Etika Profesi Kelompok 1

22
HUBUNGAN ATAU INTERAKSI DAN ETIKA PROFESI TERHADAP INDUSTRI TEKNIK KIMIA (Makalah Etika Profesi) Disusun Devi Permata Sari (1415041012) Dimas Setiawan (1415041015) Fransisca Rica Sidauruk (1415041018) Grisda Ledivia Lay (1415041022) M. Wafi Eriza (1415041028) Naftalia Ariska Br. Bangun (1415041039) Okta Fiyana (1415041045) Ratna Puspita Sari (1415041050) Siska Oktorina Simbolon (1415041057) Talita Freya Lidian (1415041060) JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015

description

sukses

Transcript of Etika Profesi Kelompok 1

Page 1: Etika Profesi Kelompok 1

HUBUNGAN ATAU INTERAKSI DAN ETIKA

PROFESI TERHADAP INDUSTRI TEKNIK KIMIA

(Makalah Etika Profesi)

Disusun

Devi Permata Sari (1415041012)

Dimas Setiawan (1415041015)

Fransisca Rica Sidauruk (1415041018)

Grisda Ledivia Lay (1415041022)

M. Wafi Eriza (1415041028)

Naftalia Ariska Br. Bangun (1415041039)

Okta Fiyana (1415041045)

Ratna Puspita Sari (1415041050)

Siska Oktorina Simbolon (1415041057)

Talita Freya Lidian (1415041060)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015

Page 2: Etika Profesi Kelompok 1

Etika Profesi, Teknik Kimia Universitas Lampung ii

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang............................................................................................... 1

1.2. Tujuan............................................................................................................. 3

1.3. Rumusan Masalah.......................................................................................... 4

1.4. Manfaat........................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Etika............................................................................................. 5

2.2. Pengertian Etika Profesi................................................................................ 5

2.3. Pengertian Professionalisme dan Professional............................................ 6

2.4. Etika Profesi Seorang Insinyur..................................................................... 6

BAB III ISI

3.1. Permasalahan Etika Profesi......................................................................... 10

3.2. Alasan Perlunya Etika Profesi Dalam Bidang Keteknikan...................... 11

3.3. Apa Yang Akan Terjadi Bilamana Ilmu Keteknikan Tanpa Etika........ 12

3.4. Kasus- Kasus Pelanggaran Etika Yang Pernah Terjadi Di Industri

Keteknikan.................................................................................................... 12

3.5. Permasalahan Tanggung Jawab Moral Dan Sosial Profesi Insinyur..... 14

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 20

Page 3: Etika Profesi Kelompok 1

Etika Profesi, Teknik Kimia Universitas Lampung 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan tinggi sains-teknologi yang berkualitas global tidak lagi bisa

diselenggarakan dengan kurikulum ataupun metoda pengajaran yang

“konvensional”, dan untuk itu harus dilakukan perubahan dan perbaikan untuk

memenuhi standard lulusan yang memiliki kompetensi/kualifikasi minimum yang

dipersyaratkan oleh ABET 2000. Kemampuan dasar yang menjadi acuan standard

untuk menentukan kompetensi/kualifikasi lulusan (insinyur) menurut ABET-

Engineering Criteria 2000 seperti tersebut diatas saat ini sudah disosialisasikan,

diterapkan dan dikembangkan di Amerika Serikat dan ada kecenderungan untuk

selanjutnya akan ditetapkan sebagai acuan internasional. Dari semua yang telah

diformulasikan dapat ditarik kesimpulan bahwasannya lulusan (alumnus)

pendidikan tinggi sains-teknologi diharapkan nantinya tidak saja memiliki

kemampuan akademis dan profesi keteknikan (insinyur) yang baik, tetapi juga

memiliki wawasan dan kepekaan terhadap masalah-masalah social

kemasyarakatan. Begitu juga seorang lulusan pendidikan tinggi sains-teknologi

diharapkan kelak akan mampu bersikap dan bertindak selaku seorang profesional

(kelompok sosial yang memiliki keahlian/kepakaran khusus) yang dituntut untuk

bertanggungjawab dan selalu terikat dengan kode etik profesinya.

Sebagai seorang profesional, maka insinyur harus mampu mempertahankan

idealisme yang menyatakan bahwa keahlian profesi yang dikuasainya bukanlah

sebuah komoditas yang hendak diperjualbelikan sekedar untuk memperoleh

nafkah ataupun keuntungan, melainkan sebuah kebajikan yang hendak diabadikan

demi dan semata untuk kesejahteraan umat manusia. Seorang insinyur harus

memahami benar makna profesionalisme kalau ingin dikatakan sebagai seorang

profesional. Dalam hal ini, profesionalisme didefinisikan sebagai suatu paham

Page 4: Etika Profesi Kelompok 1

Etika Profesi, Teknik Kimia Universitas Lampung 2

yang mencitakan dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam

masyarakat, berbekalkan keahlian tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan

serta ikrar (fateri/profiteri) untuk menerima panggilan tersebut dengan semangat

pengabdian dan selalu siap memberikan pertolongan kepada sesama yang tengah

dirundung kesulitan ditengah gelapnya kehidupan (Wignjosoebroto, 1999).

Hal ini perlu ditekankan benar untuk membedakannya dengan kerja biasa

(occupation) yang semata bertujuan untuk mencari nafkah dan/atau kekayaan

materiil yang sifatnya duniawi. Kalau toh didalam “pengamalan” profesi yang

dilakukan ternyata diperoleh semacam imbalan maupun penghargaan berupa

“honorarium”, maka hal itu haruslah dipandang sebagai sekedar bentuk tanda

kehormatan (honour) demi tegaknya kehormatan profesi yang dimilikinya. Tanda

kehormatan berupa honorarium ini jelas akan berbeda nilainya dengan upah atau

gaji yang hanya pantas diterimakan bagi seorang pekerja upahan biasa. Sebagai

anggota kelompok sosial berkeahlian, seorang insinyur harus memiliki

kebanggaan profesi dan berkewajiban untuk menerapkan kode etik profesi untuk

menjaga martabat, kehormatan, dan/atau itikad-itikad etis pada saat mengamalkan

keahlian serta kepakaran profesinya demi dan semata untuk “the benefit of

mankind”.

Siapakah atau kelompok sosial berkeahlian yang manakah yang bisa

diklasifikasikan sebagai kaum profesional yang seharusnya memiliki kesadaran

akan nilai-nilai (kehormatan) profesi dan statusnya yang begitu elitis itu? Apakah

dalam hal ini profesi keinsinyuran bisa juga diklasifikasikan sebagai bagian dari

kelompok sosial ini? Kedua pertanyaan ini tidaklah begitu mudah untuk dicarikan

jawabannya. Terlebih lagi bila dikaitkan dengan berbagai macam persoalan,

praktek nyata maupun penyimpangan yang banyak kita jumpai didalam aplikasi

pengamalan profesi (insinyur) dilapangan yang jauh dari idealisme pengabdian

maupun tegaknya nilai kehormatan diri (profesi).

Teknologi ataupun ilmu keteknikan (engineering) secara umum dapat

dipahami sebagai ilmu terapan (applied science) atau penerapan dari prinsip-

prinsip keilmuan dasar (mathematical and natural sciences) melalui penggunaan

model dan teknologi (hardware maupun software) untuk berbagai macam

Page 5: Etika Profesi Kelompok 1

Etika Profesi, Teknik Kimia Universitas Lampung 3

kebutuhan yang bermanfaat bagi manusia. Kajian terhadap apa-apa yang

dihasilkan oleh kepakaran “tukang” insinyur ini haruslah mampu memberikan

jawaban dan rekomendasi terhadap dua pertanyaan yang menyangkut :

1. Apakah proses penemuan dan pengembangan karya keinsinyuran tersebut

sudah mengindahkan nilai – nilai (moral dan norma) kemanusiaan ataukah

justru mengabaikannya.

2. Penerapan hasil karya keinsinyuran tersebut sebenarnya untuk apa, untuk

siapa, dan bagaimana cara pengoperasian dan penanggulangan terhadap

kemungkinan terjadinya dampak (negatif) yang ditimbulkannya ?

Banyak hal-hal yang akan memicu kontroversi pada saat sebuah karya

keinsinyuran sedang dicoba maupun pada saat ingin diaplikasikan. Sebagai

contoh, apakah dapat dibenarkan untuk mengadakan percobaan baik yang bersifat

“trial & error” maupun “scientific method” dengan menugaskan manusia untuk

menguji berbagai akibat dari perubahan rancangan sistem kerja ataupun

pengoperasian sebuah alat ? Bilamana manusia itu sendiri bersedia untuk jadi

“kelinci percobaan”, apakah permasalahan yang kemudian muncul tidak akan

tidak akan menjadi persoalan pelanggaran etika yang kemudian menjadi bahan

perdebatan yang berlarut-larut

1.2. Tujuan

Sesuai dengan kenyataan yang melatarbelakangi, resume ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui permasalahan dalam etika profesi

2. Untuk mengetahui alasan perlunya etika profesi dalam bidang keteknikan

khusususnya industri teknik kimia

3. Untuk mengetahui dampak yang akan terjadi bilamana ilmu keteknikan

(keinsinyuran) tanpa etika

4. Untuk mengetahui kasus-kasus pelanggaran etika yang pernah terjadi di

industri keteknikan

5. Untuk mengetahui permasalahan tanggung jawab moral dan sosial profesi

insinyur

Page 6: Etika Profesi Kelompok 1

Etika Profesi, Teknik Kimia Universitas Lampung 4

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan tujuan di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana bentuk permasalahan dalam etika profesi?

2. Mengapa diperlukan etika profesi dalam bidang keteknikan khusususnya

industri teknik kimia?

3. Apakah dampak yang ditimbulkan bilamana ilmu keteknikan (keinsinyuran)

tanpa etika?

4. Adakah kasus-kasus pelanggaran etika yang pernah terjadi di industri

keteknikan?

5. Bagaimana bentuk permasalahan tanggung jawab moral dan sosial profesi

keteknikan?

1.4. Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diambil berdasarkan rumusan masalah diatas, yaitu:

1. Dapat mengetahui permasalahan dalam etika profesi

2. Dapat mengetahui alasan perlunya etika profesi dalam bidang keteknikan

khusususnya industri teknik kimia

3. Dapat mengetahui dampak yang akan terjadi bilamana ilmu keteknikan

(keinsinyuran) tanpa etika

4. Dapat mengetahui kasus-kasus pelanggaran etika yang pernah terjadi di

industri keteknikan

5. Dapat mengetahui permasalahan tanggung jawab moral dan sosial profesi

insinyur

Page 7: Etika Profesi Kelompok 1

Etika Profesi, Teknik Kimia Universitas Lampung 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Etika

Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk

manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Pengertian Etika

(Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak

kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan

perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam

bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup

seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari

hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya,

tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas

untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk

pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.

2.2. Pengertian Etika Profesi

Etika profesi adalah sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan

pelayanan professional terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan

keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban

terhadap masyarakat.

Kode etik profesi adalah system norma, nilai dan aturan professional tertulis

yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar

dan tidak baik bagi professional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar

atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.

Tujuan kode etik yaitu agar professional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada

pemakai atau nasabahnya. Dengan adanya kode etik akan melindungi perbuatan

yang tidak professional.

Page 8: Etika Profesi Kelompok 1

Etika Profesi, Teknik Kimia Universitas Lampung 6

2.3. Pengertian Professionalisme dan Professional

Profesionalisme didefinisikan sebagai suatu paham yang mencitakan

dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan

keahlian tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan serta ikrar (fateri/profiteri)

untuk menerima panggilan tersebut untuk dengan semangat pengabdian selalu

siap memberikan pertolongan kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan

ditengah gelapnya kehidupan (Wignjosoebroto, 1999).

Ciri-ciri profesionalisme yaitu :

1. Punya ketrampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam

menggunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas

yang bersangkutan dengan bidang

2. Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu

masalah dan peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat

dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan

3. Punya sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan

mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya

4. Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta

terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat

dalam memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya

Sedangkan Profesional adalah orang yang mempunyai profesi atau

pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu

keahlian yang tinggi. Atau seorang profesional adalah seseorang yang hidup

dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu

kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal

yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu

luang.

Page 9: Etika Profesi Kelompok 1

Etika Profesi, Teknik Kimia Universitas Lampung 7

2.4. Etika Profesi Seorang Insinyur

Sebagai insinyur untuk membantu pelaksana sebagai seseorang yang

professional dibidang keteknikan supaya tidak dapat merusak etika profesi

diperlukan sarana untuk mengatur profesi sebagai seorang professional

dibidangnya berupa kode etik profesi. Ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi

dari kode etik profesi tersebut, yaitu :

1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang

prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik

profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dia

lakukan dan yang tidak boleh dilakukan

2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas

profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat

memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat

memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan

pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan keja (kalanggan social).

3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi

tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat

dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan

yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau

perusahaan.

Tanggung jawab profesi yang lebih spesifik seorang professional diantaranya:

1. Mencapai kualitas yang tinggi dan efektifitas baik dalam proses maupun

produk hasil kerja profesional.

2. Menjaga kompetensi sebagai profesional.

3. Mengetahui dan menghormati adanya hukum yang berhubungan dengan

kerja yang profesional.

4. Menghormati perjanjian, persetujuan, dan menunjukkan tanggung jawab.

Di Indonesia dalam hal kode etik telah diatur termasuk kode etik sebagai

seorang insinyur yang disebut kode etik insinyur Indonesia dalam “catur karsa

sapta dharma insinyur Indonesia. Dalam kode etik insinyur terdapat prinsip-

prinsip dasar yaitu:

Page 10: Etika Profesi Kelompok 1

Etika Profesi, Teknik Kimia Universitas Lampung 8

1. Mengutamakan keluhuran budi.

2. Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan

kesejahteraan umat manusia.

3. Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat, sesuai

dengan tugas dan tanggung jawabnya.

4. Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional

keinsinyuran

Tuntutan sikap yang harus dijalankan oleh seorang insinyur yang menjunjung

tinggi kode etik seorang insinyur yang professional yaitu :

1. Insinyur Indonesia senantiasa mengutamakan keselamatan, kesehatan dan

kesejahteraan Masyarakat.

2. Insinyur Indonesia senantiasa bekerja sesuai dengan kempetensinya.

3. Insinyur Indinesia hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggung

jawabkan.

4. Insinyur Indonesia senantiasa menghindari terjadinya pertentangan

kepentingan dalam tanggung jawab tugasnya.

5. Insinyur Indonesia senantiasa membangun reputasi profesi berdasarkan

kemampuan masing-masing Insinyur Indonesia senantiasa memegang teguh

kehormatan, integritas dan martabat profesi.

6. Insinyur Indonesia senantiasa mengembangkan kemampuan profesionalnya

Accreditation Board for Engineering and Technology (ABET) sendiri secara

spesifik memberikan persyaratan akreditasi yang menyatakan bahwa setiap

mahasiswa teknik (engineering) harus mengerti betul karakteristik etika profesi

keinsinyuran dan penerapannya. Dengan persyaratan ini, ABET menghendaki

setiap mahasiswa teknik harus betul-betul memahami etika profesi, kode etik

profesi dan permasalahan yang timbul diseputar profesi yang akan mereka tekuni

nantinya; sebelum mereka nantinya terlanjur melakukan kesalahan ataupun

melanggar etika profesi-nya. Langkah ini akan menempatkan etika profesi sebagai

“preventive ethics” yang akan menghindarkan segala macam tindakan yang

memiliki resiko dan konsekuensi yang serius dari penerapan keahlian profesional.

Page 11: Etika Profesi Kelompok 1

Etika Profesi, Teknik Kimia Universitas Lampung 9

Insinyur adalah sebuah profesi yang penting didalam pelaksanaan

pembangunan industri nasional, karena banyak berhubungan dengan aktivitas

perancangan maupun perekayasaan yang ditujukan semata dan demi kemanfaatan

bagi manusia. Dengan mengacu pada pengertian dan pemahaman mengenai

profesi, (sikap) professional dan (paham) profesionalisme; maka nampak jelas

kalau ruang lingkup keinsinyuran per definisi bisa disejajarkan dengan profesi-

profesi yang lain seperti dokter, pengacara, psikolog, aristek dan sebagainya.

Acapkali pula dijumpai didalam proses penerapan kepakaran dan keahliannya,

seorang insinyur (tanpa terkecuali insinyur teknik industri) akan terlibat dalam

berbagai aktivitas bisnis yang harus dilaksanakan dengan prinsip-prinsip

komersial dan mengarah untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya.

Namun demikian, sebagai sebuah profesi yang memiliki idealisme dan tanggung

jawab besar bagi kemaslahatan manusia; maka didalam penerapan kepakaran dan

keahlian insinyur tersebut haruslah tetap mengindahkan norma, budaya, adat,

moral dan etika yang berlaku.

Page 12: Etika Profesi Kelompok 1

Etika Profesi, Teknik Kimia Universitas Lampung 10

BAB III

ISI

3.1. Permasalahan Dalam Etika Profesi

Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos yang berarti karakter, watak,

kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep

yang dimiliki individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan

yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Menurut para ahli

etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan

antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.

Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani yaitu

ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran

bagi tingkah laku manusia yang baik.

Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang

secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan

tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau

salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan

kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau

nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.

Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang

berkaitan dengan bidang tertentu atau jenis pekerjaan (occupation) yang sangat

dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja

tetapi belum tentu dikatakan memiliki profesi yang sesuai. Tetapi dengan keahlian

saja yang diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup untuk

menyatakan suatu pekerjaan dapat disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori

sistematis yang mendasari praktek pelaksaan, dan penguasaan teknik intelektual

yang merupakan hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek. Adapun hal

yang perlu diperhatikan oleh para pelaksana profesi.

Page 13: Etika Profesi Kelompok 1

Etika Profesi, Teknik Kimia Universitas Lampung 11

Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang

sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap

konsumen (klien atau objek). Dengan kata lain orientasi utama profesi adalah

untuk kepentingan masyarakat dengan menggunakan keahlian yang dimiliki.

Akan tetapi tanpa disertai suatu kesadaran diri yang tinggi, profesi dapat dengan

mudahnya disalahgunakan oleh seseorang seperti pada penyalahgunaan profesi

seseorang dibidang komputer misalnya pada kasus kejahatan komputer yang

berhasil mengcopy program komersial untuk diperjualbelikan lagi tanpa ijin dari

hak pencipta atas program yang dikomesikan itu. Sehingga perlu pemahaman atas

etika profesi dengan memahami kode etik profesi. Contoh penyalahgunaan profesi

dalam bidang computer contohnya penjahat berdasi yaitu orang-orang yang

menyalahgunakan profesinya dengan cara penipuan kartu kredit, cek, kejahatan

dalam bidang komputer lainnya yang biasa disebut Cracker dan bukan Hacker,

sebab Hacker adalah Membangun sedangkan Cracker Merusak. Hal ini terbukti

bahwa Indonesia merupakan kejahatan komputer di dunia diurutan 2 setelah

Ukraine. Maka dari itu banyak orang yang mempunyai profesi tetapi tidak tahu

ataupun tidak sadar bahwa ada kode Etik tertentu dalam profesi yang mereka

miliki, dan mereka tidak lagi bertujuan untuk menolong kepentingan masyarakat,

tapi sebaliknya masyarakat merasa dirugikan oleh orang yang menyalahgunakan

profesi.

Kesadaran itu penting dan lebih penting lagi kesadaran itu timbul dari Diri

kita masing - masing yang sebentar lagi akan menjadi pelaksana profesi di bidang

komputer disetiap tempat kita bekerja, dan selalu memahami dengan baik atas

Etika Profesi yang membangun dan bukan untuk merugikan orang lain.

3.2. Alasan Perlunya Etika Profesi Dalam Bidang Keteknikan

Dengan adanya etika profesi seorang teknik akan memiliki batasan dalam

bertindak sehingga akan lebih memprtimbangkan segala tindakannnya dalam

rangka kesejahteraan dan ketentraman hidup orang banyak.

Seorang teknik yang mempunyai etika profesi yang baik tentunya akan

bertanggung jawab atas tindakan yang ia lakukan. Selain itu, dapat menjaga

Page 14: Etika Profesi Kelompok 1

Etika Profesi, Teknik Kimia Universitas Lampung 12

kelakukan dan kejujuran atas apa yang dilakukannya. Sehingga apa yang

dilakukannya semata-mata dilakukan bukan hanya untuk mendapat kan

keuntungan tapu juga untuk mendapatkan kesejahteraan dan kemakmuran hajat

hidup oarang banyak.

3.3. Apa Yang Akan Terjadi Bilamana Profesi Keteknikan Tanpa Etika?

Yang terjadi adalah banyak pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh

seorang teknik, dan hal itu akan banyak merugikan kehidupan orang banyak.

Misalnya saja, bencana alam. Hal-hal lain yang terjadi misalnya:

a. Penurunan tingak kepercayaan masyarakat kepada seorang teknik tersebut.

b. Pemboikotan produk hasil ciptaan seorang teknik tersebut.

c. Pencabutan kode etik profesinya.

d. Penundaan proyek karena merugikan masyarakat.

3.4. Kasus-Kasus Pelanggaran Etika Yang Pernah Terjadi Di Industri

Keteknikan

Kasus kebocoran Pengeboran Lapindo Brantas di Dusun Balongnongo Desa

Renokenongo, Sidoarjo, Jawa Timur

Dampak: Tergenangnya kawasan pemukiman, pertanian, dan perindustrian

di tiga kecamatan yang berpengaruh pada aktivitas perekonomian

Page 15: Etika Profesi Kelompok 1

Etika Profesi, Teknik Kimia Universitas Lampung 13

Kasus tragedi Minamata, di Minamata provinsi Kumamoto dan Kagoshima.

Dampak: Pencemaran lingkungan daerah tersebut dengan zat kimia Methyl

Mercury, Pencemaran penyakit oleh zat kimia tersebut pada tubuh enduduk

dan bahkan menyebabkan kematian. Kasus ini juga terjadi di Teluk Buyat.

Kasus tumpahan Minyak PLTGU Buleleng yang mencemari Pantai Levina.

Dampak: Pencemaran di Pantai Levina, kematian ikan, merusak terumbu

karang.

Page 16: Etika Profesi Kelompok 1

Etika Profesi, Teknik Kimia Universitas Lampung 14

Kasus Penambangan Batu Bara di Banjarmasin

Dampak: Akibat penambangannya terlihat lubang-lubang besar yang

menyerupai danau namun tidak dapat dijadikan tempat hidup oleh ikan

karena kandunga asamnya yang sangat tinggi.

3.5. Permasalahan Tanggung Jawab Moral Dan Sosial Profesi Insinyur

Besarnya keinginan untuk memecahkan persoalan-persoalan kehidupan

manusia di era global dan kebutuhan akan penemuan-penemuan yang mampu

memberikan manfaat untuk mencari solusi persoalan tersebut, merupakan

kekuatan pendorong menuju ke pengembangan teknologi modern. Hanya saja satu

hal yang patut untuk disadari bahwasanya sebuah temuan teknologi acapkali

justru tidak hanya memberikan solusi positif terhadap persoalan yang dihadapi,

melainkan juga akan memberikan permasalahan baru bagi keseimbangan alam

dan kehidupan manusia. Karena banyak berkaitan dengan kehidupan manusia

itulah, maka teknologi seringkali dipertimbangkan sebagai faktor penentu yang

juga dominan didalam proses perubahan sosial. Teknologi tidak hanya memiliki

sifat “akumulatif”, tetapi seringkali pula bersifat “multiplikatif” khususnya terkait

dengan penemuan-penemuan teknologi baru yang lain. Adakalanya dampak yang

ditimbulkan oleh sebuah temuan teknologi seringkali memerlukan “obat penawar”

berupa penemuan-penemuan teknologi selanjutnya.

Page 17: Etika Profesi Kelompok 1

Etika Profesi, Teknik Kimia Universitas Lampung 15

Revolusi industri yang berlangsung lebih dari dua abad yang lalu banyak

membawa perubahan-perubahan didalam banyak hal. Awal perubahan yang

paling menyolok adalah dalam hal diketemukannya rancang bangun

(rekayasa/engineering) mesin uap sebagai sumber energi untuk berproduksi,

sehingga manusia tidak lagi tergantung pada energi ototi ataupun energi alam; dan

yang lebih penting lagi manusia bisa menggunakan sumber energi tersebut

dimanapun lokasi kegiatan produksi akan diselenggarakan. Hal lain yang patut

dicatat adalah diterapkannya rekayasa tentang tata cara kerja (methods

engineering) untuk meningkatkan produktivitas kerja yang lebih efektif-efisien

dengan menganalisa kerja sistem manusia-mesin sebagai sebuah sistem produksi

yang terintegrasi. Apa-apa yang telah dikerjakan oleh Taylor, Gilbreth, Fayol,

Gantt, Shewart, dan sebagainya telah menghasilkan paradigma paradigma baru

yang beranjak dari struktur ekonomi agraris bergerak menuju ke struktur ekonomi

produksi (industri). Demikian pula langkah-langkah yang telah dilakukan oleh

Taylor dan para pionir keilmuan teknik dan manajemen industri lainnya itu

(kebanyakan dari mereka justru berlatar - belakang insinyur) telah membuka

cakrawala baru dalam pengembangan dan penerapan sains-teknologi demi

kemaslahatan manusia.

Dalam hal ini penerapan sains, teknologi serta ilmu-ilmu keteknikan

(engineering) tidak harus selalu terlibat dalam masalah-masalah yang terkait

dengan perancangan perangkat keras (hardware) berupa teknologi produk maupun

teknologi proses; akan tetapi juga ikut bertanggung-jawab dalam persoalan-

persoalan yang berkembang dalam perancangan perangkat teknologi lainnya

(software, organoware dan brainware), maupun bertanggung-jawab terhadap

segala macam dampak (lingkungan, sosial, dll) yang ditimbulkan sebagai akibat

pengembangan teknologi yang tidak hanya memberikan manfaat positif,

melainkan juga memberikan berbagai macam resiko negatif yang merusak

lingkungan.

Untuk mengantisipasi problematik industri yang semakin luas dan kompleks

tersebut, maka didalam penyusunan kurikulum pendidikan tinggi sains-teknologi

(tidak peduli program studi ilmu keteknikan macam apa yang ingin ditawarkan)

Page 18: Etika Profesi Kelompok 1

Etika Profesi, Teknik Kimia Universitas Lampung 16

seharusnya tidak lagi semata hanya memperhatikan arah perkembangan ilmu dan

keahlian teknis (engineering); melainkan juga harus dilengkapi dan diserasikan

dengan ilmu-ilmu lain yang memberikan wawasan maupun keterampilan (skill)

yang berhubungan dengan persoalan manusia, organisasi & manajemen industri,

lingkungan serta persoalan-persoalan praktis yang dihadapi oleh industri dalam

aktivitas rutin-nya sehari-hari. Arah perkembangan dan kemajuan di bidang sains-

teknologi memang perlu untuk senantiasa diikuti, akan tetapi yang juga tidak

kalah pentingnya adalah bagaimana persoalan-persoalan industri seperti

peningkatan daya saing, perselisihan perburuhan, pencemaran lingkungan,

rendahnya kualitas sumber daya manusia, kelangkaan energi, restrukturisasi

organisasi, analisa finansial, dan sebagainya ikut dipikirkan serta dicarikan solusi

pemecahannya.

Persoalan-persoalan semacam ini jelas harus bisa dijawab oleh manajemen

dan pengambil keputusan di lingkungan industri (yang banyak diantara mereka

memiliki latar belakang pendidikan di bidang teknologi dan engineering). Untuk

menghadapi persoalan-persoalan yang kebanyakan lebih bersifat kualitatif dan

non-eksak semacam begini, jelas kurikulum pendidikan tinggi sains-teknologi

akan memerlukan “supplemen” berupa materi-materi yang berasal dari luar

kepakaran ilmu keteknikan (engineering) seperti hal-nya organisasi/manajemen

(industri), ekonomi (makro-mikro), bisnis, analisa finansial, psikologi industri,

ergonomi, kepemimpinan (leadership), etika (bisnis & profesi) dan wawasan

sosial-ekonomi lainnya.

Pendidikan tinggi sains-teknologi tidak hanya diharapkan mampu

menghasilkan lulusan dalam jumlah yang dibutuhkan, akan tetapi juga harus

mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas global, profesional dan memenuhi

syarat-syarat kompetensi bekerja yang dituntut oleh pasar tenaga kerja. Tantangan

global menghadapkan dunia pendidikan tinggi sains-teknologi agar mampu

mengikuti dan menangkap arah perkembangan sains-teknologi yang melaju begitu

cepat, dan disisi lain harus pula menghasilkan lulusan yang berdaya-saing tinggi

dan memenuhi tuntutan persyaratan maupun standard kompetensi kerja

internasional. Langkah evaluasi diri (melalui SWOT analysis), pemetaan posisi

Page 19: Etika Profesi Kelompok 1

Etika Profesi, Teknik Kimia Universitas Lampung 17

maupun “benchmarking” harus dan penting untuk senantiasa dilakukan. Untuk

langkah ini, maka dengan mengacu pada “ABET-Engineering Criteria 2000”

nampak bahwa lulusan perguruan tinggi sains-teknologi (engineering) tidak saja

harus menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian dan kepakaran di bidang

keteknikan saja; tetapi juga harus memiliki 11 (sebelas) kriteria profil mutu yang

dipergunakan untuk mengukur kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh para

lulusan Perguruan Tinggi Teknik berupa wawasan, pemahaman serta kemampuan

baik yang berkaitan dengan dasar-dasar ilmu keteknikan/engineering seperti

matematika, fisika maupun basic engineering sciences dan juga yang berdimensi

diluar lingkup bidang ilmu keteknikan yang berbasis pada attitude dan perilaku

intelektual. Salah satunya menyebutkan bahwa lulusan (alumni) haruslah memiliki

pemahaman terhadap tanggung jawab dan etika profesional.

Permasalahan menjadi menarik pada saat Persatuan Insinyur Indonesia

[2000] melakukan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran

mengenai tingkat kesenjangan mutu dan relevansi Sarjana Teknik (termasuk juga

dalam hal ini Sarjana Pertanian) di Industri, dimana diperoleh hasil yang

menunjukkan adanya 6 (enam) kesenjangan yang cukup signifikan antara harapan

serta persepsi masyarakat industri dan bisnis dengan kompetensi lulusan

Perguruan Tinggi Teknik yang memerlukan prioritas untuk diperhatikan dan

dicarikan solusi konkritnya, yaitu :

1. Kemampuan untuk berperan/berfungsi dalam tim kerja multi disiplin.

2. Kemampuan mengidentifikasikan, memformulasikan, dan memecah-kan

masalah-masalah engineering.

3. Kesadaran akan kebutuhan untuk memenuhinya dalam proses belajar

sepanjang hayat.

4. Kemampuan berkomunikasi dengan efektif.

5. Pemahaman terhadap tanggung jawab dan etika profesional.

6. Pemampuan merancang suatu sistem, komponen, proses dan metode untuk

memenuhi kebutuhan yang diinginkan.

Mencermati hasil temuan tersebut, maka keseluruhan kesenjangan yang

terjadi lebih berbasis pada lemahnya attitude dan perilaku intelektual daripada

Page 20: Etika Profesi Kelompok 1

Etika Profesi, Teknik Kimia Universitas Lampung 18

kemampuan teknis/enjinering. Kesimpulan yang bisa ditarik dari hasil studi

adalah diperlukannya pembenahan konsep, kurikulum serta strategi proses

pembelajaran untuk membentuk attitude berpikir dan perilaku intelektual sedini

mungkin.

Page 21: Etika Profesi Kelompok 1

Etika Profesi, Teknik Kimia Universitas Lampung 19

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Insinyur adalah sebuah profesi yang penting didalam pelaksanaan

pembangunan industri nasional, karena banyak berhubungan dengan aktivitas

perancangan maupun perekayasaan yang ditujukan semata dan demi kemanfaatan

bagi manusia. Dengan mengacu pada pengertian dan pemahaman mengenai

profesi, (sikap) professional dan (paham) profesionalisme; maka nampak jelas

kalau ruang lingkup keinsinyuran perdefinisi bisa disejajarkan dengan profesi-

profesi yang lain seperti dokter, pengacara, psikolog, aristek dan sebagainya.

Acapkali pula dijumpai didalam proses penerapan kepakaran dan keahliannya,

seorang insinyur (tanpa terkecuali insinyur teknik kimia) akan terlibat dalam

berbagai aktivitas bisnis yang harus dilaksanakan dengan prinsip-prinsip

komersial dan mengarah untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya.

Namun demikian, sebagai sebuah profesi yang memiliki idealisme dan tanggung

jawab besar bagi kemaslahatan manusia; maka didalam penerapan kepakaran dan

keahlian insinyur tersebut haruslah tetap mengindahkan norma, budaya, adat,

moral dan etika yang berlaku.

Seperti halnya dengan profesi-profesi lainnya (yang terlebih dahulu sudah

menerapkan norma-norma keprofesiannya); sudah saatnya profesi insinyur

menata-dirinya dalam sebuah wadah profesi, bisa bersifat umum ataupun spesifik

(spesialistik) tergantung pada kompetensi dasarnya dan sekaligus menerapkan

norma-norma etika profesi seperti yang tertuang dalam kode etik profesi untuk

menjaga martabat, kehormatan, dan/atau itikad-itikad etis yang harus ditaati oleh

mereka yang akan menerapkan keahlian dan kepakarannya.

Page 22: Etika Profesi Kelompok 1

Etika Profesi, Teknik Kimia Universitas Lampung 20

DAFTAR PUSTAKA

Bennett, F. Lawrence. The Management of Engineering: Human, Quality,

Organizational, Legal, and Ethical Aspects of Professional Practice. New

York: John Wiley & Sons, Inc., 1996.

Fleddermann, Charles B. Engineering Ethics. Upper Saddle River, NJ. : Prentice

Hall – Engineering Source, 1999.

Whitbeck, Caroline. Ethics in Engineering Practice and Research. Cambridge :

Cambridge University Press, 1998.

Wignjosoebroto, Soetandyo. Profesi, Profesionalisme dan Etika Profesi. Makalah

disajikan dalam diskusi tentang profesionalisme hukum (notariat) di

Fakultas Hukum Universitas Airlangga – Surabaya, 1999.

Wignjosoebroto, Sritomo. Etika Profesional: Pengamalan dan Permasalahan.

Makalah disampaikan dalam acara diskusi “Perspektif Pembangunan Daya

saing Global Tenaga Kerja Profesional”, Badan Kejuruan Mesin –

Persatuan Insinyur Indonesia, tanggal 1 Desember 1999 di Jakarta.

Wignjosoebroto, Sritomo. Manusia, Sains-Teknologi dan Etika Profesi. Makalah

disampaikan dalam acara Semiloka Nasional „Peningkatan Peran Studi

Sosial dan Humaniora di Perguruan Tinggi Teknologi”, Jurusan MKU-

MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember pada tanggal 6 Nopember

2000 di Kampus ITS-Surabaya.

Wignjosoebroto, Sritomo. Business & Professional Ethics. Modul Pelatihan

Program Profesi Insinyur, Persatuan Insinyur Indonesia (PII), 2000.