbud, 1992

Undang-Undang Republik Indonesia No 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Kementrian

Kebudayaan dan Pariwisata, Balai Pelesatarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah, 2011