Euthanasia

41
EUTHANASIA Rahma Dona Amido Rey Wawan Harimawan Ahmed Mawardi Fitri Annisa Hts

Transcript of Euthanasia

Page 1: Euthanasia

EUTHANASIA

Rahma DonaAmido Rey

Wawan HarimawanAhmed MawardiFitri Annisa Hts

Page 2: Euthanasia

PENDAHULUAN

• Sekitar tahun 400 SM “The Aippocratie Oath” : “saya tidak akan memberikan obat mematikan pada siapapun, atau menyarankan hal tersebut pada siapapun”.

• Sejauh ini Indonesia memang belum mengatur secara spesifik mengenai euthanasia (Mercy Killing). Dan hal ini masih menjadi perdebatan pada beberapa kalangan yang menyetujui tentang euthanasia dan pihak yang tidak setuju tentang euthanasia.

Page 3: Euthanasia

PENDAHULUAN

• Perdebatan ini tidak akan pernah berakhir, karena sudut pandang yang dipakai sangatlah bertolak belakang,

• Alasan perdebatan tersebut adalah masalah legalitas dari perbuatan euthanasia.

• Di Indonesia masalah euthanasia masih belum mandapatkan tempat yang diakui secara yuridis dan mungkinkah dalam perkembangan Hukum Positif Indonesia, euthanasia akan mendapatkan tempat yang diakui secara yuridis.

Page 4: Euthanasia

PENDAHULUAN

– Mengetahui euthanasia dalam perspektif medis;– Mengetahui konsep kematian;– Mengetahui euthanasia ditinjau dari etika

kedokteran;– Mengetahui euthanasia dalam perspektif hukum;– Mengetahui euthanasia dalam perspektif agama.

Page 5: Euthanasia

EUTHANASIA

Page 6: Euthanasia

DEFINISI

• Euthanasia berasal dari kata Yunani Euthanathos. Eu = baik /tanpa penderitaan; sedang tanathos = mati.

• Dengan demikian euthanasia dapat diartikan mati dengan baik tanpa penderitaan.

• Euthanasia Study Group dari KNMG (Ikatan Dokter Belanda) Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri.´

Page 7: Euthanasia

DEFINISI

• Commisie dari Gezondheidsraad (Belanda) euthanasia adalah perbuatan yang dengan sengaja memperpendek hidup ataupun dengan sengaja tidak memperpanjang hidup demi kepentingan si pasien oleh seorang dokter ataupun bawahan yang bertanggung jawab kepadanya.

Page 8: Euthanasia

DEFINISI

• Oxford English Dictionary dirumuskan sebagai kematian yang lembut dan nyaman, dilakukan terutama dalam kasus penyakit yang penuh penderitaan dan tak tersembuhkan´.

• Istilah yang sangat populer untuk menyebut jenis pembunuhan ini adalah mercy killing.

Page 9: Euthanasia

DEFINISI

• Menurut Kamus Kedokteran Dorland euthanasia mengandung dua pengertian. – Pertama, suatu kematian yang mudah atau tanpa

rasa sakit. – Kedua,pembunuhan dengan kemurahan hati,

pengakhiran kehidupan seseorang yang menderita penyakit yang tak dapat disembuhkan dan sangat menyakitkan secara hati-hati dan disengaja.

Page 10: Euthanasia

SEJARAH

• Beberapa pandangan beberapa tokoh kuno. • Posidippos, (300an SM), : “Dari apa yang

diminta manusia kepada para dewa, tiada sesuatu yang lebih baik daripada kematian yang baik”.

• Philo, filsuf Yahudi (20 BC – 50 AD), mengartikan euthanasia sebagai ‘kematian tenang dan baik’

Page 11: Euthanasia

SEJARAH

• Suetonius, ahli sejarah (70-140 Masehi). Dalam tulisannya tentang Kaisar Agustus, mengatakan demikian: “Ia mendapat kematian yang mudah seperti yang selalu diinginkannya. Karena ia hampir selalu biasa mohon kepada dewa-dewa bagi dirinya dan bagi keluarganya ‘euthanasia’ bila mendengar bahwa seseorang dapat meninggal dengan cepat dan tanpa penderitaan. Itulah kata yang dipakainya”

Page 12: Euthanasia

SEJARAH

• Zaman Renaissanse – Francis Bacon dalam Nova Atlantis, mengajukan

gagasan euthanasia medica, yaitu bahwa dokter hendaknya memanfaatkan kepandaiannya bukan hanya untuk menyembuhkan, melainkan juga untuk meringankan penderitaan menjelang kematian.

– Thomas More dalam “The Best Form of Government and The New Island of Utopia” yang diterbitkan tahun 1516 menguraikan gagasan untuk mengakhiri kehidupan yang penuh sengsara secara bebas dengan cara berhenti makan atau dengan racun yang membiuskan.

Page 13: Euthanasia

SEJARAH

• Pada abad ke 17 sampai 20, David Hume (1711-1776) yang melawan argumentasi tradisional tentang menolak bunuh diri (Essays on the suicide and the immortality of the soul etc. ascribed to the late of David Hume, London 1785), mempengaruhi dan membuka jalan menuju gagasan euthanasia.

• Tahun 1920-1930 : euthanasia zaman nasional-sosialisme Hittler. – Karl Binding (ahli hukum pidana) dan Alfred Hoche

(psikiater) membenarkan euthanasia sebagai pembunuhan atas hidup yang dianggap tak pantas hidup.

Page 14: Euthanasia

SEJARAH

• Hingga dewasa ini di Belanda, pengadilan 21 Februari 1973 menjatuhkan pengadilan simbolis seminggu penjara atas dokter Geertruide Postma Van Boven yang pada tanggal 19 Oktober 1971 atas permintaan ibunya sendiri yang berusia 78 tahun dan sakit tak tersembuhkan mengakhiri hidup ibunya dengan memberikan 200 mg morfin.

Page 15: Euthanasia

KONSEP KEMATIAN

• Dikenal beberapa konsep tentang mati seperti: – Mati sebagai berhentinya darah mengalir; – Mati sebagai saat terlepasnya nyawa dari tubuh; – Hilangnya kemampuan tubuh secara permanen; – Hilangnya manusia secara permanen untuk

kembali sadar dan melakukan interaksi sosial.

Page 16: Euthanasia

KONSEP KEMATIAN

• World Medical Assembly tahun 1968 yang dikenal dengan Deklarasi Sydney. – penentuan saat kematian di kebanyakan negara

merupakan tanggung jawab sah dokter. • Yang penting dalam penentuan saat mati di

sini adalah proses kematian tersebut sudah tidak dapat dikembalikan lagi (irreversible) meski menggunakan teknik penghidupan kembali apapun.

Page 17: Euthanasia

KLASIFIKASI EUTHANASIA

• Dari cara dilaksanakannya:– Euthanasia pasif • menghentikan atau mencabut segala tindakan atau

pengobatan yang perlu untuk mempertahankan hidup manusia;

– Euthanasia aktif • dilakukan secara medik melalui intervensi aktif oleh

seorang dokter dengan tujuan untuk mengakhiri hidup manusia.

Page 18: Euthanasia

KLASIFIKASI EUTHANASIA

• Euthanasia aktif :– langsung (direct) • tindakan medik secara terarah yang diperhitungkan

akan mengakhiri hidup pasien atau memperpendek hidup pasien. • dikenal juga sebagai Mercy Killing;

– tidak langsung (indirect) • dokter atau tenaga kesehatan melakukan tindakan

medik untuk meringankan penderitaan pasien namun mengetahui adanya resiko tersebut dapat memperpendek atau mengakhiri hidup pasien.

Page 19: Euthanasia

KLASIFIKASI EUTHANASIA

• Ditinjau dari permintaan:– Euthanasia volunteer (euthanasia sukarela

/euthanasia atas permintaan pasien) • dilakukan atas permintaan pasien secara sadar dan

diminta berulang-ulang;

– Euthanasia involunteer (tidak atas permintaan pasien) • dilakukan pada pasien yang sudah tidak sadar dan

biasanya keluarga pasien yang meminta.

Page 20: Euthanasia

KLASIFIKASI EUTHANASIA

• Pseudoeuthanasia:– Gejala mati otak atau batang otak, – Pasien menolak untuk diberikan perawatan medis.

bersesuaian dengan KUHPer pasal 1320 yang menyatakan sahnya sebuah perjanjian adalah kehendak bebas. Dan dalam pasal 351 KUHP, dinyatakan bahwa apabila tetap dilakukan tanpa izin, maka akan termasuk ke dalam penganiayaan;

– Dalam keadaan darurat, misalnya kekurangan alat untuk pasien;

– Penghentian pemberian perawatan medis karena diketahui tidak ada gunanya lagi.

Page 21: Euthanasia

EUTHANASIA DITINJAU DARI ETIKA KEDOKTERAN

• KODEKI pasal 2 “seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi tertinggi”. – seorang dokter dalam melakukan kegiatan kedokterannya

sebagai seorang profesi dokter harus sesuai dengan ilmu kedokteran mutakhir, hukum dan agama.

• KODEKI pasal 7d “setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup insani”. – dalam menjalankan profesinya seorang dokter tidak boleh

melakukan: menggugurkan kandungan (Abortus Provokatus), mengakhiri kehidupan seorang pasien yang menurut ilmu dan pengetahuan tidak mungkin akan sembuh lagi (euthanasia).

Page 22: Euthanasia

EUTHANASIA DITINJAU DARI ETIKA KEDOKTERAN

• Menurut asas KODEKI, kata euthanasia dipergunakan dalam tiga arti, yaitu: – Berpindah ke alam baka dengan tenang dan aman,

tanpa penderitaan, buat yang beriman dengan menyebut nama Tuhan;

– Waktu hidup berakhir, diringankan penderitaan si pasien dengan memberi obat penenang;

– Mengakhiri penderitaan dan hidup seseorang yang sakit dengan sengaja atas permintaan pasien sendiri dan keluarganya.

Page 23: Euthanasia

EUTHANASIA DITINJAU DARI HUKUM

• Universal Declaration of Human Rights pada Pasal 3: menyatakan bahwa setiap orang berhak akan hidup, akan kemerdekaan dan keamanan bagi dirinya.

• UUD 1945 memuat hak-hak asasi manusia, yaitu seperti hak setiap warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan, berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, hak berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pendapat, berhak hidup sejahtera lahir dan batin, hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, dan masih banyak ketentuan UUD 1945 yang mengatur hak-hak manusia.

Page 24: Euthanasia

EUTHANASIA DITINJAU DARI HUKUM

• Di Indonesia, euthanasia dalam bentuk apapun dilarang karena tidak sesuai dengan etika yang dianut oleh bangsa dan melanggar hukum positif

• Pasal 344 : “barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.”

• Dengan demikian, seorang dokter atau tenaga kesehatan lain yang ingin membantu pelaksanaan euthanasia atas permintaan atau desakan berdasarkan rasa kemanusiaan atau perasaan kasihan yang mendalam atau berdasarkan prinsip etika kedokteran, maka tindakan tersebut diancam dengan tindak pidana

Page 25: Euthanasia

EUTHANASIA DITINJAU DARI HUKUM

Isi Perundang-undangan mengenai Euthanasia antara lain:• Pasal 304 KUHP

– Barang siapa dengan sengaja menempatkan atau membiarkan seorang dalam keadaan sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan dia wajib memberi kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang itu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

• Pasal 338 KUHP:– Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain,

diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Page 26: Euthanasia

EUTHANASIA DITINJAU DARI HUKUM

Isi Perundang-undangan mengenai Euthanasia antara lain:

• Pasal 340 KUHP:– Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih

lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan rencana, dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.

• Pasal 359 KUHP:– Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya)

menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.

Page 27: Euthanasia

EUTHANASIA DITINJAU DARI HUKUM

• Ketentuan hukum yang mengingatkan kalangan kesehatan untuk berhati-hati menghadapi kasus euthanasia.

• Pasal 344 KUHP– Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan

orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

• Pasal 345 KUHP– Barang siapa dengan sengaja mendorong orang lain untuk

bunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun kalau orang itu jadi bunuh diri.

Page 28: Euthanasia

EUTHANASIA DITINJAU DARI HUKUM

• Ketentuan hukum yang mengingatkan kalangan kesehatan untuk berhati-hati menghadapi kasus euthanasia.– Declaration of Lisbon dari World Medical Association (WMA) :

"the rights to accept or to refuse treatment after receiving adequate information".

– Secara implisit amandemen UUD 1945 pasal 28G ayat (1) juga menyebutnya demikian “Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi”.

– UU No 23 / 1992 tentang Kesehatan juga memberikan hak kepada pasien untuk memberikan persetujuan atas tindakan medis yang akan dilakukan terhadapnya. kemudian diuraikan di dalam Permenkes tentang Persetujuan Tindakan Medis.

Page 29: Euthanasia

EUTHANASIA DITINJAU DARI AGAMA

ISLAM• Islam sangat menghargai jiwa, lebih-lebih terhadap jiwa

manusia. • Al-Qur’an maupun hadits yang mengharuskan kita untuk

menghormati dan memelihara jiwa manusia (hifzh al nafs). • Jiwa, meskipun merupakan hak asasi manusia, tetapi ia

adalah anugerah Allah SWT.• Di antara firman-firman Allah SWT yang menyinggung soal

jiwa atau “nafs” itu adalah :– Surat Al-Hijr ayat 23:

• “Dan sesungguhnya benar-benar kami-lah yang menghidupkan dan mematikan, dan kami (pulalah) yang mewarisi”.

– Surat Al-Najm ayat 44:• “Dan bahwasanya Dia-lah (Allah) yang mematikan dan menghidupkan”.

Page 30: Euthanasia

EUTHANASIA DITINJAU DARI AGAMA

ISLAM• Tindakan merusak maupun menghilangkan jiwa milik

orang lain maupun jiwa milik sendiri adalah perbuatan melawan hukum Allah.

• Begitu besarnya penghargaan Islam terhadap jiwa, sehingga segala perbuatan yang merusak atau menghilangkan jiwa manusia, diancam dengan hukuman yang setimpal (qishash atau diyat).

• Dalam hubungannya dengan jarimah mati euthanasia:– “Nash” sebagai unsur formal (rukun syar’i).– “Tindakan” disebut unsur material (rukun maddi).– “Pelaku” yang mukallaf, disebut unsur moral (rukun abadi).

Page 31: Euthanasia

EUTHANASIA DITINJAU DARI AGAMA

ISLAM• Euthanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-rahmah

atau taisir al-maut (euthanasia), yaitu suatu tindakan memudahkan kematian seseorang dengan sengaja tanpa merasakan sakit, karena kasih sayang, dengan tujuan meringankan penderitaan si sakit, baik dengan cara positif maupun negatif.

• Pada konferensi pertama tentang kedokteran Islam di Kuwait tahun 1981, dinyatakan bahwa tidak ada suatu alasan yang membenarkan dilakukannya euthanasia ataupun pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing) dalam alasan apapun juga.

Page 32: Euthanasia

EUTHANASIA DITINJAU DARI AGAMA

HINDU• Pandangan agama Hindu terhadap euthanasia

adalah didasarkan pada ajaran tentang karma, moksa dan ahimsa.

• Karma merupakan suatu konsekuensi murni dari semua jenis kehendak dan maksud perbuatan

• Moksa yaitu suatu kebebasan dari siklus reinkarnasi yang menjadi suatu tujuan utama dari penganut ajaran Hindu.

• Ahimsa adalah merupakan prinsip "anti kekerasan" atau pantang menyakiti siapapun juga.

Page 33: Euthanasia

EUTHANASIA DITINJAU DARI AGAMA

HINDU• Bunuh diri adalah suatu perbuatan yang

terlarang didalam ajaran Hindu dengan pemikiran bahwa perbuatan tersebut dapat menjadi suatu faktor yang mengganggu pada saat reinkarnasi oleh karena menghasilkan "karma" buruk.

• Kehidupan manusia adalah merupakan suatu kesempatan yang sangat berharga untuk meraih tingkat yang lebih baik dalam kehidupan kembali.

Page 34: Euthanasia

EUTHANASIA DITINJAU DARI AGAMA

BUDDHA• Ajaran agama Buddha sangat menekankan kepada makna

dari kehidupan dimana penghindaran untuk melakukan pembunuhan makhluk hidup adalah merupakan salah satu moral dalam ajaran Budha.

• Selain daripada hal tersebut, ajaran Buddha sangat menekankan pada "welas asih" ("karuna")

• Mempercepat kematian seseorang secara tidak alamiah adalah merupakan pelanggaran terhadap perintah utama ajaran Budha yang dengan demikian dapat menjadi "karma" negatif kepada siapapun yang terlibat dalam pengambilan keputusan guna memusnahkan kehidupan seseorang tersebut.

Page 35: Euthanasia

EUTHANASIA DITINJAU DARI AGAMA

KRISTEN PROTESTAN• Gereja Protestan memiliki pendekatan yang berbeda-

beda dalam pandangannya terhadap euthanasia dan orang yang membantu pelaksanaan euthanasia.

• Beberapa pandangan dari berbagai denominasi tersebut: – Gereja Methodis (United Methodist Church) dalam buku

ajarannya menyatakan bahwa: "penggunaan teknologi kedokteran untuk memperpanjang kehidupan pasien terminal membutuhkan suatu keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan tentang hingga kapankah peralatan penyokong kehidupan tersebut benar-benar dapat mendukung kesempatan hidup pasien, dan kapankah batas akhir kesempatan hidup tersebut“.

Page 36: Euthanasia

EUTHANASIA DITINJAU DARI AGAMA

KRISTEN PROTESTAN– Gereja Lutheran di Amerika menggolongkan

nutrisi buatan dan hidrasi sebagai suatu perawatan medis yang bukan merupakan suatu perawatan fundamental. Dalam kasus dimana perawatan medis tersebut menjadi sia-sia dan memberatkan, maka secara tanggung jawab moral dapat dihentikan atau dibatalkan dan membiarkan kematian terjadi.

Page 37: Euthanasia

EUTHANASIA DITINJAU DARI AGAMA

KRISTEN PROTESTAN• Seorang kristiani percaya bahwa mereka berada dalam suatu

posisi yang unik untuk melepaskan pemberian kehidupan dari Tuhan karena mereka percaya bahwa kematian tubuh adalah merupakan suatu awal perjalanan menuju ke kehidupan yang lebih baik.

• Sejak awalnya, cara pandang yang dilakukan kaum kristiani dalam menanggapi masalah "bunuh diri" dan pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing) adalah dari sudut "kekudusan kehidupan" sebagai suatu pemberian Tuhan.

• Mengakhiri hidup dengan alasan apapun juga adalah bertentangan dengan maksud dan tujuan pemberian tersebut.

Page 38: Euthanasia

EUTHANASIA DITINJAU DARI AGAMA

KRISTEN KATOLIK• Sejak pertengahan abad ke-20, gereja Katolik telah

berjuang untuk memberikan pedoman sejelas mungkin mengenai penanganan terhadap mereka yang menderita sakit tak tersembuhkan, sehubungan dengan ajaran moral gereja mengenai euthanasia dan sistem penunjang hidup.

• Paus Pius XII, yang tak hanya menjadi saksi dan mengutuk program-program egenetika dan euthanasia Nazi, melainkan juga menjadi saksi atas dimulainya sistem-sistem modern penunjang hidup, adalah yang pertama menguraikan secara jelas masalah moral ini dan menetapkan pedoman.

Page 39: Euthanasia

EUTHANASIA DITINJAU DARI AGAMA

KRISTEN KATOLIK• Pada tanggal 5 Mei tahun 1980, kongregasi

untuk ajaran iman telah menerbitkan Dekalarasi tentang euthanasia ("Declaratio de euthanasia") yang menguraikan pedoman ini lebih lanjut, khususnya dengan semakin meningkatnya kompleksitas sistem-sistem penunjang hidup dan gencarnya promosi eutanasia sebagai sarana yang sah untuk mengakhiri hidup.

Page 40: Euthanasia

EUTHANASIA DITINJAU DARI AGAMA

KRISTEN KATOLIK• Paus Yohanes Paulus II, yang prihatin dengan

semakin meningkatnya praktik euthanasia, dalam ensiklik Injil Kehidupan (Evangelium Vitae) nomor 64 yang memperingatkan kita agar melawan "gejala yang paling mengkhawatirkan dari `budaya kematian' dimana jumlah orang-orang lanjut usia dan lemah yang meningkat dianggap sebagai beban yang mengganggu."

Page 41: Euthanasia

EUTHANASIA DITINJAU DARI AGAMA

KRISTEN KATOLIK• Paus Yohanes Paulus II juga menegaskan

bahwa eutanasia merupakan tindakan belas kasihan yang keliru, belas kasihan yang semu: "Belas kasihan yang sejati mendorong untuk ikut menanggung penderitaan sesama. Belas kasihan itu tidak membunuh orang, yang penderitaannya tidak dapat kita tanggung" (Evangelium Vitae, nomor 66).