Etiologi Dan Klasifikasi

4
Etiologi dan Klasifikasi Anemia hanyalah suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh bermacam penyebab. Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang, kehilangan darah keluar dari tubuh (perdarahan), dan proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis). Tabel 2. Klasifikasi Anemia Menurut Etiopatogenesis A. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang 1. Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit a. Anemia defisiensi besi b. Anemia defisiensi asam folat c. Anemia defisiensi vitamin B12 2. Gangguan penggunaan besi a. Anemia akibat penyakit kronik b. Anemia sideroblastik 3. Kerusakan sumsum tulang a. Anemia aplastik b. Anemia mieloptisik c. Anemia pada keganasan hematologi d. Anemia diseritropoietik e. Anemia pada sindrom mielodiplastik Anemia akibat kekurangan eritropoietin : anemia pada gagal ginjal kronik B. Anemia akibat hemoragi 1. Anemia pasca perdarahan akut 2. Anemia akibat perdarahan kronik C. Anemia hemolitik 1. Anemia hemolitik intrakorpuskular a. Gangguan membran eritrosit (membranopati) b. Gangguan enzim eritrosit (enzimopati) : anemia akibat defisiensi G6PD c. Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati) - Thalassemia

Transcript of Etiologi Dan Klasifikasi

Page 1: Etiologi Dan Klasifikasi

Etiologi dan Klasifikasi

Anemia hanyalah suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh bermacam penyebab.

Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum

tulang, kehilangan darah keluar dari tubuh (perdarahan), dan proses penghancuran eritrosit dalam

tubuh sebelum waktunya (hemolisis).

Tabel 2. Klasifikasi Anemia Menurut Etiopatogenesis

A. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang1. Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit

a. Anemia defisiensi besib. Anemia defisiensi asam folatc. Anemia defisiensi vitamin B12

2. Gangguan penggunaan besia. Anemia akibat penyakit kronikb. Anemia sideroblastik

3. Kerusakan sumsum tulanga. Anemia aplastikb. Anemia mieloptisikc. Anemia pada keganasan hematologid. Anemia diseritropoietike. Anemia pada sindrom mielodiplastik

Anemia akibat kekurangan eritropoietin : anemia pada gagal ginjal kronikB. Anemia akibat hemoragi

1. Anemia pasca perdarahan akut2. Anemia akibat perdarahan kronik

C. Anemia hemolitik1. Anemia hemolitik intrakorpuskular

a. Gangguan membran eritrosit (membranopati)b. Gangguan enzim eritrosit (enzimopati) : anemia akibat defisiensi

G6PDc. Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)

- Thalassemia- Hemoglobinopati struktural : HbS, HbE, dll

2. Anemia hemolitik ekstrakorpuskulara. Anemia hemolitik autoimunb. Anemia hemolitik mikroangiopatikc. Lain-lain

D. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis yang kompleks

Klasifikasi lain untuk anemia dapat dibuat berdasarkan gambaran morfologik dengan

melihat indeks eritrosit atau hapusan darah tepi. Dalam klasifikasi ini anemia dibagi menjadi tiga

Page 2: Etiologi Dan Klasifikasi

golongan : 1). Anemia hipokrom mikrositer, bila MCV <80 fl dan MCH < 27 pg; 2). Anemia

normokrom normositer, bila MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg; 3). Anemia makrositer, bila

MCV >95 fl.

Klasifikasi etiologi dan morfologi bila digabungkan akan sangat menolong dalam

mengetahui penyebab suatu anemia berdasarkan jenis morfologi anemia.

Tabel 3. Klasifikasi Anemia Berdasarkan Morfologi dan Etiologi

I. Anemia hipokrom mikrositera. Anemia defisiensi besib. Thalassemia majorc. Anemia akibat penyakit kronikd. Anemia sideroblastik

II. Anemia normokrom normositera. Anemia pasca perdarahan akutb. Anemia aplastikc. Anemia hemolitik didapatd. Anemia akibat penyakit kronike. Anemia pada gagal ginjal akutf. Anemia pada sindrom mieodiplastikg. Anemia pada keganasan hematologik

III. Anemia makrositera. Bentuk megaloblastik

1. Anemia defisiensi asam folat2. Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa

b. Bentuk non megaloblastik1. Anemia pada penyakit hati kronik2. Anemia pada hipotiroidisme3. Anemia pada sindrom mielodiplastik

1. Anemia pasca-pendarahan (post hemorragi)1.1. Etiologi

Kehilangan darah karena kecelakaan, operasi, pendarahan usus, ulkus peptikum, pendarahan karena obstetric, hemoroid, ankilostomiasis. Jadi umumnya karena kehilangan darah yang mendadak atau menahun.

1.1.1. Kehilangan darah mendadaka. Pengaruh yang timbul segera

Akibat kehilangan darah yang cepat, terjadi reflex kardiovaskular yang fisiologis berupa kontraksi arteriol, pengurangan aliran darah atau komponennya ke organ tubuh yang kurang vital (anggota gerak, ginjal, dsb) dan penambahan aliran darah ke organ vital (otak dan jantung)

Page 3: Etiologi Dan Klasifikasi

Gejala yang timbul tergantung dari cepat dan banyaknya darah yang hilang dan apakah tubuh masih dapat mengadakan kompensasi.Kehilangan darah sebanyak 12-15% akan memperlihatkan gejala pucat, transpirasi, takikardi, tekanan darah normal atau merendah. Kehilangan sebanyak 15-20% akan mengakibatkan tekanan darah menurun dan dapat terjadi syok yang masih reversible. Kehilangan lebih dari 20% akan menimbulkan syok yang irreversible dengan angka kematian yang tinggi.Pengobatan yang terbaik dengan transfusi darah. Pilihan kedua adalah plasma (plasma expanders atau plasma substitute)

b. Pengaruh lambatBeberapa jam setelah pendarahan, terjadi pergeseran cairan ekstravaskuler ke intravascular yaitu agar isi intravascular dan tekanan osmotic dapat dipertahankan, tetapi akibatnya terjadi hemodilusi.Gejala yang ditemukan ialah leukositosis (15.000-20.000/mm3). Nilai hemoglobin, eritrosit dan hematokrit merendah akibat hemodilusi. Untuk mempertahankan metabolisme, sebagai kompensasi sistem eritropoetik menjadi hiperaktif. Kadang-kadang terlihat gejala gagal jantung.

1.1.2. Kehilangan darah menahunPengaruhnya terlihat sebagai gejala akibat defisiensi besi, bila tidak diimbangi dengan masukan besi yang cukup.

1. Bakta IM. 2006. Pendekatan Terhadap Pasien Anemia Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.