Etos Kerja Dalam Produktivitas Perusahaan · Web viewPenulis sangat berharap makalah ini dapat...

26
i Etos Kerja Dalam Produktivitas Perusahaan Ditulis Sebagai Persyaratan Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Oleh: Nama : Octa Cyntya Dewi No Absen : 50 NIM : 201510160311050 Universitas Muhammadiyah Malang

Transcript of Etos Kerja Dalam Produktivitas Perusahaan · Web viewPenulis sangat berharap makalah ini dapat...

Etos Kerja Dalam Produktivitas Perusahaan

Etos Kerja Dalam Produktivitas Perusahaan

Ditulis Sebagai Persyaratan Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh:

Nama

: Octa Cyntya Dewi

No Absen: 50

NIM

: 201510160311050

Universitas Muhammadiyah Malang

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Program Studi Manajemen I A

Tahun 2015/2016

Etos Kerja Dalam Produktivitas Perusahaan

Ditulis Sebagai Persyaratan Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh:

No

NIM

Nama

Tanda Tangan

50

201510160311050

Octa Cyntya Dewi

Universitas Muhammadiyah Malang

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Program Studi Manajemen I A

Tahun 2015/2016

Prakata

Bismillahir Rahmanir Rahim

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis telah dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Etos Kerja dalam Produktivitas Perusahaan”. Penulisan ini merupakan tugas wajib untuk mengikuti mata kuliah PPKN semester 1 dan juga kami berterimakasih pada Bapak H. Katino Wihatmo, M.M selaku Dosen mata kuliah PPKN di Jurusan Manajemen Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Etos Kerja dalam Produktivitas Perusahaan. Penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Dengan iringan doa semoga makalah ini bisa bermanfaat dalam pengembangan pendidikan dan wacana berpikir kita bersama. Amin

Malang, 19 September 2015

Octa Cyntya Dewi

Daftar isi

Juduli

Pengesahanii

Prakataiii

Daftar Isiiv

BAB I Pendahuluan1

1.1 Latar Belakang1

1.2 Rumusan Masalah1

1.3 Tujuan Penulisan1

BAB II Pembahasan2

2.1 Tinjauan Teori2

2.2 Tinjauan Praktis7

BAB III Penutup12

3.1 Kesimpulan12

Daftar Pustaka13

BAB I

Pendahuluan

Latar Belakang

Dalam beberapa dasa warsa terakhir ini, sumber daya manusia dalam berbagai organisasi menjadi perhatian utama bagi manajemen organisasi. Suksesnya pelaksanaan fungsi-fungsi dan tercapainya tujuan organisasi bukan hanya disebabkan karena uang, barang modal dan alat bantu lainnya, tetapi juga kareena terutama oleh kemampuan, motivasi dan perilaku dari seluruh tenaga kerja atau karyawan organisasi atau perusahaan untuk berperan serta secara aktif dan produktif dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan. (Pleffer:1995)

Etos kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja. (Sumber : Drs. Gering Supriyadi,MM dan Drs. Tri Guno, LLM )

Di Indonesia, keberadaan tenaga kerja yang handal masih dipertanyakan. Kenyataan bahwa perusahaan-perusahaan asing selama ini lebih banyak memfokuskan diri pada investasi di sektor padat modal ketimbang padat karya, menunjukkan begitu ruwetnya persoalan yang dihadapi investor di negara ini, sehingga upah buruh murah pu tidak mampu lagi menjadi daya tarik investor. Akibatnya, banyak perusahaan asing akhirya terpaksa menggunakan staf ekspatriat. Selain itu, para investor asing juga resah dengan semakin meningkatnya kecendrungan radikalisme dan aktivisme buruh. Investasi yang masuk lebih banyak di industri-industri ekstraktif, seperti minyak dan gas (migas), yang biasanya berlokasi di wilayah-wilayah yang agak terpencil. Dengan demikian, lebih mudah menghindar dari potensi-potensi kerusuhan sosial, yang biasanya lebih mudah terpicu di daerah perkotaan. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia merupakan tenaga kerja berketerampilan rendah, sehingga produktivitasnya juga rendah. Banyak investor yang mengeluhkan sulitnya mecari, menyewa atau mempertahankan staf yang berketerampilan tinggi

Rumusan Masalah

1. Bagaimana etos kerja dalam produktivitas perusahaan?

2. Bagaimana etos kerja produktivitas di negara lain?

Tujuan Masalah

Mendeskripsikan etos kerja dalam produktivitas perusahaan dan praktek didalam masyarakat dalam transformasi Islami

BAB II

Pembahasan

2.1 Tinjauan Teori

1. Etos Kerja

Etos kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja. (Sumber : Drs. Gering Supriyadi,MM dan Drs. Tri Guno, LLM )

Etos berasal dari bahasa Yunani yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau sesuatu kelompok.

Secara terminologis kata etos, yang mengalami perubahan makna yang meluas. Digunakan dalam tiga pengertian berbeda yaitu:

· Suatu aturan umum atau cara hidup.

· Suatu tatanan aturan perilaku.

· Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku.

Dalam pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang berkehendak atau berkemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka mencapai cita cita yang positif.

Dari keterangan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kata etos berarti watak atau karakter seorang individu atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan yang disertai dengan semangat yang tinggi, guna mewujudkan sesuatu cita-cita.

Jadi kesimpulannya Etos kerja adalah refleksi dari sikap hidup yang mendasar maka etos kerja pada dasarnya juga merupakan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada nilai-nilai yang berdimensi transenden.

Ciri-ciri orang yang mempunyai dan menghayati etos kerja akan tampak dalam sikap dan tingkah lakunya yang berlandaskan pada suatu keyakinan yang sangat mendalam, bahwa bekerja itu adalah ibadah dan berprestasi indah. Salah satu esensi dan hakikat dari etos kerja adalah cara seseorang menghayati, memahami, dan merasakan betapa berharganya waktu. Satu detik berlalu tidak mungkin dia akan kembali. Sadar untuk tidak memboroskan waktu, setiap pribadi muslim yang memiliki etos kerja tinggi akan segera menyusun tujuan, membuat perencanaan kerja, dan kemudian melakukan evaluasi atas hasil kerjanya. Inilah arti manajemen sebenarnya.

Seseorang yang memiliki etos kerja sadar betul bahwa kehadiran dirinya di muka bumi ini bukanlah sekadar untuk ada (being), melainkan ada semangat yang menggelora di seluruh pori-pori tubuhnya untuk mengisi waktu menuju pada tingkatan menjadi (becoming), dan akhirnya memperoleh nilai di sisi Allah: menjadi bagian dari Khairu-ummah (ummat yang terbaik). Para pekerja yang bermalas-malasan dan membuang-buang waktu pada hakikatnya berjiwa kerdil, pengecut, tidak memiliki tanggung jawab, dan kehilangan orientasi untuk menatap masa depannya.

Penanaman nilai-nilai Islam dalam budaya kerja akan melahirkan pribadi muslim yang mempunyai pandangan ke depan (visionary leadership). Mereka memiliki vitalitas yang sangat kuat, menghargai orang lain, dan terbuka terhadap semua gagasan, bahkan kritik. Gaya kepemimpinan seperti ini merupakan salah satu gaya yang diperlihatkan Rasulullah, yaitu memiliki prinsip-prinsip dan wawasan ke depan.

Pribadi yang memiliki etos kerja islami juga akan menjadikan silaturrahim sebagai salah satu pengembangan dirinya, karena bukan saja memiliki nilai ibadah yang bersifat ukhrawi (keakhiratan), tetapi juga merupakan faktor produksi potensial yang hasilnya juga dapat di petik di dunia.

Dalam menghadapi zaman yang begitu cepat berubah, dimana life cycle technology, inovasi, dan produksi begitu cepat bergerak, seorang muslim yang mempunyai etos kerja tentu tidak akan pernah menganggap enteng nilai silaturrahim ini.

2. Produktivitas

A. Definisi

Menurut Dewan Produktivitas Nasional (dalam Husien, 2002: 9) menjelaskan bahwa:

Produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Dengan kata lain bahwa produktivitas memliliki dua dimensi. Dimensi pertama adalah efektivitas yang mengarah kepada pencapaian target berkaitan dengan kuaitas, kuantitas dan waktu. Yang kedua yaitu efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.

Pendapat yang demikian itu menunjukkan bahwa produktivitas mencakup sejumlah persoalan yang terkait dengan kegiatan manajemen dan teknis operasional.

Sedangkan konsep produktivitas dijelaskan oleh Ravianto (1989: 18) sebagai berikut:

1. Produktivitas adalah konsep universal, dimaksudkan untuk menyediakan semakin banyak barang dan jasa untuk semakin banyak orang dengan menggunakan sedikit sumber daya.

2. Produktivitas berdasarkan atas pendekatan multi disiplin yang secara efektif merumuskan tujuan rencana pembangunan dan pelaksanaan cara-cara produktif dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien namun tetap menjaga kualitas.

3. Produktivitas terpadu menggunakan keterampilan modal, teknologi manajemen, informasi, energi, dan sumber daya lainnya untuk mutu kehidupan yang mantap bagi manusia melalui konsep produktivitas secara menyeluruh.

4. Produktivitas berbeda di masing-masing negara dengan kondisi, potensi, dan kekurangan serta harapan yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan dalam jangka panjang dan pendek, namun masing-masing negara mempunyai kesamaan dalam pelaksanaan pendidikan dan komunikasi.

5. Produktivitas lebih dari sekedar ilmu teknologi dan teknik manajemen akan tetapi juga mengandung filosofi dan sikap mendasar pada motivasi yang kuat untuk terus menerus berusaha mencapai mutu kehidupan yang baik.

Sinungan (1995: 18) menjelaskan produktivitas dalam beberapa kelompok sebagai berikut :

1. Rumusan tradisional bagi keseluruhan produksi tidak lain adalah ratio apa yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang digunakan.

2. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari pada kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.

3. Produktivitas merupakan interaksi terpadu serasi dari tiga faktor esensial, yakni : Investasi termasuk pengetahuan dan tekhnologi serta riset, manajemen dan tenaga kerja.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata produksi dan produktivitas.

Berikut beberapa pengertiannya:

Produksi  berasal dari kata latin “Producere”, berarti membuat sesuatu yang baru baik yang bersifat tangible (produk) maupun intangible (jasa).

"Produksi : Suatu kegiatan memproses input (faktor produksi) menjadi suatu output.”

“Produksi adalah pengubahan bahan-bahan dari sumber-sumber menjadi hasil yang yang diinginkan oleh konsumen. Hasil tersebut dapat berupa barang ataupun jasa.”

Produktivitas berasal dari kata bahasa inggris Productivity yang berarti kemampuan menghasilkan.

“Produktivitas adalah sebuah konsep yang menggambarkan hubungan antara hasil (jumlah barang yang diproduksi) dengan sumber (jumlah tenaga kerja, modal, tanah, energy, dan sebagainya) yang dipakai untuk menghasilkan hasil tersebut”

“Produktivitas adalah rasio output dan input suatu proses produksi dalam periode tertentu. Input terdiri dari  manajemen,  tenaga kerja, biaya produksi, dan peralatan serta  waktu. Output meliputi produksi, produk penjualan, pendapatan, pangsa pasar, dan kerusakan produk. Dalam perspektif normatif, pengertian produktivitas adalah kalau hari ini karyawan lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari sekarang.”

Dalam proses produksi adanya produk yang menjadi sasaran konsumen. Produk sendiri adalah barang atau jasa yang dapat diperjual belikan. Berasal dari bahasa inggris, produc yang artinya hasil.

Produktivitas juga erat kaitannya dengan mutu, maka dari itu.

Peningkatan produktivitas merupakan dambaan setiap perusahaan, produktivitas mengandung pengertian berkenaan denagan konsep ekonomis, filosofis, produktivitas berkenaan dengan usaha atau kegiatan manusia untuk menghasilkan barang atau jasa yang berguna untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia dan masyarakat pada umumnya. Sebagai konsep filosofis, produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan dimana keadaan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan mutu kehidupan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Hal ini yang memberi dorongan untuk berusaha dan mengembangkan diri. Sedangkan konsep sistem, memberikan pedoman pemikiran bahwa pencapaian suatu tujuan harus ada kerja sama atau keterpaduan dari unsur-unsur yang relevan sebagai sistem.

Beberapa kriteria untuk menilai produktivitas yang berkaitan dengan  mutu meliputi:

Sisi Input:

a. Tingkat pendidikan dan pengetahuan yang tinggi

b. Sikap tentang mutu yang tinggi

c. Ketrampilan kerja  tinggi

d. Pengalaman kerja luas

e. Kesehatan fisik prima

Sisi Proses:

a. Jumlah kesalahan yang rendah : mendekati nol

b. Jumlah karyawan yang keluar semakin rendah

c. Waktu kerja lembur bertambah

d. Ketidakhadiran karyawan semakin kecil

e. Kerusakan atau kesalahan rendah

f. Derajad respon tinggi

g. Biaya produksi perunit yang rendah

h. Kecermatan semakin tinggi

i. Kelengkapan proyek semakin tinggi

Sisi Output:

a. Kepuasan konsumen yang semakin tinggi

b. Peningkatan penjualan barang

c. Penerimaan dari investasi semakin meningkat

d. Output perkaryawan semakin tinggi

e. Nilai rupiah penjualan semakin meningkat

f. Keuntungan semakin besar

Sisi Outcome:

a. Pangsa pasar yang semakin besar

b. Penghasilan dari setiap pangsa semakin besar

c. Keluhan pelanggan pelanggan semakin kecil

d. Semakin besarnya peluang karir karyawan

e. Semakin besarnya peluang perusahaan untuk berkembang.

2.2 Tinjauan Praktek

· Hal-hal yang mempengaruhi produksi dan produktivitas.

Dalam suatu proses produksi dan produktivitas perusahaan, adakalanya mengalami kendala dan hambatan yang dialami. Hal in karena proses dalam kinerja suatu perusahaan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu. Faktor-faktor tersebut dapat memberi pengaruh yang cukup besar.

Dalam hal ini berikut akan dibahas  beberapa faktor yang mempengaruhinya, kendala dan hambatan, cara menanganinya dan cara meningkatkan produksi dan produktivitas suatu perusahaan. 

· Faktor –faktor utama yang mempengaruhi  produksi dan produktivitas

1. Sistem kerja

Dalam peningkatan produksi dan produktivitas perusahaan, peran manajemen sangat diperlukan, hal ini bagaikan roh dari perusahaan, tanpanya perusahaan tak dapat berjalan. Di bidang ini, manajemen memiliki lingkup ruang tersendiri, yaitu manajemen produksi.

Dalam melakukan kegiatan produksi ada berbagai faktor yang harus dikelola yang sering disebut sebagai faktor – faktor produksi yaitu :

a. Material atau bahan

b. Mesin atau peralatan

c. Manusia atau karyawan

d. Modal atau uang

e. Manajemen yang akan memfungsionalisasikan keempat faktor yang lain.

Dengan demikian manajemen produksi berkaitan dengan pengelolaan faktor – faktor produksi sedemikian rupa sehingga keluaran (output) yang dihasilkan sesuai dengan permintaan konsumen baik kualitas, harga maupun waktu penyampaiannya. Sekilas telah disebutkan dari uraian di atas bahwa manajemen produksi (operasi) bertanggung jawab atas dihasilkannya keluaran (output) baik yang berupa produk maupun jasa yang sesuai dengan permintaan dan kebutuhan konsumen dengan kualitas yang baik dan harga yang terjangkau serta disampaikan tepat pada waktunya.

· Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya produktivitas yang rendah di tingkat makro:

1) Kondisi Perekonomian : riset pajak yang rendah, tabungan dan investasi yang meningkat, regulasi yang berlebihan, tingkat Inflasi tinggi, fluktuasi ekonomi, harga energi tinggi, keterbatasan bahan baku, perlindungan berlebihan dan keterbatasan kuota, dan subsidi berlebihan yang menimbulkan inefisiensi.

2) Kondisi Industri: kurangnya riset dan pengembangan dan regulasi antimonopoli berlebihan.

3) Regulasi pemerintah: birokrasi panjang, produktivitas pemerintahan rendah,  pemborosan pemerintah dan tingkat korupsi tinggi.

4) Karakteristik Angkatan Kerja : standar pendidikan rendah; riset melek huruf rendah, etos kerja rendah, pergeseran ke sektor jasa, riset kriminal tinggi, pergeseran sistem nilai dan sikap.

· Faktor-faktor  mikro yang dapat memengaruhi terjadinya produktivitas yang rendah meliputi:

1) Organisasi: pabrik-pabrik tua,  mesin-mesin tua, kekurangan alat dan pabrik, riset dan pengembangan kurang dan kondisi  fisik tempat kerja kurang nyaman.

2) Manajemen : kurang perhatian terhadap mutu, kelebihan staf pegawai, spesialisasi pekerja yang berlebihan, kurang perhatian terhadap faktor-faktor manusia, perhatian terhadap isyu legal yang berlebihan, kurangnya perhatian pada persoalan merger, kurangnya perhatian terhadap pelatihan dan pengembangan gaji eksekutif berlebihan, sementara gaji karyawan tidak memadai, resisten terhadap perubahan, penurunan perhatian terhadap risiko kerja, sikap bermusuhan terhadap serikat pekerja, dan manajemen kepemimpinan otoriter.

3) Karyawan: lebih senang dengan waktu santai; resisten terhadap perubahan; tidak bangga pada pekerjaan; kekerasan karena alkohol dan obat-obatan terlarang; pengalaman kerja kurang; etos kerja yang kurang; rendahnya pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, sikap dan perilaku; kondisi kesehatan yang kurang; dan kemampuan berkomunikasi yang kurang.

Dalam proses produksi erat kaitannya dengan produktivitas. Maka dari itu produktivitas merupakan hal yang amat penting bagi perusahaan. Namun, adakalanya hambatan- hambatan yang dialami ketika ingin mencapai produktivitas yang baik. Berikut akan dibahas hambatan produktivitas.

· Hambatan Produktivitas

Jika hanya ada satu atau dua orang yang kurang produktif mungkin bisa dimaklumi. Tapi jika nyaris semuanya, tentu ada sesuatu yang tidak beres baik dari karyawan itu sendiri atau  pemimpinnya.Pakar karir Dr. Donald E. Wetmore mengatakan ada lima hambatan utama bagi produktivitas

· Seleksi awal yang kurang baikSeleksi merupakan tahap yang cukup menentukan untuk mendapatkan karyawan yang potensial. Maka perlu diberlakukan seleksi yang cukup ketat untuk mendapatkan kandidat yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Paling tidak, calon karyawan tersebut nantinya bisa mencapai target atau sasaran yang ditetapkan.

· Training yang kurang memadaiPelatihan adalah investasi untuk memperkuat sekaligus meningkatkan ketrampilan dan sikap kerja karyawan. Perusahaan seringkali lupa dan terlena pada hasil yang diperoleh, padahal hasil yang diperoleh besok belum tentu sebagus kemarin. Akibatnya produktivitas karyawan pun semakin buruk. Lebih jauh, perusahaan bisa mengalami kerugian.

·  Beban kerja yang berlebihanBeban kerja yang tinggi tidak menjamin karyawan sukses mencapainya. Hendaknya beban kerja dibuat serasional mungkin. Ingat, orang yang rasional akan mencapai hasil yang rasional dalam waktu yang rasional pula. Beban kerja yang terlalu berat justru menyebabkan rendahnya produktivitas. Mungkin lebih produktif bila Anda meminta karyawan untuk mengerjakan lebih sedikit tugas namun lebih menghasilkan.

· Ketidaksesuaian antara tujuan perusahaan dan tujuan pribadiSeperti halnya tiap individu, perusahaan pun memiliki tujuan. Semakin sesuai tujuan perusahaan dan tujuan pribadi maka semakin mudah pula karyawan dalam mencapai tujuan itu. Sebaliknya, ketidaksesuaian tujuan perusahaan dan pribadi menyebabkan konflik batin yang cukup berat. Jangankan mencapai produktivitas, berangkat kerja saja rasanya berat.

· Kelelahan mentalBanyak karyawan yang merasa lelah dengan rutinitas kerja sehari-hari. Belum lagi jika menghadapi rekan-rekan yang tidak kompak, bos yang arogan, atau gaji yang dirasa kurang. Hal ini seringkali menyebabkan karyawan mengalami kelelahan mental, karena mereka harus menahan konflik batin yang tidak ringan.

· Solusi bagi hambatan tersebut:

1. Melakukan penyeleksian yang baik dengan memberikan tes yang bertahap.

2. Memberikan pelatihan dan pengetahuan berupa seminar dan kegiatan lainnya yang mampu meningkatkan kualitas kinerja para karyawan.

3. Pembagian tugas yang seimbang serta memiliki jarak kerja yang baik.

4. Melakukan pendekatan pada setiap individu di perusahaan agar terjalin hubungan sosial  yang baik sehingga tercipta saling pengertian satu sama lain dan mampu menyatukan tujuan bersama.

5. Mengadakan acara atau kegiatan yang tak berhubungan dengan pekerjaan berupa acara sosial yang mampu memberikan ruang bagi pemimpin dan karyawannya menjalin hubungan yang baik tanpa ada kesenjangan sosial satu sama lain. Misalnya mengadakan kegiatan penghijauan disekitar lingkungan perusahaan atau kegiatan sosial di panti asuhan. Dan semua pihak ikut membantu dengan standart derajat sosial yang sama.

· 10 cara meningkatkan produktivitas kerja:

1. Tuliskan rencana kerja anda. Sebaiknya tulis di kertas atau papan yang mudah terlihat. Bukan di alat elektronik seperti handphone. Dan dalam setiap daftar rencana kerja anda, tentukan prioritas kerja anda.Buat prioritas dari yang menurut anda paling penting sampai yang kurang penting.

2. Tuliskan aktivitas yang harus anda hindari. Selain memiliki daftar pekerjaan yang harus anda lakukan, tuliskan juga aktivitas tidak produktif yang harus anda hindari. Misalkan nonton televisi tanpa kenal waktu. Dan berjanjilah anda tak melakukan aktivitas-aktivitas tersebut sebelum pekerjaan-pekerjaan anda selesai.

3. Lakukan pemanasan. Sebagian orang kadang memerlukan pemanasan sebelum bekerja. Misalnya dengan minum kopi atau teh terlebih dulu. Bila anda termasuk orang yang memerlukan pemanasan sebelum beraktivitas, lakukan saja. Yang penting, itu bisa membuat anda lebih enjoy dalam bekerja.

4. Fokus pada apa yang anda kerjakan. Satu pekerjaan, satu waktu! Sulit kalau anda melakukan banyak hal dalam waktu bersamaan. Sebab fokus anda akan terbagi. Mulai dari tugas prioritas anda. Pusatkan perhatian dan konsentrasi anda untuk mengerjakan pekerjaan tersebut sebaik-baiknya. Jangan berpindah ke pekerjaan lain sebelum selesai. Ingat, fokus!

5. Tetapkan batas waktu. Ini akan mendorong anda untuk mengerjakan setiap pekerjaan dengan cepat.

6. Tandai pekerjaan yang selesai. Setiap daftar pekerjaan yang sudah selesai, tandailah. Boleh dengan memberi centang atau mencoretnya. Ini akan memacu anda untuk segera menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan berikutnya.

7. Ambil istirahat. Tentukan waktu untuk beristirahat. Misalkan setiap dua jam sekali anda mengambil istirahat 15 menit. Ini bisa anda gunakan untuk meregangkan otot atau meminum teh hangat.

8. Belajar membaca cepat. Tingkatkan terus kecepatan membaca anda.

9. Mengetik lebih cepat. Maksimalkan kesepuluh jari anda dan hapalkan shortcut khusus yang akan membantu anda mengetik lebih cepat.

10. Patuhi peraturan anda. Rencana-rencana kerja yang sudah anda buat tadi bukan hanya untuk dipajang saja. Patuhi dan lakukanlah dengan sebaik-baiknya.

Maka dari itu, kinerja yang baik harus bisa menjadi penopan yang kutra bagi perusahaan dalam meningkatkan outputnya melalui cerminan produktivitasnya.  Hal yang paling utama yang harus diperhatikan adalahindividu itu sendiri. Jika memenhui kriteria karyawan yang baik seperti yang telah disebutkab sebelumnya, tak dapat di pungkiri bahwa produktivitas akan menjadi hal yang membanggakan bagi perusahaan maupun pribadi sendiri. Mutu  kinerja merupakan tolak ukur keberhasilan yang ingin dicapai.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, maka cara meningkatkan produksi dan produktivitas sudah jelas

a. Tekad kuat, semangat, kerja keras, disiplin dan memiliki etos kerja yang baik.

b. Memberikan pelatihan dan menjalin hubungan sosial dalam berbagai tingkatan jabatan.

c. Memberikan kenyamanan pada karyawan dengan tunjangan kesehatan dan asuransi serta pelatihan peningkatan kualitas diri.

d. Menyusun system operasi perusahaan dengan sangat baik dan tertata rapi.

e. Menjalankan system tersebut secara bijak.

BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Kita mengenal slogan-slogan yang pernah menjadi cerminan suatu etos kehidupan, seperti: Bhinneka Tunggal Ika, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mbangung Karso, Tut Wuri Handayani, Menang Tan Ngasorake dan lain-lain, adalah sebagai wujud bahwa bangsa Indonesia menunjukan memiliki prestasi yang patut dihargai dalam perjalanannya. Berkembang luasnya pengaruh kerajaan-kerajaan besar seperti Majapahit, Samudra Pasai, Mataram, Dema dengan berbagai perangkat infastruktur teknologis maupun sosial dalam pengelolaan kenegaraannya, juga mempersyaratkan adanya suatu etos kerja tertentu yang patut di hargai. Ini mencerminkan etos kerja dalam konteks kehidupan sosial yang penting dalam membangun persatuan, leadership, dan bahkan untuk berinovasi. Pemanfaatan potensi secara optimal akan mengimplementasikan dalam tindakan akan membuat kita bangga degan etos kerja sendiri.

Ketika kita membicarakan etos kerja, atau prinsip-prinsip etika ataupun norma, perlu kita sadari sasaran mendasar yang menjadi tujuan pengembangan etos tersebut. Kant, seorang Bapak filosofi modern, menekankan pentingnya menempatkan manusia dan kemanusiaan sebagai sebuah sasaran pengembangan etos kerja. Artinya, pembicaraan etos kerja dan manajemen perubahan haruslah memberi penekanan pada arti penting dari manusia itu sendiri sebagai tujuan perubahan. Yang perlu diutamakan adalah mau memulai dan dari diri sendiri, termasuk dari pimimpin bangsa. Faktor pemimpin selalu menjadi aspek menentukan. Kalau pemimpinnya baik, ia selalu menjadi teladan yang hebat. Membangkitkan seluruh potensi karyawan serta menumbuhkembangkan seluruh budaya yang berorientasi pada tanggung jawab

Daftar Pustaka

Baswir, Revrisond. 1997. Agenda Ekonomi Kerakyatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Chapra, Umer. 1996. Islam dan Pembangunan Ekonomi. Virginia: Internasional Institute of Islamic Thought (HIT).

Mubyarto. 2000. Membangun Sistem Ekonomi. Yogyakarta: BPFE.

Mubyarto. 2002. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat dan Peranan Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta.

Prawirokusumo, Soeharto. 2001. Ekonomi Rakyat. Yogyakarta: BPFE

Yuliadi, Imamudin. 2001. Ekonomi Islam: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: LPPI UMY

Pleffer:1995

Drs. Gering Supriyadi,MM dan Drs. Tri Guno, LLM

Bertens, K.2000. Pengantar Etika Bisnis, cetakan ketujuh. Yogyarkata:Kanisius

Daft, Richard L. 2002. “Manajemen”, Edisi ke-lima, jilid satu. Jakarta: Erlangga

Sinamo Jansen H. 2008. 8 Etos Kerja Profesional, Cetakan ke-8. Jakarta: PT Malta Printindo