ETIKA KESEHATAN MASYARAKAT

5
ETIKA KESEHATAN MASYARAKAT Andi Asri, SKM, M.Kes A. Pengertian Etika kesehatan masyarakat adalah suatu tatanan moral berdasarkan system nilai yang berlaku secara universal dalam eksistensi mencegah perkembangan resiko pada individu, kelompok dan masyarakat yang mengakibatkan penderitaan sakit dan kecacatan, serta meningkatkan keberdayaan masyarakat untuk hidup sehat dan sejahtera. Etika kesehatan masyarakat sangat berbeda dengan etika kedokteran yang menyatakan bahwa dalam menjalankan pekerjaan kedokteran seorang dokter janganlah dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan pribadi, seorang dokter harus senantiasa mengingat kewajiban melindungi hidup makhluk insani, seorang dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan, seorang dokter harus tetap memelihara kesehatan dirinya. B. Dokter versus Tenaga Kesehatan Masyarakat Dalam pelayanan kesehatan tidak jarang dokter mengetahui penyakit pasien yang merupakan aib untuk diri pasien atau rahasia pribadi pasien yang terpaksa disampaikan oleh pasien tersebut sebagai bagian dari proses pengobatan penyakit. Sejak masa Hipocrates rahasia pasien tetap aman di kalangan tenaga kesehatan. Jarang sekali terjadi rahasia pasien yang tidak terjaga oleh dokter. Dokter berkewajiban menyimpan rahasia kedokteran yang dipercayakan kepadanya dan dituangkan ke dalam medical record sebagai kewajiban profesinya, di sini penerjemahan etika profesi kedokteran. Hal ini sejalan dengan doktrin profesinya bahwa “saya akan merahasikan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya sebagai dokter”. Rahasia kedokteran diterjemahkan sebagai segala sesuatu yang diketahui oleh orang-orang tersebut pada waktu atau

description

tugas

Transcript of ETIKA KESEHATAN MASYARAKAT

Page 1: ETIKA KESEHATAN MASYARAKAT

ETIKA KESEHATAN MASYARAKAT

                                                Andi Asri, SKM, M.Kes

A.       Pengertian

Etika kesehatan masyarakat adalah suatu tatanan moral berdasarkan

system nilai yang berlaku secara universal dalam eksistensi mencegah

perkembangan resiko pada individu, kelompok dan masyarakat yang mengakibatkan

penderitaan sakit dan kecacatan, serta meningkatkan keberdayaan masyarakat

untuk hidup sehat dan sejahtera.

Etika kesehatan masyarakat sangat berbeda dengan etika kedokteran

yang menyatakan bahwa dalam menjalankan pekerjaan kedokteran seorang dokter

janganlah dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan pribadi, seorang dokter

harus senantiasa mengingat kewajiban melindungi hidup makhluk insani, seorang

dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin

diperlakukan, seorang dokter harus tetap memelihara kesehatan dirinya. 

B.       Dokter versus Tenaga Kesehatan Masyarakat

Dalam pelayanan kesehatan tidak jarang dokter mengetahui penyakit

pasien yang merupakan aib untuk diri pasien atau rahasia pribadi pasien yang

terpaksa disampaikan oleh pasien tersebut sebagai bagian dari proses pengobatan

penyakit. Sejak masa Hipocrates rahasia pasien tetap aman di kalangan tenaga

kesehatan. Jarang sekali terjadi rahasia pasien yang tidak terjaga oleh dokter.

Dokter berkewajiban menyimpan rahasia kedokteran yang dipercayakan

kepadanya dan dituangkan ke dalam medical record sebagai kewajiban profesinya,

di sini penerjemahan etika profesi kedokteran. Hal ini sejalan dengan doktrin

profesinya bahwa “saya akan merahasikan segala sesuatu yang saya ketahui

karena pekerjaan saya sebagai dokter”.

Rahasia kedokteran diterjemahkan sebagai segala sesuatu yang diketahui

oleh orang-orang tersebut pada waktu atau selama melakukan pekerjaan dalam

lapangan pengobatan. Segala sesuatu yang diketahui adalah segala fakta yang di

dapat dalam pemeriksaan penderita, intrepretasinya untuk menegakkan diagnosa

dan melakukan pengobatan dari anamnesa, pemeriksaan jasmaniah, dan

pemeriksaan dengan alat-alat kedokteran.

Dalam dimensi kesehatan masyarakat rahasia tidak dikenal, bahkan

tranparansi merupakan kekuatan dari penyelesaian problema. Prosedur kerja tenaga

kesehatan masyarakat adalah akuntabiltas dari masyarakat sebagai indicator dari

Page 2: ETIKA KESEHATAN MASYARAKAT

kualitas. Ketika terjadi suatu upaya penyembuyian fakta-fakta dari tenaga kesehatan

masyarakat, maka di situlah kegagalan dari pekerjaannya, karena fakta-fakta

masalah kesehatan akan terus berkembang dan hadir sebagai sesuatu yang

kongkrit melalui wabah penyakit, ataupun dalam bentuk KLB (kejadian luar biasa).

C.       Konsep Etika

Etika adalah usaha manusia dalam memakai akal budi dan daya pikirnya

untuk menyelesaikan masalah bagaimana ia harus hidup, kalau ia mau menjadi

baik.

Alasan etika dibutuhkan saat ini adalah:

1.    Masyarakat semakin pluralistic, termasuk dalam hal moralitas, norma-norma moral

sendiri masih diperdebatkan misalnya dalam bidang etika seksual, hubungan anak

dan orang tuanya, kewajiban terhadap negara, sopan santun dalam pergaulan.

2.    Desakan transformasi pada dimensi kehidupan manusia, sehingga manusia secara

evolusi, dan radikal menganut nilai-nilai baru yang sesungguhnya tidak sesuai

dengan tatanan sosialnya.

3.    Eksploitasi modernisasi dari kelompok tertentu untuk kepentingan sepihak, dan

seringkali manusia tidak sadar, bahwa modernisasi bukanlah untuk mengabaikan

tata nilai, tetapi justeru memberikan kemudahan dalam pencapaian derajat

kesejahteraan.

4.    Kaum agama memubutuhkan perbandingan tata nilai yang bersumber dari norma-

norma budaya secara universalistic dalam kapasitas untuk memberikan kemudahan

logic pada manusia dalam memahami keyakinan agama.

Di tengah masyarakat terdapat banyak norma yang berlaku secara khusus

dan umum.Norma-norma tersebut adalah:

1. Norma sopan santun, yaitu tentang sikap lahiria manusia yang bersifat moral.

2. Norma hokum, yaitu norma yang tidak boleh dilanggar karena memiliki sanksi.

3. Norma moral, yaitu norma yang mengatur tentang tuntutan suara hati dalam suatu

kesadaran tertinggi yang memiliki substansi sopan santun dan norma hokum.

Etika selalu berkaitan dengan dengan moralitas, dimana dibutuhkan

pertanggung-gugatan dari manusia sebagai individu dan anggota dari individu-

individu lainnya pada suatu system atau tatanan social. Pertanggung-gugatan itu

sendiri dipengaruhi oleh kebebasan social dan eksistensi.

Kebebasan social adalah kebebasan yang diterima dari orang lain, yaitu

kebebasan jasmani, kebebasan rohani dan kebebasan normative. Sedangkan

kebebasan eksistensi adalah kebebasan dalam arti kemampuan kita untuk

menentukan tindakan kita sendiri. Kebebasan ini berakar pada kebebasan rohani

dalam penguasaan manusia terhadap batinnya, pikiran dan kehendaknya, dalam

Page 3: ETIKA KESEHATAN MASYARAKAT

pola yang otonom sehingga bukan dipengaruhi oleh rasa takut dan tertekan,

melainkan lahir dari suatu kesadaran karena adanya nilai dan makna. Manifestasi

dari kebebasan eksistensi inilah yang melahirkan suara hati.

Suara hati adalah kesadaran moral dalam situasi yang konkrit. Kita sadar

pada apa yang sesungguhnya kita tuntut, dengan memutuskan sendiri apa yang

harus dikatakan dengan segala konsekwensi dari apa yang telah kita putuskan.

Suatu keputusan akan melahirkan pertanggung-gugatan moralitas apakah karena

menyebabkan resiko atau manfaat.

Sebagai gerbang paling akhir dari suatu tindakan spritual untuk berbuat,

suara hati merupakan pusat kemandirian manusia, yang bertataran pada lembaga-

lembaga normative, yaitu:

1. Komunitas, yang meliputi keluarga, dan anggota keluarga, serta karib dan kerabat.

2. Superego, yang merupakan perasaan moral spontan yang memiliki manifestasi

dalam rasa malu atau bersalah secara otomatis dalam diri kita, jika kita melanggar

norma-norma yang telah kita adopsi dari lingkungan kita.

3. Ideologi, yang merupakan ajaran atau dogma-dogma tentang dasar dan makna

hidup, dimana terjadi pengaruh yang kuat untuk menghadirkan kontrol ajaran atau

dogma pada setiap tindakan dan pemikiran individu-individu.

Thoreau dalam karyanya, “life without principle” (1861), menulis:

“Jika seseorang berjalan-jalan di siang hari menelusuri hutan karena ia pencinta

alam, mudah dekali ia dicap pemalas. Tetapi kalau ia menghabiskan seluruh harinya

untuk menjadi speculator dan menebangi hutan itu dan menggunduli dunia sebelum

waktunya, maka ia pasti dianggap seorang warga negara yang rajin berusaha dan

membangun. Seakan-akan kota tak ada kaitannya dengan hutan, kecuali untuk

ditebangi!…”

Ilustrasi pada hidup tanpa prinsip dalam karya Thoreau secara dalam ingin

memberikan kedalaman spritual pada suatu akuntabilitas, dan tentu saja bukan

pemandangan sempit sebagaimana “pencinta alam” dianggap pemalas, dan

“perusak lingkungan” dianggap rajin, karena pada satu segi keduanya melahirkan

perbedaan makna pengakuan bahwa tindakan kebenaran adalah sesuatu yang

universal, bukan hanya dimaknai untuk tujuan kebendaan. Alam adalah roh

kehidupan. Manusia ditentukan keberlangsungannya oleh roh-nya. Pelepasan roh

dengan jasad sudah ditentukan oleh Tuhan YME, ketika manusia bunuh diri,

manusia tidak percaya pada apa yang sudah ditentukan secara pasti oleg sang

khalik. Begitu pula dengan alam, manusia hanya bisa mengambil manfaat dari apa

yang disediakan oleh alam sesuai hakekatnya, bukan menurut sekehendaknya

sendiri sebagai sesuatu yang harus dimanfaatkan. Hutan raya memiliki fungsi

sebagai pengendali kehidupan dalam arti yang seutuhnya, memanfaatkan hutan

Page 4: ETIKA KESEHATAN MASYARAKAT

bukan berarti mengurangi kapasitasnya sebagai hutan, karena terkandung suatu

upaya pelepasan fungsi-fungsi hutan itu sendiri secara alamiah. Ketika area hutan

disulap sebagai lahan industri, dan menggantikannya dengan hutan buatan pada

area yang berbeda, maka kapasitas hutan sudah dilepaskan dalam dimensi

keutuhannya. Sebab hutan adalah asumsi dari sesuatu yang tersembunyi pada

perut bumi yang membutuhkan perlindungan seperti pusat-pusat dari mata air yang

tidak bisa tergantikan pada area yang lain.

Emile Durkheim menyebut, “Individu dan kelompok sudah tidak lagi

berfungsi secara memuaskan, bahwa individu dan kelompok hidup dalam kondisi

anomie—yaitu kurangnya kehidupan social yang terstruktur dan bermakna, sehingga

individu-individu semakin mengikuti suatu gerakan yang gelisah, suatu

perkembangan yang tak terencana, dan tujuan hidup yang tidak lagi mempunyai

criteria nilai. Didalamnya kebahagiaan selalu terletak di masa depan dan tak pernah

ada kemajuan masa kini”.

Pendapat Durkheim ini seringkali menjadi sesuatu yang dimaknai sebagai

kenyataan pada kehidupan sekarang. Banyaknya pencemaran lingkungan yang

banyak menghadirkan penderitaan pada manusia, secara bermakna adalah lahir

dari suatu kegelisahan manusia pada hidupnya yang tidak pernah merasa cukup,

dan ingin terus menambah tanpa mempertimbangkan nilai-nilai penderitaan bagi

orang lain. Industrialisasi kemudian dijadikan asumsi kesejahteraan, tetapi justeru

yang menikmatinya kelompok tertentu saja, dan manusia-manusia yang lemah

disekitarnya menjadi korban-korban secara lahirian, dan batiniah.

Kata Mayo, “…maka kita dihadapkan pada kenyataan, bahwa di dalam

upaya penting pemahaman dan kontrol manusia, kita menganggap sepi fakta-fakta

dan kodrat manusia; oportunisme kita dalam administrasi dan penelitian social

justeru membuat kita tidak berdaya untuk berbuat apapun kecuali penelitian impoten

terhadap malapetaka yang semakin menumpuk…maka kita terpaksa menunggu

apakah organisme social itu dapat pulih atau binasa, tanpa ada upaya

penyembuhan yang memadai”.