Evaluasi Dok

13
Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau kosmetik untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian produk tersebut. Sediaan obat/kosmetika yang stabil adalah suatu sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat diterima selama priode penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat. Stabilitas obat adalah kemampuan suatu produk untuk mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat (identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batasan yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan (shelf-life) (Joshita, 2008). Stabilitas suatu produk ditunjang oleh dua hal yaitu kestabilan isi kandungan dan interaksi antara isi kandungan dengan wadah. Stabilitas produk yaitu stabilitas dari produk yang disimpan dalam wadah inert dan tidak permeable yang tidak berinteraksi dan sepenuhnya melindungi produk dari atmosfir. Stabilitas produk-wadah termasuk semua interaksi yang mungkin terjadi antara produk dari wadah misalnya absorpsi konstituen wadah oleh produk, korosi atau efek produk, korosi atau efek buruk lain dari produk dari wadah dan sifat barner wadah (Djajadisastra, 2004). 1

description

qw

Transcript of Evaluasi Dok

Page 1: Evaluasi Dok

Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau kosmetik

untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode

penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas, dan

kemurnian produk tersebut. Sediaan obat/kosmetika yang stabil adalah suatu

sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat diterima selama priode

penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang

dimilikinya pada saat dibuat. Stabilitas obat adalah kemampuan suatu produk untuk

mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya

pada saat dibuat (identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batasan yang

ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan (shelf-life) (Joshita,

2008). Stabilitas suatu produk ditunjang oleh dua hal yaitu kestabilan isi kandungan

dan interaksi antara isi kandungan dengan wadah. Stabilitas produk yaitu stabilitas

dari produk yang disimpan dalam wadah inert dan tidak permeable yang tidak

berinteraksi dan sepenuhnya melindungi produk dari atmosfir. Stabilitas produk-

wadah termasuk semua interaksi yang mungkin terjadi antara produk dari wadah

misalnya absorpsi konstituen wadah oleh produk, korosi atau efek produk, korosi

atau efek buruk lain dari produk dari wadah dan sifat barner wadah (Djajadisastra,

2004).

Jenis stabilitas yang umum dikenal adalah stabilitas kimia, fisika,

mikrobiologi, terapi, dan toksikologi.

1. Stabilitas kimia adalah kemampuan suatu sediaan untuk mempertahnkan

keutuhan kimiawi dan potensi zat aktif yang tertera pada etiket dalam

batasan spesifikasi.

2. Stabilitas fisika adalah kemampuan suatu sediaan untuk mempertahankan

pemerian, rasa, keseragaman, kelarutan, dan sifat fisika lainnya.

3. Stabilitas mikrobiologi adalah sterilitas atau resistensi terhadap

pertumbuhan mikroba dipertahankansesuai dengan persyaratan yang

dinyatakan.

4. Stabilitas terapi adalah kemampuan suatu sediaan untuk menghasilkan efek

terapi yang tidak berubah selama waktu simpan (shelf life) sediaan.

5. Stabilitas toksikologi adalah mengacu pada tidak terjadinya peningkatan

toksisitas yang bermakna selama waktu simpan.

(Djajadisastra, 2008)

1

Page 2: Evaluasi Dok

Ketidakstabilan kimia sediaan ditandai dengan berkurangnya konsentrasi zat aktif

karena terjadi reaksi atau interaksi kimia, terjadi reaksi atau interaksi kimia,

rusaknya eksipien karena hidrolisis dan reaksi sejenis serta oembentukan senyawa

lain. Ketidakstabilan fisik sediaan ditandai dengan adanya pemucatan warna atau

munculnya warna, timbul bau, perubahan atau pemisahan fase, pecahnya emulsi,

pengendapan suspensi (caking), perubahan konsistensi, pertumbuhan kristal atau

perubahan bentuk kristal, terbentuknya gas dan perubahan fisik lainnya. Kestabilan

fisik emulsi atau suspensi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi

kestabilan kimia dari emulgator, suspending agent, antioksidan, pengawet dan

bahan aktif. Ketidakstabilan mikrobiologi sediaan ditandai dengan pertumbuhan

mikroorganisme yang tampak maupun tidak tampak seperti Aspergillus niger,

Candida albicans, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Escheria coli,

yang mencemari produk pada waktu pembuatan (Djajadisastra, 2004).

Uji stabilitas sendiri ada 2 jenis, yaitu uji stabilitas dipercepat dan uji

stabilitas jangka panjang. Pada uji stabilitas jangka panjang untuk produk baru

biasanya pengujian dilakukan pada suhu kamar yang dikendalikan (30oC + 2oC )

dengan kelembaban nisbi ruangan 75% + 5%, kecuali untuk obat yang peka

terhadap suhu dilakukan pada suhu rendah (5oC + 2oC) dengan rentang waktu

pengujian pada bulan 0, 3, 9, 12, 18, 24, 36, 48, dan 60. Biasanya pengujian

dilakukan sampai bulan ke-36, tetapi apabila masih memenuhi syarat pengujian

harus diteruskan sampai bulan ke-60. Pada uji stabilitas dipercepat, obat disimpan

pada kondisi ekstrim di suatu lemari uji yang disebut climatic chamber, obat dalam

kemasan aslinya dipaparkan pada suhu 40 ± 2oC dan kelembapan 75 ± 5%

sedangkan uji stabilitas jangka panjang, obat dipaparkan pada suhu 25±20oC dan

kelembaban 60±5%. Pada bulan-bulan tertentu, obat yang disimpan dalam lemari

climatic chamber (pada uji stabilitas dipercepat) maupun pada uji stabilitas jangka

panjang, akan diuji kualitas fisika, kimia maupun mikrobiologinya. Data hasil

pengujian tersebut akan diolah secara statistika, sampai akhirnya kita menemukan

tanggal kadaluarsa (masa edar) secara kuantitatif, dan tanggal tersebutlah yang akan

dijadikan patokan kadaluarsa obat yang nantinya harus dicantumkan dalam kemasan

obat. Sediaan semisolid umumnya berupa suspensi dan emulsi. Untuk uji stabilitas

sistem emulsi secara umum yang termasuk uji dipercepat yang dimaksudkan untuk

mendapatkan informasi yang diinginkan pada waktu sesingkat mungkin dengan cara

2

Page 3: Evaluasi Dok

menyimpan sample pada kondisi yang dirancang untuk mempercepat terjadinya

perubahanyang biasanya terjadi pada kondisi normal. Pengujian tersebut antara lain:

1. Elevated temperature (indikator kestabilan)

Uji penyimpanan pada suhu 4oC (kelembapan kamar) selama 1

minggu.

Uji penyimpanan pada suhu suhu kamar 20oC atau 25oC/kelembapan

kamar selama 0, 1, 2, 3, 4 bulan, 1 tahun.

Uji penyimpanan pada suhu -20oC selama 24 jam (pengukuran

dilakukan setelah dilelehkan).

Uji penyimpanan pada suhu -5oC selama 1 minggu (pengukuran

dilakukan setelah dilelehkan).

Uji penyimpanan pada suhu 40oC/kelembapan kamar (ICH guideline)

selama 3 hari, 1, 2, 3, 4 minngu; 2, 3, 6 bulan.

Uji penyimpanan pada suhu 45oC/kelembapan kamar (FDA guideline)

selama 3 hari, 1, 2, 3, 4 minngu; 2, 3 bulan.

Uji penyimpanan pada suhu 50oC/80% RH:1, 3 hari; 1 minggu.

2. Elevated humidities (menguji kemasan produk)

3. Cycling test termasuk freeze thaw test (menguji terbentuknya kristal /awan)

Pada uji cycling test dilakukan dengan siklus antara suhu kamar/suhu

45oC masing-masing selama 24 jam sebanyak 6 siklus.

Freeze/thaw antara 4oC dan 40oC atau 45oC.

Freeze/thaw antara -30oC/suhu kamar selama 24 jam sebanyak

minimum 6 siklus untuk sediaan larutan, emulsi, krim, cairan, dan

semisolid lain.

Uji cycling test pada emulsi dilakukan untuk menguji produk terhadap

kemungkinan mengalami kristalisasi atau berawan sebagai indikator

kestabilan emulsi, sedangkan pada gel untuk menguji apakah terjadi

sineresis pada gel. Sineresis adalah gejala pada saat gel mengerut secara

alamiah dan sebagian dari cairannya terperas ke luar. Hal ini terjadi karena

struktur matriks serat gel yang terus mengeras dan akhirnya mengakibatkan

terperasnya air ke luar.

4. Pemaparan terhadap cahaya (untuk menguji keadaan di pasaran)

3

Page 4: Evaluasi Dok

Dipaparkan pada cahaya siang hari selama 1 tahun (bukan pada

matahari langsung).

Pemaparan terus menerus selama 1-2 minggu dalam lemari uji cahaya

yang berisi baterai tabung fluorescens dimana sample ditempatkan

sejauh 1 kaki dari sumber cahaya, sumber cahaya biasanya tipe

Polarite daylight 40W (Thorn-EMI) dengan panjang tabung 132cm

dan baterai dengan 12 tabung cukup untuk mendapatkan pencahayaan

seperti cahaya siang hari.

Dengan lampu xenon selama 1-2 minggu.

Dengan sinar UV selama 1-2 minggu.

5. Shaking test dan centrifugal test (untuk menguji pecahnya emulsi)

(Djajadisastra, 2004)

Parameter uji kestabilan meliputi organoleptik (penampilan fisik) seperti:

warna, bau, pemisahan; viskosita; ukuran partikel; pH; dan kekuatan zat aktif.

Berikut adalah beberapa uji stabilitas untuk sediaan semisolid seperti gel, krim,

salep, dan pasta.

I.1 Uji Stabilitas Sediaan Gel

a. Organoleptik

Analisis organoleptik dilakukan dengan mengamati perubahan–perubahan

bentuk, warna, dan bau dari sediaan dan sediaan standar selama waktu

penyimpanan, pengamatan perubahan–perubahan bentuk, warna dan bau

tersebut dilakukan pada hari ke 1, 3, 7 dan selanjutnya setiap minggu

sampai hari ke 56 penyimpanan.

b. pH

Pengukuran pH dilakukan dengan cara mencelupkan pH meter ke dalam

sediaan gel dengan kitosan dan sediaan gel standar yang diencerkan

terlebih dahulu, pH sediaan akan tertera pada monitor pengukuran

dilakukan pada hari ke 1, 3, 7 dan selanjutnya setiap minggu sampai hari

ke 56 penyimpanan.

c. Viskositas

Sediaan dengan kitosan dan sediaan gel standar diukur viskositasnya

dengan menggunakan viscometer dengan spindle yang cocok ( spindel

nomor 2 ). Pengukuran dilakukan 3 kali untuk masing – masing sediaan

4

Page 5: Evaluasi Dok

gel pada hari ke 1, 3, 7 dan selanjutnya setiap minggu sampai hari ke 56

penyimpanan.

d. Kandungan antioksian

I.2 Uji Stabilitas Sediaan Krim

I.2.1 Evaluasi Secara Fisika

a. Uji Organoleptis

Analisis organoleptik dilakukan dengan mengamati perubahan–perubahan

bentuk, warna, dan bau dari sediaan

b. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat

proses pembuatan krim bahan aktif obat dengan bahan dasarnya dan

bahan tambahan lain yang diperlukan tercampur secara homogen.

Persyaratanya harus homogen, sehingga krim yang dihasilkan mudah

digunakan dan terdistribusi merata pada kulit. Alat yang digunakan untuk

pengujian homogenitas adalah roller mill, colloid mill, homogenizer tipe

katup. Dispersi yang seragam dari obat yang tak larut dalam basis

maupun pengecilan ukuran agregat lemak dilakukan dengan melalui

homogenizer atau mill pada temperatur 30 – 40oC. Krim harus tahan

terhadap gaya gesek yang timbul akibat pemindahan produk maupun

akibat aksi dari alat pengisi (Anief, 1997).

c. Uji Daya Sebar

Sebanyak 0,5 gram krim diletakkan dengan hati-hati di atas kertas

grafik yang dilapisi plastik transparan, dibiarkan sesaat (15 detik) dan

luas daerah yang diberikan oleh sediaan dihitung kemudian tutup lagi

dengan plastik yang diberi beban tertentu masing-masing 1, 2, dan 5 g

dan dibiarkan selama 60 detik pertambahan luas yang diberikan oleh

sediaan dapat dihitung (Voigt, 1994).

d. Uji Daya Lekat

Uji daya lekat dilakukan dengan cara kerja sebagai berikut: krim dengan

berat 0,25 g diletakkan di atas dua gelas objek yang telah ditentukan

kemudian ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Setelah itu gelas

5

Page 6: Evaluasi Dok

objek dipasang pada alat tes. Alat tes diberi beban 80 g dan kemudian

dicatat waktu pelepasan krim dari gelas objek (Syarifah, 2007).

e. Uji Pengukuran Viskositas Sediaan

Viskositas formula krim diukur dengan menggunakan viscometer

Brookfield menggunakan spindel CP-52 pada kecepatan dan shear rates

yang bervariasi. Pengukuran dilakukan pada kecepatan 0,10, 0,20, 0,30,

0,40, dan 0,50 rpm dalam 60 detik diantara dua kecepatan yang berurutan

sebagai equilibration dengan rentang shear rate dari 0,2 s-1 hingga 1.0 s-1.

Penentuan viskositas dilakukan pada suhu ruangan. Data viskositas diplot

pada rheogram (Purushothamrao et al., 2010).

I.2.2 Evaluasi Secara Kimia

Pengukuran pH

Alat pH meter dikalibrasi menggunakan larutan dapar pH 7 dan pH 4.

Satu gram sediaan yang akan diperiksa diencerkan dengan air suling

hingga 10 mL. Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam larutan yang

diperiksa, jarum pH meter dibiarkan bergerak sampai menunjukkan

posisi tetap, pH yang ditunjukkan jarum pH meter dicatat (Depkes RI,

1995).

I.3 Uji Stabilitas Sediaan Salep

a. Organoleptis

Pemeriksaan dilakukan terhadap bentuk, warna, bau, dan suhu lebur

(Depkes RI, 1995).

b. pH

Harga pH adalah harga yang ditunjukkan oleh pH meter yang telah

dibakukan dan mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH

menggunakan elektroda indikator yang peka terhadap aktivitas ion

hidrogen, elektroda kaca, dan elektroda pembanding yang sesuai seperti

elektroda kalomel dan elektroda perak-perak klorida. Pengukuran

dilakukan pada suhu ±250 C, kecuali dinyatakan lain dalam masing-

masing monografi (Dirjen POM, 1995). pH salep mendekati pH kulit yaitu

sekitar 6-7.

6

Page 7: Evaluasi Dok

c. Konsistensi

Konsistensi merupakan suatu cara menentukan sifat berulang, seperti sifat

lunak dari setiap sejenis salap atau mentega, melalui sebuah angka ukur.

Untuk memperoleh konsistensi dapat digunakan metode sebagai berikut:

•       Metode penetrometer.

•       Penentuan batas mengalir praktis

d. Termoresistensi

Dihasilkan melalui tes berayun. Dipergunakan untuk mempertimbangkan

daya simpan salep di daerah dengan perubahan iklim (tropen) terjadi

secara nyata dan terus-menerus.

e. Distribusi ukuran partikel

Untuk melakukan penelitian orientasi, digunakan grindometer yang

banyak dipakai dalam industri bahan pewarna. Metode tersebut hanya

menghasilkan harga pendekatan, yang tidak sesuai dengan harga yang

diperoleh dari cara mikroskopik, akan tetapi setelah dilakukan peneraan

yang tepat, metode tersebut daat menjadi metode rutin yang baik dan cepat

pelaksanaannya.

I.4 Uji Stabilitas Sediaan Pasta

a. Pemeriksaan organoleptis

Keadaan pasta harus lembut, serba sama (homogen) tidak terlihat adanya

gelembung udara, gumpalan, dan partikel yang terpisah dan benda asing

yang ada tidak tampak.

b. Homogenitas

Pasta yang dihasilkan harus homogen (serba sama) , tidak ada fase-fase

yang terpisah.

c. Viskositas

Pemeriksaan viskositas dilakukan dengan alat Viskometer Brookfield tipe

RV dengan spindel no. 7, kecepatan 2 rpm.

d. pH

Uji pH dilakukan menggunakan pH-meter dimana pH untuk sediaan pasta

gigi yang dipersyaratkan adalah 4,5-10,5, pH sediaan diamati selama

penyimpanan pada suhu kamar selama 6 minggu.

7

Page 8: Evaluasi Dok

e. Pengukuran tinggi busa

Parameter pada pengukuran tinggi busa sangat bergantung pada

konsentrasi surfaktan, selain itu juga dipengaruhi oleh kesadahan air,

suhu ruang saat pengukuran, dan waktu pendiaman.

f. Stabilitas penyimpanan siklus freeze thaw

Uji stabilitas fisik dengan metode penyimpanan pada siklus frezee thaw

dilakukan untuk melihat pengaruh suhu terhadap pemisahan fase pasta

yang terjadi selama penyimpanan pada dua suhu yang berbeda yaitu

siklus frezee pada suhu 4°C dan thaw pada suhu 45°C.

g. Sentrifugasi

Ditandai dengan adanya lapisan cair berwarna coklat di atas permukaan

sediaan.

8

Page 9: Evaluasi Dok

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia

Djajadisastra, J. 2004. Cosmetic Stability. Seminar Setengah Hari Hiki. Jakarta.

Purushothamrao K, Khaliq K., Sagare P., Patil S. K., Kharat S. S., Alpana.K. 2010.

Formulation and evaluation of vanishing cream for scalp psoriasis. Int J

Pharm Sci Tech Vol-4,Issue-1, 2010. ISSN: 0975-0525

9