Perubahan Fungsi Kawasan Gladhag Sebagai Kawasan Wisata Menjadi Kawasan Komersial
-
Upload
pprasetyan -
Category
Documents
-
view
102 -
download
11
Transcript of Perubahan Fungsi Kawasan Gladhag Sebagai Kawasan Wisata Menjadi Kawasan Komersial
PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN GLADHAG
SEBAGAI KAWASAN WISATA BERSEJARAH
MENJADI KAWASAN KOMERSIAL MODERN
OLEH :
PUTRI PRASETYAN
I 0609023
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pengambilan Tema
Gapura Gladhag merupakan pintu masuk utara menuju Kraton Kasunanan Surakarta
Hadiningrat. Gapura tersebut memiliki nilai sejarah yang tinggi dan didukung oleh bangunan-
bangunan bersejarah yang ada di sekitarnya. Gapura ini dulunya merupakan tempat untuk
menambatkan hewan-hewan yang akan disembelih. Namun, lama-kelamaan kegiatan ini pun
ditinggalkan dan Gladhag menjadi pasar terbuka bagi masyarakat.
Seiring dengan perkembangan jaman, kawasan di sekitar Gapura Gladhag yang lebih
dikenal dengan kawasan Gladhag ini semakin lama semakin berubah fungsi. Dengan fungsinya
yang dulu sebagai pintu masuk Kraton Kasunanan dan juga pasar tradisional, kawasan Gladhag
memiliki banyak peninggalan bersejarah yang dapat difungsikan sebagai kawasan wisata
bersejarah. Namun pada kenyataannya, keistimewaan bangunan-bangunan bersejarah yang ada
di Kawasan Gladhag bahkan Gapura Gladhag itu sendiri terkesan tertutupi oleh bangunan-
bangunan modern yang berfungsi komersial yang didirikan di kawasan Gladhag tersebut.
Akibatnya, Kawasan Gladhag yang sebenarnya dapat dipromosikan dan dijual sebagai daya tarik
wisata bersejarah di Kota Surakarta malah beralih fungsi menjadi kawasan komersial.
Hal ini merugikan karena nilai sejarah di suatu kawasan Kota Surakarta menjadi hilang dan
malah berubah fungsi menjadi kawasan komersial. Perubahan fungsi inilah yang akan saya
angkat dalam laporan ini dengan tema “Perubahan Fungsi Kawasan Gladhag Sebagai Kawasan
Wisata Bersejarah Menjadi Kawasan Komersial Modern”.
Dengan tema yang tersebut, diperlukan komponen-komponen tema yang digunakan dalam
pembahasan. Komponen-komponen tema ini berfungsi sebagai dasar eksplorasi dan
pembahasan. Adapun komponen-komponen tersebut, yaitu : aktivitas, suasana, vegetasi,
artefak, dan street furniture. Komponen-komponen tema tersebut nantinya akan dikaitkan
dengan kronologi materi pembelajaran MK-Arsitektur Pelestarian.
Kerangka Pikir Pembahasan Tema
B. Latar Belakang Pemilihan Lokasi
Dalam memilih dan menentukan lokasi / kawasan penelitian, perlu didasarkan pada
beberapa hal. Lokasi yang dipilih yaitu kawasan di sekitar Gapura Gladhag yang mencerminkan
atau melambangkan budaya dan sejarah Kota Surakarta. Hal ini dimaksudkan untuk mengkaji
fenomena-fenomena terkait bangunan dan kawasan bersejarah yang ada di Kota Surakarta
khususnya di sekitar Gapura Gladhag. Fenomena-fenomena yang ada akan dapat membantu
dalam menentukan langkah-langkah yang seharusnya diambil untuk mempertahankan fungsi
dan kondisi asli bangunan-bangunan bersejarah tersebut. Dengan begitu, kerugian yang
mungkin akan diderita akibat hilangnya nilai sejarah dari bangunan-bangunan tersebut akan
dapat dihindari.
C. Penjelasan Ide dan Respon Awal
Terkait dengan fenomena perubahan fungsi kawasan Gladhag, menurut saya pribadi hal itu
sangatlah disayangkan mengingat tingginya nilai sejarah yang dimiliki oleh bangunan-bangunan
tersebut. Bangunan-bangunan yang seharusnya dapat mengingatkan kita akan sejarah bangsa
kita sendiri malah berubah fungsi menjadi fungsi komersial semata tanpa mempertimbangkan
nilai-nilai sejarah yang menyertainya.
Mungkin akan lebih baik apabila bangunan-bangunan bersejarah yang ada di sekitar Gapura
Gladhag ini mendapat perawatan yang semestinya didapat oleh semua bangunan bersejarah.
Dengan begitu, nilai-nilai sejarah yang melekat pada mereka tidak akan hilang dan masih dapat
dinikmati hingga seterusnya.
LOKASI FENOMENA
TEMA DELINEASI
KOMPONEN TEMA
KOMPONEN KAWASAN
LOCAL CONTENT
DEMANDS LEGISLATION
KONSEP RENCANA
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Kawasan Gladhag
Kawasan Gladhag merupakan sebuah kawasan yang terletak di ujung Jalan Slamet Riyadi.
Kawasan ini terletak di lokasi yang strategis yang berada di sekitar Gapura Kraton Kasunanan
Surakarta yang dikenal sebagai Gapura Gladhag. Maka dari itulah kawasan tersebut dikenal
sebagai kawasan Gladhag.
Kawasan Gladhag saat ini merupakan salah satu kawasan bisnis dan perdagangan di Kota
Surakarta. Sampai saat ini kawasan tersebut masih terus berkembang dengan aktivitas dan
kegiatan yang masih sangat kompleks. Namun seiring perkembangan zaman, yang disebut
sebagai batasan Kawasan Gladag sendiri lambat laun semakin berubah karena berbagai macam
faktor. Baik itu aktivitas maupun suasananya.
B. Latar Belakang Pemilihan Kawasan Delineasi
Gapura Gladag, seperti dalam tugas kelompok, saya jadikan sebagai titik pusat orientasi
penentuan delineasi Kawasan Gladag. Gapura gladag ini dipilih sebagai pusat orientasi
didasarkan atas beberapa alasan, antara lain :
1. Nama kawasan Gladag itu sendiri yang diambil dari nama Gapura Gladag.
2. Gapura Gladag merupakan salah satu image dari kota Solo.
Hal ini dapat dikaitkan dengan teori dari Prof. Kevin Lynch dalam bukunya “The Image
of The City” mengenai citra atau image dari sebuah kota. Menurut beliau, ada lima elemen
pokok atau dasar yang oleh orang digunakan untuk membangun gambaran mental mereka
terhadap sebuah kota yaitu pathways (jalur), edges (tepian), district (kawasan), nodes
(simpul), dan landmark (tetenger). Gapura Gladag sendiri merupakan sebuah nodes atau
simpul dari jalan Slamet Riyadi, jalan May Sunaryo, Jalan Jendral Sudirman, serta jalan masuk
ke dalam kraton dan juga merupakan Landmark pada titik-titik simpul jalan (Pathways)
tersebut serta terdapat ditengah-tengah districts / kawasan Gladag.
Dari penentuan titik orientasi di atas, kemudian dilakukan pemilihan delineasi kawasan
Gladag dengan mengambil area-area yang mengandung kesamaan ciri dan dengan menyatukan
unsur aktivitas dan suasana di sekitar Gapura Gladag sebagai titik pusat dari Kawasan Gladag itu
sendiri.
C. Deskripsi Kawasan Delineasi
Delineasi Kawasan Gladhag dipilih dengan menyatukan unsur aktivitas dan suasana di sekitar
Gapura Gladhag sehingga dihasilkan batasan khusus untuk Kawasan Gladhag. Batasan tersebut,
yaitu sepanjang koridor jalan di dalam Gapura Gladag dari utara sampai dengan selatan yang
saat ini digunakan sebagai tempat berjualan berbagai macam aksesoris. Bagian tersebut masuk
dalam delineasi karena memang merupakan bagian utama dari Kawasan Gladag, dan
suasananya pun masih kental dengan Solo masa lalu sehingga menjembatani antara suasana
Solo masa kini dengan Solo masa lalu.
Batasan delineasi selanjutnya mencakup sepanjang koridor Jalan Jendral Sudirman dari
selatan sampai dengan Bank Indonesia yang baru. Koridor tersebut masuk ke dalam delineasi
karena memang merupakan akses utama untuk menuju kawasan Gladag, benar-benar terlihat
suasana Gladag yang kental yang dapat dilihat langsung dari koridor ini. Berbeda ketika kita
melihatnya dari arah Slamet Riyadi, suasananya tidak terlalu kental dengan Gladag. Untuk lebih
jelasnya, berikut adalah Batasan Kawasan Gladag.
Delineasi Kawasan Gladhag
BAB III
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
A. Fenomena dan Komponen Kawasan Gladhag
Fenomena kawasan merupakan hal yang sangat penting dalam pertimbangan pelestarian
kawasan. Sebelum dilakukan pelestarian sebaiknya dilakukan tahapan pengenalan terhadap
kawasan pelestarian terlebih dahulu dengan mengamati, mendengar, merasakan, dan meresapi
fenomena kawasan pelestarian. Fenomena kawasan tersebut meliputi aktivitas, suasana,
vegetasi, artefak, dan street furniture. Setiap tempat memiliki fenomena kawasan yang berbeda-
beda dengan tempat yang lain.
Fenomena Kawasan Gladhag yang akan dijelaskan tidak hanya berdasarkan apa yang ada
sekarang namun juga dikaitkan dengan apa yang terjadi pada jaman dulu. Hal ini untuk
mengidentifikasi adanya perubahan fungsi kawasan sesuai dengan tema yang diambil. Adapun
komponen Kawasan Gladhag yang diambil adalah sebagai berikut :
Gambar 2: Komponen Kawasan Gladhag
Dari gambaran komponen Kawasan Gladhag di atas, dapat dilihat bahwa komponen-
komponen kawasan yang diambil adalah sebagai berikut :
1. Koridor Gapura Gladhag
2. Area Perdagangan Gladhag
3. Bank Indonesia
4. Bank Bukopin dan Bank Danamon
5. Koridor Jalan Jendral Sudirman
6. Benteng Vastenburg
7. G.P.I.B Penabur
8. Kantor Pos
Dari kesembilan komponen kawasan tersebut akan dibahas beberapa komponen saja yang
terkait dengan tema pembahasan yang diambil yaitu perubahan fungsi kawasan wisata
bersejarah menjadi kawasan komersial / perdagangan modern.
B. Deskripsi Komponen Kawasan
Komponen-komponen kawasan yang diambil akan dibahas berdasarkan tema beserta
komponennya yang telah ditentukan sebelumnya.
1. Koridor Gapura Gladhag
a. Aktivitas
Pada jaman dahulu koridor Gapura Gladhag yang disebut sebagai pamurakan ini
dipergunakan untuk menyembelih hewan buruan yang telah ditangkap dan ditambatkan
di Gapura Gladhag. Hewan-hewan itu kemudian akan disembelih dan dibagi-bagikan
kepada para Sentono, abdi dalem, serta pengikut di pengadilan yang kebetulan ada saat
pembagian daging. Pemotongan daging dilakukan di sebuah bangunan kecil di Bangsa
Pamurakan.
Aktivitas yang banyak terjadi di sepanjang koridor Gapura Gladhag saat ini cukup
banyak, yaitu pangkalan becak, pedagang kaki lima, beristirahat para pedagang kaki lima
maupun keliling. Kebanyakan aktivitas yang terjadi di area tersebut tidak resmi sehingga
area tersebut terkesan tidak teratur.
b. Suasana
Mengingat fungsi lokasinya dulu yang digunakan sebagai tempat penyembelihan
dan pembagian hewan kurban, suasana di lokasi ini selalu ramai apalagi di siang hari.
Sedangkan pada saat-saat sekarang ini suasana di area koridor Gapura Gladhag cukup
asri dan sejuk. Terlihat ramai di jam-jam kerja, karena pada jam-jam tersebut banyak
aktivitas perdagangan. Lalu lintasnya pun cukup ramai, hal ini disebabkan koridor
Gapura Gladhag merupakan akses utama menuju keraton, pasar klewer, dsb.
c. Vegetasi
Vegetasi yang ada di pamurakan ini didominasi oleh pohon beringin di kanan dan
kiri jalan. Pohon beringin ini telah ada sejak dahulu. Bedanya, saat ini pohon beringin
tersebut lebih rindang sehingga lebih terkesan sejuk dan menarik banyak orang
khususnya pedagang kaki lima untuk berjualan di tempat tersebut.
d. Artefak
Salah satu benda peninggalan sejarah yang ada di pamurakan ini adalah adanya
artefak di sebelah kanan jalan. Namun sayangnya artefak ini seakan tidak berharga lagi
saat ini karena tidak adanya perlakuan khusus yang diberlakukan untuk artefak tersebut.
Artefak tersebut memang diberi pagar namun seperti yang terlihat di foto, makna
sejarahnya sudah tidak begitu dipedulikan.
e. Street furniture
Pada pamurakan ini terdapat lampu jalan sebagai street furniture yang merupakan
peninggalan dari jaman dahulu. Kondisinya masih tergolong bagus dan masih
mempertahankan bentuk aslinya.
2. Area Perdagangan Gladhag
a. Aktivitas
Adanya aktivitas perdagangan di Kawasan Gladhag ini dengan adanya PGS dan BTC
di kiri dan warung kaki lima di kanan. Aktivitas perdagangan ini merupakan aktivitas
perdagangan modern yang bukan merupakan peninggalan dari jaman dahulu.
Keberadaan PGS dan BTC di kawasan ini menurut saya kurang harmonis dengan Gapura
Gladhag dan kawasan Gladhag di sekitarnya yang marupakan kawasan bersejarah.
Bentuk fisik dari bangunan ini sangat berbeda dari kawasan di sekitarnya. Belum lagi
tinggi bangunan yang seakan menutupi keraton yang semakin menghilangkan suasana
sejarah di Kawasan Gladhag ini.
Area perdagangan ini berbeda jauh dengan area perdagangan yang ada di dekat
alun-alun. Aktivitas perdagangan di area ini masih bersifat tradisional dan tidak
mengganggu atau merusak suasana dan nilai sejarah dari Kawasan Gladhag.
b. Suasana
Suasana di area perdagangan ini sangat berbeda dengan suasana Gapura Gladhag
yang ada di sebelahnya. Yang paling menjadi masalah adalah PGS yang tepat berada di
sebelah Gapura Gladhag. Suasana gedung ini sangat modern dan malah terkesan
‘menutupi’ Gapura Gladhag itu sendiri yang notabene seharusnya menjadi daya tarik di
Kawasan Gladhag. Dengan adanya PGS yang berdiri di sampingnya, bangunan tersebut
seakan ‘mencuri’ perhatian dan menjadikan nilai sejarah Kawasan Gladhag hilang dan
digantikan oleh niliai komersial dari aktivitas perdagangan modern tersebut.
c. Vegetasi
Dengan adanya pembangunan PGS dan BTC ini banyak pohon-pohon yang ditebang
untuk menyediakan lahan. Vegetasi menjadi tidak sebanyak dulu dan difungsikan bukan
sebagai peneduh namun hanya sebagai pemanis saja.
d. Street furniture
Street furniture di area ini hanya lampu penerangan jalan yang tidak jauh berbeda
dengan bangunan PGS dan BTC tersebut mencerminkan gaya modern yang tidak sejalan
dengan suasana Kawasan Gladhag yang bersejarah.
3. Koridor Jalan Jendral Sudirman
Pada koridor Jalan Jendral Sudirman ini, aktivitas yang menonjol adalah aktivitas
perbankan yang memang telah ada sejak jaman dahulu. Hal ini dapat terlihat dari adanya
bangunan bank di sisi kanan dan kiri jalan. Karena memang telah ada dari jaman dahulu,
suasana bank-bank tersebut sangat harmonis dengan kawasan Gladhag serta Gapura
Gladhag yang ada di dekatnya. Hal ini dikarenakan banguna-bangunan tersebut
menggunakan arsitektur kolonial-jawa yang menyatu dengan suasana kota lama di Kawasan
Gladhag. Sedangkan vegetasi yang ada di koridor jalan ini mayoritas merupakan tanaman
hias yang berfungsi sebagai pengarah jalan. Sedangkan untuk street furniture, terdapat
lampu penerangan jalan yang bergaya modern dan lampu hias yang akan menyala
berwarna-warni pada malam hari yang terletak pada jalur hijau pemisah kedua sisi jalan.
4. Bank Indonesia
a. Aktivitas
Aktivitas yang ada di bangunan ini merupakan aktivitas perbankan yang memang
sudah ada sejak dahulu.
b. Suasana
Bank Indonesia ini sendiri terdiri atas dua buah bangunan, yaitu BI lama dan BI
baru. Bangunan BI lama masih sangat mencerminkan suasana kolonial-jawa pada bentuk
fisiknya sehingga masih mempertahankan nilai sejarah yang ada. Namun, bangunan BI
baru dibangun dengan mengambil konsep bangunan modern dan menggunakan kaca
sebagai dindingnya. Tujuan awal dari penggunaan kaca ini adalah untuk memantulkan /
merefleksikan bayangan bangunan BI lama pada BI baru. Namun pada kenyataannya,
teknik tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya dan malah menimbulkan
perbedaan yang sangat besar di antara bangunan BI lama dan BI baru.
c. Vegetasi
Pada bangunan Bank Indonesia ini vegetasi yang ada didominasi oleh pohon
beringin yang cukup besar dan juga terdapat pohon palem di sekitarnya.
5. Bank Bukopin dan Bank Danamon
a. Aktivitas
Bank Bukopin dan Bank Danamon adalah dua buah bank yang terletak di sisi barat
dan timur jalan Jendral Sudirman. Sama seperti Bank Indonesia, aktivitas dominan yang
terjadi pada keduanya adalah aktivitas perbankan pada jam kerja.
b. Suasana
Bangunan kedua bank ini memiliki karakteristik yang sama dengan bangunan BI
lama. Kedua bank ini masih mempertahankan bentuk aslinya yang menggunakan
arsitektur kolonial-jawa. Dengan begitu, suasana bank tersebut masih harmonis dengan
nilai sejarah di Kwasan Gladhag ini.
c. Vegetasi
Kondisi vegetasi pada bangunan ini tidak terlalu banyak, terdapat tanaman palem
pada halaman depan kedua bank tersebut.
C. Pembahasan dan Kesimpulan
Dengan mengacu pada kerangka pikir yang telah ditampilkan di atas, komponen-komponen
di atas akan dibahas dengan mendasarkan pada 3 poin, yaitu local content, demand, dan
legislation.
1. Pembahasan
a. Local Content
Local content yang ada di Kawasan Gladhag tersimpan dalam bangunan-bangunan
bersejarah yang ada di delineasi kawasan. Namun sayangnya banyak bangunan-
bangunan modern yang menutupi local content tersebut dan mengubah fungsi kawasan
Gladhag menjadi kawasan komersial / perdagangan modern. Bangunan-bangunan
tersebut seperti, Pusat Grosir Solo (PGS), Beteng Trade Center (BTC), dan bangunan Bank
Indonesia baru. Bangunan-bangunan tersebut tidak mengadopsi gaya arsitektural dan
suasana yang ada di kawasan sekitarnya dan malah mengusung konsep modern di
tengah-tengah kawasan bersejarah.
b. Demand
Kawasan wisata bersejarah yang ada di Kawasan Gladhag sebenarnya memiliki
lingkup nasional dan bahkan mungkin dapat internasional apabila keaslian dan nilai-nilai
sejarah yang ada masih tetap dipertahankan. Namun sayangnya, fungsi kawasan ini
malah beralih menjadi wisata belanja tanpa memperhitungkan nilai-nilai sejarah yang
ada. Padahal, mulai banyak pihak-pihak yang menghargai nilai sejarah di suatu tempat
karena hal tersebut merupakan identitas bangsa dan memori masa lalu yang sangat
berharga. Akan menjadi suatu kerugian apabila nilai-nilai sejarah pada kawasan ini tidak
dipedulikan dan perlahan hilang begitu saja.
c. Legislation
Peraturan terkait pelestarian kawasan ini masih sangat minim baik dalam jumlah
maupun pelaksanaan. Mayoritas peraturan hanya mengatur tentang bagaimana
melestarikan bangunan bersejarah yang sudah ada. Itu pun pelaksanaannya masih
sangat minim. Masih banyak pihak-pihak yang melanggar undang-undang tersebut demi
kepentingan pribadi. Contohnya saja UU No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Undang-undang ini mengatur tentang pengelolaan benda cagar budaya yang merupakan
peninggalan jaman dahulu.
Selain undang-undang tersebut diperlukan adanya undang-undang yang mengatur
bentuk atau suasana bangunan yang akan dibangun di kawasan yang memiliki suasana
bersejarah. Hal ini diperlukan agar bangunan baru yang akan dibangun tidak sangat
berlainan suasananya dengan kawasan di sekitarnya. Contohnya saja seperti bangunan
Bank Indonesia baru tersebut. Di tengah-tengah kawasan yang bernuansa sejarah,
berdiri bangunan bank dengan konsep modern yang sama sekali tidak harmonis dengan
suasana di sekitarnya.
Contoh lain yaitu bangunan Pusat Grosir Solo. Bangunan modern tersebut seakan-
akan menutupi nilai sejarah Gapura Gladhag yang ada di sampingnya dan juga Kraton
Kasunanan Surakarta yang ada di belakangnya. Bangunan PGS ini menarik perhatian
masyarakat ketika berkunjung ke Kawasan Gladhag sehingga Gapura Gladhag itu sendiri
malah terlupakan.
2. Kesimpulan dan Perumusan Konsep
Dengan adanya fenomena tersebut, akan lebih baik apabila fungsi kawasan sebagai
kawasan wisata bersejarah dapat dikembalikan. Fungsi kawasan sejarah ini akan dapat
disandingkan dengan fungsi komersial / perdagangan yang telah ada dengan cara mengubah
bentuk bangunan-bangunan modern baru yang dibangun di Kawasan Gladhag agar suasana
keseluruhan di kawasan tersebut harmonis.
Memang, letak Kawasan Gladhag yang berada di pusat Kota Surakarta menjadikannya
sulit untuk terlepas dari proses modernisasi kota yang terus-menerus dilakukan. Namun,
kawasan Gladhag juga tidak seharusnya terlepas dari sejarahnya dahulu. Oleh karena itu,
bangunan-bangunan baru atau modern seharusnya menyelaraskan gaya / bentuknya
dengan bangunan-bangunan bersejarah di sekitarnya agar tercipta suatu kesatuan Kawasan
Gladhag yang harmonis.
Untuk itu, diperlukan suatu upaya-upaya pelestarian yang tepat dalam menangani
kawasan ini. Pada setiap tempat diperlukan metodenya sendiri-sendiri, sehingga metode
konservasi dan preservasi merupakan metode yang mungkin dapat dipakai.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Republik Indonesia No 5 Tahun 1992 tentang Cagar Budaya. Direktorat
Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Dirjen Kebudayaan,
Depdikbud, 1992
Undang-Undang Republik Indonesia No 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Kementrian
Kebudayaan dan Pariwisata, Balai Pelesatarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah, 2011