ETIKA PENELITIAN DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI
Transcript of ETIKA PENELITIAN DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI
ETIKA PENELITIAN DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI
DRG. MIA AYUSTINA PRASETYA, SP. KGA
198007162010122002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...iii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………...v
ABSTRAK……………………………………………………………………….vii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………4
1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………….5
1.2 RUMUSAN MASALAH………………………………………………….6
1.3 TUJUAN PENULISAN…………………………………………………...6
1.4 MANFAAT PENULISAN………………………………………………...6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………..7
2.1 Hal yang harus diperhatikan………………………………………………..7
2.1.Informed Consent …………………...…………………………………7
2.2 Lembar Informasi Pasien…...…………………………………………..8
2.3 Kerahasiaan dan Privasi ……………………………………………….9
2.4 Priviled Communication ………………………………………...……10
2.5 Menghormati dan bertanggung jawab ………………………………..10
2.2 Research Misconduct ………………………………..…………………...11
2.3 Komite Etik Penelitian……………...……………………………………..17
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………..20
3.1 KESIMPULAN……………………………………………………………20
3.2 SARAN……………………………………………………………………22
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………23
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah berupa Literature review yang
berjudul “Etika Penelitian di bidang Kedokteran Gigi”.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan dan mampu
melanjalankan etika yang benar pada saat penelitian bidang kedokteran gigi
berdasarkan jurnal. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya di lingkungan
Universitas Udayana. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca.
Penulis
3
Abstrak
Penelitian dalam bidang medis dibutuhkan untuk penyempurnaan pelayanan kesehatan guna
kesejahteraan manusia pada umumnya seperti penyempurnaan tata cara diagnosis, terapi,
pencegahan penyakit, dan lain-lain. Etika penelitian kesehatan biasanya menggunakan manusia
sebagai subjek. Untuk penelitian klinis, kriteria yang dapat dibenarkan secara etis untuk
perancangan, pelaksanaan, dan tinjauan terhadap penyelidikan klinis dapat diidentifikasi
dengan wajib baik bagi peneliti maupun subjek manusia. Informed consent, confidentiality,
privacy, privileged communication, dan respect (menghormati) dan responsibility (tanggung
jawab) adalah elemen kunci atau prinsip etika dalam penelitian medis. Komite riset etika harus
mempromosikan pemahaman yang lebih tentang isu etika dalam penelitian biomedis. Komite
ini berfungsi untuk penyampaian, pertimbangan, evaluasi, dan komunikasi penemuan. Aplikasi,
protokol penelitian, leaflet informasi pasien dan form informed consent, dan dokumentasi
pendukung lainnya ditinjau secara menyeluruh oleh komite etika penelitian untuk legal dan
keselamatan moral, integritas, dan kesejahteraan dari subjek penelitian.
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Etika berasal dari bahasan Yunani ethos. Istilah etika bila ditinjau dari aspek etimologis
memiliki makna kebiasaan dan peraturan perilaku yang berlaku dalam masyarakat sebaiknya
harus dipatuhi agar pelaksanaan suatu kegiatan oleh seseorang atau profesi dapat berjalan
secara benar (the right conduct). Etika merupakan dimensi penting dari penelitian. Etika dalam
ranah penelitian lebih menunjuk pada prinsip-prinsip etis yang diterapkan dalam kegiatan
penelitian. Peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian harus memegang teguh
prinsip-prinsip etika penelitian.1
Peneltian dalam bidang medis dibutuhkan untuk penyempurnaan pelayanan kesehatan
guna kesejahteraan manusia pada umumnya seperti penyempurnaan tata cara diagnosis, terapi,
pencegahan penyakit, dan lain-lain. Etika penelitian kesehatan biasanya menggunakan manusia
sebagai subjek. Untuk penelitian klinis, kriteria yang dapat dibenarkan secara etis untuk
perancangan, pelaksanaan, dan tinjauan terhadap penyelidikan klinis dapat diidentifikasi
dengan wajib baik bagi peneliti maupun subjek manusia. Informed consent, confidentiality,
privacy, privileged communication, dan respect (menghormati) dan responsibility (tanggung
jawab) adalah elemen kunci atau prinsip etika dalam penelitian medis. Selain itu, justice,
5
beneficence, dan non-maleficence merupakan elemen atau prinsip yang penting juga dalam
penelitian.2
Penelusuran literatur yang sistematis terhadap artikel bahasa Inggris di Medline, web
pengetahuan ISI, Sciencedirect, Google scholar, Cochrane database of evidence-based reviews,
dan Database of Abstracts of Reviews of Effects dilakukan dengan menghubungkan istilah Mesh
("etika" , "Penelitian medis", etika penelitian "," pendidikan kedokteran "," prinsip etika
penelitian ". Abstrak dari 461 artikel ditinjau untuk relevansi topik dan dianalisis dalam hal
aplikasi dan validitas. Dari jumlah tersebut, 21 penelitian ditemukan relevan karena mereka
mengkonsentrasikan prinsip etika dalam penelitian medis, aplikasi praktis mereka, dan
pedoman yang disarankan untuk penelitian selanjutnya.2
Komite riset etika harus mempromosikan pemahaman yang lebih tentang isu etika
dalam penelitian biomedis. Komite ini berfungsi untuk penyampaian, pertimbangan, evaluasi,
dan komunikasi penemuan. Aplikasi, protokol penelitian, leaflet informasi pasien dan form
informed consent, dan dokumentasi pendukung lainnya ditinjau secara menyeluruh oleh komite
etika penelitian untuk legal dan keselamatan moral, integritas, dan kesejahteraan dari subjek
penelitian.2
Terkadang peneliti dalam bidang medis cenderung sering mengabaikan etika penelitian
apalagi jika subjeknya pada kelompok-kelompok manusia yang tergolong miskin. Oleh karena
itu, penting untuk memahami etika penelitian dalam melakukan penelitian pada bidang medis
secara signifikan yang mana agar tidak terjadi kejadian-kejadian yang fatal saat melakukan
penelitian pada subjek.
6
1.2 Rumusan Masalah
Adapun secara garis besar makalah ini akan membahas rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa saja hal yang harus diperhatikan dalam etika penelitian?
2. Apa yang dimaksud dengan research misconduct?
3. Bagaimana peran komite etik sebagai badan pengawas penelitian?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Hal yang harus diperhatikan dalam etika penelitian
2. Mengetahui tentang research misconduct
3. Peran komite etik sebagai badan pengawas penelitian
7
BAB II
ISI
2.1 Hal yang Harus Diperhatikan dalam Etika Penelitian
1. Informed consent
Informed consent merujuk kepada doktrin etik dan legal didasari pengertian terhadap
semua intervensi (diagnostik, terapeutik, pencegahan atau yang berhubungan dengan
penelitian ilmiah) dalam bidang kedokteran yang hanya akan dilakukan setelah partisipan telah
diberikan informasi mengenai tujuan, proses, konsekuensi dan risiko dari intervensi dan telah
menyetejuinya secara bebas3. Tujuan utama dari inform consent adalah menginformasikan dan
melindungi subjek penelitian melalui penjelasan dan diskusi informasi yang relevan, berupaya
untuk meningkatkan pengertian partisipan, dan meyakinkan keputusan untuk berpartisipasi
atau melanjutkan partisipasi yang dilakukan secara sukarela.
8
Inform consent merupakan landasan etik pada randomized clinical trial (RCT), dimana
sukarelawan diberikan pilihan untuk berpartisipasi dalam trial yang ter- randomized atau berada
diluar percobaan dan menerima pengobatan tradisional. Kondisi wajib yang harus terpenuhi
dalam inform consent menyangkup penyediaan informasi secara terperinci kepada subjek,
pemahaman yang memadai dari informasi yang disediakan, bentuk persetujuan dan/atau
autorisasi intervensi.4
9
2. Lembar informasi pasien
Setelah didapatkan inform consent, subjek penelitian diberikan lembar informasi
pasien5, yang merincikan aspek penelitian berikut:
1. Judul penelitian
2. Undangan untuk berpartisipasi dalam penelitian
3. Tujuan dan penjelasan signifikan penelitian
4. Waktu penelitian
5. Penghentian partisipasi, indikasi kontribusi sukarela
6. Risiko yang dapat terjadi
7. Biaya dan kompensasi
8. Anonimitas dan kerahasiaan
3. Kerahasiaan dan Privasi
Penelitian akan memberikan akibat terbukanya informasi individu, termasuk informasi
yang bersifat pribadi. Tidak semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain,
sehingga peneliti perlu memperhatikan privasi dan kebebasan individu tersebut. Peneliti tidak
boleh menampilkan informasi mengenai identitas responden, baik nama maupun alamat dalam
kuesioner/alat ukur6. Peneliti dapat menggunakan koding (inisial atau nomor identitas
responden).
10
4. Privileged Communication
Sebuah komunikasi antara pihak-pihak yang memiliki hubungan rahasia (antara dokter
dan pasien). Dimana, hukum dan etika lainnya mengakui sifat rahasia komunikasi antara dokter
dan pasien. Kebijakan publik mengakui perlunya pasien untuk bebas berkomunikasi secara
terbuka dengan dokternya untuk mendapatkan pengobatan yang efektif7. Berdasarkan
persyaratan kerahasiaan ini, beberapa profesional tertentu, termasuk dokter, tidak dapat
mengungkapkan informasi rahasia tanpa persetujuan pasien
5. Menghormati dan Bertanggung Jawab
Hormat dalam penelitian merujuk pada menghormati seseorang dan menghormati
kebenaran. Seseorang memiliki hak untuk bermartabat dan privasi (informed consent dan
kerahasiaan). Menghormati kebenaran berarti jujur dan hormat terhadap hak intelektual orang
lain. Semua upaya yang mungkin dilakukan untuk menghindari plagiarisme dan mendapat
kesimpulan palsu lebih dari dan di bawah hasil8. Tanggung jawab terhadap subjek manusia
11
melibatkan informed consent sukarela, menghindari penipuan, penghargaan dan insentif,
privasi dan pengungkapan. Juga para peneliti bertanggung jawab untuk menjaga reputasi
penelitian pendidikan dengan mengikuti standar tertinggi dalam penelitian. Saat menerbitkan
penelitian, penyidik harus mengungkapkan kepentingan bersaing ataupun finansial.
2.2 Research Misconduct
Integritas penelitian merupakan ukuran sejauh mana periset mematuhi peraturan atau
undang-undang, peraturan, pedoman, dan kode profesional dan norma yang berlaku umum
dari wilayah penelitian masing-masing. Sementara kesalahan penelitian atau kesalahan ilmiah
adalah perilaku yang melanggar standar tersebut.9 Sheehan dkk., melaporkan pada tahun 2005
bahwa 17% dari penulis penelitian uji klinis yang disurvei melaporkan bahwa mereka secara
pribadi mengetahui tentang fabrikasi dalam penelitian yang terjadi selama 10 tahun
sebelumnya. Lebih dari itu, beberapa penelitian menemukan bahwa lebih dari 40% peneliti yang
disurvei menyadari kesalahan pada penelitian namun tidak melaporkannya.10
12
Komite Etika Publik Inggris (COPE) menjelaskan bahwa tindakan misconduct adalah niat
untuk membuat orang lain menganggap benar sesuatu yang seharusnya salah. Selain itu, badan
pengawas utama Amerika Serikat, Office of Research Integrity (ORI ), mendefinisikan kesalahan
penelitian dengan menggunakan model FFP, yaitu aspek kesalahan termasuk di dalamnya:11
Fabrication (pembuatan) – membuat data atau hasil dan merekam atau melaporkannya.
Falsification (pemalsuan) –memanipulasi bahan penelitian, peralatan, proses, mengubah
atau menghilangkan data atau hasil sehingga penelitian tidak terwakili secara akurat
dalam catatan penelitian.
Mengambil gagasan, proses, hasil, atau kata-kata orang tanpa memberi kredit yang
sesuai.
13
Kesalahan penelitian tidak termasuk kesalahan tidak disengaja atau perbedaan
pendapat.
Lebih lengkap Mohsen Rezaeian mengulas berbagai macam kesalahan penelitian sebagai
berikut:
Data Pabrication dan data falsification
Pembuatan data berarti menemukan data palsu sementara pemalsuan data menyiratkan
distorsi data yang ada untuk mendapatkan beberapa hasil yang spesifik. Kedua kesalahan
penelitian ini adalah salah satu kesalahan penelitian yang paling serius yaitu penipuan
penelitian.
Plagiarism dan self-plagiarism
14
Plagiarism berupa pengambil gagasan, proses, hasil, atau kata-kata orang tanpa
memberi kredit yang sesuai.Self-plagiarism berarti mencuri gagasan sendiri tanpa memberikan
atribusi yang tepat. Plagiarisme dan plagiarisme bisa dimulai dari satu kalimat dan mungkin
mencakup satu paragraf dan bahkan satu artikel lengkap. Plagiarisme terutama dalam
penyalinan teks yang lebih besar dikategorikan sebagai kecurangan penelitian (research fraud).
15
16
Publikasi duplikat, penerbitan berlebih dan publikasi salami
Publikasi duplikat menunjukkan penerbitan dua artikel yang identik sementara publikasi
yang berlebihan melibatkan publikasi dua artikel yang agak mirip. Publikasi salami juga
menunjukkan penerbitan dua atau lebih artikel dari sebuah studi tunggal. Perlu dicatat bahwa
hanya studi epidemiologi besar yang memungkinkan publikasi lebih dari satu artikel. Sementara
publikasi duplikat dapat dikategorikan sebagai kesalahan penelitian yang serius, publikasi
berlebihan dan salami dapat dianggap sebagai bentuk yang kurang serius.
Melakukan penelitian pada manusia dan / atau hewan tanpa mempertimbangkan
masalah etika
Persetujuan untuk proposal penelitian dari komite etika untuk penelitian adalah langkah
yang perlu namun tidak cukup untuk menghindari terjadinya kesalahan penelitian. Selain itu,
peneliti harus mempertimbangkan pedoman relevan yang sesuai etika saat menangani subjek
manusia dan / atau hewan. Gagal mempertimbangkan masalah etika semacam itu dapat
dianggap sebagai jenis kesalahan penelitian yang serius.
17
Mengabaikan outlier, mengabaikan data yang hilang, melaporkan analisis post-hoc tanpa
melaporkannya
Setiap kesalahan dalam proses analisis data seperti mengabaikan outlier, mengabaikan
data yang hilang, mengumumkan analisis post-hoc tanpa pelaporan, dapat berdampak serius
terhadap hasilnya. Oleh karena itu, peneliti perlu mengakui dan melaporkan outlier dan / atau
data yang hilang. Selanjutnya, semua jenis analisis post-hoc yang dilakukan harus dilaporkan
sebelumnya oleh para peneliti.
Gagal melakukan tinjauan literatur menyeluruh sebelum memulai penelitian baru
Kegagalan melakukan tinjauan literatur menyeluruh sebelum memulai penelitian baru
dinilai merupakan praktik penelitian yang patut dipertanyakan. Hal tersebut dikarenakan
tinjauan literatur yang tidak memadai bisa mengarah pada penelitian yang cacat atau berulang.
18
2.3 Komite Etik Penelitian
Sistem tinjauan etik terhadap penelitian medis sebelumnya dinggunakan untuk
melindungi hak dan kesejahteraan manusia, dengan memastikan penerapan kode etik praktik
penelitian medis yang legal dan etis. Peraturan federal AS untuk perlindungan subyek penelitian
manusia mendefinisikan "subjek manusia" sebagai "individu yang hidup tentang siapa penyidik
memperoleh 13data melalui intervensi atau interaksi dengan individu, atau 14 informasi pribadi
yang dapat diidentifikasi"15.
Komite Etika Penelitian lembaga (REC) bertujuan untuk menjaga kesejahteraan,
martabat, dan keamanan peserta parade, memastikan bahwa penelitian yang disetujui secara
19
etis dilakukan sesuai dengan protokol yang disetujui, dan mendorong kepercayaan publik
terhadap perilaku penelitian manusia. . Rek memainkan peran kunci dalam mempromosikan
praktik etika dalam penelitian biomedis dan dalam mengidentifikasi solusi untuk memastikan
bahwa kepentingan peneliti dan masyarakat tidak diutamakan daripada hak peserta16.
Komite etik melakukan fungsi berikut17:
a. Sebelum peninjauan proposal penelitian, komite etik meneliti standar etika untuk melakukan
penelitian dalam kerangka hukum
b. Pengamatan kepada para peneliti, untuk memodifikasi proposal penelitian untuk memenuhi
standar etika yang dipersyaratkan
c. Keputusan untuk menyetujui atau menolak proposal penelitian
d. Memantau pelaksanaan proposal penelitian yang disetujui, memastikan bahwa tindakan
mereka terus sesuai dengan protokol yang disetujui
e. Resolusi, atau rujukan untuk penyelesaian, keluhan sehubungan dengan pelaksanaan proyek
penelitian yang disetujui atau pelaksanaan penelaahan etis proyek tersebut
f. Pemutusan dan / atau penghentian prematur dari proposal riset kapanpun terbukti bahwa
tindakan terus menerus akan mengekspos peserta ke tingkat risiko yang lebih tinggi daripada
yang disetujui
g. Akuntabilitas dan penjaminan mutu dengan melaporkan kepada instansi terkait tentang
kinerjanya
20
Aplikasi ke RECs mengikuti ulasan resmi proposal tersebut, dan salah satu dari keputusan
berikut dapat dicari:
1. Terima tanpa perubahan
2. Terima dengan perubahan yang disarankan
3. Merekomendasikan pengajuan ke panitia daerah lain
4. Merevisi dan mengirim ulang (dengan perubahan)
5. Tolak (dengan alasan)
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari student project ini dapat kami simpulkan bahwa hal yang harus diperhatikan dalam
etika penelitian adalah informed consent, lembar pengesahan pasien, privileged
communication ,kerahasiaan dan privasi, menghormati dan bertanggung jawab. Hormat dalam
penelitian merujuk pada menghormati seseorang dan menghormati kebenaran.
Komite Etika Publik Inggris (COPE) menjelaskan bahwa tindakan misconduct adalah niat
untuk membuat orang lain menganggap benar sesuatu yang seharusnya salah. Berdasarkan
ulasan Mohsen Rezaeian terdapat beberapa masam kesalahan dari penelitian yaitu Data
Pabrication dan data falsification, plagiarism dan self-plagiarism, publikasi duplikat, penerbitan
berlebih dan publikasi salami, gagal mendapatkan persetujuan untuk proposal penelitian dari
komite etika untuk penelitian, melakukan penelitian pada manusia dan / atau hewan tanpa
mempertimbangkan masalah etika, mengabaikan outlier, mengabaikan data yang hilang,
melaporkan analisis post-hoc tanpa melaporkannya, gagal mengungkapkan konflik kepentingan,
gagal melakukan tinjauan literatur menyeluruh sebelum memulai penelitian baru.
Komite Etika Penelitian lembaga (REC) sangat berperan untuk menjaga kesejahteraan,
martabat, dan keamanan peserta parade, memastikan bahwa penelitian yang disetujui secara
etis dilakukan sesuai dengan protokol yang disetujui, dan mendorong kepercayaan publik
terhadap perilaku penelitian manusia.
22
3.2 Saran
Dengan adanya student project etik penelitian ini baik mahasiswa program studi
pendidikan dokter gigi maupun dokter atau dokter gigi dapat memahami segala peraturan yang
terdapat di dalam etika penelitian serta dapat mengetahui hal yang harus diperhatikan dalam
etika penelitian, mengetahui tentang research misconduct dan peran komite etik sebagai badan
pengawas penelitian.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Jacob T. Etika Penelitian Ilmiah. J Warta Penelitian. 2004: 60-63.
2. Guraya SY, London NJM, Guraya SS. Ethics in medical research. J Microscopy and
Ultrastructure. 2014 March 24;121-126.
3. Glickman SW, McHutchison JG, Peterson ED, Cairns CB, Harring-ton RA, Califf RM, et al.
Ethical and scientific implications ofthe globalization of clinical research. N Engl J Med
2009;360(8):816–23.
4. Agre P, Campbell FA, Goldman BD, Boccia ML, Kass N, McCullough LB,et al. Improving
informed consent: the medium is not the message.IRB: Ethics Hum Res 2003;25(5):S9–11.
5. Phone ERTP. Patient information sheet.
6. Fisher CB. Privacy and ethics in pediatric environmental healthresearch—part I: genetic
and prenatal testing. Environ Health Per-spect 2006;114(10):1617.
7. Miller RA, Schaffner KF, Meisel A. Ethical and legal issues related tothe use of computer
programs in clinical medicine. Ann Intern Med1985;102(4):529–36.
8. Tauber AI. Patient autonomy and the ethics of responsibility. The MITPress; 2005.
9. Zhang M, Grieneisen ML. The impact of misconduct on the published medicaland non-
medical literature, and the news media. Akade´miai Kiado´, Budapest, Hungary 2012
10. Gupta A. Fraud and misconduct in clinical research: A concern. US National Library of
Medicine. 2013 Apr-Jun; 4(2): 144-147.
11. Sarwar U, Nicolaou M. Fraud and deceit in medical research. J Res Med Sci. 2012 Nov;
17(11): 1077–1081.
12. Rezaeian M. A review on the diverse types of research misconduct. Middle East J Family
Medicine. 2014; Sept 7. 12(7):43.
24
13. Thomson CJH. Research ethics committees; 2012.
14. Wisely J. Research ethics committees. Brit J Gen Pract2008;58(553):580.
15. Levine C, Faden R, Grady C, Hammerschmidt D, Eckenwiler L, Sug-arman J. The
limitations of vulnerability as a protection for humanresearch participants. Am J Bioeth
2004;4(3):44–9.
16. Martín-Arribas MC, Rodríguez-Lozano I, Arias-Díaz J. Ethical reviewof research protocols:
experience of a research ethics committee. RevEsp Cardiol (English Edition)
2012;65(6):525–9.
17. Kass NE, Hyder AA, Ajuwon A, Appiah-Poku J, Barsdorf N, ElsayedDE, et al. The structure
and function of research ethics committeesin Africa: a case study. PLoS Med
2007;4(1):e3.
25