Makalah Etika Profesi Hubungan Etika Profesi Dengan Moral ...
Etika profesi-D3S1
-
Upload
fadlinugraha6109 -
Category
Documents
-
view
17 -
download
0
Transcript of Etika profesi-D3S1
ETIKA
ETIKA PROFESI
1. PENGERTIAN ETIKA
Etika atau etik berasal dari kata Yunani “ethos“
yang berarti yang baik, yang layak atau yang
dapat diterima. Pola interaksi seseorang dengan
lainnya atau kita sebut sebagai perilaku
seseorang haruslah benar, baik, layak dan dapat
diterima. Perilaku atau pola tingkah laku yang
berdasarkan etika tadi dapat diterima oleh suatu
kelompok dalam masyarakat.
Dalam hal ini etika merupakan norma-norma,
nilai-nilai atau pola tingkah laku yang disetujui
bersama oleh suatu kelompok.
Dalam filsafat, etika didefinisikan sebagai “ilmu
pengetahuan tentang kebenaran dan ketidak
benaran dari perilaku (=tindak-tanduk) manusia
yang dikenal sebagai sebab alamiah. Perilaku
atau tindak-tanduk anggota suatu kelompok
haruslah yang benar, yang baik, yang layak, atau
yang dapat diterima oleh suatu kelompok.
Etika sebagai pedoman menumbuhkan tanggung
jawab, kewenangan dan kewajiban bagi anggota
mengenai hak-hak yang diharapkan oleh orang
lain terutama nilai dan hak-hak dasar manusia.
Etika berlaku untuk sebuah kelompok tertentu
dalam masyarakat, kelompok tadi dapat berupa
perkumpulan, paguyuban, ikatan, persatuan atau
organisasi profesi.
Etika mengontrol sebuah kelompok tertentu
dalam masyarakat, kontrol atas kelompok ini
adalah dari kelompok itu sendiri; bukan dari
masyarakat secara luas. Para anggota kelompok
diwajibkan menaati etika yang berlaku untuk
kelompok tadi.
Organisasi profesi diharapkan mampu :
menjaga,
memelihara,
menghargai,
mengamalkan, dan
mengembangkan norma-norma tersebut
melalui kode etik yang disusunnya.
2. PAHAM / ALIRAN DALAM ETIKA
Beberapa istilah yang dikaitkan dengan etika
adalah etik, etiket dan etis. Penggunaan istilah-
istilah biasanya dikaitkan dengan kebiasaan dan
budaya setempat misalnya tindakan tidak etis,
orang yang tahu etiket, yang menjunjung tinggi
kode etik dan etika profesi.
Ada tiga aliran dalam etika yaitu etika deskriptif,
etika normative, dan etika pluralis.
Etika deskriptif yang memberikan penjelasan
atau gambaran bagaimana manusia harus
berperilaku dalam masyarakat atau dalam
lingkungannya.
Etika normative ukurannya adalah baik dan
tidak baik, benar dan salah, layak, dan tak
layak, yang dipengaruhi oleh agama, social
budaya, pendidikan, kultur pekerjaan,
lingkungan dan sebagainya.
Etika pluralisme yang merupakan pedoman
perilaku dengan informasi dan kompleksitas
situasi tertentu serta mempertimbangkan
tindakan etika, yaitu melakukan tindakan
yang bersifat etis.
Organisasi profesi diharapkan mampu menjaga,
memelihara, menghargai, mengamalkan, dan
mengembangkan norma-norma tersebut melalui
kode etik yang disusunnya.
3. ETIKA, HUKUM DAN MORAL
Sistem etika yang berlaku untuk kelompok
ternyata erat terkait dengan dan tumpang tindih
dengan dua sistem lainnya yang dirancang untuk
mengontrol masyarakat, yaitu hukum dan moral.
Etika mengontrol sebuah kelompok tertentu
dalam masyarakat, bukan masyarakat secara
luas; kontrol atas kelompok ini adalah dari
kelompok itu sendiri.
Hukum merujuk kepada regulasi-regulasi yang
dibangun atau dibuat oleh sebuah pemerintahan
dalam bentuk undang-undang dan peraturan yang
dapat diaplikasikan dan diberlakukan kepada
manusia di dalam suatu masyarakat atau
subdivisi politik tertentu. Hukum mengontrol
semua manusia di dalam suatu masyarakat
subdivisi politik tertentu, bukan suatu kelompok
tertentu di dalam masyarakat.
Secara kontras, moral adalah kebiasaan-
kebiasaan yang secara umum diterima untuk
hidup dan tindak-tanduk secara benar, dan suatu
praktik individual dalam hubungannya dengan
kebiasaan-kebiasaan ini. Moral mengontrol
individu-individu di dalam masyarakat melalui
cara-cara internal, kontrol pribadi.
Perbedaan-perbedaan ini diikhtisarkan di dalam Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan Sistem Etika, Hukum Dan Moral
Sistem Aplikasi Sumber Kontrol Bentuk
Etika Kelompok
spesifik
Di dalam kelompok Kode-kode etik
Hukum Masyarakat /
Subdivisi
politik
Di luar kelompok Legislasi
/Aturan,
Undang–
undang
Moral Individual Keyakinan agama,
hati nurani
Kitab-kitab
agama
Dari ketiga sistem, hukum tampaknya akan
memiliki bayaran yang paling besar kepada
masyarakat karena sanksi-sanksi akibat tidak
memenuhi aturan hukum mencakup tidak hanya
denda-denda tetapi dipenjarakan.
Pelanggaran terhadap peraturan perundangan
yang berlaku dapat dikenakan sanksi berupa:
Hukuman denda atau ganti rugi
Hukuman badan atau dipenjara
Dengan demikian, sistem hukum tidak mencakup
seluruh area dari kegiatan profesional atau
semua resiko potensial yang dijumpai oleh
seorang profesional. Demikianlah, tidak menjadi
masalah betapa luasnya hukum-hukum dan
peraturan-peraturan ditulis atau betapa detilnya
semuanya itu, masih juga terdapat area yang
musti dicakupkan oleh sebuah sistem yang terkait
dengan disiplin diri yang sukarela, yaitu sistem
etika.
SISTEM ETIKA
Masyarakat juga mengharapkan sebuah profesi,
melalui para anggota kolektifnya untuk membuat
aturan atau ketentuan dari pernyataannya sendiri
tentang perilaku yang dapat diterima dan yang
tidak dapat diterima, biasanya dalam bentuk kode
etik. Kode Etik adalah sebuah pernyataan cetak
biru (blue print) operasional yang detil, eksplisit
dari norma-norma tindak-tanduk professional.
Norma atau sebuah keserasian dari tindakan-
tindakan yang dikehendaki dan yang tidak
dikehendaki yang memiliki suatu dampak
terhadap karakter sebuah profesi dan
kepercayaan terhadap fungsinya. Pola tingkah
laku yang dikembangkan di dalam sebuah kode
etik pada umumnya diperkuat melalui mekanisme
tinjau yang cermat terkait dengan sebuah
akademi, organisasi, atau asosiasi profesional.
Satu ukuran profesionalisasi adalah keluasan
sebuah mekanisme tinjau cermat secara aktual
bekerja untuk mengontrol sebuah profesi.
4. Beberapa istilah dan penjelasan singkat
terkait dengan etika, moral, dan hukum
Etik adalah kumpulan asas atau nilai yang
berkenaan dengan akhlak; nilai benar dan
salah yang dianut suatun golongan atau
masyarakat
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan
apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak)
Etis adalah berhubungan (sesuai) dengan
etika, sesuai dengan asas perilaku yang
disepakati secara umum.
Etiket adalah tata cara (adab sopan santun,
dll.) dimasyarakat beradab dalam memelihara
hubunga baik diantara sesama manusia.
Moral adalah ajaran tentang baik atau buruk
yang diterima secara umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, dll; akhlak, budi
pekerti, susila.
Hukum adalah peraturan, undang-undang
atau adab yang secara resmi dianggap
mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa
atau pemerintah.
Nilai adalah sesuatu yang menyempurnakan
manusia sesuai dengan hakikatnya; sifat-sifat
(sesuatu) yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan (contoh, kejujuran).
Norma adalah aturan atau ketentuan yang
mengikat warga kelompok dimasyarakat,
digunakan sebagai panduan, tatanan, dan
pengendali tingkah laku yang sesuai.
Nurani adalah lubuk hati yang paling dalam,
perasaan hati yang murni.
Hak adalah benar; milik; kepunyaan;
kewenangan; kekuasaan untuk berbuat
sesuatu.
Kewajiban adalah sesuatu yang harus
dilaksanakan; keharusan.
Tanggung jawab adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya (jika terjadi
apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan,
diperkarakan).
Tanggung gugat
5. ETIKA PROFESIONAL
Selanjutnya, etika profesional dapat didefinisikan
sebagai “ tata aturan tindak tanduk atau standar-
standar dalam mana sebuah kelompok tertentu
meregulasikan tindakan-tindakannya dan menata
standar-standar bagi para anggotanya.
Melalui aplikasi sistematik prinsip-prinsip etik,
para profesional dapat merefeksikan apakah atas
tindakan-tindakannya yang lazim, penilaian-
penilaian, dan perilaku-perilaku kepada individu
yang dilayani, pasien atau klien dan
membandingkannya dengan standar-standar yang
diakui dalam etika profesinya.
Etika profesional dirancang untuk menjelaskan
dan menegaskan profesional sebagai seorang
individu yang independen bertanggung jawab,
dan akuntabel yang menghormati hak-hak dari
individu yang dilayani melalui profesi itu.
Mengaplikasikan standar-standar demikian
terhadap situasi-situasi spesifik harian yang
dijumpai sehari-hari dalam praktik-praktik
pelayanan farmasi. Dengan demikian, penerapan
etika cukup sulit untuk dilakukan dalam praktek
sehari-hari dan dapat dicapai melalui pemilihan
arah tindakan yang begitu obyektif di antara
tatanan dari pilihan-pilihan yang ada, karena
masing-masingnya dapat memiliki konsekuensi-
konsekuensi yang mendalam bagi pengobatan
pasien.
Etika profesi yang disusun merupakan prinsip-
prinsip moral atau asas-asas akhlak yang harus
diterapkan oleh para apoteker dalam kaitan
kemampuan individunya dan hubungannya
dengan orang lain dalam hal ini pasien, teman
sejawatnya dan masyarakat umumnya.
6. PROFESIONAL
Profesi berasal dari kata latin “professio” yang berarti pengakuan, yang dalam hal ini berarti mengakui pekerjaan atau kewenangan seseorang.
Suatu profesi menurut para ahli sosiologi, adalah “suatu pekerjaan yang mengatur dirinya melalui suatu latihan wajib yang sistematis dan disiplin kesejawatan, yang didasarkan atas pengetahuan teknis yang spesialistis, memiliki orientasi moral dalam memberikan pelayanan dan bukan keuntungan dan dijunjung tinggi melalui kode etiknya”.
Secara ringkas profesi meliputi tiga aspek yaitu;
1. Kognitif
2. Kolegial
3. Moral
Kognitif yaitu pengetahuan serta kompetensi tersebut berdasarkan ilmu pengetahuan, rasional.
Kolegial yaitu bahwa pengetahuan serta kompetensi seseorang telah divalidasi/diuji oleh lingkungan kerjanya.
Moral yaitu penilaian professional serta saran yang diberikan berorientasi pada suatu nilai substantive profesi.
Ada lima profesi dasar (“old professional”) yang telah lama dikenal dalam sistem continental yaitu;
1. Dokter
2. Apoteker
3. Notaris
4. Akuntan
5. Psikolog
Perlu diketahui bersama bahwa pemisahan profesi antara dokter dan apoteker terjadi pada tahun 1240 di Palermo Sisilia, dimana Federick Agung II, Penguasa Jerman dan Raja Sisilia membuat maklumat pemisahan yang oleh Kremers dan
Urdang disebut sebagai “Magna Charta The Professional of Pharmacy”.
Pemisahan yang membuat kewenangan yang berbeda antara dokter dan apoteker hingga saat ini.
Kelompok profesi berkembang cepat, saat ini kita kenal antara lain adalah dokter hewan, arsitek, perawat, bidan, sarjana kesehatan masyarakat, wartawan, hakim, pengacara, dan berbagai bidang lainnya.
1. Pelayanan profesional
Menurut Caplow ada beberapa ciri/karateristik
pelayanan profesi, yaitu:
adanya ikatan profesi,
adanya kode etik,
adanya pengendalian batas kewenangan
dan
adanya pengaturan hukum untuk
mengontrol praktek.
Greenwood menambahkan beberapa ciri lain:
adanya teori yang sistematis,
adanya otoritas,
adanya sanksi dari masyarakat, serta
adanya budaya khusus.
Wilensky menambahkan ciri lain:
pekerjaan penuh waktu,
adanya pendidikan yang berhubungan
dengan universitas.
Profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Memiliki tubuh pengetahuan yang sistematis dan berbatas jelas.
Pendidikan khusus berbasis “keahlian” pada jenjang pendidikan tinggi.
Memberi pelayanan kepada masyarakat, melalui praktek dalam bidang keprofesian.
Memiliki perhimpunan dalam bidang keprofesian yang bersifat otonom.
Memberlakukan kode etik keprofesian. Memiliki motivasi “altruistic” dalam
memberikan pelayanan. Proses pembelajaran seumur hidup, dan Mendapat jasa profesi.
1.Sertifikasi Adalah setiap profesi harus disertifikasi secara normal oleh suatu lembaga keprofesian untuk tujuan diakuinya keahlian pekerjaan keprofesiannya. Kegiatan keprofesian
merupakan memiliki posisi hierarchial dalam masyarakat.
2.OtoritasPekerjaan profesi ditandai oleh adanya otoritas melakukan pekerjaan yang melekat pada diri pribadi perilaku profesi masing-masing. Pada profesi dalam melakukan pekerjaannya menyangkut suatu pekerjaan tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan di perguruan tinggi. Untuk farmasi pekerjaan tersebut didefinisikan sebagai pekerjaan kefarmasian yang diperolehnya dari negara sebagai otoritas keahlian sehingga sebelum melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Apoteker perlu disumpah terlebih dahulu.
3.Keahlian KhususPada profesi melekat keahlian khusus yang menghasilkan produk dan produk profesinya tersebut dapat dilayankan kepada client mendapatkan kepuasan dan kenikmatan atas produk profesi tersebut. Sebaliknya client akan membayar atas produk pelayanan tersebut, yang menjadi penghasilan bagi pelaku profesi. Pekerjaan profesi dilakukan berdasarkan atas standar profesi yang diatur oleh organisasi profesinya, serta tata cara lain
yang menjamin keseragaman dalam melaksanakan pekerjaannya.
4.Organisasi ProfesiHubungan khusus diantara sesama pelaku profesi yang diatur melalui praktek organisasi profesi serta berlakunya etika profesi.Organisasi profesi untuk Apoteker adalah Ikatan Apoteker Indonesia atau disingkat IAI
5.Etika ProfesiYaitu suatu aturan yang mengatur suatu pekerjaan itu boleh atau tidak dilakukan oleh pelaku profesi sewaktu menjalankan praktek profesinya. Etika Apoteker telah dibuat dalam bentuk Kode Etik Apoteker Indonesia sesuai dengan keputusan Kongres IAI di Bali tahun 2005 dan dilengkapi dengan Pedoman Implementasi Kode Etik Apoteker dan Tata Laksana Organisasi Majelis Pembina Etika Apoteker sesuai dengan keputusan Kongres IAI di Jakarta tahun 2009.
6.Filosofi Profesi Farmasi
Adalah “pharmaceutical care”, dan “good pharmacy practice” yang perlu diterjemahkan ke dalam misi, visi, dan steterusnya.
Misi dari praktek farmasi adalah menyediakan obat dan alat-alat kesehatan lain dan memberikan pelayanan yang membantu orang atau masyarakat untuk menggunakan obat maupun alat kesehatan dengan cara yang benar.
PERANAN APOTEKEREmpat peran penting dalam menjalankan yaitu peran, tanggung jawab, hak, dan kewenangan. Dalam melaksanakan tugas, kewajiban, hak dan kewenangan Apoteker WHO telah menyusun pedoman Good Pharmacy Practice yang semuanya serba Empat, yaitu:A. Empat Pilar (EPL)
Empat Pilar dalam Good Pharmacy Practice (EPL dalam GPP) adalah:
1. Apoteker harus peduli terhadap kesejahteraan pasien dalam segala situasi dan kondisi.
2. Kegiatan inti farmasi adalah menyediakan obat, produk pelayanan kesehatan lain, menjamin kualitas, informasi dan saran yang memadai pasien, dan memonitor penggunaan obat yang digunakan pasien.
3. Bagian integral farmasi adalah memberikan kontribusi dalam peningkatan peresepan yang rasional dan ekonomis, serta penggunaan obat yang tepat.
4. Tujuan tiap pelayanan farmasi yang dilakukan harus sesuai setiap individu, didefinisikan dengan jelas, dan dikomunikasikan secara efektif kepada semua pihak.
B. Empat Elemen Penting (EEP)Empat Elemen Penting dalam Good Pharmacy Practice (EEPdalam GPP) adalah:1. Kegiatan yang berhubungan dengan
promosi Keshatan dan pencegahan penyakit
2. Penyediaan dan penggunaan obat resep dokter dan produk pelayanan kesehatan lainnya.
3. Pengobatan mandiri4. Memengaruhi peresepan dan
penggunaan obat.
C.Empat Elemen Tambahan (EET)Empat Elemen Tambahan dalam Good Pharmacy Practice (EET dalam GPP) adalah:1. Apoteker bekerja sama dengan tenaga
kesehatan masyarakat berupaya mencegah penyalahgunaan dan penggunaan obat yang salah yang terjadi di masyarakat.
2. Menilai produk obat dan produk pelayanan kesehatan lainnya secara profesional
3. Penyebarluasan informasi obat dan berbagai aspek pelayanan kesehatan yang telah dievaluasi
4. Terlibat dalam semua tahap-tahap pelaksanaan uji klinis.
D.Empat Lingkup Tanggung Jawab (ELTj)Empat Lingkup Tanggung jawab dalam Good Pharmacy Practice (ELTj dalam GPP) adalah:1. Menjamin ketersediaan dan keterjangkauan
obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan masyarakat
2. Menjamin mutu, keamanan dan efektifitas obat yang diberikan dan memperhatikan hak azasi dan keunukan setiap individu
3. Menjamin setiap orang atau masyarakat yang menggunakan obat atau alat kesehatan mendapatkan informasi tentang
obat dan alat kesehatan yang digunakan demi tercapainya kepatuhan penggunaan
4. Memiliki tanggung jawab bersama dengan tenaga kesehatan lain dan pasien dalam menghasilkan keluaran terapi yang optimal.
E. Empat Lingkup Hak (ELH)Empat Lingkup Hak (ELH) dalam Good Pharmacy Practice (ELH dalam GPP) adalah:1. Hak untuk mendapatkan posisi kemitraan
dengan profesi tenaga kesehatan lainnya.2. Hak untuk mendapatkan perlindungan
hukum pada saat melaksanakan praktek sesuai dengan standar yang ditetapkan.
3. Hak untuk mendapatkan jasa profesi sesuai dengan kewajaran jasa profesional kesehatan.
4. Hak untuk bicara dalam rangka menegakkan keamanan masyarakat dalam aspek sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan.
F. Kewajiban terhadap profesi
1. Seorang asisten apoteker harus menjungjung tinggi serta memelihara martabat, kehormatan proesi, menjaga integritas dan kejujuran serta dapat dipercaya
2. Seorang asisten apoteker berkewajiaban untuk mengingkatkan keahlian dan pengetahuannya sesuai dengan perkembangan teknologi
3. Seorang asisten Apoteker senantiasa harus melakukan pekerjaan profesinya sesuai dengan standar operasional prosedur, standar profesi yang berlaku dan kode etik profesi
4. Seorang asisten apoteker harus menjaga profesionalisme dalam memenuhi panggilan tugas dan kewajiban profesi.
G.Kewajiban terhadap teman sejawat (Kode Etik AA)
1.Seorang assisten apoteker memandang teman sejawat sebagaimana dirinya memberikan penghargaan.
2.Seorang asisten apoteker senantiasa menghindari perbuatan yang merugikan
teman sejawat secara material maupun moril
3.Seorang asisten apoteker senantiasa meningkatkan kerjasama dan memupuk kebutuhan martabat jabatan kefarmasian, mempertebal rasa saling percaya dalam menunaikan tugas.
Bab III . Kewajiban apoteker terhadap teman sejawat
Pasal 10, Seorang apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan
Pasal 11, Sesama apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk mematuhi ketentuan-ketentuan kode etik.
Pasal 12, Seorang apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerjasama yang baik sesama apoteker didalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai didalam menunaikan tugasnya.
Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya
Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antar sesama perawat dan dengan tenaga kesehatan lain, baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara “keseluruhan”
Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang perawatan.
Kewajiban dokter terhadap teman sejawatnya
Pasal 15. Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan .Pasal 16. Setiap dokter tidak boleh mengambil alih penderita dari teman sejawatnya tanpa persetujuannya.
Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya
untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.
Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya, harus saling menghormati baik terhadap sejawat maupun tenaga kesehatan lainnya.
Sumpah Hippokrates Sumpah Hippokrates jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berbunyi sebagai berikut : “Saya bersumpah demi Apollo dewa penyembuh, dan Aesculapius dan Hygeia, dan Panacea dan semua dewa dewa sebagai saksi, bahwa sesuai dengan kemampuan dan fikiran saya, saya akan mematuhi janji janji berikut ini :
1.Saya akan memperlakukan guru yang telah mengajarkan ilmu ini dengan penuh kasih sayang sebagai mana terhadap orang tua saya sendiri, jika perlu akan saya bagikan harta saya untuk dinikmati bersamanya.
2.Saya akan memperlakukan anak-anaknya sebagai saudara kandung saya dan saya akan mengajarkan ilmu yang telah saya peroleh dari ayahnya, kalau mereka memang mau mempelajarinya, tanpa imbalan apapun.
3.Saya akan meneruskan ilmu pengetahuan ini kepada anak-anak saya sendiri, dan kepada anak-anak guru saya, dan kepada mereka yang telah mengikatkan
diri dengan janji dan sumpah untuk mengabdi kepada ilmu pengobatan, dan tidak kepada hal-hal yang lainnya
4.Saya akan mengikuti cara pengobatan yang menurut pengetahuan dan kemampuan saya akan membawa kebaikan bagi penderita, dan tidak akan merugikan siapapun.
5.Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapapun meskipun diminta, atau menganjurkan kepada mereka untuk tujuan itu. Atas dasar yang sama, saya tidak akan memberikan obat untuk menggugurkan kandungan.
6.Saya ingin menempuh hidup yang saya baktikan kepada ilmu saya ini dengan tetap suci dan bersih.
7.Saya tidak akan melakukan pembedahan terhadap seseorang, walaupun ia menderita penyakit batu, tetapi akan menyerahkannya kepada mereka yang berpengalaman dalam pekerjaan ini .
8.Rumah siapapun yang saya masuki, kedatangan saya itu saya
tujukan untuk kesembuhan yang sakit dan tanpa niat niat buruk atau mencelakakan, dan lebih jauh lagi tanpa niat berbuat cabul terhadap wanita ataupun pria, baik merdeka maupun hamba sahaya.
9.Apapun yang saya dengar atau lihat tentang kehidupan seseorang yang tidak patut disebarluaskan, tidak akan saya ungkapkan karena saya harus merahasiakan nya.
10. Selama saya tetap mematuhi sumpah saya ini, izinkanlah saya menikmati hidup dalam mempraktekan ilmu saya ini, dihormati oleh semua orang, disepanjang waktu ! Tetapi jika sampai saya menghianati sumpah ini, balikanlah nasib saya .